PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun...

34
PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL OSTEOARTRITIS SETELAH TERAPI HUMAN WHARTON JELLY MESENCHYMAL STEM CELL HAMDIKA YENDRI PUTRA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2018

Transcript of PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun...

Page 1: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL

OSTEOARTRITIS SETELAH TERAPI HUMAN WHARTON JELLY

MESENCHYMAL STEM CELL

HAMDIKA YENDRI PUTRA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2018

Page 2: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
Page 3: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Fisiologis

Domba Garut Model Osteoarthritis Setelah Terapi Human Wharton Jelly

Mesenchymal Stem Cell adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2018

Hamdika Yendri Putra

B04140113

Page 4: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
Page 5: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

ABSTRAK

HAMDIKA YENDRI PUTRA. Perubahan Fisiologis Domba Garut Model

Osteoartritis Setelah Terapi Human Warthon Jelly Mesenchymal Stem Cell.

Dibimbing oleh ARIEF BOEDIONO dan RETNO WULANSARI

Penyakit osteoartritis merupakan penyakit degeneratif yang umum diderita

manusia pada usia 40-60 tahun. Saat ini, pengobatan penyakit osteoartritis hanya

berupa mengurangi rasa nyeri, pembedahan, dan alat bantu gerak. Stem cell

dikembangkan menjadi alternatif pengobatan osteoartritis dengan tujuan

memperbaharui sel-sel tulang rawan yang rusak. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui efek pemberian sediaan human Warthon Jelly Mesenchymal Stem Cell

(hWJ-MSC) terhadap respon fisiologis domba Garut model osteoartritis. Dua

Belas ekor domba Garut betina dengan berat badan 35 - 40 kg dijadikan model

osteoartritis dengan melakukan menisektomi. Kemudian hewan model

diinjeksikan hWJ-MSC secara intra atrikular. Parameter yang diamati dalam

penelitian ini adalah frekuensi jantung, freuensi denyut nadi, frekuensi napas, dan

suhu rektal. Hasil penelitian menunjukan terdapat perubahan respon fisiologis

domba Garut sebagai hewan model osteoartritis setelah terapi hWJ-MSC.

Keywords: Osteoartritis, Perubahan Fisiologis, Domba Garut, Stem Cell

ABSTRACT

HAMDIKA YENDRI PUTRA. Physiological Changes of Garut Lamb in

Osteoarthritis Model After Human Warthon Jelly Mesenchymal Stem Cell

Therapy. Supervised by ARIEF BOEDIONO and RETNO WULANSARI

Osteoarthritis disease is a common degenerative disease suffered by humans at the

age of 40-60 years. Currently, the treatment of osteoarthritis disease only in the

form of reducing pain, surgery, and motion aids. Stem cells developed into an

alternative treatment of osteoarthritis with the aim of renewing damaged cartilage

cells. This study aims to determine the effects of administration of human

Warthon Jelly Mesenchymal Stem Cell (hWJ-MSC) on physiological response of

Garut lamb on osteoarthritis model. Twelve Garut lamb with 35-40 kg body

weight were modeled osteoarthritis by performing menisectomy. Then the animal

model was injected with hWJ-MSC intra-atricular. Parameters observed in this

study were heart frequency, pulse frequency, breath frequency, and rectal

temperature. The results showed that there was a change of physiological response

of Garut lamb as animal model of osteoarthritis after hWJ-MSC therapy.

Keywords: Garut lamb, Osteoarthritis, Physiological respons, Stem Cell

Page 6: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
Page 7: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokterah Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL

OSTEOARTRITIS SETELAH TERAPI HUMAN WHARTON

JELLY MESENCHYMAL STEM CELL

HAMDIKA YENDRI PUTRA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2018

Page 8: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
Page 9: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
Page 10: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
Page 11: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala

rahmat-Nya sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan. Perubahan

Fisiologis Domba Garut Model Osteoartritis Setelah Terapi Human Wharthon

Jelly Mesenchymal Stem Cell. Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi syarat

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Veri Senopel dan Ibu

Yenita Fitriani selaku orangtua penulis yang senantiasa memberikan doa, nasihat,

dukungan dan kasih sayangnya selama penulis menyusun tugas akhir ini.

Prof. Drh. Arief Boediono, PhD. PAVet(K) dan Drh. Retno Wulansari, M.Si.

PhD selaku pembimbing tugas akhir yang selalu memberikan masukan dan saran

dalam penulisan tugas akhir ini

Dr. Drh. Aulia Andi Mustika, M.Si. dan Dr. Drh. Andriyanto, M.Si. sekalu

pengelola Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL), Bapak Angga yang telah

membantu selama penulis melaksanakan penelitian

Afifah Nurhasanah sebagai teman sekelompok penelitian, Sahabat-sahabat

Rio Bayu Pratama, Rahmi Khalida, Addiena Syahvina, Ilham Ramadhan, Diana

Novitasari yang telah membantu penulis dalam memberikan semangat, dukungan

moral dan material dalam penyusunan tugas akhir ini

Bintang Mustika Buwana dan keluarga yang selalu memberikan doa,

dukungan dan kasih sayangnya untuk penulis.

Bogor, Februari 2018

Hamdika Yendri Putra

Page 12: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
Page 13: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitan 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODE 5

Waktu dan tempat 5

Prosedur Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Frekuensi Jantung 8

Frekuensi Pulsus 10

Frekuensi Pernapasan 11

Suhu 13

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

RIWAYAT HIDUP 20

Page 14: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

DAFTAR GAMBAR

1 Pengukuran frekuensi jantung 6

2 Pengukuran frekuensi denyut nadi 7

3 Pengukuran frekuensi napas 7

4 Pengukuran suhu 7

5 Jadwal penelitian 8

6 Grafik frekuensi jantung domba selama pasca operasi dan pra injeksi 9

7 Grafik frekuensi jantung domba selama masa persembuhan 9

8 Grafik frekuensi pulsus domba selama pasca operasi dan pra injeksi 11

9 Grafik frekuensi pulsus domba selama masa persembuhan 11

10 Grafik frekuensi napas domba selama pasca operasi dan pra injeksi 12

11 Grafik frekuensi napas domba selama masa persembuhan 12

12 Grafik suhu domba selama pasca operasi dan pra injeksi 14

13 Grafik suhu domba selama masa persembuhan 14

Page 15: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degeneratif yang umum ditemui di

Indonesia. Penyakit ini menyebabkan gangguan pergerakan sendi dan nyeri serta

bersifat kronis karena dapat menyebabkan inflamasi yang berkelanjutan sehingga

menyebabkan disabilitas pada penderita (Heidari et al. 2012). Osteoartitis dapat

disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kerusakan tulang rawan sendi, usia dan

penyebab lain. Semakin bertambah usia maka semakin besar kemungkinan untuk

terkena OA. Hal tersebut terjadi karena tulang rawan sendi kehilangan

kemampuan regenerasi secara gradual. Egloff et al. (2012) menyatakan diantara

seluruh sendi, lutut adalah yang paling rentan mengalami osteoartritis karena

fungsinya sebagai penahan berat tubuh. Seiring dengan bertambahnya usia

harapan hidup, WHO memprediksi pada tahun 2025 populasi usia lanjut di

Indonesia akan meningkat 41.4% daripada tahun 1990.

Prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis di Indonesia mecapai

15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita yang berumur 40-60 tahun (Grottle et al.

2008). Menurut Kellgren dan Lawrence dalam Koentjoro (2010) prevalensi OA

lutut pada wanita sebesar 40,7%. Penelitian pada klinik RSHS Bandung tahun

2007 dan 2010 menunjukkan hasil OA merupakan 74,48% dari total kasus

reumatik pada 2007. Sebanyak 69% dari kasus OA adalah wanita dengan OA lutut.

Pratiwi (2015) menyatakan pada keadaan menopause meningkatkan risiko

terjadinya osteoartritis karena terjadinya penumpukan lemak terutama pada sendi

bagian bawah sehingga menyebabkan peningkatan beban pada sendi.

Saat ini, American Academy of Orthopedic Surgeon (AAOS) (2013)

merekomendasikan 2 pilihan terapi osoteoartritis yaitu fisik dan penggunaan obat

anti inflamasi non-steroid. Osteoarthritis Research Society International (OARSI)

menambahkan terapi fisik dapat berupa alat bantu gerak (tongkat ataupun walker)

(Mc Alindon et al. 2014). Terapi non-operatif yang banyak digunakan adalah

injeksi intra artikular asam hyaluronat. Asam hyaluronat saat ini banyak

digunakan sebagai sediaan untuk mempercepat penyembuhan luka (De Caridi et

al. 2016). Injeksi tunggal asam hyaluronat tidak memberikan hasil yang maksimal

sehingga diperlukan kombinasi dengan bahan lain untuk memberikan hasil yang

maksimal (De Caridi et al. 2016).

Saat ini telah banyak dilakukan penelitian menggunakan sel punca sebagai

alternatif penyembuhan penyakit osteoartritis. Sel punca yang digunakan adalah

sel punca mesenkimal. Sel punca mesenkimal yang berasal dari sumsum tulang

digunakan untuk mengatasi defek pada tulang rawan sendi yang memberikan hasil

positif dengan luaran klinis yang sama dengan implantasi kondrosit (Nejadnik et

al. 2010). Terdapat kekurangan pada tahap persiapan sel punca yang berasal dari

sumsum tulang belakang yaitu jumlah sel yang tidak memadai serta kegagalan

dalam mencapai potensi kondrogenik secara in vitro (Nejadnik et al. 2010). Oleh

karena itu, penelitian berkembang ke arah sel punca alogenik. Sel punca alogenik

merupakan sel punca yang berasal dari donor (Heldman et al. 2011). Sel punca alogenik yang saat ini banyak diteliti adalah human Wharton Jelly Mesenchymal

Stem Cell (hWJ-MSC). Sel punca ini bersumber dari jaringan tali pusat manusia.

Page 16: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

2

Sifat hipoimunogenik menjadikan sel punca ini sebagai alternatif dalam

pengobatan OA secara injeksi intra atrikular. (Nejadnik et al. 2010).

Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh pemberian terapi human Wharthon Jelly

Mesenchymal Stem Cells terhadap gambaran klinis domba Garut yang dibuat

model osteoartritis.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang

pengaruh terapi human Wharthon Jelly Mesenchymal Stem Cells terhadap

gambaran klinis domba Garut degan indikasi osteoartritis.

TINJAUAN PUSTAKA

Domba Garut (Ovis aries)

Domba Garut merupakan bangsa domba yang terdapat di Indonesia yang

memiliki produktivitas tinggi dan lebih baik dibandingkan dengan domba lokal

yang tersebar di Jawa Barat. Proses terbentuknya domba Garut sementara ini

diyakini berawal dari persilangan tiga bangsa domba, yaitu domba Merino, domba

Kaapstad, dan domba lokal dari wilayah Garut, sehingga dalam perkembangannya

dikenal dengan nama domba Garut (Heryadi et al. 2002). Terdapat 2 tipe domba

Garut yaitu tipe pedaging dan tipe tangkas (Mansjoer et al. 2017). Heriyadi et al.

(2002) menyatakan ciri-ciri domba Garut adalah bobot badan mencapai 30-40 kg

pada betina dan 60-80 kg pada jantan, tidak terdapatnya tanduk pada domba

betina, rambut yang banyak serta daun telinga yang kecil dan kokoh.

Domba merupakan salah satu spesies yang cocok untuk pengujian

implantasi tulang (Ravaglioli et al.1996). Menurut Martini et al. (1998) terjadi

peningkatan penggunaan hewan coba domba dalam periode 1990-2001.

Peningkatan ini berkaitan dengan isu-isu etis dan persepsi publik terhadap

penggunaan hewan kesayangan untuk penelitian medis. Penggunaan domba

sebagai hewan coba dalam penelitian otropedik adalah karena domba memiliki

kepadatan tulang dan struktur sendi yang mirip dengan manusia, mudah dalam

pengamatan patologis tulang, serta mudah dalam melakukan handling dan

tindakan (Gregory et al. 2012)

Osteoartritis

Osteoartritis adalah penyakit pada sendi yang ditandai dengan adanya inflamasi meskipun sebenarnya penderita tidak mengalami inflamasi atau hanya

Page 17: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

3

mengalami inflamasi ringan (Koentjoro 2010).Penyakit ini ditandai dengan

adanya kelainan bentuk, struktur, ukuran pada tulang rawan (kartilago). Kejadian

OA pada tulang rawan akan menyebabkan rusaknya bantalan sendi sehingga

tulang bergesekan satu sama lain dan menimbulkan rasa nyeri dan kekakuan pada

gerakan sendi (Nur 2009). Nyeri merupakan gejala khas pada sendi yang

mengalami osteoartritis. Rasa nyeri semakin terasa berat saat melakukan aktivitas

dan ringa saat instirahat (Romaneli et al. 2016). Pada manusia, osteoartritis

banyak ditemukan pada orang yang berusia diatas 45 tahun. Pada usia diatas 55

tahun, prevalensi osteoartritis lebih banyak pada wanita dibandingkan pria. Hal ini

disebabkan karena bentuk pinggul wanita yang lebar dan menyebabkan tekanan

pada sendi lutut. Osteoartritis juga sering ditemukan pada orang yang kelebihan

berat badan dan orang yang memiliki kerja berlebihan pada sendi (Nur 2009).

