ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS...

178
ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN DANA KE SEKTOR USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI INDONESIA (Periode Januari 2011 Desember 2016) Skripsi Diajukan kepada Fakutas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Irmawati NIM: 1113086000052 JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Transcript of ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS...

Page 1: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER

SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN DANA

KE SEKTOR USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

DI INDONESIA

(Periode Januari 2011 – Desember 2016)

Skripsi

Diajukan kepada Fakutas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Irmawati

NIM: 1113086000052

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 2: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER

SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN DANA

KE SEKTOR USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

DI INDONESIA

(Periode Januari 2011 – Desember 2016)

Skripsi

Diajukan kepada Fakutas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Irmawati

NIM: 1113086000052

Di Bawah Bimbingan:

Yoghi Citra Pratama, M. Si

NIP. 19830717 201101 1 011

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

Page 3: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Senin, 06 Maret 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas

mahasiswi:

1. Nama : Irmawati

2. NIM : 1113086000052

3. Jurusan : Ekonomi Syariah

4. Judul Skripsi : “Analisis Perbandingan Pengaruh Instrumen Moneter

Syariah dan Konvensional Terhadap Penyaluran Dana ke Sektor Usaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia”

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswi tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Senin 06 Maret 2017

1. Yoghi Citra Pratama, SE., M.Si

NIP. 19830717 201101 1 011

(...........................................)

Penguji I

2. Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM

NUPN. 9903017434

(............................................)

Penguji II

Page 4: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu 29 Maret 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswi:

5. Nama : Irmawati

6. NIM : 1113086000052

7. Jurusan : Ekonomi Syariah

8. Judul Skripsi : “Analisis Perbandingan Pengaruh Instrumen Moneter

Syariah dan Konvensional Terhadap Penyaluran Dana ke Sektor Usaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia”

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi tersebut di

atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Rabu 29 Maret 2017

3. Endra Kasni Laila Yuda, S.Ag., M.Si

NIP. 19720818 199803 2 003

(...........................................)

Ketua

4. Yoghi Citra Pratama, SE., M.Si

NIP. 19830717 201101 1 011

(............................................)

Sekretaris

5. Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM

NUPN. 9903017434

(............................................)

Penguji Ahli

6. Yoghi Citra Pratama, SE., M.Si

NIP. 19830717 201101 1 011

(............................................)

Pembimbing

Page 5: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

9. Nama : Irmawati

10. NIM : 1113086000052

11. Jurusan : Ekonomi Syariah

12. Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap

dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidatuyatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 26 Februari 2017

(Irmawati)

Page 6: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

1. Nama Lengkap : Irmawati

2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 26 Mei 1995

3. Alamat : Jl. Mandar Dalam RT 03/05 Pondok Karya,

Pondok Aren, Tangerang Selatan

4. Telepon : 083872621373

5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN Pondok Karya II Lusus Tahun 2007

2. SMPN 13 Tangerang Selatan Lulus Tahun 2010

3. SMKN 2 Tangerang Selatan Lulus Tahun 2013

4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta S1 Ekonomi Lulus Tahun 2017

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Departemen Kemahasiswaan

2015-2016

2. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi Syariah Departemen

KomInfo 2016-2017

3. Anggota biasa kader HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Cabang Cputat

Komisariat Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Page 7: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

ii

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : M. Dahri

2. Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 10 Januari 1966

3. Ibu : Sri Hartini

4. Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 01 April 1966

5. Alamat : Jl. Mandar Dalam RT 03/05 Pondok Karya,

Pondok Aren, Tangerang Selatan

6. Anak ke : 4 dari 4 bersadara

Page 8: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

iii

ABSTRACT

This study aimed to analyze the comparative impact of Islamic and

conventional monetary instruments towards micro, small and medium enterprises

(MSME) from January 2011 to December 2015. Two of the system was taken

because Indonesia has a dual financial system, so this study has two models. The

study employs Vector Auto Regression (VAR) model, Impulse Response Function

(IRF) and Forecast Error Variance Decompotition (FEVD). Variables used in the

conventional consist are Bank Indonesia Certificates (SBI), interest rate of

Interbank Money Market (PUAB) and interest rate of loan. While on the sharia

side variables used are Bank Indonesia Certificates Sharia (SBIS), Interbank

Money Market Sharia (PUAS) and Profit Loss Sharing (PLS) of financing.

The result of IRF shows conventional monetary instrument which

represented of Bank Indonesia Certificates (SBI) significantly affect to credit of

MSME positively and Islamic monetary instrument which represented of Bank

Indonesia Certificates Sharia (SBIS) significantly affect to financing of MSME

positively. The result of FEVD shows Bank Indonesia Certificates Sharia (SBIS) is

more likely affect to financing by Islamic banking than Bank Indonesia

Certificates (SBI) to credit by conventional banking. The result indicates that the

significant role of SBIS is more effective to monetary transmission through

funding than the role of SBI.

Keywords: Monetary Transmission Mechanism Conventional and Islamic, Islamic

and Conventional Economic Policy, MSME funding, banking Sector.

Page 9: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

iv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan pengaruh

instrumen moneter syariah dan konvensional terhadap penyaluran dana ke sektor

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dari Januari 2011 hingga Desember

2015. Dua sistem tersebut diambil karena Indonesia memiliki dual system

financial, sehingga penelitian ini memiliki dua model. Analisis data menggunakan

model Vector Auto Regression (VAR), teknik Impulse Response Function (IRF)

dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD). Variabel yang digunakan

pada sisi konvensional adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI), suku bunga Pasar

Uang Antar Bank (PUAB), dan suku bunga kredit. Sedangkan pada sisi syariah

variabel yang digunakan adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), imbal

hasil Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS), dan Profit Loss Sharing (PLS).

Berdasarkan hasil IRF menunjukkan instrumen moneter konvensional yang

diwakili oleh Sertifikat Bank Indonesia (SBI) secara signifikan berpengaruh

positif terhadap kredit UMKM dan instrumen moneter syariah yang diwakili oleh

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara signifikan berpengaruh positif

terhadap pembiayaan UMKM. Berdasarkan hasil FEVD menunjukkan Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS) memiliki pengaruh yang besar pada jalur

pembiayaan perbankan syariah dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) memiliki

pengaruh yang kecil pada jalur kredit perbankan konvensional. Hal ini

mengindikasikan peran SBI yang semakin tidak efektif dalam transmisi moneter

melalui jalur kredit dan peran SBIS yang semakin signifikan dalam transmisi

moneter melalui jalur pembiayaan.

Kata Kunci: Mekanisme Tansmisi Moneter Konvensional dan Syariah,

Kebijakan Ekonomi Konvensional dan Syariah, Kredit/Pembiayaan UMKM,

Sektor Perbankan.

Page 10: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penyusunan skripsi

dengan judul “Analisis Perbandingan Pengaruh Instrumen Moneter Syariah

dan Konvensional Terhadap Penyaluran Dana ke Sektor Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UMKM) di Indonesia” ini merupakan syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tidak ada yang tidak mungkin selama kita mau berusaha dan berdoa seperti

hadits Rasulullah “Man Jadda Wajada” yang artinya barang siapa yang

bersungguh-sungguh akan mendapatkannya. Urusan kita dalam kehidupan ini

bukanlah untuk mendahului orang lain, tapi untuk melampaui diri kita sendiri,

untuk memecahkan rekor diri sendiri dan untuk melampaui hari kemarin dengan

hari yang lebih baik. Itulah sepenggal kalimat yang menjadi penggugah demi

terselesaikannya skripsi ini.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih

kepada:

1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah mengizinkan saya untuk dapat

berkuliah di Universitas ini dan dapat menyelesaikan studi dengan sangat

baik. Tanpa ridho dan berkah-Mu semua ini sulit terjadi.

2. Kedua orang tuaku untuk kasih sayangnya yang tulus, Ibu Sri Hartini dan

Bapak M. Dahri. Doa kalian selalu tercurahkan untuk setiap kesuksesan

langkah-langkahku. Terimakasih juga atas dukungan materi maupun

nonmateri untuk melancarkan studi ini. Tiada patut diucapkan oleh seorang

anak, kecuali doa untuk kedua orang tuanya “Rabbigfirlii Waliwalidayya

Warhamhumaa Kamaa Rabbayani Shogiiraa”.

Page 11: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

vi

3. Bapak Dr. Arief Mufraini selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai dosen Pembimbing Akademik saya

yang telah memberikan masukkannya setiap pergantian semester.

4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan cepat dan

baik. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala membalas segala kebaikannya

dengan sebaik-baiknya balasan.

5. Bapak Yoghi Citra Pratama, M. Si selaku ketua Jurusan Ekonomi Syariah.

Semoga dapat menjadi ketua jurusan yang lebih baik lagi dalam

memajukkan Ekonomi Syariah.

6. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan MA. MM. HAH. SLM sebagai penemu teori H

bahwa petunjuk jalan lurus manusia ke Allah dengan ibadah dan penguji

ahli skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan ilmu yang

bermanfaat sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

7. Terimakasih kepada dosen-dosen Ekonomi Syariah yang telah memberikan

saya ilmu selama berkuliah di Universitas ini yang tidak bisa disebutkan

satu persatu. Bantuan kalian dalam menyampaikan materi yang sangat

membantu saya dalam memahami materi perkuliahan. Semoga ini dapat

menjadi nilai ibadah dan semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala membalas

semua jasamu.

8. Sahabat-sahabatku “Man Jadda wajada” Riska, Awaliyah, Maya, Aliyah,

Via, Gita, Putri, Lita, Putri yang telah menemaniku dalam menempuh

perjalanan mencari ilmu dari awal semester sampai akhirnya terselesaikan

skripsi ini. Saling menyemangati dalam suka dan duka. Semoga kita semua

bisa menjadi orang sukses dan bermanfaat bagi orang sekitar. Aamiin.

9. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Syariah B angkatan 2013, yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas waktu, tawa, dan

pengalaman baru selama ini. Setiap langkah adalah cerita maka lakukanlah

yang terbaik untuk setiap langkahmu. Semoga kita semua dapat menjadi

bagian dari impian-inpian kita.

Page 12: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

vii

10. Teman-teman seperjuangan DEMA Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan

2015 dan HMJ Ekonomi Syariah angkatan 2016 yang telah bekerjasama dan

mendukung setiap kegiatan organisasi selama ini.

11. Seluruh anggota KKN CEMERLANG yang telah berjuang bersama-sama

selama sebulan mengabdi di Desa Curug, Kecamatan Jasinga, Kabupaten

Bogor.

12. Orang-orang berjasa tanpa kenal lelah atas segala pelayanan

administrasinya, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala mencatat dan

membalas segala kebaikannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik

yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 29 Januari 2017

Irmawati

Page 13: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

viii

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... i

ABSTACT ...................................................................................................... iii

ABSTAK ........................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Penelitian ............................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 11

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 12

D. Batasan Masalah ........................................................................... 12

E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 13

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 14

A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel ....................................... 14

1. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia ......... 14

Page 14: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

ix

2. Transmisi Kebijakan Moneter Islam ....................................... 20

3. Teori H dalam Ekonomi .......................................................... 25

4. Kebijakan Moneter Konvensional ........................................... 27

5. Kebijakan Moneter Menurut Islam ......................................... 30

6. Instrumen Moneter .................................................................. 32

7. PUAB dan PUAS .................................................................... 37

8. Profit and Loss Sharing (PLS) dan Suku Bunga Bank ........... 46

9. Pembiayaan dan Kredit ............................................................ 52

10. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ......................................... 59

B. Keterkaitan Antar Variabel .......................................................... 64

C. Penelitian Sebelumnya ................................................................. 68

D. Kerangka Berpikir ........................................................................ 76

E. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 80

BAB III: METODELOGI PENELITIAN .................................................. 81

A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 81

B. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 81

C. Metode Analisis Data ................................................................... 82

1. Uji Stasioneritas Data .............................................................. 83

2. Uji Lag Optimum .................................................................... 84

3. Uji Stabilitas VAR ................................................................... 84

4. Uji Kointegrasi ........................................................................ 84

5. Uji Kausalitas Granger ............................................................ 85

6. Model Empiris dalam VAR ..................................................... 85

7. Impulse Response Function (IRF) ........................................... 87

8. Variance Decomposition (FEVD) ........................................... 88

D. Model Penelitian .......................................................................... 89

E. Operasional Variabel Penelitian ................................................... 90

Page 15: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

x

BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................... 96

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................. 96

1. Perkembangan Penyaluran Dana UMKM di Indonesia .......... 96

2. Perkembangan SBI dan SBIS .................................................. 100

3. Perkembangan PUAB dan PUAS ............................................ 103

4. Perkembangan Suku Bunga Bank dan PLS ............................. 106

B. Analisis Uji Ekonometrik ............................................................. 109

1. Uji Stasioneritas Data .............................................................. 109

2. Uji Lag Optimum .................................................................... 111

3. Uji Stabilitas VAR ................................................................... 111

4. Uji Kointegrasi ........................................................................ 112

5. Uji Kausalitas Granger ............................................................ 114

6. Uji Estimasi VAR .................................................................... 116

7. Uji Impulse Response Function (IRF) ..................................... 118

8. Uji Variance Decomposition (FEVD) ..................................... 121

C. Analisis Penelitian ........................................................................ 124

BAB V: KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................... 128

A. Kesimpulan .................................................................... 128

B. Implikasi ......................................................................... 131

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 132

LAMPIRAN ................................................................................................... 142

Page 16: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Data Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Suku Bunga Kredit,

Pasar Uang Antar Bank (PUAB), dan Kredit UMKM

Periode 2011-2016 dalam Miliar dan Persen

8

1.2 Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Profit Loss

Sharing Pembiayaan, Pasar Uang Antarbank Syariah

(PUAS), dan Pembiayaan UMKM Periode 2011-2016

dalam Miliar dan Persen

9

2.1 Perhitungan Imbalan Bardasarkan Jangka Waktu 44

2.2 Perbedaan Sistem Konvensional dan Sistem Syariah

Lembaga Keuangan

58

2.3 Ringkasan Penelitian Terdahulu 71

3.1 Model Penelitian Instrumen Moneter Terhadap Penyaluran

Dana UMKM

89

4.1 Hasil Uji Stasioneritas Variabel dengan Metode ADF Test 110

4.2 Hasil Uji Lag Optimum 111

4.3 Hasil Uji Stabilitas sistem Vector Autoregression 112

4.4 Hasil Uji Johansen Cointegration Test (Model I) 113

4.5 Hasil Uji Johansen Cointegration Test (Model II) 113

4.6 Rangkuman Hasil Uji Kointegrasi 114

4.7 Hasil Uji Kausalitas Granger 114

4.8 Hasil Estimasi VAR (Model I) 116

4.9 Hasil Estimasi VAR (Model II) 117

Page 17: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Saluran Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia 20

2.2 Alur Penerapan Sistem Moneter Ganda di Indonesia 36

2.3 Mekanime Transmisi PUAB 39

2.4 Skema Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah 42

2.5 Kerangka Berpikir Penelitian 79

4.1 Perkembangan Kredit UMKM dari Bank Konvensional

Periode Januari 2011 s.d. Desember2016

98

4.2 Perkembangan Pembiayaan UMKM dari Bank Syariah

Periode Januari 2011 s.d Desember 2016

99

4.3 Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Periode

Januari 2011 s.d. Desember 2016

101

4.4 Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) Periode

Januari 2011 s.d. Desember 2016

102

4.5 Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Periode

Januari 2011 s.d. Desember 2016

104

4.6 Perkembangan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS)

Periode Januari 2011 s.d. Desember 2016

106

4.7 Perkembangan Suku Bunga Kredit Periode Januari 2011

s.d. Desember 2016

108

4.8 Perkembangan Profit Loss Sharing Pembiayaan Periode

Januari 2011 s.d. Desember 2016

109

4.9 Hasil Impulse Response Function (Model I) 119

4.10 Hasil Impulse Response Function (Model II) 120

4.11 Hasil Variance Decomposition (FEVD) Penyumbang

Kredit UMKM (CRD) Model I

121

4.12 Hasil Variace Decomposition (FEVD) Penyumbang

Pembiayaan UMKM (PYD) Model II

123

Page 18: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data dari Variabel-Variabel yang digunakan 142

2 Hasil Uji Stasioneritas Variabel 144

3 Hasil Lag Optimum Model I (Konvensional) 148

4 Hasil Lag Optimum Model II (Syariah) 149

5 Hasil Uji Stabilitas VAR Model I (Konvensional) 149

6 Hasil Uji Stabilitas VAR Model II (Syariah) 150

7 Hasil Uji Kointegrasi Model I (Konvensional) 150

8 Hasil Uji Kointegrasi Model II (Syariah) 151

9 Hasil Uji Kausalitas Grenger Model I (Konvensional) 151

10 Hasil Uji Kausalitas Grenger Model II (Syariah) 152

11 Hasil Estimasi VAR Model I (Konvensional) 152

12 Hasil Estimasi VAR Model II (Syariah) 153

13 Hasil Uji Impulse Response Function (IRF) Model I 154

14 Hasil Uji Impulse Response Function (IRF) Model II 155

15 Hasil Uji Variance Decomposition (FEVD) Penyumbang

Kredit UMKM Model I (Konvensional)

157

16 Hasil Uji Variance Decomposition (FEVD) Penyumbang

Pembiayaan UMKM Model II (Syariah)

158

Page 19: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pemahaman sistem ekonomi yang Islami senantiasa mengacu pada

konsep Islam yang menyeluruh atau kafah. Pendekatan Islam kafah ini

mengandung makna adanya ekspos mengenai iman, Islam, dan ihsan. Tiga

hal diskursus ini diperkuat oleh rukun Islam yaitu: 1) Syahadat , 2) Shalat, 3)

Zakat dan keempat puasa serta kelima haji.

Resultan dari 3 pilar dalam Islam ini terejawantahkan pada teori dasar

ekonomi Islam yang terdiri dari: 1) Teori Tauhid, 2) Teori Ibadah, 3) Teori

Maslahah. Implementasi dari pilar utama ekonomi ini sejalan dengan

perkembangan perbankan yang ada di Indonesia (Aziz, 2017).

Grand Building Theory berupa bangunan teori dari Islam Dan Ekonomi

adalah Teori TIM atau Tauhid-Ibadah-Maslahah yang berasal dari Quran

(QS. Al-Haj 22.78) sehingga memunculkan konsep utama dari pembagian

struktur ekonomi maupun keuangan..

QS. Al-Haj [22]: 78 فأقيموا الصالةوآتوا الزكاة واعتصموا بالله

Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali

Allah.

Page 20: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

2

Tabel Bangunan Teori TIM Ekonomi Islam

No Teori Tauhid Ibadah Maslahah

1 Rukun Ihsan Islam Iman

4 Fikih Aqidah Syariah Ahlak

6 Metodologi TSR Hahslm Maqashid

Syariah

7 Penemu Masudul Roikhan Ibnu

Khaldun

13 Ekonomi Kapitalis Islam Sosialis

Sumber: Aziz, 2017

Pengembangan ekonomi Islam selama ini berbasiskan pola berpikir

linier dengan pendekatan sekuler, memisahkan keilmuan dengan keagamaan,

sehingga otomatis makna ibadah tercerabut dengan sendirinya. Makna ibadah

merupakan proses yang alami dalam setiap aktivitas kehidupan manusia

termasuk ekonomi. Petunjuk mengenai ibadah yang diberikan Allah SWT

berasal dari ayat kauliyah yaitu Al-Qur‟an dan As Sunnah serta ayat kauniyah

yaitu alam semesta. Hal tersebut sesuai dengan Az-Dzariyat: 56 yang

berbunyi:

نس ال ليعبدون وما خلقت الجن وال

Artinya: “Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk

beribadah”

Fenomena alam dan ekonomi sudah ada sejak sebelum wahyu kauliyah

diturunkan. Makna beribadah pasti sudah bisa diejawantahkan oleh pendahulu

umat sebelum Nabi Muhammad SAW, dengan mempelajari ayat kauniyah

yang terjadi dari fenomenaalam dan ekonomi tersebut. Kemudian pada era

risalah Nabi Muhammad SAW oleh Allah SWT fenomena alam dan ekonomi

tersebut dikodifikasi serta diintegrasikan dalam ayat kauliyah. Ayat kauliyah

Page 21: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

3

memberikan inti kodifikasi dar keberekonomian yang ada, sedangkan detil

penjabaran para peneliti muslim wajib merujuk pada sumber utamanya.

Allah menegaskan bahwa penciptaan pasti mengandung makna ibadah,

maka ini bisa menjadi dasar bahwa kewajiban peneliti muslim untuk

menjadikan alat analisis juga terdapat nilai ibadah. Selama ini keilmuan

ekonomi mengopipastekan alat analisis dari barat seperti program linier,

regresi berganda dan lain sebagainya. Probabilitas besar terhadap alat analisis

tersebut kurang memiliki nilai ibadah karena kalangan barat membangun alat

analisis tersebut selalu meniadakan faktor agama dalam sains. Untuk itu,

peneliti muslim perlu didorong secara berjamaah, merubah konsep alat

analisis sesuai dengan model berpikir Islami, sehingga mampu memberikan

tolak ukur yamg sesuai dengan nilai Islam.

Jumlah pelaku usaha industri UMKM di Indonesia termasuk paling

banyak di antara Negara lainnya. Hingga tahun 2016, jumlah pelaku UMKM

di Indonesia akan terus mengalami pertumbuhan. Saat ini populasi penduduk

dengan usia produktif lebih banyak daripada jumlah lapangan kerja yang

tersedia. Hal ini memicu khususnya para pemuda untuk menciptakan

peluangnya sendiri dengan membuka bisnis. Sebagian besar tergolong

sebagai pelaku usaha sektor industri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM).

Bank Indonesia (BI) menilai porsi penyaluran kredit untuk Usaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih sangat minim. BI mencatat

Page 22: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

4

sampai saat ini penyaluran kredit ke UMKM baru sebesar 19,7% terhadap

total penyaluran kredit perbankan. Jika dibandingkan dengan Negara lain

masih sangat kecil seperti di Thailand sebesar 35% dan Korea sebesar 40%.

Bank Indonesia meminta perbankan nasional untuk dapat menyalurkan

kredit UMKM-nya sebesar minimum 20% dari total kredit bank secara

bertahap. Jumlah unit usaha UMKM sendiri tercatat 57,89 juta. Angka

tersebut mendominasi total pelaku usaha dengan porsi 99,99%. UMKM

sendiri mempekerjakan sekitar 114,14 juta orang. Angka tersebut sekira

96,99% dari total lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia. Melihat hal

tersebut, UMKM memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia.

Dengan kontribusi sebesar 60,3% terhadap PDB serta 97,2% penyerapan

tenaga kerja. Pengembangan UMKM merupakan salah satu kunci untuk

mendorong pertumbuhan nasional (Nisaputra, 2016).

Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit perbankan pada periode

laporan Triwulan I 2016 sebesar 20,1%, meningkat dari pangsa Triwulan

sebelumnya sebesar 19,9%. Menurut klasifikasi usaha, sebagian besar kredit

UMKM disalurkan pada kredit usaha menengah yaitu 45,4% dan selebihnya

kepada kredit usaha kecil 29,5% dan usaha mikro sebesar 25,2%. Menurut

jenis penggunaan, kredit UMKM terutama disalurkan untuk membiayai kredit

modal kerja sebesar 72,6%, sedangkan untuk kredit investasi tercatat 27,4%.

Pada kenyataannya perkembangan sektor UMKM di Indonesia masih

dihadapkan oleh berbagai masalah. Salah satu masalah mendasar yang

Page 23: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

5

dihadapi adalah keterbatasan modal kerja dan investasi. Sebagian besar

pinjaman UMKM berasal dari perorangan, bukan dari lembaga keuangan

formal atau perbankan. Permodalan mereka tergantung sepenuhnya pada

tabungan sendiri atau sumber-sumber informal seperti keluarga.

Sejak tahun 1970-an, pemerintah telah memfasilitasi penyaluran dana

ke sektor usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) yang diawali dengan

dua skema kredit dari Bank Indonesia yaitu Kredit Modal Kerja Permanen

(KMKP) dan Kredit Investasi Kecil (KIK). Selain itu Bank Indonesia telah

mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 3/2/PBI/2001 yang

mewajibkan perbankan untuk menyediakan 20% dari total kreditnya kepada

usaha kecil. Peraturan tersebut dikeluarkan untuk mendorong perbankan agar

meningkatkan penyaluran dana ke sektor UMKM. Melihat besarnya peran

UMKM di Indonesia maka wajar apabila sektor ini mendapat perhatian lebih,

khususnya dari segi akses dan permodalan yang selama ini menjadi

permasalahan utama dalam pengembangan UMKM.

Baik perbankan syariah maupun perbankan konvensional memiliki

tugas utama sebagai lembaga intermediasi, yaitu menyalurkan dana dari pihak

surplus ke pihak yang memerlukan dana secara optimal. Salah satu jalur

intermediasi perbankan adalah melalui penyaluran dana kepada UMKM,

yaitu penyaluran dana yang dialokasikan untuk investasi atau pengembangan

usaha masyarakat berskala mikro, kecil atau menengah. Pemberian kredit

kepada dunia usaha khususnya di sektor UMKM perlu ditingkatkan dalam

upaya meningkatkan peran perbankan nasional sebagai lembaga intermediasi.

Page 24: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

6

Bank sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat harus dapat

mengelola saluran kredit dan pembiayaan secara tepat sehingga dapat

menjembatani sektor keuangan dan sektor rill. Selain itu, bank sebagai

lembaga keuangan yang dominan di Indonesia seharusnya mendukung penuh

keberadaan dan perkembangan UMKM mengingat peran UMKM yang sangat

besar bagi perekonomian (Meydianawathi, 2007:35).

Sebagai Negara yang menganut sistem moneter ganda, Bank Indonesia

telah menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai

instrumen moneter syariah yang berdampingan dengan Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) yang selama ini dipakai sebagai instrumen moneter

konvensional. SBIS adalah surat berharga bedasarkan prinsip syariah

berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank

Indonesia dalam rangka meningkatkan efektifitas mekanisme moneter dengan

prinsip syariah. SBIS mulai digunakan sebagai instrumen moneter sejak tahun

2008 menggantikan peran instrumen moneter syariah sebelumnya, yaitu

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI). Perbedaan SBIS dan SWBI hanya

terletak pada akad yang digunakan. Sebagai Instrumen moneter, SBI dan

SBIS memiliki jalur transmisi tersendiri terhadap sektor riil dimana instrumen

ini akan mempengaruhi besarnya pembiayaan dan peyaluran kredit kepada

sektor riil (Ramadhan, 2013:176).

Pembiayaan memiliki hubungan yang erat dengan tingkat keuntungan

yang dapat dihimpun oleh bank syariah. Dalam kegiatan operasionalnya, bank

syariah melarang penggunaan bunga bank (riba) dan menggunakan nisbah

Page 25: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

7

bagi hasil (profit /loss sharing contract) sebagai penggantinya. Pada

pembiayaan bagi hasil bank syariah menggunakan metode nisbah atau tingkat

bagi hasil untuk menetapkan jumlah keuntungan yang akan dibagi antara

nasabah dengan pihak bank (Nasaruddin, 2009:6). Semakin tinggi tingkat

bagi hasil berarti semakin tinggi keuntungan yang akan diperoleh bank dan

akan meningkatkan jumlah penyaluran pembiayaan.

Selain itu, besarnya suku bunga yang dibebankan bank konvensional

untuk berbagai kredit, sebagian besar ditentukan oleh kekuatan-kekuatan

yang berada diluar kontrol bank, yaitu suku bunga di pasar dan kekuatan

pesaing. Sehingga semakin rendah suku bunga kredit yang ditetapkan oleh

bank, akan menaikkan jumlah kredit yang akan diminta oleh nasabah,

demikian pula sebaliknya (Priambodo, 2012).

Pada operasi pasar terbuka para pelaku usaha menggunakan instrumen

keuangan jangka pendek seperti PUAB untuk perbankan konvensional dan

PUAS untuk perbankan syariah. Semakin tinggi tingkat suku bunga PUAB,

maka motivasi bank untuk tidak melepas likuiditas menjadi semakin tinggi

dalam rangka menjaga kecukupan likuiditas. Begitu pula dengan PUAS,

dimana semakin besar imbal hasil PUAS maka semakin besar penempatan

dana pada instrumen PUAS sehingga mengurangi porsi penempatan dana

pada pembiayaan UMKM.

Page 26: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

8

Tabel 1.1

Data Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Suku Bunga Kredit,

Pasar Uang Antar Bank (PUAB), dan Kredit UMKM

Periode 2011-2016 dalam Miliar dan Persen

TAHUN SBI

SUKU

BUNGA

KREDIT

PUAB KREDIT

UMKM

2011 119.777 11,98% 4,55% 458.163

2012 78.873 11,50% 4,45% 526.397

2013 91.392 12,14% 6,23% 608.822

2014 88.899 12,81% 6,12% 671.721

2015 32.300 12,48% 7,33% 739.801

2016 94.582 11,38% 4,24% 802.113

Sumber: Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Berdasarkan data pada tabel 1.1 menunjukan kecenderungan penurunan

nilai SBI dari tahun 2011 sampai tahun 2016. Dikatakan dalam artikel IBPA

(Indonesia Bond Pricing Agency) 2015, SBI cenderung mengalami penurunan

dikarenakan aliran dana perbankan di SBI semakin surut sejalan dengan arah

kebijakan moneter Bank Indonesia, dimana BI sengaja mengurangi

penyerapan dana melalui SBI agar bank lebih giat menyalurkan kreditnya

sehingga akan berdampak pada kurs rupiah yang tetap stabil. Jika dana bank

di SBI semakin menumpuk, BI harus menanggung beban bunga yang

semakin besar. Selain itu kecenderungan mengalami penurunan juga terjadi

pada suku bunga kredit perbankan dan suku bunga PUAB hingga tahun 2016.

Lain halnya dengan variabel kredit UMKM yang menunjukan kecenderungan

kenaikan dari tahun 2011 hingga tahun 2016 yaitu sebesar 802.113 milyar.

