ANALISIS PEMAHAMAN SANTRI TERHADAP AYAT- AYAT AL …
Transcript of ANALISIS PEMAHAMAN SANTRI TERHADAP AYAT- AYAT AL …
ANALISIS PEMAHAMAN SANTRI TERHADAP AYAT-
AYAT AL-QUR`AN DALAM KEGIATAN RIYADHAH
SERTA IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-
HARI
(Studi Living Qur’an Di Pondok Pesantren Terpadu At-
Taubah Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cianjur)
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Magister Agama (M. Ag)
Dalam Ilmu Agama Islam
Disusun oleh:
Agustina Choirunnisa
NIM: 215410610
Pembimbing:
Dr. KH. Muslih Abdul Karim, MA
Dr. Hj. Ade Naelul Huda, Ph. D
KONSENTRASI ULUMUL QUR’AN DAN ULUMUL HADIS
PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM
PASCASARJANA MAGISTER
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1438 H/ 2017 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis dengan judul “Analisis Pemahaman Santri terhadap Ayat-ayat Al-
Qur`an dalam Kegiatan Riyãdhah Serta Implikasinya dalam Kehidupan
Sehari-hari (Studi Living Qur`an di Pondok Pesantren Terpadu At-
Taubah Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cianjur)” yang ditulis oleh
Agustina Choirunnisa, 215410610 telah melalui proses bimbingan
dengan baik dan dinilai oleh pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah
untuk diujikan di sidang munaqasyah.
Pembimbing I,
Dr. KH. Muslih Abdul Karim, MA
Tanggal:
Pembimbing II,
Hj. Ade Naelul Huda, Ph. D
Tanggal:
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis dengan judul “Analisis Pemahaman Santri Terhadap Ayat-ayat Al-
Qur`an dalam Kegiatan Riyãdhah Serta Implikasinya dalam Kehidupan
Sehari-hari (Studi Living Qur`an di Pondok Pesantren Terpadu At-
Taubah Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cianjur)” yang disusun
oleh Agustina Choirunnisa nomor induk Mahasiswa 215410610 telah
diujikan di sidang Munaqasyah Program Pascasarjana Institut Ilmu Al
Qur’an (IIQ) Jakarta pada hari Senin tanggal 21 Agustus 2017 dan
dinyatakan LULUS dengan yudisium/ predikat Amat Baik. Tesis ini telah
disahkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Agama
(M.Ag) pada Program Studi Ilmu Agama Islam.
Jakarta, 10 Februari 2018 M
24 Jumadil Awal 1438 H
Direktur Pascasarjana
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA
Tim Penguji
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA
Ketua Sidang
Dr. H. M. Azizan Fitriana, MA
Sekretaris Sidang
Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA
Penguji I
Dr. KH. Abdul Muhaimin Zen., MA
Penguji II
Dr. KH. Muslih Abdul Karim, MA
Pembimbing I/ Penguji III
Dr. Hj. Ade Naelul Huda, Ph. D
Pembimbing II/ Penguji IV
Tanda Tangan
( )
( )
( )
( )
( )
( )
Tanggal
( )
( )
( )
( )
( )
( )
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Agustina Choirunnisa
NIM : 215410610
Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 3 Agustus 1991
Menyatakan bahwa tesis dengan judul “Analisis Pemahaman Santri
Terhadap Ayat-ayat Al-Qur`an dalam Kegiatan Riyãdhah Serta
Implikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari (Studi Living Qur`an di
Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Kelas
II B Cianjur)” adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan
yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan dalam karya ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 15 Agustus 2017
Agustina Choirunnisa
iv
حمن الر حيم ر بسم الله ال KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur atas segala limpahan nikmat, kasih
sayang dan karunia yang diberikan Allah SWT sehingga tesis yang
berjudul “ Analisis Pemahaman Santri Terhadap Ayat-ayat Al-Qur`an
dalam Riyãdhah Serta Implikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari (Studi
Living Qur`an di Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II B Cianjur)” ini dapat terselesaikan
sebagaimana yang diharapkan. Shalawat beriringkan salam semoga
selalu tercurah teruntuk baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabat.
Dalam perjalanan penyelesaian tesis ini tentunya penulis tidak
sendiri. Ada banyak pihak yang telah berjasa memberikan dukungan baik
moril maupun materil. Oleh karena itu, tidak salah kiranya jika penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA. Rektor Institut Ilmu Al-
Qur’an (IIQ) Jakarta.
2. Bapak Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA selaku Direktur
Pascasarjana IIQ Jakarta. Terima kasih atas ilmu dan arahan yang
diberikan.
3. Bapak Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA selaku Kepala
Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir IIQ Jakarta. Terimakasih
atas arahan yang telah diberikan sejak awal tesis ini di tulis hingga
selesai.
4. Bapak Dr. KH. Muslih Abdul Karim, MA selaku Dosen Pembimbing
I dan Ibu Dr. Hj. Ade Naelul Huda, Ph. D selaku pembimbing II.
Terima kasih atas waktu yang telah diluangkan dan arahan yang telah
diberikan kepada penulis sehingga tesis ini selesai sesuai dengan
harapan.
5. Bapak dan Ibu Dosen Pascasarjana IIQ Jakarta yang telah
memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi penulis. Semoga
keberkahan selalu mengiringi di setiap langkah, dan ilmu yang telah
diajarkan mengalirkan pahala jariyah yang tak akan pututs.
6. Staf Tata Usaha Pascasarjana IIQ Jakarta yang telah bersedia
direpotkan oleh penulis untuk berbagai keperluan. Semoga Allah
membalasnya dengan kebaikan yang banyak.
7. Bapak KH. T. Muchtar Gozali AK, S.Sy, M.Si, selaku Pimpinan
Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah LP Kelas II B Cianjur beserta
jajarannya, dan para narasumber. Terima kasih telah memberikan
v
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan
wawancara serta memberikan data-data yang diperlukan.
8. Kedua orang tua tersayang, Ayahanda H. M. Choirul Anam MZD
dan Ibunda Hj. Jamilah yang tak henti mendoakan putra putrinya.
Belum cukup semua usaha ini untuk membahagiakan Ayah dan Ibu.
Semoga ananda kelak bisa membuat Ayah dan Ibu selalu tersenyum
bahagia, walaupun tak akan sebanding dengan apa yang telah Ayah
dan Ibu berikan. Semoga Ayah dan Ibu senantiasa dalam ridha dan
lindungan Allah swt.
9. Kakak-kakak dan adik-adik tercinta, Mbak Yussy & Abang Tema,
Mas Yudha, Dik Zulfi, Dik Bunga, dan Syahdan. Terima kasih atas
do’a, dukungan dan semua yang telah diberikan.
10. Aa Cheppy yang selalu memberikan dukungan melalui, doa, dan
motivasi hingga akhir penyelesaian tesis ini. Semoga Allah
membalas dengan kebaikan dan kemudahan.
11. Sahabat-sahabat seperjuangan, Dafika, Iffah, Anna, yang telah
menemani hari-hari penulis dan membantu penulis menyelesaikan
tesis ini. Terima kasih atas kebersamaan dan keceriaan yang kalian
berikan.
12. Teman-teman kuliah konsentrasi Ulumul Qur`an Ulumul Hadis
angkatan 2014-2015 yang telah memberikan semangat dan dukungan
kepada penulis. Semoga tali persaudaraan kita akan tetap terjalin
sampai kapanpun.
Akhirnya dengan semua kekurangan dan kelebihan penulis
serahkan semua urusan kepada Allah SWT, dan dengan segala
kerendahan hati penulis mempersembahkan tesis ini. Semoga apa yang
telah penulis lakukan melalui penelitian ini dapat membawa manfaat dan
bernilai pahala di sisi Allah SWT.
Jakarta, 15 Agstus 2017
22 Dzulqo’dah 1438
vi
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... ii
PERNYATAAN PENULIS ............................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................ iv
DAFTAR ISI ...................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................... x
ABSTRAKSI ...................................................................................... xiii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Permasalahan .................................................................. 9
1. Identifikasi Masalah .................................................. 9
2. Pembatasan Masalah ................................................. 9
3. Perumusan Masalah ................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 10
D. Kegunaan Penelitian ....................................................... 10
E. Kajian Pustaka ................................................................ 11
G. Teknik dan Sistematika Penulisan .................................. 13
BAB II: KEAJIAN TEORITIS
A. Living Qur`an ................................................................. 15
1. Pengertian Living Qur`an ........................................... 17
2. Sejarah Living Qur`an ................................................ 21
3. Living Qur`an Kognitif dan Non-Kognitif ................. 22
4. Cakupan Kajian Living Qur`an ................................... 23
a. Aspek Oral (Pembacaan) Al-Qur`an ...................... 23
b. Aspek Aural ............................................................ 27
c. Tulisan ..................................................................... 28
d. Perilaku ................................................................... 28
B. Riyãdhah ......................................................................... 29
1. Pengertian Riyãdhah .................................................... 29
2. Macam-macam Riyãdhah ........................................... 31
3. Tingkatan Riyãdhah .................................................... 31
4. Bentuk-bentuk Riyãdhah ............................................. 35
C. Ayat-ayat Al-Qur`an yang Digunakan Dalam Kegiatan
Riyãdhah ........................................................................ 35
1. Surat al-Fãtihah ......................................................... 36
2. Surat al-Ikhlãs ............................................................ 36
3. Surat al-Falaq ............................................................. 37
vii
4. Surat an-Nãs .............................................................. 37
5. Surat al-Baqarah ayat 1-5 .......................................... 38
6. Surat al-Baqarah ayat 163 .......................................... 38
7. Surat al-Baqarah ayat 255 .......................................... 38
8. Surat al-Baqarah ayat 284-286 ................................... 39
9. Surat Hȗd ayat 73 ....................................................... 40
10. Surat al-Ahzãb ayat 33 ............................................. 40
11. Surat al-Ahzãb ayat 56 ............................................. 41
12. Surat Yãsîn ............................................ ......... 41
D. Tahlil ................................................................................ 41
1. Pengertian Tahlil .......................................................... 41
2. Asal-usul Tahlil ........................................................... 44
3. Lafazh-lafazh Tahlil yang disyariatkan ...................... 45
4. Manfaat Tahlil .............................................................. 46
5. Keutamaan Tahlil ......................................................... 46
6. Hukum Tahlil .............................................................. 47
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 51
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ..................................... 51
1. Jenis Penelitian .......................................................... 51
2. Pendekatan Penelitian ............................................... 52
C. Sumber Data .................................................................... 53
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 54
E. Metode Analisis Data ....................................................... 57
F. Validitas Data ................................................................... 58
G. Teknik Penulisan ............................................................. 59
BAB IV: ANALISIS KEGIATAN RIYÂDHAH DI PONDOK
PESANTREN TERPADU AT-TAUBAH LP
KELAS II B CIANJUR A. Profil Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah ................. 60
1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Terpadu At-
Taubah ...................................................................... 60
2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah
..................................................................................... 64
3. Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren ......................... 65
4. Metode Pembelajaran Pesantren ................................. 66
5. Kegiatan Santri Pondok Pesantren Terpadu At-
Taubah ........................................................................ 69
B. Implementasi Kegiatan Riyãdhah di Pondok
Pesantren Terpadu At-Taubah ....................................... 70
viii
C. Analisis Pemahaman Santri Terhadap Ayat-ayat Al-
Qur`an yang Digunakan Dalam Riyãdhah ..................... 78
1. Pengetahuan Santri Terhadap ayat-ayat Al-
Qur`an yang dibaca dalam tahlil ............................. 78
a. Surat al-Fãtihah ................................................. 78
b. Surat al-Ikhlãs .................................................... 96
c. Surat al-Falaq dan an-Nãs .................................... 106
d. Surat al-Baqarah ayat 1-5 dan 163 ...................... 108
e. Surat al-Baqarah ayat 255 .................................... 116
f. Surat al-Baqarah ayat 284-286 ............................ 121
g. Surat Hȗd ayat 73 ............................................... 125
h. Surat al-Ahzãb ayat 33 dan 56 ............................ 126
2. Alasan Mengenai Pemilihan Surat Yãsîn yang
Dibaca dalam Kegiatan Riyãdhah ............................ 127
3. Pengetahuan Santri mengenai surat Yãsîn ................ 130
D. Implikasi Kegiatan Riyãdhah dalam Kehidupan
Sehari-hari Para Santri .................................................. 146
1. Implikasi Dalam Segi Kepribadian Santri ................ 146
2. Implikasi Dalam Segi Lingkungan Pesantren ........... 151
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 154
B. Saran ............................................................................... 155
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 156
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Instrumen Wawancara ............................................................ 56
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Santri Pondok Pesatren Terpadu At-Taubah ..
.............................................................................................................. 69
Tabel 3. Pemahaman Santri Terhadap Surat al-Fatihah ....................... 84
Tabel 4. Pemahaman Santri Terhadap Surat al-Ikhlas ......................... 97
Tabel 5. Pemahaman Santri Terhadap Surat al-Baqarah ayat 255 ..... 117
Tabel 6. Pemahaman Santri Terhadap Surat Yasin ............................ 133
Tabel 7. Implikasi Kegiatan Riyadhah Bagi Santri ............................ 149
Tabel 8. Implikasi Kegiatan Riyadhah Bagi Lingkungan Pesantren .. 152
Tabel 9. Pemahaman Santri Terhadap Ayat-ayat Al-Qur`an yang
Digunakan dalam Kegiatan Riyadhah ................................................ 153
x
Pedoman Transliterasi
Transliterasi adalah penyalinan dengan panggantian huruf dari abjad
yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan tesis di IIQ, transiliterasi
Arab-Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
th ط a أ
zh ظ b ب
´ ع t ت
gh غ ts ث
f ف j ج
q ق h ح
k ك kh خ
l ل d د
m م dz ذ
n ن r ر
w و z ز
h ه s س
ʹ ء sy ش
y ي sh ص
dh ض
xi
2. Vokal
Vokal tunggal Vokal panjang
Vokal rangkap
Fathah : a أ : â ى...´ : ai
Kasrah : i ى : î و....´ : au
Dhammah : u و : û
3. Kata Sandang.
a. Kata sandang yang diikuti alif lam )ال( qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam )ال( qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
al-Baqarah : انبقزة
انمديىه : al-Madinah
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam )ال( syamsyiah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam )ال( syamsyiah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan
dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
انزجم : ar-Rajul انسيدة : as-Sayyidah
انشمس : asy-Syams اندارمي : ad-Dârimi
c. Syaddah (Tasydid)
Syaddah (Tasydid) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang
( ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid.
Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydid yang berada di
tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:
Âmannâ billâhi : امىبببلل
فهبء Âmana as-sufahâ`u : امهانس
انذي ه Inna al-ladzîna : ان
كع wa ar-rukka’i : وانز
d. Ta Marbuthah (ة)
Ta Marbuthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh
kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi
huruf “h”. Contoh:
al-Af`idah : الأف ئدة
xii
لآميت الإس al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah : انجمعت
Sedangkan ta marbuthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi
huruf “t”. Contoh:
Âmilatun Nâshibah‘ : عبمهتوبصبت
ب زى ان ك al-Âyat al-Kubrâ : الآيت
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan
tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan
yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan
awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan
lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam
alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold)
dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali
dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal
nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: Alî Hasan al-Âridh,
al-Asqallânî, al-Farmawî dan seterusnya. Khusus untuk penulisan
kata Alqur’an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf
kapital. Contoh: Al-Qur’an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan
seterusnya.
xiii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji interaksi santri Pondok
Pesantren Terpadu At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B
Cianjur dengan Al-Qur`an dalam bentuk riyãdhah. Asumsi yang
mendasari penelitian ini adalah bahwa mereka berinteraksi dengan Al-
Qur’an tidak melalui pendekatan teks atau bahasa Al-Qur'an tetapi
dengan cara memperlakukan dan menerapkan al-Quran dalam
kehidupan sehari-hari secara langsung.
Tesis ini membuktikan bahwa santri Pondok Pesantren Terpadu
At-Taubah memahami kegunaan dan fungsi ayat-ayat Al-Qur`an yang
digunakan dalam kegiatan riyãdhah dalam konteksnya sebagai doa.
Misalnya, ayat mana yang dapat digunakan sebagai doa mohon
perlindungan dari gangguan setan; dari gangguan manusia dan dari
musibah. Selain itu, santri juga meyakini bahwa dengan berdzikir
menggunakan ayat-ayat Al-Qur`an dalam kegiatan riyãdhah dapat
membuat semua urusan dan membuat semua hajat dikabulkan.
Implikasi dari kegiatan ini yaitu membuat santri menjadi pribadi yang
tenang jiwanya, lembut hatinya, beretika, dan sabar.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Moh. Muhtador dalam jurnal Penelitian yang berjudul Pemaknaan Ayat
Al-Qur`an dalam Mujahadah: Studi Living Qur’an di PP Al-Munawwir
Krapyak Komplek Al- Kandiyas. Dalam jurnal tersebut, Muhtador
menjelaskan bahwa pengamal mujahadah meyakini bahwa berdzikir
dengan potongan ayat-ayat Al-Qur`an telah memberikan ketenangan
dalam menjalani hidup, serta dapat mengabulkan keinginan yang
diharapkan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitiandeskriptif analitis
yang bersifatkualitatif dengan model Living Qur`an, melalui pendekatan
sosiologis, fenomenologis, dan psikologis. Adapun sumber penulisan
ada dua. Pertama, yang berupa sumber primer, didapatkan melalui
proses wawancara dengan pimpinan, asatidz, dan santri Pondok
Pesantren Terpadu At-Taubah Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B
Cianjur, dan staf Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B, dan staf
Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cianjur. Kedua, ata sekunder yang
bersumber dari buku, makalah, dan jurnal yang berkaitan dengan tema
penelitian ini.
xiv
ص خ ل م ال ب ل الط ل ام ع م ي ي ق ل إ ث ح ب اال ذ ى ف د ه ي ل ام ك ت م ال ي م ل س ال ة ب و الت د ه ع م ف
ب "ب ة ي ان الث ة ج ر الد ن م ة ي ح ل ص ال ة س س ؤ م ل ل س ل ع ي ر ك ال آن ر ق ال ع م ر و أن ي س " ل ي ب ىك ة اض ي الر و ت غ ل و أ ص ن ل ي ب ىس ل ع ي ر ك ال آن ر ق ال ع م ن و ل ام ع ت ي ال و ان . ام ه و م ل ع ت ي ل م ه ن ل ة ر اش ب م و ق ي ب ط ت ب و ع م ن و ل ام ع ت اي و ان ك ل ب ،ة ت ب .ة ي ل م ع ال ة ي اح الن ن م ة ي م و ي ال م ات ي ح ف
ال ذ ى ن إ ب ل الط ن أ ت ب ث ي ث ح ب ا ن و م ه ف ي ل ام ك ت م ال ي م ل س ال ة ب و الت د ه ع م ف ل ة م د خ ت س م ال ة ي آن ر ق ال ات ي ال ة ي ع د ل ات ز ه ن م ة اذ ع ت س ل ل اء ع االد ه ن م .و ة اض ي الر ة ي ل م ع ف اط ي الش و ث ار و ك ال ن م ة اي م ح ل ل و اس الن و ي ي ك ل ذ ل إ ة اف ض ال ب . أ ض ي أ ب ل الط د ق ت ع ، ن ا ة ي آن ر ق ال ات ي ال ام د خ ت اس ب ر ك الذ ن وأ د ب ي .و م ات اج يح ض ق ي و م ى ر و م أ ر س ي ي س ة اض ي الر ف ى ل ع ة ب ر ت م ال ار ث ال الن ذ ى أ ل ع ب ل الط ل ح ي ى اط ش ا اب ح ص أ او ح ب ص ي ن ى س ف ن ال .ل ي م ال ب الص و ة ي ر ك ال ق ل خ ل ا و ة ف ي ط الل ب و ل ق ال و ة ن ئ م ط م ال
ال ذ ى ل اث ي و ع ث ب ث ح ب ا ق ي م ل ا ر ض ت ن د م ن و م د ا م ه ف ع و ض و م ال ت ت ة ل م ف ة ي ح ة ي آن ر ق ة اس ر :د ة د اى ج م ال ل ي ب ىس ل ع ة ي آن ر ق ال ات ي ال ي م ل س ال اك ي ف ار ك ر و ن م ال د ه ع م ف م ائ ق ال ن اأ ه ي ف ر ك ذ .و اس ي د ان ك ال ع م ج ب ات ي ال ن م ع ط ق ب ر ك الذ ن أ ن و د ق ت ع ي ة د اى ج م ال ب ي م ه ن ئ م ط ي ة ي آن ر ق ال .م ات اج يح ض ق ي و م ات ي ح ف
ع م ي ال آن ر ق ال ل ك ىش ل ع ي ع و ن ال ي ل ي ل ح ت ال ي ف ص و ال ج ه ن م ال ث ح ب اال ذ ى م د خ ت س ي ر د ص م ىال ل ع ل و ص ال ت .و ر اى و الظ ج ه ن و ي س ف الن و ي اع م ت ج الج ه الن ث ح ب اال ذ ل ي اس س ال و د ه ع م ال س ي ئ ر ع م ت ل اب ق م ال ر ب ع ب ل الط و ذ ي ا س ال ل ام ك ت م ال ي م ل س ال ة ب و الت د ه ع م ف ب "ب ة ي ان الث ة ج ر الد ن م ة ي ح ل ص ال ة س س ؤ م ل ل و ه ي ف ظ و م و ر و أن ي س " ن م ة ي و ان الث ات ان ي ب ال ا. و ب ت ك ال ال ذ ى ان و ن ع ع م ة ل الص ات ذ ت ل ج م ال و اق ر و ال .ث ح ب ا
xv
ABSTRACT
The research aims to deconstruct the interaction between santris (lit.
students) and Quran in the form of riyadhah at at-Taubah Integrated Islamic
Boarding School in Cianjur’s Class II B Correctional Institution. The
underlining assumption is that they do not interact with Quran through
textual approach as they have never learnt the language and the text of
Quran. Instead, they try to interact, treat, and implement Quran directly in
their daily lives.
The thesis proves that santris of at-Taubah Integrated Islamic
Boarding Schools understand the specific functions of particular Quranic
verses used in the activity of riyadhah. For example, which one is for the
protection of Satanic disturbance, which is for human disturbance, and
which is for disaster. Other than that, santris also believe that reciting
Quranic verses through remembrance could have their needs realized. Such
activity makes santris calmer, ethical, patient, and soft-hearted.
The research is similar with Moh. Muhtador’s research entitled
Pemaknaan Ayat Al-Qur`an dalam Mujahadah: Studi Living Qur’an di PP
Al-Munawwir Krapyak Komplek Al- Kandiyas. In that study, Muhtador
explains that the doers of Mujahadah believe that reciting Quranic verses
through remembrance has brought about peace and calamity as well as make
their wishes come true.
The research uses analytical and descriptive methods which are
qualitative with Living Quran is set as a model. The approaches taken are of
sociological, phenomenological, and psychological approaches. The data
examined comes not only from primary resources through aninterview with
the principals, the teachers, and santrisof at-Taubah Integrated Islamic
Boarding School in Cianjur’s Class II B Correctional Institution but also
from secondary resources such as related books, journal, and papers.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al-Qur`an adalah firman Allah swt. yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw. dengan lafaz dan maknanya yang
membacanya dijadikan sebagai ibadah dan membuat umat manusia
tidak mampu menandingi satu surah yang terpendek sekalipun
daripadanya.
Allah swt. telah memasukkan segala sesuatu didalam Al-
Qur`an sehingga ia mengandung hukum, syariat, kisah-kisah, tamsil
(perumpamaan), hikmah, nasihat, dan pandangan-pandangan yang
benar tentang alam semesta, kehidupan, dan manusia.1
Al-Qur‘an sebagai rujukan awal umat Islam dalam
menentukan hukum juga menjadi power dalam kehidupan. Sebab, Al-
Qur‘an mempunyai daya magnetik dalam perilaku umat Islam. Selain
memiliki nilai ibadah ketika dibaca, Al-Qur‘an juga mengatur tata
cara berperilaku dan harus menjadi pedoman kehidupan umat Islam.
Tujuaannya untuk mendapatkan kebahagiaan dan rida dari Allah.
Secara garis besar, kehidupan manusia diatur oleh Al-Qur‘an
dan aturan tersebut tidak hanya bersifat teologis. Karena Al-Qur‘an
kitab universal yang mengatur perilaku manusia, dapat dikatakan
kalau aturan tersebut sampai pada tataran praksis. Aturan-aturan
tersebut bisa menjadi pedoman kehidupan bagi masyarakat Muslim.
Kandungan isi Al-Qur‘an terhadap manusia dapat
diklasifikasikan menjadi emapat bagian. Pertama, akidah yang wajib
diimani. Hal ini berhubungan dengan rukun iman yang terdapat
dalam doktrin Islam. Masalah akidah adalah masalah personal, tidak
ada orang yang dapat mengetahui akidah seseorang kecuali Allah
Yang Maha Esa. Kedua, hukum-hukum praksis yang mengatur
tentang interaksi manusia dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan.
Ketiga, perilaku mulia, yang mendidik manusia untuk berbuat baik,
baik dari segi zahir maupun batin, kelakuan bagi zahir menjadikan
manusia harmonis dan batin yang mengontrol ego dan sebagainya.
Keempat, berisi janji dan ancaman Tuhan kepada hamba yang
beramal baik dan mematuhi perintah serta menjauhi larangannya
untuk tidak berbuat.
1 Ibrahim Eldeeb, Be a Living Qur`an Petunjuk Praktis Penerapan Ayat-ayat Al-
Qur`an dalam Kehidupan Sehari-hari, terj. Faruq Zaini, (Ciputat: Lentera Hati, 2009), h.
118
2
Hal ini diperkuat oleh pendapat Mustafa al-Ghulayani,
sebagaimana dikutip oleh Athaillah, tentang kandungan Al-Qur‘an,
bahwa ―di dalam Al-Qur‘an terdapat prinsip-prinsip kemasyarakatan
yang universal, dan di dalamnya terdapat ketentuan-ketentuan yang
menjadikan Al-Qur‘an itu selalu sesuai untuk segala zaman dan
tempat.‖2
Pada masyarakat modern, orientasi memahami Al-Qur‘an dan
interaksi dengan Al-Qur‘an berbeda bila dibandingkan dengan abad
lalu pada masa kenabian Nabi Muhammad saw. Pada masa Nabi
Muhammad saw., masyarakat Arab langsung berinteraksi dengan Al-
Qur‘an bertepatan dengan diturunkan wahyu, dan mereka langsung
meminta Nabi Muhammad saw. untuk mengajarkan bacaan Al-
Qur‘an. Selain mengajar membaca, Nabi Muhammad saw. juga
mempunyai penulis wahyu pada periode Mekah dan Madinah. Pada
periode Mekah, salah satu penulisnya adalah Abdullah bin Abi Sarh,
dan yang penulis pada waktu Madinah adalah Ubay bin Ka‘ab, dan
orientasi yang tampak pada masa tersebut adalah untuk melestarikan
dan menjaga Al-Qur‘an, di samping sebagai hujah. Dan, hal ini terus
berlanjut sampai dijadikan dasar oleh Abu Bakar dalam menghimpun
Al- Qur‘an.3
Tetapi pada masa modern ini, interaksi Muslim jauh berbeda
dengan pada masa Nabi Muhammad saw. Di beberapa daerah di
Indonesia, ada perspektif dan anggapan bahwa seseorang tidak
dianggap sempurna Islamnya, kalau mereka tidak bisa membaca Al-
Qur‘an, sehingga banyak daerah yang menekankan belajar ilmu
agama, khususnya Al-Qur‘an, dibandingkan dengan pendidikan
umum.4
Interaksi antara komunitas muslim dengan kitab sucinya, Al-
Qur`an, dalam lintasan sejarah Islam, selalu mengalami
perkembangan yang dinamis. Bagi umat Islam, Al-Qur`an bukan saja
sebagai kitab suci yang menjadi pedoman hidup (dustûr), akan tetapi
juga sebagai penyembuh bagi penyakit (syifâ’), penerang (nûr) dan
sekaligus kabar gembira (busyrâ). Oleh karena itu, mereka berusaha
untuk berinteraksi dengan Al-Qur`an dengan cara mengekpresikan
melalui lisan, tulisan, maupun perbuatan, baik berupa pemikiran,
pengalaman emosional maupun spiritual.
