Analisis Pengaruh Pembebanan Dinamis Terhadap Sifat Mekanis Baja Karbon
-
Upload
inland-sea-sea -
Category
Documents
-
view
133 -
download
3
Transcript of Analisis Pengaruh Pembebanan Dinamis Terhadap Sifat Mekanis Baja Karbon
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010
ANALISIS PENGARUH PEMBEBANAN DINAMIS TERHADAP
SIFAT MEKANIS BAJA KARBON
Akhiruddin Pasdah Dosen Teknik Mesin Universitas Muslim Indonesia, Makassar
Abstrak
Kegagalan terjadi akibat gabungan beberapa penyebab yang saling berkaitan, ketika
pemilihan bahan dilakukan maka salah satu penyebab kegagalan telah diketahui
sehingga merupakan penentu dalam pemilihan bahan.
Sebagai contoh dapat dikemukakan ketahanan terhadap korosi dari salah satu
bahagian peralatan pabrik kimia.
Hasil penelitian yang telah d ilakukan pada berbagai perlakuan terhadap material
yang dilakukan dengan perlakuan rotary bending dan pengujian kekuatan tarik.
- Pembabanan yang diberikan pada bahan 10, 15 dan 20 kg terhadap material
- Perlakuan waktu : 3,6 dan 9 jam
Kata kunci : Pembebanan, sifat mekanis, baja karbon
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Dalam upaya manusia untuk memenuhi
kebutuhannya baik yang berhubungan
langsung dengan teknologi maupun yang
secara tidak langsung mengalami
perkembangan yang sangat pesat.
Dengan perkembangan industri yang
sedemikian maju dewasa ini terutama
kontruksi dan rekayasa, maka teknik
penyambungan dengan pengelasan yang
digunakan secara meluas dan dalam
penyambungan plat-plat pada kontruksi
baja. Digunakan secara meluas karena
penyambungan yang dilakukan dengan
pengelasan mempunyai beberapa
keuntungan yakni kontruksi menjadi
lebih sederhana, sehingga biaya totalnya
menjadi murah
Selanjutnya dengan perkembangan
industry dewasa seperti ini seperti
industri konstruksi dan rekayasa maka
peranan bahan-bahan logam, baik fero
maupun non fero sangat dibutuhkan dari
seluruh produksi industri logam dunia.
Baja adalah yang terbanyak karena
merupakan logam yang banyak
dipergunakan dalam bidang teknik.
bahan yang dibutuhkan menurut kualitas
yang sesuai dengan penggunaannya yang
menyangkut sifat-sifat yang diinginkan
Seringkali kegagalan terjadi akibat
gabungan beberapa penyebab yang
saling berkaitan, ketika pemilihan bahan
dilakukan maka salah satu penyebab
kegagalan telah diketahui sehingga
merupakan penentu dalam pemilihan
bahan.Sebagai contoh dapat
dikemukakan ketahanan terhadap korosi
dari salah satu bahagian peralatan pabrik
kimia atau ketahanan mulur komponen
turbin gas.
II. Tinjauan Pustaka
logam adalah unsure-unsur yang
mempunyai sifat kuat,liat, keras,getas
dan penghantar listrik atau panas. karena
sifat-sifat tersebut maka logam
dipergunakan manusia untuk berbagai
macam keperluannya sehingga
kehidupan kini tidak bisa lepas dari
logam. dalam bidang teknik, logam
murni jarang dipergunakan, yang banyak
dipakai adalah logam paduan, yaitu
campuran antara dua unsur atau lebih,
antara logam dengan logam lain atau
logam metalloid.
Sebagai akibat dari penggunaan logam
timbul pengetahuan-pengetahuan
mengenai logam yang semakin luas,
mendalam dan semakin mengkhusus
manusia telah berusaha mencari logam-
logam baru untuk dapat memenuhi
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010
persyaratan-persyaratan yang makin
tinggi. Selain dari pada itu pengolahan
logam serta paduannya muncul pula
persoalan-persoalan sehingga
pengolahan dan teknologi logam
menjadi suatu bahan cabang yang luas.
