ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada...

72
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAHTANGGA PETANI DAN BURUH SANDAL DI DESA SUKAHARJA CIJERUK - BOGOR BAHARI ILMAWAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada...

Page 1: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAHTANGGA PETANI DAN BURUH SANDAL DI DESA

SUKAHARJA CIJERUK - BOGOR

BAHARI ILMAWAN

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

Page 2: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya
Page 3: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perbandingan

Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga Petani dan Buruh Sandal di Desa Sukaharja Cijeruk - Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

Bahari Ilmawan NIM I34090120

Page 4: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

ABSTRAK

BAHARI ILMAWAN. Analisis Perbandingan Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga Petani dan Buruh Sandal di Desa Sukaharja Cijeruk - Bogor. Dibimbing oleh ENDRIATMO SOETARTO.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik-karakteristik individu petani dan intervensi pihak-pihak luar dengan fenomena perubahan mata pencaharian di Desa Sukaharja. Penelitian ini juga menganalisis hubungan antara perubahan mata pencaharian dengan tingkat kesejahteraan para petani yang berpindah mata pencaharian. Subjek yang diteliti adalah rumahtangga petani dan rumahtangga petani yang berpindah mata pencaharian menjadi buruh sandal di Desa Sukaharja. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif. Sampel penelitian adalah kepala rumahtangga yang bermata pencaharian sebagai petani dan kepala rumahtangga petani yang berpindah mata pencaharian menjadi buruh sandal di Desa Sukaharja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik-karakteristik individu petani dan intervensi pihak-pihak luar berhubungan nyata dengan perubahan mata pencaharian. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perubahan mata pencaharian berhubungan nyata dengan tingkat kesejahteraan rumahtangga di Desa Sukaharja. Kata kunci: hubungan, mata pencaharian, kesejahteraan, petani, rumahtangga, buruh sandal

ABSTRACT

BAHARI ILMAWAN. Welfare Comparison Analysis of Farmers and Shoe Labor in Sukaharja Cijeruk - Bogor. Supervised by ENDRIATMO SOETARTO.

This research aims to analyze the correlation between farmer’s individual characteristics and interventions of third parties with the phenomenon of livelihood changes in Sukaharja. This research also analyze the correlation between livelihood changes and farmers’ welfare. Subjects to be researched is farmer’s families and farmer’s families who changed their occupation into a labor in shoes industry in Sukaharja. This research used quantitative and qualitative data. This research’s sample is household head who is farmer and household head who changed their occupation into an industrian shoe labor in Sukaharja. The result shows that farmer’s individual characteristics and interventions of third parties had a correlation with livelihood changes. The result also showed that livelihood changes had a correlation with farmers’ welfare in Sukaharja.

Keywords: correlation, livelihood, welfare, farmer, household, labor

Page 5: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAHTANGGA PETANI DAN BURUH SANDAL DI DESA

SUKAHARJA CIJERUK - BOGOR

BAHARI ILMAWAN

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

Page 6: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya
Page 7: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga Petani dan Buruh Sandal di Desa Sukaharja Cijeruk - Bogor

Nama : Bahari Ilmawan NIM : I34090120

Disetujui oleh

Prof Dr Endriatmo Soetarto, MA Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Analisis Perbandingan Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga Petani dan Buruh Sandal di Desa Sukaharja Cijeruk - Bogor” sebagai syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Penulisan tugas akhir skripsi ini didahului dengan melakukan penelitian lapang yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga April 2013. Skripsi ini bertujuan menelaah hubungan-hubungan antara karakteristik-karakteristik individu petani (meliputi usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan anggota rumahtangga, dan tingkat ketergantungan terhadap lahan) dan intervensi pihak-pihak luar (meliputi pengaruh tetangga dan calo-calo tanah) dengan fenomena perubahan mata pencaharian petani yang terjadi di Desa Sukaharja. Skripsi ini juga bertujuan untuk menganalisis perbandingan tingkat kesejahteraan rumahtangga petani dan buruh sandal di Desa Sukaharja.

Peneliti mengucapkan rasa terima kasih dan hormat yang mendalam kepada Prof Dr Endriatmo Soetarto, MA selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak masukan, dukungan, dan selalu sabar membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Suprapto, Ibunda Tri Aryani, Adinda Merina Ilmasari dan Adinda Marlia Tri Aini yang telah memberikan dukungan beserta doanya untuk peneliti. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat peneliti (Ferry Syairendra, Dennis Wahyudianto, Dayan Rahmanto, David, Anandita Faradila, dan Ida Farida), teman-teman peneliti selama menempuh pendidikan di IPB (Hamdani Pramono, Indra Setiyadi, Arif Rachman, Elbie Yudha, Tiara Triutami, Tiara Pridatika, Ratu Sarah Indah, Lulu Hanifah, Muhammad Septiadi, Adisthya Artik, Fadil Afrianto, Irma Handasari, Rizki Budi Utami) dan teman-teman SKPM 46 yang telah memberikan banyak masukan dan motivasi dalam penyusunan tugas akhir skripsi. Tidak lupa peneliti mengucapkan terima kasih kepada Yogi Ajeng Ningrum yang tidak lelah-lelahnya memotivasi peneliti hingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi.

Peneliti menyadari bahwa tugas akhir skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu dengan kerendahan hati peneliti menerima kritikan dan saran yang membangun untuk penulisan ilmiah lain yang lebih baik lagi di kemudian hari. Peneliti berharap agar tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Bogor, Juni 2013

Bahari Ilmawan

Page 9: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Perumusan Masalah 2 

Tujuan Penelitian 2 

Manfaat Penelitian 3 

PENDEKATAN TEORITIS 5 

Tinjauan Pustaka 5 

Kerangka Pemikiran 12 

Definisi Konseptual 14 

Definisi Operasional 14 

PENDEKATAN LAPANG 17 

Metode Penelitian 17 

Lokasi dan Waktu Penelitian 17 

Teknik Pengumpulan Data 17 

Teknik Pengolahan dan Analisa data 18 

STRUKTUR PENDUDUK DESA SUKAHARJA 21 

Letak Geografis 21 

Kependudukan, Sarana, dan Prasarana 21 

Potensi Desa 22 

Karakteristik Responden 24 

MAKNA LAHAN BAGI MASYARAKAT 27 

Lahan Sebagai Fungsi Ekonomi 27 

Lahan Sebagai Fungsi Sosial 27 

Keterkaitan Antara Fungsi Ekonomi dan Fungsi Sosial Lahan 28 

LEPASNYA KEPEMILIKAN LAHAN DAN PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN 31 

Perpindahan Kepemilikan Lahan dan Munculnya Bengkel Sandal di Desa Sukaharja 31 

Hubungan Karakteristik Individu dengan Perubahan Mata Pencaharian 32 

Hubungan Intervensi Pihak Luar dengan Perubahan Mata Pencaharian 36 

Page 10: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN 39 

Perubahan Mata Pencaharian dan Kesejahteraan Ekonomi 39 

Perubahan Mata Pencaharian dan Implikasinya terhadap

Kesejahteraan Sosial 41 

SIMPULAN DAN SARAN 43 

Simpulan 43 

Saran 44 

DAFTAR PUSTAKA 45 

Page 11: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

DAFTAR TABEL

1 Jumlah angkatan kerja penduduk Desa Sukaharja menurut tingkat pendidikan tahun 2012 22 

2 Potensi tenaga kerja di Desa Sukaharja tahun 2012 22 3 Status kepemilikan lahan pertanian di Desa Sukaharja tahun 2012 23 4 Mata pencaharian pokok penduduk Desa Sukaharja tahun 2012 23 5 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia di Desa Sukaharja

tahun 2013 24 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan di

Desa Sukaharja tahun 2013 25 7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan luas lahan di Desa

Sukaharja tahun 2013 25 8 Jumlah responden berdasarkan usia dan mata pencaharian 33 9 Jumlah responden menurut tingkat pendidikan dan mata pencaharian

di Desa Sukaharja 34 10 Jumlah responden menurut jumlah tanggungan anggota rumahtangga

dan mata pencaharian di Desa Sukaharja 34 11 Jumlah responden menurut tingkat ketergantungan terhadap lahan

dan mata pencaharian di Desa Sukaharja 35 12 Jumlah responden menurut pengaruh tetangga dan mata pencaharian

di Desa Sukaharja 37 13 Jumlah responden menurut pengaruh calo tanah dan mata

pencaharian di Desa Sukaharja 38 14 Jumlah responden menurut mata pencaharian dan tingkat

kesejahteraan ekonomi 40 

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran analisis perbandingan kesejahteraan rumahtangga

petani dan buruh sandal 13 

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Lokasi Penelitian (Desa Sukaharja) 47 2 Pengolahan Data (Uji Statistik) 48 3 Kerangka Sampling 51 4 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2013 53 5 Kuesioner Penelitian 54 6 Pertanyaan panduan wawancara 57 7 Dokumentasi 59 

Page 12: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya
Page 13: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa pada tahun 2010 (BPS 2010). Peningkatan jumlah penduduk terus terjadi setiap tahunnya dengan laju pertumbuhan penduduk 1.49 persen (BPS 2010). Jumlah penduduk yang semakin tinggi ini akan diikuti pemenuhan kebutuhan untuk menunjang kehidupannya. Bentuk pemenuhan kebutuhan dapat berupa pemanfaatan sumberdaya alam yang ada.

Tanah atau sumberdaya lainnya pada suatu masyarakat agraris sebagai faktor produksi memiliki arti yang sangat penting. Menurut Wiradi (1984), masalah penguasaan tanah di pedesaan merupakan masalah yang rumit, karena menyangkut berbagai aspek seperti aspek ekonomi, demografi, hukum, politik, dan sosial. Tanah yang menjadi aset utama bagi rakyat banyak adalah tanah untuk bercocok tanam yang merupakan sumber kehidupan utamanya (Tjondronegoro 1999). Sumberdaya tanah bersifat multifungsi dalam aktifitas kehidupan manusia di berbagai bidang, baik dalam bidang pertanian maupun non-pertanian. Dalam bidang pertanian, tanah digunakan sebagai lahan untuk berusahatani sehingga dapat menghasilkan produksi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan, seperti sawah, kebun/ladang, dan lain sebagainya. Tanah di bidang non-pertanian digunakan sebagai tempat pemukiman, perkantoran/jasa, maupun tempat lainnya. Sifat tanah relatif tidak bertambah, sementara kebutuhan tanah untuk bermatapencaharian semakin meningkat. Seiring dengan hal tersebut, maka kompetisi di masyarakat untuk menguasai tanah akan semakin meningkat.

Marx mengklasifikasikan konsep mendasar tentang kelas-kelas masyarakat dan perjuangannya yang tediri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai kelas proletar. Kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi (Wulansari 2009). Teori Marx didasarkan pada kepemilikan sarana-sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat. Demikian juga halnya dalam kehidupan bermasyarakat, konflik kepemilikan lahan yang terjadi biasanya antara stakeholder-stakeholder tertentu yang biasanya adalah pihak yang dominan dan dipengaruhi luas lahan yang semakin sempit. Semakin sempitnya luas lahan yang dimiliki berpengaruh pada semakin berkurangnya produksi padi yang dihasilkan per rumahtangga petani, dan berimplikasi pada menurunnya pendapatan petani (Wulansari 2009). Bila dilihat dari perspektif penguasaan lahan, salah satu upaya yang akan dilakukan oleh petani untuk mempertahankan kehidupannya pada kondisi pendapatan petani yang semakin berkurang adalah dengan cara meningkatkan penguasaan lahan. Penguasaan lahan oleh petani dapat dilakukan dengan cara membeli, menyakap, menyewa, dan meminjam. Mengingat profil petani Indonesia yang sebagian besar merupakan kelompok berpendapatan rendah, maka upaya penguasaan lahan yang paling banyak dilakukan oleh petani adalah dengan cara menyakap, menyewa, dan meminjam.

Desa Sukaharja merupakan bagian dari Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Sukaharja berbatasan dengan Kelurahan Mulyaharja dan Kecamatan Bogor Selatan di sebelah utara; Kelurahan Gunung

Page 14: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

2

Salak dan Kecamatan Cijeruk di sebelah selatan; Desa Tajur Halang dan Kecamatan Cijeruk di sebelah timur; Desa Sukamantri dan Kecamatan Taman Sari di sebelah barat. Desa Sukaharja memiliki 9 RW dan 49 RT. Luas lahan desa ini adalah 531.56 Ha dengan sebagian besar terdiri atas pemukiman. Desa ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 12 108 orang dengan 6 246 orang laki-laki dan 5 682 orang perempuan. Masyarakat Desa Sukaharja menghadapi permasalahan kepemilikan lahan dengan salah satu perusahaan besar yakni Bogor Nirwana Residence (BNR) melalui perantara calo-calo tanahnya. Penipuan serta kecurangan terjadi dalam transaksi jual-beli sehingga masyarakat banyak yang merasa dirugikan. Hal ini menyebabkan masyarakat kehilangan lahan mereka tanpa ganti rugi yang setimpal sehingga mempengaruhi mata pencaharian mereka yang semula bergantung pada pertanian.

Kondisi luas lahan pertanian yang terus berkurang memaksa masyarakat Desa Sukaharja yang sebelumnya bertani untuk berpindah ke sektor non-pertanian, yakni industri sepatu/sandal. Adanya sekelompok pemuda desa yang dari awal sudah berkecimpung di bidang tersebut pun semakin memicu masyarakat untuk berpindah mata pencaharian dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian. Bahkan kini masyarakat desa tersebut tak segan-segan untuk menjual lahan pertaniannya kepada calo tanah dengan harga yang murah untuk mendapatkan modal guna membuka bengkel sandal. Upah yang cepat pun menjadi alasan mereka untuk meninggalkan lahan pertaniannya dan berganti pekerjaan menjadi buruh sandal. Hal menarik yang dapat diteliti adalah faktor-faktor apa saja yang mendorong terjadinya perpindahan mata pencaharian masyarakat dan apa pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan rumahtangga petani.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas terdapat hubungan yang sangat erat antara perubahan mata pencaharian dengan perubahan tingkat kesejahteraan pasca konversi lahan dan perpindahan kepemilikan lahan, maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang dapat diangkat dalam topik penelitian mengenai Analisis Perbandingan Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga Petani dan Buruh Sandal di Desa Sukaharja Cijeruk - Bogor, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor apa saja yang berhubungan dengan perubahan mata pencaharian yang dilakukan petani?

2. Bagaimana hubungan perubahan mata pencaharian terhadap tingkat kesejahteraan rumahtangga?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang telah dipaparkan di atas, disusunlah beberapa tujuan penelitian guna menjawab pertanyaan penelitian tersebut, yaitu:

1. Menganalisis dan menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan mata pencaharian petani.

2. Menganalisis dan menjelaskan hubungan perubahan mata pencaharian terhadap tingkat kesejahteraan rumahtangga.

Page 15: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

3

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti untuk memahami permasalahan yang menjadi topik kajian dan mencari penguatan teori yang telah didapat di perkuliahan. Selain itu juga memberikan manfaat terhadap perkembangan literatur tentang penelitian agraria bagi para akademisi, peneliti lain, pihak penyelenggara proyek, dan institusi pemerintah yang berkaitan dengan proyek pembangunan pertanian. Secara praktis dapat memberikan informasi pada masyarakat, pihak swasta, maupun pemerintah sebagai pihak pengambil kebijakan dalam membantu masyarakat untuk menyokong kebutuhan masyarakat khususnya petani.

Page 16: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

4

Page 17: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Konsep Petani

Bahari (2002) menyatakan bahwa secara umum ada tiga ciri utama yang melekat pada petani pedesaan, yaitu kepemilikan lahan secara de facto, subordinasi legal, dan kekhususan kultural. Lahan bagi petani bukan hanya memiliki arti materil-ekonomi melainkan memiliki arti sosial budaya. Luas lahan yang dimiliki petani merupakan simbol derajat sosial-ekonomi seseorang di komunitas desanya. Petani yang tidak memiliki lahan adalah lapisan masyarakat yang status sosialnya paling rendah.