2 A. Athaillah, Sejarah Al-Qur’an: Verifikasi Tentang Otentisitas Al-Qur’an,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 37 3 Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), h. 26-28 4 Umar Shihab, Kontektualitas Al-Qur’an (Jakarta: Penamadani, 2005), h. 56
3
Setiap muslim berkeyakinan bahwa manakala dirinya
berinteraksi dengan Al-Qur`an, maka hidupnya akan memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Untuk mendapatkan petunjuk Al-
Qur`an, muslim berupaya untuk dapat membacanya dan memahami
isinya serta mengamalkannya, meskipun membacanya saja sudah
dianggap sebagai ibadah. Pembacaan Al-Qur`an menghasilkan
pemahaman yang beragam sesuai kemampuan masing-masing, dan
pemahaman tersebut melahirkan perilaku yang beragam pula sebagai
tafsir Al-Qur`an dalam praksis kehidupan, baik pada dataran teologis,
filosofis, psikologis, maupun kultural.
Dalam realitanya, fenomena ‗pembacaan Al-Qur`an‘ sebagai
sebuah apresiasi dan respons umat Islam ternyata sangat beragam.
Ada berbagai model pembacaan Al-Qur`an, mulai yang berorientasi
pada pemahaman dan pendalaman maknanya—seperti yang banyak
dilakukan oleh para ahli tafsir, sampai yang sekedar membaca al-
Qur‘an sebagai ibadah ritual atau untuk memperoleh ketenangan
jiwa. Bahkan ada model pembacaan al-Qur‘an yang bertujuan untuk
mendatangkan kekuatan magis (supranatural) atau terapi pengobatan
dan sebagainya.5
Fazlur Rahman6, memetakan interaksi manusia dengan Al-
Qur`an dengan menggunakan analogi sebuah negara. Menurut
Rahman, ada tiga kelompok besar pengkaji Al-Qur`an, yakni citizens
(penduduk asli, umat Islam), foreigners (kelompok asing/non-muslim
yang mengkaji Al-Qur`an) dan invanders (penjajah, kelompok yang
ingin menghancurkan Al-Qur`an).
Sedangkan Farid Esack7 memetakan interaksi manusia dengan
Al-Qur`an dengan menggunakan analogi pencinta dan kekasihnya.
Pemetaan ini tidak berpretensi untuk menilai bahwa cara interaksi
suatu kelompok tertentu itu lebih baik daripada kelompok yang lain.
Pemetaan ini hanyalah sebuah deskripsi umum saja.
Dalam buku The Qur`an: A Short Introduction, Esack
mengkategorisasikan pembaca teks Al-Qur`an –yang kemudian ia
sebut pencinta-- menjadi tiga tingkatan:
Pertama, pencinta tak kritis (the uncritical lover). Pada
kategori pertama ini, sang pencinta begitu terpesona dengan
―kecantikan‖ wajah sang kekasih, sehingga tidak ada sedikit pun
ruang yang mampu dia kritisi. Dia menganggap bahwa apa yang ada
5 Abdul Mustaqim, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis (Yogyakarta:
Teras, 2007), h. 65 6 Intelektual muslim berkebangsaan Pakistan, wafat pada 1988
7 Doktor bidang ilmu tafsir Al-Qur`an asal Afrika
4
dalam diri kekasihnya itu adalah yang terbaik dari semua yang ada.
Tidak ada yang lebih cantik dan lebih mempesona daripada
kekasihnya.
Dalam konteks pembaca Al-Qur`an, pencinta tak kritis selalu
meyanjung, memuji dan memuja Al-Qur`an. Baginya, Al-Qur`an
adalah segala-galanya. Al-Qur`an adalah ‗sosok‘ suci yang tak boleh
dipertanyakan apalagi dikritisi. Dalam pandangannya, Al-Qur`an
adalah solusi atas setiap masalah, jawaban atas seluruh persoalan.
Meskipun ia sendiri tidak pernah tahu bagaimana proses untuk
memperoleh jawaban tersebut.
Mereka juga menggunakan Al-Qur`an dalam beragam aspek
kehidupan, seperti menggunakan ayat tertentu untuk pengobatan,
penyemangat hidup, penghindar dari bahaya dan sebagainya.8
Kedua, pencinta ilmiah (the scholarly lover). Kategori kedua
ini adalah mereka, yang meskipun mencintai sang kekasih, tetapi
tetap bersifat rasional. Mereka, dengan kecerdasan yang dimilikinya
berusaha untuk tidak ‗cinta buta‘ kepada sang kekasih. Ada ruang
untuk melihat lebih jauh sang kekasih dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan, untuk memastikan bahwa kekasihnya tersebut memang
layak untuk dicintai.
Dalam ranah Al-Qur`an, sang pencinta model kedua ini
adalah mereka yang terpesona dengan keindahan Al-Qur`an, tetapi
tidak menjadikan mereka lupa untuk mengkaji lebih jauh aspek
keindahan atau mukjizat Al-Qur`an tersebut dari sisi ilmiah. Mereka,
dengan kecerdasan dan kemampuan intelektual yang mereka miliki,
berusaha untuk mengkaji Al-Qur`an secara ilmiah. Sejumlah
pertanyaan pun diajukan untuk meneliti sisi i‘jaz atau keistimewaan
Al-Qur`an. Mereka mengkaji tentang aspek keindahan Al-Qur`an,
baik dari sisi bahasa, susun redaksi kalimatnya, sejarahnya, hingga
isyaratisyarat ilmiah yang terkandung di dalamnya.
Hasil dari kajian ilmiah tersebut kemudian mereka tuangkan
dalam karya-karya ilmiah seperti tafsir serta buku-buku ilmiah
lainnya yang mengkaji Al-Qur`an.
Ketiga, pencinta kritis (the critical lover). Kategori ketiga ini
adalah mereka yang meski terpesona dengan kekasihnya, sangat
mencintainya, tetap kritis untuk mempertanyakan hal-hal yang
dianggap ‗janggal‘ dalam diri kekasihnya. Kecintaannya kepada sang
kekasih tidak membuatnya ‗gelap mata‘. Mereka akan mencari tahu
8 Didi Junaedi―Living Qur`an : Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur`an
(Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab
Cirebon)‖, dalam Journal of Al-Qur`an and Hadith Studies, vol. iv, no. 2, 2015, h. 174
5
hal-hal yang membuat mereka terpesona, juga yang membuat mereka
‗mengernyitkan dahi‘. Hal ini mereka lakukan karena rasa cinta yang
begitu mendalam kepada sang kekasih.
Sang pencinta yang kritis akan memosisikan Al-Qur`an tidak
sekedar sebagai kekasih yang sempurna tanpa cela, tetapi
menjadikannya objek kajian yang sangat menarik. Demi mengetahui
banyak hal yang ada dalam Al-Qur`an, sang pencinta mau
menggunakan perangkat ilmiah modern seperti hermeneutika,
linguistik, antropologi, sosiologi, psikologi, bahkan filsafat sebagai
pisau analisisnya.
Melalui metode seperti inilah para pencinta ini bisa mengkaji
lebih dalam makna yang tersirat dalam diri kekasihnya, yaitu Al-
Qur`an. Dari hasil kajian itu kemudian dituangkan dalam bentuk
karya ilmiah yang ‗fresh from the oven’. Sebuah hasil studi pemikiran
yang segar dan mampu berdialektika, bahkan menjawab tantangan
dan problematika zaman.9
Kiranya, pemetaan baru ini atau lebih tepatnya tipologi
interaksi manusia terhadap al-Qur‘an perlu diperkenalkan kepada
umat Islam sebagai khazanah dan frame dalam melihat begitu
banyaknya gaya dan model interaksi manusia terhadap Al-Qur'an.
Wilayah Living Qur’an lebih banyak berfokus pada kelompok
pertama dari bagian pertama (uncritical lover). Namun tidak menutup
kemungkinan juga pada kelompok lainnya.
Living Qur'an yang dilakukan oleh umat Islam tidak melalui
pendekatan teks atau bahasa Al-Qur'an. Sebab, mereka (orang-orang
yang tidak mempunyai otoritas keagamaan dan tidak mempunyai
kemampuan dalam memahami bahasa Al-Qur'an) tidak pernah
melakukan pendekatan terhadap bahasa atau teks Al-Qur'an. Mereka
hanya mencoba secara langsung berinteraksi, memperlakukan, dan
menerapkan Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari mereka secara
praktis.
Interaksi terhadap Al-Qur'an semacam itu sudah menjadi
budaya atau lebih tepatnya sudah mendarah daging di kalangan
masyarakat, yang pada akhirnya akan memproduk mode of conduct
(pola perilaku) tertentu. Pola perilaku ini didasarkan pada asumsi-
asumsi mereka terhadap objek yang dihadapi, yakni Al-Qur'an.
Asumsi-asumsi inilah yang disebut dengan mode of thought (pola
berpikir). Bagi pelakunya, cara interaksi itu lebih bermanfaat
9 Didi Junaedi, ―Living Qur`an: Sebuah pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur`an
(Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab.
Cirebon), h. 175
6
(meaningful), dinamis, dan sangat mempengaruhi sisi psikologis si
pelaku.10
Menurut Sahiron Syamsuddin, secara garis besar, dalam studi
Al-Qur`an paling tidak terdapat tiga kelompok besar penelitian.
Pertama, penelitian yang menempatkan Al-Qur`an sebagai objek
penelitian. Ini yang disebut oleh Amin al-Khuli (kemudian diikuti
oleh Bint al-Syathi‘) dengan istilah dirasat al-nash yang mencakup
dua kajian: (a) fahm al-nash/ the understanding of text, dan (b)
dirasat ma hawl al-nash/ study of surroundings of text. Kedua adalah
penelitian tentang hasil pembacaan terhadap teks Al-Qur`an, baik
berwujud teori-teori penafsiran maupun yang berbentuk pemikiran
eksegetik. Ketiga ialah penelitian yang mengkaji ―respons‖ atau sikap
sosial terhadap Al-Qur`an atau hasil pembacaan Al-Qur`an. Model
penelitian yang ketiga ini kemudian di era kontemporer lebih terkenal
dengan istilah studi Living Qur’an.
Studi Living Qur’an adalah kajian atau penelitian ilmiah
tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran Al-Qur`an
atau keberadaan Al-Qur`an di sebuah komunitas muslim tertentu.
Dari sana pula akan terlihat respons sosial (realitas) komunitas
muslim untuk membuat hidup dan menghidup-hidupkan al-Qur‘an
melalui sebuah interaksi yang berkesinambungan.11
Dalam ranah publik, Al-Qur`an bisa berfungsi sebagai
pengusung perubahan, pembebas masyarakat tertindas, pencerah
masyarakat dari kegelapan dan kejumudan, pendobrak sistem
pemerintahan yang zalim dan amoral, penebar semangat emansipasi
serta penggerak transformasi masyarakat menuju kehidupan yang
lebih baik. Sedangkan dalam ranah privat, Al-Qur`an bisa menjadi
shifa (obat, penawar, pemberi solusi) untuk pribadi yang tengah
dirundung kesedihan, ditimpa musibah, serta didera persoalan hidup.
Dalam hal ini, ayat-ayat Al-Qur`an berfungsi sebagai terapi psikis,
penawar dari persoalan hidup yang dialami seseorang. Di sisi lain,
ada juga yang menjadikan surat atau ayat tertentu sebagai shifa, atau
obat dalam arti yang sesungguhnya, yaitu untuk mengobati penyakit
fisik.
Dari beberapa keterangan di atas, dapat dipahami jika
kemudian berkembang pemahaman di masyarakat tentang fadilah
atau khasiat serta keutamaan surat-surat tertentu atau ayat-ayat
10
Hamam Faizin, ―Mencium dan Nyunggi Al-Qur`an Upaya Pengembangan Kajian
Al-Qur`an Melalui Living Qur`an‖, dalam Jurnal Suhuf, vol. IV, no. 1, 2011, h. 27 11
Sahiron Syamsuddin, ―Penelitian Literatur Tafsir/ Ilmu Tafsir: Sejarah, Metode
dan Analisis Penelitian‖, dalam Makalah Seminar, Yogyakarta, 1999, h. 15
7
tertentu di dalam Al-Qur`an sebagai obat dalam arti yang
sesungguhnya, yaitu untuk menyembuhkan penyakit fisik.
Di samping beberapa fungsi tersebut, Al-Qur`an juga tidak
jarang digunakan masyarakat untuk menjadi solusi atas persoalan
ekonomi, yaitu sebagai alat untuk memudahkan datangnya rezeki.
Lazim kita jumpai dalam fenomena yang terjadi sehari-hari di
masyarakat kita, bahwa ada surat-surat atau ayat-ayat tertentu di
dalam Al-Qur`an yang diyakini dapat memancing hadirnya rezeki,
mendatangkan kemuliaan serta berkah bagi orang yang membacanya.
Keyakinan semacam ini pada gilirannya akan melahirkan
tradisi membaca surat tertentu pada waktu-waktu tertentu, baik
dilakukan secara pribadi oleh individu-individu di dalam masyarakat,
maupun secara kolektif yang kemudian menjadi ketentuan suatu
lembaga bagi para anggotanya. Dalam hal ini, lembaga yang lazim
memberlakukan ketentuan tersebut adalah pesantren.12
Hal ini juga berlaku di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas II B
Cianjur. Dimana LP Kelas II B Cianjur ini memberlakukan dzikir
dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur`an. Berdzikir dengan
menggunakan ayat-ayat Al-Qur`an tersebut dilaksanakan dalam kegiatan
riyadhah.13
Kondisi warga binaan LP sangat jauh dari harapan pemerintahan
LP. Warga binaan LP hidup berkelompok-kelompok, dimana setiap
kelompok merasa paling berkuasa didalam LP. Hal ini menyebabkan
tingkat premanisme sangat tinggi. Apabila terjadi permasalahan antara
sesama warga binaan LP, maka cara penyelesaiannya adalah dengan aksi
pemukulan. Kondisi LP yang over capacity14
pun membuat warga
binaan LP sulit untuk mendapatkan tempat istirahat yang layak, tidur
dengan posisi duduk, jatah makan yang minim, bahkan air minum pun
tak jarang sulit didapatkan.
