Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

29
ISSN 0215 - 8250 ANALISIS KEBUTUHAN STANDAR MINIMAL SARANA PENDIDIKAN UNTUK JENJANG PENDIDIKAN DASAR (SD DAN SMP) DI KABUPATEN BULELENG oleh Sukadi Jurusan P P K N Fakultas IPS, Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis kebutuhan dan pemenuhan standar minimal sarana pendidikan pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kabupaten Buleleng serta kontribusinya dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan survey. Unit analisis utama penelitian ini adalah sekolah. Populasi penelitian adalah seluruh SD dan SMP sekabupaten Buleleng yang sampelnya dipilih dengan menggunakan teknik stratified proportional area random sampling dengan jumlah sample 48 SD dan 20 SMP. Semua data utama dikumpulkan dengan menggunakan teknik penyebaran kuesioner. Analisis data terutama dilakukan secara kuantitatif disertai analisis dengan argumentasi kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagai berikut. (1) Seluruh jenjang pendidikan SD ____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007 88

Transcript of Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

Page 1: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

ANALISIS KEBUTUHAN STANDAR MINIMALSARANA PENDIDIKAN UNTUK JENJANG PENDIDIKAN DASAR

(SD DAN SMP) DI KABUPATEN BULELENG

olehSukadi

Jurusan P P K NFakultas IPS, Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis kebutuhan dan pemenuhan standar minimal sarana pendidikan pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) di Kabupaten Buleleng serta kontribusinya dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan survey. Unit analisis utama penelitian ini adalah sekolah. Populasi penelitian adalah seluruh SD dan SMP sekabupaten Buleleng yang sampelnya dipilih dengan menggunakan teknik stratified proportional area random sampling dengan jumlah sample 48 SD dan 20 SMP. Semua data utama dikumpulkan dengan menggunakan teknik penyebaran kuesioner. Analisis data terutama dilakukan secara kuantitatif disertai analisis dengan argumentasi kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagai berikut. (1) Seluruh jenjang pendidikan SD sampai SMP di Kabupaten Buleleng membutuhkan sarana pendidikan yang meliputi: kebutuhan ruang bangunan, perabot, peralatan dan media pendidikan, sumber belajar, dan kebutuhan lahan. (2) Pemenuhan kebutuhan standar minimal sarana pendidikan pada semua jenisnya secara kuantitas masih sangat kurang. Untuk SD meliputi seluruh jenis sarana pendidikan; sedangkan untuk SMP kekurangan terjadi pada faktor ruang bangunan, perabot, peralatan dan media pembelajaran, dan sumber belajar. Untuk kebutuhan lahan, SMP secara umum sudah mencukupi standar kebutuhan minimal. (3) Untuk pemenuhan kebutuhan minimal yang keberadaannya masih sangat kurang dan kondisinya sebagian sudah rusak ringan dan berat, seluruh tingkatan sekolah membutuhkan bantuan pemerintah daerah (kabupaten dan provinsi) dan pusat terutama untuk memenuhi kebutuhan lahan untuk jenjang SD, ____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

88

Page 2: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

dan kebutuhan perabot, peralatan dan media pembelajaran, serta sumber belajar untuk kedua jenjang pendidikan. (4) Ada kontribusi yang sangat signifikan dari seluruh faktor sarana pendidikan dalam menjelaskan variabilitas prestasi belajar siswa baik dalam ujian nasional maupun ujian sekolah. Secara sendiri-sendiri ada kontribusi yang sangat signifikan dari faktor-faktor perabot pendidikan, peralatan dan media pembelajaran, serta sumber belajar dalam menjelaskan prestasi belajar siswa baik dalam ujian nasional maupun ujian sekolah.

Kata kunci : sarana pendidikan dan prestasi belajar siswa.

