ANALISIS KESULITAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH …lib.unnes.ac.id/25281/1/4201412081.pdf · FAKULTAS...

118
i ANALISIS KESULITAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH FISIKA BERBENTUK GRAFIK DENGAN TES DIAGNOSTIK Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika oleh Anton Setyono 4201412081 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Transcript of ANALISIS KESULITAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH …lib.unnes.ac.id/25281/1/4201412081.pdf · FAKULTAS...

i

ANALISIS KESULITAN SISWA MEMECAHKAN

MASALAH FISIKA BERBENTUK GRAFIK DENGAN

TES DIAGNOSTIK

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Anton Setyono

4201412081

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

ii

iii

iv

MOTTO

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan boleh

jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah Maha

mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui”

(Al-Baqarah: 216)

Bermimpilah seolah - olah anda hidup selamanya. Hiduplah seakan-akan inilah

hari terakhir anda.

(James Dean)

PERSEMBAHAN

Untuk Ayah, Ibu, Mbak, dan Mas yang

selalu mendoakan dan mendukungku,

serta memberiku semangat untuk terus

belajar.

Untuk teman – teman Pendidikan Fisika

angkatan 2012

Untuk almamater tercinta.

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kesulitan Siswa Dalam

Memecahkan Masalah Fisika Berbentuk Grafik Dengan Tes Diagnostik” dapat

selesai.

Saya menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik

tanpa adanya partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., rektor Universitas Negeri Semarang;

2. Prof. Dr. Zaenuri, S.E. M.Si. Akt., dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang;

3. Dr. Suharto Linuwih, M.Si., ketua Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang;

4. Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. , dosen pembimbing I yang telah

membimbing, memberikan arahan, saran, motivasi, dan nasehat dalam

penyusunan skripsi;

5. Dr. Ian Yulianti, S.Si. M. Eng., dosen pembimbing II yang telah membimbing,

memberikan arahan, saran, motivasi, dan nasehat dalam penyusunan skripsi;

6. Dr. Achmad Sopyan, M.Pd, selaku dosen wali dan seluruh dosen Jurusan

Fisika UNNES yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama

menempuh studi;

7. Hartati,M.Pd., kepala SMP N 06 Petarukan yang telah memberikan ijin

penelitian kepada penulis;

8. Ima Purwo S.,S.Pd., guru kelas VIII SMP N 06 Petarukan yang telah berkenan

membantu dan bekerjasama dalam penelitian;

9. Siswa kelas VIII SMP N 06 Petarukan Tahun Ajaran 2015/2016 yang telah

memberikan saran, respon, sumber inspirasi serta partisipasinya menjadi

subjek penelitian;

vi

10. Teman - teman seperjuangan keluarga besar mahasiswa Jurusan Fisika 2012.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan penulisan selanjutnya.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya,

lembaga, masyarakat dan pembaca pada umumnya.

vii

ABSTRAK

Setyono, A. 2016. Analisis Kesulitan Siswa dalam Memecahkan Masalah Fisika

Berbentuk Grafik. Skripsi. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama: Dr.

Sunyoto Eko Nugroho, M.Si. Pembimbing Pendamping: Dr. Ian Yulianti, S.Si. M.

Eng.

Kata Kunci: grafik, tes diagnostik, kesulitan belajar, pemecahan masalah.

Fisika sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang dekat dengan fenomena

alam, dapat diterjemahkan dalam berbagai bentuk representasi. Salah satunya

yaitu representasi dalam bentuk grafik. Namun demikian, terlihat bahwa

pemahaman siswa terhadap representasi grafik dalam konteks fisika masih

kurang. Oleh karena itu, siswa memerlukan bantuan secara cepat dan tepat, agar

kesulitan yang mereka hadapi dapat segera teratasi. Agar bantuan yang diberikan

dapat berhasil dengan efektif, terlebih dahulu guru harus memahami letak

kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Masalah kesulitan belajar siswa dapat

ditemukan dengan memberikan tes diagnostik. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kemampuan pemecahan masalah berbentuk grafik dan profil

kesulitannya khususnya pada materi gerak lurus. Metode penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SMP N 06 Petarukan pada

semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa

kelas VIII B. Metode pengambilan data dengan tes diagnostik dan dengan

didukung oleh wawancara. Analisis dilakukan dengan menggunakan deskriptif

persentase. Hasilnya menunjukan bahwa rata – rata kemampuan pemecahan

masalah grafik masih rendah dengan persentase setiap kemampuannya dimulai

kemampuan interpretasi grafik (48,30%), kemampuan interpolasi (34,36%),

kemampuan ekstrapolasi (53,01%), dan kemampuan transformasi (48,61%). Profil

kesulitan siswa didasarkan pada pencapaian KKM, pengetahuan prasyarat, profil

materi, miskonsepsi, serta tahap – tahap pemecahan masalahnya. Berdasarkan

penguasaan KKM, siswa masih mengalami kesulitan untuk semua indikator.

Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan pengetahuan prasyaratnya, siswa tidak

mengalami kesulitan dalam menentukan luas bangun datar, tetapi pada operasi

hitung dan persamaan linier termasuk dalam kategori kesulitan sedang. Untuk

profil kesulitan siswa berdasarkan profil materi, siswa masih mengalami kesulitan

untuk semua sub materi terutama percepatan. Profil kesulitan siswa berdasarkan

miskonsepsi termasuk dalam kategori kesulitan tinggi (63,89%). Serta yang

terakhir, profil kesulitan siswa berdasarkan tahap – tahap pemecahan masalah.

Kesulitan siswa semakin naik dari mulai tahapan terendah yaitu tahap memahami

masalah dan tahapan tertinggi yaitu tahap peninjauan kembali.

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN..................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................................. iv

KATA PENGANTAR................................................................................. v

ABSTRAK................................................................................................... vi

DAFTAR ISI…........................................................................................... viii

DAFTAR TABEL....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xi

BAB

1. PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………

1.3 Pembatasan Masalah.....................................................................

1.4 Tujuan Penelitian.............................................................................

1.5 Manfaat Penelitian...........................................................................

1.6 Penegasan Istilah.............................................................................

1.6.1 Tes Dignostik..………………………………………………

1.6.2 Kemampuan Pemecahan Masalah…...……………………...

1.6.3 Grafik.……………………………………………………….

1.7 Sistematika Penulisan.....................................................................

1

3

4

4

4

5

5

5

6

6

2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 8

2.1 Pemecahan Masalah…..................................................................... 8

ix

2.1.1 Pengertian Pemecahan Masalah ..…………………………..

2.1.2 Faktor- faktor Penghambat Pemecahan Masalah…………...

2.2 Kesulitan Masalah............................................................................

2.3 Evaluasi…........................................................................................

2.3.1 Pengertian Evaluasi ..……………………………………….

2.3.2 Tes Diagnostik……..……………………………………….

2.4 Grafik……………………….. ……………………………………

2.4.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Berbentuk Grafik ..

2.6 Kerangka Berfikir............................................................................

8

9

11

13

13

15

18

19

20

3. METODE PENELITIAN..................................................................... 22

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................

3.2 Subjek Penelitian ............................................................................

3.3 Desain Penelitian..........................................................................

3.3.1 Langkah Langkah Penelitian….…………………………....

3.4 Metode Pengumpulan Data.............................................................

3.4.1 Metode Tes………………………………………………….

3.4.2 Metode Wawancara..……………………………………….

3.5 Analisis Tes Ujicoba........................................................................

3.5.1 Uji Validitas Butir Soal ….…………………………………

3.5.2 Uji Realibilitas Butir Soal …………………….……………

3.5.3 Uji Kesukaran Butir Soal …….……………….……………

3.5.4 Uji Daya Beda Butir Soal …………………….……………

3.6 Analisis Data....................................................................................

3.6.1 Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika

Berbentuk Grafik…………………………………………...

3.6.2 Analisis Profil Kesulitan Siswa……………….……………

22

22

22

23

25

25

25

26

26

27

28

29

29

29

30

4. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………..…..

4.1 Hasil Penelitian………………………………………………..…...

4.1.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik…..…....

32

32

32

x

4.1.2 Profil Kesulitan Siswa…..………………………………......

4.1.2.1 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian

KKM……………………………………………….

4.1.2.2 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasan

Pengetahuan Prasyarat….…….……………………

4.1.2.3 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil

Materi………………………………………………

4.1.2.4 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan

Miskonsepsi………………………………………

4.1.2.5 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan

Pemecahan Masalah……………….……………….

4.2 Pembahasan……………………………………………………......

4.2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik …..…..

4.2.1.1 Interpretasi Grafik…………………………..……….

4.2.1.2 Kemampuan Memprediksi...… …………………….

4.2.1.3 Kemampuan Transformasi…...…….……………….

4.2.2 Profil Kesulitan Siswa………………………….…………...

4.2.2.1 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian

KKM……………………………………………….

4.2.2.2 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasan

Pengetahuan Prasyarat….………….…………...…

4.2.2.3 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil

Materi…………..…………………………………

4.2.2.4 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan

Miskonsepsi………………………………………...

4.2.2.5 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan

Pemecahan Masalah………………………………..

4.3 Keterbatasan Penelitian………………………………………….....

33

33

34

35

36

38

39

39

39

40

41

42

42

44

46

47

48

49

5. PENUTUP………………………………………………………….....

5.1 Simpulan…………………………………………………………...

50

50

xi

5.2 Saran………………………………………………………………. 51

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 52

LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………. 55

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Tabel Pelaksanaan Penelitian……..……………………………………

3.2 Kriteria Validitas Soal Ujicoba Instrumen ….………..……………….

3.3 Kriteria Reliabilitas Soal…..………………………………………......

3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal..……………………………….

3.5 Kriteria Tingkat Daya Beda Butir Soal….. …………………………...

3.6 Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik ………...

3.7 Kriteria Kesulitan Siswa ………………….…………………………...

.

22

26

27

28

29

30

31

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berfikir ……………………………………………….......

3.1 Desain Penelitian.................................................................................

4.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik…..……………

4.2 Profil Kesulitan Berdasarkan Pencapaian KKM .................……..….

4.3 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasaan Pengetahuan

Prasyarat…………………………………………………………….

4.4 Profil Kesulitan Siswa Terhadap Profil Materi …….………………

4.5 Grafik Hubungan Jarak Terhadap Waktu ………………………..…

4.6 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Berkaitan Dengan Miskonsepsi ..…….

4.7 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan

Masalahnya…………………………………………………………..

4.8 Hasil Pekerjaan Siswa Dalam Menentukan Percepatan …………….

4.9 Hasil Pekerjaan Siswa Dalam Memperkirakan Posisi Benda……….

4.10 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kurangnya Penguasaan

Konsep………………………………………………………………..

4.11 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kurangnya Pengetahuan

Prasyarat……………………………………………………………...

4.12 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kesulitan Dalam Operasi

Hitung……………………………………………………..................

21

24

32

34

35

36

37

37

38

39

41

43

45

45

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Kode Peserta Ujicoba …………………………………………..

2. Daftar Kode Peserta Penelitian …………………………………..……

3. Analisis Hasil Uji Coba………………………………………………..

4. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah berbentuk Grafik…..…….

5. Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil Materi……………….…

6. Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian …………………...

7. Analisis Kesulitan Berdasarkan Pengetahuan Prasyarat dan

Miskonsepsi…………………………………………………………….

8. Analisis Kesulitan Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah…..……

9. Kisi Kisi Tes Diagnostik Untuk Mengetahui Kesulitan Siswa Dalam

Memecahkan Masalah Fisika Berbentuk Grafik…………..…………..

10. Soal dan Kunci Jawaban Tes Diagnostik Kesulitan Dalam

Memecahkan Masalah Berbentuk Grafik………................................

11. Cuplikan Wawancara…..………………………………………………

12. Dokumentasi Penelitian………………………………………………..

13. Surat Penetapan Dosbing………………………………………………

14. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian…………………….

55

56

57

60

63

65

69

72

81

83

98

101

103

104

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Fisika sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang dekat dengan fenomena

alam, dapat diterjemahkan dalam berbagai bentuk representasi. Salah satunya

yaitu representasi dalam bentuk grafik. Pada era informasi ini, kemampuan

memahami grafik bagi siswa sangat penting. Menurut Subali (2015), grafik sering

dianggap sebagai perangkat matematika, karena berkomunikasi melalui

representasi grafik membutuhkan kompetensi matematika seperti persepsi visual,

berpikir logis, merencanakan data, memprediksi gerakan garis dan mendeduksi

hubungan antara variabel.

Salah satu alasan pentingnya pemahaman representasi grafik karena grafik

mampu memberikan informasi kuantitatif yang mudah dipahami. Selain itu, data

yang disajikan dengan grafik menjadi lebih mudah dipahami bila dibanding

dengan data yang disajikan dalam bentuk kalimat uraian. Kemampuan

menganalisis grafik dalam bentuk kalimat verbal maupun non verbal sangat

diperlukan oleh siswa, khususnya pada bidang fisika. Kemampuan menganalisis

data yang dimaksud mencakup kemampuan membuat grafik, mengungkapkan

makna fisis pada grafik, melakukan prediksi dan interpretasi serta melakukan

transformasi grafik (Nugroho & Darsono, 2007).

Hasil penelitian Bunawan et al. (2015), menunjukkan bahwa pembacaan

grafik dan keterampilan menginterpretasi grafik pada siswa masih belum

2

memadai. Hasil penelitian Bunawan et al. (2015), juga menunjukkan bahwa

kemahiran dalam menganalisis grafik bergantung pada jenis grafik dan level atau

tipe pertanyaan yang dikembangkan.

Grafik memiliki banyak makna yang dapat mewakili suatu fenomena.

Banyak siswa dapat menggambar grafik linier, dapat menentukan gradiennya,

tetapi tidak dapat menjelaskan makna dari gradient tersebut. Padahal di fisika,

gradien memiliki suatu makna tertentu. Planinic et al. (2011), melakukan

penelitian yang membandingkan arti/makna gradien suatu grafik pada konteks

fisika dan konteks matematika. Planinic et al. (2011), mendapatkan bahwa

pemahaman makna gradien grafik pada konteks fisika masih sangat lemah

daripada konteks matematika.

Hasil penelitian Planinic et al. (2011), juga menunjukkan bahwa

pertanyaan yang sama pada tentang konsep makna grafik pada konteks yang

berbeda, yaitu fisika dan matematika didapatkan hasil yang berbeda pula. Hasil

pertanyaan dari makna grafik dalam konteks fisika sebesar 42 % dan dalam

konteks matematika sebesar 67 %. Data tersebut menunjukkan bahwa pemahaman

siswa dalam grafik masih lebih rendah daripada dalam konteks matematika.

Dari pemaparan di atas terlihat bahwa pemahaman siswa terhadap grafik

dalam konteks fisika masih kurang. Selain itu, hasil penelitian Nazam et al.

(2012), menemukan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam membaca,

menafsirkan dan memahami informasi yang tergambar dalam grafik.

Oleh karena itu, siswa memerlukan bantuan secara cepat dan tepat, agar

kesulitan yang mereka hadapi dapat segera teratasi. Agar bantuan yang diberikan

3

dapat berhasil dengan efektif, terlebih dahulu guru harus memahami letak

kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dorongan guru untuk memecahkan masalah

kesulitan siswa merupakan salah satu unsur dalam pengembangan profesi guru.

Hal ini berlandaskan pada prinsip diagnosis dalam konteks pemecahan masalah.

Masalah kesulitan belajar siswa dapat ditemukan dengan memberikan tes

diagnostik.

Menurut Depdiknas (2007: 1), tes diagnostik adalah tes yang digunakan

untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat

digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang

tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa. Tes diagnostik dapat

berupa tes pilihan ganda dengan alasan yang sudah ditentukan, tes pilihan ganda

dengan alasan terbuka dan tes esai tertulis.

Tes diagnostik perlu dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan

kekuatan siswa terhadap penguasaan suatu bagian atau keseluruhan materi

pelajaran. Dengan tes diagnostik, kesulitan-kesulitan belajar yang muncul dapat

diidentifikasi sehingga kegagalan dan keberhasilan siswa dapat diketahui.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memilih judul “Analisis Kesulitan

Siswa Dalam Memecahkan Masalah Fisika Berbentuk Grafik Dengan Tes

Diagnostik”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan yang menjadi bahan pengkajian dalam penelitian ini adalah:

4

(1) Bagaimanakah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika

berbentuk grafik?

