ANALISIS KESALAHAN KATA BERIMBUHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33533...iv...
Transcript of ANALISIS KESALAHAN KATA BERIMBUHAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33533...iv...
ANALISIS KESALAHAN KATA BERIMBUHAN
DALAM TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X
SMA NEGERI 1 KOTA TANGERANG SELATAN
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh:
Putri Anggraeni Ruminto
NIM 1112013000042
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Putri Anggraeni Ruminto. (NIM: 1112013000042) ―Analisis Kesalahan
Kata Berimbuhan dalam Teks Negosiasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kota
Tangerang Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016‖. Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan. Dosen Pembimbing: Dr. Hindun, M. Pd. 2016.
Tujuan penelitian skripsi ini mendeskripsikan kesalahan kata berimbuhan
dalam teks negosiasi siswa kelas X semester genap di SMA Negeri 1 Kota
Tangerang Selatan tahun pelajaran 2015/2016. Target dari penelitian ini
berjumlah 30 siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif dengan prosedur kerja melihat, mengamati,
mengklasifikasikan, membedakan, dan mendeskripsikan kesalahan yang terjadi
dalam penulisan kata berimbuhan. Model analisis deskriptif kualitatif inilah
yang menjadi pilihan dalam menyajikan data, kemudian menganalisisnya dan
mendeskripsikan kesalahannya.
Hasil analisis data ditemukan kesalahan dan pembentukan kata yang keliru
pada: 1) kesalahan pemakaian awalan (Prefiks) di- sebanyak 52 kesalahan
dengan persentase 50%. 2) kesalahan pemakaian awalan (Prefiks) ke- sebanyak
28 kesalahan dengan persentase 26,92%. 3) kesalahan pemakaian awalan
(Prefiks) me- sebanyak 2 kesalahan dengan persentase 1,92%. 4) kesalahan
pemakaian akhiran (Sufiks) –i sebanyak 2 kesalahan dengan persentase 1,92%.
5) kesalahan pemakaian akhiran (Sufiks) –kan sebanyak 8 kesalahan dengan
persentase 7,69%. 6) kesalahan pemakaian imbuhan gabung (Konfiks)
sebanyak 12 kesalahan dengan persentase 11,53%.
Kata Kunci: analisis kesalahan, kata berimbuhan, dan teks negosiasi.
v
ABSTRACT
Putri Anggraeni Ruminto. (NIM: 1112013000042) ―Mistake Analysis of
Affix Words in Negotiating Text Tenth Grade of SMA Negeri 1 Kota
Tangerang Selatan Second Semester Academic Year 2015/2016‖. The
Department of Indonesian Language and Literature. Faculty of Tarbiyah and
Teachers‘ Training. Advisor: Dr. Hindun, M. Pd. 2016.
This research was intended to describe mistake of affix word in the
negotiating text of the tenth grade students in the second semester of SMA
Negeri 1 Kota Tangerang Selatan in 2015/2016 academic year. The sample
consisted of 30 students.
Descriptive qualitative analysis was used in the investigation, data
presentation, data analysis, and data description. Method used in this research
is descriptive qualitative analysis, the researcher used the procedure of
observing, perceiving, classifying, differentiating, and describing mistake that
happened in students‘ writing of affix words.
This study revealed that the mistake of forming wrong word is: 1) Mistake
of usage of prefix di- as much as 52 errors with percentage 50%. 2) Mistake of
usage of prefix ke- as much as 28 errors with percentage 26,92%. 3) Mistake of
usage of prefix me- as much as 2 errors with percentage 1,92%. 4) Mistake
usage of suffix -i as much as 2 errors with percentage 1, 92%. 5) Mistake of
usage of suffix –kan as much as 8 errors with percentage 7,69%. 6) Mistake of
usage of confix as much as 12 errors with percentage 11,53%.
Keywords: mistake analysis, the affix words, and the negotiating text
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis haturkan ke
hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini, selawat serta salam senantiasa tercurah
kepada Rasulullah Muhammad Saw, yang telah menuntun kita dari zaman
kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.
Skripsi yang berjudul ―Analisis Kesalahan Kata Berimbuhan dalam Teks
Negosiasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan Semester
Genap Tahun Pelajaran 2015/2016‖ disusun untuk memenuhi syarat meraih
gelar sarjana strata satu (S1) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penyusunan skripsi ini tidak pernah terlepas dari dukungan berbagai
pihak kepada penulis, baik moral maupun materi. Oleh karena itu,
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M. A. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Makyun Subuki, M. Hum. sebagai Ketua Jurusan PBSI yang telah
memberikan nasihat yang bermanfaat untuk penulis.
3. Dr. Hindun, M. Pd. sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, sabar dalam membimbing, memberikan tenaga, pikiran,
dan motivasinya kepada penulis sehingga penulis bisa menyusun skripsi ini.
4. Seluruh dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
memberikan motivasi dan ilmunya kepada penulis selama proses
perkuliahan.
5. Drs. H. Sujana, M. Pd. sebagai kepala SMA Negeri 1 Kota Tangerang
Selatan dan pihak sekolah yang telah memberikan izin serta membimbing
penulis selama melakukan penelitian di sekolah.
vii
6. Keluarga penulis, Bapak Ito dan Ibu Siti Romlah yang telah memberikan
doa, motivasi, moril, dan materil semoga Allah senantiasa memberikan
rahamat-Nya tidak lupa juga untuk adik-adik.
7. Adik-adik yaitu Ilhammulloh Dwi Ruminto dan Ismawati Rizqia Ruminto
yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungannya kepada penulis.
8. Teman-teman yaitu Ulfah Sundusiah, Povi Maspupah, dan Yayah Nur
Asyani yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya kepada penulis
selama proses menuntut ilmu.
Penulis berharap semoga semua pihak yang telah membantu penulis dalam
proses penyusunan skripsi ini bisa menerima balasan amal dan kebaikan dari
Allah Swt. Tidak dapat dipungkiri masih ada kekurangan dan kesalahan
penulis mengharapkan saran dan kritiknya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat
bagi peneliti yang memerlukannya.
Jakarta, 24 Agustus 2016
Penulis
Putri Anggraeni Ruminto
1112013000042
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
ABSTRACT ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
F. Manfaat Penenelitian .......................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORETIS
A. Landasan Teori ................................................................................. 7
1. Analisis Kesalahan ..................................................................... 7
2. Hakikat Kata ............................................................................. 10
ix
3. Hakikat Kata Berimbuhan (Afiksasi) ....................................... 13
4. Hakikat Teks ............................................................................. 41
5. Hakikat Teks Negosiasi ............................................................ 44
B. Penelitian yang Relevan ................................................................... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 53
B. Metode Penelitian....................................................................... 53
C. Sumber Data ............................................................................... 54
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 55
E. Teknik Analisis Data .................................................................. 57
F. Instrumen Penelitian................................................................... 59
G. Instrumen Analisis Data Kesalahan Pembentukan Kata
Berimbuhan ................................................................................ 61
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah ................................................................................ 64
B. Pengumpulan Data ........................................................................ 65
C. Deskripsi dan Analisis Data .......................................................... 67
D. Interpretasi Data ............................................................................ 90
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................ 104
B. Saran ............................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 105
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel pada Bab II
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Tabel 2.8
Tabel 2.9
Tabel 2.10
Tabel 2.11
Tabel 2.12
Tabel 2.13
Tabel 2.14
Tabel 2.15
Tabel 2.16
Tabel 2.17
Tabel 2.18
2. Tabel pada Bab III
Tabel 3.1 Nilai Soal Kata Berimbuhan dan Teks Negosiasi
Tabel 3.2 Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
Awalan (Prefiks)
Tabel 3.3 Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
Akhir (Sufiks)
Tabel 3.4 Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
Gabung (Konfiks)
Tabel 3.5 Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
(Afiksasi)/KPKB
xi
Tabel 3.6 Persentase Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
(Afiksasi)/KPKB
3. Tabel pada Bab IV
Tabel 3.1 Nilai Soal Kata Berimbuhan dan Teks Negosiasi
Tabel 3.2 Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
Awalan (Prefiks)
Tabel 3.3 Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
Akhir (Sufiks)
Tabel 3.4 Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
Gabung (Konfiks)
Tabel 3.5 Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
(Afiksasi)/KPKB
Tabel 3.6 Persentase Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
(Afiksasi)/KPKB
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Uji Referensi
Lampiran 2: Soal dan Jawaban
Lampiran 3: Daftar Pertanyaan Wawancara Guru
Lampiran 4: Transkrip Hasil Wawancara
Lampiran 5: Data Analisis Kesalahan Kata Berimbuhan dalam Teks Negosiasi
Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan Semester
Genap Tahun Pelajaran 2015/2016
Lampiran 6: Surat Pengajuan Judul Skripsi
Lampiran 7: Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 8: Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 9: Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 10: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 11: Foto Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan kata yang tepat akan memudahkan siswa untuk bisa
memahami maksud dan tujuan penulisan sebuah teks. Siswa yang memiliki
pengetahuan yang baik mengenai kata, maka ia akan mudah untuk
mengungkapkan ide dan pikirannya dalam sebuah tulisan. Kemampuan
siswa dalam menggunakan kata-kata memudahkan mereka dalam ragam
bahasa tulis, salah satunya berupa teks. Teks yang mempunyai kekayaan
diksi akan membawa pembaca untuk bisa berimajinasi dengan lebih luas
lagi. Diksi yang berupa kata harus ditulis dengan tepat, baik dalam
pemilihan kata dasar maupun kata yang sudah diberi imbuhan.
Kata merupakan bagian yang penting dalam penggunaan bahasa
Indonesia. Kata berimbuhan hadir untuk bisa mewakili pikiran dan perasaan
manusia yang tidak bisa diwakili oleh kata dasar saja. Kata berimbuhan
penting diajarkan dalam pembelajaran di sekolah karena kata berimbuhan
digunakan oleh siswa ketika membuat tugas tertulis. Namun, ditemukan
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menggunakan kata
berimbuhan.
―Kesalahan umum berbahasa Indonesia timbul dalam masyarakat,
antara lain karena bahasa Indonesia sedang berkembang.‖1 Kesalahan
berbahasa merupakan hal yang wajar terjadi karena bahasa terus
berkembang. Pemakai bahasa seperti siswa juga mengalami penyesuaian
dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, tidak heran jika siswa
melakukan kesalahan dalam penggunaan bahasanya. Kesalahan yang terjadi
harus segera diperbaiki karena akan menghambat proses pembelajaran siswa
dan bisa berdampak pada hasil belajarnya.
1 Junaiyah H. Matanggui dan E. Zaenal Arifin, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia,
(Tangerang: Pustaka Mandiri, 2014), Cet. I, h. 19
2
Siswa diajarkan materi bahasa Indonesia di sekolah. Siswa di sekolah
diajarkan bagaimana menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
Kesalahan penggunaan bahasa seperti kata berimbuhan masih saja terjadi
dalam tugas tertulis yang dibuat siswa. Siswa yang belum memahami
dengan benar kaidah bahasa tertulis, maka akan mengalami kesulitan ketika
ia mengerjakan tugas-tugas tertulis di sekolahnya.
Penggunaan bahasa yang baik dan benar biasa digunakan dalam
pembelajaran di sekolah. Selain itu, bahasa juga digunakan dalam ragam
bahasa tulis seperti koran, karangan, dan teks. Begitu pun dengan
penggunaan bahasa di buku-buku pelajaran. Apabila siswa belum bisa
memahami bahasa yang baik dan benar maka siswa akan kesulitan dalam
memahami materi yang ditulis pada buku pelajaran atau mengerjakan tugas-
tugasnya, hal ini akan menghambat proses pembelajaran.
Kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa dalam membuat tugas
tertulis di antaranya kesalahan penggunaan tanda baca, penggunaan huruf
kapital, pemakaian kata berimbuhan, dan pemakaian kata baku. Kesalahan
pemakaian kata berimbuhan sering terjadi karena siswa cenderung sulit
membedakan penggunaan prefiks dengan preposisi atau pembubuhan kata
dengan imbuhan yang tidak sesuai. Teks yang ditulis siswa bisa digunakan
untuk mengetahui kemampuan bahasa siswa dalam ragam tulis. Selain itu,
siswa juga sering membubuhkan imbuhan yang tidak tepat, misalnya
dipasangin seharusnya kata itu ditulis dipasangkan. Berdasarkan contoh
kesalahan tersebut, penulis bisa mengetahui bahwa siswa sudah mengetahui
perbedaan prefiks di- dengan preposisi di, tetapi ia belum memahami
imbuhan gabung (Konfiks) di-kan. Kesalahan-kesalahan tersebut bisa
dianalisis salah satunya dari tugas tertulis siswa seperti menulis teks,
menjawab soal esai, dan membuat karangan. Tugas tertulis itu bisa
digunakan oleh guru untuk menilai siapa saja siswanya yang melakukan
kekeliruan dan kesalahan, sehingga ia bisa memperbaikinya dengan cara
yang tepat.
3
Kesalahan pembentukan kata berimbuhan yang banyak terjadi salah
satunya terletak pada penggabungan afiks dengan kata yang tidak tepat,
terkadang katanya sudah tepat, tetapi proses peluluhannya tidak tepat. Kata
berimbuhan akan memudahkan manusia untuk bisa mengungkapkan ide dan
pikirannya dengan lebih jelas daripada hanya menggunakan kata dasar.
Contoh beberapa kesalahan yang sering terjadi pada teks yang ditulis oleh
siswa sebagai berikut:
1. Penulisan kata di jual itu salah, seharusnya ditulis dijual tidak diberi
jarak karena di yang diberi jarak adalah preposisi bukan untuk awalan
(prefiks) di-, sedangkan di- pada kata dijual merupakan awalan.
2. Penulisan kata di sepakati itu salah, seharusnya ditulis disepakati karena
di bukan preposisi, tetapi imbuhan gabung (konfiks) di-i maka penulisan
kata itu harus ditulis disepakati.
Beberapa kesalahan yang telah dipaparkan di atas harus segera
diperbaiki karena siswa tersebut akan terus melakukan kesalahan dalam
penulisan tugas tertulis di sekolahnya. Setiap kata mempunyai aturan dalam
pembentukannya. Siswa yang belum memahami aturannya, maka ia akan
melakukan kesalahan terus menerus karena menerapkan aturan yang salah
pada setiap proses morfologis. Kesalahan yang terus menerus dilakukan
bukanlah kekeliruan, tetapi kesalahan yang murni dilakukan karena siswa
belum memahami kaidah yang mengatur pembentukan kata berimbuhan
dalam bahasa Indonesia. Siswa akan menggunakan kata berimbuhan ini
dalam menulis tugas-tugas sekolah seperti karya ilmiah, menulis teks, atau
karangan. Oleh karena itu, pemahaman siswa terhadap kaidah kata
berimbuhan ini harus ditingkatkan lagi.
Afiks atau imbuhan terdapat dalam bidang morfologi. Imbuhan dalam
bahasa Indonesia ada empat yaitu awalan (Prefiks), akhiran (Sufiks),
imbuhan gabung (Konfiks), dan sisipan (Infiks). Penulis ingin membahas
mengenai kesalahan pada penggunaan empat jenis imbuhan dalam proses
afiksasi. Kesalahan pembentukan kata berimbuhan menyebabkan beberapa
hal yang akan menghambat proses pembelajaran di sekolah, di antaranya
4
ketika siswa kesulitan memahami beberapa kata baku dan menggunakan
kata berimbuhan dalam mengerjakan tugas tertulisnya.
Penggunaan kata berimbuhan terdapat dalam teks-teks yang dipelajari
siswa dalam Kurikulum 2013. Salah satu teksnya yaitu teks negosiasi.
Negosiasi digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dan jual beli.
Siswa belajar untuk membuat teks negosiasi dengan memerhatikan struktur
dan kaidah bahasa dalam teks negosiasi. Ragam tulis terikat pada kaidah
penulisan yang sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Teks
negosiasi yang merupakan jenis ragam tulis juga terikat dengan kaidah
penulisan. Teks negosiasi yang dipelajari siswa akan membantu siswa
dalam bernegosiasi, salah satunya dengan memerhatikan penggunaan kata
berimbuhan, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam bernegosiasi.
Siswa kelas X memliki materi pelajaran teks negosiasi yang diajarkan
pada kurikulum 2013 untuk semester genap. Siswa tidak hanya diajarkan
untuk membuat teks negosiasi, tetapi diajarkan juga struktur dan kaidah teks
negosiasi. Struktur teks bisa berupa bagian-bagian yang harus ada dalam
teks negosiasi. Selain struktur teks negosiasi yang diajarkan, kaidah bahasa
yang digunakan, seperti penggunaan tanda baca, kalimat deklaratif, kalimat
interogatif, penggunaan huruf kapital, kata berimbuhan, bahasa yang sopan,
dan hal yang berhubungan dengan ejaan.
Penulis lebih memfokuskan penelitian ini pada kesalahan yang
berhubungan dengan ejaan yaitu kata berimbuhan. Kata berimbuhan dalam
sebuah teks negosiasi menjadi bagian yang penting di mana kata itu menjadi
acuan untuk menentukan kalimat deklaratif dan interogatif yang menjadi
bagian dari teks negosiasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa bahwa penelitian ini
penting dilakukan untuk membantu para siswa agar bisa mengetahui kaidah
yang benar mengenai proses pembentukan kata berimbuhan. Penulis
berharap hasil penelitian ini bisa memberikan gambaran mengenai
kesalahan kata berimbuhan yang terjadi pada teks negosiasi siswa, sehingga
guru bisa menentukan langkah yang tepat untuk bisa memperbaiki
5
kesalahan tersebut. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti mengenai analisis
kesalahan kata berimbuhan dalam teks negosiasi siswa kelas X semester
genap SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan tahun pelajaran 2015/2016.
Penulis ingin mengetahui seberapa besar kesalahan penggunaan kata
berimbuhan yang dilakukan siswa sekolah tersebut dalam menulis teks
negosiasi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penulis akan mengidentifkasikan masalah sebagai berikut:
1. kurangnya pemahaman siswa terhadap kaidah pemakaian kata
berimbuhan dalam teks negosiasi,
2. kurangnya pengetahuan siswa tentang kesalahan dan kekeliruan dalam
pembentukan kata berimbuhan dalam teks negosiasi,
3. terdapat beberapa kesalahan dan kekeliruan dalam pemakaian kata
berimbuhan teks negosiasi, dan
4. kurangnya pengetahuan siswa tentang teks negosiasi yang
menggambarkan proses penyelesaian masalah dengan cara berdialog
untuk mendapatkan kesepakatan yang tidak merugikan kedua belah
pihak.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijabarkan, maka batasan
masalahnya kesalahan kata berimbuhan dalam teks negosiasi siswa kelas X
semester genap SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan tahun pelajaran
2015/2016.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang akan
diteliti adalah bagaimana kesalahan kata berimbuhan dalam teks negosiasi
6
siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan tahun
pelajaran 2015/2016?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah mendeskripsikan kesalahan kata berimbuhan dalam
teks negosiasi siswa kelas X semester genap di SMA Negeri 1 Kota
Tangerang Selatan tahun pelajaran 2015/2016.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat yang mencakup
aspek teoretis maupun praktis, seperti:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan
terutama dalam penggunaan kata berimbuhan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian secara praktis diharapkan bermanfaat, yakni sebagai
berikut:
a. Manfaat bagi Peneliti Lain
Adanya penelitian ini bisa menjadi acuan untuk peneliti lain tentang
kesalahan kata berimbuhan dalam teks negosiasinya agar bisa dikaji
kebenarannya tentang teori yang disusun.
b. Manfaat bagi Guru
Guru mendapatkan pengetahuan yang lebih konkret mengenai kata
berimbuhan dalam menulis teks negosiasi serta mengetahui kesalahan yang
dilakukan oleh siswanya.
7
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Landasan Teori
1. Analisis Kesalahan
Pembelajaran bahasa di sekolah tidak pernah terlepas dari kesalahan
penggunaan bahasa. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor itu biasanya ikut memengaruhi kesalahan berbahasa yang
dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Kesalahan bisa berasal
dari ketidaktahuan siswa, kurangnya pemahaman siswa, lingkungan
sekitarnya, dan media yang dilihatnya. Kesalahan ini bagi siswa bisa
menjadi kendala dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Oleh
karena itu, guru harus lebih teliti dalam menganalisis kemampuan bahasa
siswanya agar guru bisa mengatasi kesalahan berbahasa siswanya dengan
metode yang tepat.
Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang umum digunakan oleh
masyarakat Indonesia sebagai alat berkomunikasi serta sarana untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan di sekolah. Tidak mengherankan jika
bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana utama untuk menyampaikan
ilmu di semua jenjang pendidikan. Oleh karena itu, bahasa Indonesia sangat
berperan penting bagi pendidikan di Indonesia. Guru berperan sebagai
seseorang yang mengajarkan siswa mengenai aturan dalam pemakaian
bahasa. Ketika seorang siswa telah memahami aturan pemakaian bahasa,
maka ia tidak akan melakukan kesalahan dalam memakai bahasa. Walaupun
sudah diajarkan tidak jarang siswa masih melakukan kesalahan dalam
memakai bahasa. Oleh karena itu, guru harus mampu menganalisis
kesalahan itu dan memperbaikinya. Hal ini terkait dengan pengertian
analisis kesalahan berbahasa sebagai berikut:
8
Analisis Kesalahan Berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan
oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel
bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam
sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu,
pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah
dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya.1
Analisis kesalahan membutuhkan prosedur yang dilakukan dengan
tertib, sehingga bisa memperoleh hasil yang diinginkan oleh guru. Hasil
tersebut akan dideskripsikan untuk menyimpulkan kesalahan yang
dilakukan oleh siswa. Guru harus melakukan prosedur dengan cara
mengumpulkan sampel kesalahan, mengklasifikasikannya, mencari
penyebabnya, dan mengevaluasi kesalahannya. Prosedur tersebut akan
membantu guru menemukan kesalahan dan penyebab kesalahan itu, dari
hasil itu kemudian guru bisa melanjutkan dengan memberikan pemecahan
masalahnya agar siswa tidak melakukan kesalahan lagi. Parera menjelaskan
bahwa analisis kesalahan berbahasa sama dengan kebenaran berbahasa
sebagai berikut:
Masalah kesalahan berbahasa sama dengan kebenaran berbahasa.
Analisis kesalahan berbahasa sama dengan analisis kebenaran berbahasa.
Penentuan ―salah berbahasa‖ atau ―benar berbahasa‖ harus merujuk
kepada suatu peraturan atau kaidah yang menjadi panutan bersama
berdasarkan kesepakatan bersama.2
Analisis kesalahan dalam ragam bahasa tulis menekankan pada
penggunaan ejaan. Ejaan merupakan bagian penting dalam sebuah teks atau
ragam bahasa tulis lain. Ejaan membantu untuk bisa memberikan makna
yang jelas dalam penggunaan kata, frasa, klausa, dan kalimat. Beberapa
kesalahan ejaan dalam analisis kesalahan berbahasa disampaikan oleh
Matanggui sebagai berikut:
1) kesalahan pemakaian huruf, terutama huruf kapital;
2) kesalahan penulisan kata (penulisan kata depan di dan ke, penulisan
partikel pun, penulisan gabungan kata yang mendapat awalan,
akhiran, atau awalan-akhiran sekaligus);
1 Ellis dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan
Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1988), Cet. I, h. 170
2 Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa, Analisis
Konstratif antarbahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa, (Jakarta: Erlangga, 1997), Ed. 2, Cet. I,
h. 95
9
3) kesalahan penulisan unsur serapan;
4) kesalahan pemakaian tanda baca, terutama tanda koma, titik koma,
dan titik dua, misalnya pemakaian tanda baca di dalam perincian
yang disusun ke bawah.3
Analisis kesalahan berbahasa dibutuhkan untuk menemukan kesalahan
berbahasa yang dilakukan oleh siswa dalam penelitian ini, sehingga guru
bisa mengetahui pemahaman berbahasa siswanya. Analisis kesalahan
berbahasa memiliki prosedur ketika peneliti atau guru ingin melakukannya.
Analisis kesalahan berbahasa dalam ragam tulis terkait dengan analisis
kesalahan pada penggunaan ejaan.
―Hubungan antara pengajaran bahasa dan kesalahan berbahasa dapat kita
ibaratkan sebagai hubungan antara air dan ikan. Sebagaimana ikan hanya
dapat hidup dan ada di dalam air, maka begitu juga kesalahan berbahasa
sering terjadi dan terdapat dalam pengajaran bahasa.‖4 Pengajaran bahasa
dan kesalahan berbahasa saling berkaitan karena kesalahan berbahasa selalu
mengiringi pengajaran bahasa.
―…kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya, siswa
memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya.
Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis.
Kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki.‖5 Kesalahan
ditandai dengan kemunculan yang berulang-ulang. Kesalahan berbahasa
bisa terjadi karena seseorang belum memahami aturan tentang bahasa yang
dipelajari, sehingga ia terus melakukan kesalahan. Kesalahan ini tidak akan
berubah jika tidak diperbaiki.
Analisis kesalahan diperlukan guru untuk mengetahui kemampuan
bahasa siswanya. Selain itu, guru juga bisa menjadikan hasil analisis
tersebut untuk memperbaiki kemampuan bahasa siswanya. Analisis
kesalahan bisa dilihat salah satunya melalui ragam bahasa tulis seperti
3 Junaiyah H. Matanggui dan E. Zainal Arifin, Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia,
(Tangerang: Pustaka Mandiri, 2014), h. 21-22
4 Tarigan, Op. Cit., h. 67
5 Ibid., h. 75-76
10
penulisan cerpen, teks, dan karangan. Selanjutnya, guru bisa menganalisis
EYD dalam tulisan siswanya.
2. Hakikat Kata
Setiap orang yang menggunakan bahasa pasti tidak asing dengan kata
karena kata merupakan salah satu unsur penyusun kalimat dalam sebuah
ujaran. Beberapa pakar telah mengemukakan konsep kata. Kata merupakan
unsur yang begitu penting dalam sebuah ujaran. Tidak hanya dalam ragam
lisan, kata juga penting dalam ragam tulis. Ragam tulis bisa memberikan
gambaran yang lebih jelas mengenai pengetahuan seseorang terhadap
bidang bahasa seperti kata. Materi pelajaran bahasa Indonesia di sekolah
berupa ragam lisan dan ragam tulis. Proses pembelajaran di sekolah sering
menggunakan ragam tulis dalam tugas-tugas seperti membuat karya tulis,
menulis cerpen, menulis teks, dan menulis karangan.
