ANALISIS PENGARUH PDRB DAN INDEKS PEMBANGUNAN .../Analisis... · yang dilakukan disuatu wilayah...

104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS PENGARUH PDRB DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIATERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA TENGAH ( Analisis Data Panel terhadap 35 Kabupaten/Kota Tahun 2005-2009) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Sumber daya Manusia dan Pembangunan Oleh: J U M I K A N S4211010 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA 2012

Transcript of ANALISIS PENGARUH PDRB DAN INDEKS PEMBANGUNAN .../Analisis... · yang dilakukan disuatu wilayah...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS PENGARUH PDRB DAN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIATERHADAP

TINGKAT KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA TENGAH ( Analisis Data Panel terhadap 35 Kabupaten/Kota Tahun 2005-2009)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister

Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Sumber daya Manusia dan Pembangunan

Oleh:

J U M I K A N

S4211010

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

SURAKARTA

2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ANALISIS PENGARUH PDRB DAN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIATERHADAP

TINGKAT KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA TENGAH

( Analisis Data Panel terhadap 35 Kabupaten/Kota Tahun 2005-2009)

Disusun Oleh :

J U M I K A N

S4211010

Telah disetujui pembimbing

Padatanggal :________________

Pembimbing I Pembimbing II

Lukman Hakim,SE., M.Si., Ph. D Dr. AM Susilo, M.Sc

NIP : 19680518 200312 1 001 NIP : 19590328 198803 1 001

Ketua Program Studi

Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dr. AM Susilo, M.Sc

NIP : 19590328 198803 1 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

ANALISIS PENGARUH PDRB DAN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIATERHADAP

TINGKAT KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA TENGAH

( Analisis Data Panel terhadap 35 Kabupaten/Kota Tahun 2005-2009)

Disusun Oleh :

J U M I K A N

S4211010

Telah disetujui oleh Tim Penguji :

Pada tanggal :........................

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Tim Penguji Dr. Guntur Riyanto, M.Si ......................

Pembimbing UtamaLukman Hakim, SE., M.Si., Ph.D......................

Pembimbing PendampingDr. AM Susilo, M.Sc. ......................

Mengetahui :

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi

Magister Ekonomi dan Studi

Pembangunan

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S Dr. AM Susilo, M.Sc.

NIP : 19570820 198503 1 004 NIP : 19590328 198803 1 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

N a m a : J U M I K A N

NIM : S4211010

Program Studi : Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Sumberdaya Manusia dan Pembangunan

Menyatakan bahwa tesis ini adalah karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan

dari hasil karya orang lain.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surakarta, 2012

Tertanda

J U M I K A N

iv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

Istri dan anak-anakku tercinta :

1. Dwijuni Astuti Listiyorini, SE

2. Choirunnissa Nur Kamila

3. Adimas Khoirunafis Maruf

Ibuku, yang kami hormati.

Almamaterku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Ilmu itu adalah gudang - gudang, anak kuncinya

adalah pertanyaan. Dari itu bertanyalah !. Sesungguhnya di

beri pahala pada bertanya itu empat orang, yaitu penanya,

yang berilmu, pendengardan yang suka kepada mereka yang

tiga tadi.

Tak waja rbagi orang bodoh, berdiam diri atas

kebodohannya. Dan tak wajar bagi yang berilmu bediam diri

atas ilmunya.

AL-HADITS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Porduk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat kemiskinan di Propinsi Jawa Tengah dari tahun 2005 - 2009. Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa angka angka kemiskinan dari tahun ketahun tidak mengalami penurunan yang signifikan padahal angka pertumbuhan ekonomi (PDRB) rata rata cukup tinggi serta angka Indeks Pembangunan Manusia juga rata rata mengalami kenaikan.

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif dan analisis ekonometrika. Analisis deskriptif dilakukan dengan menyajikan data dalam bentuk tabel, sedangkan analisis ekonometrika, yang dilakkukan dengan menggunakan panel data dengan pendekatan efek tetap (fixed efect), dilakukan untuk menelaah pengaruh pertumbuhan ekonomi (PDRB) dan Indeks pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat Penurunan Kemiskinan (PM).

Data yang digunakan adalah data skunder yang berasal dari berbagai institusi pemerintah terutama Badan Pusat Statistik dan Dinas Sosial. Panel data yang digunakan untuk analisis ekonometrika adalah time series tahun 2005 sampai tahun 2009 dan cross-section dari 35 kabupten/kota di Propinsi Jawa Tengah.

Model akan diregresi menggunakan OLS (Ordinary Least Square) dengan data panel, atau dusebut PLS (Panel Least Square) dengan menggunakan Sofware Eviews.6 untuk pengolahan data.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi (PDRB) tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan kemiskinan, sedangkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh signifikan terhadap penurunan kemiskinan pada tingkat signifikansi 5 %.

Sebagai upaya percepatan penurunan kemiskinan, bagi para pihak yang terkait agar pertumbuhan ekonomi diusahakan lebih besar pada sector sector riil terutama sector pertanian dan industry pengolahan yang berpotensi banyak menyerap tenaga kerja. Dan untuk meningkatkan angka IPM, terutama pada komponen pendidikan dan kesehatan agar selalu diusahakan untuk meningkatkan kesempatan pada warganya dalam mendapatkan akses terhadap kedua komponen tersebut.

Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia dan Penurunan Kemiskinan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the effect Porduk Gross Domestic (GDP) and the Human Development Index (HDI) of the level of poverty in the province of Central Java from 2005-2009. This study motivated the poverty figures from year to year does not decrease significantly when the economic growth rate (GDP) on average quite high and the Human Development Index figures also mean increased. The analysis conducted in this study in the form of descriptive analysis and econometric analysis. Descriptive analysis is done by presenting the data in tabular form, while the econometric analysis, which dilakkukan using panel data with fixed effects approach (fixed-effect), was conducted to examine the effect of economic growth (GDP) and the Human Development Index (HDI) for Poverty Reduction rate (PM). The data used are secondary data from various government agencies, especially the Central Bureau of Statistics and the Department of Social Welfare. Panel data used for the analysis of time series econometrics is 2005 to 2009 and the cross-section of 35 kabupten / town in Central Java province. The model will be regressed using OLS (Ordinary Least Square) with data panels, or dusebut PLS (Panel Least Square) using Eviews.6 Software for data processing.

The results of this study indicate that economic growth (GDP) had no significant effect on poverty reduction, while the Human Development Index (HDI) significantly influences poverty reduction at a significance level of 5%.

As efforts to accelerate poverty reduction, for the parties concerned to be sought greater economic growth in the real sectors, especially agriculture and processing industries are potentially a lot of employment. And to increase the number of IPM, especially in education and health components that always sought to improve the opportunities for citizens to gain access to the second component.

Keywords: Economic Growth, Human Development and Poverty Reduction.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Taala yang telah

melimpahkan taufik dan hidayahNya sehingga Tesis yang berjudul ANALISIS

PENGARUH PDRB DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA TENGAH (

Analisis Data Panel terhadap 35 Kabupaten/Kota tahun 2005-2009) ini dapat

terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penelitian ini merupakan atas

bimibingan, petunjuk serta nasehat dari Bapak-bapak pembimbing dan Bapak/Ibu

Dosen serta Sekretariat Program Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, maka pada kesempatan ini penulis

sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para beliau.

Selanjutnya penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari Bapak/Ibu

Dosen serta rekan-rekan guna perbaikan tesis ini.

Demikian semoga penelitian ini bermanfaat.

Surakarta, 2012

Peneliti

J U M I K A N

NIM S4211010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ....................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv

PERSEMBAHAN ........................................................................................... v

MOTTO .......................................................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

ABSTRACT ..................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tolok Ukur Pembangunan .......................................... 8

B. Konsep Pertumbuhan Ekonomi ................................................ 9

C. Konsep Pembangunan manusia ................................................ 15

D. Indeks Pembangunan Manusia (IPM ....................................... 16

E. Kemiskinan ............................................................................... 23

F. TinjauanPenelitianTerdahulu ................................................... 37

G. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 38

H. Hipotesis ................................................................................... 39

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian .......................................................................... 40

B. Jenisdan Sumber Data ............................................................. 40

C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 41

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ....................... 41

E. Teknik Analisa Data ................................................................. 42

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Propinsi Jawa Tengah ...................................... 48

1. Keadaan Geografis ............................................................ 48

2. Keadaan Penduduk ........................................................... 53

3. Kondisi Perekonomian ..................................................... 57

4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ...................... 59

5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ............................. 69

6. Kondisi Kemiskinan di Jawa Tengah ................................. 70

B. Diskripsi Variabel- Variabel Penelitian ....................................... 73

1. Pertumbuhan Ekonomi ..................................................... 74

2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) .............................. 74

3. Kemiskinan ....................................................................... 75

C. Analisa Data ................................................................................ 76

1. Persamaan Regresi Linier Data Panel .............................. 76

2. Uji Statistik ....................................................................... 78

3. UjiAsumsiKlasik ................................................................ 78

4. Analisis Hasil Regresi ...................................................... 82

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

5. Uji Hipotesa (Teori) ........................................................ 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................. 87

B. Saran ............................................................................................ 88

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Uraian Hal.

