Kesalahan-Kesalahan Dalam Berbahasa Indonesia
description
Transcript of Kesalahan-Kesalahan Dalam Berbahasa Indonesia
5/13/2016 KesalahanKesalahan dalam Berbahasa Indonesia
http://blogdivapress.com/dvp/kesalahandalamberbahasaindonesia/ 1/5
Kesalahan-Kesalahan dalam Berbahasa Indonesiayang Perlu Ditinjau Ulang
Home » Dunia Menulis » Kesalahan-Kesalahan dalam Berbahasa Indonesia yang Perlu
Ditinjau Ulang
posted by admin April 25, 2016 Dunia Menulis
Pagi, DIVAmate.
Ayo kita #RabuEditing
\(´?`)/ \(´?`)/ \(´?`)/ \(´?`)/ \(´?`)/
Karena setiap penulis sejatinya adalah editor pertama bagi karyanya #RabuEditing
Pekan lalu, Indonesia kembali kehilangan salah satu tokoh yang telah berjasa besar dalam
perkembangan dan kemajuan bahasa Indonesia. Yus Badudu, atau kita lebih mengenalnya
sebagai J.S. Badudu, telah berpulang, dengan meninggalkan karya-karya besar dalam bidang
kebahasaan. Lewat tangannya, telah lahir berbagai buku, makalah, kajian, artikel, dan tulisan
yang telah memperkaya bahasa Indonesia. Salah satu karyanya yang akan terkenang
senantiasa adalah buku ‘Inilah Bahasa Indonesia yang Benar,’ sebuah bunga rampai
kebahasaan. J.S Badudu, lewat tulisan-tulisannya telah berjuang menjaga, memperkaya, dan
mengembangkan bahasa Indonesia. Beliau adalah pahlawan pelindung bahasa Indonesia.
Maka, sungguh miris, jika perjuangan dan bakti para ahli bahasa itu malah kita rusak dengan
tulis4n al4y dan pelanggaran t3rHad4p eYd.
Dalam #RabuEditing hari ini, mari kita tinjau ulang kesalahan-kesalahan dalam berbahasa
Indonesia yang sering kita lakukan. Sejak tahun 1983, J.S Badudu telah menemukan
kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia yang ternyata masih sering kita lakukan saat
ini. Apa saja kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia menurut J.S. Badudu yang
masih sering kita lakukan itu?
(1) Kekeliruan menuliskan “di” sebagai kata depan dan “di-” sebagai awalan
Masih banyak dari kita yang keliru membedakan dan menuliskan “di” sebagai kata depan dan
“di-” sebagai awalan. Di media sosial, masih sering kita jumpai penulisan awalan “di-” yg
keliru, misalnya:
*Rotinya di makan Adik.
*Negara api di serang.
Begitu juga dalam iklan-iklan pinggir jalan, masih banyak penulisan awalan di- yang keliru:
*RUMAH DI JUAL
*TANAH DI SEWAKAN
Menurut J.S. Badudu, awalan di- hanya terdapat pada kata kerja (baik kata kerja yang
berakhiran -kan atau -i, maupun yang tanpa akhiran). Dalam hal ini, awalan di- harus SELALU
Terpopuler
7 Latihan Terbaik untuk ParaCalon Penulis Keren
Naskah Nonfiksi yang Kece SepertiApa Sih?
Dapur Penyuntingan SebuahRedaksi Penerbitan
7 Modal yang Harus DimilikiSeorang Calon Penulis
Tips Praktis Agar CepatMenyelesaikan Naskah
Embed View on Twitter
DIVA PressA Twitter list by @PING_Fiction
Lelaki Tua, Seorang Bocah, dan Usia Sebuah Teks Danang T.P basabasi.co/lelakituaseo…
basabasi.co @basabasidotco
blogdivapressHome » Kirim Naskah Karya Resensor » Dunia Menulis Galeri Nonfiksi » Blog Tour
5/13/2016 KesalahanKesalahan dalam Berbahasa Indonesia
http://blogdivapress.com/dvp/kesalahandalamberbahasaindonesia/ 2/5
DITULIS SERANGKAI dengan kata kerja yang mengikutinya. Dipukul, ditulis, dibaca,
digunakan, dimanfaatkan, digerakkan, dimajukan, diharapkan, dikenai, diserahi; Semuanya
ditulis serangkai ya.
