ANALISIS PENGARUH KINERJA BANK DAN KEBIJAKAN...
Transcript of ANALISIS PENGARUH KINERJA BANK DAN KEBIJAKAN...
ANALISIS PENGARUH KINERJA BANK DAN KEBIJAKAN
PEMERINTAH TERHADAP VOLUME PENYALURAN KPR
(Studi Banding Bank Umum Konvensional dan Syariah Tahun 2015-2019)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (S.E)
Oleh:
TSIQAH KHUMAIRAH
NIM. 1113046000034
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 10 Juni 2020 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
Nama : Tsiqah Khumairah
NIM : 1113046000034
Jurusan : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Kinerja Bank dan Kebijakan Pemerintah
terhadap Volume Penyaluran KPR (Studi Banding Bank Umum
Konvensional dan Syariah Tahun 2015-2019)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di
atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Juni 2020
1. Dr. Erika Amelia, S.E., M.Si. (_______________)
NIP. 197711092009122001 Ketua
2. Ir. RR. Tini Anggraeni, ST., M.Si (_______________)
NIDN. 2010088001 Pembimbing
3. Nur Hidayah, M.A., Ph.D. (_______________)
NIP. 197610312001122002 Penguji Ahli
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Tsiqah khumairah
NIM : 1113046000034
Program Studi : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang laintanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 31 Mei 2020
Yang menyatakan
Materai 6000
Tsiqah Khumairah
iv
ABSTRACT
People who lack of funds to afford home can use mortgage loan either
from conventional or sharia bank. Mortgage loan distribution influenced by
internal and external banking variable. This study aims to determine the influence
of ROA (Return on Asset), NPL/NPF (Non Performing Loan/Non Performing
Finance), CAR (Capital Adequancy Ratio), LDR/FDR (Loan to Deposit
Ratio/Finance to Deposit Ratio), BI rate, and inflation to mortgage loan
distribution on the Conventional and Sharia Commercial Banks in Indonesia from
2015 to 2019. The method of analysis used is multiple linear regression with
SPSS 23 application.
The results of this study shows that for distribution of mortgage loan,
variable ROA and inflation have no significance influence; NPL and BI rate have
negative influence; CAR and LDR have positive influence. While for sharia
mortgage loan, variable ROA and inflation have no significance influence; NPF,
FDR and BI rate have negative influence; CAR has positive influence. So, it can
be concluded that variables which influencing mortgage loan is influencing sharia
mortgage loan too. And variables which isn‟t influencing mortgage loan, isn‟t
influencing sharia mortgage loan too.
Keywords : mortgage loan, sharia mortgage loan, commercial banks, ROA, NPL,
NPF, CAR, LDR, FDR, BI rate, inflation, multiple linear regression.
v
ABSTRAK
Ketidakcukupan dana seseorang untuk memenuhi kebutuhannya akan
rumah dapat dijembatani oleh fasilitas KPR, baik konvensional maupun syariah.
Penyaluran KPR dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal bank. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ROA (Return on Asset), NPL/NPF
(Non Performing Loan/Non Performing Finance), CAR (Capital Adequancy
Ratio), LDR/FDR (Loan to Deposit Ratio/Finance to Deposit Ratio), BI rate, dan
tingkat inflasi terhadap volume penyaluran KPR pada bank umum konvensional
dan bank umum syariah tahun 2015 – 2019. Penelitian ini dianalisis menggunakan
uji regresi linear berganda yang diolah dengan aplikasi SPSS 23.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada volume penyaluran KPR
konvensional, ROA dan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan; NPL dan BI
rate berpengaruh negatif; CAR dan LDR berpengaruh positif. Sedangkan pada
KPR syariah, ROA dan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan; NPF, FDR
dan BI rate berpengaruh negatif; CAR berpengaruh positif. Dapat disimpulkan
bahwa variabel yang memengaruhi KPR konvensional juga memengaruhi KPR
syariah, dan variabel yang tidak memengaruhi KPR konvensional juga tidak
memengaruhi KPR syariah.
Kata kunci : KPR konvensional, KPR syariah, bank umum, ROA, NPL, NPF,
CAR, LDR, FDR, BI rate, inflasi, regresi linear berganda.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
Subhanahu wa Ta‟ala yang telah meberikan kepada penulis limpahan rahmat dan
kasih sayangNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“ANALISIS PENGARUH KINERJA BANK DAN KEBIJAKAN
PEMERINTAH TERHADAP VOLUME PENYALURAN KPR (Studi Banding
Bank Umum Konvensional dan Syariah Tahun 2015-2019)”. Salawat serta salam
juga penulis persembahakn kepada Rasulullah, Nabi Muhammad Shallallahu
„Alaihi wa Sallam.
Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk menyelasaika
program studi Ekonomi Syariah Strata Satu (S1), Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan ,
kritik, saran, doa dan semangat, serta motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih sebesar-besarnya penulis
berikan kepada:
1. Bapak Dr.Ahmad Tholabi Kharlie, S.H, M.H, M.A selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E,AK,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak AM.Hasan Ali, M.A, dan Bapak Abdurrauf, Lc, M.A selaku Tim Task
Force Passing Out Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Erika Amelia,S.E, M,Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Syariah
dan Ibu Dwi Nur‟aini Ihsan, MM selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Ir. RR. Tini Anggraini, ST., M.Si., selaku dosen pembimbing akedemik
dan pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan masukan kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
vii
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum dan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu
kepada penulis.
7. Pimpinan dan seluruh staff akademik dan staff perpustakaan utama dan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. (Almh) ibunda penulis dan ayahanda penulis yang telah membesarkan dan
membimbing penulis selama hidupnya sampai saat ini.
9. Adik-adik dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberi bantuan,
semangat, motivasi dan mengingatkan penulis dalam pentingya penyelesaian
penulisan skripsi ini.
10. Almas, Asri, Keke, Nina, Nurul, Rahma, dan Tata. Teman-teman penulis sejak
awal masuk perkuliahan hingga saat ini. Terima kasih karena kalianlah
kehidupan perkuliahan penulis sangat menyenangkan dan tidak berbelok ke
jalan yang tidak diinginkan.
11. Delil, Tama, Sinad. Teman-teman sepermainan sejak SMP penulis yang selalu
mendengarkan keluh kesah dan menghibur penulis.
12. Teman-teman seperjuangan passing out penulis. Kiki, Farah, Nanda, Eliya,
Diah, Dara, Vina, dan teman-teman lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Terima kasih untuk saling membantu dan mengingatkan dalam
penyelesaian skripsi penulis.
13. Teman-teman organisasi, C.O.I.N.S Fighters yang telah memberikan banyak
ilmu dan pengalaman di luar kegiatan belajar formal di kampus.
14. Teman-teman KKN Saga 4 yang sudah bersama-sama menempuh segala suka
duka selama persiapan, pelaksanaan, dan pembuatan laporan kegiatan KKN.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat, baik
kepada penulis sendiri maupun kepada pihak lain yang membaca skripsi ini.
Jakarta, 31 Mei 2020.
Penulis.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 9
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 12
A. Landasan Teori ........................................................................................... 12
1. Kedit Pemilikan Rumah ......................................................................... 12
2. Pembiayaan Pemilikan Rumah (KPR Syariah) ...................................... 18
3. ROA (Return on Asset) .......................................................................... 24
4. NPL/NPF (Non Performing Loan/Non Performing Finance) ................ 25
5. CAR (Capital Adequancy Ratio) ............................................................ 26
6. LDR/FDR (Loan to Deposit Ratio/Finance to Deposit Ratio) ............... 27
7. BI Rate .................................................................................................... 28
8. Tingkat Inflasi ........................................................................................ 30
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 33
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 41
D. Hipotesis ..................................................................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 45
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 45
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 45
ix
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 46
D. Metode Analisis Data ................................................................................. 46
1. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 47
2. Regresi Linear Berganda ........................................................................ 49
3. Uji Koefisien Determinasi (R2) .............................................................. 52
4. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ........................................................... 52
5. Uji Parsial (Uji t) .................................................................................... 54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 56
A. Analisis Data .............................................................................................. 56
1. KPR KONVENSIONAL ........................................................................ 56
2. KPR SYARIAH...................................................................................... 69
B. Pembahasan ................................................................................................ 80
1. KPR KONVENSIONAL ........................................................................ 80
2. KPR SYARIAH...................................................................................... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 90
A. Kesimpulan ................................................................................................ 90
B. Saran ........................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 92
LAMPIRAN .......................................................................................................... 96
A. Data Variabel Dependen dan Independen .................................................. 96
1. Data Bank Konvensional ........................................................................ 96
2. Data Bank Syariah .................................................................................. 99
B. Hasil Uji dengan Aplikasi SPSS .............................................................. 102
1. Data Bank Konvensional ...................................................................... 102
2. Data Bank Syariah ................................................................................ 105
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1. Volume Kredit/Pembiayaan Rumah Tinggal Bank Umum
Konvensional dan Syariah dan Pertumbuhannya Tahun 2014 – 2018. .................. 4
Tabel 4.1.1 Hasil Uji Multikolinearitas................................................................. 58
Tabel 4.1.2 Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................... 59
Tabel 4.1.3 Hasil Uji Regresi Linear Berganda .................................................... 61
Tabel 4.1.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................................ 63
Tabel 4.1.5 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ....................................................... 64
Tabel 4.1.6 Hasil Uji Parsial (Uji t) ...................................................................... 66
Tabel 4.2.1 Hasil Uji Multikolinearitas................................................................. 70
Tabel 4.2.2 Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................... 71
Tabel 4.2.3 Hasil Uji Regresi Linear Berganda .................................................... 72
Tabel 4.2.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................................ 75
Tabel 4.2.5 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ............................................. 75
Tabel 4.2.6 Hasil Uji Parsial (Uji t) ...................................................................... 77
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1.1 Normal Probability Plot Hasil Uji Normalitas ............................... 57
Gambar 4.1.2 Grafik Histogram Hasil Uji Normalitas ......................................... 57
Gambar 4.1.3 Grafik Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................ 60
Gambar 4.2.1 Normal Probability Plot Hasil Uji Normalitas ............................... 69
Gambar 4.2.2 Grafik Histogram Hasil Uji Normalitas ......................................... 70
Gambar 4.2.3 Grafik Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................ 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Manusia selama hidupnya memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi.
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang diperlukan manusia untuk mencapai
kesejahteraan. Kebutuhan manusia sangat banyak dan beragam. Salah satu
jenis kebutuhan adalah berdasarkan intensitas kegunaannya yang dibagi
menjadi tiga macam yaitu kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan
kebutuhan tersier.
Kebutuhan primer atau juga biasa disebut kebutuhan pokok adalah
kebutuhan utama yang harus dipenuhi agar manusia dapat mempertahankan
hidupnya secara layak. Kebutuhaan ini mendasar dan harus dipenuhi agar
manusia tetap hidup. Yang termasuk kebutuhan primer adalah sandang
(pakaian), pangan (makanan), dan papan (tempat tinggal).
Allah pun sudah berfirman mengenai hal ini yang dapat kita lihat di
kitab suci Al-Qur‟an, bahwasanya manusia membutuhkan makan dan minum
agar tidak kelaparan dan kehausan, pakaian untuk menutupi aurat, dan tempat
tinggal agar terhindar dari panasnya matahari. Sebagaimana firman Allah
dalam QS Thaha (20) ayat 117-119.
2
Maka Kami berkata: "Hai Adam, Sesungguhnya ini
(iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, Maka
sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu
berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi
celaka. (117) Sesungguhnya kamu tidak akan
kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, (118)
dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga
dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di
dalamnya". (119)
Salah satu kebutuhan hidup manusia yang utama adalah memiliki
tempat tinggal. Memiliki tempat tinggal yang dimaksud adalah kita dapat
bernaung di suatu tempat, baik yang dimiliki dengan transfer kepemilikan
seperti jual-beli, maupun dengan transfer manfaat seperti menyewa. Tempat
tinggal yang dimaksud dapat berupa rumah teras, apartemen/rumah susun,
rumah kontrakan, maupun rumah toko, bahkan rumah mobile (rumah yang
bisa berpindah tempat) (Arsiyanti, 2012: 51).
Rumah adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah
diatur dalam UUD 1945 Pasal 28 H angka 1 (Amandemen Kedua Tahun 2000)
yang menyebutkan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Ketentuan lebih
3
lanjutnya pun diatur dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992
tentang Perumahan dan Pemukiman bahwa “setiap warga negara mempunyai
hak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah yang
layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur”. Berdasarkan
dua ketentuan tersebut, sudah jelas bahwa kebutuhan rumah adalah kebutuhan
pokok dan setiap warga negara Indonesia berhak atasnya.
Namun, kemampuan setiap masyarakat untuk membeli rumah
tidaklah sama. Ditambah lagi dengan harga rumah dari tahun ke tahun yang
terus menanjak seiring dengan lonjakan harga tanah dan bahan bangunan.
Untuk itu, diperlukan upaya dari berbagai pihak dalam pembangunan
perumahan dan pemukiman yang harus terus menerus dilaksanakan dengan
tujuan memenuhi kebutuhan perumahan dengan harga terjangkau, terutama
bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyatakan bahwa mayoritas
keluarga Indonesia tidak mampu membeli rumah jika hanya mengandalkan
pendapatan sendiri. Sebanyak 40% masyarakat membutuhkan subsidi dan 20%
sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk membeli rumah. Persoalan
perumahan yang ada saat ini adalah permintaan yang sangat tinggi tetapi
penawarannya kurang (RY, http://ppdpp.id/daya-beli-rumah-masyarakat-
masih-rendah/, akses 28 Desember 2018).
Permintaan rumah yang signifikan ini pada akhirnya diantisipasi
oleh perbankan dengan melahirkan suatu sistem yang disebut dengan kredit
pemilikan rumah (KPR). Fasilitas KPR menjadi salah satu pilihan utama bagi
4
masyarakat untuk memiliki rumah tinggal. Hal ini dikarenakan daya beli
masyarakat yang terbatas untuk membeli hunian secara tunai.
Dengan adanya jasa KPR di bank syariah dan bank konvensional,
masyarakat dihadapkan pada kedua pilihan tersebut. Namun, tingkat
awereness kedua jenis bank ini di masyarakat tidak seimbang. Hal ini
tercermin dalam market share bank syariah yang hanya 5,96% per Desember
2018 (Laporan Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia, 2018: 10). Data
OJK per Juli 2019 menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan/kredit pengadaan
rumah bank konvensional masih jauh di atas bank syariah. Sekilas, hal ini
terasa wajar dengan pertimbangan jumlah awereness masyarakat yang masih
terbiasa dengan bank konvensional dibandingkan dengan bank syariah.
Terlebih lagi, ada prejudice bahwa bank syariah lebih mahal dibandingkan
bank konvensional, khususnya pada produk pengadaan rumah atau KPR.
Tabel 1. 1. Volume Kredit/Pembiayaan Rumah Tinggal Bank Umum
Konvensional dan Syariah dan Pertumbuhannya Tahun 2014 – 2018.
TAHUN
VOLUME
KREDIT/PEMBIAYAAN
(MILIAR RUPIAH)
PERTUMBUHAN
(PRESENTASE)
Konvensional Syariah Konvensional Syariah
2014 280.262 22.654 - -
2015 302.207 24.120 7,262% 6,079%
2016 326.084 27.564 7,322% 12,494%
2017 362.734 30.180 10,104% 8,667%
2018 412.516 32.680 12,068% 7,649%
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2014 – 2018, diolah.
5
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa kredit/pembiayaan
untuk rumah tinggal yang disalurkan oleh kedua bank selalu mengalami
kenaikan dan pertumbuhan positif tiap tahunnya. Di tengah dominasi produk
KPR oleh bank konvensional, bank syariah sempat mengalami pertumbuhan
melebihi bank konvensional.
Selain itu, mengacu pada Laporan Perkembangan Keuangan Syariah
Indonesia yang dikeluarkan oleh OJK (2018: 67), pembiayaan KPR syariah
tumbuh 19,11% (yoy) per Oktober 2017. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata
pertumbuhan KPR secara umum sebesar 10,9% (yoy) di Oktober 2017.
Risiko pembiayaan bermasalah atau non performing finance (NPF) di sektor
perumahan juga lebih rendah dari pada rata-rata rasio NPF perbankan syariah,
yaitu sebesar 2,46%, lebih rendah dibandingkan rata-rata NPF perbankan
syariah sebesar 3,67% per Oktober 2017. Hal ini memberikan sinyal positif
bahwa pembiayaan sektor perumahan syariah masih mempunyai ruang besar
untuk berkembang. Hal tersebut menarik minat penulis untuk melakukan
penelitian antara KPR bank syariah dan bank konvensional.
