ANALISIS PEMAHAMAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM …
Transcript of ANALISIS PEMAHAMAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM …
ANALISIS PEMAHAMAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK
UMKM TENTANG KEWAJIBAN PERPAJAKAN
(Studi Kasus di Kecamatan Patumbak)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak)
Program Studi Akuntansi
Oleh:
NAMA : EVA TRIMADANI
NPM : 1505170455
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
i
ABSTRAK
EVA TRIMADANI. NPM. 1505170455. Analisis Pemahaman dan
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Tentang Kewajiban Perpajakan (Studi
Kasus di Kecamatan Patumbak). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan. 2019
Pemahaman dan kepatuhan wajib pajak merupakan faktor utama yang
berkaitan dengan pemenuhan kewajiban perpajakan bagi para UMKM. Hal ini
dapat diketahui dari jumlah wajib pajak UMKM yang memenuhi kewajiban
perpajakannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pemahaman
dan kepatuhan wajib pajak UMKM dalam memenuhi kewajiban perpajakannya di
kecamatan Patumbak. Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak UMKM di
kecamatan Patumbak. Sampel dalam penelitian ini 27 wajib pajak UMKM.
Penelitian ini menggunakan data deskriptif, yaitu dengan cara menganalisis
pemahaman dan kepatuhan wajib pajak UMKM di kecamatan Patumbak dalam
memenuhi kewajiban perpajakanya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
yaitu wawancara langsung dengan wajib pajak UMKM di kecamatan Patumbak.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa
pemahaman dan kepatuhan wajib pajak UMKM di kecamatan Patumbak belum
seluruhmya memenuhi kewajiban perpajakannya, dilihat dari hasil wawancara yang
dilakukan penulis.
Kata Kunci: Pemahaman, Kepatuhan wajib pajak UMKM dan Kewajiban
Perpajakan
ii
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji hanyalah milik Allah SWT Rabb semesta alam
yang dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang berjudul “ Analisis Pemahaman dan Kepatuhan Wajib Pajak
UMKM Tentang Kewajiban Perpajakan (Studi kasus di Kecamatan
Patumbak)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis di
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari akan kesalahan-kesalahan
yang terdapat pada skripsi ini. Oleh sebab, penulis sangat mengharapkan kritik dan
masukan yang positif dan membangun dalam upaya perbaikan penulis skripi
berikutnya.
Sebagai hamba Allah yang memiliki banyak kekurangan penulis menyadari
bahwa dapat diselesaikan karena bimbingan dan dorongan dari banyak pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya atas segala dukungan, pemikiran, tenaga, materi,
semangat dan juga doa dari semua pihak yang telah membantu penulis menjalankan
masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini. Terutama teristimewa untuk kedua
orang tuaku Ibu Maryani dan Bapak Ngadenan serta kakakku Dian Puspita SE dan
adikku Juwanda, dan seluruh keluarga yang senantiasa memberikan perhatian dan
kasih sayang serta doa maupun dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
dan menyusun skripi ini. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada:
iii
1. Drs. Agussani, MAP., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara.
2. Januri SE, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
3. Ade Gunawan, SE, M.Si., selaku wakil dekan I di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
4. Fitiani Saragih SE, M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
5. Syafrida Hani SE, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan
pengarahan, bimbingan, saran yang berguna, dukungan moril dan proses
pengajaran skripsi ini.
6. Seluruh Masyarakat kecamatan Patumbak khususnya Wajib Pajak Pelaku
UMKM yang telah memberikan izin dan menerima penulis serta membantu
penulis selama proses penelitian penulis di lapangan.
7. Segenap dosen dan staf pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis di
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) yang telah
memberikan bekal berupa ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
8. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat penulis: Nela
Aisyah Siregar, Nofi Sari, Amalia, Heni Rangga Weni, Cindy Lestari,
Widya Novita Sari, Rahmad Miko Cane, Mahatir, Yogi Riski, Muhammad
Arif Muttaqin, dan semua teman sekelas G Akuntansi Pagi yang telah
memberikan semangat dan dukungan agar penulis lebih termotivasi dalam
mengerjakan skripsi ini.
iv
Dan akhirnya kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyelesaian skripsi ini secara langsung atau tidak langsung yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Penulis doakan semoga mereka semua nantinya
mendapatkan balasan amal baik dari Allah SWT.
Semangat dan motivasi kepada saya baik secara materil maupun moril.
Penulis menyadari baik dari segi penulisan maupun susunan bahasanya belumlah
sempurna. Karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga penulisan skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Wa’alaikum salam wr. wb
Medan, Maret 2019
Penulis
EVA TRIMADANI
NPM. 1505170455
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 7
C. Rumusan Masalah ................................................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Uraian Teoritis ........................................................................ 9
1. Pajak
1.1 Pengertian Pajak ......................................................... 9
1.2 Fungsi Pajak ............................................................... 10
1.3 Jenis Pajak .................................................................. 12
1.4 Sistem Pemungutan Pajak .......................................... 13
1.5 Asas Pemungutan Pajak ............................................. 14
2. Pemahaman Wajib Pajak
2.1 Pengertian Pemahaman Wajib Pajak .......................... 15
2.2 Indikator Pemahaman Wajib Pajak ............................ 16
3. Kepatuhan Wajib Pajak
3.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak ............................ 16
3.2 Jenis Kepatuhan Perpajakan ....................................... 18
3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan WP ... 19
3.4 Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak ................................ 20
3.5 Indikator Kepatuhan Wajib Pajak .............................. 21
4. UMKM
4.1 Pengertian UMKM ..................................................... 21
4.2 Kriteria UMKM .......................................................... 22
4.3 Contoh UMKM .......................................................... 24
5. Pajak Bagi UMKM
5.1 Pajak Penghasilan Bagi UMKM ................................ 26
5.2 Dasar Hukum .............................................................. 26
5.3 Standar Akuntansi Keuangan EMKM ........................ 27
6. Peraturan Pemerintah Tentang Tarif UMKM
vi
6.1 Pengertian PP Tentang Tarif UMKM ........................ 30
6.2 Subjek dan Objek PP Tentang Tarif UMKM ............. 31
6.3 Tarif UMKM .............................................................. 34
6.4 Dasar Pengenaan PPh Final ........................................ 35
6.5 Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan ........... 36
7. Penerimaan Pajak .............................................................. 37
8. Penelitian Terdahulu ......................................................... 37
B. Kerangka Berfikir.................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................. 39
B. Definisi Operasional................................................................ 39
C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 42
D. Populasi dan Sampel ............................................................... 42
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 43
F. Teknik Analisis Data ............................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran umum UMKM di kecamatan Patumbak .......... 50
2. Deskripsi Data Penelitian .................................................. 51
3. Hasil Wawancara .............................................................. 53
B. Pembahasan
1. Pemahaman UMKM Tentang PP No. 46 Tahun 2013 ...... 63
2. Kepatuhan UMKM Tentang PP No. 46 Tahun 2013 ........ 65
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 70
B. Saran ........................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1. Penelitian Terdahulu....................................................................... 38
Tabel III.1 Pedoman Wawancara ..................................................................... 41
Tabel III.2 Waktu Penelitian ............................................................................ 42
Tabel IV.1 Karakteristik Responden ................................................................ 52
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Kerangka Berfikir ....................................................................... 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan merupakan cara
wajib pajak dalam mengetahui dan memahami peraturan perpajakan. Wajib pajak
akan cenderung tidak menjadi patuh ketika tidak memahami peraturan perpajakan
(Julianti, 2014:30).
Pemahaman perpajakan meliputi mengisi surat pemberitahuan (SPT)
secara baik dan lancar, dalam hal ini harus ada pemahaman terkait pengisian SPT,
besarnya jumlah pajak yang terutang mampu dihitung sesuai dengan ketentuan
perpajakan, pembayaran, atau penyetoran tepat waktu, dan melaporkan besarnya
pajak terutang di tempat wajib pajak terdaftar (Ekawati, 2008: 2). Tingkat
pemahaman wajib pajak atas perpajakan dapat diukur berdasarkan pemahaman
wajib pajak pada kewajiban menghitung, membayar dan melaporkan pajak
terutangnya (Lestari, 2010).
Kepatuhan wajib pajak perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu
tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan
yang berlaku dalam suatu Negara (Siti Kurnia Rahayu, 2010:139). Kepatuhan ada
dua macam yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal
adalah suatu keadaaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara
formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang. Misalnya
2
ketentuan tentang batas waktu penyetoran PPh final. Sedangkan kepatuhan
material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantive atau hakekat
memenuhi semua ketentuan material perpajakan. Kepatuhan material dapat
meliputi kepatuhan formal.
Kepatuhan wajib pajak timbul oleh beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya. Simanjuntak dan Mukhlis (2012) berpendapat beberapa
faktornya antara lain pemahaman peraturan perpajakan, tarif pajak, sanksi dan
keadilan. Penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas (2012) menunjukkkan bahwa
tarif pajak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Dengan demikian kepatuhan wajib pajak juga dapat tercapai apabila ada penetapan
tarif yang jelas, selain itu tarif pajak juga harus bersifat adil dalam menentukan
subjek dan objek pajaknya. Sehingga untuk melihat apakah seorang wajib pajak
dapat dikatakan sudah patuh dalam membayar pajak kita terlebih dahulu harus
mengetahui alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan wajib
pajak. Alat ukur kepatuhan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:139) yaitu pertama,
wajib pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar Surat Pemberitahuan
(SPT) sesuai ketentuan. Kedua, wajib pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) ke KPP sebelum batas waktu terakhir. Apabila kedua alat ukur ini sudah
dimiliki oleh wajib pajak maka wajib pajak tersebut sudah dikatakan patuh dalam
membayar kewajiban perpajakannya, begitupun sebaliknya.
Terkait dengan tarif pajak UMKM, Pemerintah telah beberapa kali
membuat kebijakan untuk mendorong penerimaan pajak. Awalnya sudah ada
ketentuan perpajakan yang mengatur tarif khusus PPh untuk UMKM tetapi hanya
3
berlaku untuk yang berbentuk badan usaha. Dalam Undang-undang No. 36 Tahun
2008 (UU PPh) pasal 31 E dinyatakan bahwa wajib pajak badan dalam negeri
dengan peredaran bruto sampai dengan Rp. 50 miliar mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50 %. Dengan tarif PPh badan yang berlaku saat itu
sebesar 25 %, maka bagi wajib pajak badan yang memenuhi syarat, tarif efektifnya
menjadi 12,5 % . Pengenaan PPh dalam hal ini dilakukan terhadap penghasilan
kena pajak yang dihitung dari perhitungan laba rugi akuntansi (pembukuan) setelah
dilakukan koreksi fiskal, karena berdasarkan pasal 28 ayat (1) Undang-undang
nomor 28 tahun 2007 (UU KUP), wajib pajak badan diwajibkan untuk
menyelenggarakan pembukuan. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan tentu
menjadi kendala bagi sebagian besar UMKM. Muchid (2015) menyebutkan
kendala pengembangan UMKM selain rendahnya pendidikan dan kurangnya
pemahaman teknologi informasi, juga kendala dalam penyusunan laporan
keuangan.
Pada tahun 2013 Pemerintah juga membuat kebijakan pajak yaitu
Peraturan Pemerintah (PP) nomor 46 tahun 2013 yang diterapkan mulai 1 Juli 2013.
PP ini memberikan tarif pajak sebesar 1% dari omset wajib pajak yang tidak
melebihi 4,8 miliar dalam satu tahun masa pajak.. PP ini dibuat pemerintah supaya
wajib pajak semakin patuh, kemudian terdorong untuk melaksanakan kewajiban
perpajakannya sehingga target penerimaan pajak dapat tercapai. Namun
realisasinya, penerimaan pajak setelah diberlakukan tarif 1% dari omset belum
mencapai target, seperti yang disampaikan Fauzi Ahmad dkk (2016).
Penerapan PP No. 46 Tahun 2013 ini menimbulkan pro dan kontra.
Pemerintah berniat untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan
4
perpajakan serta memberikan kemudahan dan penyederhanaan dalam
penyelenggaraan negara sepertinya tidak disambut dengan baik bagi masyarat.
Oleh karenanya banyak wajib pajak yang belum patuh dalam membayar pajak
karena mereka beranggapan bahwa jumlah pajak yang dibayarkan lebih besar,
namun mereka (wajib pajak) masih mengapresiasi kebijakan pemerintah tentang
tarif pajak sebesar 1 % karena dianggap membawa kemudahan dan penyederhanaan
dari peraturan pemerintah sebelumnya (Gandhys 2014).
Pada bulan Juni 2018, Pemerintah kembali meluncurkan kebijakan baru
tentang perpajakan UMKM yang terutang dalam PP No. 23 Tahun 2018. Tarif pajak
yang berlaku bagi UMKM dalam Peraturan Pemerintah (PP) tersebut sebesar 0,5 %
dan mulai berlaku per 1 Juli 2018. Kebijakan ini bertujuan untuk menstimulus
bisnis UMKM, mendorong peran serta masyarakat dan pengetahuan perpajakan.
Namun kebijakan ini belum bisa digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat
kepatuhan wajib pajak umkm karena kebijakan yang masih baru diterbitkan.
UMKM menjadi perhatian Pemerintah karena merupakan salah satu sektor
ekonomi yang paling berpotensi besar dalam perekonomian nasional. Kementerian
Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah mencatat jumlah pelaku Usaha Mikro
Kecil dan Menengah Indonesia mencapai hampir 60 juta pelaku usaha pada tahun
2017 yang tersebar di seluruh Indonesia. UMKM pun mendominasi struktur usaha
yang ada di Indonesia sekitar 99,99%, yang terdiri dari usaha mikro 98,79%, usaha
kecil sebesar 1,11 %, usaha menengah besar 0, 09%. Sedangkan usaha besar hanya
berkontribusi dalam struktur usaha di Indonesia sebesar 0,01%. (Wendy Endrianto,
2015).
5
Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu
daerah dengan penyebaran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang
cukup berkembang. Dikutip dari diskopukm.deliserdang.go.id semakin banyaknya
masyarakat di daerah tersebut yang sudah terdaftar sebagai pelaku Usaha Mikro,
Kecil, dan menengah.
Berdasarkan hasil observasi penulis terhadap pelaku UMKM yang sudah
terdaftar sebagai wajib pajak khususnya usaha kecil dan menengah yang dilakukan
dengan cara wawancara langsung sebanyak 10 (sepuluh) responden wajib pajak
UMKM, ditemukan 7 (tujuh) orang responden dari 10 (sepuluh) responden yang
menjawab bahwasanya mereka masih belum mengetahui adanya Peraturan
Pemerintah (PP) tentang tarif UMKM dan pemahaman tentang tata cara perpajakan
untuk melakukan perhitungan, pemotongan dan penyetoran pajak UMKM. Selain
itu mereka juga menjelaskan bahwa seharusnya para UMKM tidak harus dipungut
pajak. Hal ini dikarenakan tarif sebesar 1% berdasarkan PP No. 46 tahun 2013
belum berpihak kepada mereka karena para UMKM tersebut merasa penghasilan
yang mereka dapat dalam usaha mereka tidaklah konsisten, karena terkadang usaha
mereka mengalami keuntungan namun tidak jarang mengalami kerugian. Sehingga
dalam hal ini mereka menjawab hanya akan membayar pajak apabila usaha mereka
mengalami keuntungan, namun apabila mengalami kerugian mereka tidak mau
membayar pajak. Selain itu, mereka mau membayar pajak hanya berdasarkan
kemampuan mereka untuk membayar pajak UMKM. Rata-rata UMKM tersebut
juga menjelaskna bahwa mereka belum mengetahui perubahan Peraturan
Pemerintah (PP) tentang tarif UMKM yaitu PP No. 23 tahun 2018 sebesar 0,5%.
