Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill....

90
ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR PASIR SEMBUNG KABUPATEN CIANJUR (Aplikasi Model IPAT) NASYA FATHIRAS DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Transcript of Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill....

Page 1: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT

PEMBUANGAN AKHIR PASIR SEMBUNG

KABUPATEN CIANJUR

(Aplikasi Model IPAT)

NASYA FATHIRAS

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

i

RINGKASAN

NASYA FATHIRAS. Analisis Pengelolaan Sampah di Tempat Pembuangan

Akhir Pasir Sembung Kabupaten Cianjur (Aplikasi Model IPAT). Dibimbing oleh

PINI WIJAYANTI

Peningkatan volume timbunan sampah di Kabupaten Cianjur

menyebabkan tempat pembuangan akhir Pasir Sembung merubah metode

pengelolaan sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan

tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu

kendala bagi pihak pengelola. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis pengelolaan sampah di TPA Pasir Sembung Kabupaten Cianjur.

Tujuan khusus penelitian ini yaitu: (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi volume timbunan sampah di TPA Pasir Sembung Kabupaten

Cianjur; (2) evaluasi kelayakan finansial pengelolaan TPA Pasir Sembung dengan

sistem control landfill; (3) merumuskan kebijakan yang dapat digunakan dalam

pengelolaan TPA Pasir Sembung Kabupaten Cianjur.

Penelitian ini dilakukan di TPA Pasir Sembung Kabupaten Cianjur.

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pengambilan

data dilakukan pada bulan Maret-April 2011. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil

wawancara dengan menggunakan metode snowball sampling dalam pengambilan

sampel. Data sekunder diperoleh dari DKP, Tata Ruang dan Pemukiman, BPS,

Bappeda, KLH Kabupaten Cianjur, jurnal, buku, dan data lainnya. Identifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi volume timbunan sampah dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan model IPAT yang diuji menggunakan analisis regresi

linier berganda. Berdasarkan faktor-faktor tersebut kemudian dilakukan

pemodelan volume timbunan sampah di TPA selama sepuluh tahun ke depan.

Evaluasi Kelayakan finansial pengelolaan TPA dikaji menggunakan analisis biaya

manfaat, sedangkan untuk merumuskan kebijakan dalam pengelolaan TPA

menggunakan analisis deskriptif. Pengolahan data dilakukan menggunakan

Microsoft Exel 2010, Minitab 14.0 for Windows, dan Vensim version 5.6b.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

volume timbunan sampah dilihat berdasarkan pendekatan model IPAT adalah

jumlah populasi dan tingkat pendapatan. Faktor-faktor tersebut diuji

menggunakan analisis regresi pada taraf nyata 5 %. Teknologi pengolahan

sampah diduga tidak berpengaruh signifikan dikarenakan perubahan biaya yang

digunakan sebagai satuan dalam analisis regresi memiliki pengaruh yang kecil.

Pengelolaan TPA Pasir sembung dilihat berdasarkan kriteria kelayakan yaitu nilai

NPV, Net dan Gross B/C, dan IRR layak untuk dijalankan. Pengelolaan TPA ini

merupakan proyek pemerintah yang harus dijalankan secara optimal. Berdasarkan

hasil penelitian, kebijakan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan TPA adalah

penetapan Perda mengenai pengelolaan sampah, penetapan anggaran pemerintah

untuk pengelolaan TPA dan juga besaran retribusi yang ditingkatkan, dan

dilakukan pengolahan sampah dengan sistem 3R (reduce, reuse, recycle).

Kata Kunci: Populasi, pendapatan per kapita, pengolahan sampah, IPAT

Page 3: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT

PEMBUANGAN AKHIR PASIR SEMBUNG

KABUPATEN CIANJUR

(Aplikasi Model IPAT)

NASYA FATHIRAS

H44070049

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 4: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

ii

Judul Skripsi : Analisis Pengelolaan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir

Pasir Sembung Kabupaten Cianjur (Aplikasi Model IPAT)

Nama : Nasya Fathiras

NIM : H44070049

Disetujui

Pini Wijayanti, SP, M.Si Nuva, SP, M.Sc

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 5: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Pengelolaan Sampah di

Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung Kabupaten Cianjur (Aplikasi Model

IPAT) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi

yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2011

Nasya Fathiras

H44070049

Page 6: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara

moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ayahanda (Syarif Hamzah), Ibunda (Hana Marliana), Adik-adikku (Risya

Maulana W.K dan Salsabila Zahra F) yang telah memberikan curahan kasih

sayang, inspirasi hidup, dukungan, dan doa yang tulus.

2. Pini Wijayanti, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi pertama dan

Nuva, SP, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi kedua yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi, semangat,

pelajaran, dan pengarahan kepada penulis.

3. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr dan Adi Hadianto, SP, M.Si sebagai dosen

penguji yang bersedia meluangkan waktunya untuk menguji dan memberikan

saran demi penyempurnaan skripsi ini.

4. Eva Anggraeni, S.Pi sebagai dosen pembimbing akademik yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam bidang akademik.

5. Pengelola TPA Pasir Sembung dan seluruh keluarga besar Dinas Kebersihan

dan Pertamanan Kabupaten Cianjur.

6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB.

7. Teman-teman ESL angkatan 44 atas dukungan dan motivasi yang diberikan.

Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini. Semoga Allah

SWT memberikan pahala atas kebaikannya. Amin.

Page 7: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,

hidayah, serta karunia-Nya. Salam dan Salawat penulis kirimkan kepada Nabi

besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Pengelolaan Sampah di TPA Pasir Sembung Kabupaten

Cianjur (Aplikasi Model IPAT)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pengelolaan sampah di TPA Pasir Sembung. Penelitian ini dilakukan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi volume timbunan sampah di

TPA Pasir Sembung. Selain itu, menganalisis kelayakan pengelolaan TPA, dan

kebijakan yang diterapkan dalam pengelolaan di TPA Pasir Sembung Kabupaten

Cianjur.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang

membutuhkan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. Penulis

menyadari masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan yang dihadapi.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi

penyempurnaan skripsi ini.

Bogor, Juni 2011

Penulis

Page 8: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

vi

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

HALAMAN KEORISINILAN ................................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

DAFTAR ISI ........................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x

I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 7

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian dan Batasan Penelitan ........................ 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 9

2.1 Sampah ...................................................................................... 9

2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Timbunan

Sampah ...................................................................................... 10

2.3 Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah ...................... 11

2.4 Upaya Mengatasi Permasalahan Sampah .................................. 13

III. KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................. 17

3.1 Kerangka Teoritis ........................................................................ 17

3.1.1 Hubungan Antara Populasi Penduduk dan Lingkungan ...... 17

3.1.2 Pemodelan Peningkatan Jumlah Timbunan Sampah

di Tempat Pembuangan Akhir .................................... 18

3.1.3 Kelayakan Finansial Tempat Pembuangan Akhir ............... 19

3.1.3.1 Indikator Kelayakan Finansial .............................. 19

3.2 Kerangka Pemikiran .............................................................. 21

3.3 Hipotesa .................................. .................................................... 23

IV. METODE PENELITIAN ................................................................... 25

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 25

4.2 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 25

4.3 Metode Pengambilan Data ....................................................... 26

4.4 Metode Analisis Data .............................................................. 26

Page 9: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

vii

4.4.1 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume

Timbunan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir ................ 27

4.4.1.1 Analisis Regresi Linier Berganda ........................... 28

4.4.1.2 Pemodelan Volume Timbunan Sampah .................... 30

4.4.2 Evaluasi Kelayakan Finansial Pengelolaan Tempat

Pembuangan Akhir ............................................................ 32

4.4.3 Analisis Perumusan Kebijakan Pemerintah

dalam Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir ................. 33

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH ................................................... 35

5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung ... 35

5.2 Pengelolaan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir Pasir

Sembung .................................................................................... 37

5.3 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Cianjur .......................... 40

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 42

6.1 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Timbunan

Sampah .................................................................................... 42

6.1.1 Fungsi Regresi Berganda ................................................... 44

6.1.2 Pemodelan Pertumbuhan Volume Timbunan Sampah

di Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung ............... 48

6.2 Evaluasi Kelayakan Finansial Pengelolaan Tempat Pembuangan

Akhir Pasir Sembung dengan Metode Control Landfill ............. 50

6.2.1 Identifikasi Dana Pemasukan ........................................... 53

6.2.2 Identifikasi Pengeluaran ..................................................... 55

6.2.3 Kriteria Kelayakan ............................................................ 59

6.3 Analisis Perumusan Kebijakan Pengelolaan Tempat

Pembuangan Akhir Pasir Sembung ......................................... 60

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 66

7.1 Kesimpulan ............................................................................... 66

7.2 Saran ........................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 68

LAMPIRAN ............................................................................................. 71

RIWAYAT HIDUP ................................................................................. 78

Page 10: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Jumlah Penduduk Jawa Barat Berdasarkan Kabupaten Tahun

2007-2009 .................................................................................. 2

2 Matriks Metode Analisis Data ................................................... 27

3 PDRB Per Kapita Kabupaten Cianjur Tahun 2005-2010 .......... 41

4 Hasil Pendugaan Fungsi dari Volume Timbunan Sampah di TPA

Pasir Sembung Tahun 2000-2010 ........................................... 45

5 Penerimaan Dana APBD untuk Pengelolaan TPA Pasir

Sembung ............................................................................... 53

6 Hasil Evaluasi Kelayakan Finansial Pengelolaan Sampah di

TPA Pasir Sembung .............................................................. 59

Page 11: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kabupaten Cianjur Tahun

1995-2009 .................................................................................. 5

2 Tahapan Pengelolaan Sampah Sistem Open Dumping ............. 12

3 Alur Kerangka Pemikiran Penelitian ......................................... 24

4 Simulasi Studi Pertumbuhan Volume Sampah di TPA Pasir

Sembung ............................................................................... 32

5 Peta Situasi TPA Pasir Sembung Kabupaten Cianjur ............... 36

6 Skema Pengolahan dan Pengangkutan Sampah di Kabupaten

Cianjur ...................................................................................... 38

7 Volume Timbunan Sampah di TPA Pasir Sembung Tahun

2000-2010 ............................................................................... 43

8 Hasil Pemodelan Volume Sampah (m3) di TPA Pasir Sembung

Tahun 2010-2020 ........................................................................ 50

9 Perubahan Paradigma Pengelolaan Sampah ............................... 65

Page 12: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Hasil Regresi Model Fungsi Volume Timbunan Sampah ......... 72

2 Hasil Pemodelan Volume Timbunan Sampah Tahun

2010-2020 ............................................................................... 74

3 Tabel Cash flow Evaluasi Kelayakan Finansial

Pengelolaan TPA ........................................................................ 76

Page 13: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia menghasilkan tatanan kehidupan sosial yang

semakin meningkat. Hasil pembangunan yang semakin meningkat akan makin

mendekatkan masyarakat kepada tingkat kehidupan yang lebih baik. Namun,

harus dilihat juga bahwa hasil pembangunan akan menghasilkan dampak atau efek

samping terhadap lingkungan sebagai penopang kegiatan pembangunan tersebut.

Dampak lingkungan yang dikhawatirkan adalah menurunnya kualitas

lingkungan. Salah satu dampak lingkungan yang dihasilkan adalah sampah yang

merupakan masalah penting yang harus mendapat penanganan dan pengolahan

sehingga tidak menimbulkan dampak lanjutan yang membahayakan. Menurut

Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH), volume sampah yang

meningkat setiap tahun dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, tingkat

konsumsi masyarakat, dan sistem pengelolaan sampah di masing-masing daerah

(KNLH 2008).

Provinsi di Indonesia yang memiliki volume timbunan sampah paling

tinggi adalah Provinsi Jawa Barat. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk di

provinsi ini meningkat setiap tahun dan lebih tinggi dibandingkan provinsi yang

lain. Provinsi Jawa Barat hingga kini merupakan provinsi yang memiliki jumlah

penduduk terbanyak di Indonesia dengan luas wilayah sebesar 3 647 392 ha.

Jumlah penduduk pada tahun 2009 mencapai 42 693 951 jiwa yang tersebar ke

berbagai kabupaten dan kota yang ada di Jawa Barat. Pertumbuhan penduduk

Jawa Barat termasuk tinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia

Page 14: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

2

dengan laju pertumbuhan sebesar 1.89 % pada tahun 2009 (BPS 2010). Dapat

dilihat (Tabel 1) bahwa jumlah penduduk berdasarkan kabupaten yang ada di

Jawa Barat semakin meningkat dari tahun 2007 sampai 2009. Jika diurutkan,

Kabupaten Cianjur menempati urutan ke enam dalam jumlah penduduk terbanyak.

Walaupun tidak di urutan pertama namun peningkatan jumlah penduduk di

kabupaten ini cukup signifikan. Adapun tren peningkatan jumlah penduduk

berdasarkan kabupaten di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Jawa Barat Berdasarkan Kabupaten Tahun

2007-2009 Kabupaten Jumlah

2007 % 2008 % 2009 %

Bogor 4 316 236 2.37 4 402 026 1.99 4 453 927 1.18

Sukabumi 2 258 253 0.77 2 277 020 0.83 2 293 742 0.73

Cianjur 2 149 121 1.13 2 169 984 0.97 2 189 328 0.89

Bandung 3 038 038 3.00 3 116 056 2.57 3 148 951 1.06

Garut 2 429 167 2.25 2 481 471 2.15 2 504 237 0.92

Cirebon 2 162 644 1.31 2 192 492 1.38 2 211 186 0.85

Karawang 2 073 356 2.08 2 112 433 1.88 2 134 389 1.04

Sumber: BPS 2009

Kabupaten Cianjur pada tahun 2009 memiliki jumlah penduduk sebanyak

2 189 328 jiwa dengan laju pertumbuhan 0.89 %. Jumlah penduduk ini meningkat

setiap tahun, dimana pada tahun 2007 jumlah peduduk hanya sebanyak 2 149 121

jiwa. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan terjadinya kepadatan penduduk

yang akan mempengaruhi aktivitas ekonomi masyarakat.

Peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat tentu saja akan

meningkatkan jumlah konsumsi masyarakat serta segala aktivitasnya yang

dikhawatirkan akan melebihi daya dukung dan daya tampung lingkungan. Jika

tidak sesuai atau melebihi daya dukung lingkungan maka akan menimbulkan

dampak negatif yaitu dapat mencemari lingkungan. Salah satu pencemar

lingkungan yang timbul adalah limbah padat atau sering disebut dengan sampah

Page 15: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

3

(Solehati 2005). Kelangsungan hidup manusia sangat tergantung kepada

lingkungan hidupnya. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan

hidup adalah suatu kesatuan ruang dengan semua benda dan makhluk hidup,

termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi

kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Masalah sampah timbul karena adanya peningkatan timbunan sampah

sebesar dua sampai empat persen per tahun. Namun, hal ini tidak diimbangi

dengan dukungan sarana dan prasarana penunjang yang memenuhi persyaratan

teknis, sehingga banyak sampah yang tidak terangkut. Selain itu, belum adanya

regulasi dalam upaya penanganan dan pengelolaan sampah secara optimal.

Selama ini pengelolaan sampah masih diserahkan kepada pemerintah

daerah. Selain itu terbatasnya anggaran pengelolaan sampah yang menjadi suatu

permasalahan dasar juga selalu menjadi kendala. Salah satu alasannya karena

masih rendahnya investasi swasta dalam pengelolaan sampah. Masalah sampah

juga diperparah oleh paradigma bahwa sampah merupakan limbah domestik

rumah tangga atau industri yang tidak bermanfaat (KNLH 2008).

Peningkatan populasi dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Cianjur

juga mempengaruhi kondisi lingkungan terutama sampah di wilayah ini.

Sebanding dengan peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk, sampah di

wilayah ini jumlahnya semakin meningkat dari waktu ke waktu. Kegiatan

konsumsi masyarakat memiliki korelasi yang positif terhadap jumlah sampah

yang terbagi menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik masih

menjadi komponen terbesar yaitu sebesar 65 % diikuti oleh sampah kertas dan

plastik (KNLH 2009). Sampah yang dihasilkan hanya dibuang dari sumbernya

Page 16: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

4

tanpa diolah. Disisi lain, pengelolaan sampah oleh dinas terkait hanya fokus pada

pengumpulan dan pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Kabupaten Cianjur hanya memiliki satu TPA yaitu TPA Pasir Sembung.

TPA ini sudah berdiri sejak tahun 1975 di atas tanah seluas enam hektar.

