ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI DAN NON...
Transcript of ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI DAN NON...
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR
EKONOMI DAN NON-EKONOMI TERHADAP
PERTUMBUHAN PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DI
INDONESIA TAHUN 2010-2015
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE.)
Oleh:
DHIMAS RACHMAN TAUFIQ
1113086000013
Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi and Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1439 H./2017 M.
ii
ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI DAN NON-
EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN PEMBIAYAAN BANK
SYARIAH DI INDONESIA TAHUN 2010-2015
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (SE.)
Oleh
DHIMAS RACHMAN TAUFIQ
NIM: 1113086000013
Di Bawah Bimbingan
Yoghi Citra Pratama, M.Si
NIP. 19830717 201101 1 011
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H./2017 M.
iii
Analisis Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi dan
Non-ekonomi terhadap Pertumbuhan
Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia Tahun
2010-2015.
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Selasa, 09 Mei 2017 telah dilakukan uji komprehensif atas mahasiswa:
Nama : Dhimas Rachman Taufiq
NIM : 1113086000013
Jurusan : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi :
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Mei 2017
1. Dr Ir. Roikhan Mochammad Aziz, MM (..............................)
NIDN. 2025067001 Penguji I
2. Ali Rama SE., M.Ec (..............................)
NIP. 19840628 201503 1 002 Penguji II
iv
Analisis Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi dan Non-
ekonomi terhadap Pertumbuhan Pembiayaan Bank
Syariah di Indonesia Tahun 2010-2015.
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Selasa 21 November 2017 telah dilakukan ujian skripsi atas mahasiswa:
Nama : Dhimas Rachman Taufiq
NIM : 1113086000013
Jurusan : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi :
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta. 21 November 2017
1. Dr. M. Nur Rianto Al Arif, SE., M.Si (………………………...)
NIP. 198110113 200801 1 006 Ketua
2. Yoghi Citra Pratama, M.Si (…………………….......)
NIP. 19830717 201101 1 011 Sekretaris
3. Adi Cahyadi, SE., M.Si (………………………...)
NIDN. 2015038202 Penguji Ahli
4. Yoghi Citra Pratama, M.Si (………………………...)
NIP. 19830717 201101 1 011 Pembimbing I
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Lengkap : Dhimas Rachman Taufiq
NIM : 1113086000013
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana (S1) di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti karya ilmiah ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 5 Desember 2017
Yang Menyatakan,
Dhimas Rachman Taufiq
NIM. 1113086000013
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dhimas Rachman Taufiq
Tempat/Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 19 Februari 1995.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Raya Tawang, Ciranca RT/RW.01/01 Ds. Tawang,
Kec. Pancatengah Kab. Tasikmalaya, Jawa Barat
Nomor HP : 0853 1921 3778
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan : UIN Syarif Hidayatullah, Jurusan Ekonomi Syariah
Darus-Sunnah International Institute for Hadith
Sciences, 2013-2017.
SMA Terpadu Riyadlul ‘Ulum, 2010-2013.
MTs Baitul Hikmah Haurkuning, 2007-2010.
SDN Tawang I, 2001- 2007.
Pengalaman Organisasi : Departemen Bahasa dan Kesenian IMDAR (2014-
2016)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) (Sejak 2013)
Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya (HIMALAYA)
(Sejak 2013)
Departemen Penelitian dan Pengembangan, Dewan
Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ekonomi dan
Bisnis (2013-2014)
Bendahara Umum Nabawi Darus-Sunnah (2015-2016)
Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi
Syariah (2016)
vii
ABSTRAK
Perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian nasional, salah
satunya sebagai lembaga intermediasi yang tugasnya menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk pembiayaan. Perbankan
syariah nasional dalam dekade terakhir ini terus menunjukkan derap pertumbuhan
yang positif dan cukup menggembirakan yang tercermin dari nilai pembiayaan
yang terus meningkat setiap tahun, namun dibalik itu terlihat adanya fenomena
perlambatan pertumbuhan volume pembiayaan di lima tahun terakhir. Penelitian ini
mencoba menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perlambatan
pertumbuhan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh faktor-faktor ekonomi (Pertumbuhan DPK, NPF) dan non-ekonomi
(stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan) terhadap tingkat pertumbuhan
pembiayaan bank syariah di Indonesia pada tahun 2010-2015. Sampel yang
digunakan adalah 5 BUS yang memiliki jaringan kantor terbanyak di Indonesia,
yaitu BSM, BMI, BNIS, BRIS, dan BSMI. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan masing-masing bank.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel dengan
menggunakan Common Effect Model (CEM). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa secara parsial, hanya stabilitas politik yang tidak berpengaruh signifikan,
sedangkan pertumbuhan DPK, NPF, dan efektivitas pemerintahan berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan pembiayaan. Secara simultan, variabel
pertumbuhan DPK, NPF, stabilitas politik, dan efektivitas pemerintahan
berpengaruh terhadap pertumbuhan pembiayaan. Kemampuan prediksi dari
keempat variabel tersebut terhadap pertumbuhan pembiayaan adalah sebesar
88,05%, sedangkan 11,95% sisanya dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel yang
diteliti.
Kata Kunci: Bank Syariah, Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga (DPK), Non
Performing Financing (NPF), Stabilitas Politik, Efektivitas
Pemerintahan, Regresi Data Panel, Common Effect Model
(CEM)
viii
ABSTRACT
Bank has a very important role in the national economy, one of which as an
intermediary institution whose task is to raise funds from the surplus unit and
redistribute it in the form of financing. National sharia banking in the last decade
continuously shows positive and encouraging growth reflected in the increasing
value of financing year by year, but unfortunately, there was the phenomenon of
slowing growth in financing volume over the last five years. This research tries to
analyze the factors that cause the growth slowdown. The purpose of this study is to
determine the extent of the influence of economic factors (growth of DPK, NPF)
and non-economic (political stability and effectiveness of government) to the
growth rate of Islamic banking financing in Indonesia in 2010-2015. This study
uses 5 sharia commercial banks (BUS) which has the most office network in
Indonesia as sample, that is BSM, BMI, BNIS, BRIS, and BSMI. The data used in
this study is secondary data obtained from the annual report of each bank. The
method used is panel data regression analysis by using Common Effect Model
(CEM). The results of this study show that partially, only political stability has no
significant effect, while growth of DPK, NPF, and government effectiveness have a
significant effect on financing growth. Simultaneously, variable DPK growth, NPF,
political stability, and government effectiveness have an effect on the growth of
financing. The prediction ability of these four variables to the growth of financing
is 88,05%, while the remaining 11,95% is explained by other factors outside the
variables studied.
Keywords: Sharia Banking, Financing, Third Party Fund (DPK), Non
Performing Financing (NPF), Political Stability, Government
Effectiveness, Panel Data Regression Analysis, Common Effect
Model (REM).
ix
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWt yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi dan Non-Ekonomi
terhadap Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia Tahun 2010-
2015” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Jurusan
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan
tanpa adanya dukungan, bantuan, bimbingan, dan nasihat dari berbagai pihak
selama penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Sukirman S.Pd., M.M.Pd, dan Ibu Hasanah,
S.Pd.I, dan Adinda Iqbal Syahrial Agamas, yang selalu memberikan kasih
sayang, doa dan nasihat yang terbaik, serta atas kesabarannya yang luar
biasa dalam setiap langkah hidup penulis. Penulis berharap dapat menjadi
anak yang dibanggakan.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Bapak Dr. Amilin, SE., Ak.,M.Si., QIA., BKP selaku Wakil Dekan
I Bid. Akademik, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag, M.H selaku Wakil
Dekan II Bid Administrasi Umum dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin M.A
selaku Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan yang telah memberikan jalan
bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
3. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah
dan dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, arahan, serta saran
yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
x
4. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA, selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membantu penulis dalam mengikuti dan
menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh staff pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak
ternilai selama penulis menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Saudari Jauharatu Nabilah, yang selalu memotivasi, mendukung, dan
menemani penulis. Terima kasih atas kesabaran dan kasih sayang yang
diberikan.
7. Teman-teman penulis selama berada di Fakultas Ekonomi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: Abie Ayub, Riyan, Fadhil, Abie Ridzky, Andri, Vika,
Dita, Muzda. Terima kasih atas bantuan, saran dan diskusi, serta
kerjasamanya.
8. Seluruh teman-teman penulis di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Terima
kasih atas pertemanan yang telah terjalin selama ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah dengan
tulus ikhlas memberikan doa dan motivasi sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,
karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan menyempurnakan
penulisan skripsi ini serta bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Jakarta, 8 November 2017
Penulis,
Dhimas Rachman Taufiq
xi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi .................................................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ............................................................. iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ........................................................................ iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .......................................................... v
Daftar Riwayat Hidup Penulis .............................................................................. vi
Abstrak .................................................................................................................. vii
Kata Pengantar ...................................................................................................... ix
Daftar Isi................................................................................................................ xi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 10
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12
2.1. Landasan Teori ............................................................................................ 12
2.1.1. Pembiayaan Bank Syariah ............................................................... 12
2.1.2. Dana Pihak Ketiga (DPK) ................................................................ 26
2.1.3. Non Performing Financing (NPF) ................................................... 30
2.1.4. Stabilitas Politik ............................................................................... 33
2.1.5. Efektivitas Pemerintahan ................................................................. 36
2.2. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 38
2.3. Keterkaitan Antar Variabel .......................................................................... 41
2.3.1. DPK terhadap Pembiayaan Bank Syariah ....................................... 41
2.3.2. NPF terhadap Pembiayaan Bank Syariah ........................................ 42
2.3.3. Stabilitas Politik terhadap Pembiayaan Bank Syariah ..................... 43
xii
2.3.4. Efektivitas Pemerintahan terhadap Pembiayaan Bank Syariah ....... 44
2.4. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 45
2.5. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 49
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 51
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 51
3.2. Metode Penentuan Data ............................................................................... 52
3.3. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 52
3.4. Metode Analisis Data .................................................................................. 53
3.4.1. Common Effect Model ..................................................................... 55
3.4.2. Fixed Effect Model ........................................................................... 56
3.4.3. Random Effect Model ....................................................................... 57
3.5. Metode Pemilihan Model ............................................................................ 58
3.6. Uji Statistik .................................................................................................. 59
3.7. Model Penelitian .......................................................................................... 62
3.8. Operasionalisasi Variabel Penelitian ........................................................... 62
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 66
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 66
4.2. Analisis dan Pembahasan ............................................................................ 76
4.2.1. Analisis Data .................................................................................... 77
4.2.2. Pengujian Hipotesis Penelitian ........................................................ 78
4.2.3. Model Penelitian .............................................................................. 82
4.2.4. Interpretasi Hasil Penelitian ............................................................. 85
BAB V. KESIMPULAN ..................................................................................... 90
5.1. Kesimpulan .................................................................................................. 90
5.2. Saran dan Rekomendasi ............................................................................... 91
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 94
Lampiran-lampiran ................................................................................................ 100
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Data Pertumbuhan Perbankan Syariah 2006-2016 .............................. 3
Tabel 2.1. Kriteria Kesehatan Bank Syariah ......................................................... 33
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 38
Tabel 4.1. Hasil Regresi Data Panel dengan Berbagai Model .............................. 77
Tabel 4.2. Hasil Uji Chow..................................................................................... 78
Tabel 4.3. Hasil Uji Regresi dengan Common Effect Model ............................... 78
Tabel 4.4. Uji-F Statistik ....................................................................................... 81
Tabel 4.6. Koefisien Variabel ............................................................................... 83
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Pembiayaan Bank Syariah 2006-2016 ................................................ 5
Grafik 1.2. Pembiayaan, DPK dan NPF Bank Syariah 2010-2015 ....................... 7
Grafik 4.1. Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah 2010-2015 ......................... 66
Grafik 4.2. Pertumbuhan DPK Bank Syariah 2010-2015 ..................................... 69
Grafik 4.3. NPF gross Bank Syariah 2010-2015................................................... 71
Grafik 4.4. Indeks Stabilitas Politik Indonesia 2010-2015 ................................... 73
Grafik 4.5. Indeks Efektivitas Pemerintahan Indonesia 2010-2015 ..................... 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bank adalah lembaga keuangan (financial institution) yang berfungsi
sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang
kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana (deficit unit).
Melalui bank, kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak
yang memerlukan dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Bank
menerima simpanan uang dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) dan kemudian
menyalurkannya dalam bentuk kredit atau pembiayaan (Gandapradja, 2004).
Dalam dunia perbankan nasional secara umum dikenal dua jenis
perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah atau biasa disebut
sistem perbankan ganda (dual banking system). Hal ini diakui dan dikenal
sejak diberlakukannya UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Kemudian
diperkuat dengan adanya UU No.10 tahun 1998 sebagai pengganti UU No. 7
Tahun 1992 yang kemudian diperkuat dengan dikeluarkannya sejumlah
ketentuan pelaksanaan dalam bentuk SK Direksi Bank Indonesia (Maries,
2008).
Kedua sistem perbankan secara sinergis bersama-sama memenuhi
kebutuhan masyarakat akan produk dan jasa perbankan, serta mendukung
pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional. Keberadaan sistem
ini secara de facto telah dimulai sejak Bank Muamalat Indonesia (BMI)
berdiri pada tahun 1992. Penerapan sistem perbankan ganda diharapakan
2
dapat memberikan alternatif transaksi keuangan yang lebih lengkap untuk
masyarakat dan dapat meningkatkan pembiayaan bagi sektor riil secara
bersama-sama antara bank syariah dan bank konvensional.
Selain sebagai lembaga intermediasi, bank memiliki fungsi lain,yaitu
bank sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of service. Salah
satu faktor yang menentukan pertumbuhan suatu bank adalah penyaluran
kredit atau pembiayaan (Wulandari, 2015). Kredit atau dalam istilah
perbankan syariah disebut pembiayaan memiliki peran penting dalam
menentukan kondisi perekonomian, sebab dengan adanya pembiayaan,
perekonomian rakyat khususnya bagi pengusaha kecil dan menengah akan
dapat berjalan. Pemerintah Indonesia dari tahun ke tahun senantiasa
mengeluarkan kebijakan baru dalam menggenjot dan meningkatkan
permintaan kredit masyarakat. Hal ini dilakukan tentu saja bukan tanpa alasan
melainkan untuk meningkatkan daya beli serta pertumbuhan ekonomi di
sektor riil. Pembiayaan juga mampu mampu mengurangi tingkat
pengangguran dan kemiskinan karena melalui pembiayaan dapat tercipta
suatu lapangan pekerjaan serta kesempatan bagi masyarakat luas dalam
menciptakan suatu usaha (Budiono, 2009).
Perbankan syariah nasional dalam dekade terakhir ini terus
menunjukkan derap pertumbuhan yang positif dan cukup menggembirakan
yang tercermin dari nilai aset yang terus tumbuh, dana investasi dan dana
titipan masyarakat serta penyaluran pembiayaan yang terus meningkat.
3
Tabel 1.1
Data Pertumbuhan Perbankan Syariah 2006-2016
Indikator Perbankan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bank Umum Syariah (unit) 3 3 5 6 11 11 11 11 12 12 13
Unit Usaha Syariah (unit) 20 26 27 25 23 24 24 23 22 22 21
Jumlah Kantor (unit) 531 597 822 998 1477 1737 2271 2588 2483 2301 2201
Total DPK (Triliun) 20,7 28,0 36,8 52,2 76,0 115,4 147,5 183,5 217,9 231,2 221,9
% Pertumbuhan DPK 33,5 35,3 31,4 41,8 45,6 51,8 27,8 24,4 18,7 6,1 20,8
Total Pembiayaan (Triliun) 20,4 27,9 38,2 46,9 68,2 102,7 147,5 184,1 199,6 213,0 248,0
% Pertumbuhan Pembiayaan 34,2 36,7 36,7 22,8 45,4 69,3 27,8 24,8 8,3 6,9 16,4
Total Aset (Triliun) 26,7 36,5 49,6 66,1 97,5 145,5 195,0 242,3 272,3 296,3 356,5
% Market Share 1,63 1,77 2,14 2,70 3,20 4,19 4,60 4,80 4,89 4,61 5.3
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2006-2016 (Bank Indonesia)
Data Statistik Perbankan Syariah 2006-2016 (tabel 1.1) menunjukkan
bahwa total aset bank syariah di Indonesia pada akhir tahun 2006 baru Rp26,7
triliun atau 1,63% dari pangsa pasar perbankan nasional. Tetapi di akhir tahun
2011 total asetnya telah mencapai Rp145,5 triliun, dan jumlah itu telah
tumbuh lagi 145,02% pada akhir tahun 2016 menjadi Rp356,5 triliun. Hal itu
berarti pertumbuhan rata-rata aset perbankan syariah dalam 10 tahun terakhir
mencapai lebih dari empat kali pertumbuhan perbankan konvensional. Pada
kurun waktu tersebut, perbankan syariah mampu menumbuhkan aset 30,99%
pertahun sedangkan pertumbuhan aset perbankan konvensional rata-rata
hanya 7% pertahun.
