Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan...

17
Analisis Ketidakadilan terhadap Kaum Perempuan dalam Bidang Ekonomi, Sosial, dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik dan Fungsionalis Disusun oleh : Kelas Q Subkelompok 3 Erika (0706291243) Dias Esantika Ningtias (0706287271) Patar Togatorop (0706286930) Tegar Saldy Triantoro (0706282951) Masyogi Adhiputra (0706284824) Makalah untuk Mata Kuliah Sistem Sosial Indonesia FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS INDONESIA 2008

Transcript of Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan...

Page 1: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 1

Analisis Ketidakadilan terhadap Kaum Perempuan

dalam Bidang Ekonomi, Sosial, dan Politik

Berdasarkan Paradigma Konflik dan Fungsionalis

Disusun oleh :

Kelas Q

Subkelompok 3

Erika (0706291243)

Dias Esantika Ningtias (0706287271)

Patar Togatorop (0706286930)

Tegar Saldy Triantoro (0706282951)

Masyogi Adhiputra (0706284824)

Makalah untuk

Mata Kuliah

Sistem Sosial Indonesia

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS INDONESIA

2008

Page 2: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan karena atas berkat-Nya lah,

makalah ini dapat kami selesaikan. Adapun makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas

bagi mata kuliah Sistem Sosial Indonesia pada semester II.

Makalah ini berjudul ―Analisis Ketidakadilan terhadap Kaum Perempuan

dalam Bidang Ekonomi, Sosial, dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik dan

Fungsionalis‖. Sesuai dengan judulnya, makalah ini membahas mengenai berbagai

ketidakadilan dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi yang dialami kaum perempuan

di Indonesia. Dalam menganalisa berbagai ketidakadilan itu, kami menggunakan dua

macam paradigma, yaitu paradigma konflik dan paradigma fungsionalis. Kami

mengaitkan pandangan dalam kedua paradigma tersebut, ke dalam berbagai bentuk

pelanggaran yang dialami kaum perempuan di Indonesia. Pada akhir makalah, kami juga

menyajikan saran yang dapat diambil sehubungan dengan berbagai bentuk ketidakadilan

gender tersebut.

Tiada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah ini, yang tentunya

masih jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan

yang terdapat dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi segenap

pembaca, dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya untuk kemajuan ilmu sosiologi

sendiri.

Sekian kata pengantar ini, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Depok, 10 April 2008

Tim Penulis

Page 3: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan tugas dan kewajiban yang berbeda-beda.

Sesuai kodratnya, laki-laki bertanggung jawab sebagai kepala keluarga yang

berkewajiban untuk menafkahi keluarganya. Sedangkan, perempuan tercipta dengan

kodratnya sebagai pengurus rumah tangga. Seiring berjalannya waktu, ternyata

ditemukan adanya unsur ketidakadilan dari peran gender dan perbedaan gender. Kaum

perempuanlah yang menjadi korban atas ketidakadilan ini.

Stereotip terhadap kaum perempuan membuat keberadaan perempuan menjadi

dipandang sebelah mata sehingga membuat perempuan menjadi kesulitan dalam

mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Saat ini tidak sedikit

perempuan yang dipekerjakan menjadi buruh atau pekerjaan lainnya yang dianggap

rendah daripada kaum laki-laki. Himpitan ekonomi saat ini, membuat banyak perempuan

Indonesia terpaksa bekerja untuk menghidupi keluarganya. Hal ini membuat kaum

perempuan menerima apa saja jenis pekerjaan walaupun upahnya kadang tidak sesuai

dengan tenaga dan waktu yang telah dikorbankan. Stereotip terhadap perempuan

membuat pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan dianggap boleh saja dibayar rendah

karena pada dasarnya yang mencari nafkah adalah kaum laki-laki dan perempuan

dianggap mencari tambahan saja. Keadaan inilah yang sering dialami oleh buruh

perempuan di Indonesia. Selain upah yang rendah, mereka juga dikenakan kebijakan

perusahaan yang merugikan mereka seperti misalnya jam kerja yang terlalu banyak.

