ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan...

37
Analisis Pengaruh Subsidi Pupuk, Kredit Pangan, dan Pengeluaran Pemerintah Atas Infrastruktur Terhadap Ketahanan Pangan Jawa Tengah (Ridwan Kurniawan Kapindo) 1 ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT PANGAN, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH ATAS INFRASTRUKTUR TERHADAP KETAHANAN PANGAN JAWA TENGAH Ridwan Kurniawan Kapindo (C2B006062) Dosen Pembimbing oleh Prof. Dr. H. Purbayu Budi Santosa, MS. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRACT The aims of this study is to analyze how manure subsidy, food credit, and government’s expenditure on infrastructure influence food security of Central Java. Food security was illustrated by the availability of energy and protein, and the consumption of energy and protein. This study used time series data from first quarter of 2002 until fourth quarter of 2009. The channeling of food credit face resistance because the conditions that specified by banks was difficult. The implementation of subsidy and government expenditure have internal and external problem. This study used Error Correction Model (ECM). The model was expected to explain the short and long term behavior. This study use four model to examine the influence of the three independent variable that used. The results indicated that manure subsidy has positive and significant effect to energy and protein availability in the short term, and has negative and significant effect to energy and protein consumption in the short term. Food credit has negative and significant effect to protein availability in the short term and energy consumption in the long term. Government’s expenditure on infrastructure has negative and significant effect to energy consumption in the long term. Keywords : food security, manure subsidy, food credit, government’s expenditure on infrastructure, Error Correction Model

Transcript of ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan...

Page 1: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

Analisis Pengaruh Subsidi Pupuk, Kredit Pangan, dan Pengeluaran Pemerintah

Atas Infrastruktur Terhadap Ketahanan Pangan Jawa Tengah

(Ridwan Kurniawan Kapindo)

1

ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT PANGAN, DAN

PENGELUARAN PEMERINTAH ATAS INFRASTRUKTUR TERHADAP

KETAHANAN PANGAN JAWA TENGAH

Ridwan Kurniawan Kapindo (C2B006062)

Dosen Pembimbing oleh Prof. Dr. H. Purbayu Budi Santosa, MS.

Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRACT

The aims of this study is to analyze how manure subsidy, food credit, and

government’s expenditure on infrastructure influence food security of Central Java.

Food security was illustrated by the availability of energy and protein, and the

consumption of energy and protein. This study used time series data from first

quarter of 2002 until fourth quarter of 2009. The channeling of food credit face

resistance because the conditions that specified by banks was difficult. The

implementation of subsidy and government expenditure have internal and external

problem.

This study used Error Correction Model (ECM). The model was expected to

explain the short and long term behavior. This study use four model to examine the

influence of the three independent variable that used.

The results indicated that manure subsidy has positive and significant effect to

energy and protein availability in the short term, and has negative and significant

effect to energy and protein consumption in the short term. Food credit has negative

and significant effect to protein availability in the short term and energy consumption

in the long term. Government’s expenditure on infrastructure has negative and

significant effect to energy consumption in the long term.

Keywords : food security, manure subsidy, food credit, government’s expenditure

on infrastructure, Error Correction Model

Page 2: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

Analisis Pengaruh Subsidi Pupuk, Kredit Pangan, dan Pengeluaran Pemerintah

Atas Infrastruktur Terhadap Ketahanan Pangan Jawa Tengah

(Ridwan Kurniawan Kapindo)

1

1. PENDAHULUAN

Pangan merupakan hal yang

sangat penting karena merupakan

kebutuhan dasar manusia, sehingga

kecukupan pangan bagi setiap orang

setiap waktu merupakan hak asasi

yang layak dipenuhi. Permintaan akan

pangan, yang merupakan kebutuhan

dasar, akan terus meningkat seiring

dengan perkembangan jumlah

penduduk dan peningkatan kualitas

hidup. Berdasarkan hal tersebut,

masalah ketahanan pangan sasaran

utama kebijakan pangan bagi

pemerintah suatu Negara

Di Indonesia, definisi dan

konsep ketahan pangan terdapat pada

Undang-Undang Pangan No. 7 Tahun

1996, yang menyatakan bahwa

ketahanan pangan merupakan kondisi

terpenuhinya kebutuhan pangan bagi

rumah tangga yang tercermin dari

tersedianya pangan secara cukup, baik

dari jumlah maupun mutunya, aman,

merata dan terjangkau.

Amartya Sen dalam Lassa

(2008) mengungkapkan bahwa

ketidaktahanan pangan seringkali

terjadi karena ketiadaan akses atas

pangan, bahkan ketika produksi

pangan berlimpah. Kasus seperti itu

terjadi juga di Indonesia, yaitu di Nusa

Tenggara Barat yang merupakan

lumbung pangan namun terjadi

kerawanan pangan

Menurut Dewan Ketahanan

Pangan (2006), inti persoalan dalam

mewujudkan ketahanan pangan di

tingkat nasional beberapa tahun

belakangan ini adalah pertumbuhan

permintaan pangan yang melebihi

pertumbuhan penyediaannya.

Permintaan pangan meningkat seiring

dengan laju pertumbuhan penduduk,

pertumbuhan ekonomi dan daya beli

masyarakat serta perubahan selera.

Sedangkan masalah kapasitas produksi

terkendala oleh kompetisi pemanfaatan

lahan dan menurunnya kualitas sumber

daya alam. Masalah di atas dapat

berdampak pada peningkatan impor

pangan untuk memenuhi ketersediaan

pangan. Pada tataran rumah tangga,

pemantapan ketahanan pangan

terkendala oleh besarnya proporsi

kelompok masyarakat yang memiliki

daya beli rendah ataupun yang tidak

Page 3: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

3

memiliki akses atas pangan karena

berbagai sebab, sehingga mereka

mengalami kerawanan pangan yang

kronis. Dapat ditarik kesimpulan

bahwa masalah utama dalam

pemantapan ketahanan pangan di

Indonesia adalah penyediaan pangan

dan akses pangan oleh seluruh

penduduk.

Pembangunan ketahanan

pangan tidak cukup hanya dengan

memperhatikan kinerja di tingkat

nasional. Adanya perbedaan

permasalahan potensi dan sumber daya

di tiap daerah mengharuskan kebijakan

pangan terutama mengenai ketahanan

pangan tidak bisa dilihat secara

nasional saja, tapi perlu dilihat secara

spesifik antar daerah agar kebijakan

dan program-program yang

dilaksanakan efektif, tepat sasaran, dan

berdampak nyata.

Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 68 tahun 2002 tentang

ketahanan pangan dalam Bab VI Pasal

13 ayat 1 tertulis menyatakan bahwa

Pemerintah Provinsi, Pemerintah

Kabupaten/Kota dan atau Pemerintah

Desa melaksanakan kebijakan dan

bertanggung jawab terhadap

penyelenggaran ketahanan pangan di

wilayahnya masing-masing dengan

memperhatikan pedoman, norma,

standar, dan kriteria yang ditetapkan

Pemerintah Pusat. Jelas bahwa perlu

adanya pengamatan secara regional

tentang kasus ketahanan pangan dan

kebijakan ketahanan pangan, sehingga

penelitian ini akan meneliti kondisi

ketahanan pangan di salah satu

provinsi di Indonesia.

Jawa Tengah merupakan salah

satu provinsi di Indonesia yang

perekonomiannya memiliki basis yang

cukup kuat pada sektor pertanian.

Sektor petanian memberikan

kontribusi tertinggi kedua bagi PDRB

Jawa Tengah dengan sumbangan rata-

rata adalah 19 sampai 20 persen dan

hampir setiap tahun terjadi

peningkatan PDRB sektor pertanian

Jawa Tengah.

Gejolak harga pangan akan

mempengaruhi inflasi sehingga

berdampak negatif terhadap daya beli

konsumen dan petani produsen,

sehingga menghambat rumah tangga

Page 4: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

4

untuk mengakses pangan yang

dibutuhkan.

Inflasi bahan pangan yang

terjadi di empat kota besar di Jawa

Tengah tergolong tinggi, yaitu hampir

selalu diatas 10% dan rata-rata selalu

lebih tinggi dibandingkan inflasi

secara umum tiap tahunnya (BPS,

berbagai terbitan.

Tingginya tingkat inflasi bahan

pangan berarti menggambarkan bahwa

tingkat harga tinggi. Tentunya ini

mempengaruhi aksesibilitas secara

ekonomi oleh penduduk, dimana

penduduk yang tingkat

kesejahteraannya rendah akan sulit

untuk memenuhi kebutuhan

konsumsinya.

Berdasarkan data BPS, jumlah

penduduk miskin di Jawa Tengah dari

tahun 2002 hingga 2009 mengalami

penurunan. Persentase penduduk

miskin Jawa Tengah pada tahun 2002

adalah 23,06% atau sejumlah

7.308.330, sedangkan pada tahun 2009

yaitu 17,72% atau 5.725.700 orang.

Namun, secara nasional jumlah

penduduk miskin di Jawa Tengah

selalu berada di urutan kedua setelah

Jawa Timur. Dengan tingkat

kemiskinan seperti itu, jumlah

penduduk yang kurang mampu

mengakses pangan masih banyak.

Ditambah dengan tingkat inflasi bahan

pangan yang setinggi itu, maka

kemampuan rumah tangga untuk

mengakses pangan dinilai masih belum

baik dan kurang merata.

Fenomena-fenomena produk

pangan dan kemiskinan di atas

menuntut peran pemerintah agar

produsen dan konsumen domestik

dapat dilindungi. Peran tersebut

diharapkan mampu mempercepat

tercapainya tujuan pembangunan

nasional. Peran pemerintah untuk

melindungi produsen dan konsumen

domestik tersebut diharapkan mampu

menstabilkan harga pangan yang dapat

yang dapat dilakukan melalui

kebijakan harga pangan agar

mengurangi ketidakpastian petani dan

menjamin harga pangan menjadi lebih

stabil bagi konsumen.

