ANALISIS KERJA SAMA INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION … · Selatan, memiliki nilai yang sangat tinggi...
Transcript of ANALISIS KERJA SAMA INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION … · Selatan, memiliki nilai yang sangat tinggi...
MARKAS BESAR ANGKATAN UDARA STAF AHLI
ANALISIS KERJA SAMA INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION (IORA) DIHADAPKAN DENGAN TUGAS TNI AU
Penulis: Kolonel Pnb Jefry Yandi Marsda TNI Dr. Umar Sugeng H., M.M.
Marsma TNI Emanuel Sugiharto
Pendahuluan
1. Samudera Hindia merupakan jalur vital perdagangan dunia. Sekitar lebih setengah
dari seluruh kapal kontainer di dunia melewati Samudera Hindia, dan sepertiga lalu lintas
kargo curah dunia, serta dua per tiga pengiriman minyak dunia melewati samudera ini.
Namun arti penting jalur pelayaran ini berbanding lurus dengan potensi ancaman
keamanan di sekitarnya. Terdapat puluhan negara yang memiliki pantai langsung
menghadap ke Samudera Hindia, dan lebih dari separuh diantaranya memiliki
permasalahan tersendiri, seperti kemiskinan, instabilitas politik, terorisme, bencana alam,
dan lain sebagainya. Dimana setiap permasalahan tersebut sewaktu-waktu dapat
menghambat sistem perdagangan global di Samudera Hindia. Untuk mendorong
terjadinya kerja sama yang saling menguntungkan antara negara-negara yang berada di
Kawasan Samudera Hindia, serta untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk yang
ada disekitarnya, maka pada tahun 1997 dicetuskan berdirinya Asosiasi Negara Lingkar
Samudera Hindia/ Indian Ocean Rim Association (IORA) di Mauritius.
2. Persoalannya negara-negara yang menjadi anggota IORA, memiliki kompetensi
yang tidak sama dalam hal kemampuan pengelolaan sistem matirim, terlebih dalam hal
membangun postur pertahanan, khususnya pertahanan maritim. Disisi lain, dinamika
keamanan global dalam beberapa tahun terakhir sangat tidak menentu, dimana hal
tersebut berdampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap dinamika keamanan
negara-negara anggota IORA sendiri. Dinamika keamanan global ini semakin tidak
menentu dengan terjadinya perubahan skema global perdagangan dunia, disebabkan
persaingan negara-negara Adidaya seperti China, AS dan India, yang berusaha
menjadikan Samudera Hindia sebagai titik tumpu perdagangan internasionalnya di masa
depan. IORA membuka pintu untuk mitra dialog dengan berbagai pihak diantaranya
China, Mesir, Perancis, Inggris, Jerman, Jepang dan Amerika Serikat. Sejauh ini, ketujuh
2
mitra dialog inilah yang secara langsung bersentuhan dengan kepentingan yang ada di
Samudera Hindia. Disamping negara-negara ini adalah negara kegiatan perdagangan
tertinggi di dunia, mitra dialog ini juga memiliki kepentingan lebih terkait masalah stabilitas
keamanan, dan kontinuitas jalur perlayaran di Samudera Hindia.
3. Indonesia sejak masa pemerintahaan Presiden Joko Widodo, memang
menitikberatkan kebudayaan maritim sebagai titik tumpu dalam visi pemerintahannya.
Gagasan untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia menemukan
momentumnya dengan visi IORA, maka pada pertemuan di Jakarta tahun 2017, Indonesia
telah berhasil mendorong sebuah kesepakatan bersama dari seluruh anggota IORA yang
bersifat strategis melalui sebuah kesepakatan yang disebut Jakarta Concorde. Jakarta
Concorde mengamankan sejumlah point yang cukup kompleks, mencakup keamanan
dalam bentuk tradisional dan non tradisional. Hal ini akan memberikan peluang bagi TNI
AU dalam memantapkan jati diri sebagai tentara profesional dengan peralatan dan alutsista
modern, untuk siap dihadirkan dimana saja dan kapan saja. TNI AU terus mendukung
salah satu program pemerintah yang menjadi prioritas nasional yaitu menghadirkan
kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada
seluruh warga negara serta mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, dimana
TNI AU harus memiliki kemampuan yang optimal untuk mengamankan program tersebut
dengan melaksanakan maritime air strike dan maritime air support.
4. Rumusan Masalah. Analisa Kerja sama Indian Ocean Rim Association (IORA)
dihadapkan dengan Tugas TNI AU, berupaya menjawab beberapa pertanyaan sebagai
berikut:
a. Isu-isu apakah yang paling determinan dalam mempengaruhi dinamika
keamanan di sepanjang jalur pelayaran dan kawasan Samudera Hindia?
b. Apa saja variabel yang menjadi keydrive dalam mempengaruhi dinamika
keamanan maritim di kawasan Samudera Hindia?
c. Bagaimana Indonesia dengan segenap kelebihan dan kekurangannya,
dapat secara signifikan berkontribusi nyata dalam rangka mewujudkan kawasan
Samudera Hindia yang stabil dan aman?
3
5. Daftar Pengertian. Untuk memperoleh kesamaan dalam pembahasan naskah ini
terdapat pengertian yaitu Choke point adalah fitur geografis seperti lembah, defile atau
jembatan atau selat yang mau tidak mau harus dilalui oleh pasukan untuk mencapai tujuan,
biasanya dengan front yang lebih sempit sehingga mengurangi kemampuan tempur
pasukan atau armada tersebut.1
Kajian
6. Kajian tentang analisis IORA dihadapkan dengan tugas TNI AU adalah sebagai
berikut:
a. Gagasan awal berdirinya Indian Ocean Rim Association (IORA) dicetuskan
pertama kali oleh Nelson Mandela pada tahun 1994. Dimana pada saat itu beliau
menyarankan agar dibuatkan sebuah satu platform bersama untuk kerja sama pada
aspek sosial dan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara yang berada di
sepanjang pantai Samudera Hindia. Kemudian gagasan ini mendapatkan
dukungan dari banyak negara yang pada akhirnya mengadakan pembicaraan lebih
intensif pada tahun 1995 yang diselenggarakan oleh pemerintahan Mauritius.
Upaya membangun kerja sama itu sendiri secara formal baru di tegaskan pada
pertemuan pertama tingkat menteri di Mauritius pada tanggal 6-7 Maret 1997,
dengan organisasi bernama Indian Ocean Rim-Association for Regional
Cooperation (IOR-ARC). Pada perjalanannya, IOR-ARC baru berganti nama
menjadi IORA pada Pertemuan Tingkat Menteri di Perth pada tahun 2013,
pada saat Australia menjabat sebagai Ketua IORA.
b. IORA memiliki tiga tujuan utama dalam organisasinya, yaitu untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan berkelanjutan negara anggotanya,
kerja sama ekonomi, dan liberalisasi. Pada awal pembentukannya IORA digagas
oleh India dan Afrika Selatan dan memiliki anggota awal Australia, Indonesia,
Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Sri Lanka, Tanzania, dan Yaman;
saat ini IORA memiliki 21 negara anggota, tujuh mitra dialog (Amerika Serikat,
China, Inggris, Mesir, Perancis, Jerman, dan Jepang), serta the Indian Ocean
Tourism Organization dan the Indian Ocean Research Group sebagai observer.
Pada tahun 2013, akumulasi Gross Domestic Product (GDP) negara-negara IORA
1 Wikipedia diakses dari https;id.m.wikipedia.org pada tgl. 2 November 2018 pukul 13.00 WIB
4
adalah 10% dari total GDP ekonomi dunia. Kegiatan impor negara-negara anggota
IORA mengalami peningkatan hampir 100% sejak tahun 2000 yang berjumlah
7,5%, menjadi 13,14% pada tahun 2013. Hal yang sama juga terjadi pada kegiatan
ekspor negara-negara anggota IORA, yang pada tahun 2000 sejumlah 8,09%,
menjadi 12,62% pada tahun 2013.2 Angka ini menunjukkan bahwa kerja sama
yang dilakukan selama ini memiliki prospek yang cukup menjanjikan, dan ini
membutuhkan garansi berupa stabilitas keamanan yang bersifat berkelanjutan di
sepanjang jalur lalu lintas perdagangan di Samudera Hindia.
c. Prioritas kerja sama dalam IORA adalah (i) Keselamatan dan Keamanan
Maritim; (ii) Fasilitasi Perdagangan; (iii) Manajemen Perikanan; (iv) Manajemen
Risiko Bencana Alam; (v) Kerja Sama Akademis dan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi; (vi) Pertukaran Kebudayaan dan Pariwisata. Di luar prioritas tersebut,
IORA juga mengangkat dua buah cross cutting issues yaitu Blue Economy dan
Women Empowerment.
