ANALISIS KESULITAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH …lib.unnes.ac.id/25281/1/4201412081.pdf · FAKULTAS...
Transcript of ANALISIS KESULITAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH …lib.unnes.ac.id/25281/1/4201412081.pdf · FAKULTAS...
i
ANALISIS KESULITAN SISWA MEMECAHKAN
MASALAH FISIKA BERBENTUK GRAFIK DENGAN
TES DIAGNOSTIK
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
oleh
Anton Setyono
4201412081
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
iv
MOTTO
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan boleh
jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah Maha
mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui”
(Al-Baqarah: 216)
Bermimpilah seolah - olah anda hidup selamanya. Hiduplah seakan-akan inilah
hari terakhir anda.
(James Dean)
PERSEMBAHAN
Untuk Ayah, Ibu, Mbak, dan Mas yang
selalu mendoakan dan mendukungku,
serta memberiku semangat untuk terus
belajar.
Untuk teman – teman Pendidikan Fisika
angkatan 2012
Untuk almamater tercinta.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kesulitan Siswa Dalam
Memecahkan Masalah Fisika Berbentuk Grafik Dengan Tes Diagnostik” dapat
selesai.
Saya menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik
tanpa adanya partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., rektor Universitas Negeri Semarang;
2. Prof. Dr. Zaenuri, S.E. M.Si. Akt., dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang;
3. Dr. Suharto Linuwih, M.Si., ketua Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang;
4. Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. , dosen pembimbing I yang telah
membimbing, memberikan arahan, saran, motivasi, dan nasehat dalam
penyusunan skripsi;
5. Dr. Ian Yulianti, S.Si. M. Eng., dosen pembimbing II yang telah membimbing,
memberikan arahan, saran, motivasi, dan nasehat dalam penyusunan skripsi;
6. Dr. Achmad Sopyan, M.Pd, selaku dosen wali dan seluruh dosen Jurusan
Fisika UNNES yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama
menempuh studi;
7. Hartati,M.Pd., kepala SMP N 06 Petarukan yang telah memberikan ijin
penelitian kepada penulis;
8. Ima Purwo S.,S.Pd., guru kelas VIII SMP N 06 Petarukan yang telah berkenan
membantu dan bekerjasama dalam penelitian;
9. Siswa kelas VIII SMP N 06 Petarukan Tahun Ajaran 2015/2016 yang telah
memberikan saran, respon, sumber inspirasi serta partisipasinya menjadi
subjek penelitian;
vi
10. Teman - teman seperjuangan keluarga besar mahasiswa Jurusan Fisika 2012.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan penulisan selanjutnya.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya,
lembaga, masyarakat dan pembaca pada umumnya.
vii
ABSTRAK
Setyono, A. 2016. Analisis Kesulitan Siswa dalam Memecahkan Masalah Fisika
Berbentuk Grafik. Skripsi. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama: Dr.
Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. Pembimbing Pendamping: Dr. Ian Yulianti, S.Si. M.
Eng.
Kata Kunci: grafik, tes diagnostik, kesulitan belajar, pemecahan masalah.
Fisika sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang dekat dengan fenomena
alam, dapat diterjemahkan dalam berbagai bentuk representasi. Salah satunya
yaitu representasi dalam bentuk grafik. Namun demikian, terlihat bahwa
pemahaman siswa terhadap representasi grafik dalam konteks fisika masih
kurang. Oleh karena itu, siswa memerlukan bantuan secara cepat dan tepat, agar
kesulitan yang mereka hadapi dapat segera teratasi. Agar bantuan yang diberikan
dapat berhasil dengan efektif, terlebih dahulu guru harus memahami letak
kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Masalah kesulitan belajar siswa dapat
ditemukan dengan memberikan tes diagnostik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan pemecahan masalah berbentuk grafik dan profil
kesulitannya khususnya pada materi gerak lurus. Metode penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SMP N 06 Petarukan pada
semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VIII B. Metode pengambilan data dengan tes diagnostik dan dengan
didukung oleh wawancara. Analisis dilakukan dengan menggunakan deskriptif
persentase. Hasilnya menunjukan bahwa rata – rata kemampuan pemecahan
masalah grafik masih rendah dengan persentase setiap kemampuannya dimulai
kemampuan interpretasi grafik (48,30%), kemampuan interpolasi (34,36%),
kemampuan ekstrapolasi (53,01%), dan kemampuan transformasi (48,61%). Profil
kesulitan siswa didasarkan pada pencapaian KKM, pengetahuan prasyarat, profil
materi, miskonsepsi, serta tahap – tahap pemecahan masalahnya. Berdasarkan
penguasaan KKM, siswa masih mengalami kesulitan untuk semua indikator.
Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan pengetahuan prasyaratnya, siswa tidak
mengalami kesulitan dalam menentukan luas bangun datar, tetapi pada operasi
hitung dan persamaan linier termasuk dalam kategori kesulitan sedang. Untuk
profil kesulitan siswa berdasarkan profil materi, siswa masih mengalami kesulitan
untuk semua sub materi terutama percepatan. Profil kesulitan siswa berdasarkan
miskonsepsi termasuk dalam kategori kesulitan tinggi (63,89%). Serta yang
terakhir, profil kesulitan siswa berdasarkan tahap – tahap pemecahan masalah.
Kesulitan siswa semakin naik dari mulai tahapan terendah yaitu tahap memahami
masalah dan tahapan tertinggi yaitu tahap peninjauan kembali.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................................. iv
KATA PENGANTAR................................................................................. v
ABSTRAK................................................................................................... vi
DAFTAR ISI…........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xi
BAB
1. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………
1.3 Pembatasan Masalah.....................................................................
1.4 Tujuan Penelitian.............................................................................
1.5 Manfaat Penelitian...........................................................................
1.6 Penegasan Istilah.............................................................................
1.6.1 Tes Dignostik..………………………………………………
1.6.2 Kemampuan Pemecahan Masalah…...……………………...
1.6.3 Grafik.……………………………………………………….
1.7 Sistematika Penulisan.....................................................................
1
3
4
4
4
5
5
5
6
6
2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 8
2.1 Pemecahan Masalah…..................................................................... 8
ix
2.1.1 Pengertian Pemecahan Masalah ..…………………………..
2.1.2 Faktor- faktor Penghambat Pemecahan Masalah…………...
2.2 Kesulitan Masalah............................................................................
2.3 Evaluasi…........................................................................................
2.3.1 Pengertian Evaluasi ..……………………………………….
2.3.2 Tes Diagnostik……..……………………………………….
2.4 Grafik……………………….. ……………………………………
2.4.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Berbentuk Grafik ..
2.6 Kerangka Berfikir............................................................................
8
9
11
13
13
15
18
19
20
3. METODE PENELITIAN..................................................................... 22
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................
3.2 Subjek Penelitian ............................................................................
3.3 Desain Penelitian..........................................................................
3.3.1 Langkah Langkah Penelitian….…………………………....
3.4 Metode Pengumpulan Data.............................................................
3.4.1 Metode Tes………………………………………………….
3.4.2 Metode Wawancara..……………………………………….
3.5 Analisis Tes Ujicoba........................................................................
3.5.1 Uji Validitas Butir Soal ….…………………………………
3.5.2 Uji Realibilitas Butir Soal …………………….……………
3.5.3 Uji Kesukaran Butir Soal …….……………….……………
3.5.4 Uji Daya Beda Butir Soal …………………….……………
3.6 Analisis Data....................................................................................
3.6.1 Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika
Berbentuk Grafik…………………………………………...
3.6.2 Analisis Profil Kesulitan Siswa……………….……………
22
22
22
23
25
25
25
26
26
27
28
29
29
29
30
4. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………..…..
4.1 Hasil Penelitian………………………………………………..…...
4.1.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik…..…....
32
32
32
x
4.1.2 Profil Kesulitan Siswa…..………………………………......
4.1.2.1 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian
KKM……………………………………………….
4.1.2.2 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasan
Pengetahuan Prasyarat….…….……………………
4.1.2.3 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil
Materi………………………………………………
4.1.2.4 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan
Miskonsepsi………………………………………
4.1.2.5 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan
Pemecahan Masalah……………….……………….
4.2 Pembahasan……………………………………………………......
4.2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik …..…..
4.2.1.1 Interpretasi Grafik…………………………..……….
4.2.1.2 Kemampuan Memprediksi...… …………………….
4.2.1.3 Kemampuan Transformasi…...…….……………….
4.2.2 Profil Kesulitan Siswa………………………….…………...
4.2.2.1 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian
KKM……………………………………………….
4.2.2.2 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasan
Pengetahuan Prasyarat….………….…………...…
4.2.2.3 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil
Materi…………..…………………………………
4.2.2.4 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan
Miskonsepsi………………………………………...
4.2.2.5 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan
Pemecahan Masalah………………………………..
4.3 Keterbatasan Penelitian………………………………………….....
33
33
34
35
36
38
39
39
39
40
41
42
42
44
46
47
48
49
5. PENUTUP………………………………………………………….....
5.1 Simpulan…………………………………………………………...
50
50
xi
5.2 Saran………………………………………………………………. 51
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 52
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………. 55
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Tabel Pelaksanaan Penelitian……..……………………………………
3.2 Kriteria Validitas Soal Ujicoba Instrumen ….………..……………….
3.3 Kriteria Reliabilitas Soal…..………………………………………......
3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal..……………………………….
3.5 Kriteria Tingkat Daya Beda Butir Soal….. …………………………...
3.6 Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik ………...
3.7 Kriteria Kesulitan Siswa ………………….…………………………...
.
22
26
27
28
29
30
31
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berfikir ……………………………………………….......
3.1 Desain Penelitian.................................................................................
4.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik…..……………
4.2 Profil Kesulitan Berdasarkan Pencapaian KKM .................……..….
4.3 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasaan Pengetahuan
Prasyarat…………………………………………………………….
4.4 Profil Kesulitan Siswa Terhadap Profil Materi …….………………
4.5 Grafik Hubungan Jarak Terhadap Waktu ………………………..…
4.6 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Berkaitan Dengan Miskonsepsi ..…….
4.7 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan
Masalahnya…………………………………………………………..
4.8 Hasil Pekerjaan Siswa Dalam Menentukan Percepatan …………….
4.9 Hasil Pekerjaan Siswa Dalam Memperkirakan Posisi Benda……….
4.10 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kurangnya Penguasaan
Konsep………………………………………………………………..
4.11 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kurangnya Pengetahuan
Prasyarat……………………………………………………………...
4.12 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kesulitan Dalam Operasi
Hitung……………………………………………………..................
21
24
32
34
35
36
37
37
38
39
41
43
45
45
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Kode Peserta Ujicoba …………………………………………..
2. Daftar Kode Peserta Penelitian …………………………………..……
3. Analisis Hasil Uji Coba………………………………………………..
4. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah berbentuk Grafik…..…….
5. Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil Materi……………….…
6. Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian …………………...
7. Analisis Kesulitan Berdasarkan Pengetahuan Prasyarat dan
Miskonsepsi…………………………………………………………….
8. Analisis Kesulitan Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah…..……
9. Kisi Kisi Tes Diagnostik Untuk Mengetahui Kesulitan Siswa Dalam
Memecahkan Masalah Fisika Berbentuk Grafik…………..…………..
10. Soal dan Kunci Jawaban Tes Diagnostik Kesulitan Dalam
Memecahkan Masalah Berbentuk Grafik………................................
11. Cuplikan Wawancara…..………………………………………………
12. Dokumentasi Penelitian………………………………………………..
13. Surat Penetapan Dosbing………………………………………………
14. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian…………………….
55
56
57
60
63
65
69
72
81
83
98
101
103
104
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Fisika sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang dekat dengan fenomena
alam, dapat diterjemahkan dalam berbagai bentuk representasi. Salah satunya
yaitu representasi dalam bentuk grafik. Pada era informasi ini, kemampuan
memahami grafik bagi siswa sangat penting. Menurut Subali (2015), grafik sering
dianggap sebagai perangkat matematika, karena berkomunikasi melalui
representasi grafik membutuhkan kompetensi matematika seperti persepsi visual,
berpikir logis, merencanakan data, memprediksi gerakan garis dan mendeduksi
hubungan antara variabel.
Salah satu alasan pentingnya pemahaman representasi grafik karena grafik
mampu memberikan informasi kuantitatif yang mudah dipahami. Selain itu, data
yang disajikan dengan grafik menjadi lebih mudah dipahami bila dibanding
dengan data yang disajikan dalam bentuk kalimat uraian. Kemampuan
menganalisis grafik dalam bentuk kalimat verbal maupun non verbal sangat
diperlukan oleh siswa, khususnya pada bidang fisika. Kemampuan menganalisis
data yang dimaksud mencakup kemampuan membuat grafik, mengungkapkan
makna fisis pada grafik, melakukan prediksi dan interpretasi serta melakukan
transformasi grafik (Nugroho & Darsono, 2007).
Hasil penelitian Bunawan et al. (2015), menunjukkan bahwa pembacaan
grafik dan keterampilan menginterpretasi grafik pada siswa masih belum
2
memadai. Hasil penelitian Bunawan et al. (2015), juga menunjukkan bahwa
kemahiran dalam menganalisis grafik bergantung pada jenis grafik dan level atau
tipe pertanyaan yang dikembangkan.
Grafik memiliki banyak makna yang dapat mewakili suatu fenomena.
Banyak siswa dapat menggambar grafik linier, dapat menentukan gradiennya,
tetapi tidak dapat menjelaskan makna dari gradient tersebut. Padahal di fisika,
gradien memiliki suatu makna tertentu. Planinic et al. (2011), melakukan
penelitian yang membandingkan arti/makna gradien suatu grafik pada konteks
fisika dan konteks matematika. Planinic et al. (2011), mendapatkan bahwa
pemahaman makna gradien grafik pada konteks fisika masih sangat lemah
daripada konteks matematika.
Hasil penelitian Planinic et al. (2011), juga menunjukkan bahwa
pertanyaan yang sama pada tentang konsep makna grafik pada konteks yang
berbeda, yaitu fisika dan matematika didapatkan hasil yang berbeda pula. Hasil
pertanyaan dari makna grafik dalam konteks fisika sebesar 42 % dan dalam
konteks matematika sebesar 67 %. Data tersebut menunjukkan bahwa pemahaman
siswa dalam grafik masih lebih rendah daripada dalam konteks matematika.
Dari pemaparan di atas terlihat bahwa pemahaman siswa terhadap grafik
dalam konteks fisika masih kurang. Selain itu, hasil penelitian Nazam et al.
(2012), menemukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam membaca,
menafsirkan dan memahami informasi yang tergambar dalam grafik.
Oleh karena itu, siswa memerlukan bantuan secara cepat dan tepat, agar
kesulitan yang mereka hadapi dapat segera teratasi. Agar bantuan yang diberikan
3
dapat berhasil dengan efektif, terlebih dahulu guru harus memahami letak
kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dorongan guru untuk memecahkan masalah
kesulitan siswa merupakan salah satu unsur dalam pengembangan profesi guru.
Hal ini berlandaskan pada prinsip diagnosis dalam konteks pemecahan masalah.
Masalah kesulitan belajar siswa dapat ditemukan dengan memberikan tes
diagnostik.
Menurut Depdiknas (2007: 1), tes diagnostik adalah tes yang digunakan
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat
digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang
tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa. Tes diagnostik dapat
berupa tes pilihan ganda dengan alasan yang sudah ditentukan, tes pilihan ganda
dengan alasan terbuka dan tes esai tertulis.
Tes diagnostik perlu dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan
kekuatan siswa terhadap penguasaan suatu bagian atau keseluruhan materi
pelajaran. Dengan tes diagnostik, kesulitan-kesulitan belajar yang muncul dapat
diidentifikasi sehingga kegagalan dan keberhasilan siswa dapat diketahui.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memilih judul “Analisis Kesulitan
Siswa Dalam Memecahkan Masalah Fisika Berbentuk Grafik Dengan Tes
Diagnostik”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan yang menjadi bahan pengkajian dalam penelitian ini adalah:
4
(1) Bagaimanakah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika
berbentuk grafik?
