ANALISIS KIMIA PLTU - pln-uiksbs.co.id Capturing 2017...ANALIS KIMIA PLTU | 5 ABSTRAK LAHIR dengan...
Transcript of ANALISIS KIMIA PLTU - pln-uiksbs.co.id Capturing 2017...ANALIS KIMIA PLTU | 5 ABSTRAK LAHIR dengan...
ANALIS KIMIA PLTU | 1
ANALISIS KIMIA PLTU
ANALIS KIMIA PLTU | 2
PENGETAHUAN TERAPAN MENJADI ANALIS KIMIA
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
PEMBINA:
I NYOMAN BUDA (MANAJER)
SLAMET MUJIO (ASMAN OPERASI)
NARASUMBER :
MUHAMMAD NAZIF
PENULIS :
MGS M TANTHOWI TOM
EDITOR :
ARI RUDIANTO
MGS M TANTHOWI TOM
DOKUMENTASI :
ADITYA DHARMA
MGS M TANTHOWI TOM
TIM PENDUKUNG :
ADITYA DHARMA
MUHAMMAD EDO
PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Teluk Sirih
ANALIS KIMIA PLTU | 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ 4
ABSTRAK ................................................................................................................. 5
BAB I ......................................................................................................................... 6
CASE AND TRICKS ANALIS KIMIA PEMBANGKIT ........................................... 6
BAB II ...................................................................................................................... 17
PENGUKURAN DAN DIAGNOSA ....................................................................... 17
BAB III .................................................................................................................... 24
PENGENDALIAN MUTU ...................................................................................... 24
BAB IV .................................................................................................................... 26
SHARING UNTUK INDONESIA TERANG .......................................................... 26
BAB V ..................................................................................................................... 31
BIODATA ................................................................................................................ 31
ANALIS KIMIA PLTU | 4
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
hanya dengan Berkah dan Rahmat-NYA penulis dapat menyelesaikan kegiatan
Knowledge Capturing Pengetahuan Terapan Menjadi Analis Kimia Pada Pembangkit
Listrik Tenaga Uap dengan Narasumber Pegawai 4 Windu – Muhammad Nazif.
Banyak pihak yang membantu dalam penyusunan buku ini, untuk itu penulis
ingin menyampaikan ucapan Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak I Nyoman Buda, selaku Manager PT PLN (Persero) Pembangkitan
Sumatera Bagian Selatan Sektor Teluk Sirih, atas bimbingan, perhatian dan
saran-sarannya sehingga buku ini dapat terwujud dengan baik.
2. Jajaran Manajemen Sektor Teluk Sirih, Bapak Slamet Mujio selaku Asman
Operasi, Bapak Awalluddin Sahid selaku Asman Enjinering, Bapak Mudrika
selaku Asman Pemeliharaan, Bapak Darmansyah selaku Asman CAH dan
Bapak Sartoni selaku Asman KSA.
3. Bapak Hertadi, selaku ketua Tim KM beserta Tim KM Kitsbs dan Tim KM
STIR, yang telah memberikan dukungan dalam penulisan ini.
4. Ari Rudianto, selaku mentor dan editor penulisan buku ini.
5. Staff Analis Kimia PLTU Teluk Sirih, Muhammad Edo dan Aditya Dharma,
yang ikut berpartisipasi dalam pembahasan, dokumentasi dan sumber data
pendukung.
6. Seluruh rekan-rekan dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Terima kasih telah memberikan masukan dan dorongan moral yang sangat
berarti kepada penulis.
Tulisan ini masih dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga sangat
memerlukan kritik serta saran yang membangun dari semua pihak. Semoga metode
yang dimaksudkan dalam buku ini dapat bermanfaat, menambah wawasan, serta dapat
terus diterapkan di Sektor Pembangkitan Teluk Sirih serta pembangkit lain yang
sejenis.
Teluk Sirih, 17 Agustus 2017
Dengan hormat,
Penulis
ANALIS KIMIA PLTU | 5
ABSTRAK
LAHIR dengan nama Muhammad Nazif telah berkarir selama 32 tahun di PLN dan
selama itupula menekuni bidang kimia di PLTU, beliau kini bertugas sebagai
Supervisor Analis Kimia PLTU Teluk Sirih. Total 3 Sektor Pembangkitan yang
pernah beliau kelola sebagai analis kimia, PLTU Belawan, PLTU Ombilin dan kini di
PLTU Teluk Sirih. Pengalamannya sebagai analis kimia di PLTU sudah tidak dapat
diragukan lagi, beliau membagi kegiatannya menjadi BAB-BAB pada buku ini.
Pengalaman beliau selama menjadi analis laboratorium kimia air dan kimia batubara,
Community of Practice, Inovasi serta Troubleshooting dan diagnosa akan menjadi
bahasan yang menarik dalam buku capturing kali ini. Di akhir masa dinas beliau, saat
ini terdapat fenomena baru, yakni mulai berkembangnya alihdaya Water Treatment
Plant dan Analis Kimia. Hal ini membuat beliau merasa butuhnya transfer ilmu
melalui program capturing sehingga tim yang akan beliau tinggalkan kelak tidak
melupakan intisari dari seorang analis kimia di pembangkitan.
Kata kunci : Kimia Air, Kimia Batubara, Community of Practice, Inovasi,
Troubleshooting, Diagnosa
ANALIS KIMIA PLTU | 6
BAB I
CASE AND TRICKS ANALIS KIMIA PEMBANGKIT
PT PLN (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang diamanatkan
untuk melaksanakan bisnis dan pelayanan ketenagalistrikan di Indonesia. Dalam
bidang Usaha tersebut, core bisnis PLN dibagi menjadi 3 bagian utama,
Pembangkitan, Transmisi dan Distribusi. Untuk menunjang aktifitas utama tersebut,
terdapat unit-unit penunjang seperti Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT), Penelitian
dan Pengembangan (LITBANG), Manajemen Konstruksi (MANKON) dan lain
sebagainya.
Awal terbentuknya PLN di tahun 1945 kegiatan bisnis PLN tidak begitu
terstruktur, tujuan utamanya hanya untuk menerangi rumah dan mempercepat
pembangunan infrastruktur. Di tahun 1984, saat seorang lulusan STMA Negeri di
Kota Padang ini bergabung, kondisi ini masih cukup sama. Beliau bergabung di
Wilayah II Sumatera Utara dimana saat itu Pembangkitan, Transmisi dan Distribusi
masih berada di satu kantor induk yang sama.
Sebagai seorang Operator Kimia, masa itu beliau juga ikut melakukan
pengujian-pengujian pada bagian distribusi dan transmisi, terutama pada kualitas
minyak transformator. Namun fokus utama seorang operator kimia adalah bidang
pembangkitan, menjaga kualitas air, uap dan bahan bakar. Pada bidang pembangkitan
Tim Kimia dibagi menjadi Operator Kimia dan Staff Kimia.
Tugas seorang Staff Kimia adalah untuk mengelola Water Treatment Plant
dan Cooling Tower, sedangkan seorang Operator Kimia bertugas melakukan analisa
kualitas external dan internal. Namun pada PLTU dengan air laut, staff dan operator
kimia digabung menjadi analis kimia, hal ini dikarenakan pengelolaan air laut relative
lebih mudah dibandingkan air sungai/payau, sehingga tidak diperlukan perhatian yang
sangat khusus pada proses pengelolaannya dan tidak membutuhkan pengelolaan
Cooling Tower karena sistem pendinginan kondensernya adalah One Through.
Untuk membahas lebih lanjut tugas Analis Kimia dan memfokuskan
pembahasan, selanjutnya akan penulis bagi menjadi beberapa sub bab.
A. Penyediaan Air Baku untuk Proses Pembangkitan
Air Baku atau Raw / Fresh Water, adalah air mentah yang bisa diolah.
Untuk pengolahan melalui sumber air laut Raw Water memiliki karakteristik
conductivity < 20 μs/cm, sedangkan untuk air sungai parameter yang
disesuaikan adalah turbidity < 5 NTU. Sehingga jenis pengolahan sumber air
(Pre-Treatment) di air laut dan air sungai/payau menjadi berbeda.
Pada air laut fokus utama ada pada Reverse Osmosis (RO) /
Desalination system sedangkan air sungai fokus utamanya ada pada clarifier,
sedangkan untuk air payau menyesuaikan kondisi air dan waktu pengambilan,
jika saat pasang akan lebih banyak air laut yang terangkut sehingga proses RO
/ Desalinasi yang akan menjadi fokus, sedangkan saat surut Air Sungai yang
lebih banyak terangkut sehingga clarifier akan lebih difokuskan.
ANALIS KIMIA PLTU | 7
Air Baku rata-rata diperlukan produksi 100-120 m³/jam untuk
produksi demin, service water dan pengisi tangki firefighting, sedangkan untuk
cooling tower rata-rata dibutuhkan 100 m³/jam.
1) Inlet Filtration
Pada musim kemarau, serangan lumut pada air sungai sering
terjadi di bagian intake bahkan mencapai ke pompa-pompa, untuk itu
perlu adanya filter didepan intake khusus untuk PLTU sungai. Inlet
Filtration pada PLTU air sungai biasanya berupa tumpukan kayu-kayu
alami, fungsinya untuk mencegah lumut masuk ke sistem selanjutnya.
Permasalahannya adalah karena konstruksinya adalah berupa
kayu, pada musim penghujan sering terjadi patah karena terhantam batu
dan gelondongan lainnya di sungai. Perbaikan dilakukan secara
konvensional dan partial, hanya pada bagian-bagian yang rusak. Kayu
yang dipilih adalah kayu yang tahan air.
