ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari...

28
Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) Volume 11 No 2 (2017) 152-179 ISSN (Print) : 1858-4985 http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JPPI 152 ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU PITUTUR LUHUR BUDAYA JAWA KARYA GUNAWAN SUMODININGRAT SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS Arif Widodo, Sa’dun Akbar, Sujito Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Pascasarjana Universitas Kanjuruhan Malang Jl. S. Supriadi No 48 Malang Telp. (0341) 831671, 801488 Abstract This study originated from unrest author of the erosion of understanding the values of local wisdom of the students due to the distortion values of Javanese philosophy which has implications on the deterioration of character of the nation, therefore replanting Values of Javanese Philosophy in learning is especially important in learning IPS. Prior to actualize these values first educators should get a correct understanding of the meaning contained in the philosophy of Java. Therefore in this study the researchers conducted the interpretation of the book "Pitutur Luhur Budaya Jawa" by using heuristic and hermeneutic analysis model so that can know the meaning contained in it properly. This study aimed to explore the content of the values in the Javanese philosophy, character education and its relevance to search for what values are worth to be rebuild in social studies learning. Based on these results it can be seen that there are many good values contained in the book "Pitutur Luhur Budaya Jawa" is still relevant and in line with the eighteen values of character education that disseminated by the government, because they both contain the teaching of manners include honesty, trustworthy, discipline, courtesy, neatness, sincerity, wisdom, self-control, courage, friendship, loyalty, honor and justice. Those values are reflected in hamemayu hayuning bawana, sepi ing pamrih rame ing gawe, alon-alon waton kelakon, mangan ora mangan waton ngumpul, Aja ketungkul marang kalungguhan kadonyan lan kemareman, aja sira deksura, and Aja waton ngomong ning ngomonga nganggo waton.There are some decent character value actualized in social studies lesson although not on the list of eighteen value character because these values are universal can apply to anybody and anywhere. Those values include the patient, neriman, rila, alert, selfless, conscious process and ensure harmony. Actualization of these values can be an answer to the problems that hit the

Transcript of ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari...

Page 1: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) Volume 11 No 2 (2017) 152-179

ISSN (Print) : 1858-4985

http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JPPI

152

ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU

PITUTUR LUHUR BUDAYA JAWA KARYA GUNAWAN

SUMODININGRAT SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA

PEMBELAJARAN IPS

Arif Widodo, Sa’dun Akbar, Sujito

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Pascasarjana

Universitas Kanjuruhan Malang

Jl. S. Supriadi No 48 Malang Telp. (0341) 831671, 801488

Abstract

This study originated from unrest author of the erosion of understanding the values of

local wisdom of the students due to the distortion values of Javanese philosophy

which has implications on the deterioration of character of the nation, therefore

replanting Values of Javanese Philosophy in learning is especially important in

learning IPS. Prior to actualize these values first educators should get a correct

understanding of the meaning contained in the philosophy of Java. Therefore in this

study the researchers conducted the interpretation of the book "Pitutur Luhur Budaya

Jawa" by using heuristic and hermeneutic analysis model so that can know the

meaning contained in it properly. This study aimed to explore the content of the

values in the Javanese philosophy, character education and its relevance to search

for what values are worth to be rebuild in social studies learning. Based on these

results it can be seen that there are many good values contained in the book "Pitutur

Luhur Budaya Jawa" is still relevant and in line with the eighteen values of character

education that disseminated by the government, because they both contain the

teaching of manners include honesty, trustworthy, discipline, courtesy, neatness,

sincerity, wisdom, self-control, courage, friendship, loyalty, honor and justice. Those

values are reflected in hamemayu hayuning bawana, sepi ing pamrih rame ing gawe,

alon-alon waton kelakon, mangan ora mangan waton ngumpul, Aja ketungkul

marang kalungguhan kadonyan lan kemareman, aja sira deksura, and Aja waton

ngomong ning ngomonga nganggo waton.There are some decent character value

actualized in social studies lesson although not on the list of eighteen value character

because these values are universal can apply to anybody and anywhere. Those values

include the patient, neriman, rila, alert, selfless, conscious process and ensure

harmony. Actualization of these values can be an answer to the problems that hit the

Page 2: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

153

nation's character because of these values is a bridge for people in ngudi

kawicaksanan lan ngudi kasampurnaning urip.

Keywords: Values of Javanese Philosophy, Pitutur Luhur, learning resources,

learning IPS.

PENDAHULUAN

Salah satu literatur yang

menaruh perhatian terhadap pitutur

Jawa ditengah derasnya arus

modernisasi ini adalah buku karya

Gunawan Sumodiningrat yang

berjudul “Pitutur luhur budaya Jawa:

1001 pitutur luhur untuk menjaga

martabat dan kehormatan bangsa

dengan nilai-nilai kearifan lokal”.

Buku karya Gunawan Sumodiningrat

tersebut menarik untuk dikaji karena

buku tersebut merupakan kumpulan

dari berbagai pitutur luhur dari

masyarakat Jawa yang dewasa ini

semakin terdengar asing dalam telinga

anak didik, makna dan nilai-nilai

ungkapan-ungkapan Jawa tidak lagi

dipahami secara benar oleh sebagian

besar masyarakat Jawa sendiri, bahkan

seringkali maknanya dipelintir dan

diputarbalikkan (distorsi nilai), untuk

itu tidaklah berlebihan jika muncul

anggapan “Wong Jowo ning ora

jowo”.

Pitutur luhur yang merupakan

bagian dari falsafah Jawa dan

mengandung ajaran budi pekerti luhur

telah dilupakan dalam pembelajaran

terutama dalam pembelajaran IPS.

Falsafah Jawa dianggap usang dan

kuno, ndeso dan ketinggalan jaman,

yang tidak relevan lagi dengan era

globalisasi dan modernisasi. Padahal,

filosofi leluhur tersebut berlaku terus

sepanjang masa yang dapat membuat

hidup lebih bijaksana serta

mengajarkan agar senantiasa “Eling

lan Waspodo”.

Falsafah Jawa yang

mengandung ajaran mulia dari para

leluhur banyak yang diartikan secara

tekstual tanpa dikaji lebih mendalam

terkait substansi apa yang terkandung

di dalamnya. Guru sebagai sosok yang

patut digugu lan ditiru ternyata banyak

yang tidak memahami nilai-nilai yang

terkandung di dalam falsafah Jawa.

Pemikiran Jawa dianggap sebagai

pemikiran negatif yang dapat

Page 3: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

154

menghambat kemajuan bangsa, bangsa

Indonesia khususnya masyarakat Jawa

dianggap tidak dapat mencapai

kemajuan jika masih terkungkung oleh

pemikiran-pemikiran tradisional

seperti alon-alon waton kelakon,

mangan ora mangan waton ngumpul,

ojo dumeh, nerimo ing pandum dan

lain-lain, pemikiran-pemikiran inilah

yang oleh para pendiri bangsa (the

Founding Father’s) diramu menjadi

Pancasila. Nilai-nilai luhur ini

merupakan benteng yang kuat dalam

menanggulangi pemikiran-pemikiran

barat yang materialistis, hedonis,

pragmatis dan sekuleristis.

Sejarah telah membuktikan

bahwa kejayaan nusantara yang

dibuktikan dengan hadirnya kerajaan

Majapahit dapat diraih karena

dilandasi oleh beberapa nilai karakter

dalam falsafah Jawa diantaranya

adalah alon-alon waton kelakon, sepi

ing pamrih rame ing gawe, hamemayu

hayuning bawana, dan lain-lain. Gajah

Mada dengan Sumpah Palapanya yang

dilandasi semangat sepi ing pamrih

rame ing gawe, hamemayu hayuning

bawana telah berhasil mempersatukan

nusantara. Gajah Mada tidak

mengharapkan imbalan harta maupun

tahta karena tujuan Gajah Mada adalah

mempersatukan seluruh nusantara

demi kemajuan bangsa dan negara.

Fakta sejarah di atas ternyata

berbanding terbalik dengan realita

yang kita jumpai saat ini, falsafah sepi

ing pamrih rame ing gawe ini telah

dibalik menjadi sepi ing gawe rame

ing pamrih. Contoh konkritnya adalah

perilaku politikus yang pragmatis demi

mendapatkan kekuasaan, ketika pemilu

tiba baik itu legistatif, presiden

maupun pilkada banyak kita jumpai

baliho-baliho besar yang dengan tidak

ada rasa malunya para politikus

berlomba-lomba membuat jargon

politik, sikut kanan sikut kiri yang

terpenting ambisinya tercapai. Wes

nyata ayo diterusna, tidak hanya janji

tapi bukti, bersama kita bisa

merupakan kata kata yang sering kita

jumpai pada saat pemilu. Realitanya

setelah mendapatkan amanah yang

terjadi adalah tawuran di senayan,

tidur waktu sidang soal rakyat, plesir

dengan dalih studi banding, menjual

pasal, tawar menawar jabatan dan lain

sebagainya.