Page 27: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

9

Tabel 1.2

Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Profit Loss Sharing

Pembiayaan, Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS), dan

Pembiayaan UMKM Periode 2011-2016 dalam Miliar dan Persen

TAHUN SBIS PLS

PEMBIAYAAN PUAS

PEMBIAYAAN

UMKM

2011 3.476 13,64% 5,08% 71.810

2012 3.455 13,44% 4,42% 90.860

2013 4.712 13,51% 6,25% 110.086

2014 8.130 13,61% 6,30% 59.806

2015 6.280 11,35% 6,73% 50.291

2016 6.357 11,07% 6,08% 54.530

Sumber: Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Berdasarkan data pada tabel 1.2 menunjukan kecenderungan

peningkatan nilai SBIS dari tahun 2011 hingga tahun 2014 dengan nilai 8.130

milyar tetapi hingga tahun 2016 mengalami penurunan menjadi sebesar 6.357

milyar. Begitu pula dengan variable PLS pembiayaan yang mengalami

peningkatan hingga tahun 2014 namun mengalami penurunan hingga tahun

2016 menjadi sebesar 11,07% dan pembiayaan UMKM yang mengalami

peningkatan hingga tahun 2013 sebesar 110.086 milyar dan cenderung

mengalami penurunan hingga tahun 2016 sebesar 54.530 milyar. Lain halnya

dengan variabel tingkat imbalan PUAS yang mengalami peningkatan dari

tahun 2011 hingga tahun 2015 tetapi mengalami penurunan pada tahun 2016

yaitu sebesar 6,08%. Jika imbal hasil yang ditetapkan Bank Indonesia

terhadap SBIS dan PUAS relatif besar maka hal ini akan menarik perhatian

perbankan syariah untuk menempatkan dananya pada SBIS ataupun PUAS,

Page 28: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

10

dan secara langsung akan mereduksi jumlah penyaluran dana terhadap

pembiayaan dan juga akan berakibat kepada pendapatan perbankan syariah

Penyaluran dana ke sektor UMKM melalui perbankan tentunya

dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Dari berbagai studi terdahulu, faktor internal yang mempengaruhi penyaluran

kredit dari perbankan antara lain faktor rentabilitas dan profitabilitas.

Sedangkan dari faktor eksternal, penyaluran kredit dari perbankan

dipengaruhi oleh instrumen moneter.

Bank Indonesia mengadakan Operasi Pasar Terbuka (OPT) sebagai

salah satu kebijakannya dalam mempengaruhi stabilitas keuangan. Tentunya

instrumen yang digunakan dalam operasi pasar terbuka adalah SBI untuk

perbankan konvensional dan SBIS untuk perbankan syariah. Kedua instrumen

tersebut dapat dimanfaatkan oleh perbankan ketika mengalami kelebihan

maupun kekurangan likuiditas. Fasilitas tersebut dapat membantu kelancaran

perbankan dalam memenuhi likuiditas serta dapat dijadikan sebagai sarana

pengalokasian dana perbankan di Indonesia. Pada operasi pasar terbuka para

pelaku usaha menggunakan instrumen keuangan jangka pendek seperti SBI

dan PUAB untuk perbankan konvensional, SBIS dan PUAS untuk perbankan

syariah. Adanya instrumen moneter tersebut menimbulkan anomali yang

menyatakan apakah instrumen-instrumen moneter dapat mempengaruhi

secara positif maupun negatif atau tidak memberikan pengaruh terhadap

penyaluran dana ke sektor UMKM. Penyaluran dana dari perbankan ke sektor

UMKM dicerminkan melalui total kredit UMKM dari perbankan

Page 29: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

11

konvensional dan pembiayaan UMKM dari perbankan syariah. Sedangkan

suku bunga kredit dan presentase profit dan loss sharing pembiayaan adalah

variabel dalam proses transmisi moneter melalui jalur kredit.

Manakah instrumen yang masih lebih efektif dalam penyaluran dana ke

sektor UMKM di Indonesia. Berangkat dari penjelasan tersebut, maka penulis

pada penelitian ini mengambil judul “Analisis Perbandingan Pengaruh

Instrumen Moneter Syariah dan Konvensional Terhadap Penyaluran

Dana ke Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di

Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, permasalahan yang akan

dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh intrumen moneter konvensional terhadap kredit

UMKM di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh instrumen moneter syariah terhadap pembiayaan

UMKM di Indoensia?

3. Bagaimana perbandingan pengaruh instrumen moneter syariah dalam

mempengaruhi pembiayaan UMKM dan pengaruh instrumen moneter

konvensional dalam mempengaruhi kredit UMKM di Indonesia?

Page 30: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

12

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi pengaruh instrumen konvensional terhadap kredit

UMKM di Indonesia.

2. Mengidentifikasi pengaruh instrumen syariah terhadap pembiayaan

UMKM di Indonesia.

3. Membandingkan sejauh mana pengaruh instrumen moneter syariah

dalam mempengaruhi pembiayaan UMKM dan pengaruh instrumen

moneter konvensional dalam mempengaruhi kredit UMKM di

Indonesia?

D. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan

mendalam maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat

perlu dibatasi variabelnya. Oleh karena itu, penulis membatasi diri dengan

menggunakan 2 (dua) model dalam penelitian ini, yaitu instrumen moneter

konvensional dan isntrumen moneter syariah.

Dengan model pertama yaitu instrumen moneter konvensional yang

terdiri dari data SBI, suku bunga PUAB, dan suku bunga kredit terhadap

kredit UMKM pada perbankan konvensional di Indonesia, dan model kedua

yaitu instrumen moneter syariah yang terdiri dari data SBIS, imbal hasil

Page 31: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

13

PUAS, dan profit loss sharing terhadap pembiayaan UMKM pada perbankan

syariah di Indonesia.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menjadi rujukan atau inspirasi dan pedoman

bagi peneliti lainnya yang berminat di bidang ini:

1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti untuk

menyelaraskan ilmu pengetahuan yang didapat dalam kegiatan

akademik sehingga dapat menambah pengetahuan bagi peneliti dalam

bidang ekonomi syariah dengan konsentrasi ekonomi moneter syariah.

2. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah referensi untuk penelitian selanjutnya dikemudian hari, serta

dapat memacu motivasi kepada peneliti lainnya untuk melakukan

penelitian selanjutnya dengan menggunakan metode yang lain.

3. Bagi universitas, penelitian ini juga dapat dipergunakan untuk

menambah bahan pustaka dalam mengembangkan kualitas pendidikan

universitas tersebut dalam masa yang akan datang.

4. Bagi pembuat kebijakan, khususnya Bank Indonesia hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk

lebih mendalami serta mengevaluasi kebijakan instrumen moneter

syariah dan konvensional yang diterapkan dan atau untuk merumuskan

kebijakan instrumen baru.

Page 32: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori yang Berkenaan dengan Variabel

1. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia

Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya

menggambarkan bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh bank

sentral mempengaruhi berbagai aktifitas ekonomi dan keuangan

sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan akhir yang ditetapkan.

Secara spesifik, Taylor (1995) mengatakan bahwa transmisi kebijakan

moneter adalah “The process through which monetary policy decision

are transmitted into changes in real GDP and inflation” (Warjiyo,

2004:4).

Kompleksitas mekanisme transmisi kebijakan moneter juga

berkaitan dengan perubahan pada peran dan cara kerjanya saluran-

saluran transmisi moneter dalam perekonomian. Pada perekonomian

terbuka, perkembangan ekonomi dan keuangan di suatu Negara akan

dipengaruhi pula oleh perkembangan ekonomi dan keuangan Negara

lain melalui perubahan nilai tukar, volume ekspor impor, ataupun

besarannya arus dana masuk dan keluar dari Negara yang bersangkutan.

Pada kondisi demikian, peranan saluran yang lain, seperti suku bunga,

kredit, dan nilai tukar juga semakin penting dalam transmisi kebijakan

Page 33: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

15

moneter. Peran saluran harga aset seperti obligasi dan saham dan

saluran ekspektasi juga semakin perlu diperhatikan (Warjiyo, 2004:6).

Menurut warjiyo (2004:7), transmisi moneter saling berkaitan

dengan proses perputaran uang dalam perekonomian. Transmisi

kebijakan moneter pada dasarnya menunjukkan interaksi antar bank

sentral, perbankan dan lembaga keuangan lainnya, dan pelaku ekonomi

di sektor riil melalui dua tahap proses perputaran uang, yaitu interaksi

yang terjadi di pasar keuangan dan interaksi yang berkaitan dengan

fungsi intermediasi.

Dalam perkembangan lanjutan, dengan kemajuan dibidang

keuangan dan perubahan dalam struktur perekonomian, terdapat lima

saluran mekanisme transmisi kebijakan moneter, yaitu saluran uang,

saluran suku bunga, saluran harga aset, saluran kredit dan saluran

ekspektasi. Berikut penjelasan yang lebih rinci (Warjiyo, 2004:14).

a. Saluran Uang

Melalui saluran uang mengacu pada dominasi peran uang

dalam perekonomian, yang pertama kali dijelaskan oleh quantity

teory of money (Fisher, 1991). Teori ini pada dasarnya

menggambarkan kerangka kerja yang jelas mengenai analisis

hubungan langsung yang sistematis antara pertumbuhan uang

beredar dan inflasi, yang dinyatakan dalam suatu identitas yang

dikenal sebagai “the equation of exchange” sebagai berikut:

Page 34: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

16

MV = PT

Dalam keseimbangan jumlah uang beredar yang digunakan

dalam seluruh kegiatan transaksi ekonomi (MV) sama dengan

jumlah output nominal, dihitung dengan harga yang berlaku yang

ditransaksikan dalam ekonomi (PT). Mekanisme transmisi saluran

uang dibagi dalam dua tahap proses perputaran uang tersebut.

Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran

uang dimulai dengan tindakan bank sentral mengendalikan uang

primer sesuai dengan sasaran akhir yang ingin dicapai. Kemudian

dengan proses money multiplier ditransmisikan ke jumlah uang

beredar (M1 dan M2) sesuai dengan permintaan masyarakat. Pada

akhirnya uang beredar akan mempengaruhi berbagai kegiatan

ekonomi, khususnya inflasi dan output riil karena peranannya

untuk pemenuhan kebutuhan transaksi ekonomi oleh para pelaku

ekonomi.

b. Saluran Kredit

Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran

kredit didasarkan pada asumsi bahwa tidak semua simpanan

masyarakat dalam bentuk uang beredar (M1 dan M2) oleh

perbankan selalu disalurkan sebagai kredit kepada dunia usaha.

Perbedaan antara saluran uang dengan saluran kredit terletak pada

tahapan selanjutnya dari proses perputaran uang dalam ekonomi.

Page 35: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

17

Saluran kredit menekankan pentingnya pasar kredit yang tidak

selalu dalam kondisi keseimbangan karena adanya assymetric

information atau sebab-sebab lain.

Terdapat dua jenis saluran kredit yang mempengaruhi

transmisi kebijakan moneter dari sektor keuangan ke sektor riil,

yaitu kredit bank dan neraca perusahaan. Perkembangan kredit

perbankan selanjutnya akan berpengaruh pada inflasi dan sektor riil

melalui perkembangan investasi dan konsumsi.

c. Saluran Suku Bunga

Aspek ini lebih mementingkan aspek harga di pasar keuangan

terhadap berbagai aktifitas ekonomi disektor riil. Tahap pertama

pada saluran ini adalah kebijakan moneter yang ditempuh bank

sentral akan mempengaruhi perkembangan suku bunga jangka

pendek di pasar uang (misalnya suku bunga SBI dan PUAB) di

pasar uang rupiah. Tahap kedua, transmisi suku bunga dari sektor

keuangan ke sektor riil akan tergantung pada pengaruhnya terhadap

permintaan konsumsi dan investasi dalam perekonomian.

d. Saluran Nilai Tukar

Transmisi saluran ini menekankan pentingnya pengaruh

perubahan hara aset finnsial terhadap berbagai aktifitas ekonomi.

Aset finansial berbentuk valuta asing, selanjutnya perkembangan

nilai tukar dan dana aliran dana luar negeri tersebut akan

Page 36: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

18

berpengaruh pada output riil dan inflasi Negara. Perubahan

perkembangan nilai tukar pasar valuta asing pengaruh tidak

langsung terhadap nilai tukar tersebut karena kebijakan moneter

akan mempengaruhi perkembangan suku bunga di pasar, yang

selanjutnya berpengaruh terhadap besarnya aliran dana ke luar

negeri serta permintaan dan penawaran di pasar valuta asing.

Pada tahap selanjutnya, pengaruh nilai tukar terhadap inflasi

juga dapat terjadi secara langsung karena perkembangan nilai tukar

mempengaruhi pola pembentukan harga oleh perusahaan dan

ekspektasi inflasi di masyarakat, maupun secara tidak langsung

terjadi karena perubahan nilai tukar mempengaruhi komponen

ekspor impor dalam permintaan agregat. Perkembangan ini akan

berdampak pada besarnya output riil dalam ekonomi yang pada

akhirnya akan menentukan besarnya tekanan inflasi dari sisi

kesenjangan output.

e. Saluran Harga Aset

Kebijakan moneter juga berpengaruh terhadap perkembangan

harga-harga aset lain, baik harga aset financial seperti yield obligasi

dan harga saham, maupun aset fisik khususnya harga property dan

emas. Perubahan suku bunga dan nilai tukar maupun besarnya

investasi di pasar uang rupiah dan valuta asing akan berpengaruh

pula terhadap volume dan harga obligasi, saham, dan aset fisik

Page 37: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

19

tersebut, dan selanjutnya perkembangan tersebut akan berdampak

pada berbagai aktifitas di sektor riil. Pengaruh harga aset pada

konsumsi dan investasi akan mempengaruhi pula permintaan

agregat dan pada akhirnya akan menentukan tingkat output riil dan

inflasi dalam ekonomi.

f. Saluran Ekspektasi

Para pelaku ekonomi, dalam menentukan tindakan bisnisnya

akan mendasarkan pada prospek ekonomi dan keuangan ke depan.

Berdasarkan kebijakan moneter yang ditempuh oleh bank sentral

akan memunculkan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi,

akibatnya akan mempengaruhi tindakan masyarakat untuk

melakukan aktifitas pada sektor riil. Pada permintaan agregat

tingkat suku bunga akan menentukan besarnya konsumsi dan

investasi.

Sedangkan pada penawaran agregat terjadi melalui pola

pembentukan harga produk. Sehingga pengaruh ekspektasi inflasi

terhadap permintaan dan penawaran agregat akan menentukan

tingkat inflasi dan output riil dalam ekonomi. Dengan demikian

semakin kredible kebijakan moneter, semakin rendah pula distorsi

yang ditimbulkannya baik terhadap perkembangan output riil

maupun efektifitas kebijakan moneter dalam pencapaian sasaran

inflasi tersebut.

Page 38: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

20

Inflasi

Harga

Traded

Goods

Tekanan

Inflasi

Domestik

Output

Gap

Uang

Beredar

Permint

aan

Agregat

Permintaa

n

Eksternal

Permintaa

n

Domestik

INSTRUMEN

KEBIJAKAN

MONETER

Nilai Tukar

Ekspektasi

Harga Aset

Kredit Bank

Suku Bunga

Pasar

Gambar 2.1

Saluran Transmisi Kebijakan Moneter di Indoneisa

Sumber: Priadi Asmanto, 2006

2. Transmisi Kebijakan Moneter Islam

Ontologi dari konsep Kaffah adalah Islam. Bahwa sistem

kehidupan yang ada pada diri sendiri, lingkungan sekitar dan alam

semesta berawal dari konsep Islam. Dengan kata lain konsep penciptaan

awal adalah Islam. Kata Islam memiliki akar dari 3 huruf, yaitu “s” atau

“sin”, huruf “i” atau “lam” dan “m” “mim” (Aziz, 2015). Ada ayat yang

mendukung makna ontologi dari Islam pada Q.S Ali Imran (3) ayat 19:

سلم وما اخ ال ين عند للاه تلف الذين اوتوا الكتب ال من بعد ما جاءهم العلم بغيا بينهم ان الد

ساب ال ي س ان للاه بايت للاه ومن يك

Page 39: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

21

Artinya: “Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah

Islam”.

Secara ontologis, ilmu ekonomi Islam membahas dua disiplin

ilmu secara bersamaan, yaitu ilmu ekonomi murni dan ilmu fiqh

muamalat. Sumber fiqh muamalat adalah wahyu yang didasarkan pada

petunjuk Al-Qur‟an, Hadist Nabi dan sumber ilmu ekonomi Islam

adalah pikiran manusia (akal). Wahyu dalam Islam merupakan sumber

ilmu pengetahuan dan sekaligus penuntun (guide) dalam kehidupan

manusia, karena ia merupakan emanasi kebenaran yang bersumber dari

kebenaran yang sejati. Sedangkan akal merupakan instrumen untuk

mencapai pengetahuan, alat untuk mempersepsi, memahami,

mengamati, menerima, membedakan, dan menimbang mashlahat serta

mafsadat (Aziz, 2008). Dalam ontologi dari semua ciptaan atau

makhluk atau alam semesta adalah sistem dan sistem dasar yang

bernama Islam. Pada dasar dari sistem ini (Islam) maka unsur sub

sistem yang ada telah diciptakan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia

atau makhluk lainnya (Aziz, 2015).

Islam dimaknai sebagai suatu sistem yang holistik, komprehensif

atau menyeluruh. Kemudian Islam yang menyeluruh inilah yang

menjadi epistimologi dari konsep institusi keuangan yang

dikembangkan, yaitu Kaffah. Institusi keuangan yang kaffah merupakan

epistimologi yang muncul karena beranggapan bahwa konsep dasar

Page 40: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

22

kehidupan adalah Islam dan Islam dianggap suatu sistem (Aziz, 2015).

Epistimologi ini didukung oleh Q.S Al Baqarah (3): 208 yang berbunyi:

لم کاة ول تتبعوا خطوت الشيطن انه لـ بينيايها الذين امنوا ادخلوا ى الس کم عدو م

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke

dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah

syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Secara epistimologi dalam istilah ekonomi, ekonomi berasal dari

bahasa Yunani yaitu kata oikonomia, kata oikonomia berasal dari dua

kata oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan.

Jadi ilmu ekonomi adalah ilmu yang mengatur rumah tangga, yang

dalam bahasa Inggris disebut economics (Samuelson, 2004: 3). Kata

economics tidak ditemukan dalam Al-Qur‟an. Menurut Hans Wehr

(1961) yang diedit oleh J. Milton Cowan, dijumpai kata dasar “qa sha

da”, yang dilahirkan “qasd” yang berarti (endeavor, aspiration,

intentions, intent, design, purpose, resolution, object, goal, aim, end,

frugality, thrift, dan economy), “qasdan” (intentional, intendend),

“qasid” (aspired, desired, zimed at, intended), “maqshid” atau

“maqashid” (destination), dan iqtishad” (saving, economization,

refrencment, thriftness, thrift, providence, economic). Dari sini lahirlah

istilah “ilm al iqtishadi” (ilmu ekonomi) dan “al-iqtishadiyah” (the

economy). Secara terminologi, Samuelson mendefinisikan ilmu

ekonomi sebagai kajian tentang perilaku manusia dalam hubungan

Page 41: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

23

dengan pemanfaatan sumber-sumber perspektif yang langka untuk

memproduksi barang dan jasa serta mendistribusikannya untuk di

konsumsi (Samuelson, 2004: 3).

Berdasarkan ruang lingkup ekonomi tersebut, maka Islam sebagai

sebuah agama yang mengatur segala aspek kehidupan tentu saja

mempunyai cara untuk berekonomi. Dalam kaitan ini Yusuf Halim al

Alim (1975) mendefinisikan ilmu ekonomi Islam sebagai “ilmu-ilmu

tentang hukum-hukum syariat aplikatif yang diambil dari dalil-dalil

yang terperinci terkait dengan mencari, membelanjakan, dan cara-cara

membelanjakan harta”. Definisi ini menunjukkan bahwa fokus kajian

ekonomi Islam adalah mempelajari perilaku muamalah masyarakat

Islam yang sesuai dengan Al-Qur‟an, Sunnah, Qiyas, dan Ijma‟ dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya untuk mencari ridha Allah.

Diawali dari ontologis berupa Islam sebagai alasan kehidupan

termasuk ekonomi, kemudian epistimologi yang digunakan adalah

kaffah sebagai suatu sistem dalam institusi keuangan dan terakhir

adalah aksiologi yang lebih sederhana berupa penerapan dalam

pengembangan institusi, yaitu adanya keseimbangan dari dua hal.

Dalam aksiologi ini, hubungan tersebut selalu ada dua hal yang

merupakan hubungan antara fungsi horizontal dan struktur vertikal.

Munculnya Islam, membentuk konsep kaffah yang memiliki dua sisi

berdampingan secara fitrah. Dua hal ini dianalogikan sebagai hal yang

Page 42: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

24

berbeda seperti laki-laki dan perempuan, terang dan gelap (Aziz, 2015).

Sesuai Q.S Yasin (36): 36 menyatakan dua hal:

ا ل يعلمون ض ومن انسهم ومم بت ال ا تن ن الذي خلق الزواج كلها مم سب

Artinya: “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-

pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan

dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”.

Menurut Islahi (2004), transmisi kebijakan moneter muncul sejak

munculnya otoritas moneter yang terpisah dari otoritas fiskal. Otoritas

moneter berkembang sejalan dengan berkembangnya bank sentral dari

bank sirkulasi (menerbitkan uang kertas dan fiat money) yang ditandai

oleh munculnya Bank of England (BOE) pada tahun 1694 (Capie,

1994). Karena uang kertas sifatnya inflatoir (karena tidak memiliki niai

intrinsik), maka tugas bank sentral berkembang termasuk mengatur

jumlah uang yang beredar untuk mengendalikan nilai mata uang atau

inflasi. Hal ini tidak diperlukan ketika uang yang digunakan adalah

uang intrinsic, seperti Dinar emas dan Dirham perak di masa masih

adanya kekhalifahan Islam. Khilafah Islamiyah terakhir yaitu Dinasti

Utsmaniyah di Turki, runtuh pada tahun 1924 (Ascarya, 2012:296).

Menurut Siddiqui (2007), setting institusi keuangan Islam

kontemporer tidak jauh berbeda dengan setting institusi keuangan

konvensional yang sudah established, sehingga instrumen-instrumen

kebijakan moneter Islam juga banyak yang mirip dengan instrumen-

Page 43: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

25

instrumen kebijakan moneter konvensional. Namun, karena cara kerja

instrumen kebijakan moneter Islam memiliki persamaan dan berbedaan

prinsip dengan cara kerja instrumen kebijakan moneter konvensional,

transmisi kebijakan moneter Islam dapat sama atau berbeda dengan

transmisi kebijakan moneter konvensional. Menurut Chapra (1985),

tidak mendiskusikan secara spesifik masalah transmisi kebijakan

moneter Islam ini. Perkembangan teori moneter Islam selanjutnya juga

belum ada yang menyinggung tentang transmisi kebijakan moneter

Islam, termasuk pass-through atau jalur-jalurnya (Ascarya, 2012:296).

3. Teori H dalam Ekonomi

Konsep dalam alat analisis ekonomi memperoleh apresiasi dari

berbagai sudut pandang. Ada yang memulai dari filosofi tauhid, ada

yang berangkat dari perspektif mashlahah dan ada pula yang melihat

dari makna ibadah. Dalam teori H yang merupakan singkatan dari

HAHSLM menggunakan sudut pandang makna ibadah. Definisi teori H

dari kata HAHSLM menurut Aziz (2015) adalah:

a. Secara sempit, teori H diartikan sebagai teori dasar tiga dominan

dengan konteks tertentu dalam lima dimensi susunan invariant.

b. Secara luas, penggunaan paling umum teori H dapat diartikan

sebagai teori konsep dasar pola penciptaan dengan hubungan

tertentu. H berasal dari rumus H=A.H(S,L,M). Al-Qur‟an surat

Hijr, juga singkatan dari Huda atau Hidup.

Page 44: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

26

Sedangkan makna teori H antara lain (Aziz, 2015):

a. Sebuah himpunan utuh atau sistem menyeluruh atau bagian

terintegrasi akan terdiri dari 3 (tiga) unsur utama yaitu primer

(pencipta/intermediari), sekunder (ciptaan/penerima) dan tertier

(ibadah/pemancar) yang bisa bermuatan positif atau negatif.

b. Tiga untur tersebut akan memenuhi pernyataan bahwa sekunder

dibawah primer akan melakukan tertier (manusia diciptakan Tuhan

untuk beribadah).

Untuk mengetahui filosofi dari teori H ini diperlukan pendalaman

mengenai ontologinya yang selalu dikaitkan dengan Islam baik secara

harfiah maupun secara maknawi. Selanjutnya perkembangan

epistimologi dalam institusi Islam yang kaffah seperti perbankan

syariah menghadirkan terminologi baru menjadi suatu pendekatan lebih

komprehensif. Secara umum filosofi teori H dapat dilogikakan secara

berurut bahwa latar belakang teori ini adalah nilai Islam dengan konsep

yang menyeluruh melalui cra yang seimbang dengan

mengejawantahkan makna ibadah dalam kehidupan.

Hal ini sesuai dengan isi Al-Qur‟an yang berbunyi „silmi kaffah‟,

dengan penjelasan bahwa kata „silmi‟ merupakan derivasi dari huruf sin

lam mim. Kata dasar „sinlammim‟ ini secara umum merupakan salah

satu solusi untuk menembus pengembangan konsep dalam rangka

memecahkan permasalahan mendasar. Hal ini perlunya suatu metode

Page 45: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

27

yang lebih baik untuk menjadikan perimbangan dalam mengatasi

keterbatasan metodologi dalam studi Islam.

4. Kebijakan Moneter Konvensional

Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau

mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan (lebih

baik) dengan mengatur jumlah uang beredar. Yang dimaksud dengan

kondisi yang lebih baik adalah meningkatnya output keseimbangan dan

atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi terkontrol). Melalui

kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau

mengurangi jumlah uang beredar dalam upaya mempertahankan

kemampuan ekonomi bertumbuh, sekaligus mengendalikan inflasi

(Rahardja dan Manurung, 2002:435).

Jika yang dilakukan adalah menambah jumlah uang beredar,

maka pemerintah dikatakan menempuh kebijakan moneter ekspansif.

Sebaliknya, jika jumlah uang beredar dikurangi, pemerintah menempuh

kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan uang ketat (Rahardja dan

Manurung, 2002:435). Jumlah uang beredar dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Jumlah uang yang beredar = Alat likuiditas atau uang tunai

Cadangan wajib minimum

Page 46: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

28

Menurut Rahardja dan Manurung (2002: 435-437), ada tiga

instrumen utama yang digunakan dalam kebijakan moneter, yaitu:

a. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Yang dimaksud dengan operasi pasar terbuka adalah

pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara

menjual atau membeli surat-surat berharga milik pemerintah. Jika

ingin mengurangi jumlah uang yang beredar maka pemerintah

menjual surat-surat berharga, dan jika ingin menambah jumlah

uang yang beredar maka pemerintah membeli kembali surat-surat

berharga tersebut. Di Indonesia operasi pasar terbuka dilakukan

dengan menjual atau membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan

Surat Berharga Pasar Uang (SPBU).

b. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Yang dimaksud dengan tingkat bunga diskontro adalah

tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank umum

yang meminjam ke bank sentral. Jika pemerintah ingin menambah

jumlah uang yang beredar, maka pemerintah menurunkan tingkat

bunga pinjaman (tingkat diskonto). Sebaliknya jika ingin menahan

laju pertambahan uang beredar, pemerintah menaikkan bunga

pinjaman.

c. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Page 47: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

29

Penetapan ratio cadangan wajib dapat mengubah jumlah uang

beredar, jika rasio cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan

bank memberikan kredit akan lebih kecil dibanding sebelumnya.

Misalnya, jika rasio cadangan wajib mulanya hanya 10%, maka

untuk setiap unit deposito yang diterima, perbankan dapat

mengalirkan pinjaman sebesar 90% dari deposito yang diterima

perbankan. Dengan demikian anga multiplier uang dari sistem

perbankan adalah 10. Jika rasio wajib diperbesar menjadi 20%, maka

untuk setiap unit deposito yang diterima, sistem perbankan hanya

dapat menyalurkan kredit sebesar 80%. Angka multiplier uang dari

sistem perbankan turun menjadi 5.

d. Imbauan Moral (Moral Persuasion)

Dengan imbauan moral, otoritas moneter mencoba

mengarahkan atau mengendalikan jumlah uang beredar. Misalnya,

gubernur Bank Indonesia dapat memberi saran agar perbankan

berhati-hati dalam memberikan kredit atau membatasi keinginannya

meminjam uang dari bank sentral (berhati-hati menggunakan

fasilitas diskontro).

Selain instrumen kebijakan moneter tersebut, terdapat pula

kebijakan moneter Plafon Credit Policy (politik pagu kredit) artinya

kebijakan untuk memperketat atau mempermudah dalam pembelian

pinjaman kepada masyarakat.

Page 48: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

30

5. Kebijakan Moneter Menurut Islam

Menurut Chapra (2000:134), strategi dalam perekonomian Islam

sangat diperlukan, permintaan terhadap uang akan lahir terutama dari

motif transaksi dan tindakan berjaga-jaga yang ditentukan pada

umumnya oleh tingkatan pendapatan uang dan distribusinya.

Permintaan uang pada dasarnya didorong oleh fluktuasi suku bunga

pada perekonomian kapitalis. Penghapusan bunga dan kewajiban

membayar zakat dengan laju 2% per tahun tidak saja meminimalkan

permintaan spekulatif terhadap uang dan mengurangi efek suku bunga,

tetapi dapat memberikan stabilitas yang lebih besar bagi permintaan

total terhadap uang.

Preferensi likuiditas yang terjadi karena motif spekulasi akan

kurang berarti dalam sebuah perekonomian Islam. Stabilitas yang relatif

lebih besar dalam permintaan uang untuk tujuan transaksi akan

cenderung mendorong stabilitas yang lebih besar bagi kecepatan

peredaran uang dalam suatu fase daur bisnis dalam sebuah

perekonomian Islam dan dapat diperkirakan perilakunya secara lebih

baik. Karena itu, variabel yang digunakan dalam suatu kebijakan

moneter yang diformulasikan dalam sebuah perekonomian Islam adalah

cadangan uang daripada suku bunga. Oleh karena itu suplai uang dalam

perekonomian. Praktik-praktik monopolistik perlu dihilangkan dan

setiap usaha harus dilakukan untuk menghapuskan kekakuan struktural

Page 49: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

31

dan menggalakan semua faktor yang mampu menghasilkan peningkatan

barang dan jasa (Chapra, 2000:136).