(2) Bagaimanakah profil kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika

berbentuk grafik?

1.3 Pembatasan Masalah

Beberapa batasan masalah yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah:

(1) Tes diagnostik dapat dikembangkan untuk setiap pokok bahasan mata

pelajaran IPA di SMP, tetapi dalam penelitian ini dibatasi pada materi

gerak lurus kelas VIII semester 1 dengan soal hanya berbentuk grafik.

(2) Penelitian dibatasi pada materi Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak

Lurus Berubah Beraturan (GLBB).

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui kemampuan siswa dan profil kesulitan siswa dalam memecahkan

masalah fisika yang berbentuk grafik dengan menggunakan tes diagnostik pada

siswa SMP kelas VIII.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

(1) Bagi Guru :

Sebagai bahan masukan bagi guru tentang profil kesulitan yang dihadapi

siswa dalam mengerjakan soal fisika yang berbentuk grafik, sehingga dapat

5

memberikan penanggulangan yang sesuai dengan jenis masalah yang dihadapi

siswa.

(2) Bagi Sekolah :

Meningkatkan kualitas pembelajaran fisika di sekolah.

(3) Bagi Peneliti :

Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan khususnya yang

terkait dengan kesulitan siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk

grafik.

1.6 Penegasan Istilah

Untuk memperjelas penafsiran dan menghindari perbedaan pemahaman

terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan

adanya penegasan istilah.

1.6.1 Tes Diagnostik

Menurut Depdiknas (2007: 1), tes diagnostik adalah tes yang digunakan

untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat

digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang

tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa.

1.6.2 Kemampuan Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan salah satu tipe keterampilan intelektual

yang menurut Gagne (1992) lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks dari tipe

keterampilan intelektual lainnya. Gagne (1992) berpendapat bahwa dalam

menyelesaikan pemecahan masalah diperlukan aturan kompleks atau aturan

tingkat tinggi dan aturan tingkat tinggi dapat dicapai setelah menguasai aturan

6

dan konsep terdefinisi. Demikian pula aturan dan konsep terdefinisi dapat

dikuasai jika ditunjang oleh pemahaman konsep konkrit. Pemecahan masalah

pada penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal fisika

dalam bentuk grafik.

1.6.3 Grafik

Menurut Warsito yang dikutip oleh Marjani (2013), Grafik adalah suatu

grafis yang menggunakan titik-titik atau garis untuk menyampaikan informasi

statistik yang saling berhubungan.

1.7 Sitematika Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu

bagian pendahuluan skripsi, bagian isi skripsi dan bagian akhir skripsi. Bagian

awal skripsi terdiri dari halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan

kelulusan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi,

daftar tabel dan daftar lampiran. Pada bagian isi skripsi terdiri dari hal-hal berikut

ini.

Bab 1 Pendahuluan. Bab ini berisi tentang : latar belakang masalah,

rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi.

Bab 2 Landasan Teori. Landasan teori berisi tentang: teori-teori yang

mendasari penelitian (pemecahan masalahi, kesulitan belajar, tes diagnostik ,

grafik), kerangka berpikir.

7

Bab 3 Metode Penelitian. Bab ini berisi tentang: objek penelitian (waktu

dan tempat penelitian; populasi; sampel), variabel penelitian, desain penelitian,

metode pengumpulan data, instrumen penelitian dan metode analisis data.

Bab 4 Hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini berisi tentang hasil-hasil

penelitian dan pembahasannya.

Bab 5 Penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran dari penelitian. Pada

bagian akhir skripsi terdapat daftar pustaka dan lampiran.

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemecahan Masalah

2.1.1 Pengertian Pemecahan Masalah

Menurut Anderson, sebagaimana dikutip oleh Schunk (2012:416),

beberapa pakar teori menganggap pemecahan masalah menjadi proses kunci

dalam pembelajaran, khususnya pada ranah – ranah seperti sains dan matematika.

Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang diperoleh

sebelumnya kedalam situasi baru yang baru dikenal. Ciri dari soal atau tugas

dalam bentuk memecahkan masalah adalah : ada tantangan dalam materi

penugasan dan masalah tidak dapat diselesaikan menggunakan prosedur yang

diketahui oleh penjawab atau pemecah masalah.

Polya sebagaimana dikutip oleh Schunk (2012) mengajukan teori bahwa

pemecahan meliputi beberapa indikator yaitu pemahaman masalah, pembuatan

rencana pemecahan masalah, pelaksanaan rencana dan peninjauan ulang solusi

yang diperoleh. Pada tahap awal pemecahan masalah individu memahami masalah

yang berkaitan dengan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan apa

persyaratannya. Tahapan selajutnya, individu harus memikirkan alat dan strategi

yang cocok untuk penyelesaian masalah tersebut yang dilanjutkan dengan

mengerjakan penyelesaian masalah seperti yang direncanakan sampai menemukan

hasil, setiap langkah diperiksa kebenarannya. Tahap yang terakhir, individu

memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah, memeriksa argumen tiap langkah,

9

jika memungkinkan menurunkan penyelesaian lain yang berbeda atau menerapkan

hasil penyelesaian untuk menyelesaikan masalah lain.

Dari uraian beberapa teori di atas, maka ditarik suatu kesimpulan bahwa

pemecahan masalah adalah suatu tahapan yang dilakukan seseorang untuk

mengatasi masalahnya. Metode pemecahan masalah memberikan kesempatan

pada siswa menyelesaikan masalahnya sendiri dan mendapatkan pengalaman

secara langsung.

2.1.2 Faktor- Faktor Penghambat Pemecahan Masalah

Kesalahan dan hambatan yang sering muncul dalam memecahkan

masalah, sebagai berikut: (1) Ketidakcermatan dalam membaca; (2)

Ketidakcermatan dalam berpikir; (3) Kelemahan dalam analisis masalah; serta (4)

Kekuranggigihan.

Beberapa Indikator yang menunjukkan adanya ketidakcermatan siswa

dalam membaca yaitu: (1) membaca soal tanpa perhatian yang kuat pada makna /

pengertiannya; (2) mengabaikan satu atau lebih kata yang kurang familiar; (3)

mengabaikan satu atau lebih fakta atau ide; (4) tidak membaca kembali

bagian yang sulit; (5) memulai menyelesaikan soal sebelum membaca

lengkap soal tersebut.

Ketidakcermatan dalam berpikir dikarenakan siswa: (1) mengabaikan

akurasi dan mendahulukan kecepatan; (2) mengabaikan kecermatan penggunaan

beberapa operasi; mengartikan kata atau melakukan operasi secara tidak

konsisten; tidak memeriksa rumus atau prosedur saat merasa ada yang tidak benar;

10

(3) bekerja terlalu cepat; serta (4) mengambil kesimpulan di pertengahan jalan

tanpa pemikiran yang matang.

Untuk kelemahan dalam analisis masalah yang terjadi pada siswa ditandai

dengan: (1) gagal membedah masalah kompleks menjadi bagian-bagian atau gagal

menggunakan bagian-bagian masalah untuk memahami masalah secara

keseluruhan; (2) tidak menggunakan pengetahuan atau konsep utama untuk

mencoba memahami ide-ide yang kurang jelas; (3) tidak menggunakan kamus

atau sumber lainnya saat diperlukan untuk mamahami masalah; serta (4) tidak

secara aktif mengkonstruksi ide atau gagasan di atas kertas (bila coret-coretan di

atas kertas dapat membantu memahami masalahnya).

Faktor penghambat yang terakhir dalam pemecahan masalah yaitu

kekuranggigihan dan indikator – indikator yang menyertainya yaitu (1) tidak

percaya diri atau menganggap enteng masalah; (2) memilih jawaban berdasarkan

intuisi belaka (menggunakan perasaan dalam mencoba menebak jawaban); (3)

menyelesaikan masalah hanya secara teknis belaka tanpa pemikiran; serta (4)

berpikir nalar hanya pada bagian kecil masalah, menyerah, lalu melompat pada

kesimpulan (Whimbey&Lochhead,1999).

Selain hambatan-hambatan di atas yang mungkin muncul dalam dalam

memecahakan masalah, juga terdapat faktor faktor penyebab kesulitan pemecahan

masalah yang berawal dari kesulitan belajar yang dialami siswa.

11

2.2 Kesulitan Belajar

Suatu keadaan ketika siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya,

itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”. Berikut ini definisi kesulitan

belajar menurut para ahli : Rumini et al., mengemukakan bahwa kesulitan belajar

merupakan kondisi saat siswa mengalami hambatan-hambatan tertentu untuk

mengikuti proses pembelajaran dan mencapai hasil belajar secara optimal (Irham

dan Wiyani, 2013:254). Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Blassic &

Jones, kesulitan belajar yang dialami siswa menunjukkan adanya kesenjangan

atau jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik

yang dicapai oleh siswa pada kenyataannya (Irham & Wiyani, 2013:253).

Ada lima pendekatan yang digunakan untuk menentukan kesulitan belajar

menurut Depdiknas (2002) yang dikutip oleh Rusilowati (2006), yaitu pendekatan

berdasarkan tujuan pembelajaran, profil materi, prasyarat pengetahuan,

miskonsepsi dan pengetahuan terstruktur. Pendekatan tujuan pembelajaran

digunakan untuk mendiagnosis kegagalan siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran tertentu. Pendekatan profil materi bertujuan untuk mengetahui

materi yang sudah dan belum dikuasai oleh siswa. Pendekatan prasyarat

pengetahuan digunakan untuk mendeteksi kegagalan siswa dalam hal pengetahuan

prasyarat untuk satu materi pokok tertentu. Sebelum siswa memahami materi

pengetahuan baru, mereka harus memahami lebih dahulu materi prasyarat, baik

berhubungan dengan materi secara vertikal maupun horisontal. Pendekatan

miskonsepsi digunakan untuk mendiagnosis kegagalan siswa dalam hal kesalahan

konsep yang dimiliki siswa (misconception). Pendekatan pengetahuan terstruktur

12

digunakan untuk mendiagnosis ketidakmampuan siswa dalam memecahkan

permasalahan yang berstruktur.

Kesulitan pengetahuan terstruktur dapat ditinjau dari kemampuan: bahasa

(verbal), menggunakan skema, membuat strategi dan membuat algoritma

berdasarkan ketetapan Depdiknas (2002: 33) yang dikutip oleh Rusilowati (2006).

Kemampuan bahasa dapat diartikan sebagai kemampuan menerjemahkan soal.

Pada kemampuan ini siswa dituntut untuk memberi makna pertanyaan yang

diajukan dalam soal. Setiap siswa harus mampu memahami setiap pertanyaan dari

kata kunci yang terdapat pada soal. Kemampuan menggunakan skema diartikan

sebagai kemampuan memahami konsep atau prinsip yang dapat digunakan untuk

menyelesaian soal. Siswa dituntut untuk menggunakan skema pengetahuan dalam

mengidentifikasi permasalahan. Siswa harus mengetahui prinsip atau aturan yang

diperlukan untuk menyelesaikan soal. Kemampuan membuat strategi dapat

diartikan sebagai kemampuan merencanakan pemecahan masalah. Siswa harus

membuat cara atau langkah-langkah yang harus digunakan untuk menyelesaikan

soal. Kemampuan membuat algoritma menekankan pada penyelesaian atau

pengerjaan soal. Siswa harus menggunakan kemampuan matematik (berhitung)

yang tepat untuk dapat membuat kesimpulan.

Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain

yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf sebagaimana yang dikutip

Wardani (1991) sebagai berikut: (1) melakukan observasi kelas untuk melihat

perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran; (2) memeriksa

penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan

13

belajar; (3) mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal

keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar; (4) memberikan tes

diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakiki kesulitan belajar

yang dialami siswa; serta (5) memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ)

khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Dari langkah –

langkah tersebut peneliti memilih menggunakan tes diagnostik untuk mengetahui

kesulitan siswa.

2.3 Evaluasi

2.3.1 Pengertian Evaluasi

Arikunto (2006) mengungkapkan bahwa kita tidak dapat mengadakan

penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran. Mengukur adalah

membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif,

menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik

dan buruk. Penilaian bersifat kuantitatif. Mengadakan evaluasi meliputi kedua

langkah diatas, yakni mengukur dan menilai. Sejalan dengan pengertian tersebut,

Zainul & Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai

suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang

diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes

maupun non tes.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai

terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai

proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat

diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian,

14

Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau

membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai

oleh siswa (Purwanto, 2002).

Astin (1993) mengajukan tiga butir yang harus dievaluasi agar hasilnya

dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Ketiga butir tersebut adalah masukan,

lingkungan sekolah dan keluarannya. Selama ini yang dievaluasi adalah prestasi

belajar peserta didik, khususnya pada ranah kognitif saja. Ranah afektif jarang

diperhatikan lembaga pendidikan, walau semua menganggap hal ini penting,

tetapi sulit untuk mengukurnya. Secara umum, tujuan evaluasi adalah: (a) Untuk

menghimpun data dan informasi yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf

perkembangan atau kemajuan yang dialami peserta didik setelah mereka

mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu; (b) untuk

mengetahui tingkat efektifitas proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru

dan peserta didik. Dengan kata lain, tujuan umum evaluasi adalah untuk

memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat

pencapaian kemajuan peserta didik terhadap tujuan atau kompetensi yang telah

ditetapkan setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu

tertentu.

Evaluasi dalam dunia pendidikan dilakukan dengan tes. Dalam Djaali dan

Muljono (2008: 7), tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang

komprehensif, sistematik dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar

dalam pengambilan keputusan dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru.

Tes dapat berupa sejumlah pertanyaan atau permintaan melakukan sesuatu untuk

15

mengukur pengetahuan, keterampilan, intelegensi, bakat, atau kemampuan lain

yang dimiliki oleh seseorang.

2.3.2 Tes Diagnostik

Depdiknas (2007: 4) menyatakan bahwa tes diagnostik berfungsi untuk

mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa, serta merencanakan

tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan masalah atau kesulitan yang telah

teridentifikasi. Menurut Arikunto (2006: 34), tes diagnostik adalah salah satu tes

yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga dari

kelemahan-kelemahan tersebut dapat diberikan perlakuan yang tepat.

Secara garis besar langkah-langkah pengembangan tes diagnostik menurut

Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2007: 6) yaitu

mengidentifikasi kompetensi dasar yang belum tercapai ketuntasannya,

menentukan kemungkinan sumber masalah, menentukan bentuk dan jumlah soal

yang sesuai, menyusun kisi – kisi soal, menulis soal, mengulas soal dan menyusun

kriteria penilaian.

Telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa tes diagnostik dilakukan

untuk mendiagnosis kesulitan atau masalah belajar yang dialami oleh siswa.

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi kesulitan belajar tersebut mengacu pada

kesulitan untuk mencapai kompetensi dasar, karena itu sebelum menyusun tes

diagnostik harus diidentifikasi terlebih dahulu kompetensi dasar-kompetensi dasar

manakah yang tidak tercapai tersebut. Guru yang selalu mencermati kegiatan

belajar mengajarnya tentu dapat melakukan kegiatan ini dengan mudah. Untuk

mengetahui tercapainya suatu kompetensi dasar dapat dilihat dari munculnya

16

sejumlah indikator, karena itu bila suatu kompetensi dasar tidak tercapai, perlu

didiagnosis indikator-indikator mana saja yang tidak mampu dimunculkan.

Mungkin saja masalah hanya terjadi pada indikator-indikator tertentu, maka cukup

pada indikator-indikator itu saja disusun tes diagnostik yang sesuai.

Setelah kompetensi dasar atau indikator yang bermasalah teridentifikasi,

mulai ditemukan (dilokalisasi) kemungkinan sumber masalahnya. Dalam

pembelajaran sains, terdapat tiga sumber utama yang sering menimbulkan

masalah, yaitu: a) tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat; b) terjadinya

miskonsepsi; dan c) rendahnya kemampuan memecahkan masalah (problem

solving). Di samping itu juga harus diperhatikan hakikat sains yang memiliki

dimensi sikap, proses dan produk. Sumber masalah bisa terjadi pada masing-

masing dimensi tersebut.

