ANALISIS PENGARUH PENGHIMPUNAN DANA ZIS DAN...
Transcript of ANALISIS PENGARUH PENGHIMPUNAN DANA ZIS DAN...
ANALISIS PENGARUH PENGHIMPUNAN DANA ZIS DAN
VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP TINGKAT
KEMISKINAN (STUDI KASUS DI 12 PROVINSI INDONESIA
PERIODE 2012-2016)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
ANDRIAWAN YOGA
NIM: 1113086000002
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Andriawan Yoga
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 28 Juni 1995
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Tinggi/Berat : 165 cm / 75 kg
Agama : Islam
Alamat : Jl. Vanili Raya No. 67 Perumnas Simalingkar Kelurahan
Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan Sumatera
Utara
No. HP : 081289697448
E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal
2001 – 2007 : Mis. Perguruan Amal Shaleh
2007 – 2010 : Mts. Perguruan Amal Shaleh
2010 – 2013 : MAN 1 Medan
2013 – 2017 : Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
Pengalaman Organisasi
1. Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
2. Anggota Divisi Humas Komunitas Mahasiswa Sumatera Utara (KMSU)
Jabodetabek Periode 2013-2014
3. Kepala Bidang Divisi Pengkaderan Komunitas Mahasiswa Sumatera Utara
(KMSU) Jabodetabek Periode 2014-2015
4. Bendahara Umum Komunitas Mahasiswa Sumatera Utara (KMSU)
Jabodetabek Periode 2015-2016
5. Ketua Departemen Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis periode 2015-2016.
6. Ketua Kuliah Kerja Nyata (KKN) Gema Merdeka (244) di Kelurahan
Pakujaya, Kecamatan Serpong Utara, Tanggerang Selatan Provinsi Banten 25
Juli-25 Agustus 2016.
Seminar dan Workshop
1. Seminar LDK KOMDA FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tema,
“Rahasia Mahasiswa Ideal”. Gedung FEB UIN Syarif Hidayatulah Jakarta,
2013.
2. Seminar Techno Syar’i KOMDA FAST&FEB UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan tema, “ Muslim Berkarya,Islam Berjaya”. Gedung FST UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.
vii
3. Seminar Nasional Gerakan Pemuda Anshor Kota Tanggerang Selatan, dengan
tema “ISIS Mengancam: Strategi Pencegahan Radikalisme Islam Dikalangan
Pemuda Kota Tanggerang Selatan. Aula kopertais UIN Jakarta 2015
4. Company Visit to Dana Reksa Sekuritas, PT Dana Reksa Sekuritas, 2015.
5. Indonesia Internasional Book Fair, dengan tema Learn From Korea : How To
Be A Global Leader in The World. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2015.
6. Viva legislative,Legislativa training 1 dengan tema, “Generasi Muda Menuju
Parlemen Masa Depan”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarata, 2015.
7. Sosialisasi Portal anti corruption clearing house oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dengan tema “Langkah Cerdas Cegah Korupsi”. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,2015
8. Seminar Anti Narkoba oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan tema
“Masa Depan Indah Tanpa Narkoba”. Kelurahan Paku Jaya Tanggerang
Selatan,2016.
9. Seminar Nasional dengan tema “Halal Business and Sustanaible
Development”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2016.
10. Sosialisasi empat pilar Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
(MPR-RI) dengan tema “Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi UUD NRI
Tahun 1945 Sebagai Konstitusi Negara serta Ketetapan MPR Negara Kesatuan
Republik Indonesia Sebagai Bentuk Negara Bhineka Tunggal Ika Sebagai
Semboyan Negara”. Museum Gedung Joang Menteng Raya,2016.
viii
11. Working Paper Forum dengan tema “Teknis Penulisan Artikel Jurnal
Internasional Bereputasi”.UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2017.
Kegiatan-kegiatan
1. Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Kelurahan
Pakujaya Tanggerang Selatan,2016.
2. Tim Qouick Count pada saat Pilgub DKI Jakarta,2017.
3. Survey lapangan di wilayah Jakarta Utara untuk melihat besaran perolehan
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) kerjasama antara Transparency International
Indonesia (TII) dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta,2017.
4. Staff Administrasi (mahasiswa magang) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Program Studi Magister dan Doktor Perbankan Syariah dari bulan Juli 2017-
Desember 2017.
Latar Belakang Keluarga
Ayah : Dr. Arwansyah, M.Si
Tempat, Tanggal Lahir : Aceh Tengah, 12 Juli 1963
Ibu : Asnawati Torong
Tempat, Tanggal Lahir : Berastagi, 17 Mei 1968
Alamat : Jl. Vanili Raya No. 67 Perumnas Simalingkar
Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan,
Medan, Sumatera Utara 20141
Anak ke dari : 2 dari 4 bersaudara
ix
ABSTRACT
The high funding of ZIS funds, economic growth, unemployment, inflation and
population can affect poverty levels in 12 provinces of Indonesia. This research aims to know
how the influence between ZIS fund and macro-economic variables. The macro-economic
variables used are economic growth, unemployment, inflation and population in 12 provinces of
Indonesia. The object of this study is the province in Indonesia registered in the BAZNAS during
the period 2012-2016. The method used is this research is panel data regression.
The results of this research show that simultaneously ZIS funding variable and macro-
economic variables significantly influence poverty level in 12 provinces of Indonesia. Partially
variable of economic growth and population have significant effect to poverty level, whereas
variable of ZIS fund raising, unemployment and inflation have no significant effect to poverty
level. The value of coefficient of determination (Adjusted R2) variable of funding of ZIS and
macro economic variable to poverty level is 36.93%. This shows that the variable of funding of
ZIS and macroeconomic variable can explain 36.93% at poverty level, while the rest of 63,07%
is explained by other variables outside this research.
Keywords: ZIS Fund Raising, Economic Growth, Unemployment, Inflation of Population
and Poverty Level.
x
ABSTRAK
Tingginya penghimpunan dana ZIS, angka pertumbuhan ekonomi, pengangguran, inflasi
dan jumlah penduduk diduga dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan di 12 provinsi Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara penghimpunan
dana ZIS dan variabel makro ekonomi. Variabel makroekonomi yang digunakan adalah
pertumbuhan ekonomi, pengangguran, inflasi dan jumlah penduduk terhadap tingkat kemiskinan
di 12 Provinsi Indonesia periode 2012-2016. Objek penelitian ini adalah provinsi di Indonesia
yang terdaftar di dalam BAZNAS selama periode 2012-2016. Metode yang digunakan adalah
regresi data panel.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel penghimpunan dana
ZIS dan variabel makro ekonomi berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di 12
Provinsi Indonesia. Secara parsial variabel pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan variabel penghimpunan dana
ZIS, pengangguran dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Nilai
koefisien determinasi (Adjusted R2) variabel penghimpunan dana ZIS dan variabel makro
ekonomi terhadap tingkat kemiskinan adalah sebesar 36.93%. Hal ini menunjukan bahwa
variabel penghimpunan dana ZIS dan variabel makro ekonomi dapat menjelaskan sebesar
36.93% pada tingkat kemiskinan, sedangkan sisanya sebesar 63,07% dijelaskan oleh variabel
lain diluar penelitian ini.
Kata kunci: Penghimpunan Dana ZIS, Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Inflasi
Jumlah Penduduk dan Tingkat Kemiskinan.
xi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr, Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini
bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini memiliki judul “Analisis Pengaruh Penghimpunan Dana ZIS
dan Variabel Makro Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus Di
12 Provinsi Indonesia Periode 2012-2016)”. Semoga skripsi ini memberikan
manfaat kepada semua pihak dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi
pembaca.
Proses penyusunan skripsi ini juga tidak terlepas dari doa, bimbingan,
bantuan, dukungan dan motivasi dari orang-orang yang terbaik yang ada di
sekeliling penulis. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan penulis rezeki untuk dapat kuliah di
Universitas ini dan segala nikmat yang telah Allah berikan yang harus patut
disyukuri dan dimudahkan dalam menyelesaikan skripsi ini. Tanpa ridho dan
berkah-Mu semua ini sulit terjadi.
2. Keluarga tercinta dan terhebat yang penulis miliki, Bapak Dr. Arwansyah,
M.Si dan Ibu Asnawati Torong, kakak Aditya Darma, S.Pd, adik Ardian
Maulana dan adik Aisyah Salsabila sebagai motivator dan inspirator terbaik
yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, memberikan
kasih sayang, cinta, dan selalu mendoakan dengan penuh rasa kasih sayang.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
xii
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang
sangat berharga selama perkuliahan.
4. Bapak Dr. Amilin, SE, M.Si, Ak, CA, BKP selaku Wadek Bidang Akademik
Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid,S.Ag,M.H selaku Wadek Bidang
Administrasi Umum Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, MA selaku Wadek
Bidang Kemahasiswaan
5. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah
dan Ibu RR. Tini Anggraini, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Syariah.
6. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, MA selaku pembimbing akademik yang
senantiasa selalu memberikan motivasi dan arahannya setiap semester,
sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Dr. M. Nur Rianto Al Arif, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan pengarahan,
memberikan ilmu yang bermanfaat dan motivasi kepada penulis selama
penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah senantiasa membalas segala kebaikan
bapak.
8. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Ketua Program Studi Doktor
Perbankan Syariah dan Prof. Dr. Muhammad Said selaku Sekretaris Program
Studi Perbankan Syariah yang selalu memberikan motivasi kepada saya
selama menjadi staff adminstrasi (mahasiswa magang) di Program Studi
tersebut, dan selalu mencambuk saya supaya selalu semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Dr. Herni Ali HT, SE,MM selaku Ketua Program Studi Magister
Perbankan Syariah dan Bapak Ade Suherlan, SE, MM, MBA selaku
Sekretaris Program Studi Magister Perbankan Syariah yang selalu
memberikan motivasi kepada saya selama menjadi staff adminstrasi
(mahasiswa magang) di Program Studi tersebut, dan selalu mencambuk saya
xiii
supaya selalu semangat dalammenyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat berharga dan bermanfaat bagi penulis. Serta jajaran
karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan
membantu penulis selama perkuliahan. Semoga Allah selalu memberikan
pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan bapak ibu semua.
11. Terima kasih banyak kepada Siti Muzdalifah,SE yang selalu sabar
membantu, mengingatkan dan mendampingi dalam menyelesaikan skripsi
ini, semoga Allah SWT selalu melindungi kamu.
12. Terima kasih banyak kepada teman-teman kecil saya Topik Ginting, Fahri
Affandi, M. Zaidur Iman, dan Rifqi Suhandri Hts yang selalu senantiasa
memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini, semoga kalian selalu
diberikan kesuksesan.
13. Terima kasih banyak kepada KKN Gema Merdeka 2016 Desy Kahromayani
SE, Dewi Mahmudah S.Hum, Mutiara, Ramanda Agung, Puput, Dodi, Umu
Latifah, Hamid, Ahmad Baijuri, Alia Saputri yang telah hadir menemani
untuk menyelesaikan bahwa tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi
14. Serta teman-teman seperjuangan Ekonomi Syariah A dan B angkatan 2013
yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih Hilyatun Nafisah, Dita
Fathiani, Annisa Devy Maharani, Ida Fitriyah, Vika Fatimatuz Zahro, Mega
Fitria, Munjiah, An Ukhrija Yaumi, Cahyani, Iqbal Syafei, Asyarie
Muhammad, Ridho Afrianto, Abie Ayub, Dimas Rachman, Ihsan M.
Bahariansyah, Harish Ahmadi, Abie Sentani, Dzul dan teman-teman yang
tidak tersebut namanya, terimakasih atas semua kenangan selama empat
tahun perkuliahan, sukses untuk kalian semua.
xiv
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan, baik kritik
membangun dari berbagai pihak.
Wassalamualaikum Wr, Wb
Jakarta, 14 Desember 2017
Andriawan Yoga
xv
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING …………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ……………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ………………………. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH …………………. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………………. v
ABSTRACT ………………………………………………………………….…. ix
ABSTRAK ……………………………………………………………………… x
KATA PENGANTAR …………………………………………………………... xi
DAFTAR ISI …………………………………………………….……………… xv
DAFTAR TABEL …………………………………………………..….…….… xx
DAFTAR GAMBAR …………………………………………...………………. xxi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………….………………….. xxii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………..………………. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………… 12
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………...……….. 12
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………...……… 13
E. Sistematika Penulisan ……………………………………...……………... 14
xvi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ……………………………………………………...……. 16
1. Kemiskinan …………..…………... ……………………………...…... 16
a. Pengertian Kemiskinan …………………………...…................... 16
b. Jenis-jenis Kemiskinan …………………………...…................... 17
c. Ukuran Kemiskinan …………………………...…......................... 21
d. Penyebab Kemiskinan …………………………...…..................... 21
2. Zakat ………………..………………………………………...……….. 22
a. Pengertian Zakat …………………………...…........................... 22
b. Hukum dan Syarat Wajib Zakat …………………………...…....... 24
c. Peran dan Pengelolaan Zakat …………………………………….. 27
d. Penghimpunan Zakat …………………………...…....................... 29
3. Infaq ………………………………….……………………………….. 30
a. Pengertian Infaq ………………………………………...………... 30
b. Dasar Hukum Ifaq …………………………...…....................... 31
c. Jenis Infaq …………….…………………………………………. 32
4. Sedekah ….…………………………………………………………… 32
a. Pengertian Sedekah …………………………...…....................... 32
b. Dasar Hukum Sedekah …………………………...….................. 33
5. Pertumbuhan Ekonomi ……………………………………………….. 34
6. Pengangguran …………………………...…....................................... 37
7. Inflasi …………………………...…................................................... 38
xvii
8. Jumlah Penduduk …………………………...….................................. 39
B. Keterkaitan Antar Variabel …………………………………………….... 40
C. Penelitian Terdahulu ……………………………………………………… 43
D. Kerangka Pemikiran …………………………………………………….... 49
E. Hipotesis …………………………………………………………………. 50
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………….. 52
B. Metode Penentuan Sampel …………………………………………......... 52
C. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………... 54
D. Metode Analisis Data …………………………………………………… 55
1. Analisis Regresi Data Panel ………………………………………..... 55
a. Metode Common Effect ………………………………………...... 56
b. Metode Fixed Effect ……………………………………………… 56
c. Metode Random Effect ………………………………………….. 57
2. Tahapan Analisis Data ………………………………………………. 58
a. Uji Chow ………………………………………………………… 58
b. Uji Hausman ……………………………………………………. 59
3. Pengujian Hipotesis ………………………………………………..... 59
a. Uji Parsial (Uji t) ……………………………………………….... 59
b. Uji Simultan (uji F) ……………………………………………... 60
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) …………………………………. 60
E. Operasional Variabel Penelitian ………………………………………... 61
xviii
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian …………………………………….. 65
B. Analisa dan Pembahasan ………………………………………………… 71
1. Pemilihan Model Regresi Data Panel ……………………………….. 71
2. Pengujian Hipotesis …………………………………………………. 77
a. Model Penelitian ……………………………………………….. 76
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) …………………………………. 80
c. Uji Signifikansi Simultan (uji F) ……………………………….. 82
d. Uji Adjusted R2 ………………………………………………….. 83
e. Interpretasi Hasil Penelitian …………………………………….. 84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. .. 91
B. Saran …………………………………………………………………….. 93
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 95
LAMPIRAN ……………………………………………………………………. 101
xix
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Tabel Penduduk Miskin dan Penghimpunan Dana ZIS di
Indonesia
8
1.2 Tabel Pertumbuhan Tingkat Kemiskinan, Penghimpunan
Dana ZIS, Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Inflasi,
dan Jumlah Penduduk 12 Provinsi Indonesia
9
3.1
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
Tabel Daftar Provinsi di Indonesia yang Konsisten di
Baznas dan BPS
Tabel Perkembangan Penghimpunan Dana ZIS Di 12
Provinsi Indonesia
Tabel Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Di 12
Provinsi Indonesia
Tabel Perkembangan Pengangguran Di 12 Provinsi
Indonesia
Tabel Perkembangan Inflasi Di 12 Provinsi Indonesia
Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Di 12 Provinsi
Indonesia
53
66
67
68
69
71
4.6 Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model 72
4.7 Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model 73
xx
4.8 Hasil Uji Chow 74
4.9 Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model 75
4.10 Hasil Uji Hausman 77
4.11 Hasil Uji Signifikansi dengan Fixed Effect Model 77
4.12 Uji t 80
xxi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Gambar Kerangka Pemikiran 50
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data olah 101
2 Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model 104
3 Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model 105
4 Hasil Uji Chow 106
5 Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model 107
6 Hasil Uji Hausman 108
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan
pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan
pembangunan dari suatu negara. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
tercantum tujuan bangsa Indonesia bahwa diantaranya yaitu untuk memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pelaksanaan
pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah sasaran utama bagi negara-
negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi berkaitan erat
dengan peningkatan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat, sehingga dengan
semakin banyak barang dan jasa yang diproduksi, maka kesejahteraan masyarakat akan
meningkat.
Menurut Iqbal dkk (2015), Indonesia merupakan salah satu negara berkembang
yang ingin menjadi negara maju dan dapat bersaing dengan negara-negara lain serta dapat
mengentaskan kemiskinan. Tujuan tersebut diwujudkan melalui pelaksanaan
pembangunan di segala bidang baik ekonomi maupun non ekonomi. Pembangunan
merupakan proses menuju ke arah yang lebih baik untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan. Dengan adanya pembangunan tersebut diharapkan menimbulkan efek positif
terhadap penduduk Indonesia, salah satunya yaitu mencapai kemakmuran. Tetapi
kemakmuran ini tidak akan terlaksana apabila pelaku ekonomi tidak mampu mengelola
secara efisien sumber daya terbatas. Ketidakmampuan tersebut akan berakibat buruk pada
kesejahteraan yang nantinya akan menimbulkan kemiskinan.
2
Definisi kemiskinan itu sendiri adalah kondisi dimana seseorang atau keluarga
tidak mampu memenuhi kebutuhan mendasarnya. Definisi kemiskinan juga dapat
diperdebatkan dengan membandingkan antar kelompok dalam satu negara
(perekonomian). Kelompok pra-sejahtera (miskin) di Indonesia relatif miskin dibanding
kelompok keluarga sejahtera. Tetapi di dalam kelompok pra-sejahtera, ada beberapa sub
kelompok lagi dari kelompok pra-sejahtera paling atas sampai paling bawah. Sehingga
walaupun masuk kategori miskin, sub kelompok yang satu lebih kaya dibanding yang
lain (Manurung, 2010).
Menurut (Nasir dkk, 2008), kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam
ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan
kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks dan multidimensional.
Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komperhensif,
mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.
Dalam menganalisa ciri-ciri kemiskinan, ada dua pendekatan yang digunakan
yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut, diartikan sebagai
suatu keadaan dimana tingkat pendapatan dari seseorang tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya seperti sandang, pangan, pemukiman, kesehatan dan pendidikan.
Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan distribusi pendapatan yang mengukur
ketidakmerataan. Walaupun sudah banyak program-program yang ditujukan dalam upaya
pegentasan kemiskinan, namun masalah ini tak kunjung selesai juga. Sulitnya
penyelesaian masalah ini disebabkan karena permasalahan yang melibatkan penduduk
miskin ternyata sangat kompleks. Pendekatan dan penyelesaiannya tidak hanya dilakukan
dari segi ekonomi saja namun segi sosialnya harus dipertimbangkan. Faktor utama
3
penyebab kemiskinan sebagian besar karena faktor alamiah. Selain itu, tidak terjadinya
pemerataan hasil pembangunan juga merupakan faktor penyebab yang tidak dapat
diabaikan (Al Arif, 2010).
Faktor lain yang sangat nyata tentang kemiskinan di Indonesia, dapat dilihat dari
banyaknya masyarakat yang kekurangan makan dan minum, tidak memiliki tempat
tinggal yang layak, bahkan digusur dari pemukimannya, ribuan pekerja berunjuk rasa
memprotes ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK), sikap dan perlakuan sewenang-
wenang terhadap tenaga kerja wanita di luar negeri. Kemudian ketidakadilan sosial
ekonomi, selain oleh beragam alasan juga disebabkan oleh praktek korupsi, kolusi, dan
nepotisme yang tidak sehat.