Menurut Chapra (2000:137), untuk menjamin bahwa

pertumbuhan moneter mencukupi dan tidak berlebihan, perlu

memonitor secara hati-hati tiga sumber utama ekspansi moneter.

Pertama adalah membiayai defisit anggaran, ekspansi deposito melalui

penciptaan kredit pada bank-bank komersial dan bersifat eksternal atau

menggunakan surplus neraca pembayaran.

Menurut Chapra (2000:141), dalam kerangka strategi yang

dijelaskan diatas, dapat diajukan mekanisme kebijakan moneter yang

tidak saja akan membantu mengatur penawaran uang seirama dengan

permintaan riil terhadap uang, tetapi juga membantu memenuhi

kebutuhan untuk membiayai defisit pemerintah yang benar-benar riil

dan mencapai sasaran sosio-ekonomi masyarakat Islam lainnya.

Menurut Chapra (2000:2), tujuan kebijakan moneter Islam adalah

kelayakan ekonomi yang luas berlandaskan full employment dan tingkat

pertumbuhan ekonomi yang optimum, keadilan sosio-ekonomi dengan

pemerataan distribusi pemdapatan dan kesejahteraan, stabilitas nilai

uang sehingga kemungkinan medium of exchange dapat dipergunakan

sebagai suatu perhitungan, patokan yang stabil, serta penagihan yang

efektif dari semua jasa biasanya diharapkan dari sistem perbankan.

Page 50: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

32

Pada kesimpulannya dalam kebijakan moneter menurut Islam,

ketersediaan sebagian instrumen tradisional kebijakan moneter tidak

harus menimbulkan persoalan serius dalam mengelola suatu kebijakan

moneter yang efektif dengan syarat bahwa realisasi uang berdaya tinggi

diatur dengan baik pada pusatnya. Hal ini dengan sendirinya

mengandung arti bahwa dalam sistem Islam seperti halnya pada sistem-

sistem yang lain, kerjasama antar bank sentral dan pemerintah sangat

diperlukan. Apabila pemerintah tidak bertekad memiliki stabilitas harga

sebagai suatu sasaran kebijakan yang tidak dapat diatur pada pusatnya,

penyesuaian minor yang diperlukan karena perubahan kondisi

perekonomian atau karena terjadi kesalahan dalam memprediksi harus

dilakukan oleh bank sentral melalui penggunaan instrumen yang apa

adanya (Chapra, 2000:15).

6. Instrumen Moneter

Operasi Pasar Terbuka merupakan instrumen kebijakan tidak

langsung yang penting karena melalui OPT bank sentral dapat

mempengaruhi sasaran operasionalnya (yaitu suku bunga dan jumlah

uang beredar) secara lebih efektif. Dikatakan demikian karena sinyal

arah kebijakan moneter dapat disampaikan melalui OPT, yang

pelaksanaannya dilakukan secara terbuka dan pembentukan suku

bunganya ditentukan oleh mekanisme pasar. Dilakukan atas inisiatif

bank sentral dengan frekuensi dan kuantitas sesuai yang diinginkan.

Page 51: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

33

OPT berbentuk kegiatan jual beli surat-surat berharga oleh bank sentral

(Ascarya, 2005:17).

a. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Bank

Indoneisa Syariah (SBIS) merupakan bagian dari instrumen

Operasi Pasar Terbuka (OPT). Dilansir dalam Wikipedia (2015)

yang dimaksud dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah

surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai

pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan

sistem diskonto/bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang

digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai

Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap

kelebihan uang primer yang beredar. Tingkat suku bunga yang

berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme

pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI

menggunakan mekanisme BI rate yaitu Bank Indoneisa

mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan Bank

Indonesia untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini

kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam

mengikuti pelelangan.

Page 52: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

34

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) memiliki karakteristik utama

dalam peranannya sebagai instrumen Operasi Pasar Terbuka

(OPT). berdasarkan surat edaran Bank Indonesia tahun 2006, yaitu:

1) SBI memiliki satuan unit sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta

rupiah);

2) Jumlah waktu SBI sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan dan

paling lama 12 (dua belas) bulan yang dinyatakan dalam

jumlah hari dan dihitung dari tanggal penyelesaian transaksi

sampai dengan jatuh tempo waktu;

3) SBI diterbitkan dan diperdagangkan dengan sistem diskonto;

4) SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless);

5) SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder;

6) Nilai tunai transaksi dihitung berdasarkan diskonto murni;

7) Nilai diskonto dihitung sebagai berikut: Nilai Diskonto =

Nilai Nominal – Nilai Tunai.

b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Di Indonesia menganut sistem transmisi moneter ganda,

maka dalam OPT terdapat pula Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS) sebagai instrumen moneter syariah. Menurut Peraturan

Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI tanggal 31 Maret 2008 tentang

Sertifikat Bank Indonesia Syariah. SBIS adalah surat berharga

berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata

Page 53: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

35

uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS memiliki

karakteristik sebagai berikut:

1) Menggunakan akad ju’alah, berdasarkan fatwa Dewan

Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia, SBIS juga

dapat diterbitkan dengan menggunakan akad mudharabah,

musyarakah, wadiah, qardh, dan wakalah;

2) Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah);

3) Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling

lama 12 (dua belas) bulan;

4) SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless);

5) Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia;

6) Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekuder.

Sedangkan menurut Arifin (2009:198), Sertifikat Bank

Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank

Indonesia sebagai bukti penitipan dana jangka pendek. SBIS

merupakan piranti moneter yang sesuai prinsip pada Bank Syariah

yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter.

Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berdasarkan

prinsip syariah yang dinamakan Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS) dan dapat dimanfaatkan oleh Bank Syariah untuk mengatasi

bila terjadi kelebihan pada tingkat likuiditas (Ridho, 2014:26).

Page 54: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

36

Sertifikat Bank Indonesia Syariah merupakan piranti

instrumen moneter yang dilakukan Bank Indonesia dalam rangka

mengurangi jumlah uang beredar dalam mekanisme perbankan

syariah. Perbedaan yang mendasar dari SBI Syariah dengan SBI

konvensional adalah dari penerapan mekanismenya. SBI Syariah

menerapkan sistem imbalan dan SBI konvensional menggunakan

mekanisme suku bunga/diskonto (Ridho, 2014:27).

Gambar 2.2

Alur Penerapan Sistem Moneter Ganda di Indonesia

Sumber: Ascarya, 2012

Pada gambar 2.2 menjelaskan bahwa dalam rangka mencapai

tujuan akhir kebijakan moneter yaitu pengendalian output dan inflasi,

instrumen moneter syariah yang menggunakan bagi hasil atau margin

dan instrumen moneter konvensional yang menggunakan suku bunga

akan mempengaruhi kredit dan pembiayaan melalui suku bunga

pinjaman dan bagi hasil atau margin pembiayaan. Dengan demikian,

Page 55: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

37

dalam sistem moneter ganda, interest rate pass-through lebih tepat

disebut policy rate pass-through, dimana policy rate untuk

konvensional menggunakan suku bunga, sedangkan policy rate untuk

syariah dapat menggunakan bagi hasil atau margin.

7. Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dan Pasar Uang Antarbank

Syariah (PUAS)

Menurut Syafi‟I (2001:183), pasar uang (money market) adalah

dimana diperdagangkan surat-surat berharga jangka pendek. Pasar

valuta asing adalah (foreign exchange market) adalah pasar dimana

diperdagangkan surat-surat berharga dalam satu mata uang dengan

melibatkan mata uang lain. Dalam sistem moneter ganda, terdapat 2

(dua) pasar uang yaitu Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dan Pasar Uang

Antarbank Syariah (PUAS).

a. Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Pasar uang antar bank (PUAB) atau sering disebut dengan

Interbank Call Money merupakan salah satu sarana penting untuk

mendorong pengembangan pasar uang. Pasar uang antar bank

sendiri adalah tingkat suku bunga yang ditentukan dan dikenakan

oleh pihak bank kepada bank yang melakukan pinjaman di pasar

uang antar bank atas penerbitan PUAB. Suku bunga tersebut diukur

dalam persen. Dalam hal ini, bank yang kelebihan dana (surplus

Page 56: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

38

unit) akan meminjamkan dana kepada bank yang kekurangan dana

dengan memberikan kompensasi tingkat suku bunga tertentu.

Bank pelaku transaksi PUAB adalah bank-bank umum yang

menjadi anggota JIBOR (Jakarta Interbank Offered rate),

penentuan tingkat suku bunga PUAB disesuaikan dengan tingat

suku bunga pasar. Berdasarkan Perpu BI No. 6/11/PBI/2004

tentang penjaminan PUAB, yaitu dalam rangka program

penjaminan oleh Bank Indonesia, bagi bank yang memberikan suku

bunga PUAB lebih tinggi dari batas maksimum suku bunga yang

ditetapkan maka pemerintah hanya menjamin PUAB sebesar pokok

pinjaman ditambah bunga sesuai dengan suku bunga maksimum

yang ditetapkan. Proses transaksi peminjaman dana PUAB hanya

berlangsung dalam jangka pendek antara satu hingga tujuh hari,

karena dana PUAB ini berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan

harian.

Pasar uang antar bank (PUAB) merupakan media pertama

bagi transmisi kebijakan moneter. Melalui transaksi pinjaman antar

bank yang sebagian besar berjangka pendek (harian/overnight)

sinyal kebijakan moneter ditransmisikan (disalurkan) kepada suku

bunga instrumen lainnya di pasar keuangan. Dalam kerangka

inflation targeting, Suku bunga jangka pendek antara satu hari

hingga tujuh hari. PUAB terdiri dari Rupiah Pagi, PUAB Rupiah

Sore, dan PUAB valas.

Page 57: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

39

PUAB menjadi salah satu pilihan target operasional

kebijakan moneter karena peranannya yang semakin penting dalam

mempengaruhi stabilitas harga. Melalui intervensi pasar uang

secara periodik bank sentral mempengaruhi level reserve bank–

bank sekaligus mengendalikan volatilitas suku bunga agar

mencapai target yang dikehendaki. Sedangkan bagi perbankan,

PUAB menjadi salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan

likuiditas harian (Utami, 2011:26).

Gambar 2.3

Mekanisme Transmisi PUAB

Sumber: Bank Indonesia UOPM (Urusan Operasi Pengendalian

Moneter)

Berdasarkan gambar 2.3 dapat dijelaskan bagaimana

mekanisme transmisi PUAB, sebagai berikut:

Page 58: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

40

1) Sarana pinjam meminjam dan yang dilakukan antar bank

dengan menggunakan sarana tertentu. Setiap bank peminjam

akan menerbitkan promes, sedangkan bank pemberi pinjaman

akan menerbitkan nota kredit.

2) Mekanisme PUAB diawali dengan adanya pemberian limit

atau batasan jumlah dana dan waktu antar bank satu dengan

bank yang lainnya. Bank sebagai pemberi pinjaman pada saat

meminjamkan dana pada suatu bank akan memperhatikan

total aset, tingkat kesehatan bank, kemampuan likuiditasnya,

manajemen dan hubungan kerja (kelompok/individu).

3) Setelah itu, akan dilakukan perjanjian dan persetujuan (deal),

sehingga bank sebagai peminjam akan memperhatikan

likuiditas yang ada di pasar dan risiko yang dialami oleh bank

pemberi pinjaman.

4) Jika persetujuan ini telah tercapai maka pihak lending bank

30 menit setelah kliring retur selesai harus menyerahkan

bilyet giro Bank Indonesia untuk memindahkan dananya ke

rekening peserta yang meminjam sejumlah transaksi yang

disetujui kedua belah pihak.

5) Pihak borrowing bank mengeluarkan surat promes yang

ditunjukkan pada lending bank, yaitu pernyataan janji akan

membayar kemabali dana transaksi tersebut pada waktu yang

disebutkan dalam surat promes tersebut.

Page 59: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

41

b. Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS)

Menurut fatwa DSN MUI No. 37/DSN-MUI/2002,

pengertian PUAS adalah kegiatan transaksi keuangan jangka

pendek antar perserta pasar berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

Mennurut Pasal 1 bulir (4) Peraturan Bank Indonesia No.

7/26/PBI/2005 pengertian PUAS adalah kegiatan investasi jangka

pendek dalam rupiah antar peserta pasar berdasarkan prinsip

mudharabah. Sedangkan pengertian mudharabah pada Pasal 1

bulir (5) PBI tersebut adalah perjanjian antara penanam dana dan

pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha guna memperoleh

keuntungan, dan keuntungan tersebut akan dibagikan kepada kdua

belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya

(Wardyaningsih dkk, 2005:142).

Instrumen yang digunakan dalam PUAS saat ini adalah

Sertifikat Investasi Mudharabah Antar-bank (IMA). Hal ini berarti

akad yang digunakan adalah mudharabah (bagi hasil) di mana

keuntungan akan dibagikan kepada kedua belah pihak (pembeli dan

penjual sertifikat IMA) berdasarkan nisbah yang telah disepakati

sebelumnya. Tingkat Indikasi Imbalan PUAS adalah rata-rata

tertimbang tingkat indikasi imbalan sertifikat investasi mudharabah

antarbank yang terjadi di PUAS, yang tercatat pada Pusat Informasi

Pasar Uang (PIPU).

Page 60: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

42

Mekanisme perdagangan surat-surat berharga berbasis

syariah harus tetap berkaitan dan berada dalam batas-batas toleransi

dan ketentuan-ketentuan berdasarkan syariah. Untuk memahami

mekanisme Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4

Skema Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah

Sumber: Muhammad, 2005:39

Berdasarkan gambar 2.4 dapat dijelaskan skema Pasar Uang

Antarbank berdasarkan prinsip Syariah (PUAS) dengan

menggunakan Sertifikat Investasi Mudharabah Antar-bank (IMA)

sebagai piranti yang digunakan dalam PUAS, sebagai berikut:

1) Bank penanam dana pada sertifikat IMA melakukan

pembayaran kepada bank penerbit dengan menggunakan nota

Page 61: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

43

kredit melalui kliring, bliyet giro Bank Indonesia atau

transfer dana secara elektronis, desertai tembusan sertifikat

IMA.

2) Pemindahan sertifikat IMA hanya dapat dilakukan oleh bank

penanam dana pertama, sedangkan dana kedua tidak

diperkenankan lagi memindahtangankan kepada bank lain

sampai berakhirnya jangka waktu. Agar bank penerbit

sertifikat wajib memberitahuakan kepemilikan sertifikat

tersebut kepada bank penerbit.

3) Pada saat sertifikat IMA jatuh waktu, penyelesaian transaksi

dilakukan oleh bank penerbit dengan melakukan pembayaran

kepada pemegang sertifikat terakhir sebesar nilai nominal

investasi, sedangkan imbalan dibayar pada awal bulan

berikutnya. Pembayaran tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan nota kredit melalui kliring, bilyet giro Bank

Indonesia atau transfer dana secara elektronis.

4) Selanjutnya, perhitungan imbalan sertifikat IMA dihitung

berdasarkan tingkat realisasi imbalan sertifikat IMA mengacu

pada tingkat imbalan deposito investasi mudharabah pada

bank penerbit sesuai dengan jangka waktu penanaman.

Besarnya imbalan sertifikat IMA yang dibayarkan pada awal

bulan dihitung atas dasar tingkat realisasi imbalan deposito

investasi mudharabah pada bank penerbit imbalan dimaksud sesuai

Page 62: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

44

dengan jangka waktu deposito investasi mudharabah seperti terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Penghitungan Imbalan Berdasarkan Jangka Waktu

Jangka Waktu Sertifikat IMA Tingkat Imbalan yang digunakan

1 hari s.d. 30 hari Deposito Investasi Mudharabah 1

bulan

32 hari s.d. 90 hari Deposito Investasi Mudharabah 3

bulan

Sumber: Muhammad, 2005:394)

Rumus perhitungan imbalan sertifikat IMA adalah sebagai

berikut: X = P x R x t/360 x k

Keterangan:

X: Besarnya imbalan yang diterbitkan kepada bank penanam dana,

P: Nilai nominal investasi, R: Tingkat realisasi imbalan deposito

investasi mudharabah (sebelum didistribusikan), t: Jangka waktu

investasi, dan k: Nisbah bagi hasil untuk bank penanam dana.

c. Perbandingan PUAB dengan PUAS

Dari seluruh uraian tentang PUAS diatas, maka dapat kita

tarik perbandingan antara Pasar Uang Antarbank Berdasarkan

Prinsip Syariah (PUAS) dengan Pasar Uang Antarbank

Page 63: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

45

Konvensional (PUAB). Dalam perbandingan ini dapat kita lihat

persamaan dan perbedaan antara keduanya.

Pada prinsipnya terdapat persamaan antara PUAS dengan

PUAB. Persamaan tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Keduanya merupakan instrumen likuiditas yang fungsinya

memudahkan perbankan yang mengalami kesulitas likuiditas,

baik berupa kekurangan maupun kelebihan likuiditas.

2) Keduanya memiliki jangka waktu paling lama 90 hari atau

merupakan investasi jangka pendek.

3) Pembayaran dapat dilakukan dengan nota kredit atau melalui

kliring atau bilyet giro BI atau transfer dana secara elektronis.

Perbedaan antara PUAS dengan PUAB tampak pada

beberapa hal sebagai berikut:

1) PUAS tidak mendasarkan transaksinya pada suku bunga

melainkan pola bagi hasil. Sedangkan PUAB seluruhnya

berdasarkan transaksinya pada bunga.

2) Peserta PUAS meliputi bank syariah dan bank konvensional,

sedangakan PUAB hanya bank konvensional.

3) Piranti yang digunakan dalam PUAS adalah sertifikat IMA,

sedangkan piranti umum yang digunakan dalam PUAB

adalah promes atau promissory notes.

Page 64: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

46

4) Sertifikat IMA sebagai piranti PUAS hanya dapat dialihkan 1

(satu) kali, sedangkan promes dapat dipindahtangankan

berulang kali selama belum jatuh tempo.

5) Dalam perhitungan imbal piranti utama PUAS tidak

mengikutsertakan sama sekali komponen utama perhitungan

imbalan dalam PUAB.

6) Risiko yang timbul dari aktifitas transaksi pada PUAS relatif

jauh lebih kecil daripada risiko transaksi PUAB.

7) Sertifikat IMA sebagai piranti utama PUAS diterbitkan

sebagai bukti tanda penyertaan, oleh karena itu hanya dapat

dipindahtangankan satu kali. Sedangkan promes merupakan

suatu nogitible instrument, dimana pihak tidak dibatasi dalam

menegosiasikannya hingga jatuh tempo berakhir

(Widyaningsih dkk, 2005: 147).

8. Profit and Loss Sharing (PLS) / Bagi Hasil dan Suku Bunga Bank

a. Profit and Loss Sharing (PLS) / Bagi Hasil

Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan

landasan dasar bagi operasional bank Islam secara keseluruhan.

Dalam pengertian menurut terminologi asing (Inggris), bagi hasil

dikenal dengan profit sharing. Profit sharing secara definitif

diartikan sebagai distribusi beberapa bagian dari laba dari para

pegawai dari suatu perusahaan dan dapat berupa suatu bonus uang

Page 65: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

47

tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada

tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran

mingguan atau bulanan.

Pada mekanisme lembaga keuangan syariah, pendapatan bagi

hasil ini berlaku untuk produk-produk penyertaan baik penyertaan

menyeluruh (mudharabah), maupun sebagian-sebagian

(musyarakah), atau bentuk bisnis korporasi (kerjasama). Pihak-

pihak yang terlibat dalam suatu akad bisnis tersebut harus

melakukan transparansi atau kemitraan secara baik dan ideal

(Muhammad, 2008:18).

Keuntungan dari proyek atau usaha akan dibagihasilkan

sesuai nisbah (rasio) yang disepakati. Apabila terjadi kerugian,

maka kerugian dimaksud dapat ditanggung baik oleh bank maupun

nasabah debitur, tergantung dari prinsip bagi hasil yang disepakati.

Dalam akad pembiayaan ada 2 (dua) prinsip bagi hasil yang

digunakan, yaitu revenue sharing dan profit/loss sharing. Dalam

revenue sharing, jumlah yang dibagihasilkan adalah penghasilan

kotor sebelum dikurangi dengan biaya operasional. Sedangkan

dalam profit/loss sharing, jumlah yang dibagihasilkan adalah

laba/rugi bersih setelah seluruh biaya operasional diperhitungkan

(Suryapraja, 2007).

Page 66: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

48

Konsep risk sharing yang digunakan dalam pembiayaan

musyarakah dan mudharabah merupakan suatu konsep untuk

membagi kerugian secara bersama-sama antara pihak yang

berkaitan. Risk sharing bagi shahibul maal dengan cara

mengoptimalkan return yang didapat setelah dikurangi bagian dari

mudharib, sedangkan mudharib mengoptimalkan pendapatan atas

opportunity cost (Nasution dan Wiliasih, 2007:108).

b. Suku Bunga Bank

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan

oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang

membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan

sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki

simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada

bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) ( Kasmir, 2008:135).

Suku bunga merupakan salah satu faktor yang cukup

menarik bagi pemilik dana untuk menyimpan uangnya pada suatu

bank. Tingkat suku bunga yang diberikan hendaknya dapat

bersaing dengan tingkat suku bunga yang diberikan bank lain.

Tingkat suku bunga biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase

dari jumlah yang dipinjamkan dan dengan dasar tahunan (annual

basis/perannum).

Page 67: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

49

Menurut Kasmir (2008:136), dalam kegiatan perbankan

sehari-hari ada 2 (dua) macam bunga yang diberikan kepada

nasabahnya, yaitu:

1) Bunga Simpanan

Adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas

jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga

simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada

nasabahnya. Sebagai contoh: jasa giro, bunga tabungan, dan

bunga deposito.

2) Bunga Pinjaman

Adalah bunga yang dibebankan kepada para peminjam atau

harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada

bank, sebagai contoh bunga kredit.

Suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman merupakan

komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga

simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada

nasabah, sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang

diterima dari nasabah peminjan (debitur).

Agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal, maka

pihak manajemen bank harus pandai dalam menentukan besar

kecilnya komponen suku bunga. Menurut Kasmir (2008: 137-140),

Page 68: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

50

faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku

bunga adalah sebagai berikut:

1) Kebutuhan Dana. Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk

dana simpanan, yaitu seberapa besar kebutuhan dana yang

diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara

permohonan pinjaman meningkat, yang dilakukan oleh bank

agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan

meningkatkan suku bunga simpanan. Namun, peningkatan

suku bunga simpanan akan pula meningkatkan suku bunga

pinjaman. Sebaliknya, apabila dana yang ada dalam simpanan

di bank banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit,

maka bunga simpanan akan turun karena hal ini merupakan

beban.

2) Target Laba yang diinginkan. Faktor ini dikhususkan untuk

bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba merupakan

salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku

bunga pinjaman.

3) Kualitas Jaminan. Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk

bunga pinjaman. Semakin likuid jaminan (mudah dicairkan)

yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang

dibebankan dan sebaliknya.

Page 69: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

51

4) Kebijaksanaan Pemerintah. Dalam menentukan baik untuk

bunga simpanan maupun bunga pinjaman bank tidak boleh

melebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

5) Jangka Waktu. Faktor jangka waktu sangat menentukan.

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin

tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan

resiko macet di masa mendatang. Demikian pula sebaliknya,

jika pinjaman berjangka pendek, bunganya relatif rendah.

6) Reputasi Perusahaan. Reputasi perusahaan juga sangat

menentukan suku bunga terutama untuk bunga pinjaman.

Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit

sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan

nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid

kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang.

7) Produk yang Kompetitif. Untuk produk yang kompetitif,

bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan

dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan

produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi

sehingga pembayarannya diharapkan lancar.

8) Hubungan Baik. Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan

faktor kepercayaan kepada seseorang atau lembaga. Dalam

praktiknya, bank menggolongkan nasabah antara nasabah

utama dan nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan

Page 70: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

52

kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan

kepada bank. Nasabah yang memiliki hubungan baik dengan

bank tentu penentuan suku bunganya pun berbeda dengan

nasabah biasa.

9) Persaingan. Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan

dana, sementara tingkat persaingan dalam memperebutkan

dana simpanan cukup ketat, maka bank harus bersaing keras

dengan bank lainnya. Untuk bunga pinjaman, harus berada di

bawah bunga pesaing agar dana yang menumpuk dapat

tersalurkan, meskipun margin laba mengecil.

10) Jaminan Pihak Ketiga. Dalam hal ini pihak yang memberikan

jaminan kepada bank untuk menanggung segala risiko yang

dibebankan kepada penerima kredit. Biasanya apabila pihak

yang memberikan jaminan bonafide, baik dari segi

kemampuan membayar, nama baik, maupun loyalitasnya

terhadap bank, bunga yang dibebankan pun juga berbeda

begitu pun sebaliknya.

9. Pembiayaan dan Kredit

a. Pembiayaan

Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998, pembiayaan

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan oleh

itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan

Page 71: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

53

pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu

tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pengertian lain dari

pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk

memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit

(Antonio, 2001:160).

Dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar

produk pembiayaan syariah terbagi kedalam tiga kategori yang

dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:

1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk membeli barang

yang dilakukan dengan prinsip jual beli.

2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan

jasa dilakukan dengan prinsip sewa.

3) Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan

guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip

bagi hasil.

Secara umum produk-produk penyaluran dana bank syariah

dapat dilakukan dengan beberapa akad, diantaranya:

1) Pembiayaan atas dasar akad Muḍārabah. Muḍārabah adalah

akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak

pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh (100%) modal,

sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

Page 72: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

54

2) Pembiayaan atas dasar akad Musyarakah. Transaksi

penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana dan atau

barang untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah

dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak

berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan pembagian

kerugian berdasarkan proporsi modal masing-masing.

3) Pembiayaan atas dasar akad Murābahah. Transaksi jual beli

suatu barang sebesar harga perolehan barang ditambah

dengan margin yang disepakati oleh kedua belah pihak,

dimana penjual menginformasikan terlebih dahulu harga

perolehan kepada pembeli.

4) Pembiayaan atas dasar akad Salam. Transaksi jual beli barang

dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan

pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.

5) Pembiayaan atas dasar akad Istishna’. Transaksi jual beli

barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan

kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan

pembayaran sesuai dengan kesepakatan.

6) Pembiayaan atas dasar akad Ijarah. Transaksi sewa menyewa

atas suatu barang dan atau jasa antara pemilik objek sewa

termasuk pemilikan hak pakai atas objek sewa dengan

penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang

disewakan.

Page 73: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

55

7) Pembiayaan atas dasar akad Qardh. Transaksi pinjam

meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak

peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus

atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.

Untuk menyesuaikan dengan aturan-aturan dan norma-norma

Islam lima segi religius, yang berkedudukan kuat dalam literatur,

harus diterapkan dalam perilaku investasi. Lima segi menurut

Algoud dan Lewis (2004:48) tersebut adalah sebagai berikut:

1) Tidak ada transaksi keuangan berbasis bunga (riba);

2) Pengenalan pajak religius atau pemberian sedekah, zakat;

3) Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan

dengan sistem nilai Islam (haram);

4) Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan maysir, judi

dan gharar (ketidakpastian);

5) Penyediaan takaful (asuransi Islam).

b. Kredit

Menurut UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan disebutkan

bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang

Page 74: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

56

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Siamat, 2004 :56).

Adapun unsur - unsur yang terkandung dalam pemberian

suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Kasmir, 2008):

1) Kepercayaan. Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa

kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di

masa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank,

dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan

tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern.

Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan

sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

2) Kesepakatan. Yaitu adanya kesepakatan antara pemberi

kredit dan penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan

dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak

menandatangani hak dan kewajibannya.

3) Jangka Waktu. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka

waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa

pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu

tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah,

atau jangka panjang.

4) Risiko. Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan

menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya / macet

pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin

Page 75: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

57

besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi

tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah

yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak disengaja.

5) Balas Jasa. Merupakan keuntungan atas pemberian suatu

kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga.

Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit

ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang

berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan

bagi hasil.

Untuk dapat melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat

maka bank akan melakukan penelitian terhadap resiko kredit yang

diberikan dengan memperhatikan prinsip 5 C, yaitu Character,

Capacity, Capital, Collateral dan Condition. Pemahaman 5 C ini

kepada calaon nasalah akan memberikan informasi mengenai

iktikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar

(ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta

bunganya.

c. Perbedaan Pembiayaan Perbankan Syariah dan Konvensional

Istilah pembiayaan sebenarnya sama halnya dengan kredit,

keduanya merupakan produk penyaluran dana yang ada pada

lembaga keuangan, dimana perbedaan dari keduanya terletak dalam

penyebutan. Penyebutan kredit untuk lembaga keuangan

Page 76: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

58

konvensional, sedangkan pembiayaan untuk lembaga keuangan

syariah.

Terdapat perbedaan mendasar antara sistem konvensional dan

sistem syariah di dalam lembaga keuangan. Perbedaan keduanya

dapat disajikan dalam tabel menurut Sulhan (2008:129) adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.2

Perbedaan Sistem Konvensional dan Sistem Syariah

Lembaga Keuangan

Pokok-pokok

Perbedaan Sistem Konvensional Sistem Syariah

Dasar perhitungan

bunga/imbalan

Berdasarkan

prosentase tertentu

dari total dana yang

dipinjam (bunga)

yang sudah ditetapkan

di awal perjanjian

Berdasarkan profit

sharing didasarkan

atas jumlah

keuntungan yang

diperoleh nasabah

Kewajiban

pembayaran bunga

a. Harus terus

dilakukan walaupun

usaha nasabah rugi

b. Besarnya

pembayaran bunga

tetap meskipun

keuntungan nasabah

lebih besar

a. Dilakukan jika

nasabah untung, jika

rugi ditanggung

bersama

b. Besarnya imbalan

berubah sesuai

keuntungan

Persyaratan Jaminan

pembiayaan

Berupa barang/harta

nasabah Tidak mutlak

Obyek pembiayaan

Jenis usaha tidak

dibatasi asal

memenuhi

persyaratan

Jenis usaha yang

dibiayai harus sesuai

syariah

Pandangan sistem

syariah terhadap

sistem bunga

Pengenaan bunga

kepada debitur

dianggap haram

Pembayaran imbalan

berdasarkan bagi hasil

sifatnya halal

Penentuan besarnya

bunga/imbalan

Sebelum kegiatan

usaha dilakukan

Sesudah kegiatan

usaha

Page 77: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

59

Jika terjadi kerugian Ditanggung oleh satu

pihak saja

Ditanggung kedua

belah pihak

Sumber: Sulhan, 2008:129

10. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

a. Usaha Mikro

Usaha mikro sebagaimana dimaksud menurut undang-undang

dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha

mikro, kecil, dan menengah menyebutkan usaha mikro adalah

usaha produktif milik orang perorangan dan /atau badan usaha

perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana

diatur dalam undang-undang ini. Adapun kriterianya memiliki

kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (limu puluh juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,-

(tiga ratus juta rupiah).

