ANALISIS KUALITAS LAYANAN PERPUSTAKAAN SMA BAKTI...
Transcript of ANALISIS KUALITAS LAYANAN PERPUSTAKAAN SMA BAKTI...
ANALISIS KUALITAS LAYANAN PERPUSTAKAAN
SMA BAKTI IDHATA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE LIBQUAL+™
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
INAYATUL RAMADITA
NIM: 1110025000048
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M /1435 H
i
ABSTRAK
Inayatul Ramadita
Analisis Kualitas Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dengan Metode
LibQual+™
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan harapan siswa
terhadap kualitas layanan perpustakaan SMA Bakti Idhata dari aspek akses
terhadap informasi (access to information), sikap petugas dalam melayani (affect
to service), kemudahan pencarian informasi secara individual (personal control),
dan perpustakaan sebagai tempat (library as place). Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data
dilakukan melalui observasi, angket, dan wawancara. Populasi penelitian ini
adalah siswa SMA Bakti Idhata, dengan teknik accidental samplingdiambil
sampel 25% dari kelas 1 dan 2. Teknik pengumpulan data menggunakan metode
LibQual yang mengukur gap/kesenjangan antara persepsi dan harapan pengguna
terhadap layanan perpustakaan. Berdasarkan hasil penelitian, kualitas layanan
perpustakaan SMA Bakti Idhata dari aspek sikap petugas dalam melayani
pengguna (affect to service) dan kemudahan pencarian informasi secara individu
(personal control) dinilai sudah cukup baik dalam harapan minimal dan harapan
sesungguhnya atau pengguna telah puas dengan kedua layanan tersebut. Namun,
dari kedua aspek masih terdapat penilaian negatif seperti tidak tersedianya
komputer sebagai sarana temu kembali informasi dan kurangnya pemahaman
serta wawasan yang cukup pada pustakawan mengenai perpustakaan. Sedangkan
dari aspek akses terhadap informasi (access to information) dan perpustakaan
sebagai tempat (library as place) dinilai sudah cukup memenuhi atau pengguna
puas pada harapan minimal, walaupun pengguna belum puas dengan harapan
sesungguhnya karena adanya beberapa faktor yaitu terbatasnya dana, tidak
tersedianya fasilitas yang memadai bagi pengguna dan kurangnya apresiasi pihak
yayasan sekolah terhadap perpustakaan.
Kata kunci: Kualitas Layanan, Metode LibQual+™, Perpustakaan Sekolah
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam, penulis haturkan kepada baginda kita yaitu
Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar sarjana
Ilmu Perpustakaan sebagai salah satu tugas akademis di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu memberikan dukungan baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang tulus
penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum, selaku Dekan Fakultas
Adab dan Humaniora.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan.
4. Ibu Lilik Istiqoriyah, S.Ag, SS, M.Hum, selaku dosen pembimbing.
Terimakasih atas saran-saran dan bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis, sehingga penyusunan skripsi ini diselesaikan dengan baik.
iii
5. Ibu Rodiah, Pak Yadi, Ibu Titin Agustin, Pak Zulkarnain, Pak Hari
Apriyanto dan guru-guru SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan. Terimakasih
atas bantuan, motivasi dan saran-saran yang telah diberikan kepada penulis
untuk penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah
mengajar dan memberi penulis ilmu selama masa perkuliahan.
7. Untuk Almarhum Bapak dan Ibu serta kakak-kakakku dan adikku
tersayang dan tercinta yaitu Kak Chandra, Kak Dini, Kak Kiki dan Dini.
Terimakasih atas segala yang diberikan terutama motivasi, dukungan dan
doa yang tak pernah putus untuk penulis.
8. Untuk saudara-saudara dan sepupuku, terimakasih atas doa dan
dukungannya.
9. Untuk Eko Yulianto S.H., terimakasih telah mengisi hari-hari penulis
dengan memberikan dukungan dan doa sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan lancar.
10. Untuk para sahabatku Fitri Afrianti, Maulidia Putri, Guwida Nur
Rahmawati, Ainul Arifatul Ulum, Satyawan Pari Kresno, Rizky Hariyo
Wibowo, terimakasih atas dukungan dan doa kalian kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Sukses
untuk kalian semua!!
11. Untuk teman-teman IPI B yang penulis sayangi, Husnul, Nenden, Nita,
Ninu, Fandini, Aaf, Novi, Putri, Yeni, Ina, Lona, Faris, Anggun, Bayu,
Onay, Rifki, Kahfi, sukses untuk kalian semua.
iv
12. Kawan-kawan seperjuangan angkatan IPI 2010. Semoga kita sukses ke
depannya aamiinn!
13. Untuk teman-teman KKN KOMPAS 2013, terimakasih buat kalian semua
yang sudah mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Untuk para responden khususnya siswa SMA Bakti Idhata yang telah
membantu penulis untuk mengisi kuesioner dalam penelitian ini.
Terimakasih atas bantuannya, semoga sukses untuk kalian semua.
15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini
baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat dituliskan
satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis menerima segala kritik dan saran serta
masukan yang dapat membangun dan memperbaiki skripsi ini di kemudian
hari. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Alhamdulillahirabbil’alamin
Wassalammu’alaikum Warahamtullahi Wabarakaatuh
Jakarta, 20 Agustus 2014
Inayatul Ramadita
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………. v
DAFTAR TABEL………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… xi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………. 8
D. Metode Penelitian…………………………………….. 9
E. Sistematika Penelitian………………………………… 16
F. Penelitian Terdahulu………………………………….. 17
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Sekolah………………………………… 20
1. Pengertian Perpustakaan Sekolah………………… 20
2. Tujuan Perpustakaan Sekolah…………………….. 22
3. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Sekolah…………. 24
B. Layanan Perpustakaan Sekolah……………………….. 29
vi
1. Sistem Layanan Perpustakaan…………………….. 31
2. Jenis-Jenis Layanan Perpustakaan………………… 34
C. Kualitas Layanan
1. Definisi Kualitas Layanan…………………………. 35
2. Karakteristik Kualitas Layanan……………………. 38
D. LIBQUAL+™…………………………………………. 45
BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN SEKOLAH BAKTI
IDHATA JAKARTA SELATAN
A. Sejarah Singkat SMA Bakti Idhata……………………. 49
B. Visi dan Misi SMA Bakti Idhata………………………. 50
C. Perpustakaan Sekolah Bakti Idhata……………………. 51
D. Susunan Organisasi dan SDM Perpustakaan………….. 52
E. Koleksi Perpustakaan Sekolah Bakti Idhata…………... 54
F. Layanan Perpustakaan Sekolah Bakti Idhata………….. 54
G. Sarana&Prasarana Perpustakaan Sekolah Bakti Idhata... 56
H. Sumber Dana Perpustakaan SMA Bakti Idhata………... 57
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Prosedur Penelitian…………………………………….. 59
B. Responden……………………………………………... 59
C. Teknik Pengolahan Data………………………………. 60
D. Kisi-kisi kuesioner…………………………………….. 62
E. Analisis Identitas Responden
1. Jenis Kelamin Responden…………………………. 63
vii
2. Kelas Responden………………………………….. 64
3. Jurusan Responden………….……………………... 64
4. Intensitas Kunjungan Responden…………………. 65
F. Analisis Hasil Penelitian
1. Variabel Akses terhadap Informasi
(Access to Information)……………………………. 66
2. Variabel Sikap Petugas dalam Melayani
(Affect to Service)…………………………………. 75
3. Variabel Kemudahan Pengguna Mencari Informasi secara
Individu (Personal Control)………………... 80
4. Variabel Perpustakaan sebagai Tempat
(Library as Place)…………………………………. 85
5. Saran-saran dari Responden………………. ……... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………. 95
B. Saran…………………………………………………… 97
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 99
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rekapitulasi Koleksi Perpustakaan Sekolah Bakti Idhata per Juli
2012 ..................................................................................................... 54
Tabel 2 Jam Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata ................................... 55
Tabel 3 Perlengkapan Perpustakaan Sekolah Bakti Idhata .............................. 57
Tabel 4 Kisi-kisi kuesioner penelitian .............................................................. 62
Tabel 5 Jenis Kelamin Responden .................................................................. 62
Tabel 6 Kelas Responden ................................................................................. 64
Tabel 7 Jurusan Responden .............................................................................. 64
Tabel 8 Intensitas Kunjungan Responden ........................................................ 65
Tabel 9 Kelengkapan Koleksi .......................................................................... 66
Tabel 10 Kelengkapan Koleksi Terbitan Berseri ............................................... 67
Tabel 11 Kelengkapan Koleksi Referensi…………….. .................................... 68
Tabel 12 Tersedianya Koleksi Fiksi ................................................................... 69
Tabel 13 Tersedianya Koleksi BSE (Buku Sekolah Elektronik) ....................... 70
Tabel 14 Relevansi Koleksi................................................................................ 71
Tabel 15 Kemutakhiran Koleksi ........................................................................ 71
Tabel 16 Keberagaman Koleksi ......................................................................... 72
Tabel 17 Pemenuhan Kebutuhan Informasi ....................................................... 73
Tabel 18 Jam Layanan Perpustakaan ................................................................. 74
Tabel 19 Rekapitulasi Variabel Akses terhadap Informasi (Access to
Information) ........................................................................................ 75
ix
Tabel 20 Keramahan Pustakawan……………. ................................................. 76
Tabel 21 Penampilan Pustakawan ...................................................................... 77
Tabel 22 Empati Pustakawan dalam Membantu Pengguna ............................... 77
Tabel 23 Daya Tanggap Pustakawan dalam Melayani
Pengguna…………………………………………. ............................ 78
Tabel 24 Pengetahuan Pustakawan mengenai Perpustakaan ............................. 79
Tabel 25 Rekapitulasi Variabel Sikap Petugas dalam Melayani
(Affect to Service) ................................................................................ 80
Tabel 26 Tersedianya Katalog Kartu/OPAC………. ......................................... 81
Tabel 27 Tersedianya Sarana Pemberitahuan mengenai Perpustakaan ............. 81
Tabel 28 Tersedianya Komputer untuk Mencari Informasi ............................... 82
Tabel 29 Petunjuk Penggunaan Koleksi…………..... ....................................... 83
Tabel 30 Klasifikasi/Susunan Koleksi ............................................................... 84
Tabel 31 Rekapitulasi Variabel Kemudahan Pengguna dalam Mencari
Informasi secara Individu (Personal Control) .................................... 84
Tabel 32 Desain Perpustakaan……………………... ........................................ 86
Tabel 33 Ruang Perpustakaan……………………… ........................................ 87
Tabel 34 Ruang Perpustakaan Nyaman……………. ........................................ 87
Tabel 35 Memiliki berbagai Fasilitas Perpustakaan .......................................... 88
Tabel 36 Tersedianya Rak Penyimpanan………….. ......................................... 89
Tabel 37 Tersedianya berbagai Ruangan dalam Perpustakaan .......................... 90
Tabel 38 Rekapitulasi Variabel Perpustakaan sebagai Tempat
(Library as Place)…………………………………………. .............. 90
x
Tabel 39 Kualitas Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata menurut
Pengguna .............................................................................................. 91
Tabel 40 Rekapitulasi Nilai Rata-rata secara Keseluruhan Item Pernyataan
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Karakteristik Kualitas Jasa Layanan Perpustakaan menurut
LibQual diambil dari Cook, Collen and Heath, Fred (2000) ........... 38
Gambar 2 Susunan Organisasi Perpustakaan SMA Bakti Idhata ...................... 53
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat pengajuan proposal skripsi
Lampiran 2 Surat tugas menjadi pembimbing
Lampiran 3 Surat penggantian judul skripsi
Lampiran 4 Surat izin penelitian
Lampiran 5 Surat persetujuan izin penelitian
Lampiran 6 Tabel perhitungan
Lampiran 7 Rekapitulasi nilai rata-rata secara keseluruhan item pernyataan
Lampiran 8 Lembar kuesioner
Lampiran 9 Lembar konsultasi bimbingan skripsi
Lampiran 10 Surat Dosen Penguji
Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era informasi saat ini, teknologi dan informasi sudah sangat
berkembang. Salah satu wadah berkumpulnya informasi yaitu perpustakaan
sekolah. Perpustakaan sekolah memiliki peranan penting dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan sumber ilmu
pengetahuan dan informasi bagi lingkungan sekolah. Dengan disediakannya
fasilitas perpustakaan, maka diharapkan siswa lebih leluasa dalam mencari
kebutuhan informasi secara mandiri.1 Perpustakaan sekolah juga bagian
integral dari suatu penyelenggaran pendidikan tingkat sekolah karena
perpustakaan sekolah adalah salah satu komponen pendidikan.2 Perpustakaan
sekolah harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dengan menyediakan
bahan pustaka yang sesuai kurikulum sekolah, menyediakan fasilitas yang
mampu mengembangkan minat siswa dalam meningkatkan kemampuan
membaca, kreasi dan imajinasi siswa.
Perpustakaan sekolah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi
bagi masyarakat di lingkungan sekolah, khususnya guru dan siswa.3
Perpustakaan sekolah harus mampu dikelola dengan baik dari segi pelayanan,
1 Tarifkhuddin, Pembelajaran Berbasis Perpustakaan Sekolah: Upaya Akselerasi
Pemberdayaan Sekolah melalui Perpustakaan, (Yogyakarta: Perpustakaan Digital UIN Sunan
Kalijaga, 2008), artikel diakses pada tanggal 25 Januari 2014 jam 09:15 WIB dari
http://digilib.uin-suka.ac.id/PEMBELAJARAN/BERBASIS/PERPUSTAKAAN/SEKOLAH.pdf. 2 Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 47-48.
3 Pawit M. Yusuf, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana,
2007), cet. 2, h. 2.
2
koleksi maupun SDM. Dengan dikelola, maka kebutuhan informasi yang
diharapkan siswa dapat terpenuhi dalam mengembangkan intelektual dan diri
siswa. Perpustakaan tidak cukup hanya dikelola dengan baik tetapi harus
dikomunikasikan informasi apa saja yang tersedia di dalam perpustakaan
tersebut. Sebab perpustakaan sebenarnya tidak hanya sekadar mengelola
koleksi buku secara fisik, melainkan mengelola informasi yang penting untuk
belajar siswa.4
Selain itu, Perpustakaan Nasional juga menetapkan standar nasional bagi
perpustakaan sekolah khususnya perpustakaan sekolah menengah atas
(SMA)/madrasah aliyah yang menyebutkan:5
“Standar perpustakaan sekolah menengah atas/madrasah aliyah ini
meliputi standar koleksi, sarana prasarana, layanan, tenaga,
penyelenggaraan, pengelolaan, pengorganisasian bahan perpustakaan,
anggaran, perawatan, kerjasama dan integrasi dengan kurikulum. Standar
ini berlaku pada perpustakaan sekolah menengah atas/madrasah aliyah
baik negeri maupun swasta.”
Hal diatas jelas menunjukkan bahwa perpustakaan sekolah khususnya
perpustakaan sekolah menengah atas (SMA)/madrasah aliyah harus memiliki
sistem manajemen dan pengelolaan yang baik agar menghasilkan
perpustakaan yang berkualitas terutama dalam memberikan pelayanan yang
baik bagi pengguna perpustakaan sekolah. Sesuai dengan fungsi dan tujuan
perpustakaan sekolah yaitu memberikan pelayanan dengan kualitas prima,
maka perpustakaan sekolah harus dapat memenuhi kebutuhan informasi sesuai
4 Sulistia, Manajemen Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), cet.
2, h. 4. 5 Perpustakaan Nasional RI, “Standar Perpustakaan Nasional,” (Jakarta: Perpustakaan
Nasional, 2011), diakses pada tanggal 20 Maret 2014 jam 13:00 WIB dari
http://www.pnri.go.id/iFileDownload./Pedoman/standar/nasional/perpustakaan-sekolah.pdf.
3
harapan siswa. Sebagai pengguna perpustakaan yang menerima layanan, maka
pengguna memiliki peran penting dalam menilai kinerja penyedia jasa
perpustakaan yang diharapkan pengguna agar memiliki kualitas pelayanan
yang sesuai harapan siswa.
Kualitas pelayanan yang baik adalah layanan yang melebihi harapan
pengguna. Artinya, pengelola perpustakaan harus merasakan apa yang
diinginkan para pengguna terhadap kebutuhan informasi dan keinginan
pengguna. Menurut Soeatminah dalam bukunya Perpustakaan,
Kepustakawanan dan Pustakawan menyebutkan bahwa pelayanan yang baik
dapat dilakukan dengan beberapa hal:6
1. Cepat, artinya untuk memperoleh pelayanan, pengguna tidak perlu
menunggu terlalu lama.
2. Tepat waktu, artinya pengguna dapat memperoleh kebutuhannya tepat
pada waktunya.
3. Benar, artinya pelayanan membantu perolehan sesuatu sesuai dengan
kebutuhannya.
Berdasarkan penjelasan diatas menunjukkan perpustakaan harus melayani
penggunanya dengan cepat, tepat waktu dan benar agar pengguna merasa puas
dengan pelayanan yang diberikan. Oleh karenanya, kualitas pelayanan
dijadikan sebagai tolak ukur dan barometer bagi perpustakaan sebagai bahan
evaluasi dalam meningkatan kualitas pelayanan yang baik bagi pengguna
perpustakaan. Selain itu, zaman era globalisasi sudah mulai berkembang
6 Soeatminah, Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan, (Yogyakarta: Kanisius,
1992), h.17.
4
dengan hadirnya teknologi informasi yang semakin canggih dan membuat
perpustakaan semakin kurang diminati oleh pengguna, terutama perpustakaan
sekolah. Kesadaran pelajar terhadap perpustakaan sekolah belum
dimanfaatkan secara maksimal. Perpustakaan sekolah perlu memberikan
layanan yang berkualitas agar dapat memenuhi kebutuhan informasi secara
cepat dan tepat sesuai keinginan pengguna. Kualitas pelayanan perlu
ditingkatkan untuk mengetahui tanggapan pengguna terhadap layanan yang
diberikan jasa layanan perpustakaan. Tanggapan pengguna dirasa penting
sebagai penilaian pengguna terhadap kelebihan dan kekurangan pelayanan
perpustakaan.
Salah satu metode yang digunakan untuk mengukur kualitas layanan
perpustakaan adalah LibQual+™. Metode LibQual+™ dikembangkan pada
tahun 1999 oleh pakar di bidang ilmu perpustakaan dan informasi yang
tergabung dalam Association of Research Libraries (ARL) di Amerika Serikat
dan bekerjasama dengan Texas A&M University. LibQual+™ merupakan
adapatasi dari SERVQUAL yang dirancang untuk mengukur kualitas pada
industri jasa. LibQual+™ adalah salah satu pengukuran tingkat layanan
perpustakaan yang digunakan untuk mengumpulkan, memahami, dan
bertindak atas pendapat pengguna perpustakaan mengenai kualitas layanan.7
Variabel yang digunakan dalam metode LibQual+™ untuk mengukur kualitas
7 MaShana Davis dan Kyrillidou, “LibQUAL+. Procedures Manual,” (Washington D.C:
Association of Research Libraries, 2009), artikel ini diakses pada tanggal 07 April 2013 jam 10:31
WIB darihttp://www.libqual.org/documents/LibQual/publications/ProceduresManual.pdf
5
layanan adalah ketersediaan koleksi (Access to Information), sikap petugas
dalam melayani (Affect of Service), kemudahan pencarian informasi secara
individual (Personal Control), dan perpustakaan sebagai sebuah tempat
(Library asPlace). Metode ini dianggap paling mutakhir dan kini digunakan
oleh hampir seluruh perpustakaan di Amerika Serikat, Eropa, Inggris,
danAustralia.8
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Bakti Idhata yang merupakan sekolah
yang dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional dan pengurusnya adalah
anggota dari organisasi Ikatan Dharma Wanita Persatuan Depdiknas.
Keunggulan dari sekolah Bakti Idhata ini adalah sekolah yang dipersiapkan
menjadi sekolah Laboratorium Sekolah/Labschool berbasis ICT. Selain itu,
Sekolah Bakti Idhata memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, salah
satunya perpustakaan SMA Bakti Idhata. Perpustakaan SMA Bakti Idhata
merupakan salah satu sarana yang disediakan oleh sekolah untuk memenuhi
kebutuhan informasi masyarakat sekolah. Perpustakaan SMA Bakti Idhata
dikelola oleh 2 orang pegawai dan memiliki 1 kepala perpustakaan.
