ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan...

129
ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN SERTIFIKASI PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT LESTARI (PHBML) TERHADAP PETANI HUTAN RAKYAT KABUPATEN WONOGIRI DYAH PUSPITALOKA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan...

Page 1: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN SERTIFIKASI PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS

MASYARAKAT LESTARI (PHBML) TERHADAP PETANI HUTAN RAKYAT KABUPATEN WONOGIRI

DYAH PUSPITALOKA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Kelembagaan dan Dampak

Penerapan Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBML)

Terhadap Petani Hutan Rakyat Kabupaten Wonogiri adalah karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

Dyah Puspitaloka H44080055

Page 3: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

ii

RINGKASAN

DYAH PUSPITALOKA. Analisis Kelembagaan dan Dampak Penerapan Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBML) Terhadap Petani Hutan Rakyat Kabupaten Wonogiri. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan NUVA.

Pemenuhan kebutuhan kayu untuk industri yang berorientasi ekspor saat ini tidak bisa hanya mengandalkan pasokan dari hutan alam. Kecenderungan yang terjadi saat ini adalah pemenuhan kebutuhan kayu untuk industri terutama diperoleh dari hutan rakyat dan hutan tanaman industri (Departemen Perindustrian, 2009). Litbang Kehutanan (2009) menyatakan bahwa hutan tanaman, salah satunya hutan rakyat, akan menjadi sumber bahan baku industri perkayuan di masa depan karena potensi dan ketergantungan pada hutan alam semakin menurun. Hal ini menjadi peluang bagi hutan rakyat terutama yang tersertifikasi. Terkait dengan sertifikasi di sektor kehutanan, lembaga sertifikasi mencoba untuk mensertifikasi hutan rakyat sebagai bentuk penghargaan atas usaha melestarikan hutan dan menstimulasi daerah lain yang memiliki hutan rakyat untuk ikut serta dalam sertifikasi. Oleh karena itu, penelitian ini fokus pada sertifikasi dalam bentuk sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBML). Penelitian dilakukan untuk melihat keuntungan dan kerugian dari adanya sertifikasi di hutan rakyat serta penting atau tidaknya melakukan sertifikasi di hutan rakyat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keragaan kelembagaan; faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan sertifikasi pada petani hutan; dan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari penerapan sertifikasi. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-April 2012 di FKPS Selopuro, FKPS Sumberejo, dan PPHR Catur Giri Manunggal. Penting untuk diketahui bahwa ketiga unit manajemen hutan rakyat tersertifikasi ini memperoleh sertifikasi dengan bantuan dari lembaga donor sehingga tidak ada beban biaya yang harus ditanggung.

Adanya sertifikasi berhasil membentuk kelembagaan unit manajemen hutan rakyat yang potensial dan didukung dengan keberadaan TPKS (Tempat Pemasaran Kayu Sertifikasi) sebagai sarana pemasaran khusus untuk kayu sertifikasi. Namun kelembagaan yang ada belum berjalan dengan optimal karena kekurangan modal, tidak adanya pembeli akhir-akhir ini, ketidakmampuan dari unit manajemen untuk memenuhi pasokan kayu yang diminta pembeli, dan tidak berjalannya mekanisme perdagangan kayu sertifikasi melalui TPKS sebagai perantara. Disamping itu, ditemukan adanya biaya transaksi dalam kelembagaan perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin penebangan kayu. Adanya biaya transaksi dan kemungkinan pembebanan sertifikasi dengan biaya sendiri berpotensi mengurangi keuntungan yang diperoleh petani dari pengusahaan hutan.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keikutsertaan petani hutan didominasi oleh faktor kesadaran ingin menjaga lingkungan, harapan mendapatkan premium price, dan adanya bantuan dari institusi (lembaga donor). Meskipun faktor dominan yang menjadi alasan petani di ketiga unit manajemen adalah karena kesadaran menjaga lingkungan tetapi mereka tidak bersedia melakukan sertifikasi dengan biaya sendiri. Faktor kedua yang mendominasi adalah premium price dimana hal ini berkorelasi dengan tujuan fundamental

Page 4: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

iii

sertifikasi yakni memberikan insentif atas usaha pelestarian lingkungan. Pada kenyataannya premium price ini pernah didapat tapi tidak ada keberlanjutannya sampai sekarang karena tidak ada pembeli yang mau membeli dengan harga di atas harga pasar.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan diketahui bahwa adanya sertifikasi tidak memberikan dampak yang signifikan. Ditinjau dari aspek sosial, adanya sertifikasi tidak menunjukkan penguatan kelembagaan namun adanya sertifikasi berhasil meningkatkan kapasitas petani dalam pengolahan hasil hutan menjadi handicraft, pengembangan kemitraan, meningkatkan pengetahuan petani mengenai hutan rakyat dan pengelolaannya, dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai fasilitator akses terhadap informasi yang simetris.

Ditinjau dari segi ekonomi, sertifikasi tidak membuat perubahan dalam mekanisme penjualan kayu yang terjadi di masyarakat maupun perubahan dalam hal premium price. Dilain hal, adanya sertifikasi memberikan keuntungan dari segi terciptanya sarana pengolahan hasil hutan menjadi handicraft dan adanya bantuan pada kas kelompok yang disumbangkan oleh instansi yang melakukan studi banding atau kunjungan. Analisis dampak ekonomi secara kuantitatif dilakukan melalui analisis biaya dan manfaat terhadap dua skenario yakni tanpa biaya sertifikasi dan dengan biaya sertifikasi PHBML. Adanya pembebanan biaya sertifikasi yang terdiri dari biaya pengajuan, biaya penilaian sertifikasi, dan biaya surveillance berpotensi menurunkan nilai manfaat pengolalaan hutan rakyat sebesar 1,79%. Penurunan nilai ini tidak terlalu besar namun cukup membuat manfaat pengelolaan hutan rakyat yang sudah kecil menjadi semakin kecil. Biaya sertifikasi yang harus dibayarkan sebesar Rp 480.000.000 untuk dua kali sertifikasi yang akan dilaksanakan pada tahun ke-3 dan ke-19. Dengan kata lain kelompok tani harus menyediakan dana sekitar Rp 240.000.000 pada saat pelaksanaan sertifikasi. Hal ini sangat membebani petani karena pada saat pelaksanaan sertifikasi tersebut petani belum panen. Sehingga menjadi pertanyaan besar, darimana dana sertifikasi yang sangat besar tersebut dapat disediakan. Sehingga muncul pertanyaan perlukah sertifikasi di hutan rakyat, mengingat beban dan manfaat yang tidak sebanding. Namun juka sertifikasi hutan rakyat dirasa penting, penelitian ini mencoba menyarankan beberapa skema solusi, diantaranya iuran anggota kelompok tani, kemitraan dengan perusahaan eksportir ke negara yang menyarankan sertifikasi, dan subsidi pemerintah.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai dampak lingkungan diketahui bahwa perbaikan kondisi lingkungan yang terjadi bukan akibat dari perbaikan pengelolaan hutan setelah adanya sertifikasi namun akibat program pengembangan hutan yang dilakukan pemerintah dan petani hutan rakyat sejak tahun 1965-an. Program pengembangan hutan dilakukan karena kondisi daerah Kabupaten Wonogiri yang gersang. Beberapa program yang dijalankan dari tahun 1965-an adalah program kebun bibit desa, World Food Programme, dan Gerhan. Keberhasilan program pengembangan hutan rakyat inilah yang memberikan dampak lingkungan diantaranya perbaikan kondisi udara, kualitas air, dan peningkatan jumlah fauna misalnya ayam alus, kijang, dan kera.

iKata kunci: ekolabel, hutan rakyat, PHBML, premium price, sertifikasi, Wonogiri.

Page 5: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

4

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN SERTIFIKASI PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS

MASYARAKAT LESTARI (PHBML) TERHADAP PETANI HUTAN RAKYAT KABUPATEN WONOGIRI

DYAH PUSPITALOKA

H44080055

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

Page 6: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

v

Judul Skripsi :IAnalisis Kelembagaan dan Dampak Penerapan Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBML) Terhadap Petani Hutan Rakyat Kabupaten Wonogiri

Nama : Dyah Puspitaloka

NIM : H44080055

Menyetujui: Pembimbing I,

Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc NIP. 19690917 200604 2 001

Pembimbing II,

Nuva, SP, M.Sc -

Mengetahui,

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003

Tanggal Lulus:

Page 7: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari kontribusi semua pihak. Penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama dan Ibu

Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua atas saran, arahan, dan

dukungan selama penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen penguji utama dan Adi

Hadianto, SP, M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen atas saran

dan kritiknya.

3. Pak Teguh, Pak Edi, Pak Taryanto, LSM Persepsi, Mbak Indra selaku Manajer

Komunikasi LEI, Pak Siman, Pak Mulyadi, Pak Sutanto, Pak Mulyono, Pak

Rujimin, warga FKPS Selopuro, FKPS Sumberejo, dan PPHR Catur Giri

Manunggal.

4. Ibu Sumarmi dan Ayah, adik-adikku Regita Pramudyah Wardhani dan Ardi

Putra Alfirdaus atas segala dukungan dan doa.

5. Keluarga besar Gg. Buntu dan seluruh saudara atas dukungan dan motivasi.

6. Sahabat selama di IPB: Rosselina Cindy, Yenti Kumala S. dan Meyla Dona.

7. Teman-teman ESL 45 khususnya Ria Siregar, Septi Sitorus, Tantri Sianturi,

dan Pebri Sagala yang selalu memberi dukungan dan motivasi.

8. Teman-teman satu bimbingan: Nurul, Mirza, Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

Nova untuk kebersamaan dan motivasi selama tugas akhir.

9. Asri Joni atas segala dukungan dan motivasi bagi masa depan penulis.

10. Seluruh teman-teman TPB A22, Himpro REESA, IPB Debating Community,

dan seluruh pihak yang telah memberikan dukungan pada penulis.

Page 8: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan. Atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis

Kelembagaan dan Dampak Penerapan Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis

Masyarakat Lestari (PHBML) Terhadap Petani Hutan Rakyat Kabupaten

Wonogiri”. Dalam skripsi ini penulis memiliki tujuan untuk mengidentifikasi

faktor-faktor penyebab penerapan sertifikasi PHBML, mengidentifikasi

kelembagaan, dan menganalisis dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan pada

petani hutan rakyat.

Penulis ingin berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi yang telah ditulis ini dapat memberikan

manfaat pada semua pihak yang terkait dengan ekolabel sektor kehutanan.

Bogor, Februari 2013

Penulis

Dyah Puspitaloka H44080055

Page 9: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

viii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN . .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 7 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 10

2.1 Hutan Rakyat, Potensi, dan Peranannya ............................................... 10 2.2 Pengelolaan Hutan Rakyat Berbasis Masyarakat (PHBM) dan Kaitannya

dengan Sustainable Forest Management (SFM) ................................... 11 2.3 Ekolabeling ............................................................................................ 13

2.3.1 Jenis-Jenis Ekolabel Sektor Kehutanan ....................................... 14 2.3.2 Pokok-Pokok Informasi dalam Produk dengan Ekolabel ........... 17 2.3.3 Ekolabel Sektor Kehutanan sebagai Non-Tariff Barrier ............. 17

2.4 Dampak Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan .......................................... 18 2.5 Kelembagaan ......................................................................................... 19 2.6 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 20

2.6.1 Penelitian Mengenai Ekolabel .................................................... 20 2.6.2 Penelitian Mengenai Sertifikasi PHBML dengan Skema Sertifikasi LEI ............................................................................. 21 2.6.3 Penelitian Mengenai Kelembagaan ............................................ 22 2.6.4 Penelitian Mengenai Dampak Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan ................................................................................. 23

2.7 Kebaruan (Novelty) dari Penelitian ...................................................... 24

III. KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................................... 25

IV. METODE PENELITIAN .......................................................................... 29

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 29 4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 29 4.3 Metode Pengambilan Sampel ............................................................. 30 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 31

4.4.1 Keragaan Kelembagaan ............................................................... 31 4.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Sertifikasi PHBML

pada Petani Hutan ....................................................................... 32 4.4.3 Dampak Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan dari Penerapan

Sertifikasi PHBML ..................................................................... 32

Page 10: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

ix

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ....................................................... 35

5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 35 5.1.1 Perkumpulan Pelestari Hutan Rakyat (PPHR) Catur Giri Manunggal ................................................................................... 36 5.1.2 Forum Komunikasi Petani Sertifikasi (FKPS) Selopuro ............. 37 5.1.3 Forum Komunikasi Petani Sertifikasi (FKPS) Sumberejo .......... 38

5.2 Karakteristik Responden ....................................................................... 39

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 44

6.1 Keragaan Kelembagaan Unit Manajemen Hutan Rakyat dalam Sertifikasi PHBML ............................................................................... 44 6.1.1 Identifikasi Stakeholder, Peran, dan Hubungan Antar Stakeholder ................................................................................ 45 6.1.2 Biaya transaksi ............................................................................ 60

6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Sertifikasi PHBML pada Petani Hutan Rakyat ............................................................................. 62

6.3 Dampak Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan pada Petani Hutan dengan Penerapan Sertifikasi PHBML .................................................. 67

6.3.1 Dampak Sosial pada Petani Hutan dengan Penerapan Sertifikasi PHBML ....................................................................................... 67

6.3.2 Dampak Ekonomi pada Petani Hutan dengan Penerapan Sertifikasi PHBML ....................................................................................... 74

6.3.3 Dampak Lingkungan pada Petani Hutan dengan Penerapan Sertifikasi PHBML ..................................................................... 85

VII. SIMPULAN DAN SARAN ... ................................................................. 92

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 95

LAMPIRAN .................................................................................................. 99

Page 11: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

x

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Total Hutan Sertifikasi LEI Berdasarkan Jenis Sertifikasi…………. 3

2. Unit Manajemen Hutan Rakyat Pemegang Sertifikasi PHBML…… 4

3. Skema Waktu dan Biaya pada Sertifikasi Mandatory dan Sertifikasi Voluntary………………………………………………..

16

4. Penelitian Mengenai Ekolabel……………………………………… 21

5. Penelitian Mengenai Sertifikasi PHBML dengan Skema Sertifikasi LEI…………………………………………………………………..

21

6. Penelitian Mengenai Kelembagaan………………………………… 22

7. Penelitian Mengenai Dampak Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan…. 23

8. Matriks Metode Analisis Data……………………………………… 31

9. Indikator Dampak Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan……………... 33

10. Karakteristik Petani Hutan Sertifikasi……………………………… 40

11. Peranan Masing-Masing Stakeholder……………………….…….. 45

12. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Sertifikasi PHBML di Tingkat Petani Hutan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2012……

63

13. Kemauan Melakukan Sertifikasi dan Resertifikasi dengan Biaya Sendiri………………………………………………………………

66

14. Analisis Biaya dan Manfaat Pembebanan Sertifikasi dalam 20 Tahun……………………………………………………………….

83

16. Dampak Lingkungan Akibat Pengembangan Hutan pada Tiga Unit Manajemen Hutan Rakyat Tersertifikasi…………………………...

86

17. Perubahan Pengelolaan Hutan Rakyat Sebelum dan Sesudah Sertifikasi……………………………………………………………

90

Page 12: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

xi

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka Alur Pemikiran…………………………………. 28

2. Sketsa Sistem Tumpangsari di Ladang……………………… 42

3. Sketsa Penanaman di Pekarangan…………………………… 43

4. Hubungan Antar Stakeholder………………………………… 49

5. Pertemuan Rutin Per 35 Hari (Selapan) yang Diadakan oleh FKPS Sumberejo……………………………………………

53

6. Bentuk Organisasi FKPS…………………………………… 57

7. Bentuk Organisasi PPHR…………………………………… 57

8. Hasil Kerajinan Kayu Sertifikasi yang Dibuat oleh Petani-Petani Unit Manajemen Hutan Rakyat………………………

73

9. Perbandingan Mekanisme Perdagangan Konvensional dan Sertifikasi……………………………………………………

80

10. (a) Hutan Rakyat FKPS Sumberejo (b) Sumber Air di Pemukiman Warga FKPS Sumberejo…………………………

87

Page 13: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kelembagaan Tiga Unit Manajemen Hutan Rakyat Tersertifikasi… 100

2. Dampak Sosial Penerapan Sertifikasi PHBML di Tiga Unit Manajemen Tersertifikasi……………………………………………

102

3. Kriteria Penguatan Kelembagaan sebagai Dampak Sosial Penerapan Sertifikasi PHBML di Tiga Unit Manajemen Hutan Rakyat Tersertifikasi……................................................................................

104

4. Dampak Ekonomi Penerapan Sertifikasi PHBML di Tiga Unit Manajemen Hutan Rakyat Tersertifikasi……………………………

106

5. Perhitungan Penggunaan Lahan, Jumlah Kayu, dan Pendapatan…… 109

6. Cashflow Skenario 1………………………………………………... 111

7. Cashflow Skenario 2………………………………………………... 113

8. Dokumentasi Penelitian …………………………………………..... 115

Page 14: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia mempunyai sumberdaya alam yang melimpah khususnya disektor

kehutanan. Hutan Indonesia merupakan hutan tropis ketiga terluas di dunia dan

menempati urutan kedua ditingkat keanekaragaman hayati (Forest Watch Indonesia,

2011). Jumlah luas daratan kawasan hutan di Indonesia sampai periode November

2011 mencapai 130.609.014,98 ha (Kementerian Kehutanan, 2011). Potensi sektor

kehutanan menjadikan sektor non-migas ini sebagai salah satu pemasok bahan baku

perindustrian.

Menurut Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen

Perindustrian (2009), kayu hutan rakyat menjadi bahan baku kelompok industri

pengolahan hulu dan hilir. Industri hulu yang terdiri dari industri saw-mill, plywood-

mill, particle board, dan medium density fiber board dan industri hilir yang terdiri

dari industri wood-working atau penghasil produk kayu dan industri furnitur

memerlukan pasokan kayu lebih dari satu juta kubik pertahun. Departemen

Perindustrian juga memaparkan, kecenderungan yang terjadi saat ini adalah kayu

industri hilir diperoleh dari industri hulu dengan melibatkan keberadaan hutan rakyat

dan hutan tanaman industri. Peran kayu non hutan alam, yakni dari hutan rakyat dan

hutan tanaman industri, dalam perindustrian berkembang pesat mengingat semakin

terbatasnya pasokan kayu yang diperoleh dari hutan alam. Litbang Kehutanan (2009)

bahkan menyatakan bahwa hutan tanaman, salah satunya hutan rakyat, akan menjadi

Page 15: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

2

sumber bahan baku industri perkayuan di masa depan karena potensi dan

ketergantungan pada hutan alam semakin menurun.

Potensi sektor kehutanan sebagai penyedia bahan baku industri pengolahan

kayu menciptakan peluang pasar yang besar. Namun dilain hal, peluang pasar ini

terancam dengan adanya pemboikotan terhadap kayu tropis dan tuntutan ekolabel dari

lembaga pecinta lingkungan yang mempengaruhi pembeli-pembeli di negara importir

(Departemen Perindustrian, 2009). Ekolabel ini timbul akibat keprihatinan negara

maju akan kondisi industri kayu tropis dan adanya deforestasi yang terjadi di negara-

negara tropis. Keprihatinan ini menimbulkan penggunaan peraturan perdagangan

internasional untuk mempengaruhi proses produksi agar lebih ramah lingkungan dan

berkelanjutan (Wie, no date). Ekolabel sektor kehutanan yang merupakan bentuk dari

non-tariff barrier menjadi fokus utama dari kekhawatiran para eksportir disamping

tariff barrier. Perjanjian bilateral maupun multilateral telah membawa perubahan

dalam penurunan tariff rates, tetapi hingga saat ini terjadi perkembangan pesat dalam

pemberlakuan berbagai macam jenis non-tariff barrier yang menimbulkan

kekhawatiran di kalangan eksportir negara berkembang (Alavi, 2007).

Menanggapi timbulnya permintaan akan ekolabel sektor kehutanan,

dibentuklah Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI), yakni lembaga independen yang

berwenang menetapkan standar sertifikasi pengelolaan hutan di Indonesia. Sampai

Februari 2011, luas hutan yang sudah tersertifikasi LEI mencapai 1.072.524 ha,

25.170 ha diantaranya adalah hutan rakyat yang sudah memperoleh sertifikasi

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBML). Total hutan yang sudah

Page 16: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

3

disertifikasi LEI yang diklasifikasikan berdasarkan jenis sertifikasi dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Total Hutan Sertifikasi LEI berdasarkan Jenis Sertifikasi

Jenis Sertifikasi Luas Area (ha) Jumlah Unit

Manajemen (unit)

PHAPL (Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari) 502.649 03

PHBML (Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

Lestari) 025.170 12

PHTL (Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari) 544.705 03

CoC (Chain of Custody) - 06

Total 1.072.524 24

Sumber: LEI (no date)

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa unit manajemen pemegang sertifikasi

paling banyak didominasi oleh pemegang sertifikasi PHBML yang merupakan

sertifikasi yang diberikan kepada masyarakat pemilik hutan rakyat atas usahanya

dalam mengelola hutan secara lestari. Hal ini merupakan terobosan baru yang

membuktikan bahwa sektor hutan rakyat ternyata mampu mengelola hutan secara

lestari.

Wonogiri yang merupakan kabupaten terluas kedua di Jawa Tengah ini

memiliki 15.320 ha hutan rakyat, dimana 21,16% hutan rakyat tersebut sudah

tersertifikasi (LEI, no date). Daftar unit manajemen hutan rakyat beserta dengan luas

area tersertifikasi, lokasi dan badan sertifikasi ditunjukkan lebih detail pada Tabel 2.

Penting untuk diketahui bahwa PHBML yang diperoleh ketiga unit

manajemen hutan rakyat di Wonogiri merupakan sertifikasi yang didanai oleh

Page 17: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

4

lembaga donor. Saat ini, biaya terkait dengan sertifikasi sepenuhnya ditanggung oleh

lembaga donor, sehingga unit manajemen hutan rakyat maupun petani hutan tidak

membayar sama sekali untuk pengajuan sertifikasi. Dana yang harus dikeluarkan

untuk mendapatkan sertifikasi PHBML tidak hanya mencakup dana pengajuan

sertifikasi saja tetapi juga mencakup dana surveillance dan dana tambahan lain yakni

dana persiapan menuju pengajuan sertifikasi.

Tabel 2. Unit Manajemen Hutan Rakyat Pemegang Sertifikasi PHBML

No Unit Manajemen

Area

Tersertifikasi

(ha)

Lokasi Badan Sertifikasi

1 UM (Unit Manajemen) Hutan Adat

Panjae Menua Sungai Utik

9.545 Kapuas Hulu,

Kalimantan Barat

PT. Mutu Agung

Lestari

2 GOPHR (Gabungan Organisasi Pelestari

Hutan Rakyat) Wono Lestari Makmur

1.179 Sukoharjo, Jawa

Tengah

PT. Mutu Agung

Lestari

3 UMHR (Unit Manajemen Hutan

Rakyat) WARAS

1.404 Sragen, Jawa

Tengah

PT. Mutu Agung

Lestari

4 UMHR Argo Bancak 0.600 Magetan, Jawa

Timur

PT. Mutu Agung

Lestari

5 UMHR Gerbang Lestari 2.889 Bangkalan, Jawa

Timur

PT. Mutu Agung

Lestari

6 UMHR Alas Makmur 0.995 Probolinggo, Jawa

Timur

PT. Mutu Agung

Lestari

7 UMHR Wana Lestari 3.427 Lumajang, Jawa

Timur

PT. Mutu Agung

Lestari

8 UMHR Rimbasari 1.073 Pacitan, Jawa Timur PT. Mutu Agung

Lestari

9 FKPS (Forum Komunikasi Petani

Sertifikasi) Selopuro

262 Wonogiri, Jawa

Tengah

PT. Mutu Agung

Lestari

10 FKPS Desa Sumberejo 547 Wonogiri, Jawa

Tengah

PT. Mutu Agung

Lestari

11 PPHR (Perkumpulan Pelestari Hutan

Rakyat) Catur Giri Manunggal

2.434 Wonogiri, Jawa

Tengah

PT. Mutu Agung

Lestari

12 Koperasi Wana Manunggal Lestari,

Gunung Kidul

0.815 Gunung Kidul, D.I

Yogyakarta

PT. TUV

Rheinland

Sumber: LEI (no date)

Page 18: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

5

Menurut Alavi (2007), jika harus membayar maka biaya yang harus

dikeluarkan untuk mendapatkan sertifikasi kayu sangat tinggi dan mengkonsumsi

waktu banyak (time consuming). Terlebih lagi adanya keberadaan biaya untuk

menyesuaikan sistem operasi unit manajemen agar sesuai dengan skema sustainable

forest management. Namun dilain hal adanya sertifikasi diklaim dapat memberikan

dampak-dampak diantaranya adanya premium price, penetrasi di pasar baru,

eksistensi di pasar lama dan dampak-dampak ekonomi, sosial dan lingkungan lainnya

(Simula et al, 2005). Oleh karena itu, penting untuk diteliti keragaan pelaksanaan

sertifikasi hutan rakyat baik dari aspek kelembagaan maupun dampak-dampak yang

dirasakan oleh petani hutan rakyat untuk mengetahui prospek masa depan dari

sertifikasi PHBML jika di masa mendatang sertifikasi ini bersifat wajib (mandatory)

dan harus dilakukan dengan biaya sendiri.

1.2 Perumusan Masalah

Pengembangan hutan rakyat secara lestari yang dilakukan oleh petani hutan

Kabupaten Wonogiri berhasil mengantarkan para petani dalam memperoleh

sertifikasi PHBML. Keberhasilan diperolehnya sertifikasi PHBML tidak lepas dari

bantuan lembaga donor dan juga bantuan dari LSM Persepsi dalam mendampingi

petani hutan rakyat selama sertifikasi. Keterlibatan multistakeholder dan peranan

kelembagaan unit manajemen hutan rakyat menentukan keberhasilan diperolehnya

sertifikasi PHBML mengingat beban biaya yang harus ditanggung dan keharusan

petani hutan rakyat untuk mengajukan sertifikasi secara kolektif karena ada

persyaratan minimum luas lahan dan rumitnya dokumen-dokumen administrasi yang

Page 19: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

6

harus dilengkapi. Oleh karena itu penting untuk diteliti keragaan dan peran

kelembagaan unit manajemen hutan rakyat selama proses sertifikasi untuk melihat

secara detail proses sertifikasi yang telah dilakukan ditinjau dari aspek

kelembagaannya.

Program sertifikasi FKPS Selopuro dan FKPS Sumberejo merupakan pilot

project sertifikasi hutan rakyat, sedangkan program sertifikasi di PPHR Catur Giri

Manunggal bukan program sertifikasi pilot project tetapi pelaksanaannya didanai oleh

lembaga donor. Program-program sertifikasi yang dilaksanakan berimplikasi pada

tidak adanya pembebanan biaya terhadap petani hutan rakyat tetapi perlu diketahui

motivasi petani hutan dalam mengikuti program sertifikasi. Oleh karena itu, faktor-

faktor yang memotivasi petani hutan dalam mengikuti sertifikasi akan diteliti dalam

penelitian ini.

Kondisi sertifikasi PHBML saat ini merupakan bantuan dan pemberian

bantuan ini menurut pihak LEI bertujuan untuk mendorong percepatan munculnya

kesadaran pengelolaan hutan secara lestari dan diharapkan di masa mendatang unit

manajemen hutan rakyat dan petani hutan bisa lebih mandiri dalam hal pendanaan

sertifikasi selanjutnya. Diperolehnya sertifikasi PHBML diharapkan dapat

memberikan dampak, baik dari aspek ekonomi seperti premium price, peningkatan

posisi tawar serta dampak sosial, dan lingkungan, bagi petani hutan. Dampak yang

saat ini dirasakan oleh petani hutan perlu dijadikan acuan jika di masa mendatang

sertifikasi dilaksanakan secara mandatory dan dengan menggunakan biaya sendiri hal

ini tentunya akan membebani petani hutan rakyat mengingat biaya sertifikasi yang

mahal. Oleh karena itu, manfaat yang diperoleh petani hutan rakyat setidaknya harus

Page 20: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

7

mampu menutupi biaya sertifikasi yang dikeluarkan. Komparasi biaya dan manfaat

ini diteliti melalui identifikasi dampak yang mencakup dampak sosial, ekonomi, dan

lingkungan.

Berdasarkan dari penjabaran di atas, beberapa masalah yang harus diteliti

terkait dengan penerapan sertifikasi PHBML adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keragaan dan peran kelembagaan unit manajemen hutan rakyat di

Kabupaten Wonogiri selama sertifikasi PHBML?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi petani hutan rakyat Kabupaten

Wonogiri melakukan sertifikasi PHBML?

3. Dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan apa saja yang dirasakan oleh petani

hutan dengan penerapan sertifikasi PHBML?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Mengidentifikasi keragaan kelembagaan unit manajemen hutan rakyat

Kabupaten Wonogiri selama proses sertifikasi berlangsung.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan sertifikasi

PHBML pada petani hutan rakyat Kabupaten Wonogiri.

3. Mengidentifikasi dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan pada petani hutan

dengan penerapan sertifikasi PHBML.

