ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

16
ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS MUATAN PELAJARAN IPS KELAS TINGGI DI SD MUHAMMADIYAH PLUS MALANGJIWAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Oleh : SUCI RAMADHANTI A 510 160 207 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

Transcript of ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

Page 1: ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS MUATAN

PELAJARAN IPS KELAS TINGGI DI SD MUHAMMADIYAH PLUS

MALANGJIWAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan

Oleh :

SUCI RAMADHANTI

A 510 160 207

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020

Page 2: ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

i

Page 3: ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

ii

Page 4: ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

iii

Page 5: ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

1

ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS MUATAN

PELAJARAN IPS KELAS TINGGI DI SD MUHAMMADIYAH PLUS

MALANGJIWAN

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kemampuan guru membuat soal

HOTS muatan pelajaran IPS kelas tinggi. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian yaitu guru kelas IV, V, VI, editor dan

kepala sekolah SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan. Pengumpulan data dengan

teknik dokumentasi dan wawancara. Data dianalisis dengan membandingkan

Taksonomi Bloom dan kriteria soal HOTS, diawali tahap reduksi data, penyajian

data, dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data

menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Hasil penelitian diperoleh bahwa

persentase soal HOTS masih rendah dibuktikan dengan persentase soal LOTS

sebesar 16% dan soal HOTS sebersar 84%. Selain itu kendala yang dihadapi guru

yaitu keterbatasan waktu, belum paham dalam mencari dan mencocokan KKO,

pemilihan KD yang terkadang kurang tepat, minimnya sosialisasi, masih membuat

soal yang modelnya sama.

Kata Kunci : Kemampuan, HOTS, IPS

Abstract

The purpose of this study was to describe the teacher's ability to make HOTS

questions in high-grade social studies subject matter. This research uses

descriptive qualitative method. Sources of research data are class IV, V, VI

teachers, editors and principals of SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan. Data

collection using documentation and interview techniques. Data were analyzed by

comparing Bloom's Taxonomy and HOTS question criteria, starting with the data

reduction stage, data presentation, and ending with drawing conclusions. Test the

validity of the data using the triangulation of techniques and sources. The results

showed that the percentage of HOTS questions was still low as evidenced by the

percentage of LOTS questions of 16% and 84% of HOTS questions. Apart from

that, the obstacles faced by the teacher were limited time, did not understand how

to find and match KKO, the selection of KD which was sometimes inaccurate,

lack of socialization, still made questions with the same model.

Keywords: Ability, HOTS, Social Studies

Page 6: ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

2

1. PENDAHULUAN

Muatan Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki peran yang penting salah satunya

dalam megembangkan siswa untuk berpikir kritis dimana peserta didik tidak

hanya belajar pada tingkat menghafal saja. Menurut Ichsan et al., (2019:936)

keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir peserta didik pada level

yang lebih tinggi yang meliputi kemampuan mengevaluasi dan menciptakan

inovasi dalam memecahkan suatu masalah. Seorang guru harus mempunyai

kemampuan dalam mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Negara Finlandia merupakan negara maju yang memiliki kualitas guru yang

disiapkan dengan baik sebelum mengajar. Hal ini dikarenakan pada awalnya

negara industri agraris tradisional beralih menjadi negara yang perekonomiannya

disokong oleh ilmu pengetahuan berbasis inovasi teknologi (Sahlberg, 2010:2).

Seorang guru harus mampu menfaatkan teknologi sebaik mungkin dalam

pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Sejalan

dengan Rusnilawati (2018:476) bahwa koordinasi antara orang tua dengan guru

yang baik mengenai penggunaan gadget akan memiliki efek baik bagi peserta

didik. Gadget dipergunakan untuk sarana pembelajaran di kelas guna menfasilitasi

guru dalam menyampaikan materi berbasis HOTS. Selain itu, aspek kesehatan

anak perlu diperhatikan dengan mengontrol penggunakan gadget yaitu antara 2-3

jam perhari. Sebagai guru harus memiliki beberapa kompetensi yang akan

menunjang sama kegiatan belajar mengajar.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun penjelasan 2005

pasal 28 ayat 3 dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan

mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan peserta didik mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya. Evaluasi berperan penting guna memajukan kualitas pendidikan.

