ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

24
ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN HUBUNGAN POLITIK TERHADAP TATA KELOLA PERUSAHAAN Bayu Wirawan Winata 1 dan Dr. Vera Diyanty S.E. M.M 2 1. Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia 2. Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh kepemilikan keluarga terhadap komposisi anggota dewan komisaris dan direksi yang terafiliasi dengan keluarga serta pengaruh kepemilikan keluarga dan hubungan politik perusahaan terhadap penerapan tata kelola perusahaan. Penelitian ini dilakukan terhadap 75 perusahaan terbuka di luar sektor keuangan yang memiliki nilai indeks ASEAN CG Scorecard dari Indonesian Institute of Corporate Directorship (IICD) pada tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan perusahaan dengan kepemilikan keluarga meningkatkan komposisi dewan komisaris dan dewan direksi terafiliasi dengan keluarga. Kepemilikan keluarga juga memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap penerapan tata kelola perusahaan. Namun, hubungan politik perusahaan tidak terbukti secara empiris berpengaruh negatif terhadap penerapan tata kelola perusahaan. Kata kunci: ASEAN CG scorecard, kepemilikan keluarga, hubungan politik perusahaan, penerapan tata kelola perusahaan. Abstract The objective of this study is to examine the effect of family ownership to family aligned board and the effect of family ownership and political connection to the implementation of corporate governance. This study conducted to 75 public firms outside the financial sector, which have ASEAN CG Scorecard Index from Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD). The empirical results give evidence that family ownership increase the firms family aligned board. Family ownership give negative and significant effect to the firms’ corporate governance practive. However, political connection is not proved have negative effect to the firms’ coporate governance practice. Keywords: ASEAN CG scorecard, family ownership, political connection, politically connected firms, corporate governance 1. Pendahuluan 1.1 Motivasi Penelitian Pasca krisis finansial pada tahun 1997 dan skandal fraud Enron penerapaan tata kelola perusahaan menjadi salah satu perhatian dari para pelaku usaha dan regulator. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik menjadi salah satu usaha untuk mencegah terjadinya krisis secara umum atau fraud di dalam perusahaan. Tata kelola perusahaan yang baik tampak dari regulasi terkait dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan dan penegakan regulasi serta kepatuhan dari pelaku usaha terhadap regulasi yang telah diatur dan komitmen untuk menerapkan prinsip tata kelola dengan sebaik mungkin. Pada survei tahun 2001 mengenai penerapan tata kelola perusahaan, Indonesia menempati urutan kedua terbawah, hanya di atas Pakistan (Klapper & Love, 2004). Hasil penliaian dari Credit Lyonnais Securities Asia (CLSA) untuk Indonesia pada tahun 2004 dalam Kaihatu (2006) menunjukkan memiliki skor yang buruk di dalam masalah penegakan hukum dan Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Transcript of ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

Page 1: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN HUBUNGAN POLITIK TERHADAP TATA KELOLA PERUSAHAAN

Bayu Wirawan Winata1 dan Dr. Vera Diyanty S.E. M.M2

1. Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia 2. Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh kepemilikan keluarga terhadap komposisi anggota dewan komisaris dan direksi yang terafiliasi dengan keluarga serta pengaruh kepemilikan keluarga dan hubungan politik perusahaan terhadap penerapan tata kelola perusahaan. Penelitian ini dilakukan terhadap 75 perusahaan terbuka di luar sektor keuangan yang memiliki nilai indeks ASEAN CG Scorecard dari Indonesian Institute of Corporate Directorship (IICD) pada tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan perusahaan dengan kepemilikan keluarga meningkatkan komposisi dewan komisaris dan dewan direksi terafiliasi dengan keluarga. Kepemilikan keluarga juga memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap penerapan tata kelola perusahaan. Namun, hubungan politik perusahaan tidak terbukti secara empiris berpengaruh negatif terhadap penerapan tata kelola perusahaan. Kata kunci: ASEAN CG scorecard, kepemilikan keluarga, hubungan politik perusahaan, penerapan tata kelola perusahaan.

Abstract The objective of this study is to examine the effect of family ownership to family aligned board and the effect of family ownership and political connection to the implementation of corporate governance. This study conducted to 75 public firms outside the financial sector, which have ASEAN CG Scorecard Index from Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD). The empirical results give evidence that family ownership increase the firms family aligned board. Family ownership give negative and significant effect to the firms’ corporate governance practive. However, political connection is not proved have negative effect to the firms’ coporate governance practice. Keywords: ASEAN CG scorecard, family ownership, political connection, politically connected firms, corporate governance

1. Pendahuluan

1.1 Motivasi Penelitian

Pasca krisis finansial pada tahun 1997 dan skandal fraud Enron penerapaan tata kelola

perusahaan menjadi salah satu perhatian dari para pelaku usaha dan regulator. Penerapan tata

kelola perusahaan yang baik menjadi salah satu usaha untuk mencegah terjadinya krisis secara

umum atau fraud di dalam perusahaan. Tata kelola perusahaan yang baik tampak dari regulasi

terkait dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan dan penegakan regulasi serta kepatuhan

dari pelaku usaha terhadap regulasi yang telah diatur dan komitmen untuk menerapkan prinsip

tata kelola dengan sebaik mungkin.

Pada survei tahun 2001 mengenai penerapan tata kelola perusahaan, Indonesia menempati

urutan kedua terbawah, hanya di atas Pakistan (Klapper & Love, 2004). Hasil penliaian dari

Credit Lyonnais Securities Asia (CLSA) untuk Indonesia pada tahun 2004 dalam Kaihatu

(2006) menunjukkan memiliki skor yang buruk di dalam masalah penegakan hukum dan

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 2: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

budaya tata kelola perusahaan. Penilaian implementasi GCG di dalam perusahaan publik

Indonesia juga dinilai oleh Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD) melalui

ASEAN CG Scorecard yang merupakan inisiatif dari ASEAN Capital Market Forum (ACMF)

untuk mengukur dan meningkatkan efektivitas dari implementasi prinisip tata kelola

perusahaan (ACMF, 2011).

Hasil penilaian atas implementasi GCG secara umum menggunakan ASEAN CG

Scorecard menempatkan Indonesia di posisi kelima di ASEAN dengan nilai indeks (0-100)

43.29 pada 2012 dan 54.55 pada 2013, sebagai perbandingan posisi pertama ditempati oleh

Thailand dengan indeks 67.66 pada 2012 dan 75.39 pada 2013 (IICD, 2013 dan 2014). Fakta

ini menunjukkan penerapan tata kelola perusahaan di Indonesia berdasarkan prinsip-prinsip

tata kelola perusahaan masih memiliki kekurangan baik dari regulasi yang mengatur dan

kepatuhan atas regulasi yang ada, seperti beberapa pengungkapan wajib yang belum diatur

dan belum adanya kebijakan “comply or explain” (ADB, 2013; IICD, 2014).

Banyak diantara perusahaan publik di Indonesia yang memperoleh penilaian negatif atas

indeks tata kelola perusahaan terkait masalah transparansi dan tanggung jawab dewan

komisaris (IICD, 2013). Hampir 20% perusahaan yang dinilai oleh IICD tidak

mengungkapkan kapan penetapan komisaris independen dan juga banyak diantaranya yang

telah menjabat lebih dari 9 tahun sehingga independensi komisaris menjadi diragukan (IICD,

2013). Selain itu kurang terbukanya proses penentuan komisaris tersebut. Peran dan tanggung

jawab dewan komisaris merupakan salah satu bagian penting untuk mendorong kualitas tata

kelola perusahaan.

Permasalahan yang juga disoroti oleh IICD antara lain mengenai kepemilikan perusahaan,

ada sebanyak 30% perusahaan yang dinilai memiliki struktur kepemilikan piramida (ADB,

2013). Hal ini memicu terjadinya pemasalahan keagenan yang lainnya yaitu ekspropriasi

terhadap pemegang saham minoritas oleh pemengang saham pengendali/mayoritas

(Bebchuk,2000; Villalonga & Amit, 2006; ADB, 2013). Permasalahan terkait stuktur

kepemilikan yang juga disoroti ialah mengenai kurangnya pengungkapan atas kepemilikan

tidak langsung dari insider perusahaan, hanya pengukapan terkait kepemilikan secara

langsung saja (ADB, 2013). Berdasarkan penelitian Classens, Djankov, & Lang (2000), Arifin

(2003) dan Carney dan Child (2013) mengenai struktur, pemegang saham pengendali di

Indonesia lebih dari 50% didominasi oleh kepemilikan dari keluarga dan/atau afiliasinya.

Penelitian Siagian (2011) di Indonesia menyatakan struktur kepemilikan juga memberikan

pengaruh terhadap penerapan tata kelola perusahaan yang diukur melalui indeks tata kelola

perusahaan. Kepemilikan pemerintah membuat penerapan tata kelola perusahaan menjadi

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 3: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

lebih baik, sebaliknya kepemilikan keluarga dan institusional membuat penerapan tata kelola

perusahaan menjadi kurang baik. Kepemilikan pemerintah berpengaruh positif dikarenakan

sejalan dengan usaha pemerintah mengkampanyekan penerapan tata kelola yang baik untuk

melindungi kepentingan masyarakat. Sedangkan kepemilikan institusional berpengaruh

negatif akibat orientasi jangka pendek yang lebih diuntungkan dengan tata kelola yang kurang

baik.

