Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

21
Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Atas Penghasilan dan Kepemilikan Aset di Negara Tax Haven (Studi Kasus di Direktorat Jenderal Pajak) Dita Suryadinata dan Christine, S.E.Ak., M.Int.Tax. Program Studi Ekstensi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok 16424, Indonesia Email : [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis modus penghindaran pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) atas penghasilan dan kepemilikan aset di negara tax haven dengan melakukan studi kasus di Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Penelitian dilakukan dengan wawancara terhadap para praktisi di DJP yang membidangi sektor Orang Pribadi dan membahas tiga kasus tentang penghasilan capital gain atas transaksi pengalihan saham, deemed dividend, penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dan kepemilikan aset di negara tax haven. Kesimpulan dari penelitian ini adalah DJP telah melakukan tahapan identifikasi data sampai dengan tindak lanjut untuk penggalian potensi pajak atas penghasilan dan kepemilikan aset di negara tax haven secara efektif dengan memanfaatkan berbagai sumber data eksternal yang relevan. Kata kunci: Modus Penghindaran Pajak, Wajib Pajak Orang Pribadi, Tax Haven, Capital Gain, Deemed Dividend, Penghasilan, Gaji, Aset. Analysis of Individual Tax Evasion for Income and Asset Ownership in Tax Haven Country (Case Study in Directorate General of Taxes) Abstract The purpose of this research is to analyze individual tax evasion for income and asset ownership in tax haven country by conducting case study in Directorate General of Taxes (DGT). This research is conducted by interviewing some individual tax experts in DGT and had discussed three cases like capital gain from stock acquisition, deemed dividend, remuneration and asset ownership in tax haven country. It is concluded that DGT analysis has efficiently conducted from data identification to follow up prrocess by utilizing and maximizing some relevant external data sources. Keywords: Tax Evasion, Individual, Tax Haven, Capital Gain, Deemed Dividend, Income, Salary, Asset Pendahuluan Selama beberapa dekade terakhir, penerimaan perpajakan merupakan penyumbang terbesar terhadap pendapatan negara. Sekitar 70% dari pendapatan negara berasal dari pajak. Berdasarkan data postur Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2016, target pendapatan negara adalah sebesar Rp1.822,5 Triliun dan meningkat sebesar 3,5% atau senilai Rp60,9 Triliun dibandingkan target pendapatan negara berdasarkan APBN Perubahan 2015 dengan kontribusi pajak terhadap target pendapatan negara di APBN tahun 2016 adalah Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Transcript of Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

Page 1: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Atas Penghasilan dan Kepemilikan Aset di Negara Tax Haven (Studi Kasus di

Direktorat Jenderal Pajak)

Dita Suryadinata dan Christine, S.E.Ak., M.Int.Tax.

Program Studi Ekstensi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI

Depok, Depok 16424, Indonesia

Email : [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis modus penghindaran pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) atas penghasilan dan kepemilikan aset di negara tax haven dengan melakukan studi kasus di Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Penelitian dilakukan dengan wawancara terhadap para praktisi di DJP yang membidangi sektor Orang Pribadi dan membahas tiga kasus tentang penghasilan capital gain atas transaksi pengalihan saham, deemed dividend, penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dan kepemilikan aset di negara tax haven. Kesimpulan dari penelitian ini adalah DJP telah melakukan tahapan identifikasi data sampai dengan tindak lanjut untuk penggalian potensi pajak atas penghasilan dan kepemilikan aset di negara tax haven secara efektif dengan memanfaatkan berbagai sumber data eksternal yang relevan. Kata kunci: Modus Penghindaran Pajak, Wajib Pajak Orang Pribadi, Tax Haven, Capital Gain, Deemed Dividend, Penghasilan, Gaji, Aset.

Analysis of Individual Tax Evasion for Income and Asset Ownership in Tax Haven Country (Case Study in Directorate General of Taxes)

Abstract

The purpose of this research is to analyze individual tax evasion for income and asset ownership in tax

haven country by conducting case study in Directorate General of Taxes (DGT). This research is conducted by interviewing some individual tax experts in DGT and had discussed three cases like capital gain from stock acquisition, deemed dividend, remuneration and asset ownership in tax haven country. It is concluded that DGT analysis has efficiently conducted from data identification to follow up prrocess by utilizing and maximizing some relevant external data sources. Keywords: Tax Evasion, Individual, Tax Haven, Capital Gain, Deemed Dividend, Income, Salary, Asset Pendahuluan

Selama beberapa dekade terakhir, penerimaan perpajakan merupakan penyumbang

terbesar terhadap pendapatan negara. Sekitar 70% dari pendapatan negara berasal dari pajak.

Berdasarkan data postur Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2016, target

pendapatan negara adalah sebesar Rp1.822,5 Triliun dan meningkat sebesar 3,5% atau senilai

Rp60,9 Triliun dibandingkan target pendapatan negara berdasarkan APBN Perubahan 2015

dengan kontribusi pajak terhadap target pendapatan negara di APBN tahun 2016 adalah

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 2: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

sebesar 75% atau senilai Rp1.360,2 Triliun. Target tersebut meningkat signifikan

dibandingkan target penerimaan pajak tahun 2015 sebesar Rp1.274,9 Triliun. Adapun,

realisasi penerimaan pajak tahun 2015 hanya mencapai 82,05% atau kembali tidak mencapai

target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sejak tahun 2009. Tingkat penerimaan pajak

yang rendah secara langsung juga berdampak pada angka tax ratio Indonesia. Berdasarkan

data World Bank (2012) dalam Setiawan (2015), tax ratio Indonesia di tahun 2012 sebesar

11,9% atau masih berada di bawah beberapa negara Asia Tenggara lain seperti Filipina

(12,4%), Laos (13,7%), Singapura (13,8%), Malaysia (15,3%) dan Thailand (17,6%).

Tabel 1 Rasio Penerimaan PPh Orang Pribadi terhadap Penerimaan Pajak Tahun 2012-2015

(dalam miliar rupiah) NO URAIAN 2012 2013 2014 2015

1 PPh Ps 21 79.599 90.064 105.366 113.857

2 PPh Ps 25/29 OP 3.759 4.369 4.641 8.246

3 Total 21,25 &29

OP

83.358 94.433 110.007 122.103

4 Total Pajak 836.234 921.207 981.827 1.061.239

% Thd Total Pajak 9,97% 10,25% 11,20% 11,51% Sumber : Direktorat Jenderal Pajak

Berdasarkan tabel di atas, kontribusi pajak dari orang pribadi terhadap keseluruhan

penerimaan pajak belum menunjukkan hasil yang optimal selama beberapa tahun terakhir. Di

tahun 2015, penerimaan pajak dari orang pribadi di Indonesia yang terdiri dari Pajak

Penghasilan (PPh) Pasal 21, Pasal 25/29 OP dan PPh Final 1% atas Usaha Mikro Kecil dan

Menengah memiliki kontribusi sekitar 14% terhadap penerimaan pajak nasional. Jika

dibandingkan dengan negara Australia, kontribusi penerimaan pajak individual tahun 2014-

2015 sekitar 52%. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya kontribusi penerimaan

pajak individual di Australia adalah adanya perbedaan struktur penggajian antara Indonesia

dan Australia dimana Negara Australia memiliki tingkat upah minimum lebih tinggi

dibandingkan di Indonesia (Asmoro, 2016). Brodjonegoro (2016) berpendapat bahwa potensi

penerimaan pajak dari Orang Pribadi masih dapat digali dan penggalian potensi ini sangat

penting untuk mengurangi ketergantungan penerimaan pajak dari Wajib Pajak Badan untuk

meminimalkan volatilitas penerimaan pajak. Apabila penerimaan pajak terlalu bergantung

pada Pajak Penghasilan (PPh) Badan maka penerimaan pajak itu akan menjadi volatile

karena dipengaruhi faktor pertumbuhan ekonomi.