Ada juga fenomena dimana pasir menutup keseluruhan intake,
hal ini terjadi saat musim hujan dimana laju sedimentasi menjadi cukup
tinggi, material pasir biasanya terbawa ke sisi intake, jika kondisi pasir
sudah sampai menutupi intake barulah dilakukan dredging / pengerukan
dengan alat berat.
Pada saat musim tanam, kandungan silica pada air sering
mengalami kenaikan, yang sebelumnya 8-12 ppm, jika musim tanam bisa
mencapai 16-18 ppm. Hal ini dikarenakan penggunaan pupuk. Lain
halnya pada musim hujan, air sungai sering keruh dan turbidity naik
signifikan.
Wilayah gunung berapi juga ada kemungkinan terjadi anomaly,
yaitu saat gunung meletus, air sungai dapat berubah drastis, bahkan dapat
merubah kondisi komposisi air sungai. Hal ini pernah terjadi di PLTU
Ombilin, setelah gunung marapi meletus Maret 2009, air sungai yang
dahulu mayoritas berasal dari danau singkarak sekarang justru mayoritas
berasal dari air gunung. Kondisi ini mengakibatkan flow sungai menurun
signifikan. Selain itu saat kejadian tersebut, turbidity menaik tajam,
sehingga memaksa pengurangan produksi air. Untuk memenuhi
kebutuhan air baku PLTU maka inisiatif yang diambil adalah
pengurangan blowdown cooling tower.
2) Pompa River / Sea Water
Pompa River / Sea Water merupakan peralatan utama untuk
meneruskan aliran air dari sungai menuju ke sistem selanjutnya. Pada
bagian ini hal-hal yang cukup klasik masih terjadi, terutama miss -
koordinasi dan kecakapan operator, seperti permit start yang tidak sesuai
standar, pembukaan valve yang terlalu kecil, patrol check tidak optimal
sehingga ada kesiapan peralatan yang tidak terpantaun dan lain
sebagainya. Hal ini setelah terjadi berulang-ulang selama bertahun-tahun
ANALIS KIMIA PLTU | 8
membaik seiring pengalaman dan juga pengetatan disisi tata kelola
pembangkit, dan saat ini hampi sudah tidak terjadi lagi.
Pada kondisi air laut, pernah juga terjadi shaft patah, dan
ditemukan korosif. Perlunya pertimbangan material yang digunakan agar
memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak
mengganggu proses produksi air. Selain itu juga life time peralatan itu
sendiri, sehingga perlunya perencanaan change over dan pemeliharaan
yang tepat sehingga breakdown sekalipun dapat direncanakan dan tidak
mengganggu produksi air.
3) Travelling Screen (Air Sungai)
Rutinitas operasi travelling screen dibutuhkan agar aliran air ke
clarifier menjadi lancar. Selama operasi river pump, sebaiknya travelling
screen juga dioperasikan. Karena itu perlu adanya koordinasi yang baik
antara tim har dengan analis kimia, sehingga saat akan melakukan
pemeliharaan di travelling screen harus dilakukan pemenuhan level air
terlebih dahulu agar tidak mengganggu kontinuitas kebutuhan air.
4) Sodium Hypochlorite
Digunakan untuk membunuh bakteri, gangguan yang terjadi
biasanya terdapat di konsentrasi yang turun, hal ini dikarenakan sodium
hypochlorite dapat menguap, sehingga sodium hypochlorite harus di
injeksikan secepatnya setelah proses delivery / proses produksi.
Harus dilakukan flushing pada line sodium hypochlorite untuk
menghindari penggaraman. Biasanya rutin sebelum dan setelah pompa
start/stop, flushing menggunakan raw water.
5) Pompa Dosing Tawas
Pompa tawas harus menggunakan mixer, jika tidak
menggunakan mixer akan mengakibatkan tawas menjadi
kental/menggumpal. Dan dapat menyumbat pipa line injeksi. Harus sering
di flushing sebelum dan setelah start pompa menggunakan raw water.
Fungsi tawas adalah mengikat partikel-partikel dalam air,
sehingga partikel tersebut menjadi menggumpal dan mudah untuk
ditangkap. Jika terjadi gangguan pada pompa dosing tawas akan
mengakibatkan proses clarifier tidak sempurna.
6) Polimer
Polimer memiliki perlakuan yang mirip dengan tawas, operasi
mixer harus continue, dan harus sering di flushing menggunakan raw
water, flushing dapat dilakukan 4-5 jam sekali.
Fungsi polimer adalah pelengkap fungsi tawas, setelah partikel-
partikel tersebut menggumpal, polimer akan mengakibatkan partikel
tersebut menjadi lebih berat sehingga akan jatuh ke dasar clarifier, ini
akan mempermudah pembuangan lumpur melalui blowdown.
ANALIS KIMIA PLTU | 9
7) Clarifier
Clarifier memiliki pengaturan waktu untuk blowdown, jika
tidak tepat lumpur akan menjadi tebal dan dapat mengakibatkan air yang
masuk ke raw storage menjadi keruh. Ada clarifier yang memiliki sirip
dibagian bawah untuk menahan agar lumpur tidak naik ke bagian atas.
Pada clarifier PLTU Ombilin, gangguan juga terjadi saat pompa
vacuum pulsator out of service yang bisa diakibatkan oleh lifetime.Pernah
terjadi sirip pada bagian bawah clarifier patah, hal ini dikarenakan
clarifier lama tidak terpakai, sehingga kering dan menjadi lapuk. Hal ini
merupakan kesalahan perencanaan operasional, sehingga perlunya jadwal
change over yang baik.
8) Sand Filter (Air Laut)
Ada hal menarik di sand filter PLTU Teluk Sirih, karena bentuk
konstruksinya dapat berisiko blocking / plugging jika terlalu banyak pasir
didalam sand filter. Kemungkinan akan dilakukan Engineering Change
Proposal untuk hal ini. Fungsi sand filter sendiri hanya seperti filter-filter
lainnya, untuk melakukan penyaringan terhadap material ikutan dalam air.
9) Multi Medium Filter (Air Laut)
Multi medium filter harus rutin dilakukan backwash, jika tidak
dilakukan akan berdampak pada pasir kuarsa memadat dan flow produksi
akan menjadi berkurang. Gangguan backwash terkadang terjadi bocor
dikarenakan kualitas material.
10) Sea Water Reverse Osmosis & Brackish Water Reverse Osmosis (Air
Laut)
Pada Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) & Brackish Water
Reverse Osmosis (BWRO) terdapat 2 peralatan utama, yakni Cartidge
Filter dan Membrane.
Cartridge filter sering mengalami kendala hancur pada material
filter, sehingga tekanan ke membrane RO menjadi berkurang. Untuk
mengurangi kejadian tsb, harus dilakukan periodic maintenance untuk
pembersihan manual cartridge filter, dengan cara disemprot bertekanan
menggunakan raw water.
Membrane RO memiliki jadwal rutin cleaning per 3 bulan,
dengan menggunakan bahan kimia cleaning. Klo tidak dilakukan
cleaning, akan berakibat jebolnya membrane dan life time plant secara
keseluruhan menjadi berkurang. Hasil yang diperoleh pun secara
parameter raw water tidak sesuai lagi dengan standar baku. Jika tidak
dilakukan cleaning juga akan mengakibatkan flow berkurang, rencana
produksi bisa tidak tercapai dan akan mengakibatkan beban unit dapat
menjadi derating.
ANALIS KIMIA PLTU | 10
11) Raw Water Tank / Storage
Jika dalam berbentuk tank, maka material tanki harus tahan
korosif dan dapat ditambahkan cathodic. Sedangkan jika berbentuk
bak/storage dari concrete sering mengalami gangguan pertumbuhan
lumut, hal ini dapat diatasi dengan pengaturan dosing sodium
hypochlorite.
B. Demin Plant
Demin Plant merupakan system yang diperuntukkan untuk Proses
Produksi Air Demin. Air Demin digunakan pada siklus Air-Uap PLTU untuk
menghindari kerusakan peralatan. Semakin murni suatu air (murni H2O) maka
akan semakin baik untuk digunakan, karena mineral-mineral yang terkandung
dalam air dapat berakibat pada kerusakan sudu-sudu turbin, meningkatkan laju
pengerakan ataupun laju korosif. Komponen pada Demin Plant PLTU Air
Sungai dan PLTU Air Laut akan berbeda, sedangkan PLTU air payau akan
menyesuaikan kondisi mana parameter yang lebih banyak dalam kandungan air
tersebut.
1) Active Carbon (Air Sungai)
Active Carbon berfungsi untuk mengikat cl2 (gas klorin). Gas
ini akan menghancurkan resin kation, sehingga perlu dibuang terlebih
dahulu sebelum masuk ke sistem kation exchanger ataupun mixed bed.
Harus dilakukan backwash rutin setiap akan dilakukan produksi
air demin, jika tidak dilakukan akan mengakibatkan active carbon
menjadi padat, dan flow akan berkurang.
Pernah terjadi beberapa nozzle mengalami jebol/terlepas,
biasanya dikarenakan lifetime material. Jika terjadi adanya nozzle yang
jebol maka akan berakibat pada lepasnya active carbon ke siklus sistem.
Nozzle yang terlepas ini lama-kelamaan akan tertahan di strainer pada
sistem selanjutnya (Kation Exchanger), dan dikarenakan adanya tekanan
dari pompa, maka strainer juga akan ikut terlepas dan masuk ke kation
Exchanger sehingga menambah volume pada kation exchanger. Jika hal
ini sudah terjadi makan fungsi kation untuk mengikat ion positif menjadi
kurang sempurna. Jika dibiarkan lebih lanjut akan berlanjut ke system-
sistem lain selanjutnya. Untuk itu perlunya meningkatkan patrol cek
operator sehingga gangguan yang terjadi dapat diminimalisir.
