ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (PSAK...

download ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (PSAK ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350960-TA-Enggar Estiko.pdf · PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT DAN . INFAK/SEDEKAH (PSAK 109)

If you can't read please download the document

Transcript of ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH (PSAK...

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT DAN

    INFAK/SEDEKAH (PSAK 109) PADA YAYASAN DOMPET

    DHUAFA REPUBLIKA

    LAPORAN MAGANG

    ENGGAR ESTIKO HANDOKO

    0906525131

    FAKULTAS EKONOMI

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI

    DEPOK

    JULI 2013

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT DAN

    INFAK/SEDEKAH (PSAK 109) PADA YAYASAN DOMPET

    DHUAFA REPUBLIKA

    LAPORAN MAGANG

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Ekonomi

    ENGGAR ESTIKO HANDOKO

    0906525131

    FAKULTAS EKONOMI

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI

    DEPOK

    JULI 2013

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • v Universitas Indonesia

    KATA PENGANTAR

    Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan

    karunia-Nya kepada penulis yang sangat berlimpah seakan-akan jika

    pepohonan menjadi pena dan air laut sebagai tintanya niscaya tidak akan

    cukup untuk menuliskannya. Atas semua itulah, akhirnya penulis dapat

    menyelesaikan laporan magang ini sebagai salah satu syarat untuk

    menyelesaikan studi di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

    Indonesia.

    Teriring sholawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta

    keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman. Semoga keteladanan

    Rasulullah SAW dalam semua aspek kehidupan selalu menjadi panutan bagi kita.

    Saya menyadari bahwa laporan magang ini dapat saya selesaikan berkat

    bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada

    penyusunan laporan magang ini. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima

    kasih kepada:

    1. Orang tua penulis, yakni Ibu Wantini dan Bapak Marsahit, yang telah

    mencurahkan segenap perhatian, dukungan moral-material, dan kasih

    sayang dengan penuh keikhlasan. Tidak lupa kepada adik penulis, Efan

    Ferdianto Wibowo. Penulis akan berusaha untuk selalu mampu

    memberikan keteladanan yang baik baginya.

    2. Ibu Sri Nurhayati, selaku dosen pembimbing terima kasih atas bimbingan dan

    perhatian yang tulus ikhlas kepada penulis demi selesainya laporan

    magang ini. Mohon maaf atas kesalahan dan kekhilafan penulis selama ini.

    3. Pihak Yayasan Dompet Dhuafa Republika yang telah banyak membantu

    dalam pelaksanaan program magang, khususnya kepada Mbak Anna, Mas

    Dhoni, Mas Sarwani, Mbak Dian, Mbak Ai, Mbak Lia, Mbak Wina, Mbak

    Irna, Bang Wadi dan rekan lainnya. Kebersamaan yang relatif singkat telah

    memberikan penulis kesan mendalam.

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • vi

    4. Semua Dosen dan Asisten Dosen di FEUI yang telah tulus ikhlas

    mentransfer ilmunya kepada penulis. InsyaAllah ilmu yang bermanfaat ini

    akan menjadi amal jariyah yang return-nya takkan pernah putus.

    5. Teman-teman Kos : Akbar, Deni, Ony, Yudha, Nugroho, Bangun, Fariz,

    Zidny, Yogi, Vandy. Kebersamaan bersama kalianlah yang membuat hari-hari

    penulis selalu penuh warna.

    6. Bapak Kos, Pak Hamzah dan Bu Hamzah serta keluarga, terima kasih atas

    tumpangannya selama 3 tahun ini, mohon maaf apabila penulis sering

    merepotkan.

    7. Teman-teman Rumah Ukhuwah FSI FEUI, Arif, Ridha, Sidiq, serta semua

    teman dan kakak yang pernah bersama FSI. Semoga ukhuwah islamiyah yang

    terjalin di antara kita akan tetap terjaga dan tetap istiqamah dalam

    menegakkan agama Allah.

    8. Konco-konco UI asal Jogja, khususnya angkatan 2009: Muti, Winahyu,

    Dewi, Nufa, Ryan, Rezky, Bagas, Imam, dan lainnya . Bersama kalian,

    penulis merasa bangga menjadi putra daerah, mari berkontribusi untuk

    Jogja tercinta mulai saat ini hingga nanti tanpa mengenal henti.

    9. Partner Travelling: Hilmi, Ruri, Windu, Bangun, Edwin, Nunu, Mas Bayu.

    Juga untuk mentor traveling Bang Teguh. Kalianlah yang telah membersamai

    penulis dalam menapaki kepingan tanah surga di bumi Allah ini. Semoga

    serangkaian perjalanan yang telah kita lakukan akan semakin menyadarkan

    kita untuk terus mensyukuri nikmat-Nya.

    10. Mentor penulis : Bang Ilman, Bang Rully, Bang Banu, dan teman mentor,

    Thanthowy, kalian semua sangat menginspirasi. Semoga penulis bisa

    mengikuti jejak kesuksesan kalian.

    11. Kepada segala pihak yang telah membantu, mendukung, dan mendoakan

    penulis selama magang serta selama penyelesaian laporan magang ini.

    Teriring doa yang tulus dari penulis untuk kalian semua, semoga Allah

    senantiasa memberika balasan yang lebih baik. Semoga laporan magang ini

    bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Amin.

    Depok, 5 Juli 2013

    Penulis

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • viii Universitas Indonesia

    ABSTRAK

    Nama : Enggar Estiko Handoko

    Program Studi : Akuntansi

    Judul : Analisis Penerapan Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah

    (PSAK 109) pada Yayasan Dompet Dhuafa Republika

    Laporan magang ini membahas tentang pencatatan dan pelaporan akuntansi yang

    diterapkan oleh Yayasan Dompet Dhuafa Republika (DD). Kewajiban Organisasi

    Pengelola Zakat (OPZ) yang telah terdaftar untuk menerapkan PSAK 109

    menimbulkan konsekuensi perubahan perlakuan akuntansi yang selama ini

    menggunakan PSAK 45 dan panduan dari Forum Zakat (FOZ). Pada laporan

    magang ini secara lebih lanjut akan digambarkan mengenai siklus penerimaan dan

    pengeluaran dana, metode pencatatan akuntansi, dan pelaporan keuangan di DD,

    lalu penulis menganalisa dan membandingkan dengan apa yang ditetapkan oleh

    PSAK 109. Tujuan laporan magang ini adalah untuk melihat seberapa jauh

    penerapan PSAK 109 di DD. Metode yang digunakan adalah pengalaman penulis

    selama magang dan wawancara dengan manajer akuntansi DD. Hasil analisis

    menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dalam penerapan PSAK

    109 di DD.

    Kata kunci : Zakat, PSAK 109, Dompet Dhuafa, Organisasi Pengelola Zakat.

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • ix Universitas Indonesia

    ABSTRACT

    Name : Enggar Estiko Handoko

    Study Program : Accounting

    Title : Analysis of Zakat and Infaq/Shodaqoh Accounting Standard

    (PSAK 109) Implementation in Yayasan Dompet Dhuafa

    Republika

    This internship report discusses about accounting and financial reporting

    implemented by the Yayasan Dhuafa Republika Republika (DD). The obligation

    of registered Zakat Management Organization (OPZ) to apply PSAK 109 impact

    the changes in accounting and reporting which was guided by PSAK 45 and

    Forum Zakat (FOZ) before. This internship report will further illustrated the cycle

    of income and expenditure, accounting method, and financial reporting in DD,

    and the analysis and comparation with PSAK 109. This internship report goal

    was to see how far the application of PSAK 109 in DD. The method used is the

    author's experience during internships and interviews with DD accounting

    manager. The analysis showed that there were no significant differences in the

    implementation of PSAK 109 in DD.

    Keywords : Zakat, PSAK 109, Dompet Dhuafa, Zakat Management Organization.

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • x Universitas Indonesia

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    HALAMAN PENYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii

    TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG.................................iii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................... vii

    ABSTRAK ...................................................................................................... viii

    ABSTRACT ...................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

    1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang ...................................... 1 1.2 Tujuan Penulisan Laporan ....................................................................... 2 1.3 Waktu, Tempat, dan Aktivitas Pelaksanaan Magang Secara Umum ........ 2 1.4 Latar Belakang Analisis dan Pembahasan ............................................... 6 1.5 Ruang Lingkup Analisis dan Pembahasan ............................................... 6 1.6 Sistematika Penulisan .............................................................................. 7

    2. LANDASAN TEORI .................................................................................. 9 2.1 Organisasi Sektor Publik ........................................................................ 9

    2.1.1 Definisi Organisasi Sektor Publik ............................................... 9 2.1.2 Jenis-jenis Organisasi Sektor Publik ......................................... 10

    2.2 Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) ........................................................ 11 2.2.1 Pengertian OPZ......................................................................... 11 2.2.2 Bentuk OPZ .............................................................................. 11 2.2.3 Syarat OPZ ............................................................................... 13 2.2.4 Tugas Organisasi Pengelola Zakat ............................................. 15

    2.3 Penerimaan OPZ ................................................................................... 16 2.3.1 Zakat ........................................................................................ 16

    2.3.1.1 Zakat Fitrah ..................................................................... 21 2.3.1.2 Zakat Maal ...................................................................... 22 2.3.1.3 Zakat Profesi ................................................................... 24

    2.3.2 Infak ........................................................................................ 24

    2.3.3 Sedekah ................................................................................... 25 2.3.4 Wakaf ...................................................................................... 27

    2.4 Perlakuan Akuntansi OPZ ..................................................................... 28 2.4.1 Pentingnya Akuntansi bagi OPZ............................................ 28 2.4.2 Akuntansi OPZ ..................................................................... 28

    2.4.2.1 PSAK 109 (2011) : Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah .. 29 2.4.2.2 Fatwa MUI tentang Pengelolaan Zakat, Infak/Sedekah .... 36

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • xi Universitas Indonesia

    3 PROFIL YAYASAN ................................................................................. 37 3.1 Sejarah dan Profil Dompet Dhuafa ...................................................... 37 3.2 Struktur Yayasan Dompet Dhuafa ........................................................ 39 3.3 Pembagian Divisi Yayasan ................................................................... 40 3.4 Jejaring dan Cabang Dompet Dhuafa .................................................... 43

    3.4.1 Cabang DD ............................................................................... 43 3.4.2 Jejaring DD .............................................................................. 44

    4 PEMBAHASAN ....................................................................................... 48 4.1 Keuangan dan Operasi DD .................................................................. 48

    4.1.1 Sistem Informasi Akuntansi DD ............................................... 48 4.1.2 Proses Penerimaan ZIS ............................................................. 49 47

    4.1.2.1 Siklus Penerimaan DD ....................................................... 52 4.1.2.2 Kebijakan Rekening DD .................................................... 54 4.1.2.3 Dana Amil ......................................................................... 55

    4.1.3 Proses Pengeluaran Dana .......................................................... 56 4.1.3.1 Siklus Pengeluaran Dana.................................................... 56 4.1.3.2 Dasar Penyaluran ............................................................... 59

