ANALISIS PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PADA …repository.utu.ac.id/20/1/I-V.pdf · TRADISIONAL...
Transcript of ANALISIS PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PADA …repository.utu.ac.id/20/1/I-V.pdf · TRADISIONAL...
ANALISIS PENDAPATAN DAN KEUNTUNGANUSAHA PADA INDUSTRI BUBUK KOPI
TRADISIONAL ACEH DI KECAMATAN JOHANPAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
JOHAN BASTIANNIM : 06C20101010
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
2015
ANALISIS PENDAPATAN DAN KEUNTUNGANUSAHA PADA INDUSTRI BUBUK KOPI
TRADISIONAL ACEH DI KECAMATAN JOHANPAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
JOHAN BASTIANNIM : 06C20101010
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Ekonomi
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT
2015
ii
ABSTRAK
Johan Bastian Analisis Pendapatan dan keuntungan Usaha Pada Industri BubukKopi Tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh BaratDibawah bimbingan Yayuk EW,dan Chairiyaton.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Baratterdiri dari 14 indusrti bubuk kopi Tujuan penelitian adalah adalah untukmenganalis perkembangan pendapatan usaha pada industri bubuk kopi tradisionalAceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Data yangdibutuhkan untuk dianalisa terdiri dari data primer dan data skunder. Data primeryang dikumpulkan di lapangan untuk keperluan analisa diperoleh denganwawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telahdipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder diperoleh dari studikepustakaan dan instansi terkait yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan rumus pendapatan sederhana yaitu π = TR-TC, TR =
P.Q, TC = FC+VC, π = (P.Q) – (FC+VC), dan Regresi linear sederhana yaituY = a + b1 X1 + e
Hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa yang mempengaruhi pendapatan usaha pada industri Bubuk Kopi Tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat adalah Modal dan harga jual. Karena dengan adanya modal, harga jual maka Pendapatan Usaha Pada Industri Bubuk Kopi Tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat akan bertambah setiap bulannya. Namun ada faktor lain diluar model yang bisa membuat pengaruh lebih besar bagi pendapatan Usaha Pada Industri Bubuk Kopi TradisionalAceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat seperti kuranganya pemasokan biji kopi, rusaknya mesin penggiling kopi, dan lain sebagainya.
Kata kunci : Harga Jual, Jumlah produksi, Pendapatan, PDRB
iii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
Judul skripsi/tugas akhir : Analisis Pendapatan dan keuntungan usaha Pada indusri Bubuk Kopi Tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat
Nama Mahasiswa : JOHAN BASTIANNim : 06C20101010
Program Studi : EKONOMI PEMBANGUNAN
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Mengetahui,
Tanggal lulus : 24 Mei 2015
iv
Ketua
Yayuk EW, SE, M.Si
Anggota
Chairiyaton, SE
Plt. Dekan Fakultas Ekonomi
Dr. Ishak Hasan M.Si
Ketua ProdiEkonomi Pembangunan
Yayuk EW, SE., M.Si.
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi/tugas akhir dengan judul
ANALISIS PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN USAHA PADAINDUSRI BUBUK KOPI TRADISIONAL ACEH DI KECAMATAN
JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT
Yang disusun oleh : JOHAN BASTIAN
Nim : 06C20101010
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : EKONOMI PEMBANGUNAN
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tangga 24 April 2015 dandinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Abd. Jamal, SE, M.Si ................................. (Ketua penguji)
2. Yayuk EW, SE, M.Si ................................. (Anggota Penguji I)
3. Chairiyaton, SE ............................… (Anggota Penguji II)
4. DRS. H.Moenawar Iha.MM ................................. (Anggota Penguji III)
Alue Peunyareng, 24 Mei 2015
Ketua Program Studi
Ekonomi dan Studi Pembangunan
Yayuk EW, SE, M.Si
v
RIWAYAT HIDUP
Nama : JOHAN BASTIAN
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Meulaboh, 25 Maret 1986
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat Rumah : Jalan Syah kuala kelurahan kuta padang, Kecamatan Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat
Nama Orang Tua :a. Ayah : H. Bachtiarb. Ibu : Hj. Salihanc. Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Jalan Syah kuala kelurahan kuta padang,Kecamatan Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat
Pendidikan Formal :
Sekolah Dasar (1991 - 1997 ) : SD Negeri 21 Meulaboh
SLTP (1997- 2002) : SLTP Negeri 5 Meulaboh
SMA (2003-2006) : SMA Negeri 1 Cikarang
Perguruan Tinggi : Fakultas Ekonomi PembangunanUniversitas Teuku Umar Meulaboh Tahun Masuk 2006
Meulaboh, 24 Mei 2015 Penulis
JOHAN BASTIAN
NPM. 06C20101010vi
vii
MOTTO DAN PERUNTUKAN
Mahatma Gandhi
Jadilah pohon yang besar dan berbuah lebat Dimana buahnya dapat memberikan manfaat bagi orang banyakBanyak berbuat sedikit mengeluh itu tanda orang yang
akan berhasil dalam hidupnya(penulis)
Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allahakan memudahkan baginya jalan ke surga.
(HR Muslim)
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Keluarga ku tercinta Mamak, Ayah, saudara ku dan Almamater kuS1 Ekonomi Pembangunan
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan
judul” “Analisis Pendapatan dan keuntungan usaha pada indusri bubuk kopi
tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat”
Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna mendapaatkan gelar
serjana Ekonomi pada jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Teuku Umar.
Dalam penulisan skripsi ditemui beberapa kesulitan, namun berkat
bantuan, motivasi, bimbingan dan doa dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik, oleh karena itu, tidak berlebihan apabila dalam
kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Yayuk EW, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing Ketua dan juga sebagai
Ketua Program Studi Ekonomi Pembanguanan Universitas Teuku Umar yang
telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, pengarahan,
dorongan, masukan-masukan, saran, tenaga, dan pikiran untuk membimbing
serta tidak bosan-bosannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Chairiyaton, SE selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan,
masukan-masukan, saran, tenaga, dan pikiran untuk membimbing serta tidak
bosan-bosannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
viii
3. Bapak Dr. Ishak Hasan M.Si selaku Plt. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Teuku Umar Kabupaten Aceh Barat.
4. Ayahanda dan Ibunda yang tercinta, yang telah banyak memberikan doa,
semangat, kasih sayang, dorongan moral dan serta semua yang telah Ayahanda
dan Ibunda korbankan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan
hingga tinggkat perguruan tinggi.
5. Teman-Teman umumnya angkatan ’06 Fakultas Ekonomi yang selalu setia
memberikan semangat serta dukungannya, sehingga skripsi ini dapat di
selesaikan.
6. Semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis dalam penyelesaikan skripsi ini..
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh
kelalaian dan keterbatasan waktu, tenaga juga kemampuan dalam penyusunan
Skripsi ini, oleh karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin:
Alue Peunyareng, 23 Mei 2015
Penulis
JOHAN BASTIAN
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... iABSTRAK............................................................................................................................................................................................................................iiiHALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................... ivHALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...................................................... vDAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... viMOTTO DAN PERUNTUKAN.................................................................... viiKATA PENGANTAR .........................................................................................................................................................................................................viiiDAFTAR ISI ................................................................................................ xDAFTAR TABEL ...............................................................................................................................................................................................................xiiDAFTAR GAMBAR............................................................................................................................................................................................................xiiiDAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................................................................................................................xiiv
I. PENDAHULUAN........................................................................ 1I.1. Latar Belakang......................................................................... 1I.2. Rumusan Masalah.................................................................... 3I.3. Tujuan Penelitian..................................................................... 3I.4. Manfaat Penelitian................................................................... 4
1.4.1 Manfaat teoritis................................................................ 41.4.2 Manfaat praktis................................................................ 4
I.5. Sistematika Pembahasan.......................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 6II.1..................................................................................................Industri
.................................................................................................6II.1.1. Pengertian Industri........................................................... 6II.1.2. Jenis-jenis Industri........................................................... 6
II.2.................................................................................................. Pendapatan............................................................................... 8
II.2.1. Pengertian pendapatan.................................................... 8II.2.2. Pendapatan usaha............................................................. 9II.2.3. Pengukuran Pendapatan................................................... 10
x
II.2.4. Pengakuan Pendapatan.................................................... 11II.2.5. Hasil Produksi sebagai faktor pendapatan....................... 16II.2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan............... 18II.2.7. Hubungan modal dengan pendapatan.............................. 22II.2.8. Hubangan Harga jual dengan Pendapatan....................... 23
II.3..................................................................................................Kopi .................................................................................................24
II.3.1. Pengertian kopi................................................................ 24II.3.2. Jenis-jenis kopi................................................................ 24
2.4 Srategi pemasaran...................................................................... 26
III. METODE PENELITIAN.............................................................. 303.1. Populasi dan Sampel............................................................. 30 3.1.1 Populasi........................................................................... 30 3.1.2 Sampel............................................................................. 303.2. Data Penelitian...................................................................... 31 3.2.1 Jenis dan sumber Data..................................................... 31 3.2.2 Teknik pengumpulan Data.............................................. 31 3.2.3 Model Analisis Data....................................................... 323.3 Definisi Operasional Variabel............................................... 32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………… 334.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian...................................
33 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................ 33
4.2 Hasil Penelitian........................................................................ 34 4.3 PDRB Kab. Aceh Barat........................................................... 38 4.4 Jumlah Penduduk terhadap PDRB Kab. Aceh Barat............... 40 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian.................................................. 40
V. PENUTUP..................................................................................... 46 5.1 Kesimpulan............................................................................... 46
5.2 Saran.......................................................................................... 47DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 48LAMPIRAN............................................................................................... 50
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
1 : Jumlah Usaha penggiling bubuk Kopi di Kecamatan Johan Pahlawan....................................................................................... 32 : Jumlah Industri penggiling bubuk Kopi di Kecamatan Johan Pahlawan....................................................................................... 303 : Jumlah Modal dan harga jual pada Industri bubuk kopi tradisional Aceh Kecamatan JohanPahlawan................................................. 354 : Jumlah Pendapatan dalam satu kali produksi pada industry bubuk kopi tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan.................. 36
4. Standar Deviasi Rata-rata dan Observasi.............................................. 41 5. Hasil Koefisien Korelasi dan Determinasi.......................................... 42
6. Regresi linear sederhana dan uji t........................................................ 44
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Grafik Hasil pengolahan data SPSS ………................................... 49
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Surat permohonan izin Penelitian ………...............................................................................................................................................50.....................................................................................................
