Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, GDP, dan Inflasi Terhadap …€¦ · magang. Terima kasih atas...
Transcript of Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, GDP, dan Inflasi Terhadap …€¦ · magang. Terima kasih atas...
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH IHSG, SBI, KURS, PDB, DAN
INFLASI TERHADAP KINERJA REKSADANA
PENDAPATAN TETAP
Oleh :
HASTRI NURDIANTI
NIM : 106081002421
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
ANALISIS PENGARUH IHSG, SBI, KURS, PDB, DAN INFLASI
TERHADAP KINERJA REKSADANA PENDAPATAN TETAP
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
HASTRI NURDIANTI
NIM : 106081002421
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indoyama Nasarudin, SE., MAB
NIP 196902032001121003 NIP 197411272001121002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H/2010
i
Hari ini Tanggal 8 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilaksanakan
Ujian Komprehensif atas nama Hastri Nurdianti NIM : 106081002421 dengan
judul skripsi “Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi terhadap
Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap”. Memperhatikan penampilan
Mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Maret 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Herni Ali HT, SE., MM Suhendra, S.Ag.,MM
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
ii
Hari ini Tanggal 28 Bulan April Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilaksanakan
Ujian Skripsi atas nama Hastri Nurdianti NIM : 106081002421 dengan judul
skripsi “Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi terhadap
Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap”. Memperhatikan penampilan
Mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 April 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indoyama Nasarudin, SE., MAB
NIP 19690203 200112 1 003 NIP 19741127 200112 1 002
Penguji Ahli I,
Dr. Pudji Astuty, SE, MM NIP : 19770122 2003 121 001
Penguji Ahli II,
Arief Mufraini, Lc, Msi NIP : 19770122 2003 121 001
iii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh IHSG, SBI, kurs, PDB, dan inflasi terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap. Penelitian ini menggunakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) bulanan reksadana pendapatan tetap yang terdaftar di Bapepam-LK, serta data bulanan IHSG dari Bursa Efek Indonesia dan data bulanan SBI, kurs, PDB, inflasi yang diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia. Dengan menggunakan metode purposive sampling terpilih tiga reksadana pendapatan tetap yang masih aktif dan selalu ada selama enam tahun penelitian untuk dianalisis sebagai sampel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel SBI,Kurs,PDB,Inflasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap. Dan variabel SBI dan PDB yang paling signifikan untuk mempengaruhi kinerja reksadana pendapatan tetap.Sedangkan variabel IHSG tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap. Kata Kunci : Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap, IHSG, SBI, kurs, PDB, inflasi
vi
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of IHSG, SBI, exchange rate, GDP, and inflation toward the performance of Fixed Income Mutual Funds. This research uses the Net Asset Value (NAV) monthly Fixed Income Mutual Funds that registered in Bapepam-LK, monthly data of IHSG that registered in the Indonesia Stock Exchange and monthly data of SBI, exchange rate, GDP, and inflation was got from monthly report of Bank Indonesia. By using the purposive sampling method was chosen three fixed-income mutual funds are still active and always exist during six years of research to analyze the sample. Statistical tests used in this study is Multiple Regression Test. The results of this study indicate that SBI, exchange rate, GDP and inflation variables significantly affect the performance of fixed-income mutual funds. And SBI and GDP are most significantly affect the performance of fixed-income mutual funds. Meanwhile, IHSG variables have no significant influence on the performance of fixed-income mutual funds. Keywords: Fixed Income Mutual Fund Performance, IHSG, SBI, exchange rate, GDP, inflation
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat dan karunia serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Pengaruh IHSG, SBI, kurs, PDB, dan Inflasi terhadap
Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap”. Tak lupa shalawat serta salam penulis
haturkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang membawa kita dari jaman
jahiliyah ke jaman yang penuh ilmu pengetahuan.
Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh
ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Konsentrasi Keuangan,
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan pengetahuan yang
penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan
kekurangan yang ditemui dalam skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga
terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini,
secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Keluarga besarku yang senantiasa membantu, mendukung, dan mendoakan
penulis, hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Motivasi dari kalian
bagai mata air yang tak pernah kering bagi penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. selaku dosen pembimbing I yang
senantiasa ikhlas meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.
3. Bapak Indoyama Nasarudin, SE., MAB selaku dosen pembimbing II yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan
viii
mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar
bagi penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial yang secara tidak langsung telah mengarahkan dan memotivasi
selama penulis menggali ilmu di FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Segenap dosen pengajar yang telah mengajarkan ilmu manajemen dari
pengantar sampai lanjutan.
6. Segenap tata usaha FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Ibu
Siska, Pak Rahmat, Ibu Umi, Pak Heri yang telah membantu penulis
dalam mengurus kebutuhan administrasi dan lain-lain.
7. Teman-teman FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2006
Manajemen C dan Keuangan A yang selalu ada dalam suka maupun duka
serta memberikan motivasi selama masa perkuliahan. Khususnya Hery
Hardjanto teman seperjuangan dalam banyak hal, Firman, Arifin, Nita,
Murni, Shanti, Sendhot.
8. Kakak-kakakku : Mbak Ana, Kak Karyawansyah, Kak Bani, Kak Dani,
Kak Herman, Kak Herawan yang rajin banget nanyain perkembangan
skripsi.
9. Staf Kantor KUIN MART Ciputat tempat penulis melakukan kegiatan
magang. Terima kasih atas segala ilmu dan kepercayaan yang diberikan
kepada penulis selama melaksanakan magang.
10. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan
telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih
banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil
penelitian ini.
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, baik manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi, para pembaca
ix
yang tertarik dengan penelitian tentang kinerja reksadana pendapatan tetap
serta bagi penulis sendiri sebagai proses pengembangan diri.
Jakarta, Maret 2010
Penulis
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
1 Kerangka Pemikiran 60
2 Mekanisme Reksadana 77
3 Grafik Rata-Rata Nilai Aktiva Bersih Per Unit 80
4 Grafik Rata-Rata Hasil Return dan Standar Deviasi 81
5 Rata-Rata Kinerja Niaga Pendapatan Tetap B 83
6 Rata-Rata Kinerja Schroder Dana Mantap Plus 83
7 Rata-Rata Kinerja Trimegah Dana Tetap 84
8 Output Uji Normalitas Analisis Histogram 88
9 Output Uji Normalitas Analisis Grafik 89
10 Output Uji Heterokedastisitas 93
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1 Contoh Hasil Lelang SBI Target Lelang Rp 5
Miliar
38
2 Penelitian Sebelumnya 55
3 Daftar Reksadana Pendapatan Tetap
(Januari 2003 s/d Desember 2008)
78
4 Daftar Reksadana Pendapatan Tetap yang
Terpilih untuk Penelitian
79
5 Rata-Rata Nilai Aktiva Bersih Per Unit 80
6 Rata-Rata Hasil Return dan Standar Deviasi 81
7 Rata-Rata Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap
Metode Sharpe (Januari 2003 s/d Desember 2008)
82
8 Nilai Rata-rata IHSG, SBI, KURS, PDB,
INFLASI dan Kinerja RDPT 85
9 Output Uji Normalitas Analisis Statistik 90
10 Output Uji Multikolinearitas 91
11 Output Uji Autokorelasi 92
12 Tabel Durbin Watson Test Bound 92
13 Output Uji Glejser pada Uji Heteroskedastisitas 94
14 Output Uji t 95
15 Output Uji F 97
16 Output Uji Koefisien Determinasi 98
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Nilai NAV/UNIT Reksadana Pendapatan
Tetap Periode Januari 2003 s/d Desember
2008
108
2 Hasil Return dan Standar Deviasi Reksadana
Pendapatan Tetap Periode Januari 2003 s/d
Desember 2008
110
3 Hasil Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap
Metode Sharpe dan Nilai IHSG, SBI, Kurs,
PDB, dan Inflasi Periode Januari 2003 s/d
Desember 2008
113
4 Uji Normalitas 123
5 Uji Multikolinearitas 125
6 Uji Autokorelasi 127
7 Uji Heterokedastisitas 127
8 Analisis Regresi 129
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................i DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................iv ABSTRAK ................................................................................................................vi KATA PENGANTAR..............................................................................................viii DAFTAR GAMBAR................................................................................................xi DAFTAR TABEL ....................................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xiii DAFTAR ISI.............................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1 B. Perumusan Masalah...............................................................................9 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................10 D. Manfaat Penelitian .................................................................................10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teoritis ..................................................................................................11 1. Pengertian Investasi dan Pasar Modal ....................................... 11 2. Peranan Pasar Modal ................................................................... 14 3. Macam-Macam Pasar Modal....................................................... 17 4. Manfaat Pasar Modal ................................................................... 20 5. Return and Risk ............................................................................ 21 6. Pengertian Reksadana .................................................................. 22 7. Jenis-Jenis Reksadana .................................................................. 23 8. Manfaat dan Risiko Reksadana................................................... 26 9. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Reksadana ........................... 27 10. Reksadana Pendapatan Tetap ..................................................... 28 11. Mengukur Kinerja Reksadana .................................................... 29 12. Pengertian IHSG, SBI, kurs, PDB, dan inflasi........................... 33
B. Penelitian Terdahulu ...........................................................................51 C. Kerangka Pemikiran ...........................................................................58 D. Pengembangan Hipotesis.....................................................................61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................63 B. Metode Pengumpulan Data.................................................................63 C. Metode Analisis Data...........................................................................64
xiv
xv
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................72 B. Analisis dan Pembahasan....................................................................78
1. Analisis Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap .........................78 2. Return dan Standar Deviasi Reksa Dana Pendapatan Tetap....79 3. Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap dengan Metode Sharpe82 4. Deskriptif Variabel ........................................................................84 5. Pengujian Asumsi Klasik ..............................................................88
a. Uji Normalitas.........................................................................88 b. Uji Multikolinieritas ...............................................................90 c. Uji Autokorelasi ......................................................................92 d. Uji Heteroskedastissitas .........................................................93
6. Pengujian Statistik........................................................................95 a. Pengaruh variabel IHSG, SBI, KURS, PDB, dan
INFLASI terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap (Uji t) ........................................................................................95
b. Pengaruh variabel IHSG, SBI, KURS, PDB, dan INFLASI terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap (Uji F )......................................................................................97
c. Pengujian Koefisien Determinasi (Adjust R-Square) .........98 d. Pengujian Koefisien Regresi ..................................................98
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan...........................................................................................103 B. Implikasi ...............................................................................................104
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................105
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................108
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
11 April 2005-Redemption Obligasi, ”Gempa”Reksa Dana Sejak akhir
tahun 2004 beberapa indikator telah menunjukkan adanya kemungkinan
perubahan trend suku bunga. Misalnya, kenaikan suku bunga di Amerika
Serikat, China, Australia dan Negara-negara Eropa. Sepanjang tahun 2004
bank sentral AS (The Fed) telah menaikan Fed Fund Target Rate sebesar 1,25
persen.Tingginya harga minyak mentah juga menjadi indikator kenaikan
inflasi yang sejalan rencana kenaikan harga BBM yang telah didengungkan
pemerintah sejak akhir 2004. Sayangnya, kebijakan suku bunga Bank
Indonesia melalui SBI tidak memberikan konfirmasi akan hal ini. Dengan
perubahan SBI yang sangat tidak signifikan sampai akhir maret lalu, BI
seolah-olah menunjukkan kepada pasar bahwa suku bunga tidak akan naik. Ini
memberikan sinyal yang tidak jelas kepada pelaku pasar.
Akibat optimisme yang berlebihan, banyak pelaku pasar yang
memburu obligasi. Harga obligasipun terus naik sampai mencapai puncaknya
pada bulan Januari 2005. Kenaikan harga obligasi juga didorong oleh
masuknya dana baru ke reksa dana dalam jumlah yang sangat besar. Beberapa
manager investasi ”terpaksa” membeli obligasi yang telah over valued tersebut
meski sebenarnya mereka mempunyai pilihan untuk membeli obligasi dengan
tenor pendek yang mempunyai resiko suku bunga lebih rendah dibandingkan
1
obligasi jangka panjang. Namun pilihan ini sering dilakukan untuk
menyenangkan nasabah dengan tingkat pengembalian tinggi yang diberikan
obligasi jangka panjang. Akibatnya portofolio didominasi obligasi dengan
tenor jangka panjang yang berpotensi sebagai Bom waktu. Karena suku bunga
naik, harga obligasi mengalami penurunan. Ini hal wajar karena pemilik modal
ingin yield (imbal hasil) yang sesuai. Akibatnya, banyak Reksadana
khususnya yang jenis pendapatan tetap (fixed income) yang berbasis Obligasi
Negara dijual. Penawaran membludak, dampaknya harga obligasi ini turun
dan NAB (nilai Aktiva Bersih) ikut merosot. Banyaknya “investor” reksadana
yang masih terbiasa dengan karakter produk perbankan deposito semakin
mendorong terjadinya Redemption (penarikan unit penyertaan reksadana oleh
nasabah) besar-besaran plus “kehebohan2” akibat salah paham nasabah. “Ini
kan “pendapatan tetap” tetapi kok nilai investasi saya malah minus”? Padahal
yang “berpendapatan tetap” adalah kupon obligasi yang dibayarkan secara
berkala oleh penerbit obligasi (emiten) kepada investor/pemegang surat
berharga itu.
Adapun harga obligasi berfluktuasi sesuai dengan kondisi pasar.
“Gempa” ini direspon BI dengan Intervensi Bank Indonesia yang mencoba
meredam gejolak dengan membeli obligasi Negara Rp. 4,306 triliun di pasar.
Namun ternyata tak mampu meredam hasrat investor mencairkan
reksadananya.Akibat Redemption ini, per 11-April 2005 total dana turun
sebesar Rp.18 trilliun dari posisi akhir Januari 2005. (Sumber : ”Redemption”
yang menghantui Reksa Dana-Andi Suruji, Kompas Reksa Dana dan
2
Penurunan Harga Obligasi-Reslian Pardede, Kompas “Gempa” Reksa Dana-
Susidiarto, Kompas).
September 2005, Rontoknya Reksa Dana Terpuruk sejak beberapa
bulan lalu Nilai Aktiva Bersih (NAB) bahkan tinggal setengah dibanding
posisi 2005. Bank sentral kembali mengambil langkah mengeringkan
likuiditas dengan menaikkan Giro Wajib Minimum perbankan, menaikkan BI
rate yang kemudian memicu kenaikan bunga deposito, semakin membuat
pasar obligasi di Indonesia tidak kondusif. Pasar semakin gonjang-ganjing
akibat pernyataan-pernyataan pejabat yang juga kurang kondusif. Januari 2005
data Bapepam menyebutkan NAB sebesar Rp. 108,22 triliun. Akhir Agustus
2005 NAB Rp. 62,97 triliun7 September 2005 NAB tinggal Rp. 48,44 triliun.
Dana eks reksadana masuk ke valas karena dollar terus menguat dan
deposito karena kebijakan BI yang mengakibatkan suku bungan naik.
Kebanyakan nasabah enggan membaca prospektus dan masih berjiwa sebagai
deposan. Sehingga tidak bisa menerima saat NAB turun. Kebanyakan dari
mereka merasa harus terus memperoleh keuntungan seperti layaknya deposito.
Beberapa nasabah BNI Securities yang sempat memprotes karena NAB nya
turun drastis, mengatakan tidak mau tahu kalau modal awal investasinya
tergerus. Sebab saat menandatangani kontrak, nasabah dijanjikan agen
penjualan bahwa modalnya tidak akan berkurang. Akan tetapi janji agen hanya
disampaikan secara lisan. Inilah pentingnya proses edukasi bagi setiap pelaku
dalam industri reksa dana. Ketua Bapepam Darmin Nasution mengatakan akan
memeriksa sejumlah manager investasi perusahaan reksa dana terkait dugaan
3
pelanggaran pengelolaan dana nasabah. Menurut Darmin, Bapepam memiliki
data portofolio masing masing perusahaan reksa dana sehingga mudah
melakukan penyelidikan. Dijelaskannya, pihaknya mencermati secara khusus
masalah ini, dan jika benar ada penyelewengan yang dilakukan manager
investasi, akan ditindak. Banyak pelajaran,tetapi jangan sampai ada moral
hazard (Sumber : Rontoknya Reksa Dana-Tiur Santi Oktavia, Kompas)
September 2005 Reksa Dana, Pemerintah Harus Segera Turun Tangan ikut
Berperan Aktif mempengaruhi SUN Peran edukasi, sosialisasi, Pengawasan
terus ditingkatkan agar kredibilitas industri investasi khususnya reksadana
kembali pulih dan terjaga. Karena bergairahnya kembali reksa dana adalah
untuk kepentingan bersama. (Sumber : Reksa Dana Kepentingan
Bersama,Ardhian Novianto-Kompas).
Penurunan drastis NAB, menjadikan reksa dana yang menjadi
primadona sampai Januari 2005 dengan puncak dana kelolaan Rp. 110 triliun,
sulit diharapkan bangkit ditahun 2006. Ada pengalaman, edukasi hingga
optimisme. Turunnya inflasi dan hadirnya “inovasi” reksa dana terproteksi
yang konon imbalannya sedikit lebih tinggi dari deposito tetapi pokoknya tak
berkurang mudah-mudahan akan menjadi jawaban trauma investor/nasabah
akibat turun drastis NAB. (Sumber : Reksa dana sulit kembali berjaya-Joice
Tauris Santi, Kompas)
Kejatuhan pasar saham pada Agustus 2007 disebabkan adanya krisis
subprime mortgage di Amerika Serikat. Secara definisi subprime mortgage
adalah surat utang kredit pemilikan rumah atau KPR kepada masyarakat yang
4
memiliki kualitas kredit yang rendah namun memberikan imbal hasil tinggi.
Adapun yang dimaksud dengan kualitas kredit yang rendah adalah debitur
tidak punya penghasilan pasti dan tidak memiliki asset. Subprime mortgage
sendiri merupakan salah satu jenis produk dari Asset Backed Securities. Apa
yang dimaksud dengan ABS-Asset Backed Securities? ABS adalah efek utang
beragunan asset yang dapat diperjual belikan investor di pasar obligasi (dapat
berupa KPR, KKB-Kredit Kendaraan Bermotor, Kartu Kredit) Aset-aset
berupa piutang ini mengalami proses sekuritisasi sehingga menjadi efek.
Proses sekuritisasi sebagai berikut :
1. Ada penjualan kumpulan piutang oleh kreditor yaitu bank ataupun
lembaga keuangan yang mempunyai asset keuangan.
2. Kreditor asal ini kemudian menunjuk perseroan terbatas (pihak ketiga)
yang berbentuk Special Purpose Vehicle (SPV) untuk membeli asset
keuangan dari kreditor asal.
3. SPV menerbitkan surat hutang atau surat partisipasi yang pembayarannya
terutama bersumber dari kumpulan surat piutang. Surat inilah yang
disebut dengan ABS (Asset Backed Securities). Penawaran ABS ini dapat
dilakukan baik melalui private placement ataupun penawaran publik pada
investor.
ABS sampai saat ini belum bisa diterapkan di Indonesia.
Permasalahan utama karena UU Perseroan Terbatas di Indonesia belum
mengatur mengenai bentuk special purpose vehicle (SPV). Tahun 2003
Badan Pengawas Pasar Modal/Bapepam akhirnya mengatur mengenai SPV
5
melalui peraturan Bapepam No.IX.K.I tentang Pedoman Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragunan Asset (Asset Backed Securities) sebagaimana
dimuat dalam Surat keputusan(SK) Ketua Bapepam Nomor Kep-28/PM/2003
tanggal 21 Juli 2003. Pada Peraturan ini dijelaskan bahwa SPV untuk ABS di
Indonesia menggunakan bentuk Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragunan
Aset (KIK-EBA). Dari segi investor sendiri, investasi di KIK EBA akan
mendatangkan keuntungan berupa imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan
SUN atau obligasi korporasi. (Sumber:ABS Sebagai Instrumen
Investasi,Priyo Santoso-Kompas)
Harga obligasi rupiah akhirnya mengalami pemulihan minggu lalu
setelah tertekan sejak Juli 2007. Kenaikkan harga tersebut mengindikasikan
pasar obligasi domestik telah melewati titik terdalam pada potret lembah
pergerakan harga dalam episode krisis finansial global 2007-2008. Selisih
yield antara SUN dan US Treasury berjangka waktu sama-sama 10 tahun
bertambah lebar dari waktu ke waktu sejak September 2007, saat ini
mencapai 9 persen, ini menarik investor lokal membeli obligasi SUN.
Pemerintah sangat diharapkan bisa menjaga kondisi kondusif ini. (Sumber :
Obligasi Rupiah Bangkit Dari Titik Terendah,Budi Susanto –Kompas)
Pasar Modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bias diperjual belikan, baik dalam
bentuk hutang maupun modal sendiri. Pasar Modal Indonesia dalam beberapa
tahun terakhir berkembang cukup dinamis. Kedinamisan tersebut salah
6
satunya ditandai dengan berkembangnya secara pesat Reksa Dana berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif (KIK) di Pasar Modal Indonesia.
Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat
pemodal khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki waktu
dan keahlian untuk menghitung resiko atas investasi mereka. Menurut
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 telah
diberikan definisi “Reksa Dana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh manajer investasi”. Dengan kata lain, Reksa Dana
merupakan wadah berinvestasi secara kolektif untuk ditempatkan dalam
portofolio berdasarkan kebijakan investasi yang ditetapkan oleh fund manajer
atau manajer investasi.
