ANALISIS MISKONSEPSI SISWA KELAS VII SEKOLAH …
Transcript of ANALISIS MISKONSEPSI SISWA KELAS VII SEKOLAH …
523
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2021
ANALISIS MISKONSEPSI SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Vica Anggraeni Puspitasari1), Bambang Priyo Darminto2)
1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo
email: [email protected] 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo
email: [email protected]
Abstrak
Miskonsepsi adalah suatu pemahaman yang tidak sesuai dengan kaidah ilmu
pengetahuan dan ketidakmampuan siswa dalam menghubungkan konsep awal dengan konsep
selanjutnya secara benar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) miskonsepsi
yang terjadi pada materi pecahan siswa kelas VII SMP yang memiliki kemampuan sedang dan
(2) penyebab miskonsepsi siswa pada materi pecahan siswa kelas VII SMP yang memiliki
kemampuan sedang. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Subjek penelitian berjumlah 6 siswa kelas VII H SMP Negeri 4
Purworejo yang ditentukan berdasarkan siswa yang memiliki kemampuan sedang.
Pengambilan subjek menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen pengumpulan data
menggunakan tes tertulis, catatan lapangan, dan wawancara. Analisis data menggunakan
reduksi data, penyajian data, dan menarik kseimpulan/verifikasi. Hasil analisis deskriptif
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan sedang mengalami miskonsepsi
terjemahan, miskonsepsi strategi, miskonsepsi tanda, dan miskonsepsi hitung. Penyebab
miskonsepsi siswa pada materi pecahan yaitu dari faktor siswa itu sendiri, yang disebabkan
kurangnya minat siswa dalam mata pelajaran matematika.
Kata kunci: miskonsepsi, materi pecahan
1. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu proses di mana anak
mendapatkan bimbingan pengetahuan,
keterampilan, serta sikap untuk mengembangkan
potensi yang di milikinya sehingga anak akan
memiliki kepribadian yang lebih baik sebagai
generasi penerus bangsa. Pada dasarnya
pendidikan merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk membentuk generasi muda yang
berguna untuk dirinya sendiri, masyarakat, serta
bangsa dan negara. Dalam pembelajaran, dari
jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai
Perguruan Tinggi diajarkan mata pelajaran
matematika untuk membantu siswa agar memiliki
kemampuan dalam memecahkan masalah
matematis yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari sehingga matematika memiliki peran
yang cukup besar dalam kehidupan manusia
khususnya dalam dunia pendidikan.
Menurut Tracht dalam Natalia, dkk (2016:
1917), “matematika merupakan mata pelajaran
yang penuh dengan konsep-konsep.”
Pembelajaran matematika akan lebih menekankan
pada konsep karena hal ini yang mendasari
pemahaman suatu materi, salah satunya pada
materi pecahan. Konsep awal materi pecahan
sudah diperoleh pada jenjang Sekolah Dasar (SD),
akan tetapi pada jenjang Sekolah Menengah
Pertama (SMP) masih sering dijumpai siswa yang
mengalami kesalahan salah satunya dalam operasi
penjumlahan maupun pengurangan. Terkadang
siswa dalam menyelesaikan operasi penjumlahan
pecahan yang berbeda mereka tidak mengubah
penyebutnya terlebih dahulu melainkan langsung
melakukan operasinya. Hal ini diduga karena
kesalahan konsep awal baik dari diri siswa itu
sendiri, penyampaian materi yang dilakukan oleh
pendidik maupun buku-buku penunjang
pembelajaran. Kesalahan konsep itulah yang
disebut dengan miskonsepsi. Adeniji (2015: 328)
menyatakan bahwa: “Misconception is referred to
as logically persistent and rule based errors
committed by students when solving mathematical
problems. Because students have logically
constructed their misconceptions from their
experiences, they are very attached to them,
convincingly belief in them and find it very
difficult to give them up.” Hal ini dapat diartikan
bahwa kesalahpahaman merupakan suatu hal yang
524
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2021
terjadi secara sistematis dan berdasarkan aturan
yang dilakukan oleh siswa dalam memecahkan
masalah matematis.
