Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í...

17
ANALISIS PEMBIAYAAN Pusat Analisis Determinan Kesehatan 2019 KETAHANAN KESEHATAN

Transcript of Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í...

Page 1: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

ANALISIS PEMBIAYAAN

Pusat Analisis Determinan Kesehatan

2019

KETAHANAN KESEHATAN

Page 2: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

K AT A P E N G A N T AR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun Analisis Kebijakan Pembiayaan Ketahanan Kesehatan sesuai dengan yang diharapkan. Pada tahun 2007, Indonesia sebagai bagian dari komunitas global menyatakan kepatuhannya akan implementasi atas International Health Regulation (2005). Hal ini berdampak pada konsekuensi panjang – menyusun kebijakan dalam rangka membangun kapasitas negara dalam rangka mewujudkan ketahanan kesehatan nasional, regional, dan global. Indonesia telah menyusun Rencana Aksi Nasional Ketahanan Kesehatan - National Action Plan for Health Security (NAPHS) Indonesia 2020 – 2024, maka penilaian kekuatan pembiayaan Indonesia dalam mewujudkan ketahanan kesehatan nasional sama pentingnya untuk memastikan kebijakan ini dapat berfungsi dengan baik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Kelompok Kerja Ketahanan Kesehatan Global di Lingkungan Kementerian Kesehatan Nomor 273 tahun 2016, Pusat Analisis Determinan Kesehatan sebagai koordinator Technical Area National Legislation, Policy, and Financing pada tahun 2019 melakukan analisis kebijakan pembiayaan ketahanan kesehatan Indonesia dari tiga instrumen pembiayaan (Health Security Financing Assessment Tool, Resource Mapping Tool, dan Siscobikes). Analisis ini dimaksudkan untuk melakukan analisis terhadap karakteritik ketiga tools dan merekomendasikan pemanfaatannya untuk pengambilan kebijakan. Kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam seluruh rangkaian kegiatan sampai penyusunan output ini. Kami juga menyadari masih banyak kekurangan sehingga kritik dan saran membangun kami harapkan dari berbagai pihak. Semoga apa yang telah kita upayakan dapat berguna bagi kita dan masyarakat luas. Jakarta, Desember 2019

Kepala Pusat Analisis Determinan Kesehatan Pretty Multihartina, Ph. D NIP 196309271989012001

Page 3: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

2019

1

Ikhtisar Eksekutif

Pada tahun 2007, Indonesia sebagai bagian dari komunitas global menyatakan kepatuhannya akan implementasi atas International Health Regulation (2005). Hal ini berdampak pada konsekuensi panjang – menyusun kebijakan dalam rangka membangun kapasitas negara dalam rangka mewujudkan ketahanan kesehatan nasional, regional, dan global. Ketahanan Kesehatan merupakan perihal yang baru dan belum dipahami secara luas. Selayaknya sebuah siklus kebijakan, setelah dilakukan adopsi dari program / regulasi perlu dilakukan implementation of action plans (APs). Indonesia telah menyusun Rencana Aksi Nasional Ketahanan Kesehatan - National Action Plan for Health Security (NAPHS) Indonesia 2020 – 2024, maka penilaian kekuatan pembiayaan Indonesia dalam mewujudkan ketahanan kesehatan nasional sama pentingnya untuk memastikan kebijakan ini dapat berfungsi dengan baik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Kelompok Kerja Ketahanan Kesehatan Global di Lingkungan Kementerian Kesehatan Nomor 273 tahun 2016, Pusat Analisis Determinan Kesehatan sebagai koordinator Technical Area National Legislation, Policy, and Financing pada tahun 2019 melakukan analisis kebijakan pembiayaan ketahanan kesehatan Indonesia dari tiga instrumen pembiayaan (Health Security Financing Assessment Tool, Resource Mapping Tool, dan Siscobikes). Ketiga instrumen pembiayaan ketahanan kesehatan ini bersifat memiliki kekhususan dari tujuan penggunaannya dan saling melengkapi.