Page 21: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

8

1.4 Manfaat Penelitian

Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran keragaan

pelaksanaan sertifikasi baik dari aspek kelembagaan maupun dampak bagi petani

hutan sebagai acuan untuk pelaksanaan kebijakan sertifikasi yang lebih tepat. Untuk

stakeholder yang terkait dengan sertifikasi, yakni LEI dan lembaga pendamping

petani hutan, LSM Persepsi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi untuk

perbaikan dari sistem sertifikasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi

referensi bagi penelitian ekolabel sektor kehutanan selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian mengenai dampak sertifikasi PHBML dibatasi di tiga unit

manajemen hutan rakyat tersertifikasi Kabupaten Wonogiri. Faktor-faktor yang

mempengaruhi penerapan sertifikasi PHBML dibatasi pada identifikasi alasan

keikutsertaan dalam program sertifikasi PHBML yang didampingi oleh LSM

Persepsi. Dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang diteliti dibatasi berdasarkan

kondisi aktual yang dirasakan oleh masyarakat terhadap indikator-indikator dari studi

pustaka. Dampak ekonomi secara kuantitatif diteliti dengan melakukan analisis biaya

manfaat yang dibatasi beberapa asumsi, diantaranya adalah perhitungan dilakukan

dalam periode 20 tahun dengan mempertimbangkan umur ekonomis jati yang

merupakan tanaman dominan pertama dan dengan mengasumsikan tanaman mahoni

yang merupakan tanaman dominan kedua juga memiliki umur ekonomis yang sama,

tanaman kayu diasumsikan ditebang habis pada tahun ke-20, biaya investasi berupa

biaya lahan tidak dihitung dengan pertimbangan lahan hutan rakyat yang

Page 22: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

9

dikembangkan merupakan warisan, perhitungan dilakukan dengan menggunakan

tingkat suku bunga deposito sebesar 5,75%, dan dua tipe lahan hutan dan pola

penanaman dipertimbangkan dalam perhitungan. Dua tipe lahan hutan rakyat yang

dipertimbangkan dalam perhitungan adalah lahan hutan rakyat tipe pekarangan dan

ladang. Pola penanaman yang juga menjadi pertimbangan dalam perhitungan adalah

pola kayu dan pola tumpangsari dengan proporsi penerapan pola penanaman 60%

banding 40%.

Page 23: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Rakyat, Potensi, dan Peranannya

Berdasarkan Permenhut P. 3/ Menhut-II/ 2011, hutan rakyat adalah hutan

yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya di luar

kawasan hutan dengan ketentuan luas minimal 0,25 ha, penutupan tajuk tanaman

kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50%. Menurut Hinrich et al (2008),

dalam arti luas, hutan rakyat meliputi jaminan atas akses dan kontrol terhadap

sumberdaya hutan untuk penghidupan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan

hutan dimana mereka tergantung terhadap hutan rakyat tersebut secara ekonomi,

sosial, kultural, dan spiritual.

Hutan rakyat memiliki potensi yang sangat besar ditinjau dari segi populasi

pohon dan jumlah rumah tangga yang mengusahakannya. Potensi hutan rakyat yang

besar ini mampu menyediakan bahan baku industri kehutanan. Potensi hutan secara

nyata telah merangsang timbulnya aktivitas lanjutan seperti usaha-usaha yang

termasuk dalam backward dan forward linkage (Darusman dan Hardjanto, 2006).

Masyarakat sendiri sudah mulai sadar akan manfaat hutan sehingga setelah

penebangan selalu dilakukan peremajaan dan luas hutan rakyat tetap dipertahankan

bahwa dapat bertambah (Sukadaryati, 2006).

Ditinjau dari aspek peranannya dalam segi ekonomi, menurut Sukadaryati

(2006), hutan rakyat sudah lama dan terus berkembang di masyarakat mampu

memberikan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat. Selain sebagai investasi, hutan

juga dapat memberikan tambahan penghasilan yang bisa diandalkan. Adanya hutan

Page 24: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

11

rakyat bahkan mampu membuat masyarakat memenuhi kebutuhan untuk bahan

bangunan dan mebel dan juga untuk memenuhi kebutuhan mendesak.

Sampai saat ini, menurut Darusman dan Hardjanto (2006), hutan rakyat

diusahakan oleh masyarakat pedesaan sehingga kontribusi manfaat hutan rakyat akan

berdampak pada perekonomian desa. Hutan rakyat berkontribusi bagi pendapatan

sampingan dan insidental petani karena pengusahaannya termasuk dalam jenis usaha

sambilan. Selain memberikan kontribusi bagi pemilik lahan, pada subsistem produksi

dan pengolahan hutan rakyat mampu memberikan kontribusi kepada non-pemilik

lahan misalnya buruh atau tenaga kerja lainnya. Disamping itu, hutan rakyat juga

berperan dalam memberikan lapangan kerja bagi tenaga kerja produktif, menstimulir

usaha ekonomi produktif lainnya sebagai produksi lanjutan dari pengusahaan hutan

rakyat, bahkan meminimalisir dampak dari krisis ekonomi.

2.2 Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) dan Kaitannya dengan

Sustainable Forest Management (SFM)

Menurut Hinrich et al (2008), PHBM adalah suatu pendekatan pengelolaan

hutan dimana kontrol dipegang oleh masyarakat setempat. Pengembangan PHBM di

lahan-lahan milik swasta, misalnya di Jawa Tengah dan Sulawesi Tenggara,

merupakan contoh yang bagus dari PHBM. Para petani, sebagai pembuat keputusan

puncak memiliki kontrol sepenuhnya atas sumberdaya hutan-hutan yang mereka

miliki dengan dibina oleh asosiasi-asosiasi di tingkat dusun atau yang lebih tinggi.

Pihak-pihak lain dilibatkan sebagai mitra pendukung. Pengertian lain mengenai

PHBM adalah sistem pengelolaan sumberdaya hutan dengan kolaborasi yang

Page 25: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

12

bersinergi dalam upaya mencapai keberlanjutan dalam mencapai fungsi dan manfaat

sumberdaya hutan yang optimal (CIFOR, no date).

Menurut Suharti (no date), konsep PHBM ini mengacu pada tiga prinsip yakni

masyarakat lokal harus diikutsertakan dalam aktivitas pengelolaan hutan, masyarakat

lokal mempunyai hak dan kewajiban untuk berpartisipasi dalam aktivitas pengelolaan

hugan, dan tidak ada keharusan untuk secara aktif melibatkan masyarakat dalam

pemilihan aktivitas mana yang akan dikembangkan. Sejauh ini program PHBM

berhasil membuat perubahan bahwa masyarakat lokal juga mempunyai hak untuk

terlibat dalam aktivitas pengelolaan hutan. Terlebih lagi partisipasi masyarakat secara

aktif dalam pengelolaan hutan mempunyai peranan penting dalam menentukan

kesuksesan sustainable forest management atau pengelolaan hutan yang

berkelanjutan. Pengetahuan dan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat yang

awalnya diabaikan mulai diperhatikan karena kearifan lokal yang dimiliki oleh

masyarakat sangat berharga dan berguna dalam pengelolaan hutan.

Kegagalan pengelolaan hutan berkelanjutan dari program-program PHBM

yang telah dilaksanakan terjadi karena tidak tepatnya metode pendekatan yang

dilakukan. Metode yang lebih tepat untuk merangsang keterlibatan masyarakat lokal

dalam program PHBM adalah metode PRA (Participation Rural Appraisal) yang

menggabungkan metode top-down dan bottom-up. Penggunaan metode ini akan

menstimulasi keaktifan masyarakat dalam pelaksanaan PHBM sehingga masyarakat

bisa lebih berperan aktif dalam menggunakan kearifan lokal yang dimilikinya saat

berpartisipasi dalam program pengelolaan hutan yang diimplementasikan oleh

pemerintah (Suharti, no date)

Page 26: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

13

2.3 Ekolabeling

Menurut Arief (2001), ekolabeling adalah cara untuk memberikan informasi

kepada konsumen atas produk kayu hasil hutan dan olahan yang berasal dari hutan

yang dikelola secara lestari. Label dapat dijadikan sebagai bukti pengesahan (seal of

approval) bahwa produk tersebut telah memenuhi kriteria lingkungan yang

dipersyaratkan. Pada dasarnya, ekolabel mempunyai komponen yang meliputi

sertifikasi, sehingga diharapkan dapat mempunyai akses pasar yang tinggi atau dapat

bersaing. Meskipun label bukan merupakan standar produk yang berhubungan

dengan harga, tapi merupakan standar untuk mampu memasuki segmen pasar dunia

karena saat ini konsumen (negara) telah mempunyai sifat kritis terhadap

permasalahan lingkungan. Pada Prosiding Simposium Penerapan Ekolabel di Hutan

Produksi (1995), ekolabel adalah pemberian atribut lingkungan terhadap produk, baik

kayu maupun non kayu, yang dikehendaki oleh konsumen pengguna produk tersebut.

Pada prinsipnya, ekolabel menghendaki berlangsungnya pengelolaan hutan produksi

secara lestari. Menurut OEDC (1996) dalam Elliot (2000), ekolabel adalah

kelengkapan penyediaan informasi mengenai karakteristik produk yang terkait

dengan lingkungan. Ekolabel ini memungkinkan memberi informasi lebih dalam

keputusan pembelian konsumen dan untuk membedakan produk dan menciptakan

pasar untuk produk yang berbeda.

Penerapan ekolabel memiliki beberapa tujuan. Menurut Arief (2001) tujuan

ekolabel adalah meningkatkan kepedulian konsumen terhadap hubungan antara

industri dan lingkungan hidup, meningkatkan keyakinan dan penerimaan konsumen,

memodifikasi perilaku konsumen, meningkatkan kualitas lingkungan global,

Page 27: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

14

meningkatkan pangsa pasar, menyediakan segmentasi produk, menyediakan tujuan

audit terhadap pelaksanaan manajemen hutan dan menunjukkan bahwa manajemen

hutan mengandung unsur-unsur pelestarian, ekonomi, ekologi, dan sosial. Menurut

LEI sebagai pengembang standar sertifikasi di Indonesia, ekolabel dalam bentuk

sertifikasi PHBML bertujuan sebagai bentuk pengakuan pasar terhadap usaha

pelestarian pengelolaan hutan yang dilakukan oleh masyarakat.

Ada beberapa landasan dalam pelabelan produk kayu. Menurut Abidin (1995)

landasan pelabelan diidentifikasi dalam lima unsur utama, diantaranya adalah

kepastian ditaatinya jatah tebang hutan lestari, kepastian pulihnya tegakan secara

alami atau dengan bantuan permudaan alam dan buatan, kepastian terpeliharanya

keanekaragaman hayati, kepastian terpeliharanya kualitas air, tanah, dan udara dan

kepastian terpeliharanya peri kehidupan dan budaya masyarakat setempat. Landasan-

landasan ini tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang diimplementasikan

dalam proses penilaian sertifikasi.

2.3.1 Jenis-Jenis Ekolabel Sektor Kehutanan

Ada beberapa jenis skema sertifikasi yang berlaku, diantaranya adalah Certfor

(Chile), Cerflor (Brazil), CSA (Kanada), MTCC (Malaysia), AFS (Australia), SFI

(Amerika), ATFS (Amerika), FSC (Eropa), PEFC (Eropa), dan LEI (Indonesia)

sedangkan beberapa skema sertifikasi di Afrika kurang berkembang dan kebanyakan

berada dalam naungan PEFC maupun FSC (Alavi, 2007). Ekolabeling sendiri dapat

bersifat mandatory maupun voluntary. Mandatory ecolabeling merupakan

ekolabeling yang bersifat wajib dan di Indonesia sedang direncanakan

Page 28: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

15

implementasinya oleh Kementerian Kehutanan dalam P. 68/ Menhut-II/ 2011 melalui

implementasi Sertifikasi Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Voluntary ecolabeling

merupakan ekolabel yang bersifat sukarela dan dikembangkan melalui lembaga

independen. Sertifikasi voluntary ini telah diakui keabsahannya dalam skema

sertifikasi mandatory (Zakiya, 2012). Pemegang sertifikasi voluntary (misalnya

PHBML) tidak perlu mengikuti sertifikasi mandatory. Dalam penelitian kali ini,

skema sertifikasi yang digunakan adalah sertifikasi yang dikembangkan oleh lembaga

independen dari Indonesia yakni LEI.

Menurut LEI (no date), sertifikasi LEI yang berlaku di Indonesia adalah

sertifikasi Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari (PHAPL), sertifikasi

Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari (PHTL), sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis

Masyarakat Lestari (PHBML), sertifikasi lacak balak, dan sertifikasi bertahap. Hutan

rakyat yang berekolabel dengan skema sertifikasi LEI akan mendapatkan sertifikasi

PHBML. Standar sertifikasi LEI ini merupakan kerangka penilaian sertifikasi

PHBML dan menjadi acuan bagi unit manajemen dalam melaksanakan PHBML.

PHBML ini diartikan sebagai segala bentuk pengelolaan hutan dan hasil hutan yang

dilakukan oleh masyarakat dengan cara-cara tradisional baik dalam bentuk unit

komunitas, unit usaha berbasis komunitas (koperasi dalam arti luas), maupun

individual berskala kecil sampai sedang, yang dilakukan secara lestari.

Secara umum, prosedur sertifikasi LEI terdiri dari prapenilaian lapangan,

penilaian lapangan, evaluasi kinerja dan pengambilan keputusan sertifikasi,

penetapan keputusan sertifikasi, penilikan, dan penyelesaian keberatan atas keputusan

sertifikasi. Proses pengajuan sertifikasi hutan rakyat, hutan adat, dan jenis-jenis

Page 29: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

16

pengelolaan hutan berbasis masyarakat harus dilakukan dengan menyiapkan Standar

LEI 5000: 3 yakni standar untuk sertifikasi PHBML. Dalam sistem pengajuan

sertifikasi PHBML terdapat tiga skema yakni 1) skema sertifikasi dengan penilaian

lapangan oleh pihak ketiga, 2) skema sertifikasi dengan pengakuan atas klaim, dan 3)

skema sertifikasi khusus untuk hutan adat. Sertifikasi PHBML yang diperoleh

berlaku selama 15 tahun dengan ketentuan minimum tiga kali surveillance atau lima

tahun sekali dalam jangka waktu 15 tahun. Berdasarkan ketentuan tersebut ada

minimum tiga biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh sertifikasi PHBML,

yakni biaya persiapan, biaya penilaian sertifikasi, dan biaya surveillance.

Dalam hal jangka waktu berlakunya sertifikasi dan jangka waktu surveillance

terdapat perbedaan antara sertifikasi yang bersifat mandatory (dalam hal ini SVLK)

dan sertifikasi yang bersifat voluntary (dalam hal ini sertifikasi PHBML). Skema

waktu dan biaya sertifikasi mandatory dan voluntary dijelaskan secara detail pada

Tabel 3.

Tabel 3. Skema Waktu dan Biaya pada Sertifikasi Mandatory dan Sertifikasi

Voluntary

Tahapan

Voluntary Hutan Rakyat (PHBML) Mandatory Hutan Rakyat (SVLK)

Kisaran Biaya Masa Berlaku Kisaran Biaya Masa Berlaku

Persiapan Rp 120.000.000

sampai dengan

Rp 150.000.000

Sebelum pengajuan

sertifikasi

Rp 60.000.000 Sebelum pengajuan

sertifikasi

Penilaian Rp 35.000.000 Valid 15 tahun Rp 30.000.000 Valid tiga tahun

Surveillance Rp 20.000.000

sampai dengan

Rp 25.000.000

Setiap lima tahun

sekali

Rp 15.000.000

sampai dengan

Rp 20.000.000

Setiap satu tahun

sekali

Sumber: Wawancara dengan Narasumber LEI

Page 30: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

17

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa untuk sertifikasi secara voluntary di

hutan rakyat total biaya yang harus dikeluarkan berkisar antara Rp 180.000.000

sampai Rp 200.000.000 dan valid untuk jangka waktu 15 tahun. Untuk sertifikasi

secara mandatory, dalam hal ini SVLK, biaya yang dikeluarkan berkisar antara Rp

105.000.000 sampai Rp 110.000.000 dan valid untuk jangka waktu 3 tahun. Implikasi

pembebanan biaya sertifikasi, baik sertifikasi voluntary dan mandatory, akan

digambarkan dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis biaya manfaat.

2.3.2 Pokok-Pokok Informasi dalam Produk dengan Ekolabel

Informasi dalam produk dengan ekolabel yang harus diberikan kepada

konsumen meliputi penjelasan mengenai tata cara pengambilan bahan baku,

pengangkutan ke lokasi industri, proses dalam pabrik, pemakaian produk, dan proses

pengolahan limbah secara keseluruhan harus ramah lingkungan atau tidak mencemari

lingkungan. Berbeda dengan pelabelan produk lainnya, umumnya memberi

keterangan tentang bahan yang dipakai (ingridients), petunjuk cara pemakaiannya

atau sifat produknya, misalnya sifat mudah melapuk (biodegradable) atau aman bagi

kesehatan (Arief, 2001). Jika yang disertifikasi adalah hutan, misalnya suatu hutan

rakyat sudah mendapatkan sertifikasi PHBML maka informasi sertifikasi ditampilkan

dalam bentuk sertifikat.

2.3.3 Ekolabel Sektor Kehutanan sebagai Non-Tariff Barrier

Dalam perdagangan internasional, penggunaan tariff barrier semakin

menurun, hal ini ditandai dengan semakin menurunnya tariff rates yang diberlakukan

dalam perdagangan antarnegara. Meskipun pada beberapa negara tariff rates masih

Page 31: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

18

cukup tinggi tetapi tariff barrier tidak menjadi fokus utama lagi. Dilain hal terjadi

peningkatan penggunaan non tariff barrier dimana pada produk kayu dan produk

berbasis kayu diberlakukan adanya phytosanitary, restriksi kuantitatif, dan sertifikasi.

Persyaratan sertifikasi ekolabel berpotensi menjadi hambatan perdagangan terutama

jika masing-masing negara memberlakukan spesifikasi dan standar yang berbeda-

beda. Pada beberapa bukti mengkonfirmasi bahwa skema sertifikasi juga digunakan

sebagai alat proteksi perdagangan pada beberapa negara (Alavi, 2007). Disamping

itu, menurut Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian

(2009), adanya tuntutan sertifikasi ekolabel menjadi hambatan non tarif yang

termasuk dalam permasalahan utama industri furnitur. Industri furnitur (kayu)

Indonesia disinyalir menggunakan bahan baku ilegal dengan harga relatif murah

sehingga beberapa negara tujuan ekspor menuntut adanya sertifikasi ekolabel bagi

produk-produk furnitur Indonesia.

2.4 Dampak Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Simula et al (2005) mengemukakan bahwa dari adanya sertifikasi dapat

memberikan manfaat ekonomi yang termasuk dalam manfaat langsung dan manfaat

sosial dan lingkungan yang termasuk dalam manfaat tidak langsung non-monetary.

Adanya sertifikasi dapat memberi dampak pada tambahan manfaat langsung

finansial, yakni adanya premium price dan adanya tambahan volume penjualan.

Dampak sertifikasi pada manfaat ekonomi tidak langsung adalah adanya penurunan

biaya akibat dari efisiensi produksi dan menghindarkan dari kerugian pendapatan

penjualan ke pasar yang mewajibkan adanya sertifikasi. Manfaat lingkungan

Page 32: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

19

diperoleh dari berkembangnya mitigasi dari efek lingkungan dari pemanfaatan hutan

dan adanya peningkatan pengukuran dari konservasi biodiversitas, fungsi ekologis,

seperti tanah dan air. Selain itu, manfaat sosial dari adanya sertifikasi ini salah

satunya adalah adanya klarifikasi dari land right dan resolusi konflik.

2.5 Kelembagaan

Menurut Djogo et al (2003), secara umum kelembagaan adalah pola hubungan

antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling mengikat yang dapat

menentukan bentuk hubungan antar manusia atau antara organisasi yang diwadahi

dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan

pengikat berupa norma, kode etik, aturan formal dan informal untuk pengendalian

perilaku sosial serta insentif untuk bekerjasama dan mencapai tujuan bersama.

Beberapa unsur penting dari kelembagaan diantaranya adalah institusi, norma tingkah

laku yang mengakar dalam masyarakat dan diterima secara luas untuk melayani

tujuan bersama yang mengandung nilai tertentu dan menghasilkan interaksi antar

manusia yang terstruktur, peraturan dan penegakan aturan, aturan dalam masyarakat

yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama dengan dukungan tingkah laku, hak,

dan kewajiban anggota, kode etik, kontrak, pasar, hak milik (property rights atau

tenureship), organisasi, serta insentif untuk menghasilkan tingkah laku yang

diinginkan.

Kelembagaan yang dikembangkan oleh petani Wonogiri merupakan

kelembagaan yang menerapkan sistem penanaman agroforestri dimana pola

penanaman tanamannya terdiri dari tanaman hutan atau tanaman kayu dan tanaman

Page 33: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

20

pangan misalnya tanaman semusim. Menurut Djogo et al (2003), pengembangan

kelembagaan ini dapat terjamin jika ada insentif bagi orang atau organisasi untuk

melaksanakannya, sasaran pengembangan: siapakah yang diuntungkan, ada

keseimbangan kepemilikan dan akses terhadap informasi, kepemilikan dan akses atas

sumberdaya terjamin, ada usaha pengendalian atas tingkah laku opportunistik serta

ada aturan yang ditegakkan dan ditaati.

Menurut Hindra (2006), untuk menjamin kelestarian hutan rakyat, diperlukan

penguatan kelembagaan pengelolaan hutan rakyat, sehingga terbentuk adanya aturan

internal yang mengatur sistem penebangan yang disepakati oleh setiap anggotanya.

Dalam rangka penguatan kelembagaan hutan rakyat, tahapan yang harus dilalui

adalah identifikasi kelembagaan, aturan dan kesepakatan, pengembangan rencana

aksi, dan monitoring dan evaluasi partisipatif.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang dijadikan sebagai referensi dalam mengidentifikasi

dampak penerapan ekolabel hutan rakyat ini yaitu penelitian mengenai ekolabel;

sertifikasi PHBML; kelembagaan; dan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan.

2.6.1 Penelitian Mengenai Ekolabel

Penelitian mengenai ekolabel yang dijadikan referensi dalam tinjauan pustaka

adalah penelitian yang dilakukan oleh Hussain (2000) dan Swallow dan Sedjo (2002).

Hasil penelitian ditunjukkan pada Tabel 4.

Page 34: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

21

Tabel 4. Penelitian Mengenai Ekolabel

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Swallow dan

Sedjo.

Voluntary Eco-labeling

and the Price Premium

Untuk voluntary system, jika permintaan untuk

kayu bersertifikat relatif kecil dibandingkan

permintaan secara keseluruhan, jika biaya

sertifikasi yang signifikan, dan jika jumlah

permintaan baru diciptakan oleh sertifikasi adalah

sederhana, maka pasar cenderung kurang

menghasilkan harga premium untuk produk

bersertifikat meskipun ada sejumlah besar dari

konsumen yang bersedia untuk membayar dengan

premium price. Selain itu, keberhasilan eko-label

tergantung pada motivasi dari pemilik lahan hutan

untuk mendukung atau menentang eko-labeling.

2 Hussain. Green Consumerism and

Ecolabelling: A Strategic

Behavioural Model

Penelitian ini merepresentasikan sebuah model

perilaku strategis dari interaksi antara dua agen,

sebuah firma (perusahaan), dan konsumen di

bawah kondisi informasi tidak lengkap. Skema

ekolabel dapat digunakan sebagai alat untuk

ameliorasi inefisiensi dalam transfer informasi.

2.6.2 Penelitian Mengenai Sertifikasi PHBML dengan Skema Sertifikasi LEI

Penelitian mengenai sertifikasi PHBML LEI dapat ditemukan dalam Daniyati

(2009) dan Rohman (2010). Hasil penelitian mengenai sertifikasi PHBML ini

ditunjukkan dalam Tabel 5.

Tabel 5. Penelitian Mengenai Sertifikasi PHBML dengan Skema Sertifikasi LEI

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Daniyati. Efektivitas Sistem Sertifikasi

Pengelolaan Hutan di Hutan

Rakyat (Studi Kasus di

Kabupaten Wonogiri Provinsi

Jawa Tengah dan Kabupaten

Kulonprogo Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta)

Walaupun terdapat kendala berupa tingginya

biaya sertifikasi, secara keseluruhan, lebih dari

50,00% parameter keberhasilan sertifikasi telah

tercapai. Meskipun parameter dari aspek

ekonomi belum dapat tercapai. Berdasarkan

hasil penelitian terdapat perbedaan antara hutan

rakyat yang sudah tersertifikasi dan tidak

ditinjau dari segi sosial dan ekonomi. Secara

umum, hasil penelitian menunjukkan hutan

sertifikasi lebih baik dibandingkan dengan yang

tidak, tetapi dari segi ekologi tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara keduanya.

Page 35: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

22

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

2 Rohman. Kajian Dampak Sertifikasi

Pengelolaan Hutan Berbasis

Masyarakat Lestari (PHBML)

terhadap Pengelolaan Hutan

Rakyat (Studi Kasus

Pengelolaan Hutan Rakyat

oleh Koperasi Wana

Manunggal Lestari,

Gunungkidul, Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta)

Pemberian sertifikasi PHBML memberikan

dampak positif terhadap peningkatan

pendapatan masyarakat sebesar 1,94%,

peningkatan kapasitas masyarakat sebesar

52,76%, dan peningkatan tutupan hutan sebesar

3,38%. Pemberian sertifikasi ini belum

menguntungkan secara ekonomi, akan tetapi

pemberian sertifikasi menguntungkan secara

sosial dan lingkungan.

2.6.3 Penelitian Mengenai Kelembagaan

Penelitian terdahulu mengenai kelembagaan dikemukakan oleh Hindra (2006)

dan oleh Rubiyanto (2011). Hasil penelitian mengenai keragaan kelembagaan ini

ditunjukkan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Penelitian Mengenai Kelembagaan

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Hindra. Potensi dan Kelembagaan

Hutan Rakyat

Hutan rakyat pada umumnya dilakukan secara

perorangan pada lahan miliknya sehingga tidak

mengelompok, tapi menyebar. Pengelolaan

hutan yang dilakukan oleh kelompok tani ini

juga masih sangat sederhana. Untuk menjamin

kelestarian hasil hutan rakyat, perlu penguatan

kelembagaan pengelolaan hutan rakyat. Sampai

saat ini pemerintah masih memberikan peranan

yang cukup tinggi terhadap hutan rakyat.Agar

petani hutan rakyat tetap berkomitmen tinggi

terhadap lingkungan dan hutan rakyat, petani

harus didorong untuk mengikuti program

sertifikasi.

2 Rubiyanto. Kelembagaan Kelompok

Tani Hutan Rakyat di Desa

Buniwangi, Kecamatan

Pelabuhan Ratu, Sukabumi

Proses pengambilan keputusan di Desa

Buniwangi dilakukan berdasarkan musyawarah.

Pemimpin ditetapkan berdasarkan

keprofesionalan yang dimiliki pemimpin

tersebut. Aturan yang dibuat oleh kelompok tani

bersifat tegas. Kelembagaan tani disini

masihtergolong non-formal. Kapasitas

kelembagaan masih terbatas dalam

penyelenggaraan penyuluhan dan penyediaan

bibit dan pupuk.

Page 36: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

23

2.6.4 Penelitian Mengenai Dampak Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan

Penelitian terdahulu yang membahas dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan

dari penerapan sertifikasi di hutan rakyat dilakukan oleh Daniyati (2009) dan analisis

biaya manfaat dari penerapan sertifikasi secara umum oleh Simula et al (2005). Hasil

penelitian ini ditunjukkan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Penelitian Mengenai Dampak Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Daniyati. Efektivitas Sistem Sertifikasi

Pengelolaan Hutan di Hutan

Rakyat (Studi Kasus di

Kabupaten Wonogiri Provinsi

Jawa Tengah dan Kabupaten

Kulonprogo Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta)

Sertifikasi hutan memberikan manfaat

ekonomi yang kurang signifikan. Posisi tawar

petani hutan rakyat saat ini masih lemah

dibandingkan dengan pihak lain karena

kurangnya keahlian petani hutan dalam

pengelolaan dan pemasaran kayu. Petani

hutan rakyat masih berada pada ujung akhir

rantai informasi pasar sehingga belum

meningkatkan posisi tawarnya. Harga kayu

setelah sertifikasi meningkat sekitar 7,99%-

22,38% sehingga menyebabkan pendapatan

petani rakyat meningkat meskipun relatif

kecil. Sertifikasi juga memberikan manfaat

sosial dan ekologi yang cukup signifikan.

Salah satu dari kendala yang dihadapi dalam

sertifikasi adalah biaya sertifikasi yang tinggi.

2 Simula et al. Report on Financial Cost

Benefit, Analysis of Forest

Certification and

Implementation of Phased

Approaches.

Sertifikasi dapat memberikan manfaat

ekonomi langsung berupa penambahan

volume penjualan akibat adanya eksistensi di

pasar lama maupun penetrasi di pasar baru

dan dapat memberikan premium price.

Sedangkan manfaat ekonomi tidak

langsungnya adalah adanya pengembangan

efisiensi dalam produksi dan rantai logistik

dan memperpendek rantai distribusi dengan

menghindari pembayaran dari komisi yang

tidak penting atau mark up. Sedangkan

manfaat lingkungan diperoleh dari

berkembangnya biodiversitas, fungsi ekologis

dari hutan, mata air, dan lain-lain. Sedangkan

manfaat sosial meliputi klarifikasi konflik dan

hak kepemilikan lahan, penguatan

kelembagaan, dan lain-lain.

Page 37: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

24

2.7 Kebaruan (Novelty) dari Penelitian

Kebaruan dari penelitian ini adalah identifikasi kelembagaan yang berperan

selama sertifikasi; faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan sertifikasi;

perhitungan dampak ekonomi kuantitatif melalui analisis biaya manfaat; dan

identifikasi dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan berdasarkan kondisi saat ini.