Pemerintah baik pusat maupun daerah telah berupaya dalam melaksanakan
berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan namun masih jauh
dari induk permasalahan. Kebijakan dan program yang dilaksanakan belum
memperlihatkan hasil yang optimal. Masih terjadi kesenjangan antara rencana dengan
pencapaian tujuan karena kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan lebih
berorientasi pada program sektoral. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi
penanggulangan kemiskinan yang terpadu, terintegrasi dan sinergi, sehingga dapat
menyelesaikan masalah secara tuntas karena permasalahan kemiskinan merupakan
lingkaran kemiskinan (vicious cyrcle of poverty).
Teori lingkaran kemiskinan (the vicious of poverty), atau dengan singkat
perangkap kemiskinan, adalah serangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi secara
sedemikian rupa sehingga menimbulkan keadaan dimana suatu negara akan tetap miskin
dan akan tetap mengalami banyak kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan yang
4
lebih tinggi. Teori ini terutama dikaitkan dengan Nurkse, seorang ahli ekonomi yang
merintis penelaahan mengenai masalah pembentukan modal di negara berkembang
(Pratama, 2014).
Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya pengentasan
kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Berbeda dengan sumber keuangan untuk
pembangunan yang lain, zakat tidak memiliki dampak balik apapun kecuali ridha dan
mengharap pahala dari Allah semata. Namun demikian, bukan berarti mekanisme zakat
tidak ada sistem kontrolnya. Nilai strategis zakat dapat dilihat melalui: Pertama, zakat
merupakan panggilan agama. Ia merupakan cerminan dari keimanan seseorang. Kedua,
sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti. Artinya orang yang membayar zakat,
tidak akan pernah habis dan yang telah membayar setiap tahun atau periode waktu yang
lain akan terus membayar. Ketiga, zakat secara empirik dapat menghapus kesenjangan
sosial dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi aset dan pemerataan pembangunan
(Ridwan, 2005).
Pengelolaan Zakat di Indonesia telah memiliki payung hukum yang jelas
berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dan
dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Zakat. UU dan PP
ini didukung pula dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia nomor 3 tahun 2014
tentang optimalisasi pengumpulan zakat di kementerian/lembaga, sekretariat jenderal
lembaga negara, sekretariat jenderal komisi negara, pemerintah daerah, badan usaha
milik negara, dan badan usaha milik daerah melalui Badan Amil Zakat nasional. Dengan
5
perangkat hukum ini seyogyanya Zakat dapat dikelola untuk pengentasan kemiskinan di
kalangan umat (Baznas.go.id).
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 mencatat bahwa jumlah penduduk
mayoritas di Indonesia adalah beragama Islam (muslim) dengan jumlah penduduk
207.176.172 juta jiwa penduduk, yang tentunya memiliki potensi ZIS yang besar pula.
Besarnya potensi ZIS yang dimiliki menuntut adanya upaya pengelolaan ZIS yang lebih
profesional. Pemerintah Indonesia merespon tuntutan tersebut dengan dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Berdasarkan UU
tersebut, pengelolaan zakat di Indonesia dilakukan oleh organisasi pengelola zakat yang
terdiri dari Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk pemerintah dan Lembaga Amil Zakat
(LAZ) yang dibentuk atas prakarsa masyarakat atau swasta. Terbentuknya BAZ dan LAZ
menandai era baru pengelolaan ZIS di Indonesia agar mampu berjalan secara profesional,
transparan, dan akuntabel. Hal ini didasari oleh semangat untuk mengelola ZIS secara
optimal sehingga dapat berjalan efektif dalam menyelesaikan berbagai permasalahan
ekonomi terutama kemiskinan (Firstiana,2012).
Faktor-faktor makro ekonomi menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat
dan pemerintah. Semua faktor makro ekonomi dapat mempengaruhi kondisi sosial
ekonomi mayarakat dan mempengaruhi pemerintah dalam pengambilan kebijakan yang
tepat untuk mengatasi permasalahan kemiskinan di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi
merupakan kunci dari penurunan kemiskinan di suatu wilayah. Dengan pertumbuhan
ekonomi yang meningkat di masing-masing Provinsi mengindikasikan bahwa pemerintah
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, sehingga dapat mengurangi tingkat
kemiskinan.
6
Menurut Boediono (1982) dalam Hapsoro dkk (2013), pertumbuhan ekonomi
adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi
merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat
keharusan (necessery condition) bagi penggurangan tingkat kemiskinan. Adapun syarat
kecukupan (sufficient condition) ialah bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut hendaklah
menyebar di setiap golongan pendapatan, termasuk di golongan penduduk miskin. Secara
langsung, hal ini berarti pertumbuhan itu perlu dipastikan terjadi di sektor-sektor dimana
penduduk miskin bekerja serta terjadi pada wilayah-wilayah basis kemiskinan baik
provinsi, perkotaan maupun pedesaan sehingga pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
akan lebih berdampak nyata dalam pengurangan angka kemiskinan.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah pengangguran.
Sukirno (1997) menyatakan bahwa pengangguran merupakan suatu keadaan dimana
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi
mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut. Pengangguran dapat terjadi
disebabkan oleh ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja. Hal ini menunjukan bahwa
jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta.
Hal senada juga di sampaikan (Alhudori, 2017), pengangguran bisa disebabkan
oleh bertambahnya angkatan kerja baru yang terjadi tiap tahunnya, sementara itu
penyerapan tenaga kerja tidak bertambah. Selain itu adanya industri yang bangkrut
sehingga harus merumahkan tenaga kerjanya. Hal ini berarti, semakin tinggi jumlah
pengangguran maka akan meningkatkan tingkat kemiskinan.
Inflasi merupakan salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap
kemiskinan. Menurut Windra dkk (2016), inflasi secara umum berarti suatu keadaan
7
dalam perekonomian di mana terjadi kenaikan harga-harga secara umum. Inflasi
memiliki dampak positif dan negatif tergantung pada parah atau tidaknya tingkat inflasi
tersebut. Jika inflasi itu ringan, mempunyai pengaruh yang positif dimana dapat
mendorong perekonomian lebih baik yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan
membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
Sebaliknya dalam masa inflasi yang parah yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali,
keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Ini merupakan
salah satu alasan penting yang menyebabkan masalah inflasi perlu dihindari. Disamping
itu inflasi perlu dihindari oleh karena ia dapat menimbulkan berbagai akibat buruk ke
dalam perekonomian. Selain inflasi, faktor lain yang diduga memiliki pengaruh terhadap
kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi.
Jumlah penduduk adalah salah satu indikator penting dalam suatu negara. Karena
pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat mengakibatkan tidak tercapainya
tujuan pembangunan ekonomi yaitu kesejahteraan rakyat serta menekan angka
kemiskinan. Skuosen (2009) dalam Mahsunah (2011) mengatakan teori Malthus pada
intinya bahwa sumber daya bumi tidak bisa mengimbangi kebutuhan populasi yang terus
bertambah, akibatnya kebutuhan manusia yang bersifat tidak terbatas berbanding terbalik
dengan jumlah sumberdaya alam yang digunakan sebagai alat pemuas kebutuhan
manusia bersifat terbatas, hal ini akan mendorong manusia mendekati garis kemiskinan
karena persaingan yang cukup ketat dalam pemenuhan kebutuhan. Berikut gambaran
umum perkembangan jumlah penduduk miskin dan penghimpunan dana ZIS di Indonesia
8
Tabel 1.1
Tabel Penduduk Miskin, dan Penghimpunan Dana Zakat Infak Sedekah (ZIS) di Indonesia
Tahun Penduduk Miskin (Persen)
ZIS
(Rupiah)
2012 11.66 50.220.719.886,92
2013 11.47 59.019.259.845,87
2014 11.25 82.947.383.165,39
2015 11.13 98.473.103.020,77
2016 10.70 111.449.939.350,62
Sumber: BPS dan BAZNAS, data diolah
Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk miskin di Indonesia
dari tahun 2012-2016 cenderung selalu mengalami penurunan. Sedangkan variabel
penghimpunan dana ZIS pada tahun 2012 -2016 selalu mengalami kenaikan. Namun pada
tahun 2014 dan 2016 jumlah penghimpunan dana ZIS mengalami kenaikan yang
signifikan dibandingkan dengan penurunan jumlah penduduk miskin. Hal ini sesuai
dengan penelitan Beik (2009) yang menunjukan bahwa zakat mampu mengurangi jumlah
dan persentase keluarga miskin melalui program zakat yang dilakukan lembaga zakat.
Hal senada juga dikemukakan oleh Kurniawati (2017) bahwa ZIS berpengaruh signifikan
dan negatif terhadap kemiskinan di Provinsi Banten, yang berarti bahwa ketika dana ZIS
meningkat maka akan menurunkan tingkat kemiskinan.
Penelitian ini hanya memfokuskan pada provinsi di Indonesia yang terdaftar di
Baznas dan secara konsisten terdapat pada outlook BAZNAS selama periode 2012-2016,
serta provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang positif. Provinsi-provinsi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo.
9
Dalam penelitian ini faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap kemiskinan
diantaranya adalah penghimpunan dana ZIS, pertumbuhan ekonomi, pengangguran,
inflasi dan jumlah penduduk. Berikut gambaran umum faktor yang mempengaruhi
kemiskinan di 12 Provinsi Indonesia:
Tabel 1.2
Tabel Pertumbuhan Tingkat Kemiskinan, Penghimpunan Dana Zakat Infak Sedekah (ZIS), Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Inflasi,
dan Jumlah Penduduk Di 12 Provinsi Indonesia
Indikator 2012 2013 2014 2015 2016
Tingkat
Kemiskinan
(%)
5.78 8.61 8.31 8.31 8.07
ZIS
(Rupiah) 4.308.138.682 3.562.073.861 13.197.574.886 24.464.221.954 30.849.892.708
Pertumbuhan
Ekonomi (%) 6.47 6.03 5.55 5.21 5.36
Pengangguran
(%) 6.51 6.18 6.18 6.63 5.42
Inflasi (%) 4.30 8.38 8.36 3.35 3.02
Jumlah
Penduduk
(Jutaan Jiwa) 14.284,80 14.458,68 14.629,33 14.796,56 14.960,23
Sumber: BPS dan Outlook BAZNAS, data diolah
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi dalam
pengembangannya selama periode 2012-2016 cenderung mengalami penurunan kecuali
di tahun 2016. Sedangkan variabel tingkat kemiskinan selama periode 2012-2016
cenderung mengalami peningkatan. Namun pada Tabel 1.2 tahun 2013-2014
pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan sebesar 0.48 persen dari 6.03 persen
10
menjadi 5.55 persen, sedangkan tingkat kemiskinan juga mengalami penurunan sebesar
0.3 persen.
Jika dilihat pada uraian di atas, terlihat bahwa adanya ketidakkonsisten antara
pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan. Menurut penelitian yang dihasilkan
(Windra dkk, 2016) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia dalam periode tahun 2001 sampai tahun
2015. Namun menurut penelitian (Suliswanto, 2010), menjelaskan bahwa penelitian ini
variabel PDRB memiliki signifikansi pengaruh terhadap kemiskinan hanya pada α 20%,
hal ini sesuai temuan dari World Bank (2006) bahwa pertumbuhan ekonomi belum dapat
secara signifikan mengurangi kemiskinan dikarenakan pola dari pertumbuhan ekonomi di
Indonesia yaitu terjadinya ketimpangan.
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pengangguran dalam pengembangannya
selama periode 2012-2016 cenderung mengalami peningkatan kecuali di tahun 2013 dan
2016. Sedangkan variabel tingkat kemiskinan selama periode 2012-2016 juga cenderung
mengalami peningkatan. Namun pada Tabel 1.2 tahun 2012-2013 pengangguran
mengalami penurunan sebesar 0.33 persen dari 6.51 persen menjadi 6.18 persen,
sedangkan tingkat kemiskinan mengalami peningkatan sebesar 2.83 persen.
Jika dilihat pada uraian di atas, adanya ketidakkonsisten antara pengangguran
dengan tingkat kemiskinan. Dimana hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang
dihasilkan (Windra, dkk 2016), penelitian tersebut menjelaskan bahwa pengangguran
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia dalam
periode tahun 2001 sampai tahun 2015. Artinya apabila terjadi peningkatan terhadap
tingkat pengangguran maka akan mengakibatkan kemiskinan meningkat juga.
11
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa inflasi periode 2012-2016 cenderung
mengalami penurunan kecuali tahun 2012-2013. Sedangkan variabel tingkat kemiskinan
selama periode 2012-2016 juga cenderung mengalami peningkatan. Namun pada tahun
2015, inflasi mengalami penurunan sebesar 5.01 persen, sedangkan tingkat kemiskinan
pada tahun 2015 tidak mengalami peningkatan maupun penurun (konstan).
Jika dilihat pada uraian di atas, adanya ketidakkonsisten antara inflasi dengan
tingkat kemiskinan. Dimana hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian (Windra, dkk
2016) yang menjelaskan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan.
Meskipun demikian terdapat kecenderungan positif antara inflasi terhadap kemiskinan di
Indonesia. Artinya apabila terjadi peningkatan maka akan mengakibatkan kemiskinan
meningkat juga.
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk periode 2012-2016 selalu
mengalami peningkatan. Namun tingkat kemiskinan pada tahun 2014 dan 2016
mengalami penurunan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Wahyuningsih dan
Zamzami (2014), dimana jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap tingkat
kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya, yang artinya apabila jumlah penduduk meningkat
maka tingkat kemiskinan juga akan meningkat.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk membahas
mengenai tingkat kemiskinan di 12 Provinsi Indonesia. Selain itu di dalam penelitian ini
juga akan dilihat bagaimana pengaruh variabel Penghimpunan dana Zakat Infak Sedekah
(ZIS), Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran dan Inflasi terhadap Tingkat Kemiskinan di
12 Provinsi Indonesia. Oleh karenanya maka penelitian ini mengambil judul “Analisis
Pengaruh Penghimpunan Dana Zakat Infak Sedekah (ZIS) dan Variabel Makro
12
Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus Di 12 Provinsi Indonesia
Periode 2012-2016).
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah ketidakkonsistenan hubungan antara Penghimpunan Dana Zakat Infak dan
Sedekah (ZIS), Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Inflasi dan Jumlah Penduduk
terhadap Tingkat Kemiskinan, menjadi suatu masalah yang perlu untuk dilakukan
penelitian lebih lanjut. Oleh sebab itu penelitian ini berfokus kepada variabel Dana ZIS,
Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Inflasi dan Jumlah Penduduk terhadap Tingkat
Kemiskinan di 12 Provinsi Indonesia pada periode tahun 2012-2016.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka diperlukan penelitian
lebih lanjut, sehingga dapat dirumuskan sebuah masalah yang akan dibahas adalah
“Bagaimanakah Pengaruh Penghimpunan Dana ZIS, Pertumbuhan Ekonomi,
Pengangguran, Inflasi dan Jumlah Penduduk Terhadap Tingkat Kemiskinan di 12
Provinsi Indonesia?”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menganalisis bagaimana pengaruh secara parsial antara variabel Penghimpunan Dana
ZIS, Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Inflasi dan Jumlah Penduduk dengan
variabel Tingkat Kemiskinan di 12 Provinsi di Indonesia.
13
2. Menganalisis bagaimana pengaruh secara simultan antara variabel Penghimpunan
Dana ZIS, Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Inflasi dan Jumlah Penduduk
dengan variabel Tingkat Kemiskinan di 12 Provinsi di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai saran implementasi ilmu
pengetahuan bagi perkembangan dunia pendidikan dan perekonomian serta memberikan
pembuktian yang empiris hubungan antara variabel-variabel Zakat Infak Sedekah,
Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Inflasi, terhadap Tingkat Kemiskinan di 12
Provinsi Indonesia.
a. Manfaat Akademis
Dari penelitian ini karena erat hubungannya dengan bidang ilmu ekonomi islam,
sehingga dengan penulisan penelitian ini pihak-pihak yang berkepentingan dapat lebih
mudah memahami, dan sebagai tambahan referensi dan rujukan bagi penelitian
selanjutnya mengenai Kemiskinan.
b. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan sarana bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang
telah diperoleh selama proses pembelajaran di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan
Ekonomi Syariah dan untuk memotivasi peneliti untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
14
E. Sistematika Penulisan
BAB I: Pendahuluan
Dalam bab ini penulis akan menguraikan terkait alasan pemilihan judul
atau latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan landasan teori
yang relevan bagi penelitian ini. Selain landasan teori, bab ini juga
menguraikan tentang penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam
penulisan penelitian, keterkaitan antar variabel independen dengan
variabel dependen, kemudian ditutup dengan kerangka pemikiran dan
hipotesis penelitian.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan ruang lingkup
penelitian, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, metode
analisis dan operasional variabel penelitian.
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai hasil penelitian: sekilas
gambaran umum objek penelitian, analisis data dan pembahasan, yang
menjelaskan bagaimana pengaruh penghimpunan dana Zakat, Infak dan
Sedekah (ZIS), Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Inflasi dan Jumlah
Penduduk terhadap Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus di 12 Provinsi
15
Indonesia Periode 2012-2016), kemudian dilanjutkan dengan pembahasan
hasil penelitian.
BAB V : PENUTUP
Dalam bab ini akan menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan. Dalam bab ini juga akan menguraikan implikasi yang
dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kemiskinan
a. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh
negara, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini dikarenakan
kemiskinan itu bersifat multidimensional artinya karena kebutuhan manusia itu
bermacam-macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek primer yang
berupa miskin akan aset, organisasi sosial politik, pengetahuan, dan keterampilan
serta aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber
keuangan, dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan
dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan
yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) menjelaskan
kemiskinan adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena
dikehendaki oleh si miskin, melainkan karena tidak dapat dihindari dengan
kekuatan yang ada padanya. Menurut Chambers dalam Ali (2003), ada lima
ketidakberuntungan yang melingkari kehidupan orang miskin yaitu:
1. Kemiskinan (poverty), memiliki tanda-tanda sebagai berikut: rumah reot dan
dibuat dari bahan bangunan yang bermutu rendah, perlengkapan yang sangat
minim, ekonomi keluarga ditandai dengan ekonomi gali lubang tutup lubang
serta pendapatan yang tidak menentu.
17
2. Masalah kerentanan (vulnerability), kerentanan ini dapat dilihat dari
ketidakmampuan keluarga miskin menghadapi situasi darurat. Perbaikan
ekonomi yang dicapai dengan susah payah sewaktu-waktu dapat lenyap ketika
penyakit menghampiri keluarga mereka yang membutuhkan biaya pengobatan
dalam jumlah yang besar.
3. Masalah ketidakberdayaan (powerlessness). Bentuk ketidakberdayaan
kelompok miskin tercermin dalam ketidakmampuan mereka dalam
menghadapi elit dan para birokrasi dalam menentukan keputusan yang
menyangkut nasibnya, tanpa memberi kesempatan untuk mengaktualisasi diri.
4. Lemahnya ketahanan fisik (physical weakness) karena rendahnya konsumsi
pangan baik kualitas maupun kuantitas sehingga konsumsi gizi mereka sangat
rendah yang berakibat pada rendahnya produktivitas mereka.
5. Masalah keterisolasian (isolation), keterisolasian fisik tercermin dari kantong-
kantong kemiskinan yang sulit dijangkau, sedangkan keterisolasian sosial
tercermin dari ketertutupan dalam integrasi masyarakat miskin dengan
masyarakat yang lebih luas (Andriyanto,2011).
b. Jenis-jenis Kemiskinan
Berdasarkan kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk
permasalahan multidimensional, kemiskinan memiliki 4 bentuk. Adapun keempat
bentuk kemiskinan tersebut adalah:
1. Kemiskinan Relatif
Pengertian kemiskinan relatif menurut (BPS, 2008) adalah “suatu
kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu
18
menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan
distribusi pendapatan”. BPS mengemukakan bahwa standar minimum disusun
berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian
terfokus pada golongan penduduk miskin. Ukuran kemiskinan relatif sangat
tergantung pada distribusi pendapatan atau pengeluaran penduduk. Pengertian
kemiskinan relatif sebagaimana yang dikemukakan oleh BPS lebih menunjuk
pada kesenjangan pendapatan dan pengeluaran antar wilayah dalam suatu
negara atau antar negara di dunia.
Standar minimum disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara
pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk
“termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan terendah dari total
penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran. Kelompok
ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian, ukuran kemiskinan
relatif sangat tergantung pada distribusi pendapatan/pengeluaran penduduk
sehingga dengan menggunakan definisi ini berarti “orang miskin selalu hadir
bersama kita.
2. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan
untuk mencukupi kebutuhan dasar minimum seperti pangan, perumahan,
sandang, pendidikan, dan kesehatan yang diperlukan untuk bisa hidup dan
bekerja. Kebutuhan dasar minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial
dalam bentuk uang dan nilainya dikenal dengan istilah garis kemiskinan.
19
Penduduk yang memiliki rata-rata pendapatan/pengeluaran per kapita per
bulan di bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin.
Garis kemiskinan diartikan sebagai pengeluaran rata-rata atau
konsumsi rata-rata untuk kebutuhan pokok berkaitan dengan pemenuhan
standar kesejahteraan. Bentuk kemiskinan absolut ini paling banyak dipakai
sebagai konsep untuk menentukan atau mendefinisikan kriteria seseorang atau
sekelompok orang yang disebut miskin
3. Kemiskinan Kulturual
Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai
akibat adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya
berasal dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk
memperbaiki taraf hidup dengan tata cara modern. Kebiasaan seperti ini dapat
berupa sikap malas, pemboros atau tidak pernah hemat, kurang kreatif, dan
relatif pula bergantung pada pihak lain.
4. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan
karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi
pada suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang kurang
mendukung adanya pembebasan kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini
juga terkadang memiliki unsur diskriminatif.
Bentuk kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang paling
banyak mendapatkan perhatian di bidang ilmu sosial terutama di kalangan
negara-negara pemberi bantuan atau pinjaman seperti Bank Dunia, IMF, dan
20
Bank Pembangunan Asia. Bentuk kemiskinan struktural juga dianggap paling
banyak menimbulkan adanya ketiga bentuk kemiskinan yang telah disebutkan
sebelumnya.
Adapun jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya adalah:
a. Kemiskinan Alamiah
Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang terbentuk sebagai akibat
adanya kelangkaan sumber daya alam dan minimnya atau ketiadaan pra
sarana umum (jalan raya, listrik, dan air bersih), dan keadaan tanah yang
kurang subur. Daerah-daerah dengan karakteristik tersebut pada umumnya
adalah daerah yang belum terjangkau oleh kebijakan pembangunan
sehingga menjadi daerah tertinggal.
b. Kemiskinan Buatan
Kemiskinan buatan adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh sistem
modernisasi atau pembangunan yang menyebabkan masyarakat tidak
memiliki banyak kesempatan untuk menguasai sumber daya, sarana, dan
fasilitas ekonomi secara merata. Kemiskinan seperti ini adalah dampak
negatif dari pelaksanaan konsep pembangunan (developmentalism) yang
umumnya dijalankan di negara-negara sedang berkembang. Sasaran untuk
mengejar target pertumbuhan ekonomi tinggi mengakibatkan tidak
meratanya pembagian hasil-hasil pembangunan di mana sektor industri
misalnya lebih menikmati tingkat keuntungan dibandingkan mereka yang
bekerja di sektor pertanian.
21
c. Ukuran Kemiskinan
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengukur
kemiskinan berdasarkan dua kriteria yaitu (Suryawati, 2005):
1. Kriteria Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), yaitu keluarga yang tidak
mempunyai kemampuan untuk menjalankan perintah agama dengan baik,
minimum makan dua kali sehari, membeli lebih dari satu stel pakaian per
orang per tahun, lantai rumah bersemen lebih dari 80% dan berobat ke
Puskesmas bila sakit.
2. Kriteria Keluarga Sejahtera 1 (KS 1), yaitu keluarga yang tidak
berkemampuan untuk melaksanakan perintah agama dengan baik, minimal
satu kali per minggu makan daging/telur/ikan, membeli pakaian satu stel per
tahun, rata-rata luas lantai rumah 8 meter per segi per anggota keluarga, tidak
ada anggota keluarga umur 10 sampai 60 tahun yang buta huruf, semua anak
berumur antara 5 sampai 15 tahun bersekolah, satu dari anggota keluarga
mempunyai penghasilan rutin atau tetap, dan tidak ada yang sakit selama tiga
bulan.
d. Penyebab Kemiskinan
Sharp, dalam Amirullah (2001) mencoba mengidentifikasi penyebab
kemiskinan yang dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro,
kemiskinan muncul karena ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpal. Penduduk miskin hanya
memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua,
kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia.
22
Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas rendah, yang
pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini
karena rendahnya tingkat pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya
diskriminasi, atau keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses
dalam modal.
Selain penelitian di atas, menurut Windra dkk (2016) dalam penelitiannya,
membuktikan bahwa kemiskinan dapat dijelaskan oleh variabel inflasi,
pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran, dimana hasil uji R squarenya
menunjukkan angka 87,48%, yang berarti 12,52% dipengaruhi oleh variabel lain.
Selain itu menurut Beik (2010), bahwa dana zakat yang telah disalurkan
mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga mustahiq dan menurunkan
jumlah kemiskinan mustahiq. Dimana hal tersebut membuktikan bahwa zakat
memiliki peran yang sangat penting dalam menurunkan angka kemiskinan.
2. Zakat
a. Pengertian Zakat
Secara etimologi, zakat memiliki beberapa makna yang di antaranya
adalah suci. “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu” (QS.
Asy-Syams 9). Maksudnya adalah suci dari dosa dan kemaksiatan. Selain itu,
zakat bisa bermakna tumbuh dan berkah. Secara syar’i zakat adalah sedekah
tertentu yang diwajibkan dalam syariah terhadap orang yang berhak
menerimanya.
Menurut Departemen Agama RI zakat adalah harta wajib yang disisihkan
oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan
23
ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (Marningsih,
2011).
Bila ditinjau dari aspek objek kewajiban zakat, maka zakat
diklasifikasikan kepada dua jenis, yaitu zakat fitrah dan zakat mal (harta).
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah secara etimologi adalah pensucian jiwa, perbaikan jiwa,
keberkatan jiwa, dan menumbuh kembangkan potensi jiwa. Secara
terminologi, zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan bagi setiap inividu
(umat Islam), baik anak-anak maupun orang dewasa, laki-laki maupun wanita,
merdeka maupun hamba sahaya. Definisi ini memberikan kesan bahwa zakat
fitrah merupakan kewajiban individu yang tidak boleh ditinggalkan, baik oleh
orang mampu melakukannya maupun tidak.
Dalam redaksi lain, sebagaimana yang terlihat dari penjelasan pasal
11 UU No. 38 tahun 1999, zakat fitrah adalah sejumlah bahan makanan pokok
yang dikeluarkan pada bulan Ramadhan, oleh setiap orang muslim bagi
dirinya dan bagi orang yang yang ditanggungnya yang memiliki kelebihan
makanan pokok untuk sehari pada hari raya Idul Fitri.
2. Zakat Mal
Zakat mal merupakan bagian dari harta yang disisihkan oleh seorang
muslim, atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan
agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
Zakat mal jika ditinjau dari segi harta yang wajib dizakatkan dapat
diklasifikasikan kepada empat macam, yaitu zakat tanam-tanaman dan buah-
24
buahan, zakat hewan ternak, zakat emas dan perak, serta zakat harta
perdagangan. Menurut al-Jaziri, zakat mal dapat diklasifikasikan kepada lima
macam, yaitu zakat hewan ternak, zakat emas-perak, zakat harta perdagangan,
zakat barang temuan dan barang tambang, serta zakat tanam-tanaman dan
buah-buahan.
b. Hukum dan Syarat Wajib Zakat
Allah mewajibkan zakat kepada setiap muslim (lelaki dan perempuan) atas
hartanya yang telah mencapai nisabnya. Zakat merupakan instrumen dalam
mensucikan harta dengan membayarkan hak orang lain. Selain itu, zakat
merupakan mediator dalam mensucikan diri dan hati dari rasa kikir, pelit, dan
cinta harta, serta zakat juga merupakan instrumen sosial yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan dasar fakir dan miskin.
Allah Swt berfirman, ”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkannya dan mensucikan mereka...” (QS At-
Taubah 103).
Zakat pertama kali diwajibkan, tidak ditentukan kadar dan jumlahnya,
tetapi hanya untuk memenuhi kebutuhan fakir dan miskin. Namun setelah
Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, diberlakukanlah beberapa ketentuan dan
syarat yang harus dipenuhi dalam zakat.
1. Islam
Intelektual muslim telah sepakat bahwa zakat merupakan rukun Islam dan
hanya diwajibkan untuk umat Islam. Hal ini berlandaskan kepada hadits
Muadz bin Jabal ketika diutus ke Yaman yang diwirayatkan oleh Al Bukhari.
25
Zakat tidak diwajibkan kepada selain muslim karena zakat merupakan
kewajiban harta dalam islam yang diambil orang kaya untuk diberikan kepada
fakir, miskin, ibnu sabil dan orang yang membutuhkan lainnya.
2. Sempurnanya Ahliyah
Sebagian ulama berpendapat bahwa zakat diwajibkan atas harta anak kecil
dan orang gila. Namun Hanafiyah berpendapat bahwa zakat tidak wajib atas
harta mereka kecuali hasil pertanian dan perkebunan. Perbedaan itu muncul
dari karakteristik dasar zakat itu sendiri. Sebagian berpendapat bahwa zakat
merupakan ibadah mudhah dan sama halnya dengan shalat ataupun puasa.
Karena itu, zakat hanya diwajibkan kepada orang baligh dan berakal. Sebab
taklif (kewajiban) ibadah tidak sempurna kecuali dengan baligh dan berakal.
Rasulullah Saw bersabda , Qalam diangkat oleh Allah dalam tiga perkara;
anak kecil hingga baligh, orang tidur hingga bangun, dan orang gila sampai
ia sadar.” (HR. Al Bukhari, At Tarmidzi, Abu Dawud).
Pendapat kedua mengatakan bahwa zakat merupakan kewajiban atas harta
yang berhubungan dengan harta seseorang tanpa memandang pemiliknya,
baik yang mempunyai ahliyah (kecakapan) maupun tidak, dan tidak ada
perbedaan bagi orang gila ataupun cerdas. Menurut sebagian besar ulama,
pendapat ini merupakan pendapat yang utama. Pendapat ini berdasarkan nash
Al-Qur’an dan hadits yang mewajibkan zakat atas harta orang kaya secara
mutlak, tidak ada pengecualian bagi anak kecil dan orang gila. Hal tersebut
berdasarkan ayat di atas dan hadits Mu’adz bin Jabal.
26
3. Sempurnanya Kepemilikan
Kepemilikan muzakki (orang yang wajib zakat) atas harta yang dizakatkan
merupakan kepemilikan yang sempurna. Dalam arti, harta tersebut tidak
terdapat kepemilikan dan hak orang lain. Dalam hal ini, pemilik merupakan
pemilik tunggal dan mempunyai kekuasaan penuh dalam melakukan transaksi
atas harta tersebut.
4. Berkembang
Harta yang merupakan objek zakat harus berkembang, artinya harta
tersebut mendatangkan income atau tambahan kepada pemiliknya, seperti
hasil pertanian, perkebunan, hewan ternak dan lain sebagainya. Rasulullah
Saw tidak mewajibkan zakat atas barang yang tidak berkembang (harta yang
tidak menambah kekayaan pemiliknya). Beliau bersabda, ”tidak ada
kewajiban bagi muslim atas kuda dan hambanya sebuah zakat”
5. Nishab
Harta yang wajib dizakati harus memiliki atau sampai kadar tertentu yang
disebut nishab. Harta yang dimiliki oleh seseorang muslim tidak wajib zakat
kecuali telah mencapai nishab yang telah ditentukan, seperti unta harus
mencapai 5 ekor, kambing 40 ekor, dan lain sebagainya. Hikmah dari
penentuan nishab adalah untuk menunjukkan bahwa zakat hanya diwajibkan
kepada orang-orang yang mampu untuk diberikan kepada orang-orang yang
membutuhkan. Rasululah Saw bersabda, tidak ada zakat kecuali bagi orang-
orang kaya”.
27
6. Haul
Harta zakat yang telah mencapai nishab harus dalam kepemilikan ahliyah
sampai waktu 12 bulan Qamariyah kecuali hasil pertanian, perkebunan,
barang tambang, madu dan sejenisnya. Harta-harta tersebut tidak disyaratkan
adanya haul. Ibnu Qudamah menjelaskan bahwa tendensi disyaratkannya haul
ketika harta tersebut berpotensi dalam produktivitas.
c. Peran dan Pengelolaan Zakat
Untuk pertama kalinya dalam sejarah administrasi pemerintahan,
Rasulullah Saw selaku kepala pemerintahan mencanangkan tarif zakat (miqdar
zakah), objek zakat (mal zakawi), dan batas minimal kekayaan atau pendapatan
terkena zakat (nisab), ditetapkan dengan jelas, tegas dan berlaku untuk semua
warga yang tergolong wajib zakat (muzakki). Secara garis besar, sistem zakat
Rasulullah didasarkan atas ketentuan-ketentuan yang strategis dan praktis antara
lain sebagai berikut:
1. Pertama, berkaitan dengan fungsi zakat sebagai instrumen vital bagi keadilan
sosial dengan tegas ditetapkan bahwa zakat merupakan kewajiban sosial yang
harus dibayar oleh mereka yang hartanya mencapai nishab.
2. Kedua, berkaitan dengan objek zakat pertama-tama Rasulullah SAW
menetapkan bahwa zakat dikenakan atas jiwa dan harta. Harta atas jiwa dalam
bahasa agamanya disebut zakat fitrah, sedangkan zakat atas kekayaan dikenal
dengan zakat maal. Zakat maal ini dikenakan atas kekayaan dan penghasilan.
Berdasarkan ketentuan ini, selanjutnya ditentukan aturan teknis yang lebih
28
terperinci sesuai dengan kondisi material yang hidup pada masyarakat yang
bersangkutan.
3. Ketiga, bahwa dalam sistem zakat harus ditentukan tarif tertentu (miqdar)
yang jelas dan berlaku umum. Tidak dibenarkan sekelompok masyarakat
dengan alasan subjektif dikenakan tarif yang ringan sementara sekelompok
masyarakat yang lain dikenakan tarif yang berat (Kusniawati, 2011).
Organisasi Pengelola Zakat merupakan sebuah institusi yang bergerak di
bidang pengelolaan dana zakat, infaq, dan sedekah. Definisi menurut UU Nomor
38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat pada Pasal 1, Ayat 1 adalah: kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
Organisasi pengelola zakat apapun bentuk dan posisinya secara umum
mempunyai dua fungsi yakni:
1. Sebagai Perantara Keuangan
Amil berperan menghubungkan antara pihak muzakki dengan mustahiq.
Sebagai perantara keuangan amil dituntut menerapkan azas trust
(kepercayaan). Sebagaimana layaknya lembaga keuangan yang lain, azaz
kepercayaan menjadi syarat mutlak yang harus dibangun. Setiap amil dituntut
mampu menunjukkan keunggulannya masing-masing sampai terlihat jelas
positioning organisasi, sehingga masyarakat dapat memilihnya. Tanpa adanya
positioning, maka kedudukan akan sulit untuk berkembang.
29
2. Pemberdayaan
Fungsi ini, sesungguhnya upaya mewujudkan misi pembentukan amil,
yakni bagaimana masyarakat muzaki menjadi lebih berkah rezekinya dan
ketentraman kehidupannya menjadi terjamin disatu sisi dan masyarakat
mustahiq tidak selamanya tergantung dengan pemberian bahkan dalam jangka
panjang diharapkan dapat berubah menjadi muzakki baru (Putra, 2010).
d. Penghimpunan Zakat
Penghimpunan dana (fundraising) dapat diartikan sebagai kegiatan
menghimpun dana dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu,
kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan
untuk membiayai program kegiatan operasional lembaga yang ada pada akhirnya
adalah untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut.
Penghimpunan zakat merupakan suatu upaya atau proses kegiatan dalam
rangka mengumpulkan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf serta sumber dana
lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun
pemerintah) yang akan didistribusikan dan diberdayakan untuk mustaḥiq.
Penghimpunan zakat dilakukan oleh petugas (amil) yang ditunjuk oleh
imam atau pemerintah untuk menghimpun dan mengelola zakat. Agar
pengelolaan zakat berjalan optimal, petugas zakat haruslah memiliki integritas,
kredibilitas, profesionalisme, dan kualitas jasa serta amanah. Menurut Alwi
(2014), zakat yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera
disalurkan kepada mustahiq sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun
dalam program kerja.
30
3. Infaq
a. Pengertian Infaq
Infaq secara bahasa (lughat) berasal dari Bahasa Arab dari kata anfaqo-
yunfiqo, artinya membelanjakan atau membiayai, arti infaq menjadi khusus ketika
dikaitkan dengan upaya realisasi perintah-perintah Allah. Dengan demikian infaq
hanya berkaitan dengan atau hanya dalam bentuk materi saja, adapun hukumnya
ada yang wajib (termasuk zakat, nadzar), ada infaq Sunnah, mubah bahkan ada
yang haram. Dalam hal ini infaq hanya berkaitan dengan materi. Sedangkan
menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian harta atau
pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran islam.
Oleh karena itu infaq berbeda dengan zakat, karena infaq tidak mengenal
istilah nisab. Infaq tidak harus diberikan kepada mustahiq tertentu, melainkan
kepada siapapun misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau
orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dengan demikian pengertian infaq
adalah pengeluaran suka rela menentukan jenis harta, berapa jumlah yang
sebaiknya diserahkan. Setiap kali ia memperoleh rezeki sebanyak yang ia
kehendakinya. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa infaq bisa diberikan
kepada siapa saja yang artinya mengeluarkan harta untuk kepentingan sesuatu.
Sedangkan menurut istilah syari’at, infaq adalah mengeluarkan sebagian harta
yang diperintahkan dalam islam untuk kepentingan umum, dan juga bisa
diberikan kepada sahabat terdekat, kedua orang tua, dan kerabat-kerabat terdekat
lainnya. Terkait dengan infaq ini Rasulullah Saw bersabda dalam hadis yang
diwirayatkan Bukhari dan Muslim ada malaikat yang senantiasa berdo’a setiap
31
pagi dan sore, “Ya Allah SWT berilah orang yang berinfaq, gantinya. Dan
berkata yang lain: “Ya Allah jadikanlah orang yang menahan infaq,
kehancuran” (Hastuti, 2016).
b. Dasar Hukum Infaq
Islam telah memberikan panduan kepada kita dalam berinfaq atau
membelanjakan harta. Allah dalam firman-Nya begitupula Rasul SAW dalam
Sabdanya mmerintahkan agar menginfakkan (membelanjakan) harta yang di
miliki. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 1-3:
“Alif Laam Miim”. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya,
petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang
gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami
anugerahkan kepada mereka.”
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 215. Mereka bertanya kepadamu tentang
apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan
hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja
kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.”
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 219. Mereka bertanya kepadamu tentang
khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan
beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir.
32
c. Jenis Infak
1. Infak Wajib. Infak wajib terdiri atas zakat dan nazar, yang bentuk dan jumlah
pemberiannya telah ditentukan. Nazar adalah sumpah atau janji untuk
melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Menurut Qardhawi, nazar itu
adalah sesuatu yang makruh. Namun demikian apabila telah diucapkan, maka
harus dilakukan sepanjang hal itu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Infak Sunnah. Infak Sunnah yaitu infak yang dilakukan seorang muslim untuk
mencari Ridha Allah SWT, bisa dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk.
Misalnya memberi makan kepada orang yang terkena bencana.
4. Sedekah
a. Pengertian Sedekah
Sedekah berasal dari kata bahasa Arab shadaqah yang berarti suatu
pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan
dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu
pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap
Ridha Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para
fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu’ (sedekah secara spontan dan
sukarela). Sedekah juga didefinisikan seperti ibadah harta pada umumnya disebut
sedekah. Sedekah yang wajib dan ditentukan standar pelaksanaannya disebut
zakat. Sedekah yang wajib tapi tidak ditentukan standar pelaksanaannya disebut
infaq. Adapun sedekah yang sunat disebut dengan kata sedekah itu sendiri.
Sedekah secara umum adalah harta atau non harta yang dikeluarkan oleh
seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.
33
Sedekah mempunyai cakupan yang sangat luas dan digunakan Al-Qur‟an
untuk mencakup segala jenis sumbangan. Sedekah berarti memberi derma,
termasuk memberi derma untuk memenuhi hukum dimana kata zakat digunakan
dalam Al-Qur‟an dan sunnah. Zakat juga dapat disebut sedekah karena zakat juga
merupakan derma yang diwajibkan sedangkan sedekah adalah sukarela. Zakat
dikumpulkan oleh pemerintah sebagai suatu pungutan wajib, sedangkan sedekah
diberikan secara sukarela atau bersifat sunah.