Proporsi kepemilikan keluarga yang besar mendorong penetapan manajemen yang

memiliki relasi dengan keluarga baik oleh pemegang saham pengendali melalui mekanisme

pemungutan yang didominasi oleh suara pemegang saham pengendali. Hal ini dilakukan agar

konflik keagenan, antara pemegang saham dan manajemen, dapat diminimalkan (Pagano &

Volpin, 2005), akibatnya terjadi pergeseran konflik kepentingan menjadi antara pemegang

saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas (Villalonga & Amit, 2006).

Kecenderungan dari unsur keluarga untuk mempertahankan status quo-nya dapat menjadi

penyebab penerapan tata kelola perusahaan yang tidak baik (terlihat dari indeks CG yang

buruk) agar keuntungan sebagai pemegang saham mayoritas atas pemegang saham minoritas

dapat tetap dipertahankan, bahkan tidak hanya melalui manajemen saja melainkan

menggunakan juga dewan komisaris yang terafiliasi dengan keluarga (Haque, Arun, &

Kirkpatrick, 2011).

Selain oleh faktor keluarga, status quo untuk tidak melakukan praktik tata kelola

perusahaan dengan baik juga didorong oleh unsur politik (Haque, Arun, & Kirkpatrick, 2011).

Unsur politik dalam konteks ini seperti argumen dari Vermonte (2012) mengenai timbulnya

hubungan timbal balik antara partai politik dengan perusahaan atau individu bermodal besar.

Hubungan tersebut bermula dari pendanaan yang dibutuhkan dari partai politik perlu disokong

dari dunia usaha dengan imbalan yang dapat berupa tender proyek pemerintah, peraturan

pemerintah, penegakan peraturan yang berlaku, atau kebijakan pemerintah yang memudahkan

bagi bisnis tertentu.

Hubungan politik memiliki berbagai macam pengaruh terhadap perusahaan tersebut.

Fisman (2001) melakukan penelitian mengenai nilai dari kedekatan politik yang dimiliki

perusahaan dengan penguasa (Soeharto beserta keluarganya, dan rekanan bisnisnya). Dalam

penelitian tersebut menunjukkan bahwa harga saham dari perusahaan yang memiliki tingkat

ketergantungan terhadap Soeharto (Soeharto Depedency Index) jatuh lebih signifikan ketika

ada isu Soeharto akan meninggalkan posisi presiden. Pengaruh hubungan politik dengan nilai

perusahaan juga terdapat dalam kasus di Amerika Serikat, perusahaan yang memiliki

hubungan politik dengan partai penguasa memiliki nilai lebih tinggi (Goldman, Rocholl, &

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 4: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

So, 2009). Menurut Micco, Panizza, & Yanez (2007) ada kemungkinan pelaporan keuangan

perusahaan yang memiliki hubungan politik menyesuaikan laporan keuangannya dengan

kepentingan pemegang saham pengendali sehingga mengorbankan kepentingan pemegang

saham lainnya.

Menurut Bebchuck dan Neeman (2005), politisi, dalam hal ini pemerintah, memiliki andil

di dalam penentuan tingkat perlindungan investor (melalui peraturan, kebijakan, dan

penerapannya), maka kelompok-kelompok kepentingan (insider perusahaan, pemegang saham

institusional, dan pengusaha) akan berusaha untuk melobi politisi agar memperoleh tingkat

perlindungan yang sesuai. Dalam perusahaan yang didominasi kepemilikan keluarga peran

insider dalam perusahaan merupakan bagian dari peran keluarga yang memiliki kendali atas

perusahaan tersebut. Perlindungan investor dapat menjadi lebih menguntungkan bagi pihak

insider dan mengambil keuntungan bagi pihaknya sendiri atas pemegang saham minoritas.

Hal ini juga didukung oleh penelitian Boubakri (2008) bahwa pemerintah juga

memfasilitasi perubahan kebijakan publik yang menguntungkan perusahaan yang memiliki

hubungan politik. Haque, Arun, & Kirkpatrick (2011) dalam penelitiannya di Bangladesh

menunjukkan pemilik perusahaan menggunakan aset perusahaan untuk kepentingan melobi

politisi agar peraturan mengenai tata kelola perusahaan dan penegakannya menguntungkan

bagi pengusaha tersebut ditambah dengan kondisi Bangladesh yang merupakan negara

berkembang yang memiliki tingkat korupsi yang tinggi. Haque, Arun, & Kirkpatrick (2011)

menyimpulkan perusahaan yang memiliki hubungan politik memiliki penerapan tata kelola

perusahaan yang lebih buruk.

Dengan mengacu pada penelitian Haque, Arun, dan Kirkpatrick (2011), penelitian ini

bertujuan untuk melihat apakah dominasi dari kepemilikan keluarga di Indonesia membuat

keluarga pemilik mengancam shareholders lain dengan komposisi dewan komisaris dan

direksi yang banyak dipengaruhi oleh keluarga serta penerapan tata kelola yang kurang baik.

Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat apakah hubungan politik memiliki

pengaruh bagi penerapan tata kelola perusahan di Indonesia.

Penelitian ini penting dilakukan di Indonesia, mengingat 50% lebih struktur kepemilikan

dikendalikan oleh keluarga (Diyanty, 2012). Indonesia juga memiliki rekam jejak mengenai

hubungan antara perusahaan dan politisi yang kuat nulai pada era Presiden Soeharto (Fisman,

2001), dan masih terus berlanjut hingga pasca reformasi (Carney & Child, 2013) serta korupsi

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 5: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

tetap menjadi salah satu permasalahan utama hingga sekarang1. Dengan demikian isu

mengenai hubungan politik dengan tata kelola perusahaan juga menarik untuk diteliti lebih

lanjut.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap komposisi dewan

komisaris dan direksi yang terafiliasi dengan keluarga di dalam perusahaan?

2. Apakah kepemilikan keluarga dan komposisi dewan komisaris dan direksi

berpengaruh positif terhadap penerapan tata kelola perusahaan?

3. Apakah hubungan politik berpengaruh negatif terhadap penerapan tata kelola

perusahaan?

2. Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

2.1 Teori Keagenan dan Kepemilikan Keluarga

Permasalahan keagenan tidak hanya terjadi antara pemegang saham dengan

manajemen, melainkan di perusahaan yang kepemilikannnya dapat juga terjadi antara pemilik

saham mayoritas dan manajemen dengan pemegang saham minoritas (Villalonga & Amit,

2006).

Salah satu kelemahan praktik tata kelola di Indonesia terkait dengan minimnya

pengungkapan mengenai kepemilikan tidak langsung di dalam perusahaan, selain itu juga

masih banyak yang belum mengungkapkan anggota dewan direksi atau komisaris yang

menjabat di tempat lain, dan minimnya pengungkapan mengenai proses nominasi di jajaran

dewan komisaris atau direksi. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat disebabkan dengan

struktur kepemilikan yang secara langsung akan mempengaruhi siapa pengendal dari

perusahaan tersebut.

Secara umum struktur kepemilikan dari perusahaan-perusahaan di Asia masih banyak

didominasi oleh unsur kekeluargaan (Classens et al, 2000). Classens et al (2000) dan Diyanty

(2012) melakukan penelitian di negara-negara Asia Selatan yang menunjukkan bahwa sulit

untuk membedakan batasan antara pemilik perusahaan dengan pengelola perusahaan sebagai

manajemen, banyak diantaranya dijalankan oleh anggota keluarga pemilik (Amarani, 2009).

Di Indonesia sendiri masih didominasi oleh perusahaan keluarga, perusahaan yang struktur

                                                                                                                         1  Berdasarkan  survey  dari  Transparancy  International  pada  tahun  2013,  indek  persepsi  korupsi  Indonesia  berada  pada  peringkat  114  dari  177  negara  dengan  nilai  32  dari  100  (100  dipersepsikan  paling  bersih)  (Transparecny  International,  2013).  

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 6: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

kepemilikannya sudah tersebar hanya sebesar 0,6% (Classens et al, 2000). Carney dan Child

(2013) melakukan penelitian kembali mengenai perkembangan struktur kepemilikan di Asia

Selatan. Indonesia mengalami sedikit peningkatan di dalam perusahaan yang

kepemilikannnya tersebar menjadi 3,8% dan penurunan kepemilikan keluarga di perusahaan

terbuka sebesar 11,3% dari survey Classens et al (2003) yaitu dari 68,6% menjadi 57,3%

(Carney & Child, 2013).

Perusahaan dengan dominasi kepemilikan keluarga dapat memiliki kinerja yang lebih

efisien dikarenakan biaya untuk melakukan pengawasan yang lebih kecil (Fama dan Jensen,

1983). Biaya pengawasan lebih kecil disebabkan karena kepemilikannya yang terkonsentrasi

sehingga konflik yang terjadi lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan dengan

kepemilikan tersebar. Di samping itu perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang dominan

dikelola oleh anggota keluarganya sendiri sehingga dapat lebih dipercaya, sehingga konflik

keagenan menjadi berkurang (Fama dan Jensen, 1983).

Di sisi lain permasalahan keagenan yang timbul bukan lagi antara pemilik dan

manajemen, melainkan pemegang saham minoritas dengan pemilik keluarga, termasuk

manajemen yang berasal dari keluarga. Pemegang saham mayoritas, dalam hal ini keluarga,

memiliki kecenderungan untuk mempertahankan dominasinya di dalam perusahaan, melalui

manajemennya dan juga pembatasan praktik GCG (Classens et al, 2002). Pembatasan praktik

GCG pada akhirnya membatasi perlindungan terhadap pemegang saham minoritas,

bertentangan dengan prinsip tata kelola perusahaan untuk perlakuan yang setara terhadap

pemegang saham. Sehingga akhirnya konflik kepentingan ini berujung pada ekspropriasi oleh

pemegang saham keluarga terhadap pemegang saham minoritas, dengan praktik tata kelola

perusahaan yang tidak cukup baik (Faccio, Lang, dan Young, 2001).