Kata kerja yang berawalan di- adalah semua kata kerja yang digunakan untuk menjawab
pertanyaan “diapakan dia” atau “diapakan benda itu.” Jadi, kalau misal kamu bingung sebuah
di- dipisah atau disambung, gunakan pertanyaan tadi –> “diapakan dia” atau “diapakan benda
itu.”
Misal: Rumah dijual / rumah di jual?
Mau diapakan benda (rumah) itu? Rumah itu hendak dijual jadi harus disambung.
Bisa juga dengan rumus ini:
Kata kerja berawalan di- mempunyai bentuk lawan yang berawalan me-
dipukul >< memukul
dikenai >< mengenai
Dengan begitu:
“di situ” tidak disambung karena tidak ada “mesitu”
“di mana” tidak disambung karena tidak ada “mesana”
Jika awalan “di” DITULIS serangkai dengan kata kerja, maka kata depan “di-” DITULIS terpisah
dari kata yang mengikutinya. Menurut J.S. Badudu, kata depan “di-” aturannya ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya karena “di” di sini berkedudukan sebagai sebuah kata. Dalam
artian, “di” pada “di sini” memiliki kedudukan sebagai sebuah kata, sebagaimana “buku, kayu,
benda, kamu, cinta, aku” yg juga kata. Lalu, bagaimana cara mengenali “di” sebagai kata
depan sehingga harus ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya? Semua kata yg menjadi
jawab pertanyaan “di mana” pastilah kata yg mengandung kata depan “di” karena itu
jawabannya harus dua kata yg dipisah.
Contoh:
Di mana Ve? Di kantor.
Di mana Ve berkantor? Di hatimu.
Di mana alamatnya hatimu itu? Di situ, di dekatmu.
Rumusnya
(a) Jika lawan katanya berawalan “me” atau menjawab “diapakan?” maka disambung.
(b) Jika menjawab “di mana?” maka di situ dipisah.
DIJUAL disambung karena:
(c) Menjawab pertanyaan “diapakan rumahnya?”
(d) Memiliki lawan kata berawalan “me”, yakni “menjual”.
DI SANA ditulis terpisah karena:
(e) Menjawab pertanyaan “di mana?”
(f) Tidak memiliki lawan kata berawalan “me”.
Jadi, sekarang semoga sudah paham kenapa kalimat ini keliru.
DISINI DI JUAL, SELURUH KENANGAN BESERTA PEMILIKNYA.
*cieee yang jualannya kenangan*
(2) Kesalahan dalam penulisan partikel “pun” yang ditulis serangkai dan partikel “pun” yang
ditulis terpisah.
Mengapa “apa pun” dan “apa pun” ditulis terpisah walaupun sama-sama ada “pun” seperti
dalam “meskipun” dan “kalaupun”? Mumet nggak?
Menurut J.S. Badudu, ada 3 macam -pun, yakni klitika -pun, -pun yang berfungsi sebagai kata
penuh, dan -pun yg menyatakan makna “perlawanan”
(a) “Pun” sebagai klitika, yakni unsur yang melekat pada unsur yang lain.
Dalam kasus ini, “pun” selalu melekat pada kata yang mendahuluinya. Dengan kata lain, “pun”
sebagai klitika memang selalu ditulis serangkai dengan kata di depannya. Ada 13 kata dengan
klitika -pun yang penulisannya harus selalu ditulis serangkai
Inilah 13 klitika -pun yang legendaris itu:
adapun
andaipun
ataupun
bagaimanapun
biarpun
kalaupun
kendatipun
maupun
meskipun
sekalipun
sungguhpun
Follow Me!