(2) Bagaimanakah profil kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika
berbentuk grafik?
1.3 Pembatasan Masalah
Beberapa batasan masalah yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah:
(1) Tes diagnostik dapat dikembangkan untuk setiap pokok bahasan mata
pelajaran IPA di SMP, tetapi dalam penelitian ini dibatasi pada materi
gerak lurus kelas VIII semester 1 dengan soal hanya berbentuk grafik.
(2) Penelitian dibatasi pada materi Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak
Lurus Berubah Beraturan (GLBB).
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kemampuan siswa dan profil kesulitan siswa dalam memecahkan
masalah fisika yang berbentuk grafik dengan menggunakan tes diagnostik pada
siswa SMP kelas VIII.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
(1) Bagi Guru :
Sebagai bahan masukan bagi guru tentang profil kesulitan yang dihadapi
siswa dalam mengerjakan soal fisika yang berbentuk grafik, sehingga dapat
5
memberikan penanggulangan yang sesuai dengan jenis masalah yang dihadapi
siswa.
(2) Bagi Sekolah :
Meningkatkan kualitas pembelajaran fisika di sekolah.
(3) Bagi Peneliti :
Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan khususnya yang
terkait dengan kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk
grafik.
1.6 Penegasan Istilah
Untuk memperjelas penafsiran dan menghindari perbedaan pemahaman
terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan
adanya penegasan istilah.
1.6.1 Tes Diagnostik
Menurut Depdiknas (2007: 1), tes diagnostik adalah tes yang digunakan
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat
digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang
tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa.
1.6.2 Kemampuan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan salah satu tipe keterampilan intelektual
yang menurut Gagne (1992) lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks dari tipe
keterampilan intelektual lainnya. Gagne (1992) berpendapat bahwa dalam
menyelesaikan pemecahan masalah diperlukan aturan kompleks atau aturan
tingkat tinggi dan aturan tingkat tinggi dapat dicapai setelah menguasai aturan
6
dan konsep terdefinisi. Demikian pula aturan dan konsep terdefinisi dapat
dikuasai jika ditunjang oleh pemahaman konsep konkrit. Pemecahan masalah
pada penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal fisika
dalam bentuk grafik.
1.6.3 Grafik
Menurut Warsito yang dikutip oleh Marjani (2013), Grafik adalah suatu
grafis yang menggunakan titik-titik atau garis untuk menyampaikan informasi
statistik yang saling berhubungan.
1.7 Sitematika Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu
bagian pendahuluan skripsi, bagian isi skripsi dan bagian akhir skripsi. Bagian
awal skripsi terdiri dari halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan
kelulusan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi,
daftar tabel dan daftar lampiran. Pada bagian isi skripsi terdiri dari hal-hal berikut
ini.
Bab 1 Pendahuluan. Bab ini berisi tentang : latar belakang masalah,
rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi.
Bab 2 Landasan Teori. Landasan teori berisi tentang: teori-teori yang
mendasari penelitian (pemecahan masalahi, kesulitan belajar, tes diagnostik ,
grafik), kerangka berpikir.
7
Bab 3 Metode Penelitian. Bab ini berisi tentang: objek penelitian (waktu
dan tempat penelitian; populasi; sampel), variabel penelitian, desain penelitian,
metode pengumpulan data, instrumen penelitian dan metode analisis data.
Bab 4 Hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini berisi tentang hasil-hasil
penelitian dan pembahasannya.
Bab 5 Penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran dari penelitian. Pada
bagian akhir skripsi terdapat daftar pustaka dan lampiran.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemecahan Masalah
2.1.1 Pengertian Pemecahan Masalah
Menurut Anderson, sebagaimana dikutip oleh Schunk (2012:416),
beberapa pakar teori menganggap pemecahan masalah menjadi proses kunci
dalam pembelajaran, khususnya pada ranah – ranah seperti sains dan matematika.
Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang diperoleh
sebelumnya kedalam situasi baru yang baru dikenal. Ciri dari soal atau tugas
dalam bentuk memecahkan masalah adalah : ada tantangan dalam materi
penugasan dan masalah tidak dapat diselesaikan menggunakan prosedur yang
diketahui oleh penjawab atau pemecah masalah.
Polya sebagaimana dikutip oleh Schunk (2012) mengajukan teori bahwa
pemecahan meliputi beberapa indikator yaitu pemahaman masalah, pembuatan
rencana pemecahan masalah, pelaksanaan rencana dan peninjauan ulang solusi
yang diperoleh. Pada tahap awal pemecahan masalah individu memahami masalah
yang berkaitan dengan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan apa
persyaratannya. Tahapan selajutnya, individu harus memikirkan alat dan strategi
yang cocok untuk penyelesaian masalah tersebut yang dilanjutkan dengan
mengerjakan penyelesaian masalah seperti yang direncanakan sampai menemukan
hasil, setiap langkah diperiksa kebenarannya. Tahap yang terakhir, individu
memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah, memeriksa argumen tiap langkah,
9
jika memungkinkan menurunkan penyelesaian lain yang berbeda atau menerapkan
hasil penyelesaian untuk menyelesaikan masalah lain.
Dari uraian beberapa teori di atas, maka ditarik suatu kesimpulan bahwa
pemecahan masalah adalah suatu tahapan yang dilakukan seseorang untuk
mengatasi masalahnya. Metode pemecahan masalah memberikan kesempatan
pada siswa menyelesaikan masalahnya sendiri dan mendapatkan pengalaman
secara langsung.
2.1.2 Faktor- Faktor Penghambat Pemecahan Masalah
Kesalahan dan hambatan yang sering muncul dalam memecahkan
masalah, sebagai berikut: (1) Ketidakcermatan dalam membaca; (2)
Ketidakcermatan dalam berpikir; (3) Kelemahan dalam analisis masalah; serta (4)
Kekuranggigihan.
Beberapa Indikator yang menunjukkan adanya ketidakcermatan siswa
dalam membaca yaitu: (1) membaca soal tanpa perhatian yang kuat pada makna /
pengertiannya; (2) mengabaikan satu atau lebih kata yang kurang familiar; (3)
mengabaikan satu atau lebih fakta atau ide; (4) tidak membaca kembali
bagian yang sulit; (5) memulai menyelesaikan soal sebelum membaca
lengkap soal tersebut.
Ketidakcermatan dalam berpikir dikarenakan siswa: (1) mengabaikan
akurasi dan mendahulukan kecepatan; (2) mengabaikan kecermatan penggunaan
beberapa operasi; mengartikan kata atau melakukan operasi secara tidak
konsisten; tidak memeriksa rumus atau prosedur saat merasa ada yang tidak benar;
10
(3) bekerja terlalu cepat; serta (4) mengambil kesimpulan di pertengahan jalan
tanpa pemikiran yang matang.
Untuk kelemahan dalam analisis masalah yang terjadi pada siswa ditandai
dengan: (1) gagal membedah masalah kompleks menjadi bagian-bagian atau gagal
menggunakan bagian-bagian masalah untuk memahami masalah secara
keseluruhan; (2) tidak menggunakan pengetahuan atau konsep utama untuk
mencoba memahami ide-ide yang kurang jelas; (3) tidak menggunakan kamus
atau sumber lainnya saat diperlukan untuk mamahami masalah; serta (4) tidak
secara aktif mengkonstruksi ide atau gagasan di atas kertas (bila coret-coretan di
atas kertas dapat membantu memahami masalahnya).
Faktor penghambat yang terakhir dalam pemecahan masalah yaitu
kekuranggigihan dan indikator – indikator yang menyertainya yaitu (1) tidak
percaya diri atau menganggap enteng masalah; (2) memilih jawaban berdasarkan
intuisi belaka (menggunakan perasaan dalam mencoba menebak jawaban); (3)
menyelesaikan masalah hanya secara teknis belaka tanpa pemikiran; serta (4)
berpikir nalar hanya pada bagian kecil masalah, menyerah, lalu melompat pada
kesimpulan (Whimbey&Lochhead,1999).
Selain hambatan-hambatan di atas yang mungkin muncul dalam dalam
memecahakan masalah, juga terdapat faktor faktor penyebab kesulitan pemecahan
masalah yang berawal dari kesulitan belajar yang dialami siswa.
11
2.2 Kesulitan Belajar
Suatu keadaan ketika siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya,
itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”. Berikut ini definisi kesulitan
belajar menurut para ahli : Rumini et al., mengemukakan bahwa kesulitan belajar
merupakan kondisi saat siswa mengalami hambatan-hambatan tertentu untuk
mengikuti proses pembelajaran dan mencapai hasil belajar secara optimal (Irham
dan Wiyani, 2013:254). Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Blassic &
Jones, kesulitan belajar yang dialami siswa menunjukkan adanya kesenjangan
atau jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik
yang dicapai oleh siswa pada kenyataannya (Irham & Wiyani, 2013:253).
Ada lima pendekatan yang digunakan untuk menentukan kesulitan belajar
menurut Depdiknas (2002) yang dikutip oleh Rusilowati (2006), yaitu pendekatan
berdasarkan tujuan pembelajaran, profil materi, prasyarat pengetahuan,
miskonsepsi dan pengetahuan terstruktur. Pendekatan tujuan pembelajaran
digunakan untuk mendiagnosis kegagalan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Pendekatan profil materi bertujuan untuk mengetahui
materi yang sudah dan belum dikuasai oleh siswa. Pendekatan prasyarat
pengetahuan digunakan untuk mendeteksi kegagalan siswa dalam hal pengetahuan
prasyarat untuk satu materi pokok tertentu. Sebelum siswa memahami materi
pengetahuan baru, mereka harus memahami lebih dahulu materi prasyarat, baik
berhubungan dengan materi secara vertikal maupun horisontal. Pendekatan
miskonsepsi digunakan untuk mendiagnosis kegagalan siswa dalam hal kesalahan
konsep yang dimiliki siswa (misconception). Pendekatan pengetahuan terstruktur
12
digunakan untuk mendiagnosis ketidakmampuan siswa dalam memecahkan
permasalahan yang berstruktur.
Kesulitan pengetahuan terstruktur dapat ditinjau dari kemampuan: bahasa
(verbal), menggunakan skema, membuat strategi dan membuat algoritma
berdasarkan ketetapan Depdiknas (2002: 33) yang dikutip oleh Rusilowati (2006).
Kemampuan bahasa dapat diartikan sebagai kemampuan menerjemahkan soal.
Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk memberi makna pertanyaan yang
diajukan dalam soal. Setiap siswa harus mampu memahami setiap pertanyaan dari
kata kunci yang terdapat pada soal. Kemampuan menggunakan skema diartikan
sebagai kemampuan memahami konsep atau prinsip yang dapat digunakan untuk
menyelesaian soal. Siswa dituntut untuk menggunakan skema pengetahuan dalam
mengidentifikasi permasalahan. Siswa harus mengetahui prinsip atau aturan yang
diperlukan untuk menyelesaikan soal. Kemampuan membuat strategi dapat
diartikan sebagai kemampuan merencanakan pemecahan masalah. Siswa harus
membuat cara atau langkah-langkah yang harus digunakan untuk menyelesaikan
soal. Kemampuan membuat algoritma menekankan pada penyelesaian atau
pengerjaan soal. Siswa harus menggunakan kemampuan matematik (berhitung)
yang tepat untuk dapat membuat kesimpulan.
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain
yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf sebagaimana yang dikutip
Wardani (1991) sebagai berikut: (1) melakukan observasi kelas untuk melihat
perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran; (2) memeriksa
penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan
13
belajar; (3) mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal
keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar; (4) memberikan tes
diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakiki kesulitan belajar
yang dialami siswa; serta (5) memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ)
khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Dari langkah –
langkah tersebut peneliti memilih menggunakan tes diagnostik untuk mengetahui
kesulitan siswa.
2.3 Evaluasi
2.3.1 Pengertian Evaluasi
Arikunto (2006) mengungkapkan bahwa kita tidak dapat mengadakan
penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran. Mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif,
menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik
dan buruk. Penilaian bersifat kuantitatif. Mengadakan evaluasi meliputi kedua
langkah diatas, yakni mengukur dan menilai. Sejalan dengan pengertian tersebut,
Zainul & Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai
suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes
maupun non tes.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai
terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai
proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian,
14
Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai
oleh siswa (Purwanto, 2002).
Astin (1993) mengajukan tiga butir yang harus dievaluasi agar hasilnya
dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Ketiga butir tersebut adalah masukan,
lingkungan sekolah dan keluarannya. Selama ini yang dievaluasi adalah prestasi
belajar peserta didik, khususnya pada ranah kognitif saja. Ranah afektif jarang
diperhatikan lembaga pendidikan, walau semua menganggap hal ini penting,
tetapi sulit untuk mengukurnya. Secara umum, tujuan evaluasi adalah: (a) Untuk
menghimpun data dan informasi yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf
perkembangan atau kemajuan yang dialami peserta didik setelah mereka
mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu; (b) untuk
mengetahui tingkat efektifitas proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru
dan peserta didik. Dengan kata lain, tujuan umum evaluasi adalah untuk
memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat
pencapaian kemajuan peserta didik terhadap tujuan atau kompetensi yang telah
ditetapkan setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.
Evaluasi dalam dunia pendidikan dilakukan dengan tes. Dalam Djaali dan
Muljono (2008: 7), tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang
komprehensif, sistematik dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru.
Tes dapat berupa sejumlah pertanyaan atau permintaan melakukan sesuatu untuk
15
mengukur pengetahuan, keterampilan, intelegensi, bakat, atau kemampuan lain
yang dimiliki oleh seseorang.
2.3.2 Tes Diagnostik
Depdiknas (2007: 4) menyatakan bahwa tes diagnostik berfungsi untuk
mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa, serta merencanakan
tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan masalah atau kesulitan yang telah
teridentifikasi. Menurut Arikunto (2006: 34), tes diagnostik adalah salah satu tes
yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga dari
kelemahan-kelemahan tersebut dapat diberikan perlakuan yang tepat.
Secara garis besar langkah-langkah pengembangan tes diagnostik menurut
Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2007: 6) yaitu
mengidentifikasi kompetensi dasar yang belum tercapai ketuntasannya,
menentukan kemungkinan sumber masalah, menentukan bentuk dan jumlah soal
yang sesuai, menyusun kisi – kisi soal, menulis soal, mengulas soal dan menyusun
kriteria penilaian.
Telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa tes diagnostik dilakukan
untuk mendiagnosis kesulitan atau masalah belajar yang dialami oleh siswa.
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi kesulitan belajar tersebut mengacu pada
kesulitan untuk mencapai kompetensi dasar, karena itu sebelum menyusun tes
diagnostik harus diidentifikasi terlebih dahulu kompetensi dasar-kompetensi dasar
manakah yang tidak tercapai tersebut. Guru yang selalu mencermati kegiatan
belajar mengajarnya tentu dapat melakukan kegiatan ini dengan mudah. Untuk
mengetahui tercapainya suatu kompetensi dasar dapat dilihat dari munculnya
16
sejumlah indikator, karena itu bila suatu kompetensi dasar tidak tercapai, perlu
didiagnosis indikator-indikator mana saja yang tidak mampu dimunculkan.
Mungkin saja masalah hanya terjadi pada indikator-indikator tertentu, maka cukup
pada indikator-indikator itu saja disusun tes diagnostik yang sesuai.
Setelah kompetensi dasar atau indikator yang bermasalah teridentifikasi,
mulai ditemukan (dilokalisasi) kemungkinan sumber masalahnya. Dalam
pembelajaran sains, terdapat tiga sumber utama yang sering menimbulkan
masalah, yaitu: a) tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat; b) terjadinya
miskonsepsi; dan c) rendahnya kemampuan memecahkan masalah (problem
solving). Di samping itu juga harus diperhatikan hakikat sains yang memiliki
dimensi sikap, proses dan produk. Sumber masalah bisa terjadi pada masing-
masing dimensi tersebut.