2.1 Perbandingan Kegunaan dan Kelemahan GNP dan PDRB 16

2.2 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM 20

2.3 Tahun Konversi dan Pendidikan tertinggi yang ditamatkan 21

3.1 Variabel yang dinaikan dalam analisis 42

4.1 Jumlah, Kepadatandan LPP Jawa Tengah tahun 1980, 1990, 2000 dan 2008

54

4.2 Perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2000, tahun 2005-2009

60

4.3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Tengah tahun 2004-2008 (persen)

62

4.4 PDRB Meunurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah tahun 2005-2009 (miliar rupiah)

65

4.5 Distribusi persntase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah tahun 2005-2009

66

4.6 Laju Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Jawa Tengah tahun 2005-2009

68

4.7 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Propinsi Jawa Tengah menrut daerah tahun 1996-2011.

72

4.8 IPM Propinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2010 75

4.9 Jumlah Penduduk Miskin di Propinsi Jawa Tengah dari Tahun 2005-2009 (ribuan)

76

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Penelitian

Lampiran 2.Hasil Olah data dengan Eviews.7

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beberapa studi menunjukkan bahwa pentingnya faktor pertumbuhan

ekonomi dan peningkatan angka Indeks Pembangunan Manusia dalam upaya

penurunan tingkat kemiskinan dan peningkatan kualitas kehidupan manusia

pada umumnya. Menurut Siregar, H. dan Wahyunarti, D. (2006) menunjukkan

bahwa pertumbuhan ekonomi yang bekualitas, dimana pertumbuhan ekonomi

lebih besar pada sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja yaitu sektor

pertanian dan industri pengolahan dapat berdampak pada menurunnya angka

kemiskinan secara signifikan. Tetapi sebaliknya, pertumbuhan ekonomi tidak

berkualitas yaitu pertumbuhan ekonomi yang hanya didominasi oleh sektor

jasa maka dampaknya terhadap pengurangan kemiskinan juga sangat kecil.

. Begitu juga penelitian yang telah dilakukan oleh Lismawatie,

Kurnia (2007) tentang korelasi antara indeks pembangunan manusia dengan

kondisi kemiskinan di Pematangsiantar, disimpulkan bahwa apabila data-data

IPM dihitung secara benar maka bisa mencerminkan peningkatan kualitas

hidup masyarakat tidak mampu dalam upaya mengurangi jumlah kemiskinan.

Angka-angka Indeks Pembanguna Manusia (IPM), dianggap lebih

mencerminkan hasil-hasil pembangunan yang berfokus pada pembangunan

manusia.IPM tidak hanya sekedar menghitung besaran PDB, tetapi

didalamnya juga mengukur aspek-aspek yang relevan dengan pembangunan

manusia melalui indeks komposit yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

kesehatan, pendidikan dan pendapatan (daya beli), dianggap sangat cocok

sebagai alat ukur kinerja pembangunan khususnya pembangunan manusia

yang dilakukan disuatu wilayah pada waktu tertentu, atau secara spesifik IPM

merupakan alat ukur kinerja dari pemerintah disuatu wilayah. Maka angka-

angka IPM yang meningkat bisa mencerminkan peningkatan kualitas hidup

masyarakat tidak mampu dalam upaya menurunkan kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi bersangkut paut dengan proses peningkatan

produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat

dikatakan, bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi

tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan.

Dalam hal ini berarti bahwa terdapat kenaikan pendapatan nasional yang

ditunjukkan oleh besarnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB).

Sementara itu, keberhasilan pembangunan yang ditunjukkan dari laju

pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat selama ini diharapkan bisa mengatasi

permasalahan pengangguran tersebut. Pertumbuhan (growth) sebagai suatu

proses untuk meningkatkan produksi (output) yang ditunjukkan dengan GNP

per kapita suatu negara seringkali merupakan ukuran dari kesuksesan

pembangunan ekonomi. Dari GNP per kapita juga dapat untuk

menggambarkan apakah suatu negara diklasifikasikan sebagai negara maju

atau sedang berkembang. Akan tetapi dengan lajunya pertumbuhan GNP

tidaklah mutlak merupakan ukuran keberhasilan pembangunan ekonomi

negara sedang berkembang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Konsep pembangunan manusia mempunyai cakupan yang lebih luas

dari teori konvensional pembangunan ekonomi. Model pertumbuhan ekonomi

lebih menekankan pada peningkatan PDB dari pada memperbaiki kualitas

manusia. Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi,

tetapi tidak anti pertumbuhan. Dalam perspektif pembangunan manusia,

pertumbuhan ekonomi bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan alat untuk

mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas pilihan-pilihan bagi manusia.

Pertumbuhan ekonomi sebagai indikator keberhasilan pembangunan

ekonomi, dapat diartikan sebagai pertumbuhan output per kapita dalam jangka

panjang. Hal ini berarti bahwa, peningkatan kesejahteraan tercermin pada

peningkatan output per kapita yang sekaligus memberikan banyak alternatif

dalam mengkonsumsi barang dan jasa, serta diikuti oleh daya beli masyrakat

yang semakin meningkat

Sementara itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), setelah

dipublikasikan pertama kali oleh Biro Pusat Statistik (BPS) dan United Nation

Development Programme (UNDP) pada tahun 1996, sebagai tolok ukur

pembangunan manusia. IPM tidak hanya sekedar menghitung besaran PDB,

tetapi didalamnya juga mengukur aspek-aspek yang relevan dengan

pembangunan manusia melalui indeks komposit yang terdiri dari tiga

komponen utama yaitu kesehatan, pendidikan dan pendapatan (daya beli). Saat

ini IPM dianggap lebih mencerminkan hasil-hasil pembangunan yang berfokus

pada pembangunan manusia.IPM dianggap sangat cocok sebagai alat ukur

kinerja pembangunan khususnya pembangunan manusia yang dilakukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

disuatu wilayah pada waktu tertentu, atau secara spesifik IPM merupakan alat

ukur kinerja dari pemerintah disuatu wilayah.

Publikasi tentang IPM memberikan semangat terhadap propinsi-

propinsi bahkan kabupaten/kota dengan melakukan hitungan IPM untuk

kepentingan daerahnya. Upaya untuk menghitung IPM sampai ketingkat

kabupaten/kota sangat penting karena proses desentralisasi yang berjalan di

Indonesia memindahkan sebagian besar proses pembangunan ketangan

pemerintah daerah dan masyarakat lokal. Desentralisasi tidak hanya tertuju

pada pembangunan ekonomi saja tetapi pembangunan manusia juga merupakan

prioritas utama, penduduk ditempatkan obyek dan sekaligus subyek

pembangunan. Artinya, angka-angka besaran IPM bisa dijadikan sebagai salah

satu tolok ukur keberhasilan pembangunan manusia.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pertama kali diperkenalkan

pada tahun 1990, menyajikan ukuran kemajuan pembangunan yang lebih

memadai dan lebih menyeluruh daripada ukuran tunggal pertumbuhan PDRB

per kapita. Konsekuensi dari kebijakan desentralisasi sesuai dengan UU nomor

22/1999 tentang Pemerintahan Daerah serta UU nomor 25/1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, membawa kepada tanggung

jawab yang besar kepada pemerintah daerah terutama pemerintah

kabupaten/kota terhadap pembangunan manusia. Oleh karena itu, besaran IPM

juga bisa menggambarkan kinerja pemerintah kabupaten/kota dalam

pembangunan manusia tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Pada konteks itulah pada tingkat yang lebih kecil, penulis ingin

mengetahui seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa

Tengah yang ditunjukkan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) serta pengaruhnya terhadap tingkat

kemiskinan. Disamping itu juga untuk mengetahui seberapa besar kepekaan

perubahan PDRB dan IPM tersebut terhadap laju penurunan kemiskinan.

Sehingga dengan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan yang kemudian dapat

sebagai salah satu pertimbangan bagi pengambil kebijakan diwilayah Propinsi

Jawa Tengah.

B. Rumusan Masalah

Bukti empiris menunjukkan bahwa strategi pembangunan yang

berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi saja tidak cukup, karena

ternyata tidak diikuti dengan pengurangan tingkat pengurangan kemiskinan

yang signifikan. Begitu juga dengan skor Indeks Pembangunan Manusia yang

terus naik dari tahun ketahun, belum tentu signifikan pengaruhnya terhadap

penurunan kemiskinan.

Konsepsi diatas mengandung pengertian bahwa tingkat pertumbuhan

ekonomi (PDRB) yang tinggi dan Indeks Pembangunan manusia (IPM) yang

meningkat belum tentu diikuti dengan keberhasilan dalam mengurangi

kemiskinan. Oleh karena itu, berpijak pada latar belakang pemikiran tersebut

maka rumusan masalah penelitian yang diajukan oleh penulis adalah :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

1. Bagaimana Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap

Tingkat Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2005-2009.

