pengaruh variasi temperatur tuang dan tebal celah antar roll terhadap kekerasan dan struktur
ANALISIS PERBANDINGAN NILAI KEKERASAN, STRUKTUR …repository.ppns.ac.id/2548/1/0715040063 - Ilham...
Transcript of ANALISIS PERBANDINGAN NILAI KEKERASAN, STRUKTUR …repository.ppns.ac.id/2548/1/0715040063 - Ilham...
i
TUGAS AKHIR (607408A)
ANALISIS PERBANDINGAN NILAI KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN ESTIMASI BIAYA ANTARA PROSES PENGELASAN SMAW, GMAW DAN FCAW PADA METODE BUILD UP MISDRILLED HOLE ILHAM WICAKSONO NRP. 0715040063 DOSEN PEMBIMBING : USMAN DINATA, S.T., M.M. M. KARIM AL AMIN, S.ST., M.T.
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGELASAN JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019
i
TUGAS AKHIR (607408A)
ANALISIS PERBANDINGAN NILAI KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN ESTIMASI BIAYA ANTARA PROSES PENGELASAN SMAW, GMAW DAN FCAW PADA METODE BUILD UP MISDRILLED HOLE
ILHAM WICAKSONO NRP. 0715040063
DOSEN PEMBIMBING:
USMAN DINATA, S.T., M.M. M. KARIM AL AMIN, S.ST., M.T.
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PENGELASAN JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019
ii
(halaman sengaja dikosongkan)
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
(halaman sengaja dikosongkan)
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
vi
(halaman sengaja dikosongkan)
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang memberikan segala
rahmat, petunjuk, dan kemudahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini yang berjudul : ANALISIS PERBANDINGAN NILAI
KEKERASAN,STRUKTUR MIKRO DAN ESTIMASI BIAYA ANTARA
PROSES PENGELASAN SMAW, GMAW DAN FCAW PADA METODE
BUILD UP MISDRILLED HOLE
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga penyelesaian tugas akhir serta
penyusunan laporan dapat diselesaikan dengan baik. Secara khusus penyusun
ingin mengucapkan terima kasih kepada :.
1. Kedua Orang Tua tercinta, Ayahanda Syafi’i Soedjono dan Ibunda
Sumaimah, serta kakak Mochammad Syamsu Maulana dan Rizky Dwi
Prastiti. Untuk cinta, kasih sayang dan pengorbanan, teladan dan dukungan
serta doa yang tak pernah putus dan menemani penulis dalam keadaan
apapun.
2. Bapak Ir. Eko Julianto, M. Sc., MRINA selaku Direktur Politeknik Perka-
palan Negeri Surabaya.
3. Bapak Ruddianto, ST., MT,. MRINA selaku Ketua Jurusan Teknik Bangunan
Kapal.
4. Bapak M. Ari, S.T., MT,. selaku Ketua Progam Studi D4 Teknik Pengelasan.
5. Bapak Usman Dinata, ST., M.M. sebagai Dosen Pembimbing Tugas Akhir 1.
6. Bapak Mochammad Karim Al Amin ,S.ST., M.T sebagai Dosen Pembimbing
Tugas Akhir 2.
7. Seluruh teman - teman D4 Teknik Pengelasan angkatan 2015 (TL8B) yang
telah memberi semangat, bantuan dan motivasi selama pengerjaan Tugas
Akhir ini.
8. Farhan Rangga Putra yang sudah membantu dalam mengerjakan dan selalu
memberi semangat, referensi dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.
viii
9. Ivan, Roy, Rifqi, Iyus yang selalu setia menemani dalam susah dan senang
hingga akhir penelitian ini.
10. Teman-teman kontrakan Ngelumbruk Bagus, Sigma, Rizal, Yoga yang selalu
memberi candaan saat dalam susah maupun gelisah.
11. Dian Prawitasari dan Ibu Pujiwigati yang selalu memberi semangat sehingga
penulis mampu berjuang menyelesaikan Tugas Akhir ini.
12. Yoga, Naufal, yang bersama – sama berjuang ditempat On Job Training
selalu memberi masukan dan referensi judul Tugas Akhir ini
13. Teman-teman himpunan mahasiswa lepas pantai Firman, Jaddung, Gading,
Wildan, Dahlan, Kevin, David, Rosyid.
14. Seluruh staff dan karyawan PT. Lintech Seaside facility yang sudah memberi
material untuk Tugas Akhir ini.
15. Iqbal Farhani yang sudah membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini.
16. Jaka, Dedi, Ilham yang sudah memberi semangat dan masukan.
17. Mas Ahmad Rigel yang sudah setia membimbing dan memberi referensi
dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.
Surabaya, 6 Agustus 2019
Penulis
ix
ANALISIS PERBANDINGAN NILAI KEKERASAN,
STRUKTUR MIKRO DAN ESTIMASI BIAYA ANTARA
PROSES PENGELASAN SMAW, GMAW DAN FCAW PADA
METODE BUILD UP MISDRILLED HOLE
Ilham Wicaksono
ABSTRAK
Metode ini digunakan karena dirasa membuat pengerjaan lebih cepat
karena faktor efisiensi waktu produksi namun merubah kekerasan material dan
struktur mikro. Dalam prakteknya dilapangan pengerjaan seperti ini sering sekali
dilakukan dan menjadi kebiasaan karena aplikasi pengerjaan mudah dan
meminimalisir waktu pengerjaan. Build Up harus memeperhatikan saat
pengisian elektroda pada lubang bor terjadi pertambahan panas yang
menyebabkan heat input naik. Pada penelitian ini mengunakan variasi
pengelasan FCAW, SMAW, GMAW dan material yang digunakan adalah SS 400.
Elektroda yang digunakan ada tiga macam yaitu E71T1,E7018 dan ER70S-6.
Selain di lakukan juga perhitungan estimasi biaya dari ketiga proses yang
digunakan. Dari hasil pengujian didapat bahwa proses pengelasan FCAW
mempunyai nilai kekerasan yang tinggi pada daerah weld metal sebesar 189,49
HVN dibandingkan dengan proses pengelasan SMAW 173,88 HVN sebesar dan
GMAW sebesar 169,58 HVN. Dari hasil pengujian struktur mikro didapatkan
data bahwa pada daerah base metal dan HAZ terdapat fasa ferit dan perlit. Pada
daerah weld metal elektroda E71T-1 terdapat fasa ferit dan perlit, untuk daerah
weld metal E71T-1 memiliki butiran lebih rapat dan mengandung banyak
presentase perlit daripada base metal dan HAZ. Dari hasil perhitungan estimasi
biaya didapatkan data bahwa pada proses pengelasan SMAW membutuhkan
biaya paling murah dibanding proses pengelasan FCAW dan GMAW.
Kata kunci : Build Up, FCAW, GMAW, SMAW, Struktur Mikro, Estimasi Biaya
x
(halaman sengaja dikosongkan)
xi
COMPARATIVE ANALYSIS OF VIOLENCE VALUE, MICRO
STRUCTURE AND COST ESTIMATION BETWEEN SMAW,
GMAW AND FCAW WELDING PROCESS ON BUILD UP
MISDRILLED HOLE METHOD
Ilham Wicaksono
ABSTRACT
This method is used because it is felt to make the work faster because of
the efficiency of production time but change the hardness of the material and
microstructure. In practice in the field of workmanship like this is often done and
become a habit because the application is easy and minimizes workmanship.
Build Up must pay attention to the increase in heat when electrodes in the
borehole cause heat input to rise. In this study using variations of welding FCAW,
SMAW, GMAW and the material used is SS 400. The electrodes used are of three
kinds namely E71T1, E7018 and ER70S-6. Besides doing the calculation of the
estimated cost of the three processes used. From the test results it was found that
the FCAW welding process has a high hardness value in the weld metal area of
189.49 HVN compared to the welding process of 173.88 HVN for SMAW and
GMAW of 169.58 HVN. From the microstructure test results obtained data that
in the base metal and HAZ regions there are ferrite and pearlite phases. In the
weld metal area of the E71T-1 electrode there are ferrite and pearlite phases, for
the weld metal area the E71T-1 has denser granules and contains more
percentages of pearlite than base metal and HAZ. From the results of the
calculation of the estimated cost obtained data that the SMAW welding process
requires the lowest cost compared to the FCAW and GMAW welding process.