Adapun ciri-ciri usaha mikro menurut Edward (2008:46)

adalah sebagai berikut:

1) Jenis barang/ komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-

waktu dapat berganti;

2) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu waktu dapat

berpindah tempat;

3) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana

sekalipun dan tidak memiliki keuangan keluarga;

Page 78: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

60

4) Sumber daya manusianya belum memiliki jiwa wirausaha

yang memadai;

5) Tingkat pendidikan relatif sangat rendah;

6) Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian

dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;

7) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan

legalitas lainnya termasuk NPWP.

Contoh usaha mikro:

1) Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak,

nelayan, dan pembudidaya;

2) Industri makanan dan minuman, industri meubel air

pengolahan kayu dan rotan, industri pandai besi pembuat

alat-alat;

3) Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar;

4) Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek,

dan penjahit.

b. Usaha Kecil

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha

yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha

Page 79: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

61

besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana

dimaksudkan dalam undang-undang ini. Adapun kriterianya adalah

memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,- (lima

ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,-

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

2.500.000.000 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

Ciri-ciri usaha kecil:

1) Jenis barang/ komoditi yang diusahakan umumnya sudah

tetap tidak gampang berubah;

2) Lokasi/ tempat usaha umumnya sudah menetap tidak

berpindah-pindah;

3) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan

walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai

dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat

neraca usaha;

4) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya

termasuk NPWP;

5) Sumber daya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman

dalam berwirausaha;

6) Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan

modal;

Page 80: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

62

7) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha

dengan baik seperti business bplanning.

Contoh usaha kecil:

1) Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki

tenaga kerja;

2) Pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul

lainnya;

3) Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubel

air, kayu, dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri

pakaian jadi, dan industri kerajinan tangan;

4) Peternak ayam, itik, dan perikanan;

5) Koperasi berskala kecil.

c. Usaha Menengah

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang

berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha

besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Adapun kriterianya

adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,- (lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

Page 81: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

63

10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan

lebih dari Rp 2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,- (lima puluh

miliar rupiah).

Ciri-ciri usaha menengah:

1) Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi

yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan

pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan,

bagian pemasaran, dan bagian produksi;

2) Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan

sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan

untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh

perbankan;

3) Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi

perburuhan, telah ada jamsostek, pemelihaan kesehatan, dll;

4) Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain, izin

tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan

lingkungan, dll;

5) Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;

6) Pada umumnya sudah memiliki sumber daya manusia yang

terlatih dan terdidik.

Page 82: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

64

Contoh usaha menengah:

1) Usaha pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan skala

menengah;

2) Usaha perdagangan (grosir) termasuk ekspor dan imhapor;

3) Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut) garment

dan jasa transportasi taxi dan bus antar provinsi;

4) Usaha industri makanan dan minuman, elektronik, dan

logam;

5) Usaha pertambangan batu gunung untuk konstruksi dan

marmer buatan.

B. Keterkaitan Antar Variabel

Mekanisme transmisi moneter dimulai dari tindakan bank sentral dengan

menggunakan instrumen moneter, apakah operasi pasar terbuka atau dengan

menggunakan instrumen yang lain, dalam melaksanakan kebijakan

moneternya. Tindakan itu kemudian berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi

dan keuangan melalui berbagai transmisi kebijkan moneter, yaitu saluran

uang, kredit, suku bunga, nilai tukar, harga aset dan ekspektasi. Target

kebijakan moneter akan berpengaruh dibidang keuangan maupun di sektor riil

hingga pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang merupakan sasaran akhir

kebijakan moneter (Warjiyo, 2004:4).

Indonesia memiliki sistem transmisi kebijakan moneter ganda, yaitu

kebijakan moneter konvensional dan kebijakan moneter syariah. Penerapan

Page 83: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

65

sistem moneter ganda di Indonesia yang dilandasi oleh Undang-undang Bank

Indonesia No. 23 Tahun 1999 mendorong Bank Indonesia menjalankan

kebijakan moneter konvensional dengan prinsip suku bunga dan kebijakan

moneter syariah dengan prinsip profit dan loss sharing secara bersamaan.

Suku bunga adalah salah satu komponen utama dalam kebijakan ekonomi

konvensional yang berarti biaya yang harus dibayarkan oleh peminjam atas

pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas

investasinya. Sedangkan bagi hasil adalah komponen terpenting dalam sistem

moneter syariah dan merupakan cerminan dari kinerja sektor riil. Dengan

adanya sistem bagi hasil maka distribusi kekayaan dan pendapatan akan

semakn merata sehingga sektor riil akan tumbuh (Ayuniyyah, 2010). Bagi

hasil yang merupakan nisbah yang ditetapkan terhadap produk-produk

pembiayaan yang berbasis Natural Uncertainty Contract atau akad bisnis

yang tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah

maupun waktunya seperti musyarakah dan mudharabah (Karim, 2010).

Tingkat bagi hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran

pembiayaan perbankan syariah. Hal ini yang mempengaruhi besaran

pembiayaan dikarenakan semakin tinggi tingkat bagi hasil berarti semakin

tinggi keuntungan yang akan diperoleh bank dan akan meningkatkan jumlah

penyaluran pembiayaan.

Sedangkan ditinjau dari pemberian kredit kepada masyarakat, perubahan

tingkat bunga akan mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan. Dimana

semakin tinggi tingkat suku bunga kredit maka semakin turun jumlah

Page 84: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

66

penyaluran kredit, disebut juga pengaruh negatif. Bunga yang dibebankan

kepada nasabah bank yang meminjam kepada bank tersebut adalah imbalan

yang akan diterima oleh bank dalam sejumlah uang, karena bunga pinjaman

adalah pendapatan yang diterima bank atas pinjaman yang telah diberikan

kepada nasabah (Hasibuan, 2002:25).

Bank Indonesia mengadakan Operasi Pasar Terbuka (OPT) sebagai salah

satu kebijakannya dalam mempengaruhi stabilitas keuangan. Pada operasi

pasar terbuka para pelaku usaha menggunakan instrumen ke uangan jangka

pendek seperti SBI dan PUAB untuk perbankan konvensional serta SBIS dan

PUAS untuk perbankan syariah. Kedua instrumen tersebut dapat membantu

kelancaran perbankan dalam memenuhi likuiditas serta dapat dijadikan

sebagai sarana pengalokasian dana perbankan di Indonesia.

Dalam melaksanakan tujuan perbankan yang selama ini dikenal sebagai

lembaga intermediasi antara orang yang kelebihan likuiditas dengan pihak

yang memerlukan likuiditas maka dibentuklah yang namanya mekanisme

bunga. Untuk mengatur tingkat bunga perbankan nasional, bank sentral salah

satunya menggunakan instrumen penentuan tingkat bunga acuan dalam hal ini

adalah BI Rate. BI rate kemudian akan menjadi patokan dalam penentuan

tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Pasar Uang Antar Bank

(PUAB). Suku bunga SBI dan PUAB ini yang nantinya mempengaruhi suku

bunga deposito dan kredit di perbankan nasional.

Page 85: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

67

Dalam kaitannya dengan peningkatan kredit dan penyaluran dana, Bank

Indonesia mengeluarkan instrumen jangka pendek yaitu Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) dan perangkat kebijakan moneter dalam bentuk suku bunga

Pasar Uang Antar Bank (PUAB) yang akan mempengaruhi penyaluran kredit,

dimana semakin besar penempatan dana yang dialokasikan pada SBI maka

porsi penyaluran kredit akan semakin menurun. Begitu pula dengan PUAB,

dimana semakin kecil suku bunga PUAB maka bank lebih tertarik

menempatkan dana likuiditasnya pada instrumen PUAB sehingga porsi

penyaluran kredit akan semakin menurun.

Dalam kaitannya dengan peningkatan pembiayaan dan penyaluran dana

yang mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu dan kualitas

perbankan yaitu penempatan dana pada SBIS dan penempatan dana pada

PUAS. Bank Indonesia mengeluarkan perangkat kebijakan moneter berupa

Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebagai wahana penitipan dana

jangka pendek oleh bank syariah pada Bank Indonesia, yang juga berfungsi

sebagai secondary reserve bagi bank tersebut. Selain itu Bank Indonesia juga

mengeluarkan perangkat kebijakan moneter dalam bentuk Pasar Uang Antar

Bank Syariah (PUAS). Namun semakin banyak penempatan dana yang

dialokasikan pada SBIS dan PUAS maka pembiayaan semakin menurun

(Mustafidan, 2013:7).

Page 86: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

68

C. Penelitian Sebelumnya

Penelitian mengenai mekanisme transmisi moneter melalui jalur kredit

atau pinjaman sudah cukup banyak dilakukan. Salah satunya penelitian yang

dilakukan oleh Rusydiana (2009), yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi

SWBI yang ditetapkan bank Indonesia maka akan semakin rendah

pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah. Selain itu terdapat

hubungan yang negatif antara pembiayaan syariah dan SBI. Semakin tinggi

SBI akan menyebabkan penurunan pembiayaan syariah dan sebaliknya. Hal

ini disebabkan jika bank sentral menaikan suku bunga maka akan memicu

perbankan konvensional untuk menaikan suku bunganya, baik pinjaman

maupun deposito. Oleh karena itu, daya saing perbankan syariah akan turun

dan menjadi kurang kompetitif.

Selain itu, penelitian yang dilakukan Ayuniyyah (2010) menyatakan

bahwa instrumen moneter konvensional memberikan guncangan yang lebih

besar terhadap pertumbuhan sektor riil dibandingkan dengan instrumen

moneter syariah karena proporsi instrumen konvensional yang masih

mendominasi sampai dengan 97% dari share perbankan nasional Indonesia.

Akan tetapi, instrumen moneter syariah memiliki karakteristik yang lebih

stabil dibandingkan dengan variabel moneter konvensional karena lebih cepat

menemukan titik kestabilan dibandingkan dengan instrumen moneter

konvensional. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa kebijakan moneter baik

ekspansif maupun kontraktif dengan instrument suku bunga SBI, tidak

mampu mempengaruhi jumlah penawaran kredit investasi perbankan umum,

Page 87: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

69

hal ini menjadi bukti bahwa kebijakan moneter melalui jalur bank lending

tidak berlangsung di Indonesia selama periode 2001-2007.

Van Leuvensteijn et al. (2008) melakukan studi tentang dampak

kompetisi bank pada interest rate pass-through di Euro area selama periode

1994-2004 dengan dua tahap. Tahap pertama mengukur tingkat kompetisi

dengan metode Boone indicator. Tahap kedua mengukur pengaruh kompetisi

terhadap interest rate pass-through dari suku bunga kebijakan ke suku bunga

Perbankan dengan metode Panelerror Correction Model (ECM). Hasil tahap

pertama menunjukkan bahwa kompetisi yang semakin ketat membuat spread

antara suku bunga kebijakan (market rate) dan suku bunga perbankan,

khususnya kredit, semakin kecil. Hasil tahap kedua menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat kompetisi perbankan di suatu negara, bank semakin

menetapkan suku bunga kreditnya sesuai dengan suku bunga kebijakan.

Selain itu, tekanan kompetisi lebih berat di pinjaman dari pada di simpanan.

Suku bunga perbankan pada pasar yang lebih kompetitif merespon lebih kuat

terhadap perubahan suku bunga kebijakan. Implikasinya adalah ketentuan

untuk meningkatkan persaingan Perbankan akan meningkatkan efektivitas

(kekuatan dan kecepatan) mekanisme transmisi kebijakan moneter.

Penelitian yang dilakukan Sukmana dan Kasim (2010) menunjukkan

bahwa pendanaan dan deposito berperan penting pada perbankan syariah

dalam proses transmisi moneter dalam perekonomian Malaysia. Secara

khusus, baik Islam deposito dan pendanaan terbukti secara statistik signifikan

dalam menghubungkan indikator kebijakan moneter ke output riil. Implikasi

Page 88: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

70

praktis menyiratkan bahwa otoritas moneter juga harus mempertimbangkan

bank syariah dalam pelaksanaan kebijakan moneter di Malaysia. Hasil ini

juga menyiratkan bahwa menjamin stabilitas lembaga keuangan Islam adalah

sama pentingnya seperti konvensional yaitu untuk mencapai transmisi

kebijakan moneter yang efektif dalam perekonomian.

Kobayashi (2008) membahas incomplete interest-rate pass-through di

Euro area dan bagaimana kebijakan moneter yang optimal. Dia menyatakan

bahwa jika tidak semua bank komersial langsung merespon perubahan suku

bunga kebijakan, maka kebijakan moneter tidak akan memberikan dampak

yang sama terhadap keseluruhan ekonomi. Hasilnya menunjukkan bahwa jika

hanya sebagian dari suku bunga pinjaman Perbankan yang disesuaikan

dengan adanya perubahan suku bunga kebijakan, fluktuasi rata-rata suku

bunga pinjaman menimbulkan biaya kesejahteraan, sehingga bank sentral

perlu melakukan stabilisasi perubahan suku bunga pinjaman dengan cara

policy rate smoothing. Namun, perubahan drastis suku bunga kebijakan tetap

diperlukan ketika terdapat shock yang secara langsung mempengaruhi suku

bunga pinjaman.

Selain itu, penelitian yang dilakukan Maulida Cahyaning Putri (2013)

menunjukkan bahwa adanya pengaruh instrumen SWBI/SBIS, PUAS, dan

PUAB terhadap total pembiayaan perbankan syariah, namun instrumen SBI

belum mampu mempengaruhi total pembiayaan perbankan syariah. Hal

tersebut membuktikan bahwa kebijakan oleh Bank Indonesia mengenai

instrumen moneter sangat mendukung kegiatan operasional perbankan

Page 89: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

71

syariah sehingga perbankan syariah mampu memberi kontribusi yang

bertambah dari tahun ke tahun terhadap industri perbankan nasional meskipun

proporsi perbankan syariah masih lebih kecil dibandingkan dengan perbankan

konvensional.

Selanjtnya penelitian yang dilakukan oleh Masyitha Mutiara Ramadhan

(2013) menunjukkan bahwa SBI dan SBIS memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap penyaluran dana ke sektor UMKM, baik dari jalur

perbankan syariah maupun konvensional. Selain itu, pembiayaan UMKM

perbankan syariah lebih cepat stabil dibandingkan dengan kredit UMKM

perbankan konvensional saat terjadi guncangan moneter. Sedangkan hasil

FEVD menunjukan bahwa pengaruh SBIS terhadap penyaluran dana ke

sektor UMKM lebih besar dibandingkan SBI.

Tabel 2.3

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Metode dan Hasil

1 Aam Slamet

Rusyidiana

(2009)

(Buletin

Ekonomi

Moneter dan

Perbankan)

Mekanisme

Transmisi

Syariah Pada

Sistem

Moneter

Ganda di

Indonesia

Pembiayaan

perbankan

syariah

(LNFINCG),

SBIS, SBI,

PUAS,

PUAB,

Inflasi

(LNIHK).

Analisis VAR/VECM

Hasil:

Menyimpulkan bahwa

semakin tinggi SWBI yang

ditetapkan bank Indonesia

maka akan semakin rendah

pembiayaan yang

dilakukan oleh perbankan

syariah. Selain itu terdapat

hubungan yang negatif

antara pembiayaan syariah

dan SBI. Semakin tinggi

SBI akan menyebabkan

penurunan pembiayaan

syariah dan sebaliknya. Hal

ini disebabkan jika bank

Page 90: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

72

sentral menaikan suku

bunga maka akan memicu

perbankan konvensional

untuk menaikan suku

bunganya, baik pinjaman

maupun deposito. Oleh

karena itu, daya saing

perbankan syariah akan

turun dan menjadi kurang

kompetitif.

2 Qurroh

„Ayuniyyah

(2010)

(Jurnal

Ekonomi

Islam

Republika)

Analisis

Pengaruh

Instrumen

Moneter

Syariah dan

Konvensional

Terhadap

Pertumbuhan

Sektor Riil di

Indonesia

IPI, SBI,

SBIS, Total

Kredit, Total

Pembiayaan,

Total DPK,

Total, DPK

Syariah.

Analisis VAR/VECM

Hasil:

menyatakan bahwa

instrumen moneter

konvensional memberikan

guncangan yang lebih besar

terhadap pertumbuhan

sektor riil dibandingkan

dengan instrumen moneter

syariah karena proporsi

instrumen konvensional

yang masih mendominasi

sampai dengan 97% dari

share perbankan nasional

Indonesia. Akan tetapi,

instrumen moneter syariah

memiliki karakteristik yang

lebih stabil dibandingkan

dengan variabel moneter

konvensional karena lebih

cepat menemukan titik

kestabilan dibandingkan

dengan instrumen moneter

konvensional. Selain

itu,dapat disimpulkan

bahwa kebijakan moneter

baik ekspansif maupun

kontraktif dengan

instrument suku bunga SBI,

tidak mampu

mempengaruhi jumlah

penawaran kredit investasi

perbankan umum, hal ini

menjadi bukti bahwa

kebijakan moneter melalui

jalur bank lending tidak

Page 91: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

73

berlangsung di Indonesia

selama periode 2001-2007.

3 Michiel van

Leuvensteijn,

Christoffer

Kok

Sørensen,

Jacob A.

Bikker dan

Adrian

A.R.J.M. van

Rixtel (2008)

(Jurnal

Internasional)

Impact of

Bank

Competition

On The

Interest Rate

Pass-

Through In

The Euro

Area

Mortgage

rates,

consumer

lending

rates, rates

on short-

term loans

to

enterprises,

rates on

long-term

loans to

enterprises,

current

account

deposit

rates, and

time deposit

rates.

Analisis metode Boone

Indicator

Hasil:

Dalam mengukur tingkat

kompetisi menunjukkan

bahwa kompetisi yang

semakin ketat membuat

spread antara suku bunga

kebijakan (market rate) dan

suku bunga perbankan,

khususnya kredit, semakin

kecil.

Analisis metode ECM

Hasil:

Dalam mengukur pengaruh

kompetisi terhadap interest

rate pass-through dari suku

bunga kebijakan ke suku

bunga perbankan

menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat

kompetisi perbankan di

suatu negara, bank semakin

menetapkan suku bunga

kreditnya sesuai dengan

suku bunga kebijakan.

Selain itu, tekanan

kompetisi lebih berat di

pinjaman dari pada di

simpanan. Suku bunga

perbankan pada pasar yang

lebih kompetitif merespon

lebih kuat terhadap

perubahan suku bunga

kebijakan. Implikasinya

adalah ketentuan untuk

meningkatkan persaingan

Perbankan akan

meningkatkan efektivitas

(kekuatan dan kecepatan)

mekanisme transmisi

kebijakan moneter.

4 Raditya

Sukmana dan

Roles of The

Islamic

Industrial

production

Analisis VAR/VECM

Hasil:

Page 92: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

74

Salina H.

Kassim

(2010)

(Jurnal

Internasional)

Banks in The

Monetary

Transmission

Process in

Malaysia

index,

Islamic

financing,

Islamic

deposits,

and

overnight

interest rate

Menunjukkan bahwa

pendanaan dan deposito

berperan penting pada

perbankan syariah dalam

proses transmisi moneter

dalam perekonomian

Malaysia. Secara khusus,

baik deposito Islam dan

pendanaan terbukti secara

statistik signifikan dalam

menghubungkan indikator

kebijakan moneter ke

output riil. Implikasi

praktis menyiratkan bahwa

otoritas moneter juga harus

mempertimbangkan bank

syariah dalam pelaksanaan

kebijakan moneter di

Malaysia. Hasil ini juga

menyiratkan bahwa

menjamin stabilitas

lembaga keuangan Islam

adalah sama pentingnya

seperti konvensional yaitu

untuk mencapai transmisi

kebijakan moneter yang

efektif dalam

perekonomian.

5 Teruyoshi

Kobayashi

(2008)

(Jurnal

Internasional)

Incomplete

Interest Rate

Pass-

Through and

Optimal

Monetary

Policy

Long-Term

Interest

Rates,

deposit

rates,

average loan

rate, policy

rate.

Analisis Baseline

Parameters

Hasil:

Dalam penelitian ini

membahas incomplete

interest-rate pass-through

di Euro area dan bagaimana

kebijakan moneter yang

optimal yang menyatakan

bahwa jika tidak semua

bank komersial langsung

merespon perubahan suku

bunga kebijakan, maka

kebijakan moneter tidak

akan memberikan dampak

yang sama terhadap

keseluruhan ekonomi.

Hasilnya menunjukkan

Page 93: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

75

bahwa jika hanya sebagian

dari suku bunga pinjaman

Perbankan yang

disesuaikan dengan adanya

perubahan suku bunga

kebijakan, fluktuasi rata-

rata suku bunga pinjaman

menimbulkan biaya

kesejahteraan, sehingga

bank sentral perlu

melakukan stabilisasi

perubahan suku bunga

pinjaman dengan cara

policy rate smoothing.

Namun, perubahan drastis

suku bunga kebijakan tetap

diperlukan ketika terdapat

shock yang secara langsung

mempengaruhi suku bunga

pinjaman.

6 Maulida

Cahyaning

Putri (2013)

(Skripsi:

Fakultas

Ekonomi,

Universitas

Jember)

Pengaruh

Instrumen

Moneter

Syariah dan

Non Syariah

Terhadap

Total

Pembiayaan

Perbankan di

Indonesia

SWBI/SBIS,

PUAS, SBI,

PUAB.

Analisis DOLS dan VECM

Hasil:

Menunjukkan bahwa

adanya pengaruh instrumen

SWBI/SBIS, PUAS, dan

PUAB terhadap total

pembiayaan perbankan

syariah, namun instrumen

SBI belum mampu

mempengaruhi total

pembiayaan perbankan

syariah. Hal tersebut

membuktikan bahwa

kebijakan oleh Bank

Indonesia mengenai

instrumen moneter sangat

mendukung kegiatan

operasional perbankan

syariah sehingga perbankan

syariah mampu memberi

kontribusi yang bertambah

dari tahun ke tahun

terhadap industri perbankan

nasional meskipun proporsi

perbankan syariah masih

lebih kecil dibandingkan

Page 94: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

76

dengan perbankan

konvensional.

7 Masyitha

Mutiara

Ramadhan

(2013)

(Skripsi:

Fakultas

Ekonomi dan

Manajemen,

Istitut

Pertanian

Bogor)

Analisis

Pengaruh

Instrumen

Moneter

Syariah dan

Konvensional

Terhadap

Penyaluran

Dana ke

Sektor Usaha

Mikro Kecil

dan

Menengah

(UMKM) di

Indonesia

SBI, SBIS,

proit loss

sharing,

suku bunga

kredit,

margin,

kredit

UMKM,

pembiayaan

UMKM

Analisis: VAR/ VECM

Hasil:

menunjukkan bahwa SBI

dan SBIS memiliki

pengaruh yang signifikan

terhadap penyaluran dana

ke sektor UMKM, baik

dari jalur perbankan

syariah maupun

konvensional. Selain itu,

pembiayaan UMKM

perbankan syariah lebih

cepat stabil dibandingkan

dengan kredit UMKM

perbankan konvensional

saat terjadi guncangan

moneter. Sedangkan hasil

FEVD menunjukan bahwa

pengaruh SBIS terhadap

penyaluran dana ke sektor

UMKM lebih besar

dibandingkan SBI.

D. Kerangka Berpikir

Penelitian ini mencoba menganalisis pengaruh instrumen moneter syariah

dan konvensional terhadap penyaluran dana ke sektor UMKM di Indonesia

dan membandingkan sejauh mana pengaruh instrumen moneter syariah dan

konvensional dalam penyaluran dana ke sektor UMKM di Indonesia.

Kerangka berpikir yang digunakan dalam peneltitian ini merujuk pada

model Alur Transmisi Moneter Ganda (Konvensional dan Syariah) pada

penelitian Ascarya (2012). Berdasarkan kerangka berfikir di bawah ini dapat

Page 95: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

77

dilihat bahwa di Indonesia memiliki sistem transmisi kebijakan moneter

ganda, yaitu kebijakan moneter konvensional dan kebijakan moneter syariah.

Dengan semakin berkembangnya perbankan syariah, transmisi kebijakan

moneter tidak hanya mempengaruhi perbankan konvensional saja, namun

juga mempengaruhi perbankan syariah, karena mekanisme transmisi dapat

juga melewati jalur syariah. Instrumen kebijakan moneter ganda juga tidak

terbatas hanya menggunakan suku bunga saja, tetapi dapat pula menggunakan

bagi hasil. Dengan demikian, dalam sistem moneter ganda, interest rate pass-

through lebih tepat disebut policy rate pass-through, dimana policy rate

untuk konvensional menggunakan suku bunga, sedangkan policy rate untuk

syariah dapat menggunakan bagi hasil (Ascarya, 2012: 286).

Transmisi kebijakan moneter konvensional menggunakan instrumen

moneter operasi pasar terbuka yaitu dengan variabel SBI dan variabel PUAB.

Sedangkan sebagai instrumen moneter syariah menggunakan variabel SBIS

dan variabel PUAS. Kemudian instrumen kebijakan moneter tersebut

memiliki jalur transmisi tersendiri terhadap sektor riil dimana instrumen

moneter ini akan menengaruhi besarnya pembiayaan dan penyaluran kredit

kepada UMKM.

Alur transmisi moneter ganda dengan tujuan akhir kredit UMKM di sisi

konvensional yaitu adanya kesinambungan antara SBI ke PUAB dan suku

bunga kredit, dari PUAB ke suku bunga kredit, dari suku bunga kredit ke

kredit UMKM dan kembali ke SBI dan PUAB. Secara umum kenaikan SBI

meningkatkan suku bunga kredit dan menurunkan kredit UMKM. Hal

Page 96: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

78

tersebut mengacu pada hasil Granger Causality pada penelitian Ascarya

(2012).

Sedangkan dari sisi sistem syariah, alur transmisi moneter ganda dengan

tujuan akhir pembiayaan UMKM yaitu tidak adanya kesinambungan jalur

imbal hasil dari SBIS sampai ke pembiayaan UMKM. SBIS hanya

mempengaruhi pasar keuangan ke PUAS. Sementara itu, PLS mempengaruhi

pembiayaan UMKM, sedangkan pembiayaan UMKM mempengaruhi PUAS.

Secara umum kenaikan SBIS hanya meningkatkan imbal hasil PUAS.

Sedangkan peningkatan imbal hasil PLS meningkatkan pembiayaan UMKM.

Hal tersebut mengacu pada hasil Granger Causality pada penelitian Ascarya

(2012).

Perilaku suku bunga kredit dan PLS ditunjukkan senada oleh perilaku

kredit UMKM dari konvensional dan pembiayaan UMKM dari syariah,

karena kredit UMKM dipengaruhi oleh suku bunganya, sedangkan

pembiayaan UMKM dipengaruhi oleh bagi hasilnya. Sedangkan suku bunga

kredit dan PLS juga ditunjukkan oleh suku bunga pasar uang antarbank

konvensional (PUAB) dan imbal hasil pasar uang antarbank syariah (PUAS),

karena suku bunga PUAB merupakan acuan suku bunga perbankan

konvensional, sedangkan imbal hasil PUAS dengan akad mudharabah

berbasis imbal hasil di sektor riil, seperti imbal hasil pembiayaan (PLS)

(Ascarya, 2012: 309).

Page 97: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

79

Gambar 2.5

Kerangka Berpikir Penelitian

Penerapan Sistem

Ganda di Indonesia

Instrumen Moneter

Konvensional

Instrumen Moneter

Syariah

SBI SBIS

PUAB PUAS

Suku Bunga

Kredit

Profit Loss

Sharing

Kredit UMKM Pembiayaan

UMKM

Metode Analisis

(VAR/VECM)

Kesimpulan

Page 98: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

80

E. Hipotesis Penelitian

Hepotesis merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang

masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis, jelas, dan dapat

diuji. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Diduga terdapat pengaruh instrumen konvensional terhadap kredit

UMKM dari perbankan konvensional.

2. Diduga terdapat pengaruh instrumen syariah terhadap pembiayaan

UMKM dari perbankan syariah.

3. Diduga terdapat hubungan yang lebih berpengaruh antara instrumen

moneter konvensional terhadap kredit UMKM dari perbankan

konvensonal dengan instrumen moneter syariah terhadap pembiayaan

UMKM di Indonesia.

Page 99: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

81

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penghitungan dan pengelolaan data dalam penelitian ini menggunakan

bantuan perangkat lunak komputer yaitu E-Views. Luasnya objek penelitian

ini sehingga ruang lingkup variabel yang akan digunakan berdasarkan pada

data-data berikut ini:

1. Data statistik Bank Indonesia (BI) berupa data bulanan Sertifikat Bank

Indonesia (SBI), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Pasar Uang

Antar Bank (PUAB), dan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS)

periode Januari 2011 – Desember 2016.

2. Data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) dan Statistik Perbankan

Syariah (SPS) melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupa data

bulanan suku bunga kredit, profit and loss sharing (PLS) pembiayaan,

kredit UMKM, dan pembiayaan UMKM periode Januari 2011 –

Desember 2016.

B. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah penelitian statistik deskriptif dan menggunakan

data sekunder maka metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk

melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Library Research

Page 100: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

82

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh dari membaca literatur, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya

yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk

memperoleh data yang valid.