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 3: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

Di Indonesia, Wajib Pajak Orang Pribadi (selanjutnya disebut WP OP) dikenakan pajak

atas penghasilan yang diperoleh atau diterima baik di Indonesia maupun luar Indonesia atau

lebih dikenal dengan penggunaan asas World Wide Income. Untuk dasar prinsip pemajakan

adalah pajak dikenakan untuk setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh baik di Indonesia maupun luar Indonesia yang dapat digunakan untuk konsumsi

dan menambah nilai kekayaan. Namun demikian, sebagian besar orang pribadi di Indonesia

diindikasikan belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, tidak melaporkan SPT Tahunan,

atau belum melaporkan seluruh penghasilan dan kepemilikan asetnya sesuai dengan keadaan

sebenarnya dalam SPT Tahunan PPh OP yang dilaporkan. Hal ini mendorong DJP untuk

mengidentifikasi berbagai modus penghindaran pajak WP OP yang dapat menggerus

penerimaan pajak. Salah satu modus dari berbagai modus penghindaran pajak yang diawasi

oleh DJP saat ini adalah kepemilikan aset dan penghasilan yang diperoleh WP OP di luar

negeri terutama di negara surga pajak atau tax haven country. Aset sebagaimana dimaksud

dapat berupa kepemilikan saham, tabungan, properti dan lainnya. Untuk penghasilan dapat

berupa gaji, bonus, dividen, keuntungan capital gain atas proses akuisisi lintas negara (cross

border acquisition) dan penghasilan lainnya.

Warga Negara Indonesia (WNI) disebut merupakan salah satu yang kerap menyimpan

uang mereka ke negara tax haven dalam jumlah ribuan triliun rupiah. Prastowo (2016)

merujuk pada penelitian Tax Justice Network di tahun 2010 bahwa harta keuangan WNI yang

berada di negara tax haven mencapai USD 331 miliar. Berdasarkan data Global Financial

Integrity (2015), setidaknya terdapat US$ 18.071.000.000 atau sekitar Rp 220 Triliun aliran

dana ilegal keluar Indonesia setiap tahun selama periode tahun 2004 sampai dengan 2013.

Selain itu, dokumen Panama Papers yang mengungkapkan informasi bahwa terdapat 1.038

wajib pajak asal Indonesia yang memiliki harta di tax haven (Prastowo, 2016).

Secara umum tax haven didefinisikan sebagai suatu negara atau wilayah yang mengenakan

pajak rendah atau sama sekali tidak mengenakan pajak dan menyediakan tempat yang aman

bagi simpanan untuk menarik modal. Gravelle (2015) menyebutkan bahwa terdapat 50

negara yang dikategorikan sebagai tax haven. Disebutkan pula oleh Committee of Experts on

International Cooperation in Tax Matters (2011) bahwa modus penghindaran pajak oleh

individual adalah tidak melaporkan seluruh penghasilan yang diperoleh di luar negeri yang

seharusnya menjadi objek pajak. Adapun penghasilan yang dimaksud antara lain :

a. Gaji, tunjangan dan penghasilan non-komersial;

b. Bunga dan dividen;

c. Penghasilan dari kegiatan usaha;

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 4: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

d. Penghasilan dari kepemilikan properti;

e. Keuntungan atas pelepasan properti dan royalti.

Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana Direktorat Jenderal Pajak

mengidentifikasi data, menganalisis, dan menindaklanjuti data dan informasi mengenai

kepemilikan aset dan penghasilan WP OP di negara tax haven. Oleh karena itu, perbedaan

penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya dengan topik tax haven adalah

penelitian ini lebih berfokus pada aspek praktis dari penghindaran pajak WP OP melalui

pendekatan studi kasus. Adapun penelitian-penelitian sebelumnya membahas aspek teoritis

penghindaran pajak di negara tax haven.

Tinjauan Pustaka

Orang Pribadi

Orang pribadi menurut Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

(PPh) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008

didefinisikan sebagai subjek pajak yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia maupun

di luar Indonesia. Subjek pajak dibagi menjadi dua yaitu subjek pajak dalam negeri dan

subjek pajak luar negeri. Subjek pajak orang pribadi dalam negeri menjadi Wajib Pajak jika

telah memperoleh atau menerima penghasilan yang besarnya melebihi batasan Penghasilan

Tidak Kena Pajak dalam suatu tahun pajak. Subjek pajak orang pribadi luar negeri menjadi

Wajib Pajak (WP) apabila telah memperoleh dan atau menerima penghasilan yang bersumber

dari Indonesia melalui bentuk usaha tetap. Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) sendiri

memiliki karakteristik yang unik karena memiliki berbagai jenis klasifikasi usaha seperti

perdagangan, industri, jasa, pegawai dan lainnya. Oleh karena itu, WP OP dapat

dikategorikan menjadi tiga berdasarkan jenis usahanya yaitu WP OP Karyawan, WP OP

Pengusaha dan WP OP Profesi atau Pekerjaan Bebas Laporan Kegiatan CTA Tahun 2015,

56).

Harta

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Pengampunan Pajak Nomor 11 tahun 2016, harta

merupakan akumulasi tambahan ekonomis berupa seluruh kekayaan, baik berwujud maupun

tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang digunakan untuk usaha

maupun bukan untuk usaha, yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 5: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

Penghasilan

Menurut Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh)

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008, yang

dimaksud penghasilan adalah :

“Setiap tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari

Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi untuk menambah

kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.”

Penghasilan dapat dikelompokkan dengan memperhatikan aliran tambahan kemampuan

ekonomisnya, seperti :

a. Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan seperti gaji, tunjangan, honorarium, dan

penghasilan lain dari aktivitas sesuai profesi seseorang;

b. Penghasilan dari kegiatan usaha;

c. Penghasilan dari modal seperti bunga, dividen, sewa, royalti, dan keuntungan

penjualan harta;

d. Penghasilan lain seperti hadiah dan pembebasan utang.

Tax Haven

Dalam Petunjuk Pengisian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan tahun

2014 menjelaskan kriteria lengkap tentang negara tax haven, dimana kriteria negara tax

haven antara lain :

a. Negara yang mengenakan tarif pajak rendah atau Negara yang tidak mengenakan

PPh; atau

b. Negara yang menerapkan kebijakan kerahasiaan bank dan tidak melakukan

pertukaran informasi;

• Negara yang mengenakan tarif rendah adalah Negara yang mengenakan tarif pajak

atas penghasilan lebih rendah 50% dari tairf badan di Indonesia. (untuk tahun 2009

lebih rendah dari 14% dan untuk tahun 2010 lebih rendah dari 12,5%); dan

• Negara yang menerapkan kebijakan kerahasiaan bank dan tidak melakukan

pertukaran informasi adalah Negara atau yurisdiksi yang berdasarkan perundang-

undangannya melarang pemberian informasi nasabahnya, termasuk untuk keperluan

informasi yang berkaitan dengan perpajakan.

