ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG 100% …/Analisis...i analisis pengendalian kualitas...
-
Upload
nguyenhanh -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
Transcript of ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG 100% …/Analisis...i analisis pengendalian kualitas...
i
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG
100% RAYON DENGAN METODE C-CHART
PADA PT. ADIKENCANA MAHKOTABUANA KARANGANYAR
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat - syarat Mencapai Sebutan Ahli Madya
Program Studi D3 Manajemen Bisnis
DISUSUN OLEH :
EVY ARI KURNIAWATI
F3509028
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas Akhir Dengan Judul :
“ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG 100%
RAYON DENGAN METODE C-CHART PADA PT. ADIKENCANA
MAHKOTABUANA KARANGANYAR”
Surakarta,
Disetujui dan diterima oleh :
Pembimbing
Deny Dwi Hartomo, SE, M.Si
NIP : 198312102008121002
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan Judul :
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG 100%
RAYON DENGAN METODE C-CHART PADA PT. ADIKENCANA
MAHKOTABUANA KARANGANYAR.
Telah disahkan oleh Tim penguji Tugas Akhir
Program Studi Diploma III Manajemen Bisnis
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Juni 2012
Tim Penguji Tugas Akhir
Deny Dwi Hartomo, SE, M.si ( )
NIP. 198312102008121002 Pembimbing
Dra. Anastasya Riani, S, M.si ( ) NIP. 195903301986012001 Penguji
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
1. Hidup itu ibarat naik gunung, untuk mencapai puncak kita harus melalui
jalan yang terjal bahkan dihadapkan oleh jurang yang teramat dalam.
Layaknya hidup, hidup tak selalu berjalan mulus. Kadang kita dihadapkan
oleh berbagai rintangan untuk mencapai puncak kesuksesan.
2. Pengertian tanpa pengalaman adalah kosong, pengalaman tanpa pengertian
adalah buta.
3. Awalilah dengan sebuah mimpi untuk sebuah rencana menuju pintu
kesuksesan.
Karya ini dipersembahkan kepada:
Ø Papa dan Mama tercinta
Ø Keluargaku tersayang
Ø Para sahabat-sahabat dekatku
Ø Someone
Ø Teman-teman Manajemen Bisnis ‘09
Ø Almamaterku
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kapada ALLAH SWT
yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “ANALISIS PENGENDALIAN
KUALITAS PRODUK BENANG 100% RAYON DENGAN METODE
C-CHART PADA PT. ADIKENCANA MAHKOTABUANA
KARANGANYAR”. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dan
keberhasilan dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan dan
dukungan dari beberapa pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, kepada :
1. Bapak Wisnu Untoro, M.si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Sinto Sunaryo, SE, M.si selaku Ketua Prodi Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Deny Dwi Hartomo, SE, M.si selaku Dosen Pembimbing Tugas
Akhir yang telah banyak membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
4. Hilmar, Pangaribuan. selaku Training Officer PT. Adikencana
Mahkotabuana, yang telah banyak membantu membimbing kami selama
magang.
5. Bapak joko, Ibu Dewi, yang telah banyak membantu dalam memberikan
data-data yang dibutuhkan penulis sebagai bahan penulisan Tugas Akhir
ini.
6. Keluarga tercinta, Mama, Papa dan kakak-kakakku yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta motivasi yang besar, sehingga
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
7. Para sahabat-sahabatku, deedhe, ike, mbak wik, dwi A, gembrot yang
telah banyak memberikan suport dan dukungan dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
vi
8. Untuk someone yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan
selama menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan Tugas Akhir.
10. Teman–teman Manajemen Industri (MI) 2009 terima kasih atas kerjasama
dan kekompakan kalian selama ini.
vii
DAFTAR ISI
‘
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN..................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 5
E. Kerangka Pemikiran ........................................................ 5
F. Metode Penelitian ............................................................ 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pengendalian ................................................. 14
B. Pengertian Kualitas .......................................................... 14
C. Dimensi Kualitas ............................................................. 15
D. Tujuan Penendalian Kualitas........................................... 16
E. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kualitas ............... 17
viii
F. Biaya Kualitas ................................................................. 19
BAB III. PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Sejarah Perusahaan ................................................ 21
2. Visi Misi Perusahaan ............................................. 22
3. Lokasi Perusahaan.................................................. 23
4. Struktur Organisasi ................................................ 24
5. Aspek Personalia .................................................... 29
6. Kesejahteraan Karyawan ........................................ 32
7. Aspek Pemasaran ................................................... 34
8. Aspek Produksi ...................................................... 34
B. Proses Produksi ............................................................. 34
C. Laporan Magang Kerja
1. Pelaksanaan Magang Kerja ................................... 42
2. Kegiatan Magang Kerja ........................................ 43
3. Jam Magang Kerja ................................................ 43
4. Jadwal Kegiatan Magang Kerja ............................ 43
D. Pembahasan Masalah
E. Pengawasan Kualitas .................................................... 45
F. Analisis C-Chart ........................................................... 49
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 64
B. Saran ............................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
3.1 Data Jumlah Karyawan .................................................................... 30
3.2 Data Kerusakan Produk Benang 100% Rayon ................................. 50
3.3 Data Observasi Kerusakan Produk Benang 100% rayon .................. 55
3.4 Data Jenis Kecacatan Produk Benang 100% rayon .......................... 58
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 5
1.2 Bagan C-chart ................................................................................... 11
1.3 Diagram Pareto ................................................................................ 12
1.4 Diagram Sebab Akibat (Fish Bone) .................................................. 13
3.1 Struktur Organisasi ........................................................................... 25
3.2 Alur Pembuatan Benang ................................................................... 35
3.3 Analisis C-Chart dengan POM ......................................................... 53
3.4 Grafik Revisi C-chart ........................................................................ 56
3.5 Diagram Pareto ................................................................................. 59
3.6 Diagram Sebab Akibat ...................................................................... 61
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Surat Keterangan Magang Kerja
Lembar Penilaian
Jadwal Kegiatan Magang Kerja
Surat Pernyataan Tugas Akhir
Data Observasi Kerusakan Benang 100% Rayon dengan menggunakan
POM For Window.
ABSTRAK
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BENANG 100% RAYON DENGAN METODE C-CHART PADA PT. ADIKENCANA
MAHKOTABUANA
EVY ARI KURNIAWATI
F3509028
PT. Adikencana Mahkotabuana kebak kramat, karanganyar merupakan perusahaan yang begerak dibidang textile, yaitu dalam hal pemintalan benang (spinning). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui sebagai berikut : (1) untuk mengetahui batas kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah (LCL) pada diagram peta pengendalian C-chart. (2) Untuk mengetahui jumlah kerusakan dan jenis kerusakan / kecacatan yang terjadi pada produk benang di PT. ADIKENCANA MAHKOTABUANA. (3) untuk mengetahui kerusakan produk benang yang mengalami out of control. (4) untuk mengetahui usaha apa yang sebaiknya dilakukan perusahaan dalam mengurangi kerusakan produk benang. Sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode C-chart. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data jumlah kerusakan benang selama tahun 2011. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan metode C-chart dengan batas pengendalian atas (UCL) dan batas pengendalian bawah (LCL).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengendalian kualitas pada perusahaan ini dapat dikatakan telah dilaksanakan dengan baik karena tidak ada produk benang yang out of control atau diluar batas pengendalian. Dari data dan perhitungan yang dilaksanakan diketahui rata-rata kerusakan benang pada tahun 2011 sebesar 77,83 dengan batas pengendalian atas (UCL) 104,30 dan batas pengendalian bawah (LCL) 51,36 dan standar deviasi sebesar 8,822 . Berdasarkan grafik C-chart bahwa pada PT. Adikencana Mahkotabuana telah mengalami out of control melebihi batas kendali atas pada bulan oktober dan batsa kendali bawah pada bulan november.
Kata kunci : pengendalian kualitas dengan menggunakan metode c-chart dan UCL, LCL.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangan industri dan teknologi yang semakin maju di era
globalisasi saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang semakin ketat.
Kualitas atau mutu dari suatu produk merupakan suatu yang sangat penting,
disamping faktor lain seperti harga, promosi maupun pelayanan. Di dalam
perkembangan suatu perusahaan baik perusahaan kecil, perusahaan menengah
maupun perusahaan besar, persoalan kualitas suatu produk menjadi cermin
keberhasilan suatu perusahaan dalam melakukan kegiatan produksinya.
Berbagai upaya akan dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kualitas
produknya agar kualitasnya lebih baik.
Kualitas sebagai kata kunci dalam persaingan industri, secara strategis
dapat di definisikan sebagai segala sesuatu yang memenuhi keinginan atau
kebutuhan pelanggan.Setiap perusahaan harus bisa menghasilkan suatu produk
dengan kualitas terbaik dan memenuhi keinginan para konsumennya.Kualitas
merupakan hal utama yang harus diperhatikan dalam menciptakan suatu
produk baru, tak jarang perusahaan selalu ingin mencapai kualitas yang
berstandar internasional.Untuk menghadapi persaingan tersebut diperlukan
suatu kualitas produk yang sempurna, serta penentuan harga bersaing agar
mendapatkan banyak konsumen. Jika kualitas barang atau bentuk barang
kurang memuaskan dan tidak sesuai yang diharapkan maka konsumen akan
menilai bahwa perusahaan yang menghasilkan produk tersebut kurang baik,
2
demikian juga sebaliknya jika kualitas barang atau jasa yang dihasilkan
perusahaan baik maka konsumen akan menilai bahwa perusahaan yang
menghasilkan produk juga baik.
Di dalam mempertahankan usaha yang sedang dijalankan, banyak
perusahaan menghadapi masalah yang bermacam-macam.Hanya mereka yang
memang berkualitaslah yang mampu bersaing dalam pasar global.
