Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

17
ANALISIS KESEJAHTERAAN PELAKU INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN PADA KOMUNITAS KLASTER MASYARAKAT NELAYAN PESISIR : SEBUAH PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM Indah Lestari dan Budisantoso Wirjodirdjo Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: [email protected] ; [email protected] Abstrak Industri pengolahan ikan (IPI) merupakan 1 dari 3 klaster unggulan penggerak pencipta lapangan kerja dan penurunan angka kemiskinan. Namun, hal ini tidak dibarengi dengan kebijakan pemerintah yang berpihak kepada pelaku pelaku dalam rantai pasok ikan. Misalnya adalah harga BBM pada nelayan yang akan berpengaruh terhadap tingkat ketersediaan bahan baku ikan. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif kebijakan pemerintah pada aliran rantai pasok klaster nelayan pesisir yang berdampak pada tingkat kesejahteraan pelaku industri pengolahan ikan. Metodologi penelitian yang dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan sistem dinamis, sebab sistem yang dikaji bersifat dinamis dan interdependensi, dimana timbulnya hambatan pada nelayan akan bedampak pada pelaku dalam rantai pasok ikan yaitu tengkulak dan industri pengolahan ikan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa kebijakan harga BBM bedampak secara signifikan terhadap naik turunnya keuntungan nelayan sebab biaya operasional ikut meningkat. Harga BBM juga berpengaruh terhadap saving IPI, namun tidak secara signifikan sebab daya beli ikan menjadi turun. Sedangkan kebijakan regulasi harga berpengaruh terhadap keuntungan tengkulak sebab, keuntungan menjadi berkurang. Kata kunci: kesejahteraan, klaster nelayan pesisir, dinamis ABSTRACT Fish processing industry (IPI) is 1 of 3 clusters superior force and employment creation in poverty reduction. However, this is not accompanied by government policies that favor the actors in the fish supply chain. For example of the government policies is fuel prices on fishermen who will affect the level of fish raw material availability. Thus, this research aims to provide an alternative government policy on cluster supply chain flow of coastal fishermen that affect the prosperity level of the fish processing industry. Research methodology in this study using a dynamic system approach, because the system under study is dynamic and interdependence, where the incidence of resistance to the fishermen will have an impact on actors in the supply chain of middlemen and fish processing industry. Based on research’s result, the fuel price policy significantly impact ups and downs of fisherman benefits because it increased operating costs. Fuel price also affect to saving IPI because the purchasing power of the fish to be down. While regulatory policies affect prices because middlemen profits is reduced profits. Keywords: prosperity, coastal fisherman claster, dynamic 1. Pendahuluan Banyaknya jenis dan jumlah industri pengolahan ikan tidak hanya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan pesisir, tetapi juga dapat menguatkan perekonomian nasional (Grahardyarini, 2008). Namun, Jumlah industri pengolahan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun ternyata masih terdapat banyak kendala. Kebijakan pemerintah saat ini cenderung membiarkan pelaku usaha berjalan sendiri-sendiri hingga tumbang dan belum memiliki prioritas kebijakan yang mengarah pada industri pengolahan ikan (Moeslim, 2008). Kondisi industri pengolahan ikan dapat dikatakan sedang mati suri (Moeslim, 2008). Hal ini disebabkan karena kapasitas produksi industri pengolahan baru 52% akibat minimnya bahan baku (Dinas Perikanan dan Kelautan, 2008). Kondisi ini semakin diperparah dengan kondisi tata niaga perikanan yang belum memadai dengan harga jual yang kerap dipermainkan tengkulak (Moeslim, 2008). Sehingga, perlu adanya kebijakan pemerintah yang

Transcript of Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

Page 1: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

ANALISIS KESEJAHTERAAN PELAKU INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN PADA

KOMUNITAS KLASTER MASYARAKAT NELAYAN PESISIR : SEBUAH

PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM Indah Lestari dan Budisantoso Wirjodirdjo

Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email: [email protected] ; [email protected]

Abstrak Industri pengolahan ikan (IPI) merupakan 1 dari 3 klaster unggulan penggerak pencipta

lapangan kerja dan penurunan angka kemiskinan. Namun, hal ini tidak dibarengi dengan

kebijakan pemerintah yang berpihak kepada pelaku pelaku dalam rantai pasok ikan. Misalnya

adalah harga BBM pada nelayan yang akan berpengaruh terhadap tingkat ketersediaan bahan

baku ikan. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif kebijakan pemerintah

pada aliran rantai pasok klaster nelayan pesisir yang berdampak pada tingkat kesejahteraan

pelaku industri pengolahan ikan. Metodologi penelitian yang dilakukan pada penelitian ini

dengan menggunakan sistem dinamis, sebab sistem yang dikaji bersifat dinamis dan

interdependensi, dimana timbulnya hambatan pada nelayan akan bedampak pada pelaku dalam

rantai pasok ikan yaitu tengkulak dan industri pengolahan ikan. Berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa kebijakan harga BBM bedampak secara signifikan

terhadap naik turunnya keuntungan nelayan sebab biaya operasional ikut meningkat. Harga BBM

juga berpengaruh terhadap saving IPI, namun tidak secara signifikan sebab daya beli ikan

menjadi turun. Sedangkan kebijakan regulasi harga berpengaruh terhadap keuntungan tengkulak

sebab, keuntungan menjadi berkurang.

Kata kunci: kesejahteraan, klaster nelayan pesisir, dinamis

ABSTRACT

Fish processing industry (IPI) is 1 of 3 clusters superior force and employment creation in poverty

reduction. However, this is not accompanied by government policies that favor the actors in the

fish supply chain. For example of the government policies is fuel prices on fishermen who will

affect the level of fish raw material availability. Thus, this research aims to provide an alternative

government policy on cluster supply chain flow of coastal fishermen that affect the prosperity level

of the fish processing industry. Research methodology in this study using a dynamic system

approach, because the system under study is dynamic and interdependence, where the incidence of

resistance to the fishermen will have an impact on actors in the supply chain of middlemen and

fish processing industry. Based on research’s result, the fuel price policy significantly impact ups

and downs of fisherman benefits because it increased operating costs. Fuel price also affect to

saving IPI because the purchasing power of the fish to be down. While regulatory policies affect

prices because middlemen profits is reduced profits.

Keywords: prosperity, coastal fisherman claster, dynamic

1. Pendahuluan

Banyaknya jenis dan jumlah industri

pengolahan ikan tidak hanya dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat

nelayan pesisir, tetapi juga dapat menguatkan

perekonomian nasional (Grahardyarini, 2008).

Namun, Jumlah industri pengolahan yang

semakin meningkat dari tahun ke tahun ternyata

masih terdapat banyak kendala. Kebijakan

pemerintah saat ini cenderung membiarkan

pelaku usaha berjalan sendiri-sendiri hingga

tumbang dan belum memiliki prioritas

kebijakan yang mengarah pada industri

pengolahan ikan (Moeslim, 2008). Kondisi

industri pengolahan ikan dapat dikatakan

sedang mati suri (Moeslim, 2008). Hal ini

disebabkan karena kapasitas produksi industri

pengolahan baru 52% akibat minimnya bahan

baku (Dinas Perikanan dan Kelautan, 2008).

Kondisi ini semakin diperparah dengan kondisi

tata niaga perikanan yang belum memadai

dengan harga jual yang kerap dipermainkan

tengkulak (Moeslim, 2008). Sehingga, perlu

adanya kebijakan pemerintah yang

Page 2: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

2

memperhitungkan daya dukung industri dan

daya serap pasar (Huseni, 2008). Tidak hanya

pada masalah pasar, namun juga pada nelayan

sebagai supplier ikan serta anggota dalam

klaster nelayan pesisir yang memerlukan

perhatian khusus kebijakan pemerintah (Siregar

dkk, 2007).

Kondisi nelayan sebagai supplier, bila nelayan

sudah tidak mampu untuk membeli BBM

sebagai bahan bakar perahunya, maka nelayan

akan membiarkan perahunya disandarkan saja di

pantai. Hal ini akan berdampak pada penurunan

produktivitas penangkapan ikan di laut

(Kusumastanto, 2005). Produktivitas nelayan

yang menurun berarti penurunan hasil

penangkapan ikan oleh nelayan. Bila penurunan

produktivitas penangkapan ikan berlangsung

secara terus menerus, maka dapat mengancam

penurunan ketersediaan supply bahan baku ikan

pada aliran rantai pasok setelah nelayan, seperti

industri pengolahan, usaha mikro, kecil dan

menengah (UKMK) untuk melakukan proses

produksi (Kusumastanto, 2005). Dalam jangka

panjang, permasalahan rantai pasok akan

berdampak pada kesejahteraan industri

pengolahan ikan sebagai bagian dari komunitas

klaster masyarakat nelayan pesisir.

Dari pemaparan mengenai kondisi pelaku yang

berperan dalam industri pengolahan ikan di

Indonesia, maka menjadi hal yang penting dan

perlu untuk diteliti lebih lanjut mengenai

kebijakan pemerintah yang seharusnya

dilakukan demi menjamin keberlanjutan industri

pengolahan ikan dalam jangka panjang.

Permasalahan keberlanjutan industri pengolahan

ikan menjadi masalah yang bersifat sistem dan

menarik untuk diteliti lebih lanjut. Bersifat

sistem sebab timbulnya hambatan pada nelayan

menjadi timbulnya hambatan pula pada industri

pengolahan ikan sebagai pelaku dalam rantai

pasok.

Kebijakan pemerintah seharusnya memberikan

dampak merugikan sekecil mungkin terhadap

kesejahteraan klaster masyarakat nelayan

pesisir. Oleh karena itu, perlu sebuah alat bantu

model yang cukup representatif dari waktu ke

waktu yang dapat digunakan para pengambil

kebijakan untuk memprediksi dampak kebijakan

pemerintah terhadap aliran rantai pasok. Model

yang dirasakan tepat dalam melakukan kajian

sesuai dengan permasalahan yang dihadapi

adalah sistem dinamik. Maka, dalam penelitian

ini terlebih dahulu dilakukan pembuatan model

untuk mengidentifikasi indikator-indikator yang

berhubungan dengan aliran rantai pasok ikan di

Indonesia kemudian disimulasikan. Dalam

model simulasi tersebut dimasukkan kebijakan

pemerintah yang berhubungan dengan aliran

rantai pasok komunitas klaster masyarakat

nelayan pesisir dan mengevaluasi pada

kebijakan seperti apa didapatkan alternatif

skenario perbaikan dari kebijakan pemerintah.