2.2 Hubungan Politik

Perusahaan dapat dikatakan memiliki hubungan politik apabila paling tidak salah satu

dari pimpinan perusahaan, pemegang saham mayoritas atau kerabat mereka pernah atau

sedang menjabat sebagai pejabat tinggi negara, anggota parlemen, atau pengurus partai yang

berkuasa (Faccio, 2006). Dalam konteks Indonesia, pimpinan perusahaan meruapakan dewan

komisaris sebagai pengawas perusahaan dan direksi sebagai pengambil keputusan perusahaan.

Penelitian awal mengenai hubungan politik ialah mengenai hubungan kedekatan

antara perusahaan dengan penguasa, salah satunya ialah oleh Fisman (2001) yang meneliti

tentang nilai dari koneksi politik. Dalam penelitian tersebut subjek penelitiannya ialah

perusahaan terbuka di Indonesia pada masa Suharto yang memiliki kedekatan politik dengan

Suharto kala itu. Penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh terhadap volatilitas harga

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 7: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

saham perusahaan yang memiliki kedekatan politik ketika ada isu yang menggoyang Presiden

Suharto. Carney dan Child (2013) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki hubungan

politik dengan kroni Suharto telah menurun semenjak reformasi, perusahaan dengan

hubungan politik di Indonesia pada tahun 2008 pun turun sampai 51% (dari tahun 1996).

Contoh lain mengenai pengaruh hubungan politik antara perusahaan dengan partai penguasa

juga tercermin di Amerika, perusahaan dengan hubungan politik memiliki nilai perusahaan

yang lebih tinggi (Goldman, Rocholl, & So, 2009). Akan tetapi, dalam penelitian Wulandari

(2012), perusahaan yang memiliki hubungan politik memiliki kinerja yang lebih buruk

dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki hubungan politik. Hal ini disebabkan

karena perusahaan dapat mendapatkan kemudahan di dalam akses pinjaman dengan

memanfaatkan hubungan politik, akan tetapi hal ini justu membebani perusahaan dengan

hutang yang semakin besar dan menimbulkan tekanan keuangan yang membuat perusahaan

tidak berkinerja dengan baik.

Pengaruh lain dari hubungan politik ialah dapat meningkatkan nilai perusahaan jika

melalui koneksi politik dapat menghapus rente ekonomi yang tidak adil. Hal ini perlu juga

didukung dengan tata kelola yang baik agar nilai perusahaan tidak hanya diperuntukkan

kepentingan pemilik dan politisi yang memiliki hubungan saja. Jika indikator hubungan

politik juga menjadi penentu investasi maka dengan adanya hubungan politik nilai perusahaan

juga akan meningkat (Faccio, 2006). Hubungan politik juga dapat menjadi substitusi atas

pembiayaan dari luar negeri, hubungan politik dapat dimanfaatkan untuk mempermudah

perusahaan dalam memperoleh pinjaman dalam negeri sehingga tidak perlu mencari

pembiayaan dari investor luar negeri (Leuz & Gee, 2006). Bagi perusahaan yang memiliki

hubungan politik keuntungan lainnya ialah perusahaan dengan hubungan politik memiliki

akses yang lebih terhadap pembiayaan hutang, pajak yang lebih rendah, dan kekuatan pasar

yang kuat (Friedman, 1999).

2.3 Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh dari Kepemilikan Keluarga terhadap Komposisi Dewan Komisaris dan

Direksi yang Terafiliasi dengan Keluarga

Menurut Haque, Arun, & Kirkpatrick (2011) pemegang saham pengendali, dalam hal ini

keluarga, memiliki insentif dan kekuatan untuk memperoleh keuntungan bagi diri sendiri

dalam bentuk kompenasasi yang berlebih, transaksi hubungan istimewa, atau dividen di

dalam bentuk pengeluaran perusahaan untuk kepentingan pribadi. Hasil penelitiannya

memperkuat hasil penelitian oleh Fama dan Jensen (1983), Shleifer dan Vishny (1997), dan

Faccio et al (2001).

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 8: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

Menurut Haque, Arun, & Kirkpatrick (2011), perusahaan yang didominasi oleh

kepemilikan keluarga secara langsung akan memberikan pengaruhnya di dalam manajemen

perusahaan tersebut. Classens et al (2002) di dalam Diyanty (2012) menyatakan sebanyak

84,6% manajer perusahaan di Indonesia ditetapkan oleh pengendali akhir. Dengan cara itu

juga perusahaan lebih berpeluang untuk memanfaatkan kontrolnya untuk mengekspropriasi

pemegang saham minoritas melalui manajemen yang mereka tetapkan.

Anderson dan Reeb (2003) menyatakan bahwa kecenderungan perusahaan keluarga akan

menghindari pihak independen di dalam dewan komisaris dan direksi untuk menjaga

kepentingan keluarga sebagai pemegang kendali. Kepemilikan terkonsentrasi pada keluarga

diduga berpengaruh terhadap kontrol di dalam proses politik penentuan dewan komisaris dan

direksi untuk melindungi kepentingan dari keluarga pemegang saham pengendali.

Berdasarkan argumen tersebut maka dapat dihioptesiskan:

H1: Kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap komposisi dewan komisaris dan

direksi yang terafiliasi dengan keluarga di dalam perusahaan.

2.3.2 Pengaruh Kepemilikan Keluarga dan Komposisi Dewan Komisaris dan Direksi

terhadap Penerapan Tata Kelola Perusahaan

Haque, Arun, & Kirkpatrick . (2011) menunjukkan adanya pengaruh negatif dari struktur

kepemilikan dan proses politik penentuan dewan komisaris dan direksi terhadap penerapan

tata kelola perusahaan di Bangladesh. Semakin banyak direksi dan komisaris yang terafiliasi

dengan keluarga maka keputusan yang diambil pun akan semakin menguntungkan pemegang

saham pengendali dan merugikan pemegang saham minoritas.

Siagian (2011) juga pernah menguji secara empiris di Indonesia bahwa tingkat

kepemilikan keluarga berpengaruh negatif terhadap penerapan tata kelola perusahaan karena

menghindari tata kelola yang cenderung mengurangi kontrol dari pemegang saham

pengendali. Beradasarkan penjelasan di atas, hipotesis kedua ialah indeks tata kelola

perusahaan akan dipengaruhi oleh konsentrasi kepemilikan keluarga dan juga struktur anggota

dewan komisaris dan direksi yang terafiliasi dengan pemilik pengendali.

Dengan demikian hipotesis berikutnya adalah:

H2: Kepemilikan keluarga serta komposisi dewan komisaris dan direksi terafiliasi keluarga

berpengaruh negatif terhadap penerapan tata kelola perusahaan.

2.3.3 Pengaruh Hubungan politik terhadap Penerapan Tata Kelola Perusahaan

Vermonte (2012) menyatakan pendanaan dari partai politik di Indonesia tidak cukup

hanya dari iuran anggota partainya, partai memerlukan juga sumber pendanaan lain dari

sumbangan perusahaan atau individu yang tak jarang turut melibatkan perjanjian

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 9: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

transaksional. Bentuk timbal balik terhadap pemberi dana dapat berupa lobi politik, tender

proyek, atau kebijakan yang menguntungkan bagi perusahaan atau individu terkait. Dasar

pemikiran ini juga yang membuat perusahaan berusaha melakukan lobi politik untuk

mempertahankan status quo di dalam kebijakan terkait tata kelola perusahaan agar tetap

mendapatkan kontrol atas pemegang saham minoritas.

Micco et al (2007) menyatakan perusahaan dengan hubungan politik memiliki

kemungkinan untuk melakukan penyesuaian di dalam pelaporan keuangan untuk kepentingan

pemegang saham pengendali sehingga mengorbankan pemegang saham minoritas. Penelitian

dari Bebchuk dan Neeman (2005) menunjukkan bahwa transaksi insider di dalam perusahaan

yang kepemilikannnya terkonsentrasi di keluarga menggunakan aset dari perusahaan untuk

kepentingan pribadi, salah satu penggunaan aset perusahaan ialah untuk mempengaruhi

politisi dan birokrat untuk tetap menjaga perlindungan investor yang rendah. Dengan

perlindungna investor yang tetap rendah maka pemegang saham pengendali akan dapat terus

memanfaatkan pemegang saham minoritas melalui ekspropriasi.

Selain melalui perlindungan investor yang lemah, penerapan tata kelola juga dipengaruhi

oleh transparansi dari perusahaan yang terkoneksi politik. Leuz dan Gee (2006) memiliki

argumen bahwa koneksi politik dapat menjadi substitusi bagi pinjaman dari luar negeri.

Perusahaan terkoneksi politik dapat memperoleh akses pembiayaan hutang (Amelia, 2013).

Menurut Leuz efek substitusi ini membuat perusahaan menjadi kurang transpatan akibat dari

tidak perlunya mengikuti keperluan pelaporan dan transparansi sesuai dengan standar

pembiayaan dari luar negeri. Perusahaan terkoneksi politik akan membiarkan transparansi

seadanya dan mendapatkan pembiayaan hutang akibat koneksi politik yang dimilikinya.

Perusahaan yang terkoneksi politik akan memanfaatkan kontrol yang dimilikinya untuk

melakukan lobi politik agar standar, aturan, dan penegakan atas tata kelola perusahaan tetap di

posisi status quo-nya, posisi tidak maksimal (Haque, Arun, & Kirkpatrick, 2011). Selain itu,

perusahaan yang memiliki koneksi politik tingkat transparansinya akan menjadi lebih rendah

karena transparansi tidak dinilai menjadi sebuah nilai tambah akibat telah medapat akses

pembiayaan dari koneksi politiknya (Leuz dan Gee, 2006).