Salah satunya yang bisa dipertimbangkan menaikkan portofolio di
pasar modal adalah reksa dana pendapatan tetap. Reksa dana pendapatan tetap
adalah reksa dana yang investasinya fokus pada instrumen pendapatan tetap
yaitu obligasi. Jenis reksa dana pendapatan tetap mengandalkan
penghasilannya dari tingkat suku bunga (kupon) yang sifatnya stabil dari
instrumen obligasi tersebut. Komposisi investasi reksa dana pendapatan tetap
bisa berbanding 80% investasi pada obligasi dan sisanya 20% pada instrumen
perbankan seperti tabungan dan deposito.
Setelah sempat menuai badai pencairan yang cukup besar pada pasar
reksa dana berbasis obligasi akibat penurunan harga obligasi secara signifikan
pada 2005 sebagai dampak langsung dari kenaikan tingkat suku bunga SBI,
7
maka sebaliknya tren penurunan suku bunga sepanjang 2006 mengakibatkan
naiknya nilai obligasi di pasar, sehingga berdampak terhadap peningkatan
kinerja reksa dana pendapatan tetap.
Karena itu reksa dana pendapatan tetap masih dapat menjadi sarana
investasi yang layak dipertimbangkan. Contohnya, reksa dana yang sebagian
besar portofolio investasi dialokasikan pada obligasi pemerintah Republik
Indonesia.
Baik buruknya suatu investasi tidak terlepas dari faktor-faktor lain
yang mempengaruhinya, faktor-faktor yang diduga memiliki pengeruh
terhadap kinerja reksadana adalah IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan),
tingkat suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), perubahan kurs mata
uang (Rupiah terhadap Dollar), tingkat PDB suatu negara, dan tingkat inflasi
dalam negeri. Faktor-faktor tersebut secara teoritis sangat berkaitan dengan
kinerja portofolio reksadana sehingga diharapkan dapat menjadi indikator
kuat bagi investor untuk mengetahui kinerja reksadana pendapatan tetap.
Penting bagi para pelaku investasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
yang diberikan oleh faktor-faktor tersebut, agar para pelaku investasi
terutama yang melakukan investasi pada reksadana pendapatan tetap dapat
mengambil keputusan investasi yang lebih tepat ataupun melakukan antisipasi
lebih lanjut terkait keputusan investasinya pada saat terjadi perubahan yang
signifikan pada faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu penulis mengambil
judul skripsi, “Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi
Terhadap Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap”.
8
B. Perumusan Masalah
Untuk berinvestasi dalam reksadana perlu melihat beberapa indikator
makro ekonomi sebagai tolok ukur kinerja reksadana terebut. Oleh karena itu
kita perlu mengetahui sejauh mana fakto-faktor seperti IHSG, SBI, kurs, PDB
dan inflasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana
pendapatan tetap. Maka yang menjadi perumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana kinerja reksadana pendapatan tetap setiap bulannya
berdasarkan Metode Sharpe.
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari IHSG, SBI, Kurs, PDB,
dan inflasi terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap.
3. Variabel manakah yang memberikan pengaruh paling dominan terhadap
kinerja reksadana pendapatan tetap.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas meka tujuan penelitian ini adalah :
1. Memberi penjelasan mengenai kinerja reksadana pendapatan tetap
berdasarkan data NAB (bulanan), return dan risiko (bulanan).
2. Menganalisa pengaruh yang signifikan IHSG, SBI, kurs, PDB, dan inflasi
terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap.
3. Menganalisa variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap kinerja
reksa dana pendapatan tetap.
9
10
D. Manfaat Penelitian
a. Dunia investasi :
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk menentukan
strategi yang tepat dalam menanamkan investasi di reksadana pendapatan
tetap.
b. Dunia akademisi :
Sebagai kontribusi pada pengembangan teori, terutama yang berkaitan
dengan manajemen keuangan, khususnya mahasiswa, penelitian ini akan
menambah keragaman referensi atas fakta-fakta ekonomi di Indonesia.
c. Penulis :
Motivasi untuk mengembangkan pengetahuan dan mengaktualisasikan
keilmuan yang diperoleh di bangku kuliah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teoritis
1. Pengertian Investasi dan Pasar Modal
a. Pengertian Investasi
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva
yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan
mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Keputusan
penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu
entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dalam arti luas
terdiri dari 2 bagian utama, yaitu : investasi dalam bentuk aktiva riil
(real assets) dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau
sekuritas (marketable securities atau fiancial assets). Aktiva riil adalah
aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real
estate. Sedangakan aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang
pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh
suatu entitas. (Sunariyah, 2006 : 4)
Pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah
entitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : investasi langsung
(direct investing) dan investasi tidak langsung (indirect investing).
Investasi langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat
berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah
11
go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa
penghasilan dividen dan capital gains. Sedangkan investasi tidak
langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki
diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment
company) yang berfungsi sebagai perantara. Pemilikan aktiva tidak
langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan terdaftar, yang
bertindak sebagai perantara atau intermediary. Dalam peranannya
sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara (pialang)
mendapatkan dividen dan capital gain seperti halnya dalam invesatsi
langsung, selain itu juga akan memperoleh penerimaan berupa capital
gain atas hasil perdagangan portofolio yang dilakukan oleh perusahaan
perantara tersebut. (Sunariyah, 2006 : 4)
b. Pengertian Pasar Modal
Menurut Iskandar Z. Alwi (2003 : 14), secara formal pasar
modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang diperjualbelikan, baik dalam bentuk
hutang ataupun modal sendiri, yang diterbitkan oleh pemerintah, public
authorities, maupun perusahaan swasta. Pasar modal dalam arti sempit
adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek-efek
diperdagangkan. Bursa efek adalah suatu sistem yang terorganisasi
yang mempertemukan penjual dan pembeli efek, yang dilakukan baik
secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya.
12
Selanjutnya, definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang
dan Modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan
pihak yang menawarkan dan pihak yang memerlukan dana jangka
panjang, yaitu jangka waktu satu tahun ke atas. Abstrak dalam
pengertian pasar modal berarti transaksi dilakukan melalui mekanisme
over the counter (OTC). Menurut David L. Scott, pasar modal adalah
pasar untuk dana jangka panjang tempat saham biasa, saham preferen
dan obligasi diperdagangkan.
Menurut Sunariyah (2006 : 5), pengertian pasar modal secara
umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk
didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara
di bidang kauangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang
beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat,
berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham,
obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai
jasa para perantara pedagang efek.
Pasar modal yang diuraikan disini adalah tempat pertemuan
antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah
para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang
mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam
surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu
pula perusahaan (entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat
berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di
13
pasar modal sebagai emiten. Dengan wawasan yang luas, proses
transaksi pada dasarnya tidak dibatasi oleh lokasi dan dinding gedung
pasar modal, mengingat transaksi dapat terjadi dimanapun juga.
Meskipun demikian, dalam rangka menciptakan iklim usaha
yang sehat dan dapat dipercaya, maka transaksi diatur dalam kerangka
sistem yang terpadu di bawah kendali suatu pasar modal yang secara
legal dijamin oleh undang-undang negara, maka transaksi investasi
tidak akan terlaksana dan tidak akan menghasilkan iklim yang
kondusif. Jaminan yang diberikan negara akan mendorong pasar modal
menjadi efisien.
Menurut Prof. Dr. Ahmad Rodoni (2008 : 40), pasar modal
adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang (dana yang
jatuh temponya lebih dari 1 (satu) tahun) dan merupakan pasar yang
konkret.
2. Peranan Pasar Modal
Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang
pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara
lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang
bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan
entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Terkecuali
dalam negara dengan perekonomian sosialis ataupun tetutup, pasar modal
bukanlah suatu keharusan. (Sunariyah, 2006 : 7)
14
Seberapa besar peranan pasar modal dalam suatu negara dapat
dilihat dari 5 (lma) segi sebagai berikut ini:
1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual
untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang
diperjualbelikan. Ditinjau dari segi lain, pasar modal memberikan
kemudahan dalam melakukan transaksi sehingga keua belah pihak
dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka (pembeli dan
penjual bertemu secara tidak langsung). Pada dewasa ini, kemudahan
tersebuut dapat dilakukan dengan lebih sempurna setelah adanya
sistem perdagangan efek melalui fasilitas perdagangan berkomputer.
2) Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk
menentukan hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan
mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para
pemodal. Pasar modal menciptakan peluang bagi perusahaan untuk
memuaskan keinginan para pemegang saham, kebijkan dividen dan
stabilitas harga sekuritas yang relatif normal. Pemuasan yang diberikan
kepada pemegang saham tercermin dalam harga sekuritas. Tingkat
kepuasan hasil yang diharapkan akan menentukan bagaimana pemodal
menanam dananya dalam surat berharga atau sekuritas dan tingkat
harga sekuritas di pasar mencerminkan kondisi perusahaan.
3) Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual
kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan
beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat
15
berharga yang dimiliki tersebut pada setiap saat. Apabila pasar modal
tidak ada, maka investor terpaksa harus menunggu pencairan surat
berharga yang dimilikinya sampai dengan saat likuidasi perusahaan.
Keadaan semacam ini akan menjadikan investor kesulitan menerima
uangnya kembali, bahkan tertunda-tunda dan berakibat menerima
risiko rugi yang sulit diprediksi sebelumnya. Eksistensi operasi pasar
modal memberikan kepastian dalam menghindarkan risiko rugi, yang
pada dasarnya tidak seorangpun investor yang bersedia menanggung
kerugian tersebut. Jadi, operasi pasar modal dapat menghindarkan
ketidakpastian dimasa datang dan segala bentuk risiko dapat
diantisipasi sebelumnya dengan baik.
4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat
berpenghasilan kecil mempunyai kesempatan untuk
mempertimbangkan alternatif cara penggunaan uang mereka. Selain
menabung, uang dapat dimanfaatkan melalui pasar modal dan beralih
ke investasi yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan
publik. Apabila sebagian kecil saham tersebut sedikit demi sedikit
berkembang dan meningkat jumlahnya maka ada kemungkinan bahwa
masyarakat dapat memiliki saham mayoritas.
5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
Bagi para pemodal, keputusan investasi harus didasarkan pada
tersedianya informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Pasar modal
16
dapat menyediakan kebutuhan terhadap iformasi bagi para pemodal
secara lengkap, yang apabila hal tersebut harus dicari sendiri akan
memerlukan biaya yang sangat mahal. Dengan adanya pasar modal
tersebut biaya memperoleh informasi ditanggung oleh seluruh pelaku
pasar bursa, yang dengan sendirinya akan jauh lebih murah. Biaya
informasi tersebut diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1) biaya pencarian (search costs) informasi tentang perusahaan
(emiten). Termasuk didalamnya adalah biaya eksplisit, seperti
biaya iklan untuk mengumumkan jual/beli saham. Disamping itu,
harus diperhitungkan pula adanya biaya implisist, seperti waktu
mencari calon pembeli atau calon investor.
2) biaya informasi termasuk mencari informasi tentang kelebihan atau
dkielemahan surat berharga. Misalnya, dividen dari suatu saham
perusahaan. Dalam pasar modal yang efisien informasi itu
dicerminkan dalam harga saham.
3. Macam-Macam Pasar Modal
Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat
dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan
sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekurutas tersebut
diperjualbelikan. (Sunariyah, 2006 : 12) Jenis-jenis pasar modal tersebut
ada beberapa macam, yaitu:
17
a. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah : “Penawaran saham dari perusahaan
yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang
ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar
sekunder”. Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa pasar perdana
merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau
sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran
umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di
pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang
akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan
yang bersangkutan. Peranan penjamin emisi pada pasar perdana selain
menentukan harga saham, juga melaksanakan penjualan saham kepada
masyarakat sebagai calon pemodal.
b. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham
setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar
sekunder dimana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas,
setelah melalui penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar
sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli
dan penjual. Perdagangan pasar sekunder bila dibandingkan dengan
pasar perdana mempunyai volume perdagangan yang jauh lebih besar.
Jadi, dapat disimpulkan, bahwa pasar sekunder merupakan pasar yang
memperdagangkan saham sesudah melewati pasar perdana. Sehingga
18
hasil penjualan saham disini tidak lagi masuk modal perusahaan,
melainkan masuk ke dalam kas para pemegang saham yang
bersangkutan.
c. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagagan saham atau sekuritas
lain di luar bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan
suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek
resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh
Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina
oleh Badan Pengawas Pasar Modal. Jadi, dalam pasar ketiga ini tidak
memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading
(lantai bursa). Operasi yang ada dalam pasar ketiga berupa pemusatan
informasi yang disebut “ trading information”. Informasi yang
diberikan dalam pasar ini meliputi : harga-harga saham, jumlah
transaksi, dan keterangan lainnya mengenai surat berharga yang
bersangkutan. Dalam sistem perdagangan ini pialang dapat bertindak
dalam kedudukan sebagai pemegang efek maupun sebagai perantara
pedagang.
d. Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar
pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang
saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perentara pedagang efek.
Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan
19
dalam jumlah besar (block sale). Meskipun transaksi pengalihan saham
tersebut terjadi secara langsung antara pemodal satu dengan pemodal
lain, mekanisme kerja dalam pasar modal menghendaki pelaporan
terhadap transaksi block sale tersebut kepada Bursa Efek secara
terbuka. Jadi, pada akhirnya transaksi antar pemodal tersebut harus
dicatatkan pula di bursa efek. (Sunariyah, 2006 : 15)
4. Manfaat Pasar Modal
Menurut Iskandar Z. Alwi (2003 : 18), pasar modal menawarkan
beberepa manfaat bagi pemerintah, dunia usaha, dan investor. Manfaat ini
adalah :
a. Pasar modal adalah sumber pendapatan bagi negara karena perusahaan
yang go public membayar pajak kepada negara.
b. Bagi dunia usaha (perusahaan), pasar modal dapat menjadi alternatif
penghimpunan dana, selain dari sistem perbankan dari masyarakat,
untuk membiayai kehidupan perusahaan.
c. Pasar modal adalah leding indicator bagi trend ekonomi negara.
d. Pasar modal memungkinkan pemodal melakukan diversifikasi
investasi, membentuk portofolio sesuai dengan risiko yang ia bersedia
tanggung dan tingkat keuntungan yang diharapkannya.
e. Pasar modal menciptakan iklim yang sehat bagi perusahaan, karena
menyebarkan pemilikan, keterbukaan dan profesionalisme.
f. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, membuka peluang bagi
kontrol sosial oleh masyarakat pemodal dan pemerintah.
20
g. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
5. Return and Risk
a. Hasil yang Diharapkan (Expected Return)
Kalau kita mengatakan bahwa suatu investasi mempunyai
risiko, berarti bahwa investasi tersebut tidak akan memberikan
keuntungan yang pasti. Oleh karena itu, investor perlu memperkirakan
langsung hasil yang diharapkannya.
Dalam meramal hasil portofolio yang diharapkan, investor
menggunakan beberapa variabel. Anggap saja, bahwa investor
menghendaki investasi pada suatu perusahaan. Maka investor terlebih
dahulu harus melakukan estimasi hasil yang diharapkan. Formula
untuk menghitung estimasi hasil yang diharapkan adalah sebagai
berikut (Iskandar Z. Alwi, 2003 : 128) :
keterangan :
E (R1) = Hasil yang diharapkan
DIV1 = Dividen yang diharapkan perlembar saham
P1 = Harga yang diharapkan pada akhir tahun pertama
P0 = Harga saham sekarang (harga pasar)
E (R1) = DIV
b. Risiko Portofolio yang diharapkan
Yang dimaksud dengan risiko portofolio adalah kemungkinan
bahwa hasil yang diharapkan dari investasi berbeda dengan hasil yang
dicapai. Markowitz menyatakan bahwa risiko yang diharapkan
tergantung pada keanekaragaman kemungkinan hasil yang diharapkan.
1 + (P1 – P0) P0
21
untuk mengukur risiko yang diharapkan digunakan standar deviasi.
Standar deviasi dalam matematika digunakan untuk mengukur tingkat
penyimpangan. Secara statistika, standar deviasi yang digunakan untuk
mengukur risiko yang diharapkan adalah sebagai berikut (Sunariyah,
2006 : 198) :
Dimana :
σ = Standar deviasi hasil yang diharapkan
P = Probabilitas kejadian dari setiap hasil yang diharapkan
r = Kemungkinan tingkat hasil
E (r) = Hasil yang diharapkan
σ = ∑ P [r – E (r) ]2
6. Pengertian Reksadana
Reksadana dapat diartikan sebagai suatu wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. (Ps. 1, UU
PM dalam Dwina Septiani, 2003 : 20)
Dalam Kamus Keuangan Reksadana didefinisikan sebagai
portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai
perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada
masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai
aktiva bersihnya. (Adler Haymans Manurung, 2008 : 1)
Reksadana merupakan perusahaan yang menanamkan modalnya
dalam berbagai portofolio saham yang beragam (diversified portofolio).
22
Seorang investor yang melakukan investasi dapat menaikkan keuntungan
yang diharapkan (expected return) dan menimalkan risiko. Sebagai suatu
perusahaan, reksadana memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan
perusahaan lain yang berbentuk PT. (Ahmad Rodoni, 2008 : 79)
Reksadana merupakan kumpulan saham-saham, obligasi-obligasi
atau sekuritas lainnya yang dimiliki oleh sekelompok pemodal dan
dikelola oleh perusahaan investasi profesional. Dana yang diinvestasikan
pada reksadana dari pemodal akan disatukan dengan dana yang berasal
dari pemodal lainnya untuk menciptakan kekuatan membeli yang jauh
lebih besar dibanding mereka harus melakukan investasi sendiri.
(Sunariyah, 2006 : 234)
7. Jenis-Jenis Reksadana
Membedakan reksadana dapat dilakukan dengan melihat beberapa
sudut pandang, antara lain, sebagai berikut (Iskandar Z. Alwi, 2003 : 144-
145):
Reksadana dilihat dari bentuk badan hukum :
a. Reksadana berbentuk perseroan (Corporate Type). dalam bentuk
reksadana ini, perusahaan penerbit reksadana menghimpun dana
dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan
tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan
di pasar modal dan di pasar uang. Reksadana bentuk perseroan
dibedakan lagi berdasarkan sifaatnya menjadi reksadana perseroan
yang tertutup, dan reksadana perseroan yang terbuka.
23
b. Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif (Contractual Type).
Reksadana bentuk ini merupakan kontrak antara manajer investasi
dengan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan.
Dalam hal ini manajer investasi diberi wewenang intuk mengelola
portofolio investasi kolektif dan bank kustodian diberi wewenang
untuk melaksanakan penitipan kolektif. Bentuk inilah yang lebih
populer dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan dengan
reksadana yang berbentuk perseroan. Bentuk ini bercirikan :
1) bentuk hukumnya adalah kontrak investasi kolektif
2) pengelolaan reksadana dilakukan oleh manajer investasi
berdasarkan kontrak
3) penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh bank
kustodian berdasarkan kontrak.
Reksadana dilihat dari sifatnya :
a. Reksadana bersifat tertutup (closed-end funds). Ini adalah reksadana
yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual pada
pemodal. Artinya, pemegang saham tidak dapat menjual kembali
sahamnya kepada manajer investasi. Apabila pemilik saham hendak
menjual sahamnya, hal ini harus dilakukan melalui bursa efek tempat
saham reksadana bersangkutan dicatatkan.
b. Reksadana bersifat terbuka (open-end funds). Ini adalah reksadana
yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari
pemodal sampai sejumlah modal yang sudah dikeluarkan. Pemegang
24
saham jenis ini dapat menjual kembali saham/unit penyertaannya
setiap saat apabila diinginkan. Manajer investasi reksadana, melalui
bank kustodian, wajib membelinya sesuai dengan NAB per saham/unit
pada saat tersebut.
Reksadana dilihat berdasarkan tujuan investasi
Tujuan investasi yang dimaksud adalah apakah orientasi
investasinya pada efek pasar modal atau pasar uang atau kombinasi dari
kedua-duanya. Tentunya kondisinya akan memberikan perbedaan, baik
dari segi pendapatan dan risiko maupun jangka waktu investasi. Adapun
jenis-jenis reksadana berdasarkan tujuan investasi adalah :
a. Reksadana pertumbuhan (Growth Funds). Reksadana pertumbuhan
mengkhususkan investasi pada efek pasar modal berupa saham-saham
likuid, dengan harapan dapat memberikan capital gain yang tinggi
walaupun mendapat dividen yang tidak memadai. Tentunya investasi
ini mengandung risiko yang cukup tinggi.
b. Reksadana pendapatan (Income Funds). Reksadana ini mengkhususkan
investasinya pada efek pasar modal berupa saham obligasi, terutama
efek yang dapat memberikan dividen atau bunga yang tinggi. Investasi
dalam efek saham, tentunya tim pengelola akan memperhitungkan
kemungkinan dividen yang akan diperoleh lebih tinggi dari rata-rata
dan juga dalam hal obligasi akan memperhatikan peringkat obligasi
tersebut yang tentunya diberikan oleh perusahaan pemeringkat yang
telah disetujui Bapepam.
25
c. Reksadana Pasar Uang (Money Market Funds). Investasi ini akan
dikhususkan pada instrumen pasar uang sseperti deposito, Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) maupun
berupa surat utang yang dapat memberikan pendapatan bunga lebih
tinggi, tentunya dengan memperhatikan segala kemungkinan risiko.
d. Reksadana Berimbang (Balanced Funds). Investasi ini akan
mengutamakan penganekaragaman jenis efek seperti saham, obligasi,
instrumen pasar uang dan instrumen lain dengan harapan akan
mendapatkan dividen, bunga dan capital gain. Jenis reksadana ini lebih
banyak disukai oleh pemodal karena lebih stabil.