Tujuan dari penelitian ini adalah

mengidentifikasi variabel-variabel yang

berpengaruh terhadap sistem klaster nelayan

pesisir, lalu melakukan pemodelan sistemnya

sehingga diharapkan dapat memberikan

alternatif evaluasi kebijakan pemerintah pada

rantai pasok klaster nelayan pesisir yang akan

berdampak pada tingkat kesejahteraan pelaku

industri pengolahan ikan.

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini

yaitu dapat mengetahui variabel-variabel yang

berpengaruh terhadap kesejahteraan klaster

nelayan pesisir, sehingga dapat diketahui

perubahan perilaku dari keseluruhan sistem

apabila terjadi perubahan kebijakan atas

variabel yang dipilih. Penelitian ini juga

diharapkan dapat bermanfaat dengan

memberikan peringatan dini atas dampak

kebijakan pemerintah terhadap kesejejahteraan

klaster nelayan pesisir.

Pembahasan penelitian ini dibatasi pada

komunitas klaster nelayan pesisir di Kecamatan

Paciran, Lamongan Jawa Timur dengan

pendefinisian pelaku dalam rantai pasok adalah

nelayan sebagai produsen, TPI sebagai

distributor, dan industri pengolahan ikan

sebagai konsumen. Sedangkan skala industri

industri pengolahan ikan (IPI) yang diamati

berskala UKMK. Penelitian ini menggunakan

beberapa asumsi yaitu kebijakan pemerintah

yang berdampak langsung terhadap tingkat

kesejahteraan merupakan skenario dasar dalam

menentukan skenario lainnya, tingkat inflasi

dipicu oleh kenaikan harga BBM dan jumlah

sampel industri pengolahan ikan yang diamati

dianggap dapat mewakili kondisi sistem sebab

terdiri atas tiap-tiap jenis industri pengolahan

ikan yang berproduksi secara kontinyu.

2. Metodologi Penelitian

Bab ini akan menjelaskan langkah-langkah

terstruktur yang dilakukan dalam melakukan

penelitian ini. Langkah-langkah ini digunakan

Page 3: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

3

sebagai acuan sehingga penelitian dapat

berjalan secara sistematis sesuai dengan tujuan

dan waktu penelitian. Pada tahap identifikasi

masalah akan dijelaskan permasalahan di

lapangan yang akan dibahas dan diteliti

sehingga dapat ditemukan solusi dalam

menyelesaikan permasalahan. Tahap identifikasi

masalah meliputi identifikasi dan perumusan

masalah, penetapan tujuan dan manfaat

penelitian, dan studi pustaka. Permasalahan

dalam penelitian ini yaitu seberapa jauh

kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap

aliran rantai pasok komunitas klaster nelayan

pesisir yang akan berdampak pada tingkat

kesejahteraan pelaku industri pengolahan ikan.

Setelah mengidentifikasi dan merumuskan

masalah, selanjutnya adalah menentukan tujuan

dan manfaat penelitian seperti yang telah

dijelaskan pada bab pendahuluan. Sebagai dasar

penelitian, digunakan studi literatur sebagai

pedoman dalam menyelesaikan masalah dan

mencapai tujuan penelitian. Studi pustaka yang

dibutuhkan sebagai dasar dalam penelitian ini

diantaranya terkait dengan gambaran komunitas

klaster masyarakat nelayan pesisir, industri

pengolahan ikan, rantai pasok, serta mengenai

kebijakan pemerintah pada komunitas klaster

masyarakat nelayan pesisir. Pustaka yang

digunakan diambil dari buku–buku teks,

penelitian atau riset terdahulu, website dan

jurnal yang dapat dijadikan sebagai referensi

dalam penelitian. Sebelum membuat model

sistem aliran rantai pasok, maka diperlukan

pemahaman mengenai semua variabel yang

berpengaruh. Variabel yang berpengaruh terdiri

atas variabel parameter kesejahteraan klaster

dan variabel kebijakan pemerintah yang

berpengaruh dalam sistem klaster nelayan

pesisir.

Setelah mengetahui variabel-variabel yang akan

berpengaruh dalam model, maka dilakukan

pembuatan model awal dan diagram sebab

akibat rantai pasok ikan antara industri

pengolahan ikan dalam klaster masyarakat

nelayan pesisir yang terintegrasi. Tahapan

dalam pembuatan model ini terdiri dari

pengumpulan data dan pembuatan model

sistem rantai pasok klaster nelayan pesisir.

Pengumpulan data disini adalah data-data yang

digunakan sebagai variabel input dan asumsi

dalam model aliran rantai pasok ikan.

Pembuatan model didahului dengan penentuan

batasan model, pengidentifikasian diagram

sebab akibat, kemudian menyusun diagram

sebab akibat. Pembuatan model ini dilakukan

dengan menggunakan perangkat lunak yaitu

Ventana Simulation (Vensim). Setelah model

dibuat, maka dilakukan percobaan dan melihat

apakah model telah sesuai dengan logika

dikenyataan atau tidak.

Tahapan selanjutnya adalah mensimulasi dan

mengevaluasi kebijakan yang juga terdiri atas

tahapan formulasi model, input data dan

menjalankan simulasi, dan evaluasi skenario

kebijakan. Formulasi model adalah proses

membuat persamaan matematis dari variabel-

variabel yang terdapat di dalam model.

Kemudian memeriksa model apakah sudah tidak

terjadi kesalahan sehingga model dapat

disimulasikan (verifikasi). Sedangkan proses

validasi yaitu menguji apakah model sudah

mampu mewakili atau menggambarkan sistem

nyata. Langkah selanjutnya setelah model dapat

dinyatakan benar dan valid adalah melakukan

skenario kebijakan dengan mengubah nilai

parameter variabel pada model sistem. Dari

perubahan kondisi yang dilakukan, akan

dihasilkan output simulasi yang berbeda.

Berdasarkan output simulasi dapat dilihat

pengaruh kebijakan pemerintah seperti apa yang

dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan

industri pengolahan ikan secara signifikan.

Setelah itu adalah menganalisis keseluruhan

hasil penelitian dan membuat kesimpulan dan

saran.

3. Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.1 Identifikasi Sistem Klaster Nelayan

Pesisir

Identifikasi sistem bertujuan untuk mengetahui

elemen elemen yang terlibat didalam sistem dan

hubungan nyata antar elemen tersebut.

Pengidentifikasian elemen-elemen diharapkan

dapat digunakan dalam pemodelan sistem,

sehingga dapat mencerminkan kondisi real

system.

3.1.1.Pelaku Sistem Klaster Nelayan Pesisir

Penjabaran pelaku-pelaku yang terlibat dan

menjadi fokus amatan pada penelitian ini dapat

digambarkan pada Big Picture Mapping (BPM)

pada gambar 3.1. Fokus penelitian ini terdiri

atas kelompok nelayan, TPI, dan industri

pengolahan ikan. Bahasan mengenai nelayan

didasarkan pada penelitian PHKI Teknik

Page 4: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

4

Industri Tahun 2009 oleh (Wirjodirdjo,

Budisantoso.dkk, 2009). Unit analysis pada

penelitian ini adalah pada komunitas klaster.

Oleh karena itu, dari keseluruhan pelaku yang

ada hanya diambil beberapa untuk dijadikan

sebagai sampel. Misalnya adalah pada industri

pengolahan ikan, 5 industri pengolahan ikan

dijadikan sebagai sampel untuk mengamati

kondisi suatu komunitas klaster.

Gambar 3.1 Big Picture Mapping Penelitian

Penjelasan masing-masing pelaku terdiri atas :

1. Nelayan

Nelayan dalam klaster nelayan pesisir berperan

sebagai supplier penghasil bahan baku ikan yang

selanjutnya akan diolah oleh industri pengolahan

ikan. Pengklasifikasian nelayan bertujuan untuk

lebih memperjelas kondisi nelayan seperti yang

terjadi di lapangan. Dasar pengklasifikasian

nelayan adalah jenis kapal yang digunakan

berdasarkan ukuran kapasitasnya. Klasifikasi

nelayan berdasarkan jenis ukuran kapal terdiri

atas :

1. Nelayan Kapal Kursin

2. Nelayan Kapal Jaring

3. Nelayan Kapal Damar

4. Nelayan Kapal Payang

2. Juragan

Juragan atau tengkulak merupakan pelaku dalam

klaster nelayan pesisir yang berperan sebagai

perantara ikan dari nelayan ke distributor

selanjutnya. Juragan mengirim ikan ke pedagang

retail di pasar dan dikirim langsung ke konsumen

seperti industri pengolahan ikan skala kecil atau

Kelompok Usaha Bersama (KUB), industri

pengolahan ikan skala besar, dan dikirim ke

pasar di luar kota.

3. Industri Pengolahan Ikan

Industri pengolahan ikan adalah industri-industri

yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.

Jumlah industri pengolahan ikan yang terdapat di

Kecamatan Paciran ditunjukkan pada tabel 3.1 :

Tabel 3.1 Data Potensi Pengolahan Ikan Kecamatan

Paciran Lamongan Tahun 2009

No. Jenis Industri

Pengolahan Ikan Jumlah

1. Kerupuk 45

2. Pemindangan 15

3. Pengeringan (Ikan Asin) 40

4. Terasi 7

5. Pengasapan 12

6. Nugget 11

7. Pengesan (Ikan Dingin) 56 (Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)

Lamongan, 2009)

IPI Terasi dan Nugget hanya memproduksi

untuk kebutuhan rumah tangga saja. Sedangkan

jenis industri pengolahan ikan (IPI) ikan asap,

ikan asin, ikan pindang, ikan dingin, dan

kerupuk ikan, menghasilkan produk untuk

dijual. Penelitian ini memfokuskan pada ke-lima

jenis IPI ini.