Dalam menjaga kualitas ini perusahaan perlu memperhatikan fungsi
manajemen yang terakhir yaitu, dengan pengawasan dan pengendalian yang
tepat agar suatu yang dihasilkan nanti sesuai dengan apa yang diinginkan dan
tidak menyimpang dari harapan. Tanpa memperhatikan kualitas, kehancuran
perusahaan akan terjadi. Karena dengan barang berkualitas buruk, pelanggan
akan merasa kecewa atau tidak puas dan bila pelanggan tidak puas maka akan
lari keperusahaan lain yang dapat memberikan kepuasan yaitu barang yang
berkualitas baik. Dan jika hal tersebut terjadi maka akan menyebabkan
pendapatan perusahaan menurun. Dengan pendapatan yang terus menurun,
perusahaan akan mengalami kerugian dan tidak dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Sehingga hal ini menjadi tantangan bagi perusahaan
untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu tinggi. Untuk menjaga dan
mempertahankan agar kualitas produk tetap bagus, maka selama proses
produksi berlangsung diperlukan adanya pengawasan kualitas atau
pengawasan mutu (Assauri, 2004:201).
Pelaksanaan pengendalian kualitas sangat berkaitan erat dengan
standar kualitas yang telah ditetapkan oleh perusahaan.Pengendalian kualitas
berusaha untuk menekan jumlah produk yang rusak, menjaga agar produk
3
akhir yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas perusahaan dan
memenuhi lolosnya produk rusak ketangan konsumen secara intensif dan
terus-menerus. Sehingga setiap penyimpangan akan segera diketahui dan
tindakan perbaikan akan lebih cepat sebelum meninggalkan kerusakan dan
kerugian yang lebih besar. Menurut Render dan Heizer (2005:11) bahkan C-
chart digunakan apabila pengamatan dilakukan pada atribut yang jumlah cacat
per unit output dapat dihitung.
Perusahaan PT. ADIKENCANA MAHKOTABUANA merupakan
salah satu dari sekian banyak perusahaan spinning benang yang
mengutamakan kualitas produknya. Hal ini diperlukan untuk membuat
produknya agar dapat bersaing secara nasional maupun internasional dan
kualitas produknya lebih baik dari perusahaan lain sejenisnya. Untuk dapat
memperhatikan dan menambah pasar dengan kualitas produksi, produk
tersebut selalu diperiksa agar sesuai dengan standar yang di tetapkan.
Dalam produk benang pada perusahaan PT. ADIKENCANA
MAHKOTABUANA terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya kualitas produk yang dihasilkan, sehingga memerlukan
pengendalian atau pengawasan untuk menghasilkan produk yang berkualitas
tinggi.Faktor yang sangat berpengaruh besar terhadap kualitas produk benang
ini adalah sumber daya manusia.Berdasarkan uraian latar belakang tersebut
maka penulis mengambil judul“ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS
PRODUK BENANG 100% RAYON DENGAN METODEC-CHART PADA
PT. ADIKENCANA MAHKOTABUANA KARANGANYAR”.
4
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangat penting, karena
dapat menjadi pedoman dan mempermudah peneliti dalam membahas masalah
yang akan diteliti sehingga sasaran yang akan dicapai menjadi jelas.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Berapa batas pengendalian atas (UCL) dan batas pengendalian bawah
(LCL) ?
2. Berapakah jumlah kecacatan benang, serta apa saja jenis kerusakannya ?
3. Berapa besar kerusakan yang terjadi pada produkbenang yang out of
control?
4. Usaha apa yang sebaiknya dilakukan perusahaan dalam mengurangi
kerusakan produk benang?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada dasarnya mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui batas kendali atas (UCL) dan batas kendali bawah
(LCL) pada diagram peta pengendalian C-chart.
2. Untuk mengetahui jumlah kerusakan dan jenis kerusakan / kecacatan yang
terjadi pada produk benang di PT. ADIKENCANA MAHKOTABUANA.
3. Untuk mengetahui kerusakan produk benang yang mengalami out of
control.
4. Untuk mengetahui usaha apa yang sebaiknya dilakukan perusahaan dalam
mengurangi kerusakan produk benang.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan
Memberikan masukan kepada pemilik usaha spinningbenang untuk
menentukan kebijakan yang berhubungan dengan pengendalian kualitas
produk.
2. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu manajemen yang telah didapatkan selama
mengikuti perkuliahan dan memperoleh gambaran secara langsung tentang
pengawasan terhadap kualitas suatu produk.
3. Bagi Pembaca
Sebagai referensi serta masukan yang berkaitan dengan masalah yang
sama dan menambah wawasan serta pengetahuan tentang Quality Control
E. Kerangka Pemikiran
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Proses Produksi
Analisis Control Chart
1. Analisis UCL 2. Analisis LCL
Produk Jadi Produk Rusak
Quality Control Produksi
Diagram Pareto
Diagram Fishbone
6
Keterangan :
Dalam proses penerapan pengendalian kualitas produk yang terjadi pada
tahun 2011 dihadapkan pada aturan-aturan yang dapat memisahkan produk
menjadi dua jenis produk yaitu produk rusak dan produk tidak rusak. Dua
karakter produk tersebut kemudian dievaluasi dan dihitung masing-masing
dengan menggunakan analisa diagram C-Chart sehingga dapat diketahui
produk rusak dan tidak rusak. Bagan C-Chart digunakan untuk
menggendalikan jumlah kecacatan dari jumlah produk yang dihasilkan.
Bagan kendali jumlah kecacatan sangat menolong dalam memonitor
terjadinya kecacatan produk, sebelum terjadinya penyimpangan yang lebih
besar maka dilakukan tindakan yang intensif, misalnya : mengoreksi
penyebab produk cacat baik dari mesin maupun bahan baku dan
melakukan pelatihan bagi karyawan baru. Data ini kemudian dipakai untuk
mengevaluasi pada proses produksi maupun sumber daya pengolaannya.
Setelah semuanya dilakukan maka dapat terlihat produk mana yang lolos
uji dan memiliki kualitas sesuai dengan standar yang telah ditentukan
perusahaan.
F. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan studi kasus dengan
menggunakan metode C-chart yang merupakan bagian dariteknik
pengendalian kualitas secara statistik yaitu pengambilan sampel dari data-
data yang diperoleh dari perusahaan yang kemudian menganalisis
7
pengendalian kualitas produk akhir benang pada perusahaan PT.
Adikencana Mahkotabuana.
2. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perusahaan PT. Adikencana
Mahkotabuana, di kebakkramat, karanganyar.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
objek penelitian yaitu Perusahaan PT. Adikencana Mahkotabuana,
dengan cara melakukan pengamatan (observasi) dan wawancara secara
langsung. Mereka diwawancarai untuk mencari informasi tentang
kerusakan apa saja yang terjadi pada produksi benang dan apa
penyebab terjadinya kerusakan tersebut.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan teknik pengumpulan data dengan
membaca berbagai literatur yang berhubungan dengan teori dan
penelitian terhadap perusahaan yang bersangkutan dan data historis
perusahaan.
4. Metode Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian
penulis akan menggunakan dua cara yaitu pengamatan langsung di
lapangan (observasi) dan wawancara. Adapun kedua kegiatan tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
8
a. Observasi
Observasai merupakan pengamatan yang dilakukan dengan
cara terjun langsung ke lapangan untuk mengamati semua kegiatan
atau aktivitas yang dilakukan oleh pengelola dan semua pihak yang
terlibat dalam kegiatan produksi. Kegiatan yang diamati meliputi
aktivitas rutin baik untuk persiapan produksi, maupun kegiatan yang
terjadwal secara tetap dalam waktu penelitian berlangsung.Data-data
yang didapat dari pengamatan langsung, selanjutnya dilengkapi dan
atau dikonfirmasikan kepada narasumber atau informan.
b. Wawancara
Wawancara dengan para informan sangat penting dilakukan
untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan maupun permasalahan
yang berkaitan dengan penelitian. Sebelum melakukan wawancara
peneliti mempersiapkan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan
permasalahan yang akan diteliti. Agar pelaksanaan wawancara tidak
canggung dan bingung, maka sebelumnya peneliti mengadakan
pendekatan dengan orang-orang yang terlibat dalam aktivitas spinning
benang.
c. Studi Pustaka
Pada tahap ini langkah yang dilakukan adalah pengumpulan
data lewat penelaahan kepustakaan dengan cara mengumpulkan dan
mempelajari referensi. Referensi diperoleh dari data-data tertulis dan
tercetak yang relevan pada buku-buku, dan tugas akhir sebelumnya
yang relevan dan ada kaitannya dengan obyek penelitian.Referensi
9
diperoleh dari Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta (UNS).
5. Teknik Pengendalian Kualitas
a. Inspeksi
Menurut Render, Barry, dan Heizer (2009:323) inspeksi
merupakan jalan untuk memastikan bahwa sebuah sistem
menghasilkan tingkat kualitas yang diharapkan, suatu pengendalian
proses perlu dilakukan. Inspeksi meliputi pengukuran, perasaan,
perabaan, penimbangan, atau pemeriksaan produk (bahkan, terkadang
dengan menghancurkan produk). Tujuannya adalah menemukan proses
yang buruk sesegera mungkin. Inspeksi tidak memperbaiki kekurangan
dalam sistem atau cacat pada produk tidak juga mengubah suatu
produk atau meningkatkan nilainya.Inspeksi hanya berfungsi
menemukan kekurangan serta kecacatan.
b. Sampling Keberterimaan
Menurut Render, Barry, dan Heizer (2009:367) adalah suatu
bentuk pengujian yang meliputi pengambilan sampel acak dari “lot”
atau kumpulan produk jadi dan pengukuran sampel itu terhadap
standart yang telah ditentukan. Mengambil sampel lebih ekonomis jika
dibanding dengan pemeriksaan 100%.Kualitas dari sampel digunakan
untuk menilai kualitas dari semua barang dalam lot.