2. Bagaimana Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap

Tingkat Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2005-2009.

3. Bagaimana Pengaruh Produk Doestik Regional Bruto (PDRB) dan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) secara bersama sama terhadap Tingkat

Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2005 2009.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

terhadap Tingkat Kemiskinan di Propinsi Jawa Tengah tahun 2005-2009.

Secara lebih rinci, tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

terhadapTingkat Kemiskinan di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009.

2. Untuk mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap

Tingkat Kemiskinan di Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009.

3. Untuk mengetahui pengaruh Produk Doestik Regional Bruto (PDRB) dan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara bersama sama terhadap

Tingkat Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2005 2009.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan

pertimbangan untuk membuat kebijakan yang berkaitan dengan usaha-usaha

penanganan kemiskinan di Propinsi Jawa Tengah dan juga diharapkan akan

dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi kepentingan pengembangan

ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.

1. Manfaat Teoritis.

Sebagai sarana pembanding bagi ilmu pengetahuan dalam memperkaya

informasi tentang pengaruh hubungan antara Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan usaha-

usaha menurunkan angka kemiskinan.

2. Manfaat Praktis.

Memberikan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Propinsi Jawa Tengah

dalam upaya membuat kebijakan penanganan kemiskinan dimasa yang akan

datang. Serta memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat di

Propinsi Jawa Tengah dalam upaya mengatasi masalah kemiskinan dimasa

yang akan datang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tolok Ukur Pembangunan

Hakekat pembangunan dalam suatu wilayah adalah proses

multidimensional yang mencakup perubahan yang mendasar meliputi struktur-

struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional dengan

tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penenganan ketimpangan

pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Pembangunan juga merupakan

perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian system social secara

keseluruhan tanpa mengabaikan kerjasama, kebutuhan dasar, dan keinginan

mayoritas individu maupun kelompok social yang ada untuk bergerak maju

menuju suatu kondisi yang lebih baik (Sulasdi, 2006).

Dapat dikatakan bahwa pembangunan merupakan suatu kenyataan

fisik sekaligus tekad suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin

melalui serangkaian proses sosial, ekonomi dan institusi demi mencapai

kehidupan yang lebih baik. Pembangunan paling tidak mempunyai tiga tujuan

inti yaitu peningkatan ketersediaan kebutuhan pokok, peningkatan standar

hidup, dan perluasan pilihan ekonomis dan sosial individu.

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total

dan pendapatan per kapita dengan mempertimbangkan adanya pertambahan

dan disertai dengan perubahan fondamental dalam struktur ekonomi suatu

negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu wilayah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Pembangunan yang dilaksanakan disuwatu wilayah akan memberikan

keadaan yang lebih baik daripada sebelumnya. Pada prinsipnya tolok ukur

kinerja pembangunan meliputi tolok ukur pembangunan fisik dan non

fisik.Pembangunan fisik terwakili oleh pembangunan fisik dan

ekonomi.Ukuran peningkatan ekonomi terwakili dengan Gross Domestic

Product (GDP), Gross Domestic Regional Bruto (PDRB).Sementara itu,

pembangunan manusia dapat dukur salah satunya dengan menggunakan tolok

ukur IPM.

B. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi

(economic growth); dan pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan

ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses

pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan kapasitas

produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan

pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan

ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil dinegara tersebut. Adanya

pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan

ekonomi.

Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi

keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam

standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan

produksi tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi

dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomia seperti dalam lembaga,

pengetahuan, sosial dan teknik.

Teori pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai penjelasan

mengenai faktor-faktor yang menentukan kenaikan output per kapita dalam

jangka panjang, dan penjelasan mengenai interaksi faktor-faktor tersebut satu

sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1999). Teori

pertumbuhan ekonomi dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Teori-teori klasik, mencakup teori pertumbuhan Adam Smith, David

Richardo dan Arthur Lewis. Perbedaan teori Lewis dengan teori-teori

klasik Smith dan Richardo terletak pada penekanan oleh Lewis pada aspek

dualisme perekonomian, yaitu adanya sektor modern dan sektor

tradisional, yang masing memiliki ciri-ciri ekonomi khusus.

2. Teori-teori modern, yang mencakup empat sub golongan, yaitu :

a. Teori pertumbuhan yang tumbuh dari teori makro Keynes (Keynesian).

Dalam hal ini termasuk teori pertumbuhan Harrod-Domar, Kaldor.

b. Teori pertumbuhan Neo-Klasik, diawali terutama oleh teori Robert

Solow dan Trevor Swan.

c. Teori pertumbuhan optimum.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Teori ini bertujuan mencari jalur pertumbuhan yang paling baik

(optimum) bagi suatu perekonomian. Termasuk dalam hal ini teori Dalil

Emas dan teori Jalan Raya.

d. Teori pertumbuhan dengan uang.

Teori ini merupakan perkembangan labih lanjut dari pertumbuhan Neo

Klasik, tetapi dengan tambahan adanya uang didalam perekonomian

sebgai alat penyimpan kekayaan. Teori pokoknya berawal dari karya

James Tobin.

Dalam hal ini diambil suatu teori pertumbuhan ekonomi, yaitu teori

pertumbuhan Harrod-Domar. Teori Harrod-Domar adalah perkembangan

langsung dari makro Keynes jangka pendek menjadi suatu teori jangka

panjang. Harrod-Domar melihat pengaruh Investasi (I) dalam perspektif waktu

yang lebih panjang. Manurut Harrod-Domar, pengeluaran investasi (I) tidak

hanya mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat (Z), tetapi juga

terhadap penawaran agregat (S) melalui pengaruhnya terhadap kapasitas

produksi. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang, I menambah stok

kapital ( misalnya pabrik-pabrik, jalan-jalan). Jadi I=K, dimana K adalah

stok kapital dalam masyarakat. Hal ini berarti pula peningkatan kapasitas

produksi masyarakat.

Harrod-Domar mengatakan bahwa setiap penambahan stok kapital

masyarakat (K) meningkatkan pula kemampuan masyarakat untuk

menghasilkan output (QP). QP adalah output yang potensial bisa dihasilkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

dengan stok kapital yang ada. Hubungan antara K dan QP digambarkan

sebagai :

QP = hK

dimana h, menunjukkan berapa unit output yang bisa dihasilkan dari setiap

unit kapital. Koefisien ini diberi nama output-capital ratio, dan kebalikannya,

yaitu 1/h adalah capital-output ratio.

Hubungan antara K dan QP adalah proporsional, apabila K naik dua

kali lipat maka QP juga akan naik dua kali lipat. Jadi apabila dalam satu tahun

ada investasi sebesar I, maka stok kapital pada akhir tahun tersebut akan

bertambah sebesar K = I. Selanjutnya penambahan kapasitas ini akan

meningkatkan output potensial sebesar :

QP = hK = hI hK

Semakin besar I, semakin besar tambahan output potensial.

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah dua konsep yang

tidak dapat dipisahkan. Pembangunan bertujuan untuk menentukan usaha

pembangunan yang berkelanjutan dengan tidak menghabiskan sumber daya

alam. Teori dan model pertumbuhan yang dihasilkan dijadikan panduan

konsep pembangunan, dimana hal ini dibahas dalam teori pertumbuhan dan

pembangunan dan berusaha menganalisa secara kritikal dengan melihat

kesesuaian dalam konteks negara. Walaupun tidak semua teori atau model

dapat digunakan, namun berbagai pendapat mengenai peranan faktor

pengeluaran termasuk buruh, tanah, modal dan pengusaha dapat menjelaskan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

penyebab tidak terlaksananya pembangunan dalam sebuah negara. Pada tahap

awal, pendapatan per kapita menjadi alat ukur utama bagi pembangunan.

Namun sesuai dengan perubahan waktu, aspek pembangunan manusia dan

pembangunan sumber daya alam semakin ditekankan. Pembangunan sumber

daya alam melihat kepada aspek manfaat kepada generasi akan datang melalui

kebijakan masa kini. Oleh karena itu konsep pembangunan dan pertumbuhan

tidak ditafsirkan dari perspektif ekonomi semata-mata, namun meliputi

berbagai disiplin seperti pendidikan, perindustrian dan kebijakan (Idris dan

Dan, 2004).

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan

merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi, karena

penduduk bertambah terus dan berarti kebutuhan ekonomi bertambah terus,

maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini hanya bisa

didapat lewat peningkatan output (barang dan jasa) atau produk domestik

bruto (PDB/PDRB) setiap tahun. Jadi dalam pengertian ekonomi makro,

pertumbuhan ekonomi adalah PDB yang berarti juga penambahan pendapatan

nasional (Tambunan, 2001a).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan total produksi

barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam

waktu biasanya satu tahun. PDRB dapat dihitung melalui pengukuran arus

sirkular (sircular flow) yang pengukurannya dapat dibedakan menjadi tiga

cara yaitu metode total keluaran (thetotal output method), metode pengeluaran

atas keluaran (the spending on output method) , dan metode pendapatn dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

produksi (the income from production method). Pendekatan penghitungan

PDRB dengan metode yang pertama dikenal dengan sebutan pendekatan

produksi, yang kedua dikenal sebagai pendekatan pengeluaran, dan yang

terakhir dikenal dengan pendekatan pendapatan (BPS, 2008).Pendekatan

produksi pada penghitungan PDRB dilakukan melalui penjumlahan unit-unit

produksi pada masing-masing sektor. Sektor PDRB terdiri dari sector

pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan,

sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel

dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa (BPS, 2008).