Keywords: Build Up, FCAW, GMAW, SMAW, Micro Structure, Cost Estimation
xii
(halaman sengaja dikosongkan)
xiii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT........................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xix
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penilitian ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1 Definisi Pengelasan ....................................................................................... 5
2.2 Proses SMAW ............................................................................................... 6
2.3 Proses GMAW............................................................................................... 9
2.4 Proses FCAW .............................................................................................. 10
2.5 Heat input .................................................................................................... 11
2.6 Perubahan Sifat Logam Setelah Proses Las ................................................ 12
2.7 Material SS 400 .......................................................................................... 12
Tabel 2.1 Nilai Chemical Composition SS400 .............................................. 13
Tabel 2. 2 Nilai Mechanical Properties SS400 ............................................. 13
2.8 Filler Metal .................................................................................................. 13
2.8.1 FCAW ................................................................................................... 13
2.8.2 SMAW .................................................................................................. 13
2.8.3 GMAW ................................................................................................. 14
2.9 Pengujian ..................................................................................................... 14
xiv
2.9.1 Uji Kekerasan (Hardness Test) ............................................................. 14
2.9.2 Uji Struktur Mikro (Micro Test)............................................................ 17
2.10 Estimasi Biaya ........................................................................................... 20
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 22
3.1 Diagram Alur Penelitian .............................................................................. 22
3.2 Studi Literatur ............................................................................................. 23
3.3 Studi Lapangan ........................................................................................... 23
3.4 Pengumpulan Data ....................................................................................... 24
3.4.1 Faktor kontrol ........................................................................................ 24
3.4.2 Faktor konstan ....................................................................................... 24
3.5 Bahan dan Peralatan ..................................................................................... 25
3.5.1 Bahan Penelitian .................................................................................... 25
3.5.2 Peralatan Penelitian ............................................................................... 25
3.6 Rancangan Penilitian ............................................................................... 27
3.6.1 Prosedur Percobaan ............................................................................... 27
3.6.2 Pengujian Spesimen .............................................................................. 27
3.7 Perhitungan Estimasi Biaya ......................................................................... 30
3.8 Analisa Data ................................................................................................. 30
3.9 Kesimpulan dan Saran ................................................................................. 30
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN ........................................................... 32
4.1 Parameter Pengelasan .................................................................................. 32
4.2 Hasil Pengujian Mikro ................................................................................. 34
4.2.1 Pengujian Struktur Mikro Pada Base Metal .................................... 34
4.2.2 Pengujian Struktur Mikro Pada HAZ .............................................. 36
4.2.3 Pengujian Struktur Mikro Pada weld metal ..................................... 37
4.3 Hasil Pengujian Kekerasan .......................................................................... 38
4.3.1 Build Up Proses GMAW ................................................................. 38
4.3.2 Build Up Proses FCAW ................................................................... 39
4.3.3 Build Up Proses SMAW .................................................................. 39
4.3.4 Grafik Perbandingan Nilai Kekerasan Antar Variasi ...................... 40
4.3.5 Analisis Hasil Uji Kekerasan Pengelasan Build Up ........................ 40
xv
4.4 Perhitungan Estimasi Biaya ......................................................................... 41
4.4.1 Menghitung biaya Build Up pengelasan SMAW ................................. 41
4.4.2 Menghitung biaya Build Up pengelasan FCAW .................................. 41
4.4.3 Menghitung biaya Build Up pengelasan GMAW ................................. 42
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 43
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 43
5.2 Saran ............................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45
Lampiran 1. Dokumentasi Pengelasan .................................................................. 47
Lampiran 2. Mill Certificate SS 400 ..................................................................... 69
Lampiran 3. Mill Certificate Filler ER 70S-6 ....................................................... 71
Lampiran 4. Mill Certificate Filler E71T1 ........................................................... 73
Lampiran 5. Mill Certificate Filler E7018 ............................................................ 75
Lampiran 6. WPS GMAW .................................................................................... 77
Lampiran 7. WPS FCAW ..................................................................................... 81
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 85
xvi
(halaman sengaja dikosongkan)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Proses Las SMAW (Bayhaque, 2015)................................................ 6
Gambar 2. 2 Peralatan Las SMAW (Bayhaque, 2015) ........................................... 7
Gambar 2. 3 Skema Proses GMAW (Bayhaque, 2015) ........................................ 10
Gambar 2.4 Sifat Bahan dengan Nilai Kekerasan (William D. Callister, 2004) .. 15
Gambar 2.5 Hasil Tapak Tekan Pengujian Vickers (William D.Callister, 2004). 16
Gambar 2.6 Bentuk Obyek Pembesaran (William D. Callister, 2004) ................. 18
Gambar 2.7 Efek proses etsa permukaan spesimen (William D.Callister, 2004) 19
Gambar 2.8 Sinar Pengamatan Metalografi (William D. Callister, 2004) ............ 20
Gambar 3.1 Flow Chart Penelitian (Sumber : Dokumen pribadi) ........................ 23
Gambar 3.2 Detail dimensi material (Sumber : Dokumen Pribadi) ...................... 25
xviii
(halaman sengaja dikosongkan)
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai Chemical Composition SS400 ..................................................... 13
Tabel 2. 2 Nilai Mechanical Properties SS400 .................................................... 13
Tabel 2.3 Komposisi Kimia E71T-1 ..................................................................... 13
Tabel 2.5 Referensi Arus....................................................................................... 14
Tabel 2.6 Komposisi Kimia ER 70S-6 .................................................................. 14
Tabel 4. 1 Parameter Pengelasan Build Up............................................................32
Tabel 4. 2 Parameter Pengelasan Build Up ........................................................... 33
Tabel 4. 3 Parameter Pengelasan Build Up ........................................................... 33
Tabel 4. 5 Nilai Kekerasan Pada Build Up Proses GMAW .................................. 38
Tabel 4. 6 Nilai Kekerasan Pada Build Up Proses FCAW ................................... 39
Tabel 4. 7 Nilai Kekerasan Pada Build Up Proses SMAW................................... 39
xx
(halaman sengaja dikosongkan)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. Lintech Seaside Facility (LSF) adalah salah satu perusahaan yang
bergerak dalam bidang fabrikasi dan kontruksi pelayanan jasa dan pembu-
atan Storage Tank, Pressure Vessel, Chemical Cleaning, Hidrostatik serta
pembuatan Structural Conveyor Galerry dan komponen unit pembangkit
listrik yang bertekanan maupun tidak bertekanan yang terbagi didua Work-
shop di Jawa Timur. Komponen-komponen yang termasuk teknologi energi
antara lain Boiler (Utility boiler), Heat exchanger, piping sistem, Super-
heater Boiler. Pelayanan jasa yang diberikan PT.Lintech Seaside Facility
(LSF) antara lain: inspeksi, reparasi,dan overholes Maintenance.
Pada pembuatan Structural Conveyor Gallery dengan material tipe SS
400 terjadi kesalahan pengeboran pada connecting antara conveyor gallery,
maka dilakukan proses build up. Dalam prakteknya dilapangan pengerjaan
seperti ini sering sekali dilakukan dan menjadi kebiasaan karena aplikasi
pengerjaan mudah dan meminimalisir waktu pengerjaan produksi conveyor
gallery. Build up dilakukan menggunakan proses pengelasan Fluks Core
Arc Welding (FCAW) dengan elektroda tipe E71T1, proses pengelasan Gas
Metal Arc Welding (GMAW) dengan elektroda E70S-6 disertai penggunaan
backing keramik, dan menggunakan proses pengelasan Shield Metal Arc
Welding (SMAW) dengan elektroda tipe E7018. Metode build up ini
digunakan karena dirasa membuat pengerjaan lebih cepat karena faktor
efisiensi waktu produksi namun merubah kekerasan material dan struktur
mikro.
2
Oleh karena itu, pemilihan proses pengelasan yang tepat akan sangat
berpengaruh pada heat input yang diterima oleh material saat dilakukan
repair dan juga biaya produksi. Hal ini yang melatar belakangi penulis ingin
meneliti dan membandingkan hasil dari metode build up. Penulis ingin
mengetahui nilai kekerasan, perubahan struktur mikro dan estimasi biaya
pada proses build up misdrilled hole material SS 400.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana perubahan nilai kekerasan pada hasil build up misdrilled hole
material SS 400 ?
2. Bagaimana perubahan struktur mikro pada hasil build up misdrilled hole
material SS 400 ?
3. Bagaimana estimasi biaya pada proses build up misdrilled hole material
SS 400 ?
1.3 Tujuan Penilitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui perubahan nilai kekerasan pada hasil build up misdrilled
hole material SS 400
2. Mengetahui perubahan struktur mikro pada hasil build up misdrilled hole
material SS 400 ?
3. Mengetahui estimasi biaya pada proses build up misdrilled hole material
SS 400 ?
3
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang akan dibuat adalah :
1. Sebagai sarana penerapan dan pemahaman tentang teori pada saat kuliah
khususnya pada proses pengelasan dan memahami gambaran struktur
mikro material.
2. Sebagai pedoman untuk proses Build Up yang dilakukan pada material
baja tipe SS 400.
3. Bagi perusahaan, dapat menjadi referensi untuk penggunaan teknik Build
Up dilapangan.
4. Sebagai tambahan dan informasi kepada pihak-pihak akademik tentang
adanya metode pengelasan Build Up yang jarang ditemui di teori namun
terjadi di lapangan.
1.5 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Parameter pengelasan yang digunakan sesuai di PT. Lintech Seaside Fa-
cility.
2. Jenis proses pengelasan yang digunakan adalah Fluks Core Arc Welding
(FCAW), Shield Metal Arc Welding (SMAW) dan Gas Metal Arc
Welding (GMAW).
3. Filler metal yang digunakan adalah E71T1 Ø1,2 mm, E7018 Ø3,2 mm
dan ER 70S-6 Ø 1,2.
4. Pengujian yang diamati adalah pengujian kekerasan dan struktur mikro.
5. Material yang digunakan adalah SS 400 dengan tebal 12 mm.
6. Tidak memperhitungkan pembebanan terfokus pada hasil build up.
7. Analisa biaya berfokus pada build up misdrilled hole material SS 400
dengan menggunakan proses pengelasan SMAW, GMAW dan FCAW.
4
(halaman sengaja dikosongkan)
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pengelasan
Pengelasan merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari proses
manufaktur. Proses manufaktur lainnya yang telah dikenal antara lain proses
proses pengecoran (casting), pembentukan (metal forming), pemesinan
(machining), dan serbuk metalurgi (powder metallurgy). Produk dengan
bentuk bentuk yang rumit dan berukuran besar dapat dibuat dengan teknik
pengecoran. Produk-produk seperti pipa, pelat dan lembaran, baja-baja
konstruksi dibuat dengan proses pembentukan. Produk-produk dengan
dimensi yang ketat dan teliti dapat dibuat dengan pemesinan.
Bagaimana dengan proses pengelasan? Proses pengelasan yang pada
prinsipnya adalah menyambungkan dua logam atau lebih komponen, lebih
tepat ditujukan untuk proses assembly atau perakitan beberapa komponen
menjadi suatu struktur tertentu. Komponen yang dirakit mungkin saja berasal
dari produk hasil pengecoran, pembentukan atau pemesinan, baik dari logam
yang sejenis maupun beda jenis.
