ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS IKLAN PESAING …eprints.undip.ac.id/28654/1/jurnal.pdf · dituntut...

28
ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS IKLAN PESAING DAN PERILAKU MENCARI VARIASI TERHADAP PERILAKU PERPINDAHAN MEREK PADA KONSUMEN TEHBOTOL SOSRO Arma Hedita Sepala Raviany Farida Indriani, SE, MM ABSTRACT This study is grounded by the decreasing of TehBotol Sosro’s market share about 10,7% in 5 (five) years a row which indicates the occurrence phenomenon of consumer switching from TehBotol Sosro (the tea which are ready to be drink type) to other tea brands. This phenomenon is usually called brand switching. Therefore, the problem in this study is “what are the factors that influence consumers switching from TehBotol Sosro (the tea which are ready to be drink type) to another tea brand”. This study examined two independent variables, there are effectiveness of competitor’s advertising and variety seeking behavior toward brand switching behavior. The purpose of this study is to find the influence of both the independent variable toward brand switching behavior. This study uses a questionnaire method with purposive sampling technique to 96 people who had consumed TehBotol Sosro before and have switched to another tea brand. Then, the writer uses the qualitative and quantitative analysis to analyze the data. The quantitative analysis includes the test of validity, reliability, classic assumption, double regression analysis, test hypotheses and test the feasibility of the model through anova test and value of adjusted R square. The qualitative analysis constitutes the interpretation of the data that has been collected in this study and the data processing that has been done by giving some information and explanation. The results of this study indicate that the independent variables used in this study, that effectiveness of competitor’s advertising and variety-seeking behavior is feasible to test the dependent variable through the anova test. The t test results showed that all independent variables are tested has a positive and significant effect on the brand switching behavior. The Adjusted R Square is 0,5754 which indicates that 57,5% variation of brand switching behavior can be explained by the two independent variables and the remaining 42,5% is explained by other factors beyond this study. Keywords: brand switching behavior, effectiveness of competitor’s advertising and variety seeking behavior

Transcript of ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS IKLAN PESAING …eprints.undip.ac.id/28654/1/jurnal.pdf · dituntut...

ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS IKLAN PESAING DAN

PERILAKU MENCARI VARIASI TERHADAP PERILAKU

PERPINDAHAN MEREK PADA KONSUMEN TEHBOTOL SOSRO

Arma Hedita Sepala Raviany

Farida Indriani, SE, MM

ABSTRACT

This study is grounded by the decreasing of TehBotol Sosro’s market share about 10,7% in 5 (five) years a row which indicates the occurrence phenomenon of consumer switching from TehBotol Sosro (the tea which are ready to be drink type) to other tea brands. This phenomenon is usually called brand switching. Therefore, the problem in this study is “what are the factors that influence consumers switching from TehBotol Sosro (the tea which are ready to be drink type) to another tea brand”. This study examined two independent variables, there are effectiveness of competitor’s advertising and variety seeking behavior toward brand switching behavior. The purpose of this study is to find the influence of both the independent variable toward brand switching behavior.

This study uses a questionnaire method with purposive sampling technique to 96 people who had consumed TehBotol Sosro before and have switched to another tea brand. Then, the writer uses the qualitative and quantitative analysis to analyze the data. The quantitative analysis includes the test of validity, reliability, classic assumption, double regression analysis, test hypotheses and test the feasibility of the model through anova test and value of adjusted R square. The qualitative analysis constitutes the interpretation of the data that has been collected in this study and the data processing that has been done by giving some information and explanation.

The results of this study indicate that the independent variables used in this study, that effectiveness of competitor’s advertising and variety-seeking behavior is feasible to test the dependent variable through the anova test. The t test results showed that all independent variables are tested has a positive and significant effect on the brand switching behavior. The Adjusted R Square is 0,5754 which indicates that 57,5% variation of brand switching behavior can be explained by the two independent variables and the remaining 42,5% is explained by other factors beyond this study. Keywords: brand switching behavior, effectiveness of competitor’s advertising

and variety seeking behavior

1. PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat

memberikan dampak yang besar dalam persaingan usaha. Setiap perusahaan akan

bersaing untuk memperebutkan pangsa pasar terbesar. Masing-masing perusahaan

dituntut untuk melakukan strategi yang tepat dalam menghadapi persaingan usaha

yang semakin ketat. Perusahaan harus selalu kreatif dan inovatif dalam

menghadapi lingkungan yang terus berubah dan berkembang.

Salah satu industri di Indonesia yang memiliki tingkat persaingan yang

tinggi adalah industri makanan dan minuman. Hal ini terbukti dengan banyaknya

merek baru yang muncul dan siap bersaing dengan pemain lamanya. Namun,

persaingan dalam industri makanan dan minuman yang ketat justru semakin

mendorong pasar untuk terus tumbuh karena produsen menjadi lebih kreatif dalam

melakukan inovasi terhadap produknya untuk mempertahankan bahkan

memperluas pangsa pasarnya.

Industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan yang cukup

pesat. Bahkan ketika krisis global melanda dunia perekonomian pada tahun 2008,

bisnis ini masih mengalami peningkatan sebesar 14,9%, suatu hal yang jarang

dialami oleh industri lain (Palupi, 2009). Badan Pusat Statistik mencatat

pertumbuhan industri makanan dan minuman berturut-turut: 13,5% (2004); 20,1%

(2005); 31% (2006); 17,5% (2007); 14,9% (2008); 11,29% (2009).

Salah satu kategori industri makanan dan minuman di Indonesia yang

mengalami pertumbuhan yang cukup pesat adalah kategori minuman ringan (soft

drink). Salah satu jenis produk minuman ringan yang cukup dikenal di Indonesia

adalah minuman teh. Menurut hasil riset MARS di lima kota besar di indonesia

(Jakarta, Medan, Surabaya, Bandung, Semarang), menunjukkan bahwa minuman

teh dikonsumsi oleh 79% penduduk Indonesia (Nugroho, 2009). Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sangat suka minum teh.