Bukan hanya asetnya saja yang tumbuh signifikan, jumlah bank yang
beroperasi dengan prinsip syariah pun semakin bertambah. Pada tahun 1999
baru terdapat dua bank syariah yang beroperasi di Indonesia, yaitu Bank
Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank Syariah Mandiri (BSM) serta satu unit
4
usaha syariah (UUS) milik Bank IFI yang baru beroperasi. Pada akhir 2007,
tidak kurang dari 29 bank umum di Indonesia yang menjalankan prinsip
syariah, terdiri dari dari 3 bank umum syariah (BUS), yaitu BMI, BSM, dan
Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI), serta 26 unit usaha syariah, belum
termasuk Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Sampai dengan
Desember 2016 di Indonesia tercatat telah ada 13 Bank Umum Syariah
(BUS), 21 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 166 Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Hal itu belum termasuk Baitul Mal wat Tamwil (BMT) yang
tersebar hampir di setiap provinsi.
Perkembangan yang pesat tersebut salah satunya disebabkan oleh
adanya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang keharaman bunga
bank, dan juga karena dukungan kebijakan Direktorat Perbankan Syariah
mengenai office chanelling bagi bank konvensional yang telah membuka
UUS pada tahun 2006 untuk memberikan pelayanan transaksi syariah bagi
masyarakat luas. Pada akhir 2007, setahun setelah kebijakan office
channeling bergulir, jumlah kantor layanan perbankan syariah menjadi 597
kantor yang sebelumnya hanya berjumlah 355 kantor pada 2004 (Bank
Indonesia, 2004).
Dibalik pertumbuhan yang sangat pesat dan pangsa pasar yang
terbuka lebar tersebut, terdapat kekhawatiran bahwa perkembangan tersebut
hanya semu belaka. Di tengah pertumbuhan positif jumlah pembiayaan bank
syariah yang cukup menggembirakan tersebut dengan rata-rata sekitar 30%
dalam 10 tahun terakhir, terlihat adanya fenomena perlambatan pertumbuhan
5
volume pembiayaan di lima tahun terakhir sehingga pada akhir tahun 2016
hanya mencatatkan pertumbuhan sebesar 16,44% sebagaimana terlihat dalam
grafik 1.1.
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2007-2016, data diolah.
Perlambatan ini perlu diwaspadai dan dicermati faktor-faktor
mendasarnya atau isu-isu strategis apa saja yang menyebabkan terjadinya
perlambatan pertumbuhan tersebut, sehingga dapat diantisipasi secara
memadai oleh otoritas, industri dan seluruh pemangku kepentingan untuk
dapat memulihkan kembali pertumbuhan volume pembiayaan bank syariah
yang tinggi disertai kegiatan usaha yang sehat dalam rangka mendukung
kelancaran jasa keuangan.
Faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi penyaluran
pembiayaan bisa dilihat dari berbagai aspek. Menurut Wulandari (2015),
penyaluran pembiayaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0
50000
100000
150000
200000
250000
300000
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Grafik 1.1
Pembiayaan Bank Syariah 2006-2016
Financing Gfinancing
6
perbankan. Dari sisi internal, bank dipengaruhi oleh kemampuan bank dalam
menghimpun dana masyarakat yang biasa disebut Dana Pihak Ketiga (DPK),
Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dan penetapan tingkat suku bunga. Sedangkan dari sisi
eksternal, bank dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, dan
lain sebagainya.
Muhammad dalam Adnan (2005) menambahkan bahwa faktor yang
mempengaruhi besarnya pembiayaan adalah faktor lingkungan yang secara
umum dikelompokkan menjadi lingkungan umum dan lingkungan khusus.
Faktor lingkungan umum yang mempengaruhi kinerja perbankan syariah
antara lain adalah kondisi politik, hukum, ekonomi, sosial dan budaya
masyarakat, teknologi, kondisi lingkungan alamiah, dan keamanan
lingkungan atau negara. Sedangkan, faktor lingkungan khusus yang
berpengaruh terhadap pembiayaan antara lain adalah nasabah, penabung,
pesaing, serikat pekerja, dan kebijakan bank sentral atau regulator.
Dalam penelitian ini penulis membatasi menggunakan beberapa
faktor internal dan eksternal perbankan yang diduga mempunyai pengaruh
terhadap pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Indonesia. Faktor internal
yang digunakan adalah adalah dana pihak ketiga (DPK) dan Non Performing
Financing (NPF). Sedangkan faktor eksternal yang digunakan adalah
stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan.
7
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Indonesia, 2015.
Berdasarkan Grafik 1.2 diatas, perkembangan pembiayaan bank
syariah dalam periode 2010-2015 mengalami fluktuasi. Pembiayaan tumbuh
dengan rata-rata 30.4% atau sebesar Rp154 triliun pertahun. Pertumbuhan
pembiayaan yang semula pada tahun 2010 sebesar 45,42% menurun drastis
menjadi 6.86% pada tahun 2015. Pertumbuhan pembiayaan bank syariah
tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan tingkat pertumbuhan sebesar
69.28%.
Perkembangan DPK bank syariah bank syariah pada periode tersebut
juga mengalami fluktuasi. DPK tumbuh dengan rata-rata 29.05% atau senilai
Rp161 triliun pertahun. Pertumbuhan DPK tertinggi terjadi pada tahun 2011
dengan tingkat pertumbuhan sebesar 51.79%. Pada tahun 2010, pertumbuhan
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Pembiayaan 68181 115415 147505 184122 199330 212996
DPK 76036 115415 147512 183534 217858 231175
GPembiayaan 45.42% 69.28% 27.80% 24.82% 8.26% 6.86%
GDPK 45.46% 51.79% 27.81% 24.42% 18.70% 6.11%
NPF 3.02% 2.52% 2.22% 2.62% 4.33% 4.34%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
0
50000
100000
150000
200000
250000
Mili
ar R
up
iah
Grafik 1.2
Pembiayaan, DPK dan NPF Bank Syariah Tahun 2010-2015
8
DPK bank syariah adalah sebesar 45.46 % dan naik menjadi 51,79% pada
tahun 2011. Kenaikan tersebut diikuti oleh kenaikan tingkat pertumbuhan
pembiayaan yang semula 45.42% pada 2010 menjadi 69.28% pada tahun
2011. Pada tahun 2012 pertumbuhan DPK mengalami penurunan menjadi
27.81% yang selanjutnya juga diikuti oleh penurunan tingkat pembiayaan
menjadi 27.80%. Begitu pula pada tahun selanjutnya, pertumbuhan
pembiayaan selalu tumbuh selaras dengan pertumbuhan DPK.
Pada tahun 2014, kenaikan tingkat pertumbuhan DPK sebesar
18.70% ternyata hanya diikuti oleh pertumbuhan pembiayaan sebesar 8.26%.
Padahal, selain pada tahun tersebut, kenaikan DPK selalu diikuti oleh
pertumbuhan pembiayaan dengan angka yang relatif seimbang. Fenomena ini
menunjukkan telah terjadi ketidak-konsistenan hubungan antara DPK dan
pembiayaan. Siregar (2004) dan Khatimah (2009) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pembiayaan. Hal tersebut diperkuat oleh Agustinar (2016) yang juga
menyatakan bahwa DPK memiliki pengaruh positif terhadap pembiayaan.
Berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut, Maula (2009) dan
Pamungkasi (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa DPK ternyata
memiliki pengaruh negatif terhadap penyaluran pembiayaan.
NPF gross bank syariah di Indonesia pada tahun 2010 adalah sebesar
3.02% dan meningkat menjadi 4.34% pada tahun 2015. NPF rata-rata
pertahun pada periode tersebut adalah sebesar 3.18%. Tingkat NPF tertinggi
dicapai pada tahun 2015 dengan nilai rasio NPF sebesar 4.34%. Pada tahun
9
2011 NPF bank syariah turun menjadi 2.52%, hal tersebut diikuti oleh
kenaikan tingkat pertumbuhan pembiayaan menjadi sebesar 69.28%. Pada
tahun 2012 NPF turun menjadi 2.22% yang ternyata diikuti oleh penurunan
tingkat pertumbuhan pembiayaan menjadi 27.80%. Pada tahun selanjutnya,
kenaikan NPF selalu diikuti oleh turunnya tingkat pertumbuhan pembiayaan
bank syariah. Fenomena ini menunjukkan adanya hubungan yang tidak
konsisten antara NPF dengan pertumbuhan pembiayaan bank syariah.
Siregar (2004) dalam penelitiannya mendokumentasikan bahwa
variabel NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran
pembiayaan. Hasil penelitian tersebut juga diperkuat oleh Agustinar (2016)
yang menyatakan bahwa NPF memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap penyaluran pembiayaan. Hal ini sesuai dengan data pada tahun 2010,
2011, dan 2013-2015 dimana ketika NPF naik, pertumbuhan pembiayaan
mengalami penurunan, dan begitu pula sebaliknya. Berbeda dengan
penelitian-penelitian tersebut, Pratin dan Akhyar (2005) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa NPF memiliki pengaruh positif. Hasil penelitian
tersebut juga diperkuat oleh Nurjaya (2011) yang juga menyatakan bahwa
NPF memiliki pengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan Hal ini
sesuai dengan data pada tahun 2012 yang menunjukkan bahwa ketika NPF
turun, ternyata tingkat pertumbuhan pembiayaan juga menurun.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, serta adanya
beberapa penelitian yang berhubungan dengan DPK dan NPF yang
menunjukkan adanya ketidak-konsistenan hubungan hasil yang didapat dari
10
beberapa penelitian, maka hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan
penelitian kembali mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
pembiayaan bank syariah di Indonesia. Selain itu, terbatasnya penelitian yang
menganalisis variabel-variabel non-ekonomi sebagai faktor eksternal
pembiayaan juga menjadi salah satu alasan mengapa penelitian ini sangat
penting untuk dilakukan.
1.2. Rumusan Masalah
Secara lebih rinci, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh faktor ekonomi (pertumbuhan DPK, NPF) dan
faktor non-ekonomi (stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan)
baik secara parsial maupun simultan terhadap pertumbuhan
pembiayaan bank syariah di Indonesia pada tahun 2010-2015?
1.3. Tujuan Peneltian
Dari perumusan masalah yang telah di uraikan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh faktor ekonomi (pertumbuhan DPK, NPF)
dan faktor non-ekonomi (stabilitas politik dan efektivitas
pemerintahan) baik secara parsial maupun simultan terhadap
pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Indonesia pada tahun
2010-2015.
11
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan masukan
bagi berbagai pihak sebagai berikut:
1. Pemerintah dapat menjadikan penelitian ini sebagai masukan dalam
pengambilan kebijakan khususnya dalam pengembangan Perbankan
Syariah di Indonesia
2. Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh kalangan akademisi maupun
praktisi perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya
untuk menambah literatur penelitian dalam perencanaan strategi
pengembangan perbankan syariah dan juga diharapkan dapat
menambah referensi bagi penelitian-penelitian mendatang.
3. Secara praktis penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para pelaku
pasar dan stake holder perbankan, terutama perbankan syariah
sebagai masukan untuk menyelaraskan strategi dalam mencapai
tujuan dan aspirasi terhadap perbankan syariah.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pembiayaan Bank Syariah
A. Pengertian Pembiayaan
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk
mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga
pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan
secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang
lain (Muhammad, 2005: 304).
Menurut Antonio (2001), pembiayaan merupakan salah satu
tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.
Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang
Perbankan menyatakan: Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan
itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
13
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Lebih jauh UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syari’ah menjelaskan pembiayaan adalah penyediaan dana atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
a) transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan
musyarakah;
b) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa
beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
c) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam,
dan istishna’;
d) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh;
dan
e) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk
transaksi multijasa.
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah
dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan, tanpa imbalan, atau
bagi hasil.
14
B. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
a. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah adalah
untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan
ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut
harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang
bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk
menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan
distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi
kebutuhan dalam negeri maupun ekspor (Ahmad, et al, 2009: 68).
b. Fungsi Pembiayaan
Keberadaan bank syari’ah yang menjalankan pembiayaan
berdasarkan prinsip syari’ah bukan hanya untuk mencari
keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia,
tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman,
diantaranya:
1) Memberikan pembiayaan dengan prinsip syari’ah yang
menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkan
debitur.
2) Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank
konvensional karena tidak mampu memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh bank konvensional.
15
3) Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu
dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui
pendanaan untuk usaha yang dilakukan.
C. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan merupakan suatu proses analisis yang
dilakukan oleh bank syariah untuk menilai suatu permohonan
pembiayaan yang telah diajukan oleh calon nasabah (Nawawi, 2011:
119). Menurut Zulkifli (2007: 153-155), beberapa analisis dasar
yang perlu dilakukan sebelum memutuskan permohonan
pembiayaan yang diajukan oleh calon debitur biasa dikenal dengan
prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition
of Economic) dengan penambahan aspek ke-syariah-an (S) bagi
objek yang akan didanai (5C+1S).
1) Character
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian
calon penerima pembiayaan dengan tujuan untuk
memperkirakan kemungkinan bahwa penerima
pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya.
2) Capacity
Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan
penerima pembiayaan untuk melakukan pembayaran.
Kemampuan diukur dengan catatan prestasi penerima
16
pembiayaan di masa lalu yang didukung dengan
pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti toko,
karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan.
3) Capital
Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang
dimiliki oleh calon penerima pembiayaan yang diukur
dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang
ditujukan oleh rasio finansial dan penekanan pada
komposisi modalnya.
4) Collateral
Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima
pembiayaan. Penilaian ini bertujuan untuk lebih
meyakinkan bahwa jika suatu risiko kegagalan pembayaran
tercapai terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai
pengganti dari kewajiban.
5) Condition
Bank syari’ah harus melihat kondisi ekonomi yang
terjadi di masyarakat secara spesifik melihat adanya
keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon
penerima pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi
eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha
calon penerima pembiayaan.
17
6) Syari’ah
Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa
usaha yang akan dibiayaai benar-benar usaha yang tidak
melanggar syari’ah sesuai dengan fatwa DSN: “Pengelola
tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam
tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah.”
D. Pembiayaan Berdasarkan Sifat Penggunaannya
Menurut Antonio (2001), pembiayaan menurut sifat
penggunaannya dapat dibagai menjadi dua, yaitu:
a. Pembiayaan Produktif
Pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti
luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi,
perdagangan, maupun investasi. Menurut keperluannya,
pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi:
1) Pembiayaan modal kerja
Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan
untuk memenuhi kebutuhan: (1) peningkatan
produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil
produksi, maupun secara kualitatif, yaitu
peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan
18
(2) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan
utility of place dari suatu barang.
Bank konvensional memberikan kredit modal
kerja tersebut, dengan cara memberikan pinjaman
sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendanai
seluruh kebutuhan yang merupakan kombinasi dari
komponen-komponen modal kerja tersebut, baik
untuk keperluan produksi maupun perdagangan
untuk jangka waktu tertentu, dengan imbalan berupa
bunga.
Bank syari’ah dapat membantu memenuhi
seluruh kebutuhan modal kerja tersebut, bukan
dengan meminjamkan uang, melainkan dengan
menjalin hubungan partnership dengan nasabah, di
mana bank bertindak sebagai penyandang dana
(shahibul maal), sedang-kan nasabah sebagai
pengusaha (mudharib). Skema pembiayaan semacam
ini disebut dengan mudharabah (trust financing).
Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu
tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara periodik
dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh tempo,
nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut
19
beserta porsi bagi hasil (yang belum dibagikan) yang
menjadi bagian bank.
2) Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi diberikan kepada para
nasabah untuk keperluan investasi, yaitu keperluan
penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi,
perluasan usaha, ataupun pendirian proyek baru.
Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah:
Untuk pengadaan barang-barang modal;
Mempunyai perencanaan alokasi dana
yang matang dan terarah;
Berjangka waktu menengah dan panjang
Bank syari’ah untuk pembiayaan investasi ini
menggunakan skema musyarakah mutanaqishah.
Dalam hal ini bank memberikan pembiayaan dengan
prinsip penyertaan, dan secara bertahap bank
melepaskan penyertaannya, dan pemilik perusahaan
akan mengambil alih kembali, baik dengan
menggunakan surplus cash flow yang tercipta
maupun dengan menambah modal, baik yang berasal
20
dari setoran pemegang saham yang ada ataupun
dengan mengundang pemegang saham baru.
