ANALISIS PENGGUNAAN TIMBANGAN SEMBAKO DALAM …repository.uinjambi.ac.id/1716/1/SITI JUSNAWATI...
Transcript of ANALISIS PENGGUNAAN TIMBANGAN SEMBAKO DALAM …repository.uinjambi.ac.id/1716/1/SITI JUSNAWATI...
ANALISIS PENGGUNAAN TIMBANGAN SEMBAKO DALAM JUAL
BELI DITINJAU DARI KONSEP ETIKA BISNIS ISLAM
(Studi Kasus Pasar Mendahara Ilir Kab.Tanjabtim )
SKRIPSI
Oleh:
SITI JUSNAWATI
NIM: EES150871
PEMBIMBING:
Drs. A. Tarmizi, M.HI
Mellya Embun Baining, S.E, M.EI
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019 M/1441 H
ii
iii
iv
v
MOTTO
Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah neraca
dengan benar, itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(Q.S. Al – Isra’ [17];35)1
1Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya:Q.S Al-Isra’ (17) : 35, Semarang
, CV Mikraj Khazanah Ilmu, 2011, Hlm144
vi
ABSTRAK
Siti Jusnawati; EES.150871; Analisis Penggunaan Timbangan Sembako Dalam
Jual Beli Sembako Ditinjau Dari Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Pasar Mendahara
Ilir Kab.Tanjabtim).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penimbangan sembako yang
dilakukan oleh pedagang sesuai dengan etika bisnis islam di pasar Mendahara Ilir
kabupaten Tanjabtim. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu
analisis kualitatif.Penelitian ini di golongkan kedalam penelitian lapangan (field
research), Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis metode analisis
kualitatif, dimana data primer diperoleh dari hasil wawancara dan data sekunder
diperoleh dari data dokumentasi.Tempat (Place) dalam penelitian ini adalah di
pasar Mendahara Ilir Kabupaten Tanjabtim, dan pelaku (actors) dalam penelitian
ini adalah pedagangan dan pembeli di pasar Mendahara Ilir.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ditemukan masih ada pedagang sembako di pasar Mendahara
Ilir yang belum memahami bahkan mengaplikasikannya sesuai dengan ajaran
Islam.Dengan melihat proses penimbangan sembako yang dilakukan di pasar
Mendahara Ilir yang sepenuhnya masih terdapat kecurangan dan kurang
pemahaman di setiap transaksi jual beli, ditemukan ada sebagian penjual yang
mengunakan timbangan dengan baik tapi sebagian ada pula yang melakukan
kecurangan pada timbangannya bentuk kecurangan yang dilakukan pedagang ini
dengan menggunakan timbangan yang sudah tidak layak digunakan lagi
dikarenakan jarum timbanganya sudah tidak akurat. Mekanisme jual beli seperti
yang dikemukakan tersebut dapat menimbulkan kecurangan diantaranya dalam hal
kesesuaian timbangan dimana timbangan yang harusnya 100kg tetapi setelah
ditimbang ulang ternyata hanya 90kg.Sedangkan Islam menganjurkan untuk
bermu’amalah sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang telah ditentukan.
Kata kunci:Kecurangan, Takaran dan Timbangan
vii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya
skripsi ini maka akhirnya saya dapat mempersembahkan skripsi ini untuk Ayah
sayaH. Nasir, Ibu saya Hj. Junaidah dan adik saya Marhamah Munadah. Yang
selalu mendukung dan mendoakan saya dengan tulus disetiap langkah serta selalu
menjadi keluarga yang lengkap, harmonis dan bahagia untuk saya.
Untuk Om saya Suardi, Om Alwi dan sepupuku Badriah yang telah banyak
membatu saya dalam melancarkan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Untuk seluruh keluarga besar yang berada di Mendahara (Sabak) dan
Jambi yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang selalu mendukung,
mendoakan saya di setiap langkah serta memberi motivasi agar saya selalu
semangat dalam mengerjakan skripsi ini.semoga Allah selalu melimpahkan rezeki
dan kesehatan untuk kita semua.
Untuk sahabat DEARS ku, Dea Fradika, Erni Duwi Astuti, Hasnah, Rika
Rizkia, SE yang telah menjadi sahabat yang baik, yang selalu memberi semangat
dan dukungan, tidak hanya dalam proses penyelesaian skripsi ini namun juga
selama empat tahun terakhir dalam seluruh proses panjang ini.
Serta Teman-teman Ekonomi Syariah Angkatan 2015 khususnya lokal E,
temen-temen KKN posko 11 serta temen-temen KSEI Al-Fath terimakasih atas
semangat dan motivasinya atas seluruh proses yang saya lewati, dan tak lupa
almamater tercinta kampus biru Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
Terima kasih untuk semua yang telah mendukung dan mendoakan
sayaDalam proses penyelesaian skripsi ini dan saya sangat bersyukur Kepada
seluruh orang yang saya temui dan apapun yang Telah terjadi dalam hidup saya,
Alhamdulillah …
Terima kasih Ya Allah.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telahmelimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan,
dan petunjuk, sehingga skripsi dengan judul “Analisi Penggunaan Timbangan
Sembako Dalam Jual Beli Di Tinjau Dari Konsep Etika Bisnis Islam (Studi
Kasus Pasar Mendahara Ilir Kab. Tanjabtim)” dapat diselesaikan, shalawat
serta salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan
pengikut-pengikutnya yang setia.
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi
pada program Strata Satu (S1) Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi guna memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Syari’ah (S.E.) dalam jurusan eokomi syariah.
Atas bantuan semua pihak dalam proses menyelesaikan skripsi ini, tak lupa
dihaturkan terima kasih sedalam-dalamnya. Secara rinci ungkapan terima kasih itu
disampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Subhan, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
IslamUIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Rafidah, SE, M.EI, Bapak Novi Mubyarto, M.E, dan Ibu Halimah
Djafar, M.Fil.I, selaku Wakil Dekan I,II, dan III di lingkungan Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
3. Bapak Dr. Sucipto, MA dan Ibu G.W.I Awal Habibah, SE,M.E.sy, selaku
Ketua dan Sekertaris Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
4. Bapak Drs. A. Tarmizi, M.HI dan Ibu Mellya Embun Baining, SE, M.EI
masing-masing selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah
banyakmeluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan dan
memotivasisehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik.
ix
5. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan/karyawati Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, tidak luput
dari salah dan khilaf.Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk
dapat memberi kontribusi pemkiran demi perbaikan skripsi ini.Kepada Allah
SWT kita memohon ampunan –Nya dan kepada Manusia kita memohon
kemaafannya.
Semoga amal kebijakan kita dinilai Allah SWT.
Jambi, September 2019
Penulis
Siti Jusnawati
EES.150871
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR ................................. ii
NOTA DINAS ........................................................................................... iii
MOTTO ................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN .................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
E. Landasan Teori .......................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 29
BAB II METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................. 34
B. Objek Penelitian ...................................................................... 34
C. Unit Analisis ........................................................................... 34
D. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 35
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 36
F. Teknik Analisis Data ............................................................... 37
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 39
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kelurahan Mendahara Ilir ......................... 40
B. Visi, Misi Dan Struktur Organisasi Kelurahan Mendahara Ilir43
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Timbangan sembako yang digunakan pedagang dalam jual beli
sudah memenuhi stndar bisnis Islam ..................................... 46
B. Pengaruh yang diperoleh masyarakat terkait penerapan
penggunaan timbangan sembako dalam jual beli ditinjau dari
etika bisnis Islam di pasarMendahara Ilir Kab.Tanjabtimu .. 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 63
B. Saran ...................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAK
LAMPIRAN -LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 :Jumlah Pasar Per Kecamatan Di Kab. Tanjabtim ......................... 2
Tabel 2 : Jumlah Pasar/Toko/Warung ......................................................... 3
Tabel 3 : Sandingan Data Timbangan Pasar Dan Timbangan Rumah ........ 4
Tabel 4 :Tinjauan Pustaka .................................................................. 29
Tabel 5 : Perkembangan Kepemimpinan Desa/Kelurahan Mendahara Ilir41
Tabel 6 : Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ..................................... 42
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 :Struktur Organisasi Kantor Lurah Mendahara Ilir
KecamatanMendahara Kabupaten Tanjung
Timur....................................................45
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Ghazali dalam kitab ihya’ menjelaskan tentang sebab timbulnya pasar,
“Dapat saja petani hidup di mana alat-alat pertanian tidak tersedia. Sebaliknya,
pandai besi dan tukang kayu hidup di mana lahan pertanian tidak ada. Namun,
secara alami mereka akan saling memenuhi kebutuhan masing-masing. Dapat saja
terjadi tukang kayu membutuhkan makanan, tetapi petani tidak membutuhkan alat-
alat tersebut.Keadaan ini menimbulkan masalah. Oleh karena itu, secara alami pula
orang akan terdorong untuk menyediakan tempat penyimpanan alat-alat di satu
pihak, dan penyimpanan hasil pertanian di pihak lain. Tempat inilah yang kemudian
di datangi pembeli sesuai kebutuhannya masing-masing sehingga terbentuklah
pasar.2
Pernyataan ini menunjukkan bahwa pasar adalah tempat yang menampung
hasil produksi dan menjualnya kepada mereka yang membutuhkan.Maka, untuk
memudahkan adanya tukar-menukar dalam memenuhi kebutuhan diciptakanlah
pasar.Pasar yang selama ini berkembang khususnya di Indonesia hanya tertuju pada
upaya pemaksimalan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya semata dan
cenderung terfokus pada kepentingan sepihak. Sistem tersebut nampaknya kurang
tepat dengan sistem ekonomi syariah yang menekankan konsep manfaat yang lebih
luas pada kegiatan ekonomi termasuk didalamnya mekanisme pasar
2Ain Rahmi, Mekanisme Pasar dalam Islam, Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan,
2015, Vol. 4, No. 2, 177-192, hlm 2-3
2
dan pada setiap kegiatan ekonomi itu mengacu kepada konsep maslahat dan
menjunjung tinggi asas-asas keadilan. Selain itu pula, menekankan bahwa
pelakunya selalu menjunjung tinggi etika dan norma hukum dalam kegiatan
ekonomi. Realisasi dari konsep syariah itu memiliki tiga ciri yang mendasar yaitu
prinsip keadilan, menghindari kegiatan yang dilarang dan memperhatikan aspek
kemanfaatan.Ketiga prinsip tersebut berorientasi pada terciptanya sistem ekonomi
yang seimbang yaitu keseimbangan antara memaksimalkan keuntungan dan
pemenuhan prinsip syariah yang menjadi hal mendasar dalam kegiatan pasar.3
Adapun jumlah Pasar Per Kecamatan di Kab. Tanjabtim dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 1
Jumlah Pasar Per Kecamatan Di Kab. Tanjabtim
No Kecamatan Jumlah Pasar
1 Muara Sabak Timur 7
2 Rantau Rasau 2
3 Nipah Panjang 1
4 Berbak 1
5 Sadu 1
6 Muara Sabak Barat 1
7 Dendang 3
8 Kuala Jambi 2
9 Geragai 3
10 Mendahara 1
11 Mendahara Ulu 2
Jumlah 24 Sumber: Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kab. Tanjabtim
Alasan kenapa saya memilih pasar Mendahara Ilir karena lebih mudah untuk
dijakau penelitiannya, pasar Mendahara dibuka setiap hari berbeda dengan pasar
yang dibuka hanya seminggu sekali.
3Ibid, hlm 3
3
Tabel 1.2
Jumlah Pasar/Toko/Warung
No Kecamatan Pasar Toko/Warung
1 Mendahara Ilir 1 241
jumlah 1 241 Sumber: kantor desa/kelurahan kecamatan mendahara ilir
Pengukuran merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan nilai
suatu besaran.Untuk mengukur diperlukan alat ukur.Alat ukur yang digunakan
tergantung kepada besaran ukur yang nilainya ingin dicari.Salah satu alat ukur yang
vital adalah alat ukur timbang atau timbangan.Alat ukur timbang telah lama
dipergunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk perdagangan
eceran maupun perdagangan besar. Kegiatan penimbangan bertujuan untuk
mendapatkan nilai suatu besaran massa. Hasil penimbangan hanya merupakan
estimasi terbaik dari nilai sebenarnya berdasarkan data-data yang
didapatkan.Estimsi hasil penimbangan yang sering dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari masih mengandung keragu-raguan, keragu-raguan mengacu kepada
ketidakpastian pengukuran.4
Dalam berdagang hendaknya disertai rasa jujur sehingga ada nilai
manfaatnya.Apabila penjual dan pembeli saling tipu menipu atau merahasiakan
tentang apa yang seharusnya dikatakan maka tidak ada nilai manfaat.5
Secara khusus Islam telah menetapkan nilai-nilai atau etika yang harus
dipatuhi dalam kegiatan bisnis.Salah satunya adalah etika dalam berdagang
4 Fuzi Marati Sholihah, Teknik Kalibrasi Timbangan Elektronik Menggunakan Metode
Csiro, Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Soerjo Ngawi, Jurnal Ilmiah Teknosains,
Vol. 2 No. 2 November 2016, (p-ISSN 2460-9986), (e-ISSN 2476-9436), hlm 1, akses pada 12
Februari 2019 5Ahmad Mudjab Mahalf dan Ahmad Rodh Hasbulloh, Hadis-hadis Muttafaq ‘Alaih,
(Jakarta: Kencana, 2004), Edisi Pertama, hlm. 97.
4
(berbisnis) yang merupakan salah satu bentuk dari kegiatan ekonomi.Prinsip dasar
yang telah ditetapkan Islam mengenai perdagangan atau perniagaan merupakan
tolok ukur kejujuran, kepercayaan dan ketulusan. Prinsip perdagangan atau
perniagaan ini sebenarnya sudah banyak dijelaskan dalam Al-Qur'an maupun
Al-Sunnah, diantaranya Takaran yang benar Dalam berdagang (berbisnis), nilai
timbangan dan ukuran yang tepat dan standar benar-benar harus diutamakan,
artinya kita tidak boleh mengurangi atau melebihkan timbangan atau takaran.6maka
keakuratan timbangan barang atau komoditi lah yang menjadi tolak ukurnya. Tidak
semua pasar mempunyai akurasi yang tepat dalam menimbang barang.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Muthaffifiin 83 : 1-4
Artinya :
“ Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang),
yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi", tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka
akan dibangkitkan”.7
Tabel 1.3
Sandingan Data Timbangan Pasar Dan Timbangan Rumah
6 Khumedi Ja'far, Perlindungan Konsumen Dalam Perspektif Hukum Bisnis Islam, ASAS,
Vol.6, No.1, Januari 2014, hlm 6-7, akses pada 12 februari 2019 7Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya: Q.S Al-Muthaffifiin 83 (1-3),
Semarang , CV Mikraj Khazanah Ilmu, 2011, Hlm 297
5
No Pembeli Sembako Timbangan
pasar
Timbangan
rumah
1 Jumriani Beras 4 kg 3,9 ons
2 Mariana Cabai 1/2 kg 4 ons
3 Rita Ikan 1 kg 9 ons
4 Iros Gula 1 kg 9,5 ons
5 Ria Cabai 1 kg 9 ons Sumber : wawancara masyarakat (1dan 2 maret 2019)
Dari keterangan Tabel 1.3 terlihat bahwa terjadi adanya tindakan
kecurangan dalam hal timbangan yang mana tidak sesuai dengan etika bisnis islam
terlihat timbangan ini setelah melakukan penimbangan dirumah dengan
penimbangan di pasar terjadi selisih.