Pengelolaan TPA pada tahun 1978 sampai 2006 masih menggunakan sistem open

dumping. Adapun sistem pengelolaan sampah adalah meliputi pewadahan,

pengumpulan, pemindahan transfer depo, dan pengangkutan dengan kontainer

untuk dibawa ke TPA (KLH 2009)1.

Sistem pengelolaan sampah di TPA Pasir Sembung berubah dari open

dumping menjadi control landfill. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang

Persampahan No. 18 Tahun 2008 bahwa pada tahun 2013 harus menutup

pengelolaan TPA dengan sistem open dumping menjadi sistem control landfill.

Sistem ini diterapkan di Kabupaten Cianjur sesuai dengan kategori wilayah ini

sebagai kota kategori sedang dan juga sebagai prasyarat penilaian untuk Program

Adipura.

Sistem open dumping hanya menimbun sampah tanpa dilakukan

penutupan dengan tanah, sedangkan sistem control landfill sampah ditimbun oleh

tanah (pengurugan) setiap minimal tujuh hari sekali sampai rata dengan

permukaan sebelum ditimbun dengan sampah baru. Perbedaan dalam kedua

pengelolaan ini selain dari teknis pelaksanaan juga terdapat perbedaan dari segi

anggaran. Anggaran dana yang diterima oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan

diperoleh dari Pemda setiap setahun sekali. Anggaran pemerintah tersebut terbatas

sehingga dana untuk pelaksanaan pengelolaan TPA ini semakin terbatas.

1 Status dan Informasi Lingkungan Kabupaten Cianjur.Dalam https:// lhd.cianjurkab.go.id. diakses

tanggal 20 Desember 2010.

Page 17: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

5

Oleh karena itu penelitian ini menjadi penting melihat peningkatan volume

timbunan sampah setiap waktu yang tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Permasalahan lintas sektoral dimana lahan TPA Pasir Sembung diperluas yang

pada akhirnya memakai lahan milik warga. Selain itu, terjadi perubahan sistem

pengelolaan dari open dumping menjadi control landfill. Hingga saat ini

penelitian yang terkait dengan TPA hanya membahas mengenai dampak dari

keberadaan TPA terhadap masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Cianjur dari tahun 1995 sampai

tahun 2010 mengalami peningkatan. Pada tahun 1995 sebanyak 1 745 763 jiwa

dan pada tahun 2010 sebanyak 2 240 085 jiwa. Selama periode tahun 1995 sampai

2006 laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Cianjur rata-rata sebesar 1.86 % per

tahun. Angka itu masih berada di atas laju pertumbuhan penduduk secara nasional

yaitu 1.49 %. Artinya bahwa pertumbuhan penduduk di kabupaten ini cukup

tinggi sehingga kabupaten ini dikategorikan sebagai kota kategori sedang.

Meningkatnya jumlah penduduk disertai peningkatan daya beli masyarakat

menyebabkan gaya hidup masyarakat lebih bersifat konsumtif yang akan

menghasilkan lebih banyak sampah. Adapun laju pertumbuhan penduduk

Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber : BPS 2009

Gambar 1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kabupaten Cianjur Tahun

1995-2009

0,00

1,00

2,00

3,00

1995 2000 2006 2007 2008 2009

juta

tahun

Jumlah penduduk

Page 18: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

6

Sampah yang terbuang kemudian diangkut dan ditimbun di TPA.

Kabupaten Cianjur hanya memiliki satu TPA yaitu TPA Pasir Sembung.

Pengelolaan sampah di TPA ini pada awalnya menggunakan sistem open dumping

yang dilakukan sampai tahun 2006. Sistem ini hanya membuang sampah tanpa

adanya pengolahan sampah. Hal ini yang menyebabkan volume timbunan sampah

di TPA semakin meningkat. Pemendaman atau penimbunan limbah padat ini tidak

hanya memakan lebih banyak lahan, akan tetapi juga menyebabkan udara, air,

pencemaran tanah, dan pelepasan metan (CH4) ke atmosfer. Pada akhirnya kondisi

ini akan membahayakan masyarakat sekitar TPA.

Berdasarkan Undang-Undang Persampahan No. 18 Tahun 2008 seluruh

TPA harus merubah sistem pengelolaan secara terbuka (open dumping) menjadi

sistem yang lebih ramah lingkungan yaitu sistem control landfill. Perubahan

sistem ini menurut Pasal 4 dalam UU tersebut bahwa pengelolaan sampah

bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan,

serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Pilihan terbaik dalam pengelolaan

TPA adalah sistem sanitary landfill, namun jika tidak memungkinkan maka

sistem control landfill dapat digunakan sampai sistem sanitary landfill dapat

terwujud (TTPS 2010)2.

Pengelolaan sampah dengan sistem control landfill dilakukan untuk

mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Sistem ini dilakukan

untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA.

Pengelolaan dengan sistem ini melakukan perataan dan pemadatan sampah yaitu

menimbun sampah dengan tanah setiap tujuh hari sekali.

2 Tim Teknis Pembangunan Sanitasi . 2010. Dari Control Landfill lalu ke Sanitary Landfill. Dalam

http://sanitasi.or.id. diakses tanggal 02 Februari 2011.

Page 19: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

7

Pemerintah Daerah (Pemda) pun berperan dalam penentuan kebijakan

pengelolaan TPA. Kebijakan tersebut didasarkan pada peraturan daerah (Perda)

Kabupaten Cianjur No. 4 Tahun 2006 tentang Kajian Lingkungan yang

disebutkan pada pasal 1 dan juga Perda No. 10 Tahun 2005 tentang Perubahan

Pertama Atas Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pelayanan

Persampahan atau Kebersihan. Peraturan daerah tersebut menjelaskan tarif

retribusi yang harus dibayarkan dari masing-masing sektor. Namun, tarif retribusi

tersebut masih rendah dibandingkan dengan biaya pengelolaan yang

sesungguhnya. Kondisi yang seperti ini jika dibiarkan terus menerus tanpa adanya

solusi yang berarti akan menyebabkan permasalahan yang semakin meluas di

antara pihak yang terkait dan akan mempengaruhi kualitas lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan berbagai permasalahan

sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume timbunan sampah di TPA

Pasir Sembung?

2. Apakah sistem pengelolaan sampah di TPA Pasir Sembung secara control

landfill sudah layak secara finansial?

3. Apa upaya pemerintah yang tepat agar permasalahan pengelolaan sampah di

Kabupaten Cianjur lebih optimal?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi volume timbunan sampah

di TPA Pasir Sembung Kabupaten Cianjur.

Page 20: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

8

2. Evaluasi kelayakan finansial pengelolaan TPA Pasir Sembung dengan sistem

control landfill.

3. Merumuskan kebijakan yang dapat digunakan dalam pengelolaan TPA Pasir

Sembung Kabupaten Cianjur.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti dan akademisi, sebagai media pembelajaran dan penerapan ilmu

ekonomi sumberdaya dan lingkungan.

2. Bagi pemerintah, sebagai bahan acuan dalam melakukan analisis pengelolaan

dan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sampah di TPA.

3. Sebagai referensi bagi penelitian terkait berikutnya.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di TPA Pasir Sembung yang berada di Kabupaten

Cianjur. Penelitian ini hanya difokuskan pada limbah padat yaitu sampah yang

ditimbun di TPA. Jumlah sampah di TPA ini meningkat setiap waktu sehingga

menjadi permasalahan baik dalam pengelolaannya maupun bagi masyarakat.

Keterbatasan penelitian ini adalah hanya mengidentifikasi faktor-faktor

yang mempengaruhi volume timbunan sampah di TPA Pasir Sembung

menggunakan pendekatan model IPAT. Evaluasi perubahan dalam sistem

pengelolaan TPA dari open dumping menjadi control landfill sesuai dengan

amanat UU Persampahan hanya dengan melihat aspek finansialnya. Aspek

finansial tersebut dilihat dari beberapa faktor yaitu NPV, BCR, dan IRR. Terakhir

adalah merumuskan kebijakan yang dapat diterapkan dalam pengelolaan TPA

Pasir Sembung sehingga pengelolaan tersebut dapat lebih optimal dengan

menggunakan analisis deskriptif.

Page 21: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah

Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam

proses pemanfaatan sumberdaya tersebut, manusia akan menghasilkan limbah

padat atau disebut juga sampah. Sisa suatu usaha atau kegiatan yang berwujud

padat baik berupa zat organik maupun anorganik ini bersifat dapat terurai maupun

tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga langsung

dibuang ke lingkungan (Nandi 2005).

Menurut UU No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari

manusia berbentuk padat yang karena konsentrasi dan volumenya sehingga

membutuhkan pengelolaaan yang khusus. Penguraian sampah sendiri disebabkan

oleh aktivitas mikroorganisme. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan gas

metana (CH4 dan H2S) yang bersifat racun bagi tubuh makhluk hidup. Sampah

yang tidak dapat membusuk adalah sampah yang berbahan dasar plastik, logam,

gelas, dan karet.

Sampah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil aktivitas

manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomi. Volume

sampah yang terus meningkat di TPA dapat ditinjau dari sistem pengelolaan

sampah. Sistem pengolahan sampah dan manajemen pengelolaan sampah dapat

mempengaruhi volume akhir sampah. Metode pengelolaan sampah diantaranya

dibakar, digunakan sebagai bahan pembuat pupuk kompos, makanan ternak,

bahan bakar, dan langsung dibuang begitu saja.

Page 22: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

10

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Timbunan Sampah

Sistem pengelolaan sampah terpadu adalah sistem manajemen yang

mengintegrasikan aspek perencanaan pengelolaan sampah dengan berbagai

bidang. Perencanaan pembangunan perkotaan mempertimbangkan semua aspek

terkait, seperti aspek ekonomi, lingkungan, sosial, institusi, politik, keuangan, dan

aspek teknis secara simultan. Selain itu, memberi peluang bagi semua pemegang

kepentingan yang terlibat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan

dalam pengelolaan (Damanhuri 2007).

Jumlah sampah yang meningkat berkaitan dengan perubahan jumlah

populasi, tingkat urbanisasi, dan kekayaan (pendapatan per kapita). Seorang

arkeolog menyatakan bahwa rata-rata peningkatan jumlah sampah dapat

berkorelasi dengan bermacam-macam indikator, yaitu kekayaan termasuk Gross

Domestic Product (GDP) per kapita, konsumsi energi, dan konsumsi masing-

masing individu per kapita (Bogner dan Matthews dalam Bogner 2007).

Peningkatan populasi, kemakmuran, dan urbanisasi di beberapa negara

maju dan berkembang merupakan sebuah tantangan bagi daerah tersebut. Semakin

tinggi peningkatan tersebut, maka semakin banyak sampah yang dihasilkan.

Sehingga tantangannya adalah dalam proses mengumpulkan, mendaur ulang, dan

mengatur kualitas dan kuantitas sampah yang dihasilkan.

Landasan pembangunan berkelanjutan adalah menetapkan kegiatan yang

efektif dalam pelaksanaan pengelolaan sampah yang berkelanjutan di negara

berkembang. Hal ini harus ditekankan, karena pada akhirnya tujuan dari

pelaksanaan kegiatan pengelolaan yang efektif adalah menghasilkan hubungan

antara kesehatan masyarakat, keamanan, dan kelestarian lingkungan sebagai

Page 23: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

11

keuntungan tambahan. Selain itu, pelaksanaan pengelolaan sampah yang efektif

secara bersamaan akan mengurangi emisi dari green house gas (GHG) dan

memperbaiki kualitas hidup, meningkatkan kesehatan, menjaga kualitas

lingkungan (air dan tanah), konservasi sumberdaya alam, dan menjaga keberadaan

dari sumber energi yang dapat diperbaharui (Bogner 2007).

Ketersediaan dan kualitas data tahunan merupakan masalah utama dalam

sektor pengelolaan sampah. Data mengenai sampah baik padat maupun cair cukup

tersedia di beberapa negara, kualitas data bervariasi, definisi yang tidak seragam,

dan faktor-faktor tahunan lain yang tidak dapat dikuantifikasikan. Terdapat tiga

pendekatan yang dapat digunakan untuk mengestimasi pertumbuhan jumlah

sampah secara global, yaitu: (1) menggunakan data statistik nasional mengenai

sampah atau melakukan survey, termasuk metodologi IPCC; (2) mengestimasi

berdasarkan jumlah populasi (contoh dengan menggunakan SRES skenario); dan

(3) menggunakan alat atau proxy yang menggambarkan hubungan variabel

demografi atau ekonomi sebagai indikator yang diperoleh dari kumpulan data

tahunan nasional (Bogner dan Matthew 2003).

2.3 Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Menurut UU No. 18 Tahun 2008, tempat pengelolaan sampah terpadu

adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan

ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Tahapan

pemrosesan akhir sampah adalah mengembalikan kembali sampah ke media

lingkungan, namun harus aman bagi manusia dan lingkungan.

Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui tiga

tahapan kegiatan, yaitu pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir atau

Page 24: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

12

pengolahan. Tahapan kegiatan tersebut merupakan suatu sistem, sehingga masing-

masing tahapan dapat disebut sebagai sub sistem. Tahapan tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut (Nandi 2005) :

Sumber: Nandi 2005

Gambar 2. Tahapan Pengelolaan Sampah Sistem Open Dumping

Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya

sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya.

Tahapan ini menggunakan sarana berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas

sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan sementara. Pengumpulan

(tanpa pemilahan) umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan

sampah setiap periode waktu tertentu. Tahapan pengangkutan dilakukan dengan

menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu menuju tempat

pembuangan akhir atau pengelolaan. Tahapan ini juga melibatkan tenaga yang

pada periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan

sementara ke TPA. Selain itu, sampah akan mengalami pemrosesan baik secara

fisik, kimia, maupun biologis sampai seluruh proses selesai. Ada beberapa metode

yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sampah, yaitu: (1) metode open

dumping; (2) metode control landfill; (3) metode sanitary landfill; (4) metode

improved sanitary landfill; dan 5) metode semi aerobic landfill.

Sampah

Pengumpulan Pengangkutan Pembuangan

atau pengolahan

Lingkungan sanitasi yang dituju atau tempat

pembuangan akhir

Page 25: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

13

Sampah yang telah ditimbun di TPA dapat mengalami proses lanjutan.

Teknologi yang digunakan dalam proses lanjutan yang umum digunakan adalah

(Nandi 2005):

1. Teknologi pembakaran (Incenerator). Cara ini dapat mengahasilkan produk

sampingan berupa logam bekas (skrap) dan uap yang dapat dikonversikan

menjadi energi listrik. Keuntungan lainnya dari teknologi ini adalah:

a. Dapat mengurangi volume sampah ± 75 %-80 % dari sumber sampah

tanpa proses pemilahan.

b. Abu dari sisa pembakaran cukup kering dan bebas dari pembusukan

sehingga dapat langsung dibawa ke tempat penimbunan pada lahan

kosong, rawa, atau pun daerah rendah sebagai bahan pengurug.

c. Pada instalasi yang cukup besar dengan kapasitas ± 300 ton/hari dapat

dilengkapi dengan pembangkit listrik sehingga energi listrik (± 96 000

MWH/tahun) yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menekan biaya

dalam proses pengelolaan.

2. Teknologi composting yang menghasilkan kompos untuk digunakan sebagai

pupuk maupun penguat struktur tanah.

3. Teknologi daur ulang yang dapat menghasilkan sampah potensial, seperti

kertas, plastik, logam, dan kaca atau gelas.

2.4 Upaya Mengatasi Permasalahan Sampah

Mengatasi masalah sampah memerlukan integrasi semua pihak baik

pemerintah, masyarakat maupun swasta. Hal yang terpenting adalah perubahan

paradigma bahwa sampah bukanlah sesuatu yang tidak ada gunanya, melainkan

sesuatu yang sangat berharga dan bernilai. Pengelolaan sampah bukan hanya

Page 26: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

14

sekedar mengangkut dan membuang hingga ke TPA, tetapi harus dipilah dan

diolah agar menjadi sesuatu yang bermanfaat sejak dari sumbernya. Sesuai

dengan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah bahwa prinsip dalam

mengelola sampah adalah Reduce, Reuse, dan Recycle yang dikenal sebagai 3R

atau mengurangi, menggunakan kembali, dan mengolah. Ada pun upaya untuk

mengatasi masalah sampah adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia mengesahkan Undang-

Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Penyusunan UU ini

merupakan upaya pemerintah dalam memberikan jaminan kehidupan yang

baik dan sehat kepada masyarakat Indonesia sebagaimana terdapat dalam

pasal 28H ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap orang berhak

hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan

hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”

(KNLH 2008).