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) baik di bank konvensional dan bank
syariah termasuk dalam kegiatan penyaluran kredit/pembiayaan, khususnya
kredit konsumsi yang artinya objek yang dikreditkan bukan untuk barang
modal dalam kegiatan usaha (Sularsi, 2016: 8). Pada umumnya, setiap bank
memiliki prosedur sendiri dalam pelaksanaan penyaluran kredit ini namun
tetap berada di bawah pengawasan dan peraturan Bank Indonesia dan Otoritas
Jasa Keuangan.
6
Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Pasal 2 bahwa bank wajib
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip kehati-hatian dan
manajemen resiko dalam rangka menjaga dan/atau meningkatkan tingkat
kesehatan bank. Untuk Bank syariah, berlaku juga peraturan yang sama dan
ditambah dengan prinsip syariah (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.
8/POJK.03/2014). Peraturan ini tentunya juga berlaku pada kegiata
penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank umum konvensional dan syariah.
Dalam penelitian ini, kegiatan usaha yang dimaksud adalah
kredit/pembiayaan pemilikan rumah.
Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian atas berbagai aspek
yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank (Ikatan Bankir
Indonesia (IBI), 2016: 10). Faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank
terdiri dari profil risiko (risk profile), tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance (GCG)), penilaian rentabilitas (earnings), dan
penilaian permodalan (capital).
Kesehatan suatu bank harus dipelihara dan/atau ditingkatkan karena
ia sangat penting bagi semua pihak terkait untuk mengambil keputusan atas
bank itu sendiri. Bagi pemilik dan manajemen bank tersebut, tingkat
kesehatan bank penting untuk mengidentifikasi risiko yang signifikan dan
dinilai perlu untuk segera dilakukan tindak lanjut (Ikatan Bankir Indonesia
(IBI), 2016: 17). Bagi pemerintah pun berguna sebagai alat pengawasan
terhadap kegiatan bank dan untuk mengambil keputusan ataupun menetapkan
7
kebijakan. Dan tentu saja tingkat kesehatan bank juga penting bagi
masyarakat sebagai pengguna jasa keuangan.
Karena menyalurkan KPR hanyalah satu dari sekian banyak kegiatan
bank konvensional dan bank syariah, maka diharapkan tingkat kesehatan
bank selalu baik sehingga dapat terus menyalurkan kredit kepada masyarakat
yang memerlukan. Salah satu cara untuk melihat tingkat kesehatan suatu bank
adalah dengan menganalisis rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan
suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang
berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan.
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan
antara satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan. Perbandingan dapat dilakukan antara
satu pos dengan pos lainnya dalam satu laporan keuangan atau antarpos yang
ada di antara laporan keuangan (Hery, 2014: 138). Maka dapat dikatakan
bahwa analisis rasio keuangan adalah analisis yang dilakukan dengan
menghubungkan berbagai perkiraan yang ada pada rasio keuangan yang dapat
digunakan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.
Untuk mendapatkan rasio keuangan suatu bank, kita harus
menganalisis laporan keuangan bank tersebut. Laporan keuangan perlu
dianalisa karena dengan analisa tersebut akan diperoleh semua jawaban yang
berhubungan dengan masalah posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai
oleh bank yang bersangkutan (Munawir 2014: 34).
8
Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari laporan neraca, laporan
laba-rugi, dan laporan perubahan ekuitas yang masing-masing
menggambarkan keadaan bank dalam periode tertentu. Neraca
menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas. Laporan laba-rugi
memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh bank serta beban yang
terjadi selama periode tertentu. Laporan perubahan ekuitas menunjukkan
sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan
ekuitas bank tersebut (Munawir 2014: 5).
Jika dilihat dari sisi penawaran (supply side), penyaluran kredit
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal bank. Faktor-faktor intenal,
misalnya struktur dan besarnya aktiva dan pasiva bank yang tersedia, jenis,
keadaan dan komposisi sarana perbankan dan personalia yang ada. Faktor-
faktor eksternal, seperti suasana dunia usaha pada umumnya dan suasana
bisnis perbankan pada khususnya, lokasi bank, dan sebagainya (Ikatan Bankir
Indonesia (IBI), 2015: 176). Faktor internal yang digunakan dalam penelitian
ini berupa rasio-rasio keuangan bank yaitu ROA (Return on Asset), NPL/NPF
(Non Performing Loan/Non Performing Finance), CAR (Capital Adequancy
Ratio), LDR/FDR (Loan to Deposit Ratio/Finance to Deposit Ratio).
Sedangkan faktor eksternal yang digunakan sebagai variabel penelitan adalah
hasil dari kebijakan pemerintah yang berupa BI rate dan tingkat inflasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memutuskan untuk
melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH KINERJA
BANK DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP VOLUME
9
PENYALURAN KREDIT PERUMAHAN (STUDI BANDING BANK
UMUM KONVENSIONAL DAN SYARIAH TAHUN 2015-2019).
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan penulis adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh ROA (Return on Asset), NPL/NPF (Non
Performing Loan/Non Performing Finance), CAR (Capital Adequancy
Ratio), LDR/FDR (Loan to Deposit Ratio/Finance to Deposit Ratio), BI
rate, dan tingkat inflasi secara bersama-sama (simultan) terhadap
penyaluran KPR pada bank umum konvensional dan syariah?
2. Bagaimana pengaruh ROA (Return on Asset) terhadap penyaluran
KPR pada bank umum konvensional dan syariah?
3. Bagaimana pengaruh NPL/NPF (Non Performing Loan/Non
Performing Finance) terhadap penyaluran KPR pada bank umum
konvensional dan syariah?
4. Bagaimana pengaruh CAR (Capital Adequancy Ratio) terhadap
penyaluran KPR pada bank umum konvensional dan syariah?
5. Bagaimana pengaruh LDR/FDR (Loan to Deposit Ratio/Finance to
Deposit Ratio) terhadap penyaluran KPR pada bank umum
konvensional dan syariah?
6. Bagaimana pengaruh BI rate terhadap penyaluran KPR pada bank
umum konvensional dan syariah?
10
7. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap penyaluran KPR pada
bank umum konvensional dan syariah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh ROA (Return on Asset), NPL/NPF (Non
Performing Loan/Non Performing Finance), CAR (Capital
Adequancy Ratio), LDR/FDR (Loan to Deposit Ratio/Finance to
Deposit Ratio), BI rate, dan tingkat inflasi secara bersama-sama
terhadap penyaluran KPR pada bank umum konvensional dan
syariah.
2. Untuk mengetahui pengaruh ROA (Return on Asset) terhadap
penyaluran KPR pada bank umum konvensional dan syariah.
3. Untuk mengetahui pengaruh NPL/NPF (Non Performing Loan/Non
Performing Finance) terhadap penyaluran KPR pada bank umum
konvensional dan syariah.
4. Untuk mengetahui pengaruh CAR (Capital Adequancy Ratio)
terhadap penyaluran KPR pada bank umum konvensional dan
syariah.
5. Untuk mengetahui pengaruh LDR/FDR (Loan to Deposit
Ratio/Finance to Deposit Ratio) terhadap penyaluran KPR pada
bank umum konvensional dan syariah.
11
6. Untuk mengetahui pengaruh BI rate terhadap penyaluran KPR pada
bank umum konvensional dan syariah.
7. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi terhadap penyaluran KPR
pada bank umum konvensional dan syariah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan penulis adalah sebagai berikut.
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,
ilmu pengetahuan, dan referensi kepustakaan bagi peneliti
selanjutnya, khususnya mengenai kredit pemilikan rumah.
2. Bagi instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
informasi untuk menentukan kebijakan dalam menyalurkan KPR.
3. Bagi masyarakat luas, penelitian ini diharapkan sebagai tambahan
pengetahuan dan referensi dalam memilih produk KPR.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kedit Pemilikan Rumah
Dalam bahasa latin, kredit disebut credere yang artinya percaya.
Maksudnya adalah, si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit
bhwa kredit yang diberikan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian.
Sedangkan bagi si penerima kredit berarti ia telah menerima kepercayaan
sehingga memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman sesuai
dengan jangka waktu yang telah dijanjikan. (Kasmir, 2018: 112)
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Dikutip dari Kariyoto, menurut Sastradipoera dalam buku Strategi
Manajemen Bisnis Perbankan (2004: 15), menyatakan bahwa kredit
merupakan kemampuan untuk melakukan suatu pembelian atau suatu
pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilaksanakan,
ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati. (Kariyoto, 2017:
197).
13
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kredit
adalah kepercayaan untuk menyerahkan uang atau tagihan yang nilainya
diukur dengan uang. Bank sebagai kreditur (pihak pemberi kredit) dan
nasabah sebagai debitur (pihak yang menerima kredit) sepakat
melakukan transaksi kredit sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat
bersama. Dalam perjanjian tersebut sudah tercakup hak dan kewajiban
masing-masing pihak, jangka waktu pengembalian, bunga yang harus
dibayarkan, dan juga sanksi bila debitur melanggar perjanjian.
Perbedaan mendasar antara kredit di bank konvensional dengan
pembiayaan di bank syariah adalah bentuk keuntungan yang diharapkan
dari transaksi ini. Pada bank konvensional, keuntungan yang diharapkan
adalah dalam bentuk bunga. Sedangkan pada bank syariah, keuntungan
yang diharapkan adalah dalam bentuk imbalan (ujroh) dan bagi hasil.
Menurut Kasmir dalam bukunya “Dasar-Dasar Perbankan”,
pembebanan besarnya suku bunga kredit dibedakan kepada jenis
kreditnya. Penggunaan metode perhitungan yang digunakan akan sangat
memengaruhi jumlah bunga yang harus dibayar. Jumlah bunga akan
memengaruhi jumlah angsuran per bulan karena jumlah angsuran terdiri
dari pinjaman pokok ditambah bunga. Adapun metode pembebanan
bunga adalah sebagai berikut. (Kasmir, 2018: 160)
a. Flat rate, adalah pembebanan bunga yang setiap bulan tetap dari
jumlah pinjamannya. Demikian pula pokok pinjaman setiap bulan
juga jumlahnya sama sehingga angsuran setiap bulan juga sama
14
sampai kredit lunas. Bunga jenis ini biasanya diberikan kepada kredit
yang bersifat konsumtif seperti pembelian rumah tinggal, kendaraan
pribadi, peralatan elektronik rumah tangga, dan kredit konsumtif
lainnya.
b. Sliding rate, adalah pembebanan bunga yang setiap bulan dihitung
dari sisa pinjamannya sehingga jumlah bunga yang dibayar nasabah
setiap bulan menurun seiring dengan turunnya pokok pinjaman.
Tetapi, pembayaran pokok pinjaman setiap bulan jumlahnya sama.
Angsuran anasabah pun otomatis semakin menurun setiap bulan.
Bunga jenis ini iasanya diberikan kepada sektor produktif dengan
maksud agar nasabah tidak merasa terbebani oleh pinjamannya.
c. Floating rate, adalah pembebanan bunga yang ditetapkan mengikuti
bunga yang berlaku di pasar uang. Jumlah bunga yang dibayarkan
dapat lebih tinggi atau lebih rendah atau sama setiap bulannya selama
jangka waktu pelunasan kredit. Angsuran yang dibayarkan setiap
bulan pun bisa tetap, naik, atau turun jumlahnya.
Menurut Suyatno (2000: 19) dalam buku Dasar-Dasar Perkreditan,
menyatakan bahwa jenis-jenis kredit terdiri dari: (Kariyoto, 2017: 200)
1. Berdasarkan kegunaan
a. Kredit konsumtif, merupakan kredit yang diberikan dengan tujuan
untuk memperlancar jalannya proses konsumtif.
b. Kredit produktif, merupakan kredit yang diberikan dengan tujuan
untuk memperlancar jalannya proses produksi.
15
c. Kredit perdagangan, merupakan kredit yang diberikan dengan
tujuan untuk mebeli barang-barang dan untuk dijual kembali.
d. Kredit working capital, merupakan kredit yang diberikan dengan
tujuan modal kerja.
2. Berdasarkan jangka waktu
a. Kredit jangka pendek, memiliki jangka waktu kurang dari satu
tahun atau paling lama satu tahun.
b. Kredit jangka menengah, memiliki jangka waktu antara satu tahun
sampai dengan tiga tahun.
c. Kredit jangka panjang, memiliki jangka waktu lebih dari tiga tahun.
3. Berdasarkan jaminannya
a. Kredit tanpa jaminan, merupakan kredit yang tidak harus
menyerahkan jaminannya dalam pengembalian fasilitas kredit.
b. Kredit dengan jaminan, merupakan kredit yang menyertakan
jaminan sebagai jalan kedua apabila kredit yang diambil nasabah
mengalami hambatan pembayaran.
4. Berdasarkan cara pembayarannya
a. Pinjaman angsuran, merupakan oinjaman dengan pengembalian
pinjaman pokoknya melalui cara angsuran bertahap.
b. Pinjaman tetap, merupakan pinjaman dengan cara pengembalian
pokok pinjaman menurut jangka waktu tertentu.
16
c. Demand loan (permintaan pinjaman), merupakan pinjaman yang
dapat ditarik sewaktu-waktu sesuai fasilitas yang tersedia dan
pengembaliannya menurut jangka waktu tertentu.
d. Pinjaman promes, merupakan pinjaman yang didasarkan atas
jaminan promes sesuai nominal maupun jatuh tempo pembayaran.
Kredit Pemilikan Rumah adalah salah satu dari banyaknya jenis
kredit yang disalurkan oleh bank. Menurut OJK, Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan
kepada para nasabah perorangan yang akan membeli atau memperbaiki
rumah. Saat ini ada 2 jenis KPR di Indonesia yaitu:
(https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Category/47, akses 18
Oktober 2019)
1. KPR Subsidi, yaitu kredit untuk masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan
atau perbaikan rumah yang telah dimiliki. Bentuk subsidi yang
diberikan berupa keringanan kredit dan subsidi menambah dana
pembangunan atau perbaikan rumah. Kredit subsidi ini diatur
tersendiri oleh Pemerintah, sehingga tidak setiap masyarakat yang
mengajukan kredit dapat diberikan fasilitas ini. Batasan yang
ditetapkan dalam memberikan subsidi ini adalah penghasilan
pemohon dan maksimum kredit yang diberikan.
2. KPR Non Subsidi, yaitu KPR yang diperuntukan bagi seluruh
masyarakat. Ketentuan KPR ditetapkan oleh bank, sehingga
17
penentuan besarnya kredit maupun suku bunga dilakukan sesuai
kebijakan bank yang bersangkutan.
Secara umum, syarat dan ketentuan yang diperlakukan oleh bank
untuk nasabah yang akan mengambil KPR relatif sama. Untuk
mengajukan KPR, pemohon harus melampirkan:
1. KTP suami dan atau istri (bila sudah menikah) dan Kartu Keluarga
2. Keterangan penghasilan atau slip gaji
3. Laporan keuangan (untuk wiraswasta)
4. NPWP Pribadi (untuk kredit di atas Rp. 100 juta)
5. SPT PPh Pribadi (untuk kredit di atas Rp. 50 juta)
6. Salinan sertifikat induk dan atau pecahan bila membeli dari developer
7. Salinan sertifikat (bila jual beli perorangan)
8. Salinan IMB
Selain syarat administrasi di atas, nasabah akan dikenakan
beberapa biaya, diantaranya: biaya appraisal, biaya notaris, provisi bank,
biaya asuransi kebakaran, biaya premi asuransi jiwa selama masa kredit.
Menggunakan fasilitas KPR memiliki keuntungan tersendiri, baik
KPR pada bank konvensional maupun bank syariah, baik KPR subsidi
maupun non subsidi. Keuntungan tersebut antara lain adalah tidak harus
menyediakan dana secara tunai untuk membeli rumah. Nasabah cukup
menyediakan uang muka. Keuntungan lainnya yaitu, karena KPR
memiliki jangka waktu yang panjang, angsuran yang dibayar dapat
diiringi dengan ekspektasi peningkatan penghasilan.
18
Dengan kemudahan dan banyaknya keuntungan dari fasilitas KPR
maka tidak heran banyak masyarakat yang mengajukan permohonan
KPR untuk dapat memiliki hunian idamannya. Namun, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam membeli rumah. Hal tersebut antara lain
adalah sebagai berikut.
1. Bila membeli rumah dari perorangan, pastikan bahwa sertifikat rumah
tersebut tidak bermasalah dan IMB sesuai dengan kondisi bangunan.