Pengelasan (Welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam
dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan
atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam tambahan dan. Dari definisi
tersebut terdapat 3 kata kunci untuk menjelaskan definisi pengelasan yaitu
mencairkan sebagian logam, logam pengisi, dan tekanan.
Proses penyambungan lain yang telah dikenal lama selain pengelasan
adalah penyambungan dengan cara Brazing dan Soldering. Perbedaanya
dengan pengelasan adalah pada brazing dan soldering tidak sampai
mencairkan logam induk tetapi hanya logam pengisinya saja. Sedangkan
perbedaan antara Brazing dan Soldering terletak pada titik cair logam
pengisinya. Titik cair logam pengisi proses brazing berkisar 450°C – 900°C.
Sedangkan untuk soldering, titik cair logam pengisinya kurang dari 450°C.
6
2.2 Proses SMAW
Proses pengelasan (welding) merupakan salah satu proses
penyambungan material (materials joining). Adapun untuk definisi dari
proses pengelasan yang mengacu pada AWS (American Welding Society),
proses pengelasan adalah proses penyambungan antara metal atau non-
metal yang menghasilkan satu bagian yang menyatu, dengan memanaskan
material yang akan disambung sampai pada suhu pengelasan tertentu,
dengan atau tanpa penekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.
Meskipun dalam metode proses pengelasan tidak hanya berupa proses
penyambungan, tetapi juga bisa berupa proses pemotongan dan brazing.
Proses pengelasan dibedakan menjadi beberapa jenis, dan SMAW
merupakan salah satu proses pengelasan yang umum digunakan. SMAW
(Shielded Metal Arc Welding) adalah proses pengelasan dengan
mencairkan material dasar yang menggunakan panas dari listrik antara
penutup metal (elektroda).
Gambar 2. 1 Proses Las SMAW (Bayhaque, 2015)
SMAW merupakan pekerjaan manual dengan peralatan meliputi power
source, kabel elektroda (electrode cable) , kabel kerja (work cable), elektroda
holder, work clamp, dan elektroda. Elektroda dan sistem kerja adalah bagian
dari rangkaian listrik. Rangkaian dimulai dengan sumber daya listrik dan
kabel termasuk pengelasan, pemegang elektroda, sambungan benda kerja,
benda kerja (Base metal), dan elektroda las. Salah satu dari dua kabel dari
sumber listrik terpasang ke bekerja, selebihnya melekat pada pemegang
elektroda, seperti yang terlihat pada Gambar 2.2 di bawah ini:
7
Gambar 2. 2 Peralatan Las SMAW (Bayhaque, 2015)
Sebagaimana dalam AWS (American Welding Society), prinsip dari
SMAW adalah menggunakan panas dari busur untuk mencairkan logam dasar
dan ujung sebuah consumable elektroda tertutup dengan tegangan listrik yang
dipakai 23-45 Volt, dan untuk pencairan digunakan arus listrik hingga 500
ampere yang umum digunakan berkisar antara 80–200 ampere. Dimana
dalam proses SMAW dapat terjadi oksidasi, hal ini perlu dicegah karena
oksidasi metal merupakan senyawa yang tidak mempunyai kekuatan mekanis.
Adapun untuk mencegah hal tersebut maka bahan penambah las dilindungi
dengan selapis zat pelindung yang disebut fluks atau slag yang ikut mencair
ketika pengelasan. Tetapi karena berat jenisnya lebih ringan dari bahan metal
yang dicairkan, cairan fluks akan mengapung diatas cairan metal, sekaligus
mengisolasi metal tersebut sehingga tidak beroksidasi dengan udara luar.
Sewaktu membeku, fluks akan ikut membeku dan tetap melindungi metal dari
reaksi oksidasi.
Pada pengelasan dengan metode SMAW, pengelasan dimulai saat sebuah
busur listrik dipukul dengan membuat kontak antara ujung elektroda dan
sistem kerja. Panas intens busur mencairkan ujung elektroda dan permukaan
kerja dekat dengan busur. Gelembung-gelembung kecil logam cair dengan
cepat terbentuk di ujung elektroda, kemudian ditransfer melalui sungai busur
ke dalam kolam las cair. Dengan cara ini, logam pengisi disimpan sebagai
8
elektroda yang dikonsumsi. Busur digerakan sesuai dengan panjang sistem
kerja dan kecepatan perjalanan, titik lebur dan sekering sebagian logam dasar
dan terus menambahkan logam pengisi. Saat busur menjadi sumber panas
dengan suhu di atas 9000 ° F (5000 ° C), pencairan logam dasar terjadi
hampir seketika. Jika pengelasan dilakukan baik dalam posisi datar atau
horizontal, transfer logam disebabkan oleh gaya gravitasi, ekspansi gas, listrik
dan kekuatan elektromagnetik, dan tegangan permukaan. Sedangkan pada
posisi las yang lain, gravitasi bekerja terhadap kekuatan lain.
Proses pengelasan dengan metode SMAW dibedakan berdasarkan jenis
arusnya meliputi arus AC dan DC, dimana arus DC dibedakan atas DCEN
(straight polarity- polaritas langsung) dan DCEP (reverse polarity – polaritas
terbalik). Perbedaan antara SMAW dengan arus AC dan DC adalah sebagai
berikut:
a. Untuk arus AC (Alternating Current), pada voltage drop panjang kabel
tidak banyak pengaruhnya, kurang cocok untuk arus yang lemah, tidak
semua jenis elektroda dapat dipakai, arc starting lebih sulit terutama untuk
diameter elektroda kecil, tidak dapat dipertukarkan, arc blow bukan
merupakan masalah.
b. Sedangkan pada arus DC (Direct Current), voltage drop sensitif terhadap
panjang kabel sependek mungkin, dapat dipakai untuk arus kecil dengan
diameter electroda kecil, semua jenis elektroda dapat dipakai, arc starting
lebih mudah terutama untuk arus kecil, dapat dipertukarkan, arc blow sen-
sitif pada bagian ujung, sudut atau bagian yang banyak lekukanya.
Selanjutnya untuk DCEN (Straight Polarity), material dasar atau material
yang akan dilas disambungkan dengan kutup positip (+) dan elektrodanya
disambungkan dengan kutup negatif (-) pada mesin las DC. Dengan cara ini
busur listrik bergerak dari elektroda ke material dasar sehingga tumbukan
elektron berada di material dasar yang berakibat 2/3 panas berada di material
dasar dan 1/3 panas berada di elektroda. Cara ini akan menghasilkan
pencairan material dasar lebih banyak dibanding elektrodanya sehingga hasil
las mempunyai penetrasi yang dalam, sehingga baik digunakan pada
pengelasan yang lambat, wilayah yang sempit dan untuk pelat yang tebal.
9
Pada DCEP (Reversed Polarity), material dasar disambungkan dengan
kutup negatip (-) dan elektrodanya disambungkan dengan kutup positif (+)
dari mesin las DC, sehingga busur listrik bergerak dari material dasar ke
elektroda dan tumbukan elektron berada di elektroda yang berakibat 2/3
panas berada di elektroda dan 1/3 panas berada di material dasar. Cara ini
akan menghasilkan pencairan elektroda lebih banyak sehingga hasil las
mempunyai penetrasi dangkal, serta baik digunakan pada pengelasan pelat
tipis dengan manik las yang lebar.
2.3 Proses GMAW
GMAW (Gas Metal Arc Welding) merupakan proses penyambungan dua
buah logam atau lebih yang sejenis dengan menggunakan bahan tambah yang
berupa kawat gulungan dan gas pelindung melalui proses pencairan. Gas
pelindung dalam proses pengelasan ini berfungsi sebagai pelindung dari proses
oksidasi, yaitu pengaruh udara luar yang dapat mempengaruhi kualitas las. Gas
yang digunakan dalam proses pengelasan ini dapat menggunakan gas argon,
helium, argon+helium. Penggunaan gas juga dapat mempengaruhi kualitas la itu
sendiri.
Proses pengelasan GMAW merupakan pengelasan dengan proses
pencairan logam. Proses pencairan logam ini terbentuk karena adanya busur
las yang terbentuk diantara kawat las dengan benda kerja. Ketika kawat las
didekatkan dengan benda kerja maka terjadilah busur las (menghasilkan
panas) yang mampu mencairkan kedua logam tersebut (kawat las + benda
kerja), sehingga akan mencair bersamaan dan akan membentuk suatu
sambungan yang tetap. Dalam proses ini gas pelindung yang berupa gas akan
melindungi las dari udara luar hingga terbentuk suatu sambungan yang tetap.
Proses pengelasan GMAW menggunakan arus searah (DC) dengan posisi
elektroda pada kutub positif, hal ini sering disebut sebagai polaritas terbalik.
Polaritas searah jarang digunakan dalam proses pengelasan dikarenakan
dalam proses ini transfer logam tidak terjadi secara sempurna.
10
Gambar 2. 3 Skema Proses GMAW (Bayhaque, 2015)
2.4 Proses FCAW
Flux Cored Arc Welding (FCAW) merupakan las busur listrik fluks inti
tengah atau pelindung inti tengah. FCAW merupakan kombinasi antara
proses SMAW, GMAW dan SAW. Sumber energi pengelasan yaitu dengan
menggunakan arus listrik AC atau DC dari pembangkit listrik atau melalui
trafo dan atau rectifier. FCAW adalah salah satu jenis las listrik yang
memasok filler elektroda secara mekanis terus ke dalam busur listrik yang
terbentuk di antara ujung filler dan metal induk.
