ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN BRINE DAN … 20090304.pdf · hanya timbul di zona dengan...
Transcript of ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN BRINE DAN … 20090304.pdf · hanya timbul di zona dengan...
JTM Vol. XVI No. 3/2009
167
ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN BRINE DAN
NANOFERROFLUIDS TERHADAP FAKTOR PEROLEHAN PADA
HEAVY OIL MELALUI PEMANASAN INDUKSI
ELEKTROMAGNETIK
Sudjati Rachmat1, Revia Nanda Putra
1
Sari
Heavy oil merupakan minyak yang sangat berat dengan viskositas yang tinggi sehingga sangat sulit untuk mengalir ke
permukaan. Padahal potensi heavy oil ini sangat besar sekali di dunia yaitu sekitar lebih dari dua kali potensi minyak
konvensial (light oil). Untuk itu, keberadaan metode yang efektif dan ekonomis dalam membantu memproduksikannya ke
permukaan sangat diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan minyak global. Pemanasan induksi elektromagnetik telah
menjadi metode yang cukup menjanjikan saat ini dengan mampu menghasilkan panas secara langsung di dalam reservoir
tanpa adanya proses pembakaran. Namun , metode ini hanya bekerja dengan baik pada materi berkonduktivitas tinggi.
Karena heavy oil memilki konduktivitas yang rendah maka digunakan brine dan nanoferrofluids sebagai stimulan dalam
percobaan ini. Tujuan percobaan ini adalah untuk melihat pengaruh penggunaan beberapa stimulan terhadap perolehan
minyak dengan menggunakan pemanasan induksi elektromagnetik. Selain itu juga akan dibandingkan perolehan heavy oil-
nya pada berbagai konsentrasi brine yang berbeda. Hasil percobaan menunjukan bahwa core dengan 50 derajat salinitas
brine memberikan perolehan yang paling besar yaitu sebesar 42 % dan 38 %. Sedangkan brine dengan 30 derajat salinitas
memiliki perolehan sebesar 17-18 % dan yang paling rendah adalah brine dengan 20 derajat salinitas yang hanya
mencapai 6 % dan bahkan ada yang 0 %. Dengan ditambahkannya nanoferrofluid ke dalam core mampu meningkatkan
perolehan pada sampel heavy oil. Peningkatan terbesar terjadi pada core dengan brine 20 derajat salinitas yaitu terjadi
peningkatan sebesar 34-40 %.
Kata kunci : pemanasan induksi, brine, nanoferrofluids, heavy oil, faktor perolehan
Abstract
Heavy oil is kind of oil that have high viscosity so it is difficult to move to the surface. In fact, the potential of heavy oil is
very huge in the world is about more than twice the potential of conventional oil . Therefore, it need some method which
effective and economical to be applied in order to meet the global demands. Recently, induction heating has been promising
method because of the ability to generate heat direcly without any combustion process in the reservoir. Yet, this kind of
heating just work well on materials that have high conductivity and in contrary heavy oil has low conductivity. So, it is used
brine and nanoferrofluids as a stimulant in this experiment.The main purpose of this experiment is to investigate the effect of
using some stimulan toward recovery factor of heavy oil using induction heating. Beside that, also will be compared the
recovery factor among some kind salinity degree of brine.The result of this experiment showed that cores with 50 degree of
salinity brine give the highest recovery factor that is about 42 % dan 38 %. Meanwhile, brine with 30 degree of salinity has
the recovery factor about 17-18 % and the lowest is brine with 20 degree of salinity which get recovery factor about 6% and
even 0% . The existence of nanoferrofluids inside the core causes increasing the recovery factor of heavy oil. The largest
increase occurred in the core with 20 degree of salinity brine which is an increase of 34-40 %.
Keywords: induction heating, brine, nanoferrofluids, heavy oil, recovery factor
1) Program Studi Teknik Perminyakan ITB Email : [email protected].
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Kebutuhan dunia akan konsumsi minyak terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring
dengan semakin pesatnya perkembangan ekonomi
global. Untuk itu para pelaku industri perminyakan
harus terus berupaya untuk bisa memenuhi tuntutan
tersebut. Namun permasalahannya adalah produksi
minyak dibatasi oleh nilai recovery factor (RF),
yaitu suatu ratio yang menunjukan jumlah minyak
yang dapat diproduksikan ke permukaan. Nilai ini
akan membatasi jumlah minyak yang bisa
diproduksikan dengan mekanisme primery
recovery-nya. Besar kecilnya nilai perolehan
minyak ini sangat bergantung pada karakteristik
reservoir dan fluida nya serta jenis driving
mechanisme yang membantu memberikan tenaga
dorong kepada minyak tersebut untuk mengalir ke
permukaan.
Untuk bisa meningkatkan produksi kumulatif
minyak maka nilai perolehan ini harus ditingkatkan
semaksimal mungkin. Caranya adalah dengan
mengaplikasikan metode EOR (Enhanced Oil
Recovery) pada reservoir tersebut. Prinsipnya
dengan memberikan tenaga atau energi luar kepada
reservoir sehingga diharapkan tenaga tersebut dapat
membantu memberikan dorongan kepada minyak
untuk mengalir kepermukaan. Metodenya antara
lain: injeksi water, injeksi uap, insitu combustion,
surfactant, polimer, MEOR dan sebagainya yang
penerapannya tergantung kepada karakteristik
reservoir, fluida reservoir dan pertimbangan
keekonomian.
Heavy oil adalah minyak berat yang memiliki
viskositas yang sangat tinggi sehingga sangat sulit
Sudjati Rachmat, Revia Nanda Putra
168
untuk mengalir. Padahal heavy oil memilki
cadangan yang sangat besar yaitu lebih dua kali
besar dari cadangan minyak biasa (ligh oil).
Biasanya dilakukan injeksi uap dan pembakaran di
tempat (insitu combustion) dalam
memproduksikanya. Namun, dalam penerapannya
sangat tidak efektif dan kurang ekonomis. Untuk
itu diperlukan metoda yang lebih efisien dan
ekonomis untuk menangani minyak berat ini.
Dalam percobaan ini akan digunakan pemanasan
elektrik dengan memanfaatkan prinsip pemanasan
induksi oleh karena adanya garis-garis gaya magnet
di sekitar kumparan berarus listrik. Untuk
meningkatkan konduktivitas dari core maka akan
digunakan brine dan nanoferrofluids sebagai
stimulan.
