ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK...

106
ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO. 1.051/Pdt.P/2013/PN. Dps. DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF SKRIPSI Diajukan oleh IBM. ANDHIKA SUPRIATMAN NIM: 108044100077 KONSENTRASI HUKUM KELUARGA PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Transcript of ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK...

Page 1: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK

PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO. 1.051/Pdt.P/2013/PN.

Dps. DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM

POSITIF

SKRIPSI

Diajukan oleh

IBM. ANDHIKA SUPRIATMAN

NIM: 108044100077

KONSENTRASI HUKUM KELUARGA

PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN

NEGERI DENPASAR NO. 1.051/Pdt.P/2013/PN. Dps. DALAM

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.SV)

Oleh:

IBM. Andhika Supriatman

NrM. 108044100077

Di Bawah Bimbingan:

NIP. 1 95507 061992031001

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA.

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

I]NIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Page 3: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

PENGESAHAN PANITIA SKRIPSI

Skripsi berjudul ANALI SIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANA,K

PENGADILAN NEGERI DENPASAR No. 1051iPdt.P/2013/PN.Dps telah

diujikan dalam sidang N{unaqasyah Fakultas Syai'iah dan Hukum Universiias islunr

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 5 Desember 2014. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.sy) pada

program studi Hukum Keluarga Islam.

Jakarta, 9 Desember 2014

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

/_

/Dr. JM. Muslimin. MANIP. 19680812 199903 2or4

PANITIA UJIAN

Ketua

Sekretaris

Pernbimbing

Penguji I

Penguji II

Kamarusdiana. S.Ag. MHt9720224 t9lSri Hidayati.

19710215 19,

Dr. KH. A. J

)803 I 003

M.Ag)703 2 002

Lraini Svukri Lcs . MAl 9550706 l 99 203 I 00 1

Oosinr Arsaclani. MA19690629 20080r l 0i6

Arip Purkon, MA1979042',1 200312 1 002

Page 4: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 9 Desember 2014

IBM. Andhika Supriatman

Page 5: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

ABSTRAK SKRIPSI

IBM Andhika Supriatman/108044100077/

ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI

DENPASAR NO. 1.051/Pdt.P/2013/PN. Dps. DALAM PERSPEKTIF HUKUM

ISLAM DAN HUKUM POSITIF/Peradilan Agama/Hukum Keluarga/Fakultas

Syariah dan Hukum/Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2014/1-88 Halaman/2 Lampiran

Adanya analisis penetapan ini karena terdapat ketidaksesuaian yang

terjadi antara Penetapan Pengadilan Negeri Denpasar dan hukum normatif yang

berlaku di Indonesia dalam mengatur tentang pelaksanaan adopsi.

Dalam hal ini, Pengadilan Negeri Denpasar mengabulkan permohonan

pemohon untuk mengangkat seorang anak dari keluarga yang berbeda agama. Secara

tekstual penetapan yang dikeluarkan telah menyalahi aturan yang berlaku di

Indonesia, yaitu dalam Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan

Pengangkatan Anak dan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No.

110/HUK/2009 tentang persyaratan pengangkatan anak.

Berdasarkan penetapan diatas, penulis merasa ada kejanggalan dalam

hasil penetapan Pengadilan Negeri Denpasar yaitu: pertama, bahwa pemohon yang

beragama Islam dalam hal ini saudari Nuryani Rosalinda telah mengangkat anak dari

keluarga non muslim. Kedua, saudari Nuryani Rosalinda berstatus belum menikah.

Kedua hal tersebut menyalahi peraturan perundang-undangan di Indonesia. Bukti

tersebut bisa dilihat dari pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 54 tahun 2007 tentang

Pelaksanaan pengangkatan Anak yang menyatakan bahwa calon orang tua angkat

harus seagama dengan agama yang dianut oleh calon anak angkat. Kemudian

berdasarkan pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 54 tahun 2007 tentang Pelaksanaan

pengangkatan Anak yang menyatakan bahwa calon orang tua angkat harus memenuhi

syarat berstatus menikah paling singkat 5 (lima) tahun. Kata Kunci: Penetapan,

Pengangkatan anak, Hukum Islam, dan Hukum Positif.

Pembimbing: Dr. KH. A. Juaini Syukri, Lcs,. MA/Fakultas Syariah

dan Hukum/Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 6: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil „alamin, segala puja dan puji selalu dipanjatkan kepada

Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan hidup setiap saat, setiap detik, tanpa

pernah merasa bosan ataupun lelah sekalipun. Shalawat serta salam semoga selalu

tercurahkan keharibaan junjungan alam Nabi Muhammad SAW, yang telah

membawa umatnya dari jurang yang penuh kekelaman menuju pusaran terang

benderang yaitu pusaran iman dan takwa seperti saat ini.

Selama penulisan skripsi ini dan selama penulis mengenyam bangku

perkuliahan di Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah Konsentrasi Hukum Keluarga

Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, penulis banyak mendapat bantuan dan sumbangan motivasi dari

berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh

karena itu, izinkanlah penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. JM. Muslimin, MA.

2. Ketua Program Studi Ahwal Syakhsiyah Fakultas Syariah dan Hukum,

Bapak Kamarusdiana, S.Ag, MH.

Page 7: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

ii

3. Sekretaris Program Studi Ahwal Syakhsiyah Fakultas Syariah dan

Hukum, Ibu Sri Hidayati, M.Ag.

4. Dosen pembimbing yang sangat bijaksana dan dengan besar hati, sabar,

serta bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan

bimbingan bagi penulis dalam penulisan skripsi ini, Al-Ustadz Dr. KH. A.

Juaini Syukri, Lcs,. MA.

5. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik penulis baik

secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu pemahaman

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Orang tua tercinta, ayahanda Drs. H. Ketut Imaduddin Djamal, SH., MM.,

serta ibunda Ety Supriaty, S.Pd., berkat doa, bantuan, bimbingan, serta

nasihatnya lah penulis dapat memiliki energi untuk menyelesaikan skripsi

ini.

7. Abanganda Wazir Iman Suprianto, serta adinda-adinda Agung Sidang

Amirulhaj, Gusti Muhamad Malikul Madani, serta Iday Imanety Jamilah

yang tak henti-hentinya memotivasi penulis.

8. Teman-teman seperjuangan, Peradilan Agama 2008 B, khususnya para

“Serigala Terakhir”, Ali Seto, Udi Wahyudi, Akbar Alfaththa,

Fachrurrozy, Ade Taufik, yang selalu menemani dan membantu di masa-

masa akhir pencarian “jati diri”.

Page 8: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

iii

9. Adinda Tercinta, Nadiya Zurnafany Sakina Tejawati, yang selalu

memberikan dukungan, semangat, cinta, dan wejangan-wejangannya

kepada penulis.

10. Teman-teman Ikatan Keluarga Pesantren Darunnajah (IKPDN) Jakarta.

Tanpa kalian, penulis bukanlah siapa-siapa.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT semoga senantiasa

menerima kebaikan dan ketulusan mereka serta memberikan sebaik-baiknya balasan

atas amal baik mereka. Terakhir, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah

khazanah keilmuan kita. Amin.

Jakarta, 9 Desember 2014

Penulis

Page 9: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

iv

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah .............................. 8

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................ 9

D. Studi PustakaTerdahulu ........................................................... 10

E. Metode Penelitian..................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ............................................................. 14

BAB II PERATURAN TENTANG PENGANGKATAN ANAK

A. Pengertian Pengangkatan Anak ................................................ 16

B. Sejarah Pengangkatan Anak ..................................................... 21

C. Dasar Hukum Pengangkatan Anak Menurut Islam ................. 32

D. Dasar Hukum Pengangkatan Anak Menurut Peraturan

Indonesia................................................................................... 38

BAB III PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK

PENGADILAN NEGERI DENPASAR

A. Sejarah Pengadilan Negeri Denpasar ....................................... 43

B. Yuridiksi Pengadilan Negeri Denpasar .................................... 45

C. Tugas dan Fungsi Pengadilan Negeri Denpasar ....................... 53

Page 10: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

v

BAB IV PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK MENURUT HUKUM

ISLAM DAN HUKUM POSITIF STUDI KASUS PENETAPAN

NO. 1.051/Pdt.P/2013/PN. Dps. PENGADILAN NEGERI

DENPASAR

A. Konsep Pengangkatan Anak menurut Hukum Islam................ 54

B. Prosedur Pengangkatan anak Menurut Hukum positif

Indonesia................................................................................... 60

C. Analisis Penetapan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor

1.051/Pdt.P/2013/PN. Dps ........................................................ 72

BAB V PENUTUP ......................................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................. 84

B. Saran-saran .............................................................................. 85

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 87

LAMPIRAN ....................................................................................................

Page 11: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah amanat yang harus senantiasa kita jaga karena dalam dirinya

melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung

tinggi. Sebagai anugerah dari Tuhan, anak harus dijaga secara normatif demi

kepentingan fisik maupun psikisnya.1

Adapun jika dilihat dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak

adalah pewaris dan sekaligus potret depan bangsa di masa mendatang, generasi

penerus cita-cita bangsa. Mereka adalah pewaris peradaban, sehingga setiap anak

berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta

berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil

dan kebebasan.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah

mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab

orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan Negara untuk memberikan

perlindungan kepada anak. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan

terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang potensial,

1 M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta; Sinar Grafika, 2013), hlm.1.

Page 12: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

2

tangguh, memiliki jiwa nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai

Pancasila serta kemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa.2

Keinginan untuk memiliki keturunan adalah hal yang mutlak dimiliki

oleh kebanyakan manusia. Hal ini menjadi permasalahan yang penting dalam

kehidupan manusia sepanjang sejarah kehidupannya. Untuk terus melestarikan

kehidupan manusia diatas bumi ini maka proses regenerasi manusia harus selalu

dilakukan.

Lazimnya, untuk mendapatkan keinginan ini didahului dengan proses

perkawinan. Dimana salah satu tujuan perkawinan adalah untuk memperoleh

keturunan dari pasangan yang menikah tersebut. Keinginan yang alamiah dari

setiap pasangan yang telah melangsungkan perkawinan untuk memiliki

keturunan. Yang kelak akan melanjutkan kehidupan orang tuanya dengan

mewarisi harta kekayaan dari orang tuanya.

Sejalan dengan hal diatas, menurut Subekti, perkawinan oleh undang-

undang dipandang sebagai suatu “perkumpulan” (echtvereniging), dalam hal ini

suami ditetapkan sebagai kepala atau pengurusnya. Suami mengurus kekayaan

mereka bersama disamping berhak juga mengurus kekayaan si isteri, menentukan

tempat kediaman bersama, melakukan kekuasaan orang tua dan selanjutnya

memberikan bantuan (binjstand) kepada si isteri dalam melakukan perbuatan-

perbuatan hukum.3

2 M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta; Sinar Grafika, 2013), hlm.8.

3 Subekti. Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta; intermasa,2003), hlm.

Page 13: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

3

Namun adakalanya dimana pasangan yang telah menikah tidak dapat

memiliki keturunan. Hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor, yaitu,

kelainan genetik, faktor turunan dari keluarga, ataupun faktor penyakit yang

diderita oleh salah satu pasangan atau bahkan kedua-duanya. Untuk mengatasi

permasalahan tidak memiliki keturunan tersebut, maka mayoritas umat manusia

memilih solusi pengangkatan anak.

Pengangkatan anak ini dilakukan oleh orang-orang karena disadari bahwa

hal tersebut merupakan cara yang termudah. Karena banyaknya orang yang

melakukan pengangkatan anak, maka pengaturan tentang pengangkatan anak pun

harus dapat mengakomodir semua keinginan dan kepentingan yang berkaitan

dengan pengangkatan anak sehingga dapat menertibkan masyarakat yang

melakukan pengangkatan anak.

Secara sederhana, pengertian pengangkatan anak merupakan

pengangkatan anak orang lain menjadi anak kandung orang tua angkat dengan

hak-hak dan kewajiban yang dimiliki anak kandungnya, baik hak waris ataupun

hak menggunakan nama orang tua angkatnya, hak perwalian dan lain-lain4.

Lebih lanjut, menurut Muderis Zaini, pengangkatan anak adalah suatu cara

untuk melakukan hubungan antara orang tua dan anak yang diatur dalam

4Rifyal Ka’bah, Pengangkatan Anak Dalam UU No. 3Tahun 2006 Tentang Perubahan UU

No.7 Tahun 1989 Tentang peradilan Agama dan Akibat Hukumnya, Varia Peradilan tahun ke-XXI No

284, hlm. 32.

Page 14: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

4

pengaturan perundang-undangan5. Biasanya pengangkatan anak dilaksanakan

untuk mendapatkan pewaris atau mendapatkan anak bagi orang tua yang tidak

beranak. Akibat dari pengangkatan anak yang demikian itu ialah bahwa anak

yang diangkat memiliki status sebagai anak kandung yang sah dengan segala hak

dan kewajibannya. Sebelum melaksanakan pengangkatan anak tersebut, calon

orang tua harus memiliki syarat-syarat untuk benar-benar dapat menjamin

kesejahteraan anak.

Dalam hukum Islam istilah pengangkatan anak telah dikenal sejak lama,

bahkan dipraktikkan oleh nabi Muhammad SAW sendiri. Artinya bahwa

pengangkatan anak ini telah mempunyai legalitas yang jelas karena telah

dilakukan oleh nabi Muhammad SAW.

Dari praktik pengangkatan anak yang dijalankan oleh Rasululah diatas,

bahwa secara normatif hukum Islam telah memperkenalkan sekaligus mengatur

masalah tentang pengangkatan anak. Untuk lebih jelasnya aturan Hukum Islam

tentang pengangkatan anak bisa dilihat dari surat Al-Azhab ayat 4 dan 5.

٥-٤

5 Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum, Cet.4, (Jakarta;Sinar

Grafika),2002, hlm. 7.

Page 15: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

5

"Tidaklah Allah SWT menjadikan pada seseorang dua hati dalam rongga

nya dan tidaklah isteri-isteri kamu yang telah kamu serupakan

punggungnya dari kalangan mereka menjadi ibumu dan tidaklab Dia

menjadikan anak yang kamu angkat jadi anakmu benar-benar Itu

hanyalah ucapanmu dengan mulutmu. Dan Allah SWT mengatakan yang

benar dan Dia akan menunjuki jalan. Panggillah mereka dengan nama

bapak-bapak mereka. Itulah yap lebih adil disisi Allah SWT. Dan jika

tidak kamu ketahui siapa bapa bapak mereka, maka adalah mereka

saudara kamu seagama maula-maula kamu. Tetapi tidaklah kamu

berdosa jika kamu salah dengan dia, melainkan jika disengaja oleh hati

kamu. dan Allah SWT adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (Al-

Ahzab : 4-5)

Hubungan hukum antara orang tua angkat dengan anak-anak angkat tidak

sama sebagaimana hubungan hukum antara orang tua dengan anak kandung.

Hubungan hukum anak angkat dengan orang tua kandungnya tetap seperti

sebelum adanya pengangkatan anak.

Salah satu ketetapan hukum Islam tentang pengangkatan anak adalah

bahwa anak angkat mengikuti nasabnya sesuai dengan orang tua kandungnya,

bukan mengikuti orang tua angkatnya. Hal ini pernah ditetapkan oleh nabi

Muhammad SAW yang mempunyai anak angkat bernama Zaid bin Haritsah yang

sebelumnya bernama Zaid bin Muhammad SAW.6

Namun hal itu berbeda dengan praktek pengangkatan anak yang terjadi di

daerah Denpasar. Seperti yang ditemukan oleh penulis dalam sebuah penetapan

yang keluarkan oleh Pengadilan Negeri Denpasar dengan Nomor Perkara

1.051/Pdt.P/2013/PN. Dps.

6 Khalid Muhammad Kalid, 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW, (Jakarta; Al-I’tishom Cahaya

Ummat, 2007), hlm. 45.

Page 16: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

6

Dalam duduk perkaranya, pemohon telah mengajukan permohonannya

tertanggal 17 Desember 2013 di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar pada

tanggal 18 September 2013, pada pokoknya yaitu pemohon belum pernah

menikah dan bekerja swasta, kemudian pemohon berniat mengangkat seorang

anak laki-laki yang bernama Gavin Robert Pratama, yaitu anak dari seorang Ibu

bernama Tina Yulia Novanda dan pada saat itu anak tersebut juga belum

mempunyai akte kelahiran. Pemohon telah membiayai anak tersebut dari

kandungan hingga saat ini dikarenakan ibu tersebut tidak bekerja dan menyatakan

tidak sanggup untuk memeliharanya, sehingga pemohon berinisiatif untuk

mengangkatnya. Untuk mendapatkan legalitas atas status anaknya, dan setelah

mendapatkan saran dari Kantor Catatan Sipil, maka pemohon mengajukan

permohonan tersebut ke pengadilan.

Berdasarkan fakta tersebut diatas, dan juga pemohon telah mengangkat

anak tersebut sejak tanggal 07 Desember 2012, dimana anak tersebut telah

diserahkan secara ikhlas oleh orang tua kandungnya untuk dipelihara, diasuh,

maupun dididik oleh pemohon seperti anak kandungnya sendiri sampai sekarang,

maka demi untuk kepentingan kelangsungan hidup dan kehidupan anak tersebut

dikemudian hari dimana pemohon juga telah bekerja, maka pemohon dipandang

mampu untuk membiayai hidup dan kehidupan anak tersebut.

Kemudian Pengadilan Negeri Denpasar menetapkan dalam perkara diatas

tertanggal 28 Oktober 2013 dengan nomor register: 1.051 / Pdt.P / 2013 / PN.

Dps. yaitu:

Page 17: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

7

1. Mengabulkan permohonan pemohon;

2. Menyatakan sah pengangkatan anak yang dilakukan oleh pemohon

NURYANI ROSALINDA terhadap anak laki-laki yang bernama GAVIN

ROBERT PRATAMA yang lahir di Denpasar pada tanggal 7 Desember

2012;

3. Memerintahkan kepada pemohon untuk mendaftarkan tentang Penetapan

ini kepada Kepala Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Badung agar dicatatkan kedalam register yang diperuntukkan untuk itu.