ABSTRACT

This study aimed at doing need analysis of educational facilities for compulsory education program (elementary school and junior high school) at Buleleng regency and its contribution to the improvement of students’ achievement. This research was conducted through survey. The unit analysis of this study was of school. The population was all elementary (SD) and junior high schools (SMP) in Buleleng regency. The samples of which were selected by stratified proportional area random sampling techniques. The total samples were 48 SD and 20 SMP. All data were collected by distributing questionnaires. Data were analyzed quantitatively and qualitatively. The result of this study can be reported as follows. (1) All SD and SMP in Buleleng regency need educational facilities, namely: room buildings, educational furniture, educational tools and media, learning resources, and landscape. (2) The fulfillment level of minimum standard of all kinds of educational facilities was quantitatively still low. For SD, this happened to all kinds of educational facilities, but for SMP, this was related to provision of room buildings, furniture, tools and media, and learning resources. For the need of landscape, SMPs generally have already fulfilled the minimum standard. (3) For the fulfillment of educational facilities that their existence was still low, all schools (SD and SMP) hope that the local and central governments help them provide landscape and room buildings for SD, and furniture, tools and media, and learning resources for both SD and SMP. (4) There was a significant contribution of all kinds of facilities in explaining the variance of students’ achievement both in national and ____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

89

Page 3: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

school examinations. Individually, there was a significant contribution of furniture, tools and media, and learning resources in explaining the variance of students’ achievement both in national and school examinations.

Key words: educational facilities and students’ achievement.

1. Pendahuluan

Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional telah

berkomitmen untuk meningkatkan standar mutu pendidikan di Indonesia.

Namun, upaya meningkatkan mutu pendidikan tersebut bukanlah usaha

yang mudah. Hal ini mengingat kesenjangan atau disparitas mutu

pendidikan antarlembaga pendidikan di Indonesia antara sekolah di desa

dan di kota, misalnya, sangatlah tinggi. Hal ini dapat diketahui, saat ini ada

sekolah bahkan yang telah mampu berkembang menjadi sekolah nasional

berstandar internasional, ada sekolah yang berstandar nasional, tetapi ada

juga sekolah yang bahkan belum memenuhi standar lokal (Kompas, 2004).

Dengan begitu, sejalan dengan upaya meningkatkan mutu

pendidikan tersebut, baik pengambil kebijakan di pusat maupun pelaksana

atau praktisi pendidikan di lapangan membutuhkan acuan bagi upaya

pengembangan standar pendidikan yang dapat dijadikan pegangan oleh

semua pihak dalam pelaksanaan program-program pendidikan nantinya

maupun dalam mengevaluasi atau mengukur keberhasilan program

pendidikan dalam peningkatan mutu kinerjanya. Pengembangan standar-

standar pendidikan ini akan membantu semua pihak untuk memenuhi

tuntutan kebutuhan masyarakat tentang kualitas sumber daya manusia yang

diperlukan dalam proses pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara.

Dengan dasar pemikiran tersebut, Undang-undang No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional antara lain menegaskan perlunya

____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

90

Page 4: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

pengembangan standar nasional pendidikan, yang mencakup: standar isi,

standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga

kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar

pembiayaan, dan standar penilaian.

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu unsur

masukan pendidikan yang penting dan merupakan kebutuhan vital bagi

terselenggaranya proses pendidikan yang berkualitas. Tanpa ditunjang oleh

sarana dan prasarana yang memadai sulit diharapkan proses dan hasil

pendidikan yang bermutu tinggi. Rendahnya kualitas proses dan hasil

pendidikan di Indonesia saat ini, sebagian diduga disebabkan oleh

minimnya sarana pendidikan yang disediakan oleh pemerintah maupun

yang mampu disediakan oleh masyarakat. Sementara itu, minimnya

ketersediaan sarana pendidikan tidak hanya disebabkan oleh

ketidakmampuan masyarakat atau pemerintah, tetapi juga tidak

teridentifikasinya jenis sarana pendidikan yang paling esensial dibutuhkan

agar suatu proses pendidikan berlangsung secara optimal. Dengan kata lain,

pemerintah belum memiliki standar yang jelas tentang sarana pendidikan

yang diperlukan untuk terwujudnya proses dan hasil pendidikan bermutu

dan memiliki daya saing tinggi.