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 6: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

Tax Avoidance dan Tax Evasion

Pandangan mengenai skema atau modus apa saja yang dapat dikategorikan sebagai

acceptable tax avoidance atau unacceptable tax avoidance dapat saling berbeda antara satu

negara dengan negara lain. Dengan demikian, suatu modus penghindaran pajak di suatu

negara X dapat diperkenankan akan tetapi negara lain tidak memperkenankan modus

penghindaran tersebut. Rolf Eicke (2009) menjelaskan lebih rinci tentang upaya

meminimalkan pembayaran pajak dengan melakukan berbagai skema (Darussalam, John

Hutagaol, Danny Septriadi, 2010, p.199). Skema sebagaimana dimaksud adalah sebagai

berikut :

a. Secara legal :

• Tax Planning

Dengan cara memilih antara mengurangi pajak dan insentif pajak sehingga

transaksi yang memiliki substansi bisnis dapat memperoleh manfaat pajak.

• Tax Avoidance

Skema ini tidak memiliki subtansi bisnis dan dilakukan dengan cara

pemanfaatan celah dan peluang dari peraturan perpajakan dengan tujuan untuk

memperoleh manfaat pajak. Oleh karena itu, hal ini tidak diperkenankan oleh

otoritas pajak.

b. Secara ilegal :

• Tax Evasion

Skema ini dilakukan dengan tidak melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) atau

melaporkan SPT dengan tidak benar, tidak membayar pajak yang terutang, tidak

menyetorkan pajak yang dipungut, pelanggaran terhadap peraturan perpajakan,

pencucian uang atas pajak yang digelapkan.

• Tax Fraud

Tax Fraud dilakukan dengan penyelundupan pajak dan penipuan yang disengaja

untuk mendapatkan keuntungan pajak.

Ketentuan Perpajakan Terkait

Dalam penggalian potensi pajak Orang Pribadi berbasis kepemilikan aset yang kurang

atau tidak dilaporkan di Surat Pemberitahun (SPT) didasarkan pada ketentuan Pasal 4 ayat 1

huruf p Undang-Undang PPh nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 7: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

Undang-Undang PPh Nomor 36 tahun 2008 yaitu “tambahan kekayaan neto yang berasal dari

penghasilan yang belum dikenakan pajak”. Hal ini berarti bahwa apabila kekayaan neto

seseorang bertambah melebihi akumulasi penghasilan yang telah dikenakan pajak dan yang

bukan objek pajak, maka tambahan kekayaan neto tersebut dianggap sebagai penghasilan.

Dalam hal jenis-jenis penghasilan yang menjadi objek pajak telah diatur dalam Pasal 4

Undang-Undang PPh. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Indonesia menganut

prinsip pemajakan world wide income yang berarti bahwa pajak dapat dikenakan terhadap

penghasilan yang diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri. Penghasilan-penghasilan

dari luar negeri yang sering tidak dilaporkan oleh WP OP antara lain gaji, tunjangan, bonus,

dividen dan keuntungan atas pengalihan saham. Ketentuan pencegahan pemanfaatan negara

tax haven untuk menghindari pajak atas penghasilan dividen telah diatur secara khusus dalam

Pasal 18 ayat 2 Undang-Undang PPh atau lebih dikenal dengan Controlled Foreign

Corporation (CFC) rules dimana “Kementerian Keuangan berwenang menetapkan saat

diperolehnya dividen oleh wajib pajak dalam negeri atas penyertaan modal pada badan usaha

di luar negeri selain badan usaha yang menjual sahamnya di bursa efek”. Ketentuan ini

mengatur apabila orang pribadi atau badan mengendalikan entitas di luar negeri dengan

jumlah kepemilikan saham sedikitnya 50% dari modal saham yang disetor. Dalam

menentukan saat diperolehnya dividen oleh wajib pajak diatur lebih lanjut dalam Peraturan

Menteri Keuangan nomor 256/PMK.03/2008 yang menetapkan saat diperolehnya dividen

untuk wajib adalah:

a. Pada bulan keempat setelah berakhirnya batas waktu kewajiban penyampaian surat

pemberitahuan tahunan pajak penghasilan badan usaha di luar negeri tersebut untuk

tahun pajak yang bersangkutan; atau

b. Pada bulan ke tujuh setelah tahun pajak berakhir apabila badan usaha di luar negeri

tersebut tidak memiliki kewajiban untuk menyampaikan surat pemberitahuan

tahunan pajak penghasilan atau tidak ada ketentuan batas waktu penyampaian surat

pemberitahuan tahunan atas pajak penghasilan.

Metode Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskripti dengan membahas tiga kasus

tentang modus penghindaran pajak WP OP atas Kepemilikan Aset dan Penghasilan di negara

tax haven yang telah dianalisis di Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Adapun ketiga kasus

dimaksud yang menjadi purposive sampling dalam penelitian antara lain :

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 8: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

a. WP OP yang tidak melaporkan penghasilan capital gain atas transaksi pengalihan

saham;

b. WP OP yang tidak melaporkan penghasilan deemed dividend; dan

c. WP OP yang tidak melaporkan kepemilikan aset dan penghasilan sehubungan

dengan pekerjaannya di negara tax haven.

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh melalui wawancara secara terarah (direct interview) dan terstruktur (structured

interview) terhadap para pegawai di DJP yang membidangi sektor Orang Pribadi. Para

pegawai sebagaimana dimaksud adalah para analis sektor Orang Pribadi (OP) di Tim Pusat

Analisis Perpajakan atau Center for Tax Analysis (CTA) yang telah melakukan analisis

terhadap kasus-kasus yang menjadi objek penelitian. Selain itu, penelitian ini juga

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dan bahan-

bahan hukum primer yaitu Undang-Undang Perpajakan terkait beserta peraturan-peraturan

penunjangnya dan aturan perjanjian penghindaran pajak berganda antara Indonesia dan

negara mitra juga menjadi sumber data dalam penelitian ini.

Pembahasan

Identifikasi Data Penghasilan dan Kepemilikan Aset Wajib Pajak Orang Pribadi di

Negara Tax Haven

Proses identifikasi data merupakan tahapan untuk menentukan apakah terdapat indikasi

Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) belum melaporkan seluruh penghasilan dan kepemilikan

asetnya dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi

dengan lengkap dan benar. Kegiatan ini dalam dilakukan melalui beberapa tahapan dari

pengumpulan data, identity data matching, menentukan jenis transaksi atau kasus serta

penyandingan data.