Page 4: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

155

Pendidikan IPS yang sejatinya

merupakan pendidikan nilai ternyata

tidak mampu memberikan makna

dalam kehidupan siswa. Sungguhpun

filsafat pendidikan yang diusung saat

ini adalah filsafat konstruktivisme

yang menekankan pada keaktifan

siswa (pembelajaran berpusat pada

siswa), dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran aktif namun

kenyataannya adalah siswa tidak

mampu untuk mengambil makna dari

pembelajaran tersebut, hasil

pembelajarannya tidak bermakna

apapun kecuali hanya pengetahuan

semata (yang awalnya tidak tahu

menjadi tahu). Apapun metode

pembelajarannya tujuannya adalah

menyampaikan materi pembelajaran

dan siswa harus menguasainya,

menghafal materi dan menuangkannya

kembali dalam bentuk test tulis, siswa

yang mampu menghafal adalah siswa

yang dianggap berhasil dalam

pembelajaran tersebut. Sungguh

disayangkan, pembelajaran IPS yang

seharusnya mampu

menginternalisasikan nilai-nilai

edukasi seperti yang terdapat dalam

pembelajaran sejarah tidak tercapai,

padahal banyak sekali nilai edukasi

yang dapat diambil dari pembelajaran

IPS untuk membekali kehidupan

peserta didik agar lebih bijaksana dan

berkarakter baik dalam kehidupannya.

Terlebih lagi pembelajaran saat

ini masih berorientasi pada sebuah

nilai sebagai hasil akhir. Sistem

evaluasi masih menggunakan raport

yang di dalamnya terdapat kumpulan-

kumpulan nilai hasil belajar. Disadari

atau tidak ketika sebuah nilai menjadi

tujuan akhir dalam proses

pembelajaran maka yang terjadi adalah

penguasaan materi sebanyak mungkin

sebagai bekal untuk mengikuti ujian

nasional serta masuk sekolah favorit.

Jika sudah demikian keadaannya jalan

pintas akan dipakai seperti mencontek

dan penggelembungan nilai raport agar

siswa dapat lulus seratus persen dalam

ujian nasional. Sungguh ironis,

kegiatan pendidikan yang seharusnya

mendidik justru memberikan

pendidikan yang tidak baik, hal ini

karena para pelaku pendidikan sudah

teracuni oleh pemikiran pragmatis.

Falsafah alon-alon waton kelakon

yang mangajarkan sebuah proses dan

kejujuran dalam proses pembelajaran

Page 5: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

156

tidak lagi dihiraukan, yang terpenting

adalah nilai yang bagus apapun

caranya. Pembelajaran IPS seharusnya

dapat menginternalisasi nilai-nilai

karakter bukan hanya sekedar nilai

raport yang sejatinya tidak dapat

membantu kehidupan peserta didik.

Falsafah Jawa sarat dengan

nilai-nilai karakter. Nilai-nilai karakter

dalam pemikiran orang Jawa

sebenarnya tidak kalah hebatnya

dengan pemikiran tokoh pendidikan

karakter dari luar negeri, namun

kenyataannya kita bangsa Indonesia

merasa malu untuk menggali khasanah

budaya bangsa sendiri. Inilah salah

satu kelemahan karakter kita yang

suka dan bangga pada segala sesuatu

yang serba luar negeri baik itu produk

pabrikan, kebudayaan, dan sebagainya,

segala sesuatu yang berlabel asing

dianggap lebih bergengsi dan berbobot

termasuk dalam dunia pendidikan

seperti dalam mendesain kurikulum

maupun metode pembelajaran, dan

yang lebih ironis kita tergila-gila

dengan konsep pendidikan karakter ala

Thomas Iickona.

Bangsa Indonesia telah

dikaruniai seorang tokoh yang hebat

dalam hal pendidikan karakter dan

budi pekerti. Dia adalah Ki Hadjar

Dewantara, selain sebagai tokoh

pendidikan dan pergerakan nasional

juga dikenal sebagai salah satu tokoh

pemikir filsafat Jawa yang banyak

mengajarkan tentang kebijaksanaan

hidup terutama dalam masyarakat

Jawa. Konsep pendidikan karakter dari

Ki Hadjar Dewantara justru diabaikan,

padahal ajaran Ki Hadjar Dewantara

banyak dikaji oleh negara tetangga dan

kita semakin bangga mengkaji

pemikiran karakter model barat yang

belum tentu sesuai dengan karakter

dan jati diri bangsa.

Dengan semangat revolusi

mental dan semakin memburuknya

karakter bangsa sudah saatnya kita

kembali pada jati diri bangsa ini,

menggali kembali nilai-nilai budaya

bangsa seperti yang terkandung dalam

falsafah Jawa untuk diaktualisasikan

dalam pembelajaran. Reaktualisasi

nilai-nilai falsafah Jawa dalam

pembelajaran IPS merupakan salah

satu jawaban atas permasalahan yang

dihadapi bangsa ini. Terdapat harapan

yang besar melalui reaktualisasi nilai-

nilai ini, agar peserta didik tidak hanya

Page 6: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

157

cerdas tetapi juga berkarakter yaitu

mampu menyelaraskan dan menjaga

harmoni antara manusia dengan

Tuhannya, manusia dengan manusia

dan manusia dengan alam.

Aktualisasi nilai-nilai falsafah

Jawa dalam pembelajaran IPS dapat

dilakukan dengan menggali sumber

belajar yang mengandung nilai-nilai

falsafah Jawa. Salah satu sumber

belajar yang layak untuk dikaji adalah

buku karya Gunawan Sumodiningrat

yang berjudul “Pitutur luhur budaya

Jawa: 1001 pitutur luhur untuk

menjaga martabat dan kehormatan

bangsa dengan nilai-nilai kearifan

lokal”. Buku tersebut memuat banyak

sekali pitutur luhur, maka dari itu perlu

dilakukan analisis terhadap pitutur

yang terdapat dalam buku tersebut.

Pitutur tersebut perlu diklasifikasikan

dan disesuaikan dengan tingkat

perkembangan peserta didik sebelum

digunakan sebagai bahan ajar dikelas.

Penelitian yang berjudul

“Analisis Nilai-Nilai Falsafah Jawa

dalam Buku Pitutur Luhur Budaya

Jawa Karya Gunawan Sumodiningrat

sebagai Sumber Belajar pada

Pembelajaran IPS” sudah selayaknya

dilakukan, hal ini dikarenakan

rusaknya mental dan karakter bangsa

Indonesia salah satunya adalah telah

meninggalkan tata aturan nilai-nilai

kearifan lokal yaitu salah satunya

adalah falsafah Jawa. Dalam buku

tersebut terdapat ajaran-ajaran

kebaikan yang harus difahami secara

mendalam, tidak hanya sebatas pada

pemahaman tekstual semata tetapi juga

harus sampai pada tataran pemaknaan

terhadap nilai yang terkandung di

dalamnya, terlebih lagi dalam

menyongsong era emas Indonesia

benteng karakter bangsa harus

diperkuat. Maka dari itu melalui

aktualisasi nilai-nilai luhur falsafah

Jawa pada dunia pendidikan dalam

konteks kekinian terdapat harapan

akan muncul pemikiran dan strategi

baru dalam mendesain pembelajaran

khususnya pembelajaran IPS di

sekolah dalam rangka membentengi

generasi emas Indonesia dari ancaman

perilaku dan karakter yang buruk

sebagai akibat dari globalisasi dan

kemajuan teknologi informasi.

Mengkaji budaya Jawa ibarat

memasuki hutan simbol yang rimbun

(alas gung liwang liwung) yang penuh

Page 7: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

158

dengan belantara dan pepohonan.

Terdapat tantangan, keunikan dan daya

tarik yang luar biasa. Tanpa kita sadari

filosofi dalam budaya Jawa banyak

yang masih memiliki denyut

aktualitas, tidak semua falsafah hidup

Jawa telah usang, melalui reaktualisasi

akan semakin ada kejelasan makna dan

aktualisasi budaya inilah yang

tampaknya sedang ditunggu kita

semua. Maka dari itu dengan adanya

analisis terhadap nilai-nilai falsafah

Jawa dalam buku “Pitutur luhur

budaya Jawa” diharapkan dapat

ditemukan mutiara-mutiara yang

berharga dalam rimbunan hutan

budaya Jawa serta dapat

diaktualisaikan dalam kehidupan

sehari-hari sehingga dapat dirasakan

manfaatnya oleh seluruh umat

manusia.

Budaya lokal sungguh menarik

untuk diteliti dikarenakan budaya lokal

memiliki karakteristik yang efektif

untuk menyelesaikan berbagai

persoalan dan menjaga harmoni

kehidupan dalam masyarakat. (Roqib,

2015:5). Terlebih lagi budaya Jawa

yang terdapat dalam buku pitutur

luhur budaya Jawa mengandung

ajaran unggah-ungguh atau tata krama

yang detail dalam segala perilaku.

Buku ini menarik untuk dikaji lebih

mendalam lagi dengan harapan nilai-

nilai kearifan lokal yang terdapat di

dalamnya dapat menjadi bahan ajar

dalam pembelajaran IPS di sekolah

terutama dalam pembentukan karakter

peserta didik serta menjaga martabat

dan kehormatan bangsa.