Dengan demikian hipotesis ketiga adalah:

H3: Hubungan politik berpengaruh negatif terhadap penerapan tata kelola perusahaan.

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 10: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

3. Metodologi Penelitian

3.1. Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini data yang digunakan ialah data sekunder berupa laporan keuangan

tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011. Data yang

diperoleh dari laporan tahunan merupakan informasi mengenai struktur kepemilikan

perusahaan, susunan direksi perusahaan, dan profil dari direksi perusahaan. Data untuk indeks

penilaian tata kelola perusahaan menggunakan hasil penilaian dari Indonesia Institute for

Corporate Directorship (IICD) menggunakan ASEAN CG Scorecard dan untuk hubungan

politik berdasarkan informasi laporan keuangan serta penelusuran google.com.

Sampel penelitian menggunakan perusahaan non-finansial dari perusahaan yang tercatat

di bursa pada tahun 2011 yang memiliki indeks CG dari IICD dan memiliki informasi yang

lengkap di dalam laporan tahunannya. Alasan pemilihan sampel ini ialah penilaian tata kelola

perusahaan di Indonesia yang dilakukan oleh IICD terbatas untuk tahun 2011 saja dan

digunakan untuk menghindari bias di dalam penilaian. Industri finansial dikeluarkan dari

sampel penelitian dikarenakan memiliki regulasi terkait tata kelola perusahaan yang lebih

ketat. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel tersebut diperoleh 75 sampel perusahaan pada

periode 2011.

Tabel 4.1 Hasil Seleksi Sampel

Kriteria Seleksi Jumlah Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2011 449

Perusahaan di dalam sektor keuangan (72)

Perusahaan Non-finansial 377

Perusahaan tanpa Indeks ASEAN CG Scorecard dari IICD (301)

Perusahaan Non-finansial yang memiliki Indeks ASEAN CG Scorecard dari IICD 76

Perusahaan memiliki ekuitas negatif (defisiensi modal) (1)

Total Sampel 75

3.2. Model Penelitian

Hipotesis 1 bertujuan untuk mencari tahu pengaruh positif dari kepemilikan keluarga

terhadap pemilihan anggota dewan komisaris dan direksi yang terafiliasi dengan kelurga.

Model penelitian untuk hipotesis 1 (H1) ialah sebagai berikut:

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 11: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

Hipotesis 2 bertujuan untuk menguji pengaruh negatif dari konsentrasi kepemilikan keluarga

terhadap penerapan tata kelola perusahaan. Dalam hipotesis 3, dilakukan pengujian pengaruh

negatif dari hubungan politik terhadap penerapan tata kelola perusahaan. Model penelitian

untuk hipotesis kedua (H2) dan ketiga (H3) ialah sebagai berikut:

Keterangan Variabel:

FAB : Family-aligned Board atau anggota dewan komisaris dan direksi yang terafiliasi dengan keluarga pemilik saham. Persentase jumlah anggota dewan komisaris dan direksi yang memiliki hubungan keluarga.

CGI : Penilaian tata kelola perusahaan menggunakan ASEAN CG scorecard. FEXC : Variabel dummy untuk ketua dewan direksi berasal dari keluarga pemegang saham

pengendali. PCON : Hubungan politik, paling tidak pemegang saham pengendali, anggota dewan baik

dewan direksi atau dewan komisaris pernah atau sedang menjabat sebagai pejabat tinggi negara atau politisi.

FOWN : Persentase kepemilikan keluarga, termasuk anak dan saudara dari pemilik. SIZE : Ukuran perusahaan yang dilihat dari logaritma natural dari total aset perusahaan. CASS : Komposisi dari aset perusahaan, perbandingan antara aset tetap dan total aset. LEV : Leverage, perbandingan antara total utang dan total aset. INDS dummies: variabel dummy yang menyatakan sektor industri perusahaan tersebut

berdasarkan indeks sektor menurut BEI (Jasica). 3.3. Operasionalisasi Variabel

3.3.1. Variabel Dependen

Variabel dependen pertama ialah family-aligned board atau anggota dewan komisaris dan

direksi perusahaan yang terafiliasi dengan keluarga dari pemegang saham pengendali. Afiliasi

dari keluarga di dalam konteks ini ialah jika anggota direksi atau komisaris memiliki

hubungan saudara atau merupakan direksi atau komisaris dari perusahaan pemegang saham.

Hubungan saudara yang dimaksud ialah hubungan sedarah (kakak/adik atau orang tua/anak)

dan hubungan pernikahan (suami/istri) dengan keluarga pemilik. Variabel ini merupakan

proksi dari adanya pengaruh terhadap proses politik di dalam pengambilan keputusan oleh

dewan (Haque, Arun, & Kirkpatrick, 2011).

Variabel dependen kedua ialah penerapan tata kelola perusahaan. Penerapan tata kelola

perusahaan ini dinilai menggunakan format penilaian yang dikeluarkan oleh ASEAN Capital

CGIi = α + β1 FABi + β2 FEXCi + β3 FOWNi + β4 PCONi + β5 SIZEi + β6 CASSi + β7 PROFi + β8 LEVi + β9 AGEi + β10 INDS dummies + ε

FABi = α + β1 FOWNi + β2 SIZEi + β3 CASSi + β4 PROFi + β5 LEVi + β6 AGEi + β7 INDS dummies + ε

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 12: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

Markets Forums (ACMF), yaitu ASEAN CG Scorecard. Di Indonesia, penilaian atas

penerapan tata kelola perusahaan terbuka di Indonesia dilakukan oleh IICD (Indonesian

Institute for Corporate Directorship). Penilaian dilakukan dengan melihat ketersediaan

informasi mengenai tata kelola perusahaan yang tersedia secara bebas dan dapat diakses oleh

publik (IICD, 2013).

Perusahaan dinilai mengenai bagaimana menjalankan prinsip-prinsip tata kelola

perusahaan berdasarkan kelima prinsip OECD. Penilaian melalui scorecard ini dibagi kedalam

dua tingkatan yaitu (ACMF, 2011); Tingkatan pertama terdiri atas 185 poin pertanyaan yang

dibagi ke dalam lima bagian sesuai dengan prinsip tata kelola perusahaan menurut OECD.

Kelima prinsip OECD tersebut memiliki poin pertanyaannya masing-masing, yaitu 26 untuk

pinsip hak pemegang saham, 17 untuk prinsip perlakuan yang setara, 21 untuk prinsip peran

dari stakeholders, 41 untuk prinsip pengungkapan dan transparansi, 79 untuk prinsip tanggung

jawab dewan komisaris dan direksi (total 185 poin). Tingkatan kedua bersifat bagian

tambahan mengenai bonus dan juga penalty atas praktik tata kelola perusahaan. Bonus,

sejumlah 11 poin pertanyaan, diberikan bagi perusahaan yang menjalankan praktik tata kelola

melebihi standar minimum. Penalti, sejumlah 23 poin pertanyaan, diberikan kepada

perusahaan yang menjalankan praktik tata kelola perusahaan dengan buruk.

3.3.2. Variabel Independen

1. Model Penelitian 1

Variabel independen pertama digunakan di dalam pengujian hipotesis pertama (H1), yaitu

pengaruh dari kepemilikan keluarga. Kepemilikan keluarga ialah persentase saham dari

perusahaan yang dimiliki oleh keluarga. Definisi keluarga yang digunakan di dalam penelitian

ini mengacu kepada definisi yang digunakan di dalam Arifin (2003) yaitu keseluruhan

individu dan perusahaan yang kepemilikannnya tercatat (kepemilikan 5% ke atas wajib

dicatat), kecuali perusahaan publik, negara, institusi keuangan (seperti: lembaga investasi,

reksa dana, asuransi, dana pensiun, bank, koperasi) dan publik (individu yang kepemilikannya

tidak wajib tercatat). Informasi kepemilikan keluarga diperoleh dari laporan tahunan yang

dipublikasikan oleh perusahaan.

2. Model Penelitian 2

Untuk pengujian hipotesis kedua (H2) terdapat tiga variabel independen yang dapat

mempengaruhi variabel dependen, penerapan tata kelola perusahaan. Variabel independen

tersebut ialah family-aligned board, family-aligned executive, dan kepemilikan keluarga.

Variabel family-aligned board dan kepemilikan keluarga ialah seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya. Family-aligned executive adalah direktur utama atau CEO perusahaan

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 13: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

merupakan bagian atau memiliki hubungan dengan keluarga pemegang saham. Variabel ini

bersifat dummy, akan bernilai 1 bila direktur utama perusahaan memiliki hubungan atau

bagian dari keluarga pemegang saham.

Untuk pengujian hipotesis ketiga (H3) tedapat sebuah variabel independen yaitu

hubungan politik. Variabel ini bersifat dummy, bernilai 1 bila perusahaan memiliki hubungan

politik. Kriteria yang digunakan untuk menentukan memiliki hubungan politik mengacu pada

penelitian Faccio (2006); Maulana (2013), yaitu:

1. Direksi dan/atau dewan komisaris merangkap jabatan sebagai pejabat tinggi pemerintah

(Menteri, Anggota DPR/MPR/DPD) atau politisi (Anggota Partai Politik).

2. Direksi dan/atau komisaris merupakan mantan pejabat tinggi pemerintah (Menteri,

Anggota DPR/MPR/DPD) atau politisi (Anggota Partai Politik).

3. Pemilik perusahaan atau pemegang saham merupakan politisi (Anggota Partai Politik),

pejabat pemerintah, atau mantan pejabat pemerintah (Menteri, Anggota DPR/MPR/DPD).

