ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU …8. Bidan Poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)...

204
i ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU DI PUSKESMAS BANDARHARJO KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh Niken Amran NIM. 6411412092 JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Transcript of ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL TERPADU …8. Bidan Poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)...

  • i

    ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM ANTENATAL

    TERPADU DI PUSKESMAS BANDARHARJO

    KOTA SEMARANG

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

    Oleh

    Niken Amran

    NIM. 6411412092

    JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2016

  • ii

    Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Fakultas Ilmu Keolahragaan

    Universitas Negeri Semarang

    Juni 2016

    ABSTRAK Niken Amran

    Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas Bandarharjo

    Kota Semarang VI + 106 halaman + 5 tabel + 5 gambar + 21 lampiran

    Antenatal Terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan

    berkualitas yang diberikan kepada ibu hamil, setiap kehamilan dalam

    perkembangannya mempunyai resiko. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

    mengetahui pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo

    Kota Semarang.

    Jenis metode penelitian ini adalah kualitatif. Informan utama berjumlah 8

    orang yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dan 2 informan

    triangulasi. Pengambilan data dilakukan dengan instrumen berupa pedoman

    wawancara mendalam, lembar observasi, dan dokumentasi.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah tenaga bidan yang ada belum

    sesuai dengan ketetapan Kemenkes RI. Sarana dan prasarana yang ada telah

    mencukupi dan memadai untuk pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.

    Pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu telah melaksanakan standar 10T seperti

    yang ditetapkan oleh Kemenkes RI, hanya saja adanya keterbatasan waktu dan

    tenaga sehingga mengakibatkan tumpang tindih dalam pelaksanaan program

    antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

    Saran yang peneliti rekomendasikan adalah bagi Puskesmas Bandarharjo

    dapat melakukan pengkajian kembali terkait dengan jadwal shift bidan agar tidak

    terjadi tumbukan job desk sehingga dengan jumlah sumber daya manusia yang

    terbatas, dapat tetap mengcover berbagai program. Saran bagi Dinas Kesehatan

    Kota Semarang diharapkan terus memantau, memonitoring dan melakukan evaluasi

    seluruh pelaksanaan program puskesmas yang ada di Kota Semarang. Melakukan

    pengkajian terhadap target program yang akan dilaksanakan.

    Kata Kunci : Pelaksanaan; Antenatal Terpadu; Puskesmas.

    Kepustakaan : 31 (1994-2015)

  • iii

    Public Health Science Department

    Faculty of Sport Science

    Semarang State University

    June 2016

    ABSTRACT Niken Amran

    Analysis of Implementation Integrated Antenatal Program at Bandarharjo

    Puskesmas Semarang City,

    VI + 106 pages + 5 table + 5 images + 21 attachments

    Servicing of integrated Antenatal is a comprehensive and quality antenatal

    servicing for pregnant women, every pregnancy has a risk of complicating factor.

    There fore, the antenatal servicing must be done intensively or routine integrited

    and good quality antenatal servicing the purpose of this research is to know the

    implementation of integrated antenatal program at Bandarharjo Puskesmas

    Semarang City.

    The method of this research is qualitative form the first group are eight

    women who are chosen based on purposive sampling technique and two

    triangulation women, the taking of data was done by independent interview,

    observation, and documentation.

    The result showed that the number of midwifes are still not appropriate with

    the regulation of the Indonesian Ministry of Health. The available infrastructures

    are suitable for the process of integrated antenatal. It has done 10T as it has been

    required by Indonesian Ministry of Health. However, there are limitedness the time

    and staffs so that they are mutinally overlapping in implementation integrited

    antenatal program at Bandarharjo Puskesmas Semarang City.

    Researcher suggests Bandarharjo Puskesmas to review that related to the

    schedule of widwifes time job in order not to mutually overlapping with source of

    staffs that can be involved some program and government’s semarang city can do

    monitoring, evaluate all implementation programs at Puskesmas. By doing the

    reviews to get the target that will be done.

    Keywords : Implementation; Integrated Antenatal; Puskesmas.

    Literature : 31 (1994-2015)

  • iv

  • v

  • vi

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    1. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau

    telah selesai dari sesuatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang

    lain, dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (Q.S Al Insyirah: 6-

    8).

    2. Bila kita merasa letih karena berbuat kebaikan, maka sesungguhnya

    keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan kekal. Bila kita bersenang-

    senang dengan dosa, kesenangan itu akan hilang dan dosa yang akan kekal

    (Umar bin Khattab).

    PERSEMBAHAN

    Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT,

    skripsi ini penulis persembahkan untuk:

    1. Papa (Amran) dan Mama (Nifestri).

    2. Kakak (Ari Wijaya Amran dan Adinda

    Amran).

    3. Adik (Wulan Amran).

    4. Asep Alvan

    5. Almamaterku Unnes.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan ridhoNya

    sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Antenatal

    Terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang” dapat terselesaikan

    dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

    Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas

    Negeri Semarang.

    Skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan dan kerjasama dari berbagai

    pihak, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, saya menyampaikan terima

    kasih kepada:

    1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Ibu Prof.

    Dr. Tandiyo Rahayu, M.Pd, atas ijin penelitian yang telah diberikan.

    2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

    Universitas Negeri Semarang, Bapak Irwan Budiono, S.KM, M.Kes (Epid),

    atas persetujuan penelitian yang telah diberikan.

    3. Dosen Pembimbing, Bapak Drs. Bambang Wahyono, M.Kes, atas

    bimbingan, arahan, serta masukan dalam penyusunan skripsi ini.

    4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

    Keolahrgaan Universitas Negeri Semarang atas bekal ilmu pengetahuan

    yang diberikan selama di bangku perkuliahan.

    5. Staf TU Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bapak Sungatno dan Bapak

    Wibowo serta seluruh staf TU Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

  • viii

    Negeri Semarang yang telah membantu dalam segala urusan administrasi

    dan surat perijinan penelitian.

    6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr. Widoyono, M.PH atas ijin

    yang diberikan untuk melaksanakan penelitian.

    7. Kepala Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang, Bapak Tri Susilo Hadi,

    S.KM, M.Kes, atas ijin penelitian dan masukan yang diberikan.

    8. Bidan Poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) Puskesmas Bandarharjo Kota

    Semarang, Ibu Erna Faulina, Ibu Endang Erawati, Am Keb, Ibu Sumarni,

    Am.Keb atas waktu dan informasinya terkait penelitian ini.

    9. Ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang,

    yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

    10. Sahabat-sahabat terbaikku (Liza, Jesi, Rahma, Atika, Ella, Putri, Nova, Ica,

    Ayu, Sonya, Wati) dan adik-adik kos Griya Bunda atas bantuan dan

    motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

    11. Teman-teman Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2012 atas

    bantuan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

    Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat

    ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

    sempurna, sehingga masukan dan kritikan sangat diharapkan guna penyempurna

    karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

    Semarang, Juni 2016

    Niken Amran

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

    ABSTRAK ......................................................................................................... ii

    ABSTRACT ...................................................................................................... iii

    PENGESAHAN ................................................................................................ iv

    PERNYATAAN ................................................................................................. v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

    DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvi

    BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5

    1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

    1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

    1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................ 7

    1.6 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10

    2.1 Landasan Teori ................................................................................ 10

  • x

    2.1.1 Analisis ................................................................................... 10

    2.1.2 Puskesmas .............................................................................. 11

    2.1.3 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ....................................... 15

    2.1.4 Pelayanan Antenatal Terpadu ................................................ 17

    2.1.5 Defenisi Sistem ...................................................................... 29

    2.1.6 Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas ........ 33

    2.2 Kerangka Teori ................................................................................ 43

    BAB III METODELOGI PENELITIAN ..................................................... 45

    3.1 Alur Pikir ......................................................................................... 45

    3.2 Fokus Penelitian .............................................................................. 45

    3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 46

    3.4 Sumber Informasi ............................................................................ 47

    3.5 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ...................... 51

    3.6 Prosedur Penelitian .......................................................................... 53

    3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................................... 55

    3.8 Teknik Analisis Data ....................................................................... 56

    BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 58

    4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................. 58

    4.1.1 Puskesmas Bandarharjo ........................................................... 58

    4.2 Hasil Penelitian ................................................................................. 60

    4.2.1 Karakterisitk Informan Penelitian .......................................... 60

    4.2.2 Hasil Penelitian Input .............................................................. 62

    4.2.3 Hasil Penelitian Proses ............................................................ 73

  • xi

    4.2.4 Hasil Penelitian Output ............................................................ 83

    BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 85

    5.1 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 85

    5.1.1 Komponen Input ...................................................................... 85

    5.1.2 Komponen Proses ................................................................... 92

    5.1.3 Komponen Output ................................................................... 97

    5.2 Hambatan Dan Kelemahan Penelitian .............................................. 99

    BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 101

    6.1 Simpulan ......................................................................................... 101

    6.2 Saran ............................................................................................... 102

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 104

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .............................................................................. 7

    Tabel 2.1 Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu ............................. 26

    Tabel 4.1 Karakteristik Informan Utama .......................................................... 61