Sektor industri sebagai salah satu sektor yang berperan dalam

pertumbuhan ekonomi juga berperan sebagai penyedia lapangan kerja yang

menampung tenaga kerja dari desa (urban), menanggulangi kemiskinan

masyarakat yang semakin meningkat, dan dengan pertumbuhan yang positif

sektor industry berperan dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dalam nilai absolut dan nilai relatif

(persentase). Pertumbuhan dalam nilai absolut dinyatakan dalam rupiah,

misalnya PDB tahun 2000 tumbuh 2 triliun dibandingkan dengan PDB tahun

1999. Sedangkan pertumbuhan dalam persentase dapat dihitung dengan cara

sederhana, sebagai berikut : ( Tambunan, 2001b)

PDB(t) = [PDB(t)-PDB(t-1)/PDB(t-1)] x 100%

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dimana PDB(t) = pertumbuhan ekonomi tahun t tertentu dalam nilai absolut,

t-1 = tahun sebelumnya. Untuk mendapatkan laju pertumbuhan ekonomi rata-

rata per tahun, dapat menggunakan rumus sebagai beriku :

= 1 dimana r = laju pertumbuhan PDB rata-rata per tahun, n = jumlah tahun, = tahun akhir periode, 1 menggambarkan compound faktor. Menurut Tambunan (2001b), pertumbuhan ekonomi dalam nilai absolut selanjutnya

dapat dinyatakan dalam nilai nominal berdasarkan harga berlaku dan nilai riil

berdasarkan harga konstan.

C. Konsep Pembangunan manusia

Menurut UNDP (2001), pembangunan manusia (human development)

adalah suatu perluasan pilhan bagi penduduk (enlarging the choices of

people), yang dapat dilihat sebagai proses upaya kearah perluasan pilihan dan

sekaligus sebagai taraf yang dapat dicapai dari upaya tersebut. Pada saat yang

sama pembangunan manusia dapat dilihat juga sebagai pembangunan

(formation) kemampuan manusia melalui perbaukan taraf kesehatan ,

pengetahuan dan ketrampilan sekaligus sebagai pemanfaatan

kemampuan/ketrampilan mereka tersebut.

D. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

1. Definisi Pembangunan Manusia dan Pengukurannya.

UNDP (United Nation Development programme) mendefinisikan

pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut, penduduk ditempatkan

sebagai tujuan akhir (the ultimate end) sedangkan upaya pembangunan

dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu.

Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal

pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan,

kesinambungan dan pemberdayaan. Secara ringkas empat hal pokok

tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

a.. Produktivitas.

Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan

berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan.

Pembangunan ekonomi dengan demikian merupakan himpunan bagian

dari model pembangunan manusia.

b. Pemerataan.

Penduduk harus memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk

mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial.

Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh

akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil

manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan

produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

c. Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak

hanya untuk generasi-generasi yang akan datang. Sumber daya fisik,

manusia, dan lingkungan selalu diperbarui.

d. Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang

akan menentukan arah kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi

dan mengambil manfaat dari proses pembangunan.

Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat ukur yang peka

untuk dapat memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada

komponen daya beli yang dalam kasus Indonesia sudah sangat merosot

akibat krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997. Krisis

ekonomi dan moneter tersebut berdampak pada tingkat pendapatan yang

akibatnya banyak PHK dan menurunnya kesempatan kerja yang

kemudian dipengaruhi tingkat inflasi yang tinggi selama tahun 1997-

1998. Menurunnya tingkat kesempatan kerja dalam konteks

pembangunan manusia merupakan terputusnya jembatan yang

menghubungkan antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya peningkatan

kapasitas dasar penduduk.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

2. Metode Perhitungan dan Komponen komponen IPM

a. Metode Perhitungan IPM

Adapun komponen IPM disususn dari tiga komponen yaitu lamanya

hidup diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan

diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk

dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan

bobot sepertiga), dan tingkat kehidupan yang layak yang diukur

dengan pengeluaran per kapita yang telah disesuaikan (PPP rupiah),

indeks ini merupakan rata-rata sederhana dari ketiga komponen

tersebut diatas :

IPM = 1/3 (Indeks + Indeks + Indeks ) Dimana :

X1 = Lamanya hidup

X2 = Tingkat Pendidikan

X3 = Tingkat kehidupan yang layak

Indeks ,=( ,- )/(,- /) Dimana:

, = Indikator ke-I dari daerah J = Nilai minimum dari /= Nilai maksimal dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

b. Komponen-komponen IPM

1. Lamanya Hidup (Longevity)

Lamanya hidup adalah kehidupan untuk bertahan lebih lama diukur

dengan indikator harapan hidup pada saat lahir (Lifeexpectacy at

birth) (). Perhitungan dilakukan secara tidak langsung berdasarkan dua data dasar yaitu rata-rata jumlah lahir hidup dan

rata-rata anak yang masih hidup dari wanita yang pernah kawin.

Untuk mendapatkan Indeks harapan Hidup dengan menstandarkan

angka harapan hidup terhadap nilai maksimumnya, seperti

tercantum pada tabel 2.1 dibawah ini :

Tabel 2.2Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM

Indikator Komponen

IPM

Nilai

Minimum

Nilai

Maksimum

Keterangan

Angka harapan Hidup( ) 25 85 Stndar UNDP Angka Melek Huruf (Lit)

0 100 Standar UNDP

Rata-rata lama Sekolah

0 15 Standar UNDP

Kemampuan Daya Beli (PPP)

300.000

(1996)

360.000

(1999)

737.720 UNDP menggunakan PDB Riil per kapita

Sumber : Biro Pusat Statistik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

2. Tingkat Pendidikan

Dalam perhitungan IPM, komponen tingkat pendidikan diukur dari

dua indikator, yaitu : angka melek huruf (Lit) dan rata-rata lama

sekolah (MYS). Angka melek huruf adalah persentase dari

penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis

dalam huruf latin atau huruf lainnya. Rata-rata lama sekolah, yaitu

rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun

keatas diseluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani

atau sedang menjalani. Indikator ini dihitung dari variabel

pendidikan yang tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan

yang sedang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang

diduduki. Tabel 2.2 menyajikan faktor konversi dari tiap jenjang

pendidikan, rata-rata lama sekolah (MYS) dihitung berdasarkan

formula sebagai berikut :

MYS = tahun konversi + kelas tertinggi yang pernah

diduduki 1

Tabel 2.3Tahun konversi dari pendidikan Tertinggi yang ditamatkan

No. Pendidikan tertinggi yang Ditamatkan

Tahun Konversi

1. Tidak Pernah Sekolah 0

2. SD 6

3. SMP 9

4. SMA 12

5. D1 13

6. D2 14

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

7. D3 15

8. S1/D4 16

9. S2 18

10. S3 21

Sumber : BPS

1. Standar Hidup

Standar hidup dalam perhitungan IPM, didekati dari pengeluaran

riil per kapita yang telah disesuaikan. Untuk menjamin

keterbandingan antar daerah dan antara waktu, dilakukan

penyesuaian sebagai berikut :

a. Menghitung pengeluaran per kapita dari modul SUSENAS (=Y)

b. Menaikkan nilai Y sebesar 20 % (=Y), karena berbagai studi

diperkirakan bahwa data dari SUSENAS cenderung lebih

rendah dari 20%.

c. Menghitung nilai daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP)

untuk setiap daerah yang merupakan harga suatu kelompok

barang, relative terhadap harga kelompok barang yang sama

didaerah yang ditetapkan sebagai standar.

d.Menghitung nilai riil dengan mendeflasikan dengan indeks harga konsumen (CPI) (= )

e.Membagi dengan PPP untuk memperoleh rupiah yang sudah disetarakan antar daerah (=).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

f.Mengurangi nilai dengan menggunakan formula Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli (=). Langkah ini ditempah berdasarkan prinsip penurunan manfaat marginal dari

pendapatan.

E. Kemiskinan

1. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,

pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan

alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan

dan pekerjaan.Kemiskinan merupakan masalah global.Sebagian orang

memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang

lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi

memahaminya dari sudut ilmiah yang telah

mapan.(http://id.wikpedia.org/wiki/kemiskinan).