Kata-kata dalam sesuatu penuturan berhubungan satu dengan jang lain.
Semuanja bekerdja sama untuk membentuk isjarat menjampaikan berita
batin. Demikian djuga bunji kata dapat diikutsertakan untuk
memperbesar efek penuturan. Sedangkan asosiasinja banjak membantu
dalam pembentukan arti dan makna.6
Poerwadarminta mengatakan bahwa kata merupakan salah satu hal yang
penting dalam sebuah pertuturan. Semua kata yang disampaikan oleh
pembicara akan memberikan maksud atau informasi kepada pendengarnya.
Beberapa kata yang disampaikan oleh pembicara akan membentuk satu
kesatuan yang menyampaikan arti dan makna dari pertuturannya. Lebih
jelas lagi di bawah ini akan dijelaskan mengenai konsep kata dari beberapa
pakar. Pernyataan pertama dikemukakan oleh Ahmad HP dan Alek
Abdullah berikut ini:
Para ahli bahasa struktural, terutama penganut aliran Bloomfield,
berpendapat bahwa kata adalah satuan bebas terkecil (minimal free form).
Aliran Generatif Transformasi, yang dicetuskan dan dikembangkan oleh
Chomsky, menyatakan bahwa kata adalah dasar analisis kalimat, yang
6 W. J. S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang, (Yogyakarta:
Kanisius, 1967), Cet. I, h. 22
11
diperlihatkan dengan simbol-simbol V (verba), N (nomina), A
(adjektiva), dan sebagainya.7
Berdasarkan pemaparan dari penganut aliran Bloomfiled kata
merupakan satuan bebas terkecil, maksudnya kata merupakan unsur terkecil
yang bisa berdiri sendiri sebagai ujaran. Sebuah kata bisa dipahami
walaupun berdiri sendiri tanpa diikuti kata lain. Dalam aliran Generatif
Transformasi yang dikembangkan oleh Chomsky kata dinyatakan ke dalam
beberapa simbol seperti V untuk verba, N untuk nomina, dan A untuk
Adjektiva. Ketiga simbol yang disebutkan itu menunjukkan bahwa kata
memiliki fungsi tertentu dalam sebuah kalimat. Lain lagi yang dikemukakan
oleh Murphy dalam buku Morfologi Bahasa Indonesia karya Suparno
mengenai konsep kata sebagai berikut:
―Kata merujuk kepada satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, satuan
bahasa itu dapat berupa morfem bebas atau morfem terikat.‖8 Kata
berdasarkan pemaparan itu merupakan satuan bahasa yang bisa berupa
morfem bebas artinya bisa berdiri sendiri sebagai ujaran seperti kata kursi
atau berupa morfem terikat misalnya seperti imbuhan yang tidak bisa berdiri
sendiri dalam sebuah ujaran. Morfem terikat harus bersanding dengan
morfem lain agar bisa dipahami dalam sebuah ujaran.
―… kata merupakan satuan bahasa yang mempertemukan tiga tataran
dalam linguistik, yakni morfologi, sintaksis, dan semantik.‖9 Kata dalam
bidang Morfologi bisa dipandang sebagai satuan terbesar dalam unit
analisis. Hal ini berbeda dengan bidang sintaksis yang memandang kata
sebagai satuan terkecil dalam analisis, sedangkan semantik mempelajari
makna dari suatu kata. Berdasarkan penjelasan di atas, kata merupakan
satuan bahasa yang menghubungkan tiga tataran dalam linguistik, tiga
tataran itu antara lain morfologi, sintaksis, dan semantik. Tiga tataran
tersebut mempunyai unsur kata walaupun dalam tingkatan yang berbeda.
7 Ahmad HP dan Alek Abdullah, Linguistik Umum, (Jakarta: Erlangga, 2013), Cet. I, h. 61
8 Darsita Suparno, Morfologi Bahasa Indoensia, (Jakarta: UIN Press, 2015), Cet. I, h. 34
9 Ibid.
12
Pernyataan itu berbeda dengan konsep kata berdasarkan KBBI edisi ke-4
yang mengungkapkan pernyataan sebagai berikut:
―Kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah unsur bahasa
yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan
perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.‖10
Dalam
KBBI kata dipandang sebagai unsur bahasa yang diucapkan dan dituliskan
sebagai bentuk dari gambaran konsep pikiran dan perasaan yang digunakan
dalam berbahasa. Kata bisa mengungkapkan apa yang dirasakan dan
dipikirkan oleh manusia, sehingga orang lain bisa memahami maksud dan
keinginan orang tersebut. Sebuah konsep yang ada di dalam pikiran dan
perasaan seseorang tidak mungkin diketahui oleh orang lain, kecuali jika
orang tersebut membicarakannya atau mengungkapkannya kepada orang
lain. Manusia membutuhkan kata sebagai realisasi dari konsep yang ada di
pikiran dan perasaannya, sehingga orang lain bisa memahaminya. Terkait
dengan kata yang dibutuhkan untuk mengungkapkan pikiran maka
pernyataan berikut sangat relevan:
―All languages have words, and words are probably the most
accessible linguistic units to the layman. ‖11
(Semua bahasa mempunyai
kata-kata, dan kata-kata mungkin unit ilmu bahasa yang paling dapat
diakses kepada orang awam). Penjelasan mengenai konsep kata di atas
merupakan pernyataan bahwa semua bahasa pasti memiliki unsur kata.
Kata-kata itu bisa dipakai oleh orang awam yang tidak memahami ilmu
bahasa. Orang awam itu bisa memakai kata dalam berkomunikasi dengan
orang lain, meskipun dia tidak tahu bagaimana proses pembentukan kata
dan kaidah yang mengaturnya dia masih bisa menggunakan kata dalam
berkomunikasi. Tentu saja dengan menggunakan pengetahuan bahasa yang
10 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008), Ed. 4, Cet. I, h. 633
11 Andrew Raford, dkk, Linguistics: an Introduction, (Cambridge: Cambridge University
Press, 2009), Ed. 2, Cet. IV, h. 127
13
diperoleh manusia tanpa disadari sejak dia lahir. Pengetahuan bahasa itu
diperoleh dari lingkungan tempat tinggalnya.
Semua konsep kata yang telah dipaparkan oleh beberapa ahli dapat
disimpulkan bahwa kata dipandang sebagai satuan bebas terkecil dan unsur
terkecil dalam tataran sintaksis, tetapi unsur terbesar dalam tataran
morfologi. Kata juga memiliki makna yang bisa dipelajari dalam tataran
semantik. Kata menghubungkan tiga tataran linguistik. Kata bisa digunakan
untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran seseorang meskipun dia
seorang yang awam terhadap ilmu bahasa, tetapi dia masih bisa
menggunakan kata dalam berkomunikasi dengan orang lain. Pengetahuan
bahasa yang diperoleh sejak manusia itu lahir, membuat ia menggunakan
kaidah bahasa yang ada di tempat tinggalnya.
3. Hakikat Kata Berimbuhan (Afiksasi)
Proses pembentukan kata berimbuhan merupakan proses-proses yang
dilakukan untuk bisa membentuk kata berimbuhan. Pembentukan kata
berimbuhan ini sering mengalami kesalahan, sehingga maksud dan tujuan si
pembicara tidak dapat dimengerti dengan baik oleh pendengarnya atau
lawan bicaranya. Proses pembentukan kata berimbuhan dibahas secara
lengkap dalam sebuah ilmu yang disebut morfologi. Kata dalam tataran
morfologi dikemukakan oleh Abdul Chaer sebagai berikut:
―Kalau dikatakan morfologi membicarakan masalah bentuk-bentuk dan
pembentukan kata, maka semua satuan bentuk sebelum menjadi kata, yakni
morfem dengan segala bentuk dan jenisnya, perlu dibicarakan.‖12
Dapat
dipahami bahwa morfologi merupakan ilmu mengenai bentuk. Artinya
segala hal mengenai bentuk akan dibahas dalam morfologi. Morfologi
secara harfiah bisa dipahami sebagai ilmu yang membahas tentang bentuk-
bentuk dan pembentukan kata yang sebelum dan sesudah mengalami proses
pembentukan kata. Bentuk-bentuk itu sering disebut sebagai morfem.
12 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: Rineka Cipta,
2008), Cet. IV, h. 3
14
Dalam morfologi morfem dipandang sebagai salah satu satuan yang dapat
membentuk kata, seperti dalam penyataan berikut:
―… morfologi ini akan dibicarakan seluk beluk morfem itu, bagaimana
cara menentukan sebuah bentuk adalah morfem atau bukan, bagaimana
morfem-morfem itu berproses menjadi kata, yaitu satuan terkecil di dalam
sintaksis.‖13
Morfologi membahas bagaimana sebuah bentuk itu bisa disebut
sebagai morfem atau bukan morfem. Bentuk-bentuk itu akan berproses
menjadi kata yang merupakan satuan terkecil di dalam sintaksis. Segala
seluk beluk mengenai bentuk morfem dan proses pembentukannya menjadi
kata akan dibahas di dalam morfologi. Morfologi bisa menjadi sarana untuk
bisa memahami morfem lebih banyak lagi. Dalam morfologi morfem dapat
mengalami perubahan yang dapat menyebabkan dua hal yang mengalami
penggantian seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Suparno sebagai
berikut:
… setiap satuan bahasa berupa morfem dapat mengalami
pe[sic!]ubahan. Pe[sic!]ubahan itu berarti menyebabkan satuan bahasa
berupa morfem itu mengalami pe[sic!]ubahan. Pe[sic!]ubahan itu
menyebabkan satuan bahasa berupa morfem itu mengalami
pe[sic!]gantian dalam dua hal, yaitu: 1) kelas kata; dan 2) makna kata.
Misalnya golongan kelas kata telepon berbeda dengan golongan kelas
kata bertelepon-teleponan. Kata telepon dikategorikan sebagai golongan
kata nominal, tetapi bertelepon-teleponan termasuk kelas kata verba.14
Morfologi merupakan suatu ilmu untuk mempelajari morfem.
Morfologi juga mempelajari bagaimana sebuah morfem mengalami
pengubahan. Pengubahan morfem menyebabkan penggantian kelas kata dan
makna kata. Suatu morfem juga dapat bergabung dengan morfem lain,
sehingga bisa menghasilkan kata dengan makna baru yang biasanya disebut
sebagai proses pembentukan kata. Beberapa bentuk tidak mungkin dipecah
menjadi bagian yang lebih kecil lagi karena ketika bentuk itu dipecah ia
tidak akan memiliki makna. Bentuk yang tidak bermakna itu bukanlah
morfem. Morfem dalam proses pembentukan kata berimbuhan merupakan
unsur terpenting untuk menghasilkan kata berimbuhan. Proses pembentukan
13 Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), Ed. Revisi, Cet. IV, h. 146
14
Suparno, Op. Cit., h. 9
15
kata dapat juga disebut proses morfologis seperti yang diungkapkan oleh
Masnur Muslich berikut ini:
―Proses morfologis adalah peristiwa penggabungan morfem satu
dengan morfem yang lain menjadi kata.‖15
Suatu proses pembentukan kata
bisa juga disebut proses morfologis. Proses ini bisa menggabungkan dua
morfem menjadi sebuah kata. Morfem yang digabungkan bisa berupa
morfem terikat dan morfem bebas.
―Morfem yang sebagai tempat penggabungan biasanya disebut bentuk
dasar. Ciri sebuah kata mengalami proses morfologis adalah penggabungan
atau perpaduan morfem-morfem itu mengalami perubahan arti.‖16
Proses
morfologis akan membahas dengan jelas bagaimana satu morfem bisa
bergabung dengan morfem lain dan menghasilkan arti yang baru. Selain itu,
proses morfologis juga membahas mengenai aturan morfem-morfem yang
bisa bergabung. Setiap morfem yang akan bergabung dengan morfem lain
memiliki aturan yang harus dipatuhi dalam proses morfologis. Tidak ada
morfem yang bisa langsung bergabung dengan morfem lain tanpa
menggunakan aturan yang telah ada di dalam proses morfologis. Pertuturan
membutuhkan kata berimbuhan untuk dapat mewakili konsep pemikiran
manusia seperti yang diungkapkan oleh Abdul Chaer berikut ini:
―Acapkali sebuah kata dasar atau bentuk dasar perlu diberi imbuhan dulu
untuk dapat digunakan di dalam pertuturan. Imbuhan ini dapat mengubah
makna, jenis, dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata
lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasarnya.‖17
Pembubuhan imbuhan pada sebuah kata dasar atau bentuk dasar tidak hanya
dapat mewakili konsep pemikiran manusia dalam pertuturan aja, tetapi
dapat mengubah makna, jenis, dan fungsinya. Imbuhan yang dibubuhi juga
tergantung dalam tujuan seseorang misalnya ingin memberikan makna
15 Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Kajian ke Arah Tata Bahasa Deskriptif,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. IV, h. 32
16
Ibid, h. 33
17
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Ed.
Revisi, Cet. IV, h. 197
16
‗sebabkan jadi‘ maka imbuhan yang digunakan adalah –kan. Imbuhan akan
memengaruhi makna kata berimbuhan tersebut. Proses pembubuhan afiks
atau imbuhan ini juga dikemukakan oleh Masnur Muslich sebagai berikut:
… proses pembubuhan afiks (afiksasi) ialah peristiwa pembentukan kata
dengan jalan membubuhkan afiks pada bentuk dasar. Misalnya
pembubuhan afiks meN- pada bentuk dasar tatar menjadi mentatar,
bentuk dasar gigit menjadi menggigit, pada bentuk dasar daki menjadi
mendaki, ... Di samping dapat menempel pada bentuk dasar yang
bermorfem tunggal (monomorfemis) sebagaimana yang dicontohkan di
atas, afiks juga dapat membubuhkan diri pada bentuk dasar yang
bermorfem lebih dari satu (polimorfemis).18
Afiks dapat dibubuhkan pada bentuk dasar di dalam peristiwa
pembentukan kata. Afiks mememiliki aturan dalam proses pembubuhan itu.
Setiap afiks tidak bisa begitu saja dibubuhkan pada bentuk dasar, tetapi
harus mengikuti aturan. Misalnya afiks meN- berubah menjadi men- pada
mentatar, meng- pada menggigit, dan lain-lain. Afiksasi yang disampaikan
oleh Harimurti hampir sama dengan Masnur, tetapi diberi poin tambahan,
seperti pada kutipan berikut:
―Afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata
kompleks. Dalam proses ini, leksem (1) berubah bentuknya, (2) menjadi
kategori tertentu, sehingga berstatus kata (atau apabila telah berstatus kata
berganti kategori), dan (3) sedikit banyak berubah maknanya.‖19
Proses
afiksasi mengubah bentuk leksem menjadi kategori tertentu sehingga
mengubah maknanya. Jadi afiksasi tidak hanya mengubah bentuknya,
tetapi mengubah kategori dan maknanya. Afiksasi dipahami sebagai proses
dari sebuah leksem menjadi sebuah kata, itulah yang dapat dipahami dari
pemaparan Harimurti. Sebuah leksem bisa dilihat sebagai sebuah kata jika
ia telah mengalami proses afiksasi. Sudarno juga mengemukakan
pendapatnya mengenai proses afiksasi yang menggabungkan morfem bebas
dan morfem terikat seperti berikut ini:
18 Muslich, Op. Cit., h. 38
19
Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
2009), Cet. V, h. 28
17
Afiksasi ialah penggabungan morfem bebas dengan morfem terikat.
Akibat penggabungan itu fonem yang langsung berurutan ada kalanya
mengalami pe[sic!]ubahan. Pe[sic!]ubahan itu terjadi di daerah
perbatasan kedua morfem yang bergabung. Dalam hal ini fonem
pembuka dan penutup morfem memegang peranan penting karena ia
dapat menentukan wujud pe[sic!]ubahan tersebut. 20
Proses afiksasi berarti suatu proses menggabungkan morfem bebas
dengan morfem terikat. Dalam proses penggabungan itu membuat morfem
berubah baik bentuk fonemnya atau urutan fonemnya. Bentuk berafiks
disusun berdasarkan empat cara yang sesuai dengan kaidah pembentukan
kata. Bentuk berafiks memiliki empat jenis afiks seperti yang terdapat
dalam kutipan dari buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang disusun
oleh Pusat Bahasa berikut:
―Istilah bentuk berafiks disusun dari bentuk dasar dengan penambahan
prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks sesuai kaidah pem[sic!]entukan kata
bahasa Indonesia; misalnya dari bentuk pirsa menjadi pemirsa, bukan
pirsawan; dari hantar menjadi keterhantaran, bukan kehantaran.‖21
Konsep
yang dikemukakan oleh Pusat Bahasa menerangkan bahwa bentuk dasar
ditambahkan dengan bentuk berafiks terlebih dulu yang sesuai dengan
kaidah pembentukan kata, sehingga bisa membentuk kata berimbuhan. Kata
berimbuhan bisa dibentuk dari suatu bentuk dasar dan afiks. Konsep afiksasi
lainnya yang dikemukakan oleh Parera dalam bukunya yang berjudul
Morfologi memaparkan konsep seperti berikut ini:
Proses afiksasi terjadi apabila sebuah morfem terikat dibubuhkan atau
dilekatkan pada sebuah morfem bebas secara urutan lurus. Berdasarkan
posisi morfem terikat terhadap morfem bebas tersebut, proses afiksasi
dapat dibedakan atas (1) pembubuhan depan, (2) pembubuhan tengah, (3)
pembubuhan akhir, dan (4) pembubuhan terbagi.22
20 Sudarno, Morfofonemik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Arikha Media Cipta, 1990), Cet. I, h.
87
21
Pusat Bahasa, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), Cet. I, h. 95
22
Jos Daniel Parera, Morfologi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), Cet. IV, h. 18
18
Parera menjelaskan afiksasi sebagai proses pembubuhan morfem terikat
pada morfem bebas secara urutan lurus. Morfem terikat merupakan morfem
yang tidak bisa berdiri sendiri dalam sebuah ujaran karena tidak bisa
dipahami maknanya, tetapi morfem bebas bisa berdiri sendiri sebagai kata
dalam sebuah ujaran. Parera membagi proses afiksasi itu dalam empat cara
yaitu pembubuhan depan, tengah, akhir, dan tegrbagi sedangkan La Ode
Sidu mengemukakan konsep kata dasar dan kata jadian, sebagai berikut:
―Bentuk kata dasar adalah bentuk yang belum mendapatkan afiks.
Misalnya: rajin, jujur, batu, adil, dan saudara. Kata jadian ialah kata yang
sudah mendapatkan afiks, seperti prefiks, sufiks, infiks, atau konfiks.‖23
Bentuk yang belum dibubuhi afiks atau belum mengalami proses morfologis
disebut bentuk kata dasar. Kata yang telah dibubuhi atau mengalami proses
morfologis maka kata tersebut biasa disebut kata jadian. Kata jadian
merupakan kata yang telah dibubuhi satu dari empat jenis afiks yang telah
disebutkan. Perbedaan terjadi pada penyebutan empat jenis afiks oleh Parera
dengan La Ode Sidu. Pernyataan yang hampir sama dikemukakan oleh
Hasan Alwi yang menggunakan penyebutan yang berbeda untuk empat jenis
afiks yaitu afiks, prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks tanpa menggunakan
istilah kata jadian yaitu berikut:
Bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata
dinamakan afiks atau imbuhan. Afiks yang ditempatkan di bagian muka
suatu kata dasar disebut prefiks atau awalan. Morfem terikat yang
digunakan di bagian belakang kata, maka namanya adalah sufiks atau
akhiran. Infiks atau sisipan adalah afiks yang diselipkan di tengah kata
dasar. Sedangkan gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu
kesatuan dinamakan konfiks.24
Proses pembubuhan afiks atau afiksasi tidak terjadi begitu saja karena
ada aturan serta tata cara untuk melakukan pembubuhan tersebut. Setiap
kata dasar memiliki perbedaan dalam setiap pembubuhan yang dilakukan
pada kata tersebut. Aturan itulah yang dipakai untuk menggabungkan
23 La Ode Sidu, Sintaksis Bahasa Indonesia, (Kendari: Universitas Haluoleo, 2013), Cet. I, h.
18
24
Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai
Pustaka, 2003), Ed. 3, Cet. V, h. 31-32
19
prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks. Oleh karena itu, terbentuklah kata
berimbuhan yang diawali oleh kehadiran salah satu imbuhan yang dibubuhi
pada kata dasar untuk membentuk kata baru. Moh Tadjuddin
mengemukakan kehadiran imbuhan dalam bahasa Indonesia untuk
membentuk kata baru sebagai berikut:
Kehadiran imbuhan-imbuhan itu di dalam bahasa Indonesia merupakan
upaya bahasa itu dalam proses pembentukan kata baru dengan makna
yang baru, baik makna leksikal maupun makna gramatikal. Proses
pembentukan kata baru itu terjadi mengingat bahwa pengertian atau
konsep yang ada dalam benak manusia tidak terbatas jumlahnya,
sementara kosakata (perbendaharaan kata) yang tersedia untuk
mengungkapkan pengertian atau konsep itu sebaliknya, sangat terbatas.25
Kehadiran imbuhan itu bermaksud untuk memperkaya kosa kata untuk
bisa mengungkapkan konsep yang ada dalam pikiran dan perasaan manusia.
Kata dasar tidak bisa mewakili semua konsep yang ada di dalam benak
manusia. Oleh karena itu, dibutuhkan imbuhan untuk bisa menambah kata
dengan makna baru agar bisa mewakili konsep yang lebih banyak lagi.
Pemaparan kata berimbuhan dari beberapa pakar di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa para pakar sebenarnya merujuk pada makna yang sama
untuk kata berimbuhan dan prosesnya, tetapi mereka menggunakan
beberapa istilah yang berbeda-beda seperti istilah pembubuhan, morfem
terikat, morfem bebas, afiks, proses morfologis, dan afiksasi. Kata
berimbuhan pada dasarnya merupakan kata dasar atau bentuk dasar yang
diberi imbuhan baik di awal, di akhir, disisipkan, serta di awal dan akhir
kata dasar atau bentuk dasar tersebut. Proses pembubuhan imbuhan ini juga
bisa disebut proses morfologis atau afiksasi. Imbuhan juga bisa disebut
dengan afiks, yang terdiri dari prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks, atau
istilah lainnya yaitu awalan, akhiran, sisipan, dan imbuhan gabung.
a. Jenis-Jenis Imbuhan (Afiks)
Proses pembentukan kata berimbuhan akan selalu terkait dengan
imbuhan-imbuhan yang membentuk kata tersebut. Kata yang dibubuhi
25 Moh Tadjuddin, Bahasa Indonesia Bentuk dan Makna, (Bandung: Alumni, 2013), Cet. I,
h. 137
20
imbuhan dapat disebut kata berimbuhan yang mana akan menjadi kata
baru dengan makna yang baru pula. Berbagai buku mengenai kata
berimbuhan juga sudah menjelaskan bahwa kata berimbuhan merupakan
kata yang dibentuk dari salah satu jenis imbuhan yang dibubuhkan pada
kata dasar. Kata berimbuhan dapat juga disebut kata bentukan karena
kata ini merupakan kata yang dibentuk dari bentuk dasar dan imbuhan
seperti pernyataan Sugihastusti berikut ini:
―Kata bentukan ini sering pula disebut sebagai kata jadian, kata
turunan, atau kata berimbuhan. Kata yang dibentuk dari kata lain pada
umumnya mengalami tambahan bentuk pada kata dasarnya.‖26
Perubahan kata yang telah diberi imbuhan itu banyak istilahnya, di
antaranya yaitu kata bentukan, kata jadian, kata turunan, atau kata
berimbuhan. Istilah-istilah tersebut digunakan untuk menyebut kata
yang telah mengalami proses afiksasi. Bahasa Indonesia memproduksi
kata-kata baru, khususnya kata benda yang banyak diserap dari bahasa
asing, tetapi beberapa kata tidak seproduktif itu. Oleh karena itu,
dibutuhkan imbuhan-imbuhan agar kata-kata tersebut bisa menghasilkan
makna baru untuk mendeskripsikan maksud dari pemakai bahasa
Indonesia. Penulis berpedoman pada buku Tata Bahasa Praktis Bahasa
Indonesia yang ditulis oleh Abdul Chaer karena penulis lebih
memahami konsep dan istilah yang dipakai oleh beliau.