Skema lain yang dapat digunakan oleh bank
syari’ah adalah al ijarah al muntahia bittamlik, yaitu
menyewakan barang modal dengan opsi diakhiri
dengan pemilikan. Sumber perusahaan untuk
pembayaran sewa ini adalah amortisasi atas barang
modal yang bersangkutan, surplus, dan sumber-
sumber lain yang dapat diperoleh perusahaan
(Antonio, 2001: 167).
b. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang
akan habis digunakan untuk dipakai memenuhi kebutuhan.
Pada umumnya, bank konvensional membatasi
pemberian kredit untuk pemenuhan barang tertentu yang
dapat disertai dengan bukti kepemilikan yang sah, seperti
rumah dan kendaraan bermotor, yang kemudian menjadi
barang jaminan utama (main collateral). Sedangkan untuk
pemenuhan kebutuhan jasa, bank meminta jaminan berupa
barang lain yang dapat diikat sebagai collateral. Sumber
pembayaran kembali atas pembiayaan tersebut berasal dari
21
sumber pendapatan lain, dan bukan dari eksploitasi barang
yang dibiayai dari fasilitas ini.
Menurut Hamoud (1982) dalam Antonio (2001),
Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil
untuk pemenuhan kebutuhan barang konsumsi dengan
menggunakan skema:
a. Al bai’ bi tsaman ajil (salah satu bentuk murabahah)
atau jual-beli dengan angsuran.
b. Al ijarah al muntahia bit tamlik atau sewa beli.
c. Al musyarakah mutanaqhishah atau descreasing
participation, di mana secara bertahap bank
menurunkan jumlah partisipasinya.
d. Ar Rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.
E. Risiko-risiko Pembiayaan Perbankan Syariah
Menurut Pradjoto et al. (2007), ditinjau dari segi risiko, pada
dasarnya risiko yang mungkin timbul dalam pembiayaan perbankan
syari’ah hampir sama dengan risiko kredit pembiayaan pada
perbankan konvensional. Adapun macam-macarn risiko tersebut
antara lain adalah: Risiko Kredit (Credit Risk); Risiko Pasar (Market
Risk); Risiko Likuiditas (Liquidity Risk); Risiko Operasional
(Operational Risk); Risiko Hukum (Legal Risk); Risiko Reputasi
22
(Reputation Risk); Risiko Strategis (Strategic Risk); Risiko
Kepatuhan (Compliance Risk).
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Pembiayaan
Besarnya pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah
dipengaruhi oleh banyak faktor. Wulandari (2015), dalam
penelitiannya membagi faktor-faktor yang mempengaruhi
penyaluran pembiayaan ke dalam dua kategori, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Dari sisi internal bank dipengaruhi oleh
kemampuan bank dalam menghimpun dana masyarakat yang biasa
disebut Dana Pihak Ketiga (DPK), Loan to Deposit Ratio (LDR) atau
dalam terminologi bank syariah disebut Financing to Deposit Ratio
(FDR), Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing
(NPF), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan penetapan tingkat suku
bunga. Sedangkan dari sisi eksternal bank dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi, peraturan pemerintah, dan lain sebagainya.
Penelitian-penelitian terdahulu telah banyak dilakukan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran
pembiayaan. Siregar (2004) dan Khatimah (2012) menggunakan
DPK, NPF, dan SWBI sebagai variabel penelitian. Nurjaya (2011)
menambahkan variabel inflasi dan Qolby (2013) menambahkan
variabel ROE sebagai variabel yang mempengaruhi pembiayaan.
23
Selain itu, beberapa penelitian terdahulu juga menambahkan
variabel-variabel rasio keuangan perbankan sebagai faktor internal
yang mempengaruhi pembiayaan. Pratami (2011) dalam
penelitiannya menggunakan DPK, CAR, NPF, dan ROA sebagai
variabel penelitian. Sedangkan Ghafur (2007) menggunakan
beberapa variabel internal bank seperti Loan to Assets Ratio, Return
on Loan Ratio, CAR, Assets Ratio, Assets Utilization Ratio, DPK,
dan LDR.
Dari sekian banyak penelitian yang membahas faktor
pembiayaan, DPK dan NPF merupakan dua variabel yang paling
sering digunakan untuk menganalisis faktor-faktor penyaluran
pembiayaan. Hal ini karena DPK dan NPF merupakan faktor utama
yang mempengaruhi penyaluran pembiayaan.
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun dari masyarakat
merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank
(Dendawijaya, 2005). Dana tersebut bisa mencapai 80% hingga 90%
dari seluruh dana yang dikelola oleh bank (Hadinoto, 2008). DPK
memiliki pengaruh yang kuat terhadap pembiayaan karena DPK
merupakan aset paling besar yang dimiliki oleh perbankan syariah.
Salah satu sumber dana yang bisa digunakan untuk pembiayaan
(financing) adalah modal sendiri (equity), sehingga semakin besar
DPK yang dihimpun, maka semakin besar pula jumlah pembiayaan
yang disalurkan.
24
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara
pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan
oleh bank syariah. NPF memiliki pengaruh yang kuat terhadap
penyaluran pembiayaan karena besarnya NPF mencerminkan tingkat
pengendalian biaya dan kebijakan kredit/pembiayaan yang
dijalankan oleh bank. Semakin tinggi NPF menunjukkan semakin
rendahnya kemampuan bank dalam mengumpulkan kembali
pembiayaan yang dikeluarkannya. Semakin sedikit dana pinjaman
yang kembali ke bank, akan menyebabkan dana bank yang tersedia
untuk disalurkan semakin berkurang. Akibatnya, bank akan
mengurangi jumlah dana yang akan disalurkan ke masyarakat.
Menurut Muhammad dalam Adnan (2005), faktor yang
mempengaruhi besarnya pembiayaan adalah faktor lingkungan yang
secara umum dikelompokkan menjadi lingkungan umum dan
lingkungan khusus. Faktor lingkungan umum yang mempengaruhi
kinerja perbankan syariah antara lain adalah kondisi politik, hukum,
ekonomi, sosial dan budaya masyarakat, teknologi, kondisi
lingkungan alamiah, dan keamanan lingkungan atau negara. Faktor
lingkungan khusus yang berpengaruh antara lain adalah nasabah,
penabung, pesaing, serikat pekerja, dan kebijakan bank sentral atau
regulator.
Dalam hubungannya dengan penyaluran pembiayaan,
penelitian yang menganalisis faktor eksternal dan faktor lingkungan
25
umum ini belum banyak dilakukan. Kurangnya penelitian tentang
faktor-faktor ini tentu saja menjadikan aspek tersebut sangat menarik
untuk diteliti, terutama mengenai faktor politik. Hubungan antara
ekonomi dan politik memang tidak dapat dipisahkan (Mankiw,
2000). Terlepas bahwa ekonomi terselip dalam setiap elemen
kenegaraan, hubungan antara ekonomi dan politik menjadi hal yang
saling berkaitan satu sama lain. Dengan demikian, kondisi politik
suatu negara memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kondisi
perekonomiannya.
Kegiatan perbankan, sebagai bagian dari aktivitas ekonomi
yang diatur oleh pemerintah tentunya tidak luput dari kondisi politik
yang terjadi. Walaupun tidak terkait langsung dengan dinamika yang
terjadi di pasar uang, pengaruh lingkungan politik tidak dapat
dipisahkan dari aktivitas perbankan.
Tingkat pengaruh politik terhadap kinerja bank juga dapat
dilihat dari sudut pandang undang-undang dan kebijakan yang
diambil pemerintah. Dalam skala yang lebih besar, pemerintah bukan
hanya memiliki kontrol melalui regulasinya, tetapi juga memiliki
kontrol langsung atas sistem keuangan. Oleh karena itu, penelitian
terhadap kredibilitas dan efektivitas pemerintah dalam hubungannya
dengan kinerja perbankan menjadi penting untuk dilakukan.
26
2.1.2. Dana Pihak Ketiga (DPK)
A. Pengertian Dana Pihak Ketiga
Bagi sebuah bank sebagai lembaga keuangan, dana merupakan
darah dalam tubuh badan usaha dan persoalan utama. Tanpa dana,
bank tidak dapat berbuat apa-apa atau tidak dapat berfungsi sama
sekali. Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank atau disebut
aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan
(Sinungan, 1997: 83). Dana yang dimiliki bank bukan hanya berasal
dari bank itu sendiri melainkan juga dari masyarakat dan pihak lain
yang selanjutnya disebut dengan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Pasal1)
disebutkan bahwa DPK adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah
kepada bank syariah dan atau unit usaha syariah berdasarkan akad
wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dalam bentuk giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Dana-dana masyarakat yang disimpan
dalam bank merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan
bank.
Pada bank konvensional, penghimpunan dana dari masyarakat
dilakukan dalam bentuk tabungan, deposito dan giro yang lazim
disebut dana pihak ketiga (DPK). Dalam bank syariah
penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan tidak
27
membedakan nama produk, tetapi melihat pada prinsip, yaitu prinsip
wadiah dan prinsip mudharabah (Wiroso, 2005: 19).
Dana yang dihimpun tersebut ternyata merupakan sumber
dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80%
hingga 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank) (Hadinoto,
2008:55). Setelah DPK dikumpulkan oleh bank, sesuai dengan
fungsi intermediary-nya, maka bank berkewajiban menyalurkan
dana tersebut dalam pembiayaan. Simpanan DPK memiliki
pengaruh yang paling kuat terhadap pembiayaan, hal tersebut karena
DPK merupakan aset paling besar yang dimiliki oleh perbankan
syariah.
B. Jenis-jenis DPK pada Perbankan Syariah
Pada dasarnya, proses penghimpunan dana dari masyarakat
yang dilakukan oleh bank syariah hampir sama dengan bank
konvensional. Dalam sistem perbankan syariah juga dikenal produk-
produk berupa giro (demand deposit), tabungan (saving deposit), dan
deposito (time deposit) sebagai sarana untuk menghimpun dana
masyarakat. Perbedaannya adalah bahwa dalam sistem perbankan
syariah tidak dikenal adanya bunga sebagai kontraprestasi terhadap
nasabah deposan, melainkan melalui mekanisme bagi hasil dan
bonus yang bergantung pada jenis produk apa yang dipilih oleh
nasabah (Anshori, 2007: 79). Dengan demikian, produk
penghimpunan dana (funding) bank syariah adalah sebagai berikut:
28
a. Tabungan (saving deposit)
Tabungan merupakan simpanan berdasarkan akad
wadiah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya
yang dipersamakan dengan itu. Menurut Siamat (2005),
Antonio (2001), dan Muhammad (2005), salah satu
sumber dana yang bisa digunakan untuk pembiayaan
(financing) adalah simpanan. Secara umum jika DPK
semakin besar, maka bank semakin banyak menyalurkan
pembiayaan kepada masyarakat.
b. Deposito (time deposits)
Deposto berjangka adalah simpanan yang
penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank
(Riyadi, 2004: 63). Deposito syariah adalah deposito yang
dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dewan Syariah
Nasional (DSN) telah mengeluarkan fatwa yang
menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah
deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah (Karim,
29
2004: 303). Bank syariah bertindak sebagai pengelola dana
(mudharib), sedangkan nasabah sebagai pemilik dana
(shahibul maal). Dalam kapasitasinya sebagai pengelola
dana, bank syariah dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta
mengembangkannya. Dari hasil pemanfaatan dana
tersebut, bank syariah akan membagi keuntungan yang
diperoleh kepada nasabah berdasarkan nisbah yang telah
disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan
rekening.
c. Giro (demand deposits)
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
01/DSN-MUI/IV/2000, giro merupakan simpanan dana
yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya atau dengan pemindahbukuan. Sedangkan
pengertian giro menurut UU No. 21 Tahun 2008 adalah
simpanan berdasarkan akad wadiah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya atau dengan pemindahbukuan.
30
Ada perbedaan mendasar antara tabungan dan
giro, diantaranya adalah dalam hal penarikan dananya.
Sarana yang digunakan untuk menarik dana atau
mengambil uang di rekening tabungan bisa dengan
menggunakan ATM dan atau buku tabungan, sedangkan
giro menggunakan cek, bilyet giro, pemindahbukuan dan
sarana perintah pembayaran lainnya (Ikit, 2015: 186).
2.1.3. Non Performing Financing (NPF)
Indikator yang menunjukkan kerugian akibat risiko kredit
tercermin dari besarnya non performing loan (NPL), yang dalam
terminology bank syariah disebut non performing financing (NPF). NPF
adalah rasio antara pembiayaan yang bermasalah dengan total
pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah. Berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan Bank Indonesia, kategori yang termasuk dalam
NPF adalah pembiayaan kurang lancar, diragukan, dan macet. Salah satu
risiko usaha bank menurut Peraturan Bank Indonesia adalah risiko kredit,
yang didefinisikan sebagai risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan
counterparty memenuhi kewajiban.
Menurut Susilo, et al. (1999), risiko kredit merupakan risiko yang
dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman
kepada masyarakat. Karena berbagai hal, debitur mungkin saja tidak
mampu memenuhi kewajibannya terhadap bank seperti pembayaran
31
pokok pinjaman, pembayaran bunga, dan lain-lain. Tidak terpenuhinya
kewajiban nasabah kepada bank menyebabkan bank menderita kerugian
dengan tidak diterimanya penerimaan yang sebelumnya sudah
diperkirakan. Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting
bagi perusahaan yang dalam operasionalnya memberikan
pembiayaan/kredit, karena semakin besar piutang akan semakin besar
risikonya.
Menurut Rivai dan Veithzal (2006), ada beberapa pengertian Non
Performing Financing (NPF), yaitu:
a. Pembiayaan yang didalam pelaksanaannya belum mencapai target
yang diinginkan oleh pihak bank;
b. Pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko
dikemudian hari bagi bank dalam arti luas;
c. Mengalami kesulitan didalam penyelesaian kewajiban-
kewajibannya, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya
dana tau pembayaran bunga, denda keterlambatan, serta ongkos-
ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan;
d. Pembiayaan dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya,
terutama apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang
diharapkan diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali
pembiayaan, sehingga belum memenuhi target yang diinginkan
oleh bank;
32
e. Pembiayaan dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali
sesuai perjanjian, sehingga terdapat tunggakan atau ada potensi
kerugian di perusahaan nasabah sehingga memiliki kemungkinan
timbulnya risiko dikemudian hari bagi bank dalam arti luas;
f. Mengalami kesulitan dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya
terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya,
pembayaran bunga, dan pembayaran ongkos-ongkos bank yang
menjadi beban nasabah yang bersangkutan;
g. Pembiayaan golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan
dan macet serta golongan lancar yang berpotensi menunggak.
Untuk mengetahui besarnya NPF suatu bank, Bank Indonesia
menginstruksikan perhitungan NPF dalam laporan keuangan perbankan
nasional sesuai surat edaran No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang
perhitungan Rasio Keuangan Bank yang dirumuskan sebagai berikut:
𝑁𝑃𝐹 = 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑥 100%
Rasio tersebut ditujukan untuk mengukur tingkat permasalahan
pembiayaan yang dihadapi bank syariah. Semakin tinggi rasio ini
menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Nilai
rasio ini kemudian dibandingkan dengan kriteria kesehatan NPF bank
syariah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagaimana berikut:
33
Tabel 2.1
Kriteria Kesehatan Bank Syariah
No Nilai NPF Predikat
1 NPF = 2% Sehat
2 2% ≤ NPF < 5% Sehat
3 5% ≤ NPF < 8% Cukup Sehat
4 8% ≤ NPF < 12% Kurang Sehat
5 NPF ≥ 12% Tidak Sehat
Sumber: SE BI No. 9/24/DPBS.
Dalam memberikan pembiayaan, bank harus melakukan analisis
terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya.
Setelah pembiayaan diberikan, bank wajib melakukan pemantauan
terhadap penggunaan pembiayaan tersebut serta kemampuan dan
kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya. Bank melakukan
peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk
memperkecil risiko pembiayaan/kredit (Ali, 2004).
2.1.4. Stabilitas Politik
Stabilitas adalah suatu kondisi dari sebuah sistem yang
komponennya cenderung ke dalam, atau kembali kepada suatu hubungan
yang sudah mantap. Stabilitas sama dengan tiadanya perubahan yang
mendasar atau kacau di dalam suatu sistem politik, atau perubahan yang
34
terjadi pada batas-batas yang telah disepakati atau telah ditentukan (Jack,
et al, 1989: 249).