Gas pelindungnya juga sama-sama menggunakan karbon dioksida atau
argon, terkadang juga campuran dari karbon dioksida dan argon. Fluks cored
arc welding atau las busur berinti fluks mirip dengan proses las GMAW,
yaitu menggunakan elektroda solid dan tubular yang diumpankan secara
kontinyu dari sebuah gulungan. Elektroda diumpankan melalui gun atau torch
sambil menjaga busur yang terbentuk diantara ujung elektroda dengan base
metal. FCAW menggunakan elektroda dimana terdapat serbuk fluks di dalam
batangnya. Butiran-butiran dalam inti kawat ini menghasilkan sebagian atau
semua Shielding gas yang diperlukan. Jadi berlawanan dengan GMAW,
dimana seluruh gas pelindung berasal dari sumber luar. FCAW bisa juga
menggunakan gas pelindung tambahan, tergantung dari jenis elektroda, logam
yang dilas, dan sifat dari pengelasan yang dikerjakan.
11
2.5 Heat input
Pencairan logam induk dan logam pengisi memerlukan energi yang cukup.
Energi yang dihasilkan dalam operasi pengelasan dihasilkan dari bermacam-
macam sumber tergantung pada proses pengelasannya. Pada pengelasan busur
listrik, sumber energi berasal dari listrik yang diubah menjadi energi panas.
Energi panas ini sebenarnya hasil kolaborasi dari arus las, tegangan las dan
kecepatan pengelasan. Parameter ketiga yaitu kecepatan pengelasan ikut
mempengaruhi energi pengelasan karena proses pemanasannya tidak diam
akan tetapi bergerak dengan kecepatan tertentu.
a)Logam induk (base metal), merupakan bagian logam dasar dimana panas dan
suhu pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahan perubahan struktur
dan sifat.
b) Logam las, merupakan bagian dari logam yang pada waktu pengelasan
mencair dan membeku.
c) Daerah pengaruh panas atau heat affected zone (HAZ), merupakan logam
dasar yang bersebelahan logam las yang selama proses pengelasan mengalami
siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat (Wiryosumarto, 2004).
Kualitas hasil pengelasan dipengaruhi oleh energi panas yang berarti
dipengaruhi tiga parameter yaitu arus las, tegangan las dan kecepatan
pengelasan. Hubungan antara ketiga parameter itu menghasilkan energi
pengelasan yang sering disebut heat input. Persamaan dari heat input hasil
dari penggabungan ketiga parameter dapat dituliskan sebagai berikut:
(2.1)
Dengan :
HI : Heat Input ( J/mm)
V : Voltage (Volt)
A : Current (Ampere)
v : Travel Speed (mm/min)
12
2.6 Perubahan Sifat Logam Setelah Proses Las
Pencairan logam saat pengelasan menyebabkan adanya perubahan fasa
logam dari padat hingga mencair. Ketika logam cair mulai membeku akibat
pendinginan cepat, maka akan terjadi perubahan struktur mikro dalam deposit
logam las dan logam dasar yang terkena pengaruh panas (Heat Affected Zone)
HAZ. Struktur mikro dalam logam lasan biasanya berbentuk columnar,
sedangkan pada daerah HAZ terdapat perubahan yang sangat bervariasi.
Sebagai contoh, pengelasan baja karbon rendah sebelumnya berbentuk
pearlite, maka setelah pengelasan struktur mikronya tidak hanya pearlite,
tetapi juga terdapat ferrite.
Perubahan ini mengakibatkan perubahan pula sifat-sifat logam dari
sebelumnya. Struktur mikro pearlite memiliki sifat liat dan tidak keras,
sebaliknya martensite mempunyai sifat keras dan getas. Biasanya keretakan
sambungan las bearsal dari struktur mikro ini. Distribusi temperatur pada
logam dasar yang sangat bervariasi telah menyebabkan berbagai macam
perlakuan panas terhadap daerah HAZ logam tersebut.
2.7 Material SS 400
Material SS 400 bukanlah baja stainless steel, SS disini berarti “Stuctural
Steel” alias baja kontruksi. Berbeda dengan penamaan pada SS304, SS316,
SS410, dsb. SS400 adalah jenis baja karbon yang merupakan paduan besi (fe)
dan karbon (c) sebagai paduan utama dan sangat sedikit mengandung unsur
lain seperti mangan (Mn), sulfur (s), fospor (P), dan silikon (SI). Material
SS400 termasuk baja karbon rendah karena mengandung kadar karbon kurang
dari 0,2%. Baja jenis ini adalah baja canai panas struktural yang paling umum
digunakan karena memiliki tipikal material baja karbon khas, harganya yang
relatif murah sangat bagus di las dan di machining, dan material baja SS400
dapat mengalami berbagai perlakuan panas.
Material SS400 ini memiliki weldability yang baik dan dapat dilas
dengan seluruh proses pengelasan. Material ini juga equivalent dengan DIN
17100, ASTM A36, ASTM A283 grade D, EN S275/BS 43A, AISI 1018.
Spesifikasi baja karbon rendah (low carbon steel) SS400 di antaranya adalah
13
chemical composition dan mechanical properties pada Tabel 2.1 dan 2.2
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Nilai Chemical Composition SS400
C% Si% Mn% P% S% Cu%
0,25 0,4 - 0,04 0,05 0,2
Sumber : ASME Sect. II Part A
Tabel 2. 2 Nilai Mechanical Properties SS400
Yield strength (Ksi) Tensile Strenth (Ksi) Elongation(%)
36(250) 58-80(400-550) 23
Sumber : ASME Sect. II Part A
2.8 Filler Metal
2.8.1 FCAW
Pemilihan elektroda atau filler metal sebagai logam pengisi proses
pengelasan dipilih berdasarkan base metal yang akan disambung. Pada
base metal kali ini yang digunakan adalah material SS 400. Filler metal
yang digunakan adalah komposisi yang digunakan adalah sesuai dengan
Tabel 2.3 dibawah ini :
Tabel 2.3 Komposisi Kimia E71T-1
AWS Class Wt. Percent (%)
A5.20 C Mn Si P S
0.12 1.75 0.9 0.03 0.03
Sumber : ASME Sect. II Part C
2.8.2 SMAW
Pemilihan elektroda sebagai logam pengisi proses pengelasan dipilih
berdasarkan base metal yang akan disambung. Pada base metal kali ini
yang digunakan adalah material SS 400. Komposisi kimia elektroda dan
mechanical properties dari elektroda yang digunakan ditunjukkan pada
Tabel 2.4 dan 2.5 dibawah ini.
Tabel 2.4 Komposisi Kimia E7018
AWS Class Wt. Percent (%)
E7018 C Mn Si P S
0.12 1.6 0.75 0.4 0.035
14
Sumber : ASME Sect. II Part C
Tabel 2.5 Referensi Arus
Elektroda Diameter
(mm) Ø 2 Ø 2.5 Ø 3.2 Ø 4 Ø 5
Pengelasan Arus (A) 40-70 50-90 90-130 130-210 170-230
Sumber : Dokumen Pribadi
2.8.3 GMAW
Pemilihan elektroda sebagai logam pengisi proses pengelasan dipilih
berdasarkan base metal yang akan disambung. Pada base metal kali ini
yang digunakan adalah material SS 400. Komposisi kimia elektroda dan
mechanical properties dari elektroda yang digunakan ditunjukkan pada
Tabel 2.6 dan 2.7 dibawah ini.
Tabel 2.6 Komposisi Kimia ER 70S-6
AWS Class Wt. Percent (%)
ER 70S-6 C Mn Si P S
0.06-0.15 1.4-1.85 0.8-1.15 0.025 0.035
Sumber : ASME Sect. II Part C
2.9 Pengujian
Pengujian perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakteristik
dari suatu bahan, apakah bahan tersebut layak atau tidak. Pengujian terdapat
dua macam yaitu pengujian merusak (Destructive Test) dan pengujian tak
merusak (Nondestructive Test). Pengujian tidak merusak jika pengujian
dilakukan tidak sampai merusak. Sedangkan pengujian merusak, akan
menyebabkan spesimen menjadi rusak. Untuk mengetahui kualitas hasil
pengelasan hasil Build-Up, maka pengujian terhadap logam las perlu
dilakukan. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian kekerasan dan
pengujian struktur mikro yang akan diperlukan untuk melihat hasil dari
pengelasan dengan metode Build-Up.
2.9.1 Uji Kekerasan (Hardness Test)
Kekerasan suatu bahan adalah kemampuan sebuah material untuk
menerima beban tanpa mengalami deformasi plastis yaitu tahan
terhadap identasi, tahan terhadap penggoresan, tahan terhadap aus,
15
tahan terhadap pengikisan (abrasi). Kekerasan suatu bahan merupakan
sifat mekanik yang paling penting, karena kekerasan dapat digunakan
untuk mengetahui sifat-sifat mekanik yang lain, yaitu strenght
(kekuatan). Bahkan nilai kekuatan tarik yang dimiliki suatu material
dapat dikonversi dari kekerasannya (William D. Callister, 2004).
Seperti pada Gambar 2.4 berikut ini.
Gambar 2.4 Sifat Bahan dengan Nilai Kekerasan (William D. Callister, 2004)
Ada beberapa metode pengujian kekerasan yang digunakan untuk
menguji kekerasan logam, yaitu :
1. Metode Pengujian Kekerasan Brinell
2. Metode Pengujian Kekerasan Vickers
3. Metode Pengujian Kekerasan Rockwell
Dari ketiga metode yang tersebut di atas, metode pengujian kekerasan
Vickers yang digunakan. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pengujian kekerasan Vickers. Pada dasarnya metode pengujian
kekerasan Vickers hampir sama dengan Brinells hanya identornya saja
yang berbeda. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode
pengujian kekerasan Vickers adalah sebagai berikut :
1. Spesimen harus memenuhi persyaratan:
a. Permukaan harus rata dan halus
b. Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan horizontal
2. Identor yang digunakan adalah pyramid intan yang beralas bujur
sangkar dengan sudut puncak antara dua sisi yang berhadapan adalah
136o.