Berdasarkan penetapan diatas, penulis merasa ada kejanggalan dalam hasil

penetapan Pengadilan Negeri Denpasar yaitu: pertama, bahwa pemohon yang

beragama Islam dalam hal ini saudari Nuryani Rosalinda telah mengangkat anak

dari keluarga non muslim. Kedua, saudari Nuryani Rosalinda berstatus belum

menikah. Dari kedua permasalahan tersebut berdasarkan peraturan perundang-

undangan Indonesia menyalahi aturan secara normatif. Bukti tersebut bisa dilihat

dari pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 54 tahun 2007 tentang Pelaksanaan

pengangkatan Anak yang menyatakan bahwa calon orang tua angkat harus

seagama dengan agama yang dianut oleh calon anak angkat.7 Kemudian

berdasarkan pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 54 tahun 2007 tentang

Pelaksanaan pengangkatan Anak yang menyatakan bahwa calon orang tua angkat

harus memenuhi syarat berstatus menikah paling singkat 5 (lima) tahun.8

7 Pasal 3 Peraturan Pemerintah no 54 tahun 2007 tentang Pelaksanaan pengangkatan Anak

8 Pasal 3 Peraturan Pemerintah no 54 tahun 2007 tentang Pelaksanaan pengangkatan Anak

Page 18: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

8

Adanya ketidaksesuaian yang terjadi antara Penetapan Pengadilan Negeri

Denpasar dan hukum normatif yang berlaku di Indonesia dalam mengatur

tentang pelaksanaan adopsi ini merupakan hal yang menurut penulis menarik

untuk diteliti dan dibahas dalam sebuah skripsi yang berjudul “ANALISIS

PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI

DENPASAR NO. 1.051 / Pdt.P / 2013 / PN. Dps. DALAM PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar terhindar dari kesalahpahaman serta ketidakjelasan masalah yang

diambil oleh penulis, maka penulis batasi terkait Penetapan yang dikeluarkan

oleh Pengadilan Negeri Denpasar No. Register: 1.051/Pdt.P/2013/PN. Dps.

yang menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Denpasar mengabulkan pemohon

untuk mengangkat seorang anak dari keluarga yang berbeda agama. Secara

tekstual penetapan yang dikeluarkan telah menyalahi aturan yang berlaku di

Indonesia, yaitu dalam Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2007 tentang

Pelaksanaan Pengangkatan Anak dan Peraturan Menteri Sosial Republik

Indonesia No. 110/HUK/2009 tentang persyaratan pengangkatan anak.

Page 19: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

9

2. Perumusan Masalah

Bedasarkan pada uraian tersebut diatas, permasalahan dalam penulisan

skripsi ini adalah sebagai berikut;

a. Bagaimanakah Konsep pengangkatan anak menurut Hukum Islam?

b. Bagaimanakah prosedur pengangkatan anak menurut hukum positif

Indonesia?

c. Bagaimanakah hasil penetapan Pengadilan Negeri Denpasar No.

1.051/Pdt.P/2013/PN. Dps. menurut perspektif Hukum Islam dan Hukum

Positif?

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan.

Terdapat beberapa hal yang akan dicapai dari tujuan penulisan ini,

antara lain;

a. Memahami konsep pengangkatan anak menurut hukum Islam.

b. Mengetahui prosedur pengangkatan anak menurut hukum positif

Indonesia

c. Memahami hasil penetapan Pengadilan Negeri Denpasar No.

1.051/Pdt.P/2013/PN. Dps. menurut perspektif hukum Islam dan

hukum positif.

Page 20: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

10

2. Manfaat Penulisan.

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

dalam rangka menambah khazanah ilmu pengetahuan hukum, terutama

pembahasan hukum mengenai pengangkatan anak.

2. Dalam hal praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi praktisi hukum/aparat penegak hukum dalam menegakkan hukum,

serta secara khusus bagi penulis, hasil penelitian ini menjadi bahan untuk

penyusunan skripsi sebagai tugas akhir penyelesaian studi pada Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

D. Studi Pustaka Terdahulu

1. Mery Wanyi Rihi, SH, Kedudukan Anak Angkat Menurut Hukum Waris Adat

Bali (Studi Kasus di Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota

Denpasar dan Pengadilan Negeri Denpasar), (Semarang, Program Pasca

Sarjana Universitas Diponegoro, 2006).

Menganalisis kedudukan anak angkat menurut hukum waris adat Bali

yang ditinjau dari sudut pandang hukum adat. Namun, saudari Mery Wanyi

Rihi, SH hanya menganalisis hal tersebut dari sudut pandang hukum adat Bali

saja. Tanpa disertai dengan analisis dari sudut pandang hukum perdata Islam.

Page 21: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

11

2. Sulistya Rini Saputro Wibowo, C.100.980.208, Kedudukan Anak Angkat

dalam Pewarisan Menurut Hukum Adat Bali (Studi di Kecamatan

Kerambitan, Kabupaten Tabanan), (Surakarta, Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Surakarta).

Membahas tentang kedudukan hukum anak angkat di kecamatan

Kerambitan, kabupaten Tabanan.Namun, saudari Sulistya Rini Saputro

Wibowo hanya mengangkat kedudukan serta akibat hukum yang terjadi di

Bali tanpa mengangkat hal tersebut dalam perspektif hukum perdata Islam.

E. Metode Penelitian

Adapun metode dan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian hukum Normatif. Yakni penelitian hukum yang dilakukan

dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.9 Penelitian

Hukum Normatif mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah

yang berlaku dalam masyarakat, dan menjadi acuan perilaku setiap orang.10

Jenis

penelitian ini digunakan dengan pertimbangan bahwa titik tolak penelitian ini

adalah analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang berhubungan

dengan hierarki peraturan perundang-undangan Indonesia dalam hal ini yang

berhubungan dengan pengangkatan anak.

9 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat

(Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007), hal. 10

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

2004), hal.

Page 22: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

12

1. Pendekatan Masalah

Sehubungan dengan masalah yang diteliti oleh penulis, maka jenis

penelitian yang digunakan yakni penelitian hukum normatif, maka

pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan

(statute approach), dan pendekatan analitis (analytical apprpoach).

Pendekatan perundang-undangan (statute approach) dilakukan untuk

meneliti berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral

suatu penelitian.11

yang dalam hal ini adalah aturan hukum tentang hierarki

peraturan perundang-undangan. Jadi, penelitian normatif yang

menggunakan pendekatan ini memungkinkan seorang peneliti untuk

memahami hukum secara lebih mendalam tentang hasil putusan atau

penetapan lembaga peradilan di Indonesia, baik dalam pemahaman maupun

penerapan hukum suatu lembaga atau ketentuan hukumnya.12

Sedangkan pendekatan analitis (analytical apprpach) dilakukan

untuk mengetahui makna yang dikandung oleh istilah-istilah yang

digunakan dalam aturan perundang-undangan secara konsepsional,

sekaligus mengetahui penerapannya dalam praktik dan putusan-putuan

hukum. Hal itu dilakukan melalui dua pemeriksaan. Pertama, sang peneliti

berusaha memperoleh makna baru yang terkandung dalam aturan hukum

11 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Malang: Bayumedia, Cet ke

IV, 2008), hal. 302 12

Johnny Ibrahim, Op. Cit., 318-319; Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum (Bandung: Alumni, 1986),

hal. 332

Page 23: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

13

yang bersangkutan. Kedua, menguji istilah-istilah hukum tersebut dalam

praktek melalui analisis terhadap putusan-putusan tersebut. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya tugas analisis hukum

adalah menganalisis konsep pengangkatan anak dilihat dari segi yuridis

atau norma yang berlaku.

Adapun metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam

penelitian ini yaitu studi kepustakaan. Data yang diperoleh dari penelitian

hukum normatif ini mencakup:

1. Bahan hukum primer: sumber penelitian, yaitu penetapan Pengadilan

Negeri Denpasar No. 1.051/Pdt.P/2013/PN.Dps.

2. Bahan hukum sekunder, yang merupakan penjelasan mengenai bahan

hukum primer, seperti Undang-undang, Rancangan Undang-Undang,

hasil-hasil penelitian dan buku-buku hasil karya para ahli, serta hasil

wawancara dengan para ahli hukum terkait.

3. Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberi petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus hukum, ensiklopedi dan lain

sebagainya.

Page 24: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

14

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini akan dibagi menjadi lima bab, dengan pokok

pembahasan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, batasan

masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metodelogi penelitian, studi terdahulu, sistematika penulisan..

BAB II : PERATURAN PENGANGKATAN ANAK

Pada bab ini akan dibahas mengenai Pengertian pengangkatan

anak, Sejarah pengangkatan anak, Dasar pengangkatan anak

menurut Islam, dan dasar hukum pengangkatan anak menurut

Peraturan Indonesia.

BAB III : PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN

NEGERI DENPASAR

Pada bab ini akan dibahas mengenai sejarah Pengadilan Negeri

Denpasar, yuridiksi Pengadilan Negeri Denpasar, tugas dan fungsi

Pengadilan Negeri Denpasar, Penetapan Pengangkatan Anak No.

1.051 / Pdt.P / 2013 / PN. Dps

Page 25: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

15

BAB IV : PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK MENURUT HUKUM

ISLAM DAN HUKUM POSITIF STUDI KASUS

PENETAPAN NO. 1.051 / Pdt.P / 2013 / PN. Dps.

PENGADILAN NEGERI DENPASAR

Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep pengangkatan anak

menurut hukum Islam, prosedur pengangkatan anak menurut

hukum positif Indonesia, analisis penetapan Pengadilan Negeri

Denpasar No.1.051/Pdt.P/2013/PN.Dps.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini memuat kesimpulan, serta saran-saran.

Page 26: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

16

BAB II

PERATURAN TENTANG PENGANGKATAN ANAK

A. PENGERTIAN PENGANGKATAN ANAK

Setiap manusia didalam dunia ini memiliki hasrat. Dan salah satu hasrat

yang dimiliki oleh manusia adalah menikah. Pada umumnya, manusia menikah

dengan tujuan untuk menyalurkan nafsu biologisnya secara baik-baik/halal, serta

untuk memiliki keturunan (anak). Akan tetapi keinginan untuk memiliki

keturunan ini menjadi bermasalah ketika secara biologis, pasangan yang telah

menikah tersebut tidak dapat memiliki keturunan. Hal ini bisa disebabkan faktor

yang berasal dari pasangan pria maupun pasangan wanita. Namun, ketidak

mampuan memiliki keturunan tersebut tetap dapat mereka atasi walaupun secara

biologis tidak memungkinkan.

Kemungkinan ini dapat terjadi ketika pengangkatan anak menjadi solusi

alternatif. Pasangan yang tidak dapat memiliki keturunan secara biologis dapat

memiliki keturunan dengan mengangkat anak atau mengadopsi anak orang lain

untuk dijadikan anak mereka.

Mengangkat anak berarti mengambil anak dari keluarga lain dengan

maksud untuk dijadikan anak sendiri agar dapat melanjutkan kehidupan orang

tuanya dengan cara mewarisi harta kekayaan dari orang tua anak tersebut.

Page 27: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

17

Menurut Rifyal Ka’bah, Pengertian pengangkatan anak adalah

mengangkat anak orang lain menjadi anak kandung orang tua angkat dengan hak-

hak dan kewajiban yang dimiliki anak kandungnya, baik hak waris ataupun hak

menggunakan nama orang tua angkatnya, hak perwalian dan lain-lain13

.

Menurut Muderis Zaini14

, pengangkatan anak adalah suatu cara untuk

melakukan hubungan antara orang tua dan anak yang diatur dalam pengaturan

perundang-undangan. Biasanya pengangkatan anak dilaksanakan untuk

mendapatkan pewaris atau mendapatkan anak bagi orang tua yang tidak bias

memilik anak. Akibat dari pengangkatan anak tersebut ialah bahwa anak yang

diangkat kemudian memiliki status sebagai anak kandung yang sah dengan

segala hak dan kewajibannya. Sebelum melaksanakan pengangkatan anak itu,

calon orang tua harus memiliki syarat-syarat untuk benar-benar dapat menjamin

kesejahteraan anak.

Pengangkatan anak merupakan usaha untuk memperoleh keturunan yang

telah lama berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia. Setiap peradaban,

bangsa, negara, agama dan lain-lain memiliki pandangan dan cara tersendiri

dalam melakukan pengangkatan anak. Termasuk di Indonesia pun telah lama

pengangkatan anak ini dilakukan.

13

Rifyal Ka’bah, Pengangkatan Anak Dalam UU No. 3Tahun 2006 Tentang Perubahan UU

No.7 Tahun 1989 Tentang peradilan Agama dan Akibat Hukumnya, Varia Peradilan tahun ke-XXI No

284, hlm. 32. 14

Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum, Cet.4, (Jakarta;Sinar

Grafika),2002, hlm. 7.

Page 28: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

18

Di dalam hukum perdata Indonesia tidak diatur tentang masalah

pengangkatan anak atau lembaga pengangkatan anak. Hukum perdata Indonesia

hanya mengatur masalah pewarisan dengan istilah “anak luar kawin” atau anak

yang diakui (erkend kind). Artinya, disini terdapat kekosongan hukum yang bisa

menimbulkan ketidakteraturan dalam masyarakat yang ingin melakukan

pengangkatan anak.

Pengangkatan anak ini dimaksudkan untuk mengangkat harkat serta

martabat dari anak itu sendiri maupun keluarga yang mengangkatnya tersebut.

Sehingga anak yang diangkat ini dapat terjamin hidupnya, nafkah, pendidikan,

serta asuhan bagi dirinya. Juga bagi keluarga yang mengangkatnya diberikan

keturunan yang kelak dapat mewarisi hidupnya berupa harta kekayaan yang

ditinggalkannya serta manfaat lainnya.

Dari segi perkembangan hukum nasional, rumusan pengertian

pengangkatan anak secara formal dan berlaku bagi seluruh pengangkatan anak di

Indonesia-tanpa membedakan golongan penduduk, juga tanpa membedakan

domestic adoption atau inter-country adoption – dituangkan dalam Peraturan

Pemerintah No 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak (“PP

Pengangkatan Anak”). Menurut PP Pengangkatan Anak bahwa pengangkatan

anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang anak dari

lingkungan kekuasaan orangtua, wali yang sah atau orang lain yang bertanggung

jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut ke dalam

Page 29: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

19

lingkungan keluarga orangtua angkat (Pasal 1 butir 2). Pengangkatan anak dengan

demikian adalah suatu perbuatan hukum pengalihan seorang anak dari suatu

lingkungan (semula) ke lingkungan keluarga orang tua angkatnya. Dari rumusan

pengertian pengangkatan anak ini tidak cukup tercermin sampai berapa jauh atau

seberapa luas akibat hukum perbuatan pengangkatan anak.15

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, tidak ditemukan suatu

ketentuan yang mengatur masalah pengangkatan anak. Yang ada hanyalah

ketentuan tentang pengakuan anak luar kawin. Seperti yang diatur dalam buku I

bab XII bagian ketiga, pasal 280 sampai pasal 289 tentang pengakuan terhadap

anak-anak diluar kawin. Ketentuan ini sama sekali tidak berhubungan dengan

masalah pengangkatan anak.

Menurut Muderis Zaini16

, karena tuntutan masyarakat walaupun dalam

KUHPerd. tidak mengakui masalah pengangkatan anak ini, sedang pengangkatan

anak itu sendiri sangatlah lazim terjadi di masyarakat, maka pemerintah Hindia-

Belanda berusaha untuk membuat peraturan yang tersendiri tentang pengangkatan

anak tersebut. Karena itulah pemerintah Hindia-Belanda melalui Staatsblad

nomor 129 tahun 1917, khusus pasal 5 sampai dengan 15 yang mengatur masalah

adopsi atau anak angkat untuk golongan masyarakat Tionghoa. Sejak itulah

Staatsblad 1917 nomor 129 menjadi ketentuan hukum yang tertulis yang

15

Rusli Pandika, Hukum Pengangkatan Anak, (Jakarta;Sinar Grafika),2012,hlm.105. 16

Muderis Zaini, op.cit.,hlm. 11.

Page 30: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

20

mengatur pengangkatan anak bagi kalangan Tionghoa yang biasa dikenal dengan

golongan Timur Asing.

Setelah itu dikeluarkan SEMA (Surat Edaran Mahkamah Agung)

Republik Indonesia tahun 1983 tentang penyempurnaan SEMA No.2 tahun 1979.

Hal ini karena pemerintah mensinyalir bahwa lembaga pengangkatan anak ini

disalahgunakan seperti yang terjadi pada trafficking for women and children.

Kejahatan semacam itulah yang wajib dihapuskan diseluruh dunia, karena telah

mencoreng maksud luhur untuk mengentaskan penderitaan anak demi memenuhi

haknya kehidupan yang layak sebagaimana diamanatkan dalam pasal 9 UU No.

39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Kemudian MA mengeluarkan SEMA RI No. 4 Tahun 1989 tentang

pengangkatan anak yang berisi ketentuan bahwa syarat bagi warga Negara asing

untuk mengangkat anak warga Negara Indonesia harus berdomisili dan bekerja

tetap di Indonesia sekurang-kurangnya tiga tahun. SEMA ini kemudian ditindak

lanjuti oleh Menteri Sosial yang mengeluarkan keputusan No. 4 Tahun 1989

tentang petunjuk pelaksanaan pengangkatan anak guna memberi pedoman dalam

pemberian izin, pembuatan laporan sosial serta pembinaan dan pengawasan

pengangkatan anak agar terdapat kesamaan dalam bertindak dan tercapainya tertib

administrasi17

.

17

Soimin Soedharyo, Himpunan Dasar Hukum Pengangkatan Anak, (Jakarta ; Sinar Grafika,

2004), hlm.43.

Page 31: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

21

Selanjutnya MA mengeluarkan SEMA RI No. 3 Tahun 2005 tentang

pengangkatan anak. Salah satu hal baru yang diatur dalam SEMA 2005 adalah

kewajiban Pengadilan Negeri melaporkan salinan penetapan pengangkatan anak

ke MA selain kepada Departemen Hukum dan HAM, Departemen Sosial,

Departemen Luar Negeri, Departemen Kesehatan, Kejaksaan dan Kepolisian. Hal

tersebut dilakukan demi memberikan jaminan perlindungan bagi anak yang

diangkat18

.

B. SEJARAH PENGANGKATAN ANAK

Untuk melengkapi uraian pengangkatan anak di Indonesia, akan

dikemukakan sekilas sejarah pengangkatan anak secara berurutan, mulai dari

sejarah pengankatan anak menurut Staatsblaad 1917 Nomor 129, hukum adat,

dan perundang-undangan.19

1. Menurut Staatsblaad 1917 Nomor 129

Hukum keluarga adat golongan Tionghoa menganut garis keturunan

laki-laki (Patrilineal), karena itu nama keluarga (she, atau fam, seperti Tan,

Oei, Lim, dan lain-lain) diturunkan melalui keturunan laki-laki. Apabila

tidak ada keturunan laki-laki untuk meneruskan nama keluarga, maka

mereka akan mengangkat anak laki-laki dari keluarga lain. Oleh karena itu,

18

Lies Sugondo, Pengangkatan Anak Menurut Hukum Perdata Nasional Yang Berspektif

HAM, Suara Uldialag vol 3 No X, hlm.33. 19

Musthofa, Pengangkatan Anak , Kewenangan Pengadilan Agama, (Jakarta: Kencana,

2008), hlm. 23.

