ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …
Transcript of ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS …
ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS MUATAN
PELAJARAN IPS KELAS TINGGI DI SD MUHAMMADIYAH PLUS
MALANGJIWAN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan
Oleh :
SUCI RAMADHANTI
A 510 160 207
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
ii
iii
1
ANALISIS KEMAMPUAN GURU MEMBUAT SOAL HOTS MUATAN
PELAJARAN IPS KELAS TINGGI DI SD MUHAMMADIYAH PLUS
MALANGJIWAN
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kemampuan guru membuat soal
HOTS muatan pelajaran IPS kelas tinggi. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian yaitu guru kelas IV, V, VI, editor dan
kepala sekolah SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan. Pengumpulan data dengan
teknik dokumentasi dan wawancara. Data dianalisis dengan membandingkan
Taksonomi Bloom dan kriteria soal HOTS, diawali tahap reduksi data, penyajian
data, dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data
menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Hasil penelitian diperoleh bahwa
persentase soal HOTS masih rendah dibuktikan dengan persentase soal LOTS
sebesar 16% dan soal HOTS sebersar 84%. Selain itu kendala yang dihadapi guru
yaitu keterbatasan waktu, belum paham dalam mencari dan mencocokan KKO,
pemilihan KD yang terkadang kurang tepat, minimnya sosialisasi, masih membuat
soal yang modelnya sama.
Kata Kunci : Kemampuan, HOTS, IPS
Abstract
The purpose of this study was to describe the teacher's ability to make HOTS
questions in high-grade social studies subject matter. This research uses
descriptive qualitative method. Sources of research data are class IV, V, VI
teachers, editors and principals of SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan. Data
collection using documentation and interview techniques. Data were analyzed by
comparing Bloom's Taxonomy and HOTS question criteria, starting with the data
reduction stage, data presentation, and ending with drawing conclusions. Test the
validity of the data using the triangulation of techniques and sources. The results
showed that the percentage of HOTS questions was still low as evidenced by the
percentage of LOTS questions of 16% and 84% of HOTS questions. Apart from
that, the obstacles faced by the teacher were limited time, did not understand how
to find and match KKO, the selection of KD which was sometimes inaccurate,
lack of socialization, still made questions with the same model.
Keywords: Ability, HOTS, Social Studies
2
1. PENDAHULUAN
Muatan Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki peran yang penting salah satunya
dalam megembangkan siswa untuk berpikir kritis dimana peserta didik tidak
hanya belajar pada tingkat menghafal saja. Menurut Ichsan et al., (2019:936)
keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir peserta didik pada level
yang lebih tinggi yang meliputi kemampuan mengevaluasi dan menciptakan
inovasi dalam memecahkan suatu masalah. Seorang guru harus mempunyai
kemampuan dalam mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Negara Finlandia merupakan negara maju yang memiliki kualitas guru yang
disiapkan dengan baik sebelum mengajar. Hal ini dikarenakan pada awalnya
negara industri agraris tradisional beralih menjadi negara yang perekonomiannya
disokong oleh ilmu pengetahuan berbasis inovasi teknologi (Sahlberg, 2010:2).
Seorang guru harus mampu menfaatkan teknologi sebaik mungkin dalam
pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Sejalan
dengan Rusnilawati (2018:476) bahwa koordinasi antara orang tua dengan guru
yang baik mengenai penggunaan gadget akan memiliki efek baik bagi peserta
didik. Gadget dipergunakan untuk sarana pembelajaran di kelas guna menfasilitasi
guru dalam menyampaikan materi berbasis HOTS. Selain itu, aspek kesehatan
anak perlu diperhatikan dengan mengontrol penggunakan gadget yaitu antara 2-3
jam perhari. Sebagai guru harus memiliki beberapa kompetensi yang akan
menunjang sama kegiatan belajar mengajar.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun penjelasan 2005
pasal 28 ayat 3 dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan
mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Evaluasi berperan penting guna memajukan kualitas pendidikan.
