ANALISIS KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR
Transcript of ANALISIS KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
TRI ASTARI 8146182041
KELAS: B – 1 DIKDAS
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN2015
1
ANALISIS KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR
STUDI KASUS
Kurikulum Pendidikan Dasar dikatakan efektif, jika mencapai tujuan yang
ingin dicapai. Sementara tujuan pendidikan secara umum adalah membantu
peserta didik mengembangkan diri agar mampu menghadapi masa depannya.
Berdasarkan dua pengertian tersebut, maka saya mengambil kasus di SD Swasta
Amalia yang beralamat Jl. Raya Menteng Gg. Benteng No. 74.
Kurikulum yang dipakai adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sama seperti Sekolah Dasar pada umumnya. Namun, Sekolah Dasar ini
berorientasi pada semi pesantren sehingga selain Bahasa Indonesia terdapat dua
bahasa lainnya yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Bukan itu saja di Sekolah
Dasar ini terdapat pula mata pelajaran mulok, kegiatan/praktek ibadah, ekskul dan
lingkungan sekolah yang nuansa islaminya sangat mendominasi. Hal itu dapat
terlihat dari gambar-gambar berikut ini:
2
3
4
5
Menurut saya proses pendidikan dasar yang terjadi sudah dikategorikan
baik dan efektif. Hal itu dapat terlihat dari jumlah siswa yang sudah mencapai ±
200 orang untuk sekolah yang baru berdiri Tahun 2006 dan dari prestasi-prestasi
yang dicapai oleh sekolah tersebut. Dampak efektifnya dari kurikulum sudah
jelas membentuk aspek kognitif, Afektif dan psikomotorik siswa dan siswi
disekolah saya yang cukup signifikan.
Adapun contoh konkrit yang telah dilaksanakan adalah seperti:
A. Pembelajaran
Proses pembelajaran yang dilakukan di SD Swasta Amalia, proses
pembelajarannya dilakukan dengan melakukan Eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi, juga pernah menerapkan pendekatan saintifik (saintific approach),
yaitu proses pembelajaran sudah dilakukan dengan melalui proses mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan
mengkomunikasikan yang didukung dengan pelajaran yang menyenangkan.
Dampaknya:
Siswa sudah mulai berani dan terbiasa mengemukakan pendapatnya
dihadapan teman-temannya bahkan juga dihadapan guru ketika proses belajar
mengajar berlangsung, siswa terbiasa dengan melakukan mengamati dan
berdiskusi serta menyimpulkan pembelajaran bersama guru, melakukan
percobaan-percobaan sehingga bermanfaat nantinya kepada siswa tersebut di
kemudian hari. Kemudian dengan proses belajar mengajar yang menyenangkan
membuat dampaknya siswa dapat melakukan sesuatu dengan berfikir positif,
senang melakukan sesuatu tanpa ada paksaan, sehingga nantinya diharapkan dapat
melakukan sesuatu dengan ikhlas dan gembira/senang.
B. Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan Ekstra kurikuler disekolah saya yaitu di SD Swasta Amalia sangat besar
kontribusinya
Dalam mendukung ketercapaian tujuan kurikulum kurikulum, ekstrakurikuler juga
merupakan andalan karena murupakan salah satu tiang penyannga dan katalisator
6
untuk mencapai kurikulum (Standar Isi) yang ada di sekolah, beberapa kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah saya seperti:
- Pidato 3 bahasa - Nasyid
- Tahfidz (Hafalan surah) - Mewarnai dan menggambar
- Pramuka - Karate
- Dokter Kecil
Dampaknya :
Dari kegiatan ekstrakurikuler tersebut dampaknya sangat signifikan terhadap
kemampuan psikomotorik siswa siswi di SD Swasta Amalia, dari keterampilan
yang mereka dapatkan mendukung keterampilan mereka di masa yang akan
datang ketika nantinya terjun ke Masyarakat.