Kebutuhan sarana pendidikan yang memadai, baik dari segi

jumlah/rasio, variasi jenis yang dibutuhkan, maupun kualitasnya bagi

berlangsungnya proses pendidikan dan tercapainya hasil pendidikan yang

berkualitas prima, sudah tidak bisa ditawar-tawar. Karena itu, sarana

pendidikan sangat penting dan sebagiannya (sumber dan media

pembelajaran) sering disebut sebagai jendelanya ilmu pengetahuan dan

teknologi (DeVries and Zan, 1994; Gredler, 1992). Ketiadaan sarana

pendidikan dalam belajar cenderung akan membuat peserta didik akan

belajar secara verbalisme belaka, dan ini adalah salah satu bentuk

penindasan intelek.____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

91

Page 5: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

Kebutuhan sarana pendidikan tidaklah cukup hanya yang berkaitan

langsung dengan kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas saja seperti:

buku sumber, peralatan, perabot, dan media pendidikan saja. Pendidikan di

sekolah juga membutuhkan sarana pendidikan yang secara tidak langsung

mendukung terlaksananya kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas

seperti kebutuhan lahan, bangunan atau ruang, serta peralatan dan perabot

untuk terselenggaranya manajemen sekolah secara bermutu (Depdiknas,

2003). Kebutuhan sarana pendidikan seperti ini secara minimal tentu

disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, jenis, dan fungsinya (Depdiknas,

2003). Kebutuhan sarana pendukung ini diperlukan untuk memberikan

pelayanan yang optimal bagi berlangsungnya proses pendidikan yang

bermutu.

Tahun-tahun belakangan ini pemerintah mulai menyadari akan

pentingnya standar pendidikan yang jelas yang dapat diacu oleh setiap

penyelenggara pendidikan baik di tingkat nasional maupun daerah.

Berkaitan dengan standar sarana pendidikan, dalam Peraturan Pemerintah

No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa

setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,

peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,

bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk

menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan, seperti

keperluan gedung dan lahan. Peraturan Pemerintah ini belum menjabarkan

lebih jauh apa jenis dan spesifikasi sarana pendidikan yang esensial dan

seberapa besar kebutuhan minimal oleh tiap-tiap sekolah pada setiap

jenjang dan jenis program pendidikan. Demikian pula rincian mengenai

kebutuhan sarana esensial dan minimal untuk setiap jenis kegiatan

manajemen pendidikan, proses belajar mengajar, dan proses evaluasi

program. Sehubungan dengan itu, diperlukan suatu analisis kebutuhan

____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

92

Page 6: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

sarana pendidikan yang sesuai dengan standar yang diharapkan baik yang

menyangkut jumlah/rasio, variasi jenis, maupun tingkat kualitasnya.

Sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003, pendanaan

penyelenggaraan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah

pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Ini berarti anggaran untuk

pengadaan sarana pendidikan juga merupakan tanggung jawab bersama

antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Keterbatasan

anggaran yang dimiliki pemerintah pusat dan daerah mengisyaratkan

pemerintah daerah agar memiliki data base yang jelas tentang jenis dan

tingkat kebutuhan minimal sarana pendidikan pada setiap jenjang

pendidikan, bahkan untuk setiap jenis kegiatan penyelenggaraan

pendidikan. Di samping itu, kemampuan masyarakat dalam menyediakan

sarana pendidikan di daerahnya sesuai dengan kondisi sosial ekonominya

juga perlu diidentifikasi. Karena itu, diperlukan kajian-kajian ilmiah

tentang kelayakan sarana pendidikan yang telah ada, urgensinya,

ketetapatan sasarannya, dan kontribusinya pada peningkatan proses dan

hasil pendidikan.

Tersedianya sarana pendidikan sekolah yang memadai diduga

memiliki korelasi yang kuat dengan peningkatan kualitas proses dan hasil

belajar program pendidikan di sekolah (Depdiknas, 2005a, 2005b). Dalam

hal ini, sarana pendidikan, terutama yang menyangkut fasilitas

pembelajaran, sumber belajar, dan media pembelajaran (Depdiknas, 2005b)

diduga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap peningkatan hasil belajar

yang diharapkan. Sarana pembelajaran yang tepat, di samping dapat

menjadi media pendidikan (belajar) yang akan membantu mempermudah

proses berpikir anak melalui konkretisasi objek-objek abstrak, juga dapat

menjadi objek belajar itu sendiri yang akan membantu peserta didik

memahami fenomena-fenomena alam, sosial, budaya, dan teknologi secara

langsung. Pelibatan proses belajar secara langsung, utuh, komprehensif, dan ____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

93

Page 7: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

powerful jelas membantu peserta didik mewujudkan potensi belajarnya

secara optimal (Santyasa, 1999; Sukadi, 2004; Wahab, 2002).