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan awal dalam proses identifikasi data potensi

pajak. Data yang digunakan merupakan data yang diperoleh dari data internal

Direktorat Jenderal Pajakmaupun data eksternal. Berkenaan dengan penggalian

potensi pajak atas penghasilan dan kepemilikan aset di negara tax haven yang

menjadi objek dalam penelitian ini, data eksternal yang berkaitan dengan kasus yang

dibahas bersumber dari Bursa Efek Singapura atau SGX dan Bursa Efek Hongkong

atau HKEX.

b. Identity Data Matching

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 9: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

Proses data matching identitas ini dilakukan untuk menyesuaikan daftar-daftar nama

orang Indonesia yang telah dikumpulkan dari sumber data eksternal dengan data

identitas berupa Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP). Hal ini harus dilakukan untuk memberi kepastian bahwa orang-orang

Indonesia sebagaimana dimaksud masih menjadi Warga Negara Indonesia dan

terdaftar sebagai Wajib Pajak.

c. Menentukan Jenis Transaksi atau Kasus

Setelah diperoleh data identitas WP OP, tahapan berikutnya adalah mengidentifikasi

jenis transaksi atau kasus dari sumber data eksternal. Berdasarkan hasil wawancara,

jenis-jenis penghasilan WP OP yang diperoleh di negara tax haven dan sering tidak

dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh OP seperti penghasilan berupa :

• Gaji, tunjangan, dan bonus sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan.

• Penghasilan dari keuntungan pengalihan harta seperti saham, properti, dan emas.

• Penghasilan dari keuntungan tukar-menukar harta.

• Penghasilan dividen.

Tidak hanya penghasilan saja yang sering tidak dilaporkan oleh WP OP dengan

benar dan lengkap di SPT Tahunan PPh OP, namun mereka juga sering tidak

melaporkan kepemilikan hartanya di negara tax haven dengan tujuan untuk

menyembunyikan penghasilan yang sebenarnya diperoleh baik dalam negeri

maupun di luar negeri. Harta-harta sebagaimana dimaksud antara lain saham,

piutang, rumah, tanah, apartemen, perhiasan, kendaraan bermotor, tabungan, valas,

dan emas. Dari berbagai jenis penghasilan dan harta di negara tax haven yang sering

tidak dilaporkan oleh WP OP maka dapat ditentukan jenis-jenis kasus atau transaksi

berkaitan penghindaran pengenaan pajak di negara domisili, seperti :

• Tidak melaporkan penghasilan gaji, tunjangan, dan bonus sehubungan dengan

pekejaan dan jabatan.

• Tidak melaporkan penghasilan capital gain dari transaksi pengalihan harta.

• Tidak melaporkan penghasilan direct dividend dan deemed dividend yang

diterima, dan

• Tidak melaporkan kepemilikan harta dengan benar dalam SPT Tahunan PPh OP.

d. Penyandingan Data

Proses penyandingan data dilakukan untuk membandingkan data pelaporan SPT WP

dengan data internal dan eksternal untuk mengetahui apakah terdapat selisih potensi

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 10: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

penghasilan dan atau harta yang belum atau kurang dilaporkan oleh WP dengan

benar di SPT Tahunan PPh dalam satu tahun pajak.

Dari proses identifikasi data penghasilan dan kepemilikan aset WP OP di negara tax

haven, dapat diketahui bahwa DJP telah melakukan kegiatan penggalian potensi pajak secara

efisien dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini, efisien

berarti bahwa biaya pemungutan pajak diusahakan dengan biaya seminimal mungkin atau

bahkan tanpa biaya untuk menghindari biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil

pemungutan pajak. Dengan memanfaatkan berbagai sumber data eksternal seperti laporan

keuangan perusahaan terbuka di bursa efek luar negeri atau data kepemilikan properti dari

instansi negara lain, DJP dapat memperoleh data dan informasi yang valid, relevan dan

berbiaya rendah mengenai penghasilan dan kepemilikan aset WP OP di negara tax haven.

Adapun, sebagian besar data penghasilan dan aset WP OP di negara tax haven memiliki

potensi pajak yang besar karena nilai aset dan jumlah penghasilan yang dimiliki atau

diperoleh WP OP di negara tax haven bernilai cukup atau bahkan sangat materiil. Untuk

kemudian data dan informasi tersebut dapat digunakan sebagai trigger bagi DJP untuk

melakukan penggalian potensi pajak baik di level Kantor Pusat, Kantor Wilayah dan Kantor

Pelayanan Pajak. Selain dilakukan secara efisien, kegiatan identifikasi data ini juga

dilaksanakan sesuai dengan asas kepastian hukum dalam pemungutan pajak. Hal ini dapat

dilihat bahwa dalam menentukan suspect list, DJP terlebih dahulu melakukan identity data

matching untuk mengetahui apakah orang-orang yang teridentifikasi memiliki kewajiban

perpajakan di Indonesia. Untuk selanjutnya, dilakukan penyandingan data dengan data

kewajiban perpajakan seperti NPWP dan SPT Tahunan PPh OP untuk mengetahui adanya

potensi penghasilan yang belum dilaporkan. Untuk berikutnya, potensi pajak dihitung sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Analisis Kasus

Analisis Kasus Penghasilan Capital Gain Atas Pengalihan Saham

Sumber data untuk penggalian potensi pajak diperoleh dari laporan rencana akuisisi dan

laporan penyelesaian akuisisi ABC Limited di tahun 2014. ABC Limited merupakan

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura atau Singapore Stock Exchange dan

bergerak di bidang usaha holding investasi dan properti. Dalam laporan rencana akusisi

perusahaan yang diumumkan ABC Limited, diketahui bahwa Perusahaan melakukan

perjanjian jual beli saham pada 19 Mei 2014 yang menyatakan bahwa ABC Limited akan

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 11: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

melakukan akuisisi atas 80% (delapan puluh persen) saham DEF Pte Limited dengan nilai

transaksi S$104.041.110.

Dengan proses akuisisi ini maka ABC Limited akan memiliki 100% (seratus persen)

saham di DEF Pte Limited karena sebelum proses akusisi ABC Limited telah memiliki 20%

(dua puluh persen) kepemilikan saham pada DEF Pte Limited. DEF Pte Limited dimiliki oleh

Tuan Y dan ABC Limited dengan total nilai saham sebesar S$50.000.000 sebelum proses

akuisisi. Selain menjadi pemegang saham mayoritas pada DEF Pte Limited, Tuan Y juga

menjabat sebagai Direktur di perusahaan. Tuan Y juga diketahui menjabat sebagai Direktur

Eksekutif dan pemegang saham langsung pada ABC Limited dengan proporsi kepemilikan

saham langsung sebesar 16.54% dan saham tidak langsung sebesar 11.72%.