1) Jenis Imbuhan Berdasarkan Letak Pembubuhannya
a) Awalan atau Prefiks
Awalan (Prefiks) adalah afiks yang dibubuhkan di sebelah kiri
bentuk dasar. Jenis awalan (Prefiks) yaitu me-, pe-, per-, ter, di-, se-,
ke-, dan ber-. Awalan (Prefiks) memiliki bentuk yang berbeda-beda,
bentuk tersebut adalah alomorf. Alomorf me- yaitu mem-, men-,
meny-,meng-, me-, dan menge-. Alomorf pe- yaitu pem-, pen-, peny-
,peng-, pe-, dan penge-. Alomorf per- yaitu pe- dan pel-. Alomorf
26 Sugihastuti, Editor Bahasa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), Cet. I, h. 100
21
ter- yaitu te- dan ter-. Alomorf ber- yaitu be- dan bel-.Contoh tabel
2.1:
No. Bentuk Dasar Imbuhan
(prefiks) Kata Berimbuhan
1 buang mem- membuang
2 bela pem- pembela
3 sunting per- persunting
4 cantik ter- tercantik
5 potong di- dipotong
6 umur se- seumur
7 dua ke- kedua
8 main ber- bermain
b) Sisipan atau Infiks
Sisipan (Infiks) adalah imbuhan yang dibubuhkan di tengah bentuk
dasar. Jenis sisipan yaitu –el-, -er-,dan –em-. Contoh tabel 2.2:
No. Bentuk Dasar Imbuhan
(Infiks) Kata Berimbuhan
1 tapak -el- telapak
2 gigi -er- gerigi
3 tali -em- temali
c) Akhiran atau Sufiks
Akhiran (Sufiks) adalah pengimbuhan yang dilakukan dengan
cara merangkaikannya di belakang kata yang diimbuhinya. Pada
Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Abdul Chaer menerangkan
bahwa akhiran terdiri dari empat jenisnya yaitu –kan, -i, -an, dan –
nya dalam tabel 2.3:
22
No. Bentuk Dasar Imbuhan
(Sufiks) Kata Berimbuhan
1 padam -kan padamkan
2 gula -i gulai
3 tulis -an tulisan
4 jauh -nya jauhnya
―Selain itu, ada kaidah sebagai bagian kata yang utuh
menyesuaikan akhiran asing pada kata serapan yaitu –at, -ase, -er, -
an, -arki, -asi, -si, -al, -ein, -ur, -or, -if, -ik, -ika, -il, -ik, -is -isme, -
logi, -log, -or, dan -tas.‖27
Beberapa jenis akhiran ini untuk
menyesuaikan kata yang telah diserap sebagai bagian kata yang
utuh. Penulis berpedoman pada buku yang ditulis oleh Abdul Chaer
jadi hanya terdapat empat sufiks. Contoh tabel 2.4:
No. Bentuk
Dasar
Akhiran
Asing
Akhiran
setelah
Diserap
Kata Berimbuhan
1 advocaat -aat -at advokat
2 presentage -age -ase persentase
3 primer -er -er primer
4 informant -ant -an informan
5 monarchie -archie -arki monarki
6 publicatie -(a)tie -asi publikasi
7 pollution -(a)tion -si polusi
8 structural -al -al struktural
9 protein -ein -ein protein
10 director -or -ur direktur
27 Chaer, Op. Cit.,Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 69-71
23
11 structure -ur -ur struktur
12 dictator -or -or diktator
13 descriptive -ive -if deskriptif
14 phonetik -ik -ik fonetik
15 mechanic -ic -ik mekanik
16 logic -ic -ika logika
17 logical -ical -is logis
18 egoist -ist -is egois
19 modernism -ism -isme modernisme
20 technology -logy -logi teknologi
21 dialouge -logue -log dialog
22 epiloog -loog -log epilog
23 trottoir -oir(e) -or trotoar
24 university -ty -tas universitas
d) Imbuhan Gabung atau Konfiks
Imbuhan gabung atau konfiks adalah pengimbuhan yang
dilakukan bersama-sama serta ada yang secara bertahap dalam
sebuah bentuk dasar. Jenisnya yaitu ber-kan (dilakukan secara
bertahap yaitu diberi awalan ber- lalu akhiran kan-), ber-an
(dibubuhkan secara bersama-sama), per-kan (pengimbuhan
dilakukan secara bersama-sama), per-i (pengimbuhan dilakukan
secara bersama-sama), me-kan (pengimbuhan dilakukan secara
bertahap yaitu diberi akhiran –kan terlebih dulu, kemudian diberi
awalan me-), me-i (pengimbuhan dilakukan secara bertahap yaitu
akhiran –i kemudian awalan me-), memper- (pengimbuhan dilakukan
bertahap pertama awalan per- kemudian awalan me-), memper-kan
(pengimbuhan dilakukan secara bertahap yaitu awalan per- dan
akhiran –kan secara bersamaan kemudian imbuhkan dengan awalan
me-), memper-i (pengimbuhan dilakukan secara bertahap yaitu
24
awalan per- dan akhiran –i dibubuhkan dersamaan kemudian awalan
me-), di-kan (pengimbuhan dilakukan secara bertahap sama seperti
me-kan), di-i (pengimbuhan dilakukan secara bersama-sama), diper-
(pengimbuhan dilakukan sama seperti memper-), diper-kan
(pengimbuhan dilakukan sama seperti memper-kan), diper-i
(pengimbuhan dilakukan secara bersama-sama), ter-kan (imbuhkan
akhiran –kan lebih dulu kemudian imbuhkan awalan ter-), ter-i
(imbuhkan akhiran –i lebih dulu kemudian imbuhkan awalan ter-),
se-nya (Ada dua macam cara pengibuhan, pertama secara
bersamaan, kedua imbuhkan awalan se– lebih dulu kemudian
imbuhkan akhiran nya- ), pe-an (pengimbuhan dilakukan secara
bersamaan), dan per-an (pengimbuhan dilakukan secara
bersamaan). Contoh tabel 2.5:
No. Bentuk Dasar Imbuhan
(Sufiks) Kata Berimbuhan
1 naik ke-an kenaikan
2 lari ber-an berlarian
3 dasar ber-kan berdasarkan
4 siap per-kan persiapkan
5 baik per-i perbaiki
6 baca me-kan membacakan
7 terang me-i menerangi
8 lebar memper- memperlebar
9 tunjuk memper-kan mempertunjukkan
10 setuju memper-i mempersetujui
11 guna di-kan digunakan
12 restu di-i direstui
13 sempit diper- dipersempit
14 temu diper-kan dipertemukan
15 senjata diper-i dipersenjatai
25
16 selesai ter-kan terselesaikan
17 penuh ter-i terpenuhi
18 benar se-nya sebenarnya
19 tiba se-nya setibanya
20 bina pe-an pembinaan
21 dagang per-an perdagangan
2) Imbuhan Berdasarkan Kelas Kata Hasil Bentukan
―Selanjutnya imbuhan juga berfungsi merubah bentuk dasar
menjadi kata lain yang fungsinya berbeda dengan kata dasar atau bentuk
dasarnya.‖28
Penggabungan sebuah bentuk dasar yang telah diberikan
imbuhan maka akan mengubah fungsi dari bentuk dasar tersebut setelah
menjadi bentuk kata berimbuhan.
a) Imbuhan Pembentuk Kata Kerja (Verba)
Contoh afiks pembentuk kata kerja atau verba pada tabel 2.6:
Imbuhan Bentuk
Dasar Kelas
Bentuk
Berimbuhan
Kelas Hasil
Bentukan
me- sabit benda menyabit kerja
ber- disiplin benda berdisiplin kerja
per- tuan benda pertuan kerja
ter- lengah sifat terlengah kerja
me-i teman benda menemani kerja
di-i kulit benda dikuliti kerja
me-kan buah benda membuahkan kerja
ber-kan asas benda berasaskan kerja
ke-an hujan benda kehujanan kerja
per-kan suami benda persuamikan kerja
per-i baik sifat perbaiki Kerja
28 Ibid., h. 197
26
b) Imbuhan Pembentuk Kata Sifat (Adjektiva)
Contoh afiks pembentuk kata sifat atau adjektiva pada tabel 2.7:
Imbuhan Bentuk
Dasar Kelas
Bentuk
Berimbuhan
Kelas Hasil
Bentukan
ter- tutup kerja tertutup sifat
-em- gelap benda gemerlap sifat
ke-an betul sifat kebetulan sifat
me-kan kesan benda mengesankan sifat
ber- ambisi benda berambisi sifat
me- rakyat benda merakyat sifat
pe- dendam sifat pendendam sifat
pe- diam sifat pendiam sifat
-an kampung benda kampungan sifat
c) Imbuhan Pembentuk Kata Benda (Nomina)
Contoh afiks pembentuk kata benda atau nomina pada tabel 2.8:
Imbuhan Bentuk
Dasar Kelas
Bentuk
Berimbuhan
Kelas Hasil
Bentukan
-an catat kerja catatan benda
ke- tua bilangan ketua benda
pen- tulis kerja penulis benda
per- tinju kerja petinju benda
ke-an naik kerja kenaikan benda
per-an damai sifat perdamaian benda
pe-an bersih sifat pembersihan benda
-el- gembung sifat gelembung benda
d) Imbuhan Pembentuk Kata keterangan (Adverbia)
27
Contoh afiks pembentuk kata keterangan atau adverbia pada
tabel 2.9:
Imbuhan Bentuk
Dasar Kelas
Bentuk
Berimbuhan
Kelas Hasil
Bentukan
se-nya baik sifat sebaiknya keterangan
se-R-nya lambat sifat selambat-
lambatnya
keterangan
-nya rupa benda rupanya keterangan
e) Imbuhan Pembentuk Kata Bilangan (Numeralia)
Contoh afiks pembentuk kata sifat atau adjektiva pada tabel 2.10:
Imbuhan Bentuk
Dasar Kelas
Bentuk
Berimbuhan
Kelas Hasil
Bentukan
-an puluh bilangan puluhan bilangan
ke- tiga bilangan ketiga bilangan
ber- lima bilangan berlima bilangan
ber-R ton benda berton-ton bilangan
se- botol benda sebotol bilangan
3) Jenis kata berimbuhan berdasarkan maknanya yaitu
sebagai berikut:
a) Bermakna Pelaku
Tabel 2.11
Bentuk Dasar Imbuhan Bentuk Berimbuhan
baca pe- pembaca
bicara pe- pembicara
rampok pe- perampok
tulis pe- penulis
28
b) Bermakna Alat
Tabel 2. 12
Bentuk Dasar Imbuhan Bentuk Berimbuhan
pukul pe- pemukul
gigi -el- geligi
suling -er- seruling
pikul -an pikulan
goreng pe-an penggorengan
c) Bermakna Tempat
Tabel 2. 13
Bentuk Dasar Imbuhan Bentuk Berimbuhan
kubang -an kubangan
lelang pe-an pelelangan
istirahat per-an peristirahatan
lurah ke-an kelurahan
d) Bermakna Perbuatan
Tabel 2. 14
Bentuk Dasar Imbuhan Bentuk Berimbuhan
tendang me- menendang
sepeda ber- bersepeda
tanam me-i menanami
potong di- dipotong
bawa di-kan dibawakan
racun di-i diracuni
buka me-kan membukakan
tabrak ber-kan bertabrakan
29
e) Bermakna Keadaan
Tabel 2. 15
Bentuk Dasar Imbuhan Bentuk Berimbuhan
putih me- memutih
gembira ber- bergembira
pucat ke-an kepucatan
f) Bermakna Memunyai Sifat
Tabel 2. 16
Bentuk Dasar Imbuhan Bentuk Berimbuhan
tegas per- pertegas
murah -an murahan
jauh -i jauhi
g) Bermakna Jumlah
Tabel 2. 17
Bentuk Dasar Imbuhan Bentuk Berimbuhan
empat ke- keempat
botol se- sebotol
b. Penggunaan Imbuhan
Penggunaan imbuhan di bawah ini disertai dengan makna
imbuhan setelah dibubuhi pada kata dasar yang berubah menjadi
kata berimbuhan dengan disertai oleh contoh yang terdapat dalam
buku Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Abdul
Chaer sebagai berikut:
1) Awalan (Prefiks)
a) me-
Awalan me- memiliki beberapa variasi alomorf, variasi
tersebut ditentukan oleh perbedaan fonem awal dari bentuk
30
dasar yang akan dibubuhi awalan me- pada tabel 2. 18
berikut:
Variasi (Alomorf) Fonem Contoh
me- r merasa
l melihat
w mewisuda
y meyakinkan
m memerah
n menanti
ny menyanyi
ng menganga
mem- b membawa
p memukul
f memfitnah
v memvonis
men- c mencampur
d mendorong
j menjemur
t menulis
z menzalimi
meny- s menyingkir
meng- k mengurung
g menggoreng
h menghadap
q mengqada
kh mengkhayal
a mengatur
i mengiris
u mengutus
e mengejek
31
é membebek
o mengolah
menge- Bersuku Kata Satu mengebom
mengelas
Awalan me- memiliki makna yaitu:
(1) melakukan: membaca menendang.
(2) Bekerja dengan alat: menggergaji, mengail.
(3) Membuat barang: menggambar, merenda.
(4) Bekerja dengan bahan: mengapur, mengecat.
(5) Memakan, meminum, atau mengisap: mengue, mengebir,
merokok.
(6) Menuju arah: mengutara, melaut.
(7) Mengeluarkan : berkakak, beraku.
(8) Menjadi: memutih, memburuk.
(9) Menjadikan lebih: memperlancar, memperburuk
(10) Menjadi atau berlaku seperti: menyemut, mematung.
(11) Menjadikan, menganggap, atau memberlakukan seperti
khusus untuk makna ini awalan me- harus diimbuhkan pada
kata benda yang sudah diberi awalan per-: memperbudak,
memperistri.
(12) Memperingati: meniga, menyeratus. 29
b) ber-
Awalan ber- memiliki alomorf yaitu ber-, be-, dan bel-.
Penerapannya yaitu:
ber- + libur = berlibur
be- + ragam = beragam
bel- + ajar = belajar
Awalan ber- berfungsi untuk membentuk kata kerja
intransitif. Makna awalan ber- sebagai berikut:
29 Ibid., h. 228-231
32
(1) mempunyai atau memiliki: berayah, berbulu, berambut.
(2) Memakai atau mengenakan: berdasi, bersepatu,
berkalung.
(3) Mengendarai atau menumpang: bersepeda, berkuda.
(4) Berisi atau mengandung: bergizi, berair.
(5) Mengeluarkan atau menghasilkan: berkarya, bertelur.
(6) Mengusahakan atau mengerjakan: beternak, berkebun.
(7) Menyebut, memanggil, atau menyapa: berkakak, beraku.
(8) Melakukan: bertempur, berdamai.
(9) Mengalami atau berada dalam keadaan: bergembira,
berduka.
(10)Himpunan atau kelompok: berdua, berlima.30
c) di-
―di- sebagai awalan dilafalkan dan dituliskan serangkai
dengan kata yang diimbuhinya, sedangkan di- sebagai kata
depan dilafalkan dan dituliskan terpisah dari kata yang
mengikutinya.‖31
Penggunaan awalan di- harus digabung
dengan kata kata dasar karena penulisan di yang dipisah itu
sebagai kata depan bukan imbuhan. Contoh:
Dia ditangkap polisi.
Adik belajar di perpustakaan.
… masalah penulisan kata depan di, ke, dan dari. … kata-
kata depan itu menyatakan ‗arah‘ atau menunjukkan
‗tempat‘. Menurut kaidah atau aturan yang tertera di
dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, kata-kata depan itu harus dituliskan
secara terpisah dari kata yang mengikutinya.32
Penulisan di sebagai kata depan atau preposisi harus
dibedakan dengan penulisan di- sebagai awalan. Nasution
30 Ibid., h. 210-214
31
Ibid., h. 244
32 M. Dj. Nasution, Yayah B. Lumintaintang, S. R. H. Sitanggang, dkk., Bahan Penyuluhan
Bahasa Indonesia Melalui Radio, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1985),
Cet. I, h. 4
33
menyampaikan bahwa penulisan di sebagai kata depan harus
terpisah dengan kata yang mengikutinya. Apabila penulisan
di itu digambung dengan kata yang mengikutinya, maka di-
adalah awalan bukan preposisi.
… orang harus cermat dengan kata depan karena kata
depan itu secara semantik menandai pertalian antara kata
atau frasa yang mengikutinya, atau yang disebut aksis
dengan kata atau frasa lain dalam kalimat atau frasa yang
lebih besar. Sebagai contoh adalah kata depan di-.33
Penulisan yang berbeda antara di- sebagai awalan dengan
di sebagai preposisi harus cermat. Perbedaan penulisan di-
sebagai awalan dan di sebagai preposisi karena kesalahan
penulisan di bisa memberikan pemahaman yang salah ketika
membaca sebuah teks.
d) ter-
Awalan ter- memiliki alomorf mempunyai dua alomorf yaitu
sebagai berikut:
ter- + angkat = terangkat
ter- + anjur = terlanjur
te- + rasa = terasa
Awlan ter- membentuk kata kerja pasif yang menyatakan
keadaan. Adapun makna awalan ter- sebagai berikut:
(1) Paling: terpandai, terpanjang.
(2) Dapat atau sanggup: terangkat, terbaca.
(3) Tidak sengaja: terbawa, tertidur.
(4) Sudah terjadi: terbakar, terputus.
(5) Dalam keadaan: tergeletak, terdampar.
(6) Terjadi dengan tiba-tiba: teringat, terpekik.
(7) Orang yang dikenai: tertuduh, tergugat.34
33 M. Ramlan, I Dewa Putu Wijana, Yohanes Tri Mastoyo, dkk., Bahasa Indonesia yang
Salah dan yang Benar, (Yogyakarta: Andi Offset, 1992), Ed. 2, Cet. I, h. 39
34
Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, Op. Cit., h. 252
34
e) pe-
Awalan pe- berfungsi untuk membentuk beberapa
golongan kata. M. Ramlan menyatakan bahwa awalan pe-
bisa membentuk kata sifat yaitu ―… golongan kata sifat,
misalnya kata-kata penakut, pemarah, peramah, pemalas.‖35
Awalan pe- memiliki alomorf yang sama dengan me-.
pe- me- men- pen-
perusak merusak menulis penulis
penyanyi menyanyi mendorong pendorong
pem- mem- meny- peny-
pembawa membawa menyikat penyikat
pemotong memotong menyuruh penyuruh
peng- meng- penge- menge-
pengirim mengirim pengelas mengelas
pengatur mengatur pengebom mengebom
Awalan pe- memiliki makna sebagai berikut:
(1) orang yang melakukan atau yang berbuat: penulis,
penonton.
(2) Orang yang pekerjaannya: pelukis, pelawak.
(3) Orang yang suka, pendusta, peminum.
(4) Orang yang bersifat: pemalas, pemuda.
(5) Alat untuk mengerjakan sesuatu: penghapus, pembangkit.
36
f) per-
Awalan per- memiliki tiga alomorf yaitu:
per + istri =peristri
pe- + ringan = peringan
pel- + ajar = pelajar
35 M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif, (Yogyakarta: U. P. Karyono, 1980),
Cet. IV, h. 82
36
Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, Op. Cit., h. 268-269
35
Makna awalan per- yaitu:
(1) jadikan lebih: pertegas, perkeras.
(2) Anggap sebagai: peristri, perbudak.
(3) Bagi: perdua, perlima.37
g) se-
Awalan se- tidak mempunyai alomorf. Awalan se- bermakna:
(1) satu: sebotol, seliter.
(2) Seluruh atau segenap: sedesa, se-Indonesia.
(3) Sebanding, sama, serupa, atau seperti: sebesar, seluas.
(4) Sama waktu atau pada waktu: sepulang, sedatang.
(5) Seberapa, sebanyak, atau sesuai: sedapat, sepuas.38
h) ke-
Awalan ke- tidak mempunyai alomorf. Adanya awalan ke-
harus dibedakan dengan kata depan ke. Contoh:
Ayah keluar sejak pagi
Ibu pergi ke pasar
Awalan ke- berfungsi untuk:
(1) membentuk kata bilangan yang menyatakan tingkat atau
kumpulan: ketiga, keempat.
(2) Membentuk kata kerja pasif dengan arti tidak sengaja:
ketipu.
(3) Membentuk kata benda dengan arti orang atau sesuatu
yang di ... : ketua, kekasih.39
2) Sisipan (Infiks)
Sisipan –el-, -em-, dan –er- tidak mempunyai variasi bentuk, dan
ketiganya merupakan imbuhan yang tidak produktif. Makna
sisipan (Infiks) yaitu:
37 Ibid., h. 218-220
38
Ibid., h. 263-264
39
Ibid., h. 258-259
36
(1) Menyatakan banyak dan bermacam-macam: temali, gerigi,
gemunung.
(2) Menyatakan intensitas: gemuruh, gemulung, gemetar.
(3) Menyatakan yang melakukan yang disebut kata dasar:
pelatuk, telunjuk, telapak40
3) Akhiran (Sufiks)
a) Akhiran (Sufiks) –kan dan –i
Akhiran –kan dan –i sama-sama digunakan untuk
membentuk kata kerja transitif yang digunakan untuk
membentuk kalimat perintah, pasif dan keterangan tambahan.
Dua akhiran ini tidak memiliki variasi bentuk.
Makna akhiran –kan:
(1) Sebabkan jadi: tenangkan, putuskan, hutankan.
(2) Sebabkan jadi berada: pinggirkan, daratkan.
(3) Lakukan untuk orang lain:lemparkan, bidikkan.
(4) Lakukan akan: ambilkan, bukakan.
(5) Bawa masuk ke: asramakan, gudangkan.
Makna akhiran –i:
(1) Berkali-kali: pukuli, tembaki.
(2) Tempat: duduki, datangi.
(3) Merasa sesuatu pada: hormati, kasihi.
(4) Memberikan atau membubuhi: nasihati, gulai.
(5) Menjadikan atau menganggap: budaki, jagoi.
(6) Membuat jadi atau menyebabkan jadi pada: lengkapi,
jauhi.41
b) Akhiran (Sufiks) –an
―Akhiran –an tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi,
untuk situasi dan kondisi mana pun bentuknya tetap –an.‖
Akhiran –an tidak memiliki variasi bentuk seperti awalan
40 Ibid., h. 284-285
41
Ibid., h. 198-203
37
me-, misalnya pada kata pikul + -an = pikulan, dan berlaku
juga pada kata dasar lain yang tidak akan berubah setelah
dibubuhi akhiran –an. Fungsi akhiran –an yaitu:
(1) Hasil pekerjaan: tulisan, lukisan.
(2) Alat: pikulan, jebakan.
(3) Hal atau benda yang dikenai perbuatan: makanan,
bacaan.
(4) Terjadinya perbuatan atau kejadian: kubangan,
pangkalan.
(5) Tiap-tiap: bulanan, meteran.
(6) Banyak mengandung yang disebut kata dasarnya:
ubanan, jamuran.
(7) Himpunan atau jumlah: belasan, ribuan.
(8) Bersifat yang disebut kata dasarnya: murahan, manisan.42
c) Akhiran (Sufiks) –nya
Akhiran –nya tidak memiliki variasi bentuk. Akhiran –nya
memiliki makna sebagai berikut:
(1) Membentuk kata benda: tenggelamnya, sukarnya
(2) Memberi penekanan atau penegasan: obatnya, airnya.
(3) Membentuk kata keterangan: agaknya, rupanya.43
4) Imbuhan Gabung (Konfiks)
Konfiks yaitu imbuhan yang dibubuhkan di awal dan di akhir
suatu bentuk dasar. Gabungan (Konfiks) itu bermacam-macam,
yaitu sebagai berikut:
a) Imbuhan Gabung (Konfiks) me-kan dan di-kan
Gabungan me-kan dan di-kan ini memiliki kesamaan
alomorf dengan awalan me-. Makna gabungan me-kan,
sebagai berikut:
42 Ibid., h. 204-205
43
Ibid., h. 208-209
38
(1) menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya:
melebarkan, mengalahkan.
(2) Melakukan sesuatu untuk orang lain: membelikan,
membukakan.
(3) Menjadikan berada di: meminggirkan, mendaratkan.
(4) Melakukan yang disebut bentuk dasar: melemparkan,
mengirimkan.
(5) Melakukan yang disebut kata dasarnya akan:
mengiringkan, mengharapkan.
Imbuhan gabung di-kan berfungsi membentuk kata kerja
pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif berimbuhan
gabung me-kan.44
b) Imbuhan Gabung (Konfiks) me-i
Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap. Mula-mula pada
sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar diimbuhkan
akhiran –i, setelah itu diimbuhkan pula awalan me-.
Maknanya antara lain menyatakan:
(1) Membuat jadi yang disebut kata dasarnya pada objeknya:
menerangi.
(2) Memberi atau membubuhi pada objeknya: menggarami.
(3) Melakukan pada: menanami,merenangi.
(4) Melakukan berulang-ulang: menembaki, memukuli.
(5) Merasa pada: menyukai, menyenangi.45
c) Imbuhan Gabung (Konfiks) di-i
Imbuhan gabung di-i berfungsi membentuk kata kerja pasif,
sebagai kebalikan dari kata kerja aktif berimbuhan gabungan
me-i. Kata kerja pasif berimbuhan gabung di-i:
(1) Direstui
(2) Diawasi
44 Ibid., h. 233-246
45
Ibid., h. 237-238
39
Sebagai kebalikan, kata kerja aktif transitif berimbuhan
gabung me-i:
(1) Merestui
(2) Mengawasi46
d) Imbuhan Gabung (Konfiks) memper-i
Gabungan (Konfiks) memper-i merupakan imbuhan yang
berupa awalan me-, awalan per-, dan akhiran –i, yang
digunakan bersama-sama pada sebuah kata dasar atau sebuah
bentuk dasar. Makna gabungan ini yaitu sebagai berikut:
(1) Membuat supaya objeknya menjadi atau menjadi lebih:
memperbaiki, memperbaharui.
(2) Melakukan yang disebut kata dasar terhadap objeknya:
memperturuti, mempersetujui.47
e) Imbuhan Gabung (Konfiks) ke-an
Gabungan (Konfiks) ke-an merupakan imbuhan yang berupa
awalan ke- dan akhiran -an, yang diimbuhkan bersama-sama
pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar. Makna
gabungan ini yaitu sebagai berikut:
(1) Hal atau peristiwa sebagai suatu keadaan atau sifat:
kedatangan, kenaikan.
(2) Tempat: kelurahan, kedutaan.
(3) Sedikit bersifat: kehijauan, kepucatan.
(4) Kena atau mengalami: kebanjiran, kedinginan.
(5) Terlalu: kebesaran, keasinan.
(6) Hal atau masalah: kehutanan, keagamaan.48
f) Imbuhan Gabung (Konfiks) ber-an
Gabungan (Konfiks) ber-an merupakan imbuhan yang
berupa awalan ber-, dan akhiran -an, yang diimbuhkan
46 Ibid., h. 247
47
Ibid., h. 243-244
48
Ibid., h. 260-262
40
bersama-sama pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk
dasar. Makna gabungan ini yaitu sebagai berikut:
(1) Banyak serta tidak teratur: berlarian, beterbangan.
(2) Saling atau berbalasan: berpotongan, berpandangan.