1.2 Tujuan Adapun tujuan percobaan ini adalah:
1. Untuk melihat kemampuan induktor
elektromagnetik dalam memanaskan masing-
masing stimulan
2. Untuk melihat pengaruh penggunaan stimulan
dalam meningkatkan nilai perolehan heavy oil
melalui pemanasan induksi elektromagentik
3. Untuk membandingkan nilai perolehan pada
berbagai brine yang berbeda derajat
salinitasnya dan nilai perolehan dengan
menggunakan nanoferrofluids
1.3 Batasan Penelitian Dalam percobaan ini dibatasi hanya stimulan dan
konsentrasi brine yang akan mempengaruhi
pencapaian nilai perolehan sampel heavy oil.
Stimulan yang digunakan adalah brine dan
nanoferrofluids. Sedangkan brine yang digunakan
ada 3 (tiga) jenis konsentrasi yang berbeda yaitu
brine dengan 50, 30, dan 20 derajat salinitas.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan EOR
Enhanced Oil Recovery atau Peningkatan
Perolehan Minyak Tingkat Lanjut adalah
perolehan minyak yang berasal dari salah satu atau
beberapa metode pengurasan yang menggunakan
energi luar reservoir. Energi yang dipakai adalah
salah satu atau gabungan dari energi mekanik,
energi kimiawi dan energi panas (Siregar, 2000).
Tujuannya adalah untuk membantu meningkatkan
perolehan minyak setelah driving mechanism yang
bekerja pada reservoir tersebut sudah tidak mampu
lagi dalam memberikan tenaga untuk mendorong
minyak ke permukaan.
Jenis-jenis metodenya (Siregar, 2000)
adalah:
1. Injeksi tak bercampur, seperti injeksi air dan
injeksi gas
2. Injeksi tak tercampur, seperti injeksi gas CO2,
injeksi gas tak reaktif, injeksi gas diperkaya
dan injeksi gas kering
3. Injeksi kimiawi, seperti injeksi alkalin, injeksi
polimer, dan injeksi surfactant
4. Injeksi termik,seperti injeksi air panas, injeksi
uap dan pembakaran di tempat.
Proses pemilihan metode tersebut sangat
tergantung pada faktor-faktor berikut
(Siregar,
2001):
• Karakteristik reservoir
• Mekanisme pendorong
• Cadangan minyak tersisa
• Viskositas minyak
Khusus untuk minyak berat (heavy oil) dilakukan
thermal recovery dalam membantut meningkatkan
nilai RF-nya. Pada prinsipnya thermal recovery ini
memanfaatkan energi panas dalam menurunkan
viskositas heavy oil. Sehingga dengan penurunan
viskositas akan membuat heavy oil lebih mudah
untuk diproduksikan ke permukaan.
Thermal recovery ada dua jenis metode
(www.pdoc.com)
a. Steam processes
• Huff and puff
Metode ini membutuhkan injeksi uap panas
kedalam reservoir untuk menurunkan
viskositas dari minyak. Uap panas di
injeksikan langsung melalui sumur produksi.
Proses memanaskan minyak disekitar lubang
sumur menggunakan prinsip konduksi
sehingga untuk bisa memanaskan minyak
dalam skala reservoir membutuhkan waktu
tertentu. Untuk itu selama proses ini
berlangsung maka sumur di tutup sementara
waktu. Setelah beberapa hari maka sumur bisa
dibuka kembali untuk selanjutnya minyak
diproduksikan ke permukaan. Metode ini
hanya mampu mencapai RF sebesar 20% dari
IOIP.
• Steamflood
Metode ini membutuhkan injeksi uap secara
kontiniu melalui sumur injeksi. Metode ini
sangat cocok untuk reservoir yang memiliki
permeabilitas yang bagus dan sangat
direkomendasikan untuk yang tidak memiliki
dual porosity seperti adanya fracture karena
hal ini akan mengakibatkan uap yang
diinjeksikan akan dengan mudah mengalir ke
sumur produksi sehingga tidak cukup untuk
memanaskan minyaknya. Saat diinjeksikan ke
dalam reservoir maka uap tersebut akan
membentuk “bank” yang bergerak menyebar
menjauhi sumur injeksi menuju sumur
pruduksi. Dan perlahan akan mengalami
kondensasi membentuk hot water yang akan
membentu menurunkan viskositas minyak
Analisis Pengaruh Penggunaan Brine dan Nanoferrofluids terhadap Faktor Perolehan
pada Heavy Oil melalui Pemanasan Induksi Elektromagnetik
169
sehingga lebih mudah untuk mengalir.
Dibelakang “bank” ini akan terbentuk juga
akan terbentuk oil bank yang besama-sama
akan bergerak menuju sumur produksi.
b. In situ combustion
Metode ini membutuhkan pembakaran beberapa
minyak di dalam reservoir untuk menciptakan uap
panas dan gas. Metode ini direkomendasikan untuk
reservoir dengan permeabilitas yang besar.
Prosedurnya dengan menurunkan pemantik ke
dasar sumur injeksi dan oksigen diinjeksikan untuk
membantu menciptakan pembakaran. Akibat dari
pembakaran yang terjadi maka minyak yang tidak
terbakar akan menjadi lebih mobile karena
penurunan viskositas. Dan steam yang terbentuk
akibat dari pembakaran ini juga membantu
mendorong minyak menuju sumur produksi.
Sedangkan gas yang terbentuk akan bekerja
sebagaimana solution gas drive mechanisme
membantu memberikan tenaga dorong bagi
minyak.
2.2 Pemanasan Induksi Elektromagnetik Metode pemanasan listrik telah menjadi alternatif
baru dalam membantu memproduksikan heavy oil
ke permukaan. Prinsip metode ini sangat sederhana
yaitu dengan merubah energi listrik menjadi energi
panas di dalam reservoir. Energy panas yang
terbentuk akan dimanfaatkan untuk memanaskan
heavy oil agar viskositasnya menjadi lebih rendah.
Adapun sumber tenaga listriknya berupa arus bolak
balik (AC) atau arus langsung (DC) yang berasal
dari permukaan dan ditransmisikan lewat kabel
atau selubung (casing) dalam sumur.
Salah satu metode dalam pemanasan elektrik ini
adalah pemanasan induksi elektromagnetik.
Pemanasan tipe ini memanfaatkan gelombang
elektromagnetik berupa garis-garis medan magnet
untuk memanaskan material yang memiliki
konduktivitas.