Hasil penelitian terdahulu Muh.Ihsan menunjukkan bahwa sebagian besar
pedagang sembako yang ada di pasar Soppeng dalam pelaksanaan penimbangannya
belum menjalankan atau mematuhi aturan tentang timbangan yang benar.Hal
tersebut dibuktikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
penulis.Sebagian besar pedagang sembako di pasar Soppeng kurang memahami
bahkan tidak tahu mengenai timbangan yang benar dalam sistem Ekonomi Islam,
para pedagang hanya mementingkan keuntungan belaka dan mengesampingkan
masalah etika sehingga mengabaikan tanggungjawab sebagai pedagang dan
merugikan pembeli ataupun pedagang lainnya.8
Cerita mengenai konsumen atau pembeli yang merasa tertipu, bukan hal
baru lagi.Sering terungkap barang yang dibeli tidak sesuai dengan barang yang
ditawarkan atau diiklankan.Atau ukuran barang yang tidak sesuai dengan yang
8Muh. Ihsan, Analisis Pelaksanaan Penimbangan Sembako Dalam Jual Beli Perspektif
Ekonomi Islam Di Pasar Soppeng Kabupaten Soppeng, Skripsi, UIN Alauddin Makassar, 2018
6
disebutkan atau yang disepakati.Lebih sering lagi timbangan yang tidak sesuai
dengan berat barang yang dibayar. Kalau kita cermat dan sedikit mau repot, kita
dapat mencoba memeriksa kembali berat kemasan barang misalnya berat gula atau
beras yang kita beli.9
Kecurangan merupakan sebab timbulnya ketidakadilan dalam masyarakat,
padahal keadilan diperlukan dalam setiap perbuatan agar tidak menimbulkan
perselisihan. Pemilik timbangan senantiasa dalam keadaan terancam dengan azab
yang pedih apabila ia bertindak curang dengan timbangannya itu. Tidak berlebihan
bila saat ini kita mengatakan kejujuran menjadi sebuah perilaku langka.Kita bisa
membuktikan itu dengan salah satunya mencari di pasar-pasar.Di sana banyak kita
temukan transaksi perdagangan yang menipu konsumen. Saat ini kita sudah jarang
menemukan pelaku perdagangan yang menunjukkan kepada kita bobot penimbang
barang yang kita beli.Apabila kita tidak memperhatikan dengan baik, barang
belanjaan kita sudah terbungkus rapi tanpa kita tahu apakah takarannya sudah pas
atau tidak.10
Adapun prinsip yang mendasari etika bisnis islam yaitu :Unity(Kesatuan),
Equilibrium (Keseimbangan), Free Will (Kebebasan Berkehendak), Responsibility
(Tanggung Jawab), Benevolence (Kebenaran).11
9Muh. Ihsan, Analisis Pelaksanaan Penimbangan Sembako Dalam Jual Beli Perspektif
Ekonomi Islam Di Pasar Soppeng Kabupaten Soppeng, Skripsi, UIN Alauddin Makassar, 2018, hlm
2
10Muh. Ihsan, Analisis Pelaksanaan Penimbangan Sembako Dalam Jual Beli Perspektif
Ekonomi Islam Di Pasar Soppeng Kabupaten Soppeng, Skripsi, UIN Alauddin Makassar, 2018, hlm
3
11Sri Nawatmi, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, Vol. 9, No.1, Fokus Ekonomi (Fe),
April 2010, Issn: 1412-3851 50, Hlm 57-58
7
Menipu pembeli atau konsumen serta mencederai kepentingan mereka
dengan alat ukur yang palsu amatlah dilarang tegas oleh Islam.12Namun tidak
semua pasar mempunyai akurasi yang tepat dalam menimbang barang. Contohnya
seperti yang terjadi di Pasar Mendahara Ilir Kab. Tanjabtim. Di pasar tersebut masih
ditemukan pengukuran yang kurang tepat terhadap timbangan para pedagang yang
menjual barang dagangannya. Beberapa pedagang ada yang memang sengaja
mengurangi takaran timbangan yang sebenarnya untuk mengambil keuntungan
lebih. Walaupun demikian, masih ada beberapa pedagang yang jujur dalam takaran
dan timbangan. Jika ada kelebihan dan kekurangan dari penjualan yang dilakukan,
setiap pedagang kebanyakan tidak memberikan pengurangan atau penambahan dari
harga yang dijual.
Al-Qur’an dengan keras mengutuk praktik ukuran palsu ini diantara bangsa-
bangsa masa lalu, teruama bangsa madyan, tempat Nabi Syu’aib melaksanakan
tugas kenabiannya.Kaum mukminin telah diperingatkan agar menggunakan alat
ukur yang benar dan berseimbang untuk menghindari hukuman Allah.13
Dari pembahasan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dan membahas permasalahan-permasalahan yang timbul dari kecurangan
pelaksanaan takaran dan timbangan yang dilakukan pedagang sembako di pasar
Mendahara Ilir Kab. Tanjabtim melalui takaran dan timbangan, dimana ulah para
pedagang ini akan memberikan dampak negatif terhadap kepercayaan konsumen
dan mengkaji permasalahannya dengan judul :
12Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam dalam Perkembangan,
(Bandung: Mandar Maju, 2002), hlm 169 13Muhammad Sharif Claudhy, Sistem Ekonomi Islam, Perinsip Dasar ( Fundamental Of
Islamic Economic System), 2012, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, hlm 132
8
ANALISIS PENGGUNAAN TIMBANGAN SEMBAKO DALAM JUAL
BELI DI TINJAU DARI KONSEP ETIKA BISNIS ISLAM (STUDI KASUS
PASAR MENDAHARA ILIR KAB. TANJABTIM).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dan latar belakang masalah
yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan permasalahan, yaitu:
1. bagaimana timbangan sembako yang digunakan pedagang dalam jual beli
di Pasar Mendahara Ilir sudah memenuhi standar bisnis islam ?
2. bagaimanapengaruhyang diperoleh masyarakat terkait penerapan
penggunaantimbangan sembako dalam jual beli di tinjau dari etika bisnis
Islam di Pasar Mendahara IlirKab. Tanjabtim?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penggunaan timbangan sembako dalam jual beli di Pasar
Mendahara Ilir Kab. Tanjabtim
2. Untuk mengetahui pengaruh yang diperoleh masyarakat terkait pelaksanaan
penimbangan sembako dalam jual beli di tinjau dari etika bisnis Islam di Pasar
Mendahara IlirKab. Tanjabtim.
D. Manfaat Penelitian
1. Menambah pengalaman penulis dalam menerapkan teori-teori yang
berhubungan dengan timbangan.
2. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang memerlurkan.
E. Landasan Teori
1. Etika Bisnis Islam
9
a. Pengertian
1) Etika
Menurut bahasa (etimologi) istilah Etika berasal dari bahasa Yunani,
yaitu ethos yang artinya adat istiadat (kebiasaan), perasaan batin,
kecendrungan hati untuk melakukan perbuatan.Menurut istilah para ahli
berbeda-beda pendapat mengenai defenisi etika sesungguhnya. Masing
masing ahli mempunya pandangan sebagai berikut :
• Ahmad Amin mengartikan etika sebagi ilmu yang menjelaskan arti baik
dan buruk, menerapkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya
diperbuat.
• Soegarda Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai,
kesusilaan tentang baik buruk, berusaha mempelajari nilai-nilai dan
merupakan pengetahuan tentang nilali-nilai itu sendiri.14
Etika berasal dari bahasa Latin “ethicus” dan bahasa Yunani “ethos”,
berarti “filasafat moral” atau “ilmu tentang moral” jamaknya “ta etha” dalam
bahasa Inggris ditulis “ethic”, jamaknya “ethics”. Kemudian Kamus Besar
Bahasa Indonesia menyalinkan menjadi “etika”. Sementara “etiket” berasal
dari bahasa Perancis “etiquette” yang berarti “sopan santun”, dan menjadi
bahasa Indonesia ditulis “etiket”.15
14 Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika, 2006, Jakarta : Rajagrafindo Persada, Hlm 4-
8 15 Nashruddin Baida, Dkk, Etika Islam Dalam Berbisnis, 2014, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, Hlm 1-2
10
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang artinya karakter atau tata
susila.Etika mempunyai makna yang lebih luas seperti, etika berarti pula ilmu
yang mempertimbangkan manusia apakah baik atau buruk.16
Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normative karena ia berperan
menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh
seorang individu.17
2) Etika Bisnis
Menurut Ernawan yang dikutip dalam Ernani, etika bisnis adalah
aturan main prinsip dalam organisasi yang menjadi pedoman membuat
keputsan dan tingkah laku.18
Etika bisnis kadang kdanga disebut pula etika manajemen ialah
penerapan standar moral ke dalam kegiatan bisnis.19
3) Bisnis Islami
Bisnis Islam ialah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai
bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan (barang/jasa) termasuk
profitnya, namun dibatasi dengan cara memperolehnya dan pendayagunaan
hartanya karena aturan halal dan haram.20
4) Etika Bisnis Islam
Etika bisnis dalam Islam adalah sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq
al Islamiyah) yang dibungkus dengan nilai-nilai syariah yang
16 Hasan Aedy, Teori Dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, 2011, Bandung : Alfabeta, 24-25 17 Rafiq Issa Beekun, Etika Bisnis Islam, 2004, Yogyakarta : Pustaka Belajar, Hlm 3 18 Fitri Amalia, Etika Bisnis Islam : Konsep Dan Implementasi Pada Pelaku Isaha Kecil,
20 Nopember 2013, FEB UIN Syarifhidayatullah, Jakarta, Hlm 3 19 Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, 2003, Bandung : Cv Alfabeta, Hlm 52 20 Veithzal Rivai, Dkk, Islamic Economic, 2013, Jakarta : Pt Bumi Aksara, Hlm 234
11
mengedepankan halal dan haram.Jadi perilaku yang etis itu ialah perilaku
yang mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangnya.Dalam Islam etika
bisnis ini sudah banyak dibahas dalam berbagai literatur dan sumber
utamanya adalah Al-Quran dan sunnaturrasul.Pelaku-pelaku bisnis
diharapkan bertindak secara etis dalam berbagaiaktivitasnya.Kepercayaan,
keadilan, dan kejujuran adalah elemen pokok dalam mencapai suksesnya
suatu bisnis dikemudia hari.21
b. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam
1) Al-Qur’an
Al-Qur’an dalam ayat Surah An-Nisa’ (4) :29 menegaskan sebagai
berikut :
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan
yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu.).22
2) Hadis Rasulullah
21 Fitri Amalia, Etika Bisnis Islam : Konsep Dan Implementasi Pada Pelaku Isaha Kecil,
20 Nopember 2013, FEB UIN Syarifhidayatullah, Jakarta, Hlm 3 22Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya:Q.S An-Nisa’ (4) : 29, Semarang
, CV Mikraj Khazanah Ilmu, 2011, Hlm43
12
عن أبي هريرة رضي الله عنه ان رسول الله صل الله عليه وسلم
والمنا بذة )رواه البخاري ومسلم الملا مسة بيع هي عنن
Artinya:
“Dari Abu Hurairah, r.a berkata: Nabi Saw, telah melarang dua macam jual
beli dengan cara menyentuh atau melempar (HR, Bukhari dan Muslim).
3) Pendapat Ulama
Muhammad Mahmud Babily dalam buku ”al-Ushul al-Fikriyyah wa
al- 'Amaliyyah li al-Iqtishadial-Islam” juga menguraikan dasar-dasar pijakan
bisnis Islami. Menurut Babily, Islam selalu mengajak untuk mengatur
masalah muamalah di antara sesama manusia atas dasar amanah, kejujuran,
memenuhi janji, melarang tipu daya dalam berdagang, melarang jual-beli
gharar dan lainnya. Praktik-praktik bisnis yang dilakukan dengan tidak
adanya etika jelas harus ditinggalkan.23
c. Etika Bisnis Rasulullah SAW
Agar kegiatan bisnis yang kita lakukan dapat berjalan harmonis dan
menghasilkan kebaikan dalam kehidupan, maka kita harus menjadikan bisnis
yang kita lakukan terwarnai dengan nilai-nilai etika. Salah satu sumber
rujukan etika dalam bisnis adalah etika yang bersumber dari tokoh teladan
agung manusia di dunia, yaitu Rasulullah saw. Beliau telah memiliki banyak
panduan etika untuk praktek bisnis kita, yaitu sebagai berikut.
Pertama adalah kejujuran. Kejujuran merupakan syarat fundamental
dalam kegiatan bisnis. Rasulullah sangat intens menganjurkan kejujuran
23 Muhammad, Etika Bisnis Dalam Islam (Studi Kasus Di Pasar Grong-Grong Kabupaten
Pidie, Aceh), TAHQIQA, Vol.10, No. 2, Juli 2016, Hlm 5-6
13
dalam aktivitas bisnis. Dalam tataran ini, beliau bersabda "Tidak dibenarkan
seorang muslim menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia
menjelaskan aibnya," (H.R. Al-Quzwani)."Siapa yang menipu kami, maka
dia bukan kelompok kami," (H.R. Muslim).Rasulullah sendiri selalu bersikap
jujur dalam berbisnis.Beliau melarang para pedagang meletakkan barang
busuk di sebelah bawah dan barang baru di bagian atas.
Kedua, menolong atau memberi manfaat kepada orang lain, kesadaran
tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak
hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang
diajarkan Bapak Ekonomi Kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi
kepada sikap ta’awun (menolong orang lain)sebagai implikasi sosial kegiatan
bisnis. Tegasnya, berbisnis, bukan mencari untung material semata, tetapi
didasari kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjual
barang.
Ketiga, tidak boleh menipu, takaran, ukuran, dan timbangan yang
benar. Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-
benar diutamakan. Firman Allah: "Celakalah bagi orang yang curang, yaitu
orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi,
dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi" (QS 83:112).
Keempat, tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang
membeli kepadanya. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Janganlah seseorang
14
di antara kalian menjual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual
oleh orang lain," (H.R. Muttafaq ‘alaih).
Kelima, tidak menimbun barang. Ihtikar ialah menimbun barang
(menumpuk dan menyimpan barang dalam masa tertentu, dengan tujuan agar
harganya suatu saat menja di naik dan keuntungan besar pun
diperoleh).Rasulullah melarang keras perilaku bisnis semacam itu.