Negara Anggota IORA Negara
Mitra Dialog IORA
Gambar 1. Negara anggota IORA dan Negara Mitra Dialog IORA
d. Indonesia secara resmi memegang ketua IORA periode tahun 2015-2017
dengan Afrika Selatan sebagai Wakil Ketua pada Pertemuan Tingkat Menteri (PTM)
ke-15 di Padang. Indonesia adalah satu-satunya ketua IORA yang menetapkan
tema "Strengthening Maritime Cooperation in a Peaceful and Stable Indian Ocean".
Gagasan dan prakarsa strategis Indonesia pada masa ketuanya yang telah
disetujui: (i) membentuk IORA Concord sebagai outcome strategis 20 tahun IORA;
dan (ii) penyelenggaraan KTT IORA (one-off) pada Maret 2017. Dalam
2 Presentasi Prof. V.N. Attri, Growing Strength of Indian Ocean Rim Association (IORA) And Emerging
Global Development Paradigms.
5
kapasitasnya tersebut, Indonesia menetapkan prioritas untuk memperkuat
regionalisme di kawasan Samudera Hindia melalui pembentukan IORA Concord,
pengaruh utamaan gagasan Poros Maritim Dunia, memajukan kerja sama IORA
dan isu lintas sektoral dan melanjutkan penguatan institusi.
Kompetisi Global dan Regional Dalam Keamanan Kawasan Samudera Hindia
7. Pada era saat ini terdapat kompetisi global dan regional yang terjadi di kawasan
Samudera Hindia, dimana beberapa negara berupaya untuk memberikan pengaruh
signifikan pada pemenuhan kepentingan di kawasan ini. Terutama yang perlu menjadi
perhatian adalah mengenai kepentingan Amerika Serikat, China, kebangkitan India, dan
juga kepentingan Australia dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Kepentingan Amerika Serikat.
1) Salah satu fenomena penting yang cukup signifikan mempengaruhi
skema kompetisi kekuatan global, adalah kemenangan Donald Trump dari
Partai Republik pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tanggal 8
November 2016. Kemenangan ini telah secara langsung berdampak pada
dinamika hubungan internasional di semua lini, tampaknya alur perjalanan
Trump sedang mengikuti arus besar kemenangan kelompok konservatif di
hampir semua belahan dunia.3 Dalam beberapa tahun terakhir gelombang
kemenangan ini sudah menyelimuti hampir semua negara di Eropa, bahkan
kelompok ini sekarang mendominasi Uni Eropa. Terakhir jejak kemenangan
kelompok Brexit dalam referendum di Inggris menunjukkan betapa ide-ide
konservatif ini semakin menuai dukungan.4
2) Di level kebijakan luar negeri, pemerintahan baru AS terlihat
kecenderungan lebih individualis dari sebelumnya. Dengan tagline “America
First”, secara perlahan AS mulai mengendurkan pengaruhnya di berbagai
forum internasional, khususnya yang dianggap tidak secara langsung
memberi keuntungan pada AS.
3 Giddens, Anthony, Teori Konservatif, 2012. 4 Duverger, Maurice, Teori Konservatif, 2003.
6
3) Secara global, ada interdependensi antar negara yang semakin
terbuka dan terhubungkan. Tidak ada negara yang dapat berdiri sendiri,
bahkan negara- negara besar di Eropa membutuhkan komponen-komponen
dari negara berkembang untuk memperkuat persenjataannya. Hal ini terkait
dengan revolusi tahap-4 yang berhubungan dengan Cyber, akan menjadi
tantangan yang semakin besar untuk negara-negara.
Global Shipping Routes
Gambar 2. Jalur Pelayaran Global5
Terkait dengan hal tersebut, salah satu isu keamanan yang sangat mungkin
menarik perhatian AS adalah masalah keamanan di Timur Tengah. Munculnya
kebijakan kontroversial negara-negara Teluk (Arab Saudi, Uni Emirate Arab,
Bahrain, Mesir dan Yaman) yang memutuskan hubungan diplomatik secara
serentak terhadap Qatar pada tanggal 5 Juni 2017 lalu, menunjukkan eskalasi
keamanan di wilayah Teluk belum akan reda dalam beberapa waktu ke depan.
b. Kepentingan China.
1) Adidaya dunia yang saat ini juga sedang menata kekuatan
ekonominya adalah China. Beban kebutuhan ekonomi dalam negeri yang
demikian berat, seiring dengan tuntutan pertumbuhan yang semakin
tinggi, membuat China melakukan ekspansi pasar seluas-luasnya ke
seluruh dunia. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, China ingin
menghidupkan kembali Jalur Sutra kuno melalui dua sumbu utama, yaitu
Sabuk Ekonomi Jalur Sutra atau Silk Road Economic Belt (Jalur Sutra
5 Riefqi Muna, Mdefstud, PhD. (Peneliti Utama P2P LIPI RI)
7
Darat) dan 21st Century Maritime Silk Road (Jalur Sutra Laut).
Belakangan, dua konsep tersebut melahirkan Belt and Road Initiative
(BRI) yang dipandang luas sebagai kebijakan luar negeri dan strategi
ekonomi Tiongkok.6 Bagi China, gagasan 21st Century Maritime Silk Road
sejalan dengan kebijakan Presiden Joko Widodo: Poros Maritim Dunia.
Kedua kebijakan ini tidak akan tumpang tindih, sebaliknya hal ini dapat
menjadi momentum strategis bagi kedua negara untuk melakukan
sinergitas visi kenegaraannya.7
2) Rencana kerja sama antara Thailand dengan China untuk membuat
Terusan Kra cukup menyita perhatian Negara-Negara di kawasan Asia
Tenggara. Dalam sebuah jurnal penelitian yang dibuat oleh Institute of
Developing Economies (IDE), Terusan ini diperkirakan akan menjadi
pembunuh jalur pelayaran tradisional di Asia Tenggara, (Natuna, Selat
Philips, dan Selat Malaka). Negara yang paling banyak merasakan dampak
negatif dari Terusan Kra adalah Singapura, kemudian Malaysia, dan
Indonesia, sedangkan Negara yang akan mendapatkan keuntungan tertinggi
adalah China, Jepang, Uni Eropa dan Thailand. Tapi yang menarik adalah
total peningkatan keuntungan perdagangan global dari adanya Terusan Kra
yaitu 86,311 Juta Dollar pada tahun 2030 atau setara dengan 0,06%.8
Gambar 3. Jalur Strategis Maritim dan Daratan9
6 https://beltandroad.hktdc.com, di Akses 13 Juni 2018 7 Dalam salah satu wawancara yang dilakukan oleh media massa pada 25 April 2017, Deputi Direktur Jenderal The Foreign Affairs Office of Fujian Provincial People's Government Li Lin, berkata “Belt and Road Initiative (BRI), khususnya 21st Century Maritime Silk Road, sangat sinkron dengan strategi maritim global Indonesia. Jadi, kami berharap dengan diawali oleh kerja sama pemerintah daerah, bertukar gagasan atau informasi kita dapat lebih mengerti kebijakan satu sama lain, strategi pengembangan satu sama lain. Sehingga barulah kerja sama dan pertukaran konkret dapat dilakukan". http://global.liputan6.com, diakses 13 Juni 2018 8 http://www.ide.go.jp, diakses tanggal 10 Oktober 2018 9 https://thaimilitaryandasianregion.wordpress.com. Diakses 14 Juni 2018
8
3) Disisi lain, yang sangat penting diperhatikan disini, nilai strategis
jalur laut di Samudera Hindia, Selat Malaka, Selat Natuna, hingga Laut China
Selatan, memiliki nilai yang sangat tinggi bagi China. Menurut laporan
Departemen Pertahanan AS, sekitar 84% suplay energy China melewati
sepanjang jalur di tahun 2012.10 Dengan demikian, keputusan China untuk
bekerja sama dengan Thailand membangun Terusan Kra adalah kebutuhan
yang sangat strategis dan menguntungkan. China dapat memangkas biaya
operasional perjalanan, sekaligus membuka rezim pelayaran baru di
kawasan Asia Tenggara. Hanya memang, China dan Thailand akan
berhadapan dengan kekuatan tradisional seperti Indonesia, Malaysia dan
Thailand yang akan merasakan langsung dampak dari pembangunan
Terusan tersebut.
c. Kebangkitan India. Visi India di kawasan Samudera Hindia tercermin
dalam SAGAR yang berarti ocean (samudera), yang fokus pada keamanan dan
pertumbuhan di kawasan. Salah satu implementasi dari kebijakan ini adalah
dengan dibentuknya beberapa proyek pembangunan infrastruktur maritim.