    Tabel 4.2 Karakteristik Informan Triangulasi ................................................... 61

    Tabel 4.3 Daftar Kondisi Prasarana .................................................................. 69

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Alur Pelayanan Antenatal Terpadu ............................................. 38

    Gambar 2.2 Kerangka Teori ............................................................................ 44

    Gambar 3.1 Alur Pikir Penelitian ..................................................................... 45

    Gambar 4.1 Peta Lokasi Puskesmas Bandarharjo ........................................... 60

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Surat Tugas Pembimbing ........................................................ 108

    Lampiran 2. Surat Permohonan Surat Kelaikan Etik Penelitian .................. 109

    Lampiran 3. Surat Keterangan Ethical Clearance ....................................... 110

    Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Badan

    Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang ......................... 111

    Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Dinas

    Kesehatan Kota Semarang ....................................................... 112

    Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas untuk Puskesmas

    Bandarharjo Kota Semarang .................................................... 113

    Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

    Kota Semarang ........................................................................ 114

    Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Semarang .... 116

    Lampiran 9. Surat Keterangan Puskesmas Bandarharjo Telah Menyelesaikan

    Penelitian ................................................................................. 117

    Lampiran 10. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian .............. 118

    Lampiran 11. Lembar Persetujuan Keikutsertaan Subjek dalam Penelitian .. 120

    Lampiran 12. Prosedur Wawancara Mendalam ............................................. 130

    Lampiran 13. Pedoman Wawancara untuk Sie. Kesehatan Ibu dan Lansia

    Bagian Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Semarang. 132

    Lampiran 14. Pedoman Wawancara untuk Bidan Puskesmas Bandarharjo

    Kota Semarang ........................................................................ 137

  • xv

    Lampiran 15. Pedoman Wawancara untuk Kepala Puskesmas Bandarharjo

    Kota Semarang ........................................................................ 156

    Lampiran 16. Pedoman Wawancara untuk Ibu Hamil ................................... 161

    Lampiran 17. Pedoman Observasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana ........ 176

    Lampiran 18. Pedoman Observasi Proses Pelayanan Antenatal .................... 179

    Lampiran 19. Identitas Informan Utama ........................................................ 180

    Lampiran 20. Identitas Informan Triangulasi ................................................ 181

    Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 182

  • xvi

    DAFTAR SINGKATAN

    AKB = Angka Kematian Bayi

    AKI = Angka Kematian Ibu

    ANC = Antenatal Care

    APBD = Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

    APBN = Anggaran Pendapatan Belanja Negara

    BBLR = Bayi Berat Lahir Rendah

    BOK = Bantuan Operasional Kesehatan

    BPJS = Badan Pelayanan Jaminan Sosial

    CPD = Cephalo Pelvic Dispropotrion

    Depkes = Departemen Kesehatan

    Dinkes = Dinas Kesehatan

    DJJ = Denyut Jantung Janin

    DPRD = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    HIV = Human Immunodeficiency Virus

    IMD = Inisiasi Menyusu Dini

    JKN = Jaminan Kesehatan Nasional

    KB = Keluarga Berencana

    KEK = Kurang Energi Kronis

    Kemenkes = Kementrian Kesehatan

    Kesga = Kesehatan Keluarga

    KH = Kelahiran Hidup

  • xvii

    KIA = Kesehatan Ibu dan Anak

    KTP = Kekerasan Terhadap Perempuan

    LILA = Lingkar Lengan Atas

    MDGs = Millenium Development Goals

    MPS = Making Pregnancy Safer

    MTBS = Manajemen Terpadu Balita Sakit

    PAD = Pendapatan Asli Daerah

    PEB = Pre Eklampsia Berat

    Permenkes = Peraturan Menteri Kesehatan

    PK = Penanganan Komplikasi

    RTP = Rencana Tingkat Puskesmas

    SDM = Sumber Daya Manusia

    SDKI = Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

    SOP = Standar Operasional Prosedur

    SPM = Standar Pelayanan Minimal

    TT = Tetanus Toksoid

    UPTD = Unit Pelaksanaan Teknik Dinas

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Puskesmas dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan

    masyarakat, bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan

    dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan

    nasional yang merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan

    tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni Upaya Kesehatan Wajib dan juga

    Upaya Kesehatan Pengembangan. Salah satu dari enam upaya kesehatan wajib

    Puskesmas yaitu upaya kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

    (KIA/KB) (Kemenkes RI, 2014).

    Berdasarkan data MDGs tahun 2011, Indonesia masih memiliki masalah

    dalam mencapai tujuan MDGs yang kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu,

    khususnya pada target menurunkan angka kematian ibu. Indonesia hanya baru dapat

    menekankan dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (tahun 2007), yang

    mana target pada tahun 2015 yang sudah ditetapkan yaitu 102 per 100.000 kelahiran

    hidup. Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

    2012 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran

    hidup. Hal ini akan menjadi masalah tentunya dibidang kesehatan, sehingga timbul

    beberapa pertanyaan mengapa tujuan tersebut masih belum tercapai.

    Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu salah satunya melalui

    program pelayanan antenatal terpadu. Antenatal terpadu merupakan pelayanan

    antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil.

  • 2

    Setiap kehamilan dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit

    atau komplikasi, oleh karena itu pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin,

    terpadu, dan sesuai standar pelayanan antenatal yang berkualitas (Kemenkes RI,

    2013).

    Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus

    memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar yang terdiri dari 10T

    (Timbang berat badan dan ukut tinggi badan, Ukur tekanan darah, Nilai status

    gizi/ukur lingkar lengan atas (LiLA), Ukur tinggi fundus uteri, Tentukan presentasi

    janin dan denyut jantung janin (DJJ), Skrining status imunisasi TT, Tablet tambah

    darah, Pemeriksaan laboratorium, Tatalaksana/penanganan kasus, Temu

    wicara/konseling) (Kemenkes RI, 2013).

    Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil

    untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu hamil

    di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dengan

    frekuensi minimal 4 kali selama masa kehamilannya adalah 83,5%. Adapun untuk

    cakupan pemeriksaan kehamilan pertama pada trimester pertama adalah 81,6% dan

    frekuensi ANC 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1

    kali pada trimester kedua dan minimal 2 kali pada trimester 3) sebesar 70,4%.

    Tenaga yang paling banyak memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan

    tempat pelayanan ANC paling banyak diberikan di praktek bidan (52,5%).

    Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang

    didapatkan jumlah kunjungan K1 di seluruh Puskesmas yang ada di Kota Semarang

    pada tahun 2014 sebesar 102,16% lebih kecil dari tahun 2013 yaitu 104,27%. Hal

  • 3

    ini menunjukan adanya penurunan cakupan meskipun pencapaian ini sudah diatas

    target SPM tahun 2015 (95%) dan target tahun 2014 (94%). Sedangkan, kunjungan

    K4 pada tahun 2014 sebesar 97.21% tidak mengalami perubahan atau sama dengan

    tahun 2013 yaitu sebesar 97,21%, sudah mencapai target SPM 2015 yaitu 95%

    tetapi angka kematian ibu masih tinggi (Profil Dinkes Kota Semarang 2014).

    Kematian Ibu merupakan indikator derajat kesehatan dan menjadi tujuan

    MDGs. Berdasarkan data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Semarang

    mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu tahun 2014 sebesar

    122,25/100.000 KH lebih tinggi dari tahun 2013 sebesar 107,95/100.000 KH, pada

    tahun 2012 yaitu 80,06/100.000 KH dan tahun 2011 sebesar 119,9/100.000 KH.

    Dilihat dari jumlah kematian ibu pada peningkatan dari tahun 2013 yaitu sebesar

    29 kasus menjadi 33 kasus pada tahun 2014 menjadi 35 kasus pada tahun 2015.

    Namun untuk peringkat kematian ibu di Jawa Tengah, Kota Semarang menurun,

    yaitu dari peringkat 5 pada tahun 2013 menjadi peringkat 7 pada tahun 2014 dan

    meningkat lagi menjadi peringkat 2 tahun 2015 (Profil Dinkes Kota Semarang

    2014).

    Jadi berdasarkan data diatas bahwa cakupan kunjungan K1 dan K4 di Kota

    Semarang setiap tahunnya sudah mencapai target dan sudah mencapai capaian yang

    baik tetapi angka kematian ibu di Kota Semarang masih tinggi. Hal ini akan menjadi

    masalah tentunya dibidang kesehatan karena angka kematian ibu termasuk dalam

    kategori MDGs yang nomor 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu khususnya pada

    target menurunkan angka kematian ibu.

  • 4

    Pada tahun 2015, Angka Kematian Ibu di Kota Semarang terdapat 35 kasus

    meningkat dari tahun 2014 sebanyak 33 kasus dan pada tahun 2013 yang hanya 29

    kasus. Kematian ibu disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari faktor masyarakat,

    pelayanan dasar maupun pelayanan rujukan. Kematian ibu tertinggi disebabkan

    karena eklampsia (48,48%), penyebab lainnya adalah karena pendarahan (24,24%),

    disebabkan karena penyakit sebesar 18,18%, infeksi sebesar 3,03% dan lain-lain

    sebesar 6,06% (Profil Dinkes Kota Semarang 2014).