6
Sehingga berdasarkan permasalahan yang terjadi di lapangan setelah
dilakukan wawancara langsung kepada wajib pajak pelaku UMKM di Kecamatan
Patumbak, maka temuan sementara penulis menunjukkan wajib pajak pelaku
UMKM berdasarkan 10 (sepuluh) responden tersebut 7 diantaranya belum
mengetahui adanya Peraturan Pemerintah (PP) tentang tarif UMKM dan
pemahaman tentang bagaimana cara melakukan perhitungan, pemotongan dan
penyetoran pajak UMKM, serta rata-rata dari mereka merasa keberatan dengan tarif
sebesar 1% tersebut, dan mereka juga belum mengetahui perubahan Peraturan
Pemerintah (PP) tentang tarif UMKM sebesar 0,5%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Adi Ratno Pamuji, dkk (2014)
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak UMKM antara
lain pemahaman perpajakan, pengawasan dan sosialisasi. Pemahaman perpajakan
diperlukan untuk memudahkan wajib pajak dalam mematuhi kewajiban
pepajakannya. Pemahaman perpajakan meliputi perhitungan pajak, penyetoran
pajak, pelaporan pajak dan pengisian SPT. Semua itu dapat dilakukan oleh wajib
pajak secara mudah jika wajib pajak memiliki pemahaman tentang perpajakan yang
berlaku.
Keputusan Pemerintah menurunkan tarif pajak final UMKM dinilai tidak
banyak membantu dan memberikan insentif bagi UMKM ( Masyrafina dan Budi,
2018). Keputusan Pemerintah menurunkan tarif UMKM yang dinilai sebagai
penyederhanaan perhitungan PPh dianggap hanya sebagai bentuk kepedulian atau
perhatian Pemerintah yang sebenarnya menjadikan pengusaha kecil yang selama
ini termarjinalkan menjadi korban, dan hal ini dinilai sebagai bentuk penindasan
Pemerintah dengan bentuk legislasi penyederhanaan perhitungan PPh terhadap
7
pengusaha kecil. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya sikap pelaku UMKM
yang menunjukkan bahwa kebijakan Pemerintah tentang penurunan tarif UMKM
tidak mempertimbangkan karakteristik unik UMKM, diduga hanya mementingkan
golongan tertentu dan sarat dengan semangat materialisme (Yuyung, 2018).
Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui seperti apa tingkat
kepatuhan UMKM setelah diterbitkannya kebijakan Peraturan Pemerintah tentang
tarif UMKM , serta peneliti juga ingin mengetahui bagaimana pengetahuan
UMKM terhadap Peraturan Pemerintah tentang tarif UMKM yang sudah berlaku
dan yang baru diterbitkan. Dalam hal ini peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang dipusatkan di wilayah kecamatan Patumbak kabupaten Deli
Serdang karena dianggap sebagai wilayah dengan tingkat pertumbuhan UMKM
yang meningkat namun tidak diimbangi dengan tingkat kepatuhan pembayaran
pajaknya. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan
mengangkat judul “ Analisis Pemahaman dan Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Tentang Kewajiban Perpajakan (Studi kasus di Kecamatan Patumbak)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi
permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1. Rata-rata wajib pajak pelaku UMKM belum mengetahui tata cara
perpajakan dan Peraturan Pemerintah (PP) tentang tarif UMKM.
2. Rata-rata wajib pajak pelaku UMKM menyatakan bahwa tarif sebesar 1%
berdasarkan PP No. 46 tahun 2013 belum berpihak kepada mereka.
8
3. Rata-rata UMKM belum mengetahui adanya perubahan Peraturan
Pemerintah (PP) tentang tarif UMKM yang baru yaitu PP No. 23 tahun
2018.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemahaman wajib pajak tentang pelaksanaan kebijakan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 ?
2. Bagaimana kepatuhan wajib pajak tentang pelaksanaan kebijakan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui bagaimana pemahaman wajib pajak tentang
pelaksanaan kebijakan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013.
2) Untuk mengetahui bagaimana kepatuhan wajib pajak tentang pelaksanaan
kebijakan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1) Manfaat Teoritis, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan ilmu
pengetahuan dan memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu
ekonomi/akuntansi khususnya yang berkaitan dengan pajak UMKM.
2) Manfaat Praktis
9
a. Bagi peneliti
Agar dapat mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak UMKM
dalam melakukan pembayaran pajaknya berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Tentang Tarif UMKM pada kecamatan Patumbak
kabupaten Deli Serdang.
b. Bagi Pihak Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah
satu sumber pengetahuan atau bahan informasi dan pengembangan
untuk penelitian selanjutnya terutama untuk hal yang berkaitan
dengan pajak UMKM.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai tambahan informasi dan referensi dalam pemikiran dan
penalaran untuk memutuskan masalah yang baru dalam penelitian.
Selain itu untuk membantu memberikan gambaran yang lebih jelas
bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai
perpajakan secara umum dan juga mengenai Analisis Kepatuhan
Wajib Pajak Pelaku UMKM terhadap Kebijakan Peraturan
Pemerintah (PP) Tentang Tarif UMKM pada Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang.
10
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Uraian Teoritis
1. Pajak
1.1 Pengertian Pajak
Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak
itu sendiri, menurut Mardiasmo (2011:1) menyatakan bahwa :
“ Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapatkan jasa timbal
balik (Kontra Prestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Sedangkan menurut Waluyo (2010:2) menyatakan bahwa :
“Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang)
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditujukan dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas
Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
Dari kedua definisi diatas terdapat persamaan pandangan atau
prinsip mengenai pajak, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran
kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan dan tidak mendapatkan
prestasi-prestasi kembali yang secara langsung dapat ditunjuk.
11
1.2 Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua
pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Sebagaimana telah
diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai
definisi, terlihata adanya dua fungsi pajak menurut Waluyo (2011:6)
yaitu sebagai berikut :
a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagi sumber dana yang diperuntukkan
bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Sebagai contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN
sebagai penerimaan pajak dalam negeri.
b. Fungsi Mengatur (Regular)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
Sebagai contoh: dikenakanya pajak yang lebih tinggi
tyerhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula
terhadap barang mewah.
Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2008 tertulis secara umum ada
empat fungsi pajak yaitu sebagai berikut :
a. Fungsi Anggaran
Pajak berfungsi sebagai sumber dana pemerintah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran rutin Negara dan
pembangunan. Contohnya., pembiyaan rutin seperti belanja
pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk
pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan
12
pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran
rutin.
b. Fungsi Mengatur
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui
kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak dapat
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya,
pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar
negeri dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, serta
diberikan berbagai fasilitas keringanan pajak.
c. Fungsi Stabilitas
Adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga, sehingga inflasi
dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan Antara lain dengan jalan
mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak dan
pengenaan pajak yang efektif dan efisien.
d. Fungsi Redistribusi
Pajak yang sudah dipungut oleh Negara akan digunakan untuk
membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk
membiayai pembangunan, sehingga dapat membuka kesempatan
kerja, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan
masyarakat.
Fungsi pajak menurut Resmi (2011:3) menguraikan bahwa terdapat
dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut :
13
a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajaak
merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah
untuk membiayai salah satu sumber penerimaan
pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin
maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan
Negara, pemerintah berupaya memasukkan uang
sebanyak-banyaknya untuk kas Negara. Upaya tersebut
ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun
intensifikasi pemungutan pajak melalui peyempurnaan
peraturan berbagai jenis pajak seperti Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), dan lain-lain.
b. Fungsi Regurelend (Pengatur)
Pajak mempuyai fungsi pengatur, artinya pajak
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi,
serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang
keuangan.
1.3 Jenis Pajak
Menurut Resmi (2011:7) jenis pajak dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu sebagai berikut :
a. Menurut Golongan
1) Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri
atau ditanggung oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau
pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak
bersangkutan.
2) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pada
akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung
terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa atau
perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak.
b. Menurut Sifat
1) Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya
memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau
pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan
subjeknya.
14
2) Pajak Objektif
Pajak Objektif adalah pajak yang pengenaanya
memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan,
perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan
timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa
memerhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib
Pajak) maupun tempat tinggal
c. Menurut Lembaga Pemungutannya
1) Pajak Negara (Pajak Pusat)
Pajak Negara (pusat) adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga Negara pada umumnya.
2) Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah daerah baik daerah tingkat 1 (pajak
provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak
kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga daerah masing-masing.
1.4 Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Resmi (2011:11) mengemukakan dalam pemungutan pajak
dikenal beberapa sistem .pemungutan pajak antara lain:
a. Official Assesment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan
aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah
pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Dalam system ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan
memungut pajak sepenuhnya berada ditangan para
aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau
tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak
tergantung pada aparatur perpajakan (peranan dominan
ada pada aparatur).
b. Self Assesment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib
Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak terutang
setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku. Dalam system ini,
inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak
sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak. Wajib pajak
dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami
undang-undang yang sudah berlaku dan mempunyai
15
kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti
pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak
diberi kepercayaan untuk :
1) Menghitung sendiri pajak terutang
2) Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang
3) Membayar sendiri jumlah pajak terutang
4) Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang
5) Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang
Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan
pemungutan pajak banyak bergantung pada Wajib pajak
sendiri (peranan dominan ada pada Wajib Pajak).
c. With holding system
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga yang ditujukan untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakn yang
berlaku. Penunjukkan pihak ketiga ini dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan,
keputusan presiden dan peraturan lainnya untuk
memotong dan memungut pajak, menyetor dan
mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan
yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan
pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga
yang ditunjuk.
1.5 Asas Pemungutan Pajak
Menurut Adam Smith yang dikutip oleh Waluyo (2007:6),
pemungutan pajak hendaknya didasarkan atas empat asas yaitu :
a. Equity atau Equality
Keadilan merupakan pertimbangan penting dalam
membangun sistem perpajakan. Dalam hal ini,
pemungutan pajak hendaknya dilakukan seimbang
dengan kemampuannya. Negara tidak boleh
melakukan diskriminasi diantara sesame pembayar
pajak.
b. Certainly
Disini, pajak yang harus dibayar haruslah terang
(certain) dan tidak mengenal kompromis (not
arbitrary). Kepastian hokum harus tercermin mengenai
subyek, obyek, besarnya pajak dan juga ketentuan
mengenai pembayaran.
c. Convenience
Pajak harus dipungut pada saat yang paling baik bagi
pembayar pajak, yaitu saat diterimanya penghasilan.
16
d. Economy
Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat-
hematnya. Biaya pemungutan hendaknya tidak
melebihi pemasukan pajaknya.
2. Pemahaman Wajib Pajak
2.1 Pengertian Pemahaman Wajib Pajak
Pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti
dengan benar. Pemahaman adalah bagaimana seorang mempertahankan,
membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan
memperingatkan (Arikunto, 2009: 118). Pemahaman wajib pajak juga
dapat diartikan sebagai pandangan wajib pajak pada pengetahuan
perpajakan yang dimiliki.
Menurut Riko (2006: 75), tingkat pemahaman adalah suatu proses
peningkatan pengetahuan secara intensif yang dilakukan seseorang
individu dan sejauhmana dia akan dapat mengerti benar akan suatu
materi permasalahan yang ingin diketahui. Sedangkan menurut Muslim
(2007: 11), semakin tinggi tingkat pengetahuan dan pemahaman wajib
pajak terhadap peraturan perpajakan, maka semakin kecil kemungkinan
wajib pajak untuk melanggar peraturan tersebut sehingga meningkatkan
tingkat kepatuhan wajib pajak.
Pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan merupakan
cara wajib pajak dalam mengetahui dan memahami peraturan
perpajakan. Wajib pajak akan cenderung tidak menjadi patuh ketika tidak
memahami peraturan perpajakan (Julianti, 2014:30).
17
2.2 Indikator Pemahaman Wajib Pajak
Tingkat pemahaman wajib pajak atas perpajakan dapat diukur
berdasarkan pemahaman wajib pajak pada kewajiban menghitung,
membayar dan melaporkan pajak terutangnya (Lestari, 2010).
Sedangkan menurut Widayati dan Nurlis (2010) terdapat beberapa
indikator wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan,
yaitu:
a. Kewajiban kepemilikan NPWP, setiap wajib pajak yang
memiliki penghasilan wajib untuk mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP sebagai salah satu sarana untuk
pengadministrasian pajak.
b. Pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan
kewajiban sebagai wajib pajak. Apabila wajib pajak telah
mengetahui kewajibannya sebagai wajib pajak, maka
mereka akan melakukannya, salah satunya adalah
membayar pajak.
c. Pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi
perpajakan.
d. Pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP dan
tarif pajak.
e. Wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan
perpajakan melalui sosialisasi yang dilakukan oleh KPP.
3. Kepatuhan Wajib Pajak
3.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Kondisi perpajakan yang menurut keikutsertaanya aktif wajib pajak
dalam menyelenggarakan perpajakan membutuhkan kepatuhan wajib
pajak yang tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban
perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya.
Menurut Aryobimo (2012) kepatuhan wajib pajak adalah :
Motivasi seseorang kelompok atau organisasi untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang ditetapkan;.
Perilaku patuh seseorang merupakan interaksi Antara
18
perilaku individu, kelompok dan organisasi. Dalam hal ini
pajak aturan yang berlaku adalah aturan perpajakan. Jadi
dalam hubungannya dengan wajib pajak yang patuh, maka
pengertian kepatuhan wajib pajak merupakan suatu
ketaatan untuk melakukan ketentuan-ketentuan atau aturan-
aturan perpajakan yang diwajibkan atau harus
dilaksanakannya.
Menurut Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138)
menjelaskan bahwa “Kepatuhan wajib pajak dapat didefinisikan sebagai
suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”.
Menurut Machfud Sidik dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:19),
mengemukakan bahwa “Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan
secara sukarela (Voluntary of Compliennce) merupakan tulang punggung
system self assessment, dimana wajib pajak bertanggung jawab
menetapkan sendiri kewajiban”.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000
menyatakan bahwa:
“ Kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan
pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara”.
Menurut Safri Nurmatun (2003:148) menyatakan bahwa kepatuhan
perpajakan di definisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakannya dan melaksanakan hak
perpajakannya.
19
Tingkat kepatuhan pajak yang tinggi, yang didasari tingkat
kepercayaan terhadap administrasi perpajakan akan mendukung
tercapainya penerimaan pajak, sebagai cerminan produktivitas aparat
perpajakan yang tinggi
3.2 Jenis-jenis Kepatuhan Perpajakan
Ada dua macam kepatuhan formal dan kepatuhan material,
a. Kepatuhan formal adalah suatu adalah suatu keadaan dimana wajib
pajak memenuhi kewajiban perpajakannya secara formal sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-undang Perpajakan. Misalnya
ketentuan batas waktu penyetoran PPh final paling lama tanggal 15
dibulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Apabila wajib pajak
telah menyetorkan pajak penghasilan final sebelum atau tanggal 15
maka wajib pajak telah memenuhi formalnya.
b. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara
substantive memenuhi semua ketentuan material perpajakan yakni
mulai dari menghitung PPh terutang dan melaporkan PPh terutang
sebelum batas waktu yang ditentukan.
Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) berarti bahwa wajib pajak
mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai
aturan yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi
seksama (obtrutive investigasi) peringatan ataupun ancaman dan
penerapan sanksi baik hokum maupun administrasi.