Setelah masa tahanan warga binaan LP sudah habis, sangat jarang
dijumpai mantan tahanan maupun mantan narapidana yang betul-betul
berubah dalam segi psikologis dan keagamaan. Hal ini terbukti dengan
banyaknya mantan tahanan maupun mantan narapidana yang kembali
12
Didi Junaedi, ―Living Qur`an : Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur`an
(Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pavedilan Kab
Cirebon)‖, h. 171 13
Secara etimologis artinya latihan. Dalam term tasawuf, yang dimaksud riyadhah
adalah latihan rohani dengan cara-cara tertentu yang lazim dilakukan dalam dunia tasawuf.
Lihat Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), h. 30 14
Kelebihan daya tampung
8
menjadi warga binaan LP dengan jarak waktu yang tidak lama semenjak
bebas dari LP.15
Disisi lain, warga binanan juga perlu peningkatan dalam kualitas
yang pada awalnya atau sebagian atau seluruhnya dalam kondisi kurang,
kurang kualitas ketakqwaan kepada Allah swt, kurang kualitas
intelektual, kurang kualitas sikap dan perilaku, kurang kualitas
keterampilan, dan kurang kualitas kesehatan jasmani dan rohani.
Hal ini menunjukkan bahwa LP belum mampu mencapai tujuan
yang sebenarnya. Dimana tujuan LP yaitu membentuk warga binaan
agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki
diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima
kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam
pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang
baik dan bertanggungjawab.
Dari fenomena tersebut, dapat dipahami bahwa warga binaan
membuthkan kegiatan yang mampu menyentuh sisi psikologis dan
keagamaan. Oleh karena itu, kegiatan riyadhah menjadi penting untuk
dilakukan di LP. Karena dalam kegiatan riyadhah warga binaan
dibiasakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk lebih mendekatkan
diri kepada Allah swt. Seperti berdzikir dan memperbanyak membaca
Al-Qur`an.
Sebelum kegiatan riyadhah menjadi kegiatan rutin di LP, pengurus
pemerintahan LP mencari solusi untuk mengatasi masalah-masalah
warga binaan sebagaimana telah dijelaskan di atas. Setelah melewati
diskusi yang cukup panjang dengan pihak pemerintahan daerah
Kabupaten Cianjur dan Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Cianjur,
maka tercetuslah ide untuk mendirikan pondok pesantren di LP. Atas
ijin dari pemeritah daerah Kabupaten Cianjur, maka berdirilah Pondok
Pesantren Terpadu At-Taubah LP Kelas II B Cianjur pada tahun 2012.
Setelah berdirinya pondok pesantren, maka dibuatlah rancangan
kegiatan untuk warga binaan, salah satu kegiatan tersebut adalah
riyãdhah.
Sudah 3 tahun Pondok Pesantren At-Taubah melaksanakan
riyãdhah rutin dua kali dalam seminggu. Kegiatan riyãdhah tersebut
diisi dengan berdzikir dan membaca ayat-ayat Al-Qur`an seperti surat
al-Fãtihah [1], al-Ikhlãs [112], al-Falaq [113], an-Nãs [114], al-
Baqarah [2] ayat 1-5; ayat 163; 255; dan ayat 284-286; Hȗd [11] ayat
73, dan al-Ahzãb [33] ayat 33 dan 56, dan Yãsin.
15
Wawancara dengan pengurus Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah LP Kelas II
B Cianjur, T. Muchtar Gozali, Cianjur, 24 April 2017
9
Dengan kegiatan riyãdhah ini, pihak LP berharap agar warga
binaan mampu berubah menjadi pribadi lebih baik dengan kualitas
keagamaan yang baik pula.
Tradisi yang berjalan di Pondok Pesantren At-Taubah LP Kelas
II B Cianjur ini, dalam ranah studi Al-Qur`an bisa dikategorikan sebagai
Living Qur`an.16
Atas dasar uraian di atas, penulis ingin mengangkat tema yang
berkaitan dengan Al-Qur`an yang menjadi kajian Living Qur`an, dengan
judul Analisa Pemahaman Santri Terhadap Ayat-ayat Al-Qur`an dalam
Kegiatan Riyãdhah Serta Implikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari
(Studi Living Qur`an di Pondok Pesantren Terpadu At-Tauabah LP Kelas
II B Cianjur).
Dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai
pemahaman santri Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah LP kelas II B
Cianjur terhadap ayat-ayat Al-Qur`an yang digunakan dalam kegiatan
riyãdhah serta pengaruhnya terhadap psikologis warga binaan.
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah a. Minimnya interaksi warga binaan dengan Al-Qur`an.
b. Belum banyak kegiatan yang mampu menyentuh sisi religius
warga binaan.
c. Warga binaan memerlukan pendampingan batin, dimana hal
tersebut belum banyak diberikan oleh pemerintahan pengurus
LP.
d. Kegiatan riyãdhah dan interaksi warga binaan dengan Al-
Qur`an belum banyak diteliti.
2. Pembatasan Masalah Untuk memperjelas persoalan dan permasalahan yang akan
dibahas dalam penulisan tesis ini, maka perlu disampaikan
pembatasan masalah. Hal ini diperlukan agar pembahasan tidak
melebar kepada materi-materi yang tidak berkaitan dengan judul
tesis. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis
membatasi masalah hanya pada hal-hal berikut ini:
a. Mengkaji pemahaman santri terhadap ayat-ayat Al-Qur`an
yang digunakan dalam kegiatan riyãdhah di Pondok
Pesantren Terpadu At-Taubah LP Kelas II B Cianjur.
16
Didi Junaedi, ―Living Qur`an : Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur`an
(Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab
Cirebon)‖, h. 172
10
b. Analisis implikasi pemahaman santri mengenai ayat-ayat Al-
Qur`an yang digunakan dalam kegiatan riyãdhah terhadap
kondisi psikologis para santri Pondok Pesantren Terpadu At-
Taubah LP Kelas II B Cianjur yang mengikuti kegiatan
riyãdhah.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah yang akan
dijawab oleh tesis ini adalah:
1. Bagaimana pemahaman santri terhadap ayat-ayat Al-Qur`an
yang digunakan dalam kegiatan riyãdhah di Pondok
Pesantren Terpadu At-Taubah LP Kelas II B Cianjur?
2. Apa pengaruh pemahaman mengenai ayat-ayat Al-Qur`an
dalam riyãdhah terhadap kondisi psikologis santri yang
mengikuti kegiatan riyãdhah?
C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisa pemahaman santri terhadap ayat-ayat Al-
Qur`an yang digunakan dalam kegiatan riyãdhah di Pondok
Pesantren Terpadu At-Taubah LP Kelas II B Cianjur.
2. Untuk menganalisa pengaruh pemahaman santriterhadap ayat-
ayat Al-Qur`an dalam riyãdhah terhadap kondisi psikologis
santri yang mengikuti kegiatan riyãdhah.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan gambaran mengenai ayat-ayat Al-Qur`an yang
digunakan dalam riyãdhah di Pondok Pesantren Terpadu At-
Taubah LP Kelas II B Cianjur serta pemaknaan ayat-ayat
tersebut menurut para santri.
b. Memberikan gambaran mengenai pengaruh pemaknaan ayat-ayat
Al-Qur`an dalam riyãdhah terhadap kondisi psikologis santri
yang mengikuti kegiatan riyãdhah.
c. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan
pengetahuan ilmiah pada bidang Ulumul Qur`an.
11
E. Kajian Pustaka
Sejauh ini kajian mengenai living Qur`an sudah banyak dilakukan.
Agar tidak terjadi penelitian yang tumpang tindih, penulis terlebih
dahulu melakukan studi kepustakaan.
Menurut penelitian penulis, kajian mengenai living Qur`an
dan riyadhah banyak didapati dalam beberapa karya tulis berupa
buku, artikel, skripsi, maupun tesis yang kemudian penulis jadikan
sebagai buku rujukan. Diantara karya tulis tersebut, yaitu:
1. Moh. Muhtador, 2014, jurnal ―Pemaknaan Ayat Al-Qur`an dalam
Mujahadah: Studi Living Qur’an di PP Al-Munawwir Krapyak Komplek
Al- Kandiyas‖. Dalam jurnal ini, Moh. Muhtador meberikan pemaparan
mengenai ayat-ayat Al-Qur`an yang digunakan dalamkegiatan
Mujahadah di PP Al-Munawar Krapyak. Moh. Muhtador mendapatkan
hasil penelitian yaitu kegiatan Mujahadah sebagai media untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara berzikir yang diambil dari
potongan ayat-ayat Al-Qur‘an telah memberikan keyakinan kepada
pengamalnya dan telah menjadikan Al-Qur‘an hidup dalam kehidupan.17
Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan terletak pada ayat-
ayat Al-Qur`an yang dibaca dalam kegiatan tersebut. Dimana dalam
jurnal tersebut disebutkan bahwa ayat-ayat Al-Qur`an yang dibaca
adalah surat al-Fãtihah 1.000 kali, Yãsin, al-Ikhlãs, al-Falaq, an-Nãs,
al-Baqarah ayat 1-5, al-Baqarah ayat 255, akhir surat al-Baqarah, dan
surat at-Taubah ayat 18-10 sebanyak 7 kali. Sedangkan dalam kegiatan
riyãdhah di Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah LP Kelas II B Cianjur
ayat-ayat Al-Qur`an yang dibaca adalah surat al-Fãtihah, al-Ikhlãs,
al-Falaq, an-Nãs, al-Baqarah ayat 1-5; ayat 163; 255; dan ayat
284-286; Hȗd ayat 73, dan al-Ahzãb ayat 33 dan 56, dan Yãsîn.
2. Siti Fauziah, 2014, jurnal ―Pembacaan Al-Qur`an Surat-surat
Pilihan di Pondok Pesantren Putri Daar Al-Furqon Janggalan
Kudus (Studi Living Qur`an)‖. Penelitian yang dilakukan oleh Siti
Fauziah difokuskan pada surat-surat pilihan yang rutin dibaca di
Pondok Pesantren Putri Daar Al-Furqon Janggalan Kudus. Surat-
surat pilihan tersebut adalah surat Yasin, suratal-Mulk, surat al-
Waqi`ah, surat ad-Dukhan, dan surat ar-Rahman. Hasil dari
penelitian ini yaitu pembacaan Al-Qur‘an surat-surat pilihan di
Pondok Pesantren Putri Daar Al-Furqon adalah praktik bacaan al-
Qur‘an yang dilaksanakan secara komunal, yang termasuk pada
bentuk pembacaan sebagai suatu ritual dengan asal-usul
17
Moh. Muhtador, ―Pemaknaan Ayat al-Qur`an dalam Mujahadah: Studi Living
Qur‘an di PP Al-Munawwir Krapyak Komplek Al- Kandiyas‖, dalam Jurnal Penelitian, vol.
iix, no. 1, 2014
12
pembacaan yang struktural.18
Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian yang penulis lakukan terletak pada ayat-ayat Al-Qur`an
yang dibaca. Dalam penelitian penulis, ayat-ayat Al-Qur`an yang
dibaca adalah surat al-Fãtihah, al-Ikhlãs, al-Falaq, an-Nãs, al-
Baqarah ayat 1-5; ayat 163; 255; dan ayat 284-286; Hȗd ayat 73,
dan al-Ahzãb ayat 33 dan 56, dan Yãsîn.
3. Ahmad Atabik, 2014, jurnal ―The Living Qur`an : Potret Budaya Tahfiz
Al-Qur`an di Nusantara. Ahmad Atabik. Penelitian ini terfokus pada
budaya Tahfizh Al-Qur`an di Nusantara. Dari penelitian iniakan terlihat
respons sosial (realitas) komunitas muslim untuk membuat hidup dan
menghidup-hidupkan Al-Qur‘an melalui sebuah interaksi yang
berkesinambungan. Pada intinya, menafsirkan Al-Qur`an yang hidup dan
memaknai Al-Qur`anisasi kehidupan, dengan metode pendekatan sosial-
budaya, akan memunculkan fenomena umat Islam ke dalam berbagai
pemaknaan terhadap al-Qur‘an sebagai sebuah kitab yang berisi firman-
firman Allah swt. Kemudian pemaknaan ini dapat menghadirkan arti
dalam kehidupan sehari-hari, yang bahkan kemudian kadang-kadang
terlihat seperti berlawanan dengan prinsip-prinsip dasar dari ajaran yang
terdapat dalam al-Qur‘an. Semuanya ini adalah beberapa upaya
komunitas muslim untuk menghadirkan al-Qur‘an dalam kehidupannya
(living Qur’an).19
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh penulis, karena penulis tidak melakukan penelitian
mengenai budaya atau tradisi tahfîzh. 4. Didi Junaedi, 2015, Jurnal ―Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian
Al-Qur`an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan
Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon). Penelitian ini fokus
terhadap pembacaan surat Al-Waqi‘ah di di Pondok Pesantren As-
Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon.
Hasil dari penelitiannya, yaitu: tujuan dari tradisi pembacaan surat
Al-Waqi‘ah yang dilakukan setiap hari, adalah untuk memperoleh
kelapangan rezeki, mendapatkan ampunan (maghfirah), dan
mendapatkan kasih sayang (rahmat) dari Allah Swt.20
Dalam
penelitian ini, ayat-ayat Al-Qur`an yang dibaca hanya surat al-
Waqi‘ah saja. Sedangkan dalam penelitian penulis, ayat-ayat Al-
Qur`an yang dibaca adalah surat al-Fãtihah, al-Ikhlãs, al-Falaq,
18
Siti Fauziah, ―Pembacaan Al-Qur`an Surat-surat Pilihan di Pondok Pesantren
Putri Daar Al-Furqon Janggalan Kudus (Studi Living Qur`an)‖, dalam Jurnal Studi Ilmu-
ilmu Al-Qur`an dan Hadis, vol. xv, 2014 19
Ahmad Atabik, ―The Living Qur`an: Potret Budaya Tahfiz Al-Qur`an di
Nusantara‖, dalam Jurnal Penelitian, vol. iix, no. I, 2014. 20
Didi Junaedi,‖ Living Qur`an : Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur`an
(Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab.