    Puskesmas Bandarharjo merupakan salah satu Puskesmas yang telah

    melaksanakan program antenatal terpadu. Puskesmas ini salah satu Puskesmas yang

    mendapatkan pelatihan dari Dinas Kesehatan Kota dari 36 puskesmas lain yang

    pernah dilatih. Namun berdasarkan data kematian ibu tahun 2014, di Puskesmas

    Bandarharjo masih ditemukan 3 kasus kematian ibu dan tahun 2015 mengalami

    peningkatan dimana ditemukan data sebanyak 5 kasus kematian ibu penyebab

    terjadinya Pre Eklampsia Berat (PEB), pendarahan, obesitas, dan keracunan

    makanan yang seharusnya dapat terdeteksi dan mendapatkan penanganan segera

    melalui pelayanan program antenatal terpadu.

    Berdasarkan data dari laporan Tahun 2014 Puskesmas Bandarharjo,

    didapatkan data pelayanan K1 mencapai 94,60%. Sedangkan data pelayanan K4

    mencapai 86,34%. Pada Tahun 2015 data pelayanan K1 mencapai 80,32%.

    Sedangkan data pelayanan K4 mencapai 90,76%. Berdasarkan data angka cakupan

    K1 dan K4 belum mencapai target SPM tahun 2015 (95%). Padahal di Puskesmas

    ini angka cakupan K1 dan K4 sebagai salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan

    program antenatal.

  • 5

    Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian pelayanan K4 dan K1

    masih jauh dari target yang sudah ditetapkan dan adanya komplikasi penyakit

    sehingga perlu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan antenatal

    terpadu yang sesuai standar pelayanan antenatal dengan 10T.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Erna selaku petugas pelayanan

    kesehatan ibu dan anak (KIA) pada tanggal 03 Februari 2016 menyatakan bahwa

    sumber daya manusia di Puskesmas Bandar Harjo masih kurang. Jumlah bidan di

    Puskesmas Bandarharjo sebanyak 3 orang dan tidak memiliki dokter spesialis

    kandungan, sehingga tidak bisa memantau keseluruhan ibu hamil yang berjumlah

    1382 dari 4 (empat) kelurahan. Dari jumlah ibu hamil tersebut, sebanyak 1382

    memiliki resiko tinggi pada kehamilan yaitu 1052 (70%). Selain jumlah bidan yang

    sedikit pegawai laboratorium hanya 1 orang padahal sesuai dengan standar 10T

    pemeriksaan laboratorium dilakukan secara rutin dan khusus. Dalam segi sarana

    dan prasarana adanya keterbatasan ruangan antara pelayanan ibu dan pelayanan

    anak dijadikan satu ruangan di Puskesmas Bandarharjo.

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti menganggap perlu

    dilakukan penelitian mengenai “Analisis Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu

    di Puskemas Bandarharjo Kota Semarang” melalui pendekatan sistem mulai dari

    komponen input, proses, output dan dampak yang diperoleh.

    1.2 Rumusan Masalah

    1.2.1 Rumusan Masalah Umum

    Berdasarkan uraian latar belakang terdapat masalah dengan belum

    tercapainya target pelayanan antenatal K4 dan K1 yang ada didalam program KIA

    Puskesmas Bandarharjo, dan bahkan terjadinya komplikasi penyakit yang

  • 6

    seharusnya dapat terdeteksi dan mendapatkan penanganan segera melalui

    pelayanan program antenatal terpadu dengan 10T. Oleh karena itu, untuk

    mengetahui gambaran pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas

    Bandarharjo, maka rumusan masalah ini adalah “Bagaimana analisis pelaksanaan

    program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo?”

    1.2.2 Rumusan Masalah Khusus

    1. Bagaimana gambaran input dalam pelaksanaan program antenatal terpadu

    di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?

    2. Bagaimana gambaran proses dalam pelaksanaan program antenatal terpadu

    di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?

    3. Bagaimana gambaran output dalam pelaksanaan program antenatal terpadu

    di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui pelaksanaan program antenatal terpadu di Puskesmas

    Bandarharjo Kota Semarang berdasarkan pendekatan sistem.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Untuk mengetahui gambaran input dalam pelaksanaan program

    antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

    2. Untuk mengetahui gambaran proses dalam pelaksanaan program

    antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

    3. Untuk mengetahui gambaran output dalam pelaksanaan program

    antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

  • 7

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

    Mendapatkan masukan untuk perbaikan dan kelanjutan dari implementasi

    program antenatal terpadu di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

    1.4.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

    Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan

    dosen mengenai sistem pelaksanaan program antenatal terpadu.

    1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti Lain

    Sebagai referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan dan rujukan oleh

    peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan

    pelaksanaan program antenatal terpadu.

    1.5 Keaslian Penelitian

    Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

    No Judul

    Penelitian

    Nama

    Peneliti

    Tahun dan

    Tempat

    Penelitian

    Rancangan

    Penelitian

    Variabel /

    Fokus

    Penelitian

    Hasil

    Penelitian

    1.

    Implementasi

    Program

    Antenatal

    Terpadu di

    Puskesmas

    Tanjung

    Agung

    Kabupaten

    Ogan

    Komering Ulu

    dengan

    Pendekatan

    Balance

    Scorecard

    Feby

    Happy

    Monica

    2015,

    Palembang

    Kualitatif

    (balance

    scorecard )

    Penilaian

    terhadap

    pelaksanaan

    program

    antenatal

    terpadu di

    Puskesmas

    Tanjung

    Agung

    Kabupaten

    Ogan

    Komering Ulu

    Menunjukkan

    bahwa dari

    perspektif

    penggunaan

    sumber daya

    dan jasa

    masih

    terkendala

    ketersediaan

    perlatan dan

    penanganan.

    Untuk tenaga

    kesehatan

    masih ada

    yang kurang.

  • 8

    2.

    3.

    Analisis

    kinerja BPM

    dalam

    pelaksanaan

    ANC terpadu

    pada ibu hamil

    di wilayah IBI

    ranting Kota

    Semarang

    Analisis

    Implementasi

    Program

    Pelayanan

    Antenatal

    Terpadu pada

    Ibu Hamil

    dengan

    Malaria di

    Puskesmas

    Tobelo

    Kabupaten

    Halmahera

    Utara Provinsi

    Maluku Utara

    Sylva

    Medika

    Permata

    sari

    Anna

    Mieke

    2014,

    Semarang

    2013,

    Maluku

    Utara

    Kuanitatif

    (cross

    sectional)

    Kualitatif

    (observasional)

    Kinerja BPM

    dalam

    melaksanakan

    pelayanan

    antenatal

    terpadu

    Komunikasi

    pemberi

    informasi

    tentang

    pelayanan

    antenatal

    terpadu pada

    ibu hamil

    dengan

    malaria dari

    tenaga bidan

    untuk

    melaksanakan

    pelayanan

    antenatal

    terpadu

    malaria masih

    kurang.

    Terdapat

    bahwa

    adanya

    pengaruh

    antara

    keterampilan,

    pengetahuan,

    dan review

    kinerja

    dengan

    kinerja BPM

    dalam

    pelaksanaan

    pelayanan

    antenatal

    terpadu.

    Hasil

    menunjukkan

    bahwa

    pelayanan

    antenatal

    terpadu

    malaria pada

    ibu hamil

    belum

    dilaksanakan

    oleh bidan

    sesuai

    pedoman

    penanganan

    dan

    pencegahan

    malaria pada

    ibu hamil.

    Beberapa yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian

    sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif

    kualitatif. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan tujuan untuk

    mendapatkan data yang mendalam dari sumber informan mengenai pelaksanaan

  • 9

    program antenatal terpadu. Dimana dalam pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan

    harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar dengan 10T.

    1.6 Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup penelitian ini adalah:

    1.6.1 Ruang lingkup tempat

    Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Bandaharjo di Kota

    Semarang.

    1.6.2 Ruang lingkup waktu

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2016

    1.6.3 Ruang lingkup materi

    Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu metodologi penelitian kesehatan

    khususnya metodologi penelitian kualitatif, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),

    pedoman program antenatal terpadu, dan pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.

  • 10

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Landasan Teori

    2.1.1 Analisis

    2.1.1.1 Defenisi Analisis

    Analisis adalah proses pemecahan masalah yang dimulai dengan hipotesis

    (dugaan) sampai terbukti kebenarannya melalui beberapa kepastian dengan

    pengamatan, percobaan, dan sebagainya (Aji Reno, 2012). Menurut Solichin (2008)

    analisis merupakan penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian, penelaan

    bagian-bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian

    yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan.