Sehubungan dengan latar belakang seperti tersebut, ada beberapa

rumusan masalah yang diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini, yaitu

sebagai berikut. (1) Apa saja jenis sarana pendidikan yang paling esensial

diperlukan di tiap-tiap jenjang sekolah (SD dan SMP) di Kabupaten

Buleleng? (2) Seberapa besar kebutuhan minimal sarana pendidikan yang

esensial diperlukan pada tiap-tiap jenjang pendidikan sekolah (SD dan

SMP) sesuai dengan jumlah siswa di Kabupaten Buleleng? (3) Seberapa

besar kebutuhan minimal sarana pendidikan yang esensial di atas telah

dipenuhi oleh sekolah? (4) Seberapa besar kebutuhan minimal sarana

pendidikan yang esensial di atas yang masih membutuhkan bantuan

pemerintah (baik pusat maupun daerah) untuk menyediakannya? (5)

Seberapa besar kontribusi penyediaan sarana pendidikan bagi peningkatan

mutu pendidikan sekolah (SD dan SMP), khususnya dalam meningkatkan

prestasi belajar mata pelajaran baik yang diujikan secara nasional maupun

dalam ujian sekolah?

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survey. Unit

analisis yang digunakan adalah satuan sekolah. Sekolah yang dilibatkan

sebagai sampel dalam penelitian ini, masing-masing 48 SD dan 20 SMP

sekabupaten Buleleng yang dipilih dengan menggunakan teknik stratified

proportional area random sampling. Data utama penelitian dikumpulkan

dengan menyebarkan kuesioner. Data yang terkumpul kemudian dianalisis

baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengolahan data kuantitatif

dilakukan dengan teknik statistik deskriptif dengan menentukan prosentase

pemenuhan kebutuhan tiap standar sarana pendidikan dan menggunakan

teknik analisis regresi ganda untuk mengetahui tingkat kontribusi tiap ____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

94

Page 8: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

komponen sarana pendidikan dalam menjelaskan variabilitas prestasi

belajar mata pelajaran. Seluruh proses analisis menggunakan jasa perangkat

lunak program SPSS.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Beradasarkan data yang diperoleh dalam kegiatan survey dapatlah

diuraikan beberapa temuan dalam penelitian ini sebagai berikut.

Pada umumnya baik jenjang SD maupun SMP yang ada di

Kabupaten Buleleng membutuhkan jenis sarana pendidikan yang dapat

digolongkan ke dalam lima kategori, yaitu: kebutuhan ruang/bangunan,

kebutuhan perabot, kebutuhan peralatan dan media pembelajaran,

kebutuhan sumber belajar, dan kebutuhan lahan. Jenis-jenis kebutuhan

sarana pendidikan ini di samping sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan (Depdiknas, 2003) juga sesuai dengan kebutuhan riil

praktik pendidikan di sekolah.

Kebutuhan ruang/bangunan bagi sekolah ditetapkan sesuai dengan

jenis aktivitas pendidikan yang dilakukan di sekolah, yaitu aktivitas

manajemen/perkantoran, aktivitas pembelajaran, dan aktivitas penunjang

program pendidikan. Kebutuhan tiap-tiap jenis ruang ditentukan pula oleh

kebutuhan pemakainya, antara lain: kepala sekolah, wakil kepala sekolah

(untuk SMP), staf guru, pegawai, komite sekolah, para siswa, dan orang

lain yang berkepentingan (tamu terkait). Sesuai dengan kebutuhan riil di

sekolah, maka kebutuhan jenis ruang dapat ditentukan antara lain: ruang

kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang pegawai (termasuk ruang

penggandaan dan ruang arsip/dokumen), ruang guru dan ruang sidang,

ruang komite sekolah, ruang tamu (tunggu) di kantor depan, ruang

pembelajaran teori, ruang komputer, ruang praktik lab. IPA dan bahasa

(SMP), ruang keterampilan kejuruan, ruang kesenian, ruang olah raga (bisa

disatukan dengan ruang serba guna atau aula), ruang perpustakaan/media, ____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

95

Page 9: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

ruang bimbingan dan konseling, ruang koperasi sekolah dan koperasi siswa

(SMP), ruang kantin sekolah, ruang OSIS (SMP), ruang UKS, rumah dinas

(SD), rumah penjaga, pos penjaga/SATPAM, ruang ibadah, dapur umum,

gudang umum, kamar mandi/WC dan tempat ganti pakaian untuk guru dan

siswa, dan ruang/bangsal parkir.

