ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN …

12
ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL PERIODE 2010-2012 (Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.) Dina Ayu Fitriana Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Jl. M.T. Haryono 165 Malang [email protected] Dr. Sumiati, SE., M.Si. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya ABSTRAK Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan yang tinggi dapat meningkatkan resiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Oleh karena itu, penting bagi bank untuk menjaga kepercayaan masyarakat sebab kegiatan usahanya mengendalikan kepercayaan masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menganalisis tingkat kesehatan PT. Bank Rakyat Indonesia periode 2010-2012 dengan menggunakan metode CAMEL yang meliputi faktor pemodalan (capital), kualitas aktiva (asset quality), manajemen (management), rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity). Berdasarkan hasil analisis terhadap tingkat kesehatan Bank dengan menggunakan rasio CAMEL periode 2010-2012 keseluruhan dapat dikatakan bahwa secara umum kinerja dan kesehatan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dalam kondisi cukup sehat. Kata Kunci : Kinerja keuangan bank, CAMEL (capital, asset quality, management, earning, liquidity) ABSTRACT A very rapidly developments in the banking world and a high level of complexity can influence the performance of a bank. The high complexity of the banking business can increase the risks faced by banks in Indonesia. Bank is a financial institution whose main activity is to collect funds from the public and distribute the funds back into the community and provide other banking services. Therefore, it is important for banks to maintain public confidence because their business activities are controlling public confidence. This research is quantitative descriptive study aimed to analyze the soundness of PT. Bank Rakyat Indonesia during 2010-2012 by using CAMEL which includes capital, asset quality, management, earnings and liquidity. Based on the analysis of bank soundness using the CAMEL ratios entire 2010-2012 period can be said that the overall performance and health of PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk in a fairly healthy condition. Keywords: Bank Financial Performance, CAMEL (capital, asset quality, management, earnings, liquidity)

Transcript of ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN …

Page 1: ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN …

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE

CAMEL PERIODE 2010-2012

(Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.)

Dina Ayu Fitriana

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Jl. M.T. Haryono 165 Malang

[email protected]

Dr. Sumiati, SE., M.Si.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang

tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan yang

tinggi dapat meningkatkan resiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Bank

adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat

dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

Oleh karena itu, penting bagi bank untuk menjaga kepercayaan masyarakat sebab kegiatan

usahanya mengendalikan kepercayaan masyarakat.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk

menganalisis tingkat kesehatan PT. Bank Rakyat Indonesia periode 2010-2012 dengan

menggunakan metode CAMEL yang meliputi faktor pemodalan (capital), kualitas aktiva

(asset quality), manajemen (management), rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity).

Berdasarkan hasil analisis terhadap tingkat kesehatan Bank dengan menggunakan

rasio CAMEL periode 2010-2012 keseluruhan dapat dikatakan bahwa secara umum kinerja

dan kesehatan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dalam kondisi cukup sehat.

Kata Kunci : Kinerja keuangan bank, CAMEL (capital, asset quality, management,

earning, liquidity)

ABSTRACT

A very rapidly developments in the banking world and a high level of complexity can

influence the performance of a bank. The high complexity of the banking business can

increase the risks faced by banks in Indonesia. Bank is a financial institution whose main

activity is to collect funds from the public and distribute the funds back into the community

and provide other banking services. Therefore, it is important for banks to maintain public

confidence because their business activities are controlling public confidence.

This research is quantitative descriptive study aimed to analyze the soundness of PT.

Bank Rakyat Indonesia during 2010-2012 by using CAMEL which includes capital, asset

quality, management, earnings and liquidity.

Based on the analysis of bank soundness using the CAMEL ratios entire 2010-2012

period can be said that the overall performance and health of PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk in a fairly healthy condition.

Keywords: Bank Financial Performance, CAMEL (capital, asset quality, management,

earnings, liquidity)

Page 2: ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN …

PENDAHULUAN

Perkembangan di dunia perbankan

yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas

yang tinggi dapat berpengaruh terhadap

performa suatu bank. Kompleksitas usaha

perbankan yang tinggi dapat meningkatkan

resiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada

di Indonesia. Permasalahan perbankan di

Indonesia antara lain disebabkan depresiasi

rupiah, peningkatan suku bunga Sertifikat

Bank Indonesia (SBI) sehingga menyebabkan

meningkatnya kredit bermasalah. Lemahnya

kondisi internal bank seperti manajemen yang

kurang memadai, pemberian kredit kepada

kelompok atau grup usaha sendiri serta modal

yang tidak dapat mengcover terhadap resiko-

resiko yang dihadapi oleh bank tersebut

menyebabkan kinerja bank menurun.

Bank merupakan industri yang dalam

kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan

masyarakat sehingga kesehatan bank perlu

dipelihara. Pemeliharaan kesehatan bank

dilakukan dengan tetap menjaga likuiditas

sehingga bank dapat memenuhi kewajibannya

dan menjaga kinerjanya agar bank

memperoleh kepercayaan dari masyarakat.

Kepercayaan masyarakat terhadap bank akan

terwujud apabila bank mampu meningkatkan

kinerjanya secara optimal.

Kesehatan bank dapat diartikan sebagai

kemampuan suatu bank untuk melakukan

kegiatan operasional perbankan secara normal

dan mampu memenuhi semua kewajibannya

dengan baik melalui cara-cara yang sesuai

dengan peraturan perbankan yang berlaku.

Pengertian tentang kesehatan bank di atas

merupakan suatu batasan yang sangat luas,

karena kesehatan bank memang mencakup

kemampuan suatu bank untuk melaksankan

seluruh kegiatan perbankannya.