Menurut Ibn Taimiyah, yang dimaksud dengan sedekah adalah zakat yang
dikenakan atas harta kekayaan muslim tertentu. Termasuk (ushr) atau separuh
dari sepersepuluh (nisful-ushr) yang dipungut dari hasil panen biji-bijian atau
buah-buahan, juga zakat atas binatang ternak seperti onta, domba, sapi zakat atas
barang dagangan dan zakat atas dua logam mulia yaitu emas dan perak.
Menurut Abu Ubaid, sedekah ini terdiri dari dua macam, yaitu (1) zakat
yang dipungut dari kekayaan kaum muslim dan (2) bea cukai yang dipungut dari
para perdagangan muslim sesuai dengan barang dagangan yang melintasi pos-
posan. Dengan demikian menurt Abu Uwaid sedekah terdiri dari zakat dan uhsr.
b. Dasar Hukum Sedekah
Sedekah adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang setiap kali
ia memperoleh rezeki sebanyak yang dikehendakinya sendiri. Dalam tinjauan
hukum sedekah bisa dihukumi wajib ketika berbentuk: zakat, nafkah dan nadzar
sedangkan berkekuatan hukum sunnah ketika: hadiah, hibah, wakaf, ujrah, sewa,
barter, hutang dll. Sedekah sunnah dapat dilakukan kapan saja, saat mereka
34
lapang atau ada tuntutan sosial untuk melakukannya dan termasuk salah satu dari
jalan yang Allah perintahkan kepada umat Islam.
Akan tetapi, khusus untuk sedekah tehadap fakir miskin, Rasulullah SAW
sangat menekankan pada saat bulan Ramadhan, hal ini sangat logis karena tidak
sedikit kalangan mereka yang tidak dapat melaksanakan kewajiban ibadahnya di
bulan Ramadhan disebabkan harus bekerja keras yang memeras tenaga. Sabda
Rasulullah SAW “Dari Annas RA, dia berkata bahwasanya Rasulullah SAW
pernah ditanya sedekah mana yang lebih baik, Beliau menjawab sedekah di bulan
Ramahan (HR. At-Timidzi)”.
5. Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu tujuan suatu negara adalah untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonominya. Salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi adalah pendapatan nasional.
Pendapatan nasional suatu negara dapat menunjukkan seberapa besar aktivitas
perekonomian secara keseluruhan. Konsep pendapatan nasional adalah ukuran yang
paling sering dipakai sebagai indikator pertumbuhan ekonomi.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah
produksi barang dan jasanya meningkat. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator
yang sangat penting dalam suatu perekonomian negara, sebab tanpa pertumbuhan
ekonomi tidak akan terjadi peningkatan kesejahteraan, kesempatan kerja,
produktivitas dan distribusi pendapatan. (Rahardja dan Manurung, 2005).
Menurut Prof Simon Kuznets dalam peneltian Wijayanto (2010) pertumbuhan
ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang
bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.
35
Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian
teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologi terhadap berbagai tuntutan
keadaan yang ada.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode
tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat Statistik (BPS) didefinisikan
sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu
wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB dapat menggambarkan
kemampuan suatu daerah mengelola sumber daya alam yang dimilikinya. Oleh
karena itu, besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat
bergantung kepada potensi faktor-faktor produksi di daerah tersebut.
Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor produksi tersebut
menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah. Di dalam perekonomian suatu
negara, masing-masing sektor tergantung pada sektor yang lain, satu dengan yang lain
saling memerlukan baik dari bahan mentah maupun hasil akhirnya. Sektor industri
memerlukan bahan mentah dari sektor pertanian dan pertambangan, hasil sektor
industri dibutuhkan oleh sektor pertanian dan jasa-jasa.
Cara Perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu
pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.
1. Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang diproduksi oleh suatu unit kegiatan ekonomi di daerah tersebut dikurangi
36
biaya antara masing-masing total produksi bruto tiap kegiatan subsektor atau
sektor dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut
dalam penyajiannya dikelompokan menjadi 9 sektor atau lapangan usaha, yaitu ;
(a) Pertanian; (b) pertambangan dan penggalian; (c) industri pengolahan; (d)
listrik, gas dan air bersih; (e) bangunan; (f) perdagangan, hotel, dan restoran; (g)
pengangkutan dan komunikasi; (h) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan
(i) jasa-jasa.
2. Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB adalah penjumlahan semua komponen
permintaan akhir. Komponen-komponen tersebut meliputi : (a) Pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, (b)
Konsumsi pemerintah, (c) Pembentukan modal tetap domestik bruto, (e)
perubahan stok, (f) Ekspor netto.
3. Menurut pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam suatu
wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud
adalah upah dan gaji, sewa rumah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan
tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak lainnya.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi
utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan. Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan
penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian
dari penambahan pendapatan (cateris paribus), yang selanjutnya akan menciptakan
37
suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan (Tambunan,
2003).
6. Pengangguran
Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang
dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan
dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat
upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Oleh
sebab itu, menurut Simatupang dan Saktyanu dalam penelitian Susanti (2013)
pengangguran biasanya dibedakan atas tiga jenis berdasarkan keadaan yang
menyebabkannya, antara lain:
a. Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh tindakan
seseorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya dan mencari kerja yang lebih
baik atau sesuai dengan keinginannya.
b. Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh adanya
perubahan struktur dalam perekonomian.
c. Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh kelebihan
pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengurangan dalam permintaan
agregat.
Sedangkan bentuk-bentuk pengangguran adalah:
a. Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah mereka yang mampu dan
seringkali sangat ingin bekerja tetapi tidak tersedia pekerjaan yang cocok untuk
mereka.
38
b. Setengah pengangguran (under unemployment), adalah mereka yang secara
nominal bekerja penuh namun produktivitasnya rendah sehingga pengurangan
dalam jam kerjanya tidak mempunyai arti atas produksi secara keseluruhan.
c. Tenaga kerja yang lemah (impaired) adalah mereka yang mungkin bekerja
penuh tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan. 4.
Tenaga kerja yang tidak produktif, adalah mereka yang mampu bekerja secara
produktif tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik.
7. Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga harga
secara umum yang berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya
likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk
juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi dapat digolongkan
menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi
ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi
sedang antara 10%-30% setahun; berat antara 30%-100% setahun; dan hiperinflasi
atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat
disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga)
pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
Terdapat berbagai macam jenis inflasi. Beberapa besar kelompok inflasi adalah:
39
a. Policy induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa
merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiayaannya.
b. Cost-push inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya yang bisa terjadi
walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan
kapasitas produk rendah.
c. Demand-pull inflation, disebabkan oleh permintaan agregat yang berlebihan yang
mendorong kenaikan tingkat harga umum.
d. Inertial inflation, cenderung untuk berkelanjut pada tingkat yang sama sampai
kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah. Jika inflasi terus bertahan, dan
tingkat ini diantisipasi dalam bentuk kontrak finansial dan upah, kenaikan inflasi
akan terus berlanjut.
8. Jumlah Penduduk
Menurut Maier dalam penelitian Wijayanto (2010) dikalangan para pakar
pembangunan telah ada konsensus bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
tidak hanya berdampak buruk terhadap suplai bahan pangan, namun juga semakin
membuat kendala bagi pengembangan tabungan, cadangan devisa, dan sumberdaya
manusia. Terdapat tiga alasan mengapa pertumbuhan penduduk yang tinggi akan
memperlambat pembangunan.
a. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan dibutuhkan untuk membuat konsumsi
dimasa mendatang semakin tinggi. Rendahnya sumberdaya perkapita akan
menyebabkan penduduk tumbuh lebih cepat, yang gilirannya membuat investasi
dalam “kualitas manusia” semakin sulit.
40
b. Banyak negara dimana penduduknya masih sangat tergantung dengan sektor
pertanian, pertumbuhan penduduk mengancam keseimbangan antara sumberdaya
alam yang langka dan penduduk. Sebagian karena pertumbuhan penduduk
memperlambat perpindahan penduduk dari sektor pertanian yang rendah
produktifitasnya ke sektor pertanian modern dan pekerjaan modern lainnya
c. Pertumbuhan penduduk yang cepat membuat semakin sulit melakukan perubahan
yang dibutuhkan untuk meningkatkan perubahan ekonomi dan sosial. Tingginya
tingkat kelahiran merupakan penyumbang utama pertumbuhan kota yang cepat.
B. Hubungan Antarvariabel
1. Hubungan Antara Dana ZIS dengan Tingkat Kemiskinan
Zakat adalah poros dan pusat keuangan Islam. Zakat dalam bidang sosial
bertindak sebagai alat khas yang diberikan kepada Islam untuk menghapuskan
kemiskinan dari masyarakat dengan menyadarkan si kaya akan tanggung jawab sosial
yang mereka memiliki, sedang dalam bidang ekonomi zakat mencegah penumpukan
kekayaan yang mengerikan dalam tangan segelintir orang dan memungkinkan
kekayaan untuk disebarkan sebelum sempat menjadi besar dan sangat berbahaya
ditangan pemiliknya, maka sebagian diberikan kepada yang berhak.
Penelitian Beik (2010), menunjukkan bahwa dana zakat yang telah disalurkan
mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga mustahiq rata-rata 9,82% dan jumlah
kemiskinan mustahiq dapat dikurangi 16,80%. Penelitian Hartoyo dan Purnamasari
(2010) juga menunjukkan pendayagunaan ZIS mampu meningkatkan pendapatan
perkapita mustahiq sebesar 3,70% dan jumlah orang miskin mengalami penurunan
sebesar 21,40%.
41
Sumargono (2006) dalam Mukiyanto dkk (2008) menambahkan di sisi lain
memang terdapat sejumlah faktor yang mendalangi kecenderungan pengabaian zakat.
Salah satunya,persepsi yang salah di kalangan pengusaha dan kaum profesional
tentang zakat. Zakat, dalam kalkulasi bisnis mereka, barangkali dipahami sebagai
“kerugian”. Padahal dengan berzakat dapat merangsang si pemelik harta kepada amal
dan perbuatan untuk mengganti apa yang telah diambil dari mereka. Hal ini jelas
sekali pada zakat uang, dimana Islam melarang menumpukannya, menahannya dari
perdaran dan pengembangan.
2. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Tingkat Kemiskinan
Menurut penelitian yang dihasilkan (Windra dkk, 2016) menjelaskan bahwa
pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di
Indonesia dalam periode tahun 2001 sampai tahun 2015. Hasil ini menyatakan
pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di
Indonesia, yang berarti bahwa ketika pertumbuhan ekonomi meningkat, maka akan
menyebabkan tingkat kemiskinan akan menurun. Namun menurut penelitian
(Suliswanto, 2010), menjelaskan bahwa penelitian ini variabel PDRB memiliki
signifikansi pengaruh terhadap kemiskinan hanya pada α 20%, hal ini sesuai temuan
dari World Bank (2006) bahwa pertumbuhan ekonomi belum dapat secara signifikan
mengurangi kemiskinan dikarenakan pola dari pertumbuhan ekonomi di Indonesia
yaitu terjadinya ketimpangan.
3. Hubungan Antara Pengangguran dengan Tingkat Kemiskinan
Menurut penelitian yang dihasilkan (Windra, dkk 2016), penelitian tersebut
menjelaskan bahwa pengangguran mempunyai pengaruh positif dan signifikan
42
terhadap kemiskinan di Indonesia dalam periode tahun 2001 sampai tahun 2015.
Artinya apabila terjadi peningkatan terhadap tingkat pengangguran maka akan
mengakibatkan kemiskinan meningkat juga.
4. Hubungan Antara Inflasi dengan Tingkat Kemiskinan
Menurut Imelia (2012), inflasi bagi kelompok pendapatan rendah akan mengalami
penurunan daya beli uang yang dimiliki untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Uang
yang dimiliki akan mengalami penurunan daya beli sehingga secara riil pendapatan
orang tersebut akan mengalami penurunan seiring kenaikan inflasi. Pendapatan riil
merupakan pendapatan nominal dibagi dengan perubahan harga, atau dapat
dituliskan:
keterangan:
Y riil = pendapatan riil
Y nom = pendapatan nominal
P = perubahan harga
5. Hubungan Antara Jumlah Penduduk dengan Tingkat Kemiskinan
Menurut penelitian Wahyuningsih dan Zamzami (2014), dimana jumlah
penduduk berpengaruh nyata terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya,
yang artinya apabila jumlah penduduk meningkat maka tingkat kemiskinan juga akan
meningkat.
43
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya terhadap penelitian yang akan dilakukan ini.
Hasil-hasil dari penelitian terdahulu ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian
yang akan dilakukan ini.
1. Jurnal M. Nur Rianto Al Arif (2010)
M. Nur Rianto Al Arif (2010) dalam jurnalnya yang berjudul “Efek
Penggandaan Zakat Serta Implikasinya Terhadap Program Pengentasan Kemiskinan”.
Dalam penelitiannya Zakat sebagai salah satu instrumen fiskal Islam telah
memainkan peran penting dalam ekonomi negara Islam sejak nabi Muhammad
melihat. Zakat merupakan instrumen keuangan di bidang fiskal dan ekonomi syariah
sebagai sarana ibadah dan untuk mencapai kesejahteraan sosial. Potensi zakat
mencakup beberapa aspek termasuk program pengentasan kemiskinan melalui
program pemberdayaan masyarakat. Zakat dapat memberikan kontribusi bagi
program pemberdayaan masyarakat melalui multiplier effect zakat.
2. Jurnal Yoghi Citra Pratama (2015)
Yoghi Citra Pratama (2015) dalam jurnalnya yang berjudul “Peran Zakat
Dalam Penanggulangan Kemiskinan Studi Kasus Program Zakat Produktif Pada
Badan Amil Zakat Nasional”. Dalam penelitiannya, metodelogi yang digunakan
adalah metode deskriptif kualitatif untuk melihat pengaruh dari zakat produktif
terhadap pemberdayaan masyarakat miskin melalui indeks kemiskinan. Penelitian ini
terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survey
atau hasil penyebaran kuesioner, dan melakukan wawancara mendalam dengan
44
Pengelola program Zakat produktif di Baznas dan Mustahiq sebagai peserta program
pemberdayaan masyarakat melalui zakat produktif. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari Laporan Program BAZNAS di internet, beberapa literarur, artikel-
artikel baik majalah, jurnal, surat kabar maupun internet. Hasil dari penelitian
menunjukkan secara keseluruhan mustahiq menilai program zakat produktif oleh
Baznas sudah berjalan dengan sangat baik.
3. Jurnal Yoghi Citra Pratama (2014)
Yoghi Cirtra Pratama (2014) dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Di Indonesia”. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Indonesia.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi multi linier, yaitu alat
analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas yaitu, tingkat
pendapatan perkapita, tingkat inflasi, tingkat konsumsi rumah tangga, tingkat
pendidikan, indeks pembangunan manusia, dan tingkat kemiskinan sebagai variabel
dependen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari 33
provinsi di Indonesia pada tahun 2012. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa
variabel pendapatan per kapita, inflasi, IPM, dan konsumsi secara simultan
mempengaruhi variabel tingkat kemiskinan, dapat dilihat dari pengujian yang
menunjukkan tingkat signifikan f <0,05. dan dari R square diketahui bahwa variabel
bebas dapat menjelaskan tingkat kemiskinan sebesar 56 persen dan sisanya 44 persen
akan dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
45
4. Jurnal Sussy Sussanti (2013)
Sussy Susanti (2013) dalam jurnalnya mengenai “Pengaruh PDRB,
Pengangguran dan IPM Terhadap Kemiskinan Di Jawa Barat dengan Menggunakan
Analisis Data Panel”. Studi ini meneliti tentang pengaruh PDRB, IPM dan
pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Barat, dalam hal ini untuk
seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat tahun 2009-2011. Tujuan penelitian ini
diharapkan dapat menganalisis bagaimana dan seberapa besar PDRB, IPM dan
pengangguran berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Barat, sehingga
nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam penentuan
kebijakan dalam mengatasi kemiskinan di Jawa Barat. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Sedangkan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis regresi linier panel data dengan bantuan STATA 9. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa PDRB, Pengangguran dan IPM berpengaruh signifikan terhadap
tingkat kemiskinan di Jawa Barat pada tahun 2009-2011.
5. Jurnal Rina Muniarti dan Irfan Syauqi Beik (2013)
Rina Muniarti dan Irfan Syauqi Beik (2013) dalam jurnalnya berjudul
“Pengaruh Zakat Terhadap IPM dan Tingkat Kemiskinan Mustahiq Studi Kasus
Pendayagunaan Baznas Kota Bogor”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
program pendayagunaan zakat yang dilakukan BAZNAS Kota Bogor serta
dampaknya terhadap kehidupan mustahiq, baik ditinjau dari perubahan pada
pendapatan mustahiq pasca distribusi zakat, maupun dari sisi nilai IPM dan tingkat
kemiskinan mustahiq. Dengan menggunakan metode perhitungan t-statistik, indeks
46
pembangunan manusia (IPM) tingkat individu, serta indikator kemiskinan, maka
dapat disimpulkan bahwa zakat berperan positif dalam meningkatkan pembangunan
manusia mustahiq di kota Bogor. Hasil uji t-Statistik menunjukkan bahwa pemberian
zakat kepada mustahiq memberikan pengaruh nyata pada tingkat pendapatannya.
Begitu juga dengan nilai IPM mustahiq yang mengalami peningkatan dari angka 47
sebelum distribusi zakat menjadi 49 setelah distribusi zakat. Hasil studi menunjukkan
adanya penurunan pada tingkat kemiskinan mustahiq berdasarkan pada empat
indikator kemiskinan yang digunakan, yaitu headcount ratio index (H), poverty gap
index (P1), income gap indeks (I), dan Sen indeks of poverty (P2).
6. Jurnal Windra, Pan Budi Marwoto dan Yudi Rafani (2016)
Windra dkk (2016) dalam jurnalnya berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi,
Pertumbuhan Ekonomi, dan Tingkat Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Indonesia”. Tujuan jurnal ini untuk mengetahui pengaruh Inflasi, Pertumbuhan
Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Indonesia. Pengolahan
data menggunakan analisis regresi berganda dan pengujian hipotesis menggunakan
statistik uji T dan uji F statistik dengan tingkat signifikansi 5%, koefisien determinasi
R2 dan uji multikolinieritas digunakan untuk menguji kelayakan penelitian ini.
Persamaan regresi untuk Kemiskinan = 9,161712 + 4,825615 Inflasi - 1,00247
Pertumbuhan Ekonomi + 1,31749 Tingkat Pengangguran. Analisis statistik
membuktikan keseluruhan hipotesis (uji F) dapat dilihat bahwa inflasi, pertumbuhan
ekonomi, dan tingkat pengangguran memiliki pengaruh signifikan terhadap
Kemiskinan dengan tingkat signifikansi 0,000029. Secara parsial menggunakan uji T
membuktikan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Kemiskinan,
47
Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif yang signifikan terhadap Tingkat
Kemiskinan dan Pengangguran yang positif dan signifikan terhadap kemiskinan.
Dengan nilai R2 masing-masing variabel hubungan model 0.874800, 87,48%
membuktikan bahwa kemiskinan dapat dijelaskan oleh variabel Inflasi, Pertumbuhan
Ekonomi dan Tingkat Pengangguran, sedangkan sisanya tidak berpengaruh pada
12,52% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam hal ini. model
penelitian Dalam penelitian ini dinyatakan tidak terjadi multikolinieritas. Dimana
disebutkan bahwa "multikolinieritas tidak menjadi masalah", yang berarti tidak ada
korelasi antara variabel independen dalam penelitian ini. Dengan nilai R2 yang besar,
uji F adalah efek yang signifikan dan tidak adanya multikolinieritas, sehingga
penelitian ini dikatakan baik dan layak dilakukan sehingga menghasilkan kesimpulan
yang dikenali dalam statistik.