Definisi kemiskinan telah mengalami perluasan, seiring dengan

semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator maupun permasalahan lain

yang melingkupinya.Kemiskinan tidak lagi hanya dianggap sebagai dimensi

ekonomi melainkan telah meluas hingga ke dimensi sosial, kesehatan,

pendidikan dan politik. Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskian adalah

ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang

meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Membandingkan tingkat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

konsumsi penduduk dengan garis kemiskinan atau jumlah rupiah untuk

konsumsi per bulan. Definis kemiskinan menurut UNDP adalah

ketidakmampuan untuk memperluas pilihan-pilihan hidup, antara lain

dengan memasukkan penilaian tidak adanya partisipasi dalam pengambilan

kebijakan publik sebagai salah satu indikator kemiskinan.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya

mencakup:

Pertama, gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup

kebutuhan pangan sehari-hari,sandang, perumahan, dan pelayanan

kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan

barang-barang dan pelayanan dasar.

Kedua, gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,

ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam

masyarakat. Hal ini termasuk pendidikand dan informasi. Keterkucilan

sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup

masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang

ekonomi.

Ketiga, gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang

memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi

bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

Kemiskinan dalam arti proper dipahami sebagai keadaan kekurangan

uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

kemiskinan merupakan suatu fenomena multi face atau multidimensional.

Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan

tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti : tingkat

kesehatan dan pendidikan yang rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum,

kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan

menghadapi kekuasaan, dan ketidakberdayaan dalam menentukan jalan

hidupnya sendiri.

2. Penyebab Kemiskinan

Chambers menyampaikan konsep perangkap deprivasi yang

menganalis penyebab kemiskinan sebagai suatu kompleksitas serta

hubungan sebab akibat yang berkaitan antara :

a. Ketidak berdayaan (powerlessness)

b. Kerapuhan (vulnerabability)

c. Kelemahan fisik (physical weakness)

d. Kemiskinan (poverty)

e. Keterasingan (isolation)

Dengan demikian kemiskinan bukan merupakan suatu kondisi

alamiah semata-mata melainkan merupakan suatu proses pengingkaran

pemberdayaan sosial, ekonomi dan politis, sehingga diperlukan alternatif

pembangunan baru. Menurut Arsyad (1999) kemiskinan dapat diamati dari

adanya anggota masyarakat yang tidak atau belum mampu ikut serta dalam

proses perubahan, karena tidak mempunyai kemampuan, baik kemampuan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dalam kepemilikan faktor produksi maupun kualitas faktor produksi yang

memadai, sehingga tidak mendapatkan manfaat dari hasil pembangunan.

Menurut Sahdan (2005) berdasarkan sejarahnya, keadaan kaya dan

miskin secara berdampingan tidak merupakan masalah sosial sampai saat

perdagangan berkembang dengan pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang

baru. Dengan berkembangnya perdagangan keseluruh dunia dan

ditetapkannya taraf kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat,

kemiskinan muncul sebagai suatu masalah. Pada waktu individu itu sadar

akan kedudukan ekonominya mereka akan mampu untuk mengatakan

apakah dirinya kaya atau miskin.

Panudju (1999) mengatakan kondisi tersebut diatas dapat dilihat pada

era pembangunan ekonomi yang pesat yang cenderung semakin

mendistorsikan kemajuan sektor formal dengan informal, yang umumnya

merupakan ukuran ekonomi masyarakat miskin. Hal ini disebabkan oleh :

Pertama, pranata atau prinsip yang mendukung kegiatan ekonomi informal

sama sekali lepas kaitannya dengan pranata-pranata yang mendukung

kegiatan ekonomi formal yang modern. Kedua, faktor disagregasi lainnya

yang mengekalkan keterpisahan sektor formal dan informal ini adalah

tingkat produktivitas yang pincang. Ketiga, faktor disagregasi lainnya yang

juga menonjol adalah pemanfaatan teknologi. Keempat, upah juga

merupakan faktor disagregasi lain yang memberi andil mengapa sektor

informal tetap berjalan ditempat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Nasiku menyoroti beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya

kemiskinan yaitu :

1. Policy induces processes, yaitu proses kemiskinan yang dilestarikan,

direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan (induces of policy)

diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitasnya justru

melestarikan.

2. Socio-economic Dualism, yaitu Negara eks koloni yang mengalami

kemiskinan karena pola produksi nasional, yaitu petani menjadi marjinal

Karena tanah yang paling subur dikuasai petani skala besar dan

berorientasi ekspor.

3. Population Growth, yaitu perspektif yang didasari pada teori Malthus

bahwa pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan

pangan seperti deret hitung.

4. Resources Management and The Environment, yaitu adanya unsur

misalnya sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian

yang asal tebang akan menurunkan produktifitas lahan.

5. Natural Cycles and Processes, yaitu keiskinan yang terjadi karena siklus

alam . Misalnya tinggal di lahan kritis, dimana lahan ini jika turun hujan

akan terjadi banjir dan pada musim kemarau akan kekurangan air

sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal.

6. The marginalization of Woman, yaitu peminggiran kaum perempuan

karena kaum perempuan masih dianggap sebagai golongan kelas dua,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang diberikan lebih rendah

dari laki-laki.

7. Cultural and Ethnic Factors, yaitu bekerjanya faktor budaya dan etnik

yang memelihara kemiskinan. Misalnya pola hidup konsumtif pada petani

dan nelayan kita ketika panen raya, serta adat-istiadat yang konsumtif saat

upacara adat istiadat keagamaan.

8. Explorative Intermediation, yaitu keberadaan penolong yang menjadi

penodong, seperti rentenir (lintah darat).

9. Internal Political Fragmentation and Civil Stratfe, yaitu suatu kebijakan

yang diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat,

dapat menjadi penyebab kemiskinan.

10. Internal Processes, yaitu bekerjanya sistem-sistem internasional

(kolonialisme dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi

semakin miskin.

Selain beberapa faktor diatas, penyebab kemiskinan di masyarakat

khususnya di pedesaan disebabkan oleh keterbatasan asset yang dimiliki,

yaitu :

1. Natural Assets, seperti tanah dan air, karena sebagian besar masyarakat

desa hanya menguasai lahan yang kurang memadai untuk pencaharianya.

2.Human Assets, menyangkut kualitas sumber daya manusia yang relatif

masih rendah dibanding masyarakat pertkotaan (tingkat pendidikan ,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

pengetahuan, ketrampilan maupun tingkat kesehatan dan penguasaan

teknologi).

3. Physical Assets, minimnya asset ke infrastruktur dan fasilitas umum

seperti jaringan jalan, listrik dan komunikasi.

4. Finacial Assets, berupa tabungan (saving), serta akses untuk

memperoleh modal usaha.

5.Social Assets, berupa jaringna, kontak dan pengaruh politik, dalam hal

ini kekuatan bargaining position dalam pengambilan keputusan-

keputusan politik.

Sebagaimana telah disebutkan diatas, masalah kemiskinan

menyangkut berbagai aspek yang saling terkait. Keterkaitan tersebut dapat

dilihat dari kenyataan bahwa suatu aspek akan mempengaruhi kemunduran

atau kemajuan aspek lainnya. Kondisi tersebut sering disebut sebagai

lingkaran kemiskinan. Kerangka berpikir tersebut dilandasi oleh pemikiran

Nurkse yang mensinyalir bahwa a poor country is poor because it is poor.

Secara skematis lingkaran kemiskinan dalam konteks makro negara menurut

Sumodiningrat (1999) dapat digambarkan sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Gambar 2.1 Lingkaran Kemiskinan

3. Ukuran Kemiskinan

Dalam konsep kemiskinan menurut Kartasasmita (1996) terdapat

beberapa ukuran kemiskinan, yaitu kemiskinan absolut, kemiskinan relatif,

kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural. Selain itu berdasarkan pola

waktunya kemiskinan dapat dibedakan menjadi persistent poverty, cyclical

poverty, seasonal poverty serta accidental poverty.

a. Kemiskinan absolut

Seseorang dapat dikatakan miskin absolut menurut Kartasasmita (1996)

apabila tingkat pendapatannya berbeda dibawah garis kemiskinan atau

sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup

minimal, antara lain pangan, sandang, kesehatan dan pendidikan yang

diperlukan untuk hidup dan bekerja. Konsep kemiskinan absolut

Ketidaksempurnaan pasar, keterbelakangan dan ketertinggalan

Kekurangan Modal

Produktivitas rendah Investasi rendah

Tabungan rendah Pendapatan riil rendah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan. Perkiraan

kebutuhan hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar

minimum yang memungkinkan seseorang untuk dapat hidup secara layak.