Cirebon)‖, dalam Journal of Qur`an and Hadith Studies, vol. iv, no. 2, 2015.
13
an-Nãs, al-Baqarah ayat 1-5; ayat 163; 255; dan ayat 284-286;
Hȗd ayat 73, dan al-Ahzãb ayat 33 dan 56, dan Yãsîn.
5. Muhammad Ali, 2015, jurnal ―Kajian Naskah dan Kajian Living
Qur`an dan Living Hadith‖. Muhammad Ali memfokuskan
penelitiannya pada kajian naskah dan kajian Living Qur`an dan
Living Hadis. Hasil dari penelitian ini yaitu kajian naskah Al-
Qur`an dan Hadis tetap penting dan harus dikembangkan. Namun,
kajian Living Qur`an dan Living Hadith memiliki peluang yang
besar. Kelemahan-kelemahan pada kajian naskah tekstual dapat
ditutupi dengan kelebihan-kelebihan kajian kontekstual praktikal.
Sebaliknya, kekurangan-kekurangan pada kajian kontekstual dapat
ditutupi dengan kajian tekstual.21
Penelitian yang penulis lakukan
berbeda dengan penelitian ini, karena penulis tidak membahas
pada kajian naskah dan Living Hadis.
6. Mochammad Rizal Fanani, Mahasiswa Pascasarjana Institut
Agama Islam Negeri Tulungagung, 2016. Mochammad Rizal
menulis tesis dengan judul ―Kajian Living Qur`an Ayat-ayat
Pengobatan dalam Kitab Sullam Al-Futuhat Karya KH. Abdul
Hannan Mashum‖. Penelitian ini hanya terfokus pada ayat-ayat
Al-Qur`an yang digunakan untuk pengobatan. Hasil dari penelitian
ini yaitu dalam kitab Sullam al-Futuhat terdapat beberapa ayat
yang digunakan sebagai media pengobatan dengan berbagai
macam cara yang berbeda-beda dalam setiap pengobatan yang
dilakukan.22
Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan
yaitu ayat-ayat Al-Qur`an yang penulis bahas dalam tesis ini
bukan terfokus pada ayat-ayat Al-Qur`an untuk pengobatan,
melainkan ayat-ayat Al-Qur`an yang digunakan dalam riyãdhah.
F. Teknik dan Sistematika Penulisan
Untuk mencapai suatu kesimpulan yang dituju dan
mempermudah penyusunan tesis ini, penulis membagi pembahasan
menjadi beberapa bab yang antara satu bab dengan bab yang lain
memiliki keterkaitan.
Bab pertama berisi pijakan dalam penelitian yang terbagi
menjadi enam sub bab. Sub bab pertama berisi latar belakang
masalah. Sub bab kedua berisi permasalahan yang meliputi
21
Muhammad Ali, ―Kajian Naskah dan Kajian Living Qur`an dan Living Hadith‖,
dalam Journal of Living Qur`an and Hadith, vol. iv, no. 2, 2015 22
Mochammad Rizal Fanani, Kajian Living Qur`an Ayat-ayat Pengobatan dalam
Kitab Sullam Al-Futuhat Karya KH. Abdul Hannan, Mashum. (Tesis Prodi Ilmu Al-Qur`an
dan Tafsir Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, 2016)
14
identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah.
Sub bab ketiga berisi tentang tujuan penelitian. Sub bab keempat
berisi pemaparan kegunaan penelitian. Sub bab kelima berisi tinjauan
pustaka. Sub bab keenam sistematika penulisan.
Bab kedua berisi tentang kajian teoritis. Bab kedua ini terdiri
dari empat sub bab. Sub bab pertama berisi penjelasan mengenai
Living Qur`an. Sub bab kedua berisi tentang penjelasan mengenai
riyãdhah. Sub bab ketiga berisi tentang ayat-ayat yang digunakan
dalam kegiatan riyãdhah. Sub bab keempat berisi penjelasan
mengenai tahlil.
Bab ketiga penulis memaparkan metode penelitian. Bab ini
berisi 6 sub bab, yaitu lokasi dan waktu penelitian, jenis dan
pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, dan validitas data.
Bab keempat analisis kegiatan riyãdhah di Pesantren Terpadu
At-Taubah LP Kelas II B Cianjur. Bab ini berisi empat sub bab,
dimana sub bab pertama menjelaskan mengenai profil pesantren. Sub
bab kedua berisi tentang implementasi/penerapan kegiatan riyãdhah
di Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah LP Kelas II B Cianjur. Sub
bab ketiga menjelaskan tentang analisis pemahaman santri terhadap
ayat-ayat Al-Qur`an yang digunakan dalam kegiatan riyãdhah. Sub
bab keempat berisi tentang implikasi/pengaruh kegiatan riyãdhah
dalam kehidupan sehari-hari.
Bab kelima merupakan bab terakhir dalam tesis ini, yang
berisi tentang kesimpulan dari pembahasan secara keseluruhan.
Pertanyaan yang terdapat pada perumusan masalah akan terjawab
pada bab ini. Dalam bab ini juga memuat saran-saran penulis bagi
pembaca.
154
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan uraian yang telah penulis paparkan
pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Pemahaman Santri Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah LP Kelas
II B Cianjur sangat beragam. Berikut pemahaman mereka:
a. Surat al-Fãtihah
1) Surat paling agung karena merupakan induk Al-Qur`an
2) Doa untuk apa pun
3) Membaca surat al-Fãtihah sama dengan membaca seluruh Al-
Qur`an
4) Kegunaan nya sama dengan ayat-ayat yang lain. hanya
berbeda dalam segi waktu membacanya saja
b. Surat al-Ikhlãs, al-Falaq, dan an-Nãs
1) Perlindungan diri dari gangguan setan dan musibah
2) Perlindungan diri dari orang-orang zhalim
3) Doa untuk memperkuat keyakinan
4) Membaca surat al-Ikhlãs sebanyak 3 kali sama dengan
membaca seluruh Al-Qur`an
c. Surat al-Baqarah ayat 1-5 dan ayat 163
1) Sama dengan ayat-ayat yang lain
2) Tidak tahu
d. Surat al-Baqarah ayat 255
1) Perlindungan dari gangguan setan
2) Doa agar diberi keselamatan ketika bepergian
3) Mengobati penyakit luar dan dalan
4) Mengusir setan (mengobati kerasukan)
e. Surat al-Baqarah ayat 284-286, surat Hȗd ayat 73, Surat al-
Ahzãb ayat 33, dan surat al-Ahzãb ayat 56.
Narasumber tidak memiliki pemahaman mengenai ayat-
ayat ini, sehingga penulis tidak mendapat jawaban ketika penulis
bertanya mengenai pemahaman santri terhadap ayat-ayat ini.
2. Pengaruh dari pemahaman-pemahaman santri tersebut membuat
santri menjadi tenang jiwanya, lembut hatinya, beretika, dan sabar.
Hal ini disebabkan santri sudah menyerahkan segala urusannya
kepada Allah swt. melalui doa-doa yang dipanjatkan yang terselip
dalam ayat-ayat Al-Qur`an yang dibacanya.
155
B. Saran
Dari hasil penelitian penulis pada kesimpulan di atas, penulis
mencoba untuk memberikan masukan sebagai berikut:
1. Kepada pihak pondok Pesantren terpadu At-Taubah LP Kelas II B
Cianjur agar meningkatkan pembelajaran dalam bidang Tafsir Al-
Qur`an dan Hadis. Agar pengetahuan santri tidak hanya sebatas atau
ajaran turun temurun dari nenek moyang. Selain itu juga diharapkan
agar bacaan-bacaan dalam kegiatan riyâdhah di tambah
kuantitasnya.
2. Agar para asatidz Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah LP Kelas II
B Cianjur agar memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
santri dalam bidang Tafsir Al-Qur`an dan Hadis.
3. Kepada santri Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah LP Kelas II B
Cianjur agar lebih bersemangat dalam menggali ilmu-ilmu agama
Islam.
156
DAFTAR PUSTAKA
Alba, Cecep, Tasawuf dan Tarekat. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2014.
Ali, Fahry dkk, Merambah Jalan Baru, Rekontruksi Pemikiran
Indonesia Masa Orde baru. Bandung : Mizan. 1990.
Ali, Muhammad, “Kajian Naskah dan Kajian Living Qur`an dan
Living Hadith”. Journal of Living Qur`an and Hadith,.vol. iv. 2015
Al-Jauziyah, Ibnul Qayyim, Madarijus Salikin (Pendakian Menuju
Allah), terj. Kathur Suhardi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 1998.
Ambari dkk, Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
1999.
Amin, Darori, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama
Media, 2002.
Amin Haedari. Masa Depan Pesantren dalam Tantangan
Modernitas. Jakarta : IRD Press. 2005.
Anies, Madchan, Tahlil dan Kenduri: Tradisi Santri dan
Kyai.Yogyakarta. Lentera Pesantren. 2009.
Anwar, Rosihon dkk, Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. 2004.
Arifin, Muzayn, Kapita Selekta Pendidikan Umum dan Agama.
Semarang: Toha Putra.
Arikunto, Suharsini, Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
2000.
Armstrong, Amatullah, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, terj. M. S.
Nashrullah, dkk. Bandung: Mizan. 1996.
Atabik, Ahmad, “The Living Qur`an: Potret Budaya Tahfiz Al-
Qur`an di Nusantara”. Jurnal Penelitian. vol. iix. 2014.
Athaillah, A, Sejarah Al-Qur’an: Verifikasi Tentang Otentisitas Al-
Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
157
Azad, Maulana Abul Kalam, Hikmah Al-Fatihah Konsep Tuhan
Dalam Al-Qur`an, terj. Tim Mushaf, Depok: Mushaf, 2007.
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group. 2005.
Baidan, Nasruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2011.
Bawani, Imam dkk, Pesantren Buruh Pabrik. Yogyakarta: Lkis.
2011.
Bruinessen, Martin Van, Kitab Kuning, Pesantren dan Tareka
(Tradisi-tradisi Islam di Indonesia). Bandung: Mizan. 1995.
al-Bukhãrî, Abȗ „Abdillãh Muhammad bin Ismã‟îl bin Ibrãhîm bin
al-Mughîrah bin Bardizbah, Shahîh al-Bukhãrî. Kairo:.Dar al-Hadis, 2000.
Chodjim, Ahmad, Al-Falaq, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002.
ad-Dãrimî, „Abdullãh bin „Abdurraḫmãn Abȗ Muhammad, Sunan ad-
Dãrimî. Beirut. Dãr al-Kitãb al-„Arabi. 1407 H.
Danusiri, Tahlil dan Tahlilan, Jurnal Tentang Tahlil dan Tahlilan,
Dasteghib, Tafsir Surat Yasin, terj. Ibnu Fauzi al-Muhdhar, Jakarta:
Cahaya, 2005.
Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam, Dalam Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta : Prenada Media. 2004.
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES. 1982.
Eldeeb, Ibrahim, Be a Living Qur`an Petunjuk Praktis Penerapan
Ayat-ayat Al-Qur`an dalam Kehidupan Sehari-hari, terj. Faruq Zaini.
Ciputat: Lentera Hati. 2009.
Emerson, Robert, Contemporary Field Research, W. Lawrence
Neuman, Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, terj. Edina T. Sofia. Jakarta: PT. Indeks. 2013.
Faiqah, Nyai, Agen Perubahan di Pesantren. Jakarta : Kucica. 2003.
158
Faisal, Sanipah, Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional. 1982.
Faizin, Hamam, “Mencium dan Nyunggi Al-Qur`an Upaya
Pengembangan Kajian Al-Qur`an Melalui Living Qur`an”. Jurnal Suhuf. vol.
IV. 2011.
Faizin, Hamman, “AL-Qur`an Sebagai Fenomena yang Hidup:
Kajian atas Pemikiran Para Sarjana Al-Qur`an,”
Fanani, Mochammad Rizal, Kajian Living Qur`an Ayat-ayat
Pengobatan dalam Kitab Sullam Al-Futuhat Karya KH. Abdul Hannan,
Mashum. Tesis Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Pascasarjana Institut
Agama Islam Negeri Tulungagung, 2016.
Fathoni, Muhammad Kholid, Pendidikan Islam dan Pendidikan
Nasional (Paradigma Baru). Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam
Depag RI. 2005.
Fauziah, Siti, “Pembacaan Al-Qur`an Surat-surat Pilihan di Pondok
Pesantren Putri Daar Al-Furqon Janggalan Kudus (Studi Living Qur`an)”.
Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an dan Hadis. vol. xv. 2014
Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktek.
Jakarta: Bumi Aksara. 2013.
Haedari, Amin dkk, Panorama: Pesantren Dalam Cakrawala
Modern. Jakarta: Diva Pustaka. 2004.
Haedari, Amin, Transformasi Pesantren: Pengembangan Aspek
Pendidikan, Keagamaan, dan Sosia. Jakarta: LekDIS & Media Nusantara.
2006.
Hamzah, Amir, Pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran Islam.
Jakarta: Mulia Offset. 1989.
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
159
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 1995.
HM, Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum.
Jakarta:Bumi Aksara.1991.
Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. 2009.
Institut Ilmu Al-Qur`an, Buku Panduan Penulisan Proposal, Tesis
dan Disertasi Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta.
Jakarta: IIQ Press. 2017.
Junaedi, Didi “Living Qur`an : Sebuah Pendekatan Baru dalam
Kajian Al-Qur`an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa
Kalimukti Kec. Pavedilan Kab Cirebon)”. Journal of Al-Qur`an and Hadith
Studies. vol. iv. 2015.
Kafrawi, Pembaharuan Studi Pendidikan Pondok Pesantren Sebagai
Usaha Pembentukan Prestasi Kerja dan Pembinaan Kesatuan Bangsa.
Jakarta : Cemara Indah. 2004.
Karim, Rusli, Pendidikan Islam di Indonesia dalam Transformasi
Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana. 1991.