    4.2 Perlakuan Akuntansi ............................................................................ 60 4.2.1 Akuntansi Aktiva DD ............................................................... 61 4.2.2 Akuntansi Kewajiban DD ........................................................ 79 4.2.3 Akuntansi Penerimaan Dana ..................................................... 83 4.2.4 Akuntansi Pengeluaran Dana .................................................... 87

    4.2.4.1 Dana Zakat ........................................................................ 87 4.2.4.2 Dana Infak ......................................................................... 90 4.2.4.3 Dana Amil ......................................................................... 91

    4.3 Pelaporan Keuangan Dompet Dhuafa .................................................. 92 4.3.1 Laporan Posisi Keuangan......................................................... .94 4.3.2 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana .................................... 96 4.3.3 Laporan Perubahan Aktiva Kelolaan ......................................... 99 4.3.4 Laporan Arus Kas ................................................................... 101 4.3.5 Catatan Atas Laporan Keuangan ............................................. 101

    4.4 Analisis Penerapan PSAK 109 pada DD ............................................. 102 4.5 Analisis Penerapan Fatwa MUI No 8,13,14, dan 15 tahun 2011 .......... 112

    5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 116 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 116 5.2 Saran ................................................................................................. 117

    DAFTAR REFERENSI .................................................................................. 119

    LAMPIRAN ................................................................................................... 121

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • xii Universitas Indonesia

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dompet Dhuafa ............................................ 39

    Gambar 3.2 Hubungan penyaluran ZIS antara DD, cabang, dan jejaring ........ 46

    Gambar 4.1 Flowchart penerimaan setoran konter ZIS DD ............................. 52

    Gambar 4.2 Jenis Rekening yang dimiliki oleh DD ........................................ 54

    Gambar 4.3 Flowchart Proses Pengeluaran Dana ............................................ 57

    Gambar 4.4 Format Laporan Posisi Keuangan Dompet Dhuafa ...................... 94

    Gambar 4.5 Format Laporan Posisi Keuangan LAZ Dompet Dhuafa .............. 95

    Gambar 4.6 Format Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Dompet Dhuafa . 97

    Gambar 4.7 Format Laporan Perubahan Aktiva Kelolaan LAZ DD .............. 100

    Gambar 4.8 Format Laporan Perubahan Aktiva Kelolaan Yayasan DD......... 100

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • xiii Universitas Indonesia

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Perbedaan Wakaf dengan Infak/Sedekah/Hibah ........................... 27

    Tabel 4.1 Perbandingan antara LSPD Dompet Dhuafa dan PSAK 109 ........ 98

    Tabel 4.2 Penerapan PSAK 109 pada Yayasan Dompet Dhuafa ................ 103

    Tabel 4.3 Penerapan PSAK 109 tentang pengungkapan ............................ 109

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • xiv Universitas Indonesia

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Format Laporan Posisi Keuangan dalam PSAK 109 .................. 121

    Lampiran 2 Format Laporan Perubahan Dana dalam PSAK 109................... 122

    Lampiran 3 Format Laporan Perubahan Aset Kelolaan dalam PSAK 109 ..... 123

    Lampiran 4 Kebijakan Akuntansi Dompet Dhuafa ....................................... 124

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 1 Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang

    Pada zaman globalisasi seperti saat ini, dunia bisnis menjadi sangat

    dinamis dan berkembang pesat. Arus informasi dan perkembangan teknologi

    semakin terasa cepat. Hal tersebut menuntut kompetensi sumber daya manusia

    yang berkualitas. Setiap orang harus selalu belajar dan meningkatkan kemampuan

    dan skill yang dimilikinya agar bisa bersaing. Dunia bisnis yang semakin maju,

    saat ini tidak hanya memerlukan lulusan yang pintar dalam dunia akademis saja,

    tetapi juga memerlukan individu-individu yang mempunyai soft skills lainnya

    yang akan berguna ketika mereka sudah terjun langsung ke dalam dunia kerja.

    Universitas sebagai penyelenggara pendidikan tinggi kepada masyarakat dituntut

    untuk memberikan lebih dari sekedar kemampuan akademis kepada para

    mahasiswanya.

    Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) sebagai salah satu

    institusi pendidikan terbaik di Indonesia menyadari akan pentingnya peningkatan

    kompetensi mahasiswa, baik secara akademis dan juga softskill lainnya. FEUI

    selalu mengikuti perkembangan kebutuhan lulusan universitas, sehingga dengan

    perkembangan zaman dan era globalisasi yang sudah di depan mata, FEUI

    menerapkan program magang menjadi salah satu pilihan untuk tugas akhir para

    mahasiswanya sebagai syarat kelulusan. Program magang bertujuan untuk

    membuka kesempatan bagi mahasiswa mengaplikasikan teori dan pengetahuan

    yang diterima di bangku perkuliahan ke dalam kehidupan kerja sesungguhnya.

    Program ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal

    teknis, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja dalam tim dan

    kemampuan memecahkan masalah. Dalam program magang tersebut para

    mahasiswa dituntut untuk terjun langsung ke lapangan untuk memahami realita

    dunia kerja. Dengan adanya program ini lulusan FEUI diharapkan dapat

    mengenal dunia kerja lebih baik, dimana mereka nantinya akan mendapatkan

    pengalaman kerja dan menambah jaringan karir.

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 2

    Universitas Indonesia

    1.2 Tujuan Penulisan Laporan

    Laporan magang ini adalah persyaratan dari program magang yang dibuka

    oleh Departemen Akuntansi FEUI. Laporan magang ini ditulis berdasarkan

    pengalaman penulis selama magang dengan mengangkat satu tema yang dianggap

    menarik dan dituangkan menjadi sebuah tulisan yang sistematis dalam bentuk

    laporan magang. Laporan magang ini mengangkat judul Penerapan Akuntansi

    Zakat dan Infak/Sedekah (PSAK 109) pada Yayasan Dompet Dhuafa

    Republika. Tujuan ditulisnya laporan magang ini adalah agar bisa memberikan

    gambaran mengenai :

    1. Pengukuran dan Pengakuan dana zakat dan infak/sedekah yang dikelola oleh

    Dompet Dhuafa

    2. Penghimpunan dan penyaluran dana zakat dan infak/sedekah

    3. Pencatatan akuntansi dan kebijakan-kebijakan pencatatannya

    4. Sejauh mana penerapan PSAK 109 diterapkan di Dompet Dhuafa

    5. Pelaporan Keuangan Yayasan Dompet Dhuafa

    1.3 Waktu, Tempat, dan Aktivitas Pelaksanaan Magang Secara Umum

    Yayasan Dompet Dhuafa (DD) adalah salah satu Lembaga Amil Zakat

    (LAZ) terbesar di Indonesia yang memiliki kantor pusat di Perkantoran Ciputat

    Indah, Ciputat, Tangerang. Penulis berkesempatan magang di kantor pusat DD

    selama kurang lebih 3 bulan, yaitu dari 4 Februari 2013 sampai dengan 3 Mei

    2013. Selama mengikuti program magang di DD, penulis ditempatkan dalam

    divisi Accounting selama menjalani program magang. Penulis mendapat perlakuan

    sama seperti amil tetap DD dan mempunyai kewajiban yang sama untuk

    mengikuti peraturan yang berlaku di DD.

    Sebelum tahun anggaran 2013, divisi Finance dan Accounting adalah satu

    divisi bernama divisi Accounting & Finance. Namun sejak 1 Januari 2013, divisi

    tersebut dipisah menjadi dua, yaitu divisi Finance dan divisi Accounting. Posisi

    penulis di Divisi Accounting adalah untuk membantu pekerjaan General Manager

    (GM) Akuntansi. Akan tetapi pada masa awal program magang, divisi Finance

    kekurangan pegawai karena adanya rotasi amil dan pegawai yang resign, sehingga

    penulis diperbantukan menjalankan pekerjaan di divisi Finance untuk satu bulan

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 3

    Universitas Indonesia

    pertama. Selama membantu pekerjaan di divisi Finance, penulis melaksanakan

    pekerjaan sebagai controller yang tugas utamanya mengurusi pelaporan

    penggunaan uang muka kegiatan. Sedangkan di divisi Accounting, penulis

    membantu pekerjaan GM Accounting yaitu membantu menyusun laporan

    konsolidasi jejaring DD yang baru akan dikonsolidasikan di tahun ini. Selain itu

    penulis juga membantu pekerjaan harian staf accounting seperti rekap harian

    setoran konter, menjurnal transaksi pembayaran, serta pendokumentasian bukti

    transaksi. Secara detail, beberapa tugas yang dikerjakan penulis selama menjalani

    program magang di yayasan DD adalah sebagai berikut:

    1. Pemahaman flow chart keuangan yayasan

    Sebelum masuk ke bagian keuangan, penulis harus memahami flow chart

    keuangan yayasan. Alurnya dimulai dari pencatatan atas penerimaan dana

    Zakat dan Infak/Sedekah (ZIS) dari para donatur/ muzaki, hingga

    pengeluaran dana yang diajukan melalui PPD (Permintaan Pengeluaran Dana)

    yang harus diotorisasi menggunakan layer berdasarkan jumlah uang yang

    diajukan. Otorisasi tersebut mensyaratkan form PPD harus ditandatangani

    oleh manajer sampai presiden direktur, tergantung dari jumlah dana yang

    diajukan.

    2. Controller bagian penerimaan dan verifikasi Laporan Uang Muka

    DD menggunakan sistem Uang Muka untuk pengeluaran dana lebih dari

    Rp 500.000,00. Dalam pengajuan Uang Muka, ditulis perkiraan pengeluaran.

    Setelah program atau kegiatan tersebut selesai, penanggung jawab diwajibkan

    untuk membuat laporan penggunaan uang muka sebagai

    pertanggungjawabannya. Penanggung jawab harus menyerahkan laporan

    penggunaan uang muka maksimal 14 hari setelah program tersebut selesai.

    Semua bukti transaksi pengeluaran uang dicantumkan dalam laporan tersebut.

    Penulis bertugas untuk menerima laporan uang muka tersebut dan

    membuatkan tanda terima. Setelah itu laporan diverifikasi dan apabila

    menemukan kejanggalan atau pengeluaran yang tidak sesuai platform

    anggaran maka harus dikonfirmasi pada yang bersangkutan. Apabila

    verifikasi sudah selesai, laporan uang muka tersebut ditandatangani oleh

    manajer keuangan, lalu dijurnal ke dalam accurate.

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 4

    Universitas Indonesia

    3. Pendokumentasian file transaksi (filing)

    Bukti-bukti transaksi keuangan yang dilakukan oleh DD harus disimpan

    dan disusun secara rapi ke dalam database, baik dalam bentuk softcopy

    maupun hardcopy. Bukti-bukti transaksi tersebut harus didokumentasikan

    untuk keperluan administratif sesuai dengan peraturan yang ada.

    Pendokumentasian ini harus tersusun secara rapi agar mempermudah

    pencarian bukti transaksi apabila suatu saat dibutuhkan.