2.1. Sifat-sifat Logam
Dalam bidang teknik seorang perencana
harus bertanggung jawab atas hasil
ciptaannya, oleh karena itu dapat
menggunakan bahan-bahan secara
efisien , aman dan ekonomis, dari sifat-
sifat dan kemampuan tersebut. dalam
bidang teknik mesin perlu
memperhatikan sifat mekanik, sifat fisik
dan sifat teknologi.
2.1.1 Sifat Mekanik
Sifat-sifat mekanik logam merupakan
perlakuan yang diberikan dari ketahanan
logam terhadap beban-beban tarikan,
puntiran, gesekan, tekanan, goresan, baik
beban statis maupun beban dinamis pada
temperatur biasa ataupun temperatur
tinggi ataupun temperatur di bawah nol .
Sedangkan sifat fisis dari logam adalah
mempunyai massa jenis, titik cair, panas
jenis, konduktivitas panas , koefisisen
kumai dan tahanan listrik. Sedangkan
sifat mekanik dari logam dapat diuji
dengan menggunakan peralatan dan
dievaluasi untuk menentukan kegunaan
logam atau perlakuan panas yang tepat
untuk menentukan terapan yang tepat.
Sifat mekanik suatu logam meliputi
kegetasan, elestisitas, plastisitas,
ketangguhan tarikan, kekenyalan,
keliatan, keuletan dan kekerasan.
2.1.2. Sifat Tekonologi
Sifat teknologi suatu bahan di
definisikan sebagai kemampuan suatu
bahan untuk dibentuk. Sifat ini
mencakup sifat mampu las, mampu
tempa, mampu mesin dan sifat
pengerjaan panas atau pengerjaan dingin
2.2. Baja Karbon
Baja adalah istilah umum yang
mempunyai referensi luas termasuk baja-
baja lunak, beberapa diantaranya sangat
keras dan lainnya sangat special untuk
pembuatan perkakas pemotong. Baja
karbon merupakan salah satu jenis
logam yang banyak digunakan dibidang
teknik. Diantaranya konstruksi
permesinan, perkapalan dan otomotif.
Baja merupakan paduan yang terdiri dari
unsur besi karbon serta unsur lainnya.
Baja dapat dibentuk melalui pengecoran
dan penempaan. karbon merupakan
salah satu unsur terpenting karena dapat
meningkatkan kekerasan dan keuletan
baja. Dalam dunia teknik baja
merupakan logam yang banyak
digunakan seperti dalam bentuk plat,
lembaran, batang profil dan lain
sebagainya.
Walaupun baja dapat didefinisikan
sebagai campuran karbon dan besi, tetapi
perlu diketahui bahwa tidak ada satu
jenis baja yang hanya terdiri dari dua
elemen itu. Karena proses pembuatan
dan sifat-sifat alamiah dari bahan
mentah yang digunakan, semua baja
mengandung bahan-bahan lain yang
tidak murni dalam jumlah kecil
bervariasi.
Baja karbon merupakan paduan antara
besi (FE) dan karbon (C), Silicon (Si),
Mangan (Mn), Fospor (P), dan unsur-
unsur Sulfur (S) sering pula
ditambahkan unsur-unsur lain dalam
jumlah relative sedikit ditambah dengan
proses pembuatan dengan maksud
mendapatkan sifat-sifat khusus dari baja
karbon tersebut,
Secara garis besarnya baja dapat
dikelompokkan menurut kadar
karbonnya sebagai berikut :
a. Baja karbon rendah (0,10 – 0,30%)
b. Baja karbon sedang ( 0,30 – 0,70%)
c. Baja karbon tinggi (0,70 – 1,40%)
Kegunaan dari macam-macam karbon
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Baja karbon rendah digunakan
untuk ulir, kawat, baja profil, sekrup,
baut
2. Baja karbon sedang digunakan untuk
rel kereta api, as roda gigi, dan suku
cadang yang memerlukan kekuatan
tinggi
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010
3. Baja karbon tinggi digunakan untuk
perkakas potong seperti pisau,gurdi,
tap dan bagian-bagian yang tahan
gesekan
Adapun pengaruh unsur-unsur yang
terkandung dalam baja karbon sebagai
berikut :
2.2.1. Karbon (C)
Kekuatan dan kekerasan dari baja
karbon biasanya meningkat sebanding
dengan kandungan karbonnya tetapi
keuletannya menurun akibat naiknya
kadar karbon
Presentase dan kandungan karbon baja
dan juga akan memberikan beberapa
sifat lain terhada baja karbon antara lain
kemampuan untuk dilas dan sebagainya
2.2.2 Silikon (Si)
silicon ditambah untuk memperbaiki
homogenitas pada baja penambahan
silicon juga dapat menaikkan tegangan
tarik dan kecepatan pendingin kritis
sehingga baja karbon lebih elastis dan
cocok untuk bahan pegas. Silikon yang
terdapat pada baja paduan lebih dari
0,4%
2.2.3. Mangan (Mn)
Mangan berfungsi untuk menambah
kekuatan dan ketahanan dari baja
karbon. Kandungan mangan yang
kurang dari 0,6% tidak dapat
mempengaruhi sifat baja. Dengan
bertambahnya kandungan mangan maka
akan menurunkan kecepatan
pendinginan kritis.