Keenam, tidak melakukan monopoli. Salah satu keburukan sistem
ekonomi kapitalis ialah melegitimasi monopoli dan oligopoli.Contoh yang
sederhana adalah eksploitasi (penguasaan) individu tertentu atas hak milik
sosial, seperti air, udara, dan tanah serta kandungan isinya seperti barang
tambang dan mineral. Individu tersebut mengeruk keuntungan secara pribadi,
tanpa memberi kesempatan kepada orang lain. Hal ini dilarang dalam Islam.
Ketujuh, komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan
halal, bukan barang yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi,
dan sebagainya. Nabi Muhammad saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah
mengharamkan bisnis miras, bangkai, babi dan patung- patung,"
Kedelapan, bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Firman
Allah, "Hai orang- orang yang beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu
beriman," (QS. al-Baqarah:: 278). Pelaku dan pemakan riba dinilai Allah
sebagai orang yang kesetanan (QS. 2: 275).Oleh karena itu, Allah dan Rasul-
Nya mengumumkan perang terhadap riba.
Kesembilan, bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan.
Firman Allah, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
15
memakan harta sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan bisnis
yang berlaku dengan suka-sama suka di antara kamu," (QS. 4: 29).
Kesepuluh, membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi
Muhammad saw. bersabda, "Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum
kering keringatnya." Hadis ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah
tidak boleh ditunda-tunda.Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang
dilakukan.24
d. Prinsip Yang Mendasari Etika Bisnis Islam
1) Unity (Kesatuan)
Merupakan refleksi konsep tauhid yang memadukan seluruh aspek
kehidupan baik ekonomi, sosial, politik budaya menjadi keseluruhan yang
homogen, konsisten dan teratur.Adanya dimensi vertikal (manusia dengan
penciptanya) dan horizontal (sesama manusia). Prakteknya dalam bisnis :
a. Tidak ada diskriminasi baik terhadap pekerja, penjual, pembeli, serta
mitra kerja lainnya (QS. 49:13).
b. Terpaksa atau dipaksa untuk menaati Allah SWT (QS. 6:163)
c. Meninggalkan perbuatan yang tidak beretika dan mendorong setiap
individu untuk bersikap amanah karena kekayaan yang ada
merupakan amanah Allah (QS. 18:46)
2) Equilibrium (Keseimbangan)
24 Aris Baidowi, Etika Bisnis Perspektif Islam, Jurnal Hukum Islam (JHI) Volume 9, Nomor
2, Desember 2011 (239-250) Http: E-Journal.Stain-Pekalongan.Ac.Id/Index.Php/Jhi ISSN (P):
1829-7382, Hlm 6-8
16
Keseimbangan, kebersamaan, dan kemoderatan merupakan prinsip
etis yang harus diterapkan dalam aktivitas maupun entitas bisnis prakteknya
dalam bisnis:
a. Tidak ada kecurangan dalam takaran dan timbangan
b. Penentuan harga berdasarkan mekanis me pasar yang normal.
3) Free Will (Kebebasan Berkehendak)
Kebebasan disini adalah bebas memilih atau bertindak sesuai etika
atau sebaliknya:“Dan katakanlah (Muhammad) kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu, barang siapa yang menghendaki (beriman) hendaklah ia beriman
dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah ia kafir” (QS. 18:29). Jadi, jika
seseorang menjadi muslim maka ia harus menyerahkan kehendaknya kepada
Allah. Aplikasinya dalam bisnisislam :
a. Konsep kebebasan dalam Islam lebih mengarah pada kerja sama,
bukan persaingan apalagi sampai mematikan usaha satu sama lain.
Kalaupun ada persaingan dalam usaha maka, itu berarti persaingan
dalam berbuat kebaikan atau fastabiq al-khairat (berlomba- lomba
dalam kebajikan).
b. Menepati kontrak, baik kontrak kerja sama bisnis maupun kontrak
kerja dengan pekerja
4) Responsibility (Tanggung Jawab)
Merupakan bentuk pertanggungjawaban atas setiap tindakan.Prinsip
pertanggungjawaban menurut Sayid Quthb adalah tanggung jawab yang
seimbang dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya, antara jiwa dan raga,
17
antara orang dan keluarga, antara individu dan masyarakat serta antara
masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Aplikasinya dalam bisnis :
a. Upah harus disesuaikan dengan UMR (upah minimum regional).
b. Islam melarang semua transaksi alegotoris seperti gharar, system ijon,
dan sebagainya.
5) Benevolence (Kebenaran)
Kebenaran disini juga meliputi kebajikan dan kejujuran. Maksud dari
kebenaran adalah niat, sikap dan perilaku benar dalam melakukan berbagai
proses baik itu proses transaksi, proses memperoleh komoditas, proses
pengembangan produk maupun proses perolehan keuntungan. Aplikasinya
dalam bisnis menurut Al-Ghazali:
a. Memberikan zakat dan sedekah.
b. Memberikan kelonggaran waktu pada pihak terutang dan bila perlu
mengurangi beban- utangnya.
c. Menerima pengembalian barang yang telah dibeli. d. Membayar utang
sebelum penagihan datang.
d. Adanya sikap kesukarelaan antara kedua belah pihak yang melakukan
transaksi, kerja sama atau perjanjian bisnis.
e. Adanya sikap ramah, toleran, baik dalam menjual, membeli dan
menagih utang.
f. Jujur dalam setiap proses transaksi bisnis.
18
g. Memenuhi perjanjian atau transaksi bisnis.25
e. Prinsip Yang Mendasari Etika Bisnis Konvensional
1) Utilitarian Approach(Pendekatan Utilitarian)
Setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena
itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi menfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang
tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
2) Individual Right Approach(Pendekatan Hak Individu)
Setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar
yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkahlaku tersebut harus
dihindar apabila diperkirakan akan menyebabkan kejadian benturan dengan
hak orang lain.
3) Individual Right Approach(Pendekatan Hak Individu)
Para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara
perseorangan ataupun secara kelompok.26
f. Beberapa Dasar Etika Bisnis Islam
1) Janji
2) Utang piutang
3) Tidak boleh menghadang orang desa diperbatasan kota
4) Jual beli harus jujur dan ada khiyar
25 Sri Nawatmi, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, Vol. 9, No.1, Fokus Ekonomi (Fe),
April 2010, Issn: 1412-3851 50, Hlm 57-58 26http://www.academia.edu/23265844/Etika_Bisnis_Konvensional
19
5) Ukuran takaran dan timbangan
6) Menjual barang haram dan minuman memabukkan
7) Berperilaku hemat dan pemborosan
8) Masalah upah27
2. Timbangan
a. Pengertian Timbangan
Timbangan adalah diambil dari kata imbang yang artinya banding,
timbangan, timbalan, bandingan. Menimbang (tidak berat sebelah), dari
pengertian tersebut dapat diambil pemahaman bahwa penimbangan adalah
perbuatan menimbang. Sedangkan untuk melaksanakannya kita perlu alat
yaitu timbangan.Timbangan adalah alat untuk menentukan apakah suatu
benda sudah sesuai (banding) beratnya dengan berat yang dijadikan standar.
Timbangan mencerminkan keadilan, apabila hasil menujukan akhir dalam
praktik timbangan menyangkut hak manusia.28
Menurut pendukung Ameng Timbangan, Timbangan artinya ukuran
yang ditetapkan menurut ketentuan yang berlaku. Kesalahan menimbang
akan menyebabkan ketimpangan dan perselisihan. Seorang pedagang
menimbang sesuatu sesuai dengan berat yang diinginkan pembeli. Tentu jika
timbangannya sesuai dengan yang diharapkan akan membuahkan
ketenteraman dan kepercayaan yang tinggi dari pembelinya.29
27 Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, 2003, Bandung : Cv Alfabeta, Hlm 59-
69 28 http://eprints .walisongo.ac.id/6508/3/BAB%20II.pdf (akses pada 15 februari 2019)
29Agus Heryana, Naskah Ajaran Islam Dalam Pencat Silat Ameng Timbangan, Manuscript
Of Islamic Teahing In Pencat Silat Ameng Timbangan, Hlm 13
20
Menurut Latifah timbangan bisa di artikan sebagai sebuah alat yang
bisa dipakai untuk melakukan pengukuran berat dari suatu benda.30
Menurut arti kata timbangan adalah imbangan, timbalan atau
bandingan.Secara istilah timbangan sendiri mempunyai pengertian sebagai
alat untuk menimbang benda. Menurut pasal 1 huruf m Undang-Undang
nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal Pengertian alat ukur timbangan
adalah alat yang diperuntukkan atau dipakai bagi pengukuran massa atau
penimbangan.31
b. Dasar Hukum Penimbangan Dalam Islam
Dasar tentang takaran dan timbangan utamanya terdapat ayat al-
Qur’an QS Ar-Rahman/55: 9
واقيمواالوزن بالقسط ولاتخسرواالميزان
Artinya :
“Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu
mengurangi neraca itu”.32
Ayat di atas menjelaskan bahwa tegakkanlah timbangan dengan adil
dan jangan sekali-kali kamu mengurangi neraca timbangan dalan transaksi
jual beli.
c. Jenis- jenis timbangan
1) Timbangan Manual
30 Wahyudi, Dkk, Perbandingan Nilai Ukur Sensor Load Cell Pada Alat Penyortir Buah
Otomatis Terhadap Timbangan Manual, Jurnal Elkomika, Vol. 5 | No. 2 | Halaman 207 – 220, Juli
- Desember 2017, ISSN (P): 2338-8323, ISSN (E): 2459-9638 , Hlm 2 (Akses Pada 28 Feberuari
2019) 31http://www.timbanganindonesia.com (akses 28 februari 2019) 32Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya:Q.S Ar-Rahman 55 (9),
Semarang , CV Mikraj Khazanah Ilmu, 2011, Hlm267
21
Timbangan manual, yaitu jenis timbangan yang bekerja secara mekanis
dengan sistem pegas. Biasanya jenis timbangan ini menggunakan
indikator berupa jarum sebagai penunjuk ukuran massa yang telah
terskala.
2) Timbangan digital.
Timbangan digital, yaitu jenis timbangan yang bekerja secara elektronis
dengan tenaga listrik.Umumnya timbangan ini menggunakan arus lemah
dan indikatornya berupa angka digital pada layar bacaan.
3) Timbangan Hybrid
Timbangan hybrid, yaitu timbangan yang cara kerjanya merupakan
perpaduan antara timbangan manual dan digital. Timbangan Hybrid ini
biasa digunakan untuk lokasi penimbangan yang tidak ada aliran listrik.
Timbangan Hybrid menggunakan display digital tetapi bagian paltform
menggunakan plat mekanik.33
d. Konsep Islam Tentang Takaran Dan Timbangan
Dalam setiap perdagangan, Islam sangat menekankan pada
pentingnya penegakan pada ukuran takaran dan timbangan secara adil dan
benar agar tidak ada pihak yang dirugikan.Diantara prinsip perdagangan
dalam Islam adalah jujur dan adil. Islam mengajarkan setiap Muslim
melakukan kegiatan produksi maupun perdagangan agar bersikap jujur dan
adil terhadap sesama. Sikap ini akan tertanam dengan adanya keharusan
33https://www.berbagaireviews.com/2017/11/pengertian-timbangan-dan-jenis-jenis.html
22
untuk memenuhi takaran dan timbangan.34Dalam Al-Qur’an Allah telah
menggariskan bahwa setiap Muslim harus menyempurnakan takaran dan
timbangan secara adil. Dalam Al –Qur’an surah Al-Isra’ (17) : 35
Artinya :
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan tmbanglah
neraca dengan benar, itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”.35
3. Jual Beli
a. Pengertian Jual Beli
Jual beli dalam bahasa Arab berasal dari kata (لبیعا) yang artinya
menjual, mengganti dan menukar (sesuatu dengan sesuatu yang lain). Kata
,dalam bahasa arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya (لبیعا)
yaitu kata :اءلشرا dengan demikian kata (لبیعا) berarti kata jual dan sekaligus
berarti kata “beli”.
Secara terminologi terdapat beberapa definisi para ulama diantaranya
oleh ulama Hanafiyah memberi pengertian dengan ‘saling menukarkan harta
dengan harta melalui cara tertentu’, atau dengan makna ‘tukar menukar
34Rozalinda, Ekonomi Islam (Teori Dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi), 2014,
Jakarta : Rajawali Pers, hlm 184-185 35Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya:Q.S Al-Isra’ (17) : 35, Semarang
, CV Mikraj Khazanah Ilmu, 2011, Hlm144
23
sesuatu yang diingini dengan sepadan melalui cara tertentu yang
bermanfaat.36
Pengertian jual beli dari segi etimologis adalah menukar harta dengan
harta. Sedangkan pengertian dari istilah adalah menukar suatu barang dengan
barang yang lain dengan cara tertentu (akad). Pengertian yang sebenarnya
dari kata “ bay’un” (jual) itu ialah pemilikan harta dengan harta (barang
dengan barang) dan agama menambahkan persyaratan saling rela (suka sama
suka). Ada yang mengatakan bahwa “jual” itu ialah ijab qobul ( penerahan
dalam penerimaan transaksi), sesuai firman Allah dalam surah An Nisa’ ayat
29 “tijaratan antaradlin” yang berarti perniagaan yang terjadi suka sama
suka.37
Menurut Ulama’ Mazhab Maliki, Syafi’I dan Hambali memberikan
pengertian, jual beli adalah saling menukar harta dengan harta dengan bentuk
pemindahan milik dan pemilikan. Defenisi ini menekankan pada aspek milik
pemilik, untuk membedakan dengan tukar menukar harta/ barang yang tidak
mempunyai akibat milik kepemilikan, seperti sewa menyewa.Demikian juga,
harta yang dimaksud adalah harta dalam pengertian luas, bisa barang dan bisa
uang.38
36 Syaifullah , Etika Jual Beli Dalam Islam, Vol. 11, No. 2, Desember 2014: 371-387, hlm
3 37 Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, 2012, Jakarta : erlangga, hlm 110-111 38 M. Yazid Afandi, M.Ag, Fiqh Muamalah Dan Implementasi Dalam Lembaga Keuangan
Syariah, 2009, Yogyakarta : logung pustaka, hlm 53
24
Menurut Jalaludin al-Mahally pengertian jual beli secara bahasa
adalah :“tukar menukar sesuatu dengan sesuatu dengan adanya ganti atau
imbalan.
Sementara itu, pengertian jual beli menurut istilah adalah : “ tukar
menukar harta dengan harta yang berimplikasi pada pemindahan milik dan
kepemilkan”.39
b. Dasar Hukum Jual Beli
1) Al – Qur’an
Dalam Q.S Al-Baqarah (2) ayat 275
بو م الر واحل الله البيع وحر
Artinya:
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”40
2) As-Sunah
Dari su’aib Ar Rumi r.a., bahwa Rasululah bersabda :
“ Tiga perkara yan didalamnya terdapat keberkatan yaitu : jual beli secara
tangguhan, muqaradhah (nama lain dari mudharabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bkan untuk jual beli.