Menurut Suparno (2013: 54), secara umum
miskonsepsi dapat disebabkan oleh siswa sendiri,
guru yang mengajar, konteks pembelajaran, cara
mengajar, dan buku teks. Pada pembelajaran di
kelas terkadang pendidik menggunakan metode
yang kurang tepat seperti metode ceramah dan
daya tangkap siswa juga berbeda-beda antara
siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Tidak
hanya itu, pada buku teks apabila terdapat
penjelasan materi yang kurang tepat maka akan
menimbulkan kesalahpahaman bagi siswa jika hal
ini tidak dibenarkan. Pada saat siswa berdiskusi
juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Hal ini
dikarenakan terdapat siswa yang mendominasi
dalam kelompok tersebut yang dapat berpindah
kepada teman disekitarnya.
2. KAJIAN LITERATUR
Miskonsepsi merupakan suatu kejadian
dimana seseorang mengalami kesalahpahaman
konsep. Suparno (2013: 4) menyatakan bahwa
“miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada
suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian
ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar
dalam bidang itu.” Menurut Ramadhan, dkk
(2017: 150) indikator miskonsepsinya sebagai
berikut:
Tabel 1
Jenis dan Indikator Miskonsepsi
No. Jenis
Miskonsepsi Indikator Miskonsepsi
1. Miskonsepsi
terjemahan
a) Siswa tidak
menuliskan dengan
lengkap tentang apa
yang diketahui dan
ditanyakan dari
permasalahannya.
b) Siswa tidak mampu
mengubah
permasalahannya ke
dalam model
matematika.
2. Miskonsepsi
strategi
a) Siswa tidak mampu
menentukan rumus
yang harus
digunakan dengan
benar.
b) Siswa menggunakan
rumus yang tidak
tepat atau salah
rumus.
3. Miskonsepsi
sistematis
Siswa mengalami
kesalahan dalam
menuliskan langkah-
langkah yang sesuai
dalam menyelesaikan
masalah.
4. Miskonsepsi
hitung
Siswa melakukan
kesalahan dalam
melakukan perhitungan.
5. Miskonsepsi
konsep
Siswa tidak mampu
memahami konsep
dalam pemecahan
masalah.
6. Miskonsepsi
tanda
Siswa mengalami
kesalahan dalam
menuliskan
tanda atau notasi
matematika.
Miskonsepsi terjadi disebabkan oleh berbagai hal.
Menurut Suparno (2013: 54), secara umum
miskonsepsi dapat disebabkan oleh siswa sendiri,
guru yang mengajar, konteks pembelajaran, cara
mengajar, dan buku teks. Penyebab dari siswa pun
bermacam-macam, seperti prakonsepsi siswa
sebelum memperoleh pelajaran, lingkungan
masyarakat dimana siswa tinggal, teman,
kemampuan siswa dan juga minat siswa. Guru
yang salah mengajar juga dapat menambah
miskonsepsi pada siswa dan itu sulit untuk
dibenahi karena siswa merasa yakin bahwa apa
yang diajarkan guru itu benar sehingga guru harus
sungguh-sungguh menguasai bahan ajar. Pada
buku teks yang keliru juga dapat membingungkan
siswa sehingga pemilihan buku teks perlu
diperhatikan. Demikian juga pada metode
mengajar, apabila guru hanya terfokus pada satu
metode mengajar dapat membatasi cara pandang
seseorang akan suatu persoalan pengetahuan.