Kemudian, perpustakaan SMA Bakti Idhata memiliki berbagai macam
layanan, seperti layanan ruang baca, sirkulasi, referensi, bimbingan membaca
dan layanan KBM. Perpustakaan SMA Bakti Idhata memiliki berbagai
fasilitas seperti rak koleksi, lemari katalog kartu, lemari majalah, lemari koran,
8 Collen cook and Bruce Thompson , “Scalling for LibQual+TM Instrument: A comparison
of Desired, Perceived, and Minimum Expectation Responses versus Perceived Only, artikel
diakses pada tanggal 06 April 2014 jam 12:45 WIB dari
www.libqual.org/documents/admin/Scalingfor.pdf.
6
meja, AC dan komputer. Sistem pelayanan perpustakaan SMA Bakti Idhata
masih manual dan belum menggunakan sistem automasi maupun digitalisasi.
Selain itu, jumlah pengguna perpustakaan Bakti Idhata yang datang per-hari
cukup banyak. Perpustakaan SMA Bakti Idhata juga melayani berbagai
macam pengguna, salah satunya yaitu siswa SMA Bakti Idhata. Akan tetapi,
berdasarkan observasi dan wawancara di lapangan, penulis mendapati
perpustakaan SMA Bakti Idhata masih tergolong minim dalam memenuhi
kebutuhan informasi pengguna terutama mengenai koleksi dan fasilitas
perpustakaan. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kualitas layanan yang diberikan perpustakaan SMA Bakti Idhata kepada
pengguna, khususnya siswa SMA Bakti Idhata.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana
harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas layanan perpustakaan SMA
Bakti Idhata menurut siswa SMA Bakti Idhata dengan metode LibQual+™
yang dilihat dari segi Access to information (akses terhadap informasi), Affect
of service (sikap petugas dalam pelayanan), Personal control (pencarian
informasi secara individu), dan Library as place (kondisi perpustakaan seperti
sarana dan prasarana, fasilitas dan sebagainya). Penelitian ini penulis beri
judul “Analisis Kualitas Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata
dengan Menggunakan Metode LibQual+™.”
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk lebih terarah penelitian ini maka diberikan pembatasan
masalah yaitu penelitian ini hanya membahas mengenai “Analisis Kualitas
Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dengan Menggunakan Metode
LibQual+™ berdasarkan tingkat layanan yang diberikan (persepsi) dan
harapan (minimum dan yang sesungguhnya) pemustaka inginkan, dilihat
dari segi akses terhadap informasi (Access to Information), sikap petugas
dalam melayani (Affect of Service), kemudahan pencarian informasi secara
individual (Personal Control), dan perpustakaan sebagai sebuah tempat
(Library as Place) ”.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas layanan
Perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari akses terhadap informasi
(Access to Information) ?
b. Bagaimana harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas layanan
Perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari sikap petugas dalam
melayani (Affect to Service) ?
c. Bagaimana harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas layanan
Perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari kemudahan pencarian
informasi secara individual (Personal Control) ?
d. Bagaimana harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas layanan
Perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari perpustakaan sebagai
sebuah tempat (Library as Place) ?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, maka penelitian skripsi ini memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas
layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari akses terhadap
informasi (Access to Information).
b. Untuk mengetahui harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas
layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari sikap petugas
dalam melayani (Affect to Service).
c. Untuk mengetahui harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas
layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari kemudahan
pencarian informasi secara individual (Personal Control).
d. Untuk mengetahui harapan dan persepsi siswa terhadap kualitas
layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari perpustakaan
sebagai sebuah tempat (Library as Place).
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
sebagaiberikut:
a. Dapat memberikan masukan kepada pihak manajemen Perpustakaan
SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan dalam meningkatkan kualitas
layanan.
9
b. Memperoleh gambaran dan pengetahuan sejauh mana kualitas layanan
yang telah diberikan kepada pengguna terutama siswa SMA Bakti
Idhata.
c. Menjadi masukan dan inspirasi guna menentukan arah pengembangan
perpustakaan dan layanan perpustakaan dalam rangka memenuhi
kebutuhan informasi para pemustakanya.
d. Pengembangan khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam hal
peningkatan kualitas pelayanan perpustakaan sekolah.
e. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penelitian.
f. Sebagai pedoman bagi penelitian selanjutnya.
D. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal
apa adanya.9
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif yaitu salah satu model menemukan kebenaran konsep,
hubungan konsep-konsep melalui wilayah-wilayah yang luas dengan
populasi tanpa atau menggunakan sampai dalam jumlah besar.10
9 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis, (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 60. 10
Ipah Farihah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), cet.1, h.39.
10
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
a. Studi Pustaka, dalam studi pustaka penulis melakukannya dengan
mempelajari literatur-literatur, buku, dokumentasi, dan artikel yang
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
b. Penelitian lapangan (Field research), penelitian ini dimaksudkan untuk
mendapatkan data-data secara langsung dari objek penelitian yaitu
menggunakan:
1) Angket: diberikan kepada siswa SMA Bakti Idhata.
2) Observasi adalah penelitian yang pengambilan datanya bertumpu
pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian.11
3. Populasi dan Sampel
Populasi ialah seluruh objek penelitian dalam suatu ruang lingkup dan
waktu yang kita tentukan, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti.12
Populasi dalam penelitian ini adalah para siswa
SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan sebanyak 245 siswa.
Adapun penarikan sampelnya didasarkan pendapat Arikunto yang
mengatakan “jika populasi lebih dari 100 orang maka sampel dapat
diambil 10%-30% atau sesuai dengan kemampuan peneliti.”13
Berkenaan
dengan pendapat Arikunto tersebut, maka peneliti mengambil sampel
11
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis, (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 63. 12
Prasetya Irawan,Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis, h. 73. 13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), h. 120.
11
sebanyak 25% dari jumlah siswa SMA Bakti Idhata adalah 245 siswa,
maka sampel yang diambil adalah 25% X 245= 61,25 dibulatkan menjadi
62 siswa.
Teknik penarikan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara
teknik accidential sampling, yaitu mengambil sampel dengan
pertimbangan tertentu yang tidak dirancang pertemuannya terlebih
dahulu.14
4. Metode Pengukuran Kualitas Layanan Perpustakaan
Untuk mengukur kualitas layanan yaitu menggunakan metode
LibQual+™ yang dikembangkan oleh Association of Research Libraries
(ARL). LibQual merupakan pengukuran kualitas layanan yang diadaptasi
dari metode SERVQUAL. LibQual adalah metode yang digunakan untuk
mengukur persepsi dan harapan (minimum dan sesungguhnya) yang siswa
inginkan terhadap kualitas layanan perpustakaan. Berikut ini adalah empat
dimensi dalam LibQual+™ yang dapat dijadikan indikator penelitian,
sebagai berikut:
a. Akses terhadap informasi (Access to information), menyangkut:
kelengkapan koleksi (buku fiksi, non fiksi maupun penunjang,
majalah, jurnal, suratkabar), kemutakhiran koleksi (currency),
relevansi koleksi dengan kebutuhan pemustaka, kemudahan akses
internet/dokumen elektronik.
b. Sikap petugas dalam melayani (Affect of service), meliputi: suka
membantu pemustaka yang kesulitan, selalu ramah dan sopan, dapat
14
Suharismi Arikunto, ProsedurPenelitian: Suatu Pendekatan Praktik, h. 175.
12
diandalkan menangani kesulitan yang dihadapi pemustaka,
memberikan perhatian (care) kepada setiap pemustaka, mempunyai
wawasan yang cukup untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
pemustaka, selalu siap siaga merespons permintaan pemustaka, dapat
meyakinkan pemustaka, mengerti kebutuhan pemustaka.
c. Personal Control, yaitu suatu kondisi yang diciptakan perpustakaan
agar pemustaka secara individu (personal) dapat melakukan sendiri
apa yang diinginkannya ketika mencari informasi di perpustakaan
(tanpa bantuan petugas perpustakaan). Hal ini meliputi: adanya katalog
(kartu/online) yang mudah digunakan oleh pemustaka, adanya
petunjuk-petunjuk yang jelas di perpustakaan, adanya peralatan
modern yang memudahkan pemustaka untuk mengakses informasi,
adanya tatanan/urutan/klasifikasi yang memudahkan pemustaka dalam
menemukan buku-buku di rak, dan sebagainya.
d. Perpustakaan sebagai sebuah tempat (Library as place), yaitu: tempat
yang nyaman untuk belajar, tempat yang tenang untuk berkonsentrasi,
tempat untuk merefleksikan diri dan merangsang tumbuhnya
kreatifitas, tempat yang nyaman dan mengundang (inviting location)
kepada siapa saja untuk masuk, dan tempat yang kondusif untuk
berkontemplasi/merenung (contemplative environment).
Semua variabel yang dijabarkan dalam indikator-indikator di atas
akan dijabarkan dan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-
item instrumen yang akan dituangkan dalam bentuk kuesioner. Dalam
13
masing-masing pernyataan inti di dalam kuesioner, responden diminta
untuk melakukan penilaian mereka pada skala angka satu sampai sembilan
(1,2,3 = rendah, 4,5,6 = sedang, 7,8,9 = tinggi) pada:
a. Layanan minimal (minimum) yang mereka ingin terima (harapan
minimal).
b. Tingkat layanan sesungguhnya yang mereka harapkan (desired).
c. Tingkat layanan aktual yang mereka anggap telah disediakan
olehperpustakaan atau yang mereka rasakan (Perceived).
Selisih (gap) antara layanan yang diterima (dirasakan) dengan
harapan minimal disebut nilai kepuasan minimal atau zona toleransi
(kecukupan). Apabila hasilnya positif, berarti layanan perpustakaan sudah
memenuhi kebutuhan minimal pemustakanya, yang bisa diartikan bahwa
pemustaka sudah berada pada tingkat kepuasan minimal. Sebaliknya, jika
hasilnya negatif maka layanan perpustakaan dianggap tidak dapat
memenuhi tingkat kepuasan minimal pemustakanya.
Selisih (gap) antara layanan yang diterima dengan tingkat harapan
diukur sebagai kesenjangan untuk menunjukkan tingkat maksimum
kepuasan, jika hasilnya positif. Ketidakpuasan jika hasilnya negatif.
Sangat normal jika selisih tingkat persepsi dengan tingkat harapan
sesungguhnya hasilnya negatif, karena gap positif pada ukuran ini
menunjukkan kesempurnaan untuk perpustakaan. Namun, kesenjangan
antara tingkat persepsi dengan tingkat minimal biasanya harus positif
untuk memastikan bahwa perpustakaan sudah memenuhi kebutuhan
minimal pemustakanya.
14
5. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul semua maka tahap selanjutnya adalah
pengolahan data. Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Penataan data mentah, penataan data mengacu kepada kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengatur dan mengorganisasikan data
mentah yang terkumpul di lapangan. Peneliti mengumpulkan data dari
hasil studi lapangan, kuesioner, dan wawancara. Tahap penyuntingan
(editing) dalam tahap ini melihat dengan cermat apakah ada kuesioner
yang secara salah diisi oleh responden, ada halaman yang hilang dan
poin-poin penting terlewatkan.
b. Mencatat semua frekuensi jawaban yang telah diberikan responden.
c. Mencari rata-rata (mean) dari setiap pernyataan berdasarkan layanan
minimum yang dibutuhkan pemustaka, layanan yang diharapkan dan
layanan yang diterima (rasakan). Dengan cara menjumlahkan jawaban
yang diberikan pada setiap pernyataan lalu dibagi dengan jumlah
responden.
d. Menghitung selisih (Gap) antara rata-rata layanan yang diterima
(dirasakan) dengan rata-rata layanan minimum yang dibutuhkan
pemustaka, untuk menentukan nilai kecukupan (Gap Adequacy ).
Rumusnya:
GA = PERCEIVED – MINIMUM
Keterangan : GA = Gap Adequacy
Perceived = layanan yang diterima (dirasakan).
15
Minimum = layanan minimal yang dibutuhkan.
Apabila skor GA ( Gap Adequacy ) menunjukkan nilai yang
positif, hal ini menunjukkan bahwa layanan yang diberikan telah
memenuhi harapan minimum pemustaka, yang dapat diartikan pula
bahwa pemustaka puas pada kepuasan minimalnya. Sebaliknya
apabila skor GA menunjukkan nilai negatif, hal ini menunjukkan
bahwa layanan yang diberikan belum memenuhi harapan minimum
pemustaka, yang dapat diartikan bahwa pemustaka tidak puas
terhadap kepuasan minimalnya.
e. Menghitung selisih (Gap) antara rata-rata layanan yang diterima
(dirasakan) dengan rata-rata layanan yang diharapkan (diinginkan)
pemustaka, untuk menentukan nilai kepuasan (Gap Superiority).
Rumusnya:
GS = PERCEIVED – DESIRED
Keterangan: GS = Gap Superiority
Perceived = layanan yang diterima (dirasakan).
Desired = layanan yang diharapkan.
Apabila skor GS (Gap Superiority) menunjukkan nilai yang
positif hal ini menunjukkan bahwa layanan yang diberikan telah
memenuhi harapan sesungguhnya yang diinginkan pemustaka, yang
dapat diartikan pula bahwa pemustaka puas terhadap layanan yang
diterimanya.15
15
Collen Cook [et.al], LibQual+® 2011 Survey Results. (Washington D.C: Association
of Research Libraries, 2011), h. 10-11, artikel diakses 12 April 2014 jam 21:13 WIB dari
https://www.lib.polyu.edu.hk/planning/survey/libqual 2011report.pdf.
16
E. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini penulis membagi penulisan ke dalam lima bab, yang
mana setiap bab membahas secara terperinci bagian-bagian yang dipaparkan.
Kelima bab itu adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian,
penelitian terdahulu dan sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Bab ini memuat teori-teori yang berasal dari kajian kepustakaan yang
berkaitan dengan penelitian mengenai analisis kualitas layanan perpustakaan
SMA Bakti Idhata menggunakan metode LibQual+™.
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada bab ini penulis menguraikan tentang sejarah singkat Perpustakaan SMA
Bakti Idhata, visi dan misi, struktur organisasi, sumber daya manusia, koleksi
perpustakaan, fasilitas, jam layanan, sarana dan prasarana yang dimiliki
Perpustakaan serta dana Perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Gambaran hasil penelitian yang dijelaskan secara objektif mengenai hasil dari
penelitian yang dilaksanakan serta pembahasannya dan hasil analisis dari
perumusan masalah.
17
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran terhadap permasalahan yang diangkat
bertujuan untuk kemajuan dan perkembangan Perpustakaan SMA Bakti
Idhata.
F. Penelitian Terdahulu
1. Syaiful Amri (2010), Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Ilmu
Budaya, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan
judul Penelitian: “Analisis Kualitas Pelayanan Perpustakaan MAN II
Surakarta Tahun 2010.”Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tanggapan pemustaka terhadap kualitas pelayanan perpustakaan MAN II
Surakarta. Jenis penelitian bersifat deskriptif. Populasi penelitiannya
adalah pemustaka perpustakaan MAN II Surakarta berjumlah 709 dan
pengambilan sampel dilakukan dengan accidental sampling yaitu
pengambilan sampel yang dijumpai dimana saja. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi,
dokumentasi dan kuesioner yang menggunakan skala likert dengan
kategori jawaban terdiri dari empat alternatif jawaban. Pengukuran
tanggapan pemustaka berdasarkan lima dimensi kualitas layanan yaitu
kehandalan (realibility), daya tanggap (responsiviness), jaminan
(assurance), empati (empathy) dan bukti langsung (tangibles). Metode
pengolahan analisis data menggunakan alat bantu yaitu SPSS (Statistical
Package for Social Science) for Windows versi 13.0. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa tanggapan pemustaka terhadap kualitas pelayanan
18
perpustakaan MAN II Surakarta sudah baik dengan hasil total nilai rata-
rata 2,76 sehingga penafsiran /interpretasinya tergolong baik.16
2. Ivo Kurnia (2011), Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Ilmu
Budaya, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan
judul penelitian: “Persepsi Pemustaka terhadap Kualitas Pelayanan
Referensi di Perpustakaan MAN Yogyakarta I.”Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tanggapan pemustaka terhadap kualitas pelayanan
referensi di perpustakaan MAN Yogyakarta 1. Penelitian ini termasuk
penelitian survey dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif.
Sampel penelitian ini adalah pemustaka perpustakaan MAN Yogyakarta 1
berjumlah 45. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara, observasi, dokumentasi dan kuesioner yang menggunakan
skala likert dengan kategori jawaban terdiri dari empat alternatif jawaban.
Pengukuran tanggapan pemustaka berdasarkan lima dimensi kualitas
layanan yaitu kehandalan (realibility), daya tanggap (responsiviness),
jaminan (assurance), empati (empathy) dan bukti langsung (tangibles).
Metode pengolahan analisis data menggunakan alat bantu yaitu SPSS
(Statistical Package for Social Science) for Windows versi 16.0. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa tanggapan pemustaka terhadap kualitas
pelayanan perpustakaan MAN II Surakarta dikategorikan baik dengan hasil
total nilai rata-rata 2,95. Dengan rincian 2,97 untuk bukti fisik (tangibles),
2,97 untuk kehandalan (reliability), 2,95 untuk daya tanggap
16
Syaiful Amri, “Analisis Pelayanan Perpustakaan MAN II Surakarta,” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta, 2010), skripsi tidak untuk diterbitkan, diakses pada tanggal 26 Maret 2014 jam 07:10 WIB dari http://digilib.uin-suka.ac.id/BABI./V,/DAFTAR/PUSTAKA.pdf.
19
(responsiveness), 2,97 untuk jaminan (assurance), 3,02 untuk perhatian
(empathy).17
3. Rossela (2010), Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul
penelitian: “Hubungan antara Kualitas Layanan dengan Kepuasan
Pemakai Perpustakaan STT-PLN Jakarta.” Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara kualitas layanan dengan kepuasan pemakai
perpustakaan STT-PLN Jakarta. Jumlah sampel sebanyak 95 orang dengan
teknik accidental sampling. Alat ukur yang digunakan terdiri dari
kuesioner kepuasan pemakai dimana pengukuran kepuasan pemakai ini
dengan caradirectly reported satisfaction yakni menanyakan langsung
tingkat kepuasan yang dirasakan pemakai. Sedangkan alat ukur kualitas
layanan yang mengacu kepada dimensi-dimensi LibQual+TM yaitu Access
to information, Affect of service, Personal Control, and Library as place.
Analisis statistic yang digunakan adalah analisis korelasi Pearson Product
Moment, karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara variable-variabel bebas dengan variable terikat. Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kualitas layanan dengan kepuasan pemakain perpustakaan dengan nilai
korelasi sebesar 0,608. Arah ubungan menunjukkan arah positif, artinya
semakin positif/baik kualitas layanan, maka semakin tinggi tingkat
kepuasan pemakai perpustakaan STT-PLN.
17
Ivo Kurnia, “Persepsi Pemustaka terhadap kualitas Pelayanan Referensi di Perpustakaan MAN Yogyakarta 1,”(Skripsi S1 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta, 2011), skripsi tidak untuk diterbitkan, diakses pada tanggal 26 Maret 2014 jam 07:10 WIB darihttp://diglib.uinsuka.ac.id/BABI/V/DAFTAR/PUSTAKA. pdf.
20
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Sekolah
1. Pengertian Perpustakaan Sekolah
Secara umum perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang
terdapat di sekolah. Perpustakaan sekolah dinaungi oleh pihak lembaga
pendidikan yaitu sekolah. Perpustakaan sekolah seyogyanya harus mampu
berintegrasi kepada siswa dan guru sebagai pusat sumber belajar dan
informasi serta melakukan kerjasama kepada pengelola perpustakaan
dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas perpustakaan sekolah yang
lebih baik.
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di lingkungan
sekolah. Perpustakaan sekolah didirikan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan informasi bagi masyarakat yang ada di lingkungan sekolah
yang bersangkutan, khususnya para guru dan murid. Perpustakaan sekolah
berperan sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar di tingkat sekolah.
Oleh sebab itu, maka perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari
program penyelenggaraan pendidikan tingkat sekolah.18
Menurut C. Larasati Milburga dalam bukunya Membina
Perpustakaan Sekolah menjelaskan perpustakaan sekolah seperti
perpustakaan umum. Artinya, perpustakaan sekolah juga menyimpan
berbagai macam koleksi bahan pustaka yang terdiri dari buku, slide,
18
Pawit M. Yusuf, dkk, Petunjuk Praktis: Pedoman Penyelenggaraan
Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 3, Ed. 1, h. 2.