(HR.Ibnu Majah)
Dalam firman Allah dan hasit tersebut jelas bahwa jual beliitu
dihalalkan dan tidak perlu diragukan lagi asalkan transaksi jual beli yang
dilakukan tidak ada unsur pemaksaan, sementara riba itu jelas diharamkan.41
39 Dr. Rozalinda, M.Ag, Fiqih Ekonomi Syariah ( Prinsip Dan Implementasinya Pada
Sector Keuangan Syariah/Rozalinda, 2016, Jakarta :Rajawali Pers, hlm 63 40Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya:Q.S Al-Baqarah (2) :
275, semarang, CV Mikraj Khazanah Ilmu, 2011, Hlm 25
41 Ismail , Perbankan Syariah, 2017, Jakarta : kencana , hlm 136
25
c. Rukun Jual Beli
Jumhur Ulama’ menetapkan rukun jual beli ada 4yaitu :
1) Orang yang berakad ( penjual dan pembeli)
2) Shighat ( lafal ijab dan qabul)
3) Barang yang dibeli
4) Nilai tukar pengganti barang
d. Syarat Jual Beli
1) Syarat yang berkaitan dengan pihak-pihak pelaku, mereka harus
memiliki kompetensi dalam melakukan aktivitas itu, yakni sudah akil-
balighserta berkemampan memilih. Maka tidak syah transaksi jual beli
yang dilakukan anak kecil yang belum nalar, orang gila atau orang yang
dipaksa.
2) Syarat yang berkaitan dengan objek jual beli, objek jual beli harus suci
bemanfaat, bisa diserah terimakandan merupakan milik penuh penjual.
Maka tidak syah memperjualbelikan bangkai, darah daging babi, dan
barang lain yang menurut syara’ tidak ada menfaatnya.
3) Syarat yang berkaitan dengan shighat akad, yaitu ijab dan qabul
dilakukan dalam satu majlis, artinya antar penjual dan pembeli hadir
dalam satu ruang yang sama .42
e. Jual Beli Yang Dilarang Dalam Islam
1) Jual beli najasy
42 M. Yazid Afandi, M.Ag, Fiqh Muamalah Dan Implementasi Dalam Lembaga Keuangan
Syariah, 2009, Yogyakarta : logung pustaka, hlm 57-58
26
Seorang muslim tidak boleh menawarkan suatu barang dengan harga
tertentu padahal ia tidak ingin membelinya, namun ia berbuat seperti itu
agar diikuti para penawar lainnya kemudian pembeli tertarik untuk
membeli barang tersebut.
2) Jual beli barang barang haram dan najis
Seorang muslim tidak boleh menjuak barang-barang haram, barang
barang najis dan barang barang yang menjurus kepada haram.
3) Jual beli gharar ( ketidakjelasan)
Seorang muslim tidak boleh menjual sesuatu yang didalamnya terdapat
gharar (ketidakjelasan)
4) Jual beli inah
Seorang muslim tidak boleh menjual suatu barang kepada orang lain
dengan kredit, kemudian dia membelinya lagi dengan pembeli dengan
harga yang lebih murah, karena jika menjual berang tersebut kepada
pembeli dengan harga sepuluh ribu rupiah, kemudian ia membelinya dari
pembeli yang sama seharga lima ribu rupiah, maka itu seperti orang yag
meminjam uang lima ribu rupiah dan meminta kembalian sebanyak
sepuluh ribu rupiah. Hal ini seperti riba nasi’ah yang diharamkan dalam
Al Qur’an dan al Hadits.
5) Jual beli musharah
Seorang muslim tidak boleh menahan susu kambing, unta atau lembu
selama berhari hari agar susunya terlihat banyak, kemudian manusia
tertarik untuk membelinya dan ia pun menjual belikannya. Cara
27
penjualan seperti ini merupakan kebatilan karena mengundang
penipuan.43
f. Macam Macam Jual Beli
1) Bai’ al murabahah
Bai’ al murabahah adalah akad jual beli suatu barang dimana penjual
menyebut harga yang terdiri atas harga pokok dan tingkat keuntungan
tertentu di atas barang, dimana harga jual tersebut disetujui pembeli.Atau
dengan singkat, murabahah adalah jual beli barang padaharga dengan
tambahan keuntungan yang disepakati.
2) Bai’ as salam
Bai’ as salam adalah pesanan barang yang disebutkan sifat-sifatnya, yang
dalam majelis itu pemesan barang menyerahkan uang seharga barang
pesanan tersebut.
3) Bai’ al istishna’
Bai’ al istishna’ secara bahasa artinya meminta dibuatkan. Sedangkan
secara terminologi ilmu fiqh artinya perjanjian terhadap barang jualan
yang berada dalam kepemilikan penjual dengan syarat dibuatkan oleh
penjual, atau meminta buatkan dengan cara khusus semntara bahan
bakunya dari pihak penjual.44
43 Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, 2012, Jakarta : Erlangga, Hlm 14-16 44Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, 2012, Jakarta : Erlangga, Hlm16-18
28
4. Pasar
a. Pengertian Pasar
Pasar adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli dan
melakukan transaksi barang atau jasa. Pasar merupakan sebuah mekanisme
pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan telah berlangsung sejak awal
peradaban manusia.Dalam Islam pasar sangatlah penting dalam
perekonomian. Pasar telah terjadi pada masa Rasulullah dan Khulafaur
Rasyidin dan menjadi sunatullah yang telah di jalani selama berabad-abad.45
Pasar adalah tempat yang mempunyai aturan yang disipkapkan untuk
tukar menukar hak milik dan menukar barang antara produsen dan konsumen.
Dipasar orang bisa mendapatkan kebutuhannya dan tidak ada orang yang
tidak memerlukan pasar.46
b. Fungsi Pasar
Fungsi pasar adalah menjadi sarana pertemuan antara penjual dan
pembeli untuk melakukan transaksi pemenuhan barang yang di- kehendaki.
Kedudukan pasar sebagai salah satu bentuk fasilitas umum (publik) yang
dikuasai oleh pemerintah daerah digunakan untuk meningkatkan
perekonomian dan perdagangan daerah. Sebagai fasilitas publik diharapkan
dapat memberikan pelayanan prima bagi penggunanya.Untuk memper-
mudah pamahaman pasar sebagai sebuah bentuk pelayanan prima, dapat
dilakukan dengan me- nempatkan pelayanan sebagai sebuah produk, yaitu
45 Ain Rahmi, Mekanisme Pasar Dalam Islam, Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan
2015, Vol. 4, No. 2, 177-192, hlm 2 46Jaribah Bin Ahmad Al- Haristi, Fikih Ekonomi Umar Bin Al- Khathab, 2014, Jakarta
Timur : Pustaka Al- Kautsar, Hlm 600
29
sebagai sesuatu yang bias dibangun, dihasilkan, ditawarkan, dijual dan
dikonsumsi.47
c. Makanisme Pasar Dalam Islam
Pada dasarnya dalam sistem ekonimi islam, makanisme pasar
dibangun atas dasar kebebasan, yakni kebebasan individu untuk melakukan
transaksi barang dan jasa. Sistem ekonomi islam menempatkan kebebasan
pada posisi yang tinggi dalam kegiatan ekonomi, walaupun kebebasan itu
bukanlah kebebasan mutlak seperti yang dianut paham kapitalis. Namun,
kebebasan itu diikat dengan aturan.Yaitu tidak melakukan kegiatan ekonomi
yang bertentangan dengan aturan syariat, tidak menimbulkan kerugian bagi
para pihak yang bertransaksi, dan senantiasa melakukan kegiatan ekonomi
dalam rangka mewujudkan kemaslahatan.48
d. Islam Mengatur Agar Persaingan Pasar Dilakukan Dengan Adil.
Setiap Bentuk Yang Dapat Menimbulkan Ketidakadilan Dilarang.
1) Talaqqi rukban dilarang karen apedagang yang menyongsong dipinggir
kota mendapat keuntugan dari ketidaktahuan masyarakat perjual dari
kampong akan harga yang berlaku dikota. Mencegah masuknya
pedagang desa ke kota ini akan menimbulkan pasar yang tidak
kompetitif.
47 Siti Fatimah Nurhayati, Pengelolaan Pasar Tradisional Berbasis Musyawarah Untuk
Mufakat, Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 18, Nomor 1, Juni 2014, hlm 3 48Rozalinda, Ekonomi Islam (Teori Dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi), 2014,
Jakarta : Rajawali Pers, hlm, 148
30
2) Mengurangi timbangan dilarang karena barang yang dijual dengan harga
yang sama untuk jumlah yang lebih sedikit.
3) Menyembunyikan barang cacat dilarang karena penjual mendapatkan
harga yang baik untuk kualitas yan buruk.
4) Menukar kurma kering dengan kurma yang basah itu dilarang. Karena
takarn kurma basah ketika kering bisa jadi tidak sama dengan kurma
kering yang ditukar.
5) Ghaban faa-hisy (besar) dilarang yaitu menjual dengan harga pasar. 49
e. Prinsip Kejujuran Dalam Pedagang Versi Islam
Kejujuran merupakan tonggak dalam kehidupan masyarakat yang
beradab. Setiap orang hendaknya dapat bersikap jujur karena kejujuran dapat
mendatangkan ketentraman hati, menghilangkan rasa takut, dan
mendatangkan keadilan.Islam menyatakan bahwa orang-orang yang beriman
diperintahkan untuk menegakkan keadilan, menjadi saksi yang adil, dan tidak
boleh menyuburkan kebencian sehingga berlaku diskriminatif. Hal ini
menunjukkan bahwa orang yang dapat berkata jujur dan bertindak sesuai
dengan kenyataan berarti dapat berbuat adil dan benar. Sedangkan orang yang
tidak dapat dipercaya tutur katanya dan tidak menepati janji dapat
dikategorikan sebagai pendusta. Dengan demikian, kejujuran harus dilandasi
dengan kesadaran moral yang tinggi, pengakuan terhadap persamaan hak dan
kewajiban, perasaan takut berbuat kesalahan dan dosa.50
49 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, 2014, Jakarta : Rajawali Pers, Hlm 179 50 Muhammad Nizar, Prinsip Kejujuran Dalam Perdagangan Versi Islam, Jurnal Istiqro :
Jurnal Hukum Islam, Ekonomi Dan Bisnis Vol.4 / No.1: 94-102, Januari 2018, ISSN : 2599-3348
(Online) ISSN : 2460-0083 (Cetak), Hlm : 99
31
F. Tinjauan Pustaka
Studi relevan merupakan hasil penelitian terdahulu (penelitian lain) yang
terkait dangan penelitian ini pada aspek fokus tema yang diteliti. Dibawah ini ada
beberapa penelitian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini.
Tabel 2.1
Tinjauan Pustaka
No Nama Penelitian Judul Hasil Penelitian
1 Musfira Akbar,
dkk, jurnal, UIN
Alauddin
Makassar
Analisis Tingkat
Kecurangan
Dalam Takaran
Dan Timbangan
Bagi Pedagang
Terigu (Studi
Kasus Di Pasar
Sentral Maros)
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa masih
banyaknya kecurangan yang
dilakukan para pedagang terigu
di Pasar Sentral Maros. Hal ini
juga di dukung karena
kurangnya perhatian dari
pemerintah atau lembaga
keagamaan yang menyinggung
atau mengangkat etika bisnis
Islam menjadi sebuah sistem
yang akan berdampak positif
pada usaha yang mereka
jalankan. Dengan melihat
fenomena banyaknya
kecurangan di setiap transaksi
bisnis, diharapkan agar
pemerintah dalam hal ini Dinas
terkait bersatu padu dengan
para ulama atau akademisi
dalam rangka merumuskan
suatu rancangan tentang
takaran dan timbagan Islam
untuk d
iterapkan kepada para pelaku
bisnis terutama para pedagang
terigu di pasar Sentral Maros.51
2 Muh. Ihsan,
Skripsi, UIN
Alauddin
Makassar, 2018
Analisis
Pelaksanaan
Penimbangan
Sebagian besar pedagang
sembako yang ada di pasar
Soppeng dalam pelaksanaan
penimbangannya belum
51Musfira Akbar, dkk, Analisis Tingkat Kecurangan Dalam Takaran Dan Timbangan Bagi
Pedagang Terigu (Studi Kasus Di Pasar Sentral Maros), jurnal, UIN Alauddin Makassar
32
Sembako Dalam
Jual
Beli Perspektif
Ekonomi Islam Di
Pasar Soppeng
Kabupaten
Soppeng
menjalankan atau mematuhi
aturan tentang timbangan yang
benar. Hal tersebut dibuktikan
berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh
penulis. Sebagian besar
pedagang sembako di pasar
Soppeng kurang memahami
bahkan tidak tahu mengenai
timbangan yang benar dalam
sistem Ekonomi Islam, para
pedagang hanya mementingkan
keuntungan belaka dan
mengesampingkan masalah
etika sehingga mengabaikan
tanggungjawab sebagai
pedagang dan merugikan
pembeli ataupun pedagang
lainnya.52
3 Muhammad
Nizar, Jurnal
Istiqro, 2018
Prinsip Kejujuran
Dalam
Perdagangan
Versi Islam
Dari pemaparan di atas, penulis
dapat menyimpulkan
bahwasanya Islam
mengharamkan segala bentuk
penipuan, baik dalam masalah
jual-beli, maupun dalam
mu‟amalah lainnya. Seorang
muslim dituntut untuk berlaku
jujur dalam seluruh urusannya
sebab keikhlasan dalam
beragama, nilainya lebih tinggi
daripada seluruh usaha
duniawi. Islam menjelaskan
bahwa kejujuran selalu berdiri
tegak di atas prinsip kebenaran
akan mendatangkan
keberkahan. Kejujuran sangat
penting bagi pengusaha muslim
untuk meningkatkan
keuntungan dan mendorong
meningkatkan kualitas produk
dan pelayanan penjualan.