    Menurut Aristoteles, 1991 yang dikutip solichin, 2008 mengatakan analisis

    adalah suatu proses merinci suatu objek dengan alat tertentu ke dalam beberapa

    komponen yang saling berhubungan dan menilai urgensi, dukungan dan

    berkaitannya terhadap terjadinya sesuatu. Analisis adalah suatu kegiatan ilmiah

    untuk mencari kebenaran. Sedangkan analisis manajemen adalah suatu proses

    merinci (mendetailkan) dan menilai keadaan lingkungan organisasi guna

    memperoleh informasi kemampuan dan sumber daya yang berpengaruh kuat

    terhadap keberhasilan organisasi meraih visi, misi dan dasar menentukan tujuan,

    sasaran yang rasional, dan logis dicapai.

  • 11

    2.1.2 Puskesmas

    2.1.2.1 Defenisi Puskesmas

    Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah fasilitas pelayanan

    kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

    kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

    promotif, preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

    tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes No. 75 Tahun 2014).

    Menurut Muninjaya (2004), Puskesmas merupakan unit teknis pelayanan

    Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab untuk

    menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah

    kecamatan yang mempunyai fungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan

    masyarakat, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan

    tingkat pertama dalam rangka pencapaian keberhasilan fungsi puskesmas sebagai

    ujung tombak pembangunan bidang kesehatan (Arsita, 2012).

    Menurut Notoatmodjo (2003), Puskesmas memiliki fungsi dalam

    mewujudkan 4 (empat) misi pembangunan kesehatan yaitu menggerakkan

    pembangunan kecamatan yang berwawasan pembangunan, mendorong

    kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat, memelihara dan

    meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau serta

    memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan masyarakat serta

    lingkungannya (Arsita, 2012).

  • 12

    2.1.2.2 Peran Puskesmas

    Puskesmas memiliki peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksanaan

    teknis. Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke

    depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut

    ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan puskesmas dalam menentukan kebijakan

    daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realitas, tatalaksana kegiatan

    yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa

    mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam memanfaatkan teknologi

    informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan

    terpadu (Effendi dan Mahfudli, 2009:277).

    2.1.2.3 Fungsi Puskesmas

    Menurut Arsita (2012) Puskesmas sebagai penyedia layanan kesehatan

    tingkat primer memiliki fungsi utama sebagai berikut:

    2.1.2.3.1 Pusat Penggerak dan Pembangunan Berwawasan Kesehatan

    Puskesmas memantau dan menggerakkan penyelenggaraan pembangunan

    lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha yang ada di wilayah

    kerjanya, sehingga masyarakat akan memiliki wawasan yang luas dan mendukung

    pembangunan kesehatan (Arsita 2012:24).

    2.1.2.3.2 Pusat Pemberdayaan Masyarakat

    Puskesmas berupaya agar setiap individu masyarakat, pemuka masyarakat,

    dan keluarga memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk bertanggung

    jawab terhadap kesehatan. Puskesmas juga berupaya agar masyarakat aktif dalam

    program-program kesehatan yang diadakan oleh Puskesmas guna meningkatkan

    kualitas kesehatan masyarakat. Puskesmas memberi petunjuk kepada masyarakat

  • 13

    tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif

    dan efisien.

    2.1.2.3.3 Pusat Kesehatan Srata Pertama

    Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama

    (primer) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (countinue) mencakup

    pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat (Arsita,

    2012:25).

    2.1.2.4 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

    Puskesmas sebagai salah satu fasilitas kesehatan memiliki prinsip dalam

    penyelenggaraannya. Prinsip tersebut antara lain:

    1. Paradigma sehat

    Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen

    dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi

    individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

    2. Pertanggungjawaban wilayah

    Puskesmas menggerakkan dan bertanggungjawab terhadap pembangunan

    kesehatan di wilayah kerjanya.

    3. Kemandirian masyarakat

    Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,

    kelompok dan masyarakat.

    4. Pemerataan

    Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan

    terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil dan

    merata tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan

    kepercayaan.

  • 14

    5. Teknologi tepat guna

    Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan

    teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah

    dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk pada lingkungan.

    6. Keterpaduan dan kesinambungan

    Puskesmas mengintegrasikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan

    upaya kesehatan perorangan dan masyarakat lintas program dan lintas

    sektor serta melakukan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen

    puskesmas (Permenkes No. 75 Tahun 2014).

    2.1.2.5 Upaya Kesehatan Esensial Puskesmas

    Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama

    dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, upaya kesehatan masyarakat

    tingkat pertama tersebut meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya

    kesehatan masyarakat pengembangan (Permenkes No.75 Tahun 2014).

    Upaya kesehatan masyarakat esensial tersebut meliputi:

    1. Pelayanan promosi kesehatan.

    2. Pelayanan kesehatan lingkungan.

    3. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana.

    4. Pelayanan gizi.

    5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

    2.1.2.6 Pembinaan dan Pengawasan Puskesmas

    Menurut PERMENKES No. 75 Tahun 2014, pengawasan dan pembinaan

    penyelenggaraan Puskesmas dilakukan sesuai tugas dan fungsi masing-masing oleh

  • 15

    pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintah kabupaten/kota. Dalam proses

    pengawasan dan pembinaan puskesmas, pemerintah kota/daerah dan provinsi juga

    berhak menggunakan organisasi profesi untuk membantu melakukan pengawasan

    dan pembinaan terhadap Puskesmas.

    Pembinaan dan pengawasan puskesmas lebih mengarah kepada peningkatan

    mutu pelayanan kepada masyarakat, fasilitas, konsultasi, pendidikan dan pelatihan

    serta penelitian dan pengembangan.

    2.1.2.7 Pembangunan Sarana dan Prasarana Puskesmas

    Puskesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan tingkat dasar memiliki

    standar sarana dan prasarana yang harus dipenuhi guna meningkatkan kualitas

    pelayanan kepada masyarakat. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan No 75.

    Tahun 2014, pembangunan puskesmas harus memenuhi persyaratan sebagai

    berikut: persyaratan administratif, persyaratan keselamatan kerja, persyaratan

    teknis bangunan, bersifat permanen dan terpisah dari bangunan lain, dan

    menyediakan fungsi keselamatan, kesehatan dan kenyamanan. Sarana standar yang

    ada di Puskesmas juga telah diatur dalam Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014,

    diantaranya puskesmas harus memiliki sarana ventilasi, pencahayaan, sanitasi,

    kelistrikan, komunikasi, gas medik, proteksi petir, proteksi kebakaran,

    pengendalian kebisingan, sistem transportasi vertikal (untuk bangunan lantai 2 atau

    lebih), puskesmas keliling dan kendaraan ambulan.

    2.1.3 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

    Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam Tujuan Pembangunan

    Millenium Development Goals (MDGs), tepatnya pada tujuan empat dan tujuan

  • 16

    lima yaitu menurunkan Angka Kematian Anak dan Meningkatkan Kesehatan Ibu.

    Program kesehatan Ibu dan Anak menjadi sangat penting pembangunan, hal ini

    mengandung pengertian bahwa dari seorang ibu akan dilahirkan calon-calon

    penerus bangsa yaitu anak. Untuk mendapatkan calon penerus bangsa yang dapat

    memberikan manfaat bagi bangsa maka harus diupayakan kondisi ibu dan anak

    yang sehat (Arsita, 2012).

    Kesehatan wanita dalam siklus kehidupan dipengaruhi oleh faktor biologi,

    budaya, perilaku, dan sosial. Mortalitas dan morbiditas pada wanita lebih banyak

    dipengaruhi oleh faktor biologis. Salah satu peran faktor biologis adalah hormon.

    Dalam siklus kehidupan dan reproduksi, peran hormon tersebut mempengaruhi

    kondisi kesehatan wanita. Wanita dalam usia reproduksi, yaitu usia 15-45 tahun

    dari pubertas sampai menopause tidak terlepas dari peran hormon estrogen.

    Hormon estrogen akan mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya usia.

    Dampak dari penurunan hormon ini mempengaruhi kesehatan wanita. Kesehatan

    dan kematian ibu dan anak dapat terjadi dalam setiap tahap pertumbuhan dan

    perkembangan, dari masa bayi sampai dengan masa usia lanjut (Arsita, 2012).

    2.1.3.1 Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

    Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya di bidang kesehatan

    yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, bersalin, ibu menyusui,

    bayi dan balita, serta anak prasekolah (Arsita, 2012)

    2.1.3.2 Tujuan Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

    Tujuan usaha kesehatan Ibu dan Anak (KIA) antar lain adalah:

    1. Untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu-ibu secara teratur dan

    terus-menerus pada waktu sakit dan sembuh pada masa antepartum,

  • 17

    intrapartum, postpartum, dan masa menyusui serta pemeliharaan anak-anak

    dari mulai lahir sampai masa prasekolah.

    2. KB diberikan pada ibu-ibu atau suami-suami yang membutuhkannya.

    3. Usaha KIA mengadakan integrase ke dalam “general health services”

    (pelayanan kesehatan menyeluruh) dan mengadakan kerja sama serta

    koordinasi dengan lain-lain dinas kesehatan.

    4. Usaha KIA mencari dan mengumpulkan masalah-masalah mengenai ibu,

    bayi, anak untuk dicari penyelesaiannya (Arsita, 2012).