Menurut Ellis dalam Ilham et

al (2006), kebijakan harga pangan

yang merupakan upaya untuk

menstabilkan harga pertanian, dapat

Page 5: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

5

dilakukan melalui berbagai instrumen,

yaitu kebijakan perdagangan,

kebijakan nilai tukar, pajak dan

subsidi, serta intervensi langsung.

Selain melalui kebijakan harga, secara

tidak langsung stabilisasi harga dapat

juga dilakukan melalui kebijakan

pemasaran output dan kebijakan input.

Kebijakan input antara lain berupa

subsidi harga sarana produksi yang

diberlakukan pemerintah terhadap

pupuk, benih, pestisida dan kredit

pertanian.

Menurut Purbayu Budi Santosa

(2010), subsidi pupuk yang dilakukan

selama ini lebih menguntungkan pihak

pabrik karena subsidi diberikan

langsung kepada pihak pabrik.

Permasalahan tersebut juga disebabkan

struktur pasar pupuk yang bersifat

oligopoli, permainan dalam distribusi

pupuk, dan lemahnya penegakan

hukum.

Namun demikian, bukan berarti

subsidi pupuk menjadi tidak

diperbolehkan. Berdasarkan penelitian

Dewi Ratna Sjari (2005) dalam

Purbayu Budi Santosa (2010), harga

pupuk yang semakin tinggi

menyebabkan menurunnya aktivitas

lahan, serta semakin sedikitnya waktu

yang digunakan rumah tangga tani

untuk usaha taninya. Berarti akan

menekan produktivitas bahan pangan.

Jadi, susbidi pupuk yang seharusnya

dapat membuat harga pupuk lebih

murah dan dapat dijangkau petani

masih perlu dilakukan, hanya saja

perlu dikaji apakah subsidi yang

dilakukan selama ini sudah membantu

petani yang pada akhirnya mendukung

ketahanan pangan.

Petani di Indonesia pada

umumnya juga menghadapi masalah

dalam permodalan karena sebagian

besar petani di Indonesia adalah petani

gurem yang bersifat subsisten. Untuk

mengatasi masalah tersebut, selama

lebih dari empat dekade, pemerintah

menyalurkan kredit program/bantuan

modal bagi petani dan pelaku usaha

tani.

Kredit program pemerintah

dimulai dari Bimas (Bimbingan

Massal), kemudian diganti dengan

KUT (Kredit Usaha Tani). Namun

dalam pelaksanaannya, Bimas dan

KUT mengahadapi berbagai masalah

Page 6: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

6

antara lain, tingginya tunggakan dan

penyelewengan kredit sehingga pada

tahun 2000 diganti dengan KKP

(Kredit Ketahanan Pangan). Berbeda

dengan Bimas dan KUT, dana KKP

berasal dari bank pelaksana yang

terdiri dari 10 bank umum (pemerintah

maupun swasta) dan 12 BPD, dengan

subsidi pemerintah untuk mengurangi

bunga yang dibayar petani.

Pelaksanaan KKP juga tidak terlepas

dari permasalahan. Berdasarkan studi

yang dilakukan lembaga penelitian

SMERU (2001) di tiga lokasi, ternyata

total penyerapan dana KKP untuk

tanaman pangan masih sangat rendah.

Misalnya, di Sulawesi Selatan sampai

Maret 2001 baru disalurkan Rp1,51

milyar atau 2,17% dari alokasi kredit

(plafon) Rp69,774 milyar. Rendahnya

penyerapan KKP antara lain karena

masih adanya tunggakan KUT dan

petani sulit memenuhi syarat agunan

kredit.

Menurut Ashari (2000), kredit

merupakan salah satu faktor

pendukung pengembangan adopsi

teknologi usaha tani. Kredit pertanian

menjadi titik kritis dalam

pembangunan pertanian. Kredit dapat

membantu mengatasi keterbatasan

modal, mengurangi ketergantungan

pada tengkulak, dan menjadi insentif

bagi petani untuk meningkatkan

produksi sehingga pada akhirnya akan

meningkatkan pendapatan petani dan

mendukung ketahanan pangan.

Dengan demikian, penyaluran kredit

pertanian memiliki peran yang penting

dalam pembangunan pertanian.

Berdasarkan hasil penelitian

Ilham et al (2006) menyimpulkan

bahwa untuk lebih mengefektifkan

kebijakan pertanian, khususnya

kebijakan harga pangan, perlu adanya

dukungan kebijakan lain, terutama

kebijakan penyediaan infrastruktur.

Kebijakan penyediaan infrastruktur

dalam makro ekonomi termasuk ke

dalam belanja pemerintah (government

expenditures) dimana belanja

pemerintah termasuk dalam kebijakan

fiskal. Sadono Sukirno (2004)

menyatakan bahwa pengeluaran

pemerintah bermanfaat untuk

mengatasi masalah pengangguran,

inflasi dan mempercepat pertumbuhan

ekonomi dalam jangka panjang.

Page 7: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

7

Dalam kaitannya dengan

pertanian, pembangunan infrastruktur

yang memadai, seperti jalan dan sarana

irigasi, akan mampu melayani

pergerakan ekonomi dengan baik.

Peningkatan sarana jalan berimplikasi

pada semakin murahnya biaya

distribusi, dan mempercepat distribusi,

sehingga dapat menjadi insentif bagi

petani. Peningkatan sarana irigasi juga

dapat menjadi insentif bagi petani dan

meningkatkan produksi. Namun,

proses akumulasi di sektor pertanian

biasanya lebih lambat karena tingkat

produktivitas pekerja yang lebih

rendah daripada sektor di luar

pertanian. Selain itu, kenaikan

produktivitas per pekerja di sektor

pertanian juga lebih lambat daripada

sector di luar pertanian. Itulah

sebabnya investasi di sektor pertanian

memiliki arti yang penting.

Pelaksanaan kebijakan

pengeluaran pemerintah maupun

subsidi sebenarnya menghadapi dua

kendala utama selain permasalahan

yang sudah diungkapkan di atas, yaitu

internal dan eksternal. Kendala internal

yaitu terbatasnya anggaran pemerintah

untuk pembangunan, sedangkan

kendala eksternal adalah lingkungan

strategis perdagangan internasional

yang semakin terliberalisasi. Adanya

kendala atau permasalahan tersebut

menyebabkan adanya kelompok yang

mendukung intervensi pemerintah

dalam bidang pangan, namun ada juga

yang sebaliknya.

Pengalaman negara

berkembang yang membuka pasar dan

mengurangi bantuan terhadap petani

sejak 1955 menyebabkan tingkat

kemiskinan tidak membaik,

pembangunan pedesaan merosot,

impor pangan meningkat pesat, dan

mengancam ketahanan pangan serta

arus urbanisasi yang tidak terkontrol

(Sawit, 2003). Di sisi lain, Negara-

negara maju masih memberikan

proteksi dan dukungan yang kuat pada

pertaniannya. Pengeluaran pemerintah

merupakan kebijakan yang dapat

dilakukan pemerintah sebagai salah

satu langkah untuk mensejahterakan

masyarakatnya dan menuju

pertumbuhan ekonomi. Dengan

kondisi demikian, dukungan

pemerintah di sektor pertanian pada

Page 8: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

8

umumnya dan pangan pada khususnya

masih perlu dilakukan.

Ketahanan pangan perlu dikaji

secara regional mengingat adanya

perbedaan permasalahan potensi dan

sumber daya di tiap daerah. PDRB

sektor pertanian dan produksi pangan

di Jawa Tengah cukup baik. Namun

inflasi harga pangan dan kemiskinan di

Jawa Tengah tinggi. Kedua hal

tersebut dapat memberikan sedikit

gambaran bahwa kondisi ketahanan

pangan di Jawa Tengah cukup rawan,

di mana aspek akses rumah tangga

terhadap pangan cukup lemah. Peran

pemerintah diperlukan untuk

mengatasi permasalahan ekonomi

termasuk di sektor pertanian, antara

lain melalui subsidi maupun

pengeluaran pemerintah untuk

infrastruktur pertanian maupun sarana

jalan. Diduga terdapat permasalahan

dalam penyaluran subsidi pupuk

sehingga perlu dipertanyakan subsidi

yang dilakukan selama ini sudah dapat

membantu petani atau belum.

Penyaluran kredit pangan, yang dapat

membantu segi permodalan petani,

juga menghadapi kendala karena

persyaratan yang ditetapkan bank bagi

petani cukup berat. Di samping itu,

dalam pelaksanaan kebijakan subsidi

dan pengeluaran pemerintah, terdapat

permasalahan eksternal mapun

internal. Penjelasan-penjelasan di atas

melatarbelakangi penulis untuk

melakukan penelitian mengenai sejauh

apa pengaruh subsidi pupuk, kredit

pangan, dan pengeluaran infrastruktur

mempengaruhi ketahanan pangan Jawa

Tengah.

2. TELAAH TEORI

2.1 Konsep Ketahanan Pangan

Maleha dan Sutanto (2006)

dalam penelitiannya mengenai konsep

ketahanan pangan menngungkapkan

bahwa dari perspektif sejarah istilah

ketahanan pangan (food security)

muncul dan dibangkitkan karena

kejadian krisis pangan dan kelaparan.

Istilah ketahanan pangan dalam

kebijakan pangan dunia pertama kali

digunakan pada tahun 1971 oleh PBB.

Fokus ketahanan pangan pada masa itu

menitik beratkan pada pemenuhan

kebutuhan pokok dan membebaskan

daerah dari krisis pangan yang nampak

Page 9: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

9

pada definisi ketahanan pangan oleh

PBB sebagai berikut: food security is

availability to avoid acute food

shortages in the event of wide spread

coop vailure or other disaster (Syarief

et al, 2006).