Petani didefinisikan oleh Wolf (1985) sebagai pencocok tanam pedesaan yang surplus produksinya dipindahkan ke kelompok penguasa melalui mekanisme sistematis seperti upeti, pajak, atau pasar bebas. Persoalan tidak hanya pada pemilikian lahan secara de facto, tetapi lebih berfokus pada lepasnya penguasaan produksi dan tenaga kerja kepada pihak lain. Wolf (1985) kemudian membedakan antara petani pedesaan atau petani tradisional (peasant) dengan petani pengusaha pertanian atau petani modern (farmer). Perbedaan utama antara petani peasant dengan petani farmer terletak pada orientasi dan distribusi hasil, dimana pada petani peasant sebagian besar dari hasil produksi digunakan untuk penghasilannya sendiri atau untuk memenuhi kewajiban-kewajiban kekerabatan, bukan untuk dipertukarkan dengan tujuan memperoleh barang-barang lain yang tidak dihasilkan sendiri. Sebaliknya perbedaan utama dengan farmer terletak pada tujuan produksinya, dimana farmer berorientasi bisnis, pasar, dan mencari laba dalam mengelola usahataninya.

Menurut Shanin (1971), terdapat empat karakteristik utama petani. Pertama, petani adalah pelaku ekonomi yang berpusat pada usaha milik keluarga. Kedua, mereka menggantungkan hidup mereka pada lahan. Bagi petani, lahan pertanian adalah segalanya yakni sebagai sumber yang diandalkan untuk menghasilkan bahan pangan keluarga, harta benda yang bernilai tinggi, dan ukuran terpenting bagi status sosial. Ketiga, petani memiliki budaya yang spesifik yang menekankan pemeliharaan tradisi dan konformitas serta solidaritas sosial yang kuat. Keempat, petani cenderung sebagai pihak yang kalah (tertindas) namun tidak mudah ditaklukan oleh kekuatan ekonomi, budaya, dan politik eksternal yang mendominasi mereka.

Bila melihat kondisi petani di Indonesia, maka pola hidup petani cenderung bersifat subsisten. Subsisten dalam pengertian ini bukan berarti makan secukupnya dari suatu usaha tertentu dan bekerja hanya untuk kebutuhan akan pangan saja, melainkan juga dilihat pada pandangan petani terhadap orientasi kerjanya. Suhendar dan Yohana (1998) merumuskan tiga indikator untuk memahami pola subsistensi petani:

1. Sikap atau cara memperlakukan faktor-faktor produksi yakni lahan dan sumber agraria, menganggap peningkatan produksi tidak perlu dan hanya memproduksi sebatas kebutuhan keluarganya (sekalipun dengan penguasaan lahan luas), petani tersebut termasuk petani subsisten.

Page 18: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

6

Sebaliknya bila sikapnya didassari oleh orientasi surplus produksi dan maksimalisasi produksi, mereka termasuk petani komersial.

2. Besar kecilnya skala usaha petani, sekalipun hanya menguasai lahan dalam skala kecil, jika didasari pemikiran yang cenderung berorientasi pasar (mengejar surplus) petani itu dapat disebut sebagai petani komersial. Sebaliknya, pada umumnya petani yang berlahan sempit dengan skala usaha yang terbatas tergolong petani subsisten karena dalam usahanya itu tidak ada kemungkinan bagi mereka untuk memaksimalkan produksi karena keterbatasan tersebut.

3. Jenis komoditas yang dibudidayakan petani, walaupun mengusahakan komoditas komersial, jika hasil produksi tersebut hanya digunakan untuk kebutuhan sendiri, maka ia tetap disebut sebagai petani subsisten. Sebaliknya jika usaha komoditas komersial tersebut walaupun diusahakan di lahan sempit, namun orientasinya untuk memperoleh surplus, tidak dapat dikatakan sebagai petani subsisten melainkan petani komersial.

Hampir tidak ada petani yang melakukan usahataninya dengan pola subsisten mutlak jika pola subsistensi tersebut diterapkan dengan kondisi petani di Indonesia saat ini. Akan tetapi bila digunakan indikator besar kecilnya skala usaha, jelas bahwa sebagian besar petani di Indonesia hidup dalam pola subsisten.

Kesimpulannya, ciri petani Indonesia saat ini berbeda dengan ciri-ciri petani seperti yang dikemukakan Shanin ataupun Wolf. Perbedaan tersebut antara lain: (i) mengusahakan lahan yang sempit, (ii) produk yang dihasilkan cenderung untuk kebutuhan pasar, dengan tujuan dijual dan hasil penjualannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, (iii) penerapan teknologi modern sudah dilakukan dalam usahataninya, (iv) berpenghasilan ganda (tidak selalu menggantungkan sumber nafkahnya pada sektor pertanian saja), (v) fungsi lahan pertanian lebih sebagai penenang ekonomi mereka dan bukan sebagai sumber ekonomi.

Konsep Penguasaan Tanah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa pengertian mengenai tanah yaitu permukaan bumi atau lapisan yang di atas sekali. Pengertian tanah diatur dalam Pasal 4 UUPA dinyatakan sebagai berikut.

“atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendir maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum” Menurut Firey dalam Johara (1992), penggunaan tanah menunjukkan

pengaruh budaya yang besar dalam adapatasi ruang, dan berkesimpulan bahwa ruang merupakan lambang bagi nilai-nilai sosial. Misalnya, penduduk sering memberikan nilai sejarah yang besar terhadap sebidang tanah. Berhubungan dengan pendapat Firey tersebut, Chapin dalam Johara (1992) menggolongkan tanah dalam tiga kelompok yaitu yang memiliki:

Page 19: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

7

1. Nilai keuntungan: yang dihubungkan dengan tujuan ekonomi dan yang dapat dicapai dengan cara melakukan jual-beli tanah di pasaran bebas.

2. Nilai kepentingan umum: yang berhubungan dengan pengaturan untuk masyarakat umum dalam perbaikan kehidupan masyarakat.

3. Nilai sosial: yang merupakan hal mendasar bagi kehidupan (misalnya sebidang tanah yang dipelihara, peninggalan, pusaka, dan sebagainya), dan yang dinyatakan oleh penduduk dengan perilaku yang berhubungan dengan pelestarian, tradisi, kepercayaan, dan sebagainya.

Pertimbangan dalam kepentingan tanah di berbagai wilayah mungkin berbeda-beda, tergantung pada struktur sosial penduduk tertentu yang akan diberikan prioritas bagi fungsi tertentu pada tanah. Jika hal ini tidak dipenuhi, maka kehidupan masyarakat tersebut akan dirugikan.

Lahan memiliki arti lebih luas dibandingkan tanah, bila mengingat bahwa tanah merupakan salah satu aspek dari lahan. Pemanfaatan lahan cenderung mendekati pola pendayagunaan dan pengaturan fungsi ketatalaksanaan lahan. Menurut Bapenas-PSE-KP (2006) dalam Darwis (2009), pemanfaatan lahan merupakan hasil dari interaksi berbagai macam faktor yang menentukan keputusan baik perorangan dan kelompok maupun pemerintah. Sama halnya pada yang tercantum dalam ruang lingkup agraria menurut UUPA meliputi bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Permukaan bumi sebagai bagian dari bumi juga disebut dengan tanah. Tanah yang merupakan salah satu aspek dari lahan yang dimaksudkan bukan mengatur tanah dalam segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspek yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang disebut hak-hak penguasaan atas tanah.

Pengertian “penguasaan” dapat dipakai dalam artian fisik dan dalam arti yuridis, beraspek privat maupun publik. Penguasaan secara yuridis merupakan penguasaan yang dilandasi hak yang dilindungi oleh hukum dan pada umumnya memberikan kewenangan kepada pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanah yang menjadi haknya, misalnya pemilik tanah mempergunakan dan mengambil manfaat dari tanah yang menjadi haknya, tidak diserahkan kepada pihak lain. (Santoso 2007). Adanya penguasaan secara yuridis walaupun memberi kewenangan untuk menguasai tanah yang hak secara fisik, namun kenyataannya penguasaan fisik dilakukan oleh orang lain. Misalnya, seseorang yang memiliki tanah tidak mempergunakannya sendiri melainkan tanah tersebut disewakan kepada orang lain. Tetapi ada juga yang penguasaan secara yuridis tidak memberikan kewenangan untuk menguasai tanah yang bersangkutan secara fisik, misalnya saja kreditor atau bank sebagai pemegang hak jaminan atas tanah mempunyai hak penguasaan secara yuridis atas tanah yang telah dijadikan jaminan oleh pemiliknya. Akan tetapi fisik penguasaannya tetap pada pemegang hak atas tanah.

Menurut Sudiyat dalam Hamid (1992) bahwa demi hidup dan penghidupannya untuk kepentingan setiap bagian fungsi hidupnya (pekerjaan, sandang, pangan, papan, istirahat, dan rekreasi) setiap orang membutuhkan penguasaan atas sebagian permukaan bumi walaupun hanya sementara dan tidak menentu. Dari hal tersebut terlihat bahwa penguasaan atas tanah bagi setiap orang merupakan hal yang mutlak adanya baik dalam nama, jenis, jumlah, maupun intensitasnya. Berkaitan dengan intensitas, hak menguasai dapat bergerak mulai dari kadar yang paling lemah hingga bobot yang paling kuat, seperti hak pakai,

Page 20: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

8

memetik kemdian menikmati hasil, hak memelihara/mengelola/mengurus, hak memiliki sampai kepada hak mengasingkan dalam segala bentuk.

Ketidakmerataan penguasaan atas tanah pertanian menyebabkan kemiskinan di desa khususnya bagi para petani. Hak menguasai atas tanah yang menyebabkan para petani kecil tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya. Para petani yang menguasai sebagian tanah yang kecil berusaha untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan cara menyewakan ataupun menjual tanah yang mereka miliki. Hal ini mereka lakukan karena tanah yang mereka kuasai pun tidak dapat memnuhi kebutuhan mereka dan terpaksa menjadi buruh di tanah sendiri. Terjadinya ketidakmerataan akses penguasaan atas tanah ini menjadikan bertambahnya petani tidak bertanah dan mengakibatkan posisi kaum petani ini termarginalisasi dari kehidupan sosialnya. Konsep Nafkah/Mata Pencaharian

Definisi nafkah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai cara hidup. Definisi tersebut biasanya disejajarkan dengan konsep livelihood (mata pencaharian).

Definisi lain dinyatakan Ellis (2000) bahwa livelihood mencakup pendapatan “cash” (berupa uang) dan “in kind” (pembayaran dengan barang atau hasil bumi) maupun dalam bentuk lainnya seperti institusi (saudara, kerabat, tetangga, desa), relasi gender, dan hak milik yang dibutuhkan untuk mendukung dan untuk keberlangsungan standar hidup yang sudah ada. Lebih lanjut, livelihood juga mencakup akses terhadap, dan keuntungan yang berasal dari pelayanan publik dan sosial yang disediakan oleh negara.

Menurut Purnomo (2006), sumber nafkah merupakan aset, sumberdaya atau modal yang dimiliki rumahtangga yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan nafkah rumah tangga. Sumberdaya mengacu pada semua hal yang dapat dimanfaatkan oleh rumahtangga. Modal mengacu pada semua hal yang dimilikinya atau dapat diakses oleh rumahtangga. Elis (2000) mendefinisikan aset sebagai berbagai modal yang dimiliki dan digunakan untuk kehidupan individu dan rumahtangga.

Dharmawan (2001) menyebutkan sumber nafkah rumahtangga sangat beragam (multiple source of livelihood), karena rumahtangga tidak tergantung hanya pada suatu unit pekerjaan tertentu dalam jangka waktu tertentu dan tidak ada satu sumber nafkah yang dapat memenuhi semua kebutuhan rumahtangga. Rumahtangga dapat menjadi pemilik dan menggarap lahan sendiri, penggarap dengan menggarap lahan orang lain, penggembala, pencari kayu bakar, pencari rumput, ataupun wiraswasta.

Konsep Industrialisasi

Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1984, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Pengertian industri sendiri sangatlah luas, yaitu menyangkut

Page 21: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

9

semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Oleh karena kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah, maka semakin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut.

Adapun istilah industrialisasi dalam suatu masyarakat berarti adanya pergantian teknik produksi dari cara yang masih tradisional ke cara modern, dalam segi ekonomi, industrialisasi berarti munculnya kompleks industri yang besar dimana produksi barang-barang konsumsi dan barang-barang sarana produksi, diusahakan secara massal (Dharmawan dalam Soesilowati 1988). Industrialisasi merupakan salah satu strategi yang harus ditempuh untuk mendukung proses pembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan per kapita yang tinggi (Riedel dalam Tambunan 2001).

Akibat-akibat yang disebabkan oleh industrialisasi dapat dibedakan ke dalam tiga segi (Moore dalam Soesilowati 1988), yaitu organisasi produksi, struktur ekonomi, dan struktur ekologi-demografi. Penjelasan singkat mengenai ketiganya adalah sebagai berikut.

1. Organisasi produksi; dari sudut organisasi produksi, akibat industrialisasi dapat dilihat dalam hubungan kerja dan organisasi unit-unit produksi.

2. Struktur ekonomi; dari sudut struktur ekonomi, akibat industrialisasi dapat dilihat dari jenis pekerjaan, tabungan, serta distribusi dan konsumsi. Perubahan juga terjadi pada aktivitas pertanian ke non-pertanian.

3. Struktur ekologi-demografi; dari sudut ekologi-demografi, akibat industrialisasi lebih ditekankan pada perubahan ukuran dan pertumbuhan penduduk.

Konsep Industrialisasi Pedesaan

Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya, industri pedesaan adalah suatu bentuk transisi antara industri yang bersifat artisan dengan industri modern. Industri pedesaan dapat berfungsi sebagai alat pertumbuhan ekonomi. Dalam kaitan ini, industrialisasi pedesaan melalui mekanisme pasar dapat mengakumulasi dan mengalihkan modal dari sektor pertanian ke sektor industri. Industrialisasi dapat pula meningkatkan penyerapan angkatan kerja yang senantiasa bertambah di pedesaan. Industrialisasi pedesaan menampilkan peranan penting dalam pembentukan organisasi sosial yang bersifat industrial. Industrialisasi pedesaan juga berfungsi meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi, dalam hal ini dapat diukur antara lain dari segi pendapatan dan lapangan kerja baru. Secara sempit industrialisasi pedesaan bertujuan menganekaragamkan peningkatan pendapatan dan peningkatan produktivitas ekonomi masyarakat pedesaan.

Industrialisasi pedesaan adalah kata kunci dari ekonomi kerakyatan. Dengan industrialisasi, kualitas dan produktivitas terjaga, sehingga desa mampu bersaing di dalam sistem ekonomi yang modern. Konsep industrialisasi pedesaan diperkenalkan sebagai pemikiran alternatif untuk menjawab kebutuhan

Page 22: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

10

pengembangan ekonomi desa, khususnya sejak terjadi kegagalan transformasi ekonomi di zaman revolusi hijau.

Landasan pengembangan industrialisasi pedesaan didasarkan pada model transformasi teknologi dan pengetahuan dengan sebesar-besarnya memanfaatkan sumberdaya lokal dengan basis pengelolaan oleh masyarakat dan pemerintah desa. Industrialisasi desa ditandai oleh kepekaan pada pengelolaan lingkungan, orientasi padat karya, dan bukan padat modal, penggunaan teknologi menengah, serta berorientasi pada kebutuhan jangka panjang (sustainable).

Tingkat Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan merupakan konsep yang digunakan untuk menyatakan kualitas hidup suatu masyarakat atau individu di suatu wilayah pada suatu kurun waktu tertentu. Menurut Yosep (1996), kesejahteraan itu bersifat luas yang dapat diterapkan pada skala sosial besar dan kecil misalnya rumahtangga dan individu. Konsep kesejahteraan atau rasa sejahtera yang dimiliki bersifat relatif, tergantung bagaimana penilaian masing-masing individu terhadap kesejahteraan itu sendiri. Sejahtera bagi seseorang dengan tingkat pendapatan tertentu belum tentu dapat juga dikatakan sejahtera bagi orang lain.

Menurut Sawidak (1985), kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima, namun tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi pendapatan tersebut. Konsumsi sendiri pada hakikatnya bukan hanya sesuatu yang mengeluarkan biaya, karena dalam beberapa hal konsumsi pun dapat dilakukan tanpa menimbulkan biaya bagi konsumennya.