Maka dari itu perlunya penelitian agar guru mampu untuk membuat soal yang

sesuai dengan kaidah HOTS. Dalam beberapa penelitian guru masih membuat

soal pada keterampilan berpikir tingkat rendah. Seperti penelitian yang dilakukan

Setiawati (2019:557) melakukan penelitian yang terletak di Jakarta terdapat soal

Page 7: ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

3

Bahasa Indonesia, dari 35 soal pilihan ganda Bahasa Indonesia yang diujikan, 27

soal diantaranya termasuk kategori keterampilan LOTS dan 8 soal merupakan

HOTS sehingga keterampilan berpikir tinggi siswa masih belum merata serta

kemampuan guru membuat soal HOTS masih rendah. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui sejauh mana guru dalam membuat soal ulangan sebagai

pencapaian guru di SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan dalam memenuhi

kompetensi pedagogik. Soal PTS yang diujikan pada siswa pada level mengingat

dan memahami (LOTS). Selain itu sejak tahun 2018 sekolah tersebut

mengimplementasian kurikulum 2013, sekolah baru mengakan workshop

mengenai penyusunan soal HOTS sebanyak 2 kali. Soal belum mampu

sepenuhnya mengembangkan penalaran kritis. Oleh karena itu peneliti akan

melalukan penelitian mengenai Analisis Kemampuan Guru Membuat Soal HOTS

Muatan Pelajaran IPS di SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif

ditunjukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif

partisipan (orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan

data, pendapat, pemikiran, persepsinya (Sukmadinata, 2013:94). Sumber data

primer adalah guru kelas IV, V, VI, kepala sekolah dan editor SD Muhammadiyah

Plus Malangjiwan. Sumber data sekunder yaitu silabus, kisi-kisi soal, soal kelas

IV, V dan VI. Pengumpulan data penelitian ini meliputi dokumentasi dan

wawancara. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan

penarik kesimpulan.

Uji keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Triangulasi

teknik merupakan mencari suatu data yang diperlulan dalam penelitian dengan

teknik yang berbeda namun melalui sumber yang sama (Sugiyono, 2017:241).

Yaitu dengan menganalisis soal yang telah dibuat guru, wawancara mengenai

implementasi pembuatan soal tipe HOTS mupel IPS. Triangulasi sumber adalah

mencari kebenaran (keabsahan) informasi tertentu melalui berbagai teknik dan

sumber perolehan datanya (Sugiyono, 2017:241). Selain wawancara dengan guru

Page 8: ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

4

kelas IV, V, VI, editor, kepala sekolah, peneliti menggunakan dokumen tertulis

maupun dokumen yang terlibat untuk mendukung penelitian.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kemampuan guru membuat soal HOTS muatan pelajaran IPS kelas

tinggi di SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan

Orang yang mempunyai kompetensi dan keahlian di bidangnya guru

(berpendidikan dan sangat terlatih) disebut guru profeisonal ( Ada et al.,

2016:241). Kemampuan guru meliputi pengetahuan, skills, serta attitude yang

harus dipunyai, dihayati, dan dikuasai oleh guru supaya mampu menjalankan

tugas-tugas keprofesionalannya (Shabir U, 2015:229). Berdasarkan Undang-

Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 salah satu kompetensi yang

harus dimiliki guru adalah kompetensi pedagogik, dimana guru harus mampu

mengevaluasi pembelajaran untuk mengetahui sejauhmana peserta didik

memahami pembelajaran yang telah berlangsung.