Sesuai kesepakatan jual beli dalam proses pengalihan saham, DEF Pte Limited

memiliki kewajiban menyerahkan 80% (delapan puluh persen) saham yang dimiliki oleh

Tuan Y dengan nilai nominal saham sebesar S$ 40.000.000 termasuk seluruh hak, manfaat,

dan status kepemilikan yang melekat pada saham tersebut. Adapun ABC Limited

berkewajiban untuk melakukan pembayaran sesuai dengan harga jual pengalihan saham

berdasarkan kesepakatan pihak-pihak yang berkepentingan yaitu sebesar S$104.041.110 atau

sekitar Rp 980.171.297.310. (Kurs dihitung menggunakan kurs Menteri Keuangan nomor

59/KM.11/2014 dengan nilai 1S$ = Rp 9.400,35)

Gambar 1 Skema Pengalihan Saham DEF Pte Limited sumber : diolah kembali dari Laporan Tahunan DEF Pte Limited tahun 201

Tabel 2 Penghitungan Potensi Capital Gain Tuan Y

Pemegang SahamTuan "Y" (80%)ABC Limited (20%)

DEF Pte Limited

ABC Limited

80% saham dialihkan

menyerahkan kas sebesar S$ 104.041.110

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 12: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

sumber : diolah kembali dari Laporan Tahunan DEF Pte Limited tahun 2014

Sesuai dengan transasi akuisisi saham oleh ABC Limited maka Tuan Y diindikasikan

memperoleh penghasilan atas selisih keuntungan dari pengalihan harta tersebut. Setelah

dilakukan proses identity data matching dimana Tuan Y diidentifikasi sebagai WP OP aktif

karena telah melaporkan SPT Tahunan PPh OP selama periode tahun 2011 sampai dengan

2015, tahapan analisis dilanjutkan dengan penyandingan data penghasilan dari data eksternal

dengan SPT Tahunan PPh Tuan Y. Dalam hal transaksi dilakukan di tahun 2014, maka

penyandingan data dilakukan dengan data penghasilan Tuan Y yang dilaporkan di SPT

Tahunan tahun 2014. Setelah dilakukan analisis terhadap SPT Tahunan PPh OP pada tahun

2014,

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 ayat 1 UU PPh nomor 36 tahun 2008, capital

gain merupakan objek pajak sebagai keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang

saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya.

Untuk PPh terutang dihitung berdasarkan tarif PPh OP sesuai dengan Pasal 17 ayat 1(a) UU

PPh nomor 36 tahun 2008. Sesuai dengan ketentuan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

antara Indonesia dan Singapura dalam Pasal 6 tentang Penghasilan dari Harta Tak Gerak

disebutkan bahwa penghasilan yang diperoleh penduduk dari suatu negara pada pihak

persetujuan dari harta tak gerak yang berada di negara pihak lainnya pada persetujuan dapat

dikenakan pajak di negara lain tersebut. Dengan demikian, atas penghasilan berupa

keuntungan dari pengalihan saham yang diperoleh Tuan Y dapat dikenakan di negara

Indonesia.

Dalam penggalian potensi pajak atas capital gain ini, DJP memanfaatkan laporan

tahunan perusahaan terbuka di bursa efek Singapura untuk memperoleh data dan informasi

yang valid mengenai potensi capital gain WP OP dari transaksi pengalihan saham di negara

Singapura. Dalam laporan tahunan tersebut, DJP tidak hanya memperoleh informasi

pengalihan saham namun juga data nilai transaksi saham, nilai perolehan saham, waktu

transaksi, tahun perolehan, pihak pengakuisisi, dan pihak yang diakuisisi. Selain itu, DJP juga

dapat memperoleh data laporan keuangan perusahaan tersebut untuk mengetahui arus kas

keluar dan penambahan aset perusahaan setelah proses akuisisi saham tersebut dilakukan.

Tuan Y 80% 104,041,110 40,000,000 64,041,110 603,341,864,093

Pemegang SahamPersentase saham

dialihkanNilai Transaksi

(Dolar Singapura)

Nilai awal saham proporsional

(Dolar Singapura)

Potensi Capital Gain (Dolar Singapura)

Potensi Capital Gain (Rupiah)

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 13: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

Dengan demikian, potensi pajak dapat dihitung secara relevan karena data dan informasi

diperoleh secara lengkap dan memiliki tingkat validitas yang tinggi.

Analisis Kasus Penghasilan Deemed Dividend

Kasus deemed dividend yang dibahas dalam penelitian adalah penghasilan dividen yang

dibagikan oleh Perusahaan di Hongkong kepada pemegang sahamnya yaitu perusahaan-

perusahaan yang berkedudukan di negara British Virgin Island (BVI), dimana pemegang

saham perusahaan-perusahaan tersebut diidentifikasi dimiliki oleh WP OP dalam negeri.

Kasus tersebut teridentifikasi dari laporan prospektus dan laporan tahunan MNO Holdings

Company Limited tahun 2012 sampai dengan 2014 yang dipublikasikan melalui Bursa Efek

Hongkong atau Hong Kong Stock Exchange (HKEX). MNO Holdings Company Limited

merupakan perusahaan terbuka yang terdaftar di HKEX dan menjadi induk perusahaan

properti besar di China. Menurut prospektus perusahaan di awal tahun 2012 (sebelum

melakukan Initial Public Offering) diperoleh informasi bahwa saham perusahaan tersebut

dimiliki oleh keluarga X dan beberapa orang Indonesia lainnya. Skema kepemilikan yang

digambarkan pada prospektus perusahaan adalah MNO Holding Limited dimiliki perusahaan-

perusahaan yang berkedudukan di British Virgin Island dan dikendalikan oleh keluarga X

dan beberapa orang Indonesia lainnya.

Gambar 2 Skema Kepemilikan Saham MNO Holdings Company Limited

sumber : diolah kembali dari Laporan Tahunan MNO Holdings Limited tahun 2012

MNO Holdings Company Limited diindikasikan berfungsi sebagai penyalur

penghasilan dari anak-anak usahanya Dari tabel kepemilikan perusahaan di atas, diketahui

bahwa pemegang saham MNO Holdings Company Limited selain masyarakat adalah

perusahaan-perusahaan terkendali yang didirikan di negara tax haven yaitu British Virgin

32,87% 4,45% 4,45% 4,44% 3,78% 3,56% 24,42%

M Co Ltd O Co Ltd Q Ltd S Ltd U Ltd W Ltd Publik4,45% 2,68% 4,44% 4,45% 3,55% 2,44%

N Ltd P Co Ltd R Ltd T Ltd V Ltd X Ltd100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Tn. A Ny. C Ny. E Tn. G Tn. I Tn. K

Tn. B Ny. D Tn. F Tn. H Tn. J

MNO Holdings Company LtdHong Kong

British Virgin Island

Indonesia

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 14: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

Island. Adapun perusahaan-perusahaan yang berkedudukan di negara tax haven tersebut,

dikendalikan seluruhnya oleh Warga Negara Indonesia yang masih terdaftar sebagai WP OP

dalam negeri. Oleh karena itu, analisis lebih lanjut dilakukan dengan memperhatikan

ketentuan mengenai Controlled Foreign Company (CFC). CFC adalah perusahaan terkendali

yang dimilik dimiliki oleh WP dalam negeri yang berkedudukan di negara-negara yang

mengenakan pajak rendah atau tidak mengenakan pajak sama sekali (tax haven country) yang

dibentuk dengan maksud dan tujuan untuk menunda penghasilan dalam rangka penghindaran

pajak. Penghindaran pajak oleh WP dalam negeri ini dilakukan dengan mengalihkan

penghasilan dari luar negeri ke perusahaan CFC yang sengaja dibentuk di negara tax haven

agar tidak dikenakan pajak di negara domisili.