2. Surat balasan Penelitian...........................................................................................................................................................................51
xiv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan yang sangat ketat pada sektor industri sekarang ini membuat
para usahawan di sektor tersebut menyadari akan arti fungsi, konsep dan strategi
pemasaran. Industri penggilingan kopi merupakan suatu proses pengolahan yang
sesuai dengan bidang ilmu Teknologi hasil pertanian. Kopi bubuk merupakan
minuman yang sangat umum dan tersebar luas di sekitar kita. Keberhasilan dalam
perusahaan untuk menyampaikan produk ke konsumen akan memerlukan pedagang
penyalur, berupa lembaga–lembaga pemasaran agar produk cepat sampai ke
konsumen. Peranan lembaga pemasaran sangat diperlukan oleh perusahan untuk
memasarkan produk yang dihasilkan.
Kopi merupakan sekelompok tumbuhan berbentuk pohon dalam marga
Coffea. Genus ini memiliki sekitar seratus spesies, namun dari seratus spesies itu
hanya dua jenis yang memiliki nilai ekonomis, yaitu arabika dan robista. Arabika
adalah kopi tradisional dan dianggap paling enak rasanya, robusta memiliki kafein
yang lebih tinggi dapat dikembangakan. Nama kopi sebagai bahan minuman sudah
tidak asing lagi. Aromanya yang harum, rasanya yang khas nikmat, serta khasiatnya
yang dapat memberikan rangsangannya penyegaran badan membuat kopi cukup
akrab di lidah dan digemari.
Kopi adalah komoditas agroindustri yang hanya bisa dikonsumsi oleh
manusia setelah melalui proses pengolahan. Salah satunya yaitu kopi bubuk. Kopi
bubuk merupakan proses pengolahan kopi yang paling sederhana. Dimana biji kopi
yang telah disangrai kemudian dihancurkan dan dikemas, pembuatan kopi bubuk
2
banyak dilakukan oleh petani, pedagang pengecer, industri kecil dan pabrik.
Pembuatan kopi bubuk oleh petani biasanya hanya dilakukan secara tradisional dan
alat-alat sederhana. Pembuatan kopi bubuk bisa dibagi ke dalam dua tahap yaitu
tahap penyangraian dan tahap penggilingan, maka dari pembuatan makalah ini
ditujukan agar pembuatan kopi bubuk dapat lebih modern dan lebih baik. Kopi
tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan
sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di
Indonesia (Rahardjo, 2012, h.13).
Keberhasilan agribisnis kopi membutuhkan dukungan semua pihak yang
terkait dalam proses produksi kopi, pengolahan dan pemasaran komoditas kopi dan
semua hal ini tidak lepas dari para pekerja yang bekerja pada industri Bubuk Kopi
tradisional Aceh di Kecamatan Johan pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Upaya
meningkatkan produktivitas dan mutu kopi terus dilakukan sehingga daya saing
kopi di Meulaboh dapat bersaing di pasar dunia. Pengolahan kopi sangat berperan
penting dalam menentukan kualitas dan cita rasa kopi. Jumlah pendapatan pekerja
yang bekerja pada industri bubuk kopi tradisional di kecamatan Johan pahlawan
Kabupaten Aceh Aceh Barat rata-rata adalah Rp. 60.000 – 80.000 per hari atau
setiap hari kerja.
Saat ini banyak bermunculan usaha pengiling kopi di Kecamatan Johan
pahlawan‚ dari yang sangat sederhana sampai yang sangat unik dengan tampilan
yang berbeda. Bubuk kopi tradisional Aceh telah lebih dulu hadir dan dikenal oleh
masyarakat Indonesia. Baik yang tinggal di daerah pedesaan maupun di perkotaan
Adapun Jumlah penggiling bubuk Kopi yang ada di Kecamatan Johan
Pahlawan adalah sebagaimana yang tertera di bawah ini :
3
Tabel 1Jumlah Usaha penggiling bubuk Kopi
di Kecamatan Johan Pahlawan
No Nama Perusahaan Jumlah tenaga kerja Alamat1 MD/ M.Diah Diwa 3 Ujong Kalak2 Bakopi 3 Kuta Padang3 UD. Fauzi 3 Kuta Padang4 UD.Usman 3 Kuta Padang 5 UD. Andika 5 Ujong Baroh6 UD.Amrim 3 Ujong Kalak7 UD. Anuwar 5 Ujong Kalak 8 UD.Zulkifli 3 Ujong Baroh 9 UD. Hasbalah 5 Cot Pluk10 UD.Kuta Raja 4 Lapang 11 UD. Fajar Delima 1 Ujong Baroh12 UD. Rahmad Atc 4 Lehan 13 UD. Fauzi Ibrahim 2 Kuta Padang14 Manisa Jaya 5 Lapang
Sumber : Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menegah Perindustrian dan perdagangan Kab. AcehBarat 2014
Berpijak dari uraian latar belakang diatas maka penulis mengangkat judul
skripsi tentang : “Analisis Pendapatan dan keuntungan Usaha Pada Industri
Bubuk Kopi Tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat“.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana perkembangan pendapatan dan keuntungan usaha
pada Industri bubuk kopi tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalis perkembangan pendapatan dan keuntungan usaha pada
4
industri bubuk kopi tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten
Aceh Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan diatas, adapun
manfaat penelitian ini berupa teoritis dan praktis.
1.4.1. Manfaat Teoritis
a. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi baru sebagai sarana pembelajaran dan penerapan ilmu.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
langsung maupun tidak langsung kepada semua pihak baik kalangan
praktisi.
1.4.2. Manfaat Praktis
Bagi kalangan praktisi, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
salah satu bahan masukan dan informasi tentang Analisis Pendapatan tenaga Kerja
Pada Industri Bubuk Kopi Tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat.
1.5. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini pada bagian pertama berisi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian,manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Tinjauan Pustaka merupakan bab kedua yang tersusun atas teori umum yang
merupakan dasar-dasar pemikiran yang akan penulis gunakan dalam menjawab
permasalahan pada penulisan ini dan hipotesis penelitian.
5
Metode Penelitian merupakan bab ketiga yang berisi : populasi dan sampel
penelitian, data penelitian, variabel penelitian, metode analisis data, dan pengujian
hipotesis.
Pada bab empat berisi tentang Hasil dan Pembahasan yang didalamnya
dijelaskan mengenai statistik dekriptif, variabel penelitian, hasil pengujian
hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.
Pada bab lima berisi kesimpulan dan saran yang didalamnya dijelaskan
mengenai simpulan-simpulan yang diambil dari keseluruhan hasil penelitian.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri
2.1.1 Pengertian industri
Secara sederhana dalam kamus besar ekonomi (Winarno dan Sujana, 2007
h.252) dijelaskan bahwa definisi industri adalah kegiatan ekonomi dengan
memproses atau mengolah bahan-bahan atau barang dengan menggunakan sarana
dan peralatan, seperti mesin, untuk menghasilkan barang jadi atau jasa.
Menurut Badan Pusat Statistik (2008) industri mempunyai dua pengertian.
Pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang
ekonomi bersifat produktif. Dalam pengertian secara sempit, industri hanyalah
mencakup industri pengolahan yaitu suatu kegiatan ekonomi yang melakukan
kegiatan mengubah suatu barang dasar mekanis, kimia, atau dengan tangan
sehingga menjadi barang setengah jadi dan atau barang jadi, kemudian barang yang
kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya dan sifatnya lebih kepada
pemakaian akhir.
Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi dalam mengolah
atau memproses serta menghasilkan barang dan atau jasa dengan menggunakan
sarana tertentu sehingga nilai guna (utility) dari barang tersebut meningkat.
2.1.2 Jenis-jenis Industri
Menurut Arsyad, (2004,h.366) pengelompokkan industri dibedakan menjadi
4 (Empat) yaitu:
7
1. Perusahaan atau industri besar jika memperkerjakan 100 orang atau lebih.
2. Perusahaan atau industri sedang jika memperkerjakan 20 sampai 99 orang.
3. Perusahaan kecil jika memperkerjakan 5 sampai 19 orang
4. Industri kerajinan rumah tangga jika memperkerjakan kurang dari 3 orang
(termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar).
Menurut Arsyad, (2004,h.369) Industri nasional di Indonesia menjadi 3
(Tiga) kelompok besar yaitu:
a. Industri dasar
Industri dasar yang meliputi kelompok industri mesin dan logam dasar (IMLD)
dan kelompok kimia dasar (IKD). Yang termasuk dalam IMLD antara lain:
industri mesin pertanian, elektronika kereta api, pesawat terbang, kendaraan
bermotor, besi baja, alumunium, tembaga, dan sebagainya. Sedangkan yang
termasuk ke dalam IKD antara lain: industry pengolahan kayu dan karet alam,
industri pestisida, industry pupuk, industri semen, industri silikat, dan
sebagainya.
b. Industri kecil
Industri kecil yang meliputi antara lain industry pangan (makanan, minuman,
tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi, serta barang dari
kulit), industry kimia dan bahan bangunan (industri kertas, percetakan,
penerbitan, barang-barang karet, plastik, dan lain-lain), industry galian logam,
dan industri logam (mesin-mesin listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dari
logam, dan sebagainya).
c. Industri hilir
Industri hilir yaitu kelompok aneka industri (AI) yang melliputi antara lain:
industri yang mengolah sumber daya hutan, industri yang mengolah hasil
8
pertambangan, industry yang mengolah hasil pertanian secara luas, dan lain-
lain.
2.2 Pendapatan
2.2.1 Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan total biaya (TC), jadi
Pd = TR-TC. Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan
harga jual. Biaya biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (Fixed
Cost) dan biaya variabel (Variabel Cost). Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap
jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau
sedikit. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi
yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (total cost) adalah
jumlah dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost), maka TC =
FC + VC, (Sujarno 2008, h.24).
Pendapatan adalah “arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah
entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu
periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang
merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung. (Dyckman
2002 h. 234)
Menurut Noor (2007: h.189) “pendapatan perusahaan berasal dari penjualan,
sementara itu nilai penjualan ditentukan oleh jumlah atau unit yang terjual
(quantity) dan harga jual (price), atau lebih sederhana dikatakan pendapatan fungsi
(quantity price) sedangkan pendapatan industri kecil diartikan sebagai hasil yang
diperoleh pengusaha dalam mengorganisasikan faktor produksi yang dikelolanya”.
9
Suatu usaha yang bergerak dalam sektor formal maupun informal dalam
penentuan tingkat produksi akan memperhitungkan tingkat pendapatan yang akan
dihasilkan dalam suatu produksi. Dengan efisiensi biaya produksi maka akan
mencapai profit/keuntungan yang maksimum karena profit merupakan salah satu
tujuan penting dalam berusaha.
Menurut Sukirno (2006,h.47) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang
diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik
harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Pengertian pendapatan didefinisikan
oleh Sofyan (2002,h.58) sebagai “kenaikan gross di dalam asset dan penurunan
gross dalam kewajiban yang dinilai berdasarkan prinsip akuntansi yang berasal dari
kegiatan mencari laba”.