2. Internet Research

Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau

pinjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau

kadarluasa, karena ilmu selalu berkembang. Oleh karena itu, untuk

mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan

teknologi yang juga berkembang yaitu internet sehingga data yang

diperoleh merupakan data yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat

sekunder yang diperoleh dari website Bank Indonesia (BI) dan Otoritas

Jasa Keuangan (OJK).

C. Metode Analisis Data

Metode analisis ekonometrika yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Vector Autoregression (VAR) jika data yang digunakan adalah

stasioner dan tidak terdapat kointegrasi, atau Vector Error Correction Model

(VECM) jika data yang digunakan kemudian diketahui stasioner dan terdapat

kointegrasi. Analisis data dengan menggunakan pendekatan model VAR dan

VECM mencakup tiga alat analisis utama yaitu Granger Causality Test,

Page 101: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

83

Impuls Response Function (IRF), dan Forecast Error Variance

Decomposition (FEVD).

1. Uji Stasioneritas Data

Estimasi model ekonometrik time series akan menghasilkan

kesimpulan yang tidak berarti, ketika data yang digunakan mengandung

akar unit (tidak stasioner). Data yang mengandung akar unit (tidak

stasioner) jika dimasukan dalam pengolahan stastistik maka akan

memberikan hasil estimasi yang spurious yang ditandai oleh tingginya

koefisien determinasi, R2 dan t-statistik signifikan, tetapi penafsiran

hubungannya tidak memiliki arti secara ekonomi.

Augmented dickey-fuller test (ADF test) merupakan prosedur

standar, untuk menyelidiki adanya akar unit pada data time series. Uji

akar unit ADF memerlukan estimasi regresi:

∑ ………………………(1)

Dalam persamaan seperti ini hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : β = 0 (mengandung akar unit-series tidak stasioner)

H1 : β < 0 (tidak mengandung akar unit-series stasioner)

Jika nilai statistik ADF secara absolut lebih kecil dibandingkan

nilai kritis MacKinnon, maka Ho diterima. Dengan kata lain, Yt

mengandung satu akar unit atau data tidak stasioner. Data time series

yang belum stasioner pada tingkat level dapat dijadikan stasioner,

melalui proses diferensiasi agar data menjadi stasioner.

Page 102: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

84

2. Uji Lag Optimum

Penentuan jumlah lag optimal yang digunakan merupakan

langkah penting yang harus dilakukan dalam menggunakan model VAR

maupun VECM. Untuk penentuan panjang lag optimal dapat digunakan

beberapa kriteria yaitu dengan menggunakan Akaike Information

Criterion (AIC), Schwarz Criterion (SC), Final Prediction Error (FPE),

dan Hannan-Quinn Information Criterion (HQ). Pengujian panjang lag

optimal berguna untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam

sistem VAR maupun VECM. Dalam penelitian ini digunakan semua

kriteria informasi untuk menentukan lag optimal. Model diestimasi

dengan lag yang berbeda-beda lalu dibandingkan nilai kriterianya. Lag

optimum yang dipilih berdasarkan nilai kriteria yang terkecil.

3. Uji Stabilitas VAR

Uji stabilitas VAR dilakukan dengan menghitung akar-akar dari

fungsi polinomial atau dikenal dengan roots of characteristic

polinomial. Jika semua akar dari fungsi polinomial tersebut berada di

dalam unit circle atau jika nilai absolutnya <1 maka model VAR

tersebut dianggap stabil sehingga Impuls Response Function (IRF) dan

Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) yang dihasilkan

dianggap valid.

4. Uji Kointegrasi (Johansen Cointegration Test)

Page 103: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

85

Uji kointegrasi bertujuan untuk menetukan apakah variabel-

variabel yang tidak stasioner terkointegrasi atau tidak. Konsep

kointegrasi dikemukakan oleh Engle dan Granger (1987) sebagai

kombinasi linier dari dua atau lebih variable yang tidak stasioner akan

menghasilkan variabel yang stasioner. Kombinasi linier ini dikenal

dengan istilah persamaan kointegrasi dan dapat diinterpretasikan

sebagai hubungan keseimbangan jangka panjang di antara variabel.

Jika trace statistic>critical value, persamaan tersebut

terkointegrasi. Dengan demikian H0 = nonkointegrasi dengan hipotesis

alternatifnya H1 = kointegrasi. Jika trace statistic>critical value, kita

tolak H0 atau terima H1 yang artinya terjadi kointegrasi. Setelah jumlah

persamaan yang terkointegrasi telah diketahui maka tahapan analisis

dilanjutkan dengan analisis Vector Error Correction Model.

5. Uji Kausalitas Granger

Uji kausalitas dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan arah

hubungan jangka pendek antarvariabel. Dalam pengujian Kausalitas

Granger, jika nilai probabilitasnya kurang dari lima persen, artinya

variabel tersebut mempunyai hubungan kausalitas.

6. Model Empiris dalam VAR

Penggunaan pendekatan struktural atau teoritis atas permodelan

persamaan simultan biasanya menerapkan teori ekonomi di dalam

usahanya untuk mendeskripsikan hubungan antar variabel yang ingin di

Page 104: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

86

uji. Disebut persamaan struktural karena hubungan variabel di dalam

persamaan dibentuk atas dasar teori ekonomi. Estimasi persamaan

struktural tersebut akan menyediakan informasi numerik dan sekaligus

alat uji kepada teori. Akan tetapi sering kali teori ekonomi belum

mampu menentukan spesifikasi yang tepat. Widarjono (2007:345) teori

ekonomi terlalu komplek sehingga semlifikasi harus dijelaskan dengan

teori yang ada. VAR muncul sebagai jalan keluar atas permasalahan ini,

model VAR dibangun dengan pertimbangan meminimalkan pendekatan

teori dengan tujuan agar mampu menangkap fenomena ekonomi dengan

baik. Dengan demikian VAR adalah model non struktural atau

merupakan model tidak teoritis.

Dalam VAR hanya perlu memperhatikan dua hal, yang pertama

adalah tidak perlu membedakan mana yang merupakan variabel

endogen dan eksogen. Semua variabel baik endogen maupun eksogen

yang dipercaya saling berhubungan seharusnya dimasukan di dalam

model. Namun kita juga bisa memasukan variabel eksogen di dalam

VAR, dan yang kedua adalah untuk melihat hubungan antar variabel di

dalam VAR membutuhkan sejumlah kelambanan variabel yang ada.

Kelambanan variabel ini diperlukan untuk menangkap efek dari

variabel tersebut terhadap variabel yang lain di dalam model

(Widarjono, 2007:346).

Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam

menggunakan metode ini, pertama akan dilakukan pengujian

Page 105: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

87

stasioneritas dari setiap series yang digunakan di dalam model. Hasil

series stasioner akan berujung pada penggunaan VAR pada dua pilihan

VAR, VAR dalam bentuk difference atau VECM (Vector Error

Correction Model). Penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini adalah

sebagai berikut:

a. VAR (Unrestricted VAR)

VAR biasa atau tanpa restriksi digunakan jika data yang digunakan

di dalam pembentukan VAR, stasioner di tingkat level. Variasi

VAR tanpa restriksi biasanya terjadi akibat adanya perbedaan

derajat integritas data variabelnya ketika data yang digunakan

memiliki bentuk stasioner dalam level. Sementara, jika data tidak

stasioner dalam level tetapi tidak memiliki hubungan kointegrasi,

maka estimasi VAR dapat dilakukan dalam bentuk difference.

b. VECM (Restricted VAR)

Model VECM digunakan di dalam model VAR non struktural

apabila data time series tidak stasioner pada level, tetapi stasioner

pada data diferensi dan terkoentegrasi sehingga menunjukan

adanya hubungan teoritis antar veriabel.

7. Impulse Response Function (IRF)

Suatu metode yang digunakan untuk menentukan respons suatu

variable endogen terhadap suatu shock tertentu. Hal ini dikarenakan

Page 106: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

88

shock variable misalnya ke-i tidak hanya berpengaruh terhadap variabel

ke-i itu saja, tetapi ditransmisikan kepada semua variabel endogen

lainnya melalui struktur dinamis atau struktur lag dalam VECM atau

dengan kata lain IRF mengukur pengaruh suatu shock pada suatu waktu

kepada inovasi variabel endogen pada saat tersebut dan di masa yang

akan datang.

Sementara itu, IRF bertujuan untuk mengisolasi suatu guncangan

agar lebih spesifik, yang artinya suatu variabel dapat dipengaruhi oleh

shock atau guncangan tertentu. Apabila suatu variabel tidak dapat

dipengaruhi oleh shock, maka shock spesifik tersebut tidak dapat

diketahui melainkan shock secara umum.

8. Variance Decomposition (FEVD)

Metode yang dapat dilakukan untuk melihat bagaimana

perubahan suatu variabel yang ditunjukkan oleh perubahan error

variance dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya adala FEVD.

Metode ini mencirikan suatu struktur dinamis dalam model

VAR/VECM. Dalam metode ini dapat dilihat kekuatan dan kelemahan

masing-masing variabel mempengaruhi variabel lainnya dalam kurun

waktu yang panjang.

FEVD merinci ragam dari peramalan galat menjadi komponen-

komponen yang dapat dihubungkan dengan setiap variabel endogen

dalam model. Dengan menghitung persentase kuadrat prediksi galat k-

Page 107: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

89

tahap ke depan dari sebuah varabel akibat inovasi dalam varabel-

variabel lain maka akan dapat dilihat seberapa besar perbedaan antara

error variance sebelum dan sesudah terjadinya shock yang berasal dari

dirinya sendiri maupun dari variabel lain. Jadi melalui FEVD dapat

diketahui secara pasti faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi dari

variabel tertentu.

D. Model Penelitian

Model yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua)

model, yaitu instrumen moneter konvensional dan instrumen moneter syariah.

Dengan model pertama yaitu instrumen moneter konvensional terhadap kredit

UMKM di Indonesia, dan model kedua yaitu instrumen moneter syariah

terhadap pembiayaan UMKM di Indonesia. Model I dan II dijabarkan dalam

tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1

Model Penelitian Instrumen Moneter Terhadap

Penyaluran Dana UMKM

Model Penjabaran

I CRDt= f ( SBIt , PUABt ,IRt )

II PYDt= f ( SBISt , PUASt , PLSt)

Dimana:

CRDt = Kredit UMKM Konvensional

PYDt = Pembiayaan UMKM Syariah

Page 108: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

90

SBIt = Sertifikat Bank Indonesia

SBISt = Sertifikat Bank Indonesia Syariah

PUABt = Pasar Uang Antar Bank

PUASt = Pasar Uang Antarbank Syariah

IRt = Suku Bunga Rata-Rata Kredit

PLSt = Profit and Loss Sharing Pembiayaan

E. Operasional Variabel Penelitian

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, berikut ini definisi operasional

variabel yang digunakan dalam penelitian:

1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

SBI adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia

sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1 – 3 bulan) dengan

sistem diskonto/bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang

digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah.

Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data

statistik Bank Indonesia (BI) berdasarkan hitunngan bulanan, yaitu dari

bulan Januari 2011 – Desember 2015 yang dinyatakan dalam bentuk

miliar rupiah.

2. Sertifikat Bank Indoonesia Syariah (SBIS)

SBIS adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti

penitipan dana jangka pendek. SBIS merupakan piranti moneter yang

Page 109: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

91

sesuai prinsip pada Bank Syariah untuk mengatasi bila terjadi kelebihan

pada tingkat likuiditas. Data operasional yang digunakan dalam

penelitian ini diambil dari data statistik Bank Indonesia (BI)

berdasarkan hitunngan bulanan, yaitu dari bulan Januari 2011 –

Desember 2015 yang dinyatakan dalam bentuk miliar rupiah.

3. Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Pasar uang antar bank (PUAB) atau sering disebut dengan Interbank

Call Money merupakan salah satu sarana penting untuk mendorong

pengembangan pasar uang. Pasar uang antar bank sendiri adalah tingkat

suku bunga yang ditentukan dan dikenakan oleh pihak bank kepada

bank yang melakukan pinjaman di pasar uang antar bank atas

penerbitan PUAB. Data operasional yang digunakan dalam penelitian

ini diambil dari data statistik Bank Indonesia (BI) berdasarkan

hitunngan bulanan, yaitu dari bulan Januari 2011 – Desember 2015

yang dinyatakan dalam bentuk persen.

4. Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS)

PUAS adalah kegiatan transaksi keuangan jangka pendek antar perserta

pasar berdasarkan prinsip-prinsip syariah dengan menggunakan

sertifikat IMA sebagai piranti utama PUAS diterbitkan sebagai bukti

tanda penyertaan. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini

diambil dari data statistik Bank Indonesia (BI) berdasarkan hitunngan

Page 110: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

92

bulanan, yaitu dari bulan Januari 2011 – Desember 2015 yang

dinyatakan dalam bentuk persen.

5. Suku Bunga Bank

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank

berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau

menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang

harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan harga

yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang

memperoleh pinjaman). Data operasional yang digunakan dalam

penelitian ini diambil dari data Statistik Perbankan Indonesia (SPI)

berdasarkan hitunngan bulanan, yaitu dari bulan Januari 2011 –

Desember 2015 yang dinyatakan dalam bentuk persen.

6. Profit and Loss Sharing (PLS)

Profit sharing secara definitif diartikan sebagai distribusi beberapa

bagian dari laba dari para pegawai dari suatu perusahaan dan dapat

berupa suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang

diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk

pembayaran mingguan atau bulanan. Data operasional yang digunakan

dalam penelitian ini diambil dari data Statistik Perbankan Syariah (SPS)

berdasarkan hitunngan bulanan, yaitu dari bulan Januari 2011 –

Desember 2015 yang dinyatakan dalam bentuk persen.

Page 111: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

93

7. Kredit UMKM

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan pemberian bunga. Data operasional yang digunakan dalam

penelitian ini diambil dari data Statistik Perbankan Indonesia (SPI)

berdasarkan hitunngan bulanan, yaitu dari bulan Januari 2011 –

Desember 2015 yang dinyatakan dalam bentuk persen.

8. Pembiayaan UMKM

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan oleh itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu

tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Data operasional yang

digunakan dalam penelitian ini diambil dari data Statistik Perbankan

Syariah (SPS) berdasarkan hitunngan bulanan, yaitu dari bulan Januari

2011 – Desember 2015 yang dinyatakan dalam bentuk persen.

9. Pendekatan H

Metodologi memiliki fleksibilitas dalam penentuan variabel yang

akan diuji. Hal ini untuk memberikan ruang yang lebih luas bagi

Page 112: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

94

intepretasi dari hasil olah data yang dilakukan. Secara prosedural proses

rekayasa metodologi H ini dilakukan dari pengumpulan data dari obyek

yang dijadikan sampel dalam implementasi teori ini.

a. Pertama melakukan pendataan untuk memperoleh besaran dari

obyek yang akan ditinjau dalam nilai, harga, indeks, persentase,

atau nominal yaitu dalam bentuk harga asli.

b. Kedua meninjau laju besaran dari obyek yang akan dihitung dalam

skala persentase berupa selisih dari harga awal dengan harga

berikutnya atau perbedaan dari besaran pertama dengan besaran

kedua dan selanjutnya.

c. Ketiga membuat pola rata-rata dari obyek yang akan ditinjau

dengan perspektif teori ini dibandingkan dengan obyek-obyek lain

yang sejenis atau meninjau posisi obyek dikomparasi dengan rata-

rata obyek yang sejenis.

d. Setelah memperoleh nominal, laju, dan rata-rata laju, selanjutnya

dibutuhkan data lain dari obyek yang sama berupa data yang

bersifat intangible atau berkaitan dengan nilai religiusitas untuk

didapatkan besaran bobotnya dibandingkan dengan obyek lain.

Cara melakukan nilai bobot yaitu:

1) Membuat rasio bobot berdasarkan data lain dari obyek yang

sama kemudian dibandingkan dengan bobot dari obyek lain

dengan data yang untuk diperoleh ranking atau urutan bobot

antara obyek utama dengan obyek pembanding yang lain.

Page 113: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

95

2) Selain menggunakan sumber data dari obyek yang diteliti,

dikombinasikan dengan expert adjustment / wawancara

terstruktur dengan pakar sains yang memiliki otoritas untuk

menilai bobot suatu obyek.

3) Kemudian melakukan perangkingan obyek berdasarkan bobot

yang diperoleh dari berbagai sumber data tersebut, sehingga

urutan tersebut juga merepresentasikan besaran bobot dari

obyek yang diteliti tersebut.

e. Selanjutnya setelah diperoleh data nominal, laju, dan bobot maka

dilakukan penghitungan berupa perkalian dari data obyek tersebut

berupa: nominal x laju x bobot.

f. Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan dari obyek yang diteliti

maka dilakukan perlakuan matriks untuk memperoleh kategori

hasil sesuai format dalam hal ini obyek akan dikategorikan dalam

formasi straight, loads, dan impact:

1) Jika hasil positif adalah straight (jika minus adalah turn)

2) Jika hasil lebih besar dari 0,1 adalah loadpilihan

3) Jika hasil lebih besar dari rata-rata nilai berarti impact

Page 114: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

96

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

Bank Indonesia mengadakan Operasi Pasar Terbuka (OPT) sebagai

salah satu kebijakannya dalam mempengaruhi stabilitas keuangan. Tentunya

instrumen yang digunakan dalam operasi pasar terbuka adalah SBI untuk

perbankan konvensional dan SBIS untuk perbankan syariah. Kedua instrumen

tersebut dapat dimanfaatkan oleh perbankan ketika mengalami kelebihan

maupun kekurangan likuiditas. Pada operasi pasar terbuka, para pelaku usaha

menggunakan instrumen keuangan jangka pendek seperti SBI dan PUAB

untuk perbankan konvensional, SBIS dan PUAS untuk perbankan syariah.

Penyaluran dana dari perbankan ke sektor UMKM dicerminkan melalui total

kredit UMKM dari perbankan konvensional dan pembiayaan UMKM dari

perbankan syariah. Sedangkan suku bunga kredit dan presentase profit dan

loss sharing pembiayaan adalah variabel dalam proses transmisi moneter

melalui jalur kredit.

1. Perkembangan Penyaluran Dana UMKM di Indonesia

Perkembangan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) di Indonesia tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam

penyaluran kredit kepada UMKM. Setiap tahun kredit kepada UMKM

mengalami pertumbuhan dan secara umum pertumbuhannya lebih

tinggi dibanding total kredit perbankan.

Page 115: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

97

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki peranan

yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,

tidak hanya di Negara-negara berkembang seperti Indonesia tetapi juga

di negara-negara maju. Di Indonesia peranan UMKM selain berperan

dalam pertumbuhan pembangunan dan ekonomi, UMKM juga memiliki

peranan yang sangat penting dalam mengatasi masalah pengangguran.

Tumbuhnya usaha mikro menjadikannya sebagai sumber pertumbuhan

kesempatan kerja dan pendapatan. Dengan banyak menyerap tenaga

kerja berarti UMKM juga mempunyai peran strategis dalam upaya

pemerintah dalam memerangi kemiskinan dan pengangguran.

Kredit UMKM adalah kredit kepada debitur usaha mikro, kecil,

dan menengah sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008

Tentang UMKM. Berdasarkan UU tersebut, UMKM adalah usaha

produktif yang memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu

kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan.

a. Kredit UMKM dari Bank Konvensional

Kredit UMKM yang disalurkan bank kovensional memiliki

kecenderungan yang terus meningkat. Terlihat hingga Desember

2016 porsi kredit UMKM yang disalurkan bank konvensional

sebesar 802.113 miliar. Setiap tahun kredit kepada UMKM

mengalami pertumbuhan dan secara umum pertumbuhannya lebih

tinggi dibanding total kredit perbankan.

Page 116: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

98

0

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

Jan

-11

Me

i-1

1

Sep

-11

Jan

-12

Me

i-1

2

Sep

-12

Jan

-13

Me

i-1

3

Sep

-13

Jan

-14

Me

i-1

4

Sep

-14

Jan

-15

Me

i-1

5

Sep

-15

Jan

-16

Me

i-1

6

Sep

-16

Kredit UMKM Rp

Disajikan dalam gambar 4.1 berikut mengenai perkembangan

kredit UMKM dari bank konvensional dalam periode Januari 2011

sampai dengan Desember 2016 dapat dilihat pada gambar berikut

ini:

Gambar 4.1

Perkembangan Kredit UMKM dari Bank Konvensional

Periode Januari 2011 s.d. Desember 2016

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (data diolah)

b. Pembiayaan UMKM dari Bank Syariah

Pembiayaan UMKM yang disalurkan dari bank syariah

memiliki kecenderungan terus meningkat dari mulai dari bulan

Januari 2011 hingga April 2014, tetapi cenderung mengalami

penurunan di bulan Mei 2014 hingga Desember 2016. Data dari

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Februari 2015, pembiayaan

UMKM mencapai Rp 57,780 triliun, turun dari Rp 58,12 triliun

pada Januari 2015. Dibanding pembiayaan UMKM pada Februari

2014 yang mencapai Rp 107,080 triliun, nilai pembiayaan UMKM

Page 117: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

99

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

Jan

-11

Me

i-1

1

Sep

-11

Jan

-12

Me

i-1

2

Sep

-12

Jan

-13

Me

i-1

3

Sep

-13

Jan

-14

Me

i-1

4

Sep

-14

Jan

-15

Me

i-1

5

Sep

-15

Jan

-16

Me

i-1

6

Sep

-16

Pembiayaan UMKM Rp

turun 45,04 persen. Perlambatan pembiayaan UMKM ini terjadi

adalah bagian imbas dari kondisi ekonomi makro nasional yang

kurang baik. Selain pembiayaan UMKM yang terkena dampak,

yaitu korporasi dan mereka yang bertransaksi dengan mata uang

dolar AS juga terkena imbasnya. Terlihat hingga Desember 2016

porsi pembiayaan UMKM yang disalurkan bank syariah sebesar

54.530 miliar.

Disajikan dalam gambar 4.2 berikut mengenai perkembangan

pembiayaan UMKM dari bank syariah dalam periode Januari 2011

sampai dengan Desember 2016 dapat dilihat pada gambar berikut

ini:

Gambar 4.2

Perkembangan Pembiayaan UMKM dari Bank Syariah

Periode Januari 2011 s.d. Desember 2016

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (data diolah)

Page 118: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

100

2. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS)

a. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang

dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang

berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto atau

bunga. SBI digunakan untuk menjaga kestabilan rupiah dimana

dengan penjualan SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan

uang primer yang beredar. Sejak Juli 2005, Bank Indonesia

melakukan perhitungan suku bunga SBI dengan cara

mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan Bank

Indonesia untuk pelanggan pada periode tertentu.

Dari gambar 4.3, posisi SBI cenderung terus mengalami

penurunan dari tahun 2011 hingga Desember 2015. Terlihat hingga

Desember 2015 porsi SBI sebesar Rp 32.300 miliar. SBI cenderung

mengalami penurunan dikarenakan aliran dana perbankan di SBI

semakin surut sejalan dengan arah kebijakan moneter Bank

Indonesia, dimana BI sengaja mengurangi penyerapan dana melalui

SBI agar bank lebih giat menyalurkan kreditnya sehingga akan

berdampak pada kurs rupiah yang tetap stabil. Jika dana bank di

SBI semakin menumpuk, BI harus menanggung beban bunga yang

semakin besar. Sedangkan hingga Desember 2016 porsi SBI

cenderung mengalami peningkatan yaitu sebesar 94.582 miliar.

Page 119: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

101

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

Jan

-11

Me

i-1

1

Sep

-11

Jan

-12

Me

i-1

2

Sep

-12

Jan

-13

Me

i-1

3

Sep

-13

Jan

-14

Me

i-1

4

Sep

-14

Jan

-15

Me

i-1

5

Sep

-15

Jan

-16

Me

i-1

6

Sep

-16

SBI Rp

Disajikan pada gambar 4.3 berikut mengenai perkembangan

SBI di Indonesia dalam periode Januari 2011 hingga Desember

2016 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.3

Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Periode

Januari 2011 s.d. Desember 2016

Sumber: Bank Indonesia (data diolah)

b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor

10/11/PBI/2008 mengenai Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS) maka peraturan mengenai SWBI resmi dicabut. SBIS

diterbitkan Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi

pasar terbuka pengganti SWBI dalam rangka pengendalian moneter

yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. SBIS diterbitkan

dengan akad Ju’alah, yaitu janji atau komitmen (iltizam) untuk

Page 120: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

102

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

Jan

-11

Me

i-1

1

Sep

-11

Jan

-12

Me

i-1

2

Sep

-12

Jan

-13

Me

i-1

3

Sep

-13

Jan

-14

Me

i-1

4

Sep

-14

Jan

-15

Me

i-1

5

Sep

-15

Jan

-16

Me

i-1

6

Sep

-16

SBIS Rp

memberikan imbalan tertentu (‘iwadhuju’i) atas pencapaian hasil

(natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.

Posisi SBIS cenderung mengalami kenaikkan. Terlihat pada

bulan Februari 2015 SBIS mencapai titik tertinggi sebesar Rp 9.040

miliar dan hingga Desember 2016 porsi SBIS mengalami

penurunan hingga sebesar Rp 6.357 miliar dimana porsi SBIS

terlihat masih jauh lebih kecil dibandingkan porsi SBI.

Pertumbuhan porsi SBIS yang merupakan instrumen moneter

syariah setiap tahunnya merupakan langkah awal untuk

memantapkan dan meningkatkan pertumbuhan perbankan syariah.

Disajikan pada gambar 4.4 berikut mengenai perkembangan

SBIS di Indonesia dalam periode Januari 2011 sampai dengan

Desember 2016 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.4

Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)

Periode Januari 2011 s.d. Desember 2016

Page 121: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

103

Sumber: Bank Indonesia (data diolah)

3. Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dan Pasar Uang

Antarbank Syariah (PUAS)

a. Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Suku bunga PUAB menjadi media pertama bagi transmisi

kebijakan moneter. PUAB menjadi salah satu pilihan target

operasional kebijakan moneter karena peranannya yang semakin

penting dalam mempengaruhi stabilitas harga. Melalui intervensi

pasar uang secara periodik bank sentral mempengaruhi level

reserve bank-bank sekaligus mengendalikan volatilitas suku bunga

agar mencapai target yang dikehendaki. Sedangkan bagi

perbankan, PUAB menjadi salah satu alternatif pemenuhan

kebutuhan likuiditas harian.

Dari gambar 4.5 posisi suku bunga PUAB cenderung stabil,

tetapi mengalami penurunan pada bulan Januari 2012 hingga April

2013 dan terus mengalami peningkatan hingga Desember 2015

sebesar 7,33 persen. Tetapi hingga Desember 2016 suku bunga

PUAB mengalami penurunan yaitu menjadi sebesar 4,24 persen.

Suku bunga PUAB overnight (O/N) tercatat di level 8,12 persen

pada September 2015, meningkat tajam 245 bps dibandingkan Juni

2015, dengan spread terhadap JIBOR mencapai 236 bps.

Kenaikkan suku bunga PUAB didorong oleh kebutuhan likuiditas

Page 122: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

104

0,00%

2,00%

4,00%

6,00%

8,00%

10,00%

Jan

-11

Me

i-1

1

Sep

-11

Jan

-12

Me

i-1

2

Sep

-12

Jan

-13

Me

i-1

3

Sep

-13

Jan

-14

Me

i-1

4

Sep

-14

Jan

-15

Me

i-1

5

Sep

-15

Jan

-16

Me

i-1

6

Sep

-16

PUAB

rupiah untuk keperluan hedging valas di pasar forward. Sehingga

likuiditas perbankan mengalami pengetatatn.

Likuiditas yang ketat di perbankan ditandai dengan

meningkatnya suku bunga PUAB dan spread yang semakin

melebar antara harga beli dan jual. Dalam hal ini, motivasi bank

untuk tidak melepas likuiditas menjadi semakin tinggi dalam

rangka menjaga kecukupan likuiditas.

Disajikan pada gambar berikut mengenai perkembangan

PUAB di Indonesia dalam periode Januari 2011 hingga Desember

2016 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.5

Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Periode

Januari 2011 s.d. Desember 2016

Sumber: Bank Indonesia (data diolah)

Page 123: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

105

b. Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS)

PUAS adalah kegiatan investasi jangka pendek dalam rupiah

antar peserta pasar berdasarkan prinsip mudharabah. Instrumen

yang digunakan dalam PUAS saat ini adalah Sertifikat Investasi

Mudharabah Antar-bank (IMA). Hal ini berarti akad yang

digunakan adalah mudharabah (bagi hasil) di mana keuntungan

akan dibagikan kepada kedua belah pihak (pembeli dan penjual

sertifikat IMA) berdasarkan nisbah yang telah disepakati

sebelumnya. Tingkat Indikasi Imbalan PUAS adalah rata-rata

tertimbang tingkat indikasi imbalan sertifikat investasi mudharabah

antarbank yang terjadi di PUAS, yang tercatat pada Pusat Informasi

Pasar Uang (PIPU).

Dari gambar 4.6 posisi imbal hasil PUAS cenderung stabil

dan mengalami peningkatan dimana titik tertinggi PUAS berada

pada bulan Juli 2014 sebesar 7,3 persen hingga Desember 2016

porsi PUAS sebesar 6,08 persen. Semakin besar imbal hasil yang

diberikan maka semakin besar pula penempatan dana dalam

instrumen PUAS dan akan mengurangi porsi pembiayaan yang

akan disalurkan kepada masyarakat, sehingga akan terlihat tarik

menarik keputusan bank dalam penyaluran pembiayaan yang

dilakukan dan penempatan dana pada PUAS.