Tindak kekerasan dan pelecehan yang kerap dialami oleh kaum perempuan

merupakan salah satu bentuk ketidakadilan yang ditimbulkan oleh peran gender dan

perbedaan gender. Belakangan ini banyak sekali kasus tindak kekerasan dan pelecehan

yang dialami oleh tenaga kerja wanita yang dilakukan oleh majikannya. Oleh karena itu,

dalam makalah ini kami akan mencoba untuk menganalisis masalah ketidakadilan

terhadap wanita terutama di Indonesia berkaitan dengan peran gender dan perbedaan

gender dengan menggunakan paradigma fungsionalisme dalam feminisme dan paradigma

Page 4: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 4

konflik dalam feminisme.

I.2 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk menganalisis ketidakadilan yang terjadi pada wanita di

Indonesia, serta mencari tahu apa yang menyebabkan ketidakadilan tersebut dapat terjadi

berdasarkan paradigma yang menyangkut isu gender.

I.3 Perumusan Masalah

1. Apa yang menyebabkan terjadinya ketidakadilan terhadap kaum perempuan di

Indonesia berdasarkan paradigma Konflik Marxisme, Konflik Radikal,

fungsionalis, dan Modernisasi

2. Bagaimana bentuk – bentuk ketidakadilan tersebut

3. Bagaimana Solusi yang tepat untuk menaggulangi masalah ketidakadilan

tersebut.

4.

I.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang dipakai oleh kelompok kami adalah metode pustaka

dengan membaca literatur-literatur yang kami dapat dan mencari sumber-sumber lainnya

dari buku yang dijadikan acuan. Selain itu, penulis juga mencari bahan-bahan yang

dibutuhkan lewat internet serta berdiskusi dalam menganalisis permasalahan yang kami

bahas.

I.5 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

I.1. Latar Belakang

I.2. Tujuan Penulisan

I.3. Perumusan Masalah

I.4. Metode Penulisan

I.5. Sistematika Penulisan

Bab II Kerangka Teori

II.1 Gender

Page 5: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 5

II.2. Peran

II.3. Pink Collar-job

II.4. Feminisme dan perubahan sosial

II.5. Teori Feminisme Liberal

II.6. Feminisme Marxis

Bab III Analisis

III.1. Ketidakadilan Berdasarkan Paradigma konflik Marxisme

III.2. Ketidakadilan Pada Dunia Kesehatan Dan Sosial Berdasarkan Paradigma

Konflik Radikal

III.3. Ketidakadlian Berdasarkan Paradigma Fungsionalisme

III.4. Ketidakadilan Berdasarkan Teori Modernisasi serta Kritik Terhadap Teori

Tersebut

Bab IV Penutup

IV. 1. Kesimpulan

IV. 2. Saran

Page 6: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 6

BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

II.1 Gender

Menurut definisi Giddens (1989:158), konsep gender menyangkut ‖the

psychological, social and cultural differences between males and females‖—perbedaan

psikologis, sosial, dan budaya antara laki-laki dan perempuan.

Macionis (1996:240) mendefinisikan gender sebagai ‖the significance a society

attaches to biological categories of msle and female‖—arti penting yang diberikan

masyarakat pada kategori biologis laki-laki dan perempuan.

Menurut Laswell dan Laswell (1987:51) mendefinisikan gender sebagai ―the

knowledge and awareness, whether conscious or unconscious, that one belongs to see

one sex and not to another‖—pada pengetahuan dan kesadaran,baik secara sadar

maupun tidak , bahwa diri seseorang tergolong dalam suatu jenis kelamin tertentu dan

bukan dalam jenis kelamin lain.

Sedangkan pengertian gender yang dimaksud peneliti disini berbeda dengan apa

yang dimaksudkan dengan jenis kelamin (sex) yang bersifat biologis, gender merupakan

hasil sebuah konstruksi masyarakat yang mengacu terhadap unsur budaya, dan sosial

dan kaitannya dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, seperti pada pernyataan

Laswell dan Laswell (1982:31)

“We are born male or female, but we learn to be masculine or feminine”

bahwa ketika dilahirkan, kita tidak dapat memilih untuk menjadi laki-laki atau

perempuan tetapi kita dapat belajar untuk menjadi maskulin atau feminim.

II.2. Peran

Definisi Peran ialah ‖the dynamic aspect of a status‖ (1968:358). Menurut Linton

seseorang menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang

merupakan statusnya1. Dalam relasi, setiap orang memainkan suatu peranan. Peranan

1 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Penerbit FE UI, 2004, hal 55

Page 7: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 7

ialah tingkah laku sesuai dengan skenario yang menjawab (atau tidak menjawab) harapan

orang lain tentang tingkah laku kita (role expectations). Dalam kenyataannya pun, kita

sebagai anggota masyarakat mempunyai perannya masing-masing, dan dengan

hubungannya dengan gender, terdapat pembedaan peran yang dilakukan oleh masyarakat

akibat dari konstruksi sosial.