Sebagaimana kegiat,an seorang dokter dalam mendiagnosis suatu

penyakit, maka ketika seorang guru ingin menemukan “penyakit“ (baca: masalah)

yang dialami siswanya, maka perlu dipilih alat diagnosis yang tepat berupa butir-

butir tes diagnostik yang sesuai. Butir tes tersebut dapat berupa tes pilihan, esai

(uraian), maupun kinerja (performa) sesuai dengan sumber masalah yang diduga

dan pada dimensi mana masalah tersebut terjadi.

Sama seperti ketika mengembangkan jenis tes yang lain, maka sebelum

menulis butir soal dalam tes diagnostik harus disusun terlebih dahulu kisi-kisinya.

Kisi-kisi tersebut setidaknya memuat: a) kompetensi dasar beserta indikator yang

diduga bermasalah; b) materi pokok yang terkait; c) dugaan sumber masalah; d)

bentuk dan jumlah soal; dan e) indikator soal.

17

Sesuai kisi-kisi soal yang telah disusun kemudian ditulis butir-butir soal.

Soal tes diagnostik tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan butir soal tes

yang lain. Jawaban atau respons yang diberikan oleh siswa harus memberikan

informasi yang cukup untuk menduga masalah atau kesulitan yang dialaminya

(memiliki fungsi diagnosis). Pada soal uraian, logika berpikir siswa dapat

diketahui guru dari jawaban yang ia tulis, tetapi pada soal pilihan. Karena itu

siswa perlu menyertakan alasan atau penjelasan ketika memilih alternatif jawaban

tertentu.

Butir soal yang baik tentu memenuhi validitas isi, untuk itu soal yang telah

ditulis harus divalidasi oleh seorang pakar di bidang tersebut. Bila soal yang telah

ditulis oleh guru tidak memungkinkan untuk divalidasi oleh seorang pakar, soal

tersebut dapat direvisi oleh guru-guru sejenis dalam MGMPS atau setidaknya oleh

guru-guru mapel serumpun dalam satu sekolah. Jawaban atau respon yang

diberikan oleh siswa terhadap soal tes diagnostik tentu bervariasi, karena itu untuk

memberikan penilaian yang adil dan interpretasi diagnosis yang akurat harus

disusun suatu kriteria penilaian, apalagi bila tes yang sama dilakukan oleh guru

yang berbeda atau dilakukan oleh lebih dari satu orang guru.

Kriteria penilaian memuat rentang skor yang menggambarkan pada

rentang berapa saja siswa didiagnosis sebagai mastery (tuntas) yaitu sudah

menguasai kompetensi dasar atau belum mastery yaitu belum menguasai

kompetensi dasar tertentu, atau berupa rambu-rambu bahwa dengan jumlah type

error (jenis kesalahan) tertentu siswa yang bersangkutan dinyatakan

18

ber”penyakit” sehingga harus diberikan perlakuan yang sesuai (Ditjen Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah, 2007: 6).

Menurut Depdiknas (2007: 2), tes diagnostik memiliki karakteristik: (1)

dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan respons

yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik, (2) dikembangkan

berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin

menjadi penyebab munculnya masalah (penyakit) siswa, (3) serta menggunakan

soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban singkat), sehingga

mampu menangkap informasi secara lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga

mengunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus

disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat

meminimalisir jawaban tebakan dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau

masalahnya.

2.4 Grafik

Menurut Warsito yang dikutip oleh Marjani (2013), Grafik adalah suatu

grafis yang menggunakan titik-titik atau garis untuk menyampaikan informasi

statistic yang saling berhubungan. Selain itu, menurut Subali (2015), Grafik

adalah jenis representasi yang berguna dalam merangkum data, mengolah dan

menafsirkan informasi baru dari data yang kompleks. Pandangan yang lain datang

dari Lilian & Dermot (1987), grafik merupakan alat bantu yang penting bagi fisika

karena grafik merupakan alat bantu visual yang menyatakan hubungan dua

variabel, alat bantu selama eksperimen, alat bantu interpretasi hasil eksperimen,

serta alat bantu perhitungan lebih lanjut.

19

Grafik merupakan alat bantu visual yang menyatakan hubungan dua

variabel, misalnya ketika memeriksa hubungan dua variabel pada tabel akan

mengalami kesulitan, akan tetapi bila disajikan dalam grafik akan dapat terlihat

dengan segera hubungan antar variabel. Dan grafik dalam eksperimen untuk

menentukan titik ukur mana yang masih dibutuhkan dan apakah kesalahan yang

aneh tidak dilakukan selama eksperimen.

Sejalan dengan pendapat sebelumnya, menurut Beichner (1994),

menyatakan kemampuan membaca grafik amat penting untuk mengembangkan

konsep-konsep fisika. Hampir semua konsep fisika menjadikan grafik dalam

penjelasannya, atau sebaliknya menjelaskan dengan menggunakan grafik. Glazer

(2011) mengemukakan bahwa kemampuan interpretasi grafik dipengaruhi oleh

aspek karakteristik grafik, misalnya format, jenis, gambar, ekspektasi pengamat,

kebiasaan membaca grafik, konten grafik dan pengetahuan awal tentang grafik

tersebut.

2.4.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Berbentuk Grafik

Menurut Gok dan Silay (2010), kemampuan pemecahan masalah adalah

kemampuan siswa menggunakan informasi yang ada untuk menentukan apa yang

harus dikerjakan dalam suatu keadaan tertentu.

Kemampuan pemecahan masalah fisika berbentuk grafik adalah

kemampuan siswa menggunakan informasi yang ada pada sebuah grafik yang ada

untuk menentukan apa yang harus dikerjakan dalam sebuah persoalan persoalan

fisika. Dalam penelitian ini, kemampuan pemecahan masalah yang diukur

20

kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah fisika khususnya yang

berbentuk grafik.

Dalam tahapan tahapan pemecahan masalah fisika berbentuk grafik

didalamnya akan ada kemampuan memahami grafik harus dimiliki. Adapun

keterampilan memahami grafik dalam penelitian Nugroho & Darsono (2007) yaitu

keterampilan membuat grafik, keterampilan membaca grafik, ketrampilan

melakukan prediksi menggunakan grafik dan ketrampilan mentransformasikan

grafik (Nugroho & Darsono, 2007). Beichner (1994) menemukan beberapa

kesalahan yang sering terjadi dalam menginterpretasikan grafik kinematika, (1)

siswa menganggap grafik sebagai gambar harafiah dari suatu keadaan, (2) siswa

masih bingung dengan arti kemiringan suatu garis dalam suatu grafik dan (3)

siswa masih kesulitan membedakan grafik hubungan jarak terhadap waktu dengan

grafik hubungan kecepatan terhadap waktu.

2.5 Kerangka Berpikir

Mengingat betapa pentingnya penggunaan grafik dalam pembelajaran

fisika, maka diharapkan siswa dapat memahami grafik dengan baik. Pada

penelitian ini peneliti hendak mengidentifikasi kesulitan siswa dalam

memecahkan masalah fisika yang berbentuk grafik dengan tes diagnosttik sebagai

alatnya. Tes diagnostik akan dilaksanakan setelah selesai disusun dan telah

melalui validasi pakar. Dari hasil tes diagnostik tersebut maka akan dianalisis

kemampuan siswa dalam memahami grafik dan kesulitan kesulitannya. Kerangka

berpikir peneliti diilustrasikan pada Gambar 2.1

21

Pentingnya grafik dalam fisika

Siswa dapat memahami dan

menginterpretasi grafik dengan baik

Pembelajaran fisika

Diperlukan analisis kesulitan

pemecahan masalah berbentuk

grafik

Penyusunan Tes Diagnostik

Uji Pelaksanaan Lapangan

Uji Coba Tes Diagnostik

Wawancara

Revisi

1. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berbentuk

grafik.

2. Profil Kesulitan siswa dalam memecahkan masalah berbentuk

grafik

Analisis Data

Analisis Data

Gambar 2.1 Skema Kerangka berpikir

22

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 06 Petarukan yang berlokasi di

DesaWidodaren, Kec. Petarukan, Kab. Pemalang. Penelitian ini dibagi menjadi dua

tahap, yaitu tahap uji coba soal dan tahap pengambilan data. Pelaksanaan penelitian

dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1Pelaksanaan Penelitian

Tahap Pelaksanaan Tempat Tanggal

Uji coba SMP N 6 Petarukan

kelas 8C

2 Juni 2016

Pengambilan data

Tes

SMP N 6 Petarukan

kelas 8B

17 Juni 2016

Wawancara SMP N 6 Petarukan

kelas 8B

23 Juni 2016

3.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 6

Petarukan berjumlah 36 siswa dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.3 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian kualitatif. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif. Menurut Sudjana dan Ibrahim yang dikutip Bakri (2012), penelitian

deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,

Pentingnya grafik dalam fisika Siswa dapat memahami dan

menginterpretasi grafik dengan baik

Pembelajaran fisika

Diperlukan analisis kesulitan

pemecahan masalah berbentuk

grafik

Penyusunan Tes DIagnostik

Uji Pelaksanaan Lapangan

Uji Coba Tes Diagnostik

Wawancara

Revisi

3. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berbentuk

grafik.

4. Profil Kesulitan siswa dalam memecahkan masalah

berbentuk grafik

Analisis Data

Analisis Data

23

peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian

ini memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat

penelitian dilaksanakan. Langkah awal penelitian ini adalah melakukan kajian

terhadap beberapa sumber penelitian berupa beberapa jurnal penelitian dan buku-

buku teks yang memiliki topik sama dengan penelitian ini. Dalam penelitian

kualitatif ini, peneliti menelusuri tentang kesulitan siswa dalam memecahkan

masalah fisika berbentuk grafik.

3.3.1 Langkah – Langkah Penelitian

Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengkaji dan

mempelajari beberapa penelitian tentang kemampuan analisis grafik yang telah

ada. Langkah ini dilakukan dengan cara mencari dan membaca berbagai jurnal

ataupun artikel dari internet, perpustakaan dan sumber lainnya. Setelah

mempelajari jurnal dari penelitian yang telah ada, langkah selanjutnya adalah

penyusunan instrumen penelitian yang dimulai dengan membuat desain tes

diagnostik yang meliputi kisi – kisi tes diagnostik, penulisan soal tes diagnostik

dan rubrik penilaian tes diagnostik. Dalam kisi - kisi soal terkandung indikator

indikator soal yang akan ditulis. Selanjutnya tes diagnostik akan di uji cobakan.

Uji coba tes diagnostik dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya

instrumen dalam memperoleh data. Setelah instrumen diuji coba, dilakukan

analisis hasil tentang validitas, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran.

Hasil analisis data hasil uji coba digunakan sebagai masukan untuk merevisi/

menyempurnakan perangkat agar dihasilkan perangkat yang layak untuk

digunakan. Setelah instrument layak digunakan maka dilakukan pengambilan

24

Uji coba soal

Ya

Referensi dari jurnal

dan buku

Masukan dari dosen

yang berpembimbing

Melakukan kajian

pustaka tentang

penelitian yang

telah ada

Penyusunan instrument

berupa tes diagnostik

Soal layak pakai?

Pelaksanaan tes diagnostik

Wawancara

Menarik Kesimpulan

Menganalisis hasil tes

Menganalisis hasil

wawancara

Tidak

data. Setelah data diperoleh, dilakukan analisis karakteristik butir tes yang

meliputi validitas dan reliabilitas.

Data yang diperoleh juga dianalisis berdasarkan teknik analisis deskriptif

untuk mengetahui kesulitan siswa terhadap masalah fisika berbentuk grafik pada

masing-masing indikator. Untuk lebih jelasnya, desain penelitian ditunjukkan

pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Desain Penelitian

25

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Metode Tes

Metode Tes yang digunakan pada penelitian ini merupakan tes diagnostik

yang disusun untuk dapat mengetahui kesulitan siswa dalam memecahkan

masalah fisika yang berbentuk grafik. Berdasarkan indikator pencapaian KKM

dan kemampuan memahami grafik dihasilkan kisi - kisi tes yang terdapat pada

Lampiran 9 dan soal yang terdapat pada lampiran 10. Indikator tes berdasarkan

pencapaian KKM yang dimaksud yaitu: (1) memahami grafik GLB dan GLBB;

(2) menentukan posisi dan jarak tempuh berdasarkan grafik; (3) menentukan

kecepatan berdasarkan grafik; (4) menentukan kelajuan berdasarkan grafik; serta

(5) menentukan percepatan berdasarkan grafik. Sementara itu, kemampuan

memahami grafik yang dimaksud adalah kemampuan interpretasi, kemampuan

prediksi, baik interpolasi maupun ekstrapolasi dan kemampuan transformasi. Data

yang diambil dengan metode tes berupa hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan

tes diagnostik.

3.4.2 Metode Wawancara

Wawancara yang dilakukan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang

mendalam dan mendukung mengenai apa yang telah didapatkan dari tes tertulis.

Wawancara yang dilakukan adalah mengenai jawaban yang dikerjakan oleh siswa.

Untuk menghindari agar tidak ada data yang terlewatkan maka digunakan

recorder untuk merekam semua informasi selama wawancara.

26

3.5 Analisis Perangkat Tes Ujicoba

3.5.1 Uji Validitas Butir Soal

Menurut Arikunto (2009: 76), dalam konteks item soal, sebuah item soal

dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap total skor.

Validitas soal diukur dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar

yang dikemukakan oleh Pearson :

Keterangan:

rxy : koefisien antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang

dikorelasikan

X : skor item soal tertentu

Y : skor total

Setelah diperoleh harga rxy, kemudian harga rxy dibandingkan dengan r

kritik product moment tabel dengan taraf α = 5%, jika rxy> rtabel, maka soal

dikatakan valid, demikian sebaliknya. Validitas ini masih dikategorikan menjadi

tiga kriteria, yaitu: rendah, cukup, tinggi dan sangat tinggi. Butir soal yang dipakai

diambil dari soal yang memiliki validitas dengan kriteria cukup, tinggi dan sangat

tinggi seperti yang disajikan dalam Tabel 3.2 (Arikunto, 2009: 75).

Tabel 3.2 Kriteria Validitas Soal Ujicoba Instrumen

Rentang Validitas Kriteria

0,8 ≤ r ≤ 1,0 Sangat Tinggi

0,6 ≤ r ≤ 0,8 Tinggi

0,4 ≤ r ≤ 0,6 Cukup

0,2 ≤ r ≤ 0,4 Rendah

0 ≤ r ≤ 0,2 Sangat Rendah

27

Hasil perhitungan validitas ujicoba soal sidapatkan dan dibandingkan

dengan rtabel korelasi product moment dengan taraf signifikansi 5%. Jika rxy >

rtabel, butir soal valid. Jumlah soal yang diujikan sebanyak 18 butir soal.

Berdasarkan hasil analisis validitas butir soal didapat semua soal dinyatakan valid.

3.5.2 Uji Reliabilitas Butir Soal

Instrumen soal yang baik memiliki kualitas valid dan reliabel. Sebuah tes

dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut memberikan data

hasil yang ajeg (tetap) walaupun diberikan pada waktu yang berbeda kepada

responden yang sama (Arikunto, 2009).

Menurut Arikunto (2006), untuk menguji reliabilitas soal uraian sebagai

berikut:

Keterangan:

r11 : reliabilitas instrument

n : banyaknya butir soal

∑σi2 : jumlah varians skor tiap item

σi2

: varians total

Adapun pedoman untuk memberikan interprestasi reliabilitas menurut

Sugiyono (2013) ditampilkan oleh Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Reliabititas Soal

28

Setelah r11 diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga rtabel. Apabila

r11 > rtabel maka dikatakan instrument tersebut reliabel. Dari hasil perhitungan

diperoleh rhitung soal= 0,78 dengan taraf signifikansi 5% didapatkan rtabel soal =

0,404, karena rhitung > rtabel maka soal tersebut dikatakan reliabel.

3.5.3 Uji Kesukaran Butir Soal

Sebuah soal dikatakan baik jika mengandung tingkat kesulitan yang

bervariasi dan proporsional. Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya

suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index).

