¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+|...

37
7 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokus) (Speer, 2007). Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru (Mansjoer, 2000).Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit) (PDPI, 2003). Pneumonia adalah radang parenkim paru yang banyak disebabkan oleh virus baik infeksi primer atau komplikasi dari suatu penyakit virus (Nur Salam, 2005). Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius (Smeltzer, 2001). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pneumonia adalah suatu infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit) maupun benda asing. B. Anatomi Dan Fisiologi Menurut Sacharin, 1996, secara anatomis system pernapasan dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

Transcript of ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+|...

Page 1: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

7

7

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh

infeksi bakteri (stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokus) (Speer,

2007). Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah

yang mengenai parenkim paru (Mansjoer, 2000).Pneumonia adalah suatu

peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus,

jamur, parasit) (PDPI, 2003). Pneumonia adalah radang parenkim paru

yang banyak disebabkan oleh virus baik infeksi primer atau komplikasi

dari suatu penyakit virus (Nur Salam, 2005). Pneumonia adalah proses

inflamasi parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius

(Smeltzer, 2001).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pneumonia adalah suatu infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah

yang mengenai parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme

(bakteri, virus, jamur, parasit) maupun benda asing.

B. Anatomi Dan Fisiologi

Menurut Sacharin, 1996, secara anatomis system pernapasan

dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

Page 2: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

8

1. Traktus respiratorius bagian atas

Traktus respiratorius bagian atas terdiri dari berbagai bagian,

diantaranya :

Gambar 1.1 Traktus respiratorius

a. Hidung

Bagian anterior dari hidung dari bagi dalam paruhan kiri dan

kanan oleh septum nasi. Setiap paruhan dibagi secara tidak

lengkap menadi empat daerah yang mengandung saluran nasal

yang berjalan kebelakang mengarah pada nasofaring. Area tepat

dalam lubang hidung dilapisi oleh kulit yang mengandung rambut

yang kasar. Sisa dari interior dilapisi oleh membrana mukosa.

Fungsi dari hidung adalah membawa udara dari dan ke paru-

paru dan menghangatkan udara saat diinspirasi. Bulu di dalam

lubang hidung dan silia yang melapisi membrana mukosa

bertindak untuk mengangkat debu dan benda asing lain dari

udara.Jika terjadi infeksi, efek lokal utama adalah iritasi dari sel

Page 3: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

9

mulkus yang menyebabkan produksi mukus yang berlebihan,

pembengkakan dari membrana mukosa akibat edema lokal dan

kongesti dari pembuluh darah. Saluran hidung cenderung menjadi

terblokir oleh pembengkakan mukosa dan sekresi virus, sekret

jernih, tetapi jika terdapat invasi sekunder bakteri, sekret menjadi

kekuning-kuningan atau kehijauan akibat adanya pus (neutrofil

mati dan granulosa).

b. Sinus

Sinus paranasal melengkapi suatu sistem ruang udara yang

terletak dalam berbagai tulang pada muka. Sinus dilapisi dengan

mukosa sekretoris dan memperoleh suplai darah dan saraf dari

hidung. Infeksi dari hidung mengarah pada penuhnya pembuluh

darah, peningkatan sekresi mukus dan edema.

c. Laring

Laring terletak di depan faring dan diatas permulaan

trakhea. Terutama terdiri dari tulang rawan tiroid dan tricoid dan

tujuh tulang rawan lain yang dihubungkan secara bersama oleh

membrana. Suatu struktur tulang rawan tergantung diatas tempat

masuk ke laring ini merupakan epiglotis yang mengawal glotis

selama menelan, mencegah makanan masuk laring dan trakhea.

Inflamasi dari epiglotis dapat menimbulkan obstruksi terhadap

saluran pernafasan.

Page 4: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

10

Bagian interior laring mengandung dua lipatan membrana

mukosa yang terlentang melintasi rongga dari laring dari bagian

tengah tulang rawan tiroid ke tulang rawan arytenoid. Ini

merupakan pita atau lipatan suara. Selama pernafasan biasa pita

suara terletak dalam jarak tertentu dari garis tengah dan udara

respirasi melintas secara bebas diantaranya tanpa menimbulkan

keadaan vibrasi. Selama insiprasi dalam yang dipaksaan mereka

berada dalam keadaan lebih abduksi, sementara selama berbicara

atau menyanyi mereka dalam keadaan adduksi. Perubahan ini

dipengaruhi oleh otot-otot kecil. Pada anak-anak, pita suara lebih

pendek dibandingkan dengan orang dewasa.