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk menambah informasi dari penelitian

yang dilakukan sebelumnya. Penelitian sebelumnya juga dilakukan di Kabupaten

Wonogiri tetapi pengambilan data hanya dilakukan di dua unit manajemen sementara

dalam penelitian ini dilakukan pengambilan data di tiga unit manajemen.

Page 38: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Sektor kehutanan di Indonesia memiliki potensi yang tinggi, terutama sektor

hutan rakyat. Hutan rakyat menjadi salah satu pemasok kayu yang dibutuhkan dalam

industri hulu dan hilir pengolahan kayu disamping hutan tanaman industri. Namun,

sektor kehutanan sangat rentan terhadap isu lingkungan karena eksploitasinya

memiliki dampak langsung terhadap lingkungan hidup (Riyatno, 2004). Salah satu isu

lingkungan yang berkembang di sektor kehutanan adalah isu kelestarian pengelolaan

hutan. Adanya isu ini melatarbelakangi timbulnya ekolabel dimana salah satu bentuk

ekolabel adalah sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari

(PHBML). Sertifikasi PHBML ini merupakan jenis sertifikasi voluntary yang

diberlakukan di hutan rakyat.

Pada tahun 2004 dan 2007 hutan yang dikelola oleh masyarakat atau yang

disebut hutan rakyat justru mampu memperoleh sertifikasi PHBML sebagai bentuk

penghargaan dalam mengelola hutan secara lestari. Hutan rakyat yang selama ini

dianggap sebagai small scale forest management ternyata mampu menjadi pionir

dalam memperoleh sertifikasi. Keberhasilan diperolehnya sertifikasi PHBML

tentunya melibatkan peranan multistakeholder karena persyaratan sertifikasi dan

proses yang rumit serta adanya beban biaya. Beban biaya yang seharusnya dikenakan

saat pengajuan sertifikasi PHBML di Kabupaten Wonogiri ditanggung sepenuhnya

oleh lembaga donor. Disamping itu ditemukan juga adanya bantuan pendampingan

sertifikasi oleh LSM Persepsi. Indikasi peranan multistakeholder dalam proses

Page 39: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

26

sertifikasi PHBML dan bagaimana keragaan proses sertifikasi akan diidentifikasi

dengan menggunakan analisis kelembagaan.

Program pengajuan FKPS Selopuro dan FKPS Sumberejo merupakan bagian

dari pilot project yang bertujuan untuk dijadikan contoh bagi hutan rakyat di daerah

lain yang memiliki potensi untuk dikembangkan secara lestari, sedangkan untuk

PPHR Catur Giri Manunggal merupakan unit manajemen hutan rakyat Kabupaten

Wonogiri yang juga layak untuk mendapatkan bantuan dalam memperoleh sertifikasi

PHBML. Meskipun dalam penerapan sertifikasi PHBML masyarakat tidak terbebani

dengan adanya biaya sertifikasi yang harus ditanggung, tetapi motivasi dan alasan

masyarakat untuk mau mengikuti program sertifikasi tetap penting untuk diteliti.

Pada penelitian ini faktor-faktor yang mendasari petani hutan rakyat untuk mengikuti

program sertifikasi diteliti dengan membatasi pada alasan dan motivasi keikutsertaan

petani hutan yang dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Terdapat beberapa jenis biaya yang harus ditanggung dalam skema sertifikasi,

diantaranya adanya biaya sertifikasi yang berlaku untuk 15 tahun dan biaya

surveillance yang dibayarkan tiap lima tahun sekali selama 15 tahun. Baik biaya

sertifikasi maupun biaya surveillance tidak dibayarkan oleh petani hutan dalam

kondisi sertifikasi saat ini, tetapi perlu diteliti implikasi dari biaya ini apabila di masa

mendatang petani harus dibebani dengan biaya-biaya ini dengan melihat komparasi

biaya dan manfaatnya melalui dampak yang telah dirasakan oleh petani hutan.

Dampak yang diteliti akan ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Dampak ekonomi akan diteliti dengan menggunakan analisis biaya manfaat dan

analisis deskriptif kualitatif berdasarkan penelitian terhadap indikator dari studi

Page 40: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

27

literatur. Dampak sosial dan lingkungan juga akan diteliti dengan menggunakan

analisis deskriptif kualitatif berdasarkan penelitian terhadap indikator-indikator dari

studi literatur. Hasil penelitian dari aspek kelembagaan, aspek faktor-faktor yang

mempengaruhi penerapan sertifikasi PHBML, dan aspek dampak sosial, ekonomi,

dan lingkungan akan dianalisis sebagai bahan pertimbangan perlu atau tidaknya

sertifikasi di hutan rakyat. Bagan alur kerangka pemikiran yang menjelaskan

penelitian sertifikasi PHBML di hutan rakyat Kabupaten Wonogiri ini dijelaskan

secara detail pada Gambar 1.

Page 41: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

28

Gambar 1. Kerangka Alur Pemikiran

Dampak-Dampak

Penerapan

Sertifikasi PHBML

Dampak

Ekonomi

Dampak

Sosial Dampak

Lingkungan

Potensi Hutan Rakyat

Indonesia

Potensi Hutan Rakyat

Kabupaten Wonogiri

Isu Kelestarian

Pengelolaan Hutan

Sertifikasi PHBML

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Penerapan

Sertifikasi PHBML

Kelembagaan dan Stakeholder

yang Terlibat dalam

Sertifikasi PHBML

Analisis

Kelembagaan

Analisis Biaya

dan Manfaat Analisis Deskriptif

Kualitatif

Perlu atau Tidaknya Sertifikasi di Hutan Rakyat

Page 42: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri, yakni di Forum

Komunikasi Petani Sertifikasi (FKPS) Selopuro, FKPS Sumberejo, dan Perkumpulan

Petani Hutan Rakyat (PPHR) Catur Giri Manunggal. Pemilihan lokasi penelitian ini

dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten

Wonogiri memiliki tiga unit manajemen hutan rakyat tersertifikasi dalam satu

wilayah kabupaten (LEI, no date). Pertimbangan pemilihan lokasi juga didasarkan

atas tahun sertifikasi yang diperoleh unit manajemen hutan rakyat, dimana FKPS

Selopuro dan FKPS Sumberejo telah memperoleh sertifikasi PHBML pada tahun

2004, sedangkan PPHR Catur Giri Manunggal memperoleh sertifikasi PHBML pada

tahun 2007. Sementara unit manajemen hutan rakyat yang ada di daerah lain baru

memperoleh sertifikasi PHBML dengan skema LEI dari tahun 2005 sampai dengan

tahun 2011 (LEI, no date). Pengambilan data primer pada penelitian ini dilakukan

pada bulan Maret-April 2012.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder. Data primer yang digunakan meliputi: bentuk keragaan proses sertifikasi di

hutan rakyat; faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan sertifikasi PHBML pada

petani hutan rakyat; dan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang terjadi. Data

primer ini diperoleh melalui wawancara mendalam pada key person dan kuesioner

Page 43: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

30

pada petani hutan rakyat. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

data kondisi umum dan historis lokasi penelitian; data biaya pengelolaan hutan dan

pendapatan; aturan-aturan tertulis mengenai pengelolaan hutan; dan struktur

kelembagaan unit manajemen hutan rakyat. Data-data tersebut diperoleh dari

dokumen pengajuan sertifikasi, LSM Persepsi, Tempat Pemasaran Kayu Sertifikasi

(TPKS) yang berfungsi sebagai pasar dari kayu sertifikasi, dan studi literatur.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan data dilakukan di tiga unit manajemen tersertifikasi.

Pengambilan sampel pada tingkat petani hutan rakyat dilakukan secara purposive

dengan jumlah sampel 30 subjek per unit manajemen tersertifikasi, dimana 30 subjek

sampel ini merupakan ukuran minimum sampel yang umumnya digunakan pada

penelitian sosial ekonomi. Jadi total responden petani sertifikasi adalah 90 orang.

Seluruh responden yang diambil sudah merepresentasikan populasi petani hutan

rakyat yang ada karena responden diambil secara proporsional berdasarkan klasifikasi

luas lahan, yakni dari responden dengan lahan sempit (<1 hektar), sedang (1-3

hektar), dan luas (>3 hektar).

Identifikasi kelembagaan dilakukan melalui wawancara mendalam dengan

key person. Sementara identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan

sertifikasi dan identifikasi dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan pada masyarakat

dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada 90 orang petani hutan sertifikasi yang

tergabung dalam tiga unit manajemen sertifikasi dan analisis biaya manfaat pada unit

manajemen FKPS Selopuro untuk melihat potensi beban biaya dari penerapan

Page 44: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

31

sertifikasi. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan teknik purposive sampling

dengan total sampel 90 responden.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data dan informasi yang diperoleh pada penelitian ini diolah menggunakan

analisis kelembagaan, analisis deskriptif kualitatif, dan analisis biaya dan manfaat.

Pengolahan dan analisis data dimulai dengan pengelompokkan data dan pembuatan

tabel sesuai keperluan. Matriks metode analisis yang digunakan untuk menjawab

tujuan-tujuan dalam penelitian evaluasi penerapan ekolabel ini dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8. Matriks Metode Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

1 Identifikasi keragaan

kelembagaan.

Wawancara mendalam (depth

interview) dengan key person dari

masing-masing unit manajemen

hutan rakyat.

Analisis kelembagaan.

2 Identifikasi faktor-faktor

yang mempengaruhi

penerapan sertifikasi

PHBML.

Hasil kuesioner pada petani hutan

yang menjadi sampel dalam

penelitian.

Analisis deskriptif kualitatif.

3 Identifikasi dampak sosial,

ekonomi, dan lingkungan

sertifikasi PHBML.

Hasil kuesioner pada petani hutan

yang menjadi sampel dalam

penelitian dan wawancara

mendalam dengan key person.

Analisis deskriptif kualitatif

dan analisis biaya manfaat.

4.4.1 Keragaan Kelembagaan

Data yang diperlukan untuk mengidentifikasi keragaan kelembagaan

merupakan data primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan key

person dari masing-masing unit manajemen. Data ini diolah dengan menggunakan

Page 45: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

32

analisis kelembagaan berdasarkan beberapa indikator keragaan kelembagaan yang

diperoleh dari studi literatur. Indikator-indikator yang digunakan adalah institusi;

norma tingkah laku; peraturan dan penegakan aturan/ hukum; aturan dalam

masyarakat; kode etik; hak milik (property rights atau tenureship); organisasi; dan

insentif untuk menghasilkan tingkah laku yang diinginkan.

4.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Sertifikasi PHBML

Data yang diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi penerapan sertifikasi PHBML adalah data primer yang diperoleh

melalui pengisian kuesioner pada petani hutan mengenai alasan keikutsertaan dalam

program sertifikasi PHBML. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan

dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis data hanya dilakukan

dengan analisis kualitatif dan tidak menggunakan analisis ekonometrika seperti

halnya analisis faktor-faktor pada umumnya karena identifikasi faktor dibatasi

berdasarkan motivasi keikutsertaan petani dalam PHBML.

4.4.3 Dampak Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan dari Penerapan Sertifikasi

PHBML

Data yang diperlukan untuk mengidentifikasi dampak sosial, ekonomi, dan

lingkungan diperoleh melalui kuesioner dan wawancara mengenai dampak-dampak

yang dirasakan oleh petani setelah penerapan sertifikasi dari segi sosial, ekonomi, dan

lingkungan. Data primer mengenai persepsi petani hutan mengenai kondisi aktual

dalam aspek dampak ekonomi kualitatif, sosial, dan lingkungan yang diperoleh

dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan indikator

Page 46: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

33

yang diperoleh dari penelitian terdahulu. Indikator dampak sosial, ekonomi, dan

lingkungan yang digunakan dalam kuesioner dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Indikator Dampak Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Dampak Sosial Dampak Ekonomi Dampak Lingkungan

1. Klarifikasi hak milik lahan

dan solusi konflik.

2. Partisipasi dan kesadaran

komunitas akan manfaat

pengelolaan hutan.

3. Peningkatan kapasitas petani.

4. Peningkatan peran serta

dalam pengelolaan hutan

lestari karena adanya

peningkatan pengetahuan.

5. Penguatan kelembagaan:

Pengembangan kelembagaan

hutan rakyat dan ekonomi.

1. Premium price.

2. Penambahan volume penjualan.

3. Penetrasi ke pasar baru.

4. Eksistensi di pasar lama.

5. Posisi tawar petani hutan

rakyat.

6. Peningkatan pendapatan petani.

7. Memperpendek rantai

distribusi.

1. Konservasi biodiversitas.

2. Fungsi ekologis hutan.

3. Sumber mata air/DAS

(fungsi hidrologis).

Sumber: Simula et al (2005) dan Daniyati (2009)

Gambaran mengenai dampak ekonomi sertifikasi terhadap petani hutan

dilakukan melalui analisis dengan menggunakan alat analisis biaya dan manfaat pada

salah satu unit manajemen hutan rakyat, yakni FKPS Selopuro. Analisis ini dilakukan

untuk melihat seberapa besar biaya sertifikasi berdampak terhadap manfaat dan biaya

petani hutan rakyat dalam pengusahaan hutan rakyat. Analisis biaya dan manfaat ini

dilakukan dengan menggunakan dua skenario, yakni tanpa biaya sertifikasi PHBML

dan dengan biaya sertifikasi. Skenario pertama adalah skenario yang terjadi pada

kondisi saat ini dimana sertifikasi PHBML yang diperoleh unit manajemen hutan

rakyat tersertifikasi dilakukan atas bantuan dana dari lembaga donor sehingga tidak

ada pembebanan biaya terkait sertifikasi. Skenario kedua adalah skenario yang

mungkin dihadapi oleh unit manajemen hutan rakyat jika unit manajemen harus

Page 47: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

34

membayar sertifikasi dengan biaya sendiri. Aspek premium price tidak dimasukkan

ke dalam skenario karena pada kenyataannya premium price ini sulit untuk diperoleh.

Kedua skenario dihitung dalam periode 20 tahun dengan mempertimbangkan

umur ekonomis berdasarkan Annual Allowable Cut (AAC) dari tanaman jati dan

mahoni yang merupakan tanaman dominan. Tanaman jati dan mahoni ini akan

ditebang habis pada akhir tahun ke-20. Pada saat penebangan akhir, harga kayu yang

digunakan adalah harga kayu jenis UD panjang dengan diameter 25-28, dimana harga

jati Rp 800.000/ pohon dan harga mahoni Rp 400.000/ pohon. Harga pembelian kayu

oleh bakul di tingkat petani menggunakan harga per pohon (borongan) bukan

menggunakan sistem kubikasi. Kubikasi memang dilakukan oleh bakul tetapi hal ini

digunakan sebagai taksiran bakul untuk memperkirakan harga jual kembali kepada

pengepul.

Analisis biaya dan manfaat ini menggunakan tingkat suku bunga 5,75% yakni

merupakan tingkat suku bunga deposito karena biaya pengelolaan hutan rakyat

diperoleh dari modal pribadi dan tidak meminjam kepada Bank. Biaya investasi yakni

berupa lahan hutan rakyat tidak diperhitungkan dalam analisis dengan

mempertimbangkan lahan yang dikelola merupakan lahan warisan sehingga petani

tidak melakukan pembelian lahan. Analisis ini juga dipertimbangkan dua jenis lahan

hutan rakyat, yakni lahan pekarangan dan ladang, dan dua pola penanaman yang

dilakukan oleh petani hutan di lahan ladang, yakni pola kayu dan pola tumpangsari

antara tanaman pertanian dengan tanaman kayu sebagai tanaman tepi. Perbandingan

penerapan pola kayu dengan pola tumpangsari diasumsikan sebesar 60% banding

40% dan perbandingan ini juga mempengaruhi perhitungan dalam analisis.

Page 48: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

35

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai ekolabel sektor kehutanan difokuskan di tiga unit

manajemen hutan rakyat yang memperoleh sertifikasi PHBML dengan skema

sertifikasi LEI. Ketiga unit manajemen yang diteliti berada di Kabupaten Wonogiri

dan lokasinya saling berdekatan. Kondisi topografi di ketiga unit manajemen

Kabupaten Wonogiri relatif sama dengan karakteristik responden yang homogen.

Ketiga unit manajemen yang diteliti merupakan unit manajemen yang

memperoleh sertifikasi dengan skema pendanaan dari lembaga donor. Ketiga unit

manajemen ini dipilih untuk didanai berdasarkan rekomendasi dari LSM Persepsi

yang melihat adanya peluang dari unit manajemen untuk memperoleh sertifikasi

karena keberhasilan pengembangan hutan rakyatnya. Adapun kesuksesan

pengembangan hutan rakyat di ketiga unit manajemen hutan rakyat merupakan hasil

dari program penghijauan yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Awalnya daerah Wonogiri dikenal sebagai daerah yang tandus. Lalu pada

tahun 1965-an ada program perbaikan hutan dan alam, kemudian di tahun 1970-an

terdapat program pengembangan kebun bibit desa yang diikuti dengan program dari

penanaman pohon dari World Food Programme, gerakan penanaman lahan kosong

untuk menanggulangi banjir di Waduk Gajah Mungkur atas anjuran pemerintah

sekitar tahun 1956-1978, gerakan penanaman turus jalan dan tebang satu tanam 20

oleh Bupati Umarsono sekitar tahun 1979-1998, program Gerhan (Gerakan

Rehabilitasi Hutan dan Lahan) sekitar tahun 1999-2005-an. Lahan-lahan terlantar

Page 49: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

36

mulai ditanami dengan jati dan mahoni. Lalu pada tahun 2002, LSM Persepsi mulai

melakukan pendampingan sertifikasi di Kelurahan Selopuro dan Desa Sumberejo

yang dilanjutkan dengan diperolehnya sertifikasi PHBML pada tahun 2004 untuk

kedua desa tersebut. Keberhasilan pengembangan hutan rakyat tidak hanya

ditemukan di kedua desa itu saja tetapi juga di Kecamatan Giriwoyo yang letaknya

tidak jauh dari Kelurahan Selopuro dan Desa Sumberejo. Setelah dilakukan

pendampingan dan pemberian bantuan dana oleh lembaga donor, unit manajemen

hutan rakyat yang ketiga yakni PPHR Catur Giri Manunggal berhasil memperoleh

pengakuan atas usaha pelestarian hutan di tahun 2007.

5.1.1 Perkumpulan Pelestari Hutan Rakyat (PPHR) Catur Giri Manunggal

Unit manajemen PPHR Catur Giri Manunggal berada di wilayah Kecamatan

Giriwoyo yang memiliki 16 desa, namun hanya empat desa yang pada tahun 2006

dipilih oleh lembaga pendamping yakni LSM Persepsi untuk mengikuti sertifikasi.

Keempat desa tersebut adalah Desa Sejati, Desa Guwotirto, Desa Tirtosuworo, dan

Kelurahan Girikikis. Pemilihan empat desa ini dilakukan karena desa-desa tersebut

berada di satu hamparan dan memiliki kondisi penutupan tajuk tanaman kayu relatif

lebih rapat dibandingkan dengan 12 desa lain.

Pada keempat desa yang menjadi anggota unit manajemen terdapat 43

Kelompok Pelestari Hutan Rakyat (KPHR) yang merupakan unit manajemen hutan

rakyat sertifikasi di tingkat dusun yang tersebar di empat desa. Unit KPHR ini

tergabung dalam Gabungan Pelestari Hutan Rakyat (GPHR) yang merupakan unit

manajemen hutan rakyat sertifikasi di tingkat desa. Empat GPHR yang ada bergabung

Page 50: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

37

dalam unit manajemen Unit manajemen hutan rakyat ini mempunyai 2.902 anggota

dan luas lahan hutan rakyat 2.434,24 hektar yang terdiri dari lahan hutan pekarangan

dan ladang (tegalan). Lahan hutan rakyat yang ada dirintis sejak tahun 1956 diinisiasi

oleh petani hutan yang dilanjutkan dengan pengembangan kebun bibit desa oleh

kepala dusun hingga pada tahun 2006 hutan rakyat yang dikembangkan sudah lestari

dan akhirnya diajukan untuk memperoleh sertifikasi. Adapun tipologi PHBM pada

kawasan PPHR Catur Giri Manunggal adalah PHBM pada Kawasan Budidaya Non-

Kehutanan (KNBK) dengan orientasi usaha komersial dan dilakukan di atas lahan

milik formal.

5.1.2 Forum Komunikasi Petani Sertifikasi (FKPS) Selopuro

FKPS Selopuro merupakan salah satu unit manajemen hutan rakyat yang

mendapatkan Sertifikasi PHBML LEI pertama di Indonesia. FKPS Selopuro berada

dalam wilayah Kelurahan Selopuro yang memiliki delapan Komunitas Petani

Sertifikasi (KPS) dengan jumlah anggota 682 orang dan luas lahan hutan rakyat

262,77 hektar dengan pola pengembangan hutan pada lahan pekarangan dan ladang.

Selain itu di wilayah FKPS Selopuro ini juga terdapat Tempat Pemasaran Kayu

Sertifikasi (TPKS) dan bengkel kerajinan tangan sertifikasi.

FKPS Selopuro yang memiliki luas lahan hutan rakyat 262,77 ha ini

memiliki kontur berbatu-batu yang kerap disebut dengan 'batu bertanah' dengan

solum yang tipis. Kontur seperti ini juga ditemui hampir di semua wilayah lokasi

penelitian. Pada tanah berkontur batu-batuan ini, hutan rakyat yang dikembangkan

oleh masyarakat didominasi dengan tanaman jati dan mahoni. Keberhasilan dari

Page 51: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

38

pengembangan hutan rakyat di daerah ini mengakibatkan munculnya sumber mata air

di tengah-tengah pemukiman penduduk. Awalnya di tahun 1965 daerah Selopuro

merupakan padang alang-alang dan sudah ada program perbaikan hutan dan alam

melalui penghijauan dari pemerintah meskipun tidak banyak. Program pengembangan

hutan dan kegigihan petani dalam menanam kayu inilah yang memperbaiki kondisi

lingkungan di Kelurahan Selopuro dan juga mengantarkan Kelurahan Selopuro

memperoleh sertifikasi PHBML di tahun 2004.

5.1.3 Forum Komunikasi Petani Sertifikasi (FKPS) Sumberejo

FKPS Sumberejo merupakan salah satu unit manajemen hutan rakyat

pertama, disamping FKPS Selopuro, yang memperoleh Sertifikasi PHBML LEI.

FKPS Sumberejo terletak di Desa Sumberejo dengan luas lahan hutan 526,19 hektar

dan memiliki 958 anggota yang tergabung dalam delapan Komunitas Petani

Sertifikasi (KPS). FKPS Sumberejo yang letaknya bersebelahan dengan FKPS

Selopuro memiliki lahan dengan kontur yang sama yakni 'batu bertanah' dengan

solum tipis. Lahan-lahan yang ada diairi dengan sistem sederhana yang bersumber

dari sungai dan mata air yang muncul di tengah-tengah pemukiman penduduk akibat

dari pengembangan hutan rakyat yang intensif yang dilakukan sejak tahun 1967. Pada

awal tahun 1970-an lahan Desa Selopuro gundul akibat eksploitasi kayu yang tidak

terkontrol. Akibat keprihatinan petani akan kondisi daerahnya maka dilakukan

penanaman yang dilanjutkan dengan program pembangunan kebun bibit desa, World

Food Programme, dan Gerhan. Pada tahun 2002 mulai dilakukan pendampingan

program sertifikasi oleh LSM setempat yakni, Persepsi.

Page 52: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

39

5.2 Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi

yang homogen, dimana sebagian besar anggota unit manajemen bermatapencaharian

sebagai petani. Penelitian ini melibatkan 90 responden petani sertifikasi terbagi dalam

tiga unit manajemen hutan rakyat Kabupaten Wonogiri dan pada masing-masing unit

manajemen diambil 30 responden. Karakteristik responden yang menjadi sampel

dalam penelitian ini secara detail ditunjukkan pada Tabel 10.

Kabupaten Wonogiri merupakan daerah yang sebagian besar penduduknya

bermatapencaharian sebagai petani dengan persentase sebesar 88,89%. Petani

berjenis kelamin perempuan hanya membantu melakukan kegiatan pertanian yang

ringan, misalnya membantu menanam padi, sedangkan aktivitas pertanian yang berat,

misalnya membajak sawah, membuka lahan, menanam pohon, dan mengangkut

pohon yang dijual lebih dominan dilakukan oleh laki-laki. Responden petani berjenis

kelamin laki-laki menjadi dominan akibat dari peranan laki-laki sebagai kepala

keluarga sehingga kepemilikan lahan hutan dan keterlibatan laki-laki dalam sektor

hutan rakyat lebih tinggi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dari 90 responden

yang menjadi sampel, hanya empat orang atau 4,44% yang berjenis kelamin

perempuan, sedangkan sisanya didominasi oleh jenis kelamin laki-laki yakni sebesar

86 atau 95,56%. Keempat orang responden perempuan ini merupakan pemilik lahan

hutan. Satu orang diantaranya berperan dalam pengelolaan hutan tetapi tidak intensif

sedangkan tiga orang lainnya berperan dalam pengelolaan hutan dengan bantuan

buruh tani dan keluarga.

Page 53: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

40

Tabel 10. Karakteristik Petani Hutan Sertifikasi

Karakteristik

PPHR Catur

Giri Manunggal

FKPS

Sumberejo

FKPS

Selopuro Total

∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

A. Jenis Kelamin

1. Laki-laki

2. Perempuan

Jumlah

27

03

30

90,00

10,00

100,00

29

01

30

96,67

03,33

100,00

30

00

30

100,00

000,00

100,00

86

4

90

95,56

4,44

100,00

B. Usia (Tahun)

1. < 30

2. 30-39

3. 40-49

4. 50-59

5. 60-69

6. 70-79

7. >79

Jumlah

00

01

06

07

10

06

00

30

00,00

03,33

20,00

23,33

33,33

20,00

00,00

100,00

00

01

05

13

04

07

00

30

00,00

03,33

16,67

43,33

13,33

23,33

00,00

100,00

00

01

05

13

10

0

1

30

00,00

03,33

16,67

43,33

13,33

0,00

3,33

100,00

0

3

16

33

24

13

1

90

0,00

3,33

17,78

36,67

26,67

14,44

1,11

100,00

C. Pendidikan

1. Tidak sekolah atau tidak Lulus

2. SD

3. SMP

4. SMA

5. Sarjana

Jumlah

05

17

02

05

01

30

16,67

56,67

06,67

16,67

03,33

100,00

02

23

03

02

00

30

06,67

76,67

10,00

06,67

00,00

100,00

02

18

08

00

02

30

06,67

60,00

26,67

00,00

06,67

100,00

9

58

13

7

3

90

10,00

64,44

14,44

7,78

3,33

100,00

D. Jenis Pekerjaan

1. Tani

2. Guru

3. Perangkat desa

4. Lain-lain

Jumlah

25

00

02

3

30

83,33

00,00

06,67

10,00

100,00

29

00

01

0

30

96,67

000,00

03,33

00,00

100,00

26

02

00

02

30

86,67

06,67

00,00

6,67

100,00

80

2

3

5

90

88,89

7,78

3,33

5,55

100,00

E. Luas Lahan

1. < 1 ha

2. 1-3 ha

3. > 3 ha

Jumlah

20

09

01

30

66,67

30,00

03,33

100,00

14

13

03

30

46,67

43,33

10,00

100,00

19

11

00

30

63,33

36,67

00,00

100,00

53

33

4

90

58,89

36,67

4,44

100,00

F. Status Lahan

1. Letter C dan atau sertifikat tanah

2. Tidak ada

Jumlah

30

0

30

100,00

0,00

100,00

30

0

30

100,00

0,00

100,00

30

0

30

100,00

0,00

100,00

90

0

90

100,00

0,00

100,00

G. Tanaman Kayu

1. Jati, mahoni

2. Jati, mahoni, akasia

3. Jati, mahoni, sengon

4. Jati, mahoni, sengon, akasia

5. Jenis lainnya

Jumlah

03

08

04

11

04

30

10,00

26,67

13,33

36,67

13,33

100,00

03

06

02

14

05

30

10,00

20,00

06,67

46,67

16,67

100,00

12

07

01

00

10

30

40,00

23,33

3,33

0,00

33,33

100,00

18

21

7

25

19

90

20,00

23,33

7,78

27,78

21,11

100,00

Page 54: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

41

Karakteristik kepemilikan lahan di ketiga unit manajemen hutan rakyat

sertifikasi didominasi dengan lahan yang sudah memiliki kejelasan hak milik dengan

luas di bawah satu hektar. Rata-rata kepemilikan lahan 0,91 ha/ orang untuk

responden FKPS Selopuro, 1,46 ha/ orang untuk responden FKPS Sumberejo, dan

0,88 ha/ orang untuk responden PPHR Catur Giri Manunggal. Sempitnya

kepemilikan lahan ini mengakibatkan para petani memaksimalkan lahannya untuk

ditanami tanaman kayu dan palawija dengan jarak yang rapat. Sistem silvikultur yang

tepat, terutama jarak tanam, juga tidak diterapkan oleh petani hutan sertifikasi karena

kondisi lahan yang sempit dan kontur tanah yang berbatu-batu. Kondisi kepemilikan

lahan yang kecil ini juga berakibat pada keharusan petani hutan untuk mengajukan

sertifikasi secara kolektif karena ada persyaratan untuk minimum lahan untuk

pengajuan sertifikasi.