3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan yaitu
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII H SMP
Negeri 4 Purworejo sebanyak 6 siswa kemampuan
sedang. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti
selama penelitian yaitu (1) menentukan tempat
penelitian, jadwal serta subjek yang akan diteliti,
(2) membuat instrumen tes yang berupa soal
uraian sebanyak 2 soal materi pecahan, (3) uji
validasi intrumen tes pada validator, (4)
mengumpulkan data dengan pemberian soal tes
kepada 12 subjek kelas VII H dengan patokan
standar deviasi untuk menentukan subjek kategori
kemampuan tinggi, subjek kategori kemampuan
525
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2021
sedang, dan subjek kategori kemampuan rendah,
(5) analisis data, pada tahap ini peneliti
menganalisis hasil pekerjaan subjek. Analisis data
yang dilakukan yaitu dengan cara melihat uraian
penyelesaian subjek dalam menjawab soal,
kemudian mengaitkan dengan indikator
miskonsepsi sehingga dapat mengategorikan jenis
miskonsepsi yang terjadi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. S4 (Subjek Keempat)
Gambar 1. Hasil Pekerjaan S4 (Soal Pertama)
Dilihat dari hasil jawaban soal nomor 1, S4 dapat
menuliskan tentang apa yang diketahui,
ditanyakan dan mampu menentukan langkah-
langkah yang dikerjakan tetapi langsung
menuliskan 43
4+ 2
1
2 tanpa menuliskan
keterangan yang akan dicari. Dengan demikian
berarti S4 mampu menentukan rumus yang tepat
dan S4 mampu menggunakan konsep yang tepat
dalam mengubah pecahan campuran menjadi
pecahan biasa. Dalam perhitungannya S4
mengalami kesalahan ia menuliskan hasil dari 19
4+
10
4= 29 dan dalam perhitungan 29 × 4 =
216 sehingga membuat hasil akhirnya menjadi
salah. S4 langsung membagikan hasil
penjumlahan tepung dengan 1
4. Nampak pada
lembar jawab S4 tidak mengalami kesalahan
dalam penulisan tanda.
Gambar 2. Hasil Pekerjaan S4 (Soal Kedua)
Dilihat dari hasil jawaban soal nomor 1, S4
dapat menuliskan tentang apa yang diketahui,
ditanyakan dan mampu menentukan langkah-
langkah yang dikerjakan tetapi langsung
menuliskan penjumlahan banyaknya bahan kue
bolu tanpa menuliskan keterangan yang akan
dicari. Dengan demikian berarti S4 mampu
menentukan rumus yang tepat dan mampu
menggunakan konsep yang tepat yang sebelum
menjumlahkan S4 mengubah pecahan campuran
menjadi pecahan biasa terlebih dahulu. Dalam
perhitungannya S4 tidak mengalami kesalahaan,
nampak dari hasil akhirnya yang sudah benar. S4
pada lembar jawab juga tidak mengalami
kesalahan dalam penulisan tanda.
b. S5 (Subjek Kelima)
Gambar 3. Hasil Pekerjaan S5 (Soal Pertama)
Dilihat dari hasil jawaban soal nomor 1, S5
dapat menuliskan tentang apa yang diketahui,
ditanyakan dan mampu menentukan langkah-
langkah yang dikerjakan tetapi langsung
menuliskan 211
4+ 10
3
4+ 6
1
2 tanpa menuliskan
keterangan yang akan dicari. Dengan demikian
526
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2021
berarti S5 mampu menentukan rumus yang tepat.
S5 tidak mengalami kesalahan konsep pada saat
mengubah pecahan campuran menjadi pecahan
biasa tetapi S5 menyamakan penyebutnya menjadi
8. Kemudian pada hasil akhirnya S5
menyederhanakan 308
8 menjadi
77
2. Dalam
perhitungannya S5 tidak mengalami kesalahan
namun tidak menuliskan kesimpulannya. Pada
lembar jawab S5 tidak mengalami kesalahan
dalam penulisan tanda.
Gambar 4. Hasil Pekerjaan S5 (Soal Kedua)
Dilihat dari hasil jawaban soal nomor 1, S5
dapat menuliskan tentang apa yang diketahui,
ditanyakan dan mampu menentukan langkah-
langkah yang dikerjakan tetapi langsung
menuliskan 211
4+ 10
3
4+ 6
1
2 tanpa menuliskan
keterangan yang akan dicari. Dengan demikian
berarti S5 mampu menentukan rumus yang tepat.
