Analisis Kinerja
-
Upload
dewi-syahrina -
Category
Documents
-
view
24 -
download
0
description
Transcript of Analisis Kinerja
-
ANALISIS KINERJA PENGELOLAANJASA PELAYANAN AGKUTAN UMUM PENUMPANG DI TERMINAL
DARI PERSPEKTIF COVERAGE RATIO(STUDI KASUS DI TERMINAL LAMONGAN)
Desy Ayu P., Dewi Syahrina, Dyan Purwaningtyas, Rima Auliyamartha A.Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah, Malang
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dinas perhubungan dan
pariwisata di kabupaten Lamongan terhadap pelayanan umum penumpang danjasa bus/non bus yang berpengaruh terhadap retribusi di salah satu terminalkabupaten tersebut yang ditinjau dari perspektif coverage ratio pada tahun 2003-2004. Coverage Ratio merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengukurefektivitas kinerja sebuah organisasi, dalam hal ini UPT terminal Lamongan.Perhitungan Coverage Ratio adalah dengan membandingkan antara realisasiretribusi tahun berjalan dengan dibagi dengan potensi dan realisasi anggaran.Data dalam penelitian ini diperoleh dari dokumentasi yang didapat dari UPTTerminal Lamongan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2003 terjadi surplusretribusi bus/non bus sebesar 0,07% dari potensi yang ditargetkan oleh DinasPerhubungan dan Pariwisata, dan pada tahun 2004 terjadi surplus retribusisebesar 0,06%. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi penurunanprosentase retribusi pada tahun 2004 dibandingkan dengan tahun 2003 sebesar0,01%.
Kata kunci : kinerja, retribusi, coverage ratio
PENDAHULUAN
Dari masa ke masa keberadaan organisasi sektor publik semakin
dibutuhkan oleh masyarakat. Sebagai sebuah organisasi yang berfungsi melayani
dan menyediakan berbagai kebutuhan publik, eksistensinya sangat diharapkan
untuk selalu berkembang. Oleh karena itu, dalam perkembangannya pun berbagai
organisasi sektor publik harus selalu diawasi agar terhindar dari berbagai bentuk
penyimpangan yang bisa merugikan masyarakat. Salah satu bentuk pengawasan
yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran terhadap kinerja
sektor publik. Stout (1993) dalam Masmudi, Sulistyo dan Mahsun (2002)
menjelasakan bahwa pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan
mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui
hasil-hasil yang ditampilkan berupa pruk jasa atau proses. Whittaker (1993) dalam
Tangkilisan dan Nogi (2003) mengungkapkan bahwa pengukuran kinerja adalah
-
suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas, sehingga dalam penerapannya akan membutuhkan artikulasi yang
jelas mengenai misi, tujuan dan sasaran yang dapat diukur dan berhubungan
dengan hasil program.
Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi
dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik (Ulum 2004).
Selain itu, pengukuran kinerja terhadap sektor publik juga dapat dijadikan
parameter untuk mengetahui seberapa efektif organisasi tersebut telah melayani
masyarakat selama ini. Menurut Mardiasmo (2004) pengukuran kinerja sektor
publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, membantu memperbaiki
kinerja pemerintah. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk
pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, mewujudkan
pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.Dengan
adanya pengukuran kinerja tersebut, diharapkan pada masa mendatang berbagai
unit usahanya bisa menjadi lebih efektif dan efisien serta mampu memberikan
pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat sebagai konsumennya.
Salah satu sektor publik yang memiliki peran vital bagi masyarakat adalah
sektor transportasi yang berada di bawah naungan Dinas Perhubungan dan
Pariwisata. Lembaga ini berfungsi mengatur dan mengawasi serta menyediakan
sarana dan prasarana transportasi, termasuk di dalamnya perawatan dan perbaikan
dari sarana yang sudah ada. Akan tetapi, hingga saat ini Dinas Perhubungan masih
belum melaksanakan fungsinya secara optimal. Ketidakoptimalan ini dapat kita
lihat pada fenomena di beberapa terminal dimana masih banyak penumpang yang
memilih menunggu bis di luar terminal. Hal ini menunjukkan bahwa Dinas
Perhubungan dan Pariwisata dengan berbagai UPT terminalnya, belum mampu
mengoptimalkan fasilitas yang ada di dalam terminal sehingga penumpang tidak
bersedia menunggu bis di dalam terminal. Karena itu, Dinas Perhubungan dan
Pariwisata harus meningkatkan kinerja mereka agar penumpang mau tertib
menunggu bis dalam terminal, ketertiban ini tentunya akan membantu kelancaran
arus keluar masuknya bis.