Tabel 1.1 Penetrasi Pasar Minuman Teh di Sembilan Kota di Indonesia

pada Tahun 2009 Total

Population in (‘000)

Consume Tea Bag in (‘000)

Penetration in Percent

Total 43,873 38,980 89 Cities [Jakarta] 25,496 24,074 94 Cities [Bandung] 1,840 1,561 84 Cities [Surabaya] 8,378 6,564 78 Cities [Semarang] 1,078 903 84 Cities [Medan] 1,673 1,333 80 Cities [Makasar] 1,011 947 94 Cities [Yogyakarta] 2,384 1,634 69 Cities [Denpasar] 595 574 96 Cities [Palembang] 1,417 1,390 98

Sumber: Nielsen Media Index Q1 2009 (dalam Nugroho, 2009)

Tabel 1.1 menunjukkan tingkat konsumsi teh secara keseluruhan di

sembilan kota besar di Indonesia mencapai 89%. Hal ini menunjukkan bahwa

minat masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi teh sangat tinggi, termasuk

masyarakat di kota Semarang.

Industri minuman ringan di Indonesia saat ini di dominasi oleh tiga

perusahaan besar, yaitu PT. Aqua Golden Missisipi, PT. Sinar Sosro dan PT. Coca

Cola Amatil Indonesia (Djatmiko, 2005), di mana air minum dalam kemasan dan

minuman teh siap saji memiliki posisi yang lebih dominan di pasar dibanding

dengan minuman berkarbonasi. Menurut data Nielsen tahun 2008, pembagian

pasar kategori industri minuman siap minum masih didominasi oleh produk Air

Minun dalam Kemasan (AMDK) sebesar 70%, selanjutnya produk minuman teh

siap saji hanya menguasai sebesar 11%, lalu minuman berkarbonasi 8%, minuman

kesehatan (energy drink) 2%, jus 2 % dan lain-lain 7% (Hendriani dan Afandi,

2008).

Sumber: Nielsen, (2008)

11%

8% 2%2% 7%

70%

AMDK

TEH SIAP MINUM

MINUMANBERKARBONASI

MINUMANKESEHATAN

JUS

LAIN-LAIN

Gambar 1.1 Market Share Industri Minuman Ready to Drink di Indonesia

pada Tahun 2008

Tingginya minat masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi teh serta

pangsa pasarnya yang relatif masih kecil, menjadi peluang bisnis bagi para

pengusaha untuk terjun ke dalam industri minuman teh, terutama dalam industri

minuman teh dalam kemasan siap minum, sehingga memunculkan beragam merek

di pasar Indonesia.

Beragamnya merek produk teh dalam kemasan siap minum yang

ditawarkan kepada konsumen membuat konsumen memiliki kesempatan untuk

beralih dari satu merek ke merek yang lain dengan mudah (Anwar, 2007).

Menurut Kotler (dalam Sudarmadi, 2005), rata-rata perusahaan akan kehilangan

setengah pelangganya dalam waktu kurang dari 5 tahun, sementara perusahaan

dengan tingkat loyalitas merek yang tinggi akan kehilangan kurang dari 20%

pelangganya dalam 5 tahun. Oleh karena itu, walaupun sudah memiliki pelanggan

yang dianggap loyal, perusahaan harus tetap menjaga dan memperhatikan

loyalitas pelanggan agar pelanggan tidak berpindah merek

Menurut Mowen dan Minor (2002), loyalitas merek didefinisikan sebagai

tingkatan di mana pelanggan memiliki sikap positif terhadap suatu merek, serta

memiliki komitmen dan cenderung untuk terus melanjutkan membeli produk

dengan suatu merek tertentu di masa yang akan datang. Ukuran ini mampu

memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke

merek lain (brand switching) yang ditawarkan oleh kompetitor, terutama jika pada

merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun atribut

lainnya.

Loyalitas merek sangat berpengaruh terhadap kerentanan pelanggan untuk

berpindah merek. Apalagi dewasa ini, pelanggan memiliki tuntutan nilai yang

jauh lebih besar dan beragam karena pelanggan dihadapkan pada berbagai pilihan

produk, sehingga loyalitas merek bukanlah hal yang mudah untuk dikelola oleh

perusahaan. Loyalitas merek sangat penting dan berkaitan erat dengan kinerja

perusahaan di masa yang akan datang.

PT. Sinar Sosro bukan hanya sebagai pabrik minuman teh botol siap saji

pertama di Indonesia tetapi juga di dunia. Atas kinerja mereknya yang hebat,

TehBotol Sosro berhasil meraih berbagai penghargaan penghargaan.

Tabel 1.3

Market Share Teh dalam Kemasan Siap Minum Tahun 2006-2010

2006 2007 2008 2009 2010

No Merek

Market Share (%)

Market Share (%)

Market Share (%)

Market Share (%)

Market Share (%)

1. TehBotol Sosro

81,5 79,2 77,7 72,0 70,8

2. Frestea 5,3 6,2 5,1 4,1 5,3 3. Fruit Tea 5,3 4,0 2,5 3,5 2,3 4. Tekita 3,3 1,9 1,7 5. Teh Kotak 1,5 3,4 4,1 3,8 8,0 6. Teh Botol

Bintang Sobo - - - 4,8 -

7. S-Tea - - - - 1,5 6. Lainnya 3,1 5,3 8,9 11,8 12,1

Sumber: SWA No.15/ XXII/ Juli-Agustus 2006; SWA No.16/ XXII/ Juli-Agustus 2007; SWA No.18/ XXVI/ Agustus-September 2008; SWA No.16/ XXV/ Juli-Agustus 2009; SWA No.15/ XXVI/ Juli 2010

Meskipun TehBotol Sosro dinyatakan sebagai merek peraih Top Brand

dan Best Brand selama beberapa tahun berturut-turut dan berhasil menguasai

pangsa pasar terbesar untuk kategori ready to drink tea, namun berdasarkan tabel

di atas terlihat adanya penurunan market share yang cukup signifikan dari tahun

2006-2010. Adanya penurunan market share sebesar 10,7% selama kurun waktu

5 tahun berturut-turut mengindikasikan terjadinya brand switching pada merek

TehBotol Sosro, sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “faktor-

faktor apa sajakah yang mempengaruhi konsumen melakukan brand switching

dari TehBotol Sosro ke minuman teh dalam kemasan siap minum merek lain“.