Mekanismenya:
• Jika kawat konduktor dibentuk kumparan
dengan dialiri arus AC pada frekuensi tertentu
(induktor) dan di dekatnya diletakkan materi
yang memilki konduktivitas, maka materi
tersebut akan menerima pengaruh gelombang
elektromagnetik dari induktor berupa medan
magnet lalu akibat medan magnet tersebut
akan menghasilkan arus eddy dalam materi
• Setiap materi konduktiv biasanya memiliki
hambatan listrik, dan arus yang mengalir
dalam materi tersebut akan menghasilkan daya
sebesar:
P=I2×R,
dimana P adalah daya, I untuk arus, dan R
untuk hambatan, daya inilah yang keluar
sebagai panas.
Dalam pemanasan induktif electromagnet ini, arus
eddy yang ditimbulkan tidak memerlukan kontak
langsung antara reservoir dan induktor. Panas
hanya timbul di zona dengan konduktivitas tinggi.
Hal ini membuatnya lebih efektif dan menjadi
layak pakai secara ekonomis dan teknis.
Konduktivitas termal adalah kemampuan suatu
material untuk mengantarkan panas yang ditandai
dengan besaran W.K-1
m-1
. Besar kecilnya nilai
konduktivats ini bergantung pada jenis materialnya
(www.engineeringtoolbox.com).
2.3 Heavy Oil Heavy oil adalah tipe crude oil yang sangat viskos
dan sulit untuk mengalir. Derajat API-nya lebih
kecil dari 20 atau lebih besar 0.933 dalam skala
spesifik gravity (www.pdoc.com).
Karekteristik umum heavy oil ini adalah
(www.pdoc.com):
• high specific gravity,
• perbandingan H/C kecil,
• high carbon residu,
• kandungan asphaltine tinggi,
• mengandung metal, sulphur dan nitrogen.
2.4 Brine
Brine merupakan larutan yang dibuat dengan
mencampurkan air dan garam dengan perbandingan
tertentu. Besar kecilnya perbandingan antara air
dan garam akan menentukan dalam derajat salinitas
nya. Semakin tinggi derajat salinitasnya maka
konduktivitasnya akan semakin tinggi.
2.5 Nanoferrofluids
Nanoferrofluid adalah campuran koloid antara
ferromagnetic atau ferrimagnetic pada skala nano.
Partikelnya berukuran 10 nm atau lebih kecil yang
dilapisi surfaktan seperti asam oleic/citric untuk
menghindari aglomerasi dan gaya magnet. Karena
partikelnya yang kecil dan dengan pelapisan itulah
maka nanoferrofluids ini bisa bersifat cairan,
terdispersi dan tidak bersedimentasi
(www.en.wikipedia.org).
Nanoferrofluids bersifat stabil artinya tidak akan
terjadi agglomerasi dan pemisahan fasa pada
medan magnet yang kuat.
Nanoferrofluids mempunyai dua state
(www.en.wikipedia.org):
1. Solid : partikel besi dalam ukuran nano
2. Liquid : air atau minyak.
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah :
• Induktor elektromagnetik
Sudjati Rachmat, Revia Nanda Putra
170
• Slim tube apparatus
• Pompa vakum
• Timbangan elektrik
• Jangka sorong
• Stopwatch
• Infrared termometer
• Picnometer
• Gelas ukur
• Gelas kimia
• Tabung reaksi
3.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan:
• Heavy oil
• Brine (50, 30, dan 20 derajat salinitas)
• Nanoferrofluids
• Artificial core
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
4.1 Pembuatan Larutan Brine
Larutan brine dibuat dengan mencampurkan air
dengan garam berdasarkan perbandingan tertentu
sesuai dengan besarnya derajat salinitas yang
diinginkan. (Lihat Tabel 8 pada lampiran)
NaCl( l ) NaCl( s ) + H2O( l )
Selanjutnya brine dihitung densitasnya dengan
menggunakan picnometer.
Diamana:
� �������� ��� –
����� ����
���� ( 1 )
4.2 Pengukuran Propertis Heavy Oil � Densitas
Untuk mengukur densitas heavy oil digunakan
picnometer yang prosedurnya sama dengan
pengukuran densitas brine di atas
� Viskositas
Viskositas heavy oil diukur dengan
menggunakan Fann VG Meter. Dengan alat ini
didapatkan skala (dial) untuk masing-masing
kecepatan rotor, yaitu 3, 6, 100, 200, 300 dan
600 RPM pada berbagai temperature.
Sehingga didapatkan:
�� ��.���� ��
�.��� � ( 2 )
Keterangan:
�! � "#�� $ "%�� ( 3 )
Keterangan:
4.3 Uji Temperatur
Prosedurnya:
1. Setiap stimulan (brine 20, 30, dan 50 derajat
salinitas serta nanoferrofluids) dimasukan ke
dalam tabung reaksi
2. Setiap tabung reaksi yang sudah berisi masing-
masing stimulan kemudian diletakkan di
tengah lilitan kawat pada induktor
3. Nyalakan induktor elektromagnetik
4. Perubahan suhu pada masing-masing stimulan
diamati setiap 10 detik selama 3 menit dengan
menggunakan infrared thermometer.
4.4 Penentuan RF
1. Pembuatan Artificial Core
Langkah-langkah dalam pembuatan core
adalah sebagai berikut:
1. Siapkan pasir dengan ukuran yang
seragam, dibersihkan dan kemudian
dikeringkan didalam oven
2. Siapkan semen bangunan biasa
3. Siapkan cetakan core dari pipa paralon
dengan diameter 1 inch dan panjang 2,5
inch sebanyak yang dibutuhkan
4. Lapisi bagian dalam cetakan dengan
gemuk
5. Takar berat pasir sesuai kebutuhan
6. Takar berat semen dengan perbandingan
20% dari berat total (pasir+semen)
7. Campurkan dan beri air sedikit-sedikit
sampai adonan tersebeut sudah keliatan
sedikit basah
8. Cetak dalam cetakan
9. Keringkan selama 2 hari
10. Keluarkan core dari cetakan
11. Ratakan bagian atas dan bawah core
12. Oven selama kurang lebih saru hari
13. Catat ukuran core dan berat keringnya
2. Penjenuhan Core
Core yang sudah jadi dijenuhkan dengan
larutan brine selama kurang lebih 24 jam
dengan menggunakan pompa vakum. Setelah
itu dicacat berat basahnya. Kemudian dihitung
porositas core dengan menggunakan metode
liquid saturation.