Sedangkan kata politik secara etimologis berasal dari bahasa
Yunani/Latin, yaitu politicus dan politicos “relating to citizen” (Ibnu,
1999: 25). Politik juga berasal dari kata polis (Negara Kota). Dari kata
ini muncul beberapa kata seperti polities (Negara Kota), politikos
(Kewarganegaraan), politike tehne (Kemahiran Politik), dan politike
episteme (Ilmu Politik). Secara terminologis banyak para ahli yang
memberi arti politik dalam bahasa yang berbeda, sehingga ada banyak
arti yang melekat pada kata politik, seperti power (kekuasaan), justice
(keadilan), dan order (tatanan masyarakat).
Stabilitas politik dapat difahami sebagai kondisi dimana tidak
adanya perubahan mendasar atau revolusioner dalam sistem politik
(pemerintah), atau perubahan yang terjadi pada batas-batas yang telah
ditentukan (Jack, 1985: 49). Menurut Crouch (1982), stabilitas politik
ditandai dengan dua hal. Pertama, adanya pemerintahan yang stabil
dalam arti dapat memerintah bertahun-tahun atau dapat menjalankan
programnya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan. Kedua,
sistem pemerintahan stabil, dalam arti sistem tersebut mampu menerima
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat dengan tidak
merubah sistem pemerintahan yang ada.
Sedangkan menurut Sanit (1982), secara teoritis stabilitas politik
ditentukan oleh tiga variabel yang saling berkaitan, yaitu perkembangan
35
ekonomi yang memadai, perkembangan pelembagaan baik struktur
maupun proses politik dan partisipasi politik. Perkembangan ekonomi
meliputi adanya tingkat pertumbuhan yang cukup dalam masyarakat.
Sedangkan pelembagaan politik mengarah pada pengertian tidak
timbulnya konflik antara kekuatan-kekuatan politik. Dan partisipasi
politik lebih mengacu pada konsep partisipasi menurut pola
pemerintahan dimana bentuk partisipasi lebih bersifat mobilized. Maka
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan stabilitas politik adalah
pola sikap dan tingkah laku segenap komponen sistem politik yang
membangun kelestarian susunan struktur dan hubungan kekuasaan
sehingga menjamin efektivitas pemerintahan (Sanit, 1995: 57).
Mankiw (2000) dan Blanchard (2006) dalam Septiani (2014)
mengungkapkan bahwa perekonomian sebuah negara tidak akan terlepas
dari peranan faktor politik. Kondisi politik yang aman dan stabil akan
berpengaruh positif terhadap perekonomian. Blanchard (2006)
menambahkan bahwa sebuah institusi akan berperan penting dalam
menjaga kestabilan politik sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi suatu negara.
Menurut Barro (1991) dalam Grindle (2007), ketidakstabilan
politik dapat menurunkan investasi-investasi produktif, sehingga akan
berdampak pula pada penurunan produksi. Situasi politik yang stabil
akan menciptakan iklim ekonomi yang kondusif, dan situasi seperti ini
merangsang pertumbuhan ekonomi, terbukanya akses untuk melakukan
36
aktivitas-aktivitas yang produktif, sehingga produksi dapat ditingkatkan
(Tarmidi, 2009). Meningkatnya produksi ini lebih lanjut dapat
berimplikasi tehadap turunnya impor dan meningkatnya ekspor suatu
negara.
2.1.5. Efektivitas Pemerintahan
Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna. Menurut Effendy
(1989) efektivitas adalah komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan
yang direncanakan dan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu
yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan. Efektivitas
menurut pengertian di atas mengartikan bahwa indikator efektivitas
dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah
tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Sedangkan menurut
Mahmudi (2005), efektivitas merupakan hubungan antara output dengan
tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap
pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau
kegiatan.
Variabel efektivitas pemerintahan berhubungan erat dengan tata
kelola pemerintahan yang baik dan efektif (good governance).
Efektivitas pemerintahan dalam hal ini berkaitan dengan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan. Dalam konteks proses, maka
37
penyelenggaraan pemerintahan terkait dengan bagaimana tugas, fungsi,
dan peran-peran pemerintah dilaksanakan. Dalam konteks output, maka
penyelenggaraan pemerintahan terkait dengan seberapa efektif
pencapaian tujuan dari perencanaan yang telah dibuat. Dalam hal ini,
pemaknaan capaian terkait dengan seberapa baik atau efektif masyarakat
memperoleh layanan atau merasakan kepuasan terhadap pemerintah
yang memberikan layanan. Menurut Brunetti, Kinsuko dan Weder
(1997), efektivitas dan kredibilitas pemerintah berkontribusi positif
terhadap perekonomian, serta terciptanya iklim yang kondusif untuk
meningkatkan produksi dan investasi.
Beberapa pengukur dari efektivitas sebuah pemerintahan adalah
bagaimana masyarakat memperoleh pelayanan dan bagaimana mutu
pelayanan, meliputi kualitas pelayanan publik yang bebas dari tekanan
politik, kualitas perumusan kebijakan, kualitas pengelolaan keuangan,
dan kredibilitas komitmen pemerintah terhadap kebijakan yang telah
ditetapkan (Vilnus, 2011). Dengan demikian atribut dari efektivitas
pemerintahan nampak pada konteks kebijakan, manajemen sumber daya
manusia (SDM) dan finansial, serta perbaikan terus-menerus terhadap
kinerja kebijakan dan pelayanan yang dijalankan.
38
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan antara lain adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Peneliti/Judul Penelitian Metode Variabel yang
Digunakan Hasil Penelitian
1.
Nurhayati Siregar (2004)/
Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Penyaluran Dana
Perbankan Syariah di
Indonesia
Regresi
linier
berganda
Variabel Y:
Penyaluran
Dana
Perbankan
Syariah
Variabel X:
DPK, NPF,
SWBI
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
variabel bonus SWBI
berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan terhadap
penyaluran dana. Variabel
DPK berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
penyaluran dana. Variabel
NPF berpengaruh negative
dan signifikan terhadap
penyaluran dana.
2.
Husnul Khatimah (2012) /
Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Penyaluran Dana
Perbankan Syariah di
Indonesia Sebelum dan
Sesudah Kebijakan
Regresi
linier
berganda
dan
Analisis of
variance
(ANOVA)
Variabel Y:
Penyaluran
Dana
Perbankan
Syariah
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya
DPK yang memiliki
pengaruh signifikan
terhadap penyaluran dana
perbankan syariah,
sedangkan NPF dan bonus
SWBI tidak signifikan.
39
Akselerasi Perbankan
Syariah Tahun
2007/2008.
Variabel X:
NPF, DPK,
Bonus SWBI
Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa
setelah adanya kebijakan
akselerasi, terbukti terjadi
peningkatan penyaluran
dana perbankan syariah.
3
Muhammad Luthfi Qolby
(2013) /
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Pembiayaan pada
Perbankan Syariah di
Indonesia Periode Tahun
2007-2013.
Error
Correction
Model
(ECM)
Variabel Y:
Pembiayaan
Bank Syariah
Variabel X:
DPK, SWBI,
ROA
Hasil penelitian
menunjukan bahwa dalam
jangka panjang DPK,
SWBI, dan ROA secara
bersama-sama berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap pembiayaan. Pada
jangka pendek, ROA tidak
berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan.
Sedangkan DPK dan SWBI
berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan bank
syariah di Indonesia.
4.
Agustinar (2016) /
Analisis Pengaruh DPK,
NPF, SWBI dan Surat
Berharga Pasar Uang
Syariah Terhadap
Penyaluran Pembiayaan
Perbankan Syariah Di
OLS
(Ordinary
Least
Square)
regresi
linier
berganda
Variabel Y:
Penyaluran
Dana
Perbankan
Syariah
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa DPK,
NPF, SWBI, Surat
Berharga Pasar Keuangan
Syariah secara bersama-
sama berpengaruh
signifikan. Dana Pihak
Ketiga memiliki pengaruh
40
Indonesia (Periode 2010-
2014)
Variabel X:
DPK, NPF,
SWBI, Surat
Berharga
Pasar
Keuangan
Syariah
positif dan signifikan
terhadap penyaluran
pembiayaan, NPF memiliki
pengaruh negatif dan
signifikan, SWBI memiliki
pengaruh negatif dan
signifikan. Sedangkan
surat berharga pasar uang
syariah memiliki pengaruh
negatif dan signifikan.
5.
Bani Pamungkas (2012)/
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tingkat
Pembiayaan Bagi Hasil
Perbankan Syariah di
Indonesia
Error
Correction
Model
(ECM)
Variabel Y:
Tingkat
pembiayaan
bagi hasil.
Variabel X:
DPK,
Financing
rate
pembiayaan
bagi hasil,
lending rate
bank
konvensional,
NPF, SWBI,
jumlah kantor
bank syariah,
inflasi,
industrial
Dalam jangka pendek,
financing rate pembiayaan
bagi hasil dan SWBI
memiliki pengaruh negatif
dan signifikan. Sedangkan,
variabel industrial
production index memiliki
pengaruh yang positif dan
signifikan. Dalam jangka
panjang, variabel jumlah
kantor bank syariah,
inflasi, dan indeks produksi
industri memiliki pengaruh
positif dan signifikan
sedangkan DPK, lending
rate bank konvensional,
dan SWBI memiliki
pengaruh negatif dan
signifikan terhadap tingkat
pembiayaan bagi hasil
41
production
index
perbankan syariah di
Indonesia.
6.
Endang Nurjaya (2011)/
Analisis Pengaruh Inflasi,
SBIS, NPF dan DPK
terhadap Pembiayaan
Murabahah pada Bank
Syariah di Indonesia.
Regresi
Linier
Berganda
Variabel Y:
Pembiayaan
Murabahah
Variabel X:
Inflasi, SBIS,
NPF, DPK.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
secara parsial, inflasi, NPF
dan DPK berpengaruh
positif dan signifikan.
Sedangkan variabel SBIS
berpengaruh negatif dan
signifikan.
Sumber: Berbagai penelitian terdahulu
2.3. Keterkaitan Antar Variabel
Berikut ini akan dijelaskan hubungan antar variabel-variabel
independen dengan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini:
A. DPK terhadap Pembiayaan Bank Syariah
Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun ternyata merupakan
sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa
mencapai 80% hingga 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh
bank) (Hadinoto, 2008:55). Setelah DPK dikumpulkan oleh bank,
sesuai dengan fungsi intermediary-nya, maka bank berkewajiban
menyalurkan dana tersebut dalam pembiayaan. Dalam hal ini, bank
harus mempersiapkan strategi penggunaan dana yang dihimpunnya
sesuai dengan rencana alokasi yang telah ditetapkan (Muhammad,
2002: 55).
42
Simpanan DPK memiliki pengaruh yang kuat terhadap
pembiayaan, hal tersebut karena DPK merupakan aset paling besar
yang dimiliki oleh perbankan syariah. Salah satu sumber dana yang
bisa digunakan untuk pembiayaan (financing) adalah modal sendiri
(equity) sehingga semakin besar DPK yang dihimpun, maka semakin
besar pula jumlah pembiayaan yang disalurkan.
Siregar (2004) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
DPK berpengaruh positif terhadap pembiayaan bank syariah. Hal ini
juga diperkuat oleh Agustinar (2016) dan Qolby (2013) yang
mendokumentasikan bahwa DPK memiliki pengaruh positif terhadap
pembiayaan bank syariah.
B. NPF terhadap Pembiayaan Bank Syariah
Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio
perbandingan antara jumlah pembiayaan non-lancar dengan jumlah
total pembiayaan. Peningkatan jumlah NPF akan meningkatkan
jumlah Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP) dan
mengurangi modal bank. Karena NPF dapat mempengaruhi jumlah
modal, maka peningkatan NPF dapat menurunkan jumlah
pembiayaan yang disalurkan.
Agustinar (2016) dalam penelitiannya tentang Analisis
Pengaruh DPK, NPF, SWBI dan Surat Berharga Pasar Uang
43
Syariah Terhadap Penyaluran Pembiayaan Perbankan Syariah Di
Indonesia (Periode 2010-2014) menunjukkan bahwa NPF
berpengaruh negatif terhadap pembiayaan bank syariah di Indonesia.
C. Stabilitas Politik terhadap Pembiayaan Bank Syariah
Menurut Barro (1991) dalam Grindle (2007), ketidakstabilan
politik dapat menurunkan investasi-investasi produktif, sehingga
akan berdampak pula pada penurunan produksi. Situasi politik yang
stabil akan menciptakan iklim ekonomi yang kondusif, dan situasi
seperti ini merangsang pertumbuhan ekonomi, terbukanya akses
untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang produktif, sehingga
produksi dapat ditingkatkan (Tarmidi, 2009). Meningkatnya
produksi ini lebih lanjut dapat berimplikasi tehadap peningkatan
pembiayaan produktif bank syariah, yakni pembiayaan yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu
untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi.
Secara teori, kredit perbankan memiliki hubungan kausalitas
yang positif dengan pertumbuhan ekonomi. Hubungan timbal balik
tersebut terjadi karena semakin tinggi kredit yang disalurkan oleh
pihak perbankan, maka akan memacu pertumbuhan ekonomi pada
sektor yang disalurkan kredit dan akhirnya dapat meningkatkan
44
pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, kredit digunakan sebagai
penggerak pertumbuhan ekonomi, dimana kredit sebagai fungsi
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang
tinggi akan menyebabkan permintaan kredit yang semakin tinggi
juga. Jika kondisi perekonomian kurang bergairah atau tidak stabil
maka permintaan kredit juga akan berkurang. Dalam hal ini,
pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari kredit. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan Inggrid (2006) bahwa
kredit/pembiayaan perbankan memiliki hubungan kausalitas dengan
pertumbuhan ekonomi.
D. Efektivitas Pemerintahan terhadap Pembiayaan Bank Syariah
Efektivitas pemerintahan berhubungan erat dengan tata kelola
pemerintahan yang baik dan efektif (good governance). Menurut
Brunetti, Kinsuko dan Weder (1997), efektivitas dan kredibilitas
pemerintah berkontribusi positif terhadap perekonomian dan
terciptanya iklim yang kondusif untuk meningkatkan produksi.
Peningkatan produksi tersebut pada akhirnya akan berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembiayaan bank
syariah. Melalui pengaturan dan regulasi pemerintah yang efektif,
perbankan syariah di Indonesia semakin berkembang pesat, termasuk
dalam segi pembiayaan.
45
2.4. Kerangka Pemikiran
Menurut Rodoni (2010:15), kerangka pemikiran merupakan sintesa dari
serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya
merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi
atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka
pemikiran dapat berupa bagan, deskriptif kualitatif, atau bahkan gabungan
keduanya. Berdasarkan landasan teori dan hasil dari penelitian sebelumnya
serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka kerangka pemikiran dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bank syariah mengalami pertumbuhan setiap tahunnya seperti yang
telah diungkapkan sebelumnya. Pertumbuhan yang cenderung positif tersebut
menjadikan perbankan syariah mengalami kemajuan yang pesat dari berbagai
sudut baik dari internal berupa kepemilikan aset sampai yang berhubungan
langsung dengan masyarakat berupa pembiayaan dan penghimpunan dananya
baik berupa simpanan dalam bentuk tabungan, giro, maupun deposito. Faktor
ekonomi seperti pertumbuhan DPK dan NPF diduga memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan pembiayaan bank syariah. Namun disamping itu,
faktor non-ekonomi seperti stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan,
juga memiliki peranan terhadap perkembangan perbankan syariah. Dari
keempat variabel tersebut pertumbuhan DPK, stabilitas politik, dan
efektivitas pemerintahan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
pembiayaan bank syariah, sedangkan variabel NPF berpengaruh negatif.
46
Langkah pertama yang dilakukan untuk mengolah data dalam
penelitian ini adalah dengan meregresikan data tersebut dengan pendekatan
Common Effect (Pooling Least Square). Pada model ini data cross section
digabungkan dengan data time series. Kemudian digunakan metode OLS
terhadap data panel tersebut. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang
paling sederhana dibandingkan dengan dua pendekatan lainnya. Dengan
pendekatan ini, kita tidak bisa melihat perbedaan antarindividu dan perbedaan
antarwaktu karena intercept maupun slope dari model sama. Terlihat bahwa
baik intercept maupun slope tidak berubah baik antaridividu maupun
antarwaktu.
Langkah kedua adalah dengan menggunakan pendekatan Efek Tetap
(Fixed effect). Dalam menganalisis data time series, kita dapat memakai
asumsi berdasarkan kriteria berikut ini: teknik yang paling sederhana
mengasumsikan bahwa data gabungan yang ada menunjukkan kondisi yang
sesungguhnya. Hasil analisis regresi dianggap berlaku pada semua objek dan
pada semua waktu.