2. Bila membeli rumah dari developer, pastikan bahwa developer
dimaksud telah mempunyai izin-izin, antara lain Izin Peruntukan
Tanah, IMB Induk, sertifikat tanah minimal SHGB atau HGB Induk
atas nama developer.
3. Jangan melakukan transaksi jual beli di bawah tangan. Artinya adalah,
bila rumah yang akan dibeli masih dalam status dijaminkan di bank,
maka lakukanlah pengalihan kredit pada Bank yang bersangkutan dan
dibuat akte jual beli di hadapan notaris. Jangan sekali-kali melakukan
transaksi pengalihan kredit di bawah tangan yang hanya berdasarkan
kepercayaan saja dan tanda buktinya hanya berupa kwitansi biasa,
karena bank tidak mengakui transaksi seperti ini.
2. Pembiayaan Pemilikan Rumah (KPR Syariah)
Pada dasarnya, kegiatan usaha bank syariah dapat dikelompokkan
ke dalam tiga jenis produk yaitu produk simpanan, produk pembiayaan,
dan produk jasa-jasa. Dari ketiga jenis kegiatan usaha tersebut, bank
19
syariah mendapatkan penghasilan berupa margin keuntungan, bagi hasil,
imbalan (ujrah), dan pungutan lainnya seperti biaya administrasi. Namun,
pendapatan bank syariah sebagian besar masih berasal dari kegiatan
usaha pembiayaan, karenanya pembiayaan masih merupakan kegiatan
paling dominan pada bank syariah. (Wangsawidjaja, 2012: 78).
Menurut Ikatan Bankir Indonesia, pembiayaan di bank syariah atau
disebut kredit di bank konvensional, pada dasarnya merupakan sebuah
kesepakatan bank dengan nasabah yang memerlukan dana untuk
membiayai kegiatan atau aktivitas tertentu. Kesepakatan penyaluran
pemmbiayaan bank kepada nasabah tersebut dapat dibedakan
berdasarkan akad yang digunakan. Akad pembiayaan bisa berupa akad
jual beli, akad penanaman modal atau investasi, akad sewa/beli, dan akad
lainnya. Ada pula akad pinjam-meminjam uang tanpa bunga. (Ikatan
Bankir Indonesia, 2015: 202).
Dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998,
pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil.
Sedangkan pada Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Perbankan
Syariah, yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
20
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudarabah dan musyarakah;
b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah,, salam, dan
istishna;
d. transaksi pinjam-meminjam dalam benuk piutang qard; dan
e. transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syariah
dan/atau UUS dan pihak lain (nasabah penerima fasilitas) yang
menwajibkan pihak lain yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berbeda dengan
kredit yang diberikan oleh bank konvensional. Dalam perbankan
konvensional, keuntungan atas kredit adalah dalam bentuk bunga, namun
pada bank syariah keuntungan atas pembiayaan dalam bentuk lain sesuai
dengan akad yang digunakan.
Bank syariah tidak menjadikan bunga sebagai instrumen
operasional bisnis. Penggunaan bunga pada pinjaman dianggap riba dan
hal tersebut tidak diperkenankan dalam prinsip syariah. Hal ini
dilandaskan pada QS Al Baqarah (2) ayat 275, Allah berfirman:
21
Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.(275)
Sudah jelas pada ayat tersebut bahwa Allah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Atas dasar itu, bank syariah menjalankan
kegiatan pembiayaan yang bebas riba. Pembiayaan pada bank syariah
tidak menggunakan bunga, melainkan menggunakan skema murabahah
(akad jual beli), mudharabah, musyarakah (penanaman modal/investasi),
ijarah/IMBT (akad sewa/sewa-beli), salam/istishna (akad jual beli sewa
22
dengan penyerahan barang di kemudian hari), dan qard (pinjaman), serta
kombinasi dari akad-akad tersebut.
Menurut Karim (2013), pembiayaan pada bank syariah dapat
dibedakan ke dalam beberapa jenis sebagai berikut.
1. Pembiayaan modal kerja syariah, adalah pembiayaan jangka pendek
yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal
kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Jangka waktunya
satu tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan.
Perpanjangan ini dilakukan atas dasar hasil analisis terhadap debitur
dan fasilitas pembiayaan secara keseluruhan.
2. Pembiayaan investasi syariah, adalah pembiayaan jangka menengah
atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang
diperlukan untuk pendirian proyek baru, rehabilitasi, modernisasi,
relokasi, dan/atau relokasi proyek yang sudah ada.
3. Pembiayaan konsumtif syariah, adalah jenis pembiayaan yang
diberikan untuk tujuan di luar usaha dan umumnya bersifat
perorangan.
4. Pembiayaan sindikasi, adalah pembiayaan yang diberikan lebih dari
satu lembaga keuangan bank untuk satu objek pembiayaan tertentu.
Pada umumnya pembiayaan ini diberikan kepada nasabah korporasi
yang memiliki nilai transaksi yang sangat besar.
23
5. Pembiayaan berdasarkan take over, adalah pembiayaan yang timbul
sebagai akibat dari take over terhadap transaksi non syariah yang telah
berjalan yang dilakukan oleh bank syariah atas permintaan nasabah.
6. Pembiayaan Letter of Credit (L/C), adalah pembiayaan yang diberikan
untuk memfasilitasi transaksi impor atau ekspor nasabah.
Pembiayaan pemilikan rumah atau yang lebih dikenal dengan KPR
syariah termasuk dalam jenis pembiayaan konsumtif karena merupakan
pembiayaan yang diberikan kepada nasabah untuk membiayai barang-
barang konsumtif, dalam hal ini yaitu fasilitas pembiayaan untuk
pembelian/pembangunan/renovasi rumah.
Akad yang digunakan pada fasilitas KPR syariah umumnya adalah
akad murabahah, yaitu akad jual beli antara bank dan nasabah. Dalam
hal ini, bank membeli rumah yang telah ditunjuk oleh nasabah untuk
kemudian dijual kepada nasabah tersebut sebesar harga pokok ditambah
dengan keuntungan atau margin yang telah disepakati bersama.
Walaupun pada umumnya KPR syariah menggunakan akad murabahah,
tidak menutup kemungkinan bahwa bank syariah akan menawarkan KPR
syariah dengan akad lainnya seperti istishna, musyarakah mutanaqishah
dan ijarah muntahiyyah bit tamlik (IMBT).
Untuk syarat administrasi saat pengajuan KPR di bank
konvensional dan bank syariah relatif sama. KPR syariah juga
mengenakan biaya lainnya seperti biaya administrasi, biaya provisi, biaya
asuransi, biaya notaris, dan biaya lainnya, sama seperti KPR
24
konvensional. Namun terdapat salah satu perbedaan yang mencolok
antara KPR konvensional dengan KPR syariah yaitu jumlah angsurannya.
Dalam KPR syariah, nasabah tidak akan dipusingkan dengan kenaikan
atau kemungkinan kenaikan jumlah angsuran. Hal ini karena produk
KPR syariah tidak terpengaruh oleh fluktuasi suku bunga. Selain itu, jika
nasabah ingin melunasi sisa angsuran sebelum jangka waktu berakhir,
tidak akan dikenakan pinalti seperti pada bank konvensional.
3. ROA (Return on Asset)
ROA (Return on Asset) adalah rasio yang menggambarkan tingkat
profitabilitas sebuah bank. Artinya adalah, ROA menunjukkan
menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi
yang telah dilakukan. (Jopie, 2014: 78). Dengan kata lain, ROA
menunjukkan laba yang diperoleh atas setiap dana yang diinvestasikan.
Cara menghitung ROA pada bank konvensional dan bank syariah sama,
yaitu:
Tingkat profitablitas yang tinggi akan menarik minat masyarakat
untuk menyimpan dana mereka di bank tersebut. Semakin banyak dana
yang dihimpun oleh bank, maka akan semakin banyak pula dana yang
dapat disalurkan oleh bank untuk keperluan kredit. Selain itu, semakin
tinggi profitabilitas suatu bank berarti semakin besar laba atau
keuntungan yang dihasilkan bank tersebut. Dengan tingginya laba maka
25
kemampuan bank untuk menyalurkan kredit pun tinggi. Maka diduga
bahwa ROA memiliki hubungan positif dengan penyaluran KPR baik di
bank konvensional maupun bank syariah.
4. NPL/NPF (Non Performing Loan/Non Performing Finance)
NPL/NPF (Non Performing Loan/Non Performing Finance) adalah
salah satu rasio yang merupakan indikator tingkat kesehatan bank dengan
istilah NPL digunakan pada bank konvensional dan NPF digunakan pada
bank syariah. NPL/NPF mencerminkan ketidakmampuan bank dalam
proses penilaian sampai dengan pencairan dana kepada debitur.
NPL/NPF juga menyebabkan tingginya biaya modal yang akan
berpengaruh terhadap perolehan laba bersih bank. (Latumaerissa,, 2014:
164). NPL/NPF dapat dihitung masing-masing dengan persamaan berikut.
Kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh bank kepada nasabahnya
dapat dibagi menjadi lima kriteria yaitu:
1. Lancar
2. Dalam perhatian khusus
3. Kurang lancar
4. Diragukan, dan
5. Macet
26
Jadi yang dimaksud kriteria 3,4,5 pada persamaan untuk
perhitungan NPL dan NPF di atas adalah kredit/pembiayaan yang
tergolong kurang lancar, diragukan, dan macet.
Semakin besar NPL/NPF suatu bank maka bank tersebut harus
mengeluarkan biaya besar untuk menutupi kredit-kredit macet tersebut
yang dananya diambil dari modal bank. Hal ini pun akan mengakibatkan
kemampuan bank untuk menyalurkan kredit menurun. Jadi, diduga
NPL/NPF memiliki hubungan negatif dengan penyaluran KPR baik di
bank konvensional maupun di bank syariah.
5. CAR (Capital Adequancy Ratio)
CAR (Capital Adequancy Ratio) adalah rasio yang menunjukkan
kondisi suatu bank apakah ia memiliki tingkat kecukupan modal yang
baik atau tidak. Tingkat kecukupan modal yang baik menunjukkan
bahwa bank tersebut adalah bank yang sehat. (Muhamad, 2014: 140).
Untuk mendapatkan nilai CAR, dapat dihitung dari persamaan berikut.
Semakin tinggi nilai CAR maka berarti bank tersebut dalam
kondisi yang baik untuk menjalankan seluruh kegiatannya mulai dari
pengimpunan dana, penyaluran dana, dan juga jasa lainnya. Termasuk
pula kemampuan bank dalam menyalurkan KPR. Maka diduga terdapat
hubungan yang positif antara CAR dengan penyaluran KPR baik di bank
konvensional maupun bank syariah.
27
6. LDR/FDR (Loan to Deposit Ratio/Finance to Deposit Ratio)
LDR/FDR (Loan to Deposit Ratio/Finance to Deposit Ratio)
adalah rasio yang menghitung perbandingan antara kredit atau
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun oleh bank. Rasio ini menggambarkan sejauh mana
simpanan dapat digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga
menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut.
Kredit/pembiayaan merupakan aset penting untuk bank, sedangkan
deposito merupakan sumber dana penting dan terbesar untuk bank. Jadi,
semakin tinggi angka ini semakin tidak likuid bank tersebut karena
semakin besar dana tertanam pada pinjaman. Jika ada penarikan dana
oleh nasabah, bank bisa mengalami kesulitan. Di lain pihak, semakin
tinggi angka ini, semakin besar profitabilitasnya karena bank tersebut
mampu melempar dana lebih efektif. Ada trade-off antara tingkat
keuntungan dengan resiko. (Hanafi, 2012: 331). Angka LDR/FDR
masing-masing dapat ditemukan dengan menghitung persamaan berikut.
Semakin tinggi nilai LDR/FDR pada suatu bank, maka pihak bank
akan menurunkan jumlah penawaran kredit yang dilakukan. Jadi diduga
bahwa LDR/FDR memiliki hubungan negatif dengan penyaluran KPR.
28
7. BI Rate
Suku bunga bank Indonesia atau yang biasa disebut dengan BI rate
adalah suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai
bank sentral di Indonesia. Pada laman resminya, BI rate diartikan sebagai
suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau pendirian (stance)
kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. BI rate
diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan
Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity
management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional
kebijakan moneter.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam perekonomian,
Bank Indonesia akan menyesuaikan besaran BI rate sesuai dengan
perkiraan tingkat inflasi. Umumnya BI Rate akan dinaikkan apabila
inflasi diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetepkan, dan
sebaliknya BI Rate akan diturunkan apabila inflasi diperkirakan berada di
bawah sasaran yang telah ditetapkan.
Menurut Kasmir (2018: 154), dalam kegiatan perbankan
konvensional sehari-hari ada dua macam bunga yang diberikan bank
kepada nasabahnya yaitu sebagai berikut.
a. Bunga simpanan, merupakan harga beli yang harus dibayar bank
kepada nasabah pemilik simpanan. Bunga ini diberikan sebagai balas
29
jasa kepada nasbah aatas kepercayaan mereka menyimpan uangnya di
bank, baik dalamm bentuk tabungan, deposito, maupun giro.
b. Bunga pinjaman, mmerupakan bunga yang dibebankan kepada para
debitur atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam
kepada bank.
BI rate diduga memiliki hubungan dengan penyaluran KPR. Ketika
BI rate meningkat maka suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman
di bank umum pun akan ikut meningkat. Bunga simpanan yang tinggi
akan menarik minat masyarakat untuk menyimpan uang mereka di bank.
Dengan demikian, bank pun akan memiliki cukup dana untuk disalurkan
kembali dalam bentuk kredit.
Namun, bunga pinjaman yang tinggi kurang menarik minat
masyarakat untuk mengambil pinjaman di bank karena tentunya jumlah
pinjaman yang harus dikembalikan nasabah kepada bank juga akan lebih
tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan pada penyaluran kredit
pada bank konvensional yang menggunakan sistem bunga sebagai bentuk
keuntungan fasilitas kredit.
Maka dari itu, diduga BI rate memiliki pengaruh negatif terhadap
penyaluran KPR di bank konvensional dan diduga BI rate tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap penyaluran KPR di bank syariah karena
bank syariah tidak menggunakan sistem bunga dalam fasilitas kreditnya.
30
8. Tingkat Inflasi
Dikutip dari Karim (2013: 135), menurut Douglas Greenwald
dalam bukunya Encyclopedia of Economic (1982: 510), inflasi adalah
kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan
terhadap barang-barang/komoditas dan jasa.
Masih menurut Karim (2016: 424), pengertian inflasi Islam tidak
berbeda dengan inflasi konvensional. Inflasi mempunyai pengertian
sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang bersifat umum dan
terus-menerus. Dari pengertian ini , inflasi merupakan gejala yang terjadi
karena kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara
alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, tetapi di seluruh penjuru
suatu negara, bahkan dunia. Kenaikan harga ini berlangsung secara
berkesinammbungan dan bisa semakin meninggi jika tidak ditemukan
solusi pemcahan penyimpangan-penyimpanagan yang menyebabkan
terjadinya inflasi tersebut.
Dari beberapa pengertian inflasi di atas yang dikemukakan oleh
ekonom konvensional dan ekonom syariah, dapat diambil kesimpulan
bahwa inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum yang
terjadi secara terus menerus.
Besarnya tingkat inflasi dapat diukur dengan tingkat perubahan dari
tingkat harga secara umum. Berikut persamaan untuk menghitung tingkat
inflasi.
31
Dari teori konvensional, menurut Yuniarti (2016: 135), dampak
yang ditimbulkan oleh inflasi adalah sebagai berikut.
a. Redistribusi pendapatan dan kekayaan. Salah satunya adalah
redistribusi dari kreditur ke debitur.
b. Distorsi harga. Saat tingkat inflasi rendah, masyarakat menyadari
inflasi tersebut dan bisa membedakan inflasi antarbarang yang saling
substitusi. Namun saat tingkat inflasi tinggi, masyarakat tidak
memahami perbedaan laju inflasi karena semua harga barang naik.
c. Distorsi penggunaan uang. Setiap orang mengubah cara
menggunakan uang karena inflasi berarti menurunkan nilai real uang.
Masyarakat akan cenderung meminimalisasi jumlah uang yang
mereka pegang.
d. Distorsi pajak. Semakin tinggi inflasi maka semakin tinggi pula
beban pajak secara riil.
Sedangkan dari sudut pandang ekonomi Islam, inflasi pun memiliki
akibat yang buruk bagi perekonomian. Dikutip dari Karim (2013: 139),
karena beberapa alasan berikut yang dikemukakan oleh Rafiq al-Masri
dalam judul penelitiannya Inflation and Its Impact on Societies (1996),
akibat buruk inflasi bagi perekonomian adalah sebagai berikut.
a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang terutama terhadap
fungsi tabungan, fungsi pembayaran di muka, dan fungsi unit
perhitungan.