Karakteristik komoditas tanaman didominasi oleh tanaman semusim

misalnya padi, singkong, jagung, dan kacang-kacangan. Disamping palawija, para

petani hutan rakyat juga menanam tanaman kayu dengan tanaman dominan jati,

mahoni, sengon, akasia dengan persentase total sebesar 27,78%. Jenis tanaman lain

yang juga dibudidayakan di hutan rakyat adalah jabon, sonokeling, trembesi, johar,

dan kelapa tetapi tanaman yang ditanam di ketiga unit manajemen didominasi dengan

tanaman jati dan mahoni yang memiliki nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan

jenis kayu lain. Preferensi petani hutan dalam pemilihan jenis tanaman kayu

didasarkan pada daya jualnya yang tinggi. Hal ini terjadi karena masyarakat sangat

bergantung pada hasil hutan kayu untuk memenuhi kebutuhan mendesak mereka dan

menganggap kayu sebagai tabungan yang bisa diuangkan saat ada kebutuhan.

Page 55: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

42

Penanaman tanaman kayu di ketiga unit manajemen hutan rakyat dilakukan

dengan sistem tumpangsari dan sistem hutan rakyat khusus tanaman kayu. Lahan

yang ditanami biasanya adalah lahan pekarangan dan ladang. Sistem tumpangsari

yang dilakukan oleh petani sertifikasi ini ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3.

Sumber: LSM Persepsi, 2006

Gambar 2. Sketsa Sistem Tumpangsari di Ladang

Pola penanaman kayu di lahan ladang sangat bervariasi. Berdasarkan

Gambar 2, pola penanaman tanaman kayu di ladang ditanam dengan menggunakan

pola tumpangsari. Pada sistem tumpangsari ini tanaman kayu ditanam dengan

tanaman pangan seperti singkong, kacang-kacangan, jagung, dan tanaman bawah

tegakan seperti empon-empon. Ada pula sistem tumpang sari yang menanam kayu di

tepi lahan sebagai pembatas. Tetapi pola penanaman kayu di lahan ladang yang

paling dominan adalah penanaman kayu tanpa tanaman semusim. Berbeda dengan

pola penanaman kayu di lahan ladang, pola penanaman kayu di lahan pekarangan

Page 56: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

43

memiliki pola yang relatif sama antara petani satu dengan yang lainnya. Pola

penanaman di lahan pekarangan ditunjukkan pada Gambar 3.

Sumber: LSM Persepsi, 2006

Gambar 3. Sketsa Penanaman di Pekarangan

Pada Gambar 3, penanaman tanaman kayu yang dilakukan di pekarangan

dilakukan di sepanjang batas tanah pekarangan sebagai pagar kedua disamping pagar

utama yakni pagar rumah (pagar bambu). Di samping menanam tanaman kayu, lahan

pekarangan juga dipergunakan untuk menanam tanaman pangan seperti singkong dan

penanaman tanaman bawah tegakan seperti empon-empon. Berdasarkan Gambar 2

dan 3, penting untuk diketahui bahwa tidak hanya hasil hutan kayu saja yang

berkontribusi dalam sistem hutan rakyat, tetapi juga keberadaan tanaman semusim.

Kontribusi tanaman semusim dan tanaman kayu ini diperhitungkan dalam analisis

biaya dan manfaat untuk menganalisis dampak ekonomi secara kuantitatif.

Page 57: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

44

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Keragaan Kelembagaan Unit Manajemen Hutan Rakyat dalamSertifikasi

PHBML

Keberadaan kelembagaan merupakan hal penting dalam proses pengajuan

sertifikasi. Tanpa adanya kelembagaan yang membantu proses sertifikasi secara

kolektif, tentunya petani hutan rakyat ini tidak akan mampu memperoleh sertifikasi

mengingat biaya sertifikasi yang mahal dan adanya ketentuan luasan lahan minimum

untuk sertifikasi. Kelembagaan yang diteliti dalam penelitian sertifikasi PHBML ini

merupakan populasi dari kelembagaan sertifikasi yang ada di Kabupaten Wonogiri

yang terdiri dari tiga unit manajemen hutan rakyat (Forest Management Unit/ FMU),

yakni FKPS Selopuro, FKPS Sumberejo, dan PPHR Catur Giri Manunggal. Ketiga

unit manajemen hutan rakyat ini merupakan kelompok tani hutan rakyat yang mandiri

dan dibentuk dengan pendampingan oleh LSM Persepsi (Perhimpunan Studi

Pengembangan Sosial dan Ekonomi) cabang Wonogiri dan resmi menjadi pemegang

sertifikasi sejak tahun 2004 dan 2007. Ketiga unit manajemen hutan rakyat yang

dibentuk ini berfungsi untuk mewadahi penyuluhan terkait dengan pengelolaan hutan,

memperkuat posisi tawar petani dalam pemasaran kayu, sarana pembentukan modal

kelompok, dan mengembangkan jaringan (networking) serta menjalin hubungan

kemitraan terutama kemitraan bisnis. Fenomena mengenai kelembagaan atau

stakeholder dan biaya transaksi yang ada di lapangan diidentifikasi melalui analisis

kelembagaan.

Page 58: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

45

6.1.1 Identifikasi Stakeholder, Peran, dan Hubungan Antar Stakeholder

Untuk melihat bagaimana peran kelembagaan selama proses sertifikasi maka

dilakukan identifikasi stakeholder-stakeholder yang memegang peranan penting dan

bagaimana pengaruh stakeholder dalam sertifikasi berdasarkan pengelompokan peran

stakeholder secara langsung dan tidak langsung. Selain identifikasi stakeholder,

dalam analisis kelembagaan dilakukan identifikasi hubungan antar stakeholder dan

kelembagaan yang ada di ketiga unit manajemen hutan rakyat tersertifikasi.

6.1.1.1 Identifikasi Stakeholder dan Peran

Dalam proses sertifikasi ada stakeholder yang secara langsung dan tidak

langsung berpengaruh. Berdasarkan pengamatan, ada tujuh stakeholder yang

ditemukan. Stakeholder-stakeholder yang terlibat dan peranan yang dilakukan oleh

masing-masing stakeholder dijelaskan pada Tabel 11.

Tabel 11. Peranan Masing-Masing Stakeholder

No Stakeholder Peranan

Berperan Langsung

1 LEI A. Mengembangkan sistem sertifikasi.

B. Membantu kemitraan dengan lembaga donor.

2 Lembaga donor Memberikan bantuan pendanaan sertifikasi.

3 LSM Persepsi A. Mendampingi unit manajemen menuju sertifikasi dengan cara

pendampingan administrasi yaitu pembuatan dokumen dan

inventarisasi tegakan yang ada.

B. Memberikan bantuan soft skill dalam bidang handicraft hasil hutan

sertifikasi dan memberikan bantuan mesin kerajinan.

C. Membentuk TPKS.

4 Ketua kelompok tani A. Memberikan pengarahan kepada anggota kelompok tani mengenai

sertifikasi.

B. Mengurus proses pengajuan sertifikasi.

C. Mengikuti ujian sertifikasi.

D. Meningkatkan bargaining position kelompok tani.

Page 59: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

46

No Stakeholder Peranan

5 Kelompok tani A. Sarana pengembangan dan kerjasama antar anggota kelompok tani.

B. Sarana networking untuk menghubungkan petani dengan pemerintah

dan institusi lain.

C. Sarana pembentukan modal kelompok tani.

D. Membantu kelancaran proses sertifikasi terutama di bidang

administrasi sertifikat tanah dan inventarisasi tegakan.

Berperan Tidak Langsung

1 Pemerintah daerah A. Membuat program sertifikat tanah massal pada tahun 1990-an dan

masih berlanjut sampai sekarang.

B. Memberikan legalitas atas hasil hutan kayu yang dijual oleh

masyarakat melalui SKAU.

C. Menetapkan peraturan-peraturan formal dalam pengelolaan hutan

rakyat.

D. Mewajibkan pembentukan kelompok tani.

2 Dinas Kehutanan A. Membuat program-program penghijauan.

B. Membina kelompok tani sejak awal didirikan.

C. Memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai pengembangan

hutan rakyat.

Berdasarkan Tabel 11 mengenai peranan masing-masing stakeholder secara

keseluruhan, tujuh stakeholder yang ada dikelompokkan menjadi dua kategori

berdasarkan peranannya:

1. Stakeholder yang Berperan Langsung

Dalam proses sertifikasi, stakeholder yang berperan langsung dan terjun

dalam proses sertifikasi adalah LEI selaku pengembang sertifikasi dan secara teknis

membantu menjalin kemitraan dengan lembaga donor, lembaga donor, LSM Persepsi

selaku lembaga pendamping, ketua kelompok tani, dan kelompok tani hutan rakyat.

Pada kategori ini hanya lembaga independen dan non governmental yang terlibat

secara langsung dalam sertifikasi sedangkan pemerintah tidak berperan secara

langsung. Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan aparat pemerintah daerah akan

Page 60: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

47

konsep sertifikasi dan dikonfirmasi oleh Petugas Kehutanan Lapang setempat yakni

Bapak Wardi.

"...Waktu itu saya disuruh mengutarakan sambutan (tentang sertifikasi), lah

saya belum tahu apa-apa (tentang sertifikasi) kan dulu itu waktu itu, cuma

saya ya mendukung 100% PHBML apalagi itu bersangkutan dengan kita

langsung..." (Bapak Wardi, Petugas Kehutanan Lapang)

Selain itu pemerintah tidak termasuk dalam kategori stakeholder yang

berperan tidak langsung karena tidak memberikan bantuan kepada unit manajemen

dalam pengajuan sertifikasi. Bantuan terkait dengan pengajuan sertifikasi ditanggung

sepenuhnya oleh pihak donor. Bantuan dana dari lembaga donor kemudian

disalurkan melalui LSM Persepsi sebagai lembaga pendamping unit manajemen pada

saat proses sertifikasi.

2. Stakeholder yang Berperan Tidak Langsung

Stakeholder yang berperan tidak langsung dalam sertifikasi adalah dinas

kehutanan dan pemerintah daerah. Dinas kehutanan melalui penyuluhan dan

pembinaan kelompok tani sebenarnya merupakan aktor utama yang menginisiasi

pengembangan hutan. Hal ini dibuktikan dengan masuknya program-program

pemerintah sejak tahun 1965-an yakni program dari World Food Programme, IDT

(Inpres/ Instruksi Presiden Desa Tertinggal), Gerhan (Gerakan Penghijauan), dan

lain-lain. Dari program penghijauan inilah masyarakat secara mulai menanam

tanaman kayu bahkan masyarakat memilih jenis tanaman kayu yang menurut mereka

memberikan manfaat ekonomi yang tinggi dan sampai saat ini tanaman kayu

digunakan sebagai tabungan. Sedangkan pemerintah daerah lebih berperan dalam

membantu masyarakat di sektor legalitas baik legalitas kayu maupun lahan dengan

Page 61: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

48

adanya program sertifikasi massal di ketiga daerah tempat unit manajemen berada

sejak tahun 1990-an dan masih berlanjut sampai sekarang selain itu pemerintah juga

berperan dalam mendukung program-program penghijauan dinas kehutanan.

Keberhasilan program pengembangan hutan dan legalitas kayu maupun lahan inilah

yang sebenarnya mengantarkan dan mempermudah pengajuan proses sertifikasi. Jadi

sebenarnya pemerintah melalui pemerintah desa dan dinas kehutanan mempunyai

peranan dalam sertifikasi meskipun secara tidak langsung tapi pengaruhnya sangat

besar. Tanpa adanya bantuan dan binaan dari pemerintah tidak mungkin unit

manajemen hutan rakyat yang ada dapat memperoleh sertifikasi dengan mudah

karena kejelasan batas lahan dan kelestarian hutan merupakan salah satu indikator

dalam sertifikasi PHBML.

6.1.1.2 Hubungan Antar Stakeholder

Hubungan antar stakeholder yang terjadi di unit manajemen hutan rakyat

sertifikasi dapat dikelompokkan dalam dua level, yakni:

1. Level Penentu Kebijakan (Collective Choice Level)

Pada level penentu kebijakan, stakeholder yang berperan dalam menentukan

kebijakan sertifikasi melalui pengembangan standar sertifikasi adalah LEI.

Sedangkan stakeholder yang berperan dalam menentukan kebijakan dalam

pengelolaan hutan rakyat adalah pemerintah daerah dan dinas kehutanan. Pengelolaan

hutan yang lestari tidak bisa dilakukan tanpa adanya kebijakan dari pemerintah dan

dibantu dengan kebijakan yang berlaku di kelompok.

Page 62: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

49

2. Level Operasional (Operational Level)

Stakeholder yang tergolong dalam level operasional adalah stakeholder yang

bertugas mengimplementasikan kebijakan yang telah ditetapkan oleh stakeholder

level penentu kebijakan. Pada level operasional ini, stakeholder yang terlibat adalah

ketua dan kelompok tani sertifikasi yang berperan sebagai stakeholder yang

menjalankan peraturan-peraturan yang diterapkan oleh pemerintah terkait dengan

pengelolaan hutan.

Berdasarkan dari pengelompokan di atas, hubungan antar stakeholder dalam

sertifikasi ditunjukkan pada Gambar 4.

Keterangan: Garis Koordinasi

Garis Koordinasi Teknis Lapangan

Garis Instruksi

Garis Saluran Dana/ Bantuan

Gambar 4. Hubungan Antar Stakeholder

Collective

Choice Level Pemerintah Daerah

LEI

Dinas Kehutanan

Operational

Level

LSM Persepsi Lembaga

Donor

Ketua Kelompok

Kelompok Tani

Page 63: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

50

Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa pada level collective choice

terdapat stakeholder LEI yang merupakan perumus kebijakan sertifikasi dan

stakeholder pemerintah daerah dan dinas kehutanan yang merupakan perumus

kebijakan pengelolaan hutan. Dalam proses sertifikasi, antara LEI dengan pemerintah

dan dinas kehutanan tidak ada koordinasi langsung. Hal ini juga dikonfirmasi oleh

pihak LEI. LEI hanya mengundang pemerintah dan dinas kehutanan untuk

menyaksikan proses pengambilan keputusan sertifikasi. Dalam lingkup proses

koordinasi dana sertifikasi, garis koordinasi ada pada stakeholder LEI dan lembaga

donor, LEI dan Persepsi, lembaga donor dan Persepsi, dimana LEI membantu jalinan

kerjasama lembaga internasional untuk ambil bagian menjadi menjadi donor

sertifikasi pada program sertifikasi PHBML yang diajukan oleh LSM Persepsi. LSM

Persepsi kemudian melakukan proses koordinasi langsung dengan pemerintah daerah

dan dinas kehutanan terkait dengan perizinan dan pemberitahuan pelaksanaan

program sertifikasi. LSM Persepsi juga melakukan koordinasi dan koordinasi teknis

di lapangan dengan ketua kelompok terkait dengan pengajuan sertifikasi misalnya

penyusunan dokumen, administrasi, dan inventarisasi tegakan maupun dalam

penyaluran bantuan, misalnya pemberian bibit dan dana komisi untuk inventarisasi

tegakan. Sedangkan ketua kelompok berperan menginstruksikan, membentuk

koordinasi, membentuk koordinasi teknis di lapangan, dan penyaluran bantuan (bibit

maupun dana dari stakeholder) kepada kelompok tani.

Stakeholder lain yakni pemerintah daerah dan dinas kehutanan tidak terlibat

langsung dalam sertifikasi namun stakeholder-stakeholder ini berperan dalam level

collective choice dengan memberikan bantuan dan merumuskan kebijakan-kebijakan

Page 64: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

51

terkait dengan pengelolaan hutan yang akhirnya mengakar pada peraturan-peraturan

pengelolaan hutan yang ada di kelompok tani. Meskipun pemerintah dan dinas

kehutanan tidak memberikan bantuan dana dalam proses sertifikasi, tetapi pemerintah

dan dinas kehutanan memberikan bantuan-bantuan melalui program penghijauan,

sertifikat tanah masal, dan penyuluhan yang membantu petani dalam pengembangan

hutan rakyat secara lestari.

6.1.1.3 Identifikasi Kelembagaan Unit Manajemen

Ketiga unit manajemen hutan rakyat sertifikasi awalnya merupakan kelompok

tani biasa. Hingga akhirnya dilakukan pendampingan sertifikasi oleh LSM Persepsi

dan dibentuklah organisasi swadaya mandiri yakni unit manajemen hutan rakyat.

Namun sampai saat ini unit manajemen ini tidak hanya memfasilitasi penyuluhan dan

pertemuan mengenai pengelolaan hutan saja, namun juga tentang pertanian,

peternakan, dan sarana menyampaikan informasi-informasi penting. Ketiga unit

manajemen ini tidak memiliki perbedaan kelembagaan yang signifikan. Identifikasi

dari kelembagaan ketiga unit manajemen ini diperjelas melalui analisis terhadap

delapan unsur kelembagaan yang ditunjukkan dalam Lampiran 1 mengenai

kelembagaan tiga unit manajemen hutan rakyat sertifikasi.

Berdasarkan dari indikator yang dirumuskan sebelumnya melalui studi

literatur, ada delapan unsur yang diteliti dalam indentifikasi kelembagaan yakni (1)

institusi, (2) norma tingkah laku, (3) peraturan dan penegakan aturan/ hukum, (4)

aturan dalam masyarakat, (5) kode etik, (6) hak milik (property rights atau

tenureship), (7) organisasi, dan (8) insentif untuk menghasilkan tingkah laku yang

Page 65: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

52

diinginkan. Pada unsur pertama, yakni institusi, berdasarkan hasil penelitian yang

ditunjukkan dalam Lampiran 1 diketahui bahwa unit manajemen di FKPS Selopuro

dan Sumberejo mempunyai bentuk organisasi yang sama. Kedua unit manajemen

hutan rakyat ini memiliki delapan Kelompok Petani Sertifikasi yang tergabung dalam

satu Forum Komunikasi Petani Sertifikasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan

responden di kedua unit manajemen FKPS Selopuro dan Sumberejo, penyebaran

informasi mengenai pemahaman sertifikasi di kedua unit manajemen ini juga relatif

rata. Hal ini disebabkan oleh tingginya intensitas pertemuan antara LSM pendamping

dengan masyarakat dan jumlah anggota yang relatif sedikit dan hanya terdiri dari

satu desa. Lain halnya dengan PPHR Catur Giri Manunggal yang terdiri dari tiga desa

dan satu kelurahan dengan jumlah anggota 2.902 orang. Hal ini membuat penyebaran

informasi sertifikasi menjadi sulit ditambah lagi dengan rendahnya intensitas

pertemuan langsung antara petani hutan dan LSM pendamping.

Berdasarkan hasil penelitian, kondisi di lapangan menunjukkan ketiga unit

manajemen belum optimal bahkan PPHR Catur Giri Manunggal tidak berfungsi

sebagai mestinya karena pertemuan rutin yang diadakan selama tiga bulan sekali

tidak berjalan, padahal skala unit manajemennya lebih luas dan pemerataan

pemahaman informasi sangat rendah. Pertemuan rutin di PPHR Catur Giri

Manunggal tidak berjalan karena dianggap tidak ada masalah besar yang harus

diselesaikan dan dimusyawarahkan.

"...Karena tidak ada masalah di kelompok dan dipandang tidak perlu

mengumpulkan anggota. Namun pengurus kelompok tetap berkomunikasi

mengenai perkembangan kelompok..." (Pak Rujimin, Ketua PPHR Catur

Giri Manunggal)

Page 66: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

53

Pada FKPS Selopuro pertemuan rutin diadakan sebulan sekali dan di FKPS

Sumberejo pertemuan rutin diadakan setiap 35 hari (selapan). Pertemuan rutin di dua

unit manajemen FKPS masih tetap berjalan sampai sekarang namun sertifikasi bukan

merupakan topik yang prioritas dibicarakan. Hal ini disebabkan karena awalnya unit

manajemen hutan rakyat ini merupakan kelompok tani biasa yang akhirnya diajukan

sertifikasi sehingga masalah yang sering dibahas saat pertemuan rutin tidak hanya

masalah mengenai sertifikasi, tetapi masalah mengenai subsidi pupuk dan

penghimpunan modal kelompok melalui ternak seperti yang terjadi di Desa

Sumberejo. Sertifikasi bukan merupakan topik yang selalu dibahas dalam pertemuan

rutin karena tidak ada masalah terkait dengan sertifikasi. Gambar mengenai

pertemuan rutin Desa Sumberejo ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Pertemuan Rutin per 35 Hari (Selapan) yang Diadakan oleh

FKPS Sumberejo

Unit manajemen seharusnya banyak membahas mengenai bagaimana caranya

agar dapat menghimpun modal untuk resertifikasi dan kendala-kendala lain terkait

Page 67: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

54

berjalannya sistem sertifikasi. Pendekatan participatory dengan melibatkan

masyarakat perlu dilakukan oleh unit manajemen agar masyarakat mengetahui

masalah yang dihadapi terkait dengan sertifikasi dan masyarakat dilibatkan dalam

proses pengambilan keputusan. Saat masyarakat aktif berpartisipasi dalam sektor

sertifikasi akan menimbulkan kesadaran dari masyarakat untuk mempertahankan dan

merasa bangga dengan sertifikasi yang selama ini diperoleh. Lain halnya saat

masyarakat tidak tahu menahu betapa sulitnya memperoleh sertifikasi.

Unsur kelembagaan kedua yang diteliti adalah norma tingkah laku. Norma

tingkah laku yang selama ini berlaku di masyarakat diadopsi untuk membuat AD/

ART dan tata kelola hutan. Sehingga ada tiga peraturan yang berlaku dalam

masyarakat, yakni norma lokal, AD/ ART, dan tata kelola hutan. Sebelum berbentuk

aturan tertulis seperti sekarang, masyarakat sudah memiliki norma-norma yang sudah

dijalankan selama bertahun-tahun. Norma-norma yang diadopsi menjadi peraturan

tertulis adalah norma mengenai kewajiban penanaman setiap tahun; penanaman

kembali setelah penebangan; pengaturan mengenai pengembalaan ternak agar tidak

merusak tegakan; pelarangan pengambilan bibit, tegakan dan pucuk daun di luar

lahan miliknya; dan lain-lain. Norma-norma yang diadopsi ini kemudian disahkan

menjadi peraturan tertulis dan merupakan rules of the game yang dirumuskan dan

disepakati bersama secara musyawarah.

Unsur kelembagaan ketiga yang diteliti adalah peraturan dan penegakan

peraturan. Pada ketiga unit manajemen sudah terdapat peraturan tertulis mengenai

pengelolaan hutan yang merupakan adopsi dari norma-norma dan peraturan

pengelolaan hutan yang telah berjalan sebelum sertifikasi. Penegakan peraturan di

Page 68: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

55

ketiga unit manajemen tergolong lemah. Di unit manajemen FKPS Selopuro ada

pengurus khusus yakni seksi keamanan yang bertugas mengawasi apakah ada anggota

yang melanggar aturan dan pengawasan ini dibantu oleh seluruh anggota. Kalaupun

ada pelanggar peraturan FKPS Selopuro, semuanya akan dilaksanakan dengan cara

kekeluargaan dan tidak pernah ada sanksi yang dibebankan. Hal ini menunjukkan

tidak tegasnya peraturan yang sudah dibuat dan efek jera bagi pelanggar tidak ada.

Kondisi penegakan peraturan di FKPS Sumberejo sama dengan kondisi FKPS

Selopuro namun pengawasan hanya dilakukan antar anggota. Lain halnya dengan

PPHR Catur Giri Manunggal, unit manajemen ini memiliki wilayah keanggotaan

yang lebih luas dibandingkan dua unit manajemen lainnya karena merupakan unit

manajemen hutan rakyat tingkat kecamatan dengan anggota empat desa, penegakan

peraturan dilakukan dengan pembebanan tugas kepada Kelompok Petani Hutan

Rakyat (KPHR) sebagai pengawas penegakan peraturan di tingkat dusun. Peraturan

yang pernah dilanggar oleh anggota adalah peraturan mengenai lahan tapi sanksinya

tidak pernah dilaksanakan sesuai AD/ ART tetapi masalah yang ada diselesaikan

secara kekeluargaan.

"...Ya tidak sering sih, pernah ada (peraturan yang dilanggar) tapi bisa

diselesaikan secara kekeluargaan dulu di tingkat KPHR, jadi meskipun ada

permasalahan tidak sampai ke GPHR atau tidak sampai ke PPHR... Tidak ada

(peraturan) yang sering dilanggar, tapi pernah ada yang melanggar tentang

garis-garis batas dari hak milik, tapi tidak sampai besar, permasalahannya ya

umpamanya saling berebut batas, tetapi akhirnya juga bisa diselesaikan

secara damai... Sebetulnya ada (sanksi), tapi tidak pernah dilaksanakan

dengan seberat seperti dicantumkan pada AD/ ART, seandainya kan nggak

sampai parah gitu lho. Jadi sebelum parah, sudah diantisipasi sedini mungkin,

jadi ibaratnya melanggar tidak sampai jauh, paling baru akan melanggar

sudah dikasih tahu dan mereka juga sadar bahwa itu perbuatan yang tidak

benar..." (Pak Rujimin, Ketua PPHR Catur Giri Manunggal)

Page 69: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

56

Namun pengawasan dan penegakan peraturan di PPHR sangat lemah. PPHR

mempunyai peta sengketa pengelolaan hutan lintas desa namun secara legitimate

masih ada dua anggota PPHR yang menjadi responden yang memiliki konflik berebut

batas dengan warga lain namun tidak terselesaikan sampai sekarang. Hal ini

dikarenakan PPHR vakum atau tidak berjalan sebagaimana mestinya,

Unsur kelembagaan keempat yang diteliti adalah aturan dalam masyarakat.

Di ketiga unit manajemen aturan yang berlaku adalah aturan tidak tertulis yakni

norma sosial dan aturan tertulis yakni AD/ ART kelompok dan aturan kelola hutan

rakyat. Unsur kelembagaan kelima yang diteliti adalah kode etik. Dalam

kelembagaan pengelolaan hutan rakyat di ketiga unit manajemen tidak ditemukan

adanya kode etik.

Unsur kelembagaan keenam yang diteliti adalah hak milik (property rights

atau tenureship). Meskipun semua anggota di tiga unit manajemen yang menjadi

responden sudah memiliki kejelasan hak milik lahan atau tenureship secara legal

tetapi secara legitimate masih ada anggota yang mengalami konflik berebut batas.

Kejelasan status hak milik lahan anggota ini akibat adanya program sertifikasi massal

dari pemerintah. Adanya status hak milik yang jelas dilakukan agar kepemilikan

lahan petani legal dan diakui secara hukum di samping itu kejelasan status hak milik

ini seharusnya dapat meminimalisir konflik berebut batas lahan. Dalam menangani

konflik berebut batas lahan seharusnya unit manajemen dapat menjadi mediator yang

efektif karena merupakan lembaga yang paling dekat dengan petani. Namun fungsi

mediasi tidak berjalan secara optimal di PPHR bahkan ketua PPHR tidak mengetahui

anggotanya mengalami konflik berebut batas. Hal ini menunjukkan lemahnya

Page 70: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

57

komunikasi antara anggota dan ketua dan tidak berfungsinya unit manajemen

sebagaimana mestinya.

Unsur kelembagaan ketujuh yang diteliti adalah organisasi. Bentuk organisasi

FKPS Selopuro dan Sumberejo secara umum sama dengan struktur yang ditunjukkan

pada Gambar 6. Sedangkan bentuk organisasi PPHR Catur Giri Manunggal lebih

kompleks karena merupakan unit manajemen level kecamatan yang membawahi

2.902 petani dari empat desa. Bentuk organisasi PPHR Catur Giri Manunggal

ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 6. Bentuk Organisasi FKPS

Gambar 7. Bentuk Organisasi PPHR

Perkumpulan Pelestari Hutan

Rakyat

Gabungan Pelestari

Hutan Rakyat Gabungan Pelestari

Hutan Rakyat Gabungan Pelestari

Hutan Rakyat Gabungan Pelestari

Hutan Rakyat

Kelompok Pelestari Hutan Rakyat

Kelompok Pelestari Hutan Rakyat

Kelompok Pelestari Hutan Rakyat

Kelompok Pelestari Hutan Rakyat

Kelompok Pelestari Hutan Rakyat

Kelompok Pelestari Hutan Rakyat

Kelompok Pelestari Hutan Rakyat

Forum Komunikasi Petani Sertifikasi

Komunitas

Petani

Sertifikasi

Komunitas

Petani

Sertifikasi

Komunitas

Petani

Sertifikasi

Komunitas

Petani

Sertifikasi

Komunitas

Petani

Sertifikasi

Komunitas

Petani

Sertifikasi

Komunitas

Petani

Sertifikasi

Komunitas

Petani

Sertifikasi

Page 71: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

58

Apabila dibandingkan antara bagan organisasi FKPS dan PPHR berdasarkan

Gambar 6 dan 7, PPHR memiliki struktur yang lebih kompleks bila dibandingkan

dengan FKPS. Hal ini juga mempengaruhi penyebaran informasi mengenai

sertifikasi. Dengan intensitas pertemuan yang lebih tinggi antara LSM dan

masyarakat dengan lingkup anggota lebih kecil dan susunan organisasi yang

sederhana mempermudah sampainya informasi langsung kepada masyarakat.