C. Kegiatan Pembiasaan di sekolah (Best Practise)
Pelaksanaan kegiatan Pembiasan di sekolah juga sangat berdampak
dengan perubahan prilaku siswa dalam kehidupan sehari – harinya. Adapun
Kegiatan yang dilakukan tersebut seperti :
- Mengutip sampah sebanyak 20 sampah setiap pagi (kebersihan)
- Senam Pagi (kedisiplinan dan kesehatan).
- Siswa bersalaman kepada guru setiap pagi secara bersama (kesantunan,
kepatuhan dan sikap hormat.
- Adanya kantin Kejujuran (sikap jujur)
- Dan lain sebagainya
Siswa memiliki perbedaan-perbedaan baik perbedaan minat, bakat,
maupun potensi yang dimilikinya. Dengan alasan itulah kurikulum harus
memperhatikan kondisi psikologi perkembangan dan psikologi belajar anak.
Kesemua dampak positif dari kemampuan dan ketercapaian siswa yang telah
dijabarkan sebelumnya, dalam pelaksanaan kurikulum sesuai dengan konsep dan
teori seperti:
1. Teori psikologi kognitif
Menurut teori ini belajar adalah proses mengembangkan pemahaman baru
atau mengubah pemahaman lama. Memandang manusia sebagai pelajar
7
aktif yang memprakarsai pengalaman, mencari dan mengolah informasi,
dan mengorganisasikan pemahaman baru.
Guru mempunyai peranan dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :
a. Merancang program pembelajaran
b. Mendiagnosis tahap perkembangan murid
c. Mendorong perkembangan murid kea rah perkembangan berikutnya.
2. Teori psikologi behavioristik
Menurut teori ini belajar adalah upaya membentuk hubungan stimulus-
respons, hasil belajar tampak pada perubahan tingkah laku yang dapat
diamati.
Peran guru sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi perilaku yang diharapkan dalam proses belajar
b. Mengidentifikasi reinforcement yang memadai
c. Menghindari perilaku yang tidak diharapkan.
3. Teori psikologi humanistik
Menurut teori ini belajar adalah suatu proses mengembangkan pribadi
secara utuh. Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh motivasi
yang ada dalam diri siwa itu sendiri. Guru harus mampu menerima siswa
sebagai seorang yang memiliki potensi, minat, kebutuhan, harapan, dan
mampu mengembangkan dirinya secara utuh dan bermakna.Teori ini
memandang siswa sebagai sumber belajar yang potensial bagi dirinya
sendiri.Dengan demikian, teori belajar ini lebih menekankan pada
partisipasi aktif siswa dalam belajar.
Dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses mempersiapkan
individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan. Untuk menjadikan
peseta didik menjadi warga masyarakat yang diharapkan maka pendidikan
memiliki peranan penting, karena itu kurikulum harus mampu memfasilitasi
peserta didik agar mereka mampu bekerjasama, berinteraksi, menyesuaikan diri
dengan kehidupan di masyarakat serta mampu mengangkat harkat martabat
sebagai makhluk yang berbudaya.
8
LANGKAH-LANGKAH PERBAIKAN
Namun, meskipun begitu untuk mencapai Pendidikan Dasar yang lebih
bermutu bukan hanya Akhalakul kharimah tetapi intelektual dan wawasan
lingkungan juga perlu adanya langkah-langkah perbaikan dari sekolah, guru dan
siswa dikarenakan ketiganya saling berhubungan.
Dilihat dari perkembangan tekhnologi sekarang ini untuk memperbaiki
pendidikan di sekolah saya adalah dengan berbagai program dilakukan di sekolah
seperti :
- Peningkatan kemampuan pendidik (guru) dalam hal pengunaan alat alat
tekhnologi yang mendukung proses pembelajaran, seperti : Laptop ( komputer ),
Pengunaan Proyektor, scanner dan lain sebagainya. Bagi guru yang kurang paham
pemakaian komputer perlu dilatihkan secara reguler dan berkesinambungan
Sampai guru mahir dalam penggunaanya.
- Setelah guru mahir menggunakan perangkat teknologi seperti komputer guru
dapat ditingkatkan kemampunya dengan membuat bahan untuk proses
pembelajaran, seperti menggunanakan program power point dan program
lainnya, sehingga memudahkan guru (pendidik) dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
- Setelah tersebut terlaksana guru secara perlahan harus memiliki sendiri alat –
alat teknologi seperti laptop untuk mendukung kelancaran dalam proses
pembelajaran.
