Makalah Aksyar- ZIS
description
Transcript of Makalah Aksyar- ZIS
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang “Zakat, Infaq, Sadaqah,
dan Wakaf” yang Inshaa Allah dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk
mempelajari Akuntansi Syariah.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan merangkum materi dari buku- buku dan
internet. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu
menghadapi tantangan dan hambatan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pemaparan dan penulisan di
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun kami ke depannya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini. Kami juga berharap apa yang kami telah
berikan dalam makalah ini dapat berguna sebagai bahan pembelajaran dan mengetahui
bagaimana perbedaan perlakuan akuntansi dalam Zakat, Infaq dan Sadaqah serta Mengenal
Wakaf.
Akhir kata, kami meminta maaf atas penulisan atau penyusunan kata- kata yang salah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih .
Depok, 13 November 2015
Kelompok 7
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................1DAFTAR ISI ........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Zakat, Infaq, dan Sadaqah....................................................................4
2.2 Macam-Macam Zakat..............................................................................................4
2.3 Macam-Macam Metode Zakat untuk Entitas di berbagai dunia.............................6
2.4 Cakupan Akuntansi Zakat, Infaq, Sadaqah berdasarkan PSAK No. 109...............9
2.5 Pengertian Wakaf ....................................................................................................15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................16
3.2 Saran .......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................17
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Zakat secara umum sangat sering kita dengar, sehingga kata zakat sudah tidak asing
lagi apalagi pada bulan puasa sering kita dengar yang namanya zakat fitrah. Namun
sering kita tersilap akan dasar dan pengertian zakat secara benar. Zakat sebenarnya
memiliki landasan hukum yang mungkin tidak semua orang mengetahui landasan zakat
secara benar. Sehingga pemahaman zakat di kalangan awam masih kurang.
Saat ini perekonomian berpola Islam telah menjadi suatu kebutuhan umat.
Pemberdayaan ekonomi umat semakin giat dilakukan oleh beberapa lembaga keuangan
Islam. Selain itu pemanfaatan zakat, infak, sedekah dan wakaf yang berasal dari umat
Islam harus sedini mungkin dikelola dan disalurkan secara efektif sebagai suatu sisi
ikhtiar pemberdayaan ekonomi umat. Ini karena dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf
merupakan modal dalam upaya peningkatan perekonomian dan kesejahteraan umat.
1.2 Rumusan Masalah
1.) Apa pengertian dari Zakat, Infaq, dan Sadaqah ? 2.) Apa saja macam – macam zakat ? 3.) Apa saja macam – macam metode zakat untuk entitas di berbagai dunia ? 4.) Bagaimana cakupan akuntansi Zakat, Infaq, dan Sadaqah berdasarkan PSAK No.
109? 5.) Apa pengertian Wakaf ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.) Untuk mengetahui pengertian dari Zakat, Infaq, dan Sadaqah 2.) Untuk mengetahui macam – macam zakat 3.) Untuk mempelajari macam – macam metode zakat untuk entitas di berbagai dunia4.) Untuk mengetahui cakupan akuntansi Zakat, Infaq, dan Sadaqah berdasarkan PSAK
No. 1095.) Untuk mengetahui pengertian Wakaf
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Zakat, Infaq, dan Sadaqah
2.1.1 Zakat
Dalam bahasa Arab, kata zakat mempunyai beberapa arti. Mahmud Yunus
memberikan arti zakat dengan sedekah jariyah, zakat dan kebersihan. Secara umum,
dapat disimpulkan bahwa zakat ialah nama bagi suatu benda (harta), yang diambil dari
seseorang yang memilki harta yang telah mencapai nisabnya, untuk diberikan kepada
orang-orang yang berhak menerimanya, sesuai dengan ketentuan syara’
2.1.2 Infaq
Infak berasal dari anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk
kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infak berarti mengeluarkan
sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang
diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat mempunyai nisab, infak tidak mengenal nisab.
2.1.3 Shadaqah
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti ‘benar’. Menurut terminologi syariat
pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum dan ketentuan-
ketentuannya. Hanya saja jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memilki arti lebih
luas, menyangkut hal yang bersifat nonmateriil. Hadits riwayat Imam Muslim dari Abu
Dzar, Rasulullah menyatakan bahwa jika tidak mampu bersedekah dengan harta maka
membaca tasbih, membaca takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami istri, dan
melakukan kegiatan amar ma’ruf nahi munkar adalah sedekah.