    4. Input data setoran konter harian

    Bagian fundraising DD mempunyai program jemput muzakki melalui

    pendirian konter-konter penerimaan di mal-mal dan tempat strategis lainnya

    di Jabodetabek. Program ini cukup sukses karena dapat menaikkan kesadaran

    muzakki untuk mengeluarkan zakat untuk disalurkan lewat DD. Uang yang

    terkumpul di masing-masing konter disetor ke bank tiap hari. Bukti rekap

    penerimaan dan bukti setor bank dikirim ke DD pusat untuk diinput ke dalam

    sistem kasir dan accurate.

    5. Rekapitulasi bukti transaksi

    Bukti transaksi yang ada diklasifikasikan menjadi bukti pembayaran,

    bukti penerimaan, dan bukti jurnal. Dengan disahkannya Undang-Undang RI

    Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dan juga diterapkannya

    PSAK 109, DD membuat kebijakan untuk mengklasifikasikan semua

    transaksi sesuai dengan bidang yang melakukan transaksi tersebut, yakni DD

    selaku Yayasan atau selaku LAZ. Dengan Rekapitulasi bukti transaksi ini,

    DD dapat mempertanggung jawabkan kegiatan operasinya terhadap para

    stakeholders.

    6. Membantu GM Akuntansi Mengkonsolidasikan Jejaring DD

    Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan yang menyajikan posisi

    keuangan dan hasil operasi untuk induk perusahaan(entitas pengendali) dan

    satu atau lebih anak perusahaan (entitas yang dikendalikan) seakan-akan

    entitas-entitas individual tersebut merupakan satu entitas. Dalam laporan

    keuangan konsolidasi, entitas menghilangkan transaksi intern antar induk dan

    anak perusahaan.

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 5

    Universitas Indonesia

    Sebagai konsekuensi penerapan Jejaring Multi Koridor (JMK), DD

    mempunyai jejaring-jejaring yang dibentuk untuk membantu DD dalam

    menyalurkan dana zakat dan infak. Pada awalnya, jejaring-jejaring DD

    diproyeksikan untuk menjadi sebuah lembaga yang mandiri. Namun seiring

    berjalannya waktu, jejaring DD tidak jadi dipisahka dan tetap dibawah

    Yayasan DD. Sebelum tahun 2012, laporan jejaring DD tidak dimasukkan

    kedalam laporan keuangan DD pusat, sehingga laporan DD belum bisa

    dikatakan komprehensif. Oleh karena itu, mulai tahun 2012 GM Akuntansi

    ingin mengkonsolidasikan laporan jejaring kedalam laporan keuangan DD.

    Dengan demikian DD bisa menyajikan laporan keuangan yang terkonsolidasi

    dan komprehensif.

    7. Membuat rekonsiliasi bank

    Rekonsiliasi bank adalah mencocokkan saldo yang tercantum pada

    laporan rekening koran bank dengan saldo yang tercatat di dalam pembukuan

    yayasan. Seharusnya keduanya menunjukkan jumlah saldo yang sama.

    Namun kenyataannya dua saldo tersebut mungkin berbeda,

    perbedaan ini bisa disebabkan beberapa hal, yaitu:

    a) Setoran dalam perjalanan (deposit in transit)

    b) Cek yang masih beredar (outstanding check)

    c) Biaya bank (service charge)

    d) Cek kosong (non-sufficient fund check)

    e) Jasa giro bank

    f) Kesalahan pencatatan

    Rekonsiliasi bank di Yayasan DD sangat penting karena sebagian besar

    operasi DD melalui bank. Penerimaan atas sumbangan dana ZIS masuk via

    rekening bank yang dimiliki yayasan DD, baik itu setoran via konter maupun

    transfer langsung dari muzakki. Kebijakan keuangan yayasan mensyaratkan

    pencairan pengeluaran dana yang memiliki nominal lebih dari Rp

    2.500.000,00 harus menggunakan cek, sehingga dibutuhkan rekonsiliasi bank

    yang dilakukan setiap akhir bulan.

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 6

    Universitas Indonesia

    1.4 Latar Belakang Analisis dan Pembahasan

    Semenjak disahkannya UU No 38 Tahun 1999, perkembangan Organisasi

    Pengelola Zakat (OPZ) di Indonesia tumbuh dengan sangat cepat. Hal tersebut,

    selain memberikan dampak positif bagi pengelolaan zakat di Indonesia, juga

    memicu timbulnya permasalahan. Masalah tersebut berkaitan dengan tata kelola,

    transparansi, dan akuntabilitas OPZ. Hal ini disebabkan karena UU No 38 Tahun

    1999 belum mengatur dengan jelas permasalahan tersebut. Akibatnya,

    kepercayaan masyarakat terhadap OPZ menjadi rendah. (IMZ, 2010)

    Dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas OPZ, penerapan

    akuntansi menjadi sangat dibutuhkan. Sebelum tahun 2012, OPZ menggunakan

    PSAK 45 tentang organisasi nirlaba untuk menjalankan operasinya karena belum

    adanya peraturan standar akuntansi yang jelas. Saat ini, Ikatan Akuntan Indonesia

    (IAI) telah membuat peraturan mengenai sistem pelaporan standar akuntansi

    keuangan dalam pengelolaan zakat, infak, dan sedekah di Indonesia. IAI telah

    mengeluarkan PSAK 109 (2011) sebagai pedoman bagi amil zakat untuk

    pencatatan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan. PSAK 109 ini telah

    mulai efektif diterapkan sejak 1 Januari 2012. Dengan adanya PSAK 109 ini, OPZ,

    yang sebelumnya menggunakan dasar PSAK 45 dan pedoman dari FOZ, harus

    menyesuaikan kembali kebijakan pencatatan akuntansi yang selama ini telah

    mereka terapkan. Oleh karena itu, di dalam laporan magang ini penulis mencoba

    mendeskripsikan dan menganalisis metode pencatatan akuntansi, kebijakan-

    kebijakan akuntansi, dan pelaporan keuangan setelah diterapkannya PSAK 109.

    1.5 Ruang Lingkup Analisis dan Pembahasan

    Dalam laporan magang ini, penulis membatasi analisis dan pembahasan

    pada penerapan PSAK 109 terhadap aspek pengelolaan dan pencatatan keuangan

    DD . Di dalamnya termasuk pengaruh PSAK 109 pada pencatatan akuntansi dan

    pelaporan keuangan DD. Analisis penulis berdasarkan pengalaman penulis selama

    mengikuti magang di DD, wawancara, dan bertanya langsung dengan GM dan

    karyawan DD. Penulis membatasi pembahasan dan analisis pada pencatatan

    akuntansi DD yang sekarang dilakukan dan pelaporan akuntansi DD tahun 2012.

    Karena PSAK 109 oleh DD baru diberlakukan secara efektif mulai 1 Januari 2012,

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 7

    Universitas Indonesia

    format laporan keuangan DD masih mencari bentuk yang sesuai dengan bentuk

    DD dan PSAK 109. Oleh karena itu DD masih memerlukan banyak perbaikan dan

    saran untuk menyempurnakan pencatatan dan pelaporan agar sesuai PSAK 109.

    DD mempunyai banyak cabang dan jejaring, sehingga pembatasan penulis dalam

    laporan magang ini hanya terbatas pada pencatatan dan pelaporan DD pusat, tidak

    dibahas bagaimana laporan dan pencatatan jejaring DD dan DD cabang. PSAK

    109 tidak mengatur tentang wakaf, sehingga penulis membatasi penulisan pada

    zakat dan infak/sedekah dan tidak membahas mengenai wakaf.

    1.6 Sistematika Penulisan

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini bertujuan untuk memberi gambaran umum mengenai isi

    keseluruhan dari laporan magang ini. Bab ini menguraikan latar belakang

    pelaksanaan magang, tujuan magang, waktu, tempat dan aktivitas program

    magang, tujuan dan ruang lingkup analisis pembahasan serta sistematika

    penulisan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Di dalam bab ini dibahas mengenai teori-teori yang melandasi penelitian,

    yaitu mengenai zakat, infak, sedekah, konsep organisasi pengelola zakat, dan

    perlakuan akuntansi dalam pengelolaan zakat, infak, dan sedekah. Teori yang

    ditulis di bab II ini akan menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan analisis

    dan pembahasan. Landasan teori disusun dengan menggunakan berbagai

    referensi seperti buku teks kuliah, buku umum, standar akuntansi, dan sumber-

    sumber lain yang relevan.

    BAB III PROFIL YAYASAN

    Bab ini menjelaskan mengenai profil Dompet Dhuafa, sejarah Dompet

    Dhuafa, struktur organisasinya, dan kegiatan yang dilakukan oleh DD sehari-

    hari dimana penulis melaksanakan magang.

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Bab ini akan membahas secara komprehensif perlakuan akuntansi dan

    pelaporan keuangan dalam pengelolaan zakat, infak, dan sedekah pada

    Dompet Dhuafa, serta analisis penerapannya terhadap PSAK 109 .

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 8

    Universitas Indonesia

    BAB V KESIMPULAN & SARAN

    Bagian akhir dalam laporan magang ini berisi kesimpulan dari analisis dan

    pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya serta saran-saran

    yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja dan pencatatan akuntansi

    DD di masa mendatang.

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 9 Universitas Indonesia

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang wajib dilaksanakan oleh

    seorang muslim yang telah memenuhi syarat wajib zakat. Zakat sebenarnya adalah

    salah satu bentuk sedekah. Dalam melaksanakan ibadah berzakat dan berinfak,

    diperlukan suatu media untuk menjembatani antara orang yang memberi dengan

    orang yang menerima. Saat ini, pengelolaan zakat, infak dan sedekah dilakukan

    oleh Organisasi Pengelola Zakat (OPZ). Dengan adanya OPZ, kegiatan

    pengumpulan dan penyaluran zakat, infak, dan sedekah semakin optimal. OPZ

    dalam undang-undang dikategorikan sebagai organisasi sektor publik, yang

    orientasinya bukan untuk mencari keuntungan (non profit)

    Dalam Bab II ini akan dibahas landasan teori mengenai OPZ, konsep dan

    definisi zakat infak sedekah, serta ketentuan perlakuan akuntansi dan pelaporan

    keuangannya. Landasan teori ini akan dijadikan referensi bagi penulis untuk

    membuat pembahasan dan analisa di bab selanjutnya.

    2.1 Organisasi Sektor Publik

    2.1.1 Definisi Organisasi Sektor Publik

    Organisasi Sektor Publik adalah sebuah entitas ekonomi yang

    menyediakan barang/jasa publik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

    dan bukan untuk mencari keuntungan finansial (Nordiawan dan Hertianti, 2010).

    Walaupun demikian, bukan berarti organisasi nirlaba tidak diperbolehkan

    menerima atau menghasilkan keuntungan dari setiap aktivitasnya. Namun,

    keuntungan tersebut dipergunakan untuk menutup biaya operasional atau kembali

    disalurkan untuk kegiatan utamanya lagi.