20
3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor
tersebut adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan
faktor yang berasal dari diri wajib pajak sendiri dan berhubungan dengan
karakteristik individu yang dapat menjadi pemicu dalam menjalankan
kewajiban perpajakannya. Faktor eksternal adalah faktor luar diri wajib
pajak, seperti situasi dan lingkungan sekitar wajib pajak. Berdasarkan
teori-teori yang telah dibaca penulis terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, Antara lain:
a. Pemahaman perpajakan merupakan segala hal terkait perpajakan
yang dimengerti dengan baik dan benar oleh wajib pajak serta dapat
menerjemahkan dan/atau menerapkan yang telah dipahami.
b. Pengawasan adalah suatu usaha sistematis yang dilakukan oleh
aparat pajak untuk melakukan pengawasan untuk menganalisis
kinerja wajib pajak, rencana atau tujuan yang telah ditetapkan.
c. Sosialisasi Perpajakan dapat diartikan sebagai suatu upaya dari
Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan pengertian, informasi,
dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan wajib pajak
khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
perpajakannya.
d. Sanksi perpajakan adalah hukuman yang dijatuhkan oleh pengadilan
kepada pihak yang terbukti bersalah karena melanggar peraturan atas
kewajiban yang ditentukan dalam Undang-undang ketentuan Umum
Perpajakan.
21
e. Kualitas pelayanan petugas pajak merupakan pelayanan yang
diberikan kepada wajib pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk
membantu wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya.
f. Biaya kepatuhan wajib pajak merupakan biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh wajib pajak dalam rangka melakukan pemenuhan
kewajiban pajak.
g. Persepsi wajib pajak tentang penerapan PP No. 23 Tahun 2018 adalah
suatu proses dimana seseorang mengorganisasi, menginterpretasi,
mengalami dan mengolah mengenai kesederhanaan, kemudahan, dan
keadilan yang tercantum didalam PP No. 23 Tahun 2018.
h. Tingkat pendidikan disebutkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat
yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat lebih mudah
memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
3.4 Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Keuangan Nomor: 74/PMK.03/2012,
bahwa kriteria kepatuhan wajib pajak adalah:
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT.
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak.
c. Laporan keuangan di audit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapatan wajar tanpa
pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.
22
d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
3.5 Indikator Kepatuhan Pajak
Adapun indikator kepatuhan pajak menurut Siti Kurnia Rahayu
(2010:139) yaitu:
a. Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap dan
benar Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai ketentuan.
b. Menyampaikan SPT ke KPP sebelum batas waktu
terakhir.
Adapun indikator menurut Chaizi Nasucha (2004:9) yang
disesuaikan dengan PMK RI yaitu meliputi:
a. Pendaftaran NPWP, artinya pelaku UMKM terdaftar
sebagai wajib pajak dan memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP)
b. Penghitungan pajak terutang yang meliputi pencatatan
omset sebagai dasar pengenaan pajak, perhitungan pajak
terutang, serta perhitungan pajak kurang bayar.
c. Pembayaran pajak yaitu pelunasan pajak terutang baik
masa maupun tahunan sesuai dengan kewajiban
d. Pelaporan SPT merupakan penyampaian Surat
Pemberitahuan dengan benar dan tepat waktu sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
4. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
4.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Pengertian Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah sebagai berikut:
a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-undang.
23
b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha
Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang.
c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakuakan oleh orang perseorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-undang.
UMKM juga memiliki definisi yang beragam tergantung sudut
pandang masing-masing lembaga. Adanya definisi UMKM sangat
penting mengingat batasan untuk mengklasifikasikan apakah suatu usaha
termasuk dalam UMKM atau tidak. Bank Indonesia (Admin:
www.bi.go.id, 2011) menyatakan bahwa tujuan yang terkait dengan
definisi UMKM ada dua, yaitu tujuan administratif dan pengaturan.
Tujuan pertama berkaitan dengan ketentuan yang mengharuskan suatu
perusahaan memenuhi kewajibannya, seperti membayar pajak,
melaksanakan tanggung jawab sosial lingkungan, serta mematuhi
ketentuan ketenagakerjaan seperti keamanan dan hak pekerja lainnya.
Sementara tujuan kedua lebih pada pembuatan kebijakan yang terarah
seperti upaya pembinaan, peningkatan kemampuan teknis, serta
kebijakan pembiayaan untuk UMKM.
4.2 Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Untuk membedakan sebuah usaha apakah itu termasuk usaha mikro,
usaha kecil, atau usaha menegah, maka oleh pemerintah diberikan
24
batasan berdasarkan undang-undang sesuai dengan kriteria Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) menurut Undang-undang Nomor 20
Tahun 2008 digolongkan berdasarkan jumlah asset dan omset yang
dimiliki oleh sebuah usaha sebagai berikut:
a. Kriteria Usaha Mikro
Usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000
(lima puluh juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha, atyau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.
300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).
b. Kriteria Usaha Kecil
Usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000
(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan baangunan tempat
usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp. 2.500.000.000 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
c. Kriteria Usaha Menengah
Usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
10.000.000.000 (sepuluh milar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp.2.500.000.000 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000 (lima puluh miliar
rupiah).
25
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM
menyebutkan bahwa karakteristik utama UMKM adalah sebagai berikut:
1) Jumlah perusahaan sangat banyak (jauh melebihi jumlah usaha
besar) terutama dari kategori usaha mikro dan usaha kecil. Dalam
hal ini juga didasarkan pada karakter usaha mikro dan usaha kecil
yang terbesar diseluruh pelosok pedesaan termasuk di wilayah-
wilayah yang relatif terisolasi.
2) Karena sangat padat karya, berarti mempunyai satu potensi
pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar, .pertumbuhan
UMKM dapat dimasukkan sebagi suatu elemen penting dari
kebijakan-kebijakan nasional untuk meningkatkan kesempatan
kerja dan menciptakan pendapatan, terutama bagi masyarakat
miskin.
3) Kegiatan-kegiatan produksi dari kelompok UMKM pada
umumnya dari berbasis pertanian. Oleh karena itu upaya-upaya
pemerintah mendukung UMKM sekaligus juga merupakan cara
tak langsung, tetapi efektif untuk mendukung pembangunan dan
pertumbuhan produksi disektor pertanian.
4.3 Contoh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Beberapa contoh indusri-industri yang bergerak disektor Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) ialah:
a. Contoh Usaha Mikro
1) Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternakan, nelayan
dan pembudidayaan.
26
2) Industri makanan dan minuman, industri pengolahan kayu dan
rotan, industri pandai besi pembuatan alat-alat.
3) Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar, dll.
4) Perternakan ayam, ikan, dan perikanan.
5) Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan
penjahit (konveksi).
b. Contoh Usaha Kecil
1) Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga
kerja
2) Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengepul lainnya.
3) Pengrajin industri makan dan minuman, industri kayu dan rotan,
industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri
kerajinan tangan.
4) Peternakan ayam, ikan, dan perikanan.
5) Koperasi berskala kecil.
c. Contoh Usaha Menengah
Jenis usaha menengah hampir menggarap komoditi dan seluruh sektor
usaha mungkin secara merata Antara lain:
1) Jenis pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan, skala
menengah.
2) Usaha perdagangan (grosir) yang termasuk ekspor impor.
3) Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), germen dan
jasa transportasi taxi dan bus antar provinsi.
4) Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam
27
5) Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer
batuan.
5. Pajak bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
5.1 Pajak Penghasilan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Secara umum, kewajiban perpajakan bagi UMKM adalah
(www.pajak.go.id):
a. Mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan atau PKP
b. Menyetorkan dan melaporkan pajak penghasilan dan pajak lainnya
c. Melakukan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), menyetor
dan melaporkannya, apabila sudah dikukuhkan sebagai PKP
5.2 Dasar Hukum
Dalam Undang-undang PPh Pasal 4 ayat (2) huruf e disebutkan
bahwa pemototongan PPh adalah sebagai berikut:
a. Koperasi
b. Penyelenggaraan kegiatan
c. Otoritas bursa
d. Bendaharawan
Penerimaaan penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 (2) adalah
sebagai berikut:
a. Penerima bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi
b. Penerima hadiah undian
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekutitas lainnya
28
d. Pemilik property berupa tanah dan/atau bangunan
Keterangan lain-lain dari Undang-undang PPh Pasal 4 ayat (2)
adalah sebagai berikut:
a. Pemotongan PPh Pasal 4 (2) adalah bersifat final
b. Karena bersifat final, maka pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) tidak
dapat dikreditkan
c. Omset terkait transaksi yang dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2) tidak
dimasukkan dalam omset usaha, namun dimasukkan dalam omset
penghasilan yang telah dipotong PPh Final
Dasar hukum lainnya adalah Pasal 17 ayat (7) UU PPh yang
berbunyi “Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan tariff pajak
tersendiri atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2)
sepanjang tidak memenuhi tarif pajak tertinggi sebagai mana
dimaksudkan pada ayat (1)”.
5.3 Standar Akuntasi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah
(EMKM)
Standar Akuntansi yang digunakan pada UMKM adalah Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah ( SAK
EMKM), yang mulai digunakan per 1 januari 2018. SAK EMKM
dirancang sebagai standar akuntansi yang sederhana yang dapat
digunakan untuk entitas mikro kecil menengah, sehingga UMK dapat
menyusun laporan keuangan untuk tujuan akuntabilitas dan pengambilan
keputusan.
29
Unsur laporan posisi keuangan dalam SAK EMKM yaitu (1) Aset;
sumber daya dimiliki; masa lalu; mengandung manfaat ekonomi. (2)
Liabilitas; kewajiban kini, masa lalu, mengakibatkan kas keluar, manfaat
ekonomi. (3) Ekuitas ialah hal residual atas asset setelah dikurangi
liabilitas. Dasar pengukuran unsur laporan keuangan dalam SAK EMKM
dalam biaya histori. Frekuensi pelaporan ialah pada akhir setiap periode,
termasuk informasi komparatif minimal 2 tahun.
Komponen laporan keuangan EMKM hanya terdiri dari (1) Laporan
keuangan entitas: kas dan setara kas, piutang, persediaan, asset tetap,
utang usaha, utang bank, ekuitas. (2) laporan laba rugi entitas,
pendapatan, beban keuangan, beban pajak. (3) Catatan atas laporan
keuangan entitas, suatu pernyataan laporan keuangan disusun dengan
SAK EMKM , ikhtisar kebijakan akuntansi, informasi tambahan dan
rincian pos tertentu.
Metode pencatatan laporan keuangan EMKM yaitu:
a. Pada asset dan liabilitas keuangan, pengakuan dan pengukuran biaya
perolehan diukur pada harga transaksi dan pada akhir pelaporan
asset dan liabilitas keuangan diukur pada harga transaksi dan
dikurangkan pembayaran pokok dan bunga.
b. Pada persediaan, pengakuan dan pengukuran mencakup biaya
pembelian, konvensi dan lainnya. Untuk persediaan rusak atau usang
diakui sebagai beban.
c. Investasi pada ventur bersama, pengakuan dan pengukuran diukur
pada biaya perolehannya.
30
d. Pada asset tetap, pengakuan dan pengukuran meliputi harga beli dan
biaya yang dapat diantribusikan langsung. Biaya perbaikan dan
pemeliharaan diakui pada laporan laba rugi, penyusunan
menggunakan metode garis lurus dan metode saldo menurun, tanpa
nilai residu.
e. Pada asset tak berwujud, pengakuan dan pengukuran meliputi harga
beli dan biaya yang dapat diantribusikan langsung, umur manfaat
aset tak berwujud mempunyai manfaat yang terbatas, amortisasi
dimulai ketika aset siap digunakan, amortisasi menggunakan metode
garis lurus dan saldo menurun tanpa nilai residu, aset berwujud yang
dihasilkan oleh internal diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
f. Liabilitas dan ekuitas, pengakuandan pengukuran dicatat sebesar
jumlah yang harus dibayarkan, entitas tidak mengakui provisi dan
liabilitas kontijensi, modal yang disetor dapat berupa kas./ setara
kas/ aset non kas sesuai dengan Undang-undang, saldo laba
merupakan selisih pendapatan dan beban dikurangi kepada pemilik.
g. Pendapatan dan beban, pendapatan ketika terdapat hak atas
pembayaran yang diterima/ masih harus diterima, pendapatan dan
biaya kontrak diakui sebesar jumlah dan royalti, pendapatan sewa
dan royalti diakui dengan metode garis lurus selama kontrak,
pendapatan hibah diakui dalam laba rugi kecuali bagian dari
kontribusi pemilik.
h. Pajak penghasilan, pengakuan dan pengukuran mengikuti peraturan
pajak yang berlak, entitas tidak mengakui aset pajak tangguhan.
31
i. Transaksi dalam mata uang asing, entitas mencatat transaksi dengan
mata uang rupiah berdasarkan kurs tanggal transaksi. Transaksi yang
timbul dari membeli/menjual, meminjam/meminjamkan,
peroleh/melepas mata uang asing.
6. Peraturan Pemerintah tentang tarif UMKM
6.1 Pengertian Peraturan Pemerintah tentang Tarif UMKM
Dalam Ketentuan pajak penghasilan yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013, merupakan kebijakan
pemerintah yang mengatur mengenai pajak penghasilan dari usaha
yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran
bruto tertentu. Pengertian kebijakan peraturan pemerintah tentang
tarif UMKM berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 sedikit berbeda
dengan pengertian PP yang baru dikeluarkan sebagai pengganti dari
PP Nomor 46 tahun 2013 yaitu PP Nomor 23 tahun 2018 yang baru
diterbitkan tanggal 1 Juli 2018 lalu, yaitu merupakan tarif yang
dikenakan bagi penghasilan bruto yang tidak melebihi 4,8 Miliar per
tahun. Peredaran bruto dalam PP 23 tahun 2018 ini merupakan
jumlah peredaran bruto berdasarkan keseluruhan peredaran bruto
dari usaha, termasuk peredaran bruto dari cabang untuk wajib pajak
badan, dan termasuk peredaran bruto dari istri untuk wajib pajak
perorangan. Dimana penjelasan ini tidak terdapat pada PP 46 tahun
2013.
32
Kebijakan pemerintah dengan pemberlakuan Peraturan
Pemerintah ini didasari denmgan maksud sebagai berikut:
a. Untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan
perpajakan.
b. Mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi.
c. Mengedukasi masyarakat untuk transparansi
d. Memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam
penyelenggaraan negara.
e. Kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan.
f. Meningkatnya pengetahuan manfaat perpajakan bagi masyarakat.
g. Terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban
perpajakan.
6.2 Subjek dan Objek Pajak Peraturan Pemerintah tentang Tarif
UMKM
a. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 46 Tahun 2013
Subjek pajak yang dikenakan PP No. 46 Tahun 2013 adalah:
1) Orang Pribadi
2) Badan tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang
menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto
tidak melebihi 4,8 Miliar dalam setahun.
Sedangkan yang tidak termasuk sebagai subjek pajak adalah:
1) Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
perdagangan dan/atau jasa yang dalam usahanya
33
mengguanakan sarana dan prasarana yang dapat dibongkar
pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap, misalnya
pedagang asongan, pedagang makanan keliling.
2) Wajib pajak badan yang belum beroperasi secara komersial
atau yang dalam jangka waktu satu tahun setelah beroperasi
secara komersial memperoleh peredaran bruto lebih dari 4,8
miliar setahun.
Objek pajak yang dikenakan PP No. 46 Tahun 2013
1) Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib
pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi 4,8 miliar dalam
setahun.
2) Tidak termasuk penghasilan dari usaha adalah penghasilan
dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.
3) Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha,
termasuk dari usaha cabang.
Objek pajak yang dikecualikan dari pengenaan tarif pajak
penghasilan final berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013 adalah
penghasilan dari usaha yang dikenai pajak pengahasilan yang
bersifat final berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan atas penghasilan selain usaha yang diterima atau
diperoleh wajib pajak. Sedangkan untuk pajak yang dibayarkan
diluar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diteriam atau
diperoleh wajib pajak, dapat dikreditkan terhadap pajak
34
penghasilan yang terutang berdasarkan ketentuan Undang-
Undang Pajak Penghasilan.
b. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2018
Subjek pajak yang dapat menggunakan Peraturan ini adalah
wajib pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan
peredaran bruto tidak melebihi 4,8 miliar dalam satu tahun pajak.
Adapun kelompok wajib pajak yang diperbolehkan menggunakan
aturan ini adalah wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan
berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, atau
perseroan terbatas, sepanjang wajib pajak ini bukan :
1) Wajib pajak yang memilih untuk dikenai pajak penghasilan
berdasarkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a, Pasal 17 ayat (2a)
atau Pasal 31E Undang-Undang Pajak.
2) Wajib pajak berbentuk Bentuk Usaha Tetap (BUT)
Objek pajak yang dikecualikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018 adalah sebagai berikut:
1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang
pribadi dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas,
2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri yang
pajaknya terutang atau telah dibayar di luar negeri,
3) Penghasilan yang telah dikenakan pajak pajak penghasilan
yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan sendiri,
4) Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
35
Dapat dilihat pengaturan objek pajak pada Peraturan
Pemerintah (PP) 23 lebih jelas dan luas dibandingkan objek pajak
penghasilan pada PP No. 46 Tahun 2013.
6.3 Tarif UMKM
Berdasarkan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
wajib pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi 4,8 miliar dalam
satu tahun dikenakan PPh final dengan tarif sebesar 1% (berdasarkan
PP No. 46 tahun 2013) dan sebesar 0,5% (berdasarkan PP No.23
Tahun 2018) dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari setiap
tempat usaha.
Pajak penghasilan terutang dihitung berdasarkan tariff dikalikan
dengan dasar pengenaan pajak, yaitu jumlah peredaran bruto setiap
bulan dari setiap tempat.
PPh Terutang = Tarif (%) x Peredaran bruto setiap bulan
Contoh Perhitungan dengan menggunakan tarif 1%:
Tuan Ali memiliki usaha apotek dengan peredaran bruto sebesar Rp.
4.000.000.000 setahun. Dan pada bulan Juli Tuan Ali mempunyai
pendapatan sebesar Rp.250.000.000, maka besarnya PPh final yang
harus dibayar Tuan Ali adalah:
Pajak Penghasilan Final = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif
Pajak Penghasilan Final = Rp. 250.000.000 x 1%
Pajak Penghasilan Final = Rp.2.500.000
36
6.4 Dasar Pengenaan PPh Final
Apriyanti, dkk. (2013:6) mengemukakan pengenaan PPh
didasarkan pada peredaran bruto dari usaha dalam satu tahun pajak
terakhir sebelum tahun pajak yang bersangkutan yang tidak melebihi
Rp. 4.800.000.000 (setahun atau disetahunkan dalam hal tahun
terakhir meliputi kurang dari 12 bulan) termasuk usaha dari cabang.
Secara prinsip, penghitungan pajak penghasilan terutang
menurut PP 46 tahun 2013 dengan PP 23 tahun 2018 relatif sama,
yaitu tarif dikalikan dengan dasar pengenaan pajak. Namun, terkait
dengan istilah dasar pengenaan pajak Antara PP 46 tahun 2013 dan
PP 23 tahun 2018 memiliki pengertian dan penjelasan yang berbeda.
Menurut PP 46 tahun 2013 dasar pengenaan untuk penghitungan
PPh final adalah jumlah peredaran bruto setiap bulan.
Dalam PP 23 tahun 2018 dasar pengenaan pajak untuk
penghitungan PPh final juga peredaran bruto. Perbedaan Antara PP
46 dan PP 23 terletak pada pengertian peredaran bruto. Peredaran
bruto dalam PP 23 tahun 2018 adalah jumlah peredaran bruto
berdasarkan keseluruhan peredaran bruto dari usaha, termasuk
peredaran bruto dari cabang untuk wajib pajak badan, dan termasuk
peredaran bruto dari istri untuk wajib pajak perorangan. Peredaran
bruto yang dimaksud adalah imbalan atau nilai pengganti berupa
uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh dari usaha,
sebelum dikurangi potongan penjualan, potongan tunai dan/atau
37
potongan sejenis. Penjelasan ini tidak terdapat pada PP 46 tahun
2013.
Dalam hal wajib pajak baru terdaftar pada tahun pajak yang
sama sebelum Peraturan Pemerintah ini diberlakukan, maka dasar
peredaran bruto adalah akumulasi peredaran bruto dari bulan berdiri
sampai dengan bulan sebelum Peraturan Pemerintah ini berlaku yang
disetahunkan. Bagi wajib pajak yang baru terdaftar setelah Peraturan
Pemerintah ini diberlakukan, maka dasar peredaran bruto adalah
peredaran bruto bulan pertama disetahunkan. Dalam hal tahun
berjalan, peredaran bruto sudah melebihi Rp. 4.800.000.000 tetap
dikenakan PPh final sampai dengan akhir tahun pajak dan tahun
berikutnya dikenakan ketentuan PPh umum.
6.5 Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan
a. Wajib pajak wajib menyetor pajak penghasilan yang bersifat
final ke kantor pos atau bank ditujukan oleh Menteri Keuangan,
dengan menggunakan Surat setoran Pajak paling lama tanggal 15
(lima belas) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
b. Wajib pajak yang telah melakukan pembayaran pajak
penghasilan wajib menyampaikan SPT masa pajak penghasilan
paling lama 20 (dua puluh) setelah masa pajak berakhir.
c. Wajib pajak yang telah melakukan penyetoran pajak
penghasilan, dianggap telah menyampaikan surat pemberitahuan
masa pajak penghasilan, sesuai dengan tanggal validasi Nomor
38
Transaksi Penerimaan Negara yang tercantum pada surat setoran
pajak.
d. Wajib pajak dengan jumlah pajak penghasilan pasal 4 ayat (2)
nihil tidak wajib melaporkan surat pemberitahuan masa pajak
penghasilan pasal 4 ayat (2).
7. Penerimaan Pajak
Menurut Sommerfeld Ray (2005:81) dalam Muhammad Habibie
(2014:28) penerimaan pajak dapat diartikan “Sebagai penerimaan pemerintah
yang digunakan untuk pengeluaran negara yaitu untuk kemakmuran rakyat
yang dalam arti seluasnya adalah mulai dari penerimaan dalam negeri”.
Berdasarkan harapan untuk meningkatkan penerimaan pajak, ,endorong
Direktorat Jenderal Pajak untuk melakukan reformasi administrasi
perpajakan. Secara garis besar terdapat tiga tujuan yang hendak dicapai
dengan adanya reformasi dalam administrasi di bidang perpajakan, yaitu:
1. Tercapainya tingkat kepatuhan perpajakan yang tinggi
2. Tercapainya tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan
3. Tercapainya produktivitas aparat perpajakan yang tinggi.
8. Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian penulis merujuk kepada beberapa
penelitian terdahulu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
39
Tabel II.1
Tabel Penelitian
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Jenis
Penelitian
Hasil
Penelitian
Sumber
1 Syafrida
Hani dan
Harsha
Raziqa
Daoed
(2013)
Analisis Penurunan
tarif PPh badan
dalam meningkatkan
penerimaan PPh
KPP Medan Barat
Deskriptif Penurunan tarif PPh
terhutang badan
belum dapat
meningkatkan
penerimaan PPh Pasal
25/29 badan
dikarenakan hanya
dapat meningkatkan
jumlah wajib pajak
terdaftar dalam
memperoleh NPWP,
akan tetapi tidak
diikuti dengan
meningkatnya
kepatuhan dan
kesadaran wajib pajak
Skripsi
2 Zaen Zulhaj
Imaniati
(2016)
Pengaruh Persepsi
Wajib Pajak Tentang
Penerapan PP No. 46
Tahun 2013,
Pemahaman
Perpajakan, dan
Sanksi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak UMKM
di Kota Yogyakarta
Pendekatan
Kuantitatif
Persepsi Wajib Pajak
Tentang Penerapan PP
No. 46 Tahun 2013,
Pemahaman
Perpajakan, dan
Sanksi Perpajakan
secara bersama-sama
berpengaruh
signifikan dan positif
Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak UMKM
di Kota Yogyakarta
Skripsi
3 Dahniar
(2018)
Analisis Kepatuhan
Wajib Pajak UMKM
Pada KPP Pratama
Medan Timur
Deskriptif Kepatuhan Wajib
Pajak belum optimal
dan penerimaan
pajaknya juga belum
sesuai dilihat dari
jumlah wajib pajak
yang menyetor dengan
Skripsi
40
jumlah wajib pajak
yang terdaftar
4 Andi
Parasidah
Puspita
(2014)
Penerapan PP No. 46
Tahun 2013
mengenai PPh final
1% dan dampaknya
pada penerimaan
pajak dari Sektor
UMKM di kota
Malang
Deskriptif Pemilik UMKM tidak
memiliki pemahaman
yang cukup mengenai
tujuan dikeluarkannya
PP No. 46 Tahun
2013, mereka merasa
peraturan ini bagi
UMKM dibuat tidak
terlalu berpengaruh
pada keinginan
mereka untuk
membayar pajak
penghasilan
Skripsi
5 Inka
Primandani,
Syafi’i,
Haryono
Analisis Perilaku
Kepatuhan,
Pemahaman, dan
Kemudahan Wajib
Pajak UMKM
Terhadap Peraturan
Pemerintah No. 46
Tahun 2013 Pada
KPP Pratama
Mulyorejo
Pendekatan
Kuantitatif
Kepatuhan pajak,
pemahaman pajak ,
dan kemudahan pajak
berpengaruh terhadap
Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2013
Jurnal
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan konsep yang menggambarkan hubungan
antara teori dengan berbagai faktor yang teridentifikasi sebagai masalah yang
diteliti (Sugiyono, 2009:91).
Wajib pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan
semua UMKM yang sudah terdaftar sebagai wajib pajak yang memiliki
penghasilan usaha dengan peredaran bruto kurang dari 4,8 miliar dalam setahun.
Pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan merupakan cara
wajib pajak dalam mengetahui dan memahami peraturan perpajakan. Wajib
41
pajak akan cenderung tidak menjadi patuh ketika tidak memahami peraturan
perpajakan (Julianti, 2014:30).
Pemahaman perpajakan meliputi mengisi surat pemberitahuan (SPT)
secara baik dan lancar, dalam hal ini harus ada pemahaman terkait pengisian
SPT, besarnya jumlah pajak yang terutang mampu dihitung sesuai dengan
ketentuan perpajakan, pembayaran, atau penyetoran tepat waktu, dan
melaporkan besarnya pajak terutang di tempat wajib pajak terdaftar (Ekawati,
2008: 2). Tingkat pemahaman wajib pajak atas perpajakan dapat diukur
berdasarkan pemahaman wajib pajak pada kewajiban menghitung, membayar
dan melaporkan pajak terutangnya (Lestari, 2010).
Kepatuhan perpajakan di definisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib
pajak memenuhi semua kewajiban perpajakannya dan melaksanakan hak
perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak timbul oleh beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya. Simanjuntak dan Mukhlis (2012) berpendapat beberapa
faktornya antara lain pemahaman peraturan perpajakan, tarif pajak, sanksi dan
keadilan. Adapun alat ukur kepatuhan menurut Chaizi Nasucha (2004:9) yang
disesuaikan dengan PMK RI yaitu meliputi, pendaftaran NPWP, penghitungan
pajak terutang, pembayaran pajak yaitu pelunasan pajak terutang, dan pelaporan
SPT dengan benar dan tepat waktu sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan. Tingkat kepatuhan pajak yang tinggi, yang didasari tingkat
kepercayaan terhadap administrasi perpajakan akan mendukung tercapainya
penerimaan pajak, sebagai cerminan produktivitas aparat perpajakan yang
tinggi.
42
Gambar II.1 Kerangka Berfikir
Kepatuhan wajib
pajak UMKM
Wajib pajak UMKM
Pemahaman wajib
pajak
Pemahaman terkait
pengisian SPT
Mampu menghitung
besarnya pajak terutang
Memahami cara penyetoran
dan pelaporan pajak terutang
ke KPP
Pendaftraran
NPWP
Menghitung
pajak terutang
Pelunasan
pajak terutang
Pelaporan SPT
ke KPP
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, “Pendekatan
deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variabel mandiri,
baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau
menghubung dengan variabel yang lain” (Sugino,2007 : 11). Pendekatan deskriptif
merupakan metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan jawaban
terhadap suatu masalah tertentu dengan cara pengumpulan, pengklasifikasian, dan
analisis atau pengelolaan data, membuat kesimpulan dengan tujuan membuat
gambaran atau keadaan secara objektif dan deskriptif situasi.
B. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan acuan dari landasan teoritis yang digunakan
untuk melakukan penelitian dimana antara variabel yang satu dengan yang lainnya
dapat dihubungkan. sehingga penelitian dapat disesuaikan dengan kata yang
diinginkan.
Pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan merupakan cara
wajib pajak dalam mengetahui dan memahami peraturan perpajakan. Wajib pajak
akan cenderung tidak menjadi patuh ketika tidak memahami peraturan perpajakan
(Julianti, 2014:30).
44
Pemahaman perpajakan meliputi mengisi surat pemberitahuan (SPT) secara
baik dan lancar, dalam hal ini harus ada pemahaman terkait pengisian SPT,
besarnya jumlah pajak yang terutang mampu dihitung sesuai dengan ketentuan
perpajakan, pembayaran, atau penyetoran tepat waktu, dan melaporkan besarnya
pajak terutang di tempat wajib pajak terdaftar (Ekawati, 2008: 2). Tingkat
pemahaman wajib pajak atas perpajakan dapat diukur berdasarkan pemahaman
wajib pajak pada kewajiban menghitung, membayar dan melaporkan pajak
terutangnya (Lestari, 2010).
Kepatuhan wajib pajak dapat diartikan sebagai keadaan dimana wajib pajak
taat dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya atau tidak menyimpang dari
peraturan perpajakan yang berlaku. Untuk menyatakan kepatuhan peneliti
menggunakan indikator kepatuhan dengan memodifikasi Peraturan Pemerintah
Keuangan Nomor: 74/PMK.03/2012 yaitu antara lain:
1) Tepat waktu dalam menyampaikan SPT
2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah
memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
3) Melakukan pencatatan penerimaan dan pengeluaran terhadap usaha yang
dimiliki.
Penerapan kebijakan Peraturan Pemerintah (PP) tentang tarif UMKM yang
menurun mempunyai dampak terhadap pemahaman dan kepatuhan wajib pajak
UMKM dalam membayar kewajiban perpajakannya. Ketaatan pembayaran pajak
pelaku UMKM merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui
tingkat pemahaman dan kepatuhan membayar pajak pelaku UMKM.
45
Adapun pedoman wawancara berkaitan dengan pemahaman dan kepatuhan
wajib pajak UMKM pada Kecamatan Patumbak adalah sebagai berikut:
Tabel III.1
Pedoman wawancara
Indikator Pertanyaan
Pemahaman Pajak UMKM 1. Apakah usaha yang Saudara kelola
termasuk dalam kriteria Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM)?