Jika pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan minimum maka orang

dapat dikatakan miskin. Tingkat pendapatan minimum merupakan

merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan tidak miskin atau

sering disebut garis batas kemiskinan.

b. Kemiskinan relatif

Seseorang dikatakan miskin secara relatif jika dia sudah berada sedikit

diatas batas garis kemiskinan, namun masih lebih rendah dibandingkan

dengan pendapatan masyarakat sekitarnya (Hardiman dan Midgley dalam

Wiratmoko, 2008). Kemiskinan relatif diukur dari perbandingan dengan

kondisi masyarakat disekitarnya. Dengan konsep ini meskipun seseorang

telah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi jika masih jauh

lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat disekitarnya maka

orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Jika digunakan

konsep kemiskinan relatif ini maka batas garis kemiskinan menjadi

berfluktuasi tergantung perubahan tingkat hidup masyarakat dan dapat

bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya akibat tingkat hidup

masyarakat yang berbeda.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

c. Kemiskinan Kultural

Kemiskinan kultural menurut Kartasasmita (1996) mengacu pada sikap

seseorang atau masyarakat yang disebabkan faktor budaya tidak mau

berusaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidupnya, meskipun ada

upaya pihak luar untuk membantunya. Pandangan ini mengacu pada sikap

seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan

dan budaya masyarakat yang berada didaerah tersebut.

d. Kemiskinan Struktural

Keadaan pemilikan sumber daya yang tidak merata, kemapuan

masyarakat yang tidak seimbang dan ketidaksamaan kesempatan dalam

berusaha dan memperoleh pendapatan akan menyebabkan keikutsertaan

dalam pembangunan menjadi tidak merata pula. Ketimpangan ini pada

gilirannya menyebabkan perolehan pendapatan tidak seimbang dan

selanjutnya menimbulkan struktur masyarakat yang timpang. Perbedaan

antara masyarakat yang telah ikut serta dalam proses pembangunan

dengan yang masih tertinggal menyebabkan keadaan kemiskinan.

Keadaan ini menurut Kartasasmita (1996) dikenal dengan kemiskinan

struktural. Kemiskinan struktural ini juga dikenal dengan kemiskinan

yang disebabkan oleh pembangunan yang belum seimbang dan hasilnya

belum merata.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

e. Kemiskinan Pola Waktu

Dikaji dari pola waktu kemiskinan di suatu daerah menurut Kartasasmita

(1996) kemiskinan dapat digolongkan menjadi empat pola. Pola pertama

disebut sebagai persistent poverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis

atau turun temurun. Daerah seperti itu pada umumnya merupakan daerah-

daerah yang kritis sumber daya alamnya atau daerahnya yang terisolasi.

Pola kedua adalah cyclical poverty, atau kemiskinan yang mengikuti pola

siklus ekonomi secara keseluruhan. Pola ketiga adalah seasonal poverty

yaitu kemiskinan musiman seperti sering dijumpai pada kasus nelayan

atau pertanian tanaman pangan. Pola keempat adalah accidental poverty

yaitu kemiskinan karena terjadinya bencana alam atau dampak dari suatu

kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan

suatu masyarakat. Setiap pola kemiskinan yang telah disebutkan diatas

memiliki hubungan yang kuat dengan suatu wilayah.

4. Indikator Kemiskinan

Untuk mengukur kemiskinan, Indonesia melalui BPS menggunakan

pendekatan kebutuhan dasar (basic need) yang dapat diukur dengan angka

atau hitungan indeks per kepala (Head Count Index), yaitu jumlah dan

persentase penduduk miskin yang berada dibawah garis kemiskinan.Garis

kemiskinan ditetapkan pada tingkat yang selalu konstan secara riil sehingga

kita dapat mengurangi angka kemiskinan dengan menelusuri kemajuan

yang diperoleh dalam mengentaskan kemiskinan disepanjang waktu. Salah

satu cara mengukur kemiskinan yang diterapkan di Indonesia yaitu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

mengukur derajat ketimpangan pendapatan diantara masyarakat miskin,

seperti koefisien Gini antar masyarakat miskin (GP) atau koefisien variasi

pendapatan (CV) antar masyarakat miskin (CVP). Koefisien Gini atau CV

antar masyarakat miskin tersebut penting diketahui karena dampak

guncangan perekonomian pada kemiskinan dapat sangat berbeda

tergantung pada tingkat dan distribusi sumber daya diantara masyarakat

miskin.

Prinsip-prinsip untuk mengukur kemiskinan , yaitu :

1. Anonimitas independensi, yaitu ukuran cakupan kemiskinan tidak boleh

tergantung pada siapa yang miskin atau pada apakah negara tersebut

mempunyai jumlah penduduk yang banyak atau sedikit.

2. Monotenisitas, yaitu bahwa jika kita member sejumlah uang kepada

seseorang yang berada dibawah garis kemiskinan, jika diasumsikan

semua pendapatan yang lain tetap maka kemiskinan yang terjadi tidak

mungkin lebih tinggi dari pada sebelumnya.

3. Sensitifitas distribusional, yaitu menyatakan bahwa dengan semua hal

lain konstan, jika mentransfer pendapatan dari orang miskin ke orang

kaya, maka akibatnya perekonomian akan menjadi lebih miskin.

Menurunnya garis batas kemiskinan dapat dilakukan dengan

berbagai metode. Menurut Sumodiningrat (1996) penetuan garis

kemiskinan dengan menggunakan indikator ekonomi secara teoritis dapat

dihitung dengan menggunkan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

(production aproach), pendapatan (income aproach) dan pengeluaran

(expenditure aproach). Indikator lain yang sering digunakan adalah

indikator kesejahteraan, disarankan 9 (sembilan) komponen sebagai

indikator kesejahteraan yaitu kesehatan, konsumsi makanan dan gizi,

pendidikan, kesempatan kerja, perumahan, jaminan sosial, sandang,

rekreasi dan kebebasan (UN, 1961 dalam Wiratmoko, 2008). Menurut

Departemen Kimpraswil terdapat tujuh variabel kemiskinan, bila 3

diantaranya terpenuhi maka yang bersangkutan dikategorikan sebagai orang

miskin, variabel tersebut adalah :

a. Luas lantai hunian kurang dari 8 per anggota rumah tangga. b. Jenis lantai hunian sebagian besar tanah

c. Fasilitas air bersih tidak ada

d. Fasilitas jamban/WC tidak ada

e. Kepemilikan aset kursi tamu tidak tersedia

f. Konsumsi lauk pauk dalam seminggu tidak bervariasi

g. Kemampuan membeli pakaian minimal satu stel per tahun untuk setiap

anggota rumah tangga tidak ada

Sedangkan menurut BPS, masyarakat miskin terdiri dari 14

indikator sebagai berikut :

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 per orang 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/kayu murahan

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik

6. Sumber air minum berasal dari mata air yang tidak terlindungi

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari kayu bakar/arang/minyak tanah

8. Tidak pernah mengkonsumsi daging walaupun satu kali dalam seminggu

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari

11.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan ke puskesmas/petugas

kesehatan

12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas

lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan

atau pekerjaan yang lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,-

per bulan

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/tidak tamat

SD/hanya tamat SD

14. Tidak memiliki tabungan yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp.

500.000,- seperti sepeda motor, emas, ternak, kapal motor atau barang

modal lain.

Sedangkan menurut Emil Salim (1976), mengemukakan lima

karakteristik kemiskinan, kelima karakteristik kemiskinan tersebut adalah :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki factor produksi sendiri.

2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi

dengan kekuatan sendiri.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya sendiri.

4. Banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas.

5. Diantara mereka berusaha relatif muda dan tidak mempunyai

ketrampilan atau pendidikan yang memadai.

F. Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto ( 2010)

Judul Penelitian :Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB)dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Angka

Kemiskinan di Indonesia. Model analisis yang digunakan adalah analisis

data panel dengan pendekatan Random effect. Dari hasil penelitian tersebut

diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh negatif antara PDRB terhadap

kemiskinan sebesar 0,011 % (-0,011). Apabila PDRB naik sebesar 1 %

maka kemiskinan akan mengalami penurunan sebesar 0,011 %.Sebaliknya

apabila PDRB turun sebesar 1 % maka kemiskinan akan naik sebesar 0,011

%.

Sedangkan variabel IPM juga mempunyai pengaruh negatif sebesar

4,582 % (-4,582), artinya apabila IPM naik sebesar 1 % maka kemiskinan

akan mengalami penurunan sebesar 4,582 %. Sebaliknya apabila IPM turun

sebesar 1 % maka kemiskinan akan naik sebesar 4,582 %.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

2. Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2006).

Judul Penelitian : Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap

Penurunan Jumlah Penduduk Miskin. Variabel yang digunakan dalam

penelitian tersebut adalah PDRB, jumlah penduduk, share pertanian, share

industri, inflasi, pendidikan dan dummy krisis ekonomi tahun 1997-1998.

Studi tersebut menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh

signifikan terhadap penurunan jumlah penduduk miskin walaupun dengan

magnitude yang relatif kecil, seperti inflasi, populasi penduduk, share sektor

pertanian, dan sektor industri.

3. Kurnia Lismawatie (2007)

Judul Penelitian : Korelasi Hitungan Indeks Pembangunan Manusia

dan Kondisi Kemiskinan di Pematangsiantar. Dalam penelitian tersebut

disimpulkan bahwa pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang

menandakan meningkatnya kualitas hidup masyarakat tidak mampu untuk

mengurangi jumlah kemiskinan. Hal ini antara lain disebabkan oleh

karena data IPM, terutama di Pematangsiantar, belum menunjukkan

keadaan wilayah yang sesungguhnya yaitu disebutkan bahwa hitungan IPM

tersebut belum mampu menjangkau wilayah-wilayah miskin atau wilayah

yang memiliki penduduk miskin.

G. Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan pada landasan teori yang telah dijelaskan diatas,

penelitian ini bekerja dengan kerangka pemikiran bahwa Pertumbuhan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Ekonomi yang dicerminkan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh terhadap Tingkat

kemiskinan di Jawa Tengah. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas

dalam memecahkan masalah, perlu disusun suatu kerangka pemikiran sebagai

dasar yang dipakai dalam menganalisis data.

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang harus diuji kebenarannya,

maka hipotesis masih bersifat sementara dan masih harus diuji kebenarannya

melalui pengumpulan dan penganalisaan data.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diduga berpengaruh positif

terhadap jumlah kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005 2009.

2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diduga berpengaruh positif terhadap

penurunan jumlah kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005 - 2009.

Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB)

Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)

Tingkat Kemiskinan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) diduga secara bersama sama berpengaruh positip terhadap

penurunan jumlah kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005 - 2009.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian.

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif dan kuantitatif

dengan studi deskriptif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk

mendeskripsikan fenomena-fenomena yang berkaitan dengan permasalahan

yang diteliti. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisa

informasi kuantitatif, yaitu estimasi model regresi dengan penggunaan data

panel. Untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan akan digunakan

model ekonometrika.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

data yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah disusun dan

dipublikasikan oleh instansi tertentu (Soeratno dan arsyad, 2003). Jenis data

yang dalam penelitian ini adalah data panel (pooling data) atau data

longitudinal. Data panel (data longitudinal) adalah sekelompok data individu

yang diteliti selama rentang waktu tertentu.

Data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa sumber, antara lain :

1. Data PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 di 35 Kabupaten/Kota

Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009, bersumber dari Kantor BPS

Propinsi Jawa Tengah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

2. Data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di 35 kabupaten/Kota Propinsi

Jawa Tengah Tahun 2005-2009, bersumber dari Kantor BPS Propinsi Jawa

Tengah.

3. Data Jumlah Penduduk Miskin di 35 kabupaten/Kota Propinsi Jawa Tengah

Tahun 2005-2009,bersumber dari Kantor BPS Propinsi Jawa Tengah.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh untuk penelitian ini diperoleh dari hasil studi

pustaka dan teknik dokumentasi. Studi pustaka merupakan teknik analisa

untuk mendapatkan informasi melalui catatan, leterature dan lain-lain yang

masih relevan, dan teknik dokumentasi dilakukan dengan menelusuri dan

mendokumentasikan data-data dan informasi yang berkaitan dengan obyek

satudi.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.

Variabel merupakan obyek pengamatan penelitian atau faktor-faktor

yang berperan dalam peristiwa dan fenomena-fenomena yang akan diteliti.

Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas (independent variable) dan satu

variabel terikat (dependent variable) :

1. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Indeks Pembangunan Manusia

(IPM).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah Penurunan

Kemiskinan (PM).

Variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1.Variabel yang digunakan dalam analisis

Variabel Satuan Sumber

PDRB Produk Domestik Regional Bruto

Juta rupiah Harga Konstan 2000

BPS, PDRB Propinsi Jawa Tengah berdasarkan lapangan usaha tahun 2005-2009.

IPM Indeks Pembangunan

Manusia

BPS, IPM di 35 kabupaten /kota Propinsi Jawa Tengah tahun 2005-2009.

PM Penurunan Kemiskinan

orang BPS, Penduduk miskin di 35 kabupaten/kota Propinsi Jawa tengah tahun 2005-2009.

E. Teknik Analisis Data.

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini berupa analisis deskriptif

dan analisis ekonometrika. Analisis deskriptif dilakukan dengan menyajikan

data dalam bentuk tabel dan grafik, sedangkan analisis ekonometrika, yang

dilakkukan dengan menggunakan panel data dengan pendekatan efek tetap

(fixed efect), dilakukan untuk menelaah pengaruh pertumbuhan ekonomi

(PDRB) dan Indeks pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat

Penurunan Kemiskinan (PM).

Data yang digunakan adalah data skunder yang berasal dari berbagai

institusi pemerintah terutama Badan Pusat Statistik dan Dinas Sosial. Panel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

data yang digunakan untuk analisis ekonometrika adalah time series tahun

2005 sampai tahun 2009 dan cross-section dari 35 kabupten/kota di Propinsi

Jawa Tengah.

Model akan diregresi menggunakan OLS (Ordinary Least Square)

dengan data panel, atau dusebut PLS (Panel Least Square) dengan

menggunakan Sofware Eviews 7 untuk pengolahan data.

Analisis dengan menggunakan panel data adalah kombinasi antara

data lintas waktu (time-series data) dan data lintas unit (cross-section data).

Gujarati (2003) menyatakan bahwa untuk menggambarkan data panel secara

singkat, misalnya pada data cross-section, nilai dari satu variabel atau lebih

dikumpulkan untuk beberapa unit sampel pada suatu waktu. Dalam data

panel, unit cross section yang sama disurvey dalam beberapa waktu. Dalam

model panel data , persamaan model dengan menggunakan data cross-section

dapat ditulis sebagai berikut :

= + + ; i = 1,2,..., N dimana N adalah banyaknya data cross setion.

Sedangkan persamaan model dengan time-series adalah :

4 = + 4 + 4 ; t = 1,2,..., T dimana T adlah banyaknya data time series.

Mengingat data panel merupakan gabungan antara cross-section dan

time- series, maka model dapat ditulis dengan :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

4 = + 4 + 4 i = 1,2,...,N ; t = 1,2,...,T

dimana :

N = banyaknya observasi

T = banyaknya waktu

N x T = banyaknya data panel.

Menurut Hsiao ( 1986), keunggulan penggunaaan data panel

dibanding deret waktu dan kerat lintang adalah :

1. Dapat memberikan peneliti jumlah pengamatan yang besar, meningkatkan

degrees of freedom (derajat kebebasan), data memiliki variabel penjelas,

dimana dapat menghasilkan ekonometri yang efisien.

2. Dengan panel data, data lebih informatif, lebih bervariasi, yang tidak dapat

diberikan hanya oleh data cross-section dan time-series.

3. Panel data dapat memberikan penjelasan yang lebih baik dalam infererensi

peruntukan dinamis dibandingkan data cross-section.

Dalam analisis mdel panel data, dua model pendekatan yang terdiri

dari pendekatan efek tetap (fixed effect) dan pendekatan efek acak (random

efeect). Kedua pendekatan yang dilakukkan delam analisis panel data dapat

dijelaskan sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

1. Pendekatan efek tetap (fixed effect).

Salah satu kesulitan prosedur panel data adalah bahwa asumsi intersep

dan slope yang konsisten sulit dipenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut,

yang dilakukan dalam panel data adalah dengan memasukkan variabel

boneka (dummy variable) untuk menunjukkan terjadinya perbedaan nilai

parameter yang berbeda-beda baik lintas unit (cross-section) maupun

lintas waktu (time series).

Pendekatan yang memasukkan variabel boneka ini dikenal dengan sebutan

model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variable

(LSDV).

2. Pendekatan efek acak (random effect)

Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap

(fixed effect) tidak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan konsekuensi

(trade off). Penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi

banyaknya derajat kebebasan (degrees of freedom) yang pada akhirnya

akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Model panel

data yang didalamnya melibatkan korelasi antara error term karena

berubahnya waktu karena berbedanya observasi dapat diatasi dengan

pendekatan model komponen eror (error component model) atau disebut

juga model efek acak (random effect).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Ada empat pendekatan pokok untuk memilih atau menggunakan

pendekatan efek tetap (fixed effect) atau pendekatan efek acak (random

effect) dalam panel data :

1. Apabila jumlah time series (T) besar sedangkan jumlah cross section (N)

kecil, maka hasil fixed effect dan random effect tidak jauh berbeda

shingga dapat dipilih pendekatan yang lebih mudah untuk dihitung yaitu

fixed effect model (FEM).

2. Apabila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan akan

berbeda jauh. Jadi apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang

kita pilih dalam penelitian diambil secara acak (random) maka random

effect harus digunakan. Sebaliknya, apabila kita meyakini bahwa unit

cross section yang kita pilih dalam penelitian tidak diambil secara acak

maka kita harus menggunakan fixed effect.

3. Apabila komponen error individual berkorelasi maka penaksir random efect akan bias dan penaksid fixed efect tidak bias.

4. Apabila n besar dan T kecil, apabila asumsi yang mendasari random effect

dapat terpenuhi, maka random effect lebih efisien dibanding fixed effect.

Pilihan antara Fixed Effect dan Random Effectditentukan dengan

menggunakan Hausmans test.