    2.1.4 Pelayanan Antenatal Terpadu

    2.1.4.1 Defenisi Pelayanan Antenatal

    Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional

    (dokter, spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat

    bidan) untuk ibu selama kehamilannya (Depkes RI, 2005). Pelayanan antenatal

    adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama masa

    kehamilan, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang

    ditetapkan (Wijono, Djoko, 2008).

    Kualitas pelayanan sangat erat dengan hubungannya pada penerapan.

    Pelayanan yang diberikan harus mengacuh pada standar yang telah ditetapkan yaitu

    standar pelayanan kebidanan. Penerapan standar sangat berguna untuk melindungi

    masyarakat karena proses kegiatan yang dilakukan mempunyai dasar yang jelas.

    Standar pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk menjamin mutu pelayanan,

    khususnya untuk memberikan kesempatan yang cukup dalam menangani kasus

    resiko tinggi (Depkes RI, 2005)

  • 18

    2.1.4.2. Defenisi Pelayanan Antenatal Terpadu

    Pelayanan Antenatal Terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan

    berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Setiap kehamilan dalam

    perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi, oleh

    karena itu pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, terpadu, dan sesuai

    standar pelayanan antenatal yang berkualitas (Kemenkes RI, 2010).

    Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan antenatal rutin dengan

    beberapa program lain yang sasarannya adalah ibu hamil, sesuai prioritas

    Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan

    antenatal (Depkes, 2009). Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara

    keseluruhan meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) memberikan pelayanan dan

    konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan berlangsung sehat; (2)

    melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan; (3)

    menyiapkan persalinan yang bersih dan aman; (4) merencanakan antisipasi dan

    persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi; (5)

    melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila

    diperlukan; (6) melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga

    kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi

    penyulit/komplikasi (Kemenkes RI, 2013).

    2.1.4.3.Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Antenatal Terpadu

    Tujuan antenatal terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil

    memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani

  • 19

    kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat

    (Kemenkes RI, 2010).

    Menurut KEMENKES RI (2013), tujuan khusus antenatal terpadu meliputi:

    1. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas,

    termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian

    ASI.

    2. Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam mendapatkan

    pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan berkualitas.

    3. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita ibu hamil.

    4. Melakukan intervensi terhadap kelaianan/penyakit/gangguan pada ibu hamil

    sedini mungkin.

    5. Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan

    sistem rujukan yang ada.

    Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai

    kelainan yang menyertai kehamilan secara dini sehingga dapat diperhitungkan dan

    dipersiapkan langkah-langkah pertolongan persalinan.

    2.1.4.4. Standar Pelayanan Antenatal terpadu

    Menurut Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu (Kemenkes RI, 2013)

    Penerapan operasional dikenal dengan standar 10T, dalam melakukan pemeriksaan

    antenatal tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai

    dengan standar terdiri dari:

  • 20

    2.1.4.4.1 Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

    Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

    untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan

    yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap

    bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi

    badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko

    pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko

    untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion).

    2.1.4.4.2 Ukur tekanan darah

    Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

    untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada

    kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai

    bawah dan atau proteinuria).

    2.1.4.4.3 Nilai status Gizi (Ukur lingkar lengan atas/ LiLA)

    Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu

    hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini maksudnya

    ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa

    bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat

    melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

    2.1.4.4.4 Ukur tinggi fundus uteri

    Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

    untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.

    Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan adanya

  • 21

    gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur

    setelah kehamilan 24 minggu.

    2.1.4.4.5 Presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

    Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

    selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksud untuk

    mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala,

    atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul

    sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan

    selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120kali/menit

    atau DJJ cepat lebih dari 160kali/menit menunjukkan adanya gawat janin.

    2.1.4.4.6 Skrining Status Imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

    Toksoid (TT)

    Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat

    imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-

    nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu

    saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan

    perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi T5 (TT

    Long Life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi.

    2.1.4.4.6 Beri tablet tambah darah (tablet besi)

    Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapatkan

    tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.

    2.1.4.4.7 Periksa laboratorium (rutin dan khusus)

    Pemerikasaan laboratorium yang dilakukan pada saat antenatal meliputi:

  • 22

    1. Pemeriksaan golongan darah

    Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui

    jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon

    donor darah yang sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi gawat

    darurat.

    2. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

    Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali

    pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini

    ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau

    tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi

    proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.

    3. Pemeriksaan protein dalam urin

    Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester

    kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk

    mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan

    salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.

    4. Pemeriksaan kadar gula darah

    Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan

    pemeriksaan gula darah selama kehamilan minimal sekali pada trimester

    pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga

    (terutama pada akhir trimester ketiga).

  • 23

    5. Pemeriksaan malaria

    Semua ibu hamil didaerah endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah

    malaria dalam rangka skrining kontak pertama. Ibu hamil di daerah non

    endemis malaria dilakukan pemeriksaan darah malaria apabila ada

    indikasi.

    6. Pemeriksaan tes sifilis

    Pemeriksaan tes sifilis dilakukan dengan resiko tinggi dan ibu hamil yang

    diduga sifilia. Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin

    pada kehamilan.

    7. Pemeriksaan HIV

    Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan resiko tinggi kasus HIV

    dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani

    konseling kemudian diberikan kesempatan untuk menetapkan sendiri

    keputusan untuk menjalani tes HIV.

    8. Pemeriksaan BTA

    Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita

    Tuberculosis sebagai pencegah agar infeksi Tuberculosis tidak

    mempengaruhi kesehatan janin.

    2.1.4.4.8 Tatalaksana/penanganan kasus

    Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan

    laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus sesuai dengan

    standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Sedangkan kasus-kasus yang tidak

    dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

  • 24

    2.1.4.4.9 Temu Wicara (konseling)

    Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang

    meliputi: (1) kesehatan ibu; (2) perilaku hidup bersih dan sehat; (3) peran

    suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan; (4) tanda bahaya

    pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan mengahadapi komplikasi; (5)

    asupan gizi seimbang; (6) gejala penyakit menular dan tidak menular; (7)

    penawaran untuk melaksanakan tes HIV dan konseling di daerah Epidemi meluas

    dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di daerah Epidemi rendah;

    (8) inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif; (9) KB paska

    persalinan; (10) Imunisasi; (11) peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan

    (Brain booster).

    2.1.4.5 Jenis Pelayanan Antenatal Terpadu

    Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang

    kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang

    berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari:

    2.1.4.5.1 Anamnesa

    Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang

    perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu: menanyakan keluhan atau

    masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini; menanyakan tanda-tanda penting yang

    terkait dengan masalah kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu

    hamil: mual muntah, pusing, sakit kepala, pendarahan, nyeri perut yang hebat,

    demam, batuk lama, berdebar-debar, cepat lelah, sesak nafas atau sukar bernafas,

    keputihan yang berbau, gerakan janin, perilaku berubah selama hamil, riwayat

  • 25

    Kekerasana Terhadap Perempuan (KTP) selama kehamilan; menanyakan status

    kunjungan; menanyakan status imunisasi tetanus ibu hamil; menanyakan jumlah

    tablet tambah darah (Fe) yang dikonsumsi, menanyakan obat-obat yang

    dikonsumsi; di daerah endemis malaria, tanyakan gejala malaria dan riwayat

    pemakaian obat malaria; di daerah resiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan

    riwayat penyakit pada pasangannya; menanyakan pola makan selama ibu hamil

    yang meliputi jumlah, frekuensi, dan kualitas asupan makanan terkait dengan

    kandungan gizinya; menanyakan kesiapan mengahadapi persalinan dan menyikapi

    kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan.

    Informasi anamnesa biasa diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kader

    ataupun sumber informasi lainnya yang dapat dipercaya. Setiap ibu hamil, pada

    kunjungan pertama perlu diinformasikan bahwa pelayanan antenatal selama

    kehamilan minimal 4 kali dan minimal 1 kali kunjungan diantar suami (Kemenkes,

    2013).

    2.1.4.5.2 Pemeriksaan

    Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis

    pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu

    hamil. Apabila di fasilitas tidak tersedia, maka tenaga kesehatan harus merujuk ibu

    hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Pemeriksaan

    laboratorium/penunjang dikerjakan sesuai tabel:

  • 26

    Tabel 2.1. Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu

    No Jenis Pemeriksaan Trimester

    I

    Trimester

    II

    Trimester

    III Keterangan

    1 Keadaan Umum √ √ √ Rutin

    2 Suhu Tubuh √ √ √ Rutin

    3 Tekanan Darah √ √ √ Rutin

    4 Berat Badan √ √ √ Rutin

    5 LiLa √ Rutin

    6 TFU √ √ Rutin

    7 Presentasi Janin √ √ Rutin

    8 DJJ √ √ Rutin

    9 Pemeriksaan Hb √ √ Rutin

    10 Golongan Darah √ Rutin

    11 Protein Urin * * * Atas indikasi

    12 Gula darah * * * Atas indikasi

    13 Darah malaria * * * Atas indikasi

    14 BTA * * * Atas indikasi

    15 IMS/Sifilis * * * Atas indikasi

    16 Serologi HIV * * * Atas indikasi

    17 USG * * * Atas indikasi

    2.1.4.5.3 Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus

    Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

    laboratorium/penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau diagnosa

    banding, sedangkan bidan atau perawat dapat mengenali keadaan normal dan

    keadaan bermasalah atau tidak pada hamil (Kemenkes RI, 2013).

