ANALISIS PENGARUH BI RATE, INFLASI DAN JUMLAH...
Transcript of ANALISIS PENGARUH BI RATE, INFLASI DAN JUMLAH...
ANALISIS PENGARUH BI RATE, INFLASI DAN JUMLAH
UANG BEREDAR TERHADAP CAPITAL ADEQUECY RATIO
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENAWARAN KREDIT
MODAL KERJA BANK UMUM SWASTA NASIONAL
(Periode 2004 sampai dengan 2009) Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat- Syarat Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Disusun Oleh : Sesy Rizkiyanti Oktavia
106081002346
JURUSAN MANAJEMEN PERBANKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H / 2010 M
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal
3.1 Tabel Standar Kesesuaian (Fit) 42
4.1 Tabel Data BI Rate 48
4.2 Tabel Data Inflasi 49
4.3 Tabel Data JUB 51
4.4 Tabel Data CAR 52
4.5 Tabel Data Penawaran kredit 53
4.6 Hasil Korelasi 55
4.7 Pengaruh BI Rate, inflasi, JUB, ke CAR 59
4.8 Pengaruh BI Rate, inflasi, JUB, CAR ke Kredit 64
4.9 Pengujian pengaruh variable eksogen dan endogen 69
4.10 Hasil Uji goodness fit 70
4.11 Hasil Setelah Modifikasi 71
4.12 Hasil Perhitungan Setelah Triming 72
4.13 Hasil Korelasi 73
4.14 Hasil Uji Penaruh BI Rate, inflasi, JUB, ke CAR 75
4.15 Hasil Uji Pengaruh BI Rate, inflasi, JUB ke kredit 79
4.16 Rangkuman Dekomposisi 81
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Hal
2.1 Gambar Demand Inflation 12
2.2 Gambar Cosh Push Inflation 13
2.3 Gambar Paradigma Penelitian 27
2.4 Gambar Kerangka Pemikiran 29
3.1 Gambar Hubungan Kausal X1, X2, X3 ke Y 34
3.2 Gambar Hubungan Kausal X1,X2,X3 ke Z 35
3.3 Gambar Kausal pengaruh lansung dan tidak langsung 36
4.1 Gambar grafik BI Rate 50
4.2 Gambar grafik Inflasi 51
4.3 Gambar grafik Jumlah uang beredar 52
4.4 Gambar grafik Capital Adequecy Ratio 54
4.5 Gambar grafik Penawaran kredit 55
DAFTAR DIAGRAM
Nomor Keterangan Hal
4.6 Diagram Jalur Hasil Perhitungan 55
4.7 Diagram Jalur Subtruktur I 58
4.8 Diagram Jalur Subtruktur II 63
DAFTAR PUSTAKA
Agenor, P.R, J. Aizenman, dan A. Hoffmaister. “The Credit Crunch in East Asia : What Can Bank Excess Liquid Assets Tell Us?”, artikel diakses tanggal 9 November 2009, dari http://Papers.ssrn.com
Anggun E.A, Meisy. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Kredit UMKM di Indonesia tahun 1992-2007”, artikel diakses tanggal 10 November 2009, dari http://www.digilib.uns.ac.id/
Aryaningsih, Nyi Nyoman, ” pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Penghasilan terhadap Permintaan Kredit di PT. BPD Cabang Pembantu Kediri” Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora, 2008.
Bank Indonesia. “Kajian Stabilitas Keuangan No.13 September 2009”. Jakarta : Bank Indonesia. 2009.
Budisantoso, Totok. “Lembaga-lembaga Keuangan”, 2006.
Boediono, “Ekonomi Moneter” Edisi ke Tiga, BFE, Yogyakarta, 2001.
Francisca dan Hasan Sakti Siregar. “Pengaruh Faktor Internal Bank terhadap Volume Kredit pada Bank yang GO PUBLIC di Indonesia”, artikel diakses tanggal 15 November 2009, dari http://www.akuntansi.usu.ac.id
Ghozali, Imam. “Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi Dengan Program Amos 16.0”, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2008.
Hadad, Muliaman. “Fungsi Intermediasi Dalam Mendorong Sektor Riil”, artikel diakses tanggal 16 November 2009, dari http:// www.bi.go.id
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.
Harmanta dan Mahyus Ekananda. “Disintermediasi Fungsi Perbankan di Indonesia pasca Krisis 1997: Faktor Permintaan dan Penawaran Kredit, sebuah pendekatan dengan Model Diseqluibrium”, Buletin Ekonomi dan Moneter dan Perbankan, Juni 2005.
Ika, Maharani L, dkk. “Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”, artikel diakses tanggal 13 November 2009, dari http://www.epository.gunadarma.ac.id
Istiwiyono, Yoko, “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga Kredit Modal Kerja Terhadap Posisi Kredit Modal Kerja”. Skripsi FEIS UIN, 2009.
Judisseno, Rimsky. “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005
Kasmir. “Dasar-Dasar Perbankan”, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003.
Khalwaty, T. “Inflasi Dan Solusinya”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.2001.
Mankiw, Gregory. “Principles of Economics (Pengantar Ekonomi Mikro)”, Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Marsya, Amiranti. “Analisis Pengaruh Variabel Internal dan Eksternal Perbankan Terhadap Penawaran Kredit UMKM”. Skripsi sarjana FISIP UI, Jakarta. 2009.
Meydianawathi, Luh Gede, “Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia”, Buletin Studi Ekonomi Volume 12 Nomor 2 Tahun 2007.
Miskhin, Fredric S. “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan”, Edisi 8 Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Nanga, Muana. “Teori, Masalah, dan Kebijakan”, Rajawali Gravindo, Jakarta, 2005.
Pariyo. “Variabel Makro Ekonomi yang mempengaruhi Penghimpunan Dana Pihak Ketiga”, Universitas Indonesia, Jakarta, 2004.
Republik Indonesia. “Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan”, Jakarta, 1998.
Rodoni, Ahmad dan Indoyama N. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Center for Sosial Economics Studies, Jakarta, 2007.
Samuelson dan Nordhaus. “Ilmu Makroekonomi”, Edisi Tujuh Belas, PT. Media Global Edukasi, Jakarta. 2004
Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2004.
Susilo, dkk. “Bank & Lembaga Keuangan Lain”, Salemba Empat, Jakarta, 2000.
Warjiyo, Perry. “Stabilitas Sistem Perbankan dan Kebijakan Moneter”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Bank Indonesia, Jakarta, 2004
Wibowo, Arief.. “Pengaruh Jumlah Penghimpunan dana Bank, Suku Bunga Kredit Modal Kerja, dan Tingkat Laju Inflasi Terhadap Jumlah Alokasi Kredit Modal Kerja pada Bank-Bank Umum di Indonesia”, Skripsi sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. 2007.
Zeta Ersha “ Pengaruh Inflasi dan jumlah uang beredar terhadap penawaran kredit Bank”, Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi STEKPI, 2008.
www.bi.go.id
www.wikipedia.com
Abstract
The purpose of this study is to analyze how much the variables in the BI Rate, Inflation and Money Supply Against Capital Adequecy Ratio (CAR) and Their Implication To Offer Credit National Private Banks. This study uses secondary data from January 2004 until December 2009 by using the data results of the publication of Bank Indonesia. And supported literature study by collecting data in accordance with the scope of discussion. The analytical tool used in this research is Path Analysis. Path analysis can show direct and indirect relationships between exogenous and endogenous variables.Results obtained in this study divided into two parts. First, the test results of sub structure I shows the BI Rate, inflation and money supply have a significant influence on the CAR of 0.670. second, the test results of sub structure II shows the BI Rate, inflation and money supply have a significant influence on credit supply by 0,977. Keywords : BI Rate, Inflation, money supply, Capital Adequecy Ratio and Loan Offers.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis seberapa besar variabel BI Rate, Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Capital Adequecy Ratio( CAR) Serta Implikasinya Terhadap Penawaran Kredit Pada Bank Umum Swasta Nasional. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Januari 2004 sampai dengan Desember 2009 dengan memanfaatkan data-data hasil publikasi Bank Indonesia. Serta ditunjang studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan data yang sesuai dengan ruang lingkup pembahasan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Jalur. Analisis Jalur dapat memperlihatkan hubungan langsung dan tidak langsung antara variabel eksogen dan endogen. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama, hasil pengujian sub struktur I menunjukkan BI Rate, inflasi dan jumlah uang beredar memiliki pengaruh signifikan terhadap CAR sebesar 0,670. kedua, hasil pengujian sub struktur II menunjukkan BI Rate, inflasi dan jumlah uang beredar memiliki pengaruh signifikan terhadap penawaran kredit sebesar 0,977.
Kata kunci : BI Rate, Inflasi, Jumlah uang beredar, Capital Adequecy Ratio dan Penawaran Kredit
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas kekuatan yang diberikan Allah padaku untuk bisa berjuang menyelesaikan amanah dan segala kewajibanku sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh BI Rate, Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Capital Adequecy Ratio( CAR) dan Implikasinya Terhadap Penawaran Kredit Pada Bank Umum Swasta Nasional”. Skripsi ini tersusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan Skripsi ini penulis mengalami banyak kesulitan, namun dengan support dan bantuan dari berbagai pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan meski masih jauh dari kesempurnaan.
Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Papaku Ahmad Subandi, SH dan Mamaku Ayoh tercinta yang selalu menguatkan
diriku dengan do’a, yang selalu memberiku kasih sayang, semangat, serta menasehatiku dan membimbingku untuk keberhasilan dalam segala hal.
2. Seluruh Adik-adiku Hana dan Melia yang turut memberikan semangatnya. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala senantiasa melindungi dan memberikan kebahagiaan kepada mereka, Amin.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sekaligus Dosen Pembimbing I, terima kasih atas bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, Pudek I Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selalu memberikan arahan dan nasihat, terima kasih atas nasihat dan saran-saran yang berharga kepada penulis.
5. Bapak Indoyama Nasarudin, MAB, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selalu memberikan arahan dan nasihat, terima kasih atas nasihat dan saran-saran yang berharga kepada penulis.
6. Bapak Arief Mufraini Lc. Msi. selaku dosen mata kuliah, seminar perbankan dan sekaligus dosen pembimbing II, terima kasih atas bimbingan, motivasi dan arahan yang berharga kepada penulis sehingga menjadi pengalaman yang tak terlupakan di hati penulis.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah khususnya jurusan Manajemen yang telah memberikan Ilmu yamg sangat berharga bagi saya pribadi..
8. Seluruh Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
9. Sahabat-sahabatku di kampus khususnya Mia Wahyuni, Hana Rosdiana, Wulan
Effendi, Arlinda dan Nunita yang selalu bersamaku. 10. Seluruh teman-teman di kelas Manajemen A 2006 dan Manajemen Perbankan A
terima kasih atas kebesamaannya selama ini khususnya Rudi. Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh balasan rahmat
dan karunia dari Allah SWT, Amien. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak menutup kemungkinan bila skripsi ini masih banyak kekurangan.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat membuka jalanku untuk meraih cita-cita. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, November 2010
Sesy Rizkiyanti Oktavia
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi………………………………………………... i
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................ ii
Abstract ...................................................................................................... iii
Abstrak ....................................................................................................... iv
Kata Pengantar ........................................................................................... v
Daftar Isi ..................................................................................................... viii
Daftar Tabel ............................................................................................... xi
Daftar Gambar ........................................................................................... xiii
Daftar Diagram……………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 8
A. Lembaga Keuangan ...................................................................... 8
B. BI Rate……………………………………………………………. 10
C. Inflasi…………………………………………………………….. 12
D. Jumlah Uang Beredar……………………………………………. 17
E. Capital Adequecy Ratio………………………………………….. 18
F. Penawaran Kredit………………………..……………………….. 20
G. Penelitian Terdahulu ………………………………………………26
H. Paradigma Penelitian ....................................................................29
I. Kerangka Pemikiran .....................................................................30
J. Hipotesis ........................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 34
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 34
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................... 34
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 35
D. Metode Analisis ........................................................................... 35
E. Operasional Variabel .................................................................... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 50
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................... 50
B. Penemuan dan Pembahasan .......................................................... 51
1. Analisis Deskriptif ..................................................................... 51
2. Analisis Jalur…………...………………………………………. 57
3. Uji Kesesuaian Model ............................................................... 75
C. Analisis Jalur Setelah Trimming…………………………………. 78
D. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung……………………….. 89
E. Interpretasi……………………………………………………….. 91
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................... 94
A. Kesimpulan .................................................................................. 94
B. Implikasi ...................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sektor perbankan merupakan sektor yang sangat strategis dalam
menjembatani kebutuhan modal kerja dengan pemilik dana. Dalam industri
perbankan terjadi proses sinergi keuangan di masyarakat. Masyarakat yang
kelebihan dana dapat menyalurkan dananya untuk masyarakat lain yang
membutuhkan dana, baik untuk proses produksi maupun konsumsi agar
dapat tercipta pemerataan dan pembangunan nasional.
Dalam Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter Indonesia Desember
2009 penulis memahami bahwa dengan adanya pembangunan diharapkan
akan terjadinya pertumbuhan. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan
berbagai saranan dan prasana, terutama dukungan dana yang memadai.
Dalam hal inilah perbankan memiliki peran yang cukup penting
sebagaimana fungsi perbankan Indonesia adalah penghimpun dan penyalur
dana dalam masyarakat dan memiliki tujuan untuk menunjang salah satu
program pemerintah khususnya di bidang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi ke
arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak dan stabilitas nasional.
Sebagai suatu lembaga keuangan yang beroperasi dengan dana
masyarakat dan kembali menyalurkannya dalam bentuk kredit, bank
merupakan suatu lembaga yang harus dapat menarik kepercayaan
2
masyarakat. Ini terutama disebabkan maju dan mundurnya suatu industri
perbankan tergantung dari kepercayaan masyarakat yang menyimpan
dananya pada suatu bank. Oleh karena itu dalam mengelola suatu bank,
pihak manajemen perbankan mendasarkan pada perencanaan yang terarah,
pengorganisasian yang efisien dan efektif serta pengawasan yang baik.
Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa “bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat
banyak”. Dengan demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan
yang mempunyai fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari
masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan dana yang dihimpunnya
kepada masyarakat yang kekurangan dana. Masyarakat yang memiliki
kelebihan dana dapat menyimpan dana tersebut di bank dalam bentuk giro,
tabungan, deposito dan bentuk lain yang dapat dipersamakan dengan itu
sesuai dengan kebutuhan dan disebut sebagai dana pihak ketiga. Sementara
masyarakat yang mengalami kekurangan dan membutuhkan dana dapat
mengajukan pinjaman atau kredit pada bank.
Hasil penelitian Ersa Zheta (2008) menunjukkan bahwa jumlah uang
beredar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penawaran
kredit. Walaupun sangat kecil dikarenakan kondisi perekonomian saat itu
sedikit lebih stabil.
3
Berkaitan dengan masalah di atas, untuk dapat memperoleh hasil
yang optimal, bank dituntut untuk melakukan pengelolaan dananya secara
efektif dan efisien, baik atas dana-dana yang dikumpulkan dari masyarakat,
serta dana modal pemilik/pendiri bank maupun atas pemanfaatan atau
penanaman dana tersebut.
Untuk itu, perlu didukung dengan aspek permodalan yang kuat.
Kekuatan aspek permodalan ini dimungkinkan terbangunnya kondisi bank
yang dipercaya oleh masyarakat. Sebagaimana diketahui bersama, bank
adalah lembaga kepercayaan. Sehubungan dengan persoalan kepercayaan
masyarakat terhadap bank tersebut, maka manajemen bank harus
menggunakan semua perangkat operasionalnya untuk mampu menjaga
kepercayaan masyarakat itu. Salah satu perangkat yang sangat strategis
dalam menopang kepercayaan itu adalah permodalan yang cukup memadai.
Oleh karena itu, masalah kecukupan modal merupakan hal yang sangat
penting dalam bisnis perbankan. Bank yang mempunyai tingkat kecukupan
modal baik menunjukkan indikator sebagai bank yang sehat. Sebab
kecukupan modal bank menunjukkan keadaan yang dinyatakan dengan suatu
rasio tertentu yang disebut rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy
Ratio (CAR).
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/1/PBI/2001 tentang
kewajiban penyediaan modal minimum bank umum bahwa setiap bank
wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang
menurut resiko yang diporposikan dengan rasio Capital Adequecy Ratio
4
(CAR). Jika ketentuan ini tidak dipatuhi maka Bank Indonesia akan
menempatkan bank tersebut ke dalam pengawasan khusus bank Indonesia.
Di saat krisis lalu, perbankan Indonesia sempat mengalami penurunan
permodalan yang cukup tajam dikarenakan besarnya dan anjloknya lualitas
aset yang dimiliki.
Dalam kondisi seperti itu wajar jika bank bertahan untuk tidak
menyalurkan kredit karena semakin besar krdit yang disalurkan maka bank
sama saja dengan menambah modal (Juda Agung, 2001). Hal ini berarti
semakin besar nilai CAR maka memungkinkan bank untuk melakukan
penawaran kredit yang lebih banyak. Menurut Meydianawati (2006), CAR
yang tinngi mencerminkan stabilnya jumlah modal dan rendahnya resiko
yang dimiliki oleh bank sehingga memungkinkan bank untuk bisa lebih
banyak menyalurkan kredit kepada sektor UMKM. Atau dengan kata lain
hubungan CAR dan kredit adalah searah.