Kata kunci : Ketahanan Kesehatan, Pembiayaan, IHR 2005, NAPHS

Secara geografis, Indonesia terletak pada posisi yang sangat strategis, berada pada jalur perdagangan internasional, yang mengakibatkan tingginya lalu lintas orang, barang dan jasa. Kemajuan teknologi transportasi dan era perdagangan bebas yang kita hadapi saat ini bukan hanya berdampak terhadap cepatnya transmisi informasi, namun juga membuat dunia menjadi terkoneksi sangat erat hingga seolah-olah tanpa batas.

Analisis Kebijakan Pembiayaan Ketahanan Kesehatan

Page 4: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

2019

2

Situasi ini dapat berisiko menimbulkan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh terjadinya transmisi penyakit baru atau penyakit lama yang muncul kembali dengan penyebaran yang lebih cepat dan berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat. Hal ini menuntut adanya upaya cegah tangkal penyakit dan faktor risiko kesehatan yang komprehensif dan terkoordinasi, serta membutuhkan sumber daya, peran serta masyarakat, dan kerja sama internasional;

Sebagai bagian dari masyarakat dunia, Indonesia berkomitmen melakukan upaya untuk mencegah terjadinya kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia sebagaimana diamanatkan dalam regulasi internasional di bidang kesehatan (International Health Regulation).

International Health Regulation (2005) telah mengalami perkembangan dari IHR 1969 sebelumnya. IHR 1969 semula hanya melingkupi 3 penyakit (kolera, pes, demam kuning) dan pengawasan lintas batas negara. Pengembangan pada IHR (2005) menjadi melingkupi ancaman kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (Public Health Emergency of International Concern) dan pengendalian sumber risiko.

Implementasi IHR (2005) didorong oleh forum Global health Security Agenda (GHSA). Forum ini merupakan inisiatif sukarela negara-negara dalam rangka percepatan implementasi IHR (2005) yang diluncurkan pada 13 Februari 2014 bertujuan untuk:

Meningkatkan kapasitas negara untuk cegah, deteksi, dan respon; Menitikberatkan ketahanan kesehatan global sebagai prioritas nasional; Meningkatkan kolaborasi dan keterlibatan multisektor; Berfokus pada target yang terukur;

Pendekatan GHSA secara umum adalah konsultasi antar ahli, diskusi, perumusan. Saat ini terdiri dari 65 negara anggota, bersama organisasi multilateral, dan lembaga non pemerintah. Komitmen Indonesia dalam GHSA 2024: Anggota tetap Steering Group; Ketua Zoonotic Disease Action Package; Anggota dalam 3 Action Package (Antimicrobial Resistance; Biosafety and Biosecurity; Surveillance); Anggota Action Package Coordination Task Force; Kontribusi dalam sekretariat.

Page 5: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

2019

3

Gambar 1.

Definisi operasional ketahanan kesehatan secara formal memang belum ditetapkan. Merujuk pada Instruksi Presiden Nomor 4 / 2019 tentang Peningkatan Kemampuan dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah Penyakit Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia, secara umum ketahanan kesehatan dapat digambarkan sebagai kemampuan ketahanan nasional dalam menghadapi kedaruratan kesehatan masyarakat dan/atau bencana nonalam akibat wabah penyakit, pandemi global, dan kedaruratan nuklir, biologi, dan kimia yang dapat berdampak nasional dan/atau global. Pada Inpres ini, Presiden menginstruksikan kepada 22 Kementerian dan Lembaga serta seluruh Kepala Daerah untuk menetapkan kebijakan melalui evaluasi, kajian, dan/atau penyempurnaan peraturan perundang-undangan dan mengambil langkah-langkah secara terkoordinasi dan terintegrasi sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing dalam meningkatkan kemampuan mencegah, mendeteksi, dan merespons wabah penyakit, pandemi global, dan kedaruratan nuklir, biologi, dan kimia, yang dapat berdampak nasional dan/atau global.

Beberapa informasi yang terkait dengan analisis kebijakan Pembiayaan Ketahanan Kesehatan dapat dijabarkan sebagai berikut: Ketahanan Kesehatan di Indonesia, pelaksanaan Joint External Evaluation di Indonesia, Health Security Financing Assessment Tool (HSFAT), Resource Mapping (Remap) Tool, dan Siscobikes.