Tiap-tiap jenis ruang di atas membutuhkan luas bangunan yang

bebeda. Kebutuhan luas ruang/bangunan ditentukan oleh jumlah/rasio

pemakai, ruang gerak pemakai, luas jumlah ukuran perabot dan peralatan

yang diperlukan pada tiap-tiap ruang, dan model umum ukuran bangunan

sekolah. Untuk ruang perkantoran, ruang tiap pemakai ditentukan dengan

rasio 1 : 2 M2, selanjutnya ditambahkan dengan ruang gerak bagi

pemakainya, jumlah perabot dan peralatan yang tersedia, serta disesuaikan

dengan model ukuran bangunan. Untuk ruang pembelajaran ukurannya

tergantung pada jenis aktivitas pembelajaran. Ruang belajar teori

diperlukan dengan rasio 1 : 1,5 M2 dengan kapasitas tiap ruang maksimal

36 orang untuk SD dan 40 orang untuk SMP. Disesuaikan dengan model

ukuran bangunan, ruang belajar teori untuk SD berukuran 63 M2 (7 x 9 M)

dan untuk SMP berukuran 72 M2 (8 x 9 M). Untuk ruang belajar praktik

(terutama praktik lab IPA dan ruang kesenian tari) umumnya menggunakan

rasio 1: 2 - 3.5 M2. Penggunaan ruang praktik ini dapat disesuaikan dengan

jumlah rombongan belajar (1/2, 1/3, ¼. 1/5, 1/6, 1/8, atau 1/10) dengan

menggunakan sistem kelas berjalan (Depdiknas, 2003). Akhirnya, untuk

ruang penunjang, kebutuhan luas ruang ditentukan oleh jumlah

pemakainya, jumlah perabot yang diperlukan dalam ruang, dan tambahan

ruang gerak yang dinamis bagi pemakainya.

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas dapatlah diketahui tingkat

pemenuhan kebutuhan ruang/bangunan tiap-tiap jenjang sekolah di

Kabupaten Buleleng. Untuk tingkat sekolah dasar tingkat pemenuhan

kebutuhan secara keseluruhan baru mencapai 34,5%, dengan rincian: ruang ____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

96

Page 10: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

penunjang 47%, ruang perkantoran 33,5%, dan ruang pembelajaran 23 %.

Kecilnya tingkat pemenuhan kebutuhan ruang di tingkat sekolah dasar ini

banyak ditentukan oleh munculnya kebutuhan baru yang sebelumnya

terabaikan. Untuk tingkat SMP tingkat pemenuhan kebutuhan secara

keseluruhan baru mencapai 57,7%, dengan rincian: ruang penunjang 80%,

ruang perkantoran 49,35%, dan ruang pembelajaran 44 %. Kekurangan ini

diperberat lagi oleh kondisi ruang yang ada sebagian sudah rusak dari rusak

yang ringan hingga berat.

Kebutuhan perabot pendidikan secara minimal, selanjutnya, dapat

ditetapkan menggunakan pendekatan ruang dengan memperhatikan

kebutuhan secara empiris. Asumsinya, perabot yang umumnya menjadi

wadah atau tempat peralatan pendidikan ditempatkan pada tiap-tiap jenis

ruang yang digunakan sesuai dengan jenis aktivitas dalam tiap-tiap ruang

tersebut. Untuk jumlah dan ukuran perabot yang dibutuhkan pada tiap-tiap

ruang umumnya ditentukan oleh jumlah pemakainya, sifat penggunaan

(tunggal/ganda), sifat perabot (bergerak/tidak bergerak), dan jumlah serta

ukuran peralatan pendidikan yang disimpan dalam perabot. Di samping itu,

ukuran perabot juga haruslah disesuaikan dengan kelayakan antropometri

dan ergonomis pemakainya (Depdiknas, 2003).