4. Pemilik perusahaan atau pemegang saham memliki hubungan saudara dengan

politisi/partai politik, pejabat pemerintah, atau mantan pejabat pemerintah.

3.3.3. Variabel Kontrol

1. Ukuran Perusahaan

Perusahaan besar memiliki struktur yang lebih kompleks dan juga permasalahan

keagenan yang lebih besar sehingga memiliki kecenderungan untuk tata kelola dan

pengawasan yang lebih ketat (Jensen dan Meckling, 1976). Menurut Fitri (2012) perusahaan

yang lebih besar akan menyajikan informasi yang lebih lengkap sebagai upaya untuk

mengurangi biaya keagenan yang muncul akibat dari ukuran perusahaan yang lebih besar.

Ukuran perusahaan digunakan sebagai salah satu variabel untuk mengontrol pengaruh dari

penerapan tata kelola akibat semakin besarnya biaya keagenan yang muncul dari perusahaan

yang lebih besar. Ukuran perusahaan diukur melalui logaritma natural dari total aset.

2. Komposisi Aset Perusahaan

Variabel ini menunjukkan komposisi dari aset tetap yang dimiliki perusahaan dari

keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan. Klapper dan Love (2004) dalam penelitian

mengenai tata kelola perusahaan di negara berkembang menyatakan bahwa aset tak berwujud

akan lebih sulit untuk diawasi penyalahgunaannya dibanding aset tetap sehingga memerlukan

mekanisme tata kelola yang lebih ketat. Jadi semakin kecil komposisi aset tetap maka akan

semakin baik penerapan tata kelola perusahaan karena pengawasan atas aset tak tetap

memerlukan mekanisme tata kelola yang lebih baik sebagai sinyal kepada investor.

3. Profitabilitas Perusahaan

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 14: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

Tata kelola perusahaan yang buruk merupakan salah satu penyebab dari profitabilitas

perusahaan yang kurang baik (Joh, 2003). Profitabilitas yang kurang baik dapat juga menjadi

indikasi dari tata kelola yang kurang baik. Profitabilitas dihitung dengan menggunakan return

on asset (ROA) dari perusahaan, yaitu membagi pendapatan bersih dengan total aset yang

dimiliki perusahaan. Semakin baik profitabilitas suatu perusahaan maka perusahaan biasanya

melakukan tata kelola perusahaan yang lebih baik untuk mengefektifkan kinerja

perusahaannya.

4. Leverage

Leverage dapat menjadi salah satu pengendali untuk biaya keagenan di dalam

perusahaan. Perusahaan dengan tata kelola yang baik maka akan memiliki leverage yang lebih

kecil karena tata kelola akan membuat biaya keagenan menjadi lebih kecil. Leverage juga

dapat dianggap sebagai pengganti dari tata kelola perusahaan sebagi sinyal atas pengendali

konflik keagenan yang dapat terjadi di dalam perusahaan (Jiraporn, et al, 2011). Leverage

dihitung dari perbandingan antara total hutang dengan total aset perusahaan.

5. Usia atau Waktu Perusahaan Terdaftar di BEI

Semakin lama waktu perusahaan telah terdaftar di pasar modal maka perusahaan akan

semakin matang dan akan menerapkan tata kelola perusahaan dengan lebih baik. Semakin

lama perusahaan terdaftar di pasar modal perusahaan menjadi lebih mengerti akan aturan-

aturan yang mengatur tata kelola di dalam pasar modal dan berpengalaman untuk

melaksakana tata kelola perusahaan (Siagian, Siregar, dan Rahadian, 2011). Variabel usia

menggunakan hasil logaritma natural dari waktu perusahaan terdaftar di pasar modal.

6. Jenis Industri (Dummy)

Jenis industri juga digunakan sebagai kontrol dari penelitian ini. Haque, Arun, &

Kirkpatrick (2011) dan Siagian (2011) melakukan kontrol ini untuk mengikutsertakan

pengaruh dari jenis industri terhadap penerapan tata kelola perusahaan. Jenis industri yang

dimaksud ialah pengklasifikasian sektor di BEI (Jasica), yaitu sektor 1 agrikultur, sektor 2

pertambangan, sektor 3 industri dasar dan kimia, sektor 4 aneka industri, sektor 5 industri

barang konsumsi, sektor 6 properti, real estat, dan jasa konstruksi, sektor 7 infrastruktur dan

transportasi, sektor 9 perdagangan, jasa, dan investasi, serta mengecualikan sektor 8

(finansial).

4. Analisis dan Pembahasan

4.1 Hasil Statistik Deskriptif dan Uji Beda

Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa rata-rata kualitas penerapan tata kelola perusahaan

berdasarkan ASEAN CG Scorecard pada perusahaan non-finansial di Indonesia ialah 40.27 ,

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 15: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

secara umum kualitas penerapan tata kelola di Indonesia masih perlu ditingkatkan terutama

untuk praktik tata kelola yang sifatnya sukarela. Perusahaan dengan indeks tata kelola

perusahaan yang baik didominasi oleh perusahaan negara dengan rata-rata 60.31, hal ini

sejalan dengan inisiatif dari pemerintah mengenai pentingnya tata kelola perusahaan.

Sebanyak 32.00% perusahaan memiliki hubungan politik, yaitu 24 dari 75 perusahaan.

Banyak dari hubungan politik tersebut berasal dari komisaris independen perusahaan yang

memiliki rekam jejak sebagai mantan pejabat tinggi dan kedekatan politik dari pemilik

perusahaan. Sebagai contoh seperti perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam grup usaha

Bakrie (Bumi Resources, Bakrie Telecom, dan Berau Coal Energy) yang perusahaan

induknya dimiliki oleh seorang ketua partai di Indonesia, Unilever Indonesia yang memiliki

komisaris independen yang merupakan mantan menteri keuangan.

Tabel 1 Statistik Deskriptif

Variable Mean Median Std. Dev. Min Max CGI 0.4031 0.3641 0.1245 0.2081 0.7536

FOWN 0.4384 0.5290 0.3140 0.0000 0.9720 FAB 0.1386 0.1111 0.1412 0.0000 0.5000

SIZE (milyar rupiah) 17656 10839 23777 896 154319 CASS 0.3693 0.3355 0.2238 0.0086 0.8704 PROF 0.1140 0.0908 0.1014 -0.1081 0.4155 LEV 0.1990 0.1577 0.1667 0.0000 0.5759

AGE (tahun) 11.2044 9.5000 8.2422 0.1667 30.0000 Dummy 1 0 % PCON 24 51 32.00%

FEXC 20 55 26.67% Keterangan: CGI = indeks ASEAN CG scorecard; PCON = variabel dummy hubungan politik (1 bila ada hubungan politik); FOWN = proporsi kepemilikan keluarga; FAB = proporsi anggota dewan komisaris dan direksi yang terafiliasi dengan keluarga; FEXC = variabel dummy ketua dewan direksi yang berasal dari keluarga pengendali (1 bila ketua dewan direksi berasal dari keluarga pengendali); SIZE = log natural dari total asset; CASS = proporsi aset tetap dari total asse; PROF = return on asset; LEV = tingkat leverage (total liabilities/total asset); AGE = log natural dari tanggal tercatat dalam bursa.

Kepemilikan keluarga memiliki nilai rata-rata sebesar 0.4456 yang berarti sebagian besar

perusahaan terbuka di Indonesia masih didominasi oleh kepemilikan keluarga. Hampir

setengah dari kepemilikan perusahaan di Indonesia didominasi oleh kepemilikan keluarga.

Dari perusahaan yang diobservasi hanya terdapat 13 perusahaan yang terbebas dari

kepemilikan keluarga. Penemuan ini sejalan dengan hasil penemuan penelitian sebelumnya

sejak tahun 1996 oleh Classens, Djankov, dan Lang (2000) dan 2008 oleh Carney dan Child

(2013). Rata-rata komposisi dewan komisaris dan direksi yang memiliki afiliasi dengan

keluarga pemilik ialah 13.86%. Variabel FEXC memiliki rata-rata 0.2632 yang berarti

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 16: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

sebanyak 26.33% pemimpin eksekutif dari perusahaan merupakan afiliasi dari keluarga

pemilik.  

Dilakukan juga pengujian beda (t-test) atas rata-rata variabel dari perusahaan yang

memiliki hubungan politik dengan perusahaan yang terbebas dari hubungan politik (tabel 2).

Dari hasil pengujian tersebut tidak ditemukan adanya perbedaan karakteristik yang signifikan

antara perusahaan dengan hubungan politik dan tanpa hubungan politik, termasuk indeks tata

kelola perusahaan tersebut.

Tabel 2 Hasil Uji Beda atas Perusahaan dengan Hubungan Politik dan Tanpa

Hubungan Politik

PCON Non PCON t-stat P-value Sig

(ada hubungan politik)

(tanpa hubungan politik)

n= 24 n= 51 Variabel Mean FOWN 0.4380 0.4386 -0.0089 0.9929 -

FAB 0.1246 0.1451 -0.5867 0.5592 - CGI 0.4236 0.3935 0.9759 0.3323 - SIZE

(milyar) 20200 16500 0.6214 0.5363 - CASS 0.3794 0.3646 0.2667 0.7904 - PROF 0.1248 0.1090 0.6319 0.5294 - LEV 0.2127 0.1926 0.4828 0.6307 - AGE

(tahun) 11.8333 10.9085 0.4509 0.6534 - Keterangan: CGI = indeks ASEAN CG scorecard; FOWN = proporsi kepemilikan keluarga; FAB = proporsi anggota dewan komisaris dan direksi yang terafiliasi dengan keluarga; FEXC = variabel dummy ketua dewan direksi yang berasal dari keluarga pengendali (1 bila ketua dewan direksi berasal dari keluarga pengendali); SIZE = log natural dari total asset; CASS = proporsi aset tetap dari total asse; PROF = return on asset; LEV = tingkat leverage (total liabilities/total asset); AGE = log natural dari tanggal tercatat dalam bursa.