Sebagaimana kegiat,an seorang dokter dalam mendiagnosis suatu
penyakit, maka ketika seorang guru ingin menemukan “penyakit“ (baca: masalah)
yang dialami siswanya, maka perlu dipilih alat diagnosis yang tepat berupa butir-
butir tes diagnostik yang sesuai. Butir tes tersebut dapat berupa tes pilihan, esai
(uraian), maupun kinerja (performa) sesuai dengan sumber masalah yang diduga
dan pada dimensi mana masalah tersebut terjadi.
Sama seperti ketika mengembangkan jenis tes yang lain, maka sebelum
menulis butir soal dalam tes diagnostik harus disusun terlebih dahulu kisi-kisinya.
Kisi-kisi tersebut setidaknya memuat: a) kompetensi dasar beserta indikator yang
diduga bermasalah; b) materi pokok yang terkait; c) dugaan sumber masalah; d)
bentuk dan jumlah soal; dan e) indikator soal.
17
Sesuai kisi-kisi soal yang telah disusun kemudian ditulis butir-butir soal.
Soal tes diagnostik tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan butir soal tes
yang lain. Jawaban atau respons yang diberikan oleh siswa harus memberikan
informasi yang cukup untuk menduga masalah atau kesulitan yang dialaminya
(memiliki fungsi diagnosis). Pada soal uraian, logika berpikir siswa dapat
diketahui guru dari jawaban yang ia tulis, tetapi pada soal pilihan. Karena itu
siswa perlu menyertakan alasan atau penjelasan ketika memilih alternatif jawaban
tertentu.
Butir soal yang baik tentu memenuhi validitas isi, untuk itu soal yang telah
ditulis harus divalidasi oleh seorang pakar di bidang tersebut. Bila soal yang telah
ditulis oleh guru tidak memungkinkan untuk divalidasi oleh seorang pakar, soal
tersebut dapat direvisi oleh guru-guru sejenis dalam MGMPS atau setidaknya oleh
guru-guru mapel serumpun dalam satu sekolah. Jawaban atau respon yang
diberikan oleh siswa terhadap soal tes diagnostik tentu bervariasi, karena itu untuk
memberikan penilaian yang adil dan interpretasi diagnosis yang akurat harus
disusun suatu kriteria penilaian, apalagi bila tes yang sama dilakukan oleh guru
yang berbeda atau dilakukan oleh lebih dari satu orang guru.
Kriteria penilaian memuat rentang skor yang menggambarkan pada
rentang berapa saja siswa didiagnosis sebagai mastery (tuntas) yaitu sudah
menguasai kompetensi dasar atau belum mastery yaitu belum menguasai
kompetensi dasar tertentu, atau berupa rambu-rambu bahwa dengan jumlah type
error (jenis kesalahan) tertentu siswa yang bersangkutan dinyatakan
18
ber”penyakit” sehingga harus diberikan perlakuan yang sesuai (Ditjen Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, 2007: 6).
Menurut Depdiknas (2007: 2), tes diagnostik memiliki karakteristik: (1)
dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan respons
yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik, (2) dikembangkan
berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin
menjadi penyebab munculnya masalah (penyakit) siswa, (3) serta menggunakan
soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban singkat), sehingga
mampu menangkap informasi secara lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga
mengunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus
disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat
meminimalisir jawaban tebakan dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau
masalahnya.
2.4 Grafik
Menurut Warsito yang dikutip oleh Marjani (2013), Grafik adalah suatu
grafis yang menggunakan titik-titik atau garis untuk menyampaikan informasi
statistic yang saling berhubungan. Selain itu, menurut Subali (2015), Grafik
adalah jenis representasi yang berguna dalam merangkum data, mengolah dan
menafsirkan informasi baru dari data yang kompleks. Pandangan yang lain datang
dari Lilian & Dermot (1987), grafik merupakan alat bantu yang penting bagi fisika
karena grafik merupakan alat bantu visual yang menyatakan hubungan dua
variabel, alat bantu selama eksperimen, alat bantu interpretasi hasil eksperimen,
serta alat bantu perhitungan lebih lanjut.
19
Grafik merupakan alat bantu visual yang menyatakan hubungan dua
variabel, misalnya ketika memeriksa hubungan dua variabel pada tabel akan
mengalami kesulitan, akan tetapi bila disajikan dalam grafik akan dapat terlihat
dengan segera hubungan antar variabel. Dan grafik dalam eksperimen untuk
menentukan titik ukur mana yang masih dibutuhkan dan apakah kesalahan yang
aneh tidak dilakukan selama eksperimen.
Sejalan dengan pendapat sebelumnya, menurut Beichner (1994),
menyatakan kemampuan membaca grafik amat penting untuk mengembangkan
konsep-konsep fisika. Hampir semua konsep fisika menjadikan grafik dalam
penjelasannya, atau sebaliknya menjelaskan dengan menggunakan grafik. Glazer
(2011) mengemukakan bahwa kemampuan interpretasi grafik dipengaruhi oleh
aspek karakteristik grafik, misalnya format, jenis, gambar, ekspektasi pengamat,
kebiasaan membaca grafik, konten grafik dan pengetahuan awal tentang grafik
tersebut.
2.4.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Berbentuk Grafik
Menurut Gok dan Silay (2010), kemampuan pemecahan masalah adalah
kemampuan siswa menggunakan informasi yang ada untuk menentukan apa yang
harus dikerjakan dalam suatu keadaan tertentu.
Kemampuan pemecahan masalah fisika berbentuk grafik adalah
kemampuan siswa menggunakan informasi yang ada pada sebuah grafik yang ada
untuk menentukan apa yang harus dikerjakan dalam sebuah persoalan persoalan
fisika. Dalam penelitian ini, kemampuan pemecahan masalah yang diukur
20
kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah fisika khususnya yang
berbentuk grafik.
Dalam tahapan tahapan pemecahan masalah fisika berbentuk grafik
didalamnya akan ada kemampuan memahami grafik harus dimiliki. Adapun
keterampilan memahami grafik dalam penelitian Nugroho & Darsono (2007) yaitu
keterampilan membuat grafik, keterampilan membaca grafik, ketrampilan
melakukan prediksi menggunakan grafik dan ketrampilan mentransformasikan
grafik (Nugroho & Darsono, 2007). Beichner (1994) menemukan beberapa
kesalahan yang sering terjadi dalam menginterpretasikan grafik kinematika, (1)
siswa menganggap grafik sebagai gambar harafiah dari suatu keadaan, (2) siswa
masih bingung dengan arti kemiringan suatu garis dalam suatu grafik dan (3)
siswa masih kesulitan membedakan grafik hubungan jarak terhadap waktu dengan
grafik hubungan kecepatan terhadap waktu.
2.5 Kerangka Berpikir
Mengingat betapa pentingnya penggunaan grafik dalam pembelajaran
fisika, maka diharapkan siswa dapat memahami grafik dengan baik. Pada
penelitian ini peneliti hendak mengidentifikasi kesulitan siswa dalam
memecahkan masalah fisika yang berbentuk grafik dengan tes diagnosttik sebagai
alatnya. Tes diagnostik akan dilaksanakan setelah selesai disusun dan telah
melalui validasi pakar. Dari hasil tes diagnostik tersebut maka akan dianalisis
kemampuan siswa dalam memahami grafik dan kesulitan kesulitannya. Kerangka
berpikir peneliti diilustrasikan pada Gambar 2.1
21
Pentingnya grafik dalam fisika
Siswa dapat memahami dan
menginterpretasi grafik dengan baik
Pembelajaran fisika
Diperlukan analisis kesulitan
pemecahan masalah berbentuk
grafik
Penyusunan Tes Diagnostik
Uji Pelaksanaan Lapangan
Uji Coba Tes Diagnostik
Wawancara
Revisi
1. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berbentuk
grafik.
2. Profil Kesulitan siswa dalam memecahkan masalah berbentuk
grafik
Analisis Data
Analisis Data
Gambar 2.1 Skema Kerangka berpikir
22
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 06 Petarukan yang berlokasi di
DesaWidodaren, Kec. Petarukan, Kab. Pemalang. Penelitian ini dibagi menjadi dua
tahap, yaitu tahap uji coba soal dan tahap pengambilan data. Pelaksanaan penelitian
dapat dilihat dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1Pelaksanaan Penelitian
Tahap Pelaksanaan Tempat Tanggal
Uji coba SMP N 6 Petarukan
kelas 8C
2 Juni 2016
Pengambilan data
Tes
SMP N 6 Petarukan
kelas 8B
17 Juni 2016
Wawancara SMP N 6 Petarukan
kelas 8B
23 Juni 2016
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 6
Petarukan berjumlah 36 siswa dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.3 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian kualitatif. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Menurut Sudjana dan Ibrahim yang dikutip Bakri (2012), penelitian
deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
Pentingnya grafik dalam fisika Siswa dapat memahami dan
menginterpretasi grafik dengan baik
Pembelajaran fisika
Diperlukan analisis kesulitan
pemecahan masalah berbentuk
grafik
Penyusunan Tes DIagnostik
Uji Pelaksanaan Lapangan
Uji Coba Tes Diagnostik
Wawancara
Revisi
3. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berbentuk
grafik.
4. Profil Kesulitan siswa dalam memecahkan masalah
berbentuk grafik
Analisis Data
Analisis Data
23
peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian
ini memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat
penelitian dilaksanakan. Langkah awal penelitian ini adalah melakukan kajian
terhadap beberapa sumber penelitian berupa beberapa jurnal penelitian dan buku-
buku teks yang memiliki topik sama dengan penelitian ini. Dalam penelitian
kualitatif ini, peneliti menelusuri tentang kesulitan siswa dalam memecahkan
masalah fisika berbentuk grafik.
3.3.1 Langkah – Langkah Penelitian
Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengkaji dan
mempelajari beberapa penelitian tentang kemampuan analisis grafik yang telah
ada. Langkah ini dilakukan dengan cara mencari dan membaca berbagai jurnal
ataupun artikel dari internet, perpustakaan dan sumber lainnya. Setelah
mempelajari jurnal dari penelitian yang telah ada, langkah selanjutnya adalah
penyusunan instrumen penelitian yang dimulai dengan membuat desain tes
diagnostik yang meliputi kisi – kisi tes diagnostik, penulisan soal tes diagnostik
dan rubrik penilaian tes diagnostik. Dalam kisi - kisi soal terkandung indikator
indikator soal yang akan ditulis. Selanjutnya tes diagnostik akan di uji cobakan.
Uji coba tes diagnostik dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya
instrumen dalam memperoleh data. Setelah instrumen diuji coba, dilakukan
analisis hasil tentang validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran.
Hasil analisis data hasil uji coba digunakan sebagai masukan untuk merevisi/
menyempurnakan perangkat agar dihasilkan perangkat yang layak untuk
digunakan. Setelah instrument layak digunakan maka dilakukan pengambilan
24
Uji coba soal
Ya
Referensi dari jurnal
dan buku
Masukan dari dosen
yang berpembimbing
Melakukan kajian
pustaka tentang
penelitian yang
telah ada
Penyusunan instrument
berupa tes diagnostik
Soal layak pakai?
Pelaksanaan tes diagnostik
Wawancara
Menarik Kesimpulan
Menganalisis hasil tes
Menganalisis hasil
wawancara
Tidak
data. Setelah data diperoleh, dilakukan analisis karakteristik butir tes yang
meliputi validitas dan reliabilitas.
Data yang diperoleh juga dianalisis berdasarkan teknik analisis deskriptif
untuk mengetahui kesulitan siswa terhadap masalah fisika berbentuk grafik pada
masing-masing indikator. Untuk lebih jelasnya, desain penelitian ditunjukkan
pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Desain Penelitian
25
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Metode Tes
Metode Tes yang digunakan pada penelitian ini merupakan tes diagnostik
yang disusun untuk dapat mengetahui kesulitan siswa dalam memecahkan
masalah fisika yang berbentuk grafik. Berdasarkan indikator pencapaian KKM
dan kemampuan memahami grafik dihasilkan kisi - kisi tes yang terdapat pada
Lampiran 9 dan soal yang terdapat pada lampiran 10. Indikator tes berdasarkan
pencapaian KKM yang dimaksud yaitu: (1) memahami grafik GLB dan GLBB;
(2) menentukan posisi dan jarak tempuh berdasarkan grafik; (3) menentukan
kecepatan berdasarkan grafik; (4) menentukan kelajuan berdasarkan grafik; serta
(5) menentukan percepatan berdasarkan grafik. Sementara itu, kemampuan
memahami grafik yang dimaksud adalah kemampuan interpretasi, kemampuan
prediksi, baik interpolasi maupun ekstrapolasi dan kemampuan transformasi. Data
yang diambil dengan metode tes berupa hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan
tes diagnostik.
3.4.2 Metode Wawancara
Wawancara yang dilakukan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang
mendalam dan mendukung mengenai apa yang telah didapatkan dari tes tertulis.
Wawancara yang dilakukan adalah mengenai jawaban yang dikerjakan oleh siswa.
Untuk menghindari agar tidak ada data yang terlewatkan maka digunakan
recorder untuk merekam semua informasi selama wawancara.
26
3.5 Analisis Perangkat Tes Ujicoba
3.5.1 Uji Validitas Butir Soal
Menurut Arikunto (2009: 76), dalam konteks item soal, sebuah item soal
dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap total skor.
Validitas soal diukur dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar
yang dikemukakan oleh Pearson :
Keterangan:
rxy : koefisien antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan
X : skor item soal tertentu
Y : skor total
Setelah diperoleh harga rxy, kemudian harga rxy dibandingkan dengan r
kritik product moment tabel dengan taraf α = 5%, jika rxy> rtabel, maka soal
dikatakan valid, demikian sebaliknya. Validitas ini masih dikategorikan menjadi
tiga kriteria, yaitu: rendah, cukup, tinggi dan sangat tinggi. Butir soal yang dipakai
diambil dari soal yang memiliki validitas dengan kriteria cukup, tinggi dan sangat
tinggi seperti yang disajikan dalam Tabel 3.2 (Arikunto, 2009: 75).
Tabel 3.2 Kriteria Validitas Soal Ujicoba Instrumen
Rentang Validitas Kriteria
0,8 ≤ r ≤ 1,0 Sangat Tinggi
0,6 ≤ r ≤ 0,8 Tinggi
0,4 ≤ r ≤ 0,6 Cukup
0,2 ≤ r ≤ 0,4 Rendah
0 ≤ r ≤ 0,2 Sangat Rendah
27
Hasil perhitungan validitas ujicoba soal sidapatkan dan dibandingkan
dengan rtabel korelasi product moment dengan taraf signifikansi 5%. Jika rxy >
rtabel, butir soal valid. Jumlah soal yang diujikan sebanyak 18 butir soal.
Berdasarkan hasil analisis validitas butir soal didapat semua soal dinyatakan valid.
3.5.2 Uji Reliabilitas Butir Soal
Instrumen soal yang baik memiliki kualitas valid dan reliabel. Sebuah tes
dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut memberikan data
hasil yang ajeg (tetap) walaupun diberikan pada waktu yang berbeda kepada
responden yang sama (Arikunto, 2009).
Menurut Arikunto (2006), untuk menguji reliabilitas soal uraian sebagai
berikut:
Keterangan:
r11 : reliabilitas instrument
n : banyaknya butir soal
∑σi2 : jumlah varians skor tiap item
σi2
: varians total
Adapun pedoman untuk memberikan interprestasi reliabilitas menurut
Sugiyono (2013) ditampilkan oleh Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kriteria Reliabititas Soal
28
Setelah r11 diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga rtabel. Apabila
r11 > rtabel maka dikatakan instrument tersebut reliabel. Dari hasil perhitungan
diperoleh rhitung soal= 0,78 dengan taraf signifikansi 5% didapatkan rtabel soal =
0,404, karena rhitung > rtabel maka soal tersebut dikatakan reliabel.
3.5.3 Uji Kesukaran Butir Soal
Sebuah soal dikatakan baik jika mengandung tingkat kesulitan yang
bervariasi dan proporsional. Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya
suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index).
