Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pupuk Kompos (Studi ... · kepada penulis sejak penyusunan...
Transcript of Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pupuk Kompos (Studi ... · kepada penulis sejak penyusunan...
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PUPUK KOMPOS
(Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
ALFAN MUBAROQ HARAHAP
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN
ALFAN MUBAROQ HARAHAP. H44070010. 2011. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pupuk Kompos (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan ADI HADIANTO).
Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan, sayuran dan buah-buahan yang bebas dari bahan-bahan kimia. Gaya hidup sehat dengan slogan “back to nature” telah menjadi tren baru meninggalkan pola hidup lama yang penuh dengan bahan kimia. Penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus menjadi penyebab menurunnya kesuburan lahan bila tidak diimbangi dengan penggunaan pupuk organik. Penggunaan pupuk kimia yang tidak memiliki kemampuan memperbaiki struktur tanah dan secara tidak langsung mendorong terjadinya erosi tanah.
Pengembangan industri pupuk organik tidak hanya berdasarkan atas faktor kerusakan lahan tetapi juga nilai bisnis dan ekonomisnya. Pertanian organik meningkat mengalami perkembangan yang pesat sehingga permintaan pupuk organik ikut meningkat. Industri pupuk di Indonesia pada umumnya terdiri dari usaha kecil menengah dan bersifat parsial. Hal ini mengakibatkan kebutuhan pupuk organik di Indonesia masih belum terpenuhi karena ketersediaan pupuk organik masih relatif kecil dan akses untuk memperolehnya relatif sulit. Kabupaten Bogor adalah salah satu kabupaten yang berperan dalam perkembangan pertanian organik. Desa Cikarawang merupakan salah satu desa di Kabupaten Bogor yang mengembangkan usaha pupuk kompos. Usaha ini merupakan salah satu usaha kecil atau mikro yang bergerak di sektor pertanian dan masih mengandalkan intuisi dalam menjalankan usahanya. Unit usaha pupuk kompos membutuhkan biaya investasi dalam penyediaan komponen-komponen. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian terhadap kelayakan usaha dari pupuk kompos agar dapat berjalan dengan baik dan bisa memberikan manfaat yang lebih daripada biaya yang dikeluarkan.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah 1) menganalisis kelayakan finansial usaha pupuk kompos yang berada di Desa Cikarawang dan 2) menganalisis tingkat sensitivitas (switching value) dari pendirian unit usaha pupuk kompos apabila terjadi peningkatan harga input dan penurunan harga output.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pengambilan data di lapangan yaitu di desa Cikarawang yang dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011 dengan metode wawancara langsung dengan Kelompok Tani Hurip. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menghitung kelayakan usaha pupuk kompos dari aspek finansialnya.
Analisis kelayakan aspek finansial pada usaha pupuk kompos di Kelompok Tani Hurip menggunakan kondisi pengusahaan pupuk kompos pada saat ini, dimana usaha ini menghasilkan produksi berdasarkan luasan lahan pengomposan yang dimiliki sehingga total produksi mencapai 1200 kg setiap bulannya (1,2 ton/bulan). Hasil perhitungan kriteria investasi menunjukkan bahwa
nilai NPV yang diperoleh adalah Rp 21.583.630,18; Net B/C 2,45; IRR 36 persen, dan payback period selama 3,27 tahun atau 3 tahun 3 bulan 24 hari. Berdasarkan hasil tersebut maka usaha ini dapat dikatakan layak untuk dijalankan.
Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa usaha ini menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila penurunan harga jual pupuk kompos lebih dari 14,22 persen dan kenaikan harga kotoran kambing lebih dari 113,75 persen. Berdasarkan hasil analisis switching value ini, variabel penurunan harga jual pupuk kompos merupakan variabel yang paling sensitif sehingga memiliki risiko usaha paling besar dibandingkan dengan variabel kenaikan harga kotoran kambing.
Rekomendasi saran yang dapat diberikan oleh peneliti meliputi peningkatan kapasitas produksi, perluasan daerah pemasaran, modernisasi teknologi yang digunakan agar dapat meminimumkan biaya pengeluaran dan menghasilkan output yang optimal, pentingnya perhatian pemerintah untuk mendukung Kelompok Tani Hurip dalam mengembangkan usaha pupuk kompos serta menjaga kualitas pupuk kompos yang dihasilkan.
Kata Kunci : Usahatani pupuk kompos, analisis kelayakan finansial, analisis nilai
pengganti.
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PUPUK KOMPOS
(Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Oleh :
Alfan Mubaroq Harahap
H44070010
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Penelitian : Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pupuk Kompos (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
Nama : Alfan Mubaroq Harahap NRP : H44070010
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Adi Hadianto, SP, M. Si NIP : 19790615 200501 1 004
Diketahui, Ketua Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP : 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PUPUK KOMPOS” BELUM
PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK
TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN
YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN
KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM
NASKAH.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mayang, Sumatera Utara pada tanggal 15 Januari
1990. Penulis bernama lengkap Alfan Mubaroq Harahap yang merupakan anak
ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Muhtadin Harahap dan Heridayati.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2001 di Sekolah Dasar
124399 Pematang Siantar. Tahun 2004 penulis lulus dari Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Pematang Siantar. Tahun 2007 penulis lulus Sekolah Menengah
Atas Swasta Sultan Agung Pematang Siantar, lalu pada tahun 2007 penulis
melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama menjadi mahasiswa, penulis tergabung dalam Ikatan Mahasiswa
Muslim Asal Medan (IMMAM) dan aktif dalam Resource and Environmental
Economics Student Association (REESA) sebagai anggota divisi
Enterpreneurship periode 2008-2009. Penulis juga aktif dalam Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) sebagai Sekretaris Bidang Pengembangan Anggota
Komisariat Fakultas Ekonomi dan Manajemen periode 2008-2009. Selain itu,
penulis juga pernah mengikuti berbagai kepanitiaan seperti Green Base pada
tahun 2009, ketua komisi disiplin MPD Orange FEM 2009 serta aktif mengisi
acara hiburan disetiap kegiatan yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi dan
Manajemen.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karuniaNya skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pupuk
Kompos (Studi Kasus : Kelompok Tani Hurip, Desa Cikarawang, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)” dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Adi
Hadianto, SP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan banyak bantuan dalam proses penulisan skripsi. Ucapan terima kasih
juga ditujukan kepada teman-teman penulis yang telah banyak memberikan
bantuan dan saran dalam penulisan skripsi.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak.
Bogor, Juli 2011
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu serta
memberi dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada :
1. Adi Hadianto, SP, M.Si selaku pembimbing skripsi yang dengan semangat
dan kesabaran luar biasa dalam memberikan arahan, bimbingan dan motivasi
kepada penulis sejak penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.
2. Ir. Ujang Sehabudin sebagai dosen penguji utama, atas kesediaan dan waktu
untuk menjadi penguji skripsi penulis.
3. Novindra, SP selaku dosen penguji Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, atas kesediaan dan waktu untuk menjadi penguji skripsi penulis.
4. Orangtua saya, Drs. H. Muhtadin Harahap SmHk, MBA dan Hj. Heridayati
tercinta yang tidak pernah berhenti mendoakan dan memberikan dukungan
baik materi dan moral kepada penulis selama ini. Mbak Ira, Mbak Onya, dan
Mas Eko yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.
5. Bapak Ahmad selaku Ketua Kelompok Tani Hurip yang membantu penulis
dalam pencarian data selama penelitian serta Bapak Dedi yang menemani saya
selama berada di lokasi penelitian.
6. Teman-teman satu bimbingan skripsi Febri, Antari, Cicit, Chici, dan Tina
yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
7. Teman-teman ESL, Ario, Suci, Bahroin, Andrian, Adhitya, Prasodjo, Riony,
Ade, Andika, Agung dan yang lainnya, terima kasih atas kebersamaannya dan
telah memberikan semangat kepada penulis.
8. Abang Anggi, Abang Rambey, Abang Zahedi, Fandi, Ginda dan seluruh
anggota IMMAM yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada
penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis selama ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah .................................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8 1.5. Ruang Lingkup ............................................................................................ 8
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 10 2.1. Usahatani ..................................................................................................... 10 2.2. Pupuk Kompos ............................................................................................ 12 2.3. Pengomposan .............................................................................................. 15 2.4. Karakteristik dan Mutu Kompos ................................................................. 17 2.5. Studi Kelayakan Proyek .............................................................................. 19 2.6. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 28
III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................... 32 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ................................................................ 32
3.1.1. Teori Biaya dan Manfaat .................................................................. 32 3.1.2. Analisis Kelayakan Investasi ............................................................ 34 3.1.3. Analisis Kelayakan Finansial ........................................................... 35
3.1.3.1. Net Present Value (NPV) .................................................... 35 3.1.3.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio) .............................. 36 3.1.3.3. Internal Rate of Return (IRR) ............................................. 37
3.1.3.4. Payback Period (PP) ........................................................... 37 3.3.4. Analisis Nilai Pengganti ................................................................... 38
3.2. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................... 39
IV. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 42 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 42 4.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 42 4.3. Metode Analisis Data .................................................................................. 42 4.4. Analisis Data ............................................................................................... 43
4.4.1. Analisis Kelayakan Finansial ........................................................... 43 4.4.2. Analisis Nilai Pengganti ................................................................... 47
4.5. Asumsi Dasar .............................................................................................. 47
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................... 50 5.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ......................................................... 50
5.1.1. Desa Cikarawang .............................................................................. 50 5.1.2. Kelompok Tani Hurip ...................................................................... 53
5.2. Gambaran Umum Usaha ............................................................................ 55 5.2.1. Sejarah Berdirinya Usaha ................................................................. 55
x
5.2.2. Pengadaan Input .............................................................................. 56 5.2.3. Proses Produksi ................................................................................ 57
5.3. Dampak Sosial Ekonomi Usaha ................................................................. 64
VI. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ...................................................... 67 6.1. Inflow .......................................................................................................... 67 6.2. Outflow ........................................................................................................ 69 6.3. Analisis Kelayakan Finansial ...................................................................... 81 6.4. Analisis Switching Value ............................................................................ 84
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 89 7.1. Kesimpulan ................................................................................................. 89 7.2. Saran ........................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 91
LAMPIRAN ............................................................................................................ 93
xi
xii
8 ......................................................... 3
2
mpos ...................... 14
................................ 69
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1 Kebutuhan dan Ketersediaan Berbagai Jenis Pupuk di Indonesia Tahun 200
Kandungan NPK Beberapa Bahan Organik ................................................. 12
3 Standar Kualitas Unsur Makro Kompos Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 19-7030-2004) .......................................... 13
4 Kandungan NPK Kompos dari Beberapa Produsen Ko
5 Standar Kualitas Unsur Makro Kompos Berdasarkan Standar Nasional Indonesia ............................................................................ 18
6 Jumlah Total Produksi dan Nilai Penjualan Pupuk Kompos ....................... 68
7 Nilai Sisa Investasi Usaha Pupuk Kompos ..................
8 Rincian Biaya Investasi Usaha Pupuk Kompos ........................................... 70
9 Rincian Biaya Reinvestasi Usaha Pupuk Kompos ....................................... 74
10 Rincian Biaya Produksi Usaha Pupuk Kompos ........................................... 75
11 Rincian Biaya Operasional Sarana dan Prasarana Usaha Pupuk Kompos ... 79
12 Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usah Pupuk Kompos .......................... 82
13 Hasil Analisis Switching Value .................................................................... 85
xiii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 erangka Pemikiran Operasional ................................................................. 41
2 elompok Tani Hurip .................................................................................... 54
3 emupukan Bahan Kompos ........................................................................... 61
yakan ........................................................................ 62
Pengemasan Pupuk Kompos .......................................................................... 63
buatan Pupuk Kompos .................................................................... 66
K
K
P
4 Pupuk Kompos Hasil A
5
6 Alur Pem
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 ashflow Usaha Pupuk Kompos (Kapasitas 1.200 kg/bulan) ...................... 94
2 ashflow Analisis Switching Value Kenaikan Biaya Kotoran Kambing apasitas 1.200 kg/bulan) ............................................................................ 96
3 ashflow Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Pupuk Kompos apasitas 1.200 kg/bulan) ............................................................................ 99
4 arga Pokok Produksi Pupuk Kompos Per Kg (Untuk Kapasitas roduksi 300 Kg dalam 1 Petakan) ................................................................ 101
C
C(K
C(K
HP
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian,
hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya
mengonsumsi makanan, sayuran dan buah-buahan yang bebas dari bahan-bahan
kimia. Produk pertanian selama ini banyak menggunakan bahan kimia, seperti
pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian.
Gaya hidup sehat dengan slogan “back to nature” telah menjadi tren baru
meninggalkan pola hidup lama yang penuh dengan bahan kimia. Oleh karena itu,
usaha pupuk organik memiliki peluang besar dalam menanggapi isu yang terjadi.
Penggunaan pupuk kimia yang terus-menerus menjadi penyebab
menurunnya kesuburan lahan bila tidak diimbangi dengan penggunaan pupuk
organik. Hasil penelitian Lembaga Penelitian Tanah (LPT) menunjukkan bahwa
79 persen tanah sawah di Indonesia memiliki bahan organik (BO) yang sangat
rendah 1. Padahal BO sangat berperan sebagai faktor pengendali (regulating
factor) dalam proses-proses penyediaan hara bagi tanaman dan mempertahankan
struktur tanah.
Menurut data World Bank (1983) dalam Indrasti (2003), pulau Jawa
kehilangan lebih dari 7 juta ton lapisan tanah atas tiap tahun. Kehilangan tersebut
memerlukan dana sebesar $US 400 juta untuk mengembalikannya.
1 http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=60687. Falik Rusdayanto. Potensi pascaproduk pertanian organik. 2007. 23 Januari 2011.
1
2
Kehilangan tersebut diakibatkan oleh penggunaan pupuk kimia yang tidak
memiliki kemampuan memperbaiki struktur tanah dan secara tidak langsung
mendorong terjadinya erosi tanah. Untuk menanggulangi hal tersebut perlu
digalakkan penggunaan pupuk organik. Menurut Musnawar (2003), pupuk
organik boleh dikatakan tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan
manusia sehingga aman dipakai.
Pengembangan industri pupuk organik tidak hanya berdasarkan atas faktor
kerusakan lahan tetapi juga nilai bisnis dan ekonomisnya. Pertanian organik
meningkat mengalami perkembangan yang pesat sehingga permintaan pupuk
organik ikut meningkat. International Federation for Organic Agriculture
Movement (IFOAM) sebuah organisasi internasional yang menjadi payung
gerakan organik seluruh dunia, memprediksi bahwa pertumbuhan pasar organik
berada di kisaran 20-30 persen tiap tahun.
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan
tanah sedangkan pemupukan adalah suatu proses penambahan bahan tersebut ke
tanah agar tanah menjadi subur. Jenis pupuk ada dua, yaitu pupuk organik dan
anorganik (kimia) dimana kedua jenis pupuk ini memiliki manfaat yang sama
yaitu untuk memperbaiki kesuburan tanah.
Industri pupuk di Indonesia pada umumnya terdiri dari usaha kecil
menengah dan bersifat parsial. Hal ini mengakibatkan kebutuhan pupuk organik di
Indonesia masih belum terpenuhi karena ketersediaan pupuk organik masih relatif
kecil dan akses untuk memperolehnya relatif sulit. Menurut data dari Departemen
Pertanian pada tahun 2008 bahwa kebutuhan sebesar 17.000.000 ton. Hal tersebut
3
menunjukkan bahwa potensi pasar industri pupuk organik di Indonesia sangat
besar.
Tabel 1. Kebutuhan dan Ketersediaan Berbagai Jenis Pupuk di Indonesia Tahun 2008
Jenis Pupuk
Kebutuhan (Ton)
Ketersediaan Pupuk (Ton)
Selisih (Ton)
Urea 5.817.974 4.300.000 1.517.917Sp-36 2.443.169 800.000 1.643.169ZA 1.164.744 700.000 467.744NPK 1.269.406 900.000 369.406Organik 17.000.000 345.000 16.655.000
Sumber : Deptan, 2008
Kabupaten Bogor adalah salah satu kabupaten yang berperan dalam
perkembangan pertanian organik. Pada tahun 2009, pemerintah Kabupaten Bogor
bekerja sama dengan Yayasan Danamon Peduli resmi meluncurkan unit
pengolahan sampah pasar menjadi pupuk organik berkualitas tinggi di Pasar
Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Kabupaten Bogor sendiri merupakan salah satu
daerah yang berpotensi di bidang pertanian. Pemerintah Kabupaten Bogor juga
memfokuskan program pengembangan usahatani melalui pembangunan budidaya
pertanian organik di daerahnya. Sistem pertanian organik ini akan dilaksanakan
secara bertahap dan diharapkan bisa terwujud di seluruh Indonesia pada tahun
2010.
Salah satu usaha pengembangan pupuk organik yaitu usaha pupuk
kompos. Usaha tersebut cukup banyak dilakukan oleh masyarakat Kabupaten
Bogor karena banyaknya peluang dan kemudahan dalam menjalankannya.
Namun, tidak semua unit usaha yang menjalankan usaha tersebut memperhatikan
aspek-aspek manajemen yang dapat mendukung kemajuan usaha tersebut, seperti
4
aspek kelayakan usaha dan dampak lingkungan. Banyak dari mereka yang hanya
mengandalkan intuisi dalam menjalankan usahanya, sehingga seringkali tujuan
yang ingin dicapai tidak dapat terwujud. Aspek kelayakan usaha sangat penting
untuk menilai apakah investasi yang akan ditanamkan layak atau tidak untuk
dijalankan, dengan kata lain jika usaha tersebut dijalankan, apakah akan
memberikan manfaat atau tidak. Studi kelayakan usaha merupakan kegiatan untuk
mempelajari secara mendalam mengenai data dan informasi yang telah ada,
kemudian mengukur, menghitung dan menganalisis hasil penelitian tersebut
dengan menggunakan metode-metode tertentu.
Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan usaha terkait dengan tiga aspek,
yaitu:
1. Manfaat ekonomis usaha tersebut bagi usaha itu sendiri (sering disebut sebagai
manfaat finansial). Hal ini berarti apakah usaha tersebut dipandang cukup
menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko usaha tersebut
2. Manfaat ekonomis usaha tersebut bagi negara tempat usaha itu dilaksanakan
(sering disebut sebagai manfaat ekonomi nasional) yang menunjukkan manfaat
usaha tersebut bagi ekonomi makro suatu negara
3. Manfaat sosial usaha tersebut bagi masyarakat di sekitar lokasi usaha.
Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor merupakan
salah satu desa yang mengembangkan usaha pupuk kompos. Hal ini sesuai dengan
potensi alam di desa tersebut yang masih banyak ditanami padi. Luas desa ini
adalah 225,56 hektar, sedangkan lahan yang digunakan untuk sawah dan ladang
adalah 194,572 hektar. Desa Cikarawang memiliki tiga dusun, yaitu Dusun I, II,
dan III. Para petani di Desa Cikarawang tergabung dalam beberapa kelompok tani
5
diantaranya ialah Kelompok Tani Hurip (KTH). Selama ini KTH telah
menjalankan beberapa unit usaha, diantaranya usaha pupuk kompos.
Usaha ini merupakan salah satu usaha kecil atau mikro yang bergerak di
sektor pertanian dan masih mengandalkan intuisi dalam menjalankan usahanya.
Unit usaha pupuk kompos membutuhkan biaya investasi untuk penyediaan
komponen-komponen seperti kotoran ternak, jerami padi, abu dapur, bakteri
starter, cangkul, sekop, ember, sabit serta lahan atau tempat produksi. Berdasarkan
hal tersebut, perlu dilakukan penelitian terhadap kelayakan usaha dari pupuk
kompos agar dapat berjalan dengan baik dan bisa memberikan manfaat yang lebih
daripada biaya yang dikeluarkan. Penelitian ini menggunakan analisis finansial
yang meliputi berbagai kriteria kelayakan usaha, yaitu Net Present Value (NPV),
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Pay Back
Periode (PP). Selain itu dikaji pula mengenai tingkat sensitivitas (Switching
Value) apabila terjadi perubahan-perubahan yang terkait dengan biaya operasional
serta volume produksi. Melalui penelitian pupuk kompos, aspek-aspek dalam
menilai kelayakan dapat diketahui sehingga dapat menjadi sumber bagi para
investor yang berminat menanamkan modalnya ke Kelompok Tani Hurip untuk
pengembangan usaha pupuk kompos.