Katsir, Ibnu, Tafsir Al-Qur`an Al-‘Azhim, juz. 1, h. 53
Kesuma, Tri Mastoyo Jati, Pengantar Metode Penelitian Bahasa.
Yogyakarta: Carasvatibooks. 2006.
Khosin, Tipologi Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka. 2006.
Ma‟luf, Louis, Kamus Munjid. Beirut: Dar al-Mishria. 1986.
Ma‟shum, Saifullah , Dinamika Pesantren. Jakarta: Yayasan Islam
al-Hamidiyah dan Yayasan Saifuddin Zuhri. 1998.
Madjid, Nurcholis, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan.
Jakarta: Paramadina. 1997.
160
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf II: Pencarian Ma’rifah Bagi Sufi Klasik
dan Penemuan Kebahagiaan Batin Bagi Sufi Kontemporer. Jakarta: Kalam
Mulia. 2012.
Mahmud, Model-model Pembelajaran di pesantren. Tangerang:
Media Nusantara. 2006.
Maksum, Muhammad, Refleksi Pesantren: Otokritik dan Prospektif.
Jakarta: Ciputat Institut. 2007.
Mansur dkk, Rekonstruksi Sejarah Pendidikan di Indonesia. Jakarta:
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2005.
Mansur,,M. dkk, Living Qur`an dalam Lintasan Sejarah Studi
Qur’an. Yogyakarta: Th Press. 2007.
Mansur, Mohd, Khasiat dan Mukjizat Surah Al-Fatihah, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1995.
Marzuki, Metodologi Riset,. Yogyakarta: BPFE. 1998.
Mas‟ud, Abdurrahman, Dari Haramain ke Nusantara, Jejak
Intelektual Arsitektur Pesantren. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
2006.
Mas‟ud, Abdurrahman, Intelektual Pesantren, Yogyakarta: LKIS,
2004
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2002.
Mufid, Achmad A. R, Risalah Kematian (Merawat jenazah, Tahlil,
Tawasul, Ta’ziyah, dan Ziarah Kubur), Yogyakarta: Total Media, 2007.
Muhtador, Moh., “Pemaknaan Ayat al-Qur`an dalam Mujahadah:
Studi Living Qur‟an di PP Al-Munawwir Krapyak Komplek Al- Kandiyas”.
Jurnal Penelitia., vol. iix. 2014.
Mujib, Abdul, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada
Media. 2006.
161
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mustaqim, Abdul, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis.
Yogyakarta: Teras. 2007.
an-Nakhrawi, Arifin, Ajaran-ajaran Sufi Imam al-Ghazali. Surabaya:
Delta Prima Press. 2013.
Nasehudin, Toto Syatori dan Nanang Gozali, Metode Penelitian
Kuantitatif. Bandung: Pustaka Setia. 2012.
an-Nasã‟î, Ahmad bin Syu‟aib Abȗ „Abd ar-Rahmãn, Sunan an-
Nasã’î al-Kubrã. Beirut. Dãr al-Kutub al-„Ilmiyah.1991.
Nata, Abuddin, Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada
Media. 2010.
Nawawi, “Sejarah dan Perkembangan Pesantren”. Jurnal Studi Islam
dan Budaya . 2006.
Nazir, Moh., Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2003.
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group. 2009.
Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah, Buku Saku Tahlil, Doa
Tahlil, Surat Yasin, Istighosah, Asmaul Husna.
Prawiranegara, Alamsyah Ratu, Pembinaan Pendidikan Agama.
Jakarta: Departemen Agama RI.
Putra, Heddy Shri Ahimsa, “The Living Al-Qur‟an: Beberapa
Perspektif Antropologi,”. Jurnal Walisongo 20,.vol. 1. 2012.
Al-Qazwini, Muhammad bin Yazîd Abȗ „Abdillãh, Sunan Ibnu
Majah. Beirut. Dãr al-Fikr. t.th
Qiraati, Mohsen, Tafsir Anak Muda (Surat Yasin), terj. Salman Nano,
Jakarta: Al-Huda, 2005.
162
Qomar, Mujamil, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga. 2009.
Quthb, Sayyid, Fi Zhilal Al-Qur`an, terj. As‟ad Yasin dkk, Jakarta:
Gema Insani, 2004.
Rahardjo, M. Dawam, Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES.
1988.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2011.
Rofiq, Ahmad, Fiqih Aktual, Semarang: Mediatama Press, 2004.
Shihab, Umar, Kontektualitas Al-Qur’an. Jakarta: Penamadani. 2005.
as-Sijistani , Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy‟at, Sunan Abi Dawud.
Beirut. Dar al-Kitab al-„Arabi, t.th.
Soehadha, Moh, Metode Penelitian Sosial Kualitatif untuk Studi
Agama. Yogyakarta: SUKA Press. 2012.
Soemarjan, Selo, Perubahan Sosial di Yogyakarta. Yogyakarta:
Gajahmada Pers.
Subagyo, Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. 2011.
Subhan, Arief, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20:
Pergumulan antara Modernisasi dan Identitas. Jakarta: UIN Press. 2009.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta. 2014.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan,.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2007.
as-Sulamî, Muhammad bin „Îsã Abȗ „Îsã at-Tirmidzî, Al-Jãmi’ As-
Shahîh Sunan At-Tirmidzî. Beirut. Dãr Ihyã At-Turats al-„Araby, t.th.
Suwito dkk, Perkembangan Pendidikan Islam di Nusantara: Studi
Perkembangan Sejarah dari Abad 13 Hingga Abad 20 M”. Bandung:
Angkasa. 2004.
163
as-Syaibani, Ahmad bin Hanbal Abȗ „Abdillãh, Musnad Ahmad bin
Hanbal.Kairo. Muassasah Qurtubah. t.th.
Ash-Shaym, Muhammad, Menyingkap Rahasia Dibalik Penghabisan
Surat Al-Baqarah, terj. Ashari, Jakarta: Eska Media, tt.
Syamsuddin, Sahiron, “Penelitian Literatur Tafsir/ Ilmu Tafsir:
Sejarah, Metode dan Analisis Penelitian”. Makalah Seminar. Yogyakarta.
1999.
Syamsuddin, Sahiron, Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis.
Yogyakarta: Teras. 2007.
Tebba, Sudirman, Nikmatnya Tahlil, Ciputat: Pustaka irVan, 2008.
Thoha, Zainal Arifin, Runtuhnya Singgasana Kyai, NU, Pesantren
dan Kekuasaan: Pencarian Tak Kunjung Usai. Yogyakarta: Kutub. 2003.
Tim Penulis Rumah Kitab, Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren.
Jakarta: Renebook. 2014.
al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih, Tafsir Surat Yaasiin, terj. Arya
Noor & „Abdul „Aziz, Jakarta: Akbar, 2009.
Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:
Hidakarya Agung. 1982.
Zarkasyi, Abdullah Syukri, Gontor & Pembaharuan Pendidikan
Pesantren. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2005.
Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan
Obor. 2004.
Ziemek, Manfred, Pesantren dalam Perubahan Sosial. Jakarta: P3M.
1986.
Az-Zuhaili, Wahbah, Tafsir al-Munir, jil. 1, terj. Abdul Hayyie al-
Kattani, dkk, Jakarta: Gema Insani, 2013.
Wawancara
164
Wawancara dengan Pimpinan Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah
LP Kelas II B Cianjur
Wawancara dengan Asatidz Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah
LP Kelas II B Cianjur
Wawancara dengan Santri Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah LP
Kelas II B Cianjur
Wawancara dengan Staf LP Kelas II B Cianjur
PEDOMAN WAWANCARA (PIMPINAN PONDOK PESANTREN
TERPADU AT-TAUBAH LP KELAS II B CIANJUR)
Pertanyaan:
1. Kapan Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah didirikan?
2. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Pesantren Terpadu At-Taubah?
3. Mengapa diadakan kegiatan riyãdhah?
4. Ada berapa santri yang mengikuti kegiatan riyãdhah?
5. Apa tujuan diadakannya kegiatan riyãdhah?
6. Surat apa saja yang dibaca dalam riyãdhah?
7. Bagaimana pemahaman anda mengenai ayat-ayat yang dibaca dalam
kegiatan riyãdhah?
8. Mengapa surat Yãsîn yang dipilih untuk dibaca dalam kegiatan
riyãdhah?
9. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
10. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi lingkungan pesantren?
PEDOMAN WAWANCARA (ASATIDZ PONDOK PESANTREN
TERPADU AT-TAUBAH LP KELAS II B CIANJUR)
Pertanyaan:
1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Pesantren Terpadu At-Taubah?
2. Apa tujuan diadakannya kegiatan riyãdhah?
3. Mengapa surat Yãsîn yang dipilih untuk dibaca dalam kegiatan
riyãdhah?
4. Bagaimana pemahaman anda mengenai surat Yãsîn?
5. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah ini bagi santri?
6. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah ini bagi lingkungan pesantren?
PEDOMAN WAWANCARA (STAF LP KELAS II B CIANJUR)
Pertanyaan:
1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Pesantren Terpadu At-Taubah?
2. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
3. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi lingkungan pesantren?
PEDOMAN WAWANCARA (PENGURUS DAN SANTRI PONDOK
PESANTREN TERPADU AT-TAUBAH LP KELAS II B CIANJUR)
Pertanyaan:
1. Apa motivasi anda mengikuti kegiatan riyãdhah?
2. Bagaimana pemahaman anda mengenai ayat-ayat yang dibaca dalam
kegiatan riyãdhah?
3. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
4. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi lingkungan pesantren?
HASIL WAWANCARA (PIMPINAN PONDOK PESANTREN
TERPADU AT-TAUBAH LP KELAS II B CIANJUR)
Nama : KH. T. Muchtar Gozali AK, S.Sy, M.Si
TTL : Ciamis, 1 Januari 1966
Pendidikan : S.2
Alamat : Jl. Prof. Moh. Yamin Gg. Darna Rt/Rw. 04/03 Kel. Sayang
Kab. Cianjur
Pertanyaan:
1. Kapan Pondok Pesantren Terpadu At-Taubah didirikan?
Jawaban: Tanggal 9 Mei tahun 2012
2. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Pesantren Terpadu At-Taubah?
Jawaban: Berawal dari permohonan dari salah Kalapas dan perwakilan
dari warga binaan kepada ketua MUI Cianjur untuk membantu
pembinaan di Lapas. Permohonan ini disampaikan dalam acara Maulid
Nabi Muhammad saw. pada tanggal 12 Februari 2012
3. Mengapa diadakan kegiatan riyãdhah?
Jawaban: Karena riyãdhah sendiri memiliki arti berlatih, atau latihan.
Artinya melatih jiwa berintegrasi dengan Sang Khalik. Latihan
mempunyai perasaan bahwa kita adalah seorang makhluk yang tidak
mempunyai daya dan upaya tanpa kekuasaan Sang Khalik. Maka dengan
riyãdhah ini, kita senantiasa menyadari bahwa selamanya Sang Khalik
selalu melihat kita, mendengarkan kita, memberikan kekuatan kepada
kita, memberikan rizki kepada kita, mendengarkan apa yang kita
ucapkan dan kita bisikkan dalam hati.
4. Apa tujuan diadakannya kegiatan riyãdhah?
Jawaban: Tujuan diadakan nya riyãdhah adalah untuk meningkatkan
keimanan. Dari mulai iman taklid, kemudian menjadi iman ilmu,
kemudian menjadi iman ‘ain al-yaqîn, kemudian menjadi iman haq al-
yaqîn, kemudian menjadi iman hakikat
5. Ada berapa santri yang mengikuti kegiatan riyãdhah?
Jawaban: Kurang lebih 75 orang
6. Apa saja rangkaian kegiatan riyãdhah?
Jawaban: Pertama, sepatah dua patah kata sebagai pengantar riyãdhah,
sebagai pengantar pengintegrasian kita kepada sang Khalik. Yang kedua,
hadiah tawasul, dari mulai Nabi, para sahabat, para tabi’in, shohibul
masyayikh, para ulama, yang terakhir kepada orangtua dan saudara yang
sudah meninggal, dikirim doa dengan membaca surat al-Fãtihah.
Kemudian tahlil. Dilanjutkan dengan membaca surat Yãsin dengan tartil
dan dipandu. Ditutup dengan doa dan shalat hajat.
7. Bagaimana pemahaman anda mengenai ayat-ayat yang dibaca dalam
kegiatan riyãdhah?
a. Surat al-Ikhlãs, al-Falaq dan an-Nãs
Jawaban: Kalau dibaca sebelum tidur, dilanjutkan dengan membaca
surat al-Falaq dan an-Nas satu kali dan basmalah 21 kali, kemudian
diusapkan ke badan, maka akan dijaga dari kebakaran, kebanjiran,
dan orang-orang yang zhalim.
b. Surat al-Baqarah ayat 255
Jawaban: Sama (dengan surat al- Ikhlãs, al-Falaq dan an-Nãs), untuk
keselamatan juga.
c. Surat Yãsîn
Jawaban: Subhanallah banyak sekali fadhilahnya. Di majmu syarif
juga ada, apalagi di kitab-kitab lain, apalagi dibaca malam jum’at
atau hari jum’at. Mitsli tsawab (pahala) nya di transfer kepada ahli-
ahli yang sudah meninggalkan kita, yang sudah di alam barzah, itu
kan luar biasa. Jadi kalau kita membacakan surat Yasin lalu mitsli
tsawabnya di sampaikan kepada orang yang sudah meninggal maka
akan terasa nikmatnya. Disamping untuk mengurangi beban-beban
yang sudah ada. Itu untuk ahli alam barzah. Sekarang untuk ahli
dunia, berdasarkan keterangan, barangsiapa membaca surat Yasin
untuk keperluan tertentu, maka Allah swt. akan selalu
memperhatikan kita. Selain itu juga menyelesaikan, mempermudah
urusan kita.
8. Mengapa surat Yãsîn yang dipilih untuk dibaca dalam kegiatan
riyãdhah?
Jawaban: Referensi dari kitab Ihya ‘Ulum al-Diin dan kitab Tafsir Ibnu
Katsir, bahwa surat Yãsîn merupakan Qalb Al-Qur`an, hatinya Al-
Qur`an. Jadi, inti dari Al-Qur`an. Yang namanya hati itu kan pusat.