Page 124: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

106

0,00%

2,00%

4,00%

6,00%

8,00%

Jan

-11

Me

i-1

1

Sep

-11

Jan

-12

Me

i-1

2

Sep

-12

Jan

-13

Me

i-1

3

Sep

-13

Jan

-14

Me

i-1

4

Sep

-14

Jan

-15

Me

i-1

5

Sep

-15

Jan

-16

Me

i-1

6

Sep

-16

PUAS

Disajikan pada gambar 4.6 berikut mengenai perkembangan

PUAS di Indonesia dalam periode Januari 2011 hingga Desember

2016 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.6

Perkembangan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS)

Periode Januari 2011 s.d. Desember 2016

Sumber: Bank Indonesia (data diolah)

4. Perkembangan Suku Bunga Kredit dan Profit Loss Sharing (PLS)

Pembiayaan

Faktor suku bunga dan bagi hasil tentunya menjadi pertimbangan

para bankir dalam menentukan besar kecilnya dana yang akan

disalurkan ke sektor UMKM. Secara teori, semakin tinggi return (suku

bunga dan profit loss sharing pembiayaan) maka penawaran pemberian

dana dari perbankan melalui kredit atau pembiayaan akan semakin

besar karena bank akan mendapatkan keuntungan lebih besar. Akan

tetapi dari sisi permintaan, tingginya tingkat return cenderung

Page 125: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

107

menurunkan permintaan kredit karena peminjam diharuskan membayar

bunga yang lebih besar.

a. Suku Bunga Kredit

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan

oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang

membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan

sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki

simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada

bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Dari gambar 4.7 posisi suku bunga kredit cenderung stabil

dan mengalami peningkatan dimana titik tertinggi suku bunga

kredit berada pada bulan November 2014 sebesar 12,85 persen

tetapi hingga Desember 2016 cenderung mengalami penurunan

dimana porsi suku bunga kredit sebesar 11,38 persen. Penurunan

suku bunga kredit tersebut merupakan dikarenakan Bank Indonesia

menurunkan BI Rate sehingga suku bunga kredit perbankan juga

mengalami penurunan dengan upaya penurunan tersebut akan

menaikkan harga asset, misalnya saham dan surat-surat berharga

lainnya. Kondisi tersebut akan mendorong kemampuan pemilik

asset untuk melakukan kegiatan investasi dan konsumsi.

Selanjutnya kegiatan tersebut akan mendorong pertumbuhan

ekonomi.

Page 126: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

108

10,50%

11,00%

11,50%

12,00%

12,50%

13,00%

Jan

-11

Me

i-1

1

Sep

-11

Jan

-12

Me

i-1

2

Sep

-12

Jan

-13

Me

i-1

3

Sep

-13

Jan

-14

Me

i-1

4

Sep

-14

Jan

-15

Me

i-1

5

Sep

-15

Jan

-16

Me

i-1

6

Sep

-16

Suku Bunga Kredit

Gambar 4.7

Perkembangan Suku Bunga Kredit

Periode Januari 2011 s.d. Desember 2016

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI) (data diolah)

b. Profit and Loss Sharing

Profit Loss Sharing merupakan keuntungan dari proyek atau

usaha akan dibagihasilkan sesuai nisbah (rasio) yang disepakati.

Apabila terjadi kerugian, maka kerugian dimaksud dapat

ditanggung baik oleh bank maupun nasabah debitur, tergantung

dari prinsip bagi hasil yang disepakati. Dalam profit/loss sharing,

jumlah yang dibagihasilkan adalah laba/rugi bersih setelah seluruh

biaya operasional diperhitungkan.

Dari gambar 4.8 posisi profit loss sharing cenderung

mengalami penurunan hingga bulan Desember 2016 porsi profit

loss sharing sebesar 11,07 persen. Hal tersebut dikarenakan bisnis

Page 127: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

109

0,00%

5,00%

10,00%

15,00%

20,00%

Jan

-11

Me

i-1

1

Sep

-11

Jan

-12

Me

i-1

2

Sep

-12

Jan

-13

Me

i-1

3

Sep

-13

Jan

-14

Me

i-1

4

Sep

-14

Jan

-15

Me

i-1

5

Sep

-15

Jan

-16

Me

i-1

6

Sep

-16

Profit Loss Sharing

dengan akad mudharabah dan musyarakah mengalami penurunan

maka jumlah bagi hasil pun ikut menurun. Saat ini rata-rata

perbankan syariah lebih mengedepankan skim murabahah, dimana

total komposisi murabahah mencapai 50 persen, sementara 50

persen lainnya terbagi antara skim mudharabah dan musyarakah.

Gambar 4.8

Perkembangan Profit Loss Sharing Pembiayaan

Periode Januari 2011 s.d. Desember 2016

Sumber: Statistik Perbankan Syariah (SPS) (data diolah)

B. Analisis Uji Ekonometrik

1. Uji Stasioneritas Data

Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang

digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari

masalah regresi lancung (spurious regression) karena data yang

digunakan pada penelitian ini adalah data time series. Data time series

umumnya tidak stasioner karena mengandung unit root pada tingkat

Page 128: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

110

level. Uji stasioneritas ini dilakukan pada tingkat level dan first

difference dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) test.

Jika nilai ADF test lebih kecil dari nilai kritisnya, maka data tersebut

stasioner. Nilai kritis yang dipakai pada penelitian ini adalah 5 persen.

Tabel 4.1

Hasil Uji Stasioneritas Variabel dengan Metode ADF Test

Sumber: Data penelitian (diolah)

Hasil dari uji stasioner untuk kedelapan variabel ditampilkan dalam

tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa hanya terdapat satu variabel yang

stationer pada tingkatan level, yaitu variabel kredit UMKM (LN_CRD).

Untuk alasan tersebut, maka dilakukan uji integrasi pada first

difference. Pada tingkat first difference semua variabel telah stasioner,

yaitu variabel LN_SBI, LN_SBIS, PUAB, PUAS, IR, PLS, LN_CRD,

LN_PYD. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas ADF seluruh

variabel menunjukan nilai kurang dari α = 0,05, maka semua variabel

tidak terjadi unit root pada tingkat first difference.

Variabel

Uji Stasioneritas Variabel dengan Metode ADF Test

Level First Difference

Prob.

ADF

t-statistic

ADF p-value

Prob.

ADF

t-statistic

ADF p-value

LN_SBI 0.1516 -2.378061 -2.903566 0.0000 -5.480738 -2.903566

LN_SBIS 0.6291 -1.292013 -2.902953 0.0000 -7.044895 -2.903566

PUAB 0.3807 -1.793573 -2.904848 0.0000 -9.320558 -2.904198

PUAS 0.3027 -1.962056 -2.903566 0.0001 -11.88829 -2.903566

IR 0.0573 -2.847643 -2.906923 0.0130 -3.436565 -2.904848

PLS 0.7281 -1.056835 -2.904198 0.0001 -10.02000 -2.904198

LN_CRD 0.0001 -5.137631 -2.910860 0.0000 -9.664690 -2.903566

LN_PYD 0.6410 -1.265957 -2.902953 0.0000 -9.674371 -2.903566

Page 129: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

111

2. Pengujian Lag Optimum

Penetapan lag optimum bertujuan untuk menunjukan berapa lama

reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya serta menghilangkan

masalah autokorelasi dalam sebuah sistem VAR. Pengujian panjang lag

ditentukan berdasarkan kriteria Akaike Information Criterion (AIC) dan

Schwarz Criterion (SC) yang terkecil. Pada penelitian ini model VAR

diestimasi dengan tingkat lag yang berbeda-beda kemudian

dibandingkan nilai SC-nya. Nilai SC terkecil dipakai sebagai acuan

nilai lag optimal. Berdasarkan hasil pengujian lag optimum, model I

dan model II optimum pada lag ke-1

Tabel 4.2

Hasil Uji Lag Optimum

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ

Model I

0 514.5499 NA 2.24e-12 -15.47121 -15.33850 -15.41877

1 848.2807 616.8964 1.48e-16 -25.09942 -24.43588* -24.83722*

2 867.6857 33.51759* 1.34e-16* -25.20260* -24.00824 -24.73065

3 879.6765 19.25795 1.54e-16 -25.08110 -23.35592 -24.39940

Model II

0 414.2493 NA 4.69e-11 -12.43180 -12.29909 -12.37936

1 617.8562 376.3643 1.59e-13 -18.11686 -17.45332* -17.85466*

2 637.5372 33.99445 1.43e-13 -18.22840 -17.03404 -17.75645

3 654.9261 27.92765* 1.39e-13* -18.27049* -16.54531 -17.58879

Sumber: Data penelitian (diolah)

3. Uji Stabilitas VAR

Uji Stabilitas VAR digunakan untuk melihat kestabilan dari sistem

VAR. Apabila seluruh akar-akarnya memiliki modulus yang nilai

absolutnya lebih kecil dari satu dan terletak pada unit circlenya, maka

Page 130: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

112

model VAR tersebut stabil sehingga analisis IRF dan FEVD yang

dihasilkan dianggap valid. Dari hasil uji stabilitas VAR, dapat

disimpulkan bahwa sistem VAR bersifat stabil karena root yang diuji

memiliki kisaran kurang dari satu, yatu berkisar antara 0.588261 –

0.979824 pada model I dan berkisar antara 0.451872 – 0.939653 pada

model II.

Tabel 4.3

Hasil Uji Stabilitas sistem Vector Autoregression

Root Modulus

Model I

0.979824 0.979824 0.950267 - 0.015408i 0.950392 0.950267 + 0.015408i 0.950392

0.588261 0.588261

Model II

0.938481 - 0.046933i 0.939653 0.938481 + 0.046933i 0.939653

0.809362 0.809362 0.451872 0.451872

Sumber: Data penelitian (diolah)

4. Uji Kointegrasi (Johansen Cointegration Test)

Uji Kointegrasi dilakukan untuk menentukan apakah variabel-

variabel yang tidak stasioner pada level namun stasioner pada first

difference memiliki kointegrasi atau tidak. Uji Kointegrasi

mengimplikasikan bahwa dalam sistem persamaan tersebut terdapat

error correction model yang menggambarkan adanya dinamisasi jangka

pendek secara konsisten dengan hubungan jangka panjangnya.

Kointegrasi mempresentasikan hubungan keseimbangan jangka

panjang. Uji kointegrasi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

Page 131: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

113

Johansen dengan membandingkan trace statistic dengan nilai kritis

sebesar 5 persen. Jika nilai trace statistik lebih besar dibandingkan nilai

kritisnya maka terdapat kointegrasi dalam sistem persamaan tersebut

(Masyitha, 2012:51). Berikut ini adalah hasil uji kointegrasi Johansen

model I sebagai berikut:

Tabel 4.4

Hasil Uji Johansen Cointegration Test (Model I)

Hypothesized

No. of CE(s)

Trace

Statistic

0.05

Critical Value Prob.** Kesimpulan

None * 30.91844 47.85613 0.6709

Tidak Terkointegrasi

At most 1 15.96303 29.79707 0.7149 Tidak Terkointegrasi

At most 2 4.554940 15.49471 0.8541 Tidak Terkointegrasi

At most 3 0.967997 3.841466 0.3252 Tidak Terkointegrasi

Sumber: Data penelitian (diolah)

Pada tabel 4.4 menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan

kointegrasi pada model I. Hal ini dikarenakan nilai kritis lebih besar

dibandingkan nilai trace statistiknya. Sehingga untuk uji selanjutnya

tidak dapat lanjut untuk uji jangka panjang yaitu pada uji VECM,

namun hanya sampai uji VAR saja.

Berikut ini hasil uji kointegrasi Johansen model II sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Johansen Cointegration Test (Model II)

Hypothesized

No. of CE(s)

Trace

Statistic

0.05

Critical Value Prob.** Kesimpulan

None * 43.36117 47.85613 0.1240

Tidak Terkointegrasi

At most 1 25.92968 29.79707 0.1308 Tidak Terkointegrasi

At most 2 12.43969 15.49471 0.1370 Tidak Terkointegrasi

At most 3 1.934485 3.841466 0.1643 Tidak Terkointegrasi

Sumber: Data penelitian (diolah)

Page 132: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

114

Pada tabel 4.5 menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan

kointegrasi pada model II. Hal ini dikarenakan nilai kritis lebih besar

dibandingkan nilai trace statistiknya. Sehingga untuk uji selanjutnya

tidak dapat lanjut untuk uji jangka panjang yaitu pada uji VECM,

namun hanya sampai uji VAR saja.

Sehingga kesimpulan pada tabel 4.6 dari hasil uji kointegrasi

Johansen dari kedua model diatas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6

Rangkuman Hasil Uji Kointegrasi

Model Kesimpulan

I Tidak Terkointegrasi, Model VAR

II Tidak Terkointegrasi, Model VAR

Sumber: Data penelitian (diolah)

5. Uji Kausalitas Granger

Uji kausalitas dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan arah

hubungan jangka pendek antar variabel. Dalam pengujian Kausalitas

Granger, jika nilai probabilitasnya kurang dari lima persen, artinya

variabel tersebut mempunyai hubungan kausalitas.

Tabel 4.7

Hasil Uji Kausalitas Granger

Hipotesis Probability Kesimpulan

Model I

PUAB does not Granger Cause IR 0.0144 IR -> PUAB

Model II

LNSBIS does not Granger Cause LNPYD 0.0104 LNPYD -> LNSBIS

PUAS does not Granger Cause LNPYD 0.0411 LNPYD -> PUAS

Page 133: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

115

PLS does not Granger Cause LNPYD 0.0331 LNPYD -> PLS

LNSBIS does not Granger Cause PLS 0.0123 PLS -> LNSBIS

Sumber: Data penelitian (diolah)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui pada model I bahwa

variabel suku bunga kredit secara signifikan mempengaruhi variabel

kredit UMKM (Prob = 0.0144) tetapi variabel kredit UMKM tidak

signifikan mempengaruhi suku bunga kredit sehingga hanya terjadi

kausalitas searah antara variabel suku bunga kredit dan kredit UMKM.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui pada model II bahwa

variabel pembiayaan UMKM secara signifikan mempengaruhi variabel

SBIS (Prob = 0.0104) tetapi variabel SBIS tidak signifikan

mempengaruhi variabel pembiayaan UMKM sehingga hanya terjadi

kausalitas searah antara variabel SBIS dan pembiayaan UMKM.

Variabel pembiayaan UMKM secara signifikan mempengaruhi variabel

PUAS (Prob = 0.0411) tetapi variabel PUAS tidak signifikan

mempengaruhi variabel pembiayaan UMKM sehingga hanya terjadi

kausalitas searah antara variabel PUAS dan pembiayaan UMKM.

Variabel pembiayaan UMKM secara signifikan mempengaruhi

variabel PLS (Prob = 0.0331) tetapi variabel PLS tidak signifikan

mempengaruhi variabel pembiayaan UMKM sehingga hanya terjadi

kausalitas searah antara variabel PLS dan pembiayaan UMKM.

Variabel PLS secara signifikan mempengaruhi variabel SBIS (Prob =

0.0123) tetapi variabel SBIS tidak signifikan mempengaruhi variabel

Page 134: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

116

PLS sehingga hanya terjadi kausalitas searah antara variabel SBIS dan

PLS.

6. Estimasi VAR

Dari hasil uji kointegrasi sebelumnya terbukti bahwa tidak terdapat

kointegrasi pada model II. Untuk itu digunakanlah model VAR untuk

menganalisis responsivitas pembiayaan UMKM (PYD) terhadap

instrumen moneter syariah. Dengan analisis VAR dapat diketahui

hubungan jangka pendek saja antar variabel.

Tabel 4.8 menyajikan hasil estimasi dengan VAR. Uji-t dilakukan

pada level of significant (α = 5%) dengan nilai t-tabel 1.66757. Berikut

ini hasil dari estimasi VAR model I:

Tabel 4.8

Hasil Estimasi VAR (Model I)

LN_CRD t-tabel

LN_CRD(-1) 59.5817 1.66757

LN_SBI(-1) 0.82352 1.66757

PUAB(-1) -1.34966 1.66757

IR(-1) 1.08655 1.66757

Sumber: Data penelitian (diolah)

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa variabel kredit

UMKM memiliki pengaruh besar terhadap variabel itu sendiri. Dari

tabel tersebut terlihat bahwa dalam jangka pendek tidak ada variabel

instrumen moneter konvensional yang mempengaruhi kredit UMKM

LN_CRD(-1) LN_SBI(-1) PUAB(-1) IR(-1)

LN_CRD 59.5817 0.01293 0.66098 0.14263

t-tabel 1.66757 1.66757 1.66757 1.66757

Page 135: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

117

begitupun sebaliknya. Dikarenakan nilai t-statistik lebih kecil dari nilai

t-tabelnya.

Tabel 4.9 menyajikan hasil estimasi dengan VAR. Uji-t dilakukan

pada level of significant (α = 5%) dengan nilai t-tabel 1.66757. Berikut

ini hasil dari estimasi VAR model II:

Tabel 4.9

Hasil Estimasi VAR (Model II)

LN_PYD t-tabel

LN_PYD(-1) 23.8332 1.66757

LN_SBIS(-1) -0.82490 1.66757

PUAS(-1) -1.71241 1.66757

PLS(-1) 1.21573 1.66757

Sumber: Data penelitian (diolah)

Berdasarkan hasil uji estimasi VAR pada Model II dapat dijelaskan

bahwa variabel pembiayaan UMKM memiliki pengaruh besar terhadap

variabel itu sendiri. Dari tabel tersebut terlihat bahwa dalam jangka

pendek variabel PUAS memiliki pengaruh negatif terhadap pembiayaan

UMKM artinya adalah apabila imbal hasil PUAS meningkat 1% akan

menurunkan pembiayaan UMKM sebesar 1,71 persen. Hal sebaliknya

variabel pembiayaan UMKM tidak memiliki pengaruh terhadap

instrumen moneter syariah dikarenakan nilai t-statistik lebih kecil dari

nilai t-tabelnya.

LN_PYD(-1) LN_SBIS(-1) PUAS(-1) PLS(-1)

LN_PYD 23.8332 1.50827 0.40208 1.49483

t-tabel 1.66757 1.66757 1.66757 1.66757

Page 136: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

118

7. Impulse Response Function (IRF)

Analisis Impulse Response Function (IRF) melacak respon dari

variabel endogen di dalam sistem VAR karena adanya goncangan

(shocks) atau perubahan di dalam variabel gangguan. Jika gambar IRF

menunjukkan pergerakan yang semakin mendekati titik keseimbangan

(convergence) atau kembali ke keseimbangan sebelumnya bermakna

respon suatu variabel akibat suatu kejutan makin lama akan menghilang

sehingga kejutan tersebut tidak meninggalkan pengaruh permanen

terhadap variabel tersebut.

Hasil Impulse Response Function (IRF) untuk pengaruh insrumen

moneter syariah dan konvensional menyatakan bahwa jika hasil tersebut

mengalami tren negatif artinya adalah variabel tersebut mempengaruhi

penurunan penyaluran dana UMKM, sedangkan jika mengalami tren

positif artinya adalah variabel tersebut mempengaruhi kenaikkan

penyaluran dana UMKM.

Page 137: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

119

Gambar 4.9

Hasil Impulse Response Function (Model I)

Sumber: Data penelitian (diolah)

Hasil uji IRF pada variabel-variabel dalam Model I adalah sebagai

berikut:

a) Variabel SBI pada awal periode belum direspon oleh kredit

UMKM. Pada periode ke-2 hingga periode ke-72 variabel SBI

menunjukkan tren positif.

b) Variabel PUAB pada awal periode belum direspon oleh kredit

UMKM. Pada periode ke-2 hingga periode ke-72 variabel PUAB

menunjukkan tren negatif.

c) Variabel IR pada awal periode belum direspon oleh kredit UMKM.

Pada periode ke-2 hingga periode ke-72 variabel IR menunjukkan

tren positif.

Page 138: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

120

Gambar 4.10

Hasil Impulse Response Function (Model II)

Sumber: Data peneitian (diolah)

Hasil uji IRF pada variabel-variabel dalam Model II adalah sebagai

berikut:

a) Variabel SBIS pada awal periode belum direspon oleh pembiayaan

UMKM. Pada periode ke-2 hingga periode ke-66 variabel SBIS

menunjukkan tren negatif, tetapi pada periode ke-67 hingga periode

ke-72 variabel SBIS menunjukkan tren positif.

b) Variabel PUAS pada awal periode belum direspon oleh

pembiayaan UMKM. Pada periode ke-2 hingga periode ke-31

variabel PUAS menunjukkan tren negatif, tetapi pada periode ke-

32 hingga periode ke-72 variabel PUAS menunjukkan tren positif.

c) Variabel PLS pada awal periode belum direspon oleh pembiayaan

UMKM. Pada periode ke-2 hingga periode ke-65 variabel PLS

Page 139: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

121

menunjukkan tren positif, tetapi pada periode ke-66 hingga periode

ke-72 variabel PLS menunjukkan tren negatif.

8. Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)

Variance Decomposition (FEVD) bermanfaat untuk menjelaskan

kontribusi dari masing-masing variabel terhadap shock yang

ditimbulkannya terhadap variabel endogen utama yang diamati. FEVD

memiliki tujuan untuk menjelaskan seberapa besar persentase

kontribusi masing-masing guncangan (shock) dalam variabel yang

mempengaruhi kredit dan pembiayaan UMKM di Indonesia. Dapat kita

lihat pada tabel dibawah ini merupakan tabel yang menggambarkan

variance decomposition periode Januari 2011 sampai dengan Desember

2016. Berikut adalah hasil variance decomposition pada model I:

Gambar 4.11

Hasil Variance Decomposition (FEVD) Penyumbang Kredit UMKM

(CRD) Model I

Page 140: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

122

Sumber: Data penelitian (diolah)

Berdasarkan hasil Variance Decomposition (FEVD) pada model I

yang ditunjukkan diatas, dapat diidentifikasi seberapa besar pengaruh

variabel penelitian terhadap kredit UMKM. Pada periode pertama,

variabel kredit UMKM secara signifikan dipengaruhi oleh variabel

kredit itu sendiri sebesar 100 persen. Kontribusi variabel lain mulai

berpengaruh terhadap penyaluran kredit UMKM memasuki periode

kedua dengan persentase untuk SBI sebesar 0,19 persen, PUAB sebesar

0,69 persen, dan suku bunga kredit sebesar 0,12 persen. Memasuki

periode ke-72 (tahun ke-6), kontribusi masing-masing variabel

mengalami perubahan terhadap penyaluran kredit UMKM. Pengaruh

kredit UMKM terhadap penyaluran kredit itu sendiri menurun hingga

menjadi sebesar 84,51 persen. Lalu diikuti variabel SBI yang meningkat

menjadi 10,06 persen, PUAB menjadi 4,06 persen, dan suku bunga

kredit menjadi 1,35 persen. Hal ini juga meberikan kesimpulan bahwa

variabel-variabel konvensional memberikan sumbangan pada variabel

kredit UMKM sebesar 15,47 persen. Berikut adalah hasil variance

decomposition pada model II:

Page 141: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

123

Gambar 4.12

Hasil Variance Decomposition (FEVD) Penyumbang Pembiayaan

UMKM (PYD) Model II

Sumber: Data penelitian (diolah)

Berdasarkan hasil Variance Decomposition (FEVD) pada model II

yang ditunjukkan diatas, dapat diidentifikasi seberapa besar pengaruh

variabel penelitian terhadap pembiayaan UMKM. Pada periode

pertama, variabel pembiayaan UMKM secara signifikan dipengaruhi

oleh variabel pembiayaan itu sendiri sebesar 100 persen. Kontribusi

variabel lain mulai berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan

UMKM memasuki periode kedua dengan persentase untuk SBIS

sebesar 0,12 persen, PUAS sebesar 1,01 persen, dan PLS sebesar 0,81

persen. Memasuki periode ke-72 (tahun ke-6), kontribusi masing-

masing variabel mengalami perubahan terhadap penyaluran pembiayaan

UMKM. Pengaruh pembiayaan UMKM terhadap penyaluran

pembiayaan itu sendiri menurun hingga menjadi sebesar 30,56 persen.

Page 142: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

124

Variabel SBIS mengalami peningkatan menjadi sebesar 51,47 persen,

PUAS menjadi sebesar 7,03 persen, dan PLS menjadi sebesar 6,73

persen. Hal ini juga meberikan kesimpulan bahwa variabel-variabel

syariah memberikan sumbangan pada variabel pembiayaan UMKM

sebesar 69,43 persen.

C. Analisis Penelitian

Pada penelitian kali ini akan melakukan pembahasan mengenai

perbandingan instrumen moneter syariah dan konvensional terhadap

penyaluran dana ke sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di

Indonesia. Berdasarkan hasil uji IRF, respon kredit UMKM terhadap

guncangan suku bunga kredit (IR) pada periode ke-2 hingga ke-72 adalah

positif karena pada periode tersebut suku bunga kredit cenderung mengalami

penurunan sesuai dengan teori dimana semakin turun tingkat suku bunga

kredit maka semakin meningkat jumlah penyaluran kredit yang disalurkan

sehingga penempatan dana pada penyaluran kredit UMKM mengalami

peningkatan.

Respon kredit UMKM terhadap guncangan SBI pada periode ke-2 hingga

ke-72 adalah positif karena pada periode tersebut penempatan dana pada

variabel SBI cenderung mengalami penurunan sehingga penempatan dana

pada penyaluran kredit UMKM mengalami peningkatan. Begitu pula dengan

respon kredit UMKM terhadap guncangan suku bunga PUAB pada periode

ke-2 hingga ke-72 adalah negatif karena pada periode tersebut suku bunga

Page 143: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

125

PUAB cenderung mengalami penurunan sehingga bank lebih tertarik

menempatkan dana likuiditasnya pada instrumen PUAB sehingga porsi

penyaluran kredit mengalami penurunan. Hasil uji IRF pada guncangan

PUAB ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukmana dan Kassim

(2010) bahwa suku bunga overnight di pasar uang antarbank sebagai

indikator kebijakan moneter direspon negatif oleh deposito Islam,

menyiratkan bahwa ketika terjadi kebijakan suku bunga tinggi, maka akan

diikuti oleh penurunan deposito Islam.

Respon pembiayaan UMKM terhadap guncangan Profit Loss Sharing

(PLS) pada periode ke-2 hingga ke-65 adalah positif karena pada periode

tersebut PLS cenderung mengalami peningkatan sehingga semakin besar

keuntungan yang akan diperoleh bank yang akan berdampak pada

penempatan dana pada penyaluran pembiayaan UMKM mengalami

peningkatan. Tetapi pada periode ke-66 hingga ke-72 respon pembiayaan

terhadap guncangan PLS adalah negatif karena pada periode tersebut PLS

cenderung mengalami penurunan sehingga keuntungan yang diperoleh bank

mengalami penurunan yang akan berdampak pada penempatan dana pada

penyaluran pembiayaan UMKM mengalami penurunan.

Respon pembiayaan UMKM terhadap guncangan SBIS pada periode

ke-2 hingga ke-66 adalah negatif karena pada periode tersebut penempatan

dana pada variabel SBIS cenderung mengalami peningkatan sehingga

penempatan dana pada penyaluran pembiayaan UMKM mengalami

penurunan. Tetapi pada periode ke-67 hingga ke-72 respon pembiayaan

Page 144: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

126

UMKM terhadap guncangan SBIS adalah positif karena pada periode tersebut

penempatan dana pada variabel SBIS cenderung mengalami penurunan

sehingga penempatan dana pada penyaluran pembiayaan UMKM mengalami

peningkatan. Hasil pengujian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rusyidiana (2009) bahwa terdapat hubungan negatif antara SBI dengan

pembiayaan syariah dan SWBI dengan pembiayaan syariah dimana semakin

tinggi tingkat SWBI dan SBI akan menyebabkan penurunan pembiayaan

syariah dan sebaliknya.

Respon pembiayaan UMKM terhadap gunncangan imbal hasil PUAS

pada periode ke-2 hingga ke-31 adalah negatif karena pada periode tersebut

imbal hasil PUAS cenderung mengalami peningkatan sehingga semakin besar

penempatan dana pada instrumen PUAS dan akan mengurangi porsi

penempatan dana pada pembiayaan UMKM. Tetapi pada periode ke-32

hingga ke-72 respon pembiayaan UMKM terhadap guncangan imbal hasil

PUAS adalah positif karena pada periode tersebut imbal hasil PUAS

cenderung mengalami penurunan sehingga semakin kecil penempatan dana

pada instrumen PUAS semakin besar porsi penempatan dana pada

pembiayaan UMKM.

Berdasarkan estimasi pengujian FEVD, variabel-variabel syariah

memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap pembiayaan UMKM pada

perbankan syariah sebesar 69,43 persen dibandingkan dengan variabel-

variabel konvensional terhadap kredit UMKM pada perbankan konvensional

yang hanya sebesar 15,47 persen. Selain itu, instrumen SBIS dari jalur

Page 145: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

127

perbankan syariah memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan

instrumen SBI dari jalur perbankan konvensional. Hal ini dikarenakan

pembiayaan UMKM dari perbankan syariah mendapatkan pengaruh langsung

dari SBIS sebagai salah satu instrumen moneter syariah pada saat transmisi

moneter. Hal ini mengindikasikan bahwa peran SBI yang semakin tidak

efektif dalam transmisi moneter melalui jalur kredit dan peran SBIS yang

semakin signifikan dalam transmisi moneter melalui jalur pembiayaan.

Page 146: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

128

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada bab

IV, maka pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil estimasi VAR pada model I dapat disimpulkan

bahwa variabel kredit UMKM memiliki pengaruh besar terhadap

variabel itu sendiri. Dari tabel tersebut terlihat bahwa dalam jangka

pendek tidak ada variabel instrumen moneter konvensional yang

mempengaruhi kredit UMKM begitupun sebaliknya. Dikarenakan nilai

t-statistik lebih kecil dari nilai t-tabelnya.

2. Berdasarkan hasil estimasi VAR pada model II dapat disimpulkan

bahwa dalam jangka pendek variabel PUAS memiliki pengaruh negatif

terhadap pembiayaan UMKM artinya adalah apabila imbal hasil PUAS

meningkat 1% akan menurunkan pembiayaan UMKM sebesar 1,71

persen. Hal sebaliknya variabel pembiayaan UMKM tidak memiliki

pengaruh terhadap instrumen moneter syariah dikarenakan nilai t-

statistik lebih kecil dari nilai t-tabelnya.