2. Apakah yang Saudara ketahui
tentang pajak UMKM?
Pemahaman tentang kewajiban
perpajakan bagi UMKM
3. Sudahkah Saudara tahu tentang
penerapan PP No. 46 Tahun 2013
tentang pajak penghasilan yang
diterima atau diperoleh wajib pajak
yang memiliki omset kurang dari Rp
4,8 miliar dalam satu tahun?
4. Darimanakah informasi yang
Saudara dapatkan tentang PP No.46
tahun 2013 tersebut?
5. Apakah dengan penerapan PP No. 46
ini menguntungkan bagi usaha
Saudara atau tidak?
6. Adakah kendala atau keluhan
Saudara dengan diterbitkannya PP
No. 46 tahun 2013 ini?
7. Apakah ada sosialisasi yang
dilakukan dari Pemerintah tentang
tarif UMKM tersebut?
8. Apakah Saudara tahu adanya
perubahan PP tentang tarif UMKM
yaitu PP No. 23 tahun 2018?
Kemampuan wajib pajak
melaksanakan kewajiban perpajakan
9. Apakah Saudara sudah mengetahui
perhitungan tarif UMKM sebesar 1%
dikenakan atas penghasilan bruto?
10. Apakah Saudara sudah mengetahui
sistem pemungutan pajak yang
digunakan dalam PPh final ini?
11. Apakah Saudara sudah melakukan
dengan benar tata cara perhitungan,
pemotongan, dan peyetoran pajak
UMKM yang selama ini Saudara
lakukan?
12. Adakah kendala yang Saudara hadapi
saat wajib pajak diberi wewenang
46
untuk menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri pajak yang
terutang secara akurat dan tepat
waktu?
Kepatuhan wajib pajak UMKM 13. Apakah Saudara mendaftarkan diri
dengan secara sukarela untuk
mendapatkan NPWP?
14. Apakah Saudara menghitung pajak
penghasilan dengan benar?
15. Apakah Saudara selalu membayar
pajak penghasilan yang terutang
dengan tepat waktu
16. Apakah Saudara selalu membayar
kekurangan pajak yang ada sebelum
dilakukan pemeriksaan pajak?
17. Apakah Saudara melakukan
pencatatan penerimaan dan
pengeluaran dari usaha Saudara?
18. Apakah Saudara melakukan
pembayaran pajak berdasarkan
catatan pendapatan yang dimiliki?
19. Apakah Saudara sudah mengisi SPT
(Surat Pemberitahuan) sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan?
20. Apakah Saudara sudah melaporkan
SPT ke KPP dengan tepat waktu?
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Patumbak
Jalan Pertahanan Patumbak, Deli Serdang
Kode pos : 20361
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini terhitung mulai bulan Desember 2018 sampai dengan bulan
Maret 2019. Penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
47
TABEL III.2
Waktu Penelitian
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik sebuah kesimpulan (Sugiyono, 2011: 119).
Populasi dalam penelitian ini adalah UMKM yang ada di Kecamatan Patumbak
yang bejumlah 270 UMKM yang bersumber dari data dinas Koperasi kabupaten
Deli serdang (diskopukm.deliserdang.go.id).
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
(Sugiyono, 2011:120). Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar
refresentatif (mewakili) karena yang dipelajari dari sampel kesimpulannya akan
N
o
Kegiatan
Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengumpulan Data
2 Pengajuan Judul
3 Penulisan Proposal
4 Bimbingan Proposal
5 Seminar Proposal
6 Penulisan Skripsi
7 Bimbingan Skripsi
8 Sidang Meja Hijau
48
mewakili populasi. Dalam penelitian ini objek yang akan diteliti yaitu wajib pajak
UMKM yang berada dikecamatan Patumbak.
Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel random
sederhana ( simple random sampling). Prinsip pemilihan sampel dalam desain ini
adalah setiap elemen dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih. Menurut Gay dalam Mudrajad Kuncoro (2003: 115) menentukan jumlah
sampel apabila penelitian tersebut adalah penelitian deskriptif maka besarnya 10%
dari populasi. Dimana jumlah populasi sebanyak 270 maka jumlah sampelnya
sebanyak 27 sampel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah pengumpulan data
dengan teknik wawancara langsung kepada wajib pajak pelaku UMKM di
Kecamatan Patumbak sebanyak 27 (dua puluh tujuh) responden serta penelusuran
dokumen yang dibutuhkan mengenai permasalahan yang akan diteliti penulis.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu
dengan mengumpulkan, menelaah, kemudian memaparkan data-data sehingga
diperoleh suatu kesimpulan yang bisa menjawab anggapan mengenai rumusan
masalah dan tujuan penelitian. Tahap-tahap analisis data yang dilakukan sebagai
berikut:
1. Menganalisis tentang pemahaman wajib pajak mengenai pemahaman terkait
pengisian SPT, besarnya jumlah pajak yang terutang mampu dihitung sesuai
49
dengan ketentuan perpajakan, pembayaran, atau penyetoran tepat waktu, dan
melaporkan besarnya pajak terutang di tempat wajib pajak terdaftar.
2. Menganalisis kepatuhan wajib pajak pelaku UMKM berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 46 tahun 2013.
3. Membuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian tersebut.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum UMKM di Kecamatan Patumbak
Kecamatan Patumbak merupakan suatu daerah yang ada di kabupaten
Deli serdang yang terdiri dari delapan desa yang diantaranya desa Patumbak
I, Patumbak II, Marindal I, Marindal II, Lantasan lama, Lantasan baru,
Patumbak kampung, dan desa Sigara-gara.
Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu
daerah dengan penyebaran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
yang cukup berkembang, dimana UMKM pada kecamatan Patumbak
berjumlah 270 UMKM yang terdiri dari usaha dagang, usaha industri dan
usaha jasa dikutip dari diskopukm.deliserdang.go.id. Namun dalam
penelitian ini yang diambil sebagai sampel penelitian hanya usaha dagang dan
usaha industri yang berjumlah 10% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 27
UMKM. Usaha dagang terdiri dari usaha jual gas dan bensin, usaha fotocopy,
usaha pakaian, usaha sembako, usaha elektronik dan lain sebagainya.
Sedangkan usaha industri terdiri dari usaha pembuatan makanan siap saji,
usaha pembuatan kripik, usaha pembuatan opak, usaha pembuatan kain,
usaha pembuatan bakso dan lain sebagainya.
51
2. Deskripsi Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang
dikumpulkan melalui wawancara langsung kepada UMKM yang ada di
kecamatan Patumbak yang memiliki NPWP yang dikenakan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 46 tahun 2013 tentang tarif UMKM yang terdaftar
dan memiliki kewajiban dalam penyetoran PPh final. Penelitian ini dilakukan
pada bulan Desember 2018 sampai dengan bulan Maret 2019 di wilayah
kecamatan Patumbak.
Peneliti awalnya mengumpulkan data untuk mangetahui fenomena
masalah dengan cara melakukan wawancara terhadap UMKM yang sudah
terdaftar sebagai wajib pajak berjumlah 10 (sepuluh) responden UMKM
yang dilakukan dengan pengambilan sampel acak dengan cara mengunjungi
langsung UMKM yang ada di kecamatan Patumbak.
Selanjutnya Wawancara dilakukan sebanyak 27 (dua puluh tujuh)
responden wajib pajak UMKM yang akan memenuhi sampel berdasarkan
perhitungan dari semua populasi yang ada sehingga dijadikan sampel
penelitian. Wawancara dilakukan di kecamatan Patumbak namun peneliti
hanya mengambil empat desa dari delapan desa yang ada di kecamatan
Patumbak yaitu desa Patumbak I, desa Patumbak II, desa Sigara-gara, dan
desa Lantasan lama. Pada saat melakukan wawancara terkadang peneliti
menemukan ada pemilik langsung UMKM yang tidak berada di tempat
usahanya sehingga peneliti mengambil data pada hari lain. Peneliti
mengusahakan wawancara dilakukan oleh pihak yang berwenang dan
mengetahui tentang pajak yang digunakan untuk usahanya. Biasanya yang
52
berwenang dalam urusan pajak adalah pemilik UMKM itu sendiri. Hal ini
dilakukan agar wawancara dapat maksimal dan hanya dijawab oleh orang
yang berwenang di UMKM tersebut. Wawancara yang dilakukan peneliti
berupa tanya jawab terhadap wajib pajak UMKM tentang pemahamannya
terhadap Peraturan Pemerintah (PP) tentang tarif UMKM dan kepatuhan
wajib pajak UMKM dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Karakteristik responden UMKM berdasarkan jenis usaha dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel IV.1
Karakteristik Responden
No Jenis Usaha Jumlah Presentasi (%)
1 Perdagangan 18 67
2 Jasa
3 Industri 9 33
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel diatas, karakteristik responden dalam penelitian
adalah jenis usaha yang dibagi dalam usaha perdagangan, jasa, dan industri.
Responden merupakan UMKM di kecamatan Patumbak dengan perdagangan
sebanyak 18 usaha atau 67% dan industri sebanyak 9 usaha atau 33%. Usaha
jasa tidak ada yang menjadi responden dikarenakan usaha di bidang tersebut
merupakan usaha yang berhubungan dengan profesi. Usaha yang
53
berhubungan dengan profesi dalam pembayaran pajak tidak memakai PP No.
46 tahun 2013. Selain itu, terlalu sulit untuk menemukan pemilik UMKM
tersebut. Pemilik UMKM yang bergerak dalam bidang jasa menolak untuk
diwawancarai oleh peneliti dengan berbagai alasan, salah satunya adalah
mereka belum membayar pajak dan memahami tentang pajak UMKM.
3. Hasil Wawancara
Wawancara merupakan salah satu kegiatan berbahasa dalam bentuk
Tanya jawab untuk mencari informasi atau data-data kepada narasumber
secara lisan. Narasumber adalah orang yang dipilih karena keahliannya,
kepandaiannya, dan lebih paham mengenai topik yang diangkat dalam
wawancara.
Berdasarkan kisi-kisi wawancara pada tabel III.1 dan hasil wawancara
yang penulis dapatkan dari narasumber tentang variabel pemahaman wajib
pajak UMKM dan kepatuhan wajib pajak UMKM adalah sebagai berikut:
a. Pemahaman wajib pajak
Hasil wawancara variabel pemahaman wajib pajak UMKM pada
wajib pajak UMKM adalah sebagai berikut:
1) Pemahaman Pajak UMKM
Berdasarkan pertanyaan pemahaman wajib pajak yaitu butir kedua
tentang pemahaman pajak UMKM ditemukan bahwa ada 9 orang yang
sudah mengetahuinya, 16 orang sudah mengetahuinya namun belum
paham menjelaskannya, dan 2 orang belum mengetahuinya. Semua
orang tersebut sudah memberikan penjelasan atau pernyataannya.
Misalnya untuk responden yang sudah mengetahui namun belum
54
paham menjelaskannya, antara lain seperti pernyataan dari ibu santi “
Menurut saya itu pajak yang dikenakan untuk UMKM” , ibu Murni “Itu
pajak yang dikenakan untuk UMKM” ibu Suharningsih “Pajak untuk
usaha kayak ibu ini ya”. Pernyataan responden tersebut hanya
mengetahui bahwa kriteria pajak UMKM dikenakan bagi UMKM dan
mereka belum bisa menjelaskan kriteria yang dikatakan pajak UMKM
itu seperti apa. Hal ini berbeda dari pernyataan responden yang sudah
mengetahui pajak UMKM, seperti pernyataan dari bapak Hasibuan
yang menyatakan bahwa “Pajak yang dikenakan untuk unit usaha mikro
kecil dan menengah yang memiliki omset kurang dari 4,8 miliar dalam
setahun”, bapak Maratogu “Pajak UMKM itu pajak yang dikenakan
untuk UMKM kurang dari 4,8 miliar dalam setahun”.
2) Pemahaman Tentang Kewajiban Perpajakan Bagi UMKM
Berdasarkan indikator pemahaman tentang kewajiban perpajakan
bagi UMKM, butir ketiga tentang pemahaman penerapan PP No. 46
tahun 2013 ditemukan ada 13 orang sudah mengetahui, 12 orang sudah
mengetahui namun belum bisa menjelaskannya dan 2 orang belum
mengetahuinya. Semua responden tersebut sudah memberikan
pernyataannya masing-masing. Seperti pernyataan dari bapak Sukmadi
“Saya tahu bahwa usaha yang diperoleh wajib pajak dengan omset
dibawah 4,8 miliar dikenakan tarif 1% dari penghasilan bruto”.
Sementara itu pernyataan wajib pajak UMKM yang belum mengetahui
tentang PP No. 46 tahun 2013 tersebut, misalnya pernyataan dari bapak
Senin “Belum tau persis tapi saya tahu bahwa itu peraturan tentang tarif
55
UMKM”. Hal ini karena Pemerintah selama ini belum ada melakukan
sosialisai tentang penerapan PP tentang tarif UMKM tersebut di
kecamatan Patumbak. Hal ini diketahui dari jawaban responden
berdasarkan butir keempat yang semuanya menyatakan bahwa belum
ada sosialisasi yang dilakukan Pemerintah tentang PP No. 46 tahun
2013 tersebut. Seperti pernyataan dari bapak Bambang “Sejauh ini
belum ada kalau di kecamatan Patumbak ini”. Namun informasi yang
mereka dapat justru berasal dari berbagai sosial media maupun media
cetak atau bahkan dari teman, diantaranya 12 orang mendapat informasi
dari teman, 7 orang dari internet, 5 orang dari spanduk, 1 orang dari
televisi dan yang belum mengetahui peraturan ini berjumlah 2 orang.
Hal inilah yang menjadi salah satu kendala kenapa wajib pajak masih
banyak yang belum memahami PP No. 46 tahun 2013 tersebut.
Sementara itu berdasarkan butir kelima tentang apakah penerapan
PP No. 46 tahun 2013 tersebut menguntungkan atau tidak bagi usaha
mereka, ditemukan ada 12 orang wajib pajak yang menyatakan
menguntungkan untuk usaha mereka, 15 orang menyatakan tidak
menguntungkan untuk usaha mereka. Hal ini karena tarif yang
dikenakan lebih kecil dibandingkan peraturan sebelumnya dan lebih
memudahkan wajib pajak dalam menghitung pajak yang terhutang,
langsung dikenakan tarif 1% dari peredaran bruto setiap bulan. Seperti
pernyataan dari bapak Sumardi “Menurut saya lebih menguntungkan,
selain itu kita tidak perlu hitung-hitung lagi, langsung dikalikan dengan
penghasilan bruto setiap bulannya” dan pernyataan dari ibu Asmita
56
“Menurut saya lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan
peraturan sebelumya, karena ini tinggal dikalikan dengan 1%”.
Sementara itu wajib pajak yang kurang paham penerapan ini, bagi
mereka dengan diberlakukannya peraturan ini kurang menguntungkan
untuk usaha mereka, karena penghasilan yang mereka dapat setiap
bulannya tidak menentu atau tidak menetap, selain itu usaha mereka
terkadang juga pernah mengalami kerugian pada suatu waktu yang
menyebabkan meraka tidak bisa memenuhi kewajiban perpajakannya.
Seperti pernyataan dari bapak Bambang “Tidak menguntungkan,
karena penghasilan dari penjualan setiap bulannya tidak menentu”. Dan
pernyataan dari bapak Hendrik “Enggak ada yang menguntungkan
karena seharusnya enggak perlu bayar pajak kalau untuk UMKM itu”.