II.3. Pink Collar-job

Yang penulis maksud dengan pink collar-job adalah pekerjaan yang biasanya

dilakukan khusus oleh wanita, adanya diskriminasi secara horizontallah yang

menyebabkan adanya istilah ini. Contoh pink-collar job : sekertaris, resepsionis, perawat,

dll.

II.4. Feminisme dan perubahan sosial

Feminisme sebagai kumpulan pemikiran, pendirian, dan aksi berangkat dari

kesadaran, asumsi, dan kepedulian terhadap ketidakadilan, ketidak setaraan, penindasan

serta merupakan gerakan yang berusaha menghentikan segala bentuk ketidakadilan dan

dan diskriminasi. Dengan kata lain, kaum feminis ternyata memiliki alasan dan analisis

berbeda – beda mengenai mengapa dan bagaimana ketidakadilan, diskriminasi maupun

ketidaksetaraan terhadap kaum perempuan beroprasi sehingga terdapat berbagai macam

aliran feminisme.

II.5. Teori Feminisme Liberal

Teori modernisasi dan pembangunan tentang kaum perempuan pada dasarnya

bersumber dari asumsi kaum liberal pada umumnya, sejak awal, perempuan dianggap

sebagai masalah (anomaly) bagi ekonomi modern daripada laki – laki. Hanya sedikit

sekali perempuan diakui peran tradisionalnya, sebagai peran ‖efektivitas‖ perempuan

dalam keluarga dianggap cocok bagi zaman modern dan bagi teori pembangunan Talcott

Parson.

Feminisme liberal muncul sebagai reaksi terhadap teori pembangunan liberal.

Misalnya saja, kaum liberal dalam menganalisis mengapa posisi kaum perempuan

tertinggal dalam proses pembangunan, disebabkan oleh faktor kaum perempuan sendiri

Page 8: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 8

yang tidak sanggup bersaing dan itu kemudian dicari penyebabnya pada sifat tradisional

yang ada pada mereka.

II.6. Feminisme Marxis

Pendirian dasar penganut Marxisme adalah bahwa women question harus

diletakan sebagai bagian dari kritik terhadap kapitalisme, terutama pada moda sistem

produksi. Dengan demikian, ketika berbicara mengenai posisi kaum perempuan,

penganut paham Marxisme mempunyai asumsi bahwa rendahnya status kaum perempuan

bersumber pada struktur produksi. Sementara itu, Marx memang sedikit sekali berbicara

soal kaum perempuan dalam sistem kapitalisme. Dua komentarnya selalu dikutip oleh

penganut Marxisme ketika membahas posisi kaum perempuan adalah bahwa hubungan

antara suami dan istri sama seperti hubungan borjuis dan proletar, dan tingkat kemajuan

masyarakat diukur dari status kaum perempuannya. Situasi tersebut mendorong

munculnya analisis feminisme Marxis yang melihat penindasan perempuan sebagai

realitas objektif. Dinyatakan bahwa penindasan kaum perempuan merupakan bagian dari

penindasan kelas dalam relasi produksi. 2

2 Dr. Mansour Fakiih, Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi (Pustaka Pelajar,2001) Hal 143-153

Page 9: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 9

BAB III

ANALISIS

III.1. Ketidakadilan Berdasarkan Paradigma konflik Marxisme

Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang sedang menjalankan

pembangunan ekonomi, sosial dan politik. Sejak zaman orde baru pembangunan skala

besarpun dimulai, melalui program pemerintah REPELITA (Rencana Pembangunan Lima

Tahun). Pertumbuhan ekonomi Indonesia pernah mencapai angka 7,2 persen. Sebuah

angka yang sangat baik untuk sebuah negara berkembang, mengingat Indonesia belum

lama merdeka setelah dijajah selama tiga setengah abad, sehingga sempat membuat

Indonesia menjadi negara yang kuat dan disegani. Pembangunan tersebut ditandai dengan

masuknya investasi asing dari negara – negara kapitalis. Menurut teori ekonom W.W.

Rostow Indonesia sedang mengalami tahapan Pra Lepas Landas. Hal ini ditandai dengan

mulai beralihnya ekonomi agrikultur menjadi industrialisasi.