3. Berdasarkan hasil uji Impulse Response Function (IRF) pada pengaruh

instrumen moneter syariah dan konvensional terhadap penyaluran dana

ke sektor UMKM pada model I dan model II adalah sebagai berikut:

Page 147: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

129

a) Pada periode ke-2 hingga periode ke-72 kejutan SBI menunjukkan

tren positif yang berarti variabel SBI mempengaruhi kenaikkan

kredit UMKM.

b) Pada periode ke-2 hingga periode ke-72 kejutan PUAB

menunjukkan tren negatif yang berarti variabel PUAB

mempengaruhi penurunan kredit UMKM.

c) Pada periode ke-2 hingga periode ke-72 kejutan IR menunjukkan

tren positif yang berarti variabel IR mempengaruhi kenaikkan

kredit UMKM.

d) Pada periode ke-2 hingga periode ke-66 kejutan SBIS

menunjukkan tren negatif yang berarti variabel SBIS

mempengaruhi penuruan pembiayaan UMKM. Tetapi pada periode

ke-67 hingga periode ke-72 kejutan SBIS menunjukkan tren positif

yang berarti variabel SBIS mempengaruhi kenaikkan pembiayaan

UMKM.

e) Pada periode ke-2 hingga periode ke-31 kejutan PUAS

menunjukkan tren negatif yang berarti variabel PUAS

mempengaruhi penurunan pembiayaan UMKM. Tetapi pada

periode ke-32 hingga periode ke-72 kejutan PUAS menunjukkan

tren positif yang berarti variabel PUAS mempengaruhi kenaikkan

pembiayaan UMKM.

f) Pada periode ke-2 hingga periode ke-65 kejutan PLS menunjukkan

tren positif yang berarti variabel PLS mempengaruhi kenaikkan

Page 148: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

130

pembiayaan UMKM. Tetapi pada periode ke 66 hingga periode ke-

72 kejutan PLS menunjukkan tren negatif yang berarti variabel

PLS mempengaruhi penurunan pembiayaan UMKM.

4. Berdasarkan hasil uji FEVD pada model I dapat disimpulkan bahwa

variabel-variabel konvensional meliputi SBI 10,06 persen, PUAB 4,06

persen, dan IR 1,35 persen yang memberikan sumbangan terhadap

kredit UMKM sebesar 15,47 persen. Sedangkan dalam hasil uji FEVD

model II dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel syariah meliputi

SBIS 51,47 persen, PUAS 7,03 persen, dan PLS 10,93 persen yang

memberikan sumbangan terhadap pembiayaan UMKM sebesar 69,43

persen. Sehingga dapat dikatakan berdasarkan hasil uji FEVD, bahwa

variabel-variabel syariah memberikan pengaruh yang lebih besar

terhadap pembiayaan UMKM pada perbankan syariah dibandingkan

dengan variabel-variabel konvensional terhadap kredit UMKM pada

perbankan konvensional. Selain itu, instrumen SBIS dari jalur

perbankan syariah memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan

dengan instrumen SBI dari jalur perbankan konvensional. Hal ini

mengindikasikan bahwa peran SBI yang semakin tidak efektif dalam

transmisi moneter melalui jalur kredit dan peran SBIS yang semakin

signifikan dalam transmisi moneter melalui jalur pembiayaan.

Page 149: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

131

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis sampaikan hal-hal sebagai

berikut:

1. Peran SBIS yang semakin signifikan melalui jalur pembiayaan

perbankan syariah mengindikasikan kinerja instrumen moneter syariah

semakin baik. Untuk lebih mengefektifkan SBIS sebagai instrumen

moneter syariah yang mampu mendorong bertumbuhnya sektor riil,

perbankan syariah kedepannya harus mengoptimalkan intermediasi ke

sektor UMKM sehingga mampu memberikan dampak yang positif

terhadap sektor UMKM.

2. Transmisi kebijakan moneter lewat jalur kredit perbankan konvensional

berjalan kurang optimal terlihat dari hasil FEVD yang menunjukan

pengaruh instrumen moneter SBI yang tidak terlalu besar. Untuk itu,

otoritas moneter harus ikut berpartisipasi mendorong penyaluran dana

perbankan ke sektor UMKM mengingat potensi sektor UMKM yang

masih sangat besar bagi perekonomian Indonesia.

Page 150: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

132

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Ridho Alfin. “Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah

(SBIS), Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar, Inflasi, dan IHSG terhadap

Jakarta Islamic Index (JII)”. Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah,

2014.

Algound, Latifa M dan Mervyn K. Lewis. “Perbankan Syariah”. Cetakan Ke-1.

Jakarta: Serambi, 2004.

Andari, Yuni dan Ike Yuli Andjani. “Analisis Pengaruh Suku Bunga Pasar Uang

Antar Bank Terhadap Kredit Bank di Indonesia”. Sekolah Vokasi

Universitas Gadjah Mada (UGM), 2015.

Ascarya. “Buletin Ekonomi dan Perbankan: Alur Transmisi dan Efektifitas

Kebijakan Moneter Ganda di Indonesia”. Jakarta: Bank Indonesia, 2012.

Ascarya. “Instrumen-Instrumen Pengendalian Moneter: Seri Kebanksentralan”.

Jakarta: Bank Indonesia, 2005.

Awawin, Mirsad. “Analisis Pengaruh Instrumen Moneter Syariah dan

Konvensional Terhadap Penyaluran Dana ke Sektor Properti di Indonesia”.

Bogor: Skripsi Institut Pertanian Bogor, 2014.

Ayuniyyah, Qurroh. “Analisis Pengaruh Instrumen Moneter Syariah dan

Konvensional Terhadap Pertumbuhan Sektor Riil di Indonesia”. Bogor:

Skripsi Institut Pertanian Bogor, 2010.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2004. Islamic Micro Macro Economics. Module 1,

Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2005. Sinlammim Kode Tuhan. Esa Alam, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2006. Jejak Islam Yang Hilang. Sinlammim, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2008. Analisis Pemodelan Sukuk Indonesia Malaysia

Dengan System Dynamics. Disertasi, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. January-April 2008. Comparative Study of Islamic

Bonds in Indonesia and Malaysia on System Dynamics Approach. Jurnal

Ekonomi Kemasyarakatan Equilibirium, Vol,5, No. 2 Jakarta.

http://www.stiead.ac.id.

Page 151: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

133

Aziz, Roikhan Mochamad. August 2008. Kaffah Approach In Islamic Economics

Theory. Journal. University Islamic Indonesia (UII), Jogjakarta, Indonesia.

Aziz, Roikhan Mochamad. August 2008. Holistic Thinking To Develop Islamic

Bonds In Indonesia. Proceeding. IAEI – University Airlangga (Unair),

Surabaya, Indonesia.

Aziz, Roikhan Mochamad. September 2008. Sukuk Dynamics In System Thinking.

School Of Business (SBM), Institute Technology Bandung (ITB), Bandung,

Indonesia.

Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Application Of Mathematics In

Information System Based On Al-Quran. Working Paper, Studium General,

State Islamic University (UIN) Jakarta, Indonesia.

Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Assimilation of Sinlammim Into

System Thinking In The Quantitative Method With Modeling On Sukuk As

Islamic Economic Instrument. Proceeding. University of Malahayati,

Lampung, Indonesia.

Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Future of Sukuk Between Malaysia

and Indonesia Based on System Thinking. Proceeding. Monash University,

Sunway Campus, Malaysia.

Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Mistery of Digital Root Based On

Sinlammim Method. Proceeding. Institut Teknologi Bandung (ITB).

Bandung, Indonesia.

Aziz, Roikhan Mochamad. October 2008. The Root Of Mathematics And Science

Is level Compared With Religious Thinking. Proceeding. State Islamic

University (UIN) Jakarta, Indonesia.

Aziz, Roikhan Mochamad. November 2008. The Sukuk Competition Between

Indonesia and Malaysia With System Dynamics. Proceeding. University

Malaysia Sabah, Labuan, Malaysia.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Kaffah Thinking on Sinlammim Method Through

Digital Root. Proceeding, ISOIT International Seminar on Islamic Thought,

UKM, Bangi, Malaysia.

Page 152: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

134

Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Education on Root Of Islam. Proceeding,

International Seminar On Islamic Education. UNJ, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Pasar Modal Syariah. Modul Kuliah, Fakultas

Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Moneter Syariah. Modul Kuliah, Fakultas

Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Perekonomian Indonesia. Modul Kuliah,

Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. Ekonomi Makromikro Syariah. Modul Kuliah,

Pasca Sarjana, Institut Agama Islam Negeri Raden Intan, Lampung.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2009. New Paradigm on Sinlammim Kaffah In Islamic

Economics. Jurnal Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. March 2009. The Application of Kaffah Economics on

Sukuk As Islamic Economic Instrument In OIC Countries. IRTI-IDB, IIUM,

Kuala Lumpur, Malaysia.

Aziz, Roikhan Mochamad. April 2009. Pemodelan Institusi Keuangan Islam

Berbasis Metode Sinlammim Kaffah (Studi Kelayakan Pada Bofsa), UII,

Jogjakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. August 2009. Islamic Principle and Financial Aspect

in Sukuk on Asset Becked securities. IALE Hukumonline.com, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. October 2009. Kaffah Thinking on Sinlammim Method

Through Digital Root. Proceeding, UKM Malaysia.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Ekonomi Makro Islam Tuga Dimensi. Modul

Kuliah, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Modul

Kuliah, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta.

Page 153: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

135

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Islamic Civilization Versus western System.

Proceeding. International Conference on Islamic Civilization. Kahorem

Pakistam.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Ekonomi Moneter Tiga Dimensi. Modul Kuliah,

Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Perbankan Syariah. Modul Kuliah, Fakultas

Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Ekonomi Islam Tiga Dimensi. Modul Kuliah,

Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,

Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. The Prospect Of Islamic Revival In Indonesia

2015 Based on Development of Sukuk The Sukuk Through Sinlammim

Kaffah Method. Approved Paper For Seminar Sharia Economics Days

(Second), UI, Depok.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. New Paradigm in On Sinlammim Kaffah In

Islamic Economics. Jurnal Signifikan, Vol. 9, No.2, Mei-Agustus, Jakarta.

http://www.uinjkt.ac.id.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Academic Literature, Haji Finance

Management, Ministerial of Religious, Affair. Directorate General of Haji,

Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2010. Education on Root of Islam. Proceeding

International Seminar Islam's Contribution in Education to Empower

Human Resources.

Aziz, Roikhan Mochamad. April 2010. The prospect of IslamicRevival in

Indonesia 2015 Based on Development of Sukuk The Skuk Through

Sinlamim Kaffaf Method. Approved Paper For Seminar Sharia Economics

Days (Second), UI, Depok.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2011. New Paradigm on System Thinking. Jurnal

Ekonotika. Fakultas Ekonomi Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi Studi

Pembangunan (IESP), Jakarta.

Page 154: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

136

Aziz, Roikhan Mochamad. 2011. Draft regulation Act of Haji Finance

Management, Ministerial of Religious, Affair. Directorate General of Haji,

Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Sinlamim: Kode Tuhan, Esa Alam, Jakarta.

Http://www.tokogunungagung.co.id.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Information System on Islam. Book Of MIS

Project Vol 1, Vol 2, Vol 3, Vol 4, Computer Comunication Information

Techonology, Faculty of Techniquem University of Indonesia, Depok.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Five Pillars of Economy, Economy Development

In Islamic Perspective. Book of Journal, Development Studdies, Fauculty

Economics Bussiniess, State Islamic University. Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Islamic Economic. Book of Article, University

Of Islam Riau (UIR).

Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. Keterkaitan Indikator Moneter Syariah

Terhadap Pendapatan Domestik Bruto. Jurnal Signifikan Vol. 1 No. 1.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2012. New Paradigm on Islamic Kafah in Islamic

Economics. Jurnal Signifikan Vol. 1 No. 2.

Aziz, Roikhan Mochamad. April 2012. Islamic Micro Economy. Book of Article,

IESP Program FEB, UIN Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. May 2012. Macro Economy in Islam. Book of Article

Accounting Program FEB, UIN Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. June 2012. Islamic Economic. Book of Article,

University of Islam Riau (UIR).

Azis, Roikhan Mochamad. Oktober 2012. Five Pillars of Economy. Economy

Press. Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. November 2012. Information System on Islam. Book

Of MIS Project Vol 1, Vol 2, Vol 3, Vol 4, Computer Communication

Information Technology, Faculty Of Techniquem University Of Indonesia,

Depok.

Page 155: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

137

Aziz, Roikhan Mochamad. 2013. Pemodalan Lembaga Keuangan Syariah Non

Bank Dengan Metode Islam. Jurnal Ekonomi Umat. Vol 7 No.2, Jakarta.

http://www.uhamka.ac.id.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2013. Islamic Monetary Based On Method. Book of

Journal. Islamic Monetary Program State Islamic University, Faculty of

Economics Bussiness.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2013. The Simulation of Islamic Economic Instrument

as Sukuk. Jurnal Nalar Fiqh Vol. 8 No. 2.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2013. Determinan Tabungan Mudharabah di

Indonesia. Jurnal Signifikan Vol. 2 No. 2. Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. Januari 2013. Islamic Monetary Based On Method.

Book of Islam. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. UIN

Press, Jakarta.

Azis, Roikhan Mochamad. Januari – April 2013. Pemodelan Lembaga Keuangan

Syariah Non Bank Dengan Metode Islam. Jurnal Ekonomi Umat. Vol 7

No.2, Jakarta http://www.uhamka.ac.id.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2014. Integrasi Ilmu Ekonomi Islam: Pendekatan

Filosofis dan Simbolik. Integrasi Keilmuan. UIN Press, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2014. Dida dan Kada dalam Bahasa, Agama, serta

Keragaman Budaya. Dialektika, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 1 No. 1.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2014. Economic is Universal Compliance. The 1st

International Conference on Thoughts on Human Science in Islam (IC-

ThuSI) Sadra International Institute & STFI Sadra Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2014. Islamic Physics. Proceeding of Islam, Science,

and Civilization UIN Walisongo dan Universitas Teknologi Malaysia.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2014. Peran Kata Ganti Dalam Membangun Karakter

Generasi Muda. Prosiding Seminar Nasional STKIP Siliwangi Bandung.

Page 156: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

138

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Bahan Ajar (Diktat) Mata Kuliah: Investasi

Pasar Modal Syariah. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

UIN Press, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Bahan Ajar (Diktat) Mata Kuliah: Ekonomi

Makro Mikro Dalam Prespektif Islam. Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah. UIN Press, Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Teori H dalam Islam Sebagai Wahyu dan

Turats. Jurnal UIN Syarif Hidayatullah.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Schumpeter Thought and Islamic Worldview.

Proceedings of International Seminar on Islamic Economics FEB UIN

Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Hahslm Islamic Economic Methodology.

Proceeding ICOSEC: Developing Countries Readiness Toward Global

Universitas Negri Solo, Surakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. The Influence of Household's Income, Price and

Religiosity Towards Consumption of Halal Product. Proceeding of Call For

Paper And International Seminar on Thoughts of Schumpeter and Islamic

Economics Jakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Hahslm Psychology in Family System. Book of

Abstract International Conference on Islamic Psychology (ICONYPSY).

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Rumus Tuhan Hahslm Dalam Ekonomi. Buku

Program Seminar Nasional Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2015. Peer Review of Teaching as an Integral Part of

The Programme Accreditation Self Evaluation in FEB SIU Jakarta.

International Collaborative Research antara FEB UIN Jakarta dengan

University of Graz (Austria), University of Applied Sciences Wurzburg-

Schweinfurt (Jerman), dan University of Rhein Waal (Jerman).

Aziz, Roikhan Mochamad. Agustus 2015. Rumus Tuhan Hahslm Dalam Berpikir

Menyeluruh Sebagai Metedologi Ekonomi Islam. Procedding ICIEF15:

Strengthning Islamic Economics and Financial Institution for Financial

Institution for the Welfare of Ummah. Universitas Mataram, Lombok.

Page 157: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

139

Aziz, Roikhan Mochamad. September 2015. Hahslm Islamic Economics

Methodology. Proceeding ICOSEC: Developing Countries Readiness

Toward Global Universitas Negeri Solo, Surakarta.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2016. Teori H Sebagai Wahyu Dan Turats Dalam

Islam. Jurnal Ushuluddin Vol 24 No 1. Universitas Islam Negeri Riau.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2016. Gold Pawn in Indonesian Islamic Banks and

Pawnshop for Asset Growth of Islamic Pawnshop. The 3rd

Sebelas Maret

International Conference on Business, Economics and Social Science Solo.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2016. Factors of Internal, External And Religiosity To

Influence Lecture Performance By Peer Review Teaching on HAHSLM

Approach. The 3rd International Conference on Socio-Cultural Relationship

and Education Pedagogy Learning Science Bali.

Aziz, Roikhan Mochamad. 2016. Bazis Scholarship Funds And Student

Achievement. Jurnal Shirkah Vol. 1 No. 2.

Chapra, Umar. “Sistem Moneter Islam”. Jakarta: Gema Insani, 2000.

Edward, Deddy. “Ciri-Ciri Usaha UMKM: Pengertian dan Ciri-Ciri UMKM”,

artikel diakses tanggal 8 Desember 2016, dari http://usaha-

umkm.blog.com/2008/8/?page=4

Fauziah, Farah. “Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Konvensional

dan Syariah Melalui Jalur Harga Aset Terhadap Inflasi di Indonesia

Periode 2011-2014”. Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2015.

Kasmir. “Pemasaran Bank”. Edisi Revisi. Jakarta: Prenada Media Group, 2008.

Kobayashi, Teruyoshi. “Incomplete Monetary Pass-Through and Optimal

Monetary Policy”. International Journal of Central Banking Vol. 4 No. 3

September 2008.

Meydianawathi, L. H. “Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada

Sektor UMKM di Indonesia (2002-2006)”. Buletin Studi Ekonomi, Volume

12 Nomor 2, 2007.

Muhammad. “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”. Yogyakarta: AMP YKPN,

2005.

Muhammad. “Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank

Syariah”. Yogyakarta: UII Press, 2004.

Page 158: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

140

Muslim, Fauzal. “Analisis Transmisi Kebijakan Moneter (Credit Chanelling)

Terhadap Posisi Kredit Investasi di Indonesia Periode 2001:1 – 2007:6”.

Bandung: Skripsi Universitas Padjajaran, 2008.

Mustafidan, Rafikha Rustianah. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Likuiditas

Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2007-2012”. Yogyakarta:

Skripsi UIN Sunan Klijaga, 2013.

Nasaruddin, Indoyama. “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi

Hasil, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Terhadap Pembiayaan Pada Bank

Syariah di Indonesia (Studi Kasus Pada PT Bank Syariah Mandiri)”.

Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, 2009.

Nasution, Mustofa Edwin dan Ranti Wiliasih. “Profit Sharing dan Moral Hazzard

dalam Penyaluran Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah di Indonesia”.

Jurnal Ekonomi Pembangunan Indonesia Vol. VIII No. 2 Januari, 2007.

Nisaputra, Rezkiana. “Kredit UMKM: Beyond Banking & Money Business”,

artikel diakses tanggal 4 Desember 2016, dari www.infobanknews.com

Priambodo, Fajar Bayu. “Pengaruh Jumlah Simpanan dan Tingkat Bunga Kredit

Terhadap Penyaluran Kredit Bank Pembangunan Daerah Kalimantan

Timur”. Portalgaruda.org, Volume 1 No. 1, 2012.

Putri, Maulida Cahyaning. “Pengaruh Instrumen Moneter Syariah dan Non

Syariah Terhadap Total Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia”.

Jember: Skripsi Universitas Jember, 2013.

Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. “Pengantar Ilmu Ekonomi:

Makroekonomi dan Mikroekonomi”. Jakarta: FEUI, 2008.

Ramadhan, Masyitha Mutiara. “Analisis Pengaruh Instrumen Moneter Syariah

dan Konvensional Terhadap Penyaluran Dana ke Sektor Usaha Mikro Kecil

dan Menengah (UMKM) di Indonesia”. Jurnal al-Muzaki‟ah, Vol I, No. 2,

2013.

Rusydiana, Aam Slamet. “Mekanisme Transmisi Syariah Pada Sistem Moneter

Ganda di Indonesia”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 11

No. 4, 2009.

Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”. Jakarta: LPFE-UI, 2004.

Sukmana, Raditya dan Salina H. Kassim. “Roles Of The Islamic Banks In The

Monetary Transmission Process In Malaysia”. International Journal of

Islamic and Middle Eastern Finance and Management, Vol. 3 No. 1, 2010.

Sulhan, Muhammad. “Manajemen Bank: Konvensional dan Syariah”. Malang:

UIN-Malang Press, 2008.

Page 159: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

141

Suryapraja, Dadan. “Bank Syariah Bukan Bank Murabahah”, artikel diakses

tanggal tanggal 5 Desember 2016, dari www.republikaonline.com

Syafi‟i, Muhammad Antonio. “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”. Jakarta:

Gema Insani, 2001.

Utami, Dyah. “Pengaruh SIBOR, SBI, KURS Terhadap Suku Bunga Pasar Uang

Antar Bank Periode Tahun 2000 Q.1 sampai 2009 Q.14”. Semarang: Skripsi

Universitas Negeri Semarang, 2011.

Van Leuvensteijn, Michael et al. “Impact of Bank Competition On The Interest

Rate Pass-Through In The Euro Area”. ECB Working Paper Series No.

885, 2008.

Warjiyo, Perry. “Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia”. Jakarta:

Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, 2004.

Wirdianingsih, dkk. “Bank dan Asuransi Islam di Indonesia”. Jakarta: Kencana,

2005.

Website:

www.bi.go.id

www.ojk.go.id

http://roikhanma.wordpress.com

http://roikhanmochamadaziz.wordpress.com

Page 160: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

142

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Data dari Variabel-Variabel yang digunakan

Bulan SBI SBIS PUAB PUAS IR PLS CRD PYD

Jan-11 195394 3296 6,03% 6,14% 12,45% 13,96% 360665 52519

Feb-11 194635 3326 6,10% 6,24% 12,44% 14,01% 367617 52411

Mar-11 230148 3376 6,14% 6,25% 11,69% 14,43% 391757 54641

Apr-11 230071 3701 6,31% 5,25% 11,81% 14,15% 392400 56085

Mei-11 197871 3271 6,24% 6,24% 11,79% 14,33% 405171 57913

Jun-11 185946 3042 6,17% 6,05% 11,77% 14,41% 417619 60695

Jul-11 181996 1604 5,82% 5,62% 12,29% 14,23% 419417 61962

Agst-11 171228 1819 5,88% 6,16% 12,22% 14,18% 428535 64925

Sep-11 149228 1989 5,31% 5,75% 12,11% 13,81% 435999 66517

Okt-11 143069 2574 5,05% 5,25% 12,09% 13,75% 439849 68840

Nov-11 138010 3144 4,53% 5,10% 12,00% 13,48% 445505 69197

Des-11 119777 3476 4,55% 5,08% 11,98% 13,64% 458163 71810

Jan-12 106355 3799 4,02% 4,25% 12,16% 13,76% 421458 72524

Feb-12 99074 3806 3,76% 3,96% 12,04% 13,59% 448825 73392

Mar-12 94497 3567 3,77% 4,13% 12,02% 13,80% 458311 76941

Apr-12 95497 3155 3,76% 4,09% 11,87% 13,82% 468141 75339

Mei-12 95664 3160 3,93% 4,09% 11,79% 13,81% 482899 78120

Jun-12 89734 3155 4,06% 4,74% 11,80% 13,65% 506195 81218

Jul-12 82178 2662 4,06% 4,17% 11,79% 13,70% 505406 83471

Agst-12 81477 2372 4,09% 4,30% 11,74% 13,80% 487917 76304

Sep-12 68188 2495 4,11% 4,43% 11,71% 13,93% 486251 80456

Okt-12 69560 2382 4,19% 4,70% 11,69% 13,68% 497045 83092

Nov-12 75805 2763 4,15% 4,33% 11,62% 13,70% 516304 86218

Des-12 78873 3455 4,45% 4,42% 11,50% 13,44% 526397 90860

Jan-13 84272 3970 4,18% 4,51% 11,50% 13,54% 506793 92672

Feb-13 88070 4595 4,20% 4,23% 11,46% 13,45% 514518 96493

Mar-13 91999 4855 4,25% 4,28% 11,45% 13,13% 529452 100793

Apr-13 95379 4958 4,16% 4,29% 11,45% 12,97% 543033 102206

Mei-13 94729 5048 4,17% 4,14% 11,47% 12,52% 558532 103489

Jun-13 81920 4623 4,60% 5,01% 11,42% 12,32% 583741 103816

Jul-13 74101 4423 4,89% 5,38% 11,68% 14,97% 583859 108932

Page 161: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

143

Agst-13 66079 3848 5,42% 5,56% 11,65% 14,31% 579308 104724

Sep-13 64974 3610 5,70% 6,11% 11,81% 12,74% 589361 106577

Okt-13 89260 4472 5,70% 6,19% 11,95% 12,80% 589228 107500

Nov-13 89295 4467 5,96% 6,54% 12,08% 12,67% 595372 108311

Des-13 91392 4712 6,23% 6,25% 12,14% 13,51% 608822 110086

Jan-14 91447 4847 5,88% 6,48% 12,24% 12,57% 594725 108138

Feb-14 91857 5237 5,86% 6,31% 12,35% 12,64% 604802 107080

Mar-14 103510 5377 5,89% 6,62% 12,39% 14,79% 619401 108327

Apr-14 110566 5977 5,85% 6,47% 12,40% 11,91% 627522 109506

Mei-14 114342 6414 5,85% 6,57% 12,65% 13,28% 635429 63747

Jun-14 109957 6792 5,87% 6,35% 12,64% 13,48% 651280 63835

Jul-14 85272 5890 6,55% 7,30% 12,72% 12,67% 651180 62747

Agst-14 85272 6120 5,85% 6,73% 12,78% 13,22% 648640 65862

Sep-14 79175 6490 5,84% 6,36% 12,79% 13,18% 655628 53606

Okt-14 81730 6680 5,81% 6,17% 12,83% 13,49% 654520 64980

Nov-14 82605 6530 5,80% 5,19% 12,85% 13,46% 660850 59148

Des-14 88899 8130 6,12% 6,30% 12,81% 13,61% 671721 59806

Jan-15 88290 8050 5,84% 6,27% 12,78% 12,21% 653287 58142

Feb-15 87290 9040 5,65% 5,87% 12,75% 12,30% 662660 57780

Mar-15 87290 8810 6,45% 6,89% 12,84% 11,96% 684494 57203

Apr-15 77290 9130 5,74% 5,84% 12,77% 11,79% 688297 54812

Mei-15 69290 8858 5,60% 5,77% 12,73% 11,56% 694690 51602

Jun-15 64290 8458 5,67% 5,21% 12,71% 11,82% 710888 52792

Jul-15 52015 8163 5,62% 5,87% 12,67% 11,50% 708305 50073

Agst-15 55155 8585 5,74% 5,73% 12,65% 11,80% 710097 41738

Sep-15 42631 7720 8,12% 6,95% 12,60% 11,80% 715358 46425

Okt-15 39016 7330 5,87% 5,84% 12,59% 11,25% 716367 46057

Nov-15 37510 6495 5,87% 6,01% 12,56% 11,26% 721470 46798

Des-15 32300 6280 7,33% 6,73% 12,48% 11,35% 739801 50291

Jan-16 38.237 5.355 5,40% 5,13% 12,48% 11,92% 719.199 49.119

Feb-16 47.414 6.043 5,11% 5,20% 12,41% 11,86% 728.971 48.718

Mar-16 67.534 5.793 4,86% 4,82% 12,28% 11,73% 737.997 49.410

Apr-16 82.189 6.188 4,99% 4,67% 12,15% 11,70% 745.277 49.508

Mei-16 81.224 5.380 4,86% 4,93% 11,98% 10,78% 756.332 49.883

Jun-16 78.619 5.550 4,84% 5,53% 11,84% 10,60% 774.577 51.952

Jul-16 89.494 5.960 4,62% 4,82% 11,79% 10,75% 765.061 51.325

Agst-16 98.720 6.227 4,79% 4,67% 11,72% 10,91% 773.297 50.862

Sep-16 107.499 6.722 5,45% 4,66% 11,62% 10,88% 781.905 52.932

Okt-16 111.639 6.931 4,19% 4,83% 11,60% 11,51% 796.343 53.051

Page 162: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

144

Nov-16 106.992 6.597 4,17% 4,68% 11,52% 11,31% 804.076 53.795

Des-16 94.582 6.357 4,24% 6,08% 11,38% 11,07% 802.113 54.530

Lampiran 2

Hasil Uji Stasioneritas Variabel

1. SBI (Level)

Null Hypothesis: LN_SBI has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.378061 0.1516

Test critical values: 1% level -3.527045

5% level -2.903566

10% level -2.589227

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

SBI (First Difference)

Null Hypothesis: D(LN_SBI) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.480738 0.0000

Test critical values: 1% level -3.527045

5% level -2.903566

10% level -2.589227

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

2. SBIS (Level)

Null Hypothesis: LN_SBIS has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.292013 0.6291

Test critical values: 1% level -3.525618

5% level -2.902953

10% level -2.588902

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Page 163: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

145

SBIS (First Difference)

Null Hypothesis: D(LN_SBIS) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.044895 0.0000

Test critical values: 1% level -3.527045

5% level -2.903566

10% level -2.589227

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

3. PUAB (Level)

Null Hypothesis: PUAB has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 3 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.793573 0.3807

Test critical values: 1% level -3.530030

5% level -2.904848

10% level -2.589907

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

PUAB (First Difference)

Null Hypothesis: D(PUAB) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.320558 0.0000

Test critical values: 1% level -3.528515

5% level -2.904198

10% level -2.589562

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

4. PUAS (Level)

Null Hypothesis: PUAS has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.*

Page 164: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

146

Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.962056 0.3027

Test critical values: 1% level -3.527045

5% level -2.903566

10% level -2.589227

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

PUAS (First Difference)

Null Hypothesis: D(PUAS) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -11.88829 0.0001

Test critical values: 1% level -3.527045

5% level -2.903566

10% level -2.589227

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

5. IR (Level)

Null Hypothesis: IR has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 6 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic3807 Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.847643 0.0573

Test critical values: 1% level -3.534868

5% level -2.906923

10% level -2.591006

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

IR (First Difference)

Null Hypothesis: D(IR) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.436565 0.0130

Test critical values: 1% level -3.530030

5% level -2.904848

10% level -2.589907

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Page 165: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

147

6. PLS (Level)

Null Hypothesis: PLS has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.056835 0.7281

Test critical values: 1% level -3.528515

5% level -2.904198

10% level -2.589562

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

PLS (First Difference)

Null Hypothesis: D(PLS) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -10.02000 0.0001

Test critical values: 1% level -3.528515

5% level -2.904198

10% level -2.589562

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

7. CRD (Level)

Null Hypothesis: LN_CRD has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 11 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.137631 0.0001

Test critical values: 1% level -3.544063

5% level -2.910860

10% level -2.593090

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

CRD (First Difference)

Null Hypothesis: LN_CRD has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 11 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.*

Page 166: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

148

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.137631 0.0001

Test critical values: 1% level -3.544063

5% level -2.910860

10% level -2.593090

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

8. PYD (Level)

Null Hypothesis: LN_PYD has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.265957 0.6410

Test critical values: 1% level -3.525618

5% level -2.902953

10% level -2.588902

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

PYD (First Difference)

Null Hypothesis: D(LN_PYD) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=11) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.674371 0.0000

Test critical values: 1% level -3.527045

5% level -2.903566

10% level -2.589227

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Lampiran 3

Hasil Lag Optimum Model I (Konvensional)

VAR Lag Order Selection Criteria

Endogenous variables: LN_CRD LN_SBI PUAB IR

Exogenous variables: C

Date: 04/03/17 Time: 10:47

Sample: 1 72

Included observations: 66 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 514.5499 NA 2.24e-12 -15.47121 -15.33850 -15.41877

1 848.2807 616.8964 1.48e-16 -25.09942 -24.43588* -24.83722*

2 867.6857 33.51759* 1.34e-16* -25.20260* -24.00824 -24.73065

Page 167: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

149

3 879.6765 19.25795 1.54e-16 -25.08110 -23.35592 -24.39940

4 892.2639 18.69051 1.75e-16 -24.97770 -22.72169 -24.08624

5 899.8523 10.34777 2.36e-16 -24.72280 -21.93596 -23.62159

6 917.0837 21.40870 2.43e-16 -24.76011 -21.44245 -23.44915 * indicates lag order selected by the criterion

LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)

FPE: Final prediction error

AIC: Akaike information criterion

SC: Schwarz information criterion

HQ: Hannan-Quinn information criterion

Lampiran 4

Hasil Lag Optimum Model II (Syariah)

VAR Lag Order Selection Criteria

Endogenous variables: LN_PYD LN_SBIS PUAS PLS

Exogenous variables: C

Date: 04/03/17 Time: 10:48

Sample: 1 72

Included observations: 66 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 414.2493 NA 4.69e-11 -12.43180 -12.29909 -12.37936

1 617.8562 376.3643 1.59e-13 -18.11686 -17.45332* -17.85466*

2 637.5372 33.99445 1.43e-13 -18.22840 -17.03404 -17.75645

3 654.9261 27.92765* 1.39e-13* -18.27049* -16.54531 -17.58879

4 665.2494 15.32852 1.70e-13 -18.09847 -15.84246 -17.20701

5 676.9231 15.91857 2.03e-13 -17.96737 -15.18053 -16.86616

6 693.6036 20.72437 2.12e-13 -17.98799 -14.67033 -16.67702 * indicates lag order selected by the criterion

LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)

FPE: Final prediction error

AIC: Akaike information criterion

SC: Schwarz information criterion

HQ: Hannan-Quinn information criterion

Lampiran 5

Hasil Uji Stabilitas VAR Model I (Konvensional)

Roots of Characteristic Polynomial

Endogenous variables: LN_CRD LN_SBI PUAB IR

Exogenous variables: C

Lag specification: 1 1

Date: 04/03/17 Time: 10:50 Root Modulus

Page 168: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

150

0.979824 0.979824

0.950267 - 0.015408i 0.950392

0.950267 + 0.015408i 0.950392

0.588261 0.588261 No root lies outside the unit circle.