Selanjutnya, untuk menjawab masalah penelitian tersebut, akan digunakan

pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut:

1. Apa pengaruh efektivitas iklan pesaing terhadap perilaku perpindahan merek?

2. Apa pengaruh perilaku mencari variasi terhadap perilaku perpindahan merek?

2. TELAAH PUSTAKA

2.1 Loyalitas Merek

Loyalitas merek adalah sikap menyenangi suatu merek yang

direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek tersebut

sepanjang waktu (Sutisna, 2003). Ferrel, et al (dalam Noviandra, 2006)

memahami loyalitas merek sebagai suatu perilaku positif terhadap suatu merek

yang mendorong konsumen untuk secara konsisten membeli merek tersebut ketika

mereka membutuhkan kategori produk tersebut. Menurut Lamb, dkk (2001),

loyalitas merek merupakan preferensi konsisten pada suatu merek melebihi merek

lainnya, sedangkan Peter dan Olson (2000) memahami loyalitas merek sebagai

komitmen internal untuk membeli dan membeli ulang suatu merek tertentu.

Mowen dan Minor (2002) menyebutkan, terdapat lima kategori loyalitas

merek, antara lain:

1. Kesetiaan yang tidak terbagi: A A A A A A A A.

2. Peralihan sewaktu-waktu: A A B A A A C A A D A.

3. Kesetiaan beralih: A A A A B B B B.

4. Kesetiaan yang terbagi: A A A B B A A B B B.

5. Ketidakacuhan merek: A B D C B A C D.

2.2 Perilaku Perpindahan Merek

Perpindahan merek merupakan gambaran beralihnya pengkonsumsian

konsumen atas suatu merek produk ke merek produk yang lain (Junaidi dan

Dharmmesta, 2002). Lin, et al (dalam Noviandra, 2006) menyatakan bahwa

perpindahan merek merupakan perilaku berkebalikan dari loyalitas merek. Lin, et

al menggambarkan struktur pasar dari pembelian ulang dan perpindahan merek.

Gambar 2.1

Model Dimensional dari Variabel Perilaku Perpindahan Merek

Sumber: Junaidi dan Dharmmesta (2002) dan dikembangkan untuk penelitian ini

2.3 Efektivitas Iklan Pesaing

Iklan merupakan alat promosi yang paling banyak digunakan untuk produk

konsumsi dan memiliki kemampuan yang cukup tangguh dalam mempengaruhi

konsumen, setidak-tidaknya alam kognitif konsumen akan terbius oleh bujuk rayu

iklan karena iklan dapat menebarkan virus bawah sadar yang dapat menumbuhkan

perilaku pembelian yang irrasional (Eka dan Saliman, 2001). Iklan adalah bentuk

komunikasi tidak langsung yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau

keuntungan suatu produk yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan

rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan

pembelian (Tjiptono, 2001), sedangkan Kotler (2005) menyatakan bahwa iklan

adalah semua bentuk penyajian nonpersonal, promosi ide-ide, promosi barang

atau jasa yang dilakukan oleh sponsor tertentu yang harus dibayar.

Shultz dan Tannebaun (dalam Shimp, 2003) menyatakan bahwa iklan yang

efektif adalah iklan yang mendapat perhatian dan diingat serta membuat orang

bertindak untuk melakukan pembelian. Hsu dan Chang (dalam Ermayanti, 2006)

berpendapat bahwa “...advertising provides incentives and stimuli for consumer to

switch brands” yang berarti periklanan memberikan perangsang dan pendorong

bagi konsumen untuk berpindah merek, dan menyatakan bahwa “Consumer with

different levels of advertising perceptions have various possibilities to switch

brands” yang artinya adalah konsumen dengan tingkat persepsi periklanan yang

berbeda mempunyai berbagai macam keungkinan untuk berpindah merek. Jadi,

iklan pesaing yang lebih efektif akan semakin mendorong konsumen untuk

membeli produk pesaing.

Perilaku Perpindahan

Merek

Keinginan berpindah ke merek lainnya

Lebih memilih merek yang lain

H1: Semakin tinggi efektivitas iklan pesaing maka semakin tinggi perilaku

perpindahan merek

Gambar 2.2

Model Dimensional dari Variabel Efektivitas Iklan Pesaing

Sumber: Shultz dan Tannebaun (dalam Shimp, 2003)

2.4 Perilaku Mencari Variasi (Variety Seeking)

Variety seeking adalah perilaku dari konsumen yang berusaha untuk

mencari keberagaman merek di luar kebiasaannya karena tingkat keterlibatan

beberapa produk rendah (Sulistiyani, 2006). Tujuan konsumen mencari

keberagaman produk adalah untuk mencapai suatu sikap terhadap sebuah merek

yang menyenangkan (Sulistiyani, 2006). Tujuan lain perilaku variety seeking

dapat berupa hanya sekedar mencoba sesuatu yang baru atau mencari suatu

kebaruan dari sebuah produk (Keaveney, 1995).

Menurut Van Trijp, et al (dalam Junaidi dan Dharmmesta, 2002),

perpindahan merek yang dilakukan konsumen disebabkan oleh pencarian variasi.

Mencari variasi pada suatu kategori produk oleh konsumen merupakan suatu

sikap konsumen yang ingin mencoba merek lain dan memuaskan rasa

penasarannya terhadap merek lain serta diasosiasikan sebagai keinginan untuk

berganti dari kebiasaan. Bahkan Kahn, et al (dalam Keaveney, 1995) juga

menyatakan bahwa brand switching dapat disebabkan oleh perilaku mencari

keberagaman. Konsumen yang dihadapkan dengan berbagai variasi produk

dengan berbagai jenis merek dapat mempengaruhi konsumen untuk mencoba-

Efektivitas Iklan

Pesaing

Iklan pesaing mudah diingat oleh konsumen

Iklan pesaing mampu menarik perhatian konsumen

Iklan pesaing mampu membangkitkan keinginan konsumen

untuk membeli produknya

coba berbagai macam produk dan merek sehingga konsumen tidak akan

sepenuhnya setia pada suatu merek.