Berdasarkan dari beberapa pengertian pendapatan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pendapatan merupakan suatu penghasilan arus masuk bruto
yang didapat dari penjualan barang atau jasa selama suatu periode tertentu.
2.2.2 Pendapatan Usaha
Dalam bisnis, pendapatan usaha adalah jumlah uang yang diterima oleh
perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk atau jasa kepada
pelanggan.
Menurut Ramlan (2006, h. 13) pendapatan usaha adalah hasil kerja dari
suatu usaha yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Ramlan
(2006 h.41) pendapatan dibagi dua yaitu pendapatan bersih dan pendapatan kotor.
Pendapatan bersih adalah pendapatan yang telah mengalami pengurangan dari hasil
produksi. Sedangkan pendapatan kotor yaitu pendapatan dari hasil usaha dikurangi
10
kebutuhan selama mengadakan usaha serta penggunaan bahan bakar dan tenaga
pembantu lainnya.
Analisis pendapatan berfungsi untuk mengulur berhasil tidaknya suatu
kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen
itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Surya (2009,h.12)
2.2.3 Pengukuran Pendapatan
Pengukuran pendapatan sangat penting untuk setiap transaksi yang
menimbulkan pendapatan. Pengukuran pendapatan juga dapat dinyatakan dalam
perolehan kas atau setara kas. Tanpa pengukuran yang tepat kinerja perusahaan
akan sulit diketahui, pendapatan sebagai suatu item yang sangat penting dalam
laporan keuangan khususnya laporan laba rugi perlu diukur dengan akurat.
Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah
pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau dapat diterima.
Namun, bila arus masuk kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan
tersebut tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau
yang dapat diterima.
Menurut Schroeder (2001,h.70), pengukuran adalah besarnya angka atau
jumlah atas objek atau kejadian berdasarkan aturan – aturan. Pengukuran juga
merupakan suatu proses perbandingan dalam rangka memperoleh informasi yang
lebih teliti untuk membedakan suatu alternatif dengan alternatif yang lain dalam
situasi pengambilan keputusan. Pengukuran dikaitkan dengan pendapatan akan
bermakna bahwa pengukuran pendapatan adalah penentuan besarnya pendapatan
dalam bentuk angka-angka.
11
Menurut Sofyan (2002 ,h.168) ada empat metode pengukuran pendapatan :
a. Historical Cost atau harga yang terjadi dari pertukaran perusahaan yang lalu,
yang merupakan dasar utama dalam melakukan pengukuran dalam laporan
keuangan dan biasanya digunakan dalam mengukur persediaan, aktiva tetap,
aset lainnya.
b. Current Purchase Exchange atau harga pertukaran pembelian sekarang,
digunakan misalnya dalam menerapkan metode penilaian persediaan nilai yang
terendah dari harga pokok dan pasar (LOCOM, Lower of Cost or Market).
c. Current Sale Exchange atau harga penjualan pertukaran sekarang yang dapat
digunakan misalnya dalam mengukur barang jenis logam yang memiliki harga
stabil yang tetap dimana tidak begitu ada biaya pemasarannya.
d. Future Exchange, harga didasarkan pada pertukaran dimasa yang akan datang.
Misalnya, digunakan untuk menaksir biaya yang akan datang jika diakui hasil
berdasarkan persentase siap.
2.2.4 Pengakuan Pendapatan
Menurut Kieso (2002,h. 3) “pengakuan adalah proses untuk secara formal
mencatat atau memasukkan suatu pos di dalam akun dan laporan keuangan entitas”.
Pengakuan mencakup uraian pos dalam kata – kata dan angka, dengan jumlah
tercakup dalam laporan keuangan. Pengakuan tidak sama dengan realisasi,
meskipun keduanya kadang – kadang digunakan bergantian di dalam literatur dan
praktek akuntansi. Realisasi adalah proses pengubahan sumber daya bukan kas dan
hak menjadi uang dan paling tepat digunakan dalam akuntansi dan pelaporan
keuangan untuk penjualan aktiva secara tunai atau klaim atas kas.
Menurut Smith (2002, h.232) “pengakuan adalah pencatatan suatu item
dalam akun – akun dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan,
12
beban, keuntungan, atau kerugian”. Pengakuan termasuk penggambaran suatu item
baik dalam kata – kata maupun jumlah, di mana jumlah mencakup angka-angka
ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Menurut Dyckman (2002, h.237) terdapat empat kriteria mendasar yang
harus dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui, yaitu :
1. Definisi (definition) Suatu item atau informasi tertentu memerlukan definisi
operasional yang jelas untuk bisa dimasukkan ke dalam elemen laporan
keuangan (aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan dan
kerugian).
2. Dapat diukur (measurability) Suatu item tertentu harus dapat diukur dengan
atribut yang relevan untuk menentukan keandalan daya ujinya, yaitu
karakteristik, sifat, atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur. Contohnya
adalah biaya historis, biaya sekarang, nilai pasar, nilai bersih yang dapat
direalisasi, dan nilai sekarang bersih.
3. Relevan (relevanace), Apabila digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan, informasinya mampu menghasilkan manfaat tertentu.
4. Keandalan (reability) Informasi mengenai tersebut dapat disajikan secara wajar,
dapat diuji dan netral.
Menurut Dyckman (2002 : 238), selain empat kriteria pengakuan umum
tersebut, prinsip pendapatan menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam
laporan keuangan ketika :
1. Pendapatan dihasilkan, Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara
mendasar menyelesaikan semua yang harus dilakukannya agar dikatakan
menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Secara umum, pendapatan
diakui ketika proses menghasilkan laba diselesaikan atau sebenarnya tidak
13
diselesaikan selama biaya – biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses
menghasilkan laba dapat diestimasi secara andal.
2. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi, Pendapatan direalisasi ketika kas
diterima untuk barang atau jasa yang dijual. Pendapatan itu dapat direalisasi
ketika klaim nonkas atas kas (misalnya, aktiva nonkas seperti piutang usaha atau
wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam
jumlah kas tertentu. Kriteria ini juga dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu
komoditas, seperti emas atau gandum, di mana ada pasar publik untuk jumlah
tidak terhingga dari produk tersebut yang dapat dibeli atau dijual pada harga
pasar yang telah diketahui.
Menurut Smith (2002, h.297) Dilihat dari segi kegiatan dan peristiwa yang
mendukung terjadinya pendapatan, waktu pengakuan pendapatan untuk penjualan
produk antara lain :
a) Pengakuan pendapatan pada saat penjualan
Menurut Smith (2002, h.297) Pengakuan pendapatan pada saat penjualan
didasarkan kepada :
1. Harga jual telah dapat ditentukan dengan agak pasti.
2. Produk yang dijual telah meninggalkan perusahaan dan diganti dengan suatu
asset yang lain.
3. Untuk kebanyakan perusahaan, penjualan merupakan peristiwa keuangan
yang paling penting dalam kegiatan ekonominya.
4. Kebanyakan biaya produksi atau pengadaan produksi tersebut telah
dikeluarkan atau dapat ditentukan dengan mudah.
Smith (2002, h.297) menambahkan Ada tiga masalah yang ditimbulkan dari
pelaksanaan pengakuan pendapatan pada saat penjualan, yaitu :
14
1. Penjualan dengan persetujuan pembelian kembali, bila sebuah perusahaan
menjual produknya dan setuju untuk membelinya kembali dalam periode
akuntansi selanjutnya, maka persetujuan pembelian kembali dilakukan pada
harga tertentu dan harga tersebut menutupi semua biaya persediaan ditambah
biaya penyimpanan yang berkaitan dengan persediaan dan kewajiban yang
berkaitan tetap ada di pembukuan penjual. Dengan kata lain tidak terjadi
penjualan.
2. Penjualan dimana terdapat retur, Ada tiga metode pengakuan pendapatan
alternatif pada penjual menghadapi resiko kepemilikan dengan adanya retur,
yaitu :
a) Tidak mencatat penjualan sampai hak retur habis masa berlakunya
b) Mencatat penjualan, tetapi menguranginya dengan taksiran retur mendatang
c) Mencatat penjualan dan memperhitungkan retur sewaktu terjadinya.
3. Trade Loading dan Channel Stuffing, Merupakan keputusan dan tindakan dari
kebijakan manajemen dan pemasaran yang melambungkan penjualan,
mengganggu hasil operasi, dan menghias laporan keuangan. Pada akhir periode,
penyesuaian-penyesuaian akuntansi tidak dibuat untuk mengurangi dampak
jenis penjualan ini terhadap hasil operasi.
b) Pengakuan pendapatan selama masa produksi
Ini terlihat pada kontrak-kontrak konstruksi yang bersifat jangka panjang.
Pendapatan dapat diakui selama masa produksi jika :
1. Harga kontrak adalah tetap dan dapat ditentukan.
2. Total biaya produksi dapat diestimasi secara meyakinkan.
15
3. Biaya yang dikeluarkan selama periode akuntansi berjalan atau persentase
penyelesaian produksi diketahui atau dapat ditaksir secara meyakinkan.
Metode akuntansi yang digunakan untuk mengakui pendapatan selama masa
produksi pada kontrak konstruksi jangka panjang disebut metode persentase
penyelesaian.
Jika ketiga kondisi diakui di atas tidak terpenuhi selama masa produksi, maka
pendapatan diakui pada saat selesainya produksi, yang dikenal metode kontrak
selesai. (Smith 2002, h. 297)
c) Pengakuan pendapatan pada saat produksi selesai
Hal ini dijumpai pada produksi mineral yang bernilai tinggi seperti emas dan
perak, dan beberapa komoditas pertanian seperti padi dan jagung. Kriteria utama
untuk pengakuan pendapatan pada saat produksi selesai adalah :
1. Adanya harga pasar yang relatif stabil dan aktif.
2. Tidak ada biaya pemasaran atau penjualan yang besar.
3. Adanya kemungkinan penukaran unit – unit fisik tanpa pengaruh apa-apa
terhadap harga jual, misalnya suatu balok emas dapat ditukarkan dengan
balok emas lainnya untuk berat yang sama. (Smith 2002, h.297)
d) Pengakuan pendapatan pada saat kas tak tertagih
Penerimaan tunai sesudah saat penjualan memberikan pengukuran yang
verifiabel, tetapi sebenarnya tidak ada alasan untuk menunda pengakuan penjualan
sampai saat diterima. Namun demikian, apabila salah satu dari dua kriteria yang
berikut dipenuhi, penundaan pengakuan pendapatan sampai saat kas tertagih
memang dapat dibenarkan. (Smith 2002,h. 297) :
1. Apabila tidak mungkin mengukur nilai aktiva yang diterima secara cukup
tepat maka harus di ukur melalui biaya material lain.