10
c. Metode C-Chart
Bagan C-Chart merupakan suatu bagan control untuk
mengetahui jumlah kerusakan atau nonconformities yang dihasilkan
melalui proses produksi/manufaktur.
Menurut Render, Barry, dan Heizer (2009:359) C-Chart
digunakan untuk mengadakan pengukuran kualitas semua proses
produksi dengan mengetahui banyaknya kesalahan pada suatu unit
produk.
Rumus :
1) Menentukan proporsi rata-rata kerusakan ( )c :
g
cic å=
Keterangan :
= rata-rata jumlah produk rusak
åci = jumlah kerusakan
g = banyaknya observasi yang dilakukan
2) Menentukan standar deviasi/ penyimpangan:
cc =s
Keterangan :
cs = standar deviasi
11
3) Menentukan batas pengendalian atas dan batas pengendalian
bawah :
Batas Kendali Atas (Upper Control Limit)
UCL = cc 3+
Batas Kendali Bawah (Lower Control Limit)
LCL = cc 3-
Gambar 1.2
Bagan C-chart
d. Diagram Pareto
Diagram pareto merupakan suatu grafik batang yang
menggambarkan masalah menurut prioritas dan tingkat
kepentingannya (dalam persen) jumlah total masalah adalah 100%,
penempatan grafik di urutkan dari prosentase masalah yang paling
besar diletakkan dikiri sampai prosentase terkecil diletakkan dikanan.
12
Adapun untuk mengetahui kerusakan produk dengan rumus :
Prosentasekerusakan=
Adapun bentuk diagram pareto, tergambar dibawah ini :
Gambar I.3
Diagram Pareto
e. Diagram Sebab-Akibat
Diagram ini dugunakan untuk mengidentifikasi dan
mengisolasi penyebab-penyebab dari suatu masalah kualitas
yang disusun dengan suatu urutan dan dengan
berlangsungnya suatu proses. Diagram ini membantu untuk
mengidentifikasi mana permasalahan yang terjadi dan dapat
diperiksa permasalahannya.Diagram ini menggunakan empat
kategori (4M) yaitu : Man, Method, Machine, Material.
Adapun bentuk diagram sebab-akibat sebagai berikut :
13
Manusia Metode
Masalah Kualitas
Mesin Material
Gambar 1.4
Diagram Sebab-Akibat
(Fish Bone Chart)
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pengendalian
Pengendalian dapat diartikan sebagai pengawasan, dan sekaligus dapat
mengambil beberapa tindakan yang diperlukan. Dengan demikian fungsi dari
pengendalian ini bukan sekedar mengendalikan pengawasan dari pelaksanaan
kegiatan dari perusahaan, melainkan juga termasuk pengumpulan data sebagai
masukan guna penentuan tindak lanjut dalam usaha-usaha perbaikan
pelaksanaan kegiatan pada masa yang akan datang (Ahyari,2002:44).
Menurut Zulian Yamit (2001:33) pengendalian adalah keseluruhan
fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk menjamin tercapainya
sasaran perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa pelayanan yang
diproduksi.
B. Pengertian Kualitas
Faktor utama yang menentukan suatu perusahaan adalah barang dan
jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut, barang dan jasa yang berkualitas
adalah barang dan jasa yang sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen.
Seorang produsen, akan selalu berusaha untuk menjaga reputasi
perusahaannya melalui kualitas dari barang yang dihasilkan.
Menurut Render dan Heizer (2005:253) kualitas adalah keseluruhan
fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan
yang terlihat atau yang tersamar. Sebagai elemen yang penting dalam proses
15
produksi, kualitas memiliki pengaruh. Ada 3 (tiga) pengaruh kualitas menurut
Render dan Heizer (2005:254) yaitu :
1. Reputasi perusahaan
Suatu perusahaan menyadari bahwa reputasi akan kualitas apakah itu baik
atau buruk. kualitas akan muncul sebagi persepsi tentang produk baru
perusahaan, kebiasaan karyawan dan hubungan pemasok.
2. Keadaan produk
Keadaan produk terkait dengan kemungkinan bahwa suatu komponen atau
produk akan aus pada jangka waktu tertentu dibawah kondisi penggunaan
normal. Aspek dalam keandalan tersebut adalah lama atau umur kehidupan
yang diperkirakan dan kondisi pengguna.
3. Keterlibatan Global
Bagi perusahaan yang ingn bersaing secara efektif pada ekonomi global,
maka produk mereka harus memenuhi harapan kualitas, desain harga.
C. Dimensi Kualitas
Ariani (2004:6) menguraikan dimensi kualitas sebagai berikut :
1. Performance (kinerja) yaitu kesesuian produk dengan fungsi utama produk
itu sendiri atau karakteristik operasi dari suatu produk.
2. Feature (keistimewaan) yaitu cirri khas produk yang membedakan dari
produk lain yang merupakan karakteristik pelengkapan dan mampu
menimbukan kesan yang baik bagi pelanggan.
3. Reliability (keandalan),yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk
karena keandalannya atau kemungkinan kerusakan yang rendah.
16
4. Comformance (kesesuaian),yaitu kesesuaian produk dengan syarat atau
ukuran tertentu atau sejauh mana karakteristik desain dan operasi
memenuhi standart yang telah ditetapkan.
5. Durability (daya tahan),yaitu tingkat keawetan produk atau umur lama
produk.
6. Servicebility (pelayanan),yaitu kemudahan produk itu bila akan diberbaiki
atau kemudahan memperoleh komponen produk tersebut.
7. Aesthetic (estetika),yaitu keindahan atau daya tarik yang dimiliki oleh
produk tersebut sehingga memiliki konsumen .
8. Perception (persepsi),yaitu fanatisme konsumen akan merek suatu produk
tertentu karena citra atau reputasi produk itu sendiri.
D. Tujuan Pengendalian Kualitas
Secara umum tujuan dari pengendalian kualitas adalah
mempertahankan mutu produk yang dihasilkan agar sesuai dengan standar
mutu yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau produsen. Menurut Ahyari
(2002:239) tujuan dari pengendalian kualitas adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kepuasan konsumen.
2. Penggunaan biaya yang serendah-rendahya.
3. Selesai tepat pada waktunya.
Jadi, tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan
jaminan bahwa kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan
standar kualitas yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang
ekonomis atau serendah mungkin.Pengendalian kualitas tidak dapat lepas dari
17
pengendalian produksi, karena pengendalian kualitas merupakan bagian dari
pengendalian produksi.Pengendalian produksi baik secara kualitas maupun
kuantitas merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu perusahaan.
Hal ini disebabkan karena semua kegiatan produksi yang dilaksanakan akan
dikendalikan, supaya barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan, dimana penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
diusahakan serendah-rendahnya.
E. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Secara khusus faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas adalah :
1. Pasar atau tingkat persaingan
Persaingan merupakan penentu dalam menetapkan tingkat kualitas
suatu perusahaan, makin tinggi tingkat persaingan makaakan memberikan
pengaruh pada perusahaan untuk dapat menghasilkan produk yang
berkualitas, Sehingga mampu bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya.
2. Tujuan Organisasi
Apakah perusahaan bertujuan untuk menghasilkan volume output
tinggi, barang yang berharga rendah ( low price product ) atau
menghasilkan barang yang berharga mahal, eksklusif ( exclusive expensive
product ).
3. Testing Produk
Testing yang kurang memadai terhadap produk yang dihasilkan
dapat berakibat kegagalan dalam mengungkapkan kekurangan yang
terdapat pada produk.
18
4. Desain Produk
Cara mendesain produk nantinya akan dapat menentukan kualitas
produk itu sendiri.
5. Proses Produksi
Prosedur untuk memproduksi produk, dapat juga digunakan untuk
menentukan kualitas produk yang dihasilkan.
6. Kualitas Input
Jika bahan yang digunakan tidak memenuhi standar, tenaga kerja
tidak terlatih / berpengalaman atau perlengkapan tidak tepat, akan
mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.
7. Perawatan Perlengkapan
Apabila perlengkapan tidak dirawat secara tepat dan benar atau
suku cadang tidak tersedia maka kualitas produk tidak akan sesuai dengan
yang diharapkan.
8. Standar Kualitas
Jika perhatian terhadap kualitas dalam organisasi tidak tampak,
tidak ada testing maupun inspeksi, maka produk dengan berkualitas tinggi
akan sulit dicapai.
9. Umpan Balik Konsumen
Jika perusahaan kurang sensitif terhadap keluhan – keluhan dari
para konsumen, maka tidak akanada perbaikan akan kualiatas dan tidak
akan meningkatkan kualitas secara signifikan.
19
F. Biaya Kualitas
Menurut Render dan Heizer (2005 : 255) biaya kualitas dapat
dikelompokkan kedalam empat jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Biaya Pencegahan
Biaya yang terkait dengan mengurangi kemungkinan komponen
atau jasa yang mengalami kerusakan.Contoh : pelatihan, program
peningkatan kualitas.
2. Biaya penafsiran
Biaya yang dikaitkan dengan proses evaluasi produk, proses,
komponen dan jasa. Contoh: biaya pengujian, laboratorium, dan
pemeriksa.
3. Kegagalan internal.
Biaya yang diakibatkan oleh proses produksi komponen atau jasa
yang rusak sebelum diantarkan ke pelanggan. Contoh: rework, scrap, dan
waktu tunggu akibat mesin rusak (downtime)
4. Biaya eksternal
Biaya yang terjadi setelah pengiriman barang atau jasa yang cacat.
Contoh: rework, barang dikembalikan, kewajiban, kehilangan
kepercayaan, biaya pada masyarakat.
Menurut Juan dan Crosby (dalam Yamit, 2004:13) terdapat tiga
kategori mengenai biaya kualitas, yaitu:
20
a. Kualitas semakin tinggi berarti biaya semakin tinggi.