(3) Saling berada di: bersebelahan, bersebrangan.49
g) Imbuhan Gabung (Konfiks) pe-an dan per-an
―Imbuhan gabung pe-an adalah awalan pe- dan akhiran –an
yang diimbuhkan secara bersamaan pada sebuah kata dasar
atau sebuah bentuk dasar.‖50
Gabungan (Konfiks) pe-an
mempunyai variasi yang sama dengan me-, sedangkan per-an
mempunyai variasi yang sama dengan per-.Makna gabungan
pe-an ini yaitu sebagai berikut:
(1) Menyatakan hal atau peristiwa: pembinaan, penghijauan.
(2) Menyatakan proses: pembayaran, penulisan.
(3) Menyatakan tempat: pelelangan, pemakaman.
(4) Menyatakan alat: penggorengan, penglihatan.51
Makna gabungan per-an ini yaitu sebagai berikut:
(1) menyatakan hal melakukan: perbaikan, pergerakan.
(2) Menyatakan hal tentang atau masalah:perhotelan,
perekonomian.
(3) Menyatakan tempat kejadian: peristirahatan,
persembunyian.
(4) Menyatakan kawasan, wilayah, atau daerah: pegunungan,
pedalaman.52
h) Imbuhan Gabung (Konfiks) ber-kan
―Imbuhan gabung ber-kan pengimbuhannya dilakukan
secara bertahap. Mula-mula diberi awalan ber- kemudian
49 Ibid., h. 216-217
50
Ibid., h. 273-274
51
Ibid., h. 273-276
52
Ibid., h. 279-280
41
baru diberi akhiran –kan‖.53
Pengimbuhan dilakukan secara
bertahap, sebuah kata bisa diberi imbuhan gabung ber-kan,
apabila kata tersebut telah diberi awalan ber- terlebih dulu
baru bisa diberi akhiran –kan. Makna gabungan ini yaitu
sebagai berikut:
(1) menjadikan yang disebut pelengkapnya sebagai yang
disebut kata dasarnya: bersenjatakan, berdasarkan.
(2) Membentuk kata kerja intransitif yang dilengkapi dengan
sebuah pelengkap: beralaskan, bermotifkan.54
i) Imbuhan Gabung (Konfiks) se-nya
Gabungan (Konfiks) se-nya merupakan imbuhan yang
berupa awalan se- dan akhiran –nya, yang diimbuhkan
bersama-sama pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk
dasar. Makna gabungan ini yaitu sebagai berikut:
(1) membentuk kata penghubung: sebenarnya, sebaiknya.
(2) Membentuk kata keterangan: setibanya, sekembalinya.55
4. Hakikat Teks
Kegiatan yang dilakukan oleh siswa tidak pernah lepas dari membaca.
Media yang digunakan oleh siswa untuk membaca bermacam-macam,
apalagi sekarang didukung oleh kemajuan teknologi. Media yang dibaca
oleh siswa biasanya berbentuk teks. Teks beragam jenisnya, seperti teks
narasi, teks eksposisi, teks deskripsi, dan lain-lain. Sebelum membahas
mengenai salah satu jenis teks yang digunakan dalam penelitian ini perlu
dipahami terlebih dulu makna dari sebuah teks. Beberapa konsep mengenai
teks akan dipaparkan di bawah ini:
―… teks adalah esensi wujud bahasa. Dengan kata lain, teks direalisasi
(diucapkan) dalam bentuk ‗wacana‘. Mengenai hal ini Van Dyk dalam
Nababan dalam Mulyana mengatakan bahwa teks lebih bersifat
53 Ibid., h. 215
54
Ibid., h. 215
55
Ibid., h. 265
42
konseptual. Dari sinilah kemudian berkembang pemahaman mengenai
teks lisan dan teks tulis ...‖56
Mulyana menyatakan bahwa teks merupakan wujud nyata bahasa, teks
biasanya digunakan untuk menyebut wujud bahasa tulis. Wujud bahasa di
dalam teks tidak lagi berwujud lisan melainkan tulisan. Teks yang
membahas mengenai suatu masalah akan menentukan jenis teks tersebut.
Misalnya teks deskripsi maka persoalan yang dibahas dalam teks tersebut
adalah seputar deskripsi tentang suatu hal. Selain konsep itu, konsep
mengenai teks dikemukakan oleh Pol Vandevelde berikut ini:
There are three main areas of negotiation where decisions have to be
made, … three levels of meaning: (1) the author's intention –what
someone meant by writing the text to be interpreted, (2) the literal
meaning –what the text says given the individual meanings of words and
the composed meaning of sententces, and (3) the representative content –
what the text as a whole means, in the sense of what it represents.(Ada
tiga area negosiasi yang utama di mana keputusan harus dibuat … tiga
tingkatan arti: (1) niat –apa yang seorang pengarang maksud dengan
penulisan teks tersebut untuk ditafsirkan, (2) maksud/arti yang harafiah –
apa yang teks katakan memberi maksud/arti kata-kata yang individu dan
maksud/arti yang terdiri dari kalimat-kalimat, dan (3) isi yang mewakili –
apa yang teks secara keseluruhan mengartikan perasaan/pengertian dari
apa yang dihadirkan).57
Pol Vandevelde mengemukakan ada tiga area utama dalam negosiasi
yang bisa berupa tingkatan. Pertama, niat seorang pengarang dalam
menuliskan pemikiran dan imajinasinya untuk bisa ditafsirkan oleh
pembaca teks tersebut. Kedua, maksud penggunaan kata dan kalimat yang
dipilih pengarang untuk mewakili pemikirannya tentu tidak sembarangan,
jadi pembaca bisa menafsirkan maksud dari kata dan kalimat dalam teks.
Ketiga, isi yang merupakan unsur penting dalam teks karena sebuah teks
bisa memberikan pesan untuk mengungkapkan perasaan pengarang dan
pemikirannya kepada para pembaca teksnya. Teks merupakan salah satu
jenis ragam bahasa tulis. Ragam bahasa tulis memiliki beberapa aturan
56 Van Dyk dalam Nababan dalam Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode, dan Aplikasi
Prinsip-Prinsip Analisis Wacana, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), Cet. I, h. 9
57
Pol Vandevelde, The Task of The Interpreter: Text, Meaning, and negotiation, (Pittsburgh:
University of Pittsburgh Press, 2005), Cet. I, h. 219
43
yang membedakan dengan ragam bahasa lisan seperti yang disampaikan
oleh Sugono berikut ini:
Lafal merupakan aspek pembeda ragam bahasa lisan dari ragam bahasa
tulis, sedangkan ejaan merupakan aspek pembeda ragam bah[sic!]a tulis
dari ragam bahasa lisan. Jadi, dalam ragam bahasa lisan kita berurusan
dengan lafal, sedangkan dalam ragam bahasa tulis kita berurusan dengan
tata cara penulisan (Ejaan).58
… dalam ragam bahasa tulis dituntut adanya kelengkapan unsur tata
bahasa—baik bentuk kata maupun susunan kalimat—, ketepatan pilihan
kata, dan kebenaran penerapan kaidah ejaan serta pungtuasi (Tanda baca)
untuk membantu kejelasan pengungkapan diri ke dalam bentuk ragam
bahasa tulis. Ragam bahasa itulah yang diajarkan di lembaga-lembaga
pendidikan dan yang digunakan sebagai bahasa pengantar pendidikan
mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.59
Ragam bahasa tulis dengan ragam bahasa lisan memiliki aturan yang
berbeda. Teks yang merupakan salah satu ragam bahasa tulis memiliki
aturan seperti ejaan, pilihan kata, dan tanda baca. Siswa di sekolah terbiasa
dengan ragam bahasa tulis ketika mereka mengerjakan tugas tertulis seperti
menulis teks, karangan, atau cerpen. Siswa harus mengetahui bagaimana
aturan yang benar dalam ragam bahasa tulis seperti teks agar siswa bisa
mengerjakan tugas dengan benar, sehingga bisa memperoleh hasil belajar
yang memuaskan. Ejaan yang ada dalam bahasa Indonesia yang harus
dikuasai siswa seperti yang disampaikan oleh Kesuma berikut ini:
―… ejaan resmi itu ada empat hal, yaitu penulisan huruf kapital dan
huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda
baca.‖60
Penggunaan ejaan dalam ragam bahasa tulis yang perlu diketahui
oleh siswa ada lima hal seperti yang telah disampaikan oleh Kesuma di atas.
Ragam bahasa tulis seperti teks harus jelas penggunaan ejaannya supaya
bisa dipahami dan menghindari makna ambigu dari teks yang dibaca.
58 Dendy Sugono, Berbahasa Indonesia dengan Benar, (Jakarta: PT. Priastu, 1989), Edisi 2,
h. 15
59
Ibid., h. 17
60
Tri Mastoyo Jati Kesuma, Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Karangan, (Yogyakarta:
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, 2004), h. 9-10
44
Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap daripada ragam lisan.
Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak
mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara. Kelengkapan
ragam tulis menghendaki agar orang yang ―diajak bicara‖ mengerti isi
tulisan itu.61
Contoh ragam lisan: Kendaraan yang ditumpanginya nabrak
pohon mahoni. Contoh ragam tulis: Kendaraan yang ditumpanginya
menabrak pohon mahoni.62
Arifin mengungkapkan bahwa penulisan teks karena teks termasuk jenis
ragam bahasa tulis. Fungsi gramatikal dalam ragam tulis pun harus jelas.
Begitu pun denga teks, teks yang merupakan ragam bahasa tulis harus
lengkap dan jelas dalam menggunakan fungsi gramatikal, sehingga pembaca
bisa memahami teks tersebut dengan baik.
Beberapa konsep teks yang telah dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa teks merupakan wujud dari ragam bahasa tulis yang
berfungsi untuk memberikan pembaca pengetahuan mengenai pemikiran,
perasaan, dan imajinasi dari seorang pengarang atau penulis. Oleh karena
itu, teks harus ditulis dengan jelas, di antaranya memerhatikan penulisan
ejaan serta fungsi gramatikalnya. Teks yang penulisannya sesuai dengan
aturan bisa memberikan pesan kepada pembacanya, yang bisa diperoleh
dengan cara menafsirkan kata dan kalimat yang digunakan oleh pengarang
atau penulisnya.
5. Hakikat Teks Negosiasi
Proses pembelajaran tidak pernah terlepas dari dialog atau komunikasi.
Komunikasi dalam proses pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh siswa
dengan siswa saja, tetapi dilakukan juga oleh siswa dengan guru. Dalam
sebuah proses pembelajaran di sekolah tidak jarang menimbulkan beberapa
masalah yang harus dicari jalan keluarnya. Setiap permasalahan yang ada
harus diselesaikan dengan cara yang paling tepat yaitu berdialog. Jalan
keluar yang diambil untuk menyelesaikan suatu masalah harus memberi
keuntungan atau tidak merugikan salah satu pihak yang berdialog. Hal ini
61 E. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1995), Cet. I, h. 16
62
Ibid., h. 17
45
disebut negosiasi. Negosiasi tidak hanya dilakukan oleh orang-orang
dewasa, tetapi dilakukan juga oleh siswa. Contoh ketika siswa bernegosiasi
mengenai peraturan yang ditetapkan di kelas, kegiatan tersebut termasuk
negosiasi. Negosiasi akan dijelaskan oleh beberapa konsep di bawah ini.
Beberapa konsep mengenai negosiasi yaitu sebagai berikut:
Interpreting a text is not so much a straightforward process of
construing or retrieving the meaning of a text as it is a negotiation
interpreters lead with a text that offers several ways to be approached as
well as to resist.(Penginterpretasian suatu teks tidak memiliki banyak
proses yang secara langsung menerangkan atau memberi arti dari suatu
teks sebagai suatu interpretasi, sebuah negosiasi diawali dengan suatu
teks yang menawarkan beberapa jalan yang mungkin baik sebagai
pendekatan)63
Konsep negosiasi yang dikemukakan oleh Pol Vandevelde adalah
menginterpretasikan atau menafsirkan suatu teks tidak secara langsung
menerangkan teks tersebut, tetapi orang-orang yang bernegosiasi harus bisa
menafsirkan beberapa pendekatan yang akan dijadikan kesepakatan dalam
negosiasi tersebut. Orang-orang dalam negosiasi biasanya tidak secara
langsung mengemukakan maksud dan tujuannya, tetapi menyatakan maksud
secara tersirat jadi kita harus bisa menafsirkannya. Situasi dalam sebuah
negosiasi tidak bisa kita prediksikan, tetapi anggota negosiasi bisa
mengendalikan apabila situasi mulai tidak kondusif, seperti terjadi
kegaduhan karena negosiator tidak mau bergantian untuk mengemukakan
pendapatnya. Lewickie didukung oleh pendapat Nierenberg mengemukakan
bahwa pertanyaan bisa dijadikan sebagai alat untuk menangani
permasalahan itu, pendapatnya yaitu sebagai berikut:
One of the most common techniques for clarifying communication and
eliminating noise and distorsion is the use of questions. Nierenberg
(1976) emphazied that questions are essential elements in negotiations
for securing information; asking good questions enables negotiators to
secure a great deal of information about the other party's position,
supporting arguments, and needs. (Salah satu teknik yang paling umum
untuk menjelaskan komunikasi, menghilangkan kegaduhan, dan
63 Vandevelde, Op. Cit. h. 219
46
penyimpangan adalah menggunakan pertanyaan. Nierenberg (1976)
menegaskan unsur-unsur penting di dalam negosiasi untuk menjamin
informasi; pertanyaan baik memungkinkan perunding untuk menjamin
banyak informasi tentang posisi pihak lain, mendukung argumentasi, dan
beberapa kebutuhan).64
Pendapat di atas mengemukakan bahwa ketika terjadi kegaduhan akibat
dari para negosiator yang ingin mendapatkan informasi tentang posisi pihak
lain atau dukungan terhadap argumentasinya. Sebaiknya ditanyakan secara
bergantian serta masing-masing negosiator harus mau memberi kesempatan
pada negosiator lain untuk bertanya. Apabila semua langkah-langkah itu
telah dilakukan maka situasi negosiasi yang kondusif bisa diperoleh.
Berbeda dengan konsep yang dikemukakan Vandevelde, Brian Lomas
mengemukakan negosiasi merupakan komunikasi yaitu sebagai berikut:
―Negosiasi adalah sebuah komunikasi di mana pihak-pihak mencari
kesepakatan untuk mengadakan pertukaran di antara mereka.‖65
Brian
mengemukakan pendapat bahwa negosiasi merupakan sebuah komunikasi.
Komunikasi dalam negosiasi ini dilakukan untuk bisa memperoleh
kesepakatan dari pertukaran pendapat serta argumentasi dari masing-masing
negosiator. Selain Brian, Patrice dalam bukunya yang mengutip juga dari
Oxford Dictionary mengemukakan konsep negosiasi seperti berikut ini:
―Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial saat pihak-pihak yang terlibat
berusaha mencapai tujuannya yang berbeda dan bertentangan, sehingga
tercapai suatu kesepakatan melalui diskusi formal.‖66
Konsep ini
menjelaskan bahwa dalam suatu negosiasi pasti ada pertentangan yang
harus diselesaikan untuk mencapai suatu kesepakatan, dibutuhkan interaksi
sosial. Interaksi sosial dapat berupa diskusi formal antarmanusia sebagai
negosiator dalam suatu negosiasi. Pendapat yang hampir sama dikemukakan
oleh Richard Luecke dalam buku siswa kelas X dari Kementrian Pendidikan
64 Nierenberg dalam Roy J. Lewicki, Negotiation, (New York: The McGraw-Hill
Companies, 1999), Cet. IV, h. 177
65
Brian Lomas, Kiat Sukses Bernegosiasi, Terj. dari Negotiating for Succes oleh Eddy
Zainury, (Jakarta: Ina Publikatama, 2008), Cet. I, h. 1
66
Oxford Dictionary dalam Patrice Lumumba, Negosiasi dalam Hubungan Internasional,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), Cet. I, h. 7
47
dan Kebudayaan berjudul Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
yaitu menerangkan bahwa negosiasi merupakan bentuk interaksi sosial
sebagai berikut:
―Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencari
penyelesaian bersama di antara pihak-pihak yang mempunyai perbedaan
kepentingan.‖67
Negosiasi dibuat sebagai interaksi sosial antara beberapa
orang karena dalam kegiatan negosiasi ini menggunakan dialog yang
membicarakan permasalahan sosial. Permasalahan sosial yang dibicarakan
harus bisa dibuat kesepakatan dan jalan keluar untuk menyelesaikannya.
Beberapa pendapat di atas mengenai negosiasi dapat disimpulkan
bahwa negosiasi merupakan salah satu interaksi sosial, yang membicarakan
permasalahan sosial yang dapat ditempuh dengan cara diskusi. Diskusi
tersebut harus menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan pihak-pihak
yang mempunyai perbedaan kepentingan.
a. Tujuan Negosiasi
Setiap kegiatan pasti bertujuan, begitu pun dengan negosiasi. Richard
mengungkapkan tujuan negosiasi yaitu sebagai berikut:
―Tujuan negosiasi adalah untuk mengurangi perbedaan posisi setiap
pihak. Mereka mencari cara untuk menemukan butir-butir yang sama
sehingga akhirnya kesepakatan dapat dibuat dan diterima bersama.
Sebelum negosiasi dilakukan, perlu ditetapkan terlebih dahulu orang-
orang yang menjadi wakil dari setiap pihak.‖68
Sebuah negosiasi
bertujuan untuk merancang argumentasi yang mendukung tujuan
negosiator. Selain itu, dalam sebuah bernegosiasi hal yang tidak kalah
penting adalah menyiapkan orang-orang yang menjadi wakil dari setiap
pihak, sehingga tujuan bernegosiasi dapat tercapai.
b. Cara untuk Bernegosiasi dengan Sopan
67 Richard Luecke dalam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik, (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), Ed.
Revisi, Cet. II, h. 121
68
Ibid., h. 122
48
Selama melakukan negosiasi, hendaknya dihindari hal-hal yang
dapat merugikan kedua belah pihak seperti hal-hal berikut:
1) Menyesuaikan pembicaraan ke arah tujuan praktis;
2) Mengakomodasi butir-butir perbedaan dari kedua belah pihak;
3) Mengajukan pandangan baru dan mengabaikan pandangan yang
sudah ada tanpa memalukan kedua belah pihak;
4) Mengalokasikan tugas dan tanggung jawab masing-masing; dan
5) Memprioritaskan dan mengelompokan saran atau pendapat dari
kedua belah pihak.69
Negosiasi membutuhkan suatu sikap yang mampu menghargai
setiap negosiator. Bersikap sopan dengan beberapa aturan juga menjadi
hal penting agar negosiasi berjalan dengan baik dan kesepakatan dapat
diperoleh. Setiap negosiator wajib mengetahui hal-hal apa saja yang
boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seorang negosiator. Di atas ada
lima hal yang bisa dilakukan dalam bernegosiasi.
c. Ciri-ciri Negosiasi Dilihat dari Segi Isinya
1) Negosiasi menghasilkan kesepakatan
2) Negosiasi menghasilkan keputusan yang saling menguntungkan
3) Negosiasi merupakan sarana untuk mencari penyelesaian
4) Negosiasi mengarah kepada tujuan praktis
5) Negosiasi memprioritaskan kepentingan bersama70
Suatu kegiatan negosiasi dapat dilihat dari isi dalam kegiatan
bernegosiasi atau hasil dari kegiatan bernegosiasi. Ada lima hal yang
terdapat dalam kegiatan negosiasi. Hal-hal itu bisa ditemukan dalam
proses bernegosiasi atau bisa sebagai hasil dari bernegosiasi.
d. Pasangan Tuturan dalam Sebuah Negosiasi
1) Mengucapkan salam dan membalas salam
2) Bertanya dan menjawab/tidak menjawab
3) Meminta tolong dan memenuhi/menolak permintaan
4) Meminta dan memenuhi/menolak permintaan
5) Menawarkan dan menerima/menolak tawaran
6) Mengusulkan dan menerima/menolak usulan71
Suatu negosiasi memiliki beberapa tuturan untuk menerima atau
menolak. Menerima atau menolak itu didasarkan pada pertanyaan dari
69 Ibid., h. 123
70
Ibid., h. 126-127
71
Ibid., h. 128
49
tuturan sebelumnya. Tuturan sebelumnya dengan jawaban menerima
atau menolak itulah yang dimaksud dengan pasangan tuturan.
e. Struktur Teks Negosiasi
1) Orientasi
2) Permintaan
3) Pemenuhan
4) Penawaran
5) Persetujuan
6) Pembelian
7) Penutup72
Teks negosiasi memiliki tujuh struktur di antaranya ada orientasi
berisi tentang salam pembuka serta perkenalan dari para negosiator,
permintaan berisi tentang keinginan dari negosiator, pemenuhan berisi
jawaban dari permintaan, penawaran berisi tentang mengajukan
beberapa pilihan atau jalan keluar dari masalah yang dibicarakan,
persetujuan berisi kesepakatan antarnegosiator, sedangkan pembelian
bisa ada bisa juga tidak tergantung dari tujuan negosiasinya, dan terkahir
penutup berisi salam penutup dan ungkapan terima kasih. Struktur teks
negosiasi bisa berbeda-beda dalam setiap teks tergantung pada tujuan
dari negosiasi tersebut. Struktur teks di atas adalah struktur teks
negosiasi yang bertujuan untuk jual beli.
f. Tahap-tahap dalam Kegiatan Negosiasi
1) Warming up atau pemanasan, yang meliputi:
a) Welcoming atmosphere (atmosfer pembuka)
b) First overview of issue (gambaran awal dari isu)
2) Present the party’s position atau memperkenalkan posisi
masing-masing pihak, yaitu meliputi:
a) Opening bid (penawaran pembuka)
b) Exchange arguments and posisitions (bertukar argumen dan
posisi)
c) Gather informations (mengumpulkan berbagai informasi)
3) Edging Closer atau mendekati akhir dari negosiasi yang
meliputi:
a) Establish wishes and needs (menetapkan keinginan dan
kebutuhan)
72 Ibid., h. 135
50
b) Seek constructive solutions (mencari solusi yang
konstruktif)
c) Negotiate details (detil-detil negosiasi)
4) Conclusion or breakdown atau kesimpulan, yang meliputi:
a) Tie up packages for decision (mengemas pilihan-pilihan)
b) Signature for contarct (or) (penandatanganan kontrak)
c) Breakdown of negotiation (akhir dari negosiasi)73
Sebelum negosiator mengadakan pertemuan untuk bernegosiasi
sebaiknya ia memahami tahap-tahap dalam bernegosiasi. Tahap
pertama atau tahap pemanasan, biasanya berisi perkenalan dan
pengungkapan permasalahan yang akan dibahas dalam negosiasi.
Tahap kedua, berisi penawaran dengan didukung oleh argumentasi-
argumentasi disertai dengan pengumpulan informasi. Tahap ketiga,
mengungkapkan keinginan dari beberapa pihak serta memilih solusi
untuk mendapatkan kesepakatan yang menguntungkan semua pihak.
Tahap keempat, yaitu kesimpulan yang berisi penetapan pilihan dan
kesepakatan yang diakhiri dengan penandatanganan, kemudian
mengakhiri negosiasi. Beberapa tahap ini akan berubah tergantung dari
tujuan negosiasinya.
B. Penelitian yang Relevan
Penulis menemukan ada tiga penelitian skripsi yang relevan dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian pertama dilakukan oleh
Ajeng Cahya Nurani dari Universitas Negeri Surakarta tahun 2015 yang
berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Negosiasi Melalui
Penerapan Pembelajaran Model Discovery Learning di Kelas X IIS 2 SMA
Negeri 7 Surakarta, penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model
discovery learning dengan penggunaan media video, foto, gambar efektif
digunakan pada pembelajaran menulis teks negosiasi. Persamaan dengan
penelitian ini adalah sama-sama meneliti teks negosiasi, sedangkan
perbedaannya yaitu:
73 Bhattacharya dalam Patrice Lumumba, Op. Cit., h. 29
51
1. Ajeng melakukan penelitian pada tahun 2015, sedangkan skripsi ini
penelitiannya dilakukan pada tahun 2016.
2. Ajeng meneliti di kelas X IIS 2 SMA Negeri 7 Surakarta, sedangkan
skripsi ini objek penelitiannya adalah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri
1 Kota Tangerang Selatan.
3. Penelitian Ajeng berfokus pada penerapan pembelajaran model
discovery learning, sedangkan penelitian skripsi ini pada kesalahan kata
berimbuhan dalam teks negosiasi.
Penulis menemukan penelitian lain yang dilakukan pada tahun 2014
oleh Dwi Rohmah Wijayanti dari Universitas Muhammadiyah Surakarta,
dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang Morfologi pada
Karangan Narasi Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah
1 Weleri Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
masih ada kesalahan-kesalahan berbahasa yang terdapat pada karangan
narasi siswa kelas VII di MTs Muhammadiyah 1 Waleri, kesalahan banyak
terjadi pada penggunaan prefiks dan sufiks. Persamaannya yaitu sama-
sama meneliti bidang morfologi, tetapi penelitian ini lebih menyempit lagi
yaitu pada analisis kesalahan kata berimbuhan, jadi tidak seluruh bidang
morfologi dianalisis, sedangkan perbedaannya yaitu:
1. Dwi melakukan penelitian pada tahun 2014, sedangkan penelitian
skripsi ini dilakukan pada tahun 2016.
2. Dwi melakukan penelitian pada siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah
Muhammadiyah 1 Weleri, sedangkan penelitian skripsi ini dilakukan
pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.
3. Penelitian yang dilakukan Dwi berfokus pada analisis kesalahan
berbahasa pada bidang morfologi, sedangkan penelitian skripsi ini
dilakukan pada kesalahan kata berimbuhannya saja tidak semua bidang
morfologinya.
Penelitian yang ketiga yaitu Analisis Kesalahan Kata Berimbuhan
dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas X SMK Nusantara, Legoso,
52
Ciputat, Tagerang, Tahun pelajaran 2011/2012 yang dilakukan oleh Ani
Nurhayati, hasilnya yaitu kesalahan terjadi pada pemakaian konfiks yang
keliru. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti kesalahan
kata berimbuhan, sedangkan perbedaannya yaitu:
1. Ani melakukan penelitian pada tahun 2011, sedangkan penilitian skripsi
ini dilakukan pada tahun 2016.