Selain data kepemilikan saham, laporan tahunan MNO Holdings Limited tahun 2012,

2013 dan 2014 menyebutkan bahwa perusahaan membayarkan dividen ke pemegang

sahamnya dengan perincian nilai dividen yang dibagikan adalah sebagai berikut

(Penghitungan nilai kurs RMB terhadap Rupiah menggunakan kurs Menteri Keuangan pada

tanggal 31 Desember di tahun 2011, 2013, dan 2014) :

• Dividen dibayarkan tahun 2014 = RMB 64.034.000 atau Rp 130.188.165.740

• Dividen dibayarkan tahun 2013 = RMB 99.953.000 atau Rp 199.828.036.660

• Dividen dibayarkan tahun 2011 = RMB 54.108.000 atau Rp 77.870.069.280

Sebelum mengidentifikasi potensi pajak atas pembayaran dividen tersebut, ketentuan

perpajakan yang menjadi dasar hukum untuk menganalisis kasus penghindaran pajak

sehubungan dengan pengalihan penghasilan dari luar negeri ke perusahaan CFC di negara tax

haven adalah sebagai berikut :

1. Pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh) nomor 7 tahun 1983

sebagaimana telah diubah keempat kalinya dengan UU PPh nomor 36 tahun 2008 yang

mengatur bahwa Menteri Keuangan berwenang menetapkan saat diperolehnya dividen

oleh WP dalam negeri atas penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri selain

badan usaha yang menjual sahamnya di bursa efek dengan ketentuan sebagai berikut :

a. besarnya penyertaan modal WP dalam negeri tersebut paling rendah 50% (lima

puluh persen) dari jumlah saham yang disetor; atau

b. secara bersama-sama dengan WP dalam negeri lainnya memiliki penyertaan modal

paling rendah 50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor.

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 15: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

2. Peraturan Menteri Keuangan nomor 256/PMK.03/2008 tentang Penetapan Saat

Diperolehnya Dividen oleh Wajib Pajak Dalam Negeri atas Penyertaan Modal Badan

Usaha di Luar Negeri selain Badan Usaha yang Menjual Sahamnya di Bursa Efek.

3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-59/PJ/2010 tentang Tata Cara Pelaporan

Penerimaan Dividen, Penghitungan Besarnya Pajak yang Masih Harus Dibayar dan

Pengkreditan Pajak sehubungan dengan Penetapan Saat Diperolehnya Dividen oleh

Wajib Pajak Dalam Negeri atas Penyertaan Modal pada Badan Usaha di Luar Negeri

Selain Badan Usaha yang Menjual Sahamnya di Bursa Efek.

Dalam hal pemegang saham MNO Holdings Company Limited terdiri dari perusahaan

terkendali yang berada di negara tax haven dan masyarakat, maka dividen yang dibagikan

kepada perusahaan terkendali diindikasikan sebagai dividen bagi pengendalinya. Apabila

pengendali sebagaimana dimaksud adalah WP dalam negeri maka sesuai ketentuan

perpajakan yang berlaku di Indonesia, penghasilan dividen tersebut dapat ditetapkan saat

diterimanya oleh pihak pengendalinya setidaknya pada bulan ketujuh setelah akhir tahun

pajak. Oleh karena itu, penetapan saat diterimanya dividen dalam kasus ini adalah tujuh bulan

sejak tahun dividen tersebut dibayarkan.

Tabel 3 Jumlah Dividen yang Diindikasikan Diterima Pihak Pemegang Saham Perusahaan Terkendali

sumber : diolah kembali dari Laporan Tahunan MNO Holdings Limited tahun 2011, 2012, 2014

Untuk penghitungan potensi pajak terutang dihitung berdasarkan tarif PPh OP sesuai

Pasal 17 ayat 1 a UU PPh nomor 36 tahun 2008 karena atas dividen tersebut diperoleh dari

negara tax haven yaitu British Virgin Island yang tidak memiliki Perjanjian Penghindaran

Pajak Berganda (P3B) dengan Indonesia. Dalam penggalian potensi pajak atas deemed

dividend untuk kasus MNO Holdings Limited, DJP mengenakan pajak dividen atas

% Dividen (Rp) % Dividen (Rp) % Dividen (Rp)

Tn. A 18,164,412,268 4.45% 5,797,682,366 4.45% 8,892,347,631 4.45% 3,465,218,082 Tn. B 18,164,412,268 4.45% 5,797,682,366 4.45% 8,892,347,631 4.45% 3,465,218,082 Ny. C 10,899,375,425 2.68% 3,486,488,072 2.68% 5,355,391,382 2.68% 2,086,917,856 Ny. D 18,169,170,994 4.45% 5,797,682,366 4.45% 8,892,347,631 4.45% 3,465,218,082 Ny. E 18,120,487,714 4.44% 5,780,354,559 4.44% 8,872,364,828 4.44% 3,457,431,075 Tn. F 18,120,487,714 4.44% 5,780,354,559 4.44% 8,872,364,828 4.44% 3,457,431,075 Tn. G 18,169,170,994 4.45% 5,797,682,366 4.45% 8,892,347,631 4.45% 3,465,218,082 Tn. H 15,426,227,676 3.78% 4,921,112,665 3.78% 7,553,499,786 3.78% 2,943,488,618 Tn. I 14,505,599,043 3.55% 4,621,679,844 3.55% 7,093,895,301 3.55% 2,764,387,459 Tn J 14,535,764,604 3.56% 4,638,282,404 3.56% 7,113,878,105 3.56% 2,772,174,466 Tn. K 9,962,215,027 2.44% 3,176,591,244 2.44% 4,875,804,095 2.44% 1,900,029,690

2015 2014 2012Total Dividen (Rp)Nama

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 16: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

kepemilikan tidak langsung para pemegang saham MNO Holdings Limited di British Virgin

Island. Dengan asumsi bahwa perusahaan-perusahaan yang berada di British Virgin Island

merupakan paper company yang dibuat sebagai penyalur penghasilan dari MNO Holdings

Limited kepada para beneficial ownernya. Dalam ketentuan PPh Pasal 18 ayat 2 UU PPh

Nomor 36 tahun 2008 dan PMK 256/PMK.03/2009 sendiri belum menyatakan secara jelas

pengenaan pajak atas dividen tidak langsung. Namun demikian, DJP tetap menggunakan

aturan tersebut untuk menentukan saat diterimanya dividen yang diterima WP di luar negeri

atas kepemilikan sahamnya di perusahaan non bursa.

Analisis Kasus Kepemilikan Aset Dan Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan

Dalam kasus ini dibahas tentang penghindaran pajak yang dilakukan oleh WP OP

bernama Tuan “X” yang belum melaporkan kepemilikan asetnya berupa saham dan

penghasilan sehubungan dengan pekerjaannya sebagai Direktur Eksekutif di ZXY Limited.