3. Pada dasarnya semua beban bisa digunakan, kecuali untuk pelat
yang tipis harus digunakan beban yang ringan.
16
4. Pada pelaksanaannya, pengujian kekerasan ini dilakukan dengan
menekan identor pada permukaan spesimen selama 10 detik.
5. Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan DPH (Vickers
Diamond Pyramid Hardness) yang dihitung berdasarkan diagonal
identasi dengan persamaan sebagai berikut :
DPH = { 2P sin (α/2) } / d2
= 1,854 P/d2 (2)
Untuk : α = 136o
Dimana : P = Gaya tekan (kgf)
d = diagonal identasi (mm)
Persamaan ini didapatkan dari hasil tapak tekan pengujian Vickers pada
Gambar 2.5 berikut.
Gambar 2.5 Hasil Tapak Tekan Pengujian Vickers (William D.Callister, 2004).
X = d Cos 45o
= ½ d 2
Y = ½ X / Cos 22o
= (½ d 2 ) / Cos 22o
L Δ AOB = ½ X.Y
= (½ . ½ d 2 . ½ d 2 ) / Cos 22o
= (1/8 d2) / Cos 220
A = 4 L Δ AOB
= 4 (1/8 d2) / Cos 220
= (½ d2) / Cos 22o
HVN = P/A
= 1,854 P/d2
17
6. Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 150 DPH 150/10
Dimana :
150 = Nilai Kekerasan
DPH = Metode Pengujian Vickers
150 = Gaya Pembebanan (kgf)
10 = Waktu Pembebanan (detik)
7. Sama dengan pengujian kekerasan dengan Brinells, karena penguku-
ran dilakukan secara manual maka terdapat kemungkinan terjadinya
kesalahan ukur. Kesalahan itu mungkin terjadi pada saat pemfokusan
objek pada layar, peletakan alat ukur pada objek dan pembacaan
pengukurannya.
2.9.2 Uji Struktur Mikro (Micro Test)
Ilmu logam dibagi menjadi 2 bagian khusus, yaitu metalurgi dan
metalografi. Metalurgi adalah menguraikan tentang pemisahan logam
dari ikatan unsur lain atau cara pengolahan logam secara teknis,
sehingga diperoleh jenis logam atau logam paduan yang memenuhi
kebutuhan tertentu. Sedangkan metalografi adalah tentang pemeriksaan
logam untuk mengetahui sifat, struktur, temperatur, dan presentase
campuran dari logam tersebut. Metalografi terdapat dua jenis
pemeriksaan yaitu makro dan mikro. Yang dimaksud dengan
pemeriksaan makro adalah pemeriksaan bahan dengan mata kita
langsung atau memakai kaca pembesar dengan pembesaran rendah (a
low magnification). Sedangkan pemeriksaan mikro ialah pemeriksaan
bahan logam dimana bentuk kristal logam tergolong halus sehingga
diperlukan angka pembesaran lensa mikroskop antara 50 kali sampai
1000 kali atau lebih dengan menggunakan mikroskop optik.
Metalografi merupakan suatu metode untuk menyelidiki struktur logam
dengan menggunakan miroskop optik dan mikroskop elektron.
Sedangkan struktur yang terlihat pada mikroskop tersebut tersebut
disebut mikrostruktur. Pengamatan tersebut dilakukan terhadap
18
spesimen yang telah diproses sehingga bisa diamati dengan pembesaran
tertentu (William D. Callister Jr. John Wiley&Sons, 2004). Gambar 2.6
berikut menjelaskan spesimen dengan pembesaran dan lingkup
pengamatannya.
Gambar 2.6 Spesimen, Ukuran dan Bentuk Obyek Pembesaran
(William D. Callister, 2004)
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa penyelidikan
mikrostruktur berkisar 10 6 cm (batas kemampuan elektron mikroskop
hingga 10 2 cm batas kemampuan mata manusia). Biasanya objek
pengamatan yang digunakan 10 5 cm atau pembesaran 5000-30000 kali
untuk mikroskop elektron dan 10 3 cm atau order pembesaran 100-
1000 kali mikroskop optik. Agar permukaan logam dapat diamati
secara metalografi, maka terlebih dahulu dilakukan persiapan sebagai
berikut :
1. Pemotongan spesimen
Pada tahap ini, diharapkan spesimen dalam keadaan datar, sehing-
ga memudahkan dalam pengamatan.
2. Mounting spesimen (bila diperlukan)
Tahap mounting ini, spesimen hanya dilakukan untuk material
yang kecil atau tipis saja. Sedangkan untuk material yang tebal, tidak
memerlukan proses mounting.
3. Grinding dan polishing
Tahap grinding dan polishing ini bertujuan untuk membentuk per-
mukaan spesimen agar benar-benar rata. Grinding dilakukan
dengan cara menggosok spesimen pada mesin hand grinding yang
diberi kertas gosok dengan ukuran grid yang paling kasar (grid 240)
19
sampai yang paling halus. Sedangkan polishing sendiri dilakukan
dengan menggosokkan spesimen diatas mesin polishing machine
yang dilengkapi dengan kain wool yang diberi serbuk alumina
dengan kehalusan 1-0,05 mikron. Panambahan serbuk alumina ini
bertujuan untuk lebih mengahluskan permukaan spesimen sehinggan
akan lebih mudah melakukan metalografi.
4. Etsa (etching)
Proses etsa ini pada dasarnya adalah proses korosi atau mengorosi-
kan permukaan spesimen yang telah rata karena proses grinding dan
polishing menjadi tidak rata lagi. Ketidakrataan permukaan spesimen
ini dikarenakan mikro struktur yang berbeda akan dilarutkan dengan
kecepatan yang berbeda, sehingga meninggalkan bekas permukaan
dengan orientasi sudut yang berbeda pula. Pada pelaksanaannya,
proses etsa ini dilakukan dengan cara mencelupkan spesimen pada
cairan etsa dimana tiap jenis logam mempunyai cairan etsa (etching
reagent) sendiri-sendiri. Perhatikan Gambar 2.7 yang menunjukkan
pengaruh efek proses etsa permukaan spesimen yang telah men-
galami proses grinding dan polishing.
Gambar 2.7 Efek proses etsa permukaan spesimen (William D.Callister, 2004)
Setelah permukaan spesimen dietsa, maka spesimen tersebut siap
untuk diamati di bawah mikroskop dan pengambilan foto
metalografi. Pengamatan metalografi pada dasarnya adalah melihat
perbedaan intensitas sinar pantul permukaan logam yang
dimasukkan ke dalam mikroskop sehingga terjadi gambar yang
berbeda (gelap, agak terang, terang). Dengan demikian apabila
seberkas sinar di kenakan pada permukaan apesimen maka sinar
tersebut akan dipantulkan sesuai dengan orientasi sudut permukaan
bidang yang terkena sinar. Semakin tidak rata permukaan, maka
semakin sedikit intensitas sinar yang terpantul ke dalam mikroskop.
20
Akibatnya, warna yang tampak pada mikroskop adalah warna hitam.
Sedangkan permukaan yang sedikit terkorosi akan tampak berwarna
terang (putih) sebagaiman ditunjukkan pada Gambar 2.8 berikut.
Gambar 2.8 Pantulan Sinar Pengamatan Metalografi (William D. Callister, 2004)
2.10 Estimasi Biaya
Estimasi biaya adalah proses meramalkan atau memperkirakan dan
menghitung biaya untuk menyelesaikan berbagai macam jenis proyek atau
pekerjaan yang dilakukan sebuah perusahaan agar pengeluaran biaya
perusahaan dapat diprediksi. Estimasi diperlukan untuk :
a. Mendukung keputusan yang baik
b. Menjadwalkan pekerjaan
c. Menentukan berapa lama proyek perlu dilakukan dan berapa biayanya
d. Menentukan apakah proyek layak dikerjakan
e. Menentukan seberapa baik kemajuan proyek
Faktor yang mempengaruhi kualitas estimasi :
a. Perencanaan proyek
b. Durasi proyek
c. Sumber daya manusia proyek
d. Struktur dan organisasi proyek
e. Menaikkan estimasi proyek
f. Organisasi proyek
g. Faktor lain
21
22
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alur Penelitian
Metodologi penelitian yang akan dilakukan pada percobaan ini
berdasarkan flow chart seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 berikut.
Mulai
Studi lapangan Studi literatur
Pengumpulan data
Persiapan bahan dan alat
Proses build up misdrilled hole
A
Identifikasi masalah
Proses
SMAW
Proses
GMAW
Proses
FCAW
23
Gambar 3.1 Flow Chart Penelitian (Sumber : Dokumen pribadi)
3.2 Studi Literatur
Studi literatur meliputi pengumpulan sumber- sumber referensi dan data
yang dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan spesimen, pelaksanaan proses
pengelasan dan pengujian serta penyelesaian laporan tugas akhir, laporan
penelitian, beberapa referensi yang berhubungan dengan objek yang akan
dibahas serta sumber-sumber lainya.
3.3 Studi Lapangan
Studi lapangan meliputi identifikasi masalah-masalah yang sering
dihadapi di industri atau manufaktur. Permasalahan-permasalahan tersebut
dianalisa dan diajukan menjadi sebuah judul karya tulis untuk dicari solusi
dari masalah tersebut.