Dalam peraturan tentang penilaian

tingkat kesehatan bank terdapat perbedaan dari

peraturan terdahulu dalam beberapa hal yang

bersifat menyempurnakan. Pada peraturan

sebelumnya yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi BI

No. 30/11/KEP/DIR tahun 1997 dan Surat

Keputusan Direksi BI No. 30/277/KEP/DIR

tahun 1998 analisis CAMEL ditetapkan

sebagai panduan untuk menilai tingkat

kesehatan bank. Seiring dengan perkembangan

dalam dunia perbankan maka diikuti pula

dengan meningkatnya resiko yang harus

ditanggung oleh bank, maka Bank Indonesia

menambahkan faktor penilaian tingkat

kesehatan perbankan dengan tujuan

mengantisipasi resiko karena menyangkut

kepentingan banyak pihak.

Dalam peraturan yang baru

menambahkan faktor sensitivitas terhadap

resiko pasar (Sensitivity to market risk) karna

dianggap sangat penting untukdiperhitungkan

dalam kehidupan perbankan saat ini. Atas

dasar tersebut Bank Indonesia sebagai

lembaga yang bertugas mengawasi dan

menilai perbankan di Indonesia mengeluarkan

Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004

tanggal 12 April 2004 yang berisi tentang

panduan dalam menilai tingkat kesehatan

bank. Peraturan perbankan yang baru dalam

menilai tingkat kesehatan bank digunakan

analisis CAMELS (Capital, Asset Quality,

Management, Earning, Liquidity, dan

Sensitivity to market risk).

Dalam analisis CAMEL dapat

diketahui kriteria kesehatan suatu bank yaitu

sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak

sehat. Dari hasil penilaian tersebut nantinya,

Bank dapat mengambil kebijakan yang

berhubungan dengan kinerja bank dimasa yang

akan datang. Jika dari hasil penilaian bank

dinyatakan sehat maka bank tersebut harus

mempertahankan tingkat kesehatannya dan

jika hasil penilaian bank dinyatakan tidak

sehat maka bank tersebut harus meningkatkan

tingkat kesehatannya.

PT. Bank Rakyat Indonesia (persero)

Tbk. dipilih sebagai objek penelitian karena

Page 3: ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN …

selalu memberikan pelayanan pada masyarakat

kecil hingga saat ini dan tetap konsisten

dengan fokus pemberian fasilitas kredit kepada

golongan pengusaha kecil.

Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis dan mengetahui kinerja

keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero), Tbk. periode 2010-2012 dengan

menggunakan metode CAMEL.

PENELITIAN TERDAHULU

Beberapa penelitian mengenai analisis

tingkat kesehatan bank telah dilakukan oleh

peneliti terdahulu, di antaranya :

1. Mohammad Very Askhar (2008)

menganalisis CAMEL sebagai alat

pengukuran tingkat kesehatan PT. Bank

Rakyat Indonesia yaitu : CAR, KAP,

NPM, ROA, BOPO, dan LDR. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa selama

periode 2004-2006, tingkat kesehatan PT.

Bank Rakyat Indonesia berada dalam

kondisi cukup sehat.

2. Dayu Kristiyaningsih (2008) menganalisis

kinerja 10 bank-bank umum go public

yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta

periode 2004-2005. Hasil penelitian

didapatkan bukti empiris bahwa semua

bank yang diteliti berdasarkan rasio

CAMEL, yaitu : CAR, KAP, ROA, ROE,

BOPO, dan LDR berada dalam kondisi

sehat.

3. Venny Dwi Lestari (2009) menganalisis

tingkat kesehatan 16 bank-bank milik

pemerintah periode 2006-2008

menggunakan rasio CAMEL, yaitu :

CAR, KAP, ROA, BOPO, dan LDR.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tingkat kesehatan Bank Pembangunan

Daerah NTB tahun 2007-2008 berpredikat

tidak sehat.

1. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah tahun penelitian

yaitu antara tahun 2010-2012.

2. Peneliti menggunakan sembilan rasio

CAMEL PBI No.6/10/2004 sebagai pedoman

analisis tingkat kesehatan bank yaitu: CAR,

KAP, NPL, NPM, ROA, ROE, BOPO, NIM,

dan LDR.

Penelitian ini memiliki persamaan

dengan penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Muhammad Very Askhar (2008), yaitu

untuk menganalisis tingkat kesehatan PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. dengan

menggunakan metode CAMEL.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode

penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian

deskriptif kuantitatif menggunakan metode

numerik dan grafis untuk mengenali sejumlah

data, merangkum informasi yang terdapat

dalam data tersebut dan menyajikan informasi

tersebut dalam bentuk yang diinginkan

(Kuncoro, 2007 : 12). Data yang digunakan

berupa laporan keuangan tahunan, yaitu :

neraca, laporan laba rugi, laporan kualitas

aktiva produktif, dan laporan kecukupan

pemenuhan modal minimum (KPMM). Obyek

yang diteliti adalah kinerja keuangan

menggunakan metode CAMEL pada Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., dimana data

dalam penelitian ini diakses melalui

www.bri.co.id.

Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah melalui dokumentasi atau

disebut juga dengan metode arsip. Data

dikumpulkan melalui pencatatan atau

pemindahan data tertulis atau data dokumen

perusahaan. Melalui studi atas dokumen yang

relevan dengan bank yang akan diamati,

didapatkan data-data kuantitatif atau berupa

laporan keuangan bank yang berguna untuk

menganalisis kesehatan bank.