Sumber data untuk analisis potensi pajak diperoleh dari laporan prospektus dan laporan

tahunan ZXY Limited yang dipublikasikan di Bursa Efek Hongkong di tahun 2013, 2014 dan

2015. ZXY Limited, bergerak di bidang pencitraan fotografi serta percetakan kertas film

berwarna, terdaftar di bursa efek setelah melaksanakan IPO pada 11 Oktober 2013. ZXY

Limited. Berdasarkan data yang diperoleh, Tuan X memiliki saham pada ZXY Limited di

tahun 2013 sebesar 66.352.500 lembar saham dengan nilai harga saham per lembar pada saat

IPO sebesar HK$1,61 atau sekitar Rp156.571.726.016 (kurs Dolar Hongkong dihitung

menggunakan kurs Menteri Keuangan tanggal 11 Oktober 2013, 1HK$ = Rp1.466). Selain

itu, Tuan X juga diidentifikasi memiliki saham pada anak perusahaan ZXY Limited yang

berkedudukan di British Virgin Island yaitu ZXY BVI Limited di tahun 2012. Nilai saham

yang dimiliki oleh Tuan X pada ZXY BVI Limited adalah sebesar US$ 218 atas 2.000 lembar

saham atau sekitar Rp1.955.136 (kurs Dolar Amerika Serikat dihitung menggunakan kurs

Menteri Keuangan tanggal 1 Februari 2012 senilai 1US$ = Rp8.952).

Dalam laporan prospektus tahun 2011 dan 2012 serta Laporan Tahunan ZXY Limited

tahun 2013,2014 dan 2015, Tuan X juga diidentifikasi memperoleh remunerasi berupa gaji,

tunjangan dan natura sehubungan dengan jabatannya sebagai Direktur Eksekutif perusahaan.

Perincian remunerasi Direktur yang diperoleh Tuan X adalah sebagai berikut :

Tabel 4.10. Remunerasi Tuan X di ZXY Limited (Kurs Renmimbi Tiongkok terhadap Rupiah dihitung berdasarkan

kurs KMK per tanggal 31 Desember di setiap tahunnya)

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 17: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

sumber : diolah kembali dari Laporan Tahunan ZXY Limited tahun 2011 s.d. 2015

Menurut Pasal 16 Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara negara Indonesia

dan Hongkong berkenaan dengan imbalan direktur disebutkan bahwa imbalan para direktur

dan pembayaran-pembayaran serupa yang diperoleh penduduk pihak pada persetujuan dalam

kapasitasnya sebagai direktur anggota dewan direktur suatu perseroan atau badan lain yang

serupa dari perseroan yang berkedudukan di pihak lainnya pada persetujuan dapat dikenakan

pajak di pihak lainnya tersebut. Dengan demikian, remunerasi yang diperoleh Tuan X dapat

dikenakan pajak di Indonesia.

Setelah dilakukan penyandingan data dengan pelaporan SPT Tahunan PPh OP periode

tahun 2011 sampai dengan 2015, Tuan X diidentifikasi belum melaporkan seluruh

remunerasi yang diperoleh dari negara Hong Kong dan kepemilikan asetnya berupa saham di

ZXY Limited dan ZXY BVI Limited. Sesuai dengan Pasal 4 ayat 1 huruf p UU PPh nomor 36

tahun 2008, disebutkan bahwa tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang

belum dikenakan pajak adalah objek pajak. Pada hakekatnya, tambahan kekayaan neto

merupakan akumulasi dari penghasilan yang telah dikenakan pajak, penghasilan bukan objek

pajak dan penghasilan yang belum dikenakan pajak. Dalam hal diketahui terdapat tambahan

kekayaan neto berupa harta yang melebihi akumulasi penghasilan yang telah dikenakan pajak

dan bukan objek pajak, maka tambahan kekayaan neto tersebut dianggap sebagai

penghasilan.

Dengan demikian, Tuan X diindikasikan belum melaporkan seluruh penghasilan dan

kepemilikan asetnya dalam upaya untuk menyembunyikan penghasilan yang diperoleh

sesungguhnya. Potensi pajak dihitung berdasarkan selisih penghasilan dan kepemilikan aset

yang belum dilaporkan oleh Tuan X dan dikenakan tarif pajak Orang Pribadi sesuai dengan

ketentuan Pasal 17 ayat 1 UU PPh nomor 36 tahun 2008. Dalam memperhitungkan potensi

pajak belum termasuk analisa atas penghasilan dalam negeri, analisa biaya hidup, analisa

hibah atau hutang dan perhitungan kredit pajak penghasilan pasal 24 sehingga masih

dimungkinkan terdapat koreksi potensi menjadi lebih besar atau menjadi lebih kecil dalam

proses klarifikasi kepada WP.

Tahun Kurs 1 RMB thd Rupiah

2011 1.430 2012 1.558 2013 2.008 2014 2.001 2015 2.106

Gaji, Tunjangan, Natura dan Bonus (dalam RMB)

2.990.000 3.243.000 3.037.000

Nilai Gaji, Tunjangan dan Natura (dalam Rupiah)

6.005.116.000 6.490.540.200 6.395.466.450

1.305.000 1.765.000

1.866.554.550 2.749.181.650

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 18: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

Dalam penghitungan potensi pajak atas kepemilikan aset yang belum dilaporkan oleh

WP OP, DJP berpedoman pada Pasal 4 ayat 1 huruf p UU PPh Nomor 36 tahun 2008 yang

menyebutkan bahwa tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak adalah objek pajak. Adapun nilai kepemilikan atau perolehan harta WP

dalam satu atau lebih masa pajak sebenarnya merefleksikan tingkat kemampuan atau

penghasilan dari seorang WP di masa tersebut. Jadi, apabila seorang WP melaporkan jumlah

penghasilannya lebih kecil dibandingkan nilai harta bersih (setelah dikurangi hutang) maka

WP tersebut diindikasikan belum melaporkan seluruh pengahsilannya dalam SPT Tahunan

PPh OP. Potensi penghasilan yang belum dilaporkan dihitung atas selisih antara kepemilikan

aset yang belum dilaporkan oleh WP dengan penghasilan yang telah dilaporkan di SPT

Tahunan PPh OP. Atas selisih tersebut, dapat menjadi trigger bagi DJP untuk melakukan

penggalian potensi pajak atas kepemilikan aset namun demikian data tersebut harus

diklarifikasi terlebih dahulu kepada WP agar dapat diketahui jumlah penghasilan WP yang

sebenarnya belum dilaporkan untuk perolehan aset.

Hasil Tindak Lanjut Kasus

Setelah analisis potensi pajak telah diselesaikan, hasil analisis kemudian dikirimkan

oleh Tim Analis CTA kepada para Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

terkait agar data analisis dapat ditindaklanjuti sebagai bahan penggalian potensi pajak dan

pengawasan di KPP. Tahapan tindak lanjut di KPP yang dilakukan oleh Account

Representative yaitu :

a. Pengiriman surat himbauan kepada WP untuk melakukan klarifikasi sehubungan

dengan ketidaksesuaian antara data pelaporan SPT dengan data internal dan

eksternal yang diperoleh DJP.

b. Melakukan kunjungan kerja ke lokasi alamat WP untuk mengetahui kondisi WP

sebenarnya.

c. Melakukan konseling dengan WP di KPP untuk meminta penjelasan atas data atau

keterangan dari WP secara langsung.

Hasil dari tahapan tindak lanjut di KPP tersebut antara lain :

a. WP mengakui seluruh potensi pajak berdasarkan data surat himbauan.

b. WP mengakui sebagian potensi pajak berdasarkan data surat himbauan.

c. WP tidak mengakui potensi pajak dengan atau tanpa bukti dan penjelasan yang

relevan.

d. WP tidak melakukan respon atas data surat himbauan.