1.2. Perumusan Masalah
Pupuk merupakan salah satu input yang sangat esensial dalam proses
produksi pertanian. Tanpa pupuk, penggunaan input lainnya seperti benih unggul,
air dan tenaga kerja hanya akan memberikan manfaat minimal sehingga
produktivitas pertanian dan pendapatan petani akan rendah. Hal ini dikarenakan,
pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk
6
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Selain itu, petani juga sering membuat sendiri pupuk
untuk usahataninya ataupun untuk diperjualbelikan. Pupuk yang biasanya dibuat
sendiri oleh petani adalah pupuk kompos karena pembuatannya yang sederhana
yaitu berasal dari limbah-limbah yang ada di sekitar usaha taninya seperti sisa
tanaman, kotoran ternak, dan limbah-limbah pertanian lainnya. Oleh karena itu,
pupuk kompos dalam pembuatannya sangat mudah untuk dilakukan.
Penggunaan bahan-bahan kimia berupa pupuk ataupun pestisida yang
melebihi dosis, dapat menimbulkan masalah yang cukup serius. Penggunaan
pupuk kimia ini tidak hanya berbahaya bagi lahan pertanian, tetapi juga
membahayakan kesehatan manusia. Ekosistem lahan pertanian menjadi rusak,
predator alami hilang, dan keseimbangan unsur hara dalam tanah menjadi
terganggu.
Salah satu upaya untuk mengembalikan kesuburan lahan pertanian dan
mendapatkan produksi bahan pangan yang sehat dan terhindar dari bahan-bahan
kimia berbahaya adalah dengan menggunakan pupuk organik. Jika Dibandingkan
dengan pupuk sintetis (kimia), pupuk organik mempunyai beberapa kelebihan
yaitu aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pupuk organik tidak merusak
ekosistem tanah, tidak mematikan mikroba tanah dan predator alami, dan tidak
terakumulasi sebagai bahan yang membahayakan pada produk pertanian yang
dikonsumsi oleh manusia. Selain itu, pupuk organik mempunyai keunggulan
dalam hal memperbaiki sifat-sifat fisik dan biologi tanah dan hal ini tidak dapat
dilakukan oleh pupuk kimia. Namun hal ini dapat dilakukan hanya pada pupuk
organik yang masih bersifat padat, berupa kompos atau pupuk kandang asli.
7
Pupuk organik dalam bentuk cair, ekstrak, pupuk daun, dan pelet, tidak akan
mempunyai kemampuan memperbaiki struktur tanah.
Kelompok Tani Hurip di Desa Cikarawang yang sebagian besar
anggotanya adalah para petani, memiliki potensi dalam mengembangkan usaha
pupuk kompos. Keberadaan limbah-limbah pertanian di desa Cikarawang cukup
melimpah. Selain itu, beberapa anggota Kelompok Tani Hurip telah memiliki
keahlian dalam membuat pupuk kompos. Hal ini terbukti dengan adanya usaha
pupuk kompos di desa tersebut tetapi masih sangat terbatas penjualannya,
kebanyakan dibuat dan digunakan oleh mereka sendiri.
Usaha pupuk kompos yang didirikan oleh Kelompok Tani Hurip nantinya
juga akan mengalami situasi dimana harga-harga komponen penyusun pupuk
kompos mengalami kenaikan atau saat produk pupuk kompos mulai jenuh
sehingga penjualannya mengalami penurunan. Hal tersebut dapat saja terjadi,
sehingga daya tahan usaha pupuk kompos terhadap perubahan manfaat dan biaya
harus diprediksikan sejak pendirian usaha tersebut mulai direncanakan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan analisis kelayakan terhadap usaha pupuk kompos di
Desa Cikarawang ini.
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka terdapat perumusan
masalah terkait dengan penelitian ini, yakni :
1. Bagaimana kelayakan usaha pupuk kompos Kelompok Tani Hurip di Desa
Cikarawang secara finansial?
2. Bagaimana pengaruhnya jika terjadi peningkatan biaya produksi dan
penurunan harga jual output pada usaha pupuk kompos?
8
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya penelitian
ini adalah:
1. Menganalisis kelayakan finansial usaha pupuk kompos yang berada di Desa
Cikarawang.
2. Menganalisis pengaruh nilai pengganti (Switching Value) dari pendirian unit
usaha pupuk kompos apabila terjadi peningkatan harga input dan penurunan
harga output.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kelayakan usaha pupuk kompos di Desa Cikarawang ditinjau dari aspek finansial.
Informasi ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu
pengambilan keputusan bagi pihak-pihak terkait, terutama masyarakat yang akan
menjalankan usaha sejenis. Selain itu, penelitian ini bermanfaat bagi penulis
dalam hal menambah dan memperluas pengetahuan dan wawasan dengan
menerapkan teori yang didapat di perkuliahan terhadap permasalahan yang ada
secara nyata. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan
bagi peneliti yang akan melakukan studi lanjutan tentang permasalahan yang
sama.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini menganalisis kelayakan usaha pupuk kompos yang
dilakukan pada tingkat desa di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawa Barat, adapun desa yang dijadikan sampel adalah Desa Cikarawang yang
9
menjadi tempat usaha pupuk kompos, objek penelitian adalah kelompok tani
Hurip dan masyarakat sekitar Desa Cikarawang, sumber dana berasal dari milik
pribadi, hasil output diasumsikan dijual seluruhnya, manfaat yang diperhitungkan
dibatasi pada manfaat yang dapat diukur (tangible benefit), metodologi yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menganalisis aspek finansial. Aspek
finansial ditentukan berdasarkan proyeksi arus kas usaha, berupa NPV (Net
Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit-Cost Ratio)
dan PP (Payback Period). Tingkat diskonto yang digunakan sebesar 6,75 persen
yang merupakan suku bunga Bank Indonesia pada tahun 2011.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usahatani
Rifai dalam Kadarsan (1995), mendefinisikan usahatani adalah suatu
tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur
produksi seperti: alam, tenaga kerja, modal dan keterampilan, yang ditujukan
kepada produksi di lapangan pertanian. Lebih lanjut Hernanto (1991) menjelaskan
bahwa dalam usahatani terdapat empat unsur pokok yang sangat penting, disebut
faktor-faktor produksi, yaitu: (1) Tanah, (2) Tenaga kerja, (3) Modal dan (4)
Pengelolaan atau manajemen. Tanpa salah satu faktor tersebut produksi tidak akan
diperoleh secara memuaskan.
Tanah dalam usaha tani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah
dan sebagainya. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan
sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil, menyakap, pemberian Negara, warisan
ataupun wakaf. Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur maupun
polikultur atau tumpang sari.
Tenaga kerja terdiri atas beberapa jenis, antara lain: tenaga kerja manusia,
ternak dan mekanik. Tenaga kerja manusia dapat dibedakan menjadi tenaga kerja
pria, wanita, dan anak-anak yang dipengaruhi oleh pendidikan, keterampilan,
pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan.
Tenaga kerja dapat berasal dari dalam dan luar keluarga (umumnya dengan cara
upahan).
Modal dalam suatu usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi
serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal
11
diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit, warisan, usaha lain atau dari
kontrak sewa.
Pengelolaan atau manajemen dalam usahatani adalah kemampuan petani
untuk menetukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi
yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan produksi
pertanian sebagaimana yang diharapkan. Untuk dapat menjadi pengelola yang
berhasil, maka pemahaman terhadap prinsip teknik dan prinsip ekonomis menjadi
syarat bagi seorang pengelola.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa, besarnya produksi selain dipengaruhi
oleh faktor-faktor internal, seperti: teknologi, penggunaan input, cara bercocok
tanam dan lain-lain, juga dipengaruhi faktor-faktor eksternal, seperti: cuaca, iklim,
bencana alam, harga dan lain-lain. Faktor eksternal tidak dapat dikendalikan oleh
petani sehingga dalam memperbesar tingkat keuntungan, petani harus
mengendalikan faktor internal dan menyesuaikan jenis komoditi yang
diusahakannya sebagai respon terhadap faktor-faktor eksternal tersebut. Artinya
harus ada fleksibilitas dalam alokasi pengunaan lahan sesuai dengan kondisi lahan
untuk komoditas yang diusahakannya.
Menurut Soeharjo dan Patong (1973), bahwa tujuan dari setiap petani
dalam menjalankan usahataninya berbeda-beda. Apabila motif usahatani ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik melalui atau tanpa melalui peredaran
uang, maka usahatani yang demikian disebut usahatani pencukup kebutuhan
keluarga (subsistence farm). Bila motif usahatani didorong oleh keinginan untuk
mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, maka usahatani yang demikian
disebut usahatani komersial (commercial farm).
12
2.2. Pupuk Kompos
Kompos ialah bahan organik yang telah menjadi lapuk, seperti daun-
daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur,
carang-carang, serta kotoran hewan. Bahan-bahan ini menjadi lapuk dan busuk
bila berada dalam keadaan basah dan lembab, seperti halnya daun-daun menjadi
lapuk bila jatuh ke tanah dan berubah menjadi bagian tanah (Murbandono 1994).
Menurut Indrasti (2003), kompos merupakan bahan yang dihasilkan dari proses
degradasi bahan organik yang dapat berguna bagi tanah-tanah pertanian seperti
memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman
menjadi lebih tinggi.
Tabel 2. Kandungan NPK Beberapa Bahan Organik
Bahan Organik Kadar (%)
N P2O5 K2O • Kotoran Kuda
- padat - cair
• Kotoran Kerbau - padat - cair
• Kotoran Sapi - padat - cair
• Kotoran Kambing - padat - cair
• Kotoran Ayam • Bubuk darah • Abu kayu karet • Abu batang bunga
matahari
0.55 1.40
0.60 1.00
0.40 1.00
0.60 1.50 1.00 13.00
- -
0.30 0.02
0.30 0.15
0.20 0.50
0.30 0.13 0.80 2.00 5.00 2.50
0.40 1.60
0.34 1.50
0.10 1.50
0.17 1.80 0.40 1.00 12.00 12.00
Sumber : Soedyanto et.al (1992)
13
Murbandono (1994) menambahkan bahwa di lingkungan alam terbuka,
kompos bisa terjadi dengan sendirinya. Rumput, daun-daunan, kotoran hewan
serta sampah organik lainnya lama-kelamaan membusuk melalui proses alami
karena kerja sama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa
dipercepat oleh perlakuan manusia, hingga menghasilkan kompos yang
berkualitas baik dalam waktu tidak terlalu lama. Contoh standar kualitas kompos
tercantum dalam Tabel 3.
Tabel 3. Standar Kualitas Unsur Makro Kompos Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
Kandungan Baku Bahan organik (%) Kadar air (%) Total N (%) Karbon (%) Imbangan C/N P (%) K (%) pH
27-58 <50
>0.40 9.80-32.00
10-20 >0.10 >0.20
6.80-7.49 Sumber : SNI 19-7030-2004 dalam Suherman (2005)
Kompos termasuk dalam golongan pupuk organik yang dapat digunakan
sebagai pupuk bagi berbagai tanaman. Ditinjau dari segi manfaatnya, kompos
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pupuk buatan, seperti urea,
ZA, DS, NPK, dan lain-lain. Keunggulan tersebut diantaranya 1) dapat
memperbaiki struktur tanah sehingga produktivitas tanah tetap tinggi; 2) selain
mengandung unsur utama NPK, juga mengandung unsur-unsur hara lainnya yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman walaupun dalam jumlah yang kecil; dan 3) pupuk
kompos dan pupuk buatan bekerjanya saling mengisi untuk meningkatkan
produktivitas tanaman. Selain itu, menurut Lingga dan Marsono (2003), kompos
atau pupuk organik dapat menaikkan daya serap tanah terhadap air (water holding
capacity) sehingga mampu mempertahankan hasil panen tanaman pada musim
14
kemarau. Jika dibandingkan dengan pupuk sintetis, pupuk organik memiliki
kelemahan diantaranya kandungan haranya sedikit dan daya kerjanya lambat
(slow release) terutama pupuk organik padat (Soedyanto et.al. 1981). Menurut
Musnawar (2003), untuk menutupi kelemahan tersebut, pupuk organik biasanya
masih dipadukan dengan pupuk kimia. Penggunaan pupuk organik dan pupuk
kimia secara terpadu memiliki interaksi positif dalam meningkatkan produktivitas
tanaman.
Kandungan nutrisi kompos dari berbagai daerah produsen kompos
berbeda-beda. Penyebabnya adalah bahan baku yang digunakannya berbeda antara
satu produsen dengan produsen lainnya (Musnawar 2003). Jannah (2003)
melakukan pengukuran kandungan unsur hara berbagai kompos dari produsen
yang berbeda di berbagai kota. Hasil pengukurannya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan NPK Kompos dari Beberapa Produsen Kompos Unsur Satuan A B C D E F G
N % 2.24 0.88 1.02 4.65 1.92 1.32 1.61P % 1.90 5.21 7.10 1.60 4.08 1.02 2.67K % 0.40 0.52 0.39 0.52 0.70 0.25 0.55
Sumber : Jannah (2003
Keterangan :
A. PD. Kebersihan Cicabe
B. PD. Kebersihan Luigajah
C. PD. Kebersihan Sukabumi
D. PT. Bumi Serpong Damai
E. Kebun Raya Bogor
F. PT. Cakra Mandiri
G. PT. Nidia Nandi Utama
15
2.3. Pengomposan
Pengomposan menurut Murbandono (2002) adalah proses perubahan dan
peruraian bahan-bahan organik sehingga unsur haranya mengalami pembebasan
dan menjadi bentuk larut yang bisa diserap oleh tanaman. Dari hasil pengomposan
dihasilkan kompos.
Kompos merupakan bentuk akhir dari bahan-bahan organik (sampah
organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara
mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja didalamnya, baik secara
aerobik maupun anaerobik atau dengan kata lain kompos merupakan hasil
fermentasi atau dekomposisi dari bahan-bahan organik seperti tanaman, hewan,
atau limbah organik lainnya (Indriani 2000).
Sebelum dilakukan proses pengomposan, Apriadji (2004) mengemukakan
bahwa sampah harus dipisahkan antara sampah garbage dan sampah rubbish.
Sampah garbage adalah jenis sampah yang dapat dibusukkan (murni organik),
sedangkan sampah rubbish adalah jenis sampah rongsokan campuran senyawa
anorganik dengan organik. Jadi sampah yang nantinya dimanfaatkan sebagai
kompos hanya sampah jenis garbage saja, karena sampah jenis garbage mudah
sekali didegradasi oleh mikroba.
Waktu yang diperlukan dalam pembuatan kompos umumnya sekitar 3-4
bulan. Waktu ini dapat dipercepat menjadi 4-6 minggu, caranya dengan
menambahkan bahan tambahan atau aktivator bagi bakteri pengurai ke dalam
pengomposan tersebut (Murbandono 2002). Pengomposan dapat mengurangi
potensi pencemaran lingkungan yaitu mengurangi sampah yang dibakar atau
16
dibuang ke sungai. Kompos sebagai hasil dari pengomposan dapat mengurangi
penggunaan pupuk buatan dan obat-obat yang berlebihan pada tanaman.
Agar proses pengomposan dapat menghasilkan kompos yang bermutu
bagus maka harus diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi proses pengomposan, yaitu :
1. Nisbah C/N
Untuk proses pengomposan, nisbah C/N optimum pengomposan adalah
kurang dari 20 (Hadiwiyoto 1983). Hadiwiyoto (1983) menyatakan bahwa agar
tujuan pengomposan dapat tercerai maka C/N rasionya harus lebih kecil dari 20.
Apabila C/N rasio terlalu besar maka mikroba perombak akan menggunakan
cadangan nitrogen dalam tanah tersebut dan proses dekomposisi akan berlangsung
lama. Semakin rendah nilai C/N bahan, waktu yang diperlukan untuk
pengomposan semakin singkat.
2. Bentuk Bahan
Suriawiria (2002) mengemukakan bahwa dalam proses pengomposan
semakin kecil dan homogen bentuk bahan, semakin cepat dan baik pula proses
pengomposan. Karena dengan bentuk bahan yang lebih kecil dan homogen maka
lebih luas permukaan bahan yang dapat dijadikan substrat bagi aktivitas mikroba.
3. Kelembaban dan Kadar Air
Menurut Hadiwiyoto (1983), tumpukan sampah yang terlalu kering akan
menyebabkan pengomposan berjalan lama. Oleh karena itu dianjurkan untuk
menyiram tumpukan sampah dengan air setiap periode waktu tertentu sehingga
kadar airnya cukup. Biasanya kadar air 48-55% memberikan hasil pengomposan
17
yang baik. Pengomposan juga dapat berlangsung dengan baik apabila kadar air
berkisar antara 30-67%.
4. Suhu Pengomposan
Suhu pengomposan yang paling baik digunakan menurut Hadiwiyoto
(1983) sekitar 590C atau 40-500C (Murbandono 2002) atau 30-500C (hangat)
(Indriani 2000). Masih menurut Hadiwiyoto (1983) bahwa pengomposan akan
berjalan baik bila suhunya sesuai dengan suhu optimum pertumbuhan mikroba
perombak.
5. Nilai pH Pengomposan
Menurut Indriani (2000), bahwa pH pengomposan yang optimum berkisar
antara 6.5-7.5. Keasaman terlalu rendah (pH tinggi) menyebabkan kenaikan
konsumsi oksigen yang akan berakibat jelek terhadap lingkungan sekitarnya.
Pengontrolan pH dapat dilakukan dengan penambahan kotoran hewan, urea,
pupuk nitrogen dengan tujuan untuk menurunkan pH pengomposan (Murbandono
2002).
6. Jumlah Mikroba Perombak
Hadiwiyoto (1983) menyatakan bahwa jika jumlah mikroba perombak
pada mulanya sedikit maka pengomposan akan berjalan lama. Hal ini
berhubungan erat dengan waktu adaptasi mikroba terutama bakteri. Semakin
banyak jumlah bakteri pada awal suatu proses, fase adaptasinya semakin singkat.
2.4. Karakteristik dan Mutu Kompos
Kandungan nutrisi kompos dari berbagai daerah produsen kompos
berbeda-beda. Penyebabnya adalah bahan baku yang digunakan untuk
pengomposan berbeda antara satu produsen dengan produsen lainnya. Menurut
18
Suriawiria (2002), dalam kompos kandungan unsur-unsur seperti N, P, K dan
sebagainya sangat sedikit, tapi masih mengandung unsur-unsur yang tidak
dimiliki oleh pupuk buatan atau pupuk pabrik. unsur-unsur ini disebut unsur
mikro (mikroelemen), seperti besi (Fe), magnesium (Mg), dan tembaga (Cu), serta
vitamin sebagai zat pengatur tumbuh. Standar kualitas unsur makro kompos
berdasarkan standar nasional Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Standar kualitas unsur makro kompos berdasarkan Standar Nasional Indonesia
No Kandungan Satuan Baku 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Bahan organik Kadar air Total N Karbon (C) C/N rasio Phosphor (P) Kalium (K) pH
% % % % - % % -
27-58 <50
>0.40 9.80-32.0
10-20 >0.10 >0.20
6.80-7.49
Sumber : SNI 19-7030-2004 dalam Suherman (2005)
Tingkat kematangan kompos sangat berpengaruh terhadap mutu kompos.
Kompos yang telah matang akan memiliki kandungan bahan organik yang dapat
didekomposisi dengan mudah, nisbah C/N yang rendah, tidak menyebarkan bau
yang ofensif, kadar airnya memadai dan tidak mengandung unsur-unsur yang
merugikan bagi tanaman (phytotoxic, benih rumput dan patogen). Oleh sebab itu,
tingkat kematangan kompos merupakan faktor utama dalam penentuan kelayakan
mutu kompos.
Kompos sebagai hasil pengomposan, umumnya dicirikan oleh sifat-sifat
sebagai berikut :
1. Berwarna coklat hingga hitam.
19
2. Tidak larut dalam air, meskipun sebagian dari kompos dapat membentuk
suspensi.
3. Sangat larut dalam pelarut alkali, natrium pirifosfat, atau larutan ammonium
oksalat, dengan menghasilkan ekstrak berwarna gelap dan dapat difraksinasi
lebih lanjut menjadi zat humik, fulfik, dan humin.
4. Nisbah C/N berkisar antara 10-20 (tergantung bahan baku dan derajat
humifikasi).
5. Secara biokimiawi tidak stabil, tetapi komposisinya berubah akibat oksidasi
menjadi garam-garam anorganik, CO2, dan air melalui aktivitas mikrobial
(sepanjang kondisi lingkungan sesuai).