Berangkat dari berbagai pemahaman akan kondisi objektif atau kondisi
yang seharusnya terjadi pada sektor publik dan realitas yang terjadi di lapangan,
maka kami merasa perlu dilakukan pengukuran terhadap kinerja mereka. Oleh
karena itu, kami melakukan pengukuran kinerja pada Dinas Perhubungan dan
2
-
Pariwisata kabupaten Lamongan yang kami fokuskan pada UPT Terminal
Lamongan dengan menggunakan Coverage Ratio sebagai parameternya. Tulisan
ini bertujuan untuk mengeksplorasi seberapa efektif kinerja Dinas Perhubungan
dan Pariwisa Kabupaten Lamongan di terminal.
Beberapa hal yang menjadi indikator kinerja dalam pengukuran ini antaralain:1. Besarnya potensi/sasaran yang distandarkan/dianggarkan dan realisasi yang
dinyatakan dalam rupiah ( Rp ).
2. Jumlah angkutan penumpang bus dan non bus yang masuk ke Terminal
Lamongan.
3. Jumlah penumpang bus dan non bus yang menggunakan jasa tunggu di
Terminal Lamongan.
Kabupaten lamongan memiliki dua terminal yaitu terminal babat dan
terminal lamongan. Terminal babat merupakan terminal yang kurang aktif dalam
menjalankan operasinya sehingga penelitian ini di fokuskan pada terminal
lamongan yang lebih eksis keberadaannya. Meskipun demikian, keberadan
terminal di Kabupaten Lamongan ini pun masih dinilai belum mampu
menjalankan fungsinya secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
penumpang yang enggan untuk menunggu bus di dalam terminal. Keadaan ini
disebabkan ketidaknyamanan fasilitas di dalam terminal, seperti kondisi jalan
yang rusak dan becek, ruang tunggu yang kurang nyaman, jumlah kios yang
minim, serta fasilitas lainnya yang kurang memadai. Keadaan ini mengakibatkan
hanya sedikit bus yang masuk ke dalam terminal yang pada akhirnya akan
berdampak pada minimnya retribusi yang diterima oleh UPT terminal. Minimnya
retribusi ini menyebabkan keterbatasan fasilitas yang dapat disediakan UPT
Terminal.
Retribusi dan fasilitas di terminal merupakan satu pola hubungan
melingkar. Retribusi akan meningkat apabila terdapat kenyamanan fasilitas,
karena pada dasarnya retribusi yang diperoleh UPT sebagian dialokasikan untuk
pembangunan serta pemeliharaan fasilitas yang mendukung terminal.
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai
pengukuran kinerja manajemen, memberikan arah dalam mencapai target kinerja
yang ditetapkan dan perbaikan yang harus dilakukan serta bisa menjadi parameter
untuk menilai keberhasilan organisasi sektor publik dalam menjalankan tugasnya.
3
-
4
-
METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan pada UPT terminal Lamongan. Penelitian ini
bersifat analisis terhadap dokumentasi retribusi bus/non bus di UPT terminal
Lamongan. Dalam menganalisis kinerja Dinas Perhubungan dan Pariwisata
Kabupaten Lamongan terkait pelayanan umum penumpang dan jasa bus/non bus
di terminal, kami menggunakan metode analisis pencapaian (coverage ratio).
Dalam Laporan Final Retikat-Patda Jombang (1999) menjelaskan bahwa analisis
rasio pencapaian ini merupakan perbandingan antara realisasi tahun berjalan
dibagi dengan potensi (sasaran) yang seharusnya dicapai dalam tahun berjalan,
untuk mendapatkan coverage ratio (CR) sebagai indikator adanya selisih (gap)
antara potensi dan realisasi anggaran. Jika Coverage Ratio telah didapat, maka
CR adalah selisih tingkat pemecahan yang dapat dihitung, yaitu: CR=100%-
CR. Ini berarti bahwa di dalam perolehan CR inilah masih terdapat masalah-
masalah yang belum dipecahkan.