    Berdasarkan definisi tersebut, bisa disimpulkan bahwa organisasi sektor

    publik berbeda dengan ciri-ciri sebagai berikut:

    1) Dimiliki secara kolektif oleh publik

    2) Dijalankan tidak untuk mencari keuntungan finansial

    3) Keputusan-keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi didasarkan

    pada konsensus

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 10

    Universitas Indonesia

    4) Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham

    yang dapat diperjualbelikan.

    2.1.2 Jenis-jenis Organisasi Sektor Publik

    Organisasi Sektor Publik secara umum dapat dikategorikan ke dalam tiga

    kelompok besar, yaitu:

    1) Instansi pemerintah

    Instansi pemerintah merupakan bagian dari Organisasi Sektor Publik yang

    berbentuk institusi pemerintah sebagai berikut:

    a) Pemerintah pusat, termasuk didalamnya :

    i. Kementerian seperti Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan,

    dan lain lain.

    ii. Lembaga dan badan negara seperti KPK, KPU, Komnasham dan

    lain-lain.

    b) Pemerintah Daerah, termasuk didalamnya Satuan Perangkat Kerja

    Daerah seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,Dinas Perhubungan,

    dan lain-lain.

    2) Organisasi nirlaba milik pemerintah

    Organisasi nirlaba milik pemerintah merupakan bagian Organisasi Sektor

    Publik yang bentuknya bukan instansi pemerintah namun dimiliki oleh

    pemerintah, seperti :

    a) Yayasan-yayasan pemerintah

    b) Perguruan Tinggi BHMN

    c) Rumah sakit pemerintah seperti RSCM, RSUD, RSUP

    3) Organisasi nirlaba milik swasta

    Organisasi nirlaba milik swasta termasuk bagian organisasi sektor publik

    yang dimiliki dan dikelola oleh pihak swasta. Contoh dari organisasi

    nirlaba milik swasta adalah yayasan seperti Dompet Dhuafa Republika,

    Sampoerna Foundation, sekolah dan universitas swasta.

    Dari jenis organisasi nirlaba tersebut, Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)

    termasuk salah satu di dalamnya. OPZ dibentuk tidak untuk mencari keuntungan,

    namun dibentuk untuk bergerak dibidang pengelolaan zakat, menjadi

    intermediaris antara pemberi zakat dan penerima zakat.

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 11

    Universitas Indonesia

    2.2 Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)

    2.2.1 Pengertian OPZ

    OPZ merupakan istilah lain dari amil zakat. Bedanya, jika amil zakat dapat

    dibentuk oleh perorangan, OPZ dibentuk oleh sekelompok orang. Amil zakat

    adalah salah satu golongan dari tujuh golongan yang berhak menerima zakat.

    Menurut Hafidhuddin (2007), amil zakat merupakan seseorang atau kelompok

    orang yang bertugas melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan

    urusan zakat, mulai dari proses penghimpunan, penjagaan, pemeliharaan,

    pendistribusian, serta proses pencatatan keluar masuknya dana zakat. Fatwa MUI

    nomor 9 Tahun 2011 mendefinisikan amil zakat adalah:

    1) Seseorang atau kelompok orang yang diangkat oleh pemerintah untuk

    mengelola pelaksanaan ibadah zakat, atau

    2) Seseorang atau kelompok orang yang dibentuk oleh masyarakat dan

    disahkan oleh pemerintah untuk mengelola pelaksanaan ibadah zakat.

    Widodo dan Kustiawan (2001) mendefinisikan OPZ sebagai institusi yang

    bergerak di bidang pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah. Pengelolaan zakat

    yang dimaksud di sini adalah merujuk pada apa yang didefinisikan UU nomor 23

    Tahun 2011, yaitu kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

    pengawasan terhadap pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

    Dalam Al-Quran Surat At Taubah:60 tertulis bahwa amil zakat merupakan

    golongan penerima zakat ketiga setelah golongan fakir dan miskin. Asy-Syaibani

    berpendapat, yang termasuk kedalam kategori amil zakat adalah pencatat, petugas

    distribusi, penghimpun, referensi, akuntan, dan bendaharawan serta para pekerja

    yang sifat pekerjaannya operasional seperti supir, kurir, dan sekuriti (Hafidhudin,

    2007). Fatwa MUI No 8 tahun 2011 menegaskan bahwa amil zakat yang tidak

    dibiayai oleh pemerintah berhak mendapat bagian zakat dengan batas kewajaran.

    Hak amil atas dana zakat tersebut digunakan untuk pembiayaan kegiatan

    operasional sehari-hari amil zakat dalam mengelola zakat.

    2.2.2 Bentuk OPZ

    Undang-undang nomor 38 tahun 1999 menjadi dasar bagi organisasi-

    organisasi pengelola zakat dalam menjalankan operasinya. Seiring dengan

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 12

    Universitas Indonesia

    berkembangnya zakat, maka muncul undang-undang no 23 tahun 2011 yang

    menyempurnakan UU no 38 tahun 1999 tersebut. Dalam undang-undang itu

    dijelaskan bahwa tugas pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat dan

    lembaga pengelola zakat. Berdasarkan undang-undang tersebut, OPZ terbagi

    menjadi dua jenis:

    1) Badan Amil Zakat

    Badan Amil Zakat (BAZ) adalah lembaga yang berwenang melakukan

    tugas pengelolaan zakat yang dibentuk oleh pemerintah. Menurut UU no

    23 tahun 2011, pengelolaan zakat nasional dilakukan oleh badan amil

    zakat yang dibentuk oleh pemerintah. Badan Amil Zakat dibentuk di

    tingkat nasional dengan nama Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

    Selain itu, dibentuk pula BAZ tingkat provinsi, kabupaten, dan kecamatan.

    2) Lembaga Amil Zakat

    Lembaga Amil Zakat adalah organisasi kemasyarakatan Islam yang

    dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak di

    bidang dakwah, pendidikan, sosial, dan kemaslahatan umat Islam.

    Lembaga Amil Zakat kemudian akan dikukuhkan dan dibina oleh

    pemerintah setelah memenuhi syarat yang disebutkan UU No 23 Tahun

    2011 pasal 18, yaitu (1) terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam

    yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial, (2) berbentuk

    lembaga berbadan hukum,(3) mendapat rekomendasi dari BAZNAS,(4)

    memiliki pengawas syariat, (5) memiliki kemampuan teknis, administratif,

    dan keuangan untuk melaksanakan kegiatannya, (6) bersifat nirlaba, (7)

    memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat,

    dan (8) bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala. Dompet

    Dhuafa menjadi pelopor dari lembaga amil zakat, karena sejak

    didirikannya menjadi dikenal secara luas. Dompet Dhuafa dikenal sebagai

    organisasi yang dibentuk oleh masyarakat yang melakukan kegiatan

    pengelolaan zakat dan mengembangkan perekonomian masyarakat lemah

    (Idris,1997 dalam Sudewo,2003).

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 13

    Universitas Indonesia

    Berdasarkan kriteria di atas, Dompet Dhuafa digolongkan ke dalam LAZ

    karena dibentuk atas inisiatif masyarakat dan bukan dibentuk oleh pemerintah.

    Sebagai LAZ, DD harus patuh terhadap UU No 23 Tahun 2011, salah satunya

    bersedia untuk diaudit.

    2.2.3 Syarat OPZ

    Qardawi (2004) menjelaskan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh

    amil zakat atau OPZ. Persyaratan tersebut diantaranya adalah:

    1) Pengelola zakat harus beragama Islam. Keharusan beragama islam tersebut

    terutama untuk posisi yang memiliki kepentingan atau kewenangan yang

    signifikan pada suatu OPZ. Pengelola zakat boleh untuk orang yang non-

    muslim untuk beberapa pekerjaan yang tidak berkaitan langsung dengan

    pengelolaan zakat seperti supir atau satpam. Namun demikian, Qardawi

    menambahkan beberapa ulama seperti Ibnu Qudamah beranggapan untuk

    suatu OPZ akan sangat baik apabila seluruh pekerjanya adalah muslim.

    Hal ini didasari pemikiran bahwa pengelolaan zakat sangat menuntut

    kejujuran dan sangat berkaitan dengan kehidupan umat muslim.

    2) Pengelola zakat harus terdiri dari orang orang yang berakal sehat dan

    dewasa sesuai dengan ketentuan syariat.

    3) Sikap kejujuran pengelola zakat. OPZ akan menangani dana zakat dan

    infak dari publik, sehingga kejujuran dalam bekerja harus diutamakan

    dalam pengelolaan zakat. .

    4) Pengelola zakat harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai zakat,

    mulai dari peraturan, hukum, sampai ketentuan zakat. Hal ini diharuskan

    untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengumpulan, pengelolaan,

    dan pendistribusian zakat oleh pengelola.

    5) OPZ harus dapat bekerja secara efisien dan memiliki kinerja yang baik

    agar target zakat dapat terpenuhi.

    6) Para pengelola zakat tidak boleh dari keturunan Nabi Muhammad SAW.

    Hal ini didasarkan pada hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim

    yang menceritakan suatu kejadian dimana sepupu Nabi Muhammad SAW

    bertanya apakah mereka dapat bekerja membagikan sedekah dan mendapat

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 14

    Universitas Indonesia

    bayaran dari pekerjaan tersebut seperti yang lainnya. Atas pertanyaan itu

    Rasulullah menjawab bahwa hal tersebut tidak diperbolehkan, sebab

    sedekah sesungguhnya bukan untuk Rasulullah SAW dan keluarganya.

    Persyaratan OPZ di atas harus dipenuhi oleh semua lembaga yang

    kegiatannya menghimpun, mengelola, dan menyalurkan zakat. Namun, selain dari

    syarat diatas, Fatwa MUI nomor 8 Tahun 2011 tentang Amil Zakat juga telah

    mengatur syarat OPZ. Dalam fatwa tersebut disebutkan syarat amil zakat antara

    lain :

    1) Muslim

    2) Mukallah (Berakal dan Baligh)

    3) Amanah

    4) Memiliki ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum zakat dan hal lain

    yang berkaitan dengan amil zakat

    Apabila semua syarat tersebut telah dipenuhi maka seseorang atau

    kelompok orang, baik yang dibentuk oleh pemerintah ataupun masyarakat dapat

    menjadi amil zakat atau mendirikan OPZ. Namun demikian, UU nomor 23 Tahun

    2011 tentang pengelolaan zakat di Indonesia menambahkan beberapa persyaratan

    tentang pembentukan amil zakat. Untuk badan amil zakat yang dibentuk oleh

    pemerintah, pembentukannya harus berdasarkan usulan dari pimpinan sesuai

    dengan tingkatan pembentukan, yaitu sebagai berikut:

    1) Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional oleh presiden atas usulan

    menteri.

    2) Pembentukan Badan Amil Zakat Daerah Provinsi oleh gubernur atas

    usulan kepala kantor wilayah departemen agama.