2.2 Macam-macam zakat
Ada dua jenis zakat, sebagai berikut.
1. Zakat Jiwa/Zakat Fitrah adalah zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim setelah
matahari terbenam akhir bulan Ramadhan. Lebih utama dibayarkan sebelum salat Idul
Fitri, karena jika dibayarkan setelah salat ied, maka sifatnya sedekah biasa bukan zakat
fitrah. Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW:
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 4
“Barang siapa yang mengeluarkan sebelum shalat Ied, maka itu zakat fitrah yang
diterima, Dan barang siapa yang mengeluarkannya sesudah shalat Ied, maka itu
termasuk salah satu sedekah-sedekah biasa.” (HR Ibnu Abbas)
Seorang muslim wajib membayar zakat fitrah untuk dirinya dan orang-orang yang
menjadi tanggung jawabnya seperti istri, anak, dan pembantunya yang muslim. Akan
tetapi boleh bagi seorang istri atau anak atau pembantu membayar zakat sendiri.
Menurut jumhur ulama, syarat kewajiban zakat fitrah bagi fakir adalah apabila ia
memiliki kelebihan makanan pokok dirinya dan orang yang menjadi tanggung
jawabnya di malam dan pada hari rayanya. Kelebihan itu tidak termasuk rumah,
perabotnya dan kebutuhan pokok lainnya termasuk binatang ternak yang dimanfaatkan,
buku yang dipelajari ataupun perhiasan yang dipakainya. Akan tetapi, jika telah
melebihi dan memungkinkan untuk dijual serta dimanfaatkan untuk keperluan zakat
fitrah, maka membayar zakat fitrah hukum nya wajib karena ia mampu melakukannya.
Zakat fitrah tidak mengenal nisab, dan dibayar sebesar 1 (satu) sha’ makanan
pokok suatu masyarakat. 1 (sha’) adalah 4 mud’ dan ukuran 1 mud’ adalah genggaman
2 tangan orang dewasa (atau kira-kira :2,176 Kg ). Jika ingin dibayar dengan uang
(menurut Imam Abu Hanifah) dibolehkan walaupun sebaiknya yang diberikan adalah
makanan.
Dasar pelaksanaan:
Rasulullah bersabda: “Telah diwajibkan zakat fitra untuk membersihkan orang yang
berpuasa dari omonga yang tidak ada manfaatnya dan omongan kotor, serta untuk
memberi makanan pada orang-orang miskin.” (HR Ibnu Abbas)
2. Zakat Harta adalah zakat yang boleh dibayarkan pada waktu yang tidak tertentu,
mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta
temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi) yang masing-masing memiliki
perhitungan sendiri-sendiri. Pada masa Rasulullah kelompok harta yang ditetapkan
menjadi objek zakat terbatas pada (1) emas dan perak di zaman rasul uang terbuat dari
emas atau perak; (2) tumbuh-tumbuhan tertentu seperti gandum, jelai, kurma dan
anggur; (3) hewan ternak tertentu seperti domba atau biri-biri, sapi dan unta; (4) harta
perdagangan (tijarah); (5) harta kekayaan yang ditemukan dalam perut bumi (rikaz).
Sementara Allah merumuskan apa yang wajib dizakati dengan rumusan yang sangat
umum yaitu “kekayaan”, seperti firman-Nya, “Pungutlah olehmu zakat dari kekayaan
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 5
mereka”. “ Dalam kekayaan terdapat hak peminta-minta dan orang yang melarat”. Hal
ini dapat disebabkan karena pada zaman rasul harta jenis itulah yang dianggap sebagai
kekayaan.
Seiring dengan kemajuan transaksi dapat meningkatkan kekayaan, maka penting
untuk mengetahui apa yang dimaksud kekayaan. Kekayaan atau amwal (kata jamak
dari maal) menurut bahasa Arab adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh
manusia untuk menyimpan dan memilikinya (Qardhawi.2002). atas dasar definisi
tersebut, maka setiap benda berwujud yang diinginkan manusia untuk disimpan atau
dimilikinya setelah memenuhi syarat-syarat wajib zakat, harus dikeluarkan zakatnya.
