FAKTOR EKONOMI

60
7/18/2019 FAKTOR EKONOMI http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 1/60 produksi dalam pandangan islam PENDAHULUAN Setelah kita mempelajari teori permintaan pada bab sebelumnya, maka disini kami akan membahas lebih jauh tentang masalah produksi. Yang mana kegiatan produksi merupakan mata rantai yang terkait dengan kegiatan ekonomi yang lain seperti konsumsi, distribusi, maupun investasi. Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang atau jasa. Sedangkan menurut ilmu ekonomi, pengertian ekonomi adalah kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan atau manfaat suatu barang. Selain itu kegiatan produksi juga mempunyai tujuan diantaranya yaitu: menghasilkan barang atau jasa, meningkatkan nilai guna barang atau jasa, memperluas lapangan usaha, serta untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari kegiatan  produksi tentunya manusia berusaha apa yang merupakan kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi secara baik atau mendekati kemakmuran. Dalam Islam, setiap orang dituntut untuk mengerahkan seluruh potensinya untuk melakukan kerja yang produktif, dan selama seseorang masih mampu  bekerja (salah satu kegiatan produksi) bukan saja dianjurkan tetapi dijadikan sebagai kewajiban relegius. Oleh karena itu kerja adalah salah satu bentuk upaya manusia dalam rangka mendapatkan kepemilikan yang menjadikan hak milik pribadi yang dihormati. Dan untuk lebih jelasnya lagi, di sini kami akan membahas lebih lanjut tentang masalah  produksi, diantaranya yaitu tentang produksi dalam pandangan Islam, serta prinsip-prinsip  produksi dalam ekonomi Islam, perilaku produsen dan faktor-faktor produksi. PEMBAHASAN 

Transcript of FAKTOR EKONOMI

Page 1: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 1/60

produksi dalam pandangan islam

PENDAHULUAN 

Setelah kita mempelajari teori permintaan pada bab sebelumnya, maka disini kami akan

membahas lebih jauh tentang masalah produksi. Yang mana kegiatan produksi merupakan mata

rantai yang terkait dengan kegiatan ekonomi yang lain seperti konsumsi, distribusi, maupun

investasi. Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang atau jasa.

Sedangkan menurut ilmu ekonomi, pengertian ekonomi adalah kegiatan menghasilkan barang

maupun jasa atau kegiatan menambah nilai kegunaan atau manfaat suatu barang. Selain itu

kegiatan produksi juga mempunyai tujuan diantaranya yaitu: menghasilkan barang atau jasa,

meningkatkan nilai guna barang atau jasa, memperluas lapangan usaha, serta untuk

meningkatkan kemakmuran masyarakat. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari kegiatan

 produksi tentunya manusia berusaha apa yang merupakan kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi

secara baik atau mendekati kemakmuran. Dalam Islam, setiap orang dituntut untuk mengerahkan

seluruh potensinya untuk melakukan kerja yang produktif, dan selama seseorang masih mampu

 bekerja (salah satu kegiatan produksi) bukan saja dianjurkan tetapi dijadikan sebagai kewajiban

relegius. Oleh karena itu kerja adalah salah satu bentuk upaya manusia dalam rangka

mendapatkan kepemilikan yang menjadikan hak milik pribadi yang dihormati.

Dan untuk lebih jelasnya lagi, di sini kami akan membahas lebih lanjut tentang masalah

 produksi, diantaranya yaitu tentang produksi dalam pandangan Islam, serta prinsip-prinsip

 produksi dalam ekonomi Islam, perilaku produsen dan faktor-faktor produksi.

PEMBAHASAN 

Page 2: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 2/60

A.  Produksi Dalam Pandangan Islam 

Pemahaman produksi dalam Islam memiliki arti sebagai bentuk usaha keras dalam

 pengembangan faktor-faktor sumber yang diperbolehkan dan melipat gandakan income dengan

tujuan kesejahteraan masyarakat, menopang eksistensi serta ketinggian derajat manusia.1[1]

Sedangkan prinsip dasar ekonomi islam adalah keyakinan pada Allah SWT. Sebagai Robb dari

alam semesta.2[2] Rabb, yang sering diterjemahkan “Tuhan” dalam bahasa Indonesia, memiliki

makna yang sangat luas, mencangkup antara lain pemelihara (al-murobbi), penolong (al-nashir),

 pemilik (al-malik) dll. Konsep ini bermakna bahwa ekonomi islam berdiri di atas kepercayaan

 bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta, pemilik dan pengendali alam raya yang dengan

takdir-NYA menghidupkan, mematikan serta mengendalikan alam dengan ketetapan-NYA

(Sunatullah).3[3]

Dengan keyakinan akan peran dan kepemilikan absolute dari Allah Rabb semesta alam,

maka konsep produksi dalam ekonomi islam tidak semata-mata bermotif maksimalisasi

keuntungan dunia, tetapi lebih penting untuk mencapai maksimalisasi keuntungan akhirat.

Sebagaimana diterangkan pada QS. Al-Qashash:77, ayat ini mengingatkan manusia untuk

mencari kesejahteraan akhirat tanpa melupakan urusan dunia. Artinya, urusan dunia merupakan

sarana untuk memperoleh kesejahteraan akhirat.4[4]

B.  Prinsip-Prinsip produksi dalam ekonomi islam

Al-Qur‟an dan Hadis Rasulullah SAW. Memberikan arahan mengenai prinsip-prinsip

 produksi sebagai berikut:

1.  Tugas manusia dimuka bumi adalah sebagai kholifah Allah yaitu memakmurkan bumi dan

amalannya

2.  Islam selalu mendorong kemajuan dibidang produksi

3.  Tehnik produksi diserahkan pada keinginan dan kemampuan manusia. Nabi pernah bersabda:

“kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian” 

1[1] Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Terj. M. irfan Syofwani, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasr dan Tujuan

(Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), 159. 

2[2] Mustafa Adwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), 104.  

3[3] Ibid.

4[4] Ibid.

Page 3: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 3/60

4.  Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama islam menyukai kemudahan,

menghindari mudharat dan memaksimalkan manfaat.5[5]

C.  Perilaku Produsen Muslim 

1.  Motif dan Tujuan Produsen Muslim

Fungsi manusia sebagai kholifah dibumi mempunyai implikasi bahwa manusia boleh

memiliki dan menguasai sumber daya yang terdapat didalamnya dalam cara mengupayakannya

dalam bentuk bekerja. Dalam bekerja tersebut harus berpegang pada aturan yang ditetapkan oleh

Allah agar prinsip bertanggung jawab baik kepada pihak lain didunia maupun kepada Allah yang

memberikan mandate diakhirat. Islam pun menganggap kerja sebagai cara yang paling utama

untuk mencari rizki dan merupakan tiang utama produksi.6[6]

Dengan demikian maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa motif bekerja

(berproduksi) dalam islam adalah:

a)  Memenuhi anjuran agama (ibadah), karena islam sangat mengutuk tindakan menganggur.

 b)  Memenuhi kebutuhan untuk mencapai derajat yang mulia (keuntungan dunia dan akhirat).7[7]

c)  Menegakkan fungsi sebagai duta Allah (kholifah) dimuka bumi dan semangat kerja sama antar

manusia.

d)  Keyakinan bahwa Allah menciptakan dunia bagi manusia dengan tujuan agar manusia dapat

memakmurkan dan mengambil manfaatnya.8[8]

2.   Norma dan Etika Produsen Muslim

Masalah norma dan etika yang harus dipegang oleh produsen muslim, para ulama dan

 pemikir islam berbeda pendapat. Namun semua mengerucut pada suatu kaidah yaitu: “segala

sesuatu yang berhubungan dengan muamalah adalah boleh kecuali ada dalil yang

mengharamkannya.” Artinya produsen diberikan kebebasan untuk melakukan segala aktivitas

 produksi delama tidak menyimpang dari aturan syara‟.9[9]

5[5] Ibid., 110-111. 

6[6] Ely Masykurah, Pengantar Teori Ekonomi, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2008), 194-195. 

7[7] Ibid. 

8[8] Abdullah, Ekonomi, 163-167.

9[9] Ely, Teori Ekonomi, 205.

Page 4: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 4/60

Sama halnya dengan perilaku konsumen muslim, perilaku produsen muslim harus tetap

mengacu pada prinsip dan karakteristik ekonomi islam. Menurut Ely Maskuroh, dalam bukunya

 beliau merumuskan norma dan etika yang harus dipegang dalam aktivitas produksi seorang

muslim adalah mengacu pada prinsip nilai:

a.  Kebebasan berusaha dalam lingkaran halal. Hal ini berarti bahwa seorang produsen muslim

diberi kebebasan berusaha selaku kholifah dalam bentuk produktifitas apa saja selama output

yang dihasilkan mempunyai nilai manfaat atau maslahah bagi konsumen yang menikmati baik

lair maupun batin.

 b.  Self and social oriented. Jika seorang produsen mempunyai tujuan untuk memperoleh tingkat

keuntungan individu dan social, dalam bentuk kerjasama yang dibenarkan syara‟ dimana disana

terdapat pembagian keuntungan bagi pihak-pihak yang terkait dalam usaha.

c.  Konsep Sustainable and Development yaitu dimana perilaku konsumen muslim harus berpegang

 pada nilai kesinambungan dan perkembangan.

d.  Pertanggungjawaban dunia dan akhirat. Nilai yang terkandung dalam Responsibility disini

 berarti bahwa aktifitas produksi atau produsen muslim dalam seluruh aktivitasnya, menyangkut

 perlakuan terhadap factor produksi dengan penetapan konpensasi yang adil baik dalam

 penetapan upah tenaga kerja maupun penetapan harga dan juga laba, keshahihan

 produknya.10[10]

D. 

Faktor-Faktor produksi 

1.  Sumber Daya Alam

Pada dasarnya alam dan tenaga kerja merupakan factor produksi asli, yang hakekatnya

tidak sama dengan modal yang didapat dari aktivitas tenaga kerja dan sumber daya alam. Alam

yang mencangkup segala isinya diperuntukkan kepada manusia untuk dikelola dengan baik dan

 benar, selain sebagai anugrah juga merupakan amanah yang wajib dijaga, serta ujian bagi

manusia.11[11]

Yang termasuk kekayaan alam meliputi:

a.  Tanah dan keadaan iklim

 b.  Kekayaan hutan

10[10] Ibid., 206-207. 

11[11] Ibid., 188-189. 

Page 5: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 5/60

c.  Kekayaan di bawah tanah (bahan pertambangan)

d.  Kekayaan air, sebagai sumber tenaga penggerak, untuk pengangkutan, sebagai sumber bahan

makanan (perikanan), sebagai sumber pengairan.12[12]

2.  Tenaga Kerja (SDM)

Yang termasuk tenaga kerja yaitu semua yang bersedia dan sanggup bekerja. Berdasarkan umur

tenaga kerja dibagi menjadi 3 yaitu:

a.  Penduduk dibawah usia kerja; dibawah 15 tahun

 b.  Golongan antara 15-64 tahun

c.  Golongan yang sebenarnya sudah melebihi umur kerja, di atas 64 tahun

Berdasarkan tingkatan (kualitasnya) terbagi menjadi tiga:

a.  Tenaga kerja terdidik, yaitu tenaga kerja yang memperoleh pendidikan baik formal maupun

nonformal. Contoh: Guru, Dokter dll.

 b.  Tenaga kerja terlatih, yaitu tenaga kerja yang memperoleh keahlian berdasarkan latihan dan

 pengalaman. Contoh: montir, tukang kayu

c.  Tenaga kerja tak terdidik dan tak terlatih, yaitu tenaga kerja yang mengandalkan kekuatan

 jasmani daripada rohani. Contohnya: tenaga kuli pikul, tukang sapu dll.13[13]

3.  Modal

Menurut pengertian Ekonomi adalah barang atau hasil produksi yang digunakan untuk

menghasilkan produk lebih lanjut. Misalkan orang membuat jala untuk mencari ikan. Dalam hal

ini jala merupakan barang modal, karena jala merupakan hasil produksi yang digunakan untuk

menghasilkan produk lain (ikan).14[14]

Modal dibedakan menjadi dua:

a.  Modal financial. Produksi dengan menggunakan modal jenis ini tampak dalam beberapa criteria

1.  Terdapat dua orang yang mengadakan kerjasama dalam bentuk penggabungan modal bersama

2.  Terjadi penggabungan modal dan tenaga

3.  Terjadi penggabungan modal, namun pelaksana investasi hanya dipercayakan kepada salah

seorang saja

12[12] Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), 162.  

13[13] Ibid., 162-163. 

14[14] Ibid., 163. 

Page 6: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 6/60

4.  Tenaga dua orang yang sepakat melakukan usaha bersama, dengan modal hanya berasal dari

salah satu pihak saja

5.  Seseorang yang memiliki sejumlah harta kemudian dikembangkan dengan melakukan jual beli

 b.  Modal barang. Berasal dari seseorang yang bekerja dan mempunyai kekayaan berupa alat-alat

dan barang-barang tertentu.15[15]

Modal dapat dibedakan menurut:

a.  Kegunaan dalam proses produksi

1)  Modal tetap adalah barang-barang modal yang digunakan berkali-kali dalam proses produksi.

Contoh: gedung, mesin-mesin pabrik.

2)  Modal lancer adalah barang-barang modal yang habis sekali pakai dalam proses produksi.

Contoh: bahan baku.

 b.  Bentuk modal

1)  Modal konkret (nyata) adalah modal yang dapat dilihat secara dalam proses produksi. Contoh:

mesin, bahan baku, gedung pabrik.

2)  Modal abstrak (tidak nyata) adalah modal yang tidak dapat dilihat tetapi mempunyai nilai dalam

 perusahaan. Contoh: nama baik perusahaan dan merek produk.16[16]

4.  Management

Management dalam perkembangannya juga dapat dikatakan sebagai bentuk keahlian dan

turunan dari factor tenaga kerja karena didalamnya mengandung nilai yang dianjurkan dalam

islam.

Keberadaan managenet dalam suatu aktivitas sangat diperlukan jika mengharapkan suatu

 peningkatan hasil produksi secara efektif dan efisiensi. Salah satu unsur penting dalam

management adalah perlunya seorang manager (pimpinan) dalam suatu pekerjaan. Dalam sebuah

hadits diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW mengingatkan bahwa, apabila tiga orang

muslim mengadakan perjalanan, maka harus memilih satu orang diantara mereka sebagai

 pemimpin untuk bertindak mengatur segala sesuatu dalam perjalanan tersebut. Hadist ini

menurut Syaukani berlaku bagi segala bentuk pekerjaan atau usaha.17[17]

15[15] Abdullah, Ekonomi, 174-176. 

16[16] Ibid., 164. 

17[17] Ely, Pengantar Ekonomi, 192. 

Page 7: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 7/60

5.  Teknologi

Merupakan ilmu tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi

kesejahteraan dan kenyamanan manusia.

Landasan teoritik sekaligus yuridis yang mendukung gagasan teknologi dijadikan sebagai

factor produksi adalah merujuk pada kandungan Al Qur‟an yang menempatkan uregensi

 penguasaan ilmu pengetahuan demi pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia.

Gagasan Al Qur‟an dalam surat Ar Rahman:33 dan Al Jasiyah:11 melahirkan dua konsep

 pemikiran tentang teknologi:

1.  Pada tataran teoritis normative penempatan teknologi sebagai factor produksi dapat menciptakan

kemaslahatan manusia yang sesuai dengan maqasid as-Syariyah karena terciptanya efisiensi alam

kegiatan produksi.

2.  Pada tataran praktis, penggunaan teknologi sebagai factor pokok produksi dapat mengatasi

masalah kelangkaan relative sumber daya ekonomi.18[18]

KESIMPULAN 

1.  Produksi Dalam Pandangan Islam

18[18] Ibid., 193-194. 

Page 8: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 8/60

Produksi dalam islam memiliki arti sebagai bentuk usaha keras dalam pengembangan factor-

faktor sumber yang diperbolehkan dan melipat gandakan income dengan tujuan kesejahteraan

masyarakat, menopang eksistensi serta ketinggian derajat manusia.

2.  Prinsip-prinsip produksi dalam ekonomi islam

Sesuai dalam Al Qur‟an dan Hadist Rasulullah yang memberikan arahan mengenai prinsip-

 prinsip produksi:

a)  Manusia sebagai khalifahan

 b)  Islam selalu mendorong kemajuan dibidang produksi

c)  Teknik produksi diserahkan pada keinginan dan kemampuan manusia

d)  Agama islam menyukai kemudahan, menghindari kemudaratan dan memaksimalkan manfaat.

3.  Perilaku Produsen Muslim

a.  Motif dan tujuan produsen muslim

 b.   Norma dan etika produsen muslim

4.  Factor-faktor produksi

a.  Sumber daya alam

 b.  Tenaga kerja (SDM)

c.  Modal

d.  Management

e.  Teknologi

DAFTAR PUSTAKA 

Page 9: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 9/60

Adwin Nasution, Mustafa. 2007. Pengenalan Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana.

Husain at-Tariqi, Abdullah Abdul. 2004. Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar, dan Tujuan. Terj. M. Irfan

Syofwani. Yogyakarta: Magistra Insania Press.

Maskuroh, Ely. 2008. Pengantar Teori Ekonomi. Ponorogo:STAIN Ponorogo Press.

Suprayitno, Eko. 2008. Ekonomi Mikro Perspektif Islam Malang: UIN-MALANG Press.

Ekonomi Pendidikan dalam Islam

BAB I 

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 

Ekonomi adalah salah satu ilmu yang menyelidiki soal-soal pemenuhan kebutuhan jasmaniahmanusia dalam arti mencari keuntungan atau mengadakan penghematan untuk kepentinganhidup. Atas dasar ini, maka pengetahuan dan penyelidikan mengenai asas-asas penghasilan(produksi) pembagian (distribusi) dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal

keuangan, perindustrian, perdagangan dan lain sebagainya) adalah sarana ekonomi tersebut.Maka hidup manusia ini diliputi oleh soal-soal ekonomi baik dalam mengatur urusan rumahtangga, menjaga kehematan dalam output dan input hingga eknomi ini merupakan satu ilmu yangluas bidangnya. Sebenarnya ekonomi tidak dapat dibatasi oleh jalan ilmu yang tertentu namun iamencakup kebijaksanaan manusia dalam menjangkau soal-soal hidup dan perjalanan hidupnya.Oleh sebab itu ada bermacam-macam pendapat mengenai ekonomi itu maka terdapat teori AdamSmith (1723 –  1790) yang menganut “perdagangan bebas” dalam arti seseorang boleh berbuatsekehendak hatinya. Terdapat pula pendapat Thomas Robert Malthus (1776 –  1834) yang berdasarkan kecemasan menghadapi pertumbuhan penduduk melampai batas kecepatan pandangan sumber nafkah. Maka pendapat ini menimbulkan teori keluarga berencana untukmengadakan perseimbangan jumlah penduduk dengan hasil bumi. Disamping itu terdapat

 pendapat Karl Marx (1817 –  1883) dengan Das Capital  -  pembiayaan yang revelis –  membawateori sosialisme dan terdapat pulalah pendapat kapitalisme yang bertentangan dengan pendapatsosialisme itu. Demikian pertentangan itu muncul di dalam masyarakat manusia yangmenimbulkan bermacam-macam aliran yang tidak dapat dipercaya oleh masing-masing alirandengan kata lian tidak dapat dipertemukan tetapi sering bersaingan bahkan berhadapan satu samalain hingga politik internasional dibawa oleh arus kedua teori ini dan dunia sendiri berpecah duadengan timbulnya dua Negara raksasa timur dan barat. 