Seiring berjalannya industrialisasi membutuhkan banyak sekali tenaga kerja untuk

proses produksi. Kaum perempuan yang sebelumnya hanya bekerja di rumah,mengurus

rumah tangga mulai terlibat sebagai tenaga kerja. Hal ini adalah sebuah nilai positif

terhadap perkembangan kaum perempuan. Akan tetapi timbulah sebuah pertanyaan,

apakah benar hal tersebut adalah kemajuan untuk kaum perempuan. Ternyata tidak

selamanya benar karena jika melihat pada proses produksi tersebut jelaslah disana ada

sebuah eksploitasi, penindasan dan ketidakadilan terhadap kaum perempuan. Hal tersebut

dapat dilihat dari jam kerja, peranan dalam proses produksi, upah kerja, jaminan

keselamatan, dan lain – lainnya.

Merujuk pada teori konflik (Marxisme) sebenarnya Marx sendiri sangat sedikit

sekali berbicara mengenai kaum perempuan dalam sistem kapitalisme. Akan tetapi dua

komentarnya yang selalu dikutip oleh penganut Marxisme ketika membahas posisi kaum

perempuan adalah bahwa hubungan suami dan istri sama seperti hubungan kaum proletar

dengan kaum borjuis, dan tingkat kemajuan masyarakat dapat diukur dari status kaum

perempuannya. Marx menganggap Women Question harus diletakkan sebagai bagian dari

kritik terhadap Kapitalisme. Rendahnya posisi kaum perempuan bersumber pada struktur

produksi, serta penindasan terhadap kaum perempuan adalah bagian dari penindasan

Page 10: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 10

kelas dalam relasi produksi.

Untuk membahas hal ini lebih lanjut kita harus membahas dulu kapitalisme

karena sumber permasalahan ada pada sistem ekonomi kapitalisme yang menggunakan

industri sebagai ujung tombak dari pembangunan ekonomi. Kapitalisme pada dasarnya

berakar dari filsafat ekonomi klasik, terutama pada ajaran Adam Smith yang dituangkan

pada karyanya yaitu The Wealth Of Nation (1776). Mereka percaya kepada kebebasan

individu (personal Liberty), pemilikan pribadi (private properti), dan inisiatif individu

serta usaha swasta (private enterprise). Kepercayaan dan pandangan ini disebut liberal

dibandingkan dengan pandangan di lain waktu itu yakni Merkantilisme yang membatasi

pandangan dan industri. Ada sejumlah pandangan dari para pemikir ekonomi klasik yang

mempengaruhi teori – teori perubahan sosial dikemudian hari. Pertama, kebebasan akan

bidang ekonomi yang memberi isyarat perlunya membatasi atau peranan sangat minimum

kepada pemerintah dalam bidang ekonomi. Kedua, mereka juga percaya kepada ekonomi

pasar yang diletakkan diatas persaingan bebas sistem persaingan atau kompetisi bebas

dan kompetisi sempurna. Ketiga, mereka percaya bahwa memenuhi kepentingan individu

berarti memenuhi kepentingan masyarakat., mereka percaya kepada Harmony of Interest.

Keempat, mereka menitikberatkan kepada kegiatan ekonomi, terutama pada industri.

Industrialisasi berasal dari kata Industrialize yang artinya pengembangan industri.

Industrialisasi adalah sarana yang digunakan kapitalis di dalam melakukan

pengembangan modal melalui investasi pada bidang industri. Hal tersebut didasarkan

pada pandangan teori ekonomi klasik yaitu industri adalah bidang yang paling

menguntungkan di dalam pengembangan modal. Yang menjadi sasaran pembangunan

basis industri yang dilakukan oleh kapitalis adalah negara – negara berkembang

alasannya adalah pertama, upah buruh(Human Resources) pada negara tersebut tergolong

rendah sehingga dapat menekan biaya produksi. Kedua, negara berkembang memiliki

sumber daya alam(Natural Resources) yang sangat berlimpah dan banyak belum dapat

dimanfaatkan secara maksimal.