2.3 Macam-macam Metode Zakat untuk entitas di berbagai dunia
Zakat ini adalah zakat yang didasarkan atas prinsip keadilah serta hasil ijtihad para
ahli fikih. Oleh sebab itu, zakat ini agak sulit ditemukan pada kita fikih klasik.
Kewajiban zakat perusahaan hanya ditujukan kepada perusahaan yang dimiliki
(setidaknya mayoritas) oleh muslim. Sehingga zakat ini tidak ditujukan pada harta
perusahaan yang tidak dimiliki oleh muslim (Syafei,2008).
Para ulama kontemporer menganolikan zakat perusahaan kepada zakat perdagangan,
karena dipandang dari aspek legal dan ekonomi, kegiatan sebuah perusahaan intinya
berpijak pada kegiatan trading atau perdagangan. Hal tersebut dikuatkan oleh keputusan
seminar I zakat di Kuwait, tanggal 3 April 1984 tentang zakat perusahaan sebagai
berikut. Zakat perusahaan harus dikeluarkan jika syarat berikut terpenuhi. (Manaf)
1. Kepemilikan dikuasai oleh muslim/muslimin
2. Bidang usaha harus halal
3. Aset perusahaan dapat dinilai
4. Aset perusahaan dapat berkembang
5. Minimal kekayaan perusahaan serta dengan 85 gram emas
Sedangkan syarat teknisnya adalah sebagai berikut.
1. Adanya peraturan yang mengharuskan pembayaran zakat perusahaan tersebut
2. Anggaran dasar perusahaan memuat hal tersebut
3. RUPS mengeluarkan keputusan yang berkaitan dengan hal itu
4. Kerelaan para pemegang saham menyerahkan pengeluaran zakat saham nya
kepada dewan direksi perusahaan.
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 6
(Kas/Setara Kas + Investasi Jangka Pendek + Persediaan
+ Piutang dagang bersih)Liabilitas Jangka pendek
Idealnya perusahaan yang bersangkutan itulah yang membayar zakat jika
memenuhi kondisi diatas. Jika tidak, maka perusahaan harus menghitung seluruh
zakat kekayaanya kemudian memasukkan ke dalam anggaran tahunan sebagai catatan
yang menerangkan nilai zakat setiap saham untuk mempermudah pemegang saham
mengetahui berapa zakat sahamnya (fatwa zakat kontemporer).
Perhitungan zakat perusahaan ada 3 (tiga) pendapat yaitu sebagai berikut (Syafei, 2008)
1. Kekayaan perusahaan yang dikenakan zakat adalah kekayaan perusahaan yang
digunakan untuk memperoleh laba. Pendapat ini dikemukakan oleh Qardhawi, dan
zakat dikenakan pada harta lancar bersih perusahaan.
Secara sederhana :
DIKURANG
Perhitungan cara ini relatif sederhana dan dapat diterapkan bilat transaksi usaha perdagangan juga sederhana. Seperti pada perdagangan yang dimiliki usahanya oleh perseorangan dimana untuk menjalankan usaha adalah dari modal sendiri dan utang jangka pendek.
2. Kekayaan yang dikenakan zakat adalah pertumbuhan modal bersih. Pendapat ini dikemukakan oleh El Badawi dan Sultan.
Secara sederhana :
DIKURANG
Metode ini diusulkan oleh El Badawi dan Sultan untuk mengatasi kelemahan pada metode pertama. Hal ini disebabkan transaksi perusahaan makin kompleks, dimana sumber pendanaan tidak lagi hanya modal dan utang jangka pendek tetapi juga utang jangka panjang. Agar sesuai dengan konsep zakat yaitu tidak dikenakan atas aset tetap dan dikenakan atas aset yang tumbuh berkembang. Untuk itu, El Badawi mengusulkan konsep pertumbuhan modal bersih (growing capital);
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 7
(Aset lancar bersih + Utang Jangka Pendek yang
digunakan untuk keperluan jangka panjang)
Utang Jangka Panjang yang digunakan untuk
pembiayaan harta lancar
DIKURANG
3. Kekayaan yang dikenakan zakat adalah kekayaan bersih perusahaan. Pendapat ini dikemukakan oleh Lembaga Fatwa Arab Saudi.