3.1.2.Potensi Hasil Laut Kecamatan Paciran

Potensi hasil laut Kecamatan Paciran terdiri atas

beberapa jenis ikan yang menjadi andalan, yang

berasal dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Weru dan TPI Kranji. Adapun jenis ikan yang

digunakan sebagai bahan baku IPI adalah

sebagai berikut : Tabel 3.2 Rekap Kebutuhan Industri Pengolahan Ikan

Kualitas 3Kualitas

4

Industri

BesarEkspor

Kota

Besar

Pengasa

pan

Pending

inan

Peminda

nganIkan Asin Kerupuk

Udang 1 1 1

Karang/Kerapu 1 1 1

Tengiri 1 1 1 1

Bawal

Hitam/Dorang1 1 1 1

Cumi-cumi 1 1 1

Teri 1 1 1

Tongkol 1 1 1 1

Kembung 1 1

Layang 1 1

Layur 1

Jambrong 1

Tembang/Juwi 1

Total 3 1 7 4 8 3 3 2

Proporsi per

kelompok

kualitas

0,75 0,25 0,31818 0,27 0,53 0,20 1,00 1,00

Kualitas 2

Jenis Ikan

Kualitas 1

3.2 Identifikasi Variabel

Tahap selanjutnya setelah mengidentifikasi

elemen-elemen dalam sistem yaitu,

mengidentifikasi variabel-varibael yang

berpengaruh di dalam sistem. Identifikasi

variabel dilakukan dengan mempelajari data

sekunder dan brainstorming dengan beberapa

pihak terkait. Selain itu, identifikasi variabel

juga dilakukan dengan studi literatur, sehingga

akan didapatkan variabel-variabel yang

Page 5: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

5

memiliki interaksi atau hubungan sebab akibat

terhadap sistem klaster nelayan pesisir.

Berdasarkan tujuan pada penelitian ini yaitu,

memberikan alternatif evaluasi kebijakan

pemerintah pada rantai pasok klaster nelayan

pesisir yang berdampak terhadap tingkat

kesejahteraan pelaku industri pengolahan ikan,

maka indikator keberlanjutan industri

pengolahan ikan klaster nelayan pasisir, yaitu :

1. Saving Industri Pengolahan Ikan

2. Saving Tengkulak

3. Keuntungan Nelayan

4. Jumlah Ikan di Tempat Pelelangan Ikan

5. Jumlah Demand Produk IPI

6. Produktivitas IPI

3.3 Strategi Pemerintah

Dari hasil analisis faktor lingkungan strategis

yang dilakukan oleh pemerintah, terdapat 45

strategi pengembangan usaha perikanan tangkap

skala kecil. Strategi kebijakan pemerintah

merupakan kebijakan yang bersifat perbaikan

manajemen sistem klaster nelayan pesisir.

Strategi serta program-program yang

direncanakan tersebut menjadi tidak ada artinya

bila tidak didukung oleh kebijakan pemerintah

di level makro, seperti harga BBM. Sehingga,

tidak semua strategi di atas, dimasukkan ke

dalam model. Strategi yang akan digunakan

sebagai variabel kebijakan pemerintah adalah :

1. Penentuan harga dasar ikan di TPI yang

dimodelkan dengan profit keuntungan

nelayan dalam membeli ikan dari agen

nelayan.

2. Harga BBM yang merupakan biaya yang

cukup besar dalam biaya operasional

melaut nelayan. Pemilihan strategi ini juga

didasarkan pada batasan model, yaitu

keterlibatan pemerintah di dalam model

sebagai variabel eksogen.

3.4 Konseptualisasi Model

Konseptualisasi model bertujuan untuk

menunjukkan gambaran sistem secara umum

mengenai simulasi sistem dinamis yang akan

dilakukan. Konseptualisasi model terdiri atas

pembatasan model, penyusunan diagram input-

output, penyusunan causal loop diagram, dan

penyusunan stock and flow diagram.

3.4.1.Model Boundary Chart

Model Boundary Chart merupakan pembatasan

variabel yang akan termasuk di dalam model.

Pembatasan model bertujuan agar model

memiliki cakupan analisis yang lebih detail dan

komprehensif, sehingga model tidak melebar

dari batasan sistem yang diteliti. Dibawah ini

merupakan pembatasan model secara umum : Tabel 3.3 Pembatasan Model

Endogeneus Exogeneus Excluded

Produktivitas Jumlah

demand

produk

-

Biaya produksi Harga bahan

baku

Pendapatan Keuntungan

nelayan

Jumlah produksi Harga BBM

Pengeluaran

sehari-hari

Saving

3.4.2.Input-Output Diagram

Input output diagram merupakan interpretasi

dari identifikasi variabel yang telah dilakukan

sebelumnya secara lebih tersistematis. Input

output diagram dapat digunakan sebagai

invesigasi variabel-variabel yang akan

digunakan dalam skenario kebijakan serta

variabel yang akan menjadi indikator

keberlanjutan klaster nelayan pesisir. Diagram

input-output sistem klaster nelayan pesisir

ditunjukkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.2 Diagram Input-Output

3.4.3.Causal Loop Diagram

Penyusunan causal loop diagram digunakan

untuk mendefinisikan interaksi atar elemen

sistem klaster nelayan nelayan pesisir dalam

beberapa variabel yang menggantikannnya. Dari

masing-masing variabel tersebut dapat terjadi

hubungan atau keterkaitan dengan variabel lain.

Artinya, satu vaiabel dapat mempengaruhi

variabel yang lain. Hubungan tersebut bisa

Page 6: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

6

bersifat positif jika penambahan pada satu

variabel akan menyebabkan penambahan pada

variabel lain, namun begitupula sebaliknya bila

penambahan pada satu variabel menyebabkan

pengurangan pada variabel lain, maka dapat

dikatakan bahwa hubungan antar kedua vairabel

tersebut adalah negatif. Diagaram causal loop

yang dimaksud adalah pada gambar 3.4.

3.4.4.Stock and Flow Maps

Dalam pemodelan rantai pasok sistem klaster

nelayan pesisir, penyusunan Stock and Flow

Maps dilakukan dengan menyusun model utama

dan pembagian sub modelnya. Penyusunan sub

model dimaksudkan agar model semakin detail.

Model utama dalam penelitian ini adalah sistem

rantai pasok industri pengolahan ikan pada

komunitas klaster masyarakat nelayan pesisir,

sehingga sub model yang menyusunnya adalah

pelaku-pelaku dalam rantai pasok ikan, sebagai

berikut :

1. Sub Model Nelayan sebagai supplier

2. Sub Model Biaya operasional nelayan

3. Sub Model Juragan sebagai perantara ikan

4. Sub Model Produksi Ikan

5. Sub Model IPI Pengasapan

6. Sub Model IPI Ikan Asin

7. Sub Model IPI Kerupuk Ikan

8. Sub Model IPI Ikan Dingin

9. Sub Model IPI Pemindangan

Pada gambar 3.5 dibawah ini adalah salah satu

contoh sub model industri pengolahan ikan,

yaitu IPI Pengasapan. Saving IPI pengasapan

merupakan model utama yang dipengaruhi oleh

rate masuk pendapatan dan rate keluar

konsumsi. Rate konsumsi dibatasi hanya pada

pengeluaran konsumsi makan sehari-hari,

kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran

kebutuhan rumah tangga dalam sehari.

Kebutuhan-kebutuhan pokok ini dipengaruhi

oleh tingkat inflasi. Sub model IPI lainnya

memiliki karakteristik yang hampir sama

dengan sub model IPI pengasapan kecuali

untuk IPI Kerupuk Ikan. Pada rate pengeluaran

hanya dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi

sehari-hari. Sedangkan kesehatan, pendidikan,

dan kebutuhan rumah tangga yang lain tidak

dimasukkan. Hal ini disebabkan karena IPI

Kerupuk Ikan yang diamati hanya menjadikan

usaha sambilan saja. Sehingga, pendapatan

produksinya pun hanya dialokasikan untuk

biaya makan sehari-hari.

3.5 Formulasi Model

Tahap selanjutnya setelah membuat model

konseptual adalah penyusunan formulasi model.

Formulasi dilakukan untuk mendapatkan hasil

estimasi parameter, hubungan timbal balik, dan

initial conditions. Penyusunan formulasi

dilakukan untuk semua variabel.

Berikut ini merupakan salah satu contoh

formulasi variabel “total pengeluaran produksi

pengasapan”.

Gambar 3.3 Formulasi Variabel “Total Pengeluaran

Produksi IPI Pengasapan”

3.6 Simulasi Software Vensim

Simulasi software Vensim merupakan simulasi

model yang telah dibangun dengan

menggunakan software Vensim. Simulasi ini

dilakukan dengan tujuan untuk melihat perilaku

model sistem yang telah dibuat, dengan cara

memasukkan nilai-nilai pada konstanta dan

tabel fungsi sesuai dengan kondisi yang terdapat

pada sistem nyata. Perilaku yang dihasilkan dari

proses simulasi awal akan ditunjukkan oleh

variabel-variabel yang menjadi referensi

dinamis. Sedangkan untuk lama simulasi atau

range waktu simulasi adalah selama 360 hari.

Untuk memudahkan dalam membandingkan

perbedaan antar variabel, maka output grafik

hasil running model dapat dikelompokkan

menurut kesamaan sifatnya sebagai paramater

performansi. Hasil running atau simulasi model

pada software Vensim adalah sebagai berikut :

1. Saving Industri Pengolahan Ikan

2 B Rp200 M Rp

4 M Rp1 B Rp

10 B Rp

0 Rp-4 M Rp

0 Rp-40 M Rp-10 B Rp

0 36 72 108 144 180 216 252 288 324 360

Time (Day)

saving IPI pengasapan : Awal Rp

"saving IPI Ikan Kering-Asin" : Awal Rp

Saving IPI Kerupuk Ikan : Awal Rp

Saving IPI Pemindangan : Awal Rp

Saving IPI Pendinginan : Awal Rp Grafik 3.1 Saving Masing-masing Jenis IPI

Page 7: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

7

Dari grafik perbandingan nilai saving

industri pengolahan ikan (IPI), dapat diketahui

tren masing-masing saving IPI. Saving IPI

pengasapan, pengasinan, kerupuk ikan, dan IPI

Pemindangan memiliki tren yang cenderung

meningkat sepanjang tahun. Berbeda dengan IPI

pendinginan yang mengalami penurunan dan

kenaikan.