Analisis tingkat kesukaran soal ini dilakukan menggunakan data hasil
uji coba soal dengan membandingkan jumlah siswa yang menjawab benar
dibandingkan jumlah keseluruhan siswa (Arikunto, 2009: 208), seperti yang
ditunjukkan dalam persamaan berikut:
Keterangan:
P : indeks kesukaran
B : jumlah siswa menjawab benar
JS : jumlah seluruh siswa peserta tes
Penafsiran mengenai indeks kesukaran disajikan dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Ujicoba
29
3.5.4 Uji Daya Beda Butir Soal
Daya beda (DB) soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk
membedakan siswa yang telah menguasai materi dan belum menguasai materi.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskrimasi.
Rumus untuk mencari besarnya daya beda suatu soal adalah sebagai berikut:
Keterangan :
DB : Daya Beda
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab
dengan benar
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab
dengan benar
N : Jumlah siswa yang mengerjakan tes
Hasil perhitungan daya beda soal dibandingkan dengan kriteria daya beda
soal seperti yang tersaji dalam Tabel 3.5
Tabel 3.5 Kriteria Daya Beda Soal Ujicoba
3.6 Analisis Data
3.6.1 Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Berbentuk Grafik
Kemampuan siswa memahami grafik didapat dari hasil pekerjaan siswa
dalam mengerjakan soal diagnostik. Analisis data disini menggunakan metode
analisis deskriptif untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah fisika dalam bentuk grafik. Adapun rumus untuk analisis
deskripsi persentase menurut Ali yang dikutip oleh Irawati ( 2014) yaitu:
Rentang Validitas Kriteria
0 < DB ≤ 0,19 Soal tidak dipakai
0,2 < DB ≤ 0,29 Soal diperbaiki
0,3 < DB ≤ 0,39 Soal diterima tapi perlu diperbaiki
0,4 < DB ≤ 1,0 Soal diterima dengan baik
30
Menurut Walandauw sebagaimana dikutip oleh Bakri (2012) untuk kriteria
kemampuan pemecahan masalah berbentuk grafik dapat dilihat pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik
Kategori Persentase
Baik Sekali 78% - 100%
Baik 66% - 79%
Sedang 56% - 65%
Kurang ≤ 55%
3.6.2 Analisis Profil Kesulitan Siswa
Analisis kesulitan siswa yaitu berdasarkan KKM, profil materi, prasyarat
pengetahuan, miskonsepsi dan tahapan pemecahan masalah. Untuk analisis
berdasarkan KKM dan profil materi menggunakan persentase skor siswa
digunakan rumus:
Ketentuan kategori kesulitan berdasarkan pencapaian KKM :
KKM ketuntasan : 65 %, siswa mengalami kesulitan jika :
% skor ≤ 35% : kategori kuat
% skor > 35% : kategori lemah
Untuk analisis kesulitan berdasarkan pengetahuan prasyarat miskonsepsi dan
tahapan pemecahan masalah menggunakan rumus yang sama tetapi bukan
31
menggunakan skor melainkan frekuensi. Ketentuan kategori kesulitan siswa
terdapat pada Tabel 3.7 (Sudijono, 2011).
Tabel 3.7 Kriteria Kesulitan Siswa
Persentase (%) Kategori
80 – 100 Sangat Tinggi
66 – 79 Tinggi
40 – 65 Sedang
0 – 39 Rendah
Untuk mendukung hasil analisis tentang profil kesulitan pemecahan
masalah siswa di atas maka ditambah dengan hasil wawancara yang telah
dilakukan untuk mendeskripsikan kesulitan siswa dalam pemecahan masalah
fisika berbentuk grafik.
32
48.3
34.36
53.01 48.61
0
10
20
30
40
50
60
Interpretasi Prediksi Interpolasi Prediksi Ekstrapolasi Transformasi
Pe
rse
nta
se (
% )
Jenis Kemampuan Grafik
Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik
Kemampuan pemecahan masalah berbentuk grafik yang diukur disini yaitu
kemampuan pemecahan masalah yang berkaitan dengan kemampuan interpretasi
grafik, memprediksi grafik, baik interpolasi maupun ekstrapolasi dan transformasi
suatu grafik (Nugroho & Darsono, 2007).
Proses pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes diagnostik yang
disusun untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah berbentuk
grafik seperti pada lampiran 9. Hasil pengambilan data digambarkan pada Gambar
4.1. Analisis data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
Gambar 4.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik
33
Gambar 4.1 menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan masalah
berbentuk grafik yang paling tinggi adalah kemampuan siswa dalam
mengekstrapolasi grafik, yaitu sebesar 53,01%. Persentase yang paling rendah adalah
kemampuan siswa dalam menginterpolasi grafik, yaitu sebesar 34,36%.
4.1.2 Profil Kesulitan Siswa
Selain kemampuan pemecahan masalah fisika berbentuk grafik, pada
penelitian ini juga dianalisis profil kesulitan siswa. Profil kesulitan yang dianalisis
disini berdasarkan: (1) pencapaian KKM; (2) pengetahuan prasyarat; (3) profil
materi; (4) miskonsepsi; serta (5) tahap – tahap pemecahan masalah. Analisis data
dilakukan berdasarkan hasil siswa dalam mengerjakan tes diagnostik yang telah
dilaksanakan dan didukung oleh hasil wawancara.
4.1.2.1 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian KKM
KKM merupakan kependekan dari Kriteria Ketuntasan Minimal yang
digunakan sebagai acuan untuk menyatakan ketuntasan peserta didik dalam
mengikuti suatu pembelajaran. KKM yang ditetapkan di SMP Negeri 6 Petarukan
sebagai lokasi penelitian yaitu 65 %. Siswa tidak mengalami kesulitan jika
persentasenya ≤ 35 %. Hasil penelitian profil kesulitan siswa berdasarkan
pencapaian KKM digambarkan oleh Gambar 4.2.
34
50.23 54.44
49.42
55.90 61.46
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
Paham GLB &GLBB
MenentukanJarak Tempuh &
Posisi
Menentukankecepatan
MenentukanKelajuan
MenentukanPercepatan
Pe
rse
nta
se S
kor(
%)
Indikator Tes Diagnostik
Profil Kesulitan Berdasarkan Pencapaian KKM
Gambar 4.2 Profil Kesulitan Berdasarkan Pencapaian KKM
Gambar 4.2 menunjukan bahwa kesulitan siswa dalam pemecahan masalah
berbentuk grafik berdasarkan pencapaian KKM mempunyai persentase yang tidak
berbeda jauh antara satu indikator dengan indikator lainnya. Kesulitan siswa
berdasarkan pencapaian KKM memiliki persentase kesulitan paling tinggi adalah
indikator menentukan percepatan, yaitu sebesar 61,46 %. Persentase kesulitan yang
paling rendah adalah indikator menentukan kecepatan, yaitu sebesar 49,42%.
4.1.2.2 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasaan Pengetahuan
Prasyarat
Pengetahuan prasyarat sangat penting dalam usaha pemecahan masalah,
karena pengetahuan prasyarat merupakan bekal pengetahuan untuk dapat
mempelajari suatu pengetahuan baru. Pada tes diagnostik ini, pengetahuan
prasyarat yang harus dimiliki siswa yaitu pengetahuan tentang luas bangun datar,
35
operasi hitung dan persamaan linier sederhana yang dilihat pada Lampiran 7.
Profil kesulitan siswa berdasarkan penguasaan pengetahuan prasyarat dapat dilihat
pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasaan Pengetahuan
Prasyarat
Dari Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa siswa masih mengalami kesulitan
dalam operasi hitung dan persamaan linier pada pengetahuan prasyarat yang harus
dimiliki. Keduanya memiliki persentase kesulitan yang sama, yaitu sebesar 52,78%.
Untuk pengetahuan prasyarat siswa dalam menguasai luas bangun datar, persentase
kesulitan siswa sebesar 16,67%.
4.1.2.3 Analisis Kesulitan Siswa Terhadap Profil Materi
Analisis kesulitan siswa terhadap profil materi bertujuan untuk mengetahui
sub – sub materi yang sudah dan belum dikuasai oleh siswa dimana data
16.67
52.78 52.78
0
10
20
30
40
50
60
Luas bangun datar Operasi hitung Persamaan linier
Pe
rse
nta
se (
% )
Pengetahuan Prasyarat
Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasaan Pengetahuan Prasyarat
36
59.55 57.22 61.46
35.94
53.5
0
10
20
30
40
50
60
70
Jarak danPerpindahan
Kecepatan danKelajuan
Percepatan GLB GLBB
Pre
sesn
tase
( %
)
Sub - Sub Materi
Profil Kesulitan Siswa Terhadap Profil Materi
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Berikut ini profil kesulitan siswa
terhadap profil materi yang diperlihatkan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Profil Kesulitan Siswa Terhadap Profil Materi
Dari Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa berdasarkan pendekatan profil
materi, siswa mengalami kesulitan paling besar pada sub materi percepatan.
Persentase kesulitan siswa pada sub materi percepatan sebesar 61,46 %.
Persentase kesulitan terendah terletak pada sub materi gerak lurus beraturan atau
GLB, yaitu sebesar 35,94 %.
4.1.2.4 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Miskonsepsi
Pada penelitian ini, analisis terhadap pendekatan miskonsepsi pada materi
Kinematika Gerak Lurus terbatas pada sub materi kecepatan dan kelajuan.
Persentase siswa yang mengalami kesulitan berdasarkan miskonsepsi sub materi
37
80
160 160
0
020406080
100120140160180
0 20 40 60 80
s (m
)
t (s)
kecepatan dan kelajuan didapatkan dari jumlah siswa yang mengalami
miskonsepsi dibagi dengan jumlah keseluruhan siswa. Dari hasil analisis data
yang dapat dilihat pada Lampiran 7, persentase kesulitan berdasarkan miskonsepsi
yaitu sebesar 63,89 %. Contoh hasil jawaban siswa yang menunjukan adanya
miskonsepsi yang dialami siswa seperti soal yang menguji kemampuan siswa
dalam menentukan kecepatan dan kelajuan dari detik ke 40 sampai ke 60 pada
grafik yang sama yaitu pada Gambar 4.5 dan jawaban siswa disajikan pada
Gambar 4.6.
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Jarak Terhadap Waktu
Gambar 4.6 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Berkaitan Dengan Miskonsepsi
38
25
45.83
68.65
77.18
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Tahap memahamimasalah
Tahap membuatrencana
Tahap pelaksanaanrencana
Tahap PeninjauanKembali
Pre
sesn
tase
( %
)
Langkah Pemecahan Masalah
Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah
4.1.2.5 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah
Pada penelitian ini tahapan pemecahan masalah yang dipakai yaitu tahapan
pemecahan masalah menurut Polya. Tahapan pemecahan masalah polya dimulai
dari pemahaman masalah. Setelah siswa dapat memahami masalahnya dilanjutkan
dengan pembuatan rencana pemecahan masalah. Pembuatan rencana diteruskan
dengan melaksanakan pemecahan masalah tersebut serta diakhiri dengan
peninjauan kembali solusi yang telah diperoleh. Untuk perhitangan selengkapnya
untuk setiap tahapan polya dilihat pada Lampiran 8. Berikut profil kesulitan siswa
berdasarkan tahapan pemecahan masalahnya yang disajikan pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan
Masalahnya
39
Dari Gambar 4.7 dapat diketahui bahwa berdasarkan tahapan tahapan
pemecahan masalah menurut Polya, siswa mengalami kesulitan paling besar pada
tahap peninjauan kembali. Persentase kesulitan siswa pada tahap meninjau
kembali sebesar 77,18 %. Sementara itu, persentase kesulitan terendah pada tahap
memahami masalah adalah tahapan memahami masalah yaitu sebesar 25,00 %.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik
4.2.1.1 Interpretasi Grafik
Hasil penelitian dari kemampuan ini yang disajikan pada Gambar 4.1
menunjukan bahwa kemampuan siswa pada kemampuan ini tergolong kurang
sesuai kriteria yang ditunjukkan oleh Tabel 3.6. Kemampuan interpretasi grafik
disini mencakup beberapa indikator, yaitu menghitung gradien dan mengetahui
besaran apa yang ditunjukan gradien, serta dapat mengambil informasi dari grafik
tersebut.
Sebagian siswa dapat menghitung gradien yang ditunjukan grafik, tetapi
tidak dapat mengetahui besaran apa yang dimaksud seperti jawaban siswa untuk
soal yang menguji kemampuan siswa dalam menentukan percepatan berdasarkan
grafik hubungan kecepatan terhadap waktu disajikan pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Hasil Pekerjaan Siswa Dalam Menentukan Percepatan
40
Berdasarkan jawaban di atas dapat dilihat bahwa siswa tidak mengetahui
satuan yang tepat yang menunjukkan bahwa siswa tersebut hanya mengetahui
perhitungan matematisnya tanpa mengetahui besaran apa yang dicari. Sejalan
dengan itu, Planinic et al. (2011), melakukan penelitian yang membandingkan arti
/ makna gradien suatu grafik pada konteks fisika dan konteks matematika.
Planinic et al. (2011), mengatakan bahwa pemahaman makna gradien grafik pada
konteks fisika masih sangat lemah daripada konteks matematika.
4.2.1.2 Kemampuan Memprediksi
Pada kemampuan ini indikator yang diukur yaitu memperkirakan
berdasarkan grafik baik itu keadaan di dalam grafik / interpolasi maupun keadaan
di luar grafik/ekstrapolasi. Kemampuan memprediksi dalam penelitian ini terbatas
pada bentuk grafik linier. Sesuai dengan data yang disajikan pada Gambar 4.1,
pada kemampuan memprediksi keadaan di dalam grafik / interpolasi dapat
digolongkan kurang sesuai kriteria yang ditunjukkan oleh Tabel 3.6.
Pada kemampuan memprediksi keadaan di luar grafik / ekstrapolasi
didapatkan persentase yang lebih baik daripada kemampuan interpolasi siswa
sesuai dengan data yang disajikan pada Gambar 4.1 yaitu dapat digolongkan
dalam kategori kurang. Rata – rata kemampuan memprediksi grafik baik
interpolasi maupun ekstrapolasi didapatkan persentasenya yaitu 43,63 %.
Keterampilan memprediksi termasuk memiliki tingkat kesulitan menengah, sesuai
hasil penelitian yang dilakukan Nugroho dan Darsono (2007). Pada soal yang
mengukur kemampuan memprediksi, sebagian siswa cenderung berpikir secara
kongkret dengan perkiraan seperti yang ditunjukkan pada jawaban salah satu
41
siswa yang disajikan pada Gambar 4.9 untuk jawaban dari soal yang membuat
siswa memperkirakan posisi benda pada detik ke-7 berdasarkan grafik yang
tersedia.
Gambar 4.9 Hasil Pekerjaan Siswa Dalam Memperkirakan Posisi Benda
Berdasarkan wawancara dari siswa tersebut, dia hanya beranggapan setiap detik
posisinya akan bertambah lima meter tanpa memikirkan konsep gerak lurus.
4.2.1.3 Kemampuan transformasi
Kemampuan transformasi merupakan kemampuan yang tergolong
memiliki kesulitan yang paling tinggi diantara yang lainnya sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan Nugroho & Darsono (2007). Indikator dalam
kemampuan tersebut yaitu memahami makna fisis dari sebuah grafik. Memahami
makna dari sebuah grafik tidaklah sederhana, karena dibutuhkan pemahaman
mendalam dan kemampuan kognitif yang cukup baik agar dapat menjelaskan
makna dari grafik yang ditanyakan. Pada kemampuan transformasi ini, dari hasil
pengerjaan siswa didapatkan persentase sebesar 48,61% sesuai yang ditunjukkan
Gambar 4.1. Hasil kemampuan transformasi grafik yang dimiliki siswa tergolong
dalam kategori kurang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Beichner
42
(1994) menunjukkan bahwa kemampuan dalam mengartikan grafik masih rendah.
Salah satu kesalahan yang umum siswa masih kesulitan dalam membedakan arti
grafik jarak terhadap waktu dengan kecepatan terhadap waktu.
