Laporan PPDH KODIL Johan Manery

29
Laporan PPDH Koasistensi Diagnostik Laboratorik Gelombang IV Group N STUDI KASUS COLIBASILLOSIS PADA BABI LANDRACE (Nomor Protokol 304/N/10) Oleh : Johan Josias Manery 0409005033 PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010

Transcript of Laporan PPDH KODIL Johan Manery

Page 1: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

Laporan PPDH

Koasistensi Diagnostik Laboratorik

Gelombang IV Group N

STUDI KASUS

COLIBASILLOSIS PADA BABI LANDRACE

(Nomor Protokol 304/N/10)

Oleh :

Johan Josias Manery

0409005033

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2010

Page 2: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-

Nya yang telah dilimpahkan sehingga penyususunan laporan koasistensi diagnostik

laboratorik yang berjudul “COLIBASILLOSIS PADA BABI LANDRACE” dapat

terselesaikan.

Laporan ini disusun sebagai salah satu prasyarat kelulusan bagi mahasiswa

yang melaksanakan koasistensi diagnostik laboratorik di Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Udayana. Pada kesempatan ini penyusun tidak lupa mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Drh. I.B. Oka Winaya, M. Kes sebagai Kepala Laboratorium Patologi

Veteriner Fakultas Kedoteran Hewan Universitas Udayana.

2. Drh. Ketut Tono PG, M. Kes sebagai Kepala Laboratorium Mikrobiologi

Veteriner Fakultas Kedoteran Hewan Universitas Udayana.

3. Drh. Ida Bagus Made Oka, M. Kes sebagai Kepala Laboratorium

Parasitologi Veteriner Fakultas Kedoteran Hewan Universitas Udayana.

4. Dr. Drh. I.G. N. Kadek Mahardika sebagai Kepala UPT Laboratorium

Biomedik Fakultas Kedoteran Hewan Universitas Udayana.

5. Drh. I.B. Kadek Suardana, M. Kes sebagai Kepala Laboratorium Virologi

Veteriner Fakultas Kedoteran Hewan Universitas Udayana.

6. Dr. Drh. I. B. K. Ardana, M. Kes sebagai Kepala Laboratorium Patologi

Klinik Veteriner Fakultas Kedoteran Hewan Universitas Udayana.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

saran dan kritik sangat diharapkan guna menyempurnakan laporan ini.

Denpasar, September 2010

Penyusun.

Page 3: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Riwayat Kasus .......................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1

1.3 Manfaat Penulisan ..................................................................................... 2

BAB II MATERI DAN METODA ....................................................................... 3

2.1 Materi ....................................................................................................... 3

2.1.1 Laboratorium Patologi Veteriner ....................................................... 3

2.1.2 Laboratorium Mikrobilogi Veteriner ................................................. 3

2.1.3 Laboratorium Parasitologi Veteriner ................................................. 3

2.1 Metoda ...................................................................................................... 3

2.1.1 Laboratorium Patologi Veteriner ....................................................... 3

2.1.2 Laboratorium Mikrobilogi Veteriner ................................................. 4

2.1.3 Laboratorium Parasitologi Veteriner ................................................. 7

2.1.4 Laboratorium Virologi Veteriner ....................................................... 8

BAB III HASIL .................................................................................................... 11

3.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patologi Veteriner ................................. 11

3.2 Hasil Pemeriksaan Histopatologi ............................................................... 11

3.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi Veteriner ......................... 12

3.4 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Parasitologi Veteriner ............................ 12

3.5 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Virologi Veteriner .................................. 13

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 14

4.1 Epidemologi ............................................................................................ 14

4.2.Gejala Klinis dan Perubahan Patologi Anatomi ......................................... 14

4.3 Diagnosa Sementara................................................................................... 14

4.4 Diagnosa Banding ...................................................................................... 14

4.5 Pemeriksaan Laboratorium ........................................................................ 15

4. 5.1 Pemeriksaan Histopatologi ..................................................... 15

Page 4: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

iii

4.5.2 Pemeriksaan Laboratorium Parasitologi Veteriner .................... 15

4.5.3 Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi Veteriner ................. 15

4.6 Colibasillosis ........................................................................................ 17

4.7 Escherichia coli ...................................................................................... 17

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 20

5.1 Simpulan ................................................................................................... 20

5.2 Saran ......................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 5: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

iv

Page 6: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Riwayat Kasus

Pemeriksaan babi landrace dengan nomor protokol 304/N/10 yang berasal

dari Jln. Tukad Kresek Kecamatan Denpasar Kabupaten Badung telah dilaksanakan

pada tanggal 26 juli 2010. Peternakan ini milik Bapak Teji dengan jumlah ternak

babi sebanyak 230 ekor yang terdiri dari 200 ekor babi dewasa dan 30 ekor anak

babi. Dari 30 ekor anak babi terdapat 5 ekor anak babi yang sakit dan telah

dikarantina. Anak babi yang sakit telah mendapatkan pengobatan dari petugas

setempat.

Sistem pemeliharaan secara intensif, terlihat lantai kandang jarang

dibersihkan dan lantai kandang berlubang-lubang sehingga banyak terdapat

genangan air. Pakan yang diberikan adalah sisah makanan dan air minum berasal dari

sumur didekat kandang. Ternak telah mendapatkan vaksin.

Berat badan babi yang dinekropsi adalah ± 10 kg, gejala yang terlihat adalah

Diare, kaheksia dan anoreksia. Menurut pemilik, babi telah mengalami sakit selama

2 minggu dan telah mendapatkan pengobatan sebanyak satu kali.