2) Kation Exchanger (Air Sungai)
Mengikat ion ion positif, supaya air yang keluar menjadi murni
terhadap ion-ion positif. Dengan penggunaan / produksi yang terus
menerus, kation exchanger akan mengalami kejenuhan. Tingkat
kejenuhan ditentukan berdasarkan manual peralatan biasanya dalam
tonnase produksi air atau dalam jam operasi, atau secara best practice
lapangan dapat juga ditunjukkan dengan terjadinya kenaikan hasil analisa
hardness pada outlet kation.
ANALIS KIMIA PLTU | 11
Jika sudah berada pada tingkat jenuhnya dibutuhkan perlakuan
regenerasi kation. Regenerasi kation dapat menggunakan HCL (Asam
Klorida) dengan dosis 3,5% dari volume kation exchanger. Jika tidak
dilakukan regenerasi maka mineral yang terkandung dalam air akan dapat
melewati proses ini sehingga air demin menjadi tercemar ion positif.
Pompa injeksi regen juga beberapa kali mengalami gangguan,
seperti motor yang beroperasi namun daya hisap pompa tidak ada, ini akan
mengakibatkan konsentrasi menjadi berkurang (tidak mencapai 3,5 %),
jika hal ini terjadi maka regenerasi menjadi gagal dilakukan, dan perlu
diulangi lagi. Perlu dicek kondisi pompa tersebut dari tim pemeliharaan,
apakah ada penyumbatan di sisi inlet, apakah terdapat gangguan pada
valve inlet/outlet, kondisi mechanical seal pompa dll.
3) Degassifier (Air Sungai)
Membuang gas yang terlarut dalam air, tujuannya adalah 0%.
Hal ini untuk mengurangi laju korosif pada line demin water.
Pernah terjadi gangguan pada pompa penghisap udara (vacuum)
degassifier yang setelah dilakukan pengecekan ternyata pada impeller
pompa mengalami korosif, untuk itu perlu dilakukan pemeliharaan rutin
pada pompa ini meskipun ukuran pompa nya kecil. Jika pompa sudah
mengalami kerusakan namun tidak diketahui oleh operator wtp, hal ini
dapat mengakibatkan oksigen yang terkandung dalam air tidak terbuang
ke atmosfir dan mengakibatkan korosif pada sistem selanjutnya.
4) Anion Exchanger (Air Sungai)
Mengikat ion ion negatif, supaya air yang keluar menjadi murni
terhadap ion-ion negatif. Dengan penggunaan / produksi yang terus
menerus, Anion exchanger akan mengalami kejenuhan. Tingkat
kejenuhan ditentukan berdasarkan manual peralatan biasanya dalam
tonnase produksi air atau dalam jam operasi, atau secara best practice
lapangan dapat juga ditunjukkan dengan hasil analisa conductivity >2,5
μs/cm, silica >20 ppb pada outlet Anion exhcanger. Biasanya kejenuhan
Anion exchanger juga berbarengan dengan kejenuhan pada kation
exchanger.
Jika sudah berada pada tingkat jenuhnya dibutuhkan perlakuan
regenerasi Anion. Regenerasi kation dapat menggunakan NaOH (Sodium
Hidroksida) dengan dosis 3,5% dari volume Anion exchanger. Jika tidak
dilakukan regenerasi maka mineral yang terkandung dalam air akan dapat
melewati proses ini sehingga air demin menjadi tercemar ion negatif.
Sama halnya dengan kation exchanger, Pompa injeksi
regenerasi anion exchanger juga beberapa kali mengalami gangguan,
seperti motor yang beroperasi namun daya hisap pompa tidak ada, ini akan
mengakibatkan konsentrasi menjadi berkurang (tidak mencapai 3,5 %),
jika hal ini terjadi maka regenerasi menjadi gagal dilakukan, dan perlu
diulangi lagi. Perlu dicek kondisi pompa tersebut dari tim pemeliharaan,
ANALIS KIMIA PLTU | 12
apakah ada penyumbatan di sisi inlet, apakah terdapat gangguan pada
valve inlet/outlet, kondisi mechanical seal pompa dll.
Perbedaan antara Anion dan Kation Exchanger terletak pada
dibutuhkannya pemanas (heater) karena silica air sungai yang cukup
tinggi. Tujuannya untuk melunakkan silica, temperature berkisar antara
50-60 C dan tidak boleh lebih dari range tersebut, karena jika terlalu tinggi
akan mengakibatkan resin anion menjadi pecah.
5) Mixed Bed
Pada mixed bed terdapat 2 resin, fungsinya adalah sebagai stage
terakhir untuk menghilangkan ion ion positif dan negatif. Untuk sistem
Demin Plant yang telah memiliki kation dan anion exchanger sebelum
mixed bed, maka kerja resin mixed bed bisa lebih mudah, namun biasanya
demin plant tersebut dilengkapi dengan kation dan anion exchanger
karena tingginya kadar mineral dalam air dan ini biasanya pada air sungai.
Sama seperti anion exchanger, resin anion membutuhkan konsentrasi dan
temperature yang tepat sehingga mixed bed juga dilengkapi dengan
heater.
C. Cooling Tower System (Air Sungai)
Cooling tower merupakan sebuah sistem yang dibangun di daerah
sungai untuk menjaga kontinuitas sistem pendinginan condenser. Hal ini
dilakukan karena turbidity air sungai sangat tinggi, sehingga jika menggunakan
sistem terbuka seperti halnya air laut akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya sedimentasi pada jalur pemipaan sistem pendingin. Oleh karenanya
pada pendinginan air sungai, air cooling tower juga di preparasi melalui system
pre treatment dan merupakan fresh/raw water.
Pada cooling tower tetap dilakukan blowdown secara continues, hal
ini dilakukan karena pada cooling tower terjadi penguapan air, sehingga kadar
silica dan conductivity pada bak cooling tower akan selalu meningkat seiring
waktu, hal ini lah yang dijaga melalui continues blowdown cooling tower.
Di cooling tower juga perlu dilakukan injeksi antiscalant agar tidak
terjadi kerak dan korosif dan mencegah perkembangan biota. Selainitu diinjeksi
juga bahan kimia Anti korosif untuk mencegah korosif dan sodium hypochlorite
untuk membatasi perkembangan lumut.
Karena adanya filler/sirip maka harus dilakukan pengecekan RSI
(Ryznar Stability Index), standar di PLTU Ombilin dijaga di 5-7 dengan kondisi
terbaik pada 6,2-6,8. Jika terjadi peningkatan diatas standar akan
mengakibatkan pengerakan sehingga perlu penambahan pembukaan
blowdown, jika penurunan dibawah standar akan menjadikan laju korosif yang
tinggi sehingga perlu ditambahkan injeksi anti korosif pada cooling tower.
pH cooling tower harus diatur pada range 6,5 – 8,0 karena jika
dibawah 6,5 akan bersifat korosif, dapat membuat tube condenser bocor, jika
hal ini terjadi maka dilakukan injeksi NaOH, namun hal ini hampir mustahil
terjadi karena pH air sungai rata-rata tinggi. Diatas 8,0 akan mengakibatkan laju
ANALIS KIMIA PLTU | 13
kerak pada filler dan ini dapat mengakibatkan filler roboh dan pendinginan di
tower tidak optimal, untuk itu jika pH diatas 8,0 maka perlu di injeksikan HCL.
Selain permasalahan pada air cooling tower, sering juga serangan
yang terjadi terdapat pada bar screen dan biasanya gangguannya berupa
penumpukan sampah dari luar pada bar screen. Perlu dilakukan pembersihan
secara rutin di area ini.
D. Open Cycle Cooling System (Air Laut/Payau)
Pada sistem ini hal yang dibutuhkan adalah cathodic protection.
Cathodic protection berfungsi untuk mencegah korosi air laut menyerang ke
sistem pemipaan pendingin dan tube condenser. Cathodic biasanya merupakan
senyawa Magnesium ataupun senyawa lain pada deret alkali dan alkali tanah
yang memiliki deret volta dibagian bawah. Tube condenser pada sistem air laut
biasanya menggunakan material titanium (kelas 2 dibawah platinum pada deret
volta), sehingga korosi yang diakibatkan air laut akan lebih dahulu
menghabiskan cathodic yang telah sengaja dijadikan umpan. Biasanya umur
cathodic dapat mencapai 10 tahun operasi, namun setiap Inspeksi periodic,
sebaiknya dilakukan pengecekan kondisi cathodic, jika sudah berkurang >75%,
harus segera dijadwalkan penggantiannya pada outage selanjutnya.
Pada sistem open cycle juga dibutuhkan chlorination plant, tujuannya
untuk memabukkan biota laut, sehingga biota tersebut tidak menempel di tube-
tube condenser. Jika terjadi kegagalan chlorination plant dapat mengakibatkan
laju kerak meningkat dan akan menurunkan flow pendinginan dan berdampak
pada penurunan kemampuan vacuum.
Selain itu perlu adanya tube cleaning, menggunakan bola sponge
(tapproge) untuk memastikan kebersihan tube condenser. Keluaran air
pendingin / outfall dijaga konsentrasi chlorin nya di antara 2-5 ppm residual
chlorin. Hal ini dilakukan karena jika <2 ppm biota laut tidak akan merasakan
mabuk dan dapat berkembang di condenser. Sedangkan jika berlebihan >5ppm
akan mengakibatkan kenaikan laju korosif.