Pengujian :
a. Kekerasan
b. Struktur mikro
Analisis data dan pembahasan
Kesimpulan
Selesai
A
Perhitungan
estimasi biaya
24
3.4 Pengumpulan Data
Tahap persiapan data merupakan tahap untuk mempersiapkan dan
mengumpulkan data yang berhububungan dengan permasalahan yang
didapat. Data yang akan dipersiapkan dan dikumpulkan tersebut berupa data
primer dan sekunder.Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data
primer yang diperoleh dari hasil eksperimen. Faktor-faktor yang digunakan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.4.1 Faktor kontrol
Faktor kontrol merupakan faktor yang dapat dikendalikan dan nilainya
dapat ditentukan berdasarkan tujuan dari penelitian yang akan
dilakukan dan pertimbangan yang lain. Dalam penelitian ini hanya
menggunakan satu faktor kontrol yaitu kondisi material. Adapun
kondisi material yang digunakan pada proses las sebagai berikut:
a. Material SS 400 yang sudah mengalami proses build-up dengan
proses pengelasan SMAW
b. Material SS 400 yang sudah mengalami proses build-up dengan
proses pengelasan GMAW
c. Material SS 400 yang sudah mengalami proses build-up dengan
proses pengelasan FCAW
3.4.2 Faktor konstan
Faktor konstan merupakan faktor yang tidak diteliti dalam penelitian.
Nilai faktor ini tidak di jaga selalu konstan agar tidak berubah selama
percobaan, sehingga tidak mempengaruhi hasil penelitian secara
signifikan. Faktor-faktor yang menjadi faktor konstan pada penelitian
ini adalah :
a. Material yang digunakan adalah SS 400
b. Ampere
c. Voltage
d. Kecepatan las
e. Jenis filler metal yang digunakan
f. Diameter filler metal yang digunakan
g. Media pendinginan udara
25
3.5 Bahan dan Peralatan
Bahan dan peralatan penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
3.5.1 Bahan Penelitian
Informasi lengkap mengenai bahan penelitian sebagai berikut:
a. Material yang digunakan adalah SS 400. Material ini memiliki
dimensi 75 mm x 75 mm x 12 mm. Detail dimensi material yang
digunakan ditunjukkan pada Gambar 3.2 di bawah ini.
Gambar 3.2 Detail dimensi material (Sumber : Dokumen Pribadi)
b. Elektroda yang digunakan adalah E 71T1, E7018 dan ER70S-6
3.5.2 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya mesin las,
mesin hardness, peralatan ukur, dan peralatan bantu. Peralatan tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Mesin Las FCAW
Proses pengelasan dilakukan dengan proses las FCAW. Parameter–
parameter yang digunakan untuk setiap spesimen adalah sama, baik
itu arus, kecepatan pengelasan dan tegangan.
b. Logam pengisi
Pada pengelasan FCAW pada percobaan kali ini menggunakan
elektroda E-71T1.
26
c. Mesin Las SMAW
Proses pengelasan dilakukan dengan proses las SMAW. Parameter–
parameter yang digunakan untuk setiap spesimen adalah sama, baik
itu arus, kecepatan pengelasan dan tegangan.
d. Logam Pengisi
Pada pengelasan SMAW pada percobaan kali ini menggunakan
elektroda E 7018. Pada pengelasan GMAW pada percobaan kali ini
menggunakan elektroda ER 70S-6.
e. Proses pengelasan dilakukan dengan proses las GMAW. Parameter–
parameter yang digunakan untuk setiap spesimen adalah sama, baik
itu arus, kecepatan pengelasan dan tegangan.
f. Peralatan Ukur
Peralatan ukur ini membantu dalam proses persiapan selama
penelitian berlangsung adalah penggaris.
g. Alat bor atau drilling
Alat ini digunakan untuk melubangi material nanti agar membentuk
lubang supaya bisa dilakukan Build Up setelahnya. Disini kita
menggunakan alat pengeboran dengan jenis duduk dengan mata bor
sebesar 25 mm.
h. Peralatan Bantu
Peralatan bantu ini digunakan untuk membantu selama proses sebe-
lum dan setelah pengelasan dilakukan :
1) Gerinda
2) Gergaji potong
3) Semi automatic flame cutting
4) Capping Hammer
5) Sikat kawat
6) Kamera dokumentasi
27
3.6 Rancangan Penilitian
3.6.1 Prosedur Percobaan
Percobaan yang akan dilakukan mengikuti langkah – langkah
percobaan sebagai berikut :
a. Menyiapkan spesimen yang meliputi penyesuaian ukuran,
peralatan dan penghalusan permukaan, serta pembersihan dari
kotoran-kotoran yang dapat mengganggu proses pengelasan.
b. Memasang material pada dudukan bor dan penguncian material
agar pada saat pengeboran material tidak bergeser. Kemudian
pengecekan ukuran mata bor sudah pada ukuran yang
diinginkan.
c. Pelubangan material dimulai sesuai prosedur pengeboran.
d. Memasang spesimen pada bawah mesin las dan mengelas
sebagian dari spesimen yang tidak mengalami proses
pengelasan untuk menjaga agar spesimen tidak terjadi
perubahan arah pengelasan.
e. Memeriksa diameter kawat elektroda pada jalur roll yang
sesuai dengan rancangan eksperimen.
f. Pengisian lubang pada spesimen yang sudah di bor tadi dengan
pengelasan.
g. Melaksanakan proses pengelasan sesuai prosedur.
3.6.2 Pengujian Spesimen
Setelah pengelasan selesai selanjutnya dilakukan pengujian untuk
mengetahui data pada hasil pengelasan. Jenis-jenis pengujian yang
akan dilakukan antara lain:
a. Pengujian Kekerasan (Hardness test)
1) Persiapan material uji yang meliputi :
a) Material uji dihaluskan permukaan yang akan di amati
dengan menggunakan polishing machine.
b) Material uji di – Etching (dietsa)
c) Material uji di bilas dengan air dan disemprotkan alcohol
kemudian dikeringkan dengan menggunakan dryer.
28
2) Alat tes kekerasan harus dikalibrasi terlebih dahulu.
3) Alat tes kekerasan harus tegak lurus dengan spesimen
4) Letakan spesimen pengujian dan atur dengan tepat titik
penetrasi yang telah ditentukan.
5) Tentukan titik lokasi yang akan dipenetrasi, kemudian tentukan
jarak antar titiknya.
6) Tentukan berapa beban yang akan digunakan.
7) Setelah 10 detik akan muncul penetrasi yang terjadi.
8) Ukur dimensi penetrasi, kemudian catat pada laporan kerja.
9) Lakukan prosedur d sampai prosedur h untuk masing-masing
titik yang telah ditentukan.
10) Lakukan berulang untuk semua spesimen uji.
b. Photo Micro
1) Pemotongan Spesimen dimana proses ini tidak dilakukan pada
praktik metalografi, karena spesimen yang disediakan telah
dipotong dengan ukuran tertentu. Hal ini bertujuan untuk
mempersingkat waktu.
2) Proses grinding meliputi :
a) Mengambil kertas gosok yang paling kasar (grid 80 ) yang
telah digunting sesuai dengan bentuk piringan hand grind-
ing dan pasang pada polishing machine.
b) Menyalakan polishing machine, buka katup sehingga air
mengalir di kertas gosok tersebut dan sampai permukaan
halus.
c) Mengangkat spesimen dan amati permukaan yang digosok.
Bila masih ada goresan yang tidak searah dengan orientasi
gosokkan, gosok lagi sampai tidak ada lagi goresan yang
tidak searah.
d) Bila goresan sudah searah, matikan polishing machine dan
aliran air, kemudian ganti kertas gosok dengan grid yang
lebih halus ( 100, 240,360, 500,1000 dan 2000) dan gosok
lagi seperti langkah sebelumnya.
29
e) Bila proses grinding telah selesai, mematikan polisher
kemudian cuci spesimen dengan air. Hal yang perlu di per-
hatikan dalam proses grinding yaitu setiap pergantian kertas
gosok maka arah orintasi penggosokan harus tegak lurus
dengan arah orientasi penggosokan sebelumnya
3) Etsa meliputi :
a) Menyiapkan alat-alat yang diperlukan seperti : pipet, cawan
kimia dan hair dryer yang telah dibersihkan terlebih dahulu
b) Mengambil HNO3 2 ml dengan pipet dan tuangkan ke
cawan kimia.
c) Kemudian campur Alkohol 98 %.
d) Masukkan spesimen ke dalam cawan kimia tersebut selama
beberapa detik dan ambil kembali kemudian disiram dengan
air.
e) Mengeringkan spesimen dengan dryer.
f) Menggunakan mikroskop.
Meletakkan spesimen dibawah lensa mikroskop
Mengatur pembesaran (100x,200x dan 500x)
Menyalakan lampu dan mengatur fokusnya
Menggambar struktur mikro yang tampak pada lebar
kerja
Apabila telah selesai, matikan lampu
Menganalisa gambar struktur mikro spesimen.
30
3.7 Perhitungan Estimasi Biaya
Estimasi biaya pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
perbandingan hasil perhitungan biaya penggunaan proses pengelasan saat
dilakukannya proses build up pada pengerjaan gallery conveyor. Adapun
data-data yang harus diambil pada pengerjaan estimasi biaya dari ketiga
proses pengelasan ini yaitu :
a. Harga filler
b. Gaji welder
c. Harga gas
d. Konsumsi filler untuk setiap joint
e. Biaya welder untuk setiap joint
f. Konsumsi listrik
3.8 Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk meneliti dan membuktikan hasil pengujian
kekerasan, hasil pengujian struktur mikro dan perhitungan estimasi biaya
untuk proses build-up pada misdrillied hole.
3.9 Kesimpulan dan Saran
Setelah melakukan identifikasi penyebab maka selanjutnya diambil suatu
kesimpulan dan saran mengenai hasil penelitian bagaimana pengaruh build up
terhadap material SS 400 pada struktur mikro, nilai kekerasan dan estimasi
biayanya.