2. Implementasi 3R

Penumpukan sampah di TPA yang banyak diprotes masyarakat,

mendorong pemerintah untuk menerapkan pengelolaan sampah dengan sistem

3R yaitu Reduce, Reuse, dan Recycle pada skala kota. Pola pemilahan ini juga

selain dapat menangani masalah sampah diharapkan pula dapat memberikan

manfaat bagi pembukaan lapangan kerja dan peningkatan ekonomi

masyarakat. Selain itu, dalam lima tahun mendatang pemerintah akan

mendorong dilakukannya sistem sanitary landfill. Sistem ini akan menutup

pengelolaan sampah di TPA dengan sistem open dumping.

Page 27: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

15

Penanganan dan pengolahan sampah dapat dilakukan sejak dari

sumbernya melalui pemilahan sampah organik dan nonorganik. Berdasarkan

sifatnya sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan nonorganik.

Implementasi program 3R dalam pengelolaan sampah tersebut dapat

dilakukan juga oleh pemerintah. Program 3R pemerintah antara lain dalam

bentuk penyediaan dana operasional fasilitas pengolahan sampah skala kota,

penyediaan lahan sebagai lokasi, kegiatan pemetaan lapangan dan pemberian

data dan informasi (KNLH 2008).

3. Penerapan Instrumen Ekonomi

Permasalahan lingkungan, termasuk yang berhubungan dengan solid

waste management (SWM), secara tradisional atau turun temurun telah

menggunakan perintah dan kontrol peraturan (CAC). Peraturan tersebut

langsung dilakukan dengan penentuan kebijakan yang spesifik dan ketentuan

yang berlaku. Selain itu, harus dicapai dengan menerapkan sangsi dan

hukuman (Perman et al. dalam Nahman dan Godfrey 2009).

Perubahan terjadi dalam pengelolaan sampah. Perubahan tersebut

dilihat berdasarkan perubahan harga yang relatif bagi masyarakat maupun

industri. Instrumen ini dalam konteks SWM menyediakan insentif bagi

penghasil sampah baik produsen maupun konsumen dan penyedia jasa untuk

mengurangi sampah yang dihasilkan. Instrumen ekonomi yang diterapkan,

misalnya pajak dan subsidi adalah suatu upaya untuk mencari perubahan

secara tidak langsung. Selain itu instrumen ekonomi dalam SWM ini yaitu,

penetapan pajak untuk input dan output, skema pengembalian deposit, dan

penetapan batas dasar jumlah sampah (Nahman dan Godfrey 2009).

Page 28: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

16

Dewasa ini instrumen ekonomi menjadi sesuatu yang penting sejak

tahun 1980an, dimana penelitian telah menunjukan bahwa instrumen ini dapat

menjadi sangat efektif dalam mencapai tujuan kelestarian lingkungan,

misalnya mengurangi volume peningkatan sampah, dan mengolah sampah

dari pembuangan untuk di daur ulang. Perhatian terhadap instrumen ini terus

tumbuh. Instrumen ini digunakan juga di negara berkembang, dimana

instrumen ini memperlihatkan keuntungan atau manfaaat yang lebih

dibandingkan CAC (Bell and Russell dalam Nahman dan Godfrey 2009).

Page 29: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

17

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengelolaan sampah di TPA

Pasir Sembung. Penelitian ini didasarkan pada beberapa teori yang digunakan

sebagai dasar metode yang akan digunakan dalam analisis. Teori yang digunakan

adalah untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi volume timbunan

sampah dan mengevaluasi pengelolaan TPA Pasir Sembung secara finansial.

3.1.1 Hubungan Antara Populasi Penduduk dan Lingkungan

Model IPAT ini menggambarkan hubungan dampak (I) yang dipengaruhi

oleh jumlah penduduk atau populasi (P), pendapatan atau kekayaan “affluence”

(A), dan teknologi (T) (Daily dan Erchlic 1992). Model ini sering digunakan

untuk studi mengenai lingkungan. Model ini bukan merupakan persamaan

matematika formal tetapi merupakan konsep atau kerangka konseptual. Model

IPAT ini merupakan perluasan dari persamaan IPF oleh Erchlic and Holdren pada

tahun 1971. Persamaan IPF ini pada awalnya digunakan untuk melihat perubahan

per kapita yang dapat menentukan dampak terhadap lingkungan.

Peningkatan jumlah populasi akan mempengaruhi kualitas lingkungan.

Semakin banyak kegiatan yang dilakukan semakin banyak pula residu atau

sampah yang dibuang ke lingkungan. Model ini digunakan untuk menilai

pengaruh dari populasi, tingkat pendapatan masyarakat, dan teknologi terhadap

jumlah sampah yang dihasilkan. Model IPAT ini sangat berguna sebagai titik awal

untuk membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi dampak lingkungan.

Persamaan ini juga dapat menunjukan bahwa selain dengan melihat kepentingan

Page 30: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

18

bagi masa depan, dampak juga dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi

yang efisien dan ramah lingkungan (Schulze 2001).

Model ini juga menolak anggapan bahwa populasi merupakan faktor yang

memberikan kontribusi terkecil terhadap perubahan lingkungan. Hubungan antara

penduduk, pendapatan, dan teknologi dapat menunjukan interaksi yang sangat

kompleks, yang disederhanakan di dalam persamaan (Giambona et al. 2004).

3.1.2 Pemodelan Volume Timbunan Sampah di Tempat Pembuangan

Akhir Pasir Sembung

Peningkatan jumlah sampah akan terus terjadi seiring dengan peningkatan

jumlah penduduk. Kondisi atau umur teknis TPA untuk dapat menampung

sampah yang dihasilkan perlu diperhatikan agar tidak terjadi over capacity atau

melebihi daya tampung. Pemodelan dapat digunakan untuk menggambarkan

tingkat pertumbuhan sampah di waktu yang akan datang berdasarkan faktor-faktor

yang mempengaruhinya.

Pemodelan adalah suatu teknik untuk membantu konseptualisasi dan

pengukuran dari suatu sistem yang kompleks, atau untuk memprediksi

konsekuensi (response) dari sistem terhadap tindakan manusia. Jika tindakan

manusia ini dilakukan secara langsung terhadap sistem sebenarnya (alam), maka

konsekuensinya akan mahal, merusak dan sukar dipelajari (Nababan 2001).

Menurut Goodman dalam Nababan (2001) model tidak pernah terdiri dari

semua aspek realita atau sistem sebenarnya, melainkan hanya karakteristik yang

esensial sesuai dengan konteks pemecahan masalah. Pemodelan ekosistem harus

mengandung unsur yang menjadi perhatian bagi permasalahan manajemen atau

ilmiah dimana model tersebut digunakan sebagai alat pemecah masalah yang akan

digunakan.

Page 31: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

19

Pemodelan ini akan menggambarkan tingkat pertumbuhan volume sampah

sampai sepuluh tahun ke depan. Faktor peningkatan jumlah penduduk, konsumsi,

dan pengolahan sampah dapat memberikan pengaruh terhadap volume sampah

yang ditimbun di TPA. Peramalan dapat digunakan juga sebagai ukuran dalam

pengelolaan TPA.

3.1.3 Kelayakan Finansial Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Evaluasi kelayakan merupakan alat yang komperhensif yang dapat

digunakan untuk menganalisis suatu kebijakan dimana semua manfaat dan biaya

dapat dikuantifikasikan dan dinilai secara moneter. Evaluasi ini dilakukan untuk

menilai keoptimalan dari pengelolaan TPA sebagai tempat pembuangan akhir

karena adanya peningkatan volume sampah. Perhitungan ini digunakan untuk

menilai kelayakan pengelolaan TPA dengan sistem control landfill yang

sebelumnya diterapkan sistem open dumping. Hasil evaluasi ini juga diberikan

bagi pembuat keputusan dengan indikasi yang jelas dari nilai suatu kebijakan

yang efisien dan memberikan keuntungan bersih yang besar bagi publik

(Woodruff dan Holand 2008). Selain itu dapat menjadi alat valuasi dari program-

program masyarakat yang berkaitan dengan manajemen sumberdaya alam, seperti

pengendalian banjir, irigasi PLTA praktek pembuangan sampah, dan lainnya.

Evaluasi finansial diperoleh dari perhitungan manfaat dan biaya suatu program

atau proyek yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan harga

pasar untuk menilai keoptimalan proyek tersebut dilihat dari segi anggaran.

3.1.3.1 Indikator Kelayakan Finansial

Indikator yang digunakan untuk menilai keoptimalan pengelolaan TPA

adalah melihat kelayakan finansial dari sistem pengelolaannya. Ada beberapa

Page 32: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

20

indikator yang mempengaruhi kelayakan suatu program atau usaha. Indikator

tersebut adalah (Gitinger dan Willis 1999):

1. Manfaat sekarang neto (Net Present Value)

Manfaat sekarang neto dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus

pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. Manfaat sekarang

neto dihitung dengan mencari selisih antara nilai sekarang dari arus manfaat

dikurangi dengan nilai sekarang dari arus biaya.

2. Perbandingan manfaat dan biaya (Benefit-Cost Ratio)

Perbandingan manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat

dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Benefit-Cost Ratio merupakan

ukuran berdiskonto yang pertama dikenal.

3. Tingkat pengembalian internal (Internal Rate Return)

IRR adalah tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk

sumberdaya yang digunakan. Proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-

biaya operasional, investasi, dan proyek baru sampai pada tingkat pulang

modal. Hal tersebut merupakan tingkat pengembalian atas kapital yang belum

selesai tiap periode sementara kapital tersebut masih diinvestasikan pada

proyek.

4. Payback Period (PP)

Payback period adalah jangka waktu atau periode yang diperlukan untuk

membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah

dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Payback period merupakan

perbandingan antara biaya investasi yang diperlukan dengan benefit bersih

yang dapat diperoleh pada setiap tahun.

Page 33: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

21

3.2 Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Cianjur meningkat setiap waktu

dengan laju pertumbuhan penduduk adalah sebesar 1.09 % per tahun. Seiring

dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk, kegiatan ekonomi baik kegiatan

rumah tangga maupun industri juga semakin meningkat sesuai dengan tingkat

kebutuhan masing-masing. Kegiatan ekonomi masyarakat tersebut akan

mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat, dimana konsumsi tersebut akan

menghasilkan residu yang disebut sebagai sampah.

Peningkatan jumlah penduduk akan memberikan dampak terhadap

peningkatan volume sampah dan kerusakan lingkungan. Masalah lingkungan pada

umumnya timbul karena (Nandi 2005): (1) urbanisasi yang cepat dan penggunaan

teknologi yang kurang bijaksana; (2) tingkat konsentrasi sampah yang melebihi

daya dukung lingkungan yang disebabkan oleh kemunduran mutu lingkungan

hidup untuk kehidupan biologis termasuk manusia; (3) pertambahan jumlah

penduduk serta peningkatan jumlah kegiatan pembangunan yang mengakibatkan

terjadinya pergeseran pada pola penggunaan lahan; (4) pertumbuhan ekonomi dan

industri yang menyebabkan terjadinya kecenderungan perubahan siklus alami

lingkungan.

Sampah yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi tersebut diangkut dan

dikumpulkan di tempat pembuangan akhir yaitu TPA Pasir Sembung. Volume

sampah yang dihasilkan mencapai 450-500 m3 per hari. Penumpukan sampah ini

jika tidak diimbangi dengan adanya pengolahan sampah maka semakin lama akan

menyebabkan pembusukan sampah. Hal ini akan menghasilkan gas metana (CH4

dan H2S) sehingga menyebabkan lahan TPA diperluas dengan menggunakan

Page 34: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

22

sebagian lahan milik warga sekitar untuk mengurangi penumpukan sampah.

Volume timbunan sampah di TPA meningkat setiap tahun yang dengaruhi oleh

beberapa faktor. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

volume timbunan sampah dilakukan agar dapat mengetahui seberapa besar

pengaruh faktor-faktor tersebut dan hubungan antar faktor-faktor tersebut

terhadap volume timbunan sampah.

Volume timbunan sampah yang semakin meningkat menyebabkan perlu

adanya perbaikan dalam sistem pengelolaan sampah. Pada tahun 2006, sistem

pengelolaan TPA dirubah menjadi sistem control landfill. Perubahan ini sesuai

dengan UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Persampahan. UU ini menyaratkan

bahwa pada tahun 2013 semua TPA harus menutup pengelolaan TPA dengan

sistem open dumping dan mengganti minimal dengan sistem control landfill.

Evaluasi kelayakan finasial terhadap sistem pengelolaan ini dilakukan untuk

menilai keoptimalan sistem tersebut. Evaluasi ini dapat melihat apakah

penerimaan dari pemerintah (APBD) dan biaya yang dikeluarkan dalam

pengelolaan TPA ini sudah sebanding. Evaluasi ini penting dilakukan, karena

keoptimalan sistem pengelolaan TPA akan mempengaruhi kualitas dari TPA

dalam mengelola sampah.

Selain dari APBD, biaya untuk pengelolaan sampah juga diperoleh dari

retribusi daerah. Pemberlakuan adanya retribusi daerah ini sesuai dengan Perda

No. 10 Tahun 2005, namun besaran retribusi ini belum mencukupi biaya untuk

pengelolaan sampah secara keseluruhan. Biaya pengelolaan yang tinggi dan

belum adanya penerimaan lain karena tidak ada pengolahan atau proses mendaur

ulang sampah. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya suatu kebijakan pemerintah

Page 35: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

23

yang mementingkan kepentingan masyarakat dan juga lingkungan. Alur

pemikiran operasional ini dapat dilihat pada Gambar 3.

3.3 Hipotesa

Hipotesa dari penelitian ini, diduga bahwa peningkatan jumlah populasi

akan mempengaruhi jumlah sampah yang dihasilkan karena semakin banyak

populasi semakin tinggi pula kegiatan yang dilakukan. Hal ini akan menyebabkan

residu atau sampah yang dihasilkan semakin banyak. Kegiatan yang dilakukan

masyarakat tergantung dari pendapatan (affluence) yang diperoleh. Pendapatan

tersebut digunakan untuk konsumsi masyarakat. Semakin tinggi pendapatan akan

semakin tinggi pula konsumsi masyarakat, sehingga volume sampah yang

dihasilkan akan meningkat. Selain itu, pengolahan sampah juga akan

mempengaruhi volume sampah yang dihasilkan. Teknologi yang digunakan dalam

pengolahan sampah akan mengurangi volume sampah jika pengolahannya

optimal. Namun, jika pengolahan sampah kurang optimal maka volume sampah

akan tetap meningkat.

Page 36: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

24

Sumber: Penulis, 2011

Gambar 3. Alur Kerangka Pemikiran Penelitian

Peningkatan jumlah penduduk dan

pendapatan menyebabkan konsumsi

masyarakat semakin meningkat

Mengidentifikasi faktor-

faktor yang mempengaruhi

volume timbunan sampah

di TPA

Mengevaluasi kelayakan

finansial pengelolaan

TPA dengan sistem

control landfill

Merumuskan kebijakan

pemerintah daerah dalam

pengelolaan TPA

Rekomendasi bagi pemerintah setempat

dalam pengelolaan TPA

Jumlah sampah semakin

meningkat sehingga terjadi

penumpukan sampah di TPA

Perluasan lahan TPA dan perubahan

sistem pengelolaan sampah dari open

dumping menjadi control landfill

Page 37: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

25

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TPA Pasir Sembung yang berada di

Kabupaten Cianjur. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

(purposive) karena wilayah ini hanya memiliki satu TPA. Volume sampah yang

ditimbun di TPA meningkat setiap waktu yang dipengaruhi oleh berbagai faktor

sehingga dibutuhkan lahan TPA yang lebih luas. Hal ini menjadi permasalahan

baik bagi masyarakat maupun dinas terkait dalam pengelolaannya karena jumlah

sampah yang ditimbun di TPA ini semakin meningkat. Selain itu, adanya

perubahan sistem pengelolaan menjadi sistem control landfill dalam pengelolaan

sampah di TPA. Pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan Maret sampai

dengan April 2011.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari responden melalui wawancara dengan

pengelola TPA dan aparat pemerintah Kabupaten Cianjur. Data primer yang

digunakan yaitu hasil wawancara dengan pengelola TPA mengenai bagaimana

usaha atau kebijakan lebih lanjut yang akan dilakukan dalam pengelolaan sampah

di Kabupaten Cianjur agar lebih efektif. Data ini akan dimanfaatkan sebagai

pendukung dari penggunaan analisis deskriptif. Data sekunder diperoleh dari

beberapa lembaga terkait, yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Tata

Ruang dan Pemukiman, BPS, Badan Pengawas Daerah, Kantor Lingkungan

Hidup Kabupaten Cianjur, jurnal, buku, dan data lainnya yang relevan dengan

tujuan penelitian ini.