Page 4: ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN …

Penilaian tingkat kesehatan bank yang

dilakukan di Indonesia mengacu pada sistem

CAMEL Amerika serikat yang dikenal dengan

CAMEL Rating Sistem yang meliputi

komponen-komponen sebagai berikut: Capital,

Asset quality, management, earning,dan

liquidity juga berlaku bagi perbankan di

Indonesia. Sebagai pengawas bank-bank maka

bank Indonesia juga penilaian performance

bank dengan memperhatikan lima faktor di

atas sesuai dengan standar BI tentang Standar

Tingkat Kesehatan Bank Indonesia

berdasarkan lampiran surat edaran No.

6/73/INTERN bahwa tingkat kesehatan bank

dapat dilakukan dengan menggunakan teknik

analisa CAMEL (Capital, Asset Quality,

Management, Earning,dan Liquidity.

Ada empat predikat yang diberikan

Bank Indonesia dalam menilai kinerja

keuangan bank yaitu batik dengan predikat

sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak

sehat. Untuk itu bank harus tetap menjaga

kinerja keuangannya agar tetap menjadi bank

yang sehat dalam arti sehat sebagai lembaga

keuangan yang memiliki peran penting dalam

perkembangan perekonomian nasional, sehat

sebagai suatu lembaga kepercayaan dalam

mengelola dana yang diberikan masyarakat,

serta sehat sebagai suatu lembaga keuangan

yang merupakan sumber dana bagi kegiatan

perekonomian negara.

Sesuai dengan Peraturan Bank

Indonesia nomor 6/23/DPNP tanggal 12 April

2004, tingkat kesehatan bank merupakan hasil

penilaian kuantitatif dan kualitatif terhadap

faktor-faktor CAMEL. Di dalam penilaian

kuantitatif tersebut, Bank Indonesia

menetapkan rasio-rasio yang berkaitan dengan

faktor-faktor CAMEL, dimana perhitungan

atas faktor-faktor CAMEL tersebut telah

ditetapkan adalah sebagai berikut :

1. Faktor Permodalan (Capital)

Bank Indonesia menetapkan Capital

Adequacy Ratio (CAR), yaitu kewajiban

penyediaan modal minimum yang harus selalu

dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu

proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang

Menurut Risiko (ATMR).

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

(ATMR) merupakan penjumlahan aktiva

neraca dan aktiva administrasi, ATMR aktiva

neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai

nominal aktiva yang bersangkutan dengan

bobot risikonya (Hasibuan, 2008 : 58).

Menurut Standar Internasional, yaitu

Banking for International Settlement (BIS)

yang menjadi acuan Bank Indonesia, bobot

minimum Capital Adequacy Ratio adalah

sebesar 12%, dan dari waktu ke waktu akan

disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan

perbankan yang terjadi. Penghitungan CAR

dirumuskan sebagai berikut :

Sumber: SE Bank Indonesia No. 12/11/DPNP Tanggal

31 Maret 2010

2. Kualitas Aset (Asset Quality)

Penilaian terhadap kualitas aset

merupakan penilaian terhadap kualitas aktiva

produktif yang mana kualitas asset

merefleksikan besarnya risiko kredit yang

secara potensial dihadapi Bank, dikaitkan

dengan portofolio pinjaman dan investasi,

kepemilikan; asset lainnya, serta transaksi

rekening admitristratif. Penilaian terhadap

kualitas aset dilakukan melalui dua faktor,

yaitu:

a. Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Dalam penilaian faktor ini, hal yang

dilakukan adalah menilai jenis-jenis aset yang

dimiliki oleh bank.

Menurut Kasmir (2008 : 50), kualitas

aset digunakan untuk menilai jenis-jenis aset

yang dimiliki oleh bank.

Page 5: ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN …

Rumus perhitungan kualitas aset

adalah sebagai berikut :

Sumber: SE Bank Indonesia No.12/11/DPNP Tanggal

31 Maret 2010

b. Penanganan Kredit Bermasalah

Penilaian dilakukan dengan

menggunakan rasio NPL (Non Performing

Loan). Rasio ini menunjukkan kemampuan

manajemen bank dalam mengelola kredit

bermasalah yang diberikan oleh bank.

NPL yang baik adalah NPL yang memiliki

rasio dibawah 5%. NPL mencerminkan risiko

kredit, yaitu semakin kecil NPL maka semakin

kecil pula risiko kredit yang ditanggung bank.

Bank dengan NPL yang tinggi akan

memperbesar biaya, baik pencadangan aktiva

produktif maupun biaya lainnya, sehingga

berpotensi terhadap kerugian bank.

Rumus perhitungannya :

Sumber : SE Bank Indonesia No.12/11/DPNP tanggal

31 Maret 2010

3. Faktor Manajemen

Menurut Kasmir (2008 : 48) dalam

mengelola kegiatan bank sehari-hari juga

harus dinilai kualitas manajemennya. Hal ini

dilakukan dengan alasan bahwa seluruh

kegiatan manajemen bank yang mencakup

manajemen umum dan manajemen risiko pada

akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara

pada perolehan laba bank tersebut.

Adapun rumusnya adalah sebagai

berikut:

Sumber : Lukman, 2009 : 120

4. Faktor Rentabilitas (Earning)

Bank yang sehat adalah bank yang

diukur secara rentabilitas yang terus

meningkat di atas standar yang telah

ditetapkan (Kasmir, 2008). Faktor rentabilitas

digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi

usaha bank dan rentabilitas yang dicapai bank.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia

No.12/11/DPNP Tanggal 31 Maret 2010

kepada semua bank umum yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional di

Indonesia.