Laring berfungsi sebagai alat respirasi dan fonasi tetapi pada

saat yang sama ambil bagian dalam deglutisi, selama waktu mana

laring akan menutup dalam usaha mencegah makanan memasuki

traktus respiratorius makanan bagian bawah. Laring juga tertutup

selama regurgitasi makanan sehingga mencegah terjadinya

aspirasi makanan. Refleks penutupan ini tergantung pada

koordinasi neurimuskuler yang kemungkinan tidak bekerja secara

penuh pada bayi, sehingga mengarah pada spasme.

2. Traktus respiratorius bagian bawah

Struktur yang membentuk bagian dari traktur respiratorius ini

adalah trakea, bronki dan bronkiolus serta paru-paru.

Page 5: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

11

Tiga yang pertama adalah, trakea, bronki dan kronkiolus,

merupakan tuba yang mengalirkan udara kedalam dan keluar dari paru-

paru. Trakea dimulai pada batas bagian bawah dari laring dan melintas

dibelakang sternum kedalam toraks. Trakea merupakan tuba

membranosa fleksibel, kaku karena adanya cincin tidak lengkap yang

berspasi secara teratur. Tuba dilaisi oleh membana mukosa, epitelium

permukaan adalah kolumner bersilia. Segera setelah memasuki toraks

trakea membagi diri menjadi beberapa cabang yang masuk kedalam

suatu substansi paru-paru.

Didalam substansi dari paru-paru bronki membagi diri menjadi

cabang yang tidak terhitung dengan ukuran yang secara progresif

berkurang hingga cabang yang mempunyai penampang yang sangat

sempit, di mana mereka di sebut sebagai bronkiolus. Tuba ini dilapisi

oleh membrana mukosa ditutupi oleh epitelium kolumner bersilia,

berlanjut dengan lapisan dari trakea. Otot polos ditemukan secara

longitudinal dalam bronki yang lebih besar dan trakea. Dalam bronki

yang lebih kecil dan bronkioles hal ini dibatasi oleh dinding posterios.

Seluruh panjang dari percabangan bronkial disuplai dengan serat

elastik yang kaya, bersama dengan semua jaringan lain yang

disebutkan, dapat diubah oleh karena penyakit, sehingga

mempengaruhi fungsi normal.

Page 6: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

12

Gambar 1.2 Traktus Respiratorius bagian bawah

3. Paru-paru

Berdasarkan anatomi, unit dasar dari struktur paru-paru

dipertimbangkan adalah lobulus sekunder. Beratus-ratus dari lobulus

ini membentuk masing-masing paru. Setiap lobulus merupakan

miniatur dari paru-paru dengan percabangan bronkial dan suatu

sirkulasi sendiri.

Setiap bronkiolus respiratorius berterminasi kedalam suatu

alveolus. Alveolus terdiri dari sel epitel tipis datar dan disinilah terjadi

pertukaran gas antara udara dan darah.

Apeks dari paru-paru mencapai daerah tepat diatas clavicula

dan dasarnya bertumpu pada diaphragma. Kedua paru-paru dibagi

kedalam lobus, yang kanan dibagi tiga, yang kiri dibagi dua. Nutrisi

dibawa pada jaringan paru-paru oleh darah melalui arteri bronkial;

darah kembali dari jaringan paru-paru melalui vena bronchial.

Page 7: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

13

Paru-paru juga mempunyai suatu sirkulasi paru-paru yang

berkaitan dengan mengangkut darah deoksigenasi dan oksigenasi.

Paru-paru disuplai dengan darah deoksigenasi oleh arteri pulmonalis

yang datang dari ventrikel kanan. Arteri membagi diri dan membagi

diri kembali dalam cabang yang secara progresif menjadi lebih kecil,

berpenetrasi pada setiap bagian dari paru-paru hingga akhirnya mereka

membentuk anyaman kapiler yang mengelilingi dan terletak pada

dinding dari alveoli. Dinding dari alveoli maupun kapiler sangat tipis

dan disinilah terjadi pertukaran gas pernapasan. Darah yang

dioksigenasi kembali kedalam atrium dengan empat vena pulmonalis.

Fisiologi pernapasan menurut Hidayat (2006) meliputi tiga

tahap :

1. Ventilasi

Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen

dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer.