Dengan menggunakan berbagai standar di atas, perhitungan

pemenuhan kebutuhan perabot bagi tiap-tiap jenis dan jenjang sekolah

dapat dilakukan. Perhitungan ini tentu tidak bersifat rigid. Karena itu, harus

diakui, tingkat validitas hasil pengukuran tentu tidaklah valid benar.

Memperhatikan berbagai faktor ini, hasil perhitungan telah menunjukkan

bahwa pemenuhan kebutuhan perabot di tingkat sekolah dasar secara

keseluruhan baru mencapai 20%, dengan rincian: rumah dinas dan penjaga

74%, ruang belajar: 72%, ruang ibadah 50%, ruang kepala sekolah 49%,

ruang guru/rapat 49%, ruang kantin 28%, ruang UKS: 20%, ruang

perpustakaan/media 13%, ruang administrasi dan penggandaan 3,5%, ruang ____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

97

Page 11: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

serba guna 2,2%, dan ruang-ruang lainnya 0%. Sejalan dengan ini,

pemenuhan kebutuhan perabot di tingkat SMP juga masih tergolong sangat

kurang terutama untuk ruang-ruang laboratorium (IPA dan bahasa),

komputer, kesenian, keterampilan, perpustakaan, bimbingan, ruang aula,

komite sekolah, dan ruang wakil kepala sekolah.

Tidak jauh berbeda dengan kebutuhan perabot, kebutuhan peralatan

dan media pembelajaran juga sebagian dapat ditetapkan dengan

menggunakan pendekatan keruangan, kecuali untuk kebutuhan peralatan

pemeliharaan atau perawatan sekolah. Pemenuhan keberadaannya di semua

jenjang pendidikan masih kurang dari 50%.

Keadaan yang juga memprihatinkan ada pada kebutuhan sumber

belajar baik untuk guru maupun siswa. Kebutuhan sumber belajar ini dapat

digolongkan menjadi sumber belajar utama (wajib), sumber belajar

alternatif, dan sumber belajar pengayaan. Ada kecenderungan bahwa

keberadaan sumber belajar utama dan alternatif kekurangan yang sangat

besar justru pada sumber belajar untuk siswa. Sementara itu, sumber

belajar pengayaan untuk guru dan siswa keberadaannya dengan rerata

kurang dari 7,5%.

Kebutuhan minimal untuk lahan bagi kepentingan sekolah dapat

dikelompokkan menjadi kebutuhan lahan untuk ruang/bangunan,

infrastruktur bangunan, lahan untuk perindangan/taman sekolah, serta lahan

untuk tempat bermain, tempat upacara, dan lapangan olahraga yang

keberadaannya dapat disatukan. Kebutuhan lahan untuk bangunan

disesuaikan dengan jumlah luas ruang bangunan yang dibutuhkan setelah

memperhitungkan rasio pengguna, jumlah pemakai, jumlah perabot tiap

ruang, dan model umum ukuran bangunan. Kebutuhan luas infrastruktur

bangunan dihitung sebesar 20% dari luas ruang bangunan dibagi koefisien

dasar bangunan (Depdiknas, 2003). Kebutuhan minimal lapangan

olahraga / tempat bermain / lapangan upacara dapat menggunakan pedoman ____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

98

Page 12: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

luas satu lapangan olahraga yang paling luas dibutuhkan (lapangan sepak

bola/basket) atau menggunakan standar rasio tempat upacara/tempat

bermain dengan rasio minimal 1 : 1,5 M2. Kebutuhan lahan untuk

perindangan sekolah/taman sekolah, akhirnya, ditentukan minimal sebesar

25% dari luas lahan lainnya.

Menggunakan standar-standar tersebut dapat diketahui bahwa

pemenuhan kebutuhan minimal luas lahan di tiap-tiap jenjang sekolah

adalah sebagai berikut. Untuk SD pemenuhan kebutuhan minimal secara

keseluruhan masih kurang terutama sangat kurang untuk kepentingan lahan

bangunan dan infrastruktur serta untuk taman. Lahan untuk upacara atau

tempat bermain atau tempat olahraga umumnya sudah mencukupi. Untuk

jenjang SMP kebutuhan lahan secara keseluruhan sudah mencukupi

kebutuhan minimal. Kekurangan hanya pada proporsi untuk luas bangunan.