1. Ketahanan Kesehatan di Indonesia

Ketahanan Kesehatan mulai diperkenalkan kepada Indonesia sejak bulan Mei tahun 2005 saat konvensi kesehatan tingkat dunia, World Health Assembly (WHA) ke 58 mengadopsi International Health Regulation (2005) [IHR (2005)] yang kemudian berlaku pada 15 Juni 2007 bagi seluruh negara anggota,

Page 6: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

2019

4

termasuk Indonesia. Tujuan dan ruang lingkup IHR (2005) adalah untuk mencegah, melindungi, mengendalikan, dan merespons kedaruratan kesehatan masyarakat terkait ancaman penyakit, radio nuklir, agensia kimia, dan keamanan pangan secara global. Setiap Negara anggota diamanahkan oleh IHR (2005) untuk mengembangkan kapasitas inti dalam rangka antisipasi ketahanan kesehatan nasional dan global.

2. Pelaksanaan Joint External Evaluation di Indonesia

Dalam rangka monitoring dan evaluasi implementsi IHR (2005), telah dikembangkan instrumen Joint External Evaluation (JEE) yang bertujuan untuk menilai negara dalam kapasitas mencegah, mendeteksi, dan merespons ancaman kedaruratan kesehatan masyarakat. Ruang lingkup JEE terdiri dari 19 Technical Area, yakni:

Tabel 1. 19 Technical Area Ruang Lingkup JEE

Bidang Prevent Bidang Detect Bidang

Respond

Bidang Other IHR-

related hazards and Points of Entry (PoEs)

National Legislation, Policy and Financing

National Laboratory System

Preparedness Points of Entry (PoE)

IHR Coordination, Communication and Advocacy

Real Time Surveillance

Emergency Response Operations

Chemical Events

Antimicrobial Resistance (AMR)

Reporting Linking Public Health and Security Authorities

Radiation Emergencies

Zoonotic Disease Workforce Development

Medical Countermeasures and Personnel Deployment

Food Safety

Risk Communication

Biosafety and Biosecurity

Immunization

Indonesia telah melakukan self assessment secara mandiri kemudian diikuti dengan melaksanakan JEE pada tahun 2017 dan memperoleh nilai 63% (kapasitas terbangun). Rekomendasi tindak lanjut hasil dari pelaksanaan JEE

Page 7: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

2019

5

salah satunya adalah “Menyusun dan Mengimplementasikan National Action Plan yang terintegrasi dan melibatkan multisektor, yang dilegalisasi pada level pimpinan tinggi.

Dokumen Rencana Aksi Nasional Ketahanan Kesehatan / National Action Plan for Health Security (NAPHS) Indonesia 2020 – 2024 telah disusun sebagai tindak lanjut rekomendasi JEE. Dokumen ini memuat panduan kolaborasi serta sinergi program dan kegiatan yang dilakukan seluruh K/L terkait dalam peningkatan kapasitas ketahanan kesehatan nasional dan bersifat sebagai living document yang akan diperbaharui secara berkala.

3. Kelompok Kerja Ketahanan Kesehatan Global di Lingkungan Kementerian Kesehatan

Telah ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Kelompok Kerja Ketahanan Kesehatan Global di Lingkungan Kementerian Kesehatan Nomor 273 Tahun 2016 yang membagi tugas kepada unit terkait dalam rangka implementasi 19 Technical Area JEE. Pusat Analisis Determinan Kesehatan sendiri bertindak sebagai koordinator Technical Area National Legislation, Policy, and Financing pada tahun 2019 melakukan analisis kebijakan pembiayaan ketahanan kesehatan Indonesia dari tiga instrumen pembiayaan (Health Security Financing Assessment Tool, Resource Mapping Tool, dan Siscobikes).