Dimana:
Ø � �� � �&'�
��('� �&'� ) 100 % ( 4 )
-!./0 ���1�12 3
��� ��
4� �� ( 5 )
-5678 � 9�:;� <
� ( 6 )
Analisis Pengaruh Penggunaan Brine dan Nanoferrofluids terhadap Faktor Perolehan
pada Heavy Oil melalui Pemanasan Induksi Elektromagnetik
171
3. Pendesakan Core
Untuk menginjeksikan heavy oil ke dalam
core yang sudah tersaturasi dengan brine
digunakan slim tube apparatus dimana
heavy oil-nya didorong dengan
menggunakan Hg. Brine yang tersisa
didalam core dianggap sebagai residual
water saturation ( Swr ). Sedangkan pori
yang ditinggalkan oleh brine tersebut
diasumsikan terisi dengan sempuna oleh
heavy oil. Sehingga oil saturation (So)
adalah satu dikurangi Swr-nya. Karena
heavy oil-nya beku dalam suhu ruangan
maka saat diinjeksikan kedalam core
heavy oil harus dipanaskan dulu dengan
heater sampai pada suhu yang
memungkinkan heavy oil tersebut berada
pada posisi cair. Dalam hal ini cukup
dipanaskan sampai suhu 40oC. Setelah
proses injeksi selesai, core didinginkan
selama kurang lebih setengah hari untuk
mengembalikan ke suhu ruangan.
4. Pemanasan Core
Proses pemanasan core dilakukan dengan
menggunakan inductor elektromagnetik.
Core diletakan di tengah lilitan kawat pada
inductor. Posisinya dikondisikan
sedemikian rupa agar lilitan kawat tepat
berada di area tengah core sehinga
memungkinkan pemerataan pemanasan
pada saat proses pemanasan berlangsung.
Proses pemanasan dilakukan selama 3
menit. Rangkaian alatnya dapat dilihat
pada Gambar 9 dan 10 di bagian
lampiran.
5. Produksi
Core kemudian dipindahkan kedalam core
holder. Agar heavy oil tidak cepat dingin
saat berada di dalam core holder maka
core holdernya dipanaskan dengan
temperature 500C. Temperatur ini tidak
melebihi temperature core setelah
dipanaskan. Untuk memudahkan heavy oil
mengalir ke bawah maka diberikan
tekanan dari atas sebesar 50 psi sedangkan
confining pressure nya dipertahankan
pada 150 psi. Proses pemindahan kedalam
core holder bisa memakan waktu sekitar
1-2 menit. Sedangkan proses produksi
sendiri dilakukan selama 5 menit. Heavy
oil yang tertampung di dalam gelas ukur
kemudian dihitung volumenya.
Volume tersebut kemudian dicatat sebagai
heavy oil yang terproduksikan akibat
pemanasan induksi elektromagnetik.
=> ��.76�? !/.:68@0 ��7�
�.76�? �A�7 ��7� (7)
Confining pressure diberikan dari samping
core holder dan diposisikan sebagai
tekanan overburden. Tekanan ini
bertujuan selain menggambarkan kondisi
reservoir sebenarnya juga bertujuan untuk
mencegah heavy oil mengalir ke arah
samping core holder.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Percobaan
• Densitas brine
Tabel 1. Densitas brine
Brine Densitas (gram/ml)
20 salinitas 1.0294
30 salinitas 1.0523
50 salinitas 1.0872
• Densitas dan viscositas heavy oil
Densitas heavy oil diukur pada suhu 1050
F dan didapatkan hasil sebesar 0.969
gram/ml. Sedangkan viskositas nya dapat
dilihat di tabel dibawah.
Tabel 2. Viskositas heavy oil
Temperatur (oC ) Viscositas (cp)
29 75
48.9 43
60 30
82.2 22
• Uji pemanasan terhadap stimulan
Tabel 3. Uji pemanasan terhadap stimulant
Time
(s)
Heat Brine
(oC )
Heat
Nanoferro
fluid (oC) 20 30 50
10 23.6 25.4 26.2 27.8
20 24.2 26.4 27.4 29.6
30 25.2 27.6 29.2 31.2
40 26.2 28.6 30.8 32.8
50 27.6 30 32.6 34.4
60 28.8 31.6 34.2 36.6
70 30.6 32.8 36.2 38.2
80 31.6 34 38.4 40
90 33.4 35.4 39.8 41.8
100 34.4 36.8 41.4 43.8
110 35.6 38 43.2 46.2
120 36.6 39.2 44.6 48.4
130 37.8 40.4 46.6 50
140 39.4 41.6 47.8 51.8
150 40.4 42.8 49.2 53.4
Sudjati Rachmat, Revia Nanda Putra
172
160 41.6 43.6 50.6 54.6
170 42.6 44.8 52.2 56.4
180 43.6 45.8 53.4 57.6
• Faktor perolehan
Tabel 4. RF pada core dengan brine 50 derajat
salinitas
No
Core
V awal
(ml)
V
produksi
(ml)
Faktor
Perolehan
1 2.4 0.9 0.38
2 2.6 1.1 0.42
Nano1 1.9 0.9 0.47
Tabel 5. RF pada core dengan brine 30
derajat salinitas
No Core
V
awal
(ml)
V
produksi
(ml)
Faktor
Peroleha
n
7 1.2 0.2 0.17
9 1.1 0.2 0.18
Nano2 1.9 0.8 0.42
Tabel 6. RF pada core dengan brine 20 derajat
salinitas
No
Core
V awal
(ml)
V produksi
(ml)
Faktor
Perolehan
11 1.2 0.08 0.06
12 1.1 0 0
Nano3 3 1.2 0.4
Keterangan: Core dengan label Nano1 ,2, dan 3
adalah core yang telah dicampurkan dengan
nanoferrofluids.
5.2 Pembahasan
Heavy oil merupakan minyak dengan viskositas
yang sangat tinggi sehingga memiliki tingkat
resistensi yang besar untuk mengalir. Sehingga
untuk mempermudah dalam memproduksikannnya
ke permukaan, sangat penting untuk menurunkan
viskositasnya. Dan pemanasan adalah salah satu
cara yang dapat digunakan untuk menurunkan
viskositas tersebut.
Metode yang biasa digunakan dalam hal ini adalah
stimulasi uap dan pembakaran di tempat (in situ
combustion). Sayangnya kedua metode tersebut
memiliki beberapa kelemahan.
Menurut Sahni (2000) ada beberapa kelemahan
pada stimulasi uap, yaitu:
• Bila formasi sangat dalam dimana panas yang
hilang di dalam sumur terlalu banyak dan yang
tersisa tidak cukup memanaskan formasi
reservoir.