8. Manfaat dan Risiko Reksadana
Menurut Dwina Septiani (2003 : 22) manfaat reksadana antara lain :
a. Mendapat keuntungan pajak
b. Diversifikasi dan akses investasi yang lebih luas dengan dana terbatas
c. Dapat dicairkan setiap saat
d. Risiko terkontrol dengan baik
e. Bebas dari pekerjaan Administrasi dan Analisa Investasi
f. Investasi dengan mudah dan fleksibel
g. Informasi yang transparan dan laporan yang rutin
h. Potensi keuntungan yang lebih tinggi dari tingkat bunga deposito
i. Pendapatan berkala berupa pembagian unag tunai
j. Biaya pengelolaan yang relatif lebih rendah
26
Sedangkan risiko utama reksadana antara lain sebagai berikut :
a. Risiko perubahan kondisi ekonomi dan politik
b. Risiko berkurangnya nilai Unit Penyertaan yang disebabkan oleh :
1) Perubahan harga efek
2) Perubahan tingkat bunga deposito
3) Biaya pembelian dan Penjualan Kembali
4) Wanprestasi pihak-pihak terkait
c. Risiko likuiditas
d. Risiko atas pertanggungan kekayaan reksadana
9. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Reksadana
a. Manajer Investasi
Adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio
efek untuk para nasabah dan pengelola portofolio investasi kolektif
untuk sekelompok nasabah :
1) Menyiapkan KIK, prospektus sampai efektif
2) Mengelola dana nasabah
3) Memberikan training untuk produk reksadana dan back-office
settlement
4) Memberikan ulasan pasar secara periodik
5) Data support untuk customer maintenance
6) Marketing support : ikut memasarkan produk
27
b. Bank Kustodian
Kustodian adalah lembaga yang memberikan jasa penitipan
efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek.
1) Sale keeping-Settlement-Fund Accounting/ perhitungan NAB
2) Transfer Agent
3) Data Support
c. Mitra Penjualan (misal : bank)
Dapat bertindak sebagai sponsor
1) Selling Agent
2) Client administrator
3) Melakukan promosi dan pemasaran produk
4) Memodifikasi produk hingga dapat “link” ke produk bank lainnya
(Dwina Septiani, 2003 : 23)
10. Reksadana Pendapatan Tetap
Menurut Sapto Rahardjo (2004 : 159-160), reksadana Fixed
Income adalah reksadana yang portofolio investasinya fokus pada
instrumen pendapatan tetap, seperti obligasi. Jenis reksadana pendapatan
tetap mengandalkan penghasilan dari tingkat suku bunga (kupon) yang
sifatnya stabil dari instrumen obligasi tersebut. Sebagai contoh, komposisi
investasi reksadana pendapatan tetap bisa berbanding 80% investasi pada
instrumen obligasi dan sisanya, sebanyak 20% pada instrumen pasar uang
berbentuk deposito perbankan.
28
Kebijakan investasi reksadana pendapatan tetap, biasanya
mengalokasikan dana investasinya pada instrumen obligasi yang bisa
dibeli melalui proses penawaran umum (pasar perdana) atau dengan
melakukan transaksi pembelian obligasi pada pasar sekunder ; harga
pokok obligasi bisa di atas nilai harga par (nilai nominal obligasi).
11. Mengukur Kinerja Reksadana
a. Metode Sharpe
Menurut Eko Priyo Pratomo, dkk, (2004 : 195-196),
pengukuran dengan metode Sharpe didasarkan atas apa yang disebut
premium atas risiko (risk premium). Risk premium adalah perbedaan
antara rata-rata kinerja yang dihasilkan oleh reksadana dengan rata-rata
kinerja investasi yang bebas risiko. Dalam pembahasan ini, investasi
tanpa risiko diasumsikan merupakan tingkat bunga rata-rata dari SBI.
Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai ratio risk premium
terhadap standar deviasinya :
Keterangan :
SRD = KINERJA
SRD = nilai ratio Sharpe
KinerjaRD = rata-rata kinerja reksadana sub periode tertentu
KinerjaRF = rata-rata kinerja investasi bebas risiko sub perode tertentu
σ = standar deviasi reksadana untuk sub periode tertentu.
RD-KINERJARF σ
29
Standar deviasi (σ) merupakan risiko fluktuasi reksadana yang
dihasilkan karena berubah-ubahnya laba yang dihasilkan dari sub
periode ke sub periode lainnya selama seluruh periode. Dalam teori
portofolio standar deviasi merupakan penjumlahan dari risiko pasar
(systematic risk) dan unsystematic risk.
Dengan membagi risk premium dengan standar deviasi, Sharpe
mengukur risk premium yang dihasilkan per unit risiko yang diambil.
Pengetiannya adalah sebagai berikut. Investasi pada SBI tidak
mengandung risiko dengan jaminan bunga sebesar Rf. Invesatsi pada
portofolio reksadana mengandung risiko sehingga diharapkan
menghasilkan tingkat laba yang lebih besar dari Rf. Sharpe mengukur
berapa perbedaan Rj – Rf atau risk premium yang dihasilkan untuk tiap
unit risiko yang diambil. Dengan memperhitungkan risiko, makin tinggi
nilai pengukuran Sharpe, makin baik kinerja reksadana. (Eko Priyo
Pratomo, dkk, 2004 : 195-196)
b. Metode Treynor
Pengukuran dengan metode Treynor juga didasarkan pada risk
premium, seperti halnya Sharpe. Namun, dalam Treynor digunakan
pembagi beta (β) yang merupakan risiko fluktuasi relatif terhadap
risiko pasar. Beta dalam konsep CAPM merupakan risiko sistematik
(risiko pasar). (Agus Dharma, 1997 : 148)
Pengukuran dengan metode Treynor diformulasikan sebagai berikut :
TRD = KINERJARD-KINERJARF
β
30
Keterangan :
TRD = nilai ratio Treynor
KinerjaRD = rata-rata kinerja reksadana sub periode tertentu
KinerjaRF = rata-rata kinerja investasi bebas risiko sub perode tertentu
β = slope persamaan garis hasil regresi linier
Pengukuran kinerja dengan model Sharpe dan Treynor bersifat
komplementer, karena memberikan informasi yang berbeda. Portofolio
reksadana yang tidak terdiversifikasi akan mendapat peringkat yang
tinggi untuk Treynor namun peringkatnya lebih rendah untuk
pengukuran Sharpe. Portofolio reksadana yang terdiversifikasi dengan
baik akan mempunyai ranking yang sama untuk kedua jenis
pengukuran. Perbedaan peringkat pada kedua pengukuran di atas
menunjukkan perbedaan baik buruknya diversifikasi portofolio
tersebut relatif terhadap portofolio sejenis. Oleh karenanya kedua
pengukuran tersebut sebaiknya dilakukan bersama. (Agus Dharma,
1997 : 149)
c. Metode Jensen
Sama halnya dengan metode Treynor, Jensen menggunakan
faktor beta dalam mengukur kinerja investasi suatu portofolio yang
didasarkan atas pengembangan Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Jensen mengemukakan hasil penelitiannya terhadap 115 Reksadana
dalam kurun waktu 1945-1964. Pengukuran dengan metode Jensen
menilai kinerja Manajer Investasi berdasarkan atas seberapa besar
31
Manajer Investasi tersebut mampu memberikan kinerja di atas kinerja
pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Kelebihan inilah yang
digambarkan oleh Jensen sebagai perpotongan garis regresi linier pada
sumbu y (pada grafik [KinerjaRD-KinerjaRF] vs [KinerjaP-KinerjaRF])
dan disebut dengan perpotongan Jensen dengan notasi Alfa (α).
Semakin tinggi nilai α positif, semakin baik kinerjanya. (Eko Priyo
Pratomo, dkk, 2004 : 197-198)
(KinerjaRD-KinerjaRF)=α+ x (KinerjaP-KinerjaRF) β
Ket :
α = nilai perpotongan Jensen
KinerjaRD = kinerja reksadana
KinerjaRF = kinerja investasi bebas risiko
Kinerja p = kinerja pasar
β = slope persamaan garis hasil regresi linier
Berbeda dengan pengukuran pada metode Treynor yang
menggunakan rata-rata kinerja untuk sub periode tertentu, metode
Jensen menggunakan data setiap periode (dalam hal ini mingguan) dari
waktu ke waktu. Hasil pengukuran Jensen dalam bentuk α positif yang
semakin tinggi menunjukkan kinerja yang semakin baik.
Informasi mengenai kinerja yang disertai pengukuran risiko
akan lebih bermanfaat bagi investor, karena setiap investor memiliki
toleransi risiko yang berbeda-beda, sehingga dalam memilih
32
reksadana, investor tersebut dapat menyesuaikan dengan tingkat risiko
yang dimilikinya. (Eko Priyo Pratomo, dkk, 2004 : 197-198)
12. Pengertian IHSG, SBI, kurs, PDB, dan inflasi
a. IHSG
IHSG menggambarkan suatu rangkaian informasi historis
mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai
pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan saham tersebut disajikan
setiap hari, berdasarkan harga penutupan bursa pada hari tersebut.
Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Dalam hal ini
mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja
suatu saham gabungan di bursa efek.
Indeks harga saham gabungan seluruh saham adalah suatu nilai
yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang
tercatat di suatu bursa efek. Meksud gabungan seluruh saham ini
adalah kinerja saham yang dimasukkan dalam perhitungan seluruh
saham yang tercatat di bursa tersebut (Sunariyah, 1997 : 126).
Menurut Ronny Pramulia (2009 : 30) Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) merupakan suatu indikator yang secara umum
mencerminkan kecenderungan pergerakan harga saham di Bursa Efek
Indonesia. IHSG di BEI disebut juga composite index yang dihitung
berdasarkan rata-rata tertimbang dari seluruh saham yang listing di
BEI.
33
Indeks komposit merupakan indikator yang secara umum
mencerminkan kecenderungan pergerakan harga saham di Bursa Efek.
Perhitungan Indeks Saham dilakukan secara terus-menerus dengan
berpatok pada harga saham terakhir yang terjadi di Bursa Efek yang
bersangkutan.
Pergerakan nilai indeks akan menunjukkan perubahan situasi
pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi
yang aktif, ditunjukkan dengan indeks saham yang mengalami
kenaikan. Sedangkan keadaan stabil ditunjukkan indeks harga saham
yang tetap, dan keadaan pasar lesu ditunjukkan dengan indeks harga
saham yang mengalami penurunan.
Indeks Harga Saham Gabungan / IHSG (Indeks Bursa
Indonesia) mempunyai dasar perhitungan sebagai berikut :
Indeks = Harga pasar Harga Dasar
IHSG = Nilai Pasar
Keterangan :
Nilai Pasar = Jumlah Saham Tercatat x Harga Pasar Terakhir
Nilai Dasar = Jumlah Saham Tercatat x Harga Perdana
Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali
harga pasar hari ini (kapitalisasi pasar), atau ditulis dengan formula :
x 100 Nilai dasar
Nilai Pasar =
34
Dimana :
c = Closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke-i.
n = jumlah saham yang digunakan untuk penghitungan
indeks (jumlah saham yang tercatat) untuk emiten
ke-i
N = jumlah emiten yang tercatat di BEI
Nilai dasar adalah kumulatif jumlah saham yang tercatat dikali
harga perdana. Perhitungan Indeks di BEI menggunakan metode
weighted average (pembobotan berdasarkan kapitalisasi pasar).
Kelemahannya, jika ada saham yang mempunyai jumlah saham yang
sangat besar, maka saham tersebut akan sangat mendominasi
pergerakan indeks, sehingga tidak lagi menggambarkan pergerakan
pasar secara keseluruhan. Contohnya : pada tanggal 5 April 2009,
Bank Syariah X mencatatkan saham sebanyak 217,3 miliar lembar atau
53% dari jumlah seluruh saham yang tercatat di BEI. Akibatnya bobot
Bank Syariah X sangat besar dan berpengaruh terhadap perubahan
indeks. Jika harganya berubah 1 point (Rp 25) maka indeks akan
berubah sebesar 10.862 point atau 2,75%.
b. SBI
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka
waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto/bunga.
35
SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank
Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual
SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang
beredar.
Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI
ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak
awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga
BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan
BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian
yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti
pelelangan.
Beberapa uraian penting tentang SBI dijelaskan sebagai berikut
(Khomarul Hidayat, 2006 : 43) :
1) Pengertian SBI
SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang
diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan hutang berjangka waktu
pendek dengan sistem diskonto.
2) Tujuan Penerbitan SBI
Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara
kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah
uang primer (uang kartal + uang giral di SBI) yang berlebihan
dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. SBI diterbitkan dan
dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.
36
3) Karakteristik SBI
Terdapat beberapa karakteristik SBI, antara lain : (Siamat :
2004)
a) Jangka waktu maksimum 12 bulan bulan dan sementara
diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.
b) Denominasi : dari yang terendah Rp 50 juta sampai ynag
tertinggi Rp 100 miliar.
c) Pembelian SBI oleh masyrakat minimal Rp 100 juta, dan
selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta.
d) Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai yang diperoleh dari
rumus berikut ini :
Nilai nominal x 360
360 + (Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)
e) Pembeli SBI memeroleh hasil berupa diskonto yang dibayar
di muka. Besarnya diskonto adalah nominal dikurangi dengan
nilai tunai.
f) Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final
sebesar 15%
4) Tata cara transaksi penjualan SBI
a) penjualan SBI dilakukan melalui lelang. Jumlah SBI yang akan
dilelang diumumkan setiap hari selasa
37
b) lelang dilakukan setiap hari rabu dan dapat diikuti oleh seluruh
bank umum, pialang pasar uang dan pilanag pasar modal
dengan penyelesaian transaksi hari kamis.
c) dalam pelaksanaan lelang, masing-masing peserta mengajukan
penawaran jumlah SBI yang ingin dibeli beserta tingkat
diskontonya. Pemenang lelang akan di prioritaskan pada peserta
yang mengajukan penawaran tingkat diskonto yang relatif
rendah, dengan batasan atas jumlah SBI yang dilelang. Contoh
ada 6 peserta lelang, dan jumlah SBI yang dilelang adalah Rp 5
miliar. Peserta A, B, dan C sudah dinyatakan sebagai pemenang
dengan jumlah total penawaran Rp 4,5 miliar dan tingkat
diskonto yang lebih rendah dari peserta DEF. sisanya Rp 500
juta diperebutkan oleh peserta DEF, dan pemenangnya adalah
D karena tingkat diskontonya lebih rendah dari peserta EF.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1
Contoh Hasil Lelang SBI
Target Lelang Rp 5 Miliar
Peserta Jumlah penawaran Suku bunga Jumlah kumulatif A Rp 1.500.000.000 20% 1.500.000.000 B 1.000.000.000 26% 2.500.000.000 C 2.000.000.000 30% 4.500.000.000 D 2.000.000.000 34% 5.000.000.000 E 730.000.000 37% - F 1.200.000.000 40% -
Sumber : Khomarul Hidayat, 2006
38
Keterangan :
Peserta A, B, dan C menang lelang
Peserta D menang sebagian (Rp 500 juta)
Peserta E dan F kalah lelang
c. Kurs
Kurs mata uang menunjukkan bagaimana nilai uang tersebut
terhadap mata uang asing. Nilai tukar uang antara satu negara dengan
negara lain cenderung berbeda-beda. Perbedaan ini ditimbulkan oleh
perbedaan antara permintaan dan ketersediaan dari mata uang yang
diminta oleh suatu negara dalam melakukan hubungan dengan negara
lain. Hubungan tersebut dapat berupa kegiatan meminjam, atau
kegiatan investasi atau penyediaan pinjaman.
Dari perbedaan inilah mata uang bisa mengalami apresiasi
(naik) ataupun depresiasi (turun) terhadap nilai mata uang asing.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nlai tukar mata uang antara lain :
• Tingkat inflasi
• Tingkat suku bunga
• Tingkat pendapatan masyarkat
• Pengendalian oleh pemerintah
• Harapan/ekspektasi dari spekulan
Menurut Kamus Lengkap Ekonomi (2000 : 503-504) dalam
Ronny Pramulia (2009 : 34). Nilai tukar 1 kurs (exchange rate) adalah
harga, dimana mata uang suatu negara dapat dikonversikan manjadi
39
mata uang negara lain. Tipe rate yang digunakan di sini adalah
indirect exchange rate, dimana rate itu merefleksikan jumlah suatu
mata uang lokal terhadap satu unit US$.
Indirect exchange rate diformulasikan dalam persamaan berikut :
VCA/US = VCA
US$
Keterangan :
VCA/US$ : value of 1 units of currency A in units of currency
B (nilai 1 unit mata uang A dalam unit mata uang
B)
VCA : value of currency A (nilai mata uang lokal A)
Nilai tukar mata uang suatu negara diukur dari value satu unit
mata uang terhadap mata uang negara lain. Apabila kondisi ekonomi
negara berubah, maka nilai tukarnya pun akan berubah secara
substansial. Penurunan nilai suatu mata uang disebut depresiasi dan
kenaikannya disebut apresiasi. Apabila “S” adalah nilai spot rate dan
“St-1” adalah nlai tukar mata uang waktu sebelumnya, maka
prosentase perubahan nilai tukar terhadap mata uang asing tersebut
adalah S-St-1/St1 (Madura 2000 dalam Asmila, 2001). Jika
presentasenya positif, maka akan dikatakan apresiasi dan depresiasi
apabila nilai persentasenya negatif.
Perubahan nilai tukar (kurs) akan mempengaruhi konsumen
karena pengaruh dari harga barang-barang impor. Pada saat kurs
40
tinggi maka barang-barang impor menjadi mahal sehingga masyarakat
tidak akan membeli barang impor melainkan menggantinya dengan
mengkonsumsi produk dalam negeri, baik itu berupa barang modal
ataupun barang konsumsi. Bagi barang yang diproduksi dengan
menggunakan faktor produksi impor kondisi ini akan meningkatkan
biaya produksi yang akhirnya akan menyebabkan harga jual barang
yang tinggi. Meningkatnya harga barang tersebut tentunya akan
menyebabkan masyarakat atau perusahaan harus menambah jumlah
dana yang disediakan untuk dikonsumsi. Sehingga secara tidak
langsung dapatlah dinyatakan daya beli masyarakat melemah, dalam
arti pendapatan riil mengalami penurunan.
Dari sudut pandang mikroekonomi, perubahan nilai tukar mata
uang asing akan diikuti oleh perubahan pada portofolio perusahaan-
perusahaan multinasional. Apresiasi dari mata uang domestik
cenderung akan menurunkan keuntungan dari perusahaan, yang
kemudian akan tercermin dari menurunnya harga sahamnya. Dari
perspektif makro ekonomi, apresiasi nilai tukar mata uang asing yang
menganut nilai tukar fleksibel akan mengurangi daya saing dari
produknya dan akan menurunkan harga sahamnya. Dari sudut
pandang ini, perubahan nilai tukar mata uang akan diikuti dengan
perubahan harga saham dan hal ini dikenal dengan pendekatan
tradisional (Granger, 1990 dalam Ronny Pramulia 2009 : 36).
41
Perubahan nilai tukar pun akan mempengaruhi perkembangan
ekspor impor yang tentunya akan mempengaruhi kinerja perusahaan.
Jika kinerja perusahaan semakin baik, maka harga saham semakin
mahal. Perubahan nilai tukar pun akan dapat mendorong investor
asing pasar finansial untuk menambah pembelian dan penjualan
sekuritas dari suatu negara. Saat nilai tukar USD melemah, investor
asing akan membeli saat nilai tukar menguat. (Ronny Pramulia 2009 :
36).
Akan tetapi pasar modal semakin berkembang. Perubahan
harga saham dan nilai tukar mata uang lebih merfleksikan pergerakan
arus modal. Poin penting dari pendekatan portofolio adalah penurunan
harga saham mengakibatkan penurunan kekayaan para investor
domestik di mana pada gilirannya akan mendorong permintaan akan
uang dam hampir dipastikan akan menurunkan tingkat suku bunga.
d. PDB
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan output semua barang
dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah Indonesia dalam jangka
waktu tertentu yang dihitung adalah semua barang dan jasa yang
digunakan oleh pengguna akhir dan bukan yang digunakan untuk
proses produksi selanjutnya.
Beberapa definisi tentang PDB/GDP (Gross Domestic
Product), meliputi (Blancard, 2000 dalam Hamid Ponco Wibowo,
2006 : 37) :
42
1) GDP adalah nilai “barang dan jasa final” yang dihasilkan dalam
suatu ekonomi dalam periode tertentu.
2) GDP adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oelh suatu
ekonomi dalam periode tertentu.
3) GDP adalah jumlah pendapatan dalam suatu ekonomi pada periode
tertentu.
Mankiw (2006) merumuskan persamaan indentitas yang
menggambarkan komponen-komponen dari PDB. Persamaan tersebut
adalah sebagai berikut:
Y = C+ I + G +NX
Keterangan :
Y = PDB
C = konsumsi
I = investasi
G = belanja Negara
NX = ekspor neto
1. Konsumsi
Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan barang dan
jasa oleh rumah tangga. “Barang” mencakup pembelanjaan rumah
tangga pada barang yang tahan lama, seperti kendaraan dan
perlangkapan,dan barang tidak tahan lama seperti makanan dan
pakaian. “ Jasa” mencakup barang yang tidak berwujud konkret,
seperti pangkas rambut dan perawatan kesehatan. Pembelanjaan
43
rumah tangga atas pendidikan juga dimaksudkan sebagai
konsumsi jasa (walaupun seseorang dapat saja berpendapat bahwa
hal itu lebih cocok berada di komponen selanjutnya).