Page 32: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

22

asas pengangkatan anak hanya bias dilakukan seorang laki-laki, karena

seorang laki-laki Tionghoa wajib mengusahakan agar cabang keluarganya

tidak punah dan ada keturunan yang melanjutkan merawat abu leluhur. 20

Untuk mengetahui sejarah pengaturan pengangkatan anak bagi orang

Tionghoa dalam Staatsblaad, terlebih dahulu perlu diketahui adanya

pennggolongan penduduk pada masa Hindia Belanda. Adanya penggolongan

tersebut berakibat pada berlakunya beragam hukum pada masing-masing

golongan. Penggolongan penduduk ini diatur dalam Pasal 163 Indische

Staatsregeling yang membagi menjadi tiga golongan, yaitu:

- Golongan Bumiputra, terdiri dari mereka yang termasuk rakyat asli

Hindia Belanda yang tidak pindah ke golongan lain dan mereka

yang mula-mula termasuk dari golongan lain tetapi telah meleburkan

diri kedalam golongan Bumiputra.

- Golongan Eropa, terdiri dari orang Belanda, orang bukan Belanda

yang berasal dari Eropa, orang Jepang, orang-orang lain yang di

negara asalnya berlaku hukum keluarga yang pokoknya berdasarkan

asas yang sama dengan asas hukum keluarga Belanda, yaitu asas

perkawinan monogami dan terlaksana atas persetujuan kedua belah

pihak.

20

J. Satrio, Hukum Keluarga tentang Kedudukan Anak dalam Undang-Undang, Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2000, hlm. 190-193.

Page 33: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

23

- Golongan Timur Asing, terdiri dari semua orang lainnya, seperti

orang Tionghoa, Arab, India, Pakistan, Siam, dan lain-lain.

Berdasarkan Staatsblaad 1847 Nomor 23, hukum perdata yang

berlaku bagi golongan Eropa adalah hukum perdata negeri Belanda

(Burgerlijk Wetboek). Golongan Timur Asing (Arab, India, Pakistan) berlaku

sebagian dari Burgerlijk Wetboek dan selebihnya yang menyangkut hukum

perorangan, hukum keluarga, dan waris berlaku hukum mereka sendiri, yaitu

hukum Islam, sebagaimana Staatsblaad 1924 Nomor 556. Sedangkan

golongan Bumiputra yang beragama Kristen, berdasarkan pasal 131 ayat (4)

Indische Staatsregeling berlaku hukum adat.

Untuk golongan Tionghoa, berdasarkan Staatsblad 1917 Nomor 129,

kemudian ditambah Staatsblad 1924 Nomor 557, hamper seluruh Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) dinyatakan berlaku

bagi golongan Tionghoa.

Berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk

Wetboek) bagi golongan Tionghoa tersebut berakibat ada beberapa

pengecualian, dan ada pula lembaga yang diberikan pengaturan secara

khusus, yaitu perihal pengangkatan anak.

Lembaga pengangkatan anak ini diatur khusus karena merupakan

adat Tionghoa yang berhubungan erat dengan pandangan dan kepercayaan

mereka. Sedangkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk

Wetboek) memandang suatu perkawinan sebagai bentuk hidup bersama

Page 34: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

24

bukan untuk mengadakan keturunan, sehingga tidak mengenal lembaga

pengangkatan anak (adopsi).21

Oleh sebab itu, banyak ketuntuan-ketentuan

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terutama dalam bidang hukum

keluarga dan hukum waris yang juga berbeda dengan hukum adat Tionghoa.

Pemberlakuan sebagian besar Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bagi

golongan Tionghoa merupakan hal yang tidak sesuai dengan pandangan,

kebiasaan, dan kesadaran hukum mereka. Namun, untuk menampung

kebutuhan adat yang sangat erat berkaitan dengan pandangan religius

mereka, maka lembaga hukum pengangkatan anak diatur dalam Staatsblad.22

Ketentuan pengangkatan anak merupakan bagian dari Staatsblad

1917 Nomor 129 junctis Staatsblad 1919 Nomor 81, Staatsblad 1924 Nomor

557, Staatsblad 1925 Nomor 93 tentang Ketentuan untuk Seluruh Indonesia

mengenai Hukum Perdata dan Hukum Dagang bagi Orang Tionghoa, yang

berlaku hanya bagi golongan Tionghoa.

Dalam perkembangannya, penduduk golongan Tionghoa mengalami

perubahan pandangan terhadap hubungan kekeluargaan yang semula

patrilineal menjadi bilateral atau parental. Perubahan pandangan itu

dipengaruhi berlakunya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pendidikan,

dan agama Kristen yang banyak dianut oleh mereka. Lembaga pengangkatan

21

Ali Affandi, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian Menurut Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (BW), Bina Aksara, Jakarta, 1986, hlm.149. 22

Ter Haar, dalam J. Satrio, Hukum Keluarga tentang Kedudukan Anak dalam Undang-

Undang, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 190-193.

Page 35: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

25

anak masih dibutuhkan tetapi dengan tujuan yang berbeda dari tujuan

semula. Kehadiran anak angkat kadang dibutuhkan bagi mereka yang tidak

mempunyai anak untuk mengisi kekosongan dalam keluarga atau

memelihara mereka di hari tua. Oleh karenanya pengangkatan anak tidak

perlu dibatasi hanya anak laki-laki.23

Didalam Burgerlijk Wetboek, tidak terdapat peraturan tentang

pengangkatan anak. Namun, dalam perkembangannya sejak tahun 1956,

Burgerlijk Wetboek Belanda yang baru (Nieuwe Burgerlijk Wetboek) telah

mengatur pengangkatan anak. Latar belakang pengaturan ini terutama karena

keinginan yang dirasakan oleh masyarakat untuk memberikan pemeliharaan

kepada anak-anak yang tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya

kurang mampu.

Adapun yang dibolehkan melakukan pengangkatan dalam Nieuwe

Burgerlijk Wetboek hanya pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak

sendiri dan sudah lebih dari lima tahun dalam perkawinan. Pengangkatan

anak tidak boleh dilakukan terhadap anak sendiri yang lahir diluar

perkawinan (natuurlijk kind). Anak luar kawin itu dapat diakui dan disahkan

menurut ketentuan undang-undang yang sudah ada (erkening dan wettiging).

23

J. Satrio, Hukum Keluarga tentang Kedudukan Anak dalam Undang-Undang, Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2000, hlm. 190-193.

Page 36: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

26

2. Menurut Hukum Adat

Hukum kekeluargaan adat memandang bahwa keturunan adalah

ketunggalan leluhur, artinya dua orang atau lebih yang mempunyai

hubungan darah dengan tunggal leluhur. Akibat hukum yang berhubungan

dengan ketunggalan leluhur bervariasi di masing-masing daerah. Ada satu

pandangan pokok yang sama bahwa keturunan merupakan unsur yang hakiki

serta mutlak bagi suatu klan, suku, atau kerabat yang menginginkan dirinya

tidak punah dan menghendaki supaya ada generasi penerusnya. Apabila

suatu klan, suku, atau kerabat yang khawatir akan menghadapi kepunahan

pada umumnya melakukan pengangkatan anak. 24

Pengangkatan anak dalam hukum adat bukan merupakan suatu

lembaga yang asing. Lembaga itu dikenal luas hampir di seluruh Indonesia

yang dilakukan dengan cara dan motif yang bervariasi.

Misalnya di Jawa, anak angkat biasanya diambil dari anak

keponakannya sendiri, laki-laki atau perempuan. Sedangkan motivasi

pengangkatan anak tersebut berdasar alasan-alasan antara lain:

- Karena tidak mempunyai anak.

- Untuk mempererat tali persaudaraan dengan orang tua anak yang

diangkat.

- Karena belas kasihan disebabkan orang tuanya tidak mampu, anak

yatim, atau anak yatim piatu.

24

Bushar Muhammad, Pokok-pokok Hukum Adat, Pradnya Paramita, Jakarta, 2006, hlm.3.

Page 37: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

27

- Adanya kepercayaan bahwa dengan mengangkat anak akan mendapat

anak keturunannya sendiri (panutan, sebagai pemancing).

- Karena hanya mempunyai anak laki-laki, maka mengangkat anak

perempuan atau sebaliknya.

- Untuk mendapatkan anak laki-laki yang dapat membantu pekerjaan

orang tua sehari-hari.

Demikian pula akibat hukum pengangkatan anak dalam hukum adat

sangat bervariasi. Misalnya di Jawa, pengangkatan anak tidak memutuskan

pertalian keluarga antara anak angkat dan orang tua kandungnya. Anak

angkat masuk dalam kehidupan rumah tangga orang tua angkat sebagai

anggota keluarga, tetapi tidak berkedudukan sebagai anak kandung unruk

meneruskan keturunan bapak angkatnya. Sedangkan di Bali, pengangkatan

anak adalah perbuatan hukum yang melepaskan anak dari pertalian keluarga

orang tua kandungnya dan memasukkan anak itu ke dalam keluarga bapak

angkat, sehingga anak tersebut berkedudukan menjadi anak kandung untuk

meneruskan keturunan bapak angkatnya.25

Kedudukan anak angkat dalam hukum adat dipengaruhi oleh sistem

kekeluargaan atau keturunan. Sistem kekeluargaan di Indonesia dibedakan

menjadi tiga corak, yaitu:

25

Amir Martosedono, Tanya Jawab Pengangkatan Anak dan Masalahnya, Dahara Prize,

Semarang, 1990, hlm. 13-14.

Page 38: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

28

- Sistem patrilineal, yaitu sistem keturunan yang ditarik menurut garis

keturunan bapak, kedudukan laki-laki lebih menonjol pengaruhnya

daripada kedudukan perempuan.

- Sistem matrilineal, yaitu sistem keturunan yang ditarik menurut garis

keturunan ibu, kedudukan perempuan lebih menonjol pengaruhnya

daripada kedudukan laki-laki.

- Sistem parental atau bilateral, yaitu sistem keturunan yang ditarik

menurut garis dua sisi, yaitu bapak dan ibu, kedudukan laki-laki dan

perempuan tidak dibedakan.26

3. Menurut Perundang-undangan RI

Undang-undang yang mengatur pengangkatan anak di Indonesia yang

dibuat secara lengkap dan tuntas masih belum ada.27

Dalam sejarah

perundang-undangan yang berkaitan, pengaturan pengangkatan anak sempat

masuk dalam rancangan undang-undang, yaitu dalam Rancangan Undang-

Undang (RUU) tentang Perkawinan dan Rancangan Undang-Undang (RUU)

tentang Peradilan Anak.

Dalam sejarah proses pembuatan hukum (law making process)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Rancangan Undang-Undang (RUU)

26

Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Citra Aditia Bakti, Bandung, 1993, hlm. 23. 27

Iman Sudiyat, Asas-asas Hukum Adat Bekal Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2000, hlm. 5-

6.

Page 39: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

29

tentang perkawinan mengatur pengangkatan anak dalam Pasal 62 sebagai

berikut:

(1) Suami istri bersama-sama dapat mengangkat seorang anak atau lebih.

(2) Yang dapat diangkat menjadi anak angkat ialah anak yang belum

kawin dan belum diangkat oleh orang lain.

(3) Anak yang diangkat sekurang-kurangnya harus 18 (delapan belas)

tahun lebih muda dari suami dan sekurang-kurangnya 15 (lima belas)

tahun lebih muda dari istri.

(4) Apabila anak yang diangkat itu masih saudara dari suami istri, dalam

hubungan keluarga dia tidak boleh mempunyai derajat kekeluargaan

yang lebih tinggi dari suami yang mengangkatnya.

(5) Untuk pengangkatan anak diperlukan izin dari orang tua atau walinya

dan persetujuan anak itu sendiri apabila ia sudah berumur 15 (lima

belas) tahun.

(6) Pengangkatan anak dilakukan dengan keputusan Pengadilan atas

permohonan suami dan istri yang mengangkat anak itu.

(7) Permohonan pengangkatan yang dimaksud ayat (6) pasal ini dapat

diterima apabila pengangkatan itu menguntungkan kepentingan anak

yang diangkat.

(8) Anak yang diangkat mempunyai kedudukan hukum sama seperti anak

yang sah dari suami istri yang mengangkatnya

Page 40: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

30

(9) Pengangkatan anak mengakibatkan putusnya hubungan keluarga

antara anak yang diangkat dengan keluarganya sedarah dan semenda

garis ke atas dan ke samping.

(10) Pengangkatan anak dapat dicabut kembali oleh keputusan pengadilan

atas permohonan anak yang diangkat demi kepentingannya.

Permohonan pencabutan diajukan secepat-cepatnya 2 (dua) tahun dan

selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun setelah anak itu berumur 18

(delapan belas) tahun.

(11) Pencabutan ini mengakibatkan bahwa anak tersebut tidak lagi

mempunyai kedudukan hukum sebagai anak sah dari suami istri yang

mengangkatnya.

(12) Hubungan keluarga yang putus karena pengangkatan yang dimaksud

ayat (9) pasal ini, hidup kembali karena pencabutan.

Ketentuan pasal dalam RUU Perkawinan ini termasuk salah satu pasal

yang mendapat reaksi keras dari umat Islam karena bertentangan dengan

hukum Islam. Hasil Musyawarah Ulama Jawa Timur pada tanggal 11

Agustus 1973 mengusulkan pasal 62 tersebut untuk diubah sebagai berikut:

- Ayat-ayat (1) sampai dengan (7) tidak ada usul perubahan.

- Ayat (8) kata-kata “sama seperti” diubah menjadi “tidak sama

dengan”.

- Ayat (9) kata “putusnya” diubah menjadi “tidak putusnya”.

- Ayat (10) tidak ada usul perubahan.

Page 41: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

31

- Ayat (11) dihapuskan, sebagai akibat dari usul perubahan pada Ayat

(9).

- Ayat (12) dihapuskan atas dasar yang sama.28

RUU tersebut selanjutnya disahkan menjadi Undang-Undang RI

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagai legal product dengan

menghapus semua ketentuan pasal 62 yang mengatur pengangkatan anak,

sehingga dalam Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan tidak ada ketentuan yang mengatur pengangkatan anak.

Perbedaan prinsip yang demikian itu pula yang melatar belakangi

tidak diaturnya mengenai pengangkatan anak dalam Undang-Undang RI

Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, yang kemudian hanya

dirumuskan dalam 1 (satu) pasal,29

yaitu Pasal 12:

a. Pengangkatan anak menurut adat dan kebiasaan dilaksanakan dengan

mengutamakan kepentingan kesejahteraan anak.

b. Kepentingan kesejahteraan anak yang dimaksud dalam Ayat (1)

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

c. Pengangkatan anak untuk kepentingan kesejahteraan anak yang

dilakukan di luar adat dan kebiasaan, dilaksanakan bedasarkan

Peraturan Perundang-Undangan.

28

Amak, Proses Undang-Undang Perkawinan, Al-Maarif, Bandung, 1976, hlm. 47. 29

Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata tentang Orang dan Hukum Keluarga,

Nuansa Aulia, Bandung, 2006, hlm. 87.

Page 42: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

32

Ketentuan pasal itu menekankan bahwa dalam pengangkatan anak

harus mengutamakan kepentingan kesejahteraan anak. Tujuan pengangkatan

anak tidak lagi dilakukan hanya untuk melanjutkan keturunan tetapi telah

terjadi suatu pergeseran ke arah kepentingan anak (favor adoption).

Mengenai kepentingan kesejahteraan anak selanjutnya akan diatur dengan

Peraturan Pemerintah, namun Peraturan pemerintah yang dimaksud belum

pernah ada sampai saat ini.

C. DASAR HUKUM PENGANGKATAN ANAK MENURUT ISLAM

Sebelum Islam datang, pengangkatan anak di kalangan bangsa Arab telah

menjadi tradisi turun-temurun yang dikenal dengan istilah “tabanni”30

yang

artinya mengambil anak angkat.31

Nabi Muhammad SAW pernah melakukan pengangkatan anak sebelum

masa kenabiannya. Anak angkatnya bernama Zaid bin Haritsah, tetapi kemudian

tidak lagi dipanggil Zaid berdasar nama ayahnya (Haritsah) melainkan diganti

dengan anam panggilan Zaid bin Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW

mengumumkan di hadapan kaum Quraisy dan berkata: “Saksikanlah bahwa Zaid,

aku jadikan anak angkatku, ia mewarisiku, dan aku pun mewarisinya”. Sikap nabi

Muhammad SAW tersebut merupakan cerminan tradisi yang ada pada waktu itu.

Oleh karena nabi menganggap sebagai anaknya, maka para sahabat pun

30

Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan dari Tiga Sistem Hukum, Bina Aksara, Jakarta,

1985, hlm. 50. 31

Ibrahim Anis dan Abd. Halim Muntashir et al., Al-Mu‟jam Al-Wasith, Majma‟ Al-Lughoh

Al-Arabiyah, Mesir, 1392 H/1972 M, Jilid II, hlm. 72.

Page 43: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

33

memanggilnya dengan Zaid bin Muhammad SAW.32

Demikian pula pernah

dilakukan sahabat Huzaifah yang telah mengangkat seorang anak bernama Salim

dan hal itu mendapat persetujuan dari nabi Muhammad SAW.

Zaid bin Haritsah bin Syarahil bin Ka’ab bin Abdul Uzza adalah seorang

anak yang berstatus budak berasal dari Siam. Masa kecilnya hidup dan dibesarkan

di Tihamah. Zaid diculik dan dibawa ke Mekkah sebagai budak belian. Hakim bin

Hizam bin Khuwailid membeli Zaid untuk bibinya Khadijah binti Khuwailid,

selanjutnya Khadijah menyerahkannya kepada Nabi Muhammad SAW. Umur

Zaid saat itu sekitar delapan tahun. Setelah nabi Muhammad SAW menerima dan

memerdekakannya, Zaid dijadikan anak angkatnya. Suatu ketika keluarga Zaid

yang selama itu mencari Zaid mengetahui perisitiwa tersebut, lalu ayah dan

pamannya yang bernama Ka’b bin Syarahil datang ke tempat nabi Muhammad

SAW untuk menebusnya. Atas kehadiran keluarga Zaid tersebut, nabi

Muhammad SAW bersabda bahwa yang demikian itu terjadi pula pada masa lalu

(sebelum Islam). Kemudian nabi Muhammad SAW memberikan opsi kepada

Zaid untuk pergi bersama keluarganya tanpa membayar tebusan, atau tetap tinggal

bersama nabi Muhammad SAW. Zaid memilih tetap tinggal bersama nabi

Muhammad SAW dan menyatakan bahwa meskipun dia berstatus merdeka pergi

bersama keluarganya, tetapi dia memilih tetap tinggal bersama nabi Muhammad

SAW karena nabi sebagai pengganti ayah dan pamannya bersikap sangat baik

32

Nasroen Haron dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1996, hlm.