Dengan memperhatikan temuan-temuan di atas dapatlah dikatakan

bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan minimal sarana pendidikan sekolah di

Kabupaten Buleleng secara umum masih tergolong kurang. Untuk SD

kekurangan terjadi pada pemenuhan kebutuhan minimal semua jenis sarana

pendidikan. Untuk SMP kekurangan umumnya terjadi pada kebutuhan

bangunan, perabot, peralatan dan media pembelajaran, dan sumber belajar.

Sementara kebutuhan luas lahan ditemukan sudah mencukupi ukuran

kebutuhan minimal.

Atas dasar kekurangan tersebut dan dengan mempertimbangkan

kemampuan sekolah dan dukungan masyarakat, maka untuk memenuhi

kebutuhan sarana pendidikan yang masih sangat minim, pihak sekolah

mengharapkan bantuan pemerintah daerah (kabupaten dan provinsi) dan

pusat untuk menanggulangi kekuarangan tersebut. Bantuan pemerintah itu

terutama diharapkan untuk mencukupi kebutuhan luas lahan di tingkat

sekolah dasar, kebutuhan minimal ruang/bangunan di semua jenjang

sekolah, kebutuhan perabot pendidikan di semua jenjang, kebutuhan ____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

99

Page 13: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

peralatan dan media pembelajaran di semua jenjang, serta kebutuhan

sumber belajar di semua jenjang sekolah. Bantuan pemerintah itu

diharapkan berupa subsidi penuh untuk kebutuhan lahan SD; bantuan atau

subsidi imbal swadaya untuk kebutuhan ruang bangunan, sebagian perabot,

dan sebagian peralatan pendidikan (Depdiknas, 2006); serta bantuan dengan

model kompetisi untuk pemenuhan kebutuhan sebagian peralatan dan

media pendidikan dan pemenuhan sumber belajar pengayaan baik untuk

guru maupun siswa. Dengan adanya bantuan pemerintah ini diharapkan

sumber pembiayaan yang berasal dari sumbangan orang tua siswa dan

masyarakat dapat digunakan sepenuhnya untuk penyelenggaraan proses

pendidikan dan pembelajaran secara rutin sehari-hari di sekolah serta

memenuhi sebagian kebutuhan sarana pendidikan untuk peralatan dan

media pembelajaran serta sumber belajar utama untuk siswa. Harapan

bantuan dari pemerintah daerah dan pusat ini menurut responden di sekolah

tidaklah berlebihan. Hal ini dikaitkan dengan ketentuan pasal 31 UUD 1945

yang mewajibkan pemerintah pusat dan daerah untuk menyediakan

minimal 20% dari anggaran APBN dan APBD untuk kepentingan

pembangunan bidang pendidikan.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan

kelima sarana pendidikan di kedua jenjang sekolah secara bersama-sama

mempunyai korelasi dan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan

mutu pendidikan sekolah yang diukur dengan prestasi belajar siswa dalam

ujian nasional dan ujian sekolah. Secara sendiri-sendiri, peranan faktor-

faktor perabot, peralatan dan media pembelajaran, dan sumber belajar

sangat signifikan dalam menjelaskan variabilitas skor prestasi belajar siswa

baik dalam ujian nasional maupun ujian sekolah. Untuk jenjang SD tingkat

pemenuhan kebutuhan lahan bahkan juga mempunyai korelasi yang

signifikan dengan variabilitas skor prestasi belajar siswa. Dengan temuan

ini jelaslah bahwa pemenuhan kebutuhan minimal sarana pendidikan sudah ____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

100

Page 14: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan jenjang sekolah di Kabupaten Buleleng.

4. Penutup

Berdasarkan hasil penelitian di muka dapatlah disimpulkan temuan-

temuan penelitian ini sebagai berikut. Pertama, seluruh jenjang pendidikan

SD dan SMP di Kabupaten Buleleng membutuhkan sarana pendidikan yang

meliputi kebutuhan ruang bangunan, perabot, peralatan dan media

pendidikan, sumber belajar, dan kebutuhan lahan. Kedua, pemenuhan

kebutuhan standar minimal sarana pendidikan pada semua jenisnya secara

kuantitas masih sangat kurang. Untuk SD meliputi seluruh jenis sarana

pendidikan, sedangkan untuk SMP kekurangan terjadi pada faktor ruang

bangunan, perabot, peralatan dan media pembelajaran, serta sumber belajar.