Sistem chlorination juga perlu dilakukan yang namanya shock dosing,
biasanya selama 1 jam sebanyak 1 kali dalam 1 bulan, hal ini dilakukan agar
biota laut yang sudah kebal dapat lepas kembali. Shock dosing dilakukan dengan
mengatur injeksi chlorin dengan residual chlorin 7-10 ppm.
Screening pada line Open cycle lebih banyak dibandingkan cooling
tower, hal ini karena sampah pada system pendingin tidak dapat diatur
kuantitasnya. Pada PLTU Teluk Sirih, inlet intake terdapat bar screen,
dilanjutkan trash screen, kemudian terdapat travelling screen dan terakhir
system secondary / debris filter.
Sistem pendinginan Open Cycle / air laut, merupakan nyawa utama
dari PLTU yang berada di aliran air laut, sehingga kondisi-kondisi kelainan pada
peralatan harus sangat diprioritaskan.
E. Sistem Air Pengisi
ANALIS KIMIA PLTU | 14
Air Pengisi / Feedwater adalah komponen utama pada siklus air-uap
di PLTU. Pergantian antara fase air dan fase uap terjadi di boiler drum. Sehingga
komponen sebelum boiler drum adalah termasuk kedalam sistem air pengisi.
Peralatan tersebut terdiri atas, Hotwell Condenser, Low Pressure Heater,
Deaerator, High Pressure Heater dan Economizer.
Seorang analis kimia pembangkit melakukan analisa sampel pada
Condenser dan Deaerator. Pada peralatan lain tidak dilakukan dikarenakan
akses dan efektifitas analisa.
1) Condenser
Pada bagian ini dilakukan Injeksi ammonia (NH4OH), hal ini
dikarenakan pada condenser kondisi temperature masih cukup rendah
kisaran 40-60 C. jika ammonia di injeksikan pada temperature yang lebih
tinggi dapat mengakibatkan suatu reaksi dan akan mengubah NH4OH
menjadi Ammonium (NH3) + H2O. Jika kandungan ammonium tinggi
akan mengakibatkan korosi di tube condenser.
Pada condenser hal utama yang harus dijaga adalah kualitas air
pengisi / demin. sehingga saat ada kenaikan kadar silica atau conductivity
kemungkinan telah terjadi kebocoran pada tube condenser. Atau jika pH
turun juga menjadi indikasi kebocoran tube condenser.
Berdasarkan best practice yang pernah ditemui pak Nazif
selama di PLTU Belawan dan PLTU Ombilin, kadar Silica >1200 ppb,
conductivity >200 μs/cm dan pH <6,0 menandakan kondisi kebocoran
sudah sangat ekstrim sehingga harus dilakukan stop unit sebelum terjadi
kerusakan yang lebih parah, karena jika ketiga parameter ini sudah terjadi
maka kondisi unit sudah tidak dapat diselamatkan lagi.
Jika unit masih terus dipaksa beroperasi, kondisi silica akan
menghantam sudu-sudu turbin dan mengakibatkan kerusakan pada blade
turbin. Dengan tingginya conductivity akan mengakibatkan kerusakan
pada line / pemipaan unit. Sedangkan pH yang rendah mengakibatkan
korosif pada seluruh peralatan.
Sebelum mengambil langkah stop, ketiga parameter tersebut
sebaiknya terpenuhi keseluruhan, karena ada kemungkinan kesalahan
analisa, kesalahan preparasi sampel ataupun kesalahan peralatan ukur.
Namun jika ketiga parameter sudah melampaui batasan diatas, maka dapat
dipastikan terdapat kebocoran pada tube condenser.
Biasanya trend kenaikan terjadi dalam waktu sangat singkat
hanya berkisar 2-3 jam. Jika ditemukan parameter yang berlebih, maka
harus dilakukan pengecekan ulang. Jika hasil pengecekan ulang masih
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, maka dilakukan pengecekan
pada tempat sampel yang lain (contohnya di deaerator dan boiler drum).
Berdasarkan pengalaman di PLTU Belawan, pernah juga terjadi
yang dinamakan “bocor halus” tube condenser. Dengan inisiatif rekan-
rekan saat itu, dicobakan memasukkan saw dust (serbuk gergaji) ke jalur
pendinginan melalui media ball cleaning condenser. Dengan harapan
ANALIS KIMIA PLTU | 15
serbuk tersebut akan menutupi bagian yang bocor (karena ada efek
vacuum condenser) dan hal ini pernah mengalami keberhasilan.
Untuk menentukan fenomena “bocor halus” tersebut, dilakukan
pengecekan chloride (CL-) melalui sampel demin. jika nilainya >5 ppm,
sedangkan parameter silica, conductivity dan pH tidak pada range normal
namun belum masuk kategori ekstrim diatas, maka hal ini menandakan
telah terjadi “bocor halus”.
Jika hanya terjadi kenaikan silica, maka bisa juga dicek tangki
demin, pernah terjadi di PLTU ombilin kenaikan kadar silica condenser
dikarenakan jebolnya mixed bed.
2) Deaerator
Pada bagian ini terjadi Injeksi hydrazine untuk mengikat
oksigen dalam air pengisi. Hanya di deaerator terdapat pembuangan
oksigen yang memungkinkan. Untuk melihat keberhasilan proses
pengikatan oksigen, dilakukan pengecekan dissolved oksigen monitoring
di condenser. Jika konsentrasi oksigen terlalu tinggi maka laju korosif
akan meningkat, yang terbaik adalah kadar oksigen 0%.
F. Sistem Boiler Drum
Pada bagian ini terjadi Injeksi phosphate dengan tujuan untuk
menaikkan pH menuju standar boiler drum. Hal yang terjadi di drum, seringkali
adaah pengaturan blowdown yang tidak terbuka sesuai dengan kebutuhan.
Terjadi fenomena silica tinggi di drum karena di drum terjadi perubahan fase
air dan uap, sehingga terjadi pengendapan partikel-partikel yang tidak dapat
menguap. Partikel inilah yang harus dibuang melalui blowdown.
Injeksi phosphate juga mengakibatkan kenaikan silica, hal ini karena
phosphate yang murni masih belum ada di pasaran. Untuk mengurangi silica di
drum, harus dilakukan pengamatan dengan seksama parameter pH. Hal ini dapat
dilakukan jika kita mampu menjaga injeksi ammonia pada condenser. Hal ini
cukup sulit karena ammonia akan terurai di economizer (karena high
temperature).
Jika kita rutin melakukan injeksi phosphate namun kadar silica sangat
kecil, kemungkinan besar valve blowdown terbuka cukup besar, ini akan
mengakibatkan effisiensi boiler turun. Jika blowdown sudah di tutup namun
masih juga anomaly tersebut terjadi, ada kemungkinan passing pada valve. Hal
ini pernah terjadi pada PLTU Teluk Sirih.
G. Siklus Uap PLTU
Pada siklus uap hal yang dimonitor utamanya adalah silica.
Pengaturannya melalui blowdown di drum. Jika terjadi kenaikan conductivity
pada siklus uap maka ada indikasi stroke pompa phosphate berlebih.
Penanganannya dapat dengan adjust ulang stroke pompa hal ini diikuti dengan
kenaikan pH. Jika terjadi anomaly kenaikan conductivity namun pH turun, maka
ANALIS KIMIA PLTU | 16
ada kemungkinan permasalahannya bukan pada injeksi phosphate namun tangki
demin yang sudah tercemar.
ANALIS KIMIA PLTU | 17
BAB II
PENGUKURAN DAN DIAGNOSA
Proses pengukuran dan diagnonas dalam segi kimia dapat dibagi
berdasarkan material yang akan diukur. Terdapat 2 laboratorium utama yang ada di
Pembangkitan yakni laboratorium air dan laboratorium batubara (PLTU Batubara).
Sedangkan untuk laboratorium pendukung seperti pengecekan pelumasan atau
material biasanya dilakukan di laboratorium external.
Pengelolaan Laboratorium haruslah dilakukan secara professional dengan
melibatkan seluruh stakeholder yang berhubungan dengan laboratorium. Hubungan
antara seorang analis, dengan operator pembangkit, tim pemeliharaan, enjiniring dan
perencanaan serta tidak juga dilupakan dengan manajemen. Dengan komunikasi dan
koordinasi yang baik, hasil yang diperoleh dari pengukuran dan diagnose analis kimia
akan berdampak terbaik bagi Pembangkit dan juga PLN secara umum.
A. Laboratorium Air
Laboratorium Air sangat dibutuhkan untuk mengetahui kondisi dan
kualitas air baik yang berupa liquid ataupun vaporize, air produksi ataupun
limbah, serta stage proses produksinya. Ada perbedaan antara proses analisa air
pada sistem air sungai dan sistem air laut.
1) Pengenalan Peralatan Analisa Laboratorium Kimia Air
Peralatan laboratorium kimia air yang wajib dimiliki oleh analis
kimia adalah conductivity meter, spektrofotometer, pH meter, turbidity
meter. Sedangkan sebagai penunjang kelengkapan analisa dapat juga
dilengkapi dengan oksigen meter , titrasi, SDI meter serta bahan kimia
analisa.
Parameter wajib yang diukur pada siklus air dan uap adalah,
conductivity, silica, turbidity, pH dan Free Residual Chlorine, kadar
hydrazine, kadar ammonia, kadar phosphate.
Masing-masing peralatan memiliki manual masing-masing
sehingga prosedur pengujian adalah berdasarkan peralatan yang
dipergunakan. Namun secara umum, setiap pengujian sampel, probe
peralatan harus dibilas menggunakan air demin atau air sampel sebanyak 2
- 3 kali sebelum pengujian dilakukan.