29-30.

Page 44: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

34

kepadanya.33

Setelah Zaid dewasa, nabi menikahkan Zaid dengan Zainab binti

Jahsy.

Setelah nabi Muhammad SAW menjadi rasul, turun surat al-Ahzab ayat 4,

5, dan 40 yang pada intinya melarang pengangkatan anak dengan akibat hukum

memanggilnya sebagai anak kandung dan saling mewarisi seperti yang telah

dilakukan oleh nabi Muhammad SAW. Ulama sepakat bahwa ayat itu turun

berkenaan dengan peristiwa Zaid bin Haritsah. 34

Melalui peristiwa asbab an-

nuzul ayat Al-Quran tersebut dapat dipahami bahwa pengangkatan anak itu boleh

dilakukan, karena nabi Muhammad SAW telah melakukannya, tetapi

pengangkatan anak tersebut tidak mengubah status nasab seseorang, karena Allah

SWT telah menyatakannya dalam Al-Quran bahwa status nasab Zaid tidak boleh

dinisbahkan kepada nabi Muhammad SAW.35

Dalam peristiwa selanjutnya, ternyata rumah tangga Zaid dan Zainab

mengalami ketidakharmonisan. Zaid bin Haritsah meminta izin kepada nabi

Muhammad SAW untuk menceraikan istrinya, tetapi nabi Muhammad SAW

bersabda: “Peliharalah istrimu, jangan kau ceraikan, dan bertakwalah engkau

33

Al-Qurthubi dan juga Ibn Katsir, dalam Pagar, Kedudukan Anak Angkat dalam Warisan,

dalam Mimbar Hukum no. 4 Tahun XII 2001, Al-Hikmah, Jakarta, hlm. 8-9. Juga dalam Ensiklopedi

Islam. 34

Al-Qurtubi dan Ibn Katsir, dalam Pagar, Kedudukan Anak Angkat dalam Warisan, dalam

Mimbar Hukum no. 4 Tahun XII 2001, Al-Hikmah, Jakarta, hlm. 8-9. Juga dalam Ensiklopedi Islam. 35

Pagar, Kedudukan Anak Angkat dalam Warisan, dalam Mimbar Hukum no. 4 Tahun XII

2001, Al-Hikmah, Jakarta, hlm. 8-9. Juga dalam Ensiklopedi Islam.

Page 45: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

35

kepada Allah SWT!”. Setelah Zaid tidak sanggup lagi mempertahankan rumah

tangganya, maka nabi Muhammad SAW memperkenankan perceraian mereka.36

Setelah Zainab melewati masa iddah, Allah SWT memerintahkan nabi

Muhammad SAW untuk mengawini Zainab, sebagaimana firman Allah SWT

dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 37:

( ٣٧

“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang telah Allah SWT

melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat

kepadanya: “Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah SWT”,

sedangkan kamu menyembunyikan didalam hatimu apa yang Allah SWT

akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah SWT

yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri

keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu

dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk

(mengawini) istri-istri anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu

telah menyelesaikan keperluan dengan istrinya. Dan adalah ketetapan

Allah SWT itu pasti terjadi.”

Perkawinan nabi Muhammad SAW dengan bekas istri anak angkatnya ini

menegaskan bahwa adanya hubungan pengangkatan anak tidak serta-merta

menciptakan hubungan nasab yang mengakibatkan statusnya sama dengan anak

36

Zakaria Ahmad Al-Barry, Hukum Anak-Anak dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 2004,

hlm. 26.

Page 46: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

36

kandung, karena menikahi bekas istri anak angkat itu dibolehkan, sedangkan

menikahi bekas istri anak kandung diharamkan untuk selama-lamanya.37

Menurut Zakaria Ahmad Al-Barry, mengangkat anak yang sangat

membutuhkan bantuan orang lain untuk keberlangsungan hidupnya tanpa

berakibat hukum seperti pengangkatan anak pada zaman jahiliah adalah menjadi

tanggung jawab masyarakat secara kolektif dan dilakukan oleh beberapa orang

sebagai fardhu kifayah. Hukumnya berubah menjadi fardhu „ain apabila

seseorang menemukan anak terlantar atau terbuang di tempat yang sangat

membahayakan nyawan anak itu, karena sesungguhnya jiwa manusia berhak

dijaga dan dipelihara.38

Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang pengangkatan anak pada Maret

1984 mengemukakan sebagai berikut:

1. Islam mengakui keturunan (nasab) yang sah ialah anak yang lahir dari

perkawinan (pernikahan).

2. Mengangkat anak dengan pengertian anak tersebut putus hubungan

keturunan (nasab) dengan ayah dan ibu kandungnya adalah bertentangan

dengan syariat Islam.

3. Adapun pengangkatan anak dengan tidak mengubah status nasab dan

agamanya, dilakukan atas rasa tanggung jawab sosial untuk memelihara,

37

M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah pada Masalah-Masalah Kontemporer,

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm. 108. 38

Zakaria Ahmad Al-Barry, Hukum Anak-Anak dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 2004,

hlm. 30-31.

Page 47: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

37

mengasuh, dan mendidik mereka dengan penuh kasih saying seperti anak

sendiri adalah perbuatan yang terpuji dan termasuk amal salih yang

dianjurkan oleh agama Islam.

4. Pengangkatan anak Indonesia oleh warga negara asing selain bertentangan

dengan UUD 1945 juga merendahkan martabat bangsa.39

39

Dep. Agama RI, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Proyek Sarana dan Prasarana

Produk Halal Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaran Haji, Jakarta, 2003, hlm. 178.

Page 48: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

38

D. DASAR HUKUM PENGANGKATAN ANAK MENURUT PERATURAN

INDONESIA

Pengaturan pengangkatan anak di Indonesia dalam perundang-undangan

beberapa kali mengalami kegagalan karena adanya perbedaan mendasar mengenai

konsepsi pengangkatan anak. Rancangan Undang-Undang (RUU) yang ada

berdasarkan konsepsi pengangkatan anak menurut Staatsblad 1917 Nomor 129

dan tradisi pengangkatan anak zaman jahiliah yang berbeda dengan konsepsi

pengangkatan anak menurut hukum Islam. Namun, beberapa hal mendasar

mengenai pengangkatan anak yang selaras dengan hukum Islam mulai masuk

dalam perundang-undangan, yaitu Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak dalam Pasal 39, Pasal 40, dan Pasal 41.40

Pengaturan pengangkatan anak dalam perundang-undangan telah

mengalami kemajuan dibandingkan keberadaan lembaga pengangkatan anak.

Ketentuan pengangkatan anak tidak mengenal diskriminasi laki-laki atau

perempuan bagi calon orang tua angkat maupun calon anak angkat. Pengaturan

lembaga pengangkatan anak merupakan upaya agar setiap anak mendapat

kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal,

baik fisik, mental, maupun sosial, dan berakhlak mulia. Ada beberapa hal penting

40

Musthofa, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, Kencana, Jakarta, 2008,

hlm. 41.

Page 49: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

39

mengenai penagturan pengangkatan anak dalam perundang-undangan yang patut

diketengahkan, yaitu:

- Pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik

bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.41

- Pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang

diangkat dengan orang tua kandungnya.42

- Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut oleh

calon anak angkat. Dalam hal asal-usul anak tidak diketahui, maka agama

anak disesuaikan dengan agama mayoritas penduduk setempat.43

- Pengangkatan anak oleh warga negara asing hanya dapat dilakukan sebagai

upaya terakhir (ultimum remedium).44

- Orang tua angkat wajib memberitahukan kepada anak angkatnya

menegenai asal-usulnya dan orang tua kandungnya, dengan memperhatikan

kesiapan anak yang bersangkutan.45

- Pemerintah dan masyarakat melakukan bimbingan dan pengawasan

terhadap pelaksanaan pengangkatan anak. 46

41

Pasal 39 Ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 42

Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 43

Pasal 39 Ayat (4) Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 44

Pasal 39 ayat (4) Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 45

Pasal 40 Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 46

Pasal 41 Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Page 50: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

40

Pengamatan Mahkamah Agung menghasilkan kesimpulan bahwa

permohonan pengesahan dan/atau pengangkatan anak yang telah diajukan ke

Pengadilan Negeri tampak kian bertambah, baik yang merupakan permohonan

khusus pengesahan/pengangkatan anak yang menunjukkan adanya perubahan,

pergeseran, dan variasi-variasi pada motivasinya.47

Keadaan tersebut merupakan gambaran bahwa kebutuhan masyarakat

tentang pengangkatan anak di tengah-tengah masyarakat makin bertambah dan

dirasakan bahwa untuk memperoleh jaminan kepastian hukum hanya didapat

setelah memperoleh putusan pengadilan.48

Pengadilan Negeri atau Pengadilan

Agama dalam menjalankan tugas pokok kekuasaan kehakiman, menerima,

memeriksa, dan mengadili serta menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya,

antara lain permohonan pengesahan atau pengangkatan anak, harus mengacu

kepada hukum terapannya.

Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa Mahkamah Agung sendiri

sebagai penanggung jawab atas pembinaan teknis peradilan mengakui bahwa

peraturan perundang-undangan dalam bidang pengangkatan anak Warga Negara

Indonesia, terutama pengangkatan anak Warga Negara Indonesia oleh Warga

Negara Asing ternyata tidak mencukupi, namun ada beberapa peraturan hukum

47

Soedaryo Soimin, Himpunan Dasar Hukum Pengangkatan Anak, Sinar Grafika, Jakarta,

2004, hlm. 28. 48

Soedaryo Soimin, Himpunan Dasar Hukum Pengangkatan Anak, Sinar Grafika, Jakarta,

2004, hlm. 28.

Page 51: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

41

yang dapat dijadikan rujukan bagi hakim dalam menjalankan tugas pokok

kekuasaan kehakiman tentang pengangkatan anak, misalnya:

1. Staatsblad 1917 Nomor 129, Pasal 5 sampai dengan Pasal 15 mengatur

masalah adopsi yang merupakan kelengkapan dari KUHPerdata/BW yang

ada, dan khusus berlaku bagi golongan masyarakat keturunan Tionghoa.

2. Surat Edaran Mahkamah Agung RI (SEMA) Nomor 2 Tahun 1979

tertanggal 7 April 1979, tentang Pengangkatan Anak yang mengatur

prosedur hukum mengajukan permohonan pengesahan dan/atau

permohonan pengangkatan anak, memeriksa dan mengadilinya oleh

pengadilan.

3. Surat Edaran Mahkamah Agung RI (SEMA) Nomor 6 Tahun 1983 tentang

Penyempurnaan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 2 tahun

1979, yang mulai berlaku sejak tanggal 30 September 1983.

4. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 41/HUK/KEP/VII/1984 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Perizinan Pengangkatan Anak, yang mulai berlaku

sejak tanggal 14 Juni 1984.

5. Bab VIII, Bagian Kedua dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002,

tentang Perlindungan Anak, yang mulai berlaku sejak tanggal 22 Oktober

2002.

6. Surat Edaran Mahkamah Agung RI (SEMA) Nomor 3 Tahun 2005, tentang

Pengangkatan Anak, berlaku mulai 8 Februari 2005, setelah terjadinya

bencana alam gempa bumi dan gelombang Tsunami yang melanda Aceh

Page 52: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

42

dan Nias, yang menimbulkan masalah sosial berupa banyaknya anak-anak

yang kehilangan orang tuanya dan adanya keinginan sukarelawan asing

untuk mengangktanya sebagai anak angkat oleh LSM dan Badan Sosial

Keagamaan lainnya yang sangat membahayakan akidah agama anak

tersebut.

7. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Pada Pasal 49

huruf a, angka 20 menyatakan bahwa, Pengadilan Agama bertugas dan

berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat

pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:”… Penetapan

asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak berdasarkan

hukum Islam”.

8. Beberapa Yurisprudensi Mahkamah Agung dan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap, yang dalam praktik peradilan telah diikuti

oleh hakim-hakim berikutnya dalam memutuskan atau menetapkan perkara

yang sama, secara berulang-ulang, dalam waktu yang lam sampai sekarang.

Page 53: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

43

BAB III

PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK

PENGADILAN NEGERI DENPASAR

A. SEJARAH PENGADILAN NEGERI DENPASAR

Jauh sebelum dikuasai oleh Pemerintah Belanda, Bali terdiri dari sembilan

Kerajaan kecil-kecil yaitu: Buleleng, Jembrana, Bangli, Tabanan, Karangasem,

Gianyar, Mengwi, Klungkung dan Badung.

Raja tertinggi dari semua Kerajaan ini adalah raja Klungkung yang terkenal

dengan sebutan Dewa Agung Klungkung, Pada akhir abad ke XIX tinggallah 8

kerajaan karena Mengwi telah ditaklukan oleh Badung, berturut-turut dalam

peperangan 1814, 1880, dan terakhir 1892. Peristiwa yang paling penting dalam

sejarah Kabupaten Badung adalah Puputan Badung yaitu, perang habis-habisan

sampai tetes darah yang terakhir melawan Penjajah Belanda. Peristiwa tersebut

terjadi pada hari Kamis Kliwon tahun Caka: 1828 (20 September 1906) saat

dimana Badung jatuh ke tangan belanda.49

DARI TAHUN 1906 s.d 1942

Ketika pemerintahan berada ditangan penjajah Belanda, Daerah Badung

merupakan suatu Onderafdeling yang dikepalai oleh seorang Asistent Resident

yang berkedudukan di Denpasar. Dengan adanya Zustelling berstuurder tanggal 1

juli 1938. Pemerintah menjadi Zelf berstuurnd Landskap (kerajaan), dikepalai

49

www.pn-denpasar.go.id/

Page 54: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

44

seorang Raja dengan gelar Tjokorda Negara Badung ( Staasblad Hindia Belanda

1938, No. 529), berada di bawah dewan yang bernama Paruman Agung yang

diketuai oleh Resident van Bali en Lombok yang berkedudukan di Singaraja.

Pemerintahan seperti ini berlangsung sampai tahun 1942.

DARI TAHUN 1942 s.d 1945

Tidak terjadi perubahan Pemerintahan yang Prinsipil selama masa

pendudukan Bala tentara Jepang, hanya gelar Tjokorda Negara Badung dirubah

dan diganti menjadi Badung Sutjo. Dengan lahirnya Undang-undang No. 1 tahun

1957, tentang pokok pemerintahan Daerah, maka dihapuskan kedudukan semua

kerajaan menjadi Daerah Tk II Badung dan Daerah Bali sendiri menjadi Daerah

Tk I.

Sejak pemerintah Belanda sampai dengan pemerintah Jepang yang pada

waktu itu juga berkuasa di Bali, di daerah hukum pengadilan Negeri Denpasar

yang meliputi wilayah Kabupaten daerah Tingkat II Denpasar dan Badung, badan

peradilannnya adalah Pengadilan Swapraja , yang disebut Majelis Kerta di

Denpasar atau “Raad Van Kerta” yang langsung diketuai oleh Kepala Swapraja

yang disebut dalam istilah Belanda “de self bestuurder” dan kemudian pada

waktu pemerintahan Jepang (dai Nippon) disebut dengan istilah “Syuco”. Setelah

kemerdekaan RI (RI-RIS) disebutkan“Raja/Ketua Dewan Pemerintah swapraja”.

Pada tahun 1951 dengan berlakunya undang-undang No. I Tahun 1951

dengan dihapuskannya Pengadilan-pengadilan Swapraja, daerah Swanantra di

Bali maupun daerah-daerah lainnya di wilayah Republik Indonesia, maka

Page 55: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

45

dibentuklah Pengadilan-pengadilan Negeri salah satunya Pengadilan Negeri

Denpasar.

B. YURISDIKSI PENGADILAN NEGERI DENPASAR

1. Kewenangan Absolut Pengadilan Negeri

Didalam pasal 50 UU No. 8 Tahun 2008 tentang perubahan atas

Undang-Undang No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum yang

bahwasanya menyatakan “Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang

memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata di

tingkat pertama.” Jadi dapat diberikan sebuah kesimpulan dasar bahwa semua

perkara pidana maupun perdata menjadi kewenangan Peradilan Umum (asas

lex generalis).50

Akan tetapi ada ketentuan lain dalam undang-undang yang

menetukan bahwa terhadap perkara-perkara tertentu menjadi kewenangan

peradilan dalam lingkungan peradilan khusus yang dinamakan dengan Asas

Lex Specialis. Maka apabila kedua asas tersebut berhadapan maka secara lex

specialis asas ketentuan khusus tersebutlah yang lebih di utamakan.51

Kewenangan absolut Peradilan Negeri/umum yang telah di atur dalam

pasal 50 dan pasal 51 UU Nomor 2 Tahun 1986 (Tentang Peradilan Umum),

hanya berwenang mengadili perkara:

50

Ahmad Kamil dan M. Fauzan, “Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia”…..h. 1 Lihat juga Yahya Harahap, “Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan,

Penyitaan, Pembuktiaan, dan Putusan Pengadilan”, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2010) 189 51

Ahmad Kamil dan M. Fauzan, “Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia”…..h. 1

Page 56: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

46

a) Pidana (Pidana umum dan Khusus)

b) Perdata (Perdata umum dan Niaga)52

2. Kewenangan Relatif Pengadilan Negeri

Kekuasaan relatif diartikan sebagai kekuasaan peradilan yang sama

jenis dan sama tingkatan, contohnya: antara Pengadilan Negeri Bogor dengan

Pengadilan Negeri Subang, dan Pengadilan Agama Muara Anim dengan

Pengadilan Agama Baturaja.53

Dan Kewenangan Relatif (Relative Competensi) yaitu kewenangan

mengadili suatu perkara yang menyangkut wilayah/daerah hukum (yurisdiksi),

hal ini dikaitkan dengan tempat tinggal pihak-pihak berperkara. Ketentuan

umum menentukan gugatan diajukan kepada pengadilan yang mewilayahi

tempat tinggal tergugat (Pasal 120 ayat (1) HIR/Pasal 142 ayat (1) RBg.