2. Keuntungan Nelayan

6 B Rp

0 Rp

400 M Rp

0 Rp

-10 M Rp

-20 M Rp

-20 M Rp

-20 M Rp

0 36 72 108 144 180 216 252 288 324 360

Time (Day)

keuntungan nelayan kursin : Awal Rp

keuntungan nelayan jaring : Awal Rp

keuntungan nelayan damar : Awal Rp

keuntungan nelayan payang : Awal Rp Grafik 3.2 Keuntungan Masing-masing Jenis Nelayan

Keuntungan nelayan didefinisikan sebagai

adalah pendapatan bersih nelayan dari melaut

yang dihitung per kapal. Grafik perbandingan

Keuntungan

nelayan

pendapatan hasil

melautpengeluaran

operasional nelayan

+ -

jumlah tangkapan

ikanharga ikan agen

harga tengkulak

+

+

+

+

biaya operasional

+

harga BBM

hasil tangkapan

per hari+

jumlah rata-rata kapal

datang per hari

+ hasil rata-rata per

kapal+

musim

penangkapan ikan

+

jumlah ikan di TPIpengeluaran

tengkulak

Saving tengkulak

+

pendapatan

tengkulak

+

-

++

+

bulan

musim produksi

IPIjumlah deman IPI

jumlah produksi

+

+

+

+

jumlah output+

indeks

produktivitas+

+

Saving IPI

pendapatan IPI

konsumsi IPI

+

pengeluaran

produksi

-

pendapatan

penjualan

++

kebutuhan bahan

baku +

++

tingkat efisiensi

produksi

+

+

+kebutuhan hidup

di kapal +

inflasi<harga BBM>

saving IPI

pengasapan konsumsi IPI

pengasapanpendapatan IPI

pengasapan

total pengeluaran

produksi pengasapan

biaya tenaker

pengasapan

biaya kemasan

pengasapan

biaya sewa stan di

WBL

biaya bahan baku

pengasapan

-

+

+

+kebutuhan tengiri

asap

kebutuhan kakap

ayam asap

kebutuhan

tongkol asap

+

+

kebutuhan dorang asap

+

kebutuhan cumi2

asap

+

kebutuhan es batu

pengasapan

harga es batu

kebutuhan batok

kelapa

harga batok

kelapa+

+

++

+

kebutuhan tenaker

bakar biaya tenaker

bakar

kebutuhan tenaker

cuci ikan

biaya tenaker

cuci ikan

+

+

jumlah produksi

ikan asap

++

++

+

++

biaya tenaker

jaga stan

+

upah mencuci +

upah membakar+

upah jaga stan

kebutuhan tenaker

jaga stan

+

+

total pendapatan

penjualan pengasapan

+

demand tongkol asap

harga jual tongkol

asap

deman kakap ayam asap

harga jual kakap ayam asap

deman tengiri asap

harga jualcumi,dorang,tengiri

asap

deman dorang asap

deman cumi2 asap

jumlah output

jumlah deman

pengasapan

tingkat efisiensi

produksi pengasapan

<Ikan kakap (harga

jual tengkulak)>

<Tongkol (harga jual

tengkulak)>

Pendapatan

cum,dor,tengiri asap

Pendapatan kakap

ayam asap

Pendapatan

tongkol

<jumlah deman

pengasapan>

proporsi pengeluaran

konsumsi

proporsi pengeluaran

pendidikan

proporsi pengeluaran

kesehatan

proporsi pengeluaran

kebutuhan RTmusim pengasapan <Time>

Hutang biaya

bahan baku

indeks produktivitas

pengasapan

<Cum,dor,teng(harga

jual tengkulak)>

<multiply satuan

day>

<bulan>

<jumlah hari dalam

1 bulan>

<jumlah produksi

ikan asap>

<Cum,dor,teng(harga

jual tengkulak)>

<Ikan kakap (harga

jual tengkulak)>

<Tongkol (harga jual

tengkulak)>

<multiply satuan

day>

<Inflasi>

Gambar 3.4 Causal Loop Diagram

Gambar 3.5 Stock and Flow Maps IPI Pengasapan

Page 8: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

8

nilai keuntungan nelayan berdasarkan jenis

kapalnya menunjukkan tren

keuntungan nelayan yang berbeda tiap jenis

kapal.

3. Saving Nelayan, Juragan, serta IPI

400 M Rp

2e+012 Rp

2 B Rp

190 M Rp

997 B Rp

1 B Rp

-20 M Rp

-6 B Rp

0 Rp

0 36 72 108 144 180 216 252 288 324 360

Time (Day)

keuntungan nelayan damar : Awal Rp

saving tengkulak : Awal Rp

saving IPI pengasapan : Awal Rp Grafik 3.3 Saving Masing-masing Stakeholder Rantai

Pasok

Dari grafik perbandingan saving 3

stakeholder di atas menunjukkan bahwa

tengkulak memiliki peringkat tertinggi dalam

saving, setelah itu diikuti oleh IPI pengolahan

ikan dan nelayan.

4. Jumlah Ikan di TPI

Jumlah ikan di TPI akan semakin dapat

menunjukkan performansinya bila dikaitkan

dengan variabel lain yang mempengaruhinya.

Salah satu contohnya adalah pada variabel

jumlah ikan layang di TPI. Jumlah ikan layang

di TPI ditentukan oleh hasil tangkapan kapal

damar dan payang per hari, yaitu jenis kapal

yang menangkap ikan Layang. Sehingga, output

simulasi yang dapat ditampilkan adalah jumlah

ikan layang di TPI dan harga ikan layang,

seperti pada grafik 4.4 dibawah ini.

40,000 Kg

4,000 Rp/Kg

20,000 Kg

3,000 Rp/Kg

0 Kg

2,000 Rp/Kg

0 36 72 108 144 180 216 252 288 324 360

Time (Day)

jumlah ikan layang di TPI : Awal Kg

"ikan layang (harga jual agen perkilo)" : Awal Rp/Kg Grafik 3.4 Kondisi Jumlah dan Harga Ikan Terhadap

Musim

5. Jumlah Demand Produk IPI

Berdasarkan hasil wawancara dan simulasi

ternyata untuk IPI Pengasapan dan

Pemindangan, terjadi gap antara jumlah deman

dan jumlah produksi IPI. Grafik perbedaan

dicontohkan pada Industri Pengolahan Ikan

Pengasapan sebagai berikut :

400 Kg

400 Kg

250 Kg

200 Kg

100 Kg

0 Kg

0 36 72 108 144 180 216 252 288 324 360

Time (Day)

jumlah deman pengasapan : Awal Kg

jumlah produksi ikan asap : Awal Kg

Grafik 3.5 Kondisi Demand dan Pendapatan IPI

Terhadap Musim

6. Produktivitas IPI

1 Dmnl

1 Dmnl

80 Dmnl

1 Dmnl

0 Dmnl

0.8 Dmnl

0 Dmnl

0.8 Dmnl

0 36 72 108 144 180 216 252 288 324 360

Time (Day)

indeks produktivitas pengasapan : Awal Dmnl

indeks produktivitas IPI kerupuk : Awal Dmnl

indeks produktivitas IPI Pindang : Awal Dmnl

indeks produktivitas pengasinan : Awal Dmnl Grafik 3.6 Produktivitas Masing-masing IPI

Dari grafik 4.6 di atas, menunjukkan bahwa

masing-masing industri pengolahan ikan

memiliki tingkat produktivitas yang berbeda-

beda.

3.7 Verifikasi dan Validasi Model

3.7.1.Verifikasi Model

Verifikasi model adalah tahapan untuk

memastikan apakah model yang dibuat sudah

berjalan sesuai dengan persepsi pembuat model

dengan melakukan check model pada software

Vensim. Selain check model, proses verifikasi

juga dilakukan dengan pengecekan unit atau

satuan variabel yang terdapat di model dengan

melakukan unit check pada software Vensim.

Dari hasil pengecekan terhadap model,

didapatkan bahwa model dan unit satuan

keseluruhan variabel telah ok, sehingga dapat

dinyatakan bahwa model ini dapat diterima.

3.7.2.Validasi Model

Validasi model adalah tahap pengujian model,

apakah model sudah mampu mewakili atau

menggambarkan sistem nyata dan sudah benar.

Validasi terhadap model dilakukan dengan

pengujian terhadap harga ikan yang diamati.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan

harga hasil simulasi dengan harga rata-rata ikan

yang dijual oleh agen dengan menggunakan

software Minitab 14 dengan Paired-t Test untuk

Page 9: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

9

one-tailed test. Tingkat Kepercayaan yang

digunakan pada uji validasi ini adalah 95%.

Harga rata-rata Ikan Dorang pada saat

pengamatan adalah Rp 18.000,00, maka =

18000. Hipotesa untuk validasi ini yaitu :

H0: d = 0 (tidak ada perbedaan data)

H1: d ≠ 0 (terdapat perbedaan data)

Berikut ini adalah harga Ikan Dorang dari hasil

simulasi : Tabel 3.4 Data Simulasi Harga Ikan Dorang

Bulan Harga simulasi

Dorang (Rp) Bulan

Harga simulasi

Dorang (Rp)

1 15229 7 15000

2 30000 8 15000

3 30000 9 15000

4 30000 10 15000

5 30000 11 15000

6 29844 12 15414

Berikut ini adalah output harga Ikan Dorang

dengan software Minitab.

Gambar 3.6 Output Paired-t Test Harga Ikan Dorang

Berdasarkan output Minitab 14 diatas, diperoleh

nilai P-value = 0,165 > α=0,05, dengan tingkat

kepercayaan 95% maka terima Ho. Artinya

antara model dan pengamatan tidak berbeda

secara statistik, dengan kata lain model telah

valid.