Kinerja perkreditan juga ditentukan oleh faktor-faktor ekonomi
makro secara umum seperti laju inflasi dan fluktuasi nilai tukar. Di sisi lain,
faktor pertumbuhan ekonomi pun seringkali mempengaruhi kebijakan
alokasi kredit perbankan pada sektor-sektor tertentu, sehingga memberikan
dampak adanya konsentrasi risiko pemberian kredit pada sektor usaha
tertentu.
Apabila dilihat, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi dan
kondisi perbankan secara umum di Indonesia semakin membaik. Seharusnya
lembaga keuangan khususnya bank harus terus menjalankan fungsinya
5
sebagai lembaga intermediasi agar pertumbuhan ekonomi dapat meningkat.
Namun, kebijakan moneter dan kondisi perbankan yang cukup solid tersebut
tidak dibarengi oleh pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh bank.
Dengan latar belakang di atas dan mengingat betapa pentingnya
fungsi bank saat ini sebagai intermediasi untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Dalam hal ini, peneliti mencoba mengetahui variabel apa saja yang
mempengaruhi penawaran kredit perbankan. Maka peneliti memilih judul
“Analisis Pengaruh BI Rate, Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Terhadap
Capital Adequecy Ratio (CAR) dan Implikasinya Terhadap Penawaran
Kredit Modal Kerja Pada Bank Swasta Nasional Periode Tahun 2004 sampai
dengan 2009 ”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka
permasalahan dalam penelitian dengan menggunakan analisis jalur ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh variabel BI Rate, inflasi dan jumlah uang beredar
terhadap CAR.
2. Bagaimana pengaruh variabel BI Rate, inflasi, jumlah uang beredar, dan
CAR terhadap penawaran kredit.
3. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung variabel BI Rate,
inflasi, jumlah uang beredar dan CAR terhadap penawaran kredit.
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini
terutama bertujuan untuk :
1. Untuk menganalisis pengaruh variabel BI Rate, inflasi dan jumlah uang
beredar terhadap Capital Adequecy Ratio (CAR).
2. Untuk menganalisis pengaruh variabel BI Rate, inflasi, jumlah uang
beredar dan Capital Adequecy Ratio (CAR) terhadap penawaran kredit.
3. Untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung variabel BI
Rate, inflasi, jumlah uang beredar dan Capital Adequecy Ratio(CAR)
terhadap penawaran kredit.
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda,
yakni manfaat akademis maupun praktis.
1. Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan
bermanfaat untuk:
a. Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri
dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.
b. Bagi civitas akademika dapat menambah informasi sumbangan
pemikiran dan bahan kajian penelitian.
2. Kepentingan praktis hasil penelitian ini, bisa dipandang bermanfaat
untuk:
a. Bagi manajemen perusahaan perbankan diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi
7
manajemen perbankan sebagai bahan acuan dalam menjalankan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi.
b. Kalangan perbankan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
mengantisipasi berbagai faktor makro ekonomi yang dapat
mempengaruhi penawaran kredit.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembaga Keuangan
1. Pengertian Lembaga Keuangan
Menurut Totok Budisantoso (2006) Lembaga keuangan
(financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang
kekayaannya terutama dalam bentuk asset-asset keuangan (financial
assets) maupun (non-financial asset) atau asset riil.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 14/1967 yang kemudian
diganti dengan Undang-Undang No. 7/1992 tentang perbankan di
Indonesia bahwa lembaga keuangan merupakan badan atau lembaga
yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kepada masyarakat.
Dalam keputusan SK Menkeu RI No. 792 Tahun 1990
dinyatakan bahwa lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang
kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dana,
penyaluran dana kepada masyarakat terutama dalam membiayai
investasi pembangunan.
Dari pengertian tersebut di atas maka yang bisa dikatakan
sebagai lembaga keuangan adalah suatu badan usaha atau institusi yang
memiliki kekayaan utama dalam bentuk asset-asset baik financial
maupun non-fiancial yang aktivitasnya menghimpun dana dari
8
9
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat terutama
dalam membiayai investasi pembangunan.(Abdullah: 2008).
Menurut Ahmad Rodoni (2007) lembaga keuangan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Lembaga Keuangan Depositori
Lembaga keuangan depositori (bank) mendapatkan dana
yang bersumber langsung dari masyarakat (unit surplus) dalam
bentuk simpanan yaitu tabungan, giro, deposito berjangka dan
sertifikat deposito. Unit surplus dapat berupa perusahaan,
pemerintah, rumah tangga dan orang asing yang memiliki kelebihan
pendapatan setelah dikurangi kebutuhan untuk konsumsi. Lembaga
keuangan depositori (bank) merupakan komponen penting dari
penawaran uang (money supply). Yang termasuk depositori antara
lain: Commercial Bank, Saving and Loan Associations (S&Ls),
Mutual Saving Banks dan Credit Unions.
b. Lembaga Keuangan Non-Depositori
Lembaga keuangan non-depositori (bukan bank) ini
dikelompokkan menjadi tiga bagian. Pertama, bersifat kontraktual
(contractual institutions) yaitu menarik dana dari masyarakat dengan
menawarkan dana untuk memproteksi penabung terhadap risiko
ketidakpastian, misalnya perusahaan asuransi dan dana pensiun.
Kedua, lembaga keuangan investasi (investment institutions) yaitu
lembaga keuangan yang kegiatannya melakukan investasi di pasar
10
uang dan pasar modal, misalnya perusahaan efek dan reksadana. Dan
yang ketiga adalah tidak termasuk dalam kelompok kontraktual dan
investasi yaitu perusahaan modal ventura (venture capital) dan
perusahaan pembiayaan (finance company,) yang menawarkan jasa
pembiayaan sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (faktoring),
pembiayaan konsumen (consumer company) dan kartu kredit (credit
card).
B. BI Rate
1. Pengertian
Bi rate merupakan suku bunga dengan tenor 1 bulan yang
diumumkan oleh bank Indonesia secara periodic yang berfungsi sebagai
sinyal (stance) kebijakan moneter. Secara sederhana, BI rate merupakan
indikasi suku bunga jangka pendek yang diinginkan bank Indonesia
dalam upaya mencapai target inflasi.(Bank Indonesia:2006).
Bi rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk
mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar
terbuka berada disekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI diharapkan
mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku bunga lainnya
dalam jangka panjang.
Sasaran akhir suatu kebijakan moneter dalam arti luas
mencangkup stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan
kesempatan kerja, keseimbangan neraca pembayaran, stabilitas financial
market, dan stabilitas pasar valutaa asing. Secara ideal, semua sasaran
11
tersebut dapat dicapai secara bersama – sama. Namun pada kenyataanya,
di Indonesia seringkali mengandung unsur – unsur yang kontradiktif.
Misalnya, usaha untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan
perluasan kesempatan kerja pada umumnya dapat berdampak negative
terhadap kestabilan harga dan neraca pembayaran. Menyadari hal ini, BI
memfokuskan sasaran kebijakan moneternya pada stabilitas nilai rupiah,
yang dicapai melalui stabilitas harga (inflasi) dan stabilitas nilai tukar.
Untuk mencapai sasaran akhir tersebut, maka diperlukan suatu respon
kebijakan untuk mengendalikan situasi moneter dan pasar keuangan agar
tetap berada di koridor yang diinginkan. Respon kebijakan yang
dimaksud dinyatakan dalam kenaikan, penurunan atau tidak berubahnya
BI rate, sebagai sinyal kebijakan moneter untuk mengarahkan dan
mempengaruhi suku bunga yang berlaku dipasar keuangan. Arah
kebijakan moneter secara konsisten ditunjukan untuk mencapai sasaran
inflasi jangka menengah yang rendah dan stabil (inflation targeting),
yang ditetapkan oleh pemerintah setelah berkordinasi dengan Bank
Indonesia.
2. Penetapan BI Rate
Penetapan respon kebijakan moneter biasa dilakukan dalam
Rapat Dewan Gubernur (RDG) triwulanan, untuk berlaku selama
triwulan berjalan. Apabila diperlukan , perugahan BI rate juga dapat
dilakukan dalam RDG bulanan. Dalam setiap RDG triwulanan yang
dilakukan asesment menyeluruh terhadap kondisi makroekonomi,
12
prakiran inflasi, dan penentuan respon kebijakan moneter. Dalam RDG
bulanan, review atas perkembangan inflasi, nilai tukar, dan kondisi
moneter dan likuiditas di pasar dilkukan monitor dan menilai apakah
sesuai dengan prakiraan yang dilakukan RDG triwulanan. Perubahan BI
rate dilakukan dalam kelipatan 25 bps (perubahan dapat sebesar 25, 50,
75 sesuai dengan kondisi ekonomi yang terjadi).
Bi rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia dengan
mempertimbangkan rekomendasi BI rate yang dihasilkan oleh fungsi
reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi.
Selain itu sasaran BI rate yang ditetapkan juga mempertimbangkan
berbagai informasi lainnya seperti leading indicators, survey, informasi
anecdotal, variable informasi, expert opinion, assessment factor resiko
dan ketidakpastian serta hasil – hasil riset ekonomi dan kebijakan
moneter.
Bi rate diumumkan ke publik setelah ditetapkan oleh RDG.
Langkah – langkah tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan efektifitas tata kelola (governance) kebijakan moneter
dalam mencapai kestabilan harga sebagai elemen sasaran akhir
kebijakan ekonomi makro yang menyeluruh.
C. Inflasi
1. Definisi Inflasi
Menurut Sukirno (2004:27) inflasi adalah kenaikan harga-harga
secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke
13
periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan
harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun
sebelumnya. Menurut Nanga (2005), inflasi adalah suatu gejala dimana
tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus-menerus. Inflasi
berarti kenaikan harga /komoditas dan jasa dalam perode waktu tertentu.
Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya
penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas
(Adiwarman karim, 2002:63)
2. Jenis-jenis Inflasi
Menurut Boediono (2001:162) inflasi dapat di golongkan menjadi dua
golongan, golongan pertama didasarkan pada “parah” atau tidaknya inflasi
tersebut, yaitu :
a. Inflasi ringan ( dibawah 10% setahun)
b. Inflasi sedang (antara10-30% setahun)
c. Inflasi berat ( antara 30-100% setahun)
d. Hiperinflasi (diatas 100% setahun)
Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab awal dari
inflasi. Atas dasar ini di bedakan 2 macam inflasi : (Yoopi Abimanyu,
2004:13-14).
Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai
barang terlalu kuat. Infasi ini disebut demand inflation.
14
Gambar 2.1 Demand Inflation
Gambar 2.1 tersebut menunjukan demand inflation. Karena
permintaan mas.yarakat akan barang-barang (agrerate demand)
bertambah (misalkan, karena bertambahnya pengeluaran pemerintah
yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar
negeri akan barang-barang ekspor, atau kenaikan permintaan luar negeri
akan barang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi
swasta karena kredit yang murah), maka kurva aggregate demand
bergeser dari D1 ke D2. Akibatnya tingkat harga umum naik dari H1 ke
H2.
Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, ini disebut
cost inflation.
Harga
Output
H2 H1
Q1 Q
DD
S
Q2 Q
(Sumber : Boediono, 2001)
15
Gambar 2.2 Cost Inflation
(Sumber : Boediono, 2001)
Gambar 2.2 tersebut menunjukan cost inflation, yaitu jika biaya
produksi naik (misalkan karena kenaikan harga sarana produksi yang
didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan bahan bakar minyak)
maka kurva penawaran masyarakat (Aggregate supply) bergeser dari S1
ke S2.
3. Efek Buruk Inflasi
Menurut Paul A. Samuelson (2004:116), efek-efek buruk dari
inflasi yaitu sebagai berikut :
a. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya akan menggalakkan
perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik
menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka
Harga
Output
S2 S1
D
H4 H3
Q4 Q3
16
pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk
tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan tingkat
kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak
pengangguran akan terwujud.
b. Inflasi dan Kemakmuran Rakyat
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan
ekonomi Negara inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap
individu dan masyarakat.
c. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang
berpendapatan tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan
harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-
individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat
juga akan menurun.
d. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang.
Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-
institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya
akan menurun apabila inflasi berlaku.
e. Memperburuk pembagian kekayaan
Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan
menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pandapatanya, dan pemilik
kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil
17
kekayaannya. Sebagian penjual/pedagang dapat mempertahankan
nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan
pembagian pendapatan diantara golongan berpendapat tetap dengan
pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi
semakin tidak merata.
D. Jumlah Uang Beredar ( JUB )
1. Pengertian
Menurut Iskandar Putong (2007:401) jumlah uang beredar adalah
keseluruhan jumlah uang yang dikeluarkan secara resmi baik oleh bank
sentral berupa uang kartal, maupun uang giral dan uang kuasi (tabungan,
valas, deposito).
JUB merupakan penawaran uang (money supply) adalah jumlah
uang yang beredar di masyarakat, berupa penjumlahan dari uang kartal
dan uang giral. Jumlah uang beredar di masyarakat besarnya sudah
tentu, didasarkan kepada otoritas moneter, yakni Bank Sentral.(Eeng
Ahman:197).
2. Pembagian Jumlah Uang Beredar :
a. M1, adalah uang kartal dan uang giral. M1 terdiri dari asset-asset
yang dapat digunakan secara langsung, instan dan tanpa hambatan
dalam melakukan pembayaran. Asset finansial ini bersifat liquid,
karena dapat dengan cepat, mudah dan murah digunakan untuk
melakukan pembayaran. M1 berhubungan dengan kebanyakan
definisi tradisional mengenai uang sebagai alat pembayaran;
18
b. M2, adalah jumlah M1 ditambah uang kuasi. Uang kuasi adalah
simpanan rupiah dan valuta asing milik penduduk pada sistem
moneter, yang untuk sementara waktu kehilangan fungsinya sebagai
alat tukar. Uang kuasi merupakan kewajiban sistem moneter dalam
deposito berjangka, tabungan dalam rupiah dan saldo rekening valuta
asing milik penduduk. M2 memasukkan asset yang tidak liquid
secara instan. Penarikan deposito berjangka, misalnya memerlukan
pemberitahuan kepada institusi penyimpan. Dana mutual pasar uang
menentukan nilai minimum yang dapat diambil. Namun, dengan
kualifikasi ini, asset tambahan ini juga masuk ke dalam kategori
uang secara lebih luas.
E. Capital Adequecy Ratio (CAR)
Capital Adequecy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan untuk
menghitung penyediaan modal minimum bagi bank. CAR adalah ratio
kinerja bank untuk menunjang aktifa yang mengandung atau menghasilkan
resiko. CAR merupakan indicator terhadap kemampuan suatu bank untuk
menutupi penurunan aktifanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank
yang disebabkan oleh aktifa yang beresiko.
Menurut Kasmir (2008:296), CAR merupakan perbandingan antara
equty capital dengan total loans dan securities.
CAR = Equity Capital X 100 Total Loans + Securities
19
Menurut surat edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31
Mei 2004, CAR merupakan perbandingan antara modal dengan aktiva
Tertimbang Resiko (ATMR).
CAR = Modal x 100 ATMR
"Fungsi utama dari modal bank adalah melindungi para penyimpan
uang (deposan) dari kerugian yang timbul" (Sinungan, 1993).
Walaupun sebenarnya dari pernyataan di atas mengandung
kebenaran, tetapi tidak cukup memngungkapkan sifat-sifat asli dari fungsi
protektif modal bank. Modal bank adalah manifestasi dari keinginan para
pemegang saham untuk berperan dalam bisnis perbankan. Modal bank
digunakan untuk menjaga kepercayaan masyarakat, khususnya masyarakat
peminjam. Kepercayan masyarakat amat penting artinya bagi bank, karena
dengan demikian bank akan dapat menghimpun dana untuk operasioanl
bank. Oleh karena itu modal merupakan faktor yang amat penting bagi
perkembangan pat menjaga kepercayaan masyarakat.
Menurut SK Dir. BI Nomor 26/20/KEP/DIR/29 Mei 1993 (dalam
Suseno dan Piter Abdullah, 2003), di Indonesia jumlah modal minimum
yang harus ada pada bank diatur oleh BI, yaitu sebesar 8% dari ATMR.
CAR diharapkan berkorelasi positif dengan penawaran kredit.
20
F. Penawaran Kredit
1. Pengertian Kredit
Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya
percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima
kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pastii akan dikembalikan sesuai
perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berarti menerima
kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali
pinjmanan tersebut sesuai dengan jangka waktunya. (Kasmir, 2003:101).
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau
pembagian hasil keuntungan.
Menurut Susilo (2000:69) kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu. Kewajiban
tersebut dapat berupa pokok pinjaman, bunga, imbalan atau pembagian
hasil keuntungan.
Dari pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pihak yang mendapatkan kredit (debitor) adalah yang mendapat
kepercayaan dari pihak yang memberikan kredit (creditor), tentunya
21
setelah memenuhi syarat dan penilaian atas kemampuan dan niat
baiknya.