Tujuan Penelitian ini adalah

(1). Mendeskripsikan nilai-nilai yang

terkandung dalam buku Pitutur luhur

budaya Jawa. (2). Menganalisis

relevansi nilai-nilai luhur falsafah

Jawa dalam buku Pitutur luhur budaya

Jawa dengan pendidikan karakter di

Indonesia. (3). Mendeskripsikan nilai-

nilai dalam buku Pitutur luhur budaya

Jawa yang layak untuk

diaktualisasikan dalam pembelajaran

IPS.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang dipakai dalam

penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dengan jenis penelitian yang

dipakai adalah penelitian kepustakaan.

Page 8: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

159

Hal ini dilakukan karena penelitian

pendidikan akan lebih menarik jika

menggunakan pendekatan pendekatan

kualitatif di mana data tidak harus

dianalisis dengan menggunakan

angka-angka karena angka-angka

tersebut tidak merujuk pada realitas

yang sesungguhnya.

Bahan kajian yang utama

dalam penelitian ini adalah berupa

buku teks, karena penelitian ini

merupakan penelitian kepustakaan

(library research). Buku teks yang

dipakai sebagai sumber data dalam

penelitian ini adalah buku teks yang

berjudul “Pitutur Luhur Budaya Jawa:

1001 Pitutur Luhur untuk Menjaga

Martabat dan Kehormatan Bangsa

dengan Nilai-nilai Kearifan Lokal”

karya Prof. Gunawan Sumodiningrat

dan Ari Wulandari, S.S., M.A. Maka

dari itu dalam penelitian ini tidak

memerlukan lapangan sebagai objek

pengambilan data, pengambilan data

dilakukan dengan mengutip beberapa

pernyataan yang terdapat dalam buku

teks tersebut, kemudian disajikan

dalam paparan data, dikategorisasikan

kemudian dianalisis serta

dikomparasikan dengan sumber-

sumber pustaka lain yang relevan agar

dapat diperoleh temuan penelitian

yang diinginkan.

Analisis data penelitian ini

dilakukan di lapangan bersama dengan

proses pengumpulan data. Pada waktu

data dikumpulkan, proses analisis

dimulai dengan penyusunan refleksi

peneliti, yang merupakan kerangka

berpikir, gagasan, dan kepedulian

peneliti terhadap data yang ditemukan.

Salah satu teknik analisis yang umum

digunakan dalam penelitian kualitatif

berbasis dokumen (sumber teks)

adalah content analysis atau kajian isi.

Terkait dengan pemaknaan nilai-nilai

falsafah Jawa dilakukan analisis

semiotik dengan menggunakan dua

tahap pembacaan terhadap

pitutur/petuah dalam falsafah Jawa,

yaitu melalui pembacaan heuristik dan

pembacaan hermeneutik. Pembacaan

heuristik merupakan pembacaan

berdasarkan struktur kebahasaan atau

secara semiotik adalah berdasarkan

konvensi sistem semiotik tingkat

pertama, dengan cara menerjemahkan

atau memperjelas arti kata-kata.

Pembacaan heuristik ditujukan untuk

menemukan arti bahasanya.

Page 9: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

160

Pengkajian secara heuristik akan

menghasilkan makna kata, fungsi

bahasa sebagai sarana komunikasi.

Sedangkan pengkajian secara

hermeneutik menghasilkan simbol dan

makna yang disimbolkan dalam bahasa

tersebut. Muaranya adalah

diperolehnya pengetahuan yang

dihasilkan melalui interpretasi

terhadap informasi yang telah

didapatkan. Dari kedua cara tersebut

dapat dilakukan akses kepada realitas

kehidupan sosial melalui pemahaman

arti bahasa, sehingga meminimalisir

terjadinya kesalahan dalam

memberikan makna atau penafsiran

terhadap ungkapan falsafah Jawa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Nilai-nilai yang Terkandung dalam

Buku Pitutur Luhur Budaya Jawa

Bangsa Indonesia sebagai

bangsa yang multikultural mempunyai

aneka ragam bentuk kearifan lokal

yang tumbuh sesuai dengan identitas

dan kultur masing-masing suku bangsa

dalam wilayah nusantara. Kearifan

lokal merupakan pengolahan ide,

konsep dan tradisi masing-masing

suku bangsa, meskipun demikian

terdapat nilai-nilai universal yang

dapat ditarik dari masing-masing

kearifan lokal tersebut. Penyebabnya

adalah konteks yang melingkupi

kearifan lokal tersebut terdapat

persamaan yaitu kehidupan agraris dan

dalam wilayah kenusantaraan. Maka

dari itu nilai-nilai universal ini mampu

menjadi perangkai budaya antara

budaya dari suku yang satu dengan

suku yang lain, sehingga

multikulturalisme bangsa Indonesia

tetap terjalin dengan baik.

Salah satu kearifan lokal yang

berasal dari budaya Jawa adalah

ungkapan tradisional (pitutur luhur).

Pitutur luhur adalah kata atau

kelompok kata yang memiliki makna

kiasan, sindiran, konotatif, simbolis

yang berasal dari tradisi atau kebiasaan

turun-temurun masyarakat lokal,

disarikan dari pengalaman hidup yang

panjang dan diyakini mempunyai

fungsi atau pedoman dalam menjalani

hidup pada masyarakat Jawa. Pitutur

luhur sebagai tradisi lisan mempunyai

nilai-nilai yang dijabarkan dari

pandangan hidup masyarakat

pembuatnya. Melalui nilai-nilai

ungkapan tradisional tersebut, maka

Page 10: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

161

masyarakat dapat memahami dan

belajar bagaimana nenek moyang atau

masyarakat yang menghasilkan

ungkapan tersebut memandang dan

menyikapi hidup agar tercipta

keselarasan dan keharmonisan, oleh

karena itu secara umum masyarakat

Jawa dipandang sebagai masyarakat

yang selalu berorientasi pada

terciptanya harmoni manusia dengan

Tuhan, sesamanya, masyarakat, dan

lingkungan alam. Ungkapan

tradisional juga menunjukkan etika

berbahasa masyarakat Jawa yang dapat

berupa pepali, unggah-ungguh, tata

krama, tata susila, sopan santun, budi

pekerti, wulang wuruk, pranatan,

pituduh, pitutur, dan wejangan.

Ungkapan-ungkapan

tradisional dalam buku Pitutur luhur

budaya Jawa sebagian besar

diciptakan pada masa kehidupan

masyarakat agraris (Jawa madya),

maka dari itu untuk menggambarkan

peribahasanya melalui bentuk-bentuk

tertentu yaitu peribahasa mengenai

binatang, peribahasa mengenai tanam-

tanaman, peribahasa mengenai

manusia, peribahasa mengenai anggota

kerabat, dan peribahasa mengenai

fungsi anggota tubuh. Ungkapan-

ungkapan tradisional dalam buku

Pitutur luhur budaya Jawa tersebut

sarat dengan nilai-nilai karakter.

Berdasarkan analisis terhadap

pitutur luhur dalam buku “Pitutur

Luhur Budaya Jawa”tersebut terdapat

88 nilai-nilai kebaikan (budi pekerti

luhur). Nilai-nilai tersebut secara garis

besar dapat dikelompokkan menjadi

enam kategori, yaitu nilai-nilai

keTuhanan, kerohanian, kemanusiaan,

kebangsaan, kekeluargaan, dan nilai-

nilai yang berhubungan dengan

keduniawian.

1. Nilai-nilai keTuhanan, seperti taat

ajaran agama, religius dan beriman.

Nilai-nilai tersebut tercermin dalam

pitutur agama ageming aji, dilalah

kersaning Allah, galing kangkung

isine bumbung wang tapake manuk

mabur, gusti ora sare, dan sangkan

paraning dumadi.

2. Nilai-nilai kemanusiaan, seperti

toleransi, hormat menghormati, peduli

sosial, dan keadilan. Nilai-nilai

tersebut terkandung dalam beberapa

pitutur seperti aja nglalekake jejering

kamanungsan, aja cidra mundak

cilaka, aja melik darbeking liyan, aja

seneng gawe gendra, aja sira

Page 11: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

162

deksura, ajining diri saka lathi ajining

raga saka busana, berbudi bawa

leksana, aja nggolek menange dhewe,

aja rumangsa bisa nanging kudu bisa

rumangsa, janma tan kena ingina,

memayu hayuning bebrayan, menang

tanpa ngasorake, ora kena nglarani

liyan, ambeg parama arta, tepa selira,

dan dagang tuna andum bathi.

3. Nilai-nilai kerohanian, diantaranya

adalah keikhlasan, sumeleh, neriman,

legawa, dan kesabaran. Nilai-nilai

tersebut tercermin dalam pitutur

kawula mung saderma mobak mosik

kersaning hyang sukma, sabar iku

ingaran mustikaning laku, nerima ing

pandum, jer basuki mawa beya, sepi

ing pamrih rame ing gawe, suwung

pamrih tebih ajrih, rila lamun

ketaman ora getun lamun kelangan,

dan sabar sareh mesthi bakal pikoleh.

4. Nilai-nilai kebangsaan, diantaranya

adalah demokrasi, cinta tanah air,

semangat kebangsaan, kerukunan,

semangat persatuan, dan menjaga

kehormatan bangsa dan negara. Nilai-

nilai tersebut tercermin dalam pitutur

mangan ora mangan waton ngumpul,

basa iku busananing bangsa, negara

gedhe obore padhang jagate,

sadumuk bathuk sanyari bumi ditohi

pati, rukun agawe sentosa crah agwe

bubrah, holopis kuntul baris, rawe-

rawe rantas malang-malang putung,

urun rembug, desa mawa cara negara

mawa tata, hayem hanom dan berbudi

bawa laksana.