Perubahan patologi anatomi yang menciri adalah terlihat adanya fibrin yang

melapisi hampir semua organ-organ abdomen dan thorak, adanya akumulasi cairan

pada rongga abdomen, nekrosis pada organ paru-paru dan pendarahan pada organ

otak.

Untuk mendukung hasil diagnosa kasus ini, telah dilakukan pemeriksaan

darah, pemeriksaaan apusan darah, penanaman sample organ pada Media Blood

Agar, MacConkey, dan dilanjutkan dengan uji biokimia dan uji gula-gula. Selain itu

juga dilakukan pemeriksaan histopatologi pada organ yang mengalami perubahan.

1.2. Tujuan Penulisan

1. Pelaporan kasus penyakit pada hewan dan pemeriksaan sampel di

laboratorium.

2. Menentukan diagnosa penyakit pada babi landrace dengan nomor protokol

304/N/10.

Page 7: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

2

3. Mengetahui agen infeksius yang menyerang babi landrace dengan nomor

protokol 304/N/10.

1.3. Manfaat Penulisan

1. Memberikan informasi mengenai kejadian kasus penyakit pada babi landrace

dengan nomor protokol 304/N/10 sehingga dengan mengetahui penyebab

penyakit diharapakan peternak dapat memberikan pengobatan yang tepat dan

pencegahan terhadap penyakit colibasillosis.

2. Memberikan gambaran secara lengkap kepada mahasiswa PPDH mengenai

metode diagnosa yang digunakan untuk menentukan kejadian suatu penyakit

pada hewan.

Page 8: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

3

BAB II

MATERI DAN METODE

2.1. Materi

2.1.1. Laboratorium Patologi Veteriner

Spesimen yang digunakan dalam pemeriksaan histopatologi diambil dari

organ yang mengalami perubahan secara makroskopis maupun organ yang diduga

mengalami perubahan berdasarkan gejala klinis. Organ yang diambil untuk

pemeriksaan histopatologi adalah otak, paru-paru, jantung, hati, limpa, ginjal dan

usus.

2.1.3. Laboratorium Mikrobiologi Veteriner

Spesimen yang digunakan dalam pemeriksaan bakteri adalah Paru-paru dan

usus.

2.1.4. Laboratorium Parasitologi Veteriner

Spesimen yang digunakan dalam pemeriksaan parasit berupa feses. Selain itu

untuk mengetahui kemungkinan adanya protozoa darah maka dilakukan pemeriksaan

ulas darah tipis.

2.2. Metode

2.2.1. Laboratorium Patologi Veteriner

Materi : organ yang mengalami perubahan secara makroskopis.

Metode : pembuatan dan pemeriksaan preparat histopatologi.

Cara kerja :

1. Sampel organ yang akan diperiksa dipotong dengan ukuran 1x1x1 cm, kemudian

direndam dalam larutan neutral buffer formalin (NBF).

2. Sampel organ selanjutnya diperkecil lagi dengan irisan tipis untuk disimpan

dalam tissue cassette dan dilakukan fiksasi dalam larutan NBF.

3. Setelah fiksasi, dilakukan proses dehidrasi dan clearing dengan satu sesi larutan

yang terdiri dari: alkohol 70 %, alkohol 80 %, alkohol 90 %, alkohol 96 %,

alkohol absolut, toluene, dan parafin, secara bertahap dalam waktu satu hari.

Page 9: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

4

4. Sampel organ di blocking dengan embedding set yang dituangi parafin cair

kemudian didinginkan.

5. Blok yang sudah dingin di sectioning menggunakan microtome dengan ketebalan

± 4 – 5 mikron.

6. Proses yang terakhir adalah pewarnaan dengan metode Harris Hematoxylin –

Eosin dan mounting media.

7. Preparat histopatologi diamati di bawah mikroskop dan dicatat perubahan

mikroskopik yang ditemukan.

2.2.2 Laboratorium Mikrobiologi Veteriner

Materi : organ yang mengalami perubahan makroskopis berupa paru-paru dan

usus.

Metode : isolasi bakteri pada media umum Sheeo Blood Agar (SBA) dan media

selektif MacConkey Agar (MCA), serta identifikasi bakteri dengan

pengamatan pertumbuhan koloni pada media, pewarnaan Gram, uji

katalase, uji oksidase, uji biokimia dengan penanaman pada media

Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Sulfite Indol Motility (SIM), Simmon

Citrate Agar, Methyl Red Voges Proskauer (MRVP) Medium, dan uji

gula-gula dengan penanaman pada media yang mengandung laktosa dan

glukosa.

Cara kerja :

1. Penanaman pada Media Sheep Blood Agar (SBA)

Media yang digunakan untuk penanaman adalah Sheep Blood Agar (SBA).

Media dibagi menjadi dua bagian karena ada dua spesimen yang akan ditanam.

Spesimen organ dilukai atau dikoyak dengan gunting steril, kemudian

menggunakan ossa cairannya diambil dan diusapkan pada media biakan secara

berturut-turut dengan menggunakan metode multiple line. Media biakan yang

sudah dipupuk kemudian diinkubasikan dalam inkubator dengan suhu 37 °C

selama 18-24 jam. Pertumbuhan koloni pada media diamati secara makroskopis

untuk melihat bentuk, warna, elevasi, tepian dan diameter koloni.