Masalah-masalah yang belum dipecahkan tersebut bisa diatasi dengan
menguraikan masalah-masalah yang ada dengan mengidentifikasikan dan
menginventarisir permasalahan tersebut.
Berikut adalah prosedur pelaksanaan penelitian yang dilakukan:
1. Mengumpulkan data
Data diperoleh dari dokumentasi yang dimiliki UPT terminal Lamongan
atau merupakan data sekunder (Usman dan Purnomo Setiady Akbar 2003).
Data-data tersebut meliputi data banyaknya Bus dan arus penumpang keluar
masuk jalan jurusan Gresik dan Babat, banyaknya Angkutan pedesaan/MPU
dan penumpang keluar/masuk jalan di terminal Lamongan tahun 2003 dan
2004 serta PAD yang ditargetkan/potensi di UPT terminal Kabupaten
Lamungan tahun 2003-2004.
2. Menyusun dan mengolah data
Data-data yang telah terkumpul kemudian disusun dan diolah. Alat
analisis data yang digunakan adalah metode Coverage Ratio. Menurut
Suratman (2001) analisis seperti ini tergolong analisis kuantitatif. Data yang
sifatnya harian diakumulasikan menjadi bulanan untuk kemudian dijadikan
tahunan. Selanjutnya melakukan penghitungan Coverage Ratio tahun 2003
dan 2004, sehingga bisa untuk diperbandingkan.
5
-
3. Interpretasi atas hasil pengolahan data
Hasil pengolahan data yang telah dilakukan diinterpretasikan serta
dilakukan analisis mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja Dinas
Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Lamongan di terminal ditinjau dari
Rasio Pencapaian (Coverage ratio).
HASIL
Tabel 1:Perhitungan Proyeksi dan Realisasi Retribusi Bus/Non Bus
UPT Terminal Kabupaten LamonganTahun Anggaran 2003-2004
No Bulan Potensi/sasaran setahun(Th.2003-2004)RealisasiTh.2003 %
RealisasiTh.2004 %
1. Januari 4.889.400 8,37 4.992.200 8,562 februari 4.527.400 7,76 4.607.800 7,763 Maret 5.003.600 8,57 4.878.700 8,354 April 4.854.000 8,31 4.740.800 8,125 Mei 5.010.500 8,58 5.046.500 8,656 Juni 4.916.400 8,42 4.928.700 8,567 Juli 4.994.900 8,55 4.920.900 8,008 Agustus 4.989.700 8,55 5.038.100 9,009 September 4.830.900 8,27 4.779.800 8,0010 Oktober 4.929.900 8,44 4.931.900 8,5611 November 4.766.700 8,18 4.784.400 8,2012 Desember 4.722.200 8,08 4.780.000 8,30
jumlah 58.392.000 58.435.600 100,07 58.429.800 100,06Sumber: Data sekunder diolah (2005)
Tabel 2:Indikator Pengaruh Perhitungan Proyeksi Potensi Retribusi Bus/Non Bus
UPT Terminal Kabupaten LamonganTahun Anggaran 2003-2004
No Nama obyek Indikator Kinerja2003 2004
Bus Rit Pnp masuk Pnp Keluar Bus Rit Pnp masuk Pnp keluar1 Bus (AKDP +
AKAP)47.499 152.282 2.475.979 2.492.840 50.315 152.387 1.421.078 1.455.634
2 Non Bus(Angdes/MPU)
36.865 63.755 163.658 114.650 31.737 63.570 177.769 165.246
Jumlah 84.364 216.037 2.639.367 2.607.490 82.052 215.957 1.594.847 1.620.880% 50,70 50,01 62,34 61,67 49,30 49,99 37,66 38,33
Sumber: Data sekunder diolah (2005)
6
-
Rit = Perputaran bis di terminal dalam sebulanPnp = Banyaknya PenumpangAKDP = Antar Kota dalam ProvinsiAKAP = Antar Kota Antar ProvinsiAngdes = Angkutan PedesaanMPU = Mobil Penumpang Umum
Tabel 3:Perhitungan CR Retribusi Bus/Non Bus
Kabupaten LamonganTahun 2003
No Uraian Jumlah dalam Rp1 Realisasi PAD Th. 2003 58.435.6002 Potensi/sasaran Th. 2003 58.392.0003 CR 100,07%