2. Unsur-unsur Kredit
Dari pengertian di atas, menurut Judisseno (2005:166) maka
unsur-unsur kredit adalah sebagai berikut:
a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari seseorang yang memberikan
pinjaman atau kredit kepada orang yang menerimanya bahwa di
masa yang akan datang ia akan dapat mengembalikan pinjamannya
sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak.
b. Waktu/tenor, adalah masa yang menjadi jarak antara saat kredit
tersebut diberikan sampai pada saat kredit tersebut dikembalikan
sepenuhnya sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Tingkat resiko, adalah segala kemungkinan yang terjadi akibat dari
rentan waktu pemberian kredit hingga kredit tersebut dikembalikan.
Semakin lama jangka waktu pengembalian kredit, maka semakin
besar tingkat risiko yang ditanggung oleh pemberi pinjaman. Oleh
sebab itu, kredit memerlukan jaminan.
d. Prestasi, adalah objek yang akan dijadikan sebagai sesuatu yang
dipinjamkan baik dalam bentuk uang, barang maupun jasa
3. Tujuan Kredit
Setiap usaha dalam suatu sistem ekonomi tidak pernah lepas dari
tujuan mencari keuntungan, demikian juga dalam pemberian kredit.
Namun karena di dalam kredit terdapat resiko, maka usaha mencari
22
keuntungan tersebut harus memperhatikan prinsip kehati-hatian, karena
dana yang dialirkan dalam bentuk kredit adalah dana simpanan
masyarakat. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan
kredit adalah untuk memperoleh keuntungan yang aman, sehingga pada
saatnya masyarakat peminjam dana di bank dapat memperoleh kembali
simpanannya berikut bunga tanpa dikuatirkan oleh adanya kredit yang
macet. ( Judisseno, 2005:167).
Menurut Judisseno (2005) selain profitability dan safety, bank,
khususnya bank pemerintah, mengemban tugas sebagai agent of
development yaitu dalam hal:
a. Ikut mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan;
b. Meningkatkan efektivitas perusahaan agar dapat menjalankan
fungsinya, guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat;
c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan
dapat memperluas usahanya.
Dari tujuan-tujuan yang dicoba untuk diraih di atas, maka fungsi
kredit dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Meningkatkan daya guna uang. Para pemilk uang/modal baik secara
langsung atau melalui penyimpanan dana di bank, dapat
meminjamkan uangnya kepada perorangan atau perusahaan-
perusahaan untuk meningkatkan usahanya;
23
b. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang. Dengan adanya
kredit, pengusaha yang kesulitan dalam produksi, misalnya, dapat
terbantu untuk memproses bahan baku menjadi barang jadi;
c. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Kredit uang yang
disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran
dengan menggunakan uang giral seperti cek, bilyet giro, dan lainnya
yang sejenis;
d. Sebagai alat stabilitas ekonomi, kredit dapat digunakan sebagai alat
pengendalian ekonomi. Dalam keadaan inflasi pemerintah dapat
menerapkan kebijakan uang ketat (tight money policy) antara lain
dengan membatasi pemberian kredit. Sebaliknya dalam keadaan
ekonomi yang lesu karena deflasi, pemerintah dapat melonggarkan
kebijakan pemberian kredit sehingga akan menimbulkan kegairahan
dalam usaha;
e. Meningkatkan kegairahan berusaha. Pihak-pihak yang usahanya
terlambat karena kekurangan modal dapat meningkatkan usahanya
melalui bantuan kredit yang diberikan oleh bank.
f. Meningkatkan pemerataan pendapatan. Dengan adanya kredit,
perusahaan-perusahaan dapat meningkatkan usahanya bahkan dapat
mendirikan proyek baru yang akan membutuhkan tenaga kerja. Hal
itu dapat mengurangi pengangguran dan selanjutnya pemerataan
pendapatan akan meningkat pula.
24
g. Meningkatkan hubungan internasional. Pengusaha di dalam negeri
dapat pula memperoleh kredit baik secara langsung maupun tidak
langsung. Bahkan suatu negara yang sedang berkembang dapat
memperoleh kredit dari negara-negara yang telah maju. Bantuan
dalam bentuk kredit tersebut dapat sekaligus mempercepat hubungan
antarnegara yang bersangkutan.
4. Jenis-jenis Kredit
Pemberian kredit pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan perorangan atau badan yang membutuhkan. Bank Indonesia
sebagai pemberi kredit, dapat memberikan bantuannya secara langsung
kepada pihak ketiga bukan bank, seperti Pertamina, yang disebut dengan
kredit langsung. Sedangkan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia
ke bank-bank umum, ditujukan untuk membantu bank umum dalam
memenuhi kebutuhan likuiditasnya maupun kebutuhan yang akan
disalurkan ke nasabahnya. Kredit jenis ini disebut dengan Kredit
Likuiditas (Judisseno, 2005:170).
Adapun jenis-jenis kredit menurut Judisseno (2005:170) adalah
sebagai berikut:
a. Kredit dari segi tujuannya, meliputi:
1) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud
untuk memperlancar kegiatan yang sifatnya konsumtif, seperti
Kredit Pemilikian Rumah (KPR), Kredit Pembelian
Mobil/Motor, Credit Card, dan kredit konsumtif lainnya.
25
2) Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud
untuk memperlancar proses produksi.
3) Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan untuk membantu
pihak-pihak yang akan membeli barang untuk dijual kembali,
seperti bank garansi, anjak piutang, self liquidity credit, pinjaman
berjangka (term loan), pembiayaan bersama, dan jenis-jenis
pinjaman lainnya yang dikeluarkan oleh bank untuk membantu
pembiayaan modal kerjanya seperti L/C dan sebagainya.
b. Kredit dari segi penggunaanya, meliputi:
1) Kredit eksploitasi, yaitu kredit berjangka waktu pendek yang
diberikan oleh bank kepada perusahaan yang membutuhkan
modal kerja untuk memperlancar kegiatan operasional
perusahaan. Kredit ini sering disebut sebagai kredit modal kerja;
2) Kredit investasi, kredit ini adalah kredit jangka menengah atau
jangka panjang yang diberikan oleh bank kepada pihak
perusahaan yang membutuhkan dana untuk investasi atai
penanaman modal.
c. Kredit dilihat dari segi jangka waktunya, meliputi:
1) Jangka pendek, biasanya berkisar antara 1 (satu) tahun.
2) Menengah, biasanya berkisar antara 1-3 tahun.
3) Jangka panjang, biasanya berkisar lebih dari 3 tahun.
26
G. Penelitian Terdahulu
Luh Gede Meydianawathi (2007) meneliti tentang analisis perilaku
penawaran kredit perbankan kepada sektor UMKM di Indonesia (2002 –
2006). Metode analisis yang digunakan adalah ordinary least square,
dilanjutkan dengan uji signifikansi secara parsial dan serempak melalui uji t
dan uji F. Hasil penelitian dalam kurun waktu Januari 2002 - Februari 2006
memperoleh simpulan sebagai berikut. Pertama, pulihnya kepercayaan
terhadap sistem perbankan dengan adanya program penjaminan pemerintah
telah mendorong kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK). Selain itu, program
rekapitalisasi perbankan mampu mengatasi permasalahan modal dan
rentabilitas bank (yang tercermin dalam rasio CAR dan ROA) serta non
performing loan (NPLs) yang berhasil ditekan telah meningkatkan
kemampuan bank umum dalam menyalurkan kredit investasi dan modal
kerja kepada sektor UMKM di Indonesia. Kedua, secara serempak variabel-
variabel DPK, ROA, CAR, dan NPLs berpengaruh nyata dan signifikan
terhadap penawaran kredit investasi dan kredit modal kerja bank umum
kepada sektor UMKM di Indonesia. Ketiga, secara parsial variabel DPK,
ROA, dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran
kredit investasi dan modal kerja bank umum kepada sektor UMKM di
Indonesia. Sebaliknya, NPLs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum kepada sektor ini.
Arief Wibowo (2007) meneliti tentang pengaruh jumlah
penghimpunan dana bank, suku bunga kredit modal kerja, dan tingkat laju
27
inflasi terhadap jumlah alokasi kredit modal kerja pada bank-bank umum di
Indonesia (2001.01–2006.04). Alat analisis yang digunakan adalah analisis
regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah jumlah penghimpunan
dana secara individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi
kredit modal kerja. Jadi semakin besar jumlah penghimpunan dana yang
masuk ke bank semakin besar pula jumlah alokasi kredit modal kerja.
Tingkat inflasi secara individu berpengaruh positif namun tidak signifikan
terhadap alokasi kredit modal kerja. Suku bunga kredit modal kerja secara
individu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah alokasi kredit
modal kerja.
Francisca dan Hasan S Siregar (2008) meneliti tentang pengaruh
faktor internal bank terhadap volume kredit pada bank yang GO PUBLIC di
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
faktor internal bank terhadap volume kredit yang GO PUBLIC di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan faktor internal sebagai variabel
independent dan volume kredit sebagai variabel dependent. Faktor internal
bank diukur dengan BI Rate (X1), Inflasi (X2), JUB (X3) dan CAR ().
Party fund (X1), capital adequacy ratio (X2), return on asset (X3) and non
performing loan (X4). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier
berganda. Hasil dari penelitian ini adalah dana pihak ketiga dan ROA
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap volume kredit, Capital
adequacy ratio (CAR) memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap volume kredit. Non performing loan (NPL) memiliki pengaruh
28
negatif dan tidak signifikan terhadap volume kredit. Hasil dari uji F
memperlihatkan F hitung > F tabel 0,000 < 0,05. Dari hasil analisis dapat
diambil kesimpulan bahwa dana pihak ketiga, CAR. ROA, dan NPL
memilki pengaruh secara simultan terhadap volume kredit.
Nyi Nyoman Aryaningsih (2008). Pada penelitian mengenai
pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Penghasilan terhadap Permintaan
Kredit di PT. BPD Cabang Pembantu Kediri. Menyimpulkan beberapa hal
sebagai berikut: Pertama, perhitungan analisis regresi linier berganda secara
parsial diperoleh nilai koefisien regresi suku bunga terhadap permintaan
kredit sebesar 0,659 (65,9%) ini berarti suku bunga berpengaruh terhadap
permintaan kredit sebesar 65, 9% sisanya sekitar 34,1% dipengaruhi oleh
variabel lain. Namun dari uji t, diperoleh hitung lebih kecil dari t table,
sehingga suku bunga tidak berpengaruh secara parsial terhadap permintaan
kredit. Kedua, perhitungan analisis regresi linier berganda secara parsial
diperoleh nilai koefisien regresi inflasi terhadap permintaan kredit sebesar
0,475 (47,5%). Sisanya sekitar 52,5% permintaan kredit dipengaruhi oleh
variabel lain. Dari hasil perhitungan dengan uji t variabel inflasi secara
partial tidak berpengaruh banyak terhadap permintaan kredit. Ketiga,
perhitungan analisis regresi linier berganda secara parsial diperoleh nilai
koefisien pengaruh penghasilan terhadap permintaan kredit sebesar 0,739
(73,9%). Ini berarti penghasilan berpengaruh sebesar 73,9% Sisanya sekitar
26,1% dipengaruhi oleh variabel lain. Dari hasil perhitungan dengan uji t,
variabel pendapatan berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit.
29
Keempat, perhitungan uji statistika regresi linier berganda secara simultan
menunjukan suku bunga, inflasi, dan pendapatan secara simultan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kredit. Hasil ini
ditunjukan oleh perolehan F hitung 2,443 lebih kecil dari F tabel sebesar
2,82.
H. Paradigma Penelitian
Apabila dilihat dari judul yang peneliti ambil, maka dapat
digambarkan sebuah konstruk dari variabel-variabel yang akan diteliti
sebagai berikut:
Gambar 2.3 Paradigma penelitian
Keterangan:
X1 = BI Rate Z = Penawaran Kredit
X2 = Inflasi
X3 = Jumlah Uang Beredar
Y1 = Capital Adequecy Ratio (CAR)
30
I. Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran merupakan suatu proses dari peneliti
memperoleh data kemudian mengolah data tersebut dan
menginterprestasikan hasil data yang telah diolah.
Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori
yang telah ada sebelumnya. Dari beberapa teori yang telah ada peniliti
merangkainya menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. Metode
analisis yang digunakan adalah Analisis Jalur. Hal ini dikarenakan analisis
jalur dapat memperlihatkan hubungan langsung dan tidak langsung antar
variabel.
Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti
mengumpulkan data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek
yang akan diteliti merupakan salah satu dari kelompok jenis bank, yaitu
Bank Umum Swasta Nasional. Variabel yang diteliti adalah BI Rate, Inflasi,
Jumlah Uang Beredar, Capital Adequecy Ratio (CAR), dan Penawaran
Kredit. Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel eksogen adalah BI
Rate, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar. Sedangkan yang akan menjadi
variabel endogen adalah Capital Adequecy Ratio (CAR) dan Penawaran
Kredit.
Peneliti mengambil data dari masing-masing variabel dari situs Bank
Indonesia dan Perpustakaan Bank Indonesia. Pencarian data dibagi menjadi
dua bagian. Yang pertama, pengambilan data masing-masing variabel
eksogen yang diambil dari laporan kebijakan moneter Bank Indonesia.
31
Kedua, pengambilan data masing-masing variabel endogen yang diambil
dari statsitik perbankan.
Setelah memperoleh data-data dari setiap variabel peneliti mulai
melakukan analisis. Langkah awal yang diperlukan adalah menentukan
struktur persamaan linier dari paradigma penelitian yang telah dibentuk
berdasarkan teori-teori yang ada. Kemudian data diolah dengan
menggunakan software AMOS 16. Dari output tersebut dapat dianalisa
korelasi, hubungan antara variabel, besarnya R square dan kesesuaian model
(Goodness of Fit). Setelah malakukan analisis tersebut peneliti dapat
mengambil kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian yang telah
dilakukan.
Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka pemikiran yang
peneliti bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian ini :
32
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.4
Kebijakan Moneter
Bank Swasta
BI-rate JUB Inflasi Penawaran Kredit
CAR
Analisis
Hubungan langsung dan tidak langusng
Interpretasi
Pengujian Hipotesa
Uji Kesesuaian Model
33
J. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesisis
yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. BI Rate, inflasi, JUB terhadap CAR .
Ho; ρ = 0: BI Rate, inflasi, JUB tidak berpengaruh terhadap CAR.
Ha; ρ ≠ 0: BI Rate, inflasi, JUB berpengaruh terhadap CAR.
2. BI Rate, JUB, inflasi dan CAR terhadap kredit
Ho; ρ = 0: BI Rate, inflasi, JUB dan CAR tidak berpengaruh terhadap
kredit.
Ha;ρ ≠ 0:BI Rate, inflasi, JUB dan CAR berpengaruh terhadap kredit.
3. BI Rate, inflasi, JUB terhadap kredit
Ho; ρ = 0: BI Rate, inflasi, JUB berpengaruh langsung terhadap kredit.
Ha;ρ ≠ 0:BI Rate, inflasi, JUB berpengaruh tidak langsung terhadap
kredit
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh dari kondisi
makro ekonomi, yaitu melalui variabel BI Rate, inflasi dan jumlah uang
beredar terhadap CAR (Capital Adequecy Ratio) serta implikasinya terhadap
penawaran kredit. Penelitian ini dilakukan pada bank Bank Umum Swasta
Nasional periode Januari 2004 sampai Desember 2009. Pengumpulan data
dilakukan, baik melalui observasi terhadap dokumen atau laporan instansi
terkait maupun hasil-hasil publikasi, lalu dilakukan pencatatan terhadap data
yang dibutuhkan sebelum dianalisis.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode Judgement
Sampling dalam menentukan sampel. Metode judgement sampling atau
purposive pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau
pertimbangan pribadi semata. (Abdul Hamid, 2007:29). Penggunaan metode
ini adalah untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan data dari tahun
2004-2009 karena pada masa tersebut berada di dalam siklus lengkap, yakni
pertumbuhan ekonomi dari masa pemulihan pasca krisis ekonomi di
Indonesia sampai dengan pertumbuhan ekonomi mulai mengalami
pemulihan .
34
35
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang berasal dari literatur-literatur/sumber lain dari dalam maupun luar BI,
sedangkan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (sudah
tersedia) dan digunakan untuk penelitian lain. Data tersebut meliputi:
a. Laporan keuangan tahunan perusahaan BUSN yang dipublikasikan
di BI.
b. Data BI Rate, Inflasi, dan jumlah uang beredar yang dipublikasikan
di www.bi.go.id
2. Library Research
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi pula
dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang
bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan
penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapat landasan teori dan
konsep yang tersusun. Peneliti melakukan penelitian dengan membaca,
mengutip bahan-bahan yang berkenaan dengan penelitian.
D. Metode Analisis
Analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang
digunakan untuk kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih
model yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan
dengan lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas.
36
Regresi dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang
diprediksi oleh model dibandingkan dengan matrik korelasi hasil observasi
variabel dan nilai goodness of-fit dihitung. Model terbaik dipilih
berdasarkan nilai goodness of fit. (Imam Ghozali, 2008:21).