2) Analisa Air Unit Pembangkit
Air unit pembangkit merupakan penentu kualitas / kehandalan
operasional unit pembangkit. Dengan menjaga kualitas air pada unit,
lifetime pembangkit akan menjadi lebih panjang. Pembangkit-pembangkit
biasanya memiliki online analyzer yang langsung terhubung dengan sistem
Distributed Control System (DCS). Namun untuk melakukan uji
pembanding keakuratan data, maka tetap diperlukan analisa di
laboratorium.
ANALIS KIMIA PLTU | 18
Dari pengalaman di PLTU Belawan, PLTU Ombilin dan PLTU
Teluk Sirih, parameter yang harus terpenuhi pada masing-masing titik
sampel adalah sama. Hal ini juga karena kapasitas boiler ketiga PLTU
tersebut masih sama/berdekatan.
i. Condensate Water (Air Kondensat)
Air Kondensat merupakan air yang berada pada stage
awal/akhir (kunci loop pada sirkulasi air-uap) Unit Pembangkit
PLTU. Air ini berfungsi sebagai air make-up (pemenuh) kebutuhan
pengisian air ketel. Pengambilan sampel air ini terletak pada hotwell
condenser.
Pada sistem tertutup sirkulasi air-uap, air kondensat memiliki
peran yang besar dan memiliki resiko tercemar paling tinggi, pada
titik ini terdapat kontak tidak langsung dengan system pendingin air
non-demin yang hanya dipisahkan oleh tube condenser, dan juga
berlangsung pengisian ulang (akibat losses) menggunakan air demin
baru (dari tangki demin).
Yang perlu dilakukan analisa pada air kondensat antara lain
pH, Conductivity dan Silica. Standar control bergantung pada
spesifikasi manufaktur boiler, namun rata-rata pembangkit dengan
kapasitas 400 t/h memiliki kriteria pH 8.8 – 9.2, conductivity 3.0 –
11.0 μs/cm dan silica ≤ 20 ppb.
ii. Feed Water (Air Pengisi)
Air pengisi dibedakan menjadi air yang berada pada stage
tekanan rendah dan tekanan tinggi. Air ini dipompakan berdasarkan
karakteristik tekanan tersebut melewati beberapa tingkat pemanas
(heater) dengan tujuan akhir adalah Boiler Drum/ketel. Pengambilan
sampel air ini terletak pada deaerator.
Yang perlu dilakukan analisa pada air pengisi antara lain pH,
Conductivity, Silica dan kadar hydrazine. Standar control bergantung
pada spesifikasi manufaktur boiler, namun rata-rata pembangkit
dengan kapasitas 400 t/h memiliki kriteria pH 8.8 – 9.2, conductivity
3.0 – 11.0 μs/cm, silica ≤ 20 ppb dan kadar hydrazine < 30 μg/L.
iii. Boiler Drum Water (Air Ketel)
Air Ketel / Drum merupakan fase antara air dan uap. Drum
juga menjadi kunci penting dalam siklus air dan uap terutama karena
bertekanan tinggi. Disini terjadi perubahan fasa, sehingga tingkat
silica akan meningkat pada bagian ini, untuk proses control terdapat
pada blowdown di stage ini.
Yang perlu dilakukan analisa pada air ketel antara lain pH,
Conductivity, Silica, dan Ortho Phosphate. Standar control
bergantung pada spesifikasi manufaktur boiler, namun rata-rata
pembangkit dengan kapasitas 400 t/h memiliki kriteria pH 9.2 – 10.0,
ANALIS KIMIA PLTU | 19
conductivity ≤ 50 μs/cm, silica ≤ 1500 ppb, dan ortho phospate 2 - 10
mg/L.
iv. Saturated Steam (Uap Jenuh)
Uap Jenuh merupakan suatu titik dimana air tidak terdapat
kandungan cair. Kondisi ini dapat dilakukan pengecekan melalui
kubah uap. Uap jenuh pada boiler merupakan stage antara drum
menuju superheater.
Yang perlu dilakukan analisa pada uap jenuh antara lain pH,
Conductivity dan Silica. Standar control bergantung pada spesifikasi
manufaktur boiler, namun rata-rata pembangkit dengan kapasitas
400 t/h memiliki kriteria pH 8.8 – 9.2, conductivity 3-11 μs/cm, silica
≤ 20 ppb.
v. Superheated Steam (Uap Panas tingkat Lanjut)
Uap Panas tingkat lanjut merupakan suatu titik dimana air
dipanaskan lebih lanjut diatas kondisi jenuhnya. Kondisi ini dilakukan
untuk memastikan kondisi uap yang masuk kedalam turbin tidak
mudah menjadi air saat menabrak sudu-sudu turbin.
Yang perlu dilakukan analisa pada uap panas tingkat lanjut
antara lain pH, Conductivity dan Silica. Standar control bergantung
pada spesifikasi manufaktur boiler, namun rata-rata pembangkit
dengan kapasitas 400 t/h memiliki kriteria pH 8.8 – 9.2, conductivity
3-11 μs/cm, silica ≤ 20 ppb.
vi. Cooling Water (Air Pendingin)
Air pendingin dibedakan menjadi 2, pendinginan
menggunakan raw water (pada pltu sungai) atau air laut (pada pltu
laut) dan pendinginan air demin. Perbedaan ini terdapat pada flow
cairan pendingin yang dibutuhkan dan peralatan yang didinginkan.
kondisi pemipaan antara 2 jenis cairan ini berbeda, sehingga pada
pendinginan menggunakan air demin perlu dilakukan juga
pengecekan kualitas air, agar tidak terjadi kontaminasi diluar batas
yang dapat merusak peralatan.
Yang perlu dilakukan analisa pada air pendingin antara lain
pH dan Conductivity. Standar control kriteria pH > 9.5, conductivity
≤ 30 μs/cm.
3) Analisa Pre-Treatment System
Pre-treatment system pada air sungai dan air laut memiliki
perbedaan dengan tujuan yang sama yakni preparasi untuk menghasilkan
kualitas fresh water yang sesuai standar. Oleh karenanya setiap
pembangunan Water treatment Plant selalu dimulai dengan Feasibility
Study, penentuan kualitas air bahan baku Water Treatment Plant. Dari situ
ANALIS KIMIA PLTU | 20
pula kemudian ditentukan sistem preparasi yang dibutuhkan dan analisa
yang harus dilakukan.
Berikut akan kami bahas mengenai Pre-treatment pada system air
sungai, air payau dan air laut yang pernah dijumpai saat mendapatkan dinas
di PLTU Belawan (Air Payau), PLTU Ombilin (Air Sungai) dan PLTU
Teluk Sirih(Air Laut).
i. Pre-Treatment System Air Sungai dan/atau payau
Pada System air sungai dan payau hampir memiliki kesamaan,
yang membedakan adalah pada tingkat pembentukan raw water, yang
dipergunakan antara lain clarifier berlapis untuk proses pengendapan
lumpur/sedimentasi air sungai. Untuk itu dilakukan pengukuran
kondisi inlet dan outlet clarifier.
Pada clarifier dilakukan beberapa analisa untuk mengetahui
kebutuhan pembukaan blowdown sehingga memberikan optimalisasi
proses operasional & pemakaian bahan kimia. Performa & Kinerja
Equipment akan beroperasi optimal sehingga lifetime peralatan akan
lebih baik. Yang perlu dilakukan analisa pada inlet antara lain pH,
Conductivity dan Total Hardness. Sedangkan pada outlet cukup
analisa pH dan Turbidity.
ii. Pre-Treatment System Air Laut
Pada system air laut peralatan yang digunakan adalah
clarifier/sea water storage. Disini terjadi perlakuan floaculant
desilterasi. Untuk itu dilakukan pengukuran kondisi inlet dan kondisi
outlet clarifier. Yang perlu dilakukan analisa pada inlet antara lain pH
dan Conductivity. Sedangkan pada outlet cukup analisa pH dan
Turbidity
4) Analisa Air Multi Medium Filter (Air Laut)
Multi Medium filter terdapat pada sistem air laut dan payau. Pada
sistem air sungai peran multi medium filter sudah diambil alih oleh sand
filter dan active carbon. Pada peralatan ini yang perlu dilakukan analisa
adalah Free Residual Chlorine
Dibutuhkan pengecekan free residual chlorine sebagai upaya
pemantauan kebutuhan injeksi cl2. Hal ini harus dikontrol untuk menekan
penumbuhan alga, lumut, serta mico-organisme lainnya yang bisa
mengganggu proses lanjutan dan merusak peralatan.
5) Analisa Air Desalination / RO Plant
Desalinasi dan RO Plant hanya dilakukan pada air laut dan/atau air
payau. Sea Water RO adalah dari air laut menjadi air mentah, dari
conductivity 35000 μs/cm menjadi <1000 μs/cm sedangkan pada Brackish
Water RO menurunkan conductivity dari < 1000 μs/cm menjadi <20 μs/cm.
dilakukan juga pegecekan SDI untuk mengecek kondisi membrane, klo SDI
tinggi membrane sudah mengalami kerusakan.
ANALIS KIMIA PLTU | 21
6) Analisa Air Demineralization Plant
Demin Plant merupakan fase terakhir preparasi air sebelum menjadi
air pengisi di unit pembangkit. Air demin juga dikenal dengan istilah air
murni, karena memiliki kadar conductivity < 0,5 μs/cm. selain conductivity
juga perlu dilakukan analisa pH berkisar 6.5 – 7.0 dan silica < 20 ppb.
Sebagai tambahan dapat dilakukan pengecekan Dissolved Oxygen <30 ppm.