6. Memiliki kapasitas pemindahan kation dan absorbsi air tinggi.
7. Jika digunakan pada tanah, kompos memberikan efek-efek menguntungkan
bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. Nilai pupuknya ditentukan oleh N, P ,
K, Ca, dan Mg.
8. Tidak berbau.
2.5. Analisis Kelayakan Proyek
Analisis kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil
suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha yang
direncanakan. Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari
gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik
dalam arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial
benefit, hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan (Ibrahim 2003).
Menurut Gittinger (1986), proyek yang bergerak dalam bidang pertanian
adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi
20
barang-barang modal yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat lebih
setelah beberapa periode waktu. Sumber-sumber yang dimaksud dapat berupa
barang-barang modal, tanah, bahan setengah jadi, bahan mentah, tenaga kerja dan
waktu.
Menurut Subagyo (2007), objek studi kelayakan terbagi dalam 3 jenis
yang berbeda, yaitu:
1. Pendirian, berarti objek yang dipelajari dan diteliti merupakan usaha baru
yang akan didirikan.
2. Pengembangan, berarti objek yang dikaji usahanya sudah berdiri dan
mempunyai rencana untuk dikembangkan terutama pada aspek-aspek
tertentu, misalnya pembelian teknologi baru karena adanya permintaan pasar
yang meningkat.
3. Merger atau akuisisi, berarti objek merupakan usaha yang sudah berdiri
kemudian digabungkan dan diambil alih oleh perusahaan lain.
Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang kemampuan suatu
proyek dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono 2000). Tujuan
dilakukan analisis proyek adalah (1) untuk mengetahui tingkat keuntungan yang
dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, (2) menghindari pemborosan
sumberdaya-sumberdaya yang akan digunakan, yaitu dengan menghindari
pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan, (3) mengadakan penilaian
terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif proyek
yang paling menguntungkan, dan (4) menentukan prioritas investasi (Gray, et al.
1992).
21
Sofyan (2003), diacu dalam Chaerunnisa (2007) berpendapat tujuan yang
ingin dicapai dari studi kelayakan ini sekurang-kurangnya mencakup empat pihak
yang berkepentingan, yaitu:
1) Bagi pihak investor : studi kelayakan usaha ditujukan untuk melakukan
penilaian dari kelayakan usaha untuk menjadi masukan yang berguna karena
sudah mengkaji berbagai aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
teknologis, aspek manajemen operasioanl dan aspek finansial secara
komprehensif dan detail sehingga dapat dijadikan dasar bagi investor untuk
membuat keputusan investasi lebih objektif.
2) Bagi peneliti : studi kelayakan adalah suatu alat yang berguna dan dapat
dipakai sebagai penunjang kelancaran tugas-tugasnya dalam melakukan
penilaian suatu rencana usaha, usaha baru, pengembangan usaha, atau menilai
kembali usaha yang sudah ada.
3) Bagi masyarakat : hasil studi kelayakan usaha merupakan suatu peluang
untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat baik yang
terlibat langsung maupun yang muncul karena adanya nilai tambah sebagai
akibat dari adanya usaha tersebut.
4) Bagi pemerintah : dari sudut pandang mikro, hasil dari studi kelayakan ini
digunakan untuk pengembangan sumber daya baik dalam pemanfaatan
sumber-sumber alam maupun pemanfaatan sumber daya manusia berupa
penyerapan tenaga kerja. Selain itu, adanya usaha baru atau berkembangnya
usaha lama sebagai hasil studi kelayakan usaha yang dilaksanakan oleh
individu atau badan usaha tentunya akan menambah pemasukkan pemerintah
baik dari pajak pertambahan nilai maupun dari pajak penghasilan dan
22
retribusi berupa biaya perizinan, biaya pendaftaran, administrasi dan lain-
lainnya yang layak diterima sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Secara
makro pemerintah dapat berharap dari keberhasilan studi kelayakan usaha ini
adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah ataupun nasional sehingga
tercapai pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan kenaikan
pendapatan per kapita.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), tahap-tahap untuk melakukan
investasi usaha adalah sebagai berikut :
1) Identifikasi
Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan
kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut.
2) Perumusan
Tahap perumusan merupakan tahap untuk menerjemahkan kesempatan
investasi ke dalam suatu rencana proyek yang konkrit, dengan faktor-faktor
yang penting dikelaskan secara garis besar.
3) Penilaian
Penilaian dilakukan dengan menganalisa dan menilai aspek pasar, teknik,
manajemen dan finansial.
4) Pemilihan
Pemilihan dilakukan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang
akan dicapai.
5) Implementasi
Implementasi yaitu menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap berpegang
pada anggaran.
23
Metode analisis kelayakan finansial merupakan metode analisis yang dapat
digunakan untuk mengetahui apakah suatu usaha layak atau tidak untuk
dilaksanakan. Selain itu, untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan yang akan
terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah seperti perubahan harga bahan baku dan
lain sebagainya dapat digunakan metode analisis nilai pengganti (switching
value).
Kadariah et.al (1999) menjelaskan bahwa analisis finansial adalah analisis
yang melihat suatu proyek dari sudut badan-badan atau orang-orang yang
menanamkan modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam
proyek. Analisis finansial ini penting dalam memperhitungkan insentif bagi
orang-orang yang turut serta dalam menyukseskan pelaksanaan proyek.
Menurut Gittinger (1986), bahwa terdapat enam tujuan utama analisis
finansial untuk proyek-proyek pertanian, yaitu:
1. Penilaian pengaruh finansial. Tujuan analisis finansial adalah menilai
pengaruh-pengaruh proyek terhadap para petani, pengusaha swasta dan
umum, badan-badan pelaksana pemerintah dan pihak lain yang turut serta
dalam proyek tersebut. Penilaian ini didasarkan atas analisa keadaan finansial
setiap peserta pada saat tersebut dan suatu proyeksi keadaan finansial pada
masa yang akan datang sejalan dengan pelaksanaan proyek.
2. Penilaian penggunaan sumberdaya terbatas. Analisa finansial memberikan
informasi mengenai penggunaan sumberdaya-sumberdaya suatu proyek.
3. Penilaian insentif (penarik). Pengamatan secara finansial sangat dibutuhkan
dalam penilaian insentif pada para petani, manajer dan pemilik yang ikut
dalam proyek.
24
4. Ketetapan suatu rencana pembelanjaan. Salah satu tujuan dasar analisa
finansial adalah menghasilkan suatu rencana yang menggambarkan keadaan
finansial dan sumber-sumber dana berbagai peserta proyek serta proyek itu
sendiri. Rencana finansial adalah dasar untuk menentukan jumlah dan waktu
pelaksanaan investasi dan penetuan tingkat pembayaran serta kemungkinan
penambahan kredit untuk mendukung investasi yang telah ada.
5. Koordinasi kontribusi finansial. Rencana finansial mengikuti koordinasi
kontribusi finansial dari berbagai peserta proyek. Koordinasi tersebut dibuat
dari dasar proyeksi seluruh finansial untuk proyek sebagai suatu keseluruhan.
6. Penilaian kecakapan mengelola keuangan. Atas dasar proyeksi neraca
finansial, khususnya untuk perusahaan-perusahaan besar dan kesatuan (entity)
proyek, analisis dapat membuat penilaian tentang kerumitan pengelolaan
finansial proyek dan kemampuan pimpinan dalam mengelola proyek.
Lebih lanjut Gittinger (1986), mengemukakan bahwa salah satu cara yang
dapat digunakan dalam penilaian investasi dibidang pertanian adalah metode
diskonto. Diskonto merupakan suatu teknik yang dapat menurunkan manfaat yang
diperoleh di masa datang serta arus biaya menjadi biaya pada masa sekarang. Hal
ini dilakukan dengan cara mengurangkan manfaat-manfaat terhadap biaya-biaya
dari tahun ke tahun untuk mendapatkan arus manfaat neto yang disebut arus kas
(cash flow), kemudian arus kas tersebut didiskontokan.
Sehubungan dengan metode arus kas yang didiskontokan (discounted cash
flow), terdapat beberapa kriteria investasi yang digunakan, yaitu: Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) dan
25
untuk penilaian pengembalian ditunjukkan oleh kriteria Payback Periode atau
masa pengembalian investasi.
NPV atau keuntungan bersih suatu proyek adalah nilai sekarang dari arus
tambahan manfaat bagi pelaksanaan proyek, dihitung berdasarkan tingkat
diskonto. Jika nilai NPV lebih besar dari nol maka proyek dapat dikatakan layak.
Apabila nilai NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan
persis sebesar social opportunity cost faktor produksi modal, sebaliknya jika NPV
lebih kecil dari nol, berarti proyek tersebut tidak dapat menghasilkan senilai biaya
yang dipergunakan dan proyek tidak layak dilakukan (Kadariah et.al. 1999). Cara
perhitungan NPV dalam suatu penilaian investasi merupakan cara yang praktis
untuk mengetahui apakah proyek itu menguntungkan atau tidak. Namun, cara ini
tidak terlepas dari kelemahan-kelamahan, kelemahan ini terletak pada keharusan
menentukan suku bunga yang tepat dan benar sebelum metode digunakan
(Soekartawi et.al. 1986).
IRR yaitu rata-rata tingkat keuntungan internal tahunan dari suatu proyek
yang dinyatakan dalam satuan persen. Jika IRR dari suatu proyek lebih besar atau
sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku sebagai social discount rate, maka
NPV proyek tersebut sama dengan nol (impas), berarti proyek layak dilaksanakan,
sebaliknya jika IRR suatu proyek lebih kecil dari social discount rate, maka NPV
proyek tersebut lebih kecil dari nol, berarti proyek tidak layak untuk dilaksanakan
(Gray et.al. 1992).
Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai keuntungan bersih
sekarang yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah nilai keuntungan bersih
sekarang yang negatif (sebagai penyebut). Jika Net B/C lebih besar dari satu maka
26
proyek dikatakan layak, sebaliknya jika Net B/C lebih kecil dari satu maka proyek
tersebut tidak layak untuk dilaksanakan (Gray et.al. 1992).
Payback Period (tingkat pengembalian investasi) digunakan untuk
mengukur periode jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan semua
biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Proyek yang
dipilih adalah proyek yang paling cepat mengembalikan biaya investasi. Semakin
cepat modal kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal
yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan yang lain.
Menurut Gittinger (1986), bahwa analisis nilai pengganti adalah suatu
analisis kembali untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat
keadaan yang berubah-ubah.
Pada bidang pertanian, proyek-proyek umumnya sensitif terhadap
perubahan-perubahan yang mungkin saja terjadi. Perubahan-perubahan yang biasa
terjadi dalam menjalankan usaha bidang pertanian umumnya dikarenakan empat
variabel utama, yaitu:
1. Harga (harga jual output)
Perubahan harga jual output akan berpengaruh terhadap manfaat, manfaat
sekarang netto, tingkat pengembalian secara finansial maupun ekonomi.
2. Keterlambatan Pelaksanaan
Keterlambatan pelaksanaan mempengaruhi hampir semua proyek-proyek
pertanian. Mungkin terjadi keterlambatan dalam pemesanan dan penerimaan
peralatan baru. Hal ini akan mempengaruhi biaya maupun manfaat dan
akhirnya akan mempengaruhi manfaat netto.
27
3. Kenaikan Biaya
Proyek-proyek cenderung sensitif terhadap kenaikan biaya, karena biaya-
biaya sering diperkirakan sebelum proyek dilaksanakan. Hal ini akan
mempengaruhi biaya dan manfaat netto.
4. Hasil (produksi yang dihasilkan)
Analisis nilai pengganti menguji kembali kesalahan-kesalahan yang
dilakukan dalam memperkirakan hasil yang akan diperoleh. Perubahan
produksi yang dihasilkan akan mempengaruhi manfaat dan manfaat netto.
Menurut Kadariah et.al. (1999) bahwa tujuan dari analisis nilai pengganti
adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika
terdapat suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau
manfaat. Hal ini diperlukan karena analisis proyek banyak mengandung
ketidakpastian tentang apa yang terjadi diwaktu yang akan datang.
Analisis nilai pengganti (Switching Value) merupakan variasi dari analisis
sensitivitas yang mencoba melihat kondisi kelayakan yang terjadi apabila
dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat. Dalam analisis ini,
harus ditanyakan berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisis proyek
yang akan diganti agar proyek tersebut dapat memenuhi tingkat minimum
diterimanya proyek sebagaimana yang ditunjukkan oleh salah satu ukuran-ukuran
kemanfaatan proyek. Teknik analisis nilai pengganti dilakukan dengan cara
menentukan besarnya perubahan yang akan membuat nilai NPV sama dengan nol
(Gittinger 1986).
28
2.6. Penelitian Terdahulu
Gustoro (2006) dalam penelitiannya mengenai sistem penunjang
keputusan pendirian industri kompos di TPA Galuga, Bogor. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menunjang keputusan investasi
meliputi prakiraan jumlah timbunan sampah dan penilaian kelayakan finansial
industri pengolahan kompos. Sistem penunjang keputusan untuk pendirian
industri kompos dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual
Basic 6.0 yang disebut SPKKompos. Paket program SPKKompos terdiri dari dua
model yaitu model prakiraan dan model kelayakan finansial industri. Model
prakiraan digunakan untuk melihat prakiraan timbulan pasar sebagai bahan
pembuat kompos dengan cara memprakirakan jumlah penduduk pada masa yang
akan datang dengan metode prakiraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
diperoleh model prakiraan yang tepat untuk memprakirakan jumlah penduduk di
Kota Bogor dengan menggunakan metode tren linier yaitu persamaan y = 611047
+ 21409x. Hasil prakiraan jumlah penduduk kemudian dilakukan dengan analisis
dengan tetapan-tetapan profil sampah Kota Bogor sehingga didapat volume
timbulan sampah pasar Kota Bogor untuk periode 10 tahun yang akan datang dari
tahun 2006-2015. Sedangkan model kelayakan finansial industri digunakan untuk
mengetahui kelayakan suatu usaha dari aspek finansial. Hasil analisa industri
kompos dengan pengadaan sampah pasar 30 ton per hari tidak layak dijalankan.
Untuk pengadaan sampah pasar 60 ton per hari dan 120 ton per hari dengan umur
proyek 10 tahun layak untuk dikembangkan. Hal ini ditunjukkan dengan
perolehan nilai NPV sebesar Rp 1,4 milyar dan Rp 4,9 milyar dengan nilai IRR
29
sebesar 33,25% dan 47,59%. Untuk nilai B/C ratio diperoleh 1,86 dan 2,68
sedangkan payback period 5,52 tahun dan 3,16 tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009) mengenai analisis
kelayakan pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan
biogas dan pupuk kompos di UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan IPB.
Hasil penelitian menunjukkan kelayakan pengusahaan sapi perah dan
pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan pupuk kompos di UPP Darul
Fallah dan Fakultas Peternakan IPB bila ditinjau dari aspek-aspek non finansial
yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek SDM, dan aspek
lingkungan hidup dapat disimpulkan layak untuk diusahakan. Sedangkan hasil
analisis finansial usaha peternakan UPP Darul Fallah memperoleh NPV>0 yaitu
sebesar Rp 202 juta yang artinya bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Pada
usaha ini diperoleh Net B/C>0 yaitu sebesar 1,74 yang mengindikasikan bahwa
pengusahaan sapi perah dan pemanfaatan limbah untuk menghasilkan biogas dan
pupuk kompos layak untuk dijalankan dimana setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan
selama umur proyek menghasilkan 1,74 satuan manfaat bersih. IRR yang
diperoleh sebesar 26,13%, artinya usaha ini layak dan menguntungkan karena IRR
lebih besar dari nilai diskon faktor (8,75) dengan periode pengembalian investasi
selama lima tahun sepuluh bulan tujuh belas hari.
Widiyani (2010) meneliti tentang analisis kelayakan pengusahaan pupuk
kompos pada unit usaha koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, Kecamatan
Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tujuan penelitiannya adalah
menganalisis kelayakan aspek non finansial dan finansial pengusahaan pupuk
kompos, serta menganalisis kepekaan dari kelayakan finansial berdasarkan
30
analisis switching value dari pengusahaan pupuk kompos tersebut. Analisis aspek
pasar menunjukkan bahwa jumlah permintaan akan pupuk kompos sangat besar,
baik pada pasar internal maupun pasar eksternal. Berdasarkan analisis aspek
teknis, bahwa lokasi usaha tersebut sangat strategis dan ketersediaan bahan baku
serta tenaga kerja yang memadai. Koperasi kelompok tani Lisung Kiwari
memiliki struktur organisasi yang sederhana sehingga membantu dalam
pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab. Berdasarkan analisis aspek
sosial dan lingkungan, usaha ini mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan
sekitar.
Hasil aspek finansial dari pengusahaan pupuk kompos ini ada dua
skenario, yang pertama diperoleh NPV sebesar Rp 67,9 juta; Net B/C sebesar
3,52; IRR sebesar 56,82%; serta payback period selama dua tahun sepuluh bulan
dua hari. Pada skenario kedua diperoleh NPV sebesar Rp 138 juta; Net B/C
sebesar 5,91; IRR sebesar 96,77%; serta payback period selama satu tahun
delapan bulan delapan hari. Analisis switching value pada usaha ini menunjukkan
bahwa kondisi usaha pada skenario kedua memiliki tingkat kepekaan yang lebih
rendah atau batas maksimal yang lebih tinggi terhadap perubahan variabel yang
dianalisis sensitivitas perubahannya dibandingkan skenario pertama. Pada
skenario kedua, persentase batas kenaikan harga beli kotoran sapi yang masih
memberikan keuntungan adalah 48,63% dan pada skenario pertama 41,44%.
Batas maksimal perubahan penurunan produksi pupuk kompos pada skenario
kedua yang masih memberikan keuntungan adalah sebesar 21,94% dan pada
skenario pertama hanya 16,40%. Pada variabel harga jual, skenario kedua
memiliki batas maksimal perubahan penurunan harga jual produk yang masih
31
memberikan keuntungan sebesar 22,09% dan skenario pertama hanya sebesar
16,51%.
32
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang
berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada
Kelompok Tani Hurip (KTH) di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yaitu mengenai analisis kelayakan
finansial.
3.1.1. Teori Biaya dan Manfaat
Dalam analisa proyek, tujuan-tujuan analisa harus disertai dengan definisi
biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya merupakan segala sesuatu yang dapat
mengurangi suatu tujuan, sedangkan manfaat merupakan segala sesuatu yang
dapat membantu tujuan (Gittinger 1986). Biaya dapat juga didefenisikan sebagai
pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan manfaat yang
diterima. Biaya suatu proyek dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat
jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik, dan mesin.
2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang
diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja.
3) Biaya lainnya seperti pajak, bunga dan pinjaman.
Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan
kontribusi terhadap suatu proyek. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi :
33
1) Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan
dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti peningkatan pendapapatan,
kesempatan kerja, dan penurunan biaya.
2) Manfaat tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan
tidak langsung dari proyek dan bukan merupakan tujuan utama proyek,
seperti perubahan produktivitas tenaga kerja karena perbaikan kesehatan atau
keahlian, perbaikan lingkungan hidup, perbaikan distribusi pendapatan dan
lain sebagainya.
Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan
suatu proyek adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai
manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa
proyek. Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan
muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger 1986). Terdapat beberapa
pedoman untuk menentukan panjangnya umur proyek (Kadariah et al. 1999),
yaitu :
1) Ukuran umum yang dapat diambil suatu proyek (jangka waktu) yaitu sama
dengan umur ekonomis suatu aset dari proyek. Umur ekonomis suatu aset
ialah jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan
biaya.
2) Proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang besar lebih mudah
untuk menggunakan umur teknis daripada umur-umur pokok investasi. Dalam
hal ini untuk proyek-proyek tertentu umur teknis dari unsur-unsur pokok
investasi adalah lama tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek
karena obsolescence (ketinggalan zaman karena penemuan teknologi baru
34
yang jauh lebih efisien). Keadaan ini banyak terdapat dalam proyek-proyek
pertanian.
3) Proyek-proyek yang umumnya lebih lama daripada 25 tahun dapat diambil 25
tahun. Hal tersebut dikarenakan tahun-tahun setelah itu jika di discount
dengan discount rate sebesar 10 persen keatas maka present value nya akan
kecil.