Selanjutnya untuk pertanyaan butir keenam tentang kendala atau
keluhan wajib pajak UMKM dengan diterbitkannya PP No. 46 tahun
2013 tersebut ditemukan ada 4 orang tidak memiliki kendala dan 23
orang memiliki kendala terhadap penghasilan dari usaha mereka yang
tidak menentu. Seperti pernyataan dari bapak Bambang “Kendala pasti
ada kan penghasilan tidak menentu setiap bulannya, otomatis akan
mengurangi penghasilan saya” dan pernyataan dari ibu Rosita “Dari
penghasilan usaha kayaknya kendalanya karena kan kalau usaha ini
enggak menentu hasil yang di dapat”.
Selain pemahaman yang masih kurang mengenai PP No. 46 tahun
2013 wajib pajak UMKM juga masih banyak yang belum mengetahui
bahwa ada Peraturan Pemerintah (PP) yang baru mengenai tarif UMKM
57
yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomer 23 tahun 2018 yang baru
diterbitkan bulan Juli 2018 yaitu tentang penurunan tarif UMKM
menjadi 0,5% dari 1% berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
46 tahun 2013 sebelumnya. Wajib pajak UMKM yang sudah
mengetahui berjumlah 7 orang dan yang belum mengetahui berjumlah
20 orang. Seperti pernyataan dari wajib pajak UMKM di kecamatan
Patumbak mengenai pengetahuan tentang peraturan yang baru yaitu
bapak Maratogu “Sepertinya saya pernah mendengar peraturan tersebut
tapi saya kurang tahu”, dan pernyataan dari bapak Sumardi “Saya sudah
mendengar perubahan peraturan tentang tarif UMKM, dan menurut
saya itu lebih menguntungkan”.
3) Kemampuan Wajib Pajak Melaksanakan Kewajiban Perpajakan
Berdasarkan pertanyaan kemampuan wajib pajak melaksanakan
kewajiban perpajakannya butir kesembilan tentang pengetahuan
perhitungan tarif UMKM sebesar 1% atas penghasilan bruto,
ditemukan bahwa ada 19 orang sudah mengetahuinya, 3 orang sudah
mengetahui tapi belum tahu cara perhitungannya dan 5 orang belum
mengetahuinya. Seperti pernyataan dari bapak Hariyanto “Saya sudah
tahu bahwa perhitungan tarif UMKM sebesar 1% dikenakan atas
penghasilan bruto”.
Sementara itu untuk pertanyaan butir kesepuluh tentang
pengetahuan sistem pemungutan pajak yang digunakan dalam PPh
final, ditemukan 10 orang sudah mengetahuinya, 2 orang sudah tahu
tetapi belum bisa menjelaskannya, dan 15 orang belum mengetahuinya.
58
Seperti pernyataan dari bapak Sumardi “Saya sudah mengetahui sistem
pemungutan pajak PPh final ini”.
Butir kesebelas tentang tata cara perhitungan, pemotongan, dan
penyetoran pajak UMKM, ditemukan ada 10 orang yang sudah
mengetahui tata cara melaksanakan kewajiban perpajakanya yaitu cara
perhitungan, pemotongan, dan penyetoran pajak UMKM yang
diantaranya, 6 orang sudah mengetahui tapi tidak paham cara
perhitungannya karena mereka selalu dibantu oleh petugas pajak,
Seperti pernyataan dari ibu Suharningsih “Kurang tahu uda benar atau
belum, karena kalau mau bayar pajak pasti dibantu enggak pernah
sendiri”, dan pernyaataan dari ibu Murni “Ibu kalau mau menghitung
pajak sama membayar pajak usaha ini, ibu kayaknya selalu dibantu”.
Sementara itu 11 orang lainnya belum tahu cara perhitungannya.
Seperti pernyataan dari bapak “Tidak mengerti cara hitungnya”. Hal
ini yang mengakibatkan pelaku wajib pajak UMKM enggan untuk
membayar kewajiban perpajakannya, karena tidak mengetahui tata cara
perhitungan, penyetoran, dan pelaporan wajib pajaknya.
Butir kedua belas tentang kendala yang wajib pajak hadapi saat
diberi wewenang untuk menghitung, membayar, dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang, ditemukan ada 20 orang yang memiliki
kendala, karena menurut mereka hal ini justru memberatkan mereka
karena alasan kurang memahami tentang tata cara perpajakan yang ada
di Indonesia. Seperti pernyataan dari bapak Edi “Pasti ada namanya
juga kendala, apalagi pemerintah enggak pernah kasih sosialisasi gitu
59
ke daerah kita ini kayak mana tata cara perpajakan yang ada di Negara
kita ini, jadi masih pada bingung, makanya bapak jarang bayar pajak”.
Dan 7 orang lainnya menjawab tidak memiliki kendala dengan
penerapan ini. Seperti pernyataan dari ibu Asmita “Belum ada kendala
sejauh ini”. Dan semua wajib pajak yang menyatakan tidak ada kendala
juga menjawab hal serupa dengan ibu Asmita.
b. Kepatuhan wajib pajak UMKM
Hasil wawancara variabel kepatuhan wajib pajak UMKM di
kecamatan Patumbak
1) Pendaftaran NPWP
Berdasarkan butir ketiga belas tentang pendaftaran NPWP
ditemukan ada 12 orang yang mendaftar NPWP atas kemauannya
sendiri. Seperti pernyataan dari bapak Sukmadi “Iya saya mendaftarkan
diri atas kemauan sendiri”, 15 orang menjawab mendaftarkan diri
karena suatu alasan tertentu, seperti pernyataan dari ibu Suharningsih
“Saya mendaftarkan diri bukan karena kemauan sendiri tapi karena ada
suatu hal”, dan ibu Rosita “Daftar NPWP karena mau pinjam uang di
bank harus memiliki NPWP”.
2) Perhitungan pajak penghasilan
Berdasarkan butir keempat belas tentang penghitungan pajak
penghasilan ditemukan ada 10 orang yang sudah melakukan
perhitungan dengan benar. Seperti pernyataan dari bapak Mulkan
“Sudah benar seperti peraturan perundang-undangan yang berlaku”, 5
orang diantaranya sudah melakukan dengan benar tapi masih ragu-ragu,
60
seperti pernyataan dari bapak Sumardi “Kayaknya sudah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan”, serta 12 orang lainnya menyatakan
Belum melakukan dengan benar perhitungannya, seperti pernyataan
dari bapak Edy “ Belum tau uda benar atau tidak”.
3) Ketepatan membayar pajak dan kekurangan pajak
Berdasarkan butir kelima belas dan keenam belas tentang
pembayaran pajak penghasilan dengan tepat waktu dan pembayaran
kekurangan pajak sebelum dilakukan pemeriksaan , ditemukan bahwa
ada 12 orang yang menjawab sudah tepat waktu dalam melakukan
pembayaran pajaknya. Seperti pernyataan dari bapak Sukmadi “Iya
saya tepat waktu bayarnya sebelum dikenai sanksi” dan bapak pujiat
“Iya saya selalu bayar pajak penghasilan yang terutang dengan tepat
waktu”. Hal ini juga diikuti dengan pernyataannya tentang pembayaran
kekurangan pajak yang menyatakan bahwa “Iya saya selalu bayar pajak
penghasilan yang terutang dengan tepat waktu” pernyataan bapak
Pujiat. Sementara itu 16 orang lagi menjawab belum tepat waktu dalam
melakukan pembayaran pajaknya. Seperti pernyataan dari ibu Murni
“Kalau dibilang tepat waktu kayaknya belum tepat la”, pernyataan ini
sama dengan pernyataannya tentang pembayaran kekurangan pajak
yaitu beliau menyatakan bahwa “Enggak selalu bayar kekurangan pajak
kayaknya”.
Hal ini karena penghasilan yang mereka dapat dari usaha mereka
tidak menentu sehingga untuk membayar pajak mereka tidak bisa.
Sehingga berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa lebih banyak
61
wajib pajak yang belum tepat waktu membayar pajak dan membayar
kekurangan pajaknya.
4) Pencatatan Penerimaan dan Pengeluaran UMKM
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, peneliti menemukan
bahwa semua responden UMKM yang berjumlah 27 orang semuanya
melakukan pencatatan penerimaan dan pengeluaran terhadap usahanya
masing-masing. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari bapak Maratogu
“Iya saya melakukan pencatatan penerimaan dan pengeluaran atas
usaha saya ini”. Selain itu para wajib pajak UMKM tersebut semuanya
membayar pajak berdasarkan kemampuan penghasilan dari usaha
mereka untuk membayar pajak, sehingga ketika catatan penghasilan
mereka menagalami kerugian atau penghasilan yang diperoleh UMKM
tersebut tidak maksimal maka mereka enggan melakukan pembayaran
pajak apalagi membayar kekurangan pajaknya. Hal ini seperti
pernyataan dari Ibu Sryani “Iya berdasarkan penghasilan yang saya
dapat saya membayar pajak UMKM saya”. Namun demikian ada juga
wajib pajak UMKM yang selau tepat membayar pajak dan kekurangan
pajaknya meskipun penghasilan usahanya tidak maksimal.
5) Kepatuhan pelaporan pajak
Berdasarkan butir kesembilan belas tentang pengisian Surat
Pemberitahuan (SPT) ditemukan bahwa ada 7 orang yang sudah
melakukan pengisian SPT sudah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Seperti pernyataan dari bapak Mulkan “Iya sudah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”, dan bapak
62
Sumardi “Sejauh ini Saya sudah benar dan sesuai peraturan perundang-
undangan mengisi SPT nya”. Sementara itu 20 orang lainnya masih
Sudah melakukan pengisian SPT dengan benar jika hendak melaporkan
pajaknya namun mereka tidak paham bagaimana cara mengisi SPT
sendiri jika tidak dibantu petugas kantor pajak. Seperti pernyataan dari
ibu Santi “Saya selalu dibantu petugas pajak untuk mengisi SPT jika
saya mau membayar pajak karena saya tidak mengerti”.
Butir kedua puluh tentang pelaporan SPT dengan tepat waktu,
ditemukan ada 11 orang yang sudah patuh dalam melaporkan SPT nya
dengan tepat waktu. Seperti pernyataan dari bapak Suwandi “Sebelum
batas waktu berakhir saya sudah melaporkan SPT” dan ibu Asmita
“Saya selalu melaporkan SPT ke KPP dengan tepat waktu sebelum
batas waktu berakhir”. Sedangkan 16 orang lainnya belum patuh
melaporkan SPT nya, seperti pernyataan dari ibu Maryani “Saya belum
patuh kalau bayar pajak karena terkadang bayar terkadang tidak” dan
bapak Hendrik “Saya belum melaporkannya dengan tepat waktu”.
Hal ini dikarenakan mereka menganggap bahwa pelaporan SPT
dengan tepat waktu tidak memberikan dampak yang menguntungkan
bagi mereka, karena mereka masih beranggapan bahwa pajak yang
mereka bayarkan dan laporkan dengan tepat waktu, manfaatnya tidak
mereka rasakan secara langsung. Selain itu mereka juga beranggapan
bahwa tidak ada sanksi yang tegas dari Pemerimtah selama ini bagi
pelaku wajib pajak yang tidak melaporkan kewajiban perpajaknnya, hal
ini bisa dilihat dari jawaban wajib pajak pelaku UMKM yang menjawab
63
bahwasanya selama ini tidak ada sosialisasi yang dilakukan pemerintah
terhadap Peraturan Pemerintah (PP) tentang tarif UMKM dan tidak
adanya sosialisasi yang dilakukan pemerintah tentang bagaimana tata
cara perpajakan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, serta pemerintah juga tidak melakukan atau menghimbau
secara langsung bahwasanya akan dikenai sanksi yang tegas bagi siapa
pun wajib pajak yang tidak patuh dalam melaporkan kewajiban
perpajakannya. Sehingga wajib pajak UMKM tidak merasa takut untuk
enggan membayar pajak, karena mereka merasa tidak adanya peran
Pemerintah secara langsung yang akan memperhatikan hal seperti ini.
B. Pembahasan
1. Pemahaman wajib pajak tentang pelaksanaan kebijakan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 46 tahun 2013 di kecamatan Patumbak
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kecamatan
Patumbak, peneliti menemukan bahwa pemahaman wajib pajak tentang
Peraturan Pemerintah (PP) No. 46 tahun 2013 di kecamatan Patumbak masih
tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang telah
dilakukan penulis. Sehingga hal ini juga akan mempengaruhi tingkat
kepatuhan terhadap kewajiban perpajakannya.
Pemahaman perpajakan yang diketahui oleh wajib pajak merupakan
pengaruh untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang diketahuinya.
Pemahaman mengenai perpajakan antara lain wajib pajak mengetahui
ketentuan yang terkait kewajiban perpajakan yang berlaku, wajib pajak
64
mengetahui hak dalam perpajakan, mengetahui peraturan-peraturan
mengenai batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT), mengetahui
fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai identitas wajib pajak dan
tiap wajib pajak harus memilikinya, memahami sistem perpajakan yang
digunakan (menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri), serta
mengetahui fungsi pajak. Jika wajib pajak memahami perpajakan maka hal
ini akan meningkatkan kepatuhannya dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.
Berdasarkan hasil wawancara langsung peneliti menemukan bagaimana
tingkat pemahaman wajib pajak UMKM di kecamatan Patumbak adalah
sebagai berikut:
a. Wajib pajak UMKM masih banyak yang belum memahami bagaimana tata
cara perpajakan yang sesuai dengan peraturan menurut Undang-undang
perpajakan yang berlaku, terutama Peraturan Pemerintah (PP) No. 46
tahun 2013 tentang tarif UMKM yaitu sebesar 1% dari penghasilan bruto.
b. Wajib pajak UMKM belum memahami bagaimana penerapan self
assesment system yang diterapkan di Indonesia yang memberikan hak
kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan menyetorkan
sendiri kewajiban perpajakannya.
c. Wajib pajak UMKM belum memahami pentingnya pemahaman wajib
pajak UMKM untuk meningkatkan kepatuhan dalam membayar pajak
guna meningkatkan penerimaan pajak Negara yang akan digunakan untuk
kepentingan umum.
65
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Putri (2013) yang menunjukkan bahwa pemahaman wajib pajak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM dan penelitian Marista, Betri, dan
Fajriana (2014) yang menunjukkan bahwa pemahaman wajib pajak
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM dan
penelitian Pravitasari, Radianto, dan Upa yang menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak.
Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nirawan Adiasa (2013) di Semarang, dimana rata-rata
UMKM di daerah tersebut sudah memahami Peraturan Pemerintah (PP)
No.46 tahun 2013 tentang tarif UMKM tersebut, dimana berbanding terbalik
dengan hasil penelitian peneliti yang dilakukan di kecamatan Patumbak yang
rata-rata UMKM nya belum memahami peraturan tersebut. Dan penelitian
yang dilakukan oleh Yulita Adriani dan Eva Herianti (2015) dimana hasil
penelitian tersebut mereka menjelaskan bahwasanya pemahaman saja tidak
cukup mempengaruhi tingkat kepatuhan para UMKM sehingga mereka
menambahkan variabel sosialisasi pajak yang lebih mempengaruhi tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Serta
penelitian Agung Julianto yang juga menjelaskan bahwa sosialisasi
pemerintah yang lebih mempengaruhi tingkat kepatuhan UMKM dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
66
2. Kepatuhan wajib pajak tentang pelaksanaan kebijakan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 46 tahun 2013
Dalam ketentuan pajak penghasilan yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 46 tahun 2013, merupakan kebijakan pemerintah yang
mengatur mengenai Pajak Penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto kurang dari Rp 4,8
miliar pertahun. Subjek pajak yang dikenakan Peraturan ini adalah wajib
pajak orang pribadi dan badan tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Kepatuhan wajib pajak pada kecamatan Patumbak dengan
diberlakukannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 46 tahun 2013 tersebut
masih tergolong rendah dalam hal memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal
ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan di kecamatan Patumbak
melalui wawancara langsung ditemukan hanya 11 wajib pajak UMKM dari
27 sampel penelitian yang menyatakan bahwa mereka sudah patuh dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya. Sementara itu masih banyak UMKM
yang belum mendaftarkan diri sebagai wajib pajak UMKM meskipun
penghasilan yang mereka dapat sudah memenuhi kriteria harus patuh dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya. Selain itu mereka para UMKM yang
sudah terdaftar sebagai wajib pajak enggan untuk membayar pajak
dikarenakan Peraturan Pemerintah (PP) No. 46 tahun 2013 tersebut
memberatkan mereka jika dilihat dari segi penghasilan usaha mereka yang
tidak konsisten.