31
(halaman sengaja dikosongkan)
32
BAB 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Parameter Pengelasan
Pada proses build up spesimen menggunakan mesin SMAW,GMAW dan
FCAW dengan menggunakan gas C02. Proses build up pada spesimen ini
dilakukan di bengkel PT. Lintech Seaside Facility (LSF) dengan parameter
pengelasan diperoleh sebagai berikut:
Material : SS 400
Bentuk : Plat dengan tebal 12 mm
Proses Pengelasan : GMAW, FCAW dan SMAW
Posisi : 1G
Jenis filler :ER 70S-6, E71T1 dan E7018
Diameter filler :1,2mm dan 3,2 mm
Hasil parameter pengelasan build up dengan proses GMAW dapat dilihat
pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4. 1 Parameter Pengelasan Build Up
Build Up Proses GMAW
Spesimen GMAW 1
Weld layer Polaritas Elektroda Dia.(mm) Ampere
(A)
Voltase
(V)
Travel
Speed
(mm/min)
Heat
input
(kj/mm)
Layer 1 DCRP ER 70S-6 1.2 135 24 194,48 1,00
Layer 2 DCRP ER 70S-6 1.2 134 23 163,36 1,13
Layer 3 DCRP ER 70S-6 1.2 135 25 181,51 1,12
Spesimen GMAW 2
Layer 1 DCRP ER70S-6 1.2 140 25 194,48 1,08
Layer 2 DCRP ER70S-6 1.2 138 24 173,79 1,14
Layer 3 DCRP ER70S-6 1.2 140 25 157,08 1,34
Spesimen GMAW 3
Layer 1 DCRP ER70S-6 1.2 140 25 204,20 1,03
Layer 2 DCRP ER70S-6 1.2 138 24 181,51 1,09
Layer 3 DCRP ER70S-6 1.2 138 24 189,95 1,05
Sumber : Hasil Penelitian, 2019
33
Hasil parameter pengelasan build up dengan proses pengelasan FCAW
dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini
Tabel 4. 2 Parameter Pengelasan Build Up
Build Up Proses FCAW
Spesimen FCAW 1
Weld layer Polaritas Elektroda Dia.(mm) Ampere
(A)
Voltase
(V)
Travel
Speed
(mm/min)
Heat
input
(kj/mm)
Layer 1 DCRP E71T-1 1.2 188 22 233,37 1,06
Layer 2 DCRP E71T-1 1.2 185 21 204,20 1,14
Layer 3 DCRP E71T-1 1.2 185 21 247,52 0,94
Spesimen FCAW 2
Layer 1 DCRP E71T-1 1.2 182 21 226,89 1,01
Layer 2 DCRP E71T-1 1.2 184 22 226,89 1,07
Layer 3 DCRP E71T-1 1.2 185 22 214,95 1,14
Spesimen FCAW 3
Layer 1 DCRP E71T-1 1.2 188 23 204,20 1,27
Layer 2 DCRP E71T-1 1.2 186 22 233,37 1,05
Layer 3 DCRP E71T-1 1.2 185 22 226,89 1,08
Sumber : Hasil Penelitian, 2019
Hasil parameter pengelasan build up dengan proses pengelasan SMAW dapat
dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini
Tabel 4. 3 Parameter Pengelasan Build Up
Build Up Proses SMAW
Spesimen SMAW 1
Weld layer Polaritas Elektroda Dia.(mm) Ampere
(A)
Voltase
(V)
Travel
Speed
(mm/min)
Heat
input
(kj/mm)
Layer 1 DCRP E7018 3.2 110 25 194,48 0,85
Layer 2 DCRP E7018 3.2 115 24 204,20 0,81
Layer 3 DCRP E7018 3.2 115 24 181,51 0,91
Spesimen SMAW 2
Layer 1 DCRP E7018 3.2 112 25 189,95 0,88
Layer 2 DCRP E7018 3.2 116 26 194,48 0,93
Layer 3 DCRP E7018 3.2 115 24 181,51 0,91
Spesimen SMAW 3
Layer 1 DCRP E7018 3.2 114 25 199,22 0,86
Layer 2 DCRP E7018 3.2 115 26 189,95 0,94
Layer 3 DCRP E7018 3.2 115 25 185,64 0,93
Sumber : Hasil Penelitian, 2019
34
4.2 Hasil Pengujian Mikro
Pengujian mikro dilakukan untuk mengetahui struktur mikro yang
terbentuk setelah dilakukan proses pengelasan metode Build Up dengan
menggunakan variasi proses pengelasan FCAW, SMAW dan GMAW
dengan perbesaran yang digunakan adalah sebesar 200x dan 500x. Pengujian
mikro dilakukan di laboratorium uji bahan Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya (PPNS). Hasil pengujian struktur mikro pada bagian spesimen yang
telah mengalami Build Up menggunakan proses pengelasan FCAW, GMAW
dan SMAW didapatkan fasa yang terbentuk pada weld metal, HAZ maupun
base metal berupa ferit dan pearlit. Struktur mikro ferit terlihat berwarna
putih sedangkan untuk struktur mikro pearlite terlihat berwarna hitam. Untuk
hasil pengujian struktur mikro pada spesimen yang telah mengalami Build Up
menggunakan filler E71T-1 didapatkan fasa yang terbentuk pada bagian weld
metal berupa fasa pearlite.
4.2.1 Pengujian Struktur Mikro Pada Base Metal
Spesimen GMAW
Perbesaran 200x Perbesaran 500x
Spesimen FCAW
Perbesaran 200x Perbesaran 500x
Ferrite
pearlite
35
Spesimen SMAW
Perbesaran 200x Perbesaran 500x
Gambar 4.3.1 hasil uji struktur mikro base metal
Analisis hasil pengujian Struktur Mikro Pengelasan Build Up.
Berdasarkan dari Gambar 4.3.1 hasil Uji struktur mikro base metal
terdapat fasa pearlite daripada fasa ferrite. Dimana kedua fasa ini
tidak terlalu banyak perbedaan signifikan bahkan cenderung sama.
36
4.2.2 Pengujian Struktur Mikro Pada HAZ
Spesimen GMAW
Perbesaran 200x Perbesaran 500x
Gambar 4.3.1 hasil uji mikro HAZ
Analisis hasil pengujian Struktur Mikro Pengelasan Build Up
Berdasarkan dari Gambar 4.3.1 hasil pengujian mikro pada HAZ
didapatkan bahwa daerah HAZ pada proses FCAW memiliki
butiran lebih rapat dan mengandung banyak presentase pearlite.
Diikuti oleh proses SMAW lalu proses GMAW. Hal ini dibuktikan
oleh kekerasan, dimana pada proses FCAW memiliki nilai
kekerasan yang lebih besar dari pada proses SMAW dan GMAW.
Spesimen FCAW
Perbesaran 200x Perbesaran 500x
Spesimen SMAW
Perbesaran 200x Perbesaran 500x
ferrite
pearlite
37
4.2.3 Pengujian Struktur Mikro Pada weld metal
Spesimen GMAW
Perbesaran 200x Perbesaran 500x
Spesimen FCAW
Perbesaran 200x Perbesaran 500x
Spesimen SMAW
Perbesaran 200x Perbesaran 500x
Gambar 4.3.1 hasil uji mikro pada weld metal
Analisis hasil pengujian Struktur Mikro Pengelasan Build Up
Berdasarkan dari Gambar 4.3.1 hasil pengujian mikro pada weld
metal didapatkan bahwa daerah weld metal pada proses FCAW
memiliki butiran lebih rapat dan mengandung banyak presentase
pearlite. Diikuti oleh proses SMAW lalu proses GMAW. Hal ini
dibuktikan oleh kekerasan, dimana pada proses FCAW memiliki
nilai kekerasan yang lebih besar dari pada proses SMAW dan
GMAW. Struktur Pearlite memiliki sifat kekerasan lebih dari pada
struktur ferrite, karena struktur mikro pearlite terbentuk dari ferrite
juga.
pearlite
ferrite
38
4.3 Hasil Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan pada
masing-masing bagian disetiap variasi proses. Pengujian kekerasan ini
menggunakan metode vickers dengan pembebanan sebesar 5 kgf dengan
dwell time selama 10 detik, dimana pengujian kekerasan dilakukan pada
daerah base metal, weld metal, dan HAZ. Penempatan titik untuk pengujian
kekerasan ini ditunjukan pada Gambar 4.2 sebagai berikut.
Gambar 4.1 Letak Identasi Pengujian Kekerasan (Sumber : Dokumen Pribadi)
4.3.1 Build Up Proses GMAW
Pada Tabel 4.4 berikut menunjukan hasil dari pengujian kekerasan
pada proses build up dengan proses GMAW.
Tabel 4. 4 Nilai Kekerasan Pada Build Up Proses GMAW
Build Up Proses GMAW
Lokasi Posisi Nilai Kekerasan
(HV)
Rata- rata
(HV)
BM
1 139,26
140,44 2 139,99
3 139,07
HAZ
1 144,03
146,36 2 145,53
3 149,51
WM
1 167,73
169,58 2 170,41
3 170,61
(Sumber : Hasil Penelitian, 2019)
39
4.3.2 Build Up Proses FCAW
Pada Tabel 4.5 berikut menunjukan hasil dari pengujian kekerasan
pada proses build up dengan proses FCAW.
Tabel 4. 5 Nilai Kekerasan Pada Build Up Proses FCAW
Build Up Proses FCAW
Lokasi Posisi Nilai Kekerasan
(HV)
Rata- rata
(HV)
BM
1 148,09
146,14 2 142,36
3 143,52
HAZ
1 160,56
158,11 2 153,23
3 160,54
WM
1 187,95
189,49 2 188,50
3 192,03
(Sumber : Hasil Penelitian, 2019)
4.3.3 Build Up Proses SMAW
Pada Tabel 4.6 berikut menunjukan hasil dari pengujian kekerasan
pada proses build up dengan proses SMAW.