3.1.2. Analisis Kelayakan Investasi
Dalam mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari
suatu proyek dapat menggunakan kriteria investasi. Ada dua cara yang dapat
dilakukan, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto,
dimana perhitungan berdiskonto merupakan suatu teknik yang dapat
“menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus
biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang. Adapun kelemahan umum model
perhitungan tidak berdiskonto dibandingkan perhitungan berdiskonto yaitu ukuran
tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus
manfaat yang diterima. Perbedaan dua cara ini terletak pada konsep Time Value of
Money yang diterapkan pada model perhitungan berdiskonto (Gittinger 1986).
Konsep Time Value of Money menyatakan bahwa nilai sekarang (present
value) adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang
(future value). Hal ini bisa terjadi karena disebabkan :
1. Time preference, yaitu sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada
saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia dimasa
yang akan datang.
35
2. Produktivitas atau efesiensi modal, yaitu modal yang dimiliki saat sekarang
memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui
kegiatan yang produktif.
Kedua unsur ini berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat
secara keseluruhan. Selain itu, kedua unsur tersebut memiliki keterkaitan secara
timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga modal yaitu
tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat dimungkinkan
untuk membandingkan arus biaya dan manfaat yang penyebarannya dalam waktu
yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku bunga ditentukan melalui proses
discounting (Kadariah 2001).
3.1.3. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis finansial merupakan analisis dimana proyek dilihat dari sudut
badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modal dalam proyek atau yang
berkepentingan langsung dalam proyek. Sedangkan analisis ekonomi merupakan
analisis dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian secara keseluruhan.
Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis finansial.
Menurut Husnan dan Suwarno (2000), analisis finansial adalah suatu
analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan
apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek. Analisis finansial
terdiri dari :
3.1.3.1. Net Present Value (NPV)
Suatu usaha dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang
diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya
36
disebut dengan manfaat bersih atau Net Present Value (NPV). Menurut Keown
(2001), NPV diartikan sebagai nilai bersih sekarang dari arus kas tahunan setelah
pajak dikurangi dengan pengeluaran awal. Dalam menghitung NPV perlu
ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV
yaitu :
a. NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian
sebesar modal sosial Opportunity Cost faktor produksi normal. Dengan kata
lain, proyek tersebut tidak untung tidak juga rugi.
b. NPV > 0, artinya suatu proyek dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan.
c. NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan, atau dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan
sebaiknya tidak dilaksanakan.
3.1.3.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)
Net B/C ratio merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif
dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih
yang menguntungkan usaha yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian
dari usaha tersebut (Husnan dan Suwarsono 2000). Kriteria investasi berdasarkan
Net B/C ratio adalah :
a. Net B/C = 1, maka NPV = 0, artinya proyek tidak untung maupun rugi namun
masih layak dijalankan.
b. Net B/C > 1, maka NPV > 0, artinya proyek tersebut menguntungkan atau
layak dijalankan.
37
c. Net B/C < 1, maka NPV < 0, artinya proyek tersebut merugikan atau tidak
layak dijalankan.
3.1.3.3. Internal Rate Return (IRR)
Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan intern
tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan
persen (Gittinger 1986). Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan
nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih
di masa-masa mendatang, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang
menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol (0).
Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga yang dapat dibayar oleh
proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila
memiliki nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan suatu
investasi dianggap tidak layak apabila memiliki nilai IRR yang lebih kecil dari
tingkat suku bunga yang berlaku.
3.1.3.4. Payback Period (PP)
Payback period merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan
untuk melihat periode waktu yang diperlukan untuk melunasi seluruh pengeluaran
investasi. Setelah mendapatkan nilai sekarang dari keuntungan bersih maka dapat
ditentukan pada tahun ke berapa total biaya investasi dapat tertutupi oleh
keuntungan. Semakin cepat modal kembali, maka akan semakin baik suatu proyek
untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipergunakan untuk
membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono 2000).
38
3.1.4. Analisis Nilai Pengganti
Analisis nilai pengganti mencoba melihat kondisi kelayakan yang terjadi
apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat. Analisis ini
digunakan untuk mengetahui sampai titik berapa peningkatan maupun penurunan
suatu komponen yang dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi
yaitu dari layak menjadi tidak layak maupun sebaliknya (Kadarsan 1995). Hal ini
merupakan suatu cara untuk menarik perhatian pada masalah utama proyek yaitu
proyek selalu menghadapi ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan
yang telah diramalkan (Gittinger 1986).
Pada proyek di bidang pertanian terdapat empat masalah utama yang
mengakibatkan proyek sensitif terhadap perubahan, yaitu :
a) Perubahan harga jual
b) Keterlambatan pelaksanaan proyek
c) Kenaikan biaya
d) Perubahan volume produksi
Pada analisis ini, dicari beberapa nilai pengganti pada komponen biaya dan
manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan
investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi
apabila nilai NPV sama dengan nol (NPV=0). NPV sama dengan nol akan
membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan satu
(cateris paribus). Artinya, sampai tingkat berapa proyek yang akan dijalankan
mentoleransi peningkatan harga atau penurunan input dan penurunan harga atau
jumlah output (Gittinger 1986). Parameter yang diambil adalah perubahan yang
39
sangat mempengaruhi kelayakan usaha. Parameter yang diambil dalam penelitian
ini yaitu perubahan harga, harga bahan baku dan upah tenaga kerja.
3.2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Pertanian organik mulai menjadi tren baru yang terus berkembang
sekarang ini, hal ini dikarenakan mulai munculnya kesadaran masyarakat
Indonesia untuk mengonsumsi pangan yang tidak menggunakan bahan kimia
dalam perawatannya. Hal ini mendorong timbulnya kebutuhan akan pupuk
organik yang terus meningkat. Salah satu contoh pupuk organik adalah pupuk
kompos.
Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang menyediakan pupuk
kompos karena kesesuaian kondisi masyarakat serta ketersediaan bahan-bahan
untuk membuatnya. Potensi fisik desa ini masih luas yaitu sekitar 155.620 hektar
merupakan lahan sawah. Hal ini menyebabkan ketersediaan limbah-limbah
pertanian sebagai bahan baku untuk membuat pupuk kompos cukup melimpah.
Selain itu, penduduk di desa ini sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai petani
dan rata-rata dari mereka memiliki kemampuan dalam membuat pupuk kompos.
Kelompok Tani Hurip merupakan salah satu kelompok tani di desa
Cikarawang, memiliki kontribusi dalam penyediaan pupuk kompos. Hal ini
terbukti dari adanya usaha pupuk kompos yang didirikan oleh kelompok tani ini.
Pupuk kompos yang diproduksi oleh kelompok tani ini dijual kepada masyarakat
desa sehingga masyarakat desa dapat mendapatkan pupuk kompos dengan harga
yang terjangkau.
Peluang pasar usaha pupuk kompos ini cukup besar mengingat
meningkatnya pertanian organik di Indonesia, akan tetapi usaha ini juga
40
membutuhkan biaya sehingga harus dianalisis apakah usaha pupuk kompos
tersebut layak atau tidak untuk diusahakan. Aspek utama dalam analisis kelayakan
yang akan dianalisis dalam penelitian ini, yaitu aspek finansial.
Aspek finansial yang dianalisis, meliputi NPV (Net Present Value), IRR
(Internal Rate of Return), Net B/C, dan Payback Periode. Dilakukan juga analisis
Switching Value untuk mengetahui sejauh mana tingkat kelayakan usaha pupuk
kompos jika terjadi perubahan-perubahan pada komponen manfaat dan biaya.
41
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Kalkulator dan Microsoft Excel
Kelayakan finansial (NPV, IRR, Net B/C, PP)
Analisis Switching Value
Keinginan untuk mengembangkan usaha Pupuk Kompos sendiri
Ketersediaan bahan baku kompos
Potensi usaha Pupuk Kompos
Perencanaan Usaha Pupuk Kompos kolaboratif (Pasar, Teknis, Kelayakan Organisasi, Manajemen,
Finansial)
Pencarian Data : Primer dan Sekunder
Data cukup TIDAK
YA
Tabulasi Data
Layak Tidak Layak
Dapat direkomendasikan ‐ Efesiensi Biaya ‐ Perbaikan
Teknologi
Kelompok Tani Hurip dan masyarakat Dusun II Desa Cikarawang
Analisis Kelayakan Usaha
Kelayakan Ekonomi
42
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan
Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara sengaja
(Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang
akan dilakukan karena Desa Cikarawang merupakan salah satu daerah yang
potensial untuk pegembangan usaha pupuk kompos. Hal ini dikarenakan
penduduk di desa ini sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani yang rata-
rata memiliki kemampuan untuk membuat pupuk kompos, selain itu keberadaan
limbah-limbah pertanian yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk
kompos cukup melimpah.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan
data sekunder. Data primer berupa pengamatan langsung ke lapangan dengan
metode wawancara langsung dengan responden. Responden yang dipilih adalah
ketua dan anggota kelompok Tani Hurip dari Desa Cikarawang. Data sekunder
yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari studi literatur dan informasi
dari beberapa instansi terkait seperti BPS Kabupaten Bogor dan referensi-referensi
lainnya berupa buku, makalah, penelitian terdahulu, serta internet.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Data dan informasi dikumpulkan untuk mendapatkan suatu gambaran
berbagai keterangan yang berkaitan dengan lingkup usaha. Pengumpulan data
primer diperoleh pada saat turun lapang ke lokasi penelitian yaitu usaha pupuk
43
kompos Kelompok Tani Hurip di Desa Cikarawang. Metode yang digunakan
untuk pengumpulan data primer berupa wawancara langsung serta observasi
lapang. Untuk lokasi pengumpulan data sekunder meliputi kantor Kepala Desa
Cikarawang dan perpustakan Institut Pertanian Bogor. Metode yang digunakan
untuk pengumpulan data sekunder berupa studi literatur dan browsing internet.
Tahapan analisis data yang dilakukan antara lain : tahap pemasukan data,
pemeriksaan data, pengolahan data dan pengelompokan data. Pengolahan data
dilakukan secara manual dengan menggunakan alat bantu kalkulator dan
komputer dengan menggunakan program Microsoft Excel, kemudian interpretasi
data secara deskriptif. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis
kelayakan finansial dan analisis nilai pengganti. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan
menghitung kelayakan usaha pupuk kompos dari aspek finansialnya.
4.4. Analisis Data
4.4.1. Analisis Kelayakan Finansial
Penelitian ini menggunakan analisis kelayakan finansial karena bertujuan
untuk melihat dampak dari adanya usaha pupuk kompos dari sisi pelaku usaha
yaitu para petani di Desa Cikarawang. Disamping itu, analisis kelayakan finansial
ini sudah mampu untuk menjawab permasalahan yang ada di lapang. Analisis
kelayakan finansial yang dilakukan untuk melihat kelayakan usaha pupuk
kompos, dibutuhkan data arus penerimaan dan pengeluaran. Arus penerimaan dan
pengeluaran disajikan dalam bentuk cashflow.
Kelayakan finansial dari suatu investasi dinilai dengan menggunakan
metode arus tunai terpotong (Discounted Cashflow). Metode ini adalah suatu cara
44
^
penilaian manfaat atau penilaian kelayakan investasi dari suatu proyek dengan
memperhitungkan nilai waktu dari uang. Kriteria investasi yang digunakan adalah
NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Periode (Gray, et. al. 1992) :
a. Net Present Value (NPV)
Metode ini merupakan selisih manfaat dan biaya selama umur ekonomis
proyek yang diukur dengan nilai uang sekarang dengan menggunakan discount
rate.
Rumus :
NPV = ∑
Keterangan :
NPV = Jumlah pendapatan bersih diwaktu sekarang selama n tahun (Rp)
Bt = Penerimaan proyek pada tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp)
n = Umur ekonomis proyek
i = Tingkat diskonto (%)
t = Tahun
apabila :
1. NPV < 0 (negatif), mengartikan bahwa sampai pada t tahun investasi masih
merugi sehingga tidak layak dilaksanakan.
2. NPV = 0, waktu tepat dimana biaya investasi dapat dikembalikan sehingga
perusahaan tidak mendapat keuntungan atau merugi.
3. NPV > 0 (positif), menunjukkan kondisi perusahaan menguntungkan,
dengan semakin besarnya NPV maka semakin besar pula keuntungan yang
akan dicapai.
b. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah suatu tingkat diskonto yang membuat NPV
proyek sama dengan nol. Internal Rate of Return merupakan arus pengembalian
yang menghasilkan NPV aliran kas masuk sama dengan NPV aliran kas yang
keluar.
45
IRR
Rumus :
∑^
Keterangan :
IRR = Besarnya Internal Rate of Return dalam persen (%)
= Discount rate yang menghasilkan NPV positif
= Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV(+) = NPV positif
NPV(-) = NPV negatif
Apabila :
IRR < tingkat diskonto : Proyek tidak layak
IRR = tingkat diskonto : Proyek tidak untung dan tidak rugi
IRR > tingkat diskonto : Proyek layak
c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net B/C adalah perbandingan antara present value dari total benefit positif
dengan total benefit negatif.
Rumus :
. . . > 0
Net B/C =
∑^
. . . < 0
46
Keterangan :
Net B/C = Net Benefit-Cost Ratio
= Penerimaan pada tahun-t
yek
ab :
1 = Proyek tidak layak dilaksanakan
Payback Periode atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu
akan usaha yang digunakan untuk mengukur periode
jangka
Payback Periode = n +
Bt
Ct = Biaya pada tahun-t
i = Tingkat suku bunga (%)
n = Umur ekonomis pro
t = Tahun
Ap ila
Net B/C > 1 = Proyek layak dilaksanakan
Net B/C <
d. Payback Periode (PP)
metode dalam menilai kelay
waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat kembali,
semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat
dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono 2000).
Adapun perhitungan Payback Periode adalah sebagai berikut:
x 1 tahun
Keterangan :
n = Tahun terakhir dimana arus kas masih belum bisa menutupi initial investment
tial investment
pada tahun ke- n+1
a = Jumlah ini
b = Jumlahkumulatif arus kas pada tahun ke- n
c = Jumlah kumulatif arus kas
47
Analisis nilai pengganti bertujuan untuk mengatasi perubahan-perubahan
a selama proyek berlangsung. Asumsi yang
digunakan adalah penurunan harga out
penelitian. Asumsi kedua adalah kenaikan harga input. Melalui analisis nilai
Switching Value
NPV
4.4.2. Analisis Nilai Pengganti
yang terjadi terhadap manfaat dan biay
put/penerimaan. Penentuan besarnya
penurunan harga output berdasarkan fluktuasi harga yang terjadi di lokasi
pengganti ini akan diketahui faktor-faktor apa saja yang paling sensitif. Untuk
mengukur tingkat sensitivitas digunakan formula (SV) yang
menggambarkan tingkat perubahan parameter tertentu yang menyebabkan NPV =
0.
NPV NPV
Keterangan :
i(+) = Tingkat diskon yang membuat nilai NPV positif
i(-) = Tingkat diskon yang membuat nilai NPV negatif
(+) = Nilai NPV positif
(-)
Asumsi dasar yang digunakan untuk menganalisis usaha pupuk kompos
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Umur proyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 tahun,
didasarkan pada umur ekonomis bangunan tempat produksi.
2. Sumber modal seluruhnya berasal dari modal sendiri.
NPV
NPV = Nilai NPV negatif
4.5. Asumsi Dasar
48
mur proyek merupakan
k kompos adalah harga perolehan ditempat
bahan baku habis di produksi sehingga tidak ada persediaan bahan
g dihasilkan 1.200 Kg setiap bulannya.
r umur
is terjual sehingga tidak ada persediaan di akhir
ikeluarkan pada tahun ke-1 dan biaya reinvestasi
berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan
alah suku bunga deposito Bank
Indonesia yang berlaku pada periode pengambilan data pada bulan Februari
3. Inflow dan Outflow pada tahun 2011 hingga akhir u
proyeksi berdasarkan pada penelitian dan informasi yang didapatkan pada
tahun 2010 dan tahun 2011.
4. Harga input produksi pupu
produksi (farm gate price) dimana marjin pemasaran tidak termasuk dalam
harga.
5. Semua
baku di awal dan akhir tahun.
6. Banyaknya pupuk kompos yan
7. Harga pupuk kompos yang digunakan mulai tahun ke-1 hingga akhi
proyek adalah harga yang berlaku pada tahun 2011 yaitu Rp 1.500,00 per
Kilogram. Tingkat harga yang digunakan adalah tingkat harga ditempat
produksi (farm gate price).
8. Produk yang dihasilkan hab
dan di awal tahun.
9. Biaya investasi d
dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis umur ekonomisnya.
Nilai dari investasi dan reinvestasi merupakan nilai perolehan barang modal
(investasi) pada tahun 2011.
10. Nilai penyusutan dihitung
menggunakan metode garis lurus dimana harga beli dikurangi dengan nilai
sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis.
11. Tingkat discount rate yang akan digunakan ad
49
i dan biaya operasional. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan
produksi, harga jual output, dan harga input pupuk.
2011. Hal ini juga berkaitan dengan inflasi yang mungkin terjadi di masa
yang akan datang sehingga mempengaruhi tingkat produktivitas dari investasi
yang akan ditanamkan dalam usaha pupuk kompos atau tingkat pengembalian
internal. Maka dari itu, nilai discount rate yang digunakan ialah sebesar 6,75
persen.
12. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pupuk kompos terdiri dari biaya
investas
biaya variabel.
13. Analisis nilai pengganti dilakukan dengan melihat pengaruh yang terjadi pada
perubahan hasil
50
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
5.1.1.
dari sepuluh desa yang terdapat di
paten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Cikarawang
emili
Desa Cikarawang
Desa Cikarawang merupakan salah satu
Kecamatan Dramaga, Kabu
m ki luas wilayah sebesar 226,56 Ha dengan kondisi geografis yaitu memiliki
ketinggian tanah sebesar 700 meter dari permukaan laut sehingga desa ini
termasuk ke dalam daerah bertopografi atau berdataran tinggi, serta suhu udara
rata-rata yaitu berkisar antara 250-300
si kota sejauh 45 km
duk di desa ini sebanyak
secara umum ekonomi
C. Batas wilayah Desa Cikarawang secara
administratif adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Sungai
Cisadane, sebelah selatan dengan Sungai Ciapus, sebelah barat dengan Sungai
Ciaduan, dan sebelah timur dengan Kelurahan Situgede.
Jarak dari pusat pemerintahan desa ke pusat pemerintahan kecamatan
sejauh 5 km, jarak ke pusat pemerintahan administra
sedangkan jarak ke ibu kota kabupaten/kotamadya daerah tingkat II sejauh 40 km.
Kondisi transportasi dari dan ke Desa Cikarawang sudah cukup baik yaitu adanya
fasilitas jalan yang beraspal dengan lebar 4 meter sehingga bisa dicapai dengan
menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Desa Cikarawang dibagi menjadi tiga dusun, tujuh rukun warga (RW) dan
tiga puluh dua rukun tetangga (RT). Jumlah total pendu
8.214 jiwa yang terdiri atas 4.195 jiwa laki-laki dan 4.019 jiwa perempuan, serta
jumlah kepala keluarga sebanyak 2.020 kepala keluarga.
Kegiatan perekonomian penduduk yang terdapat di Desa Cikarawang di
dominasi oleh kegiatan dalam sektor pertanian sehingga
51
asyar
i rumahnya masing-masing. Komoditas peternakan
tan miniatur aeromodelling, pembuatan pupuk
dan
m akatnya lebih banyak bertumpu pada sektor ini. Selain itu, terdapat pula
usaha peternakan, usaha perikanan, usaha industri, usaha jasa, dan usaha
perdagangan. Wilayah di desa ini memiliki potensi yang besar jika dilihat dari
segi sumberdaya alamnya yang sebagian besar masih berupa lahan pertanian.
Kegiatan pertanian sangat potensial untuk dikembangkan, terutama pertanian
tanaman padi dan palawija.
Kegiatan di sektor peternakan terlihat dari beberapa usaha ternak yang
dimiliki oleh setiap warga d
yang telah dikembangkan secara komersial di wilayah desa ialah penggemukan
kambing dan usaha peternakan ayam berkapasitas 5.000 ayam potong yang
dimiliki oleh warga masyarakat.