Kejujuran akan membawa
52Muh. Ihsan, Analisis Pelaksanaan Penimbangan Sembako Dalam Jual Beli Perspektif
Ekonomi Islam Di Pasar Soppeng Kabupaten Soppeng, Skripsi, UIN Alauddin Makassar, 2018
33
ketenangan dan ketentraman,
sebaliknya ketidakjujuran akan
mengundang keragu- raguan
dan kesialan.53
4 Cahya Arynagara,
Skripsi, UIN
Alauddin
Makassar, 2018
Analisis Tingkat
Kecurangan
Dalam
Timbangan Bagi
Pedagang
Sembako Dalam
Tinjauan
Ekonomi Islam
Di Pasar Pettarani
Kota Makassar
Penerapan sistem timbangan
dalam jual beli sembako di
Pasar tamamaung pettarani,
transaksi yang dilakukan tidak
semua pedagang bertransaksi
dengan jujur. Pedagang yang
tidak jujur dalam bertransaksi
jual beli sebanyak 67%, serta
tidak menjunjung tinggi nilai
etika dalam perdagangan, dan
pedagang yang jujur sebanyak
33%.Tidak sedikit pedagang
yang melakukan kecurangan-
kecurangan dalam bertransaksi,
seperti melakukan kecurangan
dalam takaran atau timbangan,
menjual barang dengan kualitas
yang buruk atau tidak
menjelaskan kualitas sembako
yang di jualnya apakah
sembako yang di jualnya baik
atau tidak.54
5 Umi Mursidah,
Skripsi,UIN
Raden Intan,
Lampung, 2017
Penerapan Etika
Bisnis Islam
Dalam Transaksi
Jual Beli Di Pasar
Tradisional (Studi
Pasar Betung
Kecamatan
Sekincau
Kabupaten
Lampung Barat)
Berdasarkan hasil observasi
dan kuesioner yang diperoleh
dari para pedagang dan pembeli
di Pasar Betung jika ditinjau
dari ke-empat prinsip-prinsip
etika bisnis Islam yang
dijadikan tolak ukur, penerapan
etika bisnis Islam di Pasar
Betung belum diterapkan
dengan baik oleh para
pedagang karena hanya prinsip
tanggungjawab saja yang sudah
53Muhammad Nizar, Prinsip Kejujuran Dalam Perdagangan Versi Islam , Jurnal Istiqro,
2018
54Cahya Arynagara, Analisis Tingkat Kecurangan Dalam Timbangan Bagi Pedagang
Sembako Dalam Tinjauan Ekonomi Islam Di Pasar Pettarani Kota Makassar, Skripsi, UIN
Alauddin Makassar, 2018
34
diterapkan dengan baik oleh
para pedagang di Pasar Betung.
Sedangkan prinsip keadilan,
prinsip kehendak bebas, dan
prinsip kebenaran belum
diterapkan dengan baik oleh
para pedagang di Pasar Betung.
Hal ini terlihat dari jawaban
para pembeli dan berdasarkan
hasil observasi yang peneliti
dapat, masih banyak para
pedagang yang menawarkan
barang dagangan dengan harga
yang berbeda kepada para
pembeli, dan pedagang juga
masih memaksa pembeli untuk
membeli barang dagangan yang
dijual, selain itu pedagang di
Pasar Betung belum
menerapkan sifat kejujuran
dalam melakukan transaksi jual
beli baik dari segi hal
menawarkan barang maupun
dalam hal takaran dan
timbangan.55
Dari kelima penelitian terdahulu yang diuraikan diatas terdapat perbedaan
dengan skripsi saya yaitu penelitian terdahulu fokus kepada ketidakjujuran para
pedagang dalam takaran dan timbangan dalam tinjauan ekonomi Islam, sedangkan
dalam skripsi saya memfokuskan pada bagaimana etika bisnis Islam pedagang
dalam menakar dan menimbang barang dagangannya.Selain itu, objek atau tempat
penelitian juga berbeda dari kelima penelitian terdahulu tersebut.
55Umi Mursidah,Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Transaksi Jual Beli Di Pasar
Tradisional (Studi Pasar Betung Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat), Skripsi,UIN
Raden Intan, Lampung, 2017
35
36
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (Field Research)
yaitu penelitian dengan cara langsung terjun kelokasi penelitian untuk memperoleh
data-data yang diperlukan.56
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kualitatif. Bogdan
dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.57
B. Objek Penelitian
Objek penelitian ini dilakukan di Mendehara Ilir Kab. Tanjabtim, di mana
peneliti memperoleh informasi mengenai data data tentang timbangan di pasar yang
dilakukan oleh peneliti dari kantor desa atau kelurahan mendahara ilir.
C. Unit Analisis
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh
spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga
elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity), yang
berinteraksi secara sinergitas. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai
obyek penelitian yang ingin diketahui “apa yang terjadi” di dalamnya. Pada situasi
sosial atau objek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam
56Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 2006, hlm.10. 57Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,
2010, hlm.4.
37
aktivitas orang-orang yang ada pada tempat tertentu.58 Unit analisis dalam
pengambilan sampel disebut juga teknik sampling. Teknik sampling adalah teknik
pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan pada
penelitian. Teknik sampling yang digunakan penelitian ini yaitu teknik purposive
sampling dan accidental sampling. Dimana purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.59Sedangkan
accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor
spontanitas, artinya siapa saja yang tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan
sesuai dengan karakteristik maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel
(informan).60
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer
dan data sekunder.
1. Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung atau di dapat dari pengukuran
langsung oleh peneliti.61 Yang menjadi data primer dalam penelitian inidiperoleh
dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada informan yang terdiri
dari para pemilik sapi dan peternak sapi.
2. Sekunder
58Sugiyono, MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R & D,Alfabeta, Bandung, 2016,
hlm.215. 59Ibid, Hlm.218. 60http://scdc.binus.ac.id/himsisfo/2017/03/probability-sampling-vs-non-probability-
sampling/, akses pada 26 Desember 2018. 61Amri amir dkk, Metode Penelitian Ekonomi dan Penerapannya, IPB PRESS,Bogor,
2009, hlm.171.
38
Data sekunder adalah data yang didapatkan oleh peneliti dari sumber kedua atau
data yang didapat adalah data yang telah diolah oleh badan atau orang lain.62
Adapun data sekuder dapat kita peroleh dengan lebih mudah dan cepat karena
sudah tersedia, misalnya diperpustakaan, majalah-majalah, jurnal, internet dan
kantor-kantor pemerintah.63 Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
buku, skripsi, jurnal-jurnal dan situs internet yang berkaitan dengan penelitian
ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode:
1. Observasi
Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki.64Melalui kegiatan tersebut, peneliti mengadakan pengamatan
langsung di lapangan untuk mendapatkan gambaran secara nyata tentang
kegiatan yang diteliti.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan
secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.65Melalui
kegiatan tersebut, peneliti melakukan wawancara langsung dengan informan
62Ibid, hlm 172 63Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2006, hlm.123. 64Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, 2012,
hlm.70. 65Ibid, hlm.83.
39
yaitu pemilik sapi dan peternak, guna melengkapi data yang diperlukan tentang
pelaksanaan bagi hasil dengan sistem mudharabah yang mereka lakukan.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa data-data
tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang
fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan masalah penelitian.66
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai sejak sebelum memasuki
lapangan, selama dilapangan dan setelah dilapangan. Dalam hal ini Nasution
menyatakan analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,
sebelum terjun kelapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil
penelitian.67
1. Analisis sebelum di lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki
lapangan. Fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti masuk ke lapangan.68
2. Analisis data di lapangan model miles dan huberman
Miles dan Huberman mengemukakan aktivitas dalam analisis data, yaitu: data
collection, data reduction, data display dan conclution drawing/verification.
66Muhamad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif (Dilengkapi
dengan Contoh-contoh Aplikasi: Proposal Penelitian dan Laporannya), Rajawali Pers, Jakarta,
2008, hlm.152. 67Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung, 2016,
hlm.245. 68Ibid,hlm.246.
40
Langkah-langkah analisis data dapat ditunjukkan pada gambar berikut:69
a. Data collection, adalah langkah pertama dalam penelitian kualitatif yang
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti
sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila
jawaban yang diwawacarai setelah di analisis belum memuaskan, maka
peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu hingga
diperoleh data yang dianggap kredibel.70
b. Data reduction (reduksi data), adalah data yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup banyak, untuk itu, perlu dicatat secara teliti dan rinci,
semakin lama peneliti ke lapangan, maka akan semakin banyak, kompleks
dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan ananlisis data melalui reduksi
data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.71
c. Data display (penyajian data), setelah data di reduksi, maka langkah
selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Dan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.72
d. Conclusion drawing/ verification, langkah ketiga dalam analisis ini menurut
Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
69Ibid,hlm.247 70Ibid,hlm.248 71Ibid,hlm.248 72Ibid,hlm.249
41
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat, tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.73
G. Sistematika Penulisan
BAB I: Bab pendahuluan berisi latar belakang, fokus penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, tinjauan
pustaka dan kerangka pemikiran.
BAB II: Berisi metode penelitian yang mencakup, pendekatan penelitian, objek
dan waktu penelitian, unit analisis, jenis dan sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, sistematika penulisan .
BAB III: Menjelaskan kondisi dan gambaran umum pasar Mendahara Ilir Kab.
Tanjabtim
BAB IV: Pada bab ini menjelaskan tentang hasil dan pembahasan penelitian.
BAB V: Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran serta
dilengkapi dengan daftar pustaka, daftar informan, instrument
pengumpulan data, lampiran observersi dan lampiran dokumentasi serta
biodata penelitian
73Ibid,hlm.250
42
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kelurahan Mendahara Ilir
1. Sejarah Kelurahan Mendahara Ilir
Nama Kelurahan Mendahara Ilir di ambil dari nama suatu kejadian
disungai berukuran sedang yang mengatur dari arah Timur ke arah Barat,
membelah kelurahan mendahara ilir menjadi dua bagian, yaitu bagian utara atau
disebut oleh masyarakat setempat hulu. Sungai ini bernama tembikar.
Pemukiman penduduk pertama kali adalah pendatang dari pulau malaka (pilau
melayu) sekitar tahun 1950, tepatnya dimuara sungai tembikar kelompok
pendatang ini kemudian mendirikan pemukiman disungai dan beberapa tahun
kemudian diikuti dengan kelompok keluarga dari suku cina, baik yang langsung
dari pulau Sulawesi, Kalimantan, jawa, padang, medan, melayu jambi maupun
suku lainnya yang telah berdomisili di keluraham Mendahara Ilir.74
Sesuai perkembangan sistem administrasi pemerintahan di Indonesia,
sebutan desa sewaktu berdiri adalah kampong yang dikepalai oleh seseorang
yang disebut dengan kepala kampong atau yang lebih popular disebut dengan
panggilan datuk penghulu. Setelah diberlakukan undang-undang no 5 tahun
1979 tentang pemerintahan desa, maka pada tahun 1980 sebutan kampong
berubah menjadi desa yang dikepalai oleh seseorang yang disebut kepala desa,
74Dokumentasi, Kelurahanmendahara ilir kab. Tanjabtim
43
namun setelah terjadi perubahan dari kepala desa ke kelurahan pada tahun 2008
sampai sekarang masih dipimpin oleh kelurahan.75
Sejak berdirinya desa/kelurahan sampai sekarang telah tercatat 4 orang
pemimpin desa dan 3 kepala kelurahan, seperti tabel di bawah :
Tabel 3.1
Perkembangan Kepemimpinan Desa/Kelurahan Mendahara Ilir
No Nama Tahun menjabat Sebutan
1 Daroel Abdullah 1956-1963 Datuk Penghulu
2 H. Baharudin Daroel 1963-1980 Kepala Desa
3 MS.H.Muhammad Mutu 1980-2004 Kepala Desa
4 Drs. Jafri 2004-2008 Kepala Desa
5 Muhammad Ridwan 2008-2010 Lurah
6 Ahmad Yani 2010-2012 Lurah
7 Saleh 2012- Hingga
sekarang
Lurah
Sumber: Profil Mendahara Ilir kab. Tanjabtim
Pemimpin pertama desa pada tahun 1963 dipimpin oleh kepala desa
Baharuddin Daroel dengan masa jabatan 17 tahun dan dilanjutkan oleh dua
pemimpin dengan sebutan yang sama dan dilanjutkan pada tahun 2008 sesuai
dengan perkembangan peraturan tentang pemerintah kelurahan, diangkatlah
seorang kepala kelurahan sampai sekarang.Kelurahan mendahara ilir terdapat, 6
rukun warga (RW), 34 rukun tetangga (RT).76
2. Keadaan Geografis Kelurahan Mendahara Ilir
Kelurahan Mendahara Ilir terletak dipesisir pantai timur Provinsi Jambi,
secara geografi Kelurahan ini berada pada muara sungai batangari dengan
75Dokumentasi, Kelurahanmendahara ilir kab. Tanjabtim
76Dokumentasi, Kelurahanmendahara ilir kab. Tanjabtim
44
geografi 10 40 230’ 8’’ BT-10 40 270’ 25” BT dan antara 101 60’ 54” LS-10
210’ 56” LS, dan luas wilayah 10.540 ha dengan batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Barat dengan : Desa Sinar Kalimantan
- Sebelah Timur dengan : Desa Lagan Ilir
- Sebelah Utara dengan : Laut Selat Berhala
- Sebelah Selatan dengan : Desa Sungai Tawar
3. Demografi Kelurahan Mendahara Ilir
a. Kependudukan
Jumlah penduduk Mendahara Ilir pada Januari tahun 2019 adalah 6.786
jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1.930 (KK). Terdiri dari penduduk laki laki
sebanyak 3.327 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 3.459 jiwa.
b. Pendidikan
Distribusi penduduk menurut tingkat penduduk di kelurahan Mendahara
Ilir cukup bervariasi mulai dari tidak tamat SD, tamat SD, SMP,SMA,
AKADEMIK dan SERJANA, seperti tabel berikut ini :
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
No Tingkatan Pendidikan Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Jumlah
(jiwa)
1 Belum Sekolah 71 98 169
2 Tidak tamat SD 257 263 520
3 SD 164 219 383
4 Tamat SMP 61 47 108
5 Tamat SMA 28 11 29
6 Tamat Akademik/Perguruan
Tinggi
12 9 21
7 Buta Huruf 52 96 147 Sumber: Profil Mendahara Ilir kab. Tanjabtim
45
Dari tabel diatas dapat dilihat tarap pendidikan penduduk kelurahan
Mendahara Ilir masih didominasi oleh penduduk yang tidak tamat SD dengan
jumlah 520 jiwa dan untuk penduduk yang tamat SD berjumlah 383 jiwa.77
4. Visi, Misi Dan Struktur Organisasi Kelurahan Mendahara Ilir
1. Visi Kelurahan
Mewujudkan kelurahan teladan dalam pelayanan kepada masyarakat,
tertib administrasi, kegotong royongan, kekeluargaan, mandiri serta beriman,
dan bertaqwa untuk memcapai masyarakat yang sejahtera lahir bathin dengan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Misi Kelurahan
1. Mengoptimalkan pemberdayaan sumber daya manusia.
2. Meningkatkan pelayanan masyarakat.
3. Menertibkan administrasi penduduk.
4. Meningkatkan kemampuan perangkat kerja/aparat pemerintahan
kelurahan
5. Meningkatkan volume dan kualitas produksi masyarakat dibidang :
a. Perkebunan
b. Nelayan
c. Pasar Tradisonal
d. Usaha Kecil
e. Kerajinan
77Dokumentasi, Kelurahanmendahara ilir kab. Tanjabtim
46
6. Kepemimpinan dan keterbukaan dalam pengelolaan sumber dana secara
efektif dan efisien
7. Adil dan merata dalam upaya penyaluran dan penetapan hak dan
kewajiban warga.
8. Menjalankan dengan sungguh-sungguh program yang diberikan kepada
kelurahan dari pemerintahan pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan
dengan penuh tanggung jawab.78
B. Gambaran Umum Pasar Mendahara Ilir Kab. Tanjabtim
1. Sejarah Pasar Mendahara Ilir Kab. Tanjabtim
Pasar Mendahara Ilir terletak di Kelurahan Mendahara Ilir
Kab.Tanjabtim. Kecamatan Mendahara memiliki 1 Kelurahan, 8 Desa, di
Kelurahan Mendahara Ilir terdapat 6 rukun warga (RW), 34 rukun tetangga (RT)
dengan jumlah rata-rata kepadatan penduduk sebanyak 6.786 jiwadari luas
wilayah 911,50 km2.