  • 27

    2.1.4.5.4 Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu

    Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan

    antenatal terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan, tenaga kesehatan wajib

    mencatat hasilnya pada rekam medis, kartu ibu dan buku KIA. Pada saat ini

    pencatatan hasil pemeriksaan antenatal masih sangat lemah, sehingga data-datanya

    tidak dapat dianalisa untuk peningkatan kualitas pelayanan antenatal. Penerapan

    pencatatan sebagai bagian dari standar pelayanan, kualitas pelayanan antenatal

    dapat ditingkatkan (Kemenkes RI, 2013).

    2.1.4.5.5 Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif

    KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari pelayanan

    antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu ibu hamil

    dalam mengatasi masalahnya (Kemenkes RI, 2013).

    2.1.4.6 Kebijakan Program Pelayanan Antenatal

    Pelayanan antenatal yang bermutu pada hakekatnya merupakan

    suatu pelayanan medik dasar yang sangat stratregis dalam upaya meningkatkan

    derajat kesehatan ibu hami dan janin dikandungnya. Disamping itu kualitas

    pelayanan yang diberikan harus selalu dijaga, sehingga meningkatkan

    kesinambungan pemeriksaan antenatal yang pada gilirannya dapat terpelihara

    derajat kesehatan kehamilan (Dekpes RI, 2007).

    Kebijakan Departemen kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan

    Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada dasarnya

    mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” (keluarga

    berencana, ANC, persalinan bersih dan aman, pelayanan obstetric essensial).

  • 28

    Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada ibu hamil ini sesuai dengan

    pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci

    (Depkes RI, 2007) yaitu:

    1. Setiap persalinan obstetrik ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

    2. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.

    3. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan

    penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi

    keguguran.

    Kebijakan program pelayanan antenatal selain menetapkan frekuensi

    kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 (empat) kali selama

    kehamilan, dengan ketentuan waktu, yaitu minimal 1 (satu) kali pada trimester

    pertama, 1 (satu) kali pada trimester kedua dan minimal 2 (dua) kali pada trimester

    ketiga (Depkes RI, 2007).

    Kebijakan teknis pelayanan antenatal yaitu, setiap saat kehamilan dapat

    berkembang menjadi masalah atau mengalami penyulit/komplikasi. Oleh karena itu

    diperlukan pemantauan kesehatan ibu hamil selama kehamilannya (Depkes RI,

    2007).

    2.1.4.7 Faktor-Faktor Penunjang Kualitas Pelayanan Antenatal

    2.1.4.7.1 Kompetensi teknis

    Kompetensi teknis menyangkut keterampilan, kemampuan, dan

    penampilan atau kinerja pemberi pelayanan kesehatan. Kompetensi teknis

    berhubungan dengan bagaimana pemberi layanan kesehatan mengikuti standar

    layanan kesehatan yang telah disepakati. Tidak dipenuhinya kompetensi teknis

  • 29

    dapat mengakibatkan barbagai hal, mulai dari penyimpangan terhadap standar

    layanan kesehatan sampai kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu pelayanan

    kesehatan.

    2.1.4.7.2 Prosedur / Standar

    Aplikasi program jaminan mutu di puksesmas adalah dalam bentuk

    penerapan standar dan prosedur tetap pelayanan, agar hasil tetap terjaga

    kualitasnya, meskipun kondisi lingkungan dan petugas yang berbeda/bergantian.

    Standar adalah spesifikasi dari fungsi dan tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu

    saran pelayanan agar pemakai jasa pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang

    maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan. Standar yang diterapkan pada

    setiap pelayanan akan menjadi pelayanan yang diberikan menjadi lebih bermutu

    serta akan semakin tercapai standar yang ditetapkan.

    2.1.4.7.3 Fasilitas / Alat

    Fasilitas/Alat adalah salah satu faktor yang mendukung dalam

    melaksanakan tindakan. Lingkungan yang mendukung yaitu ruangan tempat

    pelayanan yang memenuhi standar kesehatan, dan fasilitas, alat, serta sarana untuk

    mendukung pada saat melaksanakan kegiatan seperti pencatatan, pelaporan.

    2.1.5 Defenisi Sistem

    Sistem merupakan gabungan dari elemen-elemen yang saling terhubung dan

    mempengaruhi satu sama lain. Sistem memiliki unsur-unsur tersendiri yang dapat

    dikelompokkan menjadi 6 kelompok, yaitu:

  • 30

    1. Masukan (Input)

    Masukan atau input adalah bagian yang ada didalam sistem dan

    diperlukan agar sistem dapat berjalan. Dalam proses pembangunan kesehatan,

    unsur yang diperlukan adalah sumber daya manusia dan sarana prasarana, hal

    ini menunjukkan jika unsur-unsur input tidak memenuhi standar akan

    menghambat proses pembangunan kesehatan (Notoatmodjo, 2011: 101).

    2. Proses (Process)

    Proses merupakan suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah

    masukan sehingga menghasilkan suatu keluaran yang direncanakan dengan

    menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Proses merupakan elemen yang

    penting dalam sebuah sistem karena menentukan hasil dari keluar berdasarkan

    masukan yang ada (Notoatmodjo, 2011: 101).

    3. Keluaran (Output)

    Keluaran atau output merupakan hasil akhir dari program yang telah

    dilaksanakan, biasanya berupa indikator-indikator keberhasilan (Notoatmodjo,

    2011: 101).

    4. Umpan Balik (feedback)

    Umpan balik atau feedback merupakan elemen dari sistem yang berupa

    hasil antara dan hasil akhir dari sebuah sistem (Notoatmodjo, 2011: 101).

    5. Dampak (impact)

    Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem setelah

    beberapa waktu lamanya (Notoatmodjo, 2011: 101).

  • 31

    6. Lingkungan (Environtment)

    Lingkungan (environtment) merupakan bagian luar sistem tetapi

    memiliki pengaruh terhadap berjalannya sebuah sistem (Notoatmodjo, 2011:

    101)

    2.1.5.1 Teori Sistem

    Teori ini menjelaskan bahwa masukan dan keluaran merupakan energi yang

    saling berhubungan antar manusia dan lingkungan. Proses dimana energi, informasi

    dan zat dari keluaran akan memberikan timbal balik ke masukan, yang dapat

    digunakan sebagai bahan koreksi atau evaluasi (Haryanto, 2007:7).

    Sedangkan menurut Azman (1996) dalam Elvira (2014) mengatakan bahwa

    untuk terbentuknya sebuah sistem, maka diperlukan rangkaian unsur-unsur yang

    menjadi satu kesatuan guna mencapai suatu tujuan.

    2.1.5.2 Analisis Sistem

    Analisis sistem merupakan penguaraian operasional dari sistem yang berupa

    upaya identifikasi tujuan, kegiatan, situasi dan informasi yang diperlukan oleh

    sistem saat saat pelaksanaannya (Sulaeman, 2011 dalam Elvira, 2014). Langkah-

    langkah analisis sistem dibedakan atas enam macam, yaitu:

    1. Lakukan penguraian sistem sehingga bagian-bagian yang dimiliki saling

    berhubungan antara satu dan lainnya.

    2. Perumusan masalah yang dihadapi oleh bagian-bagian sistem dilanjutkan

    secara keseluruhan.

    3. Lakukan pengumpulan data untuk lebih menjelaskan masalah yang

    ditemukan serta untuk merumuskan kemungkinan jalan keluarnya.

  • 32

    4. Kembangkan model-model sistem berdasarkan informasi yang dimiliki.

    5. Lakukan uji coba, dan jika diperlukan lakukan perbaikan serta dicatat setiap

    hasil yang diperoleh. Dari catatan yang ada dapat dipilih model paling

    menguntungkan.

    6. Melakukan pemantauan dan penilaian secara berkala berdasarkan

    penerapan model sistem yang telah dipilih.

    2.1.5.3 Ruang lingkup penilaian terhadap sistem

    Secara sederhana ruang lingkup penilaian sistem dapat dibedakan menjadi

    empat kelompok, yaitu:

    1. Penilaian terhadap masukan

    Penilaian terhadap masukan yang menyangkut pemanfaatan sebagai sumber

    daya, baik tenaga, dana maupun sarana dan prasarana.

    2. Penilaian terhadap proses

    Pelaksanaan program merupakan titik berat dalam penilaian terhadap

    proses, apakah sesuai dengan rencana atau tidak. Proses yang dimaksud

    mencakup semua tahap administrasi, mulai dari tahap perencanaan,

    pengorganisasian, dan pelaksanaan.

    3. Penilaian terhadap keluaran

    Penilaian terhadap keluaran (output) adalah penilaian terhadap hasil yang

    didapatkan dari pelaksanaan program.