Langkah selanjutnya adalah dengan pendekatan Efek Acak (Random
Effect). Pendekatan ini digunakan untuk mengatasi kelemahan model efek
tetap yang menggunakan variabel semu, sehingga model mengalami
ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, metode random effect
menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan antarwaktu dan
antarobjek.
47
Selanjutnya, dilakukan pemilihan model regresi panel dengan
menggunakan dua uji, yaitu uji chow dan uji hausman. Hasil kedua uji
tersebut menentukan apakah hasil olah regresi data panel akan menggunakan
model fixed, random, atau common effect.
Setelah hasil pengolahan data diperoleh, hasil tersebut diinterpretasi
melalui proses analisa statistik beserta pembahasannya sehingga diperoleh
kesimpulan akhir penelitian serta implikasi dan manfaatnya bagi akademisi
maupun stake holders perbankan syariah.
48
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Interpretasi
Pemilihan Model Regresi Panel
Uji Chow Uji Hausman
Fixed Effect Common Effect Random Effect
Objek Penelitian
Variabel Dependen (X) Variabel Independen (Y)
Model Estimasi Data
Pengujian Hipotesis
Uji t Adjusted R2 Uji F
49
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Hipotesis yang diajukan sebagai jawaban sementara terhadap
permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H0: β1 = 0; Tidak terdapat pengaruh secara simultan antara
pertumbuhan DPK, NPF, stabilitas politik, dan efektivitas
pemerintahan terhadap pertumbuhan pembiayaan bank syariah di
Indonesia.
Ha: β1 ≠ 0; Terdapat pengaruh secara simultan antara pertumbuhan
DPK, NPF, stabilitas politik, dan efektivitas pemerintahan terhadap
pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Indonesia.
2. H0: β2 = 0; Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara
pertumbuhan DPK terhadap pertumbuhan pembiayaan bank syariah
di Indonesia.
Ha: β2 ≠ 0; Terdapat pengaruh secara parsial antara pertumbuhan
DPK terhadap pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Indonesia.
3. H0: β3 = 0; Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara NPF
terhadap pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Indonesia.
50
Ha: β3 ≠ 0; Terdapat pengaruh secara parsial antara NPF terhadap
pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Indonesia.
4. H0: β4 = 0; Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara stabilitas
politik terhadap pertumbuhan pembiayaan bank syariah di
Indonesia.
Ha: β4 ≠ 0; Terdapat pengaruh secara parsial antara stabilitas politik
terhadap pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Indonesia.
5. H0: β5 = 0; Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara efektivitas
pemerintahan terhadap pertumbuhan pembiayaan bank syariah di
Indonesia.
Ha: β5 ≠ 0; Terdapat pengaruh secara parsial antara efektivitas
pemerintahan terhadap pertumbuhan pembiayaan bank syariah di
Indonesia.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh faktor-faktor ekonomi,
(pertumbuhan DPK dan NPF) dan non-ekonomi (stabilitas politik dan
efektivitas pemerintahan) terhadap pertumbuhan bank syariah di Indonesia
yang direpresentasikan dengan pertumbuhan pembiayaan (financing) dalam
periode tahun 2010-2015. Bank syariah yang diteliti adalah 5 unit Bank
Umum Syariah (BUS) yang memiliki jaringan kantor terbanyak di Indonesia,
yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank
Syariah Mega Indonesia (BSMI), Bank BRI Syariah (BRIS), dan Bank BNI
Syariah (BNIS).
Peneliti tidak memilih data pembiayaan secara nominal karena
kenaikan angka secara nominal selalu terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini
dapat terjadi karena faktor-faktor:
a. Pertambahan bank syariah secara alamiah, sebagaimana pertambahan
yang dialami oleh bank konvensional secara umum di Indonesia. Hal
ini terjadi karena peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat, sehingga
volume dana di sektor perbankan juga meningkat.
b. Peningkatan jumlah kantor bank syariah di berbagai wilayah di
Indonesia. Penambahan kantor bank yang relatif tersebar membuat
kesadaran dan keinginan untuk bertransaksi dengan bank syariah
52
menjadi meningkat, sehingga volume dana di sektor perbankan juga
meningkat.
3.2. Metode Penentuan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pertumbuhan
pembiayaan bank syariah, pertumbuhan DPK, NPF, stabilitas politik, dan
data efektivitas pemerintahan Indonesia selama periode tahun 2010 – 2015.
Data yang digunakan adalah data tahunan. Alasan pemilihan periode tahun
tersebut adalah untuk melihat hasil pertumbuhan perbankan syariah terutama
dari sisi pembiayaan secara lebih akurat dan relevan selama tujuh tahun
terakhir. Selain itu pemilihan tahun penelitian 2010 - 2015 juga disebabkan
oleh keterbatasan data.
Data pertumbuhan pembiayaan, pertumbuhan DPK dan NPF yang
digunakan diperoleh dari laporan tahunan yang dikeluarkan oleh masing-
masing bank. Sedangkan data tingkat stabilitas politik Indonesia dan
efektivitas pemerintahan diperoleh dari TheGlobal Economy.com, The World
Bank.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
53
1. Field Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yakni data yang diperoleh melalui hasil pengolahan pihak kedua (data
eksternal) atau data yang telah dipublikasikan, seperti pusat referensi
Bank Indonesia (BI) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat
Statistik (BPS).
2. Library Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari literatur,
buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang berhubungan dengan aspek
yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau
pinjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau
kadaluarsa, karena ilmu selalu berkembang. Oleh karena itu, untuk
mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan
teknologi yang juga berkembang yaitu internet sehingga data yang
diperoleh merupakan data yang sesuai dengan perkembangan zaman.
3.4. Metode Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan penelitian yang diajukan, maka dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode regresi data panel dengan
54
didukung oleh analisis kuantitatif dengan menggunakan model ekonometrik
untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hubungan antara variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian.
Data panel merupakan kombinasi data cross section dengan time
series. Jika setiap unit cross section memiliki jumlah observasi time series
yang sama, maka disebut sebagai balanced panel (total jumlah observasi =
NxT). Sebaliknya juka jumlah observasi berbeda untuk setiap unit cross
section maka disebut unbalanced panel.
Menurut Gujarati (2004), keunggulan penggunaan data panel
memberikan banyak keuntungan diantaranya sebagai berikut:
1. Data panel mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga
dapat memberikan informasi yang lebih lengkap, selanjutnya
diperoleh degree of freedom (df) yang lebih besar sehingga
estimasi data yang dihasilkan lebih baik;
2. Dengan menggabungkan informasi dari data time series dan cross
section, maka masalah yang timbul karena adanya masalah
penghilangan variabel (omitted variable) dapat diatasi;
3. Data panel mampu mengurangi kolinearitas antarvariabel;
4. Data panel lebih baik dalam mendeteksi dan mengukur efek yang
secara sederhana tidak mampu dilakukan oleh data time series
murni dan cross section murni;
55
5. Data panel dapat menguji dan membangun model yang lebih
kompleks, contohnya seperti skala ekonomi dan perubahan
teknologi.
6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregat
individu, karena data yang diobservasi lebih banyak.
Analisis regresi data panel memiliki tiga macam model, yaitu:
Common Effect, Fixed Effect dan Random Effect.
3.4.1. Common Effect Model
Model Common Effect merupakan model sederhana yang
menggabungkan seluruh data time series dengan cross section dan
selanjutnya dilakukan estimasi model dengan menggunakan metode
Ordinary Least Square (OLS). Model ini menganggap bahwa intersep dan
slop dari setiap variabel sama untuk setiap objek observasi. Kelemahan
model ini adalah ketidaksesuaian model dengan keadaan sebenarnya.
Kondisi setiap objek pada satu waktu dengan waktu yang lain dapat
berbeda.
Bentuk persamaan model common effect dapat ditulis sebagai
berikut:
𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽𝑗𝑥𝑖𝑡𝑗
+ 𝜀𝑖𝑡
56
Dengan:
Yit = variabel dependen di waktu t untuk unit cross section i
α = intersep
βj = parameter untuk variabel ke-j
𝑥𝑖𝑡𝑗
= variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i
𝜀𝑖𝑡 = komponen error di waktu t untuk unit cross section i
𝑖 = urutan bank umum syariah (BUS) yang diobservasi (cross section)
𝑡 = periode waktu (time series)
𝑗 = urutan variabel
3.4.2. Fixed Effect Model (FEM)
Model data panel dengan Fixed Effects Model (FEM)
mengasumsikan bahwa perbedaan mendasar antarindividu dapat
diakomodasikan melalui perbedaan intersepnya, namun intersep
antarwaktu sama (time invariant). Fixed effect berarti bahwa koefisien
regresi (slope) tetap antarindividu dan antarwaktu.
Intersep setiap individu merupakan parameter yang tidak diketahui
dan akan diestimasi pada umumnya dengan memasukkan variabel dummy,
sehingga FEM sering disebut dengan Least Square Dummy Variable
(LSDV).
57
𝑌𝑖𝑡 = 𝛼𝑖 + 𝛽𝑗𝑥𝑖𝑡𝑗 + ∑ 𝛼𝑖
𝑛
𝑖=2𝐷𝑖 + 𝜀𝑖𝑡
Dengan:
𝑌𝑖𝑡 : variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i
𝛼𝑖 : intersep yang berubah-ubah antar-cross section unit
𝛽𝑗 : parameter untuk variabel ke-j
𝑥𝑖𝑡𝑗
: variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i
𝐷𝑖 : dummy variable
𝜀𝑖𝑡 : komponen error di waktu t untuk unit cross section i
3.4.3. Random Effect Model (REM)
Random Effect Model (REM) digunakan untuk mengatasi
kelemahan model efek tetap yang menggunakan dummy variable,
sehingga model mengalami ketidakpastian. Penggunaan dummy variable
akan mengurangi derajat bebas (degree of freedom) yang pada akhirnya
akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. REM
menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan antarwaktu dan
antarindividu sehingga REM mengasumsikan bahwa setiap individu
memiliki perbedaan intersep yang merupakan variabel random.
Model REM secara umum dapat diformulasikan sebagai berikut:
𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽𝑗𝑥𝑖𝑡𝑗
+ 𝜀𝑖𝑡
𝜀𝑖𝑡 = 𝑢𝑖 + 𝑣𝑡 + 𝑤𝑖𝑡
58
𝑢𝑖𝑡~𝑁(0, 𝜎𝑢2) merupakan komponen cross section error
𝑣𝑡~𝑁(0, 𝜎𝑣2) merupakan komponen time series error
𝑤𝑡~𝑁(0, 𝜎𝑤2 ) merupakan time series dan cross section error
3.5. Metode Pemilihan Model
Keputusan untuk memilih jenis model yang digunakan dalam analisis
regresi data panel didasarkan pada dua uji, yaitu Uji Chow dan Uji Hausman.
Uji Chow digunakan untuk memutuskan apakah penelitian akan
menggunakan Common Effect atau Fixed Effect Model, sedangkan Uji
Hausman digunakan untuk memilih antara Fixed Effect atau Random Effect
Model.
Prosedur kedua uji tersebut adalah sebagai berikut:
a. Uji Chow (Uji Common Effect dengan Fixed Effect)
Hipotesis:
H0 : α1= α2= … = αi (intercept sama)
H1 : Sekurang-kurangnya ada 1 intercept yang berbeda
Pengambilan keputusan:
Tolak H0 jika F hitung > F a; db1; db2 atau jika nilai Probability < α
Kesimpulan:
Jika H0 ditolak, maka Fixed Effect Model lebih baik daripada
Common Effect Model.
59
b. Uji Hausman (Uji Fixed Effect dengan Random Effect)
Hipotesis: H0: E (τi ǀ xit) = 0 atau REM adalah model yang tepat
H1: E (τi ǀ xit) ≠ 0 atau FEM adalah model yang tepat
Statistik uji yang digunakan adalah uji Hausman dan
keputusan menolak H0 dilakukan dengan membandingkannya
dengan Chi Square. Jika nilai 𝑋𝑜𝑏𝑠2 > 𝑋𝑡𝑎𝑏
2 maka H0 ditolak sehingga
model yang digunakan adalah Fixed Effect, sebaliknya jika
penolakan H0 tidak signifikan maka yang digunakan adalah Random
Effect Model.
3.6. Uji Statistik
3.6.1. Uji t-Statistik
Uji t-statistik adalah uji parsial (individu) dimana uji ini
dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (independen)
secara masing-masing parsial memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi 0,05 (5%)
dengan menganggap variabel bebas bernilai konstan. Menurut Sugiyono
(2008: 244) uji-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
suatu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi
variabel terikat. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk uji t
dengan pengujian sebagai berikut (Nachrowi, 2006: 19):
60
Hipotesis:
H0 : β1; β2; β3 = 0 (Masing-masing variabel bebas tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap variabel terikat)
H1 : β1; β2; β3 ≠ 0 (Masing-masing variabel bebas memiliki pengaruh
signifikan terhadap variabel terikat)
Jika probabilitas βi > 0,05 → Tidak signifikan, H0 diterima, tolak H1
Jika probabilitas βi < 0,05 → Signifikan, H0 ditolak, terima H1
3.6.2. Uji F-Statistik
Uji Fisher (Uji-F) digunakan untuk mengetahui apakah seluruh
variabel bebas (independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi 0,05 (5%). Menurut
Sugiyono (2008: 264) uji F digunakan untuk menguji variabel-variabel
bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Selain itu dengan
uji F ini dapat diketahui pula apakah model regresi linier yang digunakan
sudah tepat atau belum. Pengujian semua koefisien regresi secara
bersama-sama dilakukan dengan uji-F dengan pengujian sebagai berikut
(Nachrowi, 2006:17):
Hipotesis:
H0: β1 = 0 (secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat).
61
H1: β1 ≠ 0 (secara bersama-sama terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat).
Jika probability βi > 0,05 → Tidak signifikan, H0 diterima, Tolak H1
Jika probability βi < 0,05 → Signifikan, H0 ditolak, Terima H1
3.6.3. Uji Koefisien Determinasi (adjusted R2)
Nilai koefisien determinasi (R2) ini mencerminkan dan
mengukur seberapa besar variasi dari variabel terikat Y dapat
diterangkan oleh variabel bebas X. Jika nilai koefisien determinasi
sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan
oleh X sama sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari Y secara
keseluruhan dapat diterangkan oleh X, dengan kata lain jika Adjusted
R2 mendekati 1 (satu) maka variabel independen mampu menjelaskan
perubahan variabel dependen, tetapi jika Adjusted R2 mendekati 0 (nol),
maka variabel independen tidak mampu menjelaskan variabel
dependen. Jika R2 = 1, maka semua titik pengamatan berada tepat pada
garis regresi.
Dengan demikian baik buruknya persamaan regresi ditentukan
oleh R2- nya yang mempunyai nilai antara nol dan satu. R2 didefinisikan
atau dirumuskan dengan: (Nachrowi, 2006: 20).
𝑅2 = 𝑆𝑆𝑅
𝑆𝑆𝑇= 1 −
𝑆𝑆𝐸
𝑆𝑆𝑇
62
3.7. Model Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan
DPK, NPF, stabilitas politik, dan efektivitas pemerintahan terhadap
pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Indonesia yang secara matematis
dapat digambarkan dalam fungsi sebagai berikut:
PEMBIAYAANit = α + β1 DPKit + β2 NPFit + β3 ISPt + β4 IEPt + εit
Keterangan:
PEMBIAYAANit = Pertumbuhan pembiayaan untuk bank i pada tahun t
DPKit = Pertumbuhan DPK untuk bank i pada tahun t
NPFit = Pertumbuhan NPF untuk bank i pada tahun t
ISPt = Indeks Stabilitas Politik pada tahun t
IEPt = Indeks Efektivitas Pemerintahan pada tahun t
3.8. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel operasional adalah sebuah konsep yang mempunyai variasi
nilai yang diterapkan dalam suatu penelitian. Adapun cara pengukuran dari
variabel ini adalah dengan menggunakan skala pengukuran rasio. Berikut ini
adalah variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu:
63
3.8.1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Indonesia. Data yang
digunakan adalah data pertumbuhan total pembiayaan 5 Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia (BSM, BMI, BSMI, BRIS, BNIS)
tahunan dalam periode tahun 2010- 2015, yang diukur berdasarkan
presentase dengan skala rasio. Data operasional yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari laporan tahunan yang dikeluarkan
oleh masing-masing bank.
3.8.2. Variabel Independen (X)
Variabel independen (X) pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
A. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) (X1)
DPK adalah dana yang dihimpun dari masyarakat dalam
bentuk saham ataupun simpanan yang digunakan bank untuk
melakukan operasi perbankan. Dalam hal ini bank syariah
menerima simpanan dalam bentuk tabungan, deposito, dan
rekening giro. Data operasional yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data pertumbuhan total DPK 5 Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia (BSM, BMI, BSMI, BRIS, BNIS) tahunan
dalam periode tahun 2010- 2015, yang diukur berdasarkan
64
presentase dengan skala rasio. Data yang digunakan diperoleh
dari laporan tahunan yang dikeluarkan oleh masing-masing bank.