Definisi tersebut

disempurnakan pada Internasional

Conference of Nutrition 1992 yang

disepakati oleh pimpinan negara

anggota PBB yaitu, tersedianya pangan

yang memenuhi kebutuhan setiap

orang baik dalam jumlah dan mutu

pada setiap saat untuk hidup sehat,

aktif dan produktif.

Di Indonesia, definisi dan

konsep ketahan pangan terdapat pada

Undang-Undang Pangan No. 7 Tahun

1996, yang menyatakan bahwa

ketahanan pangan merupakan kondisi

terpenuhinya kebutuhan pangan bagi

rumah tangga yang tercermin dari

tersedianya pangan secara cukup, baik

dari jumlah maupun mutunya, aman,

merata dan terjangkau. Definisi

tersebut menunjukkan bahwa target

akhir dari ketahanan pangan adalah

pada tingkat rumah tangga.

Ketahanan ketahanan pangan

terdiri dari tiga sub sistem utama yaitu

ketersediaan, akses, dan penyerapan

pangan, sedangkan status gizi

merupakan outcome dari ketahanan

pangan.

Gambar 4.1

Subsistem Ketahanan Pangan

Sumber : Hanani (2007)

Secara rinci penjelasan

mengenai sub sistem tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut :

Sub sistem ketersediaan (food

availability) : yaitu ketersediaan

pangan dalam jumlah yang cukup

aman dan bergizi untuk semua

orang dalam suatu negara baik

yang berasal dari produksi sendiri,

Ketersediaan

pangan

Akses

pangan

Penyerapan

pangan

Status gizi

Stabilitas

Page 10: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

10

impor, cadangan pangan maupun

bantuan pangan. Ketersediaan

pangan ini harus mampu

mencukupi pangan yang

didefinisikan sebagai jumlah

kalori yang dibutuhkan untuk

hidup aktif dan sehat

Akses pangan (food access) : yaitu

kemampuan semua rumah tangga

dan individu dengan sumberdaya

yang dimilikinya untuk

memperoleh pangan yang cukup

untuk kebutuhan gizinya yang

dapat diperoleh dari produksi

pangannya sendiri, pembelian

ataupun melalui bantuan pangan.

Akses rumah tangga dan individu

terdiri dari akses ekonomi, fisik

dan sosial. Akses ekonomi

tergantung pada pendapatan,

kesempatan kerja dan harga. Akses

fisik menyangkut tingkat isolasi

daerah (sarana dan prasarana

distribusi), sedangkan akses sosial

menyangkut tentang preferensi

pangan.

Penyerapan pangan (food

utilization) yaitu penggunaan

pangan untuk kebutuhan hidup

sehat yang meliputi kebutuhan

energi dan gizi, air dan kesehatan

lingkungan. Efektifitas dari

penyerapan pangan tergantung

pada pengetahuan rumah

tangga/individu, sanitasi dan

ketersediaan air, fasilitas dan

layanan kesehatan, serta

penyuluhan gisi dan pemeliharaan

balita.

Stabiltas (stability) merupakan

dimensi waktu dari ketahanan

pangan yang terbagi dalam

kerawanan pangan kronis (chronic

food insecurity) dan kerawanan

pangan sementara (transitory food

insecurity). Kerawanan pangan

kronis adalah ketidak mampuan

untuk memperoleh kebutuhan

pangan setiap saat, sedangkan

kerawanan pangan sementara

adalah kerawanan pangan yang

terjadi secara sementara yang

diakibatkan karena masalah

kekeringan banjir, bencana,

maupun konflik sosial.

Page 11: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

11

Status gizi (Nutritional status)

adalah outcome ketahanan pangan

yang merupakan cerminan dari

kualitas hidup seseorang. Umumnya

satus gizi ini diukur dengan angka

harapan hidup, tingkat gizi balita

dan kematian bayi.

2.2 Efek Subsidi Pemerintah

Subsidi adalah pemberian

pemerintah kepada produsen untuk

mengurangi biaya produksi yang

ditanggung produsen. Subsidi dapat

menurunkan harga. Sampai dimana

besarnya keuntungan yang diperoleh

pembeli dengan adanya subsidi adalah

bergantung kepada besarnya

penurunan harga yang berlaku (Sadono

Sukirno, 2005). Gambar 4.2 dan

Gambar 4.3 dapat digunakan untuk

mengetahuinya.

2.2.1 Subsidi dan Elastisitas

Permintaan

Pada Gambar 4.2 (i) di bawah

ini, dimisalkan sebelum ada subsidi,

tingkat keseimbangan berada pada E

dan keseimbangan ini menunjukkan

harga adalah P dan jumlah barang

yang diperjualbelikan adalah Q.

Subsidi sebesar R akan menggeser

kurva penawaran dari SS menjadi S1S1

dan keseimbangan bergeser pula

kepada E1. Sekarang harga adalah P1

dan jumlah barang yang

diperjualbelikan adalah Q. Dengan

cara yang sama, analisis terhadap

keadaan pada Gambar 4.2 (ii) akan

menunjukkan bahwa subsidi sebesar R

akan menyebabkan harga turun dari P

kepada P1 dan jumlah barang yang

diperjualbelikan akan meningkat dari

Q kepada Q1.

Gambar 4.2

Efek Subsidi dan Elastisitas

Permintaan

A

Q Q1

P1 P

Q

P

S S1

R

E1

E

D

0

(I) Penawaran elastis

(I)

Page 12: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

12

A

P1

P

D

S

(II) Penawaran tidak elastis

Berdasarkan analisis ini,

kesimpulan yang didapat dibuat

mengenai subsidi adalah :

1. Semakin elastis permintaan,

semakin besar bagian dari subsidi

yang akan diperoleh penjual.

2. Semakin elastis permintaan,

semakin banyak pertambahan

jumlah barang yang

diperjualbelikan.

2.2.2 Subsidi dan Elastisitas

Penawaran

Gambar 4.3 di bawah ini

menunjukkan pengaruh elastisitas

penawaran kepada bagian subsidi yang

diterima pembeli dan penjual. Terlebih

dahulu diperhatikan Gambar 4.2 (i)

dan dimisalkan keseimbangan

permulaan adalah pada tingkat E

dimana harga adalah P dan jumlah

barang yang diperjualbelikan adalah Q.

Misalkan jumlah subsidi pemerintah

adalah sebesar R dan ini menyebabkan

kurva penawaran bergeser menjadi

S1S1 dan keseimbangan yang baru

adalah E1. Berarti, harga telah turun

menjadi P1 dan jumlah barang yang

diperjualbelikan telah naik menjadi Q1.

Gambar 4.3

Efek Subsidi dan Elastisitas

Penawaran

0 Q Q1

P1

P

A

Q1 Q

E1

E

R S

S1

Q

P

(II) Penawaran elastis

(III)

Q

S1 R

E1

E

Q

P

A

Q

D

P1 E1

E

Q1 0

(II) Penawaran inelastis

D

P

S

Page 13: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

13

Dengan cara yang sama,

berdasarkan kepada Gambar 4.2 (ii)

dapat ditunjukkan bahwa subsidi

sebesar R akan menurunkan harga dari

P menjadi P1 dan jumlah barang yang

diperjualbelikan meningkat dari Q

menjadi Q1. Berdasarkan analisis ini,

dapat disimpulkan bahwa :

1. Semakin elastis penawaran,

semakin kecil bagian dari subsidi

yang akan diperoleh penjual.

2. Semakin elatis penawaran,

semakin banyak pertambahan

jumlah barang yang

diperjualbelikan.

2.3 Keterkaitan Kebijakan Subsidi

Pupuk dengan Ketahanan Pangan

Subsidi harga pupuk bertujuan

untuk membantu petani dalam

penyediaan dan pengunaan pupuk

sesuai kriteria enam tepat (waktu,

harga, jenis, jumlah, mutu dan tempat).

Tujuan utamanya adalah untuk

mencapai keluarga sasaran dan

melindungai petani memperoleh harga

yang lebih rendah dari harga pasar.

Selain adanya investasi di sektor

pertanian diharapkan dapat

berkontribusi yang lebih besar dalam

pembentukan PDRB suatu wilayah

(Nota keuangan dan RAPBN 2009).

Pengadaan pupuk bersubsidi akan

meningkatkan efisiensi usaha tani,

yaitu berimplikasi pada peningkatan

pemanfaatan lahan dan penggunaan

benih yang secara sinergis

berpengaruh terhadap peningkatan

produksi pertanian. Kemudian,

peningkatan produksi dengan biaya

yang disubsidi dan harga output yang

stabil menyebabkan pendapatan petani

meningkat. Kedua hal tersebut akan

mempengaruhi aspek ketersediaan dan

aksesibilitas, sehingga akan

mempengaruhi status ketahanan

pangan.

2.4 Keterkaitan Kredit Pertanian

dengan Ketahanan Pangan

Ashari (2000) menyatakan

bahwa kredit berperan untuk

memperlancar pembangunan

pertanian, antara lain karena :

1. Membantu petani kecil dalam

mengatasi keterbatasan modal

dengan bunga relatif ringan.

S P

Page 14: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

14

2. Mengurangi ketergantungan petani

pada pedagang perantara dan

pelepas uang sehingga bisa

berperan dalam memperbaiki

struktur dan pola pemasaran hasil

pertanian.

3. Mekanisme transfer pendapatan

untuk mendorong pemerataan.

4. Insentif bagi petani untuk

meningkatkan produksi pertanian.