Tambahan biaya yang terjadi akibat dari peningkatan
kualitas.Manfaat tambahan dari peningkatan kualitas tidak dapat
menutupi biaya tambahan.
b. Biaya peningkatan kualitas lebih rendah dari penghematan yang
dihasilkan.
Penghematan dihasilkan oleh berkurangnya pengerjaan ulang,
produk cacat dan biaya lainnya yang berkaitan dengan kerusakan.
c. Biaya kualitas melebihi biaya yang terjadi bila produk atau jasa
diproses secara benar sejak awalnya.
Biaya kualitas tidak hanya menyangkut biaya secara
langsung, tetapi juga biaya akibat kehilangan pelanggan, kehilangan
pangsa pasar, biaya kehilangan peluang, dan banyak lagi biaya yang
tersembunyi lainnya.
21
BAB III
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Sejarah singkat perusahaan
Perusahaan PT. ADIKENCANA MAHKOTABUANA merupakan
industri tekstil yang bergerak dibidang pemintalan benang (spinning Mill).
Perusahaan ini berdiri sejak tanggal 23 Februari 1998 yang berlokasi di
desa waru kecamatan kebakkramat kabupaten karanganyar, dan
menempati lahan seluas ± 53 Ha dan didirikan oleh Bapak Aidy Hartono.
Pada tahun 1998 PT. ADIKENCANA MAHKOTABUANA
terpaksa harus menghentikan produksinya karena mengalami kebakaran,
namun dengan adanya penanggulangan yang cepat maka perusahaan ini
mampu memproduksi kembali hingga sampai saat ini. PT.
ADIKENCANA MAHKOTABUANA ini merupakan salah satu dari
sekian perusahaan yang bekerjasama dengan PT. STRITEX GROUP .
perusahaan ini sudah berstandar ISO 2008 : 2009 (International Standart
Organization)
Untuk bahan baku pembuatan benang PT. ADIKENCANA
MAHKOTABUANA mendatangkan dari purwakarta yaitu berupa kapas
100% Rayon. Setiap harinya perusahaan tersebut mampu memproduksi
benang sekitar 843.696 kg atau 880.994.816 cones. Perusahaan ini juga
yang mengirim sebagaian produk benangnya untuk PT. SRITEX GROUP
22
yang nantinya akan diolah kembali menjadi kain maupun baju. Selain
mengirim ke PT. SRTITEX GROUP perusahaan ini juga mengeksport
produk tesebut keluar negeri, seperti Singapore, amerika selatan, sistecture
dan korea.
PT. ADIKENCANA MAHKOTABUANA mempunyai karyawan
yang terlatih dibidangnya, hal ini guna mengembangkan kualitas
produknya agar mampu bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis baik
didalam negeri maupun diluar negeri.
2. Visi Misi Perusahaan
Setiap perusahaan pasti memiliki visi dan misi yang hendak
dicapai perusahaan. Penetapan visi merupakan tindakan manajemen yang
sangat tepat, karena visi dan misi menjadi pedoman dalam menjalankan
organisasi dan akan menentukan ke arah mana perusahaan akan mengarah.
Disamping itu visi dan misi menjadi sebuah alat pengendali dari seorang
pemimpin dalam menjalankan akivitas dari suatu pekerjaan.
Tapi di PT. ADIKENCANA MAHKOTABUANA ini merubah sebutan
visi dan misi menjadi kebijakan mutu dan sasaran mutu, yaitu :
a. Kebijakan Mutu perusahaan adalah stritex group merupakan
perusahaan tekstil terpandu yang menghasilkan produk :
1) Sesuai dengan persyaratan pelanggan.
2) Mengutamakan kepuasan pelanggan.
3) Menyerahkan produk tepat waktu.
4) Selalu melakukan perbaikan secara berkesinambungan.
23
b. Sasaran mutu perusahaan adalah :
1) Produkti
fitas hasil produksi yang dicapai per bulan :89%
2) Jumlah
keluhan pelanggan eksternal per bulan :0,5 kali
3) Jumlah
keluhan pelanggan internal per bulan :1 kali
4) Jumlah
un useable waste yang terjadi di setiap material proses per bulan :
Rayon 100% :3%
5) Pengiri
man produk tepat waktu :100%
6) Jumlah
stop mesin per bulan karena kerusakan mekanik :0,5%
7) Jumlah
stop mesin per bulan karena kerusakan electric :0,2%
8) Jumlah
kecelakaan per bulan :0 kali
9) Jumlah
kebakaran yang terjadi per bulan :0 kali
3. Lokasi Perusahaan
PT. ADIKENCANA MAHKOTABUANA terletak di atas tanah
seluas ± 53 Ha di desa waru, kecamatan kebakkramat, kabupaten
24
karanganyar, lokasi ini dipilih perusahaan berdasarkan pertimbangan
sebagai berikut :
a. Ditinjau dari segi ekonomi
Lokasi perusahaan ini dekat dengan jalan raya sehingga
memudahkan para karyawanya untuk mendapatkan alat trasnportasi,
selain itu juga memudahkan kegiatan pengiriman barang dimana biaya
yang dikeluarkan lebih murah.
b. Ditinjau dari segi teknis
Perusahaan ini berdiri diatas tanah yang luas, sehingga
memudahkan perusahaan untuk melakukan perluasan pabrik, selain itu
perusahaan ini berada disekitar kawasan industri sehingga kegitannya
tidak begitu mengganggu masyarakat sekitar.
c. Ditinjau dari segi sosial
Dengan berdirinya perusahaan ini, maka memberikan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar dan secara tidak langsung
perusahaan membantu meningkatkan taraf hidup penduduk sekitar.
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. ADIKENCANA MAHKOTABUANA
terdiri dari pemimpin yang memberikan beberapa wewenang kepada para
bawahannya untuk melakukan tugas masing-masing yang sesuai dengan
bidang/ bagian mereka. Apabila setiap tugas dan wewenang dapat
25
dilakukan dengan baik dan tepat, maka dapat membuata kondisi
operasional perusahaan berjalan secara efisisn dan efektif.
Dengan adanya struktur tersebut maka diharapkan :
a. Karyawan dapat mengerti dan memahami kedudukannya dalam
melakukan pekerjaan dengan dasar struktur organisasi secara
keseluruhan.
b. Karyawan dapat bekerja sama dengan baik, sehingga tercipta suatu
keselarasan kerja yang harmonis serta loyal terhadap organisasi.
26
Gambar 3.1
Gambar Struktur Organisasi PT. Adikencana Mahkotabuana
27
Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing
karyawan, adalahsebagai berikut :
a. Presiden Direktur
1) Penetapkan Visi dan Misi perusahaan.
2) Merencanakan program pemanfaatan investasi.
3) Mengambil tindakan secepat mungkin apabila terjadi hal-hal yang
mengganggu kelangsungan kehidupan perusahaan.
b. General Manager
1) Bertindak sebagai manajer / kepatik.
2) Memberi perintah kepada pelaksana produksi untuk kelangsungan
program yang telah ditetapkan.
3) Mengesahkan penggunaan biaya yang telah dikelurkan dalam
jalannya produksi.
c. Kepala Personalia
1) Mempersiapkan dan melaksanakan penarikan tenaga kerja mulai
dari menghubungi pelamar, pelaksanaan testing dan
mengumumkan kelulusan karyawan.
2) Bertanggung jawab menghitung, mendata dan mempersiapkan
untuk di uji pada General Manager (GM) tentang :
a) Gaji.
b) Biaya atas makan.
c) Uniform (Biaya).
d) Biaya untuk kesimpulan dan atribut pendukung produksi.
28
3) Melaksanakan penilaian / perhitungan untuk mendukung
pengakuan atas keberadaan satu karyawan dengan karyawan lain.
4) Melaksanakan koordinasi dengan masyarakat / instansi terkait agar
tercipta hubungan yang harmonis diantara perusahaan dengan
lingkungan diluarnya.
d. Kepala Keuangan
1) Membuktikan dengan benar pemasaran / pengeluaran uang.
2) Mengatur penerimaan dan pembayaran dengan pihak Bank / pihak
yang terkait.
3) Memilah pos-pos keuangan yang diperlukan untuk menjalankan
usaha.
4) Melengkapi rekap neraca R / L dan Forto Folio keuangan
perusahaan pada direksi melalui general manager (GM).
e. Kepala Produksi
1) Menyarankan kepada General Manageruntuk pengembangan dan
difersifikasi produksi.
2) Menetapkan jenis produksi.
3) Menghasilkan produksi dengan jumlah sebesar-besarnya dengan
mutu yang sebaik-baiknya pada kondisi yang dimiliki perusahaan.
f. Kepala Mekanik
1) Mempersiapkan alat-alat kerja seperti mesin-mesin produksi agar
berjalan baik.
2) Mengatur penjadwalan perawatan mesin-mesin produksi.
3) Memperbaiki kerusakan-kerusakan pada mesin produksi.
29
4) Menyarankan kepada General Manageruntuk penggantian mesin-
mesin / bagian mesin.
g. Kepala Sie Kualitas
1) Melaksanakan koordinasi dengan supervisor produksi, mekanik
dan utility agar mesin / alat bantu kerjanya dapat menghasilkan
produksi standart mutu yang ditetapkan.
2) Menetapkan dan memperhitungkan jumlah produksi.
3) Melaksanakan pengambilan sampel produksi dan mengukur
mutunya.
h. Kepala Utilitas
1) Merawat dan memperbaiki sarana yang tersedia.
2) Menjaga penerangan dan aliran listrik serta aliran udara tetap
terjamin.
3) Melaksanakan pemetaan untuk pengambilan dan penggunaan lahan
baik yang dipakai untuk produksi maupun lahan terbuka agar
pemanfaatannya optimal.
i. Bagian Administrasi / Petugas Gudang
1) Mencatat keluar masuknya barang baik benang, spare part ataupun
barang indent.
2) Mencatat barang-barang yang ada dalam gudang kedalam kartu
stock.