LANGKAH-LANGKAH MENGEMBANGKAN KURIKULUM
Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang
mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan,
politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik,
kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek
tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu
pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu
alternative prosedur dalam rangka mendesain (design), menerapkan
9
(implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh
karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu
proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai
kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan.
Dalam praktik pengembangan kurikulum sering terjadi
kecenderungan hanya menekankan pada pemenuhan mata pealajaran.
Astinya isi atau materi yang harus dipelajari peserta didik hanya berpusat
pada disiplin ilmu yang terstruktur, sistematis dan logis, sehingga
mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan
perkembangan masyarakat.
Langkah-langkah atau cara mengembangkan kurikulum meliputi usaha
untuk.
a. Menentukan Tujuan
Dalam menetukan tujuan pembelajaran seorang pendidik harus dapat
menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh peserta didik (siswa), tujuan pembelajaran hendaknya diletakkan dan
dijadikan titik tolak berfikir guru dalam menyusun sebuah Rencana
Pembelajaran, yang mewarnai proses pembelajaran.
Dalam menentukan tujuan pembelajaran guru juga harus mengetahui
proses akan tercapainya perubahan prilaku atau kompetensi pada siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Kemudian tujuan pembelajaran
dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik, yang
acuan bermuara kepada Kompetensi Dasar yang ada pada standar isi.
Ada bebeberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam
kurikulum. Alasan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tujuan erat kaitannya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai
oleh setiap upaya pendidikan. Kurikulum merupakan alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian perumusan tujuan
merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam sebuah
kurikulum
2. Melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu para pengembang
kurikulum dalam mendesain model kurikulum yang dapat 10
digunakan, bahkan akan membantu guru dalam mendesain sistem
pembelajaran, artinya dengan tujuan yang jelas dapat memberikan
arahan kepada guru dalam menentukan abahan atau materi yang
harus dipelajari, menetukan metode dan strategi pembelajaran,
serta merancang alat evaluasi untuk menentukan keberhasilan
belajar siswa.
3. Tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai control
dalam menentukan batas – batas dan kualitas pembelajaran.
Artinya melalui penetapan tujuan, para pengembang kurikulum
termasuk guru dapat mengontrol sampai sejauh mana siswa
memperoleh
4. kemampuan, sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang
berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap
siswa dan kualitas suatu sekolah.
b. Menentukan Isi
Dalam menetukan isi dalam memgembang kurikulum kita tetap merujuk
dan berpedoman kepada Kompetensi Dasar dan tujuan yang ingin dicapai,
lalu dikembangkan dengan dengan materi yang sesuai kondisi
perkembangan dan usia dan pengalaman belajar siswa (peserta didik).
Contohnya:
Ketika kita mengembang konsep bangun datar yang telah ditentukan dari
standar Isi (kurikulum). Kita tetap menentukan materi dari ruang lingkung
bangun datar itu sendiri, selanjutnya baru melihat indikator apa yang
sesuai pengembangan dari materi tersebut seperti konsep keliling, konsep
luas dan lain sebagainya.
c. Menentukan kegiatan Belajar Mengajar
Ketika menetukan kegiatan Belajar Mengajar guru harus mengembangkan
kegiatan dengan mengembangkan dengan memperhatikan:
- Susunan yang sistematis dalam proses kegiatan untuk memberikan
bantuan kepada guru (pendidik) agar dapat melaksanakan proses
pembelajaran dengan professional.