21
majalah, surat kabar dan lain-lain. Semua bahan pustaka tersebut diatur
dalam ruangan tertentu dalam lingkup sekolah, disusun secara sistematis,
agar para pemakai dapat menggunakan perpustakaan seefesien dan
semaksimal mungkin.19
Selain itu, Undang Sardasana dalam bukunya Pembinaan Minat
Baca menjelaskan bahwasannya Perpustakaan sekolah merupakan salah
satu komponen dalam pengajaran di suatu sekolah, yang merupakan
sumber bagi kegiatan belajar mengajar baik bagi guru maupun bagi siswa.
Kemudian, perpustakaan sekolah juga merupakan sarana pendidikan yang
bertugas mengumpulkan secara selektif teaching materials yang akan
dipakai dalam proses belajar mengajar di setiap sekolah di mana pun ia
berada.20
Sedangkan, menurut F. Rahayuningsih dalam bukunya
Pengelolaan Perpustakaan menjelaskan perpustakaan sekolah adalah
perpustakaan yang melayani para siswa, guru, dan karyawan dari suatu
sekolah tertentu. Perpustakaan sekolah didirikan untuk mencapai tujuan
sekolah, yaitu pendidikan dan pengajaran seperti digariskan dalam
kurikulum sekolah.21
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan sekolah adalah suatu tempat yang disediakan sekolah bagi
19
C. Larasati Milburga, dkk, Membina Perpustakaan Sekolah, (Yogyakarta:
Kanisius, 1986), h. 53. 20
Undang Sardana, dkk, Pembinaan Minat Baca, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007), ed. 2, cet. 2, h. 28. 21
F. Rahayuningsih, Pengelolaan Perpustakaan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2007), h. 6.
22
masyarakat sekolah dan bagian integral dari program penyelenggara
pendidikan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka
sesuai dengan kurikulum.
2. Tujuan Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah pada umumnya bertujuan untuk tercapainya
tujuan pendidikan nasional. Perpustakaan sekolah bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan informasi penggunanya dengan mengembangkan
kegiatan pendidikan di sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
perpustakaan sekolah harus menjadikan sebagai tempat pusat sumber daya
informasi, memberikan jasa perpustakaan dengan membuka akses bagi
pemakainya, menjadi pusat pendidikan informasi dan di atas segala-
galanya menjadi titik kegiatan sekolah.22
Selain itu, tujuan didirikannya perpustakaan sekolah yaitu demi
memenuhi kebutuhan informasi bagi warga yang ada di lingkungan
sekolah. Menurut Yusuf M. Pawit dalam bukunya Pedoman
Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, tujuan perpustakaan sekolah
yaitu:23
a. Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca
proses penguasaan teknik membaca para siswa.
b. Membantu menulis kreatif bagi para siswa dengan bimbingan guru dan
pustakawan.
c. Menumbuhkembangkan minat dan kebiasaan membaca para siswa.
22
Undang Sudarsana, Pembinaan Minat Baca, h. 34. 23
Pawit M. Yusuf, dkk, Petunjuk Praktis: Pedoman Penyelenggaraan
Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2007), ed. 1, cet. 3, h. 3.
23
d. Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan
pelaksanaan kurikulum.
e. Mendorong, menggairahkan, memelihara, dan memberi semangat
belajar bagi para siswa.
f. Memperluas, memperdalam, dan memperkaya pengalaman belajar
para siswa dengan membaca buku dan kolesi lain yang mengandung
ilmu pengetahuan dan teknologi, yang disediakan oleh perpustakaan.
g. Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui
kegiatan membaca, khususnya buku-buku sumber bacaan lain yang
bersifat kreatif dan ringan, seperti fiksi, cerpen, dan lainnya.
Kemudian, tujuan perpustakaan sekolah juga merupakan penunjang
proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Perpustakaan sekolah
bertujuan untuk mempertinggi daya serap dan kemampuan siswa dalam
proses pendidikan serta membantu memperluas cakrawala pengetahuan
guru/karyawan dalam lingkungan pendidikan.24
Berdasarkan penjelasan di atas, tujuan perpustakaan sekolah bukan
hanya sebagai tempat penyimpanan koleksi saja melainkan perpustakaan
yang dapat memenuhi kebutuhan informasi penggunanya dan dapat
membuat penggunanya memiliki pengetahuan yang luas serta memiliki
pribadi yang lebih kreatif dan mudah mengembangkan minat dari dalam
diri pengguna.
24
C. Larasati Milburga, dkk, Membina Perpustakaan Sekolah, (Yogyakarta:
Kanisius, 1986), h. 53 dan 57.
24
3. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Sekolah
Pada dasarnya tugas perpustakaan sekolah harus mampu mendukung
kegiatan sekolah dalam belajar dan mengajar bagi guru dan siswanya.
Menurut Rizal Saiful Haq, dkk, menjelaskan, Tugas perpustakaan
madrasah harus mendukung keseluruhan tugas sekolah dimana
perpustakaan itu berada, yaitu: menyukseskan kurikulum madrasah
berbasis kompetensi, meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga
kependidikan madrasah yang lain serta mendukung tugas-tugas unit
pendukung madrasah lainnya.25
Selain itu, perpustakaan sekolah berintikan tiga kegiatan, yaitu
penghimpunan, pengolahan, dan penyebarluasan segala macam informasi
pendidikan kepada para siswa dan guru, maka secara gamblang
perpustakaan sekolah bertugas sesuai dengan tugas inti tersebut, yaitu:26
a. Menghimpun atau mengumpulkan, mendayagunakan, memelihara, dan
membina secara terus-menerus bahan koleksi atau sumber informasi
(bahan pustaka) dalam bentuk apa saja, seperti misalnya buku,
majalah, surat kabar, dan jenis koleksi lainnya.
b. Mengolah sumber informasi tersebut dengan menggunakan sistem
dancara tertentu, sejak bahan-bahan tersebut datang ke perpustakaan
sampai kepada siap untuk disajikan dan dilayankan kepada para
penggunanya yakni para siswa dan guru dilingkungan sekolah yang
25
Rizal Saiful Haq, dkk, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah,
(Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h.34. 26
Pawit M. Yusuf, Petunjuk Praktis: Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan
Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2010), ed.1, cet. 3, h. 7.
25
bersangkutan. Kegiatan ini antara lain meliputi pekerjaan
penginventarisasian, pengklasifikasian atau penggolongan koleksi,
pengkatalogan, pelabelan, pembuatan alat pinjam, dan lain-lain.
c. Menyebarluaskan sumber informasi atau bahan-bahan pustaka kepada
segenap anggota yang membutuhkannya sesuai dengan
kepentingannya yang berbeda satu dengan yang lainnya. Termasuk
kedalam kegiatan ini adalah pelayanan referens dan informasi,
pelayanan peminjaman koleksi, pelayanan promosi, pelayanan
bimbingan kepada pembaca dan sebagainya, termasuk pelayanan
kepada para siswa dan guru dalam rangka mencari informasi yang
berkaitan dengan bidang minatnya.
Dari tugas-tugas perpustakaan sekolah di atas, maka disimpulkan
bahwa tugas perpustakaan sekolah adalah dapat memenuhi semua
kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat di lingkungan sekolah yaitu siswa
dan guru. Kebutuhan tersebut berupa memiliki berbagai macam informasi
yang sesuai dengan kurikulum sekolah, mempunyai tenaga kependidikan
yang professional dalam bidangnya masing-masing serta mendukung
berbagai kegiatan yang menyangkut dengan sekolah.
Di samping perpustakaan sekolah memiliki tugas, perpustakaan
sekolah juga mempunyai fungsi. Fungsi perpustakaan sekolah harus dapat
memenuhi kebutuhan informasi masyarakat sekolah, sebab perpustakaan
sekolah merupakan sarana yang disediakan bagi pengguna dalam
mengembangkan diri dan intelektual. Dalam buku Manajemen
26
Perpustakaan Madrasah dijelaskan fungsi perpustakaan madrasah
adalah:27
a. Preservasi, yaitu menyimpan dan menjaga kelestarian produk ilmu dan
budaya di lingkungan madrasah serta mengumpulkan dan menyimpan
bahan lain.
b. Informasi, yaitu menjamin lingkungannya terinformasi dengan baik,
terutama hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, pembelajaran,
pelajaran, ilmu, agama dan kehidupan sehari-hari.
c. Pendidikan, yaitu ikut melaksanakan pendidikan baik untuk peserta
didik di madrasah, maupun untuk pihak lain di dalam dan di sekitar
madrasah.
d. Dakwah, yaitu menampilkan perpustakaan madrasah sebagai suatu unit
kerja yang berada di lingkungan madrasah yang mampu menarik
lingkungannya, baik peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua murid dan masyarakat lingkungannya beramal sholeh dan
menjauhkan diri dari perbuatan mungkar dan tercela.
e. Penelitian, yaitu melaksanakan penelitian sesuai dengan tugas dan
fungsi perpustakaan madrasah, serta menyiapkan sarana penelitian,
terutama penelitian kepustakaan dan literatur.
f. Budaya, yaitu memfasilitasi kreasi budaya dengan kekuatan koleksi
dan fasilitas yang dimilikinya.
27
Rizal Saiful Haq, dkk, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah,
(Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h.35-38.
27
g. Rekreasi, yaitu menyediakan bahan bacaan, bahan audio-visual yang
dapat dimanfaatkan oleh para pengguna untuk memuaskan kebutuhan
rekreasinya.
Selain itu, menurut Pawit M. Yusuf, perpustakaan sekolah
mempunyai empat fungsi umum yaitu edukatif, informatif, kreasi dan riset
atau penelitian sederhana. Fungsi tersebut sebagai berikut:28
a. Fungsi edukatif. Fungsi pertama ini merupakan sarana pendidikan bagi
siswa dalam mengembangkan diri dan intelektual siswa. Fasilitas dan
sarana yang disediakan perpustakaan sekolah, terutama koleksi yang
dikelolanya banyak membantu para siswa sekolah untuk belajar dan
memperoleh kemampuan dasar dalam mentransfer konsep-konsep
pengetahuan, sehingga di kemudian hari para siswa memiliki
kemampuan untuk mengembangkan dirinya lebih lanjut.
b. Fungsi informatif. Fungsi kedua ini adalah perpustakaan dapat
menyediakan berbagai informasi yang sesuai kebutuhan informasi
siswa maupun guru. Informasi yang diberikan dapat “memberi tahu”
akan hal-hal yang penting bagi siswa dan guru. Dengan adanya
informasi, maka siswa dan guru dapat memperluas cakrawala
pengetahuan dan bisa menembus batas-batas ruang dan waktu.
c. Fungsi rekreasi. Fungsi ketiga ini adalah berupa informasi yang
disediakan perpustakaan sekolah sebagai wahana hiburan dalam
meningkatkan imajinasi dan kreatif para pengguna yaitu siswa.
28
Pawit M. Yusuf, Petunjuk Praktis: Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan
Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2010), ed.1, cet. 3, h. 4-6.
28
Koleksi yang disediakan bersifat ringan seperti, surat kabar, majalah
umum, buku-buku fiksi, dan sebagainya. Fungsi rekreasi ini memang
bukan utama untuk dibangunnya sebuah perpustakaan sekolah
melainkan sebagai pelengkap saja guna memenuhi kebutuhan sebagian
masyarakat sekolah akan hiburan intelektual.
d. Fungsi riset atau penelitian. Fungsi keempat ini adalah koleksi
perpustakaan sekolah bisa dijadikan bahan untuk membantu
dilakukannya penelitian sederhana. Segala macam informasi tentang
pendidikan setingkat sekolah yang bersangkutan sebaiknya disimpan
di perpustakaan, jika ada orang atau peneliti yang ingin mengetahui
tentang informasi tertentu tinggal membacanya di perpustakaan.
Berdasarkan penjelasan beberapa fungsi perpustakaan sekolah di
atas, maka fungsi perpustakaan sekolah adalah fungsi yang dapat
memenuhi kebutuhan informasi masyarakat sekolah terutama siswa.
Gunanya diadakan perpustakaan sekolah yaitu dapat mengembangkan
intelektual siswa secara kreatif maupun membangun inspirasi siswa akan
pengetahuan yang luas. Fungsi perpustakaan sekolah terdiri dari, fungsi
edukatif, rekreasi, riset atau penelitian, informasi, preservasi maupun
budaya.
29
B. Layanan Perpustakaan Sekolah
Unsur paling utama dalam sebuah perpustakaan adalah layanan. Layanan
perpustakaan sekolah adalah proses yang diberikan pengelola perpustakaan
kepada pengguna dengan berbagai macam penyebarluasan informasi. Pada
awalnya yang dimaksud dengan layanan perpustakaan adalah menawarkan
semua bentuk koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pengguna yang
datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang dibutuhkannya. Hakikat
layanan perpustakaan adalah pemberian informasi kepada pengguna
perpustakaan tentang hal-hal berikut:
1. Segala bentuk informasi yang dibutuhkan pengguna perpustakaan, baik
untuk dimanfaatkan di tempat ataupun untuk dibawa pulang untuk
digunakan di luar ruang perpustakaan;
2. Manfaat berbagai saranan penelusuran informasi yang tersedia di
perpustakaan yang merujuk pada keberadaan sebuah informasi.29
Dalam buku Manajemen Perpustakaan Madrasah dijelaskan bahwa
pelayanan pemakai perpustakaan adalah kegiatan pemberian pelayanan
perpustakaan kepada pemakai perpustakaan dalam menggunakan bahan-bahan
pustaka yang terdapat dalam perpustakaan. Pelayanan pemakai perpustakaan
bisa dikatakan dengan baik jika kegiatan pelayanan teknisnya dikerjakan
dengan baik.30
29
Pawit M. Yusuf, Petunjuk Praktis: Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan
Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2010), ed.1, cet. 3, h. 164-165. 30
Rizal Saiful Haq, dkk, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah,
(Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 102.
30
Pada dasarnya layanan perpustakaan bertumpu pada landasan pemikiran
yaitu untuk apa layanan diberikan, kepada siapa layanan diberikan, dalam
situasi lingkungan bagaimana layanan perpustakaan tersebut diberikan serta
strategi apakah yang digunakan dalam memberikan layanan tersebut. Menurut
Darmono ada asas yang harus diperhatikan dalam perpustakaan yaitu:31
1. Selalu berorientasi kepada kebutuhan dan kepentingan pemakai
perpustakaan.
2. Layanan diberikan atas dasar keseragaman, keadilan, merata dan
memandang pemakai perpustakaan sebagai satu kesatuan yang
menyeluruh dan tidak dipandang secara individual.
3. Layanan perpustakaan dilandasi dengan tata aturan yang jelas dengan
tujuan untuk mengoptimalkan fungsi layanan. Peraturan perpustakaan
perlu didukung oleh semua pihak agar layanan perpustakaan dapat
berjalan dengan baik.
4. Layanan dilaksanakan dengan memperimbangkan faktor kecepatan,
ketepatan dan kemudaan dengan didukung oleh administrasi yang baik.
Layanan perpustakaan sekolah merupakan suatu keberhasilan dan tolak
ukur bagi pengelola perpustakaan dalam memberikan pelayanan yang lebih
berkualitas. Suatu layanan perpustakaan bisa dikatakan baik, jika perpustakaan
telah memenuhi kebutuhan informasi para pengguna dengan memberikan
pelayanan yang prima. Selain itu, petugas perpustakaan harus mampu
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan berdedikasi demi
31
Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata
Kerja. (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 166.
31
menciptakan pelayanan perpustakaan yang berkualitas. Apabila hal ini bisa
dilaksanakan dengan baik, maka citra perpustakaan dapat dijaga dengan baik
oleh pengguna perpustakaan.
1. Sistem Layanan Perpustakaan Sekolah
Pada umumnya sistem layanan perpustakaan bersifat terbuka dan
tertutup. Dua hal tersebut sangat berbeda dalam memberikan layanan
kepada pengguna. Sistem terbuka adalah sistem yang dimana memberikan
layanan secara langsung kepada pengguna, sedangkan sistem tertutup
adalah sistem yang tidak memberikan pelayanan secara langsung. Hal ini
didasarkan untuk memberikan kebebasan kepada pengguna dalam mencari
informasi yang dibutuhkan. Kedua sistem ini bertujuan untuk:
a. Mengamankan koleksi perpustakaan serta menghindari atau menekan
terjadinya kehilangan koleksi perpustakaan.
b. Mengetahui siapa peminjam koleksi perpustakaan dan berapa yang
sedang dipinjamnya.
c. Mengetahui batas waktu pengembalian buku yang sedang dipinjam
(keluar sementara dari koleksi perpustakaan.32
Kedua sistem tersebut memiliki kelebihan dan kekuarangan masing-
masing. Berikut penjelasan mengenai sistem terbuka dan sistem tertutup.
a. Sistem Layanan Terbuka (Open Access System)
Sistem layanan ini adalah sistem yang memberikan kesempatan
kepada pengguna untuk menemukan informasi yang dibutuhkannya
32
Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata
Kerja. (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 168.
32
secara mandiri. Dalam buku Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek
Manajemen dan Tata Kerja dijelaskan bahwa layanan sistem terbuka
adalah sistem layanan yang memungkinkan para pengguna secara
langsung dapat memilih, menemukan dan mengambil sendiri bahan
pustaka yang dikehendaki dan jajaran koleksi perpustakaan.33
Selain
itu, menurut Rizal Saiful Haq, dkk menjelaskan bahwa pada sistem ini
pengguna perpustakaan diperbolehkan mencari dan menelusuri sendiri
bahan pustaka yang dibutuhkan di ruang koleksi. Apabila buku yang
dicari telah ditemukan, maka pengguna perpustakaan boleh meminjam
koleksi tersebut dan dibawa ke meja sirkulasi untuk diproses
peminjamannya.34
Sistem layanan terbuka memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan sistem layanan terbuka:35
1. Pemakai bebas memilih koleksi pustaka yang diinginkannya.
2. pemakai mempunyai peluang alternatif lain dalam memilih koleksi,
khususnya ketika ia tidak menemukan apa yang dikehendakinya.
3. Dalam sistem ini perpustakaan tidak membutuhkan banyak tenaga dalam
mengambil koleksi untuk pengguna.
4. Pemakai dilatih untuk dapat dipercaya dan diberi tanggung jawab terhadap
terpelihara koleksi yang dimiliki perpustakaan.
Kekurangan sistem terbuka antara lain:
1. Lebih memungkinkan terjadinya kesalahan letak koleksi. Hal tersebut bisa
terjadi dikarenakan ketidak tahuan pemakai dalam tata pengaturan koleksi
di rak atau juga dikarenakan kesengajaan yang dilakukan oleh para
pemakai.
2. Ada kemungkinan terjadinya kehilangan koleksi.
3. Memerlukan ruangan yang lebih luas untuk jajaran koleksi.
33 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata
Kerja, h. 170. 34
Rizal Saiful Haq, dkk, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah,
(Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 102. 35
Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata
Kerja, (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 171.
33
b. Sistem Layanan Tertutup (Close Access System)
Sistem layanan ini adalah sistem yang dimana penggunanya tidak
secara bebas untuk mencari koleksi secara mandiri melainkan koleksi
diambil langsung oleh petugas perpustakaan. Menurut Pawit M. Yusuf
dalam bukunya Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah
menjelaskan pelayanan ini dibuat dalam rangka pembinaan dan
pemberian motivasi kepada para siswa dan pengguna lainnya agar
kesinambungan pendayagunaan koleksi perpustakaan tetap
terpelihara.36
Sistem layanan tertutup juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari sistem layanan tertutup:37
1. koleksi perpustakaan akan tetap terjaga susunannya.
2. kemungkinan terjadinya kehilangan bahan pustaka relatif sangat kecil.
3. Ruangan untuk koleksi tidak terlalu luas.
4. Untuk koleksi yang sangat rentan terhadap kerusakan maka sistem ini
sangat sesuai.
Kekurangan sistem layanan tertutup:
1. Untuk memilih buku lain tidak bisa bebas.
2. Butuh banyak petugas pelayanan.
3. Butuh banyak waktu untuk melayani peminjaman.
4. Mempersulit pemakai yang kurang mengetahui cara menggunakan katalog.
Penjelasan diatas menunjukkan adanya perbedaan antara sistem
terbuka dan sistem tertutup. Kedua sistem tersebut memiliki kelebihan
dan kekurangan dalam melayani. Dalam hal ini, perpustakaan bisa
menggunakan sistem manapun yang terpenting adalah bagaimana
perpustakaan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dan baik
36
Pawit M. Yusuf, Petunjuk Praktis: Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan
Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2010), ed.1, cet. 3, h. 82. 37
Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata
Kerja,(Jakarta: Grasindo, 2007), h. 169.