Pada kemampuan transformasi pada penelitian ini, siswa diminta
menjelaskan dari sebuah grafik baik termasuk gerak lurus beraturan (GLB)
maupun gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Siswa cenderung hanya bisa
menjawab bahwa grafik itu termasuk gerak GLB atau GLBB tanpa menjelaskan
bagaimana kecepatan dan percepatan yang terjadi dari gerak tersebut.
4.2.2 Profil Kesulitan Siswa
4.2.2.1 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan KKM
Pada profil kesulitan siswa berdasarkan KKM memiliki rata – rata
persentase untuk semua indikatornya yaitu 53,01%. Nilai ini lebih besar dari batas
KKM untuk siswa SMP N 6 Petarukan yaitu harus lebih rendah dari 35%. Hal ini
berarti secara umum siswa masih belum tuntas dan masih mengalami kesulitan.
Berdasarkan Gambar 4.2 persentase siswa masih di bawah batas
ketuntasan untuk indikator siswa dapat memahami grafik GLB dan GLBB. Siswa
tidak kesulitan dalam membedakan grafik GLB dan GLBB, tetapi kesulitan dalam
memahami bagaimana keadaan kecepatan dan percepatan pada grafik GLB dan
GLBB. Hal ini ditunjukkan dari jawaban siswa untuk soal yang menuntut siswa
mampu mengidentifikasi grafik termasuk GLB ataupun GLBB dan bagaimana
kecepatan dan percepatannya, siswa cenderung hanya mampu menyebutkan jenis
grafik tanpa menjelaskan bagaimana kecepatan dan percepatannya.
43
Selain pada indikator dapat memahami grafik GLB dan GLBB, siswa juga
mengalami kesulitan pada semua indikator yang ada. Hal ini mungkin
dikarenakan penguasaan konsep dari siswa tentang gerak lurus. Berikut ini
disajikan hasil pengerjaan siswa yang menunjukkan adanya kurangnya
penguasaan konsep.
Siswa diminta menentukan jarak tempuh selama 4 sekon dan
memprediksikan jarak pada detik ke 20 dari sebuah grafik gerak lurus beraturan
dengan kecepatan 20 m/s. Jawaban siswa disajikan pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kurangnya Penguasaan
Konsep
Dapat dilihat dari hasil pengerjaan siswa, siswa dapat mengerjakan dengan
tepat untuk soal yang menentukan jarak tempuh berdasarkan grafik tetapi dapat
dilihat bahwa ada kesulitan yang terjadi pada soal selanjutnya untuk menentukan
kecepatan benda berdasarkan grafik gerak lurus beraturan. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan, siswa menjawab bahwa s (jarak) dari soal yang
diminta untuk dicari kecepatannya adalah 80 meter dan didapatkan dari s (jarak)
pada soal sebelumnya yaitu menentukan jarak tempuh sampai detik ke 4. Dapat
44
disimpulkan bahwa siswa belum memahami konsep gerak lurus beraturan yang
memiliki kecepatan yang selalu tetap.
Sejalan dengan itu Pujianto et al. (2013), melakukan penelitian tentang
konsepsi siswa pada konsep gerak lurus beraturan menemukan bahwa sebagian
besar responden memiliki konsepsi yang salah. Konsepsi yang salah ini
dikarenakan siswa yang menjadi responden menganggap jika suatu kendaraan
bergerak dengan arah dan kecepatan tetap selama 10 menit merupakan gerak lurus
berubah beraturan.
4.2.2.2 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Pengetahuan Prasyarat
Beberapa siswa di dalam kelas biasanya akan kesulitan untuk memulai
mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan oleh dikarenakan mereka belum
memiliki pengetahuan prasyarat. Misalnya, untuk mempelajari perkalian siswa
harus sudah mempelajari penjumlahan. Siswa yang tidak menguasai penjumlahan
akan kesulitan mengikuti pembelajaran tentang perkalian. Pada tes diagnostik ini
ada tiga pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa yaitu mengetahui rumus
luas bangun datar, menguasai operasi hitung dan menguasai persamaan linier
sederhana. Berdasarkan hasil analisis data yang ditunjukkan pada Gambar 4.3,
sesuai kriteria yang kesulitan menurut Sudijono (2011) maka tingkat kesulitan
siswa dalam hal penguasaan luas bangun datar tergolong rendah. Penguasaan
terhadap luas bangun datar digunakan dalam menentukan jarak tempuh dari
sebuah grafik hubungan kecepatan terhadap waktu. Kesulitan yang umumnya
terjadi yaitu siswa salah dalam menggunakan rumus luas bangun datar seperti
pada jawaban siswa untuk soal yang mencari jarak tempuh selama 4 detik pada
45
grafik gerak lurus beraturan hubungan kecepatan terhadap waktu dengan
kecepatan 20 m/s. Jawaban siswa tersebut disajikan pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kurangnya
Pengetahuan Prasyarat
Dari jawaban siswa tersebut terlihat siswa salah menggunakan rumus luas, karena
jawaban yang tepat menggunakan luas persegi panjang dan jawaban siswa
menggunakan luas segitiga.
Persentase kesulitan pengetahuan prasyarat operasi hitung ditunjukkan
oleh Gambar 4.3 dan termasuk dalam kategori kesulitan sedang. Secara umum,
siswa masih mengalami kesulitan dalam operasi hitung. Hal ini juga didukung
dari hasil wawancara yang dilakukan seperti pada Lampiran 11 mengatakan
bahwa mengalami kesulitan dalam perhitungan. Berikut contoh hasil pengerjaan
siswa yang disajikan pada Gambar 4.12 dan hasil wawancara yang menunjukan
bahwa terdapat kesulitan dalam operasi hitung. Pada soal siswa diminta
menentukan kelajuan berdasarkan grafik hubungan jarak terhadap waktu.
Gambar 4.12 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kesulitan Dalam
Operasi Hitung
46
Kesulitan siswa dalam operasi hitung sesuai dengan hasil penelitian dari
Rusilowati (2006) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab kesulitan belajar
siswa yaitu kesulitan dalam operasi hitung atau perhitungan matematisnya. Selain
itu, penyebab lainnya yaitu pemahaman konsep dan mengkonversian satuan.
Berdasarkan Gambar 4.3 juga, pengetahuan prasyarat siswa terhadap penguasaan
persamaan linear sederhana termasuk dalam kategori sedang. Penguasaan
persamaan linear sederhana digunakan untuk membantu memprediksi berdasarkan
grafik baik interpolasi maupun ekstrapolasi.
4.2.2.3 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil Materi
Profil kesulitan siswa berdasarkan profil materi ini digunakan untuk
mengetahui persentase kesulitan siswa dalam menguasai suatu materi untuk setiap
sub materinya. Sub materi dari materi dari penelitian ini yaitu jarak dan
perpindahan; kecepatan dan kelajuan; percepatan; gerak lurus beraturan (GLB);
serta gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Analisis kesulitan ini juga
menggunakan KKM sebagai batas penguasaan siswa.
Dari lima sub materi pada materi gerak lurus ini, siswa masih mengalami
kesulitan, terutama pada sub materi percepatan yang memiliki persentase
kesulitan lebih tinggi dari dari persentase sub materi yang lainnya sesuai yang
tunjukkan pada Gambar 4.4. Kesulitan pada sub materi jarak dan perpindahan
umumnya dikarenakan siswa merasa kesulitan dalam memprediksi jarak tempuh
berdasarkan grafik yang ada.
Siswa paling mengalami kesulitan dalam menguasai sub materi
percepatan. Hal ini dikarenakan siswa belum memahami konsep percepatan sesuai
47
dengan hasil penelitian Pujianto et al. (2013), yaitu siswa memiliki pemahaman
bahwa percepatan adalah kecepatan dibagi waktu. Konsepsi ini didasarkan pada
rumus percepatan, tetapi belum memahami benda yang dipercepat maka jarak
yang ditempuh setiap detiknya mengalami peningkatan. Persentase kesulitannya
yaitu 62,50 %.
4.2.2.4 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Miskonsepsi
Seperti yang dijelaskan pada bagian hasil penelitian, kesulitan siswa
berdasarkan miskonsepsi disini terbatas pada miskonsepsi dalam materi kecepatan
dan kelajuan saja. Persentase kesulitan siswa yaitu 68,89% dan berdasarkan
kriteria Sudijono (2001) termasuk dalam kategori tinggi. Miskonsepsi yang umum
terjadi yaitu siswa tidak bisa membedakan antara kecepatan dan kelajuan. Seperti
jawaban siswa untuk Gambar 4.5 yang ditunjukan pada hasil penelitian profil
kesulitan siswa berdasarkan miskonsepsi. Jawaban tersebut menunjukkan jawaban
yang tepat untuk masalah tentang konsep kelajuan, tetapi tidak tepat dalam
menjawab tentang konsep kecepatan. Kesulitan terlihat ketika siswa juga
menjawab dengan cara dan hasil yang sama untuk menentukan kecepatan benda.
Ketika dilakukan wawancara, siswa ditanyai tentang adakah perbedaan antara
kelajuan dan kecepatan. Siswa tersebut menjawab dengan ragu – ragu bahwa tidak
ada perbedaannya. Hal ini menunjukkan telah terjadi miskonsepsi yaitu siswa
menganggap tidak ada perbedaan antara kelajuan dan juga kecepatan. Salah satu
penyebab terjadinya miskonsepsi dikarenakan faktor bahasa dan kebiasaan yang
sehari – hari dipakai oleh siswa. Misalnya warga Indonesia umumnya
menyebutkan bahwa fungsi speedometer untuk mengukur kecepatan benda.
48
Padahal sebenarnya speedometer digunakan untuk mengukur kelajuan dari suatu
benda.
Sejalan dengan itu, Pujianto et al. (2013), mengatakan siswa masih sulit
membedakan antara konsep kelajuan dan kecepatan. Miskonsepsi ini diawali
ketika siswa tidak mampu menentukan jarak dan perpindahannya.
4.2.2.5 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah
Tahapan pemecahan masalah yang dipakai disini berdasarkan tahapan
menurut Polya. Tahapannya dimulai dari pemahaman masalah, membuat rencana,
melaksanakan rencana dan memeriksa kembali. Berdasarkan hasil analisis
kesulitan yang ditunjukkan pada Gambar 4.6, rata rata persentase siswa yang
mengalami kesulitan pada tahap memeriksa kembali termasuk dalam kategori
sangat tinggi.
Untuk persentase siswa yang masih memiliki kesulitan pada tahap
melaksanakan rencana tergolong dalam kategori tinggi. Selanjutnya, untuk
persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap membuat rencana
termasuk dalam kategori sedang. Dan terakhir, untuk persentase siswa yang
mengalami kesulitan pada tahap memahami masalah termasuk kategori rendah
menurut Sudijono (2011).
Persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap tahap pemecahan
masalah Polya berurutan dari rendah ke tinggi yaitu dimulai tahap memahami
masalah, tahap membuat rencana, tahap melaksanakan rencana dan tahap
memeriksa kembali. Urutan persentase ini sesuai dengan penelitan yang
49
dilakukan oleh Andriani et al. (2016), tentang analisis kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal gerak lurus.
Pada tahap memahami masalah, siswa tidak terlalu mendapat kesulitan.
Siswa mengalami kesulitan dimulai dari tahap membuat rencana dikarenakan
pada tahap membuat rencana siswa mengalami kebingungan dan tidak
mengetahui rumus-rumus yang tepat yang harus digunakan dan siswa tidak dapat
menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajarinya. Pada tahap melaksanakan
rencana siswa mengalami masalah, misalnya pada salah satu pengetahuan
prasyaratnya yaitu pada operasi hitung. Pada tahap peninjauan kembali, siswa
paling mengalami kesulitan yang dikarenakan siswa yang tidak meninjau
kembali jawabannya dengan alasan kehabisan/kekurangan waktu dan merasakan
kebingungan atau justru siswa merasa yakin dengan jawabannya.
4.3 Keterbatasan Masalah
Penelitian mengenai kemampuan pemecahan masalah fisika berbentuk
grafik dan profil kesulitan siswa ini memiliki beberapa keterbatasan masalah
dalam pelaksanaannya. Pada penelitian ini, cakupan pemecahan masalah
berbentuk grafik hanya pada materi kinematika gerak lurus dan profil kesulitan
siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik pada materi gerak lurus
dideskripsikan tanpa adanya tindakan (treatment) remidiasi sebagai tindak lanjut
dari tes diagnostik yang dilakukan.
50
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil
simpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik
memilik persentase tergolong rendah untuk kemampuan interpretasi grafik
sebesar 48,30%; kemampuan interpolasi sebesar 34,36%; kemampuan
ekstrapolasi sebesar 53,01%; dan kemampuan transformasi sebesar
48,61%.
2. Profil kesulitan siswa pada penelitian ini berdasarkan pencapaian KKM,
pengetahuan prasyarat, profil materi, miskonsepsinya, serta tahap – tahap
pemecahan masalahnya. Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan
penguasaan KKM, siswa masih mengalami untuk semua indikator pada
profil kesulitan ini yaitu (1) memahami grafik GLB dan GLBB sebesar
50,23 %; (2) menentukan posisi dan jarak tempuh berdasarkan grafik
sebesar 54,44 %; (3) menentukan kecepatan berdasarkan grafik sebesar
49,42 %; (4) menentukan kelajuan berdasarkan grafik sebesar 55,90 %;
serta (5) menentukan percepatan berdasarkan grafik sebesar 61,46 %. Pada
profil kesulitan siswa berdasarkan pengetahuan prasyarat, persentase siswa
yang mengalami kesulitan dalam menentukan luas bangun datar 16,67 %
termasuk kategori rendah. Persentase kesulitan siswa dalam operasi hitung
51
dan persamaan linier sama yaitu 52,78 % termasuk dalam kategori sedang.
Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan profil materi, persentase
kesulitan siswa dalam tiap sub - sub materi yaitu sub materi jarak dan
perpindahan sebesar 59,55 %; kecepatan dan kelajuan sebesar 57,22 %;
percepatan sebesar 61,46 %; GLB sebesar 35,94 %; serta GLBB sebesar
53,50 %. Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan miskonsepsi,
persentase kesulitan siswa yaitu 63,89 % dan termasuk dalam kategori
tinggi. Serta yang terakhir, profil kesulitan siswa berdasarkan tahap –
tahap pemecahan masalah. Persentase kesulitan siswa untuk tiap tahapan
yaitu tahap memahami masalah sebesar 25,00 % termasuk kategori rendah,
tahap membuat rencana sebesar 45,83 % termasuk kategori sedang, tahap
melaksanakan rencana sebesar 68,63 % termasuk kategori tinggi, serta
tahap peninjauan kembali sebesar 77,28 % termasuk kategori tinggi.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, disarankan agar
sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk pemecahan masalah berbentuk
grafik selain materi kinematika gerak lurus misalnya pada materi termodinamika
atau bisa juga pada kinematika gerak melingkar. Selain itu, perlu adanya tindakan
(treatment) remidiasi sebagai tindak lanjut dari tes diagnostik yang dilakukan dan
perlu pembiasaan siswa dalam menghadapi permasalahan berbentuk grafik.
52
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, L.N.Y., Darsikin, & A. Hatibe. 2016. Analisis Kesulitan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Gerak Lurus. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako
(JPFT), 4(3): 36-41.
Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Rupa
Aksara.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT
Bumi Rupa Aksara.
Astin, A. W. 1993. The Philosophy and Practice of Assessment and Evaluation in
a Higher Education. New York: Maxwell Maxmillan.
Bakri, M. 2012. Kemampuan Siswa Memahami Grafik Pada Konsep Biologi :
Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas I Man Kupang. Thesis. Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia.
Beichner, R.J. 1994. Testing Student Interpretation Of Kinetic Graph. American
Journal of Physics, 62:750-762 .
Bunawan ,W., A. Setiawan, Nahadi, & A. Rusli. 2015. Penilaian Pemahaman
Representasi Grafik Materi Optika Geometri Menggunakan Tes Diagnostik.
Cakrawala Pendidikan, 34(2):257-267.