Page 38: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

26

4.3 Metode Pengambilan Data

Metode yang digunakan untuk tujuan ketiga dalam penentuan sampel

dilakukan dengan metode snowball sampling. Metode ini merupakan teknik

pengambilan sampel yang pada mulanya jumlahnya kecil tetapi semakin lama

semakin banyak sampai informasi yang didapatkan dinilai telah cukup.

Pengambilan sampel lembaga pertama dilakukan secara sengaja (purposive

sampling) yang selanjutnya mengikuti gerakan atau arah dari sampel pertama

sampai di lembaga yang paling akhir (Sugiarto et al. 2001).

4.4 Metode Analisis Data

Data dari penelitian yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis

menggunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kualitatif

dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif untuk merumuskan kebijakan

yang dilakukan pemerintah daerah setempat dalam pengelolaan sampah yang

lebih efektif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pendekatan

metode IPAT dan perhitungan analisis biaya dan manfaat. Analisis tersebut

dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi volume

timbunan sampah di TPA dan kemudian diuji menggunakan analisis regresi linier

berganda. Selain itu, dilakukan peramalan terhadap volume timbunan sampah di

tahun yang akan datang dengan menggunakan pemodelan. Analisis biaya manfaat

digunakan untuk mengevaluasi secara finansial pengelolaan TPA dengan sistem

control landfill. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Exel

2010, Minitab 14.0 for Windows, dan Vensim version 5.6b. Adapun uraian matriks

metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.

Page 39: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

27

Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data

No. Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

1. Mengidentifikasi faktor-

faktor yang mempengaruhi

volume timbunan sampah di

TPA Pasir Sembung

Kabupaten Cianjur.

Data sekunder IPAT dan analisis

pemodelan

menggunakan software

Vensim.

2. Mengevaluasi secara finansial

pengelolaan TPA Pasir

Sembung dengan sistem

control landfill.

Data sekunder Analisis biaya dan

manfaat (analisis

kelayakan finansial).

3. Merumuskan kebijakan atau

regulasi yang dapat

dikeluarkan oleh Pemerintah

Daerah (Pemda) yang dapat

digunakan dalam pengelolaan

TPA Pasir Sembung

Kabupaten Cianjur.

Data primer Analisis deskriptif.

4.4.1 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Timbunan

Sampah di Tempat Pembuangan Akhir

Identifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi volume timbunan

sampah di TPA dilakukan dengan menggunakan pendekatan model yang

mengambarkan hubungan antara populasi dengan lingkungan. Model tersebut

dikenal dengan model IPAT. Model ini menggambarkan hubungan antara populasi

(P), pendapatan per kapita atau kekayaan (A), dan teknologi (T) yang dapat

memberikan dampak (I) terhadap lingkungan (Daily dan Erhclic 1992).

Volume sampah yang meningkat berkaitan dengan perubahan jumlah

populasi, tingkat urbanisasi, dan kekayaan (pendapatan per kapita). Jumlah

penduduk memiliki korelasi yang positif terhadap peningkatan volume sampah.

Semakin meningkat jumlah penduduk maka akan semakin meningkat pula jumlah

sampah yang dihasilkan. Namun, selain jumlah penduduk terdapat juga faktor-

faktor lain yang mempengaruhinya. Pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap

volume timbunan sampah dengan model ini dapat diukur dengan melihat faktor

Page 40: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

28

jumlah penduduk, pendapatan per kapita masyarakat, dan teknologi yang

dilakukan untuk mengolah sampah di TPA. Perhitungan pengaruh faktor-faktor

tersebut terhadap volume sampah dapat dilihat sebagai berikut (Schulze 2001):

I = P. A. T ............................................................................................ (4.1)

In = Populasi n •(

)•

Keterangan: I = Impact/dampak (volume/m3)

P= Population/populasi (jumlah penduduk tahun 2000-2010)

A=Affluence/tingkat kemakmuran (pendapatan per kapita

masyarakat tahun 2000-2010 dalam rupiah)

T=Technology/teknologi pengomposan sampah (rupiah)

n= Tahun ke 1,2,3...,11

Perhitungan dengan metode ini dilakukan tiap tahun yaitu dari tahun 2000

sampai 2010. Perhitungan dampak (I) yang diperoleh tiap tahun dilakukan untuk

membandingkan perubahan dampak pada (I1) tahun 2001 sampai tahun 2010 (I6).

Setelah diketahui Impact yang diperoleh tiap tahunnya, maka dapat diketahui

bahwa faktor-faktor atau variabel yang dimasukan mempengaruhi volume

timbunan sampah di TPA. Pendekatan dengan model IPAT ini diuji menggunakan

analisis regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan setiap masing-masing

faktor dengan volume sampah. Selain itu, dilakukan juga pemodelan untuk

melihat tren volume sampah yang ditimbun di TPA.

4.4.1.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi merupakan persamaan regresi yang dapat digunakan untuk

menduga hubungan antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel

tak bebas (dependent variable), dimana dugaan keduanya dapat digambarkan

sebagai suatu garis lurus. Komponen error (ε) yang tidak diamati dan diasumsikan

Page 41: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

29

merupakan peubah acak. Koefisien regresi βo dan β1 adalah parameter yang

menggambarkan karakteristik populasi yang akan diduga (Juanda 2009).

Fungsi regresi yang digunakan dalam penelitian ini hanya diuji dengan

menggunakan fungsi regresi linier berganda. Persamaan dalam fungsi regresi ini

dibuat berdasarkan pendekatan model IPAT. Fungsi regresi ini menjelaskan

seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu jumlah penduduk (P), pendapatan

masyarakat (A), dan teknologi pengolahan sampah (T) terhadap variabel tak bebas

yaitu volume sampah (I). Analisis regresi ini dilakukan menggunakan program

Minitab 14.0 for Windows. Adapun model fungsi regresi faktor-faktor yang

mempengaruhi volume sampah adalah sebagai berikut:

Ii = βo + β1Pi + β2Ai + β3Ti + ε .................................................................. (4.2)

Keterangan:

I = Volume sampah yang ditimbun di TPA tahun ke i (m3)

Pi = Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur tahun ke i (jiwa)

Ai = Pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Cianjur tahun ke i

Ti = Teknologi pengolahan sampah di TPA Pasir Sembung tahun ke i

(Rp)

i = tahun ke 1,2,......,11 ( tahun 2000-2011)

β0 = Intersep

β1, β2, dan βo = Koefisien regresi

ε = Error term

Setelah melakukan pendugaan parameter koefisien regresi, hasil

persamaan regresi kemudian diuji menggunakan asumsi-asumsi dari model regresi

tersebut. Pengujian tersebut dilakukan agar dapat dilakukan pengujian mengenai

masing-masing koefisien regresi (uji-t) untuk mengetahui bagaimana hubungan

antar variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Pengujian yang dilakukan adalah

sebagai berikut (Juanda 2009):

Page 42: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

30

1. Uji Kenormalan

Pengujian kenormalan ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov. Nilai KS yang lebih besar dari taraf nyata menunjukan bahwa

model yang digunakan untuk regresi ini telah mengikuti distribusi normal

yaitu residual atau eror menyebar normal.

2. Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menghitung nilai VIF. Jika nilai VIF ≤ 10 maka diasumsikan pada model

tersebut tidak terdapat multikolinearitas.

3. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-

Watson. Jika nilai statistik DW nilainya mendekati 2 maka menunjukan tidak

adanya autokorelasi. Jika nilai DW lebih dari 2 maka autokorelasi negatif.

4. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini menggunakan uji Goldfeld-Quant dengan melihat nilai uji-F

dan derajat bebas p. Nilai p yang lebih besar dari taraf nyata menunjukan

model regresi tersebut tidak menghasilkan ragam sisaan yang heterogen

(hetroskedastisitas).

4.4.1.2 Pemodelan Volume Timbunan Sampah

Peningkatan volume timbunan sampah yang terjadi di TPA Pasir Sembung

Kabupaten Cianjur akan terus terjadi sebanding dengan peningkatan jumlah

penduduk. TPA sebagai tempat pembuangan akhir sampah harus memiliki

perkiraan jumlah sampah yang akan masuk kemudian ditimbun sesuai dengan

daya tampung dan umur teknis TPA. Penggambaran volume timbunan sampah di

Page 43: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

31

TPA sampai dengan sepuluh tahun kedepan dapat dilakukan dengan

menggunakan analisis pemodelan menggunakan software Vensim version 5.6b.

Pemodelan ini dapat membantu konseptualisasi dan pengukuran dari suatu

sistem yang kompleks atau untuk memprediksi konsekuensi dari sistem terhadap

tindakan manusia. Model simulasi adalah suatu proses memformulasikan

hubungan fungsional antar komponen suatu sistem dalam bentuk persamaan

matematis, mengubah nilai konstanta, parameter atau nilai inisial dari variabel

(komponen) ekosistem dan mengamati bagaimana konsekuensinya. Model ini

juga hanya sedikit menggunakan persamaan matematika, namun lebih insentif dan

ekstensif menggunakan komputer (Jeffers dalam Nababan 2001).

Model simulasi volume timbunan sampah di TPA Pasir Sembung

dilakukan dengan mensimulasikan faktor pertumbuhan penduduk, pendapatan per

kapita masyarakat, dan teknologi pengolahan sampah dengan bantuan komputer.

Hubungan antar komponen penduduk, pendapatan, dan teknologi menggunakan

fungsi matematis dari data yang diperoleh di lapangan. Asumsi yang digunakan

dalam simulasi model ini adalah:

1. Volume sampah yang dikaji dalam penelitian ini adalah akibat aktivitas

masyarakat sebanding dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat.

2. Tipe model yang digunakan adalah model dinamik dimana variabel yang

didefinisikan sistem merupakan fungsi dari waktu.

3. Pemodelan volume sampah ini terdiri dari tiga variabel yaitu penduduk,

konsumsi, dan teknologi menurut data sekunder dan survei.

4. Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan faktor yang paling berpengaruh

terhadap volume sampah yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Cianjur.

Page 44: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

32

Adapun model yang digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan

volume sampah di TPA Pasir Sembur dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.

Sumber: Hasil Analisis, 2011

Gambar 4. Simulasi Studi Pertumbuhan Volume Sampah di TPA Pasir

Sembung

4.4.2 Evaluasi Kelayakan Finansial Pengelolaan Tempat Pembuangan

Akhir

Evaluasi kelayakan finansial dalam pengelolaan TPA dilihat dari segi

biaya dan juga manfaat atau penerimaan. Menurut Gitinger dan Willis (1999),

biaya adalah pengeluaran atau pengorbanan yang dapat menimbulkan

pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Biaya yang digunakan dalam

pengelolaan TPA ini terdiri dari biaya investasi, biaya operasional, dan biaya

lainnya. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal dimulainya

proyek dan biasanya memerlukan biaya yang besar, sedangkan biaya operasional

adalah biaya rutin yang dikeluarkan untuk melakukan pengelolaan. Evaluasi

finansial dapat dilakukan dengan mengevaluasi data yang diperoleh kemudian

menghitung kriteria kelayakan investasi. Beberapa kriteria kelayakan finansial

yang digunakan (Gitinger dan Willis 1999) adalah sebagai berikut:

Rate pertumbuhan

Konsumsi

Sampah

Rate peningkatan

Peningkatan

Rumah tanggapertumbuhan

rate penurunan dari

pengomposan

penurunan

pendapatan

Page 45: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

33

1. Nilai Sekarang Neto (Net Present Value)

NPV (Rp) =∑

................................................................... (4.3)

2. Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate Return)

............................................... (4.4)

3. Rasio Manfaat dan Biaya (Benefit Cost Ratio)

B/C (Rp) = ∑

....................................................................... (4.5)

4. Payback Period

PP =

............................................................................................... (4.6)

Keterangan:

Bt = Manfaat yang diperoleh tiap tahun (tahun 2006-2010 dalam rupiah)

Ct = Biaya yang dikeluarkan tiap tahun (tahun 2006-2010 dalam rupiah)

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan (Rp)

Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

t = 1, 2, ... , n

n = Jumlah tahun (2006-2010)

i = Tingkat bunga (diskonto) yang digunakan untuk menghasilkan NPV

positif (%)

i’ = Tingkat bunga (diskonto) yang menghasilkan NPV negatif

NPV = Net Present Value positif

NPV’ = Net Present Value negatif

4.4.3 Analisis Perumusan Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan

Tempat Pembuangan Akhir

Pemerintah daerah memiliki peran dalam menentukan kebijakan

pengelolaan TPA agar lebih efektif. Dinas yang berwenang untuk menentukan

kebijakan selain pemerintah daerah adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

Kebijakan tersebut selain mengacu kepada UU No. 18 Tentang Pengelolaaan

Page 46: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

34

Sampah dan Peraturan Daerah No. 10 juga harus mementingkan kepentingan

masyarakat agar tidak merugikan masyarakat. Perumusan kebijakan untuk

pengelolaan TPA dilakukan dengan wawancara kepada pihak-pihak terkait yang

menjadi responden. Hasil wawancara dianalisis dengan menggunakan analisis

deskriptif.

Page 47: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

35

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Sembung Cianjur merupakan

satu-satunya TPA yang dimiliki oleh Kabupaten Cianjur. TPA ini berdiri sejak

tahun 1975 dan berlokasi di Desa Sirnagalih Kecamatan Cilaku Kabupaten

Cianjur dengan luas wilayah seluas lima hektar. Jarak TPA dari pusat kota adalah

5 km. Kabupaten ini pada awalnya memiliki dua TPA yaitu TPA Pasir Sembung

dan TPA Pasir Bungur yang berada di Kecamatan Cibeber. Namun, TPA Pasir

Bungur hanya dapat digunakan selama enam bulan. Masyarakat sekitar tidak

menginginkan adanya pembangunan TPA tersebut karena kondisi tanah yang

rawan longsor.

Kontur tanah TPA Pasir Sembung merupakan lahan kritis (tanah bekas

galian). Lahan TPA telah mengalami perluasan pada tahun 2007 seluas 13 500 m2

sehingga luas keseluruhan TPA menjadi enam hektar. Tahun 2011 juga dilakukan

kembali perluasan lahan seluas kurang lebih 6 000 m2 yang akan digunakan

sebagai ruang terbuka hijau. TPA ini memiliki lima zona pembuangan sampah

yang penggunaanya disesuaikan dengan ketetapan perencanaan periode. Zona

tersebut dimaksudkan untuk area penghijauan di TPA itu sendiri. Area yang

dijadikan sebagai zona penghijauan adalah area pembuangan sampah yang sudah

habis masa pakainya yaitu sudah dipakai selama lima tahun. Zona 1 dan Zona 2

yang merupakan zona pasif memiliki luas masing-masing 2 000 m2. Zona 3 dan

Zona 4 merupakan zona pasif yang memiliki luas masing-masing 3 000 m2. Zona

5 yang merupakan zona aktif yang memiliki luas lima hektar (DKP 2010).

Adapun peta kawasan TPA Pasir Sembung dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.

Page 48: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala
Page 49: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

37

5.2 Pengelolaan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung

Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten

Cianjur tahun 2010 volume sampah yang masuk dan ditimbun di TPA Pasir

Sembung sebanyak 162 840 m3

dengan rata-rata jumlah sampah yang masuk

setiap harinya adalah sebesar 450-500 m3. Jumlah sampah yang dapat

dimanfaatkan kembali dari keseluruhan volume sampah yang masuk adalah

sebanyak 8.98 %. Sampah yang masuk ke TPA ini langsung diangkut dari

berbagai sumber seperti pasar, rumah tangga, pertokoan, dan perkantoran. Namun,

ada juga masyarakat yang mengumpulkan sampah terlebih dahulu di Tempat

Pembuangan Sementara (TPS) kemudian diangkut ke TPA. Sarana yang dimiliki

oleh TPA ini dalam menunjang penanganan sampah yaitu dump truck sebanyak

20 unit, arm roll truck 12 unit, container tiga unit, bull dozer dua unit, roda

sampah 117 unit, dan memiliki transfer depo. Masing-masing truk dapat

mengangkut kurang lebih enam m3 sampah dengan intensitas pengangkutan tiga

kali sehari.