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 19: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

Dalam hal WP tidak melakukan respon atas data surat himbauan atau tidak mengakui potensi

pajak dengan atau tanpa bukti dan penjelasan yang relevan, maka tindak lanjut akan

diteruskan ke tahapan pemeriksaan.

Kesimpulan

a. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) melakukan proses identifikasi data penghasilan dan

kepemilikan aset WP OP di negara tax haven yang belum dilaporkan di SPT Tahunan PPh

OP melalui beberapa tahap dari pengumpulan data, identity data matching, penentuan

jenis transaksi dan kasus, dan penyandingan data dengan SPT Tahunan.

b. Jenis-jenis penghasilan WP OP yang diperoleh di negara tax haven dan sering tidak

dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh OP, antara lain :

• Gaji, tunjangan, dan bonus sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan.

• Penghasilan dari keuntungan pengalihan harta seperti saham, properti, dan emas.

• Penghasilan dari keuntungan tukar-menukar harta.

• Penghasilan dividen.

c. Jenis-jenis harta di negara tax haven yang sering tidak dilaporkan oleh WP OP dengan

benar dan lengkap di SPT Tahunan PPh OP antara lain saham, piutang, rumah, tanah,

apartemen, perhiasan, kendaraan bermotor, tabungan, valas, dan emas.

d. DJP melakukan proses analisis penghasilan dan kepemlikan aset WP OP di negara tax

haven dengan tahapan melakukan identifikasi data kemudian melakukan penghitungan

potensi pajak, dengan tiga kasus yang dibahas dalam penelitian ini antara lain :

• WP OP yang tidak melaporkan penghasilan capital gain atas transaksi pengalihan

saham.

• WP OP yang tidak melaporkan penghasilan deemed dividend, dan

• WP OP yang tidak melaporkan kepemilikan aset dan penghasilan sehubungan dengan

pekerjaannya di negara tax haven.

e. Hasil tindak lanjut atas ketiga kasus tersebut adalah setiap WP OP yang diindikasikan

melakukan penghindaran pajak atas penghasilan dan kepemilikan aset di negara tax haven

mengakui potensi penghasilan dari DJP dan bersedia melakukan pembayaran kekurangan

pajak setelah proses himbauan dan konseling.

Keterbatasan Penelitian

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 20: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

Penelitian ini hanya membahas tiga kasus modus penghindaran pajak WP OP di negara

tax haven, antara lain :

• WP OP yang tidak melaporkan penghasilan capital gain atas transaksi pengalihan

saham.

• WP OP yang tidak melaporkan penghasilan deemed dividend, dan

• WP OP yang tidak melaporkan kepemilikan aset dan penghasilan sehubungan

dengan pekerjaannya di negara tax haven.

Saran

Agar penelitian selanjutnya membahas tentang studi kasus modus penghindaran pajak

WP OP lainnya karena masih terdapat berbagai jenis modus penghindaran pajak WP

OP selain kasus-kasus yang dibahas dalam penelitian ini.

DAFTAR REFERENSI Center For Tax Analysis (2015). Laporan Kegiatan Center for Tax Analysis tahun 2015. Jakarta; CTA. Committee of Experts on International Cooperation in Tax Matters (2011). International Tax Evasion and Tax

Avoidance. October 19, 2011. http://www.un.org/esa/ffd/tax/seventhsession/CRP11_Add1_Tax%20Evasion.pdf

Danny Septriadi, Darussalam, John Hutagaol (2010). Konsep dan Aplikasi Perpajakan Internasional. Jakarta. Salemba Empat.

Gravelle, Jane G (2015). Tax Havens : International Tax Avoidance and Evasion. July 11, 2016. Congression Research Service. <https://fas.org/sgp/crs/misc/R40623.pdf>

Kurniawan, Nurfadlilah (2016, November 25). Wawancara Pribadi Pemerintah Fokus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Untuk Capai Target Penerimaan 2016. Berita. 2016.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 12 Jan. 2016.  http://kemenkeu.go.id/Berita/pemerintah-fokus-pada-wajib-pajak-orang-pribadi-untuk-capai-target-penerimaan-2016

Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-59/PJ/2010 tentang Tata Cara Pelaporan Penerimaan Dividen, Penghitungan Besarnya Pajak yang Masih Harus Dibayar dan Pengkreditan Pajak sehubungan dengan Penetapan Saat Diperolehnya Dividen oleh Wajib Pajak Dalam Negeri atas Penyertaan Modal pada Badan Usaha di Luar Negeri Selain Badan Usaha yang Menjual Sahamnya di Bursa Efek.

. Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-59/PJ/2010 tentang Tata Cara Pelaporan Penerimaan Dividen, Penghitungan Besarnya Pajak yang Masih Harus Dibayar dan Pengkreditan Pajak sehubungan dengan Penetapan Saat Diperolehnya Dividen oleh Wajib Pajak Dalam Negeri atas Penyertaan Modal pada Badan Usaha di Luar Negeri Selain Badan Usaha yang Menjual Sahamnya di Bursa Efek.

. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-34/PJ/2010 tentang Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Beserta Petunjuk Pengisiannya.

. Peraturan Menteri Keuangan nomor 256/PMK/30/2009 tentang Penetapan Saat Diperolehnya Dividen oleh Wajib Pajak Dalam Negeri atas Penyertaan Modal pada Badan Usaha di Luar Negeri Selain Badan Usaha yang Menjual Sahamnya di Bursa Efek.

. Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Hong Kong Untuk Penghindaran Pengenaan Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berkenaan Dengan Pajak Atas Penghasilan, 2010.

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017

Page 21: Analisis Modus Penghindaran Pajak Wajib Pajak Orang ...

 

. Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Singapura Untuk Penghindaran Pengenaan Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak Yang Berkenaan Dengan Pajak Atas Penghasilan, 1990.

Prayogo, One Sunandar Agus (2016, November 25). Wawancara Pribadi Republik Indonesia. Nota Keuangan Beserta Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun

2016. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-

Undang nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak Sekaran, Uma. (2006). Research Methods For Business. Jakarta: Salemba Empat Setiawan, Listo (2015). Perbandingan Komponen dan Struktur Pajak OECD dan Government Finance Statistic

Manual dan Pengaruhnya atas Pendefinisian Tax Ratio di Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal Anggaran. http://www,anggatan.depkeu.go.id/content/Publikasi/Kajian%20dan%20artikel/perbandingan%20struktur%20pajak.pdf

Sumarsan, Thomas (2013). Tax Review dan Strategi Perencanaan Pajak. Jakarta : Penerbit PT Indeks. Suryowati, Estu. Mengenal Tax Haven atau Suaka Pajak, dan Fakta Mencengangkan di Baliknya. Kompas 11

April 2016. 11 April 2016. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/04/11/060300926/Mengenal.Tax.Haven.atau.Suaka.Pajak.dan.Fakta.Mencengangkan.di.Baliknya

Widiasmoro, Hugo Widi (2016, November 25). Wawancara Pribadi

.

Analisis Modus ..., Dita Suryadinata, FEB UI, 2017