34
agar pengguna dapat terpenuhi keinginannya maupun kebutuhan
informasi yang dikehendaki.
2. Jenis-Jenis Layanan Perpustakaan Sekolah
Jenis layanan yang diberikan perpustakaan sekolah berbagai macam.
Jenis layanan biasanya juga dipengaruhi oleh jenis perpustakaan dan
masyarakat yang dilayaninya. Berikut ada beberapa macam layanan yang
diambil dari beberapa sumber:
a. Pelayanan sirkulasi artinya perputaran koleksi: dipinjam ke luar,
dikembalikan; dipinjam ke luar lagi, dikembalikan lagi dan
seterusnya.38
b. Pelayanan referensi berhubungan denganpengguna perpustakaan yang
kesulitan dalam mencari informasi atau koleksi dan memberikan
petunjuk kepada pengguna mengenai informasi atau koleksi yang
diperlukan dengan cepat dan tepat.39
c. Layanan ruang baca adalah layanan yang diberikan oleh perpustakaan
berupa tempat untuk melakukan kegiatan membaca di perpustakaan.
d. Layanan audio visual adalah layanan perpustakaan khusus yang
berbahan AV (Audio Visual).
e. Layanan jasa dokumentasi adalah jasa layanan berupa penyediaan
dokumen yang diperlukan oleh pengunjung.
38
Pawit M. Yusuf, Petunjuk Praktis: Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan
Sekolah, (Jakarta: Kencana, 2010), ed.1, cet. 3, h. 70. 39
Rizal Saiful Haq, dkk, Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah,
(Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 111.
35
f. Layanan jasa informasi adalah layanan yang diberikan kepada
pengguna perpustakaan berupa informasi-informasi tertentu.
g. Layanan jasa silang layan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
perpustakaan dalam membantu pengguna mencari koleksi yang
diperlukannya. Disini perpustakaan yang bersangkutan menghubungi
perpustakaan lain untuk meminjam koleksi yang dibutuhkan pengguna.
Dari uraian diatas, jenis layanan yang diberikan perpustakaan
sekolah kepada penggunanya sangat bermanfaat dalam membantu mereka
menemukan informasi. Hal-hal tersebut dalam dunia nyata masih belum
terealisasi untuk dilaksanakan karena memiliki banyak kendala seperti
keterbatasan dana, kurangnya SDM dan fasilitas seperti sarana dan
prasarana yang belum cukup bagi perpustakaan sekolah.
C. Kualitas Layanan
1. Definisi Kualitas Layanan
Pada dasarnya kualitas layanan berfokus pada pengguna. Artinya,
pihak yang bersangkutan harus memenuhi kebutuhan dan keinginan
pengguna agar menghasilkan harapan yang diinginkan oleh pengguna.
Faktor utama dalam kualitas layanan adalah jasa yang diharapkan
(expected service) dan jasa yang dipersepsikan (perceived service).
Menurut Gronroos yang dikutip oleh Fandy, kualitas suatu jasa yang
dipersepsikan oleh pelanggan terdiri atas dua dimensi utama yaitu
pertama, technical quality (Outcome dimension) dan kedua, functional
quality (process-related dimension). Selain itu, kualitas layanan bisa
36
dikatakan baik/positif apabila persepsi pelanggan terhadap layanan yang
diberikan dapat memenuhi harapan pengguna (expected quality).40
Menurut Zeithaml, dkk dalam Sri dan Andreas menjelaskan kualitas
jasa adalah tingkat atau sejauh mana perbedaan antara apa yang
diharapkan oleh konsumen dan apa yang dirasakan konsumen. Setiap
pelanggan mempunyai harapan tersendiri mengenai pemilihan jasa yang
akan digunakan untuk kebutuhan pelanggan.41
Menurut Philip Kotler dalam bukunya Marketing management:
analysis, planning, implementation and control menyebutkan bahwa:
“Service quality is harder to define and judge than product quality.”
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kualitas layanan lebih sulit untuk
didefinisikan dan dinilai daripada kualitas produk. Hal ini dikarenakan
kualitas layanan yang bersifat intangible dan proses memberikan layanan
dan penggunaan layanan tersebut dilakukan secara bersamaan. Selain itu,
penyedia jasa layanan harus mampu mengetahui harapan pelanggan agar
dapat memberikan pelayanan yang efektif.
Selanjutnya, Kotler menyebutkan bahwa: “If the perceived service
falls below the expected service, customers lose interest in the provider. If
the perceived service meets or exceeds their expectations, they are apt to
use the provider again.” Artinya, jika pelayanan yang dirasakan rendah
dari layanan yang diharapkan, pelanggan kehilangan minat dalam
40
Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, (Jatim: Bayumedia, 2007), cet. 3, h. 260-261.
41 Sri Vandayuli Riorini dan Andreas Wahyu Gunawan, “Harapan Masyarakat
pada Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Kualitas Pelayanan yang dirasakan dan Pengaruh Merek pada Retail Banking di Indonesia, Media Riset Bisnis & Manajemen,” vol. 11, No. 1, (April 2011): h. 23.
37
menggunakan penyedia jasa. Jika pelayanan yang dirasakan memenuhi
atau melebihi harapan mereka, mereka cenderung menggunakan penyedia
jasa itu kembali. Jelas, penyedia jasa harus benar-benar mengidentifikasi
apa yang diharapakan pengguna agar pengguna berminat untuk
menggunakan jasa layanan yang diberikan. Lalu, pelanggan akan puas jika
mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, ketika mereka
menginginkannya, dimana mereka menginginkannya dan bagaimana
mereka menginginkannya. Hal ini menunjukkan bahwa penyedia layanan
harus melakukan yang terbaik dalam mengidentifikasi harapan pelanggan
mereka dengan masing-masing layanan tertentu.42
Uraian diatas telah menjelaskan definisi kualitas dari beberapa
penulis, kualitas layanan adalah sejauh mana persepsi dan harapan
pengguna terhadap layanan yang diberikan oleh penyedia jasa. Menurut
Kotler dalam Farida Jasfar, kualitas harus dimulai dari kebutuhan
pelanggan dan berakhir pada persepsi konsumen.43
Dengan demikian,
penilaian kualitas layanan dilihat dari sudut pandang konsumen bukan
berasal dari persepsi penyedia jasa. Penggunalah yang merasakan apa yang
diberikan oleh penyedia jasa dalam memenuhi kebutuhan informasi
pengguna.
42
Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation,
and Control, (New Jersey: Northwestern University, 1991), ed. 7, p. 463. 43
Farida Jasfar, Manajemen Jasa:Pendekatan Terpadu, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2009), cet. 2, h. 48.
38
2. Karakteristik Kualitas Layanan
Dalam karakteristik kualitas layanan perpustakaan, Association
Research of Library (ARL) membuat karakteristik kualitas layanan yang
dinamakan LibQual. Karakter tersebut akan ditampilkan pada gambar di
bawah ini:44
KUALITAS LAYANAN
Gambar 1. Karakteristik Kualitas Jasa Layanan Perpustakaan menurut LibQual
diambil dari Cook, Colleen and Heath, Fred (2000)
44
Dwi Surtiawan, “Kepuasan Pemakai dan Peningkatan Kualitas Berbasis Pemakai:
Pendekatan Manajemen Pemasaran sebagai Paradigma Baru Perpustakaan,” vol. 14, (Juni
2007): h. 10, artikel diakses pada 19 April 2014 jam 21:11 dari http://pustakawan.pnri.go.id/
media_pustakawan/detail/5
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
layanan
Kenyamanan
Keandalan
Kemudahan pemakai
Empati
Daya tanggap
Jaminan
Kelengkapan koleksi Perpustakaan
sebagai tempat
Sistem layanan
Kemudahan
pemanfaatan
Papan petunjuk
Pengaturan
ruang Tata letak
39
Berikut adalah penjelasan mengenai karakteristik kualitas layanan
perpustakaan yang terdapat pada gambar di atas dan penulis olah dari
beberapa sumber:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi layanan:
1) Empati
Empati merupakan perhatian seorang petugas perpustakaan
atau pustakawan dalam menangani pengguna untuk mencari
kebutuhan yang diinginkan. Selain itu, empati juga termasuk sikap,
tanggapan maupun respon pustakawan terhadap pengguna dan
dapat merasakan apa yang dibutuhkan pengguna.
2) Daya tanggap (Responsiveness)
Pustakawan yang profesional yaitu pustakawan yang mampu
memberikan layanan cepat dan prima bagi pengguna. Pustakawan
harus mampu membantu pengguna ketika mengalami kesulitan
dalam mencari informasi yang dibutuhkan.
3) Jaminan (Assurance)
Jaminan dalam perpustakaan meliputi pengetahuan yang
dimiliki pustakawan, sopan santun, kemampuan pustakawan dalam
memberikan kepercayaan kepada pengguna mengenai
perpustakaan. Hal ini dilakukan agar pengguna nyaman
memanfaatkan layanan perpustakaan yang disediakan.
b. Keandalan (Realibility)
Perpustakaan dan pustakawan harus mampu memberikan layanan
yang terbaik bagi pengguna. Pustakawan mampu memberikan layanan
40
yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.45
c. Kemudahan Pemakaian
1) Sistem Layanan
Secara teori, perpustakaan memiliki dua sistem layanan yaitu
sistem terbuka dan tertutup. Kedua sistem tersebut mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada dasarnya
pengguna lebih menyukai dengan menggunakan sistem terbuka.
Hal ini dikarenakan pengguna dapat mencari sumber informasi
sesuai kebutuhan yang diinginkan. Kekurangan dari sistem terbuka
yaitu ketika pengguna dapat menghilangkan koleksi tanpa
sepengetahuan petugas. Pada sistem layanan tertutup,
memungkinkan pengguna sulit untuk mencari informasi sesuai
dengan keinginan dan kecurigaan pengguna kepada pustakawan
untuk bersikap adil dalam melayani pemakai selalu ada. Akan
tetapi, perpustakaan dapat menggunakan sistem manapun ketika
pengelola dapat menyediakan kebutuhan informasi yang
diharapkan oleh pengguna.
2) Kemudahan pemanfaatan
Kemudahan menggunakan seluruh fasilitas perpustakaan
dengan membuat aturan yang mudah dipahami, jelas dan tidak
birokratis. Perpustakaan dapat menyediakan sarana dan prasarana
yang dapat digunakan oleh pengguna dalam memanfaatkan
45
Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa, (Jatim: Bayumedia, 2007), cet. 3, h. 273.
41
perpustakaan. Salah satunya yaitu sarana penelusuran yang
mendukung sistem temu kembali informasi dalam membantu
pengguna menemukan informasi yang dibutuhkan.46
Perpustakaan
bisa menyediakan katalog manual/ kartu maupun OPAC serta
sarana pemberitahuan mengenai perpustakaan.
3) Tata letak
Tata letak di sini lebih difokuskan kepada penempatan
perabotan dan perlengkapan agar pemakai mudah menggunakan
koleksi perpustakaan. Perabotan yang ergonomis sangat membantu
kenyaman pemakai.
d. Kelengkapan Koleksi
Peran pengembangan koleksi sangat penting untuk
memajukan perpustakaan. Salah satunya menyediakan
kelengkapan koleksi. Tersedianya koleksi yang lengkap di
perpustakaan dapat memberikan kesempatan yang besar kepada
pengguna dalam memilih dan memperoleh informasi terkini.47
Selain itu, perpustakaan juga dapat mendorong masyarakat untuk
berkunjung dan memanfaatkan layanan perpustakaan ketika
koleksi yang dimiliki sesuai kebutuhan pengguna. Survey di empat
perpustakaan universitas terkemuka di Australia menunjukkan dari
46
Devita Kusumawardani, “Jurnal Temu Kembali Informasi dengan Keyword (Studi
Deskriptif tentang Sistem Temu Kembali Informasi dengan Controlled Vocabulary pada Field
Judul, Subyek, dan Pengarang di Perpustakaan Universitas Airlangga,” diakses pada tanggal 18
Agustus 2014 jam 13:26 wib darihttp://journal.unair.ac.id/filerPDF/jurnal Devita K.pdf . 47
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Sagung
Seto, 2006), cet. 2, h. 113.
42
40 item harapan terhadap layanan perpustakaan, koleksi yang
sesuai dengan kebutuhan pemakai menempati urutan ketiga.48
Menurut standar IFLA, perpustakaan sekolah harus
menyediakan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan informasi
siswa dan hendaknya menyediakan sepuluh buku per murid.
Sekolah Dasar hendaknya memiliki paling sedikit 2.500 judul
materi perpustakaan yang relevan dan mutakhir agar stok buku
berimbang untuk semua umur, kemampuan dan latar belakang.
Paling sedikit 60% koleksi perpustakaan terdiri dari buku nonfiksi
yang berkaitan dengan kurikulum. Di samping itu, perpustakaan
sekolah hendaknya memiliki koleksi untuk keperluan hiburan
seperti novel populer, musik, dolanan, komputer, kaset video, disk
laser video, majalah dan poster.49
e. Perpustakaan sebagai tempat
1) Kenyamanan
Sebagian besar orang kalau ditanya mengenai perpustakaan,
maka jawabannya biasanya tempat menyimpan buku. Perpustakaan
diposisikan sebagai tempat buku atau gudang buku. Lebih ironis
lagi gedung perpustakaan dipersepsikan kotor, tua, berdebu dan
48
Isabella Trahn [et al.], “Analysing The Quality Gap: Reflections on results
from an Australasian University 21 libraries standars survey of service
quality,”(Australia: Australian Library and Information Association, 2001), artikel
diakses pada tanggal 15 Agustus 2014 jam 14:26
darihttp://elibraryusa.hosted.exlibrisgroup.com/primo_library/libweb/action/display.do/ 49
Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO,
(Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2006), h. 13, diakses pada tanggal 19 Agustus 2014 jam
20:54 WIB dari http://www.ifla.org/files/assets/school-libraries-resource-
centers/publications/school-library-guidelines/school-library-guidelines-id.pdf
43
statis. Fasilitas dan kegunaan perpustakaan yang lain menjadi
tidak berarti. Pendapat seperti di atas harus segera diluruskan.
Tempat yang nyaman merupakan hal yang penting dalam
perpustakaan. Sebuah gedung atau ruang yang didesain dengan
menarik dapat membuat pengguna ingin berkunjung ke
perpustakaan. Gedung perpustakaan juga harus lebih dinamis
dalam merespon aktifitas pegawai dalam melayani pemakai,
maupun kebutuhan tambahan pemakai. Selain itu, perpustakaan
dapat menyediakan ruang-ruang khusus demi kenyamanan
pengguna dalam mengunjungi perpustakaan. Ruangan tersebut
diantaranya:50
a) kawasan ruang belajar dan riset untuk penempatan meja
informasi, laci katalog, katalog terpasang, meja belajar dan
riset, koleksi referensi dan dasar.
b) kawasan ruang baca informal untuk buku dan majalah yang
mendorong literasi, pembelajaran sepanjang hayat, dan
membaca untuk keceriaan.
c) kawasan ruang instruksional dengan kursi yang disusun untuk
kelompok kecil, kelompok besar dan instruksional formal
seluruh kelas, “dinding pengajaran”, dengan kawasan teknologi
pengajaran dan pameran yang sesuai.
d) kawasan ruang proyek kelompok dan produksi untuk kerja
50
Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO,
(Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2006), h.11, diakses pada tanggal 19 Agustus 2014 jam
20:54 WIB dari http://www.ifla.org/files/assets/school-libraries-resource-
centers/publications/school-library-guidelines/school-library-guidelines-id.pdf
44
fungsional dan pertemuan perorangan, kelompok maupun
kelas, serta fasilitas untuk produksi media.
e) kawasan ruang administrasi untuk meja sirkulasi, ruang kantor,
kawasan untuk memproses materi media perpustakaan,
penyimpanan peralatan pandang-dengar, dan kawasan materi
serta alat tulis kantor.
2) Papan petunjuk
Papan petunjuk mengenai lokasi perpustakaan penting untuk
diberikan kepada pengguna. Petunjuk tersebut dapat memudahkan
pemakai ketika ingin mengunjungi perpustakaan. Denah di dalam
gedung juga perlu diperhatikan agar tidak membingungkan
pengguna dalam berkunjung.
3) Pengaturan ruangan
Ruangan yang tertata baik dan fungsional akan memudahkan
pegawai maupun pengunjung dalam memenuhi kebutuhannya.
Pengaturan ruangan yang baik sangat mempengaruhi tingkat
intensitas kunjungan pemakai. Penggunaan konsultan disain
interior maupun eksterior dalam derajat tertentu jauh lebih efektif
dan efisien.51
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa karakteristik kualitas
51
Dwi Surtiawan, “Kepuasan Pemakai dan Peningkatan Kualitas Berbasis Pemakai:
Pendekatan Manajemen Pemasaran sebagai Paradigma Baru Perpustakaan,” vol. 14, (Juni
2007): h. 11-12, artikel diakses pada 19 April 2014 jam 21:11 dari
http://pustakawan.pnri.go.id/media_pustakawan/detail/5.
45
layanan perpustakaan dapat dilihat dari aspek-aspek yang
mempengaruhi layanan seperti faktor empati, daya tanggap serta
jaminan, keandalan, kelengkapan koleksi, kemudahan pemakai dan
perpustakaan sebagai tempat. Karakter-karakter tersebut dapat
diterapkan pada perpustakaan dan pustakawan dalam memberikan
pelayanan yang lebih prima dan berkualitas.
D. LIBQUAL+™
LibQual adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengukur
kualitas layanan di perpustakaan. LibQual merupakan adaptasi dari metode
SERVQUAL yang dirancang oleh para pakar bidang ilmu perpustakaan pada
tahun 1999 yang tergabung dalam Association of Research Libraries (ARL)
dan bekerjasama dengan Texas A&M University.52
LibQual+™ adalah salah satu pengukuran tingkat layanan perpustakaan
yang digunakan untuk mengumpulkan, memahami, dan bertindak atas
pendapat pengguna perpustakaan mengenai kualitas layanan. LibQual+™
memungkinkan penilaian sistematis dalam mengukur kualitas layanan
perpustakaan. Tujuan dari LibQual+™ adalah:
1. Mendorong sebuah budaya unggul dalam memberikan layanan
perpustakaan.
2. Membantu pengguna perpustakaan agar lebih memahami persepsi dari
52
Bruce Thompson, Collen Cook dan Fred Heath, “Realibility and Structure of
LibQual+™Scores: Measuring Perceived Library Service Quality,” (Washington D.C:
Assosiation of Research Libraries, 2000), p. 5, artikel diakses pada tanggal 14 Agustus 2014 jam
09:00 WIB dari http://www.libqual.org/documents/admin/reliabilitystructure.pdf
46
kualitas layanan perpustakaan.
3. Mengumpulkan dan menafsirkan masukan pengguna perpustakaan secara
sistematis dari waktu ke waktu.
4. Memberikan penilaian perpustakaan dengan informasi dari rekan lembaga
lain sebagai pembanding.
5. Mengidentifikasi praktek-praktek terbaik dalam pelayanan perpustakaan.
6. Meningkatkan analitis staf perpustakaan dan kemampuan untuk bertindak
terhadap data.53
Pada dasarnya penilaian kualitas layanan yaitu “Only customers judge
quality; all other judgments are essentially irrelevant (hanya pengguna yang
berhak menilai suatu kualitas layanan, seluruh penilaian lain sebenarnya
tidaklah relevan).”54
Metode LibQual+™ digunakan untuk mengukur kualitas
layanan perpustakaan berdasarkan persepsi dan harapan pemustaka (minimum
dan yang diinginkan). Ada empat dimensi dalam metode LibQual+™ yang
dijadikan sebagai variabel pengukuran kualitas layanan:55
1. Access to information: Dimensi ini menilai kecukupan koleksi yang
dimiliki perpustakaan dan kemampuan pengguna dalam mengakses
informasi yang dibutuhkan secara tepat waktu.