Maka dari itu perlunya penelitian agar guru mampu untuk membuat soal yang
sesuai dengan kaidah HOTS. Dalam beberapa penelitian guru masih membuat
soal pada keterampilan berpikir tingkat rendah. Seperti penelitian yang dilakukan
Setiawati (2019:557) melakukan penelitian yang terletak di Jakarta terdapat soal
3
Bahasa Indonesia, dari 35 soal pilihan ganda Bahasa Indonesia yang diujikan, 27
soal diantaranya termasuk kategori keterampilan LOTS dan 8 soal merupakan
HOTS sehingga keterampilan berpikir tinggi siswa masih belum merata serta
kemampuan guru membuat soal HOTS masih rendah. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana guru dalam membuat soal ulangan sebagai
pencapaian guru di SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan dalam memenuhi
kompetensi pedagogik. Soal PTS yang diujikan pada siswa pada level mengingat
dan memahami (LOTS). Selain itu sejak tahun 2018 sekolah tersebut
mengimplementasian kurikulum 2013, sekolah baru mengakan workshop
mengenai penyusunan soal HOTS sebanyak 2 kali. Soal belum mampu
sepenuhnya mengembangkan penalaran kritis. Oleh karena itu peneliti akan
melalukan penelitian mengenai Analisis Kemampuan Guru Membuat Soal HOTS
Muatan Pelajaran IPS di SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif
ditunjukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif
partisipan (orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan
data, pendapat, pemikiran, persepsinya (Sukmadinata, 2013:94). Sumber data
primer adalah guru kelas IV, V, VI, kepala sekolah dan editor SD Muhammadiyah
Plus Malangjiwan. Sumber data sekunder yaitu silabus, kisi-kisi soal, soal kelas
IV, V dan VI. Pengumpulan data penelitian ini meliputi dokumentasi dan
wawancara. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan
penarik kesimpulan.
Uji keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Triangulasi
teknik merupakan mencari suatu data yang diperlulan dalam penelitian dengan
teknik yang berbeda namun melalui sumber yang sama (Sugiyono, 2017:241).
Yaitu dengan menganalisis soal yang telah dibuat guru, wawancara mengenai
implementasi pembuatan soal tipe HOTS mupel IPS. Triangulasi sumber adalah
mencari kebenaran (keabsahan) informasi tertentu melalui berbagai teknik dan
sumber perolehan datanya (Sugiyono, 2017:241). Selain wawancara dengan guru
4
kelas IV, V, VI, editor, kepala sekolah, peneliti menggunakan dokumen tertulis
maupun dokumen yang terlibat untuk mendukung penelitian.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Kemampuan guru membuat soal HOTS muatan pelajaran IPS kelas
tinggi di SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan
Orang yang mempunyai kompetensi dan keahlian di bidangnya guru
(berpendidikan dan sangat terlatih) disebut guru profeisonal ( Ada et al.,
2016:241). Kemampuan guru meliputi pengetahuan, skills, serta attitude yang
harus dipunyai, dihayati, dan dikuasai oleh guru supaya mampu menjalankan
tugas-tugas keprofesionalannya (Shabir U, 2015:229). Berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 salah satu kompetensi yang
harus dimiliki guru adalah kompetensi pedagogik, dimana guru harus mampu
mengevaluasi pembelajaran untuk mengetahui sejauhmana peserta didik
memahami pembelajaran yang telah berlangsung.
Pembuatan soal HOTS biasanya dengan rangsangan yang bersifat
sesuai dengan konteks nyata dan menarik. Rangsanan tersebut berasal dari
sains, pendidikan dll serta permasalahan dilingkungan sekitar seperti budaya,
adat di daerah. Dalam penilaian kelas disarankan untuk menggunakan soal
HOTS supaya siswa terlatih berpikir kritis. Ginting et al (2018:61)
menyatakan di SDN 040457 di daerah Berastagi, Kabupaten Karo model
pembelajaran expository learning memiliki pengaruh tinggi meningkatan
keterampilan berpikir kritis peserta didik.