Secara sederhana :
DIKURANG DIKURANG
Diluar ketiga metode di atas, AAOIFI sendiri melalui FAS (Financial Accounting Standard) No. 9 memberikan 2 (dua) alternatif metode, yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan Aset Bersih ( Net Assets Method)
DIKURANG
2. Pendekatan Dana Investasi (Invested Fund Method)
DIKURANGI
Metode apapun boleh digunakan walaupun yang paling sederhana untuk digunakan adalah pendapat Qardhawi. Sedangkan nizab zakat adalah 85 gram dan cukup haul (1 tahun Qamariah) dengan besar zakat 2,5%. Jika perusahaan menggunakan tahun masehi, maka besar zakat adalah 2,575% (Standar AAOIFI)
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 8
(Modal kerja bersih pada akhir tahun + Utang Jangka Pendek
yang digunakan untuk mendanai aset jangka panjang, melunasi utang jangka panjang
atau mengurangi saham)
Utang Jangka Panjang untuk mendanani aset
lancar
(Modal Disetor + Saldo Laba + Laba Tahun Berjalan )
(Aset Tetap bersih + Investasi perusahaan atau entitas lainnya)
Kerugian Tahun Berjalan
(Kas dan Setara kas + Piutang Bersih + Aset yang dapat
diperdagangkan (sebesar nilai Pasar)
( Liabilitas Lancar + Modal Investasi Tak Terbatas Ekuitas Minoritas + Ekuitas yang
dimiliki Pemerintah + Ekuitas yang dimiliki Dana Abadi + Ekuitas yang dimiliki Lembaga
Sosial + Ekuitas yang dimiliki Lembaga Nirlaba di luar yang dimiliki Individu )
(Modal disetor + Cadangan + Provisi yang tidak mengurangi Aset + Laba Ditahan + Laba
Bersih + Liabilitas yang tidak harus dipenuhi dalam 1 tahun sejak tanggal posisi keuangan
( Aset Tetap Bersih + Investasi yang bukan untuk
diperdagangkan + Akumulasi Rugi)
2.4 Cakupan Akuntansi Zakat, Infaq, Sadaqah berdasarkan PSAK No. 109
PSAK 109 merujuk kepada beberapa fatwa MUI, yaitu sebagai berikut :
1. Fatwa MUI No. 8/2011 tentang Amil Zakat, menjelaskan tentang kriteria, tugas amil zakat serta pembebanan biaya operasional kegiatan amil zakat yang dapat diambil dari bagian amil, atau dari bagian fi sabilillah dalam batas kewajaran, proporsional serta sesuai dengan kaidah islam.
2. Fatwa MUI No. 13/2011 tentang Hukum Zakat atas Harta Haram, di mana zakat harus ditunaikan dari harta yang halal baik jenis maupun cara perolehannya.
3. Fatwa MUI No. 14/2011 tentang Penyaluran Harta Zakat dalam bentuk Aset Kelolaan. Yang dimaksud aset kelolaan adalah sarana dan atau prasarana yang diadakan dari harta zakat dan secara fisik berada di dalam pengelolaan pengelola sebagai wakil mustahik zakat, sementara manfaatnya diperuntukkan bagi mustahik zakat. Jika digunakan oleh bukan mustahik zakat, maka pengguna harus membayar atas manfaat yang digunakannya dan diakui sebagai dana kebajikan oleh amil zakat.
4. Fatwa MUI No.15/2011 tentang Penarikan, Pemeliharaan, dan Penyaluran Harta Zakat. Tugas amil zakat adalah melakukan penghimpunan, pemeliharaan dan penyaluran. Jika amil menyalurkan zakat tidak langsung kepada mustahik zakat, maka tugas amil dianggap selesai pada saat mustahik zakat menerima dana zakat. Amil harus mengelola zakat sesuai dengan prinsip syariah dan tata kelola yang baik. Penyaluran dana zakat muqayyadah, apabila membutuhkan biaya tambahan dapat dibebankan kepada muzakki.