Peningkatan produksi pertanian

dan pendapatan petani akan

mempengaruhi status ketahanan

pangan, karena dengan meningkatnya

produksi maka ketersediaan pangan

juga meningkat. Sementara

peningkatan pendapatan petani akan

meningkatkan aksesibilitas ekonomi

dimana daya beli petani menjadi lebih

tinggi dan skala usaha taninya juga

dapat ditingkatkan.

2.5 Keterkaitan Pemerintah di

Bidang Infrastruktur dengan

Ketahanan Pangan

Infrastruktur merupakan suatu

sarana (fisik) pendukung agar

pembangunan ekonomi suatu negara

dapat terwujud. Infrastruktur juga

menunjukkan seberapa besar

pemerataan pembangunan terjadi.

Suatu negara dengan pertumbuhan

ekonomi tinggi akan mampu

melakukan pemerataan pembangunan

kemudian melakukan pembangunan

infrastruktur keseluruh bagian

wilayahnya.

Pembangunan infrastruktur

yang memadai, seperti jalan dan sarana

irigasi, akan mampu melayani

pergerakan ekonomi dengan baik.

Peningkatan sarana perhubungan

seperti jalan dan jembatan berimplikasi

pada semakin murahnya biaya

distribusi, dan mempercepat distribusi,

sehingga akses masyarakat terhadap

pangan menjadi lebih mudah dan

cepat. Peningkatan sarana irigasi juga

dapat menjadi insentif bagi petani dan

meningkatkan produksi.

2.6 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini yaitu :

1. Diduga subsidi pupuk berpengaruh

positif terhadap ketahanan pangan

Jawa Tengah.

Page 15: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

15

2. Diduga kredit pangan berpengaruh

positif terhadap ketahanan pangan

Jawa Tengah.

3. Diduga pengeluaran pemerintah

atas infrastruktur berpengaruh

positif terhadap ketahanan pangan

Jawa Tengah.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan

data sekunder deret waktu (time

series), dimana data mentah yang di

dapatkan adalah selama 8 tahun dari

tahun 2002 sampai tahun 2009. Syarat

observasi minimum untuk data time

series adalah n=30. Namun karena

keterbatasan tersebut, dimana data

mentah yang didapatkan hanya 8 tahun

(n=8), maka dilakukan interpolasi

linier yang dikembangkan oleh

Insukindro (Insukindro, 1992), yaitu :

-

-

-

Keterangan :

Yt = Tahun atau periode ke t

Yt-1 = Tahun atau periode sebelun t

Qt1 = Kuartal pertama tahun t

Qt2 = Kuartal kedua tahun t

Qt3 = Kuartal ketiga tahun t

Qt4 = Kuartal keempat tahun t

Dengan menggunakan teknik

interpolasi linier tersebut, maka data

yang digunakan menjadi data kuartalan

dari kuartal I 2002 sampai kuartal IV

2009, dan memenuhi syarat minimum

n=30, dimana n=32.

Data yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh dari beberapa

sumber, yaitu :

1. Ketersediaan energi, ketersediaan

protein, konsumsi energi, dan

konsumsi protein diperoleh dari

Neraca Bahan Makanan Jawa

Tengah yang dipublikasikan Badan

Pusat Statistik Provinsi Jawa

Tengah dan Badan Ketahanan

Pangan Provinsi Jawa Tengah.

2. Subsidi Pupuk diperoleh dari Dinas

Pertanian Provinsi Jawa Tengah.

3. Kredit Pangan diperoleh dari Bank

Indonesia Semarang.

4. Pengeluaran Pemerintah atas

infrastruktur jalan dan jembatan

Page 16: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

16

diperoleh dari Dinas Bina Marga

Provinsi Jawa Tengah.

5. Pengeluaran Pemerintah atas

infrastruktur irigasi diperoleh dari

Dinas Pertanian Provinsi Jawa

Tengah.

3.2 Definisi Operasional Variabel

1. Menurut Badan Ketahanan Pangan

Provinsi Jawa Tengah, ketahanan

Pangan merupakan variabel yang

digambarkan dengan nilai jumlah

ketersediaan energi dengan satuan

ribu kkal/tahun, jumlah ketersedian

protein dengan satuan kg/tahun,

jumlah konsumsi energi dengan

satuan kkal/tahun, dan jumlah

konsumsi protein dengan satuan

kg/tahun.

2. Kebijakan subsidi pupuk

merupakan besarnya pengeluaran

pemerintah daerah Jawa Tengah

untuk subsidi pupuk di Jawa

Tengah dengan satuan rupiah.

3. Kredit pangan merupakan jumlah

pinjaman yang diberikan

perbankan, yaitu bank pemerintah,

bank swasta nasional, bank asing

campuran, dan BPR kepada

subsektor tanaman pangan,

peternakan, dan perikanan di Jawa

Tengah dengan satuan rupiah.

4. Pengeluaran pemerintah atas

infrastruktur, merupakan besarnya

pengeluaran pemerintah daerah

Jawa Tengah untuk pembangunan

infrastruktur pertanian (irigasi) dan

infrastruktur transportasi (jalan dan

jembatan) di Jawa Tengah dengan

satuan rupiah.

3.3 Spesifikasi Model

Model penelitian yang digunakan

untuk menguji hipotesis penelitian ini

adalah dengan model Error Correction

Model (ECM). Dengan model ini

diharapkan dapat menjelaskan perilaku

jangka pendek maupun jangka

panjang.

Model dasar yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu :

KP = f (SP, KT, PI) (3.1)

Dimana :

KP = ketahanan pangan/tahun

SP = subsidi pupuk/tahun

KT = kredit pangan/tahun

PI = pengeluaran pemerintah atas

infrastruktur/tahun

Sehingga persamaannya adalah :

Page 17: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

17

KPt = α0 + α 1SP + α 2KT + α 3PI + εt

(3.2)

Model ini dibentuk untuk mengetahui

pengaruh secara bersamaan variabel

subsidi pupuk, kredit pertanian, dan

pengeluaran pemerintah atas

infrastruktur terhadap ketahanan

pangan.

3.3.1 Error Correction Model

Melalui model ECM

diharapkan dapat dijelaskan perilaku

jangka pendek maupun jangka

panjang keterkaitan antar variabel-

variabel yang diamati. ECM

memberikan pendekatan yang

berhubungan dengan masalah variabel

runtun waktu yang tidak stasioner dan

korelasi lancung (Bastias, 2010).

Bentuk model dalam penelitian ini

yaitu :

Δkkt = γ0 + γ1Δspt + γ2Δktt + γ3Δpit +

γ4spt-1 + γ5ktt-1 + γ6pit-1 + γ7 (spt-1 + ktt-1

+ pit-1 – kpt-1) (3.3)

Δkgt = γ0 + γ1Δspt + γ2Δktt + γ3Δpit +

γ4spt-1 + γ5ktt-1 + γ6pit-1 + γ7 (spt-1 + ktt-1

+ pit-1 – kpt-1) (3.4)

Δckt = γ0 + γ1Δspt + γ2Δktt + γ3Δpit +

γ4spt-1 + γ5ktt-1 + γ6pit-1 + γ7 (spt-1 + ktt-1

+ pit-1 – kpt-1) (3.5)

Δcgt = γ0 + γ1Δspt + γ2Δktt + γ3Δpit +

γ4spt-1 + γ5ktt-1 + γ6pit-1 + γ7 (spt-1 + ktt-1

+ pit-1 – kpt-1) (3.6)

Dimana kkt adalah ketersediaan energi,

kgt adalah ketersediaan protein, ckt

adalah konsumsi energi, dan cgt adalah

konsumsi protein.

Sebelum dilakukan regresi,

dilakukan uji akar unit menggunakan

ADF test pada semua variabel untuk

mengetahui apakah terdapat unit root

(tidak stasioner). Estimasi dengan

menggunakan variabel yang

mengandung akar unit akan

menghasilkan regresi lancung.

Kemudian dilakukan uji kointegrasi

menggunakan johansen test untuk

memastikan apakah variabel-variabel

yang digunakan dalam persamaan

memiliki hubungan jangka panjang.

Page 18: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

18

4. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

4.1 Keragaan Ketersediaan dan

Konsumsi Energi dan Protein

Grafik 4.1 dan 4.2 menunjukkan

kondisi ketersediaan energi dan protein

Jawa Tengah dari tahun 2002 sampai

2009 dengan mengklasifikasikan

energi dan protein yang berasal dari

tumbuhan (nabati) dan yang berasal

dari hewan (hewani). Menurut Azwar

dalam Ilham et al (2006), ketersediaan

energi dan protein yang dianjurkan

adalah sebesar 2550 kkal/kapita/hari

untuk energi dan 55 gram/kapita/hari

untuk protein. Berdasarkan kedua

grafik di atas, ketersediaan energi dan

protein di Jawa Tengah sudah

memenuhi kriteria yang dianjurkan.

Grafik 4.1

Perkembangan Ketersediaan Energi

per Kapita per hari di Jawa Tengah

Tahun 2002-2009

Grafik 4.2

Perkembangan Ketersediaan

Protein per Kapita per hari di Jawa

Tengah Tahun 2002-2009

Sumber : BPS dan BKP Jawa Tengah

(berbagai terbitan, diolah)

Ketersediaan yang mencukupi

belum diikuti dengan kualitas yang

baik, karena sebagian besar berasal

dari sumber nabati. Padahal untuk

mencapai komposisi pangan yang baik,

kontribusi energi dan protein hewani

terhadap total energi dan protein harus

sekitar 15 persen (Hardiansyah dan

Tambunan dalam Ilham et al, 2006).