Page 10: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

5

2. Pewarnaan Gram

Koloni pada media biakan diambil dengan ossa steril dan dioleskan pada obyek

glass kemudian difiksasi. Olesan tersebut ditetesi dengan larutan Crystal Violet

dan didiamkan selama 2 menit kemudian dicuci dengan air mengalir. Tahap

selanjutnya ditetesi dengan Iodine dan didiamkan selama 2 menit lalu dicuci

dengan air mengalir. Setelah itu ditetesi alkohol 96% selama 30 detik dan dicuci

dengan air mengalir. Tahap yang terakhir adalah pewarnaan menggunakan

Safranin dengan cara diteteskan dan didiamkan selama 30 detik kemudian dicuci

dengan air mengalir. Setelah kering teteskan minyak emersi secukupnya lalu

diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 100X. Bakteri gram positif

akan berwarna ungu karena menyerap zat warna Crystal Violet sedangkan bakteri

gram negatif akan berwarna merah karena menyerap zat warna Safranin.

3. Penanaman Pada Media MacConkey Agar (MCA)

Cara penanaman sama dengan penanaman pada media Sheep Blood Agar.

4. Uji Katalase

Koloni pada media diambil dengan ossa steril dan dioleskan pada obyek glass

dan ditetesi dengan larutan H2O2 10 % kemudian homogenkan. Tahap

selanjutnya amati ada atau tidaknya gelembung gas yang terbentuk.

5. Uji Oksidase

Uji oksidase dilakukan dengan cara mencelupkan ujung stick oksidase pada

aquades kemudian ujung stick tersebut disentuhkan pada koloni kuman dan

diamati perubahan warna yang terjadi. Hasil positif ditandai dengan perubahan

warna stick oksidase menjadi ungu.

6. Pengujian pada Media TSIA, SIM, Simmon Citrat dan MRVP

Penanaman kuman pada media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) untuk mengetahui

adanya tidaknya fermentasi karbohidrat, produksi H2S dan gelembung gas.

Koloni kuman diambil dengan ossa steril kemudian ditusukkan pada bagian tegak

dari medium lalu digoreskan pada bagian miring medium, selanjutnya medium

tersebut diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 24 jam. Fermentasi karbohidrat

ditandai adanya perubahan warna pada media TSIA dari merah menjadi kuning.

Produksi H2S ditandai dengan perubahan warna media menjadi hitam. Adanya

gas dapat diamati dengan adanya gelembung gas dan keretakan pada media.

Page 11: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

6

Penanaman pada media Sulfite indol Motility (SIM) untuk mengetahui sifat

kuman dalam memproduksi H2S, indol dan pergerakan kuman. Koloni kuman

diambil dengan menggunakan ossa steril kemudian ditusuk secara tegak lurus

pada medium dan diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 24 jam. Produksi H2S

ditandai dengan media berwarna hitam, produksi indol dapat dilihat setalah

ditetesi dengan reagen Erlich/Kovac’s sebanyak 3-5 tetes ke dalam media, bila

indol positif akan terbentuk cincin merah pada permukaan medium dan kuman

motil akan terlihat kekaburan media di tempat tusukan ossa.

Penanaman pada media Methyl Red Voges Proskauer (MRVP) untuk mengetahui

sifat kuman dalam memproduksi asam tunggal atau campuran dan asam metal

karinol. Koloni diambil dengan ossa steril kemudian dicelupkan ke dalam media

tersebut selanjutnya media diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 24 jam.

Kemudian media tersebut di bagi ke dalam dua tabung yang steril. Tabung

pertama ditetesi dengan reagen MR dan tabung kedua ditetesi dengan reagen VP.

Hasil positif ditandai dengan adanya warna merah pada medium.

Penanaman pada media Simmon Citrat Agar (SCA) untuk mengetahui sifat

kuman dalam menggunakan sitrat sebagai sumber karbon atau tidak. Koloni

kuman diambil dengan ossa steril kemudian diusapkan pada permukaan medium

mulai dari pangkal sampai ke ujung yang sama. Medium kemudian diinkubasikan

pada suhu 37ºC selama 24 jam. Hasil positif ditandai dengan perubahan warna

menjadi biru.

Setiap identifikasi pada media dicatat sifat pertumbuhan bakteri dan dicocokkan

dengan tabel identifikasi yang ada.

7. Uji Gula-gula

Uji gula-gula meliputi uji glukosa dan uji laktosa. Uji ini dilakukan untuk

mengetahui adanya fermentasi gula. Koloni pada media biakan diambil dengan

ossa steril. Kemudian dicelupkan pada masing-masing media tersebut yang

berbentuk cair dan di dasar tabung terdapat tabung durham. Media diinkubasikan

dengan suhu 37 °C selama 24 jam. Selain itu dapat diamati adanya produksi gas

dengan adanya gas di dalam tabung Durham.

Page 12: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

7

2.2.3. Laboratorium Parasitologi Veteriner

Materi : feses dan ulas darah tipis.

Metode : pemeriksaan feses dengan metode natif, pengapungan, dan

sedimentasi, dan pemeriksaan ulas darah tipis dengan pewarnaan

Giemza.

Cara kerja :

1. Pemeriksaan feses dengan metode natif dilakukan dengan cara: feses sebesar

pentolan korek api diambil dan diletakkan di atas kaca obyek. Ditambahkan air

dan diaduk sampai homogen. Serat kasar dibuang, kemudian kaca obyek ditutup

dengan cover dan diperiksa di bawah mikroskop untuk menemukan telur cacing

dan melakukan identifikasi.