H2: Semakin tinggi perilaku mencari variasi maka semakin tinggi perilaku

perpindahan merek

Gambar 2.3

Model Dimensional dari Variabel Perilaku Mencari Variasi

Sumber: Sutisna (2003), Keaveney (1995), Amir (2005)

Gambar 2.4

Kerangka Pemikiran Teoritis

sumber: dikembangkan untuk penelitian ini

Perilaku Mencari Variasi

Rasa bosan

Adanya perbedaan antar merek

Keinginan untuk mencoba merek lain

Perilaku Perpindahan

Merek

Efektifitas Iklan Pesaing

Perilaku Mencari Variasi

X1

X2

Y H1

H2

3. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data primer dalam penelitian ini meliputi data hasil penyebaran kuesioner

dan wawancara dengan responden. Data sekunder yang ada dalam penelitian ini

adalah data mengenai market share teh siap minum dalam kemasan tahun 2006-

2010 dari majalah SWA No.15/ XXII/ Juli-Agustus 2006, No.16/ XXII/ Juli-

Agustus 2007, No.18/ XXVI/ Agustus-September 2008, No.16/ XXV/ Juli-

Agustus 2009 dan No.15/ XXVI/ Juli 2010.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel dependen yaitu variabel yang nilainya tergantung dari variabel

lain, di mana nilainya akan berubah jika variabel yang mempengaruhinya

berubah (Ferdinand, 2006). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Perilaku Perpindahan Merek (Y). Variabel independen adalah variabel yang

mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang

pengaruhnya negatif (Ferdinand, 2006). Variabel independen dalam penelitian ini

terdiri dari Efektivitas Iklan Pesaing (X1) dan Perilaku Mencari Variasi (X2).

3.3 Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa,

hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang yang menjadi pusat

perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian

(Ferdinand, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang yang

pernah mengkonsumsi TehBotol Sosro dan telah beralih ke merek lain serta

berdomisili di Semarang. Ferdinand (2006) mengatakan, sampel adalah subset

dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi. Subset ini diambil karena

dalam banyak kasus tidak mungkin kita meneliti seluruh anggota populasi, oleh

karena itu kita membentuk sebuah perwakilan populasi yang disebut sampel.

Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah dengan non probability

sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk dijadikan sampel. Pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik purposive sampling, di mana sampel yang diambil

berdasarkan kriteria atau pertimbangan yang ditentukan sendiri oleh peneliti.

Responden yang dipilih adalah orang yang pernah mengkonsumsi TehBotol Sosro

dan telah berpindah ke merek yang lain, serta berdomisili di Semarang.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus:

n = 2

2

)(4 Moe

Z............................................................................................... (3.1)

Keterangan:

n = Jumlah sampel

Z = Tingkat distribusi normal pada taraf signifikan 5% = 1,96

Moe = Margin of Error, yaitu tingkat kesalahan maksimal pengambilan sampel

yang masih dapat ditoleransi atau yang diinginkan

Bila margin of error sebesar 10%, maka jumlah sampel minimal yang

dapat diambil sebesar :

n = 2

2

)10,0(4

96,1

n = 96,04 atau 96

Berdasarkan hasil perhitungan maka jumlah sampel yang digunakan

adalah sekitar 96 responden.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan 3 cara,

yaitu: kuesioner, studi pustaka dan wawancara. Kuesioner dibuat dengan

menggunakan pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup, Jawaban yang

diberikan oleh responden kemudian diberi skor dengan skala 1 yang menunjukkan

sangat tidak setuju sampai dengan 10 yang semakin menunjukkan sangat setuju

terhadap pernyataan yang tercantum dalam kuesioner.

Studi pustaka adalah suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dari

buku-buku dan literatur-literatur lain yang berhubungan dengan materi penelitian,

sedangkan wawancara adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan

pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999).

Metode ini digunakan karena peneliti membutuhkan data yang bersifat kompleks

dan sensitif yaitu mengenai alasan responden berpindah dari TehBotol Sosro ke

merek lain, yang kemungkinan jika hanya melalui kuesioner, akan kurang

memperoleh tanggapan dari responden.

3.5 Metode Analisis

Analisis terhadap data yang diperoleh berupa analisis kuantitatif dan

kualitatif. Analisis kuantitatif meliputi uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi

klasik, uji regresi berganda, uji hipotesis dan uji kelayakan model melalui uji

anova dan nilai adjusted R square. Analisis kualitatif merupakan interpretasi data

yang diperoleh dalam penelitian serta hasil pengolahan data yang sudah

dilaksanakan dengan memberi keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data

4.1.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Valid berarti instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak

diukur (Ferdinand, 2006). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini (content

validity) menggambarkan kesesuaian sebuah pengukur data dengan apa yang akan

diukur (Ferdinand, 2006). Hasil uji validitas pada indikator-indikator penelitian

ini terdapat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Uji Validitas

Variabel Indikator r Hitung r Tabel Keterangan 1 0,5480 0,2006 Valid 2 0,6040 0,2006 Valid Efektifitas Iklan Pesaing 3 0,6110 0,2006 Valid 1 0,6170 0,2006 Valid 2 0,7120 0,2006 Valid Perilaku Mencari Variasi 3 0,5070 0,2006 Valid 1 0,7920 0,2006 Valid Perilaku Perpindahan

Merek 2 0,7920 0,2006 Valid Sumber: data primer yang diolah, 2011

Berdasarkan pengujian pada tabel uji validitas di atas, diketahui bahwa

nilai r hitung dari semua indikator lebih besar dari nilai r tabelnya. Oleh karena

itu, dapat disimpulkan bahwa semua indikator dalam penelitian ini adalah valid.

Reliabilitas atau kepercayaan mengandung pengertian apakah sebuah

instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke

waktu. Jadi, kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu instrumen pengukuran

adalah konsistensi, atau tidak berubah-ubah (Sugiyono, 2004). Hasil uji

reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2

Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha Cut of Value Keterangan

Efektivitas Iklan Pesaing

0,758 0,600 Reliabel

Perilaku Mencari Variasi

0,774 0,600 Reliabel

Perilaku Perpindahan Merek

0,884 0,600 Reliabel

Sumber: data primer yang diolah, 2011

Berdasarkan pengujian pada tabel uji reliabilitas, diketahui bahwa semua

variabel mempunyai nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,600. Maka dapat

disimpulkan bahwa keseluruhan variabel dalam penelitian ini adalah reliabel.

4.1.2 Uji Asumsi Klasik

4.1.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Uji normalitas menghasilkan grafik normal probability plot yang tampak

pada gambar 4.1:

Gambar 4.1

Grafik Normal Probability Plot

Sumber: data primer yang diolah, 2011

Grafik normal probability plot menunjukkan bahwa data menyebar di

sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas. Selain itu, untuk memperkuat hasil analisis grafik

normal probability plot, dapat dilakukan uji statistik yaitu dengan menggunakan

uji Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 4.3

Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 96

Mean .0000000 Normal Parametersa

Std. Deviation .54256678

Absolute .092

Positive .084

Most Extreme Differences

Negative -.092

Kolmogorov-Smirnov Z .903

Asymp. Sig. (2-tailed) .389

a. Test distribution is Normal. Sumber: data primer yang diolah, 2011

Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov yang ditampilkan dalam tabel

4.10 di atas, terlihat bahwa tingkat signifikansi berada pada 0,389, karena 0,389 >

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data residual terdistribusi normal. Hal ini

konsisten dengan hasil uji grafik normal probability plot.

