analisis pengaruh desain produk, motivasi konsumen dan citra ...
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK SUSU...
-
Upload
truongtuyen -
Category
Documents
-
view
348 -
download
13
Transcript of ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK SUSU...
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK SUSU ULTRA MILK
Oleh :
ARIEF RAHMAN A14103119
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN ARIEF RAHMAN. Analisis Kepuasan Konsumen Produk Susu Ultra Milk. Di Bawah Bimbingan HARMINI.
Salah satu industri minuman yang mengalami perkembangan pesat adalah
minuman susu. Susu adalah bahan minuman yang berasal dari ternak dan memiliki kandungan gizi tinggi. Permintaan susu dimasa mendatang akan meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan atau daya beli, maupun kesadaran pangan dan gizi.
Permintaan susu dimasa mendatang akan meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan atau daya beli, maupun kesadaran pangan dan gizi. Dapat dilihat dari Tabel Perkembangan Konsumsi Susu di Indonesia pada Tahun 200-2004 bahwa sampai saat ini impor susu untuk memenuhi produksi dalam negeri masih cukup besar, yaitu diatas 50 persen pertahunnya Hal ini disebabkan jumlah total produksi susu dalam negeri yang belum mampu mengimbangi total konsumsi dalam negeri.
Salah satu produsen yang bergerak dalam industri susu adalah Ultra Milk. Produk PT Ultrajaya Milk Industry and Trading (PT Ultrajaya) yang bermerek Ultra Milk, merupakan produk yang telah lama memproduksi susu cair dalam kemasan sejak tahun 1975. Dengan pertumbuhan penjualan 15-20 persen per tahunnya menjadikan PT Ultrajaya menjadi pemimpin pasar (market leader) di industri susu cair. Saat ini Ultra Milk telah memiliki market share mencapai 50 persen lebih (Republika Online, 2005). Besarnya peluang pasar dalam industri susu cair dalam kemasan menyebabkan semakin bertambahnya produsen yang memasuki industri ini. Laba bersih yang dihasilkan PT Ultrajaya pada Tahun 2000-2004, hal tersebut memperlihatkan laba bersih yang dihasilkan cenderung menurun sebagai dampak ketatnya persaingan dalam industri susu per tahunnya. Pesaing utama yang kini terus menerus mengikuti perkembangan susu cair adalah PT Frisian Flag Indonesia (PT FFI) dengan merek Bendera. Menurut riset AC Nielsen Tahun 2006, perkembangan susu cair PT FFI terus meningkat sebesar lima persen pertahunnya. Dengan melihat prospek di industri susu cair dalam kemasan yang semakin baik, PT FFI tidak henti-hentinya melakukan inovasi terhadap produknya. Baru-baru ini PT FFI meluncurkan susu cair steril dalam kemasan botol 800 ml dengan merek Yes!. Hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat loyalitas konsumen terhadap produk Ultra Milk sehingga mengakibatkan posisi Ultra Milk sebagai pemimpin pasar dalam susu cair dalam kemasan menjadi terancam. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah Bagaimana karakteristik konsumen Ultra Milk, Bagaimana kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap atribut-atribut Ultra Milk, Bagaimanakah strategi untuk meningkatkan kepuasan konsumen Ultra Milk.
Penelitian ini dilaksanakan dengan jumlah responden sebesar 100 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode convinience sampling. Metode convinience sampling, didasarkan pada pertimbangan kemudahan untuk melakukannya. Responden yang dimaksud adalah responden yang bersedian untuk diwawancara atau pengunjung supermarket dan pasar tradisional yang kebetulan membeli susu cair dalam
kemasan Ultramilk atau sudah pernah mengkonsumsi susu dalam kemasan Ultramilk atau konsumen yang sebelumnya telah mengkonsumsi Ultra Milk smaksimal satu bulan sebelum wawancara dilakukan.
Karakteristik konsumen berdasarkan data umum responden dikelima tempat penelitian adalah responden berusia 22 - 24 tahun, berjenis kelamin laki-laki, masih bertempat tinggal di rumah kontrakan. Berdasarkan Pendidikan terahir, konsumen terbesar terdapat pada lulusan S1. Berdasarkan pekerjaan, konsumen Ultra Milk sebagian besar adalah pelajar/mahasisiwa yang sering beraktivitas sehingga membutuhkan tambahan gizi yang cukup dengan total pengeluaran individu untuk konsumsi per bulan Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000.
Karakteristik umum perilaku pembelian didominasi oleh responden yang mendapat informasi/pengetahuan tentang produk Ultra Milk dari Iklan di Televisi, melakukan pembelian Ultra Milk di Supermarket, pembelian tanpa perencanaan terlebih dahulu dan pembelian Ultra Milk berdasarkan inisiatif sendiri.
Indeks kepuasan konsumen secara keseluruhan yang berhasil dicapai produk Ultra Milk sebesar 61,89 persen artinya perusahaan memuaskan 61,89 persen dari harapan konsumen. Atribut yang paling memuaskan konsumen adalah atribut kondisi kemasan pada saat dikonsumsi yang memiliki skor indeks kepuasan tertinggi sebesar 0,672 atau 67,2 persen.
Atribut yang harus diprioritaskan perbaikan kinerjanya adalah atribut untuk kandungan bahan pengawet dan kemudahan memperoleh produk. Atribut yang harus dipertahankan kinerjanya pada saat ini adalah atribut tambahan nilai gizi, jaminan halal dan izin Depkes, kekentalan cairan produk, ukuran volume produk, dan kondisi kemasan pada saat dikonsumsi. Atribut yang menjadi prioritas rendah perusahaan meliputi aroma yang khas, variasi pilihan rasa, kejelasan tanggal kadaluarsa, harga eceran dibandingkan dengan volume produk, dan desain kemasan yang menarik. Atribut dapat diminum kapan saja merupakan atribut yang dinilai berlebihan tingkat kinerjanya oleh konsumen.
Strategi produk dapat dilakukan perusahaan adalah mendukung fasilitas penjualan produk, seperti menyediakan mesin pendingin. Strategi harga yang dapat dilakukan adalah menentukan harga yang sesuai dengan keinginan konsumen dan apabila perusahaan ingin menaikan maka kualitas juga harus ditingkatkan. Strategi promosi yang dapat dilakukan adalah dengan menjadi sponsor kegiatan tertentu yang dapat meningkatkan citra positif perusahaan di Kota Bogor. Strategi tempat atau distribusi yaitu memperbaiki saluran distribusi dan menjalin hubungan yang baik dengan para pedagang pengecer, sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara pihak perusahaan dengan para pedagang pengecer.
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK SUSU ULTRA MILK
Oleh : ARIEF RAHMAN
A14103119
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul : Analisis Kepuasan Konsumen Produk Susu Ultra Milk Nama : Arief Rahman NRP : A14103119
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Harmini, MS NIP. 131 688 732
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK SUSU ULTRA MILK“
BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN
MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK
TERTENTU.
SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-
BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK
LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM
NASKAH.
Bogor, Januari 2008
Arief Rahman A14103119
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Medan, 16 juni 1985 dan dibesarkan di kota
Medan sebagai anak kelima dari enam bersaudara pasangan Jusran Madjid dan
Nurhasni. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Swasta Harapan di Kota
Medan pada tahun 1997. Kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTP Swasta
Harapan di Kota Medan dan selesai pada tahun 2000. Pada tahun 2003 penulis
berhasil menyelesaikan pendidikannya di SMU Negeri 1 Medan. Pada tahun yang
sama pula penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen
Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
melalui jalur SPMB.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif pada beberapa kegiatan
kepanitiaan organisasi. Penulis pernah aktif pada organisasi kemahasiswaan
Ladang Seni periode 2005-2006 sebagai Ketua Staf Departemen Bidang Musik
dan aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan. Selain itu, penulis juga
melaksanakan beberapa aktivitas diluar kampus yang bersifat non akademik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan puji dan syukur yang tak terhingga kepada yang Esa Allah
SWT atas segalanya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga peneliti sampaikan kepada :
1. Jusran Madjid (papa) dan Nurhasni (mama). Terima kasih buat keluargaku
yang begitu luar biasa atas perhatian, dukungan, dan doanya kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat selesai.
2. Dosen pembimbing skripsi, Ir. Harmini, MS, yang telah memberikan
bimbingan, kebaikan serta kesabarannya dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Dosen penguji utama, Febriantina Dewi, SE, M.Sc, yang telah memberikan
arahan dan koreksi pada penulisan skripsi ini.
4. Dosen penguji wakil departemen, Arif Karyadi, SP.
5. Terima kasih untuk Anggun Wahyuningsih yang selalu berusaha dan
mendoakan seluruh keberhasilan penulis sampai ahir, warna-warni kehidupan
selama penulis kuliah. You’re the best i ever had.
6. Teman-teman yang sangat luar biasa khusunya Panji Pratama, Nina Tamasari
dan Eko Restu Hardyanto (Lembu), yang selalu membantu ketika penulis
mengalami kesulitan. Selamanya persahabatan kita tidak akan pernah layak
untuk dilupakan. We must be succses in the future.
7. Teman-teman Agb boys khususnya Idham Palada, Faisal Ermin, Pramudia,
Juristama Sitompul, Anindito almutaqin, M. Yanuar Arifin (Pipin), Medi
Affandi dan Nurikhsan (Om). Terima kasih untuk pertemanan selama penulis
berkuliah, untuk pinjaman buku, dukungan dan bantuan selama skripsi
khususnya dalam memberikan saran-saran.
8. Teman-teman sekosan Beverly Champ khususnya Monsaputra, Resman, Agus,
Ignas, Rahman, rizal dan Ricardo atas semangat dan bantuan yang diberikan
kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian.
9. Gilda Vanessa Tiku atas kesediaannya menjadi pembahas seminar.
10. Seluruh Dosen, staff IPB, terutama karyawan PS. AGB, serta seluruh pihak
yang telah menjadi bagian dari perjalanan hidup penulis, terima kasih banyak.
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN...................................................................... 1 1.1 Latar Belakang..................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 5 1.3 Tujuan Penelitian................................................................. 9 1.4 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ........................ 9
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 10
2.1 Definisi Susu Olahan ........................................................... 10 2.1.1 Susu Sterilisasi .......................................................... 10 2.1.2 Susu Pasteurisasi ....................................................... 11
2.2 Industri Susu Olahan............................................................ 11 2.3 Penelitian Terdahulu ............................................................ 13 2.4 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu.......................... 16
III. KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 18
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis................................................ 18 3.1.1 Definisi Konsumen dan Perilaku Konsumen............... 18 3.1.2 Karakteristik Konsumen............................................. 19 3.1.3 Karakteristik Produk .................................................. 22 3.1.4 Kepuasan Pelanggan..................................................... 23 3.1.5 Konsep dan Strategi Pemasaran.................................... 32
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ......................................... 37 IV. METODE PENELITIAN.......................................................... 41 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................. 41 4.2 Jenis dan Sumber Data.......................................................... 41 4.3 Metode Penarikan Sampel..................................................... 42 4.4 Metode Pengumpulan data .................................................... 43 4.5 Metode Analisis Data............................................................ 44 4.5.1 Analisis Deskriptif ...................................................... 45 4.5.2 Importance Performance Analysis (IPA) ..................... 45 4.5.3 Customer Satisfaction Indeks (CSI)............................. 48
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................... 51 5.1 Sejarah Perusahaan ............................................................... 51 5.2 Visi dan Misi Perusahaan...................................................... 54 5.3 Karakteristik Responden ....................................................... 55 5.3.1 Data Umum Responden............................................... 56 5.3.2 Aspek Pembelian ........................................................ 59 VI. ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN ... 63
6.1 Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan Terhadap Atribut yang Mempengaruhi Konsumen Ultra Milk ............. 63
6.2 Urutan Peringkat Atribut Ultra Milk ..................................... 65 6.3 Indeks Kepuasan Konsumen Ultra Milk................................ 67 6.4 Prioritas Perbaikan Atribut yang Mempengaruhi IPA............ 69
VII. IMPLIKASI STRATEGI PEMASARAN................................. 74 7.1 Strategi Produk ..................................................................... 74 7.2 Strategi Harga....................................................................... 77 7.3 Strategi Promosi ................................................................... 77 7.4 Strategi Distribusi ................................................................. 78 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 80 8.1 Kesimpulan........................................................................... 80 8.2 Saran .................................................................................... 81 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 85
LAMIRAN .................................................................................................. 87
DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2001 – 2004..................................................................... 1 2. Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman di Indonesia Tahun 2003–2005 ..... 2 3. Perkembangan Industri Susu Segar di Indonesia Tahun 2000-2004 ....................... 3 4. Produsen Susu Cair Olahan di Indonesia dan Kapasitasnya Pada Tahun 2002 ....... 4 5. Laba Bersih PT Ultrajaya Pada Tahun 2000-2005 ................................................. 6 6. Dimensi Dasar Kualitas pada produk susu Ultra Milk............................................ 23 7. Konsep Perilaku Konsumen dan Aplikasinya ........................................................ 36 8. Sebaran Jumlah Responden di tiap Lokasi Penelitian ............................................ 43 9. Nilai Bobot Tingkat Kepentingan dan tingkat Pelaksanaan (kinerja) ..................... 46 10. Rentang Skala dan Interprestasi Analisis Costumer Satisfaction Index (CSI) ......... 50 11. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Karakteristik Demografi........................................................................................ 58 12. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Sumber Informasi .......... 59 13. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tempat Pembelian ......... 60 14. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Keputusan Pembelian............................................................................................ 61 15. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pemberi Pengaruh dalam Pembelian................................................................................................... 62 16. Sebaran Persentase Responden Menurut Peniaian Atas Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Atribut-atribut Ultra Milk...................................................... 64 17. Urutan Tingkat Kinerja Atribut Ultra Milk............................................................ 65 18. Urutan Tingkat Kepentingan Atribut Ultra Milk.................................................... 66 19. Perhitungan Customer Satisfaction Index Ultra Milk Keseluruhan........................ 68 20. Atribut Ultra Milk berdasarkan Performance dan Importance ............................ 71
DAFTAR GAMBAR No Halaman
1. Diagram Konsep Kepuasan Pelanggan ............................................................... 26
2. Konsep Pemasaran ............................................................................................. 33
3. Kerangka Pemikiran Operasional ....................................................................... 40
4. Matriks Importance Performance Analisys......................................................... 47
5. Kuadran Kartesius Penilaian Responden Terhadap Atribut Produk Ultra Milk .................................................................................. 70
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perindustrian telah memberikan kontribusi yang besar terhadap
perekonomian nasional. Pada struktur produk domestik bruto (PDB) Indonesia
pada tahun 2001-2004, kontribusi sektor industri pengolahan merupakan yang
terbesar daripada sektor lainnya, sehingga industri ini dapat dijadikan harapan
untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Mulai tahun 2001 sampai dengan
tahun 2004, produk domestik bruto pada sektor industri pengolahan terus
meningkat tiap tahunnya. Secara jelas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001 – 2004 (Milyar Rupiah)
Lapangan Usaha 2001 2002 2003* 2004** Pertanian,peternakan,kehutanan
263.327,9 298.876,8 325.653,7 354.435,3
Pertambangan dan penggalian
182.007,8 161.023,8 169.535,6 196.892,4
Industri pengolahan 506.319,6 553.746,6 590.051,3 652.729,5 Listrik, gas dan air bersih 10.854,8 15.392,0 19.540,9 22.855,4 Konstruksi 89.298,9 101.573,5 112.571,3 134.388,1 Perdagangan, hotel dan restoran
267.656,1 314.646,7 337.840,5 372.340,0
• Perdagangan besar daneceran
223.966,5 245.564,3 263.635,6 290.979,7
• Hotel 9.935,2 10.455,8 11.300,9 12.797,4 • Restoran 33.754,4 58.626,6 62.904,0 68.562,9
Pengangkutan dan Komunikasi
77.187,6 97.970,3 118.267,3 140.604,2
Keuangan 135.369,8 154.442,2 174.323,6 194.542,2 Jasa – jasa 152.258,0 165.602,8 198.069,3 234.244,4 Produk Domestik Bruto 1.684.280,
5 1.865.274,
7 2.045.853,
5 2.303.031,
5 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2004
* : Angka sementara ** : Angka sangat sementara
Salah satu sub sektor industri pengolahan yang potensial untuk
dikembangkan adalah industri makanan dan minuman. Dalam Sumardi (2005)1,
pertumbuhan industri makanan dan minuman di Indonesia mengalami
peningkatan dari tahun 2004-2005 dan terjadi lonjakan peningkatan sebesar 10
persen. Pertumbuhan dalam Industri minuman meningkat drastis pada tahu 2004-
2005 yaitu sebesar 31,7 persen, sedangkan industri makanan mengalami
penurunan sebesar 13,3 persen. Secara rinci pertumbuhan industri minuman dan
makanan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman di Indonesia Tahun
2004–2005 (Persen)
Produk 2004 2005 Makanan 37,2 23,9 Minuman 22,5 54,2 Rata-rata 29,2 39,6 Sumber : Nielsen Media Research, dalam Sudarmadi (2005)1
Pertumbuhan industri minuman ini dipengaruhi oleh semakin banyaknya
produk minuman yang dihasilkan oleh beberapa perusahaan. Hal ini disebabkan
karena minuman merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Salah
satu industri minuman yang mengalami perkembangan pesat adalah susu. Susu
adalah bahan minuman yang berasal dari ternak dan memiliki kandungan gizi
tinggi. Zat-zat yang terkandung didalamnya seperti air, lemak, protein, laktosa
atau gula susu. Susu juga mengandung substansi beragam seperti enzim vitamin,
dan pholpholipids atau substansi dengan bahan seperti lemak. Vitamin dalam susu
1) Gurihnya Bisnis Makanan dan Minuman. Majalah Swa Sembada No. 25/XXI/8 – 18 Desember 2005 oleh Sudarmadi.
cair yang paling dikenal adalah vitamin A, B1, B2, C, dan D yang berfungsi untuk
membantu pertumbuhan dan menjaga kesehatan tubuh.
Permintaan susu dimasa mendatang akan meningkat sejalan dengan
pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan atau daya beli, maupun
kesadaran pangan dan gizi. Dapat dilihat dari Tabel 3 bahwa sampai saat ini impor
susu untuk memenuhi produksi dalam negeri masih cukup besar, yaitu diatas 50
persen pertahunnya Hal ini disebabkan jumlah total produksi susu dalam negeri
yang belum mampu mengimbangi total konsumsi dalam negeri.
Tabel 3. Perkembangan Industri Susu Segar di Indonesia Tahun 2000-2004
Tahun Produksi (liter)
Konsumsi (liter)
Ekspor (liter)
Impor (liter)
2000 495.647 929.690 31.482,39 117.268,23 2001 479.947 883.758 29.743,69 119.922,13 2002 493.375 889.934 30.191,88 107.876,71 2003 553.442 1.133.091 49.593,65 117.318,15 2004 596.303 957.624 - -
Sumber: Badan Pusat Statistik (2005)
Salah satu perusahaan yang sudah lama bergerak dalam industri
pengolahan minuman susu cair di Indonesia adalah PT Ultra Jaya Milk Industry
and Trading. Merek susu cair Ultra Milk yang diproduksi oleh PT Ultra Jaya,
mulai dipasarkan pada tahun 1975 dengan pertumbuhan 10-15 persen per tahun.
Selama hampir 32 tahun yaitu dari tahun 1975 sampai dengan tahun 1990 PT
Ultra Jaya menguasai pasar susu cair tanpa pesaing, tetapi sejak tahun 90-an mulai
muncul beberapa pesaing di industri susu cair. Beberapa tahun ini dalam waktu
yang hampir bersamaan mulai bermunculan perusahaan baru dalam industri susu
cair. Hal ini menyebabkan mulai goyahnya kekuasaan PT Ultra Jaya dalam pasar
susu cair. Para pesaing tersebut masuk ke dalam industri susu cair membawa
merek masing-masing antara lain : Indomilk, Milo, Frisian Flag dan Real Good.
Tabel 4 memperlihatkan beberapa produsen, merek, kapasitas dan market share
susu cair olahan di Indonesia. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa PT Ultra Jaya
berada pada posisi pertama dengan market share terbesar yaitu 54,38 persen yang
kemudian disusul oleh PT Nestle Indonesia dan PT Frisian Flag Indonesia dengan
market share sebesar 20,45 persen dan 16,31 persen. Selain itu PT Ultra Jaya juga
memiliki kapasitas produksi terbesar dibanding perusahaan lainnya yaitu sebesar
100.000 kilo liter per tahun.
Tabel 4. Produsen Susu Cair Olahan di Indonesia dan Kapasitasnya Pada Tahun 2002
Nama Perusahaan Status Merek Kapasitas (KiloLiter)
Share (%)
Ultra Jaya Milk Industry, PT PMDN Ultramilk 100.000 54.38 Nestle Indonesia, PT PMA Milo 37.600 20.45 Frisian Flag Indonesia, PT PMA Yes! 30.000 16.31 Indomilk, PT PMDN Indomilk 6.000 3.26 Greenfields Indonesia, PT PMDN Real Good 3.870 2.10 Perusahaan Lainnya - - 6.411 3,46 TOTAL - - 183,881 100,00
Sumber : INDOCOMERCIAL, 2002 Keterangan : PMDN : Perusahaan Milik dalam Negeri PMA : Perusahaan Milik Asing
Masuknya beberapa pemain baru dalam industri susu cair sebagai dampak
besarnya peluang pertumbuhan terhadap permintaan menyebabkan persaingan
semakin ketat. Persaingan ini tentu akan mempengaruhi penjualan perusahaan-
perusahaan yang telah lama bergerak di industri susu cair dalam kemasan,
sehingga perlu menjaga loyalitas konsumen dengan cara memaksimalkan kinerja
dari atribut-atribut produk mereka. Saat ini Ultra Milk adalah pemimpin pasar di
industri susu cair olahan dengan market share 58 persen (Tabel 4), namun
beberapa pesaing terus berusaha untuk merebut pasar susu cair yang dimiliki oleh
Ultra Milk. Berdasarkan hal tersebut, PT Ultra Jaya harus mewaspadai para
pesaing agar dapat terus menjadi pemimpin pasar di susu cair.
1.2 Perumusan Masalah
Peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran akan kesehatan di
masyarakat memicu meningkatnya permintaan terhadap produk minuman susu.
Semakin tingginya jumlah permintaan susu menyebabkan industri pengolahan
susu menjadi suatu industri yang potensial untuk dikembangkan. Susu cair dalam
kemasan adalah salah satu produk hasil pengolahan susu yang banyak diminati
masyarakat. Adanya perubahan pola hidup dalam masyarakat menyebabkan
kebutuhan akan minuman bergizi dan praktis menjadi sangat penting, hal ini
menyebabkan susu cair dalam kemasan memiliki keunggulan dibandingkan
dengan susu bubuk. Besarnya prospek susu cair dalam kemasan membuat
produsen berupaya mengembangkan segmentasi dari susu cair dalam kemasan.
Segmentasi tersebut mencakup dari segi usia maupun selera, sehingga
bermunculan produk susu cair dalam kemasan dengan berbagai pilihan rasa yang
disesuaikan dengan selera dari segmentasi konsumen mereka.
Sejalan dengan peningkatan permintaan susu dalam kemasan dan
perkembangan teknologi yang semakin maju, produsen-produsen yang bergerak
dalam industri susu dalam kemasan terus melakukan inovasi untuk menambah
keunggulan atribut-atribut produknya, sehingga produk mereka memiliki
perbedaaan yang nyata dibandingkan produk sejenis dengan tujuan menarik minat
konsumen. Untuk itu kepuasan atribut perlu ditingkatkan perusahaan untuk
mempertahankan konsumen.
Produk PT Ultra Jaya Milk Industry and Trading (PT Ultra Jaya) yang
bermerek Ultra Milk, merupakan produk yang telah lama memproduksi susu cair
dalam kemasan sejak tahun 1975. Susu cair Ultra Milk merupakan produk
unggulan PT Ultra Jaya, hal dapat dilihat dari kontribusinya terhadap jumlah
persentase penjualan bersih perusahaan pada tahun 2004, yaitu sebesar 82 persen
sedangkan produk lainnya seperti susu bubuk, mentega, susu kental manis adalah
18 persen (www.ultrajaya.co.id). Dengan pertumbuhan penjualan susu cair Ultra
Milk sebesar 15-20 persen per tahunnya menjadikan PT Ultra Jaya menjadi
pemimpin pasar (market leader) di industri susu cair. Salah satu dampak dari
ketatnya persaingan dalam industri susu adalah berkurangnya Laba bersih yang
dihasilkan PT Ultra Jaya pada Tahun 2000-2005 memperlihatkan cenderung
menurun. Hal ini disebabkan oleh para produsen pesaing terus-menerus
melakukan pengembangan terhadap produk susu mereka. Secara lengkap laba
bersih PT Ultra Jaya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Laba Bersih PT Ultra Jaya Pada Tahun 2000-2005 (Milyar)
Tahun Laba bersih (Milyar) 2000 29,9 2001 30,4 2002 18,9 2003 7,5 2004 4,4 2005 4,5
3) Berebut manisnya pasar susu cair. 2005. www.republika.co.id. Tanggal 03 Mei 2005 oleh Anonim.
Sumber : www.ultrajaya.co.id
Pesaing utama yang kini terus menerus mengikuti perkembangan susu cair
adalah PT Frisian Flag Indonesia (PT FFI) dengan merek Bendera. Menurut riset
AC Nielsen Tahun 2006, perkembangan susu cair PT FFI terus meningkat sebesar
lima persen pertahunnya. Dengan melihat prospek di industri susu cair dalam
kemasan yang semakin baik, PT FFI tidak henti-hentinya melakukan inovasi
terhadap produknya. Baru-baru ini PT FFI meluncurkan susu cair steril dalam
kemasan botol 800 ml dalam Reni (2007)2. Pengembangan produk yang dilakukan
pesaing dapat mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen terhadap produk susu
Ultra Milk menjadi terancam sehingga dapat mempengaruhi volume penjualan
perusahaan.
Perilaku konsumen dapat membantu menjelaskan bagaimana konsumen
memperoleh kepuasan dan dari kepuasan tersebut konsumen menjadi loyal
terhadap suatu produk tertentu yang dianggap dapat mengakomodasi
kebutuhannya. Sumarwan (2004) menyatakan bahwa dengan memahami perilaku
konsumen maka dapat memperkirakan bagaimana konsumen mengambil
keputusan konsumsi dan dapat memperkirakan reaksi konsumen sehingga dapat
mempengaruhi pilihan konsumen agar memilih produk dan merek tertentu.
Tingkat kepuasan pelanggan sangat tergantung pada kualitas atau mutu
suatu produk yang meliputi barang dan jasa. Jika kualitas produk yang ditawarkan
sama atau lebih besar dari harapan konsumen maka kepuasan akan terjadi. Namun
sebaliknya, jika kualitas yang ditawarkan lebih rendah dari harapan maka
konsumen akan merasa dikecewakan/tidak puas. Kepuasan yang didapat
konsumen dapat menyebabkan terjadinya pembelian ulang bahkan konsumen
dapat menjadi loyal (Supranto, 2006). Oleh karena itu, penting bagi PT Ultra Jaya
untuk mengetahui hal-hal yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Untuk itu, informasi mengenai perilaku konsumen diperlukan untuk
membuat keputusan yang tepat dan bukan sekedar input, melainkan sudah
menjadi aset dan alat pemasaran. Informasi mengenai perilaku konsumen dengan
perubahan pasar dan industri yang cepat sangat penting bagi perusahaan, sehingga
hanya perusahaan yang memiliki informasilah yang dapat menyesuaikan rencana
strategisnya dengan perubahan-perubahan tersebut (Simamora, 2004).
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut produk susu Ultra
Milk?
2. Bagaimanakah strategi untuk meningkatkan kepuasan konsumen produk susu
Ultra Milk?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
untuk :
1. Menganalisis kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut produk susu Ultra
Milk.
2. Merumuskan strategi untuk meningkatkan kepuasan konsumen produk susu
Ultra Milk.
2) Frisian Flag meluncurkan susu cair steril botol. 2007. www. BisnisIndonesia.com. Tanggal 15 Januari 2007 oleh Reni.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini memfokuskan untuk menganalisis tingkat
kepuasan konsumen susu Ultra Milk. Hal ini dimaksudkan untuk dapat
memberikan gambaran kepada pihak perusahaan untuk mengevaluasi strategi
pemasarannya di tempat penelitian dilakukan yaitu Kota Bogor sehingga dapat
meminimalisir konsumen yang tidak puas terhadap merek Ultra Milk. Penelitian
ini dilaksanakan dengan jumlah responden sebesar 100 orang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Susu Cair Olahan
Susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang
dapat dipergunakan untuk bahan makanan yang sehat serta tidak dikurangi
komponen-komponennya. Hewan yang susunya digunakan antara lain sapi perah,
kerbau, unta, kambing, dan domba (Hadiwiyoto, 1993).
Komposisi susu dapat sangat beragam tergantung oleh beberapa faktor,
akan tetapi angka rata-rata untuk semua jenis kondisi dan sapi perah sebagai
berikut : Lemak 3,9 persen; protein 3,4 persen; laktosa 4,8 persen; abu 0,72
persen; air 87,10 persen; bersama-sama dengan bahan-bahan lain dalam jumlah
sedikit seperti sitrat, enzim-enzim, fossolipid, vitamin A, vitamin B dan vitamin C
(Buckle et al, 1985).
Pengolahan susu bertujuan untuk mengolah susu menjadi bahan makanan
yang enak dan mempunyai aroma lebih baik serta daya simpan yang lebih lama.
Pengolahan susu sederahana prosesnya disesuaikan dengan kondisi sarana,
teknologi dan lidah konsumen setempat (Direktorat Jendral Peternakan, 1983).
2.1.1 Susu Sterilisasi
Susu sterilisasi adalah susu murni yang mengalami proses sterilisasi secara
sempurna. Pengolahan susu segar ini menggunakan pemanasan suhu tinggi (135-
145 derajat celcius) dalam waktu relatif singkat 2-5 detik atau biasa disebut juga
susu UHT (ultra high temperature). Proses pemanasan seperti itu selain dapat
membunuh seluruh mikroorganisme (bakteri pembusuk maupun patogen) dan
spora (jamur) juga untuk mencegah kerusakan nilai gizi. Bahkan dengan proses
UHT, warna, aroma dan rasa relatif tidak berubah dari aslinya sebagai susu segar.
Pemanasan yang tinggi dan singkat hanya untuk mematikan semua bakteri tanpa
merusak kesegaran dan kualitas gizi susu segarnya. Setelah itu susu dikemas
dalam kemasan anti septik yakni menggunakan kemasan multilapis terdiri dari
kertas, plastik, polyethylene, dan alumunium foil agar kedap udara dan cahaya.
Kemasan yang mampu melindungi dari pengaruh ultraviolet hingga 10 bulan.
Dengan begitu susu cair UHT tanpa bahan pengawet ini bisa bertahan lama
setidaknya sampai enam bulan, dengan catatan kemasannya masih utuh dan tidak
cacat.
2.1.2 Susu Pasteurisasi
Susu pasteurisasi, yaitu susu murni yang telah mengalami proses
pasteurisasi secara sempurna. Tujuan dari pasteurisasi ini adalah menghilangkan
bakteri patogen dalam susu, tetapi tetap mempertahankan nilai gizi yang
terkandung serta cita rasa susu segar. Susu hasil pasteurisasi mampu bertahan
disimpan sekitar 14 hari dan disimpan dalan susu rendah (5-7 derajat celcius).
2.2 Industri Susu Cair Olahan
Industri minuman secara keseluruhan dibagi menjadi dua kelompok besar,
yaitu minuman beralkohol dan non alkohol. Dalam kelompok minuman non
alkohol, dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu minuman kesehatan (health drink),
minuman ringan (soft drink) dan lain-lain. Untuk minuman kesehatan, dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu isotonik drink, energy drink, milk fermettation dan
yang lainnya (CIC Consulting Group dalam Pratama, 2006).
Susu cair olahan yang masuk ke dalam kategori minuman kesahatan
sebenarnya merupakan salah satu minuman kesehatan dalam jajaran consumer
good di Indonesia (CIC Consulting Group dalam Pratama, 2006). Produk susu
cair olahan mulai masuk ke Indonesia pada pertengahan tahun 70-an.
Susu cair olahan yang sudah sangat lama beredar di Indonesia adalah
merek Ultra Milk, pertama kali dipasarkan di Indonesia diproduksi oleh PT Ultra
Jaya Milk Industry and Trading. Ultra Milk mulai dipasarkan pada tahun 1975.
Sejak tahun tersebut Ultra Milk memiliki pertumbuhan rata-rata pertahunnya
mencapai 15-20 persen per tahun.
Seiring dengan berkembangnya industri susu, Ultra Milk disejajarkan
dengan susu olahan lain seperti Frisian Flag, Milo, Indomilk maupun koperasi
susu olahan. Oleh karena itu, PT Ultra Jaya melakukan edukasi pasar untuk
meningkatkan penjualan. Berbagai kegiatan komunikasi pemasaran dilakukan
mulai dari iklan di televisi, media cetak hingga kegiatan below the line (Hidayat,
2006). Pasar susu olahan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya
kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan tubuh.
Perkembangan pasar susu olahan juga dapat terlihat dari perkembangan konsumsi
susu olahan yang terus mengalami peningkatan rata-rata 10 persen per tahun
dalam 10 tahun terahir (Anonim, 2007)3.
Selama 27 tahun yaitu dari tahun 1975 sampai dengan tahun 2002, PT
Ultra Jaya menguasai pasar susu olahan tanpa pesaing, tetapi sejak tahun 90-an
mulai muncul beberapa pesaing di industri susu olahan. Di era tahun tersebut
sejumlah pemain kakap dalam di industri susu olahan masuk ke pasar susu olahan
yang dikuasai oleh PT Ultra Jaya melalui produk Ultra Milk. Para produsen baru
3) Produksi Susu Indonesia Stagnan. Antara News Online. 01 Juli 2007 oleh Anonim
yang masuk ke dalam industri susu olahan membawa merek masing-masing yang
antara lain : Frisian Flag, Milo, Indomilk dan Real Good.
Merek-merek susu olahan yang beredar di pasar domestik sebagian besar
dikemas dalam kaleng atau botol plastik dengan isi yang bervariasi. Sebagian
lainnya ada yang menggunakan kemasan sachet, botol dan alumunium foil. Selain
kemasan, harga jual yang berbeda antara merek minuman yang satu dengan merek
yang lainnya memberikan pengaruh yang cukup tinggi pada konsumen, karena hal
itu pula yang menjadi faktor utama dalam alasan pembelian suatu produk.
2.3. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai perilaku konsumen suatu produk telah dilakukan oleh
beberapa peneliti di perusahaan yang berbeda. Hal ini mengindikasikan perilaku
konsumen merupakan hal kritis dalam sebuah perusahaan untuk mendukung
keberhasilan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengn selera konsumen.
Beberapa kajian penelitian tersebut akan diuraikan pada penjelasan di bawah ini.
Novindra (2003) meneliti tentang hubungan experiental marketing dan
emotional branding dengan loyalitas konsumen dengan susu kental manis (SKM)
Indomilk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari tingkat loyalitas
konsumen SKM Indomilk, mengetahui hubungan emotional branding dengan
loyalitas, mengetahui hubungan experiental marketing dengan emotional
branding. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
menghitung persentase dari skor penilaian responden terhadap skor maksimal
untuk mengetahui pelaksanaan prinsip-prinsip experiental marketing dan
emotional branding, menggolongkan kriteria konsumen menurut Griffin
berdasarkan skor penilaian responden untuk loyalitas, dan uji Korelasi Rank
Spearman untuk mengetahui hubungan antara experiental marketing dan
emotional branding. Penelitan ini mengambil lokasi di kotamadya Bogor dengan
jumlah responden sebanyak 150 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan prinsip-prinsip
experiental marketing PT Indomilk yang terdiri atas experiental modules (Indera,
perasaan, pikiran, aksi dan hubungan) dan experiental providers (komunikasi,
identitas, produk, co-branding, lingkungan dan orang) Pada konsumen SKM
Indomilk di Kota Bogor umumnya dinyatakan mengesankan. Adapun tingkat
keloyalitasan konsumen SKM pada PT Indomilk dinyatakan cukup loyal, karena
banyaknya konsumen yang termasuk kriteria clients (67%), yakni konsumen yang
membeli SKM Indomilk secara teratur dan tidak terpengaruh oleh SKM lain,
walaupun konsumen yang termasuk kriteria advocates (konsumen yeng termasuk
clients dan juga menganjurkan orang lain untuk mengkonsumsi SKM Indomilk)
hanya sedikit (7%). Hal ini berarti PT Indomilk cukup berhasil dalam
melaksanakan prinsip-prinsip experiental marketing dan emotional branding
untuk meningkatkan loyalitas konsumen. Sedangkan berdasarkan uji Korelasi
Rank Spearman, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
experiental marketing dan emotional branding PT Indomilk dengan loyalitas
konsumen SKM Indomilk sehingga semakin baik experiental marketing atau
emotional branding PT Indomilk akan meningkatkan loyalitas konsumen SKM
Indomilk. Begitu juga berdasarkan uji korelasi Konkordansi Kendall W, diperoleh
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara experiental marketing dan
emotional branding PT Indomilk dengan loyalitas konsumen SKM Indomilk
sehingga semakin baik experiental marketing dan emotional branding PT
Indomilk akan meningkatkan loyalitas konsumen SKM Indomilk.
Ardiny (2002) melakuan penelitian mengenai perilaku pembelian susu cair
dalam kemasan dan implikasinya pada bauran pemasaran (studi kasus Toserba,
Yogya Plaza Bogor Indah, Kota Bogor). Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis Biplot dan analisis Fishbein. Analisis Fishbein
digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap atribut produk susu cair
dalam kemasan untuk salah satu model sikap multiatribut. Penelitian ini
dilaksanakan dengan jumah responden sebanyak 70 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan utama konsumen
mengkonsumsi susu cair dalam kemasan adalah untuk pemenuhan gizi dan dan
kepraktisan, sedangkan sumber informasi konsumen mengenai susu cair dalam
kemasan yang terbesar berasal dari produk yang dipajang di toko.
Rivano (2006) melakukan penelitian mengenai analisis perilaku konsumen
susu L-Men di Kota Depok. Jenis dan sumber data yang diambil dalam penelitian
ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
penyebaran kuesioner kepada responden yang berisi pertanyaan tertutup,
sedangkan data sekunder yang diperoleh dari studi literatur yang berhubungan.
Pengambilan sampel ini dilakukan secara sengaja (purposive). Berdasarkan
Rumus Slovin ditentukan jumlah responden susu L-Men sebanyak 100 orang.
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, Importance-Performance
Analysis, dan Model Fishbein. Sebagian besar responden produk susu L-men
adalah mahasiswa dengan range usia 17-24 tahun. Rata-rata umur responden
secara responden secara keseluruhan adalah 24 tahun dan kebanyakan belum
menikah. Berdasarkan analisis sikap Fishbein didapatkan bahwa sikap
keseluruhan responden terhadap produk L-Men adalah baik. Atribut dengan
penilaian sikap terbaik oleh responden adalah kejelasan tanggal kadaluarsa, label
halal dan nilai gizi. Dari analisis IPA didapatkan bahwa atribut yang termasuk
dalam kuadran pertahankan prestasi adalah atribut efek pada tubuh, kejelasan
tanggal kadaluarsa, nilai gizi, tanpa bahan pengawet dan label halal. Rekomendasi
kebijakan pemasaran mengacu pada analisis deskriptif, analisis Fishbein dan
analisis IPA. Untuk bauran produk diperlukan perbaikan atribut-atribut isi/volume
dan citarasa susu. Disarankan untuk melakukan inovasi formula baru. Untuk
bauran harga, cukup pertahankan harga eceran saat ini. Sedangkan untuk bauran
distribusi dan promosi, tidak menjadi prioritas namun perlu diadakan perbaikan
serta promosi penjualan di kampus-kampus perlu dilakukan.
2.4. Perbandingan Dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian
terdahulu, yaitu: (1) penelitian ini mengkaji kepuasan konsumen dari produk susu
Ultra Milk yang mana penelitian semacam ini belum pernah dilakukan
sebelumnya untuk produk Ultra Milk, serta (2) penelitian ini menggunakan
metode yang umumnya digunakan dalam meneliti kepuasan konsumen, yaitu
analisis deskriptif untuk meneliti karakteristik konsumen, analisis Costumer
Satisfaction Index digunakan untuk menghitung indeks kepuasan konsumen dari
tingkat kepentingan dan tingkat kinerja yang berguna untuk pengembangan
program pemasaran yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, dan metode
Importance-Performance Analysis (IPA) digunakan untuk menentukan tingkat
kepuasan konsumen melalui jawaban responden mengenai tingkat kinerja atribut
yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat
menjadi tambahan pengetahuan mengenai konsumen susu cair dalam kemasan
Ultra Milk dan bagi PT Ultra Jaya Milk Industri and Tradding.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran dari berbagai penelusuran
teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian, serta metode-metode atau
teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini. Adapun kerangka pemikiran
teoritis penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.1.1. Definisi Konsumen dan Perilaku Konsumen
Kotler (2000) mendefinisikan konsumen sebagai individu atau kelompok
yang berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa untuk
kehidupan pribadi atau kelompoknya. Undang-undang Republik Indonesia No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mendefinisikan konsumen sebagai
setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik
dalam kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain
dan tidak untuk diperdagangkan.
Perilaku konsumen menurut J. Paul Peter dan Jerry C. Oslo dalam
Rangkuti (2006) adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku
dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam
hidup mereka. Menurut Engel, et al. (1995) perilaku konsumen adalah kegiatan
individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan
barang-barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan
pada persiapan dan penxentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Kata perilaku diartikan
bukan hanya menyangkut kegiatan-kegiatan yang tampak jelas dan selalu mudah
diamati, tetapi merupakan satu barisan dari proses pengambilan keputusan. Jadi,
dalam perilaku konsumen dianalisis proses-proses yang tidak kasat mata atau
yang sulit diamati yang selalu menyertai setiap pembelian.
Sumarwan (2004) menyatakan bahwa perilaku konsumen bukan hanya
kegiatan, tindakan, serta faktor-faktor psikologis yang mendorong tindakan
tersebut, baik sebelum melakukan aktivitas pembelian, saat menggunakan, atau
setelah menghabiskan barang atau jasa tersebut tetapi juga termasuk didalamnya
adalah segala hal yang mempengaruhi proses evaluasinya. Dengan memahami
perilaku konsumen maka dapat membantu menjelaskan bagaimana konsumen
memperoleh kepuasan dan dari kepuasan tersebut konsumen menjadi loyal
terhadap suatu produk tertentu yang dianggap dapat mengakomodasi
kebutuhannya.
3.1.2. Karakteristik Konsumen
Karakteristik konsumen menurut Sumarwan (2004), meliputi pengetahuan
dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan karakteristik demografi
konsumen. Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak
mengenai produk mungkin tidak termotivasi untuk mencari informasi, karena ia
sudah merasa cukup dengan pengetahuannya untuk mengambil keputusan.
Konsumen yang mempunyai kepribadian sebagai seorang yang senang mencari
informasi (information seeker) akan meluangkan waktu untuk mencari informasi
lebih banyak. Pendidikan adalah salah satu karakteristik demografi yang penting.
Konsumen yang berpendidikan tinggi cenderung mencari informasi yang banyak
mengenai suatu produk sebelum ia memutuskan untuk membelinya.
Sumarwan (2004) juga menyatakan bahwa semua penduduk berapapun
usianya adalah konsumen. Oleh sebab itu pemasar harus memahami distribusi
usia penduduk dari suatu wilayah yang akan dijadikan target pasarnya. Perbedaan
usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap produk. Usia
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi dan persepsi
konsumen dalam proses keputusan untuk menerima sesuatu yang baru, baik
produk maupun jasa. Seseorang yang berumur relatif muda, lebih cepat menerima
sesuatu yang baru. Preferensi terhadap pangan bersifat plastis pada orang yang
berusia muda, tetapi permanen bagi mereka yang sudah berumur.
Pendapatan merupakan imbalan yang diterima seseorang dari pekerjaan
yang dilakukannya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli
seorang konsumen. Dengan alasan inilah para pemasar perlu mengetahui
pendapatan konsumen yang menjadi sasarannya (Sumarwan, 2004). Besar
kecilnya pendapatan yang diterima konsumen dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
dan pekerjaannya. Pekerjaan akan berpengaruh terhadap besar kecilnya
pendapatan yang akan diperoleh. Pendidikan formal penting dalam membentuk
pribadi dengan wawasan berpikir yang lebih baik, semakin tinggi pendidikan
formal maka seseorang akan lebih banyak mendapatkan pengetahuan tentang gizi.
Hal ini berdampak positif terhadap ragam pangan yang akan dikonsumsi
(Sumarwan, 2004).
Karakteristik konsumen juga berguna untuk mengetahui sebuah
segmentasi pasar, yang dapat dibagi dalam empat kategori yaitu demografi,
perilaku, profil psikografi, dan karakteristik kepribadian. Ukuran demografi
konsumen yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendapatan, agama, status
perkawinan, pendidikan, etnik dan kebangsaan, memiliki dua manfaat penting
dalam proses segmentasi. Pertama, hal itu dapat digunakan, baik secara terpisah
maupun dikombinasikan, untuk mengembangkan berbagai subbudaya dimana
para anggotanya saling berbagi nilai, kebutuhan, ritual dan perilaku tertentu.
Contohnya kombinasi pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan dapat dipergunakan
untuk mengembangkan ukuran kelas sosial konsumen. Kedua, variabel demografi
dapat digunakan untuk menggambarkan para konsumen yang diklasifikasikan
menjadi segmen melalui sarana lainnya (Sunarto, 2006).
Sunarto (2006) menyatakan bahwa dasar penting untuk segmentasi
perilaku (behavioral segmentation) adalah harga, manfaat yang dicari, dan tingkat
penggunaan. Segmentasi menurut elastisitas harga (price elasticity) didasarkan
atas konsep ekonomi, dimana kelompok konsumen yang berbeda akan
memberikan reaksi yang berbeda terhadap perubahan harga produk atau jasa. Ide
dibalik segmentasi manfaat (benefit segmentation) adalah mengembangkan
produk dan jasa dengan mutu tertentu yang diinginkan oleh kelompok konsumen
homoge, sedangkan dasar segmentasi pasar yang penting adalah perilaku
penggunaan (usage behaviour).
Sunarto (2006) juga menyatakan bahwa kebanyakan segmentasi psikografi
atau kepribadian dikombinasikan dengan segmentasi perilaku. Yaitu pertama-
tama para pemasar memilih konsumen menjadi pengguna berat, moderat, dan
ringan atas sebuah merek dan kemudian menganalisis satu atau lebih segmen ini
melalui inventaris psikografi dan atau kepribadian. Akhirnya, para pemasar
merancang pesanan promosi serta distribusi dan strategi penetapan harga yang
paling efektif untuk segmen ini berdasarkan karakteristik kepribadian atau
psikografi.
3.1.3. Karakteristik Produk
Konsumen biasanya menguraikan suatu produk berupa barang atau jasa
dengan menggunakan persyaratan beberapa dimensi atau karakteristiknya.
Kebutuhan pelanggan (customer requirement) dapat diartikan sebagai
karakteristik/atribut barang atau jasa yang mewakili dimensi yang oleh pelanggan
dipergunakan sebagai dasar pendapat mereka mengenai jenis barang atau jasa.
Sangat penting untuk mengetahui dimensi mutu, sehingga akan diketahui
bagaimana pelanggan mendefinisikan mutu barang atau jasa (Supranto, 2006).
Dimensi-dimensi tersebut dapat dirangkum atau digabungkan dengan
seperangkat dimensi kualitas lain yang digunakan oleh para pelanggan untuk
mengevaluasi toko-toko ritel (Sunarto, 2006). Gabungan tiga pendekatan tersebut
menghasilkan tujuh dimensi dasar dari kualitas, yaitu :
1. Kinerja, yaitu tingkat absolut kinerja barang atau jasa pada atribut kunci
yang diidentifikasi para pelanggan.
2. Interaksi pegawai, yaitu mencakup keramahan, sikap hormat, dan empati
yang ditunjukkan pemberi barang atau jasa. Kredibilitas menyeluruh para
pegawai, termasuk kepercayaan konsumen kepada pegawai dan persepsi
mereka tentang keahlian pegawai merupakan indikatornya.
3. Reliabilitas, yaitu konsistensi kinerja barang, jasa atau toko.
4. Daya tahan, yakni rentang kehidupan produk dan kekuatan umum.
Sumber: Sunarto, (2006) disesuaikan oleh
5. Ketepatan waktu dan kenyamanan, meliputi seberapa cepat produk
diserahkan atau diperbaiki. Kenyamanan pembelian dan proses jasa,
termasuk penerimaan kartu kredit, jam kerja toko, dan tempat parkir.
6. Estetika, penampilan fisik barang atau toko, daya tarik penyajian jasa atau
produk yang diterima, serta desain produk yang akan diperlihatkan pada
masyarakat.
7. Kesadaran akan merek, yaitu dampak positif atau negatif tambahan atas
kualitas yang tampak, yang mengenal merek atau nama toko atas evaluasi
konsumen.
Adapun atribut yang tercakup dalam tujuh dimensi dasar kualitas produk
menurut Sunarto (2006), dapat diterapkan pada kualitas produk Ultra Milk yang
meliputi 13 atribut. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Dimensi Dasar Kualitas pada produk susu Ultra Milk
Dimensi Kualitas Produk Atribut Kinerja Variasi pilihan rasa
Aroma yang khas Tambahan nilai gizi yang diperoleh
Reliabilitas Kandungan bahan pengawet Kemudahan memperoleh Dapat diminum kapan saja Kekentalan cairan susu Volume Produk Jaminan produk steril dan aman untuk dikonsumsi
Daya tahan Ketersediaan tanggal kadaluarsa pada produk
Ketepatan waktu dan kenyamanan Harga eceran dibandingkan dengan volume produk
Estetika Desain Kemasan Kesadaran akan merek Jaminan Halal dan izin Depkes produk
3.1.4. Kepuasan Pelanggan
Sumarwan (2004) menjelaskan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan
konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen
sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk
yang dibeli tersebut. Ketika konsumen membeli produk, maka mereka akan
memiliki harapan tentang bagaimana produk tersebut berfungsi (product
performance). Pembentukan kepuasan konsumen dapat dijelaskan melalui teori
kepuasan (the expectacy disconfirmation model) yang dapat dilihat secara jelas
pada Gambar 1.
Menurut Kotler (1997) kepuasan pelanggan adalah ”...a person’s feeling of
pleasure or disappointment resulting from comparing a product’s received
performance (or outcome) in relations to person’s expectation”-perasaan senang
atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk
yang dirasakan dan yang diharapkannya. Selanjutnya Kotler (2000) menyebutkan
kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari
perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) sesuatu produk dengan
harapannya.
Kepuasan adalah semacam langkah perbandingan antara pengalaman
dengan hasil evaluasi, dapat menghasilkan sesuatu yang nyaman secara rohani,
bukan hanya nyaman karena dibayangkan atau diharapkan. Puas atau tidak puas
bukan merupakan emosi melainkan sesuatu hasil evaluasi dari emosi. Penelitian
mengenai kepuasan konsumen menjadi topik sentral dalam dunia riset pasar dan
berkembang pesat (Kotler, 2000).
Menurut teori garis anggaran dan kurva indeferen, setiap perusahaan dapat
memenuhi kepuasan konsumen melalui dua cara. Pertama yaitu dengan
memainkan kurva indeferen konsumen melalui perubahan – perubahan atribut
produk yang dapat mempengaruhi konsumen. Cara ini berpikir bahwa kepuasan
konsumen akan mendorong meningkatnya profit dan konsumen yang puas akan
bersedia membayar lebih untuk produk yang diterima dan lebih bersifat toleran
akan kenaikan harga. Hal ini tentunya akan meningkatkan margin perusahaan dan
kesetiaan konsumen pada perusahaan (Kotler, 2000). Konsumen yang puas akan
membeli produk lain yang dijual oleh perusahaan, sekaligus menjadi pemasar
yang efektif melalui word of mouth yang bernada positif. Hal ini dapat membantu
meningkatkan penjualan dan kredibilitas perusahaan.
Cara kedua yaitu dengan berproduksi pada level economies of scale
(biasanya perusahaan mencapai titik paling optimal) dan sebagai hasilnya
perusahaan dapat memberikan harga yang relatif murah pada konsumen yang
menjadi salah satu faktor kepuasan. Namun pada sisi lain, meningkatnya jumlah
konsumen atau perluasan segmen dapat mengakibatkan turunnya kualitas
pelayanan yang diberikan.
Pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara
tingkat kepentingan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Pengertian tersebut
dapat diterapkan dalam penilaian kepuasan atau ketidakpuasan terhadap satu
perusahaan tertentu karena keduanya berkaitan erat dengan konsep kepuasan
pelanggan (Gambar 1).
Gambar 1. Diagram Konsep Kepuasan Pelanggan (Sumber : Rangkuti, 2006)
Menurut Kotler (2002), terdapat empat perangkat untuk melacak dan
mengukur kepuasan pelanggan. Keempat perangkat tersebut adalah sistem
keluhan dan saran, survei kepuasan pelanggan, belanja siluman, dan terakhir
adalah analisis pelanggan yang hilang.
a. Sistem Keluhan dan Saran
Perusahaan yang berfokus pada pelanggan mempermudah pelanggannya
untuk memberikan saran dan keluhan. Adapun cara yang digunakan tiap
perusahaan yang satu dapat berbeda dengan perusahaan yang lain. Beberapa
perusahaan seperti rumah sakit lebih banyak memanfaatkan kotak saran sebagai
sarana penampungan keluhan dan pemberian saran. Ada juga perusahaan yang
membuat formulir yang diisi pelanggannya setelah mendapatkan pelayanan atau
membeli produk perusahaan tersebut. Contoh lainnya dapat berupa kartu
komentar, web pages, dan e-mail. Semua dilakukan untuk melaksanakan
komunikasi dua arah. Bagi perusahaan informasi yang diperoleh merupakan
Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan keinginan pelanggan
Produk
Nilai produk bagi pelanggan
Tingkat kepuasan pelanggan
Harapan pelanggan
terhadap produk
sumber gagasan yang baik yang meyakinkan perusahaan bertindak cepat untuk
menyelesaikan masalah.
b. Survei Kepuasan Pelanggan
Perusahaan-perusahaan yang responsif akan mengukur kepuasan
pelanggan secara langsung dengan melakukan survei berkala jika perusahaan
tidak dapat menggunakan banyaknya keluhan sebagai ukuran kepuasan
pelanggan. Perusahaan akan mengirimkan daftar pertanyaan atau menelepon
pelanggan-pelanggan terakhir mereka sebagai sampel acak dan menanyakan
apakah mereka sangat puas, puas, biasa saja, kurang puas atau sangat tidak puas
terhadap berbagai aspek kinerja perusahaan. Perusahaan juga meminta pendapat
pelanggan tentang kinerja para pesaing mereka.
Selain mengumpulkan informasi tentang kepuasan pelanggan, juga
berguna untuk mengajukan pertanyaan tambahan untuk mengukur keinginan
pelanggan untuk membeli ulang, pembelian ulang biasanya tinggi jika kepuasan
pelanggan tinggi. Survei kepuasan pelanggan juga bermanfaat untuk mengukur
kemungkinan atau kesediaan pelanggan untuk merekomendasikan perusahaan dan
merek ke orang lain. Informasi dari mulut ke mulut yang nilainya positif tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan kepuasan pelanggan yang tinggi.
c. Belanja Siluman
Perusahaan-perusahaan dapat membayar orang-orang untuk bertindak
sebagai pembeli potensial guna melaporkan hasil temuan mereka tentang
kekuatan dan kelemahan yang mereka alami ketika membeli produk perusahaan
dan produk pesaing. Para pembelanja siluman itu bahkan dapat menyampaikan
masalah tertentu untuk menguji apakah staf penjualan perusahaan menangani
situasi tersebut dengan baik.
d. Analisis Pelanggan yang Hilang
Perusahaan harus menghubungi para pelanggan yang berhenti membeli
atau berganti pemasok untuk mempelajari sebabnya. Bukan saja penting untuk
melakukan wawancara keluar ketika pelanggan mulai berhenti membeli, tetapi
juga harus memperhatikan tingkat kehilangan pelanggan. Dimana jika meningkat,
jelas menunjukkan bahwa perusahaan gagal memuaskan pelanggannya.
Menurut Rangkuti (2006), metode pengukuran yang akan dilakukan adalah
dengan menggunakan metode survei. Pengukuran dilakukan dengan cara berikut :
1. Pengukuran dapat dilakukan secara langsung melalui pertanyaan kepada
pelanggan dengan ungkapan sangat tidak puas, kurang puas, cukup puas, puas
dan sangat puas.
2. Responden diberi pertanyaan mengenai seberapa besar mereka mengharapkan
suatu atribut tertentu dan seberapa besar yang mereka rasakan.
3. Responden diminta menuliskan masalah-masalah yang mereka hadapi yang
berkaitan dengan penawaran dari perusahaan dan diminta untuk menuliskan
perbaikan-perbaikan yang meraka sarankan.
4. Responden diminta merangking elemen atau atribut penawaran berdasarkan
derajat kepentingan setiap elemen dan seberapa baik kinerja perusahaan pada
masing-masing elemen.
Menurut Rangkuti (2006) kepuasan pelanggan dapat diukur dengan cara
berikut :
1. Traditional Approach
a. Berdasarkan pendekatan ini, konsumen diminta memberikan penilaian
atas masing-masing indikator produk yang mereka nikmati (pada
umumnya dengan menggunakan skala Likert), yaitu dengan cara
memberikan rating dari 1 (sangat tidak puas) sampai 5 (sangat puas
sekali). Selanjutnya, konsumen juga diminta memberikan penilaian atas
produk atau jasa tersebut secara keseluruhan. Skala Likert merupakan
salah satu varian pendekatan semantic differential. Bentuknya lebih
langsung dan responden diminta untuk memilih jawaban “sangat tidak
setuju” (1) sampai “sangat setuju (5).
2. Analisis secara Deskriptif
Sering kali analisis kepuasan pelanggan berhenti sampai kita mengetahui
pelanggan puas atau tidak puas, yaitu dengan menggunakan analisis statistik
secara deskriptif, misalnya melalui penghitungan nilai rata-rata, nilai distribusi
serta standar deviasi. Analisis kepuasan pelanggan sebaiknya dilanjutkan
dengan cara membandingkan hasil kepuasan tahun lalu dengan tahun ini,
sehingga kecenderungan perkembangannya (trend) dapat ditentukan.
3. Pendekatan secara Terstruktur (Structured Approach)
Pendekatan ini paling sering digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan.
Salah satu teknik yang paling popular adalah Semantic Differential dengan
menggunakan prosedur scalling. Caranya adalah responden diminta untuk
memberikan penilaiannya terhadap suatu produk atau fasilitas (misalnya
supermarket, rumah sakit). Penilaian juga dapat dilakukan dengan
membandingkan suatu produk atau fasilitas dengan produk atau fasilitas
lainnya, dengan syarat variabel yang diukur sama. Pendekatan secara
terstruktur dilakukan dengan dua metode, penjelasannya sebagai berikut :
a. Analisis Importance Performance Matrix.
Jenis analisis ini selanjutnya akan digunakan dalam penelitian ini. Matrix
ini terdiri dari empat kuadran : kuadran pertama terletak di sebelah kiri atas,
kuadran kedua di sebelah kanan atas, kuadran ketiga di sebelah kiri bawah, dan
kuadran keempat di sebelah kanan bawah.
Strategi yang dapat dilakukan berkenaan dengan posisi masing-masing
variabel pada keempat kuadran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kuadran 1 (attributes to improve)
Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh
pelanggan tetapi pada kenyataannya faktor-faktor ini belum sesuai seperti
yang ia harapkan (tingkat kepuasan yang diperoleh masih sangat rendah).
Atribut-atribut yang masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan. Caranya
adalah perusahaan melakukan perbaikan secara terus-menerus sehingga
performance atribut yang ada dalam kuadran ini akan meningkat.
2. Kuadran 2 (maintain performance)
Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh
pelanggan dan faktor-faktor yang dianggap oleh pelanggan sudah sesuai
dengan yang dirasakannya sehingga tingkat kepuasannya relatif lebih
tinggi. Atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini harus tetap
dipertahankan karena semua ini menjadikan produk/jasa tersebut unggul di
mata pelanggan.
3. Kuadran 3 (attributes to maintain)
Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang
penting oleh pelanggan dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu
istimewa. Peningkatan atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini
dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat
yang dirasakan oleh pelanggan sangat kecil.
4. Kuadran 4 (main priority)
Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang
penting oleh pelanggan dan dirasakan terlalu berlebihan. Atribut-atribut
yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar perusahaan dapat
menghemat biaya.
Tingkat kepentingan pelanggan (customer expectation) atau importance
diukur dalam kaitannnya dengan apa yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan
agar menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas tinggi.
Dari berbagai persepsi tingkat kepentingan pelanggan, kita dapat
merumuskan tingkat kepentingan yang paling dominan. Konsep tingkat
kepentingan ini dapat menangkap persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya
atribut tersebut di mata pelanggan. Misalnya atribut harga. Bila harga
dipersepsikan oleh pelanggan sebagai atribut yang sangat penting, sedangkan
kenyataannya pelanggan merasakan bahwa saat ini harga sangat mahal, maka kita
dapat memperoleh hubungan antara tingkat kepentingan mengenai harga dan
kenyataan harga yang dirasakan oleh pelanggan sebagai berikut : kepentingan
(importance) = tinggi; kinerja (performance) = rendah. Jika diplotkan ke dalam
diagram kartesius, kita dapat merekomendasikan kepada perusahaan agar harga
diturunkan untuk meningkatkan performance-nya. Atau perusahaan melakukan
strategi lain yang berkaitan dengan variabel harga, yaitu meningkatkan superior
customer value.
b. Customer Satisfaction Index (CSI)
Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan suatu ukuran keterkaitan
konsumen kepada suatu merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang
kemungkinan seorang pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika pada
merek tersebut didapati adanya perubahan, baik mengenai harga maupun atribut
lainnya. Metode ini digunakan untuk mengukur indeks kepuasan konsumen
(Indeks Satisfaction) dari tingkat kepentingan (importance) dan tingkat kinerja
(performance) yang berguna untuk pengembangan program pemasaran yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan (Supranto, 2006).
3.1.5. Konsep dan Strategi Pemasaran
Pemasaran telah didefinisikan dalam banyak cara, salah satunya adalah
menurut Kotler (2002), mendefinisikan pemasaran secara sosial dan secara
manajerial. Berdasarkan definisi sosial, pemasaran adalah suatu proses sosial
yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan untuk
definisi manajerial, pemasaran sering digambarkan sebagai “seni menjual
produk”.
Konsep pemasaran berpangkal tolak dari pasar yang ditetapkan dengan
baik, berfokus pada kebutuhan pelanggan, mengkoordinasikan semua kegiatan
pemasaran yang mempengaruhi pelanggan dan menghasilkan laba dengan
menciptakan kepuasan pelanggan. Menurut konsep pemasaran, perusahaan dapat
memuaskan pelanggan dan menghasilkan keuntungan. Konsep pemasaran
mengambil perspektif dari luar ke dalam seperti terlihat dalam Gambar 2.
Gambar 2. Konsep Pemasaran Sumber: Kotler, 2002
Menurut Kotler (2002) bauran pemasaran (marketing mix) adalah
seperangkat alat pemasaran yang digunakan peruahaan untuk terus-menerus
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Sedangkan menurut Sunarto
(2006), penciptaan bauran pemasaran (marketing mix) meliputi koordinasi dan
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan produk, promosi, penetapan
harga, dan distribusi.
a. Pengembangan produk
Istilah produk mencakup dimensi yang cukup luas, yaitu dari objek fisik,
jasa, tempat (place) dan organisasi. Prinsip-prinsip perilaku konsumen dapat
diaplikasikan pada empat bidang dari proses pengembangan produk baru:
pembangkitan ide (idea generation), pengujian konsep (concept testing),
pengembangan produk (product development), dan pengujian pasar (market
testing) (Sunarto, 2006).
Pasar Sasaran
Kebutuhan Pelanggan
Pemasaran Terintegra
si
Laba melalui Kepuasan Pelanggan
Sunarto (2006) juga menyatakan bahwa konsep perilaku konsumen
mungkin memiliki dampak terbesar terhadap fase pembangkitan ide (idea
generation) dari pengembangan produk yang baru. Lima bidang utama dari
analisis perilaku konsumen yang berguna bagi para manajer ketika mereka sedang
menghimpun ide-ide untuk produk baru adalah: sikap konsumen, perubahan gaya
hidup, faktor-faktor situasional, budaya lainnya, dan subbudaya. Pengujian konsep
(concept testing) meliputi pengujian awal dimana tentang ide produk. Konsep
produk adalah “keinginan konsumen dimana perusahaan mencoba untuk
membentuknya menjadi sebuah ide produk”. Jika perusahaan menemukan bahwa
apa yang dirasakan konsumen terhadap konsep produk tersebut sesuai dengan
maksud manajemen, maka dimulai proses pengembangan produk (product
development), yang terdiri dari pengembangan, pengujian, pemberian nama, dan
pembuatan prototype kemasan.
Setelah fase pengembangan produk disimpulkan memuaskan, produk
dapat diuji untuk dipasarkan. Pengujian pasar (market testing) meliputi kegiatan
penempatan produk melalui distribusi terbatas kepada konsumen dalam rangka
mengidentifikasi masalah-masalah potensial dan menguji keseluruhan bauran
pemasaran. Melalui keseluruhan proses pengembangan produk baru, para manajer
harus memperhatikan masalah produk dan tindakan pesaing agar konsumen tidak
mengisolasi merek perusahaan. Oleh karenanya, penilaian tentang bagaimana
produk dibandingkan dengan yang ditawarkan para pesaing sangatlah penting
(Sunarto, 2006).
b. Strategi Promosi
Sunarto (2006) menyatakan bahwa para manajer yang merancang bauran
pemasaran, konsep dan prinsip perilaku konsumen memiliki andil yang sangat
besar dalam aplikasi strategi promosi, yang mencakup segala hal mulai dari
periklanan ke penjualan perseorangan ke promosi penjualan hingga hubungan
masyarakat. Konsep perilaku konsumen dan aplikasinya dalam kegiatan promosi
perusahaan dapat dilihat pada Tabel 7.
c. Penetapan Harga
Salah satu aplikasi prinsip perilaku konsumen yang utama dalam hal
penetapan harga adalah memprediksi dampak perubahan harga terhadap
konsumen. Yaitu, bagaimana para konsumen akan bereaksi apabila perusahaan
menaikkan atau menurunkan harga produknya. Persepsi memainkan peranan
sentral dalam hal ini. Maka, jika harga diturunkan, maka penurunannya cukup
rendah sehingga para konsumen akan menerima perubahan yang signifikan ini.
Sebaliknya, jika harga dinaikkan, dalam banyak hal sebaiknya kenaikan tersebut
tidak melebihi yang dirasakan oleh para konsumen (Sunarto, 2006).
Tabel 7. Konsep Perilaku Konsumen dan Aplikasinya Konsep Perilaku Konsumen Aplikasi Nilai-nilai budaya/subbudaya Nilai-nilai budaya/subbudaya. Pengembangan tema periklanan. Analisis Pemuka pendapat (opinion leader)
Bagaimana menemukan dan mempengaruhi pemuka pendapat
Analisis Pengambilan Keputusan
Bagaimana menemukan dan mempengaruhi pengambilan keputusan.
Pengaruh pribadi Pengaruh faktor pendukung dan identifikasi teknik yang mempengaruhi.
Motivasi Pengembangan tema iklan, bagaimana mengurangi resiko dan reaksi balik, bagaimana mendorong para konsumen untuk memberikan atribut yang sesuai.
Pemrosesan informasi Mendapatkan perhatian, meningkatkan ingatan dan penghargaan, bagaimana konsumen menata persepsinya, faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan informasi.
Pembelajaran Penciptaan tanggapan yang membangkitkan perasaan melalui kondisi klasik, mendorong perilaku pemodelan, menganalisis lingkungan kontinjensi.
Sikap Bagaimana menciptakan kepercayaan, mengidentifikasi atribut-atribut penekanan yang penting, bagaimana mengubah sikap, pengaruh berbagai jenis pesan terhadap konsumen.
Psikografi/kepribadian Mengembangkan profil pelanggan target dalam rangka mencapai dan menarik perhatian mereka dengan lebih efektif.
Proses keputusan Bagaimana melakukan kegiatan penyelesaian masalah, bagaimana membantu pembentukan perilaku, menyediakan informasi untuk kegiatan evaluasi, memberikan informasi untuk mempengaruhi evaluasi pasca pembelian.
d. Strategi Distribusi
Sunarto (2006) menyatakan bahwa prinsip-prinsip perilaku konsumen juga
diaplikasikan pada komponen distribusi dari bauran pemasaran. Dalam hal
tertentu, pemahaman tentang bagaimana konsumen mengambil keputusan
pembelian akan memiliki dampak terhadap distribusi produk. Yaitu, perilaku
konsumen dalam melakukan pencarian harus mempengaruhi intensitas upaya
distribusi perusahaan. Jika produk yang dibeli hanya membutuhkan keterlibatan
konsumen yang rendah, maka para konsumen mungkin tidak akan melakukan
pencarian yang gencar sebelum melakukan pembelian. Oleh karenanya,
perusahaan yang menjual produk dengan keterlibatan rendah harus menempatkan
merek-merek mereka dibanyak toko ritel sehingga produk tersebut tersedia kapan
saja konsumen memerlukannya.
Perusahaan harus merencanakan dimana akan menempatkan outlet ritel baru dan
pusat distribusi. Analisis populasi yang hati-hati yang berpindah di antara
berbagai kota dapat memperoleh deviden tinggi yang berisi biaya-biaya dan
menyesuaikan distribusi produk pada daerah-daerah yang berkembang. Demikian
juga, keputusan tentang dimana akan menempatkan pusat-pusat perbelanjaan dan
toko-toko ritel di kota-kota dan daerah harus memperhatikan pola populasi dan
geodemografi.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Penduduk yang semakin sadar dengan kesehatan disebabkan kondisi
perokonomian dan aktivitas yang semakin meningkat, menyebabkan penduduk
akan memilih untuk mengkonsumsi produk-produk yang memberikan tambahan
nilai gizi, salah satunya adalah susu cair dalam kemasan. Selain mengandung nilai
gizi yang tinggi, susu cair dalam kemasan disajikan dengan kemasan produk yang
siap saji sehingga memberikan kemudahan dalam mengkonsumsinya. Hal ini
menyebabkan permintaan terhadap susu cair dalam kemasan. Pertumbuhan
permintaan susu cair dalam negeri yang cepat menunjukkan semakin
berprospeknya industri susu cair menyebabkan persaingan dalam industri susu
cair dalam kemasan meningkat pula. Pihak produsen dalam industri susu cair
dalam kemasan secara terus menerus melakukan inovasi dan mengembangkan
teknologi untuk menarik perhatian konsumen susu cair dalam kemasan. Kondisi
demikian membuat produsen susu cair untuk pintar dalam menerapkan strategi
pemasarannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan
penelitian tentang perilaku konsumen yang meliputi tingkat kepuasan konsumen.
Ultra Milk sebagai pemimpin pasar produk susu olahan harus mampu
mempertahankan dan memperluas jumlah pelanggan yang dimilikinya.
Berkurangnya laba bersih perusahaan yang disebabkan persaingan yang semakin
ketat mengharuskan perusahaan perlu untuk melakukan penelitian tentang
perilaku konsumen yang terdiri atas karakteristik konsumen dan proses keputusan
dalam pemilihan produk susu Ultra Milk. Karakteristik konsumen yang diteliti
meliputi aspek demografi dan aspek pembelian sedanakan pemilihan merek Ultra
Milk yang diteliti meliputi Analisis tingkat kepuasan.
Penelitian ini dilakukan melalui penelitian terhadap atribut produk
kemudian atribut-atribut ini dianalisis untuk mengetahui seberapa puas konsumen
terhadap atribut produk tersebut. Penelitian ini dilakukan melalui survei lapangan
konsumen di Kota Bogor yang memiliki jumlah penduduk yang potensial dan
produk Ultra Milk telah terdistribusi di Kota Bogor. Karakteristik konsumen
dianalisis melalui analisis deskriptif (descriptif analysis). Tingkat kepuasan
konsumen dianalisis dengan menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI)
yaitu menghitung indeks kepuasan konsumen dengan cara membobotkan tingkat
kepentingan dan kinerja atribut produk Ultra Milk menurut konsumen. Dalam
melakukan prioritas perbaikan atribut, pada penelitian ini dilakukan pemetaan
persepsi konsumen terhadap kepentingan dan kepuasan atribut produk Ultra Milk
melalui Importance Performance Analysis (IPA). Kerangka pemikiran penelitian
secara skematik dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
Penurunan Laba bersih perusahaan
Analisis Perilaku Konsumen
Karakteristik Konsumen Ultra Milk
Analisis Tingkat Kepuasan
Pilihan Merek ULTRA MILK
Analisis Deskriptif
Aspek Demografi
Aspek Pembelian
Implementasi Alternatif Strategi Pemasaran
Importance and Performance Analysis)
Customer Satisfaction
Index
Atribut Produk
Tingkat Kepentingan
Atribut
Tingkat Kinerja Atribut
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor, dengan pertimbangan bahwa Kota
Bogor merupakan kota sedang (Kategori Departemen Dalam Negeri), dengan
kemudahan akses ke Ibukota Negara. Kota Bogor juga memiliki jumlah penduduk
yang potensial yang cukup besar dengan sebaran income yang baik, selain itu
produk susu cair dalam kemasan Ultramilk sudah terdistribusi di Kota Bogor.
Penelitian ini dilakukan diempat supermarket dan satu pasar tradisional yang
dianggap cukup mewakili konsumen Kota Bogor. Keempat supermarket dan
sebuah pasar induk tersebut selain tempatnya strategis juga merupakan
supermarket yang besar dan lengkap di Kota Bogor dan pasar Tradisional yang
dipilih adalah pasar tradisional yang terbesar di Kota Bogor.
Pembagian responden secara grafis yaitu Superindo cabang Mal Jembatan
Merah mewakili Kecamatan Bogor Tengah dan Bogor Selatan; Hero cabang Jl.
Padjajaran yang mewakili Kecamatan Bogor Timur, Bogor Selatan dan Bogor
Utara; Robinson Supermarket Plaza Bogor mewakili kecamatan Bogor Tengah;
Toserba Yogya Plaza mewakili Kecamatan Tanah Sereal, Bogor Utara dan Bogor
Tengah; Pasar Bogor yang mewakili Kecamatan Bogor Selatan dan Bogor
Tengah. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2007.
4.2. Jenis Dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder sebagai berikut :
1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dan kuesioner
kepada responden yang terdiri dari pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka
melalui pengamatan langsung. Kuesioner bertujuan untuk mengetahui perilaku
konsumen terhadap produk.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber literatur yang
terkait dengan topik penelitian, dari perpustakaan Fakultas Pertanian,
Perpustakaan Pusat IPB, internet dan Biro Pusat Statistik dan merupakan data
pelengkap dari data primer.
4.3. Metode Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non
Probability Sampling yaitu dengan metode convinience sampling. Metode
convinience sampling, didasarkan pada pertimbangan kemudahan untuk
melakukannya. Responden yang dimaksud adalah konsumen yang bersedia untuk
diwawancara dengan kuisioner, pengunjung supermarket dan pasar tradisional
yang kebetulan membeli susu cair dalam kemasan Ultramilk atau sudah pernah
mengkonsumsi susu dalam kemasan Ultramilk maksimal satu bulan sebelum
wawancara dilakukan.
Penentuan jumlah sampel atau responden ditentukan berdasarkan hasil
perhitungan menggunakan rumus Slovin dalam Umar (2005), yaitu :
21 NeN
n+
=
Keterangan : n : jumlah sampel N : jumlah populasi e : nilai kritis (batas ketelitian) yang digunakan (persen kelonggaran
penelitian karena kesalahan pegambilan sampel populasi)
Berdasarkan data yang diperoleh jumlah penduduk Kota Bogor adalah
860.970 orang. Dengan menggunakan nilai kritis sebesar 10 persen maka
diperoleh jumlah sampel sebanyak :
1002,99%)10(970.8601
907.8602 ==
+=n
Berdasarkan perhitungan di atas maka jumlah sampel yang akan diambil
dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang. Wawancara akan disesuaikan
dengan kesediaan responden untuk diwawancarai.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah penduduk Kota
Bogor. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
Judgement Sampling. Pada metode ini, sampel diambil berdasarkan kriteria-
kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti. Adapun
pertimbangan yang diambil adalah:
a) Penduduk Kota Bogor yang meminum susu cair dalam kemasan Ultra
Milk selama 1 bulan terahir. Alasan ini diambil karena, (1) Dari letak
geofrafis, para respondennya mudah diakses. (2) Pembatasan pada
responden yang pernah mengkonsumsi susu cair dalam kemasan merek
Ultra Milk dimaksudkan agar responden mampu mendeskripsikan susu
cair dalam kemasan yang mereka minum.
b) Pria atau wanita yang pernah mengkonsumsi Ultra Milk. Tidak adanya
perbedaan antara pria dan wanita disebabkan susu cair dalam kemasan
dapat dimunum oleh pria maupun wanita.
Responden yang terlibat dalam peneliitian ini adalah penduduk Kota
Bogor. Pengambilan sampel sebesar 100 orang dilakukan secara purposive dengan
pertimbangan-pertimbangan yang telah dirumuskan di atas. Alokasi pembagian
responden dilakukan secara proposional di kelima tempat yang menjadi
perwakilan lima Kecamatan yang ada di Kota Bogor. Sebaran responden disetiap
lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sebaran Jumlah Responden di tiap Lokasi Penelitian
LOKASI JUMLAH RESPONDEN (orang) Superindo cabang Mal Jembatan Merah 20 Hero Jl. Padjajaran 20 Robinson Supermarket Plaza Bogor 20 Toserba Yogya Plaza Indah Bogor 20 Pasar Bogor 20 TOTAL 100
4.5 Metode Analisis Data
Dalam melakukan penelitian ini, digunakan metode analisis deskriptif
(descriptive analysis), customer satisfaction index dan Importance Performance
Analysis. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu software
computer excel 2003 dan SPSS versi 11 for windows. Berikut ini akan dijelaskan
mengenai metode-metode analisis data tersebut :
4.5.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat,
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki
(Nazir, 1998).
Metode ini berguna untuk menggambarkan sesuatu yang tengah
berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu
gejala tertentu. Analisis deskriptif digunakan dalam menggambarkan profil
responden dan tingkat loyalitas responden susu cair dalam kemasan merek Ultra
Milk dan Frisian Flag dengan cara mentabulasikan secara sederhana data yang
diperoleh. Analisis deskriptif ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yang
dilakukan adalah melakukan tabulasi data mengenai responden. Tahap kedua
adalah menginterpretasikan data hasil tabulasi.
4.5.2. Importance -Performance Analisis (IPA)
Untuk menentukan tingkat kepuasan konsumen dalam penelitian ini
digunakan Metode Importance Performance Analysis (IPA) yang merupakan
suatu teknik penerapan untuk mengukur atribut dari tingkat kepentingan dan
tingkat pelaksanaan/ kinerja. Tingkat kepentingan adalah seberapa penting suatu
atribut bagi konsumen. Data yang diperoleh berguna untuk mengetahui tingkat
kepentingan secara nyata dari atribut-atribut yang ditawarkan. Pertanyaan yang
diberikan kepada responden berupa pemilihan rentang skala dibuat berjenjang
oleh peneti mulai dari intensitas paling rendah, diberi angka 1 (tidak penting)
sampai paling tinggi, diberi angka 5 (sangat penting). Skor tingkat kepentingan
dapat dilihat pada Tabel 9.
Tingkat kinerja adalah bagaimana kinerja yang telah ditawarkan oleh Ultra
Milk. terhadap harapan pelanggannya. Sama halnya dengan tingkat kepentingan
pertanyaan yang diberikan kepada responden berupa pemilihan rentang skala yang
dibuat berjenjang oleh peneliti mulai dari intensitas paling rendah, diberi angka 1
(tidak baik) sampai paling tinggi, diberi angka 5 (sangat baik). Skor tingkat
kepentingan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai Bobot Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja
Tingkat Kepentingan (X)
Nilai (Bobot)
Tingkat Kinerja (Y)
Tidak Penting 1 Tidak Baik Kurang Penting 2 Kurang Baik Cukup Penting 3 Cukup Baik
Penting 4 Baik Sangat penting 5 Sangat Baik
Sumbu mendatar (Xi) diisi dengan nlai rata-rata tingkat kepentingan
atribut ke-i, dan sumbu tegak (Yi) diisi degan nilai rata-rata tingkat kinerja atribut
ke-i, Masing-masing dihitung dengan rumus seperti di bawah ini :
iX = n
X i� iY = n
Yi�
Keterangan :
iX = Nilai rata-rata tingkat kepentingan atribut ke-i Ultra Milk
iY = Nilai rata-rata tingkat kinerja atribut ke-i Ultra Milk n = Jumlah responden
Matriks Importance-Performance yang digunakan adalah suatu bangun
dibagi menjadi empat kuadran yang dibatasi oleh dua buah garis yang
berpotongan tegak lurus pada titik (X, Y), masing-masing dihitung dengan rumus
dibawah ini :
X = K
X i� Y = K
Yi�
Keterangan :
X = Nilai rata-rata tingkat kepentingan untuk seluruh atribut Ultra Milk Y = Nilai rata-rata tingkat kinerja untuk seluruh atribut Ultra Milk K = Banyaknya atribut yang mempengaruhi kepuasan konsumen
Kepentingan
X
0 Y Kinerja
Gambar 3. Matriks Important-Performance Sumber: Rangkuti (2006)
Keterangan :
A Prioritas Utama (Kuadran I). Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap
mempengaruhi kepuasan pelanggan, termasuk unsur-unsur yang dianggap
sangat penting, namun perusahaan belum melaksanakannya sesuai dengan
keinginan pelanggan. Sehingga mengecewakan/tidak puas.
Kuadran I (Prioritas Utama)
Kuadran II (Pertahankan Prestasi)
Kuadran III
(Prioritas Rendah)
Kuadran IV (Berlebihan)
B Pertahankan Prestasi (Kuadran II). Menunjukkan faktor atau atribut yang telah
berhasil dilaksanakan perusahaan, untuk itu wajib dipertahankannya.
Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.
C Prioritas Rendah (Kuadran III). Menunjukkan beberapa faktor yang kurang
penting pengaruhnya bagi pelanggan, pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-
biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan.
D Berlebihan (Kuadran IV). Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan
kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang
penting tetapi sangat memuaskan.
4.5.3. Customer Satisfaction Index (CSI)
Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan suatu ukuran keterkaitan
konsumen kepada suatu merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang
kemungkinan seorang pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika pada
merek tersebut didapati adanya perubahan, baik mengenai harga maupun atribut
lainnya. Metode ini digunakan untuk mengukur indeks kepuasan konsumen
(Indeks Satisfaction) dari tingkat kepentingan (importance) dan tingkat kinerja
(performance) yang berguna untuk pengembangan program pemasaran yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan (Supranto, 2006).
Tahapan-tahapan pengukuran CSI adalah sebagai berikut :
1. Menghitung Weighting Factor (WF), yaitu mengubah nilai rata-rata
kepentingan menjadi angka persentase dari total rata-rata tingkat kepentingan
seluruh atribut yang diuji, sehingga didapatkan total WF sebesar 100 persen.
2. Menghitung Weighted Score (WS), yaitu menilai perkalian antara nilai rata-
rata tingkat kinerja masing-masing atribut dengan WF masing-masing atribut.
3. Menghitung Weighted Total (WT), yaitu menjumlahkan WS dari semua
atribut.
4. Menghitung Satisfaction Index, yaitu WT dibagi skala maksimum yang
digunakan (dalam penelitian ini skala maksimal adalah 5), kemudian dikali
100 persen.
Skala yang digunakan dalam menghitung tingkat kepentingan dan tingkat
kinerja yaitu dari 5 hingga 1, dengan ketentuan ntuk masing-masing atribut adalah
sebagai berikut :
a. Variasi pilihan rasa : Sangat bervariasi sampai tidak bervariasi
b. Aroma yang khas : Sangat khas sampai tidak khas
c. Desain kemasan yang menarik : Sangat menarik sampai tidak menarik
d. Kekentalan cairan susu : Sangat kental sampai tidak kental
e. Tambahan nilai gizi yang diperoleh : Sangat banyak sampai tidak ada
f. Kandungan bahan pengawet : Sangat sedikit sampai sanagt banyak
g. Kondisi kemasan pada saat dikonsumsi : Sangat baik sampai tidak baik
h. Dapat diminum kapan saja : Sangat sesuai sampai tidak sesuai
i. Harga eceran dibandingkan volume produk : sangat murah sampai mahal
j. Jaminan halal dan izin depkes produk : Sangat jelas sampai tidak jelas
k. Kejelasan tanggal kadauarsa : Sangat jelas sampai tidak jelas
l. Kemudahan memperoleh produk : Sangat mudah sampai tidak mudah
m. Ukuran volume produk : Sangat banyak sampai tidak banyak
Tingkat kepuasan responden secara keseluruhan dapat dilihat dari kriteria
tingkat kepuasan pelanggan pada Tabel 10.
Tabel 10. Rentang Skala dan Interprestasi Analisis Costumer Satisfaction Index (CSI) Keseluruhan.
Rentang Skala Interpretasi
0,00 – 0,20 Sangat Kecewa
0,21– 0,40 Kecewa
0,41 – 0,60 Cukup Puas 0,61 – 0,80 Puas
0,81 – 1,00 Sangat Puas
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN
5.1. Sejarah Perusahaan
PT Ultra Jaya didirikan secara resmi pada tahun 1958 sebagai perusahaan
pertama yang bergerak di bidang industri susu cair dalam kemasan di Indonesia.
Kemudian pada tahun 1971, perusahaan ini memasuki tahap pertumbuhan pesat
sejalan dengan perubahannya menjadi PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading
Company. Pada awalnya PT Ultra Jaya hanya menjalankan usahanya melalui susu
cair dalam kemasan yang diberi merek dagang susu Ultra Milk, seiring dengan
perkembangannya PT Ultra Jaya memproduksi tiga jenis produk, diantaranya
produk susu cair full cream dan susu cair low fat and high calsium, Buavita untuk
jus buah segar dan Teh Kita untuk minuman teh segar.
Kantor pusat dan pabrik perseroan PT Ultra Jaya terletak di Jalan Raya
Cimamere No.131, Padalarang, Kabupaten Bandung. Daerah tersebut sangat
strategis, Lokasi yang menjadi tempat berdirinya pabrik PT Ultra Jaya tersebut
tersedia bahan baku dasar yang berasal dari sumberdaya alam yang segar dan
berkualitas, mulai dari susu segar, daun teh hingga buah-buahan tropis. Kesegaran
bahan baku dan kualitas gizi alaminya dapat dipertahankan melalui teknologi
proses UHT (Ultra High Temperature) dan pengemasan aseptik tanpa
menggunakan bahan pengawet apapun. Seiring perkembangan pengetahuan dan
teknologi, produk-produk PT Ultra Jaya secara berkesinambungan mengandalkan
bahan dasar semakin dikenal luas oleh masyarakat Indonesia karena mutu dan
kualitasnya. Hal inilah yang dijadikan peluang oleh PT Ultra Jaya untuk masuk di
bidang minuman kesehatan di Indonesia dengan memproduksi tiga jenis produk.
Diversifikasi produk PT Ultra Jaya dibidang minuman kesehatan telah mendorong
perusahaan untuk terus mengembangkan pasarnya. Diantaranya adalah dengan
memasuki usaha dibidang produk konsumen yaitu dengan meluncurkan Buavita
sebagai minuman jus rasa buah yang mengandung kaya akan vitamin yang
diperlukan tubuh dan Teh Kita sebagai minuman teh segar untuk menghilangkan
dahaga. Sedangkan kantor-kantor daerah perwakilan pemasaran terletak di
beberapa Kota Besar seperti Jakarta, Semarang, Jogjakarta dan Surabaya. Masing
masing kantor perawakilan pemasaran memiliki kantor pemarasan langsung
kepada distributor seperi supermarket, hypermarket, hotel, grosir, institusi dan
konsumen lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia. Kantor pemasaran lansung
tersebut teletak di beberapa kota lainnya di Pulau Jawa. Saat ini, 90 persen dari
keseluruhan hasil produksinya dipasarkan di seluruh Indonesia, sementara sisanya
diekspor ke negara-negara di Asia, Eropa, Timur Tengah, Australia dan Amerika
Serikat. Baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor, produk-produk yang
dijual adalah produk yang sejenis.
Ultra Milk Memproduksi tiga kelompok produk yaitu Minuman UHT,
makanan, dan lain-lain. Produk yang paling diandalkan oleh PT Ultra Jaya adalah
susu cair Ultra Milk yang termasuk kedalam kelompok produk minuman UHT,
perkembangan Ultra Milk sebagai susu cair dalam kemasan rata-rata mengalami
peningkatan 15-20 persen pertahun. Konsistensinya dalam memproduksi susu cair
selama bertahun-tahun menjadikan perusahaan ini selalu menjadi market leader
ditingkat nasional. Hal ini membuktikan bahwa PT Ultra Jaya secara terus
menerus akan melakukan inovasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap
susu cair.
Saat ini PT Ultra Jaya dipimpin oleh seorang seorang presiden direktur
yakni Sabana Prawirawidjaja dengan jenis perseroan PMDN (Penanaman Modal
Dalam Negeri). Kantor pusat PT Ultra Jaya berada di wilayah Bandung tepatnya
Jl Raya Cimareme 131, Padalarang, Kabupaten Bandung.
PT Ultra Jaya memproduksi susu cair dalam kemasan merek Ultra Milk
memiliki dua kelompok yakni White Fresh Milk dan Flavored Fresh Milk. White
Fresh Milk terdiri dari dua macam yakni Ultra Milk Full Cream dan Ultra Milk
Low Fat Hi-Calsium. Sedangkan Flavored Fresh Milk terdiri dari tiga kelompok
yakni Ultra Milk MiMi untuk anak-anak yang sedang tumbuh, Ultra Milk untuk
anak-anak dan juga dewasa, dan SUSU SEHAT untuk pelanggan khusus seperti
sekolah atau pabrik. Susu dalam kemasan seluruhnya berbentuk cairan dan
dikemas dalam kotak dengan volume yang bervariasi yakni 200 ml, 250 ml, 750
ml dan 1.000 ml. Susu cair dalam kemasan PT Ultra Jaya yang telah dikenal luas
oleh masyarakat di Indonesia adalah Ultra Milk yang termasuk dalam kelompok
Flavored Fresh Milk yaitu Ultra Milk.
Ultra Milk adalah susu segar yang berasal dari hasil pemerahan sapi yang
telah mengalami proses sterilisasi dan mengandung kaya akan vitamin yang
sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan manusia setiap harinya.
Zat-zat yang terkandung dalam Ultra Milk mempunyai komposisi yang seimbang
dalam jumlah yang cukup. Daya cerna dan daya absorsinya sempurna, sehingga
sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan manusia. Selain
itu, dengan mengkonsumsi Ultra Milk juga dapat membantu perkembangan otak.
Manfaat lain yang ditawarkan oleh Ultra Milk adalah rendah kalori, artinya
dengan tingkat kalori yang rendah tidak menyebabkan kegemukan.
Ultra Milk juga aman karena tidak mengandung pemanis buatan,
pengawet, pewarna, maupun soda. Salah satu kelebihan Ultra Milk adalah mampu
bertahan hingga satu tahun walaupun tidak mengandung bahan pengawet. Hal ini
disebabkan karena mikroorganisme dalam susu sudah dimatikan lewat proses
sterilisasi yakni UHT (Ultra High Temperature). Selain itu kelebihan yang
dimiliki Ultra Milk adalah kemasan kotak yang digunakan sebagai kemasan
produk. Kemasan kotak Ultra Milk didesain dengan kualitas yang tinggi, ramah
lingkungan sehingga dapat didaur ulang. Kelebihan lainnya dari kemasan kotak
Ultra Milk adalah lapisan aseptik untuk mengeliminasi resiko infeksi atau
kontaminasi bakteri pada susu cair sehingga kualitas susu cair dalam kemasan
dapat tetap terjaga dan dapat dikonsumsi secara maksimal. Dengan kelebihan dan
manfaat tersebutlah Ultra Milk dapat diterima dan disukai oleh konsumennya.
5.2. Visi dan Misi PT. Ultrajaya
Keberhasilan suatu perusahaan menjadi berkembang dan maju tidak
terlepas dari pandangan dan panduan yang dianut perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya. Begitu juga halnya dengan PT Ultra Jaya dengan visi “Menjadi
perusahaan makanan dan minuman yang terbaik dan terbesar di Indonesi,
dengan senantiasan mengutamakan kepuasan konsumen, serta menjunjung
tinggi kepercayaan para pemegang saham”. Dan misi yang diemban PT Ultra
Jaya adalah “Menjalankan usaha yang dilandasi pada kepekaan yang tinggi
untuk berorientasi kepada konsumen serta kepedulian terhadap lingkungan,
yang dilakukan secara optimal agar dapat memberikan nilai tambahsebagai
wujud pertanggung-jawaban kepada para pemegang saham”.
Untuk melaksanakan hal ini, PT Ultra Jaya telah melakukan investasi yang
signifikan dalam aktivitas pemasaran, teknologi, pengembangan produk dan yang
paling penting, distribusi. Perusahaan ini termasuk salah satu perusahaan di
Indonesia yang memiliki jaringan distribusi yang paling luas, mencakup seluruh
daerah Indonesia, mulai dari Sumatera di ujung Barat hingga Papua di ujung
Timur. Hal ini dapat dicapai oleh adanya sistem distribusi yang terdiri dari 2,500
grosir yang bersama-sama melayani lebih dari 25,000 toko ritel (toko moderen
dan tradisional), hotel dan pelanggan komersial.
Berdasarkan komponen strategis yang dirumuskan oleh PT Ultra Jaya
menandakan bahwa perusahaan sangat menjaga kualitas, tidak hanya kualitas
produk namun kualitas karyawan pun menjadi satu prioritas yang penting bagi
perusahaan. Kualitas karyawan yang baik merupakan aset bagi perusahaan dalam
menjalankan roda bisnisnya. Kualitas dalam hal ini tidak hanya pada sisi kinerja
yakni kehandalan dalam menerapkan stertegi bersaing dan pandangan luas
terhadap pasar serta pesaing, namun termasuk didalamnya adalah kualitas moral
yang baik. Jadi tidak hanya kecerdasan IQ (intelegence quetion)saja yang harus
dimiliki karyawan, namun perlu ditunjang juga dengan kecerdasan EQ (emotional
quetion). Hal ini penting karena dengan kualitas SDM (sumber daya manusia)
yang baik akan berdampak pula pada keberhasilan dalam menciptakan produk-
produk yang berkualitas tinggi.
5.3. Karakteristik Responden Ultra Milk
Karakteristik Responden Ultra Milk meliputi data umum responden
(demografi) dan data perilaku pembelian. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
5.3.1. Data Umum Responden
Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini adalah jenis
kelamin, usia, tempat tinggal, pendidikan terahir, pekerjaan dan pengeluaran
untuk konsumsi individu per bulan. Secara keseluruhan hasil dapat dilihat pada
Tabel 11.
Dari hasil penelitian yang digambarkan pada Tabel 11, Berdasarkan jenis
kelamin, jumlah responden laki-laki adalah 55 persen dan perempuan 45 persen.
Hal ini sesuai dengan harapan PT Ultra Jaya yakni Ultra Milk adalah susu cair
yang dapat dikonsumsi baik oleh laki-laki maupun perempuan.
Berdasarkan usia, Sebagian besar jumlah persentase usia responden
menunjukkan keterkaitan usia dengan penduduk yang masih sering beraktifitas.
Kelompok usia responden yang mendominasi adalah kelompok usia 22 dan 24
tahun. Konsumen dari Ultra Milk merupakan konsumen yang memiliki usia
dewasa yang bertempat tinggal di rumah kontrakan dengan jumlah persentase
bertempat tinggal di rumah kontrakan sebanyak 74 persen.
Kelompok pendidikan terakhir responden didominasi oleh lulusan S1. Hal
ini menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi Ultra Milk adalah orang-
orang yang memiliki tingkat pendidikan yang baik dengan memiliki jenis
pekerjaan sebagai pelajar/mahasisiwa yaitu sebesar 42 persen. Hal ini
menandakan bahwa sebagian besar konsumen Ultra Milk terdiri dari orang-orang
yang masih sering beraktivitas yang memerlukan tambahan gizi untuk nutrisi otak
dan daya tahan tubuh. Hali ini dapat menjadi informasi tambahan untuk
pengembangan program pemasaran di masa yang akan datang, misalnya strategi
produk khususnya meningkatkan tambahan nilai gizi. Total pengeluaran individu
per bulan termasuk dalam kategori berpengeluaran rendah sampai menengah
dengan pengeluarannya Rp 500.000 - Rp 1.000.000. Keragaman tingkat
pengeluaran diharapkan dapat menunjukkan keadaan dari karakterstik perilaku
konsumen Ultra Milk, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
informasi produk Ultra Milk di masa mendatang, seperti penetuan harga produk.
Tabel 11. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Karakteristik Demografi
Karakteristik Jumlah Responden Persentase (%)
Jenis Kelamin
• Laki-laki 55 55 • Perempuan 45 45
Jumlah 100 100
Usia
• 16 tahun – 18 tahun 17 17 • 19 tahun – 21 tahun 17 17
• 22 tahun – 24 tahun 54 54
• > 25 tahun 12 12
Jumlah 100 100
Tempat Tinggal • Rumah Sendiri 4 4 • Rumah Orang Tua 21 21
• Rumah Kontrakan 74 74
• Rumah Saudara 1 1
Jumlah 100 100
Pendidikan Terakhir • Lulusan SMP 16 16
• Lulusan SMA 24 24 • Lulusan Diploma 22 22
• Lulusan S1 28 28
• Lulusan S2 10 10
Jumlah 100 100
Pekerjaan • Tidak/belum kerja 28 28
• Pelajar/Mahasiswa 42 42 • Wiraswasta/ Pengusaha 11 11
• Ibu rumah tangga 5 5 • Pegawai swasta 14 14
• Lainnya - -
Jumlah 100 100
Pengeluaran • < Rp. 500.000 28 28 • Rp. 500.001 - Rp. 1.000.000 57 57
• Rp. 1.000.001 - Rp. 2.000.000 7 7 • Rp. 3.000.001 - Rp. 4.000.000 5 5
• Rp. 4.000.001 - Rp. 6.000.000 2 2
• > Rp. 6.000.001 1 1
Jumlah 100 100
5.3.2. Aspek Pembelian
Karakteristik responden berdasarkan karakteristik konsumen yang dilihat
dari berbagai faktor yang berhubungan dengan perilaku pembeliannya.
Karakteristik ini dianalisis melalui sumber informasi tentang Ultra Milk, tempat
pembelian Ultra Milk, keputusan pembelian Ultra Milk, dan pemberi pengaruh
dalam pembelian Ultra Milk. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
A. Sumber Informasi Tentang Ultra Milk
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Tabel 12), terlihat bahwa
kelompok responden paling banyak mendapat informasi/pengetahuan tentang
produk Ultra Milk dari Iklan di Televisi, yaitu sebesar 32 persen. Jumlah
persentase untuk sumber informasi dari iklan di televisi ini menunjukkan bahwa
kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT Ultra Jaya melalui iklan di televisi
sudah sangat efektif.
Tabel 12. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Sumber
Informasi Tentang Ultra Milk
Sumber Informasi Jumlah Responden Persentase (%) Iklan di TV 32 32 Iklan Billboard 12 12 Iklan Radio - - Relasi (teman, keluarga, dll) 18 18 Toko Kelontong/Warung/Kios Rokok 17 17 Hypermarket/Supermarket/Minimarket 8 8 Tidak Ingat 11 11 Lainnya, kalau ada gratisan 2 2
Jumlah 100 100
B. Tempat Pembelian Ultra Milk
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Tabel 13), terlihat bahwa
kelompok responden paling banyak melakukan pembelian Ultra Milk di
supermarket yaitu sebanyak 42 persen. Urutan selanjutnya responden melakukan
pembelian di warung-warung yaitu sebanyak 29 persen. Sementara pembelian di
pinggir jalan hanya berjumlah 13 persen. Keadaan ini menunjukkan bahwa
sebagian responden lebih memilih melakukan pembelian di supermarket.
Tabel 13. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tempat
Pembelian Ultra Milk
Tempat Membeli Jumlah Responden Persentase (%) Supermarket 43 43 Warung 29 29 Pinggir Jalan/Gerobak 13 13 Pedagang - - Kantin 11 11 Lainnya 4 4
Jumlah 100 100
C. Keputusan Pembelian Ultra Milk
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Tabel 14), terlihat bahwa
kelompok responden paling banyak melakukan pembelian tanpa perencanaan
terlebih dahulu yaitu sebanyak 45 persen, kemudian responden yang melakukan
pembelian tergantung situasi sebanyak 35 persen. Keadaan ini menunjukkan
bahwa kesadaran untuk melakukan pembelian yang terus menerus (retensi) masih
rendah dan kebanyakan responden melakukan pembelian yang bersifat tidak
kontinyu sehingga akan berdampak pada pendapatan perusahaan yang tidak akan
tetap. Salah satu cara untuk menanggulangi keadaan ini adalah menjadikan Ultra
Milk sebagai gaya hidup artinya konsumen selalu membutuhkannya kapan pun
dan dimanapun.
Tabel 14. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan
Keputusan Pembelian Ultra Milk
Keputusan Pembelian Jumlah Responden Persentase (%) Mendadak 4 4 Selalu merencanakan dahulu 9 9 Tergantung situasi saat ini 35 35 Tidak pernah merencanakan 45 45 Lainnya 7 7
Jumlah 100 100
D. Pemberi Pengaruh Dalam Pembelian Ultra Milk.
Dari data yang telah dikumpulkan (Tabel 15), terlihat bahwa sebagian
besar kelompok responden melakukan pembelian Ultra Milk berdasarkan inisiatif
sendiri yaitu sebanyak 78 persen. Sementara yang terpengaruh oleh iklan dalam
melakukan pembelian hanya berjumlah 7 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
keefektifan iklan di televisi yang terlihat di Tabel 12, hanya sampai pada tingkat
kesadaran produk itu ada dan belum sampai pada tingkat untuk melakukan
pembelian. Hal tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan perusahaan dalam
menentukan kebijakan promosi.
Tabel 15. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Pemberi Pengaruh dalam Pembelian Ultra Milk
Pemberi Pengaruh Jumlah Responden Persentase (%)
Inisiatif Sendiri 78 78 Orang Tua 3 3 Teman 10 10 Pedagang - - Iklan 7 7 Lainnya 2 2
Jumlah 100 100
VI. ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN ULTRA MILK 6.1. Penilaian Konsumen Terhadap Tingkat Kepentingan dan Tingkat
Kinerja Atribut Ultra Milk
Dalam penelitian ini, cara untuk menghitung tingkat kepuasan konsumen
dilakukan dengan membandingkan antara tingkat kepentingan dengan tingkat
kinerja atribut produk yang dipilih oleh konsumen. Jumlah responden yang
menyatakan penting atau baik ditentukan melalui penjumlahan responden yang
menjawab kuesioner dengan kategori cukup penting/cukup baik, penting/baik dan
sangat penting/sangat baik per atributnya. Atribut variasi piihan rasa merupakan
atribut yang penting untuk sebuah produk susu cair dalam kemasan. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah responden yang menjawab atribut tersebut penting adalah 82
persen. Sedangkan pada tingkat kinerjanya, sebagian besar responden (76 persen)
menyebutkan kinerja atribut variasi pilihan rasa Ultra Milk sampai saat ini adalah
cukup baik. Namun tingkat kinerja terhadap atribut variasi pilihan rasa masih
berada di bawah tingkat kepentingan.
Aroma yang khas merupakan atribut yang penting, sebanyak 84 persen
responden menyebutkan bahwa atribut aroma yang khas untuk produk susu cair
dalam kemasan adalah penting. Sedangkan penilaian tingkat kinerja atribut aroma
yang khas menunjukkan bahwa 77 persen responden menyebutkan atribut aroma
yang khas pada Ultra Milk adalah cukup baik. Untuk atribut-atribut yang lainnya
dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Sebaran Persentase Responden Menurut Penilaian Atas Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Atribut Ultra MIlk
Sangat Tidak Cukup Penting Sangat Sangat Tidak Cukup Baik SangatTidak Penting Penting Penting Tidak Baik Baik Baik
Penting Baik1 23 64 12 0 5 13 60 22 06 17 61 15 1 3 13 59 25 00 25 64 11 0 7 37 9 47 00 4 75 14 7 2 0 33 58 70 4 63 30 3 1 3 40 51 50 17 70 12 1 0 3 17 80 00 7 55 33 5 0 3 30 58 90 7 65 28 0 3 10 44 43 00 25 64 11 0 4 22 62 11 11 5 73 19 2 0 5 49 43 30 14 73 10 3 3 13 61 21 20 15 67 13 5 1 11 38 47 30 4 75 14 7 0 4 45 51 0
Tambahan nilai gizi yang diperolehKandungan bahan pengawet
Kondisi kemasan pada saat dikonsumsi
Variasi pilihan rasa Aroma yang khas
Desain Kemasan yang menarik
Kemudahan memperoleh produkUkuran Volume produk
Tingkat Kinerja (Y) Tingkat Kepentingan (X)
Atribut
Dapat diminum kapan sajaUkuran volume yang diterima dibanding harga
Jaminan Halal dan Izin Depkes ProdukKetersediaan tanggal kadaluarsa produk
Kekentalan cairan susu
6.2. Urutan Peringkat Atribut-atribut Ultra Milk Berdasarkan Penilaian Konsumen Terhadap Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan
Tabel 17 menunjukkan urutan tingkat kinerja atribut Ultra Milk.
Berdasarkan tabel tersebut urutan pertama yang dianggap paling penting adalah
atribut kondisi kemasan pada saat dikonsumsi. Konsumen sangat peduli terhadap
kesehatan, sebab konsumen menganggap bahwa atribut tersebut dapat
menentukan kualitas susu yang terkandung dalam produk Ultra Milk.
Urutan kedua adalah atribut tambahan nilai gizi yang diperoleh. Seperti
alasan pertama, kali ini juga terkait dengan kesehatan, konsumen menganggap
atribut tersebut penting sebab konsumen akan lebih menyukai produk yang dapat
memberikan tambahan nilai gizi yang lebih banyak. Untuk itu Ultra Milk
diharapkan dapat memberikan tambahan gizi yang lebih banyak.
Atribut berikutnya adalah atribut ukuran volume produk. Hal ini terkait
dengan masalah kecukupan konsumen dalam mengkonsumsi produk, konsumen
akan merasa cukup apabila ukuran volume produk yang ditawarkan telah sesuai
dengan komposisi yang diharapkan.
Tabel 17. Urutan Tingkat Kinerja Atribut Ultra Milk
Atribut (Yi) Rataan Skor
Kinerja Peringkat Kondisi Kemasan Pada Saat Dikonsumsi 3,360 1 Tambahan Nilai Gizi yng diperoleh 3,320 2 Ukuran Volume Produk 3,240 3 Kekentalan Cairan Susu 3,240 4 Dapat Diminum Kpan Saja 3,210 5 Jaminan Halal dan Izin Depkes Produk 3,160 6 Kemudahan memperoleh produk 3,080 7 Ketersediaan tanggal kadaluarsa produk 3,020 8
Kandungan bahan pengawet 2,970 9 Aroma yang khas 2,880 10 Variasi pilihan rasa 2,870 11 Harga Eceran Dindingkan dengan volume 2,860 12 Desain Kemasan yang menarik 2,860 13
Tabel 18 menunjukkan urutan tingkat kepentingan atribut-atribut Ultra
Milk. Berdasarkan tabel tersebut urutan pertama yang dianggap paling penting
adalah atribut kandungan bahan pengawet. Hal ini terkait juga dengan alasan
kesehatan, sebagian konsumen menganggap atribut tersebut dapat menjadi
pertimbangan yang penting untuk produk Ultra Milk, terutama untuk yang
dikonsumsi.
Urutan kedua adalah atribut kondisi kemasan pada saat dikonsumsi, Hal
ini dikarenakan konsumen terlihat sangat peduli pada kualitas kesegaran susu.
Konsumen menganggap kondisi kemasan pada saat dikonsumsi dapat
mempengaruhi kualitas dari produk yang akan dikonsumsi.
Atribut yang berada pada tingkat ketiga adalah atribut kekentalan cairan
susu. Hal ini penting sebab semakin kental cairan susu maka gizi yang terkandung
akan lebih banyak. Urutan selanjutnya adalah Atribut yang berada pada tingkat
berikutnya adalah atribut tambahan nilai gizi, konsumen akan merasa sangat
senang jika produk Ultra Milk banyak mengandung tambahan gizi apabila
dikonsumsi.
Tabel 18. Urutan Tingkat Kepentingan Atribut Ultra Milk
Atribut (Xi) Rataan Skor Kpentingan Peringkat
Kandungan bahan pengawet 3,770 1 Kodisi Kemasan Pada Saat Dikonsumsi 3,730 2 Kekentalan cairan susu 3,680 3 Tambahan nilai gizi yang diperoleh 3,560 4
Ukuran volume produk 3,470 5 Jaminan halal dan izin Depkes 3,440 6 Kemudahan/memperoleh produk 3,400 7 Dapat diminum kapan saja 3,270 8 Aroma yang khas 3,060 9 Kejelasan tanggal kadaluarsa 3,060 10 Variasi Pilihan Rasa 2,990 11 Desain Kemasan yang Menarik 2,960 12 Harga eceran dibandingkan dengan volume 2,830 13
6.3. Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index)
Pengukuran terhadap indeks kepuasan konsumen sangat diperlukan untuk
menentukan sasaran-sasaran di masa yang akan datang dan dapat digunakan untuk
mengetahui besarnya indeks kepuasan yang dihasilkan oleh suatu produk. Tanpa
adanya Customer Satisfaction Index tidak mungkin Manajer dapat menentukan
tujuan dalam peningkatan kepuasan konsumen (Irawan, 2004). Nilai rata-rata pada
tingkat kepentingan dan tingkat kinerja masing-masing atribut produk digunakan
untuk menghitung indeks kepuasan konsumen.
Pada Tabel 19, dapat dilihat bahwa nilai total weighted average sebesar
3,095 nilai ini merupakan penjumlahan dari weighted score seluruh atribut
kualitas produk Ultra Milk. Angka customer satisfaction index diperoleh dengan
membagi nilai weighted average dengan skala maksimum (skala 5) yang
digunakan dalam penelitian ini. Dengan demikian customer satisfaction index
adalah 3,095/5 = 0,6189.
Nilai indeks kepuasan Ultra Milk keseluruhan sebesar 61,89 persen ini
berada pada rentang 0,61 – 0,80 dengan begitu indeks kepuasan keseluruhan
konsumen yang dihitung berdasarkan atribut produk termasuk pada kriteria cukup
puas. Sebaiknya pihak PT Ultra Jaya harus terus meningkatkan kinerjanya agar
Customer Satisfaction meningkat sampai angka 100 persen sehingga
konsumen akan merasa sangat puas terhadap kinerja produk yang disediakan
pihak perusahaan melalui kinerja Ultra Milk secara keseluruhan. Hasil
perhitungan disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Perhitungan Customer Satisfaction Index Ultra Milk Keseluruhan
No. Atribut
Rata-Rata Skor
Kepentingan (RSP)
Weighting Factor [WF=
(RSP/40,070)]
Rata-Rata Skor
Kinerja (RSK)
Weighted Score [WS=
(RSK X WF)] 1 2 3 4 5 6 7
8 9
10
11 12
13
Variasi pilihan rasa Aroma yang khas Desain Kemasan yang menarik Kekentalan cairan susu Tambahan nilai gizi yang diperoleh Kandungan bahan pengawet Kondisi kemasan pada saat dikonsumsi Dapat diminum kapan saja Ukuran volume yang diterima dibanding harga Jaminan Halal dan Izin Depkes Produk Ketersediaan tanggal kadaluarsa produk Kemudahan memperoleh produk Ukuran Volume produk
2,990 3,060
2,960 3,680
3,560
3,770
3,730
3,270
2,830
3,440
3,060
3,400 3,470
0,069 0,071
0,068 0,085
0,082
0,087
0,086
0,076
0,065
0,080
0,071
0,079 0,080
2,870 2,880
2,860 3,240
3,320
2,970
3,360
3,210
2,860
3,160
3,020
3,080 3,240
0,199 0,204
0,196 0,276
0,273
0,259
0,290
0,243
0,187
0,252
0,214
0,242 0,260
JUMLAH 43,220 1,000 40,070 3,095 CSI = (WT : 5) X 100% 61,89
6.4. Prioritas Perbaikan Atribut yang Mempengaruhi Kepuasan (IPA)
Pada dasarnya setiap atribut kualitas produk yang dapat mempengaruhi
kepuasan perlu untuk diperbaiki seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan
nilai indeks kepuasan keseluruhan dan indeks kepuasan per atribut yang masih
dibawah 100 persen, maka perusahaan masih perlu untuk meningkatkan
kepuasan konsumennya. Kepuasan tersebut tercermin dari besarnya nilai
customers satisfaction index. Peningkatan indeks kepuasan agar mendekati 100
persen dapat dilakukan melalui peningkatan tingkat kepentingan dan tingkat
kinerja. Peningkatan terhadap tingkat kepentingan sulit untuk dilakukan oleh
pihak perusahaan karena tingkat kepentingan tergantung pada kebutuhan
masing-masing konsumen, sehingga dalam penelitian ini peningkatan kepuasan
dilakukan melalui pendekatan terhadap peningkatan kinerja.
Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya PT Ultra Jaya mempunyai
sumber daya yang terbatas dalam melakukan perbaikan-perbaikan kinerja
atribut, oleh sebab itu perbaikan kinerja untuk meningkatkan kepuasan tidak
dapat dilakukan secara bersama-sama. Perusahaan harus dapat mengalokasikan
sumber daya kepada perbaikan kinerja atribut yang mampu memberikan
manfaat yang lebih besar terhadap tingkat kepuasan total. Adapun nilai yang
perlu diprioritaskan oleh perusahaan adalah atribut yang dianggap memiliki
tingkat kepentingan yang tinggi oleh konsumen namun memiliki tingkat
kinerja yang rendah.
Salah satu cara untuk menentukan prioritas perbaikan terhadap atribut
kinerja produk, adalah dengan menggunakan alat bantu berupa analisis IPA
(Importance Performance Analysis). Model IPA ini menggambarkan prioritas
2.700
2.900
3.100
3.300
3.500
3.700
2.800 3.000 3.200 3.400
KINERJA
KE
PE
NTI
NG
AN
1
2
34
5
6
7
8
10
11
13
12
9
perbaikan berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja. Posisi penempatan
masing-masing atribut menurut persepsi konsumen, terlihat pada diagram
kartesius yang terbagi dalam empat kuadran. Garis tengah pembagi diperoleh
dari nilai total rata-rata tingkat kepentingan sebesar 3,325 dan nilai total rata-rata
tingkat kinerja sebesar 3,082 (Tabel 20).
Gambar 5. Kuadran Kartesius Penilaian Responden Terhadap Atribut Produk Ultra Milk
Keterangan :
1. Kandungan Bahan Pengawet 8. Jaminan Halal dan izin Depkes
2. Kemudahan Memperoleh 9. Kondisi Kemasan Pada Dapat
3. Aroma yang Khas Saat Dikonsumsi
4. Variasi Pilihan Rasa 10. Kekentalan Cairan Susu
5. Desain Kemasan yang Menarik 11. Ukuran Volume Produk
6. Harga Eceran 12. Tambahan Nilai gizi
7. Ketersediaan Tanggal Kadaluarsa 13. Diminum Kapan Saja
Masing-masing kuadran menggambarkan keadaan yang berbeda.
Pemetaan berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja ini memungkinkan
Kuadran I Kuadran II
Kuadran III
Kuadran IV
pihak perusahaan untuk segera melakukan perbaikan-perbaikan pada atribut
yang dianggap penting konsumen dalam jangka waktu yang relatif dekat.
Setiap kuadran tersebut dapat dijelaskan dengan interpretasi sebagai berikut:
Tabel 20. Rata-rata Penilaian Konsumen Terhadap kinerja dan Kepentingan
Tingkat Kinerja
Tingkat Kepentingan No Atribut
Performance Importance 1 Variasi pilihan rasa 2,990 2 Aroma yang khas 3,060 3 Desain Kemasan yang menarik 2,960 4 Kekentalan cairan susu 3,680 5 Tambahan nilai gizi yang diperoleh 3,560 6 Kandungan bahan pengawet 3,770 7 Kondisi kemasan pada saat dikonsumsi 3,730 8 Dapat diminum kapan saja 3,270 9
Ukuran volume yang diterima dibanding harga 2,830
10 Jaminan Halal dan Izin Depkes Produk 3,440 11 Kejelasan tanggal kadaluarsa produk 3,060 12 Kemudahan memperoleh produk 3,400 13 Ukuran Volume Produk
2,870 2,880 2,860 3,240 3,320 2,970 3,360 3,210
2,860 3,160 3,020 3,080 3,240 3,470
Rata-rata 3.082 3.325
Prioritas Utama (Kuadran I)
Pada diagram kartesius (Gambar 7), terdapat dua atribut Ultra Milk yang
menjadi prioritas utama PT Ultra Jaya, yaitu atribut kandungan bahan pengawet
dan kemudahan memperoleh produk. Atribut-atribut ini terletak pada kuadran
pertama, sehingga menjadi prioritas utama perusahaan karena memiliki tingkat
kepentingan yang tinggi tetapi tingkat kinerjanya rendah, perbaikan atribut
ini akan memberikan dampak yang besar terhadap kepuasan konsumen.
Atribut pertama yang harus diprioritaskan oleh pihak perusahaan dan
segera diperbaiki kinerjanya adalah atribut kandungan bahan pengawet. Sebagian
besar responden menganggap bahwa produk susu cair Ultra Milk mengandung
bahan pengawet meskipun produk Ultra Milk tidak menggunakan bahan
pengawet. Alternatif srategi yang dapat dilakukan adalah memberi label
penjelasan pada setiap bahwa produk Ultra Milk bebas dari bahan pengawet.
Selanjutnya, atribut yang harus segera diatasi adalah atribut kemudahan
memperoleh produk dinilai penting oleh responden sebab responden akan merasa
sangat kecewa apabila dalam melakukan pembelian ketersediaan produk Ultra
Milk sulit untuk ditemukan.
Sehubungan dengan hal tersebut, atribut-atribut tersebut harus mendapat
perhatian yang lebih dari pihak perusahaan agar tercipta kepuasan konsumen
sehingga terjadi pembelian ulang. Apabila pihak perusahaan tidak
memperbaiki kinerja atribut tersebut dan membiarkan kinerjanya semakin
buruk, maka dikhawatirkan di waktu yang akan datang para konsumen akan
beralih ke produk pesaing yang mampu memberikan kualitas yang lebih baik.
Pertahankan Prestasi (Kuadran II)
Kuadran kedua merupakan strategi mempertahankan prestasi adalah posisi
yang menunjukkan kinerja atribut Ultra Milk yang sudah sesuai dengan apa
yang diharapkan konsumen, sehingga pihak perusahaan sekarang hendaknya
tetap mempertahankan prestasi kinerjanya. Atribut-atribut yang termasuk ke
dalam kuadran ini adalah lima atribut produk yaitu atribut tambahan nilai gizi,
jaminan halal dan izin Depkes, kekentalan cairan produk, ukuran volume
produk, dan kondisi kemasan pada saat dikonsumsi.
Lima atribut yang berada pada kuadran dua tersebut dinilai memiliki
tingkat kepentingan tinggi dan kinerjanya juga tinggi. Sehubungan dengan
hal tersebut, pihak perusahaan harus dapat mempertahankan prestasinya,
kemudian meningkatkan kinerja terhadap kelima atribut yang bersangkutan di
masa yang akan datang, sehingga konsumen tetap memberikan pandangan
yang baik terhadap produk Ultra Milk dan kepuasan konsumen tetap terjaga.
Prioritas Rendah (Kuadran III)
Pada saat ini atribut yang berada pada kuadran ketiga terdiri dari
atribut yang dianggap memiliki tingkat kepentingan rendah oleh responden
sehingga perbaikannya menjadi prioritas rendah karena memiliki tingkat
kepentingan yang rendah dan tingkat kinerja yang rendah. Atribut-atribut
tersebut meliputi atribut aroma yang khas, ketersedian tanggal kadaluarsa,
variasi pilihan rasa, harga eceran dibandingkan dengan volume produk, dan
desain kemasan yang menarik.
Keempat atribut yang berada pada kuadran ketiga ini tidak terlalu
masalah apabila tidak diperbaiki oleh pihak perusahaan dalam waktu dekat karena
atribut tersebut dianggap tidak terlalu penting oleh responden dan perbaikannya
memiliki pengaruh marginal terhadap kepuasan pelanggan total karena
prioritasnya relatif rendah. Perlu diperhatikan bahwa responden memberikan
penilaian yang kurang baik terhadap kinerja perusahaan akan keempat atribut
tersebut. Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat belakangan ini,
seperti munculnya produk peniru yaitu Frisian Flag, Milo dan Indomilk, dan
merek lainnya maka perusahaan juga perlu meningkatkan kinerja atribut tersebut
di masa yang akan datang, sehingga perusahaan tetap menduduki posisi atas
dalam persaingan industri susu cair dalam kemasan.
Berlebihan (Kuadran IV)
Atribut-atribut yang mempunyai tingkat kepentingan yang rendah, tetapi
memiliki tingkat pelaksanaan kinerja tinggi berada pada kuadran keempat. Atribut
tersebut yaitu atribut dapat diminum kapan saja sehingga PT Ultra Jaya tidak
perlu meningkatkan kinerja dari atribut yang berada pada kuadran empat tersebut,
karena peningkatan terhadap atribut ini akan dianggap berlebihan oleh konsumen.
Atribut dapat diminum kapan saja dari Ultra Milk dinilai konsumen sudah
memiliki kinerja yang tinggi sehingga PT Ultra Jaya tidak perlu
mengkhawatirkan damapak ditimbulkan oleh kinerja atribut tersebut.
VII. REKOMENDASI TERHADAP STRATEGI PEMASARAN
Hasil analisis perilaku konsumen berimplikasi terhadap strategi bauran
pemasaran, adapun strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan
bertujuan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan
pelanggan sasaran (Kotler, 2000). Strategi pemasaran berkaitan dengan
empat unsur bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, promosi, dan
strategi tempat atau distribusi.
PT Ultra Jaya dalam menjalankan usahanya hendaknya tetap berusaha
meningkatkan kepuasan konsumen terhadap Ultra Milk, karena hasil
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan terhadap tingkat kepuasan ini akan
meningkatkan tingkat loyalitas konsumen terhadap Ultra Milk. Salah satu cara
untuk meningkatkan kepuasan adalah dengan meningkatkan kinerja atribut yang
mempengaruhi kualitas produk. Dengan peningkatan kinerja atribut, maka
akan meningkatkan nilai indeks kepuasan atribut yang diperoleh, sehingga
indeks kepuasan keseluruhan yang dicapai oleh perusahaan juga akan
meningkat.
7.1 Strategi Produk
Produk adalah suatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk
diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memaskan
keinginan atau kebutuhan konsumen. Kesempurnaan sebuah produk dinilai
konsumen melalui atribut-atribut produk yang dimiliki. Atribut-atribut Ultra Milk
yang dinilai dalam penelitian ini terdiri atas atribut variasi pilihan rasa, aroma
yang khas, desain kemasan yang menarik, tambahan nilai gizi yang diperoleh,
kandungan bahan pengawet, kondisi kemasan pada saat dikonsumsi, dapat
diminum kapan saja, ukuran volume dibandingkan harga, kejelasan tanggal
kadaluarsa, jaminan halal dan izin Depkes, kemudahan memperoleh produk, dan
ukuran kemasan produk. PT Ultra Jaya perlu memperhatikan atribut-atribut yang
dianggap penting oleh konsumen.
Berdasarkan hasil analisis Importance performance Analisys (IPA)
menunjukkan bahwa atribut kandungan bahan pengawet dan kemudahan
memperoleh produk termasuk dalam kuadran I. Atribut tersebut dinilai penting
oleh responden namun kinerjanya belum memenuhi harapan mereka, sehingga
responden merasa kecewa. Alternatif startegi pemasaran yang dapat dilakukan
untuk atribut tersebut adalah pemberian label yang menjelaskan bahwa produk
Ultra Milk sama sekali tidak menggunakan bahan pengawet.
Atribut kondisi kemasan pada saaat dikonsumsi kinerjanya sudah baik dan
harus dipertahankan untuk saat ini. Meskipun demikian atribut ini harus tetap
ditingkatkan dalam jangka panjang. Alternatif startegi pemasaran yang dapat
dilakukan untuk kedua atribut ini adalah dengan selalu menjaga kondisi fisik produk
mulai dari pabrik sampai ke tangan konsumen akhir.
Atribut-atribut yang berada pada kuadran II lainnya adalah atribut
kekentalan cairan susu, jaminan halal dan izin Depkes, tambahan nilai gizi, dan
ukuran volume produk. Alternatif strategi pemasaran yang dapat dilakukan
perusahaan adalah menjaga kekentalan cairan susu, menempelkan atau
memberi tanda halal dengan jelas pada setiap produk Ultra Milk, memberikan
tambahan gizi yang lebih banyak, serta menciptakan ukuran produk yang
lebih sesuai dengan komposisi yang diinginkan konsumen.
Atribut produk yang berada pada kuadran IV belum perlu diperbaiki dalam
jangka waktu dekat (jangka pendek) oleh pihak perusahaan karena sudah dirasa
berlebihan oleh konsumen, atribut tersebut adalah atribut dapat diminum kapan
saja. Alokasi sumber daya untuk perbaikan atribut ini dapat dialihkan ke
perbaikan atribut yang berada pada kuadran satu sehingga lebih efektif,
meskipun demikian tidak berarti atribut ini tidak diperbaiki pada masa yang
akan datang.
7.2 Strategi Harga
Salah satu strategi penting dalam strategi pemasaran adalah harga. Atribut
harga eceran dibandingkan volume berada pada kuadran III, hal ini
menunjukkan atribut tersebut kinerjanya sudah baik dan harus dipertahankan
oleh perusahan. Apabila pihak perusahaan hendak meningkatkan harganya
pada beberapa periode ke depan, maka perusahaan harus memperhatikan
persepsi konsumen terhadap harga eceran Ultra Milk dibandingkan dengan
volume produk, sebab peningkatan harga akan menimbulkan resiko baru
yaitu munculnya biaya yang disebabkan karena kehilangan pelanggan (karena
sifat barang yang elastis).
7.3 Strategi Promosi
Promosi sangat penting dalam memperkenalkan produk kepada
masyarakat luas. Media promosi yang dapat digunakan untuk promosi di Kota
Bogor antara lain iklan televisi dan radio, selebaran, poster, spanduk, plakat
maupun pamflet. Promosi masuk dalam prioritas perusahaan karena dinilai
kurang dapat menarik konsumen untuk sampai tahap terpengaruh untuk
membeli. Keberhasilan iklan yang dilakukan oleh PT Ultra Jaya baru pada tahap
konsumen mengetahui keberadaan Ultra Milk. Perusahaan percaya bahwa
produk yang kinerjanya bagus akan mempromosikan dirinya sendiri.
Strategi promosi yang dilakukan hendaknya merupakan strategi untuk
meningkatkan jumlah segmentasi konsumen sekaligus meningkatkan
konsumsi pelanggan yang telah loyal terhadap Ultra Milk dari segi produk
maupun dapat merespon pembelian ulang produk. Hal ini memang benar namun
dengan semakin ketatnya tingkat persaingan industri sejenis dewasa ini, maka
pandangan demikian harus diimbangi usaha promosi perusahaan yang lebih
giat. Altematif strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan untuk
promosi di Kota Bogor adalah dengan menjadi sponsor kegiatan tertentu yang
dapat meningkatkan citra positif perusahaan di Kota Bogor dan memperkuat
kesan Ultra Milk sebagai minuman untuk kesehatan yang dapat memberikan gizi
dan nutrisi otak yang dibutuhkan konsumen dalam beraktivitas, misalnya sponsor
kegiatan-kegiatan olah raga atau kegiatan dalam bidang pendidikan yang
dilaksanakan di Kota Bogor.
7.4 Strategi Tempat dan Distribusi
Atribut kemudahan memperoleh produk berada pada kuadran satu, hal ini
menunjukkan bahwa keadaan saluran distribusi belum terlalu baik sampai ke
pelosok. Salah satunya di warung-warung kecil Ultra Milk masih sulit
ditemukan. Alternatif strategi yang dapat dilakukan terkait dengan hal ini
adalah dengan menjalin hubungan yang baik dengan para pedagang
pengecer, misalnya menyediakan prasarana penjualan seperti mesin
pendingin dan menambah dan meningkatkan pelayanan distributor untuk
melayani para pedagang, sehingga terjadi hubungan yang saling
menguntungkan antara pihak perusahaan dengan para pedagang pengecer.
Hubungan ini diharapkan dapat terjaga dengan baik sehingga menciptakan
kestabilan kontinyuitas produk dan volume penjualan perusahaan, sehingga
perusahaan dapat menjamin ketersediaan produk.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian analisis mengenai kepuasan dan loyalitas
Ultra Milk dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik konsumen berdasarkan data umum responden didominasi
oleh responden yang berusia 22 - 24 tahun, berjenis kelamin laki-laki,
masih bertempat tinggal di rumah kontrakan. Berdasarkan Pendidikan terahir,
konsumen terbesar terdapat pada lulusan S1. Berdasarkan pekerjaan,
konsumen Ultra Milk sebagian besar adalah pelajar/mahasisiwa yang sering
beraktivitas sehingga membutuhkan tambahan gizi yang cukup dengan total
pengeluaran individu untuk konsumsi per bulan Rp. 500.000 - Rp.
1.000.000. Karakteristik umum perilaku pembelian didominasi oleh
responden yang mendapat informasi/pengetahuan tentang produk Ultra Milk
dari iklan di televisi, melakukan pembelian Ultra Milk di supermarket,
pembelian tanpa perencanaan terlebih dahulu dan pembelian Ultra Milk
berdasarkan inisiatif sendiri. Indeks kepuasan konsumen secara keseluruhan
yang berhasil dicapai produk Ultra Milk sebesar 61,89 persen artinya
perusahaan memuaskan 61,89 persen dari harapan konsumen. Berdasarkan
analisis IPA atribut yang harus diprioritaskan perbaikan kinerjanya adalah
atribut untuk kandungan bahan pengawet dan kemudahan memperoleh
produk. Atribut yang harus dipertahankan kinerjanya pada saat ini adalah
atribut tambahan nilai gizi, jaminan halal dan izin Depkes, kekentalan
cairan produk, ukuran volume produk, dan kondisi kemasan pada saat
dikonsumsi. Atribut yang menjadi prioritas rendah perusahaan meliputi
aroma yang khas, variasi pilihan rasa, kejelasan tanggal kadaluarsa, harga
eceran dibandingkan dengan volume produk, dan desain kemasan yang
menarik. Atribut dapat diminum kapan saja merupakan atribut yang dinilai
berlebihan tingkat kinerjanya oleh konsumen.
2. Strategi produk dapat dilakukan dengan mendukung fasilitas penjualan
produk, seperti menyediakan mesin pendingin. Strategi harga yang dapat
dilakukan adalah menentukan harga yang sesuai dengan keinginan konsumen
dan apabila perusahaan ingin menaikan maka kualitas juga harus
ditingkatkan. Strategi promosi yang dapat dilakukan adalah dengan menjadi
sponsor kegiatan tertentu yang dapat meningkatkan citra positif perusahaan
di Kota Bogor. Strategi tempat atau distribusi yaitu memperbaiki saluran
distribusi sehingga mencapai warung-warung kecil dan retailer daerah
terpencil serta menjalin hubungan yang baik dengan para pedagang
pengecer, sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara
pihak perusahaan dengan para pedagang pengecer.
8.2 Saran
Beberapa saran yang dapat dijadikan masukan bagi pihak PT Ultra Jaya
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan lebih mendekatkan diri kepada konsumen agar lebih mengetahui
apa yang menjadi keinginan konsumen seperti membuka saluran suara
konsumen untuk meningkatkan kepuasan konsumen.
2. Untuk mempertahankan kinerja produk maka Atribut kandungan bahan
pengawet dan kemudahan memperoleh produk harus diprioritaskan untuk
ditingkatkan kinerjanya agar konsumen tidak merasa kecewa. Strategi yang
dapat dilakukan perusahaan adalah menempelkan logo pada setiap produk
yang menerangkan bahwa produk tersebut sama sekali tidak mengandung
bahan pengawet dan strategi menambahkan layanan tenaga kerja distribusi
produk dan menjaga hubungan baik dengan pedagang. Untuk atribut tambahan
nilai gizi, jaminan halal dan izin Depkes, kekentalan cairan produk, ukuran
volume produk, dan kondisi kemasan pada saat dikonsumsi harus
dipertahankan kinerjanya pada saat ini.
3. PT Ultra Jaya harus lebih banyak melakukan kegiatan promosi below the line,
misalnya dengan menjadi sponsor event olahraga atau pendidikan yang
diselenggarakan di masyarakat serta memperkuat kesan Ultra Milk sebagai
minuman untuk kesehatan yang dapat memberikan tambahan gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh dan otak dalam beraktivitas
4. Dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai targetting, segmentation, dan
positioning produk untuk membidik segmen pasar dengan lebih tepat. Selain itu
dapat dilakukan penelitian lanjutan pula mengenai aspek diluar perilaku
konsumen untuk mendukung penelitian ini, seperti penelitian mengenai
manajemen keuangan, manajemen produksi, maupun manajemen strategi,
sehingga sikap yang negatif ataupun positif dari konsumen dapat ditanggapi
dengan baik oleh pihak perusahaan dengan mengoptimalkan produksi dan
kinerja internal manajemen perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiny. 2002. Analisis Perilaku Pembelian Susu cair dalam kemasan dan Implikasinya Pada Bauran Pemasaran. (SKPRIPSI). Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Faperta. IPB. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2004. PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2001-2004. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2005. Perkembangan Industri Susu Segar di Indonesia
Tahun 2000-2004. Jakarta. Durianto D, Sugiarto dan Sitinjak T. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui
Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Direktorat Jendral Peternakan. 1983. Keputusan Direktur Jendral Peternakan.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Engel JF, Blackwell RD, dan Miniard PW. 1995. Consumer Behaviour. 8th edition Orlando. Florida : The Dryden Press.
Engel, J.F, Roger D.B, dan Paul W.M. 1995. Perilaku Konsumen. Jilid 1. Jakarta. Binarupa Aksara.
Hadiwiyoto. 1993. Perkembangan Bisnis Susu. Jakarta; Ghalia Indonesia.
Irawan, H. 2004. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Kotler, P. 1997. The Marketing of Nations, A Strategic Approach to Building National Wealth. New York : The Free Press.
________. 2000. Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation and Control. Prentice Hall Int, Inc., Millenium Edition, Englewood Cliffs, New Jersey.
Kotler, P & Amstrong, G. 2001. Principles of Marketing. Prentice Hall Int, Inc., ninth Edition, Englewood Cliffs, New Jersey.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Edisi Milenium, jilid 1, Prenhallindo. Jakarta.
Mowen, J.C dan Minor, M. 1998. Consumer Behaviour. 4th edition. New Jersey: Prentice Hall.
Nazir, Moch. 1998. Metode Penelitian. Jakarta; Ghalia. Indonesia.
Novindra. 2003. Analisis hubungan experiental marketing dan emotional branding dengan loyalitas konsumen dengan susu kental manis (SKM) Indomilk. (SKRIPSI). Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Faperta. IPB. Bogor.
Planning & Analysis Division. 2004. Gambaran Bisnis Industri Minuman Dalam Kemasan Indonesia 2000-2004 & Prospek Bisnis 2005-2009.
Pratama, F. 2006. Analisis Brand Equity Pocari Sweat dalam Persaingan Industri Minuman (Studi Kasus : Mahasiswa di Bogor). (SKRIPSI). Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rangkuti, F. 2006. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Rivano, M. 2006. Analisis perilaku konsumen susu L-Men di Kota Depok. (SKRIPISI). Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suliyanto, 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran : Ghalia Indonesia : Ciawi Bogor.
Sunarto, 2006. Perilaku Konsumen AMUS Yogyakarta: Yogyakarta.
Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor : Ghalia Indonesia : Ciawi Bogor.
Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta : Rineka Cipta.
Umar, H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
Nomor Kuisoner : ………………...
Tanggal Kuisoner : ………………...
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN PRODUK SUSU ULTRA MILK
(Kasus di Kota Bogor)
Terima kasih atas partisipasi saudara/i menjadi salah satu responden yang secara sukarela mengisis kuisoner ini. Kuisoner ini merupakan salah satu instrumen penelitian yang dilakukan oleh : Peneliti : ARIEF RAHMAN NRP : A14103119 Program Studi : Manajemen Agribisnis Fakultas : Pertanian Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor Untuk memenuhi tugas penyelesaian Skripsi Program Sarjana. Saya sangat menghargai kejujuran saudara/i dalam mengisi kuisoner ini dan menjamin kerahasiaan saudara/i. Atas kerjasama dan bantuan saudara/i, saya ucapkan terima kasih. Bubuhkan tanda silang (X) pada nomor pilihan jawaban Saudara/i: A. Screeening 1. Apakah saudara/i atau salah satu anggota keluarga saudara bekerja di PT.
Ultrajaya Milk Industry and Tradding? a. Ya � Lanjutkan kepertanyaan selanjutnya b. Tidak � STOP, Terima Kasih Atas Partisipasi saudara/i
2 Kapan terahir kali saudara/i mengkonsumsi Ultra Milk? a. < 1 bulan � Lanjutkan kepertanyaan selanjutnya b. > 1 bulan � STOP, Terima Kasih Atas Partisipasi saudara/i
B. Profil Responden 1. Nama : ……………………………………………. 2. Jenis Kelamin : a. Laki-laki
b. Perempuan 3. Umur : …………………………………………….. 4. Tempat Tinggal : a. Rumah Sendiri b. Rumah Kos c. Rumah Orang Tua d. Rumah Saudara 5. Pendidikan terakhir saudara/i :
a. Lulus SLTP d. S1
b. Lulus SLTA e. PascaSarjana (S2/S3) c. Lulus Akademi (D1/D2/D3)
6. Berapa rata-rata pengeluaran saudara/i per bulan ? a. < Rp 500.000 d. Rp 3.000.000 - 4.000.000 b. Rp 500.000 - 1.000.000 e. Rp 4.000.000 - 6.000.000 c. Rp 1.000.001 - 2.000.000 f. Rp > 6.000.001
7. Pekerjaan saudara/i sekarang ?
a. Tidak/belum kerja e. Pegawai swasta b. Pelajar/mahasiswa f. Pegawai BUMN c. Wiraswasta/ Pengusaha g. Lainnya,
sebutkan............................... d. Ibu rumah tangga
C. Informasi Umum Mengenai Susu Olahan DEFINISI Susu Cair Dalam Kemasan :
Merupakan hasil pemerahan sapi yang dapat dipergunakan untuk bahan makanan yang sehat serta tidak dikurangi komponen-komponennya walaupun dikemas dalam botol gelas, botol plastik, atau kotak kardus (tetrapak) dan mengandung kaya akan vitamin yang dapat diserap oleh tubuh dan memiliki manfaat untuk kesehatan.
1. Dari sumber utama manakah saudara/i mendapatkan informasi tentang Ultra
Milk? (hanya satu jawaban) a. Iklan di Televisi b. Iklan di Surat Kabar (Majalah/Tabliod/Koran) c. Iklan di Radio d. Materi Promosi (reklame, bilboard, dll) e. Relasi (teman, keluarga, dll) f.Toko Kelontong/Warung/Kios Rokok g. Hypermarket/Supermarket/Minimarket h. Lainnya, Sebutkan................................................................................ e. Sudah lama sekali (tidak ingat)
2. Dimanakah saudara/i biasanya membeli Ultra Milk? (hanya satu jawaban) a. Supermarket d. Pedagang b. Warung e. Kantin c. Pinggir jalan/Gerobak F. Lainnya, sebutkan....................
3. Bagaimana biasanya saudara/i memutuskan untuk membeli Ultra Milk? (hanya satu jawaban)
a. Selalu merencanakannya terlebih dahulu b. Tergantung situasi saat ini c. Mendadak membeli sat produk tersebut tersedia d. Tidak pernah merencanakan e. Lainnya (Sebutkan).........................................................................
4. Siapa yang paling mempengaruhi saudara dalam pembelian Ultra Milk? (hanya satu jawaban)
a. Inisiatif sendiri f. Lainnya,sebutkan..................... b. Orang tua e. Iklan c. Teman d. Pedagang
D. Evaluasi Tingkat Kepentingan (Harapan) & Kinerja Untuk Setiap Atribut Ultra Milk
a. Tingkat Kinerja
Beri tanda (X) pada tabel sesuai pilihan persetujuan saudara/i terhadap kinerja dari setiap atribut Ultra Milk yang saudara/i rasakan saat ini.
Penilaian Terhadap Tingkat Kinerja Atribut Ultra Milk 1. Variasi pilihan rasa
sangat variasi bervariasi cukup kurang bervariasi tidak bervariasi
2. Aroma yang khas
sangat khas Khas cukup kurang khas Tidak khas
3. Desain kemasan yang menarik
sangat menarik menarik cukup kurang menarik tidak menarik
4. Kekentalan cairan susu
sangat kental Baik cukup kurang kental Tidak kental
5. Tambahan nilai gizi yang diperoleh
sangat banyak banyak cukup kurang banyak tidak ada
6. Kandungan bahan pengawet
sangat sedikit sedikit cukup Banyak Sangat Banyak
7. Kondisi kemasan pada saat dikonsumsi
sangat baik Baik cukup kurang baik tidak baik
8. Dapat diminum kapan saja
sangat sesuai sesuai cukup kurang sesuai tidak sesuai
9. Harga eceran dibandingkan dengan volume
Sangat murah murah cukup mahal sangat mahal
10. Jaminan Halal dan izin Depkes produk
sangat jelas Jelas cukup kurang jelas Tidak jelas
11. Ketersediaan tanggal kadaluarsa pada produk
sangat jelas Jelas cukup kurang jelas Tidak jelas
12. Ketersediaan/kemudahan memperoleh produk
sangat mudah mudah cukup sulit sangat sulit
13. Ukuran Volume Produk
sangat banyak banyak cukup kurang banyak tidak banyak
b. Tingkat Kepentingan Berilah tanda (X) pada tabel sesuai pilihan saudara/i yang menunjukkan
tingkat kepentingan dari setiap atribut yang saudara/i harapkan dari susu cair dalam kemasan:
1 = sangat tidak peting 2 = tidak penting 3 = cukup penting 4 = penting 5 = sangat penting
Penilaian Terhadap Tingkat Kepentingan Atribut Ultra Milk
Tingkat Kepentingan No Atribut Produk 1 2 3 4 5 1 Variasi pilihan rasa
2 Aroma yang khas
3 Desain kemasan yang menarik
4 Kekentalan cairan susu
5 Tambahan nilai gizi yang diperoleh
6 Kandungan bahan pengawet
7 Kondisi kemasan pada saat dikonsumsi
8 Dapat diminum kapan saja
9 Harga eceran dibandingkan dengan volume
10 Jaminan halal dan izin Depkes produk
11 Kejelasan tanggal kadaluarsa pada produk
12 Kemudahan memperoleh produk
13 Ukuran Volume Kemasan
Lampiran 2. Jumlah Penduduk di Kota-Kota Besar Di Propinsi Jawa Barat Tahun 2002-2005
Kota 2002 2003 2004* 2005*
Bandung 2.142.194 2.228.268 2.232.624 2.251.140
Bekasi 1.809.306 1.845.005 1.914.316 2.066.930
Depok 1.220.817 1.309.995 1.324.452 1.374.520
Bogor 821.880 842.707 846.660 860.970
Cirebon 274.542 272.673 276.924 286.290
Sukabumi 261.861 267.807 272.736 271.590 Sumber : BPS, 2005 Keterangan : Tahun 2004* : Suseda Juli 2004 Tahun 2005* : Proyeksi
Sumber: Sunarto, (2006) disesuaikan oleh
Lampiran 3. Dimensi Dasar Pada Kualitas Produk Susu Ultra Milk
Dimensi Kualitas Produk Atribut
Kinerja Variasi pilihan rasa Aroma yang khas Tambahan nilai gizi yang diperoleh
Reliabilitas Kandungan bahan pengawet Kemudahan memperoleh Dapat diminum kapan saja Volume produk Kekentalan cairan susu Jaminan produk steril dan aman untuk dikonsumsi
Daya tahan Ketersediaan tanggal kadaluarsa pada produk
Ketepatan waktu dan kenyamanan Harga eceran dibandingkan dengan volume produk
Estetika Desain Kemasan
Kesadaran akan merek Jaminan Halal dan izin Depkes produk