Dalam Perkara perceraian gugatan diajukan ke pengadilan yang daerah

hukumnya meliputi tempat tinggal isteri (Pasal 66 ayat (2) dan Pasal 73 ayat

(1) Undang-undang Nomor 7 tahun 1989). Dalam istilah lain kewenangan

relatif ini disebut “Distribute van Rechtsmacht”. Pengadilan yang berhak

52

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986, Pasal 50 dan 51. Lihat juga Yahya Harahap,

“Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktiaan, dan Putusan

Pengadilan”, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 181 53

Basiq Djalil, “Peradilan Agama di Indonesia: gemuruhnya Politik Hukum (Hukum Islam,

Hukum Barat, Hukum Adat) Dalam Rentang Sejarah Bersama Pasang Surut Lembaga Peradilan

Agama Hingga Lahirnya Peradilan Syari‟at Islam Aceh” (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2010), h. 146

Page 57: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

47

mengadili suatu perkara dalam bahasa latin disebut dengan istilah “Actor

Sequitur Forum Rei”.54

Adapun wilayah yurisdiksi Pengadilan Negeri Denpasar yaitu55

:

Denpasar Utara Meliputi Desa/Kelurahan

1. Desa Pemecutan Kaja

2. Desa Dauh Puri Kaja

3. Desa Ubung Kaja

4. Kelurahan Ubung

54

Yahya Harahap, “Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,

Pembuktiaan, dan Putusan Pengadilan”, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 190 55

pa-denpasar.go.id/ dan www.pa-badung.go.id/

Page 58: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

48

5. Kelurahan Peguyangan

6. Desa Peguyangan Kaja

7. Desa Peguyangan Kangin

8. Kelurahan Tonja

9. Desa Dangin Puri Kauh

10. Desa Dangin Puri Kaja

11. Desa Dangin Puri Kangin

Denpasar Barat Meliputi Desa/Kelurahan

1. Kelurahan Padang Sambian

2. Kelurahan Pemecutan

3. Kelurahan Dauh Puri

4. Desa Pemecutan Klod

5. Desa Padangsambian Kaja

6. Desa Padangsambian Klod

7. Desa Dauh Puri Kangin

8. Desa Dauh Puri Kauh

9. Desa Dauh Puri Klod

10. Desa Tegal Kerta

11. Desa Tegal Harum

Denpasar Timur Meliputi Desa/Kelurahan

1. Kelurahan Dangin Puri

2. Kelurahan Sumerta

Page 59: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

49

3. Kelurahan Kesiman

4. Kelurahan Penatih

5. Desa Penatih Dangin Puri

6. Desa Dangin Puri Klod

7. Desa Sumerta Kauh

8. Desa Sumerta Kaja

9. Desa Sumerta Klod

10. Desa Kesiman Kertalangu

11. Desa Kesiman Petilan

Denpasar Selatan Meliputi Desa/Kelurahan

1. Kelurahan Serangan

2. Kelurahan Pedungan

3. Kelurahan Sesetan

4. Kelurahan Panjer

5. Kelurahan Renon

6. Kelurahan Sanur

7. Desa Sidakarya

8. Desa Pemogan

9. Desa Sanur Kaja

10. Desa Sanur Kauh

Kuta Utara Meliputi Desa/Kelurahan

1. Kelurahan Kerobokan Kelod

Page 60: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

50

2. Kelurahan Kerobokan Kaja

3. Desa Canggu

4. Desa Dalung

5. Desa Tibu beneng

Kuta Meliputi Desa/Kelurahan

1. Kelurahan Kedonganan

2. Kelurahan Tuban

3. Kelurahan Legian

4. Kelurahan Seminyak

5. Kelurahan Kuta

Kuta Selatan Meliputi Desa/Kelurahan

1. Kelurahan Tanjung Benoa

2. Kelurahan Jimbaran

3. Kelurahan Benoa

4. Desa Pecatu

5. Kelurahan Kutuh

6. Kelurahan Ungasan

Mengwi Meliputi Desa/Kelurahan

1. Kelurahan Sempidi

2. Kelurahan Sading

3. Kelurahan Lukluk

4. Kelurahan Kapal

Page 61: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

51

5. Kelurahan Kekeran

6. Desa Cemagi

7. Kelurahan Munggu

8. Kelurahan Pererenan

9. Kelurahan Tumbuh Bayuh

10. Kelurahan Buduk

11. Kelurahan Abian Base

12. Kelurahan Mengwi Tani

13. Kelurahan Mengwi

14. Kelurahan Gulingan

15. Kelurahan Penarungan

16. Kelurahan Baha

17. Kelurahan Werdi Buana

18. Kelurahan Sibongan

19. Kelurahan Sembung

20. Kelurahan Kuwum

Abian Semal Meliputi Desa/Kelurahan

1. Desa Dharma Sabha

2. Desa Sibang Gede

3. Desa Jaga Pati

4. Desa Angan Taka

5. Desa Sedang

Page 62: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

52

6. Desa Sibang Kaja

7. Desa Lambing

8. Desa Mambal

9. Desa Abian Semal

10. Desa Dauh Yeh Chani

11. Desa Ayunan

12. Desa Blah Kiuh

13. Desa Punggul

14. Desa Bongkasa

15. Desa Taman

16. Desa Selat

17. Desa Songit

Petang Meliputi Desa/Kelurahan

1. Desa Carang sari

2. Desa Getasan

3. Desa Pangan

4. Desa Petang

5. Desa Sulangi

6. Desa Plaga

7. Desa Belok

Page 63: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

53

C. TUGAS DAN FUNGSI PENGADILAN NEGERI DENPASAR

Tugas pokok Pengadilan Negeri Denpasar sebagai Pengadilan Tingkat

pertama adalah menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa

perkara di Tingkat Pertama sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yang

berlaku.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka Pengadilan Negeri

Denpasar mempunyai fungsi antara lain sebagai berikut :

1. Fungsi mengadili (judicial power), yakni memeriksa dan mengadili

perkara yang menjadi wewenang Pengadilan Negeri Tingkat Pertama di

wilayah Hukumnya.

2. Fungsi Administrasi, yaitu menyelenggarakan administrasi umum,

Keuangan dan Kepegawaian serta lainnya untuk mendukung pelaksanaan

tugas pokok Teknis Peradilan dan Administrasi Peradilan.

3. Fungsi pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung

jawabnya.

4. Fungsi Pengawasan internal dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.

5. Fungsi penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan

dibidang Tugas dan fungsinya kepada Pengadilan Tinggi Denpasar.

6. Fungsi pembinaan, yaitu memberikan pengarahan, bimbingan dan

petunjuk kepada Pegawai Pengadilan Negeri Tabanan, baik menyangkut

teknis yustisial, administrasi peradilan maupun administrasi umum.

Page 64: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

54

BAB IV

PRAKTIK PENGANGKATAN ANAK MENURUT HUKUM

ISLAM DAN HUKUM POSITIF STUDI KASUS PENETAPAN

NO. 1.051/Pdt.P/2013/PN. Dps. PENGADILAN NEGERI DENPASAR

A. Konsep Pengangkatan Anak Menurut Hukum Islam

Secara historis, pengangkatan anak sudah dikenal dan berkembang sebelum

kerasulan nabi Muhammad SAW. Mahmud Syaltut menjelaskan, bahwa tradisi

pengangkatan anak sebenarnya sudah dipraktikkan oleh masyarakat dan bangsa-

bangsa lain sebelum kedatangan Islam, seperti yang dipraktikkan oleh bangsa

Yunani, Romawi, India, dan beberapa bangsa pada zaman kuno. Di kalangan

bangsa Arab sebelum Islam (masa jahiliyah) istilah pengangkatan anak dikenal

dengan at-tabanni, dan sudah ditradisikan secara turun-temurun.56

Imam Al-Qurtubi (ahli tafsir klasik) menyatakan bahwa sebelum kenabian,

Rasulullah SAW.sendiri pernah mengangkat Zaid bin Haritsah menjadi anak

angkatnya, bahkan tidak lagi memanggil Zaid berdasarkan nama ayahnya

(Haritsah), tetapi ditukar oleh Rasulullah SAW.dengan nama Zaid bin SAW.

Pengangkatan Zaid sebagai anaknya ini diumukmkan oleh Rasulullah di depan

kaum Quraisy. Nabi Muhammad SAW.juga menyatakan bahwa dirinya dan Zaid

saling mewarisi. Zaid kemudian dikawinkan dengan Zainab binti Jahsy, putri

56

Muderis Zaini. Adopsi Suatu Tinjauan Dari TIga Sistem Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika,

2002), hlm. 53.

Page 65: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

55

Aminah binti Abdul Muththalib, bibi nabi Muhammad SAW. Oleh karena nabi

telah menganggapnya sebagai anak, maka para sahabat pun kemudian

memanggilnya dengan Zaid bin Muhammad SAW. 57

Setelah nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul, turunlah surat Al-

Ahzab (33) ayat 4-5, yang salah satu intinya melarang pengangkatan anak dengan

akibat hukum seperti di atas (saling mewarisi) dan memangggilnya sebagai anak

kandung. Imam Al-Qurtubi menyatakan bahwa kisah di atas menjadi latar

belakang turunya ayat tersebut.

Pengangkatan anak di negara-negara Barat, berkembang setelah

berakhirnya Perang Dunia II. Saat itu banyak anak-anak yang kehilangan orang

tua kandungnya karena gugur dalam peperangan, disamping banyak pula yang

lahir diluar perkawinan yang sah. Pengangkatan anak di Indonesia mulanya

dijalankan berdasarkan Stattsblad (Lembaran Negara) tahun 1917 No. 129, dalam

ketentuan ini pengangkatan anak tidak saja berasal dari yang jelas asal usulnya,

tetapi juga anak yang lahir di luar perkawinan yang sah (tidak jelas asal

usulnya).58

Dalam hukum Islam pengasuhan terhadap anak yang tidak jelas asal

usulnya, termasuk dalam kelompok “anak pungut” al-laqith, yaitu anak yang

dipungut dan tidak diketahui asal usulnya secara jelas, karena bayi itu ditemukan

57

Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan. Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam. (Jakarta:

Kencana, 2008), hlm. 23. 58

Muderis Zaini. Adopsi Suatu Tinjauan Dari TIga Sistem Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika,

2002), hlm. 47.

Page 66: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

56

di pinggir jalan, dan orang yang menemukan itu mengakui sebagai anaknya, maka

nasab anak itu dapat di-nasab-kan dan dipanggil berdasarkan orang tua angkat

yang menemukannya.

Tata cara pengangkatan anak, menurut ulama fikh, untuk mengangkat anak

atas dasar ingin mendidik dan membantu orang tua kandungnya agar anak

tersebut dapat mandiri di masa mendatang. Secara hukum tidak dikenal

perpindahan nasab dari ayah kandungnya ke ayah angkatnya. Maksudnya ia tetap

menjadi salah seorang mahram dari keluarga ayah kandungnya. Dalam arti

berlaku larangan kawin dan tetap saling mewarisi dengan ayah kandungnya. Jika

ia melangsungkan perkawinan setelah dewasa, maka walinya tetap ayah

kandungnya. Adapun pada pengangkatan anak yang diiringi oleh akibat hukum

lainnya terjadi perpindahan nasab dari ayah kandungnya ke ayah angkatnya.

Konsekuensinya, antara dirinya dengan ayah angkatnya dan keluarga kandung

ayah angkatnya berlaku larangan kawin serta kedua belah pihak berhak saling

mewarisi. Jika ia akan melangsungkan perkawinan nantinya, maka yang berhak

menjadi walinya adalah ayah angkatnya tersebut,bukan ayah kandungnya. Ada

dua hal yang terkait dengan status hukum anak angkat, yaitu dalam hal kewarisan,

dan dalam hal perkawinan.

Dalam hal kewarisan, menurut ulama fikh, dalam Islam ada tiga faktor

yang menyebabkan seseorang saling mewarisi, yaitu karena hubungan

kekerabatan atau keturunan al-qarabah, karena hasil perkawinan yang sah al-

mushaharah, dan karena faktor hubungan perwalian antara hamba sahaya (budak)

Page 67: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

57

dan wali yang memerdekakannya atau karena faktor saling tolong menolong

antara seseorang dengan orang yang diwarisinya semasa hidupnya. Anak angkat

tidak termasuk dalam tiga kategori tersebut.diatas; dalam artian bukan satu

kerabat atau satu keturunan dengan orangtua angkatnya, bukan pula lahir atas

perkawinan yang dari orang tua angkatnya, dan bukan pula karena hubungan

perwalian. Oleh karena itu, antara dirinya dan orang tua angkatnyatidak berhak

saling mewarisi satu sama lain. Jika ia akan mewarisi, maka hak waris mewarisi

hanya berlaku antar dirinya dan orang tua kandungnya secara timbal balik, atas

dasar al-qarabah dan al-mushaharah atau kalau mungkin ada karena saling

tolong menolong dengan yang meninggal semasa hidupnya.59

Namun mengingat hubungan yang sudah akrab antara anak angkat dengan

orang tua angkatnya, apalagi kalau yang diangkat itu diambil dari keluarga dekat

sendiri, serta memperhatikan jasa baiknya terhadap rumah tangga orang tua

angkatnya, maka Islam sama sekali tidak menutup kemungkinan bahwa anak

angkat mendapat bagian dari harta peninggalan orang tua angkatnya. Caranya

adalah dengan hibah atau wasiat yang ditulis atau diucapkan oleh ayah angkatnya

sebelum meninggal dunia.

Dilihat dari aspek perlindungan dan kepentingan anak, lembaga

pengangkatan anak (tabanni) memiliki konsepsi yang sama dengan pengangkatan

anak (adopsi) yang dikenal dalam hukum sekuler. Perbedaannya terletak pada

59

A. Azis Dahlan. Ensiklopedi Hukum Islam , (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1996),

jilid. I, hlm. 29-30.

Page 68: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

58

aspek mempersamakan anak angkat dengan anak sendiri, menjadikan anak angkat

menjadi anak sendiri, memberikan hak waris yang sama dengan hak waris anak

kandung.60

Syekh Mahmud Syaltut, dalam hasil penelitiannya menemukan dua bentuk

pengertian anak angkat yang berbeda, yaitu pertama: “At-Tabanni adalah

seseorang yang mengangkat anak, yang diketahui bahwa anak itu termasuk anak

orang lain, kemudian ia memperlakukan anak tersebut sama dengan anak

kandungnya, baik dari kasih sayang maupun nafkah (biaya hidup), tanpa ia

memandang perbedaan. Meskipun demikian agama Islam tidak menganggap

sebagai anak kandung, karena itu ia tidak dapat disamakan statusnya dengan anak

kandung”.61

Definisi tersebut memberikan gambaran bahwa status anak angkat itu

hanya sekedar mendapatkan pemeliharaan nafkah, kasih sayang, pendidikan,

pelayanan, kesehatan, dan hak-hak asasi anak lainnya, tanpa harus disamakan

hak-haknya dengan status anak kandung, karena hati nurani orang tua angkat

tetap akan sulit memandang sama anak angkat dengan anak kandungnya. Oleh

karena itu, pengertian anak angkat menurut Mahmud Syaltut lebih dekat

pengertiannya kepada pengertian anak asuh yang yang lebih disadari oleh

perasaan seseorang yang menjadi anak angkat.62

60

Adrianus Khatib. Kedudukan Anak Asuh Ditinjau dari hukum islam, Problematika Hukum

Islam Kontemporer. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), hlm. 158. 61

Mahmud Syaltut, Al-Fatawa. (Kairo: Dar al-Syuruq, 1991), hlm. 321. 62

Mufidah Saggaf Al-Jufri. Al-Laqith dan Tabanni, makalah, tp. 2004, hlm. 10.

Page 69: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

59

Bentuk pengangkatan anak yang kedua, Mahmud Syaltut memberikan

gambaran sebagai berikut: ”At-Tabanni adalah seseorang yang tidak memiliki

anak, kemudian menjadikan seseorang anak orang lain sebagai anaknya, padahal

ia mengetahui bahwa anak itu bukan anak kandungnya, lalu ia menjadikannya

sebagai anak sah”.63

Definisi kedua tersebut menggambarkan tentang pengangkatan anak

sebagaimana yang dipraktikkan pada zaman jahiliyah, dan/atau pengangkatan

anak yang dikenal oleh masyarakat Tionghoa yang mempersamakan status anak

angkat sebagai anak kandung dan memutuskan hubungan darah dengan orangtua

kandungnya, serta masuk klan (suku) keluarga orangtua angkat dengan memakai

nama orangtua angkatnya. Oleh karena itu, anak angkat berhak menjadi ahli waris

dan memperoleh warisan sebagaimana hak warisan yang diperoleh oleh anak

kandung, sedangkan syariat Islam menetapkan tentang ketentuan pembagian harta

warisan, yang telah digariskan secara qath‟i bahwa hanya kepada orang-orang

yang ada pertalian darah, keturunan, dan perkawinan yang dapat masuk dalam

kelompok ahli waris.64

Pengertian pengangkatan anak semacam inilah yang

dilarang dalam Islam.

Berdasarkan paparan diatas, jelas bahwa dalam lembaga pengangkatan

anak yang bertentangan dengan ajaran Islam adalah pengangkatan anak yang

dengan sengaja menjadikan anak angkat sebagai anaknya sendiri dengan hak-hak

dan kewajiban yang disamakan dengan anak kandung; diberikan hak waris sama

63

Mahmud Syaltut, Al-Fatawa. (Kairo: Dar al-Syuruq, 1991), hlm. 322. 64

Lihat. QS. An-Nisa/4: 11, 12, dan 13.

Page 70: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

60

dengan hak waris anak kandung, dan orangtua angkat menjadi orangtua kandung

anak yang diangkatnya. Tetapi pengangkatan anak dalam pengertian terbatas

dengan menekankan aspek kecintaan, perlindungan, dan pertolongan terhadap hak

pendidikan anak, nafkah sehari-hari, kesehatan, dan lain-lain, adalah termasuk

dalam ajaran ta‟awun yang oleh Islam justru sangat dianjurkan.65

Allah SWT

berfirman:

… … : (٢)المائدة

“Bertolong-tolonglah kamu dalam hal kebajikan dan takwa, tetapi jangan

bertolong-tolongan dalam hal kemaksiatan dan permusuhan.