4. Health Security Financing Assessment Tool (HSFAT)

Merupakan instrumen yang dikembangkan oleh World Bank bersama para ahli teknis dan perwakilan tingkat tinggi dari Vietnam, Indonesia, Myanmar, Laos dan Kamboja, mitra pembangunan, WHO, OIE, FAO, Pemerintah Amerika Serikat, Pemerintah Australia, dan pemangku kepentingan lainnya dari sektor swasta dan masyarakat. HSFAT sudah diujicobakan di Vietnam.

World Bank telah meminta keikutsertaan Indonesia dalam kegiatan HSFAT dan Kementerian Kesehatan bersedia untuk ikut serta dalam pengembangan HSFAT di Indonesia dan telah melewati beberapa tahapan proses. HSFAT pada awalnya dilakukan dengan beberapa prinsip penting (country driven, country own, dan ramah terhadap sistem anggaran).

HFSAT menilai kesenjangan utama dalam arsitektur ketahanan kesehatan secara nasional makro fiskal. Pemetaan sumber dana, aliran dana, dan penggunaannya dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi bottle neck dalam sistem pembiayaan.

Asesmen HSFAT dilakukan dengan dua metode yakni kuantitatif, dan kualitatif. Sumber data kuantitatif adalah data realisasi anggaran dari Kementerian Keuangan 2015-2018 menggunakan kata kunci yang dianggap sensitif memanggil data ketahanan kesehatan. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari

Page 8: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

2019

6

Focus Group Disscussion dengan informan kunci dengan panduan kuesionair. Struktur kuesionair kualitatif, terdiri dari:

a) Pengaturan Organisasi

• Posisi ketahanan kesehatan menurut kebijakan dan rencana pembangunan nasional.

• Kesesuaian penentuan prioritas penanganan ketahanan kesehatan nasional

• Koordinasi pelaksanaan ketahanan kesehatan

• Partisipasi masyarakat dan mitra

b) Pendanaan

• Konteks fiskal makro

• Proses penganggaran

• Sumber, jenis, dan penggunaan dana

• Aliran dana

• Pendanaan 19 area teknis

5. Resource Mapping (Remap) Tool

Adalah tools yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO) bertujuan untuk identifikasi sumber daya dan kesenjangan kebutuhan suatu negara. Pembentukan platform Remap dilatarbelakangi oleh rekomendasi pertemuan di Cape Town, yakni pengembangan platform untuk information sharing. Fokus dari Remap adalah pemetaan partner global. Saat ini di dunia ada 84 donor dan potential partner yang mendukung spesifik ketahanan kesehatan. Remap sudah diujicobakan di Sierra Leone, Afrika.

Di Indonesia, 95% anggaran bersumber dari APBN dan 5% area kebutuhan Indonesia belum didukung APBN. Area 5% ini dapat dihubungkan dengan link potential dengan platform Remap sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal dan tepat sasaran oleh negara.

6. Siscobikes (Tools Costing Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan)

Perhitungan biaya pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Bidang kesehatan didasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Standar Pelayanan Minimal dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

Siscobikes merupakan instrumen untuk mempermudah penghitungan kebutuhan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan untuk Provinsi dan Kabupaten/kota bidang kesehatan yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan. Terkait dengan ketahanan kesehatan, Siscobikes

Page 9: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

2019

7

mengkalkulasi besar anggaran dalam rangka pemenuhan kebutuhan provinsi dalam pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau berpotensi bencana; dan pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa di provinsi.

Ketiga instrumen pembiayaan ketahanan kesehatan ini secara umum berkaitan dengan bidang prevent, detect, respond, recovery, dan sustainability. Namun apabila dianalisis lebih lanjut terdapat kekhususan mulai dari tujuan hingga luaran dari masing-masing instrumen.

Tabel 2.