16
2. Apabila masih ada biaya-biaya yang material jumlahnya yang masih harus
dikeluarkan, dan biaya-biaya ini tidak dapat ditaksir jumlahnya secara tepat.
Jika penjualan dilakukan dengan cicilan, pendapatan terkadang diakui
sebagaimana kas tertagih. Dua metode pengakuan pendapatan jika penjualan
dengan kredit yaitu metode cicilan (installment method) dan metode
perolehan kembali biaya (cost recovery method). Pada metode cicilan,
sebagian kas tertagih dinyatakan sebagai perolehan kembali biaya dan
sebagian lagi dinyatakan sebagai laba. Pada metode perolehan kembali biaya,
tidak ada laba yang diakui hingga jumlah kas yang diterima sama dengan
biaya perolehan harta yang terjual
2.2.5 Hasil Produksi Sebagai Faktor Pendapatan
Tingkat pendapatan dapat kita jelaskan pengertiannya ialah “Pendapatan
adalah suatu hasil yang di dapatkan oleh seseorang setelah melakukan pekerjaan
walaupun hasil yang dicapainya masih rendah ataupun sudah cukup tinggi yang
nantinya digunakan untuk mencukupi suatu kebutuhan ataupun mengkonsumsi
suatu barang dan jasa”.(http://firdaaprilianto.blogspot.com/2014/12/i-hubungan-
antara-tingkat-pendapatan. html // diakses tanggal21/07/2014).
Upaya dalam meninjau pengaruh peningkatan produksi dan pendapatan
didalam kegiatan ekonomi maka dapat dijelaskan pada faktor pertumbuhan
ekonomi yang mana tergatung pada modal, tenaga kerja dan teknologi, sedangkan
komponen pertumbuhan ekonomi dari semua bangsa di dunia yaitu:
a. Akumulasi modal.
b. Pertumbuhan Penduduk.
c. Kemajuan Teknologi.
17
Akumulasi modal (Capital accumulation) terjadi apa bila sebagian
pendapatan ditabungan dan investasi kembali dengan tujuan memperbesar output
dan pendapatan kemudian hari. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan
kerja dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan
ekonomi, karena pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar
domestik lebih besar. Kemajuan teknologi adalah ditemukan cara baru atau
perbaikan cara lama dalam mengenai pekerjaan tradisional. (Amalia,2007, h.23-24)
Teori ekonomi pendapatan atau penerimaan keuntungan mempunyai arti
yang sedikit berbeda dengan pengertian keuntungan dari segi pembukuan. Ditijau
dari sudut pandangan perusahaan atau pembukuan seperti telah diterangkan di atas,
keuntungan adalah perbedaan nilai uang dari hasil penjualan yang diperoleh dengan
seluruh biaya yang dikeluarkan. Keuntungan menurut pandangan pembukuan,
apabila dikurangi lebih lanjut oleh biaya tesembunyi, akan menghasilkan
keuntungan ekonomi atau keuntungan murni (Pure profit). (Sukirno, 2011.h. 384)
Yuwanta (2007, h. 13), “Sebagai usaha peningkatan pendapatan di daerah
kemiskinan dan sekaligus mengubah kemiskinan menjadi sumber produksi ternak
dengan kualitas tinggi”. Maksudnya peningkatan pendapatan usaha budi daya ikan
nila harus bisa menentukan kualitas produksi.
Daniel (2004, h.138-139) lebih lanjut menjelaskan bahwa “Perubahan
tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi.
Secara teoritis, peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi. Namun
bertambahnya pendapatan suatu usaha sangat mempengaruhi permintaan akan
barang” Maka hal ini perlu melihat berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan
antara lain:
18
a. Harga
b. Harga barang lain
c. Selera
d. Jumlah penduduk
e. Tingkat pendapatan.
Penulis mencoba merintis faktor ini memberikan gambaran dalam suatu
peningkatan pendapatan, setiap dalam usaha yang mana keadaan harga suatu barang
mempengaruhi jumlah permintaan barang (Produksi) tersebut, harga barang lain
juga memberikan dampak dari perubahan harga yang mempegaruhi terhadap
permintaan barang lain. Sedang selera memberikan pengaruhi terhadap besar
kecilnya permintaan. Pertumbuhan penduduk makin meningkat makin besar pula
barang yang dikonsumsi, dan tingkat pendapatan juga akan terjadi pengaruh
terhadap banyaknya konsumsi.
Pendapatan usaha dibandingkan dengan biaya produksi, namun yang
diarahkan pada suatu tujuan bisnis memang sudah semestinya berorientasi pada
pasar dan mengharapkan keuntungan.
2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
Banyak hal yang ikut berperan dan berpengaruh terhadap pendapatan usaha
dalam kegiatan usahanya ini diantaranya, modal usaha/biaya produksi, lokasi usaha.
Semakin besar selisih antara nilai produksi dengan biaya, maka akan memberikan
keuntungan semakin besar pula.
a. Modal Usaha
Nugraha (2011: 9) mengemukakan bahwa “modal usaha adalah uang yang
dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya;
19
harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk
menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan”. Modal dalam pengertian ini
dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan
kegiatan-kegiatan bisnis.
Banyak kalangan yang memandang bahwa modal uang bukanlah segala-
galanya dalam sebuah bisnis. namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah
usaha sangat diperlukan. Yang menjadi persoalan di sini bukanlah penting tidaknya
modal, karena keberadaannya memang sangat diperlukan, akan tetapi bagaimana
mengelola modal secara optimal sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan
lancar (Amirullah,2005, h.7).
Sutrisno (2007, h.87), menyatakan bahwa modal usaha adalah dana yang
dibutuhkan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan
sehari-hari seperti, pembeli bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar hutang
dan pembayaran lainnya.
Menurut Anoraga (2007:198), sumber dana perusahaan (modal) dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Sumber dana dari dalam perusahaan itu sendiri meliputi :
a. Penggunaan laba perusahaan
b. Penggunaan cadangan
c. Penggunaan laba yang ditak dibagi
2. Sumber dana dari luar perusahaan meliputi :
a. Dari pemilik, dalam bentuk saham, dan
b. Dari pinjaman (baik pinjaman pendek maupun jangka panjang).
20
b. Harga Jual
Hansen dan Mowen (2001:633) mendefinisikan “harga adalah jumlah
moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas
barang atau jasa yang dijual atau diserahkan”
Menurut Mulyadi (2005:78) Harga adalah besarnya harga yang akan
dibebankan kepada konsumen yang diperoleh atau dihitung dari biaya produksi
ditambah biaya non produksi dan laba yang diharapkan
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah
biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa
ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk
mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan
untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat
untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan
kualitas produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan bagi
para pembeli.
Dalam menentukan harga jual keputusan-keputusan penempatan harga
menjadi semakin rumit apabila perusahaan memproduksi sebuah lini dari beberapa
model atau gaya dimana calon pelanggan menganggap memiliki keterkaitan satu
sama lain. Dalam kasus seperti ini perusahaan seharusnya menyesuaikan harga dari
barbagai model untuk merefleksikan persepsi pelayanan dari nilai relatif mereka.
Hal terbaik yang dapat dilakukan para manajer adalah menetapkan harga setiap
produk secara terpisah lalu menyesuaikan harga itu untuk merefleksikan
kecenderunan bahwa pelanggan akan menaikkan harga atau menurunkan dan akan
memandang harga dari produk terkait adalah wajar dan layak. (Boyd at, al
2000,h.27)
21
Ada beberapa langkah dalam penetapan harga menurut kotler dan Kevin
(2007: 84) yaitu :
1. Memilih tujuan penetapan harga
Perusahaan tersebut memutuskan dimana memposisikan tawaran pasarnya.
2. Menentukan permintaan
Setiap harga akan menghasilkan tingkat permintaan yang berbeda dan karena itu
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap tujuan pemasaran suatu
perusahaan
3. Memperkirakan biaya
Permintaan menentukan batas harga tertinggi yang dapat dikenakan perusahaan
untuk produknya.
4. Menganalisis biaya, harga, dan tawaran bersaing
Dalam rentang kemungkinan-kemungkinan harga yang ditentukan permintaan
pasar dan biaya perusahaan, perusahaan tersebut harus memperhitungkan biaya
harga dan kemungkinan reaksi harga pesaing
5. Memilih metode penetapan harga
Perusahaan-perusahan memilih metode penetapan harga yang menyertakan
suatu atau lebih diantara ketiga pertibangan ini (permintaan pekerja, fungsi
biaya dan harga pesaing)
6. Memilih harga akhir
Dalam memilih harga akhir ini, perusahaan tersebut akan mempertimbangkan
faktor-faktor tambahan, yang meliputi dampak dari kegiatan dari perusahaan
lain, kebijakan penetapan harga perusahaan, penetapan harga yang berbagi laba
dan risiko dan dampak harga terhadap pihak lain.
22
c. Lokasi Usaha
Dalam membuat rencana bisnis, pemilihan lokasi usaha adalah hal utama
yang perlu dipertimbangkan. Lokasi strategis menjadi salah satu faktor penting dan
sangat menentukan keberhasilan suatu usaha. Banyak hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih lokasi, sebagai salah satu faktor mendasar, yang
sangat berpengaruh pada penghasilan dan biaya, baik biaya tetap maupun biaya
variabel. Lokasi usaha juga akan berhubungan dengan masalah efisiensi
transportasi, sifat bahan baku atau sifat produknya, dan kemudahannya mencapai
konsumen. Lokasi juga berpengaruh terhadap kenyamanan pembeli dan juga
kenyamanan Anda sebagai pemilik usaha, (arsipbisnis.wordpress.com, diakses
tanggal 2 November 2014)
2.2.7 Hubungan Modal dengan Pendapatan
Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung
maupun tak langsung dalam proses produksi untuk menambah output. Masalah
modal dapat ditinjau dari dua aspek yaitu kekurangan dalam alat-alat modal dan
kekurangan dana modal untuk membiayai pembentukan modal yang baru.
Terbatasnya modal dalam usaha dagang dapat dilihat dari terbatasnya jumlah
prasarana dan terbatasnya alat-alat modal yang modern yang dapat digunakan dalan
kegiatan produksi. Hal ini merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan
tingkat pendapatan.
Modal adalah sejumlah uang yang digunakan untuk mengelola dan
membiayai usaha dagangan setiap bulan/setiap hari. Di mana di dalamnya terdapat
ongkos untuk pembelian sumber-sumber produksi yang digunakan untuk
memproduksi suatu output tertentu/opportunity cost dan untuk menggunakan input
yang tersedia. Kemudian didalam ongkos juga terdapat hasil atau pendapatan bagi
23
pemilik modal yang besarnya sama dengan seandainya pedagang menanamkan
modalnya di dalam sektor ekonomi lainnya dan pendapatan untuk tenaga kerja
sendiri. Sehingga keuntungan merupakan hal yang sangat berat bagi seorang
pedagang.