CR +0,07%Sumber: Data diolah (2005)
Tabel 4:Perhitungan CR Retribusi Bus/Non Bus
Kabupaten LamonganTahun 2004
No Uraian Jumlah dalam Rp1 Realisasi PAD Th. 2004 58.429.8002 Potensi/sasaran Th. 2004 58.392.0003 CR 100,06%
CR +0,06%Sumber: Data diolah (2005)
PEMBAHASAN
Realisasi retribusi untuk tahun 2003 adalah sebesar Rp.58435600,-
sedangkan realisasi retribusi untuk tahun 2004 adalah sebesar Rp.58429800,-
potensi yang ditetapkan untuk masing-masing tahun tersebut adalah sebesar
Rp.58392000,- hal ini menunjukkan bahwa realisasi untuk tahun 2003 dan 2004
lebih besar dari yang dianggarkan. Realisasi pada tahun 2003 adalah sebesar
100,07% sedangkan untuk tahun 2004 adalah sebesar 100,06 %. Prosentase ini
merupakan perbandingan dari realisasi tahun berjalan dengan potensi yang
ditetapkan untuk tahun tersebut. Delta CR (CR) adalah selisih antara prosentase
realisasi tahun berjalan dengan prosentase potensi yang ditetapkan untuk tahun
tersebut. CR untuk tahun 2003 adalah +0,07 % sedangkan CR untuk tahun
2004 adalah +0,06 %.
7
-
Hasil pengolahan data menunjukkan realisasi retribusi tahun 2004mengalami penurunan sebesar 0,01% bila dibandingkan tahun 2003. keadaan inidisebabkan beberapa hal, diantaranya yaitu adanya pelaksanaan kampanye pemilu2004 yang mengakibatkan perjalanan bus dan Mobil Penumpang Umum (MPU)terganggu, sehingga jumlah perjalanan bus dan MPU yang beroperasi mengalamipenurunan jumlah perjalanan. Kondisi ini diperparah dengan adanya bencanaalam banjir pada maret 2004 yang terjadi didaerah Duduk Sampeyan denganBunder, bencana ini mengakibatkan pengalihan arus perjalanan bus ke jalur PantaiUtara selama tiga hari.
Selama bulan April-Mei kondisi arus perjalanan relatif stabil namun pada
bulan juni tepatnya pada masa liburan sekolah banyak bus yang digunakan untuk
rombongan sehingga penerimaan menjadi lebih kecil.
Persaingan antar bus dengan masing-masing trayek juga masih seringtejadi, khususnya sekitar bulan oktober. Pada tanggal 18 dan 19 Oktober 2004terjadi unjuk rasa (memboikot) bus DAMRI dengan bus trayek Antar Kota AntarProvinsi (AKAP) sehingga transportasi lumpuh total yang berpengaruh padapenerimaan pendapatan Tempat Penerimaan Retribusi (TPR) terminal Lamongan.Mogok jalan yang dilakukan oleh bus PO. Widji nomor kendaraan S 6072 R jugamenyebabkan kurangnya penerimaan pendapatan, mogok jalan ini disebabkantidak adanya kesepahaman antara pengemudi, kernet dan kondektur sehinggapengemudi tidak mau melanjutkan perjalanan dan mengoperkan penumpang kebus lain. Selain itu mogok jalan juga terjadi karena adanya pertengkaran antar bustrayek Antar Kota dalam Provisi(AKDP) dan AKAP di terminal tuban, bus trayekAKDP memprotes bus trayek AKAP untuk tidak mengambil penumpang bustrayek AKDP (jurusan Surabaya-Tuban).
Selain beberapa kondisi diatas, kodisi di dalam terminal juga
menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan, diantaranya kondisi fisik terminal
yang masih perlu perbaikan serta kurangnya pengadaan sarana dan prasarana guna
peningkatan pelayanan UPT terminal lamongan seperti: alat-alat kantor, petugas
administrasi, petugas penyidik, dan sepeda motor untuk patroli.