    4. Penilaian terhadap dampak

    Penilaian terhadap dampak program mencakup pengaruh yang ditimbulkan

    dari pelaksanaan program.

  • 33

    2.1.5.4 Pendekatan Sistem

    Pendekatan sistem merupakan jenis pendekatan analisis organisatoris yang

    menggunakan kompenen sistem sebagai media analisis. Manajeman analisis yang

    digunakan untuk memfokuskan analisis kepada komponen-komponen sistem yang

    dalam penerapan nanti akan mempengaruhi keberhasilan sistem. Pendekatan sistem

    merupakan hasil penerapan sistem ilmiah yang diterapkan dalam ilmu manajemen.

    Dengan menggunakan pendekatan sistem maka dapat diketahui faktor-faktor yang

    mempengaruhi keberhasilan dan perilaku suatu organisasi.

    2.1.6 Pelaksanaan Program Antenatal Terpadu di Puskesmas

    Pelaksanaan program ini akan peneliti jelaskan dengan pendekatan sistem,

    yang terdiri dari input (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sumber dana,

    kebijakan dan SOP), proses (proses pelaksanaan program antenatal terpadu sesuai

    dengan standar 10T dan masalah/kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan 10T,

    perencanaan dan pengorganisasian), output (cakupan kunjungan ibu hamil ke

    pelayanan kesehatan dan penanganan komplikasi), dampak (keberhasilan cakupan

    K1 dan K4 dan penanganan komplikasi (PK) dalam proses pelaksanaan program

    antenatal terpadu)

    2.1.6.1 Input

    Input (masukan) merupakan kumpulan bagian atau elemen yang terdapat

    dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut

    (Azwar, 2010). Menurut Griffin (2002), input adalah sumber daya material,

    manusia, finansial, dan informasi yang diperoleh organisasi dari lingkungannya.

  • 34

    Input dalam penelitian ini antara lain: Sumber Daya Manusia (SDM),

    sarana/prasarana, sumber dana, serta kebijakan dan SOP.

    1. Sumber Daya Manusia (SDM)

    M.T.E Hariandja (2002), Sumber Daya Manusia merupakan salah

    satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor

    yang lain seperti modal. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik

    untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Menurut Hasibuan

    (2003) Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari

    daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya

    dilakukan oleh keturunan dan lingkungan, sedangkan prestasi kerjanya

    dimotivasikan oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.

    2. Fasilitas/ Sarana dan prasarana

    Menurut Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2014, fasilitas

    Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan

    untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,

    preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,

    Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

    Menurut Moekijat (2001), fasilitas adalah suatu sarana fisik yang

    dapat memproses suatu masukan (input) menuju keluaran (output) yang

    diinginkan. Selanjutnya menurut Buchari (2001), fasilitas adalah penyedia

    perlengkapan-perlengkapan fisik untuk memberikan kemudahan kepada

    penggunanya, sehingga kebutuhan-kebutuhan dari pengguna fasilitas

    tersebut terpenuhi.

  • 35

    3. Sumber Dana

    Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 pada bab XV dan

    pasal 170 yang mana sumber pembiayaan kesehatan berasal dari

    pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat/swasta dan sumber lain, yang

    mana berasal dari pemerintah yaitu APBN, sedangkan yang berasal dari

    pemerintah daerah sering disebut dengan APBD, dan juga yang berasal dari

    masyarakat/swasta yaitu seperti halnya suatu pemberian dari masyarakat itu

    sendiri dengan seikhlasnya ataupun seperti bahan penyelenggara asuransi,

    sedangkan yang bersumber lain itu seperti halnya bantuan biaya dari luar

    negeri.

    Pemerintah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

    adalah suatu daftar yang memuat rincian pendapatan dan pengeluaran

    negara untuk waktu tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun. Di dalam

    UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengatur besar anggaran

    kesehatan pusat adalah 5% dari APBN diluar gaji, sedangkan APBD

    Propinsi dan Kab/Kota 10% diluar gaji, namun pada kenyataannya anggaran

    untuk kesehatan cuma mendapat angka 2,37%.

    Pemerintah daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak

    ukur penting keberhasilan suatu daerah di dalam meningkatkan potensi

    perekonomian daerah. Artinya jika perekonomian daerah mengalami

    pertumbuhan, maka akan berdampak positif terhadap peningkatan

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya penerimaan pajak-pajak daerah.

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana

  • 36

    keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dan

    ditetapkan dengan peraturan daerah. Keputusan Menteri Dalam Negeri

    Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan bahwa anggaran pendapatan dan belanja

    daerah disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu sistem anggaran yang

    mengutakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari pelaksanaan

    alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Keputusan didalam UU No 36

    tahun 2009 yang menyatakan bahwa salah satu sumber dana pada sektor

    kesehatan yaitu dari APBD provinsi dan kabupaten/kota, yang mana untuk

    sektor kesehatan dikeluarkan dana yaitu sebesar 10% dari APBD.

    4. Kebijakan dan SOP

    Kebijakan adalah suatu kecermatan, ketelitian, dan langkah yang

    diambil untuk mengatasi suatu masalah. Kebijakan publik adalah apapun

    yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan

    (Solichin, 2008). Menurut Aam (2006) menyatakan kebijakan merupakan

    sebuah konsep, bukan fenomena spesifik maupun konkrit, sehingga

    pendifinisiannya akan menghadapi banyak kendala atau tidak mudah.

    Melihat pengertian mengenai kebijakan publik diatas, defenisi

    tersebut dapat diaplikasikan untuk memahami pengertian kebijakan

    kesehatan. Kebijakan publik yang bertransformasi menjadi kebijakan

    kesehatan ketika pedoman yang ditetapkan bertujuan meningkatkan derajat

    kesehatan masyarakat (Solichin, 2008).

    Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan

    untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian

  • 37

    kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,

    administratif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan

    sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah

    menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit

    kerja instansi pemerintah untuk mewujudkan good governance.

    Standar Operasional Prosedur (SOP) berfungsi membentuk sistem

    kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggung

    jawabkan; 1) menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan

    sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku, 2) menjelaskan

    bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung, 3) sebagai sarana tata

    urutan dari pelaksanaan dan pengadministrsian pekerjaan harian

    sebagaimana metode yang ditetapkan dan menetapkan hubungan timbal

    balik antar satuan kerja.

    2.1.6.2 Proses

    Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem

    yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan

    (Azwar, 2010). Biasanya, aktifitas ini akan secara otomatis mengklasifikasikan,

    mengonversasikan, menganalisis, serta memperoleh kembali data atau informasi

    yang dibutuhkan.

    Proses pelayanan kesehatan pada Unit KIA dimulai saat pasien datang ke

    unit pelayanan pendaftaran untuk dilakukan pendaftaran, kemudian petugas

    mencari kartu status pasien berdasarkan nomor indeks pasien.

  • 38

    Konsep alur pelayanan antenatal terpadu di puskesmas dapat dilihat pada gambar

    dibawah ini:

    Gambar 2.1 Alur Pelayanan Antenatal Terpadu

    2.1.6.2.1 Perencanaan

    Perencanaan dapat diartikan sebagai persiapan atau menentukan terlebih

    dahulu apa yang akan dilakukan kemudian hari berdasarkan jangka waktu yang

    sudah ditentukan. Menurut Gde Muninjaya (2002) Perencanaan di dalam bidang

    kesehatan dapat diartikan sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah

    kesehatan yang ada di masyarakat dan menentukan kebutuhan sumber daya yang

    ada, menetapkan tujuan program yang paling utama, dan menyusun langkah-

    Pulang Rujuk RSU

    Rawat Inap

    Balai

    Pengobatan

    Malaria,

    TB, HIV,

    IMS,

    Anemia,

    KEK

    Poli KIA

    Apotik

    Laboratoriu

    m Rujukan:

    Polindes

    Poskesdes

    BPS

    Ibu

    Hamil LOKET

  • 39

    langkah yang akan digunakan agar tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat

    tercapai. Perencanaan memiliki manfaat yang dapat digunakan untuk mengetahui

    tujuan dan bagaimana cara mencapainya, struktur atau bentuk organisasi yang

    diinginkan, jenis dan uraian tugas dari karyawan yang dibutuhkan, mengetahui

    efektifitas kepemimpinan, dan sebagai sarana untuk melakukan pengawasan.

    Perencanaan merupakan salah satu aspek yang ada di dalam sistem yang

    berperan didalam proses, sehingga perencanaan memiliki langkah-langkah yang

    perlu dilakukan untuk menjalankan fungsi perencanaan di dalam organisasi yang

    terdiri dari:

    1. Analisis situasi

    Analisis situasi bertujuan mengumpulkan fakta atau data yang diambil dari

    berbagai sudut pandang keilmuan seperti manajemen, ekonomi, demografi.

    2. Mengidentifikasi masalah

    Mengidentifikasi masalah berdasarkan data-data yang didapatkan dari

    analisis situasi yang kemudian dapat dikerucutkan menjadi sebuah prioritas

    masalah.