Rasio keuangan yang digunakan untuk

mengukur rentabilitas bank adalah :

a. Return On Asset (ROA)

Menurut Mishkin (2008 : 306), ROA

digunakan sebagai ukuran dasar keuntungan

bank dalam imbal hasil atas aset karena ROA

memberikan informasi mengenai efisiensi

bank yang dijalankan serta menunjukkan

berapa banyak laba yang dihasilkan secara

rata-rata dari asetnya.

Rumus perhitungannya adalah sebagai

berikut :

Sumber : SE Bank Indonesia No.12/11/DPNP tanggal

31 Maret 2010

b. Return On Equity (ROE)

Menurut Kasmir (2008 : 204) ROE

menunjukkan efisiensi penggunaan modal

sendiri dengan mengukur laba bersih sesudah

pajak dibandingkan dengan modal sendiri.

Semakin besar ROE, maka semakin besar pula

tingkat keuntungan yang dicapai bank dalam

pengembalian saham dari total modal sendiri.

Rumus perhitungannya adalah sebagai

berikut :

Sumber : SE Bank Indonesia No.12/11/DPNP tanggal

31 Maret 2010

c. Beban Operasional Terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut Slamet (2006 : 159), BOPO

adalah rasio perbandingan antara beban

operasional dengan pendapatan operasional,

semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti

semakin baik kinerja manajemen bank tersebut

Page 6: ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN …

karena lebih efisien dalam menggunakan

sumber daya yang ada di perusahaan.

Rumus perhitungannya adalah sebagai

berikut:

Sumber : SE Bank Indonesia No.12/11/DPNP tanggal

31 Maret 2010

d. Net Interest Margin (NIM)

NIM (Net Interest Margin) digunakan

untuk mengukur kemampuan manajemen bank

dalam mengelola aktiva produktifnya untuk

menghasilkan pendapatan bunga bersih.

Pendapatan bunga bersih diperoleh dari

pendapatan bunga dikurangi beban bunga.

Semakin besar rasio ini maka meningkatnya

pendapatan bunga atas aktiva produktif yang

dikelola bank sehingga kemungkinan bank

dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Rumus perhitungan NIM adalah sebagai

berikut :

Sumber : SE Bank Indonesia No.12/11/DPNP tanggal

31 Maret 2010

5. Faktor Likuiditas (Liquidity)

Penilaian terhadap faktor ini

menggunakan LDR (Loan to Deposit Ratio).

LDR diperoleh dengan cara membandingkan

kredit yang diberikan kepada pihak ketiga

(tidak termasuk kredit kepada bank lain)

dengan dana pihak ketiga (DPK) yang terdiri

dari giro, tabungan dan deposito (tidak

termasuk antar bank).

Loan to deposit ratio (LDR) tersebut

menyatakan seberapa jauh kemampuan bank

dalam membayar kembali penarikan dana

yang dilakukan deposan dengan mengandalkan

kredit yang diberikan sebagai sumber

likuiditasnya (Lukman, 2009 : 116).

Rumus perhitungan LDR adalah sebagai

berikut :

Sumber : SE Bank Indonesia No.12/11/DPNP tanggal

31 Maret 2010

6. Keterbatasan Penelitian

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia

No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004

tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan

Bank Umum, mencakup penilaian terhadap

faktor-faktor CAMELS. Sedangkan, variabel

yang digunakan dalam penelitian ini memiliki

keterbatasan, yaitu tidak diikutsertakannya

faktor sensitivitas terhadap risiko pasar

(sensitivity to market risk) untuk menilai

kesehatan bank.

Komponen-komponen tersebut tidak

dipublikasikan dalam laporan keuangan bank

dan cenderung bersifat internal, sehingga

penulis tidak dapat memperoleh informasi

yang memadai untuk dapat menilai faktor

sensitivitas terhadap risiko pasar dan pada

indicator “S” tidak ada bobotnya (0).

HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bank Indonesia selaku bank sentral dan

regulator bagi perbankan di Indonesia

mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia

No.6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004

mengenai penilaian tingkat kesehatan bank

umum dengan menggunakan metode CAMEL

(capital, asset quality, management, earning,

liquidity). Hasil analisis akan menunjukkan

kondisi kesehatan bank yang digolongkan ke

dalam peringkat komposit yang merupakan

peringkat akhir hasil penilaian tingkat

kesehatan bank.

Tabel 4.1

Perhitungan Capital Adequacy Ratio

PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012

2012 2011 2010

Modal Inti 55.080.238 40.019.254 27.123.160

Modal Pelengkap 9.801.541 9.801.075 9.549.950

Penyertaan 75.021 45.769 41.538

Total Modal 64.881.779 49.820.329 36.673.110

Aktiva

Tertimbang

Menurut Risiko

(ATMR)

336.081.042 269.454.726 232.972.784

Rasio CAR 19% 18% 16%

Standard BI > 12

Peringkat

1

Sangat Baik

1

Sangat Baik

1

Sangat Baik

Page 7: ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN …

Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan

Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, tingkat

kecukupan modal (CAR) yang dihasilkan oleh

Bank BRI selama tahun 2010-2012 sangat baik

(>12%) dan stabil pada peringkat 1, selain itu

perolehan CAR Bank BRI melampaui

ketentuan kewajiban pemenuhan modal

minimum (KPMM) yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia, yaitu 12%. Tabel di atas juga

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rasio

karena Bank BRI menyediakan kecukupan

modal untuk dapat mengantisipasi kerugian

atas 56 risiko yang ditimbulkan terutama risiko

kredit bermasalah (NPL), di samping antisipasi

terhadap risiko pasar akibat kerugian valas.