Depdiknas. 2007. Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Mata Pelajaran IPA
SMP/MTs. Jakarta: Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Djaali & Muljono. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
PT.Grasindo.
Gagne, L.J. Briggs, & W.W. Wager. 1992. Principles of Instructional Design.
New York: Holt Rinehart & Winston.
Glazer, N. 2011. Challenges with Graph Interpretation : A Review of the
Literature. Studies in Science Education, 47(2): 183-210.
Gok, T., & Silay. 2010 The Effects of Problem Solving Strategies on Students’
Achievement, Attitude and Motivation. Latin-American Journal of Physics
Education, 4(1) : 7-21.
53
Irawati, D.R. 2014. Analisis Penguasaan Konsep Fisika Pada Pokok Bahasan
Besaran Dan Satuan Kelas X Sma Negeri 1 Sale Rembang. Skripsi.
Semarang: FMIPA UNNES.
Irham, M. & Wiyani. 2013. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Kemdikbud. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Online Tersedia di
http://kbbi.co.id [diakses 12-02-2016].
Marjani. 2013. Makalah Media Pembelajaran Grafik. Tersedia di
http://documents.tips/documents/makalah-media-grafis.html[diakses 20-03-
2016].
McDermot, L.C., M.L. Rosenquist, & E.H. Vanzee . 1987. Student Difficulties In
Connecting From Kinematic. American Journal of Physics, 55:503-513.
Nazam S, Meltem S., & Ali B. 2012. Investigating students’ abilities related to
graphing skill. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 46: 2942 – 2946.
Nugroho, S.E., & Darsono. 2007. Model Pembelajaran Dengan Peningkatan
Guided Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Interpretasi Grafik Pada
Mahasiswa Fisika. Laporan Penelitian. Semarang : FMIPA UNNES.
Planinic, M., Z.M. Sipus, H. Katic, A. Susan, & L. Ivanjek. 2011. Comparison of
Students Understanding of Line Graph Slope in Physics and Mathematics.
International Journal of Science and Mathematics Education, 10:1393-
1414.
Pujianto, A., Nurjannah, & I.W.Darmadi. 2013. Analisis Konsepsi Siswa Pada
Konsep Kinematika Gerak Lurus. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako
(JPFT), 1(1): 16-21.
Purwanto, M.N. 2002. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran.
Bandung : Remaja Rosdakarya .
Rusilowati, A. 2006. Profil Kesulitan Belajar Fisika Pokok Bahasan Kelistrikan
Siswa SMA di Kota Semarang. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 10(2):
100-106.
Schunk, D.H. 2012. Learning Theories: An Educational Perspective. Translated
by Eva & Rahmat. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
54
Subali, B., D. Rusdiana, H. Firman, & I. Kaniawati. 2015. Analisis Kemampuan
Interpretasi Grafik Kinematika pada Mahasiswa Calon Guru Fisika.
Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015
(SNIPS 2015), Bandung, 8 dan 9 Juni.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif,dan RnD. Bandung : Alfabeta.
Wardani. 1991. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Perbaikan Belajar. Jakarta:
Ditjen Binbaga Islam dan Universitas Terbuka.
Zainul & Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.
55
Lampiran 1.
Daftar Kode Siswa Ujicoba
No Simbol
1 UC-1
2 UC-2
3 UC-3
4 UC-4
5 UC-5
6 UC-6
7 UC-7
8 UC-8
9 UC-9
10 UC-10
11 UC-11
12 UC-12
13 UC-13
14 UC-14
15 UC-15
16 UC-16
17 UC-17
18 UC-18
19 UC-19
20 UC-20
21 UC-21
22 UC-22
23 UC-23
24 UC-24
25 UC-25
26 UC-26
27 UC-27
28 UC-28
29 UC-29
30 UC-30
31 UC-31
32 UC-32
33 UC-33
34 UC-34
35 UC-35
36 UC-36
37 UC-37
56
Lampiran 2.
Daftar Simbol Siswa Penelitian
No Simbol
1 S-1
2 S-2
3 S-3
4 S-4
5 S-5
6 S-6
7 S-7
8 S-8
9 S-9
10 S-10
11 S-11
12 S-12
13 S-13
14 S-14
15 S-15
16 S-16
17 S-17
18 S-18
19 S-19
20 S-20
21 S-21
22 S-22
23 S-23
24 S-24
25 S-25
26 S-26
27 S-27
28 S-28
29 S-29
30 S-30
31 S-31
32 S-32
33 S-33
34 S-34
35 S-35
36 S-36
Lampiran 3.
Analisis Hasil Uji Coba
No Kode Nomor Soal
∑Y ∑Y2
1a 1b 1c 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 6c 7 8a 8b
1 UC-3 4 4 3 4 3 2 4 4 4 3 2 2 4 3 4 1 2 2 55 3025
2 UC-23 4 2 4 2 4 4 2 2 0 4 4 3 4 4 4 4 1 2 54 2916
3 UC-15 4 4 2 3 2 2 4 4 2 1 4 2 4 2 2 4 4 2 52 2704
4 UC-1 2 4 4 4 2 2 0 4 3 3 4 4 2 3 1 4 1 4 51 2601
5 UC-5 2 4 4 2 4 2 2 2 4 2 4 1 4 4 1 4 2 2 50 2500
6 UC-33 2 4 4 3 4 2 2 0 2 3 4 1 4 4 4 3 0 0 46 2116
7 UC-14 1 4 4 4 4 1 1 3 2 3 4 2 1 4 1 4 1 2 46 2116
8 UC-30 2 0 4 4 4 1 2 2 4 2 4 2 1 4 2 4 2 1 45 2025
9 UC-29 4 2 2 3 2 2 2 2 2 3 4 4 1 4 2 3 1 1 44 1936
10 UC-26 4 2 2 3 2 2 2 2 2 3 4 4 1 4 2 3 0 1 43 1849
11 UC-36 4 2 3 0 4 0 1 0 0 2 4 0 4 3 2 4 4 2 39 1521
12 UC-24 4 1 3 0 3 0 1 0 0 2 3 0 3 3 2 4 2 2 33 1089
13 UC-31 2 2 3 0 2 3 0 1 0 0 3 0 1 4 4 4 0 1 30 900
14 UC-16 3 1 3 3 3 0 0 2 1 2 3 0 2 4 0 1 2 1 31 961
15 UC-28 4 4 4 2 4 1 0 1 0 1 4 0 0 1 0 2 0 0 28 784
16 UC-32 0 1 2 1 2 1 2 2 3 2 2 0 3 2 2 0 1 0 26 676
No Kode Nomor Soal
∑Y ∑Y2
1a 1b 1c 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 6c 7 8a 8b
17 UC-22 0 2 2 1 2 0 2 1 0 1 3 0 3 3 1 2 1 0 24 576
18 UC-37 2 2 2 1 2 0 0 1 0 2 2 0 2 0 0 4 1 1 22 484
19 UC-34 0 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 0 3 2 2 0 0 0 22 484
20 UC-9 0 1 2 1 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 0 1 23 529
21 UC-35 0 1 2 1 0 2 2 1 1 2 2 0 2 2 2 0 1 1 22 484
22 UC-18 2 2 2 2 0 0 0 1 0 2 1 0 1 3 1 4 0 0 21 441
23 UC-11 0 2 3 2 3 1 0 1 1 1 1 0 0 2 0 1 1 1 20 400
24 UC-21 0 0 2 1 2 0 1 1 3 2 2 0 2 2 2 0 0 0 20 400
ΣX 50 52 68 48 62 29 34 40 37 50 72 25 54 69 43 60 27 27 847 33517
Σ(X2) 166 154 210 136 192 63 80 98 103 122 242 75 162 227 113 214 61 53
2.08 2.17 2.83 2.00 2.58 1.21 1.42 1.67 1.54 2.08 3.00 1.04 2.25 2.88 1.79 2.50 1.13 1.13
XY 2061 2063 2542 1941 2363 1219 1364 1611 1494 1903 2767 1206 2066 2623 1670 2381 1101 1142
rxy 0.62609 0.58859 0.567 0.65 0.5149 0.614 0.483 0.591 0.461 0.544 0.736 0.768 0.418 0.5832 0.422 0.547 0.445 0.66
rtabel 0.4044 0.4044 0.404 0.4 0.4044 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.4044 0.404 0.404 0.404 0.4
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
No.
Soal 1a 1b 1c 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 6c 7 8a 8b
σi 2.58 1.72 0.72 1.67 1.33 1.16 1.33 1.31 1.91 0.74 1.08 2.04 1.69 1.19 1.50 2.67 1.28 0.94
σi2 6.64 2.97 0.52 2.78 1.76 1.36 1.76 1.70 3.67 0.55 1.17 4.16 2.85 1.42 2.24 7.11 1.63 0.89
∑σi2 45.2
σt
2 151.0
r11 0.74 RealibitasTinggi
No 1a 1b 1c 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 6c 7 8a 8b
P 0.52 0.54 0.71 0.50 0.65 0.30 0.35 0.42 0.39 0.52 0.75 0.26 0.56 0.72 0.45 0.63 0.28 0.28
Kriteri
a Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sukar Sedang Mudah Sedang Sedang Sukar Sukar
MA 3.08 2.75 3.25 2.67 3.17 1.67 1.92 2.08 2.08 2.58 3.75 2.08 2.75 3.50 2.25 3.50 1.67 1.75
MB 1.08 1.58 2.42 1.33 2.00 0.75 0.92 1.25 1.00 1.58 2.25 0.00 1.75 2.25 1.33 1.50 0.58 0.50
DP 0.50 0.29 0.21 0.33 0.29 0.23 0.25 0.21 0.27 0.25 0.38 0.52 0.25 0.31 0.23 0.50 0.27 0.31
Kriteri
a
Diterim
a
Diterim
a
dengan
Perbaik
an
Diperb
aiki
Diteri
ma
dengan
Perbaik
an
Diteri
ma
dengan
Perbaik
an
Diperb
aiki
Diperb
aiki
Diperb
aiki
Diperb
aiki
Diperb
aiki
Diteri
ma
dengan
Perbaik
an
Diteri
ma
Diperb
aiki
Diterim
a
dengan
Perbaik
an
Diperba
iki Diterima
Diperba
iki
Diterima
dengan
Perbaika
n
Lampiran 4.
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah berbentuk Grafik
No
Kode
Siswa
Nomor Soal
Intepretasi
Prediksi
Transformasi Interpolasi Ekstrapolasi
1b 2a 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 3c 8a 8b 1c 2b 6b 1a 6c 7
1 S-1 4 4 1 0 1 1 1 0 0 1 0 2 0 0 2 4 2 2
2 S-2 4 0 1 0 1 1 1 0 0 1 2 1 4 0 2 4 2 2
3 S-3 4 3 1 1 0 0 3 0 4 1 0 0 0 2 4 4 2 2
4 S-4 4 4 2 0 3 3 4 4 2 4 1 4 4 2 3 2 1 4
5 S-5 4 2 2 2 3 2 4 1 4 2 2 2 4 4 4 4 2 2
6 S-6 4 3 2 2 2 3 4 1 4 0 0 0 4 4 4 2 4 3
7 S-7 4 4 1 1 2 3 4 2 1 3 1 2 4 4 4 0 1 4
8 S-8 4 4 1 1 2 2 2 2 4 4 2 2 0 4 0 4 0 1
9 S-9 2 2 0 0 0 2 1 0 1 1 0 0 2 0 3 2 1 4
10 S-10 4 4 2 1 2 4 3 4 4 1 2 2 2 4 4 0 2 3
11 S-11 2 0 0 1 0 2 4 0 4 0 4 2 3 4 3 4 2 4
12 S-12 2 2 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 3 3 2 0 0 1
13 S-13 4 4 1 1 0 4 3 4 3 0 1 1 4 4 4 4 4 4
14 S-14 4 4 1 1 2 2 2 2 4 4 2 2 0 4 0 4 0 1
15 S-15 4 2 1 2 0 4 3 4 3 0 0 0 2 1 0 4 3 2
No
Kode
Siswa
Nomor Soal
Intepretasi
Prediksi
Transformasi Interpolasi Ekstrapolasi
1b 2a 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 3c 8a 8b 1c 2b 6b 1a 6c 7
16 S-16 2 4 1 2 3 2 2 0 3 2 3 1 2 2 2 0 2 0
17 S-17 2 4 0 2 0 1 3 0 3 1 1 0 0 2 3 0 1 2
18 S-18 4 2 1 2 0 4 3 4 3 0 1 1 2 1 0 4 3 2
19 S-19 4 4 1 2 1 2 2 0 3 1 1 1 0 0 2 4 2 0
20 S-20 4 4 0 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 0 1
21 S-21 1 1 2 2 1 2 2 0 2 1 1 1 2 0 2 0 2 0
22 S-22 4 4 0 0 0 2 1 0 1 1 4 4 4 0 3 4 1 4
23 S-23 2 2 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 3 3 2 1 0 1
24 S-24 4 4 2 0 3 0 3 0 0 0 0 2 0 1 0 2 0 0
25 S-25 4 4 0 1 0 2 0 2 0 4 2 0 2 2 2 1 2 2
26 S-26 0 3 2 1 0 0 3 0 0 4 2 0 2 1 0 4 0 0
27 S-27 4 2 0 0 4 0 1 0 0 0 0 2 0 2 0 4 2 2
28 S-28 4 4 4 0 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 2
29 S-29
4 4 2 0 3 3 4 4 2 4 1 0 4 2 3 2 1 4
30 S-30 4 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 4 0 2 4 0 1
No
Kode
Siswa
Nomor Soal
Transformasi
Intepretasi
Prediksi
Interpolasi Ekstrapolasi
1b 2a 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 3c 8a 8b 1c 2b 6b 1a 6c 7
31 S-31 4 4 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0
32 S-32 4 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 4 0 2 4 0 1
33 S-33 4 2 4 2 0 0 3 0 4 0 2 2 0 2 4 4 2 2
34 S-34 1 1 1 2 3 2 2 0 3 2 1 0 2 2 2 0 2 0
35 S-35 1 1 1 2 3 2 2 0 3 2 1 0 2 2 2 0 2 0
36 S-36 4 3 1 1 3 2 4 0 4 1 0 0 2 2 4 4 2 2
Presentase(%) 48.3 34.36 53.01
48.61 43.63
Lampiran 5.
Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil Materi
No Kode
Nomor Soal
Skor Kategori
Siswa Jarak danPerpindahan Kecepatan dan Kelajuan Percepatan GLB GLBB
3a 8a 8b 1a 3c 4a 4b 5a 5b 3b 6a 1c 2a 1b 2b 6b 6c 7
1 S-1 1 0 2 4 1 1 1 1 0 0 0 0 4 4 0 2 2 2 34.72 Lemah
2 S-2 1 2 1 4 1 1 1 1 0 0 0 4 0 4 0 2 2 2 36.11 Lemah
3 S-3 1 0 0 4 1 0 0 3 0 1 4 0 3 4 2 4 2 2 43.06 Lemah
4 S-4 2 1 4 2 4 3 3 4 4 0 2 4 4 4 2 3 1 4 70.83 Kuat
5 S-5 2 2 2 4 2 3 2 4 1 2 4 4 2 4 4 4 2 2 69.44 Kuat
6 S-6 2 0 0 2 0 2 3 4 1 2 4 4 3 4 4 4 4 3 63.89 Lemah
7 S-7 1 1 2 0 3 2 3 4 2 1 1 4 4 4 4 4 1 4 62.50 Lemah
8 S-8 1 2 2 4 4 2 2 2 2 1 4 0 4 4 4 0 0 1 54.17 Lemah
9 S-9 0 0 0 2 1 0 2 1 0 0 1 2 2 2 0 3 1 4 29.17 Lemah
10 S-10 2 2 2 0 1 2 4 3 4 1 4 2 4 4 4 4 2 3 66.67 Kuat
11 S-11 0 4 2 4 0 0 2 4 0 1 4 3 0 2 4 3 2 4 54.17 Lemah
12 S-12 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 3 2 2 3 2 0 1 27.78 Lemah
13 S-13 1 1 1 4 0 0 4 3 4 1 3 4 4 4 4 4 4 4 69.44 Kuat
14 S-14 1 2 2 4 4 2 2 2 2 1 4 0 4 4 4 0 0 1 54.17 Lemah
15 S-15 1 0 0 4 0 0 4 3 4 2 3 2 2 4 1 0 3 2 48.61 Lemah
16 S-16 1 3 1 0 2 3 2 2 0 2 3 2 4 2 2 2 2 0 45.83 Lemah
17 S-17 0 1 0 0 1 0 1 3 0 2 3 0 4 2 2 3 1 2 34.72 Lemah
18 S-18 1 1 1 4 0 0 4 3 4 2 3 2 2 4 1 0 3 2 51.39 Lemah
No Kode
Nomor Soal
Skor Kategori
Siswa Jarak danPerpindahan Kecepatan dan Kelajuan Percepatan GLB GLBB
3a 8a 8b 1a 3c 4a 4b 5a 5b 3b 6a 1c 2a 1b 2b 6b 6c 7
19 S-19 1 1 1 4 1 1 2 2 0 2 3 0 4 4 0 2 2 0 41.67 Lemah
20 S-20 0 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 0 1 76.39 Kuat
21 S-21 2 1 1 0 1 1 2 2 0 2 2 2 1 1 0 2 2 0 30.56 Lemah
22 S-22 0 4 4 4 1 0 2 1 0 0 1 4 4 4 0 3 1 4 51.39 Lemah
23 S-23 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 3 2 2 3 2 0 1 29.17 Lemah
24 S-24 2 0 2 2 0 3 0 3 0 0 0 0 4 4 1 0 0 0 29.17 Lemah
25 S-25 0 2 0 1 4 0 2 0 2 1 0 2 4 4 2 2 2 2 41.67 Lemah
26 S-26 2 2 0 4 4 0 0 3 0 1 0 2 3 0 1 0 0 0 30.56 Lemah
27 S-27 0 0 2 4 0 4 0 1 0 0 0 0 2 4 2 0 2 2 31.94 Lemah
28 S-28 4 4 4 4 2 4 4 4 4 0 4 4 4 4 4 2 4 2 86.11 Kuat
29 S-29 2 1 0 2 4 3 3 4 4 0 2 4 4 4 2 3 1 4 65.28 Kuat
30 S-30 1 1 1 4 1 1 1 1 0 0 0 4 0 4 0 2 0 1 30.56 Lemah
31 S-31 0 0 0 4 0 4 0 0 0 0 0 0 4 4 0 0 0 0 22.22 Lemah
32 S-32 1 1 1 4 1 1 1 1 0 0 0 4 0 4 0 2 0 1 30.56 Lemah
33 S-33 4 2 2 4 0 0 0 3 0 2 4 0 2 4 2 4 2 2 51.39 Lemah
34 S-34 1 1 0 0 2 3 2 2 0 2 3 2 1 1 2 2 2 0 36.11 Lemah
35 S-35 1 1 0 0 2 3 2 2 0 2 3 2 1 1 2 2 2 0 36.11 Lemah
36 S-36 1 0 0 4 1 3 2 4 0 1 4 2 3 4 2 4 2 2 54.17 Lemah
Presentase(%) 70.8
3
65.97 68.06 33.3
3
63.19 59.72 52.0
8
40.2
8
70.
83
76.
39
46.53 45
.14
31.
25
17.
36
50.0
0
45.
83
62.50 54.8
6
53.01
59.55 57.22 61.46 35.94 54.40
Lampiran 6.
Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian KKM
No Kod
e
Nomor Soal
Skor
Katego
ri
Siswa
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5
1a 6c 7 1b 2b 3a 8a 8b 1c 2a 3c 5a 5b 6b 4a 4b 3b 6a
1 S-1 4 2 2 4 0 1 0 2 0 4 1 1 0 2 1 1 0 0 34.7
2 Lemah
2 S-2 4 2 2 4 0 1 2 1 4 0 1 1 0 2 1 1 0 0 36.1
1 Lemah
3 S-3 4 2 2 4 2 1 0 0 0 3 1 3 0 4 0 0 1 4 43.0
6 Lemah
4 S-4 2 1 4 4 2 2 1 4 4 4 4 4 4 3 3 3 0 2 70.8
3 Kuat
5 S-5 4 2 2 4 4 2 2 2 4 2 2 4 1 4 3 2 2 4 69.4
4 Kuat
6 S-6 2 4 3 4 4 2 0 0 4 3 0 4 1 4 2 3 2 4 63.8
9 Lemah
7 S-7 0 1 4 4 4 1 1 2 4 4 3 4 2 4 2 3 1 1 62.5
0 Lemah
8 S-8 4 0 1 4 4 1 2 2 0 4 4 2 2 0 2 2 1 4 54.1
7 Lemah
9 S-9 2 1 4 2 0 0 0 0 2 2 1 1 0 3 0 2 0 1 29.1
7 Lemah
No Kod
e
No. Soal
Skor
Katego
ri
Siswa Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5
1a 6c 7 1b 2b 3a 8a 8b 1c 2a 3c 5a 5b 6b 4a 4b 3b 6a
10 S-10 0 2 3 4 4 2 2 2 2 4 1 3 4 4 2 4 1 4 66.6
7 Kuat
11 S-11 4 2 4 2 4 0 4 2 3 0 0 4 0 3 0 2 1 4 54.1
7 Lemah
12 S-12 0 0 1 2 3 1 1 1 3 2 1 1 0 2 1 1 0 0 27.7
8 Lemah
13 S-13 4 4 4 4 4 1 1 1 4 4 0 3 4 4 0 4 1 3 69.4
4 Kuat
14 S-14 4 0 1 4 4 1 2 2 0 4 4 2 2 0 2 2 1 4 54.1
7 Lemah
15 S-15 4 3 2 4 1 1 0 0 2 2 0 3 4 0 0 4 2 3 48.6
1 Lemah
16 S-16 0 2 0 2 2 1 3 1 2 4 2 2 0 2 3 2 2 3 45.8
3 Lemah
17 S-17 0 1 2 2 2 0 1 0 0 4 1 3 0 3 0 1 2 3 34.7
2 Lemah
18 S-18 4 3 2 4 1 1 1 1 2 2 0 3 4 0 0 4 2 3 51.3
9 Lemah
19 S-19 4 2 0 4 0 1 1 1 0 4 1 2 0 2 1 2 2 3 41.6
7 Lemah
20 S-20 4 0 1 4 4 0 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 2 4 76.3
9 Kuat
No Kod
e
No. Soal
Skor
Katego
ri
Siswa
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5
1a 6c 7 1b 2b 3a 8a 8b 1c 2a 3c 5a 5b 6b 4a 4b 3b 6a
21 S-21 0 2 0 1 0 2 1 1 2 1 1 2 0 2 1 2 2 2 30.5
6 Lemah
22 S-22 4 1 4 4 0 0 4 4 4 4 1 1 0 3 0 2 0 1 51.3
9 Lemah
23 S-23 1 0 1 2 3 1 1 1 3 2 1 1 0 2 1 1 0 0 29.1
7 Lemah
24 S-24 2 0 0 4 1 2 0 2 0 4 0 3 0 0 3 0 0 0 29.1
7 Lemah
25 S-25 1 2 2 4 2 0 2 0 2 4 4 0 2 2 0 2 1 0 41.6
7 Lemah
26 S-26 4 0 0 0 1 2 2 0 2 3 4 3 0 0 0 0 1 0 30.5
6 Lemah
27 S-27 4 2 2 4 2 0 0 2 0 2 0 1 0 0 4 0 0 0 31.9
4 Lemah
28 S-28 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 0 4 86.1
1 Kuat
29 S-29 2 1 4 4 2 2 1 0 4 4 4 4 4 3 3 3 0 2 65.2
8 Kuat
30 S-30 4 0 1 4 0 1 1 1 4 0 1 1 0 2 1 1 0 0 30.5
6 Lemah
31 S-31 4 0 0 4 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 4 0 0 0 22.2
2 Lemah
No
Kod
e
No. Soal
Skor
Katego
ri
Siswa
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5
1a 6c 7 1b 2b 3a 8a 8b 1c 2a 3c 5a 5b 6b 4a 4b 3b 6a
32 S-32 4 0 1 4 0 1 1 1 4 0 1 1 0 2 1 1 0 0 30.5
6 Lemah
33 S-33 4 2 2 4 2 4 2 2 0 2 0 3 0 4 0 0 2 4 51.3
9 Lemah
34 S-34 0 2 0 1 2 1 1 0 2 1 2 2 0 2 3 2 2 3 36.1
1 Lemah
35 S-35 0 2 0 1 2 1 1 0 2 1 2 2 0 2 3 2 2 3 36.1
1 Lemah
36 S-36 4 2 2 4 2 1 0 0 2 3 1 4 0 4 3 2 1 4 54.1
7 Lemah
Presentase
(%)
33.3
3
62.5
0
54.8
6
17.3
6
50.0
0
70.8
3
65.9
7
68.0
6
45.1
4
31.2
5
63.1
9
40.2
8
70.8
3
45.8
3
59.7
2
52.0
8
76.3
9
46.5
3 46.9
50.23 54.44 49.42 55.90 61.46
Lampiran 7.
Analisis Kesulitan Berdasarkan Pengetahuan Prasyarat dan Miskonsepsi
Kode Nomor Soal
Luas
Bangun
Datar
Persamaan
Linear Sederhana
Operasi Hitung Miskonsepsi
1b 3a 2b 6b 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 5b
S-1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
S-2 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
S-3 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0
S-4 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
S-5 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
S-6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1
S-7 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
S-8 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0
S-9 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0
S-10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
S-11 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0
S-12 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
S-13 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1
S-14 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
S-15 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1
S-16 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0
Kode Nomor Soal
Luas
Bangun
Datar
Persamaan
Linear Sederhana
Operasi Hitung Miskonsepsi
1b 3a 2b 6b 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 5b
S-17 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0
S-18 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1
S-19 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0
S-20 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S-21 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
S-22 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0
S-23 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
S-24 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
S-25 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
S-26 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
S-27 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
S-28 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
S-29 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
S-30 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
S-31 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0
S-32 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
S-33 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0
S-34 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1
Kode Nomor Soal
Luas
Bangun
Datar
Persamaan
Linear Sederhana
Operasi Hitung Miskonsepsi
1b 3a 2b 6b 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 5b
S-35 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1
S-36 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0
16.67 52.78 52.78 63.89
Keterangan: 1 = Tidak mengalami Kesulitan
0 = Mengalami Kesulitan
Lampiran 8.
Analisis Kesulitan Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah
No Kode Tahap Memahami Masalah
1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b
1 S-1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1
2 S-2 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
3 S-3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0
4 S-4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 S-5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 S-6 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0
7 S-7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 S-8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
9 S-9 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0
10 S-10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 S-11 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1
No Tahapan Persentase ( % )
1 Memahami masalah 25
2 Membuat rencana 45.83
3 Melaksanakan rencana 68.65
4 Peninjauan Kembali 77.18
No Kode Tahap Memahami Masalah
1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b
12 S-12 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
13 S-13 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
14 S-14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
15 S-15 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0
16 S-16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
17 S-17 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0
18 S-18 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1
19 S-19 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
20 S-20 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 S-21 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
22 S-22 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1
23 S-23 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
24 S-24 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1
25 S-25 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0
26 S-26 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0
27 S-27 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1
28 S-28 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 S-29 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0
30 S-30 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
31 S-31 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
32 S-32 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
No Kode Tahap Memahami Masalah
1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b
33 S-33 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1
34 S-34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
35 S-35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
36 S-36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0
Presentase
Kesulitan ( % ) 25
No Kode Tahap Membuat Rencana
1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b
1 S-1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
2 S-2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
3 S-3 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0
4 S-4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1
5 S-5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
6 S-6 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0
7 S-7 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1
8 S-8 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
9 S-9 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
No Kode Tahap Membuat Rencana
1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b
10 S-10 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
11 S-11 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1
12 S-12 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
13 S-13 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0
14 S-14 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
15 S-15 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0
16 S-16 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
17 S-17 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0
18 S-18 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0
19 S-19 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0
20 S-20 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 S-21 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0
22 S-22 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1
23 S-23 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
24 S-24 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1
25 S-25 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0
26 S-26 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0
27 S-27 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
28 S-28 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 S-29 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0
30 S-30 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
No Kode Tahap Membuat Rencana
1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b
31 S-31 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
32 S-32 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
33 S-33 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1
34 S-34 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0
35 S-35 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0
36 S-36 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0
Presentase
Kesulitan ( % ) 45.83
No Kode Tahap Melaksanakan Rencana
1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b
1 S-1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 S-2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 S-3 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0
4 S-4 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1
5 S-5 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0
6 S-6 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0
7 S-7 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0
8 S-8 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
No Kode Tahap Melaksanakan Rencana
1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b
9 S-9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
10 S-10 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0
11 S-11 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0
12 S-12 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 S-13 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0
14 S-14 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
15 S-15 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0
16 S-16 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0
17 S-17 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0
18 S-18 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0
19 S-19 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
20 S-20 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
21 S-21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 S-22 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
23 S-23 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 S-24 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
25 S-25 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
26 S-26 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
27 S-27 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
28 S-28 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
29 S-29 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0
No Kode Tahap Melaksanakan Rencana
1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b
30 S-30 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 S-31 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
32 S-32 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 S-33 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0
34 S-34 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
35 S-35 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0
36 S-36 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0
Persentase
Kesulitan ( % ) 68.65
No Kode Tahap Peninjauan Kembali
1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b
1 S-1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 S-2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 S-3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
4 S-4 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1
5 S-5 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0
6 S-6 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0
No Kode Tahap Peninjauan Kembali
1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b
7 S-7 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
8 S-8 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
9 S-9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 S-10 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0
11 S-11 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0
12 S-12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 S-13 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0
14 S-14 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
15 S-15 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
16 S-16 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 S-17 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 S-18 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
19 S-19 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 S-20 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
21 S-21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 S-22 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
23 S-23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 S-24 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 S-25 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
26 S-26 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
27 S-27 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
No Kode Tahap Peninjauan Kembali
1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b
28 S-28 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
29 S-29 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0
30 S-30 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 S-31 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
32 S-32 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 S-33 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0
34 S-34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 S-35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
36 S-36 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0
Presentase
Kesulitan ( % ) 77.18
Lampiran 9.
KISI KISI TES DIAGNOSTIK UNTUK MENGETAHUI KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH
FISIKA BERBENTUK GRAFIK
Materi : Gerak
Kelas : SMP
Bentuk Soal : Uraian
No. Indikator Soal Kemampuan Menganalisis Grafik(No soal)
Membaca grafik Memprediksi Mentransformasi
1. Memahami grafik GLB dan GLBB 1(a),6(c) Siswa dapat menjelaskan makna
fisis suatu grafik.
7 Siswa dapat menarik kesimpulan dari
grafik
2. Menentukan posisi dan jarak
tempuh benda berdasarkan grafik.
1(b),3(a) Siswa
dapat mengambil
informasi dari
grafik yang
dibutuhkan.
2 (b) Siswa dapat
mengekstrapolasi grafik
8(a)(b) Siswa dapat
menginterpolasi grafik
3. Menentukan kecepatan sesaat dan
rata rata suatu benda berdasarkan
grafik GLB maupun GLBB
5(a)(b) Siswa
dapat mengambil
informasi dari
grafik yang
dibutuhkan.
1(c) 6(b) Siswa dapat
mengekstrapolasi grafik
4. Menentukan kelajuan sesaat dan
rata rata suatu benda berdasarkan
grafik GLB maupun GLBB
4(a)(b) Siswa
dapat mengambil
informasi dari
grafik yang
dibutuhkan.
5. Menentukan percepatan benda
berdasarkan grafik GLB maupun
GLBB
3(b) 6(a) Siswa
dapat mengambil
informasi dari
grafik yang
dibutuhkan.