Berdasarkan gambaran radiografi, terdapat empat kelainan utama pada

osteoahtritis yaitu penyempitan rongga sendi, pengerasan tulang rawan sendi,

pembentukan kista dibawah tulang rawan sendi dan pembentukan osteofit. Sendi

yang umum terkena osteoartritis adalah sendi lutut (Nur 2009). Faktor yang

menyebabkan osteoartritis lutut adalah usia, jenis kelamin, ras, etnik, genetik,

kebiasaan merokok, konsumsi vitamin D, obesitas, osteoporosis, diabetes melitus,

kelainan anatomis, riwayat trauma lutut, aktivitas fisik (Wahyuningsih 2009).

Peningkatan kejadian osteoartritis meningkat selama menopause akibat hormonal

(Sheikh 2013).

Wharton Jelly Mesenchymal Stem cells

Stem cells terdiri atas suku kata (stem = batang; celsl = sel) adalah awal

mula dari pembentukan berbagai sel penyusun keseluruhan tubuh manusia. Dalam

bahasa indonesia stem cells disebut sel punca. Menurut Danny et al. (2010) sel

punca merupakan sel yang menjadi awal pembentukan 200 jenis sel yang

menyusun tubuh.

Mesenchymal stem cells (MSC) adalah sel yang dapat berdiferensiasi

menjadi jaringan mesenkimal seperti tulang, kartilago, lemak, otot, sum-sum

tulang, tendon, ligamentum, dan jaringan ikat. Mesenchymal stem cells dapat

diisolasi dari sum-sum tulang, jaringan adiposa, umbilical cord blood, plasenta,

synovium, periosteum, dan otot (Yiying et al. 2012).

Wharton Jelly Mesenchymal Stem Cells (WJMSC) adalah stem cells (sel

punca) yang didapat dari jaringan matriks tali pusat. Karakteristik sel Wharton

Jelly mirip dengan sel punca yang berasal dari sumsum tulang (La Rocca et. al.

2013). Wharton Jelly sebagai sumber dari sel punca lebih mudah didapat serta

mengandung populasi sel multipoten yang tinggi (Hass et. al. 2011).

Pemeriksaan Fisik (Physical Examination)

Pemeriksaan klinis adalah tindakan mengumpulkan informasi dari pasien berupa riwayat, anamnesa dan informasi lainnya yang digunakan untuk

menegakkan diagnosa. Pemeriksaan klinis dilakukan dengan urut dimulai dari

pemeriksaan kepala, badan, ekstremitas dan terstruktur agar tidak ada bagian yang

tertinggal (Elizabeth et al. 2011). Pemeriksaan klinis mendasar yang dilakukan

berupa inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Pemeriksaan lain yang dapat

Page 18: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

4

dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain (Elizabeth et al.

2011).

Frekuensi Jantung adalah laju jantung berdetak dalam satu menit Kelly

(1974). Frekuensi jantung domba normal menurut Smith dan Mankoewidjojo

(1988) adalah 70-80 kali tiap menit. Menurut Riebold et al. (1995) frekuensi

jantung normal 80-150 kali per menit. Peningkatan denyut jantung disebut

takikardia dan penurunan denyut jantung disebut bradikardia.

Adisuwirdjo (2001) menyatakan faktor yang memengaruhi denyut jantung

adalah (1) aktivitas tinggi dapat memengaruhi denyut jantung, (2) ion kalsium

memicu sistol dan diastol, (3) kadar CO2 dapat menaikkan frekuensi dan

kontraksi denyut jantung, (4) asetilkolin mengurangi frekuensi jantung, (5)

adrenalin dapat meningkatkan frekuensi jantung, (6) atropin dan nikotin, (7)

morphin dapat melemahkan denyut jantung, (8) suhu tubuh semakin tinggi maka

denyut jantung akan meningkat, (9) Usia muda memiliki denyut jantung lebih

cepat, (10) bobot badan yang semakin besar maka frekuensi jantung juga semakin

besar.

Suhu Tubuh hewan terbagi menjadi dua golongan yaitu poikiloterm dan

homoioterm. Hewan homoioterm, suhu tubuh merupakan keseimbangan antara

panas yang diterima dan yang dikeluarkan tubuh. Sedangkan hewan poikiloterm,

suhu tubuh lingkungan lebih rendah daripada suhu dalam tubuh.

Pengukuran suhu tubuh dapat diamati melalui suhu rektal karena suhu

rektal dapat menggambarkan suhu tubuh ruminansia. Suhu rektal pada pagi hari

lebih rendah daripada siang hari (Edey 1983). Kelembaban dapat mempengaruhi

mekanisme pengaturan suhu tubuh, pengeluaran panas dengan cara berkeringat

ataupun melalui respirasi yang meningkat. Pengaturan suhu tubuh diatur oleh

mekanisme persyarafan umpan balik. Pengaturan suhu tubuh terletak di

hipotalamus yang disebut termostat atau reseptor panas dingin (Guyton dan Hall

1997).

Frekuensi napas Bernapas (respirasi) adalah tindakan membawa udara

kedalam dan mengeluarkan udara dari paru-paru. Respirasi meliputi semua proses

fisik, dan kimia ketika hewan melakukan pertukaran gas dengan lingkungan di

sekitarnya khususnya gas O2 dan CO2 (Widjajakusuma dan Sikar 1986). Menurut

Guyton dan Hall (1997) tujuan utama dari bernafas adalah menyediakan oksigen

bagi jaringan dan membuang karbondioksida. Salah satu proses pernapasan adalah

ventilasi yang berarti keluar masuknya udara antara atmosfer dan alveoli.

Pengamatan pernapasan pada hewan dapat dilakukan dengan meletakan

tangan pada flank bawah. Selain itu perhitungan frekuensi napas juga dapat

dilakukan dengan mengamati bagian nostril, serta auskultasi pada toraks.Riebold

et al. (1995) menyatakan frekuensi napas normal pada domba adalah 20-40 kali

per menit. Sistem pernapasan diatur pada sistem syaraf pusat yaitu medula

oblongata (Kelly 1974). Frekuensi napas tergantung ukuran tubuh, usia, aktivitas.

Respirasi dapat dijadikan indikator penyesuaian diri dengan lingkungan. Ketika

suhu lingkungan meningkat maka respon fisiologis panting (terengah-engah) dan

sweating (berkeringat) akan muncul (Smith dan Mangkoewidjojo 1988).

McDowell (1972) menyatakan peningkatan respirasi menunjukkan meningkatnya

mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan fisiologik dalam tubuh

hewan.

Page 19: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

5

Frekuensi Denyut Nadi adalah frekuensi denyut jantung yang dapat

dipalpasi di permukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Volume darah pada

setiap kali jantung memompa akan dialirkan ke pembuluh darah dengan adanya

elastisitas aorta untuk mengembang. Setelah darah masuk ke aorta maka aorta

akan mengecil kembali dengan demikian darah selanjutnya akan mengalir ke

pembuluh darah. Oleh sebab itu frekuensi pulsus sangat tergantung kepada denyut

jantung.