11
- Memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan pendidik, agar
siswa dapat melakukan kegiatan seperti pada silabus
- Untuk setiap pertemuan scenario langkah – langkah guru dalam membuat
siswa aktif belajar, Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan
Pendahuluan , kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam proses dipastikan
aktivitas pembelajaran keseluruhan tetap mengacu kepada koridor pada
kompetensi apa yang ingin dicapai.
d. Media dan Alat Pelajaran
Media dan alat pelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran, sedangkan alat pembelajaran yaitu alat
bantu pembelajaran yang memudahkan memberikan pengertian kepada
siswa. Contoh sumber belajar dapat berupa buku, media cetak, dan
elektronik, alam sekita, atau sumber belajar yang relevan.
e. Penilaian
Evaluasi dan penilaian sebagai instrumen yang dilakukan dalam rangka
mengukur sejauh mana ketercapain kompetensi yang diharapkan setelah
melakukan proses pembelajaran.Aspek penilaian yang diukur secara
maksima dapat menukur Kognitif.Afektif dan psikomotorik siswa.
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrument, dan
instrument yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya
dapat dituangkan dalam bentuk matrik horizontal atau vertical, Teknik
penilaian dapat menggunakan teknis tes uraian, tes unjuk kerja , teknik
penilaian proyek, tugas rumah yang berupa proyek dan harus disertai
dengan rubrik penilaian. Kriteria penilaian kelas harus : - Sahih , objektif,
Adil, terpadu, terbuka, holistik dan berkesinambungan, sistematis,
akuntabel, dan edukatif.
IMPLEMENTASI KURIKULUM
Implementasi kurikulum bermuara pada pembelajaran itu sendiri, yang
intinya bagaimana pesan dan isi kurikulum dapat tersampaikan kepada peserta
12
didik secara optimal. Strategi implementasi kurikulum berorientasi pada guru
meliputi usaha:
1. Mengubah mind set guru dari paradigma konvensional ke paradigma abad
21 (modern).
2. Membentuk budaya (kultur) baru di lingkungan sekolah
3. Guru sebagai pengembang kurikulum.
Praktik-praktik pengajaran masih banyak yang didominasi oleh guru dan
bahkan guru sepertinya memiliki otoritas untuk memaksa siswa memenuhi semua
yang diinginkannya, dengan kurang bijak memperhatikan kebutuhan belajar
siswanya. Di bawah ini terdapat beberapa Mindset yang harus dirubah guru agar
terjadi perubahan, diantara lain:
Berpusat pada guru Berpusat pada siswa
Satu Arah Interaktif
Isolasi Lingkungan jejaring
Pasif Aktif menyelidiki
Maya / Abstrak Konteks dunia nyata
Pribadi Pembelajaran berbasis tim
Luas ( Semua materi diajarkan ) Prilaku khas memberdayakan
Kaidah keterikatan
Stimulasi rasa tunggal
(beberapa panca Indra )
Simulasi ke segala penjuru
(semua panca indera )
Alat tunggal ( papan tulis ) Alat multi media ( berbagai
13
MENUJU
peralatan teknologi pendidikan )
Hubungan satu arah Kooferatif
Konsep mengajar dan belajar yang ideal harus diimbangi pula perubahan
worldview guru yang sesuai dengan kecenderungan perubahan tersebut. Secara
umum, guru it harus memenuhi dua kategori yaitu memiliki capability dan
loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang
diajarkannya, memiliki kemampuan teoritis tentang mengajar yang baik, dari
mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi, dan memiliki loyalitas
keguruan yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak semata di di
dalam kelas sebelum dan sesudah kelas.
Oleh karena itu, dalam penerapannya khususnya mata pelajaran
matematika guru harus mampu membuat dan merancang model – model
pembelajaran yang dapat mengekplorasi aspek Kognitif, Afektif dan psikomotorik
siswa, seperti PMR, Problem based learning, discovery learning, Projek based
learning dan lain sebagainya. Pembelajaran harus dilakukan menyenangkan
sesuai dengan tingkat dan usia perkembangan siswa. Dan pada akhirnya
melakukan penilaian autentik sehingga apa kompetensi yang diharapkan dalam
kurikulum (Kompetensi Dasar) dapat tercapai.
Pembelajaran dengan menggunakan RME merupakan pendekatan
pembelajaran yang sangat cocok digunakan di abad ke-21 ini. Oleh karena itu,
diharapkan kepada para pendidik khususnya pendidik yang mengajarkan
matematika hendaknya menggunakan pembelajaran RME dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
Berikut ini adalah salah satu contoh pembelajaran yang mengacu pada karakter
belajar abad 21.