7. Skripsi Ria Marginingsih (2009)
Ria Marginingsih (2009) dalam skripsinya berjudul “Pengaruh
Pendayagunaan Dana ZIS dan PDRB Per Kapita Terhadap Jumlah Penduduk Miskin
Studi Kasus Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2009”. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktual pemanfaatan dana ZIS,
aktual pengeluaran pemerintah untuk kesejahteraan rakyat dan PDRB per kapita
penduduk miskin di Jawa Tengah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemanfaatan dana realisasi ZIS, realisasi belanja pemerintah untuk kesejahteraan
rakyat dan PDRB per kapita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah
penduduk miskin. Arah koefisien regresi negatif menunjukkan bahwa peningkatan
utilisasi dana ZIS dan PDB per kapita akan menurunkan jumlah kemiskinan.
48
8. Skripsi Wishnu Adhi Saputra (2011)
Wishnu Adhi Saputra (2011) dalam skripsinya berjudul “Analisis Pengaruh
Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana
dan seberapa besar pengaruh variabel Jumlah Penduduk, PDRB, Indeks
Pembangunan Manusiah dan Pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di
Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Model regresi yang digunakan adalah metode analisis
regresi linier berganda (Ordinary Least Squares Regression Analysis) dengan
menggunakan Panel Data dengan menggunakan pendekatan efek tetap (Fixed Effect
Model). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah penduduk berpengaruh
positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah, PDRB
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah,
Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Jawa Tengah, dan pengangguran berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah.
9. Skripsi Adit Agus Prastyo (2010)
Adit Agus Prasetyo (2010) dalam skripsinya berjudul “Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di Jawa
Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan
ekonomi, upah minimum, pendidikan, dan tingkat pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan di Jawa Tengah dari tahun 2003 hingga tahun 2007. Hasil dari penelitian
ini adalah bahwa variabel pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan, dan
tingkat pengangguran berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat kemiskinan.
49
Oleh karenanya perkembangan pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pendidikan,
dan tingkat pengangguran patut menjadi pertimbangan untuk mengatasi masalah
kemiskinan.
10. Skripsi Restuty Anggreny Rumahorbo (2014)
Restuty Anggreny Rumahorbo (2014) dalam skripsinya berjudul “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Sumatera
Utara”. Penelitian ini bertujuan untuk “Menganalisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-
2012”. Variabel yang digunakan meliputi Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per
Kapita, Inflasi dan Pengangguran. Metode penelitian yang digunakan adalah Metode
Ordinary Least Square (OLS), yang menggunakan metode regresi linear berganda
untuk mengelola data tersebut dengan menggunakan eviews 7. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa Koefisien determinasi (R²) sebesar 0.932199 yang berarti
bahwa variabel-variabel bebas yaitu pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita,
inflasi, dan pengangguran berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin provinsi
sumatera utara.
D. Kerangka Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
mempengaruhi tingkat kemiskinan di 12 Provinsi Indonesia. Dimana untuk mengetahui
tingkat kemiskinan tersebut, variabel yang digunakan adalah Penghimpunan Dana ZIS,
variabel makro ekonomi yaitu Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Inflasi, dan Jumlah
Penduduk.
50
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
E. Hipotesis
Adapun perumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
Analisis Pengaruh Penghimpunan Dana ZIS dan Variabel Makro Ekonomi
Terhadap Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus 12 Provinsi di Indonesia)
ZIS(X1) Pertumbuhan
Ekonomi(X2)
Pengangguran (X3) Inflasi (x4)
Jumlah Penduduk (x5)
Tingkat Kemiskinan (Y)
Model Regresi Data Panel
Random Effect Fixed Effect Common Effect
Uji Chow Uji Hausman
Uji Signifikansi
Koefisien Determinasi Uji t Uji F
Interpretasi dan Kesimpulan
51
1. H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel ZIS terhadap Tingkat
Kemiskinan di 12 Provinsi Indonesia periode 2012-2016
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel ZIS terhadap Tingkat
Kemiskinan di 12 Provinsi Indonesia periode 2012-2016
2. H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pertumbuhan ekonomi
terhadap Tingkat Kemiskinan di 12 Provinsi Indonesia periode 2012-2016
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pertumbuhan ekonomi
terhadap Tingkat Kemiskinan di 12 Provinsi Indonesia periode 2012-2016
3. H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pengangguran terhadap
Tingkat Kemiskinan di 12 Provinsi Indonesia periode 2012-2016
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel pengangguran terhadap
Tingkat Kemiskinan di 12 Provinsi Indonesia periode 2012-2016
4. H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi terhadap Tingkat
Kemiskinan di 12 Provinsi Indonesia periode 2012-2016
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi terhadap Tingkat
Kemiskinan di 12 Provinsi Indonesia periode 2012-2016
5. H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel jumlah penduduk
terhadap Tingkat Kemiskinan di 12 Provinsi Indonesia periode 2012-2016.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel jumlah penduduk terhadap
Tingkat Kemiskinan di 12 Provinsi Indonesia periode 2012-2016
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada masalah kemiskinan di 12 (dua belas) provinsi
yang ada di Indonesia. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kemiskinan
yang terjadi pada 12 Provinsi yang ada di Indonesia pada tahun 2012-2016. Sedangkan
variabel independen dalam penelitian ini adalah penghimpunan dana Zakat Infaq dan
Sedekah (ZIS), Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran (unemployment), Inflasi dan
Jumlah Penduduk di 12 Provinsi yang ada di Indonesia.
Data yang diambil merupakan data tahunan. Sedangkan jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data panel (pooled data), yaitu kombinasi antara data time
series dan data cross section di 12 Provinsi yang ada di Indonesia pada tahun 2012, 2013,
2014, 2015 dan 2016. Penulis ingin mengetahui sejauh mana variabel independen
mempengaruhi variabel dependent.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2012). Teknik pengambilan sampel ini biasanya didasarkan oleh
pertimbangan tertentu, misalnya keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak
dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Adapun cara dalam penentuan sampel,
penulis menggunakan metode purposive sampling. Hal ini dilakukan dengan cara
mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tapi didasarkan atas
adanya tujuan tertentu. Metode purposive sampling adalah metode sampel dengan
53
berdasarkan pada pertimbangan atau kriteria tertentu. Adapun kriteria sampel dalam
penelitian ini adalah:
1. Penghimpunan dana ZIS setiap Provinsi di Indonesia yang terdaftar di BAZNAS.
2. Penghimpunan dana ZIS setiap Provinsi yang secara konsisten terdapat di outlook
BAZNAS selama periode 2012-2016.
3. Penghimpunan dana ZIS setiap Provinsi yang terdaftar di BAZNAS dan memiliki
pertumbuhan ekonomi yang positif di BPS.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka terpilihlah 12 Provinsi di Indonesia yang menjadi
sampel dalam penelitian ini yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.1
Daftar Provinsi di Indonesia yang konsisten di BAZNAS dan BPS
Periode 2012-2016
No Provinsi
1 Sumatera Utara
2 Sumatera Barat
3 Sumatera Selatan
4 Bangka Belitung
5 DKI Jakarta
6 Jawa Barat
7 Jawa Tengah
8 Jawa Timur
9 Banten
10 Kalimantan Selatan
11 Sulawesi Utara
12 Gorontalo
Sumber:outlook BAZNAS dan BPS
54
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran dan penelaah studi studi
dokumen yang terdapat di tempat penelitian dan yang ada hubungannya dengan masalah-
masalah yang diteliti (Sugiyono,2004). Data yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari berbagai sumber antara lain:
1. Tingkat Kemiskinan (TK)
TK diperoleh berdasarkan rumus yang diperoleh
dari BPS tahun 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016.
2. Penghimpunan Dana ZIS
Penghimpunan dana ZIS diperoleh dari Outlook Zakat Puskas Baznas tahun 2012,
2013, 2014 2015 dan 2016 yang diterbitkan oleh Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS)
3. Petumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi diperoleh berdasarkan rumus yang mana
diperoleh dari BPS tahun 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016.
4. Pengangguran
Pengangguran diperoleh dari data BPS tahun 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016.
5. Inflasi
Inflasi diperoleh dari data BPS tahun 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016
6. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk diperoleh dari data BPS tahun 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016
55
Dalam studi kepustakaan, penulis melakukan penelitian kepustakaan untuk
mendapatkan teori dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan. Studi
kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan literature-literatur ilmiah, buku, jurnal,
dan artikel yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Regresi Data Panel
Metode analisis yang penulis gunakan secara umum untuk menganalisis tentang
pengaruh ZIS, Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Inflasi dan Jumlah Penduduk
terhadap tingkat kemiskinan 12 Provinsi di Indonesia adalah metode kuantitatif. Data-
data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan dari data cross section
dan data time series. Kombinasi dari gabungan kedua data tersebut adalah data panel.
Data cross section dalam penelitian ini adalah 12 data Provinsi di Indonesia.
Sedangkan data time series dalam penelitian ini memiliki 5 waktu pengamatan, yaitu
selama 5 tahun (2012-2016) dengan menggunakan laporan tahunan. Sehingga jumlah
pengamatan (observation) sebanyak 60 pengamatan (12 x 5 = 60).
Teknik analisis yang dipakai adalah dengan analisis regresi data panel dengan
menggunakan Eviews 9.0 sebagai program pengolah datanya. Selain itu juga
digunakan software Microsoft Excel 2007 sebagai software pembantu dalam
mengkonversi data dalam bentuk baku yang disediakan oleh sumber ke dalam bentuk
yang lebih representative untuk digunakan pada software utama di atas (Kurniawati,
2017).
56
Terdapat beberapa metode yang biasa dilakukan untuk mengestimasi model
regresi dengan data panel, diantaranya Common Effect, Fixed Effect, dan Random
Effect (Rama dan Ade, 2017).
a. Metode Common Effect
Merupakan pendekatan metode data panel yang paling sederhana karena
hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Pada model ini tidak
diperhatikan dimensi waktu maupun individu. Hal ini dikarenakan model ini
mengasumsi bahwa perilaku data antar variabel sama dalam berbagai kurun waktu
(Rama dan Ade, 2017). Metode ini bisa menggunakan pendekatan Ordinary Least
Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.
Model persamaan regresinya adalah:
Kelemahan dari model Common Effect atau OLS dengan menggunakan data
panel terletak pada ketidakmampuan model ini untuk melihat perbedaan baik
antar individu maupun antar waktu pada jenis data panel. Dengan demikian, hal
ini tidak sesuai dengan tujuan digunakannya data panel. Sebagaimana terlihat
pada model di atas bahwa intercept ( ) maupun slope ( ) tidak berubah baik
antar individu maupun antar waktu.
b. Fixed Effect Model
Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antara individu dapat
diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengantisipasi data panel
model Fixed Effect menggunakan teknik variabel dummy untuk menangkap
perbedaan intersep antar Provinsi, perbedaan intersep bisa terjadi karena
57
perbedaan iklim perekonomian yang terjadi di setiap Provinsi. Namun
demikian slope nya sama antar Provinsi. Model estimasi ini sering juga
disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variabel (LSDV). Model
persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
ln
c. Random Effect Model
Menurut Widarjono (2009) dalam Rama dan Ade (2017) memasukkan
variabel dummy dalam model Fixed Effect berdampak pada berkurangnya
derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi
efisiensi parameter. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan variabel
gangguan (error terms) yang biasa disebut sebagai metode Random Effect.
Teknik metode OLS tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator
yang efisien, sehingga lebih tepat untuk menggunakan Metode Generalized
Least Square (GLS). Untuk menguji permodelan regresi data panel ketiga
estimasi model regresi dengan melakukan Uji Chow dan Uji Hausman yang
ditujukan untuk menentukan apakah model data panel dapat diregresi dengan
metode Common Effect, metode Fixed Effect, atau metode Random Effect..
Uji Chow digunakan untuk menentukan apakah model data panel diregresi
dengan metode Common Effect atau dengan metode Fixed Effect, apabila dari
hasil uji tersebut ditentukan bahwa metode Common Effect yang digunakan,
maka tidak perlu diuji kembali dengan Uji Hausman, namun apabila dari hasil
Uji Chow tersebut ditentukan bahwa metode Fixed Effect yang digunakan,
maka harus ada uji lanjutan dengan Uji Hausman untuk memilih antara
58
metode Fixed Effect atau metode Random Effect yang akan digunakan untuk
mengestimasi regresi data panel. Pengujian yang dilakukan menggunakan
Chow-test atau Likelihood ratio test, dengan asumsi yaitu: H0: model
mengikuti Pool, dan H1: model mengikuti Fixed. Pengujian yang dilakukan
menggunakan Hausman test dengan asumsi, yaitu: H0: model mengikuti
Random Effect H1: model mengikuti Fixed Effect.
2. Tahapan Analisis Data
Untuk memilih model data panel yang akan digunakan terlebih dahulu dilakukan
uji stasioner. Uji stasioner dilakukan untuk menentukan data stationer atau tidak.
Selanjutnya dilakukan Uji Chow, dan Uji Hausman.
a. Uji Chow
Chow test yakni pengujian untuk menggunakan atau menentukan model
fixed effect atau random effect yang paling tepat digunakan dalam
mengetimasi data panel. Hipotesis dalam uji chow adalah:
H0 : Intersep konstan pada setiap i data
H1 : Intersep tidak konstan pada setiap i data
Pengujian uji Chow menggunakan software Eviews adalah dengan
menggunakan uji likelihood ratio, lalu yang menjadi dasar penolakan dalam
hipotesis di atas adalah dengan membandingkan nilai probabilitasnya dengan
= 5%. Perbandingan yang dimaksud adalah apabila nilai probabilitas lebih
kecil dari 0.05 maka H0 ditolak sehingga dalam penelitian ini menggunakan
fixed effect dan perlu melakukan Hausman Test. Namun jika nilai
59
probabilitasnya lebih besar dari 0.05 maka model yang tepat digunakan adalah
common effect dan tidak perlu dilakukan uji Hausman.
b. Uji Hausman
Hausman Effect dapat didefenisikan sebagai pengujian statistic untuk
memilih apakah model fixed effect atau random effect yang paling tepat
digunakan. Pengujian uji Hausman dilakukan dengan hipotesis berikut:
H0 : Intersep konstan pada Setiap I data
H1 : Intersep tidak konstan pada Setiap I data
Statistik uji Hausman ini dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai
probabilitas < 0.05 (untuk tingkat signifikansi = 0.05) maka H0 ditolak dan
model yang lebih tepat adalah model fixed effect, begitupun sebaliknya. Bila
nilai probabilitas > 0.05, maka model yang lebih tepat adalah model random
effect.
3. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji diterima atau
ditolaknya hasil hipotesa (H0) dari sampel. Keputusan untuk mengolah H0 dibuat
berdasarkan nilai uji statistic yang diperoleh dari data yang ada (Gujarati, 2003).
a. Uji Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas
secara individu terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel bebas
lainnya adalah konstan (Gujarati, 2003).
Pada tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan kriteria pengujian yang
digunakan sebagai berikut:
60
1) Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya
variabel penjelas secara parsial tidak mempengaruhi variabel yang
dijelaskan secara signifikan.
2) Jika t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya
variabel penjelas secara parsial mempengaruhi variabel yang dijelaskan
secara signifikan.
b. Uji Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara keseluruhan signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel
dependen. Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel maka variabel-
variabel indepnden secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Pada tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan kriteria pengujian yang
digunakan sebagai berikut:
1) Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya
variabel penjelas secara srentak atau bersama-sama tidak mempengaruhi
variabel yang dijelaskan secara signifikan.
Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya
variabel penjelas secara serentak dan bersama-sama mempengaruh
variabel yang dijelaskan secara signifikan.
4. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (Goodness of Fit), yang dinotasikan dengan R2
merupakan
suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau
61
tidaknya model regresi yang terestimasi. Dengan kata lain angka tersebut dapat
mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan data
sesungguhnya (Nachrowi dan Usman, 2006).
Nilai R2 digunakan antara 0 sampai 1 (0 < R
2 < 1) apabila R
2 = 1 menunjukkan
bahwa 100% total variasi diterangkan oleh varian persamaan regresi atau variabel
bebas baik X1 X2 X3 X4 maupun X5 mampu menerangkan variabel Y sebesar 100%.
Sebaliknya apabila nilai R2 = 0 menunjukkan bahwa tidak ada total varians yang
diterangkan oleh varian bebas dari persamaan regresi (Suharyadi dan Purwanto,
2004).
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Tingkat kemiskinan adalah presentase penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan setiap masing masing Provinsi di Indonesia. Garis kemiskinan yang
merupakan dasar perhitungan jumlah penduduk miskin ditentukan dua kriteria yaitu
pengeluaran konsumsi perkapita per bulan yang setara dengan 2100 kalori perkapita
per hari dan nilai kebutuhan minimum komoditi bukan makanan. Dalam penelitian
ini, data yang digunakan adalah tingkat kemiskinan, yaitu perbandingan antara jumlah
penduduk miskin dengan jumlah penduduk total 12 Provinsi di Indonesia tahun 2012-
2016 (dalam satuan persen).
2. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi
penyebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel independen adalah sebagai berikut:
62
a. Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS)
Zakat adalah bagian dari harta yang telah memenuhi syarat tertentu, yang
diwajibkan oleh Allah untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya
dengan persyaratan tertentu pula (Hafidhuddin, 2002). Sedangkan penghimpunan
(fundraising) merupakan kegiatan menghimpun dana dan sumber daya lainnnya
dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi perusahaan, maupun
pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program kegiatan operasional
lembaga yang ada pada hakikatnya adalah untuk mencapai misi dan tujuan
lembaga tersesbut.
Sedangkan penghimpunan dana ZIS merupakan sebuah cara yang dilakukan
setiap lembaga amil zakat dalam menghimpun dana zakat dengan
mempromosikan, mendistribusikan, dan memberi pelayanan kepada muzakki agar
muzakki merasa ingin menyalurkan hartanya melalui lembaga zakat tersebut.
Satuan dari variabel penghimpunan dana ZIS adalah dalam miliar rupiah . Data
ZIS yang digunakan dalam penelitian ini adalah data periode tahun 2012-2016.
Data tersebut diperoleh dari BAZNAS.
b. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari
negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada
penduduknya. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu
periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber daya
63
alam yang dimilikinya. Oleh karena itu, besaran PDRB yang dihasilkan oleh
masing-masing daerah sangat bergantung kepada potensi faktor-faktor produksi di
daerah tersebut. Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor tersebut
menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah. Pertumbuhan ekonomi
disisni, didapatkan dari PDRB atas harga konstan tahun 2000, dimana PDRB awal
dibagi PDRB tahun sebelumnya dibagi 100%, hasilnya dinyatakan dalam persen
tahun 2012-2016.
c. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tingkat Pengangguran Terbuka adalah Perbandingan diantara jumlah
angkatan kerja yang menganggur dengan angkatan kerja keseluruhannya disebut
Tingkat Pengangguran. Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu
wilayah bisa didapat dari persentase membagi jumlah pengangguran dengan
jumlah angkaran kerja. Rumus Tingkat Pengangguran adalah
Tingkat Pengangguran = Jumlah pengangguran/ Jumlah Angkatan Kerja x 100%
Data TPT yang digunakan dalam penelitian ini adalah persen yang mana data
dari BPS periode 2012-2016.
d. Inflasi
Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi
jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga. Sedangkan dalam penelitian ini, variabel inflasi diukur dari
Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks Harga konsumen (IHK) adalah Indeks
64
yang menghitung rata-rata perubahan hargadari suatu paket barang dan jasa yang
dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Perubahan IHK dari
waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan
(deflasi) dari barang dan jasa. Data inflasi dalam penelitian ini berupa persen yang
mana diperoleh dari BPS tahun 2012-2016.
e. Jumlah Penduduk
Skuosen dalam Mahsunah (2011) mengatakan teori Malthus pada intinya
bahwa sumber daya bumi tidak bisa mengimbangi kebutuhan populasi yang terus
bertambah, akibatnya kebutuhan manusia yang bersifat tidak terbatas berbanding
terbalik dengan jumlah sumberdaya alam yang digunakan sebagai alat pemuas
kebutuhan manusia bersifat terbatas, hal ini akan mendorong manusia mendekati
garis kemiskinan karena persaingan yang cukup ketat dalam pemenuhan
kebutuhan. Satuan dari variabel jumlah penduduk adalah dalam jutaan. Data
jumlah penduduk yang digunakan dalam penelitian ini adalah data periode tahun
2012-2016. Data tersebut diperoleh dari BPS.
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Penghimpunan Dana ZIS
Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) memiliki pengertian sebagai jumlah
penerimaan zakat, infaq dan shadaqah yang dibayarkan kepada orang miskin.