4.1.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel-variabel bebas (Ghozali, 2001). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

Hasil uji multikolinearitas tentang jawaban responden menunjukkan nilai

VIF dan angka Tolerance seperti yang tampak pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4

Nilai Tolerance dan VIF

Sumber: data primer yang diolah, 2011

Tabel 4.5

Matriks Korelasi Variabel Independen

Sumber: data primer yang diolah, 2011

Berdasarkan hasil pengolahan SPSS pada tabel 4.4, dapat diketahui bahwa

tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 dan

nilai VIF disekitar angka 1 serta tidak lebih dari 10. Pada tabel 4.5 terlihat bahwa

variabel bebas memiliki nilai korelasi sebesar 60,2%. Nilai korelasi tersebut masih

bisa ditolerir karena korelasi ini masih di bawah 95% maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi

pada penelitian ini.

4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan yang

lain (Ghozali, 2001).

Coefficientsa

Collinearity Statistics Model Tolerance VIF

x1 .638 1.567 1

x2 .638 1.567

a. Dependent Variable: y

Coefficient Correlationsa

Model x2 x1

x2 1.000 -.602 Correlations

x1 -.602 1.000

x2 .007 -.004

1

Covariances

x1 -.004 .008

a. Dependent Variable: y

Gambar 4.2

Grafik Scatterplot

Sumber: data primer yang diolah, 2011

Berdasarkan grafik scatterplot dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang

jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu y, maka

dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain itu, untuk

memperkuat hasil analisis grafik scatterplot, dapat dilakukan uji statistik yaitu

dengan menggunakan uji Park.

Tabel 4.6

Uji Park

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) -1.472 2.325 -.633 .528

x1 .473 .366 .165 1.291 .200

1

x2 -.556 .351 -.203 -1.583 .117

a. Dependent Variable: LN_RES2 Sumber: data primer yang diolah, 2011

Berdasarkan hasil uji Park yang ditampilkan dalam tabel 4.6 di atas,

terlihat bahwa koefisien parameter untuk variabel independen tidak ada yang

signifikan maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat

Heteroskedastisitas. Hal ini konsisten dengan hasil uji scatterplots.

4.1.3 Uji Regresi Berganda

Uji regresi berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh antara

variabel independen (efektivitas iklan pesaing dan perilaku mencari variasi)

terhadap variabel dependen yaitu perilaku perpindahan merek.

Tabel 4.7

Uji Regresi Berganda

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 1.354 .558 2.428 .017

x1 .312 .088 .297 3.550 .001

1

x2 .550 .084 .547 6.535 .000

a. Dependent Variable: y Sumber: data primer yang diolah, 2011

Berdasarkan hasil tersebut, persamaan regresi yang diperoleh adalah

sebagai berikut:

Y = 0,297 X1 + 0,547 X2 ................................................................................. (4.1)

Keterangan:

Y = Perilaku Perpindahan Merek

X1 = Efektivitas Iklan Pesaing

X2 = Perilaku Mencari Variasi

Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat diartikan bahwa:

1. Variabel efektivitas iklan pesaing (X1) mempunyai pengaruh yang positif

terhadap perilaku perpindahan merek (Y) sebesar 0,297.

2. Variabel perilaku mencari variasi (X2) mempunyai pengaruh yang positif

terhadap perilaku perpindahan merek (Y) sebesar 0,547.

4.1.4 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t. Uji t

dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen

(efektivitas iklan pesaing dan perilaku mencari variasi) secara individual dalam

menerangkan variabel dependen (perilaku perpindahan merek).

4.1.4.1 Hipotesis Pertama

Berdasarkan hasil pengujian statistik yang disajikan pada Tabel 4.7, dapat

diketahui bahwa nilai thitung pada variabel efektifitas iklan pesaing (X1) adalah

sebesar 3,550 dengan tingkat signifikansi 0,001. Oleh karena 3,550 > 1,9855 dan

0,001 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa variabel

efektivitas iklan pesaing berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku

perpindahan merek. Jadi, semakin tinggi efektivitas iklan pesaing maka semakin

tinggi perilaku perpindahan merek, dengan demikian hipotesis pertama yang

diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.

4.1.4.2 Hipotesis Kedua

Berdasarkan hasil pengujian statistik yang disajikan pada Tabel 4.7, dapat

diketahui bahwa nilai thitung pada variabel perilaku mencari variasi (X2) adalah

sebesar 6,535 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena 6,535 > 1,9855 dan

0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa variabel

perilaku mencari variasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku

perpindahan merek. Jadi, semakin tinggi perilaku mencari variasi maka semakin

tinggi perilaku perpindahan merek, dengan demikian hipotesis kedua yang

diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.

4.1.5 Uji Kelayakan Model

4.1.5.1 Uji Anova

Uji anova yaitu suatu uji untuk mengetahui kelayakan model regresi yang

digunakan.

Tabel 4.8

Uji Anova

ANOVA b

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 39.219 2 19.609 65.211 .000a

Residual 27.966 93 .301

1

Total 67.185 95

a. Predictors: (Constant), x2, x1

b. Dependent Variable: y Sumber: data primer yang diolah, 2011

Berdasarkan hasil uji anova pada Tabel 4.8, dapat diketahui bahwa Fhitung

sebesar 65,211 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,000. Oleh karena 65,211 >

3,09 dan 0,000 < 0,05 maka model regresi yang digunakan layak untuk

memprediksi perilaku perpindahan merek (Y).

4.1.5.2 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel independen.

Tabel 4.9

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 .764a .584 .575 .54837

a. Predictors: (Constant), x2, x1

b. Dependent Variable: y Sumber: data primer yang diolah, 2011

Berdasarkan tabel di atas, nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 0,575. Hal

ini berarti 57,5% variasi dari perilaku perpindahan merek bisa dijelaskan oleh

variabel independen yang digunakan dalam persamaan regresi, sedangkan sisanya

yaitu sebesar 42,5% dijelaskan atau diprediksi oleh variabel lain di luar variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini.