Hasil uji validasi untuk keseluruhan variabel

harga dapat ditampilkan pada tabel x.x berikut

ini : Tabel 3.5 Rekap Hasil Validasi Harga Ikan Lain

Variabel

Harga

rata-rata

aktual

P-

value Kesimpulan

Harga

Ikan Juwi 1150 0,394

Simulasi dan aktual

tidak berbeda = valid

Harga

Ikan

Layur

2700 0,291 Simulasi dan aktual

tidak berbeda = valid

Harga

Ikan

Kakap

34000 0,421 Simulasi dan aktual

tidak berbeda = valid

Harga

Cumi-

cumi

18000 0,176 Simulasi dan aktual

tidak berbeda = valid

Harga

Ikan

Tengiri

18000 0,176 Simulasi dan aktual

tidak berbeda = valid

3.8 Desain Skenario Kebijakan

Desain skenario kebijakan dilakukan dengan

cara mengubah nilai pada variabel yang

berpengaruh terhadap performansi sistem.

Variabel yang berpengaruh adalah berupa

variabel yang dapat dikendalikan yaitu dengan

campur tangan pemerintah berupa regulasi

seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 4.4

strategi pemerintah. Variabel tersebut adalah

harga BBM dan harga ikan tengkulak.

Sedangkan variabel yang dijadikan

sebagai parameter kesejahteraan pelaku

pengolahan ikan adalah :

1. Keuntungan nelayan

2. Saving Tengkulak

3. Saving Industri Pengolahan Ikan (IPI)

Dari perubahan kondisi yang dilakukan,

akan dihasilkan output simulasi yang berbeda-

beda. Berdasarkan output simulasi dapat dilihat

pengaruh perubahan kondisi kebijakan

pemerintah yang mempengaruhi kesejahteraan

pelaku industri pengolahan ikan secara

signifikan. Diketahui bahwa kondisi awal model

adalah dengan harga BBM Rp 4.500,00 dan

keuntungan tengkulak Rp 250-1000/Kg.

Maksud keuntungan tengkulak adalah ± Rp

250,00 untuk harga ikan ≤ Rp 10.000,00 dan

keuntungan ± Rp 1000,00 untuk harga ikan >

Rp 10.000,00. Desain skenario kebijakan adalah

sebagai berikut :

1. Desain Harga BBM :

Skenario 1 BBM = Rp 2.500,00

Skenario 2 BBM = Rp 6.500,00

2. Desain Regulasi Keuntungan Tengkulak :

Skenario harga 1 = Rp 125- 500 /Kg

Skenario harga 2 = Rp 500-2000/Kg

1. Keuntungan Nelayan Jaring

keuntungan nelayan jaring

4 M

-7 M

-18 M

-29 M

-40 M

0 36 72 108 144 180 216 252 288 324 360

Time (Day)

keuntungan nelayan jaring : Awal Rp

keuntungan nelayan jaring : Sensitivity Harga BBM\Skenario 2 BBM 6500 Rp

keuntungan nelayan jaring : Sensitivity Harga BBM\Skenario 1 BBM 2500 Rp

keuntungan nelayan jaring : Sensitivity Harga Ikan\Skenario harga 2 Rp

keuntungan nelayan jaring : Sensitivity Harga Ikan\Skenario harga 1 Rp

Grafik 3.7 Output Grafik Desain 4 Skenario terhadap

Keuntungan Nelayan Jaring

Page 10: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

10

2. Saving Tengkulak

saving tengkulak

2e+012

1.4985e+012

997 B

495.5 B

-6 B

0 36 72 108 144 180 216 252 288 324 360

Time (Day)

saving tengkulak : Awal Rp

saving tengkulak : Sensitivity Harga BBM\Skenario 2 BBM 6500 Rp

saving tengkulak : Sensitivity Harga BBM\Skenario 1 BBM 2500 Rp

saving tengkulak : Sensitivity Harga Ikan\Skenario harga 2 Rp

saving tengkulak : Sensitivity Harga Ikan\Skenario harga 1 Rp

Grafik 3.8 Output Grafik Desain 4 Skenario terhadap

Saving Tengkulak

3. Saving IPI Pengasapan

saving IPI pengasapan

2 B

1.5 B

1 B

500 M

0

0 36 72 108 144 180 216 252 288 324 360

Time (Day)

saving IPI pengasapan : Awal Rp

saving IPI pengasapan : Sensitivity Harga BBM\Skenario 2 BBM 6500 Rp

saving IPI pengasapan : Sensitivity Harga BBM\Skenario 1 BBM 2500 Rp

saving IPI pengasapan : Sensitivity Harga Ikan\Skenario harga 2 Rp

saving IPI pengasapan : Sensitivity Harga Ikan\Skenario harga 1 Rp

Grafik 3.9 Output Grafik Desain 4 Skenario terhadap

Saving IPI Pengasapan

4. Analisa dan Pembahasan

Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan

data, maka dalam bab ini dilakukan analisis

mengenai hasil yang diperoleh. Tahap analisis

yang dilakukan mencakup analisis mengenai

kondisi klaster, causal loop, dan analisa hasil

skenario kebijakan.

4.1 Analisa Kondisi Existing Sistem

Klaster Nelayan Pesisir

Klaster nelayan pesisir terdiri atas

beberapa stakeholder yang saling bekerja sama

antar kegiatan entitas. Atas dasar inilah

masyarakat nelayan pesisir merupakan

komunitas klaster dilihat dari sudut pandang

kawasan geografis di pesisir pantai. Sedangkan

klaster secara formal belum terbentuk. Kegiatan

perekonomian dalam satu klaster menunjukkan

adanya saling keterkaitan antar pelaku di dalam

klaster. Dimulai dari nelayan sebagai supplier

ikan lalu tengkulak sebagai pengumpul ikan,

dan industri pengolahan ikan sebagai konsumen.

Ketiga pelaku tersebut diposisikan sebagai

pelaku inti industri pengolahan ikan sebab

mengolah bahan baku menjadi bahan jadi, mulai

dari hulu sampai ke hilir. Sedangkan yang

menempati posisi sebagai pelaku pendukung

adalah koperasi, pemerintah, dan nelayan

pesisir.

4.2 Analisa Causal Loop

Analisis causal loop akan lebih mudah dianalisa

dengan menunjukkan causal tree diagram dari

variabel yang terdapat pada causal loop.

Beberapa causal tree dari variabel yang menjadi

variabel parameter yaitu :

1. Saving Industri Pengolahan Ikan (IPI)

Saving IPI dipengaruhi oleh konsumsi IPI dan

pendapatan IPI. Pendapatan IPI dipengaruhi

oleh pendapatan penjualan dan pengeluaran

produksi. Konsumsi IPI berbanding terbalik

dengan saving IPI yang berarti bahwa bila

konsumsi IPI ditingkatkan maka akan

menurunkan nilai saving IPI. Sedangkan

pendapatan IPI berbanding lurus dengan saving

IPI. Hubungan sebab akibat saving IPI dapat

ditunjukkan pada gambar 4.1 di bawah ini.

Pengeluaran produksi IPI tidak berdiri sendiri

sebagai nilai konstan, namun dipengaruhi secara

erat oleh kebutuhan bahan baku untuk produksi

selain kebutuhan lainnya dan inflasi.

Saving IPI

konsumsi IPIinflasi

pendapatan IPIpendapatan penjualan

pengeluaran produksi

Gambar 4. 1Causal Tree Diagram dari Variabel

“Saving IPI”

Seperti terlihat pada gambar 4.2, pengeluaran

produksi dipengaruhi oleh kebutuhan bahan

baku yang terdiri atas multiply jumlah produksi

ikan terhadap harga ikan tengkulak. Harga

tengkulak adalah harga jual ikan di Tempat

Pelelangan Ikan (TPI) yang ditentukan oleh

tengkulak.

pengeluaran produksikebutuhan bahan bakuharga tengkulak

jumlah produksi

Gambar 4.2 Causal Tree Diagram dari Variabel

“Pengeluaran Produksi”

Penelusuran biaya kebutuhan bahan baku

diketahui bahwa harga ikan yang ditentukan

oleh tengkulak, dipengaruhi oleh harga ikan

oleh agen. Harga ikan agen adalah harga ikan

yang ditawarkan nelayan ke tengkulak. Besar

kecilnya harga ikan ditentukan oleh tawar

menawar dengan tengkulak serta jumlah ikan

Page 11: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

11

yang berada di TPI. Selain itu, kebutuhan bahan

baku IPI juga dipengaruhi oleh jumlah produksi

yang terdiri atas multiply jumlah kebutuhan

bahan baku dengan musim produksi IPI. Hal ini

dapat ditunjukkan pada gambar 4.3.

kebutuhan bahan baku

harga tengkulakharga ikan agen

jumlah produksi(kebutuhan bahan baku)

musim produksi IPI

Gambar 4.3 Causal Tree Diagram dari Variabel

“Kebutuhan Bahan Baku”

Harga ikan agen ditentukan oleh banyaknya

ikan tersedia di TPI yaitu keseluruhan hasil

tangkapan ikan oleh nelayan. Pada kondisi ini

berlaku hukum supply and demand, dimana

semakin banyak jumlah tangkapan ikan maka

akan semakin murah harga jual ikan agen

terhadap tengkulak. Begitupula halnya bila

semakin sedikit jumlah ikan, maka akan

semakin mahal harga jual ikan agen ke

tengkulak. Sedangkan jumlah tangkapan ikan

oleh nelayan ditentukan oleh hasil tangkapan

per hari nelayan. Hubungan sebab akibat harga

ikan oleh agen dapat ditunjukkan pada gambar

4.4.

harga ikan agenjumlah tangkapan ikanhasil tangkapan per hari

Gambar 4.4 Causal Tree Diagram dari Variabel

“Harga Ikan Agen”

Hasil tangkapan per hari nelayan ditentukan

oleh hasil rata-rata per kapal dikalikan dengan

jumlah rata-rata kapal datang per hari.

Perhitungan jumlah tangkapan ikan berlaku

untuk semua jenis kapal nelayan. Hubungan

sebab akibat jumlah tangkapan ikan, hasil

tangkapan ikan per hari, serta jumlah rata-rata

kapal datang per hari, ditunjukkan pada gambar

4.5.

jumlah tangkapan ikanhasil tangkapan per harihasil rata-rata per kapal

jumlah rata-rata kapal datang per hari

Gambar 4.5Causal Tree Diagram dari Variabel

“Jumlah Tangkapan Ikan”

Selanjutnya, hasil rata-rata per kapal nelayan

ditentukan oleh musim penangkapan ikan.