Pembuatan soal HOTS biasanya dengan rangsangan yang bersifat

sesuai dengan konteks nyata dan menarik. Rangsanan tersebut berasal dari

sains, pendidikan dll serta permasalahan dilingkungan sekitar seperti budaya,

adat di daerah. Dalam penilaian kelas disarankan untuk menggunakan soal

HOTS supaya siswa terlatih berpikir kritis. Ginting et al (2018:61)

menyatakan di SDN 040457 di daerah Berastagi, Kabupaten Karo model

pembelajaran expository learning memiliki pengaruh tinggi meningkatan

keterampilan berpikir kritis peserta didik.

Selain itu menurut penelitian yang dilakukan Riskiningtyas & Hartini

(2019:5) menyatakan bahwa adanya peningkatan kemampuan berpikir tingkat

tinggi siswa kelas IV C SD Muhammdiyah Gondingcatur materi sumber energi

dengan menggunaan model pembelajaran brain based learning. Tidak semua

soal memenuhi ciri-ciri soal HOTS, berikut ini dipaparkan ciri-ciri soal-soal

HOTS menurut Widana (2017:3) yaitu :

a. Mengukur kemampuan siswa dalam berpikir pada level tinggi;

b. Berbasis permasalaha yang sesuai dengan konteks terlebih yang nyata;

Page 9: ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

5

c. Dalam naksah menggunakan berbagai bentuk soal yang berupa pilihan

ganda, isian singkatan, jawaban pendek dan uraian.

Selain itu Setiawati & Dkk ( 2019:39) menyatakan bahwa soal yang

termasuk Higher Order Thinking Skills memiliki ciri-ciri :

a. Memindahkan satu konsep ke konsep lainnya;

b. Mengolah dan mengimplementasikan suatu data;

c. Menggali berbagai sumber yang berbeda-beda;

d. Memakai data (informasi) untuk menyelesaikan problem;

e. Memeriksa gagasan dan data secara mendalam.

Hasil analisis menyatakan terhadap butir soal yang dibuat guru dengan

dibandingkan Taksonomi, peneliti melakukan analisis terhadap tiga soal PTS

kelas IV, V dan VI yang disusun guru kelas pada tahun 2020. Soal tersebut

berbentuk terintegrasi dengan muatan pelajaran IPS dan IPS untuk kelas IV

dan V. Sedangkan kelas VI terintegrasi dengan muatan pelajaran PPKn dan

IPS. Prosentase persebaran soal LOTS dan HOTS soal muatan pelajaran IPS

kelas tinggi sebagai berikut:

Gambar 1. Persentase Soal IPS Kelas IV

C1 44,5%

C2 44,5%

C3 0%

C4 12%

C5 0%

C6 0%

Page 10: ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

6

Gambar 2. Persentase Soal IPS Kelas V

Gambar 3. Persentase Soal IPS Kelas VI

Keterangan kriteria level kognitif :

C1 : mengingat

C2 : memahami

C3 : menerapkan

C4 : menganalisis

C5 : mengevaluasi

C6 : mencipta

Kriteria persentase menurut Riduwan (2010) :

0%- 25% : sangat kurang baik (SKB)

26% - 50% : kurang baik (KB)

51% - 75% : baik (B)

76% - 100% : sangat baik (SB)

C1 32%

C2 26%

C3 11%

C4 26%

C5 5%

C6 0%

C1 50%

C2 30%

C3 15%

C4 5%

C5 0%

C6 0%

Page 11: ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

7

Berdasarkan diagram di atas jika diakumulasi jumlah presentase soal

HOTS sebsesar 16% dan soal LOTS sebesar 84%. Maka dapat disimpulkan

persentase soal HOTS muatan pelajaran IPS kelas tinggi di SD

Muhammadiyah Plus Malangjiwan berdasarkan Taksonomi Bloom masih

rendah. Selain itu peneliti juga menganalisis soal berdasarkan karakteristik

menurut Widana (2017), persentasenya sebagai berikut:

Tabel 1 Prosentase Soal Yang Memenuhi Soal HOTS

No Kelas Soal yang memenuhi kriteria soal HOTS

1 2 3 4

1 IV 11% 11% 6% 72%

2 V 32% - 21% 47%

3 VI 5% 5% 20% 70%

Keterangan :

1 : Soal yang memenuhi seluruh ciri-ciri soal HOTS

2 : Soal yang memenuhi kriteria mengukur kemampuan berpikir level tinggi

dan menggunakan soal beragam

3 : Soal yang memenuhi kriteria berbasis kontekstual dan menggunakan soal

beragam

4 : Hanya soal memenuhi kriteria menggunakan soal beragam.