Dalam proses ventilasi ini terdapat beberapa hal yang

mempengaruhi, di antaranya adalah perbedaan tekanan antara

atmosfer dengan paru. Semakin tinggi tempat maka tekanan udara

semakin rendah. Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat

tekanan udara semakin tinggi. Hal lain yang mempengaruhi

proses ventilasi kemampuan thoraks dn paru pada alveoli dalm

melaksanakan ekspansi atau kembang kempisnya, adanya jalan

napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas

Page 8: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

14

berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem

saraf otonom, terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan

relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf

parasimpatis dapat menyebabkan konstriksi sehingga dapat

menyebabkan vasokonstriksi atau proses penyempitan, dan

adanya refleks batuk dan muntah juga dapat mempengaruhi

adanya proses ventilasi, adanya peran mukus siliaris yang sebagai

penangkal benda asing yang mengandung interveron dapat

mengikat virus.

Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah komplians

(complience) dan recoil yaitu kemampuan paru untuk

berkembang yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,

diantaranya surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang

berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan masih ada

sisa udara sehingga tidak terjadi kolaps dan gangguan thoraks

atau keadaan paru itu sendiri. Surfaktan diproduksi saat terjadi

peregangan sel alveoli. Surfaktan disekresi saat klien menerik

napas; sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan

CO2 atau kontraksi atau menyempitnya paru. Apabila complience

baik akan tetapi recoil terganggu makaCO2tidak dapat keluar

secara maksimal.

2. Difusi Gas

Page 9: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

15

Pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan

CO2 kapiler dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, diantaranya,

pertama, luasnya permukaan paru. Kedua, tebal membran

respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan

intertisial keduanya. Ini dapat mempengaruhi proses difusi

apabila terjadi proses penebalan.

Ketiga, perbedaan tekanan dan konsentrasi O2. Hal ini

dapat terjadi seperti O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh

karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan

O2 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara

berdifusi) dan pCO2 dalam arteri pulmunalis juga akan berdifusi

ke dalam alveoli. Keempat, afinitas gas yaitu kemampuan untuk

menembus dan saling mengikat Hb.

3. Transportasi Gas

Transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2

jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan

berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan

larut dalam plasma (3%). Kemudian pada transportasi CO2 akan

berkaitan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%),

dan larut dalm plasma (5%), kemudian sebagian menjadi HCO3

berada pada darah (65%).

Page 10: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

16

Pada transportasi gas terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi, di antaranya curah jantung (cardiac output) yang

dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.

Isi sekuncup ditentukan oleh kemampuan otot jantung untuk

berkontraksi dan volume cairan. Frekuensi denyut jantung dapat

ditentukan oleh keadaan seperti over load atau beban yang

dimiliki pada akhir diastol. Pre load atau jumlah cairan pda akhir

diastol, natrium yang paling beperan dalam menentukan besarnya

potensial aksi, kalsium berperan dalma kekuatan kontraksi dan

relaksasi. Faktor lain dalam menentukan proses transportsi adalah

kondisi pembuluh darah, latihan/olahraga (exercise), hematokrit

(perbandingan antara sel darah dengan darah secara keseluruhan

atau HCT/PCV), Eritrosit, dan Hb.

C. Tumbuh Kembang Anak

Pertumbuhan dan perkembangan menurut Nursalam, 2005,

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur

tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi

(bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga bertambah besarnya sel.

Adanya multiplikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada pertambahan

secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu

bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa.

Page 11: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

17

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan

struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat

diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,

jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi.

Pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia 1 bulan, meliputi :

1. Fisik

a. BB bertambah 150-210 gram/minggu selama 6 bulan pertama

b. TB bertambah 2,5 cm/bulan selama 6 bulan pertama

c. LK bertambah 1,5 cm/bulan selama 6 bulan pertama

2. Motorik Kasar

a. Bila telungkup memilih posisi fleksi

b. Kepala dapat memutar dari satu sisi ke sisi lain bila telungkup

c. Mengalami haed leg yang nyata bila menaikkan ke posisi duduk

3. Motorik Halus

a. Tangan tertutup secara umum

b. Reflek menggenggam kuat

c. Tangan mengatup pada kontak dengan mainan

4. Sensori

a. Mengikuti sinar sampai garis tengah

b. Diam bila mendengar suara

c. Ketajaman penglihatan mendekati 20/100

5. Vokalisasi

a. Menangis untuk mengekspresikan ketidaksenangan

Page 12: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

18

b. Membuat bunyi kecil dengan suara tenggorokan

c. Membuat bunyi tenang selama makan

6. Sosialisasi

a. Memandang wajah orang tua secara terus-menerus saat bicara

dengan anaknya.