    3. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai

    Merumuskan tujuan dan menentukan besaran target hanya dapat dilakukan

    saat analisis situasi dan identifikasi masalah sudah selesai dilakukan.

    4. Mengkaji adanya kendala atau hambatan

    Kajian ini dapat diambil dari hambatan yang bersumber dari dalam organisasi

    dan bersumber dari lingkungan masyarakat.

  • 40

    5. Menyusun rencana kerja operasional

    Penyusunan rencana kerja operasional dapat dilakukan jika 4 (empat) langkah

    sebelumnya sudah terlaksana.

    2.1.6.2.2 Pengorganisasian

    Pengorganisasian adalah salah satu fungsi manajemen yang merupakan

    sebuah langkah untuk mengelompokkan, menetapkan, mengatur kegiatan

    penetapan tugas dan wewenang seseorang dan pendelegasiaan wewenang untuk

    mencapai tujuan organisasi yang sudah dibuat. Pengorganisasian merupakan

    sebuah alat untuk menyelaraskan kegiatan yang memiliki aspek-aspek personal,

    finansial, dan metode untuk mencapai sebuah tujuan dari organisasi.

    Pengorganisasian dalam manajemen memiliki beragam manfaat seperti berikut:

    mengetahui pembagian tugas bagi individu maupun kelompok, melakukan

    pendelegasian wewenang, melakukan pemanfaatan pegawai dan sarana prasana

    dengan efektif (Gde Muninjaya, 2002).

    Pengorganisasian merupakan salah satu aspek yang ada dalam sistem yang

    berperan didalam proses, sehingga perencanaan memiliki langkah-langkah yang

    perlu dilakukan untuk menjalankan fungsi perencanaan didalam organisasian yang

    terdiri dari:

    1. Tujuan organisasi harus diketahui oleh dan dipahami oleh pegawai.

    2. Pembagian pekerjaan kedalam langkah-langkah secara merata.

    3. Menggolongkan kegiatan-kegiatan kedalam elemen kegiatan.

    4. Menetapkan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh pegawai

    dan menyiapkan fasilitas yang pegawai perlukan.

  • 41

    5. Memilih pegawai yang profesional yang mampu melaksanakan tugas

    yang akan dibebankan.

    6. Melakukan pendelegesian wewenang.

    2.1.6.3 Output

    Output (keluaran) adalah kemampuan bagian atau elemen yang dihasilkan

    dari berlangsungnya proses dalam sistem (Azwar, 2010). Menurut Hatry yang

    dikutip dalam Tjandra (2006), output adalah jumlah barang atau jasa yang berhasil

    diserahkan kepada konsumen (diselesaikan) selama periode pelaporan. Output yang

    akan dibahas pada penelitian ini adalah cakupan kunjungan ibu hamil ke pelayanan

    kesehatan dan penanganan komplikasi (PK) (Kemenkes, 2013).

    4.1.6.3.1 Pengertian K1

    Menurut Marmi yang dikutip dalam inayah (2013), dalam rangka

    pelayanan kesehatan ibu dan anak mencegah tingginya AKI dilakukan pelayanan

    ANC/pemeriksaan ibu hamil dan dilakukan dengan pelayanan antenatal terpadu di

    puskesmas atau rumah sakit. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui

    pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan

    kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi

    sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua, dan dua kali pada triwulan

    ketiga.

    Seperti yang tertera pada pedoman pelayanan antenatal terpadu (2013),

    K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai

    kompetensi, untuk melakukan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar.

  • 42

    Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trisemester pertama,

    sebaiknya sebelum minggu ke 8 (Kemenkes, 2013).

    4.1.6.3.2 Pengertian K4

    K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau

    lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar ditetapkan

    (Rahmawati, 2013). K4 menurut pedoman pelayanan antenatal terpadu (2013) yaitu

    ibu hami dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai

    koompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai

    standar. Kontak 4 kali dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan

    hingga 12 minggu) dan trimester ke 2 (>12 – 24 minggu), minimal 2 kali kontak

    pada trimester ke 3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu ke 36.

    Kunjungan antenatal bias lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan,

    penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4.

    4.1.6.3.3 Penanganan Komplikasi (PK)

    Penanganan Komplikasi adalah penanganan komplikasi kebidanan,

    penyakit menular maupun tidak menular serta masalah gizi yang terjadi pada waktu

    hamil, bersalin dan nifas. Pelayanan ini diberikan oleh tenaga kesehatan yang

    mempunya kompetensi. Komplikasi kebidanan, penyakit dan masalah gizi yang

    sering terjadi adalah: perdarahan, preeklampsia/eclampsia, persalinan macet,

    infeksi, abortus, malaria, HIV/AIDS, sifilis, TB, hipertensi, diabetes mellitus,

    Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kurang Energi Kronis (Kemenkes RI, 2013).

  • 43

    2.1.6.4 Dampak (impact)

    Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem setelah

    waktu lamanya (Notoatmodjo, 2011). Dampak (impact) pada penelitian ini,

    keberhasilan cakupan K1 dan K4 terhadap pelaksanaan program antenatal terpadu

    di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

    2.2. Kerangka Teori

    Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

    teori pendekatan sistem. Muerdick dan Ross (1993) mendefenisikan sistem sebagai

    seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan yang lainnya untuk suatu tujuan

    bersama. Menurut Mc. Leod (1995), mendefenisikan sistem sebagai sekelompok

    elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai

    tujuan. Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berfikir yang sistematis dan

    logis dalam membahas dan mencari pemecahan dari suatu masalah keadaan yang

    dihadapi (Azwar, 2010).

    Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan

    saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian sub sistem tidak berjalan dengan

    baik, maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Pendekatan sistem akan mengkaji

    berjalannya suatu sistem dengan cara mengelompokkan sesuai dengan komponen

    sistem, yang terdiri dari: masukan (input), proses (process), keluaran (output),

    dampak (impact). Keterkaitan komponen-komponen tersebut dapat digambarkan

    sebagai berikut:

  • 44

    Gambar 2.2 Kerangka Teori

    Sumber: 1. Permenkes RI (2014); 2. Notoatmodjo (2003); 3. Arsita (2012); 4. Kemenkes

    RI (2013); 5. Kemenkes RI (2010); 6. Hasibuan (2003); 7. Gede Muninjaya

    (2010); 8. Solichin Abdul Wahab (2008); 9. Azwar (2008); Elvira (2014); 10.

    Ida nuraida (2008)

    Upaya Kesehatan Esensial Masyarakat

    1. Pelayanan promosi kesehatan

    2. Pelayanan kesehatan lingkungan

    3. Pelayanan Kesehatan Ibu dan

    Anak

    4. Pelayanan KB Berkualitas

    5. Pelayanan gizi

    6. Pelayanan pencegahan dan

    Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

    (KIA)

    Pelayanan Antenatal Terpadu

    Proses Pelayanan Antenatal Terpadu

    dengan 10T:

    1. Timbang berasat badan dan ukur

    tinggi badan

    2. Ukur tekanan darah

    3. Nilai status gizi/ikur lingkar lengan

    atas (LiLA)

    4. Ukur tinggi fundus uteri

    5. Presentasi janin dan denyut jantung

    janin (DJJ)

    6. Skrining imunisasi TT

    7. Tablet tambah darah

    8. Pemeriksaan laboratoruium

    9. Tatalaksana/penanganan kasus

    10. Temu wicara/konseling

    Pendekatan Sistem

    Input

    1. Sumber Daya Manusia

    2. Sarana dan Prasarana

    3. Sumber Dana

    4. Kebijakan dan SOP

    Proses

    1. Proses Pelaksanaan

    Pelayanan yang berkualitas

    sesuai standar dengan 10T

    2. Perencanaan

    3. Pengorganisasian

    PUSKESMAS

    (Pusat Layanan Kesehatan Masyarakat)

    Output

    Cakupan Pelaksanaan Program K1

    dan K4 dan penanganan komplikasi

    (PK)

    Dampak

    Keberhasilan cakupan K1 dan K4 dan

    penanganan komplikasi (PK) dalam proses

    pelaksanaan program antenatal terpadu

  • 45

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Alur Pikir

    Gambar 3.1. Alur Pikir Penelitian

    3.2 Fokus Penelitian

    Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari

    pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui

    kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya (Moeleong, 2006: 97).

    Dalam penelitian kualitatif permasalahan yang akan dikaji dinamakan fokus

    penelitian. Penelitian yang akan dilakukan berfokus pada pelaksanaan pelayanan

    Proses

    1. Proses Pelaksanaan

    Pelayanan yang berkualitas

    sesuai standar 10T

    2. Perencanaan

    3. Pengorganisasian

    Output

    Cakupan Pelaksanaan

    Program K1 dan K4 dan

    penanganan komplikasi

    (PK)

    Input

    1. Sumber Daya

    Manusia (SDM)

    2. Sarana dan

    Prasarana

    3. Sumber Dana

    4. Kebijakan dan

    SOP

    Dampak (impact)

    Keberhasil