Sandingan Instrumen Pembiayaan Ketahanan Kesehatan

HSFAT REMAP SISCOBIKES

Tujuan • Proyeksi baseline Anggaran/belanja untuk Ketahanan Kesehatan (KK)

• Sebagai input untuk mengembangkan data/informasi anggaran/belanja KK yang konsisten

• Sebagai benchmark lintas waktu dan antar negara

• Mendapatkan gambaran investasi yang dibutuhkan untuk mengikuti rekomendasi JEE dan Tujuan Fungsi JEE yang ingin dicapai oleh Pemerintah

• Mengidentifikasi investasi (Anggaran) pemerintah dan donor untuk kegiatan ketahanan kesehatan

Penghitungan pembiayaan daerah (sub nasional) untuk menerapkan SPM Kesehatan (Permenkes 4/2019)

Ruang Lingkup

• Belanja 19 area teknis Pencegahan, Deteksi, Respon, Area Lain, dan Pemulihan

• Pemetaan/Mapping sumber pembiayaan, aliran dana, tingkat pembiayaan, dan penggunan dana terkait KK

• Peran instansi terkait dan bagaimana sistem koordinasi antar stake holder.

• Pemetaan/Mapping pendanaan antar pemberi dana, berbagai rencana kegiatan ketahanan kesehatan

• Monitor dan mengikuti (track) progress

• Mengukur efek/dampak (analisis dampak)

Kegiatan SPM terkait dengan Pelayanan kesehatan

(i) Krisis Kesehatan akibat bencana atau berpotensi bencana, dan

(ii) Kondisi Kejadian Luar Biasa

Page 10: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

2019

8

HSFAT REMAP SISCOBIKES

• Mekanisme perencanaan dan anggaran, pelaksanaan dan monitoring-evaluasi

Struktur Instrumen

• Tata Hubungan Organisasi dan Hubungan Kerja

• Situasi Makrofiskal • Proses Perencanaan

dan Anggaran • Pembiayaan (mapping,

besaran, distribusi) • Efisiensi dan

keberlangsungan

• Dashboard, • Lembar

Peta/Mapping • Lembar Data entry • Lembar Setting • Lembar Kinerja

NAPHS • Lembar Kegiatan

NAPHS • Lembar Situasi

Pembiayaan • Lembar Skor/Nilai

JEE • Mitra berdasarkan

Area Teknis • Detail Mitra • Lembar Prioritisasi

Instrumen Penghitungan Pembiayaan (Costing)

Proses pengumpulan data

• Technical Working Group

• Penyesuaian instrumen kondisi dan kebutuhan lokal

• Kesepakatan Ruang lingkup, jadwal,

• Identifikasi sumber data

• Desk review • Wawancara mendalam • Analisis data dan

ekstraksi data

• Technical Working Group berdasar pilar JEE (Prevent, Detect, Response, Other IHR) termasuk konsensus untuk kuesioner/tool

• Pengisian data ke REMAP Tool

• Training -untuk Focal Point

• Update dan Pemanfaatan untuk Koordinasi Donor

• Monitoring kemajuan dan koordinasi antar kegiatan/technical areas

• Analisis Dampak

• Mapping Kegiatan SPM Kegiatan Program Lain

• Definsi Kegiatan

Data atau input yang dibutuhkan

• Dokumen: Peraturan perundangan yang berlaku, Pedoman Pelaksanaan Program/Juknis/Pedoman KK

• Data Kualitatif: Interview pemahaman, komitmen, proses

• Data Kuantitatif: Anggaran, Realisasi

• Data investasi/Anggaran pemerintah dan donor

• Skor JEE • Detail Technical

Areas • Detail Mitra/Partners • NAPHS – Rencana

kegiatan/aksi

Unit dan Volume Kegiatan, Satuan Biaya

• Identitas, • Pendanaan • Proyeksi • Sarana dan

Prasarana • Target

Page 11: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

2019

9

HSFAT REMAP SISCOBIKES

APBN & APBD sampai dengan RKA-KL, dan sumber dana lain termasuk swasta dan donor

• SPM • Kinerja

Mekanisme pengumpulan data

HSFAT

• Instrumen Wawancara • Analisis data anggaran

REMAP Tool

(Excel base)

SISCOBIKES

(Excel based)

Luaran (Pemanfaatan Hasil)

• Gambaran Anggaran/belanja KK

• Proses pengambilan keputusan, pengaliran dan pemanfaatan dana

Dashboard (Monitoring Data visualization)