Arteri yang digunakan untuk mengukur pulsus adalah arteri yang berada

dibawah kulit dan memiliki ukuran yang cukup besar sehingga denyutan dapat

dirasakan. Pada ruminansia kecil, pulsus dapat diraba pada arteri femoralis di

bagian paha. Kualitas pulsus dapat diperiksa dengan memberikan tekanan yang

semakin tinggi terhadap gelombang pulsus dengan jari yang lebih dekat kearah

jantung. Kondisi fisiologis pulsus bersifat kuat.Pulsus yang melemah dapat terjadi

akibat kelemahan jantung dan volume darah menurun. Peningkatan pulsus terjadi

akibat hipertrofi jantung. Ritme pulsus dalam keadaan fisiologis bersifat regular

kecuali anjing dan kucing bersifat irregular. Pulsus normal pada domba adalah 70-

90 kali per menit.

Perubahan pada pulsus disebabkan oleh penyakit jantung muskuler atau

valvuler, juga dapat disebabkan oleh kualitas pembuluh darah akibat gangguan

vasomotor (Widodo et al. 2011). Perubahan tersebut dapat mempengaruhi

frekuensi, ritme, denyut pulsus. Faktor predisposisi yang mempengaruhi frekuensi

pulsus yaitu jenis hewan, ukuran tubuh, umur hewan, kondisi, jenis kelamin,

kebuntingan, melahirkan, laktasi, terkejut, aktivitas, posisi, aktivitas mencerna

pakan, suhu udara sekitar (Widodo et al. 2011)

METODE

Waktu dan Tempat

Pengamatan dan pengambilan data dilakukan dari tanggal 5 November

2016 hingga 22 Januari 2017. Penelitian dilakukan di kandang domba Unit

Pengelolaan Hewan Laboratorium (UPHL) Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan hewan coba dan telah

mendapat persetujuan dari komisi etik hewan Institut Pertanian Bogor (No: 8-

2016 RSHP FKH IPB).

Prosedur Penelitian

Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba Garut

(Ovis aries) berjumlah 12 ekor berjenis kelamin betina dengan kondisi sehat dan

berusia 4 tahun dengan bobot badan 35-40 kg. Sebelum dilakukan penelitian,

terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi selama dua minggu dengan pemberian

pakan 60% hijauan dan 40% konsentrat pada pagi dan sore hari. Air minum

disediakan ad libitum serta pemberian anthelmenik.

Pembuatan model osteoatritis dilakukan dengan metode menisektomi total

meniskus lateral. Prosedur operasi dilakukan berdasarkan penelitian Beveridge et

Page 20: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

6

al. (2011) yang telah dimodifikasi, pemberian atropine 0,06 mg/kg BB secara

subkutan sebagai premedikasi dan anastesi menggunakan kombinasi ketamine 11

mg/kg BB dan xylazine 0,22 mg/kg BB secara intramuskular. Prosedur bedah

dilakukan dengan menyayat kulit mulai dari proksimal os patella sepanjang 5 cm

sampai proksimal os tibia. Jaringan subkutan di sayat, bagian lateral dari m.

vastus lateralis dan kapsula sendi disayat. Meniskus lateral diambil dengan

melakukan pemotong jaringan ikat cranial dan caudal. Setelah meniskus lateral

diambil, daerah operasi dibilas dengan NaCl fisiologis dan selanjutnya lapisan

subkutan dan kulit di jahit dan dilakukan pemberian antiseptik dan perban pada

bagian yang dioperasi. Sendi femorotibialis kaki kiri dibiarkan tanpa perlakuan

(contralateral non invasive).

Hewan coba dikelompokkan berdasarkan perlakuan yang diberikan dalam

penelitian ini. Grup kontrol adalah kelompok yang terdiri atas 3 ekor domba

yang diinjeksi Phosphate Buffered Saline (PBS) intra artikular pada sendi lutut

yang dilakukan menisektomi. Kelompok P1 terdiri atas 3 ekor domba yang

diinjeksi hWJ-MSC intra artikular pada sendi lutut yang dilakukan menisektomi.

Kelompok P2 terdiri dari 3 ekor domba yang diinjeksi dengan hWJ-MSC dengan

tambahan suspensi asam hyaluronat (hylan G-F 20; Synvisc®

) secara intra

artrikular pada sendi lutut yang dilakukan menisektomi. Kelompok P3 terdiri

dari 3 ekor domba yang diinjeksi dengan asam hyaluronat (hylan G-F 20;

Synvisc®) secara intra artrikular pada sendi lutut yang dilakukan menisektomi.

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah frekuensi jantung,

frekuensi denyut nadi (pulsus), frekuensi napas, dan suhu. Pengukuran denyut

jantung dilakukan dengan menggunakan stetoskop. Metode yang digunakan

adalah auskultasi pada bagian thoraks sebelah kiri. selama 1 menit (Gambar 1) .

Gambar 1 Pengukuran denyut jantung

Pengukuran frekuensi napas dilakukan dengan menghitung jumlah

pernapasan abdominal pada bagian abdomen hewan. Perhitungan dilakukan

selama 1 menit (Gambar 2). Pengukuran denyut nadi dilakukan pada arteri

femoralis di bagian medial kaki belakang. Pengukuran dilakukan dengan palpasi

pada medial kaki belakang untuk menemukan denyutan a. femoralis. Setelah

ditemukan, denyutan dihitung selama satu menit ( Gambar 3).

Page 21: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

7

Gambar 2 Pengukuran denyut nadi

Gambar 3 Pengukuran frekuensi napas

Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer digital yang

dimasukkan kedalam rektum dan ditunggu hingga 2-3 menit (Gambar 4).

Pengukuran dilakukan setiap hari selama penelitian.

Gambar 4 Pengukuran suhu

Page 22: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

8

Data yang telah diperoleh dipindahkan kedalam bentuk tabel dengan

aplikasi Microsoft excel 2010. Interpretasi data dilakukan dengan pembacaan

grafik secara deskriptif. Data yang diperoleh diurut berdasarkan tahapan

penelitian mulai. Pasca operasi, Pra injeksi, Injeksi 1, Injeksi 2, Injeksi 3 (Gambar

5).