4.2 Analisis Angka indeks

Teknik analisis indeks dilakukan untuk menggambarkan persepsi

responden atas item-item pertanyaan yang diajukan. Teknik skoring yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah minimum 1 dan maksimum 10, maka

perhitungan indeks jawaban responden dilakukan dengan rumus berikut:

Nilai indeks = ((%F1x1) + (%F2x2) + (%F3x3) + (%F4x4) + (%F5x5) + (%F6x6)

+ (%F7x7) + (%F8x8) + (%F9x9) + (%F10x10)) / 10 ..............(4.1)

Keterangan: F1 adalah frekuensi responden yang menjawab 1, F2 adalah

frekuensi responden yang menjawab 2, dan seterusnya, hingga F10

adalah frekuensi responden yang menjawab 10 dari skor yang

digunakan dalam daftar pertanyaan.

Penelitian ini menggunakan kriteria tiga kotak (Three-box Method), maka

rentang 90 dibagi tiga akan menghasilkan rentang sebesar 30, yang akan

digunakan sebagai dasar interpretasi nilai indeks yang dalam contoh ini adalah

sebagai berikut:

10,00-40,00 = Rendah, 40,01-70,00 = Sedang, 70,01-100 = Tinggi

Tabel 4.10

Indeks Efektivitas Iklan Pesaing

Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Efektivitas Iklan Pesain Indiktor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Nilai

Indeks

Iklan pesaing mudah diingat oleh konsumen

0 1 0 1 19 34 38 3 0 0 96 59,50

Iklan pesaing mampu menarik perhatian konsumen

0 0 0 0 9 24 41 22 0 0 96 65,20

Iklan pesaing mampu membangkitkan keinginan konsumen untuk membeli produknya

0 0 1 2 12 31 35 13 2 0 96 62,40

Total 0 1 1 3 40 89 114 38 2 0 288 62,37 Sumber: data primer yang diolah, 2011

Tabel 4.11

Indeks Perilaku Mencari Variasi

Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Perilaku Mencari Variasi Indikator

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Nilai

Indeks

Rasa bosan

0 0 1 0 1 7 24 37 23 3 96 75,1

Adanya perbedaan antar merek

0 0 0 1 0 5 16 46 26 2 96 76,8

Keinginan untuk mencoba merek lain

0 0 0 0 1 7 35 32 20 1 96 73,8

Total 0 0 1 1 2 19 75 115 69 6 288 75,23 Sumber: data primer yang diolah, 2011

Tabel 4.12

Indeks Perilaku Perpindahan Merek

Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Perilaku Perpindahan Merek Indikator

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Nilai

Indeks

Keinginan berpindah ke merek lainnya

0 0 0 1 1 6 39 41 8 0 96 71.80

Lebih memilih merek yang lain

0 0 0 0 1 5 23 41 25 1 96 75.90

Total 0 0 0 1 2 11 62 82 33 1 192 73,85 Sumber: data primer yang diolah, 2011

Berdasarkan tabel 4.10, 4.11 dan 4.12 dapat ditarik kesimpulan bahwa

variabel efektivitas iklan pesaing memiliki indeks yang sedang di mata reponden,

sedangkan variabel perilaku mencari variasi dan perilaku perpindahan merek

memiliki indeks yang tinggi di mata reponden.

5. PENUTUP

5.1 Simpulan

Berikut ini merupakan simpulan dari masing-masing hipotesis:

1. Hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa semakin tinggi efektivitas

iklan pesaing maka semakin tinggi perilaku perpindahan merek, terbukti

kebenarannya. Hal ini berarti efektivitas iklan pesaing merupakan salah satu

faktor yang menentukan perilaku konsumen TehBotol Sosro berpindah ke teh

dalam kemasan siap minum merek lain. Persaingan dalam dunia periklanan

membuka peluang bagi iklan pesaing untuk memberikan pesan-pesan yang

efektif yang dapat mempengaruhi konsumen yang loyal terhadap sebuah merek

untuk berpindah merek (Kotler, 2005). Pesan-pesan tersebut dapat merintangi

kemampuan konsumen untuk mengingat informasi sebuah merek yang

sebelumnya telah melekat di benak konsumen tersebut. Jadi, apabila iklan

pesaing lebih mudah dingat, menarik dan membuat konsumen merasa ingin

mencoba produk tersebut maka iklan tersebut dapat membuat konsumen yang

bersangkutan melakukan perpindahan merek. Hal ini terjadi karena iklan

pesaing dapat membuat konsumen menjadi penasaran sehingga memicu

mereka untuk mencoba produk yang ditawarkan oleh pesaing. Iklan TehBotol

Sosro dinilai responden kurang kreatif dan inovatif serta cenderung monoton,

sehingga walaupun TehBotol Sosro merupakan sebuah produk yang telah

cukup lama dikenal oleh masyarakat, namun sayangnya. iklan TehBotol Sosro

belum bisa menjadi Top of Mind dalam benak konsumen. Hal ini juga

dipengaruhi oleh kurangnya intensitas penayangan iklan TehBotol Sosro,

sehingga responden cenderung lebih mudah mengingat iklan teh dalam

kemasan siap minum merek lain yang memiliki frekuensi penayangan yang

lebih banyak, terutama melalui media televisi.

2. Hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa semakin tinggi perilaku mencari

variasi maka semakin tinggi perilaku perpindahan merek, terbukti

kebenarannya. Hal ini berarti perilaku mencari variasi merupakan salah satu

faktor yang menentukan perilaku konsumen TehBotol Sosro berpindah ke teh

dalam kemasan siap minum merek lain. Hal ini dapat terjadi karena konsumen

merasa bosan, menemukan perbedaan yang signifikan pada merek lain dan

ingin mencoba merek lain yang lebih bervariasi sehingga memicu konsumen

untuk berpindah ke merek lain. Menurut Kahn, et al (dalam Keaveney, 1995),

brand switching dapat disebabkan oleh perilaku mencari keberagaman (variety

seeking). Konsumen yang dihadapkan dengan berbagai variasi produk dengan

berbagai jenis merek dapat mempengaruhi konsumen untuk mencoba-coba

berbagai macam produk dan merek sehingga konsumen tidak akan sepenuhnya

setia pada suatu merek. Banyaknya varian rasa, aroma, kemasan serta manfaat

yang ditawarkan oleh produk minuman teh dalam kemasan siap minum merek

lain membuat para responden berpindah dari TehBotol Sosro ke merek teh

dalam kemasan siap minum merek lain.