Page 10: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 10/60

B. Pokok Permasalahan

1.  Apa pengertian pertumbuhan ekonomi?

2.  Bagaimana kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi?

3.  Bagaimana penelitian Schultz tentang pertumbuhan ekonomi?

4.  Bagaimana pula penelitian Denilson tentang pertumbuhan ekonomi?

5.  Bagaimana pertumbuhan ekonomi dalam pandangan Islam?

BAB II 

PEMBAHASAN 

Dalam makalah ini penulis mengambil terjemahan dari sebuah buku yang berjudul “The

 Economic Education” yang maksudnya adalah pertumbuhan ekonomi dihubungkan dengandunia pendidikan dengan diawali sebuah :

Dengan menabur benih suatu waktu anda akan menuai

Dengan menanam sebatang pohon, anda akan memanen sepuluh kali lipat.

Dengan mendidik orang, anda akan memanen seratus kali lipat.

Terdapat cukup bukti kalau investasi dalam pendidikan Islam dapat menguntungkan bagiseseorang dan masyarakat karena itu tampak bahwa investasi dalam pendidikan akanmenyuburkan pertumbuhan ekonomi.

Jawaban terhadap kedua pernyataan tersebut diperlukan jika ketetapan kebijakan harus dibuattentang manfaat investasi kependidikan sebagai sarana pertumbuhan. 

A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi 

Menurut Denilson (1962), “pertumbuhan ekonomi menunjukan peningkatan pendapatan Negara,diukur dengan harga dolar tetap.” Jika kita ingin mengukur pertumbuhan ekonomi dari tahun1975 –  1976, kita perlu mendapatkan jumlah pendapatan Negara dalam dua tahun itu, diukurdengan harga dolar yang tetap dan menjumahkan perubahannya dalam persent. Untunglah datademikian tersedia dalam banyak media seperti The Economics Report of The President (1978),Survey of Current Business, Federal Reverse Bulletin, Organization for Economy Cooperationand Development (OECD), United National Publications, dan masih banyak lagi yang lain.

Dengan menggunakan jumlah pendapatan nasional dalam dolar tahun 1972 (berdasarkan Economic Report of The President , 1978), kami menemukan bahwa pendapatan Negarameningkat dari $ 956,9 milyar pada tahun 1975 menjadi $ 1,018,9 milyar pada tahun 1976 satuan peningkatan sebesar $ 62 milyar atau 6,5 %. Jumlah yang sama mungkin dicapai selama tahun-tahun yang lain dan dalam rentang waktu yang lebih lama, darimana kecepatan pertumbuhantahun rata-rata dihitung.

Page 11: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 11/60

Sebagaimana kemungkinan lain, “pertumbuhan ekonomi” dapat didefinisikan sebagaimana produk nasional perkapita dalam harga dolar tetap dolar tumbuh setelah suatu jangka waktutertentu. Jika pendapatan Negara juga berperan sebagai ukuran produksi nasional, saat kita harusmembagi jumlah pendapatan nasional masing-masing dengan jumlah penduduk di AmerikaSerikat 213.559.000 pada tahun 1975, dan 215.142.000 pada tahun 1976 pertumbuhan

 pendapatan perkapita adalah yang memberitahukan kita pendapatan nasional perkapita dalamharga dolar 1972 yaitu $ 4,481 pada tahun 1976 pertumbuhan pendapatan perkapita adalah $225atau 5,7 % selama penduduk bertambah, kecepatan pertumbuhan GNP pasti lebih besar darikecepatan pertumbuhan GNP perkapita.

Definisi pertumbuhan ekonomi di atas bukannya tidak ditandingi di tempat pertama, pendapatannasional hanya mencakup produk dan layanan yang besar. Katakanlah bahwa ekonomi telahmengalami peningkatan dalam kepentingan relatif aktivitas pasar dibandingkan dengan produksirumah tangga (seperti : pemrosesan makanan, penggunaan pembantu dalam rumah tangga, dansebagainya) jadi beberapa peningkatan dalam pendapatan nasional baru akan tampak,(tampaknya memang masuk akal kalau kepentingan relative produksi rumah tangga di Amerika

Serikat pada dasarnya telah menurun dari tahun 1930 sampai sekarang.

Dalam kaidah ushul Fiqh yang berarti :

“Suatu perbuatan wajib (peningkatan mutu pendidikan) yang tidak sempurna, kecuali denganmelakukan perbuatan lainnya (peningkatan sarana dan kesejahteraan guru), maka perbuatan lainmenjadi wajib.” 

Persoalan yang lebih mendasar tentang manfaat umum jumlah pendapatan menyeluruh untukmenentukan pertumbuhan ekonomi terfokus pada alasan bahwa peningkatan pendapatan nasionalsama dengan peningkatan kesejahteraan ekonomi diperkirakan akan sama dengan peningkatan

dalam pendapatan nasional.

Perubahan pendapatan nasional dan kepuasan konsumen bergerak dalam arah yang sama,sejumlah persoalan konseptual tetap ada. Pertama terdapat fenomena pengaruh eksternal yangmenunjukkan sejauh mana kompetisi penuh berlaku dalam semua sektor ekonomi.[1] Semakin banyak jumlah industri dimana beberapa bentuk kompetisi tidak pernah tampak menonjol,semakin kurang reliabel sistem harga dalam menggambarkan kesejahteraan konsumen.[2] 

B. Kontribusi Pemuskan Modal Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi  

Sebagaimana WL Miller mengatakan “usaha untuk menghitung kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi jelas memerlukan penjelasan tentang mengapa kita harus memperkirakanadanya kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dari pendidikan.[3] 

Diyakini “tidak setiap bentuk pendidikan akan” meningkatkan pertumbuhan ek onomi.“Pendidikan adalah sumber pertumbuhan ekonomi jika bersifat anti tradisional sampai ke taraf iamembebaskan dan merangsang serta menginformasikan kepada orang dan mengajarinya bagaimana dan mengapa tuntutan dibuat terhadap dirinya sendiri.” Karena itu, strategi pendidikan yang tepat akan muncul dalam empat kapasitas yang menghasilkan pertumbuhan.

Page 12: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 12/60

Pertama, “perkembangan suatu lingkungan umum yang menguntungkan bagi kemajuanekonomi.” Maksudnya adalah bagi mobilitas sosial, suatu peningkatan umum baca tulis perluuntuk meningkatkan komunikasi, “dan membuat catatan dan menyimpan deposito di Bank.”[4] 

Kapasitas kedua menekankan perkembangan sumber-sumber penghasilan yang baik bagi faktor-

faktor yang agak berlimpah dan menggantikan faktor-faktor yang termasuk langka. Sebagaicontoh, pemanfaatan sumber-sumber daya alam ditingkatkan oleh pendidik, ketika pendidikanmemberikan bakat manajerial yang pada gilirannya dapat mengeksplorasi sumber-sumber pendapatan secara lebih efektif. Pada saat yang sama, pendidikan mungkin memberikan tekhnik-tekhnik untuk menanggulangi kelangkaan beberapa sumber pendapatan dengan menggantikansumber-sumber daya langka dengan sumber daya yang baik tanpa pendidikan, orang akan jauhkurang dapat menyesuaikan diri dengan berbagai kebutuhan produksi. Dalam al-Qur‟an sesuaidalam Surat al-Baqarah, ayat 245 yang berbunyi :

# B¨`ÚÞ# ©øÊ· #ÞÚ xmçZ ¡|ZY$%ø] $¡ø¼ ù]%ʼ m24 # ª6öÁª Zr_ø%q%Î ËÇ: (٢ #لبره

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan

hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya denganlipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-

lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Baqarah : 245) Kapasitas ketiga menggaris bawahi daya tahan investasi pendidikan. Miller memperhatikan bahwa pendidikan “mempunyai daya tahan yang lebih besar dari pada kebanyakan bentuk modalreproducible  bukan orang” khususnya di Negara-negara yang mempunyai harapan lamanyahidup yang panjang pada kelahiran.” Lagipula, Miller berpendapat bahwa penurunan nilai dankeapkiran modal berbentuk orang terjadi jauh lebih lambat daripada modal fisik atas dasar

 bahwa, “biasanya hanya latihan khusus bentuk paling rendah saja yang menjadi benar -benartidak terpakai.” Karena itu Miller menegaskan bahwa, “suatu investasi tertentu dalam pendidikancenderung menjadi produktif, hal lain juga serupa, daripada investasi pada modal bukanorang.”[5] 

Kapasitas yang keempat, “Pendidikan merupakan investasi konsumsi, pribadi dalam modal bukan orang, atau pengeluaran dana oleh pemer intah untuk selain tujuan pendidikan.” Dapatdibuktikan, bahwa pengeluaran untuk pendidikan kebanyakan dibuat dengan mengorbankankonsumsi (bukan penghematan).[6] Karena investasi dalam modal fisik dipersiapkan dapatmenciptakan kontribusi bersih terhadap pertumbuhan ekonomi sekalipun kecepatan hasilnyasecara internal lebih rendah dalam pendidikan daripada untuk modal material, karena iamengalihkan sumber-sumber pendapatan yang sebaliknya dikonsumsi menjadi produksi tidaklangsung.”[7] 

C. Penelitian Schultz 

Upaya serius untuk mengukur jumlah kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomitelah dilakukan oleh Schultz.[8] Kita dapat menggaris bawahi metodologinya sebagai berikut.Kita harus memperoleh data tentang kontribusi tenaga kerja selama tahun-tahun pendidikannya

Page 13: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 13/60

untuk membuat penyesuaian peningkatan dalam hal lamanya masa sekolah. Juga kita harusmemusatkan perhatian kepada pekerja saja. Meskipun Schultz meyakini bahwa peningkatan pendidikan, katakanlah, bagi ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja mempunyai pengaruhyang pasti positif terhadap pertumbuhan melalui pendidikan informal di rumah. Ketika itu dapatdiperlihatkan bahwa pekerja pada tahun 1957, “memperoleh 226,5 milyar dolar atau 71 milyar

dolar melebihi pendapatan perorangan dalam tenaga kerja yang tidak berkembang” sejak tahun1929.[9] Selanjutnya, Schultz menunjukkan bahwa saham modal dalam bentuk orang, yangdiwakili oleh kumpulan investasi disekolah juga telah meningkat, jika beberapa peningkatandiperlukan untuk memantapkan level 1929 itu dalam persediaan pendidikan per pekerja, persediaan ini meningkat dengan $ 286 milyar lagi.

Penelitian Schultz memperlihatkan bahwa Schultz memusatkan perhatian pada penghasilan dantingkat pendidikan tenaga kerja. Modal pendidikan dipandang sebagai faktor produksi tersendiri.Modal pendidikan diperlakukan lebih menyerupai modal fisik meninggalkan hasil bagi modaldalam kategori yang tidak jelas. Schultz memberikan perkiraan adanya kontribusi pendidikanterhadap peningkatan penghasilan pekerja dan peningkatan masukan modal yang tidak dijelaskan

oleh pertumbuhan modal fisik. 

D. Penelitian Denilson 

Analisis yang paling lengkap tentang sumber-sumber pertumbuhan ekonomi dan kontribusi pendidikan terhadapnya telah dilakukan oleh Denilson.[10] Perhitungan Denilson atas peran pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi hanya memperhitungkan peningkatan tingkat pendidikan tenaga kerja, bukan tetapnya tingkat pendidikan yang ditentukan bagi anggota tenagakerja yang baru. Dapat dibuktikan kalau investasi dalam pendidikan antara tahun 1949 sampaitahun 1969 harus menghasilkan peningkatan bagi tenaga kerja yang mempunyai sebaran modal pendidikan yang sama seperti yang dilakukan pada tahun 1948 juga harus diperhitungkan.

“Kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi  dari tahun 1940 sampai tahun 1965hanya 12,9 % dibanding dengan 20,9 % ketika meledaknya tenaga kerja jugadiperhitungkan.”[11] 

E. Pertumbuhan Ekonomi dalam Pandangan Islam 

Kalau kita bahas ekonomi Islam, maka hendaklah kita melihat seluruh ajaran Islam. Islam adalahagama sederhana yang tidak mengajar dan mendidik manusia untuk berlebih-lebihan dalam berbuat dan bertindak, tetapi agama mengajar agar kita berbuat kekuasaan dalam arti sederhana, bukan kapitalis, sosialis maupun liberalis. Sebab Islam itu sendiri dan umatnya juga bersifatsederhana. Allah telah berfirman dalam surat al-Furqan ayat 67 yang berbunyi :

ª!ÚÞ# # )#_ÌY$¼ Nr )#_%]|( Nr )#|I)ªªbÚ2/ª÷r9xB#_Ú Ë: ( ٦الفرقن

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak(pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqan: 67) 

Page 14: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 14/60

Dalam surat al-A‟raaf ayat 31 Allah berfirman : 

qªª ªt# )#ä% ÷ªyª — mø uà èsªB )#_%Ì2 )#_|÷# )#_%]w%u 4 ¡|Z ªü ª]wJr# ËÊ

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid[12], makan danminumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[13]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orangyang berlebih-lebihan.” (QS. al-A‟raaf : 31) Manusia dalam dunia mempunyai sifat yang menentukan jalan hidup dan isinya untukkepentingan manusia bersama. Di dalam hubungan manusia Islam dengan tuhannya tidakmelepaskan manusia itu dari urusan dunianya. Dan di dalam dia melakukan tugasnya di duniaAllah pun tidak boleh ia lupakan. Manusia Islam tidak boleh ia lupakan. Manusia Islam tidak boleh menjauhkan diri dari dunia di dalam serba tindakan.

Oleh karena itu harus memanfaatkan dunia, maka ia harus memanfaatkan, menguasai, dan

memiliki harta benda. Maka manusia, dunia dan uang itu hendaknya sejalan dengan pengadilandunia, hidup, agama. Kalau sekiranya uang dan harta benda dimniliki oleh umat Islam, makaiapun hendaklah menjalankan ekonomi dalam arti yang meluas.

Untuk menjalankan usaha ini, Islam meletakan prinsip-prinsip utama dalam peraturan ekonomiseperti :

1.  Uang yang baik lagi halal dianggap sebagai soko guru dalam hidup yang wajib dijawab, dijaga,

dan diusahakan daerah peredarannya.

Pokok persoalan ini didapatkan kepastiannya dari Qur‟an Hadits. Rasulullah SAW bersabda

yang artinya: “Uang yang baik adalah untuk manusia yang baik pula. 

Dalam al-Qur‟an Allah berfirman dalam surat an-Nisa ayat 5 yang berbunyi:

)#_%Î/%Î Y$r#øNr9_B¼ Þr# u%q # ÷r JÚN%_%Úø — p# ‘ ] N%_6à# )#_r_%Ú N|Z m_Ú ù]Ë B¨ê/

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum Sempurna akalnya[14], harta(mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilahmereka belanja dan Pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. (QS. An-Nisa: 5) 2. Mengadakan lapangan kerja dan mata pencaharian bagi setiap manusia yang sanggup

Mencari sumber-sumber kekayaan bumi dan mempergunakan segala yang terdapat di dalamkosmos ini baik yang berupa bahan-bahan baku maupun bahan energy dan lain sebagainya.Dalam al-Qur‟an Allah berfirman dalam surah Jaatsiyah ayat 13 yang berbunyi :

Page 15: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 15/60

ªš ’ )b¨ 4 Bim/Z| H‹%x #{FpË ’ Bª #rJ»_9N ’ B¨ r÷ ™‚¤r9㪠Ï_r šøÞY$ªyª ËÊ

“Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al-Jaatsiyah: 13) 

3. Menjauhkan diri dari segala sumber pencaharian yang haram, illegal menurut syariat Islam.

1.  Memperdekat jarak strata-strata yang ada di masyarakat yang sifatnya menghilangkan

perbedaan kekayaan yang nyata antara yang kaya raya dan yang fakir.

2.  Mengadakan jaminan sosial bagi setiap warga Negara dan manusia Islam dengan melindungi

mereka dari kemelaratan dan kesengsaraan.

3.  Melaksanakan bantu membantu dan keeksistensian yang merata hingga terasa adanya hidup

persaudaraan yang sejati.

BAB III 

PENUTUP

A. KESIMPULAN 

Terdapat cukup bukti kalau investasi dalam pendidikan dapat menguntungkan bagi seseorangdan masyarakat. Karena itu tampak bahwa investasi dalam pendidikan akan menyuburkan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan pendapatan Negara, diukur dengan harga dolaryang tepat. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai dimana produk nasional perkapitadalam harga tetap dolar tumbuh setelah suatu jangka waktu tertentu.

Sejumlah faktor yang ada tampaknya akan membuat taksiran yang terlalu rendah terhadap pertumbuhan ekonomi ketika di ukur dengan pendapatan nasional dengan menggunakan deflatorharga seluruhnya, mungkin kita akan benar-benar gagal mengingat kualitas produksi.

[1] C.E. Ferguson, Micro Economic Theory , Edisi ke 3 Home wood III : Richard D. Irwin. 1972. Hlm. 250

[2] C.E. Ferguson, Micro Economic Theory, Hlm. 250

[3] W.L. Miller, Education as a Source of Economy Growth. Jurnal of Economy Issue, 1967.Hlm. 280-296

[4] S. Rosen, Measuring Obsolescence of Knowledge, dalam F.T. Juster, (ed), Education, Incomeand Human behavior , New York: Mc. Graw-Hill, 1975, Hlm. 199-232

[5] S. Rosen, Measuring Obsolescence of Knowledge, Hlm. 283. Tentang upaya untuk mengukurapkirnya pengetahuan.