B. Prosedur Pengangkatan Anak Menurut Hukum Positif Indonesia

Sampai saat ini belum ada undang-undang yang secara khusus mengatur

tentang pengangkatan anak, namun praktik pengangkatan anak di tengah-tengah

kehidupan sosial masyarakat telah melembaga dan menjadi bagian dari budaya

yang hidup di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Sejak zaman dahulu

masyarakat Indonesia telah melakukan pengangkatan anak dengan cara dan

motivasi yang berbeda-beda, sesuai dengan sistem hukum adat dan perasaan

hukum yang hidup serta berkembang di daerah yang bersangkutan.

Pemerintah melalui Menteri Sosial menyatakan bahwa, dalam kenyataan

kehidupan sosial tidak semua orangtua mempunyai kesanggupan dan kemampuan

65

Muderis Zaini. Adopsi Suatu Tinjauan Dari TIga Sistem Hukum. (Jakarta: Sinar Grafika,

2002), hlm. 53.

Page 71: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

61

penuh untuk memenuhi kebutuhan pokok anak dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan anak. Kenyataan yang demikian mengakibatkan anak menjadi

terlantar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Sambil menunggu

dikeluarkannya Undang-Undang Pengangkatan Anak, telah ditetapkan beberapa

kebijaksanaan.66

Hal ini menunjukkan bahwa sejak tahun 1984 proses ke arah

lahirnya Undang-Undang yang khusus membahas pengangkatan anak telah

sedang berjalan, dan yang mengatur ketertiban praktik pengangkatan anak

dilakukan dengan beberapa peraturan kebijakan-kebijakan pemerintah dan

lembaga yudikatif, seperti Surat Edaran Mahkamah Agung, Peraturan Mahkamah

Agung, dan lain-lain.

Mahkamah Agung sendiri sebagai penanggung jawab atas pembinaan

teknis peradilan mengakui bahwa peraturan perundang-undangan dalam bidang

pengangkatan anak Warga Negara Indonesia, terutama pengangkatan anak Warga

Negara Indonesia oleh Warga Negara Asing tidaklah mencukupi, namun ada

beberapa peraturan hukum yang dapat dijadikan rujukan bagi hakim dalam

menjalankan tugas pokok kekuasaan kehakiman tentang pengangkatan anak,

misalnya67

:

66

Republik Indonesia. Keputusan Menteri Sosial Nomor 41 Tahun 1984, tentang Petunjuk

Pelaksanaan Perizinan Pengangkatan Anak, Bagian I, Umum. 67

Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan. Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam. (Jakarta:

Kencana, 2008), hlm. 204-205.

Page 72: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

62

1. Staatsblad 1917 Nomor 129, Pasal 5 sampai dengan Pasal 15 mengatur

masalah adopsi yang merupakan kelengkapan dari KUHPerdata/BW yang

ada, dan khusus berlaku bagi golongan masyarakat keturunan Tionghoa.

2. Surat Edaran Mahkamah Agung RI (SEMA) Nomor 2 Tahun 1979, tentang

Pengangkatan Anak yang mengatur prosedur hukum mengajukan

permohonan pengesahan dan/atau permohonan pengangkatan anak,

memeriksa dan mengadilinya oleh pengadilan.

3. Surat Edaran Mahkamah Agung RI (SEMA) Nomor 6 Tahun 1983 tentang

Penyempurnaan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 2 Tahun

1979, yang mulai berlaku sejak tanggal 30 September 1983.

4. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 41/HUK/KEP/VII/1984 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Perizinan Pengangkatan Anak, yang mulai berlaku

sejak tanggal 14 Juni 1984.

5. Bab VIII, Bagian Kedua dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002,

tentang Perlindungan Anak, yang mulai berlaku sejak tanggal 22 Oktober

2002.

6. Surat Edaran Mahkamah Agung RI (SEMA) Nomor 3 Tahun 2005, tentang

Pengangkatan Anak, berlaku mulai Februari 2005, setelah terjadinya

bencana alam gempa bumi dan gelombang Tsunami yang melanda Aceh

dan Nias, yang menimbulkan masalah sosial berupa banyaknya anak-anak

yang kehilangan orangtuanya dan adanya keinginan sukarelawan asing

untuk mengangkatnya sebagai anak angkat oleh LSM dan Badan Sosial

Page 73: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

63

Keagamaan lainnya yang sangat membahayakan akidah agama anak

tersebut.

7. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Pada Pasal 49

huruf a, angka 20 menyatakan bahwa, Pengadilan Agama bertugas dan

berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat

pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: “… penetapan

asal usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak berdasarkan

hukum Islam.”

8. Beberapa Yurisprudensi Mahkamah Agung dan putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hukum tetap, yang dalam praktik peradilan telah diikuti

oleh hakim-hakim berikutnya dalam memutuskan atau menetapkan perkara

yang sama, secara berulang-ulang, dalam waktu yang lama sampai

sekarang.

Berdasarkan hasil pengamatan Mahkamah Agung RI, menemukan fakta

bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang prosedur, tata cara

menerima, memeriksa, dan mengadili serta menyelesaikan permohonan

pengangkatan anak dipandang belum mencukupi, maka Mahkamah Agung

sebagai lembaga tertinggi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kekuasaan

kehakiman di Indonesia, memandang perlu mengeluarkan surat edaran yang

menyempurnakan surat edaran sebelumnya yang mengatur prosedur dan syarat-

syarat pengajuan permohonan pengangkatan anak.

Page 74: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

64

Disamping hukum acara yang berlaku, prosedur dan syarat-syarat

pengangkatan anak secara teknis telah diatur dalam SEMA Nomor 6 Tahun 1983

tentang penyempurnaan SEMA Nomor 2 Tahun 1979 tentang Pengangkatan

Anak.68

Prosedur pengangkatan anak baik antar-WNI, ataupun antar-WNI dan

WNA akan diuraikan sebagai berikut:

1. Prosedur dan Persyaratan Permohonan Pengangkatan Anak Antar-

Warga Negara Indonesia (WNI)

Prosedur menerima, memeriksa, dan mengadili perkara permohonan

pengangkatan anak antar-WNI harus diperhatikan tahapan-tahapan dan

persyaratan sebagai berikut:

a. Syarat dan Bentuk Permohonan

1. Sifat surat permohonan bersifat voluntair.

2. Permohonan pengangkatan anak hanya dapat diterima apabila

ternyata telah ada urgensi yang memadai, misalnya ada ketentuan

undang-undangnya.

3. Permohonan pengangkatan anak dapat dilakukan secara lisan atau

tertulis bedasarkan ketentuan hukum acara yang berlaku.

4. Surat permohonan pengangkatan anak dapat ditandatangani oleh

pemohon sendiri, atau oleh kuasa hukumnya.

68

SEMA No. 6 Tahun 1983

Page 75: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

65

5. Surat permohonan pengangkatan anak ditujukan kepada Ketua

Pengadilan Negeri atau Ketua Pengadilan Agama. Pemohon yang

beragama Islam yang bermaksud mengajukan permohonan

pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam, maka permohonannya

diajukan kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal

pemohon.

b. Isi Surat Permohonan Pengangkatan Anak

1. Bagian dasar hukum permohonan pengangkatan anak, harus secara

jelas diuraikan motivasi yang mendorong niat untuk mengajukan

permohonan pengangkatan anak.

2. Harus diuraikan secara jelas bahwa permohonan pengangkatan anak,

terutama didorong oleh motivasi untuk kebaikan dan/atau

kepentingan calon anak angkat, didukung dengan uraian yang

memberikan kesan bahwa calon orangtua angkat benar-benar

memiliki kemampuan dari berbagai aspek bagi masa depan anak

angkat menjadi lebih baik.

3. Isi petitum permohonan pengangkatan anak bersifat tunggal, yaitu

hanya memohon “agar anak bernama A ditetapkan sebagai anak

angkat dari B”. tanpa ditambahkan permintaan lain, seperti: “agar

anak bernama A ditetapkan sebagai ahli waris dari B”.

Page 76: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

66

c. Syarat-Syarat Permohonan Pengangkatan anak Antar-WNI

1. Syarat bagi calon orangtua angkat/pemohon, berlaku ketentuan

sebagai berikut:

a) Pengangkatan anak yang langsung dilakukan antara orangtua

kandung dengan orangtua angkat (private adoption)

diperbolehkan.

b) Pengangkatan anak yang dilakukan oleh orang yang tidak terikat

dalam perkawinan sah/belum menikah (single parent adoption)

diperbolehkan.69

c) Calon orangtua angkat harus seagama dengan agama yang dianut

oleh calon anak angkat.70

2. Syarat bagi calon anak angkat

a) Dalam hal calon anak angkat berada dalam asuhan suatu yayasan

sosial harus dilampirkan surat izin tertulis Menteri Sosial bahwa

yayasan yang bersangkutan telah diizinkan bergerak di bidang

kegiatan anak.

b) Calon anak angkat yang berada dalam asuhan yayasan sosial,

maka harus mempunyai izin tertulis dari Menteri Sosial atau

pejabat yang ditunjuk bahwa anak tersebut diizinkan untuk

diserahkan sebagai anak angkat.

69

Republik Indonesia. UU No. 23 Tahun 2002, pasal 39 Ayat (3). 70

SEMA No. 6 Tahun 1983.

Page 77: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

67

2. Prosedur dan Persyaratan Permohonan Pengangkatan Anak WNA

oleh Orang Tua Angkat WNI (Intercountry Adoption)

a. Syarat dan Bentuk Surat Permohonan Pengangkatan Anak WNA

1) Surat permohonan bersifat voluntair.

2) Permohonan pengangkatan anak hanya dapat diterima apabila ternyata

telah ada urgensi yang memadai, misalnya ada ketentuan undang-

undangnya.

3) Permohonan pengangkatan anak dapat dilakukan secara lisan atau

tertulis berdasarkan ketentuan hukum acara yang berlaku.

4) Surat permohonan pengangkatan anak dapat ditandatangani oleh

pemohon sendiri atau oleh kuasa hukumnya.

5) Surat permohonan pengangkatan anak ditujukan kepada Ketua

Pengadilan Negeri atau Ketua Pengadilan Agama yang mewilayahi

domisili anak WNA yang akan diangkat. Pemohon yang beragama

Islam yang bermaksud mengajukan permohonan pengangkatan

berdasarkan hukum Islam, maka permohonannya diajukan kepada

Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal anak WNA yang

akan diangkat.

b. Isi Surat Permohonan Pengangkatan Anak WNA

1) Bagian dasar hukum permohonan pengangkatan anak, harus secara

jelas diuraikan motivasi yang mendorong niat untuk mengajukan

permohonan pengangkatan anak.

Page 78: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

68

2) Harus diuraikan secara jelas bahwa permohonan pengangkatan anak,

terutama didorong oleh motivasi untuk kebaikan dan/atau kepentingan

calon anak angkat WNA yang bersangkutan, didukung dengan uraian

yang memberikan kesan bahwa calon orang tua angkat benar-benar

memiliki kemampuan dari berbagai aspek bagi masa depan anak

angkat menjadi lebih baik.

3) Isi petitum permohonan pengangkatan anak bersifat tunggal, yaitu

hanya memohon ”agar anak bernama A ditetapkan sebagai anak

angkat dari B”. tanpa ditambahkan permintaan lain, seperti: “agar anak

bernama A ditetapkan sebagai ahli waris dari B”.

c. Syarat-syarat Permohonan Pengangkatan Anak WNA

1) Pengangkatan anak WNA harus dilakukan melalui suatu yayasan

sosial yang memiliki izin dari Departemen Sosial bahwa yayasan

tersebut telah diizinkan bergerak di bidang pengangkatan anak,

sehingga pengangkatan anak WNA yang berlangsung dilakukan antara

orang tua angkat WNI dengan orang tua kandungnya WNA tidak

diperbolehkan.

Page 79: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

69

2) Pengangkatan anak WNA oleh seorang WNI yang tidak terikat dalam

perkawinan sah/belum menikah (single parent adoption) tidak

diperbolehkan.71

3) Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut oleh

calon anak angkat.72

d. Syarat bagi calon anak angkat WNA

1) Usia anak angkat harus mencapai 5 tahun.

2) Disertai penjelasan tertulis dari Menteri Sosial atau pejabat yang

ditunjuk bahwa calon anak angkat WNA yang bersangkutan diizinkan

untuk diangkat sebagai anak angkat oleh calon orang tua WNI yang

bersangkutan.

3. Prosedur dan Persyaratan Permohonan Pengangkatan Anak WNI

oleh Orang Tua Angkat WNA

a. Syarat dan Bentuk Surat Permohonan Pengangkatan Anak WNI

1) Surat permohonan bersifat voluntair.

2) Permohonan seperti ini dapat dilakukan secara lisan sesuai dengan

hukum acara yang berlaku di Pengadilan Negeri/Pengadilan Agama.

Permohonan juga dapat diajukan secara tertulis.

71

Republik Indonesia. UU No. 23 Tahun 2002. Pasal 39 Ayat (3). 72

SEMA No. 6 Tahun 1983.

Page 80: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

70

3) Permohonan pengangkatan anak hanya dapat diterima apabila ternyata

telah ada urgensi yang memadai, misalnya ada ketentuan undang-

undangnya.

4) Surat permohonan pengangkatan anak dapat ditandatangani oleh

pemohon sendiri atau oleh kuasa hukumnya. Dalam hal

didampingi/dibantu kuasa hukumnya, calon orang tua angkat harus

tetap hadir dalam pemeriksaan di persidangan.

5) Surat permohonan pengangkatan anak ditujukan kepada Ketua

Pengadilan Negeri atau Ketua Pengadilan Agama yang mewilayahi

domisili anak WNI yang akan diangkat. Pemohon yang beragama

Islam yang bermaksud mengajukan permohonan pengangkatan

berdasarkan hukum Islam, maka permohonannya diajukan kepada

Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal anak WNI yang

akan diangkat.

b. Isi Surat Permohonan Pengangkatan Anak

1) Bagian dasar hukum permohonan pengangkatan anak, harus secara

jelas diuraikan motivasi yang mendorong niat untuk mengajukan

permohonan pengangkatan anak.

2) Harus diuraikan secara jelas bahwa permohonan pengangkatan anak,

terutama didorong oleh motivasi untuk kebaikan dan/atau kepentingan

calon anak angkat WNI yang bersangkutan, didukung dengan uraian

yang memberikan kesan bahwa calon orang tua angkat benar-benar

Page 81: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

71

memiliki kemampuan dari berbagai aspek bagi masa depan anak

angkat menjadi lebih baik.

3) Isi petitum permohonan pengangkatan anak bersifat tunggal, yaitu

hanya memohon ”agar anak bernama A ditetapkan sebagai anak

angkat dari B”. tanpa ditambahkan permintaan lain, seperti: “agar anak

bernama A ditetapkan sebagai ahli waris dari B”.

c. Syarat-syarat Permohonan Pengangkatan Anak WNI oleh Orang Tua

Angkat WNA

1) Syarat bagi calon orang tua angkat WNA/pemohon, berlaku ketentuan

sebagai berikut:

a) Harus telah berdomisili dan bekerja tetap di Indonesia sekurang-

kurangnya 3 (tiga) tahun.

b) Harus disertai izin tertulis Menteri Sosial atau pejabat yang

ditunjuk bahwa calon orang tua angkat WNA memperoleh izin

untuk mengajukan permohonan pengangkatan anak seorang Warga

Negara Indonesia.

c) Pengangkatan anak WNI harus dilakukan melalui suatu yayasan

sosial yang memiliki izin dari Departemen Sosial bahwa yayasan

tersebut telah diizinkan begerak di bidang kegiatan pengangkatan

anak, sehingga pengangkatan anak WNI yang langsung dilakukan

Page 82: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

72

antara orang tua kandung WNI dan calon orang tua angkat WNA

(private adoption) tidak diperbolehkan.

d) Pengangkatan anak WNI oleh seorang WNA yang tidak terikat

dalam perkawinan sah/belum menikah (single parent adoption)

tidak diperbolehkan.73

e) Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut

oleh calon anak angkat.74

2) Syarat bagi calon anak angkat WNA yang diangkat

a) Usia calon anak angkat harus belum mencapai umur 5 tahun.

b) Disertai penjelasan tertulis dari Menteri Sosial atau pejabat yang

ditunjuk bahwa calon anak angkat WNI yang bersangkutan

diizinkan untuk diangkat sebagai anak angkat oleh calon orang tua

angkat WNA yang bersangkutan.

C. Analisis Penetapan Pengangkatan Anak di Pengadilan Negeri Denpasar

Nomor. 1.051/Pdt.P/2013/PN.Dps.

1. Duduk Permohonan

Dalam penetapan ini yang dianalisis adalah perkara pengangkatan

anak yang diajukan oleh Nuryani Rosalinda adalah seorang yang berjenis

kelamin perempuan yang lahir di Banyuwangi pada tanggal 25 Juli 1980, dan

73

Republik Indonesia. UU No. 23 Tahun 2002, Pasal 39 Ayat (3). 74

Republik Indonesia. UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Pasal 54.

Page 83: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

73

beragama Islam yang bekerja sebagai wiraswasta, yang beralamat di Jalan Poh

Gading I Lingkungan Kalang Anyar, Jimbaran, Kuta Selatan, Kabupaten

Badung, Provinsi Bali Telp. Nomor: 081337643660, dan yang disebut sebagai

pemohon.

Yang tentang duduknya permohonan, sebagai berikut:

1. Bahwa Pemohon belum pernah menikah dan bekerja swasta;

2. Bahwa Pemohon berniat mengangkat seorang anak laki-laki yang

bernama Gavin Robert Pratama yaitu anak dari seorang ibu yang

bernama Tina Yulia Novanda dan sekarang anak tersebut juga

belum mempunyai akte kelahiran;

3. Bahwa anak tersebut sejak dari kandungannya telah Pemohon biayai

sampai anak tersebut lahir dan oleh karena Ibu anak tersebut tidak

bekerja dan menyatakan tidak sanggup untuk memeliharanya, maka

pemohon mengangkatnya;

4. Bahwa untuk kelangsungan hidup anak tersebut dikemudian hari dan

anak tersebut dari lahir telah Pemohon pelihara sampai dengan

sekarang;

5. Bahwa untuk sahnya dan setelah Pemohon menanyakan ke Kantor

Catatan Sipil disarankan untuk mengajukan permohonan ini di

pengadilan;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tesebut diatas maka Pemohon

mengajukan Permohonan ini ke hadapan Yth. Bapak Ketua Pengadilan Negeri

Page 84: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

74

Denpasar agar dalam tenggang waktu yang tidak begitu lama dapat

menetapkan hari sidang dan memanggil Pemohon dan setelah pemeriksaan

dianggap selesai agar menjatuhkan Putusan/Penetapan sebagai berikut:

a. Mengabulkan Permohonan Pemohon;

b. Menyatakan sah pengangkatan anak laki-laki yang bernama Gavin

Robert Pratama yang lahir di Denpasar pada tanggal 7 Desember

2012;

c. Memberikan izin kepada Kepala Kantor Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Badung untuk mendaftarkan tentang pengangkatan

anak laki-laki yang bernama Gavin Robert Pratama.