4.2 Analisis Hasil Regresi

4.2.1 Analisis Hasil Regresi Model Penelitian 1

Hasil regresi menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga berpengaruh posiif terhadap

kompisisi dewan komisaris dan direksi yang terafiliasi dengan keluarga. Hasil ini sesuai

dengan argumen dari Anderson dan Reeb (2003) dan Diyanty (2012) yang menyatakan bahwa

perusahaan yang didominasi keluarga akan memiliki kecenderungan untuk menghindari pihak

independen dan memilih direksi dan komisaris yang memiliki hubungan dengan keluarga.

Pagano dan Volpin (2005) menjelaskan hal ini terjadi karena keluarga sebagai pemegang

saham pengendali akan memanfaatkan kendalinya untuk menetapkan direksi dan komisaris

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 17: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

yang sejalan dengan mereka, sehingga keuntungan atas pemegang saham minoritas dapat

dimanfaatkan oleh pemegang saham pengendali, dalam hal ini ialah keluarga. Hasil ini juga

sejalan dengan penelitian Haque, Arun, & Kirkpatrick (2011) bahwa variabel kepemilikan

keluarga berperan signifikan dan positif terhadap komposisi dewan komisaris dan direksi

yang terafiliasi dengan keluarga. Hipotesis model penelitian pertama diterima karena variabel

kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap komposisi dewan komisaris dan direksi

yang terafiliasi dengan keluarga.

Tabel 3 Hasil Uji Regresi Model Penelitian 1

FABi= α + β1(FOWN)i + β2 (SIZE)i + β3 (CASS)i + β4 (PROF)i + β5 (LEV)i + β6 (AGE)i + β7 (INDS dummies) + ε    

H1: Kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap komposisi dewan komisaris dan direksi yang terafiliasi dengan keluarga di dalam perusahaan. Variabel Dependen

FAB            

1   2  

Variabel Ekspektasi Coeff. Prob. T Sig Coeff. Prob. T Sig C

-0.7052 0.0510 * -0.1675 0.6050

FOWN + 0.2700 0.0000 *** 0.2739 0.0000 *** SIZE ? 0.0264 0.0999 * 0.0073 0.5870

CASS ? 0.0108 0.8950

-0.0422 0.4630 PROF ? 0.1736 0.3060

-0.0067 0.9650

LEV ? -0.0206 0.8490

-0.0503 0.5990 AGE ? -0.0136 0.2390

-0.0040 0.7350

INDS 1 ? -0.0796 0.1590 INDS 2 ? -0.0792 0.0910 *

INDS 3 ? -0.0727 0.2310 INDS 4 ? -0.0712 0.2920 INDS 5 ? -0.1511 0.0160 **

INDS 6 ? 0.0231 0.7120 INDS 7 ? -0.1012 0.0840            

F-Statistics

7.98***

16.62*** Prob. F

0.0001

0.0000

R-square

0.4776

0.3777 Observasi 75 75

Keterangan: FAB = proporsi anggota dewan komisaris dan direksi yang terafiliasi dengan keluarga; FOWN = proporsi kepemilikan keluarga; SIZE = log natural dari total asset; CASS = proporsi aset tetap dari total asse; PROF = return on asset; LEV = tingkat leverage (total liabilities/total asset); AGE = log natural dari tanggal tercatat dalam bursa.

Keterangan: *** signifikan pada level 0.01

** signifikan pada level 0.05

* signifikan pada level 0.10

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 18: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

4.2.2 Analisis Hasil Regresi Model Penelitian 2

1. Variabel Independen

Dari hasil pengujian hipotesis kedua (H2) menunjukkan kepemilikan keluarga

berpengaruh negatif terhadap implementasi tata kelola perusahaan. Akan tetapi, variabel

FEXC dan FAB tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Kedua variabel ini merupakan

proksi tambahan dari unsur kelompok kepentingan keluarga. Menurut Haque, Arun, &

Kirkpatrick (2011) pengaruh dari keluarga terhadap tata kelola perusahaan lebih tercermin

dari persentase kepemilikan keluarga sebagai pemegang sahamnya. Dengan persentase

kepemilikan saham oleh keluarga yang tinggi, tanpa harus memiliki secara langsung direksi

atau komisaris yang terafiliasi, pemilik tetap dapat mempertahankan kendali atas keputusan

untuk perusahaan tersebut. Bebchuk dan Neeman (2005) mengkategorikan kelompok pemilik

keluarga serta afiliasinya di dalam direksi dan komisaris merupakan satu kelompok

kepentingan dari dalam perusahaan atau insider yang mementingkan kepentingannya dengan

memanfaatkan pemegang saham minoritas melalui ekspropriasi. Jadi kedua variabel ini tidak

signifikan tetapi pengaruh dari kepemilikan keluarga tetap tercermin dari pengaruh signifikan

variabel FOWN.

Hasil dari regresi ini sejalan dengan hasil pengujian dari Haque, Arun, & Kirkpatrick

(2011). Dari ketiga variabel independen tersebut hanya variabel FOWN saja yang berhasil

menjelaskan variabel CGI. Haque menjelaskan bahwa kepemilikan keluarga berpengaruh

negatif terhadap penerapan tata kelola perusahaan dikarnakan di dalam kepemilikan yang

terkonsentrasi pada keluarga, keluarga dapat memanfaatkan pengendaliannya untuk

kepentingannya. Bebchuk dan Neeman (2005) juga menjelaskan mengenai bagaimana

keluarga sebagai salah satu kelompok kepentingan dominan pada perusahaan dengan

persentase kepemilikan keluarga yang tinggi akan mengutamakan kepentingannya. Untuk

menjaga kepentingan keluarga dan memanfaatkan kendalinya untuk mengambil keuntungan

melalui ekspropriasi maka perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang besar akan menjaga

status quo untuk tidak menerapkan tata kelola perusahaan dengan baik. Siagian (2011) juga

mendapatkan hasil empiris yang serupa terhadap pengaruh dari kepemilikan keluarga

terhadap penerapan tata kelola perusahaan di Indonesia dengan pendekatan indeks CG yang

berbeda. Penelitian oleh Fitri (2012) mengenai pengungkapan sukarela membuktikan secara

empiris bahwa kepemilikan keluarga yang tinggi berbanding terbalik dengan pengungkapan

sukarela.

Perusahaan mempertahankan kepentingan keluarga dan pengungkapan sukarela yang

minim menunjukkan bahwa kepemilikan keluarga berpengaruh negatif terhadap penerapan

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 19: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

tata kelola perusahaan. Hipotesis kedua mengenai pengaruh negatif dari kepemilikan keluarga

terhadap penerapan tata kelola perusahaan diterima dan berhasil dibuktikan walaupun hanya

dengan pengaruh variabel persentase kepemilikan keluarga di dalam perusahaan.

Hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) tidak menunjukkan adanya pengaruh hubungan

politik terhadap penerapan tata kelola perusahaan. Hasil dari regresi (1) dan (3) dalam model

penelitian kedua tidak menunjukkan adanya pengaruh negatif dari variabel hubungan politik,

sebagai variabel independen, terhadap penerapan tata kelola perusahaan. Pada kedua regresi

tersebut variabel PCON tidak memiliki signifikasi terhadap variabel CGI. Hipotesis ketiga

mengenai pengaruh negatif dari hubungan politik terhadap tingkat penerapan tata kelola

perusahaan tidak berhasil dibuktikan secara empiris untuk kasus perusahaan di Indonesia. Ada

beberapa kemungkinan yang dapat menjelaskan tidak berpengaruhnya hubungan politik

terhadap tata kelola perusahaan.

Hubungan politik merupakan adanya pejabat tinggi pemerintah atau mantan pejabat

tinggi pemerintah di dalam dewan komisaris dan/atau dewan direksi perusahaan, juga

hubungan antara pemilik perusahaan dengan politisi atau politisi/pejabat tinggi pemerintah

yang memiliki kepemilikan saham di dalam perusahaan. Bila dilihat dari analisis deskriptif

mengenai variabel hubungan politik terdapat cukup banyak perusahaan yang terkoneksi

politik yaitu 32.00%. Perusahaan yang memiliki hubungan politik memiliki rata-rata nilai

CGI yang lebih baik dari rata-rata perusahaan tanpa hubungan politik. Akan tetapi dalam uji

beda, tidak terdapat perbedaan signifikan antara perusahaan dengan hubungan politik dan

tanpa hubungan politik.

Selain itu terdapat juga penelitian mengenai hubungan politik di Indonesia dan negara

berkembang lainnya. Pada 2006, Carney dan Child (2013) melakukan survei kembali atas

penelitian yang pernah dilakukan oleh Classens et al (2000) mengenai struktur kepemilikan

dan hubungan politik di negara-negara Asia Timur pada tahun 1996, termasuk Indonesia.

Hasil dari penelitian Carney dan Child (2013) menunjukkan hubungan politik di Indonesia

memiliki perubahan yang drastis, dari 59% pada tahun 1996 menjadi 8% pada 2006. Era

sebelum reformasi sangat dekat hubungan antara pengusaha dan kroni-kroni Suharto hingga

harga saham perusahaan yang berhubungan dengan Soeharto sangat bergantung pada kondisi

Soeharto (Fisman, 2001). Pasca reformasi sentimen negatif atas Soeharto mulai muncul dan

mulai menjauhkan hubungan antara dunia usaha dengan pemimpin di kala itu. Alhasil

Indonesia mengalami penurunan hubungan politik yang cukup drastis dan juga keuntungan

dari hubungan politik (Carney & Child, 2013).