32
b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat.
c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja tertutama barang-
barang non-primer dan barang mewah lainnya.
d. Meninggalkan investasi produktif seperti investasi di bidang
pertanian, industrial, perdagangan, dan mengarahkan investasi pada
hal-hal yang non produktif yaitu penumpukan kekayaan dalam
bentuk tanah, bangunan, logam mulia, dan mata uang asing.
Inflasi diduga memiliki hubungan dengan penyaluran KPR baik di
bank konvensional maupun bank syariah. Semakin harga barang dan jasa
mengalami kenaikan, maka masyarakat akan lebih memilih untuk
memenuhi kebutuhan pokok jangka pendek terlebih dahulu dibandingkan
memenuhi kebutuhan pokok jangka panjang, terlebih lagi yang
membutuhkan jumlah uang yang besar seperti rumah. Karena permintaan
berkurang, maka jumlah penyaluran KPR pun akan berkurang sebagai
akibat dari inflasi.
Selain itu, karena harga-harga yang mengalami kenaikan,
masyarakat akan mengambil simpanan mereka di bank untuk memenuhi
kebutuhan. Dengan berkurangnya jumlah uang masyarakat yang
disimpan di bank, hal ini akan menurunkan juga jumlah penyaluran
kredit yang dapat diberikan bank dan tidak terkecuali fasilitas kredit
pemilikan rumah juga akan mengalami penurunan penyaluran. Maka dari
33
itu, diduga inflasi memiliki pengaruh yang negatif terhadap penyaluran
KPR, baik di bank konvensional mapun bank syariah.
B. Penelitian Terdahulu
No
Judul Penelitian/
Peneliti/ Tahun
Variabel dan Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Analisis
Pengaruh
Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Dana
Pihak Ketiga
(DPK), Suku
Bunga Bank
Indonesia (BI
Rate), Non
Performing
Loan (NPL),
dan Tingkat
Inflasi terhadap
Penyaluran
Kredit
Kepemilikan
1. Menggunakan
variabel CAR
(Capital
Adequacy
Ratio), BI
Rate (Suku
Bunga Bank
Indonesia),
NPL (Non
Performing
Loan), dan
Tingkat
inflasi.
2. Menggunakan
metode
analisis regresi
linier berganda
Menggunakan
variabel DPK
(Dana Pihak
Ketiga).
NPL (Non
Performing
Loan), DPK
(Dana Pihak
Ketiga) dan BI
rate
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
penyaluran
kredit
perumahan
komersial pada
BPD Bali
sedangkan CAR
(Capital
34
Rumah (KPR)
Komersial
(Studi pada BPD
Bali Periode
2013-2017).
Kadek Adi Wira
Darma, Putu
Eka Dianita
Marvilianti
Dewi, Made
Arie Wahyuni
(2017).
dan program
SPSS.
Adequacy Ratio)
dan tingkat
inflasi tidak
berpengaruh
signifikan.
2 Analisis
Pengaruh LDR,
CAR, ROA, dan
Faktor Eksternal
Perbankan
terhadap
Volume KPR
pada Bank
Persero Periode
2008-2012.
1. Menggunakan
variabel LDR
(Loan to
Deposit
Ratio), CAR
(Capital
Adequancy
Ratio), ROA
(Return on
Asset), BI
Seluruh variabel
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap volume
penyaluran
KPR.
35
Yoga Pradana
(2013).
rate, dan
tingkat inflasi.
2. Menggunakan
metode
analisis regresi
linier berganda
dan program
SPSS.
3 Analisis
Pengaruh FDR
(Financing to
Deposit Ratio),
NPF (Non
Performing
Financing),
Suku Bunga dan
Bank Size
terhadap
Pembiayaan
KPR Syariah
(Studi Kasus
pada Bank
Umum Syariah
Menggunakan
variabel FDR
(Financing to
Deposit Ratio),
NPF (Non
Performing
Financing), dan
suku bunga.
1. Menggunakan
variabel bank
size.
2. Menggunakan
metode
analisis regresi
data panel dan
program
Eviews.
NPF (Non
Performing
Financing) dan
tingkat inflasi
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pembiayaan
KPR Syariah.
Variabel suku
bunga
berpengaruh
negatif
sedangkan
36
di Indonesia dan
Malaysia
Periode 2010-
2016).
Nisa Nurjanah
(2017).
variabel bank
size berpengaruh
positif terhadap
pembiayaan
KPR Syariah.
4 Pengaruh FDR,
BOPO, NPF,
dan Inflasi
terhadap
Pembiayaan
Murabahah
Perbankan
Syariah Tahun
2010-2015.
Ahmad
Misbahul Munir
(2016).
Menggunakan
variabel FDR
(Financing to
Deposit Ratio)
dan NPF (Non
Performing
Financing).
1. Menggunakan
variabel
BOPO (Biaya
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional)
2. Menggunakan
metode
Ordinary
Least Square
(OLS) sebagai
teknik analisis.
Financing to
Deposit Ratio
(FDR) memiliki
pengaruh
signifikan dan
positif,
sedangkan
BOPO,
NPF, dan Inflasi
memiliki
pengaruh
signifikan dan
negatif terhadap
pembiayaan
murabahah.
5 Dampak Kinerja Menggunakan 1. Menggunakan DPK, ROA,
37
Keuangan dan
Makro Ekonomi
terhadap
Keputusan Bank
Umum Syariah
dalam
Penyaluran
Pembiayaan
Mudharabah
(Periode Januari
2016 – Maret
2019).
Uphi Samsurin
(2019).
variabel ROA
(Return on
Asset), FDR
(Financing to
Deposit Ratio),
BI rate, dan
inflasi.
variabel DPK
(Dana Pihak
Ketiga), ROE
(Return on
Equity).
2. Menggunakan
metode
analisis regresi
data panel dan
metode
Analytical
Network
Process
(ANP)
berdasarkan
justifikasi
pakar.
ROE, dan FDR
menunjukkan
secara parsial
berpengaruh
signifikan
terhadap
pembiayaan
mudharabah
sedangkan
inflasi dan BI
rate tidak
berpengaruh
signifikan secara
parsial terhadap
pembiayaan
mudharabah.
6 Faktor yang
Mempengaruhi
Pembiayaan
Mudharabah
pada Bank
Umum Syariah
1. Menggunakan
variabel FDR,
NPF, ROA,
dan CAR.
2. Menggunakan
analisis regresi
Menggunakan
variabel tingkar
bagi hasil.
Variabel FDR
berpengaruh
negatif terhadap
pembiayaan
mudharabah.
NPF tidak
38
di Indonesia.
Nur Gilang
Giannini (2013).
berganda. berpengaruh
terhadap
pembiayaan
mudharabah.
Sedangkan
untuk variabel
ROA, CAR, dan
tingkat bagi
hasil
berpengaruh
positif terhadap
pembiayaan
mudharabah.
7 Pengaruh
Inflasi, BI Rate,
Dana Pihak
Ketiga (DPK),
Non Performing
Loan (NPL) dan
Capital
Adequacy Ratio
(CAR) terhadap
Penyaluran
Menggunakan
variabel inflasi,
BI Rate, Non
Performing
Loan (NPL) dan
Capital
Adequacy Ratio
(CAR).
1. Menggunakan
variabel Dana
Pihak Ketiga
(DPK).
2. Menggunakan
regresi data
panel dengan
model random
effect.
Inflasi dan DPK
berpengaruh
positif terhadap
penyaluran
kredit
sedangkan BI
rate, NPL, dan
CAR
berpengaruh
negatif terhadap
39
Kredit (Studi
Kasus pada 10
Bank Terbesar
di Indonesia
Berdasarkan
Kredit).
Ati Astuti
(2013).
penyaluran
kredit.
8 Pengaruh Dana
Pihak Ketiga,
Capital
Adequacy Ratio,
Return On
Asset, Net
Interest Margin
dan Non
Performing
Loan terhadap
Penyaluran
Kredit Bank
Umum di
Indonesia.
Menggunakan
variabel Capital
Adequacy Ratio,
Return On
Asset, dan Non
Performing
Loan.
1. Menggunakan
variabel Dana
Pihak Ketiga
dan Net
Interest
Margin.
2. Menggunakan
metode Error
Correction
Model (ECM)
dalam E-
views.
DPK memiliki
pengaruh positif
dan signifikan
terhadap
penyaluran
kredit,
sedangkan CAR
dan ROA
masing-masing
tidak
berpengaruh. Di
sisi lain, NPL
berpengaruh
negatif dan
40
Susan Pratiwi &
Lela Hindasah
(2014).
signifikan
terhadap
penyaluran
kredit.
9 Analisis
Pengaruh Return
On Asset
(ROA), Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Non
Performing
Financing
(NPF), dan
Dana Pihak
Ketiga (DPK)
terhadap
Pembiayaan
Murabahah pada
Perbankan
Syariah.
Eta Zulfina
(2017).
1. Menggunakan
variabel
Return On
Asset (ROA),
Capital
Adequacy
Ratio (CAR),
dan Non
Performing
Financing
(NPF).
2. Menggunakan
metode
analisis regresi
linier
berganda.
Menggunakan
variabel Dana
Pihak Ketiga
(DPK).
DPK memiliki
pengaruh
signifikan
positif terhadap
pembiayaan
murabahah,
sedangkan CAR
berpengaruh
signifikan
negatif. ROA
dan NPF tidak
berpengaruh
terhadap
pembiayaan
murabahah.
41
C. Kerangka Berpikir
Regresi Linear Berganda Uji Koefisien Determinasi
Kredit Perumahan Konvensional
Kredit Perumahan Syariah
Uji Asumsi Klasik
Interpretasi
Kesimpulan
Uji F
ROA (Return on Asset )
CAR (Capital Adequancy Ratio )
NPL (Non Performing Loan )
LDR (Loan to Deposit Ratio )
NPF (Non Performing Finance )
NPF (Non Performing Finance )
FDR (Finance to Deposit Ratio )
NPL/NPF (Non Performing
Loan/Non Performing Finance )
LDR/FDR (Loan to Deposit
Ratio/Finance to Deposit Ratio )
Laporan Keuangan
ROA (Return on
Asset )
CAR (Capital
Adequancy
Ratio )
NPL/NPF (Non
Performing
Loan/Non
Performing
Finance )
LDR/FDR (Loan
to Deposit
Ratio/Finance to
Deposit Ratio )
Kredit Perumahan
Uji F Uji t
Bank Umum
Konvensional
Bank Umum
Syariah
Pemerintah
Kebijakan
Moneter
BI RateTingkat
Inflasi
42
D. Hipotesis
1. Pengaruh ROA (Return on Asset), NPL/NPF (Non Performing Loan/Non
Performing Finance), CAR (Capital Adequancy Ratio), LDR/FDR (Loan
to Deposit Ratio/Finance to Deposit Ratio), BI rate, dan tingkat inflasi
secara bersama-sama (simultan) terhadap penyaluran KPR pada bank
umum konvensional dan syariah.
H0 : ROA, NPL/NPF, CAR, LDR/FDR, BI rate dan inflasi secara
simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran KPR bank
konvensional dan syariah.
H1 : ROA, NPL/NPF, CAR, LDR/FDR, BI rate dan inflasi secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran KPR bank
konvensional dan syariah.
2. Pengaruh ROA (Return on Asset) terhadap penyaluran KPR pada bank
umum konvensional dan syariah.
H0 : ROA (Return on Asset) secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap penyaluran KPR bank konvensional dan syariah.
H1 : ROA (Return on Asset) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
penyaluran KPR bank konvensional dan syariah.
3. Pengaruh NPL/NPF (Non Performing Loan/Non Performing Finance)
terhadap penyaluran KPR pada bank umum konvensional dan syariah.
H0 : NPL/NPF (Non Performing Loan/Non Performing Finance) secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran KPR bank
konvensional dan syariah.
43
H1 : NPL/NPF (Non Performing Loan/Non Performing Finance) secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap penyaluran KPR bank
konvensional dan syariah.
4. Menganalisis pengaruh CAR (Capital Adequancy Ratio) terhadap
penyaluran KPR pada bank umum konvensional dan syariah.
H0 : CAR (Capital Adequancy Ratio) secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap penyaluran KPR bank konvensional dan syariah.
H1 : CAR (Capital Adequancy Ratio) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap penyaluran KPR bank konvensional dan syariah.
5. Menganalisis pengaruh LDR/FDR (Loan to Deposit Ratio/Finance to
Deposit Ratio) terhadap penyaluran KPR pada bank umum konvensional
dan syariah.
H0 : LDR/FDR (Loan to Deposit Ratio/Finance to Deposit Ratio) secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran KPR bank
konvensional dan syariah.
H1 : LDR/FDR (Loan to Deposit Ratio/Finance to Deposit Ratio) secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap penyaluran KPR bank
konvensional dan syariah.
6. Menganalisis pengaruh BI rate terhadap penyaluran KPR pada bank
umum konvensional dan syariah.
H0 : BI rate secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
penyaluran KPR bank konvensional dan syariah.
44
H1 : BI rate secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penyaluran
KPR bank konvensional dan syariah.
7. Menganalisis pengaruh tingkat inflasi terhadap penyaluran KPR pada
bank umum konvensional dan syariah.
H0 : Tingkat inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
penyaluran KPR bank konvensional dan syariah.
H1 : Tingkat inflasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
penyaluran KPR bank konvensional dan syariah.
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah bank umum konvensional dan
bank umum syariah di Indonesia periode Januari 2015 hingga September
2019. Penelitian ini penulis lakukan untuk menganalisis pengaruh kinerja
kedua jenis bank tersebut dan kebijakan moneter pemerintah terhadap volume
penyaluran kredit perumahan selama periode tersebut. Penelitian ini
menggunakan data sekunder hasil publikasi OJK (Otoritas Jasa Keuangan),
BPS (Badan Pusat Statistik), dan Bank Indonesia yang dapat diperoleh dari
laman resmi masing-masing lembaga tersebut. Perhitungan dan pengelolaan
data kemudian menggunakan metode analisis regresi berganda dengan
software IBM SPSS Statistics 23.
B. Metode Penentuan Sampel
Untuk menentukan sampel pada penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling.
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu.
Tujuan yang dimaksud di sini tentunya adalah tujuan penelitian. Suatu data
diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa data tersebut
memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya (Fatihudin, 2015: 76).
46
Sedangkan yang dimaksud dengan nonprobability sampling adalah
metode pengambilan sampel di mana tidak semua anggota dalam sebuah
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel
dikarenakan subjektifitas peneliti dalam memilih sampel di antara populasi
(Rumengan, dkk, 2015: 56).
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder yang berupa data runtun waktu (time series). Data ini diperoleh dari
laporan yang dipublikasikan oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan BPS
(Badan Pusat Statistik) dalam rentang waktu yang dimulai dari Januari 2015
hingga September 2019.
Untuk dapat memahami dan menginterpretasikan hasil penelitian,
penulis melakukan studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah segala usaha
yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan
dengan masalah yang sedang diteliti. Informasi ini dapat dapat diperoleh dari
berbagai literatur seperti buku, laporan penelitian, karangan ilmiah, tesis dan
disertasi, peraturan-peraturan, dan sumber-sumber tertulis lainnya baik cetak
maupun elektronik (Hermawan, 2019: 18).
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
47
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi
pada analisis regresi linear berganda agar diperoleh model regresi dengan
estimasi yang tidak bias dan pengujian dapat dipercaya. Setidaknya ada
empat uji asumsi klasik yaitu sebagai berikut.
a. Uji normalitas
Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual
yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang
terdistribusi secara normal. Beberapa metode uji normalitas yang
digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan analisis
grafik Normal Probability Plot dan Histogram.
Pada grafik Normal Probability Plot, jika titik-titik
menyebar di sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai
residual tersebut telah normal (Purnomo, 2016: 109). Sedangkan
pada grafik Histogram, jika sebaran data menyebar ke semua
daerah kurva normal, berbentuk simetris dan lonceng, maka dapat
disimpulkan data tersebut mempunyai distribusi normal.
b. Uji multikolinieritas
Multikolinearitas artinya antar variabel independen yang
terdapat dalam model regresi memiliki hubungan linear yang
sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi
atau bahkan 1). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
48
korelasi sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel
bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah koefisien
korelasi tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar.