B. Non Performing Financing (NPF) (X2)
NPF adalah pembiayaan bermasalah atau tidak perform
yang disebabkan oleh faktor pengelolaan/manajemen, kondisi
ekonomi, maupun faktor-faktor lainnya. Data operasional yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data NPF gross 5 Bank
Umum Syariah (BUS) di Indonesia (BSM, BMI, BSMI, BRIS,
BNIS) tahunan dalam periode tahun 2010- 2015, yang diukur
berdasarkan presentase dengan skala rasio. Data yang digunakan
diperoleh dari laporan tahunan yang dikeluarkan oleh masing-
masing bank.
C. Stabilitas Politik (Political Stability) (X4)
Stabilitas politik nasional berkaitan dengan menciptakan
kondisi dalam negeri yang stabil secara politik, ekonomi, dan
sosial dengan peran aktif pemerintah dalam melakukan mobilisasi
atas sumber daya manusia dan alamnya yang dapat mendukung
modernisasi dan perkembangan politik dan ekonomi serta kontrol
pemerintah atas setiap individu untuk menciptakan keamanan dan
ketertiban bersama (Palmer, 1989).
65
Data yang digunakan adalah indeks stabilitas politik
Indonesia sejak tahun 2010 sampai tahun 2015 yang diperoleh
dari situs TheGlobalEconomy.com. Indeks ini mengukur persepsi
tentang kemungkinan bahwa pemerintah akan tidak stabil atau
digulingkan oleh cara-cara yang tidak konstitusional atau
kekerasan, termasuk kekerasan dan terorisme bermotif politik.
Indeks tersebut merupakan rata-rata dari beberapa indeks lainnya,
antara lain dari Economist Intelligence Unit, World Economic
Forum, dan Political Risk Services. Data tersebut berupa indeks
yang diukur dengan range 0 - 100. (0 = lemah; 100 = kuat).
D. Efektivitas Pemerintahan (Government Effectiveness) (X5)
Variabel Efektivitas Pemerintah menjelaskan persepsi
kualitas layanan publik, kualitas pegawai negeri dan tingkat
independensinya dari tekanan politik, kualitas perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, dan kredibilitas serta komitmen
pemerintah terhadap kebijakan tersebut. Data yang digunakan
adalah Indeks Efektivitas Pemerintah Indonesia dari tahun 2010
– 2015 yang diperoleh dari situs TheGlobalEconomy.com. Data
tersebut berupa indeks yang diukur dengan range 0 - 100. (0 =
lemah; 100 = kuat).
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1. Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak yang merupakan defisit unit. Pembiayaan bank syariah,
sebagaimana kredit, memiliki peran penting dalam perekonomian
nasional.
Sumber: Laporan Tahunan Bank, 2010-2015, data diolah.
Dalam waktu 6 tahun, sejak tahun 2010 sampai tahun 2015
pertumbuhan pembiayaan bank syariah nasional mengalami
2010 2011 2012 2013 2014 2015
BSM 49.21% 53.23% 21.86% 12.75% -2.63% 3.98%
BMI 39.29% 41.33% 46.08% 27.20% 3.14% -5.52%
BNIS 8.97% 49.23% 43.72% 47.30% 33.82% 18.09%
BRIS 112.57% 65.92% 24.35% 24.24% 10.76% 6.17%
BSMI -1.30% 29.82% 51.74% 15.64% -24.07% -22.81%
-40.00%
-20.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
Grafik 4.1
Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah
Tahun 2010-2015
67
peningkatan yang signifikan, yaitu dengan pertumbuhan rata-rata
sebesar 30,41% per tahun.
Bank Syariah Mandiri (BSM) yang sebelumnya pada tahun
2010 memiliki pertumbuhan sebesar 49,21% turun menjadi 3,98% pada
tahun 2015 dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 23,07%.
Pertumbuhan tertinggi pada periode tersebut tercapai pada tahun 2011
sebesar 53,23% dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2014
sebesar -2,63%.
Bank Muamalat Indonesia (BMI) mencatatkan pertumbuhan
tertinggi pada tahun 2012 sebesar 46,08% dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 25,25% dan pertumbuhan terendah pada tahun
2015 sebesar -5,52%. Pada tahun 2010, pembiayaan BMI tumbuh
sebesar 39,29% dan pada 2015 turun secara signifikan menjadi -5,52%.
Bank BNI Syariah (BNIS) memiliki rata-rata pertumbuhan
sebesar 33,52% dan mencatatkan pertumbuhan tertinggi dalam periode
tersebut sebesar 49,23% pada tahun 2011. Dengan rata-rata
pertumbuhan tersebut, pembiayaan BNIS yang semula pada tahun 2010
hanya sebesar 8,97%, pada tahun 2015 naik menjadi 18,09%.
Pada tahun 2010, pertumbuhan pembiayaan Bank BRI Syariah
(BRIS) tercatat sebesar 112,57% dan turun menjadi 6,17% pada tahun
2015. Pembiayaan BRIS tumbuh pada periode tersebut dengan rata-rata
sebesar 40,67% dan pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2010
sebesar 112,57%.
68
Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada tahun 2010
mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar -1,30% dan semakin
menurun pada tahun 2015 sebesar -22,81%. Pembiayaan BSMI tumbuh
dengan rata-rata sebesar 8,17%. Pertumbuhan tertinggi tercatat pada
tahun 2012 dengan pertumbuhan sebesar 51,74%, dan pertumbuhan
terendah terjadi pada tahun 2014 sebesar -24,07%.
Pertumbuhan pembiayaan terbesar dimiliki oleh Bank BRI
Syariah (BRIS) dengan tingkat pertumbuhan sebesar 112,57% pada
tahun 2010, sedangkan pertumbuhan pembiayaan terkecil dimiliki oleh
Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) dengan pertumbuhan sebesar -
24,07% pada tahun 2014. Diantara kelima bank yang diteliti, Bank BRI
Syariah (BRIS) merupakan bank yang memiliki rata-rata pertumbuhan
tertinggi dibanding bank lainnya dengan tingkat pertumbuhan sebesar
40,67%.
69
4.1.2. Pertumbuhan DPK Bank Syariah
Sumber: Laporan Tahunan Bank, 2010-2015, data diolah.
Pada periode tahun 2010 sampai tahun 2015 pertumbuhan DPK
Bank syariah mengalami peningkatan yang signifikan dengan
pertumbuhan rata-rata sebesar 31,59% per tahun (Bank Indonesia,
2015).
Bank Syariah Mandiri (BSM) tercatat memiliki pertumbuhan
DPK sebesar 49,95% pada tahun 2010, namun mengalami penurunan
pada tahun 2015 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 3,83%. DPK
BSM tumbuh dengan rata-rata sebesar 22,84%. Dalam periode tersebut,
BSM tidak memiliki pertumbuhan negatif. Pertumbuhan DPK tertinggi
terjadi pada tahun 2010 sebesar 49,95% dan pertumbuhan terendah
tercatat pada tahun 2015 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 3,83%.
2010 2011 2012 2013 2014 2015
BSM 49.95% 46.97% 11.24% 19.09% 5.95% 3.83%
BMI 30.61% 53.27% 30.93% 19.73% 22.53% -11.97%
BNIS 23.71% 30.87% 32.91% 27.93% 41.42% 18.94%
BRIS 181.53% 94.37% 20.62% 15.45% 21.14% 17.58%
BSMI 2.37% 22.09% 44.09% 8.83% -23.98% -25.96%
-50.00%
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
Grafik 4.2
Pertumbuhan DPK Bank Syariah 2010-2015
70
Pertumbuhan DPK Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang
semula pada tahun 2010 hanya sebesar 30,61%, pada tahun 2015
tumbuh negatif menjadi -11,97%. Tercatat pertumbuhan DPK terbesar
adalah pada tahun 2011, di mana terjadi pertumbuhan DPK sebesar
53,27%, sedangkan pertumbuhan terkecil terjadi pada tahun 2015
dengan tingkat pertumbuhan sebesar -11,97%.
Bank BNI Syariah (BNIS) pada periode tersebut memiliki rata-
rata pertumbuhan sebesar 29,30%. Pada tahun 2010, BNIS mencatatkan
pertumbuhan DPK sebesar 23,71% dan pada tahun 2015 turun menjadi
18,94%. Selama periode tersebut, BNIS tercatat tidak memiliki
pertumbuhan negatif. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2014
dengan pertumbuhan sebesar 41,42% dan pertumbuhan terendah terjadi
pada tahun 2015 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 18,94%.
Bank BRI Syariah (BRIS) tercatat memiliki tingkat
pertumbuhan DPK tertinggi sebesar 181,53% pada tahun 2010 dan
pertumbuhan terendah sebesar 15,45% pada tahun 2013. DPK BRIS
tumbuh dengan rata-rata sebesar 58,45%. Pada tahun 2015, DPK BRIS
tumbuh sebesar 17,58. Nilai tersebut menurun drastis dari tahun 2010
dengan tingkat pertumbuhan sebesar 181,53%.
DPK Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) tumbuh dengan
rata-rata tingkat pertumbuhan sebesar 4,57%. Pada tahun 2010, BSMI
mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,37% dan pada tahun 2015, DPK
71
BSMI tumbuh negatif sebesar -25,96%. Pertumbuhan tertinggi terjadi
pada tahun 2012 sebesar 44,09%, sedangkan pertumbuhan terendah
tercatat pada tahun 2015 dengan tingkat pertumbuhan sebesar -25,96%.
Dari kelima bank yang menjadi objek penelitian ini, Bank BRI
Syariah (BRIS) merupakan bank yang mencatatkan pertumbuhan DPK
tertinggi dengan tingkat pertumbuhan sebesar 181,53% pada tahun
2010, sedangkan pertumbuhan DPK terendah dimiliki oleh Bank
Syariah Mega Indonesia (BSMI) dengan pertumbuhan sebesar -25,96%
pada tahun 2015. Rata-rata pertumbuhan DPK tertinggi sebesar 58,45%
pada periode tersebut dimiliki oleh BRIS, sedangkan rata-rata terendah
dimiliki oleh BSMI dengan rata-rata pertumbuhan DPK sebesar 4,57%.
4.1.3. NPF gross Bank Syariah
Sumber: Laporan Tahunan Bank, 2010-2015, data diolah.
2010 2011 2012 2013 2014 2015
BSM 3.52% 2.42% 2.82% 4.32% 6.84% 6.06%
BMI 4.32% 2.60% 2.09% 4.69% 6.55% 7.11%
BNIS 3.59% 3.62% 2.02% 1.86% 1.86% 2.53%
BRIS 3.19% 2.77% 3.00% 4.06% 4.60% 4.86%
BSMI 3.52% 3.03% 2.67% 2.98% 3.89% 4.26%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
Grafik 4.3
NPF gross Bank Syariah 2010-2015
72
Pada periode tahun 2010-2015, rata-rata NPF gross perbankan
syariah nasional adalah sebesar 3,18% (Bank Indonesia, 2015). Bank
Syariah Mandiri (BSM) memiliki tingkat NPF gross sebesar 3,52%
pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 6,06% pada tahun 2015. Rata-
rata tingkat NPF BSM pada periode tersebut adalah sebesar 4,33%.
NPF tertinggi yang dimiliki BSM adalah sebesar 6,84% yang terjadi
pada tahun 2014, sedangkan NPF terendah dicapai pada tahun 2011
dengan nilai NPF sebesar 2,42%.
Bank Muamalat Indonesia tercatat memiliki rata-rata NPF
sebesar 4,56%. Pada tahun 2010, NPF BMI sebesar 4,32% meningkat
menjadi 7,11% pada tahun 2015. Tingkat NPF tertinggi BMI terjadi
pada tahun 2015 sebesar 7,11%, sedangkan NPF terendah dicapai pada
tahun 2012 dengan tingkat NPF sebesar 2,09%.
Bank BNI Syariah memiliki tingkat NPF tertinggi pada tahun
2011 dengan tingkat NPF sebesar 3,62%, sedangkan NPF BNIS
terendah dicapai pada tahun 2013 dan 2014 sebesar 1,86%. NPF BNIS
yang semula pada tahun 2010 sebesar 3,59% turun menjadi 2,53% pada
tahun 2015 dengan rata-rata NPF pertahun sebesar 2,58.
NPF Bank BRI Syariah (BRIS) pada tahun 2010 berada pada
angka 3,19% dan pada tahun 2015 naik menjadi 4,86%. Rata-rata
tingkat NPF BRIS pertahun adalah sebesar 3,75% dengan tingkat NPF
tertinggi sebesar 4,86% tercatat pada tahun 2015 dan NPF terendah
dicapai pada tahun 2011 sebesar 2,77%.
73
Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada periode tersebut
tercatat memiliki NPF tertinggi pada tahun 2015 dengan tingkat NPF
sebesar 4,26% dan NPF terendah dicapai pada tahun 2012 sebesar
2,67%. Pada tahun 2010, NPF BSMI hanya sebesar 3,52% dan
mengalami kenaikan menjadi 4,26% pada tahun 2015. Rata-rata NPF
BSMI pertahun adalah sebesar 3,39%.
Tingkat NPF tertinggi dimiliki oleh Bank Muamalat Indonesia
(BMI) dengan tingkat NPF sebesar 7,11% pada tahun 2015, sedangkan
tingkat NPF terendah dimiliki oleh Bank BNI Syariah (BNIS) sebesar
1,86% pada tahun 2013 dan 2014. Rata-rata NPF tertinggi dimiliki oleh
BMI dengan NPF rata-rata sebesar 4,56% dan rata-rata terendah
dimiliki oleh BNIS dengan rata-rata sebesar 2,58%.
4.1.4. Indeks Stabilitas Politik Indonesia
Sumber: TheGlobalEconomy.com
20.8522.27
27.96 28.91 30.00
24.76
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Po
litic
al S
tab
ility
In
de
x
Year
Grafik 4.4
Indeks Stabilitas Politik Indonesia 2010-2015
74
Indeks Stabilitas Politik Indonesia mengukur persepsi tentang
kemungkinan bahwa pemerintah Indonesia akan tidak stabil atau
digulingkan oleh cara-cara yang tidak konstitusional atau kekerasan,
termasuk kekerasan dan terorisme bermotif politik. Indeks tersebut
merupakan rata-rata dari beberapa indeks lainnya, antara lain dari
Economist Intelligence Unit, World Economic Forum, dan Political
Risk Services. Indeks ini diukur dengan range 0 - 100. Angka 0
merupakan titik terendah yang berarti bahwa tingkat stabilitas politik
berada pada level yang lemah atau tidak stabil, sedangkan angka 100
menunjukkan bahwa tingkat stabilitas politik berada pada level kuat
atau stabil.
Tingkat stabilitas politik Indonesia pada periode tahun 2010-
2015 mengalami fluktuasi yang tidak terlalu signifikan. Pada tahun
2010, tingkat stabilitas politik Indonesia berada pada poin 20,85, dan
pada tahun 2015 meningkat menjadi 24,76. Rata-rata tingkat stabilitas
politik pada periode tersebut adalah sebesar 25,79 pertahun. Tingkat
stabilitas politik tertinggi tercatat pada tahun 2014 dengan nilai sebesar
30,00 poin, yang berarti bahwa situasi politik yang paling stabil pada
periode tersebut adalah pada tahun 2014. Sedangkan nilai terendah
terdapat pada tahun 2010 sebesar 20,85 poin.
75
4.1.5. Indeks Efektivitas Pemerintahan Indonesia
Sumber: TheGlobalEconomy.com
Indeks Efektivitas Pemerintahan menjelaskan persepsi kualitas
layanan publik, kualitas pegawai negeri pemerintah, tingkat
independensinya dari tekanan politik, kualitas perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, dan kredibilitas serta komitmen pemerintah
Indonesia terhadap kebijakan tersebut. Sebagaimana indeks stabilitas
politik Indeks ini, indeks ini juga diukur dengan range 0 - 100. Angka
0 merupakan titik terendah yang berarti bahwa tingkat efektivitas
pemerintahan berada pada level yang lemah atau tidak efektif,
sedangkan angka 100 menunjukkan bahwa tingkat efektivitas
pemerintahan berada pada level kuat atau efektif.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, tingkat efektivitas pemerintahan
Indonesia pada tahun 2010 adalah sebesar 47,37 poin dan pada tahun
47.37 46.92 46.4547.39
54.81
46.15
40.00
42.00
44.00
46.00
48.00
50.00
52.00
54.00
56.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Go
vern
me
nt
Effe
ctiv
en
ess
Ind
ex
Year
Grafik 4.5
Indeks Efektivitas Pemerintahan Indonesia 2010-2015
76
2015 turun menjadi 46,15 poin. Pada periode tersebut, rata-rata tingkat
efektivitas pemerintahan Indonesia berada pada angka 48,18 poin.