Menetapkan kesejahteraan rumahtangga serta cara pengukurannya merupakan hal yang sulit untuk dirumuskan secara tuntas. Hal ini disebabkan permasalahan keluarga sejahtera bukan hanya menyangkut permasalahan perbidang saja, tetapi menyangkut berbagai bidang kehidupan yang sangat kompleks. Untuk itu diperlukan pengetahuan di berbagai bidang disiplin ilmu di samping melakukan penelitian atau melalui pengamatan empirik berbagai kasus untuk dapat menemukan indikator keluarga sejahtera yang berlaku secara umum dan spesifik (BPS 1995).

Mengingat data yang akurat sulit diperoleh, maka pendekatan yang sering digunakan adalah melalui pendekatan pengeluaran rumahtangga. Pengeluaran rata-rata per kapita per tahun adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumahtangga selama setahun untuk konsumsi semua anggota rumahtangga dibagi dengan banyaknya anggota rumahtangga. Determinan utama dari kesejahteraan penduduk adalah daya beli. Apabila daya beli menurun maka kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup menurun sehingga tingkat kesejahteraan juga akan menurun (BPS 1995).

Dimensi kesejahteraan rakyat disadari sangat luas dan kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat terlihat jika dilihat dari suatu aspek tertentu. Berbagai aspek mengenai indikator kesejahteraan yang dibahas oleh BPS (1995), antara lain:

Page 23: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

11

1) Kependudukan Masalah kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi, dan

distribusi penduduk merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan. oleh sebab itu, untuk menunjang keberhasilan pembangunan nasional dalam penanganan masalah kependudukan, pemerintah tidak hanya mengarahkan upaya pengendalian jumlah penduduk, tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Di samping itu, program perencanaan pembangunan sosial di segala bidang harus mendapat prioritas utama yang berguna untuk peningkatan kesejahteraan penduduk.

2) Kesehatan dan Gizi Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik

penduduk yang dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk dengan menggunakan indikator utama angka kematian bayi dan angka harapan hidup. Selain itu, aspek penting lainnya yang turut mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan yang antara lain diukur melalui angka kesakitan dan status gizi.

3) Pendidikan Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai

subjek sekaligus objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Faktor kemiskinan merupakan faktor yang menyebabkan belum semua anak Indonesia dapat menikmati kesempatan pendidikan dasar. Karena itu dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai suatu masyarakat, maka masyarakat tersebut dapat dikatakan sejahtera.

4) Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting tidak hanya

untuk mencapai kepuasan individu, tetapi juga untuk memenuhi perekonomian rumahtangga dan kesejahteraan seluruh masyarakat.

5) Taraf dan Pola Konsumsi Jumlah penduduk miskin merupakan indikator yang cukup baik

untuk mengukur tingkat kesejahteraan rakyat. Aspek lain yang perlu dipantau berkenaan dengan peningkatan pendapatan penduduk tersebut adalah bagaimana pendapatan tersebut direstribusi di antara kelompok penduduk. Indikator distribusi pendapatan akan memberi petunjuk aspek pemerataan yang telah dicapai walaupun didekati dengan pengeluaran.

6) Perumahan dan Lingkungan Rumah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesejahteraan

bagi pemiliknya. Semakin baik fasilitas yang dimiliki, maka dapat diasumsikan semakin sejahtera rumahtangga yang mendiami rumah tersebut. Berbagai fasilitas yang dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan antara lain luas lantai tanah, sumber air minum, fasilitas buang air besar rumahtangga dan tempat penampungan kotoran akhir (jamban).

7) Sosial dan Budaya Pada umumnya semakin banyak seseorang memanfaatkan waktu

luang untuk melakukan kegiatan sosial budaya maka dapat dikatakan seseorang tersebut memiliki tingkat kesejahteraan yang semakin

Page 24: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

12

meningkat. Pembahasan mengenai sosial budaya lebih difokuskan pada kegiatan sosial budaya yang mencerminkan aspek kesejahteraan, seperti melakukan perjalanan wisata dan akses pada informasi dan hiburan, yang mencakup menonton televisi, mendengarkan radio, dan membaca surat kabar.

Ruang Lingkup Kesejahteraan

Kesejahteraan rumahtangga juga dapat dibedakan menjadi kesejahteraan ekonomi (family well-being) yang diukur dari pemenuhan in out rumahtangga (misalnya diukur dari pendapatan, upah, aset, dan pengeluaran rumahtangga) dan kesejahteraan material (family material well-being) yang diukur dari berbagai bentuk barang dan jasa yang diakses oleh rumahtangga. Pengukuran kesejahteraan material relatif lebih mudah dan akan menyangkut pemenuhan kebutuhan rumahtangga yang berkaitan dengan materi, baik sandang, pangan, dan papan, serta kebutuhan rumahtangga yang dapat diukur dengan materi. Secara umum, pengukuran kesejahteraan material ini dapat dilakukan dengan mengukur tingkat pendapatan (Sunarti 2006).

Kesejahteraan ekonomi. Kesejahteraan ekonomi sebagai tingkat terpenuhinya input secara finansial oleh rumahtangga. Input yang dimaksud baik berupa pendapatan, nilai aset rumahtangga, maupun pengeluaran, sementara indikator outputmemberikan gambaran manfaat langsung dari investasi tersebut pada tingkat individu, rumahtangga, dan penduduk (Ferguson, Horwood, dan Beutrais 1981 dalam Sunarti 2006). Kesejahteraan ekonomi dari suatu rumahtangga biasanya didefinisikan sebagai tingkat kepuasan atau tingkat pemenuhan kebutuhan yang diperoleh oleh rumah tangga (Park 2000 dalam Sunarti 2006). Sementara itu Lerman (2002) dalam Sunarti (2006) menyoroti keterkaitan status perkawinan dengan kesejahteraan ekonomi (economic well-being).

Kesejahteraan sosial. Beberapa komponen dari kesejahteraan sosial diantaranya adalah penghargaan (self esteem) dan dukungan sosial. Menurut Chess dan Thomas (1987) dalam Sunarti (2006), penghargaan merupakan pusat pengembangan manusia agar berfungsi secara optimal, kreatif, produktif, terampil, dan optimis.

Kesejahteraan psikologi. Kesejahteraan psikologi merupakan fenomena multidimensi yang terdiri dari fungsi emosi dan fungsi kepuasan hidup (Gauvin dan Spence 1989 dalam Sunarti 2006). Terdapat tiga dimensi kesejahteraan psikologi dalam kaitannya dengan peran orangtua, yaitu; 1) suasana hati, 2) tingkat kepuasan, dan 3) arti hidup (Umberson dan Gove 1989 dalam Sunarti 2006).

Kerangka Pemikiran

Merujuk pada penelitian-penelitian terdahuu, dalam penelitian ini perubahan mata pencaharian diduga dapat terjadi karena dua faktor yang berhubungan langsung dengan pengambilan keputusan petani untuk menjual lahannya, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat disebut juga sebagai karakteristik individu yang mencakup umur petani, tingkat pendidikan, jumlah

Page 25: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

13

tanggungan anggota rumahtangga, serta tingkat ketergantungan kepada lahan. Faktor eksternal dapat disebut dengan intervensi pihak luar dan mencakup pengaruh tetangga yang menjual lahan dan pengaruh calo tanah.

Diduga juga perubahan mata pencaharian akan berhubungan pada tingkat kesejahteraan rumahtangga. Penjelasan ini dapat disederhanakan dalam kerangka pemikiran pada Gambar 1.

Keterangan:

: Hubungan

Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis perbandingan kesejahteraan rumahtangga petani dan buruh sandal

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat ditarik beberapa hipotesis penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara faktor internal/karakteristik petani dengan perubahan mata pencaharian

2. Terdapat hubungan antara faktor eksternal/intervensi pihak luar dengan perubahan mata pencaharian

3. Terdapat hubungan antara perubahan mata pencaharian dengan tingkat kesejahteraan rumahtangga

Faktor Internal/Karakteristik Petani: 1. Usia 2. Tingkat pendidikan 3. Jumlah tanggungan

anggota rumahtangga 4. Tingkat ketergantungan

terhadap lahan

Tingkat kesejahteraan rumahtangga

Indikator kesejahteraan rumahtangga

Perubahan mata pencaharian

Perubahan mata pencaharian dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian. Dalam hal

ini dari petani menjadi buruh sandal

Faktor Eksternal/Intervensi Pihak Luar: 1. Pengaruh tetangga yang

berpindah mata pencaharian 2. Pengaruh calo tanah

Page 26: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

14

Definisi Konseptual

1. Tingkat kesejahteraan rumahtangga adalah kemampuan sebuah rumahtangga untuk menyekolahkan anak, memiliki rasa aman (kepastian mempunyai pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan pokok), memiliki rasa guyub (hubungan emosional) terhadap rumahtangga dan memiliki hubungan yang erat terhadap tetangga (timbal balik dan tolong-menolong).

Definisi Operasional

Pengukuran variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada perumusan penjabaran masing-masing variabel tersebut secara operasional. Penggolongan variabel-variabel tersebut didasarkan pada pengukuran secara emik. Variabel-variabel tersebut adalah:

1. Usia adalah lama hidup responden yang diukur sejak responden lahir sampai dengan saat ini. a) Dewasa Lanjut (skor 2) apabila 45-55 tahun b) Dewasa (skor 1) apabila 34-44 tahun

2. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dilakukan oleh responden. a) Tinggi (skor 2) apabila tamat SMP b) Rendah (skor 1) apabila tidak sekolah dan tamat SD

3. Jumlah tanggungan anggota rumahtangga adalah banyaknya anggota rumahtangga yang tinggal bersama responden dan belum bekerja dalam satu rumahtangga. a) Tinggi (skor 2) apabila 4 orang b) Rendah (skor 1) apabila 3 orang

4. Tingkat ketergantungan terhadap lahan adalah sejauh mana lahan dianggap penting oleh responden sebagai sumber pendapatan. Penggolongan tingkat ketergantungan terhadap lahan dapat diukur dari: a) Luas lahan adalah ukuran seberapa besar lahan yang dimiliki oleh

responden. 1) Tinggi (skor 2) apabila 4 651-9 000 m2 2) Rendah (skor 1) apabila 300-4650 m2

b) Sumber penghasilan adalah seberapa banyak mata pencaharian responden yang menjadi pemasukan responden. 1) Tinggi (skor 2) apabila hanya bergantung pada lahan 2) Rendah (skor 1 ) apabila tdak hanya bergantung pada lahan

Maka berdasarkan hasil akumulasi skor yang diperoleh, penggolongan tingkat ketergantungan lahan responden sebagai berikut: a) Sangat bergantung, apabila akumulasi skor 4 b) Tergantung, apabila akumulasi skor 2-3

5. Pengaruh tetangga adalah banyaknya tetangga responden yang berpindah mata pencaharian menjadi buruh sandal yang dapat mendorong responden untuk berpindah mata pencaharian. a) Tinggi (skor 2) apabila > 5 orang b) Rendah (skor 1) apabila ≤ 5 orang

Page 27: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

15

6. Pengaruh calo tanah adalah jumlah calo tanah yang berperan sebagai sebagai perantara antara responden dengan pihak swasta dalam proses penjualan lahan. a) Tinggi (skor 2) apabila calo tanah menemui responden untuk

negosiasi b) Rendah (skor 1) apabila tidak ada calo tanah yang menemui

responden 7. Perubahan mata pencaharian adalah perpindahan mata pencaharian

responden dari petani ke buruh sandal yang disebabkan karena adanya pergantian kepemilikan lahan. a) Petani b) Buruh sandal yang sebelumnya bermatapencaharian sebagai petani

8. Tingkat kesejahteraan rumahtangga adalah kemampuan sebuah rumahtangga dalam mencukupi kebutuhan pokok rumahtangganya (sandang, pangan, papan) yang dapat diukur dari: a) Tingkat kesejahteraan ekonomi adalah kondisi ekonomi sebuah

rumahtangga dalam mencukupi kebutuhan pokok rumahtangganya yang dapat diukur dari: 1) Jumlah penghasilan adalah sejumlah uang yang diperoleh

responden dari mata pencahariannya dalam kurun waktu tertentu. i) Tinggi (skor 2) apabila > Rp1 850 000 ii) Rendah (skor 1) apabila Rp500 000-Rp1 850 000

2) Jumlah anggota rumahtangga responden yang sudah bekerja. i) Tinggi (skor 2) apabila 1-2 orang ii) Rendah (skor 1) apabila tidak ada

3) Tingkat kecukupan rumahtangga dalam hal memenuhi kebutuhan konsumsi. i) Tinggi (skor 2) apabila tercukupi ii) Rendah (skor 1) apabila tidak tercukupi

Maka berdasarkan hasil akumulasi skor yang diperoleh, penggolongan tingkat kesejahteraan ekonomi responden sebagai berikut: a. Tinggi, apabila akumulasi skor 5-6 b. Rendah, apabila akumulasi skor 3-4

Page 28: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

16

Page 29: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

17

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan pendekatan penelitian survai, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan kemudian peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi 1989). Penelitian menggunakan metode survai dapat menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesa yang sudah dirancang peneliti. Hubungan kausal yang dapat diuji dari hipotesa meliputi hubungan antara faktor internal/karakteristik responden dengan perubahan mata pencaharian, hubungan antara faktor eksternal (pengaruh tetangga yang berpindah mata pencaharian, pengaruh calo tanah, dan bantuan pemerintah daerah), dan hubungan antara perubahan mata pencaharian mata pencaharian dengan tingkat kesejahteraan rumahtangga. Setiap pengujian hipotesa di atas diharapkan mampu menjawab keterkaitan antara perubahan mata pencaharian dengan tingkat kesejahteraan pada rumahtangga. Alasan lain dari pemilihan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan penelitian survai dikarenakan metode ini dapat menjelaskan tujuan dari penelitian melalui generalisasi objek penelitian untuk populasi masyarakat yang tidak sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Singarimbun dan Effendi (1989) yang menyebutkan bahwa keuntungan utama dari penggunaan metode penelitian survai yaitu memungkinkan pembuatan generalisasi untuk populasi yang besar.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian yang mengangkat judul Analisis Perbandingan Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga Petani dan Buruh Sandal di Desa Sukaharja Cijeruk - Bogor ini dilaksanakan di Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive). Wilayah yang dipilih merupakan salah satu desa yang sebagian besar dari masyarakat petani melakukan perubahan mata pencaharian ke sektor non-pertanian. Pemilihan lokasi ini dianggap sesuai dan dapat menjawab tujuan dari penelitian karena di lokasi ini sebagian besar masyarakat petani telah kehilangan lahannya akibat campur tangan dari calo-calo tanah yang merupakan perpanjangan tangan dari pihak pengembang (swasta). Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2013 sampai pada bulan April 2013. Lampiran 4 menyajikan jadwal pelaksanaan penelitian.

Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan data dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan peneiltian.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan berdasarkan metode penelitian yang digunakan. Pendekatan kuantitatif akan memperoleh data dari kuesioner yang ditanyakan langsung oleh peneliti kepada responden. Teknik pengumpulan data terkait hubungan antara karakteristik petani dengan perubahan mata pencaharian, faktor

Page 30: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

18

eksternal (pengaruh tetangga dan calo tanah) dengan perubahan mata pencaharian, dan hubungan antara perubahan mata pencaharian dengan tingkat kesejahteraan. Teknik kuesioner juga dikombinasi dengan teknik wawancara, selain dapat memberikan informasi-informasi tak terduga terkait penelitian yang berada di luar kuesioner juga dapat membantu responden dalam proses pengisian kuesioner.

Pendekatan kualitatif menghasilkan data primer dari hasil wawancara mendalam dengan beberapa informan yang dianggap memiliki peran penting dalam masyarakat, seperti tokoh-tokoh masyarakat desa, petani pemilik lahan, penggarap, calo tanah, serta petani yang telah berpindah mata pencaharian menjadi buruh sandal. Data ini juga diperoleh melalui pengamatan langsung serta bahan tertulis. Data-data tersebut meliputi data luas tanah pertanian, jumlah penduduk desa berdasarkan mata pencaharian, serta komoditi pertanian di wilayah desa. Sementara data sekunder diperoleh dari data profil desa serta data-data penunjang dari berbagai instansi yang dibutuhkan dalam proses penelitian. Berbagai kombinasi metode penelitian seperti yang telah dijelaskan sebelumnya menghasilkan dua jenis data yang akan digunakan dalam proses pengolahan data, kedua jenis data tersebut yaitu primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, kuesioner, dan wawancara mendalam, sedangkan data sekunder diperoleh melalui literatur pustaka dan data-data dari berbagai instansi yang terkait.