Sedangkan pada PPHR, proses penyampaian informasi lama dan sulit karena

pendampingan hanya dilakukan kepada petani-petani yang memegang peranan

penting di organisasi dan proses penyampaian informasi hanya mengandalkan

beberapa petani yang menjabat sebagai pengurus. Informasi yang diterima pengurus

PPHR disampaikan ke pengurus lain di tingkat desa (Gabungan Pelestari Hutan

Rakyat/ GPHR) lalu diteruskan ke tingkat dusun (Kelompok Pelestari Hutan Rakyat/

KPHR) lalu ke petani seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7. Sedangkan pada

FKPS, baik Selopuro maupun Sumberejo, pendekatan dilakukan langsung ke

masyarakat dengan intensitas yang lebih tinggi, terlebih lagi struktur kepengurusan

FKPS hanya memuat level desa (FKPS), level dusun (Kelompok Petani Sertifikasi),

dan kemudian level petani anggota FKPS. Disamping itu, ada perbedaan metode

penyuluhan mengenai sertifikasi. Fenomena ini juga dikonfirmasi kebenarannya oleh

ketua program sertifikasi dari LSM Persepsi.

"...Wilayah kelola dan waktu penyiapan, untuk di Selopuro ini satu FMU

sekitar 272 hektar dan itu kan coverage-nya kecil kemudian waktu

penyiapannya sekitar 14 bulan, sementara untuk di Giriwoyo dengan luasan

2.434 ha di empat desa hanya dalam waktu 12 bulan, atas ketersediaan

sumberdaya untuk menyiapkan itu maka ada pendekatan yang berbeda dari

Selopuro dan Giriwoyo, Selopuro dan Sumberejo hampir sama, di Selopuro

itu frekuensi dan intensitas kita (LSM Persepsi) ketemu dengan masyarakat

Page 72: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

59

itu tinggi karena lebih kecil, tapi untuk di Giriwoyo agak jarang. Itu artinya

kita (LSM Persepsi) lebih banyak menggunakan jalur komunikasi formal, jadi

misalnya rapat perangkat desa, kemudian pertemuan dusun...di Giriwoyo kan

empat desa jadi satu dan itu dengan kondisi yang bergunung-gunung, itu

artinya menyebabkan komunikasinya tidak secepat yang disini (Selopuro dan

Sumberejo)..." (Pak Taryanto Wijaya, Ketua Program Sertifikasi LSM

Persepsi)

Dalam lingkup wilayah Kabupaten Wonogiri, posisi ketiga unit manajemen

hutan rakyat ini merupakan organisasi swadaya dan tidak berada di bawah naungan

instansi pemerintah daerah maupun dinas kehutanan setempat. Meskipun awalnya

unit manajemen hutan rakyat ini merupakan kelompok tani, tetapi dalam

pendampingan sertifikasi instansi pemerintah sama sekali tidak terlibat. Hal ini

dikonfirmasi oleh Ketua PPHR Catur Giri Manunggal.

"Sebenarnya kelompok mandiri, karena pemerintah tidak terlibat di dalamnya.

PPHR berdiri atas bimbingan pendamping LSM Persepsi. Hanya kelompok

ini eks-terasiring (pada waktu) Gerhan (Gerakan Rehabilitasi Lahan dan

Penghijauan)" (Pak Rujimin, Ketua PPHR Catur Giri Manunggal)

Unsur kelembagaan kedelapan yang diteliti adalah ada atau tidaknya

insentif untuk menghasilkan tingkah laku yang diinginkan. Di ketiga unit

manajemen tidak ada insentif untuk menghasilkan tingkah laku yang diinginkan

misalnya menaati peraturan dan mau bergabung dalam kegiatan unit manajemen

hutan rakyat. Hal ini terjadi karena unit manajemen yang ada merupakan unit

manajemen small scale forest management dan bentuk unit manajemen berdasarkan

rasa kekeluargaan dan kesadaran. Untuk menghasilkan tingkah laku yang diinginkan,

misalnya untuk mematuhi aturan, didasarkan pada kesadaran masing-masing anggota

yang juga diawasi dengan anggota lain yang akan melaporkan bila terjadi

pelanggaran peraturan atau konflik.

Page 73: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

60

6.1.2 Biaya Transaksi

Untuk mengukur efisiensi ekonomi suatu usaha seringkali mengacu pada segi

produksi. Padahal tanpa disadari segi non-produksi seperti biaya transaksi juga

mengurangi tingkat penerimaan dari sebuah usaha sehingga biaya transaksi ini juga

penting untuk diperhitungkan. Biaya transaksi memang tidak dapat dihindari, tetapi

agar efisiensi usaha dapat meningkat, biaya transaksi sebisa mungkin harus

diminimumkan (Anggraini, 2007).

Pada pengusahaan hutan rakyat terdapat biaya transaksi dalam bentuk biaya

untuk mengurus surat izin penebangan kayu. Saat petani akan menebang kayu,

terlebih dahulu petani hutan harus membuktikan legalitas kepemilikan tegakan yang

akan ditebang melalui surat izin penebangan kayu di kantor desa dan kantor

kecamatan. Pada tingkat desa, biaya pembuatan surat izin yang dibebankan untuk

petani sebesar Rp 10.000 dan biaya yang dibebankan untuk bakul sebesar Rp 20.000.

Sedangkan pada tingkat kecamatan, biaya yang dikenakan untuk bakul maupun petani

adalah Rp 40.000. Biaya pembuatan surat izin penebangan kayu ini berkisar Rp

50.000 untuk sekali penebangan. Untuk kayu yang akan diangkut ke daerah lain

dikenakan biaya administrasi untuk penerbitan SKSKB (Surat Keterangan Sah Kayu

Bulat) atau SKAU (Surat Keterangan Asal-Usul Kayu) sebesar Rp 75.000 sampai Rp

250.000 untuk satu rit (satu truk) kayu yang diangkut. Biaya SKSKB ini biasanya

dikenakan kepada bakul maupun pengepul bukan kepada petani, karena untuk

menerbitkan SKSKB harus melampirkan surat izin tempat usaha (HO). Pemberlakuan

biaya dalam SKAU ataupun SKSKB ini tidak termasuk biaya transaksi karena

memang ada pemberlakuan biaya dalam penerbitannya.

Page 74: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

61

Biaya transaksi yang terjadi memang tidak besar tetapi biaya ini yang harus

dibayar di tiap level lembaga pemerintahan. Untuk satu kali penebangan saja petani

harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 50.000 tanpa mempedulikan berapa banyak

pohon yang ditebang dan tanpa mempedulikan baik itu penebangan untuk komersial

(diperjualbelikan) maupun untuk kebutuhan domestik misalnya membangun rumah.

Saat petani hanya menebang pohon dalam jumlah sedikit tentunya biaya ini akan

mengurangi keuntungan pengusahaan hutan yang diterima oleh petani. Terlebih lagi

dalam pemasaran kayu konvensional, petani seringkali memperoleh informasi dan

harga yang asimetris sehingga harga yang diberikan bakul kepada petani jauh

dibawah harga jual bakul kepada pengepul. Keuntungan yang diperoleh petani ini

akan semakin kecil apabila adanya pemberlakuan sertifikasi secara wajib dengan

menggunakan biaya sendiri.

Pengusahaan hutan rakyat akan semakin kecil keuntungannya dengan adanya

biaya persiapan pengajuan sertifikasi, biaya sertifikasi dan biaya surveillance yang

harus ditanggung. Kecuali apabila di masa mendatang kebijakan pemberlakuan

sertifikasi secara wajib ini diimbangi dengan kewajiban bagi perusahaan pengolahan

kayu yang memiliki sertifikasi CoC (Chain-of-Custody) atau sertifikasi lacak balak

untuk memasok kayu dari unit manajemen hutan rakyat tersertifikasi. Selain itu agar

petani tidak semakin terbebani apabila sertifikasi diberlakukan secara wajib,

pemerintah perlu memberikan bantuan kepada petani misalnya dalam bentuk

pemberlakuan regional group ceritification seperti di Finlandia atau pemberlakuan

social certification fund (fundo social de certificação) seperti di Brazil. Untuk

meminimumkan biaya sertifikasi dan mengatasi permasalahan kepemilikan hutan

Page 75: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

62

rakyat yang kecil (small scale forest holding), sistem sertifikasi hutan di Finlandia

mengadopsi regional group certification dimana hutan pada area tertentu akan

disertifikasi dalam waktu yang bersamaan tetapi sertifikasi tetap diberikan secara

individu. Sedangkan di Brazil diberlakukan social certification fund oleh

IMAFLORA (the Institute of Forest and Agriculture Management and Certification)

dimana dana ini diperoleh dari biaya evaluasi sertifikasi unit manajemen hutan skala

besar untuk dialokasikan kepada unit manajemen hutan skala kecil dan program hutan

rakyat untuk membantu dalam memperoleh sertifikasi (Hirakuri, 2003).

Sejauh ini menurut pihak LEI, beberapa instansi pemerintah sudah mulai

tergerak untuk memberikan dana, misalnya dari Pustanling Kementerian Kehutanan

dan beberapa pemerintah daerah misalnya Kabupaten Bangkalan, Lumajang, Pacitan,

Boyolali, Sragen, dan lain-lain. Peran serta pemerintah daerah dan instansi

pemerintahan perlu diapresiasi dan dijadikan wacana untuk pemerintah daerah lain

terutama apabila rencana sertifikasi yang bersifat wajib nantinya diimplementasikan.

Disamping itu perlu dirumuskan pula sistem bantuan dan pendampingan seperti apa

yang nantinya akan diberikan kepada pihak petani hutan agar bantuan yang diberikan

mampu menjadikan petani hutan lebih mandiri terutama dalam perdagangan kayu

agar keuntungan atau dampak dari sertifikasi yang dirasakan mampu membuat petani

hutan lebih mandiri dalam penghimpunan dana sertifikasi secara swadaya.

6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Sertifikasi PHBML pada

Petani Hutan Rakyat

Penerapan sertifikasi PHBML di FKPS Selopuro dan FKPS Sumberejo

diinisiasi oleh LSM Persepsi yang juga dibantu oleh lembaga donor. Sebagai pilot

Page 76: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

63

project sertifikasi, kedua unit manajemen ini didampingi selama sekitar 14 bulan

dengan intensitas pertemuan hampir setiap minggu. Hasil dari pendampingan ini

ditandai pada tanggal 17 Oktober 2004 saat diadakan kongres pertama LEI di Jakarta.

Saat itu pulalah diumumkan dua unit manajemen hutan rakyat Kabupaten Wonogiri

yang memperoleh sertifikasi PHBML pertama di Indonesia dengan skema sertifikasi

LEI. Sedangkan PPHR Catur Giri Manunggal bukan merupakan pilot project

sertifikasi tetapi kondisi sertifikasi PHBML-nya sama dengan FKPS Selopuro dan

FKPS Sumberejo, yakni merupakan bantuan. Walaupun ketiga unit manajemen hutan

rakyat ini tidak terbebani adanya biaya persiapan, biaya sertifikasi maupun biaya

surveillance, namun ada beberapa alasan yang mendasari mengapa petani hutan

FKPS Selopuro, FKPS Sumberejo, dan PPHR Catur Giri Manunggal mau mengikuti

program sertifikasi. Faktor-faktor yang mendasari petani hutan di ketiga unit

manajemen yang diteliti dalam mengikuti sertifikasi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Ekolabel di Tingkat

Petani Hutan Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Faktor-Faktor FKPS Selopuro

FKPS

Sumberejo

PPHR Catur

Giri Manunggal Total

Σ % Σ % Σ % Σ %

1. Tuntutan pasar/

konsumen

2. Bantuan dari institusi

3. Premium price

4. Kesadaran menjaga

lingkungan

5. Lain-lain

6. Tidak tahu

Jumlah

0

15

24

25

3

1

68

0,00

22,06

35,29

36,76

4,41

1,47

100,00

0

10

25

25

1

1

62

0,00

16,13

40,32

40,32

1,61

1,61

100,00

0

9

5

22

2

0

38

0,00

23,68

13,16

57,89

5,26

0,00

100,00

0

34

54

72

6

2

168

0,00

20,24

32,14

42,86

3,57

1,19

100,00

Faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan responden didominasi oleh

pilihan jawaban kesadaran ingin menjaga lingkungan, keinginan untuk mendapatkan

Page 77: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

64

premium price, dan karena adanya bantuan dari institusi sehingga mereka mau

mengikuti program sertifikasi. Sementara faktor lain-lain terdiri dari faktor

kebanggaan, kemauan sendiri, hanya mengikuti petani lain, ingin diakui, dan hanya

karena didaftarkan saja.

Faktor kesadaran ingin menjaga lingkungan menjadi dominasi utama di ketiga

unit manajemen dengan persentase sebesar 42,86%. Dominasi kesadaran ingin

menjaga lingkungan terjadi karena karena petani hutan menyadari besarnya manfaat

dari menjaga kelestarian lingkungan, khususnya kelestarian hutan mengingat

besarnya manfaat hutan yang telah dirasakan oleh masyarakat. Walaupun petani

hutan rakyat memiliki kesadaran menjaga lingkungan, namun petani hutan

menyatakan tidak bersedia melakukan sertifikasi dengan biaya sendiri, hal ini

ditunjukkan pada Tabel 13.

Faktor kedua yang mendominasi adalah keinginan untuk mendapatkan

premium price. Hal ini terjadi karena dampak ekonomi merupakan dampak langsung

yang berpengaruh signifikan terhadap kondisi petani hutan, terutama dari segi

perekonomian, dan juga merupakan dampak yang diharapkan oleh petani hutan.

Tetapi sampai saat ini premium price di ketiga unit manajemen sulit didapat karena

lima hal:

1. Pembeli kayu sertifikasi dalam negeri menginginkan kayu bersertifikasi dan

berkualitas tinggi namun hanya bersedia membayar dengan harga murah.

2. Ada pembeli sertifikasi dari luar negeri yang menawarkan kerjasama

perdagangan namun dengan menggunakan sistem kuota, dimana perbulannya

Page 78: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

65

unit manajemen harus memasok 300 kubik kayu sesuai dengan standar

kualitas yang telah ditetapkan oleh pembeli.

3. Belum adanya pasar khusus sertifikasi. Hal ini juga diungkapkan oleh key

person.

4. TPKS belum bisa memfasilitasi pembelian kayu hutan rakyat tersertifikasi

dari petani karena kekurangan modal.

5. Tidak adanya pembeli kayu sertifikasi akhir-akhir ini, padahal TPKS pernah

memfasilitasi penjualan kayu sertifikasi kepada PT. Novica tahun 2005, PT.

Jawa Furni tahun 2007, dan Greenliving tahun 2009.

Faktor ketiga yang mendominasi alasan keikutsertaan petani dalam sertifikasi

PHBML adalah adanya bantuan yang diberikan oleh institusi, dalam hal ini lembaga

donor, sehingga petani hutan mampu mengikuti sertifikasi. Awalnya pemberian

bantuan ini ditujukan agar petani hutan dapat mandiri dalam perdagangan kayu

sertifikasi sehingga di masa mendatang mampu mendanai biaya sertifikasi sendiri.

Namun pada kenyataannya petani hutan tidak mempunyai kemandirian dan kemauan

untuk melakukan sertifikasi dengan biaya sendiri. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 13.

Pada Tabel 13 diketahui bahwa petani hutan di ketiga unit manajemen

mayoritas menjawab tidak bersedia mengikuti sertifikasi dengan biaya sendiri dengan

persentase total sebesar 84,44%. Biaya sertifikasi yang mahal membuat masyarakat

petani hutan tidak bersedia mengikuti sertifikasi dengan biaya sendiri namun apabila

jangka waktu sertifikasi sudah berakhir, 87,78% petani hutan masih bersedia

melakukan sertifikasi ulang (resertifikasi).

Page 79: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

66

Tabel 13. Kemauan Mengikuti Sertifikasi dan Resertifikasi dengan Biaya Sendiri

Variabel

FKPS Selopuro FKPS Sumberejo PPHR Catur Giri

Manunggal Total

Σ % Σ % Σ % Σ %

Kemauan Melakukan

Sertifikasi dengan Biaya

Sendiri 1. Ya

2. Tidak

4. Tidak Tahu

Jumlah

1

27

2

30

3,33

90,00

6,67

100,00

1

25

4

30

13,33

83,33

13,33

100,00

1

24

5

30

3,33

80,00

16,67

100,00

3

76

11

90

3,33

84,44

12,22

100,00

Kemauan Melakukan

Resertifikasi 1. Ya

2. Belum Tentu

3. Tidak Tahu

4. Tidak

Jumlah

27

02

01

00

30

90,00

06,67

03,33

00,00

100,00

27

00

01

02

30

90,00

00,00

03,33

06,67

100,00

25

02

01

02

30

83,33

06,67

03,33

06,67

100,00

79

4

3

4

90

87,78

4,44

3,33

4,44

100,00

Walaupun mayoritas petani hutan tidak mau membayar sertifikasi dengan

biaya sendiri namun ada juga petani hutan yang mau melakukan sertifikasi dengan

biaya sendiri. Tiga dari 90 responden menyatakan bersedia melakukan sertifikasi

dengan biaya sendiri. Ketiga responden ini terdiri dari dua orang berpendidikan SD

dan satu orang tidak lulus SD. Ketiga responden ini menyatakan alasan kemauan

membayar sertifikasi jika hasil sertifikasi bagus, jika petani lain juga diharuskan

untuk membayar dan ada pula mau membayar tetapi masih mengharapkan jika ada

bantuan.

Disamping itu, selain faktor-faktor dominan yang dipilih oleh petani,

diketahui bahwa tidak ada petani hutan yang memilih faktor tuntutan pasar/

konsumen sebagai alasan keikutsertaan sertifikasi PHBML. Hal ini dikarenakan

perdagangan kayu sertifikasi yang dilakukan oleh petani di daerah penelitian hanya

berkisar di tingkat domestik (skala kecil) dimana petani hanya menjual kepada bakul.

Page 80: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

67

Sementara secsra nyata sertifikasi lebih dibutuhkan untuk individu atau unit

manajemen yang melakukan perdagangan internasional.

6.3 Dampak Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan pada Petani Hutan dengan

Penerapan Sertifikasi PHBML

Dampak penerapan ekolabel dari segi sosial, ekonomi, dan lingkungan

dibahas oleh Daniyati (2009) dan Simula et al (2005) yang secara umum

memaparkan hasil penelitian mengenai dampak-dampak yang terjadi dengan adanya

penerapan sertifikasi ditinjau dari segi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Berdasarkan

dari studi pustaka yang dilakukan maka dibuat beberapa indikator yang diperdalam

dengan wawancara kepada key person dan pemberian kuesioner kepada 90 orang

petani hutan rakyat sertifikasi.

6.3.1 Dampak Sosial pada Petani Hutan dengan Penerapan Sertifikasi PHBML

Ada lima kriteria yang digunakan untuk melihat adanya dampak sosial dari

penerapan sertifikasi, diantaranya adalah (1) klarifikasi hak milik lahan dan solusi

konflik, (2) partisipasi dan kesadaran komunitas akan manfaat dari pengelolaan

hutan, (3) penguatan kelembagaan, (4) peningkatan kapasitas petani hutan rakyat, dan

(5) peningkatan peran serta dalam pengelolaan hutan lestari akibat dari adanya

peningkatan pengetahuan. Hasil dari penelitian terhadap empat kriteria terhadap

petani di tiga unit manajemen ditunjukkan dalam Lampiran 2 sedangkan hasil

penelitian mengenai kriteria dampak sosial berupa penguatan kelembagaan dilakukan

dengan depth interview kepada key person unit manajemen dan hasilnya ditunjukkan

dalam Lampiran 3.

Page 81: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

68

Indikator dampak sosial pertama adalah aspek klarifikasi hak milik lahan

dan solusi konflik. Berdasarkan hasil penelitian semua anggota unit manajemen

hutan rakyat tersertifikasi sudah mempunyai kejelasan status hak milik lahan mereka

dengan memegang surat-surat resmi untuk melegalkan kepemilikan lahan mereka.

Seluruh responden di tiga unit manajemen menyatakan bahwa hak milik lahan

mereka sudah jelas sebelum sertifikasi dan sudah memiliki surat resmi hak milik

lahan sebelum sertifikasi. Hal ini terjadi karena peran serta pemerintah mendorong

masyarakat untuk mengesahkan kepemilikan lahannya melalui program sertifikasi

tanah masal. Kejelasan status hak milik lahan ini selain membantu kemudahan proses

sertifikasi juga membantu meminimalisir konflik. Tetapi, secara legitimate, dua orang

responden di PPHR Catur Giri Manunggal malah mengalami konflik berebut batas

lahan dengan tetangga dan sampai lima tahun sertifikasi PHBML di PPHR Catur Giri

Manunggal berjalan, kedua responden ini tidak menemukan solusi dari konflik lahan

yang mereka hadapi. Padahal unit manajemen PPHR Catur Giri Manunggal memiliki

peta penyelesaian sengketa dan konflik berebut batas ini seharusnya ditangani oleh

KPHR selaku unit manajemen level dusun yang paling dekat dengan anggota. Tetapi

sampai sekarang tidak ada soluso konflik yang dapat dicapai karena unit manajemen

pusat (level kecamatan) yakni PPHR juga vakum dan tidak berfungsi sebagaimana

mestinya.

Indikator dampak sosial kedua adalah aspek partisipasi dan kesadaran

komunitas. Aspek partisipasi dan kesadaran komunitas akan manfaat pengelolaan

hutan dilihat dari seberapa sering petani menghadiri pertemuan rutin unit manajemen

yang terkadang membahas masalah pengelolaan hutan dengan mendatangkan

Page 82: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

69

penyuluh PKL (Petugas Kehutanan Lapang). Pada ketiga unit manajemen, diketahui

bahwa 96,67% petani FKPS Selopuro, 93,33% petani FKPS Sumberejo, dan 56,67%

petani PPHR Catur Giri Manunggal sering menghadiri pertemuan rutin kelompok

tani. Diantara ketiga unit manajemen, frekuensi partisipasi petani dalam menghadiri

pertemuan rutin yang paling rendah adalah di PPHR Catur Giri Manunggal. Hal ini

terjadi karena tidak berjalannya unit manajemen bahkan saat dikonfirmasi kepada key

person maupun responden, pertemuan rutin kelompok tani ini sudah tidak ada lagi.

Satu-satunya yang masih berjalan adalah program pembelian pupuk dengan harga

murah lewat kelompok tani. Tetapi program tersebut juga tidak ditangani langsung

oleh PPHR, melainkan dilimpahkan sesuai dengan kebijakan masing-masing desa dan

dusun.

Indikator dampak sosial ketiga adalah aspek peningkatan kapasitas petani

hutan rakyat. Aspek peningkatan kapasitas petani hutan rakyat diteliti melalui

semakin mudah atau tidaknya kemudahan mengakses informasi harga dan bertambah

atau tidaknya pengetahuan mengenai hutan rakyat setelah sertifikasi. Apabila

peningkatan akses informasi mengenai harga semakin tinggi maka hal ini

mengindikasikan semakin bertambahnya kapasitas petani dalam proses pemasaran

karena sudah mengetahui harga-harga kayu di pasaran. Pada FKPS Selopuro

100,00% responden petani hutan menyatakan setelah sertifikasi semakin mudah

mendapatkan informasi mengenai harga dan pasar kayu, sedangkan di FKPS

Sumberejo 86,67% responden menyatakan semakin mudah mengakses informasi, dan

di PPHR Catur Giri Manunggal 66,67% responden menyatakan semakin mudah

mengakses informasi. Tingginya persentase peningkatan akses informasi ini

Page 83: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

70

diakibatkan oleh semakin canggihnya teknologi dan peran bakul sebagai pembawa

informasi. Kecanggihan teknologi memperluas akses informasi yang tadinya hanya

lewat mulut ke mulut sekarang mulai disebarkan melalui Short Message Services

(SMS) ataupun telepon. Peningkatan akses informasi ini juga disebabkan oleh peran

serta bakul yang aktif menginformasikan mengenai semakin naiknya harga kayu

untuk mempersuasi mereka agar mau menjual kayu. Tetapi sayangnya peningkatan

kapasitas petani dalam pemasaran melalui peningkatan akses informasi tidak disertai

dengan simetrisnya informasi harga yang beredar di kalangan petani dan bakul.

Ketimpangan informasi ini menurut Djogo et al (2003) menyebabkan ketimpangan

pembangunan dan kesejahteraan; ketidakmerataan penguasaan atas bisnis dan

perdagangan; dan eksploitasi satu pihak terhadap pihak lain.

Selain aspek peningkatan kapasitas informasi, kapaistas pengetahuan petani

juga mengalami peningkatan. Pada aspek ini, 100% responden petani FKPS Selopuro

dan FKPS Sumberejo serta 63,33% responden petani PPHR Catur Giri Manunggal

menyatakan ada peningkatan pengetahuan mengenai hutan rakyat. Pengetahuan hutan

rakyat yang meningkat ini juga disebabkan oleh semakin banyaknya penyuluhan-

penyuluhan setelah sertifikasi dan hal ini juga dikonfirmasi kebenarannya oleh salah

satu responden yang juga merupakan ketua KPS dan perangkat desa.

Indikator keempat dampak sosial adalah aspek peningkatan peran serta

masyarakat dalam pengelolaan hutan lestari. Pada aspek ini dilakukan penelitian

dengan melihat bagaimana tanggapan masyarakat mengenai perlu atau tidaknya hutan

dijaga agar tetap lestari dan darimanakah masyarakat memperoleh pengetahuan

terkait dengan manfaat hutan apabila dijaga kelestariannya. Dengan persentase yang

Page 84: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

71

tinggi, responden di ketiga unit manajemen menyatakan bahwa hutan perlu dan

sangat perlu dijaga agar tetap lestari dan perolehan pengetahuan mengenai manfaat

hutan agar perlu dijaga agar tetap lestari diperoleh dari penyuluhan dan pertemuan

rutin dengan persentase sebesar 96,67% untuk FKPS Selopuro dan Sumberejo serta

46,67% untuk PPHR Catur Giri Manunggal. Persentase terendah ditemukan di PPHR

Catur Giri Manunggal karena pertemuan rutin sudah tidak pernah diadakan dan

banyak petani yang merasa kelompok tani tidak membantu peningkatan pengetahuan

mereka.

Indikator terakhir untuk melihat dampak sosial adalah ada atau tidaknya

penguatan kelembagaan. Untuk kriteria terakhir ini, penelitian dilakukan melalui

depth interview kepada key person dan hasilnya direpresentasikan pada Lampiran 3.

Berdasarkan hasil dari penelitian diketahui bahwa ketiga unit manajemen hutan yang

ada sangat potensial untuk didorong dan dibimbing untuk bekerjasama dalam bidang

ekonomi secara berkelompok karena terdiri dari anggota-anggota yang saling

mengenal dan memiliki visi dan misi yang sama. Tetapi selama ini pelatihan untuk

menimbulkan kemandirian belum efektif dan belum menjangkau semua anggota. Hal

ini dikarenakan saat ada pelatihan hanya beberapa anggota saja yang mengikuti dan

dilakukan secara bergiliran/ bergantian. Oleh karena itu perlu adanya pendampingan

yang lebih intensif dan merata agar unit manajemen yang ada lebih mandiri dan

anggota dapat bekerja secara berkelompok. Disamping itu, penumbuhan gabungan

kelompok masyarakat yang ada selama ini hanya dalam bentuk kelompok tani dan

belum ada usaha untuk membentuk gabungan kelompok masyarakat yang aktif dalam

industri hutan rakyat. Rencana pengembangan skala usaha sudah dilakukan beberapa

Page 85: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

72

unit manajemen, misalnya FKPS Sumberejo yang mengkursuskan salah satu

anggotanya dan PPHR Catur Giri Manunggal yang memasarkan kayu sertifikasi dan

berusaha untuk meningkatkan posisi tawar melalui kerjasama dengan PT. Jaring Akar

Ranting. Usaha untuk mengembangkan jalinan kemitraan baik kemitraan bisnis,

kemitraan bantuan, maupun kemitraan pelatihan sudah dilakukan tetapi belum ada

perkembangan berarti. Sulitnya mencapai kesepakatan antara perusahaan dengan

pihak petani terkait harga, kuota kayu yang harus dipasok, dan kualitas menjadi

penyebab sulit berkembangnya kemitraan bisnis.

Pada awal pendampingan, kelembagaan yang ada difasilitasi pelatihan khusus

dan pengembangan usaha untuk meningkatkan nilai jual kayu dengan mengubah kayu

yang tadinya hanya sebagai raw material sudah mulai diproses menjadi handicraft.

Ketiga unit manajemen ini bahkan memiliki satu bengkel handicraft lengkap dengan

mesin-mesinnya namun hanya beberapa orang saja dari petani kompeten dan

mengikuti pelatihan khusus. Namun pelatihan dan keberadaan bengkel handicraft

yang terletak di Desa Selopuro belum mampu membuat ketiga unit manajemen hutan

rakyat untuk mempunyai unit usaha yang independen. Hal ini terbukti dengan fakta

bahwa bengkel handicraft yang ada jarang terpakai karena hanya berfungsi saat ada

pesanan dari mitra bisnis untuk membuat handicraft misalnya pot kayu, frame, dan

kursi. Handicraft yang telah dibuat oleh unit manajemen sertifikasi ditunjukkan pada

Gambar 8.