VAR satisfies the stability condition.

Lampiran 6

Hasil Uji Stabilitas VAR Model II (Syariah)

Roots of Characteristic Polynomial

Endogenous variables: LN_PYD LN_SBIS PUAS PLS

Exogenous variables: C

Lag specification: 1 1

Date: 04/03/17 Time: 10:51 Root Modulus 0.938481 - 0.046933i 0.939653

0.938481 + 0.046933i 0.939653

0.809362 0.809362

0.451872 0.451872 No root lies outside the unit circle.

VAR satisfies the stability condition.

Lampiran 7

Hasil Uji Kointegrasi Model I (Konvensional)

Date: 04/03/17 Time: 10:51

Sample (adjusted): 3 72

Included observations: 70 after adjustments

Trend assumption: Linear deterministic trend

Series: LN_CRD LN_SBI PUAB IR

Lags interval (in first differences): 1 to 1

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None 0.192368 30.91844 47.85613 0.6709

At most 1 0.150386 15.96303 29.79707 0.7149

At most 2 0.049951 4.554940 15.49471 0.8541

At most 3 0.013733 0.967997 3.841466 0.3252 Trace test indicates no cointegration at the 0.05 level

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Page 169: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

151

Lampiran 8

Hasil Uji Kointegrasi Model II (Syariah)

Date: 04/03/17 Time: 10:52

Sample (adjusted): 3 72

Included observations: 70 after adjustments

Trend assumption: Linear deterministic trend

Series: LN_PYD LN_SBIS PUAS PLS

Lags interval (in first differences): 1 to 1

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None 0.220437 43.36117 47.85613 0.1240

At most 1 0.175282 25.92968 29.79707 0.1308

At most 2 0.139356 12.43969 15.49471 0.1370

At most 3 0.027257 1.934485 3.841466 0.1643 Trace test indicates no cointegration at the 0.05 level

* denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Lampiran 9

Hasil Uji Kausalitas Grenger Model I (Konvensional)

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 04/03/17 Time: 10:54

Sample: 1 72

Lags: 1 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. LN_SBI does not Granger Cause LN_CRD 71 0.31077 0.5790

LN_CRD does not Granger Cause LN_SBI 0.01158 0.9146 PUAB does not Granger Cause LN_CRD 71 0.60083 0.4410

LN_CRD does not Granger Cause PUAB 0.31774 0.5748 IR does not Granger Cause LN_CRD 71 0.07690 0.7824

LN_CRD does not Granger Cause IR 0.16786 0.6833 PUAB does not Granger Cause LN_SBI 71 0.00109 0.9738

LN_SBI does not Granger Cause PUAB 0.00703 0.9334 IR does not Granger Cause LN_SBI 71 0.89291 0.3480

LN_SBI does not Granger Cause IR 0.02022 0.8874 IR does not Granger Cause PUAB 71 3.47100 0.0668

PUAB does not Granger Cause IR 6.30318 0.0144

Page 170: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

152

Lampiran 10

Hasil Uji Kausalitas Grenger Model II (Syariah)

Pairwise Granger Causality Tests

Date: 04/03/17 Time: 10:56

Sample: 1 72

Lags: 1 Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. LN_SBIS does not Granger Cause LN_PYD 71 6.94700 0.0104

LN_PYD does not Granger Cause LN_SBIS 0.81785 0.3690 PUAS does not Granger Cause LN_PYD 71 4.33390 0.0411

LN_PYD does not Granger Cause PUAS 0.03208 0.8584 PLS does not Granger Cause LN_PYD 71 4.73267 0.0331

LN_PYD does not Granger Cause PLS 2.26123 0.1373 PUAS does not Granger Cause LN_SBIS 71 0.11729 0.7330

LN_SBIS does not Granger Cause PUAS 2.05264 0.1565 PLS does not Granger Cause LN_SBIS 71 1.61340 0.2083

LN_SBIS does not Granger Cause PLS 6.61003 0.0123 PLS does not Granger Cause PUAS 71 0.07522 0.7847

PUAS does not Granger Cause PLS 0.00836 0.9274

Lampiran 11

Hasil Estimasi VAR Model I (Konvensional)

Vector Autoregression Estimates

Date: 04/03/17 Time: 10:58

Sample (adjusted): 2 72

Included observations: 71 after adjustments

Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] LN_CRD LN_SBI PUAB IR LN_CRD(-1) 0.983730 0.001105 0.002780 0.000148

(0.01651) (0.08550) (0.00421) (0.00104)

[ 59.5817] [ 0.01293] [ 0.66098] [ 0.14263]

LN_SBI(-1) 0.007196 0.923561 0.002066 -0.000183

(0.00874) (0.04525) (0.00223) (0.00055)

[ 0.82352] [ 20.4084] [ 0.92801] [-0.33281]

PUAB(-1) -0.504866 1.638367 0.676335 0.059102

(0.37407) (1.93713) (0.09528) (0.02358)

Page 171: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

153

[-1.34966] [ 0.84577] [ 7.09809] [ 2.50600]

IR(-1) 0.848958 -5.099626 0.374056 0.884994

(0.78134) (4.04619) (0.19903) (0.04926)

[ 1.08655] [-1.26035] [ 1.87944] [ 17.9653]

C 0.068612 1.379602 -0.089039 0.010812

(0.30054) (1.55636) (0.07655) (0.01895)

[ 0.22830] [ 0.88643] [-1.16308] [ 0.57060] R-squared 0.990474 0.925480 0.664375 0.917496

Adj. R-squared 0.989897 0.920963 0.644034 0.912496

Sum sq. resids 0.030732 0.824158 0.001994 0.000122

S.E. equation 0.021579 0.111746 0.005497 0.001360

F-statistic 1715.685 204.9166 32.66196 183.4912

Log likelihood 174.2072 57.44596 271.3050 370.4419

Akaike AIC -4.766401 -1.477351 -7.501549 -10.29414

Schwarz SC -4.607057 -1.318007 -7.342205 -10.13480

Mean dependent 13.27925 11.39829 0.052408 0.121173

S.D. dependent 0.214686 0.397484 0.009213 0.004599 Determinant resid covariance (dof adj.) 2.42E-16

Determinant resid covariance 1.81E-16

Log likelihood 883.8269

Akaike information criterion -24.33315

Schwarz criterion -23.69578

Lampiran 12

Hasil Estimasi VAR Model II (Syariah)

Vector Autoregression Estimates

Date: 04/03/17 Time: 10:59

Sample (adjusted): 2 72

Included observations: 71 after adjustments

Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] LN_PYD LN_SBIS PUAS PLS LN_PYD(-1) 0.902151 0.088376 0.001032 0.004515

(0.03785) (0.05859) (0.00257) (0.00302)

[ 23.8332] [ 1.50827] [ 0.40208] [ 1.49483]

LN_SBIS(-1) -0.027638 0.900927 0.003955 -0.007366

(0.03350) (0.05186) (0.00227) (0.00267)

[-0.82490] [ 17.3710] [ 1.74151] [-2.75568]

PUAS(-1) -2.014313 1.630248 0.746833 0.116181

(1.17630) (1.82086) (0.07974) (0.09385)

[-1.71241] [ 0.89532] [ 9.36575] [ 1.23792]

PLS(-1) 1.530465 -3.596708 0.070122 0.588285

(1.25888) (1.94870) (0.08534) (0.10044)

[ 1.21573] [-1.84570] [ 0.82169] [ 5.85702]

Page 172: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

154

C 1.235800 0.238289 -0.040181 0.058375

(0.54268) (0.84004) (0.03679) (0.04330)

[ 2.27724] [ 0.28366] [-1.09225] [ 1.34823] R-squared 0.928670 0.919887 0.655943 0.711099

Adj. R-squared 0.924347 0.915032 0.635091 0.693589

Sum sq. resids 0.413922 0.991830 0.001902 0.002635

S.E. equation 0.079193 0.122588 0.005368 0.006318

F-statistic 214.8196 189.4600 31.45713 40.61292

Log likelihood 81.89425 50.87173 272.9800 261.4113

Akaike AIC -2.166035 -1.292162 -7.548731 -7.222855

Schwarz SC -2.006692 -1.132818 -7.389387 -7.063511

Mean dependent 11.12907 8.467247 0.054499 0.128444

S.D. dependent 0.287922 0.420551 0.008887 0.011415 Determinant resid covariance (dof adj.) 1.06E-13

Determinant resid covariance 7.94E-14

Log likelihood 667.8480

Akaike information criterion -18.24924

Schwarz criterion -17.61186

Lampiran 13

Hasil Uji Impulse Response Function (IRF) Model I (Konvensional)

Period LN_CRD LN_SBI PUAB IR

1 0.021579 0.000000 0.000000 0.000000

2 0.020347 0.001310 -0.002486 0.001059

3 0.019492 0.002165 -0.003812 0.001698

4 0.018862 0.002745 -0.004467 0.002085

5 0.018367 0.003158 -0.004737 0.002318

6 0.017953 0.003466 -0.004789 0.002458

7 0.017591 0.003708 -0.004721 0.002539

8 0.017260 0.003905 -0.004591 0.002581

9 0.016952 0.004070 -0.004432 0.002599

10 0.016658 0.004213 -0.004261 0.002599

11 0.016374 0.004338 -0.004090 0.002586

12 0.016099 0.004447 -0.003925 0.002563

13 0.015831 0.004544 -0.003769 0.002534

14 0.015569 0.004629 -0.003622 0.002498

15 0.015312 0.004704 -0.003486 0.002458

16 0.015060 0.004770 -0.003360 0.002413

17 0.014812 0.004826 -0.003243 0.002365

18 0.014568 0.004875 -0.003136 0.002314

19 0.014329 0.004915 -0.003037 0.002261

20 0.014093 0.004948 -0.002946 0.002206

21 0.013861 0.004975 -0.002863 0.002149

22 0.013632 0.004994 -0.002786 0.002091

23 0.013407 0.005008 -0.002715 0.002032

24 0.013186 0.005016 -0.002650 0.001973

25 0.012967 0.005019 -0.002591 0.001913

26 0.012752 0.005017 -0.002536 0.001852

Page 173: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

155

27 0.012540 0.005009 -0.002485 0.001792

28 0.012331 0.004998 -0.002438 0.001732

29 0.012126 0.004982 -0.002395 0.001672

30 0.011923 0.004963 -0.002355 0.001613

31 0.011722 0.004939 -0.002318 0.001555

32 0.011525 0.004913 -0.002283 0.001497

33 0.011331 0.004883 -0.002251 0.001440

34 0.011139 0.004851 -0.002221 0.001384

35 0.010950 0.004816 -0.002192 0.001329

36 0.010763 0.004778 -0.002166 0.001274

37 0.010580 0.004738 -0.002141 0.001222

38 0.010399 0.004696 -0.002117 0.001170

39 0.010220 0.004653 -0.002094 0.001119

40 0.010044 0.004607 -0.002072 0.001070

41 0.009870 0.004560 -0.002052 0.001022

42 0.009699 0.004511 -0.002031 0.000975

43 0.009531 0.004461 -0.002012 0.000930

44 0.009364 0.004410 -0.001993 0.000885

45 0.009200 0.004358 -0.001975 0.000843

46 0.009039 0.004305 -0.001957 0.000801

47 0.008880 0.004251 -0.001939 0.000761

48 0.008723 0.004197 -0.001922 0.000722

49 0.008569 0.004142 -0.001905 0.000684

50 0.008416 0.004086 -0.001887 0.000648

51 0.008266 0.004030 -0.001871 0.000613

52 0.008119 0.003974 -0.001854 0.000579

53 0.007973 0.003918 -0.001837 0.000547

54 0.007830 0.003861 -0.001820 0.000515

55 0.007689 0.003804 -0.001803 0.000485

56 0.007550 0.003747 -0.001787 0.000456

57 0.007413 0.003691 -0.001770 0.000428

58 0.007279 0.003634 -0.001753 0.000401

59 0.007146 0.003577 -0.001736 0.000376

60 0.007015 0.003521 -0.001719 0.000351

61 0.006887 0.003465 -0.001702 0.000327

62 0.006761 0.003409 -0.001684 0.000305

63 0.006636 0.003353 -0.001667 0.000283

64 0.006514 0.003298 -0.001650 0.000262

65 0.006393 0.003243 -0.001632 0.000243

66 0.006275 0.003189 -0.001615 0.000224

67 0.006158 0.003135 -0.001597 0.000206

68 0.006043 0.003081 -0.001579 0.000189

69 0.005931 0.003028 -0.001561 0.000172

70 0.005820 0.002976 -0.001543 0.000157

71 0.005711 0.002924 -0.001525 0.000142

72 0.005603 0.002873 -0.001507 0.000128

Lampiran 14

Hasil Uji Impulse Response Function (IRF) Model II (Syariah)

Period LN_PYD LN_SBIS PUAS PLS

Page 174: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

156

1 0.079193 0.000000 0.000000 0.000000

2 0.069736 -0.003763 -0.010744 0.009615

3 0.061977 -0.008978 -0.017011 0.014068

4 0.055135 -0.014522 -0.020691 0.016280

5 0.048874 -0.019884 -0.022760 0.017530

6 0.043055 -0.024835 -0.023759 0.018362

7 0.037619 -0.029278 -0.024013 0.018997

8 0.032544 -0.033181 -0.023733 0.019520

9 0.027820 -0.036543 -0.023067 0.019955

10 0.023438 -0.039381 -0.022125 0.020307

11 0.019393 -0.041721 -0.020988 0.020572

12 0.015674 -0.043592 -0.019720 0.020748

13 0.012272 -0.045027 -0.018372 0.020833

14 0.009174 -0.046060 -0.016982 0.020827

15 0.006368 -0.046726 -0.015580 0.020732

16 0.003838 -0.047057 -0.014190 0.020554

17 0.001571 -0.047086 -0.012831 0.020297

18 -0.000450 -0.046845 -0.011516 0.019968

19 -0.002238 -0.046364 -0.010255 0.019573

20 -0.003809 -0.045671 -0.009055 0.019120

21 -0.005178 -0.044795 -0.007920 0.018616

22 -0.006360 -0.043759 -0.006855 0.018067

23 -0.007368 -0.042588 -0.005860 0.017481

24 -0.008217 -0.041303 -0.004936 0.016864

25 -0.008919 -0.039925 -0.004081 0.016223

26 -0.009488 -0.038471 -0.003295 0.015564

27 -0.009934 -0.036960 -0.002576 0.014891

28 -0.010269 -0.035406 -0.001921 0.014210

29 -0.010505 -0.033824 -0.001327 0.013526

30 -0.010651 -0.032225 -0.000792 0.012842

31 -0.010717 -0.030622 -0.000312 0.012162

32 -0.010711 -0.029024 0.000116 0.011491

33 -0.010642 -0.027439 0.000494 0.010830

34 -0.010518 -0.025877 0.000826 0.010182

35 -0.010345 -0.024342 0.001116 0.009549

36 -0.010131 -0.022842 0.001366 0.008934

37 -0.009882 -0.021381 0.001579 0.008338

38 -0.009603 -0.019964 0.001758 0.007762

39 -0.009299 -0.018592 0.001907 0.007207

40 -0.008975 -0.017271 0.002026 0.006674

41 -0.008635 -0.016000 0.002120 0.006163

42 -0.008283 -0.014783 0.002191 0.005676

43 -0.007923 -0.013619 0.002240 0.005212

44 -0.007558 -0.012511 0.002271 0.004770

45 -0.007190 -0.011457 0.002284 0.004353

46 -0.006823 -0.010458 0.002282 0.003958

47 -0.006457 -0.009513 0.002267 0.003585

48 -0.006096 -0.008622 0.002240 0.003235

49 -0.005740 -0.007784 0.002203 0.002906

50 -0.005392 -0.006997 0.002157 0.002599

51 -0.005052 -0.006261 0.002103 0.002312

52 -0.004722 -0.005573 0.002044 0.002044

53 -0.004402 -0.004932 0.001979 0.001796

54 -0.004093 -0.004337 0.001909 0.001566

55 -0.003796 -0.003786 0.001837 0.001354

56 -0.003511 -0.003276 0.001762 0.001158

57 -0.003238 -0.002807 0.001685 0.000978

Page 175: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

157

58 -0.002978 -0.002375 0.001607 0.000814

59 -0.002730 -0.001980 0.001529 0.000664

60 -0.002495 -0.001619 0.001451 0.000527

61 -0.002273 -0.001291 0.001373 0.000404

62 -0.002063 -0.000994 0.001296 0.000292

63 -0.001865 -0.000725 0.001220 0.000192

64 -0.001680 -0.000483 0.001146 0.000102

65 -0.001506 -0.000267 0.001074 2.23E-05

66 -0.001343 -7.48E-05 0.001003 -4.83E-05

67 -0.001191 9.55E-05 0.000935 -0.000110

68 -0.001050 0.000245 0.000870 -0.000164

69 -0.000919 0.000376 0.000806 -0.000211

70 -0.000798 0.000490 0.000746 -0.000251

71 -0.000687 0.000587 0.000688 -0.000285

72 -0.000584 0.000669 0.000632 -0.000313

Lampiran 15

Hasil Uji Variance Decomposition Penyumbang Kredit UMKM Model I

(Konvensional)

Period S.E. LN_CRD LN_SBI PUAB IR 1 0.021579 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000

2 0.029811 98.98529 0.193104 0.695319 0.126287

3 0.035927 97.58900 0.495938 1.604677 0.310387

4 0.040967 96.24899 0.830276 2.423069 0.497664

5 0.045315 95.09427 1.164129 3.073100 0.668503

6 0.049160 94.13572 1.486209 3.560065 0.818001

7 0.052618 93.34670 1.793802 3.912694 0.946801

8 0.055764 92.69365 2.087435 4.161637 1.057280

9 0.058651 92.14636 2.368634 4.332933 1.152074

10 0.061319 91.68047 2.639031 4.446923 1.233572

11 0.063800 91.27723 2.900052 4.518936 1.303785

12 0.066116 90.92247 3.152835 4.560333 1.364358

13 0.068288 90.60563 3.398254 4.579490 1.416630

14 0.070331 90.31878 3.636957 4.582572 1.461693

15 0.072258 90.05601 3.869414 4.574135 1.500445

16 0.074080 89.81285 4.095965 4.557549 1.533635

17 0.075806 89.58593 4.316853 4.535322 1.561896

18 0.077445 89.37266 4.532248 4.509323 1.585769

19 0.079004 89.17105 4.742275 4.480948 1.605723

20 0.080488 88.97956 4.947023 4.451245 1.622170

21 0.081902 88.79697 5.146560 4.420994 1.635473

22 0.083252 88.62232 5.340941 4.390779 1.645956

23 0.084541 88.45484 5.530213 4.361033 1.653911

24 0.085774 88.29390 5.714422 4.332072 1.659601

25 0.086953 88.13900 5.893612 4.304127 1.663264

26 0.088082 87.98970 6.067829 4.277359 1.665116

27 0.089164 87.84564 6.237124 4.251879 1.665355

28 0.090201 87.70653 6.401549 4.227758 1.664161

29 0.091195 87.57211 6.561164 4.205033 1.661697

30 0.092150 87.44213 6.716031 4.183723 1.658115

Page 176: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

158

31 0.093065 87.31641 6.866217 4.163823 1.653551

32 0.093944 87.19476 7.011796 4.145318 1.648130

33 0.094789 87.07701 7.152842 4.128181 1.641967

34 0.095600 86.96302 7.289435 4.112378 1.635166

35 0.096380 86.85265 7.421658 4.097868 1.627821

36 0.097129 86.74578 7.549597 4.084606 1.620020

37 0.097849 86.64228 7.673341 4.072545 1.611839

38 0.098542 86.54203 7.792979 4.061635 1.603351

39 0.099208 86.44495 7.908605 4.051827 1.594619

40 0.099849 86.35092 8.020313 4.043068 1.585701

41 0.100465 86.25985 8.128197 4.035309 1.576649

42 0.101058 86.17164 8.232352 4.028499 1.567510

43 0.101629 86.08621 8.332876 4.022587 1.558327

44 0.102178 86.00348 8.429863 4.017526 1.549135

45 0.102706 85.92335 8.523411 4.013266 1.539969

46 0.103215 85.84577 8.613615 4.009763 1.530857

47 0.103704 85.77063 8.700569 4.006971 1.521827

48 0.104175 85.69789 8.784370 4.004845 1.512899

49 0.104629 85.62745 8.865109 4.003345 1.504094

50 0.105065 85.55926 8.942880 4.002429 1.495429

51 0.105485 85.49325 9.017774 4.002059 1.486918

52 0.105889 85.42935 9.089880 4.002196 1.478574

53 0.106279 85.36750 9.159287 4.002805 1.470407

54 0.106653 85.30764 9.226082 4.003851 1.462426

55 0.107014 85.24971 9.290349 4.005301 1.454637

56 0.107361 85.19366 9.352173 4.007124 1.447046

57 0.107696 85.13942 9.411634 4.009289 1.439657

58 0.108018 85.08695 9.468813 4.011768 1.432472

59 0.108327 85.03618 9.523788 4.014534 1.425494

60 0.108626 84.98708 9.576634 4.017561 1.418723

61 0.108913 84.93959 9.627427 4.020824 1.412158

62 0.109189 84.89366 9.676238 4.024300 1.405800

63 0.109455 84.84925 9.723137 4.027966 1.399646

64 0.109711 84.80631 9.768194 4.031803 1.393696

65 0.109957 84.76479 9.811474 4.035789 1.387945

66 0.110194 84.72466 9.853042 4.039908 1.382391

67 0.110422 84.68587 9.892961 4.044140 1.377030

68 0.110642 84.64838 9.931292 4.048471 1.371860

69 0.110853 84.61215 9.968094 4.052884 1.366875

70 0.111057 84.57714 10.00342 4.057364 1.362072

71 0.111252 84.54332 10.03734 4.061900 1.357447

72 0.111441 84.51064 10.06989 4.066476 1.352994

Lampiran 16

Hasil Uji Variance Decomposition Penyumbang Pembiayaan UMKM Model

II (Syariah)

Period S.E. LN_PYD LN_SBIS PUAS PLS 1 0.079193 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000

2 0.106568 98.04487 0.124708 1.016359 0.814063

3 0.125562 94.98961 0.601039 2.567664 1.841688

Page 177: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

159

4 0.140391 91.40526 1.550729 4.226063 2.817951

5 0.152706 87.50072 3.006267 5.793401 3.699609

6 0.163375 83.39099 4.937320 7.176338 4.495354

7 0.172920 79.17183 7.274137 8.334310 5.219721

8 0.181674 74.93421 9.925675 9.256932 5.883181

9 0.189856 70.76227 12.79343 9.952524 6.491782

10 0.197604 66.72869 15.78160 10.44098 7.048725

11 0.205007 62.89145 18.80403 10.74868 7.555849

12 0.212116 59.29259 21.78814 10.90463 8.014647

13 0.218958 55.95887 24.67655 10.93777 8.426811

14 0.225545 52.90361 27.42680 10.87514 8.794455

15 0.231877 50.12913 30.00998 10.74076 9.120132

16 0.237949 47.62930 32.40873 10.55522 9.406749

17 0.243754 45.39199 34.61499 10.33558 9.657437

18 0.249283 43.40111 36.62786 10.09561 9.875424

19 0.254528 41.63830 38.45170 9.846078 10.06392

20 0.259485 40.08420 40.09452 9.595250 10.22603

21 0.264150 38.71939 41.56667 9.349249 10.36469

22 0.268522 37.52499 42.87989 9.112472 10.48265

23 0.272602 36.48312 44.04654 8.887934 10.58241

24 0.276395 35.57712 45.07905 8.677570 10.66626

25 0.279906 34.79165 45.98962 8.482478 10.73625

26 0.283144 34.11274 46.78990 8.303124 10.79424

27 0.286119 33.52777 47.49087 8.139504 10.84185

28 0.288840 33.02537 48.10281 7.991272 10.88055

29 0.291320 32.59539 48.63517 7.857837 10.91160

30 0.293573 32.22876 49.09665 7.738447 10.93615

31 0.295611 31.91740 49.49518 7.632241 10.95518

32 0.297447 31.65415 49.83799 7.538302 10.96956

33 0.299096 31.43267 50.13161 7.455683 10.98004

34 0.300571 31.24735 50.38193 7.383438 10.98728

35 0.301886 31.09323 50.59428 7.320638 10.99185

36 0.303053 30.96594 50.77342 7.266387 10.99425

37 0.304085 30.86163 50.92364 7.219826 10.99490

38 0.304995 30.77693 51.04875 7.180144 10.99418

39 0.305794 30.70888 51.15217 7.146583 10.99237

40 0.306492 30.65488 51.23692 7.118434 10.98977

41 0.307100 30.61268 51.30570 7.095044 10.98657

42 0.307627 30.58033 51.36088 7.075813 10.98298

43 0.308083 30.55611 51.40455 7.060193 10.97915

44 0.308474 30.53858 51.43854 7.047689 10.97519

45 0.308810 30.52646 51.46447 7.037851 10.97122

46 0.309096 30.51870 51.48371 7.030279 10.96731

47 0.309339 30.51437 51.49749 7.024614 10.96353

48 0.309544 30.51271 51.50683 7.020540 10.95992

49 0.309717 30.51307 51.51263 7.017779 10.95652

50 0.309861 30.51493 51.51564 7.016086 10.95335

51 0.309981 30.51783 51.51650 7.015251 10.95042

52 0.310081 30.52144 51.51574 7.015093 10.94773

53 0.310163 30.52545 51.51380 7.015454 10.94530

54 0.310230 30.52964 51.51104 7.016206 10.94311

55 0.310284 30.53384 51.50777 7.017237 10.94116

56 0.310329 30.53792 51.50420 7.018456 10.93942

57 0.310365 30.54178 51.50053 7.019790 10.93790

58 0.310393 30.54536 51.49689 7.021177 10.93657

59 0.310416 30.54861 51.49340 7.022572 10.93542

60 0.310434 30.55151 51.49012 7.023937 10.93444

Page 178: ANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH …repository.uinjkt.ac.id/.../35509/1/IRMAWATI-FEB.pdfANALISIS PERBANDINGAN PENGARUH INSTRUMEN MONETER SYARIAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN

160

61 0.310448 30.55405 51.48710 7.025245 10.93360

62 0.310460 30.55625 51.48438 7.026476 10.93289

63 0.310469 30.55810 51.48197 7.027618 10.93231

64 0.310476 30.55964 51.47988 7.028661 10.93182

65 0.310481 30.56089 51.47809 7.029602 10.93142

66 0.310486 30.56186 51.47659 7.030441 10.93111

67 0.310489 30.56260 51.47536 7.031179 10.93086

68 0.310493 30.56313 51.47439 7.031822 10.93066

69 0.310495 30.56347 51.47363 7.032373 10.93052

70 0.310498 30.56366 51.47308 7.032841 10.93042

71 0.310500 30.56371 51.47271 7.033232 10.93035

72 0.310502 30.56366 51.47249 7.033553 10.93030