2. Pemeriksaan feses dengan metode pengapungan dilakukan dengan cara: feses ±

sebesar biji kemiri dicampur dengan air sampai konsentrasi 10 %, dan diaduk

hingga homogen. Campuran disaring dan cairannya ditampung dengan tabung

centrifuge sampai skala 10. Selanjutnya cairan tersebut dicentrifuge dengan

kecepatan 1500 rpm selama 3 menit. Supernatan dibuang dan endapan ditambah

larutan garam jenuh (NaCl jenuh) sampai skala 10. Kemudian campuran diaduk

hingga homogen dan dicentrifuge kembali dengan kecepatan 1500 rpm selama 3

menit. Kemudian ditambahkan lagi larutan NaCl jenuh setetes demi setetes

hingga permukaan cairan cembung. Setelah didiamkan selama 2 menit, cover

disentuhkan pada permukaan cairan pengapung dan langsung ditempelkan pada

kaca obyek. Diamati di bawah mikroskop untuk menemukan telur cacing dan

melakukan identifikasi.

3. Pemeriksaan telur cacing dengan metode sedimentasi ; feses sebesar biji kemiri

dimasukan kedalam gelas beker dan tambahkan aquades agar konsentrasinya

kira-kira 10% kemudian aduk sampai homogen. Saring dengan menggunakna

saringan the untuk menyingkirkan bagian yang besar, masukan kedalam tabung

sentrifuge dengan kecepatan 1.500 rpm selam 2-3 menit. Tabung sentrifuge di

keluakan dari centrifugator, supernatannya di buang sedangkan sediment yang

tertinggal didasar tabung diaduk kemudian buat preparat seperti pada

pemeriksaan langsung dan lakukan pemeriksaan di bawah mikroskop dengan

pembesaran objektif 10 X. Adapun prinsip dari metode ini adalah dengan

Page 13: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

8

menggunakan cairan dengan berat jenis (BJ) yang lebih rendah dari berat jenis

telur cacing akan mengendap. Metode ini biasa digunakan untuk cacing kelas

trematoda.

4. Pemeriksaan parasit cacing dengan metoda permanen dilakukan dengan cara :

cacing diletakkan pada kaca obyek dan diamati di bawah mikroskop stereo untuk

memperbaiki posisinya agar bagian yang menjadi cirri khas dapat terlihat.

Setelah diperoleh posisi yang baik, cacing dijepit dengan kaca obyek yang lain

lalu diikat dengan karet gelang. Proses berikutnya adalah perendaman dalam

alkohol 70 % selama 24 jam. Untuk cacing nematoda dan trematoda dilakukan

pewarnaan dengan ditetesi zat warna Eosin. Perendaman dilanjutkan dengan

alkohol 70 %, 80 %, 90 %, dan 95 % masing-masing selama 30 menit. Setelah

dikeringkan, preparat ditetesi minyak kayu putih dan dibiarkan selama 30 menit.

Langkah terakhir adalah merekatkan cacing pada kaca obyek menggunakan

Canada balsam. Preparat dapat diamati di bawah mikroskop untuk identifikasi

cacing.

5. Pemeriksaan ulas darah tipis dilakukan dengan cara: ulas darah yang telah

diwarnai dengan Giemza diamati di bawah mikroskop untuk identifikasi adanya

protozoa darah.

2.2.5. Laboratorium Virologi Veteriner

Materi : otak, paru-paru, trakea, ginjal, usus, jantung dan hati

Metode : pembuatan inokulum dari spesimen organ, isolasi RNA, uji RT-PCR

dan uji HA-HI.

Cara kerja :

a. Penyiapan inokulum

Spesimen berupa organ dipotong menjadi bagian lebih kecil dan digerus

dengan mikropastel sambil ditambahkan larutan phospate buffered saline (PBS)

sedikit demi sedikit hingga diperoleh konsentrasi 10 %. Kemudian suspensi

disentrifuge dengan kecepatan 15000 rpm selama 10 menit. Supernatan diambil

sebanyak 400 μl dan dimasukkan kedalam eppendorf baru, lalu ditambahkan

antibotik Penstrep sebanyak 40 μl, divortek dan diinkubasikan selama 30 menit pada

suhu 37 °C.

Page 14: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

9

b. Isolasi RNA Trizol

RNA virus diisolasi dari membran korioalantois. Sampel digerus dalam

eppendorf dengan tujuan menghancurkan sel sehingga virus yang merupakan

mikroba obligat intraseluler dapat dikeluarkan. Hasil gerusan tersebut ditambah

dengan 1000 μl PBS untuk mengencerkannya lalu disentrifuge dengan kecepatan

15000 rpm selama 10 menit. Supernatan dipisahkan kedalam tabung eppendorf,

selanjutnya diproses untuk isolasi RNA.

Sebanyak 750 μl cairan spesimen diambil dengan menggunakan mikropipet

dan ditampung dalam tabung eppendorf steril. Spesimen ditambahkan 250 μl Trizol

Ls Reagent, lalu diaduk dengan vortex selama 1 menit dan diinkubasikan pada suhu

kamar selama 5 menit. Kemudian ditambahkan 200 μl Chloroform, vortex selama 15

detik dan inkubasikan pada suhu kamar selama 15 menit. Sentrifugasi dengan

kecepatan 12000 rcf selama 15 menit. Bagian aquaeus dipisahkan ketabung

eppendorf steril dan ditambahkan Isopropil alkohol 500 μl dan homogenkan.