5. Nilai-nilai kekeluargaan, diantaranya

adalah pengorbanan, kesetiaan,

kepatuhan dan berbakti pada orang

tua. Nilai-nilai tersebut tercermin

dalam pitutur abot anak tinimbang

telak, anak polah bapa kepradah,

sabaya pati sabaya mukti, sing sapa

lali marang wong tuwa prasasat lali

marang pangeran, bapa kesulah anak

kepradah dan mikul dhuwur mendhem

jero.

6. Nilai-nilai keduniawian (sikap

manusia dalam menjalani hidup di

dunia), diantaranya adalah percaya

diri, peduli lingkungan,

kesederhanaan, dan rendah hati. Nilai-

nilai tersebut tercermin dalam pitutur

memayu hayuning bawana, ibu bumi

bapa akasa, bandha titipan nyawa

gadhuhan pangkat sampiran, aja

ketungkul marang kalungguhan

kadonyan lan kamareman, ana dina

ana upa, ngelingana tembe mburine,

ngundhuh wohing pakarti, sing sapa

ngegungake bandhane wirang lamun

sirna bandhane.

B. Relevansi Nilai-nilai Luhur Falsafah

Jawa dengan Pendidikan Karakter di

Indonesia

Page 12: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

163

Filsafat Jawa mencakup

berbagai dimensi kehidupan antara lain

etika dan tata krama, hubungan orang

tua dan anak, hukum, keadilan dan

kebenaran, hubungan sosial,

kekerabatan, gotong royong, toleransi,

demokrasi dan sebagainya. Filsafat

Jawa juga tercermin dalam budaya

Jawa yang sangat mengagungkan nilai

etika/karakter. Nilai-nilai etika dan

karakter dalam budaya Jawa apabila

mampu diaktualisasikan dalam dunia

pendidikan dengan baik maka krisis

karakter yang sedang dialami oleh

bangsa ini akan segera terobati.

Berdasarkan deskripsi dan

interpretasi 258 ungkapan tradisional

Jawa dalam buku “Pitutur Luhur

Budaya Jawa” tersebut terdapat

kesesuaian nilai atau terdapat relevansi

antara pitutur luhur budaya Jawa

dengan sembilan pilar pendidikan

karakter yang layak diajarkan kepada

anak didik dalam rangka

mengembangkan perilaku karakter.

Sembilan pilar pendidikan karakter

yang relevan atau terdapat kesesuaian

nilai-nilai dengan pitutur luhur budaya

Jawa diantaranya adalah:

1. Cinta Tuhan dan

kebenaran (love Allah, trust, reverence,

loyalty). Pitutur luhur yang sesuai dengan

pilar karakter di atas adalah agama

ageming aji, aja cidra ing janji, aja cidra

mundak cilaka, aja ketungkul marang

kalungguhan kadonyan lan kemareman,

dilalah kersaning allah, gusti ora sare,

kawula mung saderma mobak mosik

kersaning hyang sukma, sangkan

paraning dumadi, dan sing bisa mati

sajroning urip lan bisa urip sajroning

mati.

2. Tanggungjawab,

kedisiplinan dan kemandirian

(responsibility, excellence, self reliance,

discipline, orderliness). Pitutur luhur yang

sesuai dengan pilar karakter di atas adalah

abot anak tinimbang telak, adhang-

adhang tetesing embun, aja aleman, aja

mangro mundak kendo, aja meri mundhak

pepes ati, aja nggege mangsa, aja mung

tuwa tuwas, aja wedi kangelan, aji

godhong jati aking, alang-alang dudu

aling-aling, margining kautaman, ana

dina ana upa, anak polah bapa kepradah,

cablek-cablek lemut, gemi taberi nastiti

ngati-ati, jagat ora mung sagodhong

kelor, mumpung anom ngudiya laku

utama, pakulinan iku kodrat sing

kapindho, dan yen wedi ing kewuh

sebarang tan ana kang dadi.

Page 13: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

164

3. Amanah (trustworthiness,

reliability, honesty). Pitutur luhur yang

sesuai dengan pitutur pilar karakter di atas

adalah aja cidra ing janji, aja waton

ngomong, ning ngomonga nganggo

waton, ajining diri saka lathi, ajining raga

saka busana, anirma patra , asu gedhe

menang kerahe, bandha titipan, nyawa

gadhuhan, pangkat sampiran, becik ketitik

ala ketara, dan mulang wuruk.

4. Hormat dan santun

(respect, courtesy, obedience). Pitutur

luhur yang sesuai dengan pilar karakter di

atas adalah aja (ng)golek menange dhewe,

aja (ng)golek wah mengko dadi owah, aja

metani alaning liyan, aja milik barang

kang melok darbeking liyan, aja nggugu

karepe dewe, aja nyatur alaning liyan, aja

rumangsa bener dhewe, aja rumangsa

bisa, nanging kudu bisa rumangsa, aja

seneng gawe gendra, aja sira deksura,

alihan gung, aluwung kalah wang

tinimbang kalah wong, ambeg angkara

murka budi candala, ambarasta dur

hangkara, ana catur mungkur, andhap

asor, cangkem gatel arang mingkem,

cangkem karut, dicacad ora gela dialem

ora mongkog, edi peni adiluhung, golek

dalan padhang, ila-ila wong tua malati,

janma tan kena ingina, keplok ora

tombok, mikul dhuwur mendhem jero,

ngingu satru nglelemu mungsuh, ora kena

nglarani liyan.

5. Kasih sayang, kepedulian,

dan kerjasama (love, compassion, caring,

emphaty, generousity, moderation,

cooperation). Pitutur yang sesuai dengan

pilar karakter di atas adalah aja drengki

wong sabumi, ambeg parama arta, bacin-

bacin iwak ala-ala sanak, den ajembar

den momot lawan den mengku den kaya

segara, dudu sanak dudu kadang, yen

mati melu kelangan, enthegan bau, dan

wani ngalah luhur wekasane.

6. Percaya diri, kreatif, dan

pantang menyerah (confidence,

assertiveness, creativity, resourcefulness,

courage, determination and enthusiasim).

Pitutur luhur yang sesuai dengan pilar

karakter di atas adalah cagak amben

cemethi tali, cebol nggayuh lintang,

gliyak-gliyak tumindak, jerbasuki mawa

beya, ketepang ngrangsang gunung,

kurung munggah lumbung, lumpuh

ngideri jagad, njajah desa milangkori, dan

yen wedi aja wani-wani yen wani aja

wedi-wedi.

7. Keadilan dan

kepemimpinan (justice, leadership).

Pitutur luhur yang sesuai dengan pilar

karakter di atas adalah ana sethithik didum

sethithik, ana akeh didum akeh, anteng

manteng sugeng jeneng, asta brata, bahni

maya pramana, baladewa ilang gapite,

bebek mungsuh mliwis, berbudi bawa

leksana, brakithi angkara madu, catur

Page 14: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

165

budi, dadiya laku utama, den ajembar,

den momot lawan den mengku, den kaya

segara, eling lan waspada, gajah ngidak

rapah, gajah perang karo gajah, kancil

mati ing tengahe, hayem hayom, jembar

kawruhe, jembar segarane, kethek

saranggon, laku ing sasmita amrih lantip,

lebak ilining banyu, mangasah mingising

budi, memayu hayuning bawana, negara

gedhe obore, padhang jagade, ngalah

ngalih ngamuk, nglurug tanpa bala,

nuladha laku utama, ora keris ora keras,

satria pinandita, wirayuda wicaksana, dan

yen kapotangan budi, tangeh lamun bisa

njaga jejeging adil.

8. Baik dan rendah hati

(kindness, friendliness, humility, modesty).

Pitutur luhur yang sesuai

dengan pilar karakter di atas adalah

adigang adigung adiguna, aja drengki

wong sabumi, aja dumeh, aja kuminter

mundak keblinger, aja lali marang

kebecikaning liyan iku kaya kewan, aja

melik darbeking liyan, aja ngangsa-

angsa, mundhak miyar-miyur, aja

ngrusak pager ayu, aja semangkeyan

rumangsa dadi wong sugih, ana adu

ulate ora ana begjane, anutupi

babahan hawa sanga, apik kemripik

nancang kirik, aruming jeneng

ngambar-ngambar salumahing bumi,

enthegan bau, gambret singgang

merkatak ora ana sing ngopeni,

gedhang apupus cindhe, giri lusi

janma tan kena ingina, isi nanging

kothong kothong nanging isi, jujur

bakal mujur, kamulyaning urip

dumunung ing tentreming ati, lembah

manah lan andhap asor, memasuh

malaning bumi, memayu hayuning

bebrayan, memayu hayuning pribadi,

nandur kebecikan males budi,

ndarbeni ati segara, ngerti unggah-

ungguh, ora jawa, rahayu ing manah,

wani ngalah luhur wekasane, dan

wong linuwih iku ambeg welasan lan

sugih pangapura.