Selain itu menurut penelitian yang dilakukan Riskiningtyas & Hartini
(2019:5) menyatakan bahwa adanya peningkatan kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa kelas IV C SD Muhammdiyah Gondingcatur materi sumber energi
dengan menggunaan model pembelajaran brain based learning. Tidak semua
soal memenuhi ciri-ciri soal HOTS, berikut ini dipaparkan ciri-ciri soal-soal
HOTS menurut Widana (2017:3) yaitu :
a. Mengukur kemampuan siswa dalam berpikir pada level tinggi;
b. Berbasis permasalaha yang sesuai dengan konteks terlebih yang nyata;
5
c. Dalam naksah menggunakan berbagai bentuk soal yang berupa pilihan
ganda, isian singkatan, jawaban pendek dan uraian.
Selain itu Setiawati & Dkk ( 2019:39) menyatakan bahwa soal yang
termasuk Higher Order Thinking Skills memiliki ciri-ciri :
a. Memindahkan satu konsep ke konsep lainnya;
b. Mengolah dan mengimplementasikan suatu data;
c. Menggali berbagai sumber yang berbeda-beda;
d. Memakai data (informasi) untuk menyelesaikan problem;
e. Memeriksa gagasan dan data secara mendalam.
Hasil analisis menyatakan terhadap butir soal yang dibuat guru dengan
dibandingkan Taksonomi, peneliti melakukan analisis terhadap tiga soal PTS
kelas IV, V dan VI yang disusun guru kelas pada tahun 2020. Soal tersebut
berbentuk terintegrasi dengan muatan pelajaran IPS dan IPS untuk kelas IV
dan V. Sedangkan kelas VI terintegrasi dengan muatan pelajaran PPKn dan
IPS. Prosentase persebaran soal LOTS dan HOTS soal muatan pelajaran IPS
kelas tinggi sebagai berikut:
Gambar 1. Persentase Soal IPS Kelas IV
C1 44,5%
C2 44,5%
C3 0%
C4 12%
C5 0%
C6 0%
6
Gambar 2. Persentase Soal IPS Kelas V
Gambar 3. Persentase Soal IPS Kelas VI
Keterangan kriteria level kognitif :
C1 : mengingat
C2 : memahami
C3 : menerapkan
C4 : menganalisis
C5 : mengevaluasi
C6 : mencipta
Kriteria persentase menurut Riduwan (2010) :
0%- 25% : sangat kurang baik (SKB)
26% - 50% : kurang baik (KB)
51% - 75% : baik (B)
76% - 100% : sangat baik (SB)
C1 32%
C2 26%
C3 11%
C4 26%
C5 5%
C6 0%
C1 50%
C2 30%
C3 15%
C4 5%
C5 0%
C6 0%
7
Berdasarkan diagram di atas jika diakumulasi jumlah presentase soal
HOTS sebsesar 16% dan soal LOTS sebesar 84%. Maka dapat disimpulkan
persentase soal HOTS muatan pelajaran IPS kelas tinggi di SD
Muhammadiyah Plus Malangjiwan berdasarkan Taksonomi Bloom masih
rendah. Selain itu peneliti juga menganalisis soal berdasarkan karakteristik
menurut Widana (2017), persentasenya sebagai berikut:
Tabel 1 Prosentase Soal Yang Memenuhi Soal HOTS
No Kelas Soal yang memenuhi kriteria soal HOTS
1 2 3 4
1 IV 11% 11% 6% 72%
2 V 32% - 21% 47%
3 VI 5% 5% 20% 70%
Keterangan :
1 : Soal yang memenuhi seluruh ciri-ciri soal HOTS
2 : Soal yang memenuhi kriteria mengukur kemampuan berpikir level tinggi
dan menggunakan soal beragam
3 : Soal yang memenuhi kriteria berbasis kontekstual dan menggunakan soal
beragam
4 : Hanya soal memenuhi kriteria menggunakan soal beragam.