3) Mencatat barang-barang yang masuk dalam gudang baik barang
indent atau barang revisi.
30
4) Membuat laporan stock opname, spare part, benangdan fiber untuk
kemudian hasil laporannya diserahkan kepada koordinator
j. Kepala Bagian Akunting
1) Menghitung biaya produksi dan harga pokok produksi
2) Menyusun harga pokok produksi.
5. Aspek Personalia
Sebuah keberhasilan yang diperoleh perusahaan tidak terlepas oleh
sumberdaya manusia yang dimilikinya.Sehingga masalah tenaga kerja
inipun juga harus diperhatikan oleh perusahaan. Disini PT. Adikencana
Mahkotabuana merekrut tenaga kerja dari penduduk solo maupun luar
solo, secara tidak langsung PT. Adikencana Mahkotabuana telah ikut
berpartisipasi dalam mengurangi jumlah penggangguran masyarakat yang
ada di wilayah solo dan sekitarnya karena adanya penyerapan tenag kerja
dan sampai saat ini perusahaan tidak memberlakukan sistem
pemberhentian kerja / pemecatan.
a. Jumlah Tenaga Kerja
Saat ini PT. ADIKENCANA MAHKOTABUANA, memiliki dua
status karyawan yaitu :
1) Karyawan dengan sistem kontrak
Karyawan yang bekerja hanya sementara, biasanya mereka
bekerja hanya 5-12 bulan.Jika pekerjaannya telah selesai /
mengundurkan diri saat masa kontrak belum habis, maka sisa hari
31
kerja harus dibayar sesuai dengan persetujuan sebelumnya yang
tercantum pada kontrak kerja tersebut.
2) Karyawan tetap
Karyawan tetap biasanya jika terjadi pemutusan kerja,
maka akan mendapatkan pesangon dari berapa persen gaji mereka
saat bekerja.
Tabel 3.1
Data Jumlah Karyawan
Pegawai Laki-laki Perempuan Total
WNI Tetap 155 363 518
Tidak tetap 143 335 478
WNA General Management
(GM)
1 1
Jumlah 299 698 997
Sumber : Dokumen PT. Adikencana Mahkotabuana
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa PT. Adikencana Mahkotabuana
memilikitotal 997 karyawan yang meliputi, 1 General Managemen (GM),
518 karyawan tetap dan 478 karyawan kontrak / tidak tetap.
b. Jam Kerja
1) Bagian Kantor
Hari Senin-Jum’at 08.00WIB-16.00 WIB
Istirahat (12.00 WIB-13.00 WIB)
32
Hari Sabtu 08.00WIB-14.00WIB
Istirahat (11.00WIB-12.00WIB)
2) Bagian Produksi
Hari sabtu - minggu
Shift A (Pagi) 06.00WIB-14.00 WIB
Istirahat (10.00 WIB-11.00 WIB)
Shift B (Siang) 14.00WIB-22.00 WIB
Istirahat (18.00 WIB-19.00 WIB)
Shift C (Malam) 22.00 WIB-06.00 WIB
Istirahat (02.00 WIB-03.00 WIB)
General Shift 08.00 WIB-04.00 WIB
Istirahat (12.00 WIB-13.00 WIB)
c. Libur Kerja
Perusahaan memberikan waktu libur yang diberlakukan untuk semua
karyawan, antara lain :
1) Libur satu hari setiap satu minggu.
2) Khusus bagi karyawati yang sakit perut karena haid diperbolehkan
untuk pulang / libur satu hari.
33
3) Bagi karyawati yang sedang hamil perusahaan memberikan
kebijakan untuk mengambil cuti selama satu setengah bulan
sebelum melahirkan dan satu setengah bulan setelah melahirkan.
d. Pengupahan / Gaji Karyawan
Pada PT. Adikencana Mahkotabuana melakukan pengupahan
berdasarkan :
1) Gaji diberikan kepada para karyawan setiap akhir bulan, yang
besarnya disesuaikan dengan UMK yang telah ditetapkan oleh
pemerintah daerah karanganyar.
2) Selain berdasarkan UMK, perusahaan juga memiliki kebijaksanaan
dalam pemberian upah yaitu dengan mendasarkan pada :
a) Karyawan yang berpengalaman.
b) Jabatan Karyawan.
6. Kesejahteraan Karyawan
a. Fasilitas Kerja
1) Sarana Ibadah
Perusahaan menyediakan mushola sebagai sarana ibadah khusus
karyawan yang beragama muslim di lingkungan pabrik.
2) Seragam
Perusahaan memberikan seragam kepada karyawan baik bagian
kantor ataupun bagian produksi berdasarkan golongan
pekerjaannya. Adapun jenis seragamnya sebagaiberikut :
a) Seragam karyawan kantor dan karyawan tetap / kontrak
berwarna biru.
34
b) Seragam karyawan bagian peralatan berwarna biru tua.
c) Seragam karyawan baru berwarna putih.
3) Kupon makan
Semua karyawan mendapatakan kupon makan yang nantinya dapat
ditukarkan dalam bentuk makanan atau minuman.
4) Bus karyawan
Bus karyawan ini digunakan untuk mengantar jemput karyawan
yang mendapat jadwal shift malam saja.
b. Tunjangan Karyawan
1) Asuransi Jamsostek
Perusahaan juga memberikan asuransi jamsostek kepada para
karyawan tetap yang sekarang baru 71% dari semua karyawan
yang nantinya semua karyawan akan mendapatkan jamsostek.
2) Asuransi
Perusahaan memberikan asuransi kecelakaan kerja hanya kepada
karyawan kontrak.
3) Sumbangan
Perusahaan memberikan sumbangan terhadap para karyawannya
antara lain :
a) Sumbangan bagi karyawan yang sedang rawat inap dirumah
sakit.
b) Sumbangan bagi karyawan / keluarganya yang meninggal
dunia.
35
4) Tunjangan Hari Raya (THR)
Tunjangan ini hanya diberikan kepada karyawan tetap saja.
7. Aspek Pemasaran
PT. Adikencana Mahkotabuana mampu menghasilkan benang yang
berkualitas, dan telah memiliki pelanggan baik lokal maupun eksport.
Wilayah eksport pemasaran hasil produksi PT. Adikencana Mahkotabuana
yang meliputi : Singapore, Amerika selatan, Argentina dan Korea.
Sedangkan wilayah local meliputi : PT. Senang Kharisma, PT. Sritex (Sri
Rejeki Isman) , PT. Sari Warna Asli, PT. Dasar Rukun, PT. Djohartex
8. Aspek Produksi
PT. Adikencana Mahkotabuana hanya memproduksi satu jenis benang saja
yaitu benang 100% rayon.
B. Proses Produksi
PT.Adikencana Mahkotabuana merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
industri pemintalan benang. Bahan baku yang digunakan untuk membuat
benang adalah dari serat – serat alam atau serat – serat buatan yaitu Rayon.
Adapun tahap pembuatan benang yaitu sebagai berikut :
36
ALUR PROSES PEMBUATAN BENANG
Gambar 3.2
Gambar Alur Proses pembuatan Benang
PT. Adikencana Mahkotabuana
37
Didalam memproduksi benang PT. Adikencana Mahkotabuana memerlukan
tahap-tahap dalam menjalankan proses produksi. Adapun tahapan-tahapan
tersebut sebagai berikut :
1. B
AHAN BAKU
Bahan baku yang digunakan hanya berupa 100% rayon, dan didtangkan
dari purwakarta. Sebelum melakuka proses produksi kapas terlebih dahulu
dicek dengan menggunakan empat sample dalam satu type. Setiap harinya
membutuhkan satu ton kapas untuk diproduksi. Dalam pengadaan bahan
baku perusahaan melakukan kualitas Kontrol yang sangat ketat, hal itu
dilakukan untuk menjaga mutu dari produk yang dihasilkan. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas bahan baku adalah :
a) S
trength atau kekuatan tarik serat
Hal ini sangat berpengaruh pada hasil produksi, jika kekuatan serat
rendah maka kualitas produk benang yang dihasilkan rendah pula dan
tidak memenuhi standar.
b) K
ehalusan atau micronaire
Jika kehalusan serat tidak sesuai, maka pada saat benang diproses
serat-serat tersebut akan diluar tasion.
c) B
ahan baku basah
38
Apabila bahan baku basah dapat mempengaruhi mutu produk yang
dihasilkan (rapuh, belang, mudah putus).
d) K
ontaminasi
Apabila bahan baku tercampur dengan benda-benda asing atau serat
lainnya, maka akan menimbulkan masalah pada saat proses produksi
berlangsung dan akan mempengaruhi mutu produk.
e) S
erat panjang
Serat harus cukup panjang agar memudahkan pada saat proses
produksi.
2. M
IXING
Adalah pencampuran serat-serat yang sejenis, di dalam
pemintalan.Tujuannya untuk mengurangi ketidakrataan hasil benang.
3. M
c. BLOWING
Peralatan yang pertama-tama dipergunakan dalam pemintalan benang.
Fungsi :
a. M
embuka serat-serat yang menggumpal akibat pengebalan.
39
b. M
embersihkan serat-serat dengan cara pemukulan dan membuka.
c. M
encampur serat-serat yang sedang diolah.
d. M
embuat lap, sebagai hasil akhir unit hasil blowing.
4. M
c. CARDING
Merupakan mesin yang melanjutkan pengolahan sesudah mesin scutcher.
Fungsi :
a. M
embuka dan menguraikan serat menjadi serat individu.
b. M
emisahkan antara serat-serat pendek dan serat-serat panjang.
c. M
embersihkan serat-serat dari kotoran yang masih tertinggal atau yang
mungkin didalam gumpalan serat.
d. M
embentuk serat-serat tersebut menjadi sliver carding.
5. M
c. DRAWING
Mesin ini merupakan kelanjutan proses dari mesin carding dalam
pembuatan benang carded dan merupakan kelanjutan dari mesin combing
dalam pembuatan benang cambed.