D. Etiologi

Menurut Mansjoer, 2000, penyebab dari pneumonia adalah :

1. Bakteri

a. Pneumokokus

b. Streptokokus

c. Stafilokokus

d. Haemophilus Influenzae

e. Pseudomonas aeruginosa

2. Virus

a. Virus Influenza

b. Adenovirus

c. Sitomegalovirus

3. Fungi

a. Aspergillus

b. Koksidiomikosis

Page 13: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

19

c. Histoplasma

4. Aspirasi

a. Cairan amnion

b. Makanan

c. Cairan lambung

d. Benda asing

E. Klasifikasi Pneumonia

Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003,pneumonia

dapat diklasifikasikan berdasarkan klinis, penyebab dan predileksi infeksi:

1. Berdasarkan klinis dan epideologis

Berdasarkan klinis dan epideologis pneumonia terdiri dari:

a. Pneumina komuniti (community aquired pneumonia)

b. Pneumonia nosokomial (hospital aquired pneumonia / sosicomial

pneumonia)

c. Pneumonia aspirasi

d. Pneumonia pada penderita immunocompromised

2. Berdasarkan bakteri penyebab

Berdasarkan bakteri penyebab, pneumonia terdiri atas :

a. Pneumonia bacterial/ tipikal

b. Pneumonia atipikal disebabkan mycoplasma, legionella dan Chlamydia

c. Pneumonia virus

d. Pneumonia jamur

Page 14: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

20

3. Berdasarkan predileksi Infeksi

Berdasarkan predileksi infeksi, pneumonia terdiri atas :

a. Pneumonia Lobaris

Pnumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan

sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus.

b. Bronchopneumonia

Bronchopneumonia ditandai dengan bercak-bercak infiltrate pada

lapangan paru. Dapat disebabkan olehbakteri maupun virus.

c. Pneumonia Interstitialis

Gambar 1.4 Pneumonia

F. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik pada pneumonia menurut Linda Sowden, 2002 adalah

1. Batuk

2. Dispnea

Page 15: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

21

3. Takipnea

4. Sianosis

5. Melemahnya suara nafas

6. Retraksi dinding thoraks

7. Nafas cuping hidung

8. Nyeri abdomen (disebabkan iritasi diafragma oleh paru terinfeksi di

dekatnya)

9. Batuk paroksismal mirip pertusis (umum terjadi pada anak yang lebih

kecil)

10. Anak-anak yang lebih besar tidak tampak sakit.

G. Patofisiologi

Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas

menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi

dan penyeraban kuman.

Gambar 1.5 Proses Masuknya Kuman

Page 16: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

22

Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya

sebukan sel PMNs (polimorfnuklears), fibrin, eritrosit, cairan edema dan

kuman dialveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah.

Sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi

berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura. Ditemukan pula fibrin dan

leukosit PMNs di alveoli dan proses fogositosis yang cepat dilanjutkan

stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag dialveoli,

degenerasi sel dan menipisnya fibrin, serta menghilangnya kuman dan

debris (Mansjoer, 2000).

Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi.

Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada

alveoli dan menghasilkan eksudat yang mengganggu gerakan dan difusi

oksigen serta karbondioksida. Sel-sel darah putih kebanyakan neutrofil

juga berimigrasi kedalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya

mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena

sekresi, edema mukosa dan bronkospasme menyebabkan oklusi parsial

bronkhi atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen

alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang

kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang

teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan

hipoksemia arterial (Smeltzer, 2002).

Page 17: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

23

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien Pneumonia meliputi :

1. Penatalaksanaan Medis

Menurut Riyadi, 2009, pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji

resistensi, akan tetapi, karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu

therapi secepatnya maka biasanya diberikan :

a. Penisilin 50.000 u/kg BB/hari ditambah dengan kloramfenikol 50 –

70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai

spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai

bebas demam 4 – 5 hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk

menghilangkan penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari 1

jenis juga untuk menghindari resistensi antibiotic.

b. Koreksi gangguan asam bas dengan pemberian oksigen dan cairan

intravena, biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl

0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10

mEq/500ml/botol infus.

c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asrdosis metabolik

akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi

sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.

d. Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang NGT pada

penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak nafasnya.

e. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier

Page 18: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

24

seperti pemberian terapi nebulizer dengan flexoid dengan ventolin.