Analisis tingkat kesukaran soal ini dilakukan menggunakan data hasil

uji coba soal dengan membandingkan jumlah siswa yang menjawab benar

dibandingkan jumlah keseluruhan siswa (Arikunto, 2009: 208), seperti yang

ditunjukkan dalam persamaan berikut:

Keterangan:

P : indeks kesukaran

B : jumlah siswa menjawab benar

JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Penafsiran mengenai indeks kesukaran disajikan dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Ujicoba

29

3.5.4 Uji Daya Beda Butir Soal

Daya beda (DB) soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk

membedakan siswa yang telah menguasai materi dan belum menguasai materi.

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskrimasi.

Rumus untuk mencari besarnya daya beda suatu soal adalah sebagai berikut:

Keterangan :

DB : Daya Beda

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab

dengan benar

BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab

dengan benar

N : Jumlah siswa yang mengerjakan tes

Hasil perhitungan daya beda soal dibandingkan dengan kriteria daya beda

soal seperti yang tersaji dalam Tabel 3.5

Tabel 3.5 Kriteria Daya Beda Soal Ujicoba

3.6 Analisis Data

3.6.1 Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Berbentuk Grafik

Kemampuan siswa memahami grafik didapat dari hasil pekerjaan siswa

dalam mengerjakan soal diagnostik. Analisis data disini menggunakan metode

analisis deskriptif untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah fisika dalam bentuk grafik. Adapun rumus untuk analisis

deskripsi persentase menurut Ali yang dikutip oleh Irawati ( 2014) yaitu:

Rentang Validitas Kriteria

0 < DB ≤ 0,19 Soal tidak dipakai

0,2 < DB ≤ 0,29 Soal diperbaiki

0,3 < DB ≤ 0,39 Soal diterima tapi perlu diperbaiki

0,4 < DB ≤ 1,0 Soal diterima dengan baik

30

Menurut Walandauw sebagaimana dikutip oleh Bakri (2012) untuk kriteria

kemampuan pemecahan masalah berbentuk grafik dapat dilihat pada Tabel 3.6

Tabel 3.6 Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik

Kategori Persentase

Baik Sekali 78% - 100%

Baik 66% - 79%

Sedang 56% - 65%

Kurang ≤ 55%

3.6.2 Analisis Profil Kesulitan Siswa

Analisis kesulitan siswa yaitu berdasarkan KKM, profil materi, prasyarat

pengetahuan, miskonsepsi dan tahapan pemecahan masalah. Untuk analisis

berdasarkan KKM dan profil materi menggunakan persentase skor siswa

digunakan rumus:

Ketentuan kategori kesulitan berdasarkan pencapaian KKM :

KKM ketuntasan : 65 %, siswa mengalami kesulitan jika :

% skor ≤ 35% : kategori kuat

% skor > 35% : kategori lemah

Untuk analisis kesulitan berdasarkan pengetahuan prasyarat miskonsepsi dan

tahapan pemecahan masalah menggunakan rumus yang sama tetapi bukan

31

menggunakan skor melainkan frekuensi. Ketentuan kategori kesulitan siswa

terdapat pada Tabel 3.7 (Sudijono, 2011).

Tabel 3.7 Kriteria Kesulitan Siswa

Persentase (%) Kategori

80 – 100 Sangat Tinggi

66 – 79 Tinggi

40 – 65 Sedang

0 – 39 Rendah

Untuk mendukung hasil analisis tentang profil kesulitan pemecahan

masalah siswa di atas maka ditambah dengan hasil wawancara yang telah

dilakukan untuk mendeskripsikan kesulitan siswa dalam pemecahan masalah

fisika berbentuk grafik.

32

48.3

34.36

53.01 48.61

0

10

20

30

40

50

60

Interpretasi Prediksi Interpolasi Prediksi Ekstrapolasi Transformasi

Pe

rse

nta

se (

% )

Jenis Kemampuan Grafik

Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik

Kemampuan pemecahan masalah berbentuk grafik yang diukur disini yaitu

kemampuan pemecahan masalah yang berkaitan dengan kemampuan interpretasi

grafik, memprediksi grafik, baik interpolasi maupun ekstrapolasi dan transformasi

suatu grafik (Nugroho & Darsono, 2007).

Proses pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes diagnostik yang

disusun untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah berbentuk

grafik seperti pada lampiran 9. Hasil pengambilan data digambarkan pada Gambar

4.1. Analisis data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

Gambar 4.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik

33

Gambar 4.1 menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan masalah

berbentuk grafik yang paling tinggi adalah kemampuan siswa dalam

mengekstrapolasi grafik, yaitu sebesar 53,01%. Persentase yang paling rendah adalah

kemampuan siswa dalam menginterpolasi grafik, yaitu sebesar 34,36%.

4.1.2 Profil Kesulitan Siswa

Selain kemampuan pemecahan masalah fisika berbentuk grafik, pada

penelitian ini juga dianalisis profil kesulitan siswa. Profil kesulitan yang dianalisis

disini berdasarkan: (1) pencapaian KKM; (2) pengetahuan prasyarat; (3) profil

materi; (4) miskonsepsi; serta (5) tahap – tahap pemecahan masalah. Analisis data

dilakukan berdasarkan hasil siswa dalam mengerjakan tes diagnostik yang telah

dilaksanakan dan didukung oleh hasil wawancara.

4.1.2.1 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian KKM

KKM merupakan kependekan dari Kriteria Ketuntasan Minimal yang

digunakan sebagai acuan untuk menyatakan ketuntasan peserta didik dalam

mengikuti suatu pembelajaran. KKM yang ditetapkan di SMP Negeri 6 Petarukan

sebagai lokasi penelitian yaitu 65 %. Siswa tidak mengalami kesulitan jika

persentasenya ≤ 35 %. Hasil penelitian profil kesulitan siswa berdasarkan

pencapaian KKM digambarkan oleh Gambar 4.2.

34

50.23 54.44

49.42

55.90 61.46

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

Paham GLB &GLBB

MenentukanJarak Tempuh &

Posisi

Menentukankecepatan

MenentukanKelajuan

MenentukanPercepatan

Pe

rse

nta

se S

kor(

%)

Indikator Tes Diagnostik

Profil Kesulitan Berdasarkan Pencapaian KKM

Gambar 4.2 Profil Kesulitan Berdasarkan Pencapaian KKM

Gambar 4.2 menunjukan bahwa kesulitan siswa dalam pemecahan masalah

berbentuk grafik berdasarkan pencapaian KKM mempunyai persentase yang tidak

berbeda jauh antara satu indikator dengan indikator lainnya. Kesulitan siswa

berdasarkan pencapaian KKM memiliki persentase kesulitan paling tinggi adalah

indikator menentukan percepatan, yaitu sebesar 61,46 %. Persentase kesulitan yang

paling rendah adalah indikator menentukan kecepatan, yaitu sebesar 49,42%.

4.1.2.2 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasaan Pengetahuan

Prasyarat

Pengetahuan prasyarat sangat penting dalam usaha pemecahan masalah,

karena pengetahuan prasyarat merupakan bekal pengetahuan untuk dapat

mempelajari suatu pengetahuan baru. Pada tes diagnostik ini, pengetahuan

prasyarat yang harus dimiliki siswa yaitu pengetahuan tentang luas bangun datar,

35

operasi hitung dan persamaan linier sederhana yang dilihat pada Lampiran 7.

Profil kesulitan siswa berdasarkan penguasaan pengetahuan prasyarat dapat dilihat

pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasaan Pengetahuan

Prasyarat

Dari Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa siswa masih mengalami kesulitan

dalam operasi hitung dan persamaan linier pada pengetahuan prasyarat yang harus

dimiliki. Keduanya memiliki persentase kesulitan yang sama, yaitu sebesar 52,78%.

Untuk pengetahuan prasyarat siswa dalam menguasai luas bangun datar, persentase

kesulitan siswa sebesar 16,67%.

4.1.2.3 Analisis Kesulitan Siswa Terhadap Profil Materi

Analisis kesulitan siswa terhadap profil materi bertujuan untuk mengetahui

sub – sub materi yang sudah dan belum dikuasai oleh siswa dimana data

16.67

52.78 52.78

0

10

20

30

40

50

60

Luas bangun datar Operasi hitung Persamaan linier

Pe

rse

nta

se (

% )

Pengetahuan Prasyarat

Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Penguasaan Pengetahuan Prasyarat

36

59.55 57.22 61.46

35.94

53.5

0

10

20

30

40

50

60

70

Jarak danPerpindahan

Kecepatan danKelajuan

Percepatan GLB GLBB

Pre

sesn

tase

( %

)

Sub - Sub Materi

Profil Kesulitan Siswa Terhadap Profil Materi

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Berikut ini profil kesulitan siswa

terhadap profil materi yang diperlihatkan pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Profil Kesulitan Siswa Terhadap Profil Materi

Dari Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa berdasarkan pendekatan profil

materi, siswa mengalami kesulitan paling besar pada sub materi percepatan.

Persentase kesulitan siswa pada sub materi percepatan sebesar 61,46 %.

Persentase kesulitan terendah terletak pada sub materi gerak lurus beraturan atau

GLB, yaitu sebesar 35,94 %.

4.1.2.4 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Miskonsepsi

Pada penelitian ini, analisis terhadap pendekatan miskonsepsi pada materi

Kinematika Gerak Lurus terbatas pada sub materi kecepatan dan kelajuan.

Persentase siswa yang mengalami kesulitan berdasarkan miskonsepsi sub materi

37

80

160 160

0

020406080

100120140160180

0 20 40 60 80

s (m

)

t (s)

kecepatan dan kelajuan didapatkan dari jumlah siswa yang mengalami

miskonsepsi dibagi dengan jumlah keseluruhan siswa. Dari hasil analisis data

yang dapat dilihat pada Lampiran 7, persentase kesulitan berdasarkan miskonsepsi

yaitu sebesar 63,89 %. Contoh hasil jawaban siswa yang menunjukan adanya

miskonsepsi yang dialami siswa seperti soal yang menguji kemampuan siswa

dalam menentukan kecepatan dan kelajuan dari detik ke 40 sampai ke 60 pada

grafik yang sama yaitu pada Gambar 4.5 dan jawaban siswa disajikan pada

Gambar 4.6.

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Jarak Terhadap Waktu

Gambar 4.6 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Berkaitan Dengan Miskonsepsi

38

25

45.83

68.65

77.18

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Tahap memahamimasalah

Tahap membuatrencana

Tahap pelaksanaanrencana

Tahap PeninjauanKembali

Pre

sesn

tase

( %

)

Langkah Pemecahan Masalah

Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah

4.1.2.5 Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah

Pada penelitian ini tahapan pemecahan masalah yang dipakai yaitu tahapan

pemecahan masalah menurut Polya. Tahapan pemecahan masalah polya dimulai

dari pemahaman masalah. Setelah siswa dapat memahami masalahnya dilanjutkan

dengan pembuatan rencana pemecahan masalah. Pembuatan rencana diteruskan

dengan melaksanakan pemecahan masalah tersebut serta diakhiri dengan

peninjauan kembali solusi yang telah diperoleh. Untuk perhitangan selengkapnya

untuk setiap tahapan polya dilihat pada Lampiran 8. Berikut profil kesulitan siswa

berdasarkan tahapan pemecahan masalahnya yang disajikan pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan

Masalahnya

39

Dari Gambar 4.7 dapat diketahui bahwa berdasarkan tahapan tahapan

pemecahan masalah menurut Polya, siswa mengalami kesulitan paling besar pada

tahap peninjauan kembali. Persentase kesulitan siswa pada tahap meninjau

kembali sebesar 77,18 %. Sementara itu, persentase kesulitan terendah pada tahap

memahami masalah adalah tahapan memahami masalah yaitu sebesar 25,00 %.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Berbentuk Grafik

4.2.1.1 Interpretasi Grafik

Hasil penelitian dari kemampuan ini yang disajikan pada Gambar 4.1

menunjukan bahwa kemampuan siswa pada kemampuan ini tergolong kurang

sesuai kriteria yang ditunjukkan oleh Tabel 3.6. Kemampuan interpretasi grafik

disini mencakup beberapa indikator, yaitu menghitung gradien dan mengetahui

besaran apa yang ditunjukan gradien, serta dapat mengambil informasi dari grafik

tersebut.

Sebagian siswa dapat menghitung gradien yang ditunjukan grafik, tetapi

tidak dapat mengetahui besaran apa yang dimaksud seperti jawaban siswa untuk

soal yang menguji kemampuan siswa dalam menentukan percepatan berdasarkan

grafik hubungan kecepatan terhadap waktu disajikan pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8. Hasil Pekerjaan Siswa Dalam Menentukan Percepatan

40

Berdasarkan jawaban di atas dapat dilihat bahwa siswa tidak mengetahui

satuan yang tepat yang menunjukkan bahwa siswa tersebut hanya mengetahui

perhitungan matematisnya tanpa mengetahui besaran apa yang dicari. Sejalan

dengan itu, Planinic et al. (2011), melakukan penelitian yang membandingkan arti

/ makna gradien suatu grafik pada konteks fisika dan konteks matematika.

Planinic et al. (2011), mengatakan bahwa pemahaman makna gradien grafik pada

konteks fisika masih sangat lemah daripada konteks matematika.

4.2.1.2 Kemampuan Memprediksi

Pada kemampuan ini indikator yang diukur yaitu memperkirakan

berdasarkan grafik baik itu keadaan di dalam grafik / interpolasi maupun keadaan

di luar grafik/ekstrapolasi. Kemampuan memprediksi dalam penelitian ini terbatas

pada bentuk grafik linier. Sesuai dengan data yang disajikan pada Gambar 4.1,

pada kemampuan memprediksi keadaan di dalam grafik / interpolasi dapat

digolongkan kurang sesuai kriteria yang ditunjukkan oleh Tabel 3.6.

Pada kemampuan memprediksi keadaan di luar grafik / ekstrapolasi

didapatkan persentase yang lebih baik daripada kemampuan interpolasi siswa

sesuai dengan data yang disajikan pada Gambar 4.1 yaitu dapat digolongkan

dalam kategori kurang. Rata – rata kemampuan memprediksi grafik baik

interpolasi maupun ekstrapolasi didapatkan persentasenya yaitu 43,63 %.

Keterampilan memprediksi termasuk memiliki tingkat kesulitan menengah, sesuai

hasil penelitian yang dilakukan Nugroho dan Darsono (2007). Pada soal yang

mengukur kemampuan memprediksi, sebagian siswa cenderung berpikir secara

kongkret dengan perkiraan seperti yang ditunjukkan pada jawaban salah satu

41

siswa yang disajikan pada Gambar 4.9 untuk jawaban dari soal yang membuat

siswa memperkirakan posisi benda pada detik ke-7 berdasarkan grafik yang

tersedia.

Gambar 4.9 Hasil Pekerjaan Siswa Dalam Memperkirakan Posisi Benda

Berdasarkan wawancara dari siswa tersebut, dia hanya beranggapan setiap detik

posisinya akan bertambah lima meter tanpa memikirkan konsep gerak lurus.

4.2.1.3 Kemampuan transformasi

Kemampuan transformasi merupakan kemampuan yang tergolong

memiliki kesulitan yang paling tinggi diantara yang lainnya sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan Nugroho & Darsono (2007). Indikator dalam

kemampuan tersebut yaitu memahami makna fisis dari sebuah grafik. Memahami

makna dari sebuah grafik tidaklah sederhana, karena dibutuhkan pemahaman

mendalam dan kemampuan kognitif yang cukup baik agar dapat menjelaskan

makna dari grafik yang ditanyakan. Pada kemampuan transformasi ini, dari hasil

pengerjaan siswa didapatkan persentase sebesar 48,61% sesuai yang ditunjukkan

Gambar 4.1. Hasil kemampuan transformasi grafik yang dimiliki siswa tergolong

dalam kategori kurang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Beichner

42

(1994) menunjukkan bahwa kemampuan dalam mengartikan grafik masih rendah.

Salah satu kesalahan yang umum siswa masih kesulitan dalam membedakan arti

grafik jarak terhadap waktu dengan kecepatan terhadap waktu.