Dari teori tersebut terlihat jelas didalam proses produksi terdapat sebuah

ketidakadilan, penindasan dan ketidaksetaraan terhadap kaum wanita. Pertama Indonesia

adalah negara berkembang yang sumber daya manusianya belum memiliki keahlian yang

baik terutama kaum perempuan karena selama ini kaum perempuan Indonesia lebih

Page 11: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 11

banyak bekerja di dapur. Sehingga kaum perempuan dapat dapat dibayar dengan upah

yang lebih murah untuk menekan biaya produksi. Kedua, lemahnya regulasi pemerintah

membuat banyak perusahaan yang mempekerjakan perempuan dengan jam kerja yang

melebihi jam kerja yang ditentukan. Hal ini diperuntukkan memperbesar volume

produksi. Ketiga pekerja perempuan tidak dipedulikan kesejahteraannya, dengan tidak

adanya jaminan kesehatan, jaminan keselamatan dan lainnya.

Jaminan kesehatan adalah sebuah fasilitas yang seharusnya diberikan oleh

perusahaan karena jam kerja yang tinggi dapat menyebabkan buruh wanita jatuh sakit.

Tetapi banyak perusahaan yang tidak memberikan jaminan kesehatan untuk memangkas

biaya operasional. Betapa sangat tidak dihargainya tenaga buruh wanita. Lalu buruh

wanita juga sangat rentan terhadap Pemutusan Hubungan Kerja(PHK) oleh perusahaan.

Banyak contoh yang terjadi ketika seorang buruh wanita menuntut haknya, atau

melakukan cuti hamil yang lama terjadilah hal tersebut. Semena – menanya tindakan

perusahaan karena minimnya pengawasan pemerintah terhadap perusahaan.

Contoh nyata datang lah ke pusat industri yang ada di Indonesia seperti Kawasan

Berikat Nusantara. Disana banyak terdapat pabrik, salah satunya adalah pabrik garmen.

Kaum perempuan dipekerjakan sebagai penjahit bahan pakaian. Mereka dibayar dengan

upah kerja yang rendah dan jam kerja yang tinggi. Hal ini digunakan kaum kapitalis

untuk menekan biaya produksi karena daripada mereka membeli alat produksi seperti

mesin yang memiliki produksi besar biaya yang harus dikeluarkan sangat besar. Tidak

sampai disitu biaya perawatan mesinpun sangat tinggi dan ketika sudah mencapai batas

umur produksinya mesin tersebut harus diganti dengan yang lebih baru. Jadi untuk

memangkas biaya produksi kaum kapitalis lebih memilih memekerjakan kaum

perempuan karena dapat dibayar dengan upah yang rendah.

III.2. Ketidakadilan Pada Dunia Kesehatan Dan Sosial Berdasarkan Paradigma

Radikal

Ternyata ketidakadilan terhadap kaum perempuan tidak hanya ada pada bidang

produksi. Dikutip dari film yang ditayangkan untuk materi perkuliahan Sistem Sosial

Indonesia, pemerintah juga melakukan tindakan diskriminasi terhadap kaum perempuan.

Di film tersebut ditayangkan program pemerintah Orde Baru untuk menekan tingkat

Page 12: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 12

kenaikan jumlah penduduk, pemerintah melakukan program KB (keluarga Berencana).

Program tersebut memang menuai keberhasilan, akan tetapi sebuah kasus nyata yang

terjadi di Nusa Tenggara Timur kaum perempuan sangat dirugikan terhadap program

tersebut. Banyak ibu – ibu yang mengalami pendarahan bahkan kematian setelah

menjalani program KB tersebut. Hal ini dikarenakan pemerintah menjalankan program

KB tersebut tanpa menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai untuk memantau

kesehatan perempuan yang menjalani program KB tersebut. Bukan hanya itu, program

KB sebenarnya bukan hanya untuk perempuan tetapi juga laki – laki tetapi mengapa

justru hanya perempuan yang ditekan untuk menjalankan program tersebut. Inilah bentuk

diskriminasi yang dialami perempuan.

Di Indonesia sendiri ada budaya patriarkhi sangat kuat, dan mempengaruhi

ketidakterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan. Hal tersebut menyebabkan

kepentingan perempuan tidak diakomodir dalam berbagai kebijakan dan program yang

ada baik ditingkat lokal maupun komunitas yang lebih luas. Budaya ini juga

mendudukkan perempuan sebagai objek (khususnya objek seksual) sehingga perempun

menjadi rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan (fisik, seksual, psikis dan ekonomi.

Hal ini didukung oleh lemahnya akses informasi, pembatasan ruang gerak perempuan,

munculnya steriotip. beban ganda — sebagai pekerja domestik sekaligus publik— nyata-

nyata harus ditanggung perempuan. Budaya tersebut pada umumnya dilegitimasi oleh

berbagai tafsir ajaran agama dan institusi keagamaan.