S5 mengalami kesalahan konsep pada saat
mengubah pecahan campuran menjadi pecahan
biasa. S5 mengalami kesalahan dalam
menyamakan penyebutnya sehingga membuat
perhitungannya menjadi kurang tepat atau salah
pada hasil akhirnya. Dalam perhitungannya S5
nampak mengalikan 29
4 dengan 4 serta tidak
menuliskan kesimpulan dari soal nomor 1. Pada
lembar jawab S5 tidak mengalami kesalahan
dalam penulisan tanda.
c. S6 (Subjek Keenam)
Gambar 5. Hasil Pekerjaan S6 (Soal Pertama)
Dilihat dari hasil jawaban di atas, S6 belum
tepat dalam menuliskan tentang apa yang
diketahui, dalam menuliskan ditanya komponen
diketahui yang seharusnya dituliskan pada
diketahui S6 menuliskannya pada ditanya. Dalam
menentukan langkah-langkah yang dikerjakan S6
terlihat masih bingung sehingga langsung
menuliskan 43
4+ 2
1
2 tanpa menuliskan
keterangan yang akan dicari. S6 mampu
menentukan rumus yang tepat, namun S6 hanya
menuliskan 51
4 tidak menuliskan konsep yang
digunakan. Nampak pada hasil jawaban S6
mengalami kesalahan tanda. Hal ini dikarenakan
pada lembar jawab S6 menuliskan tanda perkalian
tetapi pada saat diwawancarai S6 menyebutkannya
dibagi. Dalam perhitungannya S6 mengalami
kesalahan terlihat dari hasil akhir dari jawaban
nomor 1.
Gambar 6. Hasil Pekerjaan S6 (Soal Kedua)
Dilihat dari hasil jawaban di atas, S6 belum
tepat dalam menuliskan tentang apa yang
diketahui. Nampak sama dengan nomor 1 tahapan
proses mengerjakannya. Hanya langsung
menuliskan 211
4+ 10
3
4+ 6
1
2 kemudian hasil
akhir dan proses perkalian.
d. S7 (Subjek Ketujuh)
Gambar 7. Hasil Pekerjaan S7 (Soal Pertama)
Dilihat dari hasil jawaban, menunjukkan
bahwa S7 dapat menuliskan tentang apa yang
diketahui dan ditanyakan dalam menyelesaikan
soal, tidak mengalami kesalahan dalam
menuliskan langkah-langkah penyelesaiannya
527
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2021
namun terdapat komponen yang tidak dituliskan
dalam mencari. Dalam proses mengerjakan S7
mampu menerapkan rumus yang digunakan,
menggunakan konsep yang tepat, tidak
mengalami kesalahan dalam penulisan tanda,
serta tidak melakukan kesalahan dalam
perhitungan.
Gambar 8. Hasil Pekerjaan S7 (Soal Kedua)
Dilihat dari hasil jawaban, menunjukkan
bahwa S7 dapat menuliskan tentang apa yang
diketahui dan ditanyakan dalam menyelesaikan
soal tetapi terdapat satu komponen yang tidak
dituliskan. S7 tidak mengalami kesalahan dalam
menuliskan langkah-langkah penyelesaiannya
namun hanya langsung menuliskan 85
4+
43
4+
13
2 tanpa keterangan yang dicari. Dalam proses
mengerjakan S7 mampu menerapkan rumus yang
digunakan, menggunakan konsep yang tepat,
tidak mengalami kesalahan dalam penulisan
tanda, serta tidak melakukan kesalahan dalam
perhitungan.
e. S8 (Subjek Kedelapan)
Gambar 9. Hasil Pekerjaan S8 (Soal Pertama)
Dilihat dari hasil jawaban, menunjukkan
bahwa S8 dapat menuliskan tentang apa yang
diketahui dan ditanyakan dalam menyelesaikan
soal, tidak mengalami kesalahan langkah-langkah
penyelesaiannya, namun langsung menuliskan
43
4+ 2
1
2 tidak memberikan keterangan yang
dicari. Dalam proses pengerjaan S1 mampu
menerapkan rumus yang digunakan,
menggunakan konsep yang tepat dengan
mengubah pecahan campuran menjadi pecahan
biasa, tidak mengalami kesalahan dalam
penulisan tanda namun mengalami kesalahan
dalam perhitungannya.