Kemudian inkubasikan pada suhu kamar selama 10 menit. Supernatan dibuang dan

ditambah alkohol 70 % sebanyak 1000 μl dan dihomogenkan. Kemudian sentrifugasi

dengan kecepatan 7500 rcf selama 5 menit. Supernatan dibuang sedangkan peletnya

dikeringkan (air dry) selama 5-10 menit. Kemudian disuspensi kembali dengan

menambahkan treated water 20 μl dan disimpan pada lemari es selama 1 malam atau

dalam freezer sampai digunakan.

c. Uji RT-PCR

Setelah RNA hasil isolasi RNA Trizol diperoleh, langkah selanjutnya adalah

RT-PCR. Kedalam tabung PCR dengan volume 200 μl dimasukkan 1 μl RNA yang

telah diisolasi, ditambahkan dengan 0,6 μl primer DDVP1 dan 0,6 μl primer DDVP2,

ditambahkan enzim SuperScriptTM

III One-Step RT-PCR System with Platinum® Taq

DNA Polymerase (Invitrogen) 0,25 μl, ditambahkan Rmix (dNTP, MgSO4 dan

buffer) 5 μl dan ditambahkan aquabides 1,55 μl. Kemudian tabung PCR dimasukkan

kedalam thermo-cycler Eppendorf Mastercycler personal atau PTC-100TM

Programable Thermal Controller MJ Research Inc. Mesin penyiklus panas

diprogram dengan kondisi 94 °C selama 60 detik, 52 °C selama 30 detik, dan

elongasi pada suhu 72 °C selama 1 menit 30 detik. Pada bagian akhir diinkubasikan

pada suhu 72 °C untuk memperoleh fragmen yang sempurna selama 5 menit. Tabung

Page 15: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

10

PCR dimasukkan setelah thermo-cycler mencapai suhu 50 °C. Setelah RT-PCR, 4 μl

produk RT-PCR ditambahkan blue juice (Bromphenol-blue dan Cycline Cyanol),

dan selanjutnya dielektroforesis pada gel agarose 1 % yang telah diisi etidium

bromide dengan tegangan 100V selama 30 menit. Visualisasi DNA dilakukan dengan

lampu ultraviolet dan didokumentasikan dengan kamera dan film Polaroid.

d. Uji Hemaglutinasi

Dilakukan dengan cara: setiap lubang plat mikro diisi dengan larutan PBS.

Kemudian ditambahkan antigen pada lubang 1 dan diencerkan secara berseri hingga

lubang 11, dan diaduk dengan pengocok mikro. Selanjutnya ditambahkan suspensi

sel darah merah pada semua lubang dan diaduk kembali. Setelah didiamkan selama

30 menit, diamati ada tidaknya endapan sel darah merah.

e. Uji Hambatan Hemaglutinasi

Dilakukan dengan cara: setiap lubang plat mikro diisi dengan larutan PBS.

Kemudian ditambahkan serum yang mengandung virus Avian Influenza (AI) atau

virus New Castle Disease (ND) pada lubang 1 dan diencerkan secara berseri hingga

lubang 11, dilanjutkan dengan penambahan antigen 4 unit HA pada lubang 1 – 11.

Setelah itu, diaduk dengan pengocok mikro. Selanjutnya ditambahkan suspensi sel

darah merah pada semua lubang dan diaduk kembali. Setelah didiamkan selama 30

menit, diamati ada tidaknya endapan sel darah merah.

Page 16: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

11

BAB III

HASIL

Sampel dari hewan yang telah dinekropsi dengan nomor protokol 304/N/10

dikirim ke beberapa laboratorium untuk mengetahui agen penyebab penyakit guna

meneguhkan diagnosa penyakit yang menyebabkan kematian pada hewan. Untuk

laboratorium patologi veteriner sampel berupa irisan organ otak, paru-paru, jantung,

hati, limpa, ginjal dan usus. Irisan organ paru-paru dan usus yang mengalami

perubahan dikirimkan ke laboratorium mikrobiologi veteriner. Pengiriman sampel

berupa feses dan ulas darah tipis ke laboratorium parasitologi veteriner.

Hasil dari pemeriksaan di beberapa laboratorium yang telah dilakukan,

disajikan dalam tabel-tabel berikut.

3.1 Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi Veteriner

Gambar 1. Tabel Hasil Pemeriksaan Patologi Anatomi

Sisitem organ Perubahan Patologi Anatomi

Sistem syaraf Organ otak mengalami perdarahan

Sistem kardiovaskuler Organ jatung mengalami perdarahan dan terbungkus

oleh fibrin

Sistem respirasi Paru-paru mengalami nekrosis dan terbungkus oleh

fibrin

Sistem gastrointestinal Seluruh organ abdomen terbungkus oleh fibrin.

Sistem integumen Tidak ada perubahan

Sistem otot dan tendon Tidak ada perubahan

Sistem tulang dan

persendian Tidak ada perubahan

Sistem urinaria Ginjal terbungkus oleh fibrin

Sistem reproduksi Tidak ada perubahan

3.2 Hasil Pemeriksaan Histopatologi

Gambar 2. Tabel Hasil Pemeriksaan Histopatologi

Organ Perubahan Histopatologi Otak Otak mengalami perdarahan ringan dan kongesti

Usus Halus Lamina profia usus membengkak disertai poliferasi sel radang

makrofag.

Paru-paru Perdarahan, infiltrasi sel neutrophil dari lumen bronkhiolus sampai

lumen alveoli. Septa alveoli banyak nekrosis.

Hati Ditemukanya sel radang neutrophil

Limpa Mengalami perdarahan

Page 17: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

12

Usus Besar Mengalami perdarahan, nekrosis, ditemukan infiltrasi sel radang makrofag dan sedikit neutrophil

Ginjal Mengalami perdarahan ringan pada medula nekrosis pada tubulus dan

glomerulus.

3.3 Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Veteriner

Gambar 3. Tabel Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi

Pertumbuhan pada Blood Agar Pertumbuhan pada MCA

Kolon berwarna putih susu, bentuk bulat, tepi rata dan licin, diameter ± 2 mm.