Proyek ini disebut dengan Project Sagarmala. Proyek ini telah menghabiskan
sekitar 70.000 rupee India untuk proyek infrastruktur dan lebih dari 1 triliun rupee
India untuk upgrade 12 pelabuhan besar di India. Untuk mewujudkan
kebijakannya, India harus membangun iklim kepercayaan dan hubungan kerja
sama yang baik dengan negara-negara tetangganya. Hal ini dapat dicapai
melalui investasi dan bantuan pembangunan infrastruktur maritim di kawasan
Samudera Hindia (IORA), khususnya pada negara-negara seperti Bangladesh,
Myanmar, Srilanka, Maladewa, Oman, dan Iran. Proyek SAGAR menjadi proyek
penting bagi India, dimana proyek pembangunan India ini sangat signifikan
menjadi kekuatan baru di kawasan Samudera Hindia, dalam konteks bilateral
antara India dan Indonesia terdapat dalam kerja sama pertahanan Indonesia dan
India yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2002 dan telah mengimplementasikan
the India and Indonesia Coordinated Patrol (CORPAT), yang terakhir dilaksanakan
ke-29 pada bulan Mei tahun 2017.11
10 Annual Report to Congress; Military and Security Developments Involving The Peoples Republic Of China2014, https://www.defense.gov, diakses 21 Juni 2018 11 Captain Nishant Kumar, Director Military Affairs, AL India, dalam kunjungan perjalanan dinas ke India, Agustus 2018.
9
d. Kepentingan Australia.
1) Australia sangat mendukung apabila IORA dapat menerapkan “pratical
engagement” yang bersifat teknis, praktis, dan efektif serta target oriented.
Sebagai contoh dengan mengadakan pilot project untuk kerja sama SAR
dan oil spill management technique dalam rangka disaster management.
Kompleksitas isu global terkini merupakan common challenges yang
mempengaruhi the way of addressing terhadap kedua isu utama IORA di
atas. Dapat dicontohkan bahwa dengan merebaknya pop-up issues, seperti
aksi, terorisme, radikalisme, perdagangan manusia, money laundering, drugs
trafficking, small arms trading, atau kejahatan lintas negara lainnya
merupakan common threat yang menyebabkan IORA perlu segera
mengambil sikap responsif dan langkah antisipatif dalam rangka pengamanan
program kerja sama.
2) Australia memiliki kepentingan yang kuat terhadap IORA karena masa
depan ekonomi Australia maupun keamanan di sekitar wilayah Barat Australia
akan sangat bergantung pada stabilitas ekonomi dan keamanan di Samudera
Hindia. Pandangan Australia terhadap IORA dinilai positif karena IORA
memiliki peran yang strategis sebagai salah satu forum pendorong stabilitas
kawasan, dan IORA dapat juga diarahkan sebagai masa depan ekonomi
dunia. Australia mempunyai pandangan mengenai konsep Women
Empowerment yang IORA canangkan, dimana konsep pengembangan itu
akan lebih baik jika dibentuk dalam sebuah format women economic
empowerment yang dirasakan cukup berhasil dalam pelaksanaan program
peningkatan ekonomi. Kerja sama bilateral antara Indonesia dan Australia
diharapkan dapat mewujudkan kerja sama yang lebih baik. Australia juga siap
mendukung Indonesia dalam pelaksanaan program-program IORA di masa
depan. Meskipun keragaman negara-negara IORA menjadi perhatian,
namun diyakini bahwa kerja sama yang baik akan dapat dilaksanakan
diantara negara-negara anggota.12
12 Hasil pertemuan dengan Ms. Ruth Stone (Director of Indian Ocean Section), DFAT, Australia, Agustus
2017
10
8. Dinamika Keamanan Maritim. Heidelberg Institute for International Conflict
Research di tahun 2011 menyebutkan data bahwa kawasan Samudera Hindia merupakan
kawasan yang paling bermasalah dan berpotensi sekali untuk sebagai pemantik masalah
baik itu kasus di negara-negara pantai sekelilingnya yang berpengaruh pada stabilitas jalur
komunikasi kawasan atau bahkan masalah maritim langsung di Samudera Hindia. Gambar
di bawah ini menggambarkan jumlah kasus pertahun yang ada yaitu kejahatan maritim
yang marak terjadi di kawasan regional ini seperti pembajakan (piracy)/ perompakan
bersenjata di laut (armed robbery at sea), sengketa wilayah, terorisme dan pelibatan negara
adikuasa di jalur pelayaran Samudera Hindia. Sedangkan, persoalan lainnya seperti
perdagangan gelap melalui laut (illicit trafficking by sea)
Gambar 4. Data pembajakan yang terjadi di kawasan Samudera Hindia pada 2008-201113.
a. Pembajakan dan Perompakan Bersenjata.
Kasus kejahatan maritim yang paling banyak terjadi di kawasan Samudera
Hindia (data pada tahun 2012) adalah kasus pembajakan dan perampokan
bersenjata di laut, khususnya di lepas pantai Somalia yang juga dalam kawasan
Samudera Hindia. Delapan puluh persen ekspor minyak dunia melewati choke
point di IORA. Sekitar 17 juta barel minyak mentah melewati Selat Hormuz dan
15,2 juta barel melewati Selat Malaka setiap harinya, menurut Administrasi
Informasi Energi A.S. Perompak yang menyasar kapal-kapal ini masih menjadi
ancaman langsung bagi kebebasan pergerakan di lautan, demikian menurut IORA.
Serangan perompak di tiga choke point utama di IORA mengalami kenaikan pada
tahun 2014, dapat dijelaskan antara lain:
13 Risk Intelligence dalam Stimson 2012
11
1) Antara bulan Januari dan November 2014, perompak membajak dua
kapal yang berlayar di Selat Malaka dan menaiki 11 kapal kargo atau tanker
yang sedang berlabuh di pelabuhan dan mencuri kargo, demikian menurut
Biro Maritim Internasional (IMB). Di Selat Singapura, yang berada di
tenggara Selat Malaka, perompak menaiki 25 kapal dan mencuri kargo. Di
Selat Hormuz, perompak mencoba menyerang satu kapal dan menembaki
kapal lainnya. Perompak menyerang 129 kapal di kawasan Indo-Asia-
Pasifik antara bulan Januari dan September 2014, dan sebagian besar
insiden melibatkan pencurian kargo, demikian menurut Perjanjian Kerja
Sama Regional untuk Memerangi Pembajakan dan Perampokan Bersenjata
di Kapal di Asia, atau Regional Cooperation Agreement on Combating
Piracy and Armed Robbery Against Ships in Asia (ReCAAP).
2) Pada tahun 2013, menurut data International Maritime Bureu (IMB)
perompak hanya menyerang satu kapal di Selat Malaka, sembilan di Selat
Singapura, dan tidak ada serangan perompak di Selat Hormuz. Asia
Tenggara mengalami 128 insiden perompakan di tahun 2013, paling banyak
di dunia, dengan 106 serangan atau pencurian kargo dilaporkan di
Indonesia, sembilan di Malaysia, dan tiga di Filipina, selain serangan di selat
Malaka dan Singapura, IMB. Afrika melaporkan 79 serangan, dengan tujuh
di antaranya terjadi di Samudra Hindia di lepas pantai Somalia, dan pihak
berwenang India dan Bangladesh melaporkan 26 insiden perompakan
kepada IMB.