Gambar 10. Hasil Pekerjaan S8 (Soal Kedua)
Dilihat dari hasil jawaban, menunjukkan
bahwa S8 dapat menuliskan tentang apa yang
diketahui dan ditanyakan dalam menyelesaikan
soal, tidak mengalami kesalahan langkah-langkah
penyelesaiannya, namun langsung menuliskan
211
4+ 10
3
4+ 6
1
2 tidak memberikan keterangan
yang dicari. Dalam proses pengerjaan S8 mampu
menerapkan rumus yang digunakan,
menggunakan konsep yang tepat dengan
mengubah menyamakan penyebutnya kemudian
menjumlahkan, tidak mengalami kesalahan dalam
penulisan tanda namun mengalami kesalahan
dalam perhitungannya.
528
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2021
f. S9 (Subjek Kesembilan)
Gambar 11. Hasil Pekerjaan S9 (Soal Pertama)
Dari hasil jawaban di atas, nampak S9 tidak
menuliskan yang diketahui dan ditanyakan. dalam
menyelesaikan soal tetapi S9 tidak mengalami
kesalahan dalam menuliskan langkah-langkah
penyelesaiannya meski hanya langsung
menuliskan 43
4+ 2
1
2 tidak menuliskan keterangan
yang akan dicari. Dalam proses mengerjakan S9
mampu menerapkan rumus yang digunakan,
menggunakan konsep yang tepat dengan
mengubah pecahan campuran menjadi pecahan
biasa, tidak mengalami kesalahan dalam
penulisan tanda, serta tidak melakukan kesalahan
dalam perhitungan namun S9 tidak menuliskan
kesimpulannya.
Gambar 12. Hasil Pekerjaan S9 (Soal Kedua)
Dilihat dari hasil jawaban di atas, S9
melakukan hal yang sama yaitu tidak menuliskan
diketahui dan ditanya. S9 tidak mengalami
kesalahan langkah-langkah penyelesaiannya,
namun langsung menuliskan 211
4+ 10
3
4+ 6
1
2
tidak memberikan keterangan yang dicari. Dalam
proses pengerjaan S8 mampu menerapkan rumus
yang digunakan, menggunakan konsep yang tepat
dengan mengubah menyamakan penyebutnya
kemudian menjumlahkan, tidak mengalami
kesalahan dalam penulisan tanda namun
mengalami kesalahan dalam perhitungannya.
Berikut analisis hasil jawaban siswa,
wawancara, dan catatan lapangan yang diperoleh:
a. Subjek mengalami miskonsepsi terjemahan.
Terdapat subjek yang masih kurang tepat
dalam menuliskan komponen yang diketahui
dan ditanya. Ada subjek yang sama sekali
tidak menuliskan komponen diketahui dan
ditanya sehingga pada lembar jawabnya
subjek langsung menuliskan jawabannya.
Namun pada saat diwawancarai subjek
mengetahui komponen yang diketahui dan
ditanya pada permasalahan soal tes
miskonsepsi baik itu soal yang pertama
maupun yang kedua.
b. Subjek tidak mengalami miskonsepsi
sistematis. Subjek mampu menentukan
langkah yang tepat dalam menyelesaikan
soal tes miskonsepsi yang pertama maupun
yang kedua. Apabila dilihat dari hasil
jawaban banyak subjek yang sudah
mengarah pada langkah-langkah yang harus
dikerjakan tetapi dalam lembar jawabnya
tidak dituliskan keterangan terkait apa yang
dicari dan pada saat ditanya dalam
wawancara subjek dapat menjelaskan
langkah-langkahnya.
c. Terdapat subjek yang mengalami
miskonsepsi strategi. Subjek belum mampu
menentukan rumus yang tepat untuk
menyelesaikan permasalahan pada soal tes
miskonsepsi yang pertama maupun soal yang
kedua.
d. Subjek tidak mengalami miskonsepsi
konsep. Subjek mampu memahami konsep
dalam pemecahan masalahnya. Pada soal tes
miskonsepsi yang pertama subjek
menyamakan penyebutnya atau mencari
KPK dari kedua penyebutnya yang kemudian
untuk mengoperasikan penjumlahan
bilangan pecahan. Pada soal tes miskonsepsi
yang kedua subjek juga melakukan hal yang
sama dengan menyamakan penyebutnya
untuk mengoperasikan penjumlahan
bilangan pecahan.
e. Terdapat subjek yang mengalami
miskonsepsi tanda. Pada soal tes miskonsepsi
yang pertama subjek pada operasi pembagian
bilangan pecahan tidak salah menuliskan
tandanya yaitu berubah menjadi tanda
perkalian tetapi pada saat diwawancarai
subjek mengatakan bahwa itu dibagi tetapi
seharusnya apabila tanda sudah berubah
menjadi perkalian maka bentuk pecahannya
dibalik. Sedangkan pada soal tes miskonsepsi
yang kedua subjek melakukan hal yang sama
tidak salah dalam menuliskan tanda yaitu
dengan mengubah tanda pembagian menjadi
perkalian tetapi bentuk pecahannya tidak
dibalik.
529
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2021
f. Subjek mengalami miskonsepsi hitung. Hal
ini karena subjek mengalami kesalahan
dalam melakukan perhitungan. Pada soal tes
miskonsepsi yang pertama mengalami
kesalahan dalam operasi perhitungannya.
Sedangkan pada soal tes miskonsepsi yang
kedua juga mengalami hal yang sama
sehingga membuat hasil akhirnya menjadi
kurang tepat.
g. Penyebab miskonsepsi siswa pada materi
pecahan adalah cenderung dari siswa itu
sendiri. Salah satunya dapat dilihat dari minat
siswa yang kurang terhadap mata pelajaran
matematika.
5. SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa
miskonsepsi yang terjadi pada materi pecahan
pada setiap siswa berbeda-beda. Berdasarkan
hasil penelitian yang meliputi deskripsi data,
analisis data, dan pembahasan yang telah
dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa
siswa kemampuan sedang miskonsepsi yang
muncul ada 5 subjek dengan miskonsepsi
terjemahan, miskonsepsi strategi, miskonsepsi
tanda, dan miskonsepsi hitung dan penyebab
miskonsepsi siswa pada materi pecahan yaitu
karena faktor siswa itu sendiri. Kurangnya minat
siswa dalam mata pelajaran matematika menjadi
faktor penyebabnya. Saran dari hasil penelitian yang dikemukakan
oleh peneliti yaitu (1) bagi siswa, hasil penelitian
ini dapat digunakan untuk memperbaiki dalam
belajar matematika, (2) bagi guru, hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi
pecahan sehingga guru dapat mencari solusi untuk
memperbaiki hasil belajar siswa, (3) bagi peneliti
lain, dapat dijadikan rujukan untuk penelitian
yang sama yaitu miskonsepsi.
6. REFERENSI
Adeniji, K. A. 2015. Analysis of
Misconceptions in Algebraic
Expression among Senior Secondary
School Students of Different Ability
Levels in Katsina State. Journal of
Science, Technology, Mathematics
and Education. Vol. 11, Nomor 2,
Agustus 2015. https://jostmed.futmin
na.edu.ng/images/JOSTMED/Jostme
d11_2_August2015/Analysis_of_Mis
conceptions_in Algebraic_Expression
among_ Senior Secondary_School_
Students_of_Different_Ability_Leves
in_Ka tsina_State.pdf diakses pada
tanggal 10 November 2020.
Natalia, K., Subanji, Sulandra, I. M. 2016.
“Miskonsepsi pada Penyelesaian Soal
Aljabar Siswa Kelas VII Berdasarkan
Proses Berpikir Mason.” Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian &
Pengembangan. Vol. 1, Nomor 10,
Oktober 2016. http://journal.um.ac.id/
index.php/jptpp/article/view/6942 di-
akses pada tanggal 10 November
2020.
Ramadhan, M., Sunardi, Kurniati, D. 2017.
“Analisis Miskonsepsi Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Matematika
Berstandar PISA dengan
Menggunakan Certainty of Response
Index (CRI).” Kadikma. Vol. 8,
Nomor 1, April 2017. https://jurnal.
unej.ac.id/index.php/kadikma/article/
view/5276 diakses pada tanggal 10
November 2020.
Suparno, P. 2013. Miskonsepsi dan
Perubahan Konsep dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT Grasindo.