5/13/2016 KesalahanKesalahan dalam Berbahasa Indonesia
http://blogdivapress.com/dvp/kesalahandalamberbahasaindonesia/ 3/5
walaupun
betapapun
Ketiga belas kata-kata tersebut termasuk jenis kata tugas, yakni kata-kata yang berfungsi
sebagai penghubung atau pengantar kalimat. Contoh:
* Adapun maksudku datang kemari adalah untuk mencarimu.
* Walaupun datang sendiri di pesta resepsi, @qonrobovski tak risau.
(b) “Pun” sebagai kata penuh yang bersinonim dengan kata “juga”, dalam artian kita bisa
mengganti “pun” jenis ini dengan kata “juga.”
Misal:
Selain aku, kamu pun diundangnya.
Selain aku, kamu juga diundangnya.
Jangankan kamu, aku pun suka.
Jangankan kamu, aku juga suka.
Partikel “pun” bermakna “juga” ini ditulis terpisah:
* Selain duku, aku pun membeli manggis.
* Sejak dulu pun aku sudah suka padanya.
(c) Partikel “pun” yang berfungsi sama dengan kata-kata yang menyatakan makna
“perlawanan”. Bentuk “pun” ini juga ditulis terpisah.
Contoh #baper:
* Bertemu pun tak sudi aku, apalagi menerima cintanya.
* Punya calon pacar pun dia belum, apalagi istri.
(3) Kesalahan Penulisan Kata Gabung
Mana yang benar: duta besar atau dutabesar? swa daya atau swadaya? antar kota atau
antarkota?
Walaupun sederhana, masih banyak dari kita yang bingung menulis kata gabung ini: apakah
maha siswa atau mahasiswa, swadaya atau swa daya. Menurut J.S Badudu; ada beberapa
aturan dalam penulisan kata gabung sebagaimana yang tercantum dalam buku pedoman
ejaan baru (EYD).
(a) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk (termasuk istilah khusus), bagian-
bagiannya ditulis terpisah.
kantor pos, gadis cantik, buku tulis, novel berat, buah naga, meja hijau, air asin, ikan mujaer,
kereta api cepat, rumah sakit umum, dll.
(b) Gabungan kata yang mungkin menimbulkan salah pengertian, diberi tanda hubung untuk
menegaskan pertalian antar unsur-unsurnya.
Toko buku-DIVA Press (maksudnya toko yang menjual buku2 DIVA Press)
Toko-buku DIVA Press (maksudnya ini toko buku, bukan toko buah, yang bernama DIVA Press)
(c) Gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai, seperti pada
padahal, barangkali, daripada, bilamana, manakala, matahari, syahbandar, peribahasa,
halalbihalal, alhamdulillah, silaturahmi, bumiputra, dll.
(d) Beberapa unsur bahasa tidak bisa berdiri sendiri, tetapi selalu muncul berkombinasi
dengan unsur yang lain
–> a, non, swa, ultra, pra, maha, tri, catur, dwi, semi
Dengan demikian, unsur-unsur itu selalu ditulis serangkai dengan kata gabungannya –>
amoral, nonfiksi, prasangka, swadaya, antarkota, caturwarga, semiprofesional, ultraman,
poliglot, praduga, mahasiswa, swasembada, swakarsa, tritunggal, mahasiswi, dan dwiwarna.
(4) Kesalahan dalam Penggunaan Huruf Kapital
Aturan penulisan huruf kapital atau huruf besar sebenarnya sudah diatur lengkap dalam EYD.
Sayangnya, masih banyak dari kita yanG aBai dAlam mEnuLiSkan Huruf kaPitaL iNi
*miminnya ikutan alay*. Paling sering keliru adalah penulisan gelar (kehormatan, keturunan,
dan keagamaan) seperti haji, imam, nabi, sultan, presiden, dll.
(a) Jika diikuti nama orang, maka gelar diawali huruf besar. Jika tidak, maka ditulis kecil.