Modal juga akan digunakan sebagai biaya dalam pembelian suatu sumber-
sumber produksi yang dikatakan sebagai biaya usaha. Biaya usaha ini biasanya
diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang 23elative tetap jumlahnya dan
terus dikeluarkan walaupun barang yang dijual banyak atau sedikit. Biaya variabel
(VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh barang yang dijual,
contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap
(FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Manurung, 2006, h.98)
2.2.8 Hubungan Harga Jual dengan Pendapatan
Harga jual sangat berkaitan dengan pendapatan di karenakan jika harga juala
meningkat maka pendapatan sebuah perusahaan akan ikut meningkat. Maka dari itu
Harga jual merupakan sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Perusahaan
selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual
dan boleh memperoleh laba yang maksimal. Hansen dan Mowen (2001, h. 633)
mendefinisikan “harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit
usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau
diserahkan”. Menurut Mulyadi (2001:78) “pada prinsipnya harga jual harus dapat
menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan
biaya produksi ditambah mark-up”.
24
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya
yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah
dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba
yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik
minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk
yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk
suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen
2.3 Kopi
2.3.1 Pengertian Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi
dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies
kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun,
kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut
dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui
para saudagar Arab (Rahardjo, 2012,h.64).
2.3.2 Jenis-Jenis Kopi
Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling
sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta, dan liberika. Menurut Najiyanti
dan Danarti, (2004:33) Pada umumnya, penggolongan kopi berdasarkan spesies,
kecuali kopi robusta. terdapat empat jenis kopi yang telah dibudidayakan, yakni:
1. Kopi Arabika
Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak di kembangkan di dunia
maupun di Indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang
25
memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 m dari permukaan laut. Sedangkan di
Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh dan berproduksi pada ketinggian 1000 –
1750 m dari permukaan laut. Jenis kopi cenderung tidak tahan Hemilia
Vastatrix. Namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa yang kuat.
2. Kopi Liberika
Jenis kopi ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika. Pohon
kopi liberika tumbuh dengan subur di daerah yang memilki tingkat kelembapan
yang tinggi dan panas. Kopi liberika penyebarannya sangat cepat. Kopi ini
memiliki kualitas yang lebih buruk dari kopi Arabika baik dari segi buah dan
tingkat rendemennya rendah.
3. Kopi Canephora (Robusta)
Kopi Canephora juga disebut kopi Robusta. Nama Robusta dipergunakan untuk
tujuan perdagangan, sedangkan Canephora adalah nama botanis. Jenis kopi ini
berasal dari Afrika, dari pantai barat sampai Uganda. Kopi robusta memiliki
kelebihan dari segi produksi yang lebih tinggi di bandingkan jenis kopi Arabika
dan Liberika.
4. Kopi Hibrida
Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan antara dua spesies
atau varietas sehingga mewarisi sifat unggul dari kedua induknya. Namun,
keturunan dari golongan hibrida ini sudah tidak mempunyai sifat yang sama
dengan induk hibridanya. Oleh karena itu, pembiakannya hanya dengan cara
vegetatif seperti stek atau sambungan.
26
2.4 Strategi pemasaran
Jantung dari perencanaan pemasaran adalah strategi pemasaran. Strategi
pemasaran adalah “rencana tindakan” yang hendak di ikuti oleh manajer pemasaran.
Rencana tindakan ini didasarkan atas analisa situasi dan tujuan perusahaan. Dalam
merencanakan strategi pemasaran, manajer pemasaran haruslah mengambil keputusan
mengenai bagaimana dia akan menggunakan alat-alat pemasaran yang dimilikinya
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. (Tjiptono2001, h.13)
Menurut Tjiptono (2001, h.13) Ada 2 (dua) tipe faktor (variabel) yang
dihadapi manajer pemasaran dalam strategi perencanaannya yaitu:
a. Faktor yang dapat dikendalikan (controllable) misalnya, manajer dapat
memutuskan apakah memakai iklan atau tidak, berapa banyak dan apa jenisnya.
Manajer harus pula mengambil keputusan yang sama untuk garis produk, distribusi,
harga promosi penjualan, dan penggunaan penjualan perorangan (personal selling).
Manajer harus dapat menyusun ini ke dalam suatu program pemasaran yang
menyeluruh dengan cara-cara yang tak terbatas jumlahnya. Faktor yang dapat
dikendalikan dalam strategi pemasaran adalah:
1. Produk
Produk adalah salah satu faktor terpenting yang dapat dikendalikan oleh
manajer pemasaran dan dalam banyak hal merupakan alat yang efektif bagi
manajer pemasaran. Produk itu dapat diubah dengan berbagai cara untuk
meningkatkan tercapainya sasaran pemasaran. Produk dapat diubah kualitasnya,
ukurannya, bentuknya, warnanya, variasinya, dan lain-lain.
2. Distribusi
Distribusi ialah berkenaan dengan tersediannya produk, dimana konsumen dari
pasar sasaran bisa membelinya, sehingga pembeli akan mudah menemukan.
27
3. Harga
Harga yang ditawarkan untuk suatu produk adalah faktor yang dapat
dikendalikan dalam batas-batas tertentu. Seorang penjual dapat memilih untuk
bersaing dalam harga dan menetapkan harganya lebih rendah dari harga
pesaingnya.
4. Promosi
Para manajer pemasaran dapat memilih pemakaian alat-alat promosi dalam
berbagai jumlah dan kombinasi. Mereka dapat memilih memakai iklan sebagai
metode utama untuk komunikasi dengan konsumen, atau ia dapat memakainya
hanya sebagai pelengkap untuk bentuk komunikasi lainnya.
b. Faktor yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) yaitu yang terdapat dalm
lingkungan dimana strateginya itu haruslah dilaksanakan. Contohnya manajer
dihadapkan pada cirri-ciri tertentu dari permintaan (demand) yang terdapat
dipasar.
Menurut Zyman, S, (2000, h. 95). Strateginya haruslah sesuai dengan ciri-
ciri permintaan ini, kalau tidak manajer tidak akan berhasil. Faktor-faktor yang
tidak dapat dikendalikan dalam strategi pemasaran adalah :
1. Permintaan (demand)
Permintaan akan barang dan jasa pada dasarnya tidaklah diciptakan oleh
aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh penjual. Permintaan itu adalah hasil
dari kebutuhan dan sasaran konsumen. Strategi pemasaran dapat digunakan
untuk mengubah permintaan yang terpendam itu menjadi permintaan efektif
dengan menawarkan suatu produk atau jasa-jasa dengan cara yang sesuai
dengan kekuatan permintaan yang terpendam.
28
2. Persaingan
Keadaan persaiangan sekarang, perkiraan persaingan di masa depan dan
antisipasi tindakan pembalasan dari pihak saingannya, tentulah akan
mempengaruhui perencanaan strategi pemasaran. Jika seorang saingan memakai
suatu strategi pemasaran tertentu, ini mungkin menunjukan bahwa adalah
bijaksana untuk mengubah strategi sendiri untuk menghindari konfrontasi
langsung di pasar.
3. Stuktur ditribusi
Kebanyakan para penjual harus mencapai pasar untuk produk mereka, melalui
struktur distribusi yang sudah ada.
4. Hukum pemasaran
Banyak hambatan hukum yang telah dikenakan terhadap para penjual, demi
untuk melindungi kepentingan masyarakat. Misalnya seorang penjual mungkin
memutuskan akan menjual produknya kepada masing-masing segmen pasar
dengan harga ayang maksimum yang bersedia dibayar oleh segmen pasar
tersebut.
5. Biaya non-pemasaran.
Dalam merencanakan strategi pemasaran, biaya-biaya non pemasaran seperti
biaya produksi, dan overhead (umum) juga menimbulkan keterbatasan pada
strategi yang dapat direncanakan.
Menurut Tjiptono (2001, h.12), strategi pemasaran yang dapat dipilih oleh
perusahaan yang menerapkan strategi produk diferensiasi agar senantiasa memiliki
keunggulan bersaing di pasar dapat dilakukan dengan melakukan pilihan terhadap
strategi berikut ini :
29
a. Diferensiasi Produk
Kreativitas yang tinggi dalam menciptakan keunikan produk yang lebih
menarik, sejuk, aman, nyaman, menyenangkan, karyawan yang ramah, terampil,
berwawasan, dan mampu mewujudkan dalam keseharian sehingga lebih
diminati oleh konsumen dibandingkan dengan produk pesaing lainnya.
b. Diferensiasi Kualitas Pelayanan
Kreativitas yang tinggi mengharmonisasikan unsur-unsur marketing mix :
product, place, price, promotion, people, packaging, programming patnership
sehingga kualitas jasa yang dirasakan oleh konsumen melebihi harapan.
c. Diferensiasi Citra
Citra identik dengan atribut adalah sebuah karakteristik, yang khusus atau
pembeda dari penampilan seseorang atau benda. Diferensiasi citra adalah bauran
yang tepat dari elemen pencitraan, yang menciptakan citra sebuah merek. Proses
pencitraan harus membangun, memaksimalkan, memanfaatkan, dan
mengekploitasikan kekuatan dan kelemahan setiap elemen citra untuk
memastikan bahwa merek itu memiliki prospek yang baik secara terus- menerus
30
III. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
3.1.1. Populasi
Dalam penelitian ini populasi yang diambil oleh penulis adalah seluruh industri
bubuk kopi tradional yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat
terdiri dari 14 indusrti bubuk kopi.
Tabel 2Jumlah Industri bubuk kopi tradisional Aceh Kecamatan
Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat No Nama Perusahaan Jumlah tenaga kerja
1 MD/ M.Diah Diwa 32 Bakopi 33 UD. Fauzi 34 UD.Usman 35 UD. Andika 56 UD.Amrim 37 UD. Anuwar 58 UD.Zulkifli 39 UD. Hasbalah 510 UD.Kuta Raja 411 UD. Fajar Delima 112 UD. Rahmad Atc 413 UD. Fauzi Ibrahim 214 Manisa Jaya 5
Jumlah 49
3.1.2. Sampel
Berdasarkan populasi diatas maka tehnik sampel yang diambil dalam penelitian
ini adalah tehnik sampling jenuh dimana setiap anggota populasi dijadikan sampel yaitu
sebanyak 14 sampel pada industri bubuk kopi tradisional yang ada di Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
31
3.2. Data penelitian
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Untuk keperluan analisis, maka dalam penelitian ini digunakan data skunder dan
primer yaitu :
a. Data Primer
Data primer diperoleh dari wirausaha bubuk kopi dengan menggunakan metode
wawancara langsung terhadap pemilik usaha dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan.
b. Data Skunder
Data skunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas
perindustrian perdagangan dan koperasi Kab. Aceh Barat dan literatur seperti
majalah dan skripsi yaitu sebagai data pendukung dalam penelitian ini.