2. Ani melakukan penelitian pada siswa kelas X SMK Nusantara, Legoso,
Ciputat, Tagerang, sedangkan penelitian skripsi ini dilakukan pada siswa
kelas X SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ani berfokus pada analisis kesalahan
kata berimbuhan dalam karangan deskripsi, sedangkan penelitian skripsi
ini pada analisis kesalahan kata berimbuhan dalam teks negosiasi.
Berdasarkan pemaparan dari tiga skripsi di atas, penelitian yang penulis
lakukan yaitu Analisis Kesalahan Kata Berimbuhan dalam Teks Negosiasi
Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan Semester Genap
Tahun Pelajaran 2015/2016.
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian di SMA Negeri 1 Kota Tangerang
Selatan yang berada di Jl. Pendidikan No. 49 Ciputat, Tangerang Selatan,
15411, Telp/ Fax. (021) 7401602/7403011. Peneliti melaksanakan penelitian
yang dimulai pada bulan Februari sampai Juni 2016.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.
Peneliti memilih menggunakan metode penelitian kulitatif karena data yang
diperoleh memungkinkan peneliti untuk bisa mendeskripsikan kesalahan yang
ada. Penelitian kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan dan menjelaskan
data-data apa saja yang ditemukan di tempat penelitian. Kesalahan-kesalahan
yang ada dalam teks dijadikan sebagai data dalam penelitian ini.
Beberapa pakar dibawah ini menjelaskan mengenai metode penelitian
kualitatif yang digunakan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan kata-kata
berimbuhan yang salah pembentukannya seperti dalam menggunkan afiks
yang tidak tepat, pelesapan huruf yang tidak tepat, dan penggunaan afiks pada
kata dasar yang tidak baku. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat ditemukan
dalam teks negosiasi siswa. Kesalahan-kesalahan tersebut yang nantinya akan
dideskripsikan, dianalisis, dan diperbaiki menjadi kata berimbuhan yang
benar.
Metode ini menekankan pada pendeskripsian data yang ditemukan. Yusuf
menyampaikan bahwa ―penelitian kualitatif ingin mendeskripsikan atau
memerikan suatu fenomena apa adanya atau menggambarkan simbol atau
54
tanda yang ditelitinya sesuai dengan sesungguhnya dan dalam konteksnya.‖1
Genzuk (Emzir, 2015) juga menyampaikan mengenai laporan penelitian
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif sebagai berikut:
Laporan berdasarkan metode kualitatif mencakup masalah deskripsi
murni tentang program dan/atau pengalaman orang di lingkungan
penelitian. Tujuan deskripsi ini adalah untuk membantu pembaca
mengetahui apa yang terjadi di lingkungan di bawah pengamatan, seperti
apa pandangan partisipan yang berada di latar penelitian, dan seperti apa
peristiwa atau aktivitas yang terjadi di latar penelitian.2
Laporan penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif
yaitu dengan menggunakan deskripsi mengenai hal-hal yang dilakukan saat
penelitian berlangsung. Selain itu, deskripsi juga bisa digunakan untuk
menggambarkan data yang ditemukan di tempat penelitian, seperti yang
disampaikan Genzuk (Emzir, 2015) yaitu ―deskripsi ini ditulis dalam bentuk
narasi untuk melengkapi gambaran menyeluruh tentang apa yang terjadi
dalam aktivitas atau peristiwa yang dilaporkan.‖3
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan deskripsi sebagai cara untuk menggambarkan
data yang telah diperoleh peneliti. Hasil penelitian disampaikan dalam
bentuk deskripsi yang menjelaskan data yang diperoleh. Metode penelitian
dengan cara deskripsi ini digunakan untuk menjelaskan kesalahan kata
berimbuhan dalam teks negosiasi siswa.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer
dan data sekunder. ―Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
objeknya, sedangkan data sekunder: data yang pemerolehannya melalui
sumber lain (baik lisan maupun tulisan) dan tidak langsung dari objeknya.‖4
1 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian:Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Prenadamedia, 2015), Cet. II, h. 369
2 Genzuk dalam Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif,
(Jakarta: Rajawali Perd, 2013), Cet. VII, h. 174
3 Ibid., h. 175
4 Kinayati Djojosuroto dan M. L. A. Sumaryati, Bahasa dan Sastra: Penelitian, Analisis, dan
Pedoman Apresiasi, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2014), Cet. IV, h. 18
55
Data primer penelitian ini merupakan teks negosiasi siswa kelas X SMA
Negeri 1 Kota Tangerang Selatan. Data sekunder diperoleh berdasarkan data
tambahan terkait dengan teori-teori mengenai kata berimbuhan (Afiksasi)
dan teks negosiasi.
―Bentuk data yang dikumpulkan berupa gambar, kata-kata, dan
bukannya dalam bentuk angka.‖5 Penelitian kualitatif bisa memperoleh data
dari gambar dan kata-kata. Penelitian ini menggunakan data kesalahan kata
berimbuhan dalam teks negosiasi siswa. Data tersebut dijadikan sebagai
data utama dalam penelitian ini. ―Data utama itulah yang dianalisis agar
objeknya yang mengandung masalah dapat dikuakkan masalahnya dan
dipahami ihwalnya.‖6 Data tambahan lainnya termasuk ke dalam data
sekunder yaitu berupa hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia yang
mengajar di kelas tersebut. Selain itu, ada data tambahan lagi yaitu hasil tes
berupa soal sebanyak 35 soal mengenai dua pilihan kata berimbuhan yang
benar dan yang salah, serta 5 soal pilihan ganda mengenai teks negosiasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dimulai dengan datangnya penulis ke lokasi
yang telah dipilih kemudian mulai melihat secara keseluruhan kondisi lokasi
sekolah, siswa, guru, dan beberapa komponen yang mendukung proses
pembelajaran. Peneliti sudah mulai melakukan penelitian tahap awal yang
biasa disebut prapenelitian.
Dalam pengumpulan data dasar peneliti benar-benar ―melihat,
mendengarkan, membaca dan merasakan‖ apa yang ada dengan penuh
perhatian. Sementara pengumpulan data terus berjalan, analisis data
mulai dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai
tidak ditemukan data baru lagi.7
5 Yusuf, Op. Cit., h. 333
6 Sudaryanto, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana
Kebuadayaan Secara Linguistis, (Yogyakarta: Sanata Dharma University Press, 2015), Cet. I, h.
222
7 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. VI, h. 114-115
56
Penelitian ini dimulai dengan memberi penjelasan mengenai materi kata
berimbuhan dan teks negosiasi. Peneliti selanjutnya mengadakan tes
pengetahuan siswa mengenai kata berimbuhan dan teks negosiasi dalam
satu kelas di kelas X IPS 1 semester genap di SMA Negeri 1 Kota
Tangerang Selatan. Selanjutnya, siswa diminta untuk menuliskan teks
negosiasi dengan menggunakan kata berimbuhan. Teks negosiasi yang telah
ditulis oleh siswa dikumpulkan untuk digunakan sebagai data primer,
sedangkan tes pengetahuan siswa digunakan sebagai data sekunder bersama
hasil wawancara guru bahasa Indonesia. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh data tambahan yang bisa digunakan sebagai pendukung dari
data primer. Wawancara berisi tentang metode guru dalam mengajarkan
materi kata berimbuhan, kendala yang dihadapi, dan cara mengatasinya.
Peneliti membaca, mengamati, dan menandai data dalam teks negosiasi
siswa yang telah terkumpul, yang terkait dengan kesalahan kata
berimbuhan. Setelah kegiatan itu dilakukan penelitian dilanjutkan dengan
mengklasifikasi, membandingkan, dan mengelompokkan data yang
diperoleh. Data yang diambil hanya data yang terkait dengan penelitian saja.
―Studi kepustakaan bermanfaat untuk memantapkan tujuan penelitian.
Dengan studi kepustakaan, peneliti akan memperoleh gambaran yang
memadai tentang kerangka acuan, ruang lingkup masalah yang diteliti, dan
gambaran hasil penelitian.‖8 Studi kepustakaan dilakukan oleh peneliti
untuk mendapatkan data sekunder yang berupa teori-teori yang sesuai
dengan penelitian. Peneliti membaca, mengamati, dan memilih beberapa
bacaan dari buku-buku yang terkait dengan penelitian. Data-data tersebut
untuk mendukung dalam mendeskripsikan kesalahan-kesalahan penulisan
kata berimbuhan yang ditemukan dalam teks negosiasi tersebut.
8 Tri Mastoyo Jati Kesuma, Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa, (Yogyakarta:
Carasvatibooks, 2007), Cet. I, h. 29
57
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan yaitu dengan melanjutkan langkah-
langkah penelitian setelah data primer diperoleh. Dalam tahap ini data yang
diperoleh tidak langsung dianalisis, tetapi dipilih terlebih dulu data-data
yang akan diteliti seperti yang dikemukakan oleh Mahsun berikut ini:
Setelah teknik pengumpulan data selesai dilakukan, selanjutnya
dilakukan teknik analisis data. Analisis data merupakan upaya yang
dilakukan untuk mengklasifikasikan dan mengelompokkan data. Pada
tahap ini dilakukan upaya mengelompokkan, menyamakan data yang
sama, dan membedakan data yang memang berbeda, serta menyisihkan
pada kelompok lain pada data yang serupa, tetapi tak sama. Dalam
rangka pengklasifikasian dan pengelompokan data tentu harus didasarkan
pada apa yang menjadi tujuan penelitian.9
Penulis harus fokus kepada tujuan penelitian yaitu mencari kesalahan
kata berimbuhan dalam teks negosiasi. Selanjutnya, peneliti menganalisis
data yang diperoleh berdasarkan teori-teori yang telah dikumpulkan. Setelah
itu, peneliti memberikan penjelasan terhadap data yang dianalisis dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif. Data-data yang telah terkumpul
harus diklasifikasikan dengan cermat dan teliti, sehingga hasil penelitiannya
bisa akurat. Peneliti melakukan hal-hal yang disampaikan Mahsun, seperti
membedakan, mengelompokkan, dan mencari data yang memiliki kesalahan
yang sama. Satu per satu data dilihat, kemudian dianalisis dengan beberapa
teori yang telah ada. Setelah itu, data tersebut dicocokan harus dianalisis
berdasarkan teori yang mana. Penulis berusaha untuk memilih teori yang
paling sesuai untuk menjadi landasan menganalisis data dan konsisten
dalam menggunakannya.
Penulis mendeskripsikan data dengan cara menjelaskan secara
deskriptif mengenai kesalahan kata berimbuhan yang terdapat dalam teks
negosiasi. Peneliti menggambarkan kesalahan penulisan kata berimbuhan
yang ditemukan dalam teks negosiasi. Setelah itu, peneliti mulai
mempelajari kesalahan-kesalahan yang diperoleh, kemudian menjelaskan
kesalahan kata berimbuhan yang ditemukan dalam teks negosiasi siswa.
9 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. V, h. 253
58
Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena sosial seperti
fenomena kebahasaan, jadi model analisis yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif seperti yang disampaikan Nunan dalam Mahsun berikut ini:
… dalam penelitian kualitatif kegiatan penyediaan data merupakan
kegiatan yang berlangsung secara simultan dengan kegiatan analisis
data. … hal ini tentu tidak lepas pula dari hakikat penelitian kualitatif
yang bertujuan untuk memahami fenomena sosial termasuk fenomena
kebahasaan yang tengah diteliti …10
Penelitian kualitatif menyediakan data berdasarkan hasil pengamatan
dan penelitian yang dilakukan secara serentak dengan kegiatan peneliti
dalam menganalisis data. Nunan dalam Mahsun juga memberikan gambaran
bagaimana seorang peneliti harus mampu mengumpulkan data bersamaan
dengan analisisnya. Penelitian kualitatif terdapat strategi untuk menganalisis
datanya, yaitu sebagai berikut:
―Pada dasarnya, terdapat dua strategi analisis dalam penelitian kualitatif
yang lazim digunakan, yaitu model analisis deskriptif kualitatif dan
verifikatif kualitatif.‖11
Proses penyediaan data dilakukan secara bersamaan
dengan kegiatan analisis data, jadi penulis bisa menganalisis data yang
sudah terkumpul lebih dahulu sambil menunggu data lainnya terkumpul.
Penelitian kualitatif meneliti bagaimana fenomena sosial yang terjadi seperti
fenomena kebahasaan. Fenomena kebahasaan bisa terjadi seperti dalam
penelitian ini yaitu pada kesalahan penulisan kata berimbuhan dalam teks
negosiasi. Fenomena kebahasaan bisa dijelaskan dengan cara
mendeskripsikan kesalahan penulisan kata berimbuhan dalam teks
negosiasi, jadi peneliti memakai model analisis deskriptif kualitatif dari
metode penelitian kualitatif.
Analisis data pada penelitian ini yaitu dengan mendeskripsikan dan
menganalisis kesalahan kata berimbuhan dalam teks negosiasi. Strauss
menjelaskan, ―cara ini mengajarkan kita bagaimana menjawab pertanyaan
tentang makna yang mungkin timbul, baik yang diasumsikan maupun yang
10 Ibid., h. 256-257
11
Ibid.
59
dimaksudkan oleh pembicara dan oleh orang lain di sekitarnya.12
Samarin
juga mengungkapkan bahwa dalam menganalisis bisa terjadi kesalahan
seperti dalam kutipan berikut:
In analysis many things can go wrong. The most common error is simply
failing to see the better way of describing the same data.13
(Di (dalam)
analisa banyak berbagai hal dapat menyeleweng. Kebanyakan kesalahan
umum hanya kegagalan untuk melihat cara yang baik untuk gambarkan
data yang sama).
Teknik analisis data digunakan untuk memberikan gambaran mengenai
data yang telah terkumpul. Data tersebut bisa dideskripsikan dan dianalisis
sesuai dengan teori-teori yang telah dikumpulkan dengan metode studi
kepustakaan. Selain itu, dibantu dengan data pendukung lain seperti teori
dari buku, soal, dan wawancara.
F. Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan data tidak lengkap jika tidak ada instrumen yang
digunakan dalam proses pengumpulan data. Instrumen yang digunakan
tidak hanya satu, tetapi bisa beberapa instrumen yang akan saling
melengkapi kekurangan instrumen lain. Peneliti menggunakan tiga
instrumen dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Soal Tes
Soal tes yang diberikan kepada siswa berisi pertanyaan mengenai
pengetahuan siswa tentang kata berimbuhan dan teks negosiasi. Soal tes ini
digunakan sebagai data tambahan dalam menganalisis kesalahan penulisan
kata beribuhan yang terjadi dalam teks negosiasi. Soal tes ini terdiri dari 35
soal berisi dua pilihan pada setiap nomor mengenai kata berimbuhan yang
salah dan benar, serta 5 soal mengenai struktur dan kaidah teks negosiasi
dalam bentuk pilihan ganda. Contoh soal ada pada lampiran.
12 Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tatalangkah dan
Teknik-teknik Teoritisasi Data, Terj. dari Basics of Qualitative Research: Grounded Theory
Procedures and Techniques oleh Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), Cet. III, h. 79
13
William J. Samarin, Field Linguistics: A Guide to linguistics Field Work, (USA: Holt,
Rinehart and Winston, Inc., 1967), h. 199
60
2. Wawancara Guru Bahasa Indonesia
Wawancara ini dilakukan penulis dengan guru bahasa Indonesia yang
mengajar di kelas yang digunakan sebagai lokasi penelitian. Wawancara
bisa menjadi salah satu instrumen yang penting untuk memperoleh data
yang akurat, seperti yang dijelaskan oleh Licoln dan Guba dalam Lexy J.
Moleong sebagai berikut:
―Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.‖14
Wawancara merupakan metode
pengumpulan data dengan cara melakukan percakapan dengan narasumber.
Wawancara akan membahas seputar kesalahan kata berimbuhan yang
dilakukan oleh siswa. Wawancara ini akan memberikan tiga puluh
pertanyaan yang akan dijawab oleh guru menengenai materi pelajaran yang
terkait dengan penggunaan kata yang telah mengalami proses afiksasi.
Contoh pertanyaan dan transkrip wawancara ada pada lampiran.
3. Teks Negosiasi Siswa
Instrumen terkhir adalah teks negosiasi yang telah ditulis oleh siswa.
Teks ini juga menjadi alat bagi guru untuk bisa mengetahui pengetahuan
bahasa siswanya serta kemampuan menulis pengalaman dan imajinasinya.
Instrumen ini yang akan menjadi dasar sebagai data primer dalam penelitian
ini. Teks ini merupakan instrumen terpenting dalam penelitian ini. Teks
yang telah ditulis oleh siswa akan menyajikan data mengenai kesalahan
yang mungkin terjadi dalam menggunakan kata yang telah mengalami
proses afiksasi yaitu kata berimbuhan yang menjadi pokok penelitian.
14 Licoln dan Guba dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2014), Ed. Revisi, Cet. XXXII, h. 186
61
G. Instrumen Analisis Data Kesalahan Pembentukan Kata
Berimbuhan
Tabel 3.1 Nilai Soal Kata Berimbuhan dan Teks Negosiasi
Tabel 3.2 Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
Awalan (Prefiks)
No. Bentuk
Dasar
Imbuhan Awal (Prefiks) Pembentukan
Kata yang
Salah
Pembentukan
Kata yang
Benar
me- ber
-
di- ter- pe- per
-
se- ke
-
1
Tabel 3.3 Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
Akhir (Sufiks)
Tabel 3.4 Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
Gabung (Konfiks)
No. Bentuk
Dasar
Imbuhan Gabung (Konfiks) Pembentukan
Kata yang
Salah
Pembentukan
Kata yang
Benar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
Keterangan:
1. pemakaian imbuhan gabung me-kan
2. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung di-kan
No. Teks Nilai
1
Jumlah
No. Bentuk
Dasar
Imbuhan Akhir (Sufiks) Pembentukan
Kata yang Salah
Pembentukan
Kata yang Benar -kan -i -an -nya
1
62
3. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung memper-i
4. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung ke-an
5. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung di-i
6. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung me-i
7. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung ber-an
8. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung se-nya
9. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung diper-
10. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung per-an
Tabel 3.5 Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
(Afiksasi)/KPKB
No.
Kesalahan
Afiks
Nomor
Teks
Siswa
Kriteria Kesalahan Pembentukan
Kata Berimbuhan (Afiks)
Perbaikan
1 2 3 4 5 6
1
Jumlah
Keterangan Singkatan Kriteria Pembentukan Kata Berimbuhan:
1. Pemakaian Awalan di- yang Salah
2. Pemakaian Awalan ke- yang Salah
3. Pemakaian Awalan me- yang Salah
4. Pemakaian Akhiran –i yang Salah
5. Pemakaian Akhiran -kan yang Salah
6. Pemakaian Imbuhan Gabung yang Salah
Tabel 3.6 Persentase Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
(Afiksasi)/KPKB
No. Jumlah
Kesalahan
Afiksasi
dalam Teks
Kesalahan
Afiksasi
Frekuensi Persentase
63
1
Pemakaian Awalan
di- yang Salah
2 Pemakaian Awalan
ke- yang Salah
3 Pemakaian Awalan
me- yang Salah
4 Pemakaian Akhiran
-i yang Salah
5 Pemakaian Akhiran
-kan yang Salah
6
Pemakaian
Imbuhan Gabung
yang Salah
Persentase kesalahan kata berimbuhan yang ditemukan di dalam teks negosiasi
bisa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai=
X 100%
15
Nilai = Persentase Kesalahan
Skor Mentah = Frekuensi Kesalahan
Skor Maksimum Ideal = Jumlah Kesalahan dalam Teks
15
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet. XIII,
h. 318
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah
1. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan merupakan sekolah yang berdiri
pada tanggal 4 Januari 1977. Sekolah ini dulunya merupakan SMA N 27
Jakarta kelas jauh Ciputat. Namun, setelah ada peralihan pembinaan dari
kanwil DKI Jakarta ke kanwil Depdikbud Jawa Barat, status sekolah berubah
menjadi SMA Tangerang Filial Ciputat. Tahun 1982 dikeluarkan SK
Mendikbud RI No. 0298/0/1982 tanggal 9 Oktober 1982 yang kemudian
menyatakan sekolah ini mandiri dengan nama SMA Negeri Ciputat.
Nama sekolah berubah lagi bersamaan dengan dikeluarkannya SK
Mendikbud RI tanggal 27 Maret 1997 tentang perubahan Nomenklatur SMA,
diganti menjadi SMA Negeri Ciputat, kemudian diubah menjadi SMA Negeri
1 Ciputat. SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan telah terakreditasi A
dengan nilai akreditasi 94,49. Sekolah ini termasuk Sekolah Standar Nasional
(SSN) pada tahun pelajaran 2006/2007 yang dalam pelaksanaannya mendapat
binaan dari Direktorat Binaan SMA dan Dinas Pendidikan Provinsi yang
sekaligus menjadi model SKM/SSN bagi SMA lain di lingkungan Kota
Tangerang Selatan. Saat ini SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan sedang
mengupayakan sekolah hijau yang mengusung konsep lingkungan
(adiwiyata). Sekolah ini memiliki visi yaitu unggul dalam IPTEKS,
bermartabat, berkarakter, dan berbudaya lingkungan berlandaskan IMTAQ,
sedangkan misi sekolah sebagai berikut:
a. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan
budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
b. Meningkatkan pengetahuan dan membina perilaku peserta didik dalam
meningkatkan martabat pribadi dan lembaga.
65
c. Menyelenggarakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.
d. Menyelenggarakan dan mengimplementasikan pendidikan karakter
bangsa.
e. Menyelenggarakan pembelajaran lingkungan hidup baik dalam
pembelajaran maupun pembiasaan perilaku.
f. Menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat bagi warga sekolah.
g. Menumbuhkan kecintaan siswa terhadap lingkungan sekolah.
h. Menerapkan manajemmen partisipatif dengan melibatkan seluruh
warga sekolah dan kelompok yang berkepentingan dengan sekolah.
2. Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa
Jumlah guru dan tenaga kependidikan di SMA N 1 Kota Tangerang
Selatan berjumlah 76 orang yang terdiri dari guru dan staf tata usaha. Siswa
SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan pada tahun pelajaran 2015/2016
berjumlah 1055 siswa. Jumlah siswa tersebut kemudian dibagi kembali ke
dalam 28 lokal yakni, 10 lokal untuk kelas X, 10 lokal untuk kelas XI, dan 8
lokal untuk kelas XII.
B. Pengumpulan Data
Peneliti melakukan beberapa langkah sebagai berikut:
2. pemberian materi tentang pembentukan kata berimbuhan dan teks
negosiasi. Peneliti masuk ke kelas kemudian memberikan penjelasan
mengenai materi yaitu pengertian kata berimbuhan, jenis-jenis kata
berimbuhan, penggunaan kata berimbuhan, dan teks negosiasi. Teks
negosiasi sesungguhnya adalah materi yang sudah dipelajari oleh siswa
pada semester ini. Teks negosiasi yang dibahas dalam penelitian ini
berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari siswa pada semester genap
di sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013.
3. Peneliti juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya dan
menanggapi pertanyaan teman-temannya. Peneliti juga memberikan
66
penjelasan mengenai kata berimbuhan karena itulah materi yang paling
banyak ditanyakan oleh siswa.
4. Selanjutnya, peneliti memberikan 40 pertanyaan mengenai kata
berimbuhan dan teks negosiasi. Soal mengenai kata berimbuhan sebanyak
35 soal untuk memilih kata yang benar dari dua pilihan kata yang tersedia,
sedangkan 5 soal pilihan ganda membahas mengenai teks negosiasi. Daftar
pertanyaan itu juga membantu peneliti untuk mengetahui sejauh mana
siswa memahami apa yang telah dijelaskan. Sebelum siswa bisa
mengaplikasikan penulisan kata berimbuhan yang tepat dalam sebuah teks
negosiasi maka peneliti bisa melihat kemampuan siswa dalam memilih
kata berimbuhan yang tepat yang disediakan dalam soal. Data yang
diperoleh sebanyak 26 data yang bisa dilihat pada lampiran. Data yang
diperoleh sebanyak 26 data yang bisa dilihat dalam lampiran. Jumlah
siswa yang hadir pada hari itu yaitu 30 siswa, tetapi pada saat selesai
dijelaskan tentang kata berimbuhan dan teks negosiasi, terdapat 4 siswa
yang diberi dispensasi latihan untuk acara perpisahan kelas XII. Mereka
tidak bisa menjawab soal yang diberikan karena harus meninggalkan
kelas. Namun, sekitar 15 menit kemudian 4 siswa tersebut masuk lagi ke
kelas karena acara latihan diundur waktu pulang sekolah. Siswa yang
berjumlah 4 orang itu pada akhirnya tidak sempat menjawab soal yang
diberikan, tetapi mereka mempunyai waktu untuk membuat teks negosiasi.
5. Siswa mulai menuliskan teks negosiasi dengan menggunakan kata
berimbuhan yang tepat. Tahap ini peneliti memberikan kebebasan untuk
siswa dalam menuliskan teks negosiasi, tetapi dengan menggunakan tema
yang sama yaitu tema jual beli tanah. Peneliti lebih mudah melihat
kemampuan siswa dalam menggunakan kata berimbuhan dengan teks
negosiasi yang bertema sama untuk semua siswa.
6. Siswa diminta mengumpulkan teks negosiasi yang telah mereka buat.
Teks-teks yang dikumpulkan itulah yang nantinya dijadikan data dalam
penelitian ini.
67
7. Selanjutnya peneliti mengklasifikasikan data yang telah diperoleh dengan
melakukan beberapa langkah yaitu memilah teks yang memiliki kesalahan
pembentukan kata berimbuhan. Selanjutnya, peneliti memberi nomor pada
setiap teks yang terdapat kesalahan. Setelah itu, mengelompokkan
pembentukan kata berimbuhan yang salah dalam kalimat-kalimat di teks
negosiasi sesuai jenis kesalahannya. Setiap data berupa kalimat juga diberi
nomor kalimat berdasarkan urutan kalimat di setiap teks negosiasi.