Tangan meraba atas petunjuk hati, mata melihat atas petunjuk hati,
telinga mendengar atas petunjuk hati, kaki melangkah juga atas petunjuk
hati. Jadi, panca indera itu beraktifitas atas petunjuk hati. Al-Qur`an juga
punya hati, yaitu surat Yãsîn.
9. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
Jawaban: Sungguh sangat signifikan. Karena riyãdhah itu artinya adalah
latihan. Maksudnya latihan disini adalah latihan lebih mendekatkan diri
kepada Allah dan bermuhasabah, latihan membaca kesalahan, itu intinya
riyãdhah. Makanya, orang yang sering melakukan riyãdhah itu hatinya
selalu luluh, tidak sombong, tidak ego, menerima kritikan orang lain.
10. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi lingkungan pesantren?
Jawaban: Jelas berkah. Makanan juga sekarang sudah serba ada.
HASIL WAWANCARA (ASATIDZ PONDOK PESANTREN
TERPADU AT-TAUBAH LP KELAS II B CIANJUR)
Nama : D. Hidayat
Pertanyaan:
1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Pesantren Terpadu At-Taubah?
Jawaban: Bapak mulai dari awal pendirian, mulai dari rapat mengadakan
pesantren ini bapak ikut rapat. Kemudian bapak ditugaskan sebagai
pengajar disini. Alasan didirikan pesantren adalah untuk memaksimalkan
ikhtiar dalam rangka membina hati manusia. Karena menurut analisa
para asatidz, manusia itu tangannya utusan hati, kaki utusan hati, bibir
utusan hati. Kalau hatinya gelap, hatinya buta, tentu tangan akan
bertindak semaunya, kaki bertindak semaunya, dan bibir berkata
semaunya, kalau hatinya nggak dikasih hidayah sama Allah. Tapi kalau
hatinya dikasih hidayah sama Allah, tangan, kaki, dan bibir akan berbuat
dalam hidayah Allah. Yang kedua, membantu usaha pemerintah dalam
rangka memberi kesadaran kepada umat manusia.
2. Apa tujuan diadakannya kegiatan riyãdhah?
Jawaban: Selain untuk meningkatkan keimanan, riyãdhah juga bertujuan
untuk mendapatkan hidayah dari Allah swt. dalam rangka
memaksimalkan ikhtiar. Karena apabila hidayah dibarengi dengan
ikhtiar, maka dampaknya sangat luar biasa dan akan kita rasakan
bersama.
3. Bagaimana pemahaman anda mengenai ayat-ayat yang dibaca dalam
kegiatan riyãdhah?
a. Surat Yãsîn
Jawaban: Sebuah hadis menyatakan bahwa apabila seseorang sedang
memiliki hajat, kemudian membaca surat Yasin, maka hajatnya akan
dikabulkan oleh Allah. Apabila orang yang sedang sakaratul maut
kemudian dibacakan surat Yasin, maka orang tersebut akan
dijauhkan sakaratul mautnya dari godaan setan.
4. Mengapa surat Yãsîn yang dipilih untuk dibaca dalam kegiatan
riyãdhah?
Jawaban: Yãsin itu Qalb Al-Qur`an. Sesungguhnya segala sesuatu itu
mempunyai hati. Hatinya Al-Qur`an adalah surat Yãsîn. Dalam tafsir
surat Yãsîn dijelaskan bahwa sebelum Allah menciptakan langit dan
bumi, Allah sudah terlebih dahulu menciptakan surat Yãsîn. Di surga
nanti, orang-orang ahli surga kebanyakan membaca surat Yãsîn dan surat
Thãhã. Oleh karena itu, dipilihlah surat Yasin. Alasannya karena:
Pertama, Yãsîn adalah Qalb Al-Qur`an; Kedua, Yãsîn menjadi salah satu
bacaan ahli surga; Ketiga, Yãsîn menjadi tawasul agar kita mendapat
ijabah dari AllahApa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
Jawaban: Sungguh sangat signifikan. Karena riyãdhah itu artinya adalah
latihan. Maksudnya latihan disini adalah latihan lebih mendekatkan diri
kepada Allah dan bermuhasabah, latihan membaca kesalahan, itu intinya
riyãdhah. Makanya, orang yang sering melakukan riyãdhah itu hatinya
selalu luluh, tidak sombong, tidak ego, menerima kritikan orang lain.
5. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
Jawaban: banyak sekali pengaruhnya. Dulu bapak kalau datang kesini
takut, serem, santri nya boro-boro bersalaman sama bapak, acuh saja.
Tapi sekarang kalau datang kesini berubah. Kalau ketemu santri mereka
mengucapkan salam, mencium tangan, jadi lembut hatinya, tenang
jiwanya. Itulah diantara barokahnya riyãdhah.
6. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi lingkungan pesantren?
Jawaban: rizki semakin berlimpah. Idul Adha tahun lalu saja disini ada
qurban 33 ekor domba dan 2 ekor sapi. Sampai sekarang juga meskipun
di lapas, tapi makanan subur. Selain itu, rasa kasih sayang antara santri,
asatidz, dan staff lapas juga lebih terasa.
HASIL WAWANCARA (STAF PONDOK PESANTREN TERPADU
AT-TAUBAH LP KELAS II B CIANJUR)
Nama : Edi Kuswandi
Jabatan : Registrator Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan
(Bimkemaswat)
Pertanyaan:
1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Pesantren Terpadu At-Taubah?
Jawaban: Karna kami merasa warga binaan tidak ada perubahan dari segi
sikap, dari segi keagamaan. Jadi yang sudah keluar dari sini banyak yang
masuk lagi. Seperti tidak ada efek jera. Memang itulah yang terjadi.
Dulu sistemnya sistem kepenjaraan. Setelah sistem kepenjaraan mulai
berkembang sekarang menjadi sistem kemasyarakatan. Yang dulu sistem
kepenjaraan itu sistemnya kekerasan, karena agar dia jera. Kalau dia jera
kan otomatis takut sehingga tidak mau lagi masuk kesini. Setelah masuk
kesini, ternyata disini ilmu banyak. Tadinya dia mencuri ayam, karena
dia bergaul dengan pencuri motor, akhirnya dia saling tukar pengalaman
yang akhirnya setelah dia keluar jadi mencuri motor. Hal ini terjadi
karena ilmu yang didapatkan bukan ilmu keagamaan. Sedangkan yang
harusnya dibina itu bukan fisik, tapi rohani. Maka setelah adanya
pemikiran hal itu, Kalapas waktu itu mengajukan untuk didirikan
pesantren. Waktu itu Kalapasnya adalah bapak Philip Arafat, beliau non-
muslim. Beliau mengadakan pertemuan dengan MUI, dan akhirnya
disetujui.
2. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
Jawaban: perubahannya banyak. Dari yang dulunya sangar, serem,
sekarang santri sudah ada adab tatakrama nya. Kemudian dari segi
keamanan, sangat membantu sekali. Sebab, kalau dulu itu para napi atau
santri itu kebanyakan pikirannya ngeres, kasar, pengennya kabur. Tapi
sekarang sedikit mengurai ketegangan tersebut, tidak terlalu kasar.
Bahkan ada yang tadinya waktu di rumahnya nggak pernah shalat, nggak
pernah puasa, disini alhamdulillah shalat 5 waktu, puasa ramadhan full
satu bulan. Meskipun awalnya mereka melakukan semua itu karena
paksaan, tapi lama-lama menjadi kebiasaan.
3. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi lingkungan pesantren?
Jawaban: keamanan pesantren lebih meningkat.
HASIL WAWANCARA (STAF PONDOK PESANTREN TERPADU
AT-TAUBAH LP KELAS II B CIANJUR)
Nama : Sarah
Jabatan : Staf Urusan Umum
Pertanyaan:
1. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
Jawaban: Sesama santri jadi saling menghargai, rajin beribadah,
sosialisasinya juga lebih baik. Kata-katanya lebih dijaga.
2. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi lingkungan pesantren?
Jawaban: Suasananya jadi lebih nyaman.
HASIL WAWANCARA (PENGURUS PONDOK PESANTREN
TERPADU AT-TAUBAH LP KELAS II B CIANJUR)
Nama : Hendra Sulaeman
Umur : 32 tahun
Jabatan : Ra`is ‘ãm
Pekerjaan : Waktu penangkapan sebagai Punduh Desa
Pasal : 340 KUHP
Masa Pidana : 15 tahun
Pertanyaan:
1. Apa motivasi anda mengikuti kegiatan riyãdhah?
Jawaban: Waktu saya masuk kesini sudah ada kegiatan riyãdhah.
Disamping karena sudah peraturannya harus ikut riyãdhah, tetapi ada
keinginan dari diri sendiri juga untuk lebih mendekatkan diri kepada
Allah.
2. Bagaimana pemahaman anda mengenai ayat-ayat yang dibaca dalam
kegiatan riyãdhah?
a. Surat al-Fãtihah
Jawaban: Surat yang paling berharga. Kumpulan ayat-ayat Al-Qur`an
yang dikumpulkan dalam satu surat al-Fãtihah. Yang terdapat
kalimat basmalah. Kalau kita mau baca Al-Qur`an pasti membaca
basmalah dulu. Mau melakukan apa-apa juga baca basmalah dulu.
b. Surat al-Ikhlãs, al-Falaq, dan an-Nãs
Jawaban: Kata guru katanya kalau mau tidur harus baca surat al-
Ikhlãs. Buat penjagaan diri.
c. Surat al-Baqarah ayat 1-5 dan ayat 163
Jawaban: Sama dengan surat yang lain.
d. Surat al-Baqarah ayat 255
Jawaban: Kata guru, kalau mau bepergian, kalau mau tidur, baca ayat
kursi dulu sebagai perlindungan diri.
e. Surat al-Baqarah ayat 284-286
Jawaban: Pasti ada maknanya. Karena kalau nggak ada maknanya,
nggak mungkin para ulama mengamalkannya. Kalau guru nyuruh
baca, nggak mungkin nggak ada maknanya. Tapi saya belum tau
secara mendalam maknanya apa. Karena saya belum mempelajari hal
tersebut.
f. Surat Hȗd ayat 73, surat al-Ahzãb ayat 33, dan surat al-Ahzãb ayat
56
Jawaban: (Jawaban dari pertanyaan sebelumnya sudah mewakili).
g. Surat Yãsîn
Jawaban: Untuk diri pribadi, pertama bisa menenangkan diri, kedua
bisa mendoakan orang lain, ketiga supaya dekat dengan Allah
mungkin berjalan dengan doa. Doanya mungkin apa saja, yang
dilengkapi oleh surat Yãsin.
3. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
Jawaban: Banyak pengaruhnya. Bisa menenangkan hati, mendekatkan
diri kepada Allah.
4. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi lingkungan pesantren?
Jawaban: Jadi lebih bermasyarakat.
HASIL WAWANCARA (PENGURUS PONDOK PESANTREN
TERPADU AT-TAUBAH LP KELAS II B CIANJUR)
Nama : Asep Nurfalah
Umur : 36 tahun
Jabatan : Seksi pendidikan dan dakwah
Pekerjaan : Waktu penangkapan sebagai wiraswasta
Pasal : 81 ayat 1 tahun 2003
Masa Pidana : 11 tahun 2 bulan
Pertanyaan:
1. Apa motivasi anda mengikuti kegiatan riyãdhah?
Jawaban: Atas keinginan pribadi. Karena saya dulu masuk sini ada rasa
dendam karena tidak sesuai dengan perbuatan. Untuk menghilangkan
rasa dendam itu, saya dengan senang hati mengikuti riyãdhah. Karena
ingin menjadi lebih baik.
2. Bagaimana pemahaman anda mengenai ayat-ayat yang dibaca dalam
kegiatan riyãdhah?
a. Surat al-Fãtihah
Jawaban: Sebetulnya semua ayat atau surat yang dibaca dalam tahlil
itu sama, sama-sama ayat Al-Qur`an. Menurut pikiran saya
semuanya sama, cuma beda dipakainya, tahapannya beda-beda.
Seperti surat al-Fãtihah ada yang dibaca di waktu shalat, ada yang
dibaca waktu riyãdhah.
b. Surat al-Ikhlãs, al-Falaq, dan an-Nãs
Jawaban: sama seperti yang dijelaskan oleh Mama, dibaca sebelum
tidur dan seterusnya. Selain itu juga Rasulullah pernah mengadakan
sayembara, siapapun yang bisa khatam Al-Qur`an hari ini, orang itu
akan dijadikan mantu saya. Nah, beberapa lama kemudian, yang
lainnya lagi baca Al-Qur`an, Sayyidina Ali sudah selesai. Kemudian
Sayyidina Ali ditanya oleh Rasulullah, ‘kenapa kamu nggak baca Al-
Qur`an?’, Sayyidina Ali menjawab ‘saya sudah membaca surat al-
ikhlãs sebanyak tiga kali’. Rasulullah bertanya lagi ‘kenapa?’,
Sayyidina Ali menjawab, “karena membaca surat al-ikhlãs sebanyak
tiga kali sama dengan membaca Al-Qur`an satu kali khatam.
c. Surat al-Baqarah ayat 1-5 dan ayat 163
Jawaban: Sama dengan surat yang lain. Hanya beda waktu
membacanya saja.
d. Surat al-Baqarah ayat 255
Jawaban: Meskipun dibaca dalam riyadhah, tapi ada yang
dikhususkan seperti apabila mau bepergian, membaca ayat kursi dulu
biar selamat.
e. Surat al-Baqarah ayat 284-286, surat Hȗd ayat 73, surat al-Ahzãb
ayat 33, dan surat al-Ahzãb ayat 56
Jawaban: (Jawaban dari pertanyaan sebelumnya sudah mewakili).
f. Surat Yãsîn
Jawaban: kan guru-guru mengatakan bahwa kalau seandainya kita
ada masalah apapun juga, bukan dikaitkan juga dengan ayat Al-
Qur`an, tapi kan kita memohon kepada Allah dengan jalan membaca
surat Yãsîn, dan kita juga diwajibkan membaca Al-Qur`an. Ketika
membaca surat Yãsîn, apa yang ada di pikiran kita, kemauan kita,
rasanya di ijabah oleh Allah swt. Dikarenakan sewaktu membaca
surat Yãsîn rasanya dingin, adem, dan juga untuk meredam nafsu
kita, dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Berdoa tetap kepada
Allah, tetapi perantara nya melalui surat Yãsîn.
3. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
Jawaban: Yang pertama, dulu saya tidak punya sopan santun, sekarang
sudah bisa belajar sopan santun, rasa kekeluargaan sudah terasa. Yang
kedua, karena berkah riyadhah, kalau belum melaksanakan shalat dhuha,
rasanya punya hutang, meskipun shalat dhuha sunat. Yang ketiga, lebih
mengingat kasih sayang sama orang-orang yang saya cintai yang saya
tinggalkan itu semakin dalam. Kalau dulu sayang hanya sekedar sayang
sama orang tua dan anak. Kalau sekarang, berkah dari doa-doa yang
dipanjatkan ketika riyadhah, itu ibarat tanah yang disiram air, menyerap
hati. sekarang kalau ada masalah saya lebih baik mengalah daripada
memperpanjang masalah. Hatinya lebih enak, tentram.
HASIL WAWANCARA (PENGURUS PONDOK PESANTREN
TERPADU AT-TAUBAH LP KELAS II B CIANJUR)
Nama : Oni Syachrini
Umur : 48 tahun
Jabatan : Sekretaris
Pekerjaan : Waktu penangkapan sebagai guru
Pasal : 82
Masa Pidana : 6 tahun
Pertanyaan:
1. Apa motivasi anda mengikuti kegiatan riyãdhah?
Jawaban: Memang karena saya pengurus jadi harus ikut. Tetapi dari diri
sendiri juga memang ingin ikut riyãdhah.
2. Bagaimana pemahaman anda mengenai ayat-ayat yang dibaca dalam
kegiatan riyãdhah?
a. Surat al-Ikhlãs, al-Falaq, dan an-Nãs
Jawaban: Untuk penjagaan diri dari gangguan setan, katanya seperti
itu ya. Dan juga dari godaan teman yang mengajak kepada kejahatan.
b. Surat al-Baqarah ayat 1-5 dan ayat 163
Jawaban: Sama dengan surat yang lain. Hanya beda waktu
membacanya saja.
c. Surat al-Baqarah ayat 255
Jawaban: Untuk menjaga diri, kadang-kadang kan ada yang namanya
ilmu hitam atau sihir, katanya kalau mendawamkan ayat kursi bisa
menangkal ilmu hitam atau sihir tersebut. Terus kalau ada orang
yang kerasukan juga bisa diobati dengan ayat kursi. Kata para guru
seperti itu.
d. Surat al-Baqarah ayat 284-286, surat Hȗd ayat 73, surat al-Ahzãb
ayat 33, dan surat al-Ahzãb ayat 56
Jawaban: (Jawaban dari pertanyaan sebelumnya sudah mewakili).
e. Surat Yãsîn
Jawaban: Banyak sekali fadhilahnya. Tapi saya juga mungkin belum
pernah meneliti secara khusus. Karena saya sampai saat ini belum
pernah membaca buku mengenai fadhilah-fadilahnya. Salah satu
fadhilahnya mungkin karena saya sering membaca kandungannya,
fadhilahnya saya jadi lebih berhati-hati dalam menjalani hidup ini.
Karena di dalam Yãsin kan diceritakan bagaimana kalau orang
seperti ini bisa dihimpit oleh tanah segala macam.
3. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
Jawaban: Saya jadi merenung, betapa diri saya harus banyak sekali
mencuci diri atau mensucikan diri. Berbuat lebih baik lagi. Bahkan kalau
kita sayang sama istri, sayang sama anak-anak, sayang sama keluarga,
tidak boleh melebihi sayang atau cinta kita kepada Allah swt. Karena
kadang-kadang istri bisa jadi musuh, anak bisa jadi musuh. Tapi kadang-
kadang anak juga bisa membawa kita ke surga juga. Yang lebih penting
kita harus taat kepada Allah swt. Jadi harus lebih taat kepada perintah
Allah swt. Segala sesuatu itu sudah ditentukan oleh Allah. Tidak boleh
dendam kepada orang lain, tidak boleh menyalahkan orang lain.
HASIL WAWANCARA (PENGURUS PONDOK PESANTREN
TERPADU AT-TAUBAH LP KELAS II B CIANJUR)
Nama : Sigit Setiadi
Umur : 22 tahun
Jabatan : Bendahara
Pekerjaan : Waktu penangkapan sebagai pelatih pramuka
Pasal : 359 KUHP
Masa Pidana : 4 tahun 6 bulan
Pertanyaan:
1. Apa motivasi anda mengikuti kegiatan riyãdhah?
Jawaban: Untuk memperbaiki diri.
2. Bagaimana pemahaman anda mengenai ayat-ayat yang dibaca dalam
kegiatan riyãdhah?
a. Al-Fãtihah
Jawaban: Setau saya gini,setiap ucapan dalam Al-Qur`an itu adalah
doa. Doa nya untuk apa saja, tergantung pribadi masing-masing.
Karena setiap orang memiliki doa berbeda. Kalau untuk saya pribadi
doanya ingin menjadi lebih baik, baik lahir maupun batin, kemudian
mendoakan orang tua agar menjadi lebih baik. Intinya, yang pertama
supaya kita menjadi lebih baik, yang kedua mendapatkan ridho dari
Allah swt., yang ketiga agar menjalani hidup ini dipermudah dan
diperindah.
b. Surat al-Ikhlãs, al-Falaq, an-Nãs, al-Baqarah ayat 1-5, al-Baqarah
ayat 163, al-Baqarah ayat 255, al-Baqarah ayat 284-286, surat Hȗd
ayat 73, surat al-Ahzãb ayat 33, dan surat al-Ahzãb ayat 56.
Jawaban: (Jawaban dari pertanyaan sebelumnya sudah mewakili).
c. Surat Yãsîn
Jawaban: Kalau orang Sunda kan identik dengan budaya. Salah
satunya adalah Yasinan. Apalagi kalau ada yang meninggal, pasti
Yãsinan. Dulu berpikirnya bahwa mendoakan orang meninggal itu ya
baca surat Yãsin. Tujuannya mendoakan orang-orang yang sudah
meninggal akan dimudahkan proses hisabnya dan mendoakan
mereka supaya masuk surga. Kalau untuk orang yang masih hidup,
kalau orang yang tidak baik atau kelakuannya kurang baik semoga
segera dibaikkan dan disadarkan. Yang sudah sadar bisa
ditambahkan lagi kesadarannya, setidaknya bisa istiqomah dalam
beribadah.
3. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
Jawaban: merasa lebih nyaman, lebih tenang.Terus menambah kebiasaan
yang baik.
4. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
Jawaban: Santri yang tadinya diam saja, nggak ada kegiatan, hawanya
panas, sekarang sudah bermasyarakat, saling berkomunikasi satu sama
lain, saling gotong royong. Terutama dalam hal keagamaan. Contohnya,
kalau misalnya sudah adzan tapi ada santri yang masih di kamar, itu
petugas pemegang kunci nya keliling setiap kamar untuk segera
melaksanakan shalat di masjid. Hal ini menandakan bahwa dengan
adanya kegiatan riyadhah menambah kepribadian mereka menjadi lebih
baik. Di luar belum tentu shalat, tetapi disini mengingatkan untuk shalat.
Selain itu, kekerasan juga sudah berkurang.
HASIL WAWANCARA (SANTRI PONDOK PESANTREN TERPADU
AT-TAUBAH LP KELAS II B CIANJUR)
Nama : Ahmad Suratman
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Waktu penangkapan sebagai montir
Pasal : 81 ayat 1 tahun 2003
Masa Pidana : 9 tahun 3 bulan
Pertanyaan:
1. Apa motivasi anda mengikuti kegiatan riyãdhah?
Jawaban: Atas keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
2. Bagaimana pemahaman anda mengenai ayat-ayat yang dibaca dalam
kegiatan riyãdhah?
a. Al-Fãtihah
Jawaban: al-Fãtihah itu induk dari segalanya, lebih utama. Karena
dalam surat al-Fãtihah kan itu induknya Al-Qur`an. Jadi setiap
pembukaan doa pasti al-Fãtihah. Sangat istimewa. Makna surat al-
Fãtihah berisi doa-doa. Doa untuk apa saja.
b. Surat al-Ikhlãs, al-Falaq, an-Nãs,
Jawaban: Sebagai penutup dan isi, tengah-tengah. Untuk melengkapi
al-Fatihah. Buat menjaga diri, buat memperkuat keyakinan juga.
c. al-Baqarah ayat 1-5, al-Baqarah ayat 163, al-Baqarah ayat 284-286,
surat Hȗd ayat 73, surat al-Ahzãb ayat 33, dan surat al-Ahzãb ayat
56.
Jawaban: Nggak tahu
d. al-Baqarah ayat 255
Jawaban: Doa untuk perlindungan diri dari gangguan syetan.
e. Surat Yãsîn
Jawaban: disamping amalan, Yãsin juga merupakan doa. Doa untuk
keselamatan, doa untuk apa saja, banyak. Untuk (menarik)
perempuan juga bisa. Kan segala doa di qabul tergantung niatnya
baca surat Yãsin itu buat apa. Tapi yang utama untuk amalan saja.
3. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
Jawaban: Hidup lebih terarah, lebih tenang.
4. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi lingkungan pesantren?
Jawaban: kekerasan sudah berkurang.
HASIL WAWANCARA (SANTRI PONDOK PESANTREN TERPADU
AT-TAUBAH LP KELAS II B CIANJUR)
Nama : Lukman Hakim
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Waktu penangkapan sebagai wiraswasta
Pasal : 81 ayat 1 tahun 2003
Masa Pidana : 10 tahun
Pertanyaan:
1. Apa motivasi anda mengikuti kegiatan riyãdhah?
Jawaban: Untuk memperbaiki diri.
2. Bagaimana pemahaman anda mengenai ayat-ayat yang dibaca dalam
kegiatan riyãdhah?
a. Al-Fãtihah
Jawaban: Semua Al-Qur`an terkandung dalam surat al-Fãtihah. Jadi
barang siapa yang membaca surat al-Fãtihah, maka sama dengan
membaca seluruh Al-Qur`an.
b. Surat al-Ikhlãs, al-Falaq, an-Nãs,
Jawaban: Melengkapi al-Fãtihah juga seperti surat al-Ikhlãs.
Perlindungan diri dari sihir, dari jin, dan manusia.
c. al-Baqarah ayat 1-5, al-Baqarah ayat 163, al-Baqarah ayat 284-286,
surat Hȗd ayat 73, surat al-Ahzãb ayat 33, dan surat al-Ahzãb ayat
56.
Jawaban: Tidak tahu.
d. al-Baqarah ayat 255
Jawaban: ayat kursi bisa mengobati penyakit luar dan dalam. Karena
Didalamnya terkandung makna yang menunjukkan Kuasa Allah.
Yaitu dalam kalimat والرض وسع كرسيه السماوات .
e. Surat Yãsîn
Jawaban: untuk menenangkan diri, bisa mempermudah urusan.
Seperti ayat
yang menunjukkan kekuasaan Allah.
3. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
Jawaban: Menenangkan hati, tadinya mudah emosi, sekarang tidak.
HASIL WAWANCARA (SANTRI PONDOK PESANTREN TERPADU
AT-TAUBAH LP KELAS II B CIANJUR)
Nama : Dewi
Umur : 40 tahun
Pasal : UU No. 24 tahun 2006
Masa Pidana : 8 tahun
Pertanyaan:
1. Apa motivasi anda mengikuti kegiatan riyãdhah?
Jawaban: Untuk memperbaiki diri.
2. Bagaimana pemahaman anda mengenai ayat-ayat yang dibaca dalam
kegiatan riyãdhah?
a. Surat Yãsîn
Jawaban: Yãsin kan jantungnya Al-Qur`an. Fungsinya untuk
menenangkan hati. Apalagi kalau kita baca artinya, sangat dalam
sekali. Selain itu juga untuk mendoakan orang yang sudah
meninggal.
3. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
Jawaban: Disitu teringat dosa-dosa kita. Ada satu kekhusyukan ketika
berdoa, karena berdoa nya bersama-sama. Kayaknya doa bersama itu
lebih maqbul, merasa doanya lebih didengar sama Allah. Jadi lebih
introspeksi diri. Ternyata kita tidak ada apa-apanya, kita itu kecil. Allah
bisa menggerakkan hati manusia. Saya bersyukur ternyata saya adalah
orang terpilih yang bisa merasakan syahdunya beribadah. Kalau diluar
sana tidak akan saya dapatkan hal-hal seperti ini. Sebetulnya kalau kita
disini mah imbang ya, karena kita dikasih siraman rohani, tetapi kita pun
dalam keadaan terkurung. Jadi emosi mah tetap ada, tapi sedikit bisa
meredam. Tapi kita disini kan nggak hidup satu orang, setiap kepala
berbeda-beda. Ada hal yang memicu sedikit kadang mudah emosi.
Memang tergantung iman sih.
HASIL WAWANCARA (SANTRI PONDOK PESANTREN TERPADU
AT-TAUBAH LP KELAS II B CIANJUR)
Nama : Rina
Umur : 42 tahun
Pasal : 378
Masa Pidana : 3 tahun 6 bulan
Pertanyaan:
1. Apa motivasi anda mengikuti kegiatan riyãdhah?
Jawaban: Supaya menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
2. Bagaimana pemahaman anda mengenai ayat-ayat yang dibaca dalam
kegiatan riyãdhah?
a. Surat Yãsîn
Jawaban: Yãsin biasanya dikhususkan untuk yang sudah meninggal.
Tetapi juga bisa untuk mendoakan yang masih hidup. Seperti kita
minta dipanjangkan umur, dimudahkan rizqinya.
3. Apa pengaruh dari kegiatan riyãdhah bagi santri?
Jawaban: Hati lebih nyaman, ibadah lebih fokus, lebih tenang, lebih
bertafakur, lebih bersyukur, lebih berhati-hati dalam berbuat.