Populasi sampling dalam penelitian ini yaitu seluruh masyarakat atau penduduk Desa Sukaharja baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan kerangka sampling dari populasi tersebut yaitu kepala rumahtangga di Desa Sukaharja yang bermatapencaharian sebagai petani dan kepala rumahtangga di Desa Sukaharja yang bermatapencaharian sebagai buruh sandal. Kriteria pemilihan kerangka sampling untuk kepala rumahtangga yang bermatapencaharian sebagai buruh sandal yaitu adalah kepala rumahtangga yang sebelumnya bermatapencaharian sebagai petani. Unit analisis dalam penelitian ini yaitu rumahtangga. Pemilihan responden ini dilakukan dengan metode sampel acak terstratifikasi (stratified random sampling). Pemilihan sampel pada petani dilakukan dengan cara memilih sampel dari kerangka sampling yang unsurnya adalah petani yang berasal dari rumahtangga yang berbeda dan berstatus sebagai kepala rumahtangga, sedangkan pemilihan sampel pada buruh sandal dilakukan dengan cara memilih sampel dari kerangka sampling yang unsurnya adalah buruh sandal yang sebelumnya bermatapencaharian sebagai petani. Jumlah kerangka sampling yang ada sebanyak 40 rumahtangga petani dan sebanyak 34 rumahtangga buruh sandal. Responden yang dipilih sebanyak 40 orang dengan proporsi 20 orang kepala rumahtangga yang bermatapencaharian sebagai petani dan 20 orang kepala rumahtangga yang bermatapencaharian sebagai buruh sandal.

Teknik Pengolahan dan Analisa data

Data yang telah diperoleh melalui berbagai metode pengumpulan data, baik data kuantitatif maupun kualitatif, selanjutnya diproses guna mendapat jawaban atas tujuan dari penelitian ini. Tipe data yang digunakan yaitu data nominal dan ordinal. Sementara itu, untuk pengujian tiap-tiap hipotesis menggunakan tabel frekuensi, tabulasi silang (crosstab), dan uji korelasi chi square (khi-kuadrat).

Page 31: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

19

Analisis data dengan uji korelasi chi square selanjutnya akan memberikan gambaran umum mengenai hubungan antar variabel yang diteliti.

Data yang telah diperoleh ditabulasi menggunakan Microsoft Excel 2007 dan diolah dengan menggunakan Software SPSS for Windows 16.0. Selain menggunakan SPSS for Windows, data ini juga diperkuat dengan hasil wawancara mendalam dengan beberapa informan sebagai data kualitatif. Data kualitatif diolah langsung di lapangan melalui 3 tahapan, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Pengujian hubungan chi square dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel (bivariat) yang salah satu variabelnya nominal. Rumus chi square adalah sebagai berikut.

Dimana:

: Nilai chi-kuadrat fe : Frekuensi yang diharapkan fo : Frekuensi yang diperoleh/diamati Hasil uji chi square ( ) kemudian digunakan untuk ,melihat keeratan

hubungan antara variabel-variabel dengan rumus Kontingensi (C). makin besar C berarti hubungan antara dua variabel makin erat. C berkisar antara 0 dan 1 (Singarimbun dan Effendi 2006). Uji chi square pada penelitian ini digunakan untuk mengukur hubungan antara karakteristik individu (skala ordinal), yaitu usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan tingkat ketergantungan terhadap lahan dengan perubahan mata pencaharian (skala nominal). Rumus Koefisien Kontingensi (C):

Dimana: C : Koefisien Kontingensi

: Kai Kuadrat N : Jumlah Data Tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 10

persen atau pada taraf nyata α 0.1, yang berarti memiliki tingkat kepercayaan 90 persen. Nilai probabilitas (P) yang diperoleh dari hasil pengujian dibandingkan dengan taraf nyata untuk menentukan apakah hubungan antara variabel nyata atau tidak. Bila nilai P lebih kecil dari taraf nyata α 0.1 maka hipotesis diterima, terdapat hubungan nyata, dan nilai koefisien korelasi γs digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara dua variabel. Sebaliknya bila nilai P lebih besar dari taraf nyata α 0.1 maka hipotesis tidak diterima, yang berarti tidak terdapat hubungan nyata dan nilai koefisien korelasi γs diabaikan.

Page 32: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

20

Page 33: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

21

STRUKTUR PENDUDUK DESA SUKAHARJA

Letak Geografis

Desa Sukaharja merupakan bagian dari Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Sukaharja berbatasan dengan Kelurahan Mulyaharja dan Kecamatan Bogor Selatan di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Gunung Salak dan Kecamatan Cijeruk, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Sukamantri dan Kecamatan Taman Sari. Jarak desa ini dari Kecamatan Cijeruk yaitu 17 kilometer dan membutuhkan waktu 45 menit untuk lama tempuhnya.

Berdasarkan data potensi desa pada tahun 2012, luas wilayah Desa Sukaharja adalah ±534.56 hektar. Wilayah Desa Sukaharja berada pada ketinggian 600 mdpl dengan suhu rata-rata harian mencapai 24-28° C. Kondisi ini sangat cocok untuk pertanian sayuran dan buah-buahan. Oleh karena itu, lahan pertanian di desa ini lebih banyak ditanami komoditas sayuran dan buah-buahan, seperti jagung, nenas, dan mentimun.

Kependudukan, Sarana, dan Prasarana

Masyarakat Desa Sukaharja memiliki jumlah penduduk sebanyak 12 108 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 6 426 jiwa dan perempuan sebanyak 5 682 jiwa. Terdapat 2 891 kepala keluarga di desa ini. Sebagian masyarakat Desa Sukaharja beragama Islam. Sebanyak 12 050 jiwa beragama Islam dan sisanya sebanyak 58 jiwa beragama Protestan. Desa Sukaharja memiliki 1 unit Puskesmas, 1 unit Pos KB, dan 10 unit Posyandu. Desa ini memiliki 7 unit Sekolah Dasar, 1 unit Sekolah Menengah Pertama, 1 unit Madrasah Ibtidaiyah, dan 1 unit Madrasah Tsanawiyah. Walaupun memiliki sarana pendidikan yang cukup memadai, sebagian besar masyarakat Desa Sukaharja berpendidikan rendah. Sebanyak 8 981 jiwa atau 74.17 persen hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SD/sederajat. Sedangkan jumlah penduduk yang berpendidikan SMP adalah 1 256 jiwa (10.37%), SMA sebanyak 1 606 jiwa (13.26%), dan perguruan tinggi sebanyak 265 jiwa (2.19%). Distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tersaji pada Tabel 1.

Jumlah angkatan kerja yang berada di Desa Sukaharja adalah sebanyak 5 659 jiwa yang terdiri atas 2 887 jiwa laki-laki dan 2 772 jiwa perempuan. Jumlah tersebut dibagi atas 2 bagian, yaitu angkatan kerja yang bekerja dan angkatan kerja yang tidak atau belum bekerja. Kategori angkatan kerja yang tidak atau belum bekerja juga meliputi penduduk angkatan kerja yang sudah pernah bekerja namun sedang tidak bekerja. Jumlah angkatan kerja yang bekerja berjumlah 2 542 jiwa dan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, sedangkan jumlah angkatan kerja yang tidak atau belum bekerja berjumlah 3 117 jiwa dan sebagian besar berjenis kelamin perempuan.

Page 34: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

22

Tabel 1 Jumlah angkatan kerja penduduk Desa Sukaharja menurut tingkat pendidikan tahun 2012

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Tidak Sekolah 305 3.4 SD/Sederajat 6 435 71.69 SMP/Sederajat 895 9.97 SMA/Sederajat 1 150 12.82 Perguruan Tinggi 190 2.12

Total 8975 100 Sumber: Data Monografi Desa Sukaharja (2012)

Tabel 2 Potensi tenaga kerja di Desa Sukaharja tahun 2012

Tenaga Kerja Laki-laki Perempuan Total Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Penduduk Usia 18-56 Tahun yang Bekerja

1 757 14.5 785 6.5 2 542 21.0

Penduduk Usia 18-56 Tahun yang Tidak atau Belum Bekerja

1 130 9.3 1 987 16.4 3 117 25.7

Penduduk Usia 0-6 Tahun 1 169 9.7 1 048 8.7 2 217 18.3 Penduduk Masih Sekolah Usia 7-18 Tahun

1 692 14.0 1 463 12.1 3 155 26.1

Penduduk Usia 56 Tahun Ke Atas

629 5.2 448 3.7 1 077 8.9

Total 6 377 52.7 5 731 47.3 12 108 100.0 Sumber: Data Monografi Desa Sukaharja (2012)

Potensi Desa

Masyarakat Desa Sukaharja memiliki tanah pertanian yang relatif sempit. Jumlah keluarga yang memiliki tanah pertanian adalah sebanyak 100 keluarga dan hampir seluruhnya hanya memiliki tanah seluas kurang dari satu hektar, sedangkan lahan seluas lebih dari satu hektar banyak dimiliki oleh warga di luar Desa Sukaharja. Sebelum adanya konversi lahan, sebagian besar penduduk desa ini memiliki lahan pertanian sendiri. Namun setelah masuknya pengembang (swasta) ke daerah ini dan membeli lahan warga, lebih banyak masyarakat yang tidak memiliki lahan, yaitu sebanyak 400 keluarga.

Mayarakat Desa Sukaharja umumnya memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Namun setelah hilangnya lahan pertanian kini banyak masyarakat yang berpindah ke bidang non-pertanian. Sebagian besar beralih menjadi karyawan swasta. Data jenis pekerjaan yang menjadi mata pencaharian pokok masyarakat Desa Sukaharja tersaji pada Tabel 4.

Page 35: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

23

Tabel 3 Status kepemilikan lahan pertanian di Desa Sukaharja tahun 2012

Kepemilikan Lahan Jumlah (Keluarga) Tidak Memiliki Lahan Pertanian 300 Memiliki Lahan Pertanian

Memiliki Kurang Dari 1 Ha 100 Memiliki 1.0-5.0 Ha - Memiliki 5.0-10- Ha - Memiliki Lebih Dari 10 Ha - Jumlah Total Keluarga Petani 400

Sumber: Data Monografi Desa Sukaharja Tahun 2012

Tabel 4 Mata pencaharian pokok penduduk Desa Sukaharja tahun 2012

Jenis Pekerjaan Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Petani/Buruh Tani 300 200 Pegawai Negeri Sipil 135 70 Pengrajin Industri Rumahtangga 96 18 Pedagang Keliling 95 27 Montir 13 - Pembantu Rumahtangga - 23 TNI 2 - POLRI 15 - Pensiunan PNS/TNI/POLRI 20 25 Pengusaha Kecil dan Menengah 400 - Dukun Kampung Terlatih - 4 Dosen Swasta 1 1 Karyawan Perusahaan Swasta 1 025 750 Karyawan Perusahaan Pemerintah 3 2 Total 1 080 1 120 Sumber: Data Monografi Desa Sukaharja Tahun 2012

Mata pencaharian yang paling dominan digeluti oleh masyarakat Desa

Sukaharja saat ini adalah karyawan perusahaan swasta, yaitu sebanyak 1 775 jiwa, baik laki-laki maupun perempuan. Banyak pula masyarakat yang beralih menjadi pengusaha kecil dan menengah. Usaha Kecil dan Menengah di Desa Sukaharja jenisnya beragam, mulai dari usaha sandal, konveksi, pakan ikan, kerupuk, dan lain sebagainya. Selain usaha dalam bentuk barang, terdapat usaha dalam bentuk jasa seperti jasa pengangkutan, warung serba ada, pengecer gas dan BBM, usaha air minum isi ulang, dan usaha jasa keterampilan.

Lahan pertanian di Desa Sukaharja merupakan lahan yang subur, namun hanya sedikit sekali lahan yang tersisa untuk pertanian dan perkebunan. Masyarakat memanfaatkan lahan tersebut untuk bercocok tanam. Jenis tanaman yang dominan ditanam oleh masyarakat desa ini adalah jagung dan nenas. Selain itu terdapat tanaman lain seperti padi, talas, kacang tanah, kacang panjang, ubi kayu, singkong, dan mentimun. Hasil pertanian jenis padi pada umumnya dikonsumsi sendiri, namun bila hasil panen sedang baik dan berlebih, sebagian hasilnya dijual ke pasar melalui pengecer.

Page 36: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

24

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 40 orang dengan proporsi 20 orang petani dan 20 orang buruh sandal yang sebelumnya bermatapencaharian sebagai petani. Responden untuk setiap rumahtangga diambil sebanyak 1 orang yang dianggap sebagai kepala rumahtangga dan dapat mewakili keadaan rumahtangga tersebut. Proporsi pemilihan responden sebanyak 20 orang petani dan 20 orang buruh sandal yang sebelumnya bermatapencaharian sebagai petani dimaksudkan untuk membandingkan antara kondisi rumahtangga petani dengan buruh sandal. Sub bab berikut ini akan menunjukkan jumlah dan persentase responden penelitian menurut jenis kelamin, usia, pendidikan, dan luas lahan.

Usia

Tabel 5 menunjukkan jumlah dan persentase responden penelitian menurut usia. Responden terbagi menjadi 2 kelompok usia, yaitu sebanyak 16 orang (40%) termasuk dalam kategori usia dewasa (34-44 tahun) sedangkan 24 orang (60%) termasuk dalam kategori dewasa lanjut (45-55 tahun). Berikut adalah tabel yang menyajikan jumlah dan persentase responden di Desa Sukaharja berdasarkan kelompok umur. Kategori-kategori tersebut didasarkan pada dugaan bahwa pada kelompok umur 34-44 tahun cenderung lebih dinamis dalam berubah mata pencaharian, sedangkan pada kelompok umur 45-55 tahun cenderung lebih konservatif dalam berpindah mata pencaharian.

Tabel 5 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia di Desa Sukaharja tahun 2013

Usia Jumlah (jiwa) Persentase (%) Dewasa 16 40 Dewasa Lanjut 24 60 Total 40 100 Sumber: Pengolahan data penelitian tahun 2013 Pendidikan

Tabel 6 menunjukkan jumlah dan persentase responden penelitian menurut tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh. Responden terbagi atas 3 kategori tingkat pendidikan, yaitu sebanyak 5 orang (12.5%) merupakan lulusan SD, 27 orang (67.5%) merupakan lulusan SMP, dan sisanya sebanyak 8 orang (20%) tidak menempuh jenjang pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden penelitian telah menempuh jenjang pendidikan hingga tingkat SD dan sebagian kecil telah sampai pada tingkat SMP. Meskipun begitu, masih terdapat sebagian lagi yang tidak menempuh bangku pendidikan. Berikut adalah tabel yang menyajikan jumlah dan persentase responden di Desa Sukaharja menurut tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh.

Page 37: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

25

Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sukaharja tahun 2013

Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) Tidak sekolah 8 20 SD 27 67.5 SMP 5 12.5

Total 40 100 Sumber: Pengolahan data penelitian tahun 2013 Luas Lahan

Tabel 7 menunjukkan jumlah dan persentase responden penelitian menurut luas lahan yang dimiliki. Responden terbagi menjadi 2 kategori luas lahan, yaitu sebanyak 28 orang (70%) termasuk dalam kategori lahan sempit (300-4 650 m2) sedangkan sisanya sebanyak 12 orang (30%) termasuk dalam kategori lahan luas (4 651-9 000 m2). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai lahan pertanian yang tergolong sempit. Berikut adalah tabel yang menyajikan jumlah dan persentase responden di Desa Sukaharja menurut luas lahan.

Tabel 7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan luas lahan di Desa Sukaharja tahun 2013

Luas lahan Jumlah (jiwa) Persentase (%) Sempit (300-4 650 m2) 28 70 Luas (4 651-9 000 m2) 12 30 Total 40 100

Sumber: Pengolahan data penelitian tahun 2013

Berdasarkan karakteristik responden tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian di Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor berada pada kelompok usia dewasa lanjut (45-55 tahun) dan telah menempuh pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar (SD). Sebagian besar responden penelitian juga tergolong dalam responden berlahan sempit.