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulkan data yang dilakukan dalam penelitian yaitu dengan cara :
a. Studi Pustaka (Libray Resarch) ialah mengumpulkan data yang diperlukan dengan
cara membaca buku-buku dan literatur lainya baik yang wajib maupun yang
dianjurkan yang berhubungan dan ada kaitannya dengan masalah yang dibahas
dalam penelitian ini.
b. Penelitian lapangan (Field Research) ialah metode ini dilakukan dengan cara
mengadakan wawancara secara langsung kepada pihak-pihak yang dapat
memberikan keterangan yang berhubungan dangan masalah yang akan dibahas.
32
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara langsung dengan wirausaha di
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
3.3. Model Analisis Data
Teknik yang digunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan rumus pendapatan sederhana dan analisis Regresi liner sederhana sebagai
berikut :
π = TR-TC
TR = P.Q
TC = FC+VC
π = (P.Q) – (FC+VC)
Regresi Liner sederhana
Y = a + b1 X1 + e
3.4 Definisi Operasional Variabel
Agar penelitian ini lebih terarah, peneliti membatasi penelitian untuk melihat
identifikasi pendapatan Usaha Bubuk Kopi di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten
Aceh Barat, yaitu :
a. Pendapatan Usaha bubuk kopi merupakan suatu pendapatan usaha yang diukur
dalam rupiah.
b. Modal merupakan jumlah pengeluaran pertama dalam memproduksikan jumlah
kopi yang akan di pasarkan yang di ukur dalam Rupiah
c. Harga jual merupakan jumlah harga per kilo gram bubuk kopi yang akan di
pasarkan yang di ukur dalam Rupiah.
33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Bagian ini penulis akan menjelaskan tentang Analisis Pendapatan dan
Keuntungan usaha Pada Industri Bubuk Kopi Tradisional Aceh di Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Industri Bubuk Kopi Tradisional Aceh adalah sebuah usaha yang dijalankan
oleh perorangan. Usaha ini bergerak bersifat home industri. Produk yang
ditawarkan adalah kopi bubuk halus dan kasar. Kelebihan produk kopi ini adalah
banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan oleh harga yang sangat terjangkau,
serta rasa yang sangat nikmat, dengan aroma yang sangat menggugah selera para
penikmat kopi. Selama ini, yang menjadi pelanggan adalah masyarakat yang
disekitar Meulaboh, juga ada yang berlangganan dari luar kota seperti Banten,
Medan dan beberapa propinsi lainnya di Nusantara.
Dalam menjalankan usaha selama ini para usahawan mencoba untuk
manfaatkan media internet sebagai wadah mengpublikasi produk usaha kopi yang
diberi nama produk usaha bubuk kopi tradisional Aceh. Bubuk Kopi Tradisional
Aceh menyediakan Bubuk Halus untuk rumah tangga isi 100 Gr,250 Gr, 500 Gr
dan 1 Kg, Bubuk Kasar untuk Warung isi 500 Gr dan 1 Kg, Bubuk Kopi Halus
Special Rp 98.000,-/Kg, Bubuk Halus A. Rp 50.000,-/Kg, Bubuk Halus B. Rp
42.000,- / Kg/ Bubuk Kasar Rp 45.000,- /Kg,. Proses Pembersihan biji-biji kopi
dengan air bersih lagi suci dan mengalir sehingga debu dan kotoran tidak
34
mengganggu kesehatan,Meja tempat pendingin bijio kopi setelah di gonseng,
ditutup setelah siap bekerja untuk menghidari injakan dari pada kucing dan hama
yang lain, Mesin tempat penggilingan kopi dengan kapasitas 300 kg perjam.
4.2 Pembahasan Penelitian
Setelah pengumpulan data yang berupa data Pendapatan Usaha Pada Industri
Bubuk Kopi Tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat dari data tersebut jumlah sampel yang diambil oleh penulis adalah sebanyak
14 tempat usaha yang diperoleh melalui data primer. Selanjutnya penulis
melakukan analisis data yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
Pendapatan Usaha Pada Industri Bubuk Kopi Tradisional Aceh di Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan adalah untuk
membuktikan hipotesis yang telah di ajukan benar adanya. Sampel yang ada dalam
penelitian keseluruhan dari para usaha bubuk kopi tradisional Aceh.
Pada penelitian ini Analisis yang digunakan adalah analisis Deskriptif yang
menjelaskan tentang gambaran data-data variabel penelitian yaitu data yang dilihat
dari Modal, harga jual dan Pendapatan.
Berikut adalah data Jumlah modal yang dikeluarkan oleh para Usaha Pada
Industri Bubuk Kopi Tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten
Aceh Bara dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
35
Tabel 3Harga jual pada Pada Industri Bubuk Kopi Tradisional
Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh BaraNo Nama Perusahaan Harga Jual
rata-rata/Kg
1 MD/ M.Diah Diwa 50000
2 Bakopi 45000
3 UD. Fauzi 35000
4 UD.Usman 35000
5 UD. Andika 45000
6 UD.Amrim 35000
7 UD. Anuwar 45000
8 UD.Zulkifli 35000
9 UD. Hasbalah 45000
10 UD.Kuta Raja 45000
11 UD. Fajar Delima 45000
12 UD. Rahmad Atc 45000
13 UD. Fauzi Ibrahim 45000
14 Manisa Jaya 45000
Sumber : data penelitian lapangan (Desember 2014 diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah harga jual enceran
pada MD/ M.Diah Diwa sebesar 50 ribu rupiah per Kg, jumlah harga jual enceran
pada Bakopi sebesar 45 ribu rupiah per Kg, jumlah harga jual enceran pada UD.
Fauzi sebesar 35 ribu rupiah per Kg, jumlah harga jual enceran pada UD.Usman
sebesar 35 ribu rupiah per Kg, jumlah harga jual enceran pada UD. Andika sebesar
45 ribu rupiah per Kg, jumlah harga jual enceran pada UD. Amrim sebesar 35 ribu
rupiah per Kg, jumlah harga jual enceran pada UD. Anuwar sebesar 45 ribu rupiah
36
per Kg, jumlah harga jual enceran pada UD.Zulkifli sebesar 35 ribu rupiah per Kg,
jumlah harga jual enceran pada UD. Hasbalah sebesar 45 ribu rupiah per Kg,
jumlah harga jual enceran pada UD.Kuta Raja sebesar 45 ribu rupiah per Kg,
jumlah harga jual enceran pada UD.Kuta Raja sebesar 45 ribu rupiah per Kg,
jumlah harga jual enceran pada UD. Fajar Delima sebesar 45 ribu rupiah per Kg,
jumlah harga jual enceran pada UD. Rahmad Atc sebesar 45 ribu rupiah per Kg,
jumlah harga jual enceran pada UD. Fauzi Ibrahim sebesar 45 ribu rupiah per Kg,
jumlah harga jual enceran pada Manisa Jaya sebesar 45 ribu rupiah per Kg.
Tabel 4Jumlah pendapatan dalam satu kali produksi pada Pada Industri Bubuk Kopi
Tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat
No Usaha bubukkopi
Harga kopi per kg
JumlahproduksiPer bulan
FC VC TR TC π = TR - TC
Per bulan per bulan (b.q) FC+VC
1 MDM.DiahDiwa
Rp 50.000 333 1.500.000 750.000 Rp 16.650.000 2.250.000 14.400.000
2 BakopiRp 45.000 100 1.000.000 800.000 Rp 4.500.000 1.800.000 2.700.000
3 UD. FauziRp 35.000 277 1.200.000 1.200.000 Rp 9.695.000 2.400.000 7.295.000
4 UD.UsmanRp 35.000 277 1.000.000 700.000 Rp 9.695.000 1.700,000 7.995.000.
5 UD. AndikaRp 45.000 100 8.00.000 950.000 Rp 4.500.000 1.750.000 2.750.000
6 UD.AmrimRp 35.000 277 1.000.000 750.000 Rp 9.695.000 1.750.000 7.945,000.
7 UD. AnuwarRp 45.000 400 700.000 1.200.000 Rp 18.000.000 820.000 17.180.000
8 UD.ZulkifliRp 35.000 400 800.000 850.000 Rp 14.000.000 1.650,000 12.500.000.
9 UD. HasbalahRp 45.000 100 1.300.000 750.000 Rp 4.500.000 2.050.000 2.450.000
10 UD.Kuta RajaRp 45.000 100 1.200.000 90.000 Rp 4.500.000 1,290.000 3.210.000.
11 UD. Fajar delimaRp 45.000 200 1.000.000 1.000.000 Rp 9.000.000 1.100.000 7,900.000
12 UD. Rahmad AtcRp 45.000 100 1.200.000 1.100.000 Rp 4,.00.000 1.220.000 3.280.000
13 UD. Fauzi IbrahimRp 45.000 138 1.000.000 1.000.000 Rp 6.210.000 2.000.000 4.210.000
14 Manisa JayaRp 45.000 138 1.300.000 900.000 Rp 6.210.000 1.030.000 5.180.000
Sumber : data penelitian lapangan (Desember 2014 diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan dalam satu
kali produksi pada Industri Bubuk Kopi MDM.Diah Diwa adalah sebesar
37
14.400.000 jumlah pendapatan dalam satu bulan produksi pada Industri Bubuk
Kopi Bakopi adalah sebesar 2.700.000.00 jumlah pendapatan dalam satu kali
produksi pada Industri Bubuk Kopi UD. Fauzi adalah sebesar 7.295.000 jumlah
pendapatan dalam satu kali produksi pada Pada Industri Bubuk Kopi UD.Usman
adalah sebesar 7.995.000 jumlah pendapatan dalam satu kali produksi pada
Industri Bubuk Kopi UD. Andika adalah sebesar 2.750.000 jumlah pendapatan
dalam satu kali produksi pada Pada Industri Bubuk Kopi UD.Amrim adalah
sebesar 7.945.000 jumlah pendapatan dalam satu kali produksi pada Pada Industri
Bubuk Kopi UD. Anuwar adalah sebesar 17.180.000 jumlah pendapatan dalam satu
kali produksi pada Industri Bubuk Kopi UD.Zulkifli adalah sebesar 12.350.000
jumlah pendapatan dalam satu kali produksi pada Industri Bubuk Kopi UD.
Hasbalah adalah sebesar 2.450.000 jumlah pendapatan dalam satu kali produksi
pada Pada Industri Bubuk Kopi UD.Kuta Raja adalah sebesar 3.210.000
Begitu juga dengan jumlah pendapatan dalam satu kali produksi pada Pada
Industri Bubuk Kopi UD. Fajar Delima adalah sebesar 7.900.000 jumlah pendapatan
dalam satu kali produksi pada Industri Bubuk Kopi UD. Rahmad Atc adalah
sebesar 3.280.000, jumlah pendapatan dalam satu kali produksi pada Industri
Bubuk Kopi UD. Fauzi Ibrahim adalah sebesar 4,210,000 jumlah pendapatan dalam
satu kali produksi Pada Industri Bubuk Kopi Manisa Jaya adalah sebesar 5.180.000.