C. Deskripsi dan Analisis Data
Analisis data yang dilakukan yaitu mulai mengelompokkan jenis-jenis
kesalahan pembentukan kata berimbuhan yang terjadi dalam teks negosiasi.
Data-data di bawah ini disajikan dengan menggunakan urutan nomor kalimat
dan nomor karangan. Data-data kesalahan pembentukan kata berimbuhan yang
ditemukan sebagai berikut:
1. Pemakaian Imbuhan (Afiks) yang Salah
a. Pemakaian Awalan di- yang Salah
1) Tak lama kemudian ia sampai dirumahnya itu. (kalimat ke-5 teks
1)
Analisis: terjadi kesalahan pemakaian awalan di-, seharusnya pada
kata dirumahnya menggunakan di sebagai preposisi karena kata
rumah menunjukkan tempat. Penulisan yang benar dengan
memisahkan di sebagai preposisi dengan kata yang mengikutinya
yaitu rumahnya, jadi dapat ditulis di rumahnya.
2) … ada seseorang naik sepeda motor yang berhenti dirumah Pak
Miko. (kalimat ke-33 teks 1)
Analisis: terjadi kesalahan pemakaian awalan di- pada kata
dirumah. Kata tersebut seharusnya ditulis di rumah karena di
merupakan preposisi, jadi penulisannya harus dipisah dengan kata
yang mengikutinya.
3) Tidak boleh di nego Pak? (kalimat ke-42 teks 1)
68
Analisis: terjadi kesalahan pada kata di nego, penulisan di- sebagai
awalan harus digabung dengan kata dasarnya. Kata nego dalam
KBBI tidak ada, kata yang benar adalah negosiasi, jadi apabila
dibubuhi awalan di- seharusnya ditulis dinegosiasi.
4) Lalu saya melihat disebelah kiri … (kalimat ke-3 teks 2)
Analisis: terjadi kesalahan pada penulisan disebelah, kata sebelah
berasal dari kata dasar belah. Penulisan yang benar adalah di
sebelah karena termasuk dalam frasa preposisional yang harus
diberi spasi di antara kata di dan sebelah.
5) Dan dimana alamat rumah Bapak? (kalimat ke-27 teks 3)
Analisis: ―Chaer mengatakan bahwa untuk menanyakan tempat
keberadaan dengan lebih pasti di depan kata mana perlu
ditempatkan kata depan di, ke atau dari.‖1 Pemakaian di- sebagai
awalan pada kata dimana itu salah karena kata mana harus diberi
preposisi atau kata depan di, jadi penulisan yang benar adalah
dengan memberi spasi setelah penulisan di menjadi di mana.
6) … ia melihat tulisan tanah ini di jual … (kalimat ke-2 teks 4)
Analisis: terjadi kesalahan dalam penulisan kata di jual. Kata dasar
jual masuk ke dalam kelas kata verba, jadi penulisan yang benar
adalah dijual karena di- pada kata tersebut merupakan awalan yang
bila dibubuhi pada kata dasar jual harus ditulis gabung tanpa spasi.
7) Mau di jual berapa? (kalimat ke-44 teks 5)
Analisis: terjadi kesalahan dalam penulisan kata di jual,
seharusnya menggunakan awalan di- dengan penulisan dijual
karena di- pada kata itu bukan preposisi.
8) Disini tempatnya sangatlah strategis. (kalimat ke-48 teks 5)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan di- pada kata
disini. Penulisan yang benar adalah di sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan di adalah
1 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), Ed.
Revisi, Cet. IV, h. 190
69
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi di
antara di dengan sini. Alwi juga mengungkapkan mengenai
pronominal penunjuk tempat sebagai berikut:
Pronominal penunjuk tempat dalam bahasa Indonesia ialah sini,
situ, atau sana. Titik pangkal perbedaan di antara ketiganya ada
pada pembicara: dekat (sini), agak jauh (situ), dan jauh (sana)
karena menunjuk lokasi, pronominal ini sering digunakan
dengan preposisi pengacu arah, di/ke/dari, sehingga terdapat
di/ke/dari sini, dan di/ke/dari sana.2
9) Aku jamin bakalan laku jika kamu membuka toko disini. (kalimat
ke-50 teks 5)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan di- pada kata
disini. Penulisan yang benar adalah di sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan di adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi di
antara di dengan sini.
10) … kami akan membangun perusahaan baru disana. (kalimat ke-8
teks 6)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan di- pada kata
disana. Penulisan yang benar adalah di sana karena kata sana
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan di adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi di
antara di dengan sana.
11) … fasilitas umum disana hampir lengkap juga. (kalimat ke-15 teks
6)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan di- pada kata
disana. Penulisan yang benar adalah di sana karena kata sana
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan di adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi di
antara di dengan sana.
2 Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai
Pustaka, 2003), Ed. 3, Cet. V, h. 264
70
12) … patokannya persis dibelakang Ragunan … (kalimat ke-11 teks
7)
Analisis: terjadi kesalahan dalam penulisan dibelakang. Penulisan
di sebagai preposisi seharusnya diberi spasi dengan kata yang
mengikutinya yaitu kata belakang karena di belakang adalah frasa
preposisional. Frasa preposisional itu penulisannya harus dipisah,
jadi salah apabila menggunakan awalan di- pada di belakang.
13) Dimana setiap harinya ada penjual sayur … (kalimat ke-3 teks 9)
Analisis: terjadi kesalahan pada penulisan kata dimana. Kata mana
untuk menanyakan tempat keberadaan, jadi harus menggunakan di
sebagai preposisi bukan di- sebagai awalan, sehingga penulisannya
harus diberi spasi dengan kata yang mengikutinya menjadi di
mana.
14) Silah kan di pilih-pilih dulu Bu. (kalimat ke-9 teks 9)
Analisis: terjadi kesalahan pada penulisan kata di pilih-pilih. Kata
pilih masuk ke dalam kelas kata verba. Penulisan di sebagai
preposisi salah, seharusnya menggunakan di- sebagai awalan yang
digabung dengan kata pilih. Penulisannya yang benar yaitu dipilih-
pilih.
15) … ia sampai dirumah temannya itu. (kalimat ke-5 teks 10)
Analisis: terjadi kesalahan dalam penulisan kata dirumah.
Penulisan kata yang benar yaitu di rumah karena rumah
menunjukkan keterangan tempat, jadi awalan di- pada kata
dirumah itu salah, seharusnya menggunakan preposisi di yang
penulisannya diberi spasi dengan kata yang mengikutinya.
16) Dari pembicaraan ditelepon … (kalimat ke-26 teks 10)
Analisis: terjadi kesalahan dalam kata ditelepon karena konteks
kalimat yang ada menjelaskan bahwa ditelepon menunjukkan
keterangan di mana pembicaraan terjadi. Penulisan yang benar
yaitu dengan menggunakan preposisi di bukan awalan di-.
Penulisan yang benar adalah di telepon.
71
17) … berada diwilayah Magersari untuk biaya pengobatan. (kalimat
ke-35 teks 10)
Analisis: terjadi kesalahan dalam penulisan kata diwilayah karena
kata wilayah menunjukkan keterangan tempat, jadi penulisan
preposisi di harus dipisah dengan kata yang mengikutinya.
Kesalahan terjadi karena penulisan kata diwilayah menggunakan
awalan di- bukan preposisi di. Penulisan yang benar adalah di
wilayah.
18) … membicarakan masalah itu dirumahnya. (kalimat ke-43 teks
10)
Analisisis: terjadi keslahan dalam penulisan kata dirumahnya.
Kata rumah menunjukkan keterangan tempat, jadi penulisan yang
tepat yaitu dengan menggunakan preposisi di yang diberi spasi
dengan kata yang mengikutinya. Pemakaian awalan di- pada kata
dirumahnya itu salah. Penulisan yang benar adalah di rumahnya.
19) … oh, disini ada Jeng Wina juga. (kalimat ke-54 teks 10)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan di- pada kata
disini. Penulisan yang benar adalah di sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan di adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi di
antara di dengan sini.
20) … disini juga banyak penduduknya. (kalimat ke-72 teks 10)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan di- pada kata
disini. Penulisan yang benar adalah di sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan di adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi di
antara di dengan sini.
21) Tidak bisa dinego ya Pak? (kalimat ke-77 teks 10)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian kata dasar nego
dalam kata berimbuhan dinego. Kata nego dalam KBBI itu tidak
72
ada, tetapi yang dimaksud nego adalah negosiasi. Kata negosiasi
yang dibubuhkan awalan di- bisa ditulis dinegosiasi.
22) … saya melihat disamping jalan terdapat pohon … (kalimat ke-2
teks 11)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
disamping. Penulisan yang benar yaitu di samping. Kata di
samping merupakan frasa preposisi, jadi penulisan yang benar
yaitu menggunakan preposisi di yang penulisannya harus diberi
spasi dengan kata yang mengikutinya.
23) Dan dimana alamat rumah Anda? (kalimat ke-31 teks 11)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
dimana. Kata tanya mana yang menanyakan tempat keberadaan
harus ditulis dengan menggunakan preposisi di bukan awalan di-.
Kata tersebut yang benar yaitu di mana.
24) Dan dimana alamat rumah Anda? (kalimat ke-28 teks 12)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di-. Kata
tanya mana menanyakan empat keberadaan. Penulisan yang benar
yaitu dengan memakai preposisi di bukan awalan di-.
25) Baik Bu, disana akan saya jelaskan lebih lanjut. (kalimat ke-15
teks 14)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan di- pada kata
disana. Penulisan yang benar adalah di sana karena kata sana
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan di adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi di
antara di dengan sana.
26) Dialog ini berlangsung dikawasan Depok. (kalimat ke-2 teks 15)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
dikawasan. Kata kawasan berarti daerah tertentu yang lebih tepat
memakai preposisi di yang penulisannya diberi spasi dengan kata
yang mengikutinya yaitu kawasan. Penulisan yang benar adalah di
kawasan.
73
27) … Depok untuk melihat tanah disana. (kalimat ke-3 teks 15)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan di- pada kata
disana. Penulisan yang benar adalah di sana karena kata sana
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan di adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi di
antara di dengan sana.
28) Dan sesampai disana ia bertemu dengan pemilik … (kalimat ke-4
teks 15)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan di- pada kata
disana. Penulisan yang benar adalah di sana karena kata sana
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan di adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi di
antara di dengan sana.
29) Apakah Ibu berminat dengan tanah disana? (kalimat ke-11 teks
16)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan di- pada kata
disana. Penulisan yang benar adalah di sana karena kata sana
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan di adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi di
antara di dengan sana.
30) Saya berencana akan membangun restoran disana. (kalimat ke-13
teks 16)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan di- pada kata
disana. Penulisan yang benar adalah di sana karena kata sana
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan di adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi di
antara di dengan sana.
31) … bertemu di TKP langsung atau ditempat lain? (kalimat ke-16
teks 16)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
ditempat. Kata tempat menunjukkan keterangan tempat yang harus
74
ditulis dengan menggunakan preposisi di bukan awalan di-.
Penulisan yang benar adalah di tempat karena preposisi di harus
diberi spasi dengan kata yang mengikutinya yaitu kata tempat.
32) … Dina melihat tanah kosong dijalan … (kalimat ke-3 teks 17)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
dijalan. Kata jalan menunjukkan keterangan yang ditulis dengan
menggunakan preposisi di. Penulisan yang benar adalah di jalan
yang ditulis dengan spasi karena preposisi di harus diberi spasi
dengan kata yang mengikutinya.
33) … tanah kosong dijalan Merpati … (kalimat ke-8 teks 17)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
dijalan. Kata jalan menunjukkan keterangan tempat yang lebih
tepat memakai preposisi di. Penulisan preposisi di harus ditulis
dengan spasi dari kata yang mengikutinya.
34) Dan dimana alamat rumah Anda? (kalimat ke-23 teks 17)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
dimana. Kata mana menanyakan tempat keberadaan yang lebih
tepat menggunakan preposisi di. Penulisan preposisi di harus diberi
spasi dengan kata yang mengikutinya. Penulisan yang benar adalah
di mana.
35) Kapan saja bisa, alamat saya dijalan Tridaya … (kalimat ke-24
teks 17)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
dijalan. Pemakaian preposisi di lebih tepat karena kata jalan
menunjukkan keterangan tempat. Penulisan preposisi di harus
ditulis dengan spasi dari kata yang mengikutinya. Penulisan yang
benar adalah di jalan.
36) Sesampainya dirumah Bapak Yadi … (kalimat ke-24 teks 18)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
dirumah. Pemakaian yang lebih tepat menggunakan di sebagai
preposisi karena kata di rumah menunjukkan arah, sehingga harus
75
ditulis dengan spasi di antara kata di dan rumah. Penulisan yang
benar adalah di rumah.
37) Kalau begitu tolong tulis nomor rekening Bapak disini (kalimat ke
-44 teks 18)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan di- pada kata
disini. Penulisan yang benar adalah di sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan di adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
di dengan sini.
38) … dimana alamat rumah Anda? (kalimat ke-25 teks 19)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
dimana. Kata tanya mana yang menanyakan tempat keberadaan
harus ditulis dengan menggunakan preposisi di bukan awalan di-.
Kata tersebut yang benar yaitu di mana.
39) Lalu dijalan Parkos Raya … (kalimat ke-3 teks 23)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
dijalan. Pemakaian preposisi di lebih tepat karena kata jalan
menunjukkan keterangan. Penulisan preposisi di harus ditulis
dengan spasi dari kata yang mengikutinya. Penulisan yang benar
adalah di jalan.
40) Apa benar Anda si pemilik tanah dijalan Parkos Raya Babelan?
(kalimat ke-8 teks 23)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
dijalan. Pemakaian preposisi di lebih tepat karena kata jalan
menunjukkan keterangan. Penulisan preposisi di harus ditulis
dengan spasi dari kata yang mengikutinya. Penulisan yang benar
adalah di jalan.
41) … dimana alamat rumah Anda? (kalimat ke-30 teks 23)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
dimana. Kata tanya mana menanyakan tempat keberadaan yang
lebih tepat menggunkan preposisi di. Penulisan preposisi di harus
76
diberi spasi dengan kata yang mengikutinya. Penulisan yang benar
adalah di mana.
42) Saat itu Pak Reza sedang berolah raga disekitar rumahnya.
(kalimat ke-2 teks 24)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
disekitar. Kata sekitar preposisi berawalan se-, jadi yang benar
adalah menggunakan preposisi di bukan awalan di-. Penulisan
yang benar adalah di sekitar karena preposisi di harus diberi spasi
dengan kata yang mengikutinya.
43) … ia kurang nyaman tinggal didalamnya. (kalimat ke-3 teks 25)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
didalamnya. Penulisan yang benar adalah di dalamnya karena kata
di dalam merupakan preposisi gabungan seperti yang disebutkan
dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, jadi yang benar
adalah menggunakan preposisi di bukan awalan di-. Penulisannya
harus diberi spasi antara kata di dan dalamnya.
44) Kira-kira bisa bertemu kapan dan dimana ya? (kalimat ke-22 teks
25)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
dimana. Kata tanya mana menanyakan tempat keberadaan yang
lebih tepat menggunkan preposisi di. Penulisan preposisi di harus
diberi spasi dengan kata yang mengikutinya. Penulisan yang benar
adalah di mana.
45) … akhirnya WNA langsung membangun sebuah rumah disana.
(kalimat ke-26 teks 25)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan di- pada kata
disana. Penulisan yang benar adalah di sana karena kata sana
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan di adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
di dengan sana.
46) … lalu dijalan Merpati Raya Babelan. (kalimat ke-3 teks 26)
77
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
dijalan. Pemakaian preposisi di lebih tepat karena kata jalan
menunjukkan keterangan tempat. Penulisan preposisi di harus
ditulis dengan spasi dari kata yang mengikutinya. Penulisan yang
benar adalah di jalan.
47) … Anda pemilik tanah yang berada dijalan … (kalimat ke-10 teks
26)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
dijalan. Pemakaian preposisi di lebih tepat karena kata jalan
menunjukkan keterangan tempat. Penulisan preposisi di harus
ditulis dengan spasi dari kata yang mengikutinya. Penulisan yang
benar adalah di jalan.
48) Dan dimana rumah Anda? (kalimat ke-31 teks 26)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada kata
dimana. Kata mana menanyakan tempat keberadaan yang lebih
tepat menggunkan preposisi di. Penulisan preposisi di harus diberi
spasi dengan kata yang mengikutinya. Penulisan yang benar adalah
di mana.
49) … kalau boleh tau tanahnya didaerah mana? (kalimat ke-11 teks
27)
Analisis: terjadi kesalahan pemakaian di- sebagai awalan. Kata
daerah menunjukkan keterangan tempat. pemakaian preposisi di
lebih tepat untuk keterangan tempat, sehingga penulisannya harus
diberi spasi dengan kata yang mengikutinya. Penulisan yang benar
adalah di daerah.
50) Jam 03.00 WIB dicafe Sejahtera? (kalimat ke-17 teks 27)
Analisis: terjadi kesalahan pemakaian awalan di- pada kata dicafe.
Kata cafe merupakan kata dalam bahasa Inggris yang berarti kedai
kopi yang menunjukkan keterangan tempat, jadi lebih tepat
menggunakan preposisi bukan awalan. Penulisan yang benar
78
adalah di cafe karena preposisi di diberi spasi dengan kata yang
mengikutinya.
51) Pukul 13.00 WIB pun telah tiba Bapak Rival sudah sampe dicafe
Sejahtera. (kalimat ke-22 teks 27)
Analisis: terjadi kesalahan pemakaian awalan di- pada kata dicafe.
Kata cafe merupakan kata dalam bahasa Inggris yang berarti kedai
kopi, kata cafe yang diserap dalam bahasa Indonesia menjadi kafe.
Kata cafe menunjukkan keterangan tempat yang benar adalah
menggunakan preposisi di. Penulisan yang benar adalah di cafe
karena preposisi di diberi spasi dengan kata yang mengikutinya.
52) Jalan komplek 2 Teratai lok 1 No. 26 didaerah sekitar situ Pak.
(kalimat ke-33 teks 27)
Analisis: terjadi kesalahan pemakaian di- sebagai awalan.
Penulisan yang benar adalah di daerah karena daerah
menunjukkan keterangan tempat. Pemakaian preposisi di lebih
tepat, sehingga penulisannya harus diberi spasi dengan kata yang
mengikutinya.
b. Pemakaian Awalan ke- yang Salah
1) … ada apa Bu Cara main kesini? (kalimat ke-10 teks 1)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan ke- pada kata
kesini. Penulisan yang benar adalah ke sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan ke adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
ke dengan sini.
2) Nanti kalau ada waktu saya akan main kesini lagi. (kalimat ke-23
teks 1)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan ke- pada kata
kesini. Penulisan yang benar adalah ke sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan ke adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
ke dengan sini.
79
3) Belum tahu setuju atau tidak, tapi katanya beliau mau kesini.
(kalimat ke-32 teks 1)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan ke- pada kata
kesini. Penulisan yang benar adalah ke sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan ke adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
ke dengan sini.
4) … ada apa kamu main kesini Zul … (kalimat ke-11 teks 5)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan ke- pada kata
kesini. Penulisan yang benar adalah ke sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan ke adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
ke dengan sini.
5) Bapak bisa datang kerumah saya … (kalimat ke-11 teks 7)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan ke- pada kata
kerumah. Pemakaian yang lebih tepat menggunakan ke sebagai
preposisi yang ditulis dengan spasi pada kata yang mengikutinya
karena ke rumah itu menunjukkan keterangan tempat. Penulisan
yang benar adalah ke rumah.
6) Baik Pak, besok saya akan kesana. (kalimat ke-12 teks 7)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan ke- pada kata
kesana. Penulisan yang benar adalah ke sana karena kata sana
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan ke adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
ke dengan sana.
7) … ada apa Jeng kok tumben main kesini? (kalimat ke-18 teks 10)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan ke- pada kata
kesini. Penulisan yang benar adalah ke sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan ke adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
ke dengan sini.
80
8) Nanti kalau ada waktu saya akan bermain kesini lagi. (kalimat ke-
24 teks 10)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan ke- pada kata
kesini. Penulisan yang benar adalah ke sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan ke adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
ke dengan sini.
9) Tadi sebelum saya kesini … (kalimat ke 37 teks 10)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan ke- pada kata
kesini. Penulisan yang benar adalah ke sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan ke adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
ke dengan sini.
10) … tetapi katanya Bu Ummi ingin main kesini kok Bu. (kalimat ke-
47 teks 10)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan ke- pada kata
kesini. Penulisan yang benar adalah ke sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan ke adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
ke dengan sini.
11) … kekawasan Depok untuk melihat tanah … (kalimat ke-3 teks
15)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan ke- pada kata
kekawasan. Kata kawasan berarti daerah tertentu yang lebih tepat
memakai preposisi ke. Penulisannya diberi spasi dengan kata yang
mengikutinya yaitu kawasan. Penulisan yang benar adalah ke
kawasan karena menempati fungsi keterangan yang lebih tepat
memakai preposisi.
12) Setelah itu Ibu bisa kesini lagi untuk mengurus surat-surat
tanahnya. (kalimat ke-52 teks 16)
81
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan ke- pada kata
kesini. Penulisan yang benar adalah ke sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan ke adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
ke dengan sini.
13) … Dina hendak pergi kerumah saudaranya … (kalimat ke-2 teks
17)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan ke- pada kata
kerumah. Penulisan yang benar adalah ke rumah. Pemakaian yang
lebih tepat menggunakan ke sebagai preposisi karena ke rumah
menunjukkan keterangan tempat. Pemakaian ke- sebagai awalan
salah karena ke merupakan preposisi yang penulisannya harus
diberi spasi dengan kata yang mengikutinya.
14) … saya dalam perjalanan kerumah saudara saya … (kalimat ke-8
teks 17)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan ke- pada kata
kerumah. Penulisan yang benar adalah ke rumah. Pemakaian yang
lebih tepat menggunakan ke sebagai preposisi karena ke rumah
menunjukkan keterangan tempat. Pemakaian ke- sebagai awalan
salah karena ke merupakan preposisi yang penulisannya harus
diberi spasi dengan kata yang mengikutinya.
15) Ia pergi kerumah saudaranya. (kalimat ke-3 teks 18)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan ke- pada kata
kerumah. Penulisan yang benar adalah ke rumah. Pemakaian yang
lebih tepat menggunakan ke sebagai preposisi karena ke rumah
menunjukkan keterangan tempat. Pemakaian ke- sebagai awalan
salah karena ke merupakan preposisi yang penulisannya harus
diberi spasi dengan kata yang mengikutinya.
16) Setelah bertanya kesana-kesini (kalimat ke-23 teks 18)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan ke- pada kata
kesana. Penulisan yang benar adalah ke sana karena kata sana
82
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan ke adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
ke dengan sana.
17) Setelah bertanya kesana-kesini (kalimat ke-23 teks 18)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan ke- pada kata
kesini. Penulisan yang benar adalah ke sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan ke adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
ke dengan sini.
18) Tujuan saya datang kesini … (kalimat ke-28 teks 18)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan ke- pada kata
kesini. Penulisan yang benar adalah ke sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan ke adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
ke dengan sini.
19) Saat itu saya pergi kerumah saudara saya … (kalimat ke-2 teks 19)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan ke- pada kata
kerumah. Penulisan yang benar adalah ke rumah. Pemakaian yang
lebih tepat menggunakan ke sebagai preposisi karena ke rumah
menunjukkan keterangan tempat. Pemakaian ke- sebagai awalan
salah karena ke merupakan preposisi yang penulisannya harus
diberi spasi dengan kata yang mengikutinya.
20) Kapan saja Pak mau datang kerumah saya. (kalimat ke-26 teks 19)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan ke- pada kata
kerumah. Penulisan yang benar adalah ke rumah. Pemakaian yang
lebih tepat menggunakan ke sebagai preposisi karena ke rumah
menunjukkan keterangan tempat. Pemakaian ke- sebagai awalan
salah karena ke merupakan preposisi yang penulisannya harus
diberi spasi dengan kata yang mengikutinya.
21) Sepertinya saya besok bisa kesana pukul 10 pagi. (kalimat ke-10
teks 20)
83
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan ke- pada kata
kesana. Penulisan yang benar adalah ke sana karena kata sana
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan ke adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
ke dengan sana.
22) Lusa/besok Ibu datang lagi kesini untuk memenuhi
persyaratannya. (kalimat ke-15 teks 22)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian awalan ke- pada kata
kesini. Penulisan yang benar adalah ke sini karena kata sini
merupakan salah satu pronominal penunjuk tempat dan ke adalah
preposisi bukan awalan, jadi penulisannya harus diberi spasi antara
ke dengan sini.
23) Saat itu saya pergi kerumah … (kalimat ke-2 teks 23)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan ke- pada kata
kerumah. Penulisan yang benar adalah ke rumah. Pemakaian yang
lebih tepat menggunakan ke sebagai preposisi karena ke rumah
menunjukkan keterangan tempat. Pemakaian ke- sebagai awalan
salah karena ke merupakan preposisi yang penulisannya harus
diberi spasi dengan kata yang mengikutinya.
24) Kapan saja Mas mau datang kerumah saya … (kalimat ke-31 teks
23)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan ke- pada kata
kerumah. Penulisan yang benar adalah ke rumah. Pemakaian yang
lebih tepat menggunakan ke sebagai preposisi karena ke rumah
menunjukkan keterangan tempat. Pemakaian ke- sebagai awalan
salah karena ke merupakan preposisi yang penulisannya harus
diberi spasi dengan kata yang mengikutinya.
25) Lalu Pak Reza segera pergi kerumahnya Bapak Somad … (kalimat
ke-7 teks 24)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan ke- pada kata
kerumahnya. Penulisan yang benar adalah ke rumahnya.
84
Pemakaian yang lebih tepat menggunakan ke sebagai preposisi
karena ke rumahnya menunjukkan keterangan tempat. Pemakaian
ke- sebagai awalan salah karena ke merupakan preposisi yang
penulisannya harus diberi spasi dengan kata yang mengikutinya.