3) Jumlah serangan perompak di Samudera Hindia di lepas pantai India
dan Bangladesh berfluktuasi sejak tahun 2009 ketika terjadi 30 insiden, turun
menjadi 16 pada tahun 2011, yang terendah dalam kurun lima tahun, lalu
naik menjadi 26 pada tahun 2013, kata IMB. Secara keseluruhan, 264
serangan perompak di perairan internasional terjadi pada tahun 2013, yang
terendah sejak tahun 2009, ketika terjadi 410 insiden.
b. Sangketa Wilayah
Sengketa wilayah juga menjadi dinamika tersendiri dikawasan Samudera
Hindia, seperti antara India dan Sri Lanka masih bersengketa atas lahan perikanan
di Selat Palk yang terletak di antara kedua negara itu. India dan Bangladesh
12
dahulu memperebutkan daerah seluas 23.000 kilometer persegi di Teluk Benggala,
tetapi sengketa tersebut telah diselesaikan Akan tetapi, persaingan yang
berkembang antara Tiongkok dan India, kini dianggap sebagai tantangan nyata bagi
stabilitas di IORA.
c. Terorisme
Bila memperhatikan perkembangan isu terorisme global, hampir semua
organisasi yang dicap sebagai teroris yang masih aktif hingga saat ini, berlokasi di
sekitar kawasan Samudera Hindia. Hal ini dapat terlihat di Tabel dibawah ini. (Lihat
Lampiran)
d. Pelibatan Negara Adidaya
Disamping itu eksistensi negara-negara besar terlihat dengan apa yang
dilakukan China ini adalah respon objektif atas potensi ancaman yang ada di
sepanjang jalur pelayaran Samudera Hindia.
Gambar 5. Indian Ocean Port Development14
1) China sudah membangun instalasi perdagangan hingga ke Benua
Afrika, demikian juga AS dan India. China berkerja sama dengan beberapa
negara untuk membangun pelabuhan dan jasa pelayanan perdagangan,
seperti di Srilangka. Akan tetapi, sambil membangun infrastruktur untuk
14 https://www.cfr.org, diakses 20 Juni 2018
13
menunjukkan tujuan-tujuan ekonomi dan perdagangan (soft power), China
juga mengeluarkan investasi militer dalam rangka menunjang visi ekonomi
tersebut. Saat ini, China sudah bertekad bulat semua pemesanan alutsista
dari Srilangka dan Pakistan. Dimasa yang akan datang, China juga akan
meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan maritim
dengan negara-negara mitranya mulai dari Asia Selatan, hingga ke Afrika.
2) Hal yang sama juga terjadi dengan AS. Dimana untuk menjamin
keamanan dan keselamatan komoditinya, AS sudah sejak lama membangun
Pangkalan Angkatan Laut ke V, di Diego Garcia yang merupakan salah satu
pangkalan militer terbesar di dunia. Pangkalan ini mampu melingkupi
hampir seluruh kawasan Samudera Hindia, mulai dari Australia, hingga
Afrika Selatan. Pangkalan militer inilah yang selama beberapa dekade
terakhir menjadi soko guru pertumbuhan ekonomi AS dan sekutu-sekutunya.
Hampir seluruh komoditi AS dan sekutunya yang melewati kawasan
Samudera Hindia, dijamin keamanannya oleh Armada ke V ini. Adapun untuk
keamanan dan keselamatan pelayaran di kawasan Asia Tenggara, AS
adalah salah satu negara mitra wicara strategis ASEAN dalam ARF dan juga
dalam ADMM Plus, dan tidak lupa melakukan koordinasi yang intens dengan
semua stakeholder di kawasan Asia Tenggara dalam berbagai isu
keamanan.
9. Peran Indonesia Dalam IORA. Pada kepemimpinan Indonesia periode 2015-
2017, IORA menggunakan tema kerja yaitu "Strengthening Maritime Cooperation in a
Peaceful and Stable Indian Ocean". Dalam kapasitasnya tersebut, Indonesia menetapkan
prioritas untuk memperkuat regionalisme di kawasan Samudera Hindia melalui
pembentukan IORA Concord, landasan utama mengenai gagasan Poros Maritim Dunia,
memajukan kerja sama IORA dan isu lintas sektoral dan melanjutkan penguatan institusi.15
a. Posisi Indonesia di Samudera Hindia
1) Berbicara di forum-forum internasional, Presiden RI Joko Widodo
selalu mengungkaplan bahwa pentingnya peran Indonesia sebagai poros
maritim dunia. Sebagai negara kepulauan terbesar yang terletak diantara
15 http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/kerjasama-regional/Pages/IORA.aspx, diakses pada tanggal 23 September 2017
14
Samudera Hindia dan Pasifik, Presiden Jokowi menekankan bahwa
Indonesia dapat memainkan perannya sebagai negara maritim, termasuk
kebijakan luar negeri. Dalam beberapa waktu, fokus utama Indonesia
selama ini masih berkutat di sekitar ASEAN, dan negara-negara yang
terletak di sebelah utara. Hal ini terjadi karena adanya kepentingan kerja
sama ekonomi yang erat antara Indonesia dengan negara-negara di Asia
Timur dan Asia Tenggara. Dengan adanya visi poros maritim, kebijakan
politik luar negeri Indonesia bertekad untuk memperluas ruang diplomasi
Indonesia, dari ASEAN sentris menuju Indo Pasifik. Namun, dalam
pelaksanaannya Indonesia harus berhati-hati dalam memahami wilayah
Samudera Hindia dan harus juga memahami aspek-aspek yang benar-benar
ada manfaatnya. Untuk menghindari adanya persaingan dan perebutan
pengaruh di kawasan regional Samudera Hindia, diperlukan upaya yang
lebih besar untuk menjaga stabilitas kawasan dan di sinilah Indonesia dapat
memainkan peran, membantu memperkuat dan mengubah IORA menjadi
sebuah forum regional yang disegani.
2) Selaku pendukung sejak dahulu akan regionalisme di Asia Timur,
Indonesia memiliki posisi ‘cantik’ untuk menerapkan konsep persamaan di
Samudera Hindia. Indonesia berperan dalam mencetuskan Piagam ASEAN.
Selain itu, salah satu warisan Indonesia yang sangat fenomenal adalah
Traktat Persahabatan dan Kerja sama yang menjadi pondasi utama dalam
membangun perdamaian dan kerja sama. Di Samudera Hindia, Indonesia
juga tidak memiliki konflik dengan negara lain. Bersama Malaysia dan
Singapura, Indonesia bahkan mencontohkan kerja sama keamanan trilateral
dalam Malacca Strait Sea Patrol.
3) Indonesia memiliki potensi untuk mempengaruhi arah dan bentuk
dinamika kawasan Samudera Hindia. Berkaca pada kelihaian diplomatiknya
di Asia Tenggara dan Pasifik, Indonesia pasti bisa melakukan hal yang sama
untuk menjadikan IORA sebagai forum utama kerja sama regional. Melihat
pengaruh bagi keberadaan Indonesia dalam konteks Samudera Hindia yang
merupakan salah satu samudera penting yang memberikan banyak harapan
dan keanekaragaman potensi yang belum termanfaatkan bagi kepentingan
Indonesia. Oleh sebab itu, sudah saatnya menjadikan Samudera Hindia
sebagai bagian dari halaman depan Indonesia dengan memperkuat dan
15
meningkatkan kebijakan pemerintah, maka dari itu, karena strategitas inilah
Samudera Hindia menjadi objek yang core / inti kerja sama dalam IORA.
4) Sebagai anggota G-20, Indonesia diyakini akan dapat berperan besar
memperkuat kerja sama IORA di masa datang. Negara-negara anggota
IORA lainnya berharap pengalaman dan peran sentral Indonesia di ASEAN
sebagai asosiasi kerja sama. Negara-negara berkembang akan dapat
membawa perubahan yang signifikan dalam kerja sama IORA. Penguatan
poros maritim merupakan satu hal yang akan diangkat Indonesia selama
periode keketuaan dua tahun ke depan. Hal ini dikarenakan 6 prioritas
utama IORA tersebut ternyata tertuang juga dalam komitmen Indonesia
untuk menjadi poros maritime Saat India menjadi Ketua tahun 2011 ada 6
prioritas utama IORA, yaitu keamanan dan keselamatan maritim,
manajemen risiko bencana, perdagangan dan investasi, perikanan, kerja
sama akademik dan iptek, serta pariwisata dan kebudayaan.
b. Indonesia dan Strategi Kawasan Samudera Hindia.
1) Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun
2015, Tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara Tahun 2015-2019,
“Secara konseptual, geopolitik Indonesia adalah wawasan nusantara, yaitu
cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk
geografinya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaannya, wawasan
nusantara mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan
untuk mencapai tujuan nasional”.
2) Dasar pemikiran yang sama juga terjadi pada saat nusantara
kemudian memutuskan untuk menjadi satu bangsa yaitu Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dalam menyusun doktrin politik luar negerinya, sejak
awal Indonesia sudah menyatakan dirinya “bebas aktif” dalam pergaulan
internasional. Hal ini mengingat, posisi strategis geopolitik Indonesia, tidak
memungkinkan Indonesia untuk memihak salah satu kelompok kepetingan
didunia, dan mengabaikan hak-hak bangsa lain. Sebagai negara
kepulauan yang menjadi jalur lalu lintas komunikasi dan perdagangan dunia,
Indonesia secara langsung bersentuhan dengan setiap dinamika dan isu
16
keamanan di laut. Konsekuensi dari posisi geografis yang demikian
kompleks dimilikinya, dapat dimaknai dari dua perspektif, yaitu sebagai
peluang (opportunity), dan juga ancaman (threat). Sebagai sebuah peluang,
Indonesia dituntut untuk optimis dan percaya diri dapat mengelola setiap
peluang menjadi keuntungan bagi kemakmuran bangsa seluas-luasnya.
Sedang sebagai ancaman, pemerintah dituntut untuk mampu menyiapkan
sistem pertahanan yang handal, memiliki daya getar (deterrents), dan
komprehensif (bersifat semesta).
3) Komadan Sekolah dan Komando TNI Angkatan Laut Laksamana
Muda Amarulla Octavian pada saat mengikuti acara Internastional maritime
Symposium yang digelar india Naval War College di INS Madovi, Goa, India,
Selasa (16/10) mengatakan bahwa pentingnya peningkatan kerja sma
keamanan maritim di Samudera Hindia. Peningkatan kerja sama tersebut
harus menggunakan pendekatan ancaman nontradisional. Kerja sama
keamanan maritim antara Angkatan laut, Cost Guard, dan berbagai institusi
pemerintah dari negara-negara kawasaan Samudera Hindia harus selaras
dengan kepentingan global dan program PBB yakni Sustainable
Development Goals (SDG). Menurut Laksda TNI Amurulla Octavian, inisiatif
Indonesia tersebut disampaikan secara komprehensif ketika ekosistim
kelautan dan sumber daya hayati mamritim harus dilindungi dan dijaga
bersama dari berbagai ancaman. Pengalaman Indonesia di bawah
Pemerintahaan Presiden Joko Widodo dengan visi Poros Maritim Dunia
sangat berhubungan erat dengan kepentingan negara-negara di kawasan
Samudera Hindia. Seruan dan inisiatif Indonesia tersebut mendapat
apresiasi dan diterima menjadi salah satu agenda pertemuan IORA dan
IONS berikutnya.16
c. Politik Luar Negeri Indonesia dalam IORA
1) Selain memantapkan eksistensinya di organisasi internasional seperti
G20 dan APEC, Indonesia juga berhasil menyelenggarakan KTT IORA di
Jakarta, dan menghasilkan Jakarta Concode, dimana Indonesia juga
dipercaya untuk memimpin organisasi ini. Dalam rencana kerja sama antar
16 Laporan harian Dispamsanau, halaman 5, tanggal 18 okt 2018
17
negara IORA ke depan, Indonesia menginisiasi fokus kerja sama pada
keamanan dan keselamatan di laut. Dimana bila dihadapkan dengan
realitas geopolitik dan geostrategis Samudera Hindia sekarang, hal ini tentu
saja sangat kontekstual dan secara strategis memiliki urgensi sangat tinggi.
Dari sisi kepentingan Indonesia sendiri, peran sentral yang di miliki sekarang
di IORA, tentu menambah posisi tawar tersendiri bagi Indonesia di forum
internasional. Sebagai negara yang menjadi jalur lalu lintas utama dunia,
Indonesia tidak hanya berhadapan dengan dinamika geopolitik di kawasan
Samudera Hindia, melainkan juga akan berhadapan dengan dinamika
keamanan yang terjadi di Kawasan Samudera Pasifik, seperti di Asia
Timur dan Laut China Selatan yang hingga saat ini masih terus bereskalasi.
2) Terkait dengan isu keamanan yang terjadi di Samudera Hindia, akan
cukup sulit untuk mengajak seluruh negara anggota ASEAN secara penuh
terlibat dan fokus sebagaimana yang dilakukan dalam menghadapi isu
keamanan di Samudera Pasifik, selain beberapa negara seperti Thailand,
Singapura dan Malaysia yang dalam hal ini memang sudah menjadi anggota
IORA. Oleh sebab itu, arti penting IORA bagi Indonesia memiliki nilai
strategis yang cukup tinggi. Dengan posisi diplomatiknya yang cukup
mapan di ASEAN dan di IORA, Indonesia akan mampu berbicara banyak
dalam isu keamanan global, khususnya keamanan maritim, dan
mendayagunakannya sebaik mungkin bagi kepentingan nasional Indonesia.
Hanya saja persoalannya saat ini, IORA belum menemukan format kerja
sama yang solid seperti ASEAN. Sebagaimana yang dihasilkan dari
kegiatan kunjungan delegasi Kementerian Pertahanan Indonesia ke
Canberra, Australia, pada Agustus 2017 lalu. Dimana salah satu persoalan
mendasar dalam kerja sama IORA yaitu sulitnya menyatukan suara para
negara anggota IORA dikarenakan demikian luasnya perbedaan yang ada
diantara negara anggota itu sendiri seperti perbedaan kekuatan ekonomi,
pertahanan, politik, budaya, jumlah penduduk, luas wilayah, ditambah
kepentingan-kepentingan yang hadir ditengahnya. Oleh karena itu,
pendekatan yang tepat dalam penyelesaian permasalahan/isu-isu dan
program kegiatan IORA dapat dilaksanakan melalui pendekatan bilateral
maupun minilateral.
18
3) Di bidang perdagangan, IORA memiliki peranan sentral, salah
satunya, sebagai upaya alternative penetrasi produk Indonesia ke pasar
non-tradisional. Kontribusi terhadap volume perdagangan antar negara
IORA (96%) dipengaruhi oleh 6 negara utama, yaitu Singapura, Malaysia,
India, Indonesia, Australia dan Afrika Selatan. Volume perdagangan ini
dapat terus digenjot melalui serangkaian kebijakan, antara lain asosiasi
perdagangan (diperkirakan meningkat 22%), Preferential Trade Agreement
(PTA) (diperkirakan meningkat 11%) dan peningkatan skala ekonomi
(diperkirakan meningkat 11%).
10. Efektifitas Sistem Keamanan Maritim
a. Indonesia berhasil mengelola keuntungan strategis dari posisi geografisnya,
maka UNCLOS 1982 dapat menjadi payung hukum yang cukup untuk melindungi
pertahanan dan kedaulatan nasionalnya. Akan tetapi, bila bangsa Indonesia tidak
cukup cermat dalam mengelola potensi strategis geografisnya, ini akan melahirkan
ancaman aktual bagi pertahanan, keamanan dan kedaulatannya. Berbagai
ancaman dapat saja timbul dari sini, yaitu pencurian illegal fishing, illegal smuggling,
perompakan bersenjata, terorisme, dan lain sebagainya. Salah satu tantangan
terbesar dalam pengamanan wilayah maritime ini, adalah penegakan hukum yang
tegas di laut. Hal ini sangat penting, mengingat 2/3 wilayah kedaulatan Indonesia
adalah wilayah perairan. Dengan luas hampir mencapai 2 juta Km2, dan
berbatasan secara langsung maupun tidak langsung dengan 10 negara,
menjadikan Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang sangat tinggi terhadap
ancaman. Bila merujuk pada sejarah di nusantara hingga masa Indonesia
merdeka sekarang ini, hampir 90% ancaman yang datang dan kemudian
mengganggu kedaulatan di seluruh kepulauan di nusantara, selalu masuk melalui
jalur laut.
b. Penguatan sistem alutsista dalam rangka meningkatkan pertahanan
Angkatan Laut dan Angkatan Udara Indonesia memang sesuatu yang tidak bisa
ditawar. Setidaknya dapat memenuhi tuntutan Minimum Essensial Force (MEF).
Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah. Disatu sisi, Indonesia
dituntut untuk dapat memanfaatkan peluang dan meningkatkan daya saingnya
sebagai Poros Maritim Dunia, namun disisi lain, upaya tersebut juga menuntut satu
sistem keamanan maritime yang tangguh.
19
11. Kemampuan Nasional. Merujuk pada kompleksitas ancaman yang dihadapi
Indonesia, maka optimalisasi kemampuan nasional menjadi satu tuntutan yang tidak bisa
ditawar adalah:
a. TNI AU memiliki peran yang penting dalam mewujudkan visi Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia. Untuk itu, TNI AU perlu mengajukan konsep menjaga
kedaulatan seluruh perairan dan daratan Indonesia selama 24 jam berdasarkan
UNCLOS 1982 yang telah diratifikasi menjadi UU Nomor 17 tahun 1985. TNI AU
harus mengembangkan konsep Sistem Pertahanan Udara yang modern dan canggih
melindungi keselamatan NKRI dengan menyiapkan sistem deteksi dini dan sistem
interseptor. Perlu dikaji kedua sistem tersebut untuk mampu menangkis datangnya
rudal tersebut di luar zona ekonomi eksklusif (ZEE). Kebijakan “Minimum Essential
Force” (MEF) dan Rencana Strategis TNI AU merupakan jawaban yang tepat dan
terus dilaksanakan. Saat ini, kita berada di akhir Renstra II (2015 – 2019) dan
kebijakan MEF Tahap II, kita terus berusaha untuk segera mewujudkan terpenuhinya
pengadaan alutsista Angkatan Udara, seperti pesawat tempur pengganti F-5 dengan
pesawat tempur generasi empat setengah (4,5), pesawat angkut berat, pesawat
multipurpose amphibious, pesawat helikopter angkut berat, pesawat tanpa awak
(UAV), Radar GCI, senjata udara dan rudal penangkis serangan udara serta fasilitas,
sarana prasarana lainnya. Pesawat-pesawat tempur TNI AU dipersenjatai dengan
rudal, antirudal jarak jangkau minimal 25 Nm (sekitar 48 km). TNI AU konsisten
dengan konsep netwok centric operation, maka langkah awal adalah menempatkan
kekuatan tempur utama TNI AU di wilayah perbatasan, mengingat jarak jelajah
pesawat TNI AU sangat ditentukan dari mana pangkalan awalnya untuk airborne.
b. Penegakan Hukum di Laut
Optimalisasi ini bertujuan untuk memenuhi hak dan kewajiban Indonesia atas
wilayah kedaulatannya, sebagai dampak dari kesepakatan internasional yang
tertuang dalam UNCLOS 1982. Salah satunya adalah pelaksanaan hak lintas
damai. Dimana hal ini telah diakomodasi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36
Tahun 2002, hak lintas alur laut kepulauan diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 37 Tahun 2002. lndonesia memberikan akses kepada kapal dan pesawat
udara Malaysia untuk melaksanakan hak lintas akses dan komunikasi sebagaimana
tertuang dalam Perjanjian Bilateral yang telah diratifikasi dengan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1983. Hak lintas transit berlaku di Selat Malaka, Selat Philips
20
dan Selat Singapura yang digunakan untuk pelayaran internasional antara satu
bagian laut lepas atau ZEE dan bagian laut lepas atau suatu ZEE lainnya. Lintas
transit berarti pelaksanaan kebebasan pelayaran dan penerbangan semata-mata
untuk tujuan transit yang terus menerus, langsung dan secepat mungkin. Kapal
dan pesawat udara sewaktu melaksanakan hak lintas transit harus:
1) Lewat dengan cepat melalui atau di atas selat.
2) Menghindarkan diri dari ancaman atau penggunaan kekerasan
apapun terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik
negara yang berbatasan dengan selat atau dengan cara lain apapun yang
melanggar asas-asas hukum internasional yang tercantum dalam Piagam
PBB.
3) Menghindarkan diri dari kegiatan apapun selain transit secara terus
menerus langsung dan secepat mungkin dalam cara normal kecuali
diperlukan karena force majeure atau karena kesulitan.
Pelaksanaan hak lintas damai dilakukan dengan menggunakan alur laut
yang lazim digunakan untuk pelayaran internasional dan memperhatikan pedoman
pelayaran yang dikeluarkan oleh instansi berwenang di bidang keselamatan
pelayaran. Setiap kapal asing yang melaksanakan lintas damai wajib berada dalam
batas-batas alur pelayaran yang wajar dengan kecepatan dan arah yang sesuai
dengan navigasi yang normal dalam rangka menuju tempat tujuan pelayaran.
c. Mendukung Anggaran Pertahanan Dihadapkan pada Optimalisasi
Alutsista
Anggaran pertahanan merupakan satu hal yang sangat dilematis bagi
Indonesia. Di tengah gecarnya pemerintah membangun saat ini, agaknya cukup
berlebihan bila kita menuntut dukungan anggaran pertahanan negara. Akan tetapi,
hal ini tetap harus menjadi target pencapaian, setidaknya untuk mencapai MEF.
Mengingat anggaran pertahanan selalu berbanding lurus dengan kemampuan
alutsista dan kapasitas kemampuan TNI dalam melaksanakan tugasnya menjaga
dan mempertahankan NKRI. Di era revolusi industri keempat (industri 4.0),
kemampuan industri pertahanan pun dituntut untuk lebih inovatif. Dalam kerangka
ini, kita bisa memanfaatkan industri 4.0 yang bersifat eksponensial untuk mereduksi
kelemahan kita di bidang alutsista. Ini disebabkan titik penting dari industry 4.0 ini
21
adalah inovasi. Berbeda dengan tiga revolusi industri sebelumnya yang bersifat
linier dan bisa diprediksi, industri 4.0 bisa demikian progresif, dengan biaya yang
tidak terlalu besar, namun dengan racikan inovasi yang tepat, dapat menghasilkan
suatu kualitas yang lebih baik dan memiliki nilai guna lebih luas dari sebelumnya.
d. Mengamankan Sumber Daya Alam
Dengan cepatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat
ini, potensi pencurian sumber daya alam juga semakin tinggi. Masyarakat luas, baik
nasional maupun internasional dapat mengakses informasi yang dibutuhkan
tentang keberadaan sumber daya alam di seluruh dunia. Hal ini menjadikan
negara-negara dengan kekayaan alam begitu besar harus waspada. Sejauh ini kita
sudah banyak mengidentifikasi terjadinya illegal fishing, penyelundupan hewan-
hewan langka, dan illegal logging yang keluar masuk Indonesia. Hal ini tentu
membutuhkan satu sistem pengawasan ekstra dari negara. Disamping untuk
menjaga sumber daya alam, juga untuk menjaga kedaulatan nasional dari segenap
ancaman yang datang.