Page 16: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 16/60

[6] E.F. Denison, The Sources of Economic Growth in The United States, New York: Committeefor Economic Development, 1962. Hlm. 77 –  78.

[7] E.F. Denison, The Sources of Economic Growth in The United States,Hlm. 77-78

[8] T.W. Schultz, Education and Economic Growth, dalam serial Force Influencing America Education, Editor, N.B. Hendry. Chicago: University of Chicago Press, 1961. Hlm. 46-50

[9] Elchanan Cohn, The Economic, edisi revisi, Cambridge: Ballinger Schultz dari M. J.Browman (1968) hlm. 177-289 dan 298-312

[10] E.F. Denison, Measuring the Contribution of Education (End the Residual) to Economic

Growth, dalam in Organization for Economic Cooperation and Development  (1964).Hlm. 13

[11] M. Selowsky, “on The Measurement of Education‟s Contribution to Growth”, dalamQuarterly Journal of Economy (Agustus 1969). Hlm. 49

[12] Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling ka‟bah atauibadat-ibadat yang lain.

[13] Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pulamelampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.

[14] orang yang belum Sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum balig atau orang dewasayang tidak dapat mengatur harta bendanya.

Perspektif Sumber Daya Ekonomi IslamJune 6, 2011 6:47 am | Ekonomi Syari'ah 

Page 17: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 17/60

 

Mari mulai bicara dari sebuah realita kekinian. Kondisi masyarakat dunia yang mengalamidistorsi pemahaman akan sebuah kebenaran menjadi sebuah dilema terbesar dalam

 perkembangan sistem yang ditawarkan Islam.

Di negara kita sendiri khususnya walaupun diketahui sebagai muslim terbesar seakan hanyasebuah fakta biasa yang tak memberikan kontribusi apa-apa. Padahal, ini adalah potensi besarsebuah perbaikan bagi peradaban jika muslim benar-benar selalu berproses menjadi seorang pembelajar. Memahami banyak masalah dalam perspektif solutif, menarik hikmah, tidak sekedarmeneguk pil pahit atau malah cuma berdiplomasi tanpa ada langkah.

Inilah esensi sejati dari keberadaan insan sebagai khalifah di bumi. Amanah ini bukanlah halyang ringan, tapi Allah telah menetapkan sebaik-baiknya amanah kepada insan.

Pengertian dari sumber daya insan, yang penulis sadur dari Wikipedia tentang sumber dayamanusia, adalah potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya

 sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri

 serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan

dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.

Potensi sumber daya insan di Indonesia sebenarnya sudah cukup untuk menjadi sebuah pasar besar dalam mencetak kesejahteraan jika dilihat dari kuantitas insannya. Untuk menyamakan

Page 18: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 18/60

 persepsi di awal, kesejahteraan yang kita bahas kali ini adalah kesejahteraan yang menjagakaidah unsur maslahah yang memenuhi keseimbangan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.Sesuai dengan apa yang telah dijelaskan Asy Syatibi tentang maslahah, bahwa semuanya akan bermuara pada sebuah perbaikan peradaban ketika kelimanya tercapai pada tiap individu.

Ekonomi islam hadir ditengah masyarakat yang merindukan kesejahteraan, tidak lantas denganmudah diterima masyarakat, sekalipun muslim. Di awal pertumbuhannya di tanah air dengan berdirinya Bank Muamalat yang meniadakan unsur riba dalam praktik perbankan, tidak denganserta merta membuat muslim langsung beralih ke bank syariah. Bahkan hingga sekarang setelah20 tahun Bank Muamalat berdiri dan telah tumbuh bank syariah lainnya, serta lembaga keuangansyariah lainnya. Muslim masih belum memahami esensi perbankan syariah.

Melihat kondisi ini, maka penulis mengklasifikasikan ada 3 perspektif ketika kita bicaramengenai sumber daya insani ekonomi Islam:

1. Ekonom Muslim 

Secara umum ketika setiap muslim punya kewajiban untuk memenuhi kebutuhannya hinggatercapainya kesejahteraan, maka sumber daya insan pertama adalah semua potensi umat muslimdi Indonesia. Semua umat muslim adalah ekonom, yang akan kita sebut kemudian sebagaiekonom muslim.

Ekonom muslim seharusnya punya kesadaran tinggi untuk meninggalkan riba yang telah mutlakdiharamkan dalam Al Baqarah ayat 275. Tapi ternyata pandangan mereka berbeda, ekonommuslim merasa banyak hal yang tidak bisa mereka terima, perbankan syariah tidak ada bedanyadengan perbankan konvensional. Bunga ya bunga. Riba ya riba. Banyak sekali suara dariekonom muslim ini yang merasa kondisi ekonomi sosial tidak bisa lantas dengan mudah menjadi

 baik, ketika mereka berkonversi ke perbankan syariah.

Ditambah lagi dengan fakta yang penulis ambil dari zonaekis.com terkait kondisi di bank syariahsendiri. Direktur BNI Syariah, Imam Teguh Saptono, menyampaikan “Umumnya pemimpin di perbankan syariah berasal dari perbankan konvensional, jadi memang harus ada balancing, di

mana aspek fiqih dan syariah diperkuat.” Menguatkan bahwa kesannya bank syariah sekarangmasih tidak jauh berbeda dari bank konvensional karena sumber dayanya pun orang yang sama.

Masalah pada perspektif pertama dari para ekonom muslim adalah masih adanya dikotomi antaraekonomi dan Islam, atau tidak adanya sensitifitas dari masyarakat dalam memahami ekonomiislam, kondisi ini membuat ayat langit tidak bisa membumi, dan penyebabnya jelas karenakurangnya pemahaman muslim dan pemahaman mereka tentang ekonomi yang telah mengakarsejak kecil adalah konsep ekonomi yang konvensional. Baik secara ilmu maupun hingga tatarantekhnis.

Sehingga, bisa kita lihat ternyata potensi yang ada pada sumber daya insan ini tidak sesinergisyang dibayangkan, disebabkan karena ketidakmampuan insannya untuk berintegrasi dalamtatanan sosial menuju kesejahteraan dengan sistem islam. Singkatnya, Ekonomi Islam sebagaisistem belum membumi dikalangan ekonom muslim.

Page 19: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 19/60

Padahal perekonomian yang bobrok saat ini telah menjadi cermin bahwa sistem perbankanribawi menjadi pemicu utama krisis ekonomi. Hutang negara-negara berkembang pada tahun

1982 mencapai 715 milyar dolar dan beban bunga  yang harus dibayarkan sebesar 66 milyar

dolar (World Bank, 1984). Beban bunga, istrumen perbankan ribawi yang sangat memberatkandan mengganggu perekonomian, karena menimbulkan bubble economic. 

Kondisi ini mengalami puncaknya ketika pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi cukup parahyang melanda beberapa negara termasuk Indonesia. Kemudian disisi lain, satu fakta yangmenjadi pembuktian nyata bahwa bank tanpa riba bisa menghindarkan penyakit gila seperti yangdisebutkan dalam AlBaqarah ayat 275, ketika krisis 2008, Bank Muamalat sebagai lokomotif perbankan tanpa riba selamat dari negatif spread yang dialami bank riba tersebut sebagai dampakdari krisis karena bunga dari kredit macet.

Setelah kita melihat secara keseluruhan umat muslim yang seharusnya aware terhadap ribaternyata belum bisa diharapkan. Maka kita akan beranjak ke perspektif selanjutnya.

2. Praktisi Ekonomi

Perspektif selanjutnya yaitu para ekonom muslim yang bersentuhan langsung dengan kebijakandan praktek pada tiap sistem ekonomi yang berkembang dalam negara ini, kita sebut merekapraktisi. Ekonom muslim yang berada pada tataran praktisi, meliputi semua pekerja yang berada pada sistem lembaga keuangan syariah baik bank maupun non bank, Dewan Pengawas Syariah(DPS), pemerintah, dan pihak stakeholder terkait.

Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar SDM bank syariah, terutama pada level menengahdan atas, adalah jebolan bank konvensional dengan berbagai motif. Diperkirakan 70 persenkaryawan bank syariah saat ini berasal dari bank konvensional dan latar pendidikan non syariah.

Maka sebagai umat muslim, wajar jika ada keraguan akan kepastian tanpa riba karena pelakudalam praktek perbankan sendiri adalah orang-orang yang konvensional, sehingga perbankansyariah terkesan sebagai bank konvensional yang disyariahkan.

Menurut Agustianto, sekjen Ikatan Ahli Ekonomi Islam, di dalam blog pribadinya, ada beberapakualifikasi dan standar dari SDM Ekonomi Islam yang semuanya mengacu pada tuntutan untukmemahami kaidah dasar dalam penetapan kebijakan.

Disinilah kemudian ada sedikit distorsi, ketika setiap pakar yang sudah ahli secara teori maupun praktek ternyata masih memiliki perbedaan pendapat sehingga masyarakat yang mengacu pada para praktisi ini terkadang mengalami missed communication. Tapi, terlepas dari adanya perbedaan pendapat ini, Ekonomi Islam tetap terus berkembang hingga saat ini. Sebuahkewajaran sebenarnya ketika tiap pemikiran punya latar belakang yang berbeda, tapi sejauhtujuannya hanyalah satu, yaitu membumikan ekonomi syariah, maka semuanya akan seiring dansejalan.

Selain itu pula, produk-produk perbankan yang menjadi daya jual ke masyarakat yang tidaksensitif  terhadap urgensi riba untuk saat ini bisa dibilang belum inovatif. Karena masih banyak produk yang kesannya copy paste dari produk konvensional. Malah akad-akad muamalah yang

Page 20: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 20/60

ada juga terasa memberatkan bagi nasabah. Ini adalah kelemahan utama dari sumber daya insanyang ada dalam tataran praktisi. Penyajian produk perbankan yang kurang praktis dan kurangcantik dari kemasan.

Direktur Utama BNI Syariah, Rizqullah, mengatakan saat ini masyarakat lebih kritis terhadap

 perbankan syariah dengan menuntut layanan lebih baik dari bank konvensional. Oleh karena itu,lanjutnya, diperlukan SDM keuangan syariah yang tak hanya berjumlah banyak tapi juga berkualitas.

“Tantangan ber at bagi pelaku untuk bisa memenuhi harapan masyarakat karena itu dengansemakin banyak perguruan tinggi membuka keuangan syariah, maka akan membantu SDM perbankan syariah,” tutur Rizqullah. (sumber : zonaekis.com) 

Direktur BNI Syariah, Imam Teguh Saptono, menyatakan, BNI Syariah memandang pendidikanekonomi syariah memang sangat dibutuhkan. Pasalnya dalam dunia praktisi sekarang  gap  pengadaan SDM di perbankan syariah masih cukup besar, sementara pertumbuhan bank syariah

tumbuh dua kali lebih cepat di atas bank konvensional, dengan pertumbuhan 30-40 persen pertahun. (sumber : Republika) 

Dari fakta yang disebutkan di atas tentang kebutuhan akan ketersediaannya jumlah sumber dayainsan, menuntut untuk dipenuhi bermuara pada satu tugas besar, yaitu partisipasi akitf perguruantinggi sebagai mesin pencetak utama sumber daya insani yang berkualitas untuk sektor perbankan syariah seperti yang diungkapkan oleh Direktur Bank Muamalat Indonesia, FaroukAbdullah Alwyni, “Lembaga pendidikan berperan penting dalam menciptakan SDM yang bisamengombinasikan form dan substansi keuangan syariah. Dengan demikian industry keuangansyariah dapat berjalan sesuai dengan prinsip syariah seutuhnya.” 

3. Akademisi

Sudah seberapakah para akedimisi dalam mempersiapkan diri menjadi ekonom muslim sejati,yang tidak hanya melangit dengan keharaman ribanya, tapi juga membumi dengan prinsipkeadilannya?

Sektor sumber daya terbesar yang ada di perguruan tinggi baik negeri negeri maupun swastayang sangat memberi warna pada kualitas diri mereka. Penulis merasa, jika ekonom muslim punya masalah di sensitifitas mereka, dan praktisi ada pada inovasi yang kurang, makaakademisi saat ini punya masalah pada keduanya, inovasi, sensitifitas, dan ditambah lagi denganinisiatif.

Tidak dapat dipungkiri, pendidikan di Indonesia dari dasar hingga tataran perguruan tinggimemiliki kecacatan sistem tersendiri dan ditambah dengan liberalisasi pemikiran yangmendikotomi ilmu dan agama. Seperti yang disampaikan diawal paraghrap. Maka, hal yang bisakita lakukan untuk akslerasi perbaikan terhadap peradaban bermula dari insan yang ber-ISI,

inovatif, sensitif, dan inisiatif. 

Page 21: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 21/60

 Inovatif. Akademisi yang berada dalam usia produktif dan bersemangat tinggi harusnya bisamemiliki banyak kreatifitas tidak hanya bersikap ikut-ikutan. Membuat inovasi baru, paraakademisi di bidang keuangan syariah melakukan kerjasama dengan teman-teman IPB denganinovasi pertanian mereka untuk mengoptimalkan pembiayaan melalui perbankan syariah disektor pertanian petani Indonesia yang saat ini semakin menurun tajam akibat adanya kebijakan

PMA.

Sensitif. Memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat agar mereka lebih aware dan peduli dengan meng-upgrade diri untuk benar-benar memahami esensi ekonomi Islam sebagaiilmu maupun sistem. Sehingga masyarakat bisa mendapatkan pemahaman yang lugas terhadapekonomi islam.

 Inisiatif. Mawas diri untuk tidak selalu puas dengan menjadi seorang akademisi ber-IP tinggi,tapi jadilah seorang akademisi yang selalu bergerak untuk perubahan.

BAB I 

PENDAHULUAN 

A.  Latar Belakang 

Faktor penggerak yang sangat mendasar dari suatu aktivitas ekonomi adalah adanya

usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pemenuhan kebutuhan manusia merupakan tujuan

sekaligus motivasi dari terbentuknya kegiatan ekonomi masyarakat, baik dalam produksi,

konsumsi dan distribusi. Namun, tidak semua kebutuhan manusia dapat terpenuhi. Kebutuhan

seseorang dikatakan terpenuhi, apabila ia dapat mengkonsumsi barang atau jasa dari hasil proses

 produksi yang tersedia. Dalam memenuhinya, manusia memiliki kemampuan yang berbeda-

 beda.Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh adanya proses produksi, yang sangat terkait

dengan faktor-faktor pendukungnya yang masih terbatas jumlah, termasuk modal (capital ).

Suatu modal dalam kegiatan ekonomi merupakan salah satu faktor penting produksi yang

tidak dapat diabaikan, di samping faktor-faktor pendukung proses produksi lainnya. Produksi

 berskala besar dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat yang dicapai saat ini, adalahmanfaat yang dapat dihasilkan dari penggunaan modal secara maksimal, efisien dan produktif.

Dengan demikian dapat diketahui dengan jelas, bahwa suatu modal memiliki kedudukan

yang sangat penting dalam faktor-faktor produksi, meskipun bukan menjadi yang terpenting.

Dalam hal ini faktor manusia mempunyai tempat yang lebih tinggi di atas modal sebagai faktor

utama yang menjadi penyebab adanya kegiatan produksi ataupun aktivitas ekonomi lainnya.

Page 22: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 22/60

Oleh karenanya, fungsi modal yang utama adalah sebagai penunjang jalannya proses produksi

untuk mengahasilkan barang-barang produksi dalam rangka memenuhi kebutuahan masyarakat

(konsumen).

B.  Rumusan Masalah 

Dari latar belakang masalah didepan, dapat dirumuskan masalah utama yang akan menjadi

 pusat kajian dalam makalah ini.

1.  Apa pengertian produksi ?

2.  Apa produksi jika dilihat dari sudut pandang islam ?

3.  Apa saja ayat –  ayat dan hadist yang berkaitan dengan produksi ?

4.  Bagaimana penjelasan tentang keshahihan hadist produksi ?

C.  Tujuan Masalah 

Merujuk dari rumusan masalah yang ada, maka dapat disimpulkan tujuan masalah dalam

makalah ini adalah:

1.  Untuk mengetahui apa pengerian produksi.

2.  Untuk mengetahui produksi dari kacamata islam.

3.  Untuk mengetahui apa saja ayat dan hadist yang berkaitan dengan produksi.

4.  Untuk mengetahui keshahihan hadist produksi termasuk sanad, perawi, dan matan hadist.

Produksi dalam Pandangan Islam

BAB II 

PEMBAHASAN 

1.  Pengertian Produksi 

Produksi sesungguhnya merupakan satu rangkaian kegiatan dari ekonomi yang tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan ekonomi lainnya yaitu, konsumsi dan distribusi. Ketiganya memang

saling mempengaruhi, namun memang harus diakui bahwa produksi merupakan titik pangkal

dari kegiatan ekonomi. Tidak akan ada konsumsi bila tidak produksi, karena hasil dari

 berproduksi adalah sesutu yang dapat di konsumsi.

Page 23: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 23/60

Proses produksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan

 barang-barang (hasil produk) dalam memenuhi kebutuhan hidup, dengan motif (latar belakang)

yang berbeda-beda, antara lain misalnya motif ekonomi, yang berorientasi pada keuntungan

( profit ), motif sosialkemanusian, yaitu kegiatan produksi dilakukan karena adanya manfaat

 positif dan tidak menimbulkan kerusakan moral (etika) bagi masyarakat, dan motif politik , yaitu

kegiatan produksi dilakukan berkaitan dengan adanya kebutuhan negara atas suatu barang

 produksi sebagai pendukung ketahanan dan stabilitas pemerintahan.

Menurut Bowerk, suatu modal produksi dapat dikatakan sebagai modal yang produktif, jika :

a. Modal mempunyai kesanggupan sebagai faktor pendukung dalam memproduksi barang-barang

 produksi.

 b. Modal mempunyai kekuatan untuk menghasilkan barang-barang dalam jumlah yang lebih besar

dari jumlah yang dihasilkan tanpa memakai modal.

c. Modal sanggup menghasilkan barang atau benda-benda yang lebih berharga dari apa yang

dihasilkan tanpa menggunakan modal.

d. Modal sanggup menghasilkan nilai harga ( price) yang lebih besar dari nilai modal itu sendiri.

Dengan demikian dapat diketahui dengan jelas, bahwa suatu modal memilik kedudukan yang

sangat penting dalam faktor-faktor produksi.