67
Dengan diberlakukannya peraturan ini memberikan dampak yang
positif dan negatif bagi tingkat kepatuhan wajib pajak yang ada di kecamatan
Patumbak, diantaranya yaitu:
a. Dampak positif
1) Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013
memudahkan wajib pajak untuk membayar pajak yang terutang, karena
dengan diterbitkannya peraturan ini wajib pajak tidak perlu bersusah
payah menghitung pajak yang terhutang, karena langsung dikenakan
tarif 1% dari peredaran bruto setiap bulan.
2) Dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak UMKM karena tarif pajak
yang lebih rendah jika dibandingkan tarif pajak UMKM sebelumnya.
b. Dampak negatif
1) Wajib pajak UMKM masih beranggapan bahwa kebijakan pemerintah
tentang tarif UMKM sebesar 1% ini lebih memberatkan UMKM karena
Pemerintah tidak mempertimbangkan karakteristik unik UMKM dan
hanya mementingkan kepentingan sekelompok orang saja guna
meningkatkan penerimaan Negara. Sehingga para UMKM tersebut
masih enggan untuk membayar kewajiban perpajakannya yang
mengakibatkan UMKM tersebut tidak patuh dalam membayar pajak
sehingga berdampak terhadap penerimaan Negara.
2) Bagi wajib pajak UMKM yang memiliki penghasilan yang tidak
menetap setiap bulannya atau kurang dari target penjualan, mereka akan
merasa dirugikan dengan diterbitkannya PP No. 46 tahun 2013tentang
tarif UMKM tersebut, apalagi peraturan tersebut juga berlaku bagi
68
wajib pajak UMKM yang sedang mengalami kerugian dalam usahanya.
Sehingga hal ini yang mengakibatkan wajib pajak UMKM untuk
enggan membayar pajak yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan
wajib pajak UMKM di kecamatan Patumbak.
3) Sosialisasi yang tidak ada di lakukan Pemerintah di kecamatan
Patumbak juga menjadikan alasan wajib pajak UMKM tidak patuh
membayar pajak karena tidak adanya perhatian Pemerintah terhadap
wajib pajak UMKM tentang pemahaman Peraturan Pemerintah (PP)
No. 46 tahun 2013 tentang tarif UMKM dan pentingnya patuh dalam
membayar pajak UMKM guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yuyung Riska Aneswari (2018) diamana hasil penelitiannya menyatakan
bahwa wajib pajak UMKM belum patuh bayar pajak dikarenakan kebijakan
pajak yang yang terlalu memberatkan mereka sehingga mereka enggan untuk
membayar pajak, dan penelitian Dahniar (2018) yang menyatakan bahwa
tingkat kepatuhan terhadap Peraturan Pemerintah (PP) No. 46 tahun 2013 di
KPP Medan Timur masih tergolong rendah. Juga penelitian Harjanti Puspa
Arum di KPP Pratama Cilacap juga menyatakan bahwa tingkat kepatuhan
terhadap Peraturan Pemerintah (PP) No. 46 tahun 2013 masih tergolong
rendah. Serta penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian yang
dilakukan oleh Anisa Nurpratiwi, M. Saifi, Otto Budiharjo diamana mereka
berpendapat bahwa pemberlakuan Peraturan Pemerintah (PP) tersebut
69
terkesan mendadak sehingga wajib pajak UMKM tidak setuju yang membuat
mereka semakin tidak patuh membayar pajak.
Namun penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Zaen Zulhaj Imaniati (2016) dimana hasil penelitiannya
menyatakan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak tentang penerapan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 46 tahun 2013 di kota Yogyakarta hampir
rata-rata sudah tergolong patuh membayar pajak karena hampir semua
UMKM di daerah tersebut sudah memahami PP No. 46 tahun 2013 tersebut.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman wajib pajak UMKM di kecamatan Patumbak berdasarkan seluruh
sampel penelitian yang berjumlah 27 wajib pajak UMKM menyatakan bahwa
mereka sudah memahami tentang pajak UMKM, namun mereka masih belum
bisa menjelaskan tentang kewajiban perpajakan bagi UMKM dan pelaksanaan
kewajiban perpajakannya.
2. Kepatuhan wajib pajak berdasarkan seluruh sampel penelitian hampir semuanya
sudah patuh membayar kewajiban perpajakannya, dilihat dari hasil wawancara
ada 11 wajib pajak dari 27 sampel penelitian yang menyatakan kepatuhannya
dalam membayar pajak. Hal ini dikarenakan mereka sudah memahami tentang
kewajiban perpajakan bagi UMKM tersebut, tetapi dalam hal perhitungan dan
pelaporan SPT mereka masih banyak yang belum memahaminya, yang
mengakibatkan sebagian wajib pajak UMKM belum patuh membayar
kewajiban perpajakannya.
3. Faktor-faktor yang bisa mempengaruhi wajib pajak UMKM agar patuh
membayar kewajiban perpajakannya berdasarkan penelitian yang dilakukan di
kecamatan Patumbak antara lain pemahaman wajib pajak tentang Peraturan
71
4. Pemerintah tersebut serta sosialisasi yang harus lebih diperhatikan oleh
pemerintah agar para UMKM lebih memahami pentingnya membayar pajak.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, untuk itu penulis memberikan saran kepada
pihak-pihak yang berkepentingan guna dapat menjaga serta dapat meningkatkan
kesadaran wajib pajak agar dapat meningkatkan penerimaan pajak. Adapun saran
tersebut sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak UMKM dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya, maka pihak fiskus (aparat pajak) harus terus menerus
melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada wajib pajak atau masyarakat
tentang pemahaman perpajakan yang berhubungan dengan penyetoran PPh
final, maupun sanksi yang akan diberikan jika wajib pajak tidak membayar
pajak, sehingga dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak.
2. Pemerintah sebagai pembuat peraturan mengenai tarif pajak UMKM seharusnya
lebih meninjau dan mempertimbangkan lagi apakah dengan pemberlakuan
peraturan tersebut akan meringankan UMKM atau justru sebaliknya para
UMKM akan merasa terbebani karena peraturan yang diterapkan tersebut tidak
sesuai dengan kriteria wajib untuk membayar pajak.
3. Seharusnya wajib pajak lebih sadar untuk memenuhi kewajiban perpajakannya
yaitu tepat waktu dalam pelaporan dan pembayaran pajaknya, karena hal itu akan
kembali pada wajib pajak walaupun tidak secara langsung. Sehingga
pertumbuhan ekonomi akan lebih baik lagi kedepannya dalam mencapai target
penerimaan pajak yang maksimal.
72
DAFTAR PUSTAKA
Adi Ratno Pamuji, dkk. (2014). “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Pemilik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam Memenuhi
Kewajiban Perpajakan (Studi pada Wajib Pajak Pemilik UMKM di KPP
Pratama Malang Selatan)”. Jurnal. Jurusan Administrasi Bisnis
Universitas Brawijaya.
Agung Julianto. “Pengaruh Tarif, Sosialisasi, serta Pemahaman Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM di Kota Semarang. Jurnal.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nurwantoro.
Ahmad Fauzi, dkk. (2016). “Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Tarif
Pajak dan Asas Keadilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pada
Wajib Pajak UMKM yang berada di Wilayah Kerja KPP Pratama Batu
setelah diberlakukannya PP No. 46 Tahun 2013)”. Malang: Jurnal
Perpajakan Universitas Brawijaya. Vol. 8. No. 1 2016.
Annisa Nurpratiwi, M. Syafii, Otto Budiharjo. “Analisis Persepsi Wajib Pajak
Pemilik UMKM Terhadap Kebijakan Pajak Penghasilan Final sesuai PP
No. 46 Tahun 2013 (Studi Pada KPP Pratama Malang Utara). Jurnal.
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
Apriyanti, dkk. (2013). Dasar Penentuan Dikenakan PPh Final, Penghasilan yang
Dikenakan PPh Final Tersendiri, Pemotongan atau Pemungutan PPh.
Arum, Haryanti Puspa. (2012). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Pelayanan
Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di
Wilayah KPP Pratama Cilacap. Skripsi. Universitas Diponegoro
Semarang.
Chaizi Nasucha. (2004). Reformasi Administrasi Publik Teori dan Praktek. Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Dahniar. (2018). Analisis Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Pada KPP Pratama
Medan Timur. Skripsi. UMSU.
Endrianto, Wendy (2005). “Prinsip Keadilan dalam Pajak UMKM”. Jurnal. Binus
Business Review Vol. 6 No. 2 Agustus 2015.
Endro Andayani (2018). “Pengaruh Faktor-faktor Pelaksanaan PP No. 46 Tahun
2013 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM”. Jurnal Transparansi,
Institut Ilmu Sosial dan Manajemen Stiami. Vol. 1, No. 1, Juni 2018.
Ghandhys, Resyniar (2014). “Persepsi Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) Terhadap Penerapan PP No. 46 Tahun 2013. Jurnal Ekonomi.
73
Imaniati, Zaen Zulhaz (2016). Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Tentang Penerapan
PP No. 46 Tahun 2013, Pemahaman Perpajakan, dan Sanksi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM di Kota Yogyakarta. Skripsi.
UNY. Yogyakarta.
Inka Primandani, Syafi’I, Haryono (2017). “Analisis Perilaku Kepatuhan,
Pemahaman dan Kemudahan Wajib Pajak UMKM Terhadap PP No. 46
tahun 2013 Pada KPP Pratama Mulyorejo”. Jurnal Ekonomi Akuntansi.
Vol. 3. Issue. 3.
Masyrafina, I., & Budi, R. (2008). Asosiasi UMKM Penurunan Pajak Final tak
Cukup Membantu. Retrieved April 20, 2018, from
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/18/03/21/p5xaoz4
15-asosiasi-umkm-penurunan-pajak-final-tak-cukup-membantu.
Mardiasmo (2011). Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi
Marista, M. Betri dan Fajriana, I.(2014). “Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak
UMKM Terhadap Pelaksanaan PP No. 46 Tahun 2013 (Studi Empiris
Wajib Pajak UMKM yang Terdaftar di KPP Pratama Palembang Ilir
Barat)”. Jurnal Ekonomi. STIE Multi Data Palembang.
Mwangi, M., & Nganga, I. (2006). “Taxation and SME’s Sector Growth”. Asian
Journal of Business and Management Sciences, 2(3), 1-7.
Ningtyas, Risa PDC (2012). Pengaruh Pemahaman Perpajakan, Tarif Pajak,
Sanksi serta Pelayanan Pembayaran terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
UMKM di kota Malang. Malang: skripsi Universitas Brawijaya.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan dari Usaha
yang Diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan dari Usaha
yang Diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu.
Pemerintah Indonesia (2008). Undang-undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro Kecil dan Menengah.
Pravitasari, N, Dwi , R dan Upa (2012). “Pengaruh Kebijakan Pajak dan
Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak
UMKM Sepatu dan Sandal di Mojokerto”. Jurnal GEMA Aktualita.
Volume 1 No, 1:16. 25.
Resmi Siti (2011). Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat
Simanjuntak, Timbul H dan Imam Muchlis (2012). Dimensi Ekonomi Perpajakan
dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Raih Asa Sukses.
Siti Kurnia Rahayu (2010). Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
74
Sugiyono (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Syafrida Hani, Harsha Raziqa Daoed (2013). Analisis Penurunan Tarif PPh Badan
dalam Meningkatkan Penerimaan PPh KPP Medan Barat. JRAB. UMSU.
Tatik (2008). “Potensi Kepatuhan Pembayaran Pajak Pada Pelaku UMKM (Usaha
Mikro Kecil dan Menengah) Pasca Penerbitan PP No.23 Tahun 2008”.
SCA 8, Universitas Islam Indonesia.
Tri Wahyuningsih (2016). Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Tarif Pajak,
Mekanisme Pembayaran Pajak dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Bidang Mebel di Surakarta. Skripsi. IAIN
Surakarta.
Waluyo (2010). Perpajakan Indonesia, Edisi 9 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Yulita Andriani, Eva Heranti. “Pengaruh Sosialisasi Pajak, Pemahaman
Perpajakan, dan Tingkat Pendidikan Terhadap kepatuhan Wajib Pajak
UMKM (Studi Empiris UMKM di Pasar Tanah Abang Jakarta Tahun
2013- Agustus 2015)”. Jurnal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Yuyung Riska Aneswari (2018). “ Membongkar Imperialisme dalam Kebijakan
Pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)”. Jurnal Infestasi,
STIE Kesuma Negara Blitar. Vol. 14. No. 1, Juni 2018.
Transkip Wawancara Dengan Wajib Pajak UMKM
Nama Responden : Pujiat
Jenis Usaha : Jual Sembako
No Pertanyaan Jawaban
Pemahaman Pajak UMKM :
1 Apakah usaha yang Saudara kelola termasuk dalam
kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)?
Usaha kecil
2 Apakah yang Saudara ketahui tentang pajak UMKM? Pajak yang dikenakan untuk UMKM
yang memiliki omset kurang dari 4,8
miliar dalam setahun
Pemahaman tentang kewajiban perpajakan bagi
UMKM:
3 Sudahkah Saudara tahu tentang penerapan PP No. 46
Tahun 2013 tentang pajak penghasilan yang diterima
atau diperoleh wajib pajak yang memiliki omset
kurang dari Rp 4,8 miliar dalam satu tahun?
Iya saya sudah tahu tentang penerapan
PP No. 46 tahun 2013 tersebut
4 Darimanakah informasi yang Saudara dapatkan
tentang PP No.46 tahun 2013 tersebut?
Dari spanduk yang ada di KPP saya
dapat informasi tersebut, selain itu saya
juga pernah bacanya di internet
5 Apakah dengan penerapan PP No. 46 ini
menguntungkan bagi usaha Saudara atau tidak?
Menurut saya lebih menguntungkan,
selain itu kita tidak perlu hitung-hitung
lagi, langsung dikalikan dengan
penghasilan bruto setiap bulannya
6 Adakah kendala atau keluhan Saudara dengan
diterbitkannya PP No. 46 tahun 2013 ini?
Pasti ada kendala karena dengan adanya
penerapan ini banyak atau sedikitnya
penghasilan yang di dapat dikenakan
tarif 1%
7 Apakah ada sosialisasi yang dilakukan dari
Pemerintah tentang tarif UMKM tersebut?
Sejauh ini belum ada kalau di kecamatan
Patumbak ini
8 Apakah Saudara tahu adanya perubahan PP tentang
tarif UMKM yaitu PP No. 23 tahun 2018?
Saya belum tahu tentang peraturan
tersebut
Kemampuan wajib pajak melaksanakan
kewajiban perpajakan:
9 Apakah Saudara sudah mengetahui perhitungan tarif
UMKM sebesar 1% dikenakan atas penghasilan
bruto?