7) Analisa Air Waste Water Treatment Plant (WWTP)
WWTP adalah sebuah plant untuk melakukan pengolahan limbah
cair. Limbah cari berasal dari Blowdon Pool, Regenerasi WTP dan
backwash Multimedium Filter. Pengolahan WWTP sangat berkaitan erat
dengan pengelolaan lingkungan di pembangkit dan memiliki peranan dalam
tercapainya proper. Parameter yang perlu diukur disesuaikan dengan
standar limbah cair yang dapat dibuang kembali ke alam berdasarkan
regulasi pemerintah.
Demi tercapainya proper, pengujian tidak dapat dilakukan oleh
laboratorium yang tidak memiliki akreditasi, sehingga rata-rata pembangkit
PLN melakukan uji bulanan dengan laboratorium external. Namun guna
menjaga pencemaran air, PLN tetap secara rutin memonitor beberapa
parameter utama seperti pH 6.0 – 9.0, suspended solid <100 ppm dan
turbidity < 5 NTU.
8) Kunci Sukses Menjaga Kualitas Analisa Laboratorium Kimia Air
Untuk menjaga kualitas analisa laboratorium air, seorang analis
kimia harus bekerja sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP),
tingkat ketelitian yang tinggi dan disiplin dalam segala aspek. Hal ini perlu
didukung dengan peralatan yang perform mengacu pada standar ASTM
(berdasarkan masing-masing jenis analisa).
Factor eksternal yang dapat mempengaruhi kualitas analisa seperti
ketersediaan bahan baku analisa, proses delivery, expiring date, kesiapan
plant (pompa injeksi, vacuum pulsator, line cleaning, backwash, dll).
9) Analis Kimia dan Perencanaan Produksi Air
Ada hal yang cukup menarik bagi seorang supervisor analis kimia,
di PLN, perencanaan dan evaluasi produksi air dibebankan pada jabatan
analis kimia. Padahal Balance of Plant (BOP) harusnya tetap menjadi
tanggung jawab supervisor operasi ataupun supervisor rendal operasi.
Karena kebutuhan utama produksi air adalah untuk keberlangsungan
pembangkit. Seorang analis kimia murni, seharusnya hanyalah melakukan
analisa dan menjaga kualitas tiap parameter.
Namun dewasa ini, hal semacam ini tidak dapat diindahkan begitu
saja, terutama setelah masuknya alih daya dalam bisnis produksi air di
pembangkitan. Peran analis kimia bergeser dari yang semula melakukan
analisa langsung menjadi supervisi analisa yang dilakukan alih daya
ANALIS KIMIA PLTU | 22
(auditor). Sehingga dengan bergesernya peran tersebut, analis kimia juga
menjadi perencana sekaligus pengendali sistem produksi air dan kualitas
pada siklus air – uap PLTU.
B. Laboratorium Batubara
Laboratorium Batubara dibutuhkan sebagai pengujian kecocokan
kondisi batubara yang dikirimkan terhadap kondisi batubara yang diperlukan
sebuah unit pembangkit. Pada pembangkitan, bahan bakar menjadi hal yang
menarik untuk diperbincangkan karena dari sinilah effisiensi dan biaya
pembangkitan tersebut paling besar pengaruhnya.
Tanpa laboratorium batubara internal, PLN akan kesulitan menentukan
kapan dibutuhkannya uji umpire, dan PLN akan sulit mengetahui apakah terjadi
“kecurangan” dalam proses pasokan batubara. Untuk membantu mengurangi
losses akibat energy primer, peran analis kimia menjadi penting disini.
A. Pengenalan Peralatan Analisa Laboratorium Kimia Batubara
Peralatan laboratorium kimia Batubara yang wajib dimiliki oleh
analis kimia adalah Bomb Kalorimeter, oven, sulfur analyzer, proximate
analyzer, Rotary Sample Divider, timbangan, neraca analytic, asam
benzoate, desikator, drying oven dan CHN Analyzer.
Parameter wajib yang diukur pada batubara antara lain total
moisture, ash content, sulfur content dan nilai kalori. Untuk memperoleh
nilai analisa yang akurat perlu dilakukan kalibrasi peralatan seperti bomb
calorimeter 1 minggu 1 kali.
B. Analisa Sizing Batubara
Sizing batubara sangat berperan untuk stabilitas temperature ruang
bakar, dan juga distribusi batubara. Di PLTU Pulverizad hal ini juga
berperan untuk menetukan kualitas pembakaran dan performa mill. Efek
yang terjadi jika sizing terlalu besar adalah pemerataan temperature dan
juga tidak terbakarnya dengan sempurna batubara di ruang bakar.
Sedangkan jika terlalu halus, maka akan mengakibatkan dust batubara yang
terlalu tinggi dan bisa mengakibatkan kebakaran di jalur transport batubara.
Kesulitan yang sering ditemui saat akan melakukan analisa sizing
adalah, misskomunikasi antara bagian bahan bakar dan analis kimia,
sehingga waktu pengambilan sampel tidak sesuai. Keterbatasan akses
pengambilan sampel, sehingga hasil analisa pun kurang akurat.
C. Aturan pada ASTM mengenai Metode Sampling
4,75 mm,
D. Metode Preparasi Sampel
Proses preparasi di PLTU biasanya sudah terbantu oleh peralatan
mechanical sampler, sehingga batubara langsung digiling menuju ukuran
yang dibutuhkan sesuai standar ASTM yakni 4,75 mm.
ANALIS KIMIA PLTU | 23
E. Analisa Air Dry Losses (ADL) / Free Moisture
Untuk melakukan analisa ADL perlu dilakukan penimbangan awal
sampel pada Loyang oven yang telah disiapkan. Lakukan pencatatan berat
sampel lalu masukkan ke dalam oven selama 12 jam. Setelah 12 jam cek
kembali timbangan Loyang tersebut dan catat setelahnya masukkan kembali
kedalam oven, dan lakukan penimbangan tiap jam setelahnya hingga nilai
timbangan antara Jam H dan Jam H-1 adalah sama/konstan. Maksimum
proses adalah 18 Jam dan temperature maksimum 40 C, karena jika
melebihi 18 jam dan temperature >40 C hasilnya akan menjadi tidak baik
dan tidak akurat. Perbedaan timbangan awal dan hasil drying oven adalah
nilai Free Moisture dari batubara tersebut.
Setelah didapatkan hasil analisa ADL tersebut, sampel di preparasi
untuk melakukan analisa selanjutnya dengan cara di crushing / dihaluskan
hingga 0.25 mm. sampel kemudian dibagi dua, 1 untuk General Analysis
dan 1 untuk pengujian Residual Moisture Analysis.
F. General Analysis
Pada analisa general / analisa umum, yang dilakukan pengujian
antara lain nilai kalori, Inherent Moisture, Sulfur Content, Volatille Matter,
Ash Content dan Ultimate Analysis.
G. Residual Moisture
H. Analisa Sizing Bed Material (PLTU CFB)
Pada PLTU Circulating Fluidized Bed (CFB) terdapat keunikan
pada ruang bakarnya, selain bahan bakar dan udara bakar, terdapat material
lain yang dinamakan bed material. Material ini antara lain berupa pasir
kuarsa (Sand) dan batu kapur (Limestone).
Berdasarkan pengalaman di PLTU CFB Teluk Sirih, yang perlu
dijaga adalah sizing pada pasir baru dan bottom ash yang akan dimasukkan
kembali ke dalam boiler. Perlakuannya mirip dengan pengecekan sizing
batubara, namun memiliki perbedaan screen ayakan.
I. Analisa Kemampuan Bed Material/Bottom Ash
Ash diffusion / unburnt carbon
J. Kunci Sukses Menjaga Kualitas Analisa Laboratorium Kimia Batubara
K. Analis Kimia dan Perencanaan Bahan Bakar
ANALIS KIMIA PLTU | 24
BAB III
PENGENDALIAN MUTU
Setiap kegiatan selalu dapat diukur berdasarkan kuantitas dan kualitas. Pada
analisa kimia, kualitas analisa ditentukan oleh 3 faktor, Kompetensi SDM,
Standarisasi Prosedur dan Performa Peralatan Analisa.
A. Kompetensi SDM
SDM pada analis kimia, harus memiliki background pendidikan
kimia. Disertai pelatihan-pelatihan penguasaan peralatan, ketelitian,
kemampuan mengikuti prosedur dan memahami standar keselamatan.
B. Standarisasi Prosedur
C. Performa Peralatan
D. Klasifikasi Mutu
Sebagai dasar penentuan dalam pengendalian mutu, maka kita harus
mampu membedakan / mengklasifikasikan standar pengolahan/penganganan.
Dalam dunia pembangkitan mutu yang perlu dikendalikan dapat dibagi menjadi
:
1) Mutu Bahan Baku
Bahan Baku pada PLTU terdiri dalam 2 bagian utama, bahan
baku cairan dan bahan baku padat. Bahan baku udara tidak dilakukan
karena kondisi ambient pada dasarnya tidak berubah dan telah dilakukan
pengujian saat feasibility test. Pada bahan baku cair yang diuji adalah Air
Penambah / Demin, HSD dan Pelumasan, sedangkan Bahan Baku Padat
dapat berupa Batu Bara, Pasir, Limestone dan Material Pemeliharaan.
Beberapa pengujian tidak dapat dilakukan on site karena
keterbatasan alat, untuk itu demi menjaga mutu bahan maka PLN selalu
berusaha meminta supplier untuk dapat melampirkan hasil analisa
laboratorium terhadap barang yang mereka pasok. Sedangkan untuk
pengujian yang juga dapat dilakukan langsung oleh laboratorium PLN,
maka akan langsung diuji untuk mengetahui jika terjadi penyimpangan
mutu.