Kegiatan di sektor industri terlihat dari telah terdapatnya beberapa home
industry komersial yaitu pembua
organik bokasi, dan industri makanan seperti dodol, keripik tempe, talas dan
pisang. Usaha-usaha tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat desa
dalam meyerap tenaga kerja. Di sektor perikanan belum cukup berkembang, hal
ini terlihat dari kurang optimalnya pemanfaatan dari keberadaan danau atau situ
seperti Situ Burung yang ada di desa ini untuk budidaya perikanan air tawar.
Usaha pada sektor jasa yang telah dilakukan warga di Desa Cikarawang
adalah jahit-menjahit, wartel, mobil angkutan, ojeg, penggilingan gabah
pengolahan tanah pertanian, yaitu melalui penyewaan kerbau atau traktor tangan.
Pada sektor perdagangan, di daerah ini beberapa warga telah menjadi pengumpul
hasil pertanian yaitu ubi jalar dan ubi kayu untuk dijual di Pasar Induk Kramatjati,
dan industri pengolahan pangan. Sebagian warga ada yang menjadi pedagang
52
hektar, dengan luas lahan sawah 155,620 hektar.
ok tani agar
sayur-mayur, kacang-kacangan, bakso, mie ayam, maupun produk-produk lain
serta ada yang membuka warung di rumahnya. Di desa ini juga terdapat lembaga-
lembaga masyarakat seperti kelompok PKK, pramuka gudep, kelompok tani,
karang taruna, kelompok remaja mesjid, majelis ta’lim, Kader Pembangunan Desa
(KPD), dan lain sebagainya.
Lahan pertanian di Desa Cikarawang terutama digunakan untuk sawah dan
ladang, yaitu seluas 194,572
Sebagian besar tanah pertanian yang dikelola warga merupakan milik sendiri. Dari
hasil sawah dan ladang inilah masyarakat desa dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Sistem pola tanam yang dilakukan oleh petani Dusun I dan II adalah
dengan menggunakan sistem bergilir antara padi dan palawija. Berbeda dengan
sistem pola tanam yang dilakukan petani Dusun III yang hanya menanam padi
saja. Hal ini berkaitan dengan sistem irigasi yang terdapat di desa. Kurangnya air
dan harus ada pembagian alokasi air dengan sistem bergilir menyebabkan Dusun I
dan Dusun II melakukan penanaman padi hanya satu kali dalam setahun
sedangkan Dusun III air selalu melimpah, hal ini menyebabkan struktur tanahnya
menjadi basah sehingga hanya cocok untuk ditanami padi. Oleh karena itu, pada
Dusun III penanaman padi dapat dilakukan tiga kali dalam setahun.
Potensi pertanian yang sangat dominan di Desa Cikarawang ini
menumbuhkan keinginan masyarakat untuk membentuk kelomp
terciptanya wadah untuk berkumpul, bekerjasama dan membentuk suatu kesatuan
yang memiliki kesamaan identitas, atribut, sistem norma dan peraturan-peraturan
berkelompok guna mengatur pola-pola interaksi antar anggota kelompok dan
mencapai tujuan bersama. Kelompok tani yang sudah terdaftar di kantor
53
5.1.2. Kelompok Tani Hurip
Kelompok Tani Hurip (KTH) telah diakui keberadaannya dan telah
n Kehutanan Kabupaten Bogor. Kelompok ini
rupa
elola traktor tangan dan sering mendapat bantuan dari
emeri
Kecamatan Dramaga berjumlah empat kelompok, yakni Kelompok Tani Hurip,
Mekar, Setia dan Subur Jaya. Kelompok Tani Hurip merupakan kelompok tani
yang berdiri paling awal dibandingkan kelompok tani lainnya.
terdaftar di Dinas Pertanian da
me kan salah satu kelompok tani yang berada di Desa Cikarawang dan telah
berdiri sejak tahun 1974. Jumlah anggota kelompok tani sekarang mencapai 60
orang. Sekretariat Kelompok Tani Hurip (KTH) beralamat di Kampung
Carangpulang Bubulak Rt Rw 03 No. 43, Dusun II, Desa Cikarawang, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pembentukan kelompok tani
berasal dari keinginan para petani untuk saling bekerjasama dalam memajukan
sektor pertanian desa.
Selain telah diakui keberadaanya, Kelompok Tani Hurip (KTH) ini sudah
dipercaya untuk meng
p ntah melalui UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas), seperti pemberian bibit
padi, pohon jati, pupuk (urea, NPK) dan bibit kacang. Adanya keinginan
memajukan kelompok tani, menimbulkan kesadaran anggota untuk membenahi
dan membangun sistem kerja kelompok tani serta perencanaan usaha untuk
meningkatkan pendapatan kelompok. Hal ini ditandai dengan dibentuknya
struktur organisasi lengkap disertai dengan seksi-seksi dan pembagian kerja yang
jelas. Struktur organisasi Kelompok Tani Hurip terdiri dari 11 orang yang
menjabat sebagai pengurus seperti ketua, sekretaris, bendahara, seksi kelompok
wanita tani, seksi pengairan/P3A, seksi humas, seksi usaha yang terdiri dari usaha
hasil bumi dan rencana usaha yang memiliki kemungkinan untuk dijalankan
seperti penggilingan dan tepung ubi jalar, seksi pertanian dan seksi kehutanan
serta dua orang penasehat.
54
Sumber : Kelompok Tani Hurip
Gambar 2. Kelompok Tani Hurip
ini sering juga dijadikan sebagai tempat
pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi Institut Pertanian Bogor ketika ingin
mengad
Keberadaan Kelompok Tani Hurip
akan kegiatan, baik yang bersifat akademik maupun non akademik.
Kegiatan akademiknya berupa kegiatan praktikum dari mata kuliah yang
berhubungan dengan kelembagaan dan usaha tani serta kegiatan penelitian untuk
memperoleh data yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa yang
bersangkutan, termasuk penulis. Sedangkan untuk kegiatan non akademik,
kegiatan yang dilakukan berupa kegiatan yang berhubungan dengan Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan lomba-lomba lain yang berhubungan dengan
pertanian. Oleh karena itu, keberadaan Kelompok Tani Hurip sangat mendukung
perkembangan pengetahuan, baik secara teori maupun secara praktek di lapangan.
55
Berawal dari kegiatan PT. Akzonobel Car Refinisher Indonesia yang
berkunjung ke Desa Cikarawang dengan tujuan memberikan modal pelatihan
sebagai program Coorporate Social and Responsibility (CSR) perusahaan
tersebut. PT. Akzonobel Car Refinisher Indonesia datang ke kelompok-kelompok
tani yang ada di Desa Cikarawang diantaranya, Kelompok Tani Hurip, Kelompok
Tani Setia, dan Kelompok Tani Subur Jaya untuk diseleksi kelompok tani mana
yang akan memperoleh modal pelatihan. Kegiatan ini juga disambut baik oleh
pihak IPB yang berperan sebagai fasilitator dengan program yang dimiliki oleh
IPB, yakni Pusat Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (P2SDM). Melihat
Kelompok Tani Hurip memiliki struktur organisasi yang lebih lengkap dan solid
bila dibandingkan dengan kedua kelompok tani lainnya, maka PT. Akzonobel dan
IPB sepakat memilih Kelompok Tani Hurip sebagai penerima modal pelatihan
yang akan digunakan untuk memberdayakan sumber daya manusia di Desa
Cikarawang.
Kelompok Tani Hurip yang dipilih sebagai penerima modal memiliki tiga
rencana untuk memanfaatkan modal pelatihan yang diterima, seperti (1)
mendirikan penggilingan tepung ubi jalar, (2) mengelola sampah organik sebagai
alternatif pupuk, dan (3) mendirikan koperasi masyarakat. Alasan Kelompok Tani
Hurip mengajukan tiga rencana ini karena besarnya potensi ubi jalar di desa ini
dan seringnya masyarakat desa mengeluh masalah ketersediaan pupuk untuk
kebutuhan sawah dan ladang mereka. Limbah hasil pertanian dan peternakan juga
sering tidak termanfaatkan dengan baik sehingga menimbulkan masalah sampah
5.2. Gambaran Umum Usaha
5.2.1. Sejarah Berdirinya Usaha
56
anik sebagai alternatif pupuk. Hal
ifikan karena masih berproduksi secara terbatas
5.2.2. Pengadaan Input
Pengusahaan pupuk kompos Kelompok Tani Hurip ini menggunakan
rasal dari limbah pertanian seperti jerami, arang sekam
bagi desa tersebut. Selain itu, banyak petani yang mengeluh akan rendahnya
pendapatan dari hasil panen yang mereka terima karena sering menjual kepada
orang yang kurang bertanggungjawab sehingga wajar jika kehadiran koperasi
masyarakat juga menjadi bagian dari rencana.
Melihat ketiga rencana yang diajukan tersebut, PT. Akzonobel lebih
tertarik dengan rencana mengelola sampah org
ini dikarenakan banyaknya masyarakat yang bekerja sebagai petani dan besarnya
potensi pertanian di Desa Cikarawang sehingga PT. Akzonobel menilai bahwa
kebutuhan akan pupuk pasti besar. Selain itu rencana ini akan mampu menjawab
masalah sampah dari limbah-limbah pertanian dan peternakan di desa tersebut.
Kelompok Tani Hurip yang ditunjuk sebagai pelaksana akhirnya mendirikan
usaha pupuk kompos sebagai realisasi dari rencana yang diajukan sesuai dengan
program kerja PT. Akzonobel.
Pengusahaan pupuk kompos oleh Kelompok Tani Hurip hingga saat ini
belum berkembang secara sign
sesuai luasan lahan pengomposan yang dimiliki. Padahal permintaan yang terjadi
dari masyarakat Desa Cikarawang dan luar desa sangat besar. Dengan kata lain,
pengusahaan pupuk kompos ini memiliki potensi pasar yang besar.
bahan baku utama yang be
dan kotoran kambing. Jerami dan arang sekam diperoleh dari sisa panen padi yang
dihasilkan para petani anggota Kelompok Tani Hurip. Sama halnya dengan
pengadaan input kotoran kambing, usaha ini memperolehnya dari para anggota
57
5.2.3. Proses Produksi
Pembuatan pupuk organik dapat dilakukan dengan cara tradisional dan
dengan cara tradisional membutuhkan waktu berbulan-
emiliki keunggulan, yakni dapat meningkatkan fermentasi
bah
kelompok tani yang memiliki hewan ternak kambing serta masyarakat Desa
Cikarawang yang memiliki hewan ternak kambing juga.
dengan teknologi, dimana
bulan karena bahan organik dibiarkan lapuk dengan sendirinya sehingga proses
fermentasi berlangsung secara alami. Sedangkan cara pembuatan pupuk organik
dengan teknologi pengomposan proses fermentasi dapat dipercepat dengan cara
menambahkan bahan lain yang disebut aktivator. Aktivator merupakan bahan bagi
bakteri pengurai yang terdiri dari enzim, asam humat bahan, dan mikroorganisme
(kultur bakteri). Aktivator pengomposan yang digunakan oleh Kelompok Tani
Hurip adalah EM4.
Aktivator pengomposan EM4 digunakan oleh Kelompok Tani Hurip
dikarenakan EM4 m
lim organik dan kotoran ternak hingga lingkungan menjadi tidak bau,
meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk tanaman, serta menekan
pertumbuhan mikroorganisme patogen tanah. Proses pembuatan pupuk kompos
diproduksi dengan sistem aerob (menggunakan oksigen), dimana mikroba
menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses
dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses
anaerob. Pengomposan secara anaerob memanfaatkan mikroorganisme yang tidak
membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik, dimana pada proses ini
akan dihasilkan bau yang tidak sedap.
58
pemotongan bahan, penumpukan bahan,
Sebelum memulai proses produksi, bahan-bahan telah dipersiapkan tidak
anya agar mudah dan mempercepat waktu saat
ingin m
k
penyim
Kegiatan pengusahaan pupuk kompos ini secara umum meliputi persiapan
lokasi pembuatan, pemilihan bahan,
pengayaan, pembalikan, pengayakan, dan pengemasan. Metode pembuatannya
dilakukan dengan cara penumpukan berlapis-lapis pada ruang terbuka dan
ternaungi. Semua tahap kegiatan dilakukan secara manual dengan alat-alat yang
tergolong sederhana (sekop, cangkol, golok, ember dsb). Mesin yang digunakan
berupa mesin pencacah jerami sehingga bisa lebih efektif dan efesien jika
dibandingkan dengan cara manual, yaitu dengan golok. Tenaga kerja yang
digunakan berasal dari masyarakat sekitar dibawah bimbingan Kelompok Tani
Hurip.
1. Persiapan Bahan dan Lokasi
jauh dari tempat pengomposan, gun
elakukan pengolahan. Selain bahan baku juga perlu disiapkan cangkul atau
sekop untuk mengaduk dan ember atau alat penyiram untuk menyiram bahan
adukan serta karung goni atau plastik yang berongga untuk menutupi tumpukan.
Lokasi pengomposan yang digunakan Kelompok Tani Hurip terdiri dari
lahan pengomposan ukuran 3x8 m, satu buah gudang berisi rak untu
panan kompos yang siap dijual serta lahan terbuka (alami) untuk peletakan
bahan-bahan baku. Lokasi pengomposan dilengkapi dengan atap dari atap berupa
seng asbes untuk menghindari curahan air hujan secara langsung. Lahan
pengomposan ini terdiri dari empat petakan atau bedengan yang berdampingan
sejajar dengan panjang 3 m, lebar 2 m dan tinggi 30 cm untuk setiap petakannya.
Tujuan pembuatan petakan ini adalah untuk menjaga agar tidak tergenang
59
rdapat berbagai alternatif bahan baku
namun bahan-bahan yang harus dipilih adalah bahan yang
memili
ini adalah bahan-bahan yang berasal dari limbah pertanian seperti
jerami,
encampur bahan lain yang
memili
sewaktu hujan. Lantai petakan disemen guna memudahkan pengadukan dan
pembalikan adonan bahan-bahan tersebut.
2. Pemilihan Bahan
Pada pembuatan pupuk kompos te
yang dapat digunakan
ki kandungan C/N rasio cukup rendah (20-30 C/N ratio). Hal ini
dikarenakan bahan yang memiliki C/N rasio 20-30 itu mudah melapuk dan
terdekomposisi (ideal). Apabila nilai C/N rasio suatu bahan semakin tinggi maka
semakin lambat bahan tersebut untuk diubah menjadi kompos. Sebaliknya, jika
suatu bahan yang nilai C/N rasio rendah maka akan mempercepat laju
pengomposan.
Bahan baku yang digunakan oleh Kelompok Tani Hurip dalam usaha
pupuk kompos
arang sekam, serta kotoran kambing. Hal ini dikarenakan potensi jerami
dan kotoran kambing yang cukup besar di Desa Cikarawang sehingga berpeluang
untuk dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos.
Meskipun kandungan C/N rasio pada jerami cukup besar (80 C/N rasio),
Kelompok Tani Hurip mengatasinya dengan m
ki nilai C/N rasio-nya rendah agar dapat mempersingkat laju
pengomposan. Bahan yang dimaksud adalah kotoran kambing yang memiliki nilai
C/N rasio sebesar 20 C/N rasio. Kotoran kambing yang digunakan telah
dibersihkan dari sisa-sisa plastik, kaca atau potongan kayu dan benda-benda lain
yang sulit melapuk. Apabila pengadaan bahan baku berupa sekam bakar sulit
diperoleh, dapat diganti dengan abu gosok yang relatif mudah diperoleh di daerah
60
unakan
ah menjadi berukuran kecil dan seragam sehingga proses
pengom
Hurip dilakukan
berlapis-lapis. Bahan-bahan ditimbun
dengan
sad pembusuk atau mikroba mendapat suplai oksigen atau
udara y
pedesaan. Pemilihan bahan-bahan tersebut mampu menghasilkan pupuk kompos
yang bermutu dan berkualitas sehingga nilai jualnya menjadi lebih tinggi.
3. Pemotongan Bahan
Dalam pembuatan pupuk kompos, bahan-bahan organik yang dig
harus dipotong atau dicac
posan dapat berlangsung dengan cepat. Ukuran potongan ± 5-10 cm.
Dengan menggunakan bahan-bahan yang berukuran kecil akan memudahkan
mikroba atau bakteri untuk merombak bahan-bahan tersebut sehingga proses
fermentasi dapat berlangsung lebih cepat. Oleh karena itu, Kelompok Tani Hurip
menggunakan mesin pencacah sebagai alat pemotong jeraminya.
4. Penumpukan Bahan dan Pengolahan
Proses pembuatan pupuk kompos oleh Kelompok Tani
dengan cara menumpuk bahan-bahan secara
ketinggian tertentu guna memperoleh kondisi suhu adonan yang optimum,
yaitu untuk dataran rendah sekitar 15-20 cm sedangkan untuk dataran menengah
hingga tinggi sebaiknya lebih dari 20 cm. Lapisan paling dasar yaitu kotoran sapi
yang disebar dan diratakan terlebih dahulu kemudian diatasnya ditaburkan arang
sekam dan jerami. Bahan-bahan yang telah ditumpuk disiram perlahan-lahan
dengan larutan kultur bakteri (larutan bioaktivator = EM4, air) dan diaduk dengan
sekop secara merata.
Saat penumpukan bahan, pergerakan udara dalam timbunan harus tetap
dipertahankan agar ja
ang dibutuhkan untuk hidup (aerob) dan aktivitas pelapukan. Bila tidak
tersedia oksigen yang cukup dan tumpukan tidak menghasilkan suhu yang ideal,
maka pelapukan atau fermentasi akan gagal dan terjadi pembusukan yang tidak
diharapkan oleh bakteri-bakteri anaerob.
61
Sumber : Kelompok Tani Hurip 2011
Gambar 3. Penum
Proses pengayaan disini maksudnya sebagai penambahan bahan lain
engandung hara dan nutrisi lebih banyak. Bahan-bahan
kompo
arus dilakukan pembalikan
hari sekali agar suhu tetap terjaga. Sebab, bila suhu
terlalu
pukan Bahan Kompos
5. Pengayaan
misalnya, bahan yang m
s dapat diperkaya dengan penambahan kapur pertanian, serbuk gergaji,
tulang ikan dan sebagainya. Pengayaan yang dilakukan pada pembuatan pupuk
kompos yaitu menyiram kembali tumpukan bahan dengan larutan kultur bakteri
sekali lagi. Kemudian gundukan adonan ditutup dengan karung goni atau plastik
berlubang selama 4-7 hari agar aerasi berjalan lancar.
6. Pembalikan Berulang
Adonan bahan-bahan yang telah ditumpuk h
dan pengadukan setiap dua
tinggi harus segera diaduk dan dibalik lagi agar terhindar dari kerusakan.
Suhu optimum berada pada kisaran 40-450C. Gundukan yang telah mencapai suhu
normal ditutup kembali dengan karung goni. Selain itu, kandungan air diusahakan
62
hari, adonan kompos siap dikemas dan
pupuk organik. Hal ini ditandai dengan menurunnya suhu dari
gunduk
ya diayak terlebih dahulu sehingga butiran
pupuk
Sumber : Kelompok Tani Hurip 2011
Gambar 4. Pupuk Kompos Hasil Ayakan
mencapai 30 persen dengan parameter jika dikepal dengan tangan air tidak keluar
dari adonan dan jika dilepas akan megar.
7. Pengayakan
Setelah terfermentasi selama 4-7
digunakan sebagai
an adonan. Bila belum siap dikemas dalam waktu yang cukup lama,
sebaiknya kompos tetap dijaga kelembabannya supaya proses fermentasi menjadi
sempurna dan kompos tidak terlihat kering (lembab). Ciri-ciri dari bahan-bahan
yang sudah menjadi kompos yaitu warna berubah mendekati kehitaman dan
teksturnya remah (mudah diayak).
Untuk memperoleh kualitas pupuk kompos yang lebih baik, pupuk
kompos yang siap kemas sebaikn
kompos menjadi halus dan merata. Hal ini dilakukan mengingat tujuan
akhir produk adalah menjadi barang komersil yang akan dijual ke pasaran
sehingga kualitas produk menjadi suatu hal yang sangat penting untuk
diperhatikan. Pengayakan dilakukan oleh Kelompok Tani Hurip dengan
menggunakan alat pengayak yang berupa saringan kawat.
63
8. Pen
Pengemasan dilakukan agar kadar pupuk kompos
dak mudah kering. Oleh karena itu pupuk kompos ini memiliki
ketahan
Sumber : Kelompok Tani Hurip 2011
Gambar 5. Pengemasan Pupuk Kompos
5.2.4.