Sedangkan musim penangkapan ikan ditrigger

oleh konversi setting time hari menjadi bulan.

Musim penangkapan ikan merupakan variabel

akhir yang mempengaruhi saving IPI setelah

ditelusuri sampai akhir. Dari causal tree

diagram ini dapat diketahui bahwa pengeluaran

IPI secara tidak langsung dipengaruhi oleh

faktor musim penangkapan ikan yang

merupakan salah satu jenis variabel input yang

tidak terkendali. Sedangkan variabel yang

termasuk variabel dapat dikendalikan adalah

harga jual tengkulak. Harga jual tengkulak

dapat dikendalikan melalui campur tangan

pemerintah dalam meregulasi batasan harga

ikan yang dijual oleh tengkulak.

hasil rata-rata per kapalmusim penangkapan ikanbulan

Gambar 4. 6 Causal Tree Diagram dari Variabel

“Hasil Rata-rata per Kapal”

2. Saving tengkulak

Saving tengkulak

pendapatan tengkulakharga tengkulak

jumlah ikan di TPI

pengeluaran tengkulakharga ikan agen

(jumlah ikan di TPI) Gambar 4.7 Causal Tree Diagram dari Variabel

“Saving Tengkulak”

Seperti yang terlihat pada gambar 4.7 di atas,

Saving tengkulak dipengaruhi oleh pendapatan

tengkulak dan pendapatan tengkulak.

Pendapatan tengkulak dipengaruhi oleh harga

tengkulak yang ditentukan sendiri oleh

tengkulak dan jumlah ikan di TPI begitupula

pengeluaran tengkulak, dipengaruhi oleh harga

ikan agen dan jumlah ikan di TPI pula.

Hubungan sebab akibat harga ikan tengkulak

dan harga ikan agen telah dijelaskan pada

gambar 4.4 di atas.

3. Keuntungan nelayan

Keuntungan nelayanpendapatan hasil melaut

harga ikan agen

jumlah tangkapan ikan

pengeluaran operasional nelayanbiaya operasional

Gambar 4.8 Causal Tree Diagram dari Variabel

“Keuntungan Nelayan”

Hubungan sebab akibat keuntungan nelayan

ditunjukkan pada gambar 4.8 di atas.

Keuntungan nelayan akan dipengaruhi oleh

besar pendapatan hasil melaut dan pengeluaran

operasional nelayan. Pendapatan hasil melaut

berbanding lurus dengan keuntungan.

Sedangkan pengeluaran operasional berbanding

terbalik. Keuntungan nelayan yang dinyatakan

dalam bentuk level akan mengakumulasi setiap

input yang masuk. Sehingga, keuntungan

nelayan sangat bergantung pada besar

pendapatan dan pengeluaran nelayan.

Pendapatan hasil melaut ditentukan oleh

multiply harga ikan agen serta jumlah tangkapan

ikan. Jumlah tangkapan ikan adalah jumlah ikan

yang dijual ke tengkulak. Sedangkan

pengeluaran operasional nelayan dipengaruhi

oleh biaya operasional melaut nelayan.

Page 12: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

12

Variabel biaya operasional nelayan

ditentukan oleh harga BBM, kebutuhan hidup di

kapal, serta musim penangkapan ikan. Musim

penangkapan ikan didefinisikan sebagai

prosentase jumlah kapal yang menangkap ikan

berdasarkan bulan selama 360 hari. Causal tree

biaya operasional ditunjukkan pada gambar 4.9.

biaya operasional

harga BBM

kebutuhan hidup di kapal

musim penangkapan ikanbulan

Gambar 4.9 Causal Tree Diagram dari Variabel

“Biaya Operasional”

4. Jumlah ikan di Tempat Pelelangan Ikan

jumlah ikan di TPIjumlah tangkapan ikanhasil tangkapan per hari

Gambar 4.10 Causal Tree Diagram dari Variabel

“Jumlah Ikan di TPI”

Jumlah ikan di TPI dipengaruhi oleh

hasil tangkapan nelayan per hari. Sedangkan

hasil tangkapan nelayan per hari , seperti pada

gambar 4.5 dan 4.6 ditentukan oleh hasil rata-

rata tiap jenis kapal yang datang dan jumlah

rata-rata kapal yang datang per hari. Kedua

variabel ini sangat ditentukan oleh musim

penangkapan ikan. Musim penangkapan ikan

adalah prosentase kapal yang melaut

berdasarkan kondisi cuaca.

5. Jumlah Demand Produk IPI

jumlah demanjumlah produksi

kebutuhan bahan baku

(musim produksi IPI)

musim produksi IPIbulan

Gambar 4.11 Causal Tree Diagram dari Variabel

“Jumlah Demand”

Seperti yang terlihat pada gambar 4.11 di

atas, jumlah demand produk industri

pengolahan ikan (IPI) ditentukan oleh jumlah

produksi dam musim produksi IPI. Jumlah

produksi mempengaruhi jumlah demand sebab,

rata-rata sistem penjualan di IPI yang diamati

adalah bersifat make to stock. Sehingga, jumlah

yang bisa dijual sangat menentukan jumlah

demand. Sedangkan musim produksi

didefinisikan sebagai kondisi permintaan pasar

terhadap produk IPI. Misalnya pada masa

berlibur, yaitu pada bulan Desember-Januari,

jumlah demand akan meningkat.

6. Produktivitas IPI

Pada gambar 4.12 dibawah ini, dapat

ditunjukkan bahwa indeks produktivitas

dipengaruhi oleh jumlah demand dan jumlah

output. Seperti yang telah dijelaskan pda bab 4,

bahwa definisi indeks produktivitas yang

dimaksud adalah rasio tingkat pemenuhan

produk dibagi dengan jumlah yang diproduksi

oleh IPI. Sedangkan jumlah demand

dipengaruhi oleh jumlah produksi dan musim

produksi seperti yang telah dijelaskan pada poin

sebelumnya hubungan sebab akibat jumlah

demand. Untuk jumlah output ditentukan oleh

jumlah produksi dikalikan dengan tingkat

efisiensi produk. Tingkat efisiensi adalah rasio

ouput dibagi dengan input. Input berupa produk

awal dan output berupa produk jadi.

indeks produktivitas

jumlah demanjumlah produksi

musim produksi IPI

jumlah output(jumlah produksi)

tingkat efisiensi produksi

Gambar 4.12 Causal Tree Diagram dari Variabel

“Indeks Produktivitas”

4.3 Analisa Hasil Simulasi Software

Vensim

Lama waktu running model adalah 360 hari.

Pemilihan waktu ini dipilih sebab kondisi

sistem klaster nelayan pesisir memiliki

perubahan cukup signifikan setiap hari selama 1

tahun dan perulangan siklus dalam tahun

berikutnya adalah sama. Hal ini disebabkan pula

karena pelaku klaster nelayan sangat bergantung

pada musim.

Hasil simulasi menunjukkan adanya tren yang

berbeda-beda. Berikut ini adalah analisa

masing-masing grafik yang telah dihasilkan

pada Simulasi Software Vensim.

1. Saving Industri Pengolahan Ikan

Setiap IPI memiliki tren yang berbeda-beda.

Saving IPI Pengasapan, pengasinan, kerupuk

ikan, dan IPI Pemindangan memiliki tren

cenderung meningkat sepanjang tahun. Hal ini

menandakan bahwa usaha pengolahan ikan ini

dapat mencapai tingkat kesejahteraan. Tingkat

kesejahteraan diartikan sebagai pendapatan

dapat mencukupi kebutuhan sehari-sehari untuk

konsumsi, pendidikan, kesehatan, serta

kebutuhan rumah tangga sehari-hari, lalu

pendapatan berlebih disisihkan untuk ditabung

sebagai saving. Nilai saving keempat industri

pengolahan ini dipengaruhi oleh pendapatan

penjualan dan pengeluran produksi. Dari kedua

faktor ini dapat dianalisa bahwa produk ikan

asap, ikan asin, ikan pindang, dan kerupuk ikan

memiliki nilai tambah yang cukup tinggi setelah

diolah, serta biaya produksi yang lebih rendah

dibanding pendapatannya. Sehingga keuntungan

yang didapat lebih besar.

Page 13: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

13

Saving IPI Pendinginan memiliki tren yang

berbeda dibanding dengan keempat IPI lainnya.

Hal ini disebabkan karena jenis ikan pada IPI

Pendinginan lebih banyak, sehingga

ketergantungan pada musim melaut juga lebih

besar dibanding keempat IPI sebelumnya. Pada

grafik 4.1 yang ditunjukkan pada bab

pengumpulan dan pengolahan data, tampak

bahwa nilai saving mengalami peningkatan pada

bulan ke-0 hingga bulan ke-1, lalu mengalami

penurunan terus menerus pada bulan ke-2

sampai ke-5. Nilai saving menurun secara

drastis sebab, pada bulan ke-2 sampai ke-5 atau

hari ke-30 sampai ke-150 adalah musim

paceklik ikan. Musim paceklik adalah musim

saat jumlah tangkapan ikan oleh nelayan tidak

sama dengan musim tangkap ikan. Hal ini

disebabkan karena jumlah tangkapan ikan

dipengaruhi oleh musim atau cuaca. Pada

musim seperti ini, misalnya karena ombak dan

musim angin.

Dari perbedaan kedua tren di atas, menunjukkan

bahwa nilai saving masing-masing industri

pengolahan ikan berbeda-beda satu sama lain.