Dari hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi Pendapatan dan keuntungan Usaha Pada Industri Bubuk Kopi
38
Tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat adalah
Jumlah Produksi dan harga jual. Karena dengan adanya jumlah produksi dan harga
jual yang bagus maka Pendapatan dan keuntungan Usaha Pada Industri Bubuk Kopi
Tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat akan
bertambah setiap bulannya. Namun ada faktor lain diluar model yang bisa
membuat pengaruh lebih besar bagi pendapatan Usaha Pada Industri Bubuk Kopi
Tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat seperti
kuranganya pemasokan biji kopi, rusaknya mesin penggiling kopi dan lain
sebagainya.
4.3 PDRB di Kabupaten Aceh Barat
Perkembangan ekonomi Kabupaten Aceh Barat salah satunya dapat dapat
dilihat dari angka Produk domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan
jumlah nilai tambah barang dan jasa akhir yang dihasilkan (nilai barang dan jasa
akhir dikurangi biaya untuk menghasilkan) oleh berbagai unit produksi di wilayah
Kabupaten Nagan Raya dalam jangka waktu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut
dikelompokan ke dalam 9 (sembilan) lapangan usaha: (1) pertanian, tanaman
pangan, perkebunan, pertenakan, kehutanan, perikanan, (2) pertambangan dan
penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik dan air minuman, (5)
bangunan/kontruksi, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7) angkutan dan
komunikasi, (8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan (9) jasa-jasa
termasuk jasa pelayanan
PDRB dapat dihitung berdasarkan harga berlaku (current price) dan harga
konstan (constan price) dengan tahun dasar yang dipakai saat ini adalah tahun 2014.
39
Pada umunya untuk kepentinganbarbagai analisa makro digunakan PDRB atas
dasarharag berlaku dan laju pertumbuhanekonomi atas dasar harga konstan.
Indikator kinerja lain yang terkait dengan besaran Produk Domestik
Regional Bruto adalah PDRB perkapita. Pendapatan per kapita dan tingkat
pertumbuhan ekonomi. PDRB per kapita dihitung dengan cara membagi jumlah
PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka pendapatan per kapita
memperlihatkan rata-rata pendapatn yang diterima oleh masing-masing penduduk
dan dapat mempresentasikan tinglkat kesejateraan Kabupaten Aceh Barat. Selaras
denagn indikator kinerja PDRB, kedua indikator kinerja makro ini mempresentasi
keberhasilan ataupun kegagalan menyeluruh dari Pemerintah Kabupaten Aceh Barat
didalam menjalankan misinya dalam meningkatkan kesejateraan masyarakat
Kabupaten Nagan Raya.
Tabel 5PDRB Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010 – 2014
No Tahun PDRB Perkembangan (%)
1 2010 2.229.262,54 -
2 2011 2.375.115,21 6,5426
3 2012 2.543.017,92 7,0692
4 2013 2.768.869,21 8,8847
5 2014 3.005.627,38 8,5507
Sumber : Hasil Regresi (diolah 2015)
Berdasarkan Tabel 4.5 PDRB Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2010 Rp
2.229.262,54 berjumlah ,- dan pada tahun 2011 berjumlah RP 2.375.115,21
dengan tingkat perkembangan 6,5426 %. Sedangkan pada tahun 2012 berjumlah Rp
2.543.017,92 dengan tingkat perkembang 7,0692% mengalami kenaikan sebesar
40
0,5266%, Sedangkan pada tahun 2013 berjumlah Rp 2.768.869,21 dengan tingkat
perkembangan 8,8847% mengalami kenaikan sebesar 1,8155%, Sedangkan pada
tahun 2014 berjumlah Rp 3.005.627,38 dengan tingkat perkembangan 8,5507 %
mengalami penurunan sebesar -0,335%.
4.4 Jumlah Penduduk Terhadap PDRB Kabupaten Aceh Barat
Tabel 6Jumlah Penduduk Terhadap PDRB Kabupaten Aceh Barat
Sumber : Data diolah 2015
4.4 Pembahasan Penelitian
Bagian ini penulis akan membahas tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh
Jumlah Penduduk terhadap PDRB yang ada di Kabupaten Aceh Barat yang akan
dianalisis dengan menggunakan model analisis regresi sederhana yang akan diolah
melalui Program Statistik SPSS 17. Dari hasil penelitian diperoleh hasil akhirnya
sebagai berikut :
Tabel 7Standar Deviasi Rata-rata
Tahun (X) Jumlah Penduduk (Y) PDRB Keterangan
2010 169,114 2.229.262,54
2011 177,532 2.375.115,21
2012 109,241 2.543.017,92
2013 187,459 2.768.869,21
2014 197,241 3.005.627,38
41
No. Variabel Rata-rata Std. Deviasi
1. PDRB 2.5844E6 3.09474E5
2. Jumlah Penduduk 168117.4000 34562.76880
Sumber : Hasil Regresi (diolah 2015)
Pada tabel 4.7 diatas penulis dapat menjelaskan bahwa rata-rata variabel
PDRB selama kurun waktu 2010-2014 adalah 2.5844E6, dengan standar deviasi
3.09474E5 dikarenakan PDRB pada setiap tahunnya mengalami kenaikan yang
sangat drastis dari tahun ke tahun. Hal tersebut Disebabkan oleh hasil yang
didapatkat oleh masyarakat sangat memuaskan baik itu disegi pertanian, Usaha
dagang maupun perkebunan diakibatkan oleh beberapa indikator-indikator,
diantaranya yaitu jumlah Peminjam, pengaruh pendapatan masyarakat dipedesaan,
jumlah dana yang dipinjamkan dan indikator lainnya.
Sedangkan rata-rata Jumlah Penduduk dengan tahun yang sama adalah
168117.4000 dengan standar deviasi 34562.76880. Disebabkan oleh beberapa
indikator-indikator, diantaranya yaitu minimnya angka kematian dan besarnya
angka kelahiran setiap tahunya, serta indikator lainnya.
4.4.1 Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi
Tabel 8
42
Hasil Koefisien Korelasi dan Determinasi
No Variabel PDRB PNPM
1 Person Correltion
a. PDRBb. Jumlah Penduduk
1.000
.373
.373
1.000
2 Model
a. Koefisien Korelasi (R)
b. Koefisien Determinasi Adjusted
c. Koefisien Determinasi (R²)
.373
.139
.149 Sumber : Hasil Regresi (diolah April 2013)
Berdasarkan tabel 8 diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa koefisien
korelasi PDRB diperoleh R = 0,373 secara positif menjelaskan terdapat hubungan
yang cukup berarti antara Jumlah Penduduk (X) terhadap PDRB (Y) dengan
keeratan hubungan 37,3 persen. Dikarenakan apabila Jumlah Penduduk meningkat
tinggi maka PDRB juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya apabila Jumlah
Penduduk Menurun maka PDRB juga akan menurun. Sehingga pengaruh yang
ditimbulkan juga sangat berarti.
Adapun mengetahui kriteria pengujian hubungan atau koefisien korelasi
(KK) antar variabel menurut Hasan (2003, h.234) adalah sebagai berikut :
a. KK = 0, artinya tidak ada korelasi
b. 0 < KK ≤ 0,20 artinya korelasi sangat rendah atau lemah sekali
c. 0,20 < KK ≤ 0,40 artinya korelasi rendah atau lemah tapi pasti
d. 0,40 < KK ≤ 0,70 artinya korelasi yang cukup berarti
e. 0,70 < KK ≤ 0,90 artinya korelasi yang tinggi dan kuat
43
f. 0,90 < KK ≤ 1,00 korelasi yang sangat tinggi dan kuat
g. KK = 1, artinya korelasi yang sempurna.
Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat diketahui Jumlah Penduduk (X)
terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat. Koefisien determinasi dalam penelitian
ini dapat diketahui dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:
Koefisien determinasi = R2 x 100%
Koefisien determinasi = (0,139)2 x 100%
Koefisien determinasi = 13,9 %
Berdasarkan perhitungan diatas penulis dapat menjelaskan bahwa nilai
koefisien determinasi (R2) Adjusted bernilai 14,9 persen. Dan menghasilkan R2 (R
square) sebesar 13,9 persen, yang dapat diartikan bahwa 13,9 persen dapat
dijelaskan oleh variabel Jumlah Penduduk (X). Sedangkan sisanya sebesar 86,1
persen dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model Penelitian.
4.4.2 Uji Regresi Linear Sederhana dan Uji t (Parsial)
44
Tabel 7Regresi linear sederhana dan uji t (parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
95.0% Confidence Interval
for B
B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound
1 (Constant) 2023285.112 819986.005 2.467 .090 -586276.321 4632846.545
Jumlah_Penduduk 3.338 4.797 .373 .696 .537 -11.929 18.604
Sumber : Hasil Regresi (diolah 2015)
Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh persamaan regresi linear
sederhana akhir estimasi sebagai berikut :
Y = A + BX + Ɛ
Y = 2023285.112+ 3.338X
Persamaan Regresi linear tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Konstanta
Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa nilai konstanta bernilai positif yaitu
sebesar 2023285.112 Nilai konstanta ini menggambarkan apabila Jumlah
Penduduk sama dengan nol maka PDRB 2023285.112.
b. Koefisien Regresi dari variabel Jumlah Penduduk (X)
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien Jumlah Penduduk
bernilai positif yaitu sebesar 3.338. Dapat diartikan bahwa setiap kenaikan
PDRB sebesar 1% maka Jumlah Penduduk juga akan meningkat sebesar 1.370
persen
45
4.4.3 Uji t (parsial atau individual)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antar variabel
bebas Jumlah Penduduk (X) terhadap PDRB (Y) secara individual dengan tingkat
kepercayaan (level of confidence 95%) yaitu :
Berdasarkan tabel diatas nilai thitung dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Variabel Jumlah Penduduk (X)
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas terlihat bahwa untuk variabel Jumlah
Penduduk nilai thitung < ttabel (0.696> 2,776). maka Ho diterima dan H1 ditolak,
sehingga secara individual variabel jumlah Penduduk tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil output dari penelitian diatas variabel Jumlah Penduduk
mempunyai hubungan secara negatif terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat
karena nilai thitung < ttabel (0.696> 2,776). Hasil ini mengidentifikasikan Jumlah
Penduduk yang selalu naik setiap tahunnya dari periode 2010-2014 sehinga tidak
berpengaruh terhadap PDRB. Sedangkan jika dilihat dari nilai koefisien determinasi
(R2) menunjukan bahwa Jumlah Penduduk dalam mempengaruhi PDRB di
Kabupaten Aceh Barat sebesar 13,9 persen, yang dapat diartikan bahwa 13,9 persen
dapat dijelaskan oleh variabel Jumlah Penduduk (X). Sedangkan sisanya sebesar
86,1 persen dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model Penelitian.