5.2 Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan yang diperoleh, maka

diajukan beberapa implikasi manajerial yang dapat diterapkan bagi

pengembangan kebijakan pemasaran TehBotol Sosro antara lain:

Tabel 5.2

Implikasi Manajerial

No Variabel Temuan Penelitian Implikasi Manajerial Kemasan iklan Senantiasa menghadirkan iklan yang

dikemas dengan kreatif, lucu, unik, menarik dan beda agar mudah diingat oleh konsumen dan tentunya dengan penambahan-penambahan efek iklan yang fantastis agar lebih dramatis sehingga lebih membuat konsumen terdorong untuk mengkonsumsi TehBotol Sosro. Selain itu, ada baiknya TehBotol Sosro mulai menampilkan iklan yang lebih fresh, segar dan lebih “berjiwa muda”, misalnya dengan menampilkan endorser yang masih muda, menarik dan energik karena sebagian besar konsumen TehBotol Sosro adalah anak muda. Hal ini terlihat dari jumlah responden terbanyak berusia 16-25 tahun

Frekuensi penayangan iklan televisi

TehBotol Sosro perlu meningkatkan frekuensi penayangan iklannya, terutama iklan di televisi karena para responden mengaku jarang melihat iklan TehBotol Sosro, terutama di televisi, sehingga responden cukup kesulitan untuk mengingat iklan TehBotol Sosro.

Isi iklan Sebaiknya TehBotol Sosro memperbaiki kualitas isi iklannya karena banyak responden yang mengaku bahwa mereka belum mengetahui bahwa TehBotol Sosro juga tersedia dalam kemasan pouch dan botol PET selain kemasan botol beling dan tetra pak, bahkan masih ada beberapa responden yang belum mengathui bahwa TehBotol Sosro telah mengeluarkan varian baru yaitu TehBotol Sosro Less Sugar. Hal ini menunjukkan bahwa iklan TehBotol Sosro kurang informatif. Tentu saja hal ini harus didukung dengan kuantitas penayangan iklan yang intensif.

1 Efektifitas Iklan

Inovasi terhadap ide iklan

Ada baiknya TehBotol Sosro selalu melakukan pembaruan terhadap ide iklan secara berkala agar iklannya tidak terkesan monoton dan masayarakat

tidak bosan. Adanya pembaruan terhadap ide iklan juga dapat menghilangkan image “tua” yang selama ini dipersepsikan konsumen terhadap produk TehBotol Sosro.

Tag line iklan Sebaiknya TehBotol Sosro perlu mengubah tag line iklannya yang berbunyi “Apa pun Makanannya, Minumnya Teh Botol Sosro”. Tag line ini membuat konsumen mempersepsikan bahwa TehBotol Sosro adalah minuman teh yang hanya untuk teman makan saja, tanpa menawarkan nilai atau manfaat lain dari minuman teh tersebut.

No Variabel Temuan Penelitian Implikasi Manajerial Inovasi Varian rasa dan aroma

Sebaiknya TehBotol Sosro mulai memikirkan untuk melakukan inovasi terhadap produknya, baik variasi rasa, maupun aroma. Minimnya variasi rasa yang ditawarkan oleh TehBotol Sosro membuat konsumen menjadi mudah bosan dan ingin mencoba variasi dari merek lain.

Rasa Teh Ada baiknya TehBotol Sosro mengkaji ulang proses pembuatan produk TehBotol Sosro, karena banyak responden yang mengaku kurang cocok dengan rasa TehBotol Sosro karena terlalu pahit dan pekat bila dibanding dengan minuman teh dalam kemasan siap minum merek lain

Inovasi Terhadap bahan-bahan campuran

TehBotol Sosro harus mulai berani untuk mencoba mengeksplorasi bahan-bahan lain untuk ditambahkan dalam produknya, selain dapat menambah varian rasa juga dapat menambah nilai dari minuman TehBotol Sosro itu sendiri, misalnya selain sebagai teman makan TehBotol Sosro juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.

2 Perilaku Mencari Variasi

Image produk Selain sudah terlalu lama dikenal oleh konsumen, kurangnya inovasi yang dilakukan oleh TehBotol Sosro membuat TehBotol Sosro dinilai sebagai merek yang ”tua” di benak konsumen. Ada baiknya TehBotol Sosro mengganti logo, memperbarui kemasan produknya, menambah variasi

rasa dan aromanya serta membuat iklan yang lebih masa kini.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Ada pun keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini hanya memfokuskan pada kajian 2 variabel yaitu efektivitas

iklan pesaing dan perilaku mencari variasi sehingga hanya mampu

menjelaskan 57,5% variasi perilaku perpindahan merek. Penambahan variabel

baru atau indikator baru perlu dilakukan dalam penelitian yang akan datang

agar dapat menghasilkan gambaran yang lebih luas tentang masalah penelitian

yang sedang diteliti.

2. Penelitian ini belum dapat menyajikan data market share TehBotol Sosro

untuk wilayah kota Semarang. Data yang dijadikan dasar penelitian adalah

data market share TehBotol Sosro untuk 7 (tujuh) kota besar di Indonesia

yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Balikpapan dan

Makasar, padahal penelitian ini hanya fokus pada masyarakat di kota

Semarang saja. Hal ini dikarenakan pihak manajemen TehBotol Sosro untuk

wilayah Semarang tidak mengijinkan data market share TehBotol Sosro untuk

wilayah Semarang dipublikasikan.