Terdapat pertumbuhan dengan warna koloni pink, bentuk tidak beraturan, diameter ± 3

mm.

Primary Test

Katalase +

Oksidase -

Motilitas +

Fermentasi glukosa +

Secondary Test

TSIA

Bagian tegak : Kuning +

Bagian miring: Kuning +

Produksi H2S -

SIM

Indol +

Motil +

Produksi H2S -

MR : Merah +

VP : Hijau -

Simmon Citrat Agar -

Gula-gula:

Glukosa + (Terbentuk Gas)

Laktosa + (Terbentuk Gas)

Escherichia coli

3.4 Hasil Pemeriksaan Parasitologi Veteriner

Gambar 4. Tabel Hasil Pemeriksaan Parasitologi

Materi Metode Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

Feses Natif

Sedimentasi

Pengapungan

Negatif

Negatif

Negatif

Cacing Negatif

Darah Ulas Darah Tipis Negatif

Page 18: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

13

3.5. Hasil Pemeriksaan Virologi Veteriner

Gambar 6. Tabel Hasil Pemeriksaan Virologi

Hasil Pemeriksaan : Tidak dilakukan pemeriksaan karena tidak ada indikasi ke

arah penyakit virus dan babi sudah divaksinasi.

Page 19: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

14

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Epidemiologi

Sistem pemeliharaan ternak dilakukan secara intensif. Akan tetapi lantai

kandang jarang dibersihkan dan lantai kandang berlubang-lubang sehingga banyak

terdapat genangan air. Hal ini akan mempercepat penyebaran penyakit antar babi

dalam satu kandang. Ternak pernah divaksinasi sebelumnya.

4.2. Gejala Klinis dan Perubahan Patologi Anatomi

Gejala klinis yang teramati pada babi kasus dengan nomor protokol 304/N/10

yaitu gejala yang terlihat adalah Diare, kaheksia dan anoreksia. Menurut Dharma dan

Putra (1997), gejala klinis colibasillosis pada anak babi setelah disapih adalah diare

dan edema.

Perubahan patologi anatomi yang tampak pada babi kasus adalah terlihat

adanya fibrin yang melapisi hampir semua organ-organ abdomen dan thorak, adanya

akumulasi cairan pada rongga abdomen, nekrosis pada organ paru-paru dan

pendarahan pada organ otak. Menurut Nielsen dkk (1975), patologi anatomi yang

tampak pada colibasillosis adalah eksudat fibrin pada pleura, pericardial, dan rongga

peritonium.

4.3. Diagnosa Sementara

Berdasarkan hasil anamnesa, gejala klinis yang tampak serta hasil dari

pemeriksaan patologi anatomi setelah dilakukannya nekropsi dimana ditemukannya

beberapa kelainan berupa adanya fibrin yang melapisi hampir semua organ-organ

abdomen dan thorak maka dapat diambil diagnosa sementara bahwa babi dengan

nomor protokol 304/N/10 menderita colibasillosis.

4.4. Diagnosa Banding

Diagnosa banding dari kasus Escherichia colli adalah Transmissable

Gastroenteritis (TGE).

Page 20: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

15

4.5. Pemeriksaan Laboratorium

4.5.1. Hasil Pemeriksaan Histopatologi

Perubahan histopatologi pada usus adalah Lamina profia usus

membengkak disertai poliferasi sel radang makrofag pada usus halus dan pada usus

besar mengalami perdarahan, nekrosis serta ditemukan infiltrasi sel radang

makrofag dan sedikit neutrophil. Pada histopatologi paru-paru terlihat adanya

perdarahan serta infiltrasi sel neutrophil dari lumen bronkhiolus sampai lumen

alveoli dimana septa alveoli banyak mengalami nekrosis. Pada otak ditemukan

perdarahan ringan dan kongesti. Pada hati ditemukanya sel radang neutrophil.

Gambaran histopatologi pada ginjal adalah perdarahan ringan pada medula serta

nekrosis pada tubulus dan glomerulus.

Dari hasil histopatologi diatas dapat dijelaskan bahwa babi kasus dengan

nomor protokol 304/N/10 merupakan kasus septicemia dimana terlihat hampir

seluruh organ mengalami kelainan jaringan dan disebabkan oleh infeksi

bakteri dilihat dari jenis sel radang yang ditemukan.

4.5.2. Hasil Pemeriksaan Pada Laboratorium Parasitologi

Pemeriksaan di laboratorium parasitologi tidak ditemukan adanya

endoparasit pada organ dan pada pemeriksaan feses juga tidak ditemukan

adanya telur cacing. Ini menunjukkan bahwa babi kasus tersebut tidak

terinfeksi parasit.

4.5.3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi

Pada media Sheep Blood Agar koloni yang tumbuh berwarna putih

kekuningan (keruh), bentuk bulat, tepi rata, elevasi cembung, diameter ± 2

mm dan tidak menghemolisa darah. Pada media Mac Conkey Agar kuman

yang tumbuh berwarna merah muda (pink), bentuk tidak beraturan, dengan

tepi rata dan elevasi cembung. Pada pewarnaan gram, kuman berwarna merah

dan berbentuk batang pendek.

Setelah kuman diisolasi, dilanjutkan dengan identifikasi kuman, untuk

uji oksidase hasilnya negatif, karena tidak ada perubahan warna ungu menjadi

biru pada stick oksidase. Sedangkan untuk uji katalase hasilnya positif yang

Page 21: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

16

ditandaidengan terbentuknya gelembung udara setelah kuman ditetesi dengan

larutan H2O2 3%.