Tabel 4.2

Perhitungan Kualitas Aktiva Produktif

PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012 2012 2011 2010

Aktiva Produktif Yang

Diklasifikasikan

(APYD)

13.895.464 10.525.973 9.975.712

Aktiva Produktif 487.317.511 390.709.353 337.810.537

Rasio 2,85% 2,69% 2,95%

Standard BI ≤ 0,5% - 6%

Peringkat

2

Baik

2

Baik

2

Baik

Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan

Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI).

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, selama

tahun 2010-2012 Bank BRI memiliki kualitas

aset yang baik. Hal ini ditunjukkan oleh

kinerja Bank BRI yang baik dalam

mengendalikan jumlah APYD dan rasio KAP

yang dihasilkan masih memenuhi standar

aman Bank Indonesia, yaitu antara 0,5% <

KAP ≤ 6%. Jumlah aktiva produktif yang

diklasifikasikan mengalami kenaikan pada

semua golongan (DPK, KL, diragukan, dan

macet) selama tahun 2010-2012 sehingga rasio

KAP yang dihasilkan mengalami kenaikan.

Tabel 4.3

Perhitungan Non Performing Loan

PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012 2012 2011 2010

Jumlah

Kredit

Bermasalah

14.677.220 15.951.531 13.991.454

Total Kredit 336.081.042 269.454.726 232.972.784

Rasio 4,37% 5,92% 6,01%

Standard BI ≤ 2% - 8%

Peringkat

2

Baik

3

Cukup Baik

3

Cukup Baik

Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan

Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI)

Tabel 4.3 Bank BRI menunjukan kinerja

yang cukup baik dalam menekan jumlah

krediy bermasalah. Hal ini ditunjukkan dengan

menurunnya rasio NPL selama tahun 2010-

2012 sehingga pada tahun 2012 Bank BRI

memperoleh peringkat yang baik sebesar

4,37%. Tingkat kecukupan manajemen risiko

kredit yang baik adalah (2% < NPL < 5%).

Kinerja positif yang ditunjukkan oleh Bank

BRI dalam mengendalikan jumlah kredit

bermasalah ini juga tak lepas dari loyalitas dan

kepatuhan nasabah dalam membayar kembali

pinjaman yang telah disalurkan oleh bank, dan

mengindikasikan bahwa Bank BRI memiliki

tingkat kecukupan manajemen risiko kredit

yang baik. Secara umum, selama tahun 2010-

2012, rasio NPL pada Bank BRI masih aman

dan memenuhi standar Bank Indonesia, yaitu

antara 2% ≤ NPL ≤ 8%.

Tabel 4.4

Perhitungan Non Profit Margin

PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012 2012 2011 2010

Laba Bersih 18.687.380 15.087.996 11.472.385

Pendapatan

Operasional 94.483.919 88.367.399 83.048.298

Rasio 19,78% 17,07% 13,81%

Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan

Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI)

Page 8: ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN …

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, Bank BRI

mampu menghasilkan laba bersih yang

mengalami peningkatan selama tahun 2010-

2012 yang ditunjukkan oleh kenaikan rasio

NPM. Bank BRI mengalami kenaikan rasio

NPM yang disebabkan oleh pendapatan

operasional yang naik cukup signifikan

sehingga mampu menghasilkan laba bersih

secara maksimal.

Bank BRI mencatatkan laba bersih yang

naik signifikan setiap tahunnya, sehingga rasio

NPM juga ikut naik. Pendapatan operasional

(terutama pendapatan bunga) yang naik cukup

tinggi setiap tahunnya mampu menyumbang

kenaikan pada laba bersih.

Tabel 4.5

Perhitungan Return on Asset

PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012

2012 2011 2010

Laba Sebelum

Pajak 23.859.572 18.755.880 14.908.230

Total Asset 551.336.790 469.899.284 404.285.602

Rasio 4,33% 3,99% 3,69%

Standard BI > 1.5%

Peringkat

1

Sangat Baik

1

Sangat Baik

1

Sangat Baik

Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan

Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI)

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, Bank BRI

mampu menghasilkan rasio ROA yang sangat

baik atau melebihi standar yang ditetapkan

oleh Bank Indonesia, yaitu > 1,5% dan tetap

stabil pada peringkat 1 selama tahun 2010-

2012.. Meskipun total aset yang dimiliki naik

cukup signifikan dan mampu menyumbang

pendapatan bunga yang cukup tinggi (terutama

berasal dari penyaluran kredit oleh Bank BRI

dalam jumlah besar), tetapi hal tersebut diikuti

pula oleh kenaikan beban operasional sehingga

imbal hasil atas laba sebelum pajak kurang

maksimal. Setiap tahunnya kenaikan total aset

mampu menghasilkan pendapatan bunga yang

tinggi dan berakibat pada kenaikan laba

sebelum pajak yang naik cukup signifikan.

Tabel 4.6

Perhitungan Return on Equity

PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012

2012 2011 2010

Laba Setelah

Pajak 23.859.572 18.755.880 14.908.230

Modal Inti 55.080.238 40.019.254 27.123.160

Rasio 43,32% 46,87% 54,96%

Standard BI > 15%

Peringkat

1

Sangat Baik

1

Sangat Baik

1

Sangat Baik

Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan

Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI)

Tabel 4.6 menunjukkan Return On

Equity berada pada peringkat 1 (Sangat Baik).