2.2.4. Sulfur (S)
Penambahan sulfur untuk memperbaiki
sifat mapu mesin sehingga akan mampu
membuat materi Free Machining Steel.
Hal ini terjadi bila ditambahkan sulfur
sekitar 0,3%
2.2.5. Fosfor (P)
Pospor berpengaruh terhadap impuritas
dalam pengelasan sehingga dijaga
seminimal mungkin. Material yang
mengandung fospor diatas 0,4%
mempunyai kecenderungan untuk
menjadi getas dan mudah retak.
Penambahan Fospor juga untuk
memperoleh serpihan kecil pada saat
proses permesinan. Dan masih banyak
paduan-paduan baja yang dikembangkan
dewasa ini untuk kebutuhan material
yang sesuai dengan tuntutan dunia
industri yang kuat dan ringan.
Dengan sangat berperannya unsur-unsur
yang terkandung didalam baja karbon ini
maka tidak menutup kemungkinan bila
unsur atau paduan dapat merusak sifat
mekaniknyajika melebihi persen yang
ditentukan
2.3. Pengujian Tarik
Batang uji yang merupakan sebuah
batang yang terbentuk bulat, dengan
ujung-ujung yang besar untuk
penanganan pada mesin uji tarik dan di
tengah-tengah batangnya (batang yang
lebih kecil) yaitu terdapat bagian
pengukurannya dinyatakan dengan dua
tanda pengenal. Panjang Lo dari ukuran
daerah ini mempunyai perbandingan
tertentu, dengan diameter dari batang uji
itu.
Gambar 1.specimen uji tarik dengan
standar DIN 50125
Bentuk batang uji yang banyak dipakai
pada pemgujian tarik adalah
perbandingan Lo/do = 5 atau 10 untuk
pengujian yang pemyusun uji dipilih 10.
Selain dari ukuran batang uji tersebut
diatas juga masih ada yang lainnya.
batan yang memenuhi syarat
perbandingan-perbandingan tetap yang
tersebut batang uji proporsional. Untuk
melaksanakan pengujian tarik antara dua
kepala pengikat baku tarik. Dengan
memberikan gaya yang makin besar
akan bertambah panjang dan bertambah
kecil dan akhirnya putus
Agar percobaan dapat dibandingkan
dengan tegangan dapat diartikan gaya
setiap satuan luas
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010
semula penampang luas
GayaTegangan
0A
F (N/mm
2)
agar diperhatikan bahwa untuk luas
penampang diambil luas penampang
mula-mula, tegangan yang dihitung yaitu
kita sebut tegangan normal. Sedangkan
regangan diartikan sebagai perpanjangan
yang dinyatakan dalam satuan persen.
Untuk menghitung regangan,
perpanjangan dibagi ukuran panjang
yang semula dan angka ini dikalikan
dengan persen (100%)
%100mula-mula Panjang
anPerpanjangRe xgangan
0
01
L
L L
L
L
O
x 100 %
2.3.1. Modulus Elastis
regangan
tegangantgelastisulus mod
tgE
Besarnya sudut adalah ukuran untuk
kekenyalan ini dinyatakan dalam
modulus kenyal (E) yang sama dengan
tg (dapat dilihat pada gambar ini).