2. Affect of service: Merupakan penilaian terhadap aspek/sisi manusia dari
53
MaShana Davis dan Kyrillidou, “LibQUAL+. Procedures Manual,” (Washington D.C:
Association of Reaseach Libraries, 2009), diakses 7 April 2014 jam 20:21 WIB dari
http://www.libqual.org/documents/LibQual/publications/ProceduresManual.pdf. 54
Bruce Thompson, Collen Cook dan Fred Heath, “Two Short Forms of The
LibQual+Survey: assessing Users’ perceptions of Library Service Quality,” diakses pada tanggal
20 April 2014 jam 21:00 WIB dari http://www.jstor.org/stable/4309686 h. 454. 55
Fred Heath [et.al], “Emerging Tools for Evaluating Digital Library Services: Conceptual
Adaptions of LibQual and CAPM,” Journal of Digital Information 4, no. 2, (Juni 2003), artikel diakses
pada tanggal 18 Agustus 2014 jam 14:27 wib dari http://jodi.tamu.edu/Articles/v04/i02/Heath/#top.
47
organisasi perpustakaan. Dimensi ini meliputi sikap empati (empathy)
yaitu perhatian seorang petugas perpustakaan atau pustakawan dalam
menangani pengguna untuk mencari kebutuhan yang diinginkan, jaminan
(assurance) yaitu pengetahuan, kemampuan, ramah, sopan, dan dapat
memberikan rasa aman dan percaya kepada konsumen, kehandalan
(realibility) adalah memberikan layanan secara cepat, kemampuan untuk
dipercaya dan tepat waktu serta daya tanggap (responsiveness) yaitu
kemampuan pustakawan dalam memberikan layanan jasa yang dibutuhkan
pengguna.
3. Personal control: Dimensi ini terkait dengan mampu tidaknya pengguna
untuk dapat mencari dan mengontrol berbagai informasi yang disediakan
oleh pustakawan/petugas perpustakaan maupun lembaga informasi
lainnya. Bagaimana pengguna dapat melakukan aktivitas secara mandiri di
perpustakaan dalam memanfaatkan fasilitas atau layanan perpustakaan.
4. Library as place: Dimensi ini menyangkut penilaian perpustakaan oleh
pengguna dalam pengertian fisik. Perpustakaan dinilai dari segi fungsional
ruangnya untuk kegiatan belajar, tempat berkontemplasi dan refleksi diri
atau meningkatkan intelektual pengguna.
Metode LibQual+™ dapat juga digunakan untuk mengkaji suatu proses.
Artinya, metode tersebut mengumpulkan data dari suatu proses. Metode ini
merupakan metode yang paling efisien dalam mengukur kinerja serta berguna
untuk mengetahui layanan mana yang harus diperbaiki maupun layanan yang
perlu ditingkatkan. Metode LibQual+™berguna sebagai sarana penilaian atau
pengukuran yang dilakukan pengguna terhadap kualitas layanan perpustakaan
48
yang diberikan kepada pengguna, apakah sesuai dengan yang diharapkan
pengguna atau belum memenuhi kebutuhan pengguna.
Keuntungan menggunakan metode LibQual+™ dalam perpustakaan:56
1. Untuk mengidentifikasi praktek-praktek dalam layanan perpustakaan,
menganalisis defisit dan mengalokasikan sumber daya agar efektif.
2. Untuk menilai layanan perpustakaan agar sesuai dengan harapan
pengguna.
3. Membandingkan kinerja perpustakaan dengan institusi lain.
4. Kesempatan untuk menarik komunitas dengan adanya keunggulan di
layanan perpustakaan.
5. Memberikan kesempatan bagi pengguna perpustakaan untuk memberikan
masukan dalam memperbaiki kualitas layanan perpustakaan sehingga
dapat mengembangkan perpustakaan sesuai dengan harapan pengguna.57
Metode LibQual+™ memang di desain untuk mengukur kualitas layanan
dalam perpustakaan. Metode ini dibuat untuk mengetahui apa yang dirasakan
pengguna (persepsi) dan mengetahui harapan pengguna terhadap layanan yang
diberikan perpustakaan. Dengan adanya metode LibQual+™, perpustakaan
bisa lebih mengetahui apa yang diinginkan pengguna dan kesenjangan antara
persepsi dan harapan pengguna terhadap kualitas layanan perpustakaan.
56
David Green dan Marta Kyrillidou, “LibQual+, Procedurs Manual”, (Washington
D.C: Association of Research Libraries, 2012), h. 11,diakses 7 April 2014 jam 20:21 WIB dari
http://www.libqual.org/documents/LibQual/publications/ProceduresManual.pdf. 57
Collen Cook [et.al], “LibQual+® 2011 Survey Results”, (Washington D.C: Association
of Research Libraries, 2011), h.7, artikel diakses 12 April 2014 jam 21:13 WIB dari
https://www.lib.polyu.edu.hk/planning/survey/libqual2011report.pdf.
49
BAB III
GAMBARAN UMUM
PERPUSTAKAAN SMA BAKTI IDHATA JAKARTA SELATAN
A. Sejarah Singkat SMA Bakti Idhata
SMA Bakti Idhata berlokasi di Jl. Melati No. 25 Fatmawati Jakarta
Selatan. Awal berdirinya SMA Bakti Idhata yaitu pada tahun 1987 yang
berstatus sebagai Sekolah Menengah Terbuka. Sekolah Menengah Terbuka
yaitu sekolah yang terdiri dari SMA yang memiliki jurusan IPA, IPS, IPB
serta program studi kejuruan yang setaraf dengan SMK dan tokoh yang
mempelopori pembangunan sekolah ini adalah Prof. Dr. Setiadi. Beliau adalah
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Ia sangat aktif dan peduli terhadap masalah pendidikan di
Indonesia.
Pada tahun 1981, Sekolah Menengah Terbuka berubah nama menjadi
Sekolah Menengah Atas Klasikal. Hal ini disebabkan adanya pengelola
terpadu yaitu Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan pengurusnya
adalah anggota dari organisasi Ikatan Dharma Wanita Persatuan Depdiknas,
sehingga nama sekolah Menengah Atas Klasikal tersebut dinamakan menjadi
Sekolah Bakti Idhata (yang mempunyai kepanjangan yaitu Bakti Ikatan
Dharma Wanita Persatuan).
Pada tahun 2003 SMA Bakti Idhata di ubah namanya menjadi SM
Terpadu Bakti Idhata. Hal ini dikarenakan SMA Bakti Idhata memiliki
program studi IPA, IPS, dan IPB dan juga membuka program studi kejuruan
50
setaraf dengan SMK untuk jurusan Peranti Lunak, Teknik Komputer Jaringan
Multimedia. Dengan kata lain, Sekolah Bakti Idhata mengelola dua unit
sekolah dalam satu manajemen.
Seiring dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat dan
perkembangan ilmu pengetahuan, pada tahun 2007 Sekolah Menengah
Terpadu Bakti Idhata berubah kembali menjadi SMA Bakti Idhata seperti
namanya semula dan oleh Depdiknas program kejuruan yang dikelola oleh
SMA Bakti Idhata harus berdiri sendiri dibawah naungan manajemen yang
berbeda, maka berdirilah SMK Bakti Idhata dengan gedung terpisah.
B. Visi dan Misi SMA Bakti Idhata
1. Visi SMA Bakti Idhata
“Menjadi Sekolah yang memberikan pendidikan bermutu tinggi, efisien,
unggul, mandiri dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta
berkembang menjadi sekolah yang terbaik di Indonesia serta tidak
melupakan fungsi sosial.”
2. Misi SMA Bakti Idhata
a. Memberikan pendidikan terbaik secara tepat dan cermat dengan selalu
memperhatikan tata nilai etika profesional yang tinggi secara
menyeluruh bagi anak didik tanpa membedakan latar belakang
keagamaan, kebangsaan, kesukuan, jenis kelamin dan kebudayaan
sosial.
b. Menyelenggarakan pendidikan yang berkesinambungan serta mengacu
pada kurikulum yang berorientasi pada mutu sehingga mampu
51
melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi dengan tidak melupakan
fungsi sosial.
c. Melaksanakan pendidikan bermutu tinggi secara komprehensif kepada
anak didik yang berorientasi kepada kepuasan dan kenyamanan anak
didik.
C. Perpustakaan SMA Bakti Idhata
Perpustakaan SMA Bakti Idhata didirikan sejak sekolah Bakti Idhata
berdiri yaitu tahun 1987. Pada awalnya, perpustakaan SMA Bakti Idhata
hanya sebuah gedung yang berisikan buku-buku sumbangan dari Depdiknas.
Kemudian, pada tahun 2000 perpustakaan SMA Bakti Idhata diolah menjadi
sebuah sarana yang layak bagi pengguna. Perpustakaan SMA Bakti Idhata
dikelola oleh Ibu Ratih Indriani yang merupakan staf yayasan dan beliau
ditugaskan untuk melakukan pembenahan perpustakaan selama dua bulan.
Namun, Ibu Ratih Indriani tidak sepenuhnya mengelola perpustakaan karena
beliau dibantu oleh dua petugas perpustakaan yaitu Ibu Rodiah dan Pak Yadi.
Saat ini perpustakaan SMA Bakti Idhata telah dimanfaatkan oleh siswa, guru
maupun karyawan.
1. Visi Perpustakaan SMA Bakti Idhata
“Menyediakan sumber informasi dalam bidang umum dan bidang
keagamaan sebagai pendukung kegiatan sekolah khususnya Sekolah Bakti
Idhata.”
52
2. Misi Perpustakaan SMA Bakti Idhata
“Menciptakan sumber pembelajaran, pengajaran yang lebih kondusif dan
komprehensif.”
3. Tujuan Perpustakaan SMA Bakti Idhata
“Secara umum tujuan didirikannya perpustakaan SMA Bakti Idhata adalah
untuk mendukung kegiatan dalam bidang pengajaran dan pembelajaran.”
D. Susunan Organisasi dan SDM Perpustakaan
Usaha pengkordinasian segala kegiatan yang berhubungan dengan
kegiatan penyelenggaraan perpustakaan sekolah biasanya dibawahi dalam
suatu organisasi yang disebut struktur organisasi perpustakaan sekolah.
Sebuah organisasi perpustakaan sekolah harus menunjukkan hubungan antara
kepala dengan sub bidang yang lainnya agar memiliki kejelasan dalam
tanggung jawab masing-masing. Perpustakaan SMA Bakti Idhata dinaungi
oleh pihak yayasan sekolah. Kemudian, pihak yayasan berkordinasi kepada
kepala sekolah dalam mengawasi kegiatan perpustakaan dan perpustakaan
terutama kegiatan layanan teknis maupun layanan pemakai bertanggung jawab
pada kepala TU. Untuk lebih jelas, di bawah ini akan menggambarkan struktur
organisasi yang ada di Perpustakaan SMA Bakti Idhata sebagai berikut:
53
STRUKTUR ORGANISASI
PERPUSTAKAAN SMA BAKTI IDHATA
Gambar 2. : Susunan Organisasi Perpustakaan SMA Bakti Idhata (sumber:
Perpustakaan SMA Bakti Idhata).
Di bawah ini akan dijelaskan mengenai struktur organisasi dalam
pengelolaan perpustakaan SMA Bakti Idhata:
1. Yayasan Bakti Idhata bertugas sebagai pembina sekolah, mengawasi serta
mengkoordinasi pihak kepala sekolah, kepala TU serta perpustakaan.
2. Kepala sekolah bertugas sebagai pihak yang mengawasi dan berkoordinasi
pada staff TU dan pengelola perpustakaan sekolah.
3. Kepala tata usaha bertanggung jawab membawahi staf pengelola
perpustakaan seperti pengelola layanan teknis dan pengelola layanan
pemakai mengenai kegiatan perpustakaan.
4. Pengelola layanan teknis bertanggung jawab mengelola semua kegiatan
inventarisasi, klasifikasi, penyelesaian koleksi, dan pengaturan koleksi.
Kegiatan ini dilakukan oleh Ibu Rodiah selaku petugas layanan teknis.
YAYASAN BAKTI IDHATA
KEPALA SEKOLAH
KA.TATAUSAHA
LAYANAN TEKNIS LAYANAN PEMAKAI
54
5. Pengelola layanan pemakai bertanggung jawab dari kaur pelayanan
sirkulasi dan pembaca adalah: Mengelola semua kegiatan pelayanan
perpustakaan untuk pengguna perpustakaan. Kegiatan ini dilakukan oleh
Pak Yadi selaku petugas layanan pemakai.
E. Koleksi Perpustakaan SMA Bakti Idhata
Koleksi yang ada di perpustakaan sekolah Bakti Idhata merupakan
koleksi yang disediakan bagi siswa, guru ataupun karyawan. Koleksi yang
dimiliki sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna dan kurikulum. Koleksi
perpustakaan sekolah Bakti Idhata telah dipertimbangkan atas usulan, guru,
murid dan petugas perpustakaan yang bersifat menunjang kegiatan belajar.
Berikut adalah rincian koleksi perpustakaan Bakti Idhata, yaitu:
Tabel 1
Rekapitulasi koleksi Perpustakaan SMA Bakti Idhata Per Juli 2014
No Jenis Buku Jumlah Judul Jumlah Exp
1 Buku Bacaan 1573 Judul 3380 Exp
2 Buku Referensi 263 Judul 374 Exp
3 Buku Penunjang 31 Judul 2242 Exp
4 Buku Paket 79 Judul 15279 Exp
Jumlah Keseluruhan 1946 Judul 21275 Exp
(sumber: Perpustakaan SMA Bakti Idhata)
F. Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata
Sistem pelayanan yang diberikan dan diberlakukan oleh perpustakaan
SMA Bakti Idhata adalah sistem terbuka (Open Access) sehingga pemakai
dapat langsung mencari koleksi yang diperlukan untuk dibaca atau dipinjam.
55
Dalam layanan, perpustakaan masih bersifat manual dan belum
menerapkan sistem automasi maupun digital. Beberapa unit komputer hanya
digunakan oleh petugas perpustakaan untuk keperluan administrasi
perpustakaan. Pelayanan diberikan setiap hari kerja yaitu lima hari dalam
seminggu. Untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini:
Tabel 2
Jam Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata
Hari Jam Layanan
Senin-kamis Pkl. 06:30-15:00
Jum’at Pkl. 06:30-12:00
(Sumber: Perpustakaan SMA Bakti Idhata).
Adapun jenis pelayanan perpustakaan SMA Bakti Idhata sediakan, yaitu:
1. Layanan Ruang Baca
Pelayanan ini merupakan tugas pokok dalam perpustakaan demi
meningkatkan kesempatan para pengguna untuk memanfaatkan koleksi
secara maksimal dan menumbuh kembangkan daya berfikir siswa serta
meningkatkan wawasan pengetahuan secara luas, terutama memberikan
kebiasaan kepada siswa dalam membaca. Layanan ini diberikan dengan
menyediakan ruang baca bagi pemakai yang ingin memanfaatkan koleksi
di perpustakaan.
2. Layanan Sirkulasi
Layanan ini diberikan kepada para siswa dan guru dalam
peminjaman maupun pengembalian koleksi perpustakaan. Untuk
memanfaatkan koleksi perpustakaan, maka pengguna terlebih dahulu harus
56
menjadi anggota perpustakaan. Peminjaman dilakukan dengan cara dicatat
pada buku peminjaman. Jumlah koleksi yang dapat dipinjam adalah
sebanyak tiga eksemplar selama satu minggu.
3. Layanan Referensi
Penyediaan berbagai sumber referensi yang meliputi kamus,
ensiklopedi, sumber biografi, bibliografi, sumber geografi, indeks, abstrak,
direktori dan sumber-sumber referensi lainnya.
4. Bimbingan Membaca
Bimbingan membaca merupakan bimbingan yang diberikan oleh
pustakawan kepada pengguna. Pustakawan memberikan bimbingan dalam
hal mencari informasi atau koleksi yang mereka butuhkan agar para
pengguna atau anggota perpustakaan tidak selalu bergantung kepada
pustakawan dalam mencari buku.
5. Layanan KBM
Layanan ini diberikan oleh perpustakaan atas kerjasama antara
guru dengan staf perpustakaan dalam kegiatan belajar mengajar. Selain di
dalam kelas, kegiatan belajar mengajar siswa juga dapat dilakukan di
perpustakaan.
G. Sarana dan Prasarana Perpustakaan SMA Bakti Idhata
1. Gedung/Ruang
Luas gedung sekitar 200 M2 (20 X 10 M) berada di lantai dasar
sekolah. Gedung perpustakaan hanya satu ruangan yang terdiri dari, ruang
baca, ruang koleksi dan ruang pegawai.
57
2. Perlengkapan
Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, perpustakaan sekolah
dilengkapi dengan perlengkapan penunjang antara lain:
Tabel 3
Perlengkapan Perpustakaan SMA Bakti Idhata
Perlengkapan Jumlah
Lemari Koleksi 32 Buah
Meja Kaca Sambung 10 Buah
Meja Kaca Tinggi 4 Buah
Meja Lesehan 2 Buah
Meja Informasi 1 Buah
Rak Kamus 1 Buah
Lemari Koran 2 Buah
Lemari Katalog 2 Buah
Lemari Majalah 2 Buah
Lemari Arsip 2 Buah
Tempat Penitipan Tas 2 Buah
AC 4 Buah
Komputer 2 Buah
(sumber: Perpustakaan SMA Bakti Idhata)
H. Sumber Dana Perpustakaan SMA Bakti Idhata
Sumber dana perpustakaan berasal dari biaya pendidikan siswa yaitu
SPP. Dari dana SPP, yayasan sekolah bakti idhata memberikan dana kurang
lebih sekitar 10 juta rupiah. Dana tersebut diberikan untuk kegiatan
perpustakaan terutama pengadaan koleksi. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Ibu Ratih Indriani, untuk pengadaan koleksi pihak yayasan memiliki
dua cara yaitu pertama, melibatkan penerbit dan kedua, permintaan dari
58
sekolah. Kalau dari penerbit, pengelola perpustakaan menseleksi koleksi mana
saja yang sesuai dengan kebutuhan infomasi para pengguna. Sedangkan,
permintaan dari sekolah merupakan usulan dari guru atau siswa yang
membutuhkan informasi sesuai keinginan mereka.
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan
tentang analisis kualitas layanan perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan.
A. Prosedur Penelitian
Penulis melakukan penelitian di SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan yang
berlokasi di Jalan Melati No. 25, Cilandak Barat. Penulis melakukan
penelitian dengan cara observasi, wawancara dan menyebarkan kuesioner
kepada responden. Wawancara dilakukan kepada pihak yang bersangkutan
yaitu petugas perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan. Penyebaran
kuesioner dilakukan pada Hari Kamis, tanggal 05 Juni 2014.
B. Responden
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
accidential sampling, teknik ini digunakan ketika peneliti bertemu anggota
sampel secara kebetulan ada atau dijumpai.58
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 dan 2 yang berjumlah
245 siswa dan terdiri dari jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Siswa kelas 1
sebanyak 100 siswa dan siswa kelas 2 sebanyak 145 siswa. Dalam penelitian
ini penulis mengambil sampel sebanyak 25% dari jumlah siswa kelas 1 dan 2
SMA Bakti Idhata yaitu 245 siswa, maka sampel yang diambil adalah 25% X
245 siswa = 61,25 dibulatkan menjadi 62 responden.
58
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet.
2, h. 45.
60
C. Teknik Pengolahan Data
Data-data yang diterima melalui kuesioner ini kemudian diolah
menggunakan metode LibQual+™:
1. Penataan data mentah, penataan data mengacu kepada kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengatur dan mengorganisasikan data
mentah yang terkumpul di lapangan. Peneliti mengumpulkan data dari
hasil studi lapangan, kuesioner, dan wawancara. Tahap penyuntingan
(editing) dalam tahap ini melihat dengan cermat apakah ada kuesioner
yang secara salah diisi oleh responden, ada halaman yang hilang dan poin-
poin penting terlewatkan.
2. Mencatat semua frekuensi jawaban yang telah diberikan responden.
3. Mencari rata-rata (mean) dari setiap pernyataan berdasarkan layanan
minimum yang dibutuhkan pemustaka, layanan yang diharapkan dan
layanan yang diterima (rasakan). Dengan cara menjumlahkan jawaban
yang diberikan pada setiap pernyataan lalu dibagi dengan jumlah
responden.
4. Menghitung selisih (Gap) antara rata-rata layanan yang diterima
(dirasakan) dengan rata-rata layanan minimum yang dibutuhkan
pemustaka, untuk menentukan nilai kecukupan (Gap Adequacy).