Rata-rata dari modal inti yang dimiliki oleh

Bank BRI mampu menghasilkan laba setelah

pajak yang sangat tinggi. Laba setelah pajak

yang dihasilkan oleh Bank BRI ini berasal dari

pendapatan operasional, terutama pendapatan

bunga yang cukup tinggi yang bersumber dari

kredit atau pinjaman yang diberikan. Namun

Bank BRI selama tahun 2010-2012

mengalamin penurusan rasio yaitu 54,96%

tahun 2010 menjadi 46,87% di tahun 2011 dan

43,32% ditahun 2012.Hal ini mengindikasikan

tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank

dalam pengembalian saham dari total modal

sendiri semakin kecil.

Tabel 4.7

Perhitungan BOPO

PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012 2012 2011 2010

Beban

Operasional 32.617.687 30.822.899 27.840.251

Pendapatan

Operasional 94.483.919 88.367.399 83.048.298

Rasio 34,52% 34,88% 33,52%

Standard BI < 90%

Peringkat

1

Sangat Baik

1

Sangat Baik

1

Sangat Baik

Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan

Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI)

Page 9: ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN …

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, meskipun

selama tahun 2010-2012 Bank BRI mengalami

kenaikan rasio BOPO, tetapi mampu

menghasilkan pendapatan operasional yang

cukup tinggi. Kenaikan pada beban

operasional terutama disebabkan oleh

peningkatan beban bunga, beban komisi,

kerugian atas jumlah kredit yang diberikan

(NPL), kerugian atas penurunan nilai aset,

peningkatan biaya administrasi, biaya promosi,

dan biaya personalia.

Di tahun 2010, Bank BRI mengalami

penurunan rasio BOPO, meskipun beban

operasional mengalami peningkatan cukup

signifikan tetapi Bank BRI mampu

memperoleh pendapatan operasional (terutama

pendapatan bunga) yang melonjak cukup

tinggi. Secara umum, selama tahun 2010-2012,

Bank BRI memiliki tingkat efisiensi yang

sangat baik karena mampu menghasilkan rasio

BOPO sesuai dengan standar Bank Indonesia,

yaitu ≤ 90% dan tetap stabil pada peringkat 1.

Tabel 4.8

Perhitungan Net Interest Margin

PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012 2012 2011 2010

Pendapatan

Bunga Bersih 36.483.766 34.427.076 32.888.603

Aktiva

produktif 487.317.511 390.709.353 337.810.537

Rasio 7,49% 8,81% 9,74%

Standard BI > 3%

Peringkat

1

Sangat Baik

1

Sangat Baik

1

Sangat Baik

Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan

Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI)

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, Bank BRI

memiliki kinerja rentabilitas (NIM) yang

sangat tinggi atau melampaui standar Bank

Indonesia, yaitu > 3%, dan tetap stabil berada

pada peringkat 1 (sangat baik) selama tahun

2010-2012. Bank BRI mampu menggunakan

total aktiva produktif yang dimiliki dengan

sangat baik sehingga mampu menghasilkan

pendapatan bunga bersih yang sangat tinggi.

Pendapatan bunga yang tinggi ini terutama

berasal dari jumlah kredit yang disalurkan

khususnya pada sektor usaha mikro, kecil, dan

menengah (UMKM) dan non UMKM.

Dari tahun 2010 – 2012 rasio NIM yang

dihasilkan oleh Bank BRI sempat mengalami

penurunan akibat meningkatnya beban bunga

sehingga tentunya mengurangi pendapatan

bunga bersih.

:

Tabel 4.9

Perhitungan Loan to Deposit Ratio

PT Bank BRI (Persero) Tbk 2010 – 2012

2012 2011 2010

Jumlah Kredit

Yang Diberikan 350.758.262 285.406.257 246.964.238

Dana Pihak

Ketiga 487.317.511 390.709.353 337.810.537

Rasio 71,98% 73,05% 73,11%

Standard BI 50% - 100 %

Peringkat

1

Sangat Baik

1

Sangat Baik

1

Sangat Baik

Sumber : Data Diolah (Lampiran Ikhtisar Laporan

Keuangan Tahunan 2010-2012 Bank BRI)

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, selama

tahun 2010-2012 Bank BRI memiliki kinerja

likuiditas (LDR) yang baik (70% < LDR ≤

75%) dan berada pada peringkat 1. Meskipun

selama tahun 2010 - 2012 mengalami

penurunan rasio namun berdasarkan standar

Bank Indonesia LDR Bank BRI masih

tergolong dalam batas aman, yaitu ≤ 100%.

Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang

berhasil dihimpun dari masyarakat oleh Bank

BRI sebanding dengan jumlah kredit yang

diberikan.

Bank BRI merupakan bank yang fokus

dalam menyalurkan kredit, khususnya pada

sektor usaha mikro, kecil, dan menengah

(UMKM) yang jumlahnya dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan cukup signifikan dan

berkontribusi pada pendapatan yang diperoleh

oleh Bank BRI.

Page 10: ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN …

Secara umum, selama tahun 2010-

2012, Bank BRI memiliki kemampuan

likuiditas untuk mengantisipasi kebutuhan

likuiditas dan penerapan manajemen risiko

likuiditas yang kuat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Analisis CAMEL pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. untuk Tahun 2010-

2012 kondisi tingkat kesehatan BRI

dinyatakan cukup sehat.

Analisis terhadap tingkat kesehatan bank

bertujuan untuk mengevaluasi kinerja bank

dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dan

kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku.

Selain itu, hasil penilaian tingkat kesehatan

bank diharapkan dapat membantu calon

investor dalam membuat keputusan sebelum

melakukan investasi pada bank.