2.4.1 Akuntansi untuk Zakat
1. Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset nonkas diterima dan diakui sebagai penambah dana zakat. Jika diterima dalam bentuk kas, diakui sebesar jumlah yang diterima tetapi jika dalam bentuk nonkas sebesar nilai wajar aset.
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Aset Nonkas ( nilai wajar ) xxx
Cr. Penerimaan Zakat xxx
2. Jika muzakki menentukan mustahik yang menerima penyaluran zakat melalui amil, maka tidak ada bagian amil atas zakat yang diterima dan amil dapat menerima ujrah atas kegiatan penyaluran tersebut.
Jika atas jasa tersebut amil mendapatkan ujrah/fee maka diakui sebagai penambah dana amil. Jurnal saat mencatat penerimaan fee:
Dr. Kas xxx
Cr. Penerimaan Dana Amil xxx
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 9
3. Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai:
a. Pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil.
Jurnal:
Dr. Penurunan Nilai Aset xxx
Cr. Aset nonkas xxx
b. Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.
Jurnal:
Dr. Kerugian penurunan Nilai-Dana Amil xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
4. Zakat yang disalurkan kepada mustahik diakui sebagai pengurang dana zakat dengan keterangan sesuai dengan kelompok mustahik termasuk jika disalurkan kepada amil, sebesar:
a. Jumlah yang diserahkan, jika pemberian dilakukan dalam bentuk kas.
Jurnal:
Dr. Penyaluran Zakat-Dana Amil xxx
Dr. Penyaluran zakat-Mustahik Non-Amil xxx
Cr. Kas xxx
b. Jumlah tercatat, jika pemberian dilakukan dalam bentuk aset nonkas.
Jurnal:
Dr. Penyaluran Zakat-Dana Amil xxx
Dr. Penyaluran Zakat- Mustahik Non-Amil xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
5. Amil berhak mengambil bagian dari zakat untuk menutup biaya operasional dalam menjalankan fungsinya.
Jurnal:
Dr. Beban-Dana Fisabilillah xxx
Cr. Kas xxx
6. Beban penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari porsi amil.
Jurnal:
Dr. Beban-Dana Amil xxx
Cr. Kas xxx
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 10
7. Zakat dikatakan telah disalurkan kepada mustahik-non-amil hanya bila telah diterima oleh mustahik-non-amil tersebut. Apabila zakat disalurkan melalui amil lain diakui sebagai piutang penyaluran dan bagi amil yang menerima diakui sebagai liabilitas penyaluran. Piutang dan liabilitas penyaluran akan berkurang ketika zakat disalurkan. Amil lain tidak berhak mengambil bagian dari dana zakat, namun dapat memperoleh ujrah dari amil sebelumnya.
Jurnal penyaluran zakat melalui amil lain:
Dr. Piutang Penyaluran Zakat xxx
Cr. Kas xxx
Jurnal ketika amil lain menyalurkan pada mustahik non-amil:
Dr. Penyaluran Zakat-Mustahik xxx
Cr. Piutang Penyaluran Zakat xxx
Jurnal pembayaran ujrah kepada amil lain:
Dr. Beban-Dana Amil xxx
Cr. Kas xxx
8. Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap (aset kelolaan) misalnya mobil ambulan, rumah sakit diakui sebagai:
a. Penyaluran zakat seluruhnya, jika aset tetap tersebut diserahkan untuk dikelola kepada pihak lain yang tidak dikendalikan amil.
Jurnal ketika membeli aset tetap:
Dr. Aset Tetap xxx
Cr. Kas xxx
Jurnal ketika menyalurkan aset tetap tersebut:
Dr. Penyaluran Zakat-Mustahik xxx
Cr. Aset Tetap xxx
b. Penyaluran zakat secara bertahap diukur sebesar penyusutan aset tetap tersebut sesuai dengan pola pemanfaatannya, jika aset tetap tersebut masih dalam pengendalian amil atau pihak lain yang dikendalikan amil.