Pada dasarnya semua industri pengolahan ikan

memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi

pada saat musim tangkap ikan dibanding pada

saat musim paceklik ikan pada bulan ke-2

sampai ke-5. Hal ini dapat ditunjukkan pada

grafik berikut ini :

Pendapatan Masing-masing IPI

800 M

400 M

0

-400 M

-800 M

0 36 72 108 144 180 216 252 288 324 360

Time (Day)

pendapatan IPI pengasapan : Kondisi awal Rp/Day

Pendapatan IPI Kerupuk Ikan : Kondisi awal Rp/Day

Pendapatan IPI Pemindangan : Kondisi awal Rp/Day

Pendapatan IPI Pendinginan : Kondisi awal Rp/Day

"pendapatan produksi IPI Ikan kering-asin" : Kondisi awal Rp/Day

Grafik 5.1 Pendapatan Masing-masing IPI

2. Keuntungan Nelayan

Grafik simulasi Keuntungan nelayan memiliki

tren yang berbeda-beda. Pada nelayan damar

dan kursin, keuntungan cenderung meningkat

sepanjang tahun. Sedangkan nelayan jaring dan

payang tidak. Pada nelayan damar, keuntungan

menurun pada saat hari ke 90 hingga ke 120

atau bulan ke 4 hingga bulan ke 5. Sedangkan

pada grafik nelayan kursin, pada bulan 4 dan 5

mendekati konstan. Kuntungan nelayan damar

dan kursin menurun karena tidak adanya

aktivitas melaut dan selama musim yang bukan

merupakan musim tangkap ikan. Pada musim

seperti ini, hasil tangkapan yang didapat tidak

sama dengan hasil tangkapan selama musim

tangkap ikan.

Sedangkan pada grafik keuntungan nelayan

payang dan jaring cenderung menurun dan

konstan pada saat bulan ke 4 dan 5. Hal ini

disebakan karena hasil tangkapan yang didapat

tidak sama dengan hasil tangkapan selama

musim tangkap ikan. Faktor lain yang

mempengaruhi adalah intensitas melaut,

peralatan tangkap, serta kapasitas ukuran kapal

dapat menampung hasil tangkapan ikan.

Nelayan jaring hanya menggunakan peralatan

melaut sederhana serta ukuran kapal yang kecil.

Hal ini menyebabkan pendapatan nelayan jaring

cenderung menurun, terutama pada saat musim

penghujan tiba, yaitu bulan ke 5 hingga bulan

ke 7. Keuntungan nelayan yang fluktuatif

berdasarkan waktu menunjukkan bahwa

penghasilan nelayan sangat bergantung pada

musim ketersediaan ikan.

3. Saving 3 Stakeholder

Stakeholder yang dimaksud adalah pelaku-

pelaku di dalam rantai pasok. Pelaku rantai

pasok dalam penelitian ini terdiri atas nelayan

sebagai produsen, tengkulak sebagai distributor,

dan industri pengolahan ikan (IPI) sebagai

konsumen. Pada grafik 3 stakeholder ini, pelaku

nelayan diwakili oleh nelayan damar dan IPI

diwakili oleh IPI Pengasapan. Dari output yang

ditampilkan pada bab sebelumnya, nampak

bahwa grafik IPI terletak pada tingkat tertinggi,

setelah itu adalah saving IPI Pengasapan, dan

terakhir adalah keuntungan nelayan damar. Pada

periode ke-0, saving nelayan dan tengkulak

mengalami nilai minus, sedangkan tengkulak

tidak. Hal ini karena pengeluaran tengkulak dari

pembelian ikan ke nelayan, dapat ditentukan

sendiri tanpa ada regulasi batasan nilai

keuntungan yang ingin diperoleh di TPI.

4. Jumlah Ikan di TPI

Dari grafik 4.4 pada bab sebelumnya, dapat

diketahui hubungan jumlah dan harga ikan.

Misalnya adalah ikan layang. Pada saat jumlah

ikan tinggi, maka harga jual ikan cenderung

menurun. Pada hari ke 0 sampai hari ke 120,

jumlah ikan layang tidak tersedia, sehingga

harga ikan mencapai tertinggi. Namun, pada

saat hari ke 120 sampai hari ke 268, jumlah ikan

Page 14: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

14

naik dan nilainya berubah-ubah setiap hari.

Pada masa niak ini, harga ikan turun. Sehingga,

dapat dibuktikan bahwa jumlah ikan di tempat

pelelangan ikan berlaku hukum supply and

demandd.

5. Jumlah Demand Produk IPI

Dari grafik 4.5 pada bab 4, dapat diketahui gap

antara demand dan jumlah produksi

pengasapan. Bila gap semakin tinggi, maka

menunjukkan bahwa industri pengolahan ikan

mengalami lost sales. Lost sales berarti

kehilangan jumlah pendapatan yang seharusnya

dapat diterima. Hal ini terjadi pada industri

pengolahan ikan pengasapan dan pemindangan.

Gap demand dan jumlah produksi tertinggi

terjadi pada hari ke 30 sampai hari ke 120 atau

bulan 2 sampai 4. Kondisi lost sales ini dapat

terjadi karena pada bulan ini adalah masa saat

jumlah tangkapan ikan tidak sebanyak pada

bulan sebelumnya.

6. Produktivitas IPI

Dari grafik 4.6 dapat diketahui bahwa

produktifitas tiap jenis IPI berbeda satu sama

lain. Grafik produktivitas IPI Ikan Asin

cenderung konstan sebab prosentase penyusutan

ikan akan selalu sama besarnya untuk ukuran

kapasitas berapapun. Indeks produktivitas

pendinginan bernilai 1, sebab jumlah demand

selalu dapat dipenuhi oleh IPI, meskipun musim

ikan sedang paceklik. Hal ini juga disebabkan

pada sistem pemesanan produk di masing-

masing IPI. Pada IPI Pendinginan,

pemindangan, pengasinan, adalah make to stock.

Pada IPI Kerupuk Ikan adalah make to order

dan IPI Pengasapan tidak berlaku keduanya.

Sistem penjualan pada pengasapan tergantung

pada kemampuan produksi internal dari industri

pengolahan ikan yang tidak terikat oleh kontrak

ataupun pemesanan dari konsumen.

4.4 Analisa Desain Skenario Kebijakan

Perancangan dan running simulasi skenario

akan memberikan pertimbangan kepada

pemerintah atas kebijakan yang berpengaruh

pada aliran rantai pasok klaster nelayan pesisir

yang berdampak pada tingkat kesejahteraan

pelaku industri pengolahan ikan. Variabel yang

menjadi kebijakan pemerintah di model adalah

harga BBM dan harga ikan tengkulak. Hasil

simulasi dilihat pada time ke-360 sebab

merupakan akumulasi dari saving time ke-0.

Dari hasil simulasi pada sub bab 4.8

sebelumnya, didapakan hasil simulasi yang

berbeda-beda. Variabel keuntungan nelayan

memiliki nilai paling tinggi pada skenario 1

BBM yaitu Rp 2.500,00. Bila dibandingkan

dengan beberapa skenario, keuntungan nelayan

berubah secara signifikan pada skenario BBM.

Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan

nelayan sangat dipengaruhi oleh harga BBM .

Dari grafik 4.7 diketahui bahwa semakin

meningkat harga BBM maka keuntungan

nelayan akan cenderung turun bahkan lebih

curam untuk setiap kenaikan BBM yang drastis,

yaitu skenario 1 BBM Rp 2500. Hal ini terjadi

karena akan semakin meningkat pula biaya

operasional nelayan. Pada sensitivitas harga

ikan, bila keuntungan tengkulak dinaikkan

maupun diturunkan, maka keuntungan nelayan

menurun dengan prosentase yang sama. Hal ini

menunjukkan bahwa berapapun harga jual

tengkulak ke nelayan, akan tetap mengakibatkan

keuntungan menurun.

Sedangkan saving juragan mencapai nilai

tertinggi pada skenario harga 2 yaitu Rp 500-

2.000/Kg. Keuntungan harga ikan yang

dimaksud adalah nilai pengurangan harga dari

harga ikan dasar di pasar yang seharusnya

diterima oleh nelayan. Sehingga, keuntungan

tengkulak akan semakin tinggi. Hal ini

disebabkan karena semakin rendah harga beli

ikan dari nelayan dan harga jual ke distributor

lain, nilainya diatas standar pasar. Harga beli

ikan tengkulak ke nelayan ditentukan sendiri

oleh tengkulak dan nelayan pun menerima saja

karena hanya tengkulak yang dapat menampung

hasil tangkapan nelayan dalam jumlah besar.

Regulasi pemerintah mengenai penentuan harga

dasar ikan belum sepenuhnya diaplikasikan

meski kebijakan tersebut sebenarnya sudah ada,

yaitu seperti yang telah dijelaskan pada sub bab

4.4 strategi pemerintah di bidang perikanan

tangkap. Keuntungan tengkulak cenderung tetap

pada sensitivitas harga BBM. Hal ini

disebabkan karena tengkulak tidak

mengeluarkan biaya untuk BBM, namun hanya

pada perantara jual beli ikan. Meskipun tidak

dipengaruhi harga BBM, namun saving

tengkulak dipengaruhi oleh musim ikan. Pada

musim tidak melaut nelayan, yaitu pada bulan 2

sampai bulan ke 5, nilai saving cenderung

konstan. Hal ini disebabkan karena jumlah ikan

yang ada di TPI menurun, sehingga tengkulak

mengalami penurunan bahan baku produksi ikan

pula.

Page 15: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

15

Hasil simulasi skenario variabel saving industri

pengolahan ikan menunjukkan bahwa saving IPI

rata-rata mengalami peningkatan pada skenario

1 BBM yaitu Rp 2.500, kecuali pada IPI

Pengasapan mengalami penurunan. Harga BBM

memberikan pengaruh yang signifikan kepada

saving IPI sebab, harga BBM merupakan

pemicu kenaikan inflasi yang merupakan

pemicu kenaikan harga bahan-bahan kebutuhan

pokok untuk konsumsi IPI. Sehingga, semakin

tinggi harga kebutuhan bahan-bahan pokok,

mengakibatkan daya beli ikan untuk kebutuhan

produksi semakin berkurang. Bila daya beli ikan

IPI menurun, maka rata-rata peroduksi ikut

menurun. Menurunnya rata-rata produksi akan

berindikasi pada menurunnya nilai saving IPI

pula. Sedangkan pada skenario harga ikan,

saving IPI berubah cukup signifikan. Hal ini

disebabkan karena semakin tinggi keuntungan

harga ikan oleh tengkulak akan berdampak

langsung pada biaya bahan baku IPI. Khusu

pada IPI Pengasapan dan Ikan Dingin, saving

semakin meningkat dengan kenaikan harga ikan

sebab harga jual produk jadi ikan asap dan ikan

dingin ditentukan sendiri oleh pemilik ikan.