Rumusnya:
GA = PERCEIVED – MINIMUM
Keterangan : GA = Gap Adequacy
Perceived = layanan yang diterima (dirasakan).
Minimum = layanan minimal yang dibutuhkan.
61
Apabila skor GA ( Gap Adequacy ) menunjukkan nilai yang
positif, hal ini menunjukkan bahwa layanan yang diberikan telah
memenuhi harapan minimum pemustaka, yang dapat diartikan pula bahwa
pemustaka puas pada kepuasan minimalnya. Sebaliknya apabila skor GA
menunjukkan nilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa layanan yang
diberikan belum memenuhi harapan minimum pemustaka, yang dapat
diartikan bahwa pemustaka tidak puas terhadap kepuasan minimalnya.
5. Menghitung selisih (Gap) antara rata-rata layanan yang diterima
(dirasakan) dengan rata-rata layanan yang diharapkan (diinginkan)
pemustaka, untuk menentukan nilai kepuasan (Gap Superiority).
Rumusnya:
GS = PERCEIVED – DESIRED
Keterangan: GS = Gap Superiority
Perceived = layanan yang diterima(dirasakan).
Desired = layanan yang diharapkan.
Apabila skor GS (Gap Superiority) menunjukkan nilai yang positif
hal ini menunjukkan bahwa layanan yang diberikan telah memenuhi
harapan sesungguhnya yang diinginkan pemustaka, yang dapat diartikan
pula bahwa pemustaka puas terhadap layanan yang diterimanya.59
59
Hong Kong Polytechnic University. LibQual+® 2011 Survey Results. Washington
D.C: Association of Research Libraries, 2011, h. 10-11. Diakses 12 April 2014 jam 21:13 WIB
dari https://www.lib.polyu.edu.hk/planning/survey/libqual2011report.pdf.
62
D. Kisi-Kisi Kuesioner
Berdasarkan kajian tinjauan literatur yang telah dijelaskan, maka penulis
membuat kisi-kisi kuesioner dengan 4 variabel yaitu Access to Information
(Akses terhadap informasi), Affect to service (Sikap petugas terhadap
pengguna), Personal Control (Kemampuan pengguna dalam mencari
informasi secara individu), dan Library as Place (Perpustakaan sebagai
tempat) kemudian dibagi menjadi 26 indikator variabel:
Tabel 4
Kisi-kisi Kuesioner
No Variabel Indikator Variabel Item
1 AI (access to
information)
Kelengkapan koleksi Buku 1
Kelengkapan koleksi terbitan berseri 2
Kelengkapan koleksi referensi 3
Tersedianya koleksi fiksi 4
Tersedianya koleksi BSE (buku
sekolah elektronik)
5
Relevansi koleksi 6
Kemutakhiran koleksi 7
Keberagaman koleksi 8
Pemenuhan kebutuhan informasi 9
Jam layanan perpustakaan 10
2 AS (affect to
service)
Keramahan pustakawan 11
Penampilan pustakawan 12
Membantu pemustaka 13
Kecepatan dan ketepatan
pustakawan
14
Wawasan pustakawan mengenai
perpustakaan
15
3 PC (personal
control)
Tersedianya katalog kartu/OPAC 16
Tersedianya sarana pemberitahuan 17
63
mengenai perpustakaan
Tersedianya komputer 18
Petunjuk penggunaan koleksi 19
Susunan/klasifikasi buku 20
4 LP (library as
place)
Desain gedung 21
Ruang perpustakaan 22
Tempat nyaman 23
Adanya berbagai fasilitas 24
Adanya rak/tempat penitipan 25
Memiliki berbagai ruang 26
Jumlah 26
E. Analisis Identitas Responden
Analisis identitas responden terdiri dari jenis kelamin, kelas, jurusan dan
intensitas kunjungan ke perpustakaan yang akan dijelaskan pada tabel di
bawah ini:
1. Jenis Kelamin Responden
Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan prosentase jenis kelamin
yang mengisi kuesioner:
Tabel 5
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase %
Laki-Laki 22 35,4 %
Perempuan 40 64,6 %
Jumlah 62 100 %
Dilihat dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang
paling sering datang ke perpustakaan adalah hampir setengahnya
perempuan dengan prosentase 64,6 % dan setengahnya laki-laki dengan
prosentase 35,4 %.
64
2. Kelas Responden
Pada tabel di bawah ini akan menjelaskan kelas responden yang
mengisi kuesioner:
Tabel 6
Kelas Responden
Kelas Frekuensi Prosentase %
1 37 59,7 %
2 25 40,3 %
Jumlah 62 100 %
Dilihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa kelas yang hampir
setengahnya mengisi kuesioner yaitu kelas 1 dengan prosentase 59,7 %
dan setengahnya kelas 2 dengan prosentase 40,3 %.
3. Jurusan Responden
Pada tabel di bawah ini akan menjelaskan jurusan responden yang
mengisi kuesioner:
Tabel 7
Jurusan Responden
Jurusan Frekuensi Prosentase %
IPA 29 46,7 %
IPS 32 51,7 %
Bahasa 1 1,6 %
Jumlah 62 100 %
Dilihat dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden terbanyak
berasal dari jurusan IPS sebesar 51,7 %, kemudian jurusan IPA sebagian
kecil yaitu berjumlah 46,7 %, dan jurusan bahasa memiliki prosentase
kecil dengan jumlah 1,6 %.
65
4. Intensitas Kunjungan
Pada tabel di bawah ini akan menjelaskan intensitas kunjungan
siswa dalam mengunjungi perpustakaan SMA Bakti Idhata:
Tabel 8
Intensitas Kunjungan
Intensitas
Kunjungan
Frekuensi Prosentase %
< 2 kali/minggu 45 72,5 %
2-3 kali/minggu 14 22,6 %
> 3 kali/minggu 3 4,9 %
Jumlah 62 100 %
Dilihat dari tabel di atas menunjukkan bahwa intensitas kunjungan
siswa dalam mengunjungi perpustakaan sekitar < 2 kali/minggu dengan
prosentase paling banyak yaitu 72,5 %, kemudian 2-3 kali/minggu
sebagian kecil dengan jumlah 22,6 %, dan > 3 kali/minggu memiliki
prosentase kecil yaitu berjumlah 4,9 %.
F. Analisis Hasil Penelitian
Analisis hasil penelitian ini membahas mengenai variabel-variabel yang
dijadikan indikator dalam kuesioner penelitian. Variabel tersebut dibagi
menjadi 4 aspek yaitu Access to Information (10 item pernyataan), Affect to
service (5 item pernyataan), Personal Control (5 item pernyataan), dan
Library as Place (6 item pernyataan). Dari hasil analisis ini, maka dapat
diketahui selisih gap (kesenjangan) antara layanan yang diharapkan dengan
kinerja yang diterima (dirasakan). Di bawah ini akan dijelaskan secara rinci
hasil penelitian dari penyebaran kuesioner yang dilakukan oleh penulis:
66
1. Variabel Ketersediaan Koleksi (Access to Information)
Variabel ketersediaan koleksi memiliki 10 item pernyataan yang
dijadikan sebagai indikator variabel sebagai pengukuran kualitas layanan,
diantaranya :
a. Kelengkapan Koleksi Buku
Tabel di bawah ini akan menjelaskan mengenai kelengkapan
koleksi perpustakaan SMA Bakti Idhata dilihat dari harapan minimum,
harapan yang diinginkan dan persepsi responden:
Tabel 9
Kelengkapan Koleksi
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived
1 Kelengkapan koleksi buku
untuk membantu anda
dalam mengerjakan tugas.
5,05 5,80 5,38 0,33 -0,42
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pengguna perpustakaan
berharap tinggi terhadap kelengkapan koleksi buku untuk membantu
siswa dalam mengerjakan tugas dengan skor 5,80, tingkat layanan
minimum yang diperkirakan dapat terpenuhi oleh perpustakaan yaitu
5,05 (sedang) dan kinerja yang dirasakan memiliki skor 5,38 (sedang),
sehingga terjadi Gap Adequacy (GA) yang positif dengan skor 0,33
dan Gap Superiorty (GS) skor negatif yaitu -0,42. Apabila GA positif,
maka kinerja yang dirasakan sudah memenuhi harapan minimum
pemustaka atau berada pada zona toleransi (cukup), sedangkan GS
memiliki skor negatif, maka kualitas layanan yang diberikan oleh
67
perpustakaan kepada pengguna belum sesuai dengan apa yang
diinginkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas
perpustakaan SMA Bakti Idhata, Ibu Rodiah, koleksi perpustakaan
banyak yang tidak sesuai dengan harapan siswa. Hal ini dikarenakan
adanya faktor yang menyebabkan koleksi tidak berkembang, salah
satunya yaitu terhambatnya dana dari pihak yayasan sekolah.
b. Kelengkapan Koleksi Terbitan Berseri
Tabel di bawah ini akan menjelaskan kelengkapan koleksi
terbitan berseri berdasarkan pendapat responden dilihat dari harapan
minimum, harapan sesungguhnya dan persepi:
Tabel 10
Kelengkapan Koleksi Terbitan Berseri
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived
2 Kelengkapan koleksi
terbitan berseri (majalah,
surat kabar, dll) untuk
membantu anda dalam
mengerjakan tugas.
5,09 5,54 5,41 0,32 -0,13
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pengguna
perpustakaan berharap tinggi terhadap kelengkapan koleksi terbitan
berseri untuk membantu siswa dalam mengerjakan tugas dengan skor
5,54, tingkat layanan minimum yang diperkirakan dapat terpenuhi oleh
perpustakaan yaitu 5,09 (sedang) dan kinerja yang dirasakan memiliki
68
skor 5,41 (sedang), sehingga terjadi Gap Adequacy (GA) yang positif
dengan skor 0,32 dan Gap Superiorty (GS) skor negatif yaitu -0,13.
Apabila GA positif, maka kinerja yang dirasakan sudah memenuhi
harapan minimum pemustaka atau berada pada zona toleransi (cukup),
sedangkan GS memiliki skor negatif, maka perpustakaan belum
mampu untuk memberikan kualitas layanan yang unggul bagi
pengguna.
c. Kelengkapan Koleksi Referensi
Tabel dibawah ini akan menjelaskan mengenai kelengkapan
koleksi referensi berdasarkan pendapat responden:
Tabel 11
Kelengkapan Koleksi Referensi
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived
3 Kelengkapan koleksi
referensi (kamus,peta,
ensiklopedi, dll) untuk
membantu anda dalam
mengerjakan tugas.
5,46 6,34 5,80 0,34 -0,54
Dilihat pada tabel di atas responden berharap tinggi pada
kelengkapan koleksi referensi yang disediakan perpustakaan untuk
membantu siswa dalam mengerjakan tugas dengan skor 6,34,
kemudian tingkat layanan minimum yang diperkirakan terpenuhi oleh
perpustakaan memiliki skor 5,46 (sedang), sedangkan kinerja yang
diterima oleh pengguna yaitu 5,80 (sedang). Jadi, Gap Adequacy
69
menunjukkan positif dengan skor 0,34 sehingga perpustakaan sudah
cukup memenuhi harapan minimum pengguna dalam memberikan
layanan, sedangkan Gap Superiority memiliki skor negatif yaitu -0,54,
sehingga perpustakaan belum memberikan kualitas yang unggul atau
di bawah standar harapan minimum pengguna.
d. Tersedianya Koleksi Fiksi
Tabel dibawah ini akan menjelaskan tersedianya koleksi fiksi
berdasarkan pendapat responden:
Tabel 12
Tersedianya Koleksi Fiksi
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived
4 Tersedianya koleksi fiksi
(novel, komik, dll) untuk
sarana rekreasi dan imajinasi
anda
5,44 5,84 5,81 0,37 -0,03
Berdasarkan tabel diatas, keinginan atau desired pengguna
terhadap tersedianya koleksi fiksi cukup tinggi dengan skor 5,84,
sedangkan tingkat layanan minimum yang dapat dipenuhi oleh
perpustakaan yaitu 5,44 dan tingkat kinerja yang diterima dengan skor
5,81 (sedang). Sehingga, Gap Adequacy memiliki skor positif yaitu
0,37 yang menandakan perpustakaan telah cukup memenuhi harapan
minimum pengguna, sedangkan Gap Superiority dengan skor negatif
yaitu – 0,03 yang menunjukkan kualitas layanan yang diberikan belum
unggul atau masih di bawah standar harapan pengguna.
70
e. Tersedianya Koleksi BSE (Buku Sekolah Elektronik)
Tabel di bawah ini akan menjelaskan tersedianya koleksi BSE
berdasarkan pendapat responden:
Tabel 13
Tersedianya Koleksi BSE (Buku Sekolah Elektronik)
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived
5 Tersedianya koleksi BSE
(Buku Sekolah Elektronik)
untuk membantu anda dalam
mengerjakan tugas.
4,89 5,83 5,75 0,86 -0,08
Dilihat tabel diatas bahwa pengguna berharap tinggi terhadap
kesediaan koleksi BSE untuk membantu pengguna dalam mengerjakan
tugas dengan skor 5,83, kemudian tingkat layanan minimum yang
diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan yaitu 4,89 dan kinerja yang
diterima pengguna dengan skor 5,75 (sedang). Jadi, Gap Adequacy
memiliki skor positif yaitu 0,86 yang menandakan perpustakaan telah
cukup memenuhi harapan minimal pengguna dan Gap Superiority
mendapatkan skor negatif yaitu – 0,08 yang menandakan perpustakaan
belum memberikan kualitas layanan yang unggul bagi pengguna.
f. Relevansi Koleksi
Tabel dibawah ini akan menjelaskan kerelevansian koleksi dengan
kebutuhan informasi pengguna:
71
Tabel 14
Relevansi Koleksi
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 0,58 0,16
6 Koleksi yang tersedia
sesuai dengan kebutuhan
informasi anda (relevansi
koleksi).
5,13 5,55 5,71
Pernyataan di atas menunjukkan, responden cukup berharap
tinggi terhadap kesesuaian kebutuhan informasi yang diinginkan
pengguna dengan skor 5,71, tingkat layanan yang diperkirakan dapat
terpenuhi oleh perpustakaan yaitu 5,13 dan tingkat kinerja yang
diterima yaitu 5,55 (sedang). Jadi, Gap Adequacy dan Gap Superiority
memiliki skor positif yaitu 0,58 dan 0,16 yang menunjukkan bahwa
perpustakaan telah cukup memenuhi kebutuhan informasi siswa.
Walaupun, beberapa siswa mengeluhkan kebutuhan informasi yang
diinginkan belum sesuai harapan.
g. Kemutakhiran Koleksi
Tabel di bawah ini menjelaskan pernyataan mengenai
kemutakhiran koleksi:
Tabel 15
Kemutakhiran Koleksi
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 0,35 - 0,29
7 Koleksi yang dimiliki
perpustakaan mutakhir.
4,70 5,34 5,05
72
Pada tabel di atas menunjukkan harapan yang diiinginkan
pengguna cukup tinggi dengan skor 5,34, tingkat layanan minimum
yang diperkirakan terpenuhi yaitu 4,70 dan kinerja yang diterima yaitu
5,05 (sedang) sehingga menghasilkan Gap Adequacy dengan skor
positif yaitu 0,35 yang menandakan bahwa perpustakaan telah berada
pada zona toleransi atau cukup memenuhi harapan minimal pengguna,
sedangkan Gap Superiority mendapatkan skor negatif yaitu – 0,29
yang menandakan bahwa tingkat layanan yang dirasakan belum
memenuhi harapan sesungguhnya/keinginan siswa. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Ibu Rodiah, selaku petugas perpustakaan, koleksi
yang dimiliki tidak Up to date selama dua tahun karena adanya
beberapa faktor seperti keterbatasan dana dan pihak yayasan sekolah
kurang menanggapi akan keberadaan perpustakaan sekolah.
h. Keberagaman Koleksi
Tabel di bawah ini menjelaskan keberagaman koleksi menurut
penilaian responden:
Tabel 16
Keberagaman koleksi
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 0,42 - 0,05
8 Koleksi perpustakaan
memiliki keberagaman
koleksi.
5,02 5,49 5,44
Pernyataan pada tabel di atas menunjukkan bahwa responden
memiliki keinginan yang cukup dalam memiliki koleksi yang beragam
73
dengan skor yaitu 5,49, tingkat layanan minimal yang diperkirakan
terpenuhi yaitu 5,02 (sedang) dan tingkat layanan yang dirasakan
cukup sedang yaitu 5,44. Jadi, Gap Adequacy memiliki skor yang
positif yaitu 0,42 yang menandakan telah cukup dalam memenuhi
harapan minimal pengguna walaupun Gap Superiority mendapatkan
skor negatif yaitu – 0,05 yang menandakan bahwa pengguna belum
puas dengan kualitas layanan yang diberikan oleh perpustakaan.
i. Pemenuhan Kebutuhan Informasi
Tabel di bawah ini adalah jawaban responden terhadap pemenuhan
kebutuhan informasi mereka.
Tabel 17
Pemenuhan Kebutuhan Informasi
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 0,50 - 0,31
9 Informasi yang dimiliki
perpustakaan dapat
memenuhi kebutuhan
informasi anda.
4,97 5,78 5,47
Hasil tabel di atas menunjukkan bahwa responden memiliki
keinginan yang tinggi terhadap informasi yang diberikan dalam
pemenuhan kebutuhan informasi mereka dengan skor yaitu 5,78,
tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi yaitu 4,97 dan
tingkat layanan yang dirasakan cukup sedang yaitu 5,47. Jadi, Gap
Adequacy memiliki skor yang positif yaitu 0,5 yang menandakan telah
cukup dalam memenuhi harapan minimal pengguna dan Gap
74
Superiority mendapatkan skor negatif yaitu – 0,31 yang menandakan
bahwa pengguna belum puas dengan kualitas layanan yang diberikan
oleh perpustakaan.
j. Jam Layanan Perpustakaan
Tabel di bawah ini akan menjelaskan jam layanan yang
perpustakaan sesuai dengan tanggapan responden.
Tabel 18
Jam Layanan Perpustakaan No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 0,58 0,26
10 Jam layanan telah
memenuhi kebutuhan
anda.
4,94 5,26 5,52
Tabel di atas menunjukkan bahwa jam layanan perpustakaan
telah cukup memenuhi apa yang diinginkan pengguna dengan skor
5,26, tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh
perpustakaan cukup sedang yaitu 4,94 dan tingkat kinerja layanan yang
diterima memiliki skor 5,52. Skor yang dimiliki Gap Adequacy dan
Gap Superiority menunjukkan positif yaitu 0,58 dan 0,26. Apabila
keduanya memiliki nilai positif, maka perpustakaan telah berada di
zona toleransi atau cukup memenuhi harapan pengguna dan puas
dengan jam layanan yang diberikan oleh perpustakaan.
75
Tabel 19
Rekapitulasi Variabel Ketersediaan Koleksi (Access to Information)
No Variabel Minimum Desired Perceived GA GS
1 Ketersediaan koleksi
(Access To
Information)
5,07 5,68 5,53 0,46 - 0,14
Tabel di atas merupakan keseluruhan rata-rata dari indikator
variable yang menunjukkan bahwa pengguna berharap lebih pada
perpustakaan terhadap koleksi dengan skor 5,68 dan tingkat layanan
minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan yaitu 5,07
serta tingkat kinerja layanan yang diberikan dengan skor 5,53
(sedang). Jadi, Gap Adequacy memperoleh skor positif yaitu 0,46
yang menandakan perpustakaan cukup memenuhi harapan minimum
pengguna atau berada pada zona toleransi, sedangkan Gap Superiority
mendapatkan skor negatif yaitu –0,14 yang menunjukkan perpustakaan
belum memberikan kualitas layanan yang unggul untuk variabel
ketersediaan koleksi dan pengguna belum puas dengan pernyataan ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Yadi, selaku petugas
perpustakaan, perpustakaan SMA Bakti Idhata belum mampu
menyediakan koleksi sesuai kebutuhan informasi siswa selama 2 tahun
terakhir karena terhambat dengan dana yang diberikan oleh yayasan
sekolah.
2. Variabel Sikap Petugas dalam Melayani (Affect to Service)
Di bawah ini akan menjelaskan indikator variabel mengenai sikap petugas
dalam melayani yang terdiri dari 5 item pernyataan sebagai ukuran dalam
kualitas layanan:
76
a. Keramahan Pustakawan
Dalam melayani pengguna, pustakawan harus mampu bersikap
ramah dan siap membantu pengguna ketika pustakawan dibutuhkan
oleh pengguna dalam memenuhi kebutuhan informasi. Berikut
jawaban yang diberikan responden pada pernyataan ini:
Tabel 20
Keramahan pustakawan
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 1,01 0,51
11 Petugas perpustakaan
ramah dalam melayani
dan membantu anda.