26) … Leo pergi kerumah saudaranya … (kalimat ke-2 teks 26)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan ke- pada kata
kerumah. Penulisan yang benar adalah ke rumah. Pemakaian yang
lebih tepat menggunakan ke sebagai preposisi karena ke rumah
menunjukkan keterangan tempat. Pemakaian ke- sebagai awalan
salah karena ke merupakan preposisi yang penulisannya harus
diberi spasi dengan kata yang mengikutinya.
27) Saya ingin kerumah Mas hari Minggu lusa. (kalimat ke-33 teks
26)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan ke- pada kata
kerumah. Penulisan yang benar adalah ke rumah. Pemakaian yang
lebih tepat menggunakan ke sebagai preposisi karena ke rumah
menunjukkan keterangan tempat. Pemakaian ke- sebagai awalan
salah karena ke merupakan preposisi yang penulisannya harus
diberi spasi dengan kata yang mengikutinya.
28) Saat itu saya pergi kerumah nenek saya … (kalimat ke-2 teks 28)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan ke- pada kata
kerumah. Penulisan yang benar adalah ke rumah. Pemakaian yang
lebih tepat menggunakan ke sebagai preposisi karena ke rumah
menunjukkan keterangan tempat. Pemakaian ke- sebagai awalan
salah karena ke merupakan preposisi yang penulisannya harus
diberi spasi dengan kata yang mengikutinya.
c. Pemakaian Awalan me- yang Salah
1) Kami telah mensurvei tempat ibu … (kalimat ke-8 teks 6)
Analisis: Kalimat di atas terjadi kesalahan pada kata ‗mensurvei‘
yang berasal dari kata dasar ‗survei‘ yang dibubuhkan dengan
imbuhan me- seharusnya menjadi ‗menyurvei‘ karena apabila
85
awalan me- dibubuhi pada kata dasar yang berawalan fonem /s/
seperti kata ‗survei‘ maka fonem /s/ akan luluh menjadi
‗menyurvei‘.
2) … saya akan segera menghubung Ibu. (kalimat ke-48 teks 14)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan me- pada kata
menghubung. Pemakaian awalan me- salah karena kata berimbuhan
menghubung dalam bahasa Indonesia tidak ada, yang biasanya
digunakan adalah kata menghubungi. Pemakaian imbuhan yang
lebih tepat adalah imbuhan gabung me-i yang dibubuhkan pada
kata dasar hubung. Kata berimbuhan yang tepat adalah kata
menghubungi.
d. Pemakaian Akhiran (Sufiks) –i yang Salah
1) Kuranginlah Bu harganya? (kalimat ke-17 teks 9)
Analisis: terjadi kesalahan pemakaian akhiran –i pada kata
kuranginlah. Akhiran –i yang dibubuhi pada kata kurang menjadi
kata kurangi. Penulisan yang benar adalah kurangilah dengan
menggunakan akhiran –i bukan akhiran –in karena dalam bahasa
Indonesia tidak ada akhiran –in.
2) Buat Ibu saya kurangin Rp5000 … (kalimat ke-18 teks 9)
Analisis: terjadi kesalahan pemakaian akhiran –i pada kata
kuranginl. Penulisan yang benar adalah kurangi dengan
menggunakan akhiran –i bukan akhiran –in karena dalam bahasa
Indonesia tidak ada akhiran –in. Akhiran –i yang dibubuhi pada
kata kurang menjadi kata kurangi.
e. Pemakaian Akhiran (Sufiks) –kan yang Salah
1) Oh ternyata Bu Cara, mari silahkan masuk! (kalimat ke-8 teks 1)
Analisis: terjadi kesalahan pada pembubuhan akhiran –kan pada
kata silah. Rahardi menyampaikan mengenai bentuk silah sebagai
berikut:
―Bentuk ‗mempersilahkan‘, bentuk ‗dipersilahkan, dan
‗silahkan‘ itu sendiri, sudah sering muncul dalam banyak
86
kesempatan berbahasa Indonesia. mohon dicatat, bahwa bentuk
dasar yang benar adalah ‗sila‘. Ketika bentuk dasar itu
mendapatkan sufiks –kan, tentu akan hadir sebagai ‗silakan‘.‖3
Kata silah dalam bahasa Indonesia tidak ada, tetapi yang benar
adalah kata sila. Apabila akhiran –kan dibubuhi pada kata dasar
sila menjadi kata silakan bukan silahkan.
2) Waalaikumsalam, Bu Cara mari silahkan masuk. (kalimat ke-35
teks 1)
Analisis: terjadi kesalahan pada pembubuhan akhiran –kan pada
kata silah. Kata silah dalam bahasa Indonesia tidak ada, tetapi yang
benar adalah kata sila. Apabila akhiran –kan dibubuhi pada kata
dasar sila menjadi kata silakan bukan silahkan.
3) Boleh-boleh mari saya antar kan. (kalimat ke-40 teks 5)
Analisis: terjadi kesalahan pada pembubuhan akhiran –kan pada
kata antar. Apabila akhiran –kan dibubuhi pada kata dasar antar
menjadi kata antarkan. Pembubuhan akhiran pada kata dasar itu
harus digabung dengan kata dasarnya bukan dipisahkan atau diberi
spasi. Kata antar kan salah karena ada spasi di antara kata dasar
antar dan akhiran –kan.
4) Silah kan di pilih-pilih dulu Bu. (kalimat ke-9 teks 9)
Analisis: terjadi kesalahan pada pembubuhan akhiran –kan pada
kata silah. Kata silah dalam bahasa Indonesia tidak ada, tetapi yang
benar adalah kata sila. Apabila akhiran –kan dibubuhi pada kata
dasar sila menjadi kata silakan bukan silahkan. Akhiran yang
dibubuhi pada kata dasar ditulis gabung dengan kata dasarnya
tanpa diberi spasi.
5) Mari silahkan duduk. (kalimat ke-22 teks 14)
Analisis: terjadi kesalahan pada pembubuhan akhiran –kan pada
kata silah. Kata silah dalam bahasa Indonesia tidak ada, tetapi yang
3 R. Kunjana Rahardi, Kasus-Kasus Kebahasaan dalam Karya Tulis Ilmiah, (Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya, 2010), Cet. I, h. 47
87
benar adalah kata sila. Apabila akhiran –kan dibubuhi pada kata
dasar sila menjadi kata silakan bukan silahkan.
6) Silahkan duduk, Bu … (kalimat ke-22 teks 16)
Analisis: terjadi kesalahan pada pembubuhan akhiran –kan pada
kata silah. Kata silah dalam bahasa Indonesia tidak ada, tetapi yang
benar adalah kata sila. Apabila akhiran –kan dibubuhi pada kata
dasar sila menjadi kata silakan bukan silahkan.
7) Silahkan duduk Pak. (kalimat ke-12 teks 21)
Analisis: terjadi kesalahan pada pembubuhan akhiran –kan pada
kata silah. Kata silah dalam bahasa Indonesia tidak ada, tetapi yang
benar adalah kata sila. Apabila akhiran –kan dibubuhi pada kata
dasar sila menjadi kata silakan bukan silahkan.
8) Ibu silahkan datang besok lagi ya Bu. (kalimat ke-16 teks 28)
Analisis: terjadi kesalahan pada pembubuhan akhiran –kan pada
kata silah. Kata silah dalam bahasa Indonesia tidak ada, tetapi yang
benar adalah kata sila. Apabila akhiran –kan dibubuhi pada kata
dasar sila menjadi kata silakan bukan silahkan.
f. Pemakaian Imbuhan Gabung (Konfiks) yang Salah
1) Imbuhan Gabung (Konfiks) ke-an yang salah
a) Lalu kapan kita bisa ketemuan untuk mengambil suratnya, Pak?
(kalimat ke-30 teks 2)
Analisis: terjadi kesalahan pemakaian imbuhan gabung ke-an
pada kata ketemuan. Kata ketemuan tidak baku, kata yang
dimaksud adalah kata bertemu, jadi imbuhan gabung ke-an
yang dibubuhkan pada kata dasar temu itu tidak tepat. Kata
yang seharusnya dipakai adalah kata bertemu, yang
menggunakan awalan ber- yang dibubuhkan pada kata dasar
temu menjadi bertemu.
b) Ke esokan harinya. (kalimat ke-14 teks 7)
Analisis: terjadi kesalahan pada pembubuhan imbuhan gabung
ke-an pada kata ke esokan. Imbuhan gabung ke-an yang
88
dibubuhkan pada kata dasar esok harus ditulis gabung menjadi
keesokan karena ke pada kata keesokan itu bukan preposisi,
tetapi bagian dari imbuhan gabung ke-an yang harus ditulis
gabung dengan kata dasar yang mengikutinya.
c) Baiklah, ketemuan di TKP ya, Bu. (kalimat ke-14 teks 13)
Analisis: terjadi kesalahan pemakaian imbuhan gabung ke-an
pada kata ketemuan. Kata ketemuan tidak baku, kata yang
dimaksud adalah kata bertemu, jadi imbuhan gabung ke-an
yang dibubuhkan pada kata dasar temu itu tidak tepat. Kata
yang seharusnya dipakai adalah kata bertemu, yang
menggunakan awalan ber- yang dibubuhkan pada kata dasar
temu menjadi bertemu.
2) Imbuhan Gabung (Konfiks) di-kan yang salah
a) … kira-kira harga yang di pasarkan berapa ya, Pak? (kalimat
ke-10 teks 3)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian imbuhan gabung
di-kan pada kata di pasarkan. Penulisan yang benar adalah
dipasarkan. Pembubuhan imbuhan gabung di-kan harus ditulis
gabung dengan kata yang dibubuhinya karena di pada kata
dipasarkan bukan preposisi, tetapi bagian imbuhan gabung di-
kan.
b) Saya bertujuan untuk membeli tanah tersebut, kira-kira harga
yang di pasarkan berapa ya Mas? (kalimat ke-9 teks 4)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian imbuhan gabung
di-kan pada kata di pasarkan. Penulisan yang benar adalah
dipasarkan. Pembubuhan imbuhan gabung di-kan harus ditulis
gabung dengan kata yang dibubuhinya karena di pada kata
dipasarkan bukan preposisi, tetapi bagian imbuhan gabung di-
kan.
c) Tetapi apa sudah tidak bisa di negosiasikan lagi? (kalimat ke-
21 teks 8)
89
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian imbuhan gabung
di-kan pada kata di negosiasikan. Penulisan yang benar adalah
dinegosiasikan. Pembubuhan imbuhan gabung di-kan harus
ditulis gabung dengan kata yang dibubuhinya karena di pada
kata dinegosiasikan bukan preposisi, tetapi bagian imbuhan
gabung di-kan.
3) Imbuhan Gabung (Konfiks) di-i yang salah
a) Tidak bisa di kurangi Bil? (kalimat ke-46 teks 5)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian imbuhan gabung
di-i pada kata di kurangi. Imbuhan gabung di-i yang dibubuhi
pada kata dasar kurang menjadi dikurangi. Penulisannya tidak
diberi spasi karena di bukan preposisi, tetapi bagian dari
imbuhan gabung di-i.
b) Ya, mungkin bisa di kurangi sedikit … (kalimat ke-52 teks 5)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian imbuhan gabung
di-i pada kata di kurangi. Pembubuhan imbuhan gabung di-i
pada kata dasar kurang menjadi dikurangi. Penulisannya tidak
diberi spasi karena di bukan preposisi, tetapi bagian dari
imbuhan gabung di-i yang harus ditulis gabung dengan kata
dasar yang dibubuhinya.
c) … ada seorang direktur yang di temani seorang sekretaris …
(kalimat ke-1 teks 6)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian imbuhan gabung
di-i pada kata di temani. Pembubuhan imbuhan gabung di-i
pada kata dasar teman, seharusnya ditulis gabung menjadi
ditemani karena di pada kata ditemani bukan preposisi, tetapi
bagian dari imbuhan gabung di-i.
d) … dengan harga yang sudah di sepakati mereka. (kalimat ke-
21 teks 6)
Analisis: terjadi kesalahan pada pemakaian imbuhan gabung
di-i pada kata di sepakati. Penulisan yang benar adalah
90
disepakati karena di bukan preposisi, tetapi bagian dari
imbuhan gabung di-i. Penulisan imbuhan gabung di-i harus
ditulis gabung dengan kata dasar yang dibubuhinya.
4) Imbuhan Gabung (Konfiks) diper- yang salah
Bahasa Indonesia tidak mengenal imbuhan diper-an, tetapi
imbuhan ini diterapkan pada kata yang salah berikut ini, jadi
penulis menggolongkannya sebagai kesalahan pemakaian imbuhan
gabung diper-.
a) Lalu saat diperjalanan … (kalimat ke-2 teks 11)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di-. Kata
perjalanan menunjukkan keterangan. Penulisan yang tepat
yaitu memakai preposisi di yang ditulis di perjalanan dengan
memberi spasi dengan kata yang mengikuti preposisinya.
b) … ada seorang warga negara asing yang sedang diperjalanan.
(kalimat ke-1 teks 25)
Analisis: terjadi kesalahan dalam pemakaian awalan di- pada
kata diperjalanan. Kata di perjalanan menunjukkan
keterangan, jadi yang benar adalah menggunakan preposisi di
bukan awalan di-. Penulisan yang benar adalah di perjalanan
karena preposisi di harus diberi spasi dengan kata yang
mengikutinya.
D. Interpretasi Data
1. Hasil Wawancara
Transkrip wawancara lengkap bisa dilihat pada lampiran. Hasil
wawancara dengan guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas,
menunjukkan bahwa guru tidak merasa kesulitan untuk mengajarkan siswa
mengenai kata berimbuhan. Berdasarkan penuturan guru, siswa di kelas bisa
memahami saat diajarkan mengenai kata berimbuhan dan teks negosiasi, tetapi
siswa sering lupa. Jadi, ketika ditanyakan kembali pada pertemuan selanjutnya
mereka akan lupa dan salah ketika menjawab soal latihan. Guru mengatakan
91
bahwa siswa harus selalu diingatkan kembali mengenai kaidah pembentukan
kata berimbuhan karena kata berimbuhan diguanakan di seluruh jenis teks
yang diajarkan di kelas.
2. Hasil Jawaban dari Soal
Ada 26 siswa yang menjawab soal tentang kata berimbuhan dan teks
negosiasi bisa dilihat pada lampiran. Soal tersebut berisi 35 soal memilih dua
pilihan mengenai kata berimbuhan dan 5 soal pilihan ganda mengenai teks
negosiasi. Dari 26 siswa yang menjawab rata-rata nilai mereka yaitu 7,93.
Perhitungan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Nilai Soal Kata Berimbuhan dan Teks Negosiasi
No. Teks Nilai
1 8
2 7
3 7,75
4 8,25
5 7
6 7
7 8,5
8 8,25
9 9
10 8,75
11 8,25
12 8,25
13 8,5
14 8,25
15 7,5
16 6,5
17 8,5
18 8,5
92
Rata-rata=
= 7,93
3. Hasil Penelitian Berupa Data Kesalahan dalam Teks
Negosiasi
Berdasarkan analisis data diperoleh 30 teks negosiasi yang telah dibuat
oleh siswa. Kesalahan penulisan kata berimbuhan ditemukan pada 29 teks
negosiasi siswa. Interpretasi dari data yang telah diperoleh sebagai berikut:
a. Terdapat kesalahan pemakaian awalan (Prefiks) di- sebanyak 52
kesalahan dengan persentase 50%.
b. Terdapat kesalahan pemakaian awalan (Prefiks) ke- sebanyak 28
kesalahan dengan persentase 26,92%.
c. Terdapat kesalahan pemakaian awalan (Prefiks) me- sebanyak 2
kesalahan dengan persentase 1,92%.
d. Terdapat kesalahan pemakaian akhiran (Sufiks) –i sebanyak 2
kesalahan dengan persentase 1,92%.
e. Terdapat kesalahan pemakaian akhiran (Sufiks) –kan sebanyak 8
kesalahan dengan persentase 7,69%.
f. Terdapat kesalahan pemakaian imbuhan gabung (Konfiks) sebanyak
12 kesalahan dengan persentase 11,53%.
19 6,25
20 7
21 7
22 7,5
23 8,75
24 8,5
25 8,75
26 8,75
Jumlah 206, 25
93
Tabel 4.2 Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
Awalan (Prefiks)
No. Bentuk
Dasar
Imbuhan Awal (Prefiks) Pembentukan
Kata yang
Salah
Pembentukan
Kata yang
Benar
me- ber
-
di- ter- pe- per
-
se- ke
-
1 rumah √ dirumahnya di rumahnya
2 rumah √ dirumah di rumah
3 negosiasi √ di nego dinegosiasi
4 belah √ disebelah di sebelah
5 mana √ dimana di mana
6 jual √ di jual dijual
7 jual √ di jual dijual
8 sini √ disini di sini
9 sini √ disini di sini
10 sana √ disana di sana
11 sana √ disana di sana
12 belakang √ dibelakang di belakang
13 mana √ dimana di mana
14 pilih √ di pilih-pilih dipilih-pilih
15 rumah √ dirumah di rumah
16 telepon √ ditelepon di telepon
17 wilayah √ diwilayah di wilayah
18 rumah √ dirumah di rumah
19 sini √ disini di sini
20 sini √ disini di sini
21 negosiasi √ dinego dinegosiasi
22 samping √ disamping di samping
23 mana √ dimana di mana
24 mana √ dimana di mana
25 sana √ disana di sana
94
26 kawasan √ dikawasan di kawasan
27 sana √ disana di sana
28 sana √ disana di sana
29 sana √ disana di sana
30 sana √ disana di sana
31 tempat √ ditempat di tempat
32 jalan √ dijalan di jalan
33 jalan √ dijalan di jalan
34 mana √ dimana di mana
35 jalan √ dijalan di jalan
36 rumah √ dirumah di rumah
37 sini √ disini di sini
38 mana √ dimana di mana
39 jalan √ dijalan di jalan
40 jalan √ dijalan di jalan
41 mana √ dimana di mana
42 kitar √ disekitar di sekitar
43 dalam √ didalamnya di dalamnya
44 mana √ dimana di mana
45 sana √ disana di sana
46 jalan √ dijalan di jalan
47 jalan √ dijalan di jalan
48 mana √ dimana di mana
49 daerah √ didaerah di daerah
50 café √ dicafe di cafe
51 café √ dicafe di cafe
52 daerah √ didaerah di daerah
53 sini √ kesini ke sini
54 sini √ kesini ke sini
55 sini √ kesini ke sini
95
56 sini √ kesini ke sini
57 rumah √ kerumah ke rumah
58 sana √ kesana ke sana
59 sini √ kesini ke sini
60 sini √ kesini ke sini
61 sini √ kesini ke sini
62 sini √ kesini ke sini
63 kawasan √ kekawasan ke kawasan
64 sini √ kesini ke sini
65 rumah √ kerumah ke rumah
66 rumah √ kerumah ke rumah
67 rumah √ kerumah ke rumah
68 sana √ kesana ke sana
69 sini √ kesini ke sini
70 sini √ kesini ke sini
71 rumah √ kerumah ke rumah
72 rumah √ kerumah ke rumah
73 sana √ kesana ke sana
74 sini √ kesini ke sini
75 rumah √ kerumah ke rumah
76 rumah √ kerumah ke rumah
77 rumah √ kerumah ke rumah
78 rumah √ kerumah ke rumah
79 rumah √ kerumah ke rumah
80 rumah √ kerumah ke rumah
81 survei √ mensurvei menyurvei
82 hubung √ menghubung menghubungi
96
Tabel 4.3 Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan Akhir
(Sufiks)
Tabel 4.4 Format Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
Gabung (Konfiks)
No. Bentuk
Dasar
Imbuhan Gabung (Konfiks) Pembentukan
Kata yang Salah
Pembentukan
Kata yang Benar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 temu √ ketemuan bertemu (kata
‗ketemuan‘
dalam ragam
bahasa tidak
baku sama
artinya dengan
‗bertemu‘ )
2 esok √ ke esokan keesokan
3 temu √ ketemuan bertemu (kata
‗ketemuan‘
dalam ragam
No. Bentuk
Dasar
Imbuhan Akhir (Sufiks) Pembentukan
Kata yang Salah
Pembentukan
Kata yang Benar -kan -i -an -nya
1 kurang √ kurangin kurangi
2 kurang √ kurangin kurangi
3 sila √ silahkan silakan
4 sila √ silah kan silakan
5 antar kan √ antar kan antarkan
6 sila √ silahkan silakan
7 sila √ silahkan silakan
8 sila √ silahkan silakan
9 sila √ silahkan silakan
10 sila √ silahkan silakan
97
bahasa tidak
baku sama
artinya dengan
‗bertemu‘ )
4 pasar √ di pasarkan dipasarkan
5 pasar √ di pasarkan dipasarkan
6 negosiasi √ di negosiasikan dinegosiasikan
7 kurang √ di kurangi dikurangi
8 kurang √ di kurangi dikurangi
9 teman √ di temani ditemani
10 sepakat √ di sepakati disepakati
11 jalan √ diperjalanan di perjalanan
12 jalan √ diperjalanan di perjalanan
Keterangan:
1. pemakaian imbuhan gabung me-kan
2. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung di-kan
3. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung memper-i
4. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung ke-an
5. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung di-i
6. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung me-i
7. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung ber-an
8. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung se-nya
9. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung diper-
10. Kesalahan pemakaian imbuhan gabung per-an
98
Tabel 4.5 Frekuensi Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
(Afiksasi)/KPKB
No.
Kesalahan
Afiks
Nomor
Teks
Siswa
Kriteria Kesalahan Pembentukan
Kata Berimbuhan (Afiks)
Perbaikan
1 2 3 4 5 6
1 1 √ di rumahnya
2 1 √ di rumah
3 1 √ dinegosiasi
4 2 √ di sebelah
5 3 √ di mana
6 4 √ dijual
7 5 √ dijual
8 5 √ di sini
9 5 √ di sini
10 6 √ di sana
11 6 √ di sana
12 7 √ di belakang
13 9 √ di mana
14 9 √ dipilih-pilih
15 10 √ di rumah
16 10 √ di telepon
17 10 √ di wilayah
18 10 √ di rumah
19 10 √ di sini
20 10 √ di sini
21 10 √ dinegosiasi
22 11 √ di samping
23 11 √ di mana
24 12 √ di mana
25 14 √ di sana
99
26 15 √ di kawasan
27 15 √ di sana
28 15 √ di sana
29 16 √ di sana
30 16 √ di sana
31 16 √ di tempat
32 17 √ di jalan
33 17 √ di jalan
34 17 √ di mana
35 17 √ di jalan
36 18 √ di rumah
37 18 √ di sini
38 19 √ di mana
39 23 √ di jalan
40 23 √ di jalan
41 23 √ di mana
42 24 √ di sekitar
43 25 √ di dalamnya
44 25 √ di mana
45 25 √ di sana
46 26 √ di jalan
47 26 √ di jalan
48 26 √ di mana
49 27 √ di daerah
50 27 √ di cafe
51 27 √ di cafe
52 27 √ di daerah
53 1 √ ke sini
54 1 √ ke sini
100
55 1 √ ke sini
56 5 √ ke sini
57 7 √ ke rumah
58 7 √ ke sana
59 10 √ ke sini
60 10 √ ke sini
61 10 √ ke sini
62 10 √ ke sini
63 15 √ ke kawasan
64 16 √ ke sini
65 17 √ ke rumah
66 17 √ ke rumah
67 18 √ ke rumah
68 18 √ ke sana
69 18 √ ke sini
70 18 √ ke sini
71 19 √ ke rumah
72 19 √ ke rumah
73 20 √ ke sana
74 22 √ ke sini
75 23 √ ke rumah
76 23 √ ke rumah
77 24 √ ke rumah
78 26 √ ke rumah
79 26 √ ke rumah
80 28 √ ke rumah
81 6 √ menyurvei
82 14 √ menghubungi
83 9 √ kurangi
101
84 9 √ kurangi
85 1 √ silakan
86 1 √ silakan
87 5 √ antarkan
88 9 √ silakan
89 14 √ silakan
90 16 √ silakan
91 21 √ silakan
92 28 √ silakan
93 2 √ bertemu (kata
‗ketemuan‘
dalam ragam
bahasa tidak
baku sama
artinya dengan
‗bertemu‘ )
94 7 √ keesokan
95 13 √ bertemu (kata
‗ketemuan‘
dalam ragam
bahasa tidak
baku sama
artinya dengan
‗bertemu‘ )
96 3 √ dipasarkan
97 4 √ dipasarkan
98 8 √ dinegosiasikan
99 5 √ dikurangi
100 5 √ dikurangi
102
101 6 √ ditemani
102 6 √ disepakati
103 11 √ di perjalanan
104 25 √ di perjalanan
Jumlah 52 28 2 2 8 12 104
Keterangan Singkatan Kriteria Pembentukan Kata Berimbuhan:
1. Pemakaian Awalan di- yang Salah
2. Pemakaian Awalan ke- yang Salah
3. Pemakaian Awalan me- yang Salah
4. Pemakaian Akhiran –i yang Salah
5. Pemakaian Akhiran -kan yang Salah
6. Pemakaian Imbuhan Gabung yang Salah
Tabel 4.6 Persentase Kesalahan Pembentukan Kata Berimbuhan
(Afiksasi)/KPKB
No. Jumlah
Kesalahan
Afiksasi
dalam Teks
Kesalahan
Afiksasi
Frekuensi Persentase
1
104
Pemakaian Awalan
di- yang Salah 52 50%
2 Pemakaian Awalan
ke- yang Salah 28 26,92%
3 Pemakaian Awalan
me- yang Salah 2 1,92%
4 Pemakaian Akhiran
-i yang Salah 2 1,92%
5 Pemakaian Akhiran
-kan yang Salah 8 7,69%
103
6
Pemakaian
Imbuhan Gabung
yang Salah
12 11,53%
104
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data diperoleh simpulan bahwa dari 104 kalimat yang
terdapat kesalahan dari 29 teks negosiasi siswa kelas X semester genap di SMA
Negeri 1 Kota Tangerang Selatan tahun pelajaran 2015/2016 ditemukan kesalahan
kata berimbuhan yaitu sebagai berikut:
1. Terdapat kesalahan pemakaian awalan (Prefiks) di- sebanyak 52 kesalahan
dengan persentase 50%.