12. Hasil Kajian Analisis tentang Peranan IORA
a. Analisis Latar Belakang dan Tantangan IORA. Terlahirnya dokumen
IORA yang menyatakan bahwa keamanan maritim merupakan aspek yang penting
dapat dikatakan sebagai langkah yang sangat tepat bagi IORA, walau juga sangat
terlambat melihat umur IORA yang telah menginjak 20 tahun sejak berdirinya
organisasi internasional tersebut. Dengan dinamika persoalan maritim yang jelas
mengganggu stabilitas kawasan Samudera Hindia terutama jalur komunikasi global
yang dimiliki kawasan ini, maka sangat tepat bagi IORA untuk meningkatkan peran
dalam menjaga keamanan maritim kawasan. Melihat latar belakang IORA sebagai
sebuah organisasi internasional kawasan, tentu hal ini dibangun dengan urgensi
akan tingginya nilai strategis wilayah maritim ini, membuat isu yang paling menonjol
dalam aspek kemaritiman adalah isu keamanan, khususnya terkait keamanan dan
keselamatan dalam pelayaran. Karena wilayah maritim merupakan aset yang
dimiliki bersama oleh penduduk bumi, maka dinamika isu yang terkait dengan
keamanannya, tidak jarang menarik perhatian semua unsur stakeholder di seluruh
dunia. Terdapat dua level keamanan maritim, Pertama, strategic maritime security
yaitu keamanan tradisional murni dimensi militer, ancaman militer, persaingan
22
kekuatan global, kekuatan baru. Kedua, Sub-strategic maritime security, ancaman
keamanan laut berdimensi non-militer.17
b. Analisis Geopolitik dan Geostrategi Samudera Hindia. Berbicara
mengenai aspek global yang memberikan pengaruh signifikan terhadap
perkembangan lingkungan strategis di kawasan, apabila kawasan Samudera Hindia
menjadi Sea Lanes of Communication (SLOC) atau Sea Lanes of Trade (SLOT)
maka menjaga stabilitas keamanan jalur tersebut adalah keniscayaan dan
merupakan kepentingan bersama. Salah satunya adalah kawasan Samudera
Hindia, sebagai samudera ketiga terbesar di dunia yang mencangkup hingga 20%
dari wilayah perairan di bumi, dan memiliki jalur-jalur perairan strategis yang
digunakan sebagai jalur komunikasi sekaligus dan jalur perdagangan dunia
SLOC dan SLOT.18 Pergeseran COG (center of gravity) dari kawasan Eropa ke
Asia, meningkatnya ketergantungan sumber daya alam (gas, minyak, perikanan,
dan lainnya) yang menghubungkan negara-negara dari beragam wilayah di belahan
dunia seperti negara-negara Timur Tengah, Afrika, Asia, bahkan Eropa. Terkait
dengan jaringan pasokan dan distribusi global satu sama lain dengan menggunakan
jalur laut sebagai prasarana menjadikan kawasan Samudera Hindia menjadi
semakin penting sebagai COG yang tinggi nilai strategisnya. Bersamaan dengan
dinamika global tersebut, disamping bermunculannya permasalahan seperti
pembajakan dan sengketa wilayah perairan antar negara di lautan regional makin
meningkatnya ragam permasalahan di wilayah perairan membuat tantangan tata
kelola yang signifikan bagi pembuat kebijakan maritim di kawasan Samudera
Hindia.19
Gambar 6. Tujuh dari sembilan choke-points dunia yang
berada di kawasan Samudera Hindia 20
17 Riefqi Muna, M. Defstud, PhD (Penelitian Utama P2P LIPI RI), IORA dan Keamanan Maritim di Samudera
Hindia, September 2018 18 https://id.wikipedia.org/wiki/Samudra_Hindia, diakses pada tanggal 25 November 2017
19 The Indian Ocean and US Grand Strategy: ensuring access and promoting security, 2012 20 Stimson 2012
23
Keunikan kawasan Samudera Hindia diwarnai dengan fakta-fakta unik tentang
negara pantai yang mengelilinginya. Walaupun berbagi ruang maritim (samudera)
yang sama, kawasan Samudera Hindia memiliki keragaman dan perbedaan yang
unik dalam lingkup politik, budaya, ekonomi, dan lingkungan. Kawasan Samudera
Hindia dikelilingi dan kondisinya dipengaruhi (dan mempengaruhi) oleh 38 negara
pantai disekelilingnya, yaitu Afrika Selatan, Arab Saudi, Australia, Bahrain,
Bangladesh, Komoro, Djibouti, Timor Timur, Mesir, Eritrea, India, Indonesia, Iran,
Irak, Israel, Kenya, Kuwait, Madagaskar, Malaysia, Maladewa, Mauritius,
Mozambik, Myanmar, Oman, Pakistan, Qatar, Seychelles, Singapura, Somalia, Sri
Lanka, Sudan, Tanzania, Thailand, Uni Emirat Arab, Yaman, Yordania, serta
Perancis dan Inggris yang juga memiliki wilayah pulau-pulau di kawasan Samudera
Hindia.21 Memasuki abad 21, dimana negara-negara di Asia mulai bangkit sebagai
kekuatan dunia, seperti China dan India, nilai strategis Samudera Hindia kembali
meningkat, bahkan oleh Robert Kaplan dianggap sebagai center of gravity
perdagangan global di masa depan. Samudera Hindia yang membentang dari
Afrika Selatan di barat hingga ke Australia di Timur, diperkirakan akan menjadi
ruang yang paling strategis dan menentukan dalam dinamika persaingan negara-
negara adidaya dunia. Dalam kerangka ini, cara yang paling praktis memahami
konstalasi geopolitik Samudera Hindia adalah dengan memahami bahwa kawasan
ini adalah jalur yang menghubungkan arus isu politik, ekonomi, perdagangan,
sosial-budaya, dan keamanan dari Samudera Pasifik ke Samudera Atlantik,
demikian juga sebaliknya.
c. Analisis Kawasan Samudera Pasifik. Kawasan yang dipenuhi oleh
emerging country yang menopang lebih dari 40% perdagangan dunia, sedang
kawasan Samudera Altantik, adalah kekuatan tradisional global yang hingga saat
ini masih menjadi kekuatan politik, ekonomi, dan pertahanan dunia. Dinamika yang
terjadi di kedua kutub kawasan ini, akan sangat mempengaruhi geopolitik di
kawasan Samudera Hindia. Disisi lain, setidaknya terdapat 51 negara yang bisa
disebut berada dalam ruang lingkup kawasan Samudera Hindia. Meskipun tidak
semua negara-negara ini masuk dalam keanggotan IORA, tapi dinamika yang ada
di negara-negara ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi dinamika
keamanan di kawasan Samudera Hindia, begitupun sebaliknya. Adapun terkait
dengan isu geostrategi yang saat ini menjadi perhatian adalah keikutsertaan
21 Ibid
24
negara Afrika dalam organisasi internasional skala regional Samudera Hindia,
seperti IORA. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kawasan ini saling memiliki
keterhubungan (konektifitas) secara politik, sosial, dan ekonomi. Afrika sendiri
melalui Uni Afrika telah membangun kerja sama dalam peacekeeping, terorisme,
dan isu keamanan lainnya, IORA dapat mengambil contoh konsep yang sudah India
lakukan dalam menangkap peluang yang ada di benua Afrika.
d. Analisis Kerja sama IORA Terkait Dinamika Keamanan Maritim.
1) Dengan kapasitas organisasi dan kerja sama yang sudah cukup solid
dan strategis saat ini, IORA menjelma menjadi salah satu kekuatan
organisasi internasional yang cukup diperhitungkan. Sebagaimana yang
sudah menjadi tema kepemimpinan Indonesia tahun 201I, yaitu
"Strengthening Maritime Cooperation in a Peaceful and Stable Indian
Ocean", masalah keamanan dan keselamatan di laut menjadi salah satu
point paling krusial yang menentukan masa depan kerja sama ini di
kemudian hari. Ditambah lagi, isu-isu keamanan dan keselamatan maritim
tersebut saat ini memiliki kaitan erat dengan isu keamanan yang terjadi di
wilayah darat. Semua isu tersebut terkait erat, baik langsung maupun tidak
langsung dengan dinamika keamanan di kawasan Samudera Hindia.
2) Pada langkah-langkah politik internasional negara-negara besar dan
berkekuatan besar tersebut, kemitraan IORA seyogyanya juga membangun
fundamental dari sebuah kerja sama yang lebih rinci terkait dengan
mekanisme pengamanan dan keselamatan di sepanjang jalur pelayaran ini.
Meski pembangunan kerja sama militer tersebut tidak ditujukan untuk
menyaingi kekuatan-kekuatan militer yang ada, namun setidaknya, bisa
memberikan fungsi koordinasi dan kerja sama agar terjadi sinergi di kawasan
tersebut.