Bila dilihat dari sudut pandang ekonomi konvensional, biasanya produksi dapat dilihat dari

tiga hal, yaitu : apa yang diproduksi, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang/ jasa

diproduksi. Bahwa pertanyaan- pertanyaan tersebut diatas adalah Cara pandang untuk

memastikan bahwa kegiatan produksi cukup layak untuk untuk mencapai skala ekonomi. Dalam

 berproduksi tadi, ekonomi konvensional menempatkan tenaga kerja sebagai salah satu dari empat

faktor produksi, bahwa ketiga faktor produksi lainnya adalah Sumber daya alam, modal, dan

keahlian.

Kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai, kegitan yang menciptakan

manfaat (utility) baik di masa kini, maupun di masa yang akan datang (M. Frank, 2003). Dengan

 pengertian yang luas bahwa kegiatan berproduksi tidak terlepas dari keseharian manusia. Karena

manusia selalu ingin menciptakaan apa saja baik itu barang/ jasa atau yang lainnya yang

 bermanfaat buat dia sendiri ataupun orang lain yang pemanfaatannya atau yang dikonsumsinya

 baik pada saat sekarang ini ataupun pada saat yang akan datang. Meskipun demikian,

Page 24: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 24/60

 pembahasan tentang konsep produksi dalam ilmu ekonomi konvensional tidak terlepas dari motif

utama konsep produksi itu sendiri yaitu, sangat memaksimalkan keuntungan.

Dalam upaya memaksimalkan keuntungan itu, membuat sistem ekonomi konvensional

sangat mendewakan produktivitas dan efesiensi ketika kegiatan produksi berlangsung. Sikap ini

tekadang membuat para pelaku produsen mengabaikan masalah- masalah external, atau dampak

yang merugikan dari proses berproduksi yang biasanya justru menimpa sekelompok masyarakat

sekitar yang tidak ada hubungannya dengan produk yang dibuat, baik sebagai konsumen atau

sebagai bagian dari faktor produksi. Misalnya saja pabrik kertas, yang proses memproduksinya

seringkali limbahnya mencemari lingkungan di sekitar bangunan pabrik. Karena pencemaran

dari limbah pabrik tersebut maka, masyarakat yang di sekitar pabrik yang tidak mendapat

manfaat langsung dari kegiatan pabrik tersebut menjadi sangat menderita..

Baru belakangan ini masalah external dari kegiatan berproduksi menjadi perhatian berkat

 perjuangan para pemerhati lingkungan atau kalangan LSM. Ekonomi konvensional juga kadang

melupakan kemana produknya mengalir. Sepanjang efesiensi ekonomi tercapai dengan

keuntungan yang memadai, pada umumnya mereka sudah merasa puas. Bahwa teryata

 produknya hanya di konsumsi oleh sekelompok kecil masyarakat kaya, Tidaklah menjadi

kerisauan sistem ekonomi konvensional.

2.  Produksi Dari Sudut Pandang Islam 

Motif utama konsep produksi yang sangat memaksimalkan keuntungan dan kepuasan yang

menjadi pendorong utama sekaligus tujuan dari keputusan ekonomi dalam pandangan ekonomi

konvensional, bukannya salah ataupun dilarang di dalam Islam. Islam hanya ingin menempatkan

 pada posisi yang benar, bahwa semua motif utama dari kegiatan berproduksi yakni dalam rangka

memaksimalkan kepuasan dan keuntungan di akherat.

Maka konsep produksi dalam Islam tidak semata- mata hanya ingin memaksimalkan

keuntungan dunia saja akan tetapi yang lebih penting lagi adalah, untuk mencapai maksimalisasi

keuntungan diakherat.

Konsep produksi dalam Islam adalah konsep produksi menurut Al- Quran dan Hadist, dan ini

sangat erat sekali hubungannya dengan sistem ekonomi Islam, yaitu kumpulan dasar- dasar

ekonomi yang di simpulkan dari Al- Quran dan Hadist. Tujuan dari konsep produksi dalam Islam

dapat di lihat pada Al- Quran.

Page 25: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 25/60

Sesungguhnya Islam menerima motif- motif berproduksi yang menjadi tujuan dan pendorong

dalam ekonomi konvensional. Hanya bedanya, lebih jauh Islam juga menjelaskan norma –  norma

atau nilai- nilai moral di samping manfaat ekonomi. Bahkan sebelum itu, Islam menjelaskan

mengapa produksi harus dilakukan.

Menurut ajaran Islam, manusia adalah Khalifatullah atau wakil dari Allah di muka bumi yang

 berkewajiban untuk memakmurkan bumi dengan jalan beribadah kepada- Nya. Karena Allah

adalah satu- satunya pencipta alam semesta, pemilik, dan pengendali alam raya semesta ini yang

dengan takdir- Nya menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam raya semesta ini

dengan ketetapan- Nya. Norma- norma tentang konsep produksi dalam Islam dapat juga dilihat

dalam Al- Quran.

Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi. Menurut Yusuf Qardhawi, Islam

membuka lebar penggunaan metode ilmiah yang didasarkan pada penelitian, eksperimen, dan

 perhitungan. Akan tetapi Islam tidak membenarkan penuhanan terhadap hasil karya ilmu

 pengetahuan dalam arti melepaskan dirinya dari Al- Quran dan Hadist. Tehnik produksi

diserahkan kepada keinginan dan kemampuan manusia. Dalam berinovasi dan berexperimen,

 pada prinsipnya agama islam menyukai kemudahan, menghindari mudharat dan memaksimalkan

manfaat. Dalam Islam tidak terdapat ajaran yang memerintahkan membiarkan segala urusan

 berjalan dalam kesulitannya, karena pasrah kepada keberuntungan atau kesialan, karana berdalih

dengan ketetapan dan ketentuan Allah, atau karena tawakal kepada- Nya, sebagaimana

keyakinan yang terdapat di dalam agama- agama selain Islam. Sesungguhnya Islam mengingkari

itu semua dan menyuruh untuk bekerja dan berbuat, bersikap hati- hati dan melaksanakan semua

 persyarata. Tawakal dan sabar adalah konsep penyerahan hasil kepada Allah SWT. Sebagai

 pemilik hak prerogatif yang menentukan segala sesuatu setelah segala usaha dan persyaratan

dipenuhi dengan optimal. Adapun kaidah- kaidah dalam berproduksi antara lain adalah :

1.)Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi. 2.)Mencegah

kerusakan di muka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara keserasian, dan ketersediaan

sumber daya alam.

3.) Produksi di maksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai

kemakmuran. Kebutuhan yang harus di penuhi harus berdasarkan prioritas yang ditetapkan

agama, yakni terkait dengan kebutuhan untuk tegaknya kaidah/ agama, terpeliharanya nyawa,

akal dan keturunan/ kehormatan, serta untuk kemakmuran material.

Page 26: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 26/60

4.) Produksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat. Untuk itulah

maka umat memiliki berbagai kemampuan, keahlian, dan prasarana yang memungkinkan

terpenuhinya kebutuhan spiritual dan material. Juga terpenuhinya kebutuhan pengembangan

 peradaban, di mana dalam kaitan tersebut para ahli fiqih memandang bahwa pengembangan di

 bidang ilmu, industri, perdagangan, keuangan merupakan fardhu kifayah, yang dengannya

manusia bisa melaksanakan urusan agama dan dunianya.

5.) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual maupun mental dan fisik.

Kualitas spiritual terkait dengan kesadaran rohaninya, kualitas mental terkait dengan etos kerja,

intelektual, kreatifitasnya, serta fisik mencapakup kekuatan fisik, kesehatan, efesiensi dan

sebagainya. Menurut Islam, kualitas rohiah individu mewarnai kekuatan- kekuatan lainnya,

sehingga membina kekuatan rohiah menjadi unsur penting dalam produksi Islami.

3.  Ayat dan Hadist Produksi 

Dalam Alquran juga dijelaskan tentang produksi. Sebagai contoh :

Surah Al-Qashash : 77

Artinya :

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,

dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah

(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu

 berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

 berbuat kerusakan.

Ayat 77 pada surah Al- Qashash maksudnya adalah mengingatkan kepada umat manusia

didunia untuk mencari kesejahteraan di akherat tanpa melupakan urusan dunia. Artinya bahwa

urusan dunia adalah sarana untuk memperoleh kesejahteraan di akherat. Orang bisa berkompetisi

dalam kebaikan urusan- urusan di dunia, tetapi sebenarnya mereka sedang berlomba- lomba

untuk mendapatkan kebaikan di akherat.

Surah Al-Imran : 14

Artinya :

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:

wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-

Page 27: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 27/60

 binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat

kembali yang baik (surga).

Surah Al-Baqarah : 198

Artinya :

Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka

apabila kamu telah bertolak dari `Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy`arilharam. Dan

 berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan

sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.

Begitupun ada beberapa hadist yang menjelaskan tentang produksi. Sebagai contoh :

Artinya :

Rasulullah SAW bersabda : “ seseorang yang mencari kayu bakar kemudian dipanggulnyadan menyedekahkan, dan manusia berkecukupan karenanya maka ia lebih baik daripada

meminta-minta, baik diberi atau tidak diberi, tangan diatas lebih utama dari tangan dibawah,

mulailah dari orang yang berada disekililingmu.” 

Penjelasan hadist :

Pemahaman produksi dalam islam memiliki arti sebagai bentuk usaha keras dalam

 pengembangan faktor-faktor sumber produksi yang diperbolehkan. Hal ini sesuai firman Allah

SWT agar manusia mengeksplorasi kekayaan alam yang dihalalkan. Islam menghargai seseorang

yang mengolah bahan baku (dalam hal ini kayu dijadikan sebagai bahan bakar) kemudian

menyedekahkan atau menjual sehingga manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (hadist

muslim). Ini dapat dianalogkan kepada produksi bahan bakar minyak yang tidak hanya

dibutuhkan untuk mengolah makanan tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam hal

transportasi dan juga industri.

Hadist itu juga mengindifikasikan adanya anjuran produksi untuk menambah sumber

 penghasilan bagi dirinya sendiri, karena apapun yang ada didunia ini sebagai rezeki bagi manusia

 jika mau berusaha. Pekerjaan seseorang yang sesuai keterampilan yang dimiliki, dikategorikan

sebagai produksi, bagitupun kesibukan untuk mengolah sumber penghasilan juga dikatakan

 produksi.

BAB III 

PENUTUP 

Page 28: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 28/60

A.  Kesimpulan 

Produksi sesungguhnya merupakan satu rangkaian kegiatan dari ekonomi yang tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan ekonomi lainnya yaitu, konsumsi dan distribusi. Ketiganya memang

saling mempengaruhi, namun memang harus diakui bahwa produksi merupakan titik pangkal

dari kegiatan ekonomi. Tidak akan ada konsumsi bila tidak produksi, karena hasil dari

 berproduksi adalah sesutu yang dapat di konsumsi.

Dalam Hadist, banyak sekali riwayat yang menjelaskan aktifitas produksi barang dan jasa

yang dilakukan seorang muslim untuk memperbaiki apa yang dimilikinya, baik berupa sumber

daya alam dan harta, dan dipersiapkan untuk dimanfaatkan oleh pelakunya sendiri atau oleh umat

Islam.

Produktivitas dimata Islam, suatu siang di kota Madinah yang sibuk. Rasulullah menciumi

tangan salah seorang umatnya. Maklum karena ia seorang buruh yang terbiasa bekerja keras,

tentu saja telapak tangannya sangat kasar. “ Inilah tangan yang dicintai Allah dan Rasul - Nya, “

demikian seru beliau pada khalayak yang hadir di tempat itu.

Pada kesempatan yang lain, beliau menegur seseorang yang malas dan meminta- minta, seraya

menunjukan kepadanya jalan kearah kerja produktif.

DAFTAR PUSTAKA 

Al-Ibrah.  Jurnal Studi-studi Islam. Medan: Ponpes Ar-Raudhatul Hasanah.

Al- Quran Digital, “ Versi 2.1”, Jumadil akhir 1425 H (Agustus 2004) Quran Player, “ Versi

2.0.1.0”, Copyright 2005 Wawan Sjachriyanto dari Ali Abdurrahman Al- Hudzaifi Muhammad

Ayyub.

Pengenalan Eksklusif EKONOMI ISLAM, Mustafa Edwin Nasution dkk, “ Kencana Prenada

Media Group” Jakarta 2006.

 Nur diana, Ilfi. Hadis-hadis ekonomi.Uin press: Malang. Tidak diketahui (tahun terbitan)

sumber : http://sahlan-safa.blogspot.com/2012/12/produksi-dalam-perspektif-islam.html 

Page 29: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 29/60

 

EKONOMI ISLAM : PRODUKSI DALAM PANDANGAN ISLAM

BAB IPENDAHULUAN

Al-Qur‟an menggunakan konsep produksi barang dalam artian luas. Al-Qur‟an menekankanmanfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksisuatu barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan manusia. Berarti barang itu harusdiproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memproduksi barang mewahsecara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia, karenanya tenaga kerja yangdikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut dianggap tidak produktif.

Produksi adalah sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam.[1]Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilahyang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksimaka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Fungsi produksi menggambarkanhubungan antar jumlah input dengan output yang dapat dihasilkan dalam satu waktu periodetertentu. Dalam teori produksi memberikan penjelasan tentang perilaku produsen tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya. Dimana Islam mengakui pemilikian pribadi dalam batas-batas tertentu termasuk

 pemilikan alat produksi, akan tetapi hak tersebut tidak mutlak.[2]

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Produksi

Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudiandimanfaatkan oleh konsumen. Secara teknis produksi adalah proses mentransformasi input

menjadi output, tetapi definisi produksi dalam pandangan ilmu ekonomi jauh lebih luas.Pendefinisian produksi mencakup tujuan kegiatan menghasilkan output serta karakter-karakteryang melekat padanya. Beberapa ahli ekonomi islam memberikan definisi yang berbedamengenai pengertian produksi, meskipun substansinya sama. Berikut pengertian produksimenurut para ekonomi muslim kontemporer.1. Karf (1992) mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif islam sebagai usaha manusiauntuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai saranauntuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama islam, yaitu kebahagiaan

Page 30: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 30/60

dunia dan akhirat.2. Rahman (1995) menekankan pentingnya keadilan dan kemerataan produksi (distribusi produksi secaraa merata)3. Al Haq (1996) menyatakan bahwa tujuan dari produksi adalah memenuhi kebutuhan barangdan jasa yang merupakan fardlu kifayah, yaitu kebutuhan yang bagi banyak orang

 pemenuhannya bersifat wajib.Dalam definisi-definisi tersebut diatas terlihat sekali bahwa kegiatan produksi dalam perspektifekonomi islam padaa akhirnya mengerucut pada manusia dan eksistensinya, meskipun definisi-definisi tersebut berusaha mengelaborasi dari perspektif yang berbeda. Oleh karena itu, dapatdisimpulkan bahwa kepentingan manusia yang sejalan dengan moral islam, harus menjadi fokusatau target dari kegiataan produksi. Produksi adalah proses mencari, mengalokasikan danmengolah sumber daya menjadi output dalam rangka meningkatkan mashlahah bagi manusia.Produksi juga mencakup aspek tujuan kegiatan menghasilkan output serta karakter-karakter yangmelekat pada proses dan hasilnya.[3]

B. Tujuan Produksi

Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi dimaksudkan untuk memperoleh labasebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam islam yang bertujuan untukmemberikan Mashlahah yang maksimum bagi konsumen. Walaupun dalam ekonomi islamtujuan utamannya adalah memaksimalkan mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai tujuan dan hukum islam. Secara lebih spesifik, tujuan kegiatan produksiadalah meningkatkan kemashlahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya:1. Pemenuhan kebutuhan manusai pada tingkat moderat.2. Menemukan kebutuhan masyarakat da pemenuhannya.

3. Menyiapkan persediaan barang/jasa dimasa depan.4. Pemenuhan sarana bagi kegaitan social dan ibadah kepada Allah.Tujuan produksi yang pertama sangat jelas, yaitu pemenuhn sarana kebutuhan manusia padatakaran moderat. Hal ini akan menimbulkan setidaknya dua implikasi. Pertama, produsen hanyamenghasilkan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan meskipun belum tentu merupakankeinginan konsumen. Barang dan jasa yang dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagikehidupan yang islami. Kedua, kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebataskebutuhan yang wajar. Produksi barng dan jasa secara berlebihan tidak saja menimbulkan mis-alokasi sumber daya ekonomi dan kemubaziran, tetapi juga menyebabkan terkurasnya sumberdaya ekonomi ini secara cepat.Meskipun poduksi hanya menyediakan sarana kebutuhan manusia tidak berarti bahwa produsensekadar bersikap reaktif terhadap kebutuhan konsumen. Produsen harus proaktif, kreatif daninovatif menemukan berbagai barang dan jasa yang memang dibutuhkan oleh manusia. Sikap proaktif ini juga harus berorientasi kedepan, dalam arti: pertama, menghasilkan barang dan jasayang bermanfaat bagi kehidupan masaa mendatang; kedua, menyadari bahwa sumber dayaekonomi, baik natural resources atau non natural resources, tidak hanya diperuntukkan bagimanusia yang hidup sekarang, tetapi juga untuk generasi mendatang.Orientasi kedepan ini akan mendorong produsen untuk terus menerus melakukan riset dan pengembangan guna menemukan berbagai jenis kebutuhan, teknologi yang diterapkan, serta

Page 31: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 31/60

 berbagai standar lain yang sesuai dengan tuntutan masa depan. Efisiensi dengan sendirinya jugaakan senantiasa dikembangkan, sebab dengan cara inilah kelangsungan dan kesinambungan pembangunan akan terjaga. Ajaran islam juga memberikan peringatan yang keras terhadap prilaku manusia yang gemar membuat kerusakan dan kebinasaan, termasuk kerusakanlingkungan hidup, demi mengejar kepuasaan.