Tabel 4. 6 Nilai Kekerasan Pada Build Up Proses SMAW
Build Up Proses SMAW
Lokasi Posisi Nilai Kekerasan
(HV)
Rata- rata
(HV)
BM
1 141.86
142,7 2 140.63
3 140,70
HAZ
1 150,33
150,01 2 149,69
3 148,,65
WM
1 174,13
173,88 2 173,73
3 173,78
(Sumber : Hasil Penelitian, 2019)
40
4.3.4 Grafik Perbandingan Nilai Kekerasan Antar Variasi
Untuk detail grafik hasil uji kekerasan pada daerah weld metal, HAZ
dan base metal dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut.
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Nilai Kekerasan (sumber: hasil penelitian 2019)
4.3.5 Analisis Hasil Uji Kekerasan Pengelasan Build Up
Berdasarkan data yang tertera pada Gambar 4.3 proses pengelasan
GMAW, SMAW, dan FCAW, nilai kekerasan tertinggi didapatkan
pada Weld metal, diikuti oleh HAZ lalu Base metal. Untuk rata-rata
kekerasan weld metal pada proses GMAW didapatkan nilai 169,58
HVN, untuk proses SMAW didapatkan nilai kekerasan rata-rata
173,88 HVN, lalu untuk proses FCAW didapatkan nilai kekerasan
rata-rata 189,49 HVN. Hal ini dipengaruhi oleh hasil struktur
mikronya. Dimana pada proses FCAW struktur mikronya cenderung
memiliki lebih banyak pearlite daripada proses SMAW dan GMAW.
Maka weld metal pada FCAW lebih besar nilai kekerasannya. Untuk
rata-rata kekerasan HAZ pada proses GMAW didapatkan nilai 146,36
HVN, untuk proses SMAW didapatkan nilai kekerasan rata-rata
150,01 HVN, lalu untuk proses FCAW didapatkan nilai kekerasan
rata-rata 158,11 HVN. Hal ini dipengaruhi oleh hasil struktur
mikronya. Dimana pada proses FCAW struktur mikronya cenderung
memiliki lebih banyak pearlite daripada proses SMAW dan GMAW.
Maka haz pada FCAW lebih besar nilai kekerasannya.
41
4.4 Perhitungan Estimasi Biaya
Pada sub bab ini dibagi menjadi beberapa perhitungan yang nantinya
memudahkan untuk menemukan hasil yang sebenarnya. Berikut ini dilakukan
perhitungan consumable pengelasan, gaji welder dan biaya listrik.
4.4.1 Menghitung biaya Build Up pengelasan SMAW
Berat elektroda = 0,08 kg
Kebutuhan elektroda = 0,08 kg xRp 40.000
= Rp 3.200,-
Gaji welder =125 detik x Rp 4,2/detik
= Rp.525,00 ,-
Biaya listrik = 2,71 KW x Rp.1.300 kw jam
= Rp.3.523 x0,034 jam
= Rp.119,-
Total biaya pemakaian = Rp.3.900,-
4.4.2 Menghitung biaya Build Up pengelasan FCAW
Berat filler = 0,084 kg
Kebutuhan filler = 0,084 kg x Rp.26.666/kg
= Rp.2.240,-
Gaji welder = 67 detik x Rp. 4,2/detik
= Rp.281,-
Biaya listrik = 3,885 KW xRp 1300 KW jam
= Rp.5.050 x 0,018
= Rp.90,-
Kebutuhan gas = 67detik x 0,25 L/detik x Rp.83
= Rp.1.396,-
Total biaya Pemakaian = Rp. 4.007,-
42
4.4.3 Menghitung biaya Build Up pengelasan GMAW
Berat filler = 0,084 Kg
Kebutuhan filler = 0,084 Kg x 33.333 / Kg
= Rp. 2.800 ,-
Gaji welder = 74 detik x Rp. 4,2/ detik
= Rp. 281,-
Biaya Listrik = 3,288 Kw x Rp. 1300 / KW jam
= Rp.4.274 x 0,02
= Rp.85,-
Kebutuhan gas = 74 detik x 0,025 L/ detik x Rp. 83
= Rp.1542,-
Total biaya pemakaian = Rp.4.708,-
Dari perhitungan estimsi biaya Build Up miss drill hole dengan menggunakan
proses pengelasan SMAW, FCAW dan GMAW dapat diperoleh bahwa proses
pengelasan SMAW Rp.3.900,- lebih murah dari pada menggunakan proses
pengelasan FCAW Rp. 4.007,- dan GMAW Rp.4.708,- . Hal ini didukung dengan
proses pengelasan SMAW tidak menggunakan gas pelindung Co2 dan dapat
ditinjau dari perhitungan 4.4.1.
43
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh Build Up
menggunakan proses SMAW, GMAW dan FCAW terhadap kekerasan,
struktur mikro dan estimasi biaya dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil
pengujian adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil pengujian kekerasan didapatkan data bahwa nilai kekerasan
pada spesimen yang mengalami Build Up dengan proses pengelasan
FCAW mempunyai nilai kekerasan yang lebih besar daripada spesimen
yang mengggunakan proses SMAW dan GMAW Dari data hasil uji
kekerasan dapat diketahui bahwa nilai kekerasan paling tinggi pada daerah
weld metal terdapat pada spesimen Build Up menggunakan elektroda
E71T-1 dengan nilai sebesar 189,49 HVN
2. Dari hasil pengujian struktur mikro didapatkan data bahwa pada daerah
base metal dan HAZ terdapat fasa ferit (α) dan perlit (α+Fe3C). Pada
daerah weld metal elektroda E71T-1 terdapat fasa ferit (α) dan perlit
(α+Fe3C), untuk daerah weld metal E71T-1 memiliki butiran lebih rapat
dan mengandung banyak presentase perlit daripada base metal dan HAZ.
3. Dari hasil perhitungan estimasi biaya didapatkan data bahwa pada proses
pengelasan SMAW membutuhkan biaya paling murah dibanding proses
pengelasan FCAW dan GMAW.
44
5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian ini terdapat saran yang perlu diperhatikan
untuk peningkatan pada hasil penelitian selanjutnya, antara lain:
1. Melakukan proses Build Up sebaiknya dilakukan oleh orang yang sudah
ahli dalam hal tersebut terutama untuk proses pengelasan GMAW dan
FCAW agar mendapatkan hasil yang bagus dan meminimalisir kesalahan.
2. Pembersihan slag harus diperhatikan pada lubang Build up untuk
meminimalisir cacat pengelasan.
3. Hendaknya semua proses pengelasan metode Build Up dilakukan sesuai
prosedur agar hasil pengelasan yang didapatkan memenuhi standar.
4. Melakukan polishing yang sangat halus kemudian pemberian cairan etsa
dengan takaran yang ditentukan agar gambar struktur mikro dapan dilihat
lebih jelas lagi.
45
DAFTAR PUSTAKA
Amanto, H., & Daryanto. (1999). Ilmu Bahan. Jakarta: Bumi Aksara.
American Welding Society,(2015), Structural Weldinng Code – Steel, Miami.
American Welding Society Handbook Ninth Edition Volume 4,(2015), Miami.
ASME Section II A.(2015) material spesification New York.
ASME Section II C (2015). Spesification for Welding electrode, and filler Metal.
New York
Callister William. (2004). Material Science and Engineering an Introduction.
New York
Duka, Edlira. (2012). Connection Between Micro and Macro HardnessPearlitic-
Ferritic Steel. Polytechnic University of Tirana: Albania
Vlack, V., Ilmu dan Teknologi, Bahan terj.Sriati Djaprie, Cetakan ke-empat,
ERLANGGA, Jakarta, 1981
Wiley&Sons, W. D. (2004). Material Science and Engineering: An Introduction”.
Utah. John Wiley & Sons, Inc.
Wiryosumatro, H. d. (1996). Teknologi Pengelasan Logam”. Jakarta. Pradnya
Paramita.
46
(halaman sengaja dikosongkan)
47
Lampiran 1. Dokumentasi Pengelasan
48
(halaman sengaja dikosongkan)
49
50
(halaman sengaja dikosongkan)
51
52
(halaman sengaja dikosongkan)
53
54
(halaman sengaja dikosongkan)
55
56
(halaman sengaja dikosongkan)
57
58
(halaman sengaja dikosongkan)
59
60
(halaman sengaja dikosongkan)
61
62
(halaman sengaja dikosongkan)
63
64
(halaman sengaja dikosongkan)
65
66
(halaman sengaja dikosongkan)
67
68
(halaman sengaja dikosongkan)
69
Lampiran 2. mill certificate SS 400
70
(halaman sengaja dikosongkan)
71
Lampiran 3. mill certificate filler ER 70S-6
72
(halaman sengaja dikosongkan)
73
Lampiran 4. Mill Certificate filler E71T1
74
(halaman sengaja dikosongkan)
75
Lampiran 5. Mill Certificate E7018
76
(halaman sengaja dikosongkan)
77
Lampiran 6. WPS GMAW
78
(halaman sengaja dikosongkan)
79
80
(halaman sengaja dikosongkan)
81
Lampiran 7. WPS FCAW
82
(halaman sengaja dikosongkan)
83
84
(halaman sengaja dikosongkan)
85
BIOGRAFI PENULIS
DATA PRIBADI
Nama : Ilham Wicaksono
Tempat, Tanggal Lahir : Gresik, 23 Mei 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jurusan : Teknik Bangunan Kapal
Program Studi : D4 Teknik Pengelasan
NRP : 0715040063
Alamat : Ds. Sukorejo, RT. 01 RW. 01, Kec. Bungah,
Kab. Gresik
No. Hp : 081235675755
Email : [email protected]
Nama Orang Tua/Wali : Syafi’i / Sumaimah
Alamat Orang Tua/Wali : Ds. Sukorejo, RT. 01 Rw. 01, Kec. Bungah,
Kab. Gresik
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. SDN Sukorejo Bungah, Lulusan Tahun 2009
2. SMP Negeri 1 Bungah, Lulusan Tahun 2012
3. SMK Semen Gresik , Lulusan Tahun 2015
86
(halaman sengaja dikosongkan)