PDRB diharapkan berpengaruh negatif terhadap kemiskinan dimana

peningkatan PDRB akan menyebabkan turunnya kemiskinan karenanya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

berpengaruh negatif terhadap turunannya kemiskinan dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Propinsi Jawa Tengah

1. Keadaan Geografis

a. Letak Geografis

Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi di Pulau Jawa, yang

letaknya diapit oleh dua provinsi besar yaitu Jawa Barat dan Jawa

Tengah.Letaknya antara 5o40 dan 8o30 LS dan antara 108o30 dan

111o30 BT (termasuk Pulau Karimunjawa). Jarak terjauh dari barat ke

timur adalah 263 km dan dari utara ke selatan 226 km (tidak termasuk

Pulau Karimunjawa). Batas-batas wilayah Jawa Tengah adalah :

Sebelah utara :Laut Jawa

Sebelah Selatan :DI Yogyakarta dan Samudra Indonesia

Sebelah Barat :Provinsi Jawa Barat

Sebelah Timur :Provinsi Jawa Timur

Provinsi Jawa Tengah terbagi ke dalam 35 Daerah Kabupaten

dan Kota yaitu 6 Daerah Kota dan 29 Daerah Kabupaten dengan 352

Kecamatan, yang meliputi 8.530 Desa dan 606 Kelurahan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

b. Sumber Daya Alam

1). Iklim dam Suhu Udara

Provinsi Jawa Tengah memiliki dua musim yaitu musin

kemarau dan musim hujan. Menurut Stasiun Klimatologi Klas I

Semarang, suhu rata-rata Jawa Tengah tahun 1999 berkisar antara

18oC sampai dengan 28oC. Tempat-tempat yang letaknya dekat

pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif tinggi, sedangkan

untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 74 % sampai 95%.

Jumlah curah hujan dalam satu tahun sebesar 200 mm,

sehingga Jawa Tengah termasuk beriklim basah. Jumlah curah

hujan rata-rata bulanan di Bagian Dataran Rendah Utara minimum 3

mm dan maksimum 663 mm, sedangkan di Bagian Dataran Rendah

Selatan minimun 8 mm dan maksium 207 mm.

2). Keadaan Alam

Provinsi Jawa Tengah memiliki relief yang beraneka ragam.

Daerah pegunungan dan dataran yang membujur sejajar dengan

panjang Pulau Jawa, daerah dataran rendah yang hampir tersebar

diseluruh Jawa Tengah serta daerah pantai yaitu pantai utara dan

selatan.

Ditinjau dari sisi topografinya Jawa Tengah mempunyai relief

yang beragam meliputi daerah pantai, dataran rendah dan dataran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

tinggi. Diukur dari permukaan laut, Jawa Tengah dapat dibedakan

atas empat golongan ketinggian, yaitu :

0 9 meter meliputi wilayah seluas 53.3 persen

100 499 meter meliputi wilayah seluas 27.4 persen

500 999 meter meliputi wilayah seluas 14.7 persen

1000 meter keatas meliputi wilayah seluas 4.6 persen

Dari kemiringannya, Jawa Tengah juga dibedakan menjadi

empat golongan derajat kemiringan, yaitu :

v 0o 2o meliputi wilayah seluas 41,3 persen

v 3o 15o meliputi wilayah seluas 27,7 persen

v 16o 39o meliputi wilayah seluas 21,2 persen

v 4o keatas meliputi wilayah seluas 4,8 persen

Luas lahan yang terdapat di Jawa Tengah 64 persen dapat

dibudidayakan secara tidak terbatas sesuai dengan ketinggiannya,

sedangkan 21,1 persen luas lahan hanya dapat dibudidayakan

dengan perlakuan khusus.

3). Hutan

Kelestarian hutan sangat penting artinya bagi kehidupan.

Banyak manfaat yang dapat diambil dari hutan antara lain sebagai

pencegah bahaya banjir, pencegah polusi, habitat flora dan fauna,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

selain itu dapat diambil hasil hutannya dan secara umum adalah

sebagai penyeimbang lingkungan.

Menurut Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah luas di Jawa

Tengah adalah 646.831,93 ha atau kurang lebih 28,80 persen dari

luas wilayah Jawa Tengah, dimana 41.739,12 ha berfungsi sebagai

hutan lindung 604.255,69 ha sebagai hutan produksi dan 867,12 ha

sebagai hutan suaka alam dan wisata.

4). Gunung

Jumlah gunung di Jawa Tengah relatif banyak dan empat

diantaranya masih aktif, artinya gunung tersebut sewaktu-waktu

masih mengeluarkan lava atau gas beracun. Gunung-gunung yang

masih aktif tersebut adalah :

Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa

Tengah, Kabupaten Klaten, Kabupaten Magelang dan Daerah

Istimewa Yogyakarta

Gunung Slamet yang terletak di perbatasan Kabupaten

Banyumas, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Brebes dan

Tegal

Gunung Sindoro yang terletak di perbatasan Kabupaten

Temanggung dan Kabupaten Wonosobo

Pegunungan Dieng yang terletak di perbatasan Kabupaten

Wonosobo dan Kabupaten Pekalongan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

5). Hidrologi

Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa

(572 km); memiliki mata air di Pegunungan Sewu (Kabupaten

Wonogiri), sungai ini mengalir ke utara melintasi Kota Solo, dan

akhirnya menuju ke Propinsi Jawa Timur dan bermuara di daerah

Gresik. Sungai-sungai yang bermuara di Laut Jawa diantaranya

adalah Kali Pemali, Kali Comal, dan Kali Bodri. Sedang sungai-

sungai yang bermuara di Samudra Hindia diantaranya adalah Serayu

dan Kali Progo. Diantara waduk-waduk yang utama di Jawa Tengah

adalah Waduk Gajahmungkur (Kabupaten Wonogiri), Waduk

Kedungombo (Kabupaten Boyolali dan Sragen), Rawa Pening

(Kabupaten Semarang), Waduk Cacaban (Kabupaten Tegal),

Waduk Malahayu (Kabupaten Brebes) dan Waduk Sempor

(Kabupaten Kebumen).

6). Keadaan Tanah

Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1969, jenis

tanah di Propinsi Jawa Tengah didominasi oleh tanah latosol,

aluvial, dan grumosol sehingga hamparan tanah di propinsi Jawa

Tengah termasuk tanah yang mempunyai tingkat kesuburan yang

relatif baik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

c. Luas Wilayah

Luas daerah Provinsi Jawa Tengah adalah 32.547 km2 atau

sekitar 25,04 persen dari luas Pulau Jawa (1,70 persen dari luas

Indonesia). Wilayah terluas adalah Kabupaten Cilacap yaitu sebesar

2.138,51 Km2, dan yang terkecil adalah Kota Magelang dengan luas

18,12 Km2.

2. Keadaan Penduduk.

Penduduk memiliki fungsi ganda di dalam perekonomian. Dalam

konteks pasar, penduduk berada di sisi permintaan sekaligus di sisi

penawaran. Pada sisi permintaan penduduk adalah konsumen, sumber

permintaan akan barang-barang dan jasa. Sedangkan di sisi penawaran

penduduk adalah produsen, misalnya sebagai pengusaha atau tenaga kerja.

Dalam konteks pembangunan, pandangan terhadap keberadaan penduduk

terpecah menjadi dua yaitu penduduk pemacu pembangunan. Namun

demikian, apakah penduduk merupakan pemacu atau penghambat

pembangunan, persoalannya bukan semata-mata terletak pada besar/kecil

jumlahnya, akan tetapi tergantung pada kapasitas penduduk tersebut, baik

selaku konsumen ataupun produsen (Dumairy, 1997 : 68).

Data terakhir menurut hasil sensus penduduk tahun 2010 penduduk

Jawa Tengah, dari total kira-kira 32,64 juta, pada umumnya banyak

menempati wilayah perkotaan dibanding kabupaten. Secara rata-rata

kepadatan penduduknya tercatat 1.003 jiwa per kilometer persegi dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

wilayah terpadat penduduknya adalah kota Surakarta dengan tingkat

kepadatan 11 ribu orang setiap kilometer persegi. Jumlah rumah tangga

sebesar 8,9 juta pada tahun 2011 sedangkan rata-rata penduduk per rumah

tangga di Jawa Tengah tercata sebesar 3,7 jiwa.

Tabel 4.1. Jumlah, Kepadatan dan LPP Jawa Tengah Tahun 1980, 1990,

2000 dan 2008

Keterangan 1980 1990 2000 2008

Jumlah (juta jiwa) 25,37 28,52 30,78 32.62

Laki-laki (juta jiwa) 12,47 14,08 15,25 16.19

Persentase (laki-laki) 49,15 49,37 49,55 49,63

Perempuan (juta jiwa)

12,9 14,44 15,52 16.43

Persentase (perempuan)

50,85 50,63 49,63 50,37

10 tahun ke atas(juta jiwa) 23,46 21,87 25,12 27.10

Persentase (10 tahun ke atas) 92,47 76,68 81,61 83.07

10 tahun ke bawah (juta jiwa)

1,91 6,65 5,66 5,52

Pers