• Formasi yang tipis (ketebalan <30m) sehingga
sebagian besar panas hilang ke formasi tanpa
minyak.
• Situasi dimana pembuatan dan injeksi uap
tidak diterima oleh lingkungan
• Formasi dengan permeabilitas rendah dimana
fluida yang diinjeksi susah untuk berpenetrasi
ke dalam reservoir
• Sifat reservoir yang heterogen sehingga adanya
permeabilitas yang tinggi atau rekahan
membuat uap mengalami terobosan lebih dini
(early breakthrough) yang tentunya
mengurangi sapuan.
Sedangkan pada in situ combustion selain susah
dalam mengontrol muka api juga terkendala pada
banyaknya gas kimia beracun yang dihasilkan dari
proses pembakaran tersebut. Untuk itu diperlukan
suatu metode alternatif untuk bisa mengatasi
kekurangan dua metode itu.
Pemanasan induksi elektromagnetik mampu
mengatasi hal tersebut karena selain panasnya
ditimbulkan langsung di reservoir sehingga
meminimalisir heat loss juga tidak memerlukan
pembakaran untuk menghasilkan panas sehingga
lebih aman dalam penerapannya.
Untuk menjalankan mekanisme pemanasan induksi
elektromagnetik ini dalam percobaan hanya
membutuhkan sebuah induktor berupa kumparan
kawat konduktor yang dialiri oleh arus AC
berfrekuensi rendah yaitu 50 kHz. Garis-garis gaya
magnet atau medan magnet yang ditimbulkan
disekitar kumparan tersebutlah yang nantinya
mampu menghasilkan panas pada material-material
yang mempunyai konduktivitas tinggi dengan
sebuah mekanisme tertentu. Tidak perlu adanya
kontak antara induktor dengan material untuk
menghasilkan panas tersebut. Panas yang
ditimbulkan hanya akan terjadi pada zone yang
konduktivitasnya tinggi sehingga lebih layak pakai
secara ekonomis dan teknis.
Minyak adalah material yang memiliki resistivitas
yang besar sehingga koduktivitasnya relatif kecil.
Untuk itu, agar proses pemanasannya lebih
maksimal dengan induktor elektromagnetik ini
maka diperlukan material lain yang lebih konduktif
sebagai perantara dengan harapan panas dari
material ini nantinya akan di transfer ke minyak
dalam hal ini heavy oil. Sehingga panas tersebut
nantinya akan menurunkan viskositas dari heavy
oil.
5.2.1 Sampel Heavy Oil
Analisis Pengaruh Penggunaan Brine dan Nanoferrofluids terhadap Faktor Perolehan
pada Heavy Oil melalui Pemanasan Induksi Elektromagnetik
173
Sampel heavy oil yang digunakan dalam
percobaan ini berasal dari salah satu lapangan di
Indonesia. Heavy oil ini memiliki densitas yang
sangat tinggi yaitu 0.969 gram/ml pada suhu 105o
F. Dan pada Tabel 2 dapat dilihat juga bahwa
viskositasnya sebesar 75 cp pada temperatur 29 o
C
dan semakin menurun seiring dengan kenaikan
temperatur.
Sementara itu, pada temperature ruangan sampel
heavy oil ini berada dalam kondisi beku dan tidak
bisa bergerak atau mengalir sama sekali. Hal ini
mengindikasikan bahwa sampel minyak ini
merupakan heavy oil yang sangat viskos. Pada
Gambar 6 dapat dilihat bahwa viskositas sampel
menurun sangat signifikan sampai temperature
60oC sedangkan pada temperatur di atasnya
penurunannya menjadi lebih sedikit. Hal ini berarti
bahwa pemanasan hanya akan efektif sampai
sekitar temperatur 60oC saja. Sedangkan diatas
temperatur tersebut hanya akan menurunkan sedikit
viskositas saja.
Dari percobaan dapat dilihat bahwa pemanasan
mampu menurunkan viskositas dari heavy oil
tersebut. Hal ini diakibatkan karena pemanasan
dapat meningkatkan energi kinetik masing-masing
molekul sehingga berakibat pada perubahan dari
fraksi-fraksi berat dari fluida menjadi fraksi-fraksi
ringan yang kemudian menyebabkan jarak antara
partikelnya semakin renggang, sehingga
mengakibatkan fluida tersebut lebih mudah untuk
mengalir (viskositasnya mengecil).
5.2.2 Stimulan Stimulan digunakan dalam percobaan ini sebagai
media penghantar panas kepada heavy oil. Untuk
itu, sangat penting untuk menggunakan material
yang memilki konduktivias yang relatif besar.
Selain itu juga harus memilki karakteristik yang
memungkinkan untuk bisa dimasukan kedalam
core.
Brine merupakan larutan campuran antara garam
dengan air pada perbandingan tertentu. Besar
kecilnya kadar garam dalam larutan tersebut
ditunjukan oleh derajat salinitas dimana semakin
besar kadar garamnya maka derajat salinitas nya
akan semakin besar pula. Salain itu semakin besar
derajat salinitas akan semakin besar kemampuan
brine tersebut dalam menghantarkan listrik
sehingga akan semakin kecil resistivitinya.
Semakin kecil resistivity menunjukan semakin
besar konduktivitasnya.
Besar kecilnya kadar garam dalam brine dapat
dibedakan dengan derajat salinitas. Dimana
semakin tinggi derajat salinitasnya maka
menunjukan kadar garam yang semakin banyak
dalam brine tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat di bagian lampiran.
Selain itu, banyaknya kadar garam dalam brine
dapat kita validasi dengan densitas dari brine
tersebut. Karena semakin banyak kadar garamnya
tentu saja akan semakin berat brine tersebut atau
densitasnya akan semakin tinggi. Dari Tabel 1
dapat kita lihat bahwa brine dengan 50 derajat
salinitas memiliki densitas yang paling besar yaitu
sebesar 1.0872 gram/mililiter sedangkan brine
dengan 20 derajat salinitas memilki densitas yang
paling kecil yaitu sebesar 1.0294 gram/milliliter.
Pada dasarnya nanoferrofluids adalah sebuah
logam yaitu besi. Hanya saja karena partikel besi
yang digunakan adalah dalam ukuran nanometer
maka apabila dicampurkan dengan air tentu saja
partikel besi tersebut tidak akan kelihatan secara
kasat mata. Secara fisik larutan nanoferro ini tidak
ada perbedaan dengan sampel minyak yang
digunakan yaitu cair dan berwarna hitam pekat.