9. Toleransi dan cinta

damai (tolerance, flexibility,

peacefulness, unity). Pitutur luhur yang

sesuai dengan pilar karakter di atas

adalah crah gawe bubrah, rukun gawe

santosa, dagang tuna andum bathi,

desa mawa cara negara mawa tata,

dudu sanak dudu kadang, yen mati

melu kelangan, kudu rukun marang

tangga teparo, luwih rupa kurang

candra, mangan ora mangan yen

kumpul, narima ing pandum, rukun

agawe sentosa, sepi ing pamrih rame

Page 15: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

166

ing gawe, dan tumindak kudu manut

kala mangsa.

Relevansi pitutur luhur budaya

Jawa apabila dikaitkan dengan delapan

belas nilai karakter yang

disosialisasikan oleh pemerintah dapat

dilihat dalam tabel berikut:

N

o

Nilai Pitutur Luhur

1 Religius Agama ageming aji, Dilalah kersaning

allah, Galing kangkung isine bumbung

wang, tapake manuk mabur, Gusti ora

sare, Kawula mung saderma, mobak

mosik kersaning hyang sukma, Sangkan

paraning dumadi, dan Sing bisa mati

sajroning urip lan bisa urip sajroning

mati.

2 Semangat

kebangsa

an

Rawe-rawe rantas malang-malang

putung, holopis kontol baris, Aja sira

deksura. Edi peni adiluhung. Jerbasuki

mawa beya. Yen wedi aja wani-wani, yen

wani aja wedi-wedi

3 Jujur Aluwung kalah wang tinimbang kalah

wong, Aja cidra mundak cilaka. Aja

melik darbeking liyan. Aja seneng gawe

gendra. Aja sira deksura. Ajining diri

saka lathi, ajining raga saka busana.

Berbudi bawa leksana. Ciri wanci lelahi

ginawa mati. Jujur bakal mujur. Nuladha

laku utama

4 Cinta

Tanah

Air

Rumangsa melu andarbeni wajib melu

angrukebi, Basa iku busananing bangsa.

Sadumuk bathuk sanyari bumi ditohi pati

5 Toleransi Aja nggolek menange dhewe, Aja

rumangsa bisa, nanging kudu bisa

rumangsa. Aja waton ngomong, ning

ngomonga nganggo waton. Angon iriban.

Janma tan kena ingina. Memayu

hayuning bebrayan. Menang tanpa

ngasorake. Ora kena nglarani liyan.

Sapa salah seleh. Wong linuwih iku

ambeg welasan lan sugih pangapura.

Desa mawa cara negara mawa tata.

Kudu rukun marang tangga teparo.

6 Menghar

gai

Prestasi

Aja kuminter mundak keblinger, Blilu tau

pinter durung nglakoni. Ngelmu angel

tinemu.Ngelmu iku kelakone kanthi laku.

Kebo nyusu gudel. Nuladha laku utama

7 Disiplin Aja nggege mangsa, Alon-alon waton

kelakon, Memayu hayuning pribadi.

Pakulinan iku kodrat sing kapindho.

Seteng dadi gentheng, sawu dadi awu.

Wilujeng nir ing sambikala.

8 Bersahab

at

Aja drengki wong urip sabumi, Adigang

adigung adiguna, Aja (ng)golek menange

dhewe, Aja kuminter mundak keblinger.

Aja lali marang kebecikaning liyan, iku

kaya kewan. Aja nggugu karepe dewe.

Kudu rukun marang tangga teparo.

Rukun agawe sentosa. Tepa selira

9 Kerja

Keras

Adhang-adhang tetesing embun, gliyak-

gliyak tumindak, Aja aleman, Aji

godhong jati aking, Sepi ing pamrih rame

ing gawe

1

0

Cinta

Damai

Aja seneng gawe gendra, Rukun agawe

sentosa. Wani ngalah luhur wekasane,

Wong linuwih iku, ambeg welasan lan

sugih pangapura

1

1

Kreatif Tlaten panen. Alang-alang dudu aling-

aling, marginingkautaman. Jagat ora

mung sagodhong kelor,

1

2

Gemar

Membaca

Ngelmu iku kelakone kanthi laku, ngelmu

angel tinemu

1

3

Mandiri Aja wedi kangelan, aja aleman.

1

4

Peduli

Lingkung

an

Memayu hayuning bawana, ibu bumi

bapa akasa

1

5

Demokrat

is

Mangan ora mangan waton ngumpul,

urun rembug, kecik-kecik yen wudhu.

1

6

Peduli

Sosial

Aja rumangsa bisa nanging kudu bisa

rumangsa, Ambeg parama arta, Dagang

tuna andum bathi.

1

7

Rasa

Ingin

Tahu

Ngelmu angel tinemu, ngelmu kelakone

kanthi laku.

1

8

Tanggun

g Jawab

Aja cidra ing janji, Anirma patra.

C. Nilai-nilai dalam Buku Pitutur

Luhur Budaya yang Layak untuk

diaktualisasikan dalam

Pembelajaran IPS.

Berdasarkan deskripsi dan

interpretasi 258 ungkapan tradisional

Jawa dalam buku Pitutur Luhur

Budaya Jawa terdapat terdapat

beberapa nilai-nilai karakter yang

dapat diaktualisasikan dalam

pembelajaran IPS di sekolah.

Aktualisasi nilai-nilai falsafah Jawa

dapat dilakukan dengan menyusun

bahan ajar yang bersumber pada buku

Pitutur Luhur Budaya Jawa, buku ini

Page 16: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

167

layak untuk dijadikan sumber bahan

ajar karena di dalamnya terdapat nilai-

nilai karakter yang masih relevan

dengan kehidupan masa kini maupun

yang akan datang terutama yang

berkaitan dengan pendidikan moral

dan karakter.

Penyusunan bahan ajar

berbasis nilai-nilai falsafah Jawa tidak

berarti menghilangkan kebhinekaan

bangsa Indonesia, karena nilai-nilai

yang dipaparkan dalam data ini adalah

nilai yang diambil dari pitutur luhur

yang bersifat universal seperti

kejujuran, demokrasi, kekeluargaan,

nasionalisme dan sebagainya.

Mengutip pitutur luhur Jawa sebagai

sumber belajar tidak berarti memaksa

orang non Jawa menjadi Jawa.

Kedudukannya identik dengan ketika

kita mengutip pendapat dari

pakar/ilmuan luar negeri, bukan berarti

bertujuan menjadikan bangsa

Indonesia menjadi seperti mereka

tetapi kita berusaha mengambil

pelajaran yang baik dari mereka.

Pemikiran-pemikiran yang baik dari

manapun asalnya patut dipelajari demi

kemajuan bangsa dan negara. Masalah

ini perlu dipahami terlebih dahulu agar

tidak muncul pemikiran primodialisme

yang justru merusak sikap

kebhinekaan bangsa Indonesia, agar

tercapai sinergitas, saling mengenal,

memahami dan dapat membaur secara

rukun tanpa merasa kelompoknya

sebagai pemilik kebudayaan yang

paling unggul. Maka dari itu

aktualisasi nilai-nilai falsafah Jawa

jangan dianggap sebagai sebuah

ancaman bagi persatuan dan kesatuan

bangsa. Terkait dengan pitutur luhur

budaya Jawa layak diaktualisasikan

dalam pembelajaran IPS dalam

implementasinya dapat dikaitkan

dengan empat dimensi pendidikan IPS

diantaranya adalah:

1. Dimensi pengetahuan (Fakta,

konsep dan generalisasi).

Pitutur luhur yang dapat

dikaitkan dengan dimensi pengetahuan

dalam pembelajaran IPS diantaranya

adalah aja dumeh. aja kuminter

mundak keblinger. aja mangro

mundak kendo. aja nggugu karepe

dewe. aja rumangsa bener dhewe. aja

rumangsa bisa, nanging kudu bisa

rumangsa. digembol ora mbrojol, di

buwang ora kemrosak. ilmu kantong

bolong. kebo nyusu gudel. kaya

Page 17: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

168

kodhok ketutupan bathok. ngelmu

angel tinemu.ngelmu iku kelakone

kanthi laku.ngelmu pari tansaya isi

tansaya tumungkul. mulang wuruk.

sumur lumaku tinimba, gong lumaku

tinabuh. wastra rusak ing sampiran.

dan wong bodho kalah karo wong

pinter.

2. Dimensi keterampilan

(keterampilan meneliti, berpikir,

partisipasi sosial, dan

berkomunikasi).

Pitutur luhur yang dapat

dikaitkan dengan dimensi

keterampilan adalah aja (ng)golek

menange dhewe, ajining diri saka

lathi, ajining raga saka busana,

aluwung kalah wang tinimbang kalah

wong.ambeg angkara murka budi

candala.ambeg parama

arta.ambarasta dur hangkara.ana adu

ulate ora ana begjane.ana catur

mungkur.ana sethithik didum sethithik,

ana akeh didum akeh. andhap

asor.angon iriban. anirma patra.

anteng manteng sugeng jeneng. arep

jamure emoh watange. aruming jeneng

ngambar-ngambar salumahing bumi.

enthegan bau.ketepang ngrangsang

gunung. kurung munggah lumbung.

lumpuh ngideri jagad. mangasah

mingising budi. memasuh malaning

bumi.memayu hayuning bawana.

memayu hayuning bebrayan.memayu

hayuning pribadi. ndarbeni ati

segara. ngelingana tembe mburine.

ngalah, ngalih, ngamuk. ngingu satru

nglelemu mungsuh. ora kena nglarani

liyan. sapa sing ngegungake

bandhane, wirang lamun sirna

bandhane. sugeh ora nyimpen. urip

tulung tinulung. dan urun rembug.