Iya saya sudah tahu
10 Apakah Saudara sudah mengetahui sistem
pemungutan pajak yang digunakan dalam PPh final
ini?
Saya sudah mengetahui sistem
pemungutan pajak yang digunakan
dalam PPh final
11 Apakah Saudara sudah melakukan dengan benar tata
cara perhitungan, pemotongan, dan peyetoran pajak
UMKM yang selama ini Saudara lakukan?
Saya sudah melakukan dengan benar tata
cara perhitungan, pemotongan, dan
peyetoran pajak UMKM
12 Adakah kendala yang Saudara hadapi saat wajib pajak
diberi wewenang untuk menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang secara akurat
dan tepat waktu?
Belum ada kendala sejauh ini
Kepatuhan wajib pajak UMKM :
13 Apakah Saudara mendaftarkan diri dengan secara
sukarela untuk mendapatkan NPWP?
Iya saya mendaftarkan NPWP atas
kemauan saya sendiri
14 Apakah Saudara menghitung pajak penghasilan
dengan benar?
Sepertinya sudah benar sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku
15 Apakah Saudara selalu membayar pajak penghasilan
yang terutang dengan tepat waktu?
Iya saya selalu bayar pajak penghasilan
yang terutang dengan tepat waktu
16 Apakah Saudara selalu membayar kekurangan pajak
yang ada sebelum dilakukan pemeriksaan pajak?
Iya saya selalu membayar kekurangan
pajak
17 Apakah Saudara melakukan pencatatan penerimaan
dan pengeluaran dari usaha Saudara?
Saya selalu melakukan pencatatan atas
pendapatan dan pengeluaran usaha saya
ini
18 Apakah Saudara melakukan pembayaran pajak
berdasarkan catatan pendapatan yang dimiliki?
Saya bayar pajak berdasarkan
penghasilan yang didapat dari usaha saya
ini
19 Apakah Saudara sudah mengisi SPT (Surat
Pemberitahuan) sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan?
Sepertinya saya mengisi SPT sudah
sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan
20 Apakah Saudara sudah melaporkan SPT ke KPP
dengan tepat waktu?
Iya saya melaporkan SPT dengan tepat
waktu
Transkip Wawancara Dengan Wajib Pajak UMKM
Nama Responden : Hariyanto
Jenis Usaha : Pembuatan Gorden Sari
No Pertanyaan Jawaban
Pemahaman Pajak UMKM :
1 Apakah usaha yang Saudara kelola termasuk dalam
kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)?
Usaha kecil
2 Apakah yang Saudara ketahui tentang pajak UMKM? Pajak yang dikenakan untuk UMKM
Pemahaman tentang kewajiban perpajakan bagi
UMKM:
3 Sudahkah Saudara tahu tentang penerapan PP No. 46
Tahun 2013 tentang pajak penghasilan yang diterima
atau diperoleh wajib pajak yang memiliki omset
kurang dari Rp 4,8 miliar dalam satu tahun?
Saya sudah tahu bahwa itu peraturan
tentang pajak penghasilan yang diterima
atau diperoleh wajib pajak yang
memiliki omset kurang dari Rp 4,8
miliar dalam satu tahun
4 Darimanakah informasi yang Saudara dapatkan
tentang PP No.46 tahun 2013 tersebut?
Dari internet saya dapat informasi
tersebut
5 Apakah dengan penerapan PP No. 46 ini
menguntungkan bagi usaha Saudara atau tidak?
Menurut saya lebih menguntungkan
kalau dibandingkan yang peraturan dulu
6 Adakah kendala atau keluhan Saudara dengan
diterbitkannya PP No. 46 tahun 2013 ini?
Kendalanya ada di penghasilan saya
yang tidak pasti.
7 Apakah ada sosialisasi yang dilakukan dari
Pemerintah tentang tarif UMKM tersebut?
Sejauh ini belum ada kalau di kecamatan
Patumbak ini
8 Apakah Saudara tahu adanya perubahan PP tentang
tarif UMKM yaitu PP No. 23 tahun 2018?
Belum tahu
Kemampuan wajib pajak melaksanakan
kewajiban perpajakan:
9 Apakah Saudara sudah mengetahui perhitungan tarif
UMKM sebesar 1% dikenakan atas penghasilan
bruto?
Saya sudah tahu bahwa perhitungan tarif
UMKM sebesar 1% dikenakan atas
penghasilan bruto
10 Apakah Saudara sudah mengetahui sistem
pemungutan pajak yang digunakan dalam PPh final
ini?
Sudah, saya sudah mengetahuinya
11 Apakah Saudara sudah melakukan dengan benar tata
cara perhitungan, pemotongan, dan peyetoran pajak
UMKM yang selama ini Saudara lakukan?
Sepertinya sudah benar perhitungan,
pemotongan, dan peyetoran pajak
UMKM yang selama ini saya lakukan
12 Adakah kendala yang Saudara hadapi saat wajib pajak
diberi wewenang untuk menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang secara akurat
dan tepat waktu?
Belum ada kendala sejauh ini
Kepatuhan wajib pajak UMKM :
13 Apakah Saudara mendaftarkan diri dengan secara
sukarela untuk mendapatkan NPWP?
Iya saya mendaftarkan diri atas kemauan
sendiri
14 Apakah Saudara menghitung pajak penghasilan
dengan benar?
Sudah benar sepertinya perhitungan
pajak yang saya lakukan
15 Apakah Saudara selalu membayar pajak penghasilan
yang terutang dengan tepat waktu?
Saya selalu tepat waktu bayar pajak
sebelum dikenai sanksi
16 Apakah Saudara selalu membayar kekurangan pajak
yang ada sebelum dilakukan pemeriksaan pajak?
Iya benar sekali
17 Apakah Saudara melakukan pencatatan penerimaan
dan pengeluaran dari usaha Saudara?
Iya saya melakukan pencatatan atas
usaha saya
18 Apakah Saudara melakukan pembayaran pajak
berdasarkan catatan pendapatan yang dimiliki?
Iya berdasarkan penghasilan yang saya
dapat
19 Apakah Saudara sudah mengisi SPT (Surat
Pemberitahuan) sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan?
Sudah sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan
20 Apakah Saudara sudah melaporkan SPT ke KPP
dengan tepat waktu?
Saya selalu melaporkannya dengan tepat
waktu
Transkip Wawancara Dengan Wajib Pajak UMKM
Nama Responden : Hendrik D
Jenis Usaha : Jual Sembako dan Potong Ayam
No Pertanyaan Jawaban
Pemahaman Pajak UMKM :
1 Apakah usaha yang Saudara kelola termasuk dalam
kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)?
Usaha kecil
2 Apakah yang Saudara ketahui tentang pajak UMKM? Pajak yang dikenakan untuk para
UMKM
Pemahaman tentang kewajiban perpajakan bagi
UMKM:
3 Sudahkah Saudara tahu tentang penerapan PP No. 46
Tahun 2013 tentang pajak penghasilan yang diterima
atau diperoleh wajib pajak yang memiliki omset
kurang dari Rp 4,8 miliar dalam satu tahun?
Menurut saya itu peraturan tentang tarif
UMKM
4 Darimanakah informasi yang Saudara dapatkan
tentang PP No.46 tahun 2013 tersebut?
Dari internet, saya dapat informasi itu
5 Apakah dengan penerapan PP No. 46 ini
menguntungkan bagi usaha Saudara atau tidak?
Enggak ada yang menguntungkan
karena seharusnya enggak perlu bayar
pajak kalau untuk UMKM itu
6 Adakah kendala atau keluhan Saudara dengan
diterbitkannya PP No. 46 tahun 2013 ini?
Kendalanya ada di penghasilan saya
yang tidak pasti.
7 Apakah ada sosialisasi yang dilakukan dari
Pemerintah tentang tarif UMKM tersebut?
Sejauh ini belum ada kalau di kecamatan
Patumbak ini
8 Apakah Saudara tahu adanya perubahan PP tentang
tarif UMKM yaitu PP No. 23 tahun 2018?
Belum tahu
Kemampuan wajib pajak melaksanakan
kewajiban perpajakan:
9 Apakah Saudara sudah mengetahui perhitungan tarif
UMKM sebesar 1% dikenakan atas penghasilan
bruto?
Saya sudah mengetahuinya, soalnya saya
pernah baca tentang tarif ini
10 Apakah Saudara sudah mengetahui sistem
pemungutan pajak yang digunakan dalam PPh final
ini?
Udah tahu kalau PPh final tapi enggak
tahu apa itu PPh final
11 Apakah Saudara sudah melakukan dengan benar tata
cara perhitungan, pemotongan, dan peyetoran pajak
UMKM yang selama ini Saudara lakukan?
Kurang tahu uda benar atau belum
12 Adakah kendala yang Saudara hadapi saat wajib pajak
diberi wewenang untuk menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang secara akurat
dan tepat waktu?
Kendalanya ada di pemahaman saya
yang belum tahu bagaimana cara
hitungnya, melaporkannya karena kan
selama ini belum ada itu sosialisasi yang
dilakukan pemerintah di desa kami ini
jadi kami belum paham
Kepatuhan wajib pajak UMKM :
13 Apakah Saudara mendaftarkan diri dengan secara
sukarela untuk mendapatkan NPWP?
Saya mendaftarkan diri bukan karena
kemauan sendiri tapi karena ada suatu
urusan sebagai persyaratan waktu itu
harus ada NPWP, makanya buat NPWP
14 Apakah Saudara menghitung pajak penghasilan
dengan benar?
Belum tahu pasti, seperti yang saya
bilang tadi
15 Apakah Saudara selalu membayar pajak penghasilan
yang terutang dengan tepat waktu?
Saya belum tepat waktu membayar pajak
16 Apakah Saudara selalu membayar kekurangan pajak
yang ada sebelum dilakukan pemeriksaan pajak?
Tidak bayar kayaknya
17 Apakah Saudara melakukan pencatatan penerimaan
dan pengeluaran dari usaha Saudara?
Iya saya melakukan pencatatan atas
usaha saya
18 Apakah Saudara melakukan pembayaran pajak
berdasarkan catatan pendapatan yang dimiliki?
Iya berdasarkan penghasilan yang saya
dapat
19 Apakah Saudara sudah mengisi SPT (Surat
Pemberitahuan) sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan?
Saya selalu dibantu petugas pajak untuk
mengisi SPT juka saya mau membayar
pajak karena saya enggak tahu
20 Apakah Saudara sudah melaporkan SPT ke KPP
dengan tepat waktu?
Saya belum melaporkannya dengan tepat
waktu.
Transkip Wawancara Dengan Wajib Pajak UMKM
Nama Responden : Sri Murni
Jenis Usaha : Jual Sayur mayur dan Sembako
No Pertanyaan Jawaban
Pemahaman Pajak UMKM :
1 Apakah usaha yang Saudara kelola termasuk dalam
kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)?
Usaha kecil
2 Apakah yang Saudara ketahui tentang pajak UMKM? Pajak yang dikenakan untuk UMKM
Pemahaman tentang kewajiban perpajakan bagi
UMKM:
3 Sudahkah Saudara tahu tentang penerapan PP No. 46
Tahun 2013 tentang pajak penghasilan yang diterima
atau diperoleh wajib pajak yang memiliki omset
kurang dari Rp 4,8 miliar dalam satu tahun?
Ibu enggak tahu apa itu peraturan No. 46
tahun 2013, tentang apa ibu belum tahu
4 Darimanakah informasi yang Saudara dapatkan
tentang PP No.46 tahun 2013 tersebut?
Enggak ada dapat dari mana-mana
5 Apakah dengan penerapan PP No. 46 ini
menguntungkan bagi usaha Saudara atau tidak?
Kalau dilihat dari yang dijelaskan baru
aja sepertinya lebih menguntungkan ya
6 Adakah kendala atau keluhan Saudara dengan
diterbitkannya PP No. 46 tahun 2013 ini?
Sebelum diterbitkan peraturan itu juga
selalu ada kendala namanya juga usaha
tidak menentu dapatnya
7 Apakah ada sosialisasi yang dilakukan dari
Pemerintah tentang tarif UMKM tersebut?
Sejauh ini belum ada kalau di kecamatan
Patumbak ini
8 Apakah Saudara tahu adanya perubahan PP tentang
tarif UMKM yaitu PP No. 23 tahun 2018?
Apakah ini sama kayak peraturan yang
tadi itu tentang tarif UMKM
Kemampuan wajib pajak melaksanakan
kewajiban perpajakan:
9 Apakah Saudara sudah mengetahui perhitungan tarif
UMKM sebesar 1% dikenakan atas penghasilan
bruto?
Belum tahu soalnya kan peraturannya
saja ibu belum tahu
10 Apakah Saudara sudah mengetahui sistem
pemungutan pajak yang digunakan dalam PPh final
ini?
Enggak tahu
11 Apakah Saudara sudah melakukan dengan benar tata
cara perhitungan, pemotongan, dan peyetoran pajak
UMKM yang selama ini Saudara lakukan?
Ibu kalau mau menghitung pajak sama
membayar pajak usaha ini, ibu kayaknya
selalu dibantu
12 Adakah kendala yang Saudara hadapi saat wajib pajak
diberi wewenang untuk menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang secara akurat
dan tepat waktu?
Pasti ada, karena saya belum tahu pasti
bagaimana cara menghitung pajak yang
mau saya bayar.
Kepatuhan wajib pajak UMKM :
13 Apakah Saudara mendaftarkan diri dengan secara
sukarela untuk mendapatkan NPWP?
Sebenarnya awalnya saya membuat
NPWP karena ada suatu kepentingan.
14 Apakah Saudara menghitung pajak penghasilan
dengan benar?
Kalau dibantu pasti uda bener itu
pajaknya
15 Apakah Saudara selalu membayar pajak penghasilan
yang terutang dengan tepat waktu?
Kalau dibilang tepat waktu kayaknya
belum tepat la
16 Apakah Saudara selalu membayar kekurangan pajak
yang ada sebelum dilakukan pemeriksaan pajak?
Enggak selalu bayar kekurangan pajak
kayaknya
17 Apakah Saudara melakukan pencatatan penerimaan
dan pengeluaran dari usaha Saudara?
Kalau pencatatan kami selalu mencatat
semua pemasukkan dan pengeluaran
18 Apakah Saudara melakukan pembayaran pajak
berdasarkan catatan pendapatan yang dimiliki?
Iya berdasarkan penghasilan yang kami
dapat
19 Apakah Saudara sudah mengisi SPT (Surat
Pemberitahuan) sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan?
Selalu dibantu petugas pajak untuk
mengisi SPT
20 Apakah Saudara sudah melaporkan SPT ke KPP
dengan tepat waktu?
Belum tepat dan patuh kalau bayar pajak
usaha ini
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Eva Trimadani
NPM : 1505170455
Tempat dan Tanggal Lahir : Patumbak, 07 Agustus 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Dusun III Gg Saudara Desa Patumbak II
Kecamatan Patumbak
Anak Ke : 2 dari 3 bersaudara
Nama Orang Tua
Nama Ayah : Ngadenan
Nama Ibu : Mariani
Alamat : Dusun III Gg Saudara Desa Patumbak II
Kecamatan Patumbak
Pendidikan Formal
1. SD Swasta PAB 23 Tamat Tahun 2009
2. SMP Negeri 1 Patumbak Tamat Tahun 2012
3. SMK Swasta Eria Medan Tamat Tahun 2015
4. Tahun 2015-2019, tercatat sebagai Mahasiswa pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Medan, Maret 2019
Eva trimadani