Sampah yang terangkut ke TPA kurang lebih hanya 40 % dari sampah

keseluruhan karena tidak adanya truk yang masuk ke area terpencil dan juga

selokan atau sungai yang lokasinya sulit dijangkau. Rasio antara ketersediaan

TPA dengan jumlah penduduk di Kabupaten Cianjur adalah sebesar 0.08 %. Hal

ini yang menjadi perhatian utama pihak pengelola karena jumlah TPA atau luasan

TPA yang sekarang tidak sebanding dengan jumlah penduduk. Hal ini yang

menyebabkan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat tidak sepenuhnya dapat

diangkut ke TPA. Adapun skema atau alur pengelolaan sampah di Kabupaten

Cianjur dapat dilihat pada Gambar 6 berikut.

Page 50: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

38

Sumber: DKP 2011

Gambar 6. Skema Pengolahan dan Pengangkutan Sampah di Kabupaten

Cianjur

Pengelolaan sampah di TPA Pasir Sembung mengacu kepada Peraturan

Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan

Sampah karena belum adanya Peraturan Daerah mengenai pengelolaan sampah.

Adapun upaya pengelolaan sampah yang dilakukan di TPA Pasir Sembung, yaitu:

1. Pengelolaan sampah di TPA ini menggunakan metode control landfill. Sistem

ini digunakan sejak tahun 2006 sesuai dengan peraturan untuk mengikuti

Program Adipura dan UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.

TPA harus melakukan rehabilitasi pengelolaan sampah dari sistem open

dumping menjadi control landfill dalam waktu lima tahun yaitu sampai pada

tahun 2013. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas lingkungan yang

semakin menurun. Metode ini dilakukan dengan menimbun sampah oleh

Pemilahan

Sampah

Sampah yang

dapat didaur

ulang

Organik

Rumah

Sakit

Sampah Medis

Sampah Non Medis

Incenerator khusus

TPS

Pemukiman

Jalan

Pertokoan

Perkantoran Anorganik

Industri

Sampah Non B3

Sampah B3 dikirim ke

daerah Cileungsi

Pasar Cianjur

Pasar Cipanas

Pasar Muka

Pasar Ciranjang

TPS

TPS

TPA Pasir

Sembung

Komposter

TPA Pasir

Sembung

Page 51: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

39

tanah dengan ketebalan 40 cm setiap satu minggu dua kali. Penimbunan

sampah dengan tanah ini dilakukan agar sampah tidak terus menumpuk.

2. Limbah cair yang dihasilkan akibat penimbunan sampah dialirkan

menggunakan pipa-pipa ke dalam kolam penampungan. Kolam ini disebut

juga dengan kolam leachete, yaitu tempat untuk menampung air limbah yang

ditimbulkan oleh sampah yang sudah dicampur dengan kaporit, tawas, dan

kapur. Kolam leachete ini memiliki enam kolam penampungan yang

melakukan tahapan pengolahan air yang berbeda-beda, yaitu:

a. Ekualisasi (persamaan konsentrasi) dan proses aerisasi. Terdapat tiga

tahap ekualisasi, yaitu penghilangan amoniak, penurunan kadar

Biochemical Oxygen Demand (BOD), dan penurunan kadar Chemical

Oxygen Demand (COD).

b. Proses kimia, yaitu netralisasi asam basa, koagulasi, dan flokulasi.

c. Chemical clarifier (pemisahan antara cairan dengan lumpur)

d. Oksidasi

e. Biological clarifier (sedimentasi)

f. Polisingpod dan cleanwater

Setelah proses tersebut, akan dihasilkan air yang sesuai dengan standar

layak baku mutu dan dapat dialirkan ke badan air (sungai). Selain kolam

leachete, TPA Pasir Sembung juga memiliki sumur pantau dengan kedalaman

40 m, sumur ini telah ada sejak TPA ini berdiri.

3. Pengelolaan sampah juga dilakukan dengan sistem komposting yaitu

mengolah sampah organik yang masuk ke TPA menjadi kompos. Sampah di

TPA dibuat kompos dengan Sistem Pengolahan Sampah Terpadu (SIPESAT)

Page 52: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

40

dengan menghasilkan kurang lebih dua ton kompos setiap hari. Pembuatan

kompos menggunakan mesin ini baru dilakukan sejak tahun 2008 sampai

sekarang. Namun, kompos yang dihasilkan ini belum dikomersialisasikan

atau dijual ke pasar karena hanya dipakai untuk kepentingan pribadi atau

sebagai bahan percontohan.

5.3 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Cianjur

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten yang berada di

Provinsi Jawa Barat. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 3 501.48 km dan secara

administratif pemerintahan terdiri dari 32 kecamatan, 342 desa, dan enam

kelurahan. Sebelah utara kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan

Purwakarta, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Garut, dan

sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.

Wilayah ini memiliki jumlah penduduk 2 240 085 jiwa yang terdiri dari

569 996 kepala keluarga. Penduduk laki-laki terdiri dari 1 192 121 jiwa dan

perempuan sebanyak 1 047 964 jiwa. Penyebaran penduduk Kabupaten Cianjur

masih bertumpu di Cianjur wilayah utara yaitu sebesar 60.68 %, sedangkan

wilayah tengah dan selatan hanya 39.32 %. Jumlah penduduk di Kabupaten ini

meningkat setiap tahun dengan laju pertumbuhan selama sepuluh tahun terakhir

adalah sebesar 1.09 % (BPS 2011).

Pertumbuhan jumlah penduduk di kabupaten ini diikuti juga dengan

pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data

dari Badan Pengawas Daerah Kabupaten Cianjur tahun 2011, jumlah PDRB yang

semakin meningkat diakibatkan karena semakin tingginya kegiatan ekonomi yang

dilakukan oleh masyarakat. Besarnya PDRB Kabupaten Cianjur tahun 2010

Page 53: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

41

adalah Rp 18 431 229 270 000 dengan laju pertumbuhan sebesar 9.66 %.

Pendapatan per kapita masyarakat yaitu sebesar Rp 11 079 195 atau jika dilihat

per rumah tangga adalah Rp 32 335 717 per KK. Jumlah pendapatan ini pun

meningkat setiap tahun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan juga

kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat. Adapun peningkatan PDRB

Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. PDRB per Kapita Kabupaten Cianjur Tahun 2005-2010

Rincian Tahun

2006 2007 2008 2009 2010

Jumlah 2 132 807 2 164 575 2 194 654 2 219 997 2 240 085 Penduduk

(Jiwa)

PDRB

12 278 819.43 13 807 923.13 15 680 235.63 16 807 429.88 18 431 229.27 Kabupaten

Cianjur (Juta

Rupiah)

PDRB Per

Kapita

Kabupaten

Cianjur

(Rupiah)

5 757 117 6 379 046 7 144 741 7 570 924 11 079 195

Laju

Pertumbuhan

PDRB (%) 12.78 12.45 13.56 7.19 9.66

Sumber: BAPPEDA 2011

Peningkatan PDRB Kabupaten Cianjur pada tahun 2008 dengan laju

sebesar 13.56 % menunjukkan bahwa adanya peningkatan pendapatan perkapita

penduduk yang cukup berarti pada tahun tersebut. Peningkatan pada tahun ini juga

merupakan peningkatan yang paling besar. Pendapatan yang semakin meningkat

akan mengakibatkan semakin tinggi jumlah konsumsi masyarakat.

Page 54: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

42

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Timbunan

Sampah

Analisis ini menggunakan pendekatan model IPAT untuk melihat faktor-

faktor yang memberikan dampak terhadap volume sampah yang ditimbun di TPA.

Model ini memasukan variabel jumlah penduduk (P), pendapatan (A), dan

teknologi pengolahan sampah (T) yang akan mempengaruhi volume sampah yang

ditimbun (I) di TPA Pasir Sembung.

Jumlah penduduk di Kabupaten Cianjur meningkat setiap tahun. Jumlah

penduduk pada tahun 2000 sebanyak 1 946 905 jiwa. Tahun 2010 dengan laju

pertumbuhan jumlah penduduk sebesar 1.09 % meningkat menjadi 2 240 085 jiwa

yang terdiri dari 569 996 kepala keluarga. Pertumbuhan jumlah penduduk akan

mempengaruhi tingkat konsumsi. Semakin tinggi jumlah penduduk, maka jumlah

konsumsi akan semakin meningkat. Konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh

tingkat pendapatan per kapita. Kabupaten Cianjur memiliki laju pertumbuhan

pendapatan daerah sebesar 9.66 %. Peningkatan pendapatan domestik regional

bruto (PDRB) ini dikarenakan terjadi peningkatan pada pendapatan per kapita

masyarakat. Pendapatan perkapita masyarakat mencapai Rp 11 079 195 pada

tahun 2010.

Selain kedua variabel di atas, dalam model IPAT ini juga menggunakan

variabel teknologi. Volume timbunan sampah di TPA dipengaruhi oleh teknologi

yang digunakan dalam pengolahan sampah. Teknologi yang dipakai di TPA Pasir

Sembung yaitu kolam leachete untuk pengolahan limbah cair dan pengomposan

untuk sampah organik. Pengaruh teknologi dalam analisis ini dilihat dari biaya

Page 55: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

43

yang dikeluarkan untuk melakukan pengelolaan sampah dan juga pemeliharaan

alat-alat yang digunakan. Biaya yang digunakan untuk pengolahan sampah

cenderung tetap setiap tahun.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kabupaten Cianjur, volume sampah di TPA Pasir Sembung meningkat setiap

tahun. Adapun tren peningkatan volume sampah yang ditimbun di TPA dapat

dilihat pada Gambar 7 berikut.

Sumber: DKP 2011

Gambar 7. Volume Timbunan Sampah di TPA Pasir Sembung Tahun 2000-

2010

Dapat ditunjukkan bahwa volume timbunan sampah di TPA semakin

meningkat dari tahun 2000-2009, namun pada tahun 2010 terjadi penurunan

volume sampah. Hal ini dikarenakan sudah dilakukannya pengolahan sampah

organik menjadi kompos. Pengolahan sampah tersebut dapat mengurangi volume

timbunan sampah di TPA. Terlihat pada tahun 2010 volume sampah menurun

kurang lebih 30 % dari 232 628 m3

(tahun 2009) menjadi 162 840 m3 (tahun

2010). Analisis menggunakan pendekatan model IPAT ini kemudian diuji dengan

menggunakan analisis regresi linier berganda untuk melihat hubungan masing-

masing variabel terhadap volume timbunan sampah di TPA.

0

500

1000

1500

2000

2500

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

Vo

lum

e S

amp

ah (

m3)

Ho

un

dre

ds

Volume Sampah

Page 56: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

44

6.1.1 Fungsi Regresi Berganda

Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi volume sampah dapat

dijelaskan ke dalam suatu model atau fungsi produksi. Berdasarkan pendekatan

yang dilakukan yaitu menggunakan model IPAT, maka variabel yang dimasukan

ke dalam model yaitu jumlah penduduk (P), pendapatan per kapita (A), dan

teknologi pengolahan sampah (T). Semua variabel tersebut merupakan peubah

bebas yang akan menduga volume sampah (I) yang ditimbun di TPA Pasir

Sembung.

Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan

menggunakan analisis regresi linier berganda. Model regresi ini menjelaskan

seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Berdasarkan

hasil regresi dengan menggunakan program Minitab 14.0 for Windows, maka

persamaan volume sampah di TPA Pasir Sembung adalah sebagai berikut:

I = - 723521 + 1.86 P - 0.0156 A - 0.000017 T ............................... (6.1)

Persamaan regresi di atas memiliki koefisien determinasi (R2) sebesar

79.89 % dan koefisien determinasi terkoreksi (R2adjusted) sebesar 71.27 %. Nilai

R2adjusted tersebut menunjukkan bahwa kemampuan variabel bebas yaitu jumlah

penduduk, pendapatan per kapita masyarakat, dan teknologi pengolahan sampah

dapat menjelaskan keragaman dari variabel tak bebas yaitu volume sampah (I)

sebesar 71.27 % sedangkan sisanya sebesar 28.73 % dapat dijelaskan oleh

variabel lain di luar model (Tabel 4). Taraf nyata (alpha) yang digunakan model

ini adalah 5%.

Jumlah penduduk dan pendapatan per kapita memiliki nilai P-value < 0.05

(taraf nyata) yaitu 0.005 dan 0.002. Hal ini menunjukan bahwa kedua variabel

Page 57: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

45

tersebut berpengaruh nyata terhadap volume timbunan sampah di TPA. Variabel

teknologi yang digunakan untuk pengolahan sampah memiliki nilai P-value >

0.05 yaitu sebesar 0.398 yang artinya variabel tersebut tidak memberikan

pengaruh yang nyata terhadap volume sampah pada taraf nyata 5 %. Hal ini

diduga karena satuan yang dimasukan ke dalam perhitungan persamaan regresi

dari variabel teknologi adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan teknologi

tersebut. Biaya yang dikeluarkan cenderung tetap setiap tahun dan hanya dilihat

dalam kurun waktu sepuluh tahun, sehingga menunjukkan pengaruh yang sangat

kecil terhadap volume timbunan sampah.

Tabel 4. Hasil Pendugaan Fungsi dari Volume Timbunan Sampah di TPA

Pasir Sembung Tahun 2000-2010

Predictor Coeficient SE Coef T P-value VIF

Constant -723521 181136 -3.990 0.005

P 1.8635 0.3773 4.940 0.002 8.2 A -0.015628 0.003888 -4.020 0.005 7.9 T -0.00001688 0.00001876 -0.900 0.398 1.1

R-Sq = 79,89% R-Sq(adj) = 71,27% Taraf nyata (α) = 5%

Keterangan: P= Jumlah Penduduk T= Teknologi Pengolahan Sampah

A= Pendapatan per KK Sumber: Data diolah (2011)

Model hasil persamaan regresi tersebut telah diuji normalitas,

multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Pengujian normalitas atau

asumsi sisaan menyebar normal dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov. Berdasarkan grafik residual plots for SRES1 (Lampiran 1) ditunjukan

nilai KS sebesar 0.162 lebih besar dari 0.05 yang artinya bahwa model yang

digunakan untuk regresi ini telah mengikuti distribusi normal yaitu residual atau

eror menyebar normal. Masalah multikolinearitas diuji berdasarkan nilai VIF.

Nilai VIF (Tabel 4) untuk ketiga variabel tersebut kurang dari 10, sehingga

mengindikasikan tidak adanya multikolinearitas antara peubah bebas (Juanda

Page 58: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

46

2009). Pemeriksaan asumsi autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji

Durbin-Watson. Nilai DW pada model tersebut yaitu 2.058 (Lampiran 1) masih

berada pada kisaran angka 2 sehingga menunjukan tidak terjadi autokorelasi.

Pengujian untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas

dilakukan dengan menggunakan uji Goldfeld-Quant. Nilai p yaitu 0.128 lebih

besar dari 0.05 (Lampiran 1) mengindikasikan tidak terdapat heteroskedastisitas

pada persamaan regresi linier tersebut. Adapun beberapa variabel yang secara

nyata atau tidak nyata berpengaruh terhadap volume sampah adalah sebagai

berikut:

1. Jumlah penduduk

Variabel jumlah penduduk yang digunakan dalam satuan rumah tangga

(P) memiliki pengaruh nyata pada taraf nyata 5 % terhadap volume sampah

yang dihasilkan. Variabel ini memiliki koefisien positif (+) yang menunjukan

bahwa jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan jumlah

konsumsi akan semakin tinggi. Konsumsi masyarakat (pangan) akan

menghasilkan sisaan atau sampah yang akan dibuang ke lingkungan.

Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Cianjur akan menyebabkan

volume timbunan sampah di TPA semakin tinggi. Volume sampah yang

semakin tinggi tersebut akan menyebabkan permasalahan sampah akan terus

bertambah. Peningkatan populasi merupakan sebuah tantangan bagi kondisi

lingkungan di daerah tersebut (Nakicenovic et. al. dalam Bogner 2007).

Koefisien jumlah penduduk sebesar 1.8635 memiliki arti bahwa setiap

peningkatan jumlah penduduk sebesar 100 jiwa diduga akan meningkatkan

volume sampah sebesar 186.35 m3 per tahun cateris paribus.

Page 59: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

47

2. Pendapatan masyarakat

Variabel jumlah pendapatan per kapita masyarakat memiliki hubungan

yang nyata terhadap volume sampah pada taraf nyata 5 %. Variabel ini

memiliki koefisien negatif (-), artinya semakin tinggi tingkat pendapatan

masyarakat diduga dapat menurunkan volume timbunan sampah di TPA.