• Gambaran Anggaran KK, distribusi

• Anggaran NAPHS dan peta sumber daya dari pemerintah dan partner/mitra (Ke dua point di atas dihasilkan Gap Kebutuhan Anggaran)

• Prioritisasi Aktivitas

• Kinerja Rencana Aksi

Estimasi Kebutuhan Biaya SPM

Dari uraian data dan informasi serta tabel 2 di atas, dilanjutkan dengan proses triangulasi terhadap studi literatur yang telah dilakukan, ditemukan:

1. Terkait Kewenangan Pusat dan Daerah:

a) Istilah ketahanan kesehatan belum dikenal secara luas, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Secara legal, peraturan terkait ketahanan kesehatan memang merupakan hal yang baru ditetapkan pada tahun 2019.

b) Terdapat perihal lain yang belum dilingkupi oleh ketiga instrumen namun membutuhkan pembiayaan, sebagai contoh perihal yang tidak terkait langsung dengan 19 Technical Area dan prevent, detect, response, recovery, dan sustainability, namun membutuhkan pembiayaan; mobilisasi sumber daya dan pelatihan sumber daya manusia kesehatan.

Page 12: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

2019

10

2. Terkait Urusan Daerah:

c) Dalam proses kolaborasi dan koordinasi, maka usul dari daerah dapat berbeda-beda.

d) Leading sector upaya ketahanan kesehatan di DIY adalah Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian (peternakan), BLHK, dan BPBD. Leading sector upaya ketahanan kesehatan di Kab. Kulon Progo adalah Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian & Pangan.

e) DIY belum memiliki prioritas ancaman penyakit yang harus diwaspadai dan Bencana Non Alam masih belum diprioritaskan menjadi rencana kontijensi oleh BPBD. Begitu juga dengan Kulonprogo.

f) Dalam 5 -10 tahun terakhir belum pernah ada kejadian krisis kesehatan/ KLB yang menjadi Bencana di DIY. Penanganan KLB sudah dilakukan dengan lintas sektor, lintas daerah, dan provinsi

g) Sebelum dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB)/ bencana daerah, 1 Komando dilakukan untuk mengatasi KLB, OPD tidak diperbolehkan menggunakan dana cadangan atau dana tidak terduga di BKAD yang dianggarkan daerah. Alternatifnya: DPA perubahan; realokasi anggaran. Alternatif di Kulonprogo: DPA perubahan; realokasi anggaran, termasuk mendorong utilisasi dana BLU Puskesmas.

h) Program dan kegiatan sudah mengarah ke Ketahanan Kesehatan tetapi nama program dan kegiatan belum mengarah langsung ke Ketahanan Kesehatan.

i) Pengenalan ketahanan kesehatan dipadankan dengan istilah KLB, pandemi, atau wabah

j) Sudah terdapat koordinasi lintas sektor– pertemuan dengan SKPD terkait jika ada kasus kesehatan (RAD Kesehatan). Di Kulonprogo: koordinasi lintas sektor– pertemuan OPD dalam pembahasan beberapa isu sektor kesehatan, misalnya penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) TB dan malaria lintas batas administratif (eliminasi malaria).

k) Tim Gerak Cepat untuk KLB dan Bencana di bawah struktur Dinkes

l) Instansi vertikal (KKP dan BBTKLPP) – Ketahanan kesehatan dikenal, implementasi ke beberapa program dan koordinasi lintas sektor dengan instansi di daerah. Termasuk di Kulonprogo: Keterlibatan instansi vertikal, misal BB Veteriner, BBTKLPP.

3. Terkait Instrumen HSFAT:

m) HSFAT lebih kompleks dari perhitungan National Health Account dan District Health Account karena melibatkan banyak sektor lain dan batasan belanjanya lebih sensitif.