Karena larutan ini adalah partikel besi maka tentu
saja konduktivitasnya akan lebih tinggi dari pada
brine.
Pada akhirnya kedua larutan tersebut digunakan
selain karena memilki konduktivitas yang tinggi
juga bersifat cair dan memilki partikel yang sangat
kecil sehingga mudah dalam pengkondisiannya di
dalam core.
5.2.3 Temperatur Stimulan
Pada bagian percobaan uji temperatur
dibandingkan kecepatan pemanasan masing-masing
stimulan dengan proses pemanasan induksi ini.
Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3 ataupun
pada Gambar 7 semakin tinggi derajat salinitas dari
larutan brine maka pemanasannya menjadi semakin
lebih cepat. Dalam waktu pemanasan selama 180
detik, brine dengan 50 derajat salinitas mencapai
temperature 53.40C sedangkan brine dengan 30
derajat salinitas mencapai suhu 45.80C dan
temperature terendah dicapai oleh brine dengan 20
derajat salinitas yaitu sebesar 43.60C saja.
Sedangkan nanoferrofluids memilki temperatur
yang paling tinggi dari semua stimulan yang
digunakan yaitu sebesar 57.60C.
Pemanasan induksi elektromagnetik sangat
dipengaruhi oleh besarnya nilai konduktivitas suatu
material. Semakin besar nilai konduktivitas suatu
material maka pemanasan dengan induksi ini akan
semakin cepat.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Elektron bebas adalah salah satu agen
pembawa panas di dalam material, khusunya
logam.
• Material berkonduktivitas tinggi berarti
memilki lebih banyak elektron bebas
Sudjati Rachmat, Revia Nanda Putra
174
• Semakin banyak elektron bebas berarti akan
memperbesar arus eddy yang mengalir di
dalam material tersebut jika didekatkan pada
induktor elektromagnetik
• Semakin besar arus eddy yang terbentuk tentu
saja akan semakin besar panas yang dihasilkan.
Begitu juga halnya dengan brine. Seperti sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa semakin banyak
kadar garam akan semakin tinggi konduktivitasnya.
Sehingga dari hasil percobaan pada berbagai
derajat salinitas brine tersebut didapatkan bahwa
brine dengan 50 derajat salinitas memiliki
temperatur yang paling tinggi diantara brine yang
lain setelah dipanaskan selama 180 detik.
Sedangkan nanoferrofluids karena
konduktivitasnya lebih tinggi daripada brine maka
pemanasanya menjadi yang paling cepat. Walaupun
perbedaannya tidak terlalu besar.
Oleh karena brine selalu ditemukan bersamaan
dengan minyak maka seharusnya nanoferrofluids
harus diinjeksikan kedalam core yang sebelumnya
telah dijenuhkan dengan brine terlebih dahulu.
Sehingga nantinya bisa dibandingkan faktor
perolehan antara core dengan brine saja dengan
core yang telah diinjeksikan nanoferrofluids.
Namun, pada percobaan ini nanoferrofluids tidak
diinjeksikan kedalam core, tapi dicampurkan
dengan adonan core sewaktu proses pembuatan
core. Untuk satu cetakan core ditambahkan sekitar
1.5 ml nanoferrofluids. Jadi partikel-pertikel besi
dari larutan ini akan menempel langsung pada
butir-butir pasir pembuat corenya. Hal ini
dilakukan karena nanoferrofluids secara fisik
memilki kesamaan dengan sampel yang digunakan
sehingga nantinya akan sangat menyulitkan dalam
menentukan berapa volume minyak yang
terproduksikan karena tidak bisa dengan jelas
membedakan mana yang minyak dan mana yang
nanoferrofluids. Untuk itu harus dibutuhkan sebuah
metode untuk bisa mengidentifikasi keduanya
terlebih dahulu.
Dari Tabel 4, 5, dan 6 dapat kita lihat bahwa core
dengan kandungan brine yang paling besar (50
derajat salinitas) yaitu core 1 dan core 2 memiliki
perolehan yang paling besar dari core dengan
kandungan brine 30 dan 20 derajat salinitas yaitu
sebesar 42% pada core 2 dan 38% pada core 1.
Core dengan brine 30 derajat salinitas memilki
perolehan sekitar 17-18% sedangkan perolehan
pada core dengan brine 20 derajat salinitinas adalah
yang paling kecil yaitu sekitar 6% bahkan ada yang
0 %. Nilai yang sangat kecil sekali jika
dibandingkan dengan core 1 dan 2.
Dari hasil percobaan tersebut menunjukan bahwa
semakin tinggi kadar garam dalam brine maka akan
memberikan perolehan minyak yang semakin besar
pada pemanasan induksi ini. Hal ini berhubungan
langsung dengan temperature yang berhasil di-
generate di dalam core akibat adanya brine didalam
core tersebut. Seperti dari percobaan sebelumnya
bahwa brine dengan garam kadar yang tinggi akan
membuat pemanasannya lebih cepat. Maka, dengan
semakin tingginya temperature yang berhasil di-
generate maka akan berakibat semakin rendah
viskositas heavy oil-nya (lihat Gambar 6). Ini
artinya akan membuat heavy oil menjadi lebih
ringan dan lebih gampang untuk diproduksikan
dibandingkan dengan brine dengan kadar garam
yang lebih rendah. Selain itu brine dengan
konduktivitas yang lebih tinggi memungkinkan
untuk mentranfers panasnya ke heavy oil lebih
cepat daripada yang konduktivitas yang lebih
rendah.
Kemudian dari hasil percobaan tersebut dapat kita
lihat juga bahwa core yang telah dicampurkan
dengan nanoferrofluids dan disaturasi dengan
masing-masing brine mampu memberikan faktor
perolehan yang lebih besar jika dibandingkan
dengan perolehan pada core yang tidak
dicampurkan dengan nanoferrofluids sama sekali.
Untuk lebih jelasnya lihat pada gambar 8.
Pada brine 20 derajat salinitas pencampuran
nanoferrofluids pada core mampu mencapai
perolehan sebesar 40%. Hal ini meningkat sekitar
34% dari core tanpa nanoferrofluids yang hanya
memberikan perolehan maksimal sebesar 6% saja.