2. Visi dan Misi Pasar Mendahara Ilir
1. Visi Pasar Mendahara Ilir
“Terciptanya perdagangan yang maju dan berkeadilan, industri yang
unggul serta umkm yang mandiri di Kelurahan Mendahara Ilir.
2. Misi Pasar Mendahara Ilir
a. Mewujudkan Stabiltas Perdagangan.
b. Mewujudkan industri yang mandiri dan kreatif.
78Dokumentasi, Kelurahanmendahara ilir kab. Tanjabtim
47
c. Mewujudkan pasar yang bersih, tentram dan aman.
3. Fungsi dan Peran PasarMendahara Ilir
1. Fungsi PasarMendahara Ilir
a. Sebagai pusat transaksi utama di Kabupaten Soppeng
b. Sebagai salah satu pusat distribusi barang dagangan
c. Sebagai parameter harga kebutuhan pokok
d. Sebagai salah satu pusat perdagangan yang melayani kebutuhan
masyarakat sekitar pada khususnya dan masyarakat luar pada umumnya
2. peran pasarMendahara Ilir
Penghubung antara penduduk kelurahan Mendahara Ilir dengan pedagang
yang berasal dari luar kelurahan.
4. Kondisi PasarMendahara Ilir yang diharapkan
a. Bangunan kios dan lods yang permanen (tradisional modern)
b. Dapat memberikan rasa aman bagi pedagang dan pembeli, nyaman, bersih
serta indah sehingga proses transaksi jual beli dapat terlaksana dengan
lebih baik.
c. Memberikan kenyamanan bagi pedagang dan konsumen.
d. Ketersediaan sarana penunjang yang sesuai.
48
STRUKTUR ORGANISASI
KANTOR LURAH MENDAHARA ILIR KECAMATAN MENDAHARA
KABUPATEN TANJUNG JABUNG TMIUR
LURAH
SALEH
BENDAHARA
SULASTRI
PPTK
MUHAMAD SYIFAK
KAWARWAN HONORER
ARDI RAHMAT.H,
S.Pd ZAINAL ABIDIN SITI RABIAH
ARIPIN NURHASANAH, SH NURHIKMAH
AYU ULANDARI
49
STRUKTUR ORGANISASI
PASAR MENDAHARA ILIR KAB. TANJABTIM
KETUA
AHMAD
KEAMANAN
ZAKIR
KEBERSIHAN
SUHAIMI
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Timbangan Sembako Yang Digunakan Pedagang Dalam Jual Beli Sudah
Memenuhi Standar Bisnis Islam.
Menurut Latifah timbangan bisa di artikan sebagai sebuah alat yang bisa
dipakai untuk melakukan pengukuran berat dari suatu benda.79
Adapun standar yang mendasari etika bisnis islam :
1. Unity (Kesatuan)
Merupakan refleksi konsep tauhid yang memadukan seluruh aspek
kehidupan baik ekonomi, sosial, politik budaya menjadi keseluruhan yang
homogen, konsisten dan teratur.Adanya dimensi vertikal (manusia dengan
penciptanya) dan horizontal (sesama manusia). Prakteknya dalam bisnis :
a. Tidak ada diskriminasi baik terhadap pekerja, penjual, pembeli, serta mitra
kerja lainnya.
b. Terpaksa atau dipaksa untuk menaati Allah SWT.
c. Meninggalkan perbuatan yang tidak beretika dan mendorong setiap individu
untuk bersikap amanah karena kekayaan yang ada merupakan amanah
Allah.
79Wahyudi, Dkk, Perbandingan Nilai Ukur Sensor Load Cell Pada Alat Penyortir Buah
Otomatis Terhadap Timbangan Manual, Jurnal Elkomika, Vol. 5 | No. 2 | Halaman 207 – 220, Juli
- Desember 2017, ISSN (P): 2338-8323, ISSN (E): 2459-9638 , Hlm 2 (Akses Pada 28 Feberuari
2019)
51
2. Equilibrium (Keseimbangan)
Keseimbangan, kebersamaan, dan kemoderatan merupakan prinsip etis
yang harus diterapkan dalam aktivitas maupun entitas bisnis prakteknya dalam
bisnis:
a. Tidak ada kecurangan dalam takaran dan timbangan
b. Penentuan harga berdasarkan mekanisme pasar yang normal.
3. Free Will (Kebebasan Berkehendak)
Kebebasan disini adalah bebas memilih atau bertindak sesuai etika atau
sebaliknya:“Dan katakanlah (Muhammad) kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu,
barang siapa yang menghendaki (beriman) hendaklah ia beriman dan barang siapa
menghendaki (kafir) biarlah ia kafir” (QS. 18:29). Jadi, jika seseorang menjadi
muslim maka ia harus menyerahkan kehendaknya kepada Allah. Aplikasinya dalam
bisnisislam :
a. Konsep kebebasan dalam Islam lebih mengarah pada kerja sama, bukan
persaingan apalagi sampai mematikan usaha satu sama lain. Kalaupun ada
persaingan dalam usaha maka, itu berarti persaingan dalam berbuat
kebaikan atau fastabiq al-khairat (berlomba- lomba dalam kebajikan).
b. Menepati kontrak, baik kontrak kerja sama bisnis maupun kontrak kerja
dengan pekerja.
4. Responsibility (Tanggung Jawab)
Merupakan bentuk pertanggungjawaban atas setiap tindakan.Prinsip
pertanggungjawaban menurut Sayid Quthb adalah tanggung jawab yang seimbang
dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya, antara jiwa dan raga, antara orang dan
52
keluarga, antara individu dan masyarakat serta antara masyarakat satu dengan
masyarakat lainnya. Aplikasinya dalam bisnis :Islam melarang semua transaksi
alegotoris seperti gharar, system ijon, dan sebagainya.
5. Benevolence (Kebenaran)
Kebenaran disini juga meliputi kebajikan dan kejujuran. Maksud dari
kebenaran adalah niat, sikap dan perilaku benar dalam melakukan berbagai proses
baik itu proses transaksi, proses memperoleh komoditas, proses pengembangan
produk maupun proses perolehan keuntungan. Aplikasinya dalam bisnis menurut
Al-Ghazali:
a. Memberikan zakat dan sedekah.
b. Memberikan kelonggaran waktu pada pihak terutang dan bila perlu
mengurangi beban- utangnya.
c. Menerima pengembalian barang yang telah dibeli. d. Membayar utang
sebelum penagihan datang.
d. Adanya sikap kesukarelaan antara kedua belah pihak yang melakukan
transaksi, kerja sama atau perjanjian bisnis.
e. Adanya sikap ramah, toleran, baik dalam menjual, membeli dan menagih
utang.
f. Jujur dalam setiap proses transaksi bisnis.
g. Memenuhi perjanjian atau transaksi bisnis.80
setiap perdagangan, Islam sangat menekankan pada pentingnya penegakan
pada ukuran takaran dan timbangan secara adil dan benar agar tidak ada pihak yang
80 Sri Nawatmi, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam,Hlm 57-58
53
dirugikan. Diantara prinsip perdagangan dalam Islam adalah jujur dan adil.Islam
mengajarkan setiap Muslim melakukan kegiatan produksi maupun perdagangan
agar bersikap jujur dan adil terhadap sesama. Sikap ini akan tertanam dengan
adanya keharusan untuk memenuhi takaran dan timbangan.81Dalam Al-Qur’an
Allah telah menggariskan bahwa setiap Muslim harus menyempurnakan takaran
dan timbangan secara adil. Dalam Al –Qur’an surah Al-Isra’ (17) : 35
ذلك م وزنوابالقسطاس المستقيم وأوفواالكيل اذاكلت
خيروأحسن تأويلاا
Artinya :
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan tmbanglah neraca
dengan benar, itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.82
Ayat tersebut dapat dipahami bahwa umat Islam memiliki kitab suci al-
Qur’an sebagai pedoman dalam hidup, karena itulah kita harus percaya pada ayat
al-Qur’an termasuk ayat yang menganjurkan kita untuk selalu bersikap jujur, adil,
terbuka dan tidak berdusta. Terkait hal ini peneliti melakukan wawancara kepada
salah satu pedagang sembako yang ada di pasar Mendahara Ilir.
Adapun wawancara pedagang sembako yang bernama sobri, yang telah
berdagang selama 10 tahun lamanya, menyatakan bahwa:
“Kalau timbangan yang benar dalam ajaran Islam itu saya belum paham dek, yang
penting sudah saya timbang kalau sudah pas timbangannya saya lihat berarti sudah
benar timbangannya, timbangan yang saya gunakan ini timbangan saya sendiri,
81Rozalinda, Ekonomi Islam (Teori Dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi), 2014,
Jakarta : Rajawali Pers, hlm 184-185 82Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya:Q.S Al-Isra’ (17) : 35, Semarang
, CV Mikraj Khazanah Ilmu, 2011, Hlm144
54
tidak sering saya ganti dikarenakan memang timbangan yang saya pakai tahan lama
dan tidak mudah rusak”83.
Adapun wawancara pedagang sembako yang bernama sobri, yang telah
berdagang selama 10 tahun lamanya, menyatakan bahwa:
“Kalau timbangan yang benar dalam ajaran Islam itu saya belum paham dek, yang
penting sudah saya timbang kalau sudah pas timbangannya saya lihat berarti sudah
benar timbangannya, timbangan yang saya gunakan ini timbangan saya sendiri,
tidak sering saya ganti dikarenakan memang timbangan yang saya pakai tahan lama
dan tidak mudah rusak”84.
Ada juga pernyataan pedagang sembako yang bernama Ibu Wati yang
menyatakan bahwa:
“Saya disini berjualan sudah 7 tahun, selama berjualan kadang untung kadang juga
rugi, biasanya kalau menimbang barang terkadang timbanganyang saya pakai ini
kadang-kadang tidak pas akurasinya, terkadangbeberapa kali saya timbang ulang
baru pas timbangannya, timbangan yang saya pakai ini timbangan sendiri, kalau
masalah timbangan yang benar dalam Etika Islam itu saya kurang tahu karena
lemahnya pendidikan sewaktu kecil.”85
Berdasarkan hasil temuan peneliti, dari pemaparan di atas ternyata sebagian
pedagang sembako yang berjualan di pasar Mendahara Ilir masih banyak
melakukan kecurangan dalam memanipulasi takaran dan timbangan tersebut.
Dikarenakan kurangnya pendidikan sewaktu kecil tingkat pemahaman pedagang
terhadapat bagaimana cara berdagang dengan menggunakan timbangan yang baik
dan benar berdasarkan etika bisnis islam tidak diterapkan dalam berdagang
sembako.Ada juga sebagian yang melakukan kecurangan pada timbangannya
dengan menggunakan timbangan yang sudah tidak layak digunakan lagi
dikarenakan jarum timbanganya sudah tidak akurat.Mekanisme jual beli seperti
83 Wawancara dengan bapak Sobri sebagai pedagang sembako di pasar Mendahara Ilir 84 Wawancara dengan bapak Sobri sebagai pedagang sembako di pasar Mendahara Ilir 85 Wawancara dengan Ibu Wati sebagai pedagang sembako di pasar Mendahara Ilir
55
yang dikemukakan tersebut dapat menimbulkan kecurangan diantaranya dalam hal
kesesuaian timbangan dimana timbangan yang harusnya 100kg tetapi setelah
ditimbang ulang ternyata hanya 90kg. Sedangkan Islam menganjurkan untuk
bermu’amalah sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang telah ditentukan.
Fiman Allah Swt, di dalam al-Qur’an Surah An-Nahl [16]: 105
Terjemahnya :
Sesungguhnya yang mengadakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak
beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang- orang pendusta.86
Adapun wawancara pedagang sembako yang bernama Ibu Masnah, yang
telah berjualan kurang lebih 4 tahun, menyataka bahwa :
“Saya berjualan sembako sesuai dengan harga di pasaran.Timbangan yang saya
gunakan adalah timbangan manual dan timbangan itu timbangan saya sendiri,
timbangan yang sesuai dengan etika bisnis islam saya kurang memahami hanya saja
saya berjualan sesuai dengan takaran yang ada di timbangan”.87
Pedagang sembako lainya Ibu Yuyun :
“Selama saya berjualan banyak suka duka yang saya alami.Untung rugi itu sudah
hal yang biasa, seperti inilah resiko yang dialami pedagang sembako seperti
saya.Saya menjual sembako sudah 10 tahun lamanya.Takaran yang saya gunakan
milik sendiri bukan dari pemerintah.Harga yang saya pasarkan sama dengan harga
pedagang lainnya”.88
Dari pemaparan di atas peneliti menyatakan bahwa ternyata para pedagang
khususnya pedagang sembako yang berjualan di pasar Mendahara Ilir masih banyak
86Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya:Q.S, Semarang An-Nahl (16) :
105, CV Mikraj Khazanah Ilmu, 2011, Hlm 141 87Wawancara dengan Ibu Masnah sebagai pedagang sembako di pasar Mendahara Ilir 88Wawancara dengan Ibu Yuyun sebagai pedagang sembako di pasar Mendahara Ilir
56
melakukan kecurangan dalam memanipulasi takaran dan timbangan tersebut.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan sejak mengadakan penelitian tentang
takaran dan timbagan pedagang sembako memang tidak sesuai dengan takaran yang
sebenarnya. Dikatakan demikian, karena ketika peneliti selesai melakukan
wawancara kepada penjual terigu, peneliti juga membeli sembako cabai 1 kg yang
dijualnya untuk mencoba menakar dan menimbang kembali terigu tersebut.
Ternyata, tidak sesuai dengan takaran yang sebenarnya.
Alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur sesuatu, dengan alat
ini dapat membandingkan atau mengetahui berat dan bobot suatu barang yang
diukur. Islam mengajarkan jual beli dengan ukuran dan takaran yang benar, sesuai
dengan perintah Allah bahwa sempurnakanlah takaran dan timbangan dan
janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya,
dengan tujuan agar kedua pihak sama-sama rela, senang dan tidak ada yang
dirugikan (penjual dan pembeli).
Fiman Allah Swt, di dalam al-Qur’an Surah Hud (11) : 84-85
57
Artinya :
84. dan kepada (penduduk) Mad-yan (kami utus) saudara mereka, Syu'aib. ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain
Dia. dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, Sesungguhnya aku
melihat kamu dalam Keadaan yang baik (mampu) dan Sesungguhnya aku khawatir
terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)."
85. dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan
dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka
dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat
kerusakan.89
Sesungguhnya Allah SWT telah menganjurkan kepada seluruh umat
manusia pada umumnya, dan kepada para pedagang khususnya untuk berlaku jujur
dalam menimbang, menakar dan mengukur barang dagangan. Penyimpangan dalam
menimbang, menakar dan mengukur yang merupakan wujud kecurangan dalam
perdagangan, sekalipun tidak begitu Nampak kerugian dan kerusakan yang
diakibatkannya pada manusia ketimbang tindak kejahatan yang lebih besar, Tindak
penyimpangan atau kecurangan menimbang, menakar dan mengukur dalam dunia
perdagangan, merupakan suatu perbuatan yang sangat keji dan culas, lantaran
tindak kejahatan tersebut bersembunyi pada hukum dagang yang telah disahkan
baik oleh pemerintah maupun masyarakat, atau mengatasnamakan jual beli suka
sama suka, yang juga telah disahkan oleh agamaseperti, perampokan, perampasan,
pencurian yang lainnya.Allah SWT dan Rasulullah SAW mengharamkan
89Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya:Q.S, Semarang Huud (11) : 84-
85 , CV Mikraj Khazanah Ilmu, 2011, Hlm 117
58
kebiasaaan meakukan kecurangan dalam menimbang, menakar dan mengukur,
dalam dunia perdagangan. Karena akan menjadi cikal bakal dari bentuk kejahatan
lain yang lebih besar.90
Ada juga yang peneliti temukan pedagang sembako yang bersifat jujur pada
timbangannya bernama Bapak Sulaiman :
“Saya berjualan di Pasar ini sudah lama sekitar 25 tahun dari bujangan sudah
berjualan bersama orang tua, kalo masalah etika timbangan dalam berdagang
InsyaAllah saya berdagang menggunakan timbangan dengan baik, dikarenakan
setiap penimbangan, timbangan yang saya gunakan saya perlihatkan kepada
pembeli, agar pembeli percaya sama kita dan langganan juga tidak lari, prinsip yang
diteggakkan dalam berdagang yaitu kejujuran, dengan kejujuran pelanggan akan
setia dan keuntungan yang didapat juga akan besar”.91
Namun setelah peneliti melakukan transaksi dalam timbangan (membeli)
untuk melihat kebenarantimbangan yang gunakan oleh beberapa pedagang di pasar
Mendahara Ilir peneliti melakukan uji coba dengan cara membeli sembako pada
pedagang tersebut kemudian menimbang kembali sembako yang telah dibeli
dirumah dengan menggunakan timbangan yang ada di rumah, ternyata dari uji
cobatersebut ditemukan bahwa pedagang yang memakai timbangan di pasar
Mendahara Ilir sudah cukup baik, ada pedagang yang saat menimbang dagangannya
sudah benar namun ada juga yang tidak, ada juga yang memakai dua timbangan
sekaligus bahkan ada beberapa pedagang sembako yang timbangannya
kelihatannya sudah tidak layak pakai sehingga ini bisa merugikan konsumen dan
peneliti juga melihat para pedagang sembako ini melakukan jual belinya dengan
90 Skripsi, Cahya Arynagar, Analisis Tingkat Kecurangan Dalam Timbangan Bagi
Pedagang Sembako Dalam Tinjauan Ekonomi Islam Di Pasar Pettarani Kota Makassar, Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2018, hlm 53 91 Wawancara dengan Ibu Hj. Wati sebagai pedagang sembako di pasar Mendahara Ilir
59
asal menimbang, mereka hanya asal menimbang tanpa memperdulikan keakuratan
dan kesesuaian barang yang mereka timbang sehingga dapat merugikan konsumen
atau pembeli. Hal inilah yang menjadi faktor motivasi utama para pedagang yang
ingin memperoleh keuntungan sebanyak mungkin dan cenderung mengabaikan
motivasi utama dalam berdagang yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat dan
memberikan kepuasan dalam hal ini adalah konsumen, sehingga konsumen hanya
dianggap sebagai ladang penghasil uang bukan sebagai mitra bisnis yang
seharusnya kedua belah pihak baik penjual maupun pembeli memperoleh
keuntungan yang sama bukan justru saling merugikan. Tingkat kecurangan yang
dilakukan oleh pedagang terigu yang berjualan di pasar Mendahara Ilir hanya
sebatas menginginkan keuntungan yang banyak tanpa mempertimbangkan
kerugian konsumen. Jika dilihat secara kasat mata, pedagang tersebut mendapatkan
banyak keuntungan, akan tetapi jika dilihat secara Islami hanya kerugian yang
didapatkan, karena melakukan berbagai kecurangan. Hal ini juga tidak sesuai
dengan tuntunan ajaran Islam dan perbuatan tersebut dilarang dalam agama Islam.
Fiman Allah Swt, di dalam al-Qur’an Surah Al-Anfal (8) : 27
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.92
92Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya:Q.S, Semarang Surah Al-Anfal
(8) : 27, CV Mikraj Khazanah Ilmu, 2011, Hlm 91
60
Perdagangan yang islami adalah perdagangan yang dilandasi oleh nilai-
nilai dan etika yang bersumber dari nilai-nilai dasar agama yang menjunjung tinggi
tentang kejujuran dan keadilan.Muhammad Saw dalam ajarannya
meletakkankeadilan dan kejujuran sebagai prinsip dalam perdagangan-
perdagangan yang adil dalam konsep Islam adalah perdagangan yang tidak
menzalimi dan dizalami.93
Perdagangan yang dilakukan atas dasar prinsip kejujuran, yaitu yang
didasarkan pada sistem nilai yang bersumber dari agama Islam dan aspek spiritual
yang senantiasa melekat pada praktek-praktek pelaksanaannya, maka usaha
perdagangan yang terjadi akan mendatangkan keuntungan kepada semua pihak
yangterlibat. Akan tetapi perdagangan yang dilakukan dengan cara yang tidak jujur,
di mana mengandung unsur penipuan (gharar), maka akan ada pihak yang
dirugikan, dan praktek-praktek lain yang sejenis jelas merupakan hal-hal yang
dilarang dalam Islam. Dalam bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata
shiddiq yang artinya benar, dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur adalah
perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur adalah lawan kata dari
kidzb (bohong atau dusta).Dengan demikian, jujur berarti keselarasan antara berita
dengan kenyataan yang ada.Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang
ada, maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta.Sifat
jujur merupakan sifat para nabi dan rasul yang diturunkan oleh Allah SWT dengan
membawa cahaya penerang bagi umat di zamannya masing-masing.Nabi dan rasul
93 Musfira Akbar, dkk, Analisis Tingkat Kecurangan Dalam Takaran Dan Timbangan Bagi
Pedagang Terigu (Studi Kasus Di Pasar Sentral Maros), Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN Alauddin
Makassar, hlm 6-7
61
datang dengan metode (syariah) yang bermacam-macam, tetapi sama-sama
menjunjung tinggi nilai- nilai kejujuran.94
Dalam melakukan transaksi perdagangan, Allah memerintahkan agar
manusia melakukan dengan jujur dan adil. Tata tertib perniagaan ini dijelaskan oleh
Allah seperti tercantum dalam QS Al-Syu‟ara (26): 181-184 :
Artinya :
181.sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu Termasuk orang- orang yang
merugikan;
182. dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.
183. dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah
kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.
184.dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat
yang dahulu.95
B. Pengaruh Yang Diperoleh Masyarakat Terkait Penerapan Penggunaan
Timbangan Sembako Dalam Jual Beli Ditinjau Dari Etika Bisnis Islam Di
Pasar Mendahara Ilir Kab. Tanjabtim
Pasar adalah tempat yang mempunyai aturan yang disipkapkan untuk tukar
menukar hak milik dan menukar barang antara produsendan konsumen. Dipasar
94Muhammad Nizar, Prinsip Kejujuran Dalam Perdagangan Versi Islam, Jurnal Istiqro :
Jurnal Hukum Islam, Ekonomi Dan Bisnis Vol.4 / No.1: 94-102, Januari 2018, ISSN : 2599-3348
(Online) ISSN : 2460-0083 (Cetak), Hlm 94-95
95Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya:Q.S, Semarang Surah Al-
Syu‟ara (26): 181-184, CV Mikraj Khazanah Ilmu, 2011, Hlm 188-189
62
orang bisa mendapatkan kebutuhannya dan tidak ada orang yang tidak memerlukan
pasar.96
Pasar yang selama ini berkembang khususnya di Indonesia hanya tertuju
pada upaya pemaksimalan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya semata dan
cenderung terfokus pada kepentingan sepihak.Sistem tersebut nampaknya kurang
tepat dengan sistem ekonomi syariah yang menekankan konsep manfaat yang lebih
luas pada kegiatan ekonomi termasuk didalamnya mekanisme pasar dan pada setiap
kegiatan ekonomi itu mengacu kepada konsep maslahat dan menjunjung tinggi
asas-asas keadilan. Selain itu pula, menekankan bahwa pelakunya selalu
menjunjung tinggi etika dan norma hukumdalam kegiatan ekonomi. Realisasi dari
konsep syariah itu memiliki tiga ciri yang mendasar yaitu prinsip keadilan,
menghindari kegiatan yang dilarang dan memperhatikan aspek kemanfaatan.Ketiga
prinsip tersebut berorientasi pada terciptanya sistem ekonomi yang seimbang yaitu
keseimbangan antara memaksimalkan keuntungan dan pemenuhan prinsip syariah
yang menjadi hal mendasar dalam kegiatan pasar.97
Fiman Allah Swt, di dalam al-Qur’an Surah Al-Ma’idah (5) : 8
96Jaribah Bin Ahmad Al- Haristi, Fikih Ekonomi Umar Bin Al- Khathab, 2014, Jakarta
Timur : Pustaka Al- Kautsar, Hlm 600 97Ain Rahmi, Mekanisme Pasar Dalam Islam, Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan
2015, Vol. 4, No. 2, 177-192, hlm 178-179
63
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah SWT, menjadi saksi dengan adil.Dan
janganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap suatu kamu mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil.Berlaku adillah karena adil lebih dekat dengan takwa.98
Islam sangat menekankan terciptanya pasar bebas dan kompetitif dalam
transaksi jual beli, tetapi semua bentuk kegiatan jual beli itu harus berjalan di bawah
prinsip keadilan dan mencegah kezaliman, misalnya menimbun barang yang tidak
ada gunanya, melakukan transaksi yang curang seperti menambah atau mengurangi
takaran atau ukuran demikian telah melanggar prinsip jual beli. Pentingnya pasar
sebagai wadah aktifitas tempat jual beli tidak hanya dari fungsinya secara fisik,
namun aturan, norma dan yang terkait dengan masalah pasar. Dengan fungsi
tersebut, pasar jadi rentan dengan sejumlah kecurangan dan juga perbuatan
ketidakadilan yang menzalimi pihak lain. Karena peran pasar rentan dengan hal-hal
yang dzalim, maka pasar tidak terlepas dengan sejumlah aturan syariat, yang antara
lain terkait dengan pembentukan harga dan terjadinya transaksi di pasar.99
98Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya:Q.S, Semarang Surah Al-
Maidah (5) : 8, CV Mikraj Khazanah Ilmu, 2011, Hlm 55 99Skripsi, Muh. Ihsan, Analisis Pelaksanaan Penimbangan Sembako Dalam Jual Beli
Perspektif Ekonomi Islam Di Pasar Soppeng Kabupaten Soppeng, UIN Alauddin Makassar, 2018,
hlm 56
64
Namun pada pelaksanaannya masih terdapat kecurangan yang dilakukan
oleh beberapa pedagang yang mana tentunya perngaruh kepada kemaslahatan umat
dan juga berdampak kepada pedagang tersebut, yaitu diantaranya :
1. Pembeli sudah tidak percaya lagi kepada pedagang yang berjualan di
pasar karena mereka selalu di zalimi khususnya dalam penimbangan
sembako.
2.Pembeli merasa cemas karena masih ada beberapa pedagang yang
melakukan penimbangan yang curang dan tidak memenuhi syariat Islam.
Dari dampak yang disebabkan tersebut, tentunya juga berdampak pada
beberapa pedagang lain karena secara tidak langsung mereka juga kena imbasnya,
mungkin ada beberapa pedagang yang jujur dalam menimbang sembako tapi
dikarenakan adanya pedagang yang bebuat curang mereka juga menjadi korban,
tentunya dalam hal ini masyarakat juga menginginkan yang namanya keadilan dan
kejujuran dalam pelaksanaan jual beli khususnya sembako karena konsumen atau
masyarakat lah yang menjadi prioritas utama terciptanya keadilan dalam jual beli,
transaksi jual beli akan terasa nikmat jika pedagang dan konsumen bisa merasakan
keadilan dan kejujuran sehingga tidak ada satupun pihak yang dirugikan dan itu
sudah dijelaskan dalam ajaran Islam.100
Selain dari penelusuran yang dilakukan peneliti terhadap pedagang, peneliti
juga mewawancarai beberapa pembeli, diantara merekamengaku pernah bahkan
100 Skripsi, Muh. Ihsan, Analisis Pelaksanaan Penimbangan Sembako Dalam Jual Beli
Perspektif Ekonomi Islam Di Pasar Soppeng Kabupaten Soppeng, UIN Alauddin Makassar, 2018,
hlm 57
65
sering mendapati transaksi yang merugikan mereka. Namun penulis hanya
merangkum beberapa hasil wawancara saja karena hasil wawancara yang penulis
dapatkan umumnya memiliki jawaban yang sama.
Salah seorang pembeli, Ibu Erna mengungkapkan bahwa:
“Jika ditanya puasa atau tidaknya, terkadang puas terkadang juga malah apes,
pedagang menimbang barang dagangannya menggunakan timbangan yang ada
didepannya dan tidak memperlihatkan kepada pembeli apakah timbangan tersebut
sudah pas atau belum. Saya pernah mengalami kecurangan dalam bentuk takaran
dan timbangan ketika saya membeli barang barang sembako di pasar Mendahara
Ilir.Tapi tidak saya beri tahu langsung sama penjualnya karena jangan sampai
penjualnya merasa tersinggung”.101
Berdasarkan wawancara pembeli di atas peneliti menyatakan bahwa
pembeli tidak merasa puas terhadap pelayanan pedagang yang memperlihatkan
timbanganya kepada pembeli.Sebagian pedagang sembako masih sering melakukan
kecurangan-kecurangan kepada pembeli.Etika bisnis Islam melarang adanya
manipulasi dalam timbangan yang sudah jelas merugikan orang lain, Pedagang
hanya mementingkan keuntungan dan merugikan para pembeli.