Analisis jalur merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis
regresi berganda dan bivariate. Analisis jalur ingin menguji persamaan
regresi yang melibatkan beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus
sehingga memungkinkan pengujian terhadap variabel mediating/intervening
atau variabel antara. Disamping itu analisis jalur juga dapat mengukur
hubungan langsung antar variabel dalam model maupun hubungan tidak
langsung antar variabel dalam model. Hubungan langsung antara variabel
eksogen terhadap variabel dapat dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak
langsung adalah seberapa besar pengaruh variabel eksogen terhadap variabel
endogen melalui variabel intervening. Pengaruh total dapat diperoleh
dengan menjumlahkan hubungan langsung dan tidak langsung. (Imam
ghozali, 2008:93).
Dilihat dari paradigma penelitian, maka dapat diperoleh 2 (dua)
substruktur linier sebagai berikut:
37
Sub struktur I :
Gambar 3.1 Hubungan Kausal X1, X2, X3
terhadap Y
Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat
model sebagai berikut:
Y1 = ρYX1 + ρYX2 + YρX3 + 2
Keterangan : X1 = BI Rate X2 = Inflasi X3 = Jumlah uang beredar 2 = Residual Error
X1
X2
X3
Y
e1
1
38
Sub struktur II : Gambar 3.2
Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap z
Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model
sebagai berikut:
Y1 = ρZX1 + ρZX2 + ρZX3 + 2
Keterangan : X1 = BI Rate Y1 = CAR X2 = Inflasi X3 = Jumlah uang beredar 2 = Residual Error
Hair et. al (1998) dalam Imam Ghozali (2008:61) mengajukan
tahapan pemodelan dan analisis persamaan structural menjadi 7 (tujuh)
langkah yaitu:
Langkah 1: Pengembangan Model Berdasar Teori
Model persamaan structural didasarkan pada hubungan kausalitas,
dimana perubahan satu variabel diasumsikan akan berakibat pada perubahan
variabel lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat
seperti ditemukan dalam proses fisik seperti dalam riset perilaku yaitu alas
an seseorang membeli produk tertentu. Kuatnya hubungan kausalitas antara
X1
X2
X3
Y Z
e1
1
e2
1
39
dua variabel yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada metode
analisis yang dia pilih, tetapi terletak pada justifikasi (pembenaran) secara
teoritis untuk mendukung analisis. Jadi jelas bahwa hubungan antar variable
dalam model merupakan dedukasi dari teori.
Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural
Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan
diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang
perlu dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu menghubungkan
antar model konstruk laten baik endogen maupun eksogen dan menyusun
measurement model yaitu menghubungkan konstrak laten endogen atau
eksogen dengan variabel indikator atau manifest.
Langkah 4: Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang
Diusulkan
Model persamaan strukturak berbeda dari teknik analisis multivariate
lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa matrik
varian/kovariabn atau matrik korelasi. Data mentah obesrvasi individu dapat
dimasukkan dalam program AMOS, tetapi program AMOS akan merubah
dahulu data mentah menjadi matrik kovarian atau matrik korelasi. Analisis
terhadap data outlier harus dilakukan sebelum matrik kovarian atau korelasi
dihitung. Teknik estimasi model persamaan structural pada awalnya
dilakukanb dengan ordinary least square (OLS) regression, tetapi teknik ini
mulai digantikan oleh Maximum Likelihood Estimation (ML) yang lebih
efisien dan unbiased jika asumsi normalitas multivariate dipenuhi. Teknik
40
ML sekarang digunakan oleh banyak program komputer. Namun demikian
teknik ML sangat sensitif terhadap non-normalitas data sehingga diciptakan
teknik estimasi lain seperti weight least square (WLS), generalized least
square (GLS) dan asymptotivally distribution free (ADF).
Langkah 5 : Menilai Identifikasi Model Struktural
Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer,
sering didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini
berkaitan dengan masalah identifikasi model structural. Problem identifikasi
adalah ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique
estimate. Cara melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan
melihat hasil estimasi yang meliputi: (1) adanya nilai standar error yang
bvesar untuk satu atau lebih koefisien, (2) ketidakmampuan program untuk
invert information matrix, (3) nilai estimasi yang tidak mungkin misalkan
error variance yang negatif , (4) adanya nilai korelasi yang tinggi ( > 0,90)
antar koefisien estimasi.
Langkah 6 : Menilai Kriteria Goodness-of-Fit
Salah satu tujuan dari Analisis Jalur adalah menentukan apakah
model planusible (masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan
baik, apabila memiliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model
dalam buku Imam Ghozali (2008) terdiri dari:
1. Absolute Fit Measure
Absolute fit measure mengukur model fit secara keseluruhan
(baik model strultural maupun model pengukuran secara bersamaan).
41
a. LikeliHood-Ratio Chi-Square Statistic
Ukuran fundamental dari overall fit adalah likeliHood-ratio
chi-square ( 2 ). Nilai chi-square yang tinggi relative terhadap
degree of freedom menunjukkan bahwa matrik kovarian atau
korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara
nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) akan menghasilkan nilai
probabilitas (p) yang lebih besar dari tingkat signifikansi ( ) dan ini
menunjukkan bahwa input matrik kovariab abtara prediksi dengan
observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal
ini peneliti harus mencari nilai chi-square yang tidak signifikan (p
0.05) karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau
fit dengan data observasi
b. CMIN/DF
Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom.
Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini
untuk mengukur fit. Menurut Wheaton et. Al (1977) dalam Imam
GHozali (2008) nilai ratio 5 (lima) atau kurang dari lima merupakan
ukuran yang reasonable. Peniliti lainnya seperti Byrne (1988)
mengusulkan nilai ratio ini < 2 merupakan ukuran fit.
c. Goodness of Fit Index (GFI)
Goodness of Fit Index (GFI) dikembangkan oleh Joreskog
dan Sorbon (1984) yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar
antar 0 (poor fit) sampai 1 (perfect fit). Nilai GFI tinggi
42
menunjukkan fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI dapat diterima
sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti
menganjurkan nilai di atas 90% sebagai ukuran good fit.
d. Root Mean Square Erorrs of Approximation (RMSEA)
Root mean square error of approximination (RMSEA)
merupakan ukuran yang mencoba memperbaikia kecenderungan
statistic chi-square menolak model dengan jumlah sampel yang
besar. Nilai RMSEA antara 0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran
yang dapat diterima. Hasil uji empiris RMSEA cocok untuk menguji
model konfitmatori atau competing model strategy dengan jumlah
sampel besar.
2. Incremental Fit Measures
Incremental fit measures membandingkan proposed model
dengan baseline model sering disebut dengan null model. Null model
merupakan model realistic dimana model-model yang lain harus
diatasnya.
a. Adjusted Goodness of Fit Indes (AGFI)
Adjusted Goodnbess of Fit Index (AGFI) merupakan
pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of
freedom untuk propsed model dengan degree of freedom untuk null
model. Nilai yang direkomendasikan adalah 0,90.
43
b. Tucker-Lewis Index (TLI)
Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index
(NNFI). Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi
analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran
ini menggabungkan ukuran parsimony kedalam indek komparasi
antara proposal model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0
sampai 1.0. Nilai TLI yang direkomemdasikan adalah 0,90.
c. Normed Fit Index (NFI)
Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara
proposed model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 (no
fit at all) sampai 1.0 (perfect fit). Seperti halnya TLI tidak ada nilai
absolute yang dapat digunakan sebagai standar, tetapi umumnya
direkomendasikan 0,90.
3. Parsimony Fit Measures
Ukuran ini menghubungkan goodness-of-fit model dengan
sejumlah koefisien estimasi yang diperlukan untuk mencapai level fit.
Tujuan dasarnya adalah untuk mendiagnose apakah model fit telah
tercapai dengan “overfitting” data yang memiliki banyak koefisien.
Prosedur ini mirip dengan “adjustment” terhadap nilai R2 didalam
multiple regression. Namun demikian karena tidak ada uji statistic yang
tersedia maka penggunaannya hanya terbatas untuk membandingkan
model.
44
a. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI)
Parsimonious goodness-of-fit index (PGFI) memodifikasi
GFI atas dasar parsimony estimated model. Nilai PGFI berkisar
antara 0 sampai 1.0 debngan nilai semakin tinggi menunjukkan
model lebih parsimony.
b. Parsimony Normed Fit Index (PNFI)
Parsimonious normal fit index (PNFI) merupakan modifikasi
dari NFI. PNFI memasukkan jumlahb degree of freedom yang
digunakan untuk mencapai level fit. Semakin tinggi nilai PNFI
semakin baik. Kegunaan utama dari PNFI adalah untuk
membandingkan model dengan degree of freedom yang berbeda.
Digunakan untuk membandingkan model alternative sehingga tidak
ada nilai yang direkomendasikan sebagai nilai fit yang diterima.
Namun demikian jika membandingkan dua model maka perbedaan
PNFI 0,60 sampai 0,90 menunjukkan adanya perbedaan model yang
signifikan.
45
Tabel 3.1 Standar Penilaian Kesesuaian (Fit)
Nilai yang Direkomendasikan
Imam Ghozali (2008) Laporan Statistik
Cut of value Keterangan Absolut Fit
Probabilitas 2 Tidak signifikan (p > 0.05) Model yang diusulkan cocok/fit dengan data observasi
2 /df 5 < 2
- Ukuran yang reasonable - Ukuran fit
RMSEA
< 0.1 < 0.05 < 0.01
0.05 x 0.08
- good fit - very good fit - outstanding fit - reasonable fit
GFI > 0.9 good fit Incremental Fit
AGFI 0.9 good fit TLI 0.9 good fit NFI 0.9 good fit
Parsimonious Fit
PNFI 0-1.0 lebih besar lebih baik PGFI 0-1.0 lebih besar lebih baik
(Sumber : Imam Ghozali, 2008)
Langkah 7 : Interpretasi dan Modifikasi Model
Ketika model telah dinyatakan diterima, maka peneliti dapat
mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki
penjelasan teoritis atau goodness-of-fit. Modifikasi dari model awal harus
dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi,
maka model tersebut harus di cross-validated (diestimasi dengan data
terpisah) sebelum model modifikasi diterima.
46
E. Operasional Variabel
1. Variabel Endogen
a. Pengertian CAR
Capital Adequacy Ratio ( CAR ) menurut Lukman
Dendawijaya (2000:122) adalah” Rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ( kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain ) ikut di biayai
dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana – dana
dari sumber – sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat,
pinjaman dan lain – lain.
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian –
kerugian bank yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko.
b. Penawaran Kredit
Kredit berasal dari bahasa Latin/Yunani yang berarti Credere
atau Creditum atau kepercayaan. Menurut UU No. 10 Tahun 1998
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.
Pihak-pihak yang kelebihan dana, baik perseorangan, badan usaha,
yayasan, maupun lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan
47
dananya di bank dalam bentuk rekening giro, tabungan, ataupun
deposito berjangka sesuai dengan kebutuhan dan preferensinya
(Suseno dan Piter A, 2003:6). Sementara itu pihak-pihak yang
kekurangan dan membutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau
kredit kepada bank. Kredit tersebut dapat berupa kredit investasi,
kredit modal kerja, dan kredit konsumsi. Data penawaran kredit yang
digunakan adalah jumlah kredit pada Bank Umum Swasta Nasional
(BUSN) periode Januari 2004 – Desember 2009. Data tersebut
diperoleh dari Statistik Keuangan dan Perbankan Indonesia pada
situs www.bi.go.id.
2. Variabel Eksogen
a. BI Rate
Bi rate merupakan suku bunga dengan tenor 1 bulan yang
diumumkan oleh bank Indonesia secara periodic yang berfungsi
sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter. Secara sederhana, BI rate
merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang diinginkan bank
Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi.
Bi rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter
untuk mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi
pasar terbuka berada disekitar BI rate.selanjutnya suku bunga BI
diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku
bunga lainnya dalam jangka panjang.
48
Sasaran akhir suatu kebijakan moneter dalam arti luas
mencangkup stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan
kesempatan kerja, keseimbangan neraca pembayaran, stabilitas
financial market, dan stabilitas pasar valutaa asing. Secara ideal,
semua sasaran tersebut dapat dicapai secara bersama – sama. Namun
pada kenyataanya, di Indonesia seringkali mengandung unsur –
unsur yang kontradiktif. Misalnya, usaha untuk mendorong laju
pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja pada
umumnya dapat berdampak negative terhadap kestabilan harga dan
neraca pembayaran. Menyadari hal ini, BI memfokuskan sasaran
kebijakan moneternya pada stabilitas nilai rupiah, yang dicapai
melalui stabilitas harga (inflasi) dan stabilitas nilai tukar. Untuk
mencapai sasaran akhir tersebut, maka diperlukan suatu respon
kebijakan untuk mengendalikan situasi moneter dan pasar keuangan
agar tetap berada di koridor yang diinginkan. Respon kebijakan yang
dimaksud dinyatakan dalam kenaikan, penurunan atau tidak
berubahnya BI rate, sebagai sinyal kebijakan moneter untuk
mengarahkan dan mempengaruhi suku bunga yang berlaku dipasar
keuangan. Arah kebijakan moneter secara konsisten ditunjukan
untuk mencapai sasaran inflasi jangka menengah yang rendah dan
stabil (inflation targeting), yang ditetapkan oleh pemerintah setelah
berkordinasi dengan Bank Indonesia.(Bank Indonesia:2009).
49
b. Inflasi
Menurut Sukirno (2004:27) inflasi adalah kenaikan harga-
harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu
periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah
presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu
berbanding dengan tahun sebelumnya. Data inflasi yang digunakan
adalah perkembangan inflasi per bulan periode Januari 2004-
Desember 2009. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id
c. Jumlah Uang Beredar
Menurut Kuncoro (2008), JUB merupakan penawaran uang
(money supply) adalah jumlah uang yang beredar di masyarakat,
berupa penjumlahan dari uang kartal dan uang giral. Jumlah uang
beredar di masyarakat besarnya sudah tentu, didasarkan kepada
otoritas moneter, yakni Bank Sentral (Eeng Ahman:197).
Data jumlah uang beredar dalam penelitian ini diwakili oleh
periode Januari 2004-Desember 2009. Data tersebut diperoleh dari
situs www.bi.go.id.
50
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 14/1967 yang kemudian
diganti dengan Undang-Undang No. 7/1992 tentang perbankan di Indonesia
bahwa lembaga keuangan merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya
menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat.
Dalam keputusan SK Menkeu RI no. 792 Tahun 1990 dinyatakan
bahwa lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang kegiatannya di
bidang keuangan melakukan penghimpunan dana, penyaluran dana kepada
masyarakat terutama dalam membiayai investasi pembangunan.
Dari pengertian tersebut di atas maka yang bisa dikatakan sebagai
lembaga keuangan adalah suatu badan usaha atau institusi yang memiliki
kekayaan utama dalam bentuk asset-asset baik financial maupun non-
fiancial yang aktivitasnya menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kemabali kepada masyarakat terutama dalam membiayai
investasi pembangunan. Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya
berasaskan pada prinsip kehati-hatian (prudent). Fungsi utama perbankan
Indonesia adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta
bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf
51
hidup rakyat banyak. Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di
Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan utama bank umum
dan BPR adalah dalam kegiatan operasional yang terbatas. Selanjutnya,
dalam kegiatan usahanya dianut dual bank system, yaitu bank umum dapat
melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah.
B. Penemuan Dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
a. Analisis Deskriptif Variabel Tingkat BI Rate
Tabel 4.1 Data BI Rate
BI Rate Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Januari 0.0065 0.0061 0.0106 0.0079 0.0066 0.0072 Februari 0.0062 0.0061 0.0106 0.0077 0.0066 0.0068 Maret 0.0061 0.0062 0.0106 0.0075 0.0066 0.0064 April 0.0061 0.0064 0.0106 0.0075 0.0066 0.0062 Mei 0.0061 0.0066 0.0104 0.0072 0.0068 0.006 Juni 0.0061 0.0068 0.0104 0.007 0.007 0.0058 Juli 0.0061 0.007 0.0102 0.0068 0.0072 0.0056 Agustus 0.0061 0.0072 0.0097 0.0068 0.0075 0.0054 September 0.0061 0.0083 0.0093 0.0068 0.0077 0.0054 Oktober 0.0061 0.0091 0.0089 0.0068 0.0079 0.0054 November 0.0061 0.0102 0.0085 0.0068 0.0079 0.0054 Desember 0.0061 0.0106 0.0081 0.0066 0.0077 0.0054
(Sumber : data diolah)
Tabel 4.1 di atas menunjukkan fluktuasi BI Rate pada periode
Januari 2004 -Desember 2009.