– Sultan Hasanuddin
– Ayahnya seorang sultan.
(b) Jika tidak diikuti nama orang, atau tidak merujuk pada yang bersangkutan maka gelar
diawali huruf kecil
– Tahun depan, saya naik haji.
– Ayahnya adalah seorang menteri.
c) Gelar diawali dengan huruf besar ketika merujuk pada sosok tertentu yang telah diketahui
pembicara
– Saya ingin bertemu dengan Sultan.
– Hamba ingin menghadap kepada Yang Mulia.
(d) Gelar jabatan diawali dengan huruf besar ketika diikuti nama orang
Presiden Soekarno
Menteri Adam Malik
5/13/2016 KesalahanKesalahan dalam Berbahasa Indonesia
http://blogdivapress.com/dvp/kesalahandalamberbahasaindonesia/ 4/5
Ketika Naskahmu Ditolak …. By Admin
Menulis Rutin Itu Perlu, Ikuti Trik Berikut!
By Admin
Hak-Hak Penulis By Admin
Related Posts
Your email address will not be published.
Gubernur Soekarso
Letjen. Andi Irawan
(e) meng-Indonesia-kan atau mengindonesiakan?
Bagaimana dengan penulisan “Indonesia” yang diberi imbuhan me-kan atau di-kan? Jawabnya
dikecilkan
–> diindonesiakan, mengindonesiakan
Sama halnya:
Jangan jadi orang yang keinggris-inggrisan.
Mengindonesiakan istilah asing.
Sikapnya sangat kejawa-jawaan.
(f) Kata-kata penunjuk hubungan kekerabatan (bapak, ibu, saudara, paman, dsb) diawali
dengan huruf kapital jika sebagai sapaan atau kata ganti.
“Besok Paman akan datang.”
“Ini punya siapa, Bu?”
“Surat Saudara sudah saya terima.”
“Ayo makan, Abang.”
Tetapi:
Kita harus menghormati ibu dan ayah kita.
Semua saudara saya sudah berkeluarga.
Saya punya dua bibi dan satu paman.
Untuk lebih jelasnya tentang penggunaan huruf kapital ini bisa kalian baca sendiri di buku
EYD ya. Cari di toko buku banyak. Wajib punya. Sudah seharusnya seorang penulis memiliki
satu buku EYD, atau setidaknya pernah membacanya. Harganya juga murah, kok, tapi
bermanfaat sekali. Oh, iya, saat hendak membeli buku EYD, pastikan kamu membeli buku EYD
yang disusun berdasarkan revisi tahun 2009. EYD revisi 2009 adalah revisi terakhir Ejaan yang
Disempurnakan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 46 tahun 2009.
Melalui tulisan-tulisannya, J.S. Badudu berupaya mengembalikan kembali masyarakat
kepada bahasa Indonesia yang benar sesuai pedoman EYD. Apa yang ditulis beliau, sejatinya
banyak yang sudah diulas di EYD. Beliau tak lelah mengingatkan kita agar tidak merusak
bahasa tercinta. Sebagai penutup #RabuEditing hari ini, mari bersama-sama mendoakan J.S
Badudu, mari kenang beliau sebagai sosok pahlawan penjaga bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia yang kita cintai ini, yang disusun dan diperjuangkan dengan jiwa dan raga oleh
para pendiri bangsa, marilah kita jaga. Karena berbahasa Indonesia secara baik dan benar
adalah bukti paling nyata dari rasa cinta kita kepada bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sekian #RabuEditing hari ini. Semoga bermanfaat. Jangan lupa, baca dan beli buku EYD ya
Leave a Reply
Casio Sale Up to 75%Koleksi Casio Diskon Hingga 75% Beli Sekarang, Kami Antar Gratis!
5/13/2016 KesalahanKesalahan dalam Berbahasa Indonesia
http://blogdivapress.com/dvp/kesalahandalamberbahasaindonesia/ 5/5
NAME
WEBSITE
Submit Comment
Back to Top ↑blogdivapress Copyright © 2016.