karakterisasi genetik sapi aceh menggunakan analisis keragaman ...
Analisis Keragaman DNA.docx
-
Upload
susianna-rismanda -
Category
Documents
-
view
6 -
download
1
Transcript of Analisis Keragaman DNA.docx
Analisis Keragaman DNA
Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu reaksi in vitro untuk menggandakan molekul
DNA pada target tertentu dengan cara mensintesa molekul DNA baru yang berkomplemen
dengan molekul DNA tersebut dengan enzim polymerase dan oligonukleotida pendek sebagai
primer dalam mesin Thermal Cycler. Teknik ini berjalan secara enzimatik melalui
mekanisme perubahan suhu.
Proses yang terjadi dalam mesin PCR meliputi tiga tahap utama yaitu denaturasi (pemisahan
untai ganda DNA), annealing (penempelan primer) dan ekstensi (pemanjangan primer).
Proses dari mulai denaturasi, penempelan hingga pemanjangan disebut sebagai satu siklus.
Produk PCR dapat langsung divisualisasikan melalui proses elektroforesis dan dapat
digunakan untuk analisis lebih lanjut (Muladno, 2002). Keragaman DNA amplikon atau
produk PCR dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain RFLP, SSCP, TGGE dan
sequencing.
Restriction FragmentLength Polymorphism(RFLP)
PCR-RFLP merupakan teknik analsis lanjutan dari produk PCR. Teknik PCR
memanfaatkan perbedaan pola pemotongan enzim restriksi atau enzim pemotong yang
berbeda pada tiap-tiap mikroorganisme. Analisis RFLP sering digunakan untuk mendeteksi
lokasi genetik dalam kromosom yang menyandikan penyakit yang diturunkan (Orita et al.,
1989) ataupun untuk mendeteksi adanya keragaman gen yang berhubungan dengan sifat
ekonomis, seperti produksi dan pertumbuhan.
Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR)a merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
memperbanyak segmen DNA secara in vitro (Ausubel, 1995). Segmen DNA tersebut
kemudian dapat diketahui runutan nukleotidanya, salah satunya yaitu dengan menggunakan
enzim restriksi. Enzim restriksi dapat memotong DNA secara spesifik dan terbatas pada situs
yang dikenalinya (Lewin, 1994). Perbedaan pola pemotongan DNA dari jenis gen yang sama
antara beberapa ternak disebut Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP).
Pada prinsipnya, RFLP merupakan semua mutasi yang menghilangkan atau menciptakan
sekuen rekognisi baru bagi enzim restriksi. Penyisipan (inersi),penghilangan (delesi), maupun
subtitusi nukleotida yang terjadi pada daerah rekognisi suatu enzim restriksi menyebabkan
tidak lagi dikenalinya situs pemotongan enzim restriksi dan terjadinya perbedaan pola
pemotogan DNA (Lewin,1994).
Single Strand Conformation Polymorphism (SSCP)
PCR-RFL P merupakan salah satu metode analisis lebih lanjut yang memanfaatkan produk
PCR. Metodeini didasarkan pada asumsi bahwa perubahan yang terjadi pada fragmen DNA
akan mempengaruhi bentuk dari fragmen DNA untai tunggalnya yang terlihat dari perubahan
pola migrasi pada gel poliakrilamida non-denaturasi. Metode SSCP dapat mendeteksi adanya
mutasi pada fragmen DNA, akan tetapi tidak dapat memberikan informasi tentang posisi
dimana terjadinya mutasi pada fragmen DNA, dan memiliki keterbatasan dalam menentukan
jumlah alel (Barroso et al., 1999).
TemperatureGradient Gel Electrophoresis (TGGE)dan Denaturing Gradient Gel
Electrophoresis(DGGE)
Polymerase Chain Reaction-Temperature Gradient Gel Electrophoresis (PCR-TGGE) adalah
suatu metode analisis keragaman yang mendeteksi adanya mutasi menggunakan gel yang
memiliki perbedaan suhu (Jasik dan Reichert, 2006). Denaturing Gradient Gel
Electrophoresis (DGGE) merupakan salah satu metode yang dapat membedakan adanya
mutasi berdasarkan berat molekul fragmen DNA pada gel yang memiliki perbedaan
konsentrasi bahan untuk menyamakan bera tmolekul (denaturing) (Liu et al.,2008).
Sequencing
Sequencing merupakan satu terobosan utama dalam genetika molekuler untuk menganalisis
keragaman molekul DNA. Sequencing merupakan proses penentuan urutan nukleotida pada
suatu fragmen DNA atau RNA. Sequencing menghasilkan penggambar linear simbolik yang
disebut sekuen yang meringkas sebagian besar struktur tingkat atom atas molekul yang
disekuensing. Sequencing DNA akan menghasilkan sekuen DNA yang digambarkan sebagai
untaian abjad lambang nukleotida-nukleotida penyusun DNA (Muladno,2002).
Tipe polimorfisme yang dideteksi yaitu pertukaran satu basa dan menghasilkan informasi
sekuen yang dibutuhkan. Proses Sequencing dapat dilakukan dengan secara cepat dan hasil
yang diperoleh tinggi (akurat),akan tetapi biaya yang dibutuhkan cukup besar (Gupta et al.,
2002).
Sumber:
Barroso, A., S. Dunner, dan J. Canon. 199. Technical note: use PCR-single strand
conformation polymorphism analysis for detection of Bovine ?-casein variants A1,
A2,
A3, and B.J. Anim. Sci. 77:2629-2632.
Gupta, P.K., R.K. Varshneydan M. Prasad. 2002. Molecular Markers: Principles and
Methodology. Dalam: Jain, S.M., D.S. Brar, dan B.S.Ahloowalia (Eds.). Molecular
Techniques in Crop Inprovement. P.9-54.
Liu, G., T. Amemiya, dan K.Itoh. 2008. Two-dimensional DNA gel electrophoresis mapping:
a novel approachto diversity analysis of bacterial communities in environmental soil. J.
ofBioscience and Bioengineering, 105:127-133.
Muladno. 2002. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Pustaka WirausahaMuda dan USESE
Foundation. Bogor.
Orita, M., H. Iwahana, H.Kanazawa, K. Hayashi, dan T. Sekiya. 1989. Detection of
polymorphisms of humanDNA by gel electrophoresis as a single-strand conformation
polymorphism. Proc.Natl. Acad. Sci. 86:2766-2770.