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa persentase soal
HOTS muatan pelajaran IPS kelas tinggi masih rendah. Hal ini dibuktikan
dengan soal yang memasuki ciri-ciri soal HOTS kelas IV sebanyak 11%. Soal
yang memenuhi seluruh ciri-ciri soal HOTS kelas V sebesar 32 %. Serta soal
yang memasuki ciri-ciri soal HOTS kelas VI sebesar 5%. Selaras dengan
penelitian yang dilakukan oleh Setiawati, 2019, p.557) di Jakarta terdapat
soal Bahasa Indonesia, dari 35 soal pilihan ganda Bahasa Indonesia yang
diujikan, 27 soal diantaranya masuk kelompok keterampilan LOTS dan 8 soal
diantaranya masuk HOTS sehingga keterampilan berpikir tinggi masih belum
8
merata. berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Ahmad &
Sukiman (2019) di Yogjakarta menyatakan bahwa soal Tauhid, Fiqih, Trikh
Islam 55% memenuhi kriteria soal HOTS.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh dilakukan Yuniar (2015:193-
194) menyatakan bahwa kemampuan guru SDN 7 Ciamis membuat soal
bertipe HOTS sebagian besar sudah berada pada ciri-ciri pengembangan soal
HOTS (High Order Thinking Skil), diperoleh nilai 56 dengan rata-rata 2,8
yang termasuk kriteria penilaian cukup baik. Hal ini bisa disebabkan guru
aktif berdiskusi dengan rekan sejawatan mengenai soal HOTS, maupun guru
mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensinya. Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Al Rasyid (2015:149) menyatakan bahwa untuk
menambah wawasan mengenai kependidikan dan ke-SD-an sehingga guru
akan menjadi lebih profeisonal guru harus mengikuti KKG.
3.2 Kendala yang hadapi guru dalam pembuatan soal tipe HOTS Muatan
Pelajaran IPS di SD Muhammadiyah Plus Malangjiwa
Dalam rangka mengembangkan kegiatan pembelajaran yang inovatif.
Implementasi soal HOTS pada sebagian besar guru menjadi tantangan
tersendiri. Di era yang modern serta adanya pembaharuan kurikulum
diharapkan guru mampu menerapkan pembelajaran dan penilaian yang
membuat siswa terlatih berpikir kritis (penilaian HOTS) meskipun prakteknya
bukan hal yang mudah bagi guru.
Berdasarkan hasil temuan peneliti, dapat diketahui bahwa kendala yang
dialami guru diantaranya yaitu: keterbatasan waktu untuk menyusun soal
HOTS, belum paham dalam mencari dan mencocokan KKO untuk soal
HOTS, pemilihan KD yang terkadang kurang tepat, minimnya sosialisasi
mengenai pembuatan soal HOTS, masih membuat soal yang modelnya sama.
Hasil temuan tersebut diperkuat oleh penelitian Pertiwi et al. (2016:10)
yang menyatakan bahwa kesulitan yang dirasakan guru untuk
mengimplementasikan soal HOTS yaitu pemahaman peserta didik yang
masih rendah, guru kesulitan menyelaraskan soal dengan indikator sesuai
dengan dimensi kognitif, dalam penyusunan tes guru kurang mengerti
9
Taksonomi Bloom Revisi. Maulina et al (2019) menunjukkan bahwa
implementasi proses pembelajaran guru masih menerapkan pembelajaran
dalam bidang C1 (mengingat), C2(memahami) dan C3 (menerapkan) pada
KKO Taksonomi Bloom. Perlu ada pembaharuan dalam implementasi
pemelajaran dengan menerapkan pembelajaran ranah C4 (analisis),
C5(evalusi) dan C6 (penciptaan) dalam KKO Taksonomi Bloom.