HATCHING THE EGG
14
SD terdiri dari 3 pokok kajian utama yakni bilangan, geometri dan
pengukuran, dan pengolahan data. Pengolahan data diajarkan pertama kali pada
kelas V, sedangkan bilangan, geometri dan pengukuran telah dikenalkan secara
bertahap dari kelas I. Hal ini menandakan bahwa pengetahuan mengenai geometri
sangat penting. Selain itu, geometri merupakan materi yang bisa dengan mudah
ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Meja yang berbentuk persegi, bentuk
ubin, bentuk telur, dll.
Pada kelas 1 SD, materi geometri yang harus dipahami siswa adalah
pengenalan bangun datar sederhana. Guru dapat menyajikan berbagai cara untuk
mengenalkan siswa tentang bangun datar. Dikarenakan tuntutan pembelajaran
abad 21 yang menginginkan siswa dapat berkomunikasi, berkolaborasi, berpikir
kritis dan memecahkan masalah, kreatif dan berinovasi, guru harus dapat
menemukan strategi pembelajaran yang tepat agar aspek-aspek pembelajaran abad
21 dapat dipenuhi. Salah satu cara untuk mengenalkan siswa SD kelas 1 tentang
bangun datar yang mengacu pada pembelajaran abad 21 adalah “Hatching the
Egg”. Pembelajaran “Hatching the Egg” dimulai dengan diberikan cerita kepada
siswa untuk membantu menetaskan telur menjadi seekor burung.
Setelah siswa bisa membentuk burung-burung tersebut, siswa diminta untuk
mebuat bentuk burung lain sebanyak-banyaknya. Untuk menunjang kolaborasi dan
komunikasi lebih baik siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa
dapat berkomunikasi dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk
menemukan bentuk burung tersebut. Permainan ini merupakan kegiatan
pemecahan masalah yaitu bagaimana “menetaskan sebuah telur” menjadi burung-
burung dengan berbagai bentuk. Pada saat membentuk burung-burung, siswa akan
15
menggunakan strategi. Salah satu strategi yang digunakan adalah dengan membuat
sketsa bangun datar pada gambar burung yang diberikan. Karakter kreativitas dan
inovasi pada siswa bisa terlatih pada saat membentuk burung selain yang telah
ditentukan.
16
.MENURUT MILLER
Menurut Miller, kurikulum merupakan suatu yang eksplisit dan implisit
pada serangkaian interaksi yang direncanakan untuk memfasilitasi belajar dan
mengembangkan pengalaman belajar yang harus dikuasai oleh siswa.
Pengembangan kurikulum ini ada perbedaan dengan model-model
sebelumnya. model pengembangan kurikulum Miller-Seller merupakan
pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model
transaksi (Taba’s & Robinson), dengan tahapan pengembangan sebagai berikut:
a. Klarifikasi Orientasi Kurikulum
Orientasi ini merefleksikan pandangan filosofis, psikologos, dan
sosio logis terhadap kurikulum yang seharusnya dikembangkan. Menurut
Miller dan Seller, ada tiga jenis orientasi kurikulum yaitu tranmisi, transaksi,
dan transformasi.
b. Pengembangan Tujuan
Langkah selanjutnya adalah mengembangkan tujaun umum dan tujuan
khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan. Tujuan umum dalam
konteks ini adalah merefleksikan pandangan orang (image person) dan
pandangan (image) kemasyarakatan. Tujuan pengembangan merupakan tujuan
yang masih relative umum. Oleh karena itu, perlu dikembangkan tujuan-tujuan
yang lebih khusus hingga pada tujuan instruksional.
c. Identifikasi Model Mengajar
Pada tahap ini pelaksana kurikulum harus mengidentifikasi strategi
mengajar yang akan digunakan yang disesuaikan dengan tujuan dan orientasi
kurikulum. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam menentukan
model mengajar yang akan digunakan, yaitu:
1) Disesuaikan dengan tujuan umum maupun tujuan khusus.
2) Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
3) Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara
utuh, sudah dilatih, dan mendukung model.