83
0
5
10
15
20
25
30
0 2 4 6
po
sisi
(x),
m
waktu(t), s
0
5
10
15
20
25
0 1 2 3 4 5
kece
pat
an(v
), m
/s
waktu(t), s
Lampiran 10.
Soal dan Kunci Jawaban
Tes Diagnostik Kesulitan Dalam Memecahkan Masalah Berbentuk Grafik
Mata Pelajaran : Fisika
Sekolah :
Nama :
Kelas :
Kerjakan soal soal berikut ini!
1. Sebuah mobil bergerak sesuai dengan yang ditunjukkan oleh grafik di bawah
ini.
a. Jelaskan gerak lurus apa yang terjadi pada grafik tersebut?
b. Tentukan jarak tempuh mobil setelah bergerak 4 sekon!
c. Berdasarkan grafik tersebut, Berapa kecepatan mobil setelah bergerak
selama 20 sekon?
2. Andi mengendarai sepeda untuk pergi ke sekolah dan gerak sepeda
menunjukkan gerak GLB sesuai yang ditunjukan grafik posisi benda terhadap
waktu.
84
0
50
100
150
200
0 10 20 30 40 50 60 70
jara
k(s)
, m
waktu(t), s
a. Hitunglah kecepatan benda pada saat t = 3 sekon!
b. Berdasarkan grafik tersebut, dimanakah posisi benda pada saat t =
7 sekon?
3. Seseorang mengadakan perjalanan menggunakan mobil dari kota A ke
kota B, diperlihatkan oleh grafik di bawah ini:
a. Berapa jarak yang ditempuh kendaraan tersebut selama selang
waktu dari menit ke- 30 sampai menit ke- 60 ?
b. Tentukan percepatan mobil dari selang waktu dari menit ke- 0
sampai menit ke- 30 !
Untuk No. 4 dan No.5
Mobil bergerak dari kota A ke kota B sesuai dengan yang digambarkan
grafik berikut.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0 10 20 30 40 50 60 70
kece
pat
an(v
), k
m/j
am
waktu(t), menit
85
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0 1 2 3 4 5
kece
pat
an(v
), m
/s
waktu(t), s
4. Tentukanlah kelajuan rata-rata dari benda bergerak yang memiliki grafik
seperti diatas :
a. Selama 20 detik pertama .
b. Selama detik ke 40 sampai detik ke 60.
5. Tentukanlah kecepatan rata-rata dari benda bergerak yang memiliki grafik
seperti diatas :
a. Selama detik ke 20 sampai detik ke 40.
b. Selama detik ke 40 sampai detik ke 60.
6. Sebuah mobil bergerak dengan grafik perjalanan tampak di bawah ini.
a. Tentukan percepatan mobil pada selang waktu 3 detik!
b. Berapa kecepatan yang dialami mobil yang bergerak itu pada
saat t= 8 sekon?
c. Jelaskan gerak lurus apa yang terjadi pada grafik tersebut?
7. Kecepatan suatu mobil melakukan perjalanan digambarkan oleh grafik
dibawah ini, berdasarkan grafik tersebut jelaskan gerak lurus apa yang
terjadi pada mobil mulai dari kota A sampai kota D !
86
0
5
10
15
20
25
30
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
kece
pat
an(v
), m
/s
waktu(t), s
8. Jarak tempuh sebuah bus karya wisata ditunjukkan oleh grafik di bawah
ini.
a. Berapa jarak tempuh mobil pada detik ke- 8?
b.Berapa jarak tempuh mobil pada detik ke- 12?
0
10
20
30
40
50
60
70
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
jara
k(s)
, m
waktu(t), s
A
B C
D
87
0
5
10
15
20
25
0 1 2 3 4 5
kece
pat
an(v
) , m
/s
waktu(t), s
0
5
10
15
20
25
0 1 2 3 4 5
kece
pat
an(v
) , m
/s
waktu(t), s
Jarak tempuh selama 4 sekon
KUNCI JAWABAN
1. a. Gerak lurus pada grafik tersebut?
Jawab:
Dapat dilihat pada grafik bahwa kecepatan mobil setiap
detiknya tidak berubah atau konstan yaitu 20 m/s, maka gerak
mobil tersebut merupakan gerak lurus beraturan (GLB). Sehingga
gerak mobil tersebut memiliki percepatan sama dengan 0 m/s2.
b. Jarak tempuh (s) setelah 4 sekon ?
Jawab:
Kecepatan setiap detik konstan yaitu 20 m/s, sehingga jarak
yang ditempuh mobil selama 4 sekon:
s = v. t = (20 m/s).(4 s) = 80 m
atau dengan menghitung luasannya yaitu
s = p x l
= 20 x 4
= 80 m/s
88
0
5
10
15
20
25
0 1 2 3 4 5
kece
pat
an(v
) , m
/s
waktu(t), s
v tidak berubah/konstan
0
5
10
15
20
25
30
0 1 2 3 4 5 6
Po
sisi
(x),
m
waktu(t), s
Jadi jarak yang ditempuh mobil selama 4 sekon yaitu 80 m.
c. Kecepatan mobil pada t = 20?
Jawab:
Dari grafik dapat dilihat bahwa tidak adanya perubahan
kecepatannya setiap detiknya atau konstan yaitu pada kecepatan 20
m/s, sehingga gerak grafik termasuk gerak lurus beraturan. Jadi,
kecepatan mobil pada t = 20 sekon yaitu tetap pada 20 m/s.
2. a. Ditanya: kecepatan benda saat t = 3 s?
Jawab : Dari grafik dapat dicari gradient / kemiringan dari grafik
tersebut yaitu
gradien =5
y2
y1
x2 x1
89
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0 10 20 30 40 50 60 70
kece
pat
an(v
),km
/jam
waktu(t), menit
Jarak tempuh dari t = 30 menit sampai t = 60
menit.
Gradient grafik tersebut menggambarkan dari besaran
kecepatan dari benda tersebut. Grafik juga menggambarkan
kecepatannya konstan yang dalam hal ini, kecepatan dari benda
tersebut merupakan gradient grafik yaitu 5 m/s. Karena konstan
maka kecepatan pada setiap detik sama termasuk pada t =3
yaitu 5 m/s.
Atau dicari:
b. Posisi pada t = 7 sekon?
Berdasarkan grafik benda termasuk gerak GLB maka
kecepatannya konstan yaitu 5 m/s. Maka, posisi pada saat t = 7
sekon yaitu
s = v.t
= 5.7
= 35 m
Jadi, posisi pada saat t = 7 sekon adalah 35 m dan gerak benda
merupakan gerak lurus beraturan(GLB).
3. a. Jarak tempuh benda saat t = 30 menit sampai 60 menit ?
90
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0 10 20 30 40 50 60 70
kece
pat
an(v
), k
m/j
am
waktu (t) ,menit
y1 x2 x1
Jawab : Jarak tempuh benda saat t = 30 menit sampai 60 menit
t = 30 menit = 0,5 jam
t = 60 menit = 1 jam
Jarak tempuh benda pada grafik merupakan luasan dari
grafik tersebut, maka dapat dilihat panjang luasan yaitu pada
sumbu y dan lebarnya di sumbu x.
Jadi jarak tempuh pada saat t = 30 menit sampai 60 menit :
s = p x l
= (40 - 0) km/jam x (1- 0,5) jam
= 20 km
Atau dapat dilihat jika pada saat t = 30 menit sampai 60
menit (kecepatan konstan sehingga, jarak tempuhnya
s = v.t
= 40 km/jam.0,5 jam
= 20 km
b. Percepatan benda saat t = 0 sampai 30 menit
Percepatan benda saat t = 0 sampai 30 menit adalah
gradient dari grafik tersebut dari menit ke 0 sampai menit ke 30.
y2
91
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0 10 20 30 40 50 60 70
jara
k(s)
, m
waktu(t), s
= 80 km/jam2
= 0,06 m/s2
4. a. Kelajuan rata rata mobil selama 20 detik pertama?
Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa kelajuan pada detik ke
nol sampai ke 20 sama dengan gradient pada grafik pada detik yang
sama.
Selama 20 detik pertama :
Δs = s20 – s0
= 160 – 80
= 80 m
Δt =20 – 0 = 20 sekon
92
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0 10 20 30 40 50 60 70
jara
k (s
), m
waktu(t), s
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0 10 20 30 40 50 60 70
jara
k(s)
, m
waktu(t), s
s tetap = diam
b. Kelajuan selama detik ke 40 sampai detik ke 60?
Karena kelajuan merupakan jarak tempuh per waktu. Dan jarak tempuh
tidak mungkin bernilai negative, maka:
Δs = s40 – s60
= 160 – 0
= 160 m
Δt =60 – 40 = 20 sekon
5. a. Kecepatan rata rata mobil selama detik ke 20 sampai detik ke 40?
93
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0 10 20 30 40 50 60 70
jara
k(s)
, m
waktu(t), s
Dapat dilihat pada detik ke 20 sampai 40 terlihat bahwa tidak ada
perubahan jarak sehingga dapat dipastikan benda tidak bergerak atau
diam. Kecepatannya adalah 0 m/s.
Atau dengan perhitungan:
Selama detik ke 20 sampai detik ke 40:
Δs = s40 – s20
= 160 – 160
= 0 m
Δt =20 – 0 = 20 sekon
b. Kecepatan selama detik ke 40 sampai detik ke 60 :
Berbeda dengan kelajuan yang jarak tempuhnya tidak dapat
bernilai negative, kecepatan dengan perpindahannya yang dapat
negative. Sehingga perhitungannya:
Δs = ( s60 – s40)
= ( 0 – 160)
= – 160 m
94
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0 1 2 3 4 5
kece
pat
an(v
), m
/s
waktu(t), s
Δy
Δx
Δt = 60 – 40 = 20 sekon
6. a. Percepatan benda pada t = 3 s ?
Percepatan pada t = 3 sekon merupakan gradient dari grafik
tersebut dari detik ke 0 sampai detik 3.
Perhitungannya:
Δy = y2 – y1
= 6 – 0
= 6 m/s
Δx = y2 – y1
= 3 – 0
= 2 sekon
Jadi gradient grafik atau percepatan dalam hal ini :
2
95
0
5
10
15
20
25
30
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
kece
pat
an(v
), m
/s
waktu(t), s
A
B
Δx
Δy
b. Kecepatan pada detik ke 8?
Waktu (s) Kecepatan (m/s) Percepatan (m/s2)
1 2 2
2 4 2
3 6 2
4 8 2
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa percepatan yang
terjadi pada gerak tersebut konstan yaitu selalu 2 m/s2,
sehingga ketika t = 8 sekon percepatannya juga 2 m/s2.
m/s
c. Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa mobil melakukan
Gerak Lurus Berubah Beraturan dengan kecepatan yang terus
bertambah karena mobil tersebut memiliki percepatan yang
konstan yaitu 2 m/s2
.
7. Gerak yang terjadi dari kota A sampai D
Dari kota A ke kota B, mobil mengalami Gerak Lurus
Berubah Beraturan, dari awal diam di kota A bertambah sampai
pada kota B pada kecepatan 25 m/s berarti terjadi percepatan.
Percepatan disini merupakan besaran yang dipresentasikan oleh
96
0
5
10
15
20
25
30
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
kece
pat
an(v
), m
/s
waktu(t), s
A
B
0
5
10
15
20
25
30
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
kece
pat
an(v
), m
/s
waktu(t), s
A
B
Δy = y2 -y1
y1
gradien dan dapat dihitung percepatannya
2. Percepatannya konstan sampai detik ke 5 yaitu 5 2
.
Dari kota B ke kota C, mobil mengalami Gerak
Lurus Beraturan karena memiliki kecepatan konstan yaitu
pada 25 m/s. Karena kecepatan konstan maka
percepatannya sama dengan nol.
Dari kota C ke kota D, mobil mengalami Gerak
Lurus Berubah Beraturan, dari awal di kota C kecepatan 25
m/s berkurang sampai pada kota D pada kecepatan 10 m/s
berarti terjadi perlambatan Yng dipresentasikan oleh radien
pada grafik dari detik ke 7 sampai ke 10. Besarnya
perlambatan
2
. Perlambatan dari
detik ke 7 sampai ke 10 yaitu -5 2 .
Δx
y2
97
8. a. Jarak tempuh pada detik ke- 8?
b. Jarak tempuh pada detik ke- 12?
Waktu (s) Jarak (m) Kecepatan (m/s)
5 20 4
10 40 4
15 60 4
Dari grafik dapat dilihat bahwa grafik merupakan
grafik gerak lurus beraturan yang memiliki kecepatan yang
sama. Selain itu juga ditunjukan oleh tabel di atas bahwa
kecepatan dari bus tersebut konstan yaitu 4 m/s yang juga
merupakan gradient dari grafik tersebut.
Jadi untuk jarak tempuh pada detik ke- 8:
m
Dan untuk jarak tempuh pada detik ke- 12:
m
0
10
20
30
40
50
60
70
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
jara
k(s)
, m
waktu(t), s
98
Lampiran 11.
CUPLIKAN WAWANCARA
W : Pewawancara
Cuplikan wawancara dengan siswa S-20 dan S-28
.....................
W : Coba jelaskan hasil pekerjaan kalian pada tes ini?
S-20 dan S-28 : (keduannya menjelaskan kembali satu persatu)
W : Untuk yang no.1c mencari kecepatan mobil setelah 20 sekon
jawabannya benar?
S-28 : benar pak, 4 m/s.
W : Kenapa?
S-28 : karena kecepatan sama dengan jarak dibagi waktu.
W : Kalau Maulana sama (S-20).
S-20 : Sama. Kan jaraknya sama dengan 80 m.
W : 80 m itu darimana dapatnya?
S-20 dan S-28 : ( Keduanya sama – sama menjawab dari jawaban soal
sebelumnya yaitu 1b)
W : Saya mau tanya ini nol dibagi duapuluh hasilnya setengah (sambil
menunjukan hasil pekerjaan siswa)
S-28 : Bingung pak
W : Kalo setengah bagi setengah hasilnya berapa?
S-28 : hehehe berapa ya pak? Kayanya seperempat pak.
99
.....................
Cuplikan wawancara dengan siswa S-8 dan S-10
.....................
W : Coba jelaskan hasil pekerjaan kalian pada tes ini?
S-8 dan S-10 : (keduannya menjelaskan kembali satu persatu)
W : kalo no.2b mencari posisi benda pada sekon jawabannya apa?
S-8 : 35
W : Kenapa?
S-8 : karena setiap detik ditambah 5. Jadikan itu 5,10,15,20,25,30, nah
yang ke 7 kan 35.
W : Kalau Dwi (S-10),gimana sama?
S-10 : Sama aja pak.
W : Kalo satuannya?
S-10 : meter pak.
.....................
Cuplikan wawancara dengan siswa S-13 dan S-27
.....................
W : Kemarin kan udah ngerjain tes diagnostic, Coba jelaskan hasil
pekerjaan kalian pada tes ini? Bisa kan?
S-13 dan S-27 : (keduannya menjawab tidak jauh beda iya sedikit sedikit)
100
W : Dalam gerak lurus ada besaran apa aja?
S-13 : jarak, kecepatan, kelajuan,……..(sudah bingung)
W : trus? Gantian jawab, dua lagi aja.
S-27 : percepatan sama kelajuan pak.
W : Kalo percepatan sama kelajuan sama gak ya?
S-13 dan S-27 : Sama kayaknya pak.
W : Kenapa?
S-13 dan S-27 : kan satuannya sama juga pak.
.....................
Untuk Pertanyaan, “Kesulitan apa sih yang dialami waktu mengerjakan soal
tersebut?”,umumnya siswa menjawab bahwa merasa sulit jika kalo tidak ingat
dengan rumusnya dan banyak perhitungannya.
Selain itu, siswa juga mengatakan lebih susah penguasaan materinya daripada
dengan grafik.
101
Lampiran 12
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 5.1 Pelaksanaan Tes Ujicoba soal
Gambar 5.2 Pelaksanaan Tes Diagnostik
102
Gambar 5.3 Kegiatan wawancara dengan siswa
Gambar 5.4 Siswa menjelaskan hasil pekerjaannya saat wawancara