Analisis Model Turnaround (Trans Corp)
description
Transcript of Analisis Model Turnaround (Trans Corp)
Menurut kelompok kami Atiek dalam membangun kembali Trans7 menggunakan
Teori Perubahan Korporat Model Accounting-Turnaround. Arogyaswamy et.all (1995)
dalam Smith & Graves (2005), mengamati bahwa proses turnaround
terdiri dari 2 bagian yaitu strategi menahan penurunan (decline stemming
strategy) dan strategi pemulihan (recovery strategy). Decline stemming
strategy bertujuan untuk menstabilisasi kondisi keuangan perusahaan
Ketika kondisi keuangan perusahaan stabil, maka harus diputuskan
strategi perbaikan/ recovery.
Untuk menstabilkan suasana internal perusahaan dan
menghilangkan ketidakefisien Atiek dan timnya langsung melakukan
pemetaan SDM dan persoalan yang dihadapi. Aspek penting yang
dijalankan antara lain pemilihan SDM. Langkah yang diambil atiek cukup
mengagetkan karena dia melakukan assessment kembali terhadap SDM
yang mengisi posisi penting di Trans7. Artinya, ada yang harus
dipindahkan ke divisi lain, tetapi ada juga yang harus digeser naik
(dipromosikan) dan diberi tantangan. Hasilnya ada 50% yang masih bisa
dipertahankan. Upaya-upaya tidak langsung untuk memperbaiki suatu
perusahaan yang sedang melakukan turnaround juga perlu dilakukan
melalui jalur non-produk. Kegiatan manajerianl ini diperlukan untuk
memperbaiki proses, semangat kerja, atau mengubah asumsi-asumsi
yang sudah lama diterapkan para eksekutif/karyawan terhadap produk
dan cara kerjanya sehari-hari. Upaya-upaya yang dilakukan atiek adalah:
Upaya Langsung Terhadap Manajemen Produk
Selain SDM, salah satu prioritas yang di tata ulang di TransTV
adalah memperbaiki program. Dalam analisisnya, penyebab turunnya
audience share TransTV antara lain kurang cepat dalam meremajakan
program. Atiek memberi contoh acara Bukan Empat Mata, dulu audience
share-nya pernah mencapai 20% kemudian turun menjadi 4%. Namun
dalam beberapa bulan terakhir, setelah ada beberapa perbaikan bisa naik
lagi menjadi 10%-14%.
“Sebelum orang menjadi bosan, kami harus terus meremajakan program. Program itu
layaknya sebuah brand. Harus diberi sesuatu yang baru agar tambah kuat. Harus di-improve
terus,” Atiek menceritakan hasil evaluasinya. Maka, untuk itu, tiap hari dia selalu memantau
audience share semua acara TransTV – bahkan juga Trans7. “Kalau ada acara yang turun,
biasanya saya langsung adakan meeting and hoc dan tanya bagian programming.”
Upaya-Upaya Tidak Langsung
1. Mengubah budaya korporat (Melakukan Transformasi Nilai-Nilai)
Salah satu pilar terpenting dari budaya baru yang dibangun adalah
Kedisiplinan. Atiek menggambarkan. Pada akhirnya, tim yang dipakai
untuk membenahi Trans 7 merupakan gabungan antara TransTV dan
Trans7. Strategi ini cukup efektif sehingga di tahun 2007 pertumbuhan
tahunan Trans7 bisa mencapai 70%. Dari sisi audience share, revenue
dan profit naik, bahkan bisa menyaingi TransTV.
2. Reorganisasi
Upaya kedua yang dilakukan atiek adalah memetakan organisasi.
Organisasi hanyalah alat, tetapim kalau tidak didukung struktur
organisasi yang tepat, maka hasilnya akan kurang maksimal. Atiek
memberi contoh, ada beberapa system operating produce (SOP) yang
diubah agar karyawan lebih produktif, efektif dan efisien. Strategi
reorganisasi itu juga dijalankan karena dalam setengah tahun terakhir
TransTV kehilangan sejumlah karyawan yang mengundurkan diri. Atiek
mengakui, sebagai konsekuensi dari program-program bagus yang
dihasilkan, akhirnya banyak SDM TransTV yang dibajak perusahaan
lain. Termasuk di antara yang keluar ini ialah bagian produksi
(program). Tak mengherankan, pihaknya kini harus menata ulang agar
bisa berkompetisi dengan baik.
3. Efisiensi
Atiek tak hanya mengurusi bisnis di satu unit usaha – tetapi tiga unit (TransTV,
Trans7, dan Detik.com) – dia sangat berkepentingan mengintegrasikan alias membangun
kolaborasi antar unit bisnis. Untuk itu, yang harus dibangun terlebih dulu, menurutnya
adalah sistem kerja dan budaya kerja. Walau masing-masing punya target audiens, kultur
yang dibangun harus sama, yakni disiplin, militan dan kerja keras.
Adapun bidang-bidang yang dikolaborasikan sebenarnya bisa beragam. Atiek
kemudian menunju contoh Detik.com. Sejauh ini kolaborasi sudah terjadi di bagian
pemasaran dan penjualan, juga bagian programming, sudah ada konten di Detik.com
yang dibuat menjadi acara di Trans TV. Lalu, untuk bagian pemasaran, saat ini orang
penjualan di TransTV dan Trans 7 sudah banyak yang ditempatkan di Detik.com untuk
menjadi mentor, khususnya untuk posisi group head. Mereka mengajarkan cara menjual
dan juga melakukan mentoring. Kami jalankan pelatihan dan kolaborasi dengan sistem
mirroring.
Kolaborasi juga dilakukan dengan memperbantukan staf antar-unit usaha. Atiek
mencotohkan karyawannya, Anita Wulandari, Head of Marcomm Trans7 walaupun
secara struktur ada di Trans7, juga membantu marketing communication Detik.com. Dia
kadang juga diperbantukan pada acara-acara Carrefour. Dia akan me-manage-nya tanpa
mengganggu tugas rutinnya.
Hal yang sama juga terjadi pada diri Atiek. Pada saat memimpin Trans7, dia juga
harus menangani penjualan TransTV. “Kuncinya, kami tidak bekerja sendiri. Sebetulnya Pak
Chairul Tanjung melihat leadership dari situ. Bagaimana kami bisa memilih orang-orang
yang tepat untuk membantu kami dan bisa bekerja sama secara maksimal, mengolaborasikan
teman-teman dari unit yang berbeda untuk menghasilkan goal yang bagus,” dia memaparkan.
Atiek mengibaratkan dirinya seorang dirigen, harus bisa mengolaborasikan orang-orang
dengan nada yang berbeda untuk menghasilkan suara yang indah.