Grafik 4.3

Persentase Rata-rata Ketersediaan

Energi dan Protein per Kapita per

hari di Jawa Tengah Tahun 2002-

2009

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

Nabati

Hewani

Jumlah

Kalori Protein

97% 91%

3 9%

Nabati Hewani

0.00

1000.00

2000.00

3000.00

4000.00

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

Nabati

Hewani

Jumlah

Page 19: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

19

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

Nabati

Hewani

Jumlah

Sumber : BPS dan BKP Jawa Tengah

(berbagai terbitan, diolah)

Berdasarkan kriteria dan grafik

4.3, komposisi pangan di Jawa Tengah

kurang baik. Jika dirata-rata, jumlah

energi yang tersedia di Jawa Tengah

per tahunnya yaitu 2686,09 kkal per

kapita per hari atau 97 persen dari total

ketersediaan energi, sedangkan energi

hewani hanya 71,24 kkal per kapita per

hari atau hanya 3 persen dari total

ketersediaan energi. Rata-rata

ketersediaan protein nabati tiap

tahunnya yaitu 72,15 gram per kapita

per hari atau 91 persen dari total

ketersediaan protein, sedangkan

protein hewani hanya 7,55 gram per

kapita per hari atau 9 persen dari total

ketersediaan protein.

Indikator lain yang dapat

digunakan untuk mengukur ketahanan

pangan adalah tingkat konsumsi

pangan untuk mengetahui jumlah

pangan yang dapat diakses dan

dikonsumsi rumah tangga.

Grafik 4.4

Perkembangan Konsumsi Energi

per Kapita per hari di Jawa Tengah

Tahun 2002-2009

Sumber : BPS dan BKP Jawa Tengah

(berbagai terbitan, diolah)

Grafik 4.5

Perkembangan Konsumsi Protein

per Kapita per hari di Jawa Tengah

Tahun 2002-2009

Sumber : BPS dan BKP Jawa Tengah

(berbagai terbitan, diolah)

Berdasarkan hasil Widyakarsa

Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG)

tahun 2004, tingkat kecukupan energi

dan protein adalah 2200

kkal/kapita/hari dan 57

0.00

500.00

1000.00

1500.00

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

Nabati

Hewani

Jumlah

Page 20: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

20

gram/kapita/hari. Mengacu pada

standar anjuran tersebut dan data pada

grafik 4.4 dan 4.5 terlihat bahwa

konsumsi energi masih jauh di bawah

standar kecukupan.

4.2 Hasil Estimasi

Uji akar unit (unit root test)

menunjukkan bahwa data stasioner

pada derajat kedua, dan lolos uji

kointegrasi pada semua variabel dan

keempat model yang digunakan dalam

penelitian ini.

4.2.1 Hasil Estimasi Pada Model

Ketersediaan Energi Jangka

Pendek dan Panjang

Dari tiga variabel independen

yang digunakan dalam penelitian ini,

hanya variabel subsidi pupuk yang

signifikan terhadap ketersediaan energi

dalam jangka pendek. Sedangkan

variabel kredit pangan dan

pengeluaran infrastruktur tidak

signifikan, yang terlihat dari

probabilitas signifikansi yang lebih

tinggi dari tingkat kepercayaan 5

persen. Sehingga dalam penelitian ini

ketersediaan energi dalam jangka

pendek dipengaruhi oleh subsidi pupuk

dengan persamaan matematis sebagai

berikut.

DKK = -5,878481 +

(0,1618)

0,000000000839DSP –

(0,0541)*

0,000000000205DKT –

(0,2107)

0,0000000000778DPI – 0,242272ECT

(0,6523) (0,0244)*

R2 = 0,38560; F Stat = 4,079427

Keterangan : * = signifikan pada apha

5persen.

DKK = Diferensiasi pertama dari

variabel ketersediaan

energi

DSP = Diferensiasi pertama dari

variabel subsidi pupuk

DKT = Diferensiasi pertama dari

variabel kredit pangan

DPI = Diferensiasi pertama dari

variabel pengeluaran

infrastruktur

ECT = Error Correction Term

Angka dalam kurung menunjukkan

probabilitas t-statistik

Sedangkan dalam jangka

panjang, semua variabel yag

digunakan, yaitu subsidi pupuk, kredit

Page 21: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

21

pertanian, dan pengeluaran

infrastruktur signifikan terhadap

ketersediaan energi. Hal tersebut dapat

dilihat dari probabilitas yang lebih

kecil dari alpha 5 persen. Sehingga

dalam penelitian ini, ketersediaan

energi dalam jangka panjang

dipengaruhi oleh variaabel subsidi

pupuk, kredit pertanian, dan

pengeluaran infrastruktur.

Persamaannya adalah sebagai berikut.

KK = 841,1533 + 0,000000000295SP

(0,0000)* (0,0382)*

– 0,000000000733KT

(0,0000)*

– 0,0000000000128PI

(0,0055)*

R2 = 0,560233; F Stat = 11,89003

Keterangan : * = signifikan pada alpha

5persen.

KK = Diferensiasi pertama dari

variabel ketersediaan energi

SP = Diferensiasi pertama dari

variabel subsidi pupuk

KT = Diferensiasi pertama dari

variabel kredit pangan

PI = Diferensiasi pertama dari

variabel pengeluaran

infrastruktur

Angka dalam kurung menunjukkan

probabilitas t-statistik

Namun terdapat masalah

autokorelasi pada model jangka

panjang yang menyebabkan hasil

regresi jangka panjang menjadi bias.

4.2.2 Hasil Estimasi Pada Model

Ketersediaan Protein Jangka

Pendek dan Panjang

Dari tiga variabel independen

yang digunakan dalam penelitian ini,

terdapat dua variabel yang signifikan

terhadap ketersediaan protein dalam

jangka pendek, yaitu subsidi pupuk

dan kredit pertanian. Sedangkan

variabel pengeluaran infrastruktur

tidak signifikan, yang terlihat dri

probabilitas signifikansi yang lebih

tinggi dari tingkat kepercayaan 5

persen. Sehingga dalam penelitian ini

ketersediaan protein dalam jangka

pendek dipengaruhi oleh subsidi pupuk

dan kredit pangan, dengan persamaan

matematis sebagai berikut.

DKG = -0,018775 + 0,451556DSP –

(0,0442)* (0,0468)*

0,213385DKT + 0,0118618DPI –

(0,0141)* (0,5219)

Page 22: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

22

0,116860ECT

(0,0164)*

R2 = 0,424115; F Stat = 4,786979

Keterangan : * = signifikan pada apha

5persen.

DKG = Diferensiasi pertama dari

variabel ketersediaan protein

DSP = Diferensiasi pertama dari

variabel subsidi pupuk

DKT = Diferensiasi pertama dari

variabel kredit pangan

DPI = Diferensiasi pertama dari

variabel pengeluaran

infrastruktur

ECT = Error Correction Term

Angka dalam kurung menunjukkan

probabilitas t-statistik

Sedangkan dalam jangka

panjang, hanya variabel subsidi pupuk

yang tidak signifikan terhadap

ketersediaan protein. Hal tersebut

dapat dilihat dari probabilitas yang

lebih besar dari alpha 5 persen.

Sehingga dalam penelitian ini,

ketersediaan protein dalam jangka

panjang dipengaruhi oleh variabel

kredit pangan dan pengeluaran

infrastruktur. Persamaannya adalah

sebagai berikut.

KG = 11,5519 + 0,0600SP –

(0,0000)* (0,3800)

0,328138KT – 0,0064047PI

(0,0000)* (0,0492)*

R2 = 0,645909; F Stat = 1,702527

Keterangan : * = signifikan pada apha

5persen.

KG = Diferensiasi pertama dari

variabel ketersediaan protein

SP = Diferensiasi pertama dari

variabel subsidi pupuk

KT = Diferensiasi pertama dari

variabel kredit pangan

PI = Diferensiasi pertama dari

variabel pengeluaran

infrastruktur

Angka dalam kurung menunjukkan

probabilitas t-statistik

Namun terdapat masalah autokorelasi

pada model jangka panjang yang

menyebabkan hasil regresi jangka

panjang menjadi bias.

4.2.3 Hasil Estimasi Pada Model

Konsumsi Energi Jangka

Pendek dan Panjang

Dari tiga variabel independen

yang digunakan dalam penelitian ini,

hanya variabel subsidi pupuk yang

Page 23: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

23

signifikan terhadap konsumsi energi

dalam jangka pendek. Sedangkan

variabel kredit pangan dan

pengeluaran infrastruktur tidak

signifikan, yang terlihat dari

probabilitas signifikansi yang lebih

tinggi dari tingkat kepercayaan 5

persen. Sehingga dalam penelitian ini

konsumsi energi dalam jangka pendek

hanya dipengaruhi oleh variabel

subsidi pupuk, dengan persamaan

matematis sebagai berikut.

DCK = 0,002019 – 0,061709DSP –

(0,066) (0,0215)*

0,002011DKT – 0,0000042DPI –

(0,8328) (0,9985)

0,54ECT

(0,0021)*

R2 = 0,451833; F Stat = 5,357700

Keterangan : * = signifikan pada apha

5persen.

DCK = Diferensiasi pertama dari

variabel konsumsi energi

DSP = Diferensiasi pertama dari

variabel subsidi pupuk

DKT = Diferensiasi pertama dari

variabel kredit pangan

DPI = Diferensiasi pertama dari

variabel pengeluaran

infrastruktur

ECT = Error Correction Term

Angka dalam kurung menunjukkan

probabilitas t-statistik

Sedangkan dalam jangka

panjang, hanya variabel subsidi pupuk

yang tidak signifikan terhadap

konsumsi energi. Hal tersebut dapat

dilihat dari probabilitas yang lebih

besar dari alpha 5 persen. Sehingga

dalam penelitian ini, konsumsi energi

dalam jangka panjang dipengaruhi

oleh variabel kredit pangan, dan

pengeluaran infrastruktur.

Persamaannya adalah sebagai berikut.