Untuk lebih mudah kita lihat grafik berikut ini :
52
BI RATE
0
0.002
0.004
0.006
0.008
0.01
0.012Ja
n - 0
4
Apr
- 04
Jul -
04
Okt
- 04
Jan
- 05
Apr
- 05
Jul -
05
Okt
- 05
Jan
- 06
Apr
- 06
Jul -
06
Okt
- 06
Jan
- 07
Apr
- 07
Jul -
07
Okt
- 07
Jan
- 08
Apr
- 08
Jul -
08
Okt
- 08
Jan
- 09
Apr
- 09
Jul -
09
Okt
- 09
BI Rate
Grafik 4.1 Data BI Rate
c. Analisis Deskriptif Variabel Inflasi
Data inflasi yang digunakan adalah perkembangan inflasi per
bulan periode Januari 2004-Desember 2009. Data tersebut diperoleh
dari situs www.bi.go.id.
Tabel 4.2 Data Inflasi
Inflasi Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Januari 0.0042 0.0061 0.0142 0.0052 0.0061 0.0076 Februari 0.0038 0.006 0.0149 0.0053 0.0062 0.0072 Maret 0.0043 0.0073 0.0131 0.0054 0.0068 0.0066 April 0.0049 0.0068 0.0128 0.0058 0.0075 0.0061 Mei 0.0054 0.0062 0.013 0.005 0.0087 0.005 Juni 0.0057 0.0062 0.0129 0.0048 0.0092 0.003 Juli 0.006 0.0065 0.0126 0.0051 0.0099 0.0023 Agustus 0.0056 0.0069 0.0124 0.0054 0.0099 0.0023 September 0.0052 0.0076 0.0121 0.0058 0.0101 0.0024 Oktober 0.0052 0.0149 0.0052 0.0057 0.0098 0.0021 November 0.0052 0.0153 0.0044 0.0056 0.0097 0.002 Desember 0.0053 0.0143 0.0055 0.0055 0.0092 0.0023
(Sumber : data diolah)
53
Tabel 4.2 menunjukkan fluktuasi tingkat inflasi periode
Januari 2004-Desember 2009.
Untuk lebih mudah kita lihat grafik berikut ini:
Grafik 4.2 Data Inflasi
d. Analisis Deskriptif Variabel Jumlah uang beredar
Data nilai tukar rupiah dalam penelitian ini diwakili oleh
periode Januari 2004- Desember 2009. Data tersebut diperoleh dari
situs www.bi.go.id.
INFLASI
0
0.002 0.004 0.006 0.008
0.01 0.012 0.014 0.016 0.018
Jan - 04 Apr - 04 Jul - 04Okt - 04 Jan - 05 Apr - 05 Jul - 05 Okt - 05 Jan - 06Apr - 06 Jul - 06 Okt - 06 Jan - 07 Apr - 07 Jul - 07 Okt - 07 Jan - 08 Apr - 08 Jul - 08 Okt - 08Jan - 09 Apr - 09 Jul - 09 Okt - 09
Inflasi
54
Tabel 4.3 Data Jumlah Uang Beredar (jutaan)
JUB
Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 8.441 9.165 9.395 9.09 9.291 11.355 Februari 8.447 9.26 9.23 9.16 9.051 11.98 Maret 8.587 9.48 9.075 9.118 9.217 11.575 April 8.661 9.57 8.775 9.083 9.234 10.713 Mei 9.29 9.495 9.22 8.828 9.318 10.34 Juni 9.415 9.713 9.3 9.054 9.225 10.225 Juli 9.168 9.819 9.07 9.186 9.118 9.92 Agustus 9.328 10.24 9.1 9.41 9.153 10.06 September 9.127 10.31 9.235 9.137 9.378 9.681 Oktober 9.09 10.09 9.11 9.103 10.995 9.545 November 9.018 10.035 9.165 9.376 12.151 9.48 Desember 9.29 9.83 9.02 9.419 10.95 9.4
(Sumber : data diolah)
Tabel 4.3 menunjukkan fluktuasi transaksi jumlah uang
beredar pada periode Januari 2004-Desember 2009.
Untuk lebih mudah kita lihat grafik berikut ini :
Grafik 4.3 Data Jumlah uang beredar (jutaan)
JUB
0
2
4
6
8
10
12
14
Jan
- 04
Apr
- 04
Jul -
04
Okt
- 04
Jan
- 05
Apr
- 05
Jul -
05
Okt
- 05
Jan
- 06
Apr
- 06
Jul -
06
Okt
- 06
Jan
- 07
Apr
- 07
Jul -
07
Okt
- 07
Jan
- 08
Apr
- 08
Jul -
08
Okt
- 08
Jan
- 09
Apr
- 09
Jul -
09
Okt
- 09
jub
55
d. Analisis Deskriptif Capital Adequecy Ratio (CAR)
Data digunakan adalah perkembangan CAR yang terjadi pada
Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) periode Januari 2004 –
Desember 2009. Data tersebut diperoleh dari Statistik Keuangan dan
Perbankan Indonesia pada situs www.bi.go.id .
Tabel 4.4 Data Capital Adequecy Ratio
CAR
Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 0.229 0.210 0.197 0.212 0.205 0.155 Februari 0.227 0.207 0.197 0.212 0.188 0.158 Maret 0.226 0.202 0.197 0.208 0.183 0.156 April 0.222 0.196 0.195 0.205 0.173 0.162 Mei 0.218 0.188 0.190 0.207 0.166 0.162 Juni 0.208 0.184 0.190 0.203 0.165 0.166 Juli 0.200 0.184 0.191 0.196 0.162 0.161 Agustus 0.196 0.176 0.194 0.196 0.160 0.156 September 0.195 0.179 0.204 0.190 0.161 0.168 Oktober 0.191 0.178 0.196 0.181 0.154 0.171 November 0.183 0.177 0.197 0.196 0.155 0.167 Desember 0.180 0.169 0.198 0.182 0.148 0.166 (Sumber : data diolah)
Tabel 4.4 menunjukkan perkembangan Capital adequecy Ratio
pada Bank Umum Swasta Nasional periode Januari 2004- Desember
2009.
56
CAR
0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025Ja
n - 0
4
Apr
- 04
Jul -
04
Okt
- 04
Jan
- 05
Apr
- 05
Jul -
05
Okt
- 05
Jan
- 06
Apr
- 06
Jul -
06
Okt
- 06
Jan
- 07
Apr
- 07
Jul -
07
Okt
- 07
Jan
- 08
Apr
- 08
Jul -
08
Okt
- 08
Jan
- 09
Apr
- 09
Jul -
09
Okt
- 09
CAR
Untuk lebih mudah kita lihat grafik berikut ini :
Grafik 4.4 Data Capital Adequecy Ratio
e. Analisis Deskriptif Penawaran Kredit
Data menunjukkan perkembangan penawaran kredit pada Bank
Umum Swasta Nasional periode Januari 2004-Desember 2009.
Tabel 4.5 Data Penawaran Kredit
Kredit
Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Januari 156.264 207.617 271.905 306.614 403.668 510.577 Februari 157.313 212.609 271.23 310.067 409.211 509.396 Maret 160.217 219.98 273.939 315.095 426.652 502.127 April 165.272 227.547 275.778 326.518 439.355 498.159 Mei 172.841 236.531 280.392 333.465 453.072 497.546 Juni 179.667 241.367 280.797 344.637 474.775 505.36 Juli 179.467 241.401 287.759 369.463 482.805 501.951 Agustus 185.921 252.605 290.498 359.098 493.861 510.84 September 191.492 267.435 295.654 370.258 506.933 518.445 Oktober 191.454 272.949 298.214 379.308 517.941 519.464 November 199.640 272.502 302.926 391.013 520.394 532.02 Desember 209.176 277.591 315.256 407.742 524.295 555.617
(Sumber : data diolah)
57
Penawaran Kredit
0
100
200
300
400
500
600
Janu
ari 200
4
April 2
004
Juli 2
004
Oktobe
r 200
4
Janu
ari 200
5
April 2
005
Juli 2
005
Oktobe
r 200
5
Janu
ari 200
6
April 2
006
Juli 2
006
Oktobe
r 200
6
Janu
ari 200
7
April 2
007
Juli 2
007
Oktobe
r 200
7
Janu
ari 200
8
April 2
008
Juli 2
008
Oktobe
r 200
8
Janu
ari 200
9
April 2
009
Juli 2
009
Oktobe
r 200
9
Bulan
Kre
dit
Untuk lebih mudah kita lihat grafik berikut ini :
Grafik 4.5 Data Penawaran Kredit
2. Analisis Jalur (Path Analize)
Analisis jalur ini dibagi menjadi dua substruktur. Substruktur
yang pertama menganalisis pengaruh BI Rate, Inflasi dan Jumlah Uang
Beredar sebagai variabel eksogen terhadap Capital Adequecy Ratio
(CAR) sebagai variabel endogen. Substruktur yang kedua menganalisis
pengaruh BI Rate, Inflasi, Jumlah Uang Beredar dan Capital Adequecy
Ratio (CAR) sebagai variabel eksogen terhadap penawaran kredit
sebagai variabel endogen. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan
AMOS 16, maka dapat digambarkan diagram jalur sebagai berikut.
58
Gambar 4.1 Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan
(Sumber : Output AMOS 16) 3. Menganalisis pengaruh BI Rate, inflasi, dan jumlah uang beredar
terhadap CAR (Capital Adequecy Ratio).
a). Analisis Korelasi
Korelasi antara suku bunga BI Rate, Inflasi, dan Jumlah
Uang Beredar Kelompok Bank Umum Swasta Nasional dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.6 Hasil Korelasi antara BI Rate, Inflasi dan Jumlah Uang Beredar
Korelasi Antar Variabel Estimasi Probabilitas BI Rate <--> Inflasi 0,86 0,00 BI Rate <--> JUB -0,23 0,57 Inflasi <--> JUB -0,21 0,84
(Sumber : data diolah)
BI_RATE
INFLASI
JUB
.67
CAR
.98
KMK
.86
-.21
-.23
.53
-.74
-.75
-.15
.97
-.03 .22
e1 e2
59
1) Korelasi antara BI Rate dengan Inflasi
Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara
variabel BI Rate dan Inflasi sebesar 0,00. Untuk menafsirkan
angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut:
0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah (dianggap tidak ada)
> 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat
> 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
> 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat
Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis:
Ho; ρ = 0 : Tidak ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara
dua variabel.
Ha; ρ≠0: Ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua
variabel.
Pengujian berdasarkan signifikan:
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
Korelasi sebesar 0,86 mempunyai maksud hubungan
antara variabel BI Rate dan Inflasi sangat kuat dan berlawanan
arah. Berlawanan arah artinya apabila terjadi kenaikan BI Rate,
maka jumlah uang beredar akan mengalami kenaikan, dan
sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai
probabilitas sebesar 0,00 < 0,05 maka telah cukup bukti untuk
60
menolak Ho; ρ = 0 dan menerima Ha; ρ ≠ 0 sehingga korelasi
signifikan.
Fluktuasi suku bunga berhubungan dengan fluktuasi
inflasi disebut sebagai efek fisher. Efek fisher merupakan
penyesuaian suku bunga nominal terhadap angka inflasi. Ketika
bank sentral memutuskan mempercepat peredaran pertumbuhan
penawaran uang akan menyebabkan timbulnya inflasi dan suku
bunga nominal yang lebih tinggi (Mankiw,2001). Kenaikan inflasi
biasanya akan diikuti oleh kenaikan suku bunga yang akan diikuti
oleh penurunan investasi dan berdampak pada penurunan GDP
output.
Digunakan angka 0,01 karena hasil perhitungan SPSS
memberikan angka signifikansi sebesar 0,01 yang ditandai dengan
dua bintang (**). Standar SPSS antar 0,01 sampai dengan 0,05
(Jonathan Sarwo,2007:118)
2) Korelasi antara BI Rate dengan jumlah uang beredar
Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara
variabel BI Rate dan jumlah uang beredar sebesar -0,23. Korelasi
sebesar -0,23 mempunyai maksud hubungan antara variabel BI
Rate dan jumlah uang beredar sangat lemah dan berlawanan.
Berlawanan arah artinya apabila terjadi kenaikan BI Rate, maka
nilai dari jumlah uang beredar akan mengalami penurunan, dan
sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai
61
probabilitas sebesar 0,57 > 0,05 maka tidak cukup bukti untuk
menolak menolak Ho; ρ = 0 dan menerima Ha; ρ ≠ 0 sehingga
korelasi tidak signifikan.
3) Korelasi antara inflasi dan jumlah uang beredar
Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka korelasi antara
variabel inflasi dan jumlah uang beredar sebesar -0,21. Korelasi
sebesar -0,21 mempunyai maksud hubungan antara variabel
inflasi dan jumlah uang beredar sangat lemah dan berlawanan
arah. Berlawanan arah artinya apabila terjadi kenaikan tingkat
inflasi, maka dari junlah uang beredar juga akan mengalami
penurunan, dan sebaliknya. Korelasi dua variabel tersebut
mempunyai probabilitas sebesar 0,84 > 0,05 maka telah cukup
bukti untuk menolak Ho; ρ = 0 dan menerima Ha; ρ ≠ 0 sehingga
korelasi tidak signifikan.
Menurut Boediono (2001:156) inflasi tidak hanya
disebabkan oleh jumlah uang beredar yang mengakibatkan
permintaan yang lebih kuat dibandingkan penawaran barang
(demand inflation) tetapi juga disebabkan oleh ongkos produksi
yang tinggi sehingga harga barang menjadi naik (cost inflation).
Hal ini terjadi pada saat kenaikan BBM (2002) dan menguatnya
nilai Dollar terhadap rupiah yang menyebabkan harga bahan –
bahan produksi yang diimpor mengalami kenaikan yang secara
dominan mempengaruhi kenaikan inflasi.
62
b). Pengaruh BI Rate, Inflasi dan Jumlah uang beredar terhadap
Capital Adequecy Ratio (CAR).
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur
pertama adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2 Diagram Jalur Sub Struktur I
(Sumber : data diolah)
Analisis jalur sub struktur yang pertama adalah menganalisis
pengaruh BI Rate, inflasi, dan jumlah uang beredar terhadap Capital
Adequecy Ratio (CAR) baik secara simultan maupun secara parsial.
Untuk melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada
kolom estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya
pengaruh antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya
angka estimasi pada tabel Standardized Regression Weight.
Sedangkan untuk melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat
terlihat pada angka di tabel Regression Weight kolom Probability.
(Lihat Lampiran).
BI_RATE
INFLASI
JUB
CAR
.86
-.21
-.23
.53
-.74
-.75
.2
63
Adapun hasil perhitungan dengan menggunakan AMOS 16
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7
Pengaruh antara BI Rate, Inflasi dan Jumlah uang beredar terhadap Capital Adequecy Rario (CAR)
Korelasi Antar Variabel Estimasi Probabilitas R Square BI Rate <--> CAR 0,53 0 Inflasi <--> CAR -0,74 0 0,668 JUB <--> CAR -0,75 0
(Sumber data diolah)
Untuk melihat pengaruh BI Rate, inflasi dan jumlah uang
beredar secara gabungan terhadap Capital Adequecy Ratio (CAR),
kita dapat melihat hasil perhitungan pada tabel khususnya angka R
square.
Besarnya angka R square (r2) adalah 0,668. Angka tersebut
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel BI Rate,
inflasi, dan jumlah uang beredar secara gabungan terhadap CAR
dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD) dengan
menggunakan rumus berikut:
KD = r2 x 100%
KD = 0,668 x 100%
KD = 66,8%
Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh variable
BI Rate, inflasi, dan jumlah uang beredar terhadap CAR secara
gabungan adalah 66,8%, sedangkan sisanya sebesar 34,2% (100%-
66,8%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabel dapat
64
diterangkan dengan menggunakan BI Rate, inflasi, dan jumlah uang
beredar adalah sebesar 66,8%, sementara pengaruh yang disebabkan
oleh variabel-variebel lain di luar model ini adalah sebesar 34,2%.
Untuk melihat besarnya pengaruh BI Rate, inflasi, dan
jumlah uang beredar terhadap CAR, digunakan kolom estimasi pada
tabel di bawah ini, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan
kolom probabilitas.
1) Pengaruh antara BI Rate dengan CAR
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara BI Rate
dengan CAR, dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai
berikut:
Ketentuan Hipotesis:
Ho; ρ = 0 : Tidak ada hubungan linier antara BI Rate dengan
CAR
Ha; ρ ≠ 0 : Ada hubungan linier antara BI Rate dengan CAR
Dengan kriteria sebagai berikut:
Jika probabilitas penelitian < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima.
Jika probabilitas penelitian > 0,05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,00 < 0,05. maka
telah cukup data untuk menolak Ho; ρ = 0 dan menerima Ha; ρ ≠
0. Artinya, ada hubungan linier antara BI Rate dengan CAR.
65
Besarnya pengaruh BI Rate terhadap CAR sebesar 0,53 atau 53
%.
BI Rate memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap CAR. Artinya, apabila terjadi kenaikan BI Rate, maka
jumlah CAR juga akan mengalami kenaikan, begitu juga
sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Desi Arisandi, SE (2007) bahwa program rekapitulasi perbankan
mampu mengatasi permasalahan modal dan rentabilitas bank
yang tercermin dalam rasio CAR dan ROA serta NPL yang
berhasil ditekan telah meningkatkan kemampuan bank umum
dalam menyalurkan kredit di Indonesia.