    3) Pembentukan Badan Amil Zakat Daerah Kota atau Kabupaten oleh

    Walikota atau bupati atas usulan kantor departemen agama kota atau

    kabupaten

    4) Pembentukan Badan Amil Zakat Daerah Kecamatan oleh camat atas

    usulan kepala kantor urusan agama kecamatan.

    Sedangkan untuk Lembaga Amil Zakat yang dibentuk oleh masyarakat,

    pembentukannya harus memenuhi persyaratan lebih lanjut yang diatur oleh

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 15

    Universitas Indonesia

    menteri. Lembaga Amil Zakat bentukan pemerintah ini selanjutnya akan

    dikukuhkan, dibina, dan dilindungi oleh pemerintah.

    2.2.4 Tugas OPZ

    Tugas dari OPZ antara lain adalah mengumpulkan zakat, melakukan

    pencatatan, mengumpulkan informasi, dan mendistribusikan zakat (Qardawi,

    2004). Secara garis besar tugas tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian

    utama, yaitu mengumpulkan zakat dan mendistribusikan zakat. Dalam UU No 23

    Tahun 2011, disebutkan bahwa tugas pokok pengelola zakat adalah

    mengumpulkan zakat, mendistribusikan zakat, dan mendayagunakan zakat sesuai

    dengan ketentuan syariat. Fatwa MUI No. 8 Tahun 2011 juga menyebutkan

    bahwa tugas pokok amil zakat adalam mengumpulkan, memelihara,

    mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat.

    1) Mengumpulkan zakat

    Di dalam UU No 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, dijelaskan

    bahwa dalam upaya mengumpulkan zakat, amil zakat harus melakukan

    pemberitahuan terlebih dahulu kepada para muzakki. Selain itu, muzakki

    juga harus melakukan perhitungan sendiri zakat mereka. Muzakki

    meminta bantuan kepada amil zakat apabila menemui kesulitan. Selain

    zakat, OPZ juga dapat menerima harta seperti infak, sedekah, wakaf,

    wasiat, waris, dan kafarat.

    2) Memelihara zakat

    Setelah zakat dari para muzakki terkumpul, tugas selanjutnya yang harus

    dilakukan OPZ adalah memelihara zakat tersebut. Pemeliharaan zakat ini

    termasuk inventarisasi harta, pemeliharaan harta zakat, dan pengamanan

    harta zakat.

    3) Mendistribusikan zakat

    Al Nawawi (n.d.) dalam Qardawi (2004) menyatakan bahwa dalam upaya

    pendistribusian zakat, pengelola zakat harus menentukan siapa saja

    penerima zakat, apa yang mereka butuhkan, dan memastikan zakat

    tersebut segera diterima oleh para mustahiq. Dalam fatwa MUI no 8 tahun

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 16

    Universitas Indonesia

    2011 tentang amil zakat, pelaporan harta zakat yang telah disalurkan

    kepada mustahiq juga menjadi poin penting dalam pendistribusian zakat.

    4) Mendayagunakan zakat

    Sesuai dengan UU no 23 tahun 2003 tentang Pengelolaan Zakat, OPZ

    bertugas mendayagunakan dana yang berhasil dihimpun kepada mustahiq

    sesuai dengan ketentuan syariat agama. Pendayagunaan dilakukan melalui

    berbagai program atau kegiatan yang produktif, berkesinambungan, dan

    berdasarkan skala prioritas. Hasil penerimaan infak, sedekah, wasiat,

    wakaf, dan waris, juga bisa didayagunakan untuk usaha yang bersifat

    produktif. (Sari, 2012)

    Dalam menjalankan keempat tugas OPZ di atas, semua OPZ di Indonesia

    yang telah diakui dan terdaftar oleh pemerintah, harus mentaati undang-undang

    dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Salah satu aturan yang harus ditaati

    oleh OPZ yang telah terdaftar di pemerintah adalah bersedia untuk diaudit oleh

    auditor independen. DD sebagai LAZ terbesar di Indonesia juga melaksanakan

    peraturan yang ada dan telah diaudit setiap tahun oleh auditor independen.

    2.3 Penerimaan OPZ

    Laporan magang ini mengambil studi kasus Dompet Dhuafa, tempat

    dimana penulis mengikuti magang. Dompet dhuafa sendiri dikategorikan sebagai

    lembaga amil zakat sesuai dengan Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001

    tentang Pengukuhan Dompet Dhuafa Republika. Menurut Undang-Undang nomor

    23 tahun 2011, lembaga amil zakat mempunyai tugas pokok mengumpulkan,

    mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama.

    Dalam undang-undang tersebut pula disebutkan bahwa lembaga amil zakat selain

    menerima dan menyalurkan zakat, dapat pula menerima harta selain zakat seperti

    infak, shadaqah, wakaf, wasiat, waris dan kafarat. Dibawah ini akan dijelaskan

    mengenai harta yang dapat diterima dan disalurkan oleh lembaga amil zakat.

    2.3.1 Zakat

    Zakat adalah salah satu rukun Islam yang hukumnya wajib bagi setiap

    muslim yang merdeka dan memiliki harta kekayaan sampai dengan jumlah

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 17

    Universitas Indonesia

    tertentu yang telah memenuhi nisab. Zakat dinyatakan secara tegas dan jelas

    dalam Al-Quran, As Sunah, dan Ijmak (konsensus) para ulama.

    Pengertian zakat telah banyak dijelaskan di berbagai literatur mulai dari

    kitab-kitab fiqih klasik-modern, kamus-kamus bahasa, hingga literatur ilmiah

    modern yang membahas mengenai zakat. Dari segi bahasa, zakat memiliki kata

    dasar zaka yang berarti berkah, tumbuh, suci, bersih, dan baik. Menurut Ash

    Shiddieqy (1996), arti zakat secara etimologi adalah membersihkan, yaitu

    membersihkan harta baik hasil dari usaha maupun dari pertanian dengan

    membayarkan hak orang lain dari harta tersebut.

    Zakat adalah kewajiban muslim yang harus dikerjakan dan bukan

    merupakan hak, sehingga kita tidak dapat memilih untuk membayarnya atau tidak.

    Zakat di dalam Al Quran disebutkan sebanyak tiga puluh kali dan dua puluh tujuh

    kalinya mengikuti kata shalat (Qardawi, 2004).

    Zakat pada hakikatnya adalah kewajiban finansial seorang muslim untuk

    membayarkan sebagian kekayaannya (yang telah bersih dari utang), atau harta

    pertanian juka kekayaan tersebut telah memenuhi nishab sebagai kewajiban

    relijius yang harus dilaksanakan. Sehingga dari berbagai pendapat pendapat dan

    penjelasan yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa zakat adalah bagian

    dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada

    orang-orang tertentu yang berhak menerimanya

    Syarat dan Wajib Zakat

    Zakat, sebagaimana bentuk ibadah lainnya di dalam Islam, memiliki

    persyaratan tertentu di dalam pelaksanaannya. Seseorang wajib untuk berzakat

    apabila telah memenuhi seluruh persyaratan, yaitu sebagai berikut:

    a) Islam: berarti mereka yang beragama islam baik anak anak atau sudah

    dewasa.

    b) Merdeka: artinya mereka yang bukan budak dan memiliki kebebasan

    untuk melaksanakan dan menjalankan seluruh syariat islam.

    c) Memiliki satu nisab dari salah satu jenis harta yang wajib dikenakan

    zakat dan cukup haul

    (Nurhayati dan Wasilah, 2009)

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 18

    Universitas Indonesia

    Seorang muslim yang telah memenuhi semua persyaratan di atas, wajib

    hukumnya untuk membayar zakat. Dalam membayarkan zakat, terdapat syarat

    yang wajib dipenuhi oleh muzaki atas harta kekayaan yang akan mereka zakatkan.

    Syarat harta kekayaan yang wajib dizakatkan atau objek zakat adalah sebagai

    berikut:

    1) Kepemilikan penuh.

    Maksudnya, penguasaan seseorang terhadap harta kekayaan sehingga bisa

    menggunakannya secara khusus. Arti kepemilikan penuh disini juga

    berarti bahwa harta tersebut diperoleh secara halal. Tidak wajib zakat pada

    harta haram, yaitu harta yang diperoleh manusia dengan cara haram

    2) Berkembang.

    Artinya, harta yang wajib dikeluarkan zakatnya harus harta yang

    berkembang aktif, atau siap berkembang, yaitu harta yang lazimnya

    memberi keuntungan kepada pemilik.

    3) Mencapai nishab

    Nishab adalah batas minimal yang jika harta sudah melebihi batas itu,

    wajib mengeluarkan zakat; jika kurang dari itu, tidak wajib zakat.

    4) Telah mencapai Haul

    Haul adalah jangka waktu kepemilikan harta di tangan si pemilik sudah

    melampaui dua belas bulan Qamariah sejak cukup nisab.

    5) Bebas dari hutang

    Dalam menghitung nisab, harta yang akan dikeluarkan zakatnya harus

    bersih dari utang. Apabila masih memiliki utang maka utang tersebut

    harus disegerakan untuk dibayar dulu sebelum mengeluarkan zakat.

    6) Lebih dari kebutuhan pokok

    Kebutuhan yang dimaksud disini adalah kebutuhan pokok yang benar-

    benar diperlukan untuk hidup rutin sehari-hari, bukan kebutuhan

    nonpokok. Kebutuhan ini akan berbeda untuk setiap orang karena

    tergantung situasi, keadaan, dan jumlah tanggungan.

    (Qardawi, 2004).

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 19

    Universitas Indonesia

    Berbeda dengan infak dan sedekah, Zakat mempunyai aturan dalam

    penyalurannya. Allah SWT telah berfirman dalam QS 9:60 yang isinya sebagai

    berikut:

    Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-

    orang miskin, pengurus zakat (amil), para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk

    (memerdekakan) budak, orang-orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu Sabil),

    sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi

    Maha Bijaksana.

    Berdasarkann firman diatas, maka bisa disebutkan terdapat delapan

    golongan (asnaf) yang berhak menerima zakat, yaitu:

    1) Fakir dan Miskin

    `Qardawi (2004) mengungkapkan bahwa yang dimaksud fakir adalah

    mereka yang tidak mempunyai harta atau penghasilan layak dalam

    memenuhi keperluannya: sandang, pangan, tempat tinggal dan segala

    kebutuhan pokok lainnya, baik untuk diri sendiri maupun bagi mereka

    yang menjadi tanggungannya. Sedangkan kategori miskin adalah mereka

    yang mempunyai harta atau penghasilan layak dalam memenuhi

    keperluannya dan orang yang menjadi tanggungannya, tapi tidak

    sepenuhnya tercukupi.

    Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk fakir miskin

    adalah:

    a) Mereka yang tidak punya harta dan penghasilan sama sekali

    b) Mereka yang punya harta atau penghasilan tetapi tidak mencukupi

    untuk diri sendiri dan keluarganya, batasannya adalah tidak bisa

    memenuhi separuh atau kurang dari kebutuhannya

    c) Mereka yang punya harta atau usaha yang hanya dapat mencukupi

    separuh atau lebih kebutuhan dirinya sendiri dan tanggungannya

    tetapi tidak untuk seluruh kebutuhannya.