Page 13: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

2019

11

n) Instrumen pengumpulan data secara kualitatif memiliki banyak pertanyaan terbuka tanpa batasan kerangka yang spesifik. Mengacu pada pertanyaan yang disajikan, informan kunci yang dibutuhkan harus lengkap, terdiri baik dari level teknis maupun kebijakan.

o) Sedangkan pada pengumpulan data kuantitatif, pemetaan RKA-K/L tidak dapat menggambarkan data ketahanan kesehatan yang dibutuhkan secara langsung, penggunaan kata kunci yang tepat menjadi ujung tombak, karena akan mempengaruhi besar anggaran yang tepetakan (bisa under atau over estimates). Perlu juga dilakukan pemetaan bussiness process ketahanan kesehatan. Kepada siapa saja Kementerian Kesehatan bekerja. Sehingga dapat dilakukan identifikasi stakeholder yang terlibat dan tidak ada yang tertinggal. Setelah itu dilakukan remapping dengan data anggaran Kementerian dan lembaga karena budget line HSFAT tidak dapat secara instan diterapkan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) K/L. Pertanyaan terkait besar anggaran terlalu terbuka, perlu dilakukan penyesuaian pertanyaan menjadi jenis pertanyaan terbuka dan tertutup.

p) Pembukaan Bandar Udara Internasional di Kab. Kulon Progo, DIY berdampak pada mobilitas manusia yang borderless meningkatkan peluang transmisi agen penyakit.

q) Gambaran alokasi dana ketahanan kesehatan yang bersumber dari APBD kurang dari, alokasi paling besar pada technical area imunisasi.

4. Terkait Instrumen SISCOBIKES

r) Hanya menghitung rencana pemenuhan pembiayaan pada saat terjadi krisis dan KLB, belum mencakup 19 Technical Area lainnya.

s) Dasar hukumnya adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Standar Pelayanan Minimal dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Pada regulasi ini, penghitungan pembiayaan merupakan suatu tahapan dalam implementasi SPM bagi Pemerintah Daerah.

5. Terkait Instrumen REMAP

t) Instrumen Remap lebih sederhana karena hanya berupa matrik. Namun agar pengisian optimal tetap perlu diadaptasi ke sistem penganggaran di Indonesia.

u) Matriks isian sudah mengupayakan memetakan keterkaitan dengan Inpres 4 / 2019, namun pada saat implementasi di daerah, Inpres tersebut sendiri belum tersosialisasi di level daerah.

Page 14: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

2019

12

Kesimpulan

1. Diperlukan peraturan pendukung berupa peraturan Menteri dan peraturan penguat yang lebih tinggi setara Peraturan Pemerintah (PP), seperti Peraturan Pemerintah Tentang Ketahanan Pangan dan Gizi. Maka dalam rangka harmonisasi dengan PP, Undang-Undang Kesehatan perlu direvisi untuk menambahkan perihal ketahanan kesehatan. Perlu juga dikembangkan suatu indeks ketahanan nasional.

2. Diperlukan penetapan Definisi Operasional terminologi baru seperti Ketahanan Kesehatan, Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia. Sehingga dapat dipahami program dan kegiatan apa saja yang termasuk dalam ketahanan kesehatan.

3. Diperlukan penambahan area yang dipetakan dalam instrumen pembiayaan yakni area pendukung seperti mobilisasi sumber daya dan pelatihan sumber daya manusia kesehatan pada ketiga instrumen.

4. HSFAT menilai gambaran belanja ketahanan kesehatan nasional pada periode tertentu.

5. Remap baik untuk dilakukan karena donor yang ada di Indonesia belum banyak diidentifikasi. Dengan adanya link antara pemerintah dan donor, dapat berbuah pada efisiensi dalam banyak hal.

6. Siscobikes baru bisa mencakup terkait krisis dan KLB. Hal ini terjadi kesenjangan kesenjangan karena technical area lainnya seperti AMR dan Zoonosis belum menjadi prioritas dalam SPM.

7. Tantangan dalam implementasi Rencana Aksi Nasional Ketahanan Kesehatan Indonesia 2020 - 2024 – NAPHS adalah pembiayaan upaya ketahanan kesehatan berkompetisi dengan prioritas kesehatan lainnya pada saat proses perencanaan.

Rekomendasi

Level Pusat

8. Penyusunan mekanisme koordinasi teknis jika terjadi wabah penyakit dan pandemi global dan Penataan sistem pembiayaan untuk darurat dengan optimalisasi peran Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan serta Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan agar koordinasi yang kuat antar sektor dapat terbangun.