2) Pengaruh antara inflasi dengan CAR
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara inflasi
dengan CAR, dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai
berikut:
Ketentuan Hipotesis:
Ho; ρ = 0: Tidak ada hubungan linier antara inflasi dengan CAR
Ha; ρ ≠ 0: Ada hubungan linier antara inflasi dengan CAR
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,00 < 0,05. maka
telah cukup data untuk menolak Ho; ρ = 0 dan menerima Ha; ρ ≠
0. Artinya, ada hubungan linier antara inflasi dengan CAR.
Besarnya pengaruh inflasi terhadap CAR sebesar -0,74 atau -74
%.
66
Inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
CAR. Artinya, apabila Inflasi meningkat, maka CAR akan
mengalami meningkat, begitu pula sebaliknya. Hasil penelitian
ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Budiawan (2008)
yang menyatakan bahwa tingkat kecukupan modal berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kredit. CAR tinggi
memungkinkan modal yang cukup namun belum diikuti
pengmanfaatan modal ke dalam aktiva yang menguntungkan .
Sehingga hal tersebut memungkinkan bank menyalurkan
modalnya ke dalam aktiva berebentuk kredit dan mengurangi
adanya idle fund.
3) Pengaruh antara jumlah uang beredar dengan CAR
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara jumlah
uang beredar dengan CAR, dapat melakukan langkah-langkah
analisis sebagai berikut:
Ketentuan Hipotesis:
Ho; ρ = 0: Tidak ada hubungan linier antara JUB dengan CAR
Ha; ρ ≠ 0: Ada hubungan linier antara JUB dengan CAR
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel
jumlah uang beredar dengan CAR, dapat melakukan langkah-
langkah analisis sebagai berikut:
Ketentuan Hipotesis:
67
Ho : Tidak ada hubungan linier antara jumlah uang beredar
dengan CAR
Ha : Ada hubungan linier antara jumlah uang beredar dengan
CAR
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,00 > 0,05. maka
telah cukup data untuk menolak Ho; ρ = 0 dan menerima Ha; ρ ≠
0. Artinya, ada hubungan linier antara jumlah uang beredar
dengan CAR. Besarnya pengaruh jumlah uang beredar terhadap
CAR sebesar -0,75 atau -75 %.
Jumlah uang beredar memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap CAR. Artinya, apabila jumlah uang beredar
mengalami peningkatan maka jumlah CAR juga akan mengalami
peningkatan. Menurut Tajur Khalwaty (2000:144) inflasi dapat
dikendalikan oleh kebijakan suku bunga dengan melalui jumlah
uang beredar. Ketika jumlah uang beredar di masyarakat
meningkat, maka bank umum menaikan suku bunga simpanan
untuk mendorong investor menanamkan investasinya(modal) di
bank yang memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar
dibandingkan menginvestasikan modalnya pada sektor – sektor
produktif yang memiliki tingkat resiko yang lebih besar,
sehingga inflasi dapat dikendalikan.
68
BI_RATE
INFLASI
JUB
CAR
.98
KMK
.86
-.21
-.23
-.03 .22
e1 e2
c). Pengaruh Variabel BI Rate, inflasi, jumlah uang beredar dan
CAR Terhadap Penawaran Kredit
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur
pertama adalah sebagai berikut:
Gambar 4.3
Diagram Jalur Sub Struktur II
(Sumber : data diolah)
Analisis jalur sub struktur yang pertama adalah menganalisis
pengaruh BI Rate, Inflasi, Jumlah uang beredar dan CAR terhadap
penawaran kredit baik secara simultan maupun secara parsial. Untuk
melihat besarnya pengaruh secara simultan dapat terlihat pada kolom
estimasi pada tabel Square Multiple Correlation. Besarnya pengaruh
antara variabel secara individu dapat terlihat dari besarnya angka
estimasi pada tabel Standardized Regression Weight. Sedangkan untuk
melihat signifikansi pengaruh antar variabel dapat terlihat pada angka di
tabel Regression Weight kolom Probability. Untuk melihat besarnya
69
pengaruh. Adapun Ringkasan hasil perhitungan dengan menggunakan
AMOS 16 adalah sebagai berikut.
Tabel 4.8 Pengaruh antara BI Rate, Inflasi, Jumlah uang beredar dan CAR
terhadap penawaran kredit
(Sumber : data diolah)
Untuk melihat pengaruh variabel BI Rate, Inflasi, Jumlah uang
beredar dan CAR terhadap penawaran kredit secara gabungan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini kolom R Square.
Besarnya angka R square (r2) adalah sebesar 0,978. Angka
tersebut menjelaskan bahwa pengaruh BI Rate, Inflasi, Jumlah uang
beredar dan CAR terhadap penawaran kredit secara gabungan adalah
97,8% (0,978 x 100%), sedangkan sisanya sebesar 2,2% (100%-97,8%)
dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kepuasan
yang dapat diterangkan dengan menggunakan variable BI Rate, Inflasi,
Jumlah uang beredar dan CAR 97,8%, sementara pengaruh 2,2 %
disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini.
Untuk melihat signifiansi pengaruh BI Rate, Inflasi, Jumlah uang
beredar dan CAR terhadap penawaran kredit secara parsial, digunakan
Korelasi Antar Variabel Estimasi Probabilitas R Square BI Rate --> KMK -0,15 0,00 Inflasi --> KMK 0,21 0,00 JUB --> KMK 0,97 0,00 CAR --> KMK -0,02 0,42 0,978
70
kolom probabilitas, sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh
digunakan angka estimasi pada tabel di bawah ini.
1) Pengaruh antara variabel BI Rate terhadap kredit
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel BI
Rate terhadap kredit, dapat melakukan langkah-langkah analisis
sebagai berikut:
Ketentuan Hipotesis:
Ho; ρ = 0 : Tidak ada hubungan linier antara BI Rate terhadap kredit
Ha; ρ ≠ 0 : Ada hubungan linier antara BI Rate terhadap kredit
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,00 > 0,05. maka
tidak cukup data untuk menolak Ho;ρ=0 dan menerima Ha;ρ≠0.
Artinya, tidak ada hubungan linier antara variable BI Rate dengan
kredit. Besarnya pengaruh BI Rate terhadap kredit sebesar -0,15.
BI Rate memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap penawaran kredit. Menurut samuelson & Nordhous
(2001:227) tingkat diskonto (BI rate) digunakan sebagai tanda
perubahan kebijakan utama pasar. Tingkat diskonto mengikuti bunga
pasar untuk mencegah bank umum mendapatkan untung yang lebih
besar dari meminjam dengan tingkat diskonto yang rendah kemudian
meminjamkan ke pasar dengan bunga yang lebih tinggi. Artinya,
ketika suku bunga diskonto naik maka bank umum akan merespon
dengan menaikan suku bunga pembiayaan dan merubah suku bunga
simpanan.
71
2) Pengaruh antara variabel inflasi terhadap kredit
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel BI
Rate terhadap kredit, dapat melakukan langkah-langkah analisis
sebagai berikut:
Ketentuan Hipotesis:
Ho; ρ = 0 : Tidak ada hubungan linier antara inflasi terhadap kredit
Ha; ρ ≠ 0 : Ada hubungan linier antara inflasi terhadap kredit
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,00 < 0,05. maka
tidak cukup data untuk menolak Ho;ρ=0 dan menerima Ha;ρ≠0.
Artinya, tidak ada hubungan linier antara variable inflasi dengan
kredit. Besarnya pengaruh inflasi terhadap kredit sebesar 0,21.
Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap penawaran kredit. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mochamad Fazza (2007) bahwa hasil analisis data
menunjukkan bahwa inflasi mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap Permintaan kredit perbankan. Sedangkan untuk
variabel PDB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
Permintaan Kredit Perbankan. Secara bersama-sama variabel
pengaruh Produk Domestik regional Bruto, Suku Bunga, Inflasi dan
variabel dummy krisis ekonomi berpengaruh signifikan terhadap
Permintaan Kredit perbankan Pada Bank Umum di Propinsi Jawa
Tengah. Untuk pengujian terhadap uji asumsi klasik tidak terdapat
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Sehingga
72
mengharapkan kepada peneliti lain yang sejenis untuk melengkapi
baik dengan menambah variabel atau data-data yang digunakan
sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik.
3) Pengaruh antara variabel jumlah uang beredar terhadap kredit
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel
jumlah uang beredar terhadap kredit, dapat melakukan langkah-
langkah analisis sebagai berikut:
Ketentuan Hipotesis:
Ho; ρ = 0 : Tidak ada hubungan linier antara jumlah uang beredar
terhadap kredit
Ha; ρ ≠ 0 : Ada hubungan linier antara jumlah uang beredar terhadap
kredit
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,00 < 0,05. maka
telah cukup data untuk menolak Ho;ρ=0 dan menerima Ha;ρ≠0.
Artinya, ada hubungan linier antara variabel jumlah uang bereda
terhadap penawaran kredit kredit. Besarnya pengaruh jumlah uang
beredar terhadap penawaran kredit sebesar 0,97.
Jumlah uang beredar memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap penawaran kredit. Artinya, apabila jumlah uang
beredar mengalami peningkatan maka jumlah penawaran kredit juga
akan mengalami peningkatan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Ersa
Zheta (2008). Bahwa jumlah uang beredar terhadap penawaran
kredit berpengaruh positif signifikan dimana saat itu jumlah uang
73
yang beredar relatif stabil walaupun sangat kecil dikarenakan kondisi
perekonomian saat itu sedikit lebih stabil sehingga berpengaruh baik
terhadap kredit di Indonesia.
4) Pengaruh antara variabel CAR terhadap kredit
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel
inflasi terhadap kredit, dapat melakukan langkah-langkah analisis
sebagai berikut:
Ketentuan Hipotesis:
Ho ; ρ = 0 : Tidak ada hubungan linier antara CAR terhadap kredit
Ha;ρ ≠ 0: Ada hubungan linier antara CAR terhadap kredit
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,42 > 0,05. maka
telah cukup data untuk menolak Ho;ρ=0 dan menerima Ha;ρ≠0.
Artinya, ada hubungan linier antara variabel CAR terhadap kredit.
Besarnya pengaruh CAR terhadap kredit sebesar -0,02.
CAR memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan
terhadap penawaran kredit. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Riset Akuntansi (2010) bahwa CAR (X2) memiliki
pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap volume kredit. Besar
t hitung < t tabel (0,727 < 1,999) dengan nilai signifikansi (0,470 >
0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa tidak setiap kenaikan volume
kredit akan diikuti oleh kenaikan modal, dimana bank tetap dapat
meningkatkan kredit selama peningkatan kredit tersebut tidak
menjadikan modal bank di bawah ketetapan 8 % Bank Indonesia.
74
ROA (X3) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
volume kredit. Besar t hitung > t tabel (2,583 > 1,999) dengan nilai
signifikansi (0,012 < 0,05). Setiap kenaikan return on asset 1% akan
diikuti dengan kenaikan volume kredit sebesar 18,3%. Menurut
Perry Warjiyo (2004), dalam kenyataannya perilaku penawaran
kredit perbankan tidak hanya dipengaruhi oleh dana yang tersedia
yang bersumber dari DPK (Dana Pihak Ketiga), tetapi juga
dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan
kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan atau CAR (Capital
Adequacy Ratio), jumlah kredit macet atau NPLs (Non Performing
Loans), dan LDR (Loan to Deposit Ratio).
Tabel 4.9 Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen
Pengaruh Variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan BI Rate<--> CAR 0,53 0,00 Signifikan Inflasi<--> CAR -0,74 0,00 Signifikan JUB <--> CAR -0,75 0,00 Signifikan
BI Rate<--> Kredit -0,15 0,00 Signifikan Inflasi<--> Kredit 0,21 0,00 Signifikan JUB <--> Kredit 0,97 0,00 Signifikan CAR <--> Kredit -0,02 0,42 Tidak Signifikan
(Sumber : data diolah)
75
3. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit)
Untuk mengetahui apakah model tersebut sudah sesuai atau
belum, maka dilakukan uji kesesuaian model (Goodness of Fit) sebagai
berikut
Tabel 4.10 Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh BI Rate, inflasi dan jumlah uang beredar terhadap Capital Adequecy Ratio serta Implikasinya terhadap
penawaran Kredit
Laporan Statistik
Nilai yang Direkomendasikan
(Kelloway) Hasil Keteranga
n
Absolut Fit
Y1 Tidak signifikan 0 Model tidak cocok
Df 0 -
X2/df 2 < X2/df < 5 < 2 Over fitting
- -
RMR < 0.05 0 Fit
RMSEA < 0.1 good fit < 0.05 very good fit < 0.01 outstanding fit
0.633 Tidak Fit
GFI > 0.9 good fit 1 Fit Comparative Fit
NFI > 0.9 good fit 1 Fit TLI > 0.9 good fit - - CFI > 0.9 good fit 1 Fit RFI > 0.9 good fit - -
Parsimonious Fit PNFI 0-1 (lebih besar lebih baik) 0 Tidak Fit PGFI 0-1 (lebih besar lebih baik) 0 Tidak Fit
Hasil uji Goodness of Fit tersebut masih banyak yang tidak
terdefinisimaka pengujian tersebut dianggap kurang Fit. Hal ini
disebabakan dalam model tersebut masih banyak pengaruh antar
variabel yang tidak signifikan. Selanjutnya peneliti akan melakukan
analisis jalur model trimming. Analisis Jalur Model Trimming adalah
76
model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur bila
coefisien betanya (eksogen) tidak signifikan. Dalam hal ini peneliti
menghilangkan salah satu jalur (panah) yang memiliki koefisien betanya
tidak signifikan dan yang memiliki probabilitas terbesar. Rangkuman
hasil trimming model dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.11 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Modifikasi
Cut-Off Value Hasil Uji Indeks
Goodness of Fit (Kelloway) Sebelum Trimming Trimming I
Absolut Fit Prob Y1 Tidak signifikan 0 0.42
Df 0 1
2 < X2/df < 5 Y1/df
< 2
- 0.16
RMR < 0.05 0 0 < 0.1 good fit
< 0.05 very good fit RMSEA
< 0.01 outstanding fit
0.633 0
GFI > 0.9 good fit 1 1 Comparative Fit
NFI > 0.9 good fit 1 1 TLI > 0.9 good fit - 0.00 CFI > 0.9 good fit 1 1 RFI > 0.9 good fit - 0.978
Parsimonious Fit
PNFI 0-1 (lebih besar lebih baik) 0 0.048
PGFI 0-1 (lebih besar lebih baik) 0 0.036
77
Pada trimming pertama, jalur (panah) CAR terhadap Kredit
dihilangkan karena memiliki probabilitas 0,42 > 0,05 (tidak signifikan).
Dari hasil modifikasi I model analisis jalur dengan menghilangkan jalur
(panah) CAR terhadap Kredit, diperoleh indeks kesesuaian model yang
cukup baik (Lihat Lampiran).
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Setelah Trimming
Pengaruh Variabel Estimasi Probabilitas Kesimpulan BI Rate<--> CAR 0,53 0,00 Signifikan Inflasi<--> CAR -0,74 0,00 Signifikan JUB <--> CAR -0,75 0,00 Signifikan
BI Rate <--> Kredit -0,16 0,00 Signifikan Inflasi<--> Kredit 0,99 0,00 Signifikan JUB <--> Kredit 0,23 0,00 Signifikan
Dikarenakan terjadi beberapa trimming bagi jalur yang tidak
signifikan, maka dari itu penelitian selanjutnya bertujuan sebagai
berikut:
1. Untuk menganalisis hubungan BI Rate, inflasi dan JUB, terhadap
CAR .
2. Untuk menganalisis hubungan BI Rate, inflasi dan JUB, CAR
terhadap penawaran Kredit.
3. Untuk menganalisis hubungan BI Rate, inflasi dan JUB, terhadap
penawaran Kredit secara langsung dan tidak langsung.
78
BI_RATE
INFLASI
JUB
.67
CAR
.98
KMK
.86
-.21
-.23
.53
-.74
-.75
-.16
.99
.24
e1 e2
C. Analisis Jalur Setelah Trimming
Pengujian analisis jalur setelah trimming terdiri dari 2 (dua) sub
struktur. Yang pertama adalah pengaruh antara BI Rate, Inflasi dan jumlah
uang beredar terhadap CAR.Yang kedua manganalisis pengaruh BI Rate,
Inflasi dan jumlah uang beredar terhadap penawaran kredit.
Gambar 4.4 Hasil Perhitungan Setelah Trimming
Tabel 4.13 Hasil Korelasi antara variabel BI Rate, inflasi dan jumlah uang beredar
setelah Trimming
( Sumber : data diolah)
Korelasi Antar Variabel Estimasi Probabilitas Keterangan
BI Rate <--> Inflasi 0,86 0,00 Signifikan
BI Rate <--> JUB -0,23 0,05 Signifikan Inflasi <--> JUB -0,21 0,08 Signifikan
79
Korelasi antara BI Rate, inflasi dan jumlah uang beredar
Kelompok Bank Umum Swasta Nasional tidak berbeda dengan analisis
korelasi sebelum trimming.