    2) Amil Zakat

    Para amil zakat mempunyai berbagai macam tugas dan pekerjaan yang

    berhubungan dengan pengaturan administrasi dan keuangan zakat.

    Pekerjaan tersebut antara lain mendata orang-orang yang wajib berzakat

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 20

    Universitas Indonesia

    dan jenis zakat yang diwajibkan kepadanya, dan besarnya. Kemudian

    mengetahui besarnya para mustahiq (penerima zakat), jumlahnya, berapa

    kebutuhan mereka, serta besar biaya yang dapat mencukupi mereka. Selain

    itu hal-hal lain yang perlu ditangani seperti masalah administrasi dan

    pelaporan sumber dan penggunaan dana zakat.

    3) Mualaf

    Mualaf adalah mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau

    keyakinannya dapat bertambah pada islam atau menghalangi niat jahat

    mereka atas kaum muslimin atau harapan akan ada manfaatnya mereka

    dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh (Qardawi,

    2004)

    4) Orang yang belum merdeka (Riqab)

    Budak yang tidak memiliki harta dan ingin memerdekakan dirinya, berhak

    mendapat kan zakat sebagai uang tebusan. Dalam konteks yang lebih luas,

    budak zaman sekarang seperti tenaga kerja yang dianiaya dan

    diperlakukan tidak manusiawi.

    5) Orang yang berhutang (Gharimin)

    Menurut Imam Maliki, Syafii dan Hambali dalam Qardawi (2004), orang

    yang memiliki utang terbagi kedalam dua golongan, yaitu:

    a) Orang yang mempunyai utang untuk kemashlahatan dirinya

    sendiri, Seperti orang yang mengalami bencana baik banjir,

    hartanya terbakar dan orang yang berutang untuk menafkahi

    keluarganya.

    b) Orang yang mempunyai utang untuk kemashlahat an masyarakat;

    Seperti orang yang berutang untuk meramaikan masjid,

    membebaskan tawanan, menghormati tamu hendaknya diberi

    bagian zakat walaupun ia kaya; jika ia hanya memiliki benda tidak

    bergerak dan tidak memiliki uang.

    6) Orang yang berjuang di jalan Allah (Fi sabilillah)

    Fi sabilillah adalah orang yang melakukan kegiatan di jalan Allah SWT,

    termasuk semua perbuatan saleh, baik yang bersifat pribadi maupun

    kemasyarakatan seperti berperang atau menuntut ilmu

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 21

    Universitas Indonesia

    7) Orang yang melakukan perjalanan menuju Allah (Ibnu Sabil)

    Dijelaskan dalam Nurhayati dan Wasilah (2009), Ibnu Sabil merupakan

    musafir (baik kaya ataupun miskin) yang melakukan perjalanan menuju

    jalan Allah SWT. Yang termasuk kedalam golongan Ibnu Sabil adalah

    seseorag yang bepergian untuk mencari rezeki, menuntuk ilmu, beribadah,

    atau berperang di jalan Allah SWT.

    Dalam menyalurkan dana zakat, OPZ harus menyalurkannya kepada

    delapan asnaf yang berhak menerima dana zakat seperti yang telah disebutkan

    dalam Al Quran. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan UU No 23 Tahun 2011

    yang mengatur tentang penerima zakat. MUI memperkuat dengan menerbitkan

    fatwa MUI No 15 Tahun 2011 yang mengatur tentang penarikan dan penyaluran

    zakat. Oleh karena itu, dengan adanya aturan yang ketat mengenai golongan

    penerima zakat, OPZ harus taat dan berhati-hati dalam menyalurkan zakatnya agar

    penerimanya tergolong dari delapan asnaf tersebut.

    2.3.1.1 Zakat Fitrah

    Berdasarkan bahasa, kata fitrah bermakna suci. Zakat fitrah diwajibkan

    kepada setiap muslim setelah matahari terbenam akhir bulan ramadhan. Zakat

    fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan dari kekayaan untuk mensucikan diri

    baik untuk muslim baik dewasa, orang tua, maupun anak-anak.

    Zakat fitrah tidak mengenal nisab. Menurut jumhur ulama, syarat

    kewajiban zakat fitrah bagi fakir adalah apabila ia memiliki kelebihan makanan

    pokok bagi dirinya dan orang yang menjadi tanggung jawabnya di malam dan

    pada hari rayanya. Zakat fitrah dibayar sebesar satu sha makanan pokok suatu

    masyarakat setempat, atau dibayar dengan uang yang setara dengan harga satu

    dha makanan pokok tersebut. Menurut Imam Abu Hanifah, membayar zakat

    fitrah dengan uang diperbolehkan, walaupun sebaiknya yang diberikan adalah

    makanan.

    Dasar pelaksanaan zakat fitrah adalah sabda Rasulullah yang berbunyi :

    Telah diwajibkan zakat fitrah untuk membersihkan orang yang berpuasa dari

    omongan yang tidak ada manfaatnya dan omongan kotor serta memberi makanan

    pada orang-orang miskin (HR Ibnu Abbas)

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 22

    Universitas Indonesia

    (Nurhayati dan Wasilah, 2009)

    Zakat fitrah di Indonesia telah dikenal secara luas oleh masyarakat.

    Sebagian besar masyarakat indonesia yang muslim telah mempunyai kesadaran

    untuk membayarkan zakat fitrah setiap akhir ramadhan. Namun walaupun hampir

    semua umat muslim di Indonesia telah membayarkan zakat fitrah setiap tahun,

    belum berbanding lurus dengan kesadaran membayar zakat maal dan zakat

    profesi.

    2.3.1.2 Zakat Maal

    Kekayaan atau amwal (kata jamak dari maal) menurut bahasa arab adalah

    segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk menyimpan dan

    memilikinya (Qardawi, 2004). Dari definisi tersebut disimpulkan bahwa setiap

    benda berwujud yang diinginkan manusia untuk disimpan dan dimilikinya setelah

    memenuhi syarat-syarat wajib zakat, harus dikeluarkan zakatnya. Zakat harta

    adalah zakat yang boleh dibayarkan pada waktu tertentu, mencakup hasil

    perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas,

    dan perak, serta hasil kerja profesi yang masing-masing memiliki perhitungannya

    sendiri.

    Al Faridy dan Amrullah dalam Chairunnisa, 2010, menuliskan mengenai

    harta (maal) yang wajid dizakati, Nisab, dan Jumlah Zakatnya.

    1) Binatang ternak

    Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau) dan hewan kecil

    (kambing, domba, ayam, itik, burung)

    Nisab : Kambing atau sejenis mencapai nisab pada saat 40 ekor atau lebih

    wajib dikeluarkan zakatnya satu ekor per tahun, kerbau dan sapi atau

    sejenisnya nisab 30 ekor wajib dikeluarkan zakatnya satu ekor per tahun

    2) Emas dan Perak

    Emas dan perak merupakan logam mulia yang selain merupakan tambang

    elok, juga sering dijadikan perhiasan. Emas dan perak juga dijadikan mata

    uang yang berlaku dari waktu ke waktu. Islam memandang emas dan

    perak sebagai harta yang potensial berkembang. Oleh karena syara

    mewajibkan zakat atas keduanya, baik uang maupun leburan logam,

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 23

    Universitas Indonesia

    bejana, souvenir, ukiran, dan lainnya. Termasuk kedalam kategori emas

    dan perak adalah uang yang berlaku pada mata uang suatu negara. Oleh

    karena itu segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito,

    cek, saham, atau surat berharga lainnya termasuk kedalam kategori emas

    dan perak sehingga penentuan nisab dan besarnya zakat disetarakan

    dengan emas dan perak

    Nisab : emas atau logam mulia dan uang mencapai nisab senilai 94 gram

    dan telah disimpan selama setahun, wajib dikeluarkan zakat sebesar 2,5%

    per tahun. Perak nisabnya 672 gram, telah disimpan selama setahun.

    Wajib dikeluarkan zakatnya zebesar 2,5%.

    3) Hasil Pertanian

    Hasil pertanuan adalah hasil tumbuh-tumbuhan dan tanaman yang bernilai

    ekonomis seperti biji-bijian, umbi umbian, sayuran, buah-buahan, tanaman

    hias, rumput-rumputan, dedaunan, dan lain lain.

    Nisab : Hasil pertanian yang telah mencapai nisab 5 wasaq, wajib

    dikeluarkan zakatnya sebesar 5% setiap panen yang diolah secara intensif

    dan 10% setiap panen bila dikerjakan secara tradisional.

    4) Harta Perniagaan

    Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual

    belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat,

    pakaian, makanan, perhiasan, dll. Perniagaan tersebut diusahakan

    perseorangan atau persekutuan seperti VV, PT, Koperasi, dan lainnya.

    Nisab : Keuntungan usaha mencapai nisab saat keuntungannya senilai 94

    gram emas setahun, dan wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% per

    tahun.

    5) Ma-din dan Kekayaan Laut

    Madin adalah hasil tambang yang terdapat dari perut bumi dan memiliki

    nilai ekonomis seperti perak, emas, timah, tembaga, minya bumi, dan lain

    lain. Kekayaan laut adalah segala sesuatu yang dieksploitasi dari dalam

    laut seperti mutiara, ambar, marjan, dan lain lain.

    Nisab: senilai 94 gram dan wajib dikeluarkan 2,5% setiap temuan atau

    setiap produksi.

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 24

    Universitas Indonesia

    6) Rikaz

    Rikaz adalah harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa disebut dengan

    harta karun. Termasuk didalamnya adalah barang temuan yang ditemukan

    dan tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya.

    Nisab : Rikaz yang telah mencapai nisab senilai 94 gram emas dikeluarkan

    zakat sebesar 20% setiap penemuan.

    Zakat maal sekarang banyak dikeluarkan oleh muzaki dalam bentuk uang.

    Hal ini karena sifat dari uang yang lebih fleksibel dan praktis dalam

    penyalurannya. Masyarakat menggunakan harga wajar atau harga pasar dalam

    menghitung jumlah zakat maal yang mereka keluarkan dari harta mereka.

    2.3.1.3 Zakat Profesi

    Zakat Profesi / zakat penghasilan adalah zakat yang dikeluarkan dari

    penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab.