Page 86: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

73

Gambar 8. Hasil Kerajinan Kayu Sertifikasi yang Dibuat oleh Petani-Petani

Unit Manajemen Hutan Rakyat

Selain itu, unit manajemen yang ada tidak mengalami perbaikan sistem

administrasi. Administrasi unit manajemen yang lengkap hanya terdapat awal proses

pendampingan sertifikasi dilakukan perbaikan sistem administrasi berupa pencatatan

potensi tegakan, kepemilikan lahan dan status lahan, serta data keanggotaan. Namun

sistem administrasi yang baik berupa pencatatan potensi tegakan tidak dilanjutkan

lagi oleh petani hutan rakyat sehingga administrasi dan data yang lengkap hanya

tersedia di awal pengajuan sertifikasi saja. Padahal pencatatan potensi tegakan secara

rutin dapat membantu pengontrolan penebangan legal yang berlebihan.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan belum ada penguatan kelembagaan

setelah adanya sertifikasi berdasarkan dari hasil penelitian mengenai aspek penguatan

kelembagaan dan pengembangan kelembagaan ekonomi. Tidak berfungsinya unit

manajemen secara optimal, tidak adanya pelatihan yang intensif dan merata, tidak

berjalannya pasar sertifikasi, dan kurangnya modal merupakan alasan mengapa unit

manajemen yang ada sulit berkembang. Namun adanya sertifikasi berhasil

membentuk kelembagaan yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut,

Page 87: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

74

memberikan peningkatan kapasitas pengolahan hasil hutan dari raw material menjadi

handicraft melalui pelatihan dan fasilitas pengembangan aktivitas usaha yakni mesin

handicraft dan pengembangan kemitraan antara petani dengan institusi lain baik

dalam segi kemitraan bisnis, bantuan, maupun pelatihan.

6.3.2 Dampak Ekonomi pada Petani Hutan dengan Penerapan Sertifikasi

PHBML

Dampak ekonomi akibat adanya sertifikasi dikelompokkan dalam beberapa

indikator yang diperoleh dari penelitian terdahulu. Untuk memberi gambaran

bagaimana dampak ekonomi berpengaruh pada pendapatan petani hutan maka

dilakukan analisis biaya dan manfaat dengan menggunakan tiga skenario.

6.3.2.1 Dampak Ekonomi Penerapan Sertifikasi PHBMLpada Petani Hutan

Indikator mengenai dampak ekonomi yang dijadikan panduan mengacu pada

Simula et al (2005) yang membahas mengenai financial cost-benefit. Hasil dari

penelitian mengenai dampak ekonomi ditunjukkan pada Lampiran 4. Dampak

ekonomi yang diteliti terkait dengan persepsi petani hutan mengenai dampak yang

dirasakan. Adapun indikator yang diteliti meliputi (1) ada atau tidaknya premium

price, (2) penambahan volume penjualan, (3) penetrasi ke pasar baru, (4) eksistensi di

pasar lama, (5) posisi tawar petani hutan rakyat, (6) peningkatan pendapatan petani

hutan rakyat, (7) semakin pendek atau tidaknya rantai distribusi dan dampak-dampak

lain yang ditemukan berdasarkan penelitian di lapang terkait dengan adanya bantuan

dari kunjungan ke wilayah sertifikasi.

Page 88: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

75

Kriteria pertama yang diteliti terkait dengan dampak ekonomi adalah ada

atau tidaknya premium price. Harga kayu di ketiga unit manajemen saat ini sedang

mengalami kenaikan. Kenaikan harga yang terjadi ini menurut responden petani

terjadi karena harga kayu di pasar kayu konvensional sedang naik. Berdasarkan hasil

penelitian terhadap 90 responden di unit manajemen hutan rakyat, 80,00% petani

FKPS Selopuro, 93,33% petani FKPS Sumberejo, dan 70,00% petani PPHR Catur

Giri Manunggal menyatakan bahwa harga kayu memang sedang mengalami kenaikan

sesuai dengan kenaikan harga kayu di pasar konvensional. Petani hutan rakyat di

ketiga unit manajemen merasa kenaikan harga ini berpengaruh terhadap pendapatan

mereka. Tetapi, kenaikan harga yang berpengaruh pada pendapatan petani ini

bukanlah akibat dari sertifikasi. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya pembeli yang

menghargai kayu di atas harga pasar (premium price).

Pada FKPS Selopuro 80,00% responden menyatakan pembeli tidak

menghargai kayu sertifikasi dengan premium price, di FKPS Sumberejo sebesar

96,67% responden menyatakan pembeli tidak menghargai kayu sertifikasi dengan

premium price, dan di PPHR Catur Giri Manunggal responden yang menyatakan

pembeli yang tidak menghargai kayu dengan premium price sebesar 86,67%.

Fenomena ini menjadi justifikasi bahwa kenaikan harga yang sedang terjadi saat ini

adalah karena harga kayu di pasar yang semakin naik. Menurut salah satu pedagang

di Desa Selopuro, naiknya harga kayu ini karena permintaan terhadap kayu semakin

banyak namun supply-nya tidak mencukupi. Premium price tidak bisa dicapai karena

pasar sertifikasi dan TPKS tidak berjalan dengan optimal. Padahal apabila pasar

sertifikasi ini berjalan maka petani akan memperoleh keuntungan yang besar karena

Page 89: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

76

adanya premium price. Persentase premium price di tiga unit manajemen ini

ditentukan oleh pihak TPKS berdasarkan musyawarah yang didampingi oleh LSM

Persepsi. Tetapi sampai saat ini TPKS hanya bisa memfasilitasi perdagangan kayu

sertifikasi saat ada pembeli. Padahal pembeli kayu sertifikasi belum tentu ada setiap

waktu dan petani hutan masih terbiasa menjual kayunya saat butuh, sehingga saat

petani hutan terdesak kebutuhan dan pembeli kayu sertifikasi tidak ada maka mereka

menjual kayu melalui perdagangan konvensional yang sudah dilakukan selama

bertahun-tahun yakni melalui pedagang kayu (bakul) dimana dalam perdagangan

dengan bakul ini terdapat informasi yang asimetris baik mengenai harga maupun

kontak pedagang. Sehingga pada akhirnya harga kayu petani hutan sertifikasi belum

mengalami perubahan.

Kriteria kedua yang diteliti adalah adanya penetrasi ke pasar baru. Aspek

penetrasi ke pasar baru ini dilihat dari ada atau tidaknya pertambahan pembeli setelah

sertifikasi. Pada dua unit manajemen yakni FKPS Selopuro dan PPHR Catur Giri

Manunggal tidak ada pertambahan pembeli yang signifikan hal ini ditunjukkan

dengan persentase sebesar 46,67% dan 66,67%. Sedangkan di FKPS Sumberejo,

83,33% responden menyatakan ada pertambahan pembeli. Pada FKPS Selopuro

delapan dari sembilan petani yang mengalami pertambahan pembeli merasa

pertambahan pembeli ini signifikan, sedangkan di FKPS Sumberejo 20 dari 25 petani

yang mengalami pertambahan pembeli merasa pertambahan pembeli ini signifikan

dan di PPHR Catur Giri Manunggal lima dari tujuh petani yang mengalami

pertambahan pembeli merasa pertambahan ini signifikan. Pertambahan pembeli

memang ada di ketiga unit manajemen meskipun dengan persentase yang berbeda-

Page 90: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

77

beda. Tetapi pertambahan pembeli ini sesungguhnya terjadi karena semakin

banyaknya bakul atau pedagang kayu. Banyaknya bakul atau pedagang kayu ini

dikarenakan semakin potensialnya pasar kayu sehingga masyarakat Wonogiri yang

memiliki modal tertarik untuk terjun dalam bisnis perdagangan kayu.

Kriteria ketiga dari dampak ekonomi yang dilihat adalah adanya eksistensi di

pasar lama. Berdasarkan hasil penelitian, dari 90 responden, 86,67% petani hutan

FKPS Selopuro, 93,33% petani hutan FKPS Sumberejo dan 80,00% petani hutan

PPHR Catur Giri Manunggal menyatakan pembeli yang dulu membeli kayu kepada

mereka sampai sekarang masih menjadi pembeli tetap. Data yang ditemui di lapang

ini menjadi justifikasi bahwa eksistensi perdagangan kayu antara petani hutan dengan

pembeli masih ada dan eksistensi petani hutan di pasar kayu sebelum sampai sesudah

sertifikasi masih bagus. Eksistensi petani di pasar lama ini tidak diakibatkan oleh

sertifikasi namun diakibatkan oleh perdagangan kayu yang potensial sehingga

pedagang kayu masih mempertahankan petani hutan yang menjual kayu kepada

pedagang. Hal ini dibuktikan dengan respon petani hutan yang menyatakan bahwa

kalau ditawari untuk membeli kayu, pedagang kayu akan selalu bersedia untuk

membeli kayu mereka. Tetapi kesediaan pedagang untuk membeli ini tidak diimbangi

dengan kesediaan pedagang untuk menghargai kayu dengan harga di atas harga pasar

(premium price). Padahal kayu yang ada di tiga unit manajemen merupakan kayu

tersertifikasi karena masuk dalam wilayah area manajemen tersertifikasi dan

selayaknya mendapat harga yang berbeda dibandingkan dengan kayu biasa. Tetapi

sampai saat ini segmentasi pasar antara kayu biasa dan kayu sertifikasi sulit untuk

terbentuk.

Page 91: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

78

Kriteria yang diteliti untuk melihat adanya dampak ekonomi adalah dari

aspek posisi tawar petani hutan rakyat. Aspek posisi tawar hutan rakyat ini terkait

dengan asimetri informasi yang terjadi. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 90

responden diketahui bahwa 80,00% responden FKPS Selopuro, 96,67% responden

FKPS Sumberejo, dan 76,67% responden PPHR Catur Giri Manunggal menyatakan

informasi mengenai kenaikan atau penurunan harga kayu selama ini hanya diperoleh

dari bakul atau pedagang kayu. Bahkan berdasarkan hasil wawancara dengan petani,

petani hutan ini menyadari bahwa informasi yang diberikan tidak sepenuhnya akurat

karena ada permainan pasar dari bakul. Penentu kenaikan harga kayu di tingkat petani

selama ini juga ditentukan oleh informasi dari bakul. Menurut 83,33% petani FKPS

Selopuro, 100,00% petani FKPS Sumberejo, dan 63,33% petani PPHR Catur Giri

Manunggal yang menginformasikan dan menentukan harga suatu jenis kayu naik atau

turun adalah bakul. Hal ini mendukung fakta bahwa bakul adalah satu-satunya

pembawa informasi mengenai harga-harga kayu di pasar kayu. Harga jual kayu yang

berlaku di masyarakat adalah harga yang disepakati oleh petani dan bakul dengan

harga kayu di pasar sebagai patokan. Proses pemasaran konvensional yang masih

berlangsung ini didominasi oleh bakul. Hal ini terjadi karena kurangnya jaringan

kerjasama antara petani dan pengepul langsung serta kurangnya modal petani untuk

menebang kayu sendiri dan mendistribusikan langsung ke pengepul. Akibatnya posisi

tawar petani hutan rakyat masih kurang kuat. Terlebih lagi kelompok tani dan TPKS

yang sudah terbentuk tidak dapat memperkuat posisi tawar petani karena kurangnya

modal dan tidak adanya pasar khusus sertifikasi.

Page 92: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

79

Kriteria selanjutnya yang dilihat dari dampak ekonomi adalah aspek

peningkatan pendapatan. Berdasarkan kuesioner terhadap responden diketahui

bahwa pendapatan yang diperoleh penjualan kayu pada petani hutan di ketiga unit

manajemen naik dengan persentase sebesar 80,00% untuk petani FKPS Selopuro,

93,33% untuk petani FKPS Sumberejo, dan 73,33% untuk petani PPHR Catur Giri

Manunggal. Pendapatan yang naik ini dikarenakan oleh naiknya harga kayu, bukan

merupakan dampak dari sertifikasi karena tidak ada pembeli yang menghargai dengan

premium price.

Kriteria terkait dengan dampak ekonomi yang juga diteliti adalah semakin

pendek atau tidaknya rantai distribusi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui

bahwa tidak ada perubahan signifikan pada rantai distribusi penjualan kayu sebelum

dan sesudah sertifikasi. Pada FKPS Selopuro dan Sumberejo tidak ada perubahan

rantai distribusi. Sedangkan di PPHR Catur Giri Manunggal perubahan yang terjadi

adalah 3,33% atau hanya satu responden saja. Perubahan rantai distribusi yang terjadi

di PPHR Catur Giri Manunggal terjadi pada rantai distribusi awal yang terdiri dari

penjual-pengepul-industri dan kemudian berubah menjadi penjual-TPKS-pembeli

sertifikasi. Namun persentase tertinggi pada rantai distribusi ini masih dimiliki oleh

rantai distribusi pembeli-pedagang (bakul)-pengepul-industri dan pada masing-

masing unit manajemen ditunjukkan dengan persentase 83,33% untuk FKPS

Selopuro, 100% untuk FKPS Sumberejo, dan 83,33% untuk PPHR Catur Giri

Manunggal. Rantai distribusi yang dominan ini merupakan rantai distribusi yang

panjang dan seharusnya bisa diperpendek melalui mekanisme sertifikasi yang sudah

Page 93: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

80

dibangun yakni pemutusan rantai distribusi melalui TPKS. Mekanisme

memperpendek rantai distribusi melalui TPKS ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Perbandingan Mekanisme Perdagangan Konvensional dan

Sertifikasi

Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa dalam mekanisme perdagangan

konvensional petani tidak memiliki akses untuk menjual kayu langsung kepada

industri ataupun konsumen sedangkan dalam mekanisme perdagangan sertifikasi,

petani secara tidak langsung memiliki akses untuk menjual kayu langsung kepada

industri ataupun konsumen karena TPKS adalah 'perpanjangan tangan' dari petani

sendiri. Mekanisme perdagangan melalui TPKS ini merupakan mekanisme yang ideal

karena bisa meningkatkan posisi tawar dan memberikan keuntungan lebih banyak

kepada petani. Tetapi karena TPKS tidak berfungsi karena kekurangan modal, tidak

adanya pembeli sertifikasi, ketidakmampuan memasok kuota kubikasi yang

ditetapkan oleh pembeli dan tidak berjalannya mekanisme pasar sertifikasi menjadi

kendala dalam memperpendek rantai distribusi. Akibatnya petani tetap berada di

Page 94: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

81

ujung rantai perdagangan bahkan biaya seperti biaya transportasi pengangkutan kayu

menjadi tanggungan petani. Apabila TPKS bisa berfungsi rantai distribusi bisa

diperpendek, harga kayu bisa ditetapkan sesuai dengan standar premium price, dan

bargaining position petani bisa lebih kuat karena penjualan dilakukan melewati

sebuah lembaga bukan secara individu.

Selain dampak ekonomi yang diidentifikasi berdasarkan indikator dari studi

literatur, ditemukan dampak ekonomi lain dari penerapan sertifikasi PHML. Setelah

sertifikasi diberikan kepada ketiga unit manajemen, semakin banyak kalangan

akademisi yang melakukan penelitian dan kalangan pemerintah maupun non-

pemerintah yang mengadakan kunjungan studi banding. Setiap kali ada kunjungan,

tamu yang datang biasanya memberikan bantuan berupa dana untuk mengisi kas

kelompok. Bantuan yang datang dari individu maupun instansi ini disalurkan melalui

kelompok dan dikategorikan sebagai dampak ekonomi tidak langsung yang bersifat

positif bagi unit manajemen hutan rakyat. Sedangkan itu dampak ekonomi di luar

indikator yang ditemukan di lapang adalah terciptanya bengkel handicraft yang

menjadi sarana untuk unit manajemen dalam mengembangkan usaha pengolahan raw

material. Bengkel handicraft yang ada awalnya digunakan sebagai sarana pengolahan

kayu sertifikasi sesuai dengan pesanan pembeli yakni perusahaan furniture. Namun

hal ini tidak berlangsung lama, dikarenakan sulitnya dicapai kesepakatan dengan

pembeli dan minimnya tenaga terampil yang ada.

Dari hasil penelitian yang didapat disimpulkan bahwa tidak ada perubahan

signifikan pada penjualan kayu yang terjadi di masyarakat setelah proses sertifikasi.

Masyarakat masih melalukan penjualan kayu secara konvensional yakni melalui

Page 95: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

82

bakul meskipun hal ini tidak memperbaiki kondisi posisi tawar petani. Dampak

sertifikasi pada sektor ekonomi secara langsung tidak signifikan. Hal ini selain

disebabkan oleh tidak berfungsinya mekanisme pasar sertifikasi, tidak berjalannya

TPKS yang seharusnya menjembatani proses penjualan kayu, tidak adanya pembeli

kayu sertifikasi akhir-akhir ini, dan tidak adanya pasar khusus bagi kayu sertifikasi.

6.3.2.2 Pengaruh Biaya Sertifikasi terhadap Manfaat Pengusahaan Hutan bagi

Petani Hutan Rakyat

Dampak ekonomi sertifikasi terhadap petani hutan rakyat diestimasi dengan

pendekatan analisis biaya dan manfaat pada salah satu unit manajemen hutan rakyat,

yakni FKPS Selopuro. Analisis dilakukan dengan membandingkan kondisi tanpa

biaya sertifikasi PHBML dan dengan pemberlakuan biaya sertifikasi PHBML dengan

tingkat suku bunga 5,75%. Analisis ini dilakukan agar dapat diketahui seberapa besar

biaya sertifikasi berdampak terhadap manfaat dan biaya petani hutan rakyat dalam

pengusahaan hutan rakyat. Cashflow pengusahaan hutan rakyat pada dua skenario

secara detail ditunjukkan pada Lampiran 5 dan 6, sedangkan ringkasan analisis

pengusahaan hutan rakyat dengan dan tanpa sertifikasi ditunjukkan dalam Tabel 13.

Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa pembebanan biaya sertifikasi akan

mengurangi manfaat akhir pengusahaan hutan rakyat sebesar 2% dari Rp

15.235.134.047 menjadi Rp 14.961.368.163. Pada unit manajemen hutan rakyat

FKPS Selopuro yang beranggotakan 682 petani hutan rakyat, pembebanan biaya

sertifikasi akan mengakibatkan hilangnya manfaat pengusahaan hutan sebesar Rp

401.431 atau turun 1,79% per petani dalam periode pengusahaan 20 tahun. Hal ini

mengakibatkan manfaat yang diperoleh petani dari pengusahaan hutan rakyat yang

Page 96: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

83

sudah kecil akan semakin kecil dengan adanya pembebanan biaya sertifikasi.

Walaupun penurunan manfaat tersebut tidak terlalu besar, namun sertifikasi di hutan

rakyat akan tetap membebani petani dalam hal biaya pengelolaan hutan rakyat

tersebut.

Tabel 13. Analisis Biaya dan Manfaat Pembebanan Sertifikasi dalam 20 Tahun

Skenario 1 Skenario 2

Manfaat

Manfaat hasil kayu

Manfaat hasil pertanian/ tumpangsari

Total manfaat

46.244.404.000

1.685.885.760

48.690.791.200

46.244.404.000

1.685.885.760

48.690.791.200

Biaya Pengusahaan Hutan

Biaya operasional

Biaya tahunan (pajak)

Biaya transaksi

Total biaya

1.655.979.713

131.812.001

34.100.000

1.795.529.314

1.655.979.713

131.812.001

34.100.000

1.795.529.314

Biaya Sertifikasi

Biaya persiapan pengajuan sertifikasi

Biaya sertifikasi

Biaya surveillance

Total Biaya

0

0

0

0

300.000.000

120.000.000

60.000.000

480.000.000

NPV

NPV Per Petani dalam 20 Tahun

NPV Per Petani Per Tahun

15.235.134.047

22.338.906

893.556

14.961.368.163

21.937.475

877.499

Selama periode pengusahaan hutan 20 tahun diperlukan biaya sertifikasi

sebesar Rp 480.000.000 untuk dua kali sertifikasi yang akan dilaksanakan pada tahun

ke-3 dan ke-19. Biaya terdiri dari biaya persiapan sertifikasi, biaya penilaian

sertifikasi, dan biaya surveillance. Biaya persiapan sertifikasi dikenakan pada tahun

ke-1 dan 17, biaya penilaian sertifikasi dikenakan pada tahun ke-3 dan 19, dan biaya

surveillance dikenakan pada tahun ke-8, 12, dan 18. Dalam hal ini petani dalam unit

manajemen harus menyediakan dana Rp 240.000.000 untuk satu kali sertifikasi pada

Page 97: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

84

tahun-tahun tersebut. Hal ini sangat membebani petani karena pada tahun-tahun

tersebut mereka belum panen. Sehingga perlu dipertanyakan darimana petani

memperoleh dana sebesar itu saat petani baru menanam kayu dan belum memperoleh

hasilnya.

Apabila sertifikasi dipandang perlu dan penting diterapkan di hutan rakyat,

maka sumber pendanaan biaya sertifikasi perlu diperhatikan oleh semua pihak yang

terlibat agar tidk membebani petani hutan rakyat. Solusi pendanaan sertifikasi dapat

berdasarkan atas tiga alternatif yakni iuran, subsidi, dan membangun jalinan

kemitraan. Pada skema pertama yakni iuran, anggota unit manajemen hutan rakyat

dapat mengangsur biaya sertifikasi melalui unit manajemen hutan rakyat. Namun

untuk menjalankan skema iuran ini diperlukan kesadaran petani akan pentingnya

sertifikasi dan dibutuhkan kelembagaan unit manajemen hutan rakyat yang kredibel.

Pada skema kedua yakni subsidi, pemerintah dapat memberikan subsidi

melalui sistem reward and punishment dimana unit manajemen yang memiliki

kinerja bagus akan diberi subsidi lebih banyak dan demikian pula sebaliknya. Skema

bantuan ketiga yang dapat diberlakukan adalah pembangunan jalinan kemitraan

antara unit manajemen hutan rakyat dengan industri yang mengekspor ke negara yang

mengharuskan sertifikasi. Pada skema kemitraan dengan industri kayu, industri kayu

yang menjalin kemitraan diberlakukan kewajiban untuk memberikan bantuan dana

sertifikasi bagi petani hutan dan menampung kayu sertifikasi petani hutan rakyat.

Selain ketiga skema yang ditawarkan, dapat juga diberlakukan kombinasi antara

ketiga skema tersebut, sehingga pemerintah tidak perlu memberikan subsidi 100%.

Page 98: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

85

6.3.3 Dampak Lingkungan pada Petani Hutan dengan Penerapan Sertifikasi

PHBML

Menurut Daniyati (2009) dan Simula et al (2005) adanya sertifikasi dapat

memberikan dampak lingkungan berupa peningkatan kapasitas petani hutan dalam

mempertahankan kondisi biofisik hutan rakyat, kondisi iklim mikro dan DAS yang

membaik, konservasi biodiversitas dan perbaikan fungsi ekologi hutan misalnya air.

Manfaat lingkungan ini diperoleh dari peningkatan performansi berdasarkan standar

sertifikasi yang lebih luas dan tinggi dibandingkan dengan regulasi yang ada dan

peningkatan respect terhadap peraturan dan regulasi dari pengelolaan hutan

(pemanenan, silvikultur, konstruksi jalan dan maintenance, dan lain-lain) (Simula et

al, 2005).

Berdasarkan studi pustaka terhadap literatur dari Daniyati (2009) dan Simual

et al (2005), dampak terhadap lingkungan dikelompokkan menjadi tiga kategori dan

dijadikan sebagai indikator untuk melihat dampak lingkungan yang dirasakan oleh

petani hutan rakyat di tiga unit manajemen. Disamping itu indikator yang ada

ditambah dengan beberapa indikator tambahan sebagai justifikasi bahwa dampak

lingkungan yang ditemukan di lapangan tidak disebabkan perubahan pengelolaan

hutan akibat sertifikasi. Hasil penelitian mengenai dampak lingkungan ditampilkan

pada Tabel 15 dan hasil penelitian untuk melihat perubahan pengelolaan hutan rakyat

ditampilkan pada Tabel 16.

Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa tanggapan masyarakat terhadap

kondisi aktual dari aspek lingkungan sangat positif. Ditinjau dari aspek biodiversitas

atau keaneka ragaman hayati, responden di ketiga wilayah unit manajemen hutan

Page 99: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

86

rakyat menyatakan bahwa flora maupun fauna yang ada semakin banyak dan

beragam. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 96,67% untuk FKPS

Selopuro, 90,00% untuk FKPS Sumberejo, dan 80,00% untuk PPHR Catur Giri

Manunggal. Peningkatan biodiversitas yang signifikan ditunjukkan dengan adanya

peningkatan jumlah fauna. Sampai saat ini, menurut petani hutan, jumlah ayam alus,

tupai, kera, babi hutan, kijang, burung, dan ular semakin banyak.

Tabel 15. Dampak Lingkungan Akibat Pengembangan Hutan pada Tiga Unit

Manajemen Hutan Rakyat Tersertifikasi

Indikator Dampak Lingkungan

FKPS Selopuro FKPS

Sumberejo

PPHR Catur

Giri

Manunggal

Total

Σ % Σ % Σ % Σ %

Konservasi Biodiversitas

Keragaman spesies tanaman dan

hewan di sekitar hutan rakyat

1. Semakin banyak

2. Semakin banyak dan beragam

3.iSemakin sedikit dan tidak

iiiiberagam

4. Tidak berbeda

5. Tidak ada

Jumlah

0

29

0

1

0

30

0,00

96,67

0,00

3,33

0,00

100,00

0

27

0

3

0

30

0,00

90,00

0,00

10,00

0,00

100,00

4

24

0

1

1

30

13,33

80,00

0,00

3,33

3,33

100,00

4

80

0

5

1

90

4,44

88,89

0,00

5,56

1,11

100,00

Fungsi Ekologis Hutan (Iklim

Mikro)

Perbedaan lingkungan sekitar

1. Semakin sejuk

2. Semakin panas

3. Tidak berbeda

Jumlah

30

0

0

30

100,00

0,00

0,00

100,00

29

0

1

30

96,67

0,00

3,33

100,00

21

2

7

30

70,00

6,67

23,33

100,00

80

2

8

90

88,89

2,22

8,89

100,00

Sumber Mata Air/ DAS

Perbedaan keadaan DAS

1. Ketersediaan air meningkat

2. Ketersediaan air menurun

3. Tidak berbeda

Jumlah

29

0

1

30

96,77

0,00

3,33

100,00

30

0

0

30

100,00

0,00

0,00

100,00

23

4

3

30

76,67

13,33

10,00

100,00

82

4

4

90

91,11

4,44

4,44

100,00

Page 100: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

87

Aspek kedua yang diteliti adalah fungsi ekologi hutan terutama fungsi hutan

dalam memperbaiki iklim mikro juga semakin baik. Responden petani hutan di ketiga

unit manajemen menyatakan bahwa suasana di lingkungan sekitar mereka menjadi

semakin sejuk. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 100,00%, 96,67%, dan

70,00%.

Ditinjau dari aspek sumber mata air, 96,67% responden FKPS Selopuro,

100,00% responden FKPS Sumberejo, dan 76,67% responden merasakan

ketersediaan air semakin meningkat. Fenomena-fenomena yang ditemui di lapang ini

didukung dengan bukti rapatnya tegakan yang ada di sepanjang jalan di desa dan

ditemuinya beberapa sumber mata air di sekitar pemukiman warga yang muncul

sendiri. Kondisi rapatnya tegakan dan sumber mata air ini ditunjukkan pada Gambar

10.

(a) (b)

Gambar 10. (a) Hutan Rakyat di FKPS Sumberejo, (b) Sumber Air di

Pemukiman Warga FKPS Sumberejo

Berdasarkan dokumen pengajuan sertifikasi dan wawancara dengan key

person, sebelum tahun 1970 kondisi lingkungan yang sejuk dengan air melimpah

Page 101: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

88

sebagaimana digambarkan oleh responden tidak dapat ditemui di ketiga daerah unit

manajemen sertifikasi. Kondisi lingkungan yang gersang mendorong pengembangan

hutan rakyat di Kabupaten Wonogiri yang dimulai pada tahun 1970-an. Awalnya

kegiatan ini diinisiasi oleh pemerintah melalui program penghijauan dan

menggerakkan warga untuk aktif memperbaiki kualitas lingkungan melelaui

penanaman pohon. Oleh karena itu, perbaikan kondisi hutan rakyat Wonogiri telah

dirasakan sebelum sertifikasi dilakukan. Petugas Kehutanan Lapang (PKL) Wonogiri

juga menyatakan bahwa perbaikan kondisi lingkungan disebabkan oleh pembangunan

hutan yang diinisiasi oleh pemerintah bukan oleh perbaikan pengelolaan hutan akibat

standar sertifikasi yang ada.Hal ini dibuktikan dalam Tabel 16.

Berdasarkan Tabel 16 mengenai perubahan pengelolaan hutan rakyat dapat

diketahui bahwa pola pengelolaan hutan rakyat tidak berubah secara signifikan

setelah sertifikasi. Pola pengelolaan hutan yang dilihat dalam penelitian ini dibagi

menjadi tiga kategori yakni jarak tanam, daur penebangan, dan penanaman kembali

setelah penebangan. Berdasarkan hasil penelitian terhadap indikator pertama, jarak

tanam atau pola penanaman sebelum dan sesudah sertifikasi tidak mengalami

perubahan sama sekali pada FKPS Selopuro dan Sumberejo. Responden di kedua unit

manajemen menyatakan bahwa pola penanaman sebelum dan sesudah sertifikasi

masih tetap sama, yakni tidak diberi jarak tanam. Perubahan jarak tanam hanya

terjadi pada PPHR Catur Giri Manunggal dengan persentase sangat kecil, yakni

10,00% atau tiga responden. Tingginya angka responden yang tidak menanam dengan

jarak tanam ini diakibatkan oleh kontur "batu-bertanah" yang terdapat di ketiga

daerah penelitian.