Adanya penurunan retribusi di tahun 2004 sebesar 0,01% dibandingkantahun 2003, membawa akibat buruk bagi penurunan jumlah arus perjalanan busdan Angdes/MPU dan jumlah penumpang yang memakai jasa tunggu transportasidi terminal Lamongan. Pada tahun 2003 menunjukkan jumlah bus/non bus sebesar50,70%; jumlah perjalanan 50,01%; penumpang yang masuk sebesar 52,34%;penumpang yang keluar sebesar 61,67%. Sedangkan di tahun 2004 menunjukkanjumlah bus 49,30%; jumlah perjalanan 49,99%; penumpang yang masuk sebesar37,66%; penumpang yang keluar sebesar 38,33%. Penurunan jumlah persentase ditahun 2004 disebabkan oleh beberapa hal yang telah disebutkan di atas.
KESIMPULANPada tahun 2003, realisasi pendapatan yang diperoleh UPT terminal
Lamongan adalah sebesar Rp. 58435600,- sedangkan sasaran/potensi yang
8
-
dianggarkan adalah Rp. 58392000,- Ini berarti terminal memperoleh surplus
retribusi bus/non bus sebesar 0,07% dari potensi yang ditargetkan. Pada tahun
2004, UPT terminal mengalami surplus sebesar 0.06%, dimana realisasi
pendapatan yang diperoleh UPT terminal Lamongan adalah sebesar Rp.
58429800,- dengan potensi yang dianggarkan sebesar Rp. 58392000,-
Hasil analisis Kinerja Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten
Lamongan di UPT terminal berdasarkan perhitungan dengan Coverage Ratio
tahun 2003 dan 2004 menunjukan hasil yang positif. Berdasarkan perhitungan
untuk kedua tahun tersebut, dapat dinyatakan bahwa Dinas Perhubungan dan
Pariwisata Kabupaten Lamongan telah cukup berhasil dalam menciptakan
efektivitas kinerja pada UPT terminal Lamongan. UPT terminal tidak hanya
mampu memnuhi sasaran/potensi yang dianggarkan, tetapi juga mampu
menghasilkan surplus pendapatan.
SARAN
Meskipun berdasarkan perhitungan dengan Coverage Ratio diatas
menunjukkan bahwa UPT terminal Lamongan tergolong instansi publik yang
memiliki kinerja yang baik, Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten
Lamongan juga tetap dituntut untuk selalu melakukan perbaikan terhadap kinerja
UPT terminal Lamongan. Hal ini didasrkan pada hasil penelitian terhadap
kinerjanya juga menunjukan adanya trend negatif dari tahun 2003 ke 2004,
dimana surplus yang diperoleh menurun sebesar 0.01% dari potensi/saran yang
dianggarkan.
9
-
Perbaikan serta pengembangan yang perlu dilakukan oleh UPT terminal Lamongan dapat dititikberatkan pada indikator-indikator kinerja seperti yang telahdisebutkan sebelumnya. Selain itu, kondisi fisik terminal terkait pengadaan dan perawatan terhadap sarana dan prasarana yanga ada di teminal juga perlu mendapat perhatian lebih, karena kondisi terminal yang nyaman dan pelayanan yang memuaskan akan menjadikan penumpang betah untuk menunggu bus di dalam terminal sehingga terminal bisa berfungsi lebih efektif lagi.
Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Lamongan, khususnya
petugas UPT terminal Lamongan diharapkan dapat segera mengatasi kendala-
kendala yang bersifat tak terduga (unpredictable), seperti adanya mogok jalan
bus/ non bus, bencana alam (banjir), kecelakaan, dan lainnya. Sehingga berbagai
kendala tersebut tidak lagi menjadi hambatan bagi lancarnya arus transportasi.
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. (2004). Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta, ANDI.
Masmudi, Sulistiyowati dan Mahsun et al. (2002). Pengukuran Kinerja ProyekIrigasi pada Sub Dinas Pengairan PUPP Kabupaten Sleman Tahun Anggaran2002, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, vol.03, no. 01, pp. 17-30.
Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang. (1999). Laporan Final Retikat-Patda,Jombang.
Suratman. (2001). Studi Kelayakan Proyek : Teknik dan Prosedur PenyusunanLaporan, Yogyakarta, J&J Learning.
Tangkilisan, Hessel Nogi S. (2003). Manajemen Modern untuk Sektor Publik.Yogyakarta, Balairung&Co.
Ulum, Ihyaul. (2004). Akuntansi Sektor Publik, Malang, UMM Press.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. (2003). Metodologi PenelitianSosial, Jakarta: Bumi Aksara.
10