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David A, V Kumar dan George S. Day. 2001. Marketing Research. 7th Edition. New York: John Wiley and Sons

Amir, M Taufiq. 2005. Dinamika Pemasaran: Jelajahi dan Rasakan!. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Antón, Carmen, Carmen Camarero dan Mirtha Carrero. 2007. ”Analysing Firms’ Failures as Determinants of Consumer Switching Intentions”. European Journal of Marketing, Vol. 41, No. 1/2. p.135-158

Anwar, Chaula. 2007. ”Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen, Karakteristik Kategori Produk dan Kebutuhan Mencari Variasi Terhadap Keputusan Perpindahan Merek (Survey Produk Susu, Teh dan Kopi)”. Arthavidya, Tahun 8, No. 1, Febuari, h. 69-76

Asyhari. 2005 “Brand Switching: Studi Kasus pada Koperasi Sultan Agung Semarang”. Jurnal Riset Bisnis Indonesia, Vol. 1, No. 2, Juli, h. 117-126

Dharmmesta, Basu Swastha. 1999. “Loyalitas Pelanggan: Sebuah Kajian Konseptual sebagai Panduan bagi Peneliti”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 14, No. 3, h. 73-88

Djatmiko, Harmanto Edy. 2005. ”Pada Mulanya adalah Botol” Majalah SWA, Edisi XXI, No. 10, 12-25 Mei, h. 30-31

Dongoran, Johnson. 2001. “Loyalitas Merek pada Produk Tertentu”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Dian Ekonomi), Vol. VII, No. 2, September, h. 206-232

Eka, Rita dan AR Saliman. 2001. “Periklanan yang Efektif”. Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol. 8, No. 2, Juli, h. 193-209

Engel, James F dkk. 1994. Perilaku Konsumen Jilid 1. Edisi 6. Jakarta: Binarupa Aksara

Ermayanti S, Dwi. 2006. “Pengaruh Periklanan, Perubahan Harga dan Ketidakpuasan Konsumen Terhadap Keputusan Perpindahan Merek pada Konsumen Shampoo Sunsilk di Surabaya”. Jurnal Eksekutif, Vol. 3, No. 2, Agustus, h. 97-104

Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi. Semarang: Badan Penerbit UNDIP

Ferrinadewi, Erna. 2005. “Pengaruh Keterlibatan Konsumen Terhadap Kepercayaan Merek”. MODUS, Vol. 17, No. 2, h. 97-110

Ghozali, Imam. 2001. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP

Hendriani, Lis dan Akmar Afandi. 2008. “Ketika Saatnya Tiba.” Majalah MIX, No. 06, 16 Juni-13 Juli, h. 78-79

Indriantoro, Nur dan Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE UGM

Junaidi, Shellyana dan Basu Swastha Dharmmeta. 2002. “Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen, Karakteristik Kategori Produk dan Kebutuhan Mencari Variasi Terhadap Keputusan Perpindahan Merek”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 17, No. 1, h. 91-104

Keaveney, Susan M. 1995. “Customer Switching Behavior in Service Industries”. Journal of Marketing, Vol. 59, No.2, April, p. 71-82

Keller, Kevin Lane. 2003. Building, Measuring and Managing Brand Equity. 2nd Edition. New Jersey: Prentice Hall

Kertajaya, Hermawan. 2002. Marketing Plus 2000: Siasat Memenangkan Persaingan Global. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kotler, Philip. 1994. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian Jilid 2. Edisi 6. Jakarta: Erlangga

_____ . 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jakarta: Prehallindo

_____ . 2005. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Edisi 11. Jakarta: Indeks

Kotler, Philip dan Garry Amstrong. 2004. Dasar-dasar Pemasaran Jilid 1. Edisi 9. Jakarta: Indeks

Lamb, Charles W dkk. 2001. Pemasaran Jilid 1. Edisi 1. Jakarta: Salemba Empat

Majalah SWA Edisi XXII, No.15, Juli-Agustus 2006

Majalah SWA Edisi XXII, No.16, Juli-Agustus 2007

Majalah SWA Edisi XXVI, No.18, Agustus-September 2008

Majalah SWA Edisi XXV, No.16 Juli-Agustus 2009

Majalah SWA Edisi XXVI, No.15, Juli 2010

Mehta, Abilasha. 1994. “How Advertising Response Modeling (ARM) Can Increase Ad Effectiveness”. Journal of Advertising Research, Vol. 34, No. 3, May-June, p. 62-74

Mowen, John C dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Erlangga

_____ . 2002. Perilaku Konsumen Jilid 2. Edisi 5. Jakarta: Erlangga

Noviandra K, W Mahestu. 2006. ”Evaluasi Citra Produk dan Accessbility pada Perilaku Perpindahan Merek Pembelian Produk Pemutih Kulit”. MODUS, Vol. 18, No. 1, h. 62-72

Nugroho, Agung. 2009. ”Perencanaan Komunikasi Pemasaran Terpadu Teh Celup Sosro Januari-Desember 2010”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

Palupi, Dyah Hasto. 2009. “Pertarungan Elegan Merebut 500 T”. Majalah SWA, Edisi XXV, No. 4, 19 Februari-4 Maret, h.28-33

Peter, J Paul dan Jerry C. Olson. 1999. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Jilid 1. Edisi 4. Jakarta: Erlangga

_____ . 2000. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Jilid 2. Edisi 4. Jakarta: Erlangga

Prayitno, Sunarto. 1993. “Apakah Iklan Anda Efektif?”. Manajemen Usahawan Indonesia, Vol. XXII, No. 8, Agustus, h. 6-13

Rangkuti, Freddy. 2006. Measuring Customer Satisfaction: Teknik Mengukur dan Strategi Kepuasan Pelanggan Plus Analisis Kasus PLN-JP. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo

Shimp, Terrence A. 2003. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Erlangga

Shukla, Pauraf. 2004. “Effect of Product Usage, Satisfaction and Involvement on Brand Switching Behavior” . Asia Pacific Journal Marketing and Logistics, Vol. 16, No. 4, p. 82-104

Stanton, William. J. 1985. Prinsip Pemasaran Jilid 1. Edisi 7. Jakarta: Erlangga

Sudarmadi. 2005. ”Membangun Loyalitas Pelanggan” Majalah SWA, Edisi XXI, No. 02, 19 Januari-2 Februari, h. 46-50

_____ . 2009. ”Parade Merek-merek Orisinil” Majalah SWA, Edisi XXV, No. 10, 14-27 Mei, h. 28-56

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Sulistiyani, Tina. 2006. “Analisis Perilaku Brand SwitchingI Produk Air Minum Mineral di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. XVII, No. 3, Desember, h. 257-267

Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Swastha, Basu. 2009. Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty

Swastha, Basu dan Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty

Tjiptono, Fandy. 2001. Strategi Pemasaran. Edisi 2. Yogyakarta: Andi

Tjiptono, Fandy, Gregorius Chandra dan Dadi Adriana. 2008. Pemasaran Strategik. Edisi 1. Yogyakarta: Andi