Ruang lingkup pemasaran pupuk kompos yang di produksi oleh Kelompok
hanya terbatas pada pasar internal saja. Hal ini dikarenakan
gemasan
air atau kelembaban
tetap terjaga dan ti
an yang cukup kuat untuk penggunaan dan penyimpanan dalam jangka
panjang. Pupuk kompos yang dihasilkan Kelompok Tani Hurip dikemas dengan
plastik berlabel.
Pemasaran
Tani Hurip saat ini
pengusahaan pupuk kompos ini masih dilakukan dengan menggunakan peralatan
yang sederhana sehingga memerlukan waktu yang lama dalam proses
pembuatannya, serta skala usaha yang masih kecil sehingga belum mampu
menghasilkan unit produksi dalam jumlah besar. Padahal jika dilihat dari segi
konsumen, sangat besar permintaan yang terjadi di pasar sehingga Kelompok Tani
Hurip sendiri sering mengalami kehabisan unit produksi. Adapun ruang lingkup
pasar internal yang dimaksud mencakup Perumahan Ciomas Permai, Perumahan
Ciampea Asri, serta para petani disekitar Desa Cikarawang itu sendiri.
64
Tani Hurip
syarakat sekitar Desa Cikarawang. Hal
alam hal budidaya pertanian yang
ngha
5.3. Dampak Sosial Ekonomi Usaha
Hadirnya usaha pupuk kompos yang didirikan oleh Kelompok
memperoleh tanggapan yang baik dari ma
ini dikarenakan usaha pupuk kompos ini tidak menimbulkan dampak yang negatif
terhadap kondisi masyarakat sekitar usaha yang sebagian besar adalah petani. Jika
dilihat dari segi sosial, usaha pupuk kompos ini dapat membuat para petani bebas
dari ketergantungannya akan penggunaan pupuk kimia. Hal ini dapat dilihat dari
berkurangnya proporsi pemakaian pupuk anorganik karena petani Desa
Cikarawang menjadi tahu bagaimana cara membuat pupuk kompos yang berasal
dari limbah hasil panen mereka sendiri yaitu jerami. Dengan demikian, petani
Desa Cikarawang secara mandiri mampu memenuhi kebutuhannya akan pupuk
dan dapat memajukan pertanian organik.
Usaha pupuk kompos ini juga banyak melibatkan berbagai pihak
(stakeholder), seperti para petani d
me silkan produk sampingan berupa limbah pertanian, para peternak kambing
sebagai sumber pengadaan kotoran kambing yang digunakan untuk campuran
bahan baku, pengumpul residu tanaman, hingga usaha pembuat pupuk kompos itu
sendiri yakni Kelompok Tani Hurip. Dengan demikian, keberadaan usaha pupuk
kompos ini secara umum telah membuka kesempatan kerja di berbagai bidang.
Dalam pengusahaan pupuk kompos itu sendiri telah membuka kesempatan kerja
bagi penduduk sekitar walaupun cakupannya masih sangat kecil yaitu tiga orang
tenaga kerja. Sedikitnya penyerapan tenaga kerja pada usaha ini dikarenakan skala
usaha yang masih kecil sehingga tenaga kerja yang diperlukan tidak banyak.
65
mian
Dilihat dari segi ekonomi, usaha pupuk kompos yang berbasiskan
pertanian organik ini telah berkontribusi terhadap pertumbuhan perekono
desa. Hal ini dikarenakan pertanian organik yang sifatnya padat karya
memungkinkan tumbuhnya usaha kecil menengah berupa industri pupuk organik
skala kecil yang bersumber pada potensi lokal dimana hal tersebut tidak mungkin
dilakukan pada pertanian anorganik yang membutuhkan modal besar baik
finansial maupun teknologi. Para petani dan masyarakat Desa cikarawang dapat
memanfaatkan limbah pertanian dan peternakannya sebagai sumber bahan baku
pembuatan pupuk kompos dimana harga yang diterima si pemilik limbah sebesar
Rp 150,00 per kg untuk jerami dan Rp 500,00 per kg untuk kotoran kambing.
Dengan demikian, adanya usaha pupuk kompos ini telah memberi kontribusi bagi
pertumbuhan perekonomian Desa Cikarawang dan mempererat ikatan sosial yang
saling menguntungkan.
66
Packaging
Sumber : Kelompok Tani Hurip 2011
Gambar 6. Alur Pembuatan Pupuk Kompos SELARAS
BAHAN CAIR
Air EM4
BAHAN PADAT
Jerami Arang Kotoran Sekam Kambing
Bahan Baku Larutan Fermentor
Adonan dengan kadar air 30 %
Kompos Proses
Fermentasi Suhu 40-450C
67
S KELAYAKAN FINANSIAL
Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui layak atau tidaknya pengusahaan pupuk kompos Kelompok Tani
n yang dimiliki. Luasan lahan pengomposan berukuran 24 m2
Arus penerimaan (inflow) pada pengusahaan pupuk kompos ini diperoleh
alan produk pupuk kompos dan nilai sisa dari investasi.
a. Penerimaan Penjualan
Kelompok Tani Hurip memperoleh penerimaan dari hasil penjualan pupuk
kompos yang diproduksi rata-rata sebesar 1.200 kg
setiap
ini disebabkan adanya investasi berupa
VI. ANALISI
Hurip. Kriteria yang menjadi indikator kelayakan usaha tersebut akan dilihat dari
kriteria-kriteria kelayakan finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR, dan
Payback Period.
Saat ini Kelompok Tani Hurip menghasilkan produksi berdasarkan luasan
lahan pengomposa
terdiri dari empat petakan pengomposan. Setiap petakan kompos berukuran 3x2 m
mampu menghasilkan 300 kg/bulan sehingga total produksi mencapai 1200 kg
setiap bulannya (1,2 ton/bulan). Kondisi ini diasumsikan tidak terjadi penambahan
biaya dan manfaat selama umur usaha berlangsung.
6.1. Inflow
dari hasil penju
komposnya. Jumlah pupuk
bulannya dengan harga jual yang diterima sebesar Rp 1.500,00/kg.
Penerimaan penjualan diperoleh dari perkalian antara jumlah produksi per tahun
dikalikan dengan harga jual satuan.
Pada tahun pertama, pengusahaan pupuk kompos ini mulai menghasilkan
output pada bulan kedua. Hal
68
pemban
1.200 kg/bulan) an
Produk Jumlah (Kg)
Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
gunan tempat produksi usaha yang dilakukan pada bulan pertama di tahun
yang pertama. Sehingga jumlah pupuk kompos yang dihasilkan sebesar 13.200 kg
untuk jangka waktu 11 bulan. Dengan demikian, penerimaan yang diperoleh
Kelompok Tani Hurip dari penjualan pupuk kompos pada tahun pertama sebesar
Rp 19.800.000,00. Sedangkan pada tahun kedua dan seterusnya, usaha ini sudah
menghasilkan output dari bulan ke-1, sehingga jumlah pupuk kompos yang
dihasilkan lebih besar dari tahun yang pertama yaitu sebesar 14.400 kg per tahun
dengan total penerimaan penjualan sebesar Rp 21.600.000,00. Untuk rincian
lengkap mengenai penerimaan penjualan pengusahaan pupuk kompos ini dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Total Produksi dan Nilai Penjualan Pupuk Kompos (Kapasitas
Tahun Penjual
1 Pupuk kompos 13.200 1.500,00 18.480.000,00 13.200 19.800.000,00 Total
2 s/d 10 Pup 0 0 21.600.000,00uk kompos 14.40 1.500,0 Total 14.400 21.600.000,00
Sumber : Da pril 201
b e)
ri barang modal yang tidak habis dipakai
barang modal tersebut harus dinilai harganya pada
saat um
ta Primer, diolah A 1
. Nilai Sisa (Salvage Valu
Nilai sisa merupakan nilai da
selama umur usaha. Terhadap
ur usaha selesai. Perhitungan yang digunakan dari penyusutan barang
modal ini menggunakan metode garis lurus. Adapun barang modal yang masih
memiliki nilai sisa diakhir umur usaha (tahun kesepuluh) yaitu gubuk (Rp
333.333,33), alat penyiram (Rp 20.000,00), sepatu boot (Rp 84.000,00), alat
penyiler (Rp 166.666,66), serta ember (Rp 20.000,00), sehingga total nilai sisa
yang diperoleh pada akhir umur usaha sebesar Rp 623.999,99. Rincian nilai sisa
69
Uraian Nilai Beli (Rp)
Umur Pakai (Tahun)
Penyusutan (Rp)
Nilai Sisa (Rp)
investasi pengusahaan pupuk kompos Kelompok Tani Hurip dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Nilai Sisa Investasi Usaha Pupuk Kompos (Kapasitas 1.200 kg/bulan)
No
1 Gubuk Pengomposan
1.000.000,00 6 166.666,67 333.333,33
2 PetPengomposan
9.000.000,00 900.000,00 akan 10
3 Rak pupkompos
uk 800.000,00 10 80.000,00
4 Mesin pencacah
5.000.000,00 5 1.000.000,00
5 Cangkul 100.000,00 5 20.000,00 6
m 30.000,00 3 10.000,00 20.000,00Alat
penyira7 56.000,00 5 11.200,00 Golok 8 Sepatu Boot 84.000,00126.000,00 3 42.000,00 9 Sekop 80.000,00 5 16.000,00 10 Ayakan 120.000,00 2 60.000,00 11 Timbangan 200.000,00 10 20.000,00 12 Alat
penyiler/siller 250.000,00 3 83.333,33 166.666,66
13 Ember 30.000,00 3 10.000,00 20.000,00 14 Motor 6.000.000,00 10 600.000,00 TOTAL 2.919.200,00 623.999,99
Sumber iolah
6 w
ngusahaan pupuk kompos ini berasal dari
estasi, biaya reinvestasi, dan biaya operasional.
. Biay
arkan pada awal
saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun
kemudi
: Data Primer, d April 2011
.2. Outflo
Aliran kas keluar (outflow) pe
adanya biaya inv
a a Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang umumnya dikelu
kegiatan dan pada
an. Pengeluaran biaya investasi umumnya dilakukan satu kali atau lebih,
sebelum proyek usaha berproduksi dan baru menghasilkan manfaat beberapa
70
Kg/bulan)
No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan Total Nilai Umur
tahun kemudian. Adapun komponen-komponen investasi yang dikeluarkan oleh
Kelompok Tani Hurip meliputi label, gubuk, petakan pengomposan, rak pupuk
kompos, mesin pencacah, cangkul, alat penyiram, golok, sepatu boot, sekop,
ayakan, timbangan, alat penyiler, ember, dan kendaraan. Rincian biaya investasi
pada usaha ini dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rincian Biaya Investasi Usaha Pupuk Kompos (Kapasitas 1.200
(Rp) (Rp) Ekonomis (Tahun)
1 Gubuk Pen an
Unit 1 1.000.000,00 1.000.000,00 6 gompos
2 Petakan Pengomposan
Petak 4 2.00 ,00 8.0 0,00 0.000 00.00 10
3 Rak pupkompos
uk Unit 1 800.000,00 800.000,00 10
4 Mesin pencacah
Unit 1 5.000.000,00 5.000.000,00 5
5 Cangkul Unit 2 50.000,00 100.000,00 5 6 Alat
penyiram Unit 1 30.000,00 30.000,00 3
7 Unit 2 28.000,00 56.000,00 5 Golok 8 Sepatu Boot Unit 3 42.000,00 126.000,00 3 9 Sekop Unit 2 40.000,00 80.000,00 5
10 Unit 1 120.000,00 120.000,00 2 Ayakan 1 gan 21 Timban Unit 1 00.000,00 200.000,00 10 1
r/siller 22 Alat
penyileUnit 1 50.000,00 250.000,00 3
13 Ember Unit 2 15.000,00 30.000,00 3 14 Motor Unit 1 6.000.000,00 6.000.000,00 10
TotalInvestasi
21.792.000,00
Su
investa ng ik luark lom p alah
Pe
nan gubuk ini sangat
penting dilakukan untuk melindungi petakan kompos yang ada dibawahnya
mber : Data Primer, diolah April 2011
Biaya si ya d e an oleh Ke pok Tani Huri ad
sebesar Rp 21.792.000,00. Biaya investasi ini terdiri dari :
1. mbangunan gubuk pengomposan berukuran 24 m2 sebanyak satu unit
dengan biaya sebesar Rp 1.000.000,00. Pembangu
71
ilkan 300 kg per
Rak pupuk kompos ini terbuat dari bahan
aduk adonan pupuk kompos dan menimbun campuran
untuk menyiramkan bahan-bahan pengaya bakteri fermentasi pada tumpukan
agar proses produksi terhindar dari curah hujan dan terik matahari secara
langsung. Pondasi yang digunakan berbahan kayu dan atapnya berupa asbes
sehingga umur ekonomisnya diperkirakan selama 6 tahun.
2. Pembangunan petakan pengomposan sebanyak empat petak dengan biaya
sebesar Rp 8.000.000,00, dimana setiap petaknya seharga Rp 2.000.000,00
dengan ukuran 3x2 m. Setiap petaknya mampu mengas
tahun. Lantai yang digunakan berbahan semen guna memudahkan proses
pembuatan kompos seperti pengadukan dan pembalikan adonan bahan-bahan
kompos. Tujuan dari pembuatan petakan ini adalah menjaga bahan olahan
agar tidak tergenang sewaktu hujan. Umur ekonomis petakan pengomposan
ini diperkirakan selama 10 tahun.
3. Rak pupuk kompos sebanyak satu unit seharga Rp 800.000,00. Fungsi rak
pupuk kompos ini adalah sebagai wadah untuk menyimpan pupuk kompos
yang siap jual agar tersusun rapi.
besi sehingga umur ekonomisnya diperkirakan selama 10 tahun.
4. Mesin pencacah sebanyak satu unit seharga Rp 5.000.000,00. Mesin
pencacah ini digunakan untuk mencacah jerami dengan perkiraan umur pakai
selama 5 tahun.
5. Cangkul pertanian seharga Rp 50.000,00 per unitnya. Cangkul yang
dibutuhkan dalam usaha ini sebanyak dua unit. Fungsi cangkul ialah untuk
mengolah, meng
adonan pupuk kompos yang akan diproduksi.
6. Alat penyiram sebanyak satu unit seharga Rp 30.000,00 yang digunakan
72
tiga pasang seharga Rp 42.000,00 per pasangnya.
diperkirakan selama 3 tahun.
n.
sangat sering
kompos. Alat penyiram ini terbuat dari plastik sehingga umur ekonomisnya
diperkirakan 3 tahun.
7. Golok sebanyak dua unit dengan harga sebesar Rp 28.000,00 per unitnya.
Golok digunakan untuk memotong jerami yang umur ekonomisnya
diperkirakan selama 5 tahun.
8. Sepatu boot sebanyak
Sepatu boot ini digunakan untuk melindungi kaki pekerja dari bakteri hewan
yang berbahaya yang ada pada bahan pengomposan. Sepatu ini berbahan
karet yang umur ekonomisnya
9. Sekop sebanyak dua unit seharga Rp 40.000,00 per unit. Sekop digunakan
untuk mengambil bahan-bahan kompos, baik pada tahap persiapan maupun
tahap pengayakan. Sekop yang digunakan terbuat dari campuran kayu dan
besi sehingga umur ekonomisnya diperkirakan selama 5 tahu
10. Ayakan digunakan untuk menyaring pupuk kompos agar diperoleh pupuk
kompos dengan tekstur yang seragam dan lebih halus. Ayakan yang
digunakan sebanyak satu unit seharga Rp 120.000,00. Bahan alat ayakan ini
terbuat dari kayu dan kawat serta intensitas penggunaanya
sehingga umur ekonomisnya diperkirakan hanya 2 tahun.
11. Timbangan digunakan untuk mengukur berat pupuk kompos yang baru
dihasilkan dan berat pupuk kompos yang akan dikemas. Timbangan yang
dimiliki kelompok tani ini ada satu unit seharga Rp 200.000,00 dengan umur
ekonomis diperkirakan selama 10 tahun.
73
ini hanya satu unit dengan harga
ngkut bahan-bahan kompos yang bersifat cair serta
satu
ama halnya
stasi yang memiliki umur ekonomis berbeda-beda.
Diantar
12. Alat penyiler (siller) digunakan untuk merekatkan plastik kemasan pupuk
kompos. Siller yang dimiliki kelompok
sebesar Rp 250.000,00.
13. Ember sebanyak dua unit seharga Rp 15.000,00 per unitnya. Ember ini
digunakan untuk menga
wadah untuk membuat larutan fermentator. Ember yang digunakan terbuat
dari bahan plastik yang umur ekonomisnya diperkirakan hanya 3 tahun.
14. Kendaraan yang digunakan adalah sepeda motor yang dibeli bekas dengan
harga Rp 6.000.000,00. Banyaknya kendaraan yang digunakan adalah
unit dengan umur ekonomis yang diperkirakan selama 10 tahun.
b. Biaya Reinvestasi
Setiap barang memiliki umur pakai dari barang tersebut, s
dengan barang inve
anya terdapat beberapa komponen investasi yang umur ekonomisnya habis
meskipun umur usaha belum berakhir. Hal ini tentu saja membuat Kelompok Tani
Hurip harus melakukan investasi kembali untuk menambah fungsi ekonomisnya
selama umur usaha masih berlangsung. Investasi kembali yang dilakukan
kelompok ini disebut dengan biaya reinvestasi, dimana biaya yang dikeluarkan
berbeda tiap tahunnya tergantung dari banyaknya investasi yang dianggap perlu
dilakukan kembali. Adapun biaya reinvestasi yang dilakukan oleh Kelompok Tani
Hurip dalam menjalankan usaha pupuk kompos ini seperti reinvestasi terhadap
label, gubuk, mesin pencacah, cangkul, alat penyiram, golok, sepatu boot, sekop,
ayakan, alat penyiler, dan ember. Rincian biaya reinvestasi setiap tahunnya dapat
dilihat pada Tabel 9.
74
Kg/bulan) ai Reinvestasi (Rp) Alat Investasi
Tabel 9. Rincian Biaya Reinvestasi Usaha Pupuk Kompos (Kapasitas 1.200
Tahun Nil2 0,00 - 3 120.000,00 Ayakan 4 436.000,00 Alat penyiram, sepatu boot, siller, ember 5 120.000,00 Ayakan 6 5.236.00 Mesin pencacah, c kul, golok, sekop 0,00 ang
7 1 Gubuk pengo lat penyiram, .556.000,00 mposan, asepatu boot, ayakan, siller, ember
8 0,00 - 9 120.000,00 Ayakan 10 436.000,00 A r lat penyiram, sepatu boot, siller, embe
Sumber ata Primer, diolah Ap
aya reinvestasi dilaku lompok Tani Hurip setiap tahunnya
keluarkan pada tahun keenam usaha (Rp
Kelompok Tani
ma usaha berjalan. Biaya operasional ini termasuk semua
biaya p
: D ril 2011
Bi kan oleh Ke
dengan biaya reinvestasi terbesar di
5.236.000,00). Hal ini disebabkan banyaknya komponen investasi yang harus
diganti pada tahun keenam usaha seperti label, mesin pencacah, cangkul, golok,
dan sekop. Sedangkan untuk biaya reinvestasi terkecil dikeluarkan pada tahun
ketiga, kelima dan kesembilan usaha (Rp 120.000,00), yang disebabkan hanya
satu komponen saja yang diganti yaitu ayakan. Pada tahun kedua dan kedelapan,
usaha tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Hal ini dikarenakan tidak adanya
alat investasi yang mengalami pergantian untuk kegiatan usaha.
c. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan
Hurip secara berkala sela
roduksi, pemeliharaan, dan lainnya yang menggambarkan pengeluaran
untuk menghasilkan pupuk kompos dalam satu periode kegiatan produksi. Biaya
operasional Kelompok Tani Hurip meliputi biaya operasional untuk produksi dan
biaya operasional untuk sarana dan prasarana. Rincian biaya opersional untuk
produksi ini dapat dilihat pada Tabel 10.