Metode uji multikolinearitas yang digunakan penulis
dalam penelitian ini adalah dengan melihat nilai Tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF) pada model regresi. Bila nilai VIF
kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 maka dapat
dikatakan tidak terjadi multikolinearitas (Purnomo, 2016: 121).
c. Uji autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk data time series (misal: data
laporan keuangan, penjualan, inflasi; yang berdasarkan periode
waktu), bukan untuk data cross section (seperti data angket). Uji
autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi linear ada korrelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode ke t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode
sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari
masalah autokorelasi (Rumengan, dkk, 2015: 403).
Salah satu cara untuk mengidentifikasi apakah terdapat
masalah autokorelasi atau tidak pada suatu model regresi adalah
dengan melihat nilai Durbin Watson (D-W) dengan ketentuan
sebagai berikut.
49
1) Jika nilai D-W di bawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif
2) Jika nilai D-W di antara -2 sampai +2 maka tidak terdapat
autokorelasi
3) Jika nilai D-W di atas +2 berarti terdapat autokorelasi negatif
d. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan lain. Konsekuensi dari adanya
heteroskedastisitas dalam suatu model regresi adalah hasil taksiran
yang diperoleh tidak efisien baik dalam skala kecil maupun besar.
Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya gejala
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatter plot. Jika
ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu
yang teratur (misalnya bergelombang, melebar, kemudian
menyempit) maka hal tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi. Jika tidak ada pola yang
jelas maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas (Rochaety, dkk,
2019: 181).
2. Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda bermanfaat untuk mengetahui
pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen,
apakah masing-masing variabel independen tersebut berpengaruh positif
50
atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila
nilai variabel independen tersebut mengalami kenaikan atau penurunan.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa analisis regresi berkaitan
dengan studi ketergantungan dari suatu variabel, yaitu variabel tak bebas
(dependent variable), pada satu atau lebih variabel yang lain, yaitu
variabel bebas (independent variable), dengan maksud menduga dan atau
meramalkan nilai rata-rata hiutng (mean) atau rata-rata (populasi) dari
variabel tak bebas berdasarkan nilai-nilai yang diketahui atau tetap
(dalam pengambilan sampel berulang) dari variabel bebas.
Ditinjau dari banyaknya variabel dalam model, analisis regresi
dapat dibedakan menjadi:
a. Analisis regresi sederhana (simple regression analysis) atau regresi
dua variabel. Analisis ini mempelajari ketergatungan satu variabel
tak bebas hanya pada satu variabel bebas.
b. Analisis regresi berganda (multiple regression analysis) atau regresi
lebih dari dua variabel. Analisis ini mempelajari ketergantungan
suatu variabel tak bebas pada lebih dari satu variabel bebas.
Berdasarkan sifat linearitasnya, analisis regresi juga dapat
dibedakan menjadi:
a. Analisis regresi linear, merupakan persamaan regresi di mana semua
koefisien parameter dan semua variabel yang digunakan (baik
variabel bebas maupun tak bebas) dalam persamaan tersebut bersifat
linear.
51
b. Analisis regresi nonlinear, merupakan persamaan regresi di mana
salah satu atau lebih variabel yang digunakan (baik variabel bebas
maupun tak bebas) dalam persamaan tersebut bersifat nonlinear,
tetapi koefisien parameternya tetap bersifat linear.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa model regresi linear berganda
adalah suatu persamaan di mana variabel dependen (dependent variable)
tergantung pada lebih dari satu variabel independen (independent
variable) yang seluruh variabel tersebut bersifat linear. Analisis regresi
linear berganda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dua atau lebih
variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian akan
dilakukan dengan model persamaan regresi berganda sebagai berikut.
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + ε
Keterangan:
Y = variabel dependen (volume penyaluran kredit pemilikan
rumah di bank umum konvensional/syariah).
α = konstanta.
β1- β6 = koefisien regresi setiap variabel independen.
X1 = variabel independen ROA (Return on Asset).
X2 = variabel independen NPL/NPF (Non Performing
Loan/Non Performing Finance).
X3 = variabel independen CAR (Capital Adequancy Ratio)
X4 = variabel independen LDR/FDR (Loan to Deposit
Ratio/Finance to Deposit Ratio).
52
X5 = variabel independen BI rate.
X6 = variabel independen tingkat inflasi.
ε = error/tingkat kesalahan.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
R adalah korelasi berganda, yaitu korelasi antara dua atau lebih
variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar antara
0 sampai 1. Jika mendekati maka hubungan semakinerat dan sebaliknya,
jika mendekati 0 maka hubungan semakin lemah.
R square (R²) atau kuadrat dari R, menunjukkan koefisien
determinasi. Angka ini diubah ke bentuk persen yang artinya persentase
sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel independen.
(Priyatno, 2017: 178). Contoh, nilai R2 sebesar 0,557 berarti persentase
sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
sebesar 55,7%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
4. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui apakah
variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0.05. Jika nilai
53
probabilitas F lebih besar dari 0.05, maka model regresi tidak dapat
digunakan untuk memprediksi variabel dependen, dengan kata lain
variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen, dan sebaliknya (Ghozali, 2011: 178).
Uji F juga dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut (Priyatno, 2017: 180).
a. Merumuskan hipotesis
H0 : variabel independen secara simultan tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
H1 : variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
b. Menentukan F hitung dan F tabel
F hitung diperoleh dari data output dan F tabel dapat dilihat pada
tabel statistik.
c. Kriteria pengujian
a. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak yang berarti variabel
independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
b. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima yang berarti variabel
independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
54
5. Uji Parsial (Uji t)
Pengujian hipotesis secara parsial, dapat diuji dengan
menggunakan rumus uji t. Pengujian t-statistik bertujuan untuk menguji
ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y) (Ghozali, 2011: 84). Untuk mengetahui
hasilnya, uji t dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut (Priyatno, 2017: 184).
a. Merumuskan hipotesis
H0 : variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
H1 : variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
b. Menentukan t hitung, t tabel, dan nilai signifikansi
Nilai t hitung dan signifikansi diperoleh dari data output dan t tabel
dapat dilihat pada tabel statistik.
c. Kriteria pengujian
1) Jika –t hitung ≥ -t tabel atau t hitung ≤ t tabel maka H0 diterima
yang berarti variabel independen secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
2) Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak
yang berarti variabel independen secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Berdasarkan signifikansi, kriteria pengujiannya sebagai berikut.
55
1) Jika nilai signifikansi t > 0.05 maka H0 diterima yang berarti
variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
2) Jika nilai signifikansi t < 0.05 maka H0 ditolak yang berarti
variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
56
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
1. KPR KONVENSIONAL
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau
tidaknya suatu distribusi data. Model regresi yang baik adalah yang
memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Metode uji
normalitas yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
dengan analisis grafik Normal Probability Plot dan Histogram.
Pada grafik Normal Probability Plot, jika titik-titik menyebar
di sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual
tersebut telah normal (Purnomo, 2016: 109). Sedangkan pada
grafik Histogram, jika sebaran data menyebar ke semua daerah
kurva normal, berbentuk simetris dan lonceng, maka dapat
disimpulkan data tersebut mempunyai distribusi normal.
57
Gambar 4.1.1 Normal Probability Plot Hasil Uji Normalitas
Gambar 4.1.1 di atas menunjukkan titik-titik menyebar di
sekitar garis dan mengikuti garis diagonal. Hal ini menunjukkan
bahwa data sudah terdistribusi dengan normal.
Gambar 4.1.2 Grafik Histogram Hasil Uji Normalitas
Gambar 4.1.2 di atas menunjukkan daerah kurva simetris dan
membentuk lonceng yang berarti data penelitian mempunyai
distribusi yang normal.
58
2) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya antar variabel independen yang
terdapat dalam model regresi memiliki hubungan linear yang
sempurna atau mendekati sempurna. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati
sempurna di antara variabel bebasnya. Ada tidaknya
multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai Tolerance
dan Variance Inflation Factor (VIF) pada model regresi. Bila nilai
VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 maka dapat
dikatakan tidak terjadi multikolinearitas dan sebaliknya.
Tabel 4.1.1 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -3.569 1.910 -1.868 .068
ROA -.045 .073 -.034 -.615 .542 .561 1.782
NPL -.206 .044 -.353 -4.725 .000 .308 3.251
CAR .056 .017 .378 3.387 .001 .138 7.268
LDR_LN 3.540 .408 .632 8.669 .000 .324 3.091
BI RATE -.051 .009 -.428 -5.578 .000 .291 3.434
INFLASI .015 .010 .153 1.506 .138 .167 5.988
a. Dependent Variable: KPR_LN
Dari tabel 4.1.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai tolerance
seluruh variabel lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF seluruh variabel
lebih kecil dari 10,00. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas.
59
3) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi linear ada korrelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode ke t dengan kesalahan pada periode t-1
(periode sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas
dari masalah autokorelasi. Salah satu cara untuk mengidentifikasi
apakah terdapat masalah autokorelasi atau tidak pada suatu model
regresi adalah dengan melihat nilai Durbin Watson (D-W) dengan
ketentuan sebagai berikut.
1. Jika nilai D-W di bawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif
2. Jika nilai D-W di antara -2 sampai +2 maka tidak terdapat
autokorelasi
3. Jika nilai D-W di atas +2 berarti terdapat autokorelasi negatif
Tabel 4.1.2 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .956a .914 .904 .04334 .961
a. Predictors: (Constant), INFLASI, ROA, NPL, BI RATE, LDR_LN, CAR
b. Dependent Variable: KPR_LN
Dari tabel 4.1.2 di atas dapat dilihat bahwa nilai D-W adalah
0.961. Karena angka tersebut berada di antara -2 sampai +2 maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
4) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual
60
suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik
adalah yang bebas dari masalah heteroskedastisitas. Salah satu cara
untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah
dengan melihat grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu seperti
titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka telah
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Jika tidak ada pola
yang jelas yaitu titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.1.3 Grafik Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dari gambar 4.1.3 di atas dapat dilihat bahwa grafik scatter
plot menunjukkan tidak ada pola tertentu dan data tersebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
61
b. Regresi Linear Berganda
Tabel 4.1.3 Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -3.569 1.910 -1.868 .068
ROA -.045 .073 -.034 -.615 .542 .561 1.782
NPL -.206 .044 -.353 -4.725 .000 .308 3.251
CAR .056 .017 .378 3.387 .001 .138 7.268
LDR_LN 3.540 .408 .632 8.669 .000 .324 3.091
BI RATE -.051 .009 -.428 -5.578 .000 .291 3.434
INFLASI .015 .010 .153 1.506 .138 .167 5.988
a. Dependent Variable: KPR_LN
Pengujian akan dilakukan dengan model persamaan regresi
berganda sebagai berikut.
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + ε
Keterangan:
Y = variabel dependen (volume penyaluran KPR di bank
umum konvensional).
α = konstanta.
β1- β6 = koefisien regresi setiap variabel independen.
X1 = variabel independen ROA (Return on Asset).
X2 = variabel independen NPL (Non Performing Loan).
X3 = variabel independen CAR (Capital Adequancy Ratio)
X4 = variabel independen LDR (Loan to Deposit Ratio).
X5 = variabel independen BI rate.
X6 = variabel independen tingkat inflasi.
62
ε = error/tingkat kesalahan.
Dari tabel 4.1.3 di atas dapat dilakukan estimasi dengan melihat
nilai-nilai B di kolom Unstandardized Coefficients. Dari nilai tersebut
dan keterangan di atas, maka model persamaan regresinya adalah:
Y = -3.569 - 0.045X1 - 0.206X2 + 0.056X3 + 3.540X4 - 0.051X5 +
0.015X6. Persamaan tersebut bermakna sebagai berikut.
1. Nilai konstanta menunjukkan angka sebesar -3.569. Hal ini
menunjukkan bahwa penyaluran KPR bank konvensional akan
bernilai -3.569 satuan jika nilai variabel independen adalah nol.
2. Variabel ROA memiliki nilai koefisien -0.045. Hal ini
menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan ROA sebesaar 1%
maka akan menurunkan penyaluran KPR bank konvensional
sebesar 0.045% dengan asumsi variabel independen lain nilainya
tetap.
3. Variabel NPL memiliki nilai koefisien -0.206. Hal ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan NPL sebesar 1% akan
menurunkan penyaluran KPR bank konvensional sebesar 0.206%
dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.
4. Variabel CAR memiliki nilai koefisien 0.056. Hal ini
menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan CAR sebesar 1%
maka akan menyebabkan kenaikan penyaluran KPR bank
konvensional sebesar 0.056% dengan asumsi variabel independen
lain nilainya tetap.
63
5. Variabel LDR memiliki nilai koefisien 3.540. Hal ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan LDR sebesar 1% maka
akan menyebabkan kenaikan penyaluran KPR bank konvensional
sebesar 3. 540% dengan asumsi variabel independen lain nilainya
tetap.
6. Variabel BI rate memiliki nilai koefisien -0.051. Hal ini
menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan BI rate sebesar 1%
akan menurunkan penyaluran KPR bank konvensional sebesar
0.051% dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.
7. Variabel inflasi memiliki nilai koefisien 0.015. Hal ini
menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan inflasi sebesar 1%
akan menaikkan penyaluran KPR bank konvensional sebesar
0.015% dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.1.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .956a .914 .904 .04334 .961
a. Predictors: (Constant), INFLASI, ROA, NPL, BI RATE, LDR_LN, CAR
b. Dependent Variable: KPR_LN
Angka R diperoleh sebesar 0.956 artinya adalah korelasi antara
variabel-variabel independen (ROA, NPL, CAR, LDR, BI rate, inflasi)
terhadap penyaluran KPR pada bank konvensional sebesar 0.956. Hal
64
ini berarti terjadi hubungan yang sangat erat karena nilainya sangat
mendekati 1.
Nilai R2 sebesar 0.914 artinya persentase sumbangan pengaruh
variabel-variabel independen (ROA, NPL, CAR, LDR, BI rate, inflasi)
terhadap penyaluran KPR pada bank konvensional sebesar 91.4%
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model regresi ini.
d. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Tabel 4.1.5 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.000 6 .167 88.732 .000b
Residual .094 50 .002
Total 1.094 56
a. Dependent Variable: KPR_LN
b. Predictors: (Constant), INFLASI, ROA, NPL, BI RATE, LDR_LN, CAR
Berdasarkan tabel 4.1.5 di atas dapat dilihat hasil perhitungan uji
F menunjukkan nilai signifikansi (0.000) lebih kecil dibandingkan
nilai probabilitas (0.05). Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
ROA, NPL, CAR, LDR, BI rate dan inflasi secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh terhadap penyaluran KPR bank konvensional.
Uji F berikutnya adalah dengan membandingkan nilai F hitung
dengan F tabel. Hipotesis untuk uji F ini adalah sebagai berikut.
65
H0 : ROA, NPL, CAR, LDR, BI rate dan inflasi secara simultan
tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran KPR bank
konvensional.
H1 : ROA, NPL, CAR, LDR, BI rate dan inflasi secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap penyaluran KPR bank
konvensional.
Sedangkan kriteria pengujiannya adalah:
1. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak yang berarti variabel
independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
2. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima yang berarti variabel
independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Berdasarkan tabel 4.1.5 di atas, nilai F hitung sebesar 88.732.
Dengan nilai probabilitas sebesar 0.05, derajat kebebasan (df1) = 6
(jumlah variabel dikurangi 1), derajat kebebasan (df2) = n-k-1 = 57-6-
1 = 50 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel
independen), maka diperoleh nilai F tabel sebesar 2.40.
Karena F hitung (88.732) lebih besar dari F tabel (2.40) maka
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti variabel independen
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
66
e. Uji Parsial (Uji t)
Tabel 4.1.6 Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -3.569 1.910 -1.868 .068
ROA -.045 .073 -.034 -.615 .542 .561 1.782
NPL -.206 .044 -.353 -4.725 .000 .308 3.251
CAR .056 .017 .378 3.387 .001 .138 7.268
LDR_LN 3.540 .408 .632 8.669 .000 .324 3.091
BI RATE -.051 .009 -.428 -5.578 .000 .291 3.434
INFLASI .015 .010 .153 1.506 .138 .167 5.988
a. Dependent Variable: KPR_LN
Uji parsial ini dilakukan dengan berdasaarkan nilai signifikansi t
dan perbandingan antara t hitung dengan t tabel dengan hipotesis
sebagai berikut.
H0 : variabel independen secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
H1 : variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Sedangkan kriteria pengujiannya adalah:
1. Jika –t hitung ≥ -t tabel atau t hitung ≤ t tabel maka variabel
independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
2. Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka variabel
independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
67
Berdasarkan signifikansi, kriteria pengujiannya sebagai berikut.