5,04 5,54 6,05
Tabel di atas menyatakan bahwa responden berharap cukup
sedang pada keramahan pustakawan ketika melayani pengguna dengan
skor 5,54, tingkat layanan minimum yang diperkirakan terpenuhi oleh
perpustakaan yaitu 5,04 dan kinerja yang dirasakan oleh pemustaka
cukup tinggi dengan skor 6,05. Sehingga terjadi Gap Adequacy dan
Gap Superiority yang positif yaitu 1,01 dan 0,51. Apabila keduanya
memiliki skor positif, maka perpustakaan berada pada zona toleransi
atau cukup memenuhi harapan minimum pengguna dan pengguna puas
dengan layanan ini.
b. Penampilan Pustakawan
Dalam memberikan layanan yang baik, pustakawan harus memiliki
penampilan yang rapi dan sopan ketika melayani pengguna. Berikut
jawaban responden terhadap penampilan pustakawan:
77
Tabel 21
Penampilan pustakawan
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 0,49 0,33
12 Penampilan petugas
rapi dan sopan
5,39 5,55 5,88
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden memiliki harapan
sesungguhnya/keinginan yang cukup terhadap penampilan pustakawan
dengan skor 5,55, tingkat layanan minimal yang diperkirakan
terpenuhi yaitu 5,39 dan kinerja yang dirasakan mempunyai skor
sedang yaitu 5,88. Sehingga Gap Adequacy dan Gap Superiority
memiliki skor positif yaitu 0,49 dan 0,33 yang menandakan
perpustakaan telah cukup memenuhi harapan minimal pengguna dan
puas dengan kualitas layanan yang diberikan perpustakaan.
c. Empati Pustakawan dalam Membantu Pengguna
Tabel di bawah ini akan menjelaskan jawaban responden terhadap
empati pustakawan dalam membantu pengguna:
Tabel 22
Empati pustakawan dalam membantu pengguna
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 0,95 0,50
13 Petugas membantu anda
ketika kesulitan dalam
mencari informasi.
5,07 5,52 6,02
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa responden cukup
berharap terhadap pustakawan dalam membantu mereka ketika
kesulitan mencari informasi dengan skor 5,52, tingkat layanan
78
minimum yang diperkirakan terpenuhi cukup sedang yaitu 5,07 dan
tingkat kinerja yang dirasakan oleh responden cukup tinggi dengan
skor 6,02. Jadi,Gap Adequacy dan Gap Superiority memiliki skor
positif yaitu 0,95 dan 0,50. Apabila keduanya positif, maka
perpustakaan telah berada di zona toleransi atau cukup memenuhi
harapan minimal pengguna. Berdasarkan teori LibQual+™ bahwa
sikap empati (Empathy) harus dimiliki pustakawan. Empati adalah
sikap pustakawan dalam membantu pengguna mencari kebutuhan
informasi yang dibutuhkan.
d. Daya Tanggap Pustakawan dalam Melayani Pengguna
Tabel dibawah ini akan menjelaskan jawaban responden mengenai
daya tanggap pustakawan dalam melayani pengguna:
Tabel 23
Daya Tanggap Pustakawan dalam Melayani Pengguna
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 1,06 0,64
14 Kecepatan dan ketepatan
petugas dalam melayani
kebutuhan anda.
4,99 5,41 6,05
Berdasarkan data di atas responden cukup berharap terhadap
kecepatan dan ketepatan pustakawan dalam membantu mereka dengan
skor 5,41, tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh
perpustakaan yaitu 4,99 dan tingkat kinerja yang dirasakan cukup
tinggi yaitu 6,05. Sehingga menghasilkan skor Gap Adequacy dan Gap
Superiority yang positif yaitu 1,06 dan 0,64. Jadi, perpustakaan telah
79
berada di zona toleransi atau cukup memenuhi harapan minimal
pengguna dan puas terhadap layanan yang diberikan. Berdasarkan teori
LibQual+™, sikap daya tanggap (Responsiveness) yaitu sikap
pustakawan yang mampu memberikan layanan secara cepat dan tepat
bagi pengguna.
e. Pengetahuan pustakawan mengenai perpustakaan
Tabel dibawah ini akan menjelaskan tanggapan responden terhadap
pengetahuan pustakawan mengenai perpustakaan:
Tabel 24
Pengetahuan Pustakawan mengenai Perpustakaan
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 0,81 - 0,13
15 Petugas memiliki
pemahaman dan
wawasan yang cukup
mengenai perpustakaan.
4,44 5,38 5,25
Berdasarkan data diatas bahwa petugas berharap cukup tinggi
terhadap pengetahuan pustakawan mengenai perpustakaan dengan skor
5,38, tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh
perpustakaan yaitu 4,44 dan tingkat layanan yang dirasakan yaitu 5,25
(sedang). Jadi, Gap Adequacy mendapatkan skor positif yang
menandakan perpustakaan telah cukup memenuhi harapan minimal
pengguna dengan skor 0,81 dan Gap Superiority memiliki skor negatif
yaitu – 0,13 yang menunjukkan bahwa pengguna merasa belum puas
dengan kinerja yang diterima dan belum sesuai harapan yang
diinginkan pengguna.
80
Tabel 25
Rekapitulasi Variabel Sikap Petugas dalam Melayani (Affect to Service)
No Variabel Minimum Desired Perceived GA GS
2 Sikap petugas dalam
melayani (Affect to
Service)
4,97 5,48 5,85 0,87 0,37
Berdasarkan tabel di atas, variabel sikap petugas dalam
melayani (Affect to Service), pengguna cukup berharap atau
berkeinginan dengan skor 5,48, tingkat layanan minimal yang
diperkirakan terpenuhi lebih kecil dari tingkat layanan yang dirasakan
yaitu 4,97 dan tingkat layanan yang dirasakan cukup tinggi yaitu 5,85.
Jadi,Gap Adequacy dan Gap Superiority memperoleh skor positif yaitu
0,87 dan 0,37. Apabila keduanya positif, maka perpustakaan telah
berada di zona toleransi atau cukup memenuhi kebutuhan minimal
pengguna dan puas dengan dimensi sikap petugas dalam melayani
(affect to service).
3. Variabel Kemudahan Pengguna Mencari Informasi secara Individu
(Personal Control)
Di bawah ini akan menjelaskan indikator variabel yang terkait
dengan kemudahan pengguna dalam mencari informasi secara individu
dan memiliki 5 item pernyataan untuk dijadikan sebagai pengukuran
kualitas layanan perpustakaan SMA Bakti Idhata:
a. Tersedianya Katalog Kartu/OPAC
Tabel di bawah ini merupakan jawaban responden mengenai
tersedianya katalog kartu/OPAC dalam membantu pengguna mencari
informasi:
81
Tabel 26
Tersedianya Katalog Kartu/OPAC
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 0,89 0,20
16 Adanya katalog
kartu/OPAC untuk mencari
informasi yang saya
butuhkan
4,09 4,78 4,98
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa keinginan pengguna
adanya katalog kartu/OPAC dengan skor 4,78, tingkat layanan
minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan cukup kecil
sebesar 4,09 dan tingkat layanan yang dirasakan cukup tinggi sekitar
4,98. Jadi, Gap Adequacy dan Gap Superiority menandakan skor
positif yaitu 0,89 dan 0,20. Hal ini berarti perpustakaan telah cukup
memenuhi kebutuhan minimal pengguna dan puas dengan layanan ini.
b. Tersedianya sarana pemberitahuan mengenai perpustakaan
Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai tanggapan pengguna
terhadap tersedianya sarana pemberitahuan mengenai
perpustakaan:
Tabel 27
Tersedianya Sarana Pemberitahuan mengenai Perpustakaan
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 0,74 0,18
17 Adanya sarana
pemberitahuan mengenai
perpustakaan.
4,30 4,86 5,04
82
Tabel di atas menyatakan bahwa responden cukup berharap
terhadap tersedianya sarana mengenai perpustakaan dengan skor 4,86,
tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh
perpustakaan yaitu 4,30 dan tingkat kinerja yang dirasakan yaitu 5,04
(sedang), sehingga menghasilkan Gap Adequacy dan Gap Superiority
dengan skor positif yaitu 0,74 dan 0,18. Apabila keduanya positif,
maka perpustakaan telah cukup memenuhi harapan minimal pengguna.
c. Tersedianya Komputer untuk Mencari Informasi
Tabel dibawah ini akan menjelaskan tanggapan pengguna terhadap
tersedianya komputer untuk mencari informasi yang dibutuhkan:
Tabel 28
Tersedianya Komputer untuk Mencari Informasi
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 0,35 - 1,00
18 Adanya komputer untuk
pencarian informasi.
4,07 5,42 4,42
Tabel di atas menunjukkan bahwa pengguna memiliki harapan
yang tinggi terhadap tersedianya sarana komputer untuk mencari
informasi yang dibutuhkan dengan skor 5,42, tingkat layanan yang
diperkirakan dapat terpenuhi oleh perpustakaan lebih kecil yaitu 4,07
dan tingkat kinerja yang dirasakan cukup kecil yaitu 4,42. Jadi
menghasilkan nilai Gap Adequacy positif yaitu 0,35 yang menandakan
perpustakaan telah berada di zona toleransi dan skor untuk Gap
Superiority menghasilkan negatif yaitu –1,00 yang menandakan
83
pengguna tidak puas dengan apa yang diterima dan tidak sesuai
harapan pengguna. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas
perpustakaan SMA Bakti Idhata yaitu Ibu Rodiah, dalam layanannya
perpustakaan masih menggunakan sistem manual dan belum
menyediakan berupa fasilitas komputer sebagai sarana temu kembali
informasi bagi pengguna.
d. Petunjuk Penggunaan Koleksi
Tabel di bawah ini mengenai tanggapan responden mengenai
petunjuk penggunaan koleksi dalam perpustakaan:
Tabel 29
Petunjuk Penggunaan Koleksi
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 1,21 0,31
19 Adanya petunjuk-petunjuk
dalam penggunaan koleksi.
4,20 5,10 5,41
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa cukup berharap terhadap
tersedianya petunjuk penggunaan koleksi bagi pengguna dengan skor
5,10, tingkat layanan yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan
lebih kecil dari yang dirasakan yaitu 4,20 dan tingkat layanan yang
dirasakan yaitu sebesar 5,41. Jadi, Gap Adequacy dan Gap Superiority
menghasilkan skor positif yaitu 1,21 dan 0,31 yang menandakan
perpustakaan telah cukup memenuhi harapan minimal pengguna dan
cukup puas dengan layanan yang diberikan perpustakaan.
84
e. Klasifikasi/Susunan Koleksi
Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai klasifikasi/susunan
koleksi untuk membantu pengguna menemukan informasi yang
dibutuhkan:
Tabel 30
Klasifikasi/Susunan Koleksi
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 1,07 0,70
20 Susunan/klasifikasi koleksi
membantu saya menemukan
informasi yang dibutuhkan.
4,68 5,05 5,75
Data di atas menyatakan bahwa responden cukup berharap
terhadap susunan/klasifikasi koleksi dalam membantu mereka mencari
informasi dengan skor 5,05, tingkat layanan minimal yang
diperkirakan terpenuhi lebih kecil dari layanan yang dirasakan 4,68
dan tingkat layanan yang dirasakan cukup tinggi dengan skor 5,75.
Jadi menghasilkan Gap Adequacy dan Gap Superiority yang positif
yaitu 1,07 dan 0,70. Apabila keduanya memiliki skor positif, maka
pengguna cukup puas dengan layanan yang diberikan atau berada pada
zona toleransi.
Tabel 31
Rekapitulasi Variabel Kemudahan Pengguna Mencari Informasi
secara Individu (Personal Control)
No Variabel Minimum Desired Perceived GA GS
3 Kemudahan pengguna
mencari informasi secara
individu (Personal
Control)
4,27 5,04 5,12 0,85 0,08
85
Berdasarkan data di atas, keseluruhan indikator variabel
mengenai kemudahan pengguna mencari informasi secara individu,
harapan sesungguhnya/keinginan dari pribadi responden memiliki skor
5,04, tingkat layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh
perpustakaan mempunyai skor lebih kecil yaitu 4,27 dan tingkat
kinerja yang dirasakan oleh pengguna mendapatkan skor 5,12
(sedang). Jadi, Gap Adequacy dan Gap Superiority menghasilkan skor
positif yaitu 0,85 dan 0,08. Apabila GA dan GS positif, maka
perpustakaan telah memenuhi harapan minimal pengguna dan cukup
puas dengan layanan yang diberikan.
4. Variabel Perpustakaan sebagai Sebuah Tempat (Library as Place)
Di bawah ini akan menjelaskan indikator variabel mengenai
perpustakaan sebagai tempat (Library as Place) yang terdiri dari 6 item
pernyataan untuk dijadikan sebagai pengukuran kualitas layanan
perpustakaan:
a. Desain Perpustakaan
Data di bawah ini merupakan tanggapan responden mengenai
desain perpustakaan sebagai sebuah tempat. Desain perpustakaan harus
mampu dibuat dengan menarik agar pengguna perpustakaan mau
mendatangi perpustakaan kapan saja.
86
Tabel 32
Desain Perpustakaan
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 0,68 - 0,50
21 Desain&arsitektur
perpustakaan menarik untuk
dikunjungi pengguna.
4,47 5,65 5,15
Tabel di atas menyatakan bahwa responden berharap tinggi
terhadap desain&arsitektur yang menarik dengan skor 5,65, tingkat
layanan minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan
memiliki skor lebih kecil yaitu 4,47 dan tingkat kinerja yang dirasakan
yaitu 5,15 (sedang). Jadi, Gap Adequacy menghasilkan skor positif
yaitu 0,68 yang menyatakan perpustakaan telah berada di zona
toleransi atau cukup memenuhi kebutuhan minimal pengguna,
sedangkan Gap Superiority memiliki skor negatif yaitu – 0,50 yang
menandakan bahwa perpustakaan belum memenuhi keinginan
pengguna dan belum puas dengan pernyataan ini.
b. Ruang Perpustakaan
Tabel di bawah ini akan menjelaskan tanggapan responden
mengenai ruang perpustakaan. Ruang perpustakaan sangat dibutuhkan
untuk memberikan kenyamanan pada pengguna.
87
Tabel 33
Ruang Perpustakaan
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived - 0,42 - 0,73
22 Ruang perpustakaan luas,
bersih, dan rapi untuk
digunakan.
5,28 5,59 4,86
Data di atas menunjukkan bahwa responden berharap tinggi
terhadap ruangan perpustakaan yang luas, bersih, dan rapi dengan skor
5,59, tingkat layanan yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan
yaitu 5,28 (sedang) dan tingkat kinerja yang dirasakan lebih kecil yaitu
4,86. Jadi menghasilkan Gap Adequacy dan Gap Superiority dengan
skor negatif yaitu – 0,42 dan – 0,73. Apabila keduanya negatif, maka
perpustakaan belum memenuhi harapan minimal dan harapan
sesungguhnya yang diinginkan pengguna. Pengguna belum puas
dengan layanan yang diberikan pada pernyataan ini.
c. Ruang Perpustakaan Nyaman
Tabel di bawah ini akan menjelaskan tanggapan responden
terhadap ruang perpustakaan yang nyaman untuk digunakan sebagai
kegiatan pengguna dalam belajar.
Tabel 34
Ruang Perpustakaan Nyaman
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 0,42 0,06
23 Ruang perpustakaan nyaman
untuk digunakan.
5,50 5,86 5,92
88
Tabel di atas menyatakan bahwa responden berharap terhadap
ruang perpustakaan yang nyaman dengan skor 5,86, tingkat layanan
minimal yang diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan memiliki skor
yaitu 5,50 dan tingkat kinerja yang dirasakan yaitu 5,92 (sedang). Jadi,
Gap Adequacy dan Gap Superiority menghasilkan skor positif yaitu
0,42 dan 0,06 (sedang). Kedua Gap memiliki skor positif yang
menandakan perpustakaan telah cukup memenuhi kebutuhan minimal
dan harapan sesungguhnya yang diinginkan pengguna.
d. Memiliki berbagai Fasilitas Perpustakaan
Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai tanggapan responden
terhadap tersedianya fasilitas yang diberikan oleh perpustakaan kepada
pengguna.
Tabel 35
Memiliki berbagai Fasilitas Perpustakaan
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 0,53 - 0,39
24 Memiliki berbagai fasilitas
seperti AC, komputer, rak,
meja, kursi, dll yang
memadai.
5,07 5,99 5,60
Berdasarkan data di atas responden berharap cukup tinggi
terhadap tersedianya fasilitas perpustakaan yang lengkap bagi
pengguna perpustakaan dengan skor 5,99, tingkat layanan yang
diperkirakan terpenuhi adalah 5,07 (sedang) dan tingkat kinerja yang
dirasakan yaitu 5,60. Jadi, Gap Adequacy memiliki skor positif yaitu
89
0,53 yang menandakan bahwa perpustakaan telah berada di zona
toleransi atau cukup memenuhi kebutuhan minimal pengguna dan Gap
Superiority menghasilkan skor negatif yaitu – 0,39 yang menyatakan
bahwa perpustakaan belum memenuhi harapan
sesungguhnya/keinginan pengguna.
e. Tersedianya Rak Penyimpanan
Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai tanggapan responden
terhadap tersedianya rak penyimpanan seperti tas atau sepatu.
Tabel 36
Tersedianya Rak Penyimpanan
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived 0,12 - 0,70
25 Adanya rak/tempat penitipan
tas atau sepatu.
5,30 6,12 5,42
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa responden
berharap tinggi terhadap tersedianya rak atau tempat penyimpanan
khususnya rak penitipan tas dengan skor 6,12, tingkat layanan yang
diperkirakan oleh perpustakaan yaitu 5,30 dan tingkat kinerja yang
dirasakan yaitu 5,42 (sedang). Jadi, Gap Adequacy menunjukkan skor
positif yaitu 0,12 yang menandakan kinerja layanan perpustakaan telah
cukup memenuhi harapan minimal pengguna dan Gap Superiority
menghasilkan skor negatif yaitu – 0,70 yang menandakan kinerja
layanan yang dirasakan belum memenuhi harapan
sesungguhnya/keinginan pengguna.
90
f. Tersedianya berbagai Ruangan dalam perpustakaan
Tabel di bawah ini akan menjelaskan tanggapan responden
terhadap tersedianya berbagai ruangan dalam perpustakaan untuk
kegiatan belajar para siswa.
Tabel 37
Tersedianya berbagai Ruangan dalam perpustakaan
No Pernyataan Rata-rata GA GS
Minimum Desired Perceived - 0,25 - 0,58
26 Memiliki berbagai ruang
seperti ruang baca, ruang
layanan, ruang KBM dan
lainnya.
5,00 5,33 4,75
Berdasarkan data diatas bahwa responden berharap tinggi
terhadap tersedianya berbagai ruangan untuk menunjang kegiatan
belajar dengan skor 5,33, tingkat layanan yang diperkirakan terpenuhi
yaitu 5,00 (sedang) dan tingkat kinerja yang dirasakan lebih kecil yaitu
4,75. Jadi menghasilkan Gap Adequacy dan Gap Superiority dengan
skor negatif yaitu – 0,25 dan – 0,58. Apabila keduanya memiliki hasil
yang negatif, maka perpustakaan belum memenuhi kebutuhan minimal
dan harapan sesungguhnya bagi pengguna.
Tabel 38
Rekapitulasi Variabel Perpustakaan sebagai Sebuah Tempat
(Library as Place).
No Variabel Minimum Desired Perceived GA GS
4 Perpustakaan sebagai
Sebuah Tempat (Library
as Place)
5,10 5,76 5,28 0,18 - 0,47
91
Berdasarkan data diatas, keseluruhan indikator variabel
perpustakaan sebagai sebuah tempat (Library as Place) responden
berharap cukup tinggi terhadap layanan yang diberikan pada
pernyataan ini dengan skor 5,76, tingkat layanan yang diperkirakan
terpenuhi 5,10 dan tingkat kinerja yang dirasakan yaitu 5,28, sehingga
menghasilkan GA skor positif yaitu 0,18 yang menandakan telah
cukup memenuhi harapan minimal pengguna dan GS menghasilkan
skor negatif yaitu – 0,47 yang menyatakan bahwa perpustakaan belum
memenuhi harapan seseungguhnya/keinginan pengguna. Berdasarkan
hasil wawancara dengan petugas perpustakaan SMA Bakti Idhata, Ibu
Rodiah, perpustakaan belum mampu memberikan ruangan yang layak
bagi pengguna karena terhambat dengan tidak tersedianya ruang
kosong yang lebih luas dan nyaman bagi pengguna.