Selain bertujuan mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat

meningkatkan lebar lumen bronkus

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan dalam hal ini dilakukan adalah :

a. Menjaga kelancaran pernapasan

Klien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis karena

adanya radang paru dan banyaknya lendir di dalam bronkus atau

paru. Agar klien dapat bernapas secara lancar, lendir tersebut harus

dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu

dengan memberikan O2 2 l/menit secara rumat.

Pada anak yang agak besar dapat dilakukan :

1) Berikan sikap berbaring setengah duduk

2) Longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat pinggang, kaos

yang sempit.

3) Ajarkan bila batuk, lendirnya dikeluarkan dan katakan kalau

lendir tersebut tidak dikeluarkan sesak nafasnya tidak akan

segera hilang,

4) Beritahukan pada anak agar ia tidak selalu berbaring ke arah

dada yang sakit, boleh duduk/miring ke bagian yang lain.

Pada bayi dapat dilakukan :

1) Baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan memberikan

ganjal dibawah bahunya.

Page 19: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

25

2) Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita.

3) Isaplah lendir dan berikan O2 rumat sampai 2 l/menit.

Pengisapan lendir harus sering yaitu pada saat terlihat lendir di

dalam mulut, pada waktu akan memberikan minum, mengubah

sikap baring/tindakan lain.

4) Perhatikan dengan cermat pemberian infus, perhatikan apakah

infus lancar.

b. Kebutuhan Istirahat

Klien Pneumonia adalah klien payah, suhu tubuhnya tinggi,

sering hiperpireksia maka klien perlu cukup istirahat, semua

kebutuhan klien harus ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian

obat secara tepat, usahakan keadaan tenang dan nyaman agar pasien

dapat istirahat sebaik-baiknya.

c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

Pasien pneumonia hampir selalu mengalami masukan

makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari

dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi.

Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus

dengan cairan glukosa 5% dan NACL 0,9% dalm perbandingan 3:1

ditambahkan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.

Pada bayi yang masih minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia

boleh menetek selain memperoleh infuse. Beritahukan ibunya agar

Page 20: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

26

pada waktu bayi menetek puting susunya harus sering-sering

dikeluarkan untuk memberikan kesempatan bayi bernafas.

I. Komplikasi

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,2003, komplikasi pneumonia

yaitu :

1. Efusi Pleura

2. Empiema

3. Abses Paru

4. Pneumothoraks

5. Gagal nafas

6. Sepsis

J. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosa pneumonia menurut Mansjoer, 2000 :

1. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan PMN

atau dapat ditemukan leucopenia yang menandakan prognosis buruk.

Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.

2. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan radiologis memberikan gambaran bervariasi :

a. Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia

b. Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris

Page 21: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

27

c. Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrat interstisialis pada

pneumonia stafilokok

3. Pemeriksaan cairan pleura

4. Pemeriksaan mikrobiologik, spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring,

aspirasi trakea.

K. Pengkajian Fokus

Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien pneumonia menurut Suyono, 2009;

Nursalam, 2005 dan Doengoes, 2000 :

1. Riwayat penyakit sekarang

Hal yang perlu dikaji :

a. Keluhan yang dirasakan klien

b. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan

2. Riwayat penyakit dahulu

Hal yang perlu dikaji yaitu :

a. Pernah menderita ISPA

b. Riwayat terjadi aspirasi

c. Sistem imun anak yang mengalami penurunan

d. Sebutkan sakit yang pernah dialami

3. Riwayat penyakit keluarga

a. Ada anggota keluarga yang sakit ISPA

b. Ada anggota keluarga yang sakit pneumonia

4. Demografi

Page 22: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

28

a. Usia : Lebih sering pada bayi atau anak dibawah 3 tahun

b. Lingkungan : Pada lingkungan yang sering berkontaminasi

dengan polusi udara

5. Pola pengakajian Gordon

Hal-hal yang perlu dikaji :

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, biasanya orang

tua menganggap anaknya benar-benar sakit jika anak sudah

mengalami sesak nafas.

b. Pola nutrisi dan metabolik

Biasanya muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui kontrol

saraf pusat), mual dan muntah (peningkatan rangsangan gaster

sebagai dampak peningkatan toksik mikroorganisme).

c. Pola eliminasi

Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat

perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam.

d. Pola istirahat-tidur

Data yang sering muncul adalah anak sulit tidur karena sesak nafas,

sering menguap serta kadang menangis pada malam hari karena

ketidaknyamanan.

e. Pola akitivitas-latihan

Anak tampak menurun aktivitas dan latihannya sebagai dampak

kelelmahan fisik. Anak lebih suka digendong dan bedrest.