Page 38: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

26

Page 39: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

27

MAKNA LAHAN BAGI MASYARAKAT

Lahan Sebagai Fungsi Ekonomi

Masyarakat Desa Sukaharja khususnya petani menilai lahan sangat bermakna secara ekonomis. Makna ekonomis yang dimaksud adalah sejauh mana ketergantungan petani terhadap lahan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Lahan adalah faktor produksi yang menentukan pendapatan dan kelangsungan hidup rumahtangga petani. Makna ekonomis juga dicirikan oleh penilaian harga lahan dengan kriteria kesuburan dan kedekatan dengan sarana perhubungan. Lahan dianggap sebagai bentuk harta yang dengan mudah dilepas kepemilikannya jika harga jualnya tinggi. Lahan ini dapat dijadikan alat untuk meningkatkan taraf hidup petani melalui usahataninya.

Masyarakat Desa Sukaharja menambahkan bahwa harga jual lahan harus lebih tinggi dari harga beli lahan tersebut. Hal ini memperlihatkan adanya perhitungan ekonomi dalam menilai lahan. Tinggi-rendahnya nilai lahan didasarkan pada kesuburan dan kedekatan dengan sarana perhubungan. Masyarakat menambahkan kriteria fisik lainnya yaitu ketersediaan air, jenis lahan, serta adanya permintaan terhadap lahan tersebut. Nilai sebuah lahan juga ditentukan oleh seberapa baik pengelolaan atau pengolahan yang dilakukan di lahan tersebut. Bila harga lahan dinilai cukup tinggi, maka pemilik lahan akan memilih menjual lahan untuk kemudian membeli lagi lahan yang lebih luas agar dapat meningkatkan hasil pertanian mereka.

Sebelum masuknya pihak pengembang (swasta), sekitar 10 tahun yang lalu, ketergantungan secara ekonomi terhadap lahan dapat dibilang cukup tinggi. Para petani mengatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari mereka pada saat situ sangat tergantung pada lahan. Oleh karena itu, kerusakan dan kehilangan sebuah lahan dapat menjadi masalah bagi petani karena sebagian besar petani di Desa Sukaharja tidak memiliki sumber pendapatan lain dari luar sektor pertanian.

“Dulu petani sini mah jarang yang punya usaha lain. Cuma

tanah itu satu-satunya sumber pendapatan mereka. Kalo ngga punya tanah, dibela-belain ngutang ato nyewa, soalnya cuma itu yang bisa diandelin buat mencukupi kebutuhan sehari-hari.” (UI, 49th, 8 April 2013)

Lahan Sebagai Fungsi Sosial

Pandangan umum menyatakan bahwa lahan atau penguasaan lahan adalah salah satu simbol kedudukan seseorang dan dapat dijadikan dasar pelapisan sosial dalam suatu masyarakat. Hal tersebut terlihat pada masyarakat desa atau masyarakat pertanian yang menggantungkan hidupnya pada lahan dan produktifitasnya. Lahan juga menjadi fasilitas pengikat kekerabatan melalui pola pewarisan lahan dalam keluarga, pengelolaan bersama dalam keluarga, maupun kerjasama dengan petani lainnya. Oleh sebab itu, lahan memiliki makna sosiologis bila dilihat dari status yang akan melekat pada seseorang karena penguasaan lahan serta fungsi sosial lahan yang memperkuat ikatan kekerabatan.

Page 40: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

28

Makna sosiologis yang dimiliki petani tergambar pada pola pewarisan lahan yang umumnya terjadi pada masyarakat pedesaan. Hal tersebut juga terlihat pada petani di Desa Sukaharja. Lahan merupakan aset penting yang menjadi tujuan untuk dimiliki oleh petani agar dapat diwariskan pada anak cucunya sehingga ikatan keluarga tidak terlepas ketika salah satu anggota keluarga meninggal dunia. Petani juga dapat merasakan kebanggaan tersendiri apabila mempunyai sesuatu yang bisa diwariskan yang dapat dimanfaatkan oleh anak cucu mereka. Lahan tidak hanya bernilai secara ekonomis, tetapi juga memiliki nilai sosial bagi orang tua dan anaknya.

“Tanah itu ngga akan saya jual. Tanah itu warisan orang tua

saya. Warisan bisa berarti titipan juga. Makanya ngga akan saya jual sampe kapanpun. Kalo udah ngga ada umur, saya bakal ngewarisin tanah itu ke amak-anak saya.” (CE, 32th, 11 April 2013)

Sebagian besar petani merasakan fungsi sosial lahan sebagai penguat ikatan

kekerabatan. Bentuk ikatan kekerabatan itu pun tidak hanya pada kalangan keluarga, tetapi juga mencakup petani lain yang tinggal di wilayah desa tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya keterbukaan petani berlahan luas untuk mempekerjakan petani lain yang tidak memiliki lahan atau berlahan sempit. Ikatan kekerabatan yang cukup terlihat di Desa Sukaharja dicirikan oleh adanya kelompok tani dan adanya adanya kenyataan bahwa antara sesama warga di desa ini saling mengenal satu sama lain.

Fungsi sosial lahan terlihat juga pada penetapan status seseorang berdasarkan penguasaan lahan, meskipun di Desa Sukaharja sudah tidak lagi menggunakan pengukuran kekayaan berdasarkan luas lahan yang dimiliki. Status seseorang dapat terlihat pada adanya perlakuan yang berbeda berdasarkan penguasaan lahannya. Namun kenyataannya penghargaan tersebut muncul karena adanya pengaruh yang dihasilkan dari penguasaan lahan seseorang. Makin luas penguasaan lahan seseorang, maka tingkat kesejahteraan, baik dari segi ekonomi maupun secara sosial, akan semakin meningkat.

Keterkaitan Antara Fungsi Ekonomi dan Fungsi Sosial Lahan

Fungsi sosial dari lahan memiliki keterkaitan dengan fungsi ekonomis lahan. Lahan atau penguasaan lahan merupakan salah satu simbol kedudukan seseorang dan dijadikan dasar pelapisan sosial dalam suatu masyarakat. Pada umumnya, pandangan tersebut merupakan akibat dari makna ekonomis lahan tersebut. Lahan sebenarnya tidak lagi dianggap sebagai penentu status sosial di Desa Sukaharja. Penentu status sosial pada masyarakat Desa Sukaharja adalah tingkat kesejahteraan dari individu itu sendiri. Akan tetapi lahan masih merupakan penentu dari kesejahteraan tersebut karena tingkat kesejahteraan ditentukan dari kemapanan ekonomi sebuah rumahtangga yang ekonominya bersumber dari lahan. Petani pada umumnya sangat menggantungkan hidupnya pada lahan mereka sehingga status sosial (kesejahteraan) yang melekat pada petani merupakan akibat dari fungsi ekonomi lahan tersebut.

Page 41: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

29

“Dulu waktu masih tani dia lumayan terpandang karena hartanya banyak. Wajar sih, lahannya juga luas.” (UI, 49th, 8 April 2013)

Sistem pewarisan lahan yang sampai sekarang masih dilakukan sebenarnya

juga merupakan akibat dari makna ekonomi dari lahan. Perebutan-perebutan warisan lahan seringkali masih terjadi terutama di pedesaan. Hal ini terjadi karena lahan yang akan diwariskan sangat bernilai dan merupakan penentu kelangsungan hidup mereka. Meskipun demikian, sistem pewarisan lahan tersebut dapat dikatakan juga sebagai penguat ikatan kekerabatan, ini terjadi ketika sistem pewarisan tersebut dilakukan dengan adil. Hal tersebut menunjukkan bahwa fungsi sosial lahan merupakan akibat dari fungsi ekonomis dari lahan tersebut.

Tingginya nilai lahan baik dari segi ekonomi maupun sosial membuat para pemilik lahan memanfaatkan semaksimal mungkin penggunaan lahan tersebut untuk berbagai bidang usaha. Apapun mereka lakukan demi mempertahankan hidup atau bahkan meningkatkan taraf hidup mereka, termasuk menjualnya agar mendapatkan modal untuk membuka pekerjaan lain di sektor non-pertanian. Hal ini bukan karena mereka menganggap lahan tersebut tidak bernilai, melainkan adanya desakan ekonomi yang membuat petani-petani tersebut merelakan lahan pertanian mereka.

“Sayang juga sih lahannya dijual. Tapi kalo saya ngga jual,

dari mana saya bisa dapet modal untuk buka bengkel sendal? Kondisi taninya juga lagi ngga bagus, kalo ngga cepet-cepet dijual bisa-bisa anak istri saya ngga makan. Cita-cita sih pengen beli lahan lagi yang lebih luas, nanti kalo saya udah ada uang dari hasil kerja sendal ini.” (AN, 45th, 13 April 2013)

Page 42: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

30

Page 43: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

31

LEPASNYA KEPEMILIKAN LAHAN DAN PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN

Perpindahan Kepemilikan Lahan dan Munculnya Bengkel Sandal di Desa Sukaharja

Pertanian di Desa Sukaharja merupakan tonggak kehidupan bagi masyarakatnya. Hal ini ditunjukkan dengan mata pencaharian utama bagi desa ini yaitudi bidang pertanian. Namun beberapa tahun terakhir kegiatan pertanian yang sudah dijalankan secara turun-temurun semakin berkurang. Masyarakat Desa Sukaharja dihadapkan dengan adanya permasalahan kepemilikan lahan dengan pihak pengembang (swasta). Pihak pengembang swasta melalui calo-calo tanahnya yang dengan berbagai cara mengambil lahan-lahan yang semula milik masyarakat Desa Sukaharja. Calo-calo tanah tersebut bahkan berasal dari Desa Sukaharja sendiri. Hal ini membuat banyak petani di Desa Sukaharja yang kehilangan lahan pertaniannya.

Akhirnya, banyak petani yang mengambil keputusan untuk menggarap lahan-lahan pertanian milik swasta yang belum dikonversi menjadi bangunan. Namun hal ini tidak dapat menjamin masyarakat petani dapat menggarap lahannya secara berkelanjutan. Sedikit demi sedikit salah satu pihak pengembang (swasta) yang bergerak di bidang perumahan real estate memperluas wilayah perumahannya sehingga menghilangkan kesempatan masyarakat petani untuk meneruskan garapan pertaniannya. Hingga saat ini, telah banyak tanah yang dikonversi menjadi bangunan-bangunan permanen sehingga luas tanah untuk digarap pun semakin sedikit.

Menurut masyarakat setempat, terdapat dua pihak pengembang (swasta) yang dominan menguasai tanah-tanah pertanian di Desa Sukaharja. Satu pihak pengembang yang bergerak di bidang perumahan real estate sedangkan pihak yang lain adalah perusahaan yang masyarakat setempat sebut sebagai PT. Menurut warga setempat, PT tersebut berdiri sekitar tahun 1970 dengan pusatnya berada di Jakarta dan telah ditutup sekitar tahun 1980. Telah banyak lahan pertanian yang diambil selama PT tersebut berdiri. Namun tanah milik PT hingga saat ini masih berupa tanah sehingga masih dapat digarap oleh masyarakat hingga sekarang. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa PT tersebut akan mengkonversi lahan mereka menjadi bangunan permanen.

“Tanah-tanah di sini udah hampir semuanya punya swasta.

Ada yang punya BNR, adajuga yang punya PT. Kalo BNR sampe sekarang sedikit-sedikit diperluas wilayahnya. Tapi kalo yang punya PT itu semuanya masih tanah, jadi bisa digarap. Sebenernya PT nya sekarang udah ngga ada, di Jakarta. Tapi itu kan tanah masih punya PT, jadi masyarakat juga ngga bisa apa-apa kalo sewaktu-waktu tanahnya diambil lagi.” (UI, 49th, 8 April 2013)

Adanya ketidakpastian dalam menggarap lahan pertanian membuat para

petani berinisiatif untuk berpindah mata pencaharian ke sektor non-pertanian. Hal ini dipicu juga oleh adanya pendatang yang membawa pengetahuan dan keahlian

Page 44: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

32

mengenai pembuatan sepatu dan sandal dan membuka bengkel sandal di Desa Sukaharja. Awalnya, pada tahun 2001 seorang pemuda yang bernama Ali dari Desa Cipelang menikah dengan gadis dari Desa Sukaharja dan menetap di Desa Sukaharja. Beberapa bulan kemudian Ali membuka bengkel sandal. Ali mempunyai atasan atau bos di Pasar Anyar Bogor dan di Jatinegara. Awalnya bengkel sandal ini hanya mempunyai beberapa pekerja/karyawan yang berasal dari desa lain. Namun kabar mengenai bengkel sandal ini cepat menyebar dan beberapa petani yang sedang “lengang” ikut membantu bekerja di bengkel tersebut. Petani yang awalnya hanya turut membantu kemudian menjadi karyawan tetap di bengkel tersebut. Beberapa tahun kemudian bengkel tersebut semakin besar dan dapat menyerap karyawan lebih banyak. Beberapa karyawan yang lebih senior kemudian melepaskan diri dan membuka bengkel sandal sendiri dan tenaga kerja yang diserap dari masyarakat Desa Sukaharja semakin banyak. Semakin lama akhirnya para petani pun yang awalnya keberatan untuk menjual lahannya kian hari semakin tergoda untuk bekerja menjadi buruh sandal. Tingginya keuntungan yang didapat dari membuka bengkel sandal menjadi alasan mereka untuk kemudian berpindah mata pencaharian menjadi buruh sandal.

Kini, para petani pemilik lahan banyak juga yang merelakan lahan pertanian mereka untuk dijadikan modal membuka bengkel sandal sendiri. Hasil yang lebih pasti menjadi pemicu utama mereka untuk berpindah mata pencaharian dari sektor pertanian. Berikut ungkapan dari salah satu petani yang telah berpindah mata pencahariannya.

“Sekarang kalo lahan saya ditanami jagung atau nenas, susah

buat mencukup kebutuhan keluarga. Panen nenas belum tentu ada hasil. Jagung cuma cukup buat sehari-hari, itu juga kurang. Kalo saya buka bengkel sendal kan minimal ada pemasukan lah tiap minggu.” (AK, 40th, 12 April 2013)

Hubungan Karakteristik Individu dengan Perubahan Mata Pencaharian

Minimnya penghasilan dari bercocok tanam oleh sebagian besar petani membuat mereka semakin terhimpit dalam hal pemenuhan kebutuhan rumahtangga. Kondisi ini membuat banyak petani yang menerapkan prinsip pola nafkah ganda, dalam hal ini tidak hanya kepala keluarga saja yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan rumahtangga. Istri atau anak turut bekerja menjadi buruh tani demi menutupi kekurangan dalam hal pemenuhan rumahtangga mereka. Namun usaha tersebut dirasa masih belum cukup karena biaya hidup yang semakin meningkat. Oleh karena itu, perubahan mata pencaharian dirasa dapat menjadi solusi dari permasalahan yang mereka hadapi. Dalam hal ini, mereka mengubah mata pencaharian mereka menjadi buruh sandal demi mempertahankan hidup mereka dengan asumsi pekerjaan tersebut akan lebih dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka.

Karakteristik individu merupakan faktor yang diduga berhubungan dengan perubahan mata pencaharian. Dalam kasus ini, aspek-aspek karakeristik masyarakat yang berhubungan dengan perubahan mata pencaharian adalah usia, tingkat pendidikan, dan tingkat ketergantungan terhadap lahan. Sedangkan aspek

Page 45: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

33

yang tidak berhubungan dengan perubahan mata pencaharian adalah jumlah tanggungan anggota rumahtangga.

Usia merupakan salah satu faktor penentu masyarakat petani Desa Sukaharja mengubah mata pencahariannya. Distribusi responden berdasarkan kelompok usia dan mata pencaharian disajikan dalam tabel 8.

Tabel 8 Jumlah responden berdasarkan usia dan mata pencaharian

Usia Mata Pencaharian

Total Petani Buruh Sandal

Muda 5 11 16 Tua 15 9 24 Total 20 20 40

Sumber: Pengolahan data penelitian tahun 2013

Tabel silang tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara

usia dengan perubahan mata pencaharian. Dapat dilihat pada tabel, dari 16 petani bergolongan usia muda, 11 di antaranya berubah mata pencahariannya menjadi buruh sandal sedangkan dari total 24 petani bergolongan usia tua 15 di antaranya memilih untuk tetap bermata pencaharian sebagai petani.