    Hasil profesi (pegawai negeri/swasta, konsultan, dokter, notaris, dll)

    merupakan sumber pendapatan (kasab) yang tidak banyak dikenal di masa salaf

    (generasi terdahulu), oleh karenanya bentuk kasab ini tidak banyak dibahas di

    kitab fiqih zakat terdahulu. Meskipun demikian bukan berarti harta yang

    didapatkan dari hasil profesi tersebut bebas dari zakat, sebab zakat pada

    hakekatnya adalah pungutan harta yang diambil dari orang-orang kaya untuk

    dibagikan kepada orang-orang miskin diantra mereka (sesuai dengan ketentuan

    syara). Dengan demikian apabila seseorang dengan hasil profesinya ia menjadi

    kaya, maka wajib atas kekayaannya itu zakat, akan tetapi jika hasilnya tidak

    mencukupi kebutuhan hidup (dan keluarganya), maka ia menjadi mustahiq

    (penerima zakat). (Al Faridy dan Amrullah dalam Chairunnisa, 2010)

    2.3.2 Infak

    Infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan oleh seseorang

    sebanyak yang ia kehendaki ketika ia memperoleh rezeki.Menurut bahasa, infak

    berasal dari kata anfaqa yang artinya mengeluarkan harta untuk kepentingan

    tertentu. Sedangkan menurut istilah, infak adalah mengeluarkan sebagian harta

    yang diperintahkan dalam islam (Chairunnisa, 2010).

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 25

    Universitas Indonesia

    Berbeda dengan zakat, infak tidak memiliki persyaratan khusus mengenai

    kondisi harta yang harus dikeluarkan infaknya. Sesuai dengan forman Allah SWT

    dalam surat Ali Imran : 134, infak dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman,

    baik yang berpenghasilan tinggi ataupun rendah, disaat lapang ataupun sempit.

    Infak juga tidak terikat pada delapan asnaf seperti ketentuan penerima zakat, infak

    dapat diberikan kepada siapapun. Di dalam surat Al Baqarah: 215, infak dapat

    diberikan kepada siapa pun, seperti orang tua, anak yatim, dan sebagainya.

    Secara umum terdapat dua jenis infak;

    1) Infak wajib, terdiri dari zakat dan nadzar. Bentuk dan jumlah

    pemberiannya telah ditentukan. Nadzar adalah sumpah atau janji

    untuk melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Menurut

    Qardawi, nadzar hukumnya makruh, namun demikian apabila telah

    diucapkan maka wajib untuk dilakukan sepanjang hal itu untuk

    mendekatkan diri kepada Allah SWT dan tidak menjauhi larangan-

    Nya.

    2) Infak Sunah, yaitu infak yang dilakukan oleh seorang muslim untuk

    mencari ridha Allah SWT, yang bisa dilakukan dengan berbagai cara

    dan bentuk. (Nurhayati dan Wasilah, 2009)

    Penerimaan infak dalam OPZ dapat berbentuk uang dan barang.

    Penerimaan infak dalam bentuk uang lebih fleksibel bagi OPZ karena uang

    tersebut dapat dimanfaatkan dan disalurkan ke dalam berbagai jenis barang, dan

    bisa disalurkan juga untuk membiayai suatu kegiatan. DD menerima infak

    berbentuk uang dan bukan uang. Infak tersebut disalurkan DD ke berbagai

    program dan sebagian dimasukkan ke dalam dana amil untuk membiayai

    operasional amil.

    2.3.3 Sedekah

    Sedekah dapat bermakna infak, zakat, dan kebaikan non materi. Pengertian

    sedekah secara bahasa berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Dari kata

    ini, tersurat bahwa yang bersedekah adalah orang yang benar imannya. Pengertian

    Shadaqah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

    Zakat, adalah harta atau non harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 26

    Universitas Indonesia

    usaha diluar zakat untuk kemaslahatan umum. Pengertian sedekah sama dengan

    pengertian infak dan sama juga hukum dan ketentuannya. Perbedaannya adalah

    infak hanya berkaitan dengan materi, sedangkan sedekah memiliki arti yang lebih

    luas tercakup juga hal yang bersifat non materi. Dalam hadits riwayat Abu Dzar,

    Rasulullah menyatakan bahwa orang yang tidak mampu bersedekah dengan harta,

    sedekah bisa dengan membaca tasbih, tahmid, tahlil amal maruf, nahi munkar,

    bahkan berhubungan suami istri. Dalam hadits lainnya dikatakan bahwa senyum

    juga merupakan sedekah.

    Sedekah adalah segala pemberian/kegiatan untuk mengharap pahala dari

    Allah SWT. Sedekah memiliki dimendi yang lebih luas daripada infak karena

    sedekah memiliki tiga pengertian utama :

    1) Sedekah merupakan pemberian kepada fakir, miskin yang membutuhkan

    tanpa mengharapkan imbalan. Dalam hal ini sedekah bersifat sunnah.

    2) Sedekah dapat berupa zakat, karena dalam beberapa teks Al Quran dan As

    Sunnah ada yang tertulis dengan sedekah padahal yang dimaksud adalah

    zakat. Seperti: Sesungguhnya zakat-zakat itu adalah bagi orang-orang

    fakir, orang-orang miskin, amil-amil zakat (QS 9: 60) Pada ayat

    tersebut, zakat-zakat diungkapkan dengan lafazh ash shadaqaat.

    Begitu pula sabda Nabi SAW kepada Muadz bin Jabal RA ketika dia

    diutus Nabi ke Yaman :beritahukanlah kepada mereka (Ahli Kitab

    yang telah masuk Islam), bahwa Allah telah mewajibkan zakat atas

    mereka, yang diambil dari orang kaya di antara mereka, dan diberikan

    kepada orang fakir di antara mereka (HR. Bukhari dan Muslim). Pada

    hadits tersebut, zakat diungkapkan dengan lafazh ash shadaqaat.

    3) Sedekah adalah sesuatu yang maruf (benar dalam pandangan syariah).

    Pengertian ini yang membuat definisi atas sedekah menjadi luas, hal ini

    sesuai hadits Nabi Muhammad SAW Setiap kebajikan, adalah sedekah

    (HR Muslim).

    Dari pengertian tersebut, maka sedekah memiliki dimensi yang sangat

    luas, tidak hanya berdimensi memberikan sesuatu dalam bentuk harta tetapi juga

    dapat berupa berbuat kebajikan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

    (Nurhayati dan Wasilah, 2009)

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 27

    Universitas Indonesia

    2.3.4 Wakaf

    Berdasarkan Sabiq, kata wakaf berasal dari bahasa arab waqaf. Asal

    kata waqafa berarti menahan atau berhenti atau diam di tempat atau tetap

    berdiri. Kata al-waqf dalam bahasa Arab mengandung beberapa pengertian, yaitu

    menahan, menahan harta untuk diwakafkan. Secara syariah, wakaf berarti

    menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan Allah.

    Menurut Sabiq, pendapat yang kuat dari Imam Syafii yaitu kepemilikan

    berpindah kepada Allah SWT, maka ia bukan milik pewakaf dan juga bukan milik

    penerima wakaf, sehingga atas harga wakaf tidak dapat dijual, dihibahkan,

    diwariskan, atau apapun yang dapat menghilangkan kewakafannya. Dr. Khalid Al

    Musyaqih juga menguatkan pendapat dari Imam Syafii karena lebih menyeluruh

    dan lengkap (Nurhayati dan Wasilah, 2009).

    Wakaf berbeda dengan infak/sedekah/hibah. Perbedaan tersebut dilihat

    dari karateristik wakaf dari aspek penerimanya, hak milik, pengalihan, objek,

    pengelolaan, dan pemanfaatan wakaf. Karim Business Consulting merangkum

    perbedaan wakaf dengan infak/sedekah/hibah dalam tabel sederhana di bawah ini:

    Tabel 2.1. Perbedaan Wakaf dengan Infak/Sedekah/Hibah

    Aspek Wakaf Infak/Sedekah/Hibah

    Penerima Menyerahkan kepemilikan

    suatu barang kepada orang lain

    Menyerahkan kepemilikan suatu

    barang kepada pihak lain

    Hak milik Hak milik atas barang

    dikembalikan kepada Allah

    Hak milik atas barang diberikan

    kepada penerima sedekah/hibah

    Pengalihan Obyek wakaf tidak boleh

    diberikan atau dijual kepada

    pihak lain

    Obyek sedekah/hibah boleh

    diberikan atau dijual kepada

    pihak lain

    Objek Obyek wakaf biasanya kekal

    zatnya

    Obyek sedekah/hibah tidak

    harus kekal zatnya

    Pengelolaan Pengelolaan obyek wakaf

    diserahkan kepada

    administratur yang disebut

    nadzir/mutawalli

    Pengelolaan obyek

    sedekah/hibah diserahkan

    kepada sipenerima

    Pemanfaatan Manfaat barang biasanya

    dinikmati untuk kepentingan

    sosial sosial

    Manfaat barang dinikmati oleh

    penerima sedekah/hibah.

    Sumber : Karim Business Consulting dalam Nurhayati dan Wasilah (2009).

    Dari tabel diatas, dapat dibedakan jelas antara wakaf dan infak/sedekah.

    Dalam mengelola dana wakaf, DD mengikuti aturan-aturan yang ada di dalam

    syariah Islam dan panduan yang dikeluarkan oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI).

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 28

    Universitas Indonesia

    DD membentuk satu organ yayasan, yaitu divisi Tabung Wakaf Indonesia yang

    mengurusi penerimaan dan pengelolaan wakaf.

    2.4. Perlakuan Akuntansi OPZ

    2.4.1 Pentingnya Pencatatan Akuntansi bagi OPZ

    Allah SWT berfirman di dalam surat Al Baqarah:282, yang menyebutkan

    bahwa dalam berurusan dengan hal yang bersifat muamalah, orang-orang yang

    beriman jika melakukan transaksi utang piutang hendaklah melakukan pencatatan

    yang benar. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa pencatatan akuntansi dalam

    setiap kegiatan muamalah termasuk dalam pengelolaan zakat harus dilakukan

    (Yusanto dan Widjajakusuma, 2003). Oleh karena itu, bagi amil zakat atau OPZ

    mutlak harus melakukan pencatatan dalam pengelolaan zakat karena telah

    difirmankan oleh Allah SWT dalam Al Quran.

    Selain terikat pada ketentuan syariah, OPZ juga terikat pada peraturan

    perundang-undangan di Indonesia, yaitu UU no 23 tahun 2011 tentang

    Pengelolaan Zakat. Disebutkan di dalam undang-undang tersebut bahwa OPZ baik

    Badan Amil Zakat (BAZ) disemua tingkatan maupun Lembaga Amil Zakat

    (LAZ), harus melakukan pencatatan dengan benar pengelolaan harta zakat, infak,

    sedekah, wasiat, hibah, waris, wakaf dan kafarat yang telah dipercayakan.

    Apabila OPZ terbukti tidak melakukan pencatatan dengan benar maka akan

    dikenakan sanksi. Oleh karena itu diwajibkan bagi OPZ untuk melakukan

    pencatatan dana zakat yang dihimpun sesuai dengan UU no 23 tahun 2011

    tersebut.

    Dalam rangka menerapkan tata kelola organisasi yang baik, pencatatan

    akuntansi harus dilakukan oleh OPZ (Wibisana,2009). Adanya pencatatan

    akuntansi merupakan salah satu wujud dari transparansi dan akuntabilitas OPZ

    kepada masyarakat (IMZ, 2010).