3. Dimensi nilai dan sikap

Pitutur luhur yang dapat

dikaitkan dengan dimensi nilai dan

sikap diantaranya adalah adhang-

adhang tetesing embun. adigang

adigung adiguna. agama ageming aji.

aja cidra ing janji. aja drengki wong

sabumi.aja dumeh. aja nyatur alaning

liyan. aja rumangsa bener dhewe. aja

rumangsa bisa, nanging kudu bisa

rumangsa. aja semangkeyan rumangsa

dadi wong sugih. alang-alang dudu

aling-aling, margining kautaman.

alon-alon waton kelakon. ana sethithik

didum sethithik, ana akeh didum akeh.

ana catur mungkur. ana dina ana upa.

andhap asor. angon iriban. arep

jamure emoh watange. aruming jeneng

Page 18: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

169

ngambar-ngambar salumahing bumi.

asta brata. bacin-bacin iwak ala-ala

sanak. becik ketitik ala ketara. blilu

tau pinter durung nglakoni. ciri wanci

lelahi ginawa mati. desa mawa cara

negara mawa tata. edi peni adiluhung.

eling lan waspada. esuk dhele sore

tempe. ing ngarsa sung tuladha, ing

madya mangun karsa, tut wuri

handayani. jagat ora mung sagodhong

kelor. jalma angkara mati murka.

jembar segarane. kamulyaning urip

dumunung ing tentreming ati. kapiran

kapirun, gaga ora matun, sapi ora

nuntun. kaya cina kraki. micakake

wong melek. mikul dhuwur mendhem

jero. nandur kebecikan, males budi.

narima ing pandum.ndarbeni ati

segara. ngalah, ngalih, ngamuk. ngerti

unggah-ungguh. ngundhuh wohing

pakarti. ora Jawa. pangalembana bisa

ndadekake lali. sangkan paraning

dumadi. sapa salah seleh. tepa selira.

urip iku urup. dan yen kapotangan

budi tangeh lamun bisa njaga jejeging

adil.

4. Dimensi tindakan

Pitutur luhur yang dapat

dikaitkan dengan dimensi tindakan

diantaranya adalah aja cidra ing janji.

aja cidra mundak cilaka. aja drengki

wong sabumi. aja (ng)golek menange

dhewe. aja (ng)golek wah, mengko

dadi owah. aja lali marang

kebecikaning liyan, iku kaya kewan.

aja mangro mundak kendo. aja melik

darbeking liyan. aja meri mundhak

pepes ati. aja metani alaning liyan. aja

milik barang kang melok darbeking

liyan. aja nggugu karepe dewe. aja

nyatur alaning liyan. aja rumangsa

bener dhewe. aja rumangsa bisa,

nanging kudu bisa rumangsa. aja

seneng gawe gendra. aja sira deksura.

aja waton ngomong, ning ngomonga

nganggo waton. aja wedi kangelan.

alon-alon waton kelakon. ambarasta

dur hangkara. angon iriban. arep

jamure emoh watange. bathok bolu isi

madu. crah gawe bubrah, rukun gawe

santosa. dadiya laku utama. darbe

kawruh ora ditangkarake, bareng mati

tanpa tilas. eling lan waspada. gemi

taberi nastiti ngati-ati. gendhon

rukon. giri lusi janma tan kena ingina.

gliyak-gliyak tumindak. golek

sampurnaning urip lahir batin lan

golek sampurnaning pati. jalma

angkara mati murka. janma tan kena

ingina. jerbasuki mawa beya. kecik-

Page 19: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

170

kecik yen wudhu.laku ing sasmita

amrih lantip. mangan ora mangan yen

kumpul. mulang wuruk. ngelmu iku

kelakone kanthi laku. ora kena

nglarani liyan. pakulinan iku kodrat

sing kapindho. tumindak kudu manut

kala mangsa. urip tulung tinulung dan

yen wedi aja wani-waniyen wani aja

wedi-wedi.

KESIMPULAN

Berdasarkan temuan penelitian

dan pembahasan di atas dapat ditarik

beberapa kesimpulan yang merupakan

jawaban dari rumusan masalah (fokus

masalah), diantaranya adalah sebagai

berikut: Pertama, berdasarkan analisis

terhadap 258 macam pitutur dalam

buku “Pitutur luhur budaya Jawa”