40
a. M
encampur dengan cara perangkapan guna mendapatkan homogenitas
bagi serat sejenis maupun untuk mendapatkan ratio pencampuran
tertentu bagi proses blended yan.
b. M
eratakan sliver, sebagai akibat adanya perangkapan yang berkisar
antara 6-10 rangkapan. Semakin banyak rangkapannya, maka kerataan
yang diperoleh semakin baik.
c. P
eregangan, dilakukan oleh pasangan rol yang mempunyai kecepatan
permukaannya yang berbeda, semakin kedepan semakin besar
sehingga terjadi peregangan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
ukuran sliver yang dikehendaki.
d. P
enjajaran serat, hal ini akibat dari adanya proses drawting.
6. M
c. ROVING
Adalah susunan serat-serat kearah memanjang yang disatukan dengan
pemberian twist yang cukup. Roving merupakan hasil dari mesin flyer /
simplex.
Dalam proses roving didalamnya terdapat mesin flyer.
7. M
c. FLYER
41
Bahan baku yang disuapkan ke mesin flyer adalah sliver hasil dari mesin
drawing. Sliver drawing agar dapat disuapkan kedalam mesin
spinningmasih perlu diproses ke mesin flyer yang akan merubah sliver
drawing tersebut menjadi roving yang siap disuapkan / sebagai bahan baku
mesin spinning.
Fungsi :
a. P
eregangan (Drafting)
Proses peregangan terjadi pada 3-4 pasang roll peregangan (Draft
Roller) dimana kecepatan keliling dari rol depan (Front Roll) lebih
besar dari rol tengah (Middel Roll), dan kecepatan keliling rol tengah
lebih besar dari rol belakang (Back Roller). Akibat peregangan yang
dialami sliver, maka bentuknya akan berubah menjadi roving yang
belum mendapat antihan.
b. A
ntihan (Twisting)
Setelah roving keluar dari rol depan, kemudian masuk secara aksial
pada bagian atas dari flyer dan keluar secara radial melalui lubang
terus membelit pada lengan flyer. Karena putaran flyer yang cepat,
maka sejak serat keluar dari rol depan sudah mulai mendapat twist,
sehingga pada waktu serat meninggalkan lengan flyer sudah
merupakan roving yang telah mempunyai cukup kekuatan untuk
digulung pada bobbin.
42
c. P
enggulungan (Winding)
Setelah mengalami proses perengganggan dan twisting kemudian
digulung pada bobbin. Proses penggulungan ini terjadi karena adanya
perbedaan, banyaknya putaran bobbin dan putaran spindle per menit.
8. M
c. RING SPINNING
Bahan baku yang disuapkan kedalam ring spinning berupa roving hasil
dari mesin flyer yang pada akhirnya dirubah menjadi benang melalui
proses peregangan, pemberian antihan dan penggulungan pada bobbin.
Hasil akhir pada proses ini berupa benang pada gulungan bobbin.
Fungsi :
a. M
engubah bentuk roving menjadi benang yang sesuai dengan yang
diinginkan dengan jalan peregangan.
b. P
embarian antihan atau twist pada benang.
c. P
enggulungan benang pada bobbin spinning.
9. M
c. WINDING
BENANG HASIL Ring Spinning berupa berupa gulungan pada bobbin
dan masih banyak cat-cat pada benang, sehingga belum siap digunakan.
43
Benang tersebut harus diubah bentuk gulungan ke bentuk lain, yang lazim
digunakan dalam bentuk kerucut / cones, gulungan bentuk kerucut
dihasilkan dari mesin cones winder.
Fungsi :
a. M
enggulung benang dari bobbin ke bentuk kerucut / cone.
b. M
anghilangkan cacat benang seperti, slup, fly, nep, dll.
10. I
NSPECTING
Tahap terakhir sebelum dipacking, yaitu melakukan pengecekan benang
terlebih dahulu agar dapat mengetahui apakah benang tersebut sesuai
standart atau tidak, pengecekan ini biasanya meliputi, bersih tidaknya
benang, berat benang, dan kandungan airnya. Inspecting ini meliputi
tahap:
a. U
ltraviolet
Gunanya untuk mengechek apakah benang tersebut tercampur dengan
benang yang lain, oli/ tercampur dengan fly waste.
b. C
onditioning Room
Fungsinya untuk menyeragamkan kandungan air (Moisture Regain)
dalam benang.
44
11. P
ACKING
Tahap terakhir dalam proses produksi adalah proses packing, dalam hal ini
paking meliputi :
a) P
embungkusan dengan kantong plastik
Hal ini dilakukan dengan tujuan agar benang tidak kotor atau basah.
b) P
enimbangan benang
Hal ini berfungsi untuk menyeragamkan berat benang agar sesuai
dengan berat yang telah ditentukan (batas minimal-batas maximal) per
karung / per karton box (1 karung 12 cones, 1 karton box 26 cones).
12. G
UDANG
Bagian gudang prinsipnya hanya untuk menyimpan barang-barang yang
telah selesai melalui proses produksi yang nantinya akan diangkut dan
dikirim kepada buyer.
13. M
ARKETING
45
Benang 100 % rayon ini dipasarkan didalam atau diluar negri. Diluar
negeri meliputi, Singapore, amerika selatan, argentina dan korea.
Sedankan untuk dalam negeri meliputi:
a) PT. Sritex (Sri Rejeki Isman)
b) PT. Sari Warna Asli
c) PT. Dasar Rukun
d) PT. Senang Karisma
e) PT. Djohartex
C. L
aporan Magang Kerja
Pelaksanaan Magang Kerja
1. Tempat dan waktu pelaksanaan :
Tempat : PT. Adikencana Mahkotabuana
Waktu : 06 Februari sampai 02 Maret 2012
Mahasiswa memilih PT. Adikencana Mahkotabuana sebagai tempat
magang karena dengan alasan :
a. Perusahaan tersebut peduli dengan pendidikan, sehingga bersedia
menerima mahasiswa magang.
b. Data yang diperlukan untuk penulisan TA dapat diperoleh dengan
mudah.
c. Perusahaan tersebut berstatus badan hukum dalam bentuk PT
(Perseroan Terbatas).
46
2. Kegiatan Magang Kerja
Kegiatan magang kerja dimulai tanggal 6 Februari sampai tanggal 3 Maret
2012. Dalam pelaksanaan magang kerja mahasiswa diwajibkan :
a. Berpakaian rapi, memakai atasan putih dan bawahan celana hitam.
b. Jilbab dimasukkan.
c. Memasukkan kartu absensi kedalam kotak absen.
d. Mengikuti apel pagi setiap hari.
e. Dilarang meninggalkan lokasi tanpa seijin atasan.
f. Peserta magang kerja harus mematuhi peraturan yang berlaku di PT.
Adikencana Mahkotabuana.
3. Jam Magang Kerja
Jam magang kerja disesuaikan dengan jam kerja bagian kantor, yaitu :
Senin – jum’at : 07.00 WIB - 16.00 WIB
Istirahat : 12.00 WIB - 13.00 WIB
Karena hanya peserta magang, maka setiap hari sabtu diperbolehkan
untuklibur.
4. Jadwal Kegiatan
Magang Kerja
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mahasiswa saat magang kerja adalah :
a. Pada hari 1 dan ke 2
masuk magang kerja untuk pengenalan dan orientasi didalam
pabrik.
b. Minggu ke I
47
Penempatan mahasiswa magang kerja pada bagian training
officer.
Adapun kegiatan magang yang dilaksanakan adalah :
1) Untuk membantu
mengerjakan ISO karyawan.
2) Mencatat data-data
yang ada pada ruangan, baik tahap proses produksi, kebijakan
mutu perusahaan, trilogi perusahaan, dll.
c. Minggu ke II
Penempatan mahasiswa magang di bagian produksi.
Adapun kegiatan magang yang dilaksanakan adalah :
1) Berkeliling di area
produksi, mulai dari bahan baku hingga menjadi benang.
2) Melakukan
wawancara, dengan pertanyaan yang sesuai data yang
dibutuhkan.
3) Mendapatkan
penjelasan yang lebih detail tentang data-data yang sudah
didapat.
4) Membantu mengisi
dokumen ISO perusahaan.
d. Minggu ke III
Penempatan mahasiswa magang di bagian Quality Control.
Adapun kegiatan magang yang dilaksanakan adalah :
48
1) Melakukan sesi tanya jawab.
2) Belajar tentang bagaimana cara mengecek benang.
3) Menulis data yang ada tentang kualitas benang, baik jumlah
produk yang cacat atau produk yang tidak sesuai standart.
e. Minggu ke IV
1) Melaksanakan tugas
yang diberikan.
2) Melengkapi data
Tugas Akhir.
D. Pembahasan Masalah
PT. Adikencana Mahkotabuana merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang industri pemintalan benang. Perusahaan ini menghasilkan satu jenis
produk benang yaitu rayon. Dalam memproduksi benang PT. Adikencana
Mahkotabuana memiliki standar kualitas, apabila produk tersebut tidak
memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan maka produk
tersebut dinamakan produk rusak.Dalam hal ini lebih banyak ditemui produk
ynag rusak berupa ketidak sesuaian nomer benang.
Produk rusak pada PT. Adikencana Mahkotabuana di bagi menjadi dua
jenis produk rusak yaitu produk rusak yang terjadi selama proses produksi dan
produk rusak pada produk akhir. Pada PT. Adikencana Mahkotabuana produk
rusak yang terjadi pada saat proses produksi biasanya berupa kesalahan dalam
gulungan / potongan kecil – kecil yang nantinya menjadi sampah (wesst),
dalam hal ini west yang masih baik dapat diolah kembali dengan dicampur
49
dengan fiber pada proses awal pembuatan benang tapi jika kerusakan tersebut
akibat kotor maka akan dijadikan sisa – sisa (wesst) yang tidak terpakai dapat
dijual dalam bentuk wesst pula.