Nilai hubungan tersebut didukung oleh hasil analisis chi square. Analisis chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara usia petani dengan perubahan mata pencaharian, yaitu dengan nilai probabilitas sebesar 0.03 yang nilainya lebih kecil dari 0.1 (α=0.1). Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa pada kasus perubahan mata pencaharian di Desa Sukaharja, petani berusia muda akan cenderung berpindah mata pencahariannya menjadi buruh sandal. Hal ini diduga karena masyarakat berusia muda cenderung malas untuk bekerja di ladang. Selain itu mata pencaharian sebagai petani dianggap kurang dapat memenuhi kebutuhan rumahtangga, terutama dalam hal konsumsi. Pada umumnya masyarakat Desa Sukaharja tergolong pada keluarga kurang mampu. Dengan ketidakmampuan tersebut, masyarakat lebih memilih untuk berpindah mata pencaharian dengan harapan dapat mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari, terutama dalam hal konsumsi. Meskipun demikian, ada sebagian dari responden berusia muda yang tetap bermatapencaharian sebagai petani. Hal ini dapat dilihat dari kutipan responden berusia muda berikut.

“Saya sih dari dulu sampe sekarang masih tani, soalnya

ngikutin orang tua. Ini tanah juga tanah warisan orang tua saya, jadi saya tetep ngga mau ngejual lahan ini. Tetangga sih ada yang jadi buruh sendal, saya pernah diajak kerja juga. Tapi kalo saya kerja sendal lahannya jadi ngga kepakai dong.” (CE, 32th, 11 April 2013)

Pada kasus perubahan mata pencaharian di Desa Sukaharja, tingkat

pendidikan diduga berhubungan dengan perubahan mata pencaharian. Tabel 9 menunjukkan hubungan antara tingkat pendidikan petani dengan perubahan mata pencaharian.

Page 46: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

34

Tabel 9 Jumlah responden menurut tingkat pendidikan dan mata pencaharian di Desa Sukaharja

Tingkat Pendidikan Mata Pencaharian

Total Petani Buruh Sandal

Rendah 20 15 35 Tinggi 0 5 5 Total 20 20 40

Sumber: Pengolahan data penelitian tahun 2013

Pada tabel 9 terlihat bahwa semua responden yang tetap bermata pencaharian sebagai petani berpendidikan rendah. Berbeda halnya dengan petani yang berpindah mata pencahariannya menjadi buruh sandal, dari total 20 responden terdapat 5 responden yang tingkat pendidikannya tergolong tinggi. Analisis chi square juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan perubahan mata pencaharian. Hasil analisa tersebut ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 0.017 yang nilainya lebih kecil dari 0.1 (α=0.1). Hal ini menunjukkan bahwa perubahan mata pencaharian dilakukan oleh petani yang tingkat pendidikannya tergolong tinggi. Hal ini diduga karena petani yang berpendidikan akan lebih bijaksana dalam mengambil keputusan untuk berpindah mata pencaharian atau tidak.

Berbeda dengan kedua faktor sebelumnya, jumlah tanggungan anggota rumahtangga ternyata tidak berhubungan dengan perubahan mata pencaharian di Desa Sukaharja. Secara logika, perbedaan jumlah tanggungan anggota rumahtangga akan mempengaruhi petani untuk berpindah mata pencaharian. Bila jumlah tanggungan semakin banyak maka peluang seorang petani untuk berpindah mata pencaharian akan semakin besar. Begitu juga sebaliknya, bila jumlah tanggungan semakin sedikit maka peluang seorang petani untuk berpindah mata pencaharian akan semakin kecil.

Kenyataannya menunjukkan hal yang berbeda pada kasus perubahan mata pencaharian di Desa Sukaharja. Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar responden baik yang sudah berpindah mata pencaharian menjadi buruh sandal maupun yang masih menjadi petani keduanya mempunyai jumlah tanggungan anggota rumahtangga yang tinggi. Dari total 40 responden, hanya 6 responden yang jumlah tanggungan anggota rumahtangganya tergolong rendah. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang tetap menjadi petani yang jumlah tanggungan anggota rumahtangganya tergolong tinggi.

Tabel 10 Jumlah responden menurut jumlah tanggungan anggota rumahtangga dan mata pencaharian di Desa Sukaharja

Jumlah Tanggungan Anggota Rumahtangga

Mata Pencaharian Total

Petani Buruh Sandal Rendah 2 4 6 Tinggi 18 16 34 Total 20 20 40

Sumber: Pengolahan data penelitian tahun 2013

Page 47: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

35

Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jumlah tanggungan anggota rumahtangga dengan perubahan mata pencaharian petani. Hasil analisa tersebut ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 0.376 yang nilainya lebih besar dari 0.1 (α=0.1). Analisis ini menolak dugaan yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jumlah tanggungan anggota rumahtangga dengan perubahan mata pencaharian yang dilakukan petani di Desa Sukaharja.

Menurut informasi masyarakat setempat, perubahan mata pencaharian di Desa Sukaharja lebih dikarenakan faktor lain yang menekan mereka, seperti kesulitan ekonomi dan tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

“Jumlah anaknya sedikit juga belum tentu dia bisa cukup untuk

sehari-hari. Tapi ada juga yang hasilnya Alhamdulillah cukup terus tapi anaknya banyak. Kalo soal ganti pekerjaan, itu tergantung sama apakah hasilnya bisa cukup untuk sehari-hari ato engga. Ada juga yang sebenernya udah cukup sebagai petani, tapi karena masih pengen nambah jadinya buka bengkel sendal. Itu sah-sah aja kan ” (UI, 49th, 8 April 2013)

Faktor yang terakhir adalah tingkat ketergantungan terhadap lahan. Petani

pada umumnya sangat tergantung pada lahan demi mempertahankan hidupnya. Namun tingkat ketergantungan tersebut berbeda-beda sesuai kebutuhannya dalam mengolah lahan tersebut. Ada petani yang menggantungkan hidup sepenuhnya pada lahan, tetapi ada pula yang hanya menjadikan lahan pertanian sebagai sumber penghasilan sampingan.

Tabel 11 Jumlah responden menurut tingkat ketergantungan terhadap lahan dan mata pencaharian di Desa Sukaharja

Tingkat Ketergantungan Terhadap Lahan

Mata Pencaharian Total

Petani Buruh Sandal Rendah 8 20 28 Tinggi 12 0 12 Total 20 20 40

Sumber: Pengolahan data penelitian tahun 2013

Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat ketergantungan lahan terhadap perubahan mata pencaharian petani. Dari total 20 responden petani, 12 responden di antaranya menggantungkan hidup sepenuhnya pada lahan dan sisanya sebanyak 8 responden tidak sepenuhnya bergantung pada lahan pertaniannya. Responden yang tidak menggantungkan hidup sepenuhnya pada lahan pertaniannya mengaku mempunyai pekerjaan sampingan selain menjadi petani. Dari 8 responden tersebut juga ada yang mempekerjakan buruh untuk menggarap lahannya. Fakta tersebut dapat dilihat dari kutipan hasil wawancara berikut.

“Penghasilan saya cuma dari tanah itu aja. Ngga ada

sampingan yang lain. Makanya suka ada saatnya ngga ada hasil,

Page 48: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

36

ya ujung-ujungnya ngutang lagi. Tapi Alhamdulillah setaun ini lagi bagus terus hasilnya, ngga pernah gagal.” (WA, 50th, 11 April 2013)

“Saya selain ngewarung punya tanah juga di atas. Ada lah

berapa meter, untuk ditanamin nenas. Yang ngegarap bukan saya, ada 2 orang yang ngegarap, saya juga ikut ngebantu garap, ibu sama anak gantian jaga warung. Ya itung-itung ngebantu mereka lah, daripada ngga ada penghasilan kan.” (TA, 45th, 11 April 2013)

Tabel 11 juga menunjukkan bahwa tidak ada responden yang telah berpindah mata pencaharian menjadi buruh sandal yang menggantungkan hidup sepenuhnya pada lahan. Sebagian dari total 20 responden telah menjual lahannya kepada calo tanah dan sebagian lagi masih mempunyai sedikit lahan untuk digarap oleh buruh tani. Fakta tersebut dapat dilihat dari kutipan hasil wawancara dari dua responden yang telah berpindah mata pencaharian menjadi buruh sandal.

“Dulu saya punya lumayan luas lah tanah. Ada setengah

hektar mah. Waktu panennya ngga hasil saya iseng tuh kerja di bengkel sendal sodara di ciomas. Ternyata hasilnya lumayan juga. Ada lah kira-kira setahun saya kerja di bengkel sendal itu, akhirnya tanahnya ngga kepakai karena masih ada penghasilan dari jual pulsa sama warung. Ya saya jual aja setengahnya, setengah lagi buat digarap orang lain. Kalo ada hasil ya dibagi dua” (TU, 45th, 13 April 2013)

“Dulu sempet tani, tapi ngga lama. Terus saya ikut kerja di

bengkel sendal sama paman. Lama-lama saya betah juga kerja di bengkel sendal. Akhirnya saya jual tanah saya buat buka bengkel sendal sendiri. Daripada mubazir ngga kepakai tanahnya ya mending saya jadiin modal buat buka bengkel sendal kan.” (NC, 45th, 13 April 2013)

Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata

antara tingkat ketergantungan terhadap lahan dengan perubahan mata pencaharian petani. Hasil analisis tersebut ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 0.000, yang lebih kecil dari 0.1 (α=0.1). Analisis ini memperkuat dugaan bahwa perubahan mata pencaharian yang dilakukan oleh responden ada hubungannya dengan tingkat ketergantungan responden tersebut terhadap lahan. Buruh sandal mempunyai penghasilan lain di samping dari lahan pertaniannya saat masih menjadi petani. Sedangkan petani yang tidak berpindah mata pencaharian sebagian besar menggantungkan hidup sepenuhnya pada lahan pertaniannya.

Hubungan Intervensi Pihak Luar dengan Perubahan Mata Pencaharian

Intervensi pihak luar sebagai faktor eksternal juga merupakan faktor yang diduga berhubungan dengan perubahan mata pencaharian di Desa Sukaharja.

Page 49: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

37

Aspek-aspek yang berhubungan dengan perubahan mata pencaharian adalah pengaruh tetangga sedangkan yang tidak berhubungan adalah pengaruh calo tanah.

Jumlah petani yang berpindah mata pencaharian dari tahun ke tahun semakin banyak. Sangat dimungkinkan bahwa pesatnya perubahan mata pencaharian disebabkan karena pengaruh tetangga. Masyarakat petani turut berpindah mata pencaharian menjadi buruh sandal karena melihat tetangga yang telah menjadi buruh sandal lebih dulu mendapatkan hasil yang lebih pasti dari hasil pertanian.

Analisis statistik dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian ini. Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara jumlah tetangga yang berpindah mata pencaharian dengan perubahan mata pencaharian. Dari tabel 12 terlihat bahwa dari total 20 petani yang telah berpindah mata pencaharian, terdapat 16 orang yang pengaruh tetangganya tergolong tinggi sedangkan terdapat 15 orang petani yang pengaruh tetangganya tergolong rendah dari total 20 orang.

Tabel 12 Jumlah responden menurut pengaruh tetangga dan mata pencaharian di Desa Sukaharja

Pengaruh Tetangga Mata Pencaharian

Total Petani Buruh Sandal

Rendah 15 4 19 Tinggi 5 16 21 Total 20 20 40

Sumber: Pengolahan data penelitian tahun 2013

Analisis chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara pengaruh tetangga dengan nilai probabilitas sebesar 0.000 yang lebih kecil dari 0.1 (α=0.1). Hal ini dikarenakan para petani berpindah mata pencaharian karena adanya dorongan dari tetangga mereka. Walaupun sebagian besar dari mereka mengaku bahwa perpindahan mata pencaharian ini merupakan inisiatif sendiri, inisiatif tersebut dilakukan setelah melihat tetangga-tetangga mereka yang telah berhasil.

“Saya jadi buruh sendal bukan karena siapa-siapa sih. Emang

keinginan saya sendiri. Saya cuma pengen ngikutin aja tetangga saya yang ekonominya jadi lumayan setelah jadi buruh sendal.” (SU, 45th, 12 April 2013)

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa jumlah tetangga petani yang

berpindah mata pencaharian memiliki pengaruh bagi petani-petani lain untuk turut berpindah mata pencaharian. Ada juga yang berpendapat bila tidak ada yang mulai membuka bengkel sandal, kemungkinan besar kegiatan pertanian di Desa Sukaharja masih tetap seperti sebelumnya.

Seperti halnya dengan pengaruh tetangga, pengaruh calo tanah juga terbukti berhubungan dengan perubahan mata pencaharian. Tabel 13 menunjukkan bahwa dari total 20 petani yang berganti mata pencaharian menjadi buruh sandal, terdapat 17 orang yang pengaruh calo tanahnya tergolong tinggi. Begitu juga dengan

Page 50: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

38

responden yang tetap menjadi petani, terdapat 13 orang yang pengaruh calo tanahnya tergolong rendah.

Tabel 13 Jumlah responden menurut pengaruh calo tanah dan mata pencaharian di Desa Sukaharja

Pengaruh Calo Tanah Mata Pencaharian

Total Petani Buruh Sandal

Rendah 13 3 16 Tinggi 7 17 24 Total 20 20 40 Sumber: Pengolahan data penelitian tahun 2013

Analisis kemudian dilanjutkan dengan analisis chi square pada Tabel 13

yang menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata antara pengaruh calo tanah dengan perubahan mata pencaharian di Desa Sukaharja, yaitu dengan nilai probabilitas sebesar 0.001 yang nilainya lebih besar dari 0.1 (α=0.1). Analisis ini memperkuat dugaan yang menyatakan bahwa perubahan mata pencaharian yang dilakukan para petani ada hubungannya dengan pengaruh calo tanah. Hal ini diduga karena sebagian besar petani mendapat tawaran harga yang tinggi dari para calo tanah.

Para calo tanah ini memberikan iming-iming harga di atas rata-rata harga tanah di desa ini. Dampaknya, petani-petani ini banyak yang mengambil kesempatan dengan iming-iming tersebut. Pada dasarnya, harga yang diberikan para calo tanah hanya sedikit di atas rata-rata namun karena adanya desakan ekonomi, akhirnya responden pun tergiur untuk menjual lahannya. Pada akhirnya hasil penjualan lahan ini digunakan untuk membuka usaha lain, seperi bengkel sandal. Hal ini berkaitan dengan kutipan-kutipan berikut.

“Sebenernya harga yang ditawar cuma sedikit di atas rata-rata,

tapi ya karena saya juga butuh uangnya. Hasil panen juga lagi kurang bagus. Ya saya terima aja. Uangnya bisa buat kebutuhan sehari-hari lah, sama bisa buat modal kerja yang lain.” (AD, 45th, 13 April 2013)

“Biasanya saya nawar sesuai harga rata-ratanya dulu,

biasanya sih ditolak. Terus saya tambahin seratus dua ratus. Misalnya dari harga yang semeternya Rp500 000 saya tawar Rp600 000 ato Rp700 000. Biasanya harga segitu petani pada mau. Dari harga segitu saya bisa jual satu juta sampe satu setengah.” (JE, 52th, 15 April 2013)

Page 51: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

39

PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN

Perubahan Mata Pencaharian dan Kesejahteraan Ekonomi

Lahan merupakan aset yang paling penting bagi petani di Desa Sukaharja karena merupakan sumber mata pencaharian utama bagi petani di sana. Ketika lahan ini kemudian berpindah status kepemilikannya, secara logika sumber mata pencaharian bagi petani tersebut juga turut bergeser dari pertanian ke non-pertanian. Banyak petani di Desa Sukaharja yang berpindah mata pencahariannya menjadi buruh sandal dengan alasan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Tingkat kesejahteraan (welfare) merupakan konsep yang digunakan untuk menyatakan kualitas hidup suatu masyarakat atau individu di suatu wilayah pada satu kurun waktu tertentu. Yosep (1996) menyatakan bahwa kesejahteraan itu bersifat luas yang dapat diterapkan pada skala sosial besar dan kecil, misalnya keluarga dan individu. Rasa sejahtera yang dimiliki bersifat relatif, tergantung bagaimana penilaian masing-masing individu terhadap arti kesejahteraan itu sendiri. Sejahtera bagi seseorang yang menganggap penting tingkat pendapatan belum tentu dapat juga dikatakan sejahtera bagi orang lain.

Masyarakat Desa Sukaharja mendefinisikan makna sejahtera dalam sebuah rumahtangga yaitu rumahtangga yang telah berhasil memenuhi kebutuhan primer seluruh anggota rumahtangganya (kebutuhan sandang, pangan, papan) serta kebutuhan penunjang (sekunder) seperti pendidikan dan peralatan rumahtangga.