Pada media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) terbentuk asam pada

bagian media tegak dan miring, sehingga media berubah warna menjadi

kuning baik pada bagian tegak maupun pada bagian miring. Hal ini

menandakan kuman memfermentasi glukosa, laktosa, dan sukrosa, terdapat

gelembung gas pada media bagian tegak, hal ini mengindikasikan kuman

menghasilkan gas. Tidak ada perubahan warna media menjadi hitam. Kuman

yang ditanam pada media Sulphide Indol Motility (SIM), kuman bersifat

motil, media berubah menjadi kuning dan tidak menunjukkan adanya

pembentukan H2S (media tidak menjadi hitam), sedangkan indolnya positif.

Uji penggunaan sitrat, dengan menggunakan media simon citrate agar

menunjukkan hasil negatif dimana media tidak berubah dari hijau menjadi

biru. Hal ini karena mikro organisme tidak mampu menggunakan sitrat

sebagai sumber karbon dan energi. Pada uji MRVP menunjukkan hasil positif

pada MR yaitu ditandai dengan warna merah /terbentuk cincin setelah ditetesi

reagen MR dan VP negatif (warna tidak berubah setelah ditetesi reagen VP).

Pada uji fermentasi karbohidrat, dengan media kaldu karbohidrat

(glukosa dan laktosa) didapatkan hasil positif memfermentasi karbohirat dan

membentuk gas, dimana pada semua media berubah warnanya menjadi

kuning (bersifat asam), dan adanya udara pada ujung tabung durham. Setelah

diisolasi dan dicocokkan dengan table identifikasi Coween dan Steel, bakteri

yang berhasil diidentifikasi pada pemeriksaan adalah Escherichia coli.

Berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi, pemeriksaan

Laboratorium Mikrobilogi Veteriner dan Laboratorium Parasitologi Veteriner

yang menunjang diagnosa sementara, maka diagnosa akhir dari kasus babi

dengan nomor protokol 304/N/10 adalah Colibasilosis.

Page 22: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

17

4.6. Kolibasillosis

Kolibasilosis disebabkan oleh bakteri Escherichia coli patogen yang biasanya

terjadi pada babi muda. Penyakit ini muncul karena kondisi lingkungan terutama

kandang dengan sanitasi yang buruk yaitu kotor dan lembab ditambah dengan

manajemen pakan dan pengendalian penyakit yang jelek.

Kolibasilosis adalah penyakit umum yang dapat menyerang banyak hewan

dan manusia yang disebabkan karena bakteri escherichia coli patogen. Penyakit ini

banyak menimbulkan kerugian karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang

tinggi. Gejala klinis penyakit ini ditandai dengan diare bisa watery atau non watery.

Kolibasillosis dengan diare yang encer sekali atau watery biasanya disebabkan oleh

strain Enterotoxigenic E. coli (ETEC) karena produksi toksin yang bersifat heat

stabile atau heat labile. Sedangkan diare dengan gambaran non watery dan bahkan

dapat juga bercampur dengan darah dapat disebabkan oleh strain enteropatogenic,

enteroinvasive dan enterohemorragi E.coli (Doyle and Dolores, 2006).

Kolibasilosis pada gastrointestinal dapat dibagi dalam 3 bentuk, yaitu

neonetal diare, weaning diare, edema disease. Neonatal diare terjadi pada anak babi

yang berumur kurang dari 4 hari, dengan gejala klinis yaitu diare yang berwarna

putih. Weaning diare terjadi pada anak babi yang berumur 5 hari sampai dengan

sesaat setelah disapih, dengan gejala yang tampak adalah diare yang berwarna putih.

Edema disease, kejadian penyakit ini pada anak babi yang ditandai dengan adanya

odem diseluruh tubuh (Tona dan Besung, 1994).

4.7. Escherichia coli

Escherichia coli merupakan famili dari Enterobacteriaceae yang bersifat

fakultatif anaerob, gram negatif dan tinggal di usus hewan, tidak memproduksi gas

H2S. Isolasi bakteri ini pada media agar darah, koloni dapat dilihat dengan bentuk

bundar warna putih keruh dan dapat menghemolisa darah. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Nielsen dkk (1975) menunjukan bahwa mayoritas E. coli yang

diisolasi dari babi dengan kasus septicemia merupakan E. coli yang non hemolitik.

Isolasi pada agar MacConkay, koloni terlihat khas dengan warna merah muda yang

menandakan bahwa bakteri ini dapat menggunakan laktosa untuk pertumbuhannya.

Page 23: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

18

Secara umum bakteri Escherichia coli adalah flora normal dalam usus hewan

babi, selama dilaksanakan manajemen pemeliharaan yang baik bakteri ini akan

bersifat komensalisme dengan hostnya. Namun jika terjadi penurunan kondisi

lingkungan dan kondisi hewan yang kurang baik maka peluang terinfeksi bakteri

Escherichia coli patogen menjadi sangat besar. Infeksi dapat terjadi karena bakteri

Escherichia coli patogen tertelan oleh hewan baik melalui makanan dan minuman

yang terkontaminasi maupun puting susu yang tercemar (Moon et al, 1971).

Infeksi yang disebabkan oleh Escherichia coli dapat bersifat lokal atau

sistemik. Infeksi lokal terbatas pada satu atau lebih dari organ sedangkan infeksi

sistemik terjadi ketika bakteri menyebar keseluruh tubuh melalui aliran darah

(Nielsen dkk, 1975).