Jika hasil antara Laboratorium PLN dan analisa lab supplier
berbeda melebihi standar, maka akan dilakukan uji umpire pada
laboratorium independent, hal ini lah yang menjadi concern bagi tim
laboratorium untuk menjaga kualitas penyediaan bahan baku. Biasanya di
PLTU yang paling sering dan difokuskan untuk dijaga mutunya adalah
bahan bakar Batubara dan HSD.
2) Mutu Proses
Proses pada suatu PLTU memiliki alur yang cukup panjang dan
berbeda beda berdasarkan karakteristik bahan yang akan diuji. Pada
batubara sampel berasal dari proses bongkar dan pengisian, dan pada saat-
ANALIS KIMIA PLTU | 25
saat tertentu (misalkan performance test) dilakukan juga pengambilan
sampel dari Coal Feeder.
Sedangkan untuk Air Demin, berdasarkan siklus Air dan Uap
dilakukan pengambilan sampel pada Condenser, Deaerator, Feedwater
Tank, Boiler Drum, Saturated Steam dan Superheated Steam.
Pengujian pelumas dilakukan pada Transformator, Turbin dan
Pompa – Pompa 6 kV.
3) Mutu Limbah
Limbah pembangkit dibagi menjadi 3, Limbah Padat, Cair dan
Gas. Seorang analis kimia melakukan pengujian pada limbah yang
tergolong B3. Limbah padat yang diuji antara lain Bottom Ash dan Fly
Ash. Limbah cair antara lain Air Buangan Blowdown, air backwash multi
medium filter, final pit WWTP dan final Pit Coaly Waste Water. Limbah
gas yang diuji antara lain gas buang / emisi.
Khusus mutu limbah, beberapa dapat dilakukan pengolahan.
Secara skala lab dapat dilakukan langsung dengan izin penelitian. Namun
saat akan dilakukan penerapan maka tetap harus memiliki izin dari bidang
terkait antara lain dari kementerian lingkungan hidup. Limbah dari
pembangkit terutama PLTU yang cukup bervariasi merupakan peluang
dan menjadi factor penilaian proper.
Beberapa limbah yang pernah dilakukan pengembangan antara
lain
ANALIS KIMIA PLTU | 26
BAB IV
SHARING UNTUK INDONESIA TERANG
A. S.W.A.T (Sea Water)
S.W.A.T adalah sebuah ide yang didasari oleh kekhawatiran
terhadap kondisi pemakaian air raw yang begitu tinggi di Sektor Teluk
Sirih. Air raw digunakan untuk beberapa tempat, antara lain sebagai air
service, potable, bahan baku demin plant, dan juga untuk air pengisi tanki
fire fighting. Beberapa kondisi peralatan yang tidak optimal, mengakibatkan
neraca limbah air juga menjadi cukup tinggi, hal ini akan menghambat
proses proper PLTU Teluk Sirih.
Setelah dicek melalui neraca air, didapatkan salah satu pemakaian
terbesar air raw adalah untuk produksi demin dan untuk pengisi tanki fire
fighting. Untuk memberikan kepastian terhadap pengamanan kondisi
kebakaran, tanki fire fighting tidak dapat ditawar-tawar levelnya. Indikasi
kebocoran pada line memang disinyalir kuat memberikan kontribusi
meningkatnya kuantitas kebutuhan air. Selain itu pemakaian air unit pun
meningkat begitu tingginya, berdasarkan analisa silica di drum sangat
bagus, padahal tim labor sudah meminta tutup blowdown untuk
penghematan air yang perlu dibuang. Tiap hari blowdown diperkirakan
tetap terbuang mencapai 25 ton.
Dua kondisi ini lah yang kemudian dianggap oleh pak nazif sebagai
peluang untuk melakukan penghematan pemakaian air. Belum lagi air fire
fighting tidak membutuhkan kualitas yang sempurna, air blowdown
seharusnya sudah cukup untuk memenuhi kualitas tersebut. Untuk
mendukung teorinya, beliau tidak ragu untuk melakukan pengecekan di lab
terhadap kondisi air blowdown dan final drain pit.
B. Pemakaian Bottom Ash untuk pengganti Tawas
C. Aplikasi Analisa kadar konsentrasi HCL dan NaOH
Pada aplikasi ini dilakukan perhitungan konsentrasi menggunakan
hydrometer dan mengurangi paparan bahan kimia jika dibandingkan dengan
metode konvensional yaitu dengan alat titrasi. Belum lagi harus dilakukan
perhitungan manual, sedangkan dengan aplikasi, rumus sudah masuk
kedalam aplikasi, sehingga akan langsung dilakukan perhitungan komputer
dan akan keluar nilai hasil yang diinginkan.
D. Pengaturan kualitas Air sungai berdasarkan Musim
Orang pasti tahu 2 musim yang ada di Indonesia, musim hujan dan
musim kemarau. Namun ada musim tambahan khusus sungai Ombilin,
yakni musim bercocok tanam. Mari kita bahas satu-persatu.
ANALIS KIMIA PLTU | 27
1. Musim Kemarau
Saat kemarau, lumut akan banyak dan seringkali menyumbat
system pipa dan pompa, sehingga dibutuhkan modifikasi di hulu
dengan saringan dari batangk kayu. Kayu yang baik tidak akan mudah
lapuk, sedangkan jika menggunakan besi akan cepat karat.
2. Musim Hujan
Saat musim penghujan, air danau singkarak masih mengalir
sehingga air ke sungai ombilin akan berkurang. Saat musim hujan
berlumpur turbidity hanya berkisar 50 NTU. Tapi jika aliran singkarak
diperkecil, air berlumpur akan menjadi >1000 NTU.
Jika mengikuti SOP lama, tidak akan mampu menjaga
kualitas air dan akan berkurang produksi air. Sehingga dibuatlah
modifikasi untuk clarifier bertingkat, dan dijalankan kedua clarifier.
Selain itu juga dilakukan rutinitas drain lumpur yang mengendap.
3. Musim Bercocok Tanam
Pada musim bercocok tanam, penggunaan pupuk oleh petani
akan meningkat, sehingga silica pada air akan ikut meningkat. Sering
gagal regenerasi anion dikarenakan kualitas silica <20 ppb tidak
tercapai, sehingga reject kekentalan untuk injeksi regenerasi
dinaikkan yang awalnya 3,5% menjadi 5 %. Pada percobaan pertama
bahkan dinaikkan hingga 7%, seiring waktu dilakukan evaluasi dan
didapat angka optimal pada 5%.
E. Rencana Penelitian / Harapan
Pak Nazif masih belum cukup puas melakukan penelitian di bidang
kimia, jikalau di akhir masa kerja nya ini beliau tidak dapat melakukannya,
beliau berharap staffnya dapat menggantikannya kelak. Terutama setelah
beliau kini bergelut dengan PLTU berbahan bakar batubara berkalori rendah
dan juga dengan spesifikasi yang tidak biasa, PLTU CFB Teluk Sirih.
Banyaknya failure disisi refractory. Hal ini tidak beliau temukan di PLTU
tipe Pulverized. Rataan pada PLTU PC, yang sangat ditakutkan adalah
kualitas air/steam karena kontraktual sudah cukup untuk mengatasi
permasalahan disisi batubara. Sedangkan pada PLTU CFB, air dan batubara
sama-sama dapat menjadi masalah besar bagi keberlangsungan produksi
PLTU. Bahkan lebih sering terdengar permasalahan pada internal
combustion lah yang membuat EAF PLTU CFB menurun.
Dengan adanya penelitian ini, beliau berharap kedepan material dan
kualitas refractory dapat dilakukan pengecekan rutin seperti halnya bahan
bakar dan air, setidaknya setiap ada kondisi shutdown unit yang bisa
dijadikan waktu untuk pengambilan sampel.
F. Literature dan Ilmu Terapan
ANALIS KIMIA PLTU | 28
Sering orang memiliki pemahaman bahwa ilmu terapan sudah
cukup dalam pekerjaan, ada pula yang beranggapan Literature lah yang
terbaik. Namun nyatanya kedua hal tersebut sangat saling berhubungan.
Tanpa literature kita tidak akan tahu darimana kita akan memulai, kenapa
suatu kejadian terjadi dan lain sebagainya, namun ini hanya kondisi yang
sangat ideal berdasarkan hasil penelitian orang-orang terdahulu, sehingga
sedikit saja ada perbedaan kondisi dapat berpengaruh pada pondasi
literature, disitulah tempat ilmu terapan itu.
Banyaknya pengalaman tidak pernah bohong, kecepatan dalam
melakukan hal yang tepat akan menjadi pembedanya. Karena secara naluri
intuitifnya, seseorang dengan pengalaman akan memilah kemungkinan
berdasarkan banyaknya kejadian serupa yang ditemuinya dalam
pengalamannya tersebut. Bagi pak Nazif, disinilah letak menariknya
menjadi analis kimia. Perkembangan kimia selalu ada dari tahun ketahun,
penelitian dari dalam maupun luar negeri terus dilakukan, baik dari sisi
kesehatan, efektifitas produksi, maupun bahan kimia baru yang ramah
lingkungan. Sehingga selalu ada hal baru yang bisa dipelajari, walau tidak
semuanya memang akan kita implementasikan dalam pekerjaan, namun
kondisi ini memicu kreatifitas seorang analis.
G. Kegiatan BKK, Kegiatan Keagamaan dan Kegiatan Non-Corporate
Pak Nazif pernah berperan dalam Badan Kesejahteraan Karyawan
(BKK) di bidang Sosial, contoh kegiatan, menjenguk orang sakit, saran
untuk meningkatkan tali silaturahim antar pegawai, agar dapat diadakan
pertemuan keluarga / family gathering tahunan.