Jurnal ketika membeli aset tetap:
Dr. Aset Tetap xxx
Cr. Kas xxx
Jurnal penyaluran bertahap:
Dr. Penyaluran Zakat-Beban Depresiasi xxx
Cr. Akumulasi Penyusutan xxx
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 11
Jurnal ketika sudah disalurkan sepenuhnya:
Dr. Akumulasi Penyusutan xxx
Cr. Aset Tetap xxx
9. Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetapi tidak terbatas pada:
a. kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran zakat dan mustahik non-amil;
b. kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahiq nonamil, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan;
c. metode penentuan nilai wajar yanng digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset nonkas;
d. rincian jumlah penyaluran dana zakat untuk masing-masing mustahik;
e. penggunaan dana zakat dalam bentuk aset kelolaan yang masih dikendalikan oleh amil atau pihak lain yang dikendalikan amil, jika ada, diungkapkan jumlah dan persentase terhadap seluruh penyaluran dana zakat serta alasannya; dan
f. hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dan mustahik yang meliputi:
1) sifat hubungan istimewa;
2) jumlah dan jenis aset yang disalurkan; dan
3) persentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode.
g. keberadaan dana nonhalal, jika ada, diungkapkan mengenai kebijakan atas penerimaan dan penyaluran dana, alasan, dan jumlahnya; dan
h. kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana infak/sedekah.
2.4.2 Akuntansi untuk infak/sedekah
1. Penerimaan infak/sedekah diakui pada saat kas atau asset nonkas diterima dan diakui sebagai penambah dana infak/sedekah terikat atau tidak terikat sesuai tujuan pemberiannya.
Jika diterima dalam bentuk kas, diakui sebesar jumlah yang diterima tetapi jika dalam bentuk nonkas sebesar nilai wajar.
Untuk penerimaan aset nonkas dapat dikelompokkan menjadi aset lancar atau aset tidak lancar. Aset lancar adalah aset yang harus segera disalurkan, dan dapat berupa bahan habis pakai seperti bahan makan; atau barang yang memiliki manfaat jangka panjang misalnya mobil untuk ambulan. Aset nonkas lancar dinilai sebesar nilai perolehan.
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 12
Jurnal:
Dr. Kas xxx
Dr. Aset Nonkas (nilai perolehan)-Lancar xxx
Cr. Penerimaan Infak/Sedekah xxx
2. Aset tidak lancar yang diterima dan diamanahkan untuk dikelola oleh amil dinilai sebesar nilai wajar dan diakui sebagai aset tidak lancar infak/sedekah. Penyusutan dari aset tersebut diperlakukan sebagai pengurang dana infak/sedekah terikat apabila penggunaan atau pengelolaan aset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi.
Jurnal:
Dr. Aset Nonkas (Nilai Wajar)-Tidak Lancar xxx
Cr. Penerimaan Infak/Sedekah xxx
Dr. Penyaluran Infak/Sedekah-Beban Depresiasi xxx
Cr. Akumulasi Depresiasi xxx
3. Penurunan nilai aset infak/sedekah diakui sebagai:
a. pengurang dana infak/sedekah, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil.
Jurnal:
Dr. Penurunan Nilai xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
b. kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.
Jurnal:
Dr. Kerugian Penurunan Nilai-Dana Amil xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
4. Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana pengelolaan diakui sebagai penambah dana infak/sedekah.
Dr. Kas xxx
Cr. Hasil Pengelolaan-Infak/sedekah xxx
5. Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana infak/sedekah sebesar:
a. jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas.
Jurnal:
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 13
Dr. Penyaluran Infak/Sedekah xxx
Cr. Kas xxx
b. nilai tercatat aset yang diserahkan, jika dalam bentuk aset nonkas.
Jurnal:
Dr. Penyaluran Infak/Sedekah xxx
Cr. Aset Nonkas xxx
6. Penyaluran infak/sedekah oleh amil kepada amil lain merupakan penyaluran yang mengurangi dana infak/sedekah sepanjang amil tidak akan menerima kembali aset infak/sedekah yang disalurkan tersebut.
Jurnal:
Dr. Penyaluran Infak/Sedekah xxx
Cr. Kas xxx
7. Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana bergulir dicatat sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan tidak mengurangi dana infak/sedekah.