75
Kg/bulan)
n Satuan
Harga Satuan Nilai (Rp)
Tabel 10. Rincian Biaya Produksi Usaha Pupuk Kompos (Kapasitas 1.200
Jumlah No Uraia (Rp) Tahun
1 Tahun 2-10
Tahun 1 Tahun 2-10
1 Jeram Kg 9.900 10.800 150,00 1.485.000,00 1.620.000,00 i
2 Arang m 6 720 0 132.00 .000,00 Seka Kg 60 200,0 0,00 144
3 Kotoran
Kg 4 0 00 2.475.000,00 2.70 ,00 kambing
.95 5.400 500, 0.000
4 EM4 Ml 6.600 7.200 20,00 132.000,00 144.000,00
5 Upah Tenaga Kerja
han HOK 44 48 50.000,00 2.200.000,00 2.400.000,00 a. pengola
b. pengayakan HOK 44 48 50.000,00 2.200.000,00 2.400.000,00
8.624.000,00 9.408.000,00 Total
Su ber , d pril 2
1. Je a
lompok Tani Hurip untuk satu kilogram jerami adalah Rp 150,00. Jumlah
h dibakar oleh petani. Harga arang
m : Data Primer iolah A 011
Biaya operasional produksi pada pengusahaan pupuk kompos ini terdiri
dari :
r mi digunakan sebagai bahan dasar pupuk kompos. Harga yang diterima
Ke
jerami yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1.200 kg/bulan pupuk kompos
adalah sebanyak 900 kg. Karena pada tahun pertama pengusahaan pupuk
kompos ini hanya berproduksi 11 bulan, maka total jerami yang dibutuhkan
sebanyak 9.900 kg dengan biaya sebesar Rp 1.485.000,00. Sedangkan pada
tahun kedua dan seterusnya usaha ini telah berproduksi penuh selama satu
tahun (12 bulan) sehingga total jerami yang dibutuhkan adalah sebanyak
10.800 kg dengan biaya Rp 1.620.000,00.
2. Arang sekam diperoleh dari sisa hasil panen padi Desa Cikarawang. Arang
sekam ini berasal dari sisa padi yang tela
sekam yang diterima kelompok usaha ini adalah Rp 200,00/kg. Jumlah arang
sekam yang digunakan untuk menghasilkan 1.200 kg pupuk kompos setiap
76
ng
pos setiap bulannya dibutuhkan EM4
bulannya adalah 60 kg, sehingga total yang dibutuhkan setiap tahunnya
sebanyak 720 kg. Tahun pertama usaha arang sekam yang digunakan hanya
660 kg dengan biaya Rp 132.000,00. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama
usaha ini berproduksi selama 11 bulan. Sedangkan ditahun kedua arang sekam
yang dibutuhkan sebanyak 720 kg dengan biaya Rp 144.000,00 (12 bulan).
3. Kotoran kambing digunakan sebagai bahan baku campuran pupuk kompos
yang diperoleh dari masyarakat Desa Cikarawang. Jumlah kotoran kambi
yang digunakan sebanyak 450 kg untuk menghasilkan 1.200 kg pupuk
kompos setiap bulannya dengan harga Rp 500,00 per kilogramnya. Dengan
demikian, total kotoran kambing yang digunakan selama satu tahun sebanyak
5.400 kg. Tahun pertama jumlah kotoran kambing yang digunakan adalah
4.950 kg dengan biaya Rp. 2.475.000,00. Berbeda dengan tahun kedua dan
seterusnya, jumlah kotoran kambing yang digunakan sebanyak 5.400 kg
dengan biaya Rp 2.700.000,00. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama usaha
hanya berproduksi 11 bulan, sedangkan pada tahun kedua dan seterusnya
usaha berproduksi selama 12 bulan.
4. EM4 digunakan untuk mempercepat proses fermentasi pengomposan. Untuk
menghasilkan 1.200 kg pupuk kom
sebanyak 600 ml dengan harga Rp 20,00 per ml. Pada tahun pertama,
sebanyak 6.600 ml EM4 yang digunakan untuk kegiatan produksi dengan
biaya Rp 132.000,00. Sedangkan pada tahun kedua dan seterusnya EM4 yang
digunakan sebanyak 7.200 ml dengan biaya Rp 144.000,00. Perbedaan biaya
ini disebabkan oleh waktu proses produksi usaha ditahun pertama dengan
77
epada tenaga kerja produksinya sebesar Rp
menghasilkan 300 kg per bulan pupuk kompos dibutuhkan 1
HOK p
pengayakan sama dengan tahap pengolahan, yakni
membu
tahun kedua dan seterusnya, yakni 11 bulan untuk tahun pertama dan 12 bulan
untuk tahun kedua dan seterusnya.
5. Upah tenaga kerja yang diberikan k
50.000,00 per HOK per orang. Ada dua pengerjaan proses produksi pada
usaha ini, yakni :
Pengolahan
Untuk
ada tahap pengolahan. Oleh karena itu, agar pupuk kompos yang
dihasilkan mencapai 1.200 kg per bulannya maka kebutuhan kerja yang
dibutuhkan rata-rata sebesar 4 HOK. Pada tahun pertama, jumlah kerja
yang dibutuhkan untuk menghasilkan 13.200 kg pupuk kompos selama 11
bulan sebesar 44 HOK dengan upah kerja sebesar Rp 1.100.000,00 per
orang dengan total upah dua tenaga kerja sebesar Rp 2.200.000,00.
Sedangkan pada tahun kedua dan seterusnya jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan sebesar 48 HOK dengan upah kerja sebesar Rp 1.200.000,00
per orang dengan total upah dua tenaga kerja sebesar Rp 2.400.000,00. Hal
ini dikarenakan pada tahun kedua dan seterusnya, proses produksi
berlangsung selama 12 bulan dengan jumlah pupuk kompos yang
dihasilkan sebanyak 14.400 kg.
Pengayakan
Tahap
tuhkan 1 HOK untuk menghasilkan 300 kg per bulannya. Sehingga
untuk menghasilkan 1.200 kg pupuk kompos setiap bulannya maka jumlah
kerja yang dibutuhkan rata-rata sebesar 4 HOK juga. Total kebutuhan
78
kompos yang dikeluarkan
elomp
Selain biaya operasional untuk produksi di atas, terdapat juga biaya
kerja dan total biaya yang dikeluarkan pada tahap ini juga sama dengan
tahap pengolahan, yaitu sebanyak 44 HOK dengan upah Rp 1.100.000,00
per orang pada tahun pertama (11 bulan) yang menghasilkan pupuk
kompos sebanyak 13.200 kg dan membutuhkan biaya sebesar Rp
2.200.000,00 untuk upah dua tenaga kerja. Sedangkan pada tahun kedua
dan seterusnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sebesar 48 HOK
untuk menghasilkan 14.400 kg pupuk kompos dengan upah kerja sebesar
Rp 1.200.000,00 per orang dengan total upah dua tenaga kerja sebesar Rp
2.400.000,00. Hal ini dikarenakan pada tahun kedua dan seterusnya,
proses produksi berlangsung selama 12 bulan.
Total biaya operasional untuk produksi pupuk
K ok Tani Hurip pada tahun pertama sebesar Rp 8.624.000,00. Sedangkan
pada tahun kedua dan seterusnya total biaya produksi pupuk kompos yang
dikeluarkan sebesar Rp 9.408.000,00 per tahun. Pengeluaran terbesar digunakan
untuk pembelian kotoran kambing, sebab kotoran kambing merupakan bahan
baku campuran untuk pupuk kompos. Besarnya biaya produksi pupuk kompos di
tahun kedua dan seterusnya dibandingkan biaya produksi tahun pertama
disebabkan oleh lamanya waktu produksi. Tahun pertama usaha hanya
berproduksi selama 11 bulan, sedangkan tahun kedua dan seterusnya selama 12
bulan.
operasional untuk sarana dan prasarana yang rincian biayanya dapat dilihat pada
Tabel 11.
79
abel 11. Rincian Biaya Operasional Sarana dan Prasarana Usaha Pupuk Kompos (Kapasitas 1.200 kg/bulan)
No Uraia lah Harga Satuan (Rp)
T
n Satuan Jum
Nilai (Rp)
Tahun ahun 2-10
1 T
1 Pem an Bangunan
1. 0 1.5 00 elihara Tahun 1 1.500.000,00 375.000,0 00.000,
2 Label Tahun 1 2.500.000,00 2.500.000,00 2.500.000,00
3 i Tahun 1 840.000,00 770.000,00 840.000,00 Transportas
4 Listrik Tahun 1 180.000,00 165.000,00 180.000,00
5 Komunikasi Tahun 1 300.000,00 275.000,00 300.000,00
6 Terpal Plastik
Lem un bar/Tah 12 4.500,00 54.000,00 54.000,00
7 PBB Tahun 1 10 10.000,00 91.666,67 00.000,00
5.230.666,67 5.474.000,00 Total
Su er a Primer, diolah April 2011
rasarana pada pengusahaan pupuk kompos
araan bangunan digunakan untuk perawatan bangunan-bangunan
igunakan untuk memberi
dikeluarkan sebesar Rp 2.500.000,00 per tahun.
mb : Dat
Biaya operasional sarana dan p
ini terdiri dari :
1. Biaya pemelih
investasi (gubuk dan petakan pengomposan). Kelompok Tani Hurip
mengeluarkan biaya sebesar Rp 125.000,00 setiap bulannya untuk perawatan
bangunan, seperti mengecat ulang kayu perancah gubuk dengan pernis kayu
agar memperlambat pelapukan serta membersihkan petakan pengomposan agar
proses fermentasi pengomposan berhasil. Pada tahun pertama, perawatan
dilakukan selama 11 bulan dengan biaya sebesar Rp 1.375.000,00. Sedangkan
pada tahun kedua dan seterusnya perawatan dilakukan selama 12 bulan (satu
tahun) dengan biaya Rp 1.500.000,00 per tahunnya.
2. Label seharga Rp 500.000,00 per rimnya. Label d
jaminan kualitas pupuk kompos yang baik. Kelompok Tani Hurip
menggunakan label sebanyak 5 rim selama setahun sehingga biaya yang
80
os ini dilakukan sekali setiap
dikeluarkan dikarenakan
ma usaha, biaya
agai penutup bahan-
3. Biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mendistribusikan pupuk kompos
yang siap jual ke pasar. Disribusi pupuk komp
bulannya sehingga penyewaan transportasi dilakukan setiap satu bulan sekali
dengan biaya sebesar Rp 70.000,00. Pada tahun pertama usaha, besarnya biaya
transportasi yang dikeluarkan hanya untuk 11 bulan karena usaha baru mulai
berproduksi setelah satu bulan pertama dengan biaya sebesar Rp 770.000,00.
Sedangkan pada tahun kedua dan seterusnya, biaya transportasi yang
dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp 840.000,00.
4. Biaya listrik yang dikeluarkan Kelompok Tani Hurip setiap bulannya rata-rata
sebesar Rp 15.000,00. Kecilnya biaya listrik yang
sedikitnya tenaga listrik yang digunakan dalam menjalankan usaha ini, yaitu
hanya mesin pencacah saja. Pada tahun pertama usaha, biaya listrik yang
dikeluarkan hanya untuk 11 bulan saja yaitu sebesar Rp 165.000,00. Untuk
tahun kedua dan seterusnya, proses produksi sudah berjalan selama 12 bulan
sehingga biaya listrik setiap tahunnya sebesar Rp 180.000,00.
5. Biaya komunikasi yang dikeluarkan oleh Kelompok Tani Hurip setiap
tahunnya rata-rata sebesar Rp 300.000,00. Pada tahun perta
komunikasi yang dikeluarkan sebesar Rp 275.000,00. Hal ini dikarenakan
usaha mulai beroperasi pada bulan kedua sehingga pada tahun pertama biaya
komunikasi yang dikeluarkan hanya untuk 11 bulan. Pada tahun kedua dan
seterusnya, usaha sudah beroperasi selama 12 bulan sehingga biaya komunikasi
yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp 300.000,00.
6. Biaya terpal plastik yang dikeluarkan Kelompok Tani Hurip sebesar Rp
54.000,00 setiap tahunnya. Terpal plastik ini berfungsi seb
81
per tahun. Pada tahun pertama, usaha ini hanya
6.3. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial merupakan analisis yang digunakan untuk
ada apakah usaha tersebut nantinya secara
finansi
paten Bogor, Provinsi Jawa Barat
bahan kompos yang akan diproses serta untuk menutup timbunan pupuk
kompos pada saat proses fermentasi. Jumlah terpal plastik yang dibutuhkan
setiap tahunnya sebanyak 12 lembar. Pada tahun pertama usaha, total terpal
plastik yang digunakan sebanyak 12 lembar. Sebab, pada tahun pertama terpal
ini digunakan untuk melindungi bahan-bahan kompos dari panas matahari dan
curah hujan langsung. Begitu juga pada tahun kedua usaha dan seterusnya,
jumlah terpal plastik yang digunakan sebanyak 12 lembar dengan biaya sebesar
Rp 54.000,00 per tahun.
7. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dikeluarkan Kelompok Tani Hurip
sebesar Rp 100.000,00
beroperasi selama 11 bulan sehingga biaya PBB yang dikeluarkan sebesar Rp
91.666,67. Sedangkan pada tahun kedua dan seterusnya, usaha sudah
beroperasi selama 12 bulan sehingga biaya PBB yang dikeluarkan sebesar Rp
100.000 setiap tahunnya.
menilai suatu usaha yang didasarkan p
al menguntungkan atau tidak dengan menggunakan empat kriteria investasi
yang meliputi NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), IRR
(Internal Rate of Return), dan PP (Payback Period). Apabila diketahui layak atau
tidaknya suatu usaha tersebut maka dapat membantu dalam pengembangan dan
perencanaan usaha di masa yang akan datang.
Pada penelitian ini dianalisis tingkat kelayakan finansial pada usaha pupuk
kompos yang ada di Desa Cikarawang, Kabu
82
sehingg
1.200 kg/bulan)
a dapat membantu pengusaha pupuk kompos di desa tersebut dalam
perencanaan usahanya untuk peningkatan efisiensi dan produktivitas usahanya.
Dalam analisis kelayakan finansial digunakan tingkat discount factor sebesar
6,75% yang didiskontokan dengan nilai manfaat bersih (net benefit) yang
diperoleh dari perhitungan arus kas (cash flow). Tingkat suku bunga (discount
factor) sebesar 6,75% yang digunakan merupakan tingkat suku bunga Bank
Indonesia pada tahun 2011, dimana Bank Indonesia sering dijadikan sebagai
acuan oleh seluruh bank yang ada di Indonesia walaupun pada akhirnya setiap
bank mempunyai kebijakan masing-masing. Hasil analisis kelayakan finansial
usaha pupuk kompos dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pupuk Kompos (Kapasitas
Kriteria Kelayakan Investasi Jumlah NPV 21.583.630,18 Net B/C 2,45 IRR 36% PP 3,27 tahun atau 3 tahun 3 bulan 24 hari
S mer, diolah April 2011
Dari Tabel di atas dapat dilihat ba
ksi sebesar 1.200 kg/bulan dan tingkat suku
bunga
yang diterima unit usaha dari
umber : Data Pri
hwa hasil analisis finansial untuk usaha
pupuk kompos dengan kapasitas produ
6,75 persen memenuhi semua kriteria kelayakan investasi. Berdasarkan
hasil perhitungan tersebut, diperoleh hasil bahwa :
1. Nilai NPV yang diperoleh lebih dari nol (NPV>0) yaitu sebesar Rp
21.583.630,18. Artinya, jumlah manfaat bersih
usaha pupuk kompos ini selama umur proyek yaitu 10 tahun dengan tingkat
suku bunga 6,75 persen sebesar Rp 21.583.630,18 sehingga usaha tersebut
layak untuk dijalankan. NPV sama dengan Rp 21.583.630,18 juga dapat
menunjukkan bahwa nilai sekarang dari pendapatan selama 10 tahun akan
83
yang
u (IRR>6,75%) yaitu sebesar 36
memperoleh keuntungan sebesar Rp 21.583.630,18 pada tingkat suku bunga
6,75 persen. Kelompok Tani Hurip akan memperoleh keuntungan sebesar Rp
2.158.836,02 setiap tahunnya dan akan memperoleh keuntungan sebesar Rp
179.863,58 setiap bulannya. Jumlah keuntungan yang didapatkan tersebut
oleh kelompok tani hurip sangatlah kecil. Hal ini mungkin dikarenakan
kapasitas produksi yang masih kecil, teknologi yang digunakan masih
sederhana dan kurang efisiensinya waktu dan biaya yang digunakan dalam
proses produksinya. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan usaha yang
lebih baik, termasuk dalam efisiensi biaya dan perbaikan teknologi agar usaha
tersebut dapat memberikan keuntungan yang lebih besar lagi nantinya.
2. Pada kriteria investasi yang kedua yaitu nilai net B/C yang diperoleh lebih
dari satu (Net B/C>1) yaitu sebesar 2,45. Artinya, setiap Rp 1,00 biaya
dikeluarkan oleh usaha pupuk kompos selama umur usaha yaitu 10 tahun
mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 2,45 sehingga usaha
tersebut dikatakan layak untuk dijalankan.
3. Pada kriteria investasi yang ketiga yaitu nilai IRR yang diperoleh lebih besar
daripada tingkat suku bunga yang berlak
persen selama umur usaha 10 tahun. Hal ini menunjukkan tingkat
pengembalian internal terhadap investasi usaha pupuk kompos yang diperoleh
lebih besar dibandingkan dengan tingkat diskonto yang berlaku yaitu 6,75
persen sehingga unit usaha mendapatkan keuntungan dari adanya kegiatan
investasi tersebut dibandingkan hanya mendepositokan modal investasinya di
bank. Dengan demikian, usaha ini layak untuk dijalankan dan
menguntungkan. Hasil dari IRR yang diperoleh dapat dijadikan informasi
84
bih kecil dari umur usaha (PP<10tahun) yaitu 3,27 tahun atau 3
uk unit usaha
pupuk
6.4. Analisis Switching Value
Analisis switching value atau biasa juga disebut dengan analisis nilai
is yang digunakan untuk mengukur perubahan
bagi investor untuk mengambil keputusan dalam menjalankan usaha pupuk
kompos ini. Keuntungan yang diperoleh dari usaha ini setiap tahunnya
sebesar 36 persen selama umur usaha yaitu 10 tahun, jika suatu hari terjadi
inflasi sebesar 7 persen maka masih ada keuntungan sebesar 29 persen dari
investasi yang ditanamkan. Oleh karena itu, usaha ini tetap layak untuk
dijalankan.
4. Pada kriteria investasi yang terakhir yaitu nilai Payback Period yang
diperoleh le
tahun 3 bulan 24 hari. Hal ini berarti jangka waktu pengembalian seluruh
biaya investasi usaha pupuk kompos yaitu selama 3,27 tahun atau 3 tahun 3
bulan 24 hari, artinya usaha pupuk kompos ini mampu mengembalikan modal
investasi setelah umur usaha 3 tahun. Waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan nilai investasi tersebut lebih pendek dari umur usaha.
Semakin pendek periode pengembalian investasi maka akan semakin baik
pula sehingga dapat dikatakan usaha ini layak untuk dijalankan.
Berdasarkan analisis kriteria investasi NPV, Net B/C, IRR, dan Payback
Period menunjukkan bahwa secara fiansial penggunaan investasi unt
kompos yang dilakukan oleh Kelompok Tani Hurip ini tetap layak untuk
dijalankan.
pengganti merupakan suatu analis
maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penuruanan harga output,
penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input,
85
yaitu variabel harga bahan baku kotoran kambing dan variabel harga
jual pu
Tabel 13. Hasil Analisis Switching Value (Kapasitas 1.200 kg/bulan)
Kambing arga Jual
Pupuk Kompos
peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar usaha masih tetap
dapat dikatakan layak. Pada penelitian ini, perhitungan analisis switching value
dilakukan sampai nilai NPV mendekati nol atau positif mendekati nol, Net B/C
sama dengan satu, tingkat pengembalian internal (IRR) sama dengan tingkat
discount rate, serta payback period yang hampir mendekati umur proyek yaitu 10
tahun sehingga usaha pupuk kompos ini masih dapat dinyatakan layak untuk
dijalankan.
Variabel sensitivitas pada analisis switching value yang dilakukan dalam
penelitian ini
puk kompos. Variabel harga bahan baku kotoran kambing diperhitungkan
karena harga kotoran kambing merupakan harga yang paling besar diantara
bahan-bahan pembuat kompos lainnya sehingga mempunyai pengaruh yang
paling besar pula terhadap penilaian kelayakan usaha. Sedangkan variabel harga
jual pupuk kompos diperhitungkan karena apabila harga pupuk kompos
mengalami penurunan maka akan berpengaruh terhadap penerimaan dan
kelayakan usaha tersebut. Perhitungan analisis switching value pada usaha pupuk
kompos menggunakan tingkat suku bunga sebesar 6,75 persen. Hasil analisis nilai
pengganti berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 13.