Page 102: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

89

Daur penebangan yang diterapkan oleh masyarakat sebelum dan sesudah

sertifikasi tidak mengalami perubahan sama sekali di kedua unit manajemen FKPS

Selopuro dan Sumberejo. Responden di kedua unit manajemen masih menebang kayu

di waktu ada kebutuhan mendesak yang berarti bahwa mereka masih menganggap

kayu sebagai tabungan yang bisa diuangkan sewaktu-waktu. Sedangkan di PPHR

Catur Giri Manunggal perubahan daur penebangan hanya terjadi pada satu responden

dengan persentase sangat kecil yakni 3,33%. Daur penebangan yang berlaku saat ini,

yakni 20 tahun, perlu ditinjau ulang karena ada kemajuan teknologi yang

memungkinkan untuk pemanenan jati di bawah daur 20 tahun, misalnya Jati Unggul

Nusantara (JUN) yang bisa dipanen dalam 5 tahun. Disamping itu, peninjauan daur

tebangan kayu yang berlaku perlu dilakukan mengacu pada kondisi aktual dimana

petani sudah bisa mendapatkan manfaat ekonomi dari pemanenan jati pada umur 15

tahun. Sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk meninjau kembali daur

tebangan yang berlaku.

Pola pengelolaan hutan lestari pada kategori penanaman kembali tegakan

setelah ditebang telah dilakukan oleh masyarakat selama bertahun-tahun ditunjukkan

oleh tingginya persentase penanaman kembali setelah penebangan di ketiga unit

manajemen. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada perubahan dari

aspek ini. Baik sebelum maupun sesudah sertifikasi masyarakat masih menanam

kembali tegakan setelah ditebang. Tingginya persentase penanaman kembali setelah

penebangan pada ketiga unit manajemen ditunjukkan dengan persentase sebesar

72,22%. Tingginya persentase ini terjadi karena peremajaan tanaman setelah

penebangan merupakan norma yang berlaku di masyarakat akibat adanya anjuran dari

Page 103: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

90

pemerintah dan diakomodasi dengan pengesahan melalui AD/ ART unit manajemen

dengan syarat apabila lahan masih memungkinkan untuk ditanam kembali.

Disamping itu penanaman kembali ini terus dilakukan karena petani hutan merasakan

manfaat yang besar dari pengembangan hutan rakyat terutama dari aspek lingkungan.

Tabel 16. Perubahan Pengelolaan Hutan Rakyat Sebelum dan Sesudah

Sertifikasi

Indikator Pengelolaan Hutan

FKPS Selopuro FKPS

Sumberejo

PPHR Catur

Giri Manunggal Total

Σ % Σ % Σ % Σ %

Jarak Tanam

A. Sebelum Sertifikasi

1. Ditanam dengan jarak/ pola

tertentu

2. Tidak ditanam dengan jarak/

pola tertentu

Jumlah

B. Sesudah Sertifikasi

1. Ditanam dengan jarak/ pola

tertentu

2. Tidak ditanam dengan jarak/

pola tertentu

Jumlah

0

30

30

0

30

30

0,00

100,00

100,00

0,00

100,00

100,00

0

30

30

0

30

30

0,00

100,00

100,00

0,00

100,00

100,00

6

24

30

9

21

30

20,00

80,00

100,00

30,00

70,00

100,00

6

84

90

9

81

90

6,66

93,33

100,00

10,00

90,00

100,00

Daur Penebangan

A. Sebelum Sertifikasi

1. Dipanen dengan waktu

tertentu

2. Waktu butuh

3. Belum dipanen

Jumlah

B. Setelah Sertifikasi

1. Dipanen dengan waktu

tertentu

2. Waktu butuh

3. Belum dipanen

Jumlah

0

30

0

30

0

30

0

30

0,00

100,00

0,00

100,00

0,00

100,00

0,00

100,00

0

30

0

30

0

30

0

30

0,00

100,00

0,00

100,00

0,00

100,00

0,00

100,00

2

26

2

30

3

25

2

30

6,67

86,67

6,67

100,00

10,00

83,33

6,67

100,00

2

86

2

90

3

85

2

90

2,22

95,56

2,22

100,00

3,33

94,44

2,22

100,00

Page 104: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

91

Indikator Pengelolaan Hutan

FKPS Selopuro FKPS

Sumberejo

PPHR Catur

Giri Manunggal Total

Σ % Σ % Σ % Σ %

Penanaman Kembali setelah

Penebangan

A. Sebelum Sertifikasi

1. Ya

2. Tidak

3.Kadang ditanam, kadang

tidak

4. Belum dipanen

Jumlah

B. Setelah Sertifikasi

1. Ya

2. Tidak

3.Kadang ditanam, kadang

tidak

4. Belum dipanen

Jumlah

28

2

0

0

30

28

2

0

0

30

93,33

6,67

0,00

0,00

100,00

93,33

6,67

0,00

0,00

100,00

19

7

4

0

30

19

7

4

0

30

63,33

23,33

13,33

0,00

100,00

63,33

23,33

13,33

0,00

100,00

18

7

3

2

30

18

7

3

2

30

60,00

23,33

10,00

6,67

100,00

60,00

23,33

10,00

6,67

100,00

65

16

7

2

90

65

16

7

2

90

72,22

17,78

7,78

2,22

100,00

72,22

17,78

7,78

2,22

100,00

Berdasarkan beberapa kategori perubahan pengelolaan hutan yang telah

dijelaskan dapat diketahui bahwa tidak terjadi perubahan signifikan terhadap

pengelolaan hutan yang ada di ketiga unit manajemen. Pengelolaan hutan yang dari

dulu dijalankan oleh petani sampai sekarang masih diadopsi dan dijalankan.

Fenomena ini menjawab bahwa fenomena perubahan dampak ekologi yang terjadi

tidak disebabkan oleh sertifikasi karena pola pengelolaan hutan di ketiga unit

manajemen tidak berubah. Dampak ekologi yang ada di ketiga unit manajemen ini

disebabkan oleh pengembangan hutan rakyat yang selama ini sudah dilakukan

bertahun-tahun bukan merupakan akibat tidak langsung dari penerapan sertifikasi.

Hal ini juga disadari oleh ketua KPS dan perangkat desa yang menyatakan bahwa

perubahan hawa menjadi semakin sejuk dan perbaikan sumber mata air ini

disebabkan oleh pengembangan hutan rakyat bukan karena insentif yang dihasilkan

oleh program sertifikasi.

Page 105: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Kelembagaan unit manajemen hutan rakyat sertifikasi di Kabupaten Wonogiri

merupakan kelembagaan yang potensial dalam memperkuat bargaining

position petani dalam hal perdagangan kayu rakyat terlebih lagi didukung

dengan keberadaan TPKS. Namun, setelah sertifikasi, kelembagaan yang ada

belum berjalan dengan optimal terutama di bidang pemasaran kayu sertifikasi

karena TPKS kekurangan modal pembelian kayu sertifikasi, ketidakmampuan

memenuhi pasokan permintaan industri, tidak adanya pembeli kayu sertifikasi

dengan harga premium, dan tidak berjalannya pasar sertifikasi. Biaya transaksi

pada tiap level kelembagaan pemerintahan dalam mekanisme perdagangan

kayu tetap ada.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keikutsertaan unit manajemen dan

petani hutan didominasi oleh faktor kesadaran menjaga lingkungan, harapan

mendapatkan premium price, dan adanya bantuan dari institusi. Meskipun

petani di ketiga unit manajemen memiliki kesadaran menjaga lingkungan

tetapi mereka tidak bersedia melakukan sertifikasi dengan biaya sendiri.

Dominasi faktor premium price berkorelasi dengan tujuan fundamental

sertifikasi yakni sebagai instrumen pasar untuk mengapresiasi usaha menjaga

kelestarian lingkungan melalui insentif premium price namun pada

kenyataannya premium price sulit untuk diperoleh.

Page 106: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

93

3. Adanya biaya persiapan, penilaian, dan surveillance yang harus dibayarkan

jika melakukan sertifikasi berpotensi mengurangi keuntungan petani dari

pengusahaan hutan rakyat sementara premium price tidak ada. Biaya

sertifikasi yang harus dibayaran sebesar Rp 240.000.000 setiap 15 tahun

sekali dimana pada tahun-tahun tersebut petani belum memperoleh hasil

karena panen kayu dilakukan pada akhir daur yaitu tahun ke-20. Disisi lain,

sertifikasi memberikan manfaat ekonomi yakni semakin banyaknya bantuan

misalnya berupa bantuan dana sejak adanya kunjungan-kunjungan dari

instansi pemerintah dan non-pemerintah ke ketiga unit manajemen.

4. Ditinjau dari aspek dampak sosial, meskipun belum ada penguatan

kelembagaan tapi dengan adanya sertifikasi berhasil membentuk kelembagaan

yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut, memberikan peningkatan

kapasitas pengolahan hasil hutan, pengembangan kemitraan antara petani

dengan institusi lain, dan meningkatkan pengetahuan petani mengenai hutan

rakyat.

5. Pengelolaan hutan setelah sertifikasi tidak mengalami perubahan. Dampak

perbaikan kondisi lingkungan yang dirasakan oleh petani merupakan dampak

akibat pengembangan hutan yang dilakukan melalui program-program

penghijauan sejak tahun 1965-an.

7.2 Saran

1. Adanya TPKS perlu ditindaklanjuti dengan pengembangan kelembagaan ini

agar dapat berfungsi memperkuat bargaining position petani. Meskipun pasar

Page 107: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

94

sertifikasi tidak berjalan, TPKS dapat berfungsi sebagai fasilitator akses

informasi petani terhadap harga pasar yang simetris dan fasilitator akses

petani kepada seluruh pedagang kayu sehingga petani dapat memilih

pedagang yang mampu memberikan harga yang sesuai untuk kayu mereka.

2. Biaya persiapan sertifikasi, penilaian sertifikasi dan surveillance akan

membebani dan belum adanya manfaat signifikan yang diperoleh petani hutan

dari sertifikasi. Sebaiknya sertifikasi yang diberlakukan bersifat voluntary

certification karena didasarkan pada keinginan dan kebutuhan unit

manajemen maupun industri kehutanan dan dilakukan secara sukarela.

3. Apabila mandatory certification dipandang perlu untuk diberlakukan, perlu

dipikirkan darimana petani akan membayar biaya sertifikasi. Beberapa

alternatif skema pendanaan yang dapat diterapkan diantaranya adalah

memberikan subsidi biaya sertifikasi, membangun kemitraan dengan

perusahaan sektor kehutanan yang berorientasi ekspor, dan swadaya

masyarakat dalam bentuk iuran yang dihimpun melalui pada unit manajemen

serta kombinasi antara ketiganya. Skema pendanaan bantuan lain yang juga

dapat diterapkan bisa mereferensi dari pemberlakuan regional group

certification di Finlandia maupun social fund certification di Brazil.

4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas sertifikasi sebagai

instrumen pasar dan mengapa segmentasi pasar dan pasar khusus untuk kayu

sertifikasi sulit terbentuk, serta penelitian mengenai daur ekonomis yang

sesuai dengan kondisi saat ini dan paling menguntungkan bagi petani maupun

lingkungan.

Page 108: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Rachmatsjah. 1995. Penerapan Ekolabel Dipandang dari Sudut Pemanenan

Kayu. Prosiding Simposium Penerapan Ekolabel di Hutan Produksi.

Departemen Kehutanan. Jakarta.

Arief, Arifin. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta.

Alavi, Rokiah. 2007. An Overview of Key Markets, Tariff and Non-Tariff Measures

on Asian Exports of Select Environmental Goods, ICTSD Trade and

Environment Series Issue Paper No. 4. International Centre for Trade and

Sustainable Development (ICTSD). Swiss.

Anggraini, Eva. 2007. Biaya Transaksi Usaha Penangkapan Ikan di Kota Pekalongan.

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 12. No 1: 35-42.

CIFOR. (no date). Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), Kolaborasi

antara Masyarakat Desa Hutan dengan Perum Perhutani dalam Pengelolaan

Sumberdaya Hutan di Jawa. http://cifor.org/lpf/docs/java/lpf_flyer_phbm.pdf.

Diakses: 1 Maret 2012.

Daniyati, Erlina. 2009. Efektivitas Sistem Sertifikasi Pengelolaan Hutan di Hutan

Rakyat (Studi Kasus di Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah dan

Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis.

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Darusman, Dudung dan Hardjanto. 2006. Tinjauan Ekonomi Hutan Rakyat. Prosiding

Seminar Hasil Penelitian Hasil Hutan 2006.

http://dephut.go.id/files/ekonomi_HR.pdf. Diakses: 8 Desember 2012.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bondowoso. (no date). Budidaya Jati.

http://www.dishutbun.bondowosokab.go.id/artikel/budidaya/100-budidaya-

jati.html. Diakses: 25 September 2012.

Direktorat Jendral Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian. 2009.

Roadmap Industri Furnitur. http://agro.kemenperin.go.id/417-ROADMAP-

INDUSTRI-FURNITURE. Diakses: 8 Desember 2012.

Djogo, Tony, Sunaryo, Didik Suharjito, dan Martua Sirait. 2003. Bahan Ajar

Agroforestri 8, Kelembagaan dan Kebijakan dalam Pengembangan

Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.

Elliott, Christopher. 2000. Forest Certification: A Policy Perspective. Center for

International Forestry Research (CIFOR). Bogor.

Page 109: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

96

Forest Watch Indonesia. 2011. Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode 2000-2009.

http://fwi.or.id/. Diakses: 1 Maret 2012.

Gadas, Slamer Riyadhi dan Sulistya Ekawati. (no date). Menuju Sertifikasi Hutan

Rakyat, Pengalaman dari: Wonogiri, Wonosobo, dan Gunung Kidul.

http://dephut.go.id/files/3.pdf. Diakses: 1 Februari 2012.

Hindra, Billy. 2006. Potensi dan Kelembagaan Hutan Rakyat. Prosiding Seminar

Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 "Kontribusi Hutan Rakyat dalam

Kesinambungan Industri Kehutanan". Pusat Penelitian dan Pengembangan

Hasil Hutan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen

Kehutanan. Bogor.

Hinrich, Alexander Dwi R. Muhtaman, dan Nawa Irianto. 2008. Sertifikasi Hutan

Rakyat di Indonesia. Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammen Arbeit

(GTZ) GmbhH. Jakarta.

Hirakuri, Sofia R. 2003. Can Law Save The Forest? The Lessons from Finland and

Brazil. CIFOR. Jakarta.

Hussain, S. Salman. 2000. Green Consumerism and Ecolabelling: A Strategic

Behavioural Model. Journal of Agricultural Economics. Vol. 51. No. 1: 77-89.

Kementerian Kehutanan. 2011. Data Strategis Kehutanan, November 2011.

Kementerian Kehutanan. Jakarta.

___________________. 2011. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia.

http://www.dephut.go.id/files/P3_2011.pdf. Diakses: 1 Maret 2012.

Kusumaatmadja 1995 dalam Riyatno. 2004. Perdagangan Internasional dan

Lingkungan Hidup. Universitas Indonesia. Jakarta.

Lembaga Ekolabel Indonesia. (no date). Forest Management Unit and Forestry

Industries Certified by LEI Scheme (February 2011).

http://www.lei.or.id/files/Certified%20UM_Feb11.pdf. Diakses: 1 Februari

2012.

______________________. (no date). Mengapa Memilih Skema Sertifikasi LEI?

Lembaga Ekolabel Indonesia. Bogor.

______________________. (no date). Pedoman Sertifikasi PHBML.

http://www.lei.or.id/id/dokumen-sertifikasi-phbml. Diakses: 1 Februari 2012.

_______________________. (no date). Sekilas Sertifikasi LEI. Lembaga Ekolabel

Indonesia. Bogor.

Page 110: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

97

______________________. (no date). Sertifikasi PHBML.

http://lei.or.id/id/sertifikasi-phbml. Diakses: 1 Februari 2012.

_______________________. (no date). Wonogiri Menuju Sertifikasi PHBML.

http://lei.or.id/id/news/386/wonogiri-menuju-sertifikasi-phbml. Diakses: 1

Februari 2012.

Litbang Kehutanan. 2009. Roadmap Industri Kehutanan 2010-2025.

http://apki.net/wp-content/uploads/2012/06/Roadmap-Kehutanan.pdf.

Diakses: 8 Desember 2012.

OEDC 1996 dalam Elliott, Christopher. 2000. Forest Certification: A Policy

Perspective. Center for International Forestry Research (CIFOR). Bogor.

Persepsi. 2004. Dokumen Pengajuan Sertifikasi PHBML dengan sistem LEI untuk

Unit Manajemen FKPS Desa Sumberejo, Kec. Batuwarno, Kab. Wonogiri,

Jawa Tengah, Buku I. Tidak dipublikasikan.

______. 2004. Dokumen Pengajuan Sertifikasi PHBML dengan sistem LEI untuk

Unit Manajemen FKPS Desa Sumberejo, Kec. Batuwarno, Kab. Wonogiri,

Jawa Tengah, Buku II. Tidak dipublikasikan.

______. 2004. Dokumen Pengajuan Sertifikasi PHBML dengan sistem LEI untuk

Unit Manajemen FKPS Kelurahan Selopuro, Kec. Batuwarno, Kab. Wonogiri,

Jawa Tengah, Buku II. Tidak dipublikasikan.

______. 2006. Dokumen Pengajuan Sertifikasi PHBML dengan sistem LEI untuk

Unit Manajemen PPHR Catur Giri Manunggal, Kec. Giriwoyo, Kab.

Wonogiri, Jawa Tengah, Buku I. Tidak dipublikasikan.

______. 2006. Dokumen Pengajuan Sertifikasi PHBML dengan sistem LEI untuk

Unit Manajemen PPHR Catur Giri Manunggal, Kec. Giriwoyo, Kab.

Wonogiri, Jawa Tengah, Buku II. Tidak dipublikasikan.

Riyatno. 2004. Perdagangan Internasional dan Lingkungan Hidup. Universitas

Indonesia. Jakarta.

Rohman, Nur. 2010. Kajian Dampak Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis

Masyarakat Lestari (PHBML) terhadap Pengelolaan Hutan Rakyat (Studi

Kasus Pengelolaan Hutan Rakyat oleh Koperasi Wana Manunggal Lestari,

Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta).

http://eprints.undip.ac.id/24747/1/TesisNurRohman.pdf. Diakses: 1 Februari

2012.

Rubiyanto, Martinus Ardi. 2011. Kelembagaan Kelompok Tani Hutan Rakyat di

Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Skripsi. Program

Page 111: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

98

Studi Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Muhamad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif.

Grafindo. Jakarta.

Sedjo, Roger A. dan Stephen K.S. 2002. Voluntary Eco-labelling and The Price

Premium. Land Economics. Vol. 78. No. 2: 272-284.

Simula, Markku, Satria Astana, Roslan Ishmael, Eliezer J. Santana, dan Marcelo L.

Schmidt. 2005. Report on Financial Cost Benefit Analysis of Forest

Certification Implementation of Phased Approaches. E-label Jurnal Sertifikasi

Ekolabel. Vol. 3. No. 1: 1-33.

Soedomo, Sudarsono. 2004. Sertifikasi Produk Hutan: Mampukah Pasar Mengoreksi

Kegagalannya Sendiri?. E-label Jurnal Sertifikasi Ekolabel. Vol. 1. No. 2: 8-

11.

Sofiyuddin, Muhammad. 2007. Potensi Tegakan Hutan Rakyat Jati dan Mahoni yang

Tersertifikasi untuk Perdagangan Karbon (Studi Kasus di Desa Selopuro,

Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri). Skripsi. Program Studi

Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suharti, Sri. (no date). Increased Community Participation in Forest Management

Through the Development of Social Forestry Programmes in Indonesia.

http://www.tropenbos.org/publications/increased+community+participation+i

n+forest+management+through+the+development+of+social+forestry+progra

mmes+in+indonesia. Diakses tanggal: 8 Desember 2012.

Sukadaryati. 2006. Potensi Hutan Rakyat di Indonesia dan Permasalahannya.

Prosiding Seminar Hasil Penelitian Hasil Hutan 2006.

http://dephut.go.id/files/HR_pemasalahan.pdf. Diakses tanggal: 8 Desember

2012.

van Dam, Chris. 2005. Nilai Ekonomi Sertifikasi Hutan. E-label Jurnal Sertifikasi

Ekolabel. Vol. 3. No. 2: 34-58.

Wie, Thee Kian. (no date). Pengaruh Ekolabel Terhadap Perdagangan Internasional

KayuiIndonesia.http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/dow

nloadDatabyId/9023/9023.pdf. Diakses: 8 Desember 2012.

Zakiya, Zaki. 2012. Sertifikasi Kayu Makin Akrab dengan Usaha Hutan.

http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/06/sertifikasi-kayu-makin-akrab-

dengan-usaha-hutan. Diakses: 29 Oktober 2012.

Page 112: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

99

LAMPIRAN

Page 113: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

100

Lampiran 1. Kelembagaan Tiga Unit Manajemen Hutan Rakyat Tersertifikasi Unsur Kelembagaan FKPS Selopuro FKPS Sumberejo PPHR Catur Giri Manunggal

A. Institusi Forum Komunikasi Petani Sertifikasi Selopuro, unit manajemen hutan rakyat sertifikasi Desa Selopuro. Memiliki 8 Kelompok Petani Sertifikasi (KPS) dengan total jumlah anggota 682 orang.

Forum Komunikasi Petani Sertifikasi Sumberejo, unit manajemen hutan rakyat sertifikasi Desa Sumberejo. Memiliki 8 Kelompok Petani Sertifikasi (KPS) dengan total jumlah anggota 958 orang.

Perkumpulan Pelestari Hutan Rakyat Catur Giri Manunggal, unit manajemen hutan rakyat sertifikasi Kecamatan Giriwoyo. Memiliki 4 Gabungan Pelestari Hutan Rakyat (GPHR) di tingkat desa/ kelurahan dan 7 Kelompok Pelestari Hutan Rakyat (KPHR) di tingkat dusun dengan total jumlah anggota 2902 orang.

B. Norma Tingkah Laku Diadopsi untuk pembuatan AD/ ART dan tata kelola hutan.

Diadopsi untuk pembuatan AD/ ART dan tata kelola hutan.

Diadopsi untuk pembuatan AD/ ART dan tata kelola hutan.

C. Peraturan dan Penegakan Aturan/ Hukum

Norma yang disahkan melalui pembuatan AD/ ART dan tata kelola hutan. Penegakan aturan tergolong tidak tegas, belum mengikat, dan ada seksi kemananan yang mengawasi dan pengawasan dibantu oleh seluruh masyarakat dengan menerapkan norma gethok tular.

Norma yang disahkan melalui pembuatan AD/ ART dan tata kelola hutan. Penegakan aturan tergolong tidak tegas, belum mengikat, dan tidak ada petani hutan khusus yang mengawasi. Pengawasan dilakukan oleh antar anggota dalam masyarakat dengan menerapkan norma gethok tular.

Norma yang disahkan melalui pembuatan AD/ ART dan tata kelola hutan. Penegakan aturan tergolong tidak tegas bahkan cenderung sangat lemah, belum mengikat, dan pengawasan penegakan aturan dilakukan oleh petugas KPHR. PPHR bahkan memiliki peta penanganan sengketa hutan rakyat lintas desa namun tidak dapat mengatasi konflik lahan hutan rakyat yang dialami warganya.

D. Aturan Dalam Masyarakat

Norma sosial, AD/ ART kelompok dan aturan kelola hutan rakyat.

Norma sosial, AD/ ART kelompok dan aturan kelola hutan rakyat.

Norma sosial, AD/ ART kelompok dan aturan kelola hutan rakyat.

E. Kode Etik Tidak ada. Tidak ada. Tidak ada.

F. Hak Milik (Property Rights atau Tenureship)

100% petani hutan sebelum sertifikasi sudah mempunyai surat resmi untuk menunjukkan kejelasan hak milik lahan.

100% petani hutan sebelum sertifikasi sudah mempunyai surat resmi untuk menunjukkan kejelasan hak milik lahan.

100% petani hutan sebelum sertifikasi sudah mempunyai surat resmi untuk menunjukkan kejelasan hak milik lahan.

100

Page 114: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

101

Unsur Kelembagaan FKPS Selopuro FKPS Sumberejo PPHR Catur Giri Manunggal

G. Organisasi Terdiri dari delapan KPS yang tergabung dalam FKPS.

Terdiri dari delapan KPS yang tergabung dalam FKPS.

Terdiri dari tujuh KPHR yang tergabung dalam GPHR. Dalam PPHR terdapat empat GPHR.

H. Insentif untuk Menghasilkan Tingkah Laku yang Diinginkan

Tidak ada. Tidak ada. Tidak ada.

101

Page 115: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

102

Lampiran 2. Dampak Sosial PenerapanSertifikasi PHBML di Tiga Unit Manajemen Tersertifikasi

Indikator Dampak Sosial FKPS Selopuro FKPS

Sumberejo PPHR Catur Giri

Manunggal Total

Σ % Σ % Σ % Σ %

Klarifikasi Hak Milik Lahan dan Resolusi A. Kejelasan Status Kepemilikan

Lahan dan Kepemilikan Sertifikat Tanah

1. Sebelum sertifikasi sudah jelas dan sudah mempunyai sertifikat tanah

2. Sesudah sertifikasi baru jelas dan baru mempunyai sertifikat tanah

Jumlah

30

0 30

100,00

000,00 100,00

30

00 30

100,00 0

00,00 100,00

30 0] 0

30

100,00 00

0,00 100,00

90

0 90

100,00

0,00 100,00

B. Ada atau Tidaknya Konflik Lahan 1. Ya, ada 2. Tidak Jumlah

0

0 30 30

0

00,00 100,00 100,00

00 30 30

00

0,00 100,00 100,00

0

2 28 30

00

6,67 093,33 100,00

2 88 90

2,22 97,78

100,00

C. Ada atau Tidaknya Solusi Konflik Setelah Sertifikasi

1. Ada 2. Tidak ada 3. Tidak ada konflik Jumlah

00 00 30 30

000,00 000,00 100,00 100,00

00 00 30 30

000,00 000,00 100,00 100,00

00 02 28 30

000,00 006,67 093,33 100,00

0 2

88 90

0,00 2,22

97,78 100,00

Partisipasi dan Kesadaran Komunitas akan Manfaat dari Pengelolaan Hutan Frekuensi Kehadiran dalam Pertemuan Rutin Kelompok Tani 1. Sering 2. Tidak 3. Kadang-kadang Jumlah

29 00 01 30

0

96,67 000,00 003,33 100,00

28 01 01 30

0

93,33 003,33 03,33

100,00

17 10 03 30

56,67 33,33 10,00

100,00

74 11 5

90

82,22 12,22

5,55 100,00

Peningkatan Kapasitas Petani Hutan Rakyat A. Kemudahan mengakses informasi

mengenai pasar dan harga kayu 1. Ya 2. Tidak 3. Tidak berbeda 4. Tidak jual kayu dan tidak tahu Jumlah

30 00 00 00 30

100,00 000,00 000,00 000,00 100,00

26 03 01 00 30

0

86,67 010,00 003,33 000,00 100,00

20 07 00 03 30

66,67 23,33 00,00 10,00

100,00

76 10 1 3

90

84,44 11,11

1,11 3,33

100,00

B. Tambahan pengetahuan mengenai hutan rakyat, potensi, dan manfaatnya setelah sertifikasi.

1. Ya ada 2. Tidak 3.Tidak tahu Jumlah

30 00 00 30

100,00 000,00 000,00 100,00

30 00 00 30

100,00 000,00 000,00 100,00

19 07 04 30

63,33 23,33 13,33

100,00

79 7 4

90

87,78

7,78 4,45

100,00

Page 116: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

103

Indikator Dampak Sosial FKPS Selopuro FKPS

Sumberejo PPHR Catur Giri

Manunggal Total

Σ % Σ % Σ % Σ %

Peningkatan Peran Serta dalam Pengelolaan Hutan Lestari akibat Adanya Peningkatan Pengetahuan A. Persepsi mengenai perlu tidaknya

hutan dijaga agar tetap lestari setelah mengetahui manfaat hutan

1. Sangat perlu 2. Perlu Jumlah

15 15 30

50,00 50,00

100,00

11 19 30

36,67 63,33

100,00

12 18 30

40,00 60,00

100,00

38 52 90

42,22 57,78

100,00

B. Cara perolehan pengetahuan 1. Mengikuti penyuluhan 2. Mengikuti pertemuan rutin

kelompok tani 3. Mengikuti penyuluhan dan

pertemuan rutin 4. Mengikuti penyuluhan dari Persepsi 5. Dari Pak Kadus 6. Tidak mengikuti apapun Jumlah

00

01

290

0 00 00 30

00,00

03,33

96,67 00,00

0,00 00,00

100,00

00 0 1

29 0

00 00 30

00,00

0 3,33

96,67 00,00 00,00 00,00

100,00

04 0 4

14 1

01 06 30

13,33

13,33

46,67 03,33 03,33 20,00

100,00

4

6

72 1 1 6

90

4,45

6,67

80,00

1,11 1,11

6,67 100,00

Page 117: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

104

Lampiran 3. Kriteria Penguatan Kelembagaan sebagai Dampak Sosial Penerapan Sertifikasi di Tiga Unit Manajemen Hutan Rakyat Tersertifikasi

Penguatan Kelembagaan FKPS Selopuro FKPS Sumberejo PPHR Catur Giri Manunggal

Pengembangan Kelembagaan Hutan Rakyat

A. Identifikasi kelembagaan potensial

Sudah terbentuk unit manajemen dan TPKS

Sudah terbentuk unit manajemen dan TPKS

Sudah terbentuk unit manajemen dan TPKS

B. Penumbuhan motivasi Penumbuhan motivasi dengan cara pemberian penyuluhan akan manfaat sertifikasi.

Penumbuhan motivasi dengan cara pemberian penyuluhan akan manfaat sertifikasi.

Penumbuhan motivasi dengan cara pemberian penyuluhan akan manfaat sertifikasi.

C.Penumbuhan kelembagaan

Sudah ada sejak dulu namun untuk kepentingan sertifikasi diubah menjadi FKPS dan pemilihan pengurus dilakukan secara musyawarah.