Sedangkan pada brine 30 derajat salinitas terjadi
peningkatan perolehan sebesar 24% sehingga
perolehannya menjadi 42%. Brine 50 derajat
salinitas hanya terjadi sedikit peningkatan saja pada
perolehannya yaitu cuma sebesar 5% sehingga
maksimal perolehannya mencapai 47%.
Terjadinya peningkatan perolehan pada core
dengan nanoferrofluids dapat terjadi karena
keberadaan nanoferrofluids akan menambah panas
yang terbentuk di dalam core. Sehingga panas yang
terbentuk di dalam core akibat pemanasan induksi
elektromagnetik ini menjadi lebih besar dari pada
hanya terdapat brine saja di dalam core tersebut.
Dengan bertambahnya panas yang terbentuk di
dalam core tentu saja akan membuat heavy oil-nya
menjadi lebih encer lagi sehingga berakibat pada
semakin banyaknya heavy oil yang dapat
diproduksikan keluar dari dalam core.
Banyaknya nanoferrofluids yang dicampurkan ke
dalam masing-masing core adalah sama. Untuk itu,
seharusnya hal ini memberikan peningkatan RF
yang sama untuk setiap core waluapun brinenya
berbeda karena panas yang dihasilkan oleh
nanoferrofluids ini tentu saja akan sama untuk
semua core pada setiap jenis brine. Namun, jika
dilihat pada gambar 8 besarnya peningkatan
Analisis Pengaruh Penggunaan Brine dan Nanoferrofluids terhadap Faktor Perolehan
pada Heavy Oil melalui Pemanasan Induksi Elektromagnetik
175
perolehan berbeda untuk tiap brine yang
digunakan. Peningkatan yang paling besar terjadi
pada brine 20 derajat salinitas sedangkan yang
paling kecil adalah pada brine dengan 50 derajat
salinitas. Hal ini kemungkinan karena perolehan
maksimal yang dapat dicapai dengan stimulan ini
tidak bisa melebihi 50%. Sehingga core tanpa
nanoferrofluids dengan brine 50 derajat salinitas
yang telah mencapai perolehan sebesar 42%
dengan adanya penambahan nanoferrofluids tidak
memberikan efek yang signifikan pada faktor
perolehannya. Begitu juga sebaliknya pada brine
dengan 20 derajat salinitas. Penambahan
nanoferrofluids memberikan dampak yang sangat
signifikan sekali pada faktor perolehannya karena
memang dengan brine saja produksinya masih
sangat kecil.
Pada percobaan uji temperature sebelumnya
membuktikan bahwa nanoferrofluids mampu
menghasilkan panas yang lebih tinggi daripada
brine karena memang konduktivitasnya lebih
tinggi. Sehingga seharusnya core dengan
nanoferrofluids dan brine 20 derajat salinitas
menghasilkan perolehan minyak yang lebih besar
dari pada core tanpa nanoferrofluids bahkan dengan
brine 50 derajat sekalipun. Begitu juga seharusnya
pada core dengan nanoferrofluids dan brine 30
derajat salinitas, perolehannya harus lebih besar
dari pada core tanpa nanoferrofluids. Namun, dari
tabel dapat kita lihat bahwa perolehannya hampir
sama besarnya dengan core dengan brine 50
derajat salinitas tanpa nanoferrofluids.
Hal tersebut dapat terjadi karena nanoferrofluids
dicampurkan dengan pasir saat proses pembuatan
core dilakukan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Sehingga berakibat pada
menempelnya partikel-partikel besi ukuran nano
pada butir pasir core. Hal tersebut kemungkinan
dapat berakibat dua hal:
1. Terjadinya penurunan permeabiliats core
karena keberadaan partikel besi dalam ukuran
nano pada pori core
2. Panasnya lebih banyak terserap oleh core
daripada yang ditransfer ke heavy oil karena
partikel-partikel besinya lebih banyak kontak
dengan butir pasir daripada dengan minyak
sehingga panas dari nanofreeofluids tidak
secara maksimal termanfaatkan di dalam core
5.2.5 Karakteristik Core Dalam satu brine yang sama pada core tanpa
nanoferrofluids menghasilkan perolehan yang
berbeda. Walaupun perbedaan itu tidak terlalu
besar. Namun, terdapatnya perbedaan perolehan
tersebut menunjukan bahwa di antara core tersebut
memilki karekteristik yang berbeda dalam skala
mikro. Hal tersebut bisa terjadi karena walaupun
core dibuat dengan bahan dan komposisi yang
sama tapi dalam proses pembuatannya bisa saja
berbeda. Misalnya saat proses pemanpatan pada
cetakan, kekuatan yang diberikan mungkin
berbeda sehingga ada core yang padat dan ada yang
kurang padat. Sehingga menghasilkan core yang
berbeda karakteristiknya. Terutama sekali adalah
sifat permeabilitas dari core tersebut. Permeabilitas
akan sangat menentukan pada saat proses produksi
karena ini menunjukan kemampuan core untuk bisa
mengalirkan minyak. Core dengan permeabilitas
yang relatif besar akan mengalirkan minyak lebih
mudah dibandingkan dengan core yang memilki
permeabilitas yang lebih kecil. Namun sayangnya,
permeabilitas tidak menjadi pertimbangan dalam
percobaan ini karena tidak adanya alat yang
tersedia di laboratorium yang memungkinkan untuk
dilakukan pengukuran permeabilitas core dengan
akurat.
VI. KESIMPULAN Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil
dari percobaan di atas adalah:
1. Brine dengan derajat salinity 50 memilki
temperature yang paling besar setelah
dipanaskan secara induksi jika dibandingkan
dengan brine 30 dan 20 derajat salinitas.
Sedangkan nanoferrofluids mencapai
temperatur yang paling besar setelah
dipanaskan dengan induksi elektromagnetik.
2. Semakin tinggi konduktivitas larutannya maka
akan semakin cepat proses pemanasan induksi
elektromagnetiknya.
3. Stimulan yang digunakan yaitu brine dan
nanoferrofluids memiliki pengaruh yang
positif terhadap perolehan sampel heavy oil
4. Core dengan brine 50 derajat salinitas
menghasilkan perolehan yang paling besar
yaitu sebesar 42% dan 38% serta mampu
mencapai perolehan 47% saat dikombinasikan
dengan nanoferrofluids.
5. Core dengan brine 20 derajat salinitas
menghasilkan perolehan yang paling sedikit
yaitu 6% dan 0%. Namun saat dikombinasikan
dengan nanoferrofluid mampu mencapai
perolehan sebesar 40%.