Sekolah baru mengimplementasikan kurikulum 2013 sehingga guru
masih beradaptasi dengan kurikulum baru dan komponennya serta kurangnya
frekuensi pelatihan mengenai soal HOTS, hal ini karena dalam mengadakan
pelatihan hanya satu tahun sekali, sehingga pemahaman guru masih kurang.
Selaras dengan penelitian Budiarta et al (2018:110) yang menyatakan bahwa
faktor penghamat dalam pengimplementasian soal HOTS yaitu guru masih
kesulitan dalam merumuskan indikator, kurikulum 2013 baru
diimplementasikan dalam sekolah, guru kesulitan memahami konsep dan
implikasi HOTS dalam pembelajaran, kurangnya pelatihan penulisan soal
HOTS, kurangnya pendampingan contoh implementasi secara langsung.
Berdasarkan paparan kendala di atas solusi untuk mengatasi kendala yang
dihadapi guru yaitu :
a. Guru harus memanajemen waktu dengan baik.
b. Guru harus lebih intens berdiskusi dengan rekan sewajatan mengenai
penyusunan soal HOTS.
c. Memotivasi untuk terus meningkatkan kemampuan diri guru.
d. Sekolah perlu mengadakan workshop atau pelatihan mengenai
pembuatan soal HOTS maupun terkait penulisan soal .
e. Memberi pendampingan ke sekolah oleh dinas yang terkait.
Hasil temuan tersebut diperkuat oleh penelitian Al Rasyid (2015:149)
menyatakan bahwa untuk mengembangkan pengetahuan seputar pendidikan
dan ke-SD-an guru harus mengikuti KKG, sehingga guru akan lebih
profesional. Selain itu didukung oleh penelitian Maksum & Suntari
(2019:13) yang menyatakan bahwa dengan pelatihan penyusunan soal IPS
10
berbasis HOTS seluruh peserta telah memahami bagaimana cara membuat
soal IPS berbasis HOTS. Maryani & Martaningsih (2020:165) menyatakan
bahwa pelatihan penyusunan soal HOTS bagi guru SD mampu memperluas
pengetahuan dan skills guru dalam menyusun instrumen penilaian berbasis
HOTS.
Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui terdapat kesamaan hasil
penelitian yaitu mengikuti pelatihan pengembangan HOTS dapat
meningkatkan kemampuan guru menyusun soal HOTS. Maka dari itu perlu
dilakukan peningkatan intensitas pelatihan guru mengenai pengembangan
HOTS secara sistematis dan konstruktif sehingga mampu meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun soal bertipe HOTS.
4. PENUTUP
1. Kesimpulan
Persentase soal IPS kelas tinggi di SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan
masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan 16% soal termasuk HOTS, 84%
termasuk LOTS sehingga kemampuan guru belum maksimal. Kendala
pembuatan soal HOTS muatan pelajaran IPS yang dihadapi guru kelas tinggi
di SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan yaitu 1) keterbatasan waktu guru
dalam membuat soal HOTS; 2) Belum paham dalam mencari dan
mencocokan KKO untuk soal HOTS; 3) Pemilihan KD yang terkadang
kurang tepat; 4) Minimnya sosialisasi mengenai pembuatan soal HOTS; 5)
Masih membuat soal yang modelnya sama; 6) Penulisan soal yang salah
berulang-ulang.
DAFTAR PUSTAKA
Ada, J. H., & Azisah, S. (2016). the Contribution of Teachers’ Pedagogical
Competence Toward the Effectiveness of Teaching of English At Mtsn
Balang-Balang. ETERNAL (English, Teaching, Learning and Research
Journal), 2(2), 238–251. https://doi.org/10.24252/eternal.v22.2016.a5
Ahmad, I. F., & Sukiman. (2019). Analisis Higher Order Thinking Skills ( Hots )
Pada Soal Ujian Akhir Siswa Kelas 6 Kmi Dalam Kelompok Mata Pelajaran
Dirasah Islamiyah Di Pondok Modern Tazakka Batang. Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Sukiman Universitas. XVI, 161.