1. Pengawasan kualitas yang diterapkan oleh perusahaan terdiri dari
pengawasan bahan baku, pengawasan kualitas proses produksi, dan
pengawasan kualitas produk akhir. Pelaksanaan pengawasan dilakukan
secara keseluruhan oleh bagian produksi ditempat pekerjaan dan
tempat diadakannya kegiatan produksi.
a. Pengawasan Kualitas Bahan Baku
Langkah – langkah yang digunakan oleh PT. Adikencana
Mahkotabuana dalam pelaksanaan pengawasan bahan baku adalah
sebagai berikut :
1) Pengadaan bahan dasar
PT. Adikencana Mahkotabuana membeli bahan baku
utama / bahan dasar berupa serat kapas (fiber) dari pemasok.
Apabila pembelian bahan dasar ini dilakukan secara teratur,
akan membawa dampak positif yaitu proses produksi dapat
berjalan dengan lancer dan tepat waktu. Kepala bagian
pengadaan bahan baku di PT. Adikencana Mahkotabuana
melakukan pemesanan dengan cara memesan satu minggu
sebelum persediaan yang ada digudang habis. Diperkirakan
persediaan (stock) digudang cukup untuk satu minggu, maka
50
kepala bagian pengadaan bahan baku bekerja sama dengan
kepala gudang melakukan pemesanan, sehingga tidak akan
terjadi kekurangan bahan baku yang nantinya akan
mengakibatkan terganggunya kelancaran proses produksi yang
berakibat pula kepada ketidakpuasan pelanggan akibat
keterlambatan pesanan.
2) Seleksi bahan baku
Bahan baku yang telah dikirim oleh supplier sebelum
masuk gudang, maka harus dicek terlebih dahulu apakah kadar
air fiber tersebut sudah sesuai standar benang atau belum. Jika
fiber tersebut tidak sesuai dengan yang dibutuhkan (standar)
maka akan dikembalikan. Hal ini dilakukan untuk menjaga
kualitas benang di PT. Adikencana Mahkotabuana.
3) Fasilitas penyimpanan atau gudang
Bahan baku yang telah diperiksa kemudian dimasukan
ke gudang untuk menunggu sebelum digunakan untuk proses
produksi. Untuk menjaga mutu bahan baku agar tetap baik,
maka letak gudang harus diperhatikan. Di PT. Adikencana
Mahkotabuana menerapkan sistem fifo (first in first out)
dimana bahan baku yang lebih dahulu datang maka harus lebih
dahulu digunakan untuk proses produksi. Dan kondisi gudang
tidak boleh terlalu panas, hal tersebut akan mempengaruhi
kadar air dalam fiber.
b. Pengawasan kualitas proses produksi
51
Proses produksi merupakan salah satu faktor yang sangat
penting yang akan mempengaruhi kualitas produk yng dihasilkan.
Proses produksi yang dilakukan di PT. Adikencana Mahkotabuana
merupakan proses produksi secara terus menerus, sehingga untuk
menghasilkan mutu yang baik perusahaan juga harus
memfokuskan pada peningkatan dan perhatian akan kualitas untuk
setiap tahapan pada proses produksi. Dalam proses produksi
semacam ini juga terdapat adanya saling mempengaruhi dan saling
keterkaitan antara proses dari mesin satu ke mesin selanjutnya.
Sehingga keterkaitan antara tahap proses satu ke tahap proses yang
lain menjadi begitu kuat. Untuk pengendalian kualitas pada tahap
ini dilakukan terhadap faktor – faktor kelangsungan proses
produksi antara lain :
1) Ketersediaan bahan baku
Sebelum proses produksi dilaksanakan para karyawan
dibagian produksi akan memeriksa ketersediaan bahan baku,
apakah telah sesuai dengan perencanaan target atau belum. Hal
ini dilakukan agar kekurangan bahan baku pada saat proses
produksi dapat dicegah sehingga proses produksi tidak
terganggu.
2) Peralatan produksi
Bagian maintenanceakan selalu memeriksa peralatan
maupun mesin – mesin yang digunakan dalam proses produksi.
52
Hal ini dilakukan guna mengantisipasi terjadinya kerusakan
pada saat proses produksi berlangsung.
3) Pengawasan mutu produk akhir
Pengendalian mutu barang jadi merupakan
pengendalian kualitas yang terakhir kali sebelum produk siap
untuk dikirim ke para konsumen. Hal – hal yang sering
menyebabkan terjadinya pengiriman barang salah antara lain
adalah :
a) Tercampurnya dengan benang yang tidak memenuhi
standar
Hal ini diperlukan ketelitian untuk membedakan mana
barang memenuhi standar dan mana yang tidak. Biasanya
yang tidak standar terdapat tasion (gulungan luar).
b) Salah mencantumkan identitas ball.
Yang perlu dicantumkan dalam identitas ball
adalah tanggal, bulan pada saat pengepakan, nomor ball,
identitas ball, alamat pemesanan, jenis benang dan lain-
lain. Petugas quality control mengecek semua identitas
yang terdapat dalam pengepakan jika ditemukan
penyimpangan pada hasil packing, maka akan diproses
kembali agar sesuai standar.
2. Analisis C-Chart
Peta pengendalian c-chart digunakan untuk mengadakan
pengujian terhadap kualitas proses produksi dengan mengetahui
53
banyaknya kesalahan pada unit produk sebagai sampelnya dan untuk
mengetahui kerusakan produk masih dalam batas pengendalian atau
tidak. Contoh kerusakan produk benang 100% rayon adalah benang
kotor, lapping tidak kelihatan, problem diluar tasion, TPI (twist per
inche).Untuk perhitungan dengan analisis c-chart ini dilakukan dengan
mengambil sampel kerusakan produk benang 100%rayon selama 2011.
Tabel 3.2
Data Kerusakan Produk Benang 100 % Rayon
Di PT. Adikencana Mahkotabuana Tahun 2011
Bulan Jumlah Produksi (Cones) Jumlah Produk Rusak
(Cones)
Januari 428.256 65
Februari 400.512 78
Maret 432.000 78
April 427.968 73
Mei 431.136 88
Juni 435.456 70
54
Juli 433.728 77
Agustus 430.848 65
September 428.544 73
Oktober 441.216 161
November 444.096 49
Desember 428.256 57
Jumlah 5.162.016 934
Sumber : Data PT. Adikencana Mahkotabuana
Keterangan :
1 Bale = 181.44 kg, 96 cones = 1 Bale.Produk yang cacat dihitung dalam
satuan cones.
a. Data diatas kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan
metode C-Chart dengan langkah-langkah sebagai berikut :
g
cic å=
12
934å=c
83,77=c
b. Mencari standar deviasi
CC =s
83,77=Cs
55
Cs = 8,822
Rata-rata pada peta C-chartadalah pembentukan garis center line
(CL). Rata-rata kerusakan produk sebesar 77,83 merupakan kondisi
kerusakan yang ideal bagi perusahaan karena jumlah kerusakan yang
berkisar antara garis center line baik diatas maupun dibawah garis
center line, adalah kondisi yang wajar.
c. Menentukan Batas Kendali Atas (UCL) dan Batas Kendali Bawah
(LCL), dengan menggunakan 3 sigma dengan rumus sebagai berikut :
1) Batas Kendali Atas (UCL)
UCL = cc 3+
UCL = 77,83 + 3 83,77
UCL = 104,30
2) Batas Kendali Bawah (LCL)
LCL = cc 3-
LCL = 77,83 – 3 83,77
LCL = 51,36
Berdasarkan data diatas dapat diketahui batas pengendalian atas
(UCL) sebesar 104,30serta batas pengendalian bawah (LCL) sebesar
51,36. Untuk mengetahui apakah hasil diatas sudah memenuhi standar
atau belum dapat diketahui dengan diagram C-chart, jika dengan data
tersebut tidak mengalami out of control atau melebihi garis batas atas
56
maupun bawah maka perusahaan telah memenuhi standar yang
artinya tidak ada kecacatan produk yang melebihi standar yang telah
ditentukan.
4. Analisis C-Chart dengan POM For Windows
57
Gambar 3.3
Analisis C-chart dengan menggunakan POM For Windows
Tahun 2011 di PT. Adikencana Mahkotabuana
Berdasarkan grafik diatas hasil dari perhitungan dengan analisis C-chartbahwa
untuk produk benang 100% rayon pada bulan Januari – Desember 2011, secara
umum dapat diketahui bahwa produk benang 100% rayon sebagian masih berada
diluar batas pengendalian (out of control) yaitu pada bulan oktober dan
november.Pada bulan oktober dengan jumlah kecacatan sebesar 161 dan pada
bulan November dengan jumlah kecacatan sebesar 49. Dengan batas pengendalian
atas (UCL) sebesar 104,30 dan batas pengendalian bawah (LCL) sebesar 51,36.