Dalam bidang politik kaum perempuan juga tidak mendapatkan akses yang

memadai. Pada masa Orde Baru hanya perempuan yang mempunyai kedekatan dengan

penguasalah yang bisa mendapatkan akses untuk masuk kedalam dunia politik. Pada

masa Orde baru hanya sekitar delapan persen jumlah wanita yang dapat duduk di

legislatif. Hal ini terjadi akibat dari budaya patriarkhi tersebut. Perempuan dianggap tidak

kompeten di dalam dunia politik.

III.3. Ketidakadlian Berdasarkan Paradigma Fungsionalisme

Sekarang kita beralih kepada teori fungsionalisme yang juga membahas tentang

ketidakadilan terhadap kaum perempuan melalui teori modernisasi dan pembangunan.

Mereka berasumsi mengapa kaum perempuan tertinggal dalam proses pembangunan

Page 13: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 13

disebabkan oleh faktor kaum perempuannya sendiri yang tidak sanggup untuk bersaing

karena sifat tradisional yang ada pada mereka. Kaum perempuan tertinggal karena sikap

kebodohan dan irasional terhadap kepercayaan sikap tradisional mereka. Masyarakat

tradisional didominasi oleh laki – laki yang bersifat otoriter. Ivan Illich pada bukunya

yang berjudul Matinya Gender, mengatakan wanita ibarat siput yang memanggul

cangkangnya yang besar dan berat. Semakin membesar dirinya maka semakin besar pula

cangkangnya sehingga menyebabkan jalannya semakin lambat. Perempuan memiliki

sebuah tugas domestik yang berat seperti mengungus rumah tangga. Hal tersebut sudah

membebaninya apalagi ketika ia ingin maju seperti pria maka semakin berat pula beban

yang ditanggungnya.

III.4. Ketidakadilan Berdasarkan Teori Modernisasi serta Kritik Terhadap Teori

Tersebut

Kaum modernis dan liberal beranggapan agar kaum perempuan mendapatkan

kesetaraan dan dapat mengejar ketertinggalannya harus melalui modernisasi yaitu

menjadi masyarakat modern yang bersifat demokratis dan egaliter meskipun dalam

jangka waktu panjang. Proses modernisasi itu sendiri serta pengelolaan kebijakan dan

program pembangunan, dianggap sebagai Sex-neutral dan lambat laun juga akan

menguntungkan kaum perermpuan. Kaum ini berasumsi teknologilah yang akan

membebaskan kaum perempuan dari ketidakadilan.

Padahal jika kita kembali kepada teori Marx justru teknologi lah yang menjadikan

posisi kaum wanita lebih rendah dari pada teknologi itu sendiri. Mengapa demikian,

karena teknologi itu mahal harganya sehingga lebih baik menggunakan tenaga kaum

perempuan sehingga dapat menekan biaya produksi. Budaya patriarki yang ada di

Indonesia yang tadinya dianggap membuat kaum perempuan tidak dapat maju justru

dijadikan dalih oleh kaum kapitalis untuk memberikan upah yang rendah terhadap buruh

wanita. Karena laki – laki adalah seorang kepala keluarga yang mengurusi wanita, jadi

wanita berhak mendapat upah yang lebih kecil daripada laki – laki. Lalu tuntutan –

tuntutan kaum perempuan akan fasiltas dan akses untuk lebih maju pun ditolak dengan

menggunakan dalih wanita bersifat tradisional sehingga tidak produktif. Adapun program

Page 14: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 14

bantuan yang ditujukan kepada kaum perempuan lebih bersifat kepada ibu seperti

program gizi dan balita sehat.

Jadi jelaslah bahwa sebenarnya teori yang tersebut bukan sebuah jalan keluar

terhadap diskriminasi yang didapatkan oleh kaum perempuan melainkan sebuah senjata

untuk semakin merendahkan kaum perempuan.