Pada kemampuan transformasi pada penelitian ini, siswa diminta

menjelaskan dari sebuah grafik baik termasuk gerak lurus beraturan (GLB)

maupun gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Siswa cenderung hanya bisa

menjawab bahwa grafik itu termasuk gerak GLB atau GLBB tanpa menjelaskan

bagaimana kecepatan dan percepatan yang terjadi dari gerak tersebut.

4.2.2 Profil Kesulitan Siswa

4.2.2.1 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan KKM

Pada profil kesulitan siswa berdasarkan KKM memiliki rata – rata

persentase untuk semua indikatornya yaitu 53,01%. Nilai ini lebih besar dari batas

KKM untuk siswa SMP N 6 Petarukan yaitu harus lebih rendah dari 35%. Hal ini

berarti secara umum siswa masih belum tuntas dan masih mengalami kesulitan.

Berdasarkan Gambar 4.2 persentase siswa masih di bawah batas

ketuntasan untuk indikator siswa dapat memahami grafik GLB dan GLBB. Siswa

tidak kesulitan dalam membedakan grafik GLB dan GLBB, tetapi kesulitan dalam

memahami bagaimana keadaan kecepatan dan percepatan pada grafik GLB dan

GLBB. Hal ini ditunjukkan dari jawaban siswa untuk soal yang menuntut siswa

mampu mengidentifikasi grafik termasuk GLB ataupun GLBB dan bagaimana

kecepatan dan percepatannya, siswa cenderung hanya mampu menyebutkan jenis

grafik tanpa menjelaskan bagaimana kecepatan dan percepatannya.

43

Selain pada indikator dapat memahami grafik GLB dan GLBB, siswa juga

mengalami kesulitan pada semua indikator yang ada. Hal ini mungkin

dikarenakan penguasaan konsep dari siswa tentang gerak lurus. Berikut ini

disajikan hasil pengerjaan siswa yang menunjukkan adanya kurangnya

penguasaan konsep.

Siswa diminta menentukan jarak tempuh selama 4 sekon dan

memprediksikan jarak pada detik ke 20 dari sebuah grafik gerak lurus beraturan

dengan kecepatan 20 m/s. Jawaban siswa disajikan pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kurangnya Penguasaan

Konsep

Dapat dilihat dari hasil pengerjaan siswa, siswa dapat mengerjakan dengan

tepat untuk soal yang menentukan jarak tempuh berdasarkan grafik tetapi dapat

dilihat bahwa ada kesulitan yang terjadi pada soal selanjutnya untuk menentukan

kecepatan benda berdasarkan grafik gerak lurus beraturan. Berdasarkan

wawancara yang dilakukan, siswa menjawab bahwa s (jarak) dari soal yang

diminta untuk dicari kecepatannya adalah 80 meter dan didapatkan dari s (jarak)

pada soal sebelumnya yaitu menentukan jarak tempuh sampai detik ke 4. Dapat

44

disimpulkan bahwa siswa belum memahami konsep gerak lurus beraturan yang

memiliki kecepatan yang selalu tetap.

Sejalan dengan itu Pujianto et al. (2013), melakukan penelitian tentang

konsepsi siswa pada konsep gerak lurus beraturan menemukan bahwa sebagian

besar responden memiliki konsepsi yang salah. Konsepsi yang salah ini

dikarenakan siswa yang menjadi responden menganggap jika suatu kendaraan

bergerak dengan arah dan kecepatan tetap selama 10 menit merupakan gerak lurus

berubah beraturan.

4.2.2.2 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Pengetahuan Prasyarat

Beberapa siswa di dalam kelas biasanya akan kesulitan untuk memulai

mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan oleh dikarenakan mereka belum

memiliki pengetahuan prasyarat. Misalnya, untuk mempelajari perkalian siswa

harus sudah mempelajari penjumlahan. Siswa yang tidak menguasai penjumlahan

akan kesulitan mengikuti pembelajaran tentang perkalian. Pada tes diagnostik ini

ada tiga pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa yaitu mengetahui rumus

luas bangun datar, menguasai operasi hitung dan menguasai persamaan linier

sederhana. Berdasarkan hasil analisis data yang ditunjukkan pada Gambar 4.3,

sesuai kriteria yang kesulitan menurut Sudijono (2011) maka tingkat kesulitan

siswa dalam hal penguasaan luas bangun datar tergolong rendah. Penguasaan

terhadap luas bangun datar digunakan dalam menentukan jarak tempuh dari

sebuah grafik hubungan kecepatan terhadap waktu. Kesulitan yang umumnya

terjadi yaitu siswa salah dalam menggunakan rumus luas bangun datar seperti

pada jawaban siswa untuk soal yang mencari jarak tempuh selama 4 detik pada

45

grafik gerak lurus beraturan hubungan kecepatan terhadap waktu dengan

kecepatan 20 m/s. Jawaban siswa tersebut disajikan pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kurangnya

Pengetahuan Prasyarat

Dari jawaban siswa tersebut terlihat siswa salah menggunakan rumus luas, karena

jawaban yang tepat menggunakan luas persegi panjang dan jawaban siswa

menggunakan luas segitiga.

Persentase kesulitan pengetahuan prasyarat operasi hitung ditunjukkan

oleh Gambar 4.3 dan termasuk dalam kategori kesulitan sedang. Secara umum,

siswa masih mengalami kesulitan dalam operasi hitung. Hal ini juga didukung

dari hasil wawancara yang dilakukan seperti pada Lampiran 11 mengatakan

bahwa mengalami kesulitan dalam perhitungan. Berikut contoh hasil pengerjaan

siswa yang disajikan pada Gambar 4.12 dan hasil wawancara yang menunjukan

bahwa terdapat kesulitan dalam operasi hitung. Pada soal siswa diminta

menentukan kelajuan berdasarkan grafik hubungan jarak terhadap waktu.

Gambar 4.12 Hasil Pekerjaan Siswa Yang Menunjukkan Kesulitan Dalam

Operasi Hitung

46

Kesulitan siswa dalam operasi hitung sesuai dengan hasil penelitian dari

Rusilowati (2006) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab kesulitan belajar

siswa yaitu kesulitan dalam operasi hitung atau perhitungan matematisnya. Selain

itu, penyebab lainnya yaitu pemahaman konsep dan mengkonversian satuan.

Berdasarkan Gambar 4.3 juga, pengetahuan prasyarat siswa terhadap penguasaan

persamaan linear sederhana termasuk dalam kategori sedang. Penguasaan

persamaan linear sederhana digunakan untuk membantu memprediksi berdasarkan

grafik baik interpolasi maupun ekstrapolasi.

4.2.2.3 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil Materi

Profil kesulitan siswa berdasarkan profil materi ini digunakan untuk

mengetahui persentase kesulitan siswa dalam menguasai suatu materi untuk setiap

sub materinya. Sub materi dari materi dari penelitian ini yaitu jarak dan

perpindahan; kecepatan dan kelajuan; percepatan; gerak lurus beraturan (GLB);

serta gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Analisis kesulitan ini juga

menggunakan KKM sebagai batas penguasaan siswa.

Dari lima sub materi pada materi gerak lurus ini, siswa masih mengalami

kesulitan, terutama pada sub materi percepatan yang memiliki persentase

kesulitan lebih tinggi dari dari persentase sub materi yang lainnya sesuai yang

tunjukkan pada Gambar 4.4. Kesulitan pada sub materi jarak dan perpindahan

umumnya dikarenakan siswa merasa kesulitan dalam memprediksi jarak tempuh

berdasarkan grafik yang ada.

Siswa paling mengalami kesulitan dalam menguasai sub materi

percepatan. Hal ini dikarenakan siswa belum memahami konsep percepatan sesuai

47

dengan hasil penelitian Pujianto et al. (2013), yaitu siswa memiliki pemahaman

bahwa percepatan adalah kecepatan dibagi waktu. Konsepsi ini didasarkan pada

rumus percepatan, tetapi belum memahami benda yang dipercepat maka jarak

yang ditempuh setiap detiknya mengalami peningkatan. Persentase kesulitannya

yaitu 62,50 %.

4.2.2.4 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Miskonsepsi

Seperti yang dijelaskan pada bagian hasil penelitian, kesulitan siswa

berdasarkan miskonsepsi disini terbatas pada miskonsepsi dalam materi kecepatan

dan kelajuan saja. Persentase kesulitan siswa yaitu 68,89% dan berdasarkan

kriteria Sudijono (2001) termasuk dalam kategori tinggi. Miskonsepsi yang umum

terjadi yaitu siswa tidak bisa membedakan antara kecepatan dan kelajuan. Seperti

jawaban siswa untuk Gambar 4.5 yang ditunjukan pada hasil penelitian profil

kesulitan siswa berdasarkan miskonsepsi. Jawaban tersebut menunjukkan jawaban

yang tepat untuk masalah tentang konsep kelajuan, tetapi tidak tepat dalam

menjawab tentang konsep kecepatan. Kesulitan terlihat ketika siswa juga

menjawab dengan cara dan hasil yang sama untuk menentukan kecepatan benda.

Ketika dilakukan wawancara, siswa ditanyai tentang adakah perbedaan antara

kelajuan dan kecepatan. Siswa tersebut menjawab dengan ragu – ragu bahwa tidak

ada perbedaannya. Hal ini menunjukkan telah terjadi miskonsepsi yaitu siswa

menganggap tidak ada perbedaan antara kelajuan dan juga kecepatan. Salah satu

penyebab terjadinya miskonsepsi dikarenakan faktor bahasa dan kebiasaan yang

sehari – hari dipakai oleh siswa. Misalnya warga Indonesia umumnya

menyebutkan bahwa fungsi speedometer untuk mengukur kecepatan benda.

48

Padahal sebenarnya speedometer digunakan untuk mengukur kelajuan dari suatu

benda.

Sejalan dengan itu, Pujianto et al. (2013), mengatakan siswa masih sulit

membedakan antara konsep kelajuan dan kecepatan. Miskonsepsi ini diawali

ketika siswa tidak mampu menentukan jarak dan perpindahannya.

4.2.2.5 Profil Kesulitan Siswa Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah

Tahapan pemecahan masalah yang dipakai disini berdasarkan tahapan

menurut Polya. Tahapannya dimulai dari pemahaman masalah, membuat rencana,

melaksanakan rencana dan memeriksa kembali. Berdasarkan hasil analisis

kesulitan yang ditunjukkan pada Gambar 4.6, rata rata persentase siswa yang

mengalami kesulitan pada tahap memeriksa kembali termasuk dalam kategori

sangat tinggi.

Untuk persentase siswa yang masih memiliki kesulitan pada tahap

melaksanakan rencana tergolong dalam kategori tinggi. Selanjutnya, untuk

persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap membuat rencana

termasuk dalam kategori sedang. Dan terakhir, untuk persentase siswa yang

mengalami kesulitan pada tahap memahami masalah termasuk kategori rendah

menurut Sudijono (2011).

Persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap tahap pemecahan

masalah Polya berurutan dari rendah ke tinggi yaitu dimulai tahap memahami

masalah, tahap membuat rencana, tahap melaksanakan rencana dan tahap

memeriksa kembali. Urutan persentase ini sesuai dengan penelitan yang

49

dilakukan oleh Andriani et al. (2016), tentang analisis kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal gerak lurus.

Pada tahap memahami masalah, siswa tidak terlalu mendapat kesulitan.

Siswa mengalami kesulitan dimulai dari tahap membuat rencana dikarenakan

pada tahap membuat rencana siswa mengalami kebingungan dan tidak

mengetahui rumus-rumus yang tepat yang harus digunakan dan siswa tidak dapat

menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajarinya. Pada tahap melaksanakan

rencana siswa mengalami masalah, misalnya pada salah satu pengetahuan

prasyaratnya yaitu pada operasi hitung. Pada tahap peninjauan kembali, siswa

paling mengalami kesulitan yang dikarenakan siswa yang tidak meninjau

kembali jawabannya dengan alasan kehabisan/kekurangan waktu dan merasakan

kebingungan atau justru siswa merasa yakin dengan jawabannya.

4.3 Keterbatasan Masalah

Penelitian mengenai kemampuan pemecahan masalah fisika berbentuk

grafik dan profil kesulitan siswa ini memiliki beberapa keterbatasan masalah

dalam pelaksanaannya. Pada penelitian ini, cakupan pemecahan masalah

berbentuk grafik hanya pada materi kinematika gerak lurus dan profil kesulitan

siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik pada materi gerak lurus

dideskripsikan tanpa adanya tindakan (treatment) remidiasi sebagai tindak lanjut

dari tes diagnostik yang dilakukan.

50

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil

simpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika berbentuk grafik

memilik persentase tergolong rendah untuk kemampuan interpretasi grafik

sebesar 48,30%; kemampuan interpolasi sebesar 34,36%; kemampuan

ekstrapolasi sebesar 53,01%; dan kemampuan transformasi sebesar

48,61%.

2. Profil kesulitan siswa pada penelitian ini berdasarkan pencapaian KKM,

pengetahuan prasyarat, profil materi, miskonsepsinya, serta tahap – tahap

pemecahan masalahnya. Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan

penguasaan KKM, siswa masih mengalami untuk semua indikator pada

profil kesulitan ini yaitu (1) memahami grafik GLB dan GLBB sebesar

50,23 %; (2) menentukan posisi dan jarak tempuh berdasarkan grafik

sebesar 54,44 %; (3) menentukan kecepatan berdasarkan grafik sebesar

49,42 %; (4) menentukan kelajuan berdasarkan grafik sebesar 55,90 %;

serta (5) menentukan percepatan berdasarkan grafik sebesar 61,46 %. Pada

profil kesulitan siswa berdasarkan pengetahuan prasyarat, persentase siswa

yang mengalami kesulitan dalam menentukan luas bangun datar 16,67 %

termasuk kategori rendah. Persentase kesulitan siswa dalam operasi hitung

51

dan persamaan linier sama yaitu 52,78 % termasuk dalam kategori sedang.

Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan profil materi, persentase

kesulitan siswa dalam tiap sub - sub materi yaitu sub materi jarak dan

perpindahan sebesar 59,55 %; kecepatan dan kelajuan sebesar 57,22 %;

percepatan sebesar 61,46 %; GLB sebesar 35,94 %; serta GLBB sebesar

53,50 %. Untuk profil kesulitan siswa berdasarkan miskonsepsi,

persentase kesulitan siswa yaitu 63,89 % dan termasuk dalam kategori

tinggi. Serta yang terakhir, profil kesulitan siswa berdasarkan tahap –

tahap pemecahan masalah. Persentase kesulitan siswa untuk tiap tahapan

yaitu tahap memahami masalah sebesar 25,00 % termasuk kategori rendah,

tahap membuat rencana sebesar 45,83 % termasuk kategori sedang, tahap

melaksanakan rencana sebesar 68,63 % termasuk kategori tinggi, serta

tahap peninjauan kembali sebesar 77,28 % termasuk kategori tinggi.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, disarankan agar

sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk pemecahan masalah berbentuk

grafik selain materi kinematika gerak lurus misalnya pada materi termodinamika

atau bisa juga pada kinematika gerak melingkar. Selain itu, perlu adanya tindakan

(treatment) remidiasi sebagai tindak lanjut dari tes diagnostik yang dilakukan dan

perlu pembiasaan siswa dalam menghadapi permasalahan berbentuk grafik.

52

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, L.N.Y., Darsikin, & A. Hatibe. 2016. Analisis Kesulitan Siswa dalam

Menyelesaikan Soal Gerak Lurus. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako

(JPFT), 4(3): 36-41.

Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Rupa

Aksara.

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT

Bumi Rupa Aksara.

Astin, A. W. 1993. The Philosophy and Practice of Assessment and Evaluation in

a Higher Education. New York: Maxwell Maxmillan.

Bakri, M. 2012. Kemampuan Siswa Memahami Grafik Pada Konsep Biologi :

Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas I Man Kupang. Thesis. Bandung :

Universitas Pendidikan Indonesia.

Beichner, R.J. 1994. Testing Student Interpretation Of Kinetic Graph. American

Journal of Physics, 62:750-762 .

Bunawan ,W., A. Setiawan, Nahadi, & A. Rusli. 2015. Penilaian Pemahaman

Representasi Grafik Materi Optika Geometri Menggunakan Tes Diagnostik.