Tingkat efektivitas tertinggi berada pada tahun 2014 dengan nilai
sebesar 54,81 poin, sedangkan tingkat efektivitas pemerintahan
terendah terjadi pada tahun 2015 dengan nilai sebesar 46,15 poin.
4.2. Analisis dan Pembahasan
Semua data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder deret waktu (time series) yang disajikan secara tahunan dari tahun
2010–2015. Penelitian ini membahas hubungan pertumbuhan dana pihak
ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), stabilitas politik, dan
efektivitas pemerintahan sebagai variabel independen terhadap pertumbuhan
pembiayaan bank syariah sebagai variabel dependen.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, metode yang digunakan
sebagai alat analisis dalam penelitian ini adalah regresi data panel.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Eviews 9.0 untuk
mempercepat perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang
akan diteliti. Hasil pengujian tersebut adalah sebagai berikut:
77
4.2.1. Analisis Data
A. Pemilihan Model Regresi Data Panel
Tabel 4.1
Hasil Regresi Data Panel dengan Berbagai Model
Model
Variable
Common Effect Fixed Effect Random Effect
t-Statistic Prob. t-Statistic Prob. t-Statistic Prob.
C 2.950230 0.0068 2.930928 0.0080 2.974932 0.0064
DPK? 11.21302 0.0000 9.143210 0.0000 10.37150 0.0000
NPF? -2.798117 0.0098 -2.626505 0.0158 -2.756557 0.0107
ISP? 1.167657 0.2540 1.144535 0.2653 1.184140 0.2475
IEP? -2.329450 0.0282 -2.170363 0.0416 -2.297345 0.0302
Adjusted
R-squared
0.880518 0.886581 0.883410
F-statistic 54.42854 29.33610 55.93380
Prob.
(F-statistic) 0.000000 0.000000 0.000000
Sumber: Data diolah, 2017
Tabel 4.1 merupakan hasil regresi data panel dengan
menggunakan model common effect, fixed effect dan random effect.
Langkah selanjutnya adalah dengan melihat hasil uji chow. Uji chow
dilakukan untuk menentukan model terbaik yang akan digunakan
78
antara model common effect atau fixed effect. Hasil uji chow dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Hasil Uji Chow
Effects Test Statistic d.f Prob.
Cross-section F 1.334101 (4,21) 0.2902
Cross-section Chi-square 6.792894 4 0.1472
Sumber: Data diolah, 2017.
Hasil uji chow pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai
probabilitas cross-section F adalah 0.2902 yang menunjukkan
bahwa 0.2902 > 0.05, maka kesimpulannya H0 diterima. Oleh karena
itu model yang dipilih adalah Common Effect Model.
4.2.2. Pengujian Hipotesis Penelitian
A. Uji Signifikansi Parsial (uji-t)
a. Berdasarkan Probabilitas
Tabel 4.3
Hasil Uji Regresi dengan Common Effect Model
Model
Variable
Common Effect
t-Statistic Prob.
C 2.950230 0.0068
79
DPK? 11.21302 0.0000
NPF? -2.798117 0.0098
ISP? 1.167657 0.2540
IEP? -2.329450 0.0282
Sumber: Data diolah, 2017
Tabel diatas merupakan hasil dari pengujian variabel
independen yaitu pertumbuhan DPK (DPK), NPF, stabilitas
politik (ISP), dan efektivitas pemerintahan (IEP) terhadap
pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Indonesia secara
parsial dengan menggunakan model Common Effect. Dari output
diatas dapat dilihat nilai probability dari masing-masing variabel
bebas yang digunakan. Variabel pertumbuhan DPK (0.0000),
variabel NPF (0.0098), dan variabel efektivitas pemerintahan
(0.0282) memiliki nilai probability yang lebih kecil dari alfa
(0.05), sehingga dapat dikatakan bahwa variabel-variabel tersebut
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Y (pertumbuhan
pembiayaan bank syariah). Sedangkan sisanya, yaitu variabel
stabilitas politik (0.2540) tidak memiliki pengaruh terhadap
variabel Y karena memiliki nilai probability lebih besar dari alfa
(0,05).
80
b. Berdasarkan t-tabel
Dalam persamaan, digunakan tingkat kepercayaan α =
5%, dengan df (n-k) = (30-4) = 26 maka diperoleh t-tabel 2,060.
Dari hasil uji pada persamaan dapat dilihat sebagai berikut:
i. Uji Terhadap Variabel Pertumbuhan DPK (DPK)
Tabel diatas menunjukkan bahwa t-statistik DPK
(11.21302) > t-tabel (2,060), sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel pertumbuhan DPK berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan pembiayaan bank
syariah.
ii. Uji Terhadap Variabel NPF
Tabel diatas menunjukkan t-statistik NPF
(2.798117) > t-tabel (2,060), sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel NPF berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan pembiayaan bank syariah.
iii. Uji Terhadap Variabel Stabilitas Politik
Tabel diatas menunjukkan t-statistik stabilitas
politik (1.167657) < t-tabel (2,060), sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel stabilitas politik tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
pembiayaan bank syariah.
81
iv. Uji Terhadap Variabel Efektivitas Pemerintahan
Tabel diatas menunjukkan t-statistik efektivitas
pemerintahan (2.329450) > t-tabel (2,060), sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel efektivitas
pemerintahan berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan pembiayaan bank syariah.
B. Uji Signifikansi Simultan (uji-F)
a. Berdasarkan Probabilitas
Tabel 4.4
Uji-F Statistik
Prob (F-statistic) 0.000000
F-statistic 54.42854
Sumber: Data diolah, 2017
Dilihat dari output prob F statistic diperoleh hasil
0.000000 lebih kecil dari α=0,05 sehingga dapat dikatakan
bahwa semua variabel X berpengaruh secara simultan terhadap
variabel Y.
b. Berdasarkan f-tabel
Dengan n = 30 dan k = 4, maka diperoleh nilai F tabel
sebesar 2.69. Karena F-statistik (54.42854) > F-tabel (2.69),
82
maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel X berpengaruh
secara simultan terhadap variabel Y.
C. Uji Adjusted R2
Tabel 4.5
Uji Adjusted R-Squared
Adjusted R-squared 0.880518
Sumber: Data diolah, 2017
Berdasarkan hasil regresi sebagaimana yang tertera pada
tabel, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (Adjusted R-
squared) sebesar 0.880518. Hal ini menunjukkan bahwa variasi
variabel dependen (pertumbuhan pembiayaan bank syariah) secara
simultan dapat dijelaskan oleh variabel independen (Pertumbuhan
DPK, NPF, Stabilitas Politik, dan Efektivitas Pemerintahan) sebesar
88,0518% sedangkan sisanya 11,9482% dijelaskan oleh faktor lain
diluar variabel yang diteliti.
4.2.3. Model Penelitian
Berdasarkan estimasi model regresi data panel yang telah dilakukan
sebelumnya, maka hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
83
Tabel 4.6
Koefisien Variabel
Variable Coefficient
C 0.860176
DPK? 0.638064
NPF? -3.965792
ISP? 0.007835
IEP? -0.017250
Sumber: Data diolah, 2017
Persamaan model regresinya adalah sebagai berikut:
PEMBIAYAANit = 0.860176 + 0.638064 DPKit - 3.965792 NPFit +
0.007835 ISPt - 0.017250 IEPt + εit
Model diatas dapat diinterpretasi sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar 0.860176 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (DPK, NPF, ISP, IEP) pada observasi bank i dan tahun
t adalah konstan, maka pertumbuhan pembiayaan bank syariah
adalah sebesar 0.860176.
b. Nilai koefisien regresi DPK sebesar 0.638064 menunjukkan bahwa
pertumbuhan DPK berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
pembiayaan bank syariah. Hal tersebut berarti bahwa setiap
kenaikan tingkat pertumbuhan DPK pada observasi bank i dan tahun
84
t sebesar 1%, akan menaikan tingkat pertumbuhan pembiayaan bank
syariah sebesar 0.638064.
c. Nilai koefisien regresi NPF sebesar -3.965792 menunjukkan bahwa
NPF memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan
pembiayaan bank syariah. Hal tersebut berarti bahwa setiap
kenaikan NPF pada bank i dan tahun t adalah sebesar 1% akan
menyebabkan penurunan tingkat pertumbuhan pembiayaan bank
syariah sebesar 3.965792.
d. Nilai koefisien regresi ISP sebesar 0.007835 menunjukkan bahwa
stabilitas politik berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
pembiayaan bank syariah. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan ISP
pada tahun t sebesar 1% akan menaikan tingkat pertumbuhan
pembiayaan bank syariah sebesar 0.007835.
e. Nilai koefisien regresi IEP sebesar -0.017250 menunjukkan bahwa
efektivitas pemerintahan berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan pembiayaan bank syariah. Hal ini berarti bahwa setiap
kenaikan tingkat IEP pada tahun t sebesar 1% akan menurunkan
tingkat pertumbuhan pembiayaan bank syariah sebesar 0.017250.
85
4.2.4. Interpretasi Hasil Penelitian
A. Hubungan Pertumbuhan DPK dengan Pertumbuhan
Pembiayaan Bank Syariah
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan DPK
berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai probabilitas
0.0000 dan berhubungan positif dengan nilai koefisien yang diperoleh
0.638064 yang berarti bahwa jika pertumbuhan DPK naik sebesar Rp
1 persen, maka pertumbuhan pembiayaan bank syariah meningkat
sebesar 0.638064.
Hasil tersebut sesuai dengan teori dan hasil penelitian terdahulu.
Siregar (2004) dalam penelitiannya mendokumentasikan bahwa DPK
berpengaruh positif terhadap pembiayaan bank syariah. Hal ini juga
diperkuat oleh Agustinar (2016) dan Qolby (2013) yang
menyimpulkan bahwa DPK memiliki pengaruh positif terhadap
pembiayaan bank syariah.
DPK memang memiliki pengaruh yang kuat terhadap
pembiayaan, hal tersebut karena DPK merupakan aset paling besar
yang dimiliki oleh perbankan syariah. Salah satu sumber dana yang
bisa digunakan untuk pembiayaan (financing) adalah modal sendiri
(equity) sehingga semakin besar DPK yang dihimpun, maka semakin
besar pula jumlah pembiayaan yang disalurkan, oleh karena itu
pertumbuhan DPK memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan
pembiayaan bank syariah.
86
B. Hubungan NPF dengan Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa NPF berpengaruh
secara signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai probabilitas 0.0098
dan berhubungan negatif dengan nilai koefisien -3.965792 yang
berarti bahwa jika NPF naik sebesar 1 persen, maka pertumbuhan
pembiayaan bank syariah turun sebesar 3.965792 persen.
Hasil tersebut sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Agustinar (2016), dan Siregar (2004) yang
mendokumentasikan bahwa NPF memiliki hubungan negatif dan
signifikan terhadap pembiayaan bank syariah. Hal ini juga sesuai
dengan hasil penelitian yang dikemukakan Adnan (2005) yang
mengatakan bahwa kredit bermasalah berbanding terbalik dengan
penyaluran pembiayaan, dimana besarnya NPF mencerminkan tingkat
pengendalian biaya dan kebijakan kredit yang dijalankan oleh bank,
sehingga semakin rendah NPF maka akan semakin tinggi jumlah
pembiayaan yang akan disalurkan oleh bank. Semakin tinggi NPF
menunjukkan semakin rendahnya kemampuan bank dalam
mengumpulkan kembali pembiayaan yang dikeluarkannya. Semakin
sedikit dana pinjaman yang kembali ke bank, akan menyebabkan dana
bank yang tersedia untuk disalurkan semakin berkurang. Akibatnya,
bank akan mengurangi jumlah dana yang akan disalurkan ke
masyarakat.
87
C. Hubungan Stabilitas Politik dengan Pertumbuhan Pembiayaan
Bank Syariah
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stabilitas politik tidak
berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 5% dengan nilai
probabilitas 0.2540 dan berhubungan positif dengan nilai koefisien
0.007835 yang berarti bahwa jika stabilitas politik naik sebesar 1
score, maka pertumbuhan pembiayaan bank syariah naik sebesar
0.007835 persen.
Hasil tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
stabilitas politik berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
pembiayaan bank syariah. Situasi politik yang stabil akan
menciptakan iklim ekonomi yang kondusif, dan situasi seperti ini
merangsang pertumbuhan ekonomi, terbukanya akses untuk
melakukan aktivitas-aktivitas yang produktif, sehingga produksi dapat
ditingkatkan. Meningkatnya produksi ini lebih lanjut dapat
berimplikasi tehadap peningkatan pembiayaan produktif bank syariah,
yakni pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha
produksi, perdagangan, maupun investasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stabilitas politik
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan pembiayaan bank syariah
di Indonesia pada periode tahun 2010-2015. Dalam keadaan politik
yang stabil akan tercipta iklim ekonomi yang kondusif bagi
88
peningkatan investasi dan produksi yang selanjutnya dapat menaikkan
tingkat pertumbuhan pembiayaan/kredit perbankan. Namun,
masyarakat belum tentu akan mengajukan pembiayaan di bank
syariah. Oleh karena itu, stabilitas politik bukanlah salah satu faktor
yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan pembiayaan bank
syariah di Indonesia.
D. Hubungan Efektivitas Pemerintahan dengan Pertumbuhan
Pembiayaan Bank Syariah
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas
pemerintahan berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 5%
dengan nilai probabilitas 0.0282 dan berhubungan negatif dengan nilai
koefisien -0.017250 yang berarti bahwa jika efektivitas pemerintahan
naik sebesar 1 score, maka pertumbuhan pembiayaan bank syariah
turun sebesar 0.017250 persen.
Variabel efektivitas pemerintahan menjelaskan persepsi
kualitas layanan publik pemerintah, kualitas pegawai negeri dan
tingkat independensinya dari tekanan politik, kualitas perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, dan kredibilitas serta komitmen pemerintah
terhadap kebijakan tersebut. Efektivitas dan kredibilitas pemerintah
berkontribusi positif terhadap perekonomian dan terciptanya iklim
yang kondusif untuk meningkatkan produksi. Peningkatan produksi
tersebut pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap
89
pertumbuhan ekonomi dan pembiayaan bank syariah. Melalui
pengaturan dan regulasi pemerintah yang efektif, perbankan syariah
dapat semakin berkembang pesat, termasuk dalam segi pembiayaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas
pemerintahan ternyata berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Indonesia dalam periode
tahun 2010-2015. Hal ini terjadi karena dalam konteks proses,
dimensi-dimensi efektivitas pemerintah sangat luas, bukan hanya
terbatas pada tugas dan peran pemerintah dalam perumusan dan
pelaksanaan kebijakan perbankan syariah. Oleh karena itu, efektivitas
pemerintahan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan pembiayaan
bank syariah.
90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
antara pertumbuhan DPK, NPF, stabilitas politik, dan efektivitas
pemerintahan terhadap pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Indonesia
pada periode tahun 2010-2015.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan
metode analisis regresi data panel melalui Common Effects Model (CEM),
maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan dari hasil penelitian sebagai
berikut:
1. Pertumbuhan Dana pihak ketiga (DPK) memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan pembiayaan bank syariah di
Indonesia, yang berarti bahwa setiap peningkatan DPK akan
menyebabkan kenaikan tingkat pertumbuhan pembiayaan bank syariah.
2. Non Performing Financing (NPF) memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Indonesia
yang berarti bahwa jika NPF meningkat maka akan menurunkan tingkat
pertumbuhan pembiayaan bank syariah.
3. Stabilitas politik memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Indonesia yang berarti bahwa
91
setiap peningkatan tingkat stabilitas politik dapat menyebabkan
kenaikan tingkat pertumbuhan pembiayaan bank syariah.
4. Efektivitas pemerintahan memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Indonesia yang
berarti bahwa jika tingkat efektivitas pemerintahan naik, maka tingkat
pertumbuhan pembiayaan bank syariah akan turun.
5. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabel
independen pertumbuhan DPK, NPF, stabilitas politik, dan efektivitas
pemerintahan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
pertumbuhan pembiayaan bank syariah di Indonesia.
5.2. Saran dan Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan yang telak dikemukakan diatas, penulis
memberikan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat. Adapun saran
dan implikasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas penelitian
dengan menggunakan metode lain dan atau menambahkan variabel-
variabel lain diluar variabel yang telah diteliti agar diperoleh hasil
yang lebih variatif yang dapat menjelaskan faktor-faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pembiayaan bank syariah.