CK = 6,488848 – 0,004380SP –

(0,0000)* (0,4408)

0,020193KT – 0,006030PI

(0,0000)* (0,0276)*

R2 = 0,748908; F Stat = 27,83766

Keterangan : * = signifikan pada alpha

5persen.

CK = Diferensiasi pertama dari

variabel konsumsi energi

SP = Difeerensiasi pertama dari

variabel subsidi pupuk

Page 24: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

24

KT = Diferensiasi pertama dari

variabel kredit pangan

PI = Diferensiasi pertama dari

variabel pengeluaran

infrastruktur

Angka dalam kurung menunjukkan

probabilitas t-statistik

4.2.4 Hasil Estimasi Pada Model

Konsumsi Protein Jangka

Pendek dan Panjang

Dari tiga variabel independen

yang digunakan dalam penelitian ini,

hanya variabel subsidi pupuk yang

signifikan terhadap konsumsi energi

dalam jangka pendek. Sedangkan

variabel kredit pangan dan

pengeluaran infrastruktur tidak

signifikan, yang terlihat dari

probabilitas signifikansi yang lebih

tinggi dari tingkat kepercayaan 5

persen. Sehingga dalam penelitian ini

konsumsi energi dalam jangka pendek

hanya dipengaruhi oleh variabel

subsidi pupuk, dengan persamaan

matematis sebagai berikut.

DCG = -0,00952 – 145,875DSP +

(0,0006)* (0,0011)*

11,4393DKT – 0,55445DPI –

(0,04486) (0,8605)

0,23331ECT

(0,0562)*

R2 = 0,470122; F Stat = 5,766979

Keterangan : * = signifikan pada apha

5persen.

DCG = Diferensiasi pertama dari

variabel konsumsi protein

DSP = Difeerensiasi pertama dari

variabel subsidi pupuk

DKT = Diferensiasi pertama dari

variabel kredit pangan

DPI = Diferensiasi pertama dari

variabel pengeluaran

infrastruktur

ECT = Error Correction Term

Angka dalam kurung menunjukkan

probabilitas t-statistik

Sedangkan dalam jangka

panjang, variabel subsidi pupuk dan

kredit pangan yang signifikan terhadap

konsumsi energi. Hal tersebut dapat

dilihat dari probabilitas yang lebih

kecil dari alpha 5 persen. Sedangkan

variabel pebgeluaran infrastruktur

tidak signifikan. Sehingga dalam

penelitian ini, konsumsi energi dalam

jangka panjang dipengaruhi oleh

Page 25: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

25

variabel subsidi pupuk dan kredit

pangan. Persamaannya adalah sebagai

berikut.

CG = 0,50565 + 37,86117SP –

(0,1835)* (0,0053)*

31,6995KT – 7,64564PI

(0,0016)* (0,1321)

R2 = 0,535054; F Stat = 10,7411

Keterangan : * = signifikan pada apha

5persen.

KK = Diferensiasi pertama dari

variabel konsumsi protein

SP = Diferensiasi pertama dari

variabel subsidi pupuk

KT = Diferensiasi pertama dari

variabel kredit pangan

PI = Diferensiasi pertama dari

variabel pengeluaran

infrastruktur

Namun terdapat masalah autokorelasi

pada model jangka panjang yang

menyebabkan hasil regresi jangka

panjang menjadi bias.

4.3 Interprerasi Hasil dan

Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Subsidi Pupuk

Terhadap Ketahanan Pangan

Jawa Tengah

Ketahanan pangan dalam

penelitian ini digambarkan oleh nilai

ketersediaan energi, ketersediaan

protein, konsumsi energi, dan

konsumsi protein. Sehingga terdapat

empat analisis mengenai pengaruh

subsidi pupuk terhadap ketahanan

pangan Jawa Tengah.

Variabel subsidi pupuk dalam

jangka pendek memiliki memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap ketersediaan energi dan

protein. Hasil tersebut sesuai dengan

teori dan hipotesis yang digunakan

dalam penelitian dimana subsidi pupuk

berpengaruh positif dan signifikan. Hal

ini bermakna bahwa subsidi pupuk

berpengaruh nyata terhadap

ketersediaan energi dan protein dalam

jangka pendek di Jawa Tengah.

Subsidi pupuk berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keersediaan energi

jangka panjang, namun karena terdapat

masalah autokorelasi dalam model

menyebabkan hasil regresi menjadi

bias dan tidak bisa dilakukan analisis

terhadap model tersebut.

Menurut teori efek subsidi

pemerintah (Mankiw, 2003), subsidi

Page 26: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

26

yang diberikan pemerintah kepada

produsen akan meningkatkan jumlah

barang yang diperjualbelikan atau

meningkatkan Q. Pengadaan pupuk

bersubsidi akan meningkatkan efisiensi

usaha tani, yaitu berimplikasi pada

peningkatan pemanfaatan lahan dan

penggunaan benih yang secara sinergis

berpengaruh terhadap peningkatan

produksi pertanian.

Variabel subsidi pupuk

memiliki pengaruh yang negatif dan

signifikan terhadap konsumsi energi

dan konsumsi protein jangka pendek di

Jawa Tengah. Sedangkan pada

konsumsi energi jangka panjang tidak

berpengaruh signifikan. Hasil tersebut

tidak sesuai dengan teori dan hipotesis

dalam penelitian ini, yang menyatakan

bahwa subsidi pupuk berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

ketahanan pangan, dalam hal ini

konsumsi energi dan protein.

Menurut Arifin dalam Santosa

(2010) kinerja dan keragaman pasar

(market performance) komoditas

pupuk di beberapa tempat bersifat

monopoli-oligopolistik, karena hak

istimewa yang dimiliki para distributor

dan penyalur dalam menentukan harga.

Saat ini, pola distribusi pupuk

dilakukan oleh PT. Pupuk Sriwijaya

(Pusri) sebagai holding company dari

seluruh rpodusen pupuk di Indonesia.

Pusri bekerja sama dengan mitra

penyalur yang terdiri dari BUMN,

koperasi dan swasta lainnya dalam

distibusi dan penjualan pupuk

(Santosa, 2010).

Pola distribusinya yaitu, dari

pabrik ke Lini II/UPP, lalu ke Lini III

yang merupakan distributor kabupaten.

Peran Pusri sampai di situ, selanjutnya

penjualan ke Lini IV (distributor

kecamatan) dilakukan oleh penyalur,

dan penjualan kepada petani dilakukan

oleh pengecer. Dalam kondisi tertentu,

Pusri dapat menjual langsung ke

pengecer atau langsung ke petani.

Bagan distribusi pupuk dapat dilihat

pada Gambar 4.1 pada subab 4.1.3.

Struktur pasar yang bersifat

monopoli-oligopolistik serta pola

distribusi dan penjualan yang kaku,

panjang dan dikuasai oleh satu

perusahaan menyebabkan harga yang

harus dibayarkan petani jauh lebih

tinggi dari harga pabrik. Penetapan

Page 27: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

27

Harga Ecceran Tertinggi (HET) oleh

pemerintah pun menjadi tidak efektif

karena harga di pasaran menjadi lebih

tinggi. Ditambah lagi, subsidi yang

dilakukan selama ini diberikan kepada

pabrik melalui subsidi gas bukan,

sehingga lebih menguntungkan pihak

pabrik (Sri Kasiyati, 2009).

Permasalahan-permasalahan tersebut

menyebabkan petani tidak menikmati

subsidi yang diberikan oleh

pemerintah.

4.3.2 Pengaruh Kredit Pangan

Terhadap Ketahanan Pangan

Jawa Tengah

Variabel kredit pangan

memiliki arah hubungan yang negatif

dan signifikan pada model

ketersediaan protein jangka pendek

dan konsumsi energi jangka panjang.

Kredit pangan tidak berpengaruh

signifikan terhadap ketersediaan energi

jangka, konsumsi energi, dan

konsumsi protein dalam jangka

pendek. Pada model konsumsi jangka

pendek pengaruhnya tidak signifikan

namun memiliki koefisien yang positif.

Hasil-hasil tersebut tidak sesuai

dengan hipotesis penelitian dan teori,

dimana seharusnya kredit pangan akan

menambah modal petani. Selanjutnya

modal tersebut akan meningkatkan

produksi dan pendapatan petani,

sehingga akan berpengaruh positif

terhadap ketersediaan energi,

ketersediaan protein, konsumsi energi,

dan konsumsi protein. Sedangkan

model ketersediaan energi,

ketersediaan protein, dan konsumsi

protein jangka panjang teerdapat

masalah autokorelasi sehingga tidak

dapat dilakukan analisis terhadap

model tersebut.

Jika dilihat tren data kredit

pangan mengalami peningkatan pada

periode 2002-2004, lalu mengalami

penurunan pada periode 2004-2008,

dan meningkat lagi pada 2009. Tren

data kredit tersebut berlawanan dengan

tren data ketersediaan energi,

ketersediaan protein, konsumsi energi,

dan konsumsi protein. Perbedaan tren

tersebut diduga menyebabkan hasil

regresi yang tidak sesuai dengan

hipotesis.

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan BI (2007), permasalahan

Page 28: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

28

utama dalam penyaluran kredit kepada

sektor pertanian pada umumnya adalah

kurangnya jaminan. Selain itu, tidak

dapat memenuhi persyaratan

administrasi, hasil penjualan panen

kurang menjanjikan dan karakter

petani yang kurang baik, juga menjadi

kendala dalam menyalurkan kredit di

sektor pertanian pada umumnya.

Kredit pertanian pada umumnya, dan

pangan pada khususnya sering

beresiko menimbulkan Non

Performing Loan (NPL) bagi bank.

Kendala-kendala tersebut diduga juga

menyebabkan tren menurun kredit

pangan di Jawa Tengah pada periode

2004-2008.