Untuk komoditas pangan, peningkatan pendapatan tidak diikuti dengan

peningkatan permintaan yang progresif. Berdasarkan hal tersebut dengan

asumsi harga pangan yang diterima masyarakat sama, menurut Hukum Engel

pengeluaran rumah tangga terhadap komoditas pangan akan semakin

berkurang dengan meningkatnya pendapatan (Nicholson 1991). Asumsi harga

barang tetap, dengan meningkatnya pendapatan masyarakat maka proporsi

konsumsi yang semakin meningkat adalah untuk konsumsi barang mewah

atau non pangan. Barang-barang non pangan tersebut tidak termasuk jenis

sampah yang diangkut ke TPA sehingga semakin tinggi konsumsi masyarakat

terhadap barang non pangan tidak akan meningkatkan volume sampah di

TPA. Koefisien variabel pendapatan masyarakat sebesar 0.01568,

menunjukkan bahwa setiap peningkatan pendapatan per kapita masyarakat

sebesar Rp 10 000 diduga akan menurunkan volume sampah yang ditimbun

sebesar 156.80 m3 per tahun cateris paribus. Namun, variabel ini tidak

diajadikan indikator utama sebagai faktor yang dapat menurunkan volume

sampah.

3. Teknologi pengolahan sampah

Variabel teknologi memiliki nilai P-value sebesar 0.398 yang lebih

besar dari 0.05, artinya variabel ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan

Page 60: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

48

terhadap volume sampah. Variabel ini memiliki hubungan negatif terhadap

volume sampah yang ditunjukan dengan koefisien yang negatif (-). Artinya

bahwa semakin efisien dan maksimal teknologi yang digunakan dalam

pengolahan sampah maka akan menurunkan volume sampah. Sistem

pengelolaan sampah terpadu merupakan sistem manajemen pengelolaan

sampah yang mengintegrasikan aspek perencanaan pengelolaan sampah

dengan berbagai bidang (Damanhuri 2007). Nilai koefisien sebesar

0.0001668 artinya bahwa semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk

teknologi pengolahan sampah sebesar Rp 1 000 000 maka diduga akan

menurunkan volume sampah sebesar 166.80 m3 per tahun cateris paribus.

Variabel teknologi ini tidak berpengaruh signifikan diduga karena biaya yang

dikeluarkan untuk melakukan pengolahan sampah relatif sama setiap tahun.

Berdasarkan hasil tersebut dapat ditunjukan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi volume sampah di TPA Pasir Sembung adalah jumlah penduduk

dan pendapatan masyarakat. Teknologi pengolahan sampah dalam persamaan

regresi tersebut merupakan variabel yang tidak berpengaruh nyata atau

memberikan pengaruh yang kecil terhadap volume timbunan sampah. Namun,

dalam kondisi sebenarnya manajemen pengolahan sampah merupakan suatu

sistem yang dibutuhkan dalam penataan suatu lingkungan. Penggunaan teknologi

dalam pengolahan sampah dapat menurunkan jumlah volume sampah yang dapat

menyelesaikan permasalahan sampah yang tidak akan pernah berhenti.

6.1.2 Pemodelan Pertumbuhan Volume Timbunan Sampah di Tempat

Pembuangan Akhir

Pemodelan ini dilakukan untuk melakukan peramalan terhadap volume

timbunan sampah di TPA Pasir Sembung. Analisis ini dilakukan dengan

Page 61: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

49

menggunakan software Vensim 5.6b untuk meramalkan laju volume timbunan

sampah dari tahun 2010 sampai 2020. Peramalan ini penting dilakukan agar pihak

pengelola dapat memiliki gambaran mengenai volume sampah dan juga

mengantisipasi sistem pengelolaan di masa yang akan datang agar pengelolaan

sampah TPA Pasir Sembung berjalan efektif.

Model ini menggunakan asumsi bahwa volume sampah yang dihasilkan

dipengaruhi oleh jumlah penduduk dalam hal ini digunakan satuan rumah tangga,

pendapatan per kapita masyarakat yang akan mempengaruhi tingkat konsumsi,

dan teknologi pengolahan sampah dengan pengomposan. Terdapat dua buah stok

yaitu rumah tangga dan volume sampah (Lampiran 2). Stok awal yaitu rumah

tangga sebesar 569 996 jiwa dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dengan laju

pertumbuhan sebesar 1.09 % pada tahun 2010.

Pertumbuhan jumlah rumah tangga ini akan mempengaruhi tingkat

konsumsi. Masyarakat (rumah tangga) menggunakan 41.18 % dari pendapatannya

Rp 32 335 717 untuk kebutuhan konsumsi pangan. Jumlah konsumsi masyarakat

tersebut mempengaruhi peningkatan volume sampah sebesar 7 % pada tahun

2010. Stok dari volume sampah dipengaruhi oleh peningkatan dan penurunan.

Sampah organik sebanyak 40 % yang digunakan dalam proses pengomposan akan

mengurangi stok volume sampah, dimana volume sampah awal sebesar 162 840

m3. Konsumsi masyarakat (%) yang dimasukan ke dalam model adalah jumlah

konsumsi masyarakat terhadap pangan organik. Hal ini dilakukan agar tidak

terjadi perhitungan ganda karena variabel yang mempengaruhi penurunan volume

sampah hanya proses pengolahan sampah organik (kompos). Penurunan volume

sampah dilihat dari jumlah sampah yang digunakan untuk membuat kompos (%).

Page 62: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

50

Berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan (Lampiran 2), volume

sampah yang ditimbun di TPA tahun 2010 sampai 2020 mengalami penurunan

(Gambar 8). Pengolahan sampah dengan pengomposan yang menggunakan 40 %

sampah organik yang ada di TPA dapat menurunkan volume sampah di TPA Pasir

Sembung. Peningkatan volume sampah sebesar 7 % yang dipengaruhi oleh tingkat

konsumsi masyarakat dapat diatasi dengan digunakannya sampah organik sebagai

bahan baku untuk proses pengomposan.

Sumber: Hasil Penelitian 2011

Gambar 8. Hasil Pemodelan Volume Sampah (m3) di TPA Pasir Sembung

Tahun 2010-2020

Hasil pemodelan tersebut dapat digunakan sebagai acuan bagi pengelola

agar dapat mengelola sampah lebih maksimal sehingga permasalahan sampah

dapat terselesaikan. Pengolahan sampah organik yang dilakukan dengan proses

pengomposan dapat memberikan pengaruh terhadap penurunan volume sampah

jika pengelolaannya dilakukan secara optimal.

6.2 Evaluasi Kelayakan Finansial Pengelolaan Tempat Pembuangan

Akhir Pasir Sembung dengan Metode Control Landfill

Pengelolaan sampah di TPA Pasir Sembung menggunakan metode control

landfill dimulai pada tahun 2006. Hal ini sesuai dengan amanat yang disampaikan

Sampah

200,000

150,000

100,000

50,000

0

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Time (Year)

Sampah : Current

Page 63: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

51

pada UU No. 18 Tahun 2008 bahwa pengelolaaan TPA dengan metode open

dumping diubah menjadi metode control landfill. Penggunaan metode control

landfill ini mengharuskan dilakukannya pemeliharaan tanah secara rutin dan juga

pengolahan sampah baik organik maupun anorganik. Hal ini dilakukan agar dapat

mengurangi volume sampah, sehingga permasalahan sampah akan semakin

berkurang. TPA Pasir Sembung sudah melakukan pengolahan sampah organik

menjadi kompos. Pengolahan kompos ini mampu menghasilkan pupuk kompos

sebanyak dua ton per hari dan hasil produksi kompos tersebut belum dijual ke

pasar melainkan hanya digunakan untuk kepentingan pribadi. Hal ini dapat

memberikan pengaruh bagi TPA dari segi biaya produksi. Anggaran atau biaya

pengelolaan TPA akan semakin meningkat dengan adanya pengolahan sampah,

namun penerimaan yang diterima cenderung tetap.

Pengelolaan dengan metode ini sudah berjalan kurang lebih lima tahun

sampai sekarang. Guna mengetahui kelayakan pengelolaan TPA dengan

penerapan metode control landfill sampai dengan tahun 2010, maka dilakukan

evaluasi kelayakan finansial. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah

investasi pemerintah dalam pelaksanaan pengelolaan TPA dengan metode control

landfill ini berhasil atau tidak. Pelayanan publik ini diharapkan dapat memberikan

manfaat baik bagi pemerintah, pengelola, dan masyarakat.

Evaluasi kelayakan finansial dilakukan dengan memperhitungkan besarnya

penerimaan yang diperoleh oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk

pengelolaan TPA yang berasal dari dana anggaran pengeluaran dan belanja

pemerintah (APBD). Selain itu, analisis ini juga memperhitungkan besarnya

pengeluaran yang digunakan untuk biaya investasi, pemeliharaan, upah tenaga

Page 64: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

52

kerja, dan biaya variabel lain. Selisih antara penerimaan dan pengeluaran

merupakan keuntungan atau kerugian yang diterima oleh dinas terkait. Kriteria

kelayakan dalam penelitian ini digunakan untuk melihat kelayakan dari investasi

pemerintah dalam pengelolaan sampah. Kriteria tersebut adalah Net Present Value

(NPV) atau nilai bersih sekarang, Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat

pengembalian, dan Net Benefit/Cost (Net B/C).

Penelitian ini akan melakukan evaluasi kelayakan finansial dalam

pengelolaan sampah di TPA Pasir Sembung Kabupaten Cianjur selama lima tahun

yaitu dari tahun 2006 sampai 2010. Perhitungan dengan menggunakan Cashflow

ini bertujuan untuk melihat kelayakan pengelolaan TPA dengan metode control

landfill secara finansial yang akan digunakan untuk mengantisipasi dana di masa

yang akan datang yang seharusnya diberikan bagi pengelolaan TPA.

Evaluasi kelayakan finansial pengelolaan sampah di TPA Pasir sembung

menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut:

1. Pengelolaan sampah di TPA Pasir Sembung menggunakan dana kas

pemerintah Kabupaten Cianjur yang disalurkan melalui Bank Jabar Banten.

Suku bunga yang digunakan adalah 14 % (compounding factor) yang

diperoleh dari suku bunga kredit Bank Jabar Banten untuk proyek pemerintah

atau publik per tanggal 31 Maret 2011.

2. Umur proyek yang ditentukan untuk melakukan analisis kelayakan ini adalah

lima tahun yaitu dari tahun 2006 sampai 2010 sejak TPA ini menggunakan

metode control landfill dalam pengelolaan TPA.

3. Harga yang digunakan untuk input pembelian adalah harga yang berlaku pada

tahun pembelian. Biaya pada arus pengeluaran terdiri dari biaya investasi,

Page 65: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

53

pemeliharaan alat, pengadaan sarana dan prasarana, tenaga kerja, dan biaya

lain-lain. Sedangkan penerimaan diperoleh dari dana pemerintah daerah atau

APBD yang didalamnya sudah termasuk dana retribusi kebersihan.

6.2.1 Identifikasi Dana Pemasukan

Penerimaan yang diperoleh oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kabupaten Cianjur dalam pengelolaan TPA Pasir Sembung adalah dari dana

APBD pemerintah daerah dan bantuan provinsi. Dana APBD yang diberikan telah

termasuk dana retribusi kebersihan karena dana retribusi tersebut langsung

dikelola oleh Pemda setempat (Lampiran 3). Berikut ini adalah alur pemasukan

Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam mengelola TPA Pasir Sembung:

1. Dana Anggaran Pengeluaran Belanja Daerah (APBD)

Pemerintah daerah memberikan dana kepada setiap dinas dalam

pengelolaan masing-masing bidang yang dikelola. Dinas Kebersihan dan

Pertamanan menerima dana APBD setiap tahun yang sudah termasuk alokasi

dana dari retribusi kebersihan. Persentasi pembagian dana pemerintah dan

retribusi kebersihan tidak dapat dipublikasikan karena pengelolaan dana

tersebut langsung dikelola oleh Pemda. Adapun dana APBD yang diterima

untuk pengelolaan TPA dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penerimaan Dana APBD untuk Pengelolaan TPA Pasir

Sembung

Tahun Jumlah Dana (Rp)

2006 254 500 000

2007 2 980 500 000

2008 953 500 000

2009 549 700 000

2010 584 580 000

Sumber: DKP 2011

Dana yang diterima oleh pengelola berbeda setiap tahun karena dana

tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dalam pengelolaan sesuai proposal

Page 66: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

54

yang diajukan sebelumnya oleh dinas tersebut. Namun, dana yang diterima

tidak sepenuhnya sama dengan dana yang diajukan sebelumnya. Penerimaan

pada tahun 2007 lebih besar dibandingkan dengan dana penerimaan tahun

lainnya. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut terdapat pengadaan mesin

pengomposan di TPA Pasir Sembung sehingga membutuhkan dana yang

lebih besar. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola TPA, dana

tersebut sebenarnya masih kurang dari yang seharusnya, sehingga

pengelolaan TPA pun belum berjalan dengan efektif. Selain itu, karena tidak

adanya sumber lain untuk penerimaan sehingga cenderung mengandalkan

dana APBD.

2. Bantuan Provinsi

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Cianjur menerima dana

bantuan dari pemerintah Provinsi Jawa Barat (Lampiran 3). Bantuan ini

diperoleh karena pada tahun 2004 DKP mengajukan proposal mengenai

permintaan bantuan kepada pemerintah provinsi Jawa Barat. Proposal

tersebut disetujui dengan ketentuan bahwa dana yang diajukan tidak boleh

lebih dari Rp 100 000 000 karena jika lebih harus melalui pihak ketiga atau

swasta. Mulai tahun 2005 dana yang diperoleh oleh pihak pengelola tetap

yaitu sebesar Rp 100 000 000 setiap tahun.

Penerimaan untuk pengelolaan TPA hanya diterima dari dua sumber

tersebut. Namun, sebenarnya terdapat sumber penerimaan lain yang seharusnya

dapat digunakan untuk pembiayaan pengelolaan TPA yang tidak dimasukan ke

dalam sumber penerimaan. Hal tersebut dikarenakan tidak terdapat proses

komersialisasi terhadap sumber tersebut atau disebut sebagai manfaat sosial.

Page 67: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

55

Manfaat sosial yang pertama adalah dengan adanya proses pengolahan sampah

dengan pengomposan maka sampah yang ditimbun di TPA dapat berkurang.

Penurunan volume timbunan sampah tentu saja akan memberikan manfaat baik

bagi pihak pengelola maupun masyarakat. Pencemaran yang diakibatkan

timbunan sampah tersebut lama kelamaan akan menurun sehingga kondisi

lingkungan akan lebih baik. Hasil produksi kompos dari proses pengolahan

tersebut seharusnya bisa menjadi peneriman yang cukup besar karena kompos

yang dihasilkan cukup banyak yaitu dua ton per hari. Kompos tersebut saat ini

hanya digunakan oleh dinas terkait tanpa harus membayar. Hal ini menjadi

keuntungan bagi Dinas Kebersihan dan Pertamanan karena dapat mengurangi

biaya operasional dalam bidang pertamanan. Namun, dalam bidang pengelolaan

sampah hal ini akan menambah biaya produksi.

Kedua yaitu dengan adanya saluran leachete sebagai pengolah limbah cair

yang dapat mengurangi pencemaran limbah ke sungai. Penurunan tingkat

pencemaran tersebut tentu saja dapat meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan

masyarakat dengan mengurangi biaya kesehatan bagi masyarakat sekitar. Manfaat

sosial tersebut tidak dimasukan ke dalam perhitungan karena penelitian ini tidak

mengevaluasi kelayakan ekonomi hanya kelayakan secara finansial.

6.2.2 Identifikasi Pengeluaran

Biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan sampah di TPA Pasir Sembung

digunakan untuk operasional dalam pengelolaan sampah dan sarana prasarana di

TPA Pasir Sembung. Biaya tersebut terdiri dari biaya investasi, upah tenaga kerja,

dan biaya operasional. Adapun penjelasan alur pengeluaran dalam pengelolaan

sampah di TPA Pasir Sembung yaitu sebagai berikut:

Page 68: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

56

1. Biaya Investasi

Investasi yang dikeluarkan tidak hanya dikeluarkan pada tahun awal

saja. Investasi ini dikeluarkan pada tahun 2006, 2007, 2008, dan 2010

(Lampiran 3). Biaya investasi ini digunakan untuk pengadaan sarana dan

prasarana, pembuatan bangunan, dan juga pembuatan saluran air limbah.