2. Investasi
Investasi (investment) adalah pembelian barang yang
nantinya akan digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang
dan jasa. Inveetasi adalah jumlah dari pembelian peralatan modal,
persediaan, dan bangunan atau struktur. Investasi pada bangunan
mencakup pengeluaran untuk mendapatkan tempat tinggal baru.
Menurut kesepakatan bersama, pembelian tempat tinggal baru.
Menurut kesepakatan bersama, pembelian tempat tinggal baru
merupakan satu bentuk pembelanjaan rumah tangga yang
dikategorikan sebagai investasi dan bukan sebagai konsumsi.
3. Belanja Pemerintah
Belanja pemerintah (government purchase) mencakup
pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah daerah, dan
pemerintah pusat. Belanja pemerintah mencakup upah pekerja
pemerintah dan pembelanjaan untuk kepentingan umum.
4. Ekspor Neto
Ekspor neto (neto exports) sama dengan pembelian produk
dalam negeri oleh orang asing (ekspor) dikurangi pembelian
produk luar negeri oleh warga Negara (impor). Penjualan yang
dilakukan sebuah perusahaan dalam negeri kepada pembeli di
44
Negara lain seperti penjuaan Boeing kepada British Airways akan
meningkatkan ekspor neto AS.
e. Inflasi
Definisi inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga barang
dan jasa secara umum yang berlangsung terus menerus. Kenaikan
harga satu atau dua barang tidak dapat disebut inflasi kecuali kenaikan
harga tersebut meluas kemana-mana. (Abimanyu, 2004 : 13 dalam
Khomarul Hidayat, 2006 : 46)
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kenaikan satu atau
beberapa barang pada saat tertentu dan hanya “sementara” belum tentu
menimbulkan inflasi.
Menurut Murni (2006 : 203) dalam Khomarul Hidayat (2006 :
46) mendefinisikan inflasi sebagai suatu kejadian yang menunjukkkan
kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus
menerus. Berdasarkan definisi ini ada tiga kriteria yang perlu diamati
untuk melihat telah terjadinya inflasi, yaitu kenaikan harga, bersifat
umum dan terjadi terus menerus.
Inflasi merupakan bagian dari keadaan perekonomian yang
akan dialami oleh suatu negara, hanya saja setiap negara memiliki
tingkat inflasi yang berbeda-beda. Untuk mengukur tingkat inflasi
dapat menggunakan Indeks Harga Konsumen.
Selain itu dalam beberapa istilah penggunaan inflasi digunakan
untuk mengartikan peningkatan persedian uang, yang kadangkala
45
dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Beberapa ekonom (dari
beberapa sekolah di Austria) masih menggunakan arti ini dan
peningkatan harga-harga. Inflasi yang terjadi dapat disebabkan oleh
faktor-faktor yang berbeda-beda. Babarapa penyebab inflasi
diantaranya bisa disebabkan oleh sektor ekspor impor, tabungan atau
investasi, pengeluaran dan penerimaan negara, sektor pemerintah dan
swasta.
Menurut Ronny Pramulia (2009 : 23), inflasi adalah gejala
kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus.
Tingkat harga yang melambung sampai 100% atau lebih dalam
setahun (hyperinflasi), akan menyebankan hilangnya kepercayaan
masyarakat terhadap mata uang, sehingga masyarakat akan cenderung
untuk menyimpan aktiva mereka dalam bentuk lain instrumen investasi
selain deposito.
Menurut Sukirno (2004), berdasarkan derajatnya, inflasi
dibedakan menjadi sebagai berikut:
a. Inflasi ringan, terjadi apabila kenaikan harga berada dibawah
angka 10% setahun.
b. Inflasi sedang, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 10%-
30% setahun.
c. Inflasi berat, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 30%-
100% setahun.
46
d. Hiperinflasi (inflasi tak terkendali), terjadi apabila berada di atas
100% setahun.
Menurut Sukirno (2004:333), berdasarkan kepada sumber atau
penyebabnya kenaikan harga-harga berlaku, inflasi biasanya
dibedakan kepada tiga bentuk berikut:
a. Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian
berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi
menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya
menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi
mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran-pengeluaran yang
berlebihan ini akan menimbulkan inflasi.
b. Inflasi Desakan Biaya
Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan
dalambiaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah
atau kenaikan upah. Inflasi ini terurama berlaku dalam masa
perekonomian berkembang dengan pesat ketika pengangguran
adalah sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih
menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha
menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang
lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerjaan baru dengan
tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini
47
mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan
menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.
c. Inflasi Diimpor
Kenbaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan
harga-arga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah
produksi dalam negeri. Inflasi ini aka nada apabila barng-barang
impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang
penting dalam kegiatan pengeluaran-pengeluaran perusahaan.
Menurut Sukirno (2004: 338), efek-efek buruk dari inflasi
yaitu sebagai berikut :
1. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tingakatnya akan menggalakkan
perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik
menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.
Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya
untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan
tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih
banyak pengangguran akan terwujud.
Kenaikan harga-harga juga menimbulkan efek buruk pula
ke atas perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang-
barang Negara itu tidak dapat bersaing di pasaran internasional,
selamjutnya ekspor akan menurun. Sebaliknya, harga-harga
produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi
48
menyebabkan barang-barang impor relatif murah, maka lebih
banyak impor yang dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti
oleh impor yang bertambah menyebabkan ketidakseimbangan
dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran
akan memburuk.
2. Inflasi dan Kemakmuran Rakyat
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan
ekonomi Negara inflasi juga akan menimbulkan efek-efek
terhadap individu dan masyarakat.
3. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang
berpendapatan tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan
harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-
individu yang berpendaptan tetap. Sehingga daya beli masyarakat
juga akan menurun.
4. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk
uang. Simpanan di bank, simpanan tunia, dan simpanan dalam
institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan.
Nilai riinya akan menurun apabila inflasi berlaku.
5. Memperburuk pembagian kekayaan
Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan
menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pandapatnya, dan
49
pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam
nilai riil kekayaannya. Juga sebagian penjual/pedagang dapat
mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian
inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan
berpendapat tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan
penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata
Menurut Sukirno (2004 :354), kebijakan yang mungkin
dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi yaitu:
1. Kebijakan fiskal, yaitu dengan menambah pajak dan mengurangi
pengeluaran pemerintah.
2. Kebijakan moneter, yaitu dengan menaikkan suku bunga dan
membatasi kredit.
3. Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat
mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti
mengurangi pajak impor dan pajak atas pajak atas bahan mentah,
melakukan penetapan harga, menggalakkan pertambahan produkso
dan perkembangan teknologi
50
B. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Homan Tanamas, Thomas
Hartono, dan Ronald (2006) menyatakan bahwa dari hasil pengujian yang
dilakukan, faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan return Reksadana
Pendapatan Tetap adalah return SBI, diikuti oleh perubahan kurs rupiah dan
harga emas.
Sebagian besar variabel ekonomi makro yang diuji hanya memberikan
pengaruh yang tidak besar terhadap tingkat return RDPT, mungkin hal ini
karena di Indonesia, para nasabah reksadana menggunakan informasi yang
salah yang ada di pasar atau hanya ikut-ikutan, tanpa melihat pasar secara
keseluruhan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdul Muthalib (2005)
ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh secara simultan dari
variabel variabel makro ekonomi yaitu pertumbuhan pendapatan nasional
bersih,pertumbuhan jumlah uang yang beredar,tingkat inflasi,tingkat suku
bunga SBI dan perubahan nilai rupiah terhadap kurs dollar terhadap tingkat
kinerja reksadana saham dalam menghasilkan return NAB, akan tetapi
terdapat pengaruh secara parsial/individu dari variabel variabel makro
ekonomi yaitu pertumbuhan pendapatan nasional bersih terhadap tingkat
kinerja reksadana saham dalam menghasilkan return NAB. Dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa sebagian besar variabel makro ekonomi yang diuji
ternyata hanya memberikan kontribusi atau pengaruh yang sangat kecil
terhadap pergerakan tingkat pengembalian investasi reksadana saham
51
Dalam penelitian yang dilakukan oleh M. Shun’an (2002) ditarik
kesimpulan bahwa terdapat inkonsistensi model dari sharpe measure, treynor
measure, dan jensen measure manakala diaplikasikan pada reksadana
Indonesia sebelum dan semasa krisis ekonomi hal ini terbukti dengan uji F
yang secara keseluruhn menghasilkan angka yang signifikan. Dari ketiga
model yang diuji hanyalah sharpe measure yang terbukti mampu mendeteksi
adanya perbedaan antara kinerja reksadana Indonesia sebelum dan semasa
krisis. Fakta ini semakin memperkuat dugaan bahwa difersifikasi yang
dilakukan oleh para manajer investasi Indonesia memang belum optimal
sehingga kandungan risiko satu portofolio masih didominasi oleh
Unsistematic Risk. Treynor measure dan Jensen measure hanya
memperhitungkan Sistematic Risk dalam menilai kinerja reksadana,
karenanya kedua model ini tidak mampu mendeteksi adanya perbedaan kinerja
reksadana Indonesia sebelum dan semasa krisis ekonomi yang dipicu oleh
meningkatnya total risk akibat krisis ekonomi.
Tinur Fajar Gumilang dan Heru Subiyantoro (2008) menyatakan
bahwa investasi pada produk reksadana pendapatan tetap bisa dikatakan masih
menawarkan keuntungan yang menarik bagi investor apabila dibandingkan
produk deposito. Hal ini bisa dibuktikan dengan return reksadana di atas SBI.
Jika diperhatikan lebih lanjut, reksadana pendapatan tetap (fixed income) akan
mempunyai kinerja yang sangat baik ke depannya. Hal pertama, suku bunga
yang tinggi jelas tidak akan terus menerus, tren ke depannya akan turun.
Kedua, kalaupun suku bunga tetap tinggi, nilai NAB/unit reksadana fixed
52
income akan meningkat karena harga obligasi-obligasi di dalam portofolio
reksadana akan meningkat, seiring dengan makin dekatnya obligasi-obligasi
tersebut ke jatuh temponya. Tapi, hancurnya reksadana pada tahun 2005
menyebabkan banyak investor tidak mau melirik reksadana pendapatan tetap
(fixed income), hal ini bisa dilihat dengan makin turunnya NAB keseluruhan
untuk reksadana pendapatan tetap.
Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Deden Mulyana (2003)
diketahui bahwa setelah diketahui tingkat return dan tingkat risiko reksadana
pendapatan tetap maka dapat ditentukan kinerja masing-masing reksadana
tersebut. Pengukuran kinerja reksadana pendapatan tetap menggunakan
metode Sharpe Ratio. Kinerja yang diperoleh masing-masing reksadana
pendapatan tetap tersebut bila dibandingkan dengan patok-duda (benchmark),
yakni tingkat return suku bunga deposito 12 bulan selama tahun 2001 sampai
dengan 2003 yang besarnya adalah -0,002512, menjelaskan bahwa kinerja
reksadana pendapatan tetap sebagian besar memiliki kinerja lebih tinggi
daripada patok-duga (benchmark) yang digunakan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendriyanto (2008) ditarik
kesimpulan bahwa IHSG pada Bursa Efek Jakarta dan Kurs rupiah terhadap
dolar US memiliki pebgaruh yang signifikan pada α = 5 % terhadap imbal
hasil reksadana syariah, sementara suku bunga SBI dan Resiko tidak
mempengaruhi secara signifikan pada α = 5 %..Pada reksadana konvensional
terlihat hanya IHSG dan Suku bunga SBI yang memiliki pengaruh signifikan
53
pada α = 5 %, sedangkan Kurs Rupiah terhadap Dollar US tidak memberikan
pengaruh secara signifikan.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut,terlihat bahwa pada α = 5 %
terdapat satu factor yang sama- sama secara signifikan mempengaruhi
reksadana syariah dan reksadana konvensional yaitu IHSG pada Bursa Efek
Jakarta.Suku bunga SBI yang secara teoritis mempengaruhi reksadana
konvensional dan tidak berpengaruh pada reksadana syariah dengan korelasi
negatif ternyata terbukti.
Dalam penelitiannya Annisa Sholihah (2008) menyatakan bahwa
berdasarkan perolehan return dan pengukuran kinerja dengan metode Sharpe
dapat terlihat bahwa reksadana syariah memliki kinerja yang semakin baik
setiap tahun. Variabel yang paling dominan mempengaruhi reksadana syariah
adalah inflasi. Artinya variabel ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan
terhadap baik buruknya kinerja reksadana syariah.
54
Tabel 2.2
Penelitian Sebelumnya
No. Nama Peneliti Judul penelitian
Variabel yang
diteliti
Alat statistik Hasil penelitian
1. Homan Tanamas, Thomas Hartono, dan Ronald (2006)
Analisis kinerja reksadana pendapatan tetap seputar krisis 2005
Kurs, SBI, tingkat inflasi, harga minyak dunia, harga emas dunia, PDB
Regresi berganda
faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan return Reksadana Pendapatan Tetap adalah return SBI, diikuti oleh perubahan kurs rupiah dan harga emas.
2. Abdul Muthalib (2005)
Analisis pengaruh variabel makro ekonomi terhadap tingkat kinerja reksadana saham periode 1998-2004
PNB, MI, inflasi, SBI, kurs
Analisis regresi linier berganda, analisis regresi linier berganda dengan metode Stepwise (Stepwise Method)
sebagian besar variabel makro ekonomi yang diuji ternyata hanya memberikan kontribusi atau pengaruh yang sangat kecil terhadap pergerakan tingkat pengembalian investasi reksadana saham
3. M. Shun’an (2002)
Kinerja reksadana Indonesia (studi empiris mengenai konsistensi model pengukuran kinerja reksadana serta sensitivitas Benchmark di Bursa Efek Jakarta)
Reksa dana saham, reksa dana pendapatan tetap, dan reksadana campuran
Nilai-K (kinerja) Sharpe Ratio, Treynor Measure, Jensen Measure di olah dengan Microsoft Excel dan SPSS dengan test of
terdapat inkonsistensi model dari sharpe measure, treynor measure, dan jensen measure manakala diaplikasikan pada reksadana Indonesia sebelum dan semasa krisis ekonomi hal ini terbukti dengan uji F yang secara keseluruhn menghasilkan angka yang signifikan.
55
Concordance Kendall’s W
4. Tinur Fajar Gumilang dan Heru Subiyantoro (2008)
Reksadana Pendapatan Tetap di Indonesia: Analisis Market Timing dan Stock Selection - Periode 2006 - 2008
NAB, SBI, IDMA
metode pengukuran tingkat pengembalian (investment return measures) maupun metode pengukuran dengan penyesuaian risiko (risk-adjusted measures), dan dilengkapi dengan analisis dengan metode Henriksson-Merton (1981) dan Treynor-Mazuy (1966)
perhitungan kinerja dari reksadana yang dikelola oleh kelompok Manajemen Investasi II lebih baik dibandingkan dengan kelompok Manajemen Investasi I dan kelompok III, karena terbukti menghasilkan tingkat average return dan risk-adjusted performance yang lebih tinggi.
5. Deden Mulyana (2003)
Pengaruh kebijakan alokasi asset dan pemilihan sekuritas terhadap kinerja reksadana terbuka berbentuk kontrak investasi
kebijakan alokasi asset, pemilihan sekuritas
Metode deskriptif dan metode verivikatif dengan analisis Sharpe Ratio
Kinerja yang diperoleh masing-masing reksadana pendapatan tetap tersebut bila dibandingkan dengan patok-duda (benchmark), yakni tingkat return suku bunga deposito 12 bulan selama tahun 2001 sampai dengan 2003 yang besarnya adalah -
56
kolektif 0,002512, menjelaskan bahwa kinerja reksadana pendapatan tetap sebagian besar memiliki kinerja lebih tinggi daripada patok-duga (benchmark) yang digunakan.
6. Hendriyanto (2008)
Pengaruh IHSG, suku bunga, kurs dan risiko terhadap imbal hasil reksadana syariah dan reksadana konvensional
IHSG, suku bunga, kurs
Analisis regresi berganda
Berdasarkan hasil pengujian tersebut,terlihat bahwa pada α = 5 % terdapat satu factor yang sama- sama secara signifikan mempengaruhi reksadana syariah dan reksadana konvensional yaitu IHSG pada Bursa Efek Jakarta.Suku bunga SBI yang secara teoritis mempengaruhi reksadana konvensional dan tidak berpengaruh pada reksadana syariah dengan korelasi negatif ternyata terbukti.
7. Annisa Sholihah (2008)
Analisis pengaruh JII, SWBI, IHSG, dan inflasi terhadap kinerja reksadana syariah
JII, SWBI, IHSG, dan inflasi
Analisis regresi berganda
perolehan return dan pengukuran kinerja dengan metode Sharpe dapat terlihat bahwa reksadana syariah memliki kinerja yang semakin baik setiap tahun. Variabel yang paling dominan mempengaruhi reksadana syariah adalah inflasi. Artinya variabel ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap baik buruknya kinerja reksadana syariah.
57
C. Kerangka Pemikiran
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang.Keputusan penanaman modal
tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai
kelebihan dana.Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian
utama,yaitu:investasi dalam bentuk aktiva riil dan investasi dalam bentuk
surat-surat berharga atau sekuritas (Sunariah,1997:4).
Reksadana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat investor, untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh manjer investasi. Dana yang diinvestasikan pada
reksadana dari pemodal akan disatukan dengan dana yang berasal dari
pemodal lainnya untuk menciptakan kekuatan membeli yang lebih besar
dibanding mereka yang harus melakukan investasi sendiri. Sebab dengan
reksadana dapat memiliki ratusan sekuritas yang berbeda, kesuksesan
reksadana tidak hanya tergantung pada satu atau dua saham.
Dalam Reksadana obligasi atau reksadana pendapatan tetap adalah
menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk
obligasi. Reksadana ini menghasilkan pendapatan reguler tetapi tidak
memiliki tanggal jatuh tempo seperti halnya obligasi dan tidak ada jaminan
pembayaran kembali atas investasi yang ditanamkan.Keuntungan dari
reksadana ini adalah dividen dapat diinvestasikan kembali dalam reksadana
untuk meningkatkan nilai pokoknya dan para pembeli dapat berinvestasi
58
dalam jumlah uang yang lebih kecil daripada yang diperlukan untuk membeli
obligasi.
Pada bagian ini penyusun mencoba memberi gambaran/kerangka
pemikiran yaitu Reksadana Pendapatan Tetap terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti IHSG, tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), kurs Rupiah terhadap Dollar, tingkat PDB, dan tingkat
inflasi yang dapat dijadikan tolok ukur dalam menilai kinerja suatu portofolio
investasi/reksadana.
Kerangka pemikiran mengenai penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
59
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Data NAB bulanan
RDPT
Return dan Risiko bulanan RDPT
Kinerja bulanan RDPT dengan metode Sharpe
Data bulanan IHSG, SBI, kurs, PDB, dan inflasi
Uji asumsi klasik • Normalitas • Multikolinearitas • Autokorelasi • Heteroskestisitas
Uji Statistik Koefisien Regresi • Uji t • Uji f • Pengujian Adjust R-Square
Uji Model Regresi
Regresi Berganda
Interpretasi
60
D. Pengembangan Hipotesis
Mengacu kepada pemaparan mengenai penelitian yang akan dilakukan
maka diturunkan hipotesis sebagai berikut :
1. Ho 1: tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari IHSG terhadap kinerja
RDPT.
Ha 1 : terdapat pengaruh yang signifikan dari IHSG terhadap kinerja
RDPT.
2. Ho 2: tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari SBI terhadap kinerja
RDPT.
Ha 2 : terdapat pengaruh yang signifikan dari SBI terhadap kinerja RDPT.
3. Ho 3: tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari kurs terhadap kinerja
RDPT.
Ha 3 : terdapat pengaruh yang signifikan dari kurs terhadap kinerja
RDPT.
4. Ho 4: tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari PDB terhadap kinerja
RDPT.
Ha 4 : terdapat pengaruh yang signifikan dari PDB terhadap kinerja
RDPT.
5. Ho 5: tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari inflasi terhadap kinerja
RDPT.
Ha 5 : terdapat pengaruh yang signifikan dari inflasi terhadap kinerja
RDPT.
61
62
6. Ho 6 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari IHSG,
SBI, kurs, PDB, dan inflasi terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap.
Ha 6 : terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari IHSG, SBI,
kurs, PDB, dan inflasi terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu dimana
penyusun langsung melakukan penelitian di empat lokasi : Badan Pengawas
Pasar Modal (BAPEPAM), Bank Indonesia (BI), Bursa Efek Indonesia (BEI),
dan Biro Pusat Statistik (BPS).
Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh variabel Index
Harga Saham Gabungan (IHSG), tingkat suku bunga SBI, kurs, Produk
Domestik Bruto (PDB), dan inflasi terhadap kinerja reksadana pendapatan
tetap periode 2003-2008.
B. Metode Pengumpulan Data
Di dalam pengumpulan data, penulis menggunakan statistik inferential
yaitu pengumpulan data dari hasil penelitian, melalui artikel-artikel ekonomi,
buku-buku, internet. Selanjutnya data-data tersebut diolah menjadi informasi
yang kemudian digunakan dalam analisis penelitian ini.