Perubahan Kenaikan Harga Kotoran Penurunan H
Persentase 113,75% 14,22% NPV 0,00 0,00 Net B/C 1,00 1,00 IRR 6,75% 6,75% PP 10,00 10,00
Sumber : Data Primer, diolah April 2011
86
Berdasarkan hasil analisis sw yang telah dilakukan, apabila
terjadi perubahan pada variabel bahan baku yaitu berupa kenaikan harga beli
kotoran kambing maka unit usaha akan masih dapat beroperasi selama dalam
batas kenaikan harga maksimal sebesar 113,75 persen dari biaya kotoran kambing
yang dikeluarkan tiap tahunnya. Peningkatan total biaya kotoran kambing yang
mungkin terjadi pada tahun pertama dari Rp 2.475.000,00 sampai Rp
5.290.405,00 dan pada tahun berikutnya dari Rp 2.700.000,00 sampai menjadi Rp
5.771.350,00.
Pada variabel harga jual pupuk kompos, apabila terjadi penurunan harga
jual pupuk kompos maka unit usaha akan masih dapat beroperasi selama dalam
batas penurunan harga jual sebesar 14,22 persen dari harga jual pupuk kompos
yang ditawarkan tiap tahunnya. Penurunan penerimaan penjualan pupuk kompos
yang mungkin terjadi pada tahun pertama dari Rp 19.800.000,00 sampai Rp
16.984.596,00 dan pada tahun berikutnya dari Rp 21.600.000,00 sampai menjadi
Rp 18.528.650,00.
Dari sisi pengeluaran (outflow), apabila kenaikan haga kotoran kambing
yang terjadi lebih besar dari batas impas tersebut, maka akan menyebabkan usaha
pupuk kompos ini menjadi tidak layak untuk dijalankan secara finansial. Hal ini
mungkin disebabkan oleh adanya pengaruh iklim dalam proses pengolahan
kotoran kambing tersebut. Iklim merupakan faktor alam yang tidak dapat
dikendalikan, sehingga membuat kondisi iklim itu sendiri tidak menentu. Kondisi
iklim hujan menyebabkan kadar air pada kotoran kambing menjadi lebih basah.
Upaya pengolahan yang dilakukan oleh petani dalam menjaga kualitas kotoran
kambingnya adalah dengan tidak menempatkan kotoran kambing tersebut di alam
itching value
87
saha terkendala dalam
empe
nerimaan (inflow), beradasarkan pengalaman pengusaha pupuk
ompo
terbuka yang dapat terkena air hujan secara langsung sehingga bila musim hujan
datang, harga kotoran kambing dapat meningkat karena ada tambahan perlakuan
yaitu penurunan kadar air pada kotoran kambing yang membutuhkan waktu yang
cukup lama jika dibandingkan dengan pada musim panas.
Namun kondisi tersebut tidak menjadikan unit u
m roleh pasokan bahan baku berupa kotoran kambing karena kenaikan harga
yang terjadi pada umumnya relatif kecil. Selain itu, terjalinnya kerjasama yang
baik antara pengusaha pupuk kompos dengan para petani yang memiliki ternak
kambing dikarenakan mereka merupakan penduduk desa tersebut sehingga telah
saling mengenal dengan baik. Layanan transportasi yang disediakan pemasok
dapat meminimisasi biaya produksi pupuk kompos karena jarak antara pemasok
dengan tempat produksi pupuk kompos sendiri tidak terlalu jauh yaitu masih
dalam satu desa. Oleh karena itu, selama perubahan harga bahan baku berupa
kotoran kambing ini masih berada dalam batas kenaikan, usaha ini masih layak
untuk dijalankan.
Dari sisi pe
k s selama ini hampir tidak pernah terjadi penurunan harga jual pupuk
kompos itu sendiri karena permintaan dari pasar yang datang biasanya melebihi
kapasitas produksi dan sistem kemitraan yang terjalin membuat unit usaha
mendapatkan kepastian harga jual. Selain itu, pengusaha pupuk kompos ini selalu
menjaga kualitas pupuk kompos sehingga penurunan harga jual pupuk kompos
hampir belum pernah terjadi. Perubahan atas harga jual pupuk kompos yang
mungkin terjadi biasanya dikarenakan ketersediaan pasokan bahan baku kotoran
88
kambing yang berkurang dan penurunan kualitas pada pupuk kandang yang
digunakan.
Dalam analisis switching value ini, variabel penurunan harga jual pupuk
kompos merupakan variabel yang paling sensitif sehingga memiliki risiko usaha
paling besar dibandingkan dengan variabel kenaikan harga kotoran kambing. Hal
ini terlihat dari hasil perhitungan analisis switching value dengan persentase yang
kecil saja dapat mempengaruhi kelayakan usaha pupuk kompos ini. Kelompok
Tani Hurip mengatasi hal tersebut dengan menjalin hubungan yang baik kepada
pemasok bahan baku sehingga kontinuitas pasokan bahan baku tetap terjaga dan
menjaga kualitas dari pupuk kompos sehingga dapat memperkecil risiko
terjadinya penurunan dari sisi penerimaan dan unit usaha tetap berada dalam batas
kelayakannya.
89
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1. Keputusan yang diambil oleh Kelompok Tani Hurip untuk mendirikan
usaha pupuk kompos dinilai sangat tepat, mengingat Desa Cikarawang
memiliki potensi pertanian yang sangat besar.
2. Berdasarkan analisis finansial, pengusahaan pupuk kompos ini layak
untuk dijalankan. Hal ini terlihat dari nilai NPV yang positif, Net B/C
lebih besar dari satu, dan IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga
yang berlaku serta tingkat pengembalian investasi yang lebih kecil dari
umur proyek.
3. Berdasarkan hasil analisis tingkat sensitivitas, pengusahaan pupuk
kompos ini masih layak untuk dijalankan meskipun terjadi peningkatan
biaya sampai batas maksmimal serta penurunan penerimaan sampai
batas minimal yang telah ditentukan. Peningkatan biaya yang
dimaksud berasal dari variabel harga kotoran kambing sedangkan
penurunan penerimaan berasal dari turunnya harga jual pupuk kompos.
7.2. Saran
1. Kelompok Tani Hurip sebaiknya melakukan peningkatan kapasitas
produksi lebih besar dari 1.200 kg per bulan agar dapat memenuhi
kebutuhan konsumen yang cukup besar. Hal ini dikarenakan
persediaan bahan baku pembuatan pupuk kompos di Desa Cikarawang
memadai, baik dari segi bahan baku jerami serta bahan baku kotoran
kambing.
90
2. Kontinuitas produksi pupuk kompos tetap dijaga agar produktivitasnya
tidak menurun. Sebab jika produktivitas menurun maka kebutuhan
konsumen tidak akan terpenuhi.
3. Kelompok Tani Hurip sebaiknya melakukan perluasan daerah
pemasaran sehingga banyak yang mengetahui keberadaan pupuk
kompos yang dihasilkan kelompok ini maka akan dapat mendukung
terjadinya pengembangan usaha.
4. Pentingnya perhatian pemerintah daerah Kabupaten Bogor untuk
mendukung Kelompok Tani Hurip dalam mengembangkan
pengusahaan pupuk kompos ini baik dalam bentuk materi maupun
sarana dan prasarana yang berkaitan.
91
DAFTAR PUSTAKA
Apriadji, WH. 2004. Memproses Sampah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Chaerunnisa RSD. 2007. Studi Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI-Press, Jakarta.
Gray C, Simanjuntak P, Sabur LK, Maspaitella PFL, Varle RCG. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Gustoro D. 2006. Sistem Penunjang Keputusan Pendirian Industri Kompos di TPA Galuga, Bogor. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan Idayu, Jakarta.
Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Husnan S dan Suwarno. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan Pencetak AMP YPKN, Yogyakarta.
Ibrahim Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT Asdi Mahasatya, Jakarta.
Indrasti, N. S. 2003. Penyusunan Standar Mutu dan Sistem Pemasaran Kompos, Laporan Akhir. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Indriani, YH. 2000. Membuat Kompos Secara Kilat. Cetakan II. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kadariah LK, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Kadarsan HW. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lingga, P. dan Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Murbandono, L. 2002. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.
Musnawar, E. I. 2003. Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siregar J. 2009. Analisis Kelayakan Pengusahaan Sapi Perah dan Pemanfaatan Limbah untuk Menghasilkan Biogas dan Pupuk Kompos di UPP Darul Fallah dan Fakultas Peternakan IPB. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Soedyanto, R. R. M. Sianipar, A. Susani dan Hardjanto. 1981. Bercocok Tanam. Jilid II. PT Yasaguna, Jakarta.
92
Soeharjo dan Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Usahatani. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Soekartawi, A. Soeharjo., John L. Dillon dan J. Brian Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI-Press, Jakarta.
Subagyo A. 2007. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Suriawiria, U. 2002. Pupuk Organik Kompos dari Sampah. Humaniora Utama Press, Bandung.
Widiyani, W. 2010. Analisis Kelayakan Pengusahaan Pupuk Kompos pada Unit Usaha Koperasi Kelompok Tani Lisung Kiwari, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
93
Lampiran
94
Lampiran 1. Cashflow Usaha Pupuk Kompos (Kapasitas 1.200 kg/bulan) Tahun Ke-
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 INFLOW
1 Penjualan Kompos 19,800,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000
2 Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0
623,999.99 Total Inflow 19,800,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 22,224,000 OUTFLOW 1. Biaya Investasi
1 Gubuk Pengomposan 1,000,000 0 0 0 0 0 1,000,000 0 0 0
2 Petakan Pengomposan 8,000,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Rak pupuk kompos 800,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Mesin pencacah 5,000,000 0 0 0 0 5,000,000 0 0 0 0
5 Cangkul 100,000 0 0 0 0 100,000 0 0 0 0 6 Alat penyiram 30,000 0 0 30,000 0 0 30,000 0 0 30,000 7 Golok 56,000 0 0 0 0 56,000 0 0 0 0 8 Sepatu Boot 126,000 0 0 126,000 0 0 126,000 0 0 126,000 9 Sekop 80,000 0 0 0 0 80,000 0 0 0 0
10 Ayakan 120,000 0 120,000 0 120,000 0 120,000 0 120,000 0 11 Timbangan 200,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Alat penyiler/siller 250,000 0 0 250,000 0 0 250,000 0 0 250,000
13 Ember 30,000 0 0 30,000 0 0 30,000 0 0 30,000 14 Motor 6,000,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total Biaya Investasi 21,792,000 0 120,000 436,000 120,000 5,236,000 1,556,000 0 120,000 436,000 2. Biaya Operasional Pemeliharaan Bangunan 1,375,000.00 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000
95
Label 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 Transportasi 770,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 Listrik 165,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 Komunikasi 275,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 Terpal Plastik 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 PBB 91,667 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 Jerami 1,485,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 Arang Sekam 132,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 Kotoran kambing 2,475,000 2,700,000 2,700,000 2,700,000 2,700,000 2,700,000 2,700,000 2,700,000 2,700,000 2,700,000 EM4 132,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 Upah Tenaga Kerja a. pengolahan 2,200,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 b. pengayakan 2,200,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 Total Biaya Operasional 13,854,666.67 14,882,000.00 14,882,000.00 14,882,000.00 14,882,000.00 14,882,000.00 14,882,000.00 14,882,000.00 14,882,000.00 14,882,000.00 Total Outflow 35,646,666.67 14,882,000.00 15,002,000.00 15,318,000.00 15,002,000.00 20,118,000.00 16,438,000.00 14,882,000.00 15,002,000.00 15,318,000.00
Net Benefit
(15,846,666.67) 6,718,000 6,598,000 6,282,000 6,598,000 1,482,000 5,162,000 6,718,000 6,598,000 6,906,000 DF 6.75% 0.94 0.88 0.82 0.77 0.72 0.68 0.63 0.59 0.56 0.52
PV/Tahun (14,844,652.62)
5,895,277.22
5,423,862.36
4,837,560.36
4,759,626.71
1,001,476.82
3,267,704.79
3,983,794.52
3,665,231.06
3,593,748.96
PV Positif
36,428,282.80
PV Negatif
(14,844,652.62)
NPV
21,583,630.18
Net B/C
2.45 IRR 36% Payback Period 3.27 Kumulatif (14,844,652.62) (8,949,375.40) (3,525,513.04) 1,312,047.33 6,071,674.04 7,073,150.86 10,340,855.64 14,324,650.16 17,989,881.22 21,583,630.18
96
Lampiran 2. Cashflow Analisis Switching Value Kenaikan Biaya Kotoran Kambing (Kapasitas 1.200 kg/bulan)
Tahun Ke-
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
1 Penjualan Kompos 19,800,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000
2 Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0
623,999.99
Total Inflow 19,800,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 22,224,000
OUTFLOW 1. Biaya Investasi
1 Gubuk Pengomposan 1,000,000 0 0 0 0 0 1,000,000 0 0 0
2 Petakan Pengomposan 8,000,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Rak pupuk kompos 800,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Mesin pencacah 5,000,000 0 0 0 0 5,000,000 0 0 0 0
5 Cangkul 100,000 0 0 0 0 100,000 0 0 0 0
6 Alat penyiram 30,000 0 0 30,000 0 0 30,000 0 0 30,000
7 Golok 56,000 0 0 0 0 56,000 0 0 0 0
8 Sepatu Boot 126,000 0 0 126,000 0 0 126,000 0 0 126,000
9 Sekop 80,000 0 0 0 0 80,000 0 0 0 0
10 Ayakan 120,000 0 120,000 0 120,000 0 120,000 0 120,000 0
11 Timbangan 200,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Alat penyiler/siller 250,000 0 0 250,000 0 0 250,000 0 0 250,000
13 Ember 30,000 0 0 30,000 0 0 30,000 0 0 30,000
14 Motor 6,000,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Total Biaya Investasi 24,292,000 2,500,000 2,620,000 2,936,000 2,620,000 7,736,000 4,056,000 2,500,000 2,620,000 2,936,000
97
2. Biaya Operasional Pemeliharaan Bangunan 1,375,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000
Label 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000
Transportasi 770,000.00 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000
Listrik 165,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
Komunikasi 275,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000
Terpal Plastik 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000
PBB 91,667 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000
Jerami 1,485,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000
Arang Sekam 132,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 Kotoran kambing 5,290,405 5,771,350 5,771,350 5,771,350 5,771,350 5,771,350 5,771,350 5,771,350 5,771,350 5,771,350
EM4 132,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 Upah Tenaga Kerja
a. pengolahan 2,200,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
b. pengayakan 2,200,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 Total Biaya Operasional 16,670,071.17 17,953,350.34 17,953,350.34 17,953,350.34 17,953,350.34 17,953,350.34 17,953,350.34 17,953,350.34 17,953,350.34 17,953,350.34 Total Outflow 38,462,071.17 17,953,350.34 18,073,350.34 18,389,350.34 18,073,350.34 23,189,350.34 19,509,350.34 17,953,350.34 18,073,350.34 18,389,350.34
Net Benefit (18,662,071.17) 3,646,650 3,526,650 3,210,650 3,526,650 -1,589,350 2,090,650 3,646,650 3,526,650 3,834,650
DF 6.75% 0.94 0.88 0.82 0.77 0.72 0.68 0.63 0.59 0.56 0.52
PV/Tahun (17,482,033.88) 3,200,061.13 2,899,069.77
2,472,415.08
2,544,033.94
(1,074,019.92)
1,323,445.54
2,162,474.39
1,959,076.37
1,995,477.59
PV Positif 17,482,033.88
PV Negatif (17,482,033.88)
NPV
0.00
Net B/C
1.00
IRR 6.75%
98
Payback Period 10.00
kumulatif (17,482,033.88) (14,281,972.75) (11,382,902.98)
(8,910,487.90)
(6,366,453.96)
(7,440,473.88)
(6,117,028.34)
(3,954,553.95)
(1,995,477.59) 0.00
Kenaikan 113.75%
99
Lampiran 3. Cashflow Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Pupuk Kompos (Kapasitas 1.200 kg/bulan)
Tahun Ke-
Uraian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
1 Penjualan Kompos 16,984,596 18,528,650 18,528,650 18,528,650 18,528,650 18,528,650 18,528,650 18,528,650 18,528,650 18,528,650
2 Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0
623,999.99
Total Inflow 16,984,596 18,528,650 18,528,650 18,528,650 18,528,650 18,528,650 18,528,650 18,528,650 18,528,650 19,152,650
OUTFLOW 1. Biaya Investasi
1 Gubuk Pengomposan 1,000,000 0 0 0 0 0 1,000,000 0 0 0
2 Petakan Pengomposan 8,000,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Rak pupuk kompos 800,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Mesin pencacah 5,000,000 0 0 0 0 5,000,000 0 0 0 0
5 Cangkul 100,000 0 0 0 0 100,000 0 0 0 0
6 Alat penyiram 30,000 0 0 30,000 0 0 30,000 0 0 30,000
7 Golok 56,000 0 0 0 0 56,000 0 0 0 0
8 Sepatu Boot 126,000 0 0 126,000 0 0 126,000 0 0 126,000
9 Sekop 80,000 0 0 0 0 80,000 0 0 0 0
10 Ayakan 120,000 0 120,000 0 120,000 0 120,000 0 120,000 0
11 Timbangan 200,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Alat penyiler/siller 250,000 0 0 250,000 0 0 250,000 0 0 250,000
13 Ember 30,000 0 0 30,000 0 0 30,000 0 0 30,000
14 Motor 6,000,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Total Biaya Investasi 24,292,000 2,500,000 2,620,000 2,936,000 2,620,000 7,736,000 4,056,000 2,500,000 2,620,000 2,936,000 2. Biaya Operasional Pemeliharaan Bangunan 1,375,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000
Label 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000
100
Transportasi 770,000.00 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000 840,000
Listrik 165,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000 180,000
Komunikasi 275,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000
Terpal Plastik 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000 54,000
PBB 91,667 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000
Jerami 1,485,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000 1,620,000
Arang Sekam 132,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 Kotoran kambing 2,475,000 2,700,000 2,700,000 2,700,000 2,700,000 2,700,000 2,700,000 2,700,000 2,700,000 2,700,000
EM4 132,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 144,000 Upah Tenaga Kerja
a. pengolahan 2,200,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
b. pengayakan 2,200,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 Total Biaya Operasional 13,854,666.67 14,882,000.00 14,882,000.00 14,882,000.00 14,882,000.00 14,882,000.00 14,882,000.00 14,882,000.00 14,882,000.00 14,882,000.00
Total Outflow 35,646,666.67 14,882,000.00 15,002,000.00 15,318,000.00 15,002,000.00 20,118,000.00 16,438,000.00 14,882,000.00 15,002,000.00 15,318,000.00
Net Benefit
(18,662,071.17) 3,646,650 3,526,650 3,210,650 3,526,650 -1,589,350 2,090,650 3,646,650 3,526,650 3,834,650
DF 6.75% 0.94 0.88 0.82 0.77 0.72 0.68 0.63 0.59 0.56 0.52
PV/Tahun
(17,482,033.88)
3,200,061.13
2,899,069.77
2,472,415.08
2,544,033.94
(1,074,019.92)
1,323,445.54
2,162,474.39
1,959,076.37
1,995,477.59
PV Positif
17,482,033.88
PV Negatif
(17,482,033.88)
NPV
0.00
Net B/C
1.00
IRR 6.75%
Payback Period
10.00
kumulatif
(17,482,033.88)
(14,281,972.75)
(11,382,902.98)
(8,910,487.90)
(6,366,453.96)
(7,440,473.88)
(6,117,028.34)
(3,954,553.95)
(1,995,477.59)
0.00
Penurunan 14.22%
101
Lampiran 3. Harga Pokok Produksi Pupuk Kompos Per Kg (Untuk Kapasitas Produksi 300 Kg dalam 1 Petakan)
no uraian satuan volume harga satuan (Rp)
Nilai (Rp)
1 Jerami Kg 225 150,00 33.750,002 Arang sekam Kg 15 200,00 3.000,003 Kotoran kambing Kg 112.5 500,00 56.250,004 EM4 Ml 150 20,00 3.000,00
Upah Tenaga Kerja
0
a. pengolahan HOK 1 50.000,00 50.000,00 b. pengayakan HOK 1 50.000,00 50.000,00 Total 196.000,00 Biaya produksi per
Kg 653,33333