Penilaian mengenai tingkat kesehatan

bank berdasarkan peraturan yang telah

ditetapkan oleh Bank Indonesia selaku

regulator perbankan di Indonesia, yaitu PBI

No.6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004

tentang sistem penilaian kesehatan bank umum

dengan menggunakan metode CAMEL.

Faktor permodalan (capital) dinilai

untuk mengetahui kecukupan modal yang

dimiliki oleh bank dalam mengatasi eksposur

risiko yang dihadapi saat ini dan untuk

mengantisipasi eksposur risiko yang dihadapi

di masa mendatang. Bank Indonesia selaku

regulator perbankan di Indonesia menetapkan

bahwa setiap bank umum wajib memelihara

rasio kecukupan modal (CAR) minimum

sebesar 12%.

Faktor kualitas aset (asset quality) dinilai

untuk mengetahui kualitas aset dengan

membandingkan aktiva produktif yang

diklasifikasikan (APYD) dengan total aktiva

produktif yang dinilai dengan rasio KAP.

Semakin besar rasio KAP yang dihasilkan oleh

bank akan semakin menunjukkan bahwa

kualitas aset yang dimiliki oleh bank berada

pada kondisi yang tidak baik dan

mengindikasikan tingkat aktiva produktif

bermasalah semakin buruk.

Selain itu, kualitas aset juga dinilai untuk

mengetahui tingkat kecukupan manajemen

risiko bank dengan membandingkan antara

jumlah kredit bermasalah dengan total kredit

yang diberikan yang diukur dengan rasio non

performing loan (NPL). Apabila rasio NPL

semakin besar akan semakin menunjukkan

bahwa bank memiliki kinerja manajemen

risiko yang kurang baik dalam mengendalikan

jumlah kredit bermasalah.

Faktor manajemen (management)

diukur dengan melakukan penilaian terhadap

penerapan manajemen umum dan manajemen

risiko, dan biasanya dilakukan melalui

kuesioner bagi pihak bank, namun pengukuran

tersebut sulit dilakukan karena faktor ini

terkait dengan unsur kerahasiaan bank.

Penilaian terhadap faktor manajemen dapat

diproksikan dengan net profit margin (NPM),

yaitu perbandingan antara laba bersih dengan

pendapatan operasional. Semakin besar rasio

NPM yang dihasilkan oleh bank, maka akan

semakin baik pula kinerja bank dalam

menghasilkan laba bersih.

Faktor rentabilitas (earning) dinilai

untuk mengetahui tingkat efisiensi usaha bank

dan kemampuan dalam mencapai rentabilitas.

Indikator penilaiannya adalah dengan return

on asset (ROA), yaitu perbandingan antara

laba sebelum pajak dengan total aset yang

dimiliki oleh bank. Semakin besar rasio

menunjukkan bahwa bank memiliki

kemampuan rentabilitas yang baik dalam

menghasilkan laba sebelum pajak. Return On

Equity (ROE), yaitu perbandingan antara laba

bersih dengan total modal inti bank. Semakin

besar rasio berarti semakin besar pula tingkat

pengembalian saham yang dihasilkan oleh

bank.

Rasio beban operasional operasional

terhadap pendapatan operasional (BOPO),

yaitu perbandingan antara beban operasional

yang harus dikeluarkan oleh bank dalam

rangka membiayai aktivitas usahanya dengan

pendapatan operasional yang berhasil

diperoleh bank. Semakin besar rasio semakin

menunjukkan bahwa bank memiliki tingkat

efisiensi yang kurang baik. Net Interest

Margin (NIM) adalah perbandingan antara

pendapatan bunga bersih dengan total aktiva

produktif. Semakin besar rasio akan semakin

menunjukkan bahwa bank memiliki

rentabilitas yang sangat baik dalam

Page 11: ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN …

menghasilkan pendapatan bunga bersih dari

rata-rata total aktiva produktif yang dimiliki.

Faktor likuiditas dinilai untuk

mengetahui kemampuan likuiditas bank dan

tingkat kecukupan manajemen risiko likuiditas

yang diukur dengan menggunakan loan to

deposit ratio (LDR). Semakin besar rasio akan

semakin menunjukkan bahwa bank memiliki

kemampuan likuiditas yang sangat lemah

untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan

penerapan manajemen risiko likuiditas yang

buruk.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah

tidak digunakannya sensitivitas terhadap risiko

pasar sensitivity to market risk (SMR) sebagai

salah satu faktor penilaian dalam menganalisis

tingkat kesehatan bank. Hal ini dikarenakan

pada indikator “S” tidak ada bobotnya

sedangkan untuk menghitung rasio sensitivitas

diperlukan penilaian terhadap komponen

modal cadangan dibandingkan dengan potensi

kerugian akibat fluktuasi suku bunga dan

modal cadangan dibandingkan dengan potensi

kerugian akibat fluktuasi nilai tukar.

Komponen-komponen tersebut tidak

dipublikasikan dalam laporan keuangan bank

dan cenderung bersifat internal, sehingga

penulis tidak dapat memperoleh informasi

yang memadai.

Penelitian ini mendukung penelitian

yang dilakukan oleh Mohammad Very Askhar,

yang menyimpulkan bahwa faktor kualitas aset

pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.

Berpredikat cukup sehat .yang baik setelah

dinilai dengan menggunakan rasio KAP.