Page 23: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

29

f. Pola kognitif-persepsi

Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan

biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada

otak.

g. Pola persepsi diri-konsep diri

Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat,

tidak suka bermain, ketakutan.

h. Pola peran-hubungan

Anak tampak malas kalau diajak bicara, anak lebih banyak diam dan

selalu bersama orang tuanya.

i. Pola seksual-reproduksi

Pada anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah puberta

mungkin tergangguan menstruasi.

j. Pola toleransi stress-koping

Aktivitas yang sering tampak mengalami stress adalah anak

menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah

tersinggung.

k. Pola nilai keyakinan

Nilai keyakinan mungkin meningkat seirng dengan kebutuhan untuk

mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.

6. Pemeriksaan fisik

Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya

muncul yaitu :

Page 24: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

30

a. Keadaan umum : tampak lemah, sesak nafas

b. Kesadaran : tergantung tingkat keparahan penyakit bisa

somnolent

c. Tanda-tanda vital :

1) TD : hipertensi

2) Nadi : takikardi

3) RR : takipnea, dispnea, nafas dangkal

4) Suhu : hipertermi

d. Kepala :tidak ada kelainan

e. Mata :konjungtiva bisa anemis

f. Hidung : jika sesak akan terdengar nafas cuping hidung

g. Paru :

1) Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak simetris jika

hanya satu sisi paru, ada penggunaan otot bantu

nafas.

2) Palpasi : adanya nyeri tekan, paningkatan vocal fremitus

pada daerah yang terkena

3) Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani

4) Auskultasi : bisa terdengar ronki

h. Jantung :jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan

jantung tidak ada kelemahan

i. Ekstremitas :sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi

Page 25: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

7

7

Pelepasan histamin,

prostaglandin

Bau mulut, perasaan tidak enak di tenggorokan

Mucus di bronkus↓

Adanya eksudasi

Proses peradangan

Menginfeksi area

bronkus dan parenkim

Jaringan paru

diganti jaringan ikat

Edema

alveoli

Kehilangan cairan

dan elektronik

Penderita sakit berat yg dirawat di RS

Penderita yg mengalami supresi imun

Nutrisi kurang

Pertahanan tubuh ↓

Mudah terpapar virus,bakteri,

jamur, parasit

Kontaminasi peralatan

Masuk saluran nafas

Bakteri, virus, jamur,

parasit, banda asing

proplet

pneumonia

Kuman >> di bronkus

Akumulasi secret >> di bronkus

Bersihan jalan tidak efektif

hipertermi

anoreksi

Resiko tinggi nutrisi

kurang dari kebutuhan

Kuman terbawa ke sal.pencernaan

Infeksi di

sal.cerna

Peristaltic ↑

Diare

Suhu ↑

Infeksi saluran

pernapasan

bawah

Gangguan

pertukaran gas

Eksudat

plasma masuk

Gangguan difusi

dlm kapiler dan

alveoli

Resiko

kekurangan

volume cairan

Gangguan

pola nafas

Pemenuhan

paru ↓

Terbentuk

jaringan ikat

Metabolisme ↑

Peningkatan suhu tubuh

Kehilangan cairan

lewat kulit Evaporasi >>

Kehilangan cairan

kewat kulit

Dilatasi

pembuluh

darah

Tekanan

dinding ↑paru

Suplai o2↓ hipoksia Metabolisme

anaerob

Akumulasi

as.laktat

kelemahan Intoleransi

aktivitas

Sumber:

Hidayat, 2006; Ngastiyah 2005; Doenges 2000; PDPI 2003; Price 2006.

L. Pathways

32

Page 26: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

33

7

M. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran

pernafasan akibat peningkatan mukus yang berlebih.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang

menurun.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolar kapiler oleh adanya edema alveoli.

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum.

5. Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan.

6. Ansietas pada (orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

tentang kondisi anak.

7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan berlebihan terhadap evaporasi yang berlebih.

8. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat sekunder terhadap anoreksia, peningkatan

kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

(Hidayat, 2006; Doenges, 2000 dan Speer, 2007)

N. Perencanaan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran

pernafasan akibat peningkatan mukus yang berlebih.

Page 27: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

34

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan bersihan jalan nafas

efektif.