Dalam hal ini adalah perpanjangan yang
dinyatakan dalam satuan persen.
2.3.2. Tegangan Yielding
semulaPenampang
yieldingsaatbebany
)/( 2mmkgA
P
o
y
y
2.3.3. Tegangan ultimate
semulaPenampang
maksimumbebanu
)/( 2mmkgA
P
o
uu
Tegangan sesungguhnya dengan batng
putus kita sebut dengan kekuatan patah
(𝜎b)
)/( 2mmkgA
P
o
bb
2.3.4. Regangan Patah
Perpanjangan batang pada percobaan ini
setelah putus dinyatakan dalam persen
dan dari panjang semula kita sebut
regangan patah (𝜹 atau A)
Ini sama dengan jumlah regangan tetap
atau regangan plastik
2.3.5. Reduksi Penampang
Pengurangan terbats dari luas
penampang setelah putus dinyatakan
dengan persen (%) dari luas penampang
semula. Kita sebut pengguntinagan (Z)
%100A
A
0
01 xA
z
2.4. Kelelahan
Kegagalan lelah adalah hal yang sangat
membahayakan, karena terjadi tanpa
petunjuk awal. Kelelahan
mengakibatkan patah yang terlihat rapuh
tanpa deformasi pada patahan tersebut.
Pada skala makroskopik, permukaan
patahan biasanya dikenal dari bentuk
bidang perpatahan, ada bagian yang
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010
halus akibat, gesekan yang terjadi
sewaktu retak merambat dan daerah
kasar, perpatahan juga terjadi pada
waktu penampang tidak dapat menerima
beban. Seringkali perkembangan retakan
ditandai oleh sejumlah cincin atau garis
pantai (beach mark), bergerak kedalam
dari titik dimana kegagalan mulai terjadi.
Terdapat tiga faktor yang diperlukan
agar terjadi kegagalan lelah. ketiga hal
tersebut adalah :
1. Tegangan tarik maksimum yang
cukup tinggi
2. Variasi atau Fluktuasi tegangan yang
cukup besar
3. Siklus penerapan tegangan cukup
besar
selain itu, masih terdapat sejumlah
variabel-variabel lain, yakni :
konsentrasi tegangan korosi suhu,
kelebihan bahan, struktur metalurgi,
tegangan-tegangan sisa, dan tegangan
kombinasi yang cenderung naik
mengubah kondisi kelelahan. Karena
belum memiliki pengetahuan dasar yang
kuat mengenai sebab-sebab terjadinya
kelelahan pada logam, maka diperlukan
pembahasan mengenai faktor-faktor
diatas dari segi empiris. Karena
banyaknya data seperti ini, maka hanya
terdapat kemungkinan untuk
menggambarkan hubungan faktor
tersebut diatas dengan kelelaha.
2.4.1. Siklus tegangan
Sebagai langkah awal, sebaiknya
diberikan definisi singkat mengenai
tegangan berfluktuasi yang dapat
menyebabkan kelelahan.
Gambar 3. siklus tegangan lelah. (a).
Tegangan Balik, (b). Tegangan Berulang
(c). Tegangan Acak atau tak teratur
Gambar diatas menggambarkan jenis-
jenis siklus tegangan regangan yang
dapat menyebabkan kelelahan. (Gambar
a) menggambarkan suatu siklus tegangan
lengkap yang berbentuk sinusoidal.
Gambar tersebut adalah keadaan ideal
yang dihasilkan oleh mesin fatik balok
putar. R.R. Moore dianggap sebagai
putaran poros dengan kecepatan konstan
pada beban lebih. Untuk siklus tegangan
demikian tegangan maksimum dan
minimum sama besarnya. Dimana
tegangan minimum adalah tegangan
terendah aljabar pada suatu siklus.
Tegangan tarik dianggap positif dan
tegangan tekan dianggap negatif.
(Gambar b) menggambarkan suatu siklus
tegangan berulang, dengan tegangan
maksimum 𝜎maks dan tegangan minimum
𝜎min tidak sama. Keduanya adalah
tegangan tarik .