Untuk kebutuhan lahan SMP secara umum sudah mencukupi standar

kebutuhan minimal. Ketiga, untuk pemenuhan kebutuhan minimal yang

keberadaanya masih sangat kurang dan kondisinya sebagian sudah rusak

ringan dan berat, seluruh tingkatan sekolah membutuhkan bantuan

pemerintah daerah (kabupaten dan provinsi) dan pusat terutama untuk

memenuhi kebutuhan lahan untuk jenjang SD; dan kebutuhan perabot,

peralatan dan media pembelajaran, serta sumber belajar untuk kedua

jenjang pendidikan. Keempat, ada kontribusi yang sangat signifikan dari

seluruh faktor sarana pendidikan dalam menjelaskan variabilitas prestasi

belajar siswa baik dalam ujian nasional maupun ujian sekolah. Kelima,

secara sendiri-sendiri ada kontribusi yang sangat signifikan dari faktor-

faktor perabot pendidikan, peralatan dan media pembelajaran, sumber

belajar, dan lahan dalam menjelaskan prestasi belajar siswa baik dalam

ujian nasional maupun ujian sekolah.

Atas dasar temuan tersebut direkomendasikan kepada sekolah (SD

dan SMP) dan kepada pemerintah daerah (kabupaten, provinsi, dan pusat) ____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

101

Page 15: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

melalui dinas pendidikan dan Depdiknas untuk memprioritaskan

pemenuhan kebutuhan minimal sarana pendidikan sekolah di atas secara

segera, terutama kebutuhan lahan untuk jenjang SD; dan kebutuhan ruang

bangunan, perabot, peralatan dan media, serta sumber belajar untuk kedua

jenjang pendidikan. Pentingnya pemenuhan kebutuhan ini karena faktor-

faktor tersebut ditemukan memberikan sumbangan yang sangat signifikan

dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah yang diukur lewat

peningkatan prestasi belajar siswa baik dalam ujian nasional maupun ujian

sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Depdiknas. 2005a. Praktek Baik dalamPenjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. Buku V: Prasarana dan Sarana. Jakarta: Depdiknas.

................. 2005b. Draft 2 Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. Jakarta: Depdiknas.

..................... 2003. Pedoman Analisis Kebutuhan Sarana Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK): Program Keahlian Teknik Elektronika Komunikasi. Jakarta: Depdiknas.

.................... 2006. Petunjuk Pelaksanaan Program Subsidi Imbal Swadaya Pembangunan RKB, Perpustakaan dan Laboratorium IPA Sekolah Menengah Pertama dengan Mekanisme Partisipasi Masyarakat. Jakarta: Depdiknas.

DeVries, R. and B. Zan. 1994. Moral Classrooms, Moral Children: Creating a Constructivist Atmosphere in Early Education. New York and London: Teachers College Press.

Gredler, M. E. 1992. Learning and Instruction: Theory into Practice. Secong Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

102

Page 16: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

Kompas. 2004. Sekolah Negeri dengan Standar Internasional di Indonesia.

Santyasa, I W. 1999. Pembelajaran Modul dengan Metode Demonstrasi dan Analogi sebagai Strategi Pengubah Konsepsi Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA STKIP Singaraja. Laporan Penelitian. Singaraja: STKIP Singaraja.

Sukadi. 2004. Pembelajaran Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Menggunakan Modeling Dosen Berbasis Konstruktivisme Pada Mahasiswa Semester III Jurusan PPKN IKIP Negeri Singaraja Tahun 2005/2006. Laporan Penelitian. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Tim Redaksi Fokusmedia. 2003. Himpunan Perundang-Undangan. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dilengkapi dengan Undang_undang No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia.

____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

103

Page 17: Analisis Kebutuhan Standar Minimalsarana Pendidikan Untuk Jenjang Pendidikan Sd

ISSN 0215 - 8250

Wahab, A. A. 2002. Guru Profesional dan PIPS yang Kuat Prasyarat bagi Keberhasilan Implementasi Kurikulum Sekolah Berbasis Kompetensi. Makalah. Disampaikan pada Seminar Nasional Sehari IPS, FPIPS IKIP Negeri Singaraja, Tanggal 10 Agustus 2002.

____________Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1 TH. XXXX Januari 2007

104