Gambar 5 Jadwal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai osteoartritis telah berkembang dan banyak dilakukan

dengan menggunakan hewan sebagai model (Kuyinu et al. 2016). Hewan yang

digunakan adalah hewan kecil, hewan besar, dan primata. Penggunaan hewan

kecil dilakukan untuk mengamati patofisiologi, patogenesa suatu penyakit karena

pada hewan kecil pengamatan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah (Pelletier

et al. 2010). Hewan kecil juga digunakan sebagai model dalam mengamati efek

terapeutik obat terhadap penyakit. Hewan besar digunakan sebagai model dalam

penelitian karena anatomi ukuran tulang/sendi mirip dengan manusia. Salah satu

hewan besar yang digunakan seagai hewan model adalah domba. Domba sebagai

model dalam penelitian dengan menggunakan perlakuan secara in vitro (Potes et

al. 2008). Keuntungan penggunaan domba sebagai hewan model memudahkan

adalah dalam pengamatan biomekanis, biokimia, histologi tulang karena adanya

kesamaan berat, ukuran tulang dan struktur persendian serta proses re-modeling

tulang (Newman et al. 1995).

Respon fisiologis yang diukur dalam penelitian ini adalah frekuensi napas,

jantung, pulsus dan suhu tubuh Indikator tersebut umum digunakan dalam

mengetahui respon fisiologis seekor hewan terhadap perlakuan yang diberikan.

Hasil evaluasi menunjukkan adanya fluktuasi pada parameter yang diamati. Hal

ini menunjukkana adanaya respon fisiologis hewan terhadap perlakuan yang

diberikan. Kondisi tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Davendra dan Burns

(1994) bahwa secara fisiologis tubuh ternak akan bereaksi terhadap rangsangan

yang menggangu fisiologis normal.

Frekuensi Jantung

Hasil pengamatan frekuensi jantung hewan coba disajikan dalam bentuk

grafik pada Gambar 6 dan 7.

Page 23: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

9

Berdasarkan Gambar 6 terdapat adanya peningkatan frekuensi jantung pada

pasca operasi kemudian cenderung menurun hingga masa pra injeksi. Pada

Gambar 7 denyut jantung cenderung fluktuatif selama masa persembuhan. Pola

yang sama pada parameter suhu adalah adanya peningkatan denyut jantung

setelah dilakuan injeksi kemudian denyut jantung menurun. Rataan denyut

jantung pada kelompok kontrol adalah 85 ± 5,7 kali/menit, kelompok P1 adalah

85 ± 5,7 kali/menit, kelompok P2 81 ± 6,8 kali/menit dan kelompok P3 adalah 82

± 5,8 kali/menit selama masa persembuhan. Hasil penelitian menunjukan nilai

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Hari

Kontrol

P1

P2

P3

50

60

70

80

90

100

110

1 8 15 22 29 36 43

Hari

Kontrol

P1

P2

P3

Gambar 7 Grafik frekuensi jantung domba selama masa

persembuhan

Injeksi 2

Gambar 6 Grafik frekuensi jantung domba selama pasca operasi dan pra injeksi

Pasca operasi

Pra injeksi

Injeksi 1 Injeksi 3

Page 24: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

10

frekuensi jantung masih dalam kisaran normal. Frandson (1992) menyatakan

bahwa denyut jantung domba di daerah tropis berkisar 60 – 120 kali/menit.

Terjadinya peningkatan denyut jantung dapat disebabkan karena faktor eksternal

dan internal individu. Cruz et al. (2015) menyatakan peningkatan frekuensi

jantung merupakan salah satu mekanisme ternak dalam mempertahankan suhu

tubuhnya. Hal ini sejalan dengan penelitian Isnaeni (2006) yang menyatakan ritme

denyut jantung dikendalikan oleh syaraf, hormon, perubahan saturasi oksigen dan

karbondioksida serta panas lingkungan sehingga mempengaruhi termoregulasi

tubuh.

Frekuensi Pulsus

Berdasarkan Gambar 8 frekuensi pulsus domba mengalami peningkatan

setelah dilakukan menisektomi. Peningkatan ini menunjukan menisektomi yang

dilakukan memberikan pengaruh terhadap pulsus domba. Frekuensi pulsus domba

cenderung menurun pada masa pra injeksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa

domba mulai beradaptasi dengan kondisi fisiologis yang baru. Selama masa

persembuhan yang ditunjukan pada Gambar 9 frekuensi pulsus domba mengalami

fluktuasi. Pola yang ditemukan adalah meningkatnya frekuensi pulsus domba

selama tiga hari setelah penyuntikan kemudian cenderung menurun pada hari ke

empat.

Denyut nadi (pulsus) domba dalam penelitian ini berfluktuasi pada semua

perlakuan. Tetapi peningkatan yang terjadi tidak signifikan sehingga masih dalam

kisaran rata-rata normal pulsus domba daerah tropis yaitu 70-135 kali/menit

(Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Peningkatan pulsus disebabkan karena

perubahan suhu lingkungan. Selain itu, peningkatan pulsus merupakan efek dari

meningkatnya denyut jantung. Sayu et al. (2016) menyatakan pada kondisi normal,

frekuensi pulsus dan frekuensi jantung selalu sinkron. Ketika terjadi kondisi

kelemahan ventrikular, frekuensi pulsus akan lebih rendah dari frekuensi jantung.

Adanya fluktuasi berupa peningkatan dan penurunan nilai pada grafik data

persembuhan dalam tiap parameter bukanlah sebuah kondisi yang patologis

karena peningkatan dan penurunan pulsus dapat disebabkan karena perubahan

suhu, jenis kelamin, musim, temperatur tubuh, jenis, spesies (Kelly 1984).

Page 25: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

11

Frekuensi Pernapasan

Hasil pengukuran frekuensi napas domba selama penelitian disajikan

dalam Gambar 10 dan 11.

40

50

60

70

80

90

100

110

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Kontrol

P1

P2

P3

50

60

70

80

90

100

110

120

1 8 15 22 29 36 43

Hari

Kontrol

P1

P2

P3

Gambar 9 Grafik pulsus domba selama masa persembuhan

Gambar 8 Grafik pulsus domba selama pasca operasi dan pra injeksi

Pasca Operasi Pra injeksi

Injeksi 2 Injeksi 3

Injeksi 1

Page 26: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

12

Frekuensi pernapasan domba cenderung mengalami fluktuasi selama

dilaksanakannya penelitian. Gambar 10 menunjukkan grafik frekuensi pernapasan

pada pasca operasi hingga prainjeksi mengalami penurunan sebesar 28 % pada

kelompok kontrol, 4.8 % pada kelompok P1, 5.3 % pada kelompk P2 dan 20%

pada kelompok P3. Hal ini disebabkan karena pengaruh operasi menisektomi yang

dilakukan. Gambar 11 menunjukkan grafik frekuensi napas domba selama masa

persembuhan. Frekuensi pernapasan domba cenderung fluktuatif selama masa

persembuhan dengan rataan frekuensi napas kelompok kontrol 44 ± 6,8 kali/menit,

kelompok P1 sebesar 48 ± 8,4 kali/menit, kelompok P2 sebesar 38 ± 5,6

kali/menit dan kelompok P3 sebesar 34 ± 4,4 kali/menit. Secara rata-rata,

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Hari

Kontrol

P1

P2

P3

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

1 8 15 22 29 36 43

Hari

Kontrol

P1

P2

P3

Gambar 11 Grafik frekuensi napas domba selama masa

persembuhan

Gambar 10 Grafik frekuensi napas domba selama pascaoperasi dan pra injeksi

Injeksi 1 Injeksi 2

Injeksi 3

Page 27: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

13

frekuensi respirasi pada hasil penelitian lebih tinggi daripada kisaran normal yang

dilaporkan Smith dan Mangkoewidjojo (1988) yaitu 15-25 kali/menit.