3) Mengenai ancaman keamanan, IORA harus concern terhadap
stabilitas keamanan kawasan, seperti terorisme, yang salah satunya terjadi
di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yaitu pergerakan dari ISIS dan Boko
Haram. Selain itu juga, isu keamanan non tradisional seperti isu pertanian,
perikanan, pembajakan, pencucian uang, illegal logging, dan lainnya dapat
dijadikan acuan sebagai ancaman bersama yang menghasilkan sebuah joint
25
activities saling mendukung satu sama lain. Meski bila dinilai dari
konteksnya, saat ini pendekatan soft power menjadi cara yang efektif untuk
dilakukan negara- negara di Samudera Hindia.
4) Permasalahan terbesar IORA sebenarnya adalah mekanisme yang
belum rampung dan perbedaan kapasitas nasional negara-negara
anggotanya. IORA tahun 2014, menjadi suatu acuan bagi Indonesia dengan
memberikan contoh-contoh keberhasilan Indonesia dalam membangun
pencapaian forum-forum serupa di Asia-Pasifik yang telah berhasil
dilakukan, seperti ARF, Visi Indonesia di IORA adalah mewujudkan kawasan
Samudera Hindia yang aman dan stabil. Namun, yang menjadi masalah
adalah ada beberapa negara penting di kawasan Samudera Hindia (sumber
ketegangan dengan India) yang tidak terlibat dalam IORA, sehingga
ketegangan yang ada di kawasan tidak bisa diselesaikan oleh IORA,
mengingat akan sangat sulit bagi IORA membangun mekanisme politik
strategis di internal organisasinya. Sejauh ini, kerja sama IORA hanyalah
sebatas membangun mekanisme kerja sama di bidang-bidang yang tidak
sensitif, membangun saling percaya, menghidupkan kembali hubungan
jaman dulu yang pada era kolonialisme telah hilang. Selebihnya, ini menjadi
tugas (PR) bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan visinya menciptakan
kawasan Samudera Hindia yang aman dan stabil. IORA mendorong kerja
sama regional, mengidentifikasi keamanan laut, sengketa wilayah, bencana
alam, dan peningkatan persaingan antara India dan Tiongkok sebagai
tantangan keamanan utama di kawasan tersebut. Keamanan maritim
menjadi tantangan terbesar dalam IORA dimana hal ini berkaitan dengan
posisi Samudera Hindia yang menjembatani Timur dan Barat, dan jalur
pelayaran yang kini melebar hingga Samudera Pasifik, yang menjadi subjek
dalam membantu mendorong perdagangan global dan ekonomi dunia.
e. Analisis Peran TNI AU terhadap IORA. Pengaruh keberadaan Indonesia
dalam konteks Samudera Hindia yang merupakan salah satu samudera penting
memberikan banyak harapan dan keanekaragaman potensi yang belum
termanfaatkan bagi kepentingan Indonesia. Sudah saatnya Indonesia menjadikan
Samudera Hindia sebagai bagian dari halaman depan Indonesia dengan
memperkuat dan meningkatkan kebijakan pemerintah. Indonesia akan mampu
banyak bicara dalam era keamanan global, khususnya keamanan udara dan maritim
26
serta mendayagunakan sebaik mungkin bagi kepentingan Nasional. TNI AU
mempunyai peran penting dalam mewujudkan poros maritim dunia, sehingga TNI
AU perlu mengajukan konsep menjaga kedaulatan seluruh perairan dan daratan
Indonesia selama 24 jam berdasarkan UNCLOS 1982 yang telah diratifikasi menjadi
UU Nomor 17 tahun 1985, dengan memperkuat keamanan laut Nusantara melalui
eksekusi serangan udara atau "Maritim Air Strike" dan "Maritim Air Support".
"Maritim Air Strike" dan "Maritim Air Support" merupakan bentuk pengamanan
TNI AU terhadap segala bentuk pelanggaran di perairan Nusantara. Setiap
pelanggaran akan dieksekusi dengan "Maritim Air Strike" dan didukung "Maritim Air
Support" . "Maritim Air Strike" dan "Maritim Air Support" bagian dari TNI AU
mendukung program pemerintah. Sistem pengaman TNI AU untuk keamanan laut
Nusantara itu juga sudah masuk ke dalam rencana strategis (renstra) TNI AU,
tentunya TNI AU harus menyiapkan untuk eksekusi apabila ada pelanggaran di
maritim.
Penutup
12. Kesimpulan. Sebagai hasil akhir dari penulisan dan pembahasan naskah tentang
Analisa Kerja Sama Indian Ocean Rim Association (IORA) Dihadapkan Dengan Tugas TNI
AU, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Berdasarkan kebijakan dan kepentingan nasional Indonesia, khususnya
bila melihat didalam beberapa aspek, seperti politik, keamanan dan pertahanan
negara, Samudera Hindia bagi Indonesia sangat strategis dan secara alamiah,
geopolitik Indonesia memang sudah menjadi Poros Maritim Dunia. Perkembangan
lingkungan strategis yang mempengaruhi IORA sebagai sebuah organisasi di
Samudera Hindia, diantaranya yang paling siginifikan adalah adanya kontestasi
negara-negara baik tingkat global dan regional yang akan berpengaruh terhadap
aspek nasional.
b. Indonesia akan mampu berbicara banyak dalam isu keamanan global,
khususnya keamanan maritim, dan mendayagunakannya sebaik mungkin bagi
kepentingan nasional Indonesia. Persoalan mendasar dalam kerja sama IORA yaitu
sulitnya menyatukan suara para negara anggota IORA dikarenakan demikian
luasnya perbedaan yang ada diantara negara anggota itu sendiri seperti perbedaan
27
kekuatan ekonomi, pertahanan, politik, budaya, jumlah penduduk, luas wilayah,
ditambah kepentingan-kepentingan yang hadir ditengahnya.
c. Prioritas kerja sama dalam IORA adalah, keselamatan dan keamanan
maritime, fasilitas perdagangan, manajemen perikanan, manajemen resiko
bencana alam, kerja sama akademis, dan ilmu pengetahuan serta teknologi. Nilai
strategitas kawasan Samudera Hindia selaras dengan tingginya ancaman
keamanan laut di Samudera Hindia mendorong IORA ingin berperan aktif dalam hal
konteks keamanan, diantaranya terus melakukan pendekatan dalam membangun
kerja sama regional antar negara IORA dalam melakukan konsep-konsep kerja
sama (backbone).
d. Berdasarkan konsep Kebijakan Umum Pertahanan Negara tahun 2015-
2019 Geostrategi Indonesia pada dasarnya adalah Strategi Nasional Bangsa
Indonesia dalam memanfaatkan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagai ruang hidup nasional guna merancang arahan tentang kebijakan dan
sasaran pembangunan untuk mencapai kepentingan dan tujuan nasional.
13. Saran. Setelah membahas naskah tentang Analisa Kerja Sama Indian Ocean Rim
Association (IORA) Dihadapkan Dengan Tugas TNI AU, maka disarankan sebagai berikut:
a. Mabes TNI AU melalui Mabes TNI dapat memberikan masukan dan
dukungan kepada Kemlu untuk mendorong upaya-upaya pendekatan politik luar
negeri bersamaan dengan pendekatan diplomasi pertahanan guna membangun
kerja sama dalam penanganan keamanan udara dan maritim di kawasan Samudera
Hindia antara Indonesia dalam konteks IORA.
b. Mabes TNI AU melalui Panglima TNI perlu mengantisipasi dan
menganalisa lebih jauh mengenai dinamika perkembangan lingkungan strategis
regional Samudera Hindia yang sudah mulai menggeliat dengan berbagai jenis
kebijakan politik luar negeri, termasuk kerja sama antar negara baik secara bilateral
maupun multilteral.
c. TNI AU dan TNI AL perlu menyelaraskan sinergitas koordinasi dan juga
sharing informasi dalam rangka memberikan pengamanan keamanan maritim,
sehingga dapat menjadi sebuah acuan kebijakan pertahanan negara yang lebih
28
dinamis sesuai dengan lingkungan strategis baik dalam skala regional maupun
global.
14. Wusana kata. Demikian naskah tentang Analisis Kerja sama IORA dihadapkan
dengan tugas TNI, semoga dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pimpinan dalam
pengambilan kebijakan selanjutnya.
Jakarta, Desember 2018