Suatu siklus tegangan dapat terdiri dari
tegangan maksimum dan minimum
dengan tanda berbeda atau
keduanyaberupa tekanan. (Gamabar c)
menggambarkan suatu siklus tegangan
yang rumit yang mungkin terdapat pada
suatu bagian tertentu seperti pada sayap
pesawat yang menerima beban berlebih
periodik yang tak terduga besarnya
disebabkan oleh hembusan udara yang
keras. Siklus tegangan berfluktuasi,
terdiri dari 2 komponen, tegangan rata-
rata atau tegangan tetap 𝜎m, dengan
tegangan bolak balik atau tegangan
beragam 𝜎a. Kita juga harus
memperhatikan daerah tegangan 𝜎r,
seperti yang tampak pada gambar b,
daerah tegangan adalah perbedaan
aljabar antara tegangan maksimum dan
tegangan minimum pada suatu siklus.
𝜎r = 𝜎maks - 𝜎min
Besarnya tegangan bolak balik adalah ½
dari jangkauan tegangan
22
minmaksr
a
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010
Tegangan rata-rata adalah harga rata-rata
aljabar tegangan maksimum dan
minimum pada siklus
2
minmaks
m
Untuk perbandingan data-data kelelahan
digunakan dua buah besaran
perbandingan yaitu :
min
maks
RtegangananPerbanding
R
RAAmplitudeanPerbanding
1
1
m
a
2.4.2. Kurva S – N
Metode dasar dalam penyajian data
kelelahan rekayasa adalah menggunakan
kurva S-N, yakni pemetaan tegangan S
terhadap jumlah siklus hingga terjadi
kegagalan N. Untuk skala N, hampir
selalu digunakan skala log. Tegangan
yang didapatkan dengan berupa 𝜎a, 𝜎maks
atau 𝜎min. Nilai tegangan tersebut
biasanya adalah tegangan nominalnya,
dengan demikian tidak terdapat
penyusuaian untuk konsentrasi tegangan.
Hubungan S-N ditentukan bagi nilai-
nilai 𝜎m,R, atau A tertentu. Hampir
semua cara-cara penentuan sifat-sifat
lelah suatu bahan diperoleh dengan cara
lenturan balik lengkap, dimana tegangan
rata-ratanya bernilai nol.
Gambar diatas menunjukkan kurva S-N
yang diperoleh dari uji balok putar. perlu
diketahui bahwa kurva S-N diatas,
terutama berkaitan dengan kegagalan
lelah pada jumlah siklus yang besar
(N>105 siklus). Pada keadaan demikian
tegangannya yang bersifat elastik tetapi
logam akan berdeformasi secara plastik
setidak-tidaknya apabila ada daerah yang
sempit. Pada tegangan tinggi dengan
cepat ketahanan lelah (fatigue life) turun,
tetapi deformasi plastik keseluruhan
mempersulit penafsiran dengan
menggunakan besaran tegangan. untuk
daerah kelelahan siklus rendah (N<104
atau 105) pengujiannya dilakukan
dengan pengendalian siklus elastis
ditambah regangan plastik.
Dari gambar diatas terlihat bahwa
jumlah siklus tegangan yang logamnya
dapat bertahan sebelum mengalami
kelelahan, akan bertambah jika
tegangannya turun. N adalah jumlah
siklus tegangan yang menyebalkan
terjadinya patah sempurna benda uji. Uji
kelelahan pada tegangan rendah untuk
logam-logam bukan besi, biasanya
dilakukan untuk 107 dan kadang-kadang
hingga 5 x 108 siklus. Untuk beberapa
bahan teknik yang penting , seperti baja
dan titanium, Kurva S –N untuk daerah
tegangan batas, yang dinamakan batas
lelah,atau batas ketahanan, nampaknya
bahan tahan siklus pembebanan dengan
jumlahnya tak terhingga, tanpa terjadi
kegagalan. sebagian besar logam bukan
besi, seperti aluminium, magnesium, dan
paduan tembaga memiliki kurva S-N
dengan gradien yang turun sedikit demi
sedikit sejalan dengan bertambahnya
jumlah siklus. Bahan-bahan demikian
tidak mempunyai batas lelah yang sejati,
karena kurva S-N tidaak pernah menjadi
horizontal. pada keadaan tersebut,
umumnya sifat lelah suatu barang
diberikan oleh kekuatan patah pada
siklus tertentu, misalnya 108 siklus.