Peningkatan frekuensi napas juga disebabkan karena keadaan domba yang stres

akibat proses handling dalam pengambilan data menyebabkan hewan exited.

Pernyataan tersebut didukung dengan pernyatan Kelly (1974) yang menyatakan

faktor yang meningkatkan frekuensi napas adalah exited, setelah exercise, dan

hewan obesitas.

Peningkatan frekuensi napas berpengaruh pada kadar oksigen yang masuk

kedalam tubuh. Pada kondisi luka, oksigen merupakan salah satu faktor yang

mempercepat persembuhan luka (Rudy et. al. 2017). Peningkatan frekuensi napas

berpengaruh pada kadar oksigen yang masuk kedalam tubuh. Pada kondisi luka,

oksigen merupakan salah satu faktor yang mempercepat persembuhan luka (Rudy

et al. 2017). Kadar oksigen yang menigkat dalam tubuh menyebabkan

peningkatan difusi oksigen ke jaringan yang selanjutnya akan meningkatkan

metabolisme enzimatik intrasel sehingga aktivitas penyembuhan luka

berlansgsung dengan cepat (Cianci et al. 2013). Peningkatan frekuensi napas yang

lebih tinggi dari normal dianggap bukan suatu hal yang patologis karena kenaikan

yang bersifat merata dalam semua sebaran data.

Suhu

Pengamatan suhu rektal domba selama masa persembuhan disajikan dalam

Gambar 12 dan 13. Data yang disajikan pada Gambar 12 merupakan gambaran

suhu rektal domba pada masa pasca operasi dan pra injeksi. Pada tahap ini domba

diberikan perlakuan berjalan sejauh 150 meter. Hal ini ditujukan untuk mengamati

terbentuknya osteoatritis pada hewan model. Berdasarkan hasil pengamatan,

adanya peningkatan suhu dari keadaan awal kemudian suhu tubuh cenderung

menurun pada setiap perlakuan selama masa pasca operasi hingga prainjeksi.

Rataan suhu tubuh domba pada perlakuan kontrol menurun sebesar 0,2 %.

Penurunan suhu tubuh juga dialami domba P1 sebesar 0,7 %. Sedangkan rataan

suhu domba P2 meningkat sebesar 0,25 %. tetapi rataan suhu domba pada P3

mengalami penurunan sebesar 0,25 %.

Berdasarkan data pada Gambar 13 terjadi fluktuasi suhu pada setiap

perlakuan selama masa persembuhan dengan kecenderungan adanya peningkatan

suhu tubuh. Rataan suhu tubuh domba kontrol cenderung tetap sebesar 38,8 ± 0,1 oC. Pada domba P1 rataan suhu tubuh domba meningkat dari 38,7 ± 0,1

oC

menjadi 38,9 ± 0,2 oC. Rataan suhu tubuh domba P2 meningkat dari 38,9 ± 0,3

oC

menjadi 39,1 ± 0,3 oC dan P3 juga mengalami peningkatan rataan dari 38,5 ± 0.05

oC menjadi 38,9 ± 0,05

oC. Secara keseluruhan, pada semua perlakuan suhu rektal

domba masih dalam rentang normal. Suhu rektal domba di daerah tropis menurut

Smith dan Mangkoewidjojo (1988) adalah 38,2 – 40,0oC. Hal ini sejalan dengan

yang dilaporkan Peter et al. (2002) suhu rektal pada domba berkisar 38,5 – 40,0oC

dengan rata-rata 39oC.

Page 28: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

14

37.5

38

38.5

39

39.5

40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Hari

Kontrol

P1

P2

P3

38

38.2

38.4

38.6

38.8

39

39.2

39.4

39.6

39.8

40

1 8 15 22 29 36 43

Hari

Kontrol

P1

P2

P3

Gambar 12 Grafik suhu domba selama pasca operasi dan pra injeksi

Pasca operasi Pra injeksi

Gambar 13 Grafik suhu domba selama masa persembuhan

Injeksi 1

Injeksi 2

Injeksi 3

Page 29: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

15

Fluktuasi yang diamati dalam grafik merupakan pengaruh dari faktor

lingkungan berupa suhu lingkungan dan waktu pengambilan data. Selain itu,

peningkatan suhu tubuh hewan menandakan terjadinya peradangan pada tubuh

serta terjadinya mekanisme pertahanan tubuh untuk kembali pada kondisi normal

(homeostasis) (Sharon et al. 2015). Peradangan disebabkan oleh benda asing yang

masuk dari luar kedalam tubuh. Pada penelitian ini benda asing yang dimasukkan

adalah sediaan pada tiap perlakuan yang dapat menginduksi terjadinya peradangan

pada hewan model. Ciri-ciri peradangan adalah panas, bengkak, nyeri, kemerahan,

kelainan fungsi. Steiner et al. (2008) menyatakan bahwa suhu tubuh adalah

parameter yang dipengaruhi ketika terjadi peradangan.

Secara fisiologis, seluruh parameter yang diamati pada masa pasca

menisektomi mengalami peningkatan dari keadaan awal. Hal ini mengindikasikan

terjadinya perubahan fisiologis pada tubuh hewan akibat menisektomi. Kondisi ini

sesuai dengan pernyataan Sharon et al. (2015) yang menyatakan bahwa hewan

akan menjaga kondisi tubuh dalam keadaan seimbang (homeostasis). Selama

masa persembuhan, parameter fisiologis hewan mengalami peningkatan dan

penurunan dari kondisi awal. Hal ini merupakan pengaruh dari menisektomi yang

dilakukan serta pengaruh pemberian sediaan Phospate buffer saline (PBS), asam

hyaluronan, human Wharton Jelly Mesenchymal Stem Cell (hWJ-MSC) dan

campuran asam hyaluronan dengan hWJ-MSC yang diuji pada penelitian ini.

Menurut Sharon et al. (2015) tubuh akan merespon benda asing yang masuk

kedalam tubuh berupa mekanisme peradangan atau reaksi imunitas. Reaksi

peradangan dapat diketahui dengan adanya perubahan parameter fisiologis

individu yaitu suhu tubuh (Sharon et al. 2015). Selain itu, reaksi peradangan juga

dapat diketahui dengan mengamati perubahan sel darah putih pada individu

(Pierce dan Larson 2005).