9. Pusat Analisis Determinan Kesehatan bersurat kepada kementerian dan lembaga yang tercantum dalam Inpres 4/2019 agar masing-masing instansi dapat menunjuk

Page 15: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

2019

13

key person pada unit perencanaan dan teknis K/L masing-masing untuk berkoordinasi lebih lanjut.

10. Kementerian Kesehatan untuk segera meluncurkan Rencana Aksi Ketahanan Nasional / NAPHS, agar dapat diimplementasikan di Kementerian dan Lembaga terkait dan dikolaborasikan dengan hasil pengisian instrumen pembiayaan ketahanan kesehatan.

11. Kementerian Kesehatan untuk mengawal penyusunan Rencana Aksi Daerah dan penyusunan rencana kontijensi daerah (Renkon) bencana non alam berupa Kedaruratan Kesehatan Masyarakat. Di provinsi DIY renkon hanya dimiliki oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan.

12. Upaya penguatan 19 Area teknis JEE untuk ketahanan kesehatan di DI Yogyakarta dapat ditingkatkan dengan penyusunan dokumen rencana penanggulangan bencana dan krisis kesehatan yang operasional (disimulasikan, dikomunikasikan ke lintas sektor) (UGM, 2018)

Instrumen HSFAT

13. Diperlukan pedoman teknis pelaksanaan HSFA (terminologi, persyaratan interviewer, dan informan). Pertanyaan kuantitatif disesuaikan dengan budget line RKA-K/L. Pemetaan yang akan datang, sampel diambil dengan kriteria tingkat kesulitan dan pengorganisasian clustering baik, sedang, buruk sehingga pengalaman yang dihasilkan akan lebih kaya.

14. Dari data kualitatif yang diolah di dua provinsi (DIY dan Jawa Timur), Kementerian Kesehatan harus menetapkan hasil dari instrumen ini hanya dapat dimanfaatkan sebagai modeling atau dapat diputuskan sebagai gambaran pembiayaan Indonesia secara nasional.

15. Pada level daerah pembiayaan banyak diarahkan pada bidang detect dan response.

16. Kecukupan dan kesinambungan merupakan bagian dari kajian pembiayaan ketahanan kesehatan. (sumber dana, aliran dana, penggunaannya) diharapkan teridentifikasi bottle neck dalam sistem.

17. Menetapkan program dan kegiatan dalam hal ketahanan kesehatan yang dapat di terjemahkan dalam program dan kegiatan untuk SKPD Dishub, Diskominfo, Disidikpora, Dinsos, POLDA dan SKPD lain yang berhubungan dengan Ketahanan Kesehatan.

Instrumen Remap

18. Adaptasi instrumen dengan kondisi sistem pembiayaan di Indonesia. 19. Konsolidasikan seluruh Donor dan partner yang ada untuk semua Technical Area

kemudian disusun rekomendasi yang sesuai.

Page 16: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

2019

14

Instrumen Siscobikes

20. Anggaran untuk area lain (19 TA) dan anggaran pendukung lainnya juga perlu diperhitungkan.

Page 17: Analisis Pembiayaan Ketahanan Kesehatanpadk.kemkes.go.id/uploads/download/Output_Analisis...î ì í õ í ,NKWLVDU (NVHNXWLI 3DGD WDKXQ ,QGRQHVLD VHEDJDL EDJLDQ GDUL NRPXQLWDV JOREDO

2019

15

Kepustakaan:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Pelayanan Minimal; 3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang

Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Dan Pengelolaan Bantuan Bencana;

5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan; 6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 273 tahun 2016 tentang Kelompok Kerja

Ketahanan Kesehatan Global di Lingkungan Kementerian Kesehatan; 7. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019 tentang Peningkatan Kemampuan dalam

Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah Penyakit Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia;

8. World Health Organization. 2016. Joint External Evaluation Tool - International Health Regulations (2005);

9. Kementerian Kesehatan. 2019. Rencana Aksi Nasional Ketahanan Kesehatan Indonesia 2020 – 2024.