Kurva S-N didaerah siklus tinggi
digambarkan dengan persamaan basquin
:
CN P
a
Dalam hal ini 𝜎a adalah tegangan
amplitude dan p serta C adalah konstanta
empiris.
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010
prosedur yang biasa digunakan untuk
menentukan kurva S-N adalah menguji
benda uji pada tegangan tinggi, disini
diharapkan terjadi kegagalan pada siklus
sebesar 2/3 kekuatan tarik bahan.
kemudian tegangan uji diturunkan untuk
benda uji berikutnya hingga 1 atau 2
benda uji tidak rusak pada siklus
pembebanan tertentu, biasanya disekitar
107. Tegangan tertinggi pada saat tidak
terjadi kegagalan dianggap sebagai batas
lelah. Untuk bahan-bahan yang tidak
mempunyai batas lelah, biasanya
pengujian dihentikan berdasarkan
pertimbangan praktis, pada tegangan
rendah kira-kira pada siklus pembebanan
108 atau 5x10
8 siklus. Kurva S-N
umumnya ditentukan dengan
menggunakan benda uji sekitar 8 – 12
buah. Biasaya terdapat penyimpangan
data yang cukup besar, walaupun dapat
digambarkan suatu kurva yang baik
tanpa memenuhi kesulitan. Akan tetapi,
jika beberapa benda uji diuji pada
tegangan yang sama maka terdapat
penyimpangan nilai yang cukup besar
pada nilai siklus tertentu dimana terjadi
kegagalan. Selisih antara siklus
minimum dan maksimum dapat
mencapai satu siklus log. Selain itu telah
terbukti bahwa bats lelah baja yang
mengalami variasi cukup besar, oleh
karena itu penentuan batas lelah dengan
cara-cara yang lelah dijelaskan diatas
dapat menghasilkan kesalahan yang
cukup besar.
III. Metode Penelitian
3.1 Bahan Penelitian
Bahan atau specimen yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah HQ 760 dengan bentuk
batang yang berdiameter 25,4 mm
(1inch) dengan panjang 200 mm
sebanyak sepuluh (10) buah
3.2 waktu dan tempat penelitian
penelitian dilaksanakan pada bulan
januari 2006 bertempat pada :
1. Lab. Ilmu Logam Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik
Universitas Muslim Indonesia
2. Balai Latihan Kerja (BLK)
Makassar
Adapun langkah-langkah yaitu :
1. Spesimen uji tarik
Spesimen uji tarik dibuat dengan
standar Ducth Industrie Norm
(DIN 50125) Gambar : 5
2. Pengujian Tarik
Pengujian tarik ini dilakukan
setelah proses Rotari Bending
dengan variasi waktu dan beban,
tujuan dari pengujian tarik yaitu
untuk mengetahui sifat mekanik
dari baja HQ 760 setelah
mengalami pembebanan dinamis
3.3 Tahapan penelitian
3.4 Prosedur pelaksanaan penelitian
Material yang digunakan dalam
penelitian ini adalah baja karbon HQ
760 yang berbentuk bulat, kemudian
material dibentuk menjadi specimen
uji tarik dengan standar DIN 50125
sebanyak sepuluh buah dari sepuluh
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010
specimen tersebut 1 (satu) specimen
dilakukan uji tarik untuk mengetahui
kekuatan tarik sebelum diberikan
pembebanan, sedangkan 9
(Sembilan) specimen dilakukan Uji
rotary bending kemudian
dilanjutkandengan pengujian tarik.
- Merek : Torse
- Tipe : L30P
- Beban Max : 30 Ton
Langkah-langkah yang dilakukan
dalam pegujian tarik adalah sebagai
berikut :
- Pemasangan benda uji pada
ragum kerja
- penyetelan jarum pada titik 0 kg
pada beban tarik 30.000 kg @ 50
kg/strip
- Pemasangan kertas millimeter
pada grafik
- pelaksanaan uji tarik dengan
memutar beban uji perlahan-
lahan
- Jarum berputar samapi titik luluh
tercapai
- Jarum menempuh titik maximum
dengan beban penuh
- Terjadi suatu titik penuh pada
beban patah/puncak
Langkah-langkah yang dilakukan
dalam pengujian rotari bending
adalah sebagai berikut :
- Timbang beban yang akan
digunakan
- Pasang benda uji pada penjepit
- Gabungkan beban pada alat yang
tersedia
- Menjalankan mesin sesuai
dengan waktu yang telah
ditentukan.