Data-data sekunder yang dipergunakan oleh penyusun adalah sebagai
berikut :
1. NAB RDPT dari BAPEPAM
Data nilai aktiva bersih per unit (NAB/unit) bulanan diperoleh langsung
dari Biro Riset BAPEPAM periode 2003 hingga 2008.
63
2. IHSG dari BURSA EFEK INDONESIA
Data IHSG bulanan diperoleh dari BEI (Bursa Efek Indonesia) periode
2003 hingga 2008.
3. Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Data tingkat suku bunga SBI yang digunakan adalah suku bunga satu
bulan yaitu pada periode 2003 hingga 2008 dari data statistik Bank
Indonesia.
4. Nilai Kurs Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah
Data kurs yang digunakan merupakan data kurs tengah bulanan yang
merupakan data nilai tukar pada periode 2003 hingga 2008 yang diperoleh
dari Bank Indonesia.
5. Produk Domestik Bruto
Data PDB yang digunakan dalam penelitian merupakan data triwulan
untuk periode tahun 2003 hingga 2008 yang diperoleh dari data statistik
Biro Pusat Statistik (BPS)
6. Tingkat Inflasi
Besar inflasi di Bank Indonesia selama periode januari 2003-2008
C. Metode Analisis Data
1. Mendata NAB RDPT yang masih aktif selama periode 2003-2008
a. Menghitung return dan risiko
Dalam penelitian ini penulis menggunakan microsoft excel
untuk membantu dalam melakukan proses perhitungan return and risk.
64
1) Menghitung return RDPT dari NAB RDPT dengan rumus :
Ri = NAVt-NAVt-1 NAVt-1
Dimana :
NAVt = Net Asset Value (NAB) pada periode
NAVt-1 = Net Asset Value (NAB) pada periode
sebelum t
2) Perhitungan Risiko NAB RDPT dengan rumus :
σ i2 = ∑ [(ri-r)2] (n-1)
3) Mengevaluasi Kinerja RDPT dengan metode sharpe :
Setelah didapatkan variebel variabel untuk perhitungan
kinerja reksadana dapat dilakukan evaluasi untuk mengukur
kinerja reksadana dengan menggunakan metode Sharpe.Penulis
lebih memilih menggunakan Metode Sharpe untuk mengukur
kinerja reksadana pendapatan tetap dikarenakan dalam metode
Sharpe membagi resiko premium dengan standar deviasi dari
portofolio.Dan standar deviasi merupakan resiko total yang berasal
dari resiko pasar (Systematic risk) dan risiko unik (Unsystematic
risk). Sehingga kinerja reksadana pendapatan tetap yang diperoleh
dapat lebih signifikan.
Rumus yang digunakan dalam metode Sharpe adalah
sebagai berikut :
65
SRD = KINERJARD-KINERJARF σ Rata-rata kinerja investasi bebas risiko (Kinerja RF) yang
digunakan adalah sertifikat Bank Indonesia (SBI) setiap bulannya
dikarenakan nilai SBI cenderung lebih stabil dalam setiap bulannya
selama periode penelitian.
2. Uji asumsi klasik
a. Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
penganggu/residual memiliki distribusi normal. Jika terdapat
normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan
independen, yaitu perbedaan antara nilai prediksi dengan skor yang
sesungguhnya/error akan terdistribusi secara simetri di sekitar nilai
means sama dengan 0. (Ghozali, 2005 : 27).
Cara mendeteksi normalitas suatu variabel dengan
menggunakan analisis grafik dan analisis statistik.
Dasar pengambilan keputusan dari uji normalitas dengan
analisis grafik adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan
pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas (Ghozali, 2005 : 112).
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan, jika tidak
hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik dapat
sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi
66
dengan uji statistik. Uji statistik dapat dilakukan dengan uji statistik
non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). dasar pengambilan
keputusan dari uji K-S ini adalah jika Asymp. Sig > 0,05 maka model
regresi memenuhi asumsi normal (Ghozali, 2005 : 407).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen. Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0,10
atau sama dengan nilai VIF > 10. (Ghozali, 2005 : 91-92).
c. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), untuk
menguji adanya korelasi digunakan Durbin-Watson (D-W) dengan
catatan hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order
autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam
model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen
(Ghozali, 2005 : 96). Model regresi yang baik terhindar dari masalah
autokorelasi, menurut Singgih Santoso kriteria dari uji autokorelasi
secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut :
67
a. Apabila D-W < -2 atau D-W > +2 berarti terdapat autokorelasi
b. Apabila -2 < D-W < +2 berarti tidak terdapat autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksinya dengan
melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel dependen ZPRED
dengan residualnya SRESID (Ghozali, 2005 : 105). Dasar pengambilan
keputusan dalam uji ini adalah jika dari grafik scatterplots terlihat
bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas
maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali,
2005 : 107).
Uji heteroskedastisitas berdasarkan scatter plots cenderung
memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah
pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah
pengamatan semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh
sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan
hasil. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Glejser. Dasar
pengambilan keputusannya adalah jika variabel independen signifikan
secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi
68
terjadi heteroskedastisitas. Apabila variabel independen tidak
signifikan pada tingkat kepercayaan 0,05 maka dapat disimpulkan
model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. (Ghozali,
2005 :108)
3. Uji Statistik Koefisien Regresi
Penggunaan analisis regresi untuk menaksir pengaruh antar
variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Ghozali,
2005 : 160). Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis. Persamaan
regresinya adalah :
LnY = a + b1 LnX1 + b2 LnX2 + b3 LnX3 + b4 LnX4 + b5 LnX5 + ei
Keterangan :
LnY : kinerja reksadana
a : konstanta
b : slope atau koefisien regresi atau intersep
LnX1 : IHSG
LnX2 : SBI
LnX3 : kurs
LnX4 : PDB
LnX5 : inflasi
ei : error
69
a. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen yang di uji pada tingkat signifikan 0.05 (Ghozali,
2005 : 85). penentuan nilai kritis atau t tabel dapat dilihat dari tabel
distribusi t (S. Santoso, 2003 : 157) : (degree of freedom) df = n-k-1
Dimana :
Df = tarif signifikan
K = numerator (jumlah variabel bebas)
n = jumlah data sampel uji statistik t hitung
aturan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
- jika nilai t hitung < (lebih kecil) t tabel, artinya tidak ada pengaruh
variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y).
- jika nilai t hitung > (lebih besar) t tabel, artinya ada pengaruh
variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y).
b. Uji F (Fisher)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independennya yang dimaksudkan dalam model regresi secara
bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikan 0.05, jika nilai signifikansi < 0,05 maka model regresi
dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan
kata lain variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2005 : 84)
70
71
c. Koefisien Determinasi (Ajusted R-Square)
Dugunakan untuk membuat persentase variance variable
independen terjadap variabel dependen serta seberapa besar
pengaruh dari faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian
ini, jika nilai ajusted R-Square adalah 1 berarti kuatnya
kemampuan fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat
dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang
menyebabkan fluktuasi variabel dependen, sebaliknya jika
nilainya mendekati angka 0, maka semakin rendah kemampuan
fluktuasi variabel dependen (Singgih Santoso, 2004).
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Gambaran Umum Reksa Dana Pendapatan Tetap
Sesuai dengan Peraturan Bapepam IV.C.3, Reksadana Pendapatan
Tetap (RDPT) adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-
kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat utang. Intinya,
reksadana ini mempunyai portofolio dalam obligasi dan pendapatan tetap
lainnya. Reksadana ini juga harus menyiapkan dana dalam bentuk kas
untuk membayar investor yang keluar dari reksadana tersebut. Banyak
pihak berpandangan bahwa RDPT sanagat layak untuk investor berumur
50 tahun sampai dengan 60 tahun sampai dengan investasi pada instrumen
berisiko. (Adler Haymans Manurung, 2008 : 22)
Menurut Sapto Rahardjo (2004 : 159-160), reksadana Fixed
Income adalah reksadana yang portofolio investasinya fokus pada
instrumen pendapatan tetap, seperti obligasi. Jenis reksadana pendapatan
tetap mengandalkan penghasilan dari tingkat suku bunga (kupon) yang
sifatnya stabil dari instrumen obligasi tersebut. Sebagai contoh, komposisi
investasi reksadana pendapatan tetap bisa berbanding 80% investasi pada
instrumen obligasi dan sisanya, sebanyak 20% pada instrumen pasar uang
berbentuk deposito perbankan.
72
Kebijakan investasi reksadana pendapatan tetap, biasanya
mengalokasikan dana investasinya pada instrumen obligasi yang bisa
dibeli melalui proses penawaran umum (pasar perdana) atau dengan
melakukan transaksi pembelian obligasi pada pasar sekunder ; harga
pokok obligasi bisa di atas nilai harga par (nilai nominal obligasi).
RDPT merupakan jenis reksadana terbesar dibandingkan reksadana
jenis lain. Besarnya minat investor terhadap reksadana ini tidak terlepas
dari ciri khas investor Indonesia yang menginginkan risiko rendah, aman,
dan tingkat pengembalian cukup ; semua hal tersebut terpenuhi reksadana
ini. RDPT dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu :
a. Reksadana Pendapatan Tetap berdasarkan penerbit
b. Reksadana Pendapatan Tetap berdasarkan kupon
Salah satu RDPT berdasarkan penerbit yaitu Reksadana Obligasi
Pemerintah (RDOP). Reksadana ini mempunyai portofolio yang semuanya
obligasi yang dikeluarkan pemerintah, walaupun ada sedikit alokasi untuk
kas atau pasar uang dalam menjaga penarikan dari investor, dan sesuai
dengan peraturan serta etika mengelola portofolio.
RDPT yang berdasarkan kupon yaitu dikenal dengan reksadana
berisiko tinggi yaitu portofolionya merupakan obligasi yang memberikan
kupon tinggi tetapi kemungkinan tidak bayar juga tinggi. (Adler Haymans
Manurung, 2008 : 23-24)
Investor yang membeli reksadana pendapatan tetap akan
mendapatkan keuntungan dan risiko berikut.
73
Keuntungan membeli reksadana pendapatan tetap :
a. Tingkat risiko yang relatif stabil
Tingkat penghasilan obligasi adalah berbentuk kupon yang
jumlahnya telah ditetapkan sebelumnya. Dengan tingkat
penghasilan kupon yang dapat diprediksi sebelumnya, tipe
investor reksadana fixed income kebanyakan adalah tipe
investor yang konservatif.
b. Alternatif memiliki obligasi dengan modal relatif kecil
Dengan membeli reksadana pendapatan tetap investor individu
yang memiliki dana terbatas bisa merasa memiliki obligasi
dengan nominal yang biasanya sebesar Rp 1 Miliar. Investor
hanya mengandalakan modal kecil senilai Rp 1 juta/Unit
penyertaan. Dengan demikian, investor dapat dikatakan telah
memiliki obligasi.
c. Kinerja berdasarkan pengaruh fluktuasi tingkat suku bunga
Indikator dan faktor penentu reksadana pendapatan tetap
bergantung pada tren fluktuasi tingkat suku bunga di pasar
uang. Apabila tingkat suku bunga naik, harga obligasi
cenderung mengalami penurunan dan apabila tingkat suku
bunga turun, harga obligasi cenderung meningkat.
74
Kelemahan membeli reksadana pendapatan tetap :
Tingkat return yang tidak bisa berfluktuasi tinggi
Dengan memiliki reksadana obligasi, invvestor jangan berharap
mendapatkan keuntungan yang tinggi dan cukup melonjak,
seperti yang didapatkan dari keuntungan reksadana saham.
Keuntungan investasi pada reksadana pendapatan tetap
cenderung diasumsikan berdasarkan tingkat pendapatan suku
bunga obligasi yang ada. (Sapto Rahardjo, 2004 : 161-164)
Investor yang melakukan investasi pada reksadana ini akan
menghadapi risiko sebagai berikut :
a. Risiko perubahan tingkat bunga
Risiko ini timbul karena pemerintah (Bank Indonesia)
melakukan kebijakan kenaikan (penurunan) tingkat bunga.
Naiknya tingkat bunga menyebabkan harga obligasi dalam
portofolio mengalami penurunan dan juga sebaliknya.
Peurunan harga obligasi mengakibatkan NAB mengalami
penurunan.
b. Risiko penarikan secara bersamaan
Penarikan secara bersamaan yang cukup besar
membuat pengelola harus menjual portofolio dengan harga
tidak wajar, sehingga NAB yang diperoleh investor lebih kecil.
NAB yang kecil ini bukan saja diterima oleh investor yang
75
akan keluar dari reksadana tetapi juga diterima oleh investor
yang masih belum keluar dari reksadana.
c. Risiko kelangkaan instrumen investasi sejenis
Risiko ini merupakan risiko hilangnya kesempatan
investasi pada instrumen yang sejenis dengan risiko yang
sama.
d. Risiko daya beli
Adanya inflasi yang terus dan inflasi tersebut secara
kumulatif melebihi tingkat pengembalian yang diberikan oleh
reksadana. Akibatnya, perkembangan kekayaan atas investasi
tidak mampu membeli barang yang sama sebelum dana
diinvestasikan pada reksadana, dikenal dengan risiko daya beli.
(Adler Haymans Manurung, 2008 : 24-26)
Jumlah reksadana dengan jenis produk obligasi cenderung
meningkat karena kinerja pendapatan yang cukup membaik dibandingkan
kinerja reksadana yang mengelola peroduk saham. Reksadana yang
berbasis saham memberikan potensi risiko yaitu tingkat fluktuasi
pendapatannya searah dengan fluktuasi harga saham yang ada di Bursa
Efek Jakarta. Selama lima tahun terakhir ini, kinerja harga saham di BEJ
masih terpuruk, sehingga memberikan potensi kerugian yang cukup tinggi
bagi investor dan mengakibatkan kinerja reksadana portofolio saham
mengalami keterpurukan. Berbeda dengan reksadana yang berbasis
obligasi, tingkat return yang diberikan minimal bisa mendekati tingkat
76
kupon yang ada pada obligasi setelah dikurangi manajemen fee atas
pengelolaan reksadana tersebut. (Sapto Rahardjo, 2004 : 200)
2. Mekanisme Reksadana
Gambar 4.1
Mekanisme Reksadana
BAPEPAM
MANAJER
INVESTASI
DIREKSI PT
PROMOTOR (Pendiri)
PEMEGANG SAHAM (INVESTOR)
REKSADANA (PT)
PERANTARA PEDAGANG EFEK UNDERWRITER
(jika ada)
BANK KUSTODIAN
PASAR UANG
PASAR MODAL
PERNYATAAN EFEKTIF
INSTRUKSI JUAL BELI
KONTRAK PENGELOLAAN PENJUALAN SAHAM MELALUI
PENAWARAN UMUM
PEMBELIAN
KONTRAK PENYIMPANAN
SETORAN TUNAI
PENEMPATAN UANG MINIMAL 1% DARI MODAL DISETOR
PENGAJUAN IZIN USAHA & PERNYATAAN PENDAFTARAN
PENGAWASAN
KONFIRMASI
Sumber : Iskandar Z. Alwi, 2003 : 146
77
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksadana
pendapatan tetap yang selalu ada dan aktif selama enam tahun, yaitu
Januari 2003 – Desember 2008. Adapun reksadana pendapatan tetap yang
terdaftar sampai pada tahun 2008 dapat dilihat pada table sebagai berikut :
Tabel 4.1
Daftar Reksadana Pendapatan Tetap
(Januari 2003 s/d Desember 2008)
No Nama Reksa Dana Pendapatan Tetap 1 AAA Bond Fund 2 BNI Berbunga Dua 3 Corfina Capita 4 Danamas Pasti 5 Ekofix 6 GMT Dana Pasti 7 Mahanusa Obligasi Pemerintah 8 Mahanusa Pendapatan Tetap Negara 9 Mandiri Dana Pendapatan Tetap 10 Manulife Obligasi Negara Indonesia 11 Manulife Obligasi Unggulan 12 Manulife Pendapatan Bulanan 13 Niaga Pendapatan Tetap B 14 Nikko Bond Nusantara 15 Nikko Bunga Nusantara 16 Nikko Gebyar Indonesia 17 Nikko Indah Nusantara 18 ITB Niaga 19 Permata invest 20 Premier optima 21 Samuel Dana Pasti 22 Schroder Dana Andalan 23 Schroder Dana Mantap plus 24 Telur Emas 25 Trimegah dana tetap 26 Trimegah Dana Stabil
Sumber : Data Olahan
78
Dari reksadana pendapatan tetap yang terdaftar di atas hanya ada
tiga reksadana pendapatan tetap yang dijadikan obyek penelitian yakni
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Daftar Reksadana Pendapatan Tetap yang Terpilih untuk Penelitian
No Nama Reksadana Pendapatan Tetap 1 Niaga Pendapatan Tetap B 2 Schroder Dana Mantap plus 3 Trimegah dana tetap
Sumber : Data Olahan
Ketiga reksadana pendapatan tetap diatas terpilih dikarenakan
hanya ketiga reksadana tersebut yang aktif dan selalu ada selama enam
tahun masa penelitian untuk selanjutnya ketiga reksanadana pendapatan
tetap inilah yang digunakan oleh penulis sebagai objek penelitian.
Reksadana pendapatan tetap tersebut akan dilihat nilai aktiva bersih ( NAB
Bulanan Masing-masing Reksadana selama periode penelitian enam
tahun).
Data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah IHSG, SBI,
KURS, PDB, dan Inflasi. IHSG (Index Harga Saham Gabungan) diperoleh
dari BEI (Bursa Efek Indonesia), Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), Kurs, Inflasi yang diperoleh dari Bank Indonesia, Produk Domestik
Bruto (PDB) diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS).
2. Return dan Standar Deviasi Reksa Dana Pendapatan Tetap
Dalam perhitungan return dan standar deviasi reksadana
pendapatan tetap, penulis menggunakan program Microsoft excel untuk
79
memudahkan perhitungan-perhitungan standar return dan standar deviasi
masing-masing reksadana pendapatan tetap setiap bulannya return
reksadana pendapatan tetap di peroleh dari perhitungan nilai aktiva bersih
perunit (NAB perunit) bulanan yaitu dengan cara NAB perunit pada hari
ke-t dikurangi NAB perunit pada hari sebelum t, kemudian dicari data
rata-rata return. Tabel dibawah ini akan memperlihatkan nilai aktiva bersih
perunit :
Tabel 4.3
Rata-Rata Nilai Aktiva Bersih Per Unit
No. Periode Niaga Pendapatan Tetap B
Schroder Dana Mantap Plus
Trimegah Dana Tetap
1. 2003 1,089.63 1,153.31 1,241.28 2. 2004 1,214.26 1,239.12 1,437.33 3. 2005 1,342.44 1,255.18 1,605.99 4. 2006 1,465.90 1,394.92 1,864.33 5. 2007 1,671.39 1,641.05 2,086.85 6. 2008 1,759.45 1,672.58 2,183.42
Sumber : Data Olahan
Gambar 4.2
Rata-Rata Nilai Aktiva Bersih Per Unit
0.00
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Rata
-Rat
a NA
B Per
Unit
Rata-Rata NAB/Unit RDPT
Niaga Pendapatan Tetap B
Schroder Dana Mantap Plus
Trimegah Dana Tetap
Pada tabel di atas terlihat bahwa setiap reksadana pendapatan tetap
yang menjadi sampel mengalami kenaikan NAB setiap tahunnya.
80
Reksadana pendapatan tetap yang memiliki NAB tertinggi setiap tahunnya
adalah Trimega Dana Tetap, terutama pada tahun 2008 dengan rata-
rata NAB/UNIT sebesar 2,183.42.
Standar deviasi diperoleh dengan menggunakan formula yang telah
disebutkan yaitu menggunakan Microsoft excel. Nilai return dan standar
deviasi terdapat dalam tabel berikut :
Tabel 4.4
Rata-Rata Hasil Return dan Standar Deviasi
Niaga Pendapatan Tetap B
Schroder Dana Mantap Plus
Trimegah Dana Tetap No. Periode
Return Sd return sd Return sd 1. 2003 0.010172864 0.002088220 0.008699307 0.005503888 0.021557404 0.009948845
2. 2004 0.007659233 0.000392496 0.005846671 0.000511031 0.007366793 0.000641246
3. 2005 -0.002563199
0.004077116 -0.002287841
0.001893215 0.012298556 0.001784036
4. 2006 0.025225601 0.002012921 0.019568860 0.002016770 0.012132504 0.000297546
5. 2007 0.008167466 0.000293427 0.005888282 0.001485679 0.007863004 0.000565893
6. 2008 0.000924614 0.000915100 0.003527349 0.001899627 -0.000024893
0.001213340
Sumber : Data Olahan
Gambar 4.3
Rata-Rata Hasil Return dan Standar Deviasi
81
Pada tabel dan grafik di atas dapat terlihat bahwa setiap tahunnya
return reksadana pendapatan tetap yang dijadikan sebagai sampel dalam
penelitian ini mengalami peningkatan yang berbanding lurus dengan
standar deviasinya. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja reksadana
pendapatan tetap tersebut memiliki kinerja yang baik berdasarkan
returnnya. Return tertinggi diperoleh pada tahun 2006.
3. Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap dengan Metode Sharpe
Dalam pembentukan kinerja reksadana pendapatan tetap dengan
menggunakan metode sharpe yakni dengan melakukan perhitungan rata-
rata kinerja reksadana pendapatan tetap pada periode tertentu di kurangi
rata-rata kinerja investasi bebas resiko pada periode yang sama lalu dibagi
dengan standar deviasi dari reksadana pendapatan tetap yang
bersangkutan. Kinerja investasi bebas resiko yang digunakan oleh penulis
adalah tingkat suku bunga bank Indonesia atau( SBI ).