Berdasarkan hasil penelitian, peradangan setelah injeksi 3 menurun pada

hari ketiga hal ini disebabkan karena sifat imunomodulator yang dimiliki sel

punca mesenkimal (Arno et al. 2014). Sel punca mesenkimal dapat mensekresi

proangiogenik dan faktor pendukung persembuhan luka yaitu transforming

growth factor beta (TGF-β), vascular endothelial growth factor (VEGF),

interleukin-6 (IL-6) dan IL-8 (Arno et al. 2014). Selain itu, efek imunohypogenic

dari sel punca mesenkimal menyebabkan sel ini mudah diterima oleh tubuh dan

tidak menginduksi pembentukan tumor (Bongso dan Fong 2012). Berdasarkan

data hasil penelitian, terdapat perubahan fisiologis hewan model tetapi hal tersebut

tidak dianggap sebagai kondisi patologis karena perubahan yang berfluktuasi

tersebut masih dalam rentang nilai normal. Fluktuasi yang terjadi hanya

menggambarkan perlakuan yang diberikan memberikan efek terhadap hewan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian injeksi sediaan Phospate buffer saline (PBS) pada grup kontrol,

sediaan human Wharton Jelly Mesenchymal Stem Cells (hWJ-MSC) pada

kelompok P1 dan campuran sediaan hWJ-MSC + asam hyaluronan pada

Page 30: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

16

kelompok P2 dan sediaan asam hyaluronan pada kelompok P3 secara intra

artikular memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis domba model

osteoatritis. Pengaruh yang ditimbulkan berupa kenaikan dan penurunan nilai

pada setiap parameter yang diamati. Tetapi, perubahan tersebut tidak dianggap

sebagai suatu kondisi yang patologis karena perubahan nilai masih dalam rentang

normal hewan domba.

Saran

Perlu dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan analisis statistika

untuk mengetahui sediaan yang memberikan efek yang nyata terhadap perubahan

respon fisiologis hewan model osteoarthritis.

DAFTAR PUSTAKA

AAOS. 2013. Tretment of osteoarthritis of knee. Evindence ased guideline 2 nd

edition. Adopted by American Academy of Orthopaedic Surgeons Board

of Directors

Adisuwirdjo, D. 2001. Buku Ajar Dasar Fisiologi Ternak. Purwokerto (ID).

Fakultas Peternakan Unsoed.

Arno AI, Amini-Nik S, Bli PH, Al-Shehab M, Belo C, Herer E, et al. 2014.

Human Wharton‟s jelly mesenchymal stem cells promote skin wound

healing through paracrine signaling. Stem cell research & therapy. 5(1):

28–41.

Beveridge JE, Shrive NG, dan Frank CB. 2011. Meniscectomy causes significant in vivo kinematic changes and mechanically induced focal chondral lesions in a sheep model. Journal of Orthopaedic Research. 29: 1397-1405.

Bongso A. dan Fong C. 2012. The therapeutic potential, challenges and future

clinical directions of stem cells from the Wharton‟ s Jelly of the Human

Umbilical Cord. Stem Cell Reviews and Reports. 9(2): 226-240.

Cianci P, Slade JB, Sato RM, Faulkner J. 2013. Adjunctive hyperbaric oxygen

therapy in the treament of thermal burns. Undersea Hyperb Med.

40(1):89-108

Cruz MU, Lopez-baca MA, Vicente R, Mehia A, Alvarez FD, Correa-Calderon A,

Meza-Herrera CA & Mellado M, Guerra-Liera JE, Avendano-Reyes L.

2015. Effect of seasonal ambient heat stress (spring vs. summer) on

physiological and metabolic variables in hair sheep lacated in an arid

region. Int J Biometeorol. 60 (8):1279-86

Danny H, Harry M, Ferry S, Arief B,Tono D, Boenjamin S.2010. STEM CELL

Dasar Teori & Aplikasi Klinis. Jakarta (ID): Erlangga

Davendra C, Burn M. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Bandung

(ID):ITB Pr

Page 31: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

17

De Caridi G, Massara M, Acri I, Zavettieri S, Grande R, Butrico L, et al. 2016.

Trophic effect of polynucleotides and hyaluronic acid in the healing of

venous ulcers of the lower limbs : A clinical study. Int WOund J.

13(5):754-8

Edey. T. N. 1983. The Genetic pool of sheep and goats. Dalam: Goat and Sheep

Production in The Tropics. ELBS. Longman Group Ltd, Essex.

Egloff C, Hugle T, Valderrabano V. 2012. Biomechanics and pathomechanisms of

osteoarthritis. Swiss Med Wkly. 142:1-14

Elizabeth A., Kenneth K., James W., 2011. Clinical Examination and

Practical Skills. London (UK) : Oxford University Press

Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta (ID): Gadjah

Mada University Pr.

Guyton AC & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9. Diterjemahkan

oleh dr. Irawati Setiawan, dr. LMA. Ken Ariata Tengadi, dr. Alex

Santoso.Jakarta : EGC

Gregory MH, Capito N, Kuroki K, Stoker AM, Cook JL, dan Sherman SL. 2012.

A review of translational animal models for knee osteoartritis. Arthritis. 14

(12): 1-14.

Grotle M, Hagen KB, Natvig B, Dahl F, Kvien T K. (2008). Prevalence and

burden of osteoarthritis: results from a population survey in Norway. The

Journal of rheumatology. 35(4). 677-684.

Hass R, Kasper C., Bohm S., Jacobs R. 2011. Different Populations and Sources

of Human Mesenchymal Stem Cells (MSC): A Comparison of Adult and

Neonatal Tissue-Derivd MSC. Cell Commun Signal. 9(1):12

Heidari B. 2011. Knee osteoarthritis prevalence, risk factors, pathogenesis, and

features : part 1. Casp j Intern Med.2 (2) : 205-12

Heldman AW, Zambrano JP, Hare JM. 2011. Cell therapy for heart dissease. J Am

Coll Cardiol. 57:4668

Heryadi D, Anang A, Setiadi R, Ismeth, Budinuryanto DC, Hasan H, Elly A,

Hadist I, Pangetsti D, Darusman U. 2002. Standarisasi Mutu Bibit Domba

Garut. Bandung (ID): UNPAD Pr

Isnaeni W. 2006.Fisiologi Hewan. Yogyakarta (ID): Kansius

Kelly WR, 1974. Veterinary Clinical Diagnosis.Second Edition. London (UK).

Bailliera Tindall.

Koentjoro, SL. 2010. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan

Derajat Osteoarthritis Lutut Menurut Kellgren dan Lawrence.

Semarang.Universitas Diponegoro.

Kuyinu EL, Ganesh N, Lakshmi SN, Cato TL. 2016. Animal models of

osteoarhtitis : classification, updates, and measurements of outcomes. J.

Orthopedic Surgery and Research. 11(19):1-27

La Rocca G., Lo Iacono M., Corsello T., Corrao S., Farina F., Anzalone R. 2013.