Kriteria Hasil :

a. Tidak ada dispnea

b. Perkusi paru sonor

c. Tidak ada penggunaan otot bantu nafas

d. Tidak ada batuk produktif

Intervensi :

a. Auskultas area paru, catat area penurunan / tidak ada aliran udara

dan bunyi nafas lain.

Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi

dengan cairan. Bunyi nafas bronkhial (normal pada

bronkhus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi.

Krekels terdengar pada inspirasi.

b. Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada.

Rasional : Tachipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak

simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan

dinding dada/ atau cairan paru.

c. Atur posisi setengah fowler pada anak besar dan ekstensikan

kepala pada bayi.

Rasional : Posisi duduk memungkinkan upaya nafas lebih dalam

dan lebih kuat.

Page 28: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

35

d. Berikan obat sesuai indikasi : mukoitik, ekspektoran,

bronkodilator, analgetik

Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan

mobilisasi sekret. Analgetik diberikan untuk

memperbaiki batuk dengan menurunkan

ketidaknyamanan tetapi harus digunakan hati-hati.

e. Berikan cairan tambahan IV atau oksigen

Rasional : Cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan

(termasuk tak tampak) dan memobilisasikan secret.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang

menurun.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas kembali

efektif.

Kriteria hasil:

a. RR = 30 - 40 x/menit

b. Tidak ada dispnea

c. Pengembangan paru maksimal

Intervensi :

a. Aturlah posisi dengan memungkinkan ekspansi paru maksimum

dengan semi fowler atau kepala agak tinggi kurang lebih 30o.

Rasional : Posisi semi fowler akan meningkatkan ekspansi paru.

b. Kaji pernapasan, irama, kedalaman atau gunakan oksimetri nadi

untuk memantau saturasi oksigen

Page 29: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

36

Rasional : Tachipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak

simetris sering terjadi karena ketidaknyaman gerakan

dinding dada.

c. Berikan bantal atau sokongan agar jalan nafas memungkinkan tetap

terbuka

Rasional : Sokongan bantal akan membantu membuka jalan napas.

d. Ajarkan teknik relaksasi pada anak yang sudah memahami, sudah

bisa atau mengerti.

Rasional : Relaksasi akan membantu menurunkan kecemasan

sehingga kebutuhan O2 tidak meningkat.

e. Kolaborasi oksigen sesuai kebutuhan

Rasional : Pemberian O2 akan membantu memenuhi kebutuhan O2

tubuh.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolar kapiler akibat edema alveoli.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pertukaran gas

maksimal.

Kriteria Hasil :

a. Klien tidak dispnea

b. Klien tidakk ada kebiruan

c. N = 90 - 100 x/menit

d. PO2 normal pada GDA

e. PCO2 normal

Page 30: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

37

f. Warna kulit normal

g. Anak tidak gelisah

Intervensi:

a. Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas

Rasional : Manifestasi distres pernafasan tergantung pada indikasi

derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.

b. Atur posisi yang dapat meningkatkan kenyamanan anak

Rasional : Memberikan posisi yang nyaman seperti posisi semi

fowler, membuat anak bernafas dengan mudah.

c. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya

fianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral.

Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi atau respon

tubuh terhadap demam/ menggigil. Namun sianosis

daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut

menunjukkan hipoksemia sistemik.

d. Pertahankan istirahat tidur dorong menggunakan teknik relaksasi

dan aktivitas senggang.

Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/

konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.

e. Kolaborasi pemberian therapi O2 dengan benar

Rasional : Tujuan therapi oksigen adalah mempertahankan PaO2

diatas 60 mmHg.

Page 31: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

38

f. Awasi GDA

Rasional : Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi

paru.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan O2, kelemahan umum.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien toleran terhadap

aktivitas

Kriteria Hasil :

a. Klien tidak tampak kelemahan

b. Dyspnea berkurang

c. Tidak ada dyspnea saat aktivitas

d. Tidak ada sianosis setelah aktivitas

e. Dapat beraktivitas optimal

Intervensi :

a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat lapoan dispnea.

Peningkatan kelemahan / kelelahan dan perubahan tanda vital

selama dan setelah aktivitas

Rasional : Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan

memudahkan pilihan intervensi.

b. Bantu anak dalam melakukan aktivitas yang sesuai dan berikan

aktivitas yang menyenangkan sesuai dengan kemampuan dan

minat anak.

Rasional : Menurunkan kebutuhan O2

Page 32: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

39

c. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama

fase akut sesuai indikasi

Rasional : Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,

meningkatkan istirahat.

d. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan

perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.

Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk

menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi

untuk penyembuhan.

e. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

Rasional : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen.