Page 15: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 15

BAB IV

PENUTUP

IV. 1. Kesimpulan

Setelah menganalisis dua perspektif atau paradigma dalam feminisme berkaitan

dengan isu gender pada perempuan di Indonesia, kami dapat menyimpulkan bahwa

kelompok kami kontra terhadap paradigma fungsionalis dalam feminisme dan

modernisasi. Kaum fungsionalis berasumsi bahwa kaum perempuan tertinggal dalam

proses pembangunan disebabkan oleh faktor kaum perempuannya sendiri yang tidak

sanggup untuk bersaing karena sifat tradisional yang ada pada mereka. Kaum perempuan

tertinggal karena sikap kebodohan dan irasional terhadap kepercayaan sikap tradisional

mereka, sedangkan masyarakat tradisional didominasi oleh laki – laki yang bersifat

otoriter. Kaum modernisasi ini berasumsi teknologilah yang akan membebaskan kaum

perempuan dari ketidakadilan. Sedangkan jika kita kembali kepada teori Marx justru

teknologi lah yang menjadikan posisi kaum wanita lebih rendah dari pada teknologi itu

sendiri karena teknologi itu mahal harganya sehingga lebih baik menggunakan tenaga

kaum perempuan sehingga dapat menekan biaya produksi. Inilah sebabnya kami menolak

atau bersikap kontra tehadap kedua paradigma tersebut, karena sebenarnya kedua

paradigma inilah yang dijadikan senjata untuk semakin merendahkan kaum perempuan.

Dalam isu adanya ketidakadilan gender yang dialami oleh perempuan, kami lebih

memilih atau setuju terhadap paradigma konflik dalam feminisme. Paradigma ini

menyatakan bahwa ketidakadilan gender yang dialami perempuan di Indonesia lebih

disebabkan karena adanya sistem budaya patriarkhi yang telah mendarah daging dalam

masyarakat Indonesia dan sulit untuk segera dirubah. Selain itu, paradigma ini juga

melihat adanya kesalahan struktur dalam masyarakat yang menekan perempuan sehingga

akhirnya membuat ruang gerak perempuan menjadi terbatas dan perempuan tidak dapat

berkembang.

IV. 2. Saran

Ketidakadilan gender bukanlah masalah yang dapat diatasi dengan mudah dalam waktu

Page 16: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 16

yang singkat hanya dengan melakukan/mengaplikasikan beberapa cara dalam masyarakat.

Untuk dapat mengatasi masalah ketidakadilan gender yang terjadi di masyarakat, dalam

hal ini masyarakat Indonesia khususnya, diperlukan suatu usaha bersama dari seluruh

aspek masyarakat, juga tekad yang kuat dari para pelaksananya. Jika kita memperhatikan

berbagai bentuk ketidakadilan gender yang dialami buruh perempuan di Indonesia,

banyak di antaranya yang terjadi akibat minimnya pengawasan pemerintah terhadap para

pengusaha yang mempekerjakan buruh perempuan, sehingga mengakibatkan terjadinya

berbagai penyelewengan seperti penerapan jam kerja yang berlebihan bagi para buruh

perempuan, pemberian upah rendah pada buruh perempuan, tidak diberikannya jaminan

kesehatan serta berbagai hak reproduksi (seperti cuti melahirkan, dan lain-lain) pada

buruh perempuan, serta kondisi buruh perempuan yang relatif lebih rentan mengalami

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Untuk mengatasi hal ini, saran yang dapat diajukan

kelompok kami adalah bahwa pemerintah perlu membentuk suatu badan pengawas untuk

mengawasi kehidupan para buruh, terutama buruh perempuan, di Indonesia. badan

pengawas tersebut bertugas mengawasi pemberian berbagai hak-hak buruh, terutama

buruh perempuan, juga pengaplikasian dari hak-hak tersebut. Badan tersebut merupakan

badan yang lepas dari perusahaan, sehingga keberadaannya tidak dapat didikte oleh

perusahaan.

Page 17: Analisis Ketidakadilan Terhadap Kaum Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Politik Berdasarkan Paradigma Konflik Dan Fungsionalis

Page | 17

DAFTAR PUSTAKA

Fakih, Mansour. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Fakih, Mansour. 2001. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Fakih, Mansour. 2002. Jalan Lain Manifesto Intelektual Organik. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Illich, Ivan. 1998. Matinya Gender. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sunarjiati, Ari. 2007. ―Pemiskinan Terhadap Buruh Perempuan‖ dalam Jurnal Perempuan.

Menyoal Buruh, Mengapa Mereka Dieksploitasi?‖ No. 56. Jakarta : PT Percetakan

Penebar Swadaya.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Penerbit FE UI.

Kelompok Perempuan untuk Keadilan Buruh. Tanpa judul. Http://www.lbh-

apik.or.id/kpkb-profil.htm, diakses pada 7 April 2008, pukul 22.00.