Cakrawala Pendidikan, 34(2):257-267.

Depdiknas. 2007. Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Mata Pelajaran IPA

SMP/MTs. Jakarta: Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Djaali & Muljono. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:

PT.Grasindo.

Gagne, L.J. Briggs, & W.W. Wager. 1992. Principles of Instructional Design.

New York: Holt Rinehart & Winston.

Glazer, N. 2011. Challenges with Graph Interpretation : A Review of the

Literature. Studies in Science Education, 47(2): 183-210.

Gok, T., & Silay. 2010 The Effects of Problem Solving Strategies on Students’

Achievement, Attitude and Motivation. Latin-American Journal of Physics

Education, 4(1) : 7-21.

53

Irawati, D.R. 2014. Analisis Penguasaan Konsep Fisika Pada Pokok Bahasan

Besaran Dan Satuan Kelas X Sma Negeri 1 Sale Rembang. Skripsi.

Semarang: FMIPA UNNES.

Irham, M. & Wiyani. 2013. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Kemdikbud. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Online Tersedia di

http://kbbi.co.id [diakses 12-02-2016].

Marjani. 2013. Makalah Media Pembelajaran Grafik. Tersedia di

http://documents.tips/documents/makalah-media-grafis.html[diakses 20-03-

2016].

McDermot, L.C., M.L. Rosenquist, & E.H. Vanzee . 1987. Student Difficulties In

Connecting From Kinematic. American Journal of Physics, 55:503-513.

Nazam S, Meltem S., & Ali B. 2012. Investigating students’ abilities related to

graphing skill. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 46: 2942 – 2946.

Nugroho, S.E., & Darsono. 2007. Model Pembelajaran Dengan Peningkatan

Guided Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Interpretasi Grafik Pada

Mahasiswa Fisika. Laporan Penelitian. Semarang : FMIPA UNNES.

Planinic, M., Z.M. Sipus, H. Katic, A. Susan, & L. Ivanjek. 2011. Comparison of

Students Understanding of Line Graph Slope in Physics and Mathematics.

International Journal of Science and Mathematics Education, 10:1393-

1414.

Pujianto, A., Nurjannah, & I.W.Darmadi. 2013. Analisis Konsepsi Siswa Pada

Konsep Kinematika Gerak Lurus. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako

(JPFT), 1(1): 16-21.

Purwanto, M.N. 2002. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran.

Bandung : Remaja Rosdakarya .

Rusilowati, A. 2006. Profil Kesulitan Belajar Fisika Pokok Bahasan Kelistrikan

Siswa SMA di Kota Semarang. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 10(2):

100-106.

Schunk, D.H. 2012. Learning Theories: An Educational Perspective. Translated

by Eva & Rahmat. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

54

Subali, B., D. Rusdiana, H. Firman, & I. Kaniawati. 2015. Analisis Kemampuan

Interpretasi Grafik Kinematika pada Mahasiswa Calon Guru Fisika.

Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015

(SNIPS 2015), Bandung, 8 dan 9 Juni.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif,dan RnD. Bandung : Alfabeta.

Wardani. 1991. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Perbaikan Belajar. Jakarta:

Ditjen Binbaga Islam dan Universitas Terbuka.

Zainul & Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.

55

Lampiran 1.

Daftar Kode Siswa Ujicoba

No Simbol

1 UC-1

2 UC-2

3 UC-3

4 UC-4

5 UC-5

6 UC-6

7 UC-7

8 UC-8

9 UC-9

10 UC-10

11 UC-11

12 UC-12

13 UC-13

14 UC-14

15 UC-15

16 UC-16

17 UC-17

18 UC-18

19 UC-19

20 UC-20

21 UC-21

22 UC-22

23 UC-23

24 UC-24

25 UC-25

26 UC-26

27 UC-27

28 UC-28

29 UC-29

30 UC-30

31 UC-31

32 UC-32

33 UC-33

34 UC-34

35 UC-35

36 UC-36

37 UC-37

56

Lampiran 2.

Daftar Simbol Siswa Penelitian

No Simbol

1 S-1

2 S-2

3 S-3

4 S-4

5 S-5

6 S-6

7 S-7

8 S-8

9 S-9

10 S-10

11 S-11

12 S-12

13 S-13

14 S-14

15 S-15

16 S-16

17 S-17

18 S-18

19 S-19

20 S-20

21 S-21

22 S-22

23 S-23

24 S-24

25 S-25

26 S-26

27 S-27

28 S-28

29 S-29

30 S-30

31 S-31

32 S-32

33 S-33

34 S-34

35 S-35

36 S-36

Lampiran 3.

Analisis Hasil Uji Coba

No Kode Nomor Soal

∑Y ∑Y2

1a 1b 1c 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 6c 7 8a 8b

1 UC-3 4 4 3 4 3 2 4 4 4 3 2 2 4 3 4 1 2 2 55 3025

2 UC-23 4 2 4 2 4 4 2 2 0 4 4 3 4 4 4 4 1 2 54 2916

3 UC-15 4 4 2 3 2 2 4 4 2 1 4 2 4 2 2 4 4 2 52 2704

4 UC-1 2 4 4 4 2 2 0 4 3 3 4 4 2 3 1 4 1 4 51 2601

5 UC-5 2 4 4 2 4 2 2 2 4 2 4 1 4 4 1 4 2 2 50 2500

6 UC-33 2 4 4 3 4 2 2 0 2 3 4 1 4 4 4 3 0 0 46 2116

7 UC-14 1 4 4 4 4 1 1 3 2 3 4 2 1 4 1 4 1 2 46 2116

8 UC-30 2 0 4 4 4 1 2 2 4 2 4 2 1 4 2 4 2 1 45 2025

9 UC-29 4 2 2 3 2 2 2 2 2 3 4 4 1 4 2 3 1 1 44 1936

10 UC-26 4 2 2 3 2 2 2 2 2 3 4 4 1 4 2 3 0 1 43 1849

11 UC-36 4 2 3 0 4 0 1 0 0 2 4 0 4 3 2 4 4 2 39 1521

12 UC-24 4 1 3 0 3 0 1 0 0 2 3 0 3 3 2 4 2 2 33 1089

13 UC-31 2 2 3 0 2 3 0 1 0 0 3 0 1 4 4 4 0 1 30 900

14 UC-16 3 1 3 3 3 0 0 2 1 2 3 0 2 4 0 1 2 1 31 961

15 UC-28 4 4 4 2 4 1 0 1 0 1 4 0 0 1 0 2 0 0 28 784

16 UC-32 0 1 2 1 2 1 2 2 3 2 2 0 3 2 2 0 1 0 26 676

No Kode Nomor Soal

∑Y ∑Y2

1a 1b 1c 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 6c 7 8a 8b

17 UC-22 0 2 2 1 2 0 2 1 0 1 3 0 3 3 1 2 1 0 24 576

18 UC-37 2 2 2 1 2 0 0 1 0 2 2 0 2 0 0 4 1 1 22 484

19 UC-34 0 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 0 3 2 2 0 0 0 22 484

20 UC-9 0 1 2 1 2 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 0 1 23 529

21 UC-35 0 1 2 1 0 2 2 1 1 2 2 0 2 2 2 0 1 1 22 484

22 UC-18 2 2 2 2 0 0 0 1 0 2 1 0 1 3 1 4 0 0 21 441

23 UC-11 0 2 3 2 3 1 0 1 1 1 1 0 0 2 0 1 1 1 20 400

24 UC-21 0 0 2 1 2 0 1 1 3 2 2 0 2 2 2 0 0 0 20 400

ΣX 50 52 68 48 62 29 34 40 37 50 72 25 54 69 43 60 27 27 847 33517

Σ(X2) 166 154 210 136 192 63 80 98 103 122 242 75 162 227 113 214 61 53

2.08 2.17 2.83 2.00 2.58 1.21 1.42 1.67 1.54 2.08 3.00 1.04 2.25 2.88 1.79 2.50 1.13 1.13

XY 2061 2063 2542 1941 2363 1219 1364 1611 1494 1903 2767 1206 2066 2623 1670 2381 1101 1142

rxy 0.62609 0.58859 0.567 0.65 0.5149 0.614 0.483 0.591 0.461 0.544 0.736 0.768 0.418 0.5832 0.422 0.547 0.445 0.66

rtabel 0.4044 0.4044 0.404 0.4 0.4044 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.4044 0.404 0.404 0.404 0.4

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

No.

Soal 1a 1b 1c 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 6c 7 8a 8b

σi 2.58 1.72 0.72 1.67 1.33 1.16 1.33 1.31 1.91 0.74 1.08 2.04 1.69 1.19 1.50 2.67 1.28 0.94

σi2 6.64 2.97 0.52 2.78 1.76 1.36 1.76 1.70 3.67 0.55 1.17 4.16 2.85 1.42 2.24 7.11 1.63 0.89

∑σi2 45.2

σt

2 151.0

r11 0.74 RealibitasTinggi

No 1a 1b 1c 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 6c 7 8a 8b

P 0.52 0.54 0.71 0.50 0.65 0.30 0.35 0.42 0.39 0.52 0.75 0.26 0.56 0.72 0.45 0.63 0.28 0.28

Kriteri

a Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sukar Sedang Mudah Sedang Sedang Sukar Sukar

MA 3.08 2.75 3.25 2.67 3.17 1.67 1.92 2.08 2.08 2.58 3.75 2.08 2.75 3.50 2.25 3.50 1.67 1.75

MB 1.08 1.58 2.42 1.33 2.00 0.75 0.92 1.25 1.00 1.58 2.25 0.00 1.75 2.25 1.33 1.50 0.58 0.50

DP 0.50 0.29 0.21 0.33 0.29 0.23 0.25 0.21 0.27 0.25 0.38 0.52 0.25 0.31 0.23 0.50 0.27 0.31

Kriteri

a

Diterim

a

Diterim

a

dengan

Perbaik

an

Diperb

aiki

Diteri

ma

dengan

Perbaik

an

Diteri

ma

dengan

Perbaik

an

Diperb

aiki

Diperb

aiki

Diperb

aiki

Diperb

aiki

Diperb

aiki

Diteri

ma

dengan

Perbaik

an

Diteri

ma

Diperb

aiki

Diterim

a

dengan

Perbaik

an

Diperba

iki Diterima

Diperba

iki

Diterima

dengan

Perbaika

n

Lampiran 4.

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah berbentuk Grafik

No

Kode

Siswa

Nomor Soal

Intepretasi

Prediksi

Transformasi Interpolasi Ekstrapolasi

1b 2a 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 3c 8a 8b 1c 2b 6b 1a 6c 7

1 S-1 4 4 1 0 1 1 1 0 0 1 0 2 0 0 2 4 2 2

2 S-2 4 0 1 0 1 1 1 0 0 1 2 1 4 0 2 4 2 2

3 S-3 4 3 1 1 0 0 3 0 4 1 0 0 0 2 4 4 2 2

4 S-4 4 4 2 0 3 3 4 4 2 4 1 4 4 2 3 2 1 4

5 S-5 4 2 2 2 3 2 4 1 4 2 2 2 4 4 4 4 2 2

6 S-6 4 3 2 2 2 3 4 1 4 0 0 0 4 4 4 2 4 3

7 S-7 4 4 1 1 2 3 4 2 1 3 1 2 4 4 4 0 1 4

8 S-8 4 4 1 1 2 2 2 2 4 4 2 2 0 4 0 4 0 1

9 S-9 2 2 0 0 0 2 1 0 1 1 0 0 2 0 3 2 1 4

10 S-10 4 4 2 1 2 4 3 4 4 1 2 2 2 4 4 0 2 3

11 S-11 2 0 0 1 0 2 4 0 4 0 4 2 3 4 3 4 2 4

12 S-12 2 2 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 3 3 2 0 0 1

13 S-13 4 4 1 1 0 4 3 4 3 0 1 1 4 4 4 4 4 4

14 S-14 4 4 1 1 2 2 2 2 4 4 2 2 0 4 0 4 0 1

15 S-15 4 2 1 2 0 4 3 4 3 0 0 0 2 1 0 4 3 2

No

Kode

Siswa

Nomor Soal

Intepretasi

Prediksi

Transformasi Interpolasi Ekstrapolasi

1b 2a 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 3c 8a 8b 1c 2b 6b 1a 6c 7

16 S-16 2 4 1 2 3 2 2 0 3 2 3 1 2 2 2 0 2 0

17 S-17 2 4 0 2 0 1 3 0 3 1 1 0 0 2 3 0 1 2

18 S-18 4 2 1 2 0 4 3 4 3 0 1 1 2 1 0 4 3 2

19 S-19 4 4 1 2 1 2 2 0 3 1 1 1 0 0 2 4 2 0

20 S-20 4 4 0 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 0 1

21 S-21 1 1 2 2 1 2 2 0 2 1 1 1 2 0 2 0 2 0

22 S-22 4 4 0 0 0 2 1 0 1 1 4 4 4 0 3 4 1 4

23 S-23 2 2 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 3 3 2 1 0 1

24 S-24 4 4 2 0 3 0 3 0 0 0 0 2 0 1 0 2 0 0

25 S-25 4 4 0 1 0 2 0 2 0 4 2 0 2 2 2 1 2 2

26 S-26 0 3 2 1 0 0 3 0 0 4 2 0 2 1 0 4 0 0

27 S-27 4 2 0 0 4 0 1 0 0 0 0 2 0 2 0 4 2 2

28 S-28 4 4 4 0 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 2

29 S-29

4 4 2 0 3 3 4 4 2 4 1 0 4 2 3 2 1 4

30 S-30 4 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 4 0 2 4 0 1

No

Kode

Siswa

Nomor Soal

Transformasi

Intepretasi

Prediksi

Interpolasi Ekstrapolasi

1b 2a 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 3c 8a 8b 1c 2b 6b 1a 6c 7

31 S-31 4 4 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0

32 S-32 4 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 4 0 2 4 0 1

33 S-33 4 2 4 2 0 0 3 0 4 0 2 2 0 2 4 4 2 2

34 S-34 1 1 1 2 3 2 2 0 3 2 1 0 2 2 2 0 2 0

35 S-35 1 1 1 2 3 2 2 0 3 2 1 0 2 2 2 0 2 0

36 S-36 4 3 1 1 3 2 4 0 4 1 0 0 2 2 4 4 2 2

Presentase(%) 48.3 34.36 53.01

48.61 43.63

Lampiran 5.

Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Profil Materi

No Kode

Nomor Soal

Skor Kategori

Siswa Jarak danPerpindahan Kecepatan dan Kelajuan Percepatan GLB GLBB

3a 8a 8b 1a 3c 4a 4b 5a 5b 3b 6a 1c 2a 1b 2b 6b 6c 7

1 S-1 1 0 2 4 1 1 1 1 0 0 0 0 4 4 0 2 2 2 34.72 Lemah

2 S-2 1 2 1 4 1 1 1 1 0 0 0 4 0 4 0 2 2 2 36.11 Lemah

3 S-3 1 0 0 4 1 0 0 3 0 1 4 0 3 4 2 4 2 2 43.06 Lemah

4 S-4 2 1 4 2 4 3 3 4 4 0 2 4 4 4 2 3 1 4 70.83 Kuat

5 S-5 2 2 2 4 2 3 2 4 1 2 4 4 2 4 4 4 2 2 69.44 Kuat

6 S-6 2 0 0 2 0 2 3 4 1 2 4 4 3 4 4 4 4 3 63.89 Lemah

7 S-7 1 1 2 0 3 2 3 4 2 1 1 4 4 4 4 4 1 4 62.50 Lemah

8 S-8 1 2 2 4 4 2 2 2 2 1 4 0 4 4 4 0 0 1 54.17 Lemah

9 S-9 0 0 0 2 1 0 2 1 0 0 1 2 2 2 0 3 1 4 29.17 Lemah

10 S-10 2 2 2 0 1 2 4 3 4 1 4 2 4 4 4 4 2 3 66.67 Kuat

11 S-11 0 4 2 4 0 0 2 4 0 1 4 3 0 2 4 3 2 4 54.17 Lemah

12 S-12 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 3 2 2 3 2 0 1 27.78 Lemah

13 S-13 1 1 1 4 0 0 4 3 4 1 3 4 4 4 4 4 4 4 69.44 Kuat

14 S-14 1 2 2 4 4 2 2 2 2 1 4 0 4 4 4 0 0 1 54.17 Lemah

15 S-15 1 0 0 4 0 0 4 3 4 2 3 2 2 4 1 0 3 2 48.61 Lemah

16 S-16 1 3 1 0 2 3 2 2 0 2 3 2 4 2 2 2 2 0 45.83 Lemah

17 S-17 0 1 0 0 1 0 1 3 0 2 3 0 4 2 2 3 1 2 34.72 Lemah

18 S-18 1 1 1 4 0 0 4 3 4 2 3 2 2 4 1 0 3 2 51.39 Lemah

No Kode

Nomor Soal

Skor Kategori

Siswa Jarak danPerpindahan Kecepatan dan Kelajuan Percepatan GLB GLBB

3a 8a 8b 1a 3c 4a 4b 5a 5b 3b 6a 1c 2a 1b 2b 6b 6c 7

19 S-19 1 1 1 4 1 1 2 2 0 2 3 0 4 4 0 2 2 0 41.67 Lemah

20 S-20 0 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 0 1 76.39 Kuat

21 S-21 2 1 1 0 1 1 2 2 0 2 2 2 1 1 0 2 2 0 30.56 Lemah

22 S-22 0 4 4 4 1 0 2 1 0 0 1 4 4 4 0 3 1 4 51.39 Lemah

23 S-23 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 3 2 2 3 2 0 1 29.17 Lemah

24 S-24 2 0 2 2 0 3 0 3 0 0 0 0 4 4 1 0 0 0 29.17 Lemah

25 S-25 0 2 0 1 4 0 2 0 2 1 0 2 4 4 2 2 2 2 41.67 Lemah

26 S-26 2 2 0 4 4 0 0 3 0 1 0 2 3 0 1 0 0 0 30.56 Lemah

27 S-27 0 0 2 4 0 4 0 1 0 0 0 0 2 4 2 0 2 2 31.94 Lemah

28 S-28 4 4 4 4 2 4 4 4 4 0 4 4 4 4 4 2 4 2 86.11 Kuat

29 S-29 2 1 0 2 4 3 3 4 4 0 2 4 4 4 2 3 1 4 65.28 Kuat

30 S-30 1 1 1 4 1 1 1 1 0 0 0 4 0 4 0 2 0 1 30.56 Lemah

31 S-31 0 0 0 4 0 4 0 0 0 0 0 0 4 4 0 0 0 0 22.22 Lemah

32 S-32 1 1 1 4 1 1 1 1 0 0 0 4 0 4 0 2 0 1 30.56 Lemah

33 S-33 4 2 2 4 0 0 0 3 0 2 4 0 2 4 2 4 2 2 51.39 Lemah

34 S-34 1 1 0 0 2 3 2 2 0 2 3 2 1 1 2 2 2 0 36.11 Lemah

35 S-35 1 1 0 0 2 3 2 2 0 2 3 2 1 1 2 2 2 0 36.11 Lemah

36 S-36 1 0 0 4 1 3 2 4 0 1 4 2 3 4 2 4 2 2 54.17 Lemah

Presentase(%) 70.8

3

65.97 68.06 33.3

3

63.19 59.72 52.0

8

40.2

8

70.

83

76.

39

46.53 45

.14

31.

25

17.

36

50.0

0

45.

83

62.50 54.8

6

53.01

59.55 57.22 61.46 35.94 54.40

Lampiran 6.

Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Pencapaian KKM

No Kod

e

Nomor Soal

Skor

Katego

ri

Siswa

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5

1a 6c 7 1b 2b 3a 8a 8b 1c 2a 3c 5a 5b 6b 4a 4b 3b 6a

1 S-1 4 2 2 4 0 1 0 2 0 4 1 1 0 2 1 1 0 0 34.7

2 Lemah

2 S-2 4 2 2 4 0 1 2 1 4 0 1 1 0 2 1 1 0 0 36.1

1 Lemah

3 S-3 4 2 2 4 2 1 0 0 0 3 1 3 0 4 0 0 1 4 43.0

6 Lemah

4 S-4 2 1 4 4 2 2 1 4 4 4 4 4 4 3 3 3 0 2 70.8

3 Kuat

5 S-5 4 2 2 4 4 2 2 2 4 2 2 4 1 4 3 2 2 4 69.4

4 Kuat

6 S-6 2 4 3 4 4 2 0 0 4 3 0 4 1 4 2 3 2 4 63.8

9 Lemah

7 S-7 0 1 4 4 4 1 1 2 4 4 3 4 2 4 2 3 1 1 62.5

0 Lemah

8 S-8 4 0 1 4 4 1 2 2 0 4 4 2 2 0 2 2 1 4 54.1

7 Lemah

9 S-9 2 1 4 2 0 0 0 0 2 2 1 1 0 3 0 2 0 1 29.1

7 Lemah

No Kod

e

No. Soal

Skor

Katego

ri

Siswa Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5

1a 6c 7 1b 2b 3a 8a 8b 1c 2a 3c 5a 5b 6b 4a 4b 3b 6a

10 S-10 0 2 3 4 4 2 2 2 2 4 1 3 4 4 2 4 1 4 66.6

7 Kuat

11 S-11 4 2 4 2 4 0 4 2 3 0 0 4 0 3 0 2 1 4 54.1

7 Lemah

12 S-12 0 0 1 2 3 1 1 1 3 2 1 1 0 2 1 1 0 0 27.7

8 Lemah

13 S-13 4 4 4 4 4 1 1 1 4 4 0 3 4 4 0 4 1 3 69.4

4 Kuat

14 S-14 4 0 1 4 4 1 2 2 0 4 4 2 2 0 2 2 1 4 54.1

7 Lemah

15 S-15 4 3 2 4 1 1 0 0 2 2 0 3 4 0 0 4 2 3 48.6

1 Lemah

16 S-16 0 2 0 2 2 1 3 1 2 4 2 2 0 2 3 2 2 3 45.8

3 Lemah

17 S-17 0 1 2 2 2 0 1 0 0 4 1 3 0 3 0 1 2 3 34.7

2 Lemah

18 S-18 4 3 2 4 1 1 1 1 2 2 0 3 4 0 0 4 2 3 51.3

9 Lemah

19 S-19 4 2 0 4 0 1 1 1 0 4 1 2 0 2 1 2 2 3 41.6

7 Lemah

20 S-20 4 0 1 4 4 0 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 2 4 76.3

9 Kuat

No Kod

e

No. Soal

Skor

Katego

ri

Siswa

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5

1a 6c 7 1b 2b 3a 8a 8b 1c 2a 3c 5a 5b 6b 4a 4b 3b 6a

21 S-21 0 2 0 1 0 2 1 1 2 1 1 2 0 2 1 2 2 2 30.5

6 Lemah

22 S-22 4 1 4 4 0 0 4 4 4 4 1 1 0 3 0 2 0 1 51.3

9 Lemah

23 S-23 1 0 1 2 3 1 1 1 3 2 1 1 0 2 1 1 0 0 29.1

7 Lemah

24 S-24 2 0 0 4 1 2 0 2 0 4 0 3 0 0 3 0 0 0 29.1

7 Lemah

25 S-25 1 2 2 4 2 0 2 0 2 4 4 0 2 2 0 2 1 0 41.6

7 Lemah

26 S-26 4 0 0 0 1 2 2 0 2 3 4 3 0 0 0 0 1 0 30.5

6 Lemah

27 S-27 4 2 2 4 2 0 0 2 0 2 0 1 0 0 4 0 0 0 31.9

4 Lemah

28 S-28 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 0 4 86.1

1 Kuat

29 S-29 2 1 4 4 2 2 1 0 4 4 4 4 4 3 3 3 0 2 65.2

8 Kuat

30 S-30 4 0 1 4 0 1 1 1 4 0 1 1 0 2 1 1 0 0 30.5

6 Lemah

31 S-31 4 0 0 4 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 4 0 0 0 22.2

2 Lemah

No

Kod

e

No. Soal

Skor

Katego

ri

Siswa

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5

1a 6c 7 1b 2b 3a 8a 8b 1c 2a 3c 5a 5b 6b 4a 4b 3b 6a

32 S-32 4 0 1 4 0 1 1 1 4 0 1 1 0 2 1 1 0 0 30.5

6 Lemah

33 S-33 4 2 2 4 2 4 2 2 0 2 0 3 0 4 0 0 2 4 51.3

9 Lemah

34 S-34 0 2 0 1 2 1 1 0 2 1 2 2 0 2 3 2 2 3 36.1

1 Lemah

35 S-35 0 2 0 1 2 1 1 0 2 1 2 2 0 2 3 2 2 3 36.1

1 Lemah

36 S-36 4 2 2 4 2 1 0 0 2 3 1 4 0 4 3 2 1 4 54.1

7 Lemah

Presentase

(%)

33.3

3

62.5

0

54.8

6

17.3

6

50.0

0

70.8

3

65.9

7

68.0

6

45.1

4

31.2

5

63.1

9

40.2

8

70.8

3

45.8

3

59.7

2

52.0

8

76.3

9

46.5

3 46.9

50.23 54.44 49.42 55.90 61.46

Lampiran 7.

Analisis Kesulitan Berdasarkan Pengetahuan Prasyarat dan Miskonsepsi

Kode Nomor Soal

Luas

Bangun

Datar

Persamaan

Linear Sederhana

Operasi Hitung Miskonsepsi

1b 3a 2b 6b 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 5b

S-1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

S-2 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

S-3 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0

S-4 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1

S-5 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

S-6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1

S-7 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

S-8 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0

S-9 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0

S-10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1

S-11 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0

S-12 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

S-13 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1

S-14 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0

S-15 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1

S-16 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0

Kode Nomor Soal

Luas

Bangun

Datar

Persamaan

Linear Sederhana

Operasi Hitung Miskonsepsi

1b 3a 2b 6b 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 5b

S-17 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0

S-18 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1

S-19 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0

S-20 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

S-21 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0

S-22 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0

S-23 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

S-24 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0

S-25 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0

S-26 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0

S-27 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

S-28 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

S-29 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1

S-30 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

S-31 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0

S-32 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

S-33 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0

S-34 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1

Kode Nomor Soal

Luas

Bangun

Datar

Persamaan

Linear Sederhana

Operasi Hitung Miskonsepsi

1b 3a 2b 6b 1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b 5b

S-35 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1

S-36 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0

16.67 52.78 52.78 63.89

Keterangan: 1 = Tidak mengalami Kesulitan

0 = Mengalami Kesulitan

Lampiran 8.

Analisis Kesulitan Berdasarkan Tahapan Pemecahan Masalah

No Kode Tahap Memahami Masalah

1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b

1 S-1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1

2 S-2 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1

3 S-3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0

4 S-4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 S-5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 S-6 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0

7 S-7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 S-8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

9 S-9 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0

10 S-10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

11 S-11 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1

No Tahapan Persentase ( % )

1 Memahami masalah 25

2 Membuat rencana 45.83

3 Melaksanakan rencana 68.65

4 Peninjauan Kembali 77.18

No Kode Tahap Memahami Masalah

1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b

12 S-12 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1

13 S-13 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1

14 S-14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

15 S-15 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0

16 S-16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

17 S-17 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0

18 S-18 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1

19 S-19 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

20 S-20 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

21 S-21 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

22 S-22 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1

23 S-23 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1

24 S-24 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1

25 S-25 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0

26 S-26 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0

27 S-27 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1

28 S-28 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

29 S-29 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0

30 S-30 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1

31 S-31 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

32 S-32 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1

No Kode Tahap Memahami Masalah

1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b

33 S-33 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1

34 S-34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

35 S-35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

36 S-36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0

Presentase

Kesulitan ( % ) 25

No Kode Tahap Membuat Rencana

1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b

1 S-1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1

2 S-2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0

3 S-3 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0

4 S-4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1

5 S-5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

6 S-6 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0

7 S-7 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1

8 S-8 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1

9 S-9 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0

No Kode Tahap Membuat Rencana

1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b

10 S-10 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1

11 S-11 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1

12 S-12 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

13 S-13 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0

14 S-14 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1

15 S-15 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0

16 S-16 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

17 S-17 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0

18 S-18 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0

19 S-19 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0

20 S-20 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

21 S-21 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0

22 S-22 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1

23 S-23 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

24 S-24 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1

25 S-25 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0

26 S-26 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0

27 S-27 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1

28 S-28 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

29 S-29 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0

30 S-30 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

No Kode Tahap Membuat Rencana

1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b

31 S-31 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

32 S-32 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

33 S-33 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1

34 S-34 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0

35 S-35 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0

36 S-36 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0

Presentase

Kesulitan ( % ) 45.83

No Kode Tahap Melaksanakan Rencana

1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b

1 S-1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 S-2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 S-3 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0

4 S-4 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1

5 S-5 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0

6 S-6 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0

7 S-7 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0

8 S-8 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0

No Kode Tahap Melaksanakan Rencana

1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b

9 S-9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0

10 S-10 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0

11 S-11 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0

12 S-12 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

13 S-13 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0

14 S-14 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0

15 S-15 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0

16 S-16 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0

17 S-17 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0

18 S-18 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0

19 S-19 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

20 S-20 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1

21 S-21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

22 S-22 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1

23 S-23 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

24 S-24 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0

25 S-25 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

26 S-26 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0

27 S-27 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

28 S-28 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1

29 S-29 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0

No Kode Tahap Melaksanakan Rencana

1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b

30 S-30 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

31 S-31 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

32 S-32 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

33 S-33 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0

34 S-34 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0

35 S-35 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0

36 S-36 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0

Persentase

Kesulitan ( % ) 68.65

No Kode Tahap Peninjauan Kembali

1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b

1 S-1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 S-2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 S-3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0

4 S-4 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1

5 S-5 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0

6 S-6 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0

No Kode Tahap Peninjauan Kembali

1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b

7 S-7 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0

8 S-8 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0

9 S-9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 S-10 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0

11 S-11 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0

12 S-12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

13 S-13 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0

14 S-14 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0

15 S-15 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0

16 S-16 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

17 S-17 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

18 S-18 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0

19 S-19 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 S-20 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1

21 S-21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

22 S-22 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

23 S-23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

24 S-24 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

25 S-25 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

26 S-26 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

27 S-27 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

No Kode Tahap Peninjauan Kembali

1b 2a 2b 3a 3b 3c 4a 4b 5a 5b 6a 6b 8a 8b

28 S-28 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1

29 S-29 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0

30 S-30 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

31 S-31 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0

32 S-32 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

33 S-33 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0

34 S-34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

35 S-35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

36 S-36 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0

Presentase

Kesulitan ( % ) 77.18

Lampiran 9.

KISI KISI TES DIAGNOSTIK UNTUK MENGETAHUI KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH

FISIKA BERBENTUK GRAFIK

Materi : Gerak

Kelas : SMP

Bentuk Soal : Uraian

No. Indikator Soal Kemampuan Menganalisis Grafik(No soal)

Membaca grafik Memprediksi Mentransformasi

1. Memahami grafik GLB dan GLBB 1(a),6(c) Siswa dapat menjelaskan makna

fisis suatu grafik.

7 Siswa dapat menarik kesimpulan dari

grafik

2. Menentukan posisi dan jarak

tempuh benda berdasarkan grafik.

1(b),3(a) Siswa

dapat mengambil

informasi dari

grafik yang

dibutuhkan.

2 (b) Siswa dapat

mengekstrapolasi grafik

8(a)(b) Siswa dapat

menginterpolasi grafik

3. Menentukan kecepatan sesaat dan

rata rata suatu benda berdasarkan

grafik GLB maupun GLBB

5(a)(b) Siswa

dapat mengambil

informasi dari

grafik yang

dibutuhkan.

1(c) 6(b) Siswa dapat

mengekstrapolasi grafik

4. Menentukan kelajuan sesaat dan

rata rata suatu benda berdasarkan

grafik GLB maupun GLBB

4(a)(b) Siswa

dapat mengambil

informasi dari

grafik yang

dibutuhkan.

5. Menentukan percepatan benda

berdasarkan grafik GLB maupun

GLBB

3(b) 6(a) Siswa

dapat mengambil

informasi dari

grafik yang

dibutuhkan.