4) Tersedia sumber-sumber yang esensial dalam pengembangan model.
17
d. Implementasi
Implementasi sebaiknya dilaksanakan dengan memperhatikan
komponen- komponen program studi, identifikasi sumber, pernana,
pengembangan professional, penetapan waktu, komunikasi, dan sistem
monitoring. Langkah ini merupakan langkah akhir dalam pengembangan
kurikulum. Prosedur orientasi yang dibakukan pada umumnya tidak sesuai
dengan kurikulum transformasi, sebaliknya kurikulum transmisi pada
umumnya menggunakan teknik-teknik evaluasi berstruktur dalam menilai
kesesuaian antara pengelaman-pengalaman, strategi be;ajar dan tujuan
pendidikan.
Rumusan kurikulum tersebut diadopsi pada kurikulum Pendidikan Dasar
di Indonesia yaitu:
1. KURIKULUM BERORIENTASI PENCAPAIAN TUJUAN (1975-
1994)
Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber
dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan
dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik,
perenalisme dan esensialisme, berorientasi pada masa lalu. fungsi pendidikan
adalah memeliharadan mewariskan ilmu pngetahuan, tehnologi, dan nilai-nilai
budaya masa lalu kepada generasi yang baru.
Menurut kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi
pelajaran sebanyak-banyaknya. kurikulum subjek akademik tidak berarti terus
tetap hanya menekankan materi yang disampaikan, dalam sejarah
perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar
yang dilakukan peserta didik.
a. Kurikulum 1975
Latar belakang ditetapkanya Kurikulum 1975 sebagai pedoman
pelaksanaan pengajaran di sekolah menurut Menteri Pendidikan Republik
Indonesia Sjarif Thajeb, adalah:
1) Selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak timbul gagasan
baru tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.18
2) Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan nasional yang
digariskan dalam GBHN yang antara lain berbunyi : “Mengejar ketinggalan di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat lajunya
pembangunan.
3) Adanya hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk meninjau
kebijaksanaan pendidikan nasional.
4) Adanya inovasi dalam system belajar-mengajar yang dianggap lebih efisien
dan efektif yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.
5) Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau
sistem yang kini sedang berlaku.
6) Diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968 tersebut agar sesuai
dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
b. Kurikulum 1984
Sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983
menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari
kurikulum 1975 ke kurikulum 1984, karena suda dianggap tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi .
c. Kurikulum 1994
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Kurikulum Sekolah Menengah Umum
perlu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan tersebut.
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1984, proses pembelajaran
menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar
dengan kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Akibatnya, pada saat itu
dibentuklah Tim Basic Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan
kurikulum di sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus
diberikan cukup banyak kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran
pada periode tertentu akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak.
19
Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan bertahap yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan
penyempurnaan jangka panjang.
2. KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN KTSP (2004/2006)
Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan (1975-1994)
berimpilkasi pada penguasaan kognitif lebih dominan namun kurang dalam
penguasaan keterampilan (skill). Sehingga lulusan pendidikan kita tidak memiliki
kemampuan yang memadai terutama yang bersifat aplikatif, sehingga diperlukan
kurikulum yang berorientasi pada penguasaan kompetensi secara holistik.
a. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum 2004 lebih populer dengan sebutan KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi). Lahir sebagai respon dari tuntutan reformasi diantaranya UU No 2
1999 tentang pemerintahan daerah, UU No 25 tahun 2000 tentang kewenangan
pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom, dan Tap MPR No
IV/MPR/1999 tentang arah kebijakan pendidikan nasional.
KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar, proses pembelajaran
dipandang merupakan wilayah otoritas guru, yang terpenting pada tingkatan
tertentu peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan.
Kompetensi mengandung beberapa aspek, yaitu knowledge,
understanding, skill, value, attitude, dan interest. Dengan mengembangkan aspek-
aspek ini diharapkan siswa memahami, mengusai, dan menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari materi-materi yang telah dipelajarinya.