6. Penambahan nanoferroflids ke dalam core
mampu meningkatkan perolehan sampel heavy
oil. Namun, efeknya semakin tidak signifikan
seiring dengan semakin tingginya kadar garam
pada brine.
VII. SARAN DAN REKOMENDASI 1. Perlunya analisis permeabiliatas core sebagai
faktor yang juga berpengaruh pada proses
percobaan ini.
2. Perlunya membuat semua parameter yang
digunakan dalam percobaan sama dengan
kondisi reservoir sebenarnya. Sehingga hasil
percobaan ini menjadi lebih aplikatif untuk
diterapkan di lapangan.
Sudjati Rachmat, Revia Nanda Putra
176
3. Perlunya dilakukan cara yang tepat untuk bisa
mengidentifikasi nanoferrrofluids dengan baik
sehingga larutan ini bisa diinjeksikan kedalam
core.
4. Perlunya ditemukan cara yang tepat untuk bisa
memonitor temperature heavy oil selama
proses pemanasan berlangsung.
5. Perlunya modifikasi dalam prosedur percobaan
sehingga lebih menggambarkan kondisi
reservoir.
DAFTAR PUSTAKA
1. Siregar, S., 2000. ”Teknik Peningkatan
Perolehan”, Institut Teknologi Bandung,
Januari.
2. http://en.wikipedia.org/wiki/Ferrofluid
3. http://www.engineeringtoolbox.com/thermal-
conductivity-d_429.html
4. http://en.wikipedia.org/wiki/Heavy_crude_oil
5. http://www.pdoc.com/pdoweb/tabid/277/Defa
ult.aspx
LAMPIRAN
Tabel 7. Data artificial core yang digunakan dalam percobaan
No Core Diameter
(cm) Tinggi (cm)
Volume
Bulk (cm3)
Volume
Pori
(cm3)
Porositas (%)
1 2.57 4 20.73 5.33 25.6
2 2.6 4.35 23.08 5.72 24.8
7 2.65 3.86 21.28 4.74 22.3
9 2.59 3.83 20.17 4.33 21.5
11 2.58 4.27 22.31 4.68 21
12 2.64 4.3 23.53 4.80 20.4
Nano1 2.6 4.26 22.60 5.04 22.3
Nano2 2.57 4.3 22.29 5.36 24
Nano3 2.56 4.38 22.53 5.78 25.7
Analisis Pengaruh Penggunaan Brine dan Nanoferrofluids terhadap Faktor Perolehan
pada Heavy Oil melalui Pemanasan Induksi Elektromagnetik
177
Tabel 8 Komposisi brine
No
Salo
meter
Degre
es
Gram
Salt per
Liter of
Water
Gram per Liter of
Brine
Liter Water
per Liter of
Brine
Volume
brine
Volume
water
Gram
salt
ppm
NaCl Water
1 0 0 0 997.91 1 0.1 0.1 0 0
2 10 27.0806 26.84 990.00 0.992 0.1 0.0992 2.68 8000
3 20 55.599 54.64 981.13 0.983 0.1 0.0983 5.46 17000
4 30 85.7954 83.63 972.15 0.974 0.1 0.0974 8.35 26000
5 40 117.788 113.6 962.20 0.964 0.1 0.0964 11.35 36000
6 50 151.699 144.6 886.35 0.953 0.1 0.0953 14.45 47000
7 60 187.887 176.7 938.95 0.941 0.1 0.0941 17.68 59000
8 70 226.231 210.05 926.61 0.929 0.1 0.0929 21.02 71000
9 80 267.092 256.42 913.07 0.915 0.1 0.0915 24.43 85000
10 90 310.828 280.15 899.41 0.901 0.1 0.0901 28.00 99000
11 100 357.920 317.18 884.31 0.886 0.1 0.0886 31.71 114000
Sudjati Rachmat, Revia Nanda Putra
178
Tabel 9. Daftar konduktivitas berbagai material (www.engineeringtoolbox.com)
Thermal Conductivity - k - (W/mK)
Material/Substance Temperature (
oC)
25 125 225
Air 0.024
Asphalt 0.75
Bitumen 0.17
Benzene 0.16
Carbon 1.7
Carbon dioxide 0.0146
Cement, portland 0.29
Clay, saturated 0.6 - 2.5
Cotton 0.03
Carbon Steel 54 51 47
Fiberglass 0.04
Gasoline 0.15
Gold 310 312 310
Granite 1.7 - 4.0
Hardwoods (oak, maple..) 0.16
Iron 80 68 60
Kerosene 0.15
Limestone 1.26 - 1.33
Magnesium 156
Methane 0.030
Nitrogen 0.024
Oil, machine lubricating SAE 50 0.15
Olive oil 0.17
Plastics, solid
Sand, dry 0.15 - 0.25
Sand, moist 0.25 - 2
Sand, saturated 2 – 4
Sandstone 1.7
Silicone oil 0.1
Silver 429
Snow (temp < 0oC) 0.05 - 0.25
Steel, Carbon 1% 43
Stainless Steel 16 17 19
Water, vapor (steam)
0.016
Wood across the grain, yellow pine 0.147
Analisis Pengaruh Penggunaan Brine dan Nanoferrofluids terhadap Faktor Perolehan
pada Heavy Oil melalui Pemanasan Induksi Elektromagnetik
179
Gambar 1. Metode Huff and Puff
Gambar 2. Metode Steamflood
Gambar 3. Metode In Situ Combustion
Sudjati Rachmat, Revia Nanda Putra
180
Gambar 4. Pemanasan Induks
Gambar 5. Nanoferrofluids
Gambar 6. Viskositas Sampel Untuk Berbagai Temperatur
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 50 100
PV
( c
p )
T ( C )
PV vs T
Analisis Pengaruh Penggunaan Brine dan Nanoferrofluids terhadap Faktor Perolehan
pada Heavy Oil melalui Pemanasan Induksi Elektromagnetik
181
Gambar 7. Kelakuan Temperatur Untuk Setiap Stimulan Akibat Pemanasan Induksi Elektromagnetik
Gambar 8. Grafik RF Sampel Heavy Oil Terhadap Berbagai Brine dan Nanoferrofluids
0
10
20
30
40
50
60
70
0 100 200
Te
mp
era
tur
( C
)
Time ( s )
Temperature vs Time
brine 20 salinity
degree
brine 30 salinity
degree
brine 50 salinity
degree
nanoferrofluid
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0 20 40 60
RF
Brine
Recovery Factor
RF pada
stimultan
brine +
nanoferro
RF pada
stimultan
brine