Tujuan yang terakhir yaitu pemenuhan sarana bagi kegiatan social dan ibadah kepada Allah.Sebenarnya ini merupakan tujuan produksi yang paling orisinal dari ajaran islam. Dengn katalain, tujuan produksi adalah mendapatkan berkah, yang secara fisik belum tentu dirasakan oleh pengusaha itu sendiri.[4]

C. Faktor Produksi

Dalam pandangan Baqir Sadr (1979), ilmu ekonomi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:Perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi konvesional terletak pada filosofi ekonomi, bukan

 pada ilmu ekonominya. Filosofi ekonomi memberikan pemikiran dengan nilai-nilai islam dan batasan-batasan syariah, sedangkan ilmu ekonomi berisi alat-alat analisis ekonomi yang dapatdigunakan. Dengan kata lain, faktor produksi ekonomi islam dengan ekonomi konvesional tidak berbeda, yang secara umum dapat dinyatakan dalam :a. Faktor produksi tenaga kerja b. Faktor produksi bahan baku dan bahan penolongc. Faktor produksi modalDi antara ketiga factor produksi, faktor produksi modal yang memerlukan perhatian khususkarena dalam ekonomi konvesional diberlakukan system bunga. Pengenaan bunga terhadapmodal ternyata membawa dampak yang luas bagi tingkat efisiansi produksi. „Abdul-Mannanmengeluarkan modal dari faktor produksi perbedaan ini timbul karena salah satu da antara dua

 persoalan berikut ini: ketidakjelasan antara faktor-faktor yang terakhir dan faktor-faktor antara,atau apakah kita menganggap modal sebagai buruh yang diakumulasikan, perbedaan ini semakintajam karena kegagalan dalam memadukan larangan bunga(riba) dalam islam dengan peran besaryang dimainkan oleh modal dalam produksi.Kegagalan ini disebabkan oleh adanya prakonseps kapitalis yang menyatakan bahwa bungaadalah harga modal yang ada dibalik pikiran sejumlah penulis. Negara merupakan faktor pentingdalam produksi, yakni melalui pembelanjaannya yang akan mampu meningkatkan produksi danmelalui pajaknya akan dapat melemahkan produksi.Pemerintah akan membangun pasar terbesar untuk barang dan jasa yang merupakan sumberutama bagi semua pembangunan. Penurunan belanja negara tidak hanya menyebabkan kegiatanusaha menjadi sepi dan menurunnya keuntungan, tetapi juga mengakibatkan penurunan dalam penerimaan pajak. Semakin besar belanja pemerintah, semakin baik perekonomian karena belanja yang tinggi memungkinkan pemerintah untuk melakukan hal-hal yang dibutuhkan bagi penduduk dan menjamin stabilitas hukum, peraturan, dan politik. Oleh karena itu, untukmempercepat pembangunan kota, pemerintah harus berada dekat dengan masyarakat danmensubsidi modal bagi mereka seperti layaknya air sungai yang membuat hijau dan mengaliritanah di sekitarnya, sementara di kejauhan segalanya tetap kering.Faktor terpenting untuk prospek usaha adalah meringankan seringan mungkin beban pajak bagi pengusaha untuk menggairahkan kegiatan bisnis dengan menjamin keuntungan yang lebih besar

Page 32: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 32/60

(setelah pajak). Pajak dan bea cukai yang ringan akan membuat rakyat memiliki dorongan untuklebih aktif berusaha sehingga bisnis akan mengalami kemajuan. Pajak yang rendah akanmembawa kepuasan yang lebih besar bagi rakyat dan berdampak kepada penerimaan pajak yangmeningkat secara total dari keseluruhan penghitungan pajak.

D. Prinsip-Prinsip Produksi Dalam Ekonomi Islam

Pada prinsipnya kegiatan produksi terkait seluruhnya dengan syariat Islam, dimana seluruhkegiatan produksi harus sejalan dengan tujuan dari konsumsi itu sendiri. Konsumsi seorangmuslim dilakukan untuk mencari falah (kebahagiaan), demikian pula produksi dilakukan untukmenyediakan barang dan jasa guna falah tersebut.Al-Qur‟an dan Hadist Rasulullah Saw memberikan arahan mengenai prinsip-prinsip produksi,yaitu sebagai berikut:1. Tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah Allah adalah memakmurkan bumi dengan ilmu

dan amalnya. Allah menciptakan bumi dan langit berserta segala apa yang ada di antarakeduanya karena sifat Rahman dan Rahiim-Nya bkepada manusia. Karenanya sifat tersebut jugaharus melandasi aktivitas manusia dalam pemanfaatan bumi dan langit dan segala isinya.2. Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi. Menurut Yusuf Qardhawi, Islammembuka lebar penggunaan metode ilmiah yang didasarkan pada penelitian, eksperimen, dan perhitungan. Akan tetapi Islam tidak membenarkan penuhan terhadap hasil karya ilmu pengetahuan dalam arti melepaskan dirinya dari Al-qur‟an dan Hadis. 3. Teknik produksi diserahklan kepada keingunan dan kemampuan manusia. Nabi pernah bersabda:”kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.” 4. Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam menyukai kemudahan,menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat. Dalam Islam tidak terdapat ajaran yang

memerintahkan membiarkan segala urusan berjalan dalam kesulitannya, karena pasrah kepadakeberuntungan atau kesialan, karena berdalih dengan ketetapan-Nya, sebagaimana keyakinanyang terdapat di dalam agama-agama sealin Islam. Seseungguhnyan Islam mengingkari itusemua dan menyuruh bekerja dan berbuat, bersikap hati-hati dan melaksanakan selama persyaratan. Tawakal dan sabar adalah konsep penyerahan hasil kepada Allah SWT. Sebagi pemilik hak prerogatif yang menentukan segala sesuatu setelah segala usaha dan persyaratandipenuhi dengan optimal.[5]Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi antara lain adalah:1. Memproduksikan barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.2. Mencegah kerusakan di muka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara keserasian, danketersediaan sumber daya alam.3. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapaikemakmuran. Kebutuhan yang harus dipenuhi harus berdasarkan prioritas yang ditetapkanagama, yakni terkait dengan kebutuhan untuk tegaknya akidah/agama, terpeliharanya nyawa,akal dan keturunan/kehormatan, serta untuk kemakmuran material.4. Produksi dalam islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemanirian umat. Untuk ituhendaknya umat memiliki berbagai kemampuan, keahlian dan prasarana yang memungkinkanterpenuhinya kebutuhan spiritual dan material. Juga terpenuhinya kebutuhan pengembangan peradaban, di mana dalam kaitan tersebut para ahli fiqh memandang bahwa pengembangan di

Page 33: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 33/60

 bidang ilmu, industri, perdagangan, keuangan merupakan fardhu kifayah, yang dengannyamanusia biasa melaksanakan urusan agama dan dunianya.5. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia baik kualitas spiritual maupun mental dan fisik.Kualitas spiritual terkait dengan kesadaran rohaniahnya, kualitas mental terkait dengan etoskerja, intelektual, kreatifitasnya, serta fisik mencakup kekuatan fisik,kesehatan, efisiensi, dan

sebagainya. Menurut Islam, kualitas rohiah individu mewarnai kekuatan-kekuatan lainnya,sehingga membina kekuatan rohaniah menjadi unsur penting dalam produksi Islami.

E. Produksi Dalam Pandangan Islam

Prinsip dasar ekonomi Islam adalah keyakinan kepada Allah SWT sebagai Rabb dari alamsemesta. Ikrar akan keyakinan ini menjadi pembuka kitab suci umat Islam.Dan dia Telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Al-jaatsiyah:13)Rabb, yang seringkali diterjemahkan “Tuhan” dalam bahasa Indonesia, memiliki makna yangsangat luas, mencakup antara lain “pemelihara (al-murabbi), penolong (al-nashir), pemilik (al-malik),yang memperbaiki (al-mushlih), tuan (al-sayyid) dan wali (al-wali). Konsep ani bermakna bahwa ekonomi Islam berdiri di atas kepercayaan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta,Pemilik, dan Pengendali alam raya yang dengan takdir-Nya menghidupkan dan mematikan sertamengendalikan alam dengan ketetapan-Nya (sunatullah).Dengan keyakinan akan peran dan kepemilikan absolut dari Allah Rabb semesta alam, makakonsep produksi di dalam ekonomi Islam tidak semata-mata bermotif maksimalisasi keuntungandunia, tetapi lebih penting untuk mencapai maksimalisasi keuntungan akhirat. Ayat 77 surat al-Qashas mengingatkan manusia untuk mencari kesejahteraan akhirat tanpa melupakan urusan

dunia. Artinya, urusan dunia merupakan sarana untuk memperoleh kesejahteraan akhirat. Orang bisa berkompetisi dalam kebaikan untuk urusab dunia, tetapi sejatinya mereka sedang berlomba-lomba mencapai kebaikan di akhirat.Islam pun sesungguhnya menerima motif-motif berproduksi seperti pola pikir ekonomikonvensional tadi. Hanya bedanya, lebih jauh Islam juga menjelaskan nilai-nilai moral disamping utilitas ekonomi. Bahkan sebelum itu, Islam menjelaskan mengapa produksi harusdilakukan. Menurut ajaran Islam, manusia adalah khalifatullah atau wakil Allah dimuka bumidan berkewajiban untuk memakmurkan bumi dengan jalan beribadah kepada-Nya. Dalam QS.Al-An‟am(6) ayat 165 Allah berfirman: “Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagiankamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan- Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha

Pengampun lagi Maha penyayang”. Pernyataan senada juga terdapat pada QS. Yunus (10) ayat 14:“Kemudian kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) dimuka bumi sesudah mereka,supaya kami memerhatikan bagiaman kamu berbuat.” Islam juga mengajarkan bahwa sebaik-baik orang adalah orang yang banyak manfaatnya bagiorang lain atau masyarakat. Fungsi beribadah dalam arti luas ini tidak mungkin dilakukan bilaseseorang tidak bekerja atau berusaha. Dengan demikian, bekerja dan berusaha itu menempati

Page 34: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 34/60

 posisi dan peranan sangat penting dalam Islam. Sangatlah sulit untuk membayangkan seseorangyang tidak bekerja dan berusaha, terlepas dari bentuk dan jenis pekerjaanya, dapat menjalankanfungsinya sebagai khalifatullah yang membawa rahmatan lil alamin inilah, seseorang produsententu tidak akan mengabaikan masalah eksternalitas seperti pencemaran.Bagi Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk di konsumsi sendiri atau di jual ke

 pasar. Dua motivasi itu belum cukup, karena masih terbatas pada fungsi ekonomi. Islam secarakhas menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus pula mewujudkan fungsi sosial. Initercermin dalam QS. Al-Hadid(57) ayat 7:“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yangAllah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamudan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” Kita harus melakukan hal ini karena memang dalam sebagian harta kita melekat hak orangmiskin, baik yang meminta maupun tidak meminta.(QS.51:19 dan QS.70:25). Agar mampumengemban fungsi sosial seoptimal mungkin, kegiatan produksi harus melampaui surplus untukmencukupi keperluan konsutif dan meraih keuntungan finansial, sehingga bisa berkontribusikehidupan sosial.

Melalui konsep inilah, kegiatan produksi harus bergerak di atas dua garis optimalisasi. Tingkatanoptimal pertama adalah mengupayakan berfungsinya sumberdaya insani ke arah pencapaiankondisi full employment, dimana setiap orang bekerja dan menghasilkan karya kecuali merekayang “udzur syar‟i” seperti sakit dan lumpuh. Optimalisasi berikutnya adalah dalam halmemproduksi kebutuhan primer (dharuriyyat), lalu kebutuhan sekunder (hajiyyat) dan kebutuhantersier (tahsiniyyat) secara proposional. Tentu saja Islam harus memastikan hanyamemproduksikan sesuatu yang halal dan bermanfaat buat masyarakat (thayyib). Target yangharus dicapai secara bertahap adalah kecukupan setiap individu, swasembada ekonomi umat dankontribusi untuk mencukupi umat dan bangsa lain.Pada prinsipnya Islam juga lebih menekankan berproduksi demi untuk memenuhi kebutuhanorang banyak, bukan hanya sekedar memenuhi segelintir orang yang memiliki uang, sehinggamemiliki daya beli yang lebih baik. Karena itu bagi Islam., produksi yang surplus dan berkembang baik secara kuantitatif maupun kualitatif, tidak dengan sendirinya mengindikasikankesejahteraan bagi masyarakat. Apalah artinya produk yang menggunung jika hanya bisadidistribusikan untuk segelintir orang yang memiliki uang banyak.Sebagai dasar modal berproduksi, Allah telah menyediakan bumi beserta isinya bagi manusia,untuk diolah bagi kemaslahatan bersama seluruh umat manusia. Hal ini terdapat dalam Surat Al-Baqarah ayat 22:“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan diamenurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahansebagai rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-kutu bagi Allah, padahalkamu mengetahui.”[6] 

F. Nilai-nilai Islam dalam berproduksi

Upaya produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat terwujud apabila produsenmengaplikasikan nilai-nilai islam. Dengan kata lain, seluruh kegiatan produksi terikat padatatanan nilai moral dan teknikal yang islami. Metwally mengatakan, “perbedaan dari perusahan-

Page 35: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 35/60

 perusahan non muslim tak hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomidan strategi pasarnya. Nilai-nilai islam yng relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai utama dalm ekonomiislam, yaitu: khilafah, adil, dan takaful.secara lebih rinci nilai-nilai islam dalam produksimeliputi:

1. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat;2. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal;3. Memenuhi takran, ketepatan, kelugasan dan kebenaran;4. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis;5. Memuliakan prestasi/produktifitas;6. Mendorong ukhuwah antarsesama pelaku ekonomi;7. Menghormati hak milik individu;8. Mengikuti syarta sah dan rukun akad/transaksi;9. Adil dalam bertransaksi;10. Memiliki wawasan social;11. Pembayaran upah tepat waktu dan layak;

12. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalm islam.Penerapan nilai-nilai diatas dalam produksi tidak saja akan mendatangkan keuntungan bagi produsen, tetapi sekaligus mendatangkan berkah. Kombinasi keuntungan dan berkah yangdiproleh oleh produsen merupakan satu mashlahah yang akan member kontribusi bagi tercapinyafalah. Dengan cara ini, maka produsen akan memperoleh kebahagiaan hakiki, yaitu kemuliaantidak saja di dunia tetapi juga diakhirat.[7]

G. Prilaku Produsen Muslim Vs Non Muslim

Muhammad (2004) berpendapat bahwa sistem ekonomi Islami digambarkan seperti bangunandengan atap akhlak. Akhlak akan mendasari bagi seluruh aktivitas ekonomi, termasuk aktivitasekonomi produksi. Menurut Qardhawi dikatakan, bahwa:“Akhlak merupakan hal yang utama dalam produksi yang wajib diperhatikan kaum muslimin, baik secara individu maupun secara bersama-sama, yaitu bekerja pada bidang yang dihalalkanoleh Allah swt, dan tidak melampaui apa yang diharamkannya.” Meskipun ruang lingkup yang halal itu sangat luas, akan tetapi sebagian besar manusia seringdikalahkan oleh ketamakan dan kerakusan. Mereka tidak merasa cukup dengan yang banyakkarena mereka mementingkan kebutuhan dan hawa nafsu tanpa melihat adanya suatu akibat yangakan merusak atau merugikan orang lain. Tergiur dengan kenikmatan sesaat. Hal ini dikatakansebagai perbuatan yang melampaui batas, yang demikian inilah termasuk kategori orang-orangyang zalim. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yangzalim. (Al Baqarah: 229)Seorang produsen muslim harus berbeda dari produsen non muslim yang tidak memperdulikan batas-batas halal dan haram, mementingkan keuntungan yang maksimum semata, tidak melihatapakah produk mereka memberikan manfaat atau tidak, baik ataukah buruk, sesuai dengan nilaidan akhlak ataukah tidak, sesuai dengan norma dan etika ataukah tidak. Akan tetapi seorangmuslim harus memproduksi yang halal dan tidak merugikan diri sendiri maupun masyarakat banyak, tetap dalam norma dan etika serta akhlak yang mulia.

Page 36: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 36/60

“Seorang muslim tidak boleh memudharatkan diriya sendiri dan orang lain, tidak bolehmemudharatkan dan saling memudharatkan dalam islam. “Barang siap dalam Islam yangmemprakasai suatu perbuatan yag buruk, maka baginya dosa dan dosa yang mengerjakannyasesudahnya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. (HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi, Nasa‟I,dan Ibnu Majah dari Jarir).” 

Sangat diharamkan memproduksi segala sesuatu yang merusak akidah dan akhlak serta segalasesuatu yang menghilangkan identitas umat, merusak nilai-nilai agama, menyibukkan pada hal-hal yang sia-sia dan menjauhkan kebenaran, mendekatkan kepada kebatilan, mendekatkan duniadan menjauhkan akhirat, merusak kesejahteraan individu dan kesejahteraan umum. Produserhanya mementingkan kekayaan uang dan pendapatan yang maksimum semata, tidak melihathalal dan haram serta tidak mengindahkan aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan olehagama.Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bahwa norma dan etika seorang produsen muslim adalah:1. Norma Produsen Muslima. Menghindari sifat tamak dan rakus

 b. Tidak melampaui batas serta tidak berbuat zhalimc. Harus memperhatikan apakah produk itu memberikan manfaat atau tidak, baik ataukah buruk,sesuai dengan nilai dan akhlak ataukah tidak, sesuai dengan norma dan etika ataukah tidak.d. Seorang muslim harus memproduksi yang halal dan tidak merugikan diri sendiri maupunmasyarakat banyak, tetap dalam norma dan etika serta akhlak yang mulia.2. Etika Produsen Muslima. Memperhatikan halal dan haram. b. Tidak mementingkan keuntungan semata.c. diharamkan memproduksi segala sesuatu yang merusak akidah dan akhlak serta segala sesuatuyang menghilangkan identitas umat, merusak nilai-nilai agama, menyibukkan pada hal-hal yangsia-sia dan menjauhkan kebenaran, mendekatkan kepada kebatilan, mendekatkan dunia danmenjauhkan akhirat, merusak kesejahteraan individu dan kesejahteraan umum.Jelaslah terlihat bahwa produsen muslim harus memperhatikan semua aturan yang telahditetapkan sesuai dengan ajaran islam, sementara produsen non muslim tidak mempunyai aturan-aturan seperti yang tersebut diatas.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilahyang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksimaka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk mengahasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Beberapa implikasi mendasar bagikegiatan produksi dan perekonomian secara keseluruhan, antara lain : Seluruh kegiatan produksi

Page 37: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 37/60

terikat pada tataran nilai moral dan teknikal yang Islami, kegiatan produksi harus memperhatikanaspek sosial-kemasyarakatan, permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaantetapi lebih kompleks.

[1] Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2007),

hal.102[2] Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Bangkit Daya Insana, 1995), hal. 4

[3] Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta:Rajawali Pers, 2009), hal. 230[4] Ibid, hal. 233[5] Mustafa Edwin Nasution,dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana,2007), hal. 108[6] Ibid, hal. 104[7] Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi….,hal. 252 

Produksi Dalam Ekonomi Islam

Kata produk berasal dari bahasa Inggris "product" yang berarti sesuatu yang diproduksi olehtenaga kerja atau sejenisnya19[1].

Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu bendaatau menciptakan benda baru dengan menggunakan sumber daya alam yang ada sehingga lebih

 bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpamengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuanuntuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran.Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi. Orang atau perusahaan yangmenjalankan suatu proses produksi disebut Produsen. Contoh : pabrik baterai yang memproduksi batu baterai, tukang mie ayam yang membuat mie yamin, tukang pijat yang memberikan pelayanan jasa pijat dan urut kepada para pelanggannya, dan lain sebagainya.Mannan menyatakan bahwa sistem produksi dalam Islam harus dikendaikan oleh kriteria objektifmaupun subjektif. Kriteria yang objektif akan tercermin dalam bentuk kesejahteraan yang dapatdiukur dari segi uang, dan kriteria subjektif dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur dari

segi etika ekonomi yang didasarkan atas perintah-perintah kitab suci Al-Qur‟an dan Sunnah. Jadidalam Islam, keberhasilan sebuah sistem ekonomi tidak hanya disandarkan pada segala sesuatuyang bersifat materi saja, tapi bagaimana agar setiap aktifitas ekonomi termasuk produksi, bisamenerapkan nilai-nilai, norma, etika, atau dengan kata lain adalah akhlak yang baik dalam

Page 38: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 38/60

 berproduksi. Sehingga tujuan kemaslahatan umum bisa tercapai dengan aktifitas produksi yangsempurna.Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padangan kata “produksi” dalam bahasa Arabdengan kata al-intaj  yang secara bahasa dimaknai dengan ijadu sil‟atin  (mewujudkan ataumengadakan sesuatu) atau khidmatu mu‟ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min „anashir al -

intaj dhamina itharu zamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan pengabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas).Pandangan Rawwas di atas mewakili beberapa definisi yang ditawarkan oleh pemikir ekonomilainnya. Hal senada juga diutarakan oleh Dr. Abdurrahman Yusro Ahmad dalam bukunya Muqaddimah fi „Ilm al -Iqtishad al-Islamiy. Abdurrahman lebih jauh menjelaskan bahwa dalammelakukan proses produksi yang dijadikan ukuran utamanya adalah nilai manfaat (utility) yangdiambil dari hasil produksi tersebut. Produksi dalam pandangannya harus mengacu pada nilaiutility dan masih dalam bingkai nilai „halal‟ serta tidak membahayakan bagi diri seseorangataupun sekelompok masyarakat.Dalam hal ini, Abdurrahman merefleksi pemikirannya denganmengacu pada QS. Al-Baqarah: 219 yang menjelaskan tentang pertanyaan dari manfaat memakai(memproduksi) khamr. Lain halnya dengan Taqiyuddin an-Nabhani, dalam mengantarkan

 pemahaman tentang „produksi‟, ia lebih suka memakai kata  istishna‟   untuk mengartikan„produksi‟ dalam bahasa Arab. An-Nabhani dalam bukunya an-Nidzam al-Iqtishadi  fi al-Islam memahami produksi itu sebagai sesuatu yang mubah dan jelas berdasarkan as-Sunnah. Sebab,Rasulullah Saw pernah membuat cincin.Diriwayatkan dari Anas yang mengatakan “Nabi Sawtelah membuat cincin.” (HR. Imam Bukhari). Dari Ibnu Mas‟ud: “Bahwa Nabi Saw. telahmembuat cincin yang terbuat dari emas.” (HR. Imam Bukhari). Beliau juga pernah membuatmimbar. Dari Sahal berkata: “Rasulullah Saw telah mengutus kepada seorang wanita, (kata beliau): Perintahkan anakmu si tukang kayu itu untuk membuatkan sandaran tempat dudukku,sehingga aku bisa duduk di atsnya.” (HR. Imam Bukhari). Pada masa Rasulullah, orang -orang biasa memproduksi barang, dan beliau pun mendiamkan aktifitas mereka.Sehingga diamnya beliau menunjukkan adanya pengakuan (taqrir) beliau terhadap aktifitas berproduksi mereka.Status (taqrir ) dan perbuatan Rasul itu sama dengan sabda beliau, artinya sama merupakan dalilsyara.20[2] 

Teori Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan memproses input (faktor produksi) menjadi suatu output.Produsen dalam melakukan kegiatan produksi, mempunyai landasan teknis, yang didalam teoriekonomi disebut “fungsi produksi”. Fungsi Produksi adalah suatu persamaan yang menunjukan hubungan ketergantungan(fungsional) antara tingkat input yang digunakan dalam proses produksi dengan tingkat outputyang dihasilkan.Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal,sumber daya alam, dan kewirausahaan .Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alamdiperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak,yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physicalresources). Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah

Page 39: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 39/60

faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini. (Griffin R:2006) Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu:

1.  Sumber daya fisik ( physical resources). Faktor produksi fisik ialah semua kekayaan yangterdapat di alam semesta dan barang mentah lainnya yang dapat digunakan dalam proses

 produksi. Faktor yang termasuk di dalamnya adalah tanah, air dan bahan mentah.2.  Tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsungmaupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi (ahli dan non-ahli).

3.  Modal (capital ). Yang dimaksud dengan modal adalah barang-barang atau peralatan yangdapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya (sendiri dan asing), berdasarkan pemilikan (pribadi dan bersama), serta berdasarkan sifatnya (konkritdan abstrak).

4.  Kewirausahaan (entrepreneurship). Faktor kewirausahaan adalah keahlian atauketerampilan yang digunakan seseorang dalam mengkoordinir faktor-faktor produksi.

5.  Sumber daya informasi (information resources). Sumber daya informasi adalah seluruhdata yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya.Data ini bisa berupa

ramalan kondisi pasar, pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan, dan data-data ekonomilainnya.21[3] 

Prinsip-Prinsip ProduksiPrinsip fundamental yang harus diperhatikan produksi adalah prinsip kesejahteraan ekonomi.Bahkan dalam sisitem ekonimi kapitalis kesejahteraan ekonomi kira-kira dapat didefinisikansebagai bagian kesejahteraan yang dapat dikaitkan dengan alat pengukuran uang. Karenakesejahteraan Ekonomi modern bersifat materialistis.Sistem produksi dalam Islam baik dalam Negara Islam harus dikendalikan oleh criteria obyektifmaupun subyektif, kriteria obyektif akan tercermin dalam bentuk kesejahteraan yang dapat

diukur dari segi uang dan kriteria subjektif dalam bentuk kesejahteraan yamg dapat diukur darisegi etika ekonomi yang didasarkan atas perintah-perintah Allah dalam kitab suci AlQur‟an.22[4] 

Page 40: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 40/60

Pengertian Distribusi 

Pengertian distribusi menurut kamus besar bahasa indonesia adalah penyaluran

(pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat; pembagian

barang keperluan sehari-hari (terutama dalam masa darurat) oleh pemerintah kepada

pegawai negeri, penduduk, dsb. Sedangkan distrbusi menurut para ahli ekonomi antara

lain: 

  Menurut Winardi (1989:299) Saluran distribusi merupakan suatu kelompok perantara

yang berhubungan erat satu sama lain dan yang menyalurkan produk-produk kepada

pembeli. 

  Menurut Warren J. Keegan (2003) Saluran Distribusi adalah saluran yang digunakan oleh

produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau

pemakai industri. 

  Menurut Assauri (1990: 3) Saluran distribusi merupakan lembaga-lembaga yang

memasarkan produk , yang berupa barang atau jasa dari produsen ke konsumen. 

  Menurut Kotler (1991 : 279) Saluran distribusi adalah sekelompok perusahaan atau

perseorangan yang memiliki hak pemilikan atas produk atau membantu memindahkan hak

pemilikan produk atau jasa ketika akan dipindahkan dari produsen ke konsumen. 

  Sedangkan Philip Kotler (1997:140) Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang

saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap

untuk digunakan atau dikonsumsi. 

Dari pangertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi merupakan

proses penyaluran hasil produksi berupa barang dan jasa dari produsen ke konsumen guna

memenuhi kebutuhan manusia, baik primer maupun sekunder. 

Distribusi merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dari sistem ekonomi

modern, karena dengan distribusi yang baik tersebut dapat tercipta keadilan sosial dalambidang ekonomi, dari proses inilah semua kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi, akan

tetapi pada proses ini pula banyak terjadi penyalahgunaan wewenang dan sebagainya

sehingga faktor ekonomi tersebut tidak merata atau tepat sasaran. 

Page 41: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 41/60

Sedangkan fungsi distribusi dilakukan oleh badan usaha atau perorangan sejak

pengumpulan barang dengan jalan membelinya dari produsen untuk disalurkan ke

konsumen, berdasarkan hal tersebut maka fungsi distribusi terbagi atas: 

  Fungsi pertukaran, dimana kegiatan pemasaran atau jual beli barang atau jasa yang

meliputi pembelian, penjualan, dan pengambilan resiko (untuk mengatasi resiko bisa

dilakukan dengan menciptakan situasi dan kondisi pergudangan yang baik,

mengasuransikan barang dagangan yang akan dan sedang dilakukan). 

  Fungsi penyediaan fisik, berkaitan dengan menyediakan barang dagangan dalam jumlah

yang tepat mencakup masalah pengumpulan, penyimpanan, pemilahan, dan pengangkutan. 

  Fungsi penunjang, ini merupakan fungsi yang berkaitan dengan upaya memberikan

fasilitas kepada fungsi-fungsi lain agar kegiatan distribusi dapat berjalan dengan lancar,

fungsi ini meliputi pelayanan, pembelanjaan, penyebaran informasi, dan koordinasi. 

2.  Distribusi Dalam Islam 

Secara umum Islam mengarahkan mekanisme berbasis moral dalam pemeliharaan

keadilan sosial dalam bidang ekonomi, sebagai dasar pengambilan keputusan dalam bidang

distribusi, sebagaimana telah diketahui bahwasanya Nabi Muhamad SAW terlahir dari

keluarga pedagang dan beristrikan seorang pedangan (siti khatijah) dan beliau berdagang

sampai negeri syiria, saat beliau belum menikah dengan khatijah beliau merupakan salah

satu bawahan siti khatijah yang paling dikagumi oleh siti khatijah pada masa itu karena

teknik pemasaran beliau. Pada saat itu Nabi Muhamad SAW telah mengajarkan dasar-dasar

nilai pendistribusian yang benar yaitu dengan kejujuran dan ketekunan. 

Adapun landasan-landasan dalam hal distribusi dalam islam antara lain sebagai

berikut: 

  Tauhid 

Yaitu konsep ketuhanan yang maha esa, yang tidak ada yang wajib di sembah kecuali Allah

dan tidak ada pula yang menyekutukannya, konsep ini menjadi dasar segala sesuatu karenadari konsep inilah manusia menjalankan fungsinya sebagai hamba yang melakukan apa

yang diperintahkannya dan menjauhi larangannya. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah

SWT QS Al-Zumar ayat 38 yang artinya: 

“dan sesungguhnya jika kamu bertanya kepada mereka: “siapakah yang menciptak an langit

dan bumi?”” niscaya mereka akan menjawab, “Allah”. Katakanlah :”maka terangkan padaku

Page 42: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 42/60

tentangb apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan

kemadharatankepadaku, apakah berhala-berhala itu akan menghilangkan kemadharatan

itu, atau jika Allah akan memberikan rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan

rahmatnya?”, katakanlah: “cukuplah Allah bagiku.”  (QS Al-Zumar: 38) 

  Adil 

Menurut bahasa adalah “wadh’u syaiin ‘ala mahaliha” yaitu meletakan sesuatu pada

tempatnya, konsep keadilan haruslah diterapkan dalam mekanisme pasar untuk

menghindari kecurangan yang dapat mengakibatkan kedzaliman bagi satu pihak. Fiman

Allah dalam surat al-Muthafifin ayat 1-3 yang artinya:“kecelakaan besarlah bagi orang-

orang curang, yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka meminta dipenuhi,

apabila mereka menakar untuk orang lain mereka kurangi”  

  Kejujuran dalam bertransaksi 

Syariat islam sangat konsen terhadap anjuran dalam berpegang teguh terhadap nilai-nilai

kejujuran dalam bertransaksi. Firman Allah dalam surah al-Ahzab ayat 70 dan 71:

Maksudnya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan katakanlah

 perkataan yang tepat –  benar (dalam segala perkara). Supaya Ia memberi taufik dengan

menjayakan amal-amal kamu, dan mengampunkan dosa-dosa kamu" . 

3.  Bentuk-bentuk Distribusi Yang Dilarang Oleh Islam 

a. Penimbunan 

Di dalam islam melarang penimbunan atau hal-hal yang menghambat

pendistribusian barang sampai ke konsumen.menimbun adalah membeli barang dalam

jumlah yang banyak kemudian menyimpannya dengan maksud untuk menjualnya dengan

harga tinggi.Penimbunan dilarang dalam islam hal ini dikarenakan agar supaya harta tidak

hanya beredar di kalangan orang-orang tertentu. Seperti dalam sebuah

hadits: Artinya:”siapa saja yang melakukan penimbunan untuk mendapatkan harga yang

paling tinggi,dengan tujuan mengecoh orang islam maka termasuk perbuatan yangsalah” (H.R Ahmad) 

Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa perbuatan yang salah yaitu menyimpang

dari peraturan jual-beli atau perdagangan dalam system ekonomi islam yang berdasarkan

al-quran dan hadits.Dalam hadits itu tidak ditentukan jenis barang yang dilarang

ditimbun.Akan tetapi hadits lain yang segaris menyatakan bahwa barang yang dilarang

Page 43: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 43/60

ditimbun adalah makanan.muncul pebedaan pendapat dikalangan ulama tentang jenis

barang yang dilarang ditimbun.menurut al-syafi”iyah dan Hanabilah,barang yang dilarang

ditimbun adalah kebutuhan primer .Abu yusuf berpendapat bahwa barang yang dilarang

ditimbun adalah semua barang yang dapat menyebabkan kemadaratan orang

lain,termasuk emas dan perak. 

Para ulama fiqh berpendapat bahwa penimbunan diharamkan apabila: 

1. Barang yang ditimbun melebihi kebutuhannya 

2. Barang yang ditimbun dalam usaha menunggu saat naiknya harga, misalnya emas dan

perak  

3. Penimbunan dilakukan disaat masyarakat membutuhkan,misalnya bahan bakar minyak

dll. 

Adapun mengenai waktu penimbunan tidak terbatas,dalam waktu pendek maupun

panjang jika dapat menimbulkan dampak ataupun 3 syarat tersebut diatas terpenuhi maka

haram hukumnya. 

Rasullulah bersabda dalam sebuah hadits sohih yang Artinya: “Dari ibnu umar dari

nabi:”Barang siapa Menimbun makanan 40 malam maka ia terbebas dari rahmad Allah,dan

Allah bebas darinya.Barang siapa yang keluar rumah pagi-pagi dan dari kalangan mereka

ada yang dalam keadaan lapar maka tanggungan Allah juga lepas dari mereka”.  

Pada dasarnya nabi melarang menimbun barang pangan selama 40 hari,biasanya

pasar akan mengalami fluktuasi jika sampai 40 hari barang tidak ada dipasar karena

ditimbun,padahal masyarakat sangat membutuhkannya.bila penimbunan dilakukan

beberapa hari saja sebagai proses pendistribusian barang dari produsen ke

konsumen,maka belum di anggap sebagai sesuatu yang membahayakan.Namun bila

bertujuan menungu saatnya naik harga sekalipun hanya satu hari maka termasuk

penimbunan yang membahayakan dan tentu saja diharamkan. 

b. Monopoli 

Pasar monopoli (dari bahasa Yunani: monos, satu + polein, menjual) adalah suatu

bentuk  pasar di mana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Penentu harga

pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai "monopolis". 

Page 44: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 44/60

Sebagai penentu harga ( price-maker ), seorang monopolis dapat menaikan atau

mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi; semakin

sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal harga barang tersebut, begitu pula

sebaliknya. Walaupun demikian, penjual juga memiliki suatu keterbatasan dalam

penetapan harga. 

Ada beberapa ciri dan sifat dasar pasar monopoli. Ciri utama pasar ini adalah

adanya seorang penjual yang menguasai pasar dengan jumlah pembeli yang sangat banyak.

Ciri lainnya adalah tidak terdapatnya barang pengganti yang memiliki persamaan dengan

produk monopolis; dan adanya hambatan yang besar untuk dapat masuk ke dalam pasar.  

Hambatan itu sendiri, secara langsung maupun tidak langsung, diciptakan oleh

perusahaan yang mempunyai kemampuan untuk memonopoli pasar. Perusahaan

monopolis akan berusaha menyulitkan pendatang baru yang ingin masuk ke pasar tersebut

dengan beberapa cara; salah satu di antaranya adalah dengan cara menetapkan harga

serendah mungkin. 

Dengan menetapkan harga ke tingkat yang paling rendah, perusahaan monopoli

menekan kehadiran perusahaan baru yang memiliki modal kecil. Perusahaan baru tersebut

tidak akan mampu bersaing dengan perusahaan monopolis yang memiliki kekuatan

pasar, image produk, dan harga murah, sehingga lama kelamaan perusahaan tersebut akan

mati dengan sendirinya. 

Cara lainnya adalah dengan menetapkan hak paten atau hak cipta dan hak

eksklusif pada suatu barang, yang biasanya diperoleh melalui peraturan pemerintah. 

Tanpa kepemilikan hak paten, perusahaan lain tidak berhak menciptakan produk sejenis

sehingga menjadikan perusahaan monopolis sebagai satu-satunya produsen di pasar. 

Distribusi merupakan proses penyaluran hasil produksi berupa barang dan jasa dari

produsen ke konsumen guna memenuhi kebutuhan manusia, baik primer maupun

sekunder. Fungsi distribusi terbagi atas: 

  Fungsi pertukaran, 

  Fungsi penyediaan fisik, 

  Fungsi penunjang, 

Page 45: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 45/60

Adapun landasan-landasan dalam hal distribusi dalam islam antara lain sebagai

berikut: 

  Tauhid 

  Adil 

  Kejujuran dalam bertransaksi 

Bentuk-bentuk Distribusi Yang Dilarang Oleh Islam: 

· Penimbunan 

· Monopoli 

konsep distribusi dalam islam

Bab 1 Pendahuluan 

1.1 Latar Belakang Masalah Islam sebagai system hidup (way of life) dan merupakan agama yang universal sebab

memuat segala aspek kehidupan baik yang terkait dengan aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya. Seiring dengan maju pesatnya kajian tentang ekonomi islam dengan menggunakan pendekatan filsafat dan sebagainya mendorong kepada terbentuknya suatu ilmu ekonomi berbasis keislaman yang terfokus untuk mempelajari masalah-masalah.ekonomi.rakyat.yang.dilhami.oleh.nilai-nilai.Islam.