92
b. Penelitian ini hanya menganalisis pertumbuhan pembiayaan 5 BUS
saja, yaitu BSM, BMI, BNIS, BRIS dan BSMI sebahai objek
penelitian. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan
BUS lain atau bahkan UUS dan BPRS sebagai objek penelitian agar
lebih mendapatkan gambaran yang jelas terkait pertumbuhan
pembiayaan bank syariah di Indonesia.
2. Bagi Pemangku Kepentingan (stake holders) Perbankan Syariah
Pembiayaan merupakan salah satu aspek penting dalam
menunjang perekonomian nasional, maka pertumbuhan pembiayaan
harus mendapatkan perhatian yang baik dari para stake holders
perbankan syariah. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor ekonomi
dan non-ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan pembiayaan. Hasil
penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu acuan dalam
penyusunan kebijakan dan strategi pengelolaan pembiayaan bank
syariah di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
saran dan rekomendasi bagi stake holders perbankan syariah adalah
sebagai berikut:
a. Perbankan syariah di Indonesia diharapkan terus meningkatkan
jumlah dana pihak ketiga dengan terus menciptakan inovasi-
inovasi produk dan metode pemasaran bank syariah. Selain itu
93
sosialisasi terhadap masyarakat perlu ditingkatkan secara masif
dan menyeluruh ke berbagai daerah.
b. Perbankan syariah diharapkan lebih selektif dan mempunyai
standar yang ketat dalam menentukan nasabah yang akan
menerima pembiayaan dan mampu meningkatkan kinerjanya
dalam menghimpun kembali pembiayaan yang telah disalurkan
kepada masyarakat sehingga tingkat NPF akan rendah.
c. Pemerintah Indonesia sebagai pemangku kebijakan diharapkan
mampu menjamin dan memelihara stabilitas politik dan
keamanan nasional agar senantiasa tercipta iklim perekonomian
yang kondusif sehingga dapat memberikan pengaruh positif
terhadap industri perbankan dan investasi nasional. Pemerintah
juga diharapkan mampu mengefektifkan kebijakan-kebijakan
keuangan syariah yang telah ada dan menyusun kebijakan-
kebijakan baru yang relevan dengan kebutuhan perbankan
syariah saat ini, sehingga ke-efektifan pemerintah tersebut
selanjutnya dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
pembiayaan bank syariah.
94
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman Karim (2004) Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2004
Agustinar, A. (2016). Analisis Pengaruh DPK, NPF, SWBI dan Surat Berharga
Pasar Uang Syariah Terhadap Penyaluran Pembiayaan Perbankan
Syariah Di Indonesia (Periode 2010-2014) (Doctoral dissertation,
Pascasarjana UIN-SU).
Ali, Mashud. (2004). Asset Liability Management: Menyiasati Risiko Pasar dan
Risiko Operasional. Jakarta: PT. Gramedia.
Anshori, Abdul Ghofur. (2007). Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
Antonio, Muhammad Syafi’i. (2001) Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani Press dan Tazkia Cendikia.
Arifin, Zainul M. B. A. (2012). Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Pustaka
Alvabet.
Brunetti A, G. Kinsuko, B. Weder. (1997). Institutional Obstacle to Doing
Business: Region by Region Result from a Worldwide Survey of the Private
Sector. Working Paper No. 1759.
Budiono, Kholis. (2009) Pengaruh Pembiayaan Bank Syariah Zakat PDB dan
Inflasi terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia. Jurnal.
Crouch, Harold. (1982). Perkembangan Ekonomi & Modernisasi, Jakarta: Yayasan
Pengkhidmatan,
Darmawan, Komang. (2004). Analisis Rasio - Rasio Bank. Info Bank
95
Dedi Rosadi. (2011). Analisis Ekonometrika dan Runtun Waktu Terapan dengan R.
Yogyakarta: Andi Offset
Dendawijaya, Lukman. (2005). Manajemen Perbankan. Jakarta: Penerbit Ghalia
Indonesia
Effendy, Onong Uchjana. (1986), Dinamika Komunikasi. Bandung: Remadja Karya
CV
Fitria, W. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pada
Bank Umum yang Telah Go Public Periode Tahun 2011-2013. Skripsi,
Fakultas Ekonomi & Bisnis. Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Gozali, A. (2005). Jangan Ada Bunga Di Antara Kita: Serba-Serbi Kredit Syariah.
Elex Media Komputindo.
Grindle, M.S. (2007). Good Enough Governance Revisited. Development Policy
Review. 25(5): 553-574
Gujarati, D. N. (2007). Dasar-dasar Ekonometrika, Edisi 3, Jilid 2, Terjemahan
oleh Julius A. Mulyadi. Jakarta: Erlangga.
Hadinoto, Soetanto. (2008). Bank Strategy On Funding and Liability Management.
Penerbit: PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Ikit. (2015). Akuntansi Penghimpunan Dana Bank Syariah. Yogyakarta:
Deepublish.
Indonesia, B. (2006). Kebijakan Akselerasi Pengembangan Perbankan Syariah
2007-2008. Bank Indonesia, Jakarta.
Indonesia, B. (2007). Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPBS tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
Bank Indonesia, Jakarta.
96
Indonesia, B. (2008) Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008 tentang
Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Bank Indonesia, Jakarta.
Indonesia, B. (2015-2016). Statistik Perbankan Syariah. Bank Indonesia, Bank
Indonesia, Jakarta.
Inggrid, I. (2006). Sektor Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia:
Pendekatan Kausalitas dalam Multivariate Vector Error Correction
Model (VECM). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 8(1), pp-40.
Jack A. Plano, (1985). Kamus Analisa Politik Terjemahan Edi S. Siregar: Rajawali
Press.
Kasmir. (2008). Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Khatimah, H. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran
Dana Perbankan Syariah di Indonesia Sebelum dan Sesudah Kebijakan
Akselerasi Perbankan Syariah Tahun 2007/2008. OPTIMAL: Jurnal
Ilmiah Ekonomi Manajemen dan Kewirausahaan.
Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Penrbit Buku UPP AMP
YKPN, Yogyakarta
Mankiw, N.G. (2000). Teori Makroekonomi. Edisi ke-5. Jakarta (ID): Erlangga.
Terjemahan dari Principles of Macroeconomics oleh Imam N.
Maula, K. H. (2009). Pengaruh Simpanan (DPK), Modal Sendiri, Marjin
Keuntungan dan NPF terhadap Pembiayaan Murabahah pada Bank
Syariah Mandiri. Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Muhammad, (2005). Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan AMP YKPN.
97
Nachrowi D Nachrowi. (2006). Ekonometrika, untuk Analisis Ekonomi dan
Keuangan, Cetakan Pertama, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Nawawi, Ismail. (2011). Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana
Permadi Gandapradja, (2004), Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Cetakan
Pertama.
Plano, Jack C. et al, (1989). Kamus Analisa Politik, Jakarta: Rajawali, Cet. II
Pradjoto & Associates. (2007) Pembiayaan dalam Perbankan Syariah, Jakarta:
Artikel.
Pratama, B. A. (2010). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Penyaluran Kredit Perbankan (Studi pada Bank Umum di Indonesia
Periode Tahun 2005-2009) (Doctoral Dissertation, Universitas
Diponegoro).
Pratami, W. A. N., & Muharam, H. (2011). Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF)
Dan Return On Asset (ROA) Terhadap Pembiayaan Pada Perbankan
Syariah (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia Periode 2001-2011)
(Doctoral Dissertation, Universitas Diponegoro).
Pratin, P., & Adnan, A. (2005). Analisis Hubungan Simpanan, Modal Sendiri, NPL,
Prosentase Bagi Hasil Dan Markup Keuntungan terhadap Pembiayaan
pada Perbankan Syariah Studi Kasus pada Bank Muamalat Indonesia
(BMI). Sinergi: Kajian Bisnis dan Manajemen.
Qolby, M. L. (2013). Faktor–faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan pada
Perbankan Syariah di Indonesia Periode Tahun 2007-2013. Economics
Development Analysis Journal, 2(4).
Riyadi, Selamet (2004). Banking Assets and Liability Management, Jakarta: FE UI.
98
Rodoni, Ahmad. (2010). Manajemen Keuangan, Edisi pertama. Cetakan pertama,
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sanit, Arbi (1982). Sistem Politik Indonesia; Kestabilan Peta Kekuatan Politik dan
Pembangunan, Jakarta: Rajawali Press,
Sanit, Arbi (1995). Ormas dan Politik. Jakarta: LSIP, cet. I, h. 57
Sarwoko. (2005). Dasar-Dasar Ekonometrika. Andi Offset, Yogyakarta
Septiani, P. D., & Farah, A. (2014). Pertumbuhan Ekonomi dan Kestabilan Politik
di Indonesia (Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
Siamat, Dahlan. (2005). Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Kelima. Jakarta:
Lembaga Penerbit FE UI
Sinungan, Muchdarsyah (1997). Managemen Dana Bank. Jakarta: Bumi Aksara
Siregar, N. (2004). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Dana
Perbankan Syariah di Indonesia (Master's thesis).
Sugiyono, D. R. (2004). Statistika Untuk Penelitian. Edisi Keenam, CV. Alfabeta,
Bandung.
Sugiyono. (2008). Metodologi Penelitian Administrasi. Cetakan Kedelapan.
Alfabeta. Bandung
Susilo, Sri, Sigit Triandaru, A. Totok Budi Santoso. (1999). Bank dan Lembaga
Keuangan Lain. Cetakan Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Tarmidi, D. (2009). Aspek Politik dan Pemerintahan dalam Pemulihan 247 Buletin
Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL.7 NO.2, DESEMBER 2013 Ekonomi
Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal. (2006). Credit Management Hand
Book, Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktisi,
99
Mahasiswa, Bankir dan Nasabah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,).
Widarjono, Agus. (2009). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ekonisia.
Winarno, Wing Wahyu. (2009). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Wiroso. (2005) Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Zulkifli, Sunarto. (2007). Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta:
Ziktul Hakim.
100
Lampiran 1
DATA PENELITIAN
No Bank Tahun Pembiayaan DPK NPF ISP IEP
1 BSM 2010 49.21% 49.95% 3.52% 20.85 47.37
2 BSM 2011 53.23% 46.97% 2.42% 22.27 46.92
3 BSM 2012 21.86% 11.24% 2.82% 27.96 46.45
4 BSM 2013 12.75% 19.09% 4.32% 28.91 47.39
5 BSM 2014 -2.63% 5.95% 6.84% 30.00 54.81
6 BSM 2015 3.98% 3.83% 6.06% 24.76 46.15
7 BMI 2010 39.29% 30.61% 4.32% 20.85 47.37
8 BMI 2011 41.33% 53.27% 2.60% 22.27 46.92
9 BMI 2012 46.08% 30.93% 2.09% 27.96 46.45
10 BMI 2013 27.20% 19.73% 4.69% 28.91 47.39
11 BMI 2014 3.14% 22.53% 6.55% 30.00 54.81
12 BMI 2015 -5.52% -11.97% 7.11% 24.76 46.15
13 BNIS 2010 8.97% 23.71% 3.59% 20.85 47.37
14 BNIS 2011 49.23% 30.87% 3.62% 22.27 46.92
15 BNIS 2012 43.72% 32.91% 2.02% 27.96 46.45
16 BNIS 2013 47.30% 27.93% 1.86% 28.91 47.39
17 BNIS 2014 33.82% 41.42% 1.86% 30.00 54.81
18 BNIS 2015 18.09% 18.94% 2.53% 24.76 46.15
19 BRIS 2010 112.57% 181.53% 3.19% 20.85 47.37
20 BRIS 2011 65.92% 94.37% 2.77% 22.27 46.92
21 BRIS 2012 24.35% 20.62% 3.00% 27.96 46.45
22 BRIS 2013 24.24% 15.45% 4.06% 28.91 47.39
23 BRIS 2014 10.76% 21.14% 4.60% 30.00 54.81
24 BRIS 2015 6.17% 17.58% 4.86% 24.76 46.15
25 BSMI 2010 -1.30% 2.37% 3.52% 20.85 47.37
26 BSMI 2011 29.82% 22.09% 3.03% 22.27 46.92
27 BSMI 2012 51.74% 44.09% 2.67% 27.96 46.45
28 BSMI 2013 15.64% 8.83% 2.98% 28.91 47.39
29 BSMI 2014 -24.07% -23.98% 3.89% 30.00 54.81
30 BSMI 2015 -22.81% -25.96% 4.26% 24.76 46.15
101
Lampiran 2
HASIL PENGOLAHAN DATA
a. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: BANK
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 1.334101 (4,21) 0.2902
Cross-section Chi-square 6.792894 4 0.1472
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: PEMBIAYAAN?
Method: Panel Least Squares
Date: 11/29/17 Time: 11:38
Sample: 1 6
Included observations: 6
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.860176 0.291562 2.950230 0.0068
DPK? 0.638064 0.056904 11.21302 0.0000
NPF? -3.965792 1.417308 -2.798117 0.0098
ISP? 0.007835 0.006710 1.167657 0.2540
IEP? -0.017250 0.007405 -2.329450 0.0282 R-squared 0.896998 Mean dependent var 0.261363
Adjusted R-squared 0.880518 S.D. dependent var 0.281421
S.E. of regression 0.097276 Akaike info criterion -1.671509
Sum squared resid 0.236567 Schwarz criterion -1.437976
Log likelihood 30.07264 Hannan-Quinn criter. -1.596800
F-statistic 54.42854 Durbin-Watson stat 1.710158
Prob(F-statistic) 0.000000
b. Common Effect Model
Dependent Variable: PEMBIAYAAN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 11/29/17 Time: 11:35
Sample: 1 6
Included observations: 6
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 30
102
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.860176 0.291562 2.950230 0.0068
DPK? 0.638064 0.056904 11.21302 0.0000
NPF? -3.965792 1.417308 -2.798117 0.0098
ISP? 0.007835 0.006710 1.167657 0.2540
IEP? -0.017250 0.007405 -2.329450 0.0282 R-squared 0.896998 Mean dependent var 0.261363
Adjusted R-squared 0.880518 S.D. dependent var 0.281421
S.E. of regression 0.097276 Akaike info criterion -1.671509
Sum squared resid 0.236567 Schwarz criterion -1.437976
Log likelihood 30.07264 Hannan-Quinn criter. -1.596800
F-statistic 54.42854 Durbin-Watson stat 1.710158
Prob(F-statistic) 0.000000
c. Fixed Effect Model
Dependent Variable: PEMBIAYAAN?
Method: Pooled Least Squares
Date: 11/29/17 Time: 11:37
Sample: 1 6
Included observations: 6
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.835992 0.285231 2.930928 0.0080
DPK? 0.642466 0.070267 9.143210 0.0000
NPF? -4.609739 1.755085 -2.626505 0.0158
ISP? 0.007893 0.006896 1.144535 0.2653
IEP? -0.016307 0.007514 -2.170363 0.0416
Fixed Effects (Cross)
BMI--C 0.053483
BNIS--C 0.012058
BRIS--C -0.050006
BSM--C 0.029660
BSMI--C -0.045195 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.917869 Mean dependent var 0.261363
Adjusted R-squared 0.886581 S.D. dependent var 0.281421
S.E. of regression 0.094776 Akaike info criterion -1.631272
Sum squared resid 0.188633 Schwarz criterion -1.210913
Log likelihood 33.46908 Hannan-Quinn criter. -1.496796
F-statistic 29.33610 Durbin-Watson stat 2.176089
Prob(F-statistic) 0.000000
103
d. Random Effect Model
Dependent Variable: PEMBIAYAAN?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 11/29/17 Time: 11:39
Sample: 1 6
Included observations: 6
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 30
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.848510 0.285220 2.974932 0.0064
DPK? 0.641130 0.061817 10.37150 0.0000
NPF? -4.249617 1.541640 -2.756557 0.0107
ISP? 0.007913 0.006682 1.184140 0.2475
IEP? -0.016848 0.007334 -2.297345 0.0302
Random Effects (Cross)
BMI--C 0.026821
BNIS--C 0.008613
BRIS--C -0.026434
BSM--C 0.014578
BSMI--C -0.023578 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.041254 0.1593
Idiosyncratic random 0.094776 0.8407 Weighted Statistics R-squared 0.899492 Mean dependent var 0.178797
Adjusted R-squared 0.883410 S.D. dependent var 0.269460
S.E. of regression 0.092008 Sum squared resid 0.211635
F-statistic 55.93380 Durbin-Watson stat 1.922045
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.896752 Mean dependent var 0.261363
Sum squared resid 0.237132 Durbin-Watson stat 1.715384