2. Analisis Pertimbangan dan Dasar Hukum Hakim dalam Menetapkan

Perkara No. 1.051/Pdt.P/2013/PN.Dps.

Perkawinan merupakan suatu cara yang dipilih oleh Tuhan sebagai

jalan bagi manusia untuk mempunyai anak sebagai keturunannya, karena

hidup bersama dalam suatu perkawinan belum dikatakan sempurna apabila

sepasang suami istri belum dikaruniai keturunan (anak), sebab anak

merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan yang Esa yang dalam dirinya

melekat harkat, martabat dan hak-hak yang harus dijunjung tinggi.

Keluarga mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia

sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil yang

terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak. akan tetapi tidak selalu ketiga unsur

Page 85: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

75

ini terpenuhi, karena ada keluarga yang tidak mempunyai atau belum

memiliki anak. Sebab seorang anak merupakan generasi muda penerus bangsa

yang memiliki peran penting dan vital serta untuk menjamin kelangsungan

eksistensi bangsa dan Negara di masa depan.

Oleh karena itu, apabila ada keluarga, suku atau kerabat yang

khawatir menghadapi kenyataan tidak mempunyai anak, maka berbagai usaha

akan dilakukan. Untuk menghindari hal tersebut, salah satu usaha yang

mereka lakukan adalah dengan mengangkat anak.

Dalam perkara pengangkatan anak No. 1.051/Pdt.P/2013/PN. Dps.

yang ditangani oleh Pengadilan Negeri Denpasar, hal itu telah sesuai dalam

Pasal 39 UU No. 23 tahun 2002 bjahwa:

“Pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang

terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat

dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, pengangkatan anak

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak memutuskan hubungan

darah antara anak yang diangkat dengan orang tua kandungnya, Calon

orang tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut oleh calon

anak angkat, pengangkatan anak oleh warga negara asing dapat

dilakukan sebagai upaya terakhir.”75

Berdasarkan pada proses pembuktian dalam persidangan, majelis

hakim juga sudah mengacu pada SEMA No. 3 Tahun 2005 Tentang

Pengangkatan Anak yang menjelaskan bahwa pengangkatan anak hanya dapat

dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak.76

75

Lihat Pasal 39 Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 76

Lihat Poin 1 pada SEMA Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Pengangkatan Anak.

Page 86: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

76

Dan majelis hakim pengadilan negeri tersebut juga mengacu pada PP

Nomor 57 Tahun 2007 Pasal 13 yang menjelaskan bahwa syarat-syarat orang

tua angkat adalah:

a). Sehat jasmani dan rohani; b) Berumur paling rendah 30 (tiga puluh)

tahun dan paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun; c). Beragama sama

dengan agama calon anak angkat; d) Berkelakuan baik dan tidak

pernah dihukum karena melakukan tindak kejahatan; e) Berstatus

menikah paling singkat 5 (lima) tahun; f) Tidak merupakan pasangan

sejenis; g)Tidak atau belum mempunyai anak atau hanya memiliki satu

orang anak; h) Dalam keadaan mampu ekonomi dan sosial; i)

Memperoleh persetujuan anak dan izin tertulis orang tua atau wali

anak; j) Membuat pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak adalah

demi kepentingan terbaik bagi anak, kesejahteraan dan perlindungan

anak; k) Adanya laporan sosial dari pekerja sosial setempat; l) Telah

mengasuh calon anak angkat paling singkat 6 (enam) bulan, sejak izin

pengasuhan diberikan; dan m) Memperoleh izin Menteri dan/atau

kepala instansi sosial.77

Dengan mengacu pada peraturan tentang persayaratan bagi calon orang

tua angkat diatas, perkara pengangkatan anak tersebut telah mencakup

beberapa poin dari Pasal 13, namun terdapat beberapa poin pula yang tidak

77

Lihat Pasal 13 PP Nomor 57 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak.

Page 87: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

77

terakomodir. Dalam surat permohonan pada kasus ini, pemohon berstatus

belum pernah menikah. Sedangkan dalam ketentuan diatas disebutkan bahwa

pemohon harus berstatus menikah paling singkat 5 (lima) tahun (poin e). Dan

tidak terdapat dalil bahwa pemohon wajib memberitahukan status anak yang

akan diangkat. Bahkan dalam Pasal 13 huruf k, j dan m menyatakan perlunya

laporan sosial bahwa calon orang tua angkat itu telah mengasuh anak angkat

tersebut sejak izin pengasuhan diberikan dan memperoleh izin menteri

dan/atau kepala instansi sosial. Ketentuan diatas, tidak terlaksana dalam kasus

ini. Hal ini dikarenakan pengangkatan anak dilakukan oleh Pemohon secara

langsung. Hakim seharusnya memerintahkan dinas sosial setempat untuk

melakukan pengecekan. Tapi sayangnya, dalam kasus ini hakim

mengeluarkan penetapan tanpa memeriksa ulang berbagai ketentuan yang

seharusnya dipenuhi oleh orang tua angkat.

Kemudian jika dilihat bahwa pemohon adalah orang yang beragama

Islam dan wajib bahkan ada ketentuan harus mengajukan Permohonan

tersebut ke Pengadilan Agama. Sedangkan dalam kasus ini Pengadilan Negeri

telah mengambil kewenangan Pengadilan Agama mengenai kewenangan

Absolute Peradilan Agama sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006 yang telah di Amandemen ke Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009

Tentang Peradilan Agama yang telah jelas disebutkan di Pasal 2 yang

berbunyi:

Page 88: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

78

“Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi

rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.”78

Adapun perkara tertentu itu adalah tercantum dalam pasal 49 Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2006, yang mengatakan bahwa:

“Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus,

dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang

beragama Islam di bidang: a). perkawinan79

; b). warta; c). wasiat; d. hibah; e.

wakaf; f. zakat; g. infaq; h. shadaqah; dan i. ekonomi syari'ah.”

Sehubungan dengan hal ini dikalangan Hakim Pengadilan Negeri

terdapat 2 (dua) pendapat yang berbeda terhadap permohonan pengangkatan

anak:

Pertama: sebahagian hakim berpendapat bahwa Pengadilan Negeri

berwenang memeriksa dan memutus permohonan pengangkatan anak bagi

pemohon yang beragama Islam. Dalam permohonan pengangkatan anak yang

diajukan oleh Pemohon beragama Islam ke Pengadilan Negeri tersirat tujuan

untuk menjadikan anak angkat itu sama kedudukannya dengan anak kandung

dan berhak mewaris.

78

Lihat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 di Amandemen Ke Undang-Undang Nomor

50 Tahun 2009

79

Dalam permasalahan perkawinan tersebut terdapat pada poin (t) penetapan asal usul anak

dan pengangkatan anak (Lihat Pada Bab III sub Kewenangan Absolut Peradilan Agama dan Peradilan

Negeri)

Page 89: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

79

Kedua: sebagian Hakim lagi berpendapat bahwa Pengadilan Negeri

hanya berwenang mengadili permohonan pengangkatan anak yang diajukan

oleh pemohon yang beragama selain Islam, Sedangkan untuk yang beragama

Islam sesuai dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2006, berlaku asas

personalitas Islam sehingga permohonan itu harus diajukan ke Pengadilan

Agama.

Dengan adanya perbedaan pendapat di antara para Hakim ini, maka

ada dua bentuk penetapan yang dikelaurkan hakim terhadap suatu

permohonan pengangkatan anak. Pertama, permohonan dinyatakan tidak

dapat diterima, karena menurut Hakim yang menyidangkan Pengadilan Negeri

tidak berwenang mengadili, dan kedua permohonan dikabulkan sesuai dengan

pendapat Hakim tersebut bahwa Pengadilan Negeri berwenang mengadili

permohonan pengangkatan anak tersebut. Hal ini jelas dapat menimbulkan

tidak adanya kepastian hukum bagi masyarakat.

Padahal sesuai dengan teori tujuan hukum, tujuan dikeluarkannya

hukum salah satunya adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi

masyarakat. Hakim sebagai pelaksana undangundang harus menerapkan

aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten. Yang menjadi kata kunci

dalam menjaga terciptanya kontinuitas kepastian hukum berada ditangan

hakim. Ditangan hakimlah hukum itu menjadi hidup dan dijalankan sehingga

tercapai kepastian hukum. Dengan adanya hukum yang baik dan dijalankan

Page 90: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

80

oleh hakim yang baik pula diharapkan tercipta ketertiban dan kepastian

hukum dalam masyarakat.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang dibeberapa Pengadilan

Negeri ternyata sebagian besar hakim-hakim Pengadilan Negeri berpendapat

bahwa walaupun UU No. 3 Tahun 2006 telah memberikan kewenangan

kepada Pengadilan Agama untuk mengadili permohonan pengangkatan anak

berdasarkam hukum Islam, Pengadilan Negeri masih mempunyai kewenangan

untuk mengadili permohonan pengangkatan anak bagi pemohon beragama

Islam. Hanya sebagian kecil hakim yang secara tegas menyatakan bahwa

Pengadilan Negeri tidak lagi mempunyai kewenangan untuk mengadili

permohonan pengangkatan anak. Dapat disimpulkan bahwa ternyata

kebanyakan Hakim Pengadilan Negeri lebih tunduk pada Pedoman

Pelaksanaan Tugas dan Adminstrasi Peradilan yang dikeluarkan oleh

Mahkamah Agung dari pada ketentuan Undang-undang.

Sesuai dengan teori kewenangan, masing-masing badan peradilan telah

mempunyai kewenangan atribusi untuk memeriksa dan memutus perkara yang

dihadapkannya kepadanya, sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 25

Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman. Kewenangan Pengadilan Agama

mengadili permohonan pengangkatan anak lebih dikhususkan lagi

sebagaimana diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 49 beserta penjelasan UU No. 3

Tahun 2006. Sesuai asas lex specialis derogat lex generalis (hukum yang

khusus mengalahkan hukum yang umum) seharusnya UU No. 3 Tahun 2006

Page 91: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

81

lebih didahulukan dari pada UU Kekuasaan kehakiman sebagai UU yang

bersifat umum.

Jika dihubungkan dengan teori tujuan hukum, kelompok Hakim yang

berpendapat bahwa Pengadilan Negeri masih berwenang mengadili

permohonan pengangkatan anak bagi pemohon beragama Islam, lebih

berpegang pada teori kemanfaatan (utilities theory) karena lebih menitik

beratkan pada tujuan kemanfaatan diajukannya permohonan pengangkatan

anak bagi pemohon, sedangkan bagi hakim yang berpendapat bahwa

pengadilan yang berwenang mengadili permohonan pengangkatan anak bagi

pemohon beragama Islam adalah Pengadilan Agama lebih mengutamakan

kepastian hukum disamping kemanfaatan dan keadilan hukum.

Sesuai dengan asas prioritas yang diajarkan oleh Radburch bahwa

tujuan hukum itu tidak dapat dicapai ketiga-tiganya sekaligus, namun

diperlukan penggunaan asas prioritas dalam menentukan tujuan hukum itu,

dan sesuai dengan pendapat Achmad Ali urutan prioritas tersebut tidak harus

berturut-turut keadilan dulu, baru kemanfaatan, dan terakhir kepastian hukum,

melainkan lebih realisitis jika urutan prioritas ditetapkan secara kasuistis

sesuai dengan kasus yang dihadapi.80

Untuk kasus kewenangan mengadili permohonan pengangkatan anak

ini maka yang dikedepankan terlebih dahulu adalah tentang kepastian hukum,

80

Lihat Ahmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan

(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence) Volume I Pemahaman

Awal, (Jakarta, Kencana 2009),h. 20

Page 92: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

82

karena kepastian hukum sangat diperlukan masyarakat untuk menentukan ke

pengadilan mana permohonan pengangkatan anak harus diajukan.

Dengan berlakunya UU Peradilan Agama yang baru, maka Pengadilan

Negeri tidak lagi berwenang untuk mengadili permohonan pengangkatan anak

yang diajukan oleh pemohon beragama Islam. Pengadilan Negeri hanya

berwenang mengadili permohonan pengangkatan anak bagi pemeluk agama

selain Islam.

Kemudian jika dilihat dari perspektif hukum Islam, ada beberapa hal

juga yang ditabrak oleh pemohon maupun majelis hakim. Dalam hukum Islam

anak angkat harus dipanggil sesuai dengan nama ayah kandungnya.

Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran Surat Al-Azhab ayat 5 yang

berbunyi:

… ٥

“Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan memakai nama

bapak-bapak mereka, itulah yang lebih adil pada sisi Allah SWT.”

Dan juga haram (dilarang) mengalihkan nasab anak angkat kepada

ayah angkatnya berdasarkan Hadits Rasulullah riwayat Bukhori Muslim

tentang Zaid bin Harisah, anak angkat Rasulullah yang semula di panggil Zaid

bin Muhammad SAW, sehingga menjadi sebab nuzul ayat 5 Al-Ahzab

tersebut diatas, kemudian Rasulullah bersabda kepada Zaid :engkau adalah

Zaid bin harisah. Sedangkan di dalam surat penetapan yang yang ditetapkan

oleh Pengadilan Negeri Denpasar tersebut, majelis hakim memberikan izin

Page 93: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

83

kepada Kepala Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Badung

untuk mendaftarkan tentang pengangkatan anak tersebut.

Menurut hemat penulis, majelis hakim yang menyidangkan perkara

pengangkatan ini, belum sepenuhnya mengacu pada peraturan yang ada, khususnya

peraturan pemerintah No. 54 tahun 2007 Tentang Pelaksanaan pengangkatan Anak.

sehingga, berdasarkan tinjauan yuridis diatas, apabila dikaji lebih jauh, majelis hakim

sebaiknya tidak mengabulkan permohonan penetapan ini, dikarenakan ada beberapa

hal yang mendasar yang tidak dipenuhi oleh Pemohon. Dan juga majelis Hakim telah

mengambil kewenangan Absolut Pengadilan Agama.

Page 94: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

84

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari keseluruhan rangkaian pembahasan dalam skripsi ini, mengenai

Penetapan Pengangkatan Anak Pasca Berlakunya Undang-Undang Nomor 50

Tahun 2009, maka penulis beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Bahwa Penetapan pengangkatan anak yang terjadi di yuridiksi Peradilan

Agama adalah berdasarkan dengan hukum Islam yang padanya tidak

memutuskan hubungan nasab antara anak angkat dengan orang tua

kandungnya, hanya saja konsep hadhanah yang diperluas.

2. Bahwa jelas penetapan pengangkatan anak yang terjadi di yuridiksi Peradilan

Negeri memutuskan hubungan antara anak angkat dengan orang tua

kandungnya bukan hanya itu saja dalam pengangkatan di Pengadilan Negeri

anak angkat juga mendapatkan hak waris sebagaimana hak waris anak

kandung dan akan berakibat hukum yang sangat bertentangan dengan hukum

Islam dalam surat Al-ahzab ayat: 4, 5 dan 37.

3. Bahwa setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 yang di

amandemen ke Undang-Undang No. 50 Tahun 2009 Tentang Peradilan

Agama, berhak menerima dan memeriksa serta memberikan putusan/

penetapan sesuai dengan hukum Islam, dan Pengadilan Negeri sudah tidak

dapat menerima dan memeriksa serta memutuskan bagi orang yang bukan

Page 95: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

85

beragama muslim berkaitan dengan Pengangkatan Anak karena akan

menimbulkan akibat hukum yang berbeda.

B. SARAN

Setelah menelaah yang terdapat dalam tulisan ini, maka ada beberapa hal

yang penulis rekomendasikan antara lain:

1. Setiap pengangkatan anak yang telah dilakukan oleh pengadilan agama

maupun pengadilan negeri seharusnya mempunyai kepastian hukum penulis

melihat bahwa ketika Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 perubahan atas

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama terutama

dengan masalah Usia Pengangkatan Anak yang tidak diberikan batasannya.

Seharusnya tercantum dalam Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009

mengenai Usia anak yang boleh dijadikan anak angkat.

2. Tidak tegas dan Tidak jelas pengaturan tentang pembagian kewenangan

mengadili antara Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama untuk memeriksa

dan mengadili permohonan pengangkatan anak menimbulkan persepsi yang

berbeda dikalangan hakim yang menangani permohonan pengangkatan anak.

Untuk mengatasi hal tersebut agar pembuat UU membuat peraturan yang

tegas tentang pembagian kewenangan mengadili antara Pengadilan Negeri

dengan Pengadilan Agama terhadap permohonan pengangkatan anak,

sehingga terdapat kepastian hukum sebagai salah satu tujuan hukum .

Page 96: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

86

3. Sementara belum ada aturan undang-undang yang tegas tentang pembagian

kewenangan mengadili antara Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama

untuk mengadili permohonan pengangkatan anak bagi pemohon beragama

Islam, agar Mahkamah Agung sebagai induk dari empat lingkungan peradilan

membuat peraturan teknis tentang pelaksanaan kewenangan mengadili antara

peradilan yang berada dibawahnya, namun aturan tersebut harus sesuai

dengan asas hukum dan peraturan perundang-undangan dan tidak boleh

bertentangan dan menyimpang dari aturan hukum yang lebih tinggi.

4. Pihak pemohon selaku pemeluk agama Islam sebaiknya mengerti tentang

wewenang absolute yang ada di lingkungan peradilan, bahwa seorang muslim

haruslah mengajukan perkara perdatanya ke Pengadilan Agama. Bukan lagi

ke Pengadilan Negeri.

5. Pemohon tidak mengajukan permohonan pendaftaran kepada Kepala Kantor

Kependudukan dan Pencatatan Sipil kabupaten Badung, agar status anak yang

diangkat tidak menjadi anak kandung.

6. Secara hukum fikih, sebaiknya pemohon tetap mematuhi rambu-rambu

hukum fikih yang berlaku untuknya, seperti tidak mengalihkan nasab anak

angkat kepada orang tua angkatnya, memanggil nama anak angkat tersebut

sesuai dengan orang tua kandungnya, dan lain-lain.