Adapun bidang kajian yang terpenting dalam perekonomian adalah bidang distribusi.Distribusi menjadi posisi penting dari teori ekonomi mikro baik dalam system ekonomi Islammaupun kapitalis sebab pembahasan dalam bidang distribusi ini tidak hanya berkaitan denganaspek ekonomi belaka tetapi juga aspek social dan politik sehingga menjadi perhatian bagi aliran pemikir ekonomi Islam dan konvensional sampai saat,ini.

Pada saat ini realita yang nampak adalah telah terjadi ketidakadilan dan ketimpangandalam pendistribusian pendapatan dan kekayaan baik di negara maju maupun di negara-negara berkembang yang memepergunakan system kapitalis sebagai system ekonomi negaranya,sehingga menciptakan kemiskinan dimana-mana. Menanggapi kenyataan tersebut islam sebagaiagama yang universal diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dan sekaligusmenjadi sistem perekonomian suatu negara.

Dari permasalahan di atas kami ingin membahas tentang distribusi dalam makalah inidengan di lihat dalam perspektif islam dengan melalui hadits-hadit rasullulah sebagai

Page 46: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 46/60

 pendukung,oleh karena itu kami se pakat memberikan judul makalah ini yaitu:”Distribusi DalamPerspektif Islam”.sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya. 2.1 Rumusan Masalah 

Sesuai dengan judul di atas,maka penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikutini:

  Bagaimanakah Pemerataan distribusi Pendapatan?  Bagaimanakah distribusi dalam islam?

2.3 Tujuan Penulisan Makalah Dalam penyusunan makalah ini penulis ini mempunyai beberapa tujuan antara lain sebagai

 berikut:  Ingin mengetahui pemerataan distribusi Pendapatan.  Ingin mengetahui Bagaimanakah distribusi dalam islam.

\ BAB II 

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pemerataan Distribusi Pendapatan 

Distribusi adalah suatu proses pembagian (sebagaian hasil penjualan produk) kepadafactor-faktor produksi yang ikut menentukan pendapatan.distribusi pendapatan merupakan permasalahan yang sangat rumit hingga saat ini masih sering dijadikan bahan perdebatan antaraahli ekonomi karena tidaksamanya persepsi distribusi antara perekonomian kapitalis,sosialisyang hingga saat ini belum bisa memberikan solusi yang adil dan merata terhadap masalah pendistribusian pendapatan dalam masyarakat.untuk itu islam datang memberikan prinsip dasardistribusi kekayaan dan pendapatan.

Pendapatan diartikan sebagai suatu aliran uang atau daya beli yang dihasilkan dari penggunaan sumber daya properti manusia. Menurut Winardi (1989), pendapatan (income),secara teori ekonomi adalah hasil berupa uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia bebas. Dalam pengertian pembukuan pendapatandiartikan sebagai pendapatan sebuah perusahaan atau individu.

Sementara kekayaan (wealth) diartikan oleh Winardi (1989) sebagai segala sesuatu yang berguna dan digunakan oleh manusia. Istilah ini juga digunakan dalam arti khusus sepertikekayaan nasional. Sloan dan Zurcher mengartikan kekayaan sebagai obyek-obyek material,yang ekstern bagi manusia yang bersifat : berguna, dapat dicapai dan langka. Kebanyakan ahliekonomi tidak menggolongkan dalam istilah kekayaan hak milik atas harta kekayaan, misalnyasaham, obligasi, surat hipotik karena dokumen-dokumen tersebut dianggap sebagai bukti hakmilik atas kekayaan, jadi bukan kekayaan itu sendiri.

Distribusi di tinjau dari segi kebahasaan berarti proses penyimpanan dan penyaluran produk kepada pelanggan, diantaranya sering kali melalui perantara. (Collins, 1994 : 162)Definisi yang dikemukakan Collins di atas, memiliki pemahaman yang sempit apabila dikaitkandengan topik kajian di bahas. Hal ini disebabkan karena definisi tersebut cenderung mengarah pada prilaku ekonomi yang bersifat individual. Namun dari definisi di atas dapat di tarik suatu pemahaman, di mana dalam distribusi terdapat sebuah proses pendapatan dan pengeluaran darisumber daya yang dimiliki oleh negara (mencakup prinsip take and give).

Adapun prinsip utama dalam konsep distribusi menurut pandangan Islam ialah peningkatandan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehinggakekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar di antara golongantertentu saja. (Rahman, 1995 : 93)

Page 47: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 47/60

Selain itu, ada pula pendapat yang menyatakan bahwa posisi distribusi dalam aktifitasekonomi suatu pemerintahan amatlah penting, hal ini dikarenakan distribusi itu sendiri menjaditujuan dari kebijakan fiskal dalam suatu pemerintahan (selain fungsi alokasi). Adapun distribusi,seringkali diaplikasikan dalam bentuk pungutan pajak (baik pajak yang bersifat individu maupun pajak perusahaan). Akan tetapi masyarakat juga dapat melaksanakan swadaya melalui

 pelembagaan ZIS, di mana dalam hal ini pemerintah tidak terlibat langsung dalam mobilisasi pengelolaan pendapatan ZIS yang diterima. (Karim, 1992 : 89-90)Sementara Anas Zarqa mengemukakan bahwa definisi distribusi itu sebagai suatu transfer

dari pendapatan kekayaan antara individu dengan cara pertukaran (melalui Pasar) atau dengancara lain, seperti warisan, shadaqah, wakaf dan zakat. (Zarqa, 1995 : 181)

Dari definisi yang dikemukakan oleh Anas Zarqa di atas, dapat diketahui bahwa padadasarnya ketika kita berbicara tentang aktifitas ekonomi di bidang distribusi, maka kita akan berbicara pula tentang konsep ekonomi yang ditawarkan oleh Islam. Hal ini lebih melihat pada bagaimana Islam mengenalkan konsep pemerataan pembagian hasil kekayaan negara melaluidistribusi tersebut, yang tentunya pendapatan negara tidak terlepas dari konsep-konsep Islam,seperti zakat, wakaf, warisan dan lain sebagainya.

2.2 Distribusi Dalam Islam   Zakat Salah satu perhatian pokok ilmu ekonomi islam adalah mewujudkan keadilan

distributife.Karena itu,semua keadaan ekonomi yang didasarkan pada ketidakseimbangan (zulm)harus diganti dengan keadaan-keadaan yang memenuhi tuntutan keseimbangan.dengan katalain,ekonomi islam akan berusaha memaksimalkan kesejahteraan total.Tindakan social harusdigerakkan secara langsung untuk perbaikan kesejahteraan kalangan yang kurang beruntungdalam masyarakat melalui zakat,infaq serta sodaqoh.

  Warisan * يح   ات     ب   ات     س ث ا ح ي ى ا   ث     س ث ا   ا ث        ت  ا

  ف   ا     ى ت   ى أ أ ه    ي   ي    ي  ث ى ا          ض ز ج س س ز ي ف   سك        ي ف ف  ك س   ى   د   ي   خ   

Artinya:“saya lebih utama dengan mukmin,barang siapa yang mati dan ia punya hutang,tidak

meninggalkan apapun maka saya membayarnya,barang siapa meninggalkan harta maka ahliwarisnya(H.R Imam Bukhori)

Hukum waris merupakan suatu aturan yang sangat penting dalam mengurangiketidakadilan distribusi kekayaan.Hukum waris merupakan alat penimbang yang sangat kuat danefektif untuk mencegah pengumpulan kekayaan dikalangan tertentu dan pengembangannyadalam kelompok-kelompok besar dalam masyarakat.Tokoh-tokoh ekonomi sepertiKeynes,Taussig dan irfing fisher menyetujui bahwa pembagian warisan yang tidak meratamerupakan penyebab utama dari ketidak adilan masyarakat,Menurut Taussig,warisanmempunyai dampak yang sangat besar dalm masyarakat.

Menurut hokum waris islam,harta milik orang lain yang telah meninggal dibagi padakeluarga terdekat,yaitu anak laki-laki/perempuan,saudara,ibu/bapak,suami/istri dan lain-lain.Jikaseseorang tidak mempunyai keluarga dekat sama sekali,maka harta bendanya diambil alih oleh Negara.Dengan demikian waris bertujuan untuk menyebarkanluaskan pembagian kekayaan danmencegah penimbunan harta dalam bentuk apapun.

  Larangan Penimbunan 

Page 48: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 48/60

Di dalam islam melarang penimbunan atau hal-hal yang menghambat pendistribusian barang sampai ke konsumen.menimbun adalah membeli barang dalam jumlah yang banyakkemudian menyimpannya dengan maksud untuk menjualnya dengan harga tinggi.Penimbunandilarang dalam islam hal ini dikarenakan agar supaya harta tidak hanya beredar di kalanganorang-orang tertentu.

Seperti dalam sebuah hadits:ق:ه   ج س س    ات   يح    ات ح ي   ت س   ت   س ت ا   س  ها ظ ؤ ف   ي ى ا  ي ت  ي غ   ا س ج س ن  س ن ا     ي   ي    ي    ه ز  

Artinya:” “siapa saja yang melakukan penimbunan untuk mendapatkan harga yang palingtinggi,dengan tujuan mengecoh orang islam maka termasuk perbuatan yang salah”(H.R Ahmad) 

Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa perbuatan yang salah yaitu menyimpang dari peraturan jual-beli atau perdagangan dalam system ekonomi islam yang berdasarkan al-qurandan hadits.Dalam hadits itu tidak ditentukan jenis barang yang dilarang ditimbun.Akan tetapihadits lain yang segaris menyatakan bahwa barang yang dilarang ditimbun adalahmakanan.muncul pebedaan pendapat dikalangan ulama tentang jenis barang yang dilarangditimbun.menurut al-syafi”iyah dan Hanabilah,barang yang dilarang ditimbun adalah kebu tuhan

 primer.Abu yusuf berpendapat bahwa barang yang dilarang ditimbun adalah semua barang yangdapat menyebabkan kemadaratan orang lain,termasuk emas dan perak.Para ulama fiqh berpendapat bahwa penimbunan diharamkan apabila:1.  Barang yang ditimbun melebihi kebutuhannya2.  Barang yang ditimbun dalam usaha menunggu saat naiknya harga,misalnya

emas dan perak3.  Penimbunan dilakukan disaat masyarakat membutuhkan,misalnya bahan bakar

minyak dll.Adapun mengenai waktu penimbunan tidak terbatas,dalam waktu pendek maupun panjang

 jika dapat menimbulkan dampak ataupun 3 syarat tersebut diatas terpenuhi maka haramhukumnya.

Rasullulah bersabda dalam sebuah hadits sohih yaitu:ا س ث ا ص   س    تا    سىا   س    مس    ساصىا  تا  ست  تاش   ت   ث

  ف  ثا  ز ااو    ى ست  ي    ستف  يى   تزا     انس   ي   ي   ي ثىا  ى    ذ   خ  ا س ت ف  ع  سا  

Artinya: Dari ibnu umar dari nabi:”Barang siapa Menimbun makanan 40 malam maka iaterbebas dari rahmad Allah,dan Allah bebas darinya.Barang siapa yang keluar rumah pagi-pagidan dari kalangan mereka ada yang dalam keadaan lapar maka tanggungan Allah juga lepas darimereka”. 

Pada dasarnya nabi melarang menimbun barang pangan selama 40 hari,biasanya pasarakan mengalami fluktuasi jika sampai 40 hari barang tidak ada dipasar karena ditimbun,padahalmasyarakat sangat membutuhkannya.bila penimbunan dilakukan beberapa hari saja sebagai proses pendistribusian barang dari produsen ke konsumen,maka belum di anggap sebagai sesuatuyang membahayakan.Namun bila bertujuan menungu saatnya naik harga sekalipun hanya satuhari maka termasuk penimbunan yang membahayakan dan tentu saja diharamkan.

Page 49: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 49/60

BAB III PENUTUP 

3.1 Kesimpulan ü Distribusi adalah suatu proses pembagian (sebagaian hasil penjualan produk) kepada

factor-faktor produksi yang ikut menentukan pendapatan.distribusi pendapatan merupakan

 permasalahan yang sangat rumit hingga saat ini masih sering dijadikan bahan perdebatan antaraahli ekonomi karena tidaksamanya persepsi distribusi antara perekonomian kapitalis,sosialisyang hingga saat ini belum bisa memberikan solusi yang adil dan merata terhadap masalah pendistribusian pendapatan dalam masyarakat.untuk itu islam datang memberikan prinsip dasardistribusi kekayaan dan pendapatan.

ü Pendapatan diartikan sebagai suatu aliran uang atau daya beli yang dihasilkan dari penggunaan sumber daya properti manusia. Menurut Winardi (1989), pendapatan (income),secara teori ekonomi adalah hasil berupa uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia bebas. Dalam pengertian pembukuan pendapatandiartikan sebagai pendapatan sebuah perusahaan atau individu.

ü Zakat,infaq sodaqoh merupakan contoh distribusi dalam islam.

Page 50: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 50/60

DAFTAR PUSTAKA   Ø Diana,ilfi Nur m.si,2008.Hadits-hadits ekonomi.malang:uin press   Ø Afzalur rahman,Doktrin Ekonomi Islam Jilid II.yogyakarta.PT dana bakti

waqof  

KONSUMSI MENURUT ISLAM 

Dalam pengertian ilmu ekonomi, konsumsi ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi ataumenghabiskan faedah suatu benda (barang dan jasa) dalam rangka pemenuhan kebutuhan.Islam melihat aktivitas ekonomi adalah salah satu cara untuk menumpuk dan meningkatkan pahala menuju  falah (kebahagiaan dunia dan akhirat). Motif berkonsumsi dalam islam padadasarnya adalah mashlahah, kebutuhan dan kewajiban.

Prinsip Konsumsi Dalam Islam Menurut Abdul Mannan, dalam melakukan konsumsi terdapat lima prinsip dasar, yaitu:

1.  Prinsip keadilan, artinya sesuatu yang dikonsumsi itu didapatkan secara halal dan tidak

 bertentangan dengan hukum.2.  Prinsip kebersihan

Dalam al-Qur‟an maupun Sunnah disebutkan bahwa makanan itu harus baik atau cocok untukdikonsumsi, tidak kotor, ataupun menjijikkan sehingga merusak selera.

3.  Prinsip kesederhanaanArtinya, dalam mengonsumsi sesuatu tidak berlebih-lebihan. Hal ini dijelaskan antara lain dalamQ.S. al-A‟raaf ayat 31. “…..makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan; sesungguhnya Allah tidak menyukaiorang-orang yang berlebih-lebihan.” 

4.  Prinsip kemurahan hati5.  Prinsip moralitas

Selain itu, dalam berkonsumsi seorang muslim juga mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut.

1.  Manusia tidak mampu sepenuhnya mengatur detail permasalahan ekonomi masyarakat ataunegara.

2.  Dalam konsep Islam pola konsumsi dibentuk oleh kebutuhan.3.  Dalam berkonsumsi seorang muslim harus menyadari bahwa ia merupakan bagian dari

masyarakat

Page 51: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 51/60

KONSUMSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

BAB I 

PENDAHULUAN 

Konsumsi umumnya didefinisikan sebagai pemakaian barang-barang hasil industri(pakaian, makanan dan sebagainya), atau barang-barang yang langsung memenuhi keperluankita. Barang-barang seperti ini disebut sebagai barang konsumsi. Kata yang berhubungandengan konsusmsi dalam Al-Qur‟an dan Hadits, adalah makanan (al-ukul ), yang mencakup jugadi dalamnya minuman (asy-syarab). Serta hal-hal lainnya seperti pakaian (al-kiswan) dan perhiasan, seperti tercantum di dalam surat Al- A‟raaf ayat 31-32:

“ Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makanlah danminumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

 yang berlebih-lebihan. Katakanlah: „Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yangtelah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba_Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan)rezeki yang baik?‟ Katakanlah: „Semuanya itu (disediakan) bagi orang -orang yang beriman

dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami

menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.” 

Konsumsi merupakan bagian akhir dan sangat penting dalam pengolahan kekayaan.Sehingga harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk hal-hal yang penting. Dengan demikiancara penggunaan kekayaan (konsumsi) harus diarahkan pada pilihan-pilihan yang baik dan tepatagar dapat dimanfaatkan pada jalan yang terbaik.

BAB II 

PEMBAHASAN 

A.  Perilaku Konsumsi dalam Ekonomi Islam 

1.  Pengertian dan Tujuan Konsumsi

Pengertian konsumsi secara umum diformulasikan dengan: ”Pemakaian dan penggunaan

 barang –  barang dan jasa, seperti pakaian, makanan, minuman, rumah, peralatan rumah tangga,

kenderaan, alat-alat hiburan, media cetak dan elektronik, jasa telephon, jasa konsultasi hukum,

 belajar/ kursus, dan sebagainya”. 

Berangkat dari pengertian ini, maka dapat dipahami bahwa konsumsi sebenarnya tidak

identik dengan makan dan minum dalam istilah teknis sehari-hari; akan tetapi juga meliputi

Page 52: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 52/60

 pemanfaatan atau pendayagunaan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia. Namun, karena yang

 paling penting dan umum dikenal masyarakat luas tentang aktivitas konsumsi adalah makan dan

minum, maka tidaklah mengherankan jika konsumsi sering diidentikkan dengan makan dan

minum.

Tujuan konsumsi dalam Islam adalah untuk mewujudkan maslahah duniawi dan ukhrawi.

Maslahah duniawi ialah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, seperti makanan, minuman,

 pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan (akal). Kemaslahatan akhirat ialah terlaksanaya

kewajiban agama seperti shalat dan haji. Artinya, manusia makan dan minum agar bisa

 beribadah kepada Allah. Manusia berpakaian untuk menutup aurat agar bisa shalat, haji, bergaul

sosial dan terhindar dari perbuatan mesum (nasab).23[1]

Sebagaimana disebut di atas, banyak ayat dan hadits yang berbicara tentang konsumsi, di

antaranya Surat al A‟raf ayat 31. Ayat ini tidak saja membicarakan konsumsi makanan dan

minuman, tetapi juga pakaian. Bahkan pada ayat selanjutnya (ayat 33) dibicarakan tentang

 perhiasan..