Sehingga, bila harga ikan naik, IPI Pengasapan

dan Pendinginan akan menaikkan harga

produknya pula.

7. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,

maka kesimpulan yang dapat ditarik sesuai

tujuan penelitian yaitu :

1. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap

tingkat kesejahteraan klaster nelayan pesisir

adalah harga BBM dan keuntungan harga

tengkulak. Kedua variabel ini memberikan

pengaruh yang signifikan kepada keuntungan

nelayan, saving tengkulak, serta saving

industri pengolahan ikan.

2. Hasil simulasi model rantai pasok

menunjukkan bahwa keuntungan nelayan,

saving industri pengolahan ikan, dan saving

tengkulak sangat bergantung dengan musim

melaut nelayan.

3. Dari empat skenario dapat ditarik

kesimpulan bahwa kebijakan harga BBM

dan keuntungan tengkulak oleh pemerintah

memberikan dampak signifikan terhadap

tingkat kesejahteraan nelayan, tengkulak,

dan industri pengolahan ikan. Pengaruh

kebijakan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penurunan BBM sebesar 44% Rp 2.500,00:

• Keuntungan nelayan jaring meningkat

sebesar 118,82%.

• Keuntungan nelayan payang meningkat

sebesar 119,59%.

• Keuntungan nelayan kursin meningkat

sebesar 0,16%.

• Keuntungan nelayan damar meningkat

sebesar 14,18%.

• Saving IPI Pengasapan menurun sebesar

0,04%.

• Saving IPI Ikan Asin meningkat sebesar

0,14%.

• Saving IPI Pemindangan meningkat sebesar

0,06%.

• Saving IPI Ikan Dingin meningkat sebesar

1,57%

• Saving IPI Kerupuk Ikan meningkat

sebesar 0,01%.

• Saving tengkulak tidak berubah.

2. Kenaikan BBM sebesar 44% Rp 6.500,00 :

• Keuntungan nelayan jaring menurun

sebesar 118,82%.

• Keuntungan nelayan payang menurun

sebesar -119,59%.

• Keuntungan nelayan kursin menurun

sebesar 0,16%.

• Keuntungan nelayan damar menurun

sebesar 14,18%.

• Saving IPI Pengasapan menurun sebesar

0,02%.

• Saving IPI Ikan Asin menurun sebesar

0,38%.

• Saving IPI Pemindangan menurun sebesar

0,15%.

• Saving IPI Ikan Dingin menurun sebesar

1,79%

• Saving IPI Kerupuk Ikan menurun sebesar

0,06%.

3. Keuntungan harga ikan Rp 125-500,00 :

Keuntungan nelayan jaring menurun

sebesar 118,82%.

Keuntungan nelayan payang menurun

sebesar -119,59%.

Keuntungan nelayan kursin menurun

sebesar 0,16%.

Page 16: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

16

Keuntungan nelayan damar menurun

sebesar 14,18%.

• Saving tengkulak menurun sebesar % 2,78

• Saving IPI Pengasapan menurun sebesar

1,27%

• Saving IPI Ikan Asin meningkat sebesar

5,37%

• Saving IPI Pemindangan menurun sebesar

0,01%

• Saving IPI Ikan Dingin menurun sebesar

7,29%

• Saving IPI Kerupuk Ikan meningkat

sebesar 0,77%.

4. Keuntungan harga ikan Rp 500-2.000.00

Keuntungan nelayan jaring menurun

sebesar 118,82%.

Keuntungan nelayan payang menurun

sebesar -119,59%.

Keuntungan nelayan kursin menurun

sebesar 0,16%.

Keuntungan nelayan damar menurun

sebesar 14,18%.

• Saving tengkulak meningkat sebesar 5,57

%

• Saving IPI Pengasapan meningkat sebesar

2,49%

• Saving IPI Ikan Asin menurun sebesar

11,89%

• Saving IPI Pemindangan menurun sebesar

0,48%

• Saving IPI Ikan Dingin meningkat sebesar

9,2%

• Saving IPI Kerupuk Ikan menurun sebesar

1,72%.

Berdasarkan nilai pengaruh kebijakan

pemerintah terhadap tingkat keuntungan

nelayan, saving tengkulak, dan saving Industri

Pengolahan Ikan di atas, maka dapat dijadikan

sebagai masukan terhadap alternatif kebijakan

pemerintah selanjutnya.

8. Daftar Pustaka

Acuviarta.(2009). Harga dan Kegagalan

Koordinasi. Pikiran Rakyat (Bandung), 29

Januari 2009.

Baroroh, Indah.(2008). Analisis Sistem Klaster

Industri Alas kaki di Mojokerto untuk

merumuskan kebijakan pengembangan yang

keberlanjutan dengan pendekatan sistem

dinamik. Tugas Akhir Jurusan Teknik

Industri ITS.

Basri, Faisal. (2008). Persoalan Harga BBM.

Laporan Penelitian Ketua Tim Ekonomi

Kadin Indonesia.

Borschev.A, & Filippov.A.(2006). „From

system dynamics and discrete event to

practical agent based modelling:reason,

technique, tools‟. Paper of St.Petersburg

Technical University&XJ Technologies,

Rusia

BPS.(2007). Angka Produk Domestik Bruto

(PDB), Indeks Tendensi Bisnis dan Indeks

Tendensi Konsumen Tahun 2007. Badan

Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur.

BPS.(2009). Perkembangan Jumlah Orang

Miskin di Indonesia (2004-2008), Statistik

Indonesia. Badan Pusat Statistik Propinsi

Jawa Timur.

Djamhari, Choirul.(2006). Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Perkembangan Sentra UKM

Menjadi Klaster Dinamis. Infokop Nomor

29 Tahun XXII.

Eriyatno.(1999). Ilmu Sistem, Meningkatkan

Mutu dan Efektifitas Manajemen, Bogor :

IPB Press.

Grahardyarini, BM Lukita.(2008). Berharap

Bangkitnya Industri Perikanan. KOMPAS

(Jakarta), 8 Oktober.

Harahap, Juliadi Z.(2004). Peran Industri Kecil

Perikanan Terhadap Pengembangan Wilayah

Studi Kasus pada Industri Pengolahan Ikan

di Kelurahan Tanjung Leidong, Desa Teluk

Pulai Luar dan Desa Simandulang,

Kecamatan Kualah Leidong, Kabupaten

Labuhan Batu Propinsi Sumatera Utara.

Tesis Universitas Sumatera Utara.

Hidayati, Novita.(2009). Analisis Rantai Nilai

untuk Mengetahui Pola Peningkatan Dya

Saing Klaster Industri Berbasis Logam di

Jawa Timur dengan Pendekatan Sistem

Dinamik. Tugas Akhir Jurusan Teknik

Industri ITS.

Huseni, Martani.(2008). Nilai Jual Produk

Perikanan Merosot. KOMPAS (Jakarta), 25

Nopember.

Kementerian Sekretaris Negara RI.(2009).

<URL:htp://www.setneg.go.id /Implikasi

Kebijakan Penurunan Harga

BBM.htm.diakses 1 Februari 2009.

Kusumastanto, Tridoyo.(2005). The End of

History Industri Perikanan Nasional?.

Page 17: Analisis Kesejahteraan Pelaku Industri Pengolahan Ikan Pada ...

17

Laporan Penelitian Kepala Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lutan, Institut

Pertanian Bogor (PKSPL-IPB).

Partiwi, Sri G.(2007). Perancangan Model

Pengukuran Kinerja Komprehensif pada

Sistem Klaster Agroindustri. Disertasi

Institut Pertanian Bogor.

Pujawan, I Nyoman. ed., (2005). Supply Chain

Management. Guna Widya, Surabaya.

Porter, M.E.(1990). What Is National

Competitiveness? Harvard Business

Review, 68 (2): 84-85

Porter, M.E.(1998). Clusters and The New

Economic of Competition. Harvard

Business Review.

Roelandt, den Hertag. 1999. Boosting

Innovation : The Cluster Approach. OECD,

Proceedings. Paris: OECD.

Sartika, Ika.(2009). Pengembangan Model

Rantai Pasok Produk Mudah Rusah dengan

Mempertimbangkan Kualitas. Disertasi

Institut Teknologi Bandung.

Siregar,A., Diawati, L., Suprayogi, dan

Cakravastia, A.(2007) : Perancangan Klaster

Industri Berbasis Komoditas Unggulan

dengan Menggunakan Pendekatan Sistem

Rantai Nilai, Laporan Penelitian Hibah

Bersaing, Institut Teknologi Bandung.

Surya, Ady.(2008). Berharap Bangkitnya

Industri Perikanan. KOMPAS (Jakarta), 8

Oktober.

Suryadarma, Johan.(2008). Nilai Jual Produk

Perikanan Merosot. KOMPAS (Jakarta), 25

Nopember.

Taufik, Tatang A.(2006). Pragmatisasi

Pengembangan/Penguatan Klaster Industri.

Diskusi Klaster Industri.

Therik, Wilson M.A.(2007). Nelayan Dalam

Bayang Juragan [Potret Kehidupan Nelayan

Tradisional Bajo di Tanjung Pasir, Pulau

Rote, Nusa Tenggara Timur. Makalah

Forum Diskusi Ilmiah (FDI). Program

Pasca Sarjana Universitas Kristen Satya

Wacana, Salatiga.

Tindall, Stephen.(2003). A Business Guide to a

Sustainable Supply Chain A Practical Guide.

New Zaeland Business Council, New

Zaeland.

Ummatin, Kuntum K.(2009). Dampak

Kebijakan Harga BBM Terhadap

Kemiskinan di Indonesia : Sebuah

Pendekatan Model Dinamik. Tugas Akhir

Jurusan Teknik Industri ITS

Watanabe, K.(2003). The Impact of E-

Commerce On The Japanese Raw Fish

Supply Chain, Northwestern University,

Chicago, Illinois.