1) Pengaruh BI Rate, Inflasi dan jumlah uang beredar terhadap
Capital Adequecy Ratio.
Adapun gambar hasil analisis diagram jalur sub struktur
pertama adalah sebagai berikut.
Gambar 4.5 Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming
(Sumber : data diolah)
Agar lebih jelas diagram jalur tersebut disajikan dalam
bentuk ringkasan tabel sebagai berikut:
BI_RATE
INFLASI
JUB
CAR
.86
-.21
-.23
.53
-.74
-.75
.24
e1
80
Tabel 4.14 Hasil Uji Pengaruh BI Rate, Inflasi, jumlah uang beredar terhadap Capital
Adequecy Ratio
Pengaruh antar variabel
Estimasi Probabilitas R Square
BI Rate - - > CAR 0,53 0,00 Inflasi - - > CAR -0,74 0,00 0,670 JUB - - > CAR -0,75 0,00
Untuk melihat pengaruh BI Rate, inflasi dan jumlah uang
beredar secara gabungan terhadap Capital Adequecy Ratio (CAR),
kita dapat melihat hasil perhitungan pada tabel khususnya angka R
square.
Besarnya angka R square (r2) adalah 0,670. Angka tersebut
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel BI Rate,
Inflasi, dan jumlah uang beredar secara gabungan terhadap CAR
dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD) dengan
menggunakan rumus berikut:
KD = r2 x 100%
KD = 0,670 x 100%
KD = 67,0%
Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh variable
BI Rate, inflasi, dan jumlah uang beredar terhadap CAR secara
gabungan adalah 67,0%, sedangkan sisanya sebesar 33% (100%-
67,0%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabel dapat
diterangkan dengan menggunakan BI Rate, inflasi, dan jumlah uang
81
beredar adalah sebesar 67,0%, sementara pengaruh yang disebabkan
oleh variabel-variabel lain di luar model ini adalah sebesar 33,%.
Untuk melihat besarnya pengaruh BI Rate, inflasi, dan
jumlah uang beredar terhadap CAR, digunakan kolom estimasi pada
tabel di bawah ini, sedangkan untuk melihat signifikansi digunakan
kolom probabilitas.
1) Pengaruh antara BI Rate dengan CAR
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara BI Rate
dengan CAR, dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai
berikut:
Ketentuan Hipotesis:
Ho; ρ = 0 : Tidak ada hubungan linier antara BI Rate dengan
CAR
Ha; ρ ≠ 0 : Ada hubungan linier antara BI Rate dengan CAR
Dengan kriteria sebagai berikut:
Jika probabilitas penelitian < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima.
Jika probabilitas penelitian > 0,05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,00 < 0,05. maka
telah cukup data untuk menolak Ho; ρ = 0 dan menerima Ha; ρ ≠
0. Artinya, ada hubungan linier antara BI Rate dengan CAR.
82
Besarnya pengaruh BI Rate terhadap CAR sebesar 0,53 atau 53
%.
BI Rate memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap CAR. Artinya, apabila terjadi kenaikan BI Rate, maka
jumlah CAR juga akan mengalami kenaikan, begitu juga
sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Desi Arisandi, SE (2007) bahwa program rekapitulasi perbankan
mampu mengatasi permasalahan modal dan rentabilitas bank
yang tercermin dalam rasio CAR dan ROA serta NPL yang
berhasil ditekan telah meningkatkan kemampuan bank umum
dalam menyalurkan kredit di Indonesia.
2) Pengaruh antara inflasi dengan CAR
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara inflasi
dengan CAR, dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai
berikut:
Ketentuan Hipotesis:
Ho; ρ = 0: Tidak ada hubungan linier antara inflasi dengan CAR
Ha; ρ ≠ 0: Ada hubungan linier antara inflasi dengan CAR
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,00 < 0,05. maka
telah cukup data untuk menolak Ho; ρ = 0 dan menerima Ha; ρ ≠
0. Artinya, ada hubungan linier antara inflasi dengan CAR.
Besarnya pengaruh inflasi terhadap CAR sebesar -0,74 atau -
74%.
83
Inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
CAR. Artinya, apabila inflasi meningkat, maka CAR akan
mengalami meningkat, begitu pula sebaliknya. Hasil penelitian
ini mendukung penelitian yang dilakukan Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Budiawan (2008)
yang menyatakan bahwa tingkat kecukupan modal berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kredit. CAR tinggi
memungkinkan modal yang cukup namun belum diikuti
pengmanfaatan modal ke dalam aktiva yang menguntungkan .
Sehingga hal tersebut memungkinkan bank menyalurkan
modalnya ke dalam aktiva berebentuk kredit dan mengurangi
adanya idle fund.
3) Pengaruh antara jumlah uang beredar dengan CAR
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel
jumlah uang beredar dengan CAR, dapat melakukan langkah-
langkah analisis sebagai berikut:
Ketentuan Hipotesis:
Ho : Tidak ada hubungan linier antara jumlah uang beredar
dengan CAR
Ha : Ada hubungan linier antara jumlah uang beredar dengan
CAR
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,00 > 0,05. maka
telah cukup data untuk menolak Ho; ρ = 0 dan menerima Ha; ρ ≠
84
0. Artinya, ada hubungan linier antara jumlah uang beredar
dengan CAR. Besarnya pengaruh jumlah uang beredar terhadap
CAR sebesar -0,75 atau 75%.
Jumlah uang beredar memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap CAR. Artinya, apabila jumlah uang beredar
mengalami peningkatan maka jumlah CAR juga akan mengalami
peningkatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Menurut Tajur Khalwaty (2000:144) inflasi dapat dikendalikan
oleh kebijakan suku bunga dengan melalui jumlah uang beredar.
Ketika jumlah uang beredar di masyarakat meningkat, maka
bank umum menaikan suku bunga simpanan untuk mendorong
investor menanamkan investasinya di bank yang memberikan
tingkat pengembalian yang lebih besar dibandingkan
menginvestasikan modalnya pada sektor – sektor produktif yang
memiliki tingkat resiko yang lebih besar, sehingga inflasi dapat
dikendalikan.
85
2) Pengaruh BI Rate, inflasi, jumlah uang beredar terhadap
penawaran kredit.
Gambar 4.6 Diagram Jalur Sub Struktur II Setelah Trimming
(Sumber : data diolah)
Tabel 4.15 Hasil Uji Pengaruh antara BI Rate, inflasi dan jumlah uang beredar
terhadap penawaran kredit
Pengaruh antar variabel Estimasi Probabilitas R Square
BI Rate - - > Kredit -0,16 0,00 Inflasi - - > Kredit 0,24 0,00 0,977 JUB - - > Kredit 0,99 0,00
Untuk melihat pengaruh variabel BI Rate, inflasi, jumlah uang
beredar dan CAR terhadap penawaran kredit secara gabungan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini kolom R Square.
Besarnya angka R square (r2) adalah sebesar 0,977. Angka
tersebut menjelaskan bahwa pengaruh BI Rate, inflasi, jumlah uang
beredar dan CAR terhadap penawaran kredit secara gabungan adalah
97,7% (0,977 x 100%), sedangkan sisanya sebesar 2,3% (100%-97,7%)
BI_RATE
INFLASI
JUB
CAR
.98
KMK
.86
-.21
-.23
.24
e1 e2
86
dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabilitas kepuasan
yang dapat diterangkan dengan menggunakan variabel BI Rate, Inflasi,
Jumlah uang beredar dan CAR 97,7%, sementara pengaruh 2,3%
disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model ini.
Untuk melihat signifiansi pengaruh BI Rate, inflasi, jumlah uang
beredar dan CAR terhadap penawaran kredit secara parsial, digunakan
kolom probabilitas, sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh
digunakan angka estimasi pada tabel di bawah ini.
1. Pengaruh antara variabel BI Rate terhadap kredit
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel BI
Rate terhadap kredit, dapat melakukan langkah-langkah analisis
sebagai berikut:
Ketentuan Hipotesis:
Ho; ρ = 0 : Tidak ada hubungan linier antara BI Rate terhadap kredit
Ha; ρ ≠ 0 : Ada hubungan linier antara BI Rate terhadap kredit
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,00 > 0,05. maka
tidak cukup data untuk menolak Ho;ρ=0 dan menerima Ha;ρ≠0.
Artinya, tidak ada hubungan linier antara variable BI Rate dengan
kredit. Besarnya pengaruh BI Rate terhadap kredit sebesar -0,16.
BI Rate memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap penawaran kredit. Menurut samuelson & Nordhous
(2001:227) tingkat diskonto (BI rate) digunakan sebagai tanda
perubahan kebijakan utama pasar. Tingkat diskonto mengikuti bunga
87
pasar untuk mencegah bank umum mendapatkan untung yang lebih
besar dari meminjam dengan tingkat diskonto yang rendah kemudian
meminjamkan ke pasar dengan bunga yang lebih tinggi. Artinya,
ketika suku bunga diskonto naik maka bank umum akan merespon
dengan menaikan suku bunga pembiayaan dan merubah suku bunga
simpanan.
2. Pengaruh antara variabel inflasi terhadap kredit
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel
inflasi terhadap kredit, dapat melakukan langkah-langkah analisis
sebagai berikut:
Ketentuan Hipotesis:
Ho; ρ = 0 : Tidak ada hubungan linier antara inflasi terhadap kredit
Ha; ρ ≠ 0 : Ada hubungan linier antara inflasi terhadap kredit
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,00 < 0,05. maka
tidak cukup data untuk menolak Ho;ρ=0 dan menerima Ha;ρ≠0.
Artinya, tidak ada hubungan linier antara variable inflasi dengan
kredit. Besarnya pengaruh inflasi terhadap kredit sebesar 0,24.
Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap penawaran kredit. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mochamad Fazza (2007) bahwa hasil analisis data
menunjukkan bahwa inflasi mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap Permintaan kredit perbankan. Sedangkan untuk
variabel PDB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
88
Permintaan Kredit Perbankan. Secara bersama-sama variabel
pengaruh Suku Bunga, inflasi dan variabel dummy krisis ekonomi
berpengaruh signifikan terhadap Permintaan Kredit perbankan Pada
Bank Umum di Propinsi Jawa Tengah. Untuk pengujian terhadap uji
asumsi klasik tidak terdapat multikolinieritas, heteroskedastisitas dan
autokorelasi. Sehingga mengharapkan kepada peneliti lain yang
sejenis untuk melengkapi baik dengan menambah variabel atau data-
data yang digunakan sehingga dapat memberikan hasil yang lebih
baik.
3. Pengaruh antara variabel jumlah uang beredar terhadap kredit
Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel
jumlah uang beredar terhadap kredit, dapat melakukan langkah-
langkah analisis sebagai berikut:
Ketentuan Hipotesis:
Ho; ρ = 0 : Tidak ada hubungan linier antara jumlah uang beredar
terhadap kredit
Ha; ρ ≠ 0 : Ada hubungan linier antara jumlah uang beredar terhadap
kredit
Hasil perhitungan menunjukkan angka 0,00 < 0,05. maka
telah cukup data untuk menolak Ho;ρ=0 dan menerima Ha;ρ≠0.
Artinya, ada hubungan linier antara variabel jumlah uang beredar
terhadap penawaran kredit kredit. Besarnya pengaruh jumlah uang
beredar terhadap penawaran kredit sebesar 0,99.
89
Jumlah uang beredar memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap penawaran kredit. Artinya, apabila jumlah uang
beredar mengalami peningkatan maka jumlah penawaran kredit juga
akan mengalami peningkatan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Ersa
Zheta (2008). Bahwa jumlah uang beredar terhadap penawaran
kredit berpengaruh positif signifikan walaupun sangat kecil
dikarenalan kondisi perekonomian saat itu sedikit lebih stabil.
Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan dalam diagram
jalur setelah trimming, dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut :
Gambar 4.7 Diagram Jalur Setelah Trimming
(Sumber : data diolah)
D. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Beberapa pengaruh langsung dan tidak langsung (melalui CAR)
dan pengaruh total tentang pengaruh BI Rate, inflasi, jumlah uang
beredar terhadap penawaran kredit dapat dilihat pada tabel dan uraian
sebagai berikut:
BI_RATE
INFLASI
JUB
.67
CAR
.98
KMK
.86
-.21
-.23
.53
-.74
-.75
-.16
.99
.24
e1 e2
90
a) Pengaruh antara variabel BI Rate terhadap CAR
Pengaruh langsung = 0.53 = pengaruh total
b) Pengaruh antara variabel BI Rate terhadap Kredit
Pengaruh langsung = - 0.16 = pengaruh total
c) Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap CAR
Pengaruh langsung = -0.74 = pengaruh total
d) Pengaruh antara variabel Inflasi terhadap Kredit
Pengaruh langsung = 0.23 = pengaruh total
e) Pengaruh antara variabel JUB terhadap CAR
Pengaruh langsung = 0,75 = pengaruh total
6) Pengaruh antara variabel JUB terhadap Kredit
Pengaruh langsung = 0.99 = pengaruh total
Tabel 4.16 Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, dan Pengaruh Total tentang BI Rate (X1), inflasi (X2), Jumlah uang beredar (X3), CAR (Y1) terhadap Penawaran Kredit (Z)
Pengaruh Kausal Pengaruh Tidak Langsung
Pengaruh Variabel Langsung
Melalui Y1 Melalui Total
X 1 terhadap Y 1 0.53 - - 0.53 X 1 terhadap Z -0.16 - [ -0.034592
X 2 terhadap Y1 -0.55 - - -0.55 X 2 terhadap Z 0.14 - - 0.1477 X3 terhadap Y1 0.72 - - 0.72 X3 terhadap Z 0.97 - - 1.6684 Y1 terhadap Z - - - -
91
E. Interpretasi
Berikut merupakan pembahasan hasil penelitian pengaruh suku bunga
SBI, uang beredar dan Inflasi sebagai berikut :
1. Persamaan Sub Struktur I
Capital Adequecy Ratio = 0,86 BI Rate + - 0,23 Inflasi + - 0,21 JUB
1 ; R square = 0,670
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diketahui variabel BI
Rate, inflasi dan jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap
Capital Adequecy Ratio. Uraian lebih lanjut adalah sebagai berikut
a. Pengaruh BI Rate Terhadap Capital Adequecy Ratio
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel BI Rate memiliki
pengaruh yang positif signifikan terhadap Capital Adequecy Ratio.
Artinya, apabila terjadi kenaikan BI Rate hal tersebut akan
meningkatkan Capital Adequecy Ratio.
b. Pengaruh Inflasi Terhadap Capital Adequecy Ratio
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel Inflasi memiliki
pengaruh yang positif signifikan terhadap Capital Adequecy Ratio.
Artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi hal tersebut akan meningkatkan
Capital Adequecy Ratio.
c. Pengaruh Jumlah Uang Beredar Terhadap Capital Adequecy Ratio
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel jumlah uang
beredar memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Capital
92
Adequecy Ratio . Artinya, apabila terjadi kenaikan uang beredar hal
tersebut akan meningkatkan Capital Adequecy Ratio.
2. Persamaan Sub Struktur II
Penawaran Kredit = -0,16 BI Rate + 0,99 JUB + 0,24 Inflasi 1
; R square = 0,977
Berdasarkan hasil penlakukan diketahui variabel BI Rate,jumlah
uang beredar dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap penawaran
kredit. Uraian lebih lanjut adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh BI Rate terhadap Penawaran kredit
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variable BI Rate memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit. Artinya,
apabila terjadi kenaikan BI Rate hal tersebut akan menaikan penawaran
kredit.
b. Pengaruh Inflasi terhadap penawaran kredit
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel inflasi memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pebiayaan. Artinya,
apabila terjadi kenaikan inflasi hal tersebut akan meningkatkan
penawaran kredit.
c. Pengaruh Jumlah uang beredar terhadap Penawaran kredit
Hasil pengujian secara parsial, diketahui variabel uang beredar
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penawaran
93
kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan uang beredar hal tersebut akan
meningkatkan penawaran kredit.
94
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian setelah trimming, diketahui variabel BI Rate, inflasi dan
jumlah uang beredar memiliki pengaruh positif signifikan secara
simultan terhadap Capital Adequecy Ratio sebesar 0,670. Hasil
pengujian secara parsial, diketahui variabel BI Rate memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap CAR, sedangkan variabel inflasi
dan jumlah uang beredar memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap CAR.
2. Hasil pengujian setelah trimming, diketahui variabel BI Rate, inflasi dan
jumlah uang beredar dan CAR memiliki pengaruh secara simultan pada
kredit sebesar 0,977. Hasil pengujian secara parsial, diketahui bahwa
hanya variabel BI Rate memiliki pengaruh negatif dan signifikan,
sedangkan inflasi dan jumlah uang beredar berpengaruh positif dan
signifikan pada penawaran kredit.
3. Hasil penelitian, diketahui hanya ada pengaruh langsung variabel BI
rate, inflasi, jumlah uang beredar yang berpengaruh signifikan terhadap
kredit sedangkan variabel BI rate, inflasi, jumlah uang beredar tidak
94
95
memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap kredit karena tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel CAR terhadap kredit.