    2.4.2. Akuntansi OPZ

    Undang-undang No 38 Tahun 1999 yang telah diganti oleh UU No. 23

    Tahun 2011 mewajibkan LAZ dan BAZ yang telah terdaftar untuk membuat

    laporan keuangan dan bersedia untuk diaudit oleh kantor akuntan publik (KAP)

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 29

    Universitas Indonesia

    independen. Akan tetapi, KAP mengalami kesulitan dalam melaksanakan proses

    audit terhadap LAZ dan BAZ karena saat itu belum ada standar akuntansi yang

    khusus mengatur tentang pengelolaan zakat. Pada saat itu yang ada hanyalah

    PSAK 45 tentang organisasi nirlaba secara umum yang secara karakteristik

    memang mirip dengan OPZ. Walaupun secara karakteristik hampir sama, tetapi

    secara operasional terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara organisasi

    nirlaba secara umum dan OPZ, karena dana yang dikelola OPZ adalah dana ZIS

    yang aturan pengumpulan dan penggunaannya berbeda dari organisasi nirlaba

    yang lain. Hal itulah yang mendorong Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk

    memulai menyusun standar akuntansi zakat. Pada tahun 2008, IAI mengeluarkan

    exposure draft PSAK 109 yang mengatur tentang akuntansi zakat, infaq, dan

    sedekah. Pada tahun 2011, PSAK 109 disahkan dan mulai berlaku efektif sejak 1

    januari 2012.

    Sebelum PSAK 109 (2011) resmi berlaku dan ditetapkan, OPZ di

    Indonesia menggunakan teknik akuntansi dana yang tertuang dalam PSAK 45

    (1998) untuk pelaporan kegiatannya. PSAK 45 merupakan pernyataan standar

    akuntansi keuangan yang disusun untuk organisasi nirlaba secara umum.

    Penggunaan PSAK 45 untuk pelaporan kegiatan OPZ didasarkan pada

    karakteristik OPZ yang serupa dengan karakteristik organisasi nirlaba, seperti

    yang telah diungkapkan pada bagian sebelumnya. Walaupun karakteristik OPZ

    dapat digolongkan sebagai organisasi nirlaba, dalam melakukan tugasnya OPZ

    juga harus sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Terkait dengan hal ini , Dewan

    Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI telah menyusuun PSAK 109 (2011)

    untuk mengatur pengakuan, penyajian, dan pengungkapan transaksi zakat, infak,

    dan sedekah. Hal ini dilakukan karena PSAK 45 dipandang tidak sepenuhnya

    sesuai untuk OPZ yang tidak hanya berkedudukan sebagai organisasi nirlaba,

    tetapi juga organisasi yang berlandaskan syariat Islam.

    2.4.2.1 PSAK 109 (2011) : Akuntansi Zakat dan Infak / Sedekah

    PSAK 109 adalah pernyataan standar akuntansi keuangan yang disusun

    dengan tujuan untuk mengatur pengakuan, penyajian, pengungkapan, dan

    pelaporan keuangan transaksi zakat, infak, dan sedekah. Pernyataan ini berlaku

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 30

    Universitas Indonesia

    bagi amil yang menerima dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah. Namun,

    pernyataan ini tidak berlaku untuk entitas syariah yang menerima dan

    menyalurkan zakat, infak, dan sedekah tetapi hal tersrbut bukan kegiatan

    utamanya. PSAK 109 dibuat atas kerjasama Forum Zakat (FOZ), Ikatan Akuntan

    Indonesia (IAI), dan Komisi Fatwa MUI. PSAK 109 sebelumnya berbentuk

    Exposure Draft PSAK 109 yang diperkenalkan sejak tahun 2008. Setelah

    disosialisasikan dan mendapat berbagai masukan, PSAK 109 disahkan oleh

    Dewan Standar Akuntansi Syariah pada tanggal 6 April 2010 dan mulai berlaku

    efektif pada 1 Januari 2012. PSAK 109 wajib diterapkan oleh amil zakat yang

    telah memenuhi kriteria dan memiliki izin dari pemerintah. Untuk amil zakat yang

    tidak memiliki izin regulator juga dapat menerapkan PSAK 109 ini.

    PSAK 109 (2011) mengatur bagaimana pengakuan dan pengukuran dana

    ZIS, penyajian, pengungkapan, dan pelaporan keuangan amil zakat.

    A. Pengakuan dan Pengukuran

    1) Zakat

    1) Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau nonkas diterima. Zakat yang

    diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat sebesar

    jumlah yang diterima jika dalam bentuk kas dan diakui sebesar nilai

    wajar jika dalam bentuk nonkas.

    2) Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga

    pasar. Namun jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan

    metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai dengan SAK yang relevan.

    3) Apabila muzakki menentukan mustahiq yang menerima zakat, maka

    amil tidak berhak atas bagian zakat tersebut. Namun, amil memperoleh

    ujrah atas kegiatan penyaluran tersebut. Ujrah tersebut diakui sebagai

    penambah dana amil.

    4) Untuk penurunan nilai aset zakat, diakui sebagai pengurang dana zakat

    jika tidak disebabkan oleh kelalaian amil. Namun, jika penurunan nilai

    aset zakat tersebut terjadi karena kelalaian amil, maka diakui sebagai

    kerugian atau pengurang dana amil.

    5) Zakat yang disalurkan kepada mustahiq termasuk amil diakui sebagai

    pengurang dana zakat sebesar jumlah yang diserahkan apabila dana

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 31

    Universitas Indonesia

    bentuk kas dan sebesar jumlah tercatat apabila dalam bentuk aset

    nonkas.

    6) Amil berhal mengambil bagian dana dari zakat untuk menutup biaya

    operasional dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai dengan

    prinsip syariah dan tatakelola organisasi yang baik. Beban

    penghimpunan dan penyaluran zakat harus diambil dari porsi amil.

    7) Bagian dana zakat yang disalurkan untuk amil diakui sebagai penambah

    dana amil.

    8) Zakat telah disalurkan kepada mustahik nonamil jika sudah diterima

    oleh mustahik nonamil tersebut. Zakat yang disalurkan melalui amil

    lain namun belum diterima mustahik nonamil belum termasuk zakat

    yang sudah tersalurkan. Amil lain tersebut tidak berhal mengambil

    bagian dari dana zakat, namun boleh menerima ujrah dari amil pertama.

    9) Dana zakat yang disalurkan dalam bentuk perolehan aset tetap diakui

    sebagai penyaluran zakat seluruhnya apabila dikelola pihak lain yang

    tidak dikendalikan amil. Namun, apabila aset tersebut dikelola oleh amil

    atau pihak lain yang dikendalikan amil, pengakuiannya dilakukan

    secara bertahap. Penyaluran secara bertahap diukur sebesar penyusutan

    aset tetap tersebut dengan pola pemanfaatannya.

    2) Infak dan Sedekah

    1) Infak/Sedekah yang diterima diakui sebagai penambah dana

    infak/sedekah terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan

    pemberiannya. Dana tersebut diakui sebagai jumlah yang diterima jika

    dalam bentuk kas dan diakui sebagai nilai wajar jika dalam bentuk

    nonkas. Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan

    harga pasar, jika tidak tersedia, metode penentuan nilai wajar

    menggunakan metode lainnya sesuai SAK yang berlaku.

    2) Infak/sedekah yang diterima dapat berupa kas atau aset nonkas. Aset

    nonkas dapat berupa aset lancar maupun tidak lancar.

    3) Aset tidak lancar yang diterima dan diamanahkan untuk dikelola oleh

    amil diukur sebesar nilai wajar saat penerimaan dan diakui sebagai aset

    tidak lancar infak/sedekah. Penyusutan aset tersebut diperlakukan

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 32

    Universitas Indonesia

    sebagai pengurang dana infak/sedekah terikat jika penggunaannya

    sudah ditentukan oleh pemberi.

    4) Amil dapat pula untuk menerima aset nonkas yang dimaksudkan oleh

    pemberi untuk segera disalurkan. Aset seperti ini diakui sebagai aset

    lancar. Aset nonkas lancar dinilai sebesar nilai perolehannua, sedangkan

    aset nonkas tidak lancar dinilai sebesar nilai wajarnya sesuai SAK yang

    relevan.

    5) Untuk penurunan nilai aset infak/sedekah tidak lancar, diakui sebagai

    pengurang dana infak/sedekah jika bukan disebabkan amil. Namun akan

    menjadi pengurang dana amil apabila penurunan nilai aset tersebut

    disebabkan oleh amil.

    6) Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka

    waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana

    pengelolaan diakui sebagai penambah dana infak/sedekah.

    7) Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana

    infak/sedekah sebesar jumlah yang diserahkan jika dalam bentuk kas.

    Apabila dalam bentuk nonkas diakui sebagai nilai tercatat.

    8) Bagian dana infak/sedekah yang disalurkan untuk amil diakui sebagai

    penambah dana amil.

    9) Penentuan persentase bagian untuk para penerima infak/sedekah

    ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah, kewajaran, dan

    etika.

    10) Penyaluran infak/sedekah oleh amil kepada amil lain merupakan

    penyaluran yang mengurangi dana infak/sedekah jika amil tidak akan

    menerima kembali aset infak/sedekah yang disalurkan tersebut.

    11) Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana

    bergulir dicatat sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan tidak

    mengurangi dana infak/sedekah.

    B. Penyajian

    Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dan dana amil secara

    terpisah dalam laporan posisi keuangan.

    C. Pengungkapan

    Analisis penerapan..., Enggar Estiko, FE UI, 2013

  • 33

    Universitas Indonesia

    1) Zakat

    Amil mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat

    (namun tidak terbatas pada poin poin yang dijabarkan ) :

    a) Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas

    penyaluran zakat dan mustahiq nonamil

    b) Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahiq nonamil seperti

    persentase pembagian, alasan dan konsistensi kebijakan.

    c) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat

    berupa aset nonkas.

    d) Rincian jumlah penyaluran dana zakat untuk masing-masing mustahiq

    e) Penggunaan dana zakat dalam bentuk aset kelolaan yang masih

    dikendalikan oleh amil atau pihak lain yang dikendalikan oleh amil.

    Jumlah dan persentase penyaluran dana zakat atas aset kelolaan

    tersebut harus diungkapkan dan juga disertakan alasannya.

    f) Hubungan pihak-pihak berelasi antara amil dan mustahiq yang

    meliputi: sifat hubungan, jumlah dan jenis aset yang disalurkan, serta

    persentase aset yang disalurkan tersebut terhadap total penyaluran

    zakat keseluruhan selama periode.

    2) Infak dan Sedekah

    Amil mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi infak dan

    sedekah (namun tidak terbatas hanya pada poin-poin yang dijabarkan ) :

    a) Kebijakan penyaluran infak dan sedekah, seperti penentuan skala

    prioritas penyaluran infak dan sedekah serta penerima infak dan

    sedekah.

    b) Kebijakan penyaluran infak dan sedekah untuk amil dan nonamil,

    seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan.

    c) Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan infak

    dan sedekah berupa aset nonkas.

    d) Keberadaan dana infak dan sedekah yang tidak langsung disalurkan

    tetapi dikelola terlebi