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 20: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

Tabel 4 Hasil Uji Regresi Model Penelitian 2

CGIi= α + β1 (FAB)i + β2 (FEXC)i + β3 (FOWN) i + β4 (PCON) i + β5 (SIZE) i + β6 (CASS) i + β7 (PROF) i + β8 (LEV) i + β9 (AGE) i + β10 (INDS dummies) + ε H2: Kepemilikan keluarga serta komposisi dewan komisaris dan direksi terafiliasi keluarga berpengaruh negatif terhadap penerapan tata kelola perusahaan. H3: Hubungan politik perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerapan tata kelola perusahaan. Variabel Dependen

CGI                        

  1   2   3  

Variabel Coeff. Prob. T Sig Coeff. Prob. T Sig Coeff. Prob. T Sig

C

-1.1929 0.0050 *** -1.2112 0.0040 *** -1.3409 0.0020 *** FOWN - -0.1081 0.0150 ** -0.1071 0.0150 **

FAB - 0.0235 0.4270

0.0165 0.4480 FEXC - -0.0106 0.3920

-0.0093 0.4040

PCON - 0.0137 0.3065

0.0137 0.3125 SIZE + 0.0515 0.0005 *** 0.0522 0.0005 *** 0.0547 0.0000 ***

CASS - -0.0055 0.4675

-0.0033 0.4805

-0.0117 0.4345 PROF + 0.2784 0.0310 ** 0.2883 0.0250 ** 0.2339 0.0615 *

LEV - -0.0077 0.4665

-0.0005 0.4980

-0.0117 0.4505 AGE + 0.0132 0.1400

0.0129 0.1435

0.0136 0.1410

INDS 1 ? -0.0100 0.8740

-0.0156 0.801

0.0092 0.8800 INDS 2 ? 0.0552 0.2190

0.0543 0.222

0.0741 0.0810

INDS 3 ? -0.0153 0.7730

-0.0173 0.742

-0.0043 0.9360 INDS 4 ? -0.0846 0.2050

-0.0897 0.172

-0.0744 0.2530

INDS 5 ? -0.0592 0.3030

-0.0548 0.331

-0.0516 0.3450 INDS 6 ? -0.0301 0.4980

-0.0282 0.521

-0.0164 0.7180

INDS 7 ? 0.0901 0.0810 * 0.0884 0.084 * 0.1082 0.0310 * F-Statistics 3.78***

4.07***

3.72***

Prob. F 0.0001

0.0001

0.0002 Adj R-square 0.3758

0.3837

0.3234

Observasi 75 75 75        Keterangan: CGI = indeks ASEAN CG Scorecard; PCON = variabel dummy hubungan politik perusahaan (1 bila ada hubungan politik); FAB = proporsi anggota dewan komisaris dan direksi yang terafiliasi dengan keluarga; FEXC = variabel dummy ketua dewan direksi yang berasal dari keluarga pengendali (1 bila ketua dewan direksi berasal dari keluarga pengendali); FOWN = proporsi kepemilikan keluarga; SIZE = log natural dari total asset; CASS = proporsi aset tetap dari total asse; PROF = return on asset; LEV = tingkat leverage (total liabilities/total asset); AGE = log natural dari tanggal tercatat dalam bursa.

Keterangan: *** signifikan pada level 0.01

** signifikan pada level 0.05

* signifikan pada level 0.10

Sthienchoak (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh antara tata kelola

perusahaan dan hubungan politik secara bersamaan terhadap nilai perusahaan di Thailand.

Menurut Sthienchoak perusahaan yang memiliki hubungan politik belum tentu tidak

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 21: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

menerapkan tata kelola perusahaan dengan baik. Perusahaan dapat saja menerapakan tata

kelola perusahaan dan juga memanfaatkan hubungan politiknya untuk meningkatkan nilai

perusahaannya. Hubungan politik memberikan efek terhadap nilai perusahaan memlalui arus

kas yang lebih nyata dibandingkan dengan tata kelola perusahaan yang tidak langsung terlihat.

Leuz dan Gee (2006) juga menyatakan bahwa penerapan tata kelola tidak memiliki risiko

secara langsung terhadap hubungan politik dan manfaat yang bisa didapatkan melalui

hubungan tersebut sehingga perusahaan dapat menjalankan keduanya untuk meningkatkan

daya tarik perusahaan tersebut.

2. Variabel kontrol

Semakin besar perusahaan maka kebutuhan akan tata kelola yang lebih baik pun akan

timbul agar dapat mengatasi konflik keagenan yang lebih besar (Jensen & Meckling, 1976).

Hasil ini juga sejalan dengan penelitian mengenai penerapan tata kelola perusahaan

sebelumnya oleh Haque, Arun, & Kirkpatrick (2011) dan Siagian (2011).

Variabel profitabilitas menunjukkan hubungan positif dengan tata kelola perusahaan.

Tata kelola perusahaan yang buruk merupakan salah satu penyebab dari profitabilitas

perusahaan yang kurang baik (Joh, 2003). Profitabilitas yang kurang baik dapat juga menjadi

indikasi dari tata kelola yang kurang baik.

5. Kesimpulan, Keterbatasan Penelitian, dan Saran

5.1 Kesimpulan

Secara keseluruhan, penelitian ini membutikan bahwa semakin besar kepemilikan

keluarga semakin besar pula insentif keluarga untuk menempatkan anggota keluarga ataupun

pihak afiliasinya untuk memegang posisi penting dalam manajemen perusahaan yaaitu

sebagai direksi perusahaan ataupun sebagai anggota dewan komisaris perusahaan (Anderson

& Reeb, 2005). Hal ini menyebabkan keluarga dapat memanfaatkan kendalinya untuk

mengambil keuntungan dari pemegang saham minoritas melalui ekspropriasi.

Hasil penelitian juga menunjukkan kepemilikan keluarga berpengaruh negatif terhadap

penerapan tata kelola perusahaan. Proporsi kepemilikan keluarga yang tinggi dan kendali atas

perusahaan membuat keluarga dapat mengambil keuntungan dari pemegang saham minoritas

melalui eksporpriasi. Mekanisme tata kelola perusahaan ialah salah satu cara untuk

melindungi kepentingan pemegang saham minoritas. Keluarga akan mempertahankan

kontrolnya untuk tetap dapat memperoleh keuntungan dari pemegang saham minoritas maka

dari itu penerapan tata kelola perusahaan yang proporsi kepemilikan keluarganya tinggi akan

tidak dijalankan dengan baik (Haque, Arun, & Kirkpatrick, 2011).

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 22: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

Hubungan politik tidak terbukti memberikan pengaruh negatif terhadap penerapan tata

kelola perusahaan. Ada kemungkinan yang dapat menjadi penyebabnya ialah secara umum

hubungan politik yang ada di dalam perusahaan tidak dapat dimanfaatkan layaknya di masa

pemerintahan Presiden Soeharto (Fisman, 2001). Efek dari reformasi pasca kepemimpinan

Soeharto memutus hubungan politik dan kroni Soeharto di dalam dunia bisnis (Carney &

Child, 2013). Kemungkinan lainnya ialah tata kelola perusahaan dan hubungan politik

dimanfaatkan secara bersamaan oleh perusahaan di Indonesia untuk meningkatkan nilai

perusahaan (Leuz dan Gee, 2006; Sthiencoak, 2013) sehingga hubungan politik tidak

berpengaruh negatif terhadap penerapan tata kelola perushaaan.

5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran

Penelitian ini terbatas hanya menggunakan sampel perusahaan dari tahun 2011 yang

memiliki nilai indeks dari ASEAN CG Scorecard, hanya seratus perusahaan yang memiliki

kapitalisasi pasar yang tertinggi. Sehingga jumlah observasi di dalam penelitian ini menjadi

sangat terbatas hanya satu periode dengan jumlah perusahaan sebanyak 75 untuk perusahaan

industri non-finansial. Keterbatasan jumlah sampel ini dapat memberikan gambaran yang

kurang menyeluruh dari kondisi perusahaan-perusahaan terbuka di Indonesia.

Kriteria-kriteria yang digunakan di dalam penelitian ini dan penelitian-penelitian

sebelumnya (Faccio, 2006; Wulandari, 2012; Maulana, 2013) masih terdapat subjektivitas

penilai di dalamnya. Saran untuk penelitian selanjutnya ialah menggunakan kriteria tambahan

di dalam pengukuran hubungan politik dan juga variasi atas hubungan politik tersebut seperti

mempertimbangkan pinjaman yang diperoleh dari bank milik negara terhadap perusahaan

(Purwoto, 2011).

5.3 Saran Penelitian

Untuk penelitian selanjutnya Untuk penelitian selanjutnya pengukuran penerapan tata

kelola perusahaan dapat menggunakan alternatif indeks tata kelola lain bila memungkinkan

sehingga jumlah sampel penelitian dapat menjadi lebih luas. Selain itu juga menggunakan

pengukuran atas penerapan tata kelola yang lebih mendetail kepada penilaian setiap prinsip

secara khusus sehingga dapat melihat kepemilikan keluarga atau hubungan politik

berpengaruh terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaan tertentu. Selain itu untuk

penelitian selanjutnya untuk mencari hubungan politik, mungkin dapat diperluas sumber

datanya melalui pencarian secara komprehensif di media internet maupun media

informasilainnya yaitu artikel di koran ataupun majalah.