Table dibawah ini akan memperlihatkan kinerja perbulan:
Tabel 4.5
Rata-Rata Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Metode Sharpe
(Januari 2003 s/d Desember 2008)
No. Periode Niaga Pendapatan Tetap B
Schroder Dana Mantap Plus
Trimegah Dana Tetap
1. 2003 2.651543388 -0.572361879 31.129323034 2. 2004 106.490314182 2.652575653 13.513806191 3. 2005 57.074383330 -3.389696697 14.567065368 4. 2006 -17176.950810427 2.173099768 7.890727725 5. 2007 -137110.125442172 1.043499020 0.189600536 6. 2008 -45980.973996070 -4.893071263 -6.015982556
Sumber : Data Olahan
82
Gambar 4.4
Rata-Rata Kinerja Niaga Pendapatan Tetap B
Gambar 4.5
Rata-Rata Kinerja Schroder Dana Mantap Plus
83
Gambar 4.6
Rata-Rata Kinerja Trimegah Dana Tetap
Setelah diperoleh kinerja reksadana pendapatan tetap dengan
menggunakan metode sharpe langkah selanjutnya adalah masuk kedalam
uji regresi dengan menggunakan SPSS 17 for windows. Adapun yang
menjadi variabel terikatnya (variabel dependen) adalah kinerja. Sedangkan
yang menjadi variabel bebasnya (variabel independen adalah IHSG, SBI,
KURS, PDB, dan INFLASI)
4. Deskriptif Variabel
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dijelaskan variabel-variabel
yang terdapat dalam regresi berganda seperti tabel berikut :
84
Tabel 4.6
Nilai Rata-rata IHSG, SBI, KURS, PDB, INFLASI dan Kinerja RDPT
No. Tahun IHSG SBI KURS PDB INFLASI Rata-rata kinerja 1. 2003 517.220 0.0083 8,577 131,013.3 0.0057 11.069501515 2. 2004 85.694 0.0062 8,985 138,381.6 0.0050 40.885565342 3. 2005 1089.729 0.0077 9,751 145,795.6 0.0087 22.750584000 4. 2006 1442.938 0.0099 9,141 153,887.9 0.0111 -5722.295660978 5. 2007 2210.982 0.0072 9,164 163,664.5 0.0053 -45702.964114205 6. 2008 2087.590 0.0076 9,757 173,508.6 0.0086 -15330.627683297
Sumber : Data Olahan
a. Variabel Dependen (Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap)
Berdasarkan tabel di atas yang diperoleh dari pengumpulan
data selama periode januari 2003 s/d desember 2008, nilai dari kinerja
reksadana pendapatan tetap cenderung menurun dari tahun ke tahun.
Nilai rata-rata reksadana pendapatan tetap untuk tahun 2003
sebesar 11.069501515 pada tahun 2004 kinerja reksadana pendapatan
tetap mengalami perubahan menjadi 40.885565342. tahun 2005 kinerja
reksadana pendapatan tetap kembali berubah menjadi 22.750584000
kemudian pada tahun 2006 kinerja reksadana pendapatan tetap
(-5722.295660978). selanjutnya tahun 2007 kinerja reksadana
pendapatan tetap (45702.964114205). terakhir pada tahun 2008 kinerja
reksadana pendapatan tetap (15330.627683297). Nilai rata-rata
tertinggi terjadi pada tahun 2004 dengan angka sebesar 40.885565342.
b. Variabel Independen
1) IHSG
Pada tabel di atas dapat terlihat nilai rata-rata IHSG setiap
tahunnya selama periode penelitian dari januari 2003- sampai
85
desember 2008.Tahun 2003 nilai IHSG adalah sebesar 517.220,
lalu terjadi peningkatan pada tahun 2004 menjadi 805.694.Pada
tahun 2005 nilai IHSG adalah sebesar 1089.729, lalu terjadi
peningkatan pada tahun 2006 menjadi 1442.938.pada tahun 2007
nilai IHSG adalah sebesar 2210.982, lalu terjadi penurunan pada
tahun 2008 sebesar 2087.590. Nilai tertinggi terjadi pada tahun
2007.
2) SBI
Pada tabel di atas dapat terlihat rata- rata SBI setiap
tahunnya. Pada tahun 2003 nilai rata-rata SBI adalah 0.0083, lalu
terjadi penurunan nilai SBI pada tahun 2004 menjadi 0.006204167.
Terus terjadi peningkatan lagi pada tahun 2005 menjadi
0.007652083, terjadi peningkatan lagi pada tahun 2006 menjadi
0.009858333. Pada tahun 2007 terjadi penurunan lagi menjadi
0.0072, dan terakhir terjadi peningkatan pada tahun 2008 menjadi
0.0076.Nilai tertinggi terjadi pada tahun 2006
3) Kurs
Pada tabel di atas dapat terlihat rata- rata nilai KURS setiap
tahunnya. Pada tahun 2003 nilai rata-rata KURS adalah 8,577 ,
kemudian terjadi penigkatan pada tahun 2004 dengan nilai sebesar
8,985. Pada tahun 2005 nilai kurs terjadi peningkatan yang cukup
besar dengan nilai 9,751, kemudian terjadi penurunan pada tahun
2006 dengan nilai sebesar 9,141. Pada tahun 2007 terjadi sedikit
86
peningkatan nilai KURS sebesar 9,164, dan pada tahun 2008
terjadi peningkatan dengan nilai sebesar 9,757. Nilai tertinggi
terjadi pada tahun 2008.
4) PDB
Pada tabel di atas dapat terlihat rata- rata nilai PDB setiap
tahunya. Pada tahun 2003 nilai rata-rata PDB adalah sebesar
131,013.3, kemudian terjadi peningkatan pada tahun 2004 dengan
nilai sebesar 138,381.6. pada tahun 2005 terjadi peningkatan nilai
sebesar 145,795.6, kemudian pada tahun 2006 terjadi peningkatan
sebesar 153,887.9. pada tahun 2007 terjadi peningkatan sebesar
163,664.5, kemudian pada tahun 2008 terjadi peningkatan sebesar
173,508.6. kemudian nilai tertinggi terjadi pada tahun 2008.
5) Inflasi
Pada tabel di atas dapat terlihat rata- rata nilai INFLASI
setiap tahunya. Pada tahun 2003 nilai rata-rata Inflasi adalah
sebesar 0.005658, kemudian terjadi penurunan pada tahun 2004
dengan nilai sebesar 0.005048 pada tahun 2005 terjadi
peningkatan nilai sebesar 0.008669, kemudian pada tahun 2006
terjadi peningkatan sebesar 0.01111. pada tahun 2007 terjadi
penurunan sebesar 0.005337, kemudian pada tahun 2008 terjadi
peningkatan sebesar 0.00859. kemudian nilai tertinggi terjadi pada
tahun 2006.
87
5. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
setelah melakukan pengolahan data dengan menggunakan
analisis grafik histogram dan normal probability plots, maka diperoleh
hasil sebagai gambar berikut :
Gambar 4.7
Output Uji Normalitas Analisis Histogram
88
Gambar 4.8
Output Uji Normalitas Analisis Grafik
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dari gambar
di atas dapat terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal,maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas (Ghozali,2005:112)
Pada grafik histogram tampak bahwa residual terdistribusi
secara normal karena tidak menceng ke kanan dan ke kiri
(Ghozali,2005:112)
89
Akan tetapi karena uji normalitas dengan grafik dan histogram
cenderung dapat menyesatkan, oleh sebab itu uji grafik di atas
dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan oleh
penulis adalah uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S)
dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.7
Output Uji Normalitas Analisis Statistik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize
d Residual N 72
Mean .0000000 Normal Parametersa,,b Std. Deviation 1.68424400 Absolute .104 Positive .047
Most Extreme Differences
Negative -.104 Kolmogorov-Smirnov Z .882 Asymp. Sig. (2-tailed) .418 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,882 dan tingkat
signifikansi 0,05 (karena p = 0,418 > 0,05) jadi kita tidak dapat
menolak H0 yang mengatakan bahwa residual terdistribusi secara
normal dengan kata lain residual terdistribusi normal. Sekali lagi, hal
ini konsisten dengan uji sebelumnya.
b. Uji Multikolinieritas
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel independen, Seperti terlihat pada table berikut :
90
Tabel 4.8
Output Uji Multikolinearitas
Coefficientsa Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF (Constant) LNIHSG .128 7.831 LNSBI .427 2.341 LNKURS .601 1.664 LNPDB .111 9.029
1
LNINFLASI .370 2.701 a. Dependent variable : LNKINERJA
Pada tabel diatas tidak memiliki nilai tolerence kurang dari
0,10. Untuk variabel IHSG memiliki tolerence sebesar 0,128,
kemudian nilai SBI sebesar 0,427, kemudian nilai KURS sebesar
0,601, nilai PDB sebesar 0,111, dan nilai INFLASI sebesar 0,370.
Hasil dari perhitungan nilai variance inflation faktor (VIF) juga
menunjukan hal yang sama yaitu tidak terdapat nilai VIF lebih dari 10
dari variabel independen. Nilai VIF IHSG adalah sebesar 7.831, nilai
SBI adalah sebesar 2.341, nilai KURS sebesar 1.664, nilai PDB
sebesar 9.029, dan nilai INFLASI adalah sebesar 2.701.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.
91
c. Uji Autokorelasi
Tabel 4.9
Output Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .884a .782 .766 1.74688 2.006a. Predictors: (Constant), LNINFLASI, LNIHSG, LNKURS, LNSBI, LNPDB b. Dependent Variable: LNKINERJA
Nilai DW sebesar 2,006, nilai ini akan kita bandingkan dengan
nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%, jumlah sampel 72
(n) dan jumlah variabel independen 5 (k = 5) maka tabel Durbin-
Watson akan didapatkan nilai sebagai berikut :
Tabel 4.10
Tabel Durbin Watson Test Bound
k = 5 N DI DF 15 . . 72
0,562 . . 1,487
2,220 . . 1,770
Oleh karena nilai DW 2,006 lebih besar dari batas atas (du)
1,770 dan kurang dari 4-1,770 (4-du), maka dapat disimpulakan
bahwa kita tidak bisa menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak ada
autokorelasi positif dan negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat
autokorelasi.
92
d. Uji Heteroskedastissitas
Gambar 4.9
Output Uji Heterokedastisitas
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada
sumbu y. hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
Heteroskedastissitas pada model regresi, sehingga model regresi layak
untuk dijadikan sebagai alat untuk memprediksi kinerja reksadana
pendapatan tetap.
Analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup
signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil
ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit
menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh sebab itu diperlukan uji
statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil. (Ghozali, 2005)
93
Uji statistik yang digunakan oleh penulis adalah uji Glejser :
TABEL 4.11
Output Uji Glejser pada Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
(Constant) -44449.295 88141.017 -.504 .616ABSIHSG 12.690 16.483 .234 .770 .444ABSSBI 3601297.283 4471244.196 .145 .805 .423ABSKURS -3.732 9.196 -.063 -.406 .686ABSPDB .432 .838 .174 .516 .608
1
ABSINFLASI
-2778123.690 2243705.843 -.236 -1.238 .220
a. Dependent Variable: ABSKINERJA
Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hasil
tampilan di atas menjelaskan bahwa tidak ada satu pun variabel
independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel
dependen nilai absolut. Hal ini terlihat probabilitas signifikansinya di atas
tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak
mengandung adanya heteroskedastisitas.
94
6. Pengujian Statistik
a. Pengaruh variabel IHSG, SBI, KURS, PDB, dan INFLASI
terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap (Uji t)
Tabel 4.12
Output Uji t
Coefficients(a)
a Dependent Variabel : Kinerja
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t hitung
t tabel
Sig.
(Constant) -299.905 63.391 -4.731 .000LNIHSG .205 1.073 .031 .191 1.9966 .849LNSBI 6.508 1.727 .331 3.769 1.9966 .000LNKURS -12.424 4.142 -.222 -2.999 1.9966 .004LNPDB 36.298 6.330 .990 5.735 1.9966 .000
1
LNINFLASI
-3.318 .915 -.342 -3.624 1.9966 .001
Berdasarkan tabel koefisien di atas dapat terlihat bahwa
variabel IHSG berdasarkan pada daerah penerimaan H0 dan Ha, t
hitung berada di dalam daerah penerimaan H0, hal ini dikarenakan t
hitung = 0,191 < (lebih kecil dari) t tabel = 1,9966 sehingga H01
diterima dan Ha1 ditolak atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan IHSG terhadap kinerja reksadana
pendapatan tetap. Nilai sebesar 0, 849 pada kolom sig/significance
mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel IHSG untuk
memprediksi kinerja reksadana pendapatan tetap terlalu besar (di atas
0,05).
95
Variabel SBI berdasarkan pada daerah penerimaan H0 dan Ha,
t hitung berada di dalam daerah penolakan H0, hal ini dikarenakan t
hitung = 3,769 > (lebih besar dari) t tabel = 1,9966 sehingga H02
ditolak dan Ha2 diterima atau dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh positif yang signifikan SBI terhadap kinerja reksadana
pendapatan tetap. Nilai sebesar 0,000 pada kolom sig/significance
mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel SBI untuk
memprediksi kinerja reksadana pendapatan tetap terlalu kecil (di
bawah 0,05).
Sedangkan variabel kurs berdasarkan pada daerah penerimaan
H0 dan Ha, t hitung berada di dalam daerah penolakan H0, hal ini
dikarenakan t hitung = -2,999 > (lebih besar dari) t tabel = 1,9966
sehingga H03 ditolak dan Ha3 diterima atau dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh negatif yang signifikan kurs terhadap kinerja
reksadana pendapatan tetap. Nilai sebesar 0,004 pada kolom
sig/significance mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel kurs
untuk memprediksi kinerja reksadana pendapatan tetap terlalu kecil
(di bawah 0,05).
Variabel PDB berdasarkan pada daerah penerimaan H0 dan
Ha, t hitung berada di dalam daerah penolakan H0, hal ini dikarenakan
t hitung = 5,735 > (lebih besar dari) t tabel = 1,9966 sehingga H04
ditolak dan Ha4 diterima atau dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh positif yang signifikan PDB terhadap kinerja reksadana
96
pendapatan tetap. Nilai sebesar 0,000 pada kolom sig/significance
mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel PDB untuk
memprediksi kinerja reksadana pendapatan tetap terlalu kecil (di
bawah 0,05).
Variabel inflasi berdasarkan pada daerah penerimaan H0 dan
Ha, t hitung berada di dalam daerah penolakan H0, hal ini dikarenakan
t hitung = 3,624 > (lebih besar dari) t tabel = 1,9966 sehingga H05
ditolak dan Ha5 diterima atau dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh positif yang signifikan inflasi terhadap kinerja reksadana
pendapatan tetap. Nilai sebesar 0,001 pada kolom sig/significance
mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel inflasi untuk
memprediksi kinerja reksadana pendapatan tetap terlalu kecil (di
bawah 0,05).
b. Pengaruh variabel IHSG, SBI, KURS, PDB, dan INFLASI
terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap ( Uji F )
Tabel 4.13
Output Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 722.943 5 144.589 47.382 .000a
Residual 201.404 66 3.052 1
Total 924.347 71 a. Predictors: (Constant), LNINFLASI, LNIHSG, LNKURS, LNSBI, LNPDB b. Dependent Variable: LNKINERJA
97
Pada pengujian secara simultan (Uji F) diperoleh Fsign sebesar
0,000 lebih kecil dari alpha 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini berarti bahwa
secara simultan (bersama-sama) terdapat pengaruh variabel IHSG, SBI,
KURS, PDB, dan INFLASI terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis alternative Ha pada
hipotesis keenam yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan
dari variabel IHSG, SBI, KURS, PDB, dan INFLASI terhadap kinerja
reksadana pendapatan tetap.
c. Pengujian Koefisien Determinasi (Adjust R-Square)
Tabel 4.14
Output uji koefisien determinasi
Model R R SquareAdjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .884a .782 .766 1.74688
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai koefisien determinasi
yang disesuaikan adalah sebesar 0,766 yang berarti bahwa sebanyak
76,6% variasi atau perubahan kinerja reksadana pendapatan tetap
dapat dijelaskan oleh perubahan atau variasi dari IHSG, SBI, kurs,
PDB, dan inflasi.
d. Pengujian Koefisien Regresi
Pada hasil statistik diatas diperoleh persamaan sebagai berikut:
LnKinerja = -299.905 + 6.508 LnSBI - 12.424 LnKurs + 36.298
LnPDB - 3.318 LnInflasi
98
Konstanta sebesar -299.905 yang menyatakan bahwa variabel-
variabel independent dianggap nol, maka rata-rata kinerja reksadana
pendapatan tetap sebesar -299.905. Artinya secara keseluruhan kinerja
reksadana pendapatan tetap tidak terlalu baik.
1. Koefisien regresi 6.508 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1
poin X2 (SBI) akan menaikkan kinerja reksadana sebesar 6.508
poin.
2. Koefisien regresi -12.424 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1
poin X3 (Kurs) akan menurunkan kinerja reksadana sebesar
12.424 poin.
3. Koefisien regresi 36.298 menyatakan bahwa setiap peningkatan 1
poin X4 (PDB) akan menaikkan kinerja reksadana sebesar 36.298
poin.
4. Koefisien regresi -3.318 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 poin
X4 (Inflasi) akan menurunkan kinerja reksadana sebesar 3.318
poin.
5. Variabel SBI dan PDB adalah yang memiliki pengaruh paling
signifikan bagi kinerja reksadana pendapatan tetap. Artinya
variabel ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap
baik atau buruknya kinerja reksadana pendapatan tetap. Hal ini
menunjukkan bahwa secara agregatif naik atau turunnya SBI dan
PDB akan menaikkan atau menurunkan return reksadana
pendapatan tetap.
99
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Eduardus Tandelilin
dalam bukunya yang berjudul Analisis Investasi dan Manajemen
Portofolio (2001 : 214) yang menyatakan PDB, SBI, kurs, dan inflasi
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas
perusahaan, dalam hal ini reksadana merupakan perusahaan investasi
yang kinerjanya dilihat dari tingkat profitabilitas/return. Hal ini
konsisten dengan hasil penelitian penulis yang menyatakan bahwa
PDB, SBI, kurs, dan inflasi memberikan pengaruh signifikan terhadap
return dan kinerja reksadana pendapatan tetap.
Sedangkan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Adler
Haymans Manurung (2008 : 140-141) menyatakan bahwa kinerja
reksadana dipengeruhi oleh beberapa faktor yaitu PDB, SBI, dan
faktor pengelolaan aset investasi reksadana. Teori ini konsisten
dengan hasil penelitian penulis yang menyatakan bahwa PDB dan SBI
berpengaruh paling signifikan terhadap kinerja reksadana pendapatan
tetap.
Kemudian diperkuat oleh penelitian-penelitian sebelumnya
diantaranya, Abdul Muthalib (2005) menyatakan bahwa terdapat
pengaruh secara parsial atau individu dari variabel-variabel makro
ekonomi yaitu Pertumbuhan Pendapatan Nasional Bersih terhadap
tingkat kinerja reksadana saham dalam menghasilkan return NAB.
100
Homan Tanamas dan Ronald (2006) menyatakan bahwa dari
hasil pengujian yang dilakukan, faktor yang paling berpengaruh dalam
perubahan return reksadana pendapatan tetap adalah return SBI.
Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu terdapat
perbedaan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
penelitian yang dilakukan oleh Thomas Hartono (2005) hasil dari
penelitian tersebut menyatakan bahwa SBI, perubahan kurs, dan harga
emas berpengaruh terhadap perubahan return reksadana pendapatan
tetap. Sedangkan variabel inflasi dan PDB tidak berpengaruh terhadap
kinerja reksadana pendapatan tetap.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis
menunjukkan bahwa inflasi dan PDB berpengaruh terhadap kinerja
reksadana pendapatan tetap. Perbedaan tersebut dapat saja terjadi
dikarenakan dalam penelitian ini penulis mengembangkan penelitian
sebelumnya. Dalam hal ini penulis lebih memperpanjang rentang
waktu penelitian dan memperbanyak sampel penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dianalisis bahwa
kinerja reksadana pendapatan tetap dari tahun 2003 s/d 2008
cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor
ekonomi. Dimana berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel PDB memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja reksadana pendapatan tetap sehingga jika nilai PDB naik maka
kinerja reksadana pendapatan tetap akan naik. Berdasarkan teori, PDB
101
102
merupakan indikator makro yang menyatakan jumlah income yang
diperoleh masyarakat Indonesia per kapita. Kenaikan income
masyarakat memungkinkan masyarakat/investor menanamkan
dananya ke reksadana sehingga memacu kinerja reksadana meningkat
yang direpresentasikan oleh peningkatan return. Begitu pula
sebaliknya, jika PDB turun maka kinerja reksadana berpotensi turun.
Pengaruh positif dan signifikan dari SBI berdasarkan hasil
analisis menunjukkan bahwa setiap kenaikan SBI akan berpengaruh
pada kenaikan kinerja reksadana pendapatan tetap. Sebaliknya, jika
SBI turun maka kinerja reksadana pendapatan tetap kemungkinan
turun. Hal ini disebabkan SBI digunakan sebagai suku bunga acuan
bagi lembaga keuangan seperti reksadana untuk menetapkan tingkat
imbal hasilnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi
terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap dari bulan januari 2003 sampai
dengan bulan desember 2008 dengan menggunakan regresi berganda dan
pengujian statistic dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan perolehan return dan pengukuran kinerja dengan
menggunakan metode Sharpe dapat terlihat bahwa reksadana pendapatan
tetap memiliki kinerja yang menurun setiap tahunnya.