Human Wharton Jelly Mesenchymal Stem Cells Maintain the Expression

of Key Immunomodulatory Molecules when Subjected to Osteogenic,

Adipogenic and Chondrogenic Differentiation in vitro: New Perspective

for Cellular Theraphy. Curr Stem Cell Res Ther.8(1):100-113

Martini. 1998. Fundamental of Anatomy and Physiology 4th ed. New Jersey

(US). Prentice Hall International Inc.

Page 32: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

18

Mansjoer SS, Kertanugraha T, Sumantri C. 2007. Estimasi jarak genetik antar

domba Garut tipe tangkas dan tipe pedaging. Media

Peternakan.30(2):129- 138

Mc Alindon TE, Bannuru RR, Sullivan MC, Arden NK, Berenbaum F, Bierma-

Zenistra SM.2014. OARSI guidelines for the non-surgical management of

knee osteoarthritis. Osteoarthr Cartil.22(3):363-88

McDowell, R.E. 1972. Improvement of livestock production in warm climates.

San Fransisco (US): W. E.Freeman and Company.

Nejadnik H, Hui JH, Feng Choong EP, Tai BC, Lee EH.2010. Autologous bone

marrow-derived mesenchymal stem cells versus autologous chondrocyte

implantation : an observational cohort study. Am J SPorts Med.36 (6) :

1110-6

Newman N, Turner AS, Wark JD. 1995. The potential of sheep for the study of

osteopenia : current status and comparison with other animal models. J.

Bone. 16 : 277-284

Nur M. 2009. Pengaruh Peningkatan Kualitas Hidup Penderita Osteoarthritis

terhadap Perkembangan Industri Olahraga. Jember (ID) .Universitas

Jember.

Pearce AI, RG Richards, S Milz, E Schneider, SG Pearce. 2007. Animal models

for implant biomaterial research in bone: A review. European Cells and

Materials Vol. 13. 2007 (pages 1-10).

Pelletier J, Boileau C, Altman RD, Martel. 2010. Experimental models of

osteoarthtritis : usefulness in the development os dissease-modifying

osteoartritis drugs/agents. J. Therapy.7 (6) : 21-34

Peter G, Jackson, Peter D.C.2002.Clinical Examination of Farm Animals. London

(UK) : Blackwell Science Ltd.

Pierce CN, Larson DF. 2005. Inflammatory cytokine inhibition of erythropoiesis

in patients implanted with a mechanical circulatory assist device. Perfusion.

20:83-90.

Potes JC, Joana CR, Fernando CS, Carlos R, Antonio SC, Jose AS. 2008. The

Sheep as an ANimal Model in Orthopedic Research. J.Experimental

Phatology and Health Sciences. 2 (1) : 29-32

Pratiwi Al. 2015. Diagnosis and treatment osteoarthritis. J.Majority. 4(4): 10-17

Ravaglioli A, Krajewski A, Celotti GC, Piancastelli A, Bacchini B,

Montanari L, Zama G, Piombi L. 1996. Mineral evolution of bone.

Biomaterials 17:617-622.

Riebold TW, Geiser DR, Goble DO: Clinical Techniques for Food Animal

Anesthesia. In Riebold TW, Geiser DR, Goble DO, editors: Large Animal

Anestheisa: Principles and Techniques, ed 2, Ames, IA, 1995, Iowa State

University Press:.

Romanelli D, Uribe J, Watanabe DS, Mandelbaum BR. 2016. Articular Cartilage

Injuries. The American Orthopedic Society for Sports Medicine.

Rudy HS, Mendy H, Jan TN,Meilany FD. 2017. Pengaruh terapi oksigen

hiperbarik terhadap penyembuhan luka pada luka bakar derajat dua dalam

pada hewan coba kelinci. J. Biomed. 9(1): 30-37

Sayu SP, Nyoman SI, Wayan B. 2016. Status presen pedet sapi bali.Buletin

Veteriner Udayana: 8(1): 36-43

Page 33: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

19

Sharon SE, Elizabeth AR, Daniel TF. 2015. Fever and the thermal regulation of

immunity: the immune system feels the heat. Nat Rev Immunol. 15(6):

335- 349.

Sheikh, S.I., Khanam, A. 2013. Osteoarthritis in post menopausal women. World

Journal of Pharmaceutical Sciences.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan

Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): Universitas Indonesia

Pr.

Steiner MJ, DeCamp LR, Byerley JS, Doshi N. (2008). Use of antiemetic agents

in acute gastroenteritis: a systematic review and meta-analysis. Arch

Pediatr Adolesc Med. 162 (9): 858–65

Wahyunisngsih, N.A.S. 2009. Hubungan Obesitas dengan Osteoarthritis Lutut

pada Lansia di Kelurahan Puncang Sawit. Malang (ID): Universitas

Sebelas Maret

Widjajakusuma,R.danS.H.S.Sikar.1986. Fisiologi Hewan. Cetakan ke 1.

Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Widodo S, Dondin S, Chusnul C, Agus W, Retno W, Agus L. 2011. Diagnostik

Klinik Hewan Kecil. Bogor (ID): IPB Press

Yiying Q, Gang F. Wiqi Y. 2012. Mesenchymal stem cell-based Treatment

for Cartilage Defect in Osteoarthritis. Mol Biol Rep (39) 5683-5689.

Page 34: PERUBAHAN FISIOLOGIS DOMBA GARUT MODEL … filepembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Maret 1997 di Pekanbaru, Riau Penulis

merupakan anak pertama dari Bapak Veri Senopel dan Ibu Yenita Fitriani.

Pendidikan sekolah dasar diselesaikan di SDN 001 Sukajadi pada tahun 2008,

pendidikan sekolah menengah pertama diselesaikan di SMPN 4 Pekanbaru pada

tahun 2011 dan pendidikan seklah menengah atas diselesaikan di SMAN 5

Pekanbaru pada tahun 2014. Penulis melanjutkan studi di program sarjana

Fakultas kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2013.Penulis

mendapatkan beasiswa dari pemerintah Provinsi Riau dalam bentuk BUD

(Beasiswa Utusan Daerah) selama menempuh pendidikan sarjana. Penulis aktif

dalam organisasi dan kepanitiaan yaitu Ketua IPB goes to Riau(Euphoriau) 2015,

Ketua pelaksana Malam Inaugurasi FKH 51 tahun 2015, Kepala Departemen

Kajian Strategis dan Advokasi Badan Eksekutif Mahasiswa FKH IPB 2016,

Wakil Ketua Himpunan Minat Profesi Ruminansia 2017, Divisi Event Organizer

UKM MAX!! 2014-2016. Ketua Pelaksana Intravena 53 2017, Ketua pelaksana

IPB One Health Day 2017, serta asisten praktikum mata kuliah Histologi I.