Selain itu beliau juga sempat aktif dalam Kegiatan Keagamaan di
bidang dakwah, kegiatannya antara lain mencari penceramah, rutinitas
tahunan seperti idul adha, idul fitri, 1 muharram, maulid nabi dll. Saran dari
beliau adalah kegiatan seperti ini agar dapat lebih dirutinkan lagi dan lebih
bagus jika dapat diadakan bulanan.
Dari sisi ekonomi, beliau pernah menjadi pengurus Koperasi
sebagai ketua, wakil ketua maupun pengawas. Menjadi pengurus koperasi
berbeda dengan saat menjadi pegawai PLN. Karena koperasi adalah sistem
bisnis, sehingga perlu ada kemampuan relasi ke bagian lain dan kemampuan
itu harus kuat begitu pula dengan sisi kemampuan mengatur finansial.
Selain internal PLN, beliau bahkan pernah diamanatkan sebagai
Sekretaris Tim Pekan Olahraga di kota sawahlunto, kemampuan relasi
sangat dibutuhkan terutama dengan masyarakat umum dan berbeda dengan
relasi ke sesama pegawai.
H. Pandangan terhadap Dunia Kelistrikan PLN dimasa lampau, kini dan nanti
32 Tahun sudah berlalu sejak “Negarawan” satu ini memulai
karirnya di PT PLN (Persero) Wilayah II sebagai Pengatur Teknik.
ANALIS KIMIA PLTU | 29
Sepanjang perjalanan karirnya, sebagian besar dihabiskan sebagai seorang
Analis Kimia pada pembangkit.
Dimasa sulit, saat penerapan APD tidak begitu diutamakan seperti
saat ini, beliau mengaku pernah terkena percikan bahan kimia berbahaya,
namun respon penanganan cepat dan intensitasnya yang tidak cukup besar
membuat Ayah 4 orang anak ini tidak mengalami gangguan yang berarti.
Saat ini diakuinya, pemetaan risiko di PLN sudah semakin baik,
risiko tersebut dapat sangat minimal. Hal ini memberikan dampak yang
bagus kepada pegawai, namun sosialisasinya harus terus ditingkatkan
sehingga kewaspadaan pegawai tetap terjaga dan fokus untuk keselamatan.
Selain masalah keselamatan dalam bekerja, beliau juga menyoroti
giatnya PLN saat ini dalam membudayakan Community of Practice (CoP)
dan Inovasi, menurutnya geliat ini sudah dimulai di awal millennium ini
dengan hadiah yang menarik setiap tahunnya. Beliau sangat mendorong
staffnya untuk terus berperan aktif dalam mencari ide-ide baru khususnya
dibidang kimia, karena bidang ini menurutnya merupakan bidang yang terus
menerus berkembang seiring waktu. Asalkan rajin melakukan penelitian,
memiliki fondasi pengetahuan yang cukup, orang kimia akan mampu
melahirkan mahakarya yang dapat bermanfaat bagi PLN bahkan bagi
Bangsa ini.
Pendorong semangat pegawai memang tidak lain salah satunya
adalah masalah finansial. Lagi-lagi korporasi kita memiliki langkah yang
bijak melihat hal ini. Beberapa tahun belakangan, sering kita dapatkan hasil
dari kerja keras tahunan berupa bonus/iks. Hal ini menurutnya seharusnya
ditanggapi positif dari pegawai PLN saat ini, apalagi kebanyakan pegawai
baru / generasi “Y”.
Fenomena yang terjadi dikalangan generasi “Y” antara lain adalah
gemar mencari alternative lain. Belajar sambil bekerja, setelah selesai
menempuh pendidikan mencoba bekerja ditempat yang lebih bergengsi,
tidak salah memang dengan hal itu. Namun bagi “Negarawan” kita hal
tersebut keliru, selama 32 tahun beliau berada di PLN, beliau merasa apa
yang diberikan oleh PLN sudah lebih dari kelaikan hidup, sehingga untuk
berpindah perusahaan tidak pernah terpikirkan oleh beliau selama 32 tahun
ini.
Bedanya dengan generasi “Y”, menurut beliau adanya pemetaan
antara jalur pelaksana dan jalur D3/S1 yang mengakibatkan career path
lulusan SMA menjadi terbatas bahkan bisa dianggap mustahil. Belum lagi
ketentuan pensiun usia 46 tahun membuat anak-anak muda ini akan berpikir
ulang jika mendapat tawaran dari perusahaan lain.
Namun solusinya menurut “negarawan” kita ini adalah, boleh
melanjutkan studi, namun setelahnya alih-alih melamar ke perusahaan lain,
lebih baik melamar kembali ke PLN melalui jalur S1/D3. Ini jauh lebih pas
dibandingkan pergi keluar perusahaan. Disamping ada kerugian pada
karyawan, yang akan lebih dirugikan lagi adalah PLN sendiri.
ANALIS KIMIA PLTU | 30
Jika memungkinkan, sarannya, PLN dapat memberikan juga
kesempatan bagi mereka yang ada di jalur pelaksana, melalui semacam
seleksi khusus bagi mereka yang berprestasi. Sehingga kesempatan itu tetap
ada walau hanya kecil sekali.
Ada satu hal lagi yang menurut pak nazif yang harus diingat oleh
pegawai PLN, untuk bekerja tanpa ada “embel-embel” seseorang.
Maksudnya, jangan gantungkan kehidupan pekerjaanmu dengan seseorang.
Ada yang bilang blok A, blok B dan Blok lainnya, ada yang menyebutnya
Orangnya si A, Orangnya si B, atau Gerbong A, Gerbong B dan sebagainya,
Jangan !
Ingatlah jabatan orang yang kita gantungkan kehidupan kita itu
tidak kekal selamanya, lakukan kerja dengan benar dan baik, dan itulah
yang justru akan membimbing mencapai tujuan.
I. Antara Keluarga dan Pekerjaan
“Mantan Pacar” pak Nazif bernama Sri Wahyuni. Mantan pacar
tersebut kini sudah menjadi Ibu bagi anak-anak pak nazif, usia pernikahan
sudah hamper masuk usia perak (saat ini 24 tahun). Pernikahan itu terjadi
di tahun 1987, atau kira-kira 2 tahun setelah pak nazif diterima sebagai
tenaga harian di PLN.
Saat ditanya tips nya untuk pegawai yang juga berada di awal masa
pernikahan dan di awal karirnya, pak nazif menyampaikan agar memastikan
komitmen bersama antara suami dan istri. Hal ini harus dilakukan, karena
di awal masa kerja kita akan sering dipanggil bos untuk datang ke unit,
sering diganggu hari liburnya, dan akan terbagi pikiran kita antara rumah
dan kantor.
Perlu diyakinkan sang istri mampu menerimanya, perlu dipastikan
saat kelak dikaruniai anak, kita mampu membagi waktu yang tepat. Jika ada
pekerjaan yang sangat mendesak sedangkan di rumah juga ada yang
mendesak, pastikan ada yang dapat menggantikan peran kita disalah satu
tugas tersebut. Yang paling memungkinkan adalah peran di kantor.
Sehingga jangan pernah pelit dengan ilmu yang kita miliki, sehingga semua
orang dapat mem-backup kita.
ANALIS KIMIA PLTU | 31
BAB V
BIODATA
NARASUMBER
Nama : MUHAMMAD NAZIF
NIPEG : 6485068A
Tempat, Tanggal Lahir : PADANG , 18 Januari 1964
Jenis Kelamin dan Agama : Laki-laki , Islam
Stat Perkawinan & Jml Kel : Kawin Laki-laki
1 Istri 4 Anak
Alamat : PERUM. UNAND BLOK B II/2
JL FISIKA I No. 15 PADANG 25163
Indonesia
Sekolah Dasar : SDN I BATUSANGKAR
SMP : SMP NEGERI II BATUSANGKAR
STM Kimia : STMA NEGERI PADANG
Tanggal Masuk : 18 Februari 1985
Tanggal Calon Pegawai : 01 Agustus 1987
Tanggal Pegawai Tetap : 01 April 1988
Golongan Terakhir : 2C05c
Jabatan Terakhir : SUPERVISOR ANALISA KIMIA
Sejak 01 Oktober 2014
Grade/Skala Grade Terakhir : System 4/SYS04-20
(Sejak 01 Juli 2014 )
Riwayat Jabatan : Analis Kimia selama 32 Tahun
Pejabat Pengadaan selama 9 Tahun
Bahan Bakar selama 1 Tahun
Karya CoP & Inovasi :
ANALIS KIMIA PLTU | 32
PENULIS
Nama : MGS M TANTHOWI TOM
NIPEG : 9113261ZY
Tempat, Tanggal Lahir : PALEMBANG , 20 Mei 1991
Jenis Kelamin dan Agama : Laki-laki , Islam
Stat Perkawinan & Jml Kel : Belum Kawin
Alamat : Komp. Kenten Permai Blok I No 5 Kalidoni
Palembang
SD : SD Negeri 596 Palembang
SMP : SMP Negeri 29 Palembang
SMA : SMA Plus Negeri 17 Palembang
D3 : STT – PLN Jakarta
Tanggal Masuk : 01 April 2013
Jabatan Terakhir : SUPERVISOR RENDAL OPERASI
Sejak 01 Februari 2017
Grade/Skala Grade Terakhir : Basic 1/BAS01-03
(Sejak 01 Juli 2016 )
Riwayat Jabatan : Operator selama 3 Tahun
Perencana dan Pengendalian Operasi
selama 1 Tahun
Pemeliharaan Listrik selama 1 Tahun
Karya CoP & Inovasi : Paku Payung (2015)
SiSir (2014)
SIMBA (2013)