Pembeli lain, Ibu dewi mengungkapkan bahwa :
“Pedagang tidak memberi informasi tentang daganganya, hanya saja pedagang
berkata “kalau harga cabai nya sama seperti harga cabai di Jambi”. Saya pernah
membeli sembako di salah satu penjual di pasar Mendahara Ilir, saya membeli cabai
sebanyak 1 kg, tetapi pada saat sampai dirumah saya mencoba untuk menimbang
ulang cabai tersebut, ternyata timbangannya kurang”.102
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Fatimah bahwa:
“Saya sering berbelanja di pasar Mendahara Ilir dengan membeli sembako
diantaranya beras, gula, terigu, bawang, kacang-kacangan dan sebagainya.Saya
berkeliling di pasar tersebut untuk membeli barang-barang tersebut, namun ada
beberapa penjual yang saya singgahi untuk membeli barang tersebut, saya melihat
barang yang saya beli ditimbang dengan timbangan yang sudah tidak layak pakai
101 Wawancara dengan Ibu Erna, sebagai pembeli di pasar Mendahara Ilir 102 Wawancara dengan Ibu Dewi, sebagai pembeli di pasar Mendahara Ilir
66
ada juga pedagang yang menggunakan dua timbangan.Dari situ saya bisa
menyimpulkan bahwa timbangan yang mereka pakai sudah tidak layak dan tidak
sesuai dengan timbangan yang sebenarnya”.103
Pembeli lainnya, Ibu Ani mengatakan bahwa :
“Manipulasi yang dilakukan dalam penimbangan adalah dengan caralangsung
menembak berat sembako pada saat proses penimbangan dilakukan tanpa
menunggu jarum timbangan tersebut berada pada titik seimbang. Disitulah sering
terjadi pengurangan dalam timbangan sembako.104
Dari hasil wawancara dari ke tiga pembeli tersebut, maka peneliti dapat
menganalisis bahwa pedagang sembako di pasar Mendahara Ilir sebagian besar
belum menerapkan etika bisnis Islam.Sebagian pedagang sembako masih sering
melakukan kecurangan-kecurangan kepada pembeli. Tingkat kecenderungan para
pedagang sembako di pasar Mendahara Ilir dalam melakukan kecurangan
disebabkan karena tidak ingin mengalami kerugian dalam bertransaksi sekalipun
hal tersebut merugikan orang lain.Ada beberapa bentuk kecurangan disetiap
transaksi yang seringkali terjadi dan saya sebagai peneliti merasakan hal
tersebut.Seperti timbangan yang seringkali tidak sesuai dengan takaran dan
timbangan yang mereka gunakan sudah tidak layak pakai.Tingkat kecurangan yang
dilakukan oleh pedagang sembako yang berjualan di pasar Mendahara Ilir hanya
sebatas menginginkan keuntungan yang banyak tanpa mempertimbangkan
kerugian konsumen. Jika dilihat dari kasat mata, pedagang tersebut mendapatkan
banyak keuntungan, akan tetapi jika dilihat secara Islami hanya kerugian yang
didapatkan, karena melakukan berbagai kecurangan. Hal ini juga tidak sesuai
dengan tuntunan ajaran Islam dan perbuatan tersebut dilarang dalam agama Islam.
103Wawancara dengan Ibu Fatimah,sebagai pembeli di pasar Mendahara Ilir 104Wawancara dengan Ibu Ani,sebagai pembeli di pasar Mendahara Ilir
67
Salah seorang pembeli, ibu Hj. Lifa mengungkapkan bahwa:
“Saya pernah mengalami kecurangan dalam bentuk takaran dan timbangan ketika
saya membeli sembako di pasar Mendahara Ilir. Tetapi saya tidak pernah
mengungkapkan langsung di depan penjual”.105
Pembeli lainnya, Ibu Lilis mengungkapkan bahwa :
“Dari sekian kegiatan pembelian yang saya lakukan, saya pernah dirugikan oleh
pedagang sembako di pasar Mendahara Ilir.Saya pernah membeli bawang merah
pada salah satu pedagang sembako dalam ukuran kilo, pada saat ditimbang memang
ukurannya pas tapi saat tiba di rumah saya timbang ulang ternyata timbangannya
kurang tidak sesuai dengan timbangan dipasa”.106
Dari hasil wawancara kepada pembeli, maka peneliti dapat menyampaikan
analisis bahwa pedagang sembako di pasar Mendahara Ilir.Sebagian besar belum
menerapkan perdagangan yang Islami.Sebagian pedagang sembako masih sering
melakukan kecurangan-kecurangan kepada pembeli. Tingkat kecenderungan para
pedagang sembako di pasar Mendahara Ilir dalam melakukan kecurangan
disebabkan karena tidak ingin mengalami kerugian dalam bertransaksi sekalipun
hal tersebut merugikan orang lain.
105Wawancara dengan Ibu Hj. Lifa ,sebagai pembeli di pasar Mendahara Ilir 106Wawancara dengan Ibu Lilis ,sebagai pembeli di pasar Mendahara Ilir
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis yang peneliti kemukakan dalam bab-
bab sebelumnya, maka peneliti menarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Sebagian besar pedagang sembako yang ada di pasar Mendahara Ilir dalam
pelaksanaan penimbangannya belum menjalankan atau mematuhi aturan
tentang timbangan yang benar. kurang memahami bahkan mengenai
timbangan yang benar dalam Konsep Etika Bisnis Islam, dan kurang nya
pendidikan yang dimiliki pedagang sembako, Hal ini juga terkait karena
pedagang sembako menggunakan dua timbangan dan juga menggunakan
timbangan yang sudah tidak layak. Para pedagang hanya mementingkan
keuntungan belaka dan mengesampingkan masalah etika sehingga
mengabaikan tanggungjawab sebagai pedagang dan merugikan pembeli
ataupun pedagang lainnya. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.
2. Pembeli merasa cemas karena masih ada beberapa pedagang yang
melakukan penimbangan yang curang dan tidak memenuhi syariat
Islam.Pembeli sudah tidak percaya lagi kepada pedagang yang berjualan di
pasar karena mereka selalu di zalimi khususnya dalam penimbangan
sembako.
69
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti dapat memberikan saran terhadap
apa yang menjadi permasalahan dalam pembahasan skripsi ini :
1. Prinsip kejujuran yang harus diutamakan dalam berdagang sembako,
pedagang sembako harus lebih memperhatikan etika dalam berdagang
sehingga tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan sehingga bisa
menciptakan perdagangan yang sehat, dan di harapkan pedagang harus
selalu ingat bahwa akibat dari perbuatan curang dalam menimbang akan
mendapatkan balasan dari Allah SWT di hari akhirat nanti. Dan kecurangan
yang terjadi ini didasari oleh ketidakpahaman atau kurangnya pengetahuan
tentang etika dalam berdagang, maka disarankan untuk para pedagang
diberikan beberapa pendidikan, pelatihan dan sosialisasi khusus tentang
etika dalam berdagang berdasarkan syariat Islam.
2. Untuk pihak pembeli yang menjadi bagian proses dalam jual beli sembako,
terutama dalam perdagangan yang menggunakan timbangan, sebaiknya
cermati timbangan yang digunakan oleh penjual sembako, alangkah baiknya
jika pembeli membeli atau bertransaksi dengan pedagang yang sudah
menjadi langganan yang telah dipercayai agar tidak terjadi kecurangan
dalam timbangan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Al-Quran dan terjemahannya.
Abdullah Yatimin, Pengantar Studi Etika, 2006, Jakarta : Rajagrafindo Persada
Aedy Hasan, Teori Dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, 2011, Bandung : Alfabeta
Afandi, Yazid. 2009. Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Logung Pustaka.
Ahmad Al- Haristi BinJaribah, Fikih Ekonomi Umar Bin Al- Khathab, 2014,
Jakarta Timur : Pustaka Al- Kautsar
Ahmad Mudjab Mahalf dan Ahmad Rodh Hasbulloh, Hadis-hadis Muttafaq ‘Alaih,
(Jakarta: Kencana, 2004), Edisi Pertama
Alma Buchari, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, 2003, Bandung : Cv Alfabeta
Amir, Amri dkk. 2009. Metode Penelitian Ekonomi dan Penerapannya. Bogor: IPB
PRESS.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Baida Nashruddin, Dkk, Etika Islam Dalam Berbisnis, 2014, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Beekun Rafiq Issa, Etika Bisnis Islam, 2004, Yogyakarta : Pustaka Belajar
ClaudhyMuhammad Sharif, Sistem Ekonomi Islam, Perinsip Dasar ( Fundamental
Of Islamic Economic System), 2012, Jakarta, Kencana Prenada Media
Group
Hakim Lukman, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, 2012, Jakarta : erlangga Ismail , Perbankan Syariah, 2017, Jakarta : kencana
J. Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Karim Adiwarman, Ekonomi Mikro Islam, 2014, Jakarta : Rajawali Pers
Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya: Semarang, CV Mikraj Khazanah
Ilmu
Muhamad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif
(Dilengkapi dengan Contoh-contoh Aplikasi: Proposal Penelitian dan
Laporannya). Jakarta: Rajawali Pers.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi
Aksara.
Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam dalam Perkembangan, Bandung:
Mandar Maju, 2002
Rivai Veithzal, Dkk, Islamic Economic, 2013, Jakarta : Pt Bumi Aksara
Rozalinda, Ekonomi Islam ( Teori Dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi), 2014,
Jakarta : Rajawali Pers
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R & D. Bandung:
Alfabeta
B. Jurnal dan Penelitian
Amalia Fitri, Etika Bisnis Islam : Konsep Dan Implementasi Pada Pelaku Isaha
Kecil, 20 Nopember 2013, FEB UIN Syarifhidayatullah, Jakarta
Baidowi Aris, Etika Bisnis Perspektif Islam, Jurnal Hukum Islam (JHI) Volume 9,
Nomor 2, Desember 2011 (239-250) Http: E-Journal.Stain-
Pekalongan.Ac.Id/Index.Php/Jhi ISSN (P): 1829-7382
Heryana Agus, Naskah Ajaran Islam Dalam Pencak Silat Ameng Timbangan
Manuscript Of Islamic Teachings In Pencak Silat Ameng Timbangan
Ja'far Khumedi, Perlindungan Konsumen Dalam Perspektif Hukum Bisnis Islam,
ASAS, Vol.6, No.1, Januari 2014
Muhammad, Etika Bisnis Dalam Islam (Studi Kasus Di Pasar Grong-Grong
Kabupaten Pidie, Aceh), TAHQIQA, Vol.10, No. 2, Juli 2016
Nizar Muhammad, Prinsip Kejujuran Dalam Perdagangan Versi Islam, Jurnal
Istiqro : Jurnal Hukum Islam, Ekonomi Dan Bisnis Vol.4 / No.1: 94-102,
Januari 2018, ISSN : 2599-3348 (Online) ISSN : 2460-0083 (Cetak)
Nurhayati Siti Fatimah, Pengelolaan Pasar Tradisional Berbasis Musyawarah
Untuk Mufakat, Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 18, Nomor
1, Juni 2014
Rahmi Ain, Mekanisme Pasar dalam Islam, Jurnal Ekonomi Bisnis dan
Kewirausahaan, 2015, Vol. 4, No. 2, 177-192
Sholihah Fuzi Marati, Teknik Kalibrasi Timbangan Elektronik Menggunakan
Metode Csiro, Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Soerjo
Ngawi, Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 2 No. 2 November 2016, (p-ISSN
2460-9986), (e-ISSN 2476-9436)
Sri Nawatmi, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam,Vol. 9, No.1, Fokus Ekonomi
(Fe), April 2010, Issn: 1412-3851 50
Syaifullah , Etika Jual Beli Dalam Islam, Vol. 11, No. 2, Desember 2014: 371-387
Wahyudi, Dkk, Perbandingan Nilai Ukur Sensor Load Cell Pada Alat Penyortir
Buah Otomatis Terhadap Timbangan Manual, Jurnal Elkomika, Vol. 5 | No.
2 | Halaman 207 – 220, Juli - Desember 2017, ISSN (P): 2338-8323, ISSN
(E): 2459-9638 , Hlm 2 (Akses Pada 28 Feberuari 2019)
C. Sumber Internet
http://scdc.binus.ac.akses pada 26 Desember 2018.
http://eprints .walisongo.ac.id.akses pada 15 Februari 2019
https://www.berbagaireviews.com. akses 16 Februari 2019
http://www.timbanganindonesia.com. Akses 28 Februari 2019
http://www.academia.edu. Akses 14 Juli 2019
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
A. Pedagang Sembako
1 Sudah berapa lama bapak/ibu berjualan ?
2 Apakah bapak/ibu paham tentang timbangan yang benar dalam etika
bisnisIslam ?
3 Apa tolak ukur bapak/ibu dalam menimbang barang dagangan ?
4 Jenis timbangan apa yang bapak/ibu gunakan ?
5 Apakah bapak/ibu mengetahui tentang etika bisnis Islam dalam
berdagang ?
6 Bagaimana pendapat bapak/ibu apakah etika bisnis Islam perlu
diterapkan dalam berdagang ?
7 Apakah menurut bapak/ibu penerapan etika bisnis dalam berdagang
dapat mendapatkan keuntungan ?
8 Apakah bapak/ibu pernah memperlihatkan bagaimana cara pedagang
sembako menyempurnakan timbangannya ?
9 Apakah bapak/ibu mengetahui hukum mengurangi timbangan dalam
berdagang?
B. Pembeli
1 Apakah bapak/ibu puas dengan pelayanan pedagang dalam melakukan
penimbangan ?
2 Apakah pedagang sembako memperlihatkan kepada anda cara
menimbang barang yang akan dibeli ?
3 Apakah bapak/ibu pernah melihat bagaimana cara pedagang cara
pedagang smbako menyempurnakan takaran atau timbangan barang
dagangannya ?
4 Apakah bapak/ibu puas dengan transparansi pedagang dalam
menimbang barang dagangan ?
5 Apakah pedagang sembako memberikan informasi tentang barang yang
akan bapak/ibubeli ?
6 Bagaimana tanggapan bapak/ibu tentang pengurangan timbangan ?
7 Apakah bapak/ibu pernah membeli barang dengan hasil timbangan yang
tidak sesuai ?
8 Apa pengaruh yang diperoleh masyarakat terkait penerapan penggunaan
timbangan ?
LAMPIRAN
Dokumentasi : foto bersama salah satu karyawan di kantor Lurah Mendahara Ilir
Dukumentasi : pasar Mendahara Ilir Ka. Tanjabtim
Dokumentasi : wawancara dengan Bapak Sobri pedagang di Pasar Mendaha Ilir
Dokumentasi : wawancara dengan Ibu Wati pedagang pasar Mendahara Ilir
Wawancara dengan pembeli di pasar Mendahara Ilir
DAFTAR RIWAYAT
(CURRICULUM VITAE)
Nama : Siti Jusnawati
Tempat/Tgl Lahir : Mendahara Tengah/10 Agustus1997
Email/Surel : [email protected]
No. Kontak/HP : 0813-6670-5337
Alamat : Perum Aurduri No 5, Kel.Penyengat Rendah, Telanaipura
Pendidikan Formal:
1. SD Negeri No. 126/X Kota Jambi 2003-2009
2. MTs. As’ad Seberang Kota Jambi 2009-2012
3. MAN 3 Kota Jambi 2012-2015
4. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2015-2019
Pengalaman Organisasi:
1. KSEI (Kelompok Studi Ekonomi Islam)
2. Pengurus KSEI Al-Fath FEBI Bidang Kajian dan Ilmi Tahun 2017 dan 2018
Motto Hidup: Never say Never
Jambi, September 2019
Siti Jusnawati
NIM: EES.150871