Jurnal:
Dr. Piutang-Dana Bergulir xxx
Cr. Kas xxx
8. Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi infak/sedekah, tetapi tidak terbatas pada:
a. kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan penerima;
b. kebijakan pembagian antara dana amil dan dana non-amil atas penerimaan infak/sedekah, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan;
c. metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan infak/sedekah berupa aset nonkas;
d. keberadaan dana infak/sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi dikelola terlebih dahulu, jika ada, maka harus diungkapkan jumlah dan persentase dari seluruh penerimaan infak/sedekah selama periode pelaporan serta alasannya;
e. hasil yang diperoleh dari pengelolaan yang dimaksud huruf (d) diungkapkan secara terpisah;
f. penggunaan dana infak/sedekah menjadi aset kelolaan yang diperuntukkan bagi yang berhak, jika ada, jumlah dan persentase terhadap seluruh penggunaan dana infak/sedekah serta alasannya;
g. rincian dana infak/sedekah berdasarkan peruntukannya, terikat dan tidak terikat;
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 14
h. hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dengan penerima infak/sedekah yang meliputi:
1) sifat hubungan istimewa;
2) jumlah dan jenis aset yang disalurkan; dan
3) persentase dari aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode.
i. keberadaan dana nonhalal, jika ada, diungkapkan mengenai kebijakan atas penerimaan dan penyaluran dana, alasan, dan jumlahnya; dan
k. kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana infak/sedekah.
2.5 Pengertian Wakaf
Kata “wakaf” atau “waqf” berasal dari bahasa Arab “Waqafa”. Asal kata “Waqafa”
berarti “menahan” atau “berhenti” atau “diam di tempat” atau “tetap berdiri”. Sedangkan
menurut istilah, ahli fiqh berbeda dalam mendefinisikannya. Menurut Abu Hanifah,
wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap milik si wakif dalam
rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan. Mazhab Maliki berpendapat
bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif,
namun wakaf tersebut mencegah wakif melakukan tindakan yang dapat melepaskan
kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan wakif berkewajiban
menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali wakafnya. Mazhab
Syafi’i dan Ahmad bin Hambal berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang
diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan.
Perbedaan Wakaf dengan Sadaqah/Hibah
Wakaf Infaq/Sadaqah/HibahMenyerahkan kepemilikan suatu barang kepada orang lain
Menyerahkan kepemilikan suatu barang kepada pihak lain
Hak milik atas barang dikembalikan kepada Allah
Hak milik atas barang diberikan kepada penerima sadaqah/hibah
Objek wakaf tidak boleh diberikan atau dijual kepada pihak lain
Objek sadaqah/hibah boleh diberikan atau dijual kepada pihak lain
Manfaat barang sisanya dinikmati untuk kepentingan sosial
Manfaat barang dinikmati oleh penerima sadaqah/hibah
Objek wakaf biasanya kekal Zatnya Objek sadaqah/hibah tidak harus kekal Zatnya
Pengelolaan objek wakaf diserahkan kepada administratur yang disebut nadzir/mutawalli
Pengelolaan objek sadaqah/hibah diserahkan kepada si penerima
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 15
BAB III
PENUTUP3.1 Kesimpulan
Dari makalah dapat disimpulkan bahwa selain untuk membersihkan harta, zakat, sedekah, infak maupun wakaf sangatlah berperan di dalam membantu perekonomian umat. Maka dalam pengelolaannya harusnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga dana yang terkumpul menjadi produktif dan berdaya guna penuh bagi kemashlahatan umat.
3.2 Saran
Kami menyarankan agar seluruh pengelola zakat, infaq, serta shadaqah, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak, dapat memberikan transparansi terhadap seluruh informasi yang ada kepada masyarakat, sehingga dapat mendorong masyarakat untuk berzakat, berinfaq, dan bershadaqah tanpa adanya kekhawatiran untuk diselewengkan.
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 16
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayarti Sri, Wasilah (2014). Akuntansi Syariah di Indonesia Edisi 4.Jakarta : Salemba
Empat.
Tihami dan Sohari Sahrani, (2007) Masail Al-Fiqhyah .Jakarta : Triarga Utama
Didin Hafihuddin, (2002). Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah. Jakarta : Gema
Insani.
KELOMPOK ZAKAT, INFAQ, SADAQAH DAN WAKAF 17