Sudah ada sejak dulu namun untuk kepentingan sertifikasi diubah menjadi FKPS dan pemilihan pengurus dilakukan secara musyawarah dan sukarela.

Sudah ada sejak dulu namun untuk kepentingan sertifikasi dibentuk kembali menjadi PPHR dengan menyatukan kelompok-kelompok yang ada di 4 desa dan pemilihan pengurus dilakukan layaknya pilkades.

D. Pengembangan kelembagaan

1. Fasilitasi kapasitas SDM/ pengurus

Ada pelatihan anggota dan pengurus yang dilakukan secara bergilir.

Ada pelatihan khusus pengurus dan ada pelatihan khusus untuk umum.

Ada pelatihan khusus untuk pengurus saja melalui pendampingan dari LSM.

2. Fasilitasi mekanisme manajemen dan kelembagaan

Tidak ada fasilitas khusus. Tidak ada fasilitas khusus. Tidak ada fasilitas khusus.

3. Fasilitasi pengembangan aktivitas dan usaha

Pemberian mesin-mesin handicraft. Pemberian mesin-mesin handicraft. Ada kelompok pengrajin handicraft dan bantuan peralatan.

104

Page 118: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

105

Penguatan Kelembagaan FKPS Selopuro FKPS Sumberejo PPHR Catur Giri Manunggal

4. Pengembangan kemitraan Menjalin kemitraan bantuan dan atau bisnis dengan LEI, WWF, CIFOR, CV. Greenliving, dinas, Persepsi, Jawa Furni, PT. Jaring Akar Ranting, DAS Bengawan Solo, PT. Ideas, PT. ANJ, PT. Novika.

Menjalin kemitraan bisnis dan atau pelatihan dengan PT. Jaring Akar Ranting, ASMINDO, PT, Jawa Furni, dan Bank Exim.

Menjalin kemitraan bisnis dan atau bantuan dengan Persepsi, PT. Jaring Akar Ranting, CV. Greenliving, dan Dinhut.

Pengembangan Kelembagaan Ekonomi

Dorongan dan bimbingan kepada masyarakat agar mampu bekerjasama di bidang ekonomi secara berkelompok

Masyarakat terdiri dari anggota yang saling mengenal, memiliki visi, misi, dan kepentingan yang sama dengan frekuensi gotong royong yang tinggi. Terdapat pelatihan dari Persepsi yang menimbulkan kemandirian.

Masyarakat terdiri dari anggota yang saling mengenal, memiliki visi, misi dan kepentingan yang sama dengan gotong royong sebagai azas dan fondasinya. Tidak ada pelatihan khusus anggota tapi memiliki 1 anggota tenaga terampil yang pernah mengikuti pelatihan handicraft.

Masyarakat terdiri dari anggota yang saling mengenal, memiliki visi, misi, dan kepentingan yang sama dengan frekuensi gotong royong yang tinggi. Terdapat pelatihan handicraft dari Persepsi namun hanya untuk 5 orang.

B. Menumbuhkan gabungan kelompok masyarakat

Ada simpan pinjam tapi tidak diperuntukkan untuk peningkatan modal usaha. Ada rencana untuk memperbesar skala usaha tapi tidak ada usaha yang dilakukan.

Ada simpan pinjam yang dipungut melalui iuran biasa dan memiliki rencana untuk memperbesar skala usaha dengan mengkursuskan salah satu anggotanya dalam kursus keterampilan mengolah kayu namun belum ada usaha untuk meningkatkan posisi tawar anggota.

Tidak ada penghimpunan modal usaha namun sudah ada usaha untuk memperbesar skala usaha dengan cara memasarkan kayu sertifikasi dan berusaha untuk meningkatkan posisi tawar dengan bekerjasama dengan PT. Jaring Akar Ranting.

Menumbuhkan lembaga ekonomi formal Sistem simpan pinjam kelompok ada tetapi tidak ada pelatihan khusus untuk pengembangan kewirausahaan atau manajemen usaha.

Ada sistem simpan pinjam dan ada pelatihan pengembangan kewirausahaan tetapi lewat desa yang pernah dilakukan 1 kali dan menunjukkan keantusiasan petani yang sangat tinggi.

Tidak ada simpan pinjam kelompok tetapi ada pelatihan khusus untuk pengembangan kewirausahaan dan manajemen usaha yang diadakan selama 1 minggu dan menunjukkan keantusiasan petani yang sangat tinggi.

105

Page 119: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

106

Lampiran 4. Dampak Ekonomi Penerapan Sertifikasi PHBML di Tiga Unit Manajemen Hutan Rakyat Tersertifikasi

Indikator Dampak Ekonomi FKPS Selopuro FKPS

Sumberejo PPHR Catur Giri

Manunggal Total

Σ % Σ % Σ % Σ %

Dampak Ekonomi Langsung Adanya premium price A. Harga jual kayu setelah

sertifikasi 1. Naik, kenaikan sesuai pasaran

kayu 2. Belum jual kayu dan tidak

pernah jual 3. Biasa saja, harga masih sesuai

dengan pasaran kayu dan tergantung bakul

4. Naik, 30% 5. Tidak tahu Jumlah

24

01

04

00 00 30

80,00

3,33

13,33

0,00 0,00

100,00

28

02 0 0

0 0

00 30

93,33

06,67

00,00

00,00 00,00

100,00

21

05

02

01 01 30

70,00

16,67

06,67

03,33 03,33

100,00

73

8

6

1 1

90

81,11

8,88

6,67

1,11 1,11

100,00

B. Perubahan harga berpengaruh signifikan atau tidak terhadap pendapatan

1. Ya 2. Biasa saja 3. Tidak tahu 4. Tidak 5. Cukup 6. Belum jual Jumlah

16 00 04 06 00

04 30

53,33 00,00 13,33 20,00 00,00 13,33

100,00

17 00 00 12 00 01 30

56,67 00,00 00,00 40,00 00,00 03,33

100,00

19 02 02 02 01 04 30

63,33 06,67 06,67 06,67 03,33 13,33

100,00

52 2 6

20 1 9

90

57,78 2,22 6,67

22,22 2,22

10,00 100,00

C. Pembeli menghargai dengan premium price atau tidak

1. Tidak 2. Belum jual dan tidak pernah

jual 3. Ya, pembeli dari Jakarta dan

warga sekitar ada yg membeli dengan harga tinggi

Jumlah

24 04

02 30

80,00 13,33

0

6,67 100,00

29 01

00 30

96,67 03,33

0

0,00 100,00

26 04 0

0

30

86,67 13,33

00,00 100,00

79 9

2 90

87,78 10,00

2,22 100,00

Adanya penetrasi ke pasar baru A. Pertambahan pembeli setelah

sertifikasi 1. Ada 2. Tidak ada 3. Belum jual dan tidak jual kayu 4. Tidak tahu Jumlah

10 14 04 02 30

33,33 46,67 13,33 06,67

100,00

25 04 01 00 30

83,33 13,33 03,33 00,00

100,00

0 7

20 03 00 30

23,33 66,67 10,00 00,00

100,00

42 38 8 2

90

46,67 42,22

8.89 2,22

100,00

B. Pertambahan pembeli signifikan atau tidak

1. Ya 2. Tidak 3. Tidak ada pertambahan 4. Tidak tahu 5. Belum jual dan tidak jual kayu Jumlah

08 01 14 03 04 30

26,67 03,33 46,67 10,00 13,33

100,00

20 03 04 02 01 30

66,67 10,00 13,33 06,67 03,33

100,00

05 02 20 00 03 30

16,67 06,67 66,67 00,00 13,33

100,00

33 6

38 5 8

90

36,67 6,67

42,22 5,56 8,89

100,00

Page 120: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

107

Indikator Dampak Ekonomi FKPS Selopuro FKPS

Sumberejo PPHR Catur Giri

Manunggal Total

Σ % Σ % Σ % Σ %

Adanya eksistensi di pasar lama Pembeli lama masih membeli kayu atau tidak 1. Ya 2. Tidak 3. Belum jual dan tidak pernah jual kayu Jumlah

26 00 0 4

30

86,67 00,00

13,33

100,00

28 01

01 30

93,33 03,33

03,33

100,00

24 02

04 30

80,00 06,67

13,33

100,00

78 3

9

90

86,67

3,33

10,00 100,00

Posisi petani hutan rakyat A. Informasi kenaikan harga 1. Bakul 2. Bakul, pengepul 3. Pasar kayu, pengepul 4. Belum jual 5. Pasar kayu sertifikasi 6. Kelompok tani, pasar kayu 7. Tidak pernah jual 8. Pasar kayu Jumlah

24 01 01 04 00 00 00 00 30

80,00 03,33 03,33 13,33 00,00 00,00 00,00 00,00

100,00

29 01 00 00 00 00 00 00 30

96,67 03,33 00,00 00,00 00,00 00,00 00,00 00,00

100,00

23 00 00 02 01 01 01 02 30

76,67 00,00 00,00 06,67 03,33 03,33 03,33 06,67

100,00

76 2 1 6 1 1 1 2

90

84,44 2,22 1,11 6,67 1,11 1,11 1,11 2,22

100,00

C. Penentu kenaikan harga 1. Bakul 2. Bakul, pengepul 3. Pasar kayu, pengepul 4. Belum jual 5. Pasar kayu sertifikasi 6. Kelompok tani, pasar kayu 7. Diri sendiri 8. Bakul dan diri sendiri 9. Tidak pernah jual 10. Pasar kayu 11. Pasar kayu, diri sendiri, bakul Jumlah

24 01 01 04 00 00 00 00 00 00 00 30

80,00 03,33 03,33 13,33 00,00 00,00 00,00 00,00 00,00 00,00 00,00

100,00

30 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 30

100,00 000,00 000,00 000,00 000,00 000,00 000,00 000,00 000,00 000,00 000,00 100,00

19 00 00 02 01 01 03 01 01 01 01 30

63,33 00,00 00,00 06,67 03,33 03,33 10,00 03,33 03,33 03,33 03,33

100,00

73 1 1 6 1 1 3 1 1 1 1

90

81,11

1,11 1,11 6,67 1,11 1,11 3,33 1,11 1,11 1,11 1,11

100,00

D. Penentu harga jual kayu sebelum sertifikasi

1. Diri sendiri dan bakul (tawar menawar)

2. Pengepul kayu 3. Belum jual 4. Ditentukan sendiri 5. Tidak pernah jual 6. Diri sendiri dan bakul, pasar kayu Jumlah

25 01 04 00 00

00 30

83,33 03,33 13,33 00,00 00,00

00,00

100,00

30 00 00 00 00

00 30

100,00 000,00 000,00 000,00 000,00

0 00,00

100,00

25 00 02 01 01

01 30

83,33 00,00 06,67 03,33 03,33

0 3,33

100,00

80 1 6 1 1

1

90

88,89 1,11 6,67 1,11 1,11

1,11

100,00

Page 121: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

108

Indikator Dampak Ekonomi FKPS Selopuro FKPS

Sumberejo PPHR Catur Giri

Manunggal Total

Σ % Σ % Σ % Σ %

E. Penentu harga jual kayu sesudah sertifikasi

1. Diri sendiri dan bakul (tawar menawar)

2. Pengepul kayu 3. Belum jual 4. Tidak pernah jual 5. Pasar sertifikasi 6. Diri sendiri dan bakul, pasar kayu Jumlah

25 01 04 00 00 0 0

30

83,33 03,33 13,33 00,00 00,00

0 0,00

100,00

30 00 00 00 00 0 0

30

100,00 00,00

000,00 000,00 000,00

0 00,00

100,00

25 00 02 01 01

01 30

83,33 00,00 06,67 03,33 03,33

03,33

100,00

80 1 6 1 1

1

90

88,89 1,11 6,67 1,11 1,11

1,11

100,00

Peningkatan pendapatan petani hutan rakyat. Pendapatan penjualan kayu sesudah sertifikasi 1. Naik 2. Tidak 3. Biasa saja 4. Belum jual 5. Tidak tahu Jumlah

24 00 02 04 00 30

80,00 00,00 06,67 13,33 00,00

100,00

29 00 00 01 00 30

96,67 00,00 00,00 03,33 00,00

100,00

22 00 02 05 01 30

73,33 00,00 06,67 16,67 03,33

100,00

75 0 4

10 1

90

83,33 0,00 4,45

20 1,11

100,00

Memperpendek rantai distribusi A. Rantai pemasaran kayu

sebelum sertifikasi 1. Penjual-pembeli (bakul)-

pengepul-industri 2. Penjual-pengepul-industri 3. Belum jual dan tidak pernah jual Jumlah

25 01

04 30

83,33 03,33

13,33

100,00

30 00

00 30

100,00 000,00

0 00,00

100,00

25 02

03 30

83,33 06,67

10,00

100,00

80 3

7

90

88,89

3,33

7,78 100,00

B. Rantai pemasaran kayu sesudah sertifikasi

1. Penjual-pembeli (bakul)-pengepul-industri

2. Penjual-pengepul-industri 3. Belum jual dan tidak pernah

jual 4. Penjual-TPKS-pasar sertifikasi (buyer) Jumlah

25 01 0 4

00

30

83,33 3,33

13,33

00,00

100,00

30 00 0 0 0 0

30

100,00 000,00

0 00,00

00 0,00

100,00

25 01

03

01 30

83,33 03,33

10,00

03,33

100,00

80 2

7

1

90

88,89 2,22

7,78

1,11

100,00

Page 122: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

109

Lampiran 5. Perhitungan Penggunaan Lahan, Jumlah Kayu dan Pendapatan Perhitungan Penggunaan Lahan dan Jumlah Kayu pada Tiap Tipe Lahan

Total lahan = 262,77 ha

Lahan pada unit manajemen hutan rakyat terbagi menjadi: 1) lahan pekarangan, 2) lahan ladang tipe 1, dan 3) lahan ladang tipe 2A dan 2B

Lahan Pekarangan

- Luas lahan pekarangan untuk 682 petani = 96,21 ha

- Luas lahan pekarangan per petani (A) = luas lahan : jumlah petani = 96,21 ha : 682 petani = 0,14 ha

- Jumlah kayu pada lahan pekarangan per petani (B)

= A x 150 pohon1) = 0,14 x 150 = 21 pohon

- Luas lahan untuk penanaman kayu untuk per petani (C)

= B x jarak tanam = 21 pohon x jarak tanam = 21 x 3 meter x 3 meter = 189 m2

= 0,0189 ha

- Luas lahan untuk penanaman kayu bagi semua petani (D)

= C x jumlah petani = 0,0189 x 682 orang = 12,89 ha

- Jumlah tanaman kayu di pekarangan = D x jumlah pohon per ha = 12,89 x 150 = 1.933 pohon

Jumlah tanaman kayu di lahan pekarangan untuk satu unit manajemen adalah 1.933 pohon dengan luas penggunaan lahan untuk penanaman sebesar 12,89 ha

Lahan Ladang Tipe 1 (Lahan Ladang Kayu)

- Luas lahan ladang kayu (E) = (Luas lahan total - pekarangan) x proporsi penggunaan lahan ladang tipe 12)

= (262,77 - 96,21) x 60% = 99,94 ha

- Jumlah tanaman kayu di ladang tipe 1 = E x 677 pohon3) = 99,94 x 677 = 67.659 pohon

Jumlah tanaman kayu di lahan tipe 1 untuk satu unit manajemen adalah 67.659 pohon dengan luas penggunaan lahan untuk penanaman sebesar 99,94 ha

Lahan Ladang Tipe 2 (Lahan Tumpangsari Kayu dan Pertanian)

- Luas total ladang tipe 2 (F) =(Luas lahan total - pekarangan) x proporsi penggunaan lahan ladang tipe 24)

= (262,77 - 96,21) x 40% = 66,62 ha

A. Lahan Ladang Tumpangsari yang Ditanami Kayu (Lahan Tipe 2A)

- Luas lahan tipe 2A (G) = 150 pohon1) x jarak tanam x F = 150 x 3 meter x 3 meter x 66,62 ha =89.937 m2 atau 8,9 ha

Page 123: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

110

- Jumlah tanaman kayu di lahan tipe 2A = G x 150 pohon1) = 8,9 x 150 = 1.335 pohon

B. Lahan Ladang Tumpangsari yang Ditanami Tanaman Pertanian (Lahan Tipe 2B)

- Luas lahan tipe 2B (H) = F - G = 66,62 - 8,9 = 57,72 ha

Jumlah tanaman kayu di lahan tipe 2 untuk satu unit manajemen adalah 1.335 pohon dengan luas penggunaan lahan untuk penanaman sebesar 8,9 ha dan luas penggunaan lahan untuk pertanian sebesar 57,72 ha.

Perhitungan Pendapatan

- Pendapatan dari kayu

Pendapatan dari kayu jati pada tahun ke-20 = Jumlah pohon x proporsi penanaman jati5) x harga jati per pohon6)

= 70.927 x 63% x 800.000 = 35.747.208.000

Pendapatan dari kayu mahoni pada tahun ke-20 = Jumlah pohon x proporsi penanaman mahoni7) x harga mahoni per pohon8)

= 70.927 x 37% x 400.000 = 10.497.196.000

Total pendapatan dari kayu pada tahun ke-20 = pendapatan kayu jati + pendapatan kayu mahoni = 35.747.208.000+ 10.497.196.000 = 46.244.404.000

- Pendapatan dari pertanian

Pendapatan dari pertanian selama 20 tahun = H x pendapatan pertanian per ha x 20 tahun = 57,72 x 1.460.400 x 20 = 1.685.886.760

Sumber: Sofiyuddin (2007) dan Data Primer (2012)

Keterangan: 1) Jumlah kayu yang ditanam pada lahan pekarangan diasumsikan sama dengan jumlah kayu yang ditanam

pada lahan tipe 2A karena pola penanamannya sama, yakni pada tepi lahan, dimana pada penanaman kayu dengan pola tepi lahan tiap 1 hektarnya mampu mengakomodir 150 pohon.

2),4) Proporsi penggunaan lahan tipe 1 dan 2 berdasarkan pada kondisi lapang dan diasumsikan proporsi penggunaannya adalah 60%:40%

3) Jumlah kayu yang ditanam pada lahan khusus untuk kayu (tidak bertumpangsari dengan tanaman pertanian) adalah 677 pohon sesuai dengan studi literatur.

5) Proporsi penanaman jati diperoleh dari perbandingan jumlah jati terhadap jumlah total jati dan mahoni di tahun ke-20 berdasarkan studi literatur.

6) Harga jati perpohon diperoleh dari data primer dan diasumsikan tetap. 7) Proporsi penanaman mahoni diperoleh dari perbandingan jumlah mahoni terhadap jumlah total jati dan

mahoni di tahun ke-20 berdasarkan studi literatur. 8) Harga mahoni perpohon diperoleh dari data primer dan diasumsikan tetap.

Page 124: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

111

Lampiran 5. Cashflow Skenario 1 (Bagian 1)

Tahun Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Manfaat Tanaman pertanian 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 Penebangan akhir - - - - - - - - - - Hibah bibit jati 339.030.000 - - - - - - - - - Total Manfaat 423.324.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 Biaya Tanaman pertanian 1. Bibit pertanian 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 2. Penyiapan lahan 8.080.800 - - - - - - - - - 3. Penanaman pertanian - 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 4. Pemupukan 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 Penyiapan lahan HR 401.386.902 - - - - - - - - - Penanaman HR 1. Penanaman 36.386.558 - - - - - - - - - 2. Bibit - - - - - - - - - - Perawatan HR 1. Pemupukan 30.254.652 - - - - - - - - - Biaya panen pertanian 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 Biaya tebangan akhir - - - - - - - - - - Biaya administrasi - - - - - - - - - - Biaya persiapan sertifikasi - - - - - - - - - - Biaya sertifikasi - - - - - - - - - - Biaya surveillance - - - - - - - - - - Pajak 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 Total Biaya 528.437.623 60.409.510 60.409.510 60.409.510 60.409.510 60.409.510 60.409.510 60.409.510 60.409.510 60.409.510 Net benefit -105.113.335 23.884.778 23.884.778 23.884.778 23.884.778 23.884.778 23.884.778 23.884.778 23.884.778 23.884.778 Disc. Factor 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715 0,676 0,639 0,605 0,572 PV manfaat 400.306.655 75.376.748 71.278.248 67.402.599 63.737.682 60.272.040 56.994.837 53.895.827 50.965.321 48.194.157 PV biaya 499.704.608 54.018.754 51.081.564 48.304.079 45.677.616 43.193.964 40.845.356 38.624.450 36.524.302 34.538.347 PV manfaat-PV biaya -99.397.952 21.357.994 20.196.684 19.098.520 18.060.066 17.078.076 16.149.481 15.271.377 14.441.018 13.655.809 NPV 15.235.134.047 Net B/ C -154,27

111

Page 125: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

112

Lampiran 5. Cashflow Skenario 1 (Bagian 2)

Tahun Ke- 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Manfaat Tanaman pertanian 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 Penebangan akhir - - - - - - - - - 46.244.404.000 Hibah bibit jati - - - - - - - - - - Total Manfaat 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 46.328.698.288 Biaya Tanaman pertanian 1. Bibit pertanian 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 2. Penyiapan lahan - - - - - - - - - - 3. Penanaman pertanian 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 4. Pemupukan 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 Penyiapan lahan HR - - - - - - - - - - Penanaman HR 1. Penanaman - - - - - - - - - - 2. Bibit - - - - - - - - - - Perawatan HR 1. Pemupukan - - - - - - - - - - Biaya panen pertanian 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 Biaya tebangan akhir - - - - - - - - - 85.211.000 Biaya administrasi - - - - - - - - - 34.100.000 Biaya persiapan sertifikasi - - - - - - - - - - Biaya sertifikasi - - - - - - - - - - Biaya surveillance - - - - - - - - - - Pajak 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 Total Biaya 60.409.510 60.409.510 60.409.510 60.409.510 60.409.510 60.409.510 60.409.510 60.409.510 60.409.510 179.720.510 Net benefit 23.884.778 23.884.778 23.884.778 23.884.778 23.884.778 23.884.778 23.884.778 23.884.778 23.884.778 46.148.977.778 Disc. Factor 0,541 0,511 0,483 0,457 0,432 0,409 0,387 0,366 0,346 0,327 PV manfaat 45.573.671 43.095.670 40.752.406 38.536.554 36.441.186 34.459.751 32.586.053 30.814.234 29.138.756 15.144.068.903 PV biaya 32.660.376 30.884.516 29.205.216 27.617.226 26.115.580 24.695.584 23.352.798 22.083.024 20.882.292 58.747.599 PV manfaat-PV biaya 12.913.295 12.211.154 11.547.190 10.919.329 10.325.606 9.764.167 9.233.255 8.731.210 8.256.463 15.085.321.304 NPV 15.235.134.047 Net B/ C -154,27

112

Page 126: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

113

Lampiran 6. Cashflow Skenario 2 (Bagian 1)

Tahun Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Manfaat Tanaman pertanian 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 Penebangan akhir - - - - - - - - - - Hibah bibit jati 339.030.000 - - - - - - - - - Total Manfaat 423.324.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 Biaya Tanaman pertanian 1. Bibit pertanian 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 2. Penyiapan lahan 8.080.800 - - - - - - - - - 3. Penanaman pertanian - 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 4. Pemupukan 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 Penyiapan lahan HR 401.386.902 - - - - - - - - - Penanaman HR 1. Penanaman 36.386.558 - - - - - - - - - 2. Bibit - - - - - - - - - - Perawatan HR 1. Pemupukan 30.254.652 - - - - - - - - - Biaya panen pertanian 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 Biaya administrasi - - - - - - - - - - Biaya persiapan sertifikasi 150.000.000 - - - - - - - - - Biaya sertifikasi - - 60.000.000 - - - - - - - Biaya surveillance - - - - - - - 20.000.000 - - Pajak 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 Total Biaya 678.437.623 60.409.510 120.409.510 60.409.510 60.409.510 60.409.510 60.409.510 80.409.510 60.409.510 60.409.510 Net benefit -255.113.335 23.884.778 -36.115.222 23.884.778 23.884.778 23.884.778 23.884.778 3.884.778 23.884.778 23.884.778 Disc. Factor 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715 0,676 0,639 0,605 0,572 PV manfaat 400.306.655 75.376.748 71.278.248 67.402.599 63.737.682 60.272.040 56.994.837 53.895.827 50.965.321 48.194.157 PV biaya 641.548.579 54.018.754 101.816.851 48.304.079 45.677.616 43.193.964 40.845.356 51.411.989 36.524.302 34.538.347 PV manfaat-PV biaya -241.241.924 21.357.994 -30.538.603 19.098.520 18.060.066 17.078.076 16.149.481 2.483.838 14.441.018 13.655.809 NPV 14.961.358.163 Net B/ C -45,93

113

Page 127: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

114

Lampiran 6. Cashflow Skenario 2 (Bagian 2) Tahun Ke- 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Manfaat Tanaman pertanian 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 Penebangan akhir - - - - - - - - - 46.244.404.000 Hibah bibit jati - - - - - - - - - - Total Manfaat 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 84.294.288 46.328.698.288 Biaya Tanaman pertanian 1. Bibit pertanian 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 14.733.030 2. Penyiapan lahan - - - - - - - - - - 3. Penanaman pertanian 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 8.080.800 4. Pemupukan 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 25.396.800 Penyiapan lahan HR - - - - - - - - - - Penanaman HR 1. Penanaman - - - - - - - - - - 2. Bibit - - - - - - - - - - Perawatan HR 1. Pemupukan - - - - - - - - - - Biaya panen pertanian 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 6.926.400 Biaya administrasi - - - - - - - - - 34100000 Biaya persiapan sertifikasi - - - - - - 150.000.000 - - - Biaya sertifikasi - - - - - - - - 60.000.000 - Biaya surveillance - 20.000.000 - - - - - 20.000.000 - - Pajak 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 5.272.480 Total Biaya 60.409.510 80.409.510 60.409.510 60.409.510 60.409.510 60.409.510 210.409.510 80.409.510 120.409.510 94.509.510 Net benefit 23.884.778 3.884.778 23.884.778 23.884.778 23.884.778 23.884.778 -126.115.222 3.884.778 -36.115.222 46.234.188.778 Disc. Factor 0,541 0,511 0,483 0,457 0,432 0,409 0,387 0,366 0,346 0,327 PV manfaat 45.573.671 43.095.670 40.752.406 38.536.554 36.441.186 34.459.751 32.586.053 30.814.234 29.138.756 15.144.068.903 PV biaya 32.660.376 41.109.567 29.205.216 27.617.226 26.115.580 24.695.584 81.339.027 29.394.132 41.623.025 30.893.562 PV manfaat-PV biaya 12.913.295 1.986.103 11.547.190 10.919.329 10.325.606 9.764.167 -48.752.974 1.420.102 -12.484.270 15.113.175.340 NPV 14.961.358.163 Net B/ C -45,93

114

Page 128: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

115

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Kondisi Bengkel Kerajinan Kayu Sertifikasi yang Berada di Desa Selopuro

Kondisi Hutan Rakyat di Lokasi Penelitian

(dari kiri-kanan) Ketua PPHR Catur Giri Manunggal, Ketua FKPS Selopuro dan Ketua FKPS Sumberejo dan Keluarga Membawa Sertifikat

PHBML

Page 129: ANALISIS KELEMBAGAAN DAN DAMPAK PENERAPAN … · PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN ... perdagangan hutan rakyat yakni dalam bentuk biaya surat izin ... Erwan, Evy, Shinta, Elok, dan

116

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Batu pada tanggal 3 Juni 1990 dari pasangan Dwi

Hariyadi dan Sumarmi. Penulis menghabiskan masa studinya di SDN Ngaglik 1 Batu,

SMP Negeri 1 Batu, dan SMA Negeri 1 Batu hingga akhirnya diterima di IPB dengan

jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

IPB (USMI) pada tahun 2008. Selama masa studi, penulis aktif dalam Himpunan

Profesi Resources and Environmental Economic Student's Association (REESA)

sebagai Sekretaris Divisi (2009/2010) dan Ketua Divisi Public Relation (2010/2011)

dan UKM IPB Debating Community (IDC) sebagai Head of Information &

Communication (2009/2010) dan Vice President I (2010/2011). Disamping aktif di

keorganisasian, penulis juga aktif sebagai freelance translator dan mengikuti berbagai

lomba duta wisata dan lomba debat bahasa inggris di tingkat lokal maupun nasional

sebagai debater maupun adjudicator (juri). Beberapa prestasi yang telah diraih oleh

penulis diantaranya adalah Juara 2 Lomba Debat Falcon 2012; adjudicator seleksi

regional kopertis 3 National University Debating Championship (NUEDC) 2012;

invited adjudicator ALSA Universitas Indonesia; adjudicator akreditasi B pada

Indonesian Varsities English Debate (IVED) 2011; invited adjudicator Falcon 2011,

IAAS Olympic 2011 dan lomba debat Politik Ceria se-Jawa Bali 2011; Juara 1 Fateta

Annual English Competition (Falcon) 2010; Juara 2 Intercomp IDC 2010; Juara 2

Lomba Debat Attention 2009; Juara 3 Speech Contest Attention 2009; Juara 1 Lomba

Debat Banking Goes To Campus (BGTC) 2010; Quarterfinalist Polinela National

Debating Championship (PNDC) 2010; Juara 1 Lomba Debat Agrination 2009;

Octofinalist Indonesian Schools Debating Championship 2006; Juara 1 Lomba Debat

Tingkat SMA se-Provinsi Jawa Timur 2006; Juara 1 Lomba Debat HI-Fiesta; Juara 2

Lomba Debat EEC; dan Wakil 1 Nimas Kota Batu 2006.