Biaya ini hanya dikeluarkan sekali selama proses pengelolaan TPA, namun

dikeluarkan pada tahun yang berbeda. Biaya investasi yang paling tinggi

adalah pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 2 772 616 500.

Biaya tersebut besar karena dilakukan pengadaan sarana dan prasarana

untuk pengelolaan, seperti pengadaan mesin kompos, pembebasan tanah

seluas 13 500 m2, pembuatan bangunan kompos, pembuatan hanggar dan

garasi untuk alat berat, pembuatan tembok penahan tanah, saluran leachete,

sumur pantau, dan pengaspalan jalan. Biaya yang paling besar digunakan

adalah untuk pengadaan mesin kompos. Mesin kompos tersebut terdiri dari

dua buah mesin pencacah dan dua buah mesin penyaring dengan harga kedua

paket mesin tersebut adalah Rp 1 050 116 500. Sedangkan untuk tahun 2006,

2008, dan 2010 biaya investasi yang dikeluarkan tidak terlalu besar

dibandingkan tahun 2007, karena pada tahun 2006 hanya dilakukan

pembelian alat berat berupa bull dozer dan eksavator, tahun 2008 dilakukan

pembuatan saluran drainase dan tahun 2010 dilakukan pembuatan konstruksi

jaringan air.

2. Upah Tenaga Kerja

Upah pekerja dalam pengelolaan TPA adalah untuk pekerja yang

bersifat honorer atau kontrak. Honorarium yang ada di TPA berjumlah enam

Page 69: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

57

orang dengan upah setiap orang Rp 725 000 per bulan. Sehingga selama

setahun untuk membayar honorarium pengelola TPA setiap orangnya adalah

sebesar Rp 4 350 000 per bulan. Selain untuk honorarium pengelola TPA,

anggaran ini juga digunakan untuk upah bagi tenaga kerja dalam pembuatan

kompos. Jumlah tenaga kerja sebanyak lima orang dengan waktu kerja 30

hari per bulan. Upah yang diberikan setiap bulan adalah Rp 1 200 000 per

bulan untuk setiap orang. Sehingga selama satu bulan untuk lima orang

pegawai TPA mengeluarkan dana Rp 6 000 000.

3. Biaya Pemeliharaan Alat dan Operasional

Biaya ini dikeluarkan untuk membiayai pemeliharaan dan operasional

dari alat-alat dan juga lokasi TPA Pasir Sembung dalam pengelolaan sampah.

Adapun rincian tersebut antara lain berupa (Lampiran 3):

a. Biaya pemeliharaan instalasi yang digunakan untuk memelihara instalasi

pembuangan limbah cair dari sampah yaitu kolam leachete dan sumur

pantau. Biaya pemeliharaan instalasi sebesar Rp 10 000 000 setiap tahun.

Namun, pada tahun 2008 biaya yang dikeluarkan lebih besar karena pada

tahun tersebut dilakukan perbaikan saluran leachete akibat terjadi

kebocoran yaitu sebesar Rp 56 000 000.

b. Biaya operasional alat berat ini digunakan untuk pembelian bensin dan

juga pemeliharaan dari 24 truk, dua buldozer, dua unit eksavator. Biaya

yang dikeluarkan kurang lebih Rp 155 000 000 per tahun.

c. Belanja untuk bahan-bahan kimia yang digunakan seperti untuk kolam

leachete, masker, sarung tangan, dan larutan E4. Pengeluaran biaya untuk

bahan kimia ini kurang lebih sebesar Rp 14 000 000 per tahun.

Page 70: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

58

d. Biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan kantor TPA yaitu dari

bangunan kantor, penataan kantor TPA, dan bangunan lain seperti

gedung serbaguna, ruang rapat, dan juga garasi untuk alat berat. Biaya

yang dikeluarkan setiap tahunnya berbeda, karena disesuaikan dengan

kebutuhan dari pemeliharaan kantor. Pada tahun 2006 biaya sebesar Rp

110 000 000, tahun 2007 Rp 50 000 000, tahun 2008 Rp 105 000 000

karena dilakukan rehabilitasi dan penataan kantor TPA, tahun 2009 Rp

114 500 000, dan pada tahun 2010 Rp 20 450 000.

e. Biaya penghijauan di TPA ini dilakukan setiap lima tahun sekali.

Penghijauan ini dilakukan pada lahan atau zona pasif yang telah ditimbun

dengan tanah, sehingga lokasi tersebut dapat dijadikan sebagai taman.

Biaya untuk melakukan penghijauan adalah Rp 20 000 000 per lima

tahun.

f. Produksi kompos di TPA ini memiliki kapasitas dua ton per hari dengan

jumlah mesin kompos sebanyak dua buah. Biaya untuk pengelolaan

kompos ini terdiri dari biaya untuk pembelian solar kurang lebih 60 liter

per bulan, oli kurang lebih delapan galon, dan karung untuk mengemas

pupuk kompos. Biaya untuk keseluruhan bahan-bahan tersebut sebesar

Rp 36 730 000 per tahun.

g. Pengelolaan TPA dengan menggunakan metode control landfill harus

melakukan pemeliharaan tanah secara teratur. Sampah yang telah

menumpuk ditutup dengan tanah (diurug) setiap satu minggu sekali.

Biaya yang dikeluarkan untuk proses pengurugan ini adalah kurang lebih

Rp 98 000 000 setiap tahun.

Page 71: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

59

Total biaya pemeliharaan alat dan operasional yang dikeluarkan untuk

pengelolaan TPA kurang lebih sama setiap tahun yaitu sekitar Rp 300 000 000

untuk tahun 2006 sampai 2010. Namun, pada tahun 2008 biaya yang dikeluarkan

lebih besar yaitu sebesar Rp 878 612 000. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut

biaya untuk komponen operasional alat berat lebih besar dibandingkan tahun yang

lainnya.

6.2.3 Kriteria Kelayakan

Dana penerimaan dan juga pengeluaran dalam pengelolaan sampah di TPA

Pasir Sembung telah dirinci dari tahun 2006 sampai 2010. Berdasarkan pada data

tersebut maka dapat dilakukan evaluasi kelayakan finansial untuk melihat

kelayakan secara finansial anggaran dalam pengelolaan TPA. Evaluasi kelayakan

finansial pengelolaan sampah di TPA Pasir Sembung dapat dilihat dari kriteria

kelayakan yaitu NPV, Net B/C, dan IRR (Tabel 6).

Evaluasis kelayakan ini memiliki nilai NPV ≥ 0 yaitu Rp 232 060 915.

Nilai NPV tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di TPA ini layak

untuk dijalankan, artinya bahwa seluruh penerimaan yang diterima melebihi biaya

yang dikeluarkan untuk pengelolaan TPA. Pengelolaan TPA dengan metode

control landfill ini tidak menyebabkan kerugian bagi pihak pengelola maupun

pemerintah. Adapun hasil evaluasi kelayakan finansial pengelolaan TPA dapat

dilihat pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6. Hasil Evaluasi Kelayakan Finansial Pengelolaan Sampah di TPA

Pasir Sembung

Kriteria Hasil

Net Present value (NPV) 232 060 915

Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) 2.89

Gross Benefit and Cost Ratio (Gross B/C) 1.03

Internal Rate of Return (IRR) 45 %

Sumber: Hasil Penelitian 2011

Page 72: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

60

Hasil evaluasi ini juga melihat berdasarkan nilai Net B/C dan Gross B/C.

Pengelolaan TPA ini memiliki nilai Net B/C ≥ 1 dan Gross B/C ≥ 1 yaitu 2.89 dan

1.03 (Tabel 6). Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan TPA layak untuk

dijalankan dengan penerimaan dari kedua sumber tersebut, artinya bahwa

tambahan biaya pengelolaan TPA setelah menggunakan metode control landfill

diimbangi dengan adanya tambahan manfaat atau penerimaan. Tambahan

penerimaan tersebut diperoleh dari bantuan pemerintah provinsi Jawa Barat.

Kelayakan pengelolaan TPA juga dilihat dari nilai IRR atau tingkat

pengembalian. Tabel 6 tersebut menunjukkan bahwa nilai IRR ≥ 14 % yaitu

sebesar 45 %. Nilai IRR ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga

yang ada di Bank Jabar Banten periode tahun 2011. Keputusan investasi tersebut

menyatakan bahwa pengelolaan TPA dengan menggunakan metode ini layak

untuk dilaksanakan karena tingkat pengembalian lebih besar dibandingkan tingkat

suku bunga. Berdasarkan hasil evaluasi kelayakan finansial maka pengelolaan

TPA ini layak untuk dijalankan. Pengelolaan TPA merupakan sarana pelayanan

terhadap publik dalam menjaga kelestarian lingkungan sehingga harus dijalankan

secara maksimal. Kepuasan masyarakat dan kelestarian lingkungan merupakan

tujuan utama dalam pelaksanaan pengelolaan TPA.

6.3 Analisis Perumusan Kebijakan Pengelolaan Tempat Pembuangan

Akhir Pasir Sembung

Pengelolaan TPA Pasir sembung berada di bawah kebijakan Dinas

Pertamanan dan Kebersihan Kabupaten Cianjur. Dinas ini memiliki hak untuk

menetapkan kebijakan yang dilakukan dalam pengelolaan TPA. Pengelolaan TPA

membutuhkan dukungan dari berbagai pihak yang memiliki peran dalam proses

pelaksanaan pengelolaan. Pemerintah daerah memiliki fungsi meningkatkan

Page 73: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

61

pelayanan dan pembangunan masyarakat dalam rangka untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pengelolaan TPA merupakan salah satu bentuk pelayanan masyarakat

yang dapat menjaga kelestarian lingkungan masyarakat. Selain dari itu peran

pemerintah adalah mengeluarkan pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang

memiliki peranan penting dalam pengelolaan aktivitas untuk pelayanan publik

dalam hal ini pengelolaan TPA (Adisasmita 2011). Keterkaitan antar kebijakan

diperlukan dalam pengelolaan sampah karena tidak ada solusi tunggal untuk

menyelesaikan permasalahan sampah. Hal ini dilakukan agar dapat menemukan

kebijakan yang dapat mengintegrasikan semua bidang baik dari segi ekonomi,

ekologi, dan teknis dalam pengelolaan sampah (Eshet et al. 2005). Adapun

kebijakan yang dapat dilakukan untuk pengelolaan TPA adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan peraturan daerah tentang pengelolaan sampah

Peraturan daerah ini memiliki peran yang penting dalam membantu

pengelolaan TPA agar lebih efektif. Perda tersebut dibuat agar pengelolaan

TPA lebih terfokus yang disesuaikan dengan keadaan wilayah. Pembentukan

peraturan ini dapat mengacu kepada UU No. 18 Tahun 2008 Tentang

Persampahan dan Permendagri No. 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman

Pengelolaan Sampah. Peraturan ini mengatur mulai dari tahap pengambilan

sampah sampai tahap pengolahan sampah karena dalam mewujudkan

pengelolaan sampah yang efisien perlu dilakukan penanganan secara

komperhensif yaitu dari hulu sampai ke hilir. Pengolahan sampah ini perlu

memiliki aturan yang jelas karena dapat memberikan suatu manfaat yang

besar. Terutama dalam hal pengurangan volume sampah dan efisiensi dalam

Page 74: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

62

pembiayaan pengelolaan sampah. Selain itu, peraturan ini juga mengatur

kerjasama yang dilakukan antara pemerintah, pengelola, dan masyarakat

sekitar demi terciptanya kondisi lingkungan yang bersih dan sehat. Adapun

peraturan secara umum yang dapat dituangkan dalam Perda pengelolaan

sampah adalah mengenai:

a. Penyusunan rencana pengurangan dan penanganan sampah yang

dituangkan dalam rencana strategis dan rencana tahunan SKPD.

b. Penyediaan sarana dan prasarana pengurangan dan penanganan sampah

mulai dari sumber sampah sampai dengan TPA.

c. Pola pengembangan kerjasama daerah, kemitraan, dan partisipasi

masyarakat.

d. Kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh pemerintah

daerah dan masyarakat.

e. Rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah

lingkungan dalam memenuhi kebutuhan menggunakan ulang, mendaur

ulang, dan penanganan akhir sampah.

2. Penetapan anggaran dan retribusi untuk pengelolaan TPA Pasir Sembung

Pengelolaan TPA merupakan aktivitas untuk melayani fasilitas publik.

TPA sebagai sektor publik memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan

yang maksimal terhadap masyarakat dalam hal pengelolaan sampah.

Pemerintah daerah memiliki peranan yang penting dalam memainkan peranan

sebagai pengelola (Adisasmita 2011). Bentuk kinerja pemerintah dalam

menyediakan pelayanan dan memnuhi kebutuhan publik yaitu dalam

penetapan anggaran dan retribusi daerah.

Page 75: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

63

APBD merupakan suatu bentuk nyata dari rencana kerja pemerintah

daerah sebagai dukungan dalam pelayanan kepada publik. Dana APBD

digunakan untuk melakukan rencana kerja selama satu tahun ke depan. Dana

ini digunakan dalam menggerakan pengelolaan sampah secara terpadu di

TPA Pasir Sembung dan juga memaksimalkan fasilitas untuk mencapai suatu

tujuan. Peningkatan fasilitas dan efisiensi pengelolaan perlu dukungan dari

segi efisiensi pembiayaan. Semakin tinggi tingkat pelayanan membutuhkan

biaya yang semakin tinggi pula untuk memberikan kepuasan yang maksimal

kepada masyarakat. Pengelolaan TPA Pasir Sembung tidak melibatkan

adanya pihak swasta sehingga sumber utama penerimaan hanya berasal dari

APBD.

Semakin banyak kebutuhan yang diperlukan dalam melakukan kinerja

pengelolaan sampah yang maksimal, sehingga terkadang biaya yang diterima

dari APBD tersebut tidak mencukupi. Anggaran ini digunakan untuk

meningkatkan sarana dan prasarana dari TPA. Selain itu efisiensi dari

anggaran ini dilakukan agar tidak terjadi kerugian baik bagi pemerintah

maupun pengelola. Retribusi daerah dapat dijadikan sebagai tambahan

penerimaan dalam pengelolaan TPA karena dana APBD merupakan subsidi

dari pemerintah yang bersifat terbatas. Aktivitas ini bukan berorientasi pada

bisnis yang melibatkan pihak swasta, sehingga pungutan daerah yang dibayar

oleh masyarakat ini sebaiknya diberikan kepada pihak pengelola TPA sebagai

sumber dana tambahan. Penetapan anggaran yang efisien untuk pengelolaan

TPA akan memberikan kelayakan bagi TPA itu sendiri dalam mengelola

sampah. Peningkatan dana retribusi kebersihan yang dibayarkan oleh

Page 76: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

64

masyarakat perlu dilakukan karena besaran retribusi yang masih relatif kecil.

Penetapan besaran retribusi ini juga diatur dalam Perda No. 10 Tahun 2005

Tentang Retribusi Pelayanan Kebersihan. Peningkatan besaran jumlah

retribusi ini dilakukan agar dapat menambah sumber pembiayaan bagi

pengelolaan TPA sehingga pengelolaan TPA layak untuk dijalankan secara

optimal. Hal ini tentu saja dapat memberikan pengaruh agar masalah sampah

dapat semakin berkurang.

3. Pengolahan sampah

Pengolahan sampah dilakukan agar sampah yang terbuang jumlahnya

semakin berkurang. Hal ini dilakukan untuk mendukung terwujudnya Zero

Waste Management yakni pengelolaan sampah di lokasi yang paling dekat

dengan sumber sehingga akan meminimalisir pencemaran dari sumber

sampah sampai ke lokasi TPA. Pengolahan sampah ini dilakukan untuk

merubah paradigma pengelolaan sampah dari end of pipe menjadi

pengurangan di sumber (reduce at source) dan daur ulang sumber daya

(resource recycle) (KNLH 2009).

Implementasi falsafah tersebut dapat dilakukan dengan melakukan

program pengelolaan sampah dengan sistem 3R (reduce, reuse, recycle),

pemanfaatan sampah, dan pemrosesan akhir sampah yang berwawasan

lingkungan. Langkah dalam menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan

sampah (Gambar 9) yang meliputi pengurangan sampah, penanganan sampah,

pemanfaatan sampah, dan peningkatan kapasitas pengelolaan sampah.

Pengolahan sampah tersebut terbagi menjadi pengolahan sampah organik dan

anorganik.