Berdasarkan empat variabel yang telah dideskripsikan di atas,
maka kualitas layanan perpustakaan secara keseluruhan menurut
pengguna perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan yaitu:
Tabel 39
Kualitas layanan perpustakaan SMA Bakti Idhata menurut Pengguna
No Variabel Minimum Desired Perceived GA GS
1 Akses terhadap Informasi
(Access to Information)
5,07 5,68 5,53 0,46 - 0,14
2 Sikap Petugas dalam
Melayani (Affect to
Service)
4,97 5,48 5,85 0,87 0,37
3 Kemudahan Pengguna
Mencari Informasi secara
Individu (Personal
Control)
4,27 5,04 5,12 0,85 0,08
92
4 Perpustakaan sebagai
Sebuah Tempat (Library
as Place)
5,10 5,75 5,28 0,18 - 0,47
Jumlah 19,41 21,95 21,78 2,36 -0,16
Rata-rata 4,85 5,49 5,44 0,59 -0,04
Tabel di atas merupakan penjelasan kualitas layanan secara
keseluruhan dari empat aspek yang telah dijadikan sebagai variabel.
Dilihat dari aspek, yang pertama sikap petugas dalam melayani (Affect
to Service), aspek tersebut memiliki skor yang cukup tinggi dari segi
Gap Adequacy dan Gap Superiority. Skor yang didapatkan Gap
Adequacy atau tingkat kecukupan pengguna menerima layanan yang
telah dipenuhi oleh perpustakaan yaitu 0,87 dan Gap Superiority atau
kualitas layanan yang unggul mendapatkan skor 0,37. Artinya, aspek
ini telah cukup memenuhi harapan minimal dan harapan yang
diinginkan dan puas dengan layanan ini. Kedua, aspek kemudahan
pengguna mencari informasi secara individu (Personal Control)
memiliki GA yaitu 0,85 dan GS dengan skor 0,08 yang menandakan
telah memenuhi kinerja layanan yang diharapkan pengguna dari sisi
harapan minimal maupun harapan sesungguhnya dan puas dengan
kinerja layanan perpustakaan.
Kemudian, yang ketiga aspek akses terhadap informasi (Access
to Information) yang memiliki skor GA yaitu 0,46 dan GS dengan skor
-0,14. Hal ini menunjukkan harapan minimal atau Gap Adequacy yang
diperkirakan terpenuhi oleh perpustakaan telah berada di zona toleransi
atau cukup memenuhi kebutuhan yang diharapakan tetapi layanan
93
sesungguhnya yang diinginkan atau Gap Superiority belum
sepenuhnya dipenuhi oleh perpustakaan. Terakhir, yang keempat aspek
perpustakaan sebagai sebuah tempat (Library as Place) mendapatkan
skor GA yaitu 0,18 dan GS dengan skor -0,47. Dengan melihat GA
yang memiliki skor positif dan GS mendapatkan skor negatif,
sesungguhnya perpustakaan telah memenuhi kebutuhan minimal
mereka tetapi belum memenuhi kebutuhan sesungguhnya yang
diharapkan oleh pengguna.
Jadi, rata-rata secara keseluruhan kualitas layanan yang
diberikan oleh perpustakaan SMA Bakti Idhata yaitu sudah cukup baik
dalam memenuhi kebutuhan minimal/Gap Adequacy penggunanya
dengan skor 0,59 dan perpustakaan telah berada di zona toleransi atau
cukup memenuhi harapan minimal para pengguna dan puas dengan
layanan yang diberikan perpustakaan. Namun, pada skor Gap
Superiority mendapatkan skor negatif yaitu -0,04. Hal ini
menunjukkan bahwa perpustakaan SMA Bakti Idhata belum puas
dengan layanan yang diberikan dan kinerja yang dirasakan juga belum
sesuai harapan sesungguhnya.
5. Saran responden terkait dengan kualitas layanan perpustakaan SMA
Bakti Idhata
Saran-saran di bawah ini berasal dari responden perpustakaan
SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan untuk melakukan upaya dan evaluasi
dalam meningkatkan kualitas layanan perpustakaan SMA Bakti Idhata.
Berikut adalah jawaban atau saran responden yang telah dirangkum oleh
penulis:
94
a. Perpustakaan diharapkan menambahkan koleksi yang lebih banyak
sesuai kebutuhan informasi siswa
b. Perpustakaan diharapkan dapat memberikan inovasi pada koleksi dan
menyediakan koleksi yang uptodate sesuai dengan perkembangan
informasi saat ini.
c. Perpustakaan mampu memberikan layanan yang lebih baik lagi
terutama pada fasilitas seperti gedung yang menarik, ruang yang lebih
luas dan WI-FI untuk kegiatan browsing bagi siswa/I SMA Bakti
Idhata.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian dan penjelasan penulis pada bab-bab sebelumnya maka penulis
akan memuat beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian
mengenai Analisis Kualitas Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta
Selatan sebagai berikut:
1. Kualitas layanan yang diberikan oleh perpustakaan pada aspek akses
terhadap informasi (access to information), sudah berada pada zona
toleransi atau cukup dalam memenuhi harapan minimal pengguna.
Responden menyatakan bahwa koleksi yang disediakan sudah cukup
memenuhi kebutuhan informasi mereka, walaupun harapan sesungguhnya
yang diinginkan pengguna terkait koleksi yang disediakan belum
terpenuhi. Hal ini dikarenakan adanya faktor yang menyebabkan koleksi
tidak berkembang, salah satunya adalah terbatasnya dana dari yayasan
sekolah Bakti Idhata.
2. Kualitas layanan yang diberikan oleh perpustakaan pada aspek sikap
petugas dalam melayani (affect to service), dianggap sudah cukup baik
oleh responden dari segi keramahan, pelayanan yang diberikan, kerapian
maupun kecepatan dan ketepatan pustakawan dalam melayani. Responden
menanggapi bahwa pustakawan telah memberikan kualitas layanan sesuai
harapan minimal ataupun harapan sesungguhnya yang diinginkan
pengguna, walaupun pada segi pemahaman dan wawasan pustakawan
96
mengenai perpustakaan belum sesuai dengan keinginan yang diharapkan
oleh pengguna.
3. Kualitas layanan yang diberikan oleh perpustakaan pada aspek kemudahan
pengguna mencari informasi secara individu (personal control), responden
menganggap perpustakaan telah memenuhi harapan minimal dan harapan
yang diinginkan pengguna. Dilihat dari layanan yang diberikan
perpustakaan berupa tersedianya katalog kartu, petunjuk penggunaan
koleksi, susunan/klasifikasi koleksi sudah membantu pengguna mencari
informasi yang dibutuhkan. Akan tetapi, tersedianya sarana komputer
sebagai sarana temu kembali informasi dalam perpustakaan belum
memenuhi harapan yang diinginkan pengguna karena perpustakaan masih
menggunakan sistem layanan manual.
4. Kualitas layanan yang diberikan oleh perpustakaan pada aspek
perpustakaan sebagai sebuah tempat (library as place), responden
menganggap sudah cukup memenuhi kebutuhan minimal pengguna,
walaupun harapan yang diinginkan belum memenuhi keinginan pengguna.
Dilihat dari segi ruangan yang tidak luas, fasilitas yang belum memadai
dan desain gedung yang kurang menarik bagi pengguna. Hal ini
dikarenakan tidak tersedianya gedung/ruang yang cukup untuk koleksi,
staf maupun pengguna perpustakaan yang diberikan pihak sekolah.
Dari beberapa kesimpulan di atas, maka kualitas layanan perpustakaan
SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan secara umum dinilai sudah cukup baik
dalam memenuhi harapan minimal dan harapan sesungguhnya yang
97
diinginkan pengguna dan menandakan bahwa pengguna telah puas dengan
layanan dari segi sikap petugas dalam melayani (affect to service) dan
kemudahan pengguna dalam mencari informasi secara individu (personal
control). Namun, dari kedua aspek tersebut masih terdapat penilaian negatif
seperti tidak tersedianya komputer sebagai sarana temu kembali informasi dan
kurangnya pemahaman serta wawasan yang cukup pada pustakawan mengenai
perpustakaan.
Pada dimensi akses terhadap informasi (access to information) dan
perpustakaan sebagai tempat (library as place) dinilai kurang baik dalam
memenuhi harapan yang diinginkan pengguna atau pengguna belum merasa
puas dengan layanan tersebut karena adanya faktor-faktor yang menyebabkan
layanan yang diberikan tidak sesuai kebutuhan para pengguna. Faktor-faktor
tersebut adalah adanya keterbatasan dana, tidak disediakan fasilitas yang lebih
memadai bagi pengguna seperti gedung dan kurangnya apresiasi dari pihak
yayasan sekolah terhadap perpustakaan.
B. Saran-saran
Dari beberapa kesimpulan di atas penulis ingin memberikan saran-saran
kepada perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan dalam meningkatkan
kualitas layanan bagi pengguna. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perpustakaan SMA Bakti Idhata Jakarta Selatan diharapkan meningkatkan
kualitas layanan bagi pengguna dengan melakukan pengembangan koleksi
secara berkesinambungan.
2. Perpustakaan SMA Bakti Idhata dapat mengadakan berbagai kerjasama
98
dengan instansi-instansi terkait dengan mengembangkan sumber-sumber
dana guna meningkatkan kualitas layanan termasuk dalam pengadaan
koleksi .
3. SMA Bakti Idhata maupun pihak yayasan dapat mengapresiasi keberadaan
perpustakaan terutama pengelola perpustakaan yaitu dengan
mengikutsertakan dalam pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan
ketrampilanmengenai perpustakaan.
4. Perpustakaan SMA Bakti Idhata diharapkan dapat mengupayakan
pengembangan layanan berbasis sistem automasi, khususnya dengan
menyediakan sarana penelusuran informasi yang mudah, cepat dan tepat
waktu.
5. Dalam meningkatkan kualitas layanan terutama penyediaan fasilitas,
perpustakaan SMA Bakti Idhata dapat merujuk pada pedoman-pedoman
standar perpustakaan sekolah antara lain Standar Nasional Perpustakaan
(SNP) dan pedoman Standar Perpustakaan Sekolah IFLA. Pedoman
tersebut dapat membantu perpustakaan memberikan fasilitas yang lebih
layak seperti gedung atau ruang untuk koleksi, staff dan pengguna.
6. Perpustakaan SMA Bakti Idhata diharapkan dapat menghadirkan gedung
perpustakaan yang lebih nyaman, luas serta menarik bagi pengguna.
99
DAFTAR PUSTAKA
Agung Wicaksono. Kualitas Layanan Perpustakaan Pendidikan Nasional
berdasarkan Harapan dan Persepsi Anggota. Jakarta: Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya, 2008. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,
Universitas Indonesia dan tidak untuk diterbitkan.
Cook, Collen [et.al]. LibQual+® 2011 Survey Results. Washington D.C:
Association of Research Libraries, 2011. Diakses 12 April 2014 jam 21:13
WIB dari
https://www.lib.polyu.edu.hk/planning/survey/libqual2011report.pdf.
Cook, Collen and Thompson, Bruce. “Scalling for LibQual+TM Instrument: A
comparison of Desired, Perceived, and Minimum Expectation Responses
versus Perceived Only.” Artikel diakses pada tanggal 06 April 2014 jam
12:45 WIB www.libqual.org/documents/admin/Scalingfor.pdf.
C. Larasati Milburga, dkk. Membina Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta:
Kanisius, 1986.
Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja.
Jakarta: Grasindo, 2007.
Davis, MaShana dan Kyrillidou.“LibQUAL+. Procedures Manual.” Washington
D.C: Association of Research Libraries, 2009. Artikel ini diakses pada
tanggal 07 April 2013 jam 10:31 WIB http://www.libqual.org/documents/
LibQual/publications/ProceduresManual.pdf
Devita Kusumawardani, “Jurnal Temu Kembali Informasi dengan Keyword (Studi
Deskriptif tentang Sistem Temu Kembali Informasi dengan Controlled
Vocabulary pada Field Judul, Subyek, dan Pengarang di Perpustakaan
Universitas Airlangga.” Diakses pada tanggal 18 Agustus 2014 jam 13:26
wib dari http://journal.unair.ac.id/filerPDF/jurnal Devita K.pdf .
Dwi Surtiawan. “ Kepuasan Pemakai dan Peningkatan Kualitas Berbasis Pemakai:
Pendekatan Manajemen Pemasaran Sebagai Paradigma Baru
Perpustakaan.” vol. 14, Juni 2007. Artikel diakses pada 19 April 2014 jam
21:11 http://pustakawan.pnri.go.id/media_pustakawan/detail/5.
Fandy Tjiptono. Pemasaran Jasa.Cet. 3.Jatim: Bayumedia, 2007.
Farida Jasfar. Manajemen Jasa: Pendekatan Terpadu. Cet. 2. Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2009.
F. Rahayuningsih. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
100
Green, David dan Kyrillidou, Marta. LibQual+, Procedurs Manual. Washington
D.C: Association of Research Libraries, 2012. Diakses 7 April 2014 jam
20:21 WIB dari http://www.libqual.org/documents/LibQual/publications/
ProceduresManual.pdf.
Heath, Fred [et.al]. “Emerging Tools for Evaluating Digital Library Services:
Conceptual Adaptions of LibQual and CAPM.” Journal of Digital
Information 4, no. 2, (Juni 2003).Artikel diakses pada tanggal 18 Agustus
2014 jam 14:27 wib dari http://jodi.tamu.edu/Articles/v04/i02/Heath/#top.
Hernon, Peter, dkk. Service Quality in Academic Libraries. USA: Ablex
Corporation, 1995.
Ipah Farihah. Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006.
Ivo Kurnia. Persepsi Pemustaka terhadap Kualitas Pelayanan Referensi di
Perpustakaan MAN Yogyakarta 1. Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu
Budaya. Skripsi S1 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Kalijaga
Yogyakarta dan tidak diterbitkan. Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 jam
07:10 WIB http://diglib.uin-suka.ac.id/BABI/V/DAFTAR/PUSTAKA.pdf.
Kotler, Philip. Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and
Control. Ed. 7. New Jersey: Northwestern University, 1991.
Pawit M., Yusuf. Petunjuk Praktis: Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan
Sekolah. Ed. 1, Cet. 3. Jakarta: kencana, 2007.
Perpustakaan Nasional RI. Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO.
Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2006. Diakses pada tanggal 19 Agustus
2014 jam 20:54 WIB dari http://www.ifla.org/files/assets/school-libraries-
resource-centers/publications/school-library-guidelines/school-library-
guidelines-id.pdf
_____________________. Standar Perpustakaan Nasional. Jakarta: Perpustakaan
Nasional, 2011. Diakses pada tanggal 20 Maret 2014 jam 13:00 WIB dari
http://www.pnri.go.id/iFileDownload./Pedoman/standar/nasional/perpustak
aan-sekolah.pdf.
Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis. Jakarta: STIA-LAN, 1999.
101
Ramseook-Munhurrun, Prabha, D, Soolaksha. Lukea-Bhiwajee &Naido,
Perunjodi. “Service Quality in the Public Service.” International Journal of
Management and Marketing Research, 2010, Vol. 3(1), p. 39. Diakses pada
tanggal 21 Maret 2014 jam 13:30 WIB dari www.researchgate.net/
Service_Quality_in_the_Public_Service%2Ffile%2F32bfe5125acc36bb9c.
pdf.
Rizal Saiful Haq, dkk. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah. Jakarta:
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006.
Rossela. Hubungan antara Kualitas Layanan dengan Kepuasan Pemakai
Perpustakaan STT-PLN Jakarta. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora,
2010. Skripsi S1 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Kalijaga
Yogyakarta dan tidak diterbitkan.
Soeatminah. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan. Yogyakarta:
Kanisius, 1992.
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 1998.
________________. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Sulistia. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Cet. 2. Jakarta: Universitas Terbuka,
2002.
Sutarno NS.Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Cet. 2. Jakarta:
Sagung Seto, 2006.
___________. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
Sri Vandayuli Riorini dan Andreas Wahyu Gunawan. Harapan Masyarakat pada
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Kualitas Pelayanan yang dirasakan
dan Pengaruh Merek pada Retail Banking di Indonesia. Media Riset Bisnis
& Manajemen Vol. 11, No. 1, April 2011.
Syaiful Amri. Analisis Pelayanan Perpustakaan MAN II Surakarta. Yogyakarta:
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, 2010. Skripsi S1 Fakultas Adab dan Ilmu
Budaya, UIN Kalijaga Yogyakarta dan tidak diterbitkan. Diakses pada
tanggal 26 Maret 2014 jam 07:10 WIB dari http://digilib.uin-
suka.ac.id/BAB I/V/DAFTAR/PUSTAKA.pdf.
102
Tarifkhuddin. Pembelajaran Berbasis Perpustakaan Sekolah: Upaya Akselerasi
Pemberdayaan Sekolah melalui Perpustakaan. Yogyakarta: Perpustakaan
Digital UIN Sunan Kalijaga, 2008. Diakses pada tanggal 25 Januari 2014
jam 09:15 WIB http://digilib.uin-suka.ac.id/PEMBELAJARAN/BERB-
ASIS/ PERPUSTAKAAN/SEKOLAH.pdf.
Tim Penyusun UIN. Pedoman Akademik Program Strarta 1 Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Universitas Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013.
Thompson, Bruce, Cook, Collen danHeath, Fred. “Realibility and Structure of
LibQual+™ Scores: Measuring Perceived Library Service Quality.”
Washington D.C: Assosiation of Research Libraries, 2000. Artikel diakses
pada tanggal 14 Agustus 2014 jam 09:00 WIB dari
http://www.libqual.org/documents/admin/reliabilitystructure.pdf.
Thompson, Bruce, Cook, Collen dan Heath, Fred. “Two Short Forms of The
LibQual+Survey: assessing Users’ perceptions of Library Service
Quality.” Diakses pada tanggal 20 April 2014 jam 21:00 WIB dari
http://www.jstor.org/stable/4309686.
Trahn, Isabella [et al.]. “Analysing The Quality Gap: Reflections on results from
an Australasian University 21 libraries standars survey of service
quality.”Australia: Australian Library and Information Association, 2001.
Artikel diakses pada tanggal 15 Agustus 2014 jam 14:26 dari
http://elibraryusa.hosted.exlibrisgroup.com/primo_library/libweb/action/di
splay.do/
Undang Sardana, dkk. Pembinaan Minat Baca. Ed. 2, Cet.2. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007.
Yayu Karmila. Evaluasi Tingkat Kepuasan Pemustaka terhadap Kualitas
Layanan Perpustakaan dengan Menggunakan Metode LibQual (Studi
Kasus Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta). Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora, 2013. Skripsi S1 Fakultas
Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan tidak
diterbitkan.
Lampiran-Lampiran
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dengan nama lengkap Inayatul Ramadita lahir di
Jakarta pada tanggal 08 Maret 1993, putri ketiga dari
Bapak H.Sadelih dengan Ibu Hj.Zakiah. Peneliti bertempat
tinggal di Jl. Pretty Sister RT 001/004 No. 52 Kel.
Gandaria Selatan Kec. Cilandak, Jakarta Selatan, 12420.
Menyelesaikan pendidikan dasar di SDI Raudhatul Ulum Jakarta (tahun 2004).
Kemudian melanjutkan sekolah menengahnya di SMP Darul Ma’arif (tahun 2007)
dan SMA Bakti Idhata Jakarta (tahun 2010). Pada tahun 2010 melanjutkan
pendidikan pada program studi (S1) Jurusan Ilmu Perpustakaan pada Fakultas
Adab dan Humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menyelesaikan kuliahnya dengan menulis skripsi berjudul “Analisis Kualitas
Layanan Perpustakaan SMA Bakti Idhata dengan Menggunakan Metode
LibQual”. Peneliti pernah menjalani Praktek Kerja Lapangan di Pusat Layanan
Pustaka Universitas Terbuka selama satu bulan pada tahun 2013 dan pada tahun
2014 tepatnya bulan Februari peneliti berpartisipasi untuk mengolah Perpustakaan
BPJS Ketenagakerjaan (Jamsostek).