1
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan yang mempengaruhi
pendapatan usaha pada industri Bubuk Kopi Tradisional Aceh di Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat adalah Modal dan harga jual. Karena dengan
adanya modal, harga jual maka Pendapatan Usaha Pada Industri Bubuk Kopi
Tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat akan
bertambah setiap bulannya. Namun ada faktor lain diluar model yang bisa
membuat pengaruh lebih besar bagi pendapatan Usaha Pada Industri Bubuk Kopi
Tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat seperti
kuranganya pemasokan biji kopi, rusaknya mesin penggiling kopi, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan hasil output dari penelitian variabel Jumlah Penduduk mempunyai
hubungan secara negatif terhadap PDRB di Kabupaten Aceh Barat karena nilai
thitung < ttabel (0.696> 2,776). Hasil ini mengidentifikasikan Jumlah Penduduk yang
selalu naik setiap tahunnya dari periode 2010-2014 sehinga tidak berpengaruh
terhadap PDRB. Sedangkan jika dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2)
menunjukan bahwa Jumlah Penduduk dalam mempengaruhi PDRB di Kabupaten
Aceh Barat sebesar 13,9 persen, yang dapat diartikan bahwa 13,9 persen dapat
dijelaskan oleh variabel Jumlah Penduduk (X). Sedangkan sisanya sebesar 86,1
persen dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model Penelitian.
5.2 Saran - saran
47
1. Bagi para Usaha Industri Bubuk Kopi Tradisional Aceh di
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat agar lebih giat lagi
dalam meningkatkan penjualan agar lebih baik lagi kedepan
2. Bagi Penulis Selanjutnya telah disebutkan bahwa masih terdapat
beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Saran yang dapat
dipertimbangkan untuk penelitian yang akan datang mengenai topik ini
adalah :
a. Mengusahakan untuk menggunakan observasi yang lebih banyak,
agar hasilnya dapat lebih mendekati kenyataan.
b. Menggunakan metode yang berbeda dalam menganalisis sehingga
hasilnya dapat dibandingkan serta kekurangan-kekurangan lainnya dapat
diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga Pandji. 2000. Manajemen Bisnis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
____________. 2007. Pengantar Ekonomi & Pengelolaan Industri Dalam EraGlobalisasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi Dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta:Lembaga Penerbit FE UI
Ahyari, Agus 2011 Manajemen Produksi Dan Operasi. PT. Pustaka Utama Jakarta
Dyckman 2002 Manjemen bisnis. Kencana Prenada Media Group.
Hansen dan Mowen, 2001, Manajemen Biaya, Buku II, Terjemahan benyaminMolan, , Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Hasan, Iqbal.2003. Pokok-pokok Materi Statistik2, Edisi Kedua. Jakarta : BumiAksara
Husaini dan Purnomo. 2006. Pengantar Statistik. Yogyakarta : PT. Bumi Aksara
Indriyo, Gitosudarmo 2000, Manajemen produksi. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta
Kieso 2002, Manajemen bisnis. PT. Pustaka Utama Jakarta
Noor, Henry Faizal. 2007. Ekonomi Manajerial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Nugraha 2011. Ekonomi Manajerial. penerbit Andi. Yogyakarta
Sukirno, dan Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Kencana PrenadaMedia Group.
Smith 2002 Manajemen bisnis. Kencana Prenada Media Group.
Schroeder 2001, Pengukuran Pendapatan. Kencana Prenada Media Group.
Sofyan, Syafri 2002, Metode pengukuran pendapatan. PT. Pustaka Utama Jakarta
Sudjana. 2004. Ekonomitrika Edisi 1. Bandung : Ghalia Indonesia
Sigit,Sujana. 2007. Manajemen Bisnis. Bandung : Ghalia Indonesia
S. Zyman, 2000, Strategi Pemasaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Usman, dan Akbar. 2006. Pengantar Statistik. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
http://www.pengertianahli.com/2014/2/12/pengertian-produksi-dan-faktor-produksi.html
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah,2005 Akuntansi biaya. Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI
Anoraga Pandji. 2000. Pengantar Ekonomi & Pengelolaan Industri Dalam EraGlobalisasi. Jakarta : Rineka Cipta
____________. 2007. Pengantar Ekonomi & Pengelolaan Industri Dalam EraGlobalisasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Amalia 2007, Manajemen Bisnis. Yogyakarta : PT. Bumi Aksara
Arsyad, 2004, Industri Kecil dan UKM .PT. Pustaka Utama Jakarta
Daniel 2004, Akuntansi bisnis. PT. Pustaka Utama Jakarta
Dyckman 2002 Pengantar bisnis. Kencana Prenada Media Group.
Hansen dan Mowen, 2001, Manajemen Biaya, Buku II, Terjemahan benyaminMolan, , Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Hasan, Iqbal.2003. Pokok-pokok Materi Statistik2, Edisi Kedua. Jakarta : BumiAksara
Husaini dan Purnomo. 2006. Pengantar Statistik. Yogyakarta : PT. Bumi Aksara
Kieso 2002, Pengantar Ekonomi bisnis. PT. Pustaka Utama Jakarta
Noor dan Henry Faizal. 2007. Ekonomi Manajerial. Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada.
Nugraha 2011. Ekonomi Manajerial. penerbit Andi. Yogyakarta
Mulyadi, 2005, Akuntansi Biaya, edisi 5, Yogyakarta: Aditya Media.
Ramlan 2006. Pendapataan Usaha. PT. Pustaka Utama Jakarta
Sukirno, dan Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Kencana PrenadaMedia Group.
Smith 2002 Manajemen bisnis. Kencana Prenada Media Group.
Schroeder 2001, Pengukuran Pendapatan. Kencana Prenada Media Group.
Sofyan, Syafri 2002, Metode pengukuran pendapatan. PT. Pustaka Utama Jakarta
Sujarno 2008, Ekonomi Mikro. PT. Pustaka Utama Jakarta
Sutrisno, 2007. Akuntansi Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi Edisi Satu.Yogyakarta : Penerbit Ekonisia
Sudjana. 2004. Ekonomitrika Edisi 1. Bandung : Ghalia Indonesia
No Usaha bubuk kopi Harga kopi per kg Jumlah produksi Per bulan
FC VC TR TC
Per bulan per bulan (b.q) FC+VC
1 MD/ M.Diah Diwa Rp 50,000.00 333
1,500,000 750,000 Rp 16,650,000.00 2,250,000
2 Bakopi Rp 45,000.00 277 1,000,000 800,000 Rp 12,465,000.00 1,800,000
3 UD. Fauzi Rp 35,000.00 277 1,200,000 1,200,000 Rp 9,695,000.00 2,400,000
4 UD.Usman Rp 35,000.00 277 1,000,000 700,000 Rp 9,695,000.00 1,700,000
5 UD. Andika Rp 45,000.00 100 800,000 950,000 Rp 4,500,000.00 1,750,000
6 UD.Amrim Rp 35,000.00 277 1,000,000 750,000 Rp 9,695,000.00 1,750,000
7 UD. Anuwar Rp 45,000.00 400 700,000 120,000 Rp 18,000,000.00 820,000
8 UD.Zulkifli Rp 35,000.00 400 800,000 850,000 Rp 14,000,000.00 1,650,000
9 UD. Hasbalah Rp 45,000.00 100 1,300,000 750,000 Rp 4,500,000.00 2,050,000
10 UD.Kuta Raja Rp 45,000.00 100 1,200,000 90,000 Rp 4,500,000.00 1,290,000
11 UD. Fajar Delima Rp 45,000.00 20
1,000,000 100,000 Rp 900,000.00 1,100,000
12 UD. Rahmad Atc Rp 45,000.00 100
120,000 1,100,000 Rp 4,500,000.00 1,220,000
13 UD. Fauzi Ibrahim Rp 45,000.00 138
1,000,000 1,000,000 Rp 6,210,000.00 2,000,000
14 Manisa Jaya 45000 138 130,000 900,000 Rp 6,210,000.00 1,030,000
H = TR -TC
14,400,000
10,665,000.00
7,295,000
7,995,000.00
2,750,000
7,945,000.00
17,180,000
12,350,000.00
2,450,000
3,210,000.00
(200,000)
3,280,000.00
4,210,000
5,180,000.00
3000
30
100
Regression
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
PDRB 2.5844E6 3.09474E5 5
Jumlah_Penduduk 168117.4000 34562.76880 5
Correlations
PDRB Jumlah_Penduduk
Pearson Correlation PDRB 1.000 .373
Jumlah_Penduduk .373 1.000
Sig. (1-tailed) PDRB . .268
Jumlah_Penduduk .268 .
N PDRB 5 5
Jumlah_Penduduk 5 5
Model Summary
Mod
el R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .373a .139 .148 3.31598E5 .139 .484 1 3 .537
a. Predictors: (Constant), Jumlah_Penduduk
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.323E10 1 5.323E10 .484 .537a
Residual 3.299E11 3 1.100E11
Total 3.831E11 4
a. Predictors: (Constant), Jumlah_Penduduk
b. Dependent Variable: PDRB
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
95.0% Confidence Interval for
B
B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound
1 (Constant) 2023285.112 819986.005 2.467 .090 -586276.321 4632846.545
Jumlah_Penduduk 3.338 4.797 .373 .696 .537 -11.929 18.604
a. Dependent Variable: PDRB
50
Lampiran 3
Tabel 6Data input Pendapatan, Modal, dan Harga jual Pada Industri Bubuk Kopi
Tradisional Aceh di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat
No NamaPendapatan (Y)
LnModal X1
LnHarga Jual X2
Ln
1 MD/ M.Diah Diwa 21.23 16.54 10.81
2 Bakopi 24.63 16.61 610.71
3 UD. Fauzi 25.30 16.58 10.46
4 UD.Usman 25.30 16.54 10.46
5 UD. Andika 24.52 16.58 10.71
6 UD.Amrim 25.30 16.60 10.46
7 UD. Anuwar 25.95 16.64 10.71
8 UD.Zulkifli 25.66 16.48 10.46
9 UD. Hasbalah 24.63 16.58 10.71
10 UD.Kuta Raja 24.63 16.43 10.71
11 UD. Fajar Delima 25.32 16.63 10.71
12 UD. Rahmad Atc 24.63 16.63 10.71
13 UD. Fauzi Ibrahim 26.90 16.63 10.71
14 Manisa Jaya 26.90 16.63 10.71
Sumber : Data Penelitian lapangan ( Desember 2014 diolah)