Penghimpunan zakat merupakan suatu upaya atau proses kegiatan dalam
rangka mengumpulkan dana zakat, infak/sedekah dan wakaf serta sumber
dana lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi,
perusahaan ataupun pemerintah) yang akan didistribusikan dan diberdayakan
untuk mustaḥiq. Dana ZIS merupakan sumber dana yang potensial, yang
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia,
terutama golongan orang fakir miskin.
Berdasarkan Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa perkembangan penghimpunan
dana ZIS di 12 Provinsi selama periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2016
mengalami trend fluktuatif. Pertumbuhan dana ZIS pada tahun 2016 paling
tertinggi berada di Provinsi Jakarta sedangkan pertumbuhan dana ZIS
terendah berada di Provinsi Sulawesi Utara.
66
Tabel 4.1
Perkembangan Penghimpunan Dana ZIS Di 12 Provinsi Indonesia
Rupiah
2012 2013 2014 2015 2016 Provinsi
3.419.552.416 3.585.589.453 3.467.956.952 4.276.588.772 7.796.701.114 Sumatera Utara
13.375.217.657 282.656.061 3.779.463.230 4.763.612.710 54.172.101.913 Sumatera Barat
1.075.090 968.521.184 1.376.396.718 3.399.710.074 7.478.550.509 Sumatera Selatan
102.545.125 396.494.161 479.031.725 1.201.349.257 4.651.791.577 Bangka Belitung
20.425.401.575 27.808.201.876 117.539.397.851 192.060.269.506 130.982.048.323 Jakarta
12.719.419.542 5.986.259.562 18.613.000.264 45.208.416.664 71.711.838.686 Jawa Barat
1.758.100 23.529.900 241.835.065 18.722.013.61 25.248.562.924 Jawa Tengah
41.446.800 553.199.338 72.56.440.413 19.948.992.053 29.838.686.577 Jawa Timur
783.615.951 12.120.172.49 2.200.477.198 13.615.613.203 23.521.848.661 Banten
779.354.990 1.517.202.617 2.714.900.774 3.559.683.835 3.732.321.088 Kalimantan Selatan
3.500.000 358.544.089 359.840.344 317.438.666 2.318.309.950 Sulawesi Utara
44.776.942 5.267.0838 342.158.095 3.346.787.342 8.745.951.173 Gorontalo
Sumber: Outlook BAZNAS Periode 2012-2016
2. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu
periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu
wilayah. PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola
sumber daya alam yang dimilikinya. Oleh karena itu, besaran PDRB yang
dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat bergantung kepada potensi
67
faktor-faktor produksi di daerah tersebut. Selengkapnya perkembangan
Pertumbuhan Ekonomi di 12 Provinsi tersaji dalam Tabel berikut:
Tabel 4.2
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Di 12 Provinsi Indonesia
Persen
2012 2013 2014 2015 2016 Provinsi
6.44 6.06 5.22 5.09 5.17 Sumatera Utara
6.30 6.07 5.87 5.52 5.26 Sumatera Barat
6.83 5.31 4.79 4.41 5.02 Sumatera Selatan
5.50 5.20 4.66 4.08 4.11 Bangka Belitung
6.53 6.06 5.91 5.89 5.84 Jakarta
6.50 6.33 5.091 5.03 5.67 Jawa Barat
5.34 5.10 5.27 5.46 5.28 Jawa Tengah
6.64 6.07 5.85 5.44 5.54 Jawa Timur
6.82 6.67 5.51 5.40 5.26 Banten
5.96 5.32 4.83 3.82 4.38 Kalimantan Selatan
6.85 6.38 6.30 6.12 6.17 Sulawesi Utara
7.90 7.67 7.27 6.22 6.51 Gorontalo
Sumber: BPS Periode 2012-2016
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa perkembangan pertumbuhan ekonomi di 12
Provinsi Indonesia periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 cenderung
mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 paling
tertinggi berada pada Provinsi Gorontalo sedangkan pertumbuhan paling
terendah berada pada Provinsi Bangka Belitung.
3. Perkembangan Pengangguran
Sukirno (1997) menyatakan bahwa pengangguran merupakan suatu
keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin
mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan
tersebut. Pengangguran dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan pada
68
pasar tenaga kerja. Hal ini menunjukan bahwa jumlah tenaga kerja yang
ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta. Selengkapnya
perkembangan pengangguran di 12 Provinsi tersaji dalam Tabel berikut:
Tabel 4.3
Perkembangan Pengangguran Di 12 Provinsi Indonesia
Persen
2012 2013 2014 2015 2016 Provinsi
6.28 6.45 6.23 6.71 5.84 Sumatera Utara
6.65 7.02 6.5 6.89 5.09 Sumatera Barat
5.66 4.84 4.96 6.07 4.31 Sumatera Selatan
3.43 3.65 5.14 6.29 2.6 Bangka Belitung
9.67 8.63 8.47 7.23 6.12 Jakarta
9.08 9.16 8.45 8.72 8.89 Jawa Barat
5.60 6.01 5.67 4.99 4.63 Jawa Tengah
4.10 4.29 4.18 4.47 4.21 Jawa Timur
9.94 9.53 9.06 9.54 8.92 Banten
5.19 3.65 3.80 4.91 5.45 Kalimantan Selatan
7.97 6.78 7.54 9.02 6.18 Sulawesi Utara
4.47 4.15 4.18 4.65 2.76 Gorontalo
Sumber: BPS periode 2012-2016
Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa perkembangan pengangguran di 12 Provinsi
Indonesia periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 mengalami trend
fluktuatif. Pengangguran pada tahun 2016 paling baik terjadi di Provinsi
Bangka Belitung sedangkan pengangguran paling buruk terjadi pada Provinsi
Jawa Barat.
4. Inflasi
Menurut Windra dkk (2016), inflasi secara umum berarti suatu keadaan
dalam perekonomian di mana terjadi kenaikan harga-harga secara umum.
Inflasi memiliki dampak positif dan negatif tergantung pada parah atau
69
tidaknya tingkat inflasi tersebut. Jika inflasi itu ringan, mempunyai pengaruh
yang positif dimana dapat mendorong perekonomian lebih baik yaitu
meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya dalam masa inflasi
yang parah yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali, keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Ini
merupakan salah satu alasan penting yang menyebabkan masalah inflasi perlu
dihindari. Selengkapnya perkembangan Inflasi yang terjadi di 12 Provinsi
Indonesia:
Tabel 4.4
Perkembangan Inflasi Di 12 Provinsi Indonesia
Persen
2012 2013 2014 2015 2016 Provinsi
4.30 8.38 8.36 3.35 3.02 Sumatera Utara
4.30 8.38 8.36 3.35 3.02 Sumatera Barat
4.30 8.38 8.36 3.35 3.02 Sumatera Selatan
4.30 8.38 8.36 3.35 3.02 Bangka Belitung
4.30 8.38 8.36 3.35 3.02 Jakarta
4.30 8.38 8.36 3.35 3.02 Jawa Barat
4.30 8.38 8.36 3.35 3.02 Jawa Tengah
4.30 8.38 8.36 3.35 3.02 Jawa Timur
4.30 8.38 8.36 3.35 3.02 Banten
4.30 8.38 8.36 3.35 3.02 Kalimantan Selatan
4.30 8.38 8.36 3.35 3.02 Sulawesi Utara
4.30 8.38 8.36 3.35 3.02 Gorontalo
Sumber: BPS Periode 2012-2016
Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa perkembangan inflasi di 12 Provinsi
Indondesia selama periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 cenderung
70
mengalami penurunan. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 8.38
persen.
5. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk adalah salah satu indikator penting dalam suatu
Negara. Karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembangunan ekonomi yaitu
kesejahteraan rakyat serta menekan angka kemiskinan. Skuosen (2009) dalam
Mahsunah (2011) mengatakan teori Malthus pada intinya bahwa sumber daya
bumi tidak bisa mengimbangi kebutuhan populasi yang terus bertambah,
akibatnya kebutuhan manusia yang bersifat tidak terbatas berbanding terbalik
dengan jumlah sumberdaya alam yang digunakan sebagai alat pemuas
kebutuhan manusia bersifat terbatas, hal ini akan mendorong manusia
mendekati garis kemiskinan karena persaingan yang cukup ketat dalam
pemenuhan kebutuhan.
Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa perkembangan jumlah penduduk di 12
Provinsi Indonesia periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 cenderung
mengalami peningkatan. Jumlah penduduk pada tahun 2016 paling tertinggi
berada pada Provinsi Jawa Barat sedangkan pertumbuhan paling terendah
berada pada Provinsi Grorontalo.
71
Tabel 4.5
Perkembangan Jumlah Penduduk Di 12 Provinsi Indonesia
Jutaan Jiwa
2012 2013 2014 2015 2016 Provinsi
13,408 13,590 13,767 13,938 14,103 Sumatera Utara
5 000 5,067 5,132 5,196 5,260 Sumatera Barat
7,714 7,829 7,942 8,052 8,161 Sumatera Selatan
1,287 1,315 1,344 1,373 1,402 Bangka Belitung
9,862 9,967 10,075 10,178 10,278 Jakarta
44,644 45,341 46,030 46,710 47,379 Jawa Barat
32,999 33,264 33,523 33,774 34,019 Jawa Tengah
38,107 38,363 38,610 38,848 39,075 Jawa Timur
11,199 11,453 11,705 11,955 12,203 Banten
3,785 3,855 3,923 3,990 4,056 Kalimantan Selatan
2,334 2,360 2,387 2,412 2,437 Sulawesi Utara
1,080 1,098 1,116 1,133 1,151 Gorontalo
Sumber:BPS Periode 2012-2016
B. Analisis dan Pembahasan
1. Pemilihan Model Regresi Data Panel
Regresi yang menggunakan data panel disebut dengan regresi data panel.
Data panel memiliki gabungan karakteristik yaitu data yang terdiri atas
beberapa objek dan runtutan waktu (Winarno, 2011). Data semacam ini
memiliki keunggulan terutama karena bersifat robust (kuat) terhadap beberapa
tipe pelanggaran yakni heterokedastisitas dan normalitas. Di samping itu,
dengan perlakuan tertentu struktur data seperti ini dapat diharapkan untuk
memberikan informasi yang lebih banyak (high informational content)
(Ariefianto, 2012).
Regresi data panel dapat dilakukan dengan tiga model yaitu pooled effect,
fixed effect, dan random effect. Masing-masing model memiliki kelebihan dan
72
kekurangannya masing-masing. Pemilihan model tergantung pada asumsi
yang dipakai peneliti dan pemenuhan syarat-syarat pengolahan data statistik
yang benar, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara statistik. Oleh
karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah memiliki model yang
tepat dari ketiga model yang tersedia.
Tabel 4.6
Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model
Sumber: Output Eviews
Dependent Variable: TK?
Method: Pooled Least Squares
Sample: 2012 2016
Included observations: 5
Cross-sections included: 12
Total pool (balanced) observations: 60
Cross sections without valid observations dropped Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2.784906 6.311939 -0.441212 0.6608
LN_ZIS? -3.83E-11 1.56E-11 -2.461192 0.0171
GR? 0.573751 0.217668 2.635894 0.0109
UE? 0.036659 0.559436 0.065528 0.9480
INFLASI? -0.380250 0.230286 -1.651206 0.1045
LN_JP? 0.189187 0.182514 1.036565 0.3046 R-squared 0.189742 Mean dependent var 7.816367
Adjusted R-squared 0.114719 S.D. dependent var 3.457444
S.E. of regression 3.253088 Akaike info criterion 5.291726
Sum squared resid 571.4595 Schwarz criterion 5.501161
Log likelihood -152.7518 Hannan-Quinn criter. 5.373647
F-statistic 2.529095 Durbin-Watson stat 0.654471
Prob(F-statistic) 0.039623
73
Tabel 4.7
Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model
Dependent Variable: TK?
Method: Pooled Least Squares
Sample: 2012 2016
Included observations: 5
Cross-sections included: 12
Total pool (balanced) observations: 60
Cross sections without valid observations dropped Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -22.88117 7.177912 -3.187720 0.0027
LN_ZIS? -1.21E-12 1.28E-11 -0.094864 0.9249
GR? 1.007735 0.169080 5.960099 0.0000
UE? 0.557664 0.552572 1.009214 0.3185
INFLASI? 0.641622 0.363146 1.766841 0.0844
LN_JP? 0.359092 0.104952 3.421475 0.0014
Fixed Effects (Cross)
_SUMUT--C 1.740146
_SUMBAR--C -1.719496
_SUMSEL--C 6.157888
_BANGKA--C 0.295313
_JKT--C -8.864116
_JABAR--C -2.467824
_JATENG--C 6.424842
_JATIM--C 3.212938
_BANTEN--C -4.922808
_KALSEL--C -1.620654
_KALTIM--C -0.776107
_SULUT--C 2.539878 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.807582 Mean dependent var 7.816367
Adjusted R-squared 0.735985 S.D. dependent var 3.457444
S.E. of regression 1.776517 Akaike info criterion 4.220708
Sum squared resid 135.7085 Schwarz criterion 4.814106
Log likelihood -109.6213 Hannan-Quinn criter. 4.452819
F-statistic 11.27952 Durbin-Watson stat 2.096277
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output Eviews
Setelah hasil regresi dengan menggunakan model common effect dan fixed
effect didapat, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji untuk
74
menentukan model estimasi mana yang lebih tepat antara model common
effect dan fixed effect. Dalam menentukan diantara kedua model tersebut maka
digunakan uji Chow sebagai uji pemilihan model regresi data panel. Uji chow
merupakan salah satu tahap yang perlu dilakukan untuk menentukan model
regresi data yang paling tepat digunakan dalam penelitian.
Langkah pertama yang dilakukan sebelum melakukan uji Chow adalah
melakukan regresi dengan menggunakan model common effect dan fixed
effect. Setelah hasil dari common effect dan fixed effect diperoleh maka
selanjutnya dilakukan uji Chow dengan melakukan uji likelihood ratio
menggunakan Eviews. Hasil dari uji likelihood ratio atau uji Chow dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini:
Tabel 4.8
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 12.551831 (11,43) 0.0000
Cross-section Chi-square 86.261061 11 0.0000
Sumber: Output Eviews
Uji Chow dilakukan dengan membandingkan antara common effect model
dan fixed effect model. Hipotesis dalam uji Chow adalah:
H0 : Intersep konstan pada setiap i data
H1 : Intersep tidak konstan pada setiap i data
75
Apabila nilai probabilitas F ≥ 0,05 artinya H0 diterima, yang berarti model
yang paling tepat digunakan adalah common effect model. Namun jika nilai
probabilitasnya < 0,05 artinya H0 ditolak, yang berarti model yang paling
tepat digunakan adalah fixed effect model.
Hasil output di atas menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0000 untuk
cross section F, yang berarti nilainya < 0,05. Karena hasil tersebut
menunjukan bahwa H0 ditolak, maka dapat dikatakan bahwa fixed effect
model lebih tepat digunakan daripada common effect model.
Karena hasil Uji Chow menunjukkan hasil model yang lebih tepat untuk
digunakan adalah fixed effect model, maka diperlukan Uji Hausman untuk
menguji model yang lebih tepat untuk digunakan antara fixed effect model dan
random effect model. Sebelum melakukan Uji Hausman, dilakukan terlebih
dahulu regresi random effect model.
Tabel 4.9
Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model
Dependent Variable: TK?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Sample: 2012 2016
Included observations: 5
Cross-sections included: 12
Total pool (balanced) observations: 60
Swamy and Arora estimator of component variances
Cross sections without valid observations dropped Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -12.72922 5.964324 -2.134227 0.0374
LN_ZIS? -1.54E-11 1.16E-11 -1.325760 0.1905
GR? 0.835239 0.154422 5.408815 0.0000
UE? 0.148962 0.501039 0.297307 0.7674
INFLASI? 0.056938 0.278128 0.204717 0.8386
LN_JP? 0.307141 0.103383 2.970906 0.0044
76
Random Effects (Cross)
_SUMUT--C 1.625731
_SUMBAR--C -1.289329
_SUMSEL--C 4.649190
_BANGKA--C -1.553520
_JKT--C -5.493159
_JABAR--C -0.254043
_JATENG--C 4.922061
_JATIM--C 2.010695
_BANTEN--C -2.760832
_KALSEL--C -2.870523
_KALTIM--C -0.322927
_SULUT--C 1.336656 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 3.039596 0.7454
Idiosyncratic random 1.776517 0.2546 Weighted Statistics R-squared 0.422801 Mean dependent var 1.976620
Adjusted R-squared 0.369356 S.D. dependent var 2.326898
S.E. of regression 1.847861 Sum squared resid 184.3879
F-statistic 7.911046 Durbin-Watson stat 1.654407
Prob(F-statistic) 0.000012 Unweighted Statistics R-squared -0.053616 Mean dependent var 7.816367
Sum squared resid 743.0954 Durbin-Watson stat 0.410516
Sumber: Output Eviews
Dalam melakukan Uji Hausman, hipotesis yang digunakan yaitu:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed effect model
Apabila nilai probabilitas Chi-Square ≥ 0,05 artinya H0 diterima, yang
berarti model regresi yang paling tepat digunakan adalah random effect
model. Namun jika probabilitas Chi-Square < 0,05 artinya H0 ditolak, yang
berarti model regresi yang paling tepat digunakan adalah fixed effect model.
77
Tabel 4.10
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 8.424354 5 0.1343 Sumber: Output Eviews
Hasil pada Tabel 4.10 menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0,0000
untuk cross section random, yang berarti nilainya < 0,05. Karena hasil
tersebut menunjukkan bahwa H1 diterima, maka dapat dikatakan bahwa fixed
effect model lebih tepat digunakan daripada random effect model.
2. Pengujian Hipotesis
a. Model Penelitian
Berdasarkan estimasi model regresi data panel yang telah dilakukan
sebelumnya, maka penelitian ini akan menggunakan Random effect model
yang ditampilkan pada Tabel 4.11:
Tabel 4.11
Hasil Uji Signifikansi dengan Random Effect Model
Dependent Variable: TK?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Sample: 2012 2016
Included observations: 5
Cross-sections included: 12
Total pool (balanced) observations: 60
Swamy and Arora estimator of component variances
Cross sections without valid observations dropped Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -12.72922 5.964324 -2.134227 0.0374
78
LN_ZIS? -1.54E-11 1.16E-11 -1.325760 0.1905
GR? 0.835239 0.154422 5.408815 0.0000
UE? 0.148962 0.501039 0.297307 0.7674
INFLASI? 0.056938 0.278128 0.204717 0.8386
LN_JP? 0.307141 0.103383 2.970906 0.0044
Random Effects (Cross)
_SUMUT--C 1.625731
_SUMBAR--C -1.289329
_SUMSEL--C 4.649190
_BANGKA--C -1.553520
_JKT--C -5.493159
_JABAR--C -0.254043
_JATENG--C 4.922061
_JATIM--C 2.010695
_BANTEN--C -2.760832
_KALSEL--C -2.870523
_KALTIM--C -0.322927
_SULUT--C 1.336656 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 3.039596 0.7454
Idiosyncratic random 1.776517 0.2546 Weighted Statistics R-squared 0.422801 Mean dependent var 1.976620
Adjusted R-squared 0.369356 S.D. dependent var 2.326898
S.E. of regression 1.847861 Sum squared resid 184.3879
F-statistic 7.911046 Durbin-Watson stat 1.654407
Prob(F-statistic) 0.000012 Unweighted Statistics R-squared -0.053616 Mean dependent var 7.816367
Sum squared resid 743.0954 Durbin-Watson stat 0.410516
Sumber: Output Eviews
Berdasarkan Tabel 4.11, dapat dilihat bahwa hasil hasil penelitian
model diperoleh bahwa ZIS, Pertumbuhan, Pengangguran, Inflasi, dan
Jumlah Penduduk terhadap Tingkat kemiskinan namapak sebagai berikut:
TK = -12.72922 - 1.54E-11 ZIS + 0.835239 GR+ 0.148962 UE +
0.056938 INF + 0.307141 JP
79
Dari hasil hasil penelitian di atas dapat dibuat interpretasi sebagai berikut:
1) Konstanta sebesar -12.72922 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (ZIS, Pertumbuhan, Pengangguran, Inflasi, dan Jumlah
Penduduk) sebesar nol, maka tingkat kemiskinan di dua belas Provinsi
adalah sebesar -12.72922.