Mekanisme terjadinya diare pada kasus Escherichia coli adalah karena usus

halus tidak dapat mengeksresikan enzim pencernaan akibat rusaknya lapisan mukosa

sehingga zat makanan tidak tercerna secara kimiawi menyebabkan zat makanan tidak

dapat diserap oleh usus halus yang mengakibatkan tekanan osmotik di lumen

meningkat sehingga cairan yang berada didalam sel tertarik keluar sehingga terjadi

peningkatn jumlah cairan. Diare juga dapat terjadi karena dilepaskannya enterotoksin

tahan panas yang akan menyebabkan akumulasi cAMP, dimana dapat

mengakibatkan menurunnya absorbsi NaCl dan sekresi Clorida meningkat. Dengan

menurunnya absorbsi Natrium, pada usus dan lumen usus merenggang yang diikuti

oleh peningkatan peristaltik usus sehingga terjadi diare (Tono dan Besung, 1994).

Dari adanya diare ini menimbulkan dehidrasi, lemas, bulu kusam (kurangnya

cairan untuk membasahi bulu). Anorexia dan diare menyebabkan kekurusan. Adanya

peradangan pada paru-paru menyebabkan hewan sulit bernafas, sehingga tubuh

kekurangan oksigen menyebabkan pucatnya mukosa. Adanya infeksi ulang pasca

kesembuhan dikarenakan hewan yang sakit dengan hewan yang sehat dicampur

dalam satu kandang sehingga belum sepenuhnya sembuh akan terinfeksi lagi oleh

kuman tersebut

Diare yang terjadi dapat bersifat watery atau cair dan non watery biasanya

feses bercampur darah. Pembagian grup Escherichia coli patogen dapat dilihat

melalui tabel dibawah ini.

Page 24: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

19

Virulen E. Coli

Noninvasive Invasive

Enteropathogenik Enterotoxigenik Nontoxigenik Toxigenik

Shigela-likecytotoxic

EHEC EPEC LT ST (Inhibits Protein Synthesis)

VT (Heat-labile (Heat-stabile

Increases cAMP) Increase CGMP)

Tabel Pembagian Grup Escherichia coli pathogen (Doyle and Dolores, 2006).

Escherichia coli patogen dapat dikelompokkan menjadi E.coli invasive dan

noninvasive. E.coli invasive dapat menimbulkan infeksi dengan cara menginvasif sel

sehingga disebut juga Enteroinvasive E.coli (EIEC). Escherichia coli non invasive

dapat dibagi lagi menjadi Enteropathogenik dan Enterotoxigenik. Enteropatogenik

dapat dikelompokkan menjadi dua grup patogen yaitu Enteropatogenic E. coli

(EPEC) dan Enterohemorragi E. coli (EHEC). Enterotoxigenic adalah jenis grup E.

coli patogen yang dapat memproduksi toksin baik yang tahan panas (Heat stabile

toxin) atau yang tidak tahan panas (Heat labile toxin) (Doyle and Dolores, 2006).

Diagnosa yang tepat untuk kasus Escherichia coli dapat dilakukan melalui

pemeriksaan labolatorium mikrobiologi dengan cara identifikasi melalui penanaman

dan uji lanjutan. Pengujian dapat juga dilakukan dengan tes serologi untuk

mengetahui strain Escherichia coli patogen dengan lebih spesifik. Pengobatan dapat

dilakukan dengan pemberian antibiotika yang sebelumnya telah diuji kepekaannya

untuk lebih memaksimalkan pengobatan.

Page 25: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

20

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Babi dengan nomor protokol 304/N/10 berdasarkan hasil dari pemeriksaan di

empat laboratorium (patologi, bakteriologi, parasitologi dan virologi) didiagnosa

menderita penyakit kolibasilosis.

5.2. Saran

Perlu perbaikan manajemen kandang, pakan dan pengendalian penyakit.

Kandang harus dijaga kebersihan dan kelembabannya. Pengendalian penyakit dengan

cara pemberian vaksin, obat cacing dan antibiotika harus lebih diperhatikan serta

pemisahan hewan yang sakit dengan hewan yang sehat juga harus dilakukan untuk

mencegah terjadinya penularan antar ternak dalam satu kandang.

Page 26: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

DAFTAR PUSTAKA

Dharma, Dewa Made Ngurah dan Anak Agung Gde Putra. 1997. Penyidikan

Penyakit Hewan. CV Bali Media. Denpasar.

Doyle, J. E and G. E. Dolares. 2006. Escherichia coli in Diarrheal Disease. Accessed

at

Moon, H.G., Sorensen, D.K., and Satter, J.H. 1971. Experimental Enteric

Colibacillosis in Piglets. College of veterinary Medicine University of

Minnesota

Nielsen, N. C., N. Bile., H. –J. Riising and A. Dam. 1975. Polyserositis in Pigs Due

to Generalized Escherichia coli Infection.

Tono, K.P.G and Besung, N.K. 1994. Ilmu Penyakit Bakterial. Program Studi

Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Denpasar.

Page 27: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

LAMPIRAN

Gambar 1. Babi (304/N/10) Gambar 2. Fibrin pada abdomen

Gambar 3. Oedem pada abdomen Gambar 4. Fibrin dan Nekrosis Paru

Gambar 5. Fibrin pada hati Gambar 6. Fibrin pada limpa.

Page 28: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

Gambar 7. Perdarahan pada otak Gambar 8. Koloni pada MCA

Gambar 9. Uji Oksidase Gambar 10. Koloni pada TSIA

Gambar 11. Uji Glukosa Gambar 12. Uji Laktosa

Page 29: Laporan PPDH KODIL Johan Manery

Gambar 13. Uji MR (kiri) dan Uji VP Gambar 14. Uji SIM

Gambar 15. Uji Simon Citrat Agar

Gambar 16. Pewarnaan Gram