2. Terdapat kesalahan pemakaian awalan (Prefiks) ke- sebanyak 28 kesalahan
dengan persentase 26,92%.
3. Terdapat kesalahan pemakaian awalan (Prefiks) me- sebanyak 2 kesalahan
dengan persentase 1,92%.
4. Terdapat kesalahan pemakaian akhiran (Sufiks) –i sebanyak 2 kesalahan
dengan persentase 1,92%.
5. Terdapat kesalahan pemakaian akhiran (Sufiks) –kan sebanyak 8 kesalahan
dengan persentase 7,69%.
6. Terdapat kesalahan pemakaian imbuhan gabung (Konfiks) sebanyak 12
kesalahan dengan persentase 11,53%.
B. Saran
Berdasarkan simpulan tersebut saran untuk guru bahasa Indonesia agar
membiasakan siswa untuk berlatih dalam menggunakan ragam bahasa lisan
seperti teks negosiasi yang harus memerhatikan kaidah penulisannya salah
satunya kata berimbuhan agar siswa lebih baik lagi.
105
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Alek dan Ahmad HP. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga, Cet. I, 2013.
Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
dan Balai Pustaka, Edisi 3, Cet. V, 2003.
Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo, Cet. 1, 1995.
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, Edisi Revisi, Cet. IV,
2012.
______. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka
Cipta, Cet. I, 2008.
______. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, Edisi
Revisi, Cet. III, 2011.
Djojosuroto, Kinayati dan M. L. A. Sumaryati. Bahasa dan Sastra: Penelitian,
Analisis, dan Pedoman Apresiasi. Bandung: Nuansa Cendekia, Cet. IV,
2014.
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:
Rajawali Perd, Cet. VII, 2013.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi
Revisi, Cet. II, 2014.
Kesuma, Tri Mastoyo Jati. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta:
Carasvatibooks, Cet. I, 2007.
______. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Karangan. Yogyakarta: Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, 2004.
Kridalaksana, Harimurti. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Gramedia, Cet. V, 2009.
Lewicki, Roy J. Negotiation. New York: The McGraw-Hill Companies, Cet. IV,
1999.
Lomas, Brian. Kiat Sukses Bernegosiasi, terj. dari Negotiating for Succes oleh
Eddy Zainury. Jakarta: Ina Publikatama, Cet. I, 2008.
106
Lumumba, Patrice. Negosiasi dalam Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha
Ilmu, Cet. I, 2013.
Mahsun. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. V, 2011.
Matanggui, Junaiyah H. dan E. Zaenal Arifin. Analisis Kesalahan Berbahasa
Indonesia. Tangerang: Pustaka Mandiri, Cet. I, 2014.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, Edisi Revisi, Cet. XXXII, 2014.
Mulyana. Kajian Wacana: Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis
Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana, Cet. I, 2005.
Muslich, Masnur. Tata Bentuk Bahasa Indonesia, Kajian ke Arah Tata Bahasa
Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IV, 2013.
Nasution, M. Dj. Yayah B. Lumintaintang, S. R. H. Sitanggang, dkk. Bahan
Penyuluhan Bahasa Indonesia Melalui Radio. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa, Cet. I, 1985.
Parera, Jos Daniel. Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa,
Analisis Konstratif antarbahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta:
Erlangga, Edisi 2, Cet. I, 1997.
______. Morfologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Cet. IV, 2007.
Poerwadarminta, W. J. S. Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang.
Yogyakarta: Kanisius, Cet. I, 1967.
Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, Edisi 4, Cet. I, 2008.
______. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Pustaka Setia, Cet. I,
2012.
Raford, Andrew, dkk. Linguistics: an Introduction. Cambridge: Cambridge
University Press, Edisi 2, Cet. I, 2009.
Rahardi, R. Kunjana. Kasus-Kasus Kebahasaan dalam Karya Tulis Ilmiah.
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, Cet. I, 2010.
107
Ramlan, M. I Dewa Putu Wijana, Yohanes Tri Mastoyo, dkk. Bahasa Indonesia
yang Salah dan yang Benar. Yogyakarta: Andi Offset, Ed. 2, Cet. I, 1992.
Ramlan, M. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: U. P. Karyono,
Cet. IV, 1980.
Samarin, William J. Field Linguistics: A Guide to linguistics Field Work. USA:
Holt, Rinehart and Winston, Inc., 1967.
Sidu, La Ode. Sintaksis Bahasa Indonesia. Kendari: Universitas Haluoleo, Cet. I,
2013.
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif:
Tatalangkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data, terj. dari Basics of
Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and Techniques oleh
Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Cet. III, 2009.
Sudarno. Morfofonemik Bahasa Indonesia. Jakarta: Arikha Media Cipta, Cet. I,
1990.
Sudaryanto. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian
Wahana Kebuadayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma
University Press, Cet. I, 2015.
Sudjiono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, Cet.
XIII, 2013.
Sugihastuti. Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I, 2006.
Sugono, Dendy. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT. Priastu, Edisi 2,
1989.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, Cet. VI, 2010.
Suparno, Darsita. Morfologi Bahasa Indonesia. Ciputat: UIN Press, Cet. I, 2015.
Tadjuddin, Moh. Bahasa Indonesia; Bentuk dan Makna. Bandung: Alumni, Cet. I,
2013.
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. Pengajaran Analisis Kesalahan
Berbahasa. Bandung: Angkasa, Cet. I, 1988.
108
Vandevelde, Pol. The Task of The Interpreter: Text, Meaning, and negotiation.
Pittsburgh: University of Pittsburgh Press, Cet. I, 2005.
Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian:Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia, Cet. II, 2015.
\
Instrumen Penelitian untuk Guru
1. Siapakah nama Ibu?
2. Sudah berapa lama Ibu mengajar?
3. Apa saja jenjang pendidikan yang pernah Ibu ajar?
4. Di manakah Ibu menempuh pendidikan?
5. SK pertama diperoleh pada tahun berapa? Pertama kali mengajar di daerah
mana?
6. Tahun berapakah ibu mengajar di sekolah ini?
7. Mata pelajaran apa saja yang Ibu pernah ajarkan kepada siswa?
8. Apakah pangkat PNS Ibu pada saat ini?
9. Apakah guru telah mengajarkan siswa mengenai pembentukan kata
berimbuhan?
10. Sejauh mana siswa memahami pembentukan kata berimbuhan?
11. Apakah siswa telah mampu menggunakan kata berimbuhan dengan benar?
12. Apa kesulitan guru dalam mengajarkan siswa dalam menggunakan kata
berimbuhan yang benar?
13. Apa saja faktor yang bisa menyebabkan siswa sering menggunakan kata
berimbuhan yang salah?
14. Apakah penggunaan kata berimbuhan masuk ke dalam marteri pelajaran di
kelas X?
15. Bagaimana siswa bisa menerapkan kaidah pembentukkan kata berimbuhan
dalam penulisan sebuah teks?
16. Apa saja jenis imbuhan yang sering kali salah dalam penggunaannya oleh
siswa?
17. Bagaimana cara guru mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan siswa dalam
memakai kata berimbuhan?
18. Bagaimana cara guru membantu siswa untuk memperbaiki kesalahan dalam
menggunakan kata berimbuhan?
19. Apakah cara tersebut efektif dalam memperbaiki kesalahan penggunaan kata
berimbuhan?
20. Apakah siswa telah diajarkan mengenai penulisan teks negosiasi?
21. Apa manfaat teks negosiasi dalam kehidupan siswa?
22. Seberapa penting teks negosiasi diajarkan kepada siswa?
23. Apakah siswa telah memahami struktur dan kaidah penulisan teks negosiasi?
24. Apakah siswa mampu memproduksi teks negosiasi yang sesuai dengan
struktur dan kaidah teks negosiasi?
25. Apakah pemakaian kata berimbuhan penting dalam negosiasi untuk siswa?
26. Sejauh ini apakah siswa telah menggunakan kata berimbuhan dalam teks
negosiasi dengan benar?
27. Apakah siswa mengalami kesulitan dalam memahami teks negosiasi?
Mengapa?
28. Bagaimana cara guru mengidentifikasi kesulitan yang dialami siswa dalam
memahami teks negosiasi?
29. Bagaimana cara guru membantu siswa dalam mengatasi kesulitan memahami
teks negosiasi?
30. Apakah cara tersebut efektif dalam membantu siswa mengatasi kesulitannya
memahami teks negosiasi?
Transkrip Wawancara dengan Guru
1. Chusna Wardaty, S. Pd.
2. 29 tahun
3. Kelas X, XI, dan XII
4. D3 di IKIP Malang dan S1 di STKIP Jakarta
5. SK pertama diperoleh pada tahun 1987, pertama kali mengajar di
Probolinggo, Jawa Timur SMA Negeri 2.
6. Mengajar di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan pada tahun 1993.
7. Mulai awal sampai sekarang Bahasa Indonesia.
8. Pangkat PNS golongan IV A.
9. Kata berimbuhan sudah pernah diajarkan.
10. Hanya pada awalan dan akhiran yang dari bahasa Indonesia dan bahasa asing
sebagian.
11. Ada yang sudah mampu ada yang belum, tetapi kebanyakan belum.
12. Kesulitan dalam mengajarkan kata berimbuhan itu anak-anak tidak, atau apa
tuh, kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia tidak cepat dimengerti, jadi
misalnya ada awalan me- ada kata dasar dapat nah tuh dia seperti apa, apa
lagi awalan me- lalu ada kata asing pada belum mengerti.
13. Karena banyak contoh dari pejabat, kadang-kadang ada contoh dari pejabat
kata-kata yang dipakai itu dianggapnya benar padahal itu tidak sesuai dengan
kaidah penulisan kata berimbuhan yang benar.
14. Kelas X untuk kurikulum 2013 ada, kelas XI ada, kelas XII ada juga, jadi
semuanya ada kelas X, XI, XII, tetapi tetap saja banyak yang salah.
15. Itu kalau, kalau anak mau benar harus diingatkan lebih dulu, jadi kalau dia
mendadak langsung begitu belum bisa anak-anak, belum terbiasa atau belum
otomatis terutama dari bahasa asing.
16. Jenis imbuhan yang sering kali salah itu awalan me-, awalan ber-, sama
imbuhan dari asing atau kata asing.
17. Dengan cara dites dan abis itu dikoreksi tesnya, hasilnya, jadi harus dites
dulu, dikoreksi hasilnya, lalu baru diingatkan ke anaknya, disampaikanlah ke
anaknya kesalahannya itu.
18. Kalau membantu siswa itu biasanya dengan cara suruh lihat kaidahnya, suruh
lihat buku yang berhubungan dengan kaidah penulisan kata serapan dan kata
berimbuhan, baca ulang tentang kaidah-kaidahnya dan contohnya barulah
diharapkan anak-anak itu bisa mengerti.
19. Kalau menurut ibu sih, tergantung anaknya, anaknya mau enggak tuh baca
he..he.. siswanya mau tidak suruh baca lagi kaidahnya. Kadang-kadang
kaidahnya sudah suruh baca, tapi enggak mengerti.
20. Ya sudah.
21. Kalau untuk kehidupan siswa itu melatih dia berbahasa santun dan melatih
siswa untuk berpikir dan menghargai temannya, lawan bicaranya.
22. Teks negosiasi itu sangat penting karena setiap dari kehidupan itu pasti ada
negosiasi, ada bertukar pikiran, menyamakan pendapat, menyamakan
persepsi, jadi bukan hanya untuk bisnis saja, tapi untuk kehidupan sosial juga
ada.
23. Kalau secara otomatis sih tidak, jadi harus tetap diingatkan lagi, supaya ingat
lagi. Jadi kadang-kadang sudah diajarkan tapi kadang-kadang ingatannya
ilang lagi.
24. Ya kalau harapannya sih sudah bisa, tapi hasil nyatanya ya memang masih
belum bisa diharapkan maksimal karena yang biasanya sering salah itu ada di
kata sapaan, penulisan kata sapaan, dan penulisan ejaan, dan penulisan tanda
baca.
25. Kalau kata berimbuhan, kan setiap teks harus memuat kata berimbuhan juga,
jadia ya penting.
26. Kalau, iya sih sudah mulai benar.
27. Tidak, tidak mengalami kesulitan
28. Melakukan tes kemudian mengoreksi tes tersebut.
29. Kalau ada yang belum memahami, ya pembimbingan ulang, maksudnya itu
guru menjelaskan lagi, lalu kalau gurunya dia belum bisa, ya berarti, ya
mungkin temannya bisa lebih menjelaskan kepada siswa yang belum bisa,
jadi tutor sebaya.
30. Ya, itu biasanya lebih evektif.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/2
Materi Pokok : Teks Negosiasi
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (1 x pertemuan)
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan
proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1 Memahami struktur dan kaidah teks negosiasi baik melalui lisan maupun
tulisan.
1. Dapat menemukan struktur teks negosiasi dan diungkapkan secara lisan.
2. Dapat menemukan ciri bahasa dan pemakaian kata berimbuhan dalam
teks negosiasi.
3. Dapat menjawab pertanyaan tentang teks negosiasi
4.2 Memproduksi teks negosiasi yang koheren sesuai dengan karakteristik teks
yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan.
1. Dapat memproduksi teks negosiasi dengan pemakaian kata berimbuhan
yang benar dan sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat secara
tulisan.
2. Dapat menyampaikan ringkasan isi teks negosiasi.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran peserta didik mampu:
1. Memahami dan menentukan struktur serta kaidah bahasa teks negosiasi.
2. Memproduksi teks negosiasi dengan pemakaian kata berimbuhan yang
baik dan benar.
D. Materi Pembelajaran
1. Prinsip: Memahami struktur dan kaidah bahasa, pemakaian kata
berimbuhan dalam teks, serta memproduksi teks negosiasi.
2. Konsep:
1. Pengenalan struktur isi teks, pengenalan ciri bahasa, dan pemahaman
isi teks.
2. Langkah-langkah penulisan teks negosiasi sesuai dengan struktur teks
dan ciri bahasa.
3. Fakta: Teks negosiasi halaman 124 s.d 126
4. Prosedur: Struktur dan kaidah teks negosiasi, persamaan dan perbedaan,
serta langkah-langkah penulisan teks negosiasi.
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan: Saintifik
2. Model : Discovery learning
3. Metode: Ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, presentasi, dan
penugasan.
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media Pembelajaran : Teks “Negosiasi antara Karyawan dan
Pengusaha” (hlm. 124—126).
2. Alat Pembelajaran : Laptop dan infokus
3. Sumber Pembelajaran : Buku Siswa Bahasa Indonesia “Ekspresi Diri dan
Akademik Kelas X” halaman 124—126
G. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
a. Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan
kondisi siswa dan kelas.
b. Siswa merespon pertanyaan dari guru tentang keterkaitan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
c. Siswa menerima informasi tentang tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai.
d. Siswa mengamati model dan menerima penjelasannya untuk motivasi
belajar.
e. Siswa menyimak pencapaian cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti (160 menit)
Kegiatan Waktu
(menit)
Mengamati
a. Guru menjelaskan kaidah pembentukan kata berimbuhan,
struktur, kaidah bahasa, dan langkah-langkah penulisan
teks negosiasi dengan menggunakan lembar presentasi
power point.
b. Peserta didik membaca teks yang berjudul “Negosiasi
40
antara Karyawan dan Pengusaha” (hlm. 124—126) tentang
struktur dan kaidah teks negosiasi.
c. Peserta didik diarahkan untuk mencermati uraian yang
berkaitan dengan struktur dan kaidah teks tersebut.
Mempertanyakan
d. Peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanya jawab
tentang hal-hal yang berhubungan dengan isi bacaan dan
struktur serta kaidah teks yang belum dipahami.
e. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya jawab tentang hal-hal yang berhubungan dengan
kata berimbuhan dan memproduksi teks negosiasi.
10
Mengeksplorasi
f. Peserta didik mencari dari berbagai sumber informasi
tentang struktur dan kaidah teks negosiasi baik dari buku
dan sumber belajar.
g. Peserta didik menjawab soal yang diberikan oleh guru
sebanyak 40 butir soal berisi 35 soal memilih dua kata
berimbuhan yang benar dan yang salah, dan 5 soal
mengenai teks negosiasi kemudian mengumpulkannya
kepada guru.
45
Mengasosiasi
h. Peserta didik diarahkan untuk membuat kelompok yang
terdiri dari 5 orang.
i. Peserta didik dan guru mendiskusikan tentang struktur dan
kaidah teks negosiasi.
j. Peserta didik menentukan struktur dan kaidah teks
negosiasi yang telah dibaca pada buku pegangan siswa
secara berkelompok.
k. Peserta didik mendiskusikan kata berimbuhan dan langkah-
langkah penulisan teks negosiasi.
15
3. Kegiatan Penutup (10 menit)
a. Dengan sikap tanggung jawab, peduli, jujur, dan santun siswa
bersama guru menyimpulkan pembelajaran.
b. Dengan sikap santun dan jujur, siswa mengidentifikasi hambatan-
hambatan yang dialami saat memahami struktur dan kaidah teks
negosiasi.
c. Dengan sikap jujur dan santun, siswa menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru.
d. Dengan sikap peduli dan santun siswa mendengarkan umpan balik
dan penguatan dari guru mengenai struktur dan kaidah serta
membandingkan teks negosiasi.
e. Dengan sikap peduli dan santun siswa mendengarkan umpan baik dan
penguatan dari guru mengenai memproduksi teks negosiasi dengan
memakai kata berimbuhan yang benar.
f. Dengan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun siswa
menyimak informasi mengenai rencana kegiatan pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya.
Mengomunikasi
l. Peserta didik menuliskan laporan kerja kelompok tentang
menentukan struktur dan kaidah teks negosiasi yang akan
diserahkan kepada guru.
m. Peserta didik perwakilan dari setiap kelompok
membacakan hasil kerja kelompok secara bergiliran di
depan kelas dan peserta didik lain memberikan tanggapan.
n. Peserta didik memproduksi teks negosiasi yang koheren
sesuai dengan karakteristik teks dengan memerhatikan
pemakaian kata berimbuhan yang sesuai dengan kaidah
yang telah diajarkan.
o. Peserta didik menyerahkan teks negosiasi yang memakai
kata berimbuhan kepada guru.
50
H. Penilaian
1. Penilaian Sikap
a) Teknik: Nontes
b) Bentuk: Pengamatan sikap
c) Instrumen: Lembar pengamatan sikap
Instrumen
No. Nama
Siswa
Religius Jujur Disiplin Responsif
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
2
3
4
5
…
Rubrik
Rubrik Skor
1 2 3 4
BT MT MB MK
1. Berdoa sebelum mengerjakan tugas dan
menunjukkan sikap religi lainnya selama
kegiatan belajar mengajar (religius).
2. Tidak menjiplak pada kegiatan memahami
struktur dan kaidah teks dan memproduksi teks
negosiasi dengan memperhatikan pemakaian
kata berimbuhan yang benar. (jujur).
3. Tepat waktu, menaati aturan dalam
menyelesaikan tugas dan mengikuti
pembelajaran dengan tertib (disiplin).
4. Merespon hal-hal yang disampaikan dalam isi
teks negoisasi dan menggunakan kata-kata yang
santun dan tidak menyinggung perasaan orang
lain (responsif).
Keterangan:
BT : Belum Tampak
MT : Mulai Tampak
MB : Mulai Berubah
MK : Makin Konsisten
Penilaian Pengetahuan
A. Teknik: Tulis dan Teknik Lisan
B. Bentuk: Jawaban singkat
Instrumen
Tes Tulis
1) Tentukanlah struktur teks “Negosiasi antara Karyawan dan Pengusaha”!
Tes Lisan
1) Bacalah hasil analisis struktur dari teks yang telah dibaca!
Kunci Jawaban
Negoisasi anatara Karyawan dan Pengusaha
Setelah para karyawan sebuah perusahaan di bidang elektronika
melakukan aksi mogok kerja dengan melakukan demonstrasi di depan kantor
perusahaan, akhirnya wakil perusahaan itu menerima wakil para karyawan untuk
berdialog. Dialog itu dijaga oleh sejumlah petugas keamanan. Sementara itu
berates-ratus karyawan masih berdemonstrasi di depan kantor perusahaan.
1. Wakil karyawan : Selamat sore, Pak.
2. Wakil perusahaan : Selamat sore. Mari, silakan duduk.
3. Wakil karyawan : Ya, terima kasih.
4. Wakil perusahaan : Saya, Hadi Winoto, wakil dari perusahaan. Anda siapa?
5. Wakil karyawan : Saya Suparmin, yang dipercaya teman-teman untuk
menemui pimpinan.
(mereka bersalaman)
6. Wakil perusahaan : Sebenarnya, apa yang terjadi? Semua karyawan di
perusahaan ini melakukan demonstrasi. Kalau begini caranya, perusahaan
bisa bangkrut dan karyawan bisa di-PHK.
7. Wakil karyawan : Tidak ada apa-apa, Pak. Kami hanya ingin memperbaiki
nasib dan hidup layak.
8. Wakil perusahaan : Maksudnya?
9. Wakil karyawan : Ya, pasti Bapak tahu. Kami, karyawan, sudah bekerja
keras dengan perusahaan. Tetapi, kami merasa kurang mendapatkan imbalan
yang pantas. Kami tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari hanya
dengan uang Rp2.000.000,00 sebulan. Paling tidak, kami menerima upah
sebesar Rp3.000.000,00.
10. Wakil perusahaan : Itu tidak mungkin. Perusahaan sudah menanggung beban
terlalu berat. Listrik naik, bahan bakar naik, dan biaya operasional lain juga
naik. Kenaikan UMP (Upah Minimun Provinsi) belum bisa naik sekarang.
11. Wakil karyawan : Kalau begitu, kami tetap akan melakukan aksi mogok
kerja sampai tututan kami dipenuhi.
12. Wakil perusahaan : Tidak boleh demikian. Kita harus mencari jalan tengah.
13. Wakil karyawan : Lalu, bagaimana?
14. Wakil perusahaan : Saya akan mengusulkan kenaikan tersebut kepada direksi.
Perusahaan hanya mampu menaikkan UMP sampai Rp2.400.000,00. Tidak
lebih dari itu. Anda sendiri tahu bahwa pada situasi global ini perusahaan
mana pun mengalami kesulitan.
15. Wakil karyawan : Tidak bisa, Pak. Ini kota Jakarta, Pak. Semua harus dibeli
dengan uang. Ya, tolong diusahakan bagaimana caranya agar kami dapat
hidup layak. Paling tidak kami menerima gaji sebesar Rp2. 800.000,00.
16. Wakil perusahaan : Nanti saya akan mengusulkan ke direksi sebesar
Rp2.600.000,00.
17. Wakil karyawan : Tapi, usahakan lebih, Pak. Kami akan bekerja lebih keras
lagi.
18. Wakil perusahaan : Baiklah, akan saya coba. Tolong dikendalikan teman-
teman karyawan dan sampaikan kepada mereka mulai besok semua karyawan
harus masuk kerja kembali. Karyawan yang mogok kerja akan kena sanksi.
19. Wakil karyawan : Baik, Pak. Terima kasih. Boleh saya keluar.
20. Wakil perusahaan : Ya, silakan.
21. Wakil karyawan : Ya, terima kasih. Selamat sore.
22. Wakil perusahaan : Selamat sore.
(Mereka bersalaman)
Ketika Suparmin keluar dari kantor perusahaan, dia disambut oelh teman-
temannya. Dia lalu menyampaikan hasil dialog dengan wakil perusahaan bahwa
UMP mereka diusulkan naik paling tidak sebesar Rp2.600.000,00.
1) Struktur Teks
No Struktur Teks Negoisasi Nomor Tuturan/Letak
1 Judul Kalimat atau Klausa di atas dialog
2 Narasi Paragraf yang letaknya di bawah judul
1 Salam pembuka 1 dan 2
2 Perkenalan 4 dan 5
3 Tujuan datang 9
4 Negosiasi 10—16
5 Kesepakatan 17—19
6 Salam penutup 20—22
7 Epilog Paragraf terakhir
2) Siswa yang menjadi salah satu perwakilan kelompok membacakan hasil
diskusi kelompoknya.
Pedoman Penskoran
No. Aspek dan Kriteria Skor Skor Maksimal
1. Tes Tulis
1) Tujuh jawaban benar
2) Enam jawaban benar
3) Lima jawaban benar
7
6
5
7
4) Empat jawaban benar
5) Tiga jawaban benar
6) Dua jawaban benar
7) Satu jawaban benar
8) Tidak ada jawaban yang
benar
4
3
2
1
0
2. Tes Lisan
1) Tujuh jawaban benar
2) Enam jawaban benar
3) Lima jawaban benar
4) Empat jawaban benar
5) Tiga jawaban benar
6) Dua jawaban benar
7) Satu jawaban benar
8) Tidak ada jawaban yang
benar
7
6
5
4
3
2
1
0
7
Jumlah skor maksimal 14
Nilai=skor/skor maksimal x 4 14 x 4= 4
14
LAMPIRAN FOTO PENELITIAN
RIWAYAT PENULIS
Putri Anggraeni Ruminto, lahir di Jakarta, 4 Juli 1993.
Menamatkan pendidikan dasar di SDN Cipancuh 1,
melanjutkan ke SMP Negeri 1 Haurgeulis. Kemudian,
melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di SMA Negeri 1
Anjatan Indramayu. Pada tahun 2012, ia meneruskan
pendidikannya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Anak dari Ito dan Siti Romlah ini merupakan sulung
dari tiga bersaudara. Ia menghabiskan masa kecilnya di
kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Adik pertamanya bernama Ilhamulloh Dwi
Ruminto, yang kedua bernama Ismawati Rizqia Ruminto. Semasa menuntut ilmu
di perguruan tinggi, ia juga menambah pengalaman mengajarnya baik di lembaga
bimbingan belajar maupun privat ke beberapa siswa dari jenjang sekolah dasar
sampai sekolah menengah. Ia juga pernah magang sebagai editor di penerbit Al
Mawardi dan GIP pada tahun 2015.