2) Variabel ZIS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
kemiskinan yang ditandai dengan nilai probabilitas sebesar 0.1905
yang jauh lebih besar dari alfa sebesaar 0,05 yang berarti bahwa naik
turunnya ZIS tidak akan berdampak pada naik turunnya tingkat
kemiskinan.
3) Variabel pertumbuhan ekonomi dengan nilai koefisien regresi sebesar
0.835239 yang berarti setiap peningkatan pertumbuhan ekonomi
sebesar 1% maka akan meningkatkan kemiskinan sebesar 0.835239 %
4) Variabel pengangguran dengan nilai koefisien regresi sebesar
0.148962 yang berarti setiap peningkatan jumlah pengangguran
sebesar 1% maka akan menambah tingkat kemiskinan sebesar
0.148962 %
5) Variabel inflasi dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.056938 yang
berarti setiap kenaikan inflasi sebesar 1% maka akan menambah
tingkat kemiskinan sebesar 0.056938 %
80
6) Variabel jumlah penduduk dengan nilai koefisien regresi sebesar
0.0307141 yang berarti setiap kenaikan jumlah penduduk 1% maka
akan menambah tingkat kemiskinan sebesar 0.0307141 %
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh
variabel independen yaitu ZIS, Pertumbuhan, Pengangguran, Inflasi, dan
Jumlah Penduduk terhadap Tingkat kemiskinan.
Tabel 4.12
Uji t
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C
-12.72922 5.964324 -2.134227 0.0374
ZIS
-1.54E-11 1.16E-11 -1.325760 0.1905
GR
0.835239 0.154422 5.408815 0.0000
UE
0.148962 0.501039 0.297307 0.7674
INF
0.056938 0.278128 0.204717 0.8386
JP
0.307141 0.103383 2.970906 0.0044
Sumber: Output Eviews
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat kita lihat bahwa hasil dari pengujian
variabel independen yaitu ZIS, Pertumbuhan, Pengangguran, Inflasi, dan
Jumlah Penduduk terhadap Tingkat kemiskinan. secara parsial. Dari hasil
uji hasil penelitian pada persamaan dapat dilihat sebagai berikut:
1) Uji hasil penelitian terhadap variabel ZIS
81
Hasil yang didapat pada Tabel 4.12, variabel ZIS tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Hal ini
dapat diketahui dari nilai probabilitas sebesar 0.1905>0.05 dan nilai T-
statistik hanya sebesar -1.325760, yang berarti bahwa naik turunnya
tingkat pengumpulan ZIS tidak akan menyebabkan naik turunnya
tingkat kemiskinan di 12 Provinsi, dengan asumsi variabel lain
dianggap konstan.
2) Uji hasil penelitian terhadap variabel Pertumbuhan ekonomi
Hasil yang didapat pada Tabel 4.12, variabel pertumbuhan
ekonomi berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan. Hal ini
dapat diketahui dengan nilai probabilitas sebesar 0.0000 < 0.05 dan
nilai T-statistik pertumbuhan ekonomi sebesar 5.408815, yang berarti
kenaiakan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 % akan menaaikkan
tingkat kemiskinan sebesar 5.408815 % dengan asumsi variabel lain
dianggap konstan
3) Uji hasil penelitian terhadap variabel tingkat pengangguran
Hasil yang didapat pada Tabel 4.12, variabel tingkat
pengangguran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
kemiskinan yang ditandai dengan nilai probabilitas sebesar 0.7674
yang jauh lebih besar dari alfa sebesaar 0,05 yang berarti bahwa naik
turunnya tingkatt pengangguran tidak akan berdampak pada naik
turunnya tingkat kemiskinan.
82
4) Uji hasil penelitian terhadap variabel inflasi
Hasil yang didapat pada Tabel 4.12, variabel inflasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan yang
ditandai dengan nilai probabilitas sebesar 0.8386 lebih besar dari alfa
sebesaar 0,05 dan nilai T-statistik hanya sebesar 0.204717, yang
berarti bahwa naik turunnya tingkatt inflasi tidak akan berdampak
pada naik turunnya tingkat kemiskinan.
5) Uji hasil penelitian terhadap variabel jumlah penduduk
Hasil yang didapat pada Tabel 4.12, variabel jumlah penduduk
berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan. Hal ini dapat
diketahui dengan nilai probabilitas sebesar 0.0044 < 00,05 dan nilai T-
statistik jumlah penduduk sebesar 2.970906, yang berarti peningkatan
jumlah peduduk sebesar 1 % akan menaikan tingkat kemiskinan
sebesar 2.970906 % dengan asumsi variabel lain dianggap konstan
c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen, pedoman yang digunakan dalam
pengambilan kesimpulan uji F adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas F-statistik > ɑ = 5%, maka H0 diterima dan H1 ditolak
Jika probabilitas F-statistik < ɑ = 5%, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:
83
H0: Inflasi, ZIS, Pertumbuhan ekonomi, Pengangguran, Inflasi, dan
Jumlah Penduduk tidak berpengaruh terhadap Tingkat kemiskinan
secara simultan.
H1: Inflasi, ZIS, Pertumbuhan ekonomi, Pengangguran, Inflasi, dan
Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap Tingkat kemiskinan secara
simultan.
Berdasarkan Tabel 4.11 diperoleh nilai probabilitas (F-statistik)
sebesar 0.000012, dan nilai F-statistik sebesar 7.911046 nilai probabilitas
tersebut lebih kecil dari ɑ = 5% maka H0 ditolak, artinya dapat
disimpulkan bahwa variabel ZIS, Pertumbuhan ekonomi, Pengangguran,
Inflasi, dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Tingkat
kemiskinan secara simultan.
d. Uji Adjusted R2
Uji Adjusted R2 ditujukan untuk menilai seberapa besar kemampuan
variabel independen menjelaskan variabel dependen. Pada penelitian ini,
koefisien yang digunakan adalah koefisien determinasi yang telah
disesuaikan atau Adjusted R2. Hal ini dikarenakan Adjusted R
2 merupakan
koefisien yang telah dikoreksi sehingga dapat naik atau turun seiring
penambahan variabel baru dalam model.
Berdasarkan hasil regresi dengan random effect model sebagaimana
yang tertera pada Tabel 4.11, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi
sebesar 0.369356. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dependen (tingkat
84
kemiskinan) secara simultan dapat dijelaskan oleh variabel independen
(ZIS, Pertumbuhan ekonomi, Pengangguran, Inflasi, dan Jumlah
Penduduk) sebesar 36,93% sedangkan sisanya 63,07% dijelaskan oleh
faktor lain diluar variabel yang diteliti.
e. Interpretasi Hasil Penelitian
1) Pengaruh ZIS terhadap tingkat kemiskinan
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh bahwa variabel ZIS
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan di 12
Provinsi, pada taraf nyata 5% dengan nilai probabilitas sebesar 0.1905
jauh lebih besar dari 0,05, dan nilai T-statistik hanya sebesar -
1.325760 dengan koefisien negatif. Hal ini menginterpretasikan bahwa
naik turunnya ZIS tidak berdampak pada naik turunnya tingkat
kemiskinan tersebut. Koefisin ZIS bertanda negatif sesuai dengan teori
yang menyatakan pengaruh terbalik antara kedua variabel tersebut
namun dalam penelitian ini tidak signifikan. Hal ini dapat kita
maklumi berdasarkan data ZIS yang ada pada Tabel 4.11 kenaikkan
ZIS dari tahun ketahun tidak serta merta dapat menurunkan tingkat
kemiskinan, yang disebabkan oleh banyak faktor, sementara jumlah
ZIS yang terkumpul sangatlah tidak signifikan untuk menurunkan
tingkat kemiskinan yang cenderung meningkat dari tahun ketahun.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa masih banyak muzakki yang
membayar zakat, infak dan sadaqah tidak melalui badan ini, akan
85
tetapi mereka membayar langsung pada masyarakat (mustahiq) yang
berhak menerimanya, untuk itu perlu kiranya badan yang mengelola
ZIS untuk terus menerus menghimbau masyarakat khususnya umat
muslim untuk membayar Zakat melalui Badan ini.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kurniawati (2017), dimana
ZIS berpengaruh negatif terhadap kemiskinan di Provinsi Banten,
yang berarti bahwa ketika dana ZIS meningkat maka akan
menurunkan tingkat kemiskinan. Hal ini disebabkan manfaat dari
penghimpunan dana ZIS mampu meningkatkan kesejahteraan
mustahiq sehingga tingkat kemiskinan dapat berkurang.
2) Pengaruh Pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh bahwa variabel
pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif secara signifikan terhadap
tingkat kemiskinan di 12 Provinsi, pada taraf nyata 5% dengan nilai
probabilitas sebesar 0,0000 lebih kecil dari 0,05, dan nilai T-statistik
sebesar 5.408815 dengan koefisien regresi sebesar 0.148962 yang
berarti bahwa bila terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar
1% akan menaikkan tingkat kemiskinan sebesar 0.148962%. Temuan
ini berlawanan dengan teori yang menyatakan ada pengaruh yang
negatif antar perumbuhahan ekonomi dengan tingkat kemiskinan, yang
seharusnya makin meningkatnya perekonomian suatu daerah akan
semakin menurunkan tingkat kemiskinan di daerah tersebut. Hal ini
86
disebabkan oleh karena tidak adanya pemerataan pendapatan,
walaupun terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi namun
pertumbuhan itu hanya disumbang oleh segelintir orang yang
berpendapatan sangat tinggi, dengan kata lain adanya ketimpangan
pendapatan antara orang kaya dengan orang miskin, sehingga
pertumbuhan itu sendiri tidak akan mendorong penurunan pada
tingkkat kemiskinan, setidaknya pada daerah penelitian saya di 12
Provinsi tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suliswanto (2012).
Menurut penelitian (Suliswanto, 2012), menjelaskan bahwa penelitian
ini variabel PDRB memiliki signifikansi pengaruh terhadap
kemiskinan hanya pada α 20%, hal ini sesuai temuan dari World Bank
(2006) bahwa pertumbuhan ekonomi belum dapat secara signifikan
mengurangi kemiskinan dikarenakan pola dari pertumbuhan ekonomi
di 12 Provinsi Indonesia yaitu terjadinya ketimpangan.
3) Pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh bahwa variabel tingkat
pengangguuran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di 12 Provinsi, pada taraf nyata 5% dengan nilai
probabilitas sebesar 0.7674 jauh lebih besar dari 0,05, dan nilai T-
statistik hanya sebesar 0.297307 dengan koefisien positif. Hal ini
menginterpretasikan bahwa naik turunnya tingkat pengangguran tidak
87
berdampak pada naik turunnya tingkat kemiskinan tersebut. Koefisien
tingkat pengangguran bertanda positif sesuai dengan teori yang
menyatakan pengaruh searah antara kedua variabel tersebut, bila
pengangguran berkurang maka akan menurunkan tingkat kemiskinan,
namun dalam penelitian ini tidak signifikan. Hal ini mengindikasikan
bahwa pengangguran yang terjadi adalah bersifat pengangguran
terselubung, dimana tenaga kerja yang bekerja secara tidak optimum
karena kelebihan tenaga kerja. Misalnya seorang petani yang
menggarap sawah sebenarnya cukup dikerjakan oleh satu orang, tetapi
karena anaknya tidak punya pekerjaan maka ia ikut menggarap tanah
tersebut
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dihasilkan (Windra,
dkk 2016), penelitian tersebut menjelaskan bahwa pengangguran
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di
Indonesia dalam periode tahun 2001 sampai tahun 2015. Artinya
apabila terjadi peningkatan terhadap tingkat pengangguran maka akan
mengakibatkan kemiskinan meningkat juga.
4) Pengaruh inflasi terhadap tingkat kemiskinan
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh bahwa variabel inflasi
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan
di 12 Provinsi, pada taraf nyata 5% dengan nilai probabilitas sebesar
0.8386, lebih besar dari 0,05 dan nilai T-statistik hanya sebesar
88
0.204717 yang berarti bahwa naik turunnya tingkat inflasi tidak
berdampak secara signifikan terhadap naik turunnya tingkat
kemiskinan di 12 provinsi tersebut, dengan asumsi variabel lainnya
dianggap konstan. Temuan ini sesuai dengan teori yang menyatakan
ada pengaruh yang positif antara inflasi dengan tingkat kemiskinan,
artinya naiknya laju inflasi akan menyebabkan masyarakat miskin
makin meningkat, namun dalam penelitian walaupun koefesiennya
bertanda positif, tetapi pengaruhnya tidak terlalu signifikan, dimana
secara teori pada saat terjadi inflasi harga-harga barang cenderung
semakin mahal khusunya barang kebutuhan pokok masyarakat, pada
kondisi pendapatan nominal tidak berubah, maka akan terjadi
penurunan pada pendapataan riil masyarakat, yang disebabkan oleh
naiknya harga-harga barang, sehingga menyebabkan turunnya daya
beli masyarakat yang pada gilirannya akan menurunkan kesejahteraan
masyarakat, yang pada akhirnya akan menambah jumlah penduduk
miskin.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hambasari dan Inggit
(2016). Berdasarkan hasil SPSS 21, diperoleh hasil bahwa inflasi tidak
berpengaruh signifikan dan positif terhadap tingkat kemiskinan di
Jawa Timur. Dengan koefisien positif sebesar (0.238). Hal ini berarti
bahwa jika tingkat kemiskinan naik 1 satuan inflasi juga akan naik
sebesar 0.238.
89
5) Pengaruh jumlah penduduk terhadap tingkat kemiskinan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh bahwa variabel jumlah
penduduk berpengaruh positif secara signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di 12 Provinsi, pada taraf nyata 5% dengan nilai
probabilitas sebesar 0.0044, dan nilai T-statistik sebesar 2.970906
dengan koefisien regresi sebesar 0.307141 yang berarti bahwa bila
terjadi peningkatan jumlah penduduk sebesar 1% akan menaikkan
tingkat kemiskinan sebesar 0.307141 %, dengan asumsi variabel
lainnya dianggap konstan. Temuan ini sesuai dengan hipotesis yang
menyatakan ada pengaruh yang positif antara jumlah penduduk
dengan tingkat kemiskinan. Hal ini mengindikasikan bahwa
pertambahan jumlah penduduk tersebut tidak dibarengin oleh tingkat
keterampilan yang tinggi, atau tingkat pendidikan masyarakat masih
rendah, sehingga kenaikan jumlah penduduk tersebut diikuti oleh
tingkat ketergantungan yang tinggi. Sebagai contoh seorang kepala
keluarga yang aktif bekerja mempunyai anak 4 atau lebih, sementara
semua tanggungannya anak ditambah istri tidak atau belum bekerja,
dengan kata lain masih tingginya tingkat pengangguran sehingga
pertambahan penduduk tersebut akan berdampak pada meningkatnya
masyarakat miskin, walaupun secara teori mengatakan bahwa sumber
daya manusia (penduduk) tersebut merupakan aset dalam peningkatan
kemajuan perekonomian suatu negara, namun penduduk yang
90
dimaksud adalah penduduk yang mempunyai keterampilan yang
tinggi serta dibarengin dengan tingkat pendidikan pada level yang
sesuai dengan yang dibutuhkan pada setiap sektor perekonomian.
Hal ini sesuai dengan penelitian Wahyuningsih dan Zamzami
(2014), dimana jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap tingkat
kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya, yang artinya apabila
jumlah penduduk meningkat maka tingkat kemiskinan juga akan
meningkat.
91
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, yang didukung oleh pendapat para
ahli, dan analisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Variabel ZIS, variabel pengangguran dan variabel inflasi tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan di 12 provinsi, yang
menginterpretasikan bahwa naik turunnya ZIS, pengangguran maupun inflasi
tidak berdampak pada naik turunnya tingkat kemiskinan di daerah tersebut.
Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak muzakki yang membayar zakat,
infak dan sadaqah tidak melalui badan ini, akan tetapi mereka membayar
langsung pada masyarakat (mustahiq) yang berhak menerimanya, sementara
pengangguran yang terjadi adalah bersifat pengangguran terselubung, dimana
tenaga kerja yang bekerja secara tidak optimum karena kelebihan tenaga
kerja, dilain pihak inflasi walaupun mempunyai koefesien yang positif namun
pengaruhnya tidak terlalu signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
2. Variabel jumlah penduduk berpengaruh positif secara signifikan terhadap
tingkat kemiskinan di 12 provinsi, yang berarti bahwa bila terjadi peningkatan
jumlah penduduk maka akan menaikkan tingkat kemiskinan. Hipotesis
tersebut menyatakan ada pengaruh yang positif antara jumlah penduduk
dengan tingkat kemiskinan. Hal ini mengindikasikan bahwa pertambahan
92
jumlah penduduk tersebut tidak dibaringi oleh tingkat keterampilan yang
tinggi, atau tingkat pendidikan masyarakat masih rendah, sehingga kenaikan
jumlah penduduk tersebut diikuti oleh tingkat ketergantungan yang tinggi,
akan berdampak pada meningkatnya masyarakat miskin, walaupun secara
teori mengatakan bahwa sumber daya manusia (penduduk) tersebut
merupakan aset dalam peningkatan kemajuan perekonomian suatu negara,
namun penduduk yang dimaksud adalah penduduk yang mempunyai
keterampilan yang tinggi serta dibarengin dengan tingkat pendidikan pada
level yang sesuai dengan yang dibutuhkan pada setiap sektor perekonomian.
3. Berdasarkan uji simultan (F-hitung) diperoleh nilai probabilitas (F-statistik)
sebesar 0.000012, dan nilai F-statistik sebesar 7.911046 nilai probabilitas
tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel ZIS, Pertumbuhan ekonomi,
Pengangguran, Inflasi, dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap
Tingkat kemiskinan secara simultan.
4. Koefesien determinan (adjusted R2) diketahui bahwa nilai koefisien
determinasi cukup tinggi sebesar 0,3693. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
dependen (tingkat kemiskinan) secara simultan dapat dijelaskan oleh variabel
independen (ZIS, Pertumbuhan ekonomi, Pengangguran, Inflasi, dan Jumlah
Penduduk) sebesar 36.93% sedangkan sisanya 63,07% dijelaskan oleh faktor
lain diluar variabel yang diteliti.
93
B. Saran-saran.
1. Pada penelitian ini variabel ZIS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat kemiskinan, maka disarankan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
pengumpulan ZIS ini agar lebih aktif untuk menjemput bola kepada para
muzakki yang akan membayar ZIS, dan juga disarankan kepada Badan Amil
Zakat Nasional membentuk unit pengumpul zakat, infak dan sedekah pada
setiap masjid, sebagai bagian upaya intensifikasi penyaluran ZIS melalui
Baznas Kabupaten/Kota. Petugas yang berada di unit pengumpul zakat
bertugas menghimpun ZIS dari masyarakat untuk disalurkan secara kolektif
ke Baznas baik dengan cara langsung maupun melalui rekening, menyerahkan
ke Baznas, kalau di salurkan sendiri-sendiri bisa terjadi kurang tepat sasaran
dan khawatir akan terjadi tumpang tindih.
2. Pada penelitian ini variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif
terhadap tingkat kemiskinan, ini menunjukkan bahwa masih tingginya tingkat
ketimpangan pendapatan antara si kaya dengan si miskin, dimana
pertumbuhan itu sebagian besar disumbang oleh sebagian kecil masyarakat
yang berpendapatan tinggi, sedangkan hanya sebagian kecil yang
disumbangkan oleh masyarakat banyak yang berpenghasilan rendah, untuk itu
perlu kiranya pemerintah untuk dapat berperan aktif bagaimana cara untuk
melakukan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada golongan ekonomi
lemah agar tidak terjadi ketimpangan yang tajam antara masyarakat
berpenghasilan tinggi dengan masyarakat berpenghasilan rendah. Untuk
mengurangi kesenjangan kemampuan individu, pemerintah memperbanyak
94
pendidikan vokasi, guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar
mereka mendapatkan keahlian. Melalui kemampuannya upah yang lebih baik
akan didapat. Sehingga gap pendapatan makin diperkecil, memperbesar
alokasi anggaran untuk kesejahteraan kaum miskin, juga cara mengurangi
kesenjangan, melalui bantuan kesejahteraan ini masyarakat kurang mampu
mendapatkan jaminan dasar pendidikan, kesehatan, dan pangan, sehingga
penghasilan yang mereka terima tidak dihabiskan untuk membiayai kebutuhan
dasar dan sebaliknya dapat dialokasikan untuk keperluan lain.