Berdasarkan survey yang

pernah dilakukan peneliti di Kendal,

Jawa Tengah pada tahun 2010 pada

penerima KUR yang merupakan kredit

program pemerintah yang disalurkan

kepada sektor riil, tiga dari lima puluh

responden yang merupakan penerima

KUR menggunakan dana yang

diperoleh bukan digunakan untuk

kegiatan yang produktif, tetapi untuk

membangun rumah, membiayai

sekolah, dan lain-lain. Jika hal tersebut

juga terjadi pada petani yang sebagian

besarnya termasuk golongan ekonomi

lemah yang menerima kredit dari

perbankan, maka hasil estimasi kredit

pertanian yang memiliki pengaruh

negatif terhadap ketersediaan protein

dan konsumsi energi jangka pendek

sesuai dengan fenomena yang terjadi.

Pelaksanaan KKP juga tidak terlepas

dari permasalahan. Berdasarkan studi

yang dilakukan SMERU di tiga lokasi,

ternyata total penyerapan dana KKP

untuk tanaman pangan masih sangat

rendah. Misalnya, di Sulawesi Selatan

sampai Maret 2001 baru disalurkan

Rp1,51 milyar atau 2,17% dari alokasi

kredit (plafon) Rp69,774 milyar.

Rendahnya penyerapan KKP antara

lain karena masih adanya tunggakan

KUT dan petani sulit memenuhi syarat

agunan kredit. Di samping itu, faktor

alam dan faktor-faktor lain di luar

variabel diduga sangat berpengaruh

terhadap produksi usaha pertanian.

Page 29: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

29

4.3.3 Pengaruh Pengeluaran

Pemerintah Atas Infrastruktur

Infrastruktur Terhadap

Ketahanan Pangan Jawa

Tengah

Variabel pengeluaran

pemerintah atas infrastruktur yang

terdiri dari infrastruktur transportasi

(jalan dan jembatan) dan irigasi,

berpengaruh signifikan namun negatif

terhadap konsumsi energi jangka

panjang. Pengeluaran pemerintah atas

infrastruktur tidak berpengaruh

signifikan terhadap ketersediaan

energi, ketersediaan protein, konsumsi

energi, dan konsumsi protein jangka

pendek. Pada model ketersediaan

protein, pengaruhnya tidak signifikan

namun memiliki koefisien yang positif.

Sedangkan model ketersediaan energi,

ketersediaan protein, dan konsumsi

protein jangka panjang terdapat

masalah autokorelasi, yang

menyebabkan hasil regresi menjadi

bias sehingga tidak dapat dilakukan

analisis terhadap hasil regresi model-

model tersebut.

Hasil estimasi pada model-

model tersebut tidak sesuai dengan

hipotesis penelitian ini baik dalam

jangka pendek maupun jangka

panjang. Hipotesis dalam penelitian ini

menyatakan bahwa pengeluaran

infrastruktur memiliki efek yang

positif dan signifikan terhadap

ketahanan pangan Jawa Tengah.

Berdasarkan teori pengeluaran

pemerintah (Mankiw, 2003),

pengeluaran pemerintah memiliki efek

pengganda pada pendapatan dan akan

meningkatkan aggregate demand.

Secara teori, pengeluaran pemerintah

atas infrasrtruktur pertanian (irigasi)

akan mampu meningkatkan produksi

karena pengairan yang lancar dan

murah. Sedangkan pengeluaran

pemerintah atas infrastrur sarana

transportasi (jalan dan jembatan)

seharusnya akan memperlancar

distribusi produk pertanian.

Namun hasil estimasi

menunjukkan hasil tidak sesuai dengan

teori. Diduga keterbatasan data,

dimana observasi yang hanya 8 tahun

tidak cukup untuk mengakomodir efek

pengeluaran pemerintah atas

infrastruktur terhadap ketersediaan

energi, ketersediaan protein, konsumsi

Page 30: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

30

energi, dan konsumsi protein. Proyek

pembangunan infrastruktur di Negara

sedang berkembang seperti Indonesia

banyak yang tidak terselesaikan dalam

jangka pendek. Hal ini berimbas pada

kelambanan pengaruh pada sektor-

sektor ekonomi sehingga pertumbuhan

terhambat. Pembangunan infrastruktur

yang belum selesai atau sedang

berjalan juga cenderung akan

menghambat kegiatan, seperti

pembangunan jalan yang sedang

berlangsung cenderung menyebabkan

lalu lintas menjadi macet sehingga

distribusi menjadi tersendat.

Terbatasnya anggaran

pemerintah juga menyebabkan

pelaksanaan proyek pembangunan

infrastruktur menjadi selektif, yaitu

mengutamakan infrastruktur yang

sudah mengalami kerusakan cukup

parah. Data pekembangan pengeluaran

pemerintah atas infrastruktur pertanian

dan sarana transportasi juga memiliki

tren yang cenderung menurun. Hal

tersebut juga diduga sebagai penyebab

hasil estimasi yang tidak sesuai dengan

teori.

5. SIMPULAN, KETERBATASAN

DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil estimasi,

pembahasan, dan beberapa uraian di

atas, dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut.

1. Uji akar unit (unit root test)

menunjukkan bahwa data stasioner

pada derajat kedua, dan lolos uji

kointegrasi pada semua variabel

dan keempat model yang

digunakan dalam penelitian ini. Uji

asumsi klasik pada model

ketersediaan energi, ketersediaan

protein, dan konsumsi protein

jangka panjang menunjukkan

bahwa terdapat masalah

autokorelasi. Namun terdapat

keterbatasan dalam mengobati

masalah autokorelasi pada model

jangka panjang. Hasil uji asumsi

klasik pada model ketersediaan

energi jangka pendek, ketersediaan

protein jangka pendek, model

konsumsi energi jangka pendek

dan jangka panjang serta konsumsi

protein jangka pendek

Page 31: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

31

menghasilkan estimator yang.

Sehingga model konsumsi energi

adalah model yang memberikan

hasil paling baik dalam penelitian

ini.

2. Hasil estimasi pada model

ketersediaan energi menunjukkan

bahwa koefisien determinasi (R2)

sebesar 0,560233 pada jangka

panjang dan 0,38560 pada jangka

pendek yang memberikan arti

bahwa variasi ketersediaan energi

di Jawa Tengah dapat dijelaskan

oleh variabel independen sebesar

56,02 persen pada jangka panjang

dan 38,56 persen pada jangka

pendek.

3. Hasil estimasi pada model

ketersediaan protein menunjukkan

bahwa koefisien determinasi (R2)

sebesar 0,645909 pada jangka

panjang dan 0,42411 pada jangka

pendek yang memberikan arti

bahwa variasi ketersediaan protein

di Jawa Tengah dapat dijelaskan

aleh variabel independen sebesar

64,59 persen pada jangka panjang

dan 42,41 persen pada jangka

pendek.

4. Hasil estimasi pada model

konsumsi energi menunjukkan

bahwa koefisien determinasi (R2)

sebesar 0,748908 pada jangka

panjang dan 0,451833 pada jangka

pendek yang memberikan arti

bahwa variasi konsumsi energi di

Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh

variabel independen sebesar 74,89

persen pada jangka panjang dan

45,18 persen pada jangka pendek.

5. Hasil estimasi pada model

konsumsi protein menunjukkan

bahwa koefisien determinasi (R2)

sebesar 0,535054 pada jangka

panjang dan 0,470122 pada jangka

pendek yang memberikan arti

bahwa variasi konsumsi protein di

Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh

variabel independen sebesar 53,5

persen pada jangka panjang dan

47,01 persen pada jangka pendek.

6. Variabel subsidi pupuk

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap ketersediaan energi dan

protein dalam jangka pendek, serta

berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap konsumsi energi dan

protein dalam jangka pendek.

Page 32: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

32

7. Variabel kredit pangan

berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap ketersediaan protein

jangka pendek dan konsumsi

energi jangka panjang.

8. Variabel pengeluaran pemerintah

atas infrastruktur berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap

konsumsi energi jangka panjang.

5.2 Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian

ini adalah terbatasnya data yang

didapatkan, yaitu hanya 8 tahun.

Padahal untuk data time series jumlah

observasi minimal yang dibutuhkan

adalah 30, sehingga dilakukan

interpolasi untuk memenuhi syarat

tersebut. Penggunaan teknik

interpolasi tersebut menyebabkan

terdapat masalah autokorelasi pada

model ketersediaan energi,

ketersediaan protein dan konsumsi

protein jangka pendek, sehingga hasil

estimasi pada ketiga model tersebut

menjadi bias. Keterbatasan data

tersebut juga menyebabkan tidak

signifikannya pengaruh beberapa

variabel terhadap model yang

digunakan dalam penelitian ini.

5.3 Saran

Sesuai dengan hasil penelitian

yang didapat, maka diajukan beberapa

saran sebagai berikut :

1. Variabel subsidi pupuk berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

ketersediaan energi dan protein

dalam jangka pendek, serta

berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap konsumsi energi dan

protein dalam jangka pendek.

Struktur pasar pupuk bersifat

monopoli-oligopolistik serta pola

distribusi dan penjualan yang kaku,

panjang dan dikuasai oleh satu

perusahaan menyebabkan harga

yang harus dibayarkan petani jauh

lebih tinggi dari harga pabrik serta

subsidi pupuk selama ini diberika

kepada pabrik sehingga petani

bukan petani yang benar-benar

diuntungkan. Menyikapi

permasalahan dalam pengadaaan

pupuk, Santosa (2010)

Page 33: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

33

menyarankan beberapa hal sebagai

berikut.

a. Struktur pasar yang oligopolis-

monopolis diubah menjadi

struktur pasar yang mendekati

pasar persaingan sempurna

dengan mendirikan beberapa

pabrik.

b. Pembenahan transparansi dan

akuntabilitas dalam produksi

dan penentuan biaya produksi.

c. Memperbaiki lembaga

pemasaran pupuk dengan

mempertimbangkan perlunya

proses menuju system distribusi

dan pemasaran pupuk.

d. Melakukan mekanisme

chanelling tertutup agar subsidi

tepat sasaran dan sampai ke

pihak yang dituju.