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 23: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

5.4. Implikasi Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi regulator untuk membuat

kebijakan atau aturan yang ketat untuk memaksa implementasi penerapan tata kelola

perusahaan. Hal ini disebabkan hampir sebagian besar perusahaan di Indonesia memiliki

struktur kepemilikan yang terkonsentrasi dengan pengendali utama ditangan keluarga.

Di samping itu dengan terbuktinya bahwa kepemilikan keluarga berpengaruh positif

terhadap pemilihan anggota direksi dan komisaris, Regulator diharapkan dapat memberikan

kriteria yang lebih ketat untuk perusahaan dalam menunjuk Direksi dan komisaris perusahaan

jika komisaris bukan dari golongan yang independen sehingga kepentingan pemegang saham

minoritas dapat terjaga.

Daftar Referensi ACMF. (2011). ASEAN Corporate Governance Scorecard. ACMF. ADB. (2013). ASEAN CG Scorecard, Country Reports and Assessment 2013-2013. Diambil kembali dari adb.org:

http://www.adb.org/sites/default/files/pub/2013/asean-corporate-governance-scorecard.pdf Amelia, H. (2013). Analisis Pengaruh Hubungan Politik dan Kepemilikan Keluarga terhadap Biaya Utang dan Biaya Ekuitas: Studi Empiris

pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Anderson, R. C., & Reeb, D. M. (2003). Founding-family Ownership and Firm Performance: Evidence from the S&P 500. Journal of

Finance, Vol.58, No. 3, 1301-1328. Ang, J. S., Cole, R. A., & Lin, J. W. (2000). Agency Costs and Ownership Structure. The Journal of Finance, Vol. LV, No. 1, 81-106. Arifin, Z. (2003). Masalah Agensi dan Mekanisme Kontrol pada Perusahaan Publik Indonesia. Disertasi, Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia. Bebchuk, L., & Neeman, Z. (2005). A Political Economy Model of Investor Protection. Diambil kembali dari harvard.edu:

http://www.law.harvard.edu/faculty/bebchuk/pdfs/Political%20Economy%20Model_03-06-06_B103.pdf Black, B. S., Jang, H., & Kim, W. (2006). Does Corporate Governance Predict Firms' Market Value? Evidence form Korea. Journal of Law,

Economics, and Organization, Vol. 22, No. 2, 366-413. Boubakri, N., Cosset, J.-C., & Saffar, W. (2008). Political Connection of Newly Privatized Firms. Journal of Corporate Finance, Vol. 14,

654-673. Carney, R. W., & Child, T. B. (2013). Changes to the Ownership and Control of East Asian Corporations between 1996 and 2008: The

Primacy of Politics. Journal of Financial Economics, Vol. 107, 494-513. Chtourou, S. M. (2001). Corporate Governance and Earnings Management. SSRN, Working Paper. Diambil kembali dari

http://papers.ssrn.com/abstract=275053 Classens, S., Djankov, S., & Lang, L. (2000). The Separation of Ownership and Control in East Asian Corporations. Journal of Financial

Economics, Vol.58, 81-112. Diyanty, V. (2012). Pengaruh Kepemilikan Pengendali Akhir terhadap Transaksi Pihak Berelasi. Disertasi. Faccio, M. (2006). Politically Connected Firms. The American Economic Review, Vol. 96, No. 1, 369-386. Faccio, M. (2007). The Characteristics of Politically Connected Firms. Purdue CIBER Working Papers, Paper 51. Faccio, M., Lang, L., & Young , L. (2001). Dividends and Expropriation. American Economic Review, Vol. 91, 54-78. Fama, E., & Jensen, M. (1983). Separation of Ownership and Control. Journal of Law and Economics, Vol. 26, No. 2, 301-325. Fan, J. P., & Wong, T. J. (2002). Corporate Ownership Structure and The Informativeness of Accounting Earnings in East Asia. Journal of

Accounting and Economics, Vol. 33, 401-425. Farhan. (2008). Implementasi Hak Pilih Anggota Tentara Nasional Indonesia dalam Pemilihan Umum di Indonesia. Skripsi, Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro. Fisman, R. (2001). Estimating the Value of Political Connection. The American Economic Review, Vol. 91, No. 4, 1095-1102. Fitri, D. O. (2012). Analisis Pengaruh Kepemilikan Keluarga Terhadap Tingkat Pengungkapan Sukarela dengan Efektivitas Dewan

Komisaris Sebagai Variabel Moderasi. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Goldman, E., Rocholl, J., & So, J. (2009). Do Politically Connected Boards Affect Firm Value? The Review of Financial Studies, Vol. 22,

No. 6, 2331-2360. Groysberg, B., & Bell, D. (2014, April 10). Generation to Generation: How to Save The Family Business. Diambil kembali dari Harvard

Business Review: http://blogs.hbr.org/2014/04/generation-to-generation-how-to-save-the-family-business/ Haque, F., Arun, T., & Kirkpatrick, C. (2011). The Political Economy of Corporate Governance in Developing Economies: The Case of

Bangladesh. Research in International Business and Finance, Vol. 25, No. 2, 169-182. IICD. (2013). The Result of Top 30 PLCs, ASEAN CG Scorecard Assessment. Diambil kembali dari iicd.or.id: http://iicd.or.id/en/asean-cg-

scorecard/asean-cg-scorecard.html IICD. (2014). Hasil Penilaian Perusahaan Publik Indonesia Berdasarkan ASEAN Corporate Governance Scorecard. Diambil kembali dari

iicd.or.id: http://www.iicd.or.id/en/asean-cg-scorecard/penilaian-perusahaan-publik-indonesia-berdasarkan-asean-corporate-governance-scorecard.html

IICG. (2009). Good Corporate Governance dalam Perspektif Manajemen Stratejik. Jakarta: IICG. Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of

Financial Economics, Vol. 3, No. 4, 305-360. Jiraporn, P., Kim, J. C., Kim, Y. S., & Kitsabunnarat, P. (2011). Does Corporate Governance Affect Capital Structure? Working Paper. Joh, W. S. (2003). Corporate Governance and Firm Profitability: Evidence from Korea Before the Economic Crisis. Journal of Financial

Economics, Vol. 68, Issue 2, 287-322.

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014

Page 24: ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA DAN …

Kaihatu, T. S. (2006). Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahawan, Vol. 8, No. 1. Klapper, L. F., & Love, I. (2004). Corporate Governance, Investor Protection, and Firm Perfomance in Emerging Markets. Journal of

Corporate Finance, Vol. 10, 703-728. KNKG. (2006). Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Komite Nasional Kebijakan Governance. La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., & Shleifer, A. (1999). Corporate Ownership Around the World. The Journal of Finance, Vol. 54, No. 2,

471-517. Leuz, C., & Gee, F. O. (2006). Political Relationships, Global Financing, and Corporate Transparency: Evidence from Indonesia. Journal of

Financial Economics, Vol. 81, 411-439. Maulana, I. (2013). Analisis Pengaruh Jaringan Politik Terhadap Cost of Debt Perusahaan Publik di Burse Efek Indonesia Periode 2006-

2011. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Micco, A., Panizza, U., & Yanez, M. (2007). Bank Ownership and Performance, Does Polititic Matter? Journal of Banking & Finance, Vol.

31, Issue 1, 219-241. OECD. (2004). OECD Principals of Corporate Governance. OECD. OECD. (2008). Using the OECD Principles of Good Governance: A Board Perspective. OECD. OJK. (2014). Roadmap Tata Kelola Perusahaan Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan. Pagano, M., & Volpin, P. F. (2005). The Political Economu of Corporate Governance. American Economic Review, Vol. 95, No. 4, 1005-

1030. Primasari, R. (2013). Pengaruh Koneksi Politik dan Corporate Governance Terhadap Audit Fee. Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Diponegoro. Purwoto, L. (2011). Pengaruh Koneksi Politis, Kepemilikan Pemerintah, dan Keburaman Laporan Keuangan Terhadap Kesinkronan dan

Risiko Crash Harga Saham. Ringkasan DIsertasi UJian Terbuka, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Shleifer, A., & Vishny, R. (1997). A Survey of Corporate Governance. Journal of Finance, Vol. 52, 737-783. Siagian, F. T. (2011). Ownership Structure and Governance Implementation: Evidence from Indonesia. International Journal of Business,

Humanities and Technology, Vol. 1, No. 3, 187-202. Siagian, F. T., Siregar, S. V., & Rahadian, Y. (2013). Corporate Governance, Disclosure Quality, Ownership Structure, and Firm Value.

Journal of Accounting in Emerging Economics, Vol. 3, Issue 1, 4-20. Sthienchoak, J. (2013). Valuing Corporate Governance in Politically Connected Firms: A Study of Thailand. Thesis. Susilo, F. A. (2013). Pengaruh Moderasi Ukuran Perusahaan, Kualitas Audit, dan Prediksi Kebangkrutan Terhadap Hubungan antara Tingkat

Pengungkapan Laporan Tahunan Serta Hubungan Politik terhadap Cost of Equity Capital. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Vermonte, P. J. (2012). Mendanai Partai Politik: Problem dan Beberapa Alternatif Solusinya. Analisis CSIS, Vol. 31, No. 1, 82-94. Villalonga, B., & Amit, R. (2006). How Do Family Ownership, Control and Management Affect Firm Value? Journal of Financial

Economics, Vol. 80, 285-417. Wulandari, T. (2012). Analisis Pengaruh Political Conncetion dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan . Skripsi, Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Analisis pengaruh.…, Bayu Wirawan Winata, FE UI, 2014