5. Hipertemi berhubungan dengan proses peradangan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan panas berkurang

Kriteria Hasil :

a. Suhu tubuh dalam batas normal (>37,8 oC)

b. Akral dingin

c. Anak tidak gelisah

Intervensi :

a. Pertahankan lingkungan yang dingin

Rasional : lingkungan dingin akan menurunkan suhu tubuh melalui

kehilangn panas pancaran

Page 33: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

40

b. Berikan kompres hangat basah

Rasional : kompres hangat basah akan mendinginkan permukaan

tubuh secara konduksi.

c. Pantau suhu tubuh anak setiap 2-4 jam, waspadai bila ada kenaikan

suhutubuh secara tiba-tiba

Rasional : peningkatan suhu tiba-tiba dapat mengakibatkan kejang

d. Kolaborasi pemberian antipiretik

Rasional : pemberian antipiretik dapat mengurangi demam secara

efektif.

6. Ansietas berhubungan kurangnya pengetahuan tentang kondisi anak.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas berkurang.

Kriteria Hasil :

a. Orang tua menyatakan cemas berkurang.

b. Tidak ada ekspresi ketakutan

Intervensi:

a. Jelaskan prosedur atau tindakan yang akan dilakukan serta ciptakan

hubungan dengan anak dan orang tua

Rasional : Penjelasan setiap prosedur memberikan pemahaman

pada orang tua dan hubungan yang baik akan

menumbuhkan kepercayaan.

b. Berikan kenyamanan pada lingkungan anak seperti digendong atau

mengayun membelai dan memberikan musik.

Rasional : Anak akan merasa dilindungi.

Page 34: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

41

c. Libatkan orang tua dalam memberikan perawatan sehingga anak

merasakan ketenangan.

Rasional : Orang terdekat dari anak adalah orang tua sehingga

melibatkan orang tua akan membantu mempermudah

proses keperawatan.

d. Beri obat yang memperbaiki ventilasi seperti bronkhoclatos sesuai

program.

7. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan berlebihan terhadap evaporasi yang berlebih.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi

kekurangan volume cairan.

Kriteria Hasil :

a. Membran mukosa lembab

b. Turgor kulit baik

c. Pengisian kapiler cepat

d. Tanda vital stabil

e. Balance cairan stabil

Intervensi :

a. Kaji perubahan tanda vital

Rasional : Peningkatan suhu / memanjangnya demam,

meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan

melalui evaporasi. TD ortostatik berubah dan peningkatan

tachicardia menunjukkan kekurangan cairan sistemik.

Page 35: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

42

b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah)

Rasional: Indikator langsung keadekuatan volume cairan,

meskipun membran mukosa mulut mungkin kering

karena nafas mulut dan oksigen tambahan.

c. Pantau masukan dan haluaran, cacat warna, karakter urine. Hitung

keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tak tampak. Ukur

BB sesuai indikasi.

Rasional : Memberikan informasi tentang keadekuatan volume

cairan dan kebutuhan penggantian.

d. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi (antiseptik, antiemetic)

Rasional : Berguna menurunkan kehilangan cairan.

e. Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai keperluan

Rasional : Pada adanya penurunan masukan / banyak kehilangan,

penggunaan parenteral dapat memperbaiki / mencegah

kekurangan.

8. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat. Sekunder terhadap anoreksia, peningkatan

kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi nutrisi

kurang dari kebutuhan.

Kriteria Hasil :

a. Tidak ada mual ataupun muntah

Page 36: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

43

b. BB stabil

c. Nafsu makan meningkat

d. IMT Stabil

Intervensi :

a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya

sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat, nyeri.

Rasional : Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.

b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering

mungkin.

Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa bau dari lingkungan

pasien dan dapat menurunkan mual.

c. Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum

makan

Rasional : Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan

pengobatan ini.

d. Berikan makan posri kecil dan sering termasuk makanan kering

dan atau makanan yang menarik.

Rasional : Tindakan ini meningkatkan masukan meskipun nafsu

makan mungkin lambat untuk kembali.

e. Evaluasi status nutrisi umum, ukur BB

Page 37: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caºdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam... · Title: ¹Î·± ³vdi£ Í ( ëQâq6 ¾Å þ+| Caº Author ¯ ý#¢D1\³

44

Raasional : Adanya kondisi kronis atau keterbatasan keuangan

dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan

terhadap infeksi dan / lambatnya respons therapi.

( Speer, 2007; Hidayat, 2006 dan Doenges 2000)