Page 77: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala
Page 78: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

66

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk memberikan pengaruh yang positif, sedangkan tingkat

pendapatan masyarakat memberikan pengaruh negatif terhadap volume

timbunan sampah karena daya beli masyarakat rendah. Namun, teknologi

pengolahan sampah tidak berpengaruh signifikan terhadap volume timbunan

sampah. Berdasarkan hasil pemodelan yang dilakukan, menunjukkan bahwa

volume timbunan sampah di TPA Pasir Sembung akan mengalami penurunan

dari tahun 2010 sampai 2020 jika pengelolaan sampah dengan sistem

pengomposan dilakukan secara maksimal.

2. Berdasarkan evaluasi kriteria kelayakan finansial pengelolaan sampah di TPA

Pasir Sembung dengan menggunakan metode control landfill yang diterapkan

pada tahun 2006 layak untuk dijalankan (pada tingkat suku bunga 14 %).

Hasil evaluasi kelayakan menunjukkan bahwa pengelolaan TPA tidak

menimbulkan kerugian bagi pihak pengelola maupun pemerintah. Selain itu,

karena TPA ini merupakan layanan publik maka harus dilaksanakan secara

optimal agar memberikan kepuasan maksimal bagi masyarakat.

3. Kebijakan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan TPA adalah dengan

menetapkan Perda tentang pengelolaan sampah, pengolahan sampah yang

berwawasan lingkungan (implementasi 3R), dan penetapan anggaran dasar

dan juga retribusi kebersihan dalam mendukung pengelolaan TPA yang

efektif dan juga ramah lingkungan.

Page 79: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

67

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disarankan:

1. Pemerintah dan juga pihak pengelola yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kabupaten Cianjur diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada

masyarakat Kabupaten Cianjur. Penyuluhan tersebut dapat berupa pengertian

mengenai pentingnya kebersihan lingkungan dan pelatihan mengolah sampah

dalam skala rumah tangga. Hal ini dapat membantu dalam upaya penurunan

volume sampah yang diakibatkan oleh peningkatan jumlah penduduk.

2. Dinas Kebersihan dan Pertamanan sebagai pengelola dapat menjadi fasilitator

dalam menjual hasil produksi kompos yang dihasilkan dari proses

pengomposan di TPA Pasir Sembung kepada masyarakat. Hal ini diharapkan

dapat memberikan keuntungan ekonomi yang dapat dijadikan sebagai sumber

penerimaan bagi pengelolaan TPA dan menambah lapangan pekerjaan. Selain

itu bagi pemerintah daerah, besaran retribusi kebersihan harus ditingkatkan

sebagai tambahan penerimaan dalam pengelolaan TPA. Hal ini dilakukan

agar pengelolaan TPA dapat lebih maksimal sehingga akan memberikan

manfaat yang lebih besar baik bagi pemerintah maupun masyarakat.

3. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Cianjur diharapkan dapat

menerapkan sistem 3R (reduce, reuse, recycle) dalam pengolahan sampah

organik dan nonorganik di TPA Pasir Sembung. Selain di TPA, pengolahan

sampah juga sebaiknya dilakukan sejak dari sumbernya. Pengolahan sampah

tersebut diharapkan dapat mengurangi volume timbunan sampah. Selain itu,

dapat menjadikan sampah sebagai suatu sumberdaya yang dapat dapat diolah

menjadi barang yang memberikan nilai ekonomi.

Page 80: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

68

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita R. 2011. Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. 2009. „Statistik Jawa Barat‟. BPS. Bandung.

Bell RG, Russell C. 2002. Environmental Policy for Developing Countries. Issues

in Science and Technology Journal. vol.18. No.3:63–70.

Bogner J, Matthews E. 2003. Global Methane Emissions From and Fills: New

Methodology and Annual Estimates 1980-1996. Global Biogeochemical

Cycles Journal. vol.17: 34-18.

Bogner J. 2007. Waste Management. Gregory R, Sutamihardja RTM. Cambridge

University Press. New York.

Daily GC, Ehrlich P. 1992. Population, Sustainability, and Earth‟s Carrying

Capacity. Bioscience Journal. vol. 42:761–771.

Damanhuri E. 2007. Sampah Indonesia. Teknik Lingkungan ITB. Bandung.

Eshet T, Ayalon O, Shechter M. 2005. Valuation of Externalities of Selected

Waste Management Alternatives: A Comparative Review and Analysis.

Resources Conservation and Recycling Journal. vol.46:335-364.

Giambona F, Jacono VL, Scuderi R. 2004. The IPAT Model: an Empirical

Evidence. Journal. [tidak diketahui].

Gitinger G, Willis KG. 1999. Economic Valuation of The Environment : Methods

and Case Studies. Edward Elgar. New York.

Jeffers. 1978. An Introduction to System Analysis: With Ecological Aplication.

Edward Arnold. London.

Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor.

Page 81: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

69

Kantor Lingkungan Hidup. 2010. Status dan Informasi Lingkungan Kabupaten

Cianjur. Dalam https://lhd.cianjurkab.go.id. diakses pada tanggal 20

Desember 2010.

Kementrian Lingkungan Hidup. 2009. Status Lingkungan Hidup Indonesia.

KNLH. Jakarta.

Kementrian Negara Lingkungan Hidup. 2008. Status Lingkungan Hidup

Indonesia. KNLH. Jakarta.

Nababan BO. 2001. Studi dinamika wilayah pesisir menggunakan model simulasi

di Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi. [skripsi]. Instisut

Pertanian Bogor. Bogor.

Nahman A, Godfrey L. 2009. Economic Instruments for Solid Waste

Management in South Africa: Oportunities and Constraints. Resources,

Conservation, and Recycling Journal. vol.54:521-531.

Nandi. 2005. Kajian keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah

dalam konteks Tata Ruang. Jurnal “GEA” pendidikan Geografi. vol.5

no.9:[halaman tidak diketahui].

Nicholson W. 1991. Teori Mikroekonomi Prinsip Dasar dan Perluasan: Jilid 1

Edisi Kelima. Binarupa Aksara. Jakarta.

Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 10. 2005. Perubahan Pertama Atas

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2001 Tentang Retribusi Pelayanan

Persampahan atau Kebersihan. Cianjur.

Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 4. 2006. Kajian Lingkungan.

Cianjur.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33. 2010. Pedoman Pengelolaan Sampah.

Jakarta.

Perman R, Gilvray McJ, Common M. 2003. Natural Resource and Environmental

Economics. Pearson Education. Harlow.

Page 82: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

70

Pramudya S. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001.

Grasindo. Jakarta.

Schulze PC. 2002. News and Views I = PBAT. Economics and Ecological

Journal. vol.40:149-150.

Solehati M. 2005. Studi Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kota

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Provinsi NAD. [tesis]. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Sugiarto DS, Lasmono TS, Deny S, Oetomobibl P. 2001. Teknik Sampling.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Tim Teknis Pembangunan Sanitasi. 2010. Dari Control Landfill lalu ke Sanitary

Landfill. Dalam http://sanitasi.or.id. diakses pada tanggal 02 Februari

2011.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18. 2008. Pengelolaan Sampah.

Jakarta.

Woodruff A, Holand P. 2008. Benefit Cost Analysis for Improved Natural

Resource Decision-Making in Pasific Island Countries. Paper presented at

the CRISP Economic Workshop. [tanggal tidak diketahui]. Suva. Fiji.

Page 83: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

71

LAMPIRAN

Page 84: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

72

Lampiran 1

Regression Analysis: I (Y) versus P (X1); A (X2); T (X3) The regression equation is

I (Y) = - 723521 + 1,86 P (X1) - 0,0156 A (X2) - 0,000017 T (X3)

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant -723521 181136 -3,99 0,005

P (X1) 1,8635 0,3773 4,94 0,002 8,2

A (X2) -0,015628 0,003888 -4,02 0,005 7,9

T (X3) -0,00001688 0,00001876 -0,90 0,398 1,1

S = 10671,4 R-Sq = 79,9% R-Sq(adj) = 71,3%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 3 3166070018 1055356673 9,27 0,008

Residual Error 7 797146014 113878002

Total 10 3963216033

Source DF Seq SS

P (X1) 1 1324951359

A (X2) 1 1748987563

T (X3) 1 92131097

Unusual Observations

Obs P (X1) I (Y) Fit SE Fit Residual St Resid

8 550782 192170 192172 10671 -2 -1,61 X

10 564885 232628 210457 6401 22171 2,60R

R denotes an observation with a large standardized residual.

X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Durbin-Watson statistic = 2,05831

Pengujian Hipotesis

1. Uji Multikolinearitas

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant -723521 181136 -3,99 0,005

P (X1) 1,8635 0,3773 4,94 0,002 8,2

A (X2) -0,015628 0,003888 -4,02 0,005 7,9

T (X3) -0,00001688 0,00001876 -0,90 0,398 1,1

Nilai VIF < 10 maka artinya tidak terjadi pelanggaran Multikolinieritas

Page 85: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

73

2. Kenormalan

H0 = eror menyebar normal

H1 = tidak menyebar normal

RESI1

Pe

rce

nt

20000100000-10000-20000

99

95

90

80

70

60

50

40

30

20

10

5

1

Mean

>0,150

1,084779E-10

StDev 8928

N 11

KS 0,162

P-Value

Probability Plot of RESI1Normal

Nilai-p(0.150) > alpha 5% maka terima H0 artinya asumsi error menyebar normal terpenuhi.

3. Homoskedastisitas

H0 : Homoskedastisitas

H1 : Heteroskedastisitas

The regression equation is

abs resid 1 = - 184583 + 0,394 P (X1) - 0,00329 A (X2) - 0,000018 T (X3)

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant -184583 81399 -2,27 0,058

P (X1) 0,3944 0,1695 2,33 0,053 8,2

A (X2) -0,003293 0,001747 -1,89 0,101 7,9

T (X -0,00001786 0,00000843 -2,12 0,072 1,1

S = 4795,49 R-Sq = 53,4% R-Sq(adj) = 33,4%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 3 184318363 61439454 2,67 0,128

Residual Error 7 160977040 22996720

Total 10 34529540

p-value (0.128) > alpha 5% maka terima H0 artinya asumsi Homoskedastisitas terpenuhi

4. Uji Autokorelasi

Durbin-Watson statistic = 2,05831

Nilai DW masih dikisaran 2 maka tidak ada autokorelasi

Page 86: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

74

Lampiran 2. Hasil Pemodelan Volume Timbunan Sampah Tahun 2010-2020

(01) FINAL TIME = 10

Units: Year

The final time for the simulation.

(02) INITIAL TIME = 0

Units: Year

The initial time for the simulation.

(03) Konsumsi=

(0.4*pendapatan)*Rumah

tangga

Units: **undefined**

(04) pendapatan=

3.23357

Units: puluh juta rupiah

(05) Peningkatan=

Rate peningkatan *Sampah

Units: **undefined**

(06) penurunan=

rate penurunan dari

pengomposan*Sampah

Units: **undefined**

(07) pertumbuhan=

Rate pertumbuhan*Rumah

tangga

Units: **undefined**

(08) Rate peningkatan=

0.07*Konsumsi

Units: **undefined**

(09) rate penurunan dari

pengomposan= 0.4

Units: **undefined*

(10) Rate pertumbuhan=

0.0109

Units: **undefined**

(11) Rumah tangga= INTEG (

pertumbuhan,0.569996)

Units: juta jiwa

(12) Sampah= INTEG (

Peningkatan-penurunan,

162840)

Units: **undefined**

(13) SAVEPER =

TIME STEP

Units: Year [0,?]

The frequency with which output is

stored.

(14) TIME STEP = 1

Units

Rate pertumbuhan

Konsumsi

Sampah

Rate peningkatan

Peningkatan

Rumah tanggapertumbuhan

rate penurunan dari

pengomposan

penurunan

pendapatan

Page 87: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

75

Rumah tangga

0.8

0.7

0.6

0.5

0.4

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Time (Year)

juta

jiw

a

Rumah tangga : Current

Konsumsi

1

0.9

0.8

0.7

0.6

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Time (Year)

Konsumsi : Current

Sampah

200,000

150,000

100,000

50,000

0

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Time (Year)

Sampah : Current

Page 88: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

76

Lampiran 3. Tabel Cashflow Evaluasi Kelayakan Finansial Pengelolaan TPA

2006 2007 2008 2009 2010

Tahun 1 2 3 4 5

Penerimaan

Dana APBD 254.500.000 2.980.500.000 953.500.000 549.700.000 584.580.000

Bantuan Provinsi 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000

Total 354.500.000 3.080.500.000 1.053.500.000 649.700.000 684.580.000

Pengeluaran

1. Biaya Investasi

Pengadaan Alat Berat (Bulldozer dan Eksavator) 2.575.000 0 0 0 0

Pengadaan Mesin Kompos 0 1.050.116.500 0 0 0

Pembebasan Tanah (13.500 m2) 0 810.000.000 0 0 0

Pembuatan Bangunan Kompos 0 120.000.000 0 0 0

Pembuatan Hanggar Untuk Garasi Alat Berat 0 250.000.000 0 0 0

Pembuatan Tembok Penahan Tanah 0 130.000.000 0 0 0

Pembuatan Saluran Leachete 0 165.000.000 0 0 0

Pembuatan Sumur 0 87.500.000 0 0 0

Pengaspalan Jalan Lingkungan 0 160.000.000 0 0 0

Pembuatan Saluran drainase 0 0 50.000.000 0 0

Pengadaan Konstruksi Jaringan Air 0 0 0 0 98.175.000

Sub Total 2.575.000 2.772.616.500 50.000.000 0 98.175.000

2. Biaya Operasional

a. Upah Tenaga Kerja

Tenaga Kerja/ Pegawai @ Rp 725.000/bulan (6 orang) 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000 52.200.000

76

Page 89: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

77

Tenaga Kerja Pembuat Kompos @ Rp 1.200.000/bulan (5 0rang) 0 0 72.000.000 72.000.000 72.000.000

Sub Total 52.200.000 52.200.000 124.200.000 124.200.000 124.200.000

b. Biaya Pemeliharaan dan Operasional

Biaya Pemeliharan Instalasi 8.945.000 10.000.000 56.000.000 10.000.000 11.300.000

Biaya Pemeliharaan Alat Berat 77.640.000 155.114.000 570.382.000 151.000.000 153.000.000

Belanja Bahan Kimia 14.000.000 14.800.000 14.000.000 27.880.000 15.550.000

Pemeliharaan Kantor TPA 110.000.000 50.000.000 105.000.000 114.500.000 20.450.000

Penghijauan 20.000.000 0 0 0 20.000.000

Pengelolaan Kompos 0 0 36.730.000 36.730.000 36.730.000

Pemeliharaan Tanah (Pengurugan) 98.500.000 94.000.000 96.500.000 98.000.000 98.400.000

Sub Total 329.085.000 323.914.000 878.612.000 438.110.000 355.430.000

Total 383.860.000 3.148.730.500 1.052.812.000 562.310.000 577.805.000

Net Benefit -29.360.000 -68.230.500 688.000 87.390.000 106.775.000

CF(14%) 1,14 1,30 1,48 1,69 1,93

Present Value -33470400 -88672357,8 1019302,272 147598228,4 205586142

Present Benefit 404130000 4003417800 1560806604 1097317416 1318100315

Present Cost 437600400 4092090158 1559787302 949719187,6 1112514173

NPV 232060914,9

Net B/C 2,899915468

Gross B/C 1,028467755

IRR 45%

77

Page 90: Analisis Pengolahan Sampah Di Tempat … sampah dari open dumping menjadi metode control landfill. Akan tetapi, anggaran dalam pengelolaan TPA yang terbatas merupakan salah satu kendala

78

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 2 Januari 1990 sebagai putri

pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Syarief Hamzah dan Ibu Hana

Marliana. Pada tahun 1994 penulis memulai studinya di TK Bani Shaleh

Bandung. Penulis melanjutkan pendidikan di SDN Merdeka 5/1 Bandung pada

tahun 1995 sampai tahun 2000 kemudian pada tahun tersebut pindah ke SDN Ibu

Jenab 1 Cianjur dan lulus tahun 2001. Setelah itu penulis melajutkan studinya di

SMP Negeri 1 Cianjur dan lulus pada tahun 2004 kemudian melanjutkan ke SMA

Negeri 2 Cianjur dan lulus tahun 2007. Pada tahun tersebut juga penulis diterima

di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)

menjadi mahasiswi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Untuk melengkapi kompetensi Mayor, penulis

memilih Minor Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan yang diampu

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, fakultas Kehutanan.

Selama kuliah penulis aktif menjadi bendahara divisi Public Relation

Resources and Environmental Economics Student Association (REESA)

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB pada tahun 2009-

2010. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai kegiatan baik sebagai panitia

maupun peserta.