2. Hasil uji regresi ditemukan bahwa PDB dan SBI memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap, sedangakan
variabel IHSG, kurs, dan inflasi tidak memilki pengaruh yang signifkan.
3. Variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja reksadana
pendapatan tetap adalah PDB. Artinya variabel ini memiliki pengaruh
yang sangat signifikan terhadap baik buruknya kinerja reksadana
pendapatan tetap.
103
104
B. Implikasi
Dengan melihat perilaku data selama periode penelitian, analisis lebih
lanjut dapat dilakukan dengan mengganti atau menambahkan variabel
independent seperti harga emas, harga minyak, jumlah uang beredar, dan lain-
lain.
Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya menambah periode penelitian
sehingga jumlah sampel yang diteliti pun akan bertambah, guna memperoleh
hasil penelitian yang lebih signifikan.
1. Dunia investasi
Kepada para investor dapat menggunakan variabel SBI dan PDB
sebagai parameter kinerja reksadana pendapatan tetap.
2. Dunia akademisi
Memberikan kontribusi dan pengembangan teori terutama faktor
faktor yang mempengaruhi kinerja reksadana pendapatan tetap.
3. Dunia perusahaan
Sebagai pertimbangan bagi Manajer Investasi untuk
membandingkan tingkat return dan risiko pasar dengan tingkat return dan
risiko dari reksadana pendapatan tetap.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Muthalib. “Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Tingkat
kinerja Reksadana Saham Periode 1998-2004”. Tesis Strategi dan Keuangan, Universitas Indonesia.Jakarta 2005
Abimanyu, Yoopi. “Memahami Kurs Valuta Asing”. Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta. 2004. Ahmad,Rodoni. “Modul Institusi Depositori dan Pasar Modal”.Progam Studi
Manajemen.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Jakarta 2008
Ang Robert, “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia”, Media Soft Indonesia, 1997 Annisa, Sholihah. “Analisis Pengaruh JII,SWBI,IHSG,dan Inflasi Terhadap
Kinerja Reksadana Syariah”.Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Manajemen.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Jakarta 2008
Blanchard. “Economics”, Prentice Hall International, Inc.,New Jersey. 2000. Deden,Mulyana. “Pengaruh Kebijakan Alokasi Aset dan Pemillihan Sekuritas
Terhadap Kinerja Reksadana Terbuka Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif( Reksadana Saham,Reksadana Pendapatan Tetap,Reksadana Campuran)”.Fakultas Ekonomi. Universitas Siliwangi. Tasikmalaya 2003
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Balai
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2005. Ghufron, Sofiyani, dkk. “Investasi Halal di Reksadana Syariah”. RENAISAN.
Jakarta. 2005. Hendriyanto. “Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan,Suku bunga,Kurs dan
Resiko Terhadap Imbal Hasil Reksadana Syariah dan Konvensional”. Tesis Ekonomi dan Keuangan Syariah, Universitas Indonesia.Juli 2008
Hidayat, Khomarul. “Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI, Fluktuasi Kurs Dolar
AS dan Tingkat Inflasi terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan”. Magister Sains. Universitas Indonesia. 2006.
105
Homan,Tanamas,dkk. “Analisis Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Seputar Krisis 2005”.Program Studi Magister Manajemen Finance & Investment.Universitas Bina Nusantara.Jakarta 2006
M.Shun’an. “Kinerja Reksadana Indonesia”.Manajemen Magister Sains
Universitas Gajah Mada.Jogjakarta 2002 Mankiw, Gregory. “Principles of Economics (Pengantar Ekonomi Mikro)”. Edisi
3. Jakarta : Salemba Empat. 2006. Murni, Asfia. “Ekonomi Makro”. Refika Aditama. Bandung. 2006. Ponco Wibowo, Hamid. “Pengaruh Variabel Ekonomi Makro (PDB, Suku Bunga,
Kurs) terhadap Kinerja Perbankan Syariah”. Magister Manajemen. Universitas Indonesia. 2006.
Pramulia, Ronny. “Pengaruh Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi dan IHSG
terhadap Deposito Perbankan Syariah”. Magister Manajemen. Universitas Indonesia. Jakarta. 2009.
Santoso, Singgih. “Latihan SPSS : Statistik Parametrik”. Alex Media
Komputindo. Jakarta. 2001. Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”. Edisi keempat. LP-FEUI.
Jakarta. 2004. Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. PT. Raja Grafindo. Jakarta.
2004. Sunariyah. “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”. UUP AMP YPKN.
Yogyakarta.1997. Tinur,Fajar,dkk. “Reksadana Pendapatan Tetap di Indonesia:Analisis Market
Timing dan Stock Selection-Periode 2006-2008”.Magister Manajemen.Universitas Indonesia. Jakarta 2008.
Manurung, Adler Haymans. “Reksadana Investasiku”. Jakarta : Kompas. 2008 Rodoni, Ahmad. “Modul Institusi Depositori dan Pasar Modal”. Jakarta :
Program Studi Manajemen FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2008 Dharma, Agus. “Mengapa Harus Reksadana”. Jakarta : Majalah Uang & Efek.
1997 Rahardjo, Sapto. “Panduan Investasi Obligasi”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama. 2004
106
107
Rahardjo, Sapto. “Panduan Investasi Reksadana”. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. 2004
Alwi, Iskandar Z.,”Panduan Praktis Pasar Modal Teori dan Aplikasi”. Jakarta.
2003 Sunariyah. “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal”. Yogyakarta : UPP STIM
YKPN. 2006 Septiani, Dwina. “Reksadana:Perkembangan & Prospek”. Jakarta : Pusat
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia. 2003 Pratomo, Eko Priyo, dkk. “Reksadana : Solusi Perencanaan Investasi di Era
Modern”. Jakarta : Mees Pierson Finas. 2004
LAMPIRAN-LAMPIRAN NILAI NAV / UNIT REKSADANA PENDAPATAN TETAP
PERIODE JANUARI 2003 s/d DESEMBER 2008
Tahun Dan Bulan Nama Perusahaan 2003 NAB/Unit 2004 NAB/Unit 2005 NAB/Unit 2006 NAB/Unit 2007 NAB/Unit 2008 NAB/U
Niaga Pendapatan Tetap B Januari 1,030.62 Januari 1,163.67 Januari 1,287.25 Januari 1,287.88 Januari 1,588.69 Januari 1,752desember 2002: Februari 1,054.15 Februari 1,173.82 Februari 1,304.04 Februari 1,399.49 Februari 1,603.51 Februari 1,760
1024.301 Maret 1,000.00 Maret 1,180.57 Maret 1,382.77 Maret 1,419.39 Maret 1,621.92 Maret 1,762 April 1,075.73 April 1,193.17 April 1,380.44 April 1,434.26 April 1,641.01 April 1,757 Mei 1,085.97 Mei 1,202.58 Mei 1,391.50 Mei 1,447.41 Mei 1,660.72 Mei 1,765 Juni 1,096.12 Juni 1,212.85 Juni 1,401.67 Juni 1,462.44 Juni 1,674.72 Juni 1,749 Juli 1,104.90 Juli 1,218.12 Juli 1,411.18 Juli 1,476.12 Juli 1,684.82 Juli 1,766 Agustus 1,112.58 Agustus 1,228.03 Agustus 1,423.27 Agustus 1,494.91 Agustus 1,691.95 Agustus 1,760 September 1,090.41 September 1,228.03 September 1,428.65 September 1,513.78 September 1,704.27 September 1,760 Oktober 1,133.89 Oktober 1,248.07 Oktober 1,437.08 Oktober 1,530.04 Oktober 1,722.44 Oktober 1,760 Nopember 1,140.28 Nopember 1,261.09 Nopember 1,087.39 Nopember 1,549.68 Nopember 1,725.81 Nopember 1,760 Desember 1,150.89 Desember 1,261.09 Desember 1,174.10 Desember 1,575.42 Desember 1,736.86 Desember 1,755
108
109
Schroder Dana Mantap plus Januari 1,120.88 Januari 1,195.83 Januari 1,301.82 Januari 1,267.57 Januari 1,569.37 Januari 1,685.9desember 2002: Februari 1,138.34 Februari 1,211.18 Februari 1,302.92 Februari 1,303.02 Februari 1,570.08 Februari 1,681.0
1101.781 Maret 1,013.69 Maret 1,223.18 Maret 1,285.14 Maret 1,322.79 Maret 1,600.97 Maret 1,653.6 April 1,162.09 April 1,237.01 April 1,285.04 April 1,353.43 April 1,627.82 April 1,609.9 Mei 1,172.36 Mei 1,228.24 Mei 1,292.74 Mei 1,342.52 Mei 1,676.03 Mei 1,616.5 Juni 1,189.55 Juni 1,233.46 Juni 1,293.87 Juni 1,345.10 Juni 1,666.99 Juni 1,600.8 Juli 1,198.33 Juli 1,240.63 Juli 1,280.10 Juli 1,382.62 Juli 1,666.26 Juli 1,702.2 Agustus 1,206.15 Agustus 1,248.41 Agustus 1,192.48 Agustus 1,408.09 Agustus 1,638.91 Agustus 1,697.1 September 1,071.60 September 1,248.41 September 1,179.85 September 1,457.36 September 1,668.13 September 1,697.1 Oktober 1,205.77 Oktober 1,260.45 Oktober 1,199.37 Oktober 1,500.57 Oktober 1,692.55 Oktober 1,697.1 Nopember 1,175.29 Nopember 1,271.32 Nopember 1,215.99 Nopember 1,502.03 Nopember 1,650.48 Nopember 1,697.1 Desember 1,185.64 Desember 1,271.32 Desember 1,232.83 Desember 1,553.93 Desember 1,665.08 Desember 1,732.2Trimegah dana tetap Januari 1,207.61 Januari 1,376.16 Januari 1,562.14 Januari 1,744.43 Januari 2,000.78 Januari 2,192.0desember 2002: Februari 1,221.58 Februari 1,387.58 Februari 1,545.27 Februari 1,763.31 Februari 2,013.16 Februari 2,197.3
1189.793 Maret 1,004.77 Maret 1,401.15 Maret 1,560.59 Maret 1,787.82 Maret 2,025.84 Maret 2,193.2 April 1,252.48 April 1,401.12 April 1,574.12 April 1,808.40 April 2,039.99 April 2,172.0 Mei 1,266.91 Mei 1,428.17 Mei 1,596.59 Mei 1,832.23 Mei 2,077.37 Mei 2,178.9 Juni 1,282.67 Juni 1,432.42 Juni 1,610.20 Juni 1,849.45 Juni 2,084.82 Juni 2,181.0 Juli 1,296.74 Juli 1,439.66 Juli 1,622.69 Juli 1,874.12 Juli 2,096.53 Juli 2,181.0 Agustus 1,310.08 Agustus 1,463.43 Agustus 1,636.80 Agustus 1,893.52 Agustus 2,105.76 Agustus 2,181.0 September 1,004.15 September 1,463.43 September 1,573.03 September 1,912.13 September 2,117.40 September 2,181.0 Oktober 1,337.90 Oktober 1,477.43 Oktober 1,599.46 Oktober 1,950.83 Oktober 2,131.57 Oktober 2,181.0 Nopember 1,346.97 Nopember 1,488.69 Nopember 1,672.12 Nopember 1,969.41 Nopember 2,167.11 Nopember 2,181.0 Desember 1,363.46 Desember 1,488.69 Desember 1,718.83 Desember 1,986.36 Desember 2,181.85 Desember 2,181.0
110
HASIL RETURN DAN STANDAR DEVIASI
REKSADANA PENDAPATAN TETAP
PERIODE JANUARI 2003 s/d DESEMBER 2008
Periode Niaga Pendapatan Tetap B Schroder Dana Mantap plus Trimegah dana tetap No
tahun bulan Return sd return Sd return sd 1 2003 Januari 0.006169085 0.000248672 0.017334069 0.001241409 0.014976723 0.000567024 2 Februari 0.022834697 0.001729173 0.015573210 0.001032433 0.011568836 0.000162582 3 Maret -0.051371906 0.007077531 -0.109501644 0.013811221 -0.177483408 0.022273791 4 April 0.075731754 0.008006898 0.146397735 0.016558448 0.246529761 0.028047314 5 Mei 0.009518047 0.000148777 0.008843700 0.000233787 0.011523046 0.000157148 6 Juni 0.009347246 0.000128507 0.014656838 0.000923680 0.012436805 0.000265591 7 Juli 0.008006126 0.000030655 0.007387300 0.000060945 0.010971279 0.000091665 8 Agustus 0.006957473 0.000155107 0.006519574 0.000042036 0.010290307 0.000010849 9 September -0.019934505 0.003346598 -0.111549802 0.014054293 -0.233525888 0.028924810
10 Oktober 0.039875921 0.003751594 0.125204668 0.014043294 0.332379809 0.038235840 11 Nopember 0.005636969 0.000311822 -0.025279329 0.003815871 0.006774270 0.000406428 12 Desember 0.009303465 0.000123311 0.008805368 0.000229238 0.012247310 0.000243102 13 2004 Januari 0.011111493 0.000337884 0.008596826 0.000204489 0.009314265 0.000104986 14 Februari 0.008722211 0.000054329 0.012838944 0.000707936 0.008297247 0.000225684 15 Maret 0.005746387 0.000298837 0.009905860 0.000359843 0.009778725 0.000049865 16 April 0.010674894 0.000286069 0.011307149 0.000526145 -0.000024243 0.001213263 17 Mei 0.007886125 0.000044897 -0.007088796 0.001657052 0.019312041 0.001081532 18 Juni 0.008536396 0.000032276 0.004249037 0.000311499 0.002969849 0.000857930 19 Juli 0.004346691 0.000464950 0.005811106 0.000126115 0.005056093 0.000610338 20 Agustus 0.008132841 0.000015617 0.006272547 0.000071352 0.016512535 0.000749291
111
21 September 0.000000000 0.000980807 0.000000000 0.000815767 0.000000000 0.001210386 22 Oktober 0.016323995 0.000956494 0.009640030 0.000328294 0.009568150 0.000074856 23 Nopember 0.010429767 0.000256978 0.008627351 0.000208112 0.007616850 0.000306432 24 Desember 0.000000000 0.000980807 0.000000000 0.000815767 0.000000000 0.001210386 25 2005 Januari 0.020740711 0.001480662 0.023987162 0.002030986 0.049341642 0.004645389 26 Februari 0.013047868 0.000567690 0.000848569 0.000715060 -0.010799217 0.002492017 27 Maret 0.060375668 0.006184466 -0.013644898 0.002435118 0.009916725 0.000033487 28 April -0.001691049 0.001181498 -0.000082623 0.000825572 0.008664814 0.000182062 29 Mei 0.008017137 0.000029348 0.005991411 0.000104717 0.014279477 0.000484276 30 Juni 0.007303660 0.000114022 0.000874667 0.000711963 0.008518873 0.000199382 31 Juli 0.006785561 0.000175509 -0.010644590 0.002079047 0.007759505 0.000289502 32 Agustus 0.008572750 0.000036591 -0.068444788 0.008938669 0.008692841 0.000178736 33 September 0.003773693 0.000532952 -0.010592346 0.002072847 -0.038958659 0.005833928 34 Oktober 0.005902852 0.000280268 0.016544734 0.001147732 0.016805275 0.000784033 35 Nopember -0.243332964 0.029859117 0.013860335 0.000829153 0.045427724 0.004180893 36 Desember 0.079745728 0.008483269 0.013848280 0.000827722 0.027933672 0.002104731 37 2006 Januari 0.096906755 0.010519909 0.028176893 0.002528215 0.014894392 0.000557253 38 Februari 0.086660143 0.009303859 0.027969127 0.002503558 0.010820658 0.000073790 39 Maret 0.014217455 0.000706494 0.015170671 0.000984661 0.013903669 0.000439676 40 April 0.010474306 0.000262264 0.023166946 0.001933644 0.011507268 0.000155275 41 Mei 0.009174953 0.000108059 -0.008061121 0.001772446 0.013179669 0.000353753 42 Juni 0.010379378 0.000250998 0.001918338 0.000588102 0.009396874 0.000095182 43 Juli 0.009354486 0.000129366 0.027892675 0.002494485 0.013338626 0.000372618 44 Agustus 0.012730546 0.000530030 0.018420913 0.001370394 0.010351138 0.000018068 45 September 0.012620117 0.000516925 0.034996008 0.003337495 0.009830376 0.000043735 46 Oktober 0.010741789 0.000294008 0.029644905 0.002702436 0.020240384 0.001191706
112
47 Nopember 0.012835630 0.000542502 0.000973002 0.000700292 0.009519870 0.000080585 48 Desember 0.016611651 0.000990633 0.034557963 0.003285509 0.008607124 0.000188908 49 2007 Januari 0.008424475 0.000018994 0.009933613 0.000363136 0.007258842 0.000348920 50 Februari 0.009330975 0.000126576 0.000449654 0.000762402 0.006191526 0.000475587 51 Maret 0.011477751 0.000381351 0.019674349 0.001519149 0.006297943 0.000462958 52 April 0.011772072 0.000416281 0.016770353 0.001174508 0.006986088 0.000381290 53 Mei 0.012008090 0.000444291 0.029620202 0.002699505 0.018319253 0.000963709 54 Juni 0.008431211 0.000019793 -0.005392743 0.001455767 0.003590640 0.000784256 55 Juli 0.006031251 0.000265030 -0.000440061 0.000867992 0.005613599 0.000544174 56 Agustus 0.004230978 0.000478683 -0.016416567 0.002764055 0.004403540 0.000687782 57 September 0.007282691 0.000116511 0.017829090 0.001300157 0.005529172 0.000554194 58 Oktober 0.010659407 0.000284231 0.014641258 0.000921831 0.006690766 0.000416338 59 Nopember 0.001957903 0.000748447 -0.024855671 0.003765592 0.016672988 0.000768333 60 Desember 0.006402791 0.000220936 0.008845911 0.000234050 0.006801685 0.000403175 61 2008 Januari 0.009125664 0.000102210 0.012521921 0.000670312 0.004684098 0.000654486 62 Februari 0.004518717 0.000444534 -0.002870819 0.001156470 0.002394997 0.000926152 63 Maret 0.000863327 0.000878349 -0.016340589 0.002755038 -0.001843154 0.001429128 64 April -0.002502625 0.001277814 -0.026390586 0.003947753 -0.009670492 0.002358062 65 Mei 0.004335112 0.000466324 0.004074585 0.000332202 0.003158292 0.000835566 66 Juni -0.008734762 0.002017433 -0.009724473 0.001969849 0.000977549 0.001094372 67 Juli 0.009628902 0.000161933 0.063342537 0.006701610 0.000000000 0.001210386 68 Agustus -0.003537489 0.001400630 -0.003001962 0.001172034 0.000000000 0.001210386 69 September 0.000000000 0.000980807 0.000000000 0.000815767 0.000000000 0.001210386 70 Oktober 0.000000000 0.000980807 0.000000000 0.000815767 0.000000000 0.001210386 71 Nopember 0.000000000 0.000980807 0.000000000 0.000815767 0.000000000 0.001210386 72 Desember -0.002601475 0.001289546 0.020717573 0.001642957 0.000000000 0.001210386
113
HASIL KINERJA REKSADANA PENDAPATAN TETAP
METODE SHARPE DAN NILAI IHSG, SBI, KURS, PDB, DAN INFLASI
PERIODE JANUARI 2003 s/d DESEMBER 2008
Nama Perusahaan Niaga Pendapatan Tetap B Tahun Bulan KINERJA IHSG SBI KURS PDB INFLASI 2003 Januari -17.717798460 388.443 0.0106 8940.00 128907.37 0.007233 Februari 7.306787786 399.22 0.0102 8905.00 128907.37 0.006333 Maret -8.600726190 398.004 0.0095 8908.00 128907.37 0.005975 April 8.307222737 450.861 0.0092 8675.00 130869.07 0.00635 Mei 5.498478489 494.776 0.0087 8279.00 130869.07 0.005958 Juni 10.937796356 505.499 0.0079 8285.00 130869.07 0.005817 Juli 13.791950600 507.985 0.0076 8505.00 134220.63 0.005225 Agustus -3.014216620 529.675 0.0074 8535.00 134220.63 0.005425 September -8.113066652 597.652 0.0072 8389.00 134220.63 0.005275 Oktober 8.745417639 625.546 0.0071 8495.00 130056.03 0.0054 Nopember -4.611700502 617.084 0.0071 8537.00 130056.03 0.004608 Desember 19.288375477 691.895 0.0069 8465.00 130056.03 0.0043 2.651543388 2004 Januari 32.885504255 752.932 0.0066 8441.00 134978.67 0.004017 Februari 160.545562880 761.081 0.0064 8447.00 134978.67 0.003833 Maret 19.229184779 735.677 0.0062 8587.00 134978.67 0.004258