83

0

5

10

15

20

25

30

0 2 4 6

po

sisi

(x),

m

waktu(t), s

0

5

10

15

20

25

0 1 2 3 4 5

kece

pat

an(v

), m

/s

waktu(t), s

Lampiran 10.

Soal dan Kunci Jawaban

Tes Diagnostik Kesulitan Dalam Memecahkan Masalah Berbentuk Grafik

Mata Pelajaran : Fisika

Sekolah :

Nama :

Kelas :

Kerjakan soal soal berikut ini!

1. Sebuah mobil bergerak sesuai dengan yang ditunjukkan oleh grafik di bawah

ini.

a. Jelaskan gerak lurus apa yang terjadi pada grafik tersebut?

b. Tentukan jarak tempuh mobil setelah bergerak 4 sekon!

c. Berdasarkan grafik tersebut, Berapa kecepatan mobil setelah bergerak

selama 20 sekon?

2. Andi mengendarai sepeda untuk pergi ke sekolah dan gerak sepeda

menunjukkan gerak GLB sesuai yang ditunjukan grafik posisi benda terhadap

waktu.

84

0

50

100

150

200

0 10 20 30 40 50 60 70

jara

k(s)

, m

waktu(t), s

a. Hitunglah kecepatan benda pada saat t = 3 sekon!

b. Berdasarkan grafik tersebut, dimanakah posisi benda pada saat t =

7 sekon?

3. Seseorang mengadakan perjalanan menggunakan mobil dari kota A ke

kota B, diperlihatkan oleh grafik di bawah ini:

a. Berapa jarak yang ditempuh kendaraan tersebut selama selang

waktu dari menit ke- 30 sampai menit ke- 60 ?

b. Tentukan percepatan mobil dari selang waktu dari menit ke- 0

sampai menit ke- 30 !

Untuk No. 4 dan No.5

Mobil bergerak dari kota A ke kota B sesuai dengan yang digambarkan

grafik berikut.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0 10 20 30 40 50 60 70

kece

pat

an(v

), k

m/j

am

waktu(t), menit

85

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0 1 2 3 4 5

kece

pat

an(v

), m

/s

waktu(t), s

4. Tentukanlah kelajuan rata-rata dari benda bergerak yang memiliki grafik

seperti diatas :

a. Selama 20 detik pertama .

b. Selama detik ke 40 sampai detik ke 60.

5. Tentukanlah kecepatan rata-rata dari benda bergerak yang memiliki grafik

seperti diatas :

a. Selama detik ke 20 sampai detik ke 40.

b. Selama detik ke 40 sampai detik ke 60.

6. Sebuah mobil bergerak dengan grafik perjalanan tampak di bawah ini.

a. Tentukan percepatan mobil pada selang waktu 3 detik!

b. Berapa kecepatan yang dialami mobil yang bergerak itu pada

saat t= 8 sekon?

c. Jelaskan gerak lurus apa yang terjadi pada grafik tersebut?

7. Kecepatan suatu mobil melakukan perjalanan digambarkan oleh grafik

dibawah ini, berdasarkan grafik tersebut jelaskan gerak lurus apa yang

terjadi pada mobil mulai dari kota A sampai kota D !

86

0

5

10

15

20

25

30

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

kece

pat

an(v

), m

/s

waktu(t), s

8. Jarak tempuh sebuah bus karya wisata ditunjukkan oleh grafik di bawah

ini.

a. Berapa jarak tempuh mobil pada detik ke- 8?

b.Berapa jarak tempuh mobil pada detik ke- 12?

0

10

20

30

40

50

60

70

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

jara

k(s)

, m

waktu(t), s

A

B C

D

87

0

5

10

15

20

25

0 1 2 3 4 5

kece

pat

an(v

) , m

/s

waktu(t), s

0

5

10

15

20

25

0 1 2 3 4 5

kece

pat

an(v

) , m

/s

waktu(t), s

Jarak tempuh selama 4 sekon

KUNCI JAWABAN

1. a. Gerak lurus pada grafik tersebut?

Jawab:

Dapat dilihat pada grafik bahwa kecepatan mobil setiap

detiknya tidak berubah atau konstan yaitu 20 m/s, maka gerak

mobil tersebut merupakan gerak lurus beraturan (GLB). Sehingga

gerak mobil tersebut memiliki percepatan sama dengan 0 m/s2.

b. Jarak tempuh (s) setelah 4 sekon ?

Jawab:

Kecepatan setiap detik konstan yaitu 20 m/s, sehingga jarak

yang ditempuh mobil selama 4 sekon:

s = v. t = (20 m/s).(4 s) = 80 m

atau dengan menghitung luasannya yaitu

s = p x l

= 20 x 4

= 80 m/s

88

0

5

10

15

20

25

0 1 2 3 4 5

kece

pat

an(v

) , m

/s

waktu(t), s

v tidak berubah/konstan

0

5

10

15

20

25

30

0 1 2 3 4 5 6

Po

sisi

(x),

m

waktu(t), s

Jadi jarak yang ditempuh mobil selama 4 sekon yaitu 80 m.

c. Kecepatan mobil pada t = 20?

Jawab:

Dari grafik dapat dilihat bahwa tidak adanya perubahan

kecepatannya setiap detiknya atau konstan yaitu pada kecepatan 20

m/s, sehingga gerak grafik termasuk gerak lurus beraturan. Jadi,

kecepatan mobil pada t = 20 sekon yaitu tetap pada 20 m/s.

2. a. Ditanya: kecepatan benda saat t = 3 s?

Jawab : Dari grafik dapat dicari gradient / kemiringan dari grafik

tersebut yaitu

gradien =5

y2

y1

x2 x1

89

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0 10 20 30 40 50 60 70

kece

pat

an(v

),km

/jam

waktu(t), menit

Jarak tempuh dari t = 30 menit sampai t = 60

menit.

Gradient grafik tersebut menggambarkan dari besaran

kecepatan dari benda tersebut. Grafik juga menggambarkan

kecepatannya konstan yang dalam hal ini, kecepatan dari benda

tersebut merupakan gradient grafik yaitu 5 m/s. Karena konstan

maka kecepatan pada setiap detik sama termasuk pada t =3

yaitu 5 m/s.

Atau dicari:

b. Posisi pada t = 7 sekon?

Berdasarkan grafik benda termasuk gerak GLB maka

kecepatannya konstan yaitu 5 m/s. Maka, posisi pada saat t = 7

sekon yaitu

s = v.t

= 5.7

= 35 m

Jadi, posisi pada saat t = 7 sekon adalah 35 m dan gerak benda

merupakan gerak lurus beraturan(GLB).

3. a. Jarak tempuh benda saat t = 30 menit sampai 60 menit ?

90

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0 10 20 30 40 50 60 70

kece

pat

an(v

), k

m/j

am

waktu (t) ,menit

y1 x2 x1

Jawab : Jarak tempuh benda saat t = 30 menit sampai 60 menit

t = 30 menit = 0,5 jam

t = 60 menit = 1 jam

Jarak tempuh benda pada grafik merupakan luasan dari

grafik tersebut, maka dapat dilihat panjang luasan yaitu pada

sumbu y dan lebarnya di sumbu x.

Jadi jarak tempuh pada saat t = 30 menit sampai 60 menit :

s = p x l

= (40 - 0) km/jam x (1- 0,5) jam

= 20 km

Atau dapat dilihat jika pada saat t = 30 menit sampai 60

menit (kecepatan konstan sehingga, jarak tempuhnya

s = v.t

= 40 km/jam.0,5 jam

= 20 km

b. Percepatan benda saat t = 0 sampai 30 menit

Percepatan benda saat t = 0 sampai 30 menit adalah

gradient dari grafik tersebut dari menit ke 0 sampai menit ke 30.

y2

91

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 10 20 30 40 50 60 70

jara

k(s)

, m

waktu(t), s

= 80 km/jam2

= 0,06 m/s2

4. a. Kelajuan rata rata mobil selama 20 detik pertama?

Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa kelajuan pada detik ke

nol sampai ke 20 sama dengan gradient pada grafik pada detik yang

sama.

Selama 20 detik pertama :

Δs = s20 – s0

= 160 – 80

= 80 m

Δt =20 – 0 = 20 sekon

92

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 10 20 30 40 50 60 70

jara

k (s

), m

waktu(t), s

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 10 20 30 40 50 60 70

jara

k(s)

, m

waktu(t), s

s tetap = diam

b. Kelajuan selama detik ke 40 sampai detik ke 60?

Karena kelajuan merupakan jarak tempuh per waktu. Dan jarak tempuh

tidak mungkin bernilai negative, maka:

Δs = s40 – s60

= 160 – 0

= 160 m

Δt =60 – 40 = 20 sekon

5. a. Kecepatan rata rata mobil selama detik ke 20 sampai detik ke 40?

93

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0 10 20 30 40 50 60 70

jara

k(s)

, m

waktu(t), s

Dapat dilihat pada detik ke 20 sampai 40 terlihat bahwa tidak ada

perubahan jarak sehingga dapat dipastikan benda tidak bergerak atau

diam. Kecepatannya adalah 0 m/s.

Atau dengan perhitungan:

Selama detik ke 20 sampai detik ke 40:

Δs = s40 – s20

= 160 – 160

= 0 m

Δt =20 – 0 = 20 sekon

b. Kecepatan selama detik ke 40 sampai detik ke 60 :

Berbeda dengan kelajuan yang jarak tempuhnya tidak dapat

bernilai negative, kecepatan dengan perpindahannya yang dapat

negative. Sehingga perhitungannya:

Δs = ( s60 – s40)

= ( 0 – 160)

= – 160 m

94

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0 1 2 3 4 5

kece

pat

an(v

), m

/s

waktu(t), s

Δy

Δx

Δt = 60 – 40 = 20 sekon

6. a. Percepatan benda pada t = 3 s ?

Percepatan pada t = 3 sekon merupakan gradient dari grafik

tersebut dari detik ke 0 sampai detik 3.

Perhitungannya:

Δy = y2 – y1

= 6 – 0

= 6 m/s

Δx = y2 – y1

= 3 – 0

= 2 sekon

Jadi gradient grafik atau percepatan dalam hal ini :

2

95

0

5

10

15

20

25

30

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

kece

pat

an(v

), m

/s

waktu(t), s

A

B

Δx

Δy

b. Kecepatan pada detik ke 8?

Waktu (s) Kecepatan (m/s) Percepatan (m/s2)

1 2 2

2 4 2

3 6 2

4 8 2

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa percepatan yang

terjadi pada gerak tersebut konstan yaitu selalu 2 m/s2,

sehingga ketika t = 8 sekon percepatannya juga 2 m/s2.

m/s

c. Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa mobil melakukan

Gerak Lurus Berubah Beraturan dengan kecepatan yang terus

bertambah karena mobil tersebut memiliki percepatan yang

konstan yaitu 2 m/s2

.

7. Gerak yang terjadi dari kota A sampai D

Dari kota A ke kota B, mobil mengalami Gerak Lurus

Berubah Beraturan, dari awal diam di kota A bertambah sampai

pada kota B pada kecepatan 25 m/s berarti terjadi percepatan.

Percepatan disini merupakan besaran yang dipresentasikan oleh

96

0

5

10

15

20

25

30

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

kece

pat

an(v

), m

/s

waktu(t), s

A

B

0

5

10

15

20

25

30

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

kece

pat

an(v

), m

/s

waktu(t), s

A

B

Δy = y2 -y1

y1

gradien dan dapat dihitung percepatannya

2. Percepatannya konstan sampai detik ke 5 yaitu 5 2

.

Dari kota B ke kota C, mobil mengalami Gerak

Lurus Beraturan karena memiliki kecepatan konstan yaitu

pada 25 m/s. Karena kecepatan konstan maka

percepatannya sama dengan nol.

Dari kota C ke kota D, mobil mengalami Gerak

Lurus Berubah Beraturan, dari awal di kota C kecepatan 25

m/s berkurang sampai pada kota D pada kecepatan 10 m/s

berarti terjadi perlambatan Yng dipresentasikan oleh radien

pada grafik dari detik ke 7 sampai ke 10. Besarnya

perlambatan

2

. Perlambatan dari

detik ke 7 sampai ke 10 yaitu -5 2 .

Δx

y2

97

8. a. Jarak tempuh pada detik ke- 8?

b. Jarak tempuh pada detik ke- 12?

Waktu (s) Jarak (m) Kecepatan (m/s)

5 20 4

10 40 4

15 60 4

Dari grafik dapat dilihat bahwa grafik merupakan

grafik gerak lurus beraturan yang memiliki kecepatan yang

sama. Selain itu juga ditunjukan oleh tabel di atas bahwa

kecepatan dari bus tersebut konstan yaitu 4 m/s yang juga

merupakan gradient dari grafik tersebut.

Jadi untuk jarak tempuh pada detik ke- 8:

m

Dan untuk jarak tempuh pada detik ke- 12:

m

0

10

20

30

40

50

60

70

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

jara

k(s)

, m

waktu(t), s

98

Lampiran 11.

CUPLIKAN WAWANCARA

W : Pewawancara

Cuplikan wawancara dengan siswa S-20 dan S-28

.....................

W : Coba jelaskan hasil pekerjaan kalian pada tes ini?

S-20 dan S-28 : (keduannya menjelaskan kembali satu persatu)

W : Untuk yang no.1c mencari kecepatan mobil setelah 20 sekon

jawabannya benar?

S-28 : benar pak, 4 m/s.

W : Kenapa?

S-28 : karena kecepatan sama dengan jarak dibagi waktu.

W : Kalau Maulana sama (S-20).

S-20 : Sama. Kan jaraknya sama dengan 80 m.

W : 80 m itu darimana dapatnya?

S-20 dan S-28 : ( Keduanya sama – sama menjawab dari jawaban soal

sebelumnya yaitu 1b)

W : Saya mau tanya ini nol dibagi duapuluh hasilnya setengah (sambil

menunjukan hasil pekerjaan siswa)

S-28 : Bingung pak

W : Kalo setengah bagi setengah hasilnya berapa?

S-28 : hehehe berapa ya pak? Kayanya seperempat pak.

99

.....................

Cuplikan wawancara dengan siswa S-8 dan S-10

.....................

W : Coba jelaskan hasil pekerjaan kalian pada tes ini?

S-8 dan S-10 : (keduannya menjelaskan kembali satu persatu)

W : kalo no.2b mencari posisi benda pada sekon jawabannya apa?

S-8 : 35

W : Kenapa?

S-8 : karena setiap detik ditambah 5. Jadikan itu 5,10,15,20,25,30, nah

yang ke 7 kan 35.

W : Kalau Dwi (S-10),gimana sama?

S-10 : Sama aja pak.

W : Kalo satuannya?

S-10 : meter pak.

.....................

Cuplikan wawancara dengan siswa S-13 dan S-27

.....................

W : Kemarin kan udah ngerjain tes diagnostic, Coba jelaskan hasil

pekerjaan kalian pada tes ini? Bisa kan?

S-13 dan S-27 : (keduannya menjawab tidak jauh beda iya sedikit sedikit)

100

W : Dalam gerak lurus ada besaran apa aja?

S-13 : jarak, kecepatan, kelajuan,……..(sudah bingung)

W : trus? Gantian jawab, dua lagi aja.

S-27 : percepatan sama kelajuan pak.

W : Kalo percepatan sama kelajuan sama gak ya?

S-13 dan S-27 : Sama kayaknya pak.

W : Kenapa?

S-13 dan S-27 : kan satuannya sama juga pak.

.....................

Untuk Pertanyaan, “Kesulitan apa sih yang dialami waktu mengerjakan soal

tersebut?”,umumnya siswa menjawab bahwa merasa sulit jika kalo tidak ingat

dengan rumusnya dan banyak perhitungannya.

Selain itu, siswa juga mengatakan lebih susah penguasaan materinya daripada

dengan grafik.

101

Lampiran 12

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 5.1 Pelaksanaan Tes Ujicoba soal

Gambar 5.2 Pelaksanaan Tes Diagnostik

102

Gambar 5.3 Kegiatan wawancara dengan siswa

Gambar 5.4 Siswa menjelaskan hasil pekerjaannya saat wawancara

103

Lampiran 13

104

Lampiran 14.