B. Implikasi
Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis
tiga variabel eksogen yaitu BI Rate, inflasi dan jumlah uang beredar
terhadap variabel endogen yaitu Capital Adequecy Ratio (CAR) pada Bank
Umum Swasta Nasional pada periode 2004:01 hingga 2009:12. Agar dapat
memperoleh gambaran yang lebih mendalam serta komprehensif maka
penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Menggunakan data yang lebih akurat dengan jumlah yang lebih banyak
dan dengan rentang waktu yang lebih panjang. Penggunaan data yang
lebih akuran dan dengan rentang waktu yang lebih panjang
memungkinkan hasil penelitian lebih baik.
2. Menggunakan metode dan alat uji yang lebih lengkap dan akurat
sehingga diperoleh kesimpulan yang lebih valid.
KMK JUB CAR BI rate INFLASI 944396 89225Jan-04 83846 939143 22.90% 0.65% 0.42% 939143 -0.006 83846Feb-04 84589 927053 22.70% 0.62% 0.38% 927053 -0.013 84589Mar-04 85027 927302 22.60% 0.61% 0.43% 927302 0.000 85027Apr-04 87236 928584 22.20% 0.61% 0.49% 928584 0.001 87236May-04 91800 951848 21.80% 0.61% 0.54% 951848 0.025 91800Jun-04 95201 973398 20.80% 0.61% 0.57% 973398 0.023 95201Jul-04 92971 974097 20.00% 0.61% 0.60% 974097 0.001 92971Aug-04 96129 982669 19.60% 0.61% 0.56% 982669 0.009 96129Sep-04 99701 988173 19.50% 0.61% 0.52% 988173 0.006 99701Oct-04 101659 998167 19.10% 0.61% 0.52% 998167 0.010 101659Nov-04 103283 1001586 18.30% 0.61% 0.52% 1001586 0.003 103283Dec-04 109726 1033877 18.00% 0.61% 0.53% 1033877 0.032 109726Jan-05 107261 1017491 21.00% 0.61% 0.61% 1017491 -0.016 107261Feb-05 110242 1014376 20.70% 0.61% 0.60% 1014376 -0.003 110242Mar-05 114779 1022703 20.20% 0.62% 0.73% 1022703 0.008 114779Apr-05 118045 1046656 19.60% 0.64% 0.68% 1046656 0.023 118045May-05 122111 1049516 18.80% 0.66% 0.62% 1049516 0.003 122111Jun-05 123587 1076526 18.40% 0.68% 0.62% 1076526 0.026 123587Jul-05 121462 1092206 18.40% 0.70% 0.65% 1092206 0.015 121462Aug-05 126544 1119102 17.60% 0.72% 0.69% 1119102 0.025 126544Sep-05 134106 1154053 17.90% 0.83% 0.76% 1154053 0.031 134106Oct-05 136379 1168842 17.80% 0.91% 1.49% 1168842 0.013 136379Nov-05 135634 1169085 17.70% 1.02% 1.53% 1169085 0.000 135634Dec-05 140508 1202762 16.90% 1.06% 1.43% 1202762 0.029 140508Jan-06 135495 1194939 19.70% 1.06% 1.42% 1194939 -0.007 135495Feb-06 135687 1197772 19.70% 1.06% 1.49% 1197772 0.002 135687Mar-06 137862 1198748 19.70% 1.06% 1.31% 1198748 0.001 137862Apr-06 140031 1197122 19.50% 1.06% 1.28% 1197122 -0.001 140031May-06 144423 1241865 19.00% 1.04% 1.30% 1241865 0.037 144423Jun-06 147092 1257785 19.00% 1.04% 1.29% 1257785 0.013 147092Jul-06 149499 1252816 19.10% 1.02% 1.26% 1252816 -0.004 149499Aug-06 151215 1274084 19.40% 0.97% 1.24% 1274084 0.017 151215Sep-06 152902 1294744 20.40% 0.93% 1.21% 1294744 0.016 152902Oct-06 154724 1329425 19.60% 0.89% 0.52% 1329425 0.027 154724Nov-06 158112 1341940 19.70% 0.85% 0.44% 1341940 0.009 158112Dec-06 165997 1382493 19.80% 0.81% 0.55% 1382493 0.030 165997Jan-07 158820 1367957 21.20% 0.79% 0.52% 1367957 -0.011 158820Feb-07 160565 1369243 21.20% 0.77% 0.53% 1369243 0.001 160565Mar-07 164268 1379237 20.80% 0.75% 0.54% 1379237 0.007 164268Apr-07 171688 1385715 20.50% 0.75% 0.58% 1385715 0.005 171688May-07 173693 1396067 20.70% 0.72% 0.50% 1396067 0.007 173693
Jun-07 181250 1454577 20.30% 0.70% 0.48% 1454577 0.042 181250Jul-07 182291 1474769 19.60% 0.68% 0.51% 1474769 0.014 182291Aug-07 187563 1493050 19.60% 0.68% 0.54% 1493050 0.012 187563Sep-07 194616 1516884 19.00% 0.68% 0.58% 1516884 0.016 194616Oct-07 199379 1533846 18.10% 0.68% 0.57% 1533846 0.011 199379Nov-07 206960 1559569 19.60% 0.68% 0.56% 1559569 0.017 206960Dec-07 218715 1649662 18.20% 0.66% 0.55% 1649662 0.058 218715Jan-08 212643 1596565 20.50% 0.66% 0.61% 1596565 -0.032 212643Feb-08 215668 1603750 18.80% 0.66% 0.62% 1603750 0.005 215668Mar-08 227063 1594390 18.30% 0.66% 0.68% 1594390 -0.006 227063Apr-08 232957 1611691 17.30% 0.66% 0.75% 1611691 0.011 232957May-08 240529 1641733 16.60% 0.68% 0.87% 1641733 0.019 240529Jun-08 254676 1703381 16.50% 0.70% 0.92% 1703381 0.038 254676Jul-08 255848 1686050 16.20% 0.72% 0.99% 1686050 -0.010 255848Aug-08 261270 1682811 16.00% 0.75% 0.99% 1682811 -0.002 261270Sep-08 267577 1778139 16.10% 0.77% 1.01% 1778139 0.057 267577Oct-08 271716 1812490 15.40% 0.79% 0.98% 1812490 0.019 271716Nov-08 271134 1851023 15.50% 0.79% 0.97% 1851023 0.021 271134Dec-08 277345 1895839 14.80% 0.77% 0.92% 1895839 0.024 277345Jan-09 264178 1874145 15.50% 0.72% 0.76% 1874145 -0.011 264178Feb-09 262808 1900208 15.80% 0.68% 0.72% 1900208 0.014 262808Mar-09 258782 1916752 15.60% 0.64% 0.66% 1916752 0.009 258782Apr-09 254069 1912623 16.20% 0.62% 0.61% 1912623 -0.002 254069May-09 253763 1927070 16.20% 0.60% 0.50% 1927070 0.008 253763Jun-09 257927 1977532 16.60% 0.58% 0.30% 1977532 0.026 257927Jul-09 251877 1960950 16.10% 0.56% 0.23% 1960950 -0.008 251877Aug-09 257448 1995294 15.60% 0.54% 0.23% 1995294 0.018 257448Sep-09 261521 2018510 16.80% 0.54% 0.24% 2018510 0.012 261521Oct-09 259558 2021517 17.10% 0.54% 0.21% 2021517 0.001 259558Nov-09 266514 2062206 16.70% 0.54% 0.20% 2062206 0.020 266514Dec-09 282916 2141384 16.60% 0.54% 0.23% 2141384 0.038 282916
CAR-0.060 Jan-04 22.90%0.009 Feb-04 22.70%0.005 Mar-04 22.60%0.026 Apr-04 22.20%0.052 May-04 21.80%0.037 Jun-04 20.80%
-0.023 Jul-04 20.00%0.034 Aug-04 19.60%0.037 Sep-04 19.50%0.020 Oct-04 19.10%0.016 Nov-04 18.30%0.062 Dec-04 18.00%
-0.022 Jan-05 21.00%0.028 Feb-05 20.70%0.041 Mar-05 20.20%0.028 Apr-05 19.60%0.034 May-05 18.80%0.012 Jun-05 18.40%
-0.017 Jul-05 18.40%0.042 Aug-05 17.60%0.060 Sep-05 17.90%0.017 Oct-05 17.80%
-0.005 Nov-05 17.70%0.036 Dec-05 16.90%
-0.036 Jan-06 19.70%0.001 Feb-06 19.70%0.016 Mar-06 19.70%0.016 Apr-06 19.50%0.031 May-06 19.00%0.018 Jun-06 19.00%0.016 Jul-06 19.10%0.011 Aug-06 19.40%0.011 Sep-06 20.40%0.012 Oct-06 19.60%0.022 Nov-06 19.70%0.050 Dec-06 19.80%
-0.043 Jan-07 21.20%0.011 Feb-07 21.20%0.023 Mar-07 20.80%0.045 Apr-07 20.50%0.012 May-07 20.70%
0.044 Jun-07 20.30%0.006 Jul-07 19.60%0.029 Aug-07 19.60%0.038 Sep-07 19.00%0.024 Oct-07 18.10%0.038 Nov-07 19.60%0.057 Dec-07 18.20%
-0.028 Jan-08 20.50%0.014 Feb-08 18.80%0.053 Mar-08 18.30%0.026 Apr-08 17.30%0.033 May-08 16.60%0.059 Jun-08 16.50%0.005 Jul-08 16.20%0.021 Aug-08 16.00%0.024 Sep-08 16.10%0.015 Oct-08 15.40%
-0.002 Nov-08 15.50%0.023 Dec-08 14.80%
-0.047 Jan-09 15.50%-0.005 Feb-09 15.80%-0.015 Mar-09 15.60%-0.018 Apr-09 16.20%-0.001 May-09 16.20%0.016 Jun-09 16.60%
-0.023 Jul-09 16.10%0.022 Aug-09 15.60%0.016 Sep-09 16.80%
-0.008 Oct-09 17.10%0.027 Nov-09 16.70%0.062 Dec-09 16.60%
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label CAR <--- BI_RATE 7.053 1.867 3.778 *** CAR <--- INFLASI -4.319 .813 -5.313 *** CAR <--- JUB .000 .000 -10.386 *** KMK <--- BI_RATE -6295605.089 1637793.171 -3.844 *** KMK <--- JUB .173 .005 32.455 *** KMK <--- CAR -78967.522 99507.751 -.794 .427 KMK <--- INFLASI 4007354.342 774565.168 5.174 ***
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate CAR <--- BI_RATE .530 CAR <--- INFLASI -.742 CAR <--- JUB -.752 KMK <--- BI_RATE -.151 KMK <--- JUB .974 KMK <--- CAR -.025 KMK <--- INFLASI .219
Means: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label BI_RATE .007 .000 40.674 *** INFLASI .007 .000 17.440 *** JUB 1412077.458 42165.932 33.489 ***
Intercepts: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label CAR .227 .012 19.475 *** KMK -35352.115 24432.623 -1.447 .148
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label BI_RATE <--> INFLASI .000 .000 5.508 *** INFLASI <--> JUB -256.889 148.602 -1.729 .084 BI_RATE <--> JUB -124.189 65.341 -1.901 .057
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate BI_RATE <--> INFLASI .864 INFLASI <--> JUB -.210 BI_RATE <--> JUB -.232
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label BI_RATE .000 .000 5.958 *** INFLASI .000 .000 5.958 *** JUB 126235571523.510 21186907675.292 5.958 *** E1 .000 .000 5.790 *** E2 89019560.487 14948839.991 5.955 ***
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate CAR .668 KMK .978
Matrices (Group number 1 - Default model)
Total Effects (Group number 1 - Default model)
JUB INFLASI BI_RATE CAR CAR .000 -4.319 7.053 .000 KMK .176 4348395.668 -6852525.141 -78967.522
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
JUB INFLASI BI_RATE CAR CAR -.752 -.742 .530 .000 KMK .992 .238 -.164 -.025
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
JUB INFLASI BI_RATE CAR CAR .000 -4.319 7.053 .000 KMK .173 4007354.342 -6295605.089 -78967.522
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
JUB INFLASI BI_RATE CAR CAR -.752 -.742 .530 .000 KMK .974 .219 -.151 -.025
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
JUB INFLASI BI_RATE CAR CAR .000 .000 .000 .000 KMK .003 341041.326 -556920.051 .000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
JUB INFLASI BI_RATE CAR CAR .000 .000 .000 .000 KMK .019 .019 -.013 .000
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF Default model 20 .000 0 Saturated model 20 .000 0 Independence model 5 441.488 15 .000 29.433
Baseline Comparisons
Model NFI Delta1
RFI rho1
IFI Delta2
TLI rho2 CFI
Default model 1.000 1.000 1.000 Saturated model 1.000 1.000 1.000 Independence model .000 .000 .000 .000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI Default model .000 .000 .000 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 1.000 .000 .000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90 Default model .000 .000 .000 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 426.488 361.621 498.773
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Model FMIN F0 LO 90 HI 90 Default model .000 .000 .000 .000 Saturated model .000 .000 .000 .000 Independence model 6.218 6.007 5.093 7.025
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE Independence model .633 .583 .684 .000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC Default model 40.000 43.692 Saturated model 40.000 43.692 Independence model 451.488 452.411
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI Default model .563 .563 .563 .615 Saturated model .563 .563 .563 .615 Independence model 6.359 5.445 7.377 6.372
HOELTER
Model HOELTER .05
HOELTER .01
Default model Independence model 5 5
BI_RATE
INFLASI
JUB
.67
CAR
.98
KMK
.86
-.21
-.23
.53
-.74
-.75
-.15
.97
-.03.22
e1 e2
HASIL OUTPUT SETELAH TRIMMING
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label CAR <--- BI_RATE 7.108 1.867 3.807 *** CAR <--- INFLASI -4.341 .813 -5.339 *** CAR <--- JUB .000 .000 -10.432 *** KMK <--- BI_RATE -6852525.141 1486340.659 -4.610 *** KMK <--- JUB .176 .003 54.121 *** KMK <--- INFLASI 4348395.668 647250.796 6.718 ***
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate CAR <--- BI_RATE .533 CAR <--- INFLASI -.743 CAR <--- JUB -.753 KMK <--- BI_RATE -.164 KMK <--- JUB .992 KMK <--- INFLASI .238
Means: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label BI_RATE .007 .000 40.674 *** INFLASI .007 .000 17.440 *** JUB 1412077.458 42165.932 33.489 ***
Intercepts: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label CAR .227 .012 19.469 *** KMK -53297.988 9291.183 -5.736 ***
Covariances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label BI_RATE <--> INFLASI .000 .000 5.508 ***
Estimate S.E. C.R. P Label INFLASI <--> JUB -256.889 148.602 -1.729 .084 BI_RATE <--> JUB -124.189 65.341 -1.901 .057
Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate BI_RATE <--> INFLASI .864 INFLASI <--> JUB -.210 BI_RATE <--> JUB -.232
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label BI_RATE .000 .000 5.958 *** INFLASI .000 .000 5.958 *** JUB 126235571523.512 21186907675.292 5.958 *** E1 .000 .000 5.790 *** E2 89854758.172 15080887.602 5.958 ***
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate KMK .977 CAR .670
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF Default model 19 .625 1 .429 .625 Saturated model 20 .000 0 Independence model 5 441.488 15 .000 29.433
Baseline Comparisons
Model NFI Delta1
RFI rho1
IFI Delta2
TLI rho2 CFI
Default model .999 .979 1.001 1.013 1.000 Saturated model 1.000 1.000 1.000 Independence model .000 .000 .000 .000 .000
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI Default model .067 .067 .067
Model PRATIO PNFI PCFI Saturated model .000 .000 .000 Independence model 1.000 .000 .000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90 Default model .000 .000 5.900 Saturated model .000 .000 .000 Independence model 426.488 361.621 498.773
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90 Default model .009 .000 .000 .083 Saturated model .000 .000 .000 .000 Independence model 6.218 6.007 5.093 7.025
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE Default model .000 .000 .288 .469 Independence model .633 .583 .684 .000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC Default model 38.625 42.132 Saturated model 40.000 43.692 Independence model 451.488 452.411
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI Default model .544 .549 .632 .593 Saturated model .563 .563 .563 .615 Independence model 6.359 5.445 7.377 6.372
HOELTER
Model HOELTER .05
HOELTER .01
Default model 437 755 Independence model 5 5
BI_RATE
INFLASI
JUB
.67
CAR
.98
KMK
.86
-.21
-.23
.53
-.74
-.75
-.16
.99
.24
e1 e2
Daftar Riwayat Hidup
Data Pribadi
Nama : Sesy Rizkiyanti Oktavia
Tempat/tanggal lahir : Bogor, 07 Oktober 1987
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Jl. Kesadaran 1 No.17 Rt 004/01
Pondok Petir Sawangan Depok 16517
No. Telp : 085691188281/02174700757
Alamat E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal
1) Tamatan SD Negeri 03 Pondok Petir
2) Tamatan MTS AL-Hamidiyah Depok 2003
3) Tamatan MA AL-Hamidiyah Depok 2006
4) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Jurusan Manajemen Perbankan 2006 – 2010.