IV. Analisa data dan Pembahsan
4.1. Analisa Data
Data hasil pengujian yang diperoleh dari
material baja karbon HQ 760,
selanjutnya diolah dan dihitung
berdasarkan persamaan-persamaan yang
telah ada yang selanjutnya dapat
dijelaskan sebagai berikut
4.1.1 Pengujian rotari bending
sebelum dilakukan pengujian tarik, maka
terlebih dahulu dilakukan pengujian
rotari bending dengan beban dan waktu
yang telah ditentukan. Pengujian ini
dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan perlakuan atau pembebanan
dinamis terhadap material.
Data dari mesin uji rotari bending adalah
sebagai berikut
- Data motor : 1
Hp
- Putaran Maksimun (n) :
1450 rpm
4.1.2. Pengujian Tarik Menghitung kekuatan
Dalam menghitung kekuatan bahan atau
besarnya tegangan yang terjadi akibat
penarikan digunakan rumus sebagai
berikut:
A
p
dalam hal ini digunakan A = Ao = luas
penampang awal specimen sebagai luas
penampang terbebani
Karena tegangan terjadi ada beberapa
yaitu tegangan yield, tegangan
maksimum ataupun tegangan patah
maka persamaan dapat ditulis :
)/()( 2
0
mmkgA
PyieldTegangan
y
)/()( 2
0
max mmkgA
PMaksimumTegangan
)/()( 2
0
mmkgA
PPatahTegangan
patah
Contoh perhitungan untuk material
Normal
Regangan (𝜺)
%24
%10050
5062
%1001
x
xL
LL
o
o
Reduksi Penampang (Ar)
%100xA
AAA
o
po
r
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010
2225,78)10(
4
14,3
4mmxxdA oo
2225,38)7(
4
14,3
4mmxxdA pp
%51%1005,78
5,385,78
xAr
Tegangan tarik maksimun (𝜎m)
2max /43,765.78
6000mmkg
A
P
o
m
Contoh Perhitungan untuk waktu 6 jam
dengan beban 15 kg
Regangan (𝜺)
%28
%10050
5064
%1001
x
xL
LL
o
o
Reduksi Penampang (Ar)
%100xA
AAA
o
po
r
2225,78)10(
4
14,3
4mmxxdA oo
2227,40)2,7(
4
14,3
4mmxxdA pp
%2,48%1005,78
7,405,78
xAr
Tegangan tarik maksimun (𝜎m)
2max /79,685.78
5400mmkg
A
P
o
m
4.2. Pembahasan
Secara umum dari hasil penelitian yang
dilakukan, dalam hal ini grafik hubungan
antara kekuatan tarik maksimum dengan
beban dan waktu pembebanan terlihat
bahwa terjadi penurunan kekuatan tarik
yang sangat berarti untuk semua variable
perlakuan. Untuk beban 10 kg dengan
waktu 3,6 dan 9 jam penurunan kekuatan
tarik dari kondisi normal sebesar 6-7
kg/mm2, untuk beban 15 kg dengan
waktu 3 dan 6 jam penurunan berkisar
antara 7-9 kg/mm2. Akan tetapi pada
beban 15 dan 20 kg dengan waktu
pembebanan selama 9 jam terjadi
penurunan kekuatan tarik yang sangat
berarti yakni sebesar 17 – 21 kg/mm2
penurunan kekuatan tarik yang sangat
besar ini terjadi karena beban yang
diberikan cukup besar dan waktu
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010
pembebanan yang lama sehingga
mengakibatkan material tersebut
menjadi lelah sehingga terjadi penurunan
kekuatan tarik
Pengaruh pembebanan terhadap
kekuatan tarik pada beberapa waktu
pembebanan, dari grafik 4.1 terlihat :
Waktu 3 jam
Penurunan kekuatan dari kondisi
normal sebesar 67,43 kg/mm2
menjadi 70,06 kg/mm2 untuk beban
kg, untuk beban 15 kg, kekuatan
tarik turun menjadi 67,52 kg/mm2
Waktu 6 jam
Pada kondisi ini penurunan kekuatan
tarik dari kondisi normal samapai
sengan beban 20 kg penurunannya
relative cukup kecil. Dimana pada
kondisi normal kekuatan tarik
sebesar 76,43 kg/mm2 sedangkan
pada beban 20 kg kekuatan tarik
turun menjadi 64,97 kg/mm2 (-11,58
kg/mm2)
Waktu 9 jam
Pada kondisi ini penurunan kekuatan
tarik dari kondisi normal sampai
beban 10 kg relative cukup kecil
yakni 7,25 kg/mm2 akan tetapi pada
beban 10 sampai 20 kg penurunan
kekuatan tarik yang sangat besar
terjadi di sebabkan karena pada pada
waktu 9 jam dengan beban 15 – 20
kg material menjadi lelah sebagai
akibat dari waktu yang cukup lama
dan beban yang besar sehingga
kekuatan material menjadi menurun.