3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya, agar dapat melakukan penelitian
tentang kemiskinan ini dengan menambah variabel-variabel makro lainnya
yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan dengan kurun waktu yang
lebih lama, dan cakupan penelitian yang lebih luas, guna memperoleh
gambaran secara makro tentang kemiskinan dan cara-cara
penanggulangannya.
95
Daftar Pustaka
Al Arif, M. Nur Rianto. 2010. Efek Penggandaan Zakat Serta Implikasinya Terhadap Program
Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Ekbisi Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Vol. 5 No. 1: Hlm.42-49.
Ali, Nuruddin M. 2003. Zakat (Pajak) sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal. Tesis.
Yogyakarta: Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Alhudori, Muhammad. 2017. Pengaruh IPM, PDRB, dan Jumlah PengangguranvTerhadap
Penduduk Miskin Di Provinsi Jambi. Journal Of Economics and Business Vol.1
No.1: Hlm.113-114.
Alwi, Iffatul Auliya’. 2014. Optimalisasi Penghimpunan dan Pendistribusian Zakat yang
Memberdayakan Di Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya. Skripsi.
Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
Amira Rizka, dan Marhaeni. 2014. Pengaruh Variabel Ekonomi, Sosial dan Demografi
Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Pada Era Pasca Otonomi Daerah Di Provinsi
Bali. E-Jurnal EP Unud. Vol. 3 No. 7: Hlm. 329-336.
Amirullah. 2001. Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan dan Pengangguran (Studi Kasus di Desa
Mola Kecamatan Wangi-wangi Kabupaten Buto. Skripsi. Kendari. Fakultas
Ekonomi Balai Penelitian Universitas Haluoleo.
Ananto, Ade dan Ali Rama. 2017. Pengaruh Belanja Pemerintah dan Pembiayaan Bank Syariah
Terhadap Pertumbuhsn Ekonomi: Studi Kasus Data Panel Provinsi di Indonesia.
Iqtishadia. Vol.10 No.1: Hlm. 97-129.
Andriyanto, Irsyad. 2011. Strategi Pengelolaan Zakat dalam Pengentasan Kemiskinan.
Walisongo Vol.19 No.1: Hlm. 25-46.
96
Ariefianto, Moch Doddy. 2012. Ekonometrika Esensi dan Aplikasi dengan menggunakan
EVIEWS. Jakarta: Erlangga,
Beik, Irfan Syauqi. 2010. Peran zakat dalam mengentaskan kemiskinan dan Kesenjangan. Jurnal
Ekonomi Islam Republika. FEM IPB: Hlm.5-8.
Beik, Irfan Syauqi. 2009. Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan: Studi Kasus
Dompet Dhuafa Republika. Jurnal Pemikiran dan Gagasan. Vol.II: Hlm. 1-12.
Firstiana, Dessy. 2012. Analisis Indeks Kemiskinan dengan Menggunakan Pendekatan FGT
Indeks Sesudah Program Ikhtiar (Studi Kasus: Program Ikhtiar Masyarakat Mandiri
Di Desa Tegal dan Desa Babakan Sabrang, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor.
Media Ekonomi Vol.20 No.1: Hlm. 63-82.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Hafidhudin, Didin. 2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani Press.
Hambasari, Dwi Puspa dan Kunto Inggit. 2016. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,
Pertumbuhan Penduduk, dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Jawa Timur
Tahun 2004-2014. JEB Vol 1 No 2: Hlm.257-282.
Hapsoro, Dody Nursetyo Yekti dan Gunanto. 2013. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi
Regional Terhadap Tingkat Kemiskinan Perkotaan. Diponegoro Journal Of
Economics. Vol. 2 No. 2: Hlm.1-12.
Hastuti, Qurratul ‘Aini Wara. 2016. Infaq Tidak Dapat Dikategorikan Sebagai Pungutan Liar.
Ziswaf. Vol. 3 No. 1: Hlm. 40-62.
https://www.bps.go.id/
97
Iqbal, Vighar Choirul, Agus Luthfi dan Teguh Hadi P. 2015. Analisis Pengaruh Performa
Ekonomi Makro Terhadap Kemiskinan Di Jawa Timur. Artikel Ilmiah Mahasiswa.
Jawa Timur.
Imelia. 2012. Pengaruh Inflasi Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Jambi. Jurnal Paradigma
Ekonomika. Vol.1 No.5: Hlm.42-48.
Juanda, Bambang dan Junaidi. 2012. Ekometrika Deret Waktu Teori dan Aplikasi. Bogor. IPB
Press.
Kurniawati, Hani. 2017. Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS),
Produk Dosmetik Regional Bruto (PDRB), dan Upah Minimum
Kabupaten/Kota(UMK) Terhadap Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus di
Kabupaten/Kota Provinsi Banten 2011-2015). Skripsi. Tanggerang: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kusniawati. 2011. Zakat Sebagai Kebijakan Fiskal Dalam Ekonomi Islam. Skripsi. Makassar:
UIN Alauddin Makassar.
M. Muh. Nasir, Saichudin dan Maulizar. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kemiskinan Rumah Tangga Di Kabupaten Purworejo. Jurnal Eksekutif Vol.5 No.4:
Hlm. 100-108
Mahsunah, Durrotul. 2011. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan, dan
Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Jawa Timur. Prodi S1 Pendidikan
Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Kelintang Surabaya: Hlm.1-17.
Mukiyanto, Ali dan Hendrian. 2008. Zakat Sebagai Pengurang Pajak. Jurnal Organisasi Dan
Manajemen. Vol. 4, No. 2: Hlm.100-112.
98
Muniarti, Rina dan Irfan Syauqi Beik. 2013. Pengaruh Zakat Terhadap Indeks Pembangunan
Manusia dan Tingkat Kemiskinan Mustahik : Studi Kasus Pendayagunaan BAZNAS
Kota Bogor. Jurnal Al Muzara’ah. Vol.2 No.2: Hlm.131-146.
Manurung, Mandala dan Rahardja Prathama. 2010. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Fakultas
Ekonomi UI.
Nachrowi, Djalal dan Hardius Usman. 2006. Ekonometrika. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indoesia,
Prastyo, Adit Agus. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan.
Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Pratama, Yoghi Citra. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Di
Indonesia. Esensi Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol. 4 No. 2: Hlm. 210-223.
Putra, Ahmad Fajri Panca. 2010. Pengaruh Pendayagunaan Zakat Produktif Terhadap
Pemberdayaan Mustahiq Pada Badan Pelaksana Urusan Zakat Amwal
Muhammadiyah (BAPELURZAM) Pimpinan Cabang Muhammidiyah Weleri
Kabupaten Kendal. Skripsi. Semarang: IAIN Walisongo Semarang.
Rahardja dan Manurung. 2005. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar. Jakarta: LPFEUI.
Ria, Marginingsih. 2011. Pengaruh Pendayagunaan Dana ZIS, dan PDRB per Kapita Terhadap
Jumlah Penduduk Miskin (Studi Kasus di Kabupaten/Kota Jawa Tengah Tahun
2006-2009). Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Diponegoro.
Ridwan, Muhammad. 2005. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Yogyakarta: UII Press.
99
Rumahorbo, Restuty Anggereny. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah
Penduduk Miskin Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Makassar: Universitas
Hasanudin.
Saputra, Whisnu Adhi. 2011. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, Pengangguran
Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Skripsi. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Skousen, Mark. 2009. Sejarah Pemikiran Ekonomi Sang Maestro. Jakarta : Prenada
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta,
Sukirno, Sadono. 1997. Teori Pengantar Makroekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suliswanto, Muhammad Sri Wahyudi. 2010. Pengaruh Produk Dosmetik Bruto (PDRB), dan
Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Angka Kemiskinan di Indonesia. Jurnal
Ekonomi Pembangunan Vol.8 No.2: Hlm. 357-366.
Suryawati, Chriswardani. 2005. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional, JMPK Vol.8
No.3, Semarang: Hlm. 121-129.
Susanti, Sussy. 2013 Pengaruh Produk Dosmetik Bruto, Pengangguran, dan Indeks
Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Jawa Barat dengan
Menggunakan Analisis Data Panel. Jurnal Matematika Integratif. Vol. 9 No.1:
Hlm.1-18.
Tambunan, Tulus. 2003. Perekonomian Indonesia, Beberapa Masalah Penting. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
100
Wahyuningsih, Yayuk Eko dan Zamzami. 2014. Analisis Pengaruh Dosmetik Regional Bruto
dan Jumlah Penduduk Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten Nagan Raya.
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik Indonesia. Vol.1 No.1: Hlm. 39-47.
Wijayanto, Ravi Dwi. 2010. Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap
Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah tahun 2005-2008. Skripsi. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekobometrika dan Statistika dengan EVIEWS.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Windra, Pan Budi Marwoto, dan Yudi Rafani. 2016. Analisis Pengaruh Infasi, Pertumbuhan
Ekonomi dan Tingkat Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Indonesia. Jurnal
Ilmiah Progresif Manajemen Bisnis (JIPMB). Vol.14 No.2: Hlm. 19-27.
www.puskasbaznas.com/images/outlook/Indonesia%20Zakat%20Outlook2017EN_PUSKASBA
ZNAS.pdf (Diakses pada 13 November 2017).
101
Lampiran 1
Data olah
Provinsi Tahun TK ln_zis Growth UE INFLASI LN_JP
SUMUT 2012 10.44435495
21.95 6.449584 6.28 4.30
9.50
SUMUT 2013 10.23376967
22.00 6.065851 6.45 8.38
9.52
SUMUT 2014 9.883125468
21.97 5.228179 6.23 8.36
9.53
SUMUT 2015 10.82050252
22.18 5.096258 6.71 3.35
9.54
SUMUT 2016 10.29965468
22.78 5.175033 5.84 3.02
9.55
SUMBAR 2012 7.957681693
23.32 6.308168 6.65 4.30 8.52
SUMBAR 2013 7.512681338
19.46 6.078118 7.02 8.38
8.53
SUMBAR 2014 6.91244958
22.05 5.875951 6.5 8.36 8.54
SUMBAR 2015 6.726516945
22.28 5.522719 6.89 3.35
8.56
SUMBAR 2016 7.158665272
24.72 5.263407 5.09 3.02 8.57
SUMSEL 2012 3.501030554
13.89 6.831969 5.66 4.30 8.95
SUMSEL 2013 14.15573467
20.69 5.314294 4.84 8.38 8.97
SUMSEL 2014 13.67248001
21.04 4.790661 4.96 8.36 8.98
SUMSEL 2015 13.81630093
21.95 4.417266 6.07 3.35 8.99
SUMSEL 2016 13.43601809
22.74 5.02688 4.31 3.02 9.01
Bangka 2012 5.456241256
18.45 5.500396 3.43 4.30
7.16
Bangka 2013 5.391225002
19.80 5.201233 3.65 8.38 7.18
Bangka 2014 5.00260436
19.99 4.665892 5.14 8.36 7.20
Bangka 2015 4.852855478
20.91 4.080713 6.29 3.35 7.22
Bangka 2016 5.069910116
22.26 4.114817 2.6 3.02 7.25
JKT 2012 3.719288995
23.74 6.532975 9.67 4.30 9.20
JKT 2013 3.768342712
24.05 6.066663 8.63 8.38 9.21
102
JKT 2014 4.097049219
25.49 5.91462 8.47 8.36
9.22
JKT 2015 3.622259995
25.98 5.894665 7.23 3.35
9.23
JKT 2016 3.754183856
25.60 5.846672 6.12 3.02 9.24
JABAR 2012 9.903524589
23.27 6.502304 9.08 4.30
10.71
JABAR 2013 9.666018244
22.51 6.333449 9.16 8.38
10.72
JABAR 2014 9.209204512
23.65 5.091019 8.45 8.36 10.74
JABAR 2015 9.603272132
24.53 5.035376 8.72 3.35
10.75
JABAR 2016 8.797304314
25.00 5.671776 8.89 3.02 10.77
JATENG 2012 1.964471328
14.38 5.344613 5.61 4.30
10.40
JATENG 2013 14.14390202
16.97 5.107739 6.01 8.38 10.41
JATENG 2014 13.60815209
19.30 5.271281 5.68 8.36
10.42
JATENG 2015 13.34093284
21.35 5.466463 4.99 3.35 10.43
JATENG 2016 13.20949114
23.95 5.281297 4.63 3.02
10.43
JATIM 2012 1.475098802
17.54 6.644798 4.11 4.30
10.55
JATIM 2013 12.68356133
20.13 6.076239 4.30 8.38 10.55
JATIM 2014 12.29835639
22.71 5.859767 4.19 8.36 10.56
JATIM 2015 12.29411856
23.72 5.44162 4.47 3.35 10.57
JATIM 2016 11.87074699
24.12 5.546147 4.21 3.02 10.57
Banten 2012 5.789116497
20.48 6.828441 9.94 4.30 9.32
Banten 2013 5.961231172
20.92 6.67348 9.54 8.38
9.35
Banten 2014 5.546309665
21.51 5.512585 9.07 8.36
9.37
Banten 2015 5.777151365
23.33 5.400101 9.55 3.35 9.39
Banten 2016 5.3899419
23.88 5.262887 8.92 3.02 9.41
KALSEL 2012 4.998678996
20.47 5.967762 5.19 4.30 8.24
103
KALSEL 2013 4.754702296
21.14 5.328661 3.66 8.38
8.26
KALSEL 2014 4.83073315
21.72 4.839307 3.80 8.36
8.27
KALSEL 2015 4.741089779
21.99 3.828903 4.92 3.35 8.29
KALSEL 2016 4.540993712
22.04 4.383298 5.45 3.02
8.31
SULUT 2012 6.524044324
15.07 6.85964 7.98 4.30
7.76
SULUT 2013 6.611294823
19.70 6.382181 6.79 8.38 7.77
SULUT 2014 6.365376864
19.70 6.309039 7.54 8.36
7.78
SULUT 2015 5.161234823
19.58 6.124674 9.03 3.35 7.79
SULUT 2016 5.068624628
21.56 6.170992 6.18 3.02
7.80
GRTL 2012 7.606599529
17.62 7.90673 4.47 4.30 6.98
GRTL 2013 8.479918658
17.78 7.674958 4.15 8.38
7.00
GRTL 2014 8.277884857
19.65 7.271072 4.18 8.36 7.02
GRTL 2015 9.002528917
21.93 6.222576 4.65 3.35
7.03
GRTL 2016 8.221510936
22.89 6.518586 2.76 3.02
7.05
104
Lampiran 2
Tabel 4.6
Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model
Dependent Variable: TK?
Method: Pooled Least Squares
Sample: 2012 2016
Included observations: 5
Cross-sections included: 12
Total pool (balanced) observations: 60
Cross sections without valid observations dropped Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2.784906 6.311939 -0.441212 0.6608
LN_ZIS? -3.83E-11 1.56E-11 -2.461192 0.0171
GR? 0.573751 0.217668 2.635894 0.0109
UE? 0.036659 0.559436 0.065528 0.9480
INFLASI? -0.380250 0.230286 -1.651206 0.1045
LN_JP? 0.189187 0.182514 1.036565 0.3046 R-squared 0.189742 Mean dependent var 7.816367
Adjusted R-squared 0.114719 S.D. dependent var 3.457444
S.E. of regression 3.253088 Akaike info criterion 5.291726
Sum squared resid 571.4595 Schwarz criterion 5.501161
Log likelihood -152.7518 Hannan-Quinn criter. 5.373647
F-statistic 2.529095 Durbin-Watson stat 0.654471
Prob(F-statistic) 0.039623
105
Lampiran 3
Tabel 4.7
Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model
Dependent Variable: TK?
Method: Pooled Least Squares
Sample: 2012 2016
Included observations: 5
Cross-sections included: 12
Total pool (balanced) observations: 60
Cross sections without valid observations dropped Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -22.88117 7.177912 -3.187720 0.0027
LN_ZIS? -1.21E-12 1.28E-11 -0.094864 0.9249
GR? 1.007735 0.169080 5.960099 0.0000
UE? 0.557664 0.552572 1.009214 0.3185
INFLASI? 0.641622 0.363146 1.766841 0.0844
LN_JP? 0.359092 0.104952 3.421475 0.0014
Fixed Effects (Cross)
_SUMUT--C 1.740146
_SUMBAR--C -1.719496
_SUMSEL--C 6.157888
_BANGKA--C 0.295313
_JKT--C -8.864116
_JABAR--C -2.467824
_JATENG--C 6.424842
_JATIM--C 3.212938
_BANTEN--C -4.922808
_KALSEL--C -1.620654
_KALTIM--C -0.776107
_SULUT--C 2.539878 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.807582 Mean dependent var 7.816367
Adjusted R-squared 0.735985 S.D. dependent var 3.457444
S.E. of regression 1.776517 Akaike info criterion 4.220708
Sum squared resid 135.7085 Schwarz criterion 4.814106
Log likelihood -109.6213 Hannan-Quinn criter. 4.452819
F-statistic 11.27952 Durbin-Watson stat 2.096277
Prob(F-statistic) 0.000000
106
Lampiran 4
Tabel 4.8
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 12.551831 (11,43) 0.0000
Cross-section Chi-square 86.261061 11 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: TK?
Method: Panel Least Squares
Sample: 2012 2016
Included observations: 5
Cross-sections included: 12
Total pool (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2.784906 6.311939 -0.441212 0.6608
LN_ZIS? -3.83E-11 1.56E-11 -2.461192 0.0171
GR? 0.573751 0.217668 2.635894 0.0109
UE? 0.036659 0.559436 0.065528 0.9480
INFLASI? -0.380250 0.230286 -1.651206 0.1045
LN_JP? 0.189187 0.182514 1.036565 0.3046 R-squared 0.189742 Mean dependent var 7.816367
Adjusted R-squared 0.114719 S.D. dependent var 3.457444
S.E. of regression 3.253088 Akaike info criterion 5.291726
Sum squared resid 571.4595 Schwarz criterion 5.501161
Log likelihood -152.7518 Hannan-Quinn criter. 5.373647
F-statistic 2.529095 Durbin-Watson stat 0.654471
Prob(F-statistic) 0.039623
107
Lampiran 5
Tabel 4.9
Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: TK?
Method: Panel Least Squares
Sample: 2012 2016
Included observations: 5
Cross-sections included: 12
Total pool (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -22.88117 7.177912 -3.187720 0.0027
LN_ZIS? -1.21E-12 1.28E-11 -0.094864 0.9249
GR? 1.007735 0.169080 5.960099 0.0000
UE? 0.557664 0.552572 1.009214 0.3185
INFLASI? 0.641622 0.363146 1.766841 0.0844
LN_JP? 0.359092 0.104952 3.421475 0.0014 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.807582 Mean dependent var 7.816367
Adjusted R-squared 0.735985 S.D. dependent var 3.457444
S.E. of regression 1.776517 Akaike info criterion 4.220708
Sum squared resid 135.7085 Schwarz criterion 4.814106
Log likelihood -109.6213 Hannan-Quinn criter. 4.452819
F-statistic 11.27952 Durbin-Watson stat 2.096277
Prob(F-statistic) 0.000000
108
Lampiran 6
Tabel 4.10
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 8.424354 5 0.1343 Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. LN_ZIS? -0.000000 -0.000000 0.000000 0.0073
GR? 1.007735 0.835239 0.004742 0.0122
UE? 0.557664 0.148962 0.054297 0.0794
INFLASI? 0.641622 0.056938 0.054520 0.0123
LN_JP? 0.359092 0.307141 0.000327 0.0041 Cross-section random effects te
st equation:
Dependent Variable: TK?
Method: Panel Least Squares
Sample: 2012 2016
Included observations: 5
Cross-sections included: 12
Total pool (balanced) observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -22.88117 7.177912 -3.187720 0.0027
LN_ZIS? -1.21E-12 1.28E-11 -0.094864 0.9249
GR? 1.007735 0.169080 5.960099 0.0000
UE? 0.557664 0.552572 1.009214 0.3185
INFLASI? 0.641622 0.363146 1.766841 0.0844
LN_JP? 0.359092 0.104952 3.421475 0.0014 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.807582 Mean dependent var 7.816367
Adjusted R-squared 0.735985 S.D. dependent var 3.457444
S.E. of regression 1.776517 Akaike info criterion 4.220708
Sum squared resid 135.7085 Schwarz criterion 4.814106
Log likelihood -109.6213 Hannan-Quinn criter. 4.452819
F-statistic 11.27952 Durbin-Watson stat 2.096277
Prob(F-statistic) 0.000000