1. Jika nilai signifikansi t > 0.05 maka H0 diterima yang berarti
variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi t < 0.05 maka H0 ditolak yang berarti
variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Berdasarkan tabel 4.1.6 di atas, dapat ditemukan nilai t tabel
dengan nilai probabilitas sebesar 0.05, derajat kebebasan (df) = n-k-1
= 57-6-1 = 50 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel
independen), maka diperoleh nilai t tabel sebesar 2.009.
Hasil analisis uji t adalah sebagai berikut.
1. Variabel ROA memiliki nilai –t hitung (-0.615) lebih besar dari -t
tabel (-2.009) dan nilai signifikansi (0.542) lebih besar dari 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa variabel ROA secara parsial tidak
berpengaruh pada jumlah penyaluran KPR bank konvensional.
2. Variabel NPL memiliki nilai –t hitung (-4.725) lebih kecil dari -t
tabel (-2.009) dan nilai signifikansi (0.000) lebih kecil dari 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa variabel NPL secara parsial
berpengaruh negatif dan signifikan pada jumlah penyaluran KPR
bank konvensional.
3. Variabel CAR memiliki nilai t hitung (3.387) lebih besar dari t
tabel (2.009) dan nilai signifikansi (0.001) lebih kecil dari 0.05
68
maka dapat disimpulkan bahwa variabel CAR secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan pada jumlah penyaluran KPR
bank konvensional.
4. Variabel LDR memiliki nilai t hitung (8.669) lebih besar dari t
tabel (2.009) dan nilai signifikansi (0.000) lebih kecil dari 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa variabel LDR secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan pada jumlah penyaluran KPR
bank konvensional.
5. Variabel BI rate memiliki nilai –t hitung (-5. 578) lebih kecil dari
-t tabel (-2.009) dan nilai signifikansi (0.000) lebih kecil dari 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa variabel BI rate secara parsial
berpengaruh negatif dan signifikan pada jumlah penyaluran KPR
bank konvensional.
6. Variabel inflasi memiliki nilai t hitung (1.506) lebih kecil dari t
tabel (2.009) dan nilai signifikansi (0.138) lebih besar dari 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi secara parsial
tidak berpengaruh pada jumlah penyaluran KPR bank
konvensional.
69
2. KPR SYARIAH
a. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Metode uji normalitas yang digunakan penulis dalam
penelitian ini adalah dengan analisis grafik Normal Probability Plot
dan Histogram.
Gambar 4.2.1 Normal Probability Plot Hasil Uji Normalitas
Gambar 4.2.1 di atas menunjukkan titik-titik menyebar di
sekitar garis dan mengikuti garis diagonal. Hal ini menunjukkan
bahwa data sudah terdistribusi dengan normal.
70
Gambar 4.2.2 Grafik Histogram Hasil Uji Normalitas
Gambar 4.2.2 di atas menunjukkan daerah kurva simetris dan
membentuk lonceng yang berarti data penelitian mempunyai
distribusi yang normal.
2) Uji Multikolinearitas
Tabel 4.2.1 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 12.403 .994 12.484 .000
ROA .033 .020 .097 1.639 .107 .244 4.102
NPF -.048 .011 -.279 -4.286 .000 .202 4.945
CAR .019 .005 .333 3.690 .001 .106 9.479
FDR_LN -.486 .213 -.200 -2.276 .027 .111 8.980
BI RATE -.024 .006 -.213 -3.921 .000 .291 3.435
INFLASI -.001 .004 -.015 -.320 .750 .410 2.436
a. Dependent Variable: KPRS_LN
71
Dari tabel 4.2.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai tolerance
seluruh variabel lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF seluruh variabel
lebih kecil dari 10,00. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas.
3) Uji Autokorelasi
Tabel 4.2.2 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .978a .957 .952 .02914 .903
a. Predictors: (Constant), INFLASI, ROA, BI RATE, NPF, FDR_LN, CAR
b. Dependent Variable: KPRS_LN
Dari tabel 4.2.2 di atas dapat dilihat bahwa nilai D-W adalah
0.903. Karena angka tersebut berada di antara -2 sampai +2 maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
4) Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.2.3 Grafik Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas
72
Dari gambar 4.2.3 di atas dapat dilihat bahwa grafik scatterplot
menunjukkan tidak ada pola tertentu dan data tersebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas.
b. Regresi Linear Berganda
Tabel 4.2.3 Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 12.403 .994 12.484 .000
ROA .033 .020 .097 1.639 .107 .244 4.102
NPF -.048 .011 -.279 -4.286 .000 .202 4.945
CAR .019 .005 .333 3.690 .001 .106 9.479
FDR_LN -.486 .213 -.200 -2.276 .027 .111 8.980
BI RATE -.024 .006 -.213 -3.921 .000 .291 3.435
INFLASI -.001 .004 -.015 -.320 .750 .410 2.436
a. Dependent Variable: KPRS_LN
Pengujian akan dilakukan dengan model persamaan regresi
berganda sebagai berikut.
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + ε
Keterangan:
Y = variabel dependen (volume penyaluran KPR di bank
umum syariah).
α = konstanta.
β1- β6 = koefisien regresi setiap variabel independen.
X1 = variabel independen ROA (Return on Asset).
73
X2 = variabel independen NPF (Non Performing Finance).
X3 = variabel independen CAR (Capital Adequancy Ratio)
X4 = variabel independen FDR (Financing to Deposit Ratio).
X5 = variabel independen BI rate.
X6 = variabel independen tingkat inflasi.
ε = error/tingkat kesalahan.
Dari tabel 4.2.3 di atas dapat dilakukan estimasi dengan melihat
nilai-nilai B di kolom Unstandardized Coefficients. Dari nilai tersebut
dan keterangan di atas, maka model persamaan regresinya adalah:
Y = 12.403+ 0.033X1 - 0.048X2 + 0.019X3 - 0.486X4 - 0.024X5 -
0.001X6. Persamaan tersebut bermakna sebagai berikut.
1. Nilai konstanta menunjukkan angka sebesar 12.403. Hal ini
menunjukkan bahwa penyaluran KPR bank syariah akan bernilai
12.403 satuan jika nilai variabel independen adalah nol.
2. Variabel ROA memiliki nilai koefisien 0.033 Hal ini
menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan ROA sebesaar 1%
maka akan menyebabkan kenaikan penyaluran KPR bank syariah
sebesar 0.033% dengan asumsi variabel independen lain nilainya
tetap.
3. Variabel NPF memiliki nilai koefisien -0.048. Hal ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan NPF sebesar 1% akan
menurunkan penyaluran KPR bank syariah sebesar 0.048%
dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.
74
4. Variabel CAR memiliki nilai koefisien 0.019. Hal ini
menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan CAR sebesar 1%
maka akan menyebabkan kenaikan penyaluran KPR bank syariah
sebesar 0.019% dengan asumsi variabel independen lain nilainya
tetap.
5. Variabel FDR memiliki nilai koefisien -0.486. Hal ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan FDR sebesar 1% maka
akan menurunkan penyaluran KPR bank syariah sebesar 0.486%
dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.
6. Variabel BI rate memiliki nilai koefisien -0.024. Hal ini
menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan BI rate sebesar 1%
akan menurunkan penyaluran KPR bank syariah sebesar 0.024%
dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.
7. Variabel inflasi memiliki nilai koefisien -0.001. Hal ini
menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan inflasi sebesar 1%
akan menyebabkan penurunan penyaluran KPR bank syariah
sebesar 0.001% dengan asumsi variabel independen lain nilainya
tetap.
75
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.2.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .978a .957 .952 .02914 .903
a. Predictors: (Constant), INFLASI, ROA, BI RATE, NPF, FDR_LN, CAR
b. Dependent Variable: KPRS_LN
Angka R diperoleh sebesar 0.978 artinya adalah korelasi antara
variabel-variabel independen (ROA, NPF, CAR, FDR, BI rate, inflasi)
terhadap penyaluran KPR pada bank syariah sebesar 0.978. Hal ini
berarti terjadi hubungan yang sangat erat karena nilainya sangat
mendekati 1. Nilai R2 sebesar 0.957 artinya persentase sumbangan
pengaruh variabel-variabel independen (ROA, NPF, CAR, FDR, BI
rate, inflasi) terhadap penyaluran KPR pada bank syariah sebesar 95.7%
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model regresi ini.
d. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Tabel 4.2.5 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .946 6 .158 185.558 .000b
Residual .042 50 .001
Total .988 56
a. Dependent Variable: KPRS_LN
b. Predictors: (Constant), INFLASI, ROA, BI RATE, NPF, FDR_LN, CAR
Berdasarkan tabel 4.2.5 di atas dapat dilihat hasil perhitungan uji
F menunjukkan nilai signifikansi (0.000) lebih kecil dibandingkan
76
nilai probabilitas (0.05). Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
ROA, NPF, CAR, FDR, BI rate dan inflasi secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh terhadap penyaluran KPR bank syariah.
Uji F berikutnya adalah dengan membandingkan nilai F hitung
dengan F tabel. Hipotesis untuk uji F ini adalah sebagai berikut.
H0 : ROA, NPF, CAR, FDR, BI rate dan inflasi secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap penyaluran KPR bank syariah.
H1 : ROA, NPF, CAR, FDR, BI rate dan inflasi secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap penyaluran KPR bank syariah.
Sedangkan kriteria pengujiannya adalah:
1. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak yang berarti variabel
independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
2. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima yang berarti variabel
independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Berdasarkan tabel 4.2.5 di atas, nilai F hitung sebesar 185.558.
Dengan nilai probabilitas sebesar 0.05, derajat kebebasan (df1) = 6
(jumlah variabel dikurangi 1), derajat kebebasan (df2) = n-k-1 = 57-6-
1 = 50 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel
independen), maka diperoleh nilai F tabel sebesar 2.40.
77
Karena F hitung (185.558) lebih besar dari F tabel (2.40) maka
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti variabel independen
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
e. Uji Parsial (Uji t)
Tabel 4.2.6 Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 12.403 .994 12.484 .000
ROA .033 .020 .097 1.639 .107 .244 4.102
NPF -.048 .011 -.279 -4.286 .000 .202 4.945
CAR .019 .005 .333 3.690 .001 .106 9.479
FDR_LN -.486 .213 -.200 -2.276 .027 .111 8.980
BI RATE -.024 .006 -.213 -3.921 .000 .291 3.435
INFLASI -.001 .004 -.015 -.320 .750 .410 2.436
a. Dependent Variable: KPRS_LN
Uji parsial ini dilakukan dengan berdasaarkan nilai signifikansi t
dan perbandingan antara t hitung dengan t tabel dengan hipotesis:
H0 : variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
H1 : variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Sedangkan kriteria pengujiannya adalah:
1. Jika –t hitung ≥ -t tabel atau t hitung ≤ t tabel maka variabel
independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
78
2. Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka variabel
independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Berdasarkan signifikansi, kriteria pengujiannya sebagai berikut.
1. Jika nilai signifikansi t > 0.05 maka H0 diterima yang berarti
variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi t < 0.05 maka H0 ditolak yang berarti
variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Berdasarkan tabel 4.2.6 di atas, dapat ditemukan nilai t tabel
dengan nilai probabilitas sebesar 0.05, derajat kebebasan (df) = n-k-1
= 57-6-1 = 50 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel
independen), maka diperoleh nilai t tabel sebesar 2.009.
Hasil analisis uji t adalah sebagai berikut.
1. Variabel ROA memiliki nilai t hitung (1.639) lebih kecil dari t
tabel (2.009) dan nilai signifikansi (0.107) lebih besar dari 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa variabel ROA secara parsial tidak
berpengaruh pada jumlah penyaluran KPR bank syariah..
2. Variabel NPF memiliki nilai –t hitung (-4.286) lebih kecil dari -t
tabel (-2.009) dan nilai signifikansi (0.000) lebih kecil dari 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa variabel NPF secara parsial
79
berpengaruh negatif dan signifikan pada jumlah penyaluran KPR
bank syariah.
3. Variabel CAR memiliki nilai t hitung (3.690) lebih besar dari t
tabel (2.009) dan nilai signifikansi (0.001) lebih kecil dari 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa variabel CAR secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan pada jumlah penyaluran KPR
bank syariah.
4. Variabel FDR memiliki nilai -t hitung (-2.276) lebih kecil dari -t
tabel (-2.009) dan nilai signifikansi (0.027) lebih kecil dari 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa variabel FDR secara parsial
berpengaruh negatif dan signifikan pada jumlah penyaluran KPR
bank syariah.
5. Variabel BI rate memiliki nilai –t hitung (-3.921) lebih kecil dari
-t tabel (-2.009) dan nilai signifikansi (0.000) lebih kecil dari 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa variabel BI rate secara parsial
berpengaruh negatif dan signifikan pada jumlah penyaluran KPR
bank syariah.
6. Variabel inflasi memiliki nilai -t hitung (-0.320) lebih besar dari -t
tabel (-2.009) dan nilai signifikansi (0.750) lebih besar dari 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi secara parsial
tidak berpengaruh pada jumlah penyaluran KPR bank syariah.
80
B. Pembahasan
1. KPR KONVENSIONAL
a. Pengaruh ROA (Return on Asset), NPL (Non Performing Loan),
CAR (Capital Adequancy Ratio), LDR (Loan to Deposit Ratio), BI
rate, dan Tingkat Inflasi secara bersama-sama (simultan) terhadap
Volume Penyaluran Kredit Perumahan pada Bank Umum
Konvensional.
Sebagaimana hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa F
hitung lebih besar dari F tabel. Jadi, dapat diambil kesimpulan
bahwa variabel independen, yaitu ROA, NPL, CAR, LDR,,BI rate,
dan tingkat inflasi, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
volume penyaluran KPR di bank konvensional.
b. Pengaruh ROA (Return on Asset) terhadap Volume Penyaluran
Kredit Perumahan pada Bank Umum Konvensional
Seperti yang bisa dilihat pada hasil penelitian di atas, diketahui
bahwa pada variabel ROA, H0 diterima yang berarti bahwa variabel
ROA secara parsial tidak berpengaruh pada jumlah penyaluran KPR
bank konvensional.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian oleh Pratiwi dan
Hindasah (2014). ROA tidak memiliki pengaruh terhadap
penyaluran kredit perbankan karena ada beberapa pendanaan yang
diprioritaskan selain pada pendanaan kredit. Disamping itu, ROA
81
juga bukan merupakan sumber pendanaan utama untuk kredit
perbankan, sehingga naik atau turunnya rasio ROA pada perbankan
tidak mempengaruhi jumlah penyaluran kredit.
c. Pengaruh NPL (Non Performing Loan) terhadap Volume Penyaluran
Kredit Perumahan pada Bank Umum Konvensional
Sebagaimana hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa pada
variabel NPL, H0 ditolak. Dan dengan melihat nilai t hitung, dapat
disimpulkan bahwa NPL secara parsial berpengaruh negatif dan
signifikan pada jumlah penyaluran KPR bank konvensional.
Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian oleh Pratiwi
dan Hindasah (2014) dan Astuti (2013), serta sesuai dengan teori di
mana diduga NPL memiliki hubungan negatif dengan penyaluran
KPR baik di bank konvensional maupun bank syariah karena
semakin besar nilai NPL maka kemampuan bank untuk menyalurkan
kredit akan menurun. Jika NPL tinggi maka perbankan akan sangat
selektif dan hati-hati dalam menyalurkan kredit karena ada potensi
kredit tidak tertagih.
d. Pengaruh CAR (Capital Adequancy Ratio) terhadap Volume
Penyaluran Kredit Perumahan pada Bank Umum Konvensional
Sebagaimana hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa pada
variabel CAR, H0 ditolak. Dengan melihat nilai t hitung, dapat
82
disimpulkan bahwa variabel CAR secara parsial berpengaruh positif
dan signifikan pada jumlah penyaluran KPR bank konvensional.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pradana (2013) yang menyatakan bahwa CAR
berpengaruh positif terhadap penyaluran KPR konvensional. Hal
tersebut pun juga sejalan dengan teori di mana CAR diduga memiliki
hubungan positif dengan penyaluran KPR karena semakin besar nilai
CAR maka semakin besar pula kemampuan bank untuk menyalurkan
KPR. Hal ini berarti modal yang dialokasikan oleh bank untuk
fasilitas kredit tinggi.
e. Pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio) terhadap Volume Penyaluran
Kredit Perumahan pada Bank Umum Konvensional
Sesuai dengan hasil penelitian di atas, variabel LDR menolak
H0. Dengan melihat nilai t hitungnya, dapat disimpulkan bahwa
variabel LDR secara parsial berpengaruh positif dan signifikan pada
jumlah penyaluran KPR bank konvensional.
Hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pradana (2013) yang menyatakan bahwa LDR
berpengaruh positif terhadap penyaluran KPR konvensional. Hasil
penelitian ini pun sejalan dengan teori di mana LDR diduga
memiliki hubungan positif dengan penyaluran KPR karena semakin
83
besar nilai LDR menunjukkan bahwa bank sedang menggunakan
dana tersebut untuk menyalurkan kredit dan termasuk juga KPR.
f. Pengaruh BI Rate terhadap Volume Penyaluran Kredit Perumahan
pada Bank Umum Konvensional
Seperti yang dapat dilihat pada hasil penelitian di atas, variabel
BI rate menolak H0. Dengan melihat hasil nilai t, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel BI rate secara parsial berpengaruh
negatif dan signifikan pada jumlah penyaluran KPR bank
konvensional.
Meningkatnya BI Rate akan menaikkan suku bunga simpanan
yang diikuti dengan suku bunga pinjaman. Meningkatnya suku
bunga pinjaman akan membuat masyarakat segan untuk mengajukan
kredit. Dengan begitu kredit yang disalurkan pihak bank pun akan
ikut terhambat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Astuti
(2013) yang menyatakan BI Rate berpengaruh negatif signifikan
terhadap kredit.
g. Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Volume Penyaluran Kredit
Perumahan pada Bank Umum Konvensional
Sesuai dengan hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa
variabel inflasi menerima H0 yang berarti variabel inflasi secara
parsial tidak berpengaruh signifikan pada jumlah penyaluran KPR
84
bank konvensional. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
Darma, dkk (2017) yang menyatakan bahwa tingkat inflasi tidak
berpengaruh signifikan pada volume penyaluran KPR.
Tingkat inflasi yang terjadi pada periode penelitian
menunjukkan jenis inflasi yang ringan. Inflasi yang terjadi masih
dapat dikendalikan pemerintah sehingga perubahan ini tidak akan
mempengaruhi suku bunga bank yang akan dapat mempengaruhi
penyaluran kredit bank.
2. KPR SYARIAH
a. Pengaruh ROA (Return on Asset), NPF (Non Performing Finance),
CAR (Capital Adequancy Ratio), FDR (Finance to Deposit Ratio),
BI rate, dan Tingkat Inflasi secara bersama-sama (simultan) terhadap
Volume Penyaluran Kredit Perumahan pada Bank Umum Syariah
Sebagaimana hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa F
hitung lebih besar dari F tabel, maka dapat disimpulkan bahwa
variabel independen yaitu ROA, NPF, CAR, FDR, BI rate, dan
tingkat inflasi, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
volume penyaluran KPR di bank syariah.
85
b. Pengaruh ROA (Return on Asset) terhadap Volume Penyaluran
Kredit Perumahan pada Bank Umum Syariah
Sesuai dengan hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa
variabel ROA menerima H0 yang berarti bahwa variabel ROA secara
parsial tidak berpengaruh pada jumlah penyaluran KPR bank syariah.
Hasil tersebut berbeda dengan teori bahwa diduga ROA memiliki
pengaruh postif terhadap penyaluran KPR.
Namun, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Zulfina
(2017). Penyebab perbedaan hasil penelitian ini dengan teori yang
ada adalah karena tidak konsistennya antara kenaikan atau
penurunan ROA terhadap jumlah pembiayaan. Salah satu contohnya
adalah pada September 2018 jumlah penyaluran KPR syariah
sebesar 32,103 miliar rupiah dengan tingkat ROA sebesar 1.41%.
kemudian pada Desember 2018 terjadi kenaikan pada jumlah
penyaluran KPR syariah menjadi sebesar 32,680 miliar rupiah
sedangkan nilai ROA mengalami penurunan menjadi 1.28%. Data
yang digunakan sebagai contoh ini merupakan salah satu data yang
digunakan dalam penelitian dan dapat ditemukan dalam lampiran.
Jadi, peningkatan nilai ROA belum tentu secara pasti akan
turut meningkatkan jumlah pembiayaan khususnya KPR syariah, dan
begitu pula sebaliknya. Penurunan nilai ROA belum tentu akan
menurunkan jumlah penyaluran KPR syariah.
86
c. Pengaruh NPF (Non Performing Finance) terhadap Volume
Penyaluran Kredit Perumahan pada Bank Umum Syariah
Seperti yang dapat dilihat pada hasil penelitian di atas, variabel
NPF menolak H0. Dengan melihat nilai t hitung, dapat disimpulkan
bahwa variabel NPF secara parsial berpengaruh negatif dan
signifikan pada jumlah penyaluran KPR bank syariah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori bahwa diduga NPF
memiliki hubungan negatif dengan penyaluran KPR karena semakin
besar nilai NPF maka kemampuan bank untuk menyalurkan kredit
semakin menurun. Tentunya penyaluran KPR juga semakin menurun.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian oleh Munir (2016)
yang menyatakan bahwa NPF mempunyai pengaruh negatif terhadap
pembiayaan murabahah pada Bank Umum Syariah. Penelitian ini
dikatakan mendukung penelitian tersebut karena KPR syariah adalah
salah satu produk bank dengan akad murabahah.
d. Pengaruh CAR (Capital Adequancy Ratio) terhadap Volume
Penyaluran Kredit Perumahan pada Bank Umum Syariah
Sebagaimana hasil penelitian di atas, variabel CAR menolak
H0. Dan dari nilai t hitung, dapat disimpulkan bahwa variabel CAR
secara parsial berpengaruh positif dan signifikan pada jumlah
penyaluran KPR bank syariah.
87
Hal tersebut mendukung penelitian oleh Pradana (2013) dan
sejalan dengan teori bahwa diduga terdapat hubungan yang positif
antara CAR dengan penyaluran KPR baik di bank konvensional
maupun bank syariah karena semakin tinggi nilai CAR maka
kemampuan bank tersebut untuk menyalurkan kredit (atau dalam
istilah syariah, pembiayaan) juga tinggi, termasuk KPR syariah.
e. Pengaruh FDR (Finance to Deposit Ratio) terhadap Volume
Penyaluran Kredit Perumahan pada Bank Umum Syariah
Seperti yang dapat dilihat pada hasil penelitian di atas, variabel
FDR menolak H0. Dengan melihat nilai t hitung, dapat disimpulkan
bahwa variabel FDR secara parsial berpengaruh negatif dan
signifikan pada jumlah penyaluran KPR bank syariah. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian oleh Giannini (2013).
Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah masih
mengutamakan tingkat likuiditasnya. Namun, keadaan bank yang
semakin likuid menunjukkan banyaknya dana yang menganggur
sehingga memperkecil kesempatan bank untuk memperoleh
penerimaan yang lebih besar karena fungsi intermediasi tidak
tercapai dengan baik. Oleh karena itu, bank harus bisa mengelola
dana yang dimiliki dengan mengoptimalkan penyaluran pembiayaan
sekaligus menjaga kondisi likuiditas bank tetap terjaga.
88
f. Pengaruh BI Rate terhadap Volume Penyaluran Kredit Perumahan
pada Bank Umum Syariah
Sebagaimana hasil penelitian di atas, variabel BI rate menolak
H0. Dan sesuai dengan nilai t hitungnya, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel BI rate secara parsial berpengaruh negatif dan
signifikan pada jumlah penyaluran KPR bank syariah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Nurjanah
(2017) yang menyatakan bahwa BI rate memiliki pengaruh negatif
terhadap penyaluran KPR syariah. Meskipun suku bunga
pembiayaan masih berada pada kisaran yang cukup tinggi, namun
permintaan masyarakat akan pembiayaan KPR Syariah juga tetap
ada, selain itu suku bunga kredit atau pembiayaan yang diberikan
pada tiap-tiap nasabah tidak sama persis dengan suku bunga
kebijakan dari BI yang dijadikan acuan yaitu BI rate pada saat
terjadi kenaikan BI rate.
g. Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Volume Penyaluran Kredit
Perumahan pada Bank Umum Syariah
Sesuai dengan hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa
variabel inflasi menerima H0 yang artinya adalah, variabel inflasi
secara parsial tidak berpengaruh pada jumlah penyaluran KPR bank
syariah dan mendukung hasil penelitian Samsurin (2019).
89
Hal ini disebabkan bahwa transaksi dalam perbankan Syariah
menggunakan sistem bagi hasil yang mana besar kecilnya
pengembalian yang didapat oleh nasabah sesuai dengan kesepakatan
antara bank Syariah dan nasabah di awal akad. Faktor lain yang
mendukung inflasi tidak berpengaruh terhadap pembiayaan yaitu
inflasi pada tahun objek penelitian tidak terlalu tinggi. Dengan
keadaan inflasi yang berada di bawah 10% termasuk dalam kategori
rendah sehingga masyarakat masih bisa memenuhi konsumsinya dan
tidak mempengaruhi jumlah pembiayaan pada perbankan Syariah.
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menggunakan analisis
regresi berganda dengan aplikasi SPSS 23 mengenai hubungan antara ROA
(Return on Asset), NPL/NPF (Non Performing Loan/Non Performing
Finance), CAR (Capital Adequancy Ratio), LDR/FDR (Loan to Deposit
Ratio/Finance to Deposit Ratio), BI rate, dan inflasi dengan volume
penyaluran KPR pada bank konvensional dan bank syariah, maka peneliti
mengambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Variabel ROA (Return on Asset), NPL/NPF (Non Performing Loan/Non
Performing Finance), CAR (Capital Adequancy Ratio), LDR/FDR (Loan
to Deposit Ratio/Finance to Deposit Ratio), BI rate, dan tingkat inflasi
secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap penyaluran
KPR pada bank umum konvensional dan syariah.
2. Variabel NPL/NPF (Non Performing Loan/Non Performing Finance),
CAR (Capital Adequancy Ratio), LDR/FDR (Loan to Deposit
Ratio/Finance to Deposit Ratio), dan BI rate masing-masing berpengaruh
signifikan terhadap penyaluran KPR pada bank umum konvensional dan
syariah. Sementara variabel ROA (Return on Asset) dan inflasi tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap penyaluran KPR pada bank
umum konvensional dan syariah.
91
3. Kpr konvensional dan syariah jelas berbeda jika dilihat dari prinsip
perbankan yang dijalankan, namun tidak terdapat perbedaan signfikan
antara KPR konvensional dan syariah jika dilihat faktor-faktor internal
dan eksternal bank yang memengaruhi penyaluran KPR di kedua jenis
bank tersebut. Variabel independen yang sama memiliki signifikansi
yang sama terhadap penyaluran KPR konvensional dan syariah, begitu
pula dengan variabel independen yang tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap penyaluran KPR konvensional dan syariah.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan mengambil kesimpulan di atas,
penulis memberikan saran sebagai berikut yang diharapkan dapat dijadikan
sebagai masukan untuk keperluan penelitian berikutnya.
1. Disarankan untuk penelitian berikutnya untuk menambah objek
penelitian ke Bank Perkreditan Rakyat dan Unit Usaha Syariah.
2. Mengkaji lebih dalam lagi mengenai teori tentang hubungan antara ROA
dan inflasi dengan penyaluran KPR konvensional karena hasil penelitian
kali ini tidak sejalan dengan teori yang ada.
3. Mengkaji lebih dalam lagi mengenai teori tentang hubungan antara ROA,
FDR, BI rate dan inflasi dengan penyaluran KPR syariah karena hasil
penelitian kali ini tidak sejalan dengan teori yang ada.
4. Menambah atau memodifikasi variabel independen agar dapat lebih
akurat dalam menjelaskan variabel dependen.
92
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Arsiyanti, L. D. (2012). Perencanaan Pembelian Rumah Tinggal. Jurnal Ekonomi
Islam Al-Infaq, Vol. 3 No. 1, 50-57.
Giannini, N. G. (2013). Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah
pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Accounting Analysis
Journal, 2(1), 96-103. https://doi.org/10.15294/aaj.v2i1.1178.
Pratiwi, S., Hindasah, L. (2014). Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy
Ratio, Return On Asset, Net Interest Margin dan Non Performing Loan
terhadap Penyaluran Kredit Bank Umum di Indonesia. Jurnal Manajemen
& Bisnis, Vol.5 No.2, 192-208.
Buku
Fatihudin, D. (2015). Metode Penelitian Untuk Ilmu Ekonomi, Manajemen, dan
Akuntansi. Sidoarjo: Zifatama Publisher.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanafi, M. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UUP STIM YKPN.
Hermawan, I. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan (Kualitatif, Kuantitatif
dan Mixed Method). Kuningan: Hidayatul Quran.
Hery. (2014). Analisis Kinerja Manajemen: The Best Financial Analysis: Menilai
Kinerja Manajemen Berdasarkan Rasio Keuangan. Jakarta: PT Grasindo.
Hery. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Grasindo.
Ikatan Bankir Indonesia (IBI). (2015). Bisnis Kredit Perbankan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Ikatan Bankir Indonesia (IBI). (2016). Manajemen Kesehatan Bank Berbasis
Risiko. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ikatan Bankir Indonesia (IBI). (2015). Memahami Bisnis Bank Syariah. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Jopie, J. (2014). Analisis Kredit untuk Credit (Account) Officer. Edisi Revisi
Maret 2014 Cetakan Ke-12. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
93
Karim, A. A. (2013). Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi 4 Cetakan
9. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Karim, A. A. (2016). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Cetakan 7. Jakarta:
Rajawali Pers.
Kariyoto. (2017). Analisa Laporan Keuangan. Malang: Universitas Brawijaya
Press (UB Press).
Kasmir. (2018). Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Revisi 2014 Cetakan ke-15.
Depok: PT RajaGrafindo.
Latumaerissa, J. (2014). Manajemen Bank Umum. Surabaya: Mitra Wacana Media.
Muhamad. (2014). Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.
Munawir, S. (2014). Analisa Laporan Keuangan. Cetakan Kelima Belas.
Yogyakarta: Liberty.
Priyatno, D. (2017). Panduan Praktis Olah Data Menggunakan SPSS. Yogyakarta:
ANDI Publisher.
Purnomo, R. A. (2016). Analisis Statistik Ekonomi dan Bisnis dengan SPSS.
Ponorogo: CV. Wade Group.
Rochaety, E., Tresnati, R., Latief, A. M. (2019). Metodologi Penelitian Bisnis:
Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Rumengan, J., Khaddafi, M., Milanie, F. (2015). Metodologi Penelitian
Kuantitatif. Medan: Perdana Publishing.
Sularsi dkk. (2016). Kajian mengenai Praktek Perbankan di Indonesia terhadap
Debitur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dalam kaitannya dengan
Prinsip-prinsip Perlindungan Konsumen. Jakarta: Perkumpulan Prakarta.
Wangsawidjaja. (2012). Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Yuniarti, V. S. (2016). Ekonomi Mikro Syariah. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Prosiding Konferensi
Syaputra, A. A., Tohirin A. (2019). Pengaruh Kebijakan Financing To Value dan
Faktor Ekonomi terhadap Pembiayaan Pemilikan Rumah di Bank Syariah.
Conference on Islamic Management, Accounting, and Economics
(CIMAE) Proceeding, 207-216.
94
Tesis atau Disertasi
Astuti, A. (2013). Pengaruh Inflasi, BI Rate, Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Loan (NPL) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap
Penyaluran Kredit (Studi Kasus pada 10 Bank Terbesar di Indonesia
Berdasarkan Kredit). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta, Indonesia.
Darma, K. A. W., Dewi P. E. D. M., Wahyuni, M. A. (2017). Analisis Pengaruh
Capital Adequacy Ratio (CAR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga
Bank Indonesia (BI Rate), Non Performing Loan (NPL), dan Tingkat
Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)
Komersial (Studi pada BPD Bali Periode 2013-2017). Universitas
Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia.
Munir, A. M. (2016). Pengaruh FDR, BOPO, NPF, dan Inflasi terhadap
Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah Tahun 2010-2015.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Indonesia.
Nurjanah, N. (2017). Analisis Pengaruh FDR (Financing to Deposit Ratio), NPF
(Non Performing Financing), Suku Bunga dan Bank Size terhadap
Pembiayaan KPR Syariah (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di
Indonesia dan Malaysia Periode 2010-2016). Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Jakarta, Indonesia.
Pradana, Y. (2013). Analisis Pengaruh LDR, CAR, ROA, dan Faktor Eksternal
Perbankan terhadap Volume KPR pada Bank Persero Periode 2008-
2012. Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.