Penurunan kekuatan ini disebabkan
karena adanya deformasi yang terjadi
sebagai akibat pembebanan yang
diberikan terhadap material
Pembahasan Khusus
Pada waktu 3 jam dengan beban 20
kg terjadi penurunan kekuatan tarik
yang sangat besar sekali yakni dari
kondisi normal 76,43 kg/mm2
menjadi 31,85 kg/mm2 (60%)
penurunan yang sangat besar terjadi
diduga diakibatkan karena adanya
cacat pada material, hal ini dapat
dilihat pada beberapa material
dengan beberapa perlakuan dimana
penurunan kekuatan tarik cenderung
hampir merat sekalipun ada beberapa
perbedaan yang terjadi.
V. Kesimpulan Dan Saran
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan
pada bernagai perlakuan terhadap
material yang dilakukan dengan
perlakuan rotary bending kemudian
dilanjutkan dengan pengujian kekuatan
tarik dan berdasarkan pengolahan data
dan pembahasan hasil penelitian maka
dapat disimpulkan :
1. Sebagai akibat dari pembebanan
yang diberikan yakni beban 10, 15
dan 20 kg terhadap material maka
akan terjadi penurunan kekuatan
tarik tergantung besarnya penurunan
kekuatan tarik tergantung besarnya
beban yang diberikan
2. Dari tiga waktu pembebanan yang
diberikan yakni 3, 6 dan 9 jam maka,
waktu 9 jam memperlihatkan
penurunan kekuatan tarik yang
sangat besar
DAFTAR PUSTAKA
1. Amstead.B.H, Philip. F, Ostwald,
Myronl, Begeman, Manufacturing
Processes, Seven edition & sons Inc
Colorado, 1979, terjemahan, Sriati
Djaprie, Teknologi mekanik,
Erlangga, Jakarta, 1985
2. Anver, S.H. 1984, Introduction To
Physical Metalurgi, Me. Graw Hill
Kogakusha L.D. Tokyo
3. Suardi, Amin, Adyana,D .N. 1989,
Pengetahuan Logam UPT –LUK
Metallurycal Transaction
4. R.E. Saliman,CBE,DSc, FRS,
FREng, FIM, ;R.J. Bishop, PhD,
CEng, MIM, 2000, Metalurgi Fisik
Modern dan Rekayasa Material,
Diterjemahkan oleh Ir. Sriati Djaprie
, M.Met edisi keenam, Eralangga
Jakarta.
5. Dieter, Geoege E, Mechanical
Metalurgy, Third Edition, Mc Graw
Hill Inc, 1989, Alih Bahasa, Sriati
Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 11, No.36. Agustus 2010
Djaprie, Metalurgy Mekanik jilid 1-2
Erlangga Jakarta 1988
6. Alexander WO, Essential Metalurgy
for Engeneers, Alih Bahasa Sriati
Djapri. Dasar Metalurgy Untuk
Rekayasa, PT. Gramedia Jakarta
1991