dapat ditemukan 88 nilai-nilai

kebaikan, diantaranya adalah adil (ana

sethithik didum sethithik, ana akeh

didum akeh), amanah (satria

pinandita, bandha titipan nyawa

gadhuhan pangkat sampiran), baik

hati (enthegan bau), balas budi

(nandur kebecikan males budi, aja lali

marang kebecikaning liyan iku kaya

kewan), berani (yen wedi ing kewuh

sebarang tan ana kang dadi), berbakti

pada orang tua (mikul dhuwur

mendhem jero, sing lali marang wong

tuwa prasasat lali marang pangeran),

berprasangka baik (aja nyatur alaning

liyan), bersahaja (sing bisa mati

sajroning urip lan bisa urip sajroning

mati), bijaksana (ora keris ora keras),

cermat (gemi taberi nastiti ngati-ati),

cinta damai (rukun agawe sentosa),

cinta ilmu (jembar kawruhe, laku ing

sasmita amrih lantip), cinta keindahan

(edi peni adiluhung), cinta tanah air

(sadumuk bathuk sanyari bumi ditohi

pati, rumangsa melu andarbeni wajib

melu angrukebi), dapat menyesuaikan

diri (busuk ketekuk pinter keblinger,

tumindak kudu manut kala mangsa),

demokratis (urun rembug, kecik-kecik

yen wudhu), dermawan (sugeh ora

nyimpen), diplomatis (nglurug tanpa

bala, sekti tanpa aji-aji, menang tanpa

ngasorake), disiplin (pakulinan iku

kodrat sing kapindho), empati (dudu

sanak dudu kadang, yen mati melu

kelangan), gemar membaca (ngelmu

iku kelakone kanthi laku), gotong

royong (urip tulung tinulung), hati-hati

(milang tatu, pupur sawuse benjut),

hemat (seteng dadi gentheng, sawu

dadi awu), menghormati sesama

Page 20: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

171

(janma tan kena ingina, aja waton

ngomong ning ngomonga nganggo

waton), inovatif (jagat ora mung

sagodong kelor), inspirator (ing

ngarsa sung tuladha ing madya

mangun karsa tutu wuri handayani),

introspeksi diri (ora ngilo githoke),

jujur (jujur bakal mujur), kasih sayang

(mangasah mingising budi),

kebersamaan (cikal apupus limar),

kekeluargaan (bacin-bacin iwak ala-

ala sanak), kelembutan hati (sura dira

jayaningrat, lebur dening pangastuti),

kemauan untuk maju (urip iku urup),

kerja keras (adhang-adhang tetesing

embun), kerja sama (gendhon rukon),

samadya (ngono ya ngono, ning aja

ngono), komunikatif (nglurug tanpa

bala), kreatif (sapa nandur bakal

ngundhuh), luwes/fleksibel (manjing

ajur ajer), malu berbuat dosa

(micakake wong melek, gusti ora

sare), mandiri (aja aleman), mencintai

kebenaran (moh limo, nuladha laku

utama), menepati janji (aja cidra ing

janji), mengalah (wani ngalah luhur

wekasane), menghargai sesama (giri

lusi janma tan kena ingina, aja

rumangsa bisa nanging kudu bisa

rumangsa), menghargai prestasi (aja

kuminter mundak keblinger),

menghargai proses (alon-alon waton

kelakon, gliyak-gliyak tumindak),

mencintai budaya bangsa (catur budi,

basa iku busananing bangsa),

musyawarah (urun rembug), neriman

(narima ing pandum), pantang

menyerah (alang-alang dudu aling-

aling, margining kautaman), patuh

pada guru (sumur lumaku tinimba

gong lumaku tinabuh, yoga anyangga

yogi), peduli lingkungan (memayu

hayuning bawana), peduli sosial

(dagang tuna andum bathi), pemaaf

(ndarbeni ati segara), pemberantas

kejahatan (memasuh malaning bumi),

pengendalian diri (sastrajendra

hayuningrat pangruwating diyu), rela

berkorban (jerbasuki mawa beya),

percaya diri (ana dina ana upa),

percaya hukum karma (ngundhuh

wohing pakarti), bersahabat (aja

drengki wong urip sabumi), rajin

(tlaten panen), ramah (ajining diri

saka lathi, ajining raga saka busana),

rapi (ulat sumeh tindak-tanduk sareh

kinanthenan tembung aris bisa

ngruntuhake ati, ajining diri saka lathi

ajining raga saka busana), rasa ingin

tahu (ngelmu iku kelakone kanthi laku

Page 21: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

172

amarga ngelmu angel tinemu), realistis

(mburu uceng kelangan deleg),

religius (agama ageming aji), rendah

hati (lembah manah lan andhap asor,

sapa sing ngegungake bandhane

wirang lamun sirna bandhane), rukun

(kudu rukun marang tangga teparo),

sabar (sabar iku ingaran mustikaning

laku), sopan santun (ngerti unggah-

ungguh), sederhana (bathok bolu isi

madu), semangat belajar (mumpung

anom ngudiya laku utama), semangat

kebangsaan (holopis kontol baris),

sportif (bahni maya pramana, aluwung

kalah wang tinimbang kalah wong),

sumeleh (kawula mung saderma

mobak mosik kersaning hyang sukma,

rila lamun ketaman ora getun lamun

kelangan), taat hukum (aja melik

darbeking liyan), tanggung jawab

(tinggal glanggang colong playu),

tegas (sura dira jayaningrat lebur

dening pangastuti), teliti (pupur

sadurunge benjut), tenggang rasa (tepa

selira), tidak mementingkan diri

sendiri (aja (ng)golek menange

dhewe), tidak mudah heran (aja

ketungkul marang kalungguhan,

kadonyan lan kemareman), tidak

mudah iri (aja meri mundhak pepes

ati), tidak serakah (ngelingana tembe

mburine, nerima ing pandum),

toleransi (desa mawa cara negara

mawa tata), totalitas (yen wedi aja

wani-wani yen wani aja wedi-wedi),

tulus dan ikhlas (sepi ing pamrih rame

ing gawe), waspada (sabeja-bejane

wong kang lali, luwih beja wong kang

eling klawan waspada).

Nilai-nilai yang terkandung

dalam pitutur luhur budaya Jawa

tersebut secara garis besar dapat

dikelompokkan menjadi: (1). Nilai-

nilai keTuhanan, seperti taat ajaran

agama, religius dan beriman. Nilai-

nilai tersebut tercermin dalam pitutur

agama ageming aji, dilalah kersaning

Allah, galing kangkung isine bumbung

wang tapake manuk mabur, gusti ora

sare, dan sangkan paraning dumadi.

(2). Nilai-nilai kemanusiaan, seperti

toleransi, hormat menghormati, peduli

sosial, dan keadilan. Nilai-nilai

tersebut terkandung dalam beberapa

pitutur seperti aja nglalekake jejering

kamanungsan, aja cidra mundak

cilaka, ajining diri saka lathi ajining

raga saka busana, berbudi bawa

leksana, aja nggolek menange dhewe,

aja rumangsa bisa nanging kudu bisa

Page 22: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

173

rumangsa, aja waton ngomong ning

ngomonga nganggo waton, angon

iriban, janma tan kena ingina,

memayu hayuning bebrayan, tepa

selira, dan dagang tuna andum bathi.

(3). Nilai-nilai kerohanian, diantaranya

adalah keikhlasan, sumeleh, neriman,

legawa, dan kesabaran. Nilai-nilai

tersebut tercermin dalam pitutur

kawula mung saderma mobak mosik

kersaning hyang sukma, sabar iku

ingaran mustikaning laku, nerima ing

pandum, jer basuki mawa beya, sepi

ing pamrih rame ing gawe, suwung

pamrih tebih ajrih, rila lamun ketaman

ora getun lamun kelangan, dan sabar

sareh mesthi bakal pikoleh. (4). Nilai-

nilai kebangsaan, diantaranya adalah

demokrasi, cinta tanah air, semangat

kebangsaan, kerukunan, semangat

persatuan, dan menjaga kehormatan

bangsa dan negara. Nilai-nilai tersebut

tercermin dalam pitutur mangan ora

mangan waton ngumpul, basa iku

busananing bangsa, negara gedhe

obore padhang jagate, sadumuk

bathuk sanyari bumi ditohi pati, rukun

agawe sentosa crah agwe bubrah,

holopis kuntul baris, rawe-rawe rantas

malang-malang putung, urun rembug,

desa mawa cara negara mawa tata,

hayem hanom dan berbudi bawa

laksana. (5). Nilai-nilai kekeluargaan,

diantaranya adalah pengorbanan,

kesetiaan, kepatuhan dan dharma bakti

pada orang tua. Nilai-nilai tersebut

tercermin dalam pitutur abot anak

tinimbang telak, anak polah bapa

kepradah, sabaya pati sabaya mukti,

sing sapa lali marang wong tuwa

prasasat lali marang pangeran, bapa

kesulah anak kepradah dan mikul

dhuwur mendhem jero. (6). Nilai-nilai

keduniawian (sikap manusia dalam

menjalani hidup di dunia), diantaranya

adalah percaya diri, peduli lingkungan,

kesederhanaan, dan rendah hati. Nilai-

nilai tersebut tercermin dalam pitutur

memayu hayuning bawana, ibu bumi

bapa akasa, bandha titipan nyawa

gadhuhan pangkat sampiran, aja

ketungkul marang kalungguhan

kadonyan lan kamareman, ana dina

ana upa, ngelingana tembe mburine,

ngundhuh wohing pakarti, sing sapa

ngegungake bandhane wirang lamun

sirna bandhane, purwa madya

wasana, sing bisa mati sajroning urip

lan bisa urip sajroning mati, dan

Page 23: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

174

sastrajendra hayuningrat

pangruwating diyu.

Kedua, Nilai-nilai dalam buku

Pitutur luhur budaya Jawa relevan dan

sejalan dengan sembilan pilar

pendidikan karakter maupun delapan

belas nilai-nilai pendidikan karakter

yang disosialisasikan oleh Pemerintah,

dikatakan relevan karena kedua-

duanya sama-sama mengandung ajaran

budi pekerti luhur atau etika moral

yang mecakup nilai-nilai kebajikan

seperti religius, kejujuran, dapat

dipercaya, disiplin, kesopanan,

kerapian, keikhlasan, kebijaksanaan,

pengendalian diri, keberanian,

bersahabat, kesetiaan, kehormatan dan

keadilan.

Ketiga, Terdapat beberapa nilai

karakter yang layak diaktualisasikan

dalam pembelajaran IPS meskipun

tidak terdapat dalam daftar delapan

belas nilai karakter karena nilai-nilai

tersebut bersifat universal dapat

berlaku kepada siapa saja dan di mana

saja dan juga merupakan inti dari

pitutur falsafah Jawa yang luhur. Nilai-

nilai tersebut diantaranya adalah

kesasabaran (sabar iku ingaran

mustikaning laku), neriman (nerima

ing pandum), rila (rila lamun ketaman,

ora getun lamun kelangan), waspada

(eling lan waspada), tulus dan ikhlas

(sepi ing pamrih rame ing gawe), malu

berbuat dosa (micekake wong melek),

sadar proses (alon alon waton kelakon,

gliyak-gliyak tumindak) serta menjaga

keseimbangan dan keharmonisan

(ngono yo ngono ning aja ngono).

Keluhuran nilai-nilai karakter

dalam falsafah hidup Jawa disadari

atau tidak sebenarnya adalah telah

menjadi sumber pendidikan karakter di

Indonesia sejak dahulu kala karena

pendidikan karakter merupakan istilah

lain dari pendidikan budi pekerti yang

digagas oleh Ki Hadjar Dewantara

yang merupakan sebagian kecil dari

nilai-nilai yang terkandung dalam

falsafah Jawa. Perjalanan bangsa yang

panjang serta mengalami lika-liku

sejarah dan pengaruh dari berbagai

faktor maka landasan pendidikan

karakter kita justru ditinggalkan, kita

lebih memilih belajar karakter dari

Thomas Lickona dkk yang belum tentu

sesuai dengan karakter bangsa

Indonesia. Tidak perlu jauh-jauh

belajar karakter kepada orang asing,

karena kita sendiri sebenarnya telah

Page 24: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

175

mempunyai landasan pendidikan

karakter. Sudah saatnya strategi

kebudayaan dijadikan dasar

penyusunan kurikulum pendidikan

dengan cara menggali budaya bangsa

terutama kearifan lokal tiap-tiap suku

bangsa, salah satunya dengan

menggunakan buku Pitutur Luhur

Budaya Jawa karya Gunawan

Sumodiningrat sebagai sumber belajar,

karena buku tersebut layak untuk

dijadikan sumber belajar terutama

dalam pembelajaran IPS berkarakter.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks:

Abdurahman, D. 2007. Metodologi

Penelitian Sejarah. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media.

Akbar, S. dkk. (2015). Pendidikan

Karakter: Best Practices.

Malang: Universitas Negeri

Malang.

Ciptoprawiro, A. (1986). Filsafat

Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Berger, A.A. (2010) Pengantar

Semiotika: Tanda-tanda dalam

Kebudayaan Kontemporer.

Yogyakarta: Tiara Wacana.

Bratasiswara, R.H. (2000) Bauwarna

Adat Tata Cara Jawa. Jakarta:

Yayasan Suryasumirat.

Dewantara, H. (2004). Pendidikan.

Yogyakarta: Majelis Luhur

Persatuan Taman Siswa.

Endraswara, S. (2012). Ilmu Jiwa

Jawa: Estetika dan Citarasa

Jiwa Jawa. Yogyakarta:

Narasi.