Salah seorang tokoh masyarakat berpendapat bahwa kesejahteraan sebuah rumahtangga tidak hanya diukur dari unsur harta kekayaan saja, tetapi juga ada unsur rohani di dalamnya. Berikut penjelasan tokoh masyarakat tersebut terkait kesejahteraan.

“Buat saya, sejahtera itu bukan cuma punya harta, tapi punya

ketenangan batin juga. Percuma punya banyak harta kalo ngerasa kurang terus. Itu berarti dia belum bisa mencukupi yang dia dapat. Kalo menurut saya, sejahtera itu merasa cukup dengan apa yang dia dapat. Dia dapat sedikit tapi kalo sudah merasa cukup, itu bisa dibilang sejahtera.” (UI, 49th, 8 April 2013)

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kesejahteraan dapat diukur dengan

indikator materi. Mereka beranggapan bahwa ketenangan batin yang dimaksud UI dapat terwujud ketika kebutuhan jasmani dan materi telah tercukupi. Karenanya, masyarakat Desa Sukaharja khususnya petani giat bekerja untuk memenuhi tuntutan kesejahteraan. Namun mereka tidak dapat berbuat banyak ketika lahan yang mereka miliki berpindah status kepemilikannya.

Adanya ketidakpastian dalam menggarap lahan pertanian membuat para petani berinsiatif untuk berpindah mata pencaharian ke sektor non-pertanian. Hal ini dipicu juga oleh adanya pendatang yang membawa pengetahuan dan keahlian mengenai pembuatan sepatu dan sandal dan membuka bengkel sandal di Desa Sukaharja. Tingginya keuntungan yang didapat dari membuka bengkel sandal dengan segera membuat banyak masyarakat Desa Sukaharja termasuk petani turut

Page 52: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

40

bekerja menjadi buruh sandal. Kini, banyak petani pemilik lahan yang merelakan sebagian atau seluruh lahan pertanian mereka untuk dijadikan modal membuka bengkel sandal sendiri. Hasil yang lebih pasti menjadi pemicu utama mereka untuk berpindah mata pencaharian dari sektor pertanian. Berikut ungkapan dari salah satu petani yang telah berpindah mata pencaharian menjadi buruh sandal.

“Sekarang kalo lahan saya ditanami jagung atau nenas, susah

buat mencukup kebutuhan keluarga. Panen nenas belum tentu ada hasil. Jagung cuma cukup buat sehari-hari, itu juga kurang. Kalo saya buka bengkel sendal kan minimal ada pemasukan lah tiap minggu.” (AK, 40th, 12 April 2013)

Bila dilihat dari sisi ekonomi, perubahan mata pencaharian memberi dampak

yang cukup signifikan pada para petani. Petani yang awalnya mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, setelah menjadi buruh sandal dapat memenuhi kebutuhan sekunder seperti peralatan rumahtangga dan menyekolahkan anak. Mempunyai telepon seluler telah menjadi hal yang biasa bagi mereka. Anak-anak usia sekolah yang awalnya terlantar karena penghasilan orang tuanya sebagai petani tidak mampu untuk membiayai pendidikan mereka, kini bisa mengenyam pendidikan seperti anak-anak mampu lainnya.

Masalah pengangguran juga kini sedikit teratasi dengan adanya perubahan mata pencaharian ini. Masyarakat dari golongan kaum muda turut bekerja di bengkel-bengkel sandal. Bahkan kaum perempuan yang awalnya hanya bergantung pada suaminya atau bekerja di ladang, kini mampu mendapatkan penghasilan tambahan bagi rumahtangganya.

Pemaparan tersebut dapat membuktikan hipotesis penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang nyata antara perubahan mata pencaharian dengan tingkat kesejahteraan ekonomi petani. Hal ini dikarenakan para petani yang telah berpindah mata pencaharian menjadi buruh sandal pada umumnya telah dapat memperbaiki tingkat kesejahteraan mereka dari aspek ekonomi. Nilai hubungan tersebut dapat dibuktikan melalui perhitungan statistik. Digunakan indikator kesejahteraan menurut masyarakat setempat mengingat sulitnya memperoleh data terkait pola konsumsi rumahtangga untuk menguji hubungan antara perubahan mata pencaharian dengan tingkat kesejahteraan ekonomi. Nilai hubungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah responden menurut mata pencaharian dan tingkat kesejahteraan ekonomi

Mata Pencaharian Tingkat Kesejahteraan Ekonomi

Total Rendah Tinggi

Petani 20 0 20 Buruh Sandal 17 3 20 Total 37 3 40 Sumber: Pengolahan data penelitian tahun 2013

Terlihat pada Tabel 14 bahwa dari total 20 petani yang telah menjadi buruh

sandal terdapat 3 orang yang tingkat kesejahteraannya tergolong tinggi. Bila

Page 53: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

41

dibandingkan dengan petani yang tidak berpindah mata pencaharian, total 20 responden seluruhnya berada pada tingkat kesejahteraan yang tergolong rendah.

Analisis chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata antara perubahan mata pencaharian dengan tingkat kesejahteraan dari segi ekonomi. Hasil analisis ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 0.072 yang nilainya lebih kecil dari 0.1 (α=0.1). Hal ini menunjukkan bahwa pada kasus perubahan mata pencaharian di Desa Sukaharja, petani akan lebih sejahtera secara ekonomi apabila mereka berpindah mata pencaharian menjadi buruh sandal. Bila dilihat dari segi ekonomi, hasil dari mata pencaharian menjadi buruh sandal lebih menjanjikan dibandingkan dengan saat masih menjadi petani. Hasil dari pekerjaan buruh sandal ini juga lebih pasti bila dibandingkan dengan hasil pertanian yang hanya dapat dirasakan setelah menunggu masa panen yang paling tidak 3-4 bulan sekali.

Perubahan Mata Pencaharian dan Implikasinya terhadap Kesejahteraan

Sosial

Bila dilihat dari segi ekonomi, maka perubahan mata pencaharian dari petani menjadi buruh sandal dapat dikatakan membawa perubahan yang cukup signifikan. Namun pekerjaan sebagai petani dan buruh sandal sangatlah berbeda. Petani dapat dikatakan pekerjaan yang bersifat mandiri. Hal ini disimpulkan dari kondisi petani yang “merdeka”, tidak mempunyai atasan/bos dan menjadi bos untuk dirinya sendiri. Petani dapat dengan bebas menentukan kapan dia harus bekerja. Petani pada umumnya bekerja sejak pagi hingga sore setelah waktu salat Ashar. Buruh sandal bisa bekerja 24 jam dalam sehari untuk memenuhi tenggat waktu, sedangkan petani tidak mempunyai tenggat waktu dalam bekerja, karena seorang petani dapat menentukan sendiri kapan dia harus panen dan kapan dia harus menanam kembali bibit-bibitnya.

Buruh sandal dapat dikatakan cukup bergantung pada atasannya. Bila atasannya tidak memberikan order atau pesanan, maka buruh sandal tersebut bisa dikatakan “menganggur”. Belum lagi bila atasannya kemudian memberhentikan orderannya secara tiba-tiba karena mendapat hasil yang lebih memuaskan dari bengkel yang lain, atau bila buruh tersebut pindah tempat tinggal, maka buruh tersebut harus kembali mencari karyawan lain untuk dapat memenuhi tenggat waktu dan jumlah pesanan dari atasannya. Petani tidak bergantung pada atasannya karena dialah atasan bagi dirinya sendiri. Bila dilihat dari segi keberlanjutannya (sustainability), maka pekerjaan sebagai petani lebih sustainable bila dibandingkan dengan buruh sandal.

Waktu yang dihabiskan petani memang relatif lebih banyak dibandingkan dengan buruh sandal. Namun hal tersebut juga karena petani itu sendiri yang menentukan kapan mereka harus ke lahannya. Buruh sandal relatif lebih banyak bekerja di rumah, karena bengkel sandal tersebut memang dikembangkan di rumah sendiri. Namun waktu bekerja tidak dapat ditentukan sendiri karena mereka diberikan tenggat waktu oleh atasan mereka. Seperti telah disebutkan pada paragraf sebelumnya, bahwa buruh sandal bisa menghabiskan waktu 24 jam dalam sehari untuk menyelesaikan pekerjaannya. Memang buruh sandal mempunyai waktu “libur” pada akhir pekan dan petani relatif bekerja setiap hari, namun waktu bekerja seorang petani maksimal hanya sampai sore dan selebihnya dapat dipakai

Page 54: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

42

untuk melakukan kegiatan lainnya seperti berkumpul bersama anggota kelompok taninya atau mengikuti pengajian.

Saat panen, petani Desa Sukaharja mempunyai tradisi untuk membuat acara “selamatan”. Hal ini tentu dapat membuat interaksi antar petani lebih intens dan rasa keterikatan antar petani menjadi lebih erat, bila dibandingkan dengan buruh sandal yang hanya berhubungan dengan sesama karyawan saja. Tenggat waktu yang harus ditepati membuat interaksi antar karyawan menjadi sangat sedikit.

Page 55: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

43

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Fenomena perubahan mata pencaharian cukup marak terjadi pada masyarakat petani Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Fenomena tersebut dapat diidentifikasi melalui beberapa faktor, diantaranya adalah karakteristik petani yang meliputi usia, tingkat ketergantungan terhadap lahan, tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga serta adanya intervensi dari pihak luar. Pihak luar yang dimaksud adalah tetangga yang berpindah mata pencaharian dan para calo tanah. Perubahan mata pencaharian ini diikuti oleh adanya perubahan tingkat kesejahteraan, baik secara ekonomi maupun sosial. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor usia, tingkat ketergantungan terhadap lahan, serta tingkat pendidikan pada petani berhubungan nyata dengan adanya fenomena perubahan mata pencaharian para petani di Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Hasil analisa chi square menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut berhubungan dengan perubahan mata pencaharian petani dengan nilai probabilitas masing-masing adalah sebesar 0.03 pada faktor usia, 0.000 pada faktor tingkat ketergantungan lahan, dan 0.017 pada tingkat pendidikan. (< α = 0.1). Sedangkan faktor jumlah tanggungan keluarga tidak berhubungan dengan perubahan mata pencaharian yang dilakukan para petani di Desa Sukaharja. Hasil analisa chi square menolak adanya hubungan antara faktor jumlah tanggungan keluarga dengan perubahan mata pencaharian dengan nilai probabilitas sebesar 0.376 (> α = 0.1). Hal ini diduga karena terdapat faktor lain yang lebih menekan para petani untuk berpindah mata pencaharian, seperti faktor ekonomi dan tuntutan akan kehidupan yang lebih baik.

Penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi pihak luar juga berhubungan nyata dengan perubahan mata pencaharian yang dilakukan para petani di Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Hasil analisa chi square menunjukkan bahwa intervensi pihak luar yang meliputi adanya pengaruh tetangga yang berpindah mata pencaharian dan pengaruh dari para calo tanah berhubungan dengan perubahan mata pencaharian petani dengan masing-masing nilai probabilitas sebesar 0.000 pada pengaruh tetangga dan 0.001 pada pengaruh calo tanah. (< α = 0.1). Hal ini menunjukkan bahwa pada keluarga petani yang mendapat intervensi dari pihak luar terdapat kecenderungan untuk berpindah mata pencaharian lebih besar dibandingkan keluarga petani yang tidak mendapat intervensi dari pihak luar.

Penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena perubahan mata pencaharian yang dilakukan para petani berhubungan nyata dengan tingkat kesejahteraan rumahtangga. Hasil analisa chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perubahan mata pencaharian petani dengan tingkat kesejahteraan rumahtangga dengan nilai probabilitas sebesar 0.072. Namun perubahan mata pencaharian juga membawa implikasi terhadap kesejahteraan sosial pada para pelakunya. Pekerjaan sebagai petani lebih bersifat sustainable dan mandiri. Selain itu petani juga dapat mengelola waktu bekerjanya.

Page 56: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

44

Saran

Merujuk pada tujuan, manfaat, dan hasil penelitian, maka terdapat beberapa saran yang direkomendasikan sebagai berikut kepada:

1. Kalangan akademisi, dalam hal ini peneliti diharapkan dapat mengkaji lebih lanjut mengenai variabel lain yang lebih berhubungan dengan fenomena perubahan mata pencaharian petani di Desa Sukaharja maupun desa lainnya.

2. Pemerintah, diharapkan mampu membuat dan menyusun kebijakan yang memperhatikan keutamaan lahan-lahan pertanian dan mampu mengembangkan kesempatan usaha terutama UKM.

Page 57: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

45

DAFTAR PUSTAKA

[BPS]. Badan Pusat Statistik. 1995. Indikator kesejahteraan rakyat. Jakarta (ID): BPS.

[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2010. Jumlah dan distribusi penduduk. [Internet]. [diunduh 9 Mar 2013]. Tersedia pada: http://sp2010.bps.go.id.

Bahari S. 2002. Petani dalam perspektif moral ekonomi dan politik ekonomi dalam menuju keadilan agraria: 70 tahun Gunawan Wiradi. Bandung (ID): Yayasan AKATIGA.

Breman J dan Wiradi G. 2004. Masa cerah dan masa curam di pedesaan Jawa. Jakarta (ID): LP3ES.

Dharmawan AH. 2001. Farm household livelihood strategies and socio economic changes in rural Indonesian. Kiel (DE): Wissenschaftsverlag Vauk Kiel KG.

Ellis F. 2000. Rural livelihoods and diversity in developing countries. New York (US): Oxford University Press.

Johara JT. 1992. Rural livelihoods and diversity in developing countries. New York (US): Oxford University Press.

Purnomo AM. 2006. Strategi nafkah rumahtangga desa sekitar hutan (studi kasus desa peserta pengelolaan hutan bersama masyarakat di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sawidak M. 1985. Analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan ekonomi petani transmigrasi di Delta Upang, Sumatra Selatan, [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Shanin T. 1966. Peasantry as a political factor dalam Teode Shanin (ed.). 1971. Middlesex: Penguin Box.

Sihaloho M. 2004. Konversi lahan pertanian dan perubahan struktur agraria (studi kasus di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat). [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Singarimbun dan Effendi. 1989. Metode penelitian survai. Jakarta (ID): LP3ES. Soesilowati ES. 1988. Dampak industri PT Krakatau Steel terhadap masyarakat

pedesaan di daerah Cilegon. [Tesis]. [Internet]. [dikutip Februari 2011]. [Universitas Indonesia]. Dapat diunduh di: http://www.lontar.ui.ac.id/login.jsp?requester=file?file=digital/files/disk1/243/jkptuipp-gdl-s2-1988-endangsris-12148-t6795a.pdf.

Suhendar Edan Yohana BW. 1998. Petani dan konflik agraria. Bandung (ID): Yayasan AKATIGA.

Sumaryanto dan Sudaryanto. 2005. Pemahaman dampak negatif konversi lahan sawah sebagai landasan perumusan strategi pengendaliannya. Prosiding Seminar Penanganan Konversi Lahan dan Pencapaian Lahan Pertanian Abadi. Editor Sunito S, Purwandari H, Mardyaningsih R. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.

Sunarti E. 2006. Indikator keluarga sejahtera: sejarah pengembangan, evaluasi, dan keberlanjutannya. [Laporan Penelitian]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tambunan TTH. 2001. Industrialisasi di negara sedang berkembang: kasus Indonesia. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.

Page 58: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

46

Tjondronegoro SMP. 1999. Sosiologi agraria: kumpulan tulisan terpilih. Bandung (ID): AKATIGA

Wiradi G. 2008. Pola penguasaan tanah dan reforma agraria, dalam Sediono M.P. Tjondronegoro dan Gunawan Wiradi (Ed.), Seri pembangunan pedesaan: dua abad penguasaan tanah (pola penguasaan tanah pertanian di Jawa dari masa ke masa). Jakarta (ID): PT. Gramedia.