114
April 37.315738011 783.413 0.0061 8661.00 137174.03 0.004933 Mei 175.651020946 732.516 0.0061 9210.00 137174.03 0.005392 Juni 264.477817277 732.401 0.0061 9415.00 137174.03 0.005692 Juli 9.348727070 756.983 0.0061 9168.00 141783.30 0.006 Agustus 520.777548147 754.704 0.0061 9328.00 141783.30 0.005558 September 0.000000000 820.134 0.0062 9170.00 141783.30 0.005225 Oktober 17.066483053 860.487 0.0062 9090.00 139590.27 0.005183 Nopember 40.586183765 977.767 0.0062 9018.00 139590.27 0.00515 Desember 0.000000000 1000.233 0.0062 9290.00 139590.27 0.005333 106.490314182 2005 Januari 14.007726969 1045.435 0.0062 9165.00 142586.77 0.0061 Februari 22.984157847 1073.828 0.0062 9260.00 142586.77 0.005958 Maret 9.762470457 1080.165 0.0062 9480.00 142586.77 0.007342 April -1.431275226 1029.613 0.0064 9570.00 144999.63 0.006767 Mei 273.172697239 1088.169 0.0066 9495.00 144999.63 0.006167 Juni 64.054617877 1122.376 0.0069 9713.00 144999.63 0.006183 Juli 38.662079936 1182.301 0.0071 9819.00 149429.17 0.006533 Agustus 234.286936287 1050.09 0.0079 10240.00 149429.17 0.006942 September 7.080730488 1079.275 0.0083 10310.00 149429.17 0.00755 Oktober 21.061473874 1066.224 0.0092 10090.00 146166.73 0.014908 Nopember -8.149368985 1096.641 0.0102 10035.00 146166.73 0.015317 Desember 9.400353197 1162.635 0.0106 9830.00 146166.73 0.014258 57.074383330 2006 Januari 9.211748805 1232.321 0.0106 9395.00 149425.60 0.014192 Februari -98.167848125 1230.664 0.0106 9230.00 149425.60 0.014933 Maret -2810.756189766 1322.974 0.0106 9075.00 149425.60 0.013117
115
April -11398.914267660 1464.406 0.0106 8775.00 152574.90 0.012833 Mei -36931.852900185 1329.996 0.0104 9220.00 152574.90 0.013 Juni -19879.115523852 1310.263 0.0104 9300.00 152574.90 0.012942 Juli -46307.782324845 1351.649 0.0102 9070.00 158265.83 0.012625 Agustus -13182.770304350 1431.262 0.0098 9100.00 158265.83 0.012417 September -15451.721757132 1534.615 0.0094 9235.00 158265.83 0.012125 Oktober -30574.834338360 1582.626 0.0090 9110.00 155285.30 0.005242 Nopember -18409.462257995 1718.961 0.0085 9165.00 155285.30 0.004392 Desember -11087.243761664 1805.523 0.0081 9020.00 155285.30 0.0055 -17176.950810427 2007 Januari 443.536030277 1757.258 0.0079 9090.00 158608.00 0.005217
Februari -
110532.152281119 1740.971 0.0077 9160.00 158608.00 0.00525 Maret -39303.737774636 1830.924 0.0075 9118.00 158608.00 0.005433 April -38407.340759227 1999.167 0.0075 9083.00 162367.63 0.005242 Mei -38236.207481979 2084.324 0.0073 8828.00 162367.63 0.005008
Juni -
908976.152947177 2139.278 0.0071 9054.00 162367.63 0.004808 Juli -71667.356438357 2348.673 0.0069 9186.00 168652.53 0.00505 Agustus -41772.489391434 2194.339 0.0069 9410.00 168652.53 0.005425
September -
180177.928204944 2359.206 0.0069 9137.00 168652.53 0.005792 Oktober -77364.207688709 2643.487 0.0069 9103.00 165029.93 0.005733 Nopember -30727.681695202 2688.332 0.0069 9376.00 165029.93 0.005592
Desember -
108599.786673557 2745.826 0.0067 9419.00 165029.93 0.005492
-
137110.125442172
116
2008 Januari 89.283803247 2627.251 0.0067 9291.00 168414.20 0.006133 Februari -60727.544419548 2721.944 0.0066 9051.00 168414.20 0.006167 Maret -31876.995895589 2447.299 0.0066 9217.00 168414.20 0.006808 April -22696.962111431 2304.516 0.0067 9234.00 173119.77 0.007467 Mei -64323.624084501 2444.349 0.0069 9318.00 173119.77 0.00865 Juni -15370.391643892 2349.105 0.0073 9225.00 173119.77 0.009192
Juli -
197553.150994764 2304.508 0.0077 9118.00 179522.27 0.009917 Agustus -23563.350388532 2165.943 0.0077 9153.00 179522.27 0.009875 September -34665.317821963 1832.507 0.0073 9378.00 179522.27 0.010117 Oktober -35684.885993197 1256.704 0.0092 10995.00 172978.33 0.009808 Nopember -36704.454164431 1241.541 0.0094 12151.00 172978.33 0.009733 Desember -28694.294238239 1355.408 0.0090 10950.00 172978.33 0.009217 Nama Perusahaan Schroder Dana Mantap plus Tahun Bulan KINERJA IHSG SBI KURS PDB INFLASI 2003 Januari 5.444675735 388.443 0.0106 8940.00 128907.37 0.007233 Februari 5.204413323 399.22 0.0102 8905.00 128907.37 0.006333 Maret -8.616301571 398.004 0.0095 8908.00 128907.37 0.005975 April 8.284657337 450.861 0.0092 8675.00 130869.07 0.00635 Mei 0.614659720 494.776 0.0087 8279.00 130869.07 0.005958 Juni 7.270018825 505.499 0.0079 8285.00 130869.07 0.005817 Juli -3.216576452 507.985 0.0076 8505.00 134220.63 0.005225 Agustus -21.539548557 529.675 0.0074 8535.00 134220.63 0.005425 September -8.450547668 597.652 0.0072 8389.00 134220.63 0.005275 Oktober 8.412414025 625.546 0.0071 8495.00 130056.03 0.0054
117
Nopember -8.478884388 617.084 0.0071 8537.00 130056.03 0.004608 Desember 8.202677127 691.895 0.0069 8465.00 130056.03 0.0043 -0.572361879 2004 Januari 10.009470260 752.932 0.0066 8441.00 134978.67 0.004017 Februari 9.071836672 761.081 0.0064 8447.00 134978.67 0.003833 Maret 10.344871946 735.677 0.0062 8587.00 134978.67 0.004258 April 9.880954141 783.413 0.0061 8661.00 137174.03 0.004933 Mei -7.959193070 732.516 0.0061 9210.00 137174.03 0.005392 Juni -5.995625893 732.401 0.0061 9415.00 137174.03 0.005692 Juli -2.555023574 756.983 0.0061 9168.00 141783.30 0.006 Agustus 1.834285424 754.704 0.0061 9328.00 141783.30 0.005558 September -7.549136442 820.134 0.0062 9170.00 141783.30 0.005225 Oktober 10.554640103 860.487 0.0062 9090.00 139590.27 0.005183 Nopember 11.783826066 977.767 0.0062 9018.00 139590.27 0.00515 Desember -7.589997803 1000.233 0.0062 9290.00 139590.27 0.005333 2.652575653 2005 Januari 8.766102023 1045.435 0.0062 9165.00 142586.77 0.0061 Februari -7.472237015 1073.828 0.0062 9260.00 142586.77 0.005958 Maret -8.149460311 1080.165 0.0062 9480.00 142586.77 0.007342 April -7.872467284 1029.613 0.0064 9570.00 144999.63 0.006767 Mei -6.050491381 1088.169 0.0066 9495.00 144999.63 0.006167 Juni -8.427875267 1122.376 0.0069 9713.00 144999.63 0.006183 Juli -8.522938582 1182.301 0.0071 9819.00 149429.17 0.006533 Agustus -8.543754368 1050.09 0.0079 10240.00 149429.17 0.006942 September -9.130283739 1079.275 0.0083 10310.00 149429.17 0.00755 Oktober 6.428388072 1066.224 0.0092 10090.00 146166.73 0.014908
118
Nopember 4.404499334 1096.641 0.0102 10035.00 146166.73 0.015317 Desember 3.894158155 1162.635 0.0106 9830.00 146166.73 0.014258 -3.389696697 2006 Januari 6.942404125 1232.321 0.0106 9395.00 149425.60 0.014192 Februari 6.931119470 1230.664 0.0106 9230.00 149425.60 0.014933 Maret 4.633410481 1322.974 0.0106 9075.00 149425.60 0.013117 April 6.490480594 1464.406 0.0106 8775.00 152574.90 0.012833 Mei -10.425023594 1329.996 0.0104 9220.00 152574.90 0.013 Juni -14.450439075 1310.263 0.0104 9300.00 152574.90 0.012942 Juli 7.089376094 1351.649 0.0102 9070.00 158265.83 0.012625 Agustus 6.296911015 1431.262 0.0098 9100.00 158265.83 0.012417 September 7.676716986 1534.615 0.0094 9235.00 158265.83 0.012125 Oktober 7.654785890 1582.626 0.0090 9110.00 155285.30 0.005242 Nopember -10.807862092 1718.961 0.0085 9165.00 155285.30 0.004392 Desember 8.045317316 1805.523 0.0081 9020.00 155285.30 0.0055 2.173099768 2007 Januari 5.554238862 1757.258 0.0079 9090.00 158608.00 0.005217 Februari -9.520797133 1740.971 0.0077 9160.00 158608.00 0.00525 Maret 8.013926574 1830.924 0.0075 9118.00 158608.00 0.005433 April 7.892966155 1999.167 0.0075 9083.00 162367.63 0.005242 Mei 8.271345389 2084.324 0.0073 8828.00 162367.63 0.005008 Juni -8.570102593 2139.278 0.0071 9054.00 162367.63 0.004808 Juli -8.427565094 2348.673 0.0069 9186.00 168652.53 0.00505 Agustus -8.426594224 2194.339 0.0069 9410.00 168652.53 0.005425 September 8.425204897 2359.206 0.0069 9137.00 168652.53 0.005792 Oktober 8.424817113 2643.487 0.0069 9103.00 165029.93 0.005733
119
Nopember -8.426476013 2688.332 0.0069 9376.00 165029.93 0.005592 Desember 9.311024311 2745.826 0.0067 9419.00 165029.93 0.005492 1.043499020 2008 Januari 8.735117604 2627.251 0.0067 9291.00 168414.20 0.006133 Februari -8.196625317 2721.944 0.0066 9051.00 168414.20 0.006167 Maret -8.338877580 2447.299 0.0066 9217.00 168414.20 0.006808 April -8.371577416 2304.516 0.0067 9234.00 173119.77 0.007467 Mei -8.580358458 2444.349 0.0069 9318.00 173119.77 0.00865 Juni -8.629834643 2349.105 0.0073 9225.00 173119.77 0.009192 Juli 8.304105188 2304.508 0.0077 9118.00 179522.27 0.009917 Agustus -9.159543047 2165.943 0.0077 9153.00 179522.27 0.009875 September -8.897561354 1832.507 0.0073 9378.00 179522.27 0.010117 Oktober -11.216443590 1256.704 0.0092 10995.00 172978.33 0.009808 Nopember -11.482042437 1241.541 0.0094 12151.00 172978.33 0.009733 Desember 7.116785890 1355.408 0.0090 10950.00 172978.33 0.009217 Nama Perusahaan Trimegah dana tetap Tahun Bulan KINERJA IHSG SBI KURS PDB INFLASI 2003 Januari 7.762852670 388.443 0.0106 8940.00 128907.37 0.007233 Februari 8.419351125 399.22 0.0102 8905.00 128907.37 0.006333 Maret -8.394772328 398.004 0.0095 8908.00 128907.37 0.005975 April 8.461170168 450.861 0.0092 8675.00 130869.07 0.00635 Mei 17.964266666 494.776 0.0087 8279.00 130869.07 0.005958 Juni 16.925035877 505.499 0.0079 8285.00 130869.07 0.005817 Juli 36.960026328 507.985 0.0076 8505.00 134220.63 0.005225 Agustus 264.115554750 529.675 0.0074 8535.00 134220.63 0.005425
120
September -8.323047005 597.652 0.0072 8389.00 134220.63 0.005275 Oktober 8.508068413 625.546 0.0071 8495.00 130056.03 0.0054 Nopember -0.739932850 617.084 0.0071 8537.00 130056.03 0.004608 Desember 21.893302596 691.895 0.0069 8465.00 130056.03 0.0043 31.129323034 2004 Januari 26.329787203 752.932 0.0066 8441.00 134978.67 0.004017 Februari 8.332804595 761.081 0.0064 8447.00 134978.67 0.003833 Maret 72.102466321 735.677 0.0062 8587.00 134978.67 0.004258 April -5.054613080 783.413 0.0061 8661.00 137174.03 0.004933 Mei 12.216048289 732.516 0.0061 9210.00 137174.03 0.005392 Juni -3.667919297 732.401 0.0061 9415.00 137174.03 0.005692 Juli -1.764989634 756.983 0.0061 9168.00 141783.30 0.006 Agustus 13.840903599 754.704 0.0061 9328.00 141783.30 0.005558 September -5.087908126 820.134 0.0062 9170.00 141783.30 0.005225 Oktober 45.329262912 860.487 0.0062 9090.00 139590.27 0.005183 Nopember 4.705279061 977.767 0.0062 9018.00 139590.27 0.00515 Desember -5.115447547 1000.233 0.0062 9290.00 139590.27 0.005333 13.513806191 2005 Januari 9.290568426 1045.435 0.0062 9165.00 142586.77 0.0061 Februari -6.818124079 1073.828 0.0062 9260.00 142586.77 0.005958 Maret 110.988910209 1080.165 0.0062 9480.00 142586.77 0.007342 April 12.348252837 1029.613 0.0064 9570.00 144999.63 0.006767 Mei 15.806021190 1088.169 0.0066 9495.00 144999.63 0.006167 Juni 8.244844207 1122.376 0.0069 9713.00 144999.63 0.006183 Juli 2.364420947 1182.301 0.0071 9819.00 149429.17 0.006533 Agustus 4.295960293 1050.09 0.0079 10240.00 149429.17 0.006942
121
September -8.106371875 1079.275 0.0083 10310.00 149429.17 0.00755 Oktober 9.742711515 1066.224 0.0092 10090.00 146166.73 0.014908 Nopember 8.423892200 1096.641 0.0102 10035.00 146166.73 0.015317 Desember 8.223698542 1162.635 0.0106 9830.00 146166.73 0.014258 14.567065368 2006 Januari 7.661496511 1232.321 0.0106 9395.00 149425.60 0.014192 Februari 2.764491876 1230.664 0.0106 9230.00 149425.60 0.014933 Maret 7.494921250 1322.974 0.0106 9075.00 149425.60 0.013117 April 5.735626848 1464.406 0.0106 8775.00 152574.90 0.012833 Mei 7.810544804 1329.996 0.0104 9220.00 152574.90 0.013 Juni -10.714095087 1310.263 0.0104 9300.00 152574.90 0.012942 Juli 8.400819049 1351.649 0.0102 9070.00 158265.83 0.012625 Agustus 30.964795138 1431.262 0.0098 9100.00 158265.83 0.012417 September 10.412127778 1534.615 0.0094 9235.00 158265.83 0.012125 Oktober 9.467146301 1582.626 0.0090 9110.00 155285.30 0.005242 Nopember 12.138702192 1718.961 0.0085 9165.00 155285.30 0.004392 Desember 2.552156035 1805.523 0.0081 9020.00 155285.30 0.0055 7.890727725 2007 Januari -1.885315497 1757.258 0.0079 9090.00 158608.00 0.005217 Februari -3.189335516 1740.971 0.0077 9160.00 158608.00 0.00525 Maret -2.596471480 1830.924 0.0075 9118.00 158608.00 0.005433 April -1.347824140 1999.167 0.0075 9083.00 162367.63 0.005242 Mei 11.442856196 2084.324 0.0073 8828.00 162367.63 0.005008 Juni -4.453514310 2139.278 0.0071 9054.00 162367.63 0.004808 Juli -2.318008500 2348.673 0.0069 9186.00 168652.53 0.00505 Agustus -3.593376447 2194.339 0.0069 9410.00 168652.53 0.005425
122
September -2.428441850 2359.206 0.0069 9137.00 168652.53 0.005792 Oktober -0.442509711 2643.487 0.0069 9103.00 165029.93 0.005733 Nopember 12.752259199 2688.332 0.0069 9376.00 165029.93 0.005592 Desember 0.334888485 2745.826 0.0067 9419.00 165029.93 0.005492 0.189600536 2008 Januari -3.029199374 2627.251 0.0067 9291.00 168414.20 0.006133 Februari -4.549291448 2721.944 0.0066 9051.00 168414.20 0.006167 Maret -5.931229378 2447.299 0.0066 9217.00 168414.20 0.006808 April -6.924679168 2304.516 0.0067 9234.00 173119.77 0.007467 Mei -4.507972795 2444.349 0.0069 9318.00 173119.77 0.00865 Juni -5.754395136 2349.105 0.0073 9225.00 173119.77 0.009192 Juli -6.354721516 2304.508 0.0077 9118.00 179522.27 0.009917 Agustus -6.389145792 2165.943 0.0077 9153.00 179522.27 0.009875 September -5.996709036 1832.507 0.0073 9378.00 179522.27 0.010117 Oktober -7.559571207 1256.704 0.0092 10995.00 172978.33 0.009808 Nopember -7.738577447 1241.541 0.0094 12151.00 172978.33 0.009733 Desember -7.456298376 1355.408 0.0090 10950.00 172978.33 0.009217
124
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 72
Mean .0000000Normal Parametersa,,b
Std. Deviation 1.68424400
Absolute .104
Positive .047
Most Extreme Differences
Negative -.104
Kolmogorov-Smirnov Z .882
Asymp. Sig. (2-tailed) .418
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
UJI MULTIKOLINEARITAS
125
Coefficient Correlationsa
Model LNINFLASI LNIHSG LNKURS LNSBI LNPDB
LNINFLASI 1.000 -.041 -.290 -.718 -.063
LNIHSG -.041 1.000 .330 .220 -.920
LNKURS -.290 .330 1.000 .145 -.440
LNSBI -.718 .220 .145 1.000 -.117
Correlations
LNPDB -.063 -.920 -.440 -.117 1.000
LNINFLASI .838 -.040 -1.099 -1.136 -.368
1
Covariances
LNIHSG -.040 1.151 1.466 .408 -6.245
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
(Constant) -299.905 63.391 -4.731 .000 LNIHSG .205 1.073 .031 .191 .849 .128 7.831
LNSBI 6.508 1.727 .331 3.769 .000 .427 2.341
LNKURS -12.424 4.142 -.222 -2.999 .004 .601 1.664
LNPDB 36.298 6.330 .990 5.735 .000 .111 9.029
1
LNINFLASI -3.318 .915 -.342 -3.624 .001 .370 2.701a. Dependent Variable: LNKINERJA
126
LNKURS -1.099 1.466 17.156 1.035 -11.528
LNSBI -1.136 .408 1.035 2.981 -1.282
LNPDB -.368 -6.245 -11.528 -1.282 40.066a. Dependent Variable: LNKINERJA
Collinearity Diagnosticsa
Variance Proportions
Model
Dimensi
on Eigenvalue Condition Index (Constant) LNIHSG LNSBI LNKURS LNPDB LNINFLASI
1 5.990 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00
2 .007 29.310 .00 .05 .00 .00 .00 .14
3 .003 47.606 .00 .09 .00 .00 .00 .18
4 .000 110.931 .00 .01 .97 .00 .00 .56
5 2.022E-5 544.219 .14 .01 .01 .93 .03 .11
1
6 4.664E-6 1133.215 .86 .84 .02 .07 .97 .01
a. Dependent Variable: LNKINERJA
UJI AUTOKORELASI
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .884a .782 .766 1.74688 2.006
a. Predictors: (Constant), LNINFLASI, LNIHSG, LNKURS, LNSBI, LNPDB
b. Dependent Variable: LNKINERJA
UJI HETEROKEDASTISITAS
127
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -44449.295 88141.017 -.504 .616
ABSIHSG 12.690 16.483 .234 .770 .444
ABSSBI 3601297.283 4471244.196 .145 .805 .423
ABSKURS -3.732 9.196 -.063 -.406 .686
ABSPDB .432 .838 .174 .516 .608
1
ABSINFLASI -2778123.690 2243705.843 -.236 -1.238 .220
a. Dependent Variable: ABSKINERJA
128
129
ANALISIS REGRESI
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 LNINFLASI, LNIHSG, LNKURS, LNSBI, LNPDBa
. Enter
a. All requested variables entered.
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 722.943 5 144.589 47.382 .000a
Residual 201.404 66 3.052 1
Total 924.347 71 a. Predictors: (Constant), LNINFLASI, LNIHSG, LNKURS, LNSBI, LNPDB b. Dependent Variable: LNKINERJA
130
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -299.905 63.391 -4.731 .000
LNIHSG .205 1.073 .031 .191 .849
LNSBI 6.508 1.727 .331 3.769 .000
LNKURS -12.424 4.142 -.222 -2.999 .004
LNPDB 36.298 6.330 .990 5.735 .000
1
LNINFLASI -3.318 .915 -.342 -3.624 .001
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 1.0997 11.1727 5.6542 3.19097 72Std. Predicted Value -1.427 1.729 .000 1.000 72Standard Error of Predicted Value
.358 1.039 .490 .120 72
Adjusted Predicted Value .8394 11.4990 5.6490 3.18959 72Residual -5.88106 3.34226 .00000 1.68424 72Std. Residual -3.367 1.913 .000 .964 72Stud. Residual -3.456 1.988 .001 1.005 72Deleted Residual -6.19758 3.60742 .00521 1.83508 72Stud. Deleted Residual -3.790 2.034 -.003 1.032 72Mahal. Distance 1.995 24.129 4.931 3.439 72Cook's Distance .000 .171 .015 .027 72Centered Leverage Value .028 .340 .069 .048 72
a. Dependent Variable: LNKINERJA
131