Artinya PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.

mempunyai kemampuan yang tinggi untuk

mengatasi masalah kerugian, meningkatkan

modal, dalam menciptakan laba selama tahun

2010-2012.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan mengenai tingkat kesehatan bank

umum milik negara selama tahun 2010-2012

dengan menggunakan metode CAMEL, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Permodalan (capital) PT. Bank Rakyat

Indonesia berada pada peringkat komposit 1

atau digolongkan dalam kondisi sangat

baik. lainnya. Hasil rasio yang ditunjukkan

oleh Bank BRI berada pada peringkat 1

(Sangat baik).

2. Kualitas aset (asset quality) dinilai dengan

menggunakan rasio KAP dan non

performing loan (NPL). Rasio KAP Bank

BRI berada pada peringkat 2 (baik), dan

rasio NPL berada peringkat 3 (cukup baik).

3. Manajemen (management) diukur dengan

menggunakan rasio NPM (Net Profit

Margin). NPM merupakan rasio yang

menggambarkan tingkat keuntungan (laba)

yang diperoleh Bank dibanding dengan

pendapatan yang diterima dari kegiatan

operasionalnya. Dari tahun 2010-2012

Bank BRI menghasilkan peningkatan rasio

NPM yang tinggi.

4. Rentabilitas (earning) dinilai dengan

menggunakan rasio ROA, ROE, BOPO,

dan NIM. Bank BRI untuk keempat rasio

tersebut semuanya berada pada peringkat 1

(sangat baik).

5. Likuiditas (liquidity) dinilai dengan

menggunakan rasio LDR. Berdasarkan

aspek likuiditas Bank tidak mempunyai

kewajiban yang harus segera dibayar

sehngga modsl inti yang dimiliki Bank

dapat menutupi pinjaman lainnya. Hasil

rasio yang ditunjukkan oleh Bank BRI

berada pada peringkat 1 (Sangat baik).

Saran yang dapat diberikan berkaitan

dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Perusahaan (Bank)

Bank BRI sebaiknya meningkatkan

predikatnya dari yang cukup sehat

menjadi sehat. Peningkatan kinerja

keuangan ini ditujukan untuk kesehatan

kinerja perbankan yang saat ini jika

diukur dengan analisis CAMEL masih

dinyatakan sehat. Hal ini dilakukan

agar kepercayaan masyarakat atau

nasabah terhadap PT. Bank Rakyat

Page 12: ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN …

Indonesia (Persero) Tbk juga semakin

meningkat.

2. Bagi investor atau Kreditur

Investor hendaknya memperhatikan

kinerja keuangan bank. Kesehatan kinerja

perbankan antara cukup sehat sampai

sangat sehat layak untuk dijadikan obyek

investasi. Kinerja keuangan yang tidak

sehat sampai kurang sehat tidak layak

untuk dijadikan obyek investasi.

3. Bagi Nasabah

Kinerja keuangan Bank yang sehat dapat

diberi kepercayaan sebagai lembaga

pembiayaan dan simpanan. Kinerja

keuangan yang tidak sehat tidak layak

untuk diberi kepercayaan sebagai lembaga

pembiayaan dan simpanan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya hendaknya lebih

memperhatikan rasio yang digunakan

dalam menghitung aspek CAMEL dan

menggunakan rasio “S” agar hasil

penelitian yang diperoleh lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, 2011, Booklet Perbankan

Indonesia, www.bi.go.id diakses tanggal

20 April 2013.

Bank Indonesia, 2010, Statistik Perbankan

Indonesia, www.bi.go.id diakses tanggal

20 April 2013.

Dayu Kristiyaningsih, 2008, Analisis Rasio

CAMEL Untuk Menilai Kesehatan

Perbankan (Studi Kasus Pada Bank Go

Public Yang Terdaftar di BEJ), Skripsi

Universitas Muhammadiyah, Surakarta,

www.google.com diakses tanggal 10 Mei

2013.

Kasmir, 2008, Manajemen Perbankan, Edisi

Revisi, Penerbit PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Hasibuan, Malayu, 2008, Dasar-Dasar

Perbankan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta

Laporan Keuangan Tahunan Bank Rakyat

Indonesia, 2010-2012, www.bri.co.id

Mohammad Very Askhar, 2008, Analisis

Camel Sebagai Alat Pengukuran Tingkat

Kesehatan Bank (Studi Pada Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk), Skripsi Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah, Malang.

Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006

Tanggal 30 Januari 2006 Tentang

Penerapan Good Corporate Governance

Pada Seluruh Bank Umum, www.bi.go.id

diakses tanggal 20 April 2013.

Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004

Tanggal 12 April 2004 Tentang Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum,

www.bi.go.id diakses tanggal 20 April

2013.

Surat Edaran Bank Indonesia No.12/11/DPNP

Tanggal 31 Maret 2010 Perihal Laporan

Publikasi Bank Umum, www.bi.go.id

diakses tanggal 10 Mei 2013.

Surat Edaran Bank Indonesia No.11/33/DPNP

Tanggal 8 Desember 2009 Perihal

Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia,

www.bi.go.id diakses tanggal 10 Mei

2013.

Surat Edaran Bank Indonesia

No.6/73/INTERN Tanggal 24 Desember

2004 Perihal Pedoman Sistem Penilaian

Kesehatan Bank Umum (CAMEL

RATING), www.bi.go.id diakses tanggal

10 Mei 2013.

Venny Dwi Lestari, 2009, Analisis Tingkat

Kesehatan Bank Pemerintah Dengan

Menggunakan CAMEL dan Analisis

Diskriminan Periode 2006-2008, Jurnal

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Gunadarma, Jakarta,

www.google.com diakses tanggal 12 Juni

2013.