Samsurin, U. (2019). Dampak Kinerja Keuangan dan Makro Ekonomi terhadap
Keputusan Bank Umum Syariah dalam Penyaluran Pembiayaan
Mudharabah (Periode Januari 2016 – Maret 2019). Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Indonesia.
Zulfina, E. (2017). Analisis Pengaruh Return On Asset (ROA), Capital Adequacy
Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), dan Dana Pihak Ketiga
(DPK) terhadap Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga, Salatiga, Indonesia.
Website
OJK. Kredit Pemilikan Rumah. Diakses dari
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Category/47 pada 18
Oktober 2019 pukul 16:46.
95
RY. Daya Beli Rumah Masyarakat Masih Rendah. Diakses dari
http://ppdpp.id/daya-beli-rumah-masyarakat-masih-rendah/ pada 28
Desember 2018 pukul 17:03.
OJK. Apa itu KPR Syariah?, Seri Literasi Perbankan.
OJK. Laporan Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia 2018.
Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Perbankan Syariah
Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Quran Surah Al Baqarah (2) ayat 275.
Quran Surah Thaha (20) ayat 117-119.
Statistik Perbankan Indonesia Tahun 2014 – 2018.
Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Pasal 5 tentang Perumahan dan
Pemukiman.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H angka 1 (Amandemen Kedua Tahun
2000).
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
www.bps.go.id
96
LAMPIRAN
A. Data Variabel Dependen dan Independen
1. Data Bank Konvensional
Tahun Bulan Penerima KPR
(Miliar Rp)
(Y) Ln
KPR
(X1)
ROA (%)
(X2)
NPL (%)
2015
Jan 279,042 12.54 2.82 2.24
Feb 280,478 12.54 2.51 2.29
Mar 282,873 12.55 2.69 2.27
Apr 284,888 12.56 2.53 2.37
Mei 286,948 12.57 2.45 2.47
Jun 289,504 12.58 2.29 2.46
Jul 290,688 12.58 2.27 2.60
Ags 292,798 12.59 2.30 2.66
Sep 294,754 12.59 2.31 2.61
Okt 297,186 12.60 2.30 2.58
Nov 298,900 12.61 2.33 2.56
Des 302,207 12.62 2.32 2.40
2016
Jan 301,604 12.62 2.51 2.62
Feb 303,549 12.62 2.29 2.76
Mar 306,986 12.63 2.44 2.73
Apr 308,807 12.64 2.38 2.83
Mei 310,989 12.65 2.34 2.99
Jun 314,930 12.66 2.31 2.95
Jul 314,034 12.66 2.35 3.10
Ags 313,427 12.66 2.36 3.13
Sep 315,325 12.66 2.38 3.04
Okt 316,835 12.67 2.41 3.15
Nov 320,945 12.68 2.37 3.12
Des 326,084 12.69 2.23 2.86
2017
Jan 326,097 12.69 2.46 3.02
Feb 326,085 12.69 2.35 3.09
Mar 331,747 12.71 2.50 2.98
Apr 332,070 12.71 2.48 3.00
Mei 333,569 12.72 2.46 3.00
Jun 338,099 12.73 2.47 2.90
Jul 341,514 12.74 2.49 2.95
97
Ags 344,318 12.75 2.47 2.98
Sep 348,237 12.76 2.47 2.87
Okt 351,479 12.77 2.49 2.88
Nov 356,361 12.78 2.48 2.78
Des 362,734 12.80 2.45 2.50
2018
Jan 363,912 12.80 2.50 2.77
Feb 364,861 12.81 2.36 2.78
Mar 371,265 12.82 2.55 2.67
Apr 372,286 12.83 2.40 2.71
Mei 380,245 12.85 2.38 2.71
Jun 384,029 12.86 2.43 2.63
Jul 387,869 12.87 2.46 2.69
Ags 393,751 12.88 2.47 2.69
Sep 398,629 12.90 2.50 2.61
Okt 399,413 12.90 2.52 2.60
Nov 405,447 12.91 2.52 2.62
Des 412,516 12.93 2.55 2.33
2019
Jan 412,763 12.93 2.59 2.52
Feb 414,723 12.94 2.45 2.55
Mar 420,547 12.95 2.60 2.47
Apr 424,076 12.96 2.42 2.53
Mei 431,066 12.97 2.41 2.58
Jun 431,925 12.98 2.51 2.47
Jul 434,496 12.98 2.50 2.52
Ags 436,573 12.99 2.49 2.57
Sep 440,145 12.99 2.48 2.63
Tahun Bulan
(X3)
CAR
(%)
LDR
(%)
(X4) Ln
LDR
(X5) BI
Rate
(%)
(X6)
Inflasi
(%)
2015
Jan 21.01 88.48 4.48 7.75 6.96
Feb 21.26 88.26 4.48 7.50 6.29
Mar 20.98 87.58 4.47 7.50 6.38
Apr 20.79 87.94 4.48 7.50 6.79
Mei 20.51 88.72 4.49 7.50 7.15
Jun 20.28 88.46 4.48 7.50 7.26
Jul 20.78 88.50 4.48 7.50 7.26
Ags 20.73 88.81 4.49 7.50 7.18
Sep 20.62 88.54 4.48 7.50 6.83
98
Okt 21.05 89.74 4.50 7.50 6.25
Nov 21.33 90.47 4.51 7.50 4.89
Des 21.39 92.11 4.52 7.50 3.35
2016
Jan 21.75 90.95 4.51 7.25 4.14
Feb 21.93 89.50 4.49 7.00 4.42
Mar 22.00 89.60 4.50 6.75 4.45
Apr 21.95 89.52 4.49 6.75 3.6
Mei 22.41 90.32 4.50 6.75 3.33
Jun 22.56 91.19 4.51 6.50 3.45
Jul 23.19 90.18 4.50 6.50 3.21
Ags 23.26 90.04 4.50 5.25 2.79
Sep 22.60 91.71 4.52 5.00 3.07
Okt 23.19 90.77 4.51 4.75 3.31
Nov 23.04 90.70 4.51 4.75 3.58
Des 22.93 90.70 4.51 4.75 3.02
2017
Jan 23.21 89.59 4.50 4.75 3.49
Feb 23.18 89.12 4.49 4.75 3.83
Mar 22.88 89.12 4.49 4.75 3.61
Apr 22.79 89.50 4.49 4.75 4.17
Mei 22.86 88.57 4.48 4.75 4.33
Jun 22.74 89.31 4.49 4.75 4.37
Jul 23.23 89.20 4.49 4.75 3.88
Ags 23.34 89.17 4.49 4.50 3.82
Sep 23.25 88.74 4.49 4.25 3.72
Okt 23.42 88.68 4.49 4.25 3.58
Nov 23.37 88.97 4.49 4.25 3.3
Des 23.18 90.04 4.50 4.25 3.61
2018
Jan 23.43 89.10 4.49 4.25 3.25
Feb 23.24 89.21 4.49 4.25 3.18
Mar 22.65 90.19 4.50 4.25 3.4
Apr 22.25 90.43 4.50 4.25 3.41
Mei 22.19 91.99 4.52 4.75 3.23
Jun 22.01 92.76 4.53 5.25 3.12
Jul 22.56 93.11 4.53 5.25 3.18
Ags 22.83 93.79 4.54 5.50 3.2
Sep 22.91 94.09 4.54 5.75 2.88
Okt 22.97 93.71 4.54 5.75 3.16
Nov 23.32 93.19 4.53 6.00 3.23
Des 22.97 94.78 4.55 6.00 3.13
2019 Jan 23.22 93.97 4.54 6.00 2.82
Feb 23.45 94.12 4.54 6.00 2.57
99
Mar 23.42 94.00 4.54 6.00 2.48
Apr 23.21 94.25 4.55 6.00 2.83
Mei 22.43 96.19 4.57 6.00 3.32
Jun 22.63 94.98 4.55 6.00 3.28
Jul 23.19 94.48 4.55 5.75 3.32
Ags 23.93 94.66 4.55 5.50 3.49
Sep 23.28 94.34 4.55 5.25 3.39
2. Data Bank Syariah
Tahun Bulan Penerima KPRS
(Miliar Rp)
(Y) Ln
KPRS
(X1)
ROA
(%)
(X2)
NPF
(%)
2015
Jan 22,739 10.03 0.88 5.63
Feb 23,004 10.04 0.78 5.83
Mar 23,084 10.05 0.69 5.49
Apr 23,308 10.06 0.62 5.20
Mei 23,510 10.07 0.63 5.44
Jun 23,784 10.08 0.50 5.09
Jul 23,888 10.08 0.50 5.30
Ags 24,055 10.09 0.46 5.30
Sep 24,188 10.09 0.49 5.14
Okt 23,615 10.07 0.51 5.16
Nov 23,864 10.08 0.52 5.13
Des 24,120 10.09 0.49 4.84
2016
Jan 24,179 10.09 1.01 5.46
Feb 24,385 10.10 0.81 5.59
Mar 24,576 10.11 0.88 5.35
Apr 24,671 10.11 0.80 5.48
Mei 24,830 10.12 0.16 6.17
Jun 24,920 10.12 0.73 5.68
Jul 24,915 10.12 0.63 5.32
Ags 24,946 10.12 0.48 5.55
Sep 26,473 10.18 0.59 4.67
Okt 26,803 10.20 0.46 4.80
Nov 27,306 10.21 0.67 4.68
Des 27,564 10.22 0.63 4.41
2017 Jan 27,666 10.23 1.01 4.72
Feb 27,045 10.21 1.00 4.78
100
Mar 28,625 10.26 1.12 4.61
Apr 28,724 10.27 1.10 4.82
Mei 28,665 10.26 1.11 4.75
Jun 28,872 10.27 1.10 4.50
Jul 29,094 10.28 1.04 4.50
Ags 29,271 10.28 0.98 4.49
Sep 29,520 10.29 1.00 4.41
Okt 29,664 10.30 0.70 4.91
Nov 29,871 10.30 0.73 5.27
Des 30,180 10.31 0.63 4.76
2018
Jan 29,966 10.31 0.42 5.21
Feb 29,965 10.31 0.74 5.21
Mar 30,219 10.32 1.23 4.56
Apr 31,165 10.35 1.23 4.84
Mei 31,384 10.35 1.31 4.86
Jun 30,935 10.34 1.37 3.83
Jul 31,437 10.36 1.35 3.92
Ags 31,571 10.36 1.35 3.95
Sep 32,103 10.38 1.41 3.82
Okt 32,194 10.38 1.26 3.95
Nov 32,474 10.39 1.26 3.93
Des 32,680 10.39 1.28 3.26
2019
Jan 32,441 10.39 1.51 3.39
Feb 32,521 10.39 1.32 3.44
Mar 32,532 10.39 1.46 3.44
Apr 33,596 10.42 1.52 3.58
Mei 33,924 10.43 1.56 3.49
Jun 33,979 10.43 1.61 3.36
Jul 34,315 10.44 1.62 3.36
Ags 34,556 10.45 1.64 3.44
Sep 35,119 10.47 1.66 3.32
Tahun Bulan
(X3)
CAR
(%)
FDR
(%)
(X4) LN
FDR
(X5) BI
Rate
(%)
(X6)
Inflasi
(%)
2015
Jan 14.16 88.85 4.49 7.75 6.96
Feb 14.38 89.37 4.49 7.50 6.29
Mar 14.43 89.15 4.49 7.50 6.38
Apr 14.50 89.57 4.49 7.50 6.79
101
Mei 14.37 90.05 4.50 7.50 7.15
Jun 14.09 92.56 4.53 7.50 7.26
Jul 14.47 90.13 4.50 7.50 7.26
Ags 15.05 90.72 4.51 7.50 7.18
Sep 15.15 90.82 4.51 7.50 6.83
Okt 14.96 90.67 4.51 7.50 6.25
Nov 15.31 90.26 4.50 7.50 4.89
Des 15.02 88.03 4.48 7.50 3.35
2016
Jan 15.11 87.86 4.48 7.25 4.14
Feb 15.44 87.30 4.47 7.00 4.42
Mar 14.90 87.52 4.47 6.75 4.45
Apr 15.43 88.11 4.48 6.75 3.6
Mei 14.78 89.31 4.49 6.75 3.33
Jun 14.72 89.32 4.49 6.50 3.45
Jul 14.86 87.58 4.47 6.50 3.21
Ags 14.87 87.53 4.47 5.25 2.79
Sep 15.43 86.43 4.46 5.00 3.07
Okt 15.27 86.88 4.46 4.75 3.31
Nov 15.78 86.27 4.46 4.75 3.58
Des 16.63 85.99 4.45 4.75 3.02
2017
Jan 16.99 84.74 4.44 4.75 3.49
Feb 17.04 83.78 4.43 4.75 3.83
Mar 16.98 83.53 4.43 4.75 3.61
Apr 16.91 81.36 4.40 4.75 4.17
Mei 16.88 81.96 4.41 4.75 4.33
Jun 16.42 82.69 4.42 4.75 4.37
Jul 17.01 80.51 4.39 4.75 3.88
Ags 16.42 81.78 4.40 4.50 3.82
Sep 16.16 80.12 4.38 4.25 3.72
Okt 16.14 80.94 4.39 4.25 3.58
Nov 16.46 80.07 4.38 4.25 3.3
Des 17.91 79.61 4.38 4.25 3.61
2018
Jan 18.05 77.93 4.36 4.25 3.25
Feb 18.62 78.35 4.36 4.25 3.18
Mar 18.47 77.63 4.35 4.25 3.4
Apr 17.93 78.05 4.36 4.25 3.41
Mei 19.04 79.65 4.38 4.75 3.23
Jun 20.59 78.68 4.37 5.25 3.12
Jul 20.41 79.45 4.38 5.25 3.18
102
Ags 20.46 80.45 4.39 5.50 3.2
Sep 21.25 78.95 4.37 5.75 2.88
Okt 21.22 79.17 4.37 5.75 3.16
Nov 21.39 79.69 4.38 6.00 3.23
Des 20.39 78.53 4.36 6.00 3.13
2019
Jan 20.25 77.92 4.36 6.00 2.82
Feb 20.30 77.52 4.35 6.00 2.57
Mar 19.85 78.38 4.36 6.00 2.48
Apr 19.61 79.57 4.38 6.00 2.83
Mei 19.62 82.01 4.41 6.00 3.32
Jun 19.56 79.74 4.38 6.00 3.28
Jul 19.72 79.90 4.38 5.75 3.32
Ags 20.36 80.85 4.39 5.50 3.49
Sep 20.39 81.56 4.40 5.25 3.39
B. Hasil Uji dengan Aplikasi SPSS
1. Data Bank Konvensional
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .956a .914 .904 .04334 .961
a. Predictors: (Constant), INFLASI, ROA, NPL, BI RATE, LDR_LN, CAR
b. Dependent Variable: KPR_LN
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.000 6 .167 88.732 .000b
Residual .094 50 .002
Total 1.094 56
a. Dependent Variable: KPR_LN
b. Predictors: (Constant), INFLASI, ROA, NPL, BI RATE, LDR_LN, CAR
103
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -3.569 1.910 -1.868 .068
ROA -.045 .073 -.034 -.615 .542 .561 1.782
NPL -.206 .044 -.353 -4.725 .000 .308 3.251
CAR .056 .017 .378 3.387 .001 .138 7.268
LDR_LN 3.540 .408 .632 8.669 .000 .324 3.091
BI RATE -.051 .009 -.428 -5.578 .000 .291 3.434
INFLASI .015 .010 .153 1.506 .138 .167 5.988
a. Dependent Variable: KPR_LN
Charts
104
105
2. Data Bank Syariah
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .978a .957 .952 .02914 .903
a. Predictors: (Constant), INFLASI, ROA, BI RATE, NPF, FDR_LN, CAR
b. Dependent Variable: KPRS_LN
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .946 6 .158 185.558 .000b
Residual .042 50 .001
Total .988 56
a. Dependent Variable: KPRS_LN
b. Predictors: (Constant), INFLASI, ROA, BI RATE, NPF, FDR_LN, CAR
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 12.403 .994 12.484 .000
ROA .033 .020 .097 1.639 .107 .244 4.102
NPF -.048 .011 -.279 -4.286 .000 .202 4.945
CAR .019 .005 .333 3.690 .001 .106 9.479
FDR_LN -.486 .213 -.200 -2.276 .027 .111 8.980
BI RATE -.024 .006 -.213 -3.921 .000 .291 3.435
INFLASI -.001 .004 -.015 -.320 .750 .410 2.436
a. Dependent Variable: KPRS_LN
106
Charts
107