11
Al Rasyid, H. (2015). Fungsi Kelompok Kerja Guru (KKG) Bagi Pengembangan
Keprofesionalan Guru Sekolah Dasar. Sekolah Dasar, 24 nomor 2(12), 143–
150.
Budiarta, K., Harahap, M. H., Faisal, & Mailani, E. (2018). Potret Implementasi
Pembelajaran Berbasis High Order Thinking Potret Implementasi
Pembelajaran Berbasis High Order Thinking Skills ( Hots ) Di Sekolah Dasar
Kota Medan. Jurnal Pembngunan Perkotaan, 6(Juli-Desember 2018).
Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005, 12 Suppl 1 1 (2005).
https://doi.org/10.1007/978-1-4614-7990-1
Ginting, M., Sugiharto, & Ruslan, D. (2018). The Study Of Social Learning
Outcomes Having High Critical Thinking Skills At Inquiry Learning Models.
International Journal of Education, Learning, and Development, 6(12), 52–
63. www.eajournals.org
Ichsan, I. Z., Sigit, D. V., Miarsyah, M., Ali, A., Arif, W. P., & Prayitno, T. A.
(2019). HOTS-AEP: Higher order thinking skills from elementary to master
students in environmental learning. European Journal of Educational
Research, 8(4), 935–942. https://doi.org/10.12973/eu-jer.8.4.935
Maksum, A., & Suntari, Y. (2019). Pelatihan Penyusunan Soal IPS Berbasis
HOTS. Jurnal Pemberdayaan Sekolah Dasar (J, 2(1), 10–13.
Maryani, I., & Martaningsih, S. T. (2020). Pendampingan Penyusunan Soal
Higher Order Thinking Bagi Guru Sekolah Dasar. SOLMA, 09(1), 156–166.
Maulina, D., Slamet, S., & Indriayu, M. (2019). Higher Order Thinking Skills
(HOTS) Instrument in Social Studies Learning for Elementary School
Students in Grobogan Regency. SEWORD FRESSH.
https://doi.org/10.4108/eai.27-4-2019.2286828
Pertiwi, N. L. S. A., Arini, N. W., & Widiana, I. (2016). Analisis Tes Formatif
Bahasa Indonesia Kelas Iv Ditinjau Dari Taksonomi Bloom Revisi. E-
Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 4, 10.
Riduwan. (2010). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta.
Riskiningtyas, L., & Hartini, S. (2019). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Melalui Model Brain Based Learning Pada Siswa Kelas Ivc Sd. 3869(x).
Rusnilawati. (2018). Gadget Optimization To Improve the High Order Thinking
Skill (Hots) of Students in Elementary School. Proceeding of International
Conference On Child-Friendly Education, Muhammadiyah Surakarta
University.
Sahlberg, P. (2010). The secret to Finland’s success: Educating teachers. Stanford
Centre for Opportunity Policy in Education- Research Brief, September, 1–8.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Setiawati, S. (2019). Analisis Higher Order Thinking Skills (HOTS) Siswa
Sekolah Dasar dalam Menyelesaikan Soal Bahasa Indonesia. Prosiding
12
Seminar Nasional Pendidikan KALUNI, 2(2010), 552–557.
https://doi.org/10.30998/prokaluni.v2i0.143
Setiawati, W., & Dkk. (2019). Buku Penilaian Berorentasi Hogher Order
Thinking Skills. Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Shabir U, M. (2015). Kedudukan Guru Sebagai Pendidik : (Tugas dan Tanggung
jawab, Hak dan Kewajiban, dan Kompetensi Guru). AULADUNA, 2(2), 221–
232. http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/view/878/848
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Alfabeta Bandung.
Sukmadinata, N. S. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Rosdakarya.