2. Variabel kredit pangan berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap

ketersediaan protein jangka pendek

dan konsumsi energi jangka

panjang. Kredit yang disalurkan

kepada sektor pertanian perlu

ditingkatkan, karena trennya yang

cenderung menurun pada periode

2004 sampai 2009. Persyaratannya

pun sebaiknya dipermudah,

terutama kredit program pertanian

dari pemerintah yaitu KKP (Kredit

Ketahanan Pangan). Selain itu,

pengawasan terhadap penerima

kredit perlu diperketat agar kredit

yang diterima benar-benar

digunakan untuk kegiatan yang

produktif.

3. Variabel pengeluaran pemerintah

atas infrastruktur berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap

konsumsi energi jangka panjang.

Temuan tersebut diduga karena

periode penelitian yang terlalu

singkat, sehingga tidak mampu

mengakomodir pengaruh

pengeluaran pemerintah atas

infrastruktur terhadap ketersediaan

energi, ketersediaan protein,

konsumsi energi, dan konsumsi

protein. Disarankan untuk penelitian

selanjutnya periode penelitian yang

digunakan lebih panjang sehingga

mampu melihat dengan lebih jelas

bagaimana pengaruhnya terhadap

ketahanan pangan Jawa Tengah.

Page 34: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

Analisis Pengaruh Subsidi Pupuk, Kredit Pangan, dan Pengeluaran Pemerintah

Atas Infrastruktur Terhadap Ketahanan Pangan Jawa Tengah

(Ridwan Kurniawan Kapindo)

1

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Mewa. 2006. “Penguatan Ketahanan Pangan Daerah untuk Mendukung

Ketahanan Pangan Nasional”.

http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/Mono26-3.pdf. Diakses tanggal 3

Oktober 2010.

Ashari. 2000. “Optimalisasi Kredit Program Sektor Pertanian di Indonesia”. Analisis

Kebijakan Pertanian, Vol. 7 No. 1, h..21-42. Diakses tanggal 21 Desember

2010.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 2003. Konsumsi Kalori dan Protein

Penduduk Indonesia dan Provinsi. Semarang.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawea Tengah. 2007. Konsumsi Kalori dan Protein

Penduduk Indonesia dan Provinsi. Semarang.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 2009. Konsumsi Kalori dan Protein

Penduduk Indonesia dan Provinsi. Semarang.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 2003. Neraca bahan Makanan Jawa

Tengah. Semarang.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 2008. Jawa Tengah Dalam Angka.

Semarang.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 2009. Jawa Tengah Dalam Angka.

Semarang.

Badan Ketahanan Pangan Jawa Tengah. 2010. Neraca Bahan Makanan Jawa

Tengah. Ungaran.

Bank Indonesia Semarang. 2004. Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Jawa Tengah.

Semarang.

Bank Indonesia Semarang. 2008. Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Jawa Tengah.

Semarang.

Bank Indonesia Semarang. 2010. Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Jawa Tengah.

Semarang.

Page 35: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

35

Bank Indonesia Semarang. 2009. Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Triwulan

IV Tahun 2009. Semarang.

Bastias, Desi Dwi. 2010. “Analisis Pengeluaran Pemerintah atas Pendidikan,

Kesehatan, dan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Periode 1969-2009.” Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi,

Universitas Diponegoro.

Darmawanto. 2008. “Pengembangan Kredit Sektor Pertanian (Tinjauan Pada PT.

Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah).” Tesis Tidak Dipublikasikan,

Program Magister Ilmu Hukum, Universitas Diponegoro.

David, Cristina C. 1997. “Food Policy: Its Role in Price Stability and Food Security”.

Journal of Philipine Development Vol 24 No. 43 h..171-189.

http://dirp3.pids.gov.ph/ris/pjd/pidsjpd97-1food.pdf. Diakses tanggal 9

November 2010.

Dewan Ketahanan Pangan. 2006. “Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006-2009.”

Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2006 1(1): 57-63. Diakses tanggal 27 Agustus

2010

Divisi Analisis Kualitatif dan Monitoring Sosial Lembaga Riset Smeru. 2001.

“Pelaksanaan KKP di Lapangan.” Newsletter No. 4 Sep-Nov 2001.

www.smeru.or.id Diakses tanggal 3 Oktober 2010

Dumairy. 1999. Perekonomian Indonesia. Erlangga: Jakarta.

Friawan, Deni. 2008. Kondisi Pembangunan Infrastruktur di Indonesia. Analisis CSIS

Vol.37. No.2 Juni 2008. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometric Fourt Edition. New York : The

McGraw-Hill Companies Inc.

Gujarati, Damodar N. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika, 3ed, Jilid Dua. Jakarta :

Erlangga.

Hanani, Nuhfil. 2007. “Pengertian Ketahanan Pangan.”

images.soemarno.multiply.multiplycontent.com/.../PENGERTIAN%20KETA

HANAN%20PANGAN.doc?. Diakses tanggal 27 Agustus 2010.

Ilham, Nyak, dkk. 2006. “Efektivitas Kebijkan Harga Pangan Terhadap Ketahanan

Pangan. Jurnal agroekonomi, Vol 24 No. 2, h..157-177. http:// pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/JAE%2024-2c.pdf. Diakses tanggal 11

Agustus 2010.

Page 36: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

36

Kasiyati, Sri. 2009. “Analisis Dampak Subsidi Harga Pupuk Terhadap Output sektor

Produksi dan Tingkat Pendapatan Rumah Tangga di Jawa Tengah

(Pendekatan Analisis I-O dan SNSE Jawa Tengah Tahun 2004).” Skripsi

Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.

Lassa, Jonathan. 2008. “Politik Ketahanan Pangan Indonesia 1952-2005.”

http://www.zef.de/.../3ddf_Politik%20Ketahanan%20Pangan%20Indonesia%2

01950-2005.pdf. Diakses tanggal 27 Agustus 2010.

Lassa, Jonathan. 2009. “Memahami Kebijakan Pangan dan Nutrisi Indonesia : Studi

Kasus Nusa Tenggara Timur 1958-2008.” http://ntt-

academia.org/nttstudies/Lassa-2009.pdf. Diakses tanggal 27 Agustus 2010.

Maleha dan Sutanto. 2006. “Kajian Konsep Ketahanan Pangan”. Jurnal ProteinVol.13

No.2 Th.2006, h. 194-202.

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/protein/.../66_umm_scientific_journal.do

c. Diakses tanggal 27 Agustus 2010.

Mankiw, N. Gregory, 2003. Teori Makro Ekonomi, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES.

Nicholson ,Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya 8 ed. Jakarta:

Erlangga

Pasandaran, Effendi. 2007. “Pengelolaan Infrastruktur Irigasi Dalam Kerangka

Ketahanan Pangan Nasional”. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol 5 No. 2,

h..126-149. http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART5-2a.pdf. Diakses

tanggal 5 November 2010.

Pasaribu, Sahat M. dkk. 2007. “Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian”.

Laporan Akhir Penelitian Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian Departemen

Pertanian. Diakses tanggal 30 September 2010.

Ramanathan, Ramu. 1992. Introductory Econometrics With Applications. Orlando :

Harcourt Brace Jovanovich Inc.

Reksoprayitno, Soediyono. 2000. Ekonomi Makro : Analisis IS-LM dan Permintaan-

Penawaran Agregatif. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Sawit, M. H. 2003. Indonesia dlaam Perjanjian Pertanian WTO : Proposal Harbinson.

Analisis Kebijakan Pertanian 1: 55-56.

Santosa, Purbayu Budi. 2010. Politik Beras dan Beras Politik. Semarang : Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Page 37: ANALISIS PENGARUH SUBSIDI PUPUK, KREDIT …eprints.undip.ac.id/27870/1/jurnal.pdf · konsep ketahan pangan terdapat pada ... yang digunakan rumah tangga tani ... bahwa dari perspektif

37

Sinaga, Novan Mulia Mahason. 2010. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Lelang Beras pada Pasar Lelang Forward di Sub Terminal Agribisnis

Soropadan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.” Skripsi Tidak

Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.

Soetrisno, Noer. 1998. “Food Security in Indonesia, Short Run And The Long Run

Issues”. Paper Disajikan Pada FAO/AFMA/Sri-Lanka Regional Workshop on

Agricultural Marketing Liberalization and Privatisation. Diakses tanggal 14

Agustus 2010.

Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi : Teori dan Pengantar, 3 ed. Jakarta :

Rajawali Pers.

Sukirno, Sadono. 2005. Mikroekonomi : Teori dan Pengantar, 3ed. Jakarta : Rajawali

Pers.

Suparmoko. 1994. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Edisi keempat. BPFE

: Yogyakarta.

Supranto, Johanes. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi Jilid Dua. Jakarta : Erlangga.

Suryana, Achmad. 2005. “Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional.” Paper

disampaikan pada Simposium Nasional Ketahanan dan Keamanan Pangan

pada Era Otonomi dan Globalisasi, Faperta, IPB.

http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/ip011081.pdf Bogor, 22

November 2005.

Syarief, dkk. 1999. Pembangunan Gizi dan Pangan Dari Perspektif Kemandirian

Lokal. Bogor : Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan Indonesia dan Center

For Regional Resource Development & Community Empowenment.

Winarno, Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews,

2 ed. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.