Dari data diatas terdapat data yang out of control maka dari itu diperlukan revisi,
berikut table data observasi produk rusak yang telah direvisi :
58
Tabel 3.3
Data Observasi Kerusakan Produk Benang 100 % Rayon
Di PT. Adikencana Mahkotabuana Tahun 2011
Bulan Jumlah Produksi (Cones) Jumlah Produk Rusak
(Cones)
Januari 428.256 65
Februari 400.512 78
Maret 432.000 78
April 427.968 73
Mei 431.136 88
59
Juni 435.456 70
Juli 433.728 77
Agustus 430.848 65
September 428.544 73
Desember 428.256 57
Jumlah 4.276.754 724
Sumber data : data produk rusak yang telah direvisi Berikut ini
adalah langkah-langkah untuk membuat revisi data kerusakan produk
kemeja pria lengan panjang:
a. gdg
cdcinewC
-
-= å
21249161934
---
=10724
= 4,72=
b. UCL new = 4,7234,723 +=+ cc
= 72,4 + 3 ( 8,50 )
= 72,4 + 25,52
= 97,92
c. LCL new =
= 72,4 – 3 ( 8.50 )
= 72,4 – 25,52
= 46,88
d. Grafik Revisi C-chart Produk Benang
60
Gambar 3.4 Grafik Revisi C-chart
5. Diagram Pareto
Analisis diagram pareto untuk menjawab permasalahan
mengenai jenis-jenis kecacatan yang sering kali terjadi dan presentase
pada masing-masing kecacatan dilakukan analisis dengan
menggunakan diagram pareto. Diagram pareto adalah grafik batang
yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyak kejadian,
diagram ini digunakan untuk menentukan urutan pentingnya masalah –
masalahdan penyebab - penyebab dari masalah yang ada. Langkah
dalam pembuatan diagram pareto adalah :
1) Menentukan prosentase kerusakan benang 100% rayon untuk tiap
jenis kerusakan benang rayon 100%, misal : produk A, B, C
masing – masing jumlahnya A%, B%, C%.
61
2) Membuat diagram pareto dengan menggunakan jenis kerusakan
berdasarkan dari jumlah yang paling besar menuju kecil dengan
urutan dari kiri ke kanan.
Jenis kecacatan yang terjadi bisa bermacam – macam.Data yang
diolah untuk mengetahui prosentase kecacatan dihitung dengan
rumus.
%100tan
tantan% x
ruhkecacajumlahselujenisicajumlahkeca
kecaca =
Tabel 3.4
Data jenis kecacatan poduk benang 100% rayon
Di PT. Adikencana Mahkotabuana
Tahun 2011
62
Jenis Kerusakan Jumlah kerusakan
(cones)
Prosen kerusakan
Benang kotor 309 33,08%
TPI (twist per inche) 296 31,70%
Lapping tidak kelihatan 206 22,05%
Problem diluar tasion 123 13,17%
Jumlah 934 100%
Sumber : Dokumen PT Adikencana Mahkotabuana
Gambar 3.5
Diagram pareto tingkat kerusakan benang 100% rayon
Keterangan :
63
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan diagram pareto
menunjukkan bahwa kerusakan yang terjadi pada produk benang 100%
rayon adalah berupa empat jenis kerusakan produk. Dari analisis
produk tersebut diketahui bahwa jenis kerusakan yang paling banyak
terjadi selama satu tahun adalah jenis kerusakan benang kotor sebesar
33,08%. Kerusakan ini berada pada tingkat kerusakan paling besar.
6. Diagram sebab akibat
Diagram sebab akibat adalah diagram yang menggambarkan
hubungan antara masalah atau atribut dengan faktor – faktor yang
menjadi penyebabnya.Diagram ini digunakan untuk mengidentifikasi
dan mengisolasi penyebab – penyebab dari suatu masalah yang
disusun dengan suatu acuan dan urutan, dengan acuan berlangsungnya
suatu proses.Permasalahan adanya kecacatan produksi dapat dicari
penyebabnya dengan membuat suatu diagram sebab akibat atau disebut
juga “fishbone diagram”.
64
Kurangnya ketelitian
Kondisi mesin sudah tua pengawasan benang
Tiba-tiba mesin berhenti
/ rusakdalam proses produksi Kelalaian petugas dalam
penjagaan mesin
Kondisi ruangan tidak stabil sosialisasi metode kurang
merata metode kurang tepat
Kualitas serat kapas rendah
Machine Man
Penyebab kerusakan produk benang 100% Rayon
65
Gambar 3.6
Diagram Sebab-Akibat
(Fish Bone Chart)
Dari gambar3.5 , maka dapat diketahui bahwa ada beberapa faktor yang
menjadi penyebab cacatnya produk, antara lain sebagai berikut :
a. Manusia (Man)
1) Kurangnya ketelitian pengawasan benang
Kurangnya ketelitian karyawan dalam menjaga benang pada saat
proses produksi berlangsung akan berakibat fatal, benang yang
dihasilkan tidak dapat memenuhi standar dan kondisi tersebut akan
ketahuan jika benang sudah pada proses akhir.
2) Kelalaian karyawan dalam penjagaan mesin
Kurang cermatnya para karyawan dalam mengawasi kinerja mesin
pada saat proses produksi berlangsung akan berakibat terajadinya
kecelakaan kerja dan kecacatan produk.
b. Mesin (Machine)
1) Mesin tiba – tiba rusak / berhenti dalam proses produksi
Matherial Menthod
66
Mesin yang digunakan untuk produksi kurang perawatan misal
jarang dibersihkan / service, sehingga menyebabkan mesin tiba –
tiba berhenti.
2) Kondisi mesin sudah tua
Banyaknya mesin yang sudah tua menjadi salah satu faktor utama
penyebab kerusakan produk, karena mahalnya biaya untuk
pembelian mesin baru yang berteknologi tinggi menjadi penyebab
mengapa mesin-mesin tersebut masih tetap digunakan.
c. Bahan mentah (Material)
1) Kualitas serat kapas rendah
Serat kapas yang diperoleh dari pemasok terkadang ada beberapa yang
tidak memenuhi standar, misal kadar air serat rendah sehingga
akan berpengaruh pada proses produksi benang serta kualitas
benangnya.
2) Kondisi ruangan tidak stabil
Temperature lingkungan juga berpengaruh terhadap kondisi bahan
baku, kerena kondisi ruangan yang berubah – ubah dapat
menyebabkan berkurangnya kadar air pada benang dan dapat
menyebabkan benang mudah rapuh.
d. Metode (Method)
1) Sosialisasi metode kurang merata
Sosialisasi kurang merata dapat disebabkan karena pada saat
sosialisasi berlangsung karyawan ada yang tidak masuk atau tidak
67
hadir, hal ini berakibat ketidaktauan karyawan akan sistem baru
yang perusahaan berikan, dan berakibat pada kualitas produk.
2) Metode kurang tepat
Metode yang kurang tepat dapat mempengaruhi kualitas suatu
produk.Hal ini disebabkan cara penanganan yang salah. Misalnya
jika ada keluhan dari konsumen tidak langsung ditangani.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang dilakukan tentang pengendalian kualitas
benang 100% rayon pada PT. Adikencana Mahkotabuana maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode C-chart dapat
diketahui bahwa prosentase kerusakan pada periode 2011 berada pada
luar batas batas kendali atas (UCL) sebesar 104,30 dan batas kendali
68
bawah (LCL) sebesar 51,36. Setelah dilakukan revisi batas pengendalian
atas (UCL) sebesar 97,92 dan batas kendali bawah (LCL) sebesar 46,88.
Dengan adanya kerusakan produk yang berada diluar batas kendali atau
out of control maka perusahaan harus lebih menjaga proses produksi agar
tidak terjadi lagi kerusakan diluar batas kendali. Sehingga produk yang
dihasilkan pada periode berikutnya dapat memenuhi standart kualitas
produk yang telah ditetapkan perusahaan.
2. Berdasarkan Diagram Pareto dapat diketahui bahwa kerusakan yang paling
banyak terjadi selama periode 2011 adalah kerusakan berupa benang
kotor yaitu sebesar 309 cones atau sebanyak 33,08%. Kerusakan kedua
adalah TPI (twist per inche) yaitu sebesar 296 cones atau 31,70%.
Kerusakan ketiga adalah Lapping tidak kelihatan yaitu sebesar 206 atau
sebanyak 22,05% dan kerusakan terakhir adalah problem diluat tasion
yaitu sebanyak 123 atau sebanyak 13,17%. Dari beberapa jenis kerusakan
tersebut dapat dijadikan sebagai acuan awal oleh PT. Adikencana
Mahkotabuana dalam melakukan perbaikan kualitas produknya.
3. kerusakan yang terjadi yang melebihi batas pengendalian atas (UCL) atau
batas pengendaian bawah (LCL) yaitu pada bulan oktober sebesar 161
dan pada bulan November sebesar 49.
B. SARAN
Berdasarkan data dan kesimpulan penelitian, maka dibagian ini
penulis mencoba untuk memberikan saran yang diharapkan akan bermanfaat
bagi perusahaan kedepannya untuk menggunakan teori dari analisis diatas
mengenai pengendalian kualitas.
69
1. Seharusnya karyawan lebih teliti dalam mengawasi benang, begitu pula
terhadap pengawasan mesin dan sebaiknya pihak yang diberi tanggung
jawab dalam pengawasan kinerja karyawan mampu bersikap lebih tegas
lagi kepada karyawan yang lalai dalam menjalankan tugasnya.
2. Perusahaan harus lebih meningkatkan pengawasan terhadap mesin-mesin
yang digunakan untuk proses produksi. Dengan melakukan perawatan dan
pengecekan secara rutin serta penggantian spare part pada mesin yang
rusak maupun pada mesin yang sudah tua, sehingga mesin tersebut dapat
terus beroperasi dan tidak mengganggu pada saat proses produksi
berlangsung.
3. Perusahaan harus lebih teliti lagi terhadap bahan baku yang digunakan,
jika tidak memenuhi standar lebih baik tidak digunakan serta perusahaan
harus lebih memperhatikan kondisi ruangan jangan sampai ruangan
tersebut panas, karena ruangan yang panas dapat membuat kadar air kapas
/ benang hilang atau berkurang.
4. Sebaiknya perusahaan memberikan pengumuman jika akan diadakan
sosialisasi, agar semua karyawan tau dan sosialisasi dapat disampaikan
sebanyak tiga kali karena terdapat tiga shift kerja.
5. Perbaikan terhadap kualitas produk benang 100% rayon sebaiknya harus
segera dilaksanakan.mengingat masih adanya kerusakan produk benang.
Dengan langkah awal yang bisa dilakukan yaitu mengatasi penyebab-
penyebab terjadinya kerusakan pada produk yang dihasilkan.
70