Endraswara, S. (2016). Falsafah

Hidup Jawa: Menggali

Mutiara Kebijakan dari

Intisari Filsafat Kejawen.

Yogyakarta: Cakrawala.

Geertz, C. (2013). Agama Jawa:

Abangan, Santri, Priyayi

dalam Kebudayaan Jawa.

Jakarta: Komunitas Bambu.

Herusatoto, B. (2001). Simbolisme

dalam Budaya Jawa, cetakan

keempat, Yogyakarta:

Hanindita Graha Widia.

Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan. (2013). Ilmu

Pengetahuan Sosial: Buku

Guru. Jakarta: Politeknik

Negeri Kreatif.

Lickona,T. (2015). Mendidik untuk

Membentuk Karakter:

Bagaimana Sekolah dapat

Mengajarkan Sikap Hormat

dan Tanggung Jawab.

Penerjemah: Juma Abdu

Wamaungo. Jakarta: Bumi

Aksara.

Lubis, M. (1981), Manusia Indonesia

(Sebuah

Pertanggungjawaban), Jakarta:

Yayasan Idayu.

Page 25: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

176

Moleong, L.J. (2005). Metodologi

Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT Remaja Rosda Karya.

Mubarok, Z.E., (2009). Membumikan

Pendidikan Nilai

Mengumpulkan yang Terserak,

Menyambung yang Terputus

dan Menyatukan yangb

Tercerai, editor Dudung

Rahmat Hidayat. Bandung: PT.

Alfabeta.

Prastowo, A. (2015), Panduan Kreatif

Membuat Bahan Ajar Inovatif:

Menciptakan Metode

Pembelajaran yang Menarik

dan Menyenangkan.

Jogjakarta: Diva Press.

Priyadi, S. (2012). Metode Penelitian

Pendidikan Sejarah.

Yogyakarta: Ombak.

Roqib, M. (2007). Harmoni dalam

Budaya Jawa: Dimensi

Edukasi dan Keadilan Gender.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS:

Konsep dan Pembelajaran.

Bandung: PT.Remaja Rosda

Karya.

Sarjana dan Endah, K. (2010). Filsafat

Jawa. Yogyakarta: Kanwa

Publiser.

Sauri, S. & Firmansyah, H. (2010).

Meretas Pendidikan Nilai.

Bandung: Arfino Raya.

Subur. (2015). Pembelajaran Nilai

Moral Berbasis Kisah.

Yogyakarta: Kalimedia.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumodiningrat, G. & Wulandari, A.

(2014). Pitutur Luhur Budaya

Jawa: 1001 Pitutur Luhur

untuk Menjaga Martabat dan

Kehormatan Bangsa dengan

Nilai-nilai Kearifan Lokal.

Yogyakarta: Narasi.

Suryono, A. & Noor, M.T. (2016).

Teori-Teori Sosial. Malang:

Universitas Negeri Malang

Press.

Suseno, M.F. (1984). Etika Jawa:

sebuah Analisa Falsafati

tentang Kebijaksanaan Hidup

Orang Jawa. Jakarta:

Gramedia.

Suseno, M.F. (1987). Etika Dasar:

Masalah-masalah Pokok

Filsafat Moral. Yogyakarta:

Kanisius.

Suyadi. (2015). Strategi Pembelajaran

Pendidikan Karakter.

Bandung: PT Remaja Rosda

Karya.

Suyanto. (2010). Pendidikan Karakter:

Teori & Aplikasi. Jakarta:

Rineka Cipta.

Tilaar, H.A.R. (2005).

Multikulturalisme: Tantangan-

Tantangan Global Masa

Depan dalam Transformasi

Pendidikan Nasional. Jakarta:

PT.Gramedia.

Wibawa, A. & Gunawan. (2015).

Pendidikan Karakter Berbasis

Kearifan Lokal Di Sekolah:

Page 26: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

177

Konsep, Strategi dan

Implementasi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Yana, M.H. (2012). Falsafah dan

Pandangan Hidup Orang

Jawa. Yogyakarta: Bintang

Cemerlang.

Zed, M. (2008). Metode Penelitian

Kepustakaan. Jakarta: Yayasan

Obor.

Jurnal Ilmiah:

Amirin. T.M., Implementasi

Pendekatan Pendidikan

Multikultural Kontekstual

Berbasis Kearifan Lokal Di

Indonesia. Jurnal

Pembangunan Pendidikan:

Fondasi dan Aplikasi, Fakultas

Ilmu Pendidikan Unversitas

Negeri Yogyakarta.

Manullang.B., Grand Desain

Pendidikan Karakter Generasi

Emas 2045, FIK Universitas

Negeri Medan Jurnal

Pendidikan Karakter, Tahun

III, Nomor 1, Februari 2013.

Nugrahani. F., Reaktualisasi Tembang

Dolanan Jawa Dalam Rangka

Pembentukan Karakter Bangsa

(Kajian Semiotik) Program

Pascasarjana Universitas

Veteran Bangun Nusantara

Sukoharjo. Kajian Linguistik

dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni

2012: 58-68.

Sardiman, A.M. Revitalisasi Peran

Pembelajaran IPS Dalam

Pembentukan Karakter. Jurnal

Cakrawala Pendidikan, FISE

Universitas Negeri Yogyakarta

Mei 2010, Th. XXIX, Edisi

Khusus Dies Natalis UNY.

Sukirno. Pengkajian dan

Pembelajaran Pitutur Luhur

Sebagai Pembentuk Karakter

Peserta Didik. Jurnal

Pendidikan Karakter, Tahun

III, Nomor 1, Februari 2013

Wardoyo,S.M., Pendidikan Karakter:

Membangun Jatidiri Bangsa

Menuju Generasi Emas 2045

Yang Religius. Tadrîs Volume

10 Nomor 1 Juni 2015, hlm.91.

Makalah/Prosiding

Konferensi/Seminar :

Akbar, S. “Pengembangan Perangkat

Pembelajaran IPS Berorientasi

Pada Nilai-Nilai Kehidupan

Masa Depan”, makalah

disampaikan sebagai “Materi

Seminar dan Lokakarya

Tantangan Dunia Pendidikan

Dalam Mengantisipasi

Berlakunya Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA) dan

Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial”. Malang

22 November 2015.

Gularso, D. Model Pembelajaran IPS

Siswa Sekolah Dasar Berbasis

Karakter Hamemayu Hayuning

Bawono Sebagai Salah Satu

Upaya Mewujudkan Generasi

Cerdas dan Berakhlak Mulia.

Page 27: ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU …Falsafah Jawa yang mengandung ajaran mulia dari para leluhur banyak yang diartikan secara tekstual tanpa dikaji lebih mendalam terkait

JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179

178

Makalah Seminar Nasional

Universitas PGRI Yogyakarta

2015.

Hariyono, “Memahami Kebhinekaan

Budaya Untuk Memperkuat

Karakter Bangsa”, makalah

disampaikan pada seminar

“Makna Bhineka Tunggal Ika

Dalam Pembangunan Karakter

Bangsa”, Sidoarjo 20

November 2014.

Noor, M.T., “Memasuki Masyarakat

Ekonomi ASEAN Melalui

Penguatan Pendidikan

Karakter”, makalah

disampaikan sebagai materi

seminar nasional “Urgensi

Pendidikan Karakter Untuk

Meningkatkan Kualitas

Bangsa”, Malang, 15 Mei

2016.

Nurhayati, E. “Nilai - Nilai Luhur

Dalam Ungkapan Jawa Sebagai

Fondamen Kehidupan

Masyarakat Berbudaya”

makalah disampaikan pada

Kongres Bahasa Jawa Ke- V

2011, UPT Pendidikan dan

Pengembangan Kesenian

Taman Budaya Jatim.

Sukarno, Mengembalikan Ruh

Pendidikan Menuju

Kebermaknaan: Bersumber

Kearifan Lokal Berwawasan

Global Menuju Insan

Berkarakter, Taqwa, Mandiri,

dan Cendekia. Konaspi VII

Universitas Negeri Yogyakarta,

2012. UNY Press.

Tiharaso, A. “Pendidikan Pancasila:

Pendidikan Multikultural

Menuju Masyarakat Gotong-

Royong”, makalah

disampaikan pada seminar

“Pembudayaan Nilai-Nilai

Pancasila pada Masyarakat

Pluralis Indonesia”. Surabaya,

24 Agustus 2013.

Widyastuti, S.H., “Reaktualisasi

Ungkapan Tradisional Jawa

Sebagai Sumber Kearifan

Lokal Dalam Masyarakat untuk

Penguat Kepribadian Bangsa”,

makalah disampaikan pada

Kongres Bahasa Jawa Ke- V

2011, UPT Pendidikan dan

Pengembangan Kesenian

Taman Budaya Jatim.

Zamroni. “Pendidikan yang Utuh

untuk Memasuki Masyarakat

Ekonomi ASEAN”, makalah

disampaikan sebagai “Materi

Seminar dan Lokakarya

Tantangan Dunia Pendidikan

Dalam Mengantisipasi

Berlakunya Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA),

Malang 22 November 2015.

Koran dan Website

Jawa Pos, edisi Rabu 4 Mei 2015,

hlm.4.

, edisi Selasa 3 Mei 2015,

hlm.14.