Wolf E. 1985. Perang petani. Bandung (ID): Insisst Press. Wulansari CD. 2009. Sosiologi (konsep dan teori). Bandung (ID): Refika Aditama. Yosep SM. 1996. Pengaruh program transmigrasi dan PIR terhadap struktur

keluarga dan tingkat kesejahteraan masyarakat tradisional Irian Jaya. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Page 59: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

47

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian (Desa Sukaharja)

Page 60: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

48

Lampiran 2 Pengolahan Data (Uji Statistik)

1. Hubungan usia dengan perubahan mata pencaharian

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.750 1.000 0.053

Continuity Correctionb 2.604 1.000 0.107

Likelihood Ratio 3.822 1.000 0.051

Fisher's Exact Test 0.105

Linear-by-Linear Association 3.656 1.000 0.056

N of Valid Casesb 40.000

2. Hubungan tingkat pendidikan dengan perubahan mata pencaharian

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 5.714 1.000 0.017

Continuity Correctionb 3.657 1.000 0.056

Likelihood Ratio 7.648 1.000 0.006

Fisher's Exact Test 0.047

Linear-by-Linear Association 5.571 1.000 0.018

N of Valid Casesb 40.000

3. Hubungan jumlah tanggungan dengan perubahan mata pencaharian

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 0.784 1.000 0.376

Continuity Correctionb 0.196 1.000 0.658

Likelihood Ratio 0.797 1.000 0.372

Fisher's Exact Test 0.661

Linear-by-Linear Association 0.765 1.000 0.382

N of Valid Casesb 40.000

Page 61: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

49

4. Hubungan tingkat ketergantungan terhadap lahan dengan perubahan mata pencaharian

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 17.143 1.000 0.000

Continuity Correctionb 14.405 1.000 0.000

Likelihood Ratio 21.949 1.000 0.000

Fisher's Exact Test 0.000

Linear-by-Linear Association 16.714 1.000 0.000

N of Valid Casesb 40.000

5. Hubungan pengaruh tetangga yang berpindah mata pencaharian dengan perubahan mata pencaharian

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 17.143 1.000 0.000

Continuity Correctionb 14.405 1.000 0.000

Likelihood Ratio 21.949 1.000 0.000

Fisher's Exact Test 0.000

Linear-by-Linear Association 16.714 1.000 0.000

N of Valid Casesb 40.000

6. Hubungan pengaruh calo tanah dengan perubahan mata pencaharian

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 10.417 1.000 0.001

Continuity Correctionb 8.438 1.000 0.004

Likelihood Ratio 11.035 1.000 0.001

Fisher's Exact Test 0.003

Linear-by-Linear Association 10.156 1.000 0.001

N of Valid Casesb 40.000

Page 62: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

50

7. Hubungan perubahan mata pencaharian dengan tingkat kesejahteraan ekonomi

Value Df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.243 1.000 0.072

Continuity Correctionb 1.441 1.000 0.230

Likelihood Ratio 4.402 1.000 0.036

Fisher's Exact Test 0.231

Linear-by-Linear Association 3.162 1.000 0.075

N of Valid Casesb 40.000

8. Hubungan perubahan mata pencaharian dengan tingkat kesejahteraan sosial

Value Df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 29.565 1.000 0.000

Continuity Correctionb 26.189 1.000 0.000

Likelihood Ratio 37.640 1.000 0.000

Fisher's Exact Test 0.000

Linear-by-Linear Association 28.826 1.000 0.000

N of Valid Casesb 40.000

Page 63: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

51

Lampiran 3 Kerangka Sampling

No. Nama Mata Pencaharian 1 UK Petani 2 TI Petani 3 DU Petani 4 OP Petani 5 OC Petani 6 MU Petani 7 IN Petani 8 AS Petani 9 CE Petani10 DN Petani 11 AM Petani 12 HA Petani 13 RI Petani 14 SU Petani 15 YA Petani16 ER Petani 17 MI Petani 18 AF Petani 19 YS Petani 20 DE Petani 21 JA Petani22 IA Petani 23 YU Petani 24 RH Petani 25 JE Petani 26 HL Petani 27 WA Petani28 DE Petani 29 MM Petani 30 TA Petani 31 SD Petani 32 IS Petani 33 SY Petani 34 TI Petani 35 ZR Petani 36 YU Petani 37 JR Petani 38 AD Petani

Page 64: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

52

39 YH Petani 40 SN Petani 41 MR Buruh Sandal 42 YM Buruh Sandal 43 AK Buruh Sandal 44 SU Buruh Sandal 45 LI Buruh Sandal 46 AL Buruh Sandal 47 ZT Buruh Sandal 48 HM Buruh Sandal 49 SK Buruh Sandal 50 IW Buruh Sandal 51 NM Buruh Sandal 52 FI Buruh Sandal 53 RM Buruh Sandal 54 JA Buruh Sandal 55 TN Buruh Sandal 56 EN Buruh Sandal 57 NI Buruh Sandal 58 AD Buruh Sandal 59 RM Buruh Sandal 60 MH Buruh Sandal 61 SL Buruh Sandal 62 TU Buruh Sandal 63 KA Buruh Sandal 64 IY Buruh Sandal 65 RD Buruh Sandal 66 US Buruh Sandal 67 AN Buruh Sandal 68 MW Buruh Sandal 69 AK Buruh Sandal 70 UT Buruh Sandal 71 TI Buruh Sandal 72 NC Buruh Sandal 73 AE Buruh Sandal 74 DD Buruh Sandal

Keterangan:

: terpilih sebagai responden penelitian

Page 65: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

53

Lampiran 4 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2013

Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni

4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4Penyusunan

proposal skripsi

Kolokium Perbaikan proposal

Pengambilan data lapang

Pengolahan dan analisis data

Penulisan draft skripsi

Uji Petik

Sidang skripsi Perbaikan laporan

penelitian

Page 66: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

54

Lampiran 5 Kuesioner Penelitian

KUESIONER DAMPAK KONVERSI MATA PENCAHARIAN TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN DI DESA SUKAHARJA CIJERUK - BOGOR

Peneliti bernama Bahari Ilmawan, merupakan mahasiswa Departemen

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Saat ini peneliti sedang melakukan penelitian terkait fenomena Perubahan Mata Pencaharian di Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan syarat bagi peneliti untuk mendapatkan gelar sarjana (S1).

Peneliti berharap Bapak/Ibu menjawab kuesioner ini dengan lengkap dan jujur. Perlu diperhatikan bahwa dalam pengisian kuesioner ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Apapun jawabannya akan menjadi data berharga bagi kelancaran penelitian ini. Identitas dan jawaban dijamin kerahasiaannya dan semata-mata hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi.

Atas waktu dan kesediaan Bapak/Ibu dalam pengisian kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.

I. IDENTITAS RESPONDEN Berilah tanda [ √ ] pada pilihan yang benar/sesuai ATAU isi jawaban

pada bagian yang disediakan: 1 Nama ………………………………. 2 Jenis Kelamin [ ] Laki-laki [ ] Perempuan

3 Alamat RT: …….. RW: …….. No: ……… Kelurahan: ……………………….. Kecamatan: ………………………

4 Pekerjaan [ ] Petani [ ] Buruh Sandal

Nomor Responden Tanggal Survei Tanggal entri data

Page 67: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

55

II. FAKTOR INTERNAL

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Umur: … tahun 2. Pendidikan terakhir:

( ) Tidak sekolah ( ) Tidak tamat SD ( ) Tamat SD/Sederajat ( ) Tamat SMP/Sederajat ( ) Tamat SMA/Sederajat

3. Jumlah tanggungan

c. Berapa jumlah anggota keluarga Anda (termasuk Anda)? ……….. orang

d. Berapa jumlah anggota yang masih menjadi tanggungjawab Anda (termasuk Anda)? ……….. orang

e. Apakah ada anak (usia sekolah) Anda yang masih bersekolah? ( ) Ya ( ) Tidak (langsung ke nomor 7) Jika tidak, apa alasannya? …………………………………………………….....

f. Berapa jumlah anak Anda yang masih sekolah? ……….. orang

4. Tingkat ketergantungan lahan a. Apa status lahan yang Anda miliki?

( ) Sewa ( ) Sakap ( ) Milik ( ) Gadai b. Berapa luas lahan yang Anda miliki?

………… ha c. Apakah Anda hanya bergantung pada lahan tersebut untuk

sumber penghasilan? ( ) Ya (langsung ke nomor 18) ( ) Tidak

d. Berapa persentasi pendapatan pertanian yang berasal dari lahan tersebut terhadap total pendapatan rumahtangga? …………. % pendapatan rumahtangga

e. Apakah ada bagian dari lahan Anda yang Anda jual? ( ) Ya ( ) Tidak (langsung ke nomor 20)

f. Berapa persentasi luas lahan yang Anda jual? …………. % lahan

III. FAKTOR EKSTERNAL

5. Pengaruh tetangga a. Apakah ada dari tetangga yang memiliki lahan pertanian di

sekitar lahan Anda yang menjual lahan pertaniannya kepada pihak Bogor Nirwana Residence? ( ) Ya ( ) Tidak

Page 68: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

56

b. Jika ada, berapa banyak? …………. orang

6. Pengaruh calo tanah

a. Apakah ada oknum yang mempengaruhi Anda agar menjual lahan kepada pihak calo tanah? ( ) Ya ( ) Tidak (langsung ke nomor 23)

b. Berapa kali oknum tersebut datang menemui Anda untuk kepentingan tersebut? …………. kali

7. Bantuan pemerintah a. Apakah pemerintah daerah mendukung pengembangan

pertanian di sini? ( ) Ya ( ) Tidak (langsung ke nomor 25)

b. Apakah bentuk dukungan pemerintah daerah tersebut? …………………………………………………………………………………….

IV. TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA

8. Kesejahteraan ekonomi a. Apakah ada dari anggota keluarga Anda (tidak termasuk Anda)

yang sudah bekerja? ( ) Ya ( ) Tidak (langsung ke nomor 11)

b. Berapa jumlah anggota keluarga Anda yang sudah bekerja? ………….. orang

c. Apakah anggota keluarga Anda yang sudah bekerja tersebut membantu Anda dalam memenuhi kebutuhan keluarga? ( ) Ya ( ) Tidak (langsung ke nomor 11)

d. Berapa proporsi bantuan yang dilakukan oleh anggota keluarga Anda yang sudah bekerja tersebut? …………….% kebutuhan keluarga

e. Berapa total pendapatan rumahtangga Anda? Rp ………………………../bulan

f. Apakah dari pendapatan tersebut dapat mencukupi kebutuhan keluarga Anda (terutama dalam hal konsumsi)? ( ) Ya ( ) Tidak Jika tidak, apa alasannya? ………………………………………………………..

Page 69: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

57

Lampiran 6 Pertanyaan panduan wawancara

a) Panduan pertanyaan bagi responden/petani yang beralih mata pencaharian

1. Sejak kapan Anda menjadi petani? 2. Mengapa Anda menjadi petani? 3. Tanaman apa saja yang biasanya Anda tanam? 4. Tanaman apa yang paling menjanjikan? 5. Apakah dengan bertani, Anda bisa memenuhi kebutuhan keluarga Anda

terutama dalam hal konsumsi? 6. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam menangani masalah pertanian

di desa ini? 7. Bagaimana cara Anda mendapatkan lahan tersebut? 8. Seberapa penting lahan yang Anda miliki bagi Anda? 9. Apakah Anda pernah dibujuk/diajak untuk menjual lahan Anda kepada

calo tanah? 10. Bagaimana proses perpindahan kepemilikan lahan Anda menjadi milik

calo tanah? 11. Mengapa Anda menjual lahan Anda kepada calo tanah? 12. Mengapa Anda meninggalkan mata pencaharian Anda sebagai petani? 13. Menurut Anda, apakah ada perbedaan saat Anda menjadi petani dengan

saat ini? 14. Berapa jam biasanya Anda bekerja dalam sehari? 15. Berapa lama biasanya Anda menyempatkan waktu untuk keluarga Anda? 16. Berapa sering Anda berlibur bersama keluarga Anda? 17. Apakah Anda mempunyai partner dalam bekerja? 18. Bagaimana hubungan Anda dengan partner Anda? 19. Bagaimana hubungan Anda dengan tetangga Anda? 20. Berapa sering Anda meluangkan waktu untuk mengobrol dengan tetangga

Anda?

b) Panduan pertanyaan bagi responden petani 1. Sejak kapan Anda menjadi petani? 2. Mengapa Anda menjadi petani? 3. Tanaman apa yang biasanya Anda tanam? 4. Tanaman apa yang paling menjanjikan? 5. Apakah dengan bertani, Anda bisa memenuhi kebutuhan keluarga Anda

terutama dalam hal konsumsi? 6. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam menangani masalah pertanian

di desa ini? 7. Bagaimana cara Anda mendapatkan lahan tersebut? 8. Seberapa penting lahan yang Anda miliki bagi Anda?

Page 70: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

58

9. Apakah Anda pernah dibujuk/diajak untuk menjual lahan Anda kepada calo tanah?

10. Bagaimana proses perpindahan kepemilikan lahan Anda menjadi milik calo tanah?

11. Mengapa Anda menjual lahan Anda kepada calo tanah? 12. Mengapa Anda tetap bertahan sebagai petani? 13. Berapa jam biasanya Anda bekerja dalam sehari? 14. Berapa lama biasanya Anda menyempatkan waktu untuk keluarga Anda? 15. Berapa sering Anda berlibur bersama keluarga Anda? 16. Apakah Anda mempunyai partner dalam bekerja? 17. Bagaimana hubungan Anda dengan partner Anda? 18. Bagaimana hubungan Anda dengan tetangga Anda? 19. Berapa sering Anda meluangkan waktu untuk mengobrol dengan tetangga

Anda?

c) Panduan pertanyaan bagi aparat desa/tokoh masyarakat/ warga setempat 1. Apa rata-rata jenis mata pencaharian utama bagi masyarakat desa ini? 2. Kira-kira berapa jumlah petani di desa ini? 3. Kira-kira berapa jumlah buruh sandal di desa ini? 4. Siapa saja petani yang memiliki lahan sendiri? 5. Sejak kapan fenomena pelepasan lahan yang dimiliki masyarakat di desa

ini terjadi? 6. Menurut Anda, mengapa masyarakat di desa ini banyak yang menjual

lahan pertaniannya? 7. Apakah ada perusahaan atau pengusaha yang bergerak di bidang non-

pertanian yang mempengaruhi para petani untuk melepas lahan pertaniannya?

8. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam menangani masalah pertanian di desa ini?

9. Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan sejahtera? 10. Menurut Anda, bagaimana perubahan tingkat kesejahteraan buruh sandal

yang awalnya bermatapencaharian sebagai petani? 11. Menurut Anda, apa fungsi utama lahan bagi masyarakat di sini? 12. Seberapa besar ketergantungan masyarakat khususnya petani terhadap

lahan? 13. Mengapa sering terjadi jual-beli lahan? 14. Bagaimana sistem pewarisan lahan di desa ini? 15. Apakah kepemilikan lahan menentukan status sosial di desa ini?

Page 71: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

59

Lampiran 7 Dokumentasi

Aktifitas buruh sandal Aktifitas buruh sandal

Salah satu bengkel sandal Hasil jadi

Lahan sempit yang diusahakan Lahan sempit yang diusahakan

Page 72: ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. ... 1 Peta Lokasi Penelitian ... Desa Sukaharja yang sebelumnya

60

RIWAYAT HIDUP

Bahari Ilmawan dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 September 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang terlahir dari pasangan Suprapto dan Tri Aryani. Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-kanak Tunas Rimba II pada tahun 1995-1996, kemudian melanjutkan di Sekolah Dasar Negeri Panaragan II pada tahun 1996-2002, Sekolah Menengah Pertama Taruna Andigha tahun 2002-2005, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Bogor tahun 2005-2008. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM).

Selama penulis menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di berbagai organisasi dan kepanitiaan. Penulis aktif menjadi class leader di komunitas beladiri Cordão de Ouro Capoeira. Cordão de Ouro Capoeira merupakan komunitas beladiri yang berasal dari Brazil dengan memadukan gerakan tarian. Selain itu, penulis sempat menjadi Staf Divisi Advertising dan Multimedia di organisasi mahasiswa yaitu Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) yang merupakan himpunan profesi dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB. Penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan beberapa event di dalam IPB dan di luar IPB, diantaranya panitia Divisi Tata Tertib Masa Perkenalan Departemen SKPM tahun 2011, panitia Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012, panitia Himasiera Olah Talenta (HOT) 2012, panitia acara Primeiro Batizado Cordão de Ouro Capoeira Indonesia tahun 2009, dan panitia Batizado e Troca de Cordão, Cordão de Ouro Indonesia 2011.