فس ا  ة   ا فس ا  س ا ا  م       وم    ن ش ا ر   دا   ت 31   و 

ا ف ا ا   ر    و ق ش سىا   خث ىا   دث   س  ا  ح ش  س    ح     ىا ج

     خ  و    لرم ح ا 

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu  yang indah di setiap memasuki masjid, makan dan

minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

berlebih-lebihan. (QS 7:31 

B.  Perilaku Konsumsi dalam Ekonomi konvensional 

Perilaku konsumen dalam teori ekonomi konvensional dianalisa melalui Preferensi,

Budget line, dan kombinasi antara preferensi dan budget line sebagai pilihan konsumen.24[2]

1.  Preferensi

Dalam preferensi, konsumen lebih menyukai barang-barang tertentu dibanding dengan

 barang-barang lain. Ada tiga asumsi dalam preferensi, yaitu:

23[1] Akmal Tarigan, et al. Dasar-dasar Ekonomi Islam, (Bandung: Citapustaka Media, 2006),

hlm. 263.

24[2] Akmal Tarigan, Ibid., hlm. 279.

Page 53: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 53/60

a.  Komplit/kelengkapan, konsumen mengetahui nilai utilitas dari semua pilihan yang

diinginkannya.

 b.  Transitif/konsisten, konsumen sellau konsisten dalammembuat suatu pilihan antara

 berbagai kombinasi barang yang ada.

c.  Lebih banyak lebih disukai (tanpa kepuasan), konsumen tidak merasa puas sepenuhnya

meskipun sudah memperoleh semua barang kebutuhanya.

2.  Budget line

Budget line atau garis anggaran adalah garis yang menunjukkan kombinasi dua barang

yang dapat dibeli konsumen. Garis anggaran sering disebut isocost , karena semua titik pada garis

tersebut mengungkapkan sejumlah barang dengan pengorbanan biaya yang sama.

3.  Pilihan konsumen

Preferensi dan garis anggaran merupakan dua instrumen yang diperlukan dalam

menganalisis pengambilan keputusan konsumen tentang apa yang ingin dikonsumsinya.

Teori-teori konvensional tentang perilaku konsumen dalam mengkonsumsi sesuatu pada

umumnya memiliki beberapa asumsi, yaitu :25[3]

a.  Barang atau jasa itu memiliki kegunaan (Utilitas) tertentu.

 b.  Setiap konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang adalah ingin mencapai kepuasan

total yang maksimal.

c.  Jika suatu barang dikonsumsi secara terus menerus, maka tambahan kegunaan

(utilitasnya) akan semakin menurun. Hal ini mengacu dengan hukum pertambahan

utilitas yang semakin menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility).

d.  Jika konsumen mengkonsumsi lebih dari satu macam barang, maka ia akan menentukan

kombinasi yang dapat memberikan tingkat kegunaan atau kepuasan yang maksimal.

e.  Konsumen akan berhenti mengkonsumsi suatu barang jika guna marginalnya sudah

menyamai atau lebih rendah dari harga barang yang bersangkutan.

25[3] http://blog.sunan-ampel.ac.id/abdulhakim/2011/05/03/keterkaitan-konsumsi-dan-produksi-dalam-

perspektif-ekonomi-islam/, 20 mei 2012, 17:53 WIB 

Page 54: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 54/60

f.  Konsumen akan berupaya memaksimalkan kepuasannya sesuai dengan anggaran belanja

yang dimilikinya.

g.  Konsumen dalam kondisi ekuilibrium atau seimbang jika dia telah menggunakan

 pendapatannya dengan cara sedemikian rupa sehingga kegunaan dari mata uang (harga)

terakhir yang dibelanjakannya pada berbagai komoditi adalah sama.

C.  Prinsip Konsumsi dalam Islam 

Dalam ekonomi Islam, konsumsi diakui sebagai salah satu perilaku ekonomi dan

kebutuhan asasi dalam kehidupan manusia. Perilaku konsumsi diartikan sebagai setiap perilaku

seorang konsumen untuk menggunakan dan memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Namun Islam memberikan penekanan bahwa fungsi perilaku konsumsi

adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia baik jasmani dan ruhani sehingga mampumemaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba dan khalifah Allah untuk mendapatkan

kebahagiaan dunia dan akherat.26[4]

Dengan demikian dalam Islam konsumsi itu tidak dapat dipisahkan dari peran keimanan.

Peranan keimanan menjadi tolok ukur penting karena keimanan memberikan cara pandang dunia

yang cenderung mempengaruhi kepribadian manusia, yaitu dalam bentuk perilaku, gaya hidup,

selera, sikap-sikap terhadap sesama manusia, sumber daya dan ekologi. Keimanan sangat

mempengaruhi sifat, kuantitas, dan kualitas konsumsi baik dalam bentuk kepuasan material

maupun spiritual. Inilah yang disebut sebagai bentuk upaya meningkatkan keseimbangan antara

orientasi duniawi dan ukhrawi. Keimanan memberikan saringan moral dalam membelanjakan

harta dan sekaligus memotivasi pemanfaatan sumberdaya (pendapatan) untuk hal-hal yang

efektif. Saringan moral bertujuan untuk menjaga kepentingan diri agar tetap berada dalam batas-

 batas kepentingan sosial. Dalam konteks inilah kita berbicara tentang bentuk-bentuk konsumsi

halal dan haram, pelarangan terhadap israf, bermegah-megahan, bermewah-mewahan,

 pentingnya konsumsi sosial, serta aspek-aspek normatif lainnya.

Sejalan dengan itu, Yusuf Qardhawi menyebutkan beberapa variabel moral dalam

 berkonsumsi, di antaranya; konsumsi atas alasan dan pada barang-barang yang baik (halal),

 berhemat, tidak bermewah-mewah, menjauhi hutang, menjauhi kebakhilan dan kekikiran.

26[4] M.A. Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa,

1997), hlm. 44.

Page 55: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 55/60

Dengan demikian aktifitas konsumsi merupakan salah satu aktifitas ekonomi manusia yang

 bertujuan untuk meningkatkan ibadah dan keimanan kepada Allah SWT dalam rangka

mendapatkan kemenangan, kedamaian dan kesejahteraan akherat ( falah), baik dengan

membelanjakan uang atau pendapatannya untuk keperluan dirinya maupun untuk amal shaleh

 bagi sesamanya.

Selanjutnya secara lebih terperinci, menurut Abdul Mannan perintah Islam mengenai

konsumsi setidaknya dikendalikan oleh lima prinsip yaitu:27[5]

2.  Prinsip keadilan. Mengandung arti bahwa rezeki yang dikonsumsi haruslah yang halal dan tidak

dilarang hukum. Tidak membahaykan tubuh, moral dan spiritual manusia, serta tidak

mengganggu hak milik dan rasa keadilan terhadap sesama.

3.  Prinsip Kebersihan. Obyek konsumsi haruslah sesuatu yang bersih dan bermanfaat. Yaitu

sesuatu yang baik, tidak kotor, tidak najis, tidak menjijikkan, tidak merusak selera, serta memang

cocok untuk dikonsumsi manusia.

4.  Prinsip Kesederhanaan. Konsumsi haruslah dilakukan secara wajar, proporsional, dan tidak

 berlebih-lebihan. Prinsip-prinsip tersebut tentu berbeda dengan ideologi kapitalisme dalam

 berkonsumsi yang menganggap konsumsi sebagai suatu mekanisme untuk menggenjot produksi

dan pertumbuhan. Semakin banyak permintaan maka semakin banyak barang yang diproduksi.

Disinilah kemudian timbul pemerasan, penindasan terhadap buruh agar terus bekerja tanpa

mengenal batas waktu guna memenuhi permintaan. Dalam Islam justru berjalan sebaliknya:

menganjurkan suatu cara konsumsi yang moderat, adil dan proporsional. Intinya, dalam Islam

konsumsi harus diarahkan secara benar dan proporsional, agar keadilan dan kesetaran untuk

semua bisa tercipta.

5.  Prinsip kemurahan hati. Makanan, minuman, dan segala sesuatu halal yang telah disediakan

Tuhan merupakan bukti kemurahanNya. Semuanya dapat kita konsumsi dalam rangka

kelangsungan hidup dan kesehatan yang lebih baik demi menunaikan perintah Tuhan. Karenanya

sifat konsumsi manusia juga harus dilandasi dengan kemurahan hati. Maksudnya, jika memang

masih banyak orang yang kekurangan makanan dan minuman maka hendaklah kita sisihkan

makanan yang ada pada kita kemudian kita berikan kepada mereka yang sangat

membutuhkannya.

27[5] Ibid., hlm. 45.

Page 56: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 56/60

6.  Prinsip moralitas. Kegiatan konsumsi itu haruslah dapat meningkatkan atau memajukan nilai-

nilai moral dan spiritual. Seorang muslim diajarkan untuk menyebutkan nama Allah sebelum

makan, dan menyatakan terimakasih setelah makan adalah agar dapat merasakan kehadiran ilahi

 pada setiap saat memenuhi kebutuhan fisiknya. Hal ini penting artinya karena Islam

menghendaki perpaduan nilai-nilai hidup material dan spiritual yang berbahagia

D.  Unsur-unsur Penentu Preferensi Konsumen 

Ketika kebutuhan masyarakat masih bisa dipenuhi oleh sumber daya yang ada, maka

tidak akan terjadi persoalan, bahkan juga tidak akan terjadi persaingan. Namun manakala

kebutuhan seseorang atau masyarakat akan barang dan jasa sudah melebihi kemampuan

 penyediaan barang dan jasa tersebut, maka akan terjadilah apa yang disebut kelangkaan.

Fenomena itu akan mendorong manusia untuk memakmurkan bumi dan menciptakan

kesejahteraan bagi kehidupan manusia. Kondisi kelangkaan barang juga dapat dijadikan momen

untuk menguji keimanan dan kesabaran manusia. Allah berfirman dalam QS. Asy-Syuura ayat

27 : Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hambanya tentulah mereka akan

melampaui batas di bumi ini.”Itulah diantara hikmah kelangkaan barang tersebut.  

Manusia harus memanfaatkannya seoptimal mungkin tanpa menimbulkan kerusakan dan

ketidakadilan dimuka bumi. Implikasi dari prinsip diatas adalah ‟ tidak ada kelangkaan absolut

dimuka bumi ini‟. Menurut Masudul Alam Choudhury dalam bukunya, Contri butions to Islamic

Economic Theory, manusia menduga adanya kelangkaan karena adanya keterbatasan

 pengetahuan tentang bagaimana cara memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Dengan

demikian, dalam konsep Islam tentang ekonomi, barang- barang yang dapat diolah oleh manusia

dapat digolongkan sebagai barang yang memiliki kelangkaan, dan termasuk ‟barang ekonomi‟.

Sedangkan barang-barang yang masih diluar jangkauan kapasitas produktif manusia, bukanlah

 barang- barang yang langka, dengan demikian tergolong ‟bukan barang ekonomi‟. 

Ada beberapa aturan yang dijadikan sebagai pegangan untuk mewujudkan rasionalitas

dalamberkonsumsi;28[6]

1.  Tidak boleh hidup bermewah-mewah

2.  Pelarangan Israf, Tabdzir dan Safih

28[6] Said Saad Marthon, Ekonomi Islam: di Tengah Krisis Ekonomi Global, (Jakarta: Zikrul Hakim,

2004), hlm. 68.

Page 57: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 57/60

Israf adalah melampaui batas hemat dan keseimbangan dalam berkonsumsi. Tabdzir adalah

melakukan konsumsi secara berlebihan dan tidak proporsional. Sedangkan Safih adalah orang

yang tidak cerdas (rusyd), dimana ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syariah dan

senantiasa menuruti hawa nafsunya.

3.  Keseimbangan dalam berkonsumsi

4.  Larangan berkonsumsi atas barang dan jasa yang membahayakan

E.  Teori Konsumsi Islam 

Menurut Imam Al-Ghazali kebutuhan (hajat) adalah keinginan manusia untuk

mendapatkan sesuatu yang diperlukan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya

dan menjalankan fungsinya. Kita melihat misalnya dalam hal kebutuhan akan makanan dan

 pakaian. Kebutuhan makanan adalah untuk menolak kelaparan dan melangsungkan kehidupan,

kebutuhan pakaian untuk menolak panas dan dingin. Pada tahap ini mingkin tidak bisa dibedakan

antara keinginan (syahwat) dan kebutuhan (hajat) dan terjadi persamaan umum antara homo

economicus dan homo Islamicus. Namun manusia harus mengetahui bahwa tujuan utama

diciptakannya nafsu ingin makan adalah untuk menggerakkannya mencari makanan dalam

rangka menutup kelaparan, sehingga fisik manusia tetap sehat dan mampu menjalankan

fungsinya secara optimal sebagai hamba Allah yang beribadah kepada-Nya. Disinilah letak

 perbedaan mendasar antara filosofi yang melandasi teori permintaan Islami dan konvensional.

Lebih jauh Imam Al-Ghazali menekankan pentingnya niat dalam melakukan konsumsi

sehingga tidak kosong dari makna dan steril. Konsumsi dilakukan dalam rangka beribadah

kepada Allah SWT. Disini tampak pula pandangan integral beliau tentang falsafah hidup seorang

Muslim.

Pembahasan tentang tingkatan-tingkatan pemenuhan kebutuhan manusia (hajat) telah

menarik perhatian para ulama disepanjang zaman. Norma dan batasan ini pada gilirannya akan

membentuk gaya hidup (life style) dan pola perilaku konsumsi (patterns of consumption

 behaviour) tertentu yang secara lahiriah akan membedakannya dari gaya hidup yang tidak

diilhami oleh roh ajaran Islami.

Dalam bukunya yang berjudul Ihya Ulumiddin Imam al-Ghazali membagi tiga tingkatan

konsumsi yaitu, sadd ar-Ramq dan ini disebut juga had ad-dhoruroh, had al-hajah, dan yang

tertinggi adalah had at-tana‟um.  Had ar-ramq atau batasan darurat adalah tingkatan konsumsi

Page 58: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 58/60

 yang paling rendah dan bila manusia berada dalam kondisi ini, ia hanya mampu bertahan hidup

dengan penuh kelemahan dan kesusahan. Imam Al-Ghazali sendiri menolak gaya hidup seperti

ini karena individu tidak akan mampu melaksanakan kewajiban agama dengan baik dan akan

meruntuhkan sendi-sendi keduniaan yang pada gilirannya juga akan meruntuhkan agama karena

dunia adalah ladang akhirat (ad-Dunya Mazro‟ah al-akhirah).29[7]

Tingkatan tana‟um digambarkan bahwa individu pada tahapan ini melakukan konsumsi

tidak hanya didorong oleh usaha memehuni kebutuhannya. Tetapi juga bertujuan untuk

 bersenang-senang. Menurut Imam Al-Ghazali gaya hidup bersenang- senang ini tidak cocok bagi

seorang mukmin yang tujuan hidupnya untuk mencapai derajat tertinggi dalam ibadah dan

ketaatan. Kendatipun begitu, gaya hidup demikian tidak seluruhnya haram. Sebagian dihalalkan,

yaitu ketika individu menikmatinya dalam kerangka menghadapi nasib di akhirat, walaupun

untuk itu, ia akan tetap diminta pertanggungjawabannya kelak. Barangkali keadaan ini dapat

lebih ditegaskan bahwa meninggalkan had tana‟um tidak diwajibkan secara keseluruhan begitu

 juga menikmatinya tidak dilarang semuanya. 

Antara had ad-dhorurah dengan tana‟um terdapat area yang sangat luas disebut had al -hajah

dimana keseluruhannya halal dan mubah. Menurut Al-Ghazali area ini memiliki dua ujung

 batasan yang berbeda yaitu ujung yang berdekatan dengan perbatasan dharurah dan ini di

nilainya tidak mungkin dipertahankan karena akan menimbulkan kelemahan dan kesengsaraan

dan ujung yang lain berbatasan dengan tana‟um dimana individu yang berada disini dianjurkan

untuk ekstra waspada. Hal ini disebabkan karena ujung perbatasan ini dapat menjerumuskannya

kedalam hal- hal yang membuatnya terlena secara tidak sadar dan akhirnya melalaikan tugasnya

dalam beribadah kepada Allah. Beliau menasehati kita agar sedapat mungkin menetap di had al-

hajah dengan sedekat mungkin mendekati had ad-dharurah dalam rangka meneladani para Nabi

dan Wali. Belakangan Imam Suyuthi (w.911H) dalam al-Asybah wan Nazhoir menulis lima

tingkatan yaitu, dharurah, hajah, manfa‟ah, ziinah dan fudhul. 

BAB III 

PENUTUP 

29[7] Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 62.

Page 59: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 59/60

Teori perilaku konsumen yang dibangun berdasarkan syariah Islam, memiliki perbedaan

yang mendasar dengan teori konvensional. Perbedaan ini menyangkut nilai dasar yang menjadi

fondasi teori, motif dan tujuan konsumsi, hingga teknik pilihan dan alokasi anggaran untuk

 berkonsumsi.

Ada tiga nilai dasar yang menjadi fondasi bagi perilaku konsumsi masyarakat muslim :

1. Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat, prinsip ini mengarahkan seorang

konsumen untuk mengutamakan konsumsi untuk akhirat daripada dunia. Mengutamakan

konsumsi untuk ibadah daripada konsumsi duniawi. Konsumsi untuk ibadah merupakan future

consumption (karena terdapat balasan surga di akherat), sedangkan konsumsi duniawi adalah

 present consumption.

2. Konsep sukses dalam kehidupan seorang muslim diukur dengan moral agama Islam, dan bukan

dengan jumlah kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi moralitas semakin tinggi pula kesuksesan

yang dicapai. Kebajikan, kebenaran dan ketaqwaan kepada Allah merupakan kunci moralitas

Islam. Kebajikan dan kebenaran dapat dicapai dengan prilaku yang baik dan bermanfaat bagi

kehidupan dan menjauhkan diri dari kejahatan.

3. Kedudukan harta merupakan anugrah Allah dan bukan sesuatu yang dengan sendirinya bersifat

 buruk (sehingga harus dijauhi secara berlebihan). Harta merupakan alat untuk mencapai tujuan

hidup, jika diusahakan dan dimanfaatkan dengan benar. (QS.2.265)

DAFTAR PUSTAKA 

Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Akmal Tarigan, et al. Dasar-dasar Ekonomi Islam, Bandung: Citapustaka Media, 2006.

M.A. Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.

Said Saad Marthon, Ekonomi Islam: di Tengah Krisis Ekonomi Global, Jakarta: Zikrul Hakim, 2004.

http://blog.sunan-ampel.ac.id/abdulhakim/2011/05/03/keterkaitan-konsumsi-dan-produksi-dalam-

 perspektif-ekonomi-islam/, 20 mei 2012, 17:53 WIB

Page 60: FAKTOR EKONOMI

7/18/2019 FAKTOR EKONOMI

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-ekonomi-56d6ae3c8fc4e 60/60