Page 97: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

87

DAFTAR PUSTAKA

Ashshofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 1996

Echols, John H dan Hasan Sadilly, Kamus Inggeris-Indonesia, Jakarta:

Gramedia 2004

Kalid, Muhammad Khalid, 60 Sirah Rasulullah SAW, Jakarta: Al-I’tishom

Cahaya Ummat, 2007

Martosedono, Pengangkatan Anak dan Masalahnya, Dahara Prize, Semarang,

1997

Meliala, Jaja S., Pengangkatan Anak ( Adopsi ) di Indonesia, Bandung: Tarsito,

1982.

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Waris Indonesia, Sumur, Bandung, 1978

Razak, Nazarudin, Dienul Islam, Bandung: Al Ma’arif, 1973

Rosyanda, Dede, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1996

Saragih, Djaren, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Tarsito, Bandung, 1984

Siregar, Bismar, Islam dan Hukum, Jakarta: Grafikatama Jaya: 1991

Soedharyo, Soimin, Himpunan Dasar Pengangkatan Anak, Jakarta: Sinar

Grafika, 2004

Soekanto, Soerjono, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2006

Subekti, Hukum Adat Indonesia Dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung,

Bandung: Alumni, 1991

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2003.

Sutha, I Gusti Ketut, Bunga Rampai Beberapa Aspek Hukum Adat, Yogyakarta:

Liberty, 1987.

Wignjodipoero, Soerojo, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Haji

Masagung, Jakarta, 1987

Zaini, Muderis, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum, Jakarta: Sinar

Grafika, 2002.

Page 98: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

88

Ka’bah, Rifyal, Pengangkatan anak Dalam UU No. 3 Tahun 2006 Tentang

Perubahan UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama dan

Akibat Hukumnya, Varia Peradilan tahun ke-XXI No. 284.

Sugondo, Lies, Pengangkatan Anak Menurut Hukum Perdata Nasional Yang

Berspektif HAM, Suara Uldialag vol 3 No X.

Page 99: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

rr

Br 1e66ue1 eped reseduaq l.re6aN uelrpe6ua6 ueeralluedey lp

uelrelJeplp qelal 6ue^ EI0Z .raqtualdes 11 le66ueuet e{uueuoqouilad

leJns uelnfebuau qela] uoLloruad eMqeq ,6uequrguayl

:

I ue6uep;sladlp

ueln[e;p 6ue{ l])nq lerns-Jerns ll!lauaur uep lprlllau qplates

I ;s1es-;s)es uep uoL{otrled ue6ue;a1e1 lebuepuau qelales

I uoqoulad ueuoLlorulad leJns-leJns pf,eqruatrt Llelales

1 lnqasral IUJgtN N\flICV9Nld

il[Cimffiil : rebeqas lnqastp

eAulnfueles 6ue{ ISZ11ZL6LTBO'OggEVgLEEIB0

: JotuoN 'dlet uelelas eln) , uelequtrg

re{uy 6ueiey ue6un16ug1 1 bu1pe9 Llod elei

!p lptrleleJaq uelsl eue6y , elsennse.r;6 ueef-ra1ad

'unqe1 tE JnuJn 0B6Mnt SZ ,rbuennn{ueg

: rlLlel le66uel / 1edua1 uenduale6

: eruueuoqourad urelep ln)uoq lebeqes uedeleuad llqureOueru

qelal eueyad 1e16u;1 uellpe.red ulelep ueuoqouued elepjed elelled

ll!pebueu uep es)Uaruau 6ueA ;eseduaq prabap ueggpe6ua6

'vs!l vHvl^l 9NVA NVNVHflIf) NV)IEVSVCIEEIE

ffi'ssq 'Nd / EIoz I d'tpd / Iso.r : rou,toll

ffi

Page 100: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

F["

uoqourad ueuoLloutJed ue)lnqebuaN .I

: ln>llJaq !e6eqes

uedeleuad/uesnlnd ue)Llnle[uau re6e leseles de66ue;p uees>luaurad

qeleles uep uoLlouad ;l6ueuraur uep 6uep1s ueq ueldelauaur ledep

eruel n116aq )ep!] 6uer nlreM 6ue66ual uelep le6e leseduaq ua6ep

ue;1pe6uad enlo) ledeg 'q11 uedepeq al !u! ueuoqourad uelnfebuau.r

uor-{oruad e>leu sele!p lnqesJel uesele-uesele ue)JesepJeq eMLleg

1ue;;pe6ue6

!p !u! ueuoqouuad uelnfebueur )n]un upluerpslp l!dls uelelef

Jolue) el uele{ueueu uoL.lorued qelales uep e{uqes >lnlun eMLleg .s

l uele>1es

uebuap ;edures ereqr;ed uoqourad qelal Jlllel lJep lnqasral )eue

uep ueq uelpnua>lrp lnqaset leue dnptq ue6uns6uela) )nlun eMqeg .t

1 e{u1e>1 6u eOueur uoL.loruad

ereu 'eAuereqllaurau )nlun dn66ues repll ue1e1e{uaru uep e[.re)eq

)ep!l lnqesJol >leue nql eueJe) qalo uep Jlqel lnqesrel )eue redues

;e{e;q uoqoulad L{elol eAuue6unpue) uep >1etas lnqasial reue eMqeg .E

luelrqela) el)e

;e{undutaul unleq e6nt lnqaslal )eue Ouelelas uep VCINVAON VnnA

VNII nq1 bueloas rep 1eue nt!e{ VL{V1VUd jUlgOU NIAV9 pueureq

6ue{ lrpl-)el reue 6ueroas 1e>;6ueOuaur lerureq uoLloued eMr,leg .z

lelsenns ela1aq uep qe)ruau qeurad urnlaq uor.{orued eMqeg .I

: ln)ueq ;e6eqas leq-lel{ uele)nula6uaur uebuap , .sdq.

Nd / €.T02 / 4Wa / 16O.I : rorrroN .re1sg6e5 qeMeqlp ttOZ .raqualdag

Page 101: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

I

lS-a epuet Uaqtp IIVAVrIM )IIII'ue reue ;sdopdebuaur >lnlun ueleJaqe) lep[ ueeleAura6 ]eJns

!V-a epuet Uaqlp INIJ-UVHnS

'ue )eue rsdopdebuauu )nlun ueleraqa) )eplr ueele{u;e6 lerns

19-6 epuet Uaqtp VCNITVSOU INVAU1N uV 61y {do3 o1o3

--! 7- d epuel Uaq!p ' qOOZ la6 EZ le66uelral

9002/dSIA/IU V/TgtZOO .oN uelLlele) at)V uedrlny {docotoJ

I-d epuel uaqlp

ZT0Z leqLuesa6l €I le66ueyel )eue ueqeleAurad lernS Adoc olol .I

:mtrislmris

: ednraq ll)nq-ll)nq uelnfebuau qele] uoL{oulad 'eAuueuoqouued

lllep-lllep uellenbuau )nlun eMLleq ,6uequr1ue6

i e{uueuoqouuad

eped ue1;eqled epe ueleleAuaur uor.loruad ,ueleceqlp ueuoqouuad

qelelas uep ueouep;slad plnual tJtpues depeqouaur 6ue1ep uor.louad

ue1de1e1;p qelal 6ue{ 6uep;s UeLl eped eMqeq ,6uequgua6

I uoqoura6

epedal !u! ueuou:rad teql)e lnquol 6uert e{e;q ub)ueqaque6 .v

lZt1Z raqruasa6 1 1e66uet eped ;esedua6 !p rlqel 6ue{ VNVIVUd

IUJ€1OU NIAVS erueuraq 6ueA t)el-!lel >leue uetele)ue6uad

6ue1ua1 uelrplJepueu )nlun 6unpeg ualednqey lldls

uelele3 uep ue)npnpuaday rolue) eleday epedel ulfl uaquja6 .E

lZt1Z raquasa6

4 1e66uet eped ;eseduag !p rlqel 6ue{ VNVIVUd lUlgOU NInVg

erueuraq 6ueA !)el-!)el )eue uele>16uebuad qes uele1e{ua61 .Z

's

'b

'€

'z

Page 102: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

1 1s1eg pJepnes qelepe uoLloruad eML1eg

Ulpuas nll )eue ue)lplpued uep uedap eseut

lnlun lnqasJel Ieue uelelbuebuad uelnfebuau uor]oued eMqpg

lueleraqal 6ue{

e6;en1a1 epe lep!1 'lnqaslal )eue uele>16ue6uad depeq.ral eML{eg

!ZyOZ raquase6 / le66uel

eped reseduag lp rlqel 'VNVIVUd IUI€1OU NIAV9 eueu Uaqlp

6ue{ !)el-llel leue 1e16ue6uau L{epns uotloued leuaq eMl{eg

I qe>11uaur unleq !u! lees ledures uorloued Jeueq eMLleg

i uoqourad Uep bunpuel >lele) qelepp !s)es eueullp eblenlal

ue6unqnq epe upp uor.louad uebuap leua) ls>les reuaq eMqe€

I ;s1e5 erepnes qelepe uoqouad eMqeg

:IIV'NVUS.INVIUNS IS)VS'I: etrleuJeq 6u;seur-6u;seu'qeduns qeMeqtp uebuelalal ue>llJequleut

6uer( !s)ps 6uero ( enp ) Z ue)nfebuaur L]elel uor,lorued uebuep;s.rad

urelep!p lnqasJel !l)nq lelns-lerns ulelas eMqeq '6uequrgua6

I qes lllnq 1e1e re6eqas 1e-reAs lqnueuau.r qelai e66ulqas ' rensas

eleAural eAurlse !l)nq uebuap uelolollp qelal eyas dnlnr !eJalerrlreq

qelel uep 'g1q1allp uep esluad;p qelal euput lllnq Jelns-lerns uenfebuad

0I-d epupt Uaqlp e6:en1ey ntre) {do3 otoJ '6

B-d epuel Ueqlp OfDnI'uV uerletla) uebuerale) Jerns ldo3 olol 'B

Z-d ppuet Uaqlp VCINITVSOU INV UnN uV uelqelo) aUV Ado3 otoJ '/

lg-a Ppuet Uaqtp INVAUnS )nn'ue )eue lsdopdebuetu )nlun uelereqe) Ippll ueeleAula6 lelnS '9

Page 103: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

IZyOZ raquesaq / le66uel

eped reseduaq lp rlqel 'VNVIVUd lUlgOU NIAV9 eueu Ueqlp

6ueA !)el-!)el leup lelbuebuaur qppns uoqoued Jeueq eMqeg

1 qelguaur ulnleq lu! lpes gedures uot{otuad Jpueq eMqeg

: ln)tJoq

;ebeqes el)eJ-elleJ qa;oladureul uellpebua6 uebuepgs.rad;p uoqoruad

Llalo ue>1nte;p 6uer( stlnilal ll)nq-lllnq eues !qes-!qes ue6uelala>g

uep uor.lor.ue6 uebueJale) lebuapueu L{elelas eMLleq ,6uequtlue6

1 selelp lnqaslal eueur;ebeqes qelepe

uoqoued ueuoqoul;ad uenfnl uep pns)euJ eMr.{eq ,6uequrua6

ffi1 uellpe6ue6

Uep uedelaua6 uoqou uoLloued eAu.r;q1e eMqeq ,buequlua6

1 ;ur uedelouad ruelep >lnseu de66uerp uep uebueplsled

erpf,e eluaq uelep teqlltp ledep !u! ere)rad uelep ge;pe[a1 e;e6as p)eu

lul uedeleued ueteJn le)6uls.reduraur )nlun eMqeq ,6uequrguayl

Ulpues nlt )eue ue)lplpuad uep uedep eseut

)nlun lnqesJol )eue ue1e16ue6ue6 uelnfe6uau uor1oued eMr.1eg

lueleleqal 6ueA

e6ren1a1 epe )ep!1 'lnqaslol )eup uele>16uebued depeq-ra1 eMqeg

lZt1Z raqruase6 Z le66uel

eped resedua6 !p rlqel 'VNVIVUd t_UJgOU NIAV9 eueu Uaqtp

6ue{ l)el-llel )eue 1el6ue6uaur Llepns uorloruad reueq emqeg

I qe1;uau rrlnlaq !ul lees ;edures uotloruod Jeuaq eMqpg

I uoqouted Uep bunpuel )ele),1 L{elppe lsles eueulp e6len;a1

uebunqnq epe uep uorloued uebuap leuo) !s)es leuaq eMqeg

Page 104: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

ledueu L{elel uep upq uelpnrue)lp lele) lnlun lnqasrol >leue uednptLla)

upp dnprq ueouns6uelel uebu;1uada1 1n1un ruep e)pru ,se1e1p lnqesJal

ue6ueqtulilad Uep ue;[e1 ue)lesppraq eMLleq ,6uequlua6

lnqesJal )eue uednprqe) uep dnptq re^elqureu )nlun ndureu.r

6uepuedlp uoqoruad eMLleq ueselereq dnlno L.lepns e>leu ,efua>1aq

ebnf uoqoruad eupulp ueL{-ueqas uednprqe) uelep eMqeq '6uequr1ua61

6uerelas !edues rJrpuas eAubunpue>1 )eue llradas uoLlorued qelo

)!p!plp undneur qnselp 'eleq1;ad!p lnlun e^uu6unpue>1 en1 6ue:o qelo

selql! eJef,as ue)Lleleslp Llelal lnqasral )eue euerrJlp ' zroz reqruesec

L0 1e66ue1 1e[as ]nqaslal leue lnse6uaul Llelal uoqoutad eMqeq

1edue1 'se1e;p lnqaslol elleJ ue)Jeseplaq eMqeq ,6uequ1ue6

I 1;.rrpuas n1l 1e16ue )eup uep rrln)nq JnJnuau

ulel leq - )eq uep uedap eseut e{uu1ue[:a] )nlun Llelepp lnqasJel

)eue ue1e16ue6ued uen[n1 uep le)e)eq emqeq ,6uequrrua6;

I peq uelpnue)tp tnqasrel )eue

Uep ulel )eq )pq uep uedap eseul ,urnlnq ueqlsedel e{uurr.ue[.ra1

)nlun lnqeslel >leue 1e16uebuaur uoLlorrlod uen[n1 eMqeg

I lnqas;el )eue

6unpuel en1 6ue;o lebeqas eAuleAel lnqaslel 1e16uerp 6ueA )eue

depeqral eAuueqlfeMe) up>leueslelau dnbOues uor.loruad emLlpg

I lnqeslel )eue uelel6uebuad

ue6uap nln1as rjelal uor]ouad Jesaq e6.ren1e1 enLues Jeuaq eMqeg

I rtuouo>1a 16es undneu ue)lplpued !6as uep >l!eq lnqasral >leue

snlnbueur lnlun ndureur de66uerp uoqoued uednprqa>1 reuaq emqpg

lr.lpuas elu6unpue) )eue ;ebeqas ue1n1e1_redlp

lnqesral )eue uep ndueu de66uelp uoqotued uednplqal emqeg

Page 105: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

lqerdn.r nqrJ [!eue qnlnd ureua snlelag) -'000'99T'u Jeseqes uoqourad

epeda>1 lul ueuoqouled leql)e lnqulll 6uer( elerq ue)ueqaqura6 .,

1n1r 1n1un ue))nlun:adlp

6ue{ relsrbel ruelepa) up)lelelrp le6e bunpeg ualednqey lldls

uelele3 uep ue)npnpuada) Jolue) eleda) epedal lul uedelaued

bueluel uepeuepueu )nlun uoqoued epedel ue)L.lelupoule6 .E

iZtOZ raquase6 1 1e66ue1

epeod resedue6 !p r!Llel 6ue{ VNVIVUd lut€OU NIAV9 errreuroq

6ueA !)el-uel leue depeq-re1 VCINITVSOU INV UnN uor.louad

qalo ue)n)el!p 6ue{ )eue uelel6uebued qes ueleleAua6

I uoqoured ueuoqor.ulad uellnqebua6

NVXdVMNfI'rli uelnlbuesJoq 6ueA ulel ueJnlelad

-uernlerad plJas 6uepul-6uepun Uep lesed lesed 1e6ur6ua6

-- luoqoura6 epeda>1 ue>lueqeqlp

lnled lu! ueuoLlouuad leql)e lnqLull 6ue{ eAe;q enuJes ererrr ue4nqe)!p

uor.louad ueuoqotulad eueJe) qelo eMqeq ,buequtrua6

1e{unlledas lpuols)epeJ up}!eqred ue6uep ue)lnqe>llp )nlun

ueseleJeq dnlnr uoqouled ueuoL.lorrj.rad eleur'6uepu1-1-6uepu1 ue6uap

uebuelueueq lepll uoL{otuad upuoqoulad uep sele;p uel6uequr;yad;p

qelel 6ue{ eueurgebeqas uetern ue6uep eMLleq ,6uequ;ue6

I uoqouted eled

1e16ue )eue lpeluaur n]t )eue lel6ue6uaur lnlun uoqoued eled

;6eq ueseleraq 1n1ed up!)lulap uebuep ueleraqe)raq OueA 1eq;d-1eq1d

epe Iep!1 egnd ;6e1 'tlpuas e{u6unpuel Ieup ryadas nJl )eue ue6uap

uorlouad pJpJue le)ap 1e6ues 6ueA 6uertes q!se) ueul;et ueln[unueuj

'z

,T

Page 106: ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30726/1/IBM... · ANALISIS PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK PENGADILAN NEGERI DENPASAR NO.1.051/Pdt.P/2013/PN.

'200 T €02861 0r80ss6T'drN

Jeseduac ua6aN uellpe6ued erelrupd MeM

!urseu ueu!les )nlun

@'.''.''.''..qelujnr....'...!s>lepeu

-'000'9 'dU """"'rereJeN

-'000'0t 'dU' """" uereuepuad

--'000'0S 'dU" """sasor6 eAe;g

,000..52 .dU ...........'.'.'uel!66uea eAe;g

-ffi@ffi

NI)VH,IINYbgN]d VU]IINVd

oqoulad Llalo UlpeLllp uep resedua6 UeOeN uellpebuaa eped

llue66uad erellued HS'NnICV lnll) Ljalo nlueqtp tnqasrat ul!>leH qalo

ulnuJn )nlun elnqrol 6ueA ue6ueplsred uelep ue>1decn;p e6n[ n]! UeLl

eped eueu uedelaued uep 1e66un1 Lu!)eH lebeqas 'lesedua6 ua6ap

uel;pe6ua6 eped urlleH 'HS'INVAUI1^I VIUCNI: tule>l qalo €TOZ reqollg

gZ le66uel VS\nlS : ueq eped ue)detal!p qeluellluec