Adapun kompentensi sendiri diklasifikasikan menjadi: kompetensi lulusan
(dimilik setelah lulus), kompetensi standar (dimiliki setelah mempelajari satu mata
pelajaran), kompetensi dasar (dimiliki setelah menyelesaikan satu topik/konsep),
kompetensi akademik (pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan
persoalan), kompetensi okupasional (kesiapan dan kemampuan beradaptasi
dengan dunia kerja), kompetensi kultural (adaptasi terhadap lingkungan dan
20
budaya masyarakat Indonesia), dan kompetensi temporal (memanfaatkan
kemampuan dasar yang dimiliki siswa
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum
operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008
dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006
dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang
dikeluarkan oleh BSNP.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur
dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan
silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta
didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh
mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Komponen KTSP
Secara garis besar, KTSP memiliki enam komponen penting sebagai berikut.
a. Visi dan misi satuan pendidikan
b. Tujuan pendidikan satuan pendidikan21
c. Kalender pendidikan
d. Struktur muatan KTSP
e. Silabus
f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3. KURIKULUM 2013
Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang baik dalam bentuk
dokumen, proses, maupun penilaian didasarkan pada pencapaian tujuan, konten
dan bahan pelajaran serta penyelenggaraan pembelajaran yang didasarkan pada
Standar Kompetensi Lulusan.
Konten pendidikan dalam SKL dikembangkan dalam bentuk kurikulum
satuan pendidikan dan jenjang pendidikan sebagai suatu rencana tertulis
(dokumen) dan kurikulum sebagai proses (implementasi). Dalam dimensi sebagai
rencana tertulis, kurikulum harus mengembangkan SKL menjadi konten
kurikulum yang berasal dari prestasi bangsa di masa lalu, kehidupan bangsa masa
kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengarahkan peserta didik menjadi:
1. Manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman
yang selalu berubah;
2. Manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri;
3. Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Karakteristik kurikulum berbasis kompetensi adalah:
1. Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam
bentuk Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke
dalam Kompetensi Dasar (KD).
22
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang
sekolah, kelas, dan mata pelajaran
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta
didik untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu.
4. Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan
psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidikan dan mata
pelajaran ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD
pengembangan sikap menjadi kepedulian utama kurikulum.
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep,
generalisasi, topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan
“disciplinary–based curriculum” atau “content-based curriculum”.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran.
7. Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada
tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten
kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas
(mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan
penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah
kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan
memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung.
8. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat
formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk
memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria
Ketuntasan Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).
23
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Soekardi. “Sejarah Kurikulum Di Indonesia”. 21 Agustus 2015. http://belajarpkn-
yuk.blogspot.com/2011/10/sejarah-kurikulum-nasional-indonesia.html
Hidayati, Wiji. “Pengembangan Kurikulum”. 21 Agustus 2015.
http://202.69.99.229/download/REALPAD/eStudy/PDF/Paedagogis/Buku/Penge
mbangan%20Kurukulum.pdf
Kredoanalisis. “Hasil Analisis Tentang Perkembangan Kurikulum Sekolah Dasar (SD)
dari masa colonial hingga masa kurikulum 2013”. 21 Agustus 2015.
https://kredoanalisis.wordpress.com/2015/01/17/hasil-analisis-tentang-
perkembangan-kurikulum-sekolah-dasar-sd-dari-masa-kolonial-hingga-masa-
kurikulum-2013/
Poerwati. “Sejarah Kurikulum”. 21 Agustus 2015.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Poerwanti%20Hadi
%20Pratiwi,%20S.Pd.,%20M.Si./Sejarah_kurikulum.pdf
Ro’iyatunisa, Anis. “Pendekatan, Model, dan Prosedur Pengembangan Kurikulum”. 01
Oktober 2015. http://anisroiyatunisa.blogspot.co.id/2013/03/pendekatan-model-
dan-prosedur.html.
Rosyada, M.A., Prof. Dr. Dede. 2012. Paradigma Pendidikan demokratis. Jakarta:
Kencana.
Sutisna. “Sejarah Perkembangan Kurikulum”. 21 Agustus 2015.
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/19760731
2001121-ADE_SUTISNA/SEJARAH_PERKEMB.__KURIKULUM.pdf
24
25