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase soal

HOTS muatan pelajaran IPS kelas tinggi masih rendah. Hal ini dibuktikan

dengan soal yang memasuki ciri-ciri soal HOTS kelas IV sebanyak 11%. Soal

yang memenuhi seluruh ciri-ciri soal HOTS kelas V sebesar 32 %. Serta soal

yang memasuki ciri-ciri soal HOTS kelas VI sebesar 5%. Selaras dengan

penelitian yang dilakukan oleh Setiawati, 2019, p.557) di Jakarta terdapat

soal Bahasa Indonesia, dari 35 soal pilihan ganda Bahasa Indonesia yang

diujikan, 27 soal diantaranya masuk kelompok keterampilan LOTS dan 8 soal

diantaranya masuk HOTS sehingga keterampilan berpikir tinggi masih belum

Page 12: ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

8

merata. berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Ahmad &

Sukiman (2019) di Yogjakarta menyatakan bahwa soal Tauhid, Fiqih, Trikh

Islam 55% memenuhi kriteria soal HOTS.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh dilakukan Yuniar (2015:193-

194) menyatakan bahwa kemampuan guru SDN 7 Ciamis membuat soal

bertipe HOTS sebagian besar sudah berada pada ciri-ciri pengembangan soal

HOTS (High Order Thinking Skil), diperoleh nilai 56 dengan rata-rata 2,8

yang termasuk kriteria penilaian cukup baik. Hal ini bisa disebabkan guru

aktif berdiskusi dengan rekan sejawatan mengenai soal HOTS, maupun guru

mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensinya. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Al Rasyid (2015:149) menyatakan bahwa untuk

menambah wawasan mengenai kependidikan dan ke-SD-an sehingga guru

akan menjadi lebih profeisonal guru harus mengikuti KKG.

3.2 Kendala yang hadapi guru dalam pembuatan soal tipe HOTS Muatan

Pelajaran IPS di SD Muhammadiyah Plus Malangjiwa

Dalam rangka mengembangkan kegiatan pembelajaran yang inovatif.

Implementasi soal HOTS pada sebagian besar guru menjadi tantangan

tersendiri. Di era yang modern serta adanya pembaharuan kurikulum

diharapkan guru mampu menerapkan pembelajaran dan penilaian yang

membuat siswa terlatih berpikir kritis (penilaian HOTS) meskipun prakteknya

bukan hal yang mudah bagi guru.

Berdasarkan hasil temuan peneliti, dapat diketahui bahwa kendala yang

dialami guru diantaranya yaitu: keterbatasan waktu untuk menyusun soal

HOTS, belum paham dalam mencari dan mencocokan KKO untuk soal

HOTS, pemilihan KD yang terkadang kurang tepat, minimnya sosialisasi

mengenai pembuatan soal HOTS, masih membuat soal yang modelnya sama.

Hasil temuan tersebut diperkuat oleh penelitian Pertiwi et al. (2016:10)

yang menyatakan bahwa kesulitan yang dirasakan guru untuk

mengimplementasikan soal HOTS yaitu pemahaman peserta didik yang

masih rendah, guru kesulitan menyelaraskan soal dengan indikator sesuai

dengan dimensi kognitif, dalam penyusunan tes guru kurang mengerti

Page 13: ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

9

Taksonomi Bloom Revisi. Maulina et al (2019) menunjukkan bahwa

implementasi proses pembelajaran guru masih menerapkan pembelajaran

dalam bidang C1 (mengingat), C2(memahami) dan C3 (menerapkan) pada

KKO Taksonomi Bloom. Perlu ada pembaharuan dalam implementasi

pemelajaran dengan menerapkan pembelajaran ranah C4 (analisis),

C5(evalusi) dan C6 (penciptaan) dalam KKO Taksonomi Bloom.

Sekolah baru mengimplementasikan kurikulum 2013 sehingga guru

masih beradaptasi dengan kurikulum baru dan komponennya serta kurangnya

frekuensi pelatihan mengenai soal HOTS, hal ini karena dalam mengadakan

pelatihan hanya satu tahun sekali, sehingga pemahaman guru masih kurang.

Selaras dengan penelitian Budiarta et al (2018:110) yang menyatakan bahwa

faktor penghamat dalam pengimplementasian soal HOTS yaitu guru masih

kesulitan dalam merumuskan indikator, kurikulum 2013 baru

diimplementasikan dalam sekolah, guru kesulitan memahami konsep dan

implikasi HOTS dalam pembelajaran, kurangnya pelatihan penulisan soal

HOTS, kurangnya pendampingan contoh implementasi secara langsung.

Berdasarkan paparan kendala di atas solusi untuk mengatasi kendala yang

dihadapi guru yaitu :

a. Guru harus memanajemen waktu dengan baik.

b. Guru harus lebih intens berdiskusi dengan rekan sewajatan mengenai

penyusunan soal HOTS.

c. Memotivasi untuk terus meningkatkan kemampuan diri guru.

d. Sekolah perlu mengadakan workshop atau pelatihan mengenai

pembuatan soal HOTS maupun terkait penulisan soal .

e. Memberi pendampingan ke sekolah oleh dinas yang terkait.

Hasil temuan tersebut diperkuat oleh penelitian Al Rasyid (2015:149)

menyatakan bahwa untuk mengembangkan pengetahuan seputar pendidikan

dan ke-SD-an guru harus mengikuti KKG, sehingga guru akan lebih

profesional. Selain itu didukung oleh penelitian Maksum & Suntari

(2019:13) yang menyatakan bahwa dengan pelatihan penyusunan soal IPS

Page 14: ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

10

berbasis HOTS seluruh peserta telah memahami bagaimana cara membuat

soal IPS berbasis HOTS. Maryani & Martaningsih (2020:165) menyatakan

bahwa pelatihan penyusunan soal HOTS bagi guru SD mampu memperluas

pengetahuan dan skills guru dalam menyusun instrumen penilaian berbasis

HOTS.

Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui terdapat kesamaan hasil

penelitian yaitu mengikuti pelatihan pengembangan HOTS dapat

meningkatkan kemampuan guru menyusun soal HOTS. Maka dari itu perlu

dilakukan peningkatan intensitas pelatihan guru mengenai pengembangan

HOTS secara sistematis dan konstruktif sehingga mampu meningkatkan

kemampuan guru dalam menyusun soal bertipe HOTS.

4. PENUTUP

1. Kesimpulan

Persentase soal IPS kelas tinggi di SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan

masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan 16% soal termasuk HOTS, 84%

termasuk LOTS sehingga kemampuan guru belum maksimal. Kendala

pembuatan soal HOTS muatan pelajaran IPS yang dihadapi guru kelas tinggi

di SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan yaitu 1) keterbatasan waktu guru

dalam membuat soal HOTS; 2) Belum paham dalam mencari dan

mencocokan KKO untuk soal HOTS; 3) Pemilihan KD yang terkadang

kurang tepat; 4) Minimnya sosialisasi mengenai pembuatan soal HOTS; 5)

Masih membuat soal yang modelnya sama; 6) Penulisan soal yang salah

berulang-ulang.

DAFTAR PUSTAKA

Ada, J. H., & Azisah, S. (2016). the Contribution of Teachers’ Pedagogical

Competence Toward the Effectiveness of Teaching of English At Mtsn

Balang-Balang. ETERNAL (English, Teaching, Learning and Research

Journal), 2(2), 238–251. https://doi.org/10.24252/eternal.v22.2016.a5

Ahmad, I. F., & Sukiman. (2019). Analisis Higher Order Thinking Skills ( Hots )

Pada Soal Ujian Akhir Siswa Kelas 6 Kmi Dalam Kelompok Mata Pelajaran

Dirasah Islamiyah Di Pondok Modern Tazakka Batang. Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Sukiman Universitas. XVI, 161.

Page 15: ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

11

Al Rasyid, H. (2015). Fungsi Kelompok Kerja Guru (KKG) Bagi Pengembangan

Keprofesionalan Guru Sekolah Dasar. Sekolah Dasar, 24 nomor 2(12), 143–

150.

Budiarta, K., Harahap, M. H., Faisal, & Mailani, E. (2018). Potret Implementasi

Pembelajaran Berbasis High Order Thinking Potret Implementasi

Pembelajaran Berbasis High Order Thinking Skills ( Hots ) Di Sekolah Dasar

Kota Medan. Jurnal Pembngunan Perkotaan, 6(Juli-Desember 2018).

Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005, 12 Suppl 1 1 (2005).

https://doi.org/10.1007/978-1-4614-7990-1

Ginting, M., Sugiharto, & Ruslan, D. (2018). The Study Of Social Learning

Outcomes Having High Critical Thinking Skills At Inquiry Learning Models.

International Journal of Education, Learning, and Development, 6(12), 52–

63. www.eajournals.org

Ichsan, I. Z., Sigit, D. V., Miarsyah, M., Ali, A., Arif, W. P., & Prayitno, T. A.

(2019). HOTS-AEP: Higher order thinking skills from elementary to master

students in environmental learning. European Journal of Educational

Research, 8(4), 935–942. https://doi.org/10.12973/eu-jer.8.4.935

Maksum, A., & Suntari, Y. (2019). Pelatihan Penyusunan Soal IPS Berbasis

HOTS. Jurnal Pemberdayaan Sekolah Dasar (J, 2(1), 10–13.

Maryani, I., & Martaningsih, S. T. (2020). Pendampingan Penyusunan Soal

Higher Order Thinking Bagi Guru Sekolah Dasar. SOLMA, 09(1), 156–166.

Maulina, D., Slamet, S., & Indriayu, M. (2019). Higher Order Thinking Skills

(HOTS) Instrument in Social Studies Learning for Elementary School

Students in Grobogan Regency. SEWORD FRESSH.

https://doi.org/10.4108/eai.27-4-2019.2286828

Pertiwi, N. L. S. A., Arini, N. W., & Widiana, I. (2016). Analisis Tes Formatif

Bahasa Indonesia Kelas Iv Ditinjau Dari Taksonomi Bloom Revisi. E-

Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 4, 10.

Riduwan. (2010). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta.

Riskiningtyas, L., & Hartini, S. (2019). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

Melalui Model Brain Based Learning Pada Siswa Kelas Ivc Sd. 3869(x).

Rusnilawati. (2018). Gadget Optimization To Improve the High Order Thinking

Skill (Hots) of Students in Elementary School. Proceeding of International

Conference On Child-Friendly Education, Muhammadiyah Surakarta

University.

Sahlberg, P. (2010). The secret to Finland’s success: Educating teachers. Stanford

Centre for Opportunity Policy in Education- Research Brief, September, 1–8.

https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

Setiawati, S. (2019). Analisis Higher Order Thinking Skills (HOTS) Siswa

Sekolah Dasar dalam Menyelesaikan Soal Bahasa Indonesia. Prosiding

Page 16: ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …

12

Seminar Nasional Pendidikan KALUNI, 2(2010), 552–557.

https://doi.org/10.30998/prokaluni.v2i0.143

Setiawati, W., & Dkk. (2019). Buku Penilaian Berorentasi Hogher Order

Thinking Skills. Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Shabir U, M. (2015). Kedudukan Guru Sebagai Pendidik : (Tugas dan Tanggung

jawab, Hak dan Kewajiban, dan Kompetensi Guru). AULADUNA, 2(2), 221–

232. http://journal